BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Definisi dan Klasifikasi Bank Ada beberapa definisi bank yang dikenal dalam masyarakat Indonesia. Definisi bank menurut UU No. 10/1998 tentang Perbankan Pasal 1, yaitu Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 31 tahun 2007 tentang Akuntansi Perbankan, yaitu Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Sedangkan, berdasarkan SK Menteri Keuangan RI No. 792 Tahun 1990, Bank
merupakan
suatu
badan
yang
kegiatannya
dibidang
keuangan
penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan.
11
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bank adalah lembaga keuangan yang mengumpulkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana dan menyalurkannya kembali kepada pihak yang kekurangan dana demi mencapai keuntungan kedua belah pihak serta membantu dalam aktivitas jasa keuangan lainnya. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat. Hal tersebut tampak dalam kegiatan pokok bank yang menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito berjangka serta memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan dana. (Johanes 2004)
2.2
Jenis – Jenis Bank Klasifikasi Bank menurut Kasmir (2008:34) : 1. Dari segi fungsinya a.
Bank Umum Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah. Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank).
b.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
12
Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum. 2. Dari segi kepemilikannya a.
Bank Pemerintah Adalah bank yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
b.
Bank Swasta Nasional Adalah bank yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki pihak swasta.
c.
Bank Koperasi Adalah bank yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh perusahaan umum berbentuk koperasi.
d.
Bank Asing Adalah bank yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki pihak asing, yang membuka kantor cabang di Indonesia sedangkan kantor pusatnya berada di luar negeri.
e.
Bank Campuran Adalah bank yang sebagian modalnya dimiliki pihak asing dan sebagian dimiliki oleh pihak swasta nasional. Namun, kepemilikan mayoritas tetap dipegang oleh warga negara Indonesia. 13
3. Dari segi cara menentukan harga a.
Bank berdasarkan prinsip konvensional Adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional, yaitu menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan, dan deposito maupun produk pinjaman. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based.
b.
Bank berdasarkan prinsip syariah Adalah bank yang berorientasi pada prinsip syariah. Prinsip syariah sangat berbeda dengan prinsip konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah mengharamkan penggunaan harga produknya dengan bunga tertentu. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah bunga adalah riba.
2.3
Fungsi bank Menurut Sigit dan Totok (2006) secara umum fungsi utama bank adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya
kembali kepada
masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai Financial Intermediary. Secara spesifik fungsi utama bank adalah : 1. Agent of Trust Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal
menghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau
menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsure kepercayaan. 2. Agent of Development 14
Kegiatan perekonomian masyarakat di sector moneter dan sektor riil tidak dapat dipisahkan. Kedua factor tersebut selalu berinteraksi dan saling mempengaruhi. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. 2. Agent of Service Disamping melakukan kegiatan penghompunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa ini antara
lain
berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang
berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.
2.4
Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan ( financial Statement ) merupakan ikhtisar mengenai
keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu (Hanafi 2000). Laporan keuangan secara garis besar dibedakan menjadi 4 macam , yaitu laporan neraca, laporan laba – rugi, laporan perubahan modal dan laporan aliran kas. Dari keempat macam laporan tersebut dapat diringkas lagi menjadi 2 macam, yaitu laporan neraca dan laporan laba-rugi saja. Hal ini karena laporan perubahan modal dan laporan aliran kas pada akhirnya akan diikhtisarkan dalam laporan neraca dan atau laporan laba – rugi. Menurut
(Hanafi 2000) Analisis laporan keuangan merupakan analisis
mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan yang melibatkan neraca dan laba – rugi. Pertama, Neraca (balance sheet) merupakan laporan yang
menggambarkan 15
jumlah kekayaan (harta), kewajiban (hutang) dan modl dari suatu perusahaan pada saat tertentu. Neraca biasanya disusun pada akhir tahun (31 Desember). Kedua , laporan laba-rugi (income statement) merupakan laporan yang menggambarkan jumlah penghasilan atau pendapatan dan biaya dari suatu perusahaan pada periode tertentu. Sebagaimana halnya neraca, laporan laba-rugi biasanya juga disusun setiap akhir tahum (31 Desember). Dalam laporan ini disusun pengahasilan dan biaya yang terjadi selama satu tahun, yaitu mulai tanggal 1 Januari – 31 Desember tahun yang bersangkutan. Dari laporan laba – rugi akan diperoleh laba atau rugi perusahaan. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan merupakan analisis dari kondisi keuangan yang dapat dilihat dari neraca dan laporan laba rugi suatu perusahaan.
2.5
Analisis Rasio Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu bank perlu digunakan analsis
rasio keuangan. Analisis rasio keuangan digunakan sebagai dasar perencanaan pengambilan keputusan untuk memperoleh gambaran perkembangan keuangan dan posisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang, dan juga digunakan untuk pihak manajemen perusahaan dalam menentukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal suatu perusahaan. Dengan
menggunakan
analisa
rasio, kita dapat menentukan tingkat kinerja keuangan suatu bank. Oleh karena itu rasio keuangan bermanfaat dalam menilai suatu kondisi bank. 16
1. Loan Deposit Ratio (LDR) LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank ( Dendawijaya.2009:116). Semakin besar penyaluran dana dalam bentuk kredit relative dibandingkan dengan deposit atau simpanan
masyarakat
pada
suatu
bank membawa
konsekuensi semakin besar risiko yang ditanggung oleh bank bersangkutan. Apabila
yang
kredit yang disalurkan mengalami kegagalan atau
bermasalah, maka bank akan mengalami kesulitan untuk mengembalikan dana yang dititipkan oleh masyarakat. Rasio ini juga merupakan teknik yang sangat umum digunakan untuk mengukur posisi atau kemampuan likuiditas bank. Rasio ini merupakan indikator kerawanan maupun kemampuan suatu bank. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar 80%. Namun, batas toleransi berkisar antara 85% dan 100% (Lukman, 2009 : 116). Namun, per tanggal 1 Maret 2011,
BI
akan
memperlakukan
Peraturan
Bank
Indonesia
No.12/19/PBI/2010 yang berisi ketentuan standar LDR pada tingkat 78%110%. Dari
penjelasan
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa,
LDR
merupakan rasio yang membandingkan antara penyaluran kredit dengan dana yang masuk ke bank, dimana LDR harus diperhatikan agar bank tidak melewati nilai standar yang telah ditetapkan. Dengan adanya standar LDR 17
pada
tingkat
78%. 110% membuat acuan bagi bank untuk menjaga
tingkat LDR agar tidak melebihi ataupun kurang dari standar LDR yang telah ditentukan. 2. Non Performing Loan (NPL) Rasio keuangan
yang digunakan sebagai proksi
terhadap nilai
suatu risiko kredit adalah Non Performing Loan (NPL). Rasio ini menunjukkan
bahwa
kemampuan
manajemen
bank dalam mengelola
kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001 Lampiran 14, NPL diukur dari rasio perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total kredit yang diberikan. NPL yang tinggi akan memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba (ROA) yang diperoleh bank (Kasmir, 2008). Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah
adalah kredit dengan kualitas
kurang
lancar, diragukan dan macet. Sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, besarnya NPL yang baik adalah di bawah 5%. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, adanya kredit membuat adanya
risiko
terhadap
kredit
yang disebut dengan NPL. 18
Dimana semakin besarnya NPL bisa membuat bank bangkrut oleh karena itu besarnya NPL yang baik adalah dibawah 5%. Tingkat tersebut membuat agar tiap bank harus menjaga agar NPL tidak meningkat. 3. Capital Adequacy Ratio (CAR) Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki
bank
untuk
menunjang
aktiva
yang
mengandung
atau
menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/ 23./DPNP tanggal 31 Mei 2004 Lampiran 1a, rasio CAR dapat dirumuskan sebagai perbandingan antara modal bank terhadap aktiva tertimbang menurut resiko Modal bank adalah total modal yang berasal dari bank yang terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Modal inti yaitu modal milik sendiri yang diperoleh dari modal disetor oleh pemegang saham. Modal inti terdiri dari modal disetor, agio saham, cadangan umum, cadangan tujuan, laba ditahan, laba tahun lalu, laba tahun berjalan, dan bagian kekayaan anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan. revaluasi aktiva tetap, cadangan
Modal pelengkap terdiri dari cadangan penghapusan
aktiva
yang
diklasifikasikan, modal kuasa, dan pinjaman subordinasi. Sedangkan ATMR merupakan penjumlahan ATMR aktiva neraca dengan ATMR administratif. (Tenrilau. 2012) 19
Sesuai
dengan
aturan
yang
telah
ditetapkan
oleh
Bank
Indonesia, besarnya CAR yang harus dicapai oleh suatu bank minimal 8%.
Angka
tersebut
merupakan
penyesuaian
dari ketentuan yang
berlaku secara internasional berdasarkan Standar Bank for International Settlement (BIS). Dari merupakan
penjelasan
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa,
CAR
cara untuk mengukur kecukupan modal bank untuk dapat
mengatasi resiko yang mungkin saja terjadi dalam aktiva produktif yang beresiko. Berdasarkan aturan BI, maka CAR setiap bank minimal 8%. 4. Return On Assets (ROA) ROA merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
profitabilitas
suatu
perusahaan.
Rasio
ini digunakan
untuk
mengukur seberapa besar laba bersih yang dapat diperoleh dari seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan. (Lukman, 2009:118) menjelaskan bahwa, rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan, semakin besar ROA semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan aset. Dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (2004), kriteria yang dikeluarkan Bank Indonesia untuk sebuah bank bisa menjadi bank jangkar (anchor bank) memiliki rasio Return On Asset (ROA) minimal 1,5%. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa, ROA merupakan 20
masalah satu cara meningkat
ROA
perusahaan mengukur profitabilitasnya, maka
semakin
perusahaan memiliki laba yang tinggi. Bank
Indonesia menyatakan bahwa bank harus memiliki rasio ROA minimal 1,5% jika bank memiliki ROA dibawah 1,5 maka bank dalam bermasalah.
2.6
Kajian Penelitian Terdahulu 1.
Anggrainy Putri Ayuningrum ( 2011) Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) , Non Performing Loan (NPL) , BOPO, Net Interest Margin (NIM) , Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Asstes (ROA). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis regresi berganda yang sebelumnya telah dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Berdasarkan hasil penelitian menghasilkan persamaan regresi. Capital Adequacy Ratio (CAR) , Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL) , BOPO berpengaruh signifikan terhadap Return On Asstes (ROA). Sedangkan Net Interest Margin (NIM) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Return On Asstes (ROA).
2. Anisa Nursatyani ( 2011 ) Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh efisiensi operasi (BOPO), risiko kredit (Non Performing Loan/NPL), risiko pasar (Net Interest
Margin/NIM), dan
modal (Capital 21
Adequacy Ratio/CAR) terhadap kinerja
keuangan
(Return
on
Asset/ROA) dengan studi perbandingan pada bank domestik dan bank asing di Indonesia periode 2004-2008. menggunakan
analisis
regresi
Metode
analisis
linear berganda. Hasil
data uji
t
menunjukkan efisiensi operasi (BOPO) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA) bank domestik dan bank asing. Risiko
kredit (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kinerja keuangan (ROA) bank domestik dan bank asing. Risiko pasar (NIM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA) bank domestik dan bank asing. Modal (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA) bank domestik dan bank asing. 5. Restiyana ( 2011 ) Melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh CAR, NPL, BOPO, LDR, dan NIM terhadap ROA pada bank umum di Indonesia periode 2006-2010. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa CAR, LDR, dan NIM berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
ROA pada
perusahaan perbankan. Sedangkan NPL dan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA perbankan. Hasil penelitian ini diharapkan bahwa variabel CAR, NPL, BOPO, LDR, dan NIM dapat 22
dijadikan pedoman bagi pihak manajemen bank dalam pengelolaan suatu bank agar menjadi bank yang sehat. 6. Moh Husni Mubarok ( 2010 ) Melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio,Loan To Deposit Ratio terhadap Profitabilitas Di sektor perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Dimana sampel yang diperoleh 20 bank yang go public. Untuk menguji hipotesis digunakan teknik analisis regresi linier berganda. Hasil
pengujian
diperoleh
bahwa
terdapat
kecocokan
model pengaruh Non Performing Loan (NPL) , Capital Adequacy Ratio (CAR) , Loan To Deposit Ratio (LDR) , terhadap tingkat profitabilitas. Terlihat dari angka F 10,407 dengan tingkat signifikan 0,000 < 0,05. Sedangkan, secara parsial Non Performing Loan tidak berpengaruh negatif, Capital Adequacy
Ratio
mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas dan Loan to Deposit Ratio tidak berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
2.7 Bank di Indonesia Bank Indonesia (BI) mengeluarkan daftar 10 bank terbesar di Indonesia berdasarkan jumlah asetnya di 2011. Aset 10 bank tersebut berjumlah Rp 2.312,336 triliun atau 63,3% dari total asset perbankan yang mencapai Rp 3.652,832 triliun. 23
Berikut daftar 10 bank terbesar di Indonesia di 2011: Tabel 2.1 Daftar 10 Bank terbesar di Indonesia tahun 2011 No
Nama Bank
Jumlah Aset
Presentase
(triliun)
Total Aset Bank
1
PT Bank Mandiri Tbk
493.050
13.50%
2
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI)
456.382
12.49%
3
PT Bank Central Asia Tbk (BCA)
380.927
10.43%
4
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI)
289.458
7.92%
5
PT Bank CIMB Niaga Tbk
164.247
4.50%
6
PT Bank Danamon Indonesia Tbk
127.128
3.48%
7
PT Pan Indonesia Bank Tbk (Panin)
118.991
3.26%
8
PT Bank Permata Tbk
101.540
2.78%
9
PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII)
91.335
2.50%
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN)
89.277
2.44%
2312.335
63.3%
10
Jumlah
Sumber: www.detikfinance.co.id
2.8 Kerangka Konseptual Pada dasarnya, tujuan utama setiap usaha yang dibangun, baik oleh perorangan, maupun badan usaha, adalah mencapai laba yang maksimal. Prinsip dari kegiatan usaha adalah mencapai laba setinggi mungkin dengan menekan biaya serendah mungkin. Jika kondisi ini bisa dicapai, dapat dikatakan bahwa usaha tersebut sudah berjalan efektif dan efisien.
Suatu usaha memperoleh sebagian besar
pendapatan dari kegiatan utamanya. Demikian pula dengan perusahaan perbankan yang memperoleh pendapatan utama dari kegiatan menghimpun dana dan
24
menyalurkan dana tersebut agar mendapat keuntungan. Keuntungan utama bank berasal dari selisih bunga kredit yang dibebankan kepada para debitur dengan bunga simpanan yang diberikan kepada masyarakat/kreditur bank. Kredit merupakan hal yang sangat identik dengan dunia perbankan. Semua industri perbankan berlomba mencari calon debitur yang ingin memiliki fasilitas utama ini. Jumlah kredit yang disalurkan bank akan menghasilkan pendapatan bunga bagi bank. Besar kecilnya pendapatan bank dari bunga kredit akan mempengaruhi profitabilitas bank. Semakin besar kredit yang diberikan, semakin besar pula pendapatan bunga yang diterima bank. Hal ini akan membawa profitabilitas bank pada nilai yang semakin besar. Dengan demikian, jumlah kredit yang diberikan bank diduga berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas perbankan yang terdaftar di BEI periode 2006-2010. Hal ini didukung dengan penelitian Saputra dan Nasution (2009) mengenai “Pengaruh Jumlah Kredit yang Diberikan dan Tingkat Likuiditas terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI” dengan hasil Jumlah Kredit yang Diberikan berpengaruh positif signifikan baik secara individu maupun bersama-sama terhadap profitabilitas bank dalam sampel penelitian tersebut. Artinya, proporsi jumlah kredit yang diberikan oleh bank dengan tujuan mendapatkan pendapatan bunga dari kredit tersebut beserta tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat Return On Assets (ROA) yang akan diperoleh setiap perusahaan perbankan.
25
Di sisi lain, kredit yang diberikan tidak selalu lancar dan bebas resiko. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan pengembalian pinjaman dari debitur tidak sesuai ketentuan bank atau mengalami penunggakan, diantaranya pemantauan kondisi keuangan debitur yang kurang ketat, kondisi ekonomi yang mengganggu stabilitas usaha debitur, dan lain-lain. Pengembalian kredit yang tidak sesuai ini menjadi kredit yang bermasalah bagi bank dan bisa mengganggu profitabilitas bank. Semakin tinggi Non Performing Loan, maka semakin rendah tingkat profitabilitas bank karena bank kehilangan sebagian asetnya. Jadi, Non Performing Loan diduga berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas bank. Bank hanya dapat menyalurkan kredit jika kegiatan operasional bank berjalan dengan baik. Kegiatan operasional yang baik dapat didukung dengan permodalan bank yang sehat dan berkualitas. Modal merupakan faktor utama dalam membangun sebuah usaha karena banyak orang yang tidak berani berwiraswasta sendiri akibat takut kehilangan modalnya. Tingkat kecukupan modal menunjukkan besarnya modal yang dimiliki oleh suatu bank untuk menjalankan kegiatan operasinya. Jika kegiatan operasional berjalan dengan baik, maka akan berdampak positif terhadap pendapatan bank. Namun, kredit macet juga bisa mengikis permodalan bank jika tidak diantisipasi dengan baik. Dengan demikian, tingkat kecukupan modal yang diukur dengan CAR diduga mempengaruhi ROA bank secara positif signifikan. Astuti (2008) telah melakukan penelitian dengan hasil Tingkat Kecukupan Modal (CAR) berpengaruh positif signifikan terhadap Profitabilitas Bank Pemerintah dan Bank Swasta, baik secara individu dan bersama-sama dengan Tingkat Likuditas 26
(LDR). Hal ini berarti sejalan dengan penelitian Siagian dan Yasin (2009) yang sudah disebutkan terlebih dahulu. Kembali pada kegiatan utama penyaluran kredit, terdapat satu variabel lagi yang sangat berkaitan erat, yaitu likuiditas. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan bank mempengaruhi tingkat likuditas bank. Bank yang sedang mencapai target peningkatan profitabilitas melalui peningkatan jumlah kredit yang diberikan akan mengalami kesulitan likuditas. Namun, likuiditas yang terlalu tinggi pada bank juga akan menjadi hal yang buruk bagi bank tersebut karena bank memiliki kelebihan aktiva yang tidak produktif sehingga menambah biaya penyimpanannya. Likuiditas merupakan kemampuan bank dalam membayar seluruh kewajiban jangka pendeknya. Likuditas menunjukkan besarnya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan untuk menunjang kegiatan bank, termasuk pembayaran kewajiban bank. Namun, seringkali yang terjadi likuiditas terlalu rendah akibat penyaluran kredit yang besar dibandingkan dengan simpanan yang dihimpun bank dan resiko dari kredit yang disalurkan tersebut, sehingga menyebabkan profitabilitas perusahaan menjadi rendah. Oleh karena itu, likuiditas yang diukur dengan LDR ini diduga berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA bank. Beberapa penelitian juga sudah dilakukan untuk menguji pengaruh variabel LDR terhadap ROA bank. Menurut penelitian Saputra dan Nasution serta Siagian dan Yasin yang sama-sama dilakukan pada tahun 2009, menunjukkan bahwa LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA bank secara individu, namun LDR berpengaruh signifikan terhadap ROA bank secara bersama-sama dengan variabel Jumlah Kredit 27
yang Diberikan, NPL, dan CAR. Hasil lain dikemukakan oleh Astuti (2008) yang menyatakan bahwa LDR berpengaruh signifikan terhadap ROA bank secara individu. Dari hasil yang sudah pernah dikemukakan tersebut, peneliti tertarik melakukan pengujian kembali terhadap beberapa faktor yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI untuk periode 2006-2010. Variabel independen yang akan diuji adalah variabel yang berkaitan erat dengan kredit, yaitu Jumlah Kredit yang Diberikan, NPL, CAR dan LDR terhadap variabel dependen profitabilitas yang diukur dengan ROA. Kerangka Penelitian Capital Adequacy Ratio (CAR) (X1) (X3)
Non Performing Loan (NPL)
ROA (Y)
(X2) Loan to Deposit Ratio (LDR) (X3)
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian
28