1
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PADA PEREMPUAN YANG MENIKAH MUDA Nathasya Kisinky Jakarta,
[email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini ingin mengetahui gambaran kekerasan dalam rumah tangga pada perempuan yang menikah muda, mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, serta dampak yang ditimbulkan dari kekerasan dalam rumah tangga. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif berbentuk studi kasus. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan pedoman wawancara terstruktur dan observasi non partisipan. Karakteristik subjek penelitian ini perempuan yang menikah muda yang mengalami kekerasan dalam rumh tangga. Hasil dari penelitian ini menunjukan gambaran kekerasan dalam rumah tangga pada perempuan yang menikah muda, dimana subjek merasa sakit hati dan sedih atas sikap suami. Setelah subjek mengalami keguguran dimana awal sikap suami menjadi kasar dan melakukan kekerasan terhadap subjek. Subjek tidak melawan, berusaha menghindari permasalahan dan patuh agar suami tidak bersikap semakin kasar dan mengeluarkan kata-kata kasar. Faktor-faktor yang menyebabkan subjek mengalami kekerasan adalah masalah keuangan, pertengkaran mengenai anak, masalah pekerjaan, suami merasa cemburu, hubungan seks dengan suami, ini sering menjadi penyebab suami melakukan kekerasan. Dampak kekerasan yang ditimbulkan adalah subjek merasa, sakit hati, malu karena sikap dan kata-kata kasar yang diucapkan suami, subjek merasa kurang menikmati hubungan seks dengan suami, dan sering merasa badan pegal dan sakit setelah mengalami kekerasan. Karena hal ini subjek berencana untuk bercerai dengan suaminya karena sudah tidak tahan dengan sikap suami. Kata Kunci : Kekerasan dalam rumah tangga, Perempuan, Menikah muda. PENDAHULUAN Kekerasan dalam rumah tangga adalah perilaku yang muncul akibat adanya bayangan tentang peran identitas berdasarkan jenis kelamin, dan bayangan mengenai kekuasaan yang dapat dimilikinya. Kekerasan adalah tindakan pemaksaan kekuatan fisik dan kekuasaan terhadap orang lain (Moore, dalam Subhan 2004). Kekerasan dalam rumah tangga adalah suatu tindakan sosial, dimana
pelakunya
harus
mempertanggungjawabkan
masyarakat (Holf, dalam Subhan 2004).
tindakannya
kepada
2
Menurut laporan komnas Perempuan(dalam Saraswati, 2009) baru-baru ini ada 3.160 kekerasan terhadap perempuan di seluruh Indonesia pada tahun 2001, kemudian bertambah menjadi 5.163 setahun kemudian, 7.787 pada tahun 2003, dan bertambah menjadi 14.310 tahun 2004. Dari 14.020 kasus, sejumlah 4.310 merupakan kasus kekerasan dalam ruamh tangga. Terdapat beberapa bentuk tindak kekerasan terhadap perempuan yaitu, kekerasan fisik seperti memukul, menendang dan menghasilkan luka atau cacat fisik. Kekerasan verbal mengeluarkan kata-kata kasar atau makian yang tidak pantas. Kekerasan seksual yang melanggar tubuh fisik seorang wanita, rasa diri dan rasa percaya (Campbell, dalam Alhabib 2009). Berdasarkan data penelitian yang telah dilakukan sebelumya, tidak sedikit kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dialami oleh perempuan, bahkan ada juga beberapa artis yang kita kenal juga mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Pernikahan di usia muda yang dilakukan oleh model remaja Manohara yang menikah di usia 16 tahun. Manohara mengalamai kekerasan baik fisik, psikis maupun kekerasan verbal yang dilakukan oleh suaminya selama masih menjadi suami istri. Hingga pada ahirnya Manohara bisa kembali ke Indonesia dan dapat bercerai dengan suaminya (Ghofur, 2009). Tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap perempuan di seluruh dunia memiliki dampak besar pada semua perempuan, keluarga dan anak-anak yang menjadi saksi kekerasan (Garcia-Moreno, dalam Montalvo 2008). Kekerasan dalam bentuk apa pun akan membawa dampak yang buruk terhadap keharmonisan rumah tangga seseorang. Kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suami terhadap istri merupakan salah satu hal penyebab perceraian (Lianawati, 2009). Kekersan yang terjadi dapat menimbulakn dampak seperti: kekerasan fisik berakibat langsung dan dapat dilihat mata seperti cidera, luka, cacat pada tubuh dan atau kematian. Kekerasan emosional atau psikologis sulit terlihat dan jarang diperhatikan tetapi membawa dampak yang jauh lebih serius dibanding bentuk kekerasan yang lain. Akibat psikis ringan yang dialami adalah ketakutan, perasaan malu, terhina dan terasing. Sedangkan akibat psikis lain yang dialami antara adalah perasaan rendah diri, hilangnya konsep diri dan kehilangan rasa
3
percaya diri. Akibat-akibat psikis tersebut tentu saja tidak baik bagi perkembangan mental para korban karena menghambat potensi-potensi diri yang seharusnya berkembang. Kekerasan seksual dapat menimbulkan gangguan pada fungsi reproduksi, haid tidak teratur, sering mengalami keguguran, dan kesulitan menikmati hubungan seksual (Hasanah, dkk 2003).
TINJAUAN PUSTAKA Kekerasan dalam Rumah Tangga Menurut Tarigan, dkk (2001), kekerasan dalam rumah tangga adalah segala bentuk tindakan kekerasan baik fisik maupun psikis yang terjadi dalam rumah tangga, baik antara suami dan istri maupun orang tua dan anak. Dapat dikatakan pula bahwa kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan adalah tindakan yang menghambat, melangar, atau meniadakan kenikmatan dan pengabaikan hak asasi perempuan atas dasar gender (Subhan, 2004). Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah suatu tindakan kekerasan yang dilakukan antara suami dan istri maupun orang tua dan anak. Kekerasan dalam rumah tangga merupakan segala bentuk tindak yang berakibat menyakiti secara fisik, psikis, seksual dan ekonomi, termasuk ancaman, perampasan kebebasan yang terjadi dalam rumah tangga atau keluarga.
Nikah Muda Pernikahan usia muda adalah hubungan interaksi secara intim, yang diakui secara sosial dan terjadi pada masa pertumbuhan anak menjadi dewasa. Masa terjadianya perkembangan seksual atau masa dalam kehidupan yang dimulai dengan timbulnya sifat seks sekunder yang pertama sampai akhir pertumbuhan somatik (Sampoerno & Azwar, 1987). Pernikahan di usia muda adalah masa dimana terjadi hubungan interaksi secara intim, dan terjadi pada masa pertumbuhan anak menjadi dewasa (masa pubertas). Hubungan antara laki-laki dan perempuan untuk membentuk suatu
4
keluarga yang diakui secara sosial dan adanya hubungan seksual juga menetapkan tugas masing-masing sebagai pasangan suami-istri Perempuan Kata perempuan berasal dari kara empi, yang artinya dihargai. Dalam bahasa sansekerta wanita berasal dari kata wan yang bermakna nafsu, sehingga kata wanita mempunyai arti yang dinafsui atau merupakan objek seks. Jadi, secara simbolik mengubah penggunaan kata wanita menjadi perempuan adalah menggubah objek menjadi subjek. Jadi wanita adalah who is being wanted (seseorang
yang dibutuhkan), yaitu seseorang yang dihasrati atau diingini.
Berdasarkan kamus besar bahasa indonesia, kata wanita mempuanyai arti perempuan dewasa, kaum wanita atau kaum putri (dewasa) (Subhan,2001).
METODE PENELITIAN Pendakatan Penelitian Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif berbentuk studi kasus. Studi kasus menurut Stake (dalam Basuki,2006) adalah suatu penelitian (inquiry) atau studi tentang suatu masalah yang memiliki sifat kekhususan (particultural), dapat dilakukan dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif, dengan sasaran program (individual) maupun kelompok, bahkan masyarakat luas.
Subjek Penelitian Karakteristik individu yang menjadi subjek penelitian ini adalah perempuan yang menikah muda, usia subjek berkisar 16-21 Tahun (dalam Santrock 2003, usia remaja berkisar antara 12-21 Tahun), dan subjek mengalami kekerasan dalam rumah tangga.
Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini, teknik pengumpulan datanya berupa wawancara dan observasi. Menurut Kartono (dalam Basuki, 2006) wawancara adalah suatu
percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, ini merupakan proses
5
tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. Observasi diberi batasan sebagai berikut: “studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan”. Dalam penelitian ini metode studi kasus yang digunakan adalah studi kasus intrinsik (Intrinsic Case Study) yaitu kasus yang dipelajari secara mendalam mengandung hal-hal yang menarik untuk dipelajari berasal dari kasus itu sendiri, teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur dengan membuat pedoman wawancara, dan observasinya adalah observasi non-partisipan (nonparticipant
observation)
yaitu
peneliti
hanya
sebagai
pengamat
untuk
mendapatkan data secara langsung.
Teknik Analisis Marshal & Rossman (1995) mengajukan teknik analisa data kualitatif untuk proses analisis data kualitatif atau proses analisis data dalam penelitian. Dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan – tahapan yang perlu dilakukan yaitu: Mengorganisasikan Data, Pengelompokan Berdasarkan Kategori, Tema dan Pola jawaban, Menguji Asumsi atau Permasalahan Yang Ada Terhadap Data, Mencari Alternatif Penjelasan Bagi Data, Menulis Hasil Penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Gambaran Kekerasan dalam Rumah Tangga Gambaran kekerasan yang dialami subjek adalah subjek mengalami kekerasan fisik yang dilakukan suami, seperti ditampar saat subjek meminta uang untuk kebutuhan rumah tangga. Subjek juga mengalami kekerasan pisikis berupa kata-kata kasar, dan caci-maki saat sedang bertengkar, subjek juga mengalami kekerasan seksual saat subjek diminta untuk tetap melakukan hubungan seksdengan suami walaupun sedang merasa lelah, dan kekerasan ekonomi yang dialami subjek terkadang suami tidak memberikan uang untuk keperluan rumah tangga dan kebutuhan anak. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
6
Djannah, dkk (2002), kekerasan dalam rumah tangga terdiri dari kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan kekerasan ekonomi. Gambaran kekerasan lainnya subjek merasa dibatasi aktivitasnya diluar rumah karena terkadang untuk berkunjung kerumah orang tuanya subjek tidak diberi izin. Subjek juga merasa pasrah, tidak berani melawan dan takut saat suami melakukan kekerasan. Terkadang subjek menyalahkan dirinya atas kekerasan yang dialami dari suaminya, subjek merasa binggung dengan sikap suami yang berubah-ubah (terkadang marah-marah, terkadang baik) dan subjek juga merasa suami tidak ingin melakukan kekerasan terhadap dirinya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Poerwandari (2000) secara psikologis seorang perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga akan menampilkan karakteristik seperti: berusaha meminimalkan kekerasan yang dialaminya, menyalahkan diri sendiri korban merasa sebagai penyebab terjadinya kekerasan yang dialami, dan ambivalensi dimana korban merasa binggung dengan suami dan beranggapan suami tidak ingin benar-benar melakukan kekerasan terhadap dirinya. 2. Faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga Faktor yang menyebabkan subjek mengalami kekerasan dalam rumah tangga adalah setelah subjek mengalami keguguran, suami mulai bersikap kasar, mencaci-maki dan memukul saat sedang bertengkar. Hal lain yang menyebabkan terjadinya kekerasan yang dialami subjek adalah: permasalahan mengenai uang, cemburu, problem seksual, pertengkaran tentang anak, suami memiliki masalah diluar rumah, dan keputusan subjek untuk bekerja. Hal-hal tersebut yang memicu terjadinya petengkaran antara subjek dan suami yang mengakibatkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga yang dialami subjek saat ini. Faktor-faktor tersebut sesuia dengan yang dikemukakan oleh Tarigan, dkk (2001), menggemukakan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan dalam perkawinan adalah: permasalahan mengenai uang, adanya rasa cemburu, permasalahan seksual, pertengkaran tentang anak, suami menganggur atau PHK, kehamilan, dan istri yang bekerja.
7
3. Dampak kekerasan dalam rumah tangga Dampak kekerasan psikis yang dialami subjek adalah: subjek merasa malu dan tidak percaya diri untuk bertemu dengan orang lain. Dampak kekerasan fisik yang dialami subjek lebam-lebam, memar dan merasakan badannya pegal-pegal setelah mengalami kekerasan fisik dari suami. Dampak kekerasan seksual yang dialami subjek kurang menikmati dan malas untuk melakukan hubungan seksual dengan suaminya, subjek juga mengalami haid yang tidak teratur. Dampak kekerasan ekonomi yang dialami subjek adalah karena kurang terpenuhinya kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan anaknya, suami yang terkadang tidak memeberikan uang untuk kebutuhan rumh tangga membuat subjek memutuskan untuk bekerja agar dapat memebantu memenuhi kebutuhan keluarga dan anaknya. Dampak yang paling terlihat saat ini adalah subjek berencana untuk bercerai dengan suaminya karena sudah tidak sanggup menghadapi sikap suami yang tidak berubah. Menurut Hasanah, dkk (2003) menjelaskan dampak yang ditimbulkan dari kekerasan dalam rumah tangga, seperti: terdapat memar, atau lebam setelah terjadi kekerasan fisik. Adanya rasa malu, takut hilangnya konsep diri, dan tidak percaya diri adalah dampak yang ditimbulkan dari kekerasan pisikis, Terjadinya haid yang tidak teratur, dan sulit menikmati hubungan seksual adalah dampak yang ditimbulkan dari adanya kekerasan seksual. Menurut pasal 5 UndangUndang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (dalam Saraswati, 2009) kekerasan dalam rumah tangga, yaitu: penelantaran rumah tangga adalah tidak memberikan nafkah kepada istri, membiarkan istri bekerja untuk kemudian penghasilannya dikuasai suami, bahkan mempekerjakan istri dan memanfaatkan ketergantungan istri secara ekonomi untuk mengontrol kehidupannya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Gambaran kekerasan dalam rumah tangga Gambaran kekerasan yang dilami subjek adalah subjek takut dan hanya pasrah ketika mengalami kekerasan dari suami. Subjek merasa aktivitasnaya diluar rumah dibatasi karena terkadang untuk berkunjung ke rumah ibunya subjek
8
tidak diberikan izin. Subjek merasa binggung dengan sikap suami yang sering kali berubah-ubah. Subjek terkadang menyalahkan dirinya atas kekerasan yang dialami, subjek merasa suami tidak ingin melakukan kekerasan kepada dirinya karena perubahan sikap suami. 2. Faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan Faktor yang menyebabkan subjek mengalami kekerasan dari suami yaitu: setelah subjek mengalami keguguran, ini merupan awal terjadinya kekerasan setelah subjek menikah. Faktor lainnya yang menyebabkan kekerasan dalam rumah tangga yang dialami subjek adalah permasalahan uang, suami yang mudah cemburu, permasalahan seksual, pertengkaran masalah anak, suami memiliki masalah diluar rumah, dan subjek memutuskan untuk bekerja. 3. Dampak kekerasan dalam rumah tangga Dampak yang terjadi adalah dampak kekerasan psikis dimana subjek berencana utnuk bercerai dengan suaminya. Subjek merasa malu dan tidak percaya diri untuk bertemu dengan orang lain. Subjek merasa sakit hati karen perkataan kasar suami. Dampak kekerasan fisik subjek mengalami lebam, memar dan pegal di tubuhnya. Dampak kekerasan seksual yang terjadi subjek kurang menikmati hubungan seksual dengan suami, subjek mengalami haid yang tidak teratur dan sakit saat terlambat haid. Sedangkan dampak kekerasan ekonomi yang terjadi adalah subjek memutuskan untuk bekerja agar dapat memebantu memenuhi kebutuhan keluarga dan anak.
Saran Subjek disarankan bersikap lebih tegas terhadap suami agar suami tidak melakukan kekerasan. Subjek disarankan untuk menghargai diri sendiri dan berfikir positif kepada diri sendiri, bahwa tidak seharusnya mengalami kekerasan yang dilakukan oleh suami. Subjek juga disarankan untuk bercerita dengan keluarga atau orang yang dipercaya dan meminta saran mengenai kekerasan yang dialaminya. Untuk masyarakat disarankan untuk lebih memberikan dukungan positif kepada subjek yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga sehingga tidak
9
menyalahkan korban kekerasan dalam rumah tangga, sehingga korban kekerasan dalam rumah tangga dapat lebih baik lagi dalam menjalankan kehidupannya di masa yang akan datang. Untuk peneliti selanjutnya yang akan mengadakan penelitian tentang kekerasan dalam rumah tangga sebaiknya dapat menggunakan variabel psikologis yang lainnya seperti kekerasan fisik pada perempuan yang menikah muda, kekerasan psikis pada perempuan yang menikah muda, kekerasan seksual pada perempuan yang menikah muda, ataupun kekerasan ekonomi pada perempuan yang menikah muda. Keterbatasan penelitian ini belum terungkap dari sudut suami mengenai faktor penyebab kekerasan dalam rumah tangga, maka untuk penelitian selnjutnya disarankan untuk mengungkap dari sudut suami tentang faktor penyebab kekerasan dalm rumah tangga.
DAFTAR PUSTAKA Alhabib, S., Nur, U., & Jones, R. (2009). Domestic violence against women: Systematic review of prevalence studies. LLC: Springer Science Business Media. Basuki, A.M.H. (2006). Penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan budaya. Jakarta: Penerbit Gunadarma. Djannah, F., Rustam, N.S.M., & Batubara, C. (2002). Kekerasan terhadap istri. Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara. Ghofur, A. (2009). Mulai Putri Diana, Manohara sampai Cici Paramida. Diakses tangga 16 September 2011 dari http://dosengoblog.wordpress.com/2009/06/18/kekerasan-dalam-rumahtangga-para-artis-mulai-putri-dianamanohara-sampai-cici-paramida/ Hasanah, M., Alsa, A., & Rustam, A. (2003). Kekerasan dalam rumah tangga (Studi kualitatif mengenai kekerasan dalam rumah tangga di LBH APIK Semarang). Semarang: Penerbit Sultan Agung. Lianawati, E. (2009). Tiada keadilan tanpa kepedulian KDRT: Perspektif psikologi feminins.Yogyakarta: Paradigma Indonesia. Marshall, C., & Rossman. (1995). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
10
Montalvo, L.N. (2008). Cross-cultural factors in disclosure of intimate partner violence: An integrated review. Journal of advanced nursing, 65, 20–34. Poerwandari, E.K. (2000). Kekerasan terhadap perempuan: Tinjauan psikologi feminimistik, pemahaman bentuk-bentuk tindak kekerasan terhadap perempuan dan alternative pemecahannya. Jakarta: Pusat kajian Wanita & Jender UI. Sampoerno, D., & Azwar, A. (1987). Perkawinan dan kehamilan pada wanita usia muda. Jakarta: Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia. Santrock, J.W. (2003). Adolescence 6 th edition. Jakarta: Erlangga. Saraswati, R. (2009). Perempuan dan penyelesaian kekerasan dalam rumah tangga. Bandung: Citra Aditya Bakti. Subhan, Z. (2001). Kodrat perempuan takdir atau mitos. Yogyakarta: Pustaka Pesantren. Subhan, Z. (2004). Kekerasan Terhadap Perempuan. Yogyakarta: Pustaka Pesantren. Tarigan, A., Sutjipto, A., Wibawa, D., Yudhan, E., Soenaryo, H., Harsono, I., & Tjambang, J., dkk. (2001). Perlindungan terhadap perempuan dan anak yang menjadi korban kekerasan: (Bacaan bagi awak ruang pelayanan khusus-police women desk) Derap-warapsari psikologi feminins. Yogyakarta: Paradigma Indonesia.