Tatralok Kota Kupang
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Transportasi sebagai urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara, mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan.Transportasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari sarana dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia membentuk jaringan prasarana dan jaringan pelayanan. Bentuk elemen yang terkait dalam sistem transportasi baik sarana, prasarana maupun pergerakan antara lain adalah kelaikan, sertifikasi, perambuan, kenavigasian, sumber daya manusia, geografi, demografi dan lain-lain. Keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh peran sektor transportasi. Karenanya sistem transportasi harus dibina agar mampu menghasilkan jasa transportasi yang handal, berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara terpadu, tertib, lancar, aman, nyaman dan efisien dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan; mendukung mobilitas manusia, barang serta jasa; mendukung pola distribusi nasional serta mendukung pengembangan wilayah dan peningkatan hubungan internasional yang lebih memantapkan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara. Dalam pembangunan transportasi, pemerintah mempunyai peranan sebagai pembina, sehingga berkewajiban untuk menyusun rencana dan merumuskan kebijakan, mengendalikan dan mengawasi perwuju dan transportasi.Salah satu kewajiban dimaksud adalah menetapkan jaringan prasarana transportasi dan jaringan pelayanan.Disamping itu juga berkewajiban untuk melaksanakan tugas pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang tidak diusahakan, dengan prioritas daerah-daerah yang kurang berkembang. Hasil pembangunan transportasi yang mampu menunjang upaya pemerataan dan penyebaran pembangunan, pertumbuhan ekonomi serta stabilitas nasional dengan jaringan 2-1
Tatralok Kota Kupang
transportasi yang semakin berkembang luas, perlu terus dimantapkan dan dikembangkan sejalan dengan peningkatan tuntutan kualitas pelayanan akibat makin meningkatnya kebutuhan mobilitas manusia dan barang serta tuntutan peningkatan kualitas pelayanan dimasa yang akan datang. Dengan semakin terbatasnya anggaran pembangunan menuntut perubahan pola pikir kearah perencanaan dan penetapan prioritas pembangunan dan pengembangan sarana prasarana perhubungan secara efektif, sesuai permintaan yang berdasar realitas pola aktivitas, pola bangkitan tarikan pergerakan, sebaran pergerakan serta keunggulan komparatif antarzona dalam suatu wilayah, yang terbentuk dalam suatu tatanan transportasi wilayah yang sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Berdasarkan kondisi di atas dengan memperhatikan perkiraan perubahan pola aktivitas, pola pergerakan serta peruntukan lahan maka perlu disusun Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) dan Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) sebagai masukan dalam penyusunan Tataran Transportasi Nasional (TATRANAS) dalam kerangka Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS). Sejalan dengan kebijakan yang tertuang dalam Undang-Undang No. 22. Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 2000, yang mengakibatkan terjadinya suatu pergeseran baik pada kewenangan maupun secara kelembagaan serta perubahan struktur kewilayahan, sektor transportasi harus tetap memandang suatu daerah sebagai wilayah fungsional sehingga mengharuskan dilakukannya penerapan kebijakan transportasi secara khusus yang berada dalam suatu kerangka nasional yang utuh.
2.2 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Indonesia (MP3EI) Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2015 (MP3EI) pada dasarnya dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa Indonesia memiliki berbagai potensi dan keunggulan yang cukup beragam, serta memiliki tantangan pembangunan yang luar biasa, sehingga Indonesia memerlukan suatu transformasi ekonomi berupa percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi menuju negara maju sehingga Indonesia dapat meningkatkan daya saing sekaligus mewujudkan kesejahteraan untuk seluruh rakyat Indonesia. 2-2
Tatralok Kota Kupang
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan langkah awal untuk mendorong Indonesia menjadi negara maju dan termasuk 10 (sepuluh) negara besar di dunia pada tahun 2025, yaitu melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif, berkeadilan dan berkelanjutan.Untuk mencapai hal tersebut, diharapkan pertumbuhan ekonomi riil rata-rata sekitar 7-9 persen per tahun secara berkelanjutan. Tujuan awal dilakukannya MP3EI adalah dalam rangka mencapai aspirasi Indonesia 2025, yaitu menjadi negara maju dan sejahtera dengan PDB sekitar USD 4,3 Triliun dan menjadi negara dengan PDB terbesar ke-9 di dunia. Untuk mewujudkan hal tersebut, sekitar 82%akan ditargetkan sebagai kontribusi PDB dari koridor ekonomi sebagai bagian dari transformasi ekonomi. Untuk itu, maka pengembangan MP3EI dilakukan dengan pendekatan breakthrough yang didasari oleh semangat “Not Business As Usual”, melalui perubahan pola pikir bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi tidak hanya tergantung pada pemerintah saja melainkan merupakan kolaborasi bersama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD, dan Swasta. Pihak swasta akan diberikan peran utama dan penting dalam pembangunan ekonomi terutama dalam peningkatan investasi dan penciptaan lapangan kerja, sedangkan pihak pemerintah akan berfungsi sebagai regulator, fasilitator dan katalisator. Sebagai dokumen kerja, MP3EI berisikan arahan pengembangan kegiatan ekonomi utama yang sudah lebih spesifik, lengkap dengan kebutuhan infrastruktur dan rekomendasi perubahan/revisi terhadap peraturan perundang-undangan yang perlu dilakukan maupun pemberlakuan peraturan-perundangan baru yang diperlukan untuk mendorong percepatan dan perluasan investasi.Selanjutnya MP3EI menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. MP3EI bukan dimaksudkan untuk mengganti dokumen perencanaan pembangunan yang telah ada seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005–2025 (UU No. 17 Tahun 2007) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, namun menjadi dokumen yang terintegrasi dan komplementer yang penting serta khusus untuk melakukan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi. MP3EI juga dirumuskan dengan memperhatikan Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) karena merupakan komitmen nasional yang berkenaan dengan perubahan iklim global. Jika dicermati dengan baik, langkah-langkah terobosan yang tertuang di dalam strategi dan kebijakan MP3EI dirumuskan dengan memperhatikan sejumlah prasyarat yang diperlukan. Secara umum ada tiga strategi utama yang dicanangkan, yaitu yang dikembangkan berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan. Ketiga strategi ini meliputi: a. Strategi peningkatan potensi wilayah, 2-3
Tatralok Kota Kupang
b. Strategi memperkuat konektivitas nasional, serta c. Strategi meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia dan IPTEK. Strategi pertama, yaitu strategi peningkatan potensi wilayah dilakukan melalui pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di dalam koridor ekonomi, baik yang telah ada maupun yang baru. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari pendekatan sektoral dan regional. Setiap wilayah mengembangkan produk yang menjadi keunggulannya. Tujuan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi tersebut adalah untuk memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah serta memperbaiki ketimpangan spasial pembangunan ekonomi Indonesia. Selanjutnya pengembangan pusat-pusat pertumbuhan tersebut disertai strategi yang kedua, yaitu strategi penguatan konektivitas antarpusat pertumbuhan ekonomi dan antara pusat pertumbuhan ekonomi dengan lokasi kegiatan ekonomi serta infrastruktur pendukungnya. Dengan demikian, strategi pertama dan kedua pada dasarnya menciptakan Koridor Ekonomi Indonesia, yaitu melalui pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan konektivitas antarpusat pertumbuhan. Tentu saja, kedua strategi di atas tidak akan mampu dikembangkan secara maksimal jika kapasitas SDM maupun IPTEK dibiarkan apa adanya.Karenanya, untuk melengkapi kedua strategi tersebut di atas, dikembangkan strategi yang ketiga, yaitu strategi peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan IPTEK.
2.3 Dukungan Sistem Transportasi untuk Mensukseskan MP3EI Dengan pendekatan tiga strategi di atas, terlihat sekali bahwa keberhasilan pembangunan Indonesia ingin dicapai dengan memaksimalkan dan mengoptimalkan potensi sumber daya lokal yang dimiliki oleh Indonesia, yaitu sumber daya alam dan sumber daya manusia. Pada strategi yang pertama, usaha pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di dalam koridor ekonomi tentunya akan menciptakan bangkitan dan tarikan pergerakan baru yang cukup signifikan. Di lain pihak, akan muncul keterkaitan spasial antara pusat pertumbuhan ekonomi yang satu dengan pusat pertumbuhan yang lainnya, di mana hal ini akan menciptakan kebutuhan pergerakan orang maupun barang yang cukup besar. Tentunya kebutuhan pergerakan yang muncul ini, baik pergerakan barang maupun orang harus mampu difasilitasi dengan baik, karena kalau tidak mustahil pusat-pusat pertumbuhan yang dikembangkan tersebut akan tumbuh dan besar. Agar kebutuhan pergerakan ini dapat difasilitasi dengan 2-4
Tatralok Kota Kupang
baik, maka menjadi penting untuk memiliki sistem transportasi yang baik, baik sistem transportasi dalam skala lokal, regional, nasional maupun internasional. Karenanya, menjadi penting untuk dapat menciptakan sistem transportasi yang baik, karena sistem transportasi yang baik merupakan salah satu kunci utama dari keberhasilan MP3EI ini. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, menjadi jelas bahwa keberhasilan MP3EI hanya mungkin jika didukung dengan konsep perencanaan sistem transportasi yang operasional dan andal, yaitu dalam semua skala keruangan baik dalam skala lokal (kabupaten/kota), skala provinsi maupun skala nasional. Secara legal formal konsep perencanaan sistem transportasi ini tertuang dalam Sistranas, Tatranas, Tatrawil dan Tatralok.
MP3EI “Mewujudkan Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur”
PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI
PENGUATAN KONEKTIVITAS NASIONAL
RTRWN
TATRANAS
RTRWP
TATRAWIL
PENGUATAN SDM DAN IPTEK
SISLOGNAS
ICT RTRWK
SISTRALOK
PENGEMB WIL
SISTRANAS
Gambar 2-1 Kerangka Hubungan MP3EI dan Sistranas
2.4 Pokok-Pokok Pikiran Strategi Memperkuat Konektivitas Nasional Menyadari bahwa peran sistem transportasi sangat penting dalam menciptakan keberhasilan MP3EI, di mana pada dasarnya pengembangan sistem transportasi yang baik merupakan salah satu bagian dari strategi memperkuat konektivitas nasional, maka menjadi penting untuk memahami lebih jauh pokok-pokok pikiran yang tertuang dalam perumusan strategi ini. 2-5
Tatralok Kota Kupang
Maksud dan tujuan Penguatan Konektivitas Nasional adalah sebagai berikut: 1.
Menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi utama untuk memaksimalkan pertumbuhanberdasarkan prinsip keterpaduan, bukan keseragaman, melalui intermodal supply chains systems.
2.
Memperluas pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan aksesibilitas dari pusat-pusat pertumbuhanekonomi ke wilayah belakangnya (hinterland).
3.
Menyebarkan manfaat pembangunan secara luas (pertumbuhan yang inklusif dan berkeadilan) melalui peningkatan konektivitas dan pelayanan dasar ke daerah tertinggal, terpencil dan perbatasan dalam rangka pemerataan pembangunan. Konektivitas Nasional menyangkut kapasitas dan kapabilitas suatu bangsa dalam
mengelola mobilitas yangmencakup 5 (lima) unsur sebagai berikut: 1.
Personel/penumpang, yang menyangkut pengelolaan lalu lintas manusia di, dari dan ke wilayah.
2.
Material/barang abiotik (physical and chemical materials) yang menyangkut mobilitas komoditi industri dan hasil industri.
3.
Material/unsur biotik/species, yang mencakup lalu lintas unsur mahluk hidup di luar manusia seperti ternak, Bio Toxins, Veral, Serum, Verum, Seeds, Bio-Plasma, BioGen, Bioweapon1.
4.
Jasa dan Keuangan, yang menyangkut mobilitas teknologi, sumber daya manusia dan modal pembangunan bagi wilayah.
5.
Informasi, yang menyangkut mobilitas informasi untuk kepentingan pembangunan wilayah yang saat ini sangat terkait dengan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. Peningkatan pengelolaan mobilitas terhadap lima unsur tersebut diatas akan
meningkatkan kemampuan nasional dalam mempercepat dan memperluas pembangunan dan mewujudkan pertumbuhan yang berkualitas sesuai amanat UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diintegrasikan beberapa komponen konektivitas yang saling berhubungan kedalam satu perencanaan terpadu. Beberapa komponen dimaksud merupakan pembentuk postur konektivitas secara nasional (Gambar 2-2), yang meliputi: a) Sistem Logistik Nasional (SISLOGNAS); b) Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS); c) Pengembangan Wilayah (RPJMN dan RTRWN); 2-6
Tatralok Kota Kupang
d) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT). Rencana dari masing-masing komponen tersebut telah selesai disusun, namun dilakukan secara terpisah.Oleh karena itu, Penguatan Konektivitas Nasional berupaya untuk mengintegrasikan keempat komponen tersebut.
Locally integrated, Globally Connected
Sumber : Dokumen MP3EI
Gambar 2-2 Kerangka Kerja Strategi Penguatan Konektivitas Nasional Secara lebih rinci masing-masing komponen pembentuk strategi memperkuat konektivitas nasional dirumuskan dalam beberapa langkah yang diperlukan seperti terlihat pada Tabel 2-1 berikut: Tabel 2-1 Fokus Penguatan Konektivitas Nasional SISLOGNAS 1. Penentuan Key Commodities 2. Penguatan Jasa Logistik 3. Jaringan Infrastruktur
SISTRANAS 1. Keselamatan Transportasi 2. Pengusahaan Transportasi 3. Jaringan Transportasi
PENGEMBANGAN WILAYAH (RPJMN dan RTRWN) 1. Peningkatan Ekonomi Lokal 2. Peningkatan Kapasitas SDM 3. Pengembangan Infrastruktur
ICT 1. Migrasi Menuju Konvergensi 2. Pemerataan Akses dan Layanan 3. Pengembangan 2-7
Tatralok Kota Kupang
SISLOGNAS
SISTRANAS
4. Peningkatan Kapasitas SDM 5. Peningkatan ICT 6. Harmonisasi Regulasi 7. Perlu Dewan Logistik Nasional
4. Peningkatan SDM dan Iptek 5. Pemeliharaan Kualitas Lingkungan Hidup 6. Penyediaan Dana Pembangunan 7. Peningkatan Administrasi Negara
PENGEMBANGAN WILAYAH (RPJMN dan RTRWN) 4. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan 5. Peningkatan Akses Modal Kerja 6. Peningkatan Fasilitas Sosial Dasar
ICT
4.
5.
6.
7.
Jaringan Broadband Peningkatan Keamanan Jaringan & Sistem Informasi Integrasi Infrastruktur, Aplikasi & Data Nasional Peningkatan eLiterasi, Kemandirian Industri ICT Domestik dan SDM ICT Siap Pakai Peningkatan Kemandirian Industri ICT Dalam Negeri
Sumber: Dokumen MP3EI
Dalam merumuskan kebijakan operasional dari strategi memperkuat konektivitas nasional ini selalu dipegang tegus prinsip bahwa peran Pemerintah sangatlah dominan, sehingga merupakan aktor dan motor utama dalam penciptaan konektivitas antarwilayah. Bentuk-bentuk kebijakan yang diambil oleh Pemerintah dalam mewujudkan dan memperkuat konektivitas nasional diwujudkan dalam bentuk: Merealisasikan sistem yang terintegrasi antara logistik nasional, sistem transportasi nasional,pengembangan wilayah, dan sistem komunikasi dan informasi; Identifikasi simpul-simpul transportasi (transportation hubs) dan distribution centers untukmemfasilitasikebutuhan logistik bagi komoditi utama dan penunjang; Penguatan konektivitas intra dan antarkoridor dan konektivitas internasional (global connectivity); Peningkatan jaringan komunikasi dan teknologi informasi untuk memfasilitasi seluruh aktifitas ekonomi,aktivitas pemerintahan, dan sektor pendidikan nasional.
2-8
Tatralok Kota Kupang
Hasil dari pengintegrasian keempat komponen konektivitas nasional tersebut kemudian dirumuskan visi konektivitas nasional yaitu ‘Terintegrasi Secara Lokal, Terhubung Secara Global (LocallyIntegrated, Globally Connected)’. Yang dimaksud LocallyIntegrated adalah pengintegrasian sistem konektivitas untuk mendukung perpindahan komoditas, yaitu barang, jasa, dan informasi secara efektif dan efisien dalam wilayah NKRI. Oleh karena itu, diperlukan integrasi simpul dan jaringan transportasi, pelayanan intermoda tansportasi, komunikasi dan informasi serta logistik. Simpul-simpul transportasi (pelabuhan, terminal, stasiun, depo, pusat distribusi dan kawasan pergudangan serta bandara) perlu diintegrasikan dengan jaringan transportasi dan pelayanan sarana intermoda transportasi yang terhubung secara efisien dan efektif.Jaringan komunikasi dan informasi juga perlu diintegrasikan untuk mendukung kelancaran arus informasi terutama untuk kegiatan perdagangan, keuangan dan kegiatan perekonomian lainnya berbasis elektronik. Selain itu, sistem tata kelola arus barang, arus informasi dan arus keuangan harus dapat dilakukan secara efektif dan efisien, tepat waktu, serta dapat dipantau melalui jaringan informasi dan komunikasi (virtual) mulai dari proses pengadaan, penyimpanan/ pergudangan, transportasi, distribusi, dan penghantaran barang sesuaidengan jenis, kualitas, jumlah, waktu dan tempat yang dikehendaki produsen dan konsumen, mulai dari titik asal (origin) sampai dengan titik tujuan (destination). Visi ini mencerminkan bahwa penguatan konektivitas nasional dapat menyatukan seluruh wilayah Indonesia dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara inklusif dan berkeadilan serta dapat mendorong pemerataan antardaerah.Sedangkan yang dimaksud globally connected adalah sistem konektivitas nasional yang efektif dan efisien yang terhubung dan memiliki peran kompetitif dengan sistem konektivitas global melalui jaringan pintu internasional pada pelabuhan dan bandara (international gateway/exchange) termasuk fasilitas custom dan trade/industry facilitation.Efektivitas dan efisiensi sistem konektivitas nasional dan keterhubungannya dengan konektivitas global akan menjadi tujuan utama untuk mencapai visi tersebut.Untuk mewujudkan visi tersebut diperlukan penguatan konektivitas secara terintegrasi antara pusat pertumbuhan dalam koridor ekonomi dan juga antarkoridor ekonomi, serta keterhubungan secara internasional terutama untuk memperlancar perdagangan internasional maupun sebagai pintu masuk bagi para wisatawan mancanegara.
2-9
Tatralok Kota Kupang
Sumber: Dokumen MP3EI
Gambar 2-3 Konsepsi Strategi Penguatan Konektivitas Nasional Dalam pelaksanaannya, perlu diperhatikan beberapa prinsip utama sebagai berikut: 1) Meningkatkan kelancaran arus barang, jasa dan informasi, 2) Menurunkan biaya logistik, 3) Mengurangi ekonomi biaya tinggi, 4) Mewujudkan akses yang merata di seluruh wilayah, dan 5) Mewujudkan sinergi antarpusat pertumbuhan ekonomi. Pada tataran regional dan global terdapat perkembangan kerjasama lintas batas yang perlu diperhatikan terutama adalah komitmen kerjasama pembangunan di tingkat ASEAN dan APEC. Indonesia perlu mempersiapkan diri mencapai target integrasi bidang logistik ASEAN pada tahun 2013 dan integrasi pasar tunggal ASEAN tahun 2015, sedangkan dalam konteks global WTO perlu mempersiapkan diri menghadapi integrasi pasar bebas global tahun 2020. Mencermati ketertinggalan Indonesia saat ini, perkuatan konektivitas nasional akanmemastikan terintegrasinya Sistem Logistik Nasional secara domestik,terhubungnya dengan pusat-pusat perekonomian regional, ASEAN dan dunia (global) dalam rangka meningkatkan daya saing nasional. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan dari keterhubungan regional dan global (regionally and globally connected).
2-10
Tatralok Kota Kupang
Tabel 2-2 Langkah dan Kebijakan Operasional Strategi Penguatan Konektivitas Nasional KONEKTIVITAS • Meningkatkan dan membangun jalan/pelayaran lintas di INTRAKORIDOR dalam koridor EKONOMI • Meningkatkan dan membangun sarana dan prasarana perkeretaapian penumpang dan barang • Meningkatkan jalan akses lokal antarpusat pertumbuhan dengan fasilitas pendukung (pelabuhan, energi) dan dengan wilayah belakangnya, termasuk wilayah-wilayah nonkoridor ekonomi • Merevitalisasi angkutan penyeberangan, pelabuhan lokal serta optimalisasi pelayaran perintis dan mekanisme PSO • Meningkatkan pelayanan angkutan udara dan penerbangan perintis • Pembangunan jaringan ekstension backbone hingga ke pusat pertumbuhan dan pusat kegiatan utama • Pemerataan akses infrastruktur hingga ke pusat pertumbuhan dan pusat kegiatan utama beserta penguatan jaringan backhaul • Pengembangan jaringan broadband terutama fixed broadband • Pengalokasian spektrum frekuensi radio yang memadai • Implementasi infrastruktur sharing termasuk untuk infrastruktur pasif (menara, pipa, tiang, right of way) dengan operator nontelekomunikasi • Penggunaan green technology equipment untuk mendukung penyediaan listrik di wilayah nonkomersial • Pembangunan Nasional/Nusantara Internet Exchange di pusat-pusat pertumbuhan KONEKTIVITAS • Memperlancar arus pengiriman barang dan jasa secara efisien ANTARKORIDOR dan efektif antarkoridor ekonomi untuk daya saing regional EKONOMI dan global • Menurunkan biaya logistik dan ekonomi biaya tinggi pengiriman barang dan jasa antarkoridor ekonomi • Penetapan dan peningkatan kapasitas beberapa pelabuhan dan bandara utama sebagai pusat koleksi dan distribusi dengan menerapkan manajemen logistik yang terintegrasi (integrated logistic port management) • Pengembangan interkoneksi antara pelabuhan utama (pusat koleksi dan distribusi) dengan pelabuhan lokal dan pelabuhan ‘hub’ internasional • Pengintegrasian multimoda backbone (serat optik, satelit, microwave) • Penguatan infrastruktur backbone serat optik: pembangunan 2-11
Tatralok Kota Kupang
•
KONEKTIVITAS INTERNASIONAL
• •
•
• • •
di Koridor Ekonomi Kalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi dan Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku, dan pengintegrasian dengan pelayanan di koridor ekonomi wilayah barat Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk memfasilitasi perdagangan dan pengembangan sistem inaportnet pada pelabuhan regional Menyiapkan dan menetapkan pelabuhan dan bandara sebagai ‘hub’ internasional di Kawasan Barat dan Timur Indonesia Optimalisasi pengoperasian sistem National Single Window (NSW) di pelabuhan dan bandara yang berfungsi sebagai ‘hub’ internasional melalui peningkatan pelayanan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam rangka penerapan Customs Advance Trade System (CATS) dan NSW serta terkoneksinya sistem jaringan logistik nasional (national supply chain) dengan sistem jaringan logistik global (global supply chain) pada pelabuhan dan bandara internasional Peningkatan efisiensi dan produktivitas operasional pelabuhan dan bandara internasional dengan menerapkan sistem manajemen logistik yang terintegrasi Membuka link/international gateway baru ke luar negeri sebagai alternatif link yang ada Pembangunan international exchange di pusat-pusat pertumbuhan Mempersiapkan diri dalam peningkatan pelayanan sarana dan prasarana konektivitas regional dan global.
Sumber: Dokumen MP3EI
Salah satu dari upaya tersebut, perkuatan konektivitas nasional perlu diintegrasikan dengan perkembangan kerjasama pembangunan ditingkat ASEAN yang memiliki tujuan: Memfasilitasi terbentuknya aglomerasi ekonomi dan integrasi jaringan produksi; Penguatan perdagangan regional antarnegara ASEAN; Penguatan daya tarik investasi dan pengurangan kesenjangan pembangunan antaranggota ASEAN dan antaranggota ASEAN dengan negara-negara di dunia. Upaya di atas dilakukan melalui penguatan jaringan infrastruktur, komunikasi, dan pergerakan komoditas (barang, jasa, dan informasi) secara efektif dan efisien.Hal ini merupakan bagian dari konektivitas internasional.
2-12
Tatralok Kota Kupang
2.5 Studi Sistranas Pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Kegiatan studi sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) pada dasarnya adalah kegiatan penyusunan dan perumusan agenda pengembangan sistem transportasi untuk wilayah kabupaten/ kota yang dikaji, yang pada hakekatnya merupakan suatu proses perencanaan transportasi. Dikatakan sebagai suatu proses perencanaan transportasi, karena output yang ingin dihasilkan adalah suatu agenda kegiatan maupun tahapan kegiatan di masa depan (time horizon, perioda perencanaan) di sektor transportasi untuk mengantisipasi dan memfasilitasi potensi pergerakan orang dan barang. Dalam konteks ini, maka kaidah-kaidah perencanaan akan diterapkan secara cermat dan ketat. Untuk itu, maka beberapa hal dasar perlu didefinisikan terlebih dahulu, yaitu a) “time horizon” yang akan diacu dan b) tujuan dan sasaran (“objectives and goals”) yang ingin dicapai.
2.5.1 Pendekatan Teoretis Dalam kaidah-kaidah dasar yang sering digunakan dalam ranah keilmuan perencanaan, dikenal tahapan ataupun proses yang umum/generik yang biasa digunakan dalam menyusun suatu rencana. Salah satu tahapan ataupun proses yang sering digunakan dalam suatu perencanaan adalah seperti yang terlihat pada Gambar 2-4 di mana secara konsepsual digambarkan logical structure dari proses perencanaan tersebut. Suatu proses perencanaan biasanya dimulai dengan menetapkan terlebih dahulu tujuan (objectives) yang hendak dicapai, berikut dengan ukuran (indicators) dari pencapaian tujuan tersebut. Biasanya tujuan yang ingin dicapai dapat diturunkan dari visi yang telah ditetapkan sebelumnya. Katakanlah berdasarkan visi suatu wilayah dapat ditetapkan tujuan penyelenggaraan sistem transportasinya berikut dengan indikator pencapaiannya, misalnya tujuan dari penyelenggaraan sistem transportasi adalah efisiensi pergerakan barang dan orang, maka selanjutnya kinerja ukuran (performance indicator) yang akan mengungkapkan tujuan tersebut, misalnya: biaya transportasi yang terjangkau, tingkat aksesibilitas yang tinggi, dan kecepatan tempuh rata-rata tinggi. Dengan didasarkan pada tujuan tersebut selanjutnya dilakukan analisis dan prediksi performance indicator jika pada wilayah yang ditinjau tidak dilakukan apa-apa, atau “do minimum case”. Selanjutnya hasil prediksi performance indicator ini dibandingkan dengan tujuan yang ingin dicapai, yang pada dasarnya dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah (assess problems) yang ada saat
2-13
Tatralok Kota Kupang
ini dan di masa datang sesuai dengan kemungkinan skenario yang mungkin terjadi (scenarios), misalnya skenario pertumbuhan ekonomi, skenario tata ruang, dlsb. Objectives/Indicator
Scenarios
Assess Problems
Barriers
Possible Instruments
Possible Strategies
Predict Impacts
Optimisation Appraisal
Compare Solutions
Implement
Evaluate
Monitor
Gambar 2-4 Logical Structure dari Proses Perencanaan Transportasi
Identifikasi masalah bisa dilakukan dengan membandingkan performance indicator hasil prediksi pada kondisi “do minimum case” dengan tujuan yang ingin dicapai, baik pada kondisi saat ini mapun kondisi di masa yang akan datang dalam rentang perioda perencanaan. Kesenjangan (gap) yang terjadi antara apa yang ingin dicapai dengan apa yang diperoleh hasil prediksi merupakan dasar dalam mengidentifikasikan masalah. Dikatakan masalahnya signifikan jika kesenjangan (gap atau defisiensi) yang terjadi makin besar. Dalam hal ini dilakukan pula analisis permasalahan, yaitu untuk memahami kenapa kesenjangan ini terjadi. Dengan
telah
teridentifikasinya
masalah
tersebut
dan juga
memahami
akar
permasalahannya, maka tahapan selanjutnya adalah berusaha mengidentifikasi instrumen apa saja yang mungkin digunakan untuk mengantisipasi permasalahan yang akan timbul ataupun untuk memperoleh tujuan yang ingin dicapai. Sejalan dengan itu, diidentifikasikan pula kendala ataupun hambatan (barrier) apa saja yang akan dihadapi, baik saat ini maupun di 2-14
Tatralok Kota Kupang
masa depan. Dalam hal ini instrumen-instrumen yang dapat diidentifikasikan sangat tergantung pada sistem kewilayahan ataupun sistem transportasi yang dikaji. Instrumen perencanaan transportasi yang sering ditemui untuk sistem transportasi wilayah biasanya dapat berupa instrumen regulasi, instrumen investasi infrastruktur (penambahan kapasitas prasarana) ataupun sarana (penambahan kapasitas ataupun performance sarana) ataupun instrumen yang bersifat kebijakan operasi. Kendala ataupun hambatan (barrier), di lain pihak, biasanya diidentifikasi berdasarkan keterbatasan-keterbatasan yang ada, misalnya masalah kapasitas dan kompetensi SDM, keterbatasan aspek finansial ataupun hambatan sosial budaya masyarakat. Setiap jenis masalah yang teridentifikasi dan alternatif instrumen untuk menyelesaikannya, masing-masing memiliki sejumlah hambatan (barriers) dalam implementasinya, baik yang sifatnya teknis, ekonomi/finansial, kelembagaan, maupun hambatan yang terkait dengan perilaku. Selanjutnya dengan memperhatikan kendala ataupun hambatan yang mungkin dihadapi, maka dapat diidentifikasikan instrumen mana saja yang mungkin digunakan (possible instruments). Dan, berdasarkan instrumen-instrumen inilah dapat dirumuskan beberapa alternatif kebijakan ataupun alternatif strategi yang paling mungkin untuk mencapai tujuan. Selanjutnya beberapa alternatif kebijakan ataupun alternatif strategi ini dikaji lebih lanjut untuk memilih strategi atau kebijakan transportasi yang mana yang paling baik, yaitu yang paling mampu untuk menghasilkan tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, maka dilakukan prediksi dampak (predict impacts) dari masing-masing alternatif kebijakan ataupun alternatif strategi. Dalam hal ini dampak yang diprediksi biasanya dalam bentuk sekumpulan performance indicator, baik performance indicator yang sama dengan ukuran kinerja tujuan ataupun performance indicator lainnya. Selanjutnya dengan didasarkan hasil prediksi performance indicator inilah maka dilakukan evaluasi, yaitu dengan membandingkan hasil prediksi performance indicator dari masing-masing alternatif kebijakan atau alternatif strategi. Alternatif strategi yang dipilih adalah yang akan menghasilkan performance indicator yang terbaik. Untuk mendapatkan gambaran kinerja dari strategi dan kebijakan/instrumen perencanaan yang diusulkan perlu diaplikasi model transportasi untuk memprediksi dampak yang dihasilkan (predict impacts) dari setiap alternatif terhadap kinerja jaringan transportasi (misal: kecepatan), ekonomi (misal: biaya transportasi), lingkungan (misal: tingkat emisi), dlsb.
2-15
Tatralok Kota Kupang
Informasi mengenai dampak alternatif strategi dan instrumen kebijakan tersebut dapat digunakan untuk melakukan optimasi (optimisation) dengan merubah kombinasi atau tahapan, serta dijadikan sebagai dasar dalam melakukan evaluasi kinerja secara komprehensif (appraisal) dari setiap alternatif untuk memenuhi sejumlah indikator sebagai representasi dari tujuan yang ditetapkan. Dalam proses evaluasi ini maka dapat diperbandingkan kinerja dari sejumlah alternatif solusi (compare solutions) sedemikian sehingga dapat diperoleh preferensi prioritas dan tahapan implementasi dari strategi, kebijakan/instrumen, dan program yang diusulkan. Dari proses ini akan diperoleh suatu rencana induk/masterplan pengembangan sistem transportasi yang diharapkan terwujud untuk jangka waktu perencanaan yang ditetapkan. Tahapan logis selanjutnya adalah melaksanakan (implement) hasil perencanaan tersebut, mengevaluasikinerjanya (evaluate performance) dan memonitor (monitor)perkembangannya secara berkala, untuk memastikan bahwa rencana yang disusun berjalan sesuai desain dan menghasilkan kinerja dan manfaat sesuai yang diharapkan.
2.5.2 Pendekatan Perencanaan Sesuai KAK, kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan Tataran Transportasi Lokal untuk Kota Kupang yang pada hakekatnya merupakan acuan penyelenggaraa sistem transportasiyang memuat rencana pengembangan sistem transportasi di masing-masing kabupaten/kota pada masa 10-15 tahun yang akan datang, yaitu selama perioda MP3EI. Rencana pengembangan transportasi tersebut berisi strategi, kebijakan, dan program yang merupakan rangkaian usaha untuk mewujudkan kondisi yang diharapkan, yakni untuk mendukung visi masing-masing kabupaten/kota. Konteks perencanaan yang disusun dalam kegiatan ini pada dasarnya adalah menyusun serangkaian usaha/rencana pengembangan (strategi, kebijakan, program) sebagai usaha untuk membawa kondisi sistem transportasi saat ini (existing condition) menuju kondisi yang diharapkan (desired condition) dalam kerangka waktu yang ditetapkan.Kondisi yang diharapkan merupakan cerminan dari tujuan dari penyelenggaraan sistem transportasi di masing-masing kabupaten/kota yang diturunkan dari visi dan misi, ketetapan daerah yang dituangkan dalam RTRW, RPJP/RPJM, termasuk kegiatan-kegiatan ataupun program yang tercantum dalam dokumen MP3EI, idealisasi sesuai teori dan perundangan, serta elaborasi dari keinginan publik/stakeholders. 2-16
Tatralok Kota Kupang
Dalam merumuskan alternatif rencana pengembangan sistem transportasi yang disusun, tentu saja harus didasarkan possible instruments yang telah diidentifikasikan sebelumnya dan juga harus mempertimbangkan serangkaian hambatan (barriers) baik yang berupa hambatan teknis, kelembagaan, finansial, maupun sosial, sehingga pilihan rencana yang diambil cukup realistis, membumi, dan implementable.
Gambar 2-5 Konteks Perencanaan Transportasi
Pada Gambar 2-5 disampaikan konteks perencanaan yang dilakukan dalam kegiatan “Studi Sistranas Pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi NTT Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Di Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara” ini. Konteks inilah yang dijadikan sebagai dasar dalam menyusun metodologi kerja dan proses pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan. Selanjutnya dari dokumen KAK yang diberikan (latar belakang, maksud dan tujuan, keluaran, dan ruang lingkup) secara implisit dinyatakan dalam tujuan studi beberapa hal yang ingin ataupun diharapkan untuk dihasilkan yang selanjutnya dapat diungkapkan sebagai bagian dari Tataran Transportasi Lokal di masa yang akan datang, yaitu untuk Kota Kupang. Beberapa hal yang ingin dihasilkan dalam kegiatan studi ini antara lain sebagai berikut:
2-17
Tatralok Kota Kupang
1.
Arah dan kebijakan peranan transportasi Kota Kupangdalam kerangka sistem transportasi terpadu, terutama dalam mengantisipasi program-program yang telah dicanangkan dalam MP3EI.
2.
Rencana lokasi ruang kegiatan yang harus dihubungkan oleh ruang lalulintas agar terjadi konektivitas, baik konektivitas yang bersifat internal dalam wilayah yang dikaji konektivitas dalam skala koridor Bali-Nusa Tenggara, ataupun konektivitas dalam skala Nasional.
3.
Perkiraan pergerakan dan distribusi perjalanan menurut asal tujuannya pada masa 10-15 tahun y.a.d., baik sebagai hasil dari semua kegiatan ekonomi yang timbul di wilayah yang ditinjau, baik di daerah pusat-pusat pengembangan ekonomi seperti yang dicanangkan dalam MP3EI ataupun sebagai hasil dari RTRW Provinsi NTT yang telah dicanangkan sebelumnya.
4.
Kebutuhan pengembangan jaringan transportasi Kota Kupangyang ditinjau berdasarkan perkiraan beban yang harus dilayani, keterpaduan antarmoda, dan integrasi dengan rencana tata ruang dan sektor pembangunan lainnya,
5.
Identifikasi isu/permasalahan penyelenggaraan sistem transportasi Kota Kupangdan faktor-faktor yang mempengaruhinya,
6.
Alternatif pengembangan sistem transportasi (kebijakan, strategi, program strategis, dan kegiatan) dari Kota Kupang(Tataran Transportasi Lokal) pada masa 10-20 tahun yang akan datang.
2.6 MP3EI di Wilayah Nusa Tenggara Timur Mengingat bahwa wilayah kajian termasuk Kota Kupang secara langsung dan tidak langsung dipengaruhi oleh program MP3EI yang dicanangkan oleh Pemerintah Pusat sejak tahun 2011, maka menjadi penting untuk memahami dan meninjau konteks program MP3EI ini, terutama untuk koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara. Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara mempunyai tema menjadi Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional. Tema ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di koridor ini yang mana 17 persen penduduknya berada di bawah garis kemiskinan serta memiliki ketimpangan pendapatan yang cukup tinggi yaitu sebesar IDR 17,7 juta per kapita (antara kabupaten/kota terkaya dan termiskin di dalam koridor ini). Namun demikian, koridor ini memiliki kondisi sosial yang cukup baik, sebagaimana terlihat 2-18
Tatralok Kota Kupang
dari tingginya tingkat harapan hidup sebesar 63 tahun, tingkat melek huruf sebesar 80 persen serta tingkat PDRB per kapita sebesar IDR 14,9 juta yang lebih tinggi dibandingkan PDB per kapita nasional sebesar IDR 13,7 juta.
Gambar 2-6 Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara dalam Program MP3EI Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh koridor ini, antara lain populasi penduduk yang tidak merata, tingkat investasi yang rendah serta ketersediaan infrastruktur dasar yang masih sangat terbatas. Oleh karena itu diperlukan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi yang akan difokuskan pada 3 (tiga) kegiatan ekonomi utama, yaitu: pariwisata, perikanan dan peternakan.
2.6.1 Pariwisata Pembangunan kepariwisataan di Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara difokuskan pada 9 Destinasi Pariwisata Nasional.Sistem industri jasa memiliki peranan strategis untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja, mendorong pemerataan kesempatan kerja dan pemerataan pembangunan nasional. Selain itu, juga memberikan kontribusi dalam perolehan devisa negara serta berperan dalam mengentaskan kemiskinan. Peningkatan jumlah kunjungan wisman pada tahun 2010 berdampak pada nilai kontribusi pariwisata yaitu sebesar USD 7,6 miliar dengan kenaikan dari tahun 2008 sebesar USD 7,3 miliar. Rencana Induk 2-19
Tatralok Kota Kupang
Pembangunan Pariwisata Nasional (Ripparnas) 2011–2025 menegaskan bahwa pembangunan kepariwisataan nasional sampai dengan 2025, menargetkan kunjungan wisman mencapai 20 juta orang per tahun (skenario positif). Dari perspektif nasional, Bali merupakan pintu gerbang kegiatan ekonomi utama pariwisata di Indonesia.Pertumbuhan kunjungan wisatawan tahun 2010, hampir 40 persen melalui Bali.Bandara Ngurah Rai sebagai pintu masuk utama menerima lebih dari 2 juta pendatang setiap tahunnya.Selain itu, 15 persen kapasitas hotel di Indonesia serta 21 persen dari pendapatan perhotelan nasional berada di Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara. Ke depannya, pariwisata masih menjadi kegiatan ekonomi utama yang akan dikembangkan di Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara karena masih banyaknya potensi pariwisata yang belum dioptimalkan saat ini. Pariwisata di koridor ini memiliki prospek sangat baik dengan Bali sebagai pusat pengembangan pariwisata yang didukung dengan potensi dan sumber daya alam serta budaya NTB dan NTT. Beberapa strategi umum untuk dapat meningkatkan jumlah kunjungan dan lama tinggal wisatawan selama berkunjung ke Bali – Nusa Tenggara, antara lain: a) Meningkatkan keamanan di dalam Koridor Bali – Nusa Tenggara, antara lain melalui penerapan sistem keamanan yang ketat; b) Melakukan pemasaran dan promosi yang lebih fokus dengan target pasar yang lebih jelas. Strategi pemasaran untuk setiap negara asal wisatawan perlu disesuaikan dengan menerapkan tema ”Wonderful Indonesia, Wonderful Nature, Wonderful Culture, Wonderful People, Wonderful Culliner,dan Wonderful Price”. Kegiatan pemasaran dan promosi ini diharapkan dapat membuat Bali menjadi etalase pariwisata dan meningkatkan citra Bali sebagai tujuan utama pariwisata dunia; c) Memberdayakan Bali Tourism Board untuk mengkoordinasikan usaha pemasaran dan promosi Bali; d) Meningkatkan pengembangan destinasi pariwisata di wilayah Bali Utara dalam rangka meningkatkan kualitas daya dukung lingkungan dan lama tinggal wisatawan; e) Meningkatkan destinasi pariwisata di luar Bali (Bali and Beyond) dengan menjadikan Bali sebagai pintu gerbang utama pariwisata Indonesia seperti wisata pantai (Bali, Lombok, NTT), wisata budaya (Bali), wisata pegunungan (Jatim, Bali, Lombok), dan wisata satwa langka (Pulau Komodo). Kunci sukses dari strategi ini adalah dengan
2-20
Tatralok Kota Kupang
pengadaan akses seperti peningkatan rute penerbangan ke daerah-daerah pariwisata di sekitar Bali, yang disertai pemasaran yang kuat dan terarah; f) Meningkatkan
kualitas
dan
kenyamanan
tinggal
para
wisatawan
dengan
meningkatkan sarana dan prasarana seperti ketersediaan air bersih, listrik dan transportasi serta komunikasi; g) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat lokal terutama SDM pariwisata di NTB dan NTT, serta mengembangkan gerakan sadar wisata khususnya di wilayah Nusa Tenggara. Selain meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara, faktor lain untuk meningkatkan pendapatan kegiatan ekonomi utama ini adalah meningkatkan jumlah pembelanjaan wisatawan. Perubahan pola ekonomi dunia juga mempunyai dampak pada pariwisata daerah.Oleh karena itu, pemerintah dan industri pariwisata harus secara proaktif mengidentifikasi dan mengeksplorasi pasar-pasar baru yang bisa mendorong laju pertumbuhan pariwisata di masa mendatang.
Gambar 2-7 Penciptaan Jaringan Klaster Pariwisata dengan Penambahan Rute Penerbangan Selain hal di atas, pemenuhan kebutuhan infrastruktur dalam rangka peningkatan konektivitas untuk mendukung pengembangan kegiatan ekonomi utama pariwisata, dilakukan melalui: 2-21
Tatralok Kota Kupang
a) Peningkatan kapasitas dan pelayanan bandar udara, seperti pengembangan bandar udara di Lombok yang dapat diberdayakan sebagai “matahari kembar” selain Bandara Ngurah Rai (untuk membagi beban lalu lintas penumpang yang ada di koridor ekonomi ini, karena jumlah pengunjung yang akan masuk ke koridor ini diproyeksikan akan melebihi kapasitas Bandar Udara Ngurah Rai pada tahun 2020); b) Peningkatan kapasitas dan pembangunan infrastruktur jalan, seperti rencana pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Benoa; c) Peningkatan akses jalan perlu ditingkatkan untuk menghubungkan daerah-daerah pariwisata di luar Bali bagian selatan dan di dalam wilayah NTB dan NTT; d) Pembangunan Kereta Api Wisata Lingkar Bali (dalam rencana jangka panjang); e) Peningkatan pelabuhan dan marina yang telah ada agar memenuhi standar (seperti kapal cruise dan kapal layar yacht ); f) Pembangunan pembangkit listrik baru yang dapat meningkatkan ketersediaan listrik bagi Bali dan Nusa Tenggara.
2.6.2 Perikanan Bagi Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara, kegiatan ekonomi utama perikanan saat ini menyumbang 13,2 persen PDRB dari sektor agrikultur pangan. Menurut data dari Pusat Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor (IPB), saat ini kegiatan ekonomi utama perikanan hanya menggunakan kurang dari 25 persen potensi kelautan di Indonesia.Peningkatan produktivitas hasil kelautan dapat dikembangkan bukan hanya melalui penangkapan, tetapi juga melalui pengembangan budidaya.Potensi yang besar tersebut terutama terdapat di daerah NTB.Kegiatan ekonomi utama perikanan perlu dikembangkan karena kegiatan tersebut berpotensi menjadi mesin penggerak perekonomian Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara melalui eksternalitas yang besar yang dimiliki dalam penyediaan lapangan kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kegiatan perikanan dibagi menjadi tiga aspek utama yaitu penangkapan/budidaya, pengolahan dan distribusi hasil pengolahan perikanan. Terdapat beberapa tantangan yang berkaitan dengan tiga aspek pengembangan kegiatan perikanan di atas, antara lain: a. Tidak terpetakannya potensi perikanan kelautan secara akurat serta lemahnya kontrol implementasi rencana tata ruang yang menyebabkan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkannya; 2-22
Tatralok Kota Kupang
b. Terbatasnya suplai perikanan laut sehingga membutuhkan efisiensi produksi melalui pengembangan bibit unggul perikanan; c. Sebagian besar armada dan peralatan penangkapan ikan masih sangat sederhana; d. Rendahnya minat investor untuk pengembangan perikanan, terutama dalam kegiatan pengolahan produk perikanan dan kelautan; e. Rendahnya nilai tambah ekonomis produk olahan perikanan kelautan; f. Rendahnya kualitas SDM perikanan dan kelautan, baik dalam produksi penangkapan dan budidaya perikanan serta dalam pengolahannya; g. Terbatasnya
permodalan
untuk
masyarakat
setempat
sehubungan
dengan
pengembangan kegiatan perikanan berbasis masyarakat; h. Terbatasnya jalur distribusi dan pemasaran produk perikanan dan olahannya; i. Belum terpenuhinya kebutuhan infrastruktur, sarana dan prasarana pendukung (antara lain jalan, air bersih dan listrik) terutama untuk melayani industri pengolahan produk perikanan kelautan. Hal ini menyebabkan tingginya biaya produksi perikanan dan produk olahannya; j. Minimnya akses yang menghubungkan antara lokasi-lokasi penghasil produk perikanan kelautan dengan lokasi industri pengolahannya serta dengan pasar regional dan fasilitas ekspor.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, strategi umum dan langkah aksi yang akan dikembangkan di Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara adalah: a. Meningkatan produksi hasil perikanan, yang meliputi penangkapan tuna,budidaya udang, dan budidaya rumput laut. Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara memiliki potensi perikanan yang sangat besar, oleh karena itu untuk meningkatkan produksi perikanan perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi: 1) Pemetaan potensi sumber daya perikanan dan kelautan; 2) Pengawasan penerapan RTRW; 3) Pembentukan pusat benih; 4) Revitalisasi tambak yang sudah ada; 5) Pendirian pusat pelatihan nelayan dan pengadaan program sertifikasi; 6) Pengembangan bibit unggul dan teknologi penangkapan ikan. b. Meningkatkan produksi produk olahan bernilai tambah tinggi hasil perikanan, yang meliputi pembekuan udang, pengalengan ikan, pengolahan tepung ikan, dan pengolahan 2-23
Tatralok Kota Kupang
keraginan (tepung rumput laut). Nilai tambah produk olahan perikanan pada saat ini masih sangat kecil. Peningkatan nilai tambah ekonomis produk olahan perikanan dapat dilakukan dengan: 1. Pengembangan klaster industri perikanan yang melingkupi industri produksi bahan baku; 2. Penjalinan kerjasama dengan negara yang mengkonsumsi hasil perikanan dan kelautan (Jepang dan Thailand) untuk pemasaran hasil budidaya; 3. Pemberian pendampingan pada UKM perikanan untuk meningkatkan pengetahuan pengolahan yang memiliki nilai tambah tinggi serta pemberian skema micro credit PNPM Mandiri melalui koperasi nelayan. c. Meningkatkan produksi garam dengan mengoptimalkan lahan yang memiliki potensi untuk pengembangan kegiatan usaha garam. Pengembangan industri garam merupakan kegiatan prioritas saat ini karena Indonesia masih belum dapat memenuhi kebutuhan domestik dan masih mengandalkan impor garam. Sebagai upaya untuk meningkatkan produksi garam dalam negeri, sentra garam akan dikembangkan di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Selain hal di atas, pemenuhan kebutuhan infrastruktur dalam rangka peningkatan konektivitas untuk mendukung peningkatan produksi perikanan dan pengembangan usaha garam, dilakukan melalui: a) Perbaikan level of service jalan lintas kabupaten, terutama untuk wilayah NTT dan peningkatan akses dari dari dermaga pendaratan ikan ke jalan lintas kabupaten terdekat; b) Peninjauan kembali kapasitas pelabuhan setempat guna mendukung aktivitas industri; c) Percepatan program penambahan kapasitas energi listrik dengan peningkatan kapasitas PLTU/PLTP; d) Pengembangan Bandar Udara Mbai di Kabupaten Nagekeo, NTT yang digunakan untuk mengangkut hasil perikanan dan kelautan yang bernilai tinggi namun harus cepat dikonsumsi; e) Percepatan pembangunan instalasi pengolahan air bersih terutama di wilayah NTT untuk mendukung pengembangan kegiatan budidaya dan industri pengolahan hasil perikanan dan kelautan.
2-24
Tatralok Kota Kupang
2.6.3 Peternakan Kegiatan ekonomi utama peternakan berkontribusi terhadap PDRB sekitar 16 persen dari sektor agrikultur pangan untuk Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara. Sebagian besar populasi ternak di koridor ini masih dikonsumsi secara lokal dan hanya dipasarkan ke provinsi lain dalam jumlah sedikit. Jenis populasi ternak yang paling potensial dikembangkan di koridor ini adalah Sapi Bali yang sudah dikenal luas sebagai sapi potong asli Indonesia. Sapi potong dapat dikembangkan untuk menghasilkan tujuh jenis emas, yaitu emas merah (daging), emas putih (susu), emas putih batangan (tulang), emas kuning (urin), emas cokelat (kulit), emas biru dan emas hijau (kotoran). Urin sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik, sedangkan kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau dan energi biogas. Pertumbuhan populasi ternak sapi potong di Nusa Tenggara Barat cukup pesat dari tahun 2009 hingga tahun 2010, namun hal yang serupa tidak terjadi di Bali dan Nusa Tenggara Timur. Sebaliknya, pertumbuhan produksi sapi potong di Bali dan Nusa Tenggara Barat mengalami penurunan di tahun 2008 dimana Nusa Tenggara Barat mengalami penurunan yang sangat drastis. Penurunan produksi ini diakibatkan maraknya pemotongan sapi betina produktif, penyelundupan sapi, maupun penurunan kualitas bibit sapi itu sendiri.Selain itu, tantangan terbesar dalam pengembangan kegiatan peternakan juga meliputi terbatasnya infrastruktur yang dapat mendukung distribusi produk ternak sapi, kurangnya modal usaha dan lemahnya sumber daya manusia dan kelembagaan peternakan. Saat ini terdapat sentra pemurnian dan pembibitan Sapi Bali di tiap provinsi yang umumnya dikelola secara individual. Dengan tingginya jumlah rumah tangga yang terlibat dalam kegiatan peternakan, diharapkan pengembangan kegiatan peternakan ini akan dapat mendukung percepatan pembangunan ekonomi di Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara ke depannya. Hal lain adalah, pemenuhan kebutuhan infrastruktur dalam rangka peningkatan konektivitas untuk mendukung produksi peternakan, yang dilakukan melalui: a) Penyediaan infrastruktur yang mendukung kegiatan peternakan melalui PPP; b) Penguatan jalan untuk mengangkut produk peternakan dari sentra industri pengolahan daging dan non daging ke pelabuhan lokal terdekat; c) Penguatan pelabuhan lokal terdekat untuk mengangkut dan memasarkan produk ternak sapi ke wilayah lain terutama Jakarta dan Surabaya. Pelabuhan laut Marapokot di 2-25
Tatralok Kota Kupang
Kabupaten Nagekeo akan dikembangkan untuk mendistribusikan hasil peternakan dan perikanan; d) Penguatan Bandar Udara Mbai atau dikenal dengan nama Bandara Surabaya II yang akan difungsikan untuk mengangkut produk peternakan dan perikanan; e) Pembangunan pembangkit listrik baru yang dapat meningkatkan ketersediaan listrik khususnya untuk wilayah Nusa Tenggara; f) Penyediaan air bersih untuk menjamin ketersediaan pakan ternak terutama pada musim kemarau khususnya untuk wilayah Nusa Tenggara.
2.6.4 Kegiatan Ekonomi Lain Selain kegiatan ekonomi utama yang menjadi fokus Koridor Ekonomi Bali - Nusa Tenggara di atas, di koridor ini juga terdapat beberapa kegiatan yang dinilai mempunyai potensi pengembangan, seperti tembaga.Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan dapat juga berkontribusi di dalam pengembangan Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara secara menyeluruh.
2.6.5
Investasi
Terkait dengan Pembangunan Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara teridentifikasi rencana investasi baru untuk kegiatan ekonomi utama Pariwisata, Perikanan, Peternakan serta infrastruktur pendukung sebesar sekitar IDR 133 Triliun.Berikut ini adalah gambaran umum investasi yang ada di Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara. Di samping investasi yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi utama diatas, pemerintah juga berkomitmen untuk melakukan pembangunan infrastruktur di Koridor Ekonomi Bali Nusa Tenggara. Berikut ini adalah nilai indikasi investasi infrastruktur untuk masing-masing tipe infrastruktur yang akan dilakukan oleh pemerintah, BUMN dan campuran.
2-26
Tatralok Kota Kupang
Gambar 2-8 Peta Investasi Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara Tabel 2-3 Aglomerasi Indikasi Investasi pada Koridor Bali-Nusa Tenggara No
Lokasi
Kegiatan Ekonomi
Pelaku
Infrastruktur
1
Jimbaran, Bangil, Buleleng
Pariwisata
BUMN, Swasta
2 3 4 5
Badung Lombok Bima Nagekeo, Ngada, Manggarai Timur Nagekeo, Ende
Perikanan Pariwisata Peternakan Peternakan
BUMN BUMN, Swasta Pemerintah Swasta
Perikanan
Timor Tengah Selatan, Flores Timur, Timor Tengah Utara Kupang
Peternakan
Pemerintah, Swasta Pemerintah, Swasta
Pelabuhan, Jalan Toll Nusa Dua – Benoa Fasilitas Produksi Bandara Jalan, Pelabuhan Jalan, Pelabuhan, bandara Jalan, Pelabuhan
6 7
8
Perikanan
Pemerintah, Swasta
Investasi (Triliun Rp) 20,34
Share Investasi (%) 35
0,08 30,00 0,12 5,30
0,2 51 2 7,7
0,49
1
Jalan, Pelabuhan
0,43
6
Jalan, Pelabuhan
0,31
1
Sumber: Dokumen MP3EI
2-27
Tatralok Kota Kupang
Gambar 2-9 Indikasi Investasi Infrastruktur oleh Pemerintah, BUMN, dan Campuran Dalam jangka panjang, kegiatan kepariwisataan di koridor ini merupakan pendorong pembangunan ekonomi di Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara melalui diversifikasi produk wisata, perluasan kawasan pariwisata dan pengembangan daya saing destinasi pariwisata secara berkelanjutan, maupun pengembangan pangsa pasar dengan daya beli tinggi. Pengembangan destinasi pariwisata dalam koridor ini sejalan dengan pembangunan infrastruktur sepanjang Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara. Pengembangan kegiatan peternakan secara konsisten akan diupayakan melalui pengembangan teknologi mutakhir untuk meningkatkan kualitas bibit sapi, pengintegrasian kegiatan peternakan dan tanaman pangan untuk menjamin sumber pakan ternak, pengembangan industri pengolahan daging dan non-daging (industri kulit, industri tulang, industri biogas, dan industri pupuk organik), dan peningkatan kapasitas infrastruktur jalan dan pelabuhan laut untuk mendistribusikan hasil produksi peternakan. Pengembangan produktivitas perikanan laut memperhatikan daya dukung dan keberlanjutan populasi ikan melalui penjalinan kerjasama untuk pengembangan bibit unggul dan teknologi perikanan tangkap dan budidaya serta teknologi pengolahan produk perikanan.Selain itu pengembangan infrastruktur dan fasilitas penunjang sangat penting dalam pengembangan kegiatan perikanan. Kegiatan hilir peternakan dan perikanan, seperti pengolahan daging dan pengalengan ikan maupun industri makanan lainnya, secara konsisten akan didukung pemerintah melalui penyediaan infrastruktur fisik maupun insentif/disinsentif dan deregulasi agar membangun iklim usaha yang kondusif.
2-28
Tatralok Kota Kupang
Struktur tata ruang Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara dikembangkan dengan menitikberatkan pada konektivitas darat, laut dan udara yang menghubungkan baik antarpulau maupun antarprovinsi dengan mempertimbangkan kondisi geografis koridor ini yang berupa gugus pulau. Sistem konektivitas ini akan mendukung seluruh kegiatan ekonomi utama (pariwisata, peternakan, dan perikanan) dan kegiatan lainnya yang memiliki nilai investasi tinggi seperti migas, emas dan tembaga. Namun perlu diperhatikan bahwa eksplorasi pertambangan tidak diprioritaskan pada koridor ini karena akan memberikan dampak negatif pada kegiatan pariwisata, perikanan, dan peternakan. Prioritas peningkatan pelabuhan laut dan pelabuhan udara diberikan pada pelabuhan yang telah ada dan berdekatan dengan lokus kegiatan ekonomi utama agar lebih efektif, efisien dan meminimalkan biaya transportasi.Selain itu, rencana tata ruang baik tingkat provinsi maupun kabupaten harus mampu mengakomodasi dan menjamin ketersediaan lahan untuk kegiatan pariwisata, perikanan, dan peternakan terutama untuk lahan penggembalaan, efektif, efisien dan meminimalkan biaya transportasi.Selain itu, rencana tata ruang baik tingkat provinsi maupun kabupaten harus mampu mengakomodasi dan menjamin ketersediaan lahan untuk kegiatan pariwisata, perikanan, dan peternakan terutama untuk lahan penggembalaan.
2-29
Tatralok Kota Kupang
3 Table of Contents 2
BAB IITINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................................................................. 2-1 2.1
Umum .................................................................................................................................................................................. 2-1
2.2
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Indonesia (MP3EI)........................................................................... 2-2
2.3
Dukungan Sistem Transportasi untuk Mensukseskan MP3EI ............................................................................................. 2-4
2.4
Pokok-Pokok Pikiran Strategi Memperkuat Konektivitas Nasional .................................................................................... 2-5
2.5
Studi Sistranas Pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) ............................................................................................. 2-13
2.5.1
Pendekatan Teoretis ................................................................................................................................................... 2-13
2.5.2
Pendekatan Perencanaan ............................................................................................................................................ 2-16
2.6
3
MP3EI di Wilayah Nusa Tenggara Timur ......................................................................................................................... 2-18
2.6.1
Pariwisata ................................................................................................................................................................... 2-19
2.6.2
Perikanan.................................................................................................................................................................... 2-22
2.6.3
Peternakan .................................................................................................................................................................. 2-25
2.6.4
Kegiatan Ekonomi Lain ............................................................................................................................................. 2-26
2.6.5
Investasi ..................................................................................................................................................................... 2-26
Table of Contents ....................................................................................................................................................................... 2-30 2-30
Tatralok Kota Kupang
Gambar 2-1 Kerangka Hubungan MP3EI dan Sistranas .............................................................. 2-5 Gambar 2-2 Kerangka Kerja Strategi Penguatan Konektivitas Nasional ......................................... 2-7 Gambar 2-3 Konsepsi Strategi Penguatan Konektivitas Nasional ................................................ 2-10 Gambar 2-4 Logical Structure dari Proses Perencanaan Transportasi........................................... 2-14 Gambar 2-5 Konteks Perencanaan Transportasi ...................................................................... 2-17 Gambar 2-6 Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara dalam Program MP3EI ............................... 2-19 Gambar 2-7 Penciptaan Jaringan Klaster Pariwisata dengan Penambahan Rute Penerbangan ........... 2-21 Gambar 2-8 Peta Investasi Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara ............................................ 2-27 Gambar 2-9 Indikasi Investasi Infrastruktur oleh Pemerintah, BUMN, dan Campuran .................... 2-28
Tabel 2-1 Fokus Penguatan Konektivitas Nasional .................................................................... 2-7 Tabel 2-2 Langkah dan Kebijakan Operasional Strategi Penguatan Konektivitas Nasional ............... 2-11 Tabel 2-3 Aglomerasi Indikasi Investasi pada Koridor Bali-Nusa Tenggara .................................. 2-27
2-31