BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dan pertumbuhan bank yang relatif semakin membaik dibandingkan era saat terjadinya krisis ekonomi merupakan bukti bangkitnya bisnis perbankan nasional, baik dari pertumbuhan asset, dana pihak ketiga (simpanan), kredit yang disalurkan termasuk laba yang berhasil diraih oleh perbankan. Tingkat persaingan bisnis yang semakin ketat dan tajam, semakin menuntut industri perbankan untuk bangkit dan bergerak untuk meningkatkan kinerjanya. Bank-bank berlomba dan berkompetisi secara sehat untuk memperebutkan jumlah nasabah dengan melakukan promosi langsung maupun secara diam-diam dengan menyusun kekuatan untuk memperbaiki kinerjanya secara keseluruhan. Sebuah bank bila ingin tetap memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang, bahkan menjadi pemenang dalam persaingan di pasar, maka harus melakukan efisiensi dalam segala hal. Langkah nyata yang dapat dilakukan yaitu dengan membuat pengendalian yang memadai atas semua peristiwa keuangan (transaksi) yang terjadi dalam sebuah bank. Pengendalian di but uhka n
unt uk
probabilitas
kemunculan
keuangannya.
Bank
mengurangi resiko
sebagai
bentuk-bentuk
penyimpangan,
yang dikalikan
suatu
kesatuan
dengan
ekonomi
yaitu
konsekuensi yang
dalam
perkembangannya makin memerlukan pengawasan. Pelaksanaan fungsi
1
2
manajemen tidak cukup atau tergantung kepada beberapa karyawan saja, akibat dari perkembangan yang demikian timbul adanya transaksi-transaksi yang kompleks dan memungkinkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan terhadap prosedur yang telah berlaku. Dalam pelaksanaan aktivitas atau kegiatan operasional suatu bank maka suatu rencana, prosedur dan standar yang telah ditetapkan harus dipastikan dalam penggunaan dan pelaksanaanya sehingga aktivitas pengendalian usaha yang dilakukan benar-benar sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Kebijakan tersebut dilakukan dalam rangka untuk mewujudkan bahwa tujuan utama atas aktivitas operasional dapat terwujud sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam mendefinisikan pemeriksaaan manajemen penekanannya pada proses manajemen, khususnya prosedur untuk perencanaan, organsiasi dan pengendalian aktivitas yang akan diaudit guna menetapkan bagaimana baiknya pengelolaan. Pemeriksaan manajemen berhubungan dengan penilaian-penilaian aktivitas dalam ruang lingkup audit untuk menentukan bagaimana suatu prosedur dilaksanakan. Dimana efektivitas berhubungan dengan penentuan apakah tujuan suatu bank dapat tercapai, dalam hal ini mengenai sistem dan prosedur dalam pemberian kredit kepada nasabah telah diterapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam usaha untuk mewujudkan tujuan tersebut maka diperlukan suatu pemeriksaan yang tepat dan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Sedangkan disini tugas dari pemeriksaan manajemen adalah menyakinkan bahwa prosedur simpan pinjam yang dilakukan telah dilaksanakan sesuai rencana dan standar yang telah ditetapkan dan menemukan kelemahan-
3
kelemahan yang dapat menghambat atas kegiatan operasional bank. Kegiatan analisis terhadap sistem dan prosedur untuk memberikan suatu keyakinan bahwa aktivitas telah dilakukan sesuai dengan ketentuan namun demikian dalam pelaksanaannya disertai saran perbaikan untuk mencapai sasaran utama yang telah ditetapkan. Secara umum tujuan dari analisis sistem dan prosedur adalah membantu semua peringkat manajemen dalam meningkatkan perencanaan dan pengendalian manajemen dengan cara mengidentifikasi aspek-aspek si st e m
dan
prosedur
serta
rekomendasi
kepada
menajemen
untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Dengan demikian melalui analisis aktivitas pembelian kredit pada bank akan berhubungan dengan peningkatan prestasi dimasa yang akan datang dan memusatkan pada sistem perencanaan dan pengendalian atas pemberian kredit yang telah ditetapkan. Peranan pengendalian sistem kredit pada dasarnya digunakan sebagai upaya untuk menghindari terjadinya permasalahan atas sejumlah kredit yang diberikan. Usaha tersebut dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa para pemilik usaha dapat mengembalikan kredit sesuai dengan ketentuan atau prosedur yang telah ditetapkan. Antisipasi sangat diperlukan karena sebagian besar pemilik usaha dalam proses pencatatan akuntansi tidak dilakukan secara sistematis sehingga kemungkinan terjadinya penyimpangan sangat besar. Kondisi ini menjadikan pemberian kredit harus mendapatkan perhatian dari pihak bank sehingga diperlukan suatu sistem pengendalian internal secara tepat dalam proses pemberian kredit, demikian pula pada sistem pengendalian kredit pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
4
BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan salah satu jenis bank yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil dan menengah. BPR merupakan lembaga perbankan resmi yang diatur berdasarkan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan dan sebagaimana telah diubah dengan Undangundang No. 10 tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut secara jelas disebutkan bahwa ada dua jenis bank, yaitu Bank Umum dan BPR. Sistem pengendalian kredit pada BPR menunjukkan betapa pentingnya peranan evaluasi terhadap kelayakan calon nasabah yang akan diberikan kredit, kelayakan pemberian kredit secara umum dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek 5 C, yang meliputi: character, capacity, capital, colleteral dan condition of economy. Character berhubungan dengan suatu keyakinan bahwa sifat atau watak seseorang yang akan diberikan kredit, hal ini meliputi kejujuran nasabah dalam memberikan informasi. Sedangkan capacity (kemampuan) ditunjukkan oleh nasabah dalam membayar angsuran sesuai dengan perjanjian kredit, tepat waktu dalam pembayaran dan masih mampu memenuhi kebutuhan lainnya di luar kebutuhan membayar kredit tersbut. Aspek capital dapat dilihat apakah nasabah tersebut memiliki simpanan di Bank termasuk simpanan di Bank lain, apakah memiliki penghasilan tetap untuk membayar angsuran serta memiliki usaha lain sebagai sumber penghasilan nasabah. Aspek collateral nasabah dapat dilihat dari jaminan yang diberikan sesuai dengan besaran kredit yang akan diberikan, jaminan didukung oleh
5
kelengkapan dokumen serta tidak dalam proses hukum (dalam sengketa). Sedangkan aspek condition yang harus diperhatikan meliputi bahwa kredit yang diterima untuk pengembangan usaha. Salah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) terdapat di Kota Batu adalah PT BPR Batu Artorejo yang memberikan layanan jasa mencakup tabungan, deposito dan pemberian kredit dan selalu berusaha memberikan layanan kepada para nasabah dengan penuh komitmen dan profesional. Debitur yang meminjam kredit kebanyakan merupakan jenis usaha yang berbeda-beda, di antaranya adalah petani, pedagang, jasa. Masyarakat menyimpan dananya di PT. BPR hanya berdasarkan kepercayaan bahwa mereka akan dapat menarik uangnya kembali sesuai dengan kesepakatan dengan bank yang bersangkutan. Dengan kondisi yang sehat bank dapat melakukan perannya dengan baik sebagai lembaga intermediasi dalam perekonomian masyarakat. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah sistem dan prosedur pemberian kredit pada PT BPR Batu Artorejo? 2. Bagaimanakah evaluasi sistem dan prosedur pemberian kredit dan pengaruhnya terhadap likuiditas dan profitabilitas pada PT BPR Batu Artorejo?
6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian yang akan dilakukan bertujuan yaitu untuk: a. Untuk mendeskripsikan sistem dan prosedur pemberian kredit pada PT BPR Batu Artorejo. b. Untuk mengetahui hasil evaluasi sistem dan prosedur pemberian kredit dan pengaruhnya terhadap likuiditas dan profitabilitas pada PT BPR Batu Artorejo 2. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai kajian terhadap sistem pengendalian intern dalam upaya untuk meningkatkan likuiditas dan profitabilitas.