1770.
PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PRODUK FLORIKULTURA RAMAH LINGKUNGAN
1770.007.
PEDOMAN-PEDOMAN
012. PENYUSUNAN/PENGGANDAAN
BUKU SOP BUDIDAYA HELICONIA
1.
Latar Belakang Heliconia sp. Merupakan salah satu jenis tanaman hias bunga potong tropis yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan sangat prospektif dikembangkan secara komersial. Bentuk yang sangat eksotik sebagai materi dalam rangkaian dan lebih tahan lama dibanding jenis bunga potong lainnya. Seiring dengan meningkatnya intensitas budidaya heliconia di berbagai daerah, pembinaan kepada para petani sangat diperlukan terutama untuk peniongkatan produksi, produktivitas dan mutunya.
Pengembangan heliconia secara komersial membutuhkan Buku Pedoman Standar Operasional Prosedur Budidaya sebagai pegangan petani untuk menghasilkan yang berdaya saing sesuai permintaan pasar. Buku Standar Operasional Prosedur (SOP) budidaya ini disusun sesuai prinsip-prinsip Good Agriculture Practices (GAP) yang merupakan acuan dalam melaksanakan budidaya heliconia yang baik dan benar, untuk memperoleh produk bermutu dan ramah lingkungan. Keberhasilan penerapan SOP budidaya heliconia dapat dinilai dari peningkatan produktivitas, efisiensi produksi, kesejahteraan produsen, keamanan lingkungan dan kesehatan pekerja secara berkelanjutan. Dengan menerapkan SOP ini diharapkan petani akan mendapatkan nilai tambah berupa peningkatan harga dan jaminan mutu yang memadai. Selain itu, petani juga dapat melakukan pelacakan tahapan prosedur manakal terjadi tuntutan dari konsumen.
Penerapan SOP merupakan salah satu bentuk pembinaan yang efektif kepada petani guna peningkatan mutu produk. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura telah menyusun Buku SOP Budidaya Heliconia pada tahun 2008. Pada tahun 2015 telah dilakukan pembahasan SOP Budidaya Heliconia tersebut. Buku SOP Heliconia diharapkan
dapat
digunakan
sebagai
bahan
pembinaan/penyuluhan
dan
disosialisasikan kepada para pelaku usaha sebagai upaya peningkatan produksi dan mutu produk, khususnya yang ada di sentra-sentra produksi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
228
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan pedoman-pedoman adalah : Menyediakan buku pedoman dalam berbudidaya heliconia yang baik dan benar sesuai kaidah GAP 2.2. Sasaran yang ingin dicapai adalah : Tersedianya Buku SOP Heliconia sebagai acuan dalam melakukan budidaya sesuai kaidah GAP
3.
Masukan /Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 29.400.000,3.2. Realisasi keuangan sebesar Rp. 24.575.000,3.3. Informasi teknis
4.
Pelaksanaan Kegiatan A.
Pembahasan Buku SOP Budidaya Heliconia Kegiatan pembahasan buku SOP heliconia dilaksanakan dalam bentuk: 1)
Persiapan -
Administrasi (surat-menyurat, menghubungi narasumber, dll).
-
Identifikasi dan koordinasi pengumpulan bahab pembahasan buku SOP heliconia
2)
Pelaksanaan -
Melakukan perjalanan dalam rangka pembahasan buku SOP heliconia
-
Melakukan penyusunan buku SOP heliconia
-
Melakukan pembahasan buku SOP heliconia dengan pelaku usaha/pakar & instansi terkait.
5.
-
Memberikan honor kepada narasumber/pakar/praktisi.
-
Mencetak buku SOP heliconia
Keluaran/Output 5.1. Buku Tersedianya buku Informasi Teknis Tanaman Hias Berbunga Indah sebanyak 350 buku Rencana Distribusi buku Informasi Teknis Tanaman Hias Berbunga Indah : Diperta Propinsi Jawa Barat, Diperta Propinsi Jawa Tengah, Diperta Propinsi Jawa Timur, Diperta Propinsi D.I Yogyakarta, Diperta Propinsi Banten, Diperta Propinsi Kalimantan Barat, Diperta Propinsi Kalimantan Timur, Diperta Propinsi Jambi, Diperta Provinsi Kepulauan Riau, Diperta Propinsi Sumatera Barat, Diperta
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
229
Propinsi Sumatera Utara, Diperta Propinsi Sumatera Selatan, Diperta Propinsi Sulawesi Selatan, Diperta Propinsi Sulawesi Utara, Diperta Propinsi Sulawesi Tenggara, Diperta Propinsi Bali, Diperta Propinsi Nusa Tenggara Barat, Diperta Propinsi Nusa Tenggara Timur, Diperta Propinsi Nusa Tenggara Timur, Diperta Propinsi Gorontalo, Asbindo, DPP PAI, Ikatan Arsitekstur Lansekap Indonesia, Promosi/ Pameran, Lain-lain (Perorangan) + Arsip, Stake Holder/Instansi Terkait 5.2. Pertemuan Pembahasan Buku SOP Heliconia
Kegiatan Pembahasan Buku SOP Heliconia pada tanggal 12 – 14 Februari 2015 di Bogor.
Heliconia merupakan komoditas florikultura tropis yang memiliki potensi untuk dikembangkan di indonesia.
Pembahasan SOP Heliconia menjadi hal yang penting karena SOP merupakan panduan untuk menerapkan GAP. Dengan menerapkan GAP, seorang pelaku usaha dapat mengusulkan untuk meregistrasi lahan usaha ke dinas pertanian kabupaten/kota. Dinas pertanian kabupaten/kota mengajukan lahan yang akan diregistrasi tersebut ke dinas pertanian propinsi untuk diverifikasi. Bagi pelaku usaha yang sudah diregistrasi lahan usahanya dapat memperoleh fasilitas dan insentif usaha hortikultura sesuai peraturan pemerintah no, 25 tahun 2014.
Persyaratan untuk mendapatkan registrasi lahan usaha antara lain: 1) berusaha di bidang hortikultura, 2) memiliki mitra jual, 3) melakukan cara budidaya yang baik dan benar / menerapkan SOP sesuai GAP, dan 4) melakukan pencatatan pada kegiatan budidayanya.
Ruang lingkup SOP budidaya heliconia adalah : penetapan lokasi, penyiapan lahan,
perbanyakan
tanaman,
penanaman,
pengairan,
penyulaman,
penyiangan, pemupukan, pemeliharaan tanaman,, perlindungan tanaman, panen dan pencatatan. 6.
Hasil/Outcome 6.1. Meningkatnya pemahaman para petani dalam SOP Budidaya Heliconia sehingga mau melakukan pencatatan secara baik dan benar. 6.2. Meningkatnya keterampilan petani heliconia dalam mengidentifikasi permasalahan di lapangan dan mencari solusi melalui hasil pencatatan sebagai managemen kontrolnya.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
230
6.3. Meningkatnya motivasi petani heliconia dalam menerapkan SOP heliconia agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas heliconia sehingga berdaya saing di pasar global. 7.
Manfaat/Benefit 7.1. Berkembangnya usaha tani tanaman heliconia 7.2. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan para petani heliconia
8.
Dampak/Inpact Petani tanaman heliconia memiliki kompetensi dalam budidaya heliconia sesuai SOP sehingga mampu berdaya saing di pasar domestik maupun global.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Buku SOP Budidaya Heliconia dapat dijadikan acuan dalam melakukan budidaya budidaya heliconia sesuai kaidah GAP. 9.2. Ruang lingkup SOP budidaya heliconia adalah: Penetapan lokasi, penyiapan lahan,
perbanyakan
tanaman,
penanaman,
pengairan,
penyulaman,
penyianmgan, pemupukan, pemeliharaan tanaman, perlindungan tanaman, panen dan pencatatan. 9.3. Hanya petani yang telah menerapkan SOP/GAP yang dapat melakukan registrasi lahan usaha.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
231
BUKU KATALOG TANAMAN TROPIS
1.
Latar Belakang Indonesia yang negara tropis kaya dengan berbagai jenis tanaman hias, diantaranya jenis pisang-pisangan atau pisang hias (Heliconia sp). Heliconia sp salah satu jenis tanaman hias tropis yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan sangat prospektif dikembangkan secara komersial. Bentuknya yang sangat eksotik sebagai materi dalam rangkaian maupun dalam penataan taman. Heliconia sp banyak varietasnya dengan bentuk dan warna bunganya yang eksotis. Di samping warna dominan merah, kuning, jingga, pink, dan hijau, juga terdapat beragam warna kombinasi sangat atraktif. Beberapa jenis Heliconia sp yang banyak disukai seperti Heliconia rostracta, Heliconia pendula, Heliconia stricta, Heliconia wagneriana, Heliconia jacquinii, Heliconia brasilliansis, Heliconia bihai. Karena sosok dan bunganya yang menawan, heliconia banyak digunakan sebagai bunga potong atau materi rangkaian bunga dan dekorasi. Selain itu, tanaman heliconia sering digunakan sebagai materi taman, baik dikombinasikan, atau tanpa kombinasi dengan tanaman lain.
Dalam rangka penyediaan informasi mengenai jenis-jenis heliconia yang memiliki nilai eksotik sebagai materi rangkaian bunga maupun materi taman, maka perlu menyusun Katalog Tanaman Tropis (Seri Heliconia) sehingga dapat memberikan gambaran kepada
masyarakat
mengenai
pesona
berbagai
jenis
Heliconia
yang
dapat
dikembangkan secara komersial untuk materi rangkaian maupun pertamanan. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Memberikan informasi kepada masyarakat jenis-jenis Heliconia yang memiliki nilai komersial untuk materi rangkaian dekorasi dan pertamanan. 2.2. Sasaran Tersedianya informasi mengenai jenis-jenis Heliconia bagi masyarakat.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 35.800.000,3.2. Realisasi Keuangan sebeasar Rp. 31.600.000,3.3. Informasi Teknologi
4.
Pelaksanaan Kegiatan Tahapan pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut :
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
232
4.1. Pertemuan Pembahasan dan Pencetakan Katalog Tanaman Tropis (Heliconia) di dilaksanakan di Bogor, Jawa Barat pada 21-23 April 2015. 4.2. Peserta pertemuan terdiri lain petugas dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura, Direktorat Pemasaran Domestik Ditjen PPHP, BALITHI, UPTD Pasar Bunga Rawa Belong, IPB, Asosiasi dan pelaku usaha heliconia dari Jawa Barat. 4.3. Pertemuan Pembahasan dan Pencetakan bentuk pemaparan serta diskusi 4.4. Perjalanan dilaksanakan sebanyak 40 OP ke Bogor. 4.5.
Menyediakan konsumsi pertemuan
Pembahasan Katalog Tanaman Tropis
(Heliconia) 4.6. Melaksanakan perjalanan Pembahasan Katalog Tanaman Tropis (Heliconia) 4.7. Penggantian transport pertemuan 5.
Keluaran/Output Tersedianya Buku Katalog Tanaman Tropis dalam memperkaya informasi mengenai jenis-jenis Heliconia yang dapat dikembangkan secara komersial.
6.
Hasil/Outcome Terinformasikannya aneka jenis Heliconia kepada para stakeholders terkait.
7.
Manfaat/Benefit Bertambahnya informasi tentang aneka jenis Heliconia bagi para stakeholders terkait.
8.
Dampak/Impact Berkembangnya agribisnis Tanaman Hias Tropis (Heliconia).
9.
Kesimpulan/Hasil a.
Format isi katalog heliconia berisi informasi tentang ketinggian tanaman, jumlah seludang dan warna seludang. Untuk penjelasan warna seludang diterangkan warna seludang serta warna seludang pada bagian bawah, bibir dan ujung. Dijelaskan juga tentang bahwa tanaman Heliconia berbunga sepanjang tahun dan persentase naungan juga memerlukan naungan
b.
Di dalam katalog heliconia diklasifikasikan berdasarkan tipe rangkaian seludang, yaitu tipe tegak besar, menjuntai dan lain-lain. Setelah penulisan dibagi berdasarkan tipenya, di dalam penulisannya diurutkan berdasarkan awalan huruf dari nama varitasnya.
c.
Tanaman heliconia terpisah antara bunga dan batangnya, sehingga tidak memerlukan perendaman air pada saat perlakuan pascapanennya. Heliconia
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
233
dengan tipe tegak memiliki shelf life atau ketahanan yang lebih lama dibandingkan heliconia dengan tipe menjuntai. Heliconia sexy pink dengan tipe menjuntai, merupakan salah satu jenis heliconia yang tahan lama. Sedangkan Heliconia rostrata bersifat kurang tahan lama. d.
Kunjungan lapang dilakukan ke salah satu Kebun Heliconia yaitu PT. Mandiri Jaya Flora. Kunjungan Lapang dilakukan untuk melengkapi bahan katalog heliconia, khususnya foto/gambar.
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN POT DAN LANDSCAPE, INFORMASI TENTANG TEKNOLOGI BUDIDAYA, JENIS-JENIS TANAMAN, SERTA MANFAAT/PENGGUNAAN TANAMAN POT LANSEKAP DALAM BENTUK BUKU DAN POSTER, BUKU RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN FLORIKULTURA TAHUN 2015 – 2019, PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN PENGEMBANGAN FLORIKULTURA
1.
Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian N0.61/Permentan/OT.140/10/2010, tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Pertanian Menyatakan Bahwa Direktorat Budidaya dan Pascapanen Tanaman Florikultura mempunyai Tugas Pokok pelaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya dan pascapanen tanaman florikultura.
Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tersebut, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Tanaman Florikultura perlu menyiapkan pedoman-pedoman teknis yang akan digunakan sebagai bahan acuan dalam pengembangan tanaman florikultura. Untuk pelaksanaan kegiatan baik budidaya maupun penanganan pascapanen di lapang, diperlukan suatu pedoman untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan kegiatan tersebut. Oleh sebab itu diperlukan pedoman baik berupa buku, katalog, profil dan bentuk-bentuk penyampaian lainnya.
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura mempunyai tugas meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu florikultura, salah satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut melalui penyiapan, penyusunan dan perbanyakan pedoman-pedoman teknis maupun kelembagaan. Pedoman-pedoman tersebut akan digunakan sebagai bahan pembinaan/penyuluh dan disosialisasikan kepada para pelaku usaha sebagai upaya meningkatkan produksi dan mutu produk khususnya yang ada di sentra-sentra produksi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
234
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan a.
Menyediakan pedoman budidaya yang baik bagi pelaku usaha dalam rangka meningkatkan produksi dan mutu tanaman pot dan lansekap
b.
Menyediakan informasi tentang teknologi budidaya, jenis-jenis tanaman, serta manfaat/penggunaan tanaman pot lansekap dalam bentuk buku dan poster
c.
Menyediakan Buku Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura Tahun 2015 - 2019
d.
Menyediakan petunjuk teknis kegiatan pengembangan florikultura
2.2. Sasaran a.
Tersedianya pedoman budidaya yang baik bagi para petani/pelaku usaha, petugas dan masyarakat luas yang sedang dan akan mengembangkan tanaman pot dan lansekap.
b.
Tersedianya informasi tentang teknologi budidaya dalam rangka mendukung penerapan GAP, jenis - jenis tanaman serta manfaat/ penggunaan tanaman pot dan lansekap dalam bentuk buku dan poster
c.
Tersedianya Buku Renstra Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura Tahun 2015-2019 sebagai acuan dalam pengembangan florikultura
d.
Tersedianya
petunjuk
teknis
yang
dapat
digunakan
oleh
pembina/petugas/penyuluh/kelompoktani/petani dalam memperlancar dan mendukung pelaksanaan pengembangan kawasan florikultura. 3.
Masukan /Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 184.480.000,3.2. Realisasi keuangan sebesar Rp.180.680.000,3.3. Informasi teknis
4.
Pelaksanaan Kegiatan A.
Pembuatan dan pencetakan poster tanaman hias dalam pot dan poster tanaman lansekap seri penutup tanah.
B.
Pembahasan Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya dan Pascapanen Melati Kegiatan ini dilaksanakan dalm bentuk: 1). Persiapan -
Administrasi (surat-menyurat, menghubungi narasumber, dll).
-
Identifikasi dan koordinasi pengumpulan data.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
235
2.
Menyiapkan draft awal SOP Budidaya dan pascapanen Melati
Pelaksanaan -
Melakukan pembahasan draft buku Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya dan Pasca Panen Melati
-
Melakukan perjalanan dinas dalam rangka pembahasan Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya dan Pasca Panen Melati
-
Memberikan honor kepada narasumber/pakar/praktisi, dalam rangka pembahasan buku Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya dan Pasca Panen Melati
-
Melaksanakan pencetakan buku Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya dan Pasca Panen Melati
C.
Pembahasan Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura tahun 2015-2019 Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk : 1). Persiapan
2.
-
Administrasi (surat-menyurat, menghubungi narasumber, dll).
-
Menyiapkan draft awal Renstra 2015 - 2019
Pelaksanaan -
Melakukan pembahasan Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura tahun 2015-2019
-
Melakukan perjalanan dinas dalam rangka pembahasan Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura tahun 20152019
-
Melaksanakan pencetakan buku Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura tahun 2015-2019
D.
Pembahasan Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk: 1). Persiapan
2.
-
Administrasi (surat-menyurat, menghubungi narasumber, dll).
-
Menyiapkan draft awal Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap
Pelaksanaan -
Melakukan pembahasan Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap
-
Melakukan
perjalanan
dinas
dalam
rangka
pembahasan
Teknik
Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
236
-
Melaksanakan pencetakan buku Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap
E.
Pembahasan Informasi Teknis Tanaman Hias Berdaun Indah Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk: 1). Persiapan
2.
-
Administrasi (surat-menyurat, menghubungi narasumber, dll).
-
Menyiapkan draft awal informasi Teknis Tanaman Hias Berdaun Indah
Pelaksanaan -
Melakukan pembahasan Informasi Teknis Tanaman Hias Berdaun Indah
-
Melakukan perjalanan dinas dalam rangka pembahasan Informasi Teknis Tanaman Hias Berdaun Indah
-
Melaksanakan pencetakan buku Informasi Teknis Tanaman Hias Berdaun Indah
F.
Pembahasan Petunjuk Teknis Florikultura 2016 Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk: 1). Persiapan -
Administrasi (surat-menyurat, menghubungi narasumber, dll).
-
Menyiapkan draft awal Petunjuk Teknis Florikultura 2016
2. Pelaksanaan -
Melakukan pembahasan Petunjuk Teknis Florikultura 2016
-
Melakukan perjalanan dinas dalam rangka pembahasan Petunjuk Teknis Florikultura 2016
5.
Keluaran/Output 5.1. Poster Tanaman Hias Dalam Pot -
Tersedianya Poster Tanaman Hias Dalam Pot sebanyak 725 expl
- Tersedianya Poster Tanaman Hias Lansekap Seri Tanaman Penutup Tanah berbunga Indah sebanyak 725 expl
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
237
Tabel 9. Rencana Distribusi Poster Tanaman Pot dan Lasekap No.
Diberikan Kepada
Jumlah
1
Diperta Propinsi Jawa Barat
25
2
Diperta Propinsi Jawa Tengah
25
3
Diperta Propinsi Jawa Timur
25
4
Diperta Propinsi D.I Yogyakarta
25
5
Diperta Propinsi Banten
25
6
Diperta Propinsi Kalimantan Barat
15
7
Diperta Propinsi Kalimantan Timur
15
8
Diperta Propinsi Jambi
15
9
Diperta Provinsi Kepulauan Riau
25
10
Diperta Propinsi Sumatera Barat
25
11
Diperta Propinsi Sumatera Utara
25
12
Diperta Propinsi Sumatera Selatan
25
13
Diperta Propinsi Sulawesi Selatan
25
14
Diperta Propinsi Sulawesi Utara
10
15
Diperta Propinsi Sulawesi Tenggara
10
16
Diperta Propinsi Bali
15
17
Diperta Propinsi Nusa Tenggara Barat
10
18
Diperta Propinsi Nusa Tenggara Timur
10
19
Diperta Propinsi Gorontalo
10
20
Diperta Propinsi Lampung
15
21
Asbindo
15
22
Ikatan Arsitekstur Lansekap Indonesia
10
23
Perguruan Tinggi (IPB) Faperta
10
24
Promosi/ Pameran
700
25
Lain-lain (Perorangan/Pelaku Usaha)
240
26
Stake Holder/Instansi Terkait
50
27
Arsip
50 Jumlah
1450
5.2. Buku a.
Tersedianya buku Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya dan Pascapanen Melati sebanyak 300 buku
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
238
Tabel 10. Rencana Distribusi SOP Melati No.
Diberikan Kepada
Jumlah
1
Diperta Propinsi Jawa Barat
10
2
Diperta Propinsi Jawa Tengah
30
3
Diperta Propinsi Jawa Timur
15
4
Diperta Propinsi D.I Yogyakarta
4
5
Diperta Propinsi Banten
2
6
Diperta Propinsi Kalimantan Selatan
2
7
Diperta Propinsi Kalimantan Timur
2
8
Diperta Propinsi Jambi
2
9
Diperta Provinsi Kepulauan Riau
2
10
Diperta Propinsi Sumatera Barat
2
11
Diperta Propinsi Sumatera Selatan
2
12
Diperta Propinsi Sulawesi Selatan
2
13
Diperta Propinsi Sulawesi Utara
2
14
Diperta Propinsi Sulawesi Tenggara
2
15
Diperta Propinsi NTB
2
16
Promosi/ Pameran
100
17
Lain-lain (Perorangan, Pelaku Usaha)
84
18
Arsip
15
19
Tim Penyusun
20 Jumlah
b.
Tersedianya
buku
Katalog
Anggrek
Spesies
Indonesia
300
yang
Telah
Dibudidayakan (cetakan ke 2) sebanyak 500 buku Tabel 11. Rencana Distribusi Pencetakan Ulang Katalog Anggrek Species No.
Diberikan Kepada
Jumlah
1
Diperta Propinsi Jawa Barat
25
2
Diperta Propinsi Jawa Tengah
25
3
Diperta Propinsi Jawa Timur
25
4
Diperta Propinsi D.I Yogyakarta
15
5
Diperta Propinsi Banten
25
6
Diperta Propinsi Kalimantan Barat
5
7
Diperta Propinsi Kalimantan Timur
5
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
239
No.
Diberikan Kepada
Jumlah
8
Diperta Propinsi Jambi
5
9
Diperta Provinsi Kepulauan Riau
5
10
Diperta Propinsi Sumatera Barat
10
11
Diperta Propinsi Sumatera Utara
5
12
Diperta Propinsi Sumatera Selatan
5
13
Diperta Propinsi Sulawesi Selatan
5
14
Diperta Propinsi Sulawesi Utara
5
15
Diperta Propinsi Sulawesi Tenggara
5
16
Diperta Propinsi Bali
5
17
Diperta Propinsi Nusa Tenggara Barat
5
18
Diperta Propinsi Nusa Tenggara Timur
5
19
Diperta Propinsi Gorontalo
5
21
DPP PAI
10
23
Promosi/ Pameran
125
24
Lain-lain (Perorangan, Pelaku Usaha)
150
26
Institut Pertanian Bogor
5
27
Arsip
20 Jumlah
c.
500
Tersedianya buku Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura tahun 2015-2019 sebanyak 200 buku Tabel 12. Rencana Distribusi Renstra Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura
No
Diberikan Kepada
Jumlah
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi 1
NAD
4
2
Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara
4
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi 3
Sumatera Barat
10
Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Provinsi 4
Kepulauan Riau
3
5
Dinas Tanaman Pangan Provinsi Riau
4
6
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu
4
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
240
No
Diberikan Kepada
Jumlah
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi 7
Sumatera Selatan
5
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi 8
Lampung
5
9
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jambi
5
10
Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta
5
11
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
10
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi 12
Jawa Tengah
10
13
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Provinsi Banten
5
14
Dinas Pertanian Provinsi DI Yogyakarta
5
15
Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur
10
16
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali
5
17
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Timur
5
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Kalimantan 18
Selatan
5
19
Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Barat
5
20
Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah
4
21
Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara
5
Dinas Perkebunan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi 22
Tenggara
5
Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Provinsi 23
Sulawesi Tengah
5
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi 24
Sulawesi Selatan
5
25
Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Barat
5
26
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo
5
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Nusa Tenggara 27
Barat
5
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi 28
Nusa Tenggara Timur
5
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi 29
Bangka Belitung
5
30
Dinas Pertanian Provinsi Maluku
5
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
241
No
Diberikan Kepada
Jumlah
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Maluku 31
Utara
5
32
Dinas Pertanian Provinsi Papua
5
33
Dinas Pertanian Provinsi Papua Barat
5
34
Arsip
10
35
Subdit Pascapanen Tanaman Pot dan Lansekap
4
36
Subdit Budidaya Daun dan Bunga Potong
4
37
Subdit Pascapanen Daun dan Bunga Potong
4
Jumlah
d.
200
Tersedianya buku Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap Sebanyak 400 buku
Tabel 13. Rencana Distribusi Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap No.
Diberikan Kepada
Jumlah
1
Diperta Propinsi Jawa Barat
15
2
Diperta Propinsi Jawa Tengah
10
3
Diperta Propinsi Jawa Timur
10
4
Diperta Propinsi D.I Yogyakarta
10
5
Diperta Propinsi Banten
10
6
Diperta Propinsi Kalimantan Barat
5
7
Diperta Propinsi Kalimantan Timur
5
8
Diperta Propinsi Jambi
5
9
Diperta Provinsi Kepulauan Riau
5
10
Diperta Propinsi Sumatera Barat
10
11
Diperta Propinsi Sumatera Utara
5
12
Diperta Propinsi Sumatera Selatan
5
13
Diperta Propinsi Sulawesi Selatan
5
14
Diperta Propinsi Sulawesi Utara
5
15
Diperta Propinsi Sulawesi Tenggara
5
16
Diperta Propinsi Bali
5
17
Diperta Propinsi Nusa Tenggara Barat
5
18
Diperta Propinsi Nusa Tenggara Timur
5
19
Diperta Propinsi Gorontalo
5
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
242
No.
Diberikan Kepada
Jumlah
20
Tim Penyusun
20
21
Ikatan Arsitekstur Lansekap Indonesia
5
22
Perguruan Tinggi (IPB)
5
23
Promosi/ Pameran
150
24
Lain-lain (Perorangan/Pelaku Usaha)
75
25
Arsip
15 Jumlah
400
e. Tersedianya Buku Informasi Teknis Tanaman Pot dan Lansekap (Seri Tanaman Hias Berdaun Indah) sebanyak 250 buku Tabel 14. Rencana Distribusi buku Informasi Teknis Tanaman Pot dan Lansekap ( Seri Tanaman Hias Berdaun Indah) No.
Diberikan Kepada
Jumlah
1
Diperta Propinsi Jawa Barat
10
2
Diperta Propinsi Jawa Tengah
10
3
Diperta Propinsi Jawa Timur
8
4
Diperta Propinsi D.I Yogyakarta
8
5
Diperta Propinsi Banten
6
6
Diperta Propinsi Kalimantan Barat
5
7
Diperta Propinsi Kalimantan Timur
4
8
Diperta Propinsi Jambi
4
9
Diperta Provinsi Kepulauan Riau
4
10
Diperta Propinsi Sumatera Barat
6
11
Diperta Propinsi Sumatera Utara
5
12
Diperta Propinsi Sumatera Selatan
4
13
Diperta Propinsi Sulawesi Selatan
3
14
Diperta Propinsi Sulawesi Utara
3
15
Diperta Propinsi Sulawesi Tenggara
3
16
Diperta Propinsi Bali
5
17
Diperta Propinsi Nusa Tenggara Barat
4
18
Diperta Propinsi Nusa Tenggara Timur
4
19
Diperta Propinsi Gorontalo
4
20
Ikatan Arsitekstur Lansekap Indonesia
10
21
Perguruan Tinggi (IPB)
5
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
243
No.
Diberikan Kepada
Jumlah
22
Promosi/ Pameran
60
23
Lain-lain (Perorangan) + Arsip
50
24
Stake Holder/Instansi Terkait
25
Jumlah
f.
250
Tersedianya Buku Informasi Teknis Budidaya Tanaman Pot Seri Pelindung Sebanyak 200 buku (Cetakan ke 2)
Tabel 15. Rencana Distribusi Informasi Teknis Tanaman Pot dan Lansekap Seri Tanaman Pelindung. No.
Diberikan Kepada
Jumlah
1
Diperta Propinsi Jawa Barat
8
2
Diperta Propinsi Jawa Tengah
8
3
Diperta Propinsi Jawa Timur
8
4
Diperta Propinsi D.I Yogyakarta
8
5
Diperta Propinsi Banten
6
6
Diperta Propinsi Kalimantan Barat
3
7
Diperta Propinsi Kalimantan Timur
3
8
Diperta Propinsi Kalimantan Selatan
3
9
Diperta Propinsi Jambi
3
10
Diperta Propinsi Riau
3
11
Diperta Provinsi Kepulauan Riau
3
12
Diperta Propinsi Sumatera Barat
10
13
Diperta Propinsi Sumatera Utara
5
14
Diperta Propinsi Sumatera Selatan
5
15
Diperta Propinsi Sulawesi Selatan
3
16
Diperta Propinsi Sulawesi Utara
3
17
Diperta Propinsi Sulawesi Tenggara
3
18
Diperta Propinsi Bali
5
19
Diperta Propinsi Nusa Tenggara Barat
3
20
Diperta Propinsi Nusa Tenggara Timur
3
21
Diperta Propinsi Gorontalo
3
22
Diperta Propinsi Lampung
3
23
Diperta Provinsi Papua
3
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
244
No.
Diberikan Kepada
Jumlah
24
Asbindo
5
25
DPP PAI
5
26
Perguruan Tinggi (IPB)
5
27
Promosi/ Pameran
50
28
Lain-lain (Perorangan) + Arsip
30 Jumlah
200
5.3. Pertemuan a.
Pembahasan Buku Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya dan Pasca panen Melati
Kegiatan Pembahasan buku SOP Melati dilaksanakan pada tanggal 8 10 April 2015 di Bogor.
Peserta dalam kegiatan ini sebanyak 23 orang terdiri atas Direktorat Perlindungan Hortikultura, Direktorat Perbenihan Hortikultura, Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi), Perguruan Tinggi (Unsoed), Pelaku Usaha melati dari Kabupaten Tegal, Pemalang, Batang, Pekalongan, PT Alamanda dan Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura.
Materi dalam pembahasan buku SOP budidaya dan pascapanen melati bersumber dari pelaku usaha melati, perguruan tinggi, instansi terkait dan literatur.
Narasumber Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi), Perguruan Tinggi (Unsoed), PT. Alamanda, Pelaku Usaha melati dari Kabupaten Tegal, Pemalang, Batang, Pekalongan,
b.
Pembahasan buku Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 2015- 2019
Kegiatan pembahasan Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura dilaksanakan di Bogor-Jawa Barat pada tanggal 9-11 Maret 2015.
Peserta dalam pembahasan Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura berjumlah 20 orang petugas Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.
Materi dalam pembahasan buku Renstra bersumber dari kebijakankebijakan yang terkait dalam pembahasan buku Renstra bersumber dari kebijakan – kebijakan yang terkait seperti UU No.13 tentang Hortikultura,
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
245
SIPP 2015 20145, Renstra Kementan, Blue Print Pembangunan Hortikultura 2010 -2025, Renstra Hortikultura 2015 – 2019. c.
Pembahasan buku Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap
Kegiatan Pembahasan buku Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap dilaksanakan pada tanggal 3 – 5 Juni 2015 di Bogor.
Peserta dalam kegiatan ini sebanyak 22 orang terdiri dari IPB, Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi), Pelaku Usaha Tanaman Pot dan Lansekap serta dari Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura.
Materi dalam pembahasan teknik perbanyakan tanaman pot lansekap bersumber dari pelaku usaha tanaman pot lansekap, perguruan tinggi, instansi terkait, buku literatur dan informasi teknis lainnya
Narasumber IPB, Balai Penelitian, Pelaku Usaha Kota Bogor, Pelaku Usaha Kota Depok, Pelaku Usaha Kab. Cianjur , Pelaku Usaha Kota Tangerang
d.
Pembahasan buku Informasi Teknis Tanaman Hias Berdaun Indah
Kegiatan Pembahasan buku informasi teknis tanaman pot dan lansekap seri tanaman hias berdaun indah yang dilaksanakan pada tanggal 26 – 28 Agustus 2015 di Bogor.
Peserta dalam kegiatan ini sebanyak 20 orang dari IPB, Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi), LIPI, Trisakti, Pelaku Usaha Tanaman Pot dan Lansekap serta Petugas dari Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura
Materi dalam pembahasan buku tanaman hias berdaun indah bersumber dari berbagai pustaka tentang jenis-jenis tanaman berdaun indah dalam bentuk buku maupun informasi lainnya.
Narasumber IPB, Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi), Trisakti, Praktisi Lansekap, Pelaku Usaha Kota Bogor, Pelaku Usaha Kab Cianjur, Kebun Raya Cibodas, Pelaku Usaha Depok.
e.
Pembahasan buku Petunjuk Teknik Florikultura 2016
Kegiatan
Pembahasan
buku
Petunjuk
Teknik
Florikultura
2016
dilaksanakan pada tanggal 19 – 21 November 2015 di Bogor.
Peserta dalam buku Petunjuk Teknik Florikultura 2016 Petugas dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Materi dalam pembahasan buku Petunjuk Teknik Florikultura 2016 bersumber dari RKAKL/Draft POK Renja.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
246
5.4. Perjalanan a.
Perjalanan dalam rangka Pembahasan Buku Standar Operasional Prosedur Budidaya dan Pasca panen Melati 20 OP dilaksanakan pada tanggal 8 - 10 April 2015 di Bogor.
b.
Perjalanan dalam rangka Pembahasan Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen 22 OP dilaksanakan pada tanggal 9-11 Maret 2015 di Bogor
c.
Perjalanan dalam rangka Pembahasan Buku Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap 25 OP dilaksanakan pada tanggal 3 – 5 Juni 2015 di Bogor.
d.
Perjalanan dalam rangka Pembasan Buku Informasi Teknis Tanaman Hias Berdaun Indah 23 OP dilaksanakan pada tanggal 26 – 28 Agustus 2015 di Bogor.
e.
Perjalanan dalam rangka pembahasan buku Petunjuk Teknis Florikultura 2016 24 OP dilaksanakan pada tanggal 18 – 20 Nov 2015 di Bogor
6.
Hasil/Outcome Terdistribusikannya Poster Tanaman Hias Dalam Pot, Poster Tanaman Hias Lansekap Seri Tanaman Penutup Tanah, Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya dan Pascapanen Melati, Katalog Anggrek Spesies Indonesia yang Telah Dibudidayakan, Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura tahun 2015-2019, Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap, Informasi Teknis Tanaman Hias Berdaun Indah dan Informasi Teknis Budidaya Tanaman Pot Seri Pelindung.
7.
Manfaat/Benefit Meningkatnya pengetahuan pelaku usaha, petugas dan masyarakat pada umumnya tentang/cara berbudidaya dan penanganan pascapanen melati, teknik perbanyakan tanaman pot dan lansekap, tanaman hias berdaun indah ada acuan tentang Renstra Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura serta adanya acuan pelaksanaan pengembangan florikultura baik di pusat maupun di daerah.
8.
Dampak/Inpact Berkembangnya agribisnis tanaman pot dan lansekap.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
247
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Buku Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya dan Pasca panen Melati merupakan panduan bagi petugas, masyarakat umum, pelaku usaha, petugas dinas pertanian, supaya lebih memahami cara berbudidaya yang baik dan penanganan Pasca panen Melati
b.
Buku Teknik Perbanyakan Tanaman Pot dan Lansekap merupakan panduan bagi pelaku usaha, petugas, hobiis, dan masyarakat umum agar lebih memahami teknik -teknik perbanyakan tanaman pot lansekap .
c.
Buku Katalog Anggrek Spesies Indonesia yang telah dibididayakan, merupakan panduan bagi masyarakat umum, pelaku usaha, petugas dinas pertanian
d.
Buku Tanaman pohon pelindung dan tanaman hias berdaun indah merupakan informasi tentang budidaya, taksonomi, agroklimat dan manfaat dari tanaman tersebut.
e.
Buku petunjuk teknis kegiatan florikultura 2016 dirancang sebagai acuan untuk memberikan informasi terkait kegiatan peningkatan produksi dan mutu florikultura baik dari segi budidaya maupun pascapanen. Dengan adanya buku ini diharapkan dapat mempermudah pelaksanaan pengembangan florikultura di daerah
f.
Buku Renstra merupakan acuan untuk menyusun kebijakan, strategi, program dan kegiatan pengembangan florikultura untuk tahun 2015-2019
9.2. Saran a.
Perlunya sosialisasi buku-buku tersebut kepada petugas, pelaku usaha dan masyarakat umum lainnya.
b.
Masih perlu dibuat berbagai jenis buku tanaman pot dan lansekap yang sangat dibutuhkan pelaku usaha dan masyarakat luas untuk mendukung pengembangan usaha flortikultura.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
248
BUKU SOP PASCAPANEN DRACAENA (SERI DRACAENA SANDERIANA), BUKU INFORMASI
TEKNIS
PASCAPANEN
TANAMAN
DAUN
DAN
BUNGA
POTONG,
PENCETAKAN ULANG BUKU MERANGKAI BUNGA
1.
Latar Belakang Penanganan pascapanen produk florikultura sangat berperan dalam mengamankan hasil produk dari sisi kehilangan hasil maupun mutu. Kegiatan pascapanen bertujuan mempertahankan mutu produk segar agar tetap prima sampai ke tangan konsumen, menekan kehilangan hasil baik kerusakan fisik maupun kimiawi, memperpanjang masa display atau kesegaran dan meningkatkan nilai ekonomis produk tanaman. Kegiatan pascapanen umumnya belum cukup baik dilakukan petani karena belum sepenuhnya menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pascapanen khususnya untuk produk florikultura.
Dalam rangka meningkatkan daya saing produk florikultura serta dalam melaksanakan fungsi Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura yang diantaranya adalah menyusun standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur, maka telah dilaksanakan kegiatan pembahasan Buku SOP Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana) dan Buku Informasi Teknis Pascapanen Tanaman Daun dan Bunga Potong. Buku SOP Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana) tersebut merupakan bahan acuan teknis penanganan pascapanen Dracaena bagi petugas baik di tingkat pusat maupun daerah sentra florikultura dan pelaku usaha florikultura sebagai upaya menekan kehilangan hasil dan mempertahankan mutu produk. Buku tersebut berisi informasi teknis penanganan pascapanen Dracaena sesuai standar Good Handling Practices (GHP) Florikultura. Sedangkan Buku Informasi Teknis Pascapanen Tanaman Daun dan Bunga Potong memberikan informasi tentang ragam bunga dan daun potong.
Pemanfaatan produk florikultura salah satunya dalam bentuk rangkaian bunga sebagai sarana untuk mengungkapkan hubungan emosional dengan orang terdekat, sahabat, atau keluarga. Produk florikultura yang telah dibentuk menjadi rangkaian bunga akan memiliki nilai tambah dibanding produk florikultura yang belum dirangkai. Keterampilan merangkai bunga merupakan salah satu bentuk kreatifitas untuk meningkatkan nilai tambah dari produk florikultura. Pada tahun 2014 telah disusun Buku Merangkai Bunga dan antusiasme masyarakat terhadap hadirnya buku tersebut tinggi. Pada tahun 2015 ini dilakukan pencetakan ulang Buku Merangkai Bunga untuk menyediakan informasi mengenai tata cara merangkai bunga.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
249
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan a.
Menyediakan pedoman bagi petugas dan pelaku usaha florikultura dalam penanganan pascapanen Dracaena.
b.
Menyediakan informasi teknis mengenai ragam bunga dan daun potong serta tata cara merangkai bunga.
c.
Meningkatkan pemahaman petugas dan pelaku usaha florikultura tentang penanganan pascapanen Dracaena, ragam bunga dan daun potong, serta teknik-teknik dasar merangkai bunga.
d.
Meningkatkan daya saing produk tanaman florikultura.
2.2. Sasaran a.
Tersedianya pedoman Standar Operasional Prosedur (SOP) Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana) sebagai bahan acuan teknis bagi petugas dan pelaku usaha florikultura dalam penanganan pascapanen Dracaena.
b.
Tersedianya informasi mengenai ragam bunga dan daun potong serta tata cara merangkai bunga.
c.
Meningkatnya pemahaman petugas dan pelaku usaha florikultura dalam penanganan pascapanen Dracaena, ragam bunga dan daun potong, serta memahami teknik-teknik dasar merangkai bunga.
d. 3.
Daya saing produk tanaman florikultura meningkat.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 144.890.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 138.937.000,3.3. Informasi Teknologi : Data dan Informasi Teknis 3.4. SDM
4.
Pelaksanaan Kegiatan 4.1. Melakukan perjalanan dinas dalam rangka Pengumpulan Informasi/Identifikasi pedoman pascapanen tanaman daun dan bunga potong. 4.2. Melaksanakan Pencetakan Buku SOP Pascapanen Dracaena. 4.3. Melaksanakan Pencetakan Buku Informasi Teknis Pascapanen Tanaman Daun dan Bunga Potong. 4.4. Melaksanakan Pencetakan Ulang Buku Merangkai Bunga 4.5. Memberikan honor kepada narasumber/pakar/praktisi 4.6. Memberikan honor kepada moderator
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
250
4.7. Melaksanakan pembayaran biaya paket meeting Pembahasan Buku SOP Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana) 4.8. Melaksanakan pembayaran biaya paket meeting
Buku Informasi Teknis
Pascapanen Tanaman Daun dan Bunga Potong. 4.9. Melaksanakan perjalanan dinas dalam
rangka Pembahasan Buku
SOP
Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana). 4.10. Melaksanakan perjalanan dinas dalam rangka Pembahasan Buku Informasi Teknis Pascapanen Tanaman Daun dan Bunga Potong.
5.
Keluaran/Output 5.1. Terlaksananya perjalanan dinas dalam rangka Identifikasi/Pengumpulan Informasi Pedoman Pascapanen Daun dan Bunga Potong sebanyak 4 OP ke Bogor. 5.2. Terlaksananya Pencetakan Buku SOP Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana) a.
Dicetak sebanyak 500 eksemplar
b.
Didistribusikan ke Dinas Pertanian Propinsi dan kabupaten/Kota sentra florikultura serta pelaku usaha florikultura.
5.3. Terlaksananya Pencetakan Buku Informasi Teknis Pascapanen Tanaman Daun dan Bunga Potong a.
Dicetak sebanyak 200 eksemplar
b.
Didistribusikan ke Dinas Pertanian Propinsi dan kabupaten/Kota sentra florikultura serta pelaku usaha florikultura.
5.4. Terlaksananya Pencetakan Buku Merangkai Bunga a.
Dicetak sebanyak 300 eksemplar
b.
Didistribusikan ke Dinas Pertanian Propinsi dan kabupaten/Kota sentra florikultura serta pelaku usaha florikultura.
5.5. Terlaksananya pemberian honor kepada narasumber pakar/praktisi pada kegiatan a.
Pembahasan Buku SOP Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana) pada tanggal 12 – 14 Agustus 2015 di Bogor.
b.
Pembahasan Buku Informasi Teknis Daun dan Bunga Potong (Seri Ragam daun dan Bunga Potong) pada tanggal 27 – 29 April 2015 di Bogor.
5.6. Terlaksananya pemberian honor kepada moderator a.
Pembahasan Buku SOP Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana) pada tanggal 12 – 14 Agustus 2015 di Bogor.
b.
Pembahasan Buku Informasi Teknis Daun dan Bunga Potong (Seri Ragam daun dan Bunga Potong) pada tanggal 27 – 29 April 2015 di Bogor.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
251
5.7. Terlaksananya pembayaran biaya paket meeting Pembahasan Buku SOP Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana) a.
Dilaksanakan pada tanggal 12 – 14 Agustus 2015.
b.
Bertempat di Bogor, Jawa Barat.
c.
Peserta pembahasan sebanyak 20 orang.
d.
Peserta yang hadir berasal dari Petugas Dinas Pertanian Kabupaten serta petani sentra florikultura khususnya Dracaena (Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Bogor), pelaku usaha Dracaena (CV. Global
Sakti
Mandiri),
Balai
Besar
Penelitian
dan
Pengembangan
Pascapanen Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI), Peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Petugas Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura. e.
Materi yang dibahas draft buku SOP Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana)
f.
Narasumber : 1.
Juang G Kartika, SP., M.Si (Institut Pertanian Bogor)
2.
Ir. Dwi Amiarsi (Balai Besar Pengembangan dan Penelitian Pascapanen Pertanian)
g.
3.
Ir. Debora Herlina A. MS (Balai Penelitian Tanaman Hias)
4.
Taofik Wahidin (CV. Global Sakti Mandiri)
5.
Ir. Tony Hartus, M.Si. (Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi)
Hasil : 1.
Terbahasnya Draft Standar Operasional Prosedur (SOP) Pascapanen Dracaena
(Seri
Pendahuluan,
Dracaena 2)
sanderiana)
Penerimaan
hasil
yang
berisi
tentang:
1)
panen,
3)
Sortasi,
4)
Perompesan/trimming, 5) Pencucian, 6) Grading, 7) Perlakuan/Treatment (Perendaman, Pengemasan,
Pengakaran,
Pertunasan
dan
Perangkaian),
8)
Mutu
dan
Pelabelan,
9)
Pengawasan
Pengangkutan/Distribusi, 10) Pencatatan, 11) Kriteria Mutu Bahan Baku Rangkaian Dracaena sanderiana dan 12) Formulir Pencatatan. 2.
Buku
SOP
diharapkan
Pascapanen dapat
Dracaena
menjadi
panduan
(Seri
Dracaena
sanderiana)
bagi petani/produsen
dalam
penanganan pascapanennya sehingga dapat mempertahankan mutu Dracaena dan meningkatkan nilai ekonomi produk. 3.
Hal
yang
pengurangan
harus
diperhatikan
materi dalam
serta
adanya
pembahasan Buku
penambahan SOP
dan
Pacapanen
Dracaena
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
252
-
Penulisan huruf latin harus konsisten.
-
Pada Bab Pendahuluan perlu ditambahkan beberapa kultivar Dracaena yang sering digunakan dalam rangkaian bamboo rejeki.
-
Penambahan perlakuan perendaman untuk menumbuhkan akar dan daun serta menghilangkan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
-
Penambahan kriteria batang Dracaena yang akan dirangkai, yaitu: a) diameter batang 5 – 12 mm, b) panjang batang keras 30 – 200 cm, c) daun tegak dengan kemiringan ± 45oC dari batang utama, d) ukuran lebar daun 1,5 – 2 cm, dan e) umur tanaman untuk dipanen minimal 4 (empat) bulan.
-
Penambahan istilah rangkaian Dracaena, yaitu rangkaian susun dan rangkaian kepang.
-
Penambahan aksesoris hiasan pada Bab Perlakuan/Treatment untuk mempercantik rangkaian Dracaena, yaitu berupa pita emas, lonceng kecil atau benda lainnya yang menarik.
-
Penambahan tahap pengawasan mutu yang meliputi pengecekan jumlah, kondisi media tanam, kondisi batang, dan kelengkapan pelabelan rangkaian.
-
Pengemasan Dracaena disesuaikan dengan ukuran produk.
-
Tahapan penyimpanan dalam SOP Pascapanen Dracaena tidak dilakukan karena setelah produk dirangkai langsung dikirim ke Negara tujuan ekspor, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk penyimpanan.
5.8. Terlaksananya pembayaran biaya paket meeting Pembahasan Buku Informasi Teknis Daun dan Bunga Potong (Seri ragam daun dan Bunga Potong) a.
Dilaksanakan pada tanggal 27 – 29 April 2015.
b.
Bertempat di Bogor, Jawa Barat.
c.
Pembahasan Buku Informasi Teknis Daun dan Bunga Potong dihadiri oleh 22 peserta.
d.
Peserta berasal dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur; Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sukabumi; Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor; Institut Pertanian Bogor (IPB); Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi); UPTD Pasar Rawa Belong; Forum Komunikasi Florikultura Indonesia (FKFI); Perangkai Bunga; petani tanaman hias daun dan bunga potong dari Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bogor serta staf Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
253
e.
Materi yang dibahas : draft Buku Informasi Teknis Daun dan Bunga Potong
f.
Narasumber :
g.
-
Dr. Dewi Sukma (Institut Pertanian Bogor)
-
Ir. Debora Herlina Adriyani, MS (Balai Penelitian Tanaman Hias)
-
Ir. Tony Hartus, M.Si (Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi)
-
Jayanudin S, STP (Dinas Pertanian TPH Cianjur)
Hasil : 1.
Buku Informasi Teknis Pascapanen Daun dan Bunga Potong seri Ragam Daun dan Bunga Potong ini memuat informasi tentang berbagai jenis daun dan bunga potong yang populer saat ini di pasaran. Informasi tersebut mengenai klasifikasi, morfologi/deskripsi, habitat, budidaya dan pascapanen (syarat tumbuh, cara perbanyakan, pemeliharaan, syarat panen dan pascapanen), serta sebaran sentra produksi.
2.
Beberapa bunga potong yang dibahas pada buku informasi teknis ini antara lain krisan, mawar, gerbera, anyelir, anggrek, sedap malam, aster, lili, gladiol, heliconia, hortensia, anthurium, celosia, snapdragon, calla lily, tapeinochilos, zingiber spectabile, baby breath, caspia, dan statice. Sedangkan daun potong yang dibahas pada buku informasi teknis ini antara lain philodendron, dracaena, hanjuang, leatherleaf, ruskus, asparagus, gardenia, palem, ivy, monstera, tifa, kadaka, sirih gading, calathea, cyperus, pittosporum, dan silver dollar.
3.
Pasar Bunga Rawa Belong merupakan pasar bunga terbesar di Indonesia, namun belum dilengkapi dengan fasilitas yang memadai, seperti cooling system, storage/packing house, sehingga transaksi jual beli tanaman hias segar paling banyak berlangsung pada malam hari untuk mempertahankan mutu produk.
4.
Harga produk florikultura khususnya bunga potong di Pasar Bunga Rawa Belong nilainya lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga jual dari petani, karena produk dari petani untuk sampai ke pasar bunga harus melalui beberapa pihak/tengkulak sehingga harga menjadi tinggi. Untuk itu diperlukan roadmap bunga potong untuk mencari rantai Supply Chain Management (SCM) yang terpendek sehingga margin dari petani sampai ke konsumen tidak terlalu jauh.
5.
Sedap malam yang banyak dipasarkan adalah varietas Roro Anteng dan Dian Arum. Sejalan dengan permintaan pasar yang terus meningkat, di Lampung terdapat varietas baru yang dihasilkan Bapak Wiyono, yaitu Wonotirto dengan karakteristik jumlah kuntumnya lebih banyak.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
254
6.
Pada kesempatan ini disosialisasikan juga tentang peraturan dan perundang-undangan untuk petani/pelaku usaha yaitu : a.
Pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2013
tentang
Perlindungan
dan
Pemberdayaan
Petani.
Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 67 pada Undang-Undang tersebut, petani berhak mendapatkan kemudahan dalam mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi; kerjasama alih teknologi; dan penyediaan fasilitas bagi Petani untuk mengakses ilmu pengetahuan, teknologi,
dan
informasi.
Penyediaan
informasi
sebagaimana
dimaksud berupa: (a) sarana produksi Pertanian; (b) harga Komoditas Pertanian; (c) peluang dan tantangan pasar; (d) prakiraan iklim, dan ledakan organisme pengganggu tumbuhan dan/atau wabah penyakit hewan menular; (e) pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan; (f) pemberian subsidi dan bantuan modal; dan (g) ketersediaan lahan Pertanian. b.
Peraturan Pemerintah RI No. 25 Tahun 2014 tentang Pemberian Fasilitas dan Insentif Usaha Hortikultura, Pasal 33 menyatakan bahwa usaha hortikultura mikro dan kecil dapat diberikan fasilitas apabila telah memiliki tanda pendataan, sedangkan untuk usaha menengah dan besar harus telah memiliki ijin usaha dan sertifikat yang berkaitan dengan bidang usahanya. Oleh karena itu, usaha mikro dan kecil hendaknya sudah terdaftar di Dinas Pertanian Kabupaten atau Kota sedangkan untuk pelaku usaha menengah harus mempunyai ijin dari Bupati atau Walikota. Pelaku usaha yang pemasarannya lintas kabupaten harus mempunyai ijin dari Gubernur. Mengenai perizinan usaha budidaya hortikultura ini diatur dalam Permentan No 70 Tahun 2014.
Petani yang ingin mendapatkan
pendaftaran ijin usaha harus menerapkan GAP dan GHP, dengan tanda pendataan/ijin usaha yang dimiliki maka petani akan mendapatkan akses kemudahan informasi maupun fasilitasi dari pemerintah. 5.9. Melaksanakan
perjalanan dinas dalam
rangka Pembahasan Buku
SOP
Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana) sebanyak 25 OP ke Bogor. 5.10. Melaksanakan perjalanan dinas dalam rangka Pembahasan Buku Informasi Teknis Pascapanen Tanaman Daun dan Bunga Potong sebanyak 25 OP ke Bogor.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
255
6.
Hasil/Outcome Tersedianya buku SOP Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana), Buku Informasi Teknis Daun dan Bunga Potong, dan Buku Merangkai Bunga.
7.
Manfaat/Benefit Meningkatnya pengetahuan dan wawasan petugas, petani dan pelaku usaha tentang florikultura khususnya ragam daun dan bunga potong, keterampilan dalam SOP Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana), dan teknik-teknik dasar Merangkai Bunga.
8.
Dampak/Impact Berkembangnya industri florikultura khususnya daun dan bunga potong, serta industri kreatif berbasis florikultura di dalam negeri.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Upaya mempertahankan mutu produk florikultura salah satunya dapat ditempuh dengan melaksanakan penanganan pascapanen yang baik sesuai dengan GHP. Dengan disusunnya buku SOP Pascapanen Dracaena (Seri Dracaena sanderiana) diharapkan dapat menjadi panduan bagi pelaku usaha dalam menjalankan bisnis Dracaena sanderiana.
b.
Pengetahuan terhadap karakteristik tanaman sangat dibutuhkan dalam penanganan budidaya dan pascapanen florikultura.
c.
Merangkai bunga merupakan salah satu keterampilan yang membutuhkan kreativitas seni. Dengan dicetak ulangnya Buku Merangkai Bunga dapat menjadi referensi bagi pemula dalam mempelajari teknis-teknis merangkai bunga.
9.2. Saran a.
Diperlukan informasi lebih lanjut terkait penanganan pascapanen tanaman daun dan bunga potong.
b.
Perlu dibuat Buku Merangkai Bunga untuk tingkat lanjut untuk lebih meningkatkan keterampilan dalam merangkai bunga.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
256
BUKU PEMBUATAN TAMAN INDOOR
1.
Latar Belakang Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang mempunyai prospek agribisnis yang cukup cerah di Indonesia.
Industri florikultura menjadi salah satu
industri yang sedang berkembang di Indonesia dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani, memperluas lapangan pekerjaan, pariwisata dan menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman. Florikultura adalah produk hortikultura yang dimanfaatkan sebagai bahan estetika. Disatu sisi tanaman florikultura selain untuk keindahan juga mempunyai manfaat bagi penawar polusi dan kelestarian lingkungan.
Peluang pasar tanaman hias baik dalam bentuk pot plant maupun bunga potong dan daun potong, dewasa ini semakin luas baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Konsumen tanaman hias berbagai ragam peminatnya yaitu para hobies, pedagang dan pengusaha toko bunga ataupun perangkai bunga, karena itu peluang tersebut perlu dimanfaatkan oleh petani dan pelaku usaha tanaman hias untuk meningkatkan pendapatannya. Dalam hal ini nursery adalah sebuah lokasi dimana tanaman hias diperbanyak dan dikembangkan sehingga mempunyai nilai ekonomis, yang dilakukan oleh petani.
Guna mendukung langkah kebijakan, baik pada level birokrasi maupun para praktisi untuk mengembangkan usaha tanaman hias, perlu adanya edukasi kepada peminat maupun masyarakat umum dalam pembuatan taman sebagai salah satu pemanfaatan tanaman florikultura.
Penyediaan pedoman-pedoman untuk menditeksi secara lebih akurat kebutuhan tanaman, akan sangat membantu upaya-upaya yang terkait dengan penentuan kebijakan pengembangan agribisnis maupun keputusan pemilihan investasi yang dilakukan oleh pelaku usaha. Sejalan dengan hal tersebut baik jenis informasi maupun manajemen pengelolaan dan pembuatan taman, perlu dikembangkan sedemikian rupa untuk berkembangnya industri tanaman hias.
Untuk itu Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura melakukan pembahasan buku pembuatan taman indoor yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi berbagai pihak dalam hal pengembangan florikultura.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
257
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Tujuan kegiatan ini adalah tercetaknya buku yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan taman indoor. 2.2. Sasaran Sasaran
kegiatan
adalah
meningkatkan
pengetahuan
petani
mengenai
pembuatan taman indoor. 3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp 43.600.000,3.2. Realisasi keuangan sebesar Rp. 3.3. Data dan informasi 3.4. SDM
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan yang dilaksanakan adalah : 4.1. Belanja Barang Untuk Pesediaan Barang Konsumsi Pencetakan Buku Pembuatan Taman Indoor 4.2. Belanja Jasa Profesi Honor Narasumber/Pakar/Praktisi 4.3. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota
5.
a.
Biaya paket Meeting Pembahasan Buku Pembuatan Taman Indoor
b.
Perjalanan dalam rangka pembahasan buku Pembuatan Taman Indoor
Keluaran/Output Kegiatan pembahasan buku pembuatan taman indoor ini dilaksanakan pada tanggal 1719 April 2015 di PPMKP Ciawi-Bogor, Propinsi Jawa Barat. Peserta yang hadir pada Pembahasan buku pembuatan taman indoor ini adalah Dr. Nizar Nasrullah (IPB), Diniwati (pelaku usaha PT Eldadi), Ferbiansyah (Arsitek lansekap), Arsyad Khrisna (Arsitek lansekap), Sutiyanto (Pelaku Usaha Tanaman Lanskap Dhagsinarga Art Stone), Elon (Pelaku Usaha Tanaman Lanskap Dhagsinarga Art Stone), Filly Kamal (Pelaku Usaha Tanaman Lanskap TAR) serta staf dari direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura. Jumlah pencetakan bukunya sebanyak 300 eksemplar. Adapun hasil dari pertemuan pembahasan buku pembuatan taman indoor ini adalah sebagai berikut :
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
258
a.
Penyusunan draft buku pembuatan taman indoor diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi/panduan bagi petani dan pelaku usaha serta petugas dalam mengembangkan produk tanaman florikultura untuk menjadi produk yang memiliki nilai tambah yang berdaya saing, khusus yang bergerak dibidang pembuatan taman, penyedia tanaman dan pemeliharaan taman.
b.
Ruang lingkup yang dibahas pada buku pembuatan taman indoor mencakup komponen taman indoor, teknis (desain, membuat dan memelihara), pengenalan jenis tanaman taman indoor dan tipe-tipe taman indoor.
c.
Buku pembuatan taman indoor ditulis secara lebih singkat, padat dan jelas, sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh petani baik poktan maupun gapoktan serta pelaku usaha florikultura lainnya. Walaupun begitu, pada hal-hal tertentu dibutuhkan penjelasan yang lebih mendetail.
d. 6.
Draft buku pembuatan taman indoor dan outline (terlampir).
Hasil/Outcome Meningkatnya pengetahuan mengenai teknik pembuatan Taman Indoor.
7.
Manfaat/Benefit Melalui teknik pembuatan Taman Indoor, nilai tambah dari tanaman florikultura dapat ditingkatkan.
8.
Dampak/Impact Dengan dimanfaatkanya ruang untuk pembuatan Taman Indoor maka kelestarian lingkungan terjaga.
9.
Kesimpulan dan saran 9.1. Kesimpulan Buku Pembuatan Taman Indoor dapat dijadikan sebagai guideline (pedoman) yang dapat digunakan oleh petani dan pelaku usaha untuk meningkatkan pengetahuan tentang teknik pembuatan taman dalam ruangan (Indoor Garden). Manfat lainnya adalah sebagai acuan untuk pengembangan ekonomi kreatif khususnya tanaman pot dan lanskap sehingga dengan adanya sentuhan seni, akan memberi nilai tambah dari produk tersebut. 9.2. Saran Buku pembuatan taman indoor disusun untuk membantu para petani dan pelaku usaha tanaman lanskap dalam mengembangkan usaha florikultura. Buku ini berisi tentang info pembuatan taman indoor mulai dari komponen taman indoor, teknis
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
259
(desain, membuat dan memelihara), pengenalan jenis tanaman taman indoor dan tipe-tipe taman indoor, sehingga dapat memberikan gambaran mengenai usaha florikultura kepada para peminatnya.
BUKU PEMBUATAN TAMAN OUTDOOR
1.
Latar Belakang Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang mempunyai prospek agribisnis yang cukup cerah di Indonesia.
Industri florikultura menjadi salah satu
industri yang sedang berkembang di Indonesia dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani, memperluas lapangan pekerjaan, pariwisata dan menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman. Florikultura adalah produk hortikultura yang dimanfaatkan sebagai bahan estetika. Disatu sisi tanaman florikultura selain untuk keindahan juga mempunyai manfaat bagi penawar polusi dan kelestarian lingkungan.
Peluang pasar tanaman hias baik dalam bentuk pot plant maupun bunga potong dan daun potong, dewasa ini semakin luas baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Konsumen tanaman hias berbagai ragam peminatnya yaitu para hobies, pedagang dan pengusaha toko bunga ataupun perangkai bunga, karena itu peluang tersebut perlu dimanfaatkan oleh petani dan pelaku usaha tanaman hias untuk meningkatkan pendapatannya. Dalam hal ini nursery adalah sebuah lokasi dimana tanaman hias diperbanyak dan dikembangkan sehingga mempunyai nilai ekonomis, yang dilakukan oleh petani.
Guna mendukung langkah kebijakan, baik pada level birokrasi maupun para praktisi untuk mengembangkan usaha tanaman hias, perlu adanya edukasi kepada peminat maupun masyarakat umum dalam pembuatan taman sebagai salah satu pemanfaatan tanaman florikultura.
Penyediaan pedoman-pedoman untuk menditeksi secara lebih akurat kebutuhan tanaman, akan sangat mebantu upaya-upaya yang terkait dengan penentuan kebijakan pengembangan agribisnis maupun keputusan pemilihan investasi yang dilakukan oleh pelaku usaha. Sejalan dengan hal tersebut baik jenis informasi maupun manajemen pengelolaan dan pembuatan taman, perlu dikembangkan sedemikian rupa untuk berkembangnya industri tanaman hias.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
260
Untuk itu Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura melakukan pembahasan buku pembuatan taman outdoor yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi berbagai pihak dalam hal pengembangan florikultura. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Tujuan kegiatan ini adalah tercetaknya buku yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan taman Outdoor. 2.2. Sasaran Sasaran
kegiatan
adalah
meningkatkan
pengetahuan
petani
mengenai
pembuatan taman Outdoor. 3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp 44.850.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 3.3. Data dan informasi 3.4. SDM
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan yang dilaksanakan adalah : 4.1. Belanja Barang Untuk Pesediaan Barang Konsumsi Pencetakan Buku Pembuatan Taman Outdoor 4.2. Belanja Jasa Profesi Honor Narasumber/Pakar/Praktisi 4.3. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota
5.
a.
Biaya paket Meeting Pembahasan Buku Pembuatan Taman Outdoor
b.
Perjalanan dalam rangka pembahasan buku Pembuatan Taman Outdoor
Keluaran/Output Kegiatan Pembahasan buku pembuatan taman outdoor ini dilaksanakan pada tanggal 20-22 April 2015 di PPMKP Ciawi-Bogor, Propinsi Jawa Barat. Peserta yang hadir pada Pembahasan buku pembuatan taman Outdoor ini adalah Dr. Nizar Nasrullah (IPB), Ir. Iwan Ismaun (IALI), Ferbiansyah (Arsitek lansekap), Decky Suprapto (Arsitek lansekap), Rojalih (Pelaku Usaha Tanaman Lanskap), Jaelani (Pelaku Usaha Tanaman Lanskap), Marta Angela (Pelaku Usaha Tanaman Lanskap Cita Anggun Flora) dan Evi Sofyan (Pelaku Usaha Tanaman Lanskap Pojok Hijau) serta staf dari direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura. Jumlah pencetakan bukunya sebanyak 250 eksemplar.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
261
Adapun hasil dari pertemuan pembahasan buku pembuatan taman outdoor ini adalah sebagai berikut : a.
Penyusunan draft buku pembuatan taman outdoor diharapkan dapat bermanfaat sebagai panduan praktis dalam membuat rancangan taman dengan menggunakan sumberdaya lokal yang tersedia baik material maupun bangunannya agar taman yang dibuat mudah dipelihara, estetis dengan menggunanakan material yang tersedia.
b.
Ruang lingkup yang dibahas pada buku pembuatan taman outdoor mencakup mulai dari material taman yang akan dibuat, proses perancangan, pelaksanaan dan pemeliharaan taman.
c.
Buku pembuatan taman outdoor ditulis secara lebih singkat, padat dan jelas, sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh petani baik poktan maupun gapoktan serta pelaku usaha florikultura lainnya. Walaupun begitu, pada hal-hal tertentu dibutuhkan penjelasan yang lebih mendetail.
d.
6.
Draft buku pembuatan taman outdoor dan outline (terlampir).
Hasil/Outcome Meningkatnya pengetahuan mengenai teknik pembuatan Taman Outdoor.
7.
Manfaat/Benefit Melalui teknik pembuatan Taman Outdoor, nilai tambah dari tanaman florikultura dapat ditingkatkan.
8.
Dampak/Impact Dengan dimanfaatkanya ruang untuk pembuatan Taman Outdoor maka kelestarian lingkungan terjaga.
9.
Kesimpulan dan saran 9.1. Kesimpulan Buku Pembuatan Taman Outdoor dapat dijadikan sebagai guideline (pedoman) yang dapat digunakan oleh petani dan pelaku usaha untuk meningkatkan pengetahuan tentang teknik pembuatan taman. Manfat lainnya adalah sebagai acuan untuk pengembangan ekonomi kreatif khususnya tanaman pot dan lanskap sehingga dengan adanya sentuhan seni, akan memberi nilai tambah dari produk tersebut.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
262
9.2. Saran Buku pembuatan taman outdoor disusun untuk membantu para petani dan pelaku usaha tanaman lanskap dalam mengembangkan usaha florikultura. Buku ini berisi tentang info pembuatan taman outdoor mulai dari material taman yang akan dibuat, proses perancangan, pelaksanaan dan pemeliharaan taman, sehingga dapat
memberikan gambaran mengenai
usaha florikultura kepada
para
peminatnya.
PEMBUATAN ROAD MAP KRISAN
1.
Latar Belakang Krisan (Dendrathema grandiflora Tzvelev syn. Chrysanthemum morifolium Ramat) merupakan salah satu jenis tanaman hias bunga potong yang sangat populer dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bunga potong krisan banyak dimanfaatkan sebagai rangkaian untuk bahan dekorasi ruangan. Rangkaian bunga krisan banyak digunakan untuk mendukung kesemarakan berbagai acara, di antaranya upacara adat dan keagamaan, perkawinan, kelahiran, kematian maupun resepsi kenegaraan. Bunga krisan lebih disukai oleh para florist untuk rangkaian bunga daripada jenis bunga lainnya, karena bunga krisan mempunyai bentuk, tipe dan warna bunga yang lebih beragam sehingga lebih mudah dikreasikan untuk berbagai keperluan.
Dalam lima
tahun terakhir konsumsi bunga krisan di dalam negeri menempati peringkat pertama dari semua jenis bunga yang diperdagangkan di pasar domestik.
Seiring dengan
meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan bertambahnya kesadaran masyarakat akan keindahan lingkungan, kebutuhan nasional akan bunga krisan makin meningkat. Pada tahun 2011 lebih dari 400 juta bunga potong krisan telah dimanfaatkan oleh konsumen untuk perangkaian bunga dan kebutuhan lainnya (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2012).
Produksi krisan sejak lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 produksi krisan di dalam negeri mencapai 305.867.882 tangkai lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 dan 2010 masing-masing mencapai
107.847.072
tangkai dan 185.232.970 tangkai.
Bunga krisan yang dihasilkan tersebut berasal dari 18 Kabupaten/Kota di wilayah Indonesia, yaitu Tanah Karo, Pagar Alam, Lampung Barat, Cianjur, Bandung Barat, Sukabumi, Semarang, Karanganyar, Wonosobo, Sleman, Pasuruan, Malang, Kota Batu,
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
263
Tabanan, Karangasem, Tomohon, Bantaeng, Dan Gowa. Dari volume produksi krisan tersebut sebanyak 1.329.468 tangkai telah diekspor ke berbagai negara, seperti Jepang, Hongkong, Timur Tengah, dan Amerika serikat. Luas area produksi krisan di Indonesia mencapai 10.024.605 m2.
Pengembangan krisan membutuhkan strategi yang tepat agar memberi dampak luas terhadap perekonomian nasional.
Salah satu sarana yang diperlukan dalam
pengembangan krisan ialah perluasan areal yang dapat diarahkan di lahan-lahan potensial seperti lahan kering yang belum dimanfaatkan secara optimal untuk kegiatan pertanian pangan. Lahan yang tersedia untuk budidaya krisan masih luas. Di luar Jawa terdapat 20,5 juta ha lahan kering yang dapat dikembangkan untuk usahatani krisan. Selain melalu perluasan areal tanam, pengembangan krisan dapat dilakukan melalui intensifikasi untuk peningkatan produktivitas, efisiensi produksi, dan mutu hasil. Di pihak lain pengembangan krisan tidak hanya terpusat pada peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil melainkan juga penguatan kelembagaan petani, peningkatan nilai tambah, perbaikan akses pasar, pengembangan unit usaha bersama, perbaikan sistem permodalan, pengembangan infrastruktur, serta pengaturan tata niaga dan insentif usaha. Hal ini diperlukan dalam rangka peningkatan daya saing komoditas secara komprehensif.
Dari aspek teknis, pengembangan krisan membutuhkan dukungan inovasi teknologi sebagai komponen pengungkit daya saing. Inovasi yang diperlukan secara mendasar antara lain ialah varietas unggul baru, benih bermutu, teknologi budidaya yang efisien dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu, teknologi panen dan pascapanen, pemasaran dan pengembangan produk untuk meningkatkan nilai tambah.
Secara nasional pengembangan krisan memerlukan dukungan investasi pemerintah maupun swasta. Investasi tersebut membutuhkan biaya yang cukup besar. Biaya investasi mencakup perluasan areal tanam lahan kering dan infrastruktur, perbenihan, penyuluhan, penelitian dan pengembangan, penyediaan sarana produksi, dan pembangunan sarana dan jaringan jaringan pasar. Dalam rangka mendorong investasi dari swasta, maka pemerintah perlu membuat berbagai kebijakan, antara lain pengembangan
insentif
investasi,
kelembagaan
keuangan
dan
permodalan,
peningkatan dukungan teknologi yang siap diterapkan di lapangan, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, kelembagaan agribisnis, dukungan pemasaran, serta dukungan peraturan dan perundangan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
264
Krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1998 menyebabkan terhambatnya upaya peningkatan produksi krisan.
Penyediaan sarana agroinput, khususnya pupuk dan
pestisida yang dibutuhkan petani mulai terganggu akibat naiknya harga pupuk
dan
pestisida, sehingga penggunaan sarana agroinput tersebut tidak sesuai dengan yang direkomendasikan. Demikian pula benih bermutu juga tidak tersedia secara optimal, kalaupun ada dipasaran harganya sangat tinggi sehingga tidak terjangkau petani.
Kondisi ini menyebabkan petani menggunakan benih yang diproduksinya sendiri dengan kualitas yang di bawah standar mutu. Di sisi lain petani berada pada pihak yang lemah dan tidak memiliki kemampuan mengakses harga, sehingga harga jual hasil panen yang diperolehnya sangat rendah karena intervensi para tengkulak kemampuannya sendiri.
di luar
Ketersediaan sumberdaya yang dimiliki petani sering
menyebabkan petani tidak mampu mengatasi masalah yang diinduksi oleh perubahan lingkungan. Akibatnya produksi dan produktivitas usahatani krisan menjadi rendah.
Pengembangan usahatani krisan umumnya diarahkan untuk menghasilkan produk guna memenuhi kebutuhan pangan keluarga serta pendapatan petani. Meskipun demikian sebagian petani memproduksi krisan tidak untuk kebutuhan pangan keluarga semata, tetapi juga menggunakannya untuk operasional usahatani.
Sebagian besar petani
mengembangkan krisan untuk tujuan komersial skala ekonomis yang diikuti dengan tata cara budidaya yang baik dan benar berbasis GAP serta penerapan prinsip good handling practices guna peningkatan nilai tambah.
Masalah lainnya yang terjadi
berkaitan dengan pengembangan usaha krisan adalah kurangnya tenaga kerja yang tersedia mengingat krisan dianggap sebagai tanaman inferior di bawah padi. Hal ini menyebabkan alokasi sumberdaya yang disediakan pemerintah sangat terbatas.
Pengembangan usaha krisan perlu diarahkan pada upaya peningkatan daya saing. Hal ini sejalan dengan perubahan kondisi lingkungan strategis berupa berkembangnya blok kerjasama ekonomi regional dan internasional yang menciptakan persaingan yang semakin ketat.
Arahan tersebut terangkum dalam strategi dan program pengembangan yang implementasinya melibatkan seluruh stakeholder secara sinergis. Implementasi tersebut diarahkan secara bertahap dalam jabaran waktu tertentu dan dituangkan dalam roadmap. Road map ini disusun sebagai pedoman dalam mensinergikan program dan rencana aksi peningkatan daya saing. Secara spesifik, penyusunan road map ini
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
265
bertujuan untuk menyiapkan arah dan strategi kebijakan, program dan rencana aksi,tahapan kegiatan mencapai kriteria daya saing komoditas krisan yang ditetapkan. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan a.
Menyiapkan kerangkan acuan dalam penyusunan roadmap pengembangan komoditas krisan yang berdaya saing.
b.
Membangun persepsi dan menetapkan langkah tindak yang sama di antara tim penyusun dalam menyelesaikan roadmap pengembangan krisan sesuai jadwal yang ditetapkan.
c.
Menyiapkan acuan dasar bagi pengembangan komoditas krisan yang berdaya saing dan berkelanjutan.
2.2
Sasaran a.
Tersedianya kerangka acuan dalam penyusunan roadmap pengembangan komoditas krisan yang berdaya saing
b.
Terbangunnya persepsi dan ditetapkannya tindak lanjut yang sama di antara tim penyusun dalam menyelesaikan roadmap pengembangan krisan sesuai jadwal yang ditetapkan
c.
Tersedianya acuan dasar bagi pengembangan komoditas krisan yang berdaya saing dan berkelanjutan.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran Rp. 84.966.000,3.2. Realisasi Keuangan : Rp. 84.500.000,3.3. Informasi Teknologi
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan pembuatan road map krisan dilaksanakan dalam bentuk belanja jasa yang terdiri dari (1) Identifikasi masalah, (2) Pembahasan materi dengan rapat koordinasi melalui FGD, (3) Pengumpulan data, (4) Penyusunan Laporan Pendahuluan (outline) Road Map Krisan dan (5) Pembahasan dan Finalisasi Road Map Krisan.
5.
Keluaran/Output Dihasilkannya road map krisan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
266
6.
Hasil/Outcome Tersedianya rancangan sistem usahatani krisan yang bernilai tinggi, sistem rantai pasok terpadu yang berbasis kelembagaan, pemberdayaan kelembagaan petani, rancangan industri agroinput dan jasa pendukung serta rancangan industri pascapanen bagi peningkatan nilai tambah.
7.
Manfaat/Benefit Berkembangnya potensi sumberdaya berbasis produksi pada krisan dengan skala industri.
8.
Dampak/Impact Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu produk krisan potong.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan 1.
Krisan
merupakan
komoditas
florikultura
yang
berpotensi
untuk
dikembangkan. Pasar krisan masih sangat terbuka dan terus berkembang baik di pasar domestik maupun mancanegara. 2.
Pengembangan krisan di Indonesia hampir mencapai luas areal 9,7 juta m2 (setara dengan 970 ha) dengan total produksi lebih dari 427,2 juta tangkai dengan setara produksi utama adalah Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Utara, dan Sumatera Utara.
3.
Pengembangan krisan didukung oleh : (a) animo masyarakat untuk mengembangkan krisan masih tinggi; (b) varietas unggul banyak tersedia sebagai pilihan pasar; (c) Teknologi
produksi tersedia dan sudah dikenal
masyarakat, dan (d) potensi pengaturan produksi agar dapat produksi sepanjang tahun. 4.
Pengembangan krisan menghadapi tantangan antara lain : (a) tuntutan kualitas; tingan.
5.
dari konsumen yang semakin tinggi; (b) wilayah yang sesuai untuk membudidayakan krisan semakin terbatas; (c) ketersediaan bibit bermutu terbatas; (d) serangan OPT dan dampak perubahan perubahan iklim yang menurunkan produksi dan kualitas hasil, dan (e) semakin langka serta mahalnya input pertanian.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
267
9.2. Saran a.
Pengembangan krisan perlu dilakukan secara terintegrasi mulai dari sektor hulu (on farm) sampai sektor hilir (off farm) dan berkesinambungan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
b.
Strategi pengembangan krisan dilakukan dengan arahan untuk peningkatan produksi, peningkatan kualitas, dan pengembangan pasar baik untuk memenuhi pasar domestik maupun pasar ekspor.
c.
Strategi untuk meningkatkan produksi dan kualitas terdiri dari : (a) penyediaan lahan usaha tani florikultura untuk pengembangan kawasan agribisnis florikultura; (b) penyediaan varietas dan benih bermutu sesuai selera pasar dan kondisi agroklimat wilayah pengembangan; (c) penyediaan sarana prasarana pendukung untuk penerapan teknologi produksi; (d) Pembangunan infrastruktur dasar (jalan, air, listrik, telekomunikasi, pelabuhan/bandara); (e) penerapan norma GAP/GHP dalam porses produksi dan pascapanen; (f) pemantapan sistem sertifikasi; (g) penyiapan skim pembiayaan; (h)penguatan fungsi pendidikan dan penyuluhan, dan (i) peningkatan kualitas SDM.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
268
1770.012.
PEMBINAAN PENGEMBANGAN TANAMAN FLORIKULTURA
012. PELAKSANAAN (PERTEMUAN, WORKSHOP, SOSIALISASI, PEMBINAAN)
TEMU KOORDINASI PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN FLORIKULTURA
1.
Latar Belakang Florikultura merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai upaya penumbuhan perekonomian daerah dan nasional. Dalam lima tahun terakhir banyak bermunculan pelaku usaha tanaman florikultura mulai skala kecil sampai menengah, mengingat permintaan tanaman florikultura terus meningkat baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor. Dengan demikian tanaman florikultura dapat diposisikan sebagai komoditas perdagangan yang penting di dalam negeri maupun di pasar global.
Meskipun memiliki potensi besar, tetapi perkembangan usaha tanaman florikultura masih berjalan relatif lambat. Hal ini terlihat dari skala usaha yang masih kecil, peningkatan produksi yang relatif masih rendah, dan belum tertatanya sistem produksi dan pasar. Berbagai upaya perlu dilakukan secara intensif dengan melibatkan seluruh pihak terkait agar usaha/bisnis tanaman florikultura dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap perekonomian nasional. Upaya yang dilakukan antara lain melalui penumbuhan sentra-sentra tanaman florikultura baru dan mengutuhkan kawasan yang sudah ada menuju skala industri melalui pengelolaan yang baik diharapkan tanaman florikultura Indonesia mempunyai daya saing dan berdampak terhadap peluang kerja, pertumbuhan perekonomian, dan pembangunan sektor jasa di daerah.
Dalam rangka membangun industri florikultura yang berdaya saing perlu dilakukan melalui penerapan teknologi dan perbaikan infrastruktur antara lain perbaikan sarana prasarana produksi/budidaya dan pascapanen yang diperkuat dengan kelembagaan yang mendukung dalam pengembangan kawaan dengan memanfaatkan potensi yang ada. Sebagian besar usaha pengembangan florikultura masih terbatas pada skala usaha kecil dan mengalami kendala dalam teknologi budidaya, dan pascapanen sehingga belum dapat bersaing.
Sehubungan dengan itu perlu dilakukan pembinaan maupun bimbingan teknis dalam hal teknologi serta sosialisasi regulasi. Pembinaan dan bimbingan teknis dilakukan melalui koordinasi dengan para pemangku kepentigan, dalam upaya perbaikan system
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
269
produksi, peningkatan kapasitas pelaku, dan petugas lapang. Pola pembinaan dilakukan dengan mengidentifikasi masalah teknologi yang ada di lapang kemudian dilakukan pendampingan dan pembinaan dan sosialisasi. Dengan adanya pembinaan dan bimbingan teknis diharapkan alih teknologi budidaya serta regulasi yang ada dapat diterapkan dan berjalan dengan baik, yang pada akhirnya dapat menghasilkan produk sesuai standar mutu dan usahanya dapat meningkat.
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Meningkatkan pemahaman maupun kompetensi petani/pelaku usaha dan petugas dalam menerapkan teknologi maupun penyampaian kebijakan yang mendukung pengembangan florikultura. 2.2. Sasaran Meningkatnya kemampuan
pelaku usaha
dan
petugas pertanian
dalam
pengembangan florikultura yang berdaya saing.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 91.950.000,3.2. Realisasi keuangan sebesar Rp. 91.480.000,3.3. Sarana Penunjang 3.4. Informasi Teknis 3.5. SDM
4.
Pelaksanaan Kegiatan a.
Persiapan -
Administrasi (surat-menyurat, menghubungi narasumber, menghubungi dinas terkait, dll).
b.
Pelaksanaan -
Menyediakan ATK dan bahan komputer dalam rangka koordinasi florikultura.
-
Membuat publikasi (spanduk) kegiatan koordinasi florikultura.
-
Menyediakan sarana penunjang dalam rangka koordinasi florikultura.
-
Penggandaan materi kegiatan koordinasi florikultura.
-
Melakukan perjalanan dalam rangka pelaksanaan koordinasi florikultura.
-
Melaksanakan kegiatan temu koordinasi pengembangan florikultura.
-
Menyediakan
akomodasi
dan
konsumsi
kegiatan
temu
koordinasi
pengembangan florikultura.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
270
-
Memberikan honor kepada narasumber/pakar/praktisi, Eselon II, Eselon III ke bawah, dan Narasumber setingkat Eselon I.
-
Melakukan perjalanan dalam rangka bimbingan teknis dan pengawalan kawasan tanaman pot dan lansekap, melati, dan anggrek.
-
Menyediakan konsumsi bimbingan teknis kawasan tanaman pot dan lansekap, melati, dan anggrek.
-
Memberikan penggantian transport peserta bimbingan teknis kawasan tanaman pot dan lansekap, melati, dan anggrek.
5.
Keluaran/Output 012.
Pelaksanaan (Pertemuan, Workshop, Sosialisasi, Pembinaan)
TEMU KOORDINASI FLORIKULTURA Terfasilitasinya pelaksanaan temu koordinasi pengembangan florikultura. a.
Waktu dan Tempat Kegiatan Temu Koordinasi Pengembangan Florikultura dilaksanakan pada tanggal 30 Maret-1 April 2015 di Wisma Industri, Cisarua-Bogor, Jawa Barat.
b.
Peserta Peserta koordinasi florikultura berjumlah 80 orang, terdiri dari Kabid Hortikultura Provinsi dan Kabupaten/Kota penerima Tugas Pembantuan (TP) tahun anggaran 2015 dari 45 Kab/Kota, 22 Provinsi, serta petugas/panitia pusat Dit. Budidaya dan Pascapanen Florikultura.
c.
Materi 1)
Arahan oleh Direktur Jenderal Hortikultura.
2)
Capaian Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Florikultura Tahun 2014, Strategi Pelaksanaan 2015 dan Rancangan 2016.
3)
Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Florikultura 2014.
4)
Strategi Pelaksanaan Kegiatan 2015.
5)
Prosedur Pengajuan e-proposal tahun 2016 dan Rambu-rambu Perencanaan 2016.
d.
6)
Penyusunan Rancangan Renja Tahun 2016.
7)
Rancangan Awal Pra e-proposal Kegiatan 2016.
8)
Rumusan Kegiatan 2015 dan Rancangan 2016.
Narasumber Direktur Jenderal Hortikultura, Direktur Budidaya dan Pascapanen Florikultura, Kabag Perencanaan Setditjen Hortikultura, Kasubdit Budidaya Tanaman Pot dan Lansekap dan Kasubdit Budidaya Daun dan Bunga Potong.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
271
e.
Hasil Pertemuan 1)
Arahan Direktur Jenderal Hortikultura a)
Dianjurkan supaya provinsi dan kabupaten/kota membuat Blue Print rancangan kegiatan dan program dimana di dalam bisnis florikultura tersebut
harus
mendapat
perhatian
yang
sungguh-sungguh
yang
dicerminkan adanya kebijakan yang dikeluarkan provinsi/kabupaten/kota. Penyusunan Blue Print atau cetak biru harus dilakukan bersama-sama dengan instansi serta stakeholder terkait seperti Litbang, LIPI, Perguruan Tinggi, Pelaku usaha, ahli, dan instansi lainnya dengan menetapkan fokus komoditas yang akan diprioritaskan lalu dimasukkan ke dalam e-proposal 2016. b)
Pasar tanaman hias di tingkat dunia berkisar 125 milyar USD dimana hal ini melebihi devisa Indonesia yang berkisar antara 111-115 milyar USD. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai perdagangan florikultura dunia sangatlah besar dimana hal ini menjadi peluang pasar bagi pelaku usaha dalam negeri untuk dapat mengembangkan usahanya ke depan.
c)
Pembangunan industri Florikultura harus dimulai dari sektor hilirnya terlebih dahulu dengan mencari atau menciptakan pasar bagi produk florikultura. Kemudian diikuti dengan pembenahan di sektor hulu yang meliputi on farm dan off farm nya untuk memenuhi preferensi konsumen.
d)
Pelaku usaha perlu melakukan kreatifitas dalam berpromosi sebagai contoh penempatan outlet berpendingin dekat dengan cafe sebagai meeting point, dekat lokasi Car Free Day sebagai tempat meeting point bagi masyarakat
e)
Fasilitasi pendanaan dari pemerintah untuk pengembangan florikultura sangatlah kecil, tetapi fasilitasi tersebut dapat diprioritaskan antara lain:
2)
-
Pembuatan Cetak biru atau Blue Print
-
Studi daya saing
-
Promosi florikultura yang memerlukan kreatifitas
-
Pilot model
-
Penelitian bersama
-
Membangun network
-
Pelatihan keterampilan
Arahan Direktur Budidaya dan Pascapanen Florikultura a)
Hasil evaluasi dijadikan acuan untuk perencanaan di tahun berikutnya. Evaluasi tersebut tidak hanya perihal administrasi saja, akan tetapi evaluasi kepada pelaku usaha harus dilakukan juga untuk mengetahui
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
272
perkembangan dan kemajuan dari program yang sedang dilaksanakan. Untuk itu program harus terukur yang dapat dilihat dari peningkatan pendapatan pelaku usaha tersebut. b)
Sampai saat ini, database florikultura masih belum tersedia. Hal ini mungkin
disebabkan
karena
preferensi
konsumen
cepat
berubah
(tergantung trend) sehingga data sulit didapat atau keterbatasan jumlah dan kompetensi petugas dalam menangani komoditas florikultura. Sebagai contoh, heliconia turun sampai 41% secara nasional. Hal itu perlu diberikan penjelasan yang bersifat objektif. c)
Salah satu cara untuk pengungkit pemasaran florikultura dengan model Demand Driven antara lain outlet berpendingin di Kota Bandung dan Semarang. Hal ini disebabkan kegiatan produksi banyak dilakukan di Kabupaten sedangkan konsumennya sebagian besar berada di perkotaan. Outlet berpendingin di Kota Semarang telah beroperasi meskipun belum dilaksanakan lelang jasa untuk pengelolaan outlet tersebut dan dapat dijadikan
percontohan atau
studi
banding
bagi kota
yang
akan
mengadakan outlet berpendingin. d)
Untuk kegiatan integrasi krisan, Cianjur akan dijadikan show window dan dapat dijadikan model dalam penerapan budidaya, GAP, GHP, Registrasi dan sebagainya bagi sentra-sentra krisan lainnya.
e)
Terkait dengan kerjasama dalam penguatan nursery untuk mendukung program P2KH dan Green City melalui fasilitasi pemberdayaan kampung flori, Direktorat Florikultura telah merintis kerjasama dengan Direktorat Perkotaan-PU. Sampai dengan tahun 2014, sudah terlaksana program P2KH di 112 Kabupaten/Kota dimana ini merupakan peluang pasar bagi pelaku usaha binaan florikultura. Namun pada tahun ini mengalami stagnan yang disebabkan adanya perubahan struktur organisasi di Kementerian PU.
3)
Evaluasi Kegiatan Pengembangan Florikultura a)
Serapan pusat dan daerah untuk florikultura mencapai 91,18% yaitu sebesar 39,6 milyar dengan perincian 96% merupakan serapan pusat dan 89,61%
untuk
dikarenakan
realisasi
daerah.
terhambatnya
Serapan
pelaksanaan
terendah
kegiatan
yaitu
74,78%
florikultura
yang
disebabkan beberapa faktor. b)
Hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan florikultura tahun 2014 di beberapa daerah, ditemukan realisasi melebihi dari target yang ditetapkan. Hal tersebut secara administrasi tidak menyalahi aturan, namun dari sisi RKP
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
273
menjadi tidak wajar. Oleh karena itu perlu dicari penyebabnya serta kecermatan dalam perencanaan agar tidak terulang lagi di tahun berikutnya. Disamping itu, bila akan mengajukan ralat POK harus dikonsultasikan
lebih
dahulu
terkait
capaian
RKP.
diperuntukaan pemenuhan kebutuhan yang petani
Ralat
tidak
dapat memenuhi
secara swadaya. c)
Registrasi lahan usaha melampaui 100% yaitu 190 %. Hal ini karenakan registrasi di Provinsi Jawa Timur tidak per kelompok tani, namun perpetani sehingga yang teregistrasi sangat banyak. Perencanaan kedepan perlu diputuskan registrasi per petani atau tetap per kelompok.
d)
Realisasi sarana prasarana mencapai 183% karena terdapat revisi tanpa sepengetahuan pusat. Terdapat daerah yang meralat sarana prasaranya menjadi unit-unit yang lebih kecil. Sehingga, meskipun tidak merubah nilai uangnya, namun hal tersebut dapat menimbulkan pertanyaan pada saat pemeriksaan dan tidak semestinya semua kebutuhan petani dipenuhi, bila petani dapat memenuhinya.
e)
Setiap wilayah memiliki LO di tingkat pusat dan sangat terbuka bagi orang daerah untuk koordinasi dan konsultasi.
f)
DIPA dan POK harus dicermati sejak awal sehingga jika terdapat kegiatan yang perlu dilakukan revisi atau ralat bisa dilakukan sedini mungkin dan tidak menunggu mendekati waktu pelaksanaan.
f.
Perjalanan -
Perjalanan dalam rangka pelaksanaan koordinasi florikultura dilaksanakan sebanyak 20 OP ke Cisarua-Kab. Bogor, Jawa Barat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
274
BIMBINGAN TEKNIS KAWASAN TANAMAN POT DAN LANSEKAP, MELATI, DAN ANGGREK
Terlaksananya bimbingan teknis kawasan tanaman pot dan lansekap dilaksanakan 6 (enam) kali, bimbingan teknis kawasan melati dilaksanakan 1 (satu) kali, dan bimbingan teknis kawasan anggrek dilaksanakan 1 (satu) kali.
Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot Dan Lansekap 1 (Bandar Lampung) a.
Waktu dan Tempat Kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap yang pertama dilaksanakan pada tanggal 22 April 2015 di Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.
b.
Peserta Peserta dalam kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap sebanyak 30 orang yang terdiri atas Petugas Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Pelaku Usaha/Petani tanaman pot dan landscape di Provinsi Lampung.
c.
Materi Materi dalam pertemuan bimtek kawasan tanaman pot dan lansekap adalah: Identifikasi dan evaluasi masalah yang terjadi di lapangan untuk tanaman pot dan lansekap; dan sosialisasi regulasi yang terkait hortikultura, terutama yang berkaitan dengan florikultura
d.
Hasil Pertemuan 1)
Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi sentra pengembangan tanaman florikultura, khususnya tanaman pot lansekap. Pengembangan tanaman pot dan lansekap di Provinsi Lampung terdapat di Kota Metro, Pekalongan Lampung Timur, dan Kota Bandar Lampung. Selain tanaman pot dan lansekap, di Provinsi Lampung juga mulai dikembangkan tanaman bunga potong sedap malam di Kabupaten Tanggamus.
2)
Sampai dengan saat ini di Provinsi Lampung belum ada lahan budidaya tanaman florikultura yang sudah melakukan registrasi lahan usaha.
3)
Registrasi lahan usaha ini diperlukan dalam rangka mempersiapkan pasar bebas Asia Tenggara serta menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan fasilitasi dan insentif usaha hortikultura yang merupakan: -
Usaha budidaya hortikultura mikro dan kecil (termasuk florikultura);
-
Usaha hortikultura yang ramah lingkungan;
-
Usaha hortikultura yang mengembangkan komoditas unggulan nasional dan daerah;
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
275
4)
5)
6)
-
Usaha hortikultura organik;
-
Usaha hortikultura yang bergerak di bidang penelitian dan pengembangan.
Bentuk fasilitasi dan insentif usaha hortikultura yang diberikan adalah: -
Kemudahan perizinan;
-
Pemanfaatan lahan;
-
Penjaminan;
-
Akses permodalan;
-
Pemasaran;
-
Kemudahan kerjasama/ kemitraan.
Syarat untuk melakukan registrasi lahan usaha antara lain adalah : -
Sudah menerapkan kaidah GAP sesuai PP No. 25 tahun 2014;
-
Sudah menerapkan prinsip PHT;
-
Unit usaha sudah ada;
-
Semua kegiatan sudah tercatat.
Kelompok tani yang akan melakukan registrasi usaha minimal lahan budidayanya adalah 2.500 m2, dengan lahan boleh secara terpencar (tidak dalam satu hamparan).
7)
Pengembangan
tanaman
bunga
potong
sedap
malam
di
Kabupaten
Tanggamus saat ini sudah ada satu varietas yang sudah dalam proses pendaftaran ke Kementerian Pertanian yaitu sedap malam varietas Wonotirto. Proses sudah sampai di PPTPP Kementerian Pertanian. Proses pendaftaran varietas ini sempat mengalami kendala karena diperlukan uji DNA dengan sedap malam jenis lain sebagai pembanding, tetapi uji ini sudah dilakukan di laboratorium IPB Bogor dan hasilnya sudah diketahui bahwa varietas Wonotirto ini berbeda dari varietas Roro Anteng dari Kabupaten Pasuruan. 8)
Bapak Miyono saat ini sudah memproduksi sendiri bibit (bonggol) tanaman sedap malam varietas Wonotirto, akan tetapi sampai saat ini Bapak Miyono belum terdaftar sebagai penangkar benih, seharusnya pendaftaran penangkar benih ini dilakukan ke BPSB Provinsi Lampung.
Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot Dan Lansekap Ke-2 (Karanganyar) a.
Waktu dan Tempat Kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap yang kedua dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2015 di Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
276
b.
Peserta Peserta dalam kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap sebanyak 20 orang yang terdiri atas Petugas Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Pelaku Usaha/petani tanaman pot dan lansekap di Kabupaten Karanganyar.
c.
Materi Materi dalam pertemuan bimtek kawasan tanaman pot dan lansekap adalah: Identifikasi dan evaluasi masalah yang terjadi di lapangan untuk kawasan tanaman pot dan lansekap; sosialisasi GAP florikultura; dan sosialisasi regulasi yang terkait hortikultura, terutama yang berkaitan dengan florikultura.
d.
Hasil Pertemuan 1)
Untuk pengelolaan produksi anggrek,perlu belajar kepada kelompok yang sudah eksis, dan diupayakan dalam 1-2 hamparan yang dikelola bersama kelompok.
2)
Untuk produksi anggrek dari fasilitasi pengembangan kawasan dari APBN agar dipilih petani yang benar-benar berpengalaman untuk budidaya anggrek.
3)
Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu daerah yang potensial untuk pengembangan tanaman florikultura, baik tanaman bunga potong, tanaman pot dan lansekap serta anggrek.
4)
Komoditas florikultura yang diusahakan petani di Kabupaten Karanganyar terbagi di tiga wilayah dengan komoditas yang berbeda. Pengembangan krisan terletak di Desa Nglebak, Kecamatan Tawangmangu dan di Kecamatan Ngargoyoso. Pengembangan anggrek terletak di Kelurahan Bolong-Kecamatan Karanganyar, sedangkan tanaman pot dan lansekap terletak di Desa NglurahKecamatan Tawangmangu.
5)
Tawangmangu merupakan suatu daerah di wilayah Karanganyar yang mempunyai potensi wisata dan hortikultura yang menjanjikan karena letaknya yang berada di dataran tinggi. Salah satunya adalah pengembangan usaha florikultura. Hal ini karena banyak terdapat hotel dan restoran di sekitar tempat wisata dan semakin memasyarakatnya penggunaan bunga potong untuk wedding party.
6)
Kabupaten Karanganyar sudah mendapat fasilitasi dana bantuan untuk pengembangan tanaman anggrek sejak tahun 2011. Untuk komoditas krisan fasilitasi berupa screen house dan benih diperoleh pada tahun 2013, sedangkan untuk kelompok tanaman pot dan lansekap baru mendapatkan bantuan pada tahun 2015.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
277
7)
Pelaku usaha tanaman pot dan lansekap di daerah ini umumnya belum menerapkan GAP dalam melakukan usaha taninya. Oleh karena itu, sampai saat ini belum ada lahan usaha yang diregistrasi.
8)
Petani masih belum mempunyai pengetahuan tentang adanya Undang-undang Hortikultura serta beberapa Permentan yang berhubungan erat dengan usaha budidaya tanamannya. Salah satunya mengenai Registrasi Lahan Usaha.
9)
Petani diharapkan dapat menerapakan cara berbudidaya yang baik seperti telah diamanahkan di dalam Permentan No. 48 tahun 2013 tentang GAP Florikultura dan Permentan No. 73 tahun 2013 tentang GHP hortikultura.
10) Bila petani sudah dapat berbudidaya yang baik, maka berbagai macam kemudahan akan didapat seperti yang diamanahkan di dalam PP No. 25 tahun 2014 tentang Pemberian Fasilitas dan Insentif Usaha Hortikultura. 11) Syarat untuk mendapatkan fasilitas dan insentif minimal sudah memiliki registrasi lahan usaha. Disamping itu pelaku usaha harus memiliki tanda daftar/ijin usaha hortikultura. Bagi pelaku usaha mikro (< 50 juta rupiah) dan kecil (50 – 500 juta rupiah) harus memilki tanda daftar, sedangkan pelaku usaha sedang (500 juta – 10 M rupiah) dan besar (> 10 M rupiah) harus memiliki ijin seperti yang diatur di dalam Permentan No. 70 tahun 2014 tentang pedoman Perijinan Usaha Hortikultura. 12) Permohonan registrasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a) telah memahami dan menerapkan GAP, b) telah memahami dan menerapkan prinsip PHT, c) telah memiliki, memahami dan menerapkan SOP, dan d) telah melakukan pencatatan. 13) Proses registrasi lahan dapat dilakukan kepada Dinas Pertanian Provinsi melalui Dinas Pertanian Kabupaten, yang berlaku selama 2 tahun dan dapat melakukan proses perpanjangan selama 2 tahun berikutnya setelah didahului survailen baik secara berkala maupun sewaktu-waktu untuk mengetahui komitmen dan kosistensi penerapan GAP pada lahan usahanya. 14) Petani membutuhkan pelatihan usaha inovasi kreatif seperti pembuatan papan bunga dan dekorasi. 15) Pelaku usaha krisan di daerah ini masih mengalami kesulitan dalam pemasaran karena selama ini baru bekerjasama dengan 1 (satu) floris. 16) Umumnya pelaku usaha tanaman pot dan lansekap masih berusaha sendirisendiri belum bergabung dalam kelompok tani. 17) Kebutuhan tanaman masih banyak disuplay dari luar daerah yaitu dari Kota Batu, Bandungan-Semarang, Cihideung-Bandung Barat. Para pelaku usaha tanaman pot dan lansekap di Desa Nglurah-Kec. Tawangmangu lebih
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
278
berorientasi pada penjualan dari pada usaha produksi penjualan/pemasaran tanaman pot dan lansekap ke berbagai kota di seluruh Indonesia. 18) Komoditas florikultura tidak diharuskan berlabel, tetapi penangkarnya cukup terdaftar di BPSB.
Bimbingan teknis kawasan tanaman pot dan lansekap ke-3 (Pontianak) a.
Waktu dan Tempat Kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap yang ketiga dilaksanakan pada tanggal 11 Juni 2015 di Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat.
b.
Peserta Peserta dalam kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap adalah sebanyak 30 orang yang terdiri dari petugas BPSBTPH, BPTPH, BPTP, BBI, KCD, penyuluh pertanian, pelaku usaha tanaman pot dan lansekap serta Petugas Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Barat, Kota Pontianak, Kabupaten Kuburaya dan Kabupaten Mempawa.
c.
Materi Materi dalam pertemuan bimtek kawasan tanaman pot dan lansekap adalah: Identifikasi dan evaluasi masalah yang terjadi di lapangan untuk kawasan tanaman pot dan lansekap; sosialisasi GAP florikultura; dan sosialisasi regulasi yang terkait hortikultura, terutama yang berkaitan dengan florikultura.
d.
Hasil Pertemuan 1)
Bimbingan Teknis di Kalimantan Barat ini untuk mengidentifikasi potensi serta permasalahan di lapangan dalam pengembangan kawasan untuk tanaman pot dan lansekap. Beberapa komoditas florikultura di Kalimantan Barat memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan usahanya. Hal yang umum terjadi di tingkat petani yaitu keterbatasan modal dan juga akses pasar.
2)
Di Kalimantan Barat, permasalahan yang terjadi yaitu minimnya jumlah petani yang melakukan budidaya tanaman pot dan lansekap. Hanya sekitar 20% saja jumlah petani yang ada, sedangkan sisanya 80% adalah pedagang.
3)
Kalimantan Barat memiliki potensi untuk pengembangan tanaman lansekap, yang sebelumnya lebih banyak terfokus hanya untuk komoditas anggrek. Beberapa jenis tanaman lansekap andalan dari Kalbar yang dapat menjadi komoditas utama meliputi bougenvile, nanas merah, dan palem merah. Untuk komoditas bougenvile banyak dibudidayakan di Sungai Kunyit yang terletak di dekat pantai, serta tanah yang berpasir menghasilkan bougenvile yang
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
279
berwarna cerah dan indah. Dalam sebulan mampu memproduksi 5-6 ribu tanaman dan berpotensi untuk dikembangkan. 4)
Tanaman pot dan lansekap Kalimantan Barat banyak diekspor ke Serawak, Brunai, dan Malaysia Timur. Dalam sebulan sebanyak 5-6 kali pengiriman dengan omset 50-60 juta per pengiriman oleh 4 orang eksportir tanaman. Sedangkan untuk nanas merah baru dapat dipenuhi sebanyak 140 ribu perbulan dari keseluruhan permintaan sebesar 400 ribu dari Jakarta, Bali, Kediri, dan Malang. Untuk palem merah, permintaan mencapai 12 ribu namun yang dapat dipenuhi hanya 2 ribu saja.
5)
Kebutuhan tanaman pot dan lansekap di Kalimantan Barat sebanyak 20% diambil dari pulau Jawa seperti tanaman anting putri, yasmin, cemara, sikas. Setiap bulan harus mendatangkan 3-4 kontainer berbagai jenis tanaman hias (uk. 40 feet) dengan modal 180-200 juta. Sedangkan tanaman lansekap yang paling banyak permintaannya yaitu aneka palem, corimbosa, dan brokoli.
6)
Di Kota Pontianak telah terbentuk asosiasi FORPENTA sejak tahun 2005 dengan anggota yang terdaftar sebanyak 74 orang anggota, dan 140 orang belum menjadi angota. Namun beberapa tahun terahir ini FORPENTA vakum, tidak melakukan kegiatan rutin. Sebagian besar anggota hanya memiliki modal kecil, lahan terbatas dan tidak jelas jangka waktu penyewaannya. Pada pedagang kecil, 80% tanaman didatangkan dari Pulau Jawa. Permasalahan lain seperti: ketidakpastian lahan usaha, lemahnya dukungan pemerintah, serta fasilitasi yang bisa didapatkan belum terinformasikan kepada mereka. Selain itu, 40% anggotanya masih perlu penguatan usahanya sehingga dapat terjadi kesetaraan dengan anggota lainnya yang sudah lebih mapan. Sulitnya menemukan serta menumbuhkan petani tanaman lansekap menjadi kendala utama dalam pengembangan florikultura di Kalbar.
7)
Sejak tahun 2011, Kalimantan Barat melalui APBN telah difasilitasi untuk pengembangan tanaman anggrek. Namun dalam perjalanannya kurang berkembang secara signifikan karena pH air rendah ± 4-4,5 yang kurang mendukung
bagi
pertumbuhan
anggrek
terutama
dendrobium
dan
phalaenopsis. Kecuali anggrek vanda yang cukup toleran untuk daerah pH rendah khususnya di Pontianak dan sekitarnya. Mengingat Pontianak dan sekitarnya cukup potensial untuk pengembangan tanaman pot dan lansekap, terutama untuk pemasarannya maupun untuk produksinya maka mulai tahun 2015 fasilitasi diarahkan untuk pengembangan antara lain tanaman pot dan lansekap luas 5.000 m2, sarana budidaya 2 unit dan sarana pascapanen 2 unit. Selain itu mendapatkan fasilitasi dalam rangka penguatan nursery. Namun
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
280
kelompok penerima fasilitasi tersebut belum ditentukan oleh Dinas Pertanian. Dinas Pertanian Kalimantan Barat belum mengirimkan e-proposalnya untuk tahun 2016 sehingga perlu dipantau khusus sampai e-proposal terkirim. 8)
Dalam menghadapi MEA, registrasi lahan usaha diperlukan petani untuk menghadapi persaingan usaha nanti. Untuk itu, perlu adanya kejelasan perihal status lahan serta jangka waktu sewanya. Lahan yang teregistrasi juga merupakan salah satu syarat bagi kelompok tani mendapatkan fasilitasi dan insentif sebagaimana yang tercantum dalam PP No. 25 tahun 2015, pasal 50 tentang Usaha Hortikultura.
9)
Untuk mengembangkan usaha tanaman pot dan lansekap, pelaku usaha membutuhkan fasilitasi mesin pengolah kompos, pot atau plybag dan sarana budidaya lainnya.
Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot Dan Lansekap Ke-4 (Padang) a.
Waktu dan Tempat Kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap yang keempat dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus 2015 di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat.
b.
Peserta Peserta dalam kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap sebanyak 30 orang yang terdiri dari petugas Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Barat, petugas Dinas Pertanian Kota Padang dan pelaku usaha tanaman pot dan lansekap Kota Padang.
c.
Materi Materi dalam pertemuan bimtek kawasan tanaman pot dan lansekap adalah: Identifikasi dan evaluasi masalah yang terjadi di lapangan untuk kawasan tanaman pot dan lansekap; sosialisasi regulasi yang terkait hortikultura, terutama yang berkaitan dengan florikultura; dan teknik perbanyakan tanaman pot dan lansekap.
d.
Hasil Pertemuan 1)
Bimbingan Teknis di Kota Padang ini untuk mengidentifikasi potensi serta permasalahan di lapangan dan mengevaluasi kegiatan pengembangan kawasan florikultura terutama tanaman pot dan lansekap.
2)
Kota Padang adalah salah satu daerah sentra produksi tanaman pot dan lansekap di Provinsi Sumatera Barat dan kini sudah memiliki kawasan florikultura yang ditetapkan melalui di SK Gubernur yaitu daerah Lubuk Minturun.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
281
3)
Kota Padang sudah mendapat fasilitasi dana bantuan APBN untuk komoditas tanaman hias raphis sejak tahun 2007,tetapi perkembangan untuk komoditas ini kurang begitu baik dan saat ini pelaku usaha beralih usaha ke tanaman pot dan lansekap. Tanaman raphis adalah bagian dari tanaman pot dan lansekap, oleh karena itu tanaman yang sudah ada harus tetap dipelihara dan dikembangkan.
4)
Komoditas raphis yang semula ditujukan sebagai komoditas ekspor, namun karena harga tidak menguntungkan pelaku usaha maka saat ini tanaman dipasarkan di pasar lokal dan rental.
5)
Pada tahun 2015, daerah ini mendapat fasilitasi bantuan APBN untuk pengembangan tanaman pot dan lansekap. Bantuan berupa pengembangan kawasan 5.000 m2, sarana prasarana budidaya (screen house, power sprayer, irigasi), penguatan nursery dan sarana pacapanen 2 unit (motor roda 3). Perkembangan bantuan untuk pengembangan kawasan masih proses kontrak, rencananya di bulan September sudah SP2D, sarana budidaya screen house fisik sudah jadi namun SP2D belum karena pembayaran ditangguhkan karena barang tidak sesuai spek, penguatan nursery design dari PU sudah ada, power sprayer barang sedang dipesan dan akhir agustus baru tersedia. Pengadaan sarana pascapanen berupa motor roda 3 sudah dilaksanakan dan barang sudah diterima kelompok tani penerima.
6)
Beberapa jenis tanaman lansekap yang umumnya diusahakan antara lain brokoli, sambang dara, bougenville, anthurium, pucuk merah, puring, taiwan beauty, palem, dll.
7)
Ketersediaan tanaman masih kurang, oleh karena itu kebutuhan tanaman pot dan lansekap di Kota Padang masih banyak yang didatangkan dari Pulau Jawa.
8)
Pada saat musim kemarau beberapa pelaku usaha kesulitan mendapatkan air karena sumber air dangkal, oleh karena itu mereka membutuhkan fasilitasi pengairan berupa pompa air.
9)
Jumlah kelompok tani yang mengusahakan tanaman hias bertambah, namun ada beberapa kelompok tani yang pasang surut berusaha taninya, oleh karena itu perlu pemberdayaan kelompok tani tanaman hias.
10) Di Kota Padang sudah ada champion pelaku usaha tanaman hias yaitu ibu Upik yang bisa membantu sesama pelaku usaha untuk teknologi budidaya dan memasarkan produknya, tetapi baru beberapa saja yang menjadi mitra untuk bekerjasama.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
282
11) Pelaku usaha masih perlu informasi pengenalan jenis-jenis tanaman hias yang permintaannya cukup cepat, banyak dan bagus serta stabil. 12) Pelaku usaha pernah ikut pelatihan design lansekap tingkat dasar dengan narasumber dari IALI dan IPB dan ingin mengikuti pelatihan tingkat lanjut. Yang berhak mengeluarkan sertifikat pelatihan adalah IALI, oleh karena itu perlu koordinasi dengan pihak IALI. 13) Pelaku usaha pernah ikut pelatihan design lansekap tingkat dasar dan ingin mengikuti pelatihan tingkat lanjut. Yang berhak mengeluarkan sertifikat pelatihan adalah IALI, oleh karena itu perlu koordinasi dengan pihak IALI. 14) Untuk meningkatkan nilai jual, usaha tanaman hias membutuhkan kreatifitas, oleh karena itu masih perlu peningkatan kualitas SDM pelaku usaha.
Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot Dan Lansekap Ke-5 (Padang Panjang) a.
Waktu dan Tempat Kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap yang kelima dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus 2015 di Kota Padang Panjang, Provinsi Sumatera Barat.
b.
Peserta Peserta dalam kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap sebanyak 30 orang yang terdiri dari petugas Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Barat, petugas Dinas Pertanian Kota Padang Panjang, petugas Dinas Pertanian Kabupaten Solok, pelaku usaha tanaman pot dan lansekap Kota Padang Panjang dan Kabupaten Solok.
c.
Materi Materi dalam pertemuan bimtek kawasan tanaman pot dan lansekap adalah: Identifikasi dan evaluasi masalah yang terjadi di lapangan untuk kawasan tanaman pot dan lansekap; sosialisasi regulasi yang terkait hortikultura, terutama yang berkaitan dengan florikultura; dan teknik perbanyakan tanaman pot dan lansekap.
d.
Hasil Pertemuan 1)
Bimbingan Teknis di Kota Padang Panjang ini untuk mengidentifikasi potensi serta permasalahan di lapangan dan mengevaluasi kegiatan pengembangan kawasan florikultura terutama tanaman pot dan lansekap.
2)
Kota Padang Panjang dan Kabupaten Solok adalah salah satu daerah sentra produksi untuk tanaman florikultura termasuk tanaman pot dan lansekap di Provinsi Sumatera Barat.
3)
Kota Padang Panjang sudah mendapat fasilitasi dana bantuan APBN untuk komoditas tanaman hias raphis sejak tahun 2007 namun perkembangan untuk
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
283
komoditas ini kurang begitu baik dan saat ini pelaku usaha beralih usaha ke tanaman pot dan lansekap. Tanaman raphis adalah bagian dari tanaman pot dan lansekap, oleh karena itu tanaman yang sudah ada harus tetap dipelihara dan dikembangkan. 4)
Komoditas raphis yang semula ditujukan sebagai komoditas ekspor, namun karena harga tidak menguntungkan pelaku usaha maka saat ini tanaman dipasarkan di pasar lokal dan rental.
5)
Pada tahun 2015, Kota Padang Panjang mendapat fasilitasi bantuan APBN untuk
pengembangan
tanaman
pot
dan
lansekap.
Bantuan
berupa
pengembangan kawasan 2.800 m2, sarana prasarana budidaya berupa screen house dan sarana pacapanen 1 unit berupa motor roda 3. Perkembangan bantuan untuk pengembangan kawasan masih proses kontrak, rencananya di bulan September sudah SP2D, sarana budidaya screen house fisik sudah jadi namun SP2D belum karena pembayaran ditangguhkan karena barang tidak sesuai spek. Pengadaan sarana pascapanen berupa motor roda 3 sudah dilaksanakan dan barang sudah diterima kelompok tani penerima. 6)
Beberapa jenis tanaman lansekap yang umumnya diusahakan antara lain brokoli, sambang dara, soka, aglaonema, bougenville, anthurium, pucuk merah, puring, taiwan beauty, palem, dll.
7)
Ketersediaan tanaman masih kurang, oleh karena itu kebutuhan tanaman pot dan lansekap di Kota Padang Panjang masih banyak yang didatangkan dari pulau Jawa.
8)
Pada saat musim kemarau pelaku usaha kesulitan mendapatkan air karena sumber air dangkal, oleh karena itu mereka membutuhkan fasilitasi pengairan berupa pompa air.
9)
Keterbatasan lahan di Kota Padang Panjang untuk pengembangan tanaman hias karena usaha tanaman dilakukan di sekitar kota dengan lahan yang sangat terbatas.
10) Pelaku usaha masih perlu informasi pengenalan jenis-jenis tanaman hias yang permintaannya cukup bagus dan stabil. 11) Kota Padang Panjang produksinya masih sangat terbatas, masih kecil-kecil dan pemasaran masih terbatas yaitu hanya Kota Padang dan Kota Bukittinggi. 12) Beberapa pelaku usaha florikultura masih tergantung kepada bantuan pemerintah dalam mengembangkan usahanya. Kemandirian usahanya sangat lemah.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
284
13) Kota Padang Panjang sudah melakukan ekspor raphis 4 kali, saat ini produksi siap ekspor sangat terbatas, pemasaran raphis kini hanya pasar dalam negeri dan rental. 14) Pelaku usaha tanaman hias di Kabupaten Solok mengharapkan fasilitasi pengembangan tanaman pot dan lansekap selain krisan. 15) Pelaku usaha krisan di Kabupaten Solok kesulitan mendapatkan saprodi untuk usahataninya. 16) Untuk meningkatkan nilai jual, usaha tanaman hias membutuhkan kreatifitas, oleh karena itu masih perlu peningkatan kualitas SDM pelaku usaha.
Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot Dan Lansekap Ke-6 (Bukittinggi) a.
Waktu dan Tempat Kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap yang keenam dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus 2015 di Kota Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat.
b.
Peserta Peserta dalam kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap sebanyak 40 orang yang terdiri dari petugas Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Barat, petugas Dinas Pertanian Kota Bukittinggi, petugas Dinas Pertanian Kabupaten Agam, Dinas Pertanian Kota Payakumbuh, pelaku usaha tanaman pot dan lansekap dari Kota Bukittinggi, Agam dan Payakumbuh.
c.
Materi Materi dalam pertemuan bimtek kawasan tanaman pot dan lansekap adalah Identifikasi dan evaluasi masalah yang terjadi di lapangan untuk kawasan tanaman pot dan lansekap; sosialisasi regulasi yang terkait hortikultura, terutama yang berkaitan dengan florikultura; dan teknik perbanyakan tanaman pot dan lansekap.
d.
Hasil Pertemuan 1)
Bimbingan Teknis di Kota Bukittinggi ini untuk mengidentifikasi potensi serta permasalahan di lapangan dan mengevaluasi kegiatan pengembangan kawasan florikultura terutama tanaman pot dan lansekap.
2)
Kota Bukittinggi, Kota Payakumbuh, dan Kabupaten Agam adalah salah satu daerah sentra produksi untuk tanaman florikultura termasuk tanaman pot dan lansekap di Provinsi Sumatera Barat.
3)
Kota Bukittinggi dan Kota Payakumbuh sudah mendapat fasilitasi dana bantuan APBN untuk komoditas tanaman hias raphis sejak tahun 2008, sedangkan Kabupaten Agam mendapat fasilitasi mulai tahun 2010. Dengan berjalannya waktu, perkembangan untuk komoditas ini kurang begitu baik dan saat ini
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
285
pelaku usaha beralih usaha ke tanaman pot dan lansekap. Tanaman raphis adalah bagian dari tanaman pot dan lansekap, oleh karena itu tanaman yang sudah ada harus tetap dipelihara dan dikembangkan. 4)
Komoditas raphis yang semula ditujukan sebagai komoditas ekspor, tetapi karena harga tidak menguntungkan pelaku usaha maka saat ini tanaman dipasarkan di pasar lokal dan rental.
5)
Pada tahun 2015, Kota Bukittinggi dan Kota Payakumbuh mendapat fasilitasi bantuan APBN melalui TP Provinsi untuk pengembangan tanaman pot dan lansekap. Bantuan berupa pengembangan kawasan masing-masing 5.000 m2, sarana prasarana budidaya berupa screen house dan sarana pacapanen berupa motor roda 3. Perkembangan bantuan untuk pengembangan kawasan masih proses kontrak, rencananya di bulan September sudah SP2D, sarana budidaya screen house fisik sudah jadi namun SP2D belum karena pembayaran ditangguhkan karena barang tidak sesuai spek. Pengadaan sarana pascapanen berupa motor roda 3 sudah dilaksanakan dan barang sudah diterima kelompok tani penerima.
6)
Kabupaten Agam mendapat fasilitas bantuan APBN berupa pengembangan kawasan tanaman pot dan lansekap 5.000 m2, sarana pascapanen berupa sungkup besar 1 unit dan sungkup mini 14 unit, SL GAP dan SL GHP masingmasing 1 kelompok.
7)
Beberapa jenis tanaman lansekap yang umumnya diusahakan antara lain brokoli, sambang dara, soka, aglaonema, bougenville, anthurium, pucuk merah, puring, taiwan beauty, palem, dll.
8)
Ketersediaan tanaman masih kurang, oleh karena itu kebutuhan tanaman pot dan lansekap di Kota Bukittinggi, Kota Payakumbuh dan Kabupaten Agam masih banyak yang didatangkan dari Pulau Jawa.
9)
Pada saat musim kemarau pelaku usaha kesulitan mendapatkan air karena sumber air dangkal, oleh karena itu mereka membutuhkan fasilitasi pengairan berupa pompa air.
10) Keterbatasan lahan untuk pengembangan tanaman hias karena usaha tanaman dilakukan di sekitar kota dengan lahan yang sangat terbatas. 11) Pelaku usaha masih perlu informasi pengenalan jenis-jenis tanaman hias yang permintaannya cukup bagus dan stabil. 12) Beberapa pelaku usaha florikultura masih tergantung kepada bantuan pemerintah dalam mengembangkan usahanya. Kemandirian usahanya sangat lemah.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
286
13) Untuk meningkatkan nilai jual, usaha tanaman hias membutuhkan kreatifitas, oleh karena itu masih perlu peningkatan kualitas SDM pelaku usaha. 14) Tanaman hias menjadi tanaman unggulan di Kota Bukittinggi dan pada tahun 2015 salah satu kelompok tani menjadi KT terbaik se-Provinsi Sumatera Barat yaitu KT Sansiflora.
Bimbingan Teknis Kawasan Melati (Pekalongan) a.
Waktu dan Tempat Kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan melati yang kedua dilaksanakan pada 21 Mei 2015 di Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah.
b.
Peserta Peserta dalam kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Melati adalah sebanyak 30 orang yang terdiri atas Petugas Dinas Pertanian Kabupaten Tegal, Diperta Pekalongan, Diperta Pemalang, Diperta Batang, dan Pelaku Usaha/petani dari 4 kabupaten sentra produksi melati
c.
Materi Materi dalam pertemuan bimtek melati adalah : Identifikasi dan evaluasi masalah yang terjadi di lapangan untuk tanaman melati; dan sosialisasi regulasi yang terkait hortikultura, terutama yang berkaitan dengan florikultura.
d.
Hasil Pertemuan 1)
Indonesia menempati posisi ke 3 (tiga) setelah Thailand dan India dalam produksi melati di dunia. Tercatat hanya 20% melati Indonesia yang diekspor, sedangkan sisanya untuk kebutuhan pasar domestik. Hal ini menunjukkan besarnya peluang pasar dalam maupun luar negeri untuk melati Indonesia.
2)
Jawa Tengah memberikan share terbesar terhadap produksi nasional yaitu 92,11% dengan luas lahan 1.500 ha. Adapun sentra produksi melati utama terdapat di 4 Kabupaten yaitu Pemalang, Batang, Tegal, dan Pekalongan. Sampai tahun 2014, Kabupaten Batang terus memberikan kontribusi produksi dan luas panen terbesar di Indonesia.
3)
Pendataan melati sangat mempengaruhi data florikultura nasional. Tidak tercatat dan terekapnya data melati di beberapa sentra produksi oleh petugas KCD mengakibatkan penurunan yang signifikan pada data produksi melati akan berimplikasi terhadap data nasional. Hal ini dapat disebabkan tidak tercatat dan terekapnya data melati di beberapa sentra produksi oleh petugas KCD. Antara Direktorat teknis dan pencatat data kurang dapat berkoodinasi sehingga megakibatkan fluktuatifnya data yang tersedia.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
287
4)
Dalam rangka meningkatkan, paling tidak untuk mengimbangi alih fungsi lahan melati dan menurunnya luas lahan melati akibat abrasi, pemerintah memberikan fasilitasi melati sejak tahun 2016. Untuk tahun 2015 salah satunya berupa pengembangan kawasan di 4 Kabupaten @ 10.000 m2. Meskipun serapan anggaran masih cukup kecil, namun kegiatan pengembangan kawasan di Kabupaten Tegal serta CPCL telah dilakukan. Untuk Kabupaten Tegal, Pemalang dan Pekalongan masih dalam proses yang disesuaikan awal musim hujan. Saat ini sedang dipersiapkan SL GAP dan GHP yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat di 4 Kabupaten.
5)
Melati di Kabupaten Pemalang mengalami permasalahan serangan hama ulat yang merusak tanaman belum ditemukan penanggulangannya secara efektif.
6)
Melati setelah panen hanya dapat bertahan sehari sehingga perlu terobosan untuk dapat mempertahankan kesegaran melati yang lebih lama. Selain itu, modal petani melati sebagian besar sangat lemah berasal dari hutang ke pengepul yang mengakibatkan petani melati semakin kurang berdaya, sehingga harga tergantung pengepul melati.
7)
Di Kabupaten Batang terjadi abrasi besar-besaran yang menggerus sekitar 250 ha di sentra melati pantura, baik di Kabupaten Tegal, Pemalang, Batang, dan Pekalongan, sehingga diperlukan penanganan abrasi di Pantura 4 kabupaten sentra melati secara massal dan bertahap tiap tahun. Terutama pemecah ombak, penanaman bakau, dan tanaman penahan abrasi lainnya dengan melibatkan semua elemen masyarakat dan koordinasi dengan pihak terkait seperti Badan Lingkungan Hidup.
8)
Pabrik teh kini banyak menggunakan essence sebagai pengganti melati sehingga harga melati menurun. Diharapkan kelebihan produksi melati belum dapat dimanfaatkan untuk minyak atsiri dan perlu dicari untuk manfaat yang lain.
9)
Di Pekalongan sudah terbentuk asosiasi harum melati, tetapi di 3 kabupaten sentra melati belum ada asosiasi melati sebagai upaya untuk mengatasi berbagai masalah melati dan percepatan pengembangan industri melati di 4 kabupaten telah dibentuk Asosiasi Melati Pantura Indonesia (ASTIRA) dengan Ketua Bapak Setiono dari Kabupaten Batang yang dapat menaungi 4 kabupaten sentra melati tersebut.
10) Dikarenakan banyaknya pabrik di Jabodetabek yang berpindah ke wilayah Pantura menyebabkan adanya alih fungsi lahan dan alih profesi mengakibatkan menurunnya luas lahan melati dan beralihnya tenaga kerja petik melati menjadi
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
288
pegawai pabrik. Selain itu harga input berupa tenaga kerja, pupuk, pestisida, polybag, dan lain-lain juga merangkak naik. 11) Thailand sebagai negara produsen melati terbesar di dunia menerapkan sistem budidaya yang cukup berbeda dengan di Indonesia. Salah satunya yaitu jarak tanam yang tidak terlalu rapat antar tanaman, dengan biaya operasional dan cara panen yang lebih efisien. Jarak tanam melati di Pantura sangat rapat 1020 tanaman/m2. Hal ini mengakibatkan sulitnya pemupukan, pengendalian OPT, bunga hanya tumbuh pada satu permukaan, jumlah bunga yang dipanen sedikit, dan ukuran diameter melati lebih kecil. Panen bunga melati tidak dikendalikan, sehingga jumlah panen tidak sesuai permintaan pasar. Adakalanya panen raya harga turun dan saat permintaan tinggi produksi turun. 12) Terkait dengan registrasi lahan melati, pada akhir tahun 2014 telah dilakukan kunjungan ke Kabupaten Tegal. Namun, hampir seluruh lahan yang diusulkan belum terdapat dokumen pencatatan. Sehingga provinsi belum dapat mengeluarkan nomor registrasinya.
Bimbingan Teknis Kawasan Anggrek Dan Tanaman Florikultura Lainnya (Jambi) a.
Waktu dan Tempat Kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Anggrek, termasuk tanaman florikultura lainnya dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2015 di Balai Benih Hortiultura Mayang Kota Jambi, Provinsi Jambi.
b.
Peserta Peserta dalam kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Anggrek dan Tanaman Florikultura Lainnya terdiri atas: pelaku usaha tanaman florikultura, petani anggrek, petugas Dinas Pertanian Provinsi Jambi, Kota Jambi, Kab Merangin dan Kab Bungo.
c.
Materi Materi dalam pertemuan bimtek anggrek dan tanaman florikultura lainya adalah: Penerapan teknologi budidaya, identifikasi dan evaluasi masalah yang terjadi di lapangan untuk pengembangan tanaman anggrek dan tanaman florikultura lainnya; dan sosialisasi GAP florikultura.
d.
Hasil Pertemuan 1)
Provinsi Jambi
merupakan salah satu provinsi yang mempunyai peluang
dalam pengembangan tanaman florikultura, khususnya tanaman anggrek dan krisan. Pengembangan kawasan anggrek terdapat di Kota Jambi dan mendapat bantuan dana APBN mulai tahun 2010, sedangkan di Kabupaten Bungo mulai tahun 2015. Selain tanaman anggrek di Provinsi Jambi juga mulai
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
289
dikembangkan tanaman bunga potong krisan di Kabupaten Merangin yang mulai dikembangkan pada tahun 2015. 2)
Anggrek yang dikembangkan di Kota Jambi sampai saat ini masih skala kecil dan jenis yang dikembangkan adalah anggrek tanah Vanda Douglas, James Story, dan anggrek Dendrobium.
3)
Sebagian besar petani yang mendapat bantuan masih tahap pemula seperti Kelompok Wanita Tani Stingkin di Kecamatan Kota Baru, Kelurahan Bagan Pete. Kondisi tanaman dilapangan kurang bagus baik untuk anggrek tanah vanda douglas maupun james story serta anggrek dendrobiumnya. Hal ini dikarenakan kurang perawatan, baik penyiraman dan pemupukan, sehingga pertumbuhan terganggu juga karena kekurangan air di musim kemarau.
4)
KWT Stingkin Kota Jambi sudah mendapat bantuan screen house yang berukuran 8x6 m2 akan tetapi kondisi bangunan difloor semen sehingga menyebabkan panas dan kurangnya kelembaban. Seharusnya pada bagian bawah rak tanaman diisi dengan pot-pot yang berisi dengan tanaman daun potong sehingga dapat menambah kadar kelembaban di dalam screen house.
5)
Pada kelompok tani ini anggrek tanah ditanam di halaman pekarangan masingmasing anggota KWT dengan luasan 10-15 m2 sehingga terlihat spot kecil-kecil jauh dari target dan sasaran yang seharusnya minimal 50 m2. Meskipun sudah mendapat pelatihan dari pelaku usaha maju namun kenyataan di lapang kondisi tanaman perlu mendapat bimbingan intensif dari petugas dinas pertanian, penyuluh ataupun BPTPH setempat karena pada tanaman anggrek james
story
banyak
terserang
kutu
putih.
Petani
sudah
melakukan
penyemprotan insektisida seminggu 2 kali, tetapi sampai saat kunjungan lapang kondisi tanaman belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Pada waktu pertemuan pihak dinas pertanian kota Jambi sudah melakukan laporan ke BPTPH untuk mendapatkan perlakuan/tindakan sesegera mungkin agar tidak meluas pada tanaman lainnya. 6)
Kelompok tani lainnya yang ada di Kota Jambi seperti kelompok tani Phalaenopsis dan Gapoktan Florikultura setingkat lebih maju dibandingkan kelompok pemula yang ada. Kelompok ini sudah melakukan mitra dengan perkantoran-perkantoran, floris untuk mengembangkan usaha budidayanya. Saat pertemuan disampaikan bahwa petani sangat membutuhan bantuan instruktur/narasumber untuk pelatihan, baik budidaya maupun pascapanen dalam rangka meningkatkan kapabilitasnya sehingga dapat menambah wawasan serta nilai tambah hasil usahanya. Adapun bentuk pelatihan yang diharapkan seperti teknonogi budidaya maju, merangkai bunga, lansekap,
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
290
usaha ekonomi kreatif dll. Selain itu petani ingin adanya fasilitasi bentuk magang di pelaku usaha maju untuk meningkatkan kapasitasnya dalam usaha, baik dari segi budidaya maupun manajemen usaha. 7)
Perkembangan inisiasi kawasan krisan di Kabupaten Merangin berdasarkan laporan petugas yang hadir selangkah lebih maju, Pada saat pertemuan dilaporkan bantuan pengembangan kawasan sudah terealisasi tanam di 9 screen house dari 10 screen house hasil bantuan APBN 2015. Bahkan dari 9 screen house, 6 screen house hasil penanaman sudah melakukan panen raya yang dilakukan oleh Bupati pada saat persiapan pawai pembangunan 17 Agustus 2015. Usulan untuk tahun 2016 Kabupaten Merangin ingin adanya bantuan panel listrik tenaga surya, karena kondisi listrik disana sering terjadi adanya pemadaman sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman krisan.
8)
Dari segi budidaya petani relatif sudah dapat menguasai budidayanya, ke depan yang perlu menjadi fokus perhatian adalah masalah pemasaran karena pasar lokal belum begitu banyak menggunakan bunga potong hidup, apalagi dari dana APBD Kab. Merangin juga ingin mengembangkan bunga gladiol dan bunga potong lainnya serta mengembangkan kawasan agrowisata, maka pemerintah daerah perlu membantu promosi diwilayahnya serta mencari terobosan melalui event-event pameran sebanyak mungkin. Kemudian di sisi transportasi pengiriman bunga potong dari Merangin dengan jarak yang cukup jauh ke kota lainnya perlu mendapat perhatian serta dukungan fasilitasi mobil berpendingin agar bunga terjaga kesegarannya. Untuk itu perhatian Bupati serta pemerintah daerahnya yang cukup baik terhadap pengembangan florikultura perlu direspon dan dimanfaatkan peluang yang ada semaksimal mungkin.
9)
Pengembangan kawasan Anggrek di Kabupaten Bungo berdasarkan laporan petugas dan petaninya baru tahap persiapan rumah lindung dan pemesanan bibit. Penerima bantuan dana APBN 2015 juga petani pemula yang mana perlu mendapat bimbingan teknis, pendampingan dan pengawalan dari petugas. Oleh karena itu harapan para petani kedepan perlu adanya bantuan fasilitasi instruktur/narasumber pelaku maju serta magang di lokasi petani maju untuk menambah wawasan usahanya.
10) Sampai dengan saat ini di Provinsi Jambi belum ada lahan budidaya tanaman florikultura yang sudah melakukan registrasi lahan usaha. Oleh karena itu sosialisasi regulasi tentang registrasi ini sangat penting maka perlu dilakukan. 11) Registrasi lahan usaha ini penting dan diperlukan untuk usaha skala ekonomis yang lebih luas dalam rangka mempersiapkan pasar bebas ASEAN serta
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
291
menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan fasilitasi dan insentif usaha hortikultura terutama untuk : -
Usaha budidaya hortikultura mikro dan kecil (termasuk florikultura);
-
Usaha hortikultura yang ramah lingkungan;
-
Usaha hortikultura yang mengembangkan komoditas unggulan nasional dan daerah;
-
Usaha hortikultura organik;
-
Usaha hortikultura yang bergerak dibidang penelitian dan pengembangan.
12) Bentuk fasilitasi dan insentif usaha hortikultura yang diberikan adalah: -
Kemudahan perijinan;
-
Pemanfaatan lahan;
-
Penjaminan;
-
Akses permodalan;
-
Pemasaran;
-
Kemudahan kerjasama/kemitraan.
13) Syarat untuk melakukan registrasi lahan usaha antara lain adalah : -
Sudah menerapkan kaidah GAP sesuai PP No. 25 tahun 2014;
-
Sudah menerapkan prinsip PHT;
-
Unit usaha sudah ada;
-
Semua kegiatan sudah tercatat.
14) Kelompok tani yang akan melakukan registrasi usaha minimal lahan budidayanya adalah 2.500 m2, dengan lahan boleh secara terpencar (tidak dalam satu hamparan). Perjalanan 1.
Perjalanan dalam rangka Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap ke Kota Bandar Lampung-Lampung sebanyak 4 OP.
2.
Perjalanan dalam rangka Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap ke Kabupaten Karanganyar-Jawa Tengah sebanyak 6 OP.
3.
Perjalanan dalam rangka Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap ke Kota Pontianak-Kalimantan Barat sebanyak 3 OP.
4.
Perjalanan dalam rangka Bimbingan Teknis Kawasan Tanaman Pot dan Lansekap ke Sumatera Barat sebanyak 3 OP.
5.
Perjalanan dalam rangka Bimbingan Teknis Kawasan Melati ke Pekalongan sebanyak 7 OP.
6.
Perjalanan dalam rangka Bimbingan Teknis Kawasan Anggrek dan Tanaman Florikultura Lainnya ke Jambi sebanyak 3 OP.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
292
6.
Hasil/Outcome Meningkatnya kualitas pengelolaan usaha bidang budidaya dan kualitas penanganan pascapanen tanaman florikultura.
7.
Manfaat/Benefit Meningkatnya pengetahuan petani, pelaku usaha, dan petugas dalam identifikasi dan evaluasi masalah di lapangan serta mencari solusi yang tepat.
8.
Dampak/Impact Meningkatnya produksi, produktivitas, mutu dan usaha tanaman florikultura pada kawasan sentra.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Di beberapa daerah terjadi penurunan PAGU anggaran dan jumlah komoditas florikultura yang mendapat fasilitas APBN. Hal tersebut terkait dengan kebijakan pimpinan bahwa setiap SKPD hanya diperbolehkan untuk mengajukan maksimum 3 (tiga) komoditas utama.
b.
Dalam pengembangan usaha florikultura dibutuhkan promosi dan kreatifitas dari pelaku usahanya.
c.
Setiap Provinsi/Kab/Kota disarankan untuk membuat blue print/cetak biru rancangan kegiatan dan program pengembangan florikultura yang disusun dengan stake holders serta instansi terkait.
d.
Hasil evaluasi dari kegiatan di tahun berjalan harus dijadikan acuan untuk perencanaan tahun berikutnya.
e.
Dalam pengembangan usaha tanaman pot dan lansekap perlu kecermatan dalam pemilihan jenis tanaman yang akan dikembangkan. Pemilihan tanaman yang paling dibutuhkan dan disesuaikan dengan spesifik wilayah serta bernilai ekonomi perlu dilakukan.
f.
Pengajuan bantuan fasilitasi yang didanai oleh APBN harus kebutuhan yang benar-benar diperlukan dan petani tidak sanggup untuk membelinya. Oleh karena itu, kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh pelaku usaha secara swadaya (contoh: gunting, sekop, ember, dll), tidak perlu difasilitasi oleh pemerintah pada fasilitasi sarana budidaya.
g.
Beberapa
daerah
masih
mengalami
kesulitan
dalam
memahami
pengembangan tanaman pot dan lansekap. Untuk itu diperlukan SOP Tanaman Pot dan Lansekap sebagai bahan sosialisasi kepada masyarakat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
293
h.
Belum tersosialisasinya kebijakan-kebijakan terkait usaha hortikultura kepada pelaku usaha termasuk GAP florikultura dan registrasi lahan usaha, sehingga pelaku usaha umumnya belum menerapkan GAP dalam usaha taninya
i.
Beberapa permasalahan yang ditemui di kawasan pengembangan tanaman pot dan lansekap : 1)
Keterbatasan lahan usaha untuk budidaya tanaman hias menyebabkan produksi/budidaya belum bisa berkembang.
2)
Keterbatasan sarana pengairan mengakibatkan jika musim kemarau ketersediaan air kurang.
3)
Keterbatasan kompetensi dan kewirausahaan SDM pelaku usaha dalam mengembangkan tanaman pot dan lansekap, termasuk dalam hal pemasaran yang masih terbatas untuk memenuhi kebutuhan setempat atau daerah terdekat sehingga pelaku membutuhkan pelatihan kreatifitas dan kemitraan untuk mengembangkan usahanya.
4)
Beberapa kelompok tani mengalami masa vakum selama beberapa tahun terakhir ini dan baru akan memulai lagi usahataninya, sebagian pelaku usaha juga masih banyak yang bergerak sendiri-sendiri/belum tergabung dalam kelompoktani.
5)
Pelaku usaha di luar Pulau Jawa umumnya belum bisa memenuhi permintaan konsumen karena masih banyak jenis tanaman pot dan lansekap yang didatangkan dari pulau Jawa
6)
Permintaan beberapa jenis tanaman hias tidak stabil, ada bulan-bulan tertentu sepi dan bulan lainnya permintaan banyak.
7)
Pelaku usaha krisan di Solok mengalami kesulitan dalam memperoleh sarana produksi untuk usahanya, seperti bibit.
8)
Perlu memperhatikan jarak dari kebun lahan usaha dengan pasar, karena beberapa hambatan dalam pengembangan komoditas florikultura seperti Raphis, salah satunya dikarenakan jauhnya jarak lahan usaha ke pasar dan tidak tersedianya pelabuhan refer container.
9)
Permasalahan yang secara khusus ada di Pontianak yaitu: a) Jumlah petani sangatlah sedikit yang mengusahakan tanaman pot dan lansekap, masyarakata setempat masih lebih tertarik ke usaha dagang tanaman hias; b) Forpenta juga mengalami masa vakum selama beberapa tahun terakhir ini dan nyaris tanpa kegiatan antara lain karena kurangnya dukungan dan perhatian dari Pemda setempat terhadap pengembangan tanaman pot dan lansekap; c) Kurang intensifnya hubungan antara kelompok tani pot dan lansekap dengan Pemerintah daerah, sehingga
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
294
terjadi miss communication di antara mereka; d) Bougenvile dan nanas merah dapat menjadi icon dari Kota Pontianak, namun belum ada perhatian serius dari para pelaku usaha tanaman hias yang kurang tertarik dalam budidaya dan mengembangkannya lebih besar lagi. Padahal pasar dan kebutuhan baik dalam maupun luar negeri cukup besar. j.
Beberapa permasalahan yang ditemui dalam pengembangan melati: a.
Harga yang rendah di tingkat petani saat panen raya perlu dijembatani antara pedagang pengepul, pabrik dengan petani.
b.
Keterbatasan air terutama saat musim kemarau untuk menyiram tanaman, diperlukan membuat sumur artesis dengan kedalaman 120 m dengan biaya minimal 20 juta rupiah.
c.
Banyaknya lahan usaha yang terkena abrasi perlu perpindahan lokasi.
d.
Terjadinya alih fungsi lahan melati menjadi pabrik mengakibatkan lahan melati dan kesulitan mendapatkan tenaga kerja untuk usaha melati.
e.
Ketahanan bunga melati sangat pendek, oleh karena itu diperlukan pascapanen untuk menjaga kesegaran bunganya.
k.
Beberapa permasalahan yang ditemui dalam pengembangan anggrek dan tanaman florikultura lainnya : 1)
Permasalahan utama di Jambi adalah keterbatasan SDM yang ratarata masih petani pemula. Kemampuan para petani/pengusaha anggrek dalam teknologi budidaya anggrek masih sangat terbatas.
2)
Lahan usaha petani anggrek umumnya kecil-kecil.
3)
Kurangnya tanggung jawab petani untuk mengurus anggrek bantuan pemerintah dari dana APBN.
4)
Kekurangan/keterbatasan sumber pada saat musim kemarau, pemeliharaan kurang intensif dan terdapat penanaman anggrek Dendrobium
yang
kurang
perawatan,
baik
penyiraman
dan
pemupukan, sehingga pertumbuhan terganggu. 9.2. Saran dan Tindak Lanjut a.
Terkait kegiatan 2015 perlu pencermatan kembali POK terkait adanya refocusing bila dipandang perlu dilakukan ralat POK dan setiap ralat POK harus
dikoordinasikan
dengan
Direktorat
Budidaya
dan
Pascapanen
Florikultura, agar tidak menyimpang dari sasaran output. b.
Melakukan persiapan CP/CL secara tepat dengan mempertimbangkan aspek teknis dan administratif, serta manfaat bagi petani secara berkelanjutan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
295
c.
Daerah mencermati kembali usulan kegiatan Kabupaten per Provinsi dan usulkan melalui e-proposal dan provinsi agar melakukan verifikasi setiap usulan e-proposal, bagi petugas pusat juga melakukan verifikasi.
d.
Usulan kegiatan hendaknya lebih difokuskan pada kebutuhan riil petani dan petani tidak mampu memenuhinya. Fasilitasi diprioritaskan pada kebutuhan yang mendesak sebagai titik ungkit pengembangan florikultura.
e.
Perlu pembentukan kelompok tani untuk menampung petani yang belum masuk dalam kelompok tani untuk memudahkan pembinaan, dan diperkuat kelembagaannya dengan sering melakukan pertemuan dan identifikasi permasalahan.
f.
Perlu membangun jejaring dengan pelaku tanaman pot dan lansekap di Jabodetabek, PT. Benara dan kontraktor lansekap lainnya.
g.
Perlunya pembinaan dan pendampingan yang intensif pada daerah-daerah sentra produksi tanaman pot dan lansekap termasuk bunga potong agar dapat lebih berkembang.
h.
Sosialisasi dari Dinas ke petani tentang peraturan yang berlaku di dalam pengembangan
komoditas
hortikultura
termasuk
florikultura
untuk
meningkatkan kapabilitas petani, seperti: penerapan GAP, pengendalian OPT ramah lingkungan, registrasi lahan, dan regulasi terkait usaha florikultura. i.
Perlunya fasilitasi: 1)
Pelatihan produk ekonomi kreatif (rangkaian bunga, dekorasi, pembuatan dan perawatan taman) untuk peningkatan kreatifitas diantara anggota kelompok, karena semakin tinggi seni yang ditampilkan maka harga jual tanaman meningkat (ekonomi kreatif).
2)
Perlu fasilitasi kemitraan antara pelaku usaha dengan pihak hotel, restauran,
perkantoran,
dll
dalam
memasarkan
produk
tanaman
florikultura. 3)
Dukungan dana APBN dan APBD untuk mengembangkan kegiatan kelompok tani
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
296
BIMBINGAN TEKNIS KAWASAN BUDIDAYA DAUN DAN BUNGA POTONG
1.
Latar Belakang Tanaman daun dan bunga potong merupakan salah satu komoditas florikultura yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai upaya penumbuhan perekonomian daerah dan nasional. Berkembangnya industri jasa dekorasi di berbagai wilayah di Indonesia baik untuk acara pernikahan, acara keagamaan seperti natal, tahun baru, lebaran dan tahun baru Cina, meningkatkan permintaan daun dan bunga potong untuk materi dekorasi. Oleh karena itu, beberapa tahun terakhir jumlah pelaku usaha tanaman daun dan bunga potong mulai skala kecil sampai menengah bertambah cukup banyak. Permintaan produk ini terus meningkat baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor. Dengan demikian, tanaman daun dan bunga potong dapat diposisikan sebagai komoditas perdagangan yang penting di dalam negeri maupun pasar global.
Namun perkembangan usaha tanaman daun dan bunga potong masih berjalan relatif lambat. Hal ini terlihat dari skala usaha yang masih kecil, peningkatan produksi yang relatif masih rendah dan belum tertatanya sistem produksi dan pasar. Berbagai upaya perlu dilakukan secara intensif dengan melibatkan seluruh pihak terkait agar usaha atau bisnis tanaman daun dan bunga potong dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap perekonomian nasional, dengan menumbuhkan sentra-sentra tanaman florikultura baru dan pengutuhan kawasan yang sudah ada, menuju skala industri melalui pengelolaan kebun yang baik, agar tanaman florikultura Indonesia mempunyai daya saing dan berdampak terhadap peluang kerja, pertumbuhan perekonomian dan pembangunan sektor jasa di daerah
Salah satu upaya penting yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan teknologi inovatif pada budidaya tanaman daun dan bunga potong agar tanaman florikultura Indonesia mempunyai daya saing dan berdampak terhadap peluang kerja, pertumbuhan perekonomian dan pembangunan sektor jasa di daerah. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura telah memfasilitasi kegiatan pengembangan kawasan tanaman daun dan bunga potong di berbagai daerah sentra. Dalam rangka pendampingan kawasan budidaya daun dan bunga potong telah diselenggarakan bimbingan teknis kawasan budidaya daun dan bunga potong.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
297
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Melakukan bimbingan teknis kawasan budidaya tanaman daun dan bunga potong di daerah sentra florikultura. 2.2. Sasaran Terkoordinasinya bimbingan teknis kawasan budidaya tanaman daun dan bunga potong di daerah sentra florikultura.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran Rp. 191.230.000,3.2. Realisasi Keuangan : Rp.191.215.944,3.3. Informasi Teknologi
4.
Pelaksanaan Kegiatan Tahapan pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut : a.
Menyediakan konsumsi bimbingan teknis kawasan budidaya daun dan bunga potong
b.
Melaksanakan perjalanan pengawalan
dan pendampingan kawasan budidaya
daun dan bunga potong c.
Melakukan penggantian transport bimbingan kawasan budidaya daun dan bunga potong.
5.
Keluaran/Output 5.1.
Pertemuan dalam rangka bimbingan teknis kawasan budidaya daun dan bunga potong dilaksanakan di (1) Kabupaten Cianjur Jawa Barat, (2) Kabupaten Tabanan, Bali, (3) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, (4) Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (5) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, (6) Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat dan (7) Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
5.2. Peserta pertemuan dalam bimbingan teknis adalah petani/kelompok tani/gapoktan daun
dan
bunga
potong,
pejabat/petugas
Dinas
Pertanian
Provinsi,
pejabat/petugas Dinas Pertanian kabupaten/kota, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB), Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH), PPL, Mantri Tani, KCD serta Penyuluh/petugas BP3K. 5.3. Pertemuan dalam rangka bimbingan teknis kawasan budidaya daun dan bunga potong dilaksanakan dalam bentuk pemaparan, mengidentifikasi permasalahan di lapangan baik melalui tanya jawab
serta kunjungan lapangan, agar diperoleh
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
298
solusi dan pemahaman yang sama dalam mendorong berkembangnya agribisnis florikultura terutama daun dan bunga potong. 5.4. Perjalanan pengawalan dan pendampingan kawasan budidaya daun dan bunga potong dilaksanakan sebanyak 58 OP ke Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bandung dan Bandung Barat (Jawa Barat), Kabupaten Sleman dan Kabupaten Kulonprogo (DIY), Kota Mataram (Nusa Tenggara Barat), Kota Tomohon, (Sulawesi Utara),
Kabupaten Gowa (Sulawesi Selatan),
Kabupaten Tabanan (Bali), dan Kabupaten Semarang (Jawa Tengah). 5.5. Hasil dari kegiatan bimbingan teknis maupun pengawalan dan pendampingan yang dilakukan di beberapa sentra bunga dan daun potong adalah sebagai berikut : Tabel 16. Hasil dari kegiatan bimbingan teknis Budidaya Daun dan Bunga Potong No
Kab/Kota
Peta Potensi dan Permasalahan
Pemecahan untuk Tindak Lanjut
1
Cianjur
Potensi : - Kompetensi sebagian petani bagus - Koperasi sudah terbentuk dan mendapat
pengawalan
dari
Dinas Koperasi
- Cianjur
dijadikan
sebagai
Model
Pengembangan
Bunga
dan Daun Potong yang Berdaya Saing sebagai rintisan
untuk
pasar
- Potensi Lahan sangat luas
ekspor
terutama
untuk
- Pasar dalam negeri sangat
krisan.
tersedia
- Pendampingan
intensif
- Sudah ada penangkar benih
baik dari Dinas Pertanian
- Dekat dengan Balithi, UPBS,
Kabupaten,
dan BBH Pasir Banteng
Dinas
Koperasi
Kabupaten,
Permasalahan :
Balithi, Dinas Pertanian
- Petani masih belum bersedia
Provinsi
menjadi
anggota
karena
harus
Koperasi,
berkomitmen
Jawa
maupun
Barat Ditjen
Hortikultura.
dengan aturan Koperasi, yaitu dapat
memproduksi
bunga
dengan kualitas baik. - Pengaruh
pengepul
masih
mendominasi petani, terutama yang
tidak
memiliki
modal
usaha
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
299
2
Bandung
Potensi :
- Perlu
- Sebagian
petani
memiliki
Kompetensi
dikembangkan
kemitraan
inti
plasma,
dalam
antara petani dengan CD
berbudidaya bunga dan daun
Farm, baik dalam transfer
potong.
teknologi, maupun akses
- Ada
CD
Farm
membina
yang
beberapa
telah
pasarnya.
petani - Perlu
pendampingan
plasma untuk menjadi mitra
intensif
nya.
Pertanian
- Pasar domestik masih terbuka Permasalahan :
belum
dapat
Dinas
Kabupaten,
Dinas Pertanian Provinsi Jabar,
- Kelembagaan penangkar benih
dari
maupun
Ditjen
Hortikultura..
berkembang,
karena sebagian petani lebih memilih menggunakan benihnya sendiri. - Petani
masih
produknya karena
memasarkan masing-masing,
pembeli
langsung
bertransaksi di lahan petani.
3
Bandung
Potensi :
Barat
- Berkembangnya
- Meningkatkan kapasitas asosiasi
penangkar benih teru-
yang dapat berperan aktif
tama krisan agar dapat
mem-bantu anggota dalam
melayani
me-ningkatkan
peta-ni.
agribisnis
flori-kultura.
- Mendorong
- Potensi pasar terutama untuk Gerbera sangat baik.
Ban-dung
agar
infrastruktur petani
menggunakan
Pemda
membangun
Permasalahan : - Beberapa
kebutuhan
masih benihnya
sendiri
yang
kualitasnya
kurang
baik
(terutama
Bunga
yang
pasar lebih
memadai.
krisan). - Pasar bunga yang ada di Kota Bandung masih terbatas
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
300
seperti Wastukencana, belum ada pasar bunga sebesar Rawa Belong. 4
Tabanan
Potensi :
- Peningkatan
- Agroklimat
sesuai
pengembangan
untuk kawasan
bunga dan daun potong -
Balai
kapasitas
Benih
dalam
produksi Benih Sumber - Penumbuhan penangkar
Potensi pasar cukup bagus
benih
terutama
terutama kemitir
agar
mampu
untuk
(Tagetes)
kebutuhan
upacara
keagamaan.
krisan menye-
diakan kebutuhan kelompoktani.
Permasalahan : -
Benih masih tergantung dari luar Bali seperti Malang dan Pasuruan.
-
Balai Benih belum mampu menyediakan Benih Sumber yang bagus.
5
Mataram
Potensi : - Tersedianya
- Perlu menata lanskap di RTH
sebagai
kawasan
dalam
pengembangan florikultura - Berkembangnya pariwi-sata
di
Industri
RTH
agar
berfungsi
sebagai agrowisata yang berbasis agribisnis florikultura.
Mataram - Perlu
mempromosikan
merupakan peluang pasar bagi
RTH
dengan
menye-
florikultura
lenggarakan event-event
Permasalahan :
tingkat
Kota Mataram
- Lansekap di RTH belum tertata
maupun
Provinsi
- Infrastruktur
yang mengundang kha-
untuk
saluran
irigasi maupun pembuangan
NTB
layak di lingkungan RTH.
belum semua tersedia 6
Gowa
Potensi : - Balai Benih Hortikultura sudah
-
- Perlu
ada
secara
sosialisasi
intensif
oleh
mampu menghasilkan benih
BBH
krisan melalui kultur jaringan
melalui
kegiatan
Lokasinya dekat dengan PT.
jambore
varietas
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
Bonto-Bonto
301
-
Bunga Indah Malino yang
dengan
dapat memberikan transfer
petani
teknologi
pengguna
Ada pengawalan dari BPTP
varietas tersebut.
Provinsi Sulawesi Selatan Permasalahan : -
Pelaku
belum
Kompetensi
yang
banyak
SDM
menjadi
benih
dari
- Dinas Pertanian Provinsi Sulsel
mengenal produk BBH -
mengundang
mengkoordinir
BBH,
BPTP,
Dinas
Pertanian Kab. Gowa, sangat
terbatas
dan
petani
dalam
membuat
mapping
kebutuhan benih - Peningkatan kompetensi petani dapat dilakukan melalui magang ke PT. BIM
yang
difasilitasi
oleh
Dinas
Pertanian
Provinsi
atau
Dinas
Pertanian Kab. Gowa. 7
Sukabumi
Potensi :
- Pengembangan
- Pencanangan Sukaraja
Kecamatan
sebagai
kampung
flori
perlu
Kampung
mendapat dukungan dari
Florikultura dengan dukungan
instansi terkait, terutama
Pemda yang sangat besar.
Dinas
- Kelembagaan Penangkar benih krisan mulai berkembang. - Potensi pasar masih terbuka baik domestik maupun ekspor Permasalahan :
PU
dan
Pariwisata, dalam
Dinas
terutama
pengem-bangan
infrastruktur
jalan
dan
fasilitas agrowisata. - Perlu adanya komitmen
- Adanya bencana angin puting
dari petani dan pengurus
beliung yang merusakkan GH
Asosiasi dalam menjalin
krisan, dan petani memiliki
kerjasama
keterbatasan
yang
modal
dalam
memperbaikinya. - Keberadaan
Asosiasi
saling
menguntungkan belum
dimanfaatkan sebagian besar
untuk
agribisnis
tujuan
baik pasar
domestik maupun ekspor.
petani..
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
302
8
Kulonprogo
Potensi :
- Perluasan areal krisan
- Kelembagaan
berperan
aktif
untuk dapat memenuhi
membantu
anggota
dalam
permintaan pasar dengan
mencarikan
sumber
benih,
tetap menjaga kualitas.
mengatur
pola
tanam
dan - Mengakses sumber pem-
akses pemasaran. - Adanya fasilitas sarana packing house
dan
gerobak
biayaan
dari
lembaga
lainnya
(CSR)
untuk
motor
pengadaan mobil berpen-
yang diterima kelompok tahun
dingin agar akses pasar
2015
lebih
membantu
mempermu-dah
dalam
pengelolaan
tanam
luas,
jika
sudah
pasca panen dan distribusi di
memenuhi
sekitar Kulonprogo.
pasar.
areal dapat
permintaan
- Pasar masih terbuka di kotakota lain di luar Jogja, seperti Solo,
Salatiga,
Banyumas,
Semarang. Permasalahan : - Belum
tersedianya
berpendingin
mobil
untuk
dapat
menjangkau pasar yang lebih jauh. - Sumber
benih
masih
ber-
gantung dari Kabupaten lain, seperti Sleman, Semarang dan Cipanas. 9
Sleman
Potensi :
- Perlu konsolidasi antara
- Agroklimat
sesuai
untuk
pengembangan krisan.
Asosiasi, anggota dan pembina di daerah.
- Kelompoktani sudah memiliki - Perlu magang/studi banpengalaman
dalam
berbudidaya krisan
ding ke Kabupaten lain untuk memberikan moti-
Permasalahan :
vasi petani.
- Kelembagaan belum berperan dalam mendorong anggotanya untuk
melakukan
budidaya
sesuai SOP, sehingga kualitas
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
303
kebun dan produksi kurang baik. - Pasar banyak yang beralih ke Kulonprogo, karena kualitas lebih bagus.
10
Semarang
Potensi :
- Konsolidasi
- Agribisnis krisan telah ber-
dalam
ngembangan
pe-
Kelemba-
kembang dan telah memiliki
gaan agar dapat lebih
penangkar benih yang ber-
berperan
dalam
kompeten.
bantu
meningkatkan
agribisnis
para
- Kemampuan sebagian kelompoktani
untuk
mengembangkan
anggo-
tanya.
komoditas - Mendorong
lain terutama gerbera karena
Provinsi
memiliki peluang pasar lebih
membantu
bagus dibanding krisan.
kemitraan
Permasalahan :
mem-
Pemerintah dalam fasilitasi untuk
memperluas akses pasar.
- Ada persaingan bisnis antara kelompoktani
satu
dengan
lainnya. - Kelembagaan petani
belum
dapat berperan dalam membantu anggota untuk akses pasar yang lebih luas terutama krisan, sehingga seolah-olah pasar krisan telah jenuh. Tomohon
Potensi :
- Peningkatan
- Agribisnis bunga dan daun potong terus berkembang
pengelola
kapasitas laboratorium
kultura jaringan melalui
- Potensi pasar masih terbuka
magang/studi
- Memiliki sumberdaya genetik
seperti
yang
dapat
dikembangkan
ke
banding BBH
Pasir
Banteng Jabar.
secara lebih luas (krisan Kulo - Penumbuhan penangkar dan Ririh) - Infrastruktur
dan peningkatan kapasiuntuk
pengem-
tas penangkar.
bangan krisan telah tersedia - Konsolidasi
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
dan
304
(laboratorium kultur Jaringan,
pendam-pingan
GH
indukan,
pelaksa-naan
maupun
pengelolaan
untuk
pengakaran
stek
produksi bunga potong).
nis
Bunga
pelaksana
Tomohon
terutama untuk mengelola Lab
window).
Kultur
SDM
Jaringan
Pusat
Pengembangan Agribis-
Permasalahan : - Kapasitas
dalam
Potong
di
(Show
masih
terbatas. - Kapasitas
penangkar
menghasilkan dapat
untuk
benih
memenuhi
yang
kebuthan
kelompok juga masih terbatas. - Penyediaan
Benih
Sumber
Kulo dan Ririh masih terbatas.
6.
Hasil/Outcome Berkembangnya kawasan daun dan bunga potong di daerah sentra.
7.
Manfaat/Benefit Berkembangnya agribisnis tanaman daun dan bunga potong.
8.
Dampak/Impact Meningkatnya pendapatan petani daun dan bunga potong.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Beberapa permasalahan yang dibahas pada saat temu koordinasi antara lain (1) Keterbatasan jumlah penangkar benih yang menyebabkan ketersediaan benih bermutu di lapangan masih kurang, (2) Upaya asosiasi
dalam
meningkatkan kualitas produk bunga potong, akan tetapi masih banyak terkendala dengan sistem pasar yang belum berpihak kepada petani, seperti sistem pembayaran yang tidak jelas, sehingga sangat menghambat bagi keberlangsungan agribisnis florikultura, (3) Untuk wilayah luar Jawa, seperti kota Tomohon, kebutuhan benih umumnya diperoleh dari penangkar benih di Jawa Barat dan Jawa Timur, meskipun terdapat juga penangkar benih yang
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
305
merangkap sebagai produsen bunga potong dan (4) DI beberapa daerah masih ditemukan pelaksanaan sekolah lapang belum dimanfaatkan sebaikbaiknya
untuk
meningkatkan
kemampuan
petani
dalam
pengelolaan
kebunnya b.
Solusi yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah antara lain : 1.
Perlu dilakukan penataan, segmentasi usaha yaitu petani penangkar dan petani produsen bunga potong. Petani penangkar yang belum terdaftar di BPSB agar segera didaftarkan, sehingga produksinya akan mendapat pengawalan dari instansi terkait seperti BPSB.
2.
Agar dilakukan mapping kebutuhan benih
dan identifikasi kapasitas
masing-masing penangkar, sehingga akan diketahui jumlah kebutuhan benih yang dapat dipenuhi oleh penangkar. 3.
Untuk mengendalikan OPT, petani harus cermat dalam melakukan teknik budidaya, dimulai dari tahap penyiapan lahan, penggunaan benih sampai tahap pemeliharaan. Untuk mengatasi permasalahan OPT di lapangan, petani dapat meminta bantuan kepada petugas pengawas OPT di tingkat kecamatan.
4.
Dukungan BPTPH dan BPTP untuk memberikan demplot penggunaan Trichoderma ataupun agens hayati lainnya sangat diperlukan untuk meningkatkan pemahaman petani mengenai pengendalian OPT sejak awal.
5.
Apabila potensi permintaan benih dari luar daerah cukup besar, maka perlu upaya peningkatan kapasitas penangkar yang sudah ada maupun penumbuhan penangkar baru untuk dapat memenuhi kebutuhan benih.
6.
Pada saat kunjungan, petani khususnya yang berlokasi di kab Tabanan dan Buleleng, Bali yang merupakan daerah wisata mengeluhkan permintaan bunga potong yang menurun. Hal ini disebabkan permintaan hotel akan bunga potong juga menurun, seiring dengan diterapkannya kebijakan dari Menpan RB agar instansi pemerintah tidak mengadakan rapat di hotel dan tidak mengirimkan karangan bunga. Bahkan terdapat pengumpul yang membatalkan pembelian bunga potong di salah satu petani krisan di Tabanan, meskipun sudah dilakukan pembayaran uang muka.
7.
Inisiatif dari dinas untuk mengadakan pertemuan konsolidasi dalam mencarikan solusi dengan mengundang para decorator dan florist, serta instansi terkait yang memiliki wewenang dalam pendampingan pasar, seperti Direktorat Jenderal PPHP.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
306
8.
Upaya
memperkuat
fungsi
Asosiasi
dalam
membantu
kelompok
memberikan pinjaman/ uang jaminan dalam pembelian produk bunga potong
oleh
decorator/florist,
sehingga
tidak
menghambat
keberlangsungan usaha petani. 9.2. Saran a.
Pendampingan intensif dan supervisi di lapangan dari Dinas Pertanian provinsi, kabupaten/kota, BPTP, BPTPH, Bakorluh pada kelompok tani yang berkomitmen untuk melaksanakan teknik budidaya sesuai SOP.
b.
Dukungan instansi terkait seperti UPBS-Balithi, Badan SDM, BPSB, BBH, BPTP, perguruan tinggi dalam mengatasi permasalahan benih
c.
Diperlukan adanya pendampingan secara intensif dari petugas di lapangan untuk dapat mengaplikasikan hasil sekolah lapang
d.
Upaya penguatan kapabilitas Balai Benih maupun penangkar di setiap wilayah sentra dalam memproduksi benih sebar
BIMBINGAN TEKNIS PASCAPANEN TANAMAN POT DAN LANSEKAP, MELATI
1.
Latar Belakang Usaha tanaman florikultura sempat mengalami masa booming beberapa tahun yang lalu. Banyak pelaku usaha yang sukses meraih untung dari usaha tanaman florikultura ini. Kepopuleran usaha tanaman florikultura juga dipicu dengan popularitas sejumlah varietas tanaman florikultura tertentu yang bagi sebagian besar orang, khususnya kaum pecinta tanaman florikultura dinilai mempunyai keberuntungan tersendiri serta memiliki keelokan bentuk tanaman yang bercirikhaskan keunikan.
Usaha tanaman florikultura memang bukan jenis usaha baru di kalangan masyarakat, terutama di kalangan hobies tanaman florikultura. Sebetulnya untuk memulai usaha tanaman florikultura tidaklah sulit, yang di perlukan adalah ketelatenan, kesabaran dan terus belajar baik itu dari pengalaman, sesama hobies ataupun dari buku dan internet.
Saat ini memang peluang usaha tanaman florikultura agak menurun, tapi bukan berarti akan mati. Usaha tanaman florikultura ini akan terus berkembang mengikuti perkembangan para pencinta tanaman florikultura. Masih banyak pelaku usaha di bidang ini yang optimis dalam memandang potensi bisnis tanaman florikultura. Mereka yakin pertumbuhan bisnis usaha tanaman florikultura dapat berkembang pesat dan bukan tak mungkin mendekati masa masa kesuksesannya. Keoptimisan ini juga
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
307
dilandasi oleh semakin pesatnya pertumbuhan bisnis properti di tanah air. Bertambahnya jumlah perumahan, apartemen, hotel dan perkantoran dianggap dapat mendongkrak bisnis tanaman hias.
Gaya hidup eco-friendly dan isu global warming yang sudah menjadi tren saat ini turut menjadi pemicu kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan asri yang indah dipandang mata. Masyarakat semakin peduli pada keindahan lingkungan dan penghijauan. Tidak salah kalau peluang usaha tanaman florikultura ini masih sangat menjanjikan, baik bagi petani maupun bagi pelaku usaha tanaman florikultura.
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Tujuan kegiatan ini adalah untuk pengembangan industri lansekap dengan membangun industri lansekap Indonesia yang berdaya saing. 2.2. Sasaran Sasaran kegiatan ini adalah untuk inisiasi tanaman lansekap yang dikelompokkan melalui kebutuhan di setiap kawasan tanaman florikultura.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar 202.820.000,3.2. Data dan Informasi 3.3. Sumberdaya manusia
4.
Pelaksanaan kegiatan Kegiatan yang dilaksanakan adalah : 4.1. Belanja bahan 4.2. Konsumsi bimbingan teknis kawasan tanaman pot dan lansekap, melati 4.3. Belanja perjalanan biasa 4.4. Perjalanan dalam rangka bimbingan teknis kawasan tanaman pot dan lansekap, melati 4.5. Belanja perjalanan dinas paket meeting luar kota 4.6. Penggantian transport bimbingan teknis kawasan tanaman pot dan lansekap, melati
5.
Keluaran/Output Kegiatan pertemuan inisiasi melalui fasilitasi pertemuan bimbingan teknis pascapanen tanaman pot dan lansekap, melati dilaksanakan di 5 lokasi sentra tanaman pot lanskap
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
308
dan melati yaitu: Kab. Bandung Barat, Kota Tangerang Selatan, Kota Batu, Kab. Karanganyar dan Kab. Pekalongan. Adapun hasil pertemuan bimbingan teknis pascapanen tanaman pot dan lansekap, melati yaitu: a.
Kab. Bandung Barat Bimtek dilaksanakan pada hari Senin-Rabu tanggal 23-25 Februari 2015 di Kab. Cihideng Bandung Barat. Dihadiri oleh Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Bandung Barat yang diwakili oleh Sekretaris Dinas dan Kepala Bidang Hortikultura, Kepala Seksi Tanaman Hias perwakilan KCD dari kecamatan Cihideung, Lembang, Ngrampah dan Parongpong serta Gapoktan/poktan tanaman hias pot dan lanskap Kota dari wilayah Kecamatan Cihideung dan Lembang. Adapun hasil pertemuan: 1)
Petani yang tergabung dalam kelompok tani mengusahakan usaha budidaya tanaman bunga potong dan pot lanskap, tetapi baru kelompok bunga potong yang aktif turut serta kegiatan dan mendapatkan alokasi dana dari pusat. Harapan pelaku usaha, akan ada juga sentuhan Pemerintah untuk tanaman pot dan lanskap.
2)
Sebagian besar petani menggunakan benih hasil introduksi karena lebih diminati oleh konsumen. Namun mereka kesulitan juga untuk mendapatkan benih yang berkualitas. Hal ini disebabkan karena : sedikitnya benih yang beredar dipasar, kalaupun ada harganya cukup mahal. Untuk mengantisipasi permintaan yang setiap hari bertambah, petani menggunakan benih produksi sendiri, yang tidak jelas asal usulnya sehingga produksinyapun menjadi rendah.
3)
Adanya tren taman bunga plastik yang dapat mengganggu pasar tanaman pot lanskap. Hal ini terjadi karena belum adanya PERDA yang mengatur penggunaan bunga plastik ini dan bahaya yang ditimbulkan oleh bunga plastik. Untuk itu perlu sosialisasi kepada masyarakat agar selalu menggunakan tanaman hidup, manfaatnya untuk lingkungan dan kesehatan manusia.
4)
Pengumpulan data/angka produksi tanaman hias yang belum bagus ditandai oleh banyaknya produksi tanaman hias yang belum tercatat oleh KCD, sementara Kabupaten Bandung Barat merupakan sentra pengembangan tanaman hias. Kabupaten Bandung Barat tidak memilki KCD yang ada adalah Koordinator penyuluh. Beberapa penyebab terjadinya pendataan yang kurang bagus karena : Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman atau lahan terbangun lainnya; Petani beralih usaha ke komoditas lain; Tidak semua komoditas florikultura di lapangan dicacah oleh petugas seperti data
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
309
perusahaan belum tercacah; dan Pencacah belum mengenal aneka tanaman florikultura; kurangnya tenaga KCD dimana mereka harus mencacah semua jenis komoditas (pangan, hortikultura dan perkebunan). 5)
Petani diharapkan dapat menerapakan cara berbudidaya yang baik seperti telah diamanahkan di dalam Permentan no 48 tahun 2013 tentang
GAP
Florikultura dan Permentan no 73 tahun 2013 tentang GHP hortikultura. Bila petani sudah dapat berbudidaya yang baik, maka berbagai macam kemudahan akan didapat seperti yang diamanahkan di dalam PP no 25 tahun 2014 tentang Pemberian Fasilitas dan Insentif Usaha Hortikultura. Syarat untuk mendapatkan fasilitas dan insentif minimal sudah memiliki registrasi lahan usaha. Disamping itu pelaku usaha harus memiliki tanda daftar/ijin usaha hortikultura. Bagi pelaku usaha mikro (< 50 juta rupiah) dan kecil (50 juta – 500 juta) harus memilki tanda daftar, sedangkan pelaku usaha sedang (500 juta – 10 M rupiah) dan besar (> 10 M rupiah) harus memiliki ijin seperti yang diatur di dalam Permentan 70 tahun 2014 tentang pedoman Perijinan Usaha Hortikultura. 6)
Proses registrasi lahan dapat dilakukan kepada Dinas Pertanian Propinsi melaui Dinas Pertanian Kabupaten, yang berlaku selama 2 tahun dan dapat melakukan proses perpanjangan selama 2 tahun berikutnya setelah didahului survailen baik secara berkala maupun sewaktu-waktu untuk mengetahui komitmen dan kosistensi penerapan GAP pada lahan usahanya. Untuk Kabupaten Bandung Barat, sudah dilakukan registrasi lahan usaha komoditas mawar dan krisan, sedangkan untuk komoditas tanaman pot dan lanskap belum dilakukan.
7)
Adapun bantuan dari pemerintah melalui kegiatan PMD tahun 2007 berupa screenhouse dan benih mawar yang hingga saat ini screenhouse masih berdiri kokoh namun tanamannya membutuhkan peremajaan. Selain itu juga mendapatkan bantuan screen house untuk tanaman krisan serta mobil berpendingin, gerobak motor tahun 2013. Dalam pelaksanaannya, pengelolaan mobil berpendingin saat ini sudah beroperasi tetapi belum dikelola secara maksimal karena adanya kendala administrasi dari BMN menjadi BMD yaitu mengenai pemanfaatan bersama melalui lelang jasa, sehingga menyebabkan pengelola sebagai penggerak belum berjalan sebagaimana mestinya.
8)
Dengan adanya keberadaan mobil berpendingin dapat mengurangi susut hasil panen dari 40% menjadi hanya 30%, selain itu jumlah pengunjung juga meningkat meskipun jumlah transkasi stagnan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
310
b.
Kota Tangerang Selatan Bimtek dilaksanakan pada hari Senin-Rabu tanggal 16-18 Maret 2015 di Kota Tangerang Selatan. Dihadiri oleh Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kota Tangerang Selatan yang diwakili oleh Kepala Bidang Pertanian dan Staf, penyuluh pertanian serta poktan/pelaku usaha tanaman hias pot lanskap dan anggrek dari kecamatan Serpong, Serpong Utara, Pamulang, Setu, Ciputat, Ciputat Timur, Pondok Aren. Adapun hasil pertemuan: 1.
Perlu peningkatan kreatifitas petani/pelaku usaha tanaman lansekap melalui pelatihan-pelatihan tentang pembuatan taman, karena semakin meningkatnya kreatifitas yang dimiliki maka dapat meningkatkan akses pada pelayanan serta harga jual tanaman(ekonomi kreatif).
2.
Permasalahan OPT pada tanaman anggrek berupa hama ulat bunga yang menyerang tanaman anggrek pada saat musim penghujan. Serangan ulat dilakukan dengan memakan bunga atau pucuk anggrek. Pada akhirnya bunga akan menjadi busuk dan pertumbuhan tanaman anggrek terhambat. Penerapan GAP dan GHP yang baik pada lahan usaha dapat menurunkan resiko hama penyakit menyerang tanaman sehingga dapat meningkatkan hasil produksi salah satunya melalui perbaikan sistem drainase di kebun dan adanya pengguna tanaman yang baik.
3.
Luas lahan pertanian semakin sempit dan pemasaran tanaman hias yang masih sulit. Pembangunan pasar sentra untuk tanaman hias di kota Tangerang Selatan sebagai tempat budidaya dan pemasaran. Terutama untuk bunga potong dan daun potong.
4.
Ketergantungan para petani/pelaku usaha anggrek akan benih anggrek impor (dari Thailand) yang cenderung memberikan penawaran dengan harga yang cukup mahal. terutama untuk beberapa jenis anggrek potong yang disukai masyarakat. Dalam jangka pendek agar ada fasilitasi penurunan biaya impor melalui perijinan yang simpel sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam jangka menengah dan panjang agar diupayakan sistem perbenihan yang memadai dengan mengembangkan kultur jaringan yang menghasilkan benih anggrek yang berkualitas.
c.
Kota Batu Bimtek dilaksanakan pada hari Senin-Rabu tanggal 13-15 April 2015 di kota Batu. Dihadiri oleh Dinas Pertanian, dan Kehutanan Kota Batu yang diwakili oleh Kepala Bidang Hortikultura dan Koordinator Penyuluh Pertanian (KJF), Perwakilan PPL dan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
311
KCD serta gapoktan/poktan tanaman hias pot dan lansakp dari kecamatan Batu, Bumiaji, dan Junrejo. Adapun hasil pertemuan: 1.
Kota Batu yang merupakan salah satu sentra tanaman hias yang telah mengembangkan berbagai jenis tanaman hias, terutama tanaman hias Mawar dan Krisan. Kalau dilihat dari keadaan daerahnya, sangat cocok juga untuk pengembangan tanaman hias pot dan lanskap yang merupakan jenis tanaman hias yang memiliki prospek yang cukup cerah dalam pengembangannya di samping pengembangan tanaman hias bunga potong dan daun potong.
2.
Tanaman lanskap merupakan komoditas tanaman massal yang banyak diusahakan oleh para petani tanaman hias untuk menyuplai kebutuhan pembangunan taman di perkotaan (melalui Dinas Pertamanan) maupun para lansekaper.
Tanaman
lanskap
berperan dalam
menjaga kelestarian
lingkungan. Disektor ekonomi dukungan industri florikultura berperan untuk meningkatkan kesejahteraan petani, peningkatan kualitas daya saing dan pemberdayaan pasar dalam dan luar negeri. Tanaman lanskap sendiri merupakan tanaman hias dengan jumlah yang sangat banyak, terdiri dari tanaman pohon, perdu, semak, penutup tanah (cover ground) dan berbagai jenis rumput. 3.
Petani diharapkan dapat menerapakan cara berbudidaya yang baik seperti telah diamanahkan didalam Permentan no 48 tahun 2013 tentang
GAP
Florikultura dan Permentan no 73 tahun 2013 tentang GHP hortikultura. Bila petani sudah dapat berbudidaya yang baik, maka berbagai macam kemudahan akan didapat seperti yang diamanahkan di dalam PP no 25 tahun 2014 tentang Pemberian Fasilitas dan Insentif Usaha Hortikultura. Syarat untuk mendapatkan fasilitas dan insentif minimal sudah memiliki registrasi lahan usaha. Komoditas florikultura tidak diharuskan berlabel tetapi penangkarnya cukup terdaftar di BPSB. Disamping itu pelaku usaha harus memiliki tanda daftar/ijin usaha hortikultura. Bagi pelaku usaha mikro (< 50 juta rupiah) dan kecil (50 juta – 500 juta) harus memilki tanda daftar, sedangkan pelaku usaha sedang (500 juta – 10 M rupiah) dan besar (> 10 M rupiah) harus memiliki ijin seperti yang diatur di dalam Permentan 70 tahun 2014 tentang pedoman Perijinan Usaha Hortikultura. 4.
Proses registrasi lahan dapat dilakukan kepada Dinas Pertanian Propinsi melaui Dinas Pertanian Kabupaten, yang berlaku selama 2 tahun dan dapat melakukan proses perpanjangan selama 2 tahun berikutnya setelah didahului survailen baik secara berkala maupun sewaktu-waktu untuk mengetahui komitmen dan kosistensi penerapan GAP pada lahan usahanya.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
312
5.
Proses pencacahan data tanaman agar lebih teliti agar tidak terjadi selisih data di BPS dengan keadaan di lapangan yang jauh lebih tinggi.
6.
Kelompok tani tanaman hias sudah mendapatkan bantuan baik dari pemerintah daerah (APBD) maupun dari pusat (APBN). Pada tahun 2014 dari APBD propinsi mendapatkan packing house bunga potong yang terletak di Desa Sidomulyo, selain itu dari APBN mendapatkan bantuan berupa screen house krisan di tahun 2012. Pada tahun 2014 Kelompok tani di Gunungsari Makmur mendapatkan mobil berpendingin yang berkapasitas 12.000 tangkai bunga mawar. Dengan adanya keberadaan mobil berpendingin dapat mengurangi susut
hasil
panen
sebesar
10-20%
(daun
yang
gosong).
Dalam
pelaksanaannya, pengelolaan mobil berpendingin dilakukan oleh gapoktan yang terdiri dari 8 kelompok tani dan beranggotakan sebanyak 200 orang. 7.
Gapoktan tanaman pot dan lanskap di Kota Batu membutuhkan SL GAP dan SL GHP tanaman pot lanskap serta sarana dan prasarana dalam menunjang usaha budidayanya.
d.
Kab. Karanganyar Bimtek dilaksanakan pada hari Rabu-Sabtu tanggal 13-16 Mei 2015 di Kab. Karanganyar-Sleman.
Dihadiri
oleh
Dinas
Pertanian,
Tanaman
Pangan,
Perkebunan dan Kehutanan Kab. Karanganyar yang diwakili oleh Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura dan staf. Perwakilan PPL Kecamatan Tawangmangu, Mantri Tani Kecamatan Tawangmangu, POPT, Lurah dari Desa Bolong serta KWT Sidomakmur, Taruna Tani Taman Sari II, KWT Manunggal Usaha, Taruna Tani Makmur. Adapun hasil pertemuan:
1. Tawangmangu merupakan sentra produksi krisan, anggrek dan tanaman pot lansekap. Seperti di desa Nglurah yang berada di Kecamatan Tawangmangu Kab. Karanganyar, Jawa Tengah. Di desa ini terdapat angrowisata tanaman hias.
Agrowisata
ini
berawal
dari
usaha
warga
yang
kebanyakan
membudidayakan dan berjualan tanaman hias di sepanjang jalan desa Nglurah. Usaha masyarakat yang berjualan tanaman hias ini dimulai sejak 1997 dan kemudian berkembang menjadi desa wisata bunga pada 2001. Karanganyar
sendiri
terdapat
beberapa
sentra
yang
menjadi
pusat
pengembangan tanaman hias seperti Krisan berada pada dusun Krangean Desa Nglebak Kecamatan Tawangmangu, Anggrek berada pada di desa Bolong dan desa Karangpanden kec. Karanganyar, dan pot lansekap berada di desa Nglurah.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
313
2. Selain sebagai petani tanaman hias masyarakat didesa ini juga bisa sebagai dekorator. Jenis tanaman hias yang dibudidayakan diperkarangan masyarakat baik yang masih tertanam di tanah, maupun yang sudah dikemas dengan polybag atau pot seperti Anthurium, Aglaonema, Philodendron, Anggrek spesies atau Anggrek gunung. Agave, Cemara, Philodendron Kobra, Palem, Mawar, Euphorbia, Adenium dan masi banya lagi tanaman hias pot dan lansekap.
3. Bantuan melalui alokasi dana APBN sudah didapatkan kelompok bunga potong untuk komoditas krisan berupa screen house dan benih pada tahun 2013, sedangkan kelompok tanaman lanskap mendaptkan bantuan pengembangan anggrek pada tahun 2015.
4. Minimnya pengetahuan petani tentang regulasi/aturan-aturan yang melindungi mereka dalam menghasilkan suatu produk, membuat petani tidak mempunyai posisi tawar.
5. Petani diharapkan dapat menerapakan cara berbudidaya yang baik seperti telah diamanahkan didalam Permentan no. 48 tahun 2013 tentang GAP Florikultura dan Permentan no. 73 tahun 2013 tentang GHP hortikultura. Bila petani sudah dapat berbudidaya yang baik, maka berbagai macam kemudahan akan didapat seperti yang diamanahkan di dalam PP no. 25 tahun 2014 tentang Pemberian Fasilitas dan Insentif Usaha Hortikultura. Syarat untuk mendapatkan fasilitas dan insentif minimal sudah memiliki registrasi lahan usaha. Komoditas florikultura tidak diharuskan berlabel tetapi penangkarnya cukup terdaftar di BPSB. Disamping itu pelaku usaha harus memiliki tanda daftar/ijin usaha hortikultura. Bagi pelaku usaha mikro (<50 juta rupiah) dan kecil (50 juta – 500 juta) harus memilki tanda daftar, sedangkan pelaku usaha sedang (500 juta – 10 M rupiah) dan besar (>10 M rupiah) harus memiliki ijin seperti yang diatur di dalam Permentan 70 tahun 2014 tentang pedoman Perijinan Usaha Hortikultura. Jika lahan usaha ada diantara dua wilayah antara kabupaten/kota maka yang mengeluarkan tanda daftarnya adalah gubernur.
6. Permohonan registrasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a) telah memahami dan menerapkan GAP, b) telah memahami dan menerapkan prinsip PHT, c) telah memiliki memahami dan menerapkan SOP, d) telah melakukan pencatatan.
7. Proses registrasi lahan dilakukan oleh Dinas Pertanian Propinsi melalui Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, yang berlaku selama 2 tahun dan dapat melakukan proses perpanjangan selama 2 tahun berikutnya setelah didahului survailen
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
314
baik secara berkala maupun sewaktu-waktu untuk mengetahui komitmen dan konsisten penerapan GAP pada lahan usahanya.
8. Komoditas florikultura tidak diharuskan berlabel tetapi penangkarnya cukup terdaftar di BPSB. e.
Kab. Pekalongan Bimtek dilaksanakan pada hari Rabu-Jumat tanggal 20-22 Mei 2015 di Kab. Pekalongan. Dihadiri oleh Dinas Pertanian TPH Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pekalongan, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tegal, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Batang, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pemalang, Perwakilan petugas KCD dari Kabupaten Pekalongan, Tegal, Batang dan Pemalang, Perwakilan penyuluh dari Kabupaten Pekalongan, Tegal, Batang dan Pemalang, Pelaku usaha tanaman melati dari Kabupaten Pekalongan, Tegal, Batang dan Pemalang. Adapun hasil pertemuan: 1.
Terbentuknya Asosiasi melati kawasan Pantura, yang terdiri dari gabungan kelompok - kelompok tani yang ada di kab. Tegal, kab. Pemalang, kab. Pekalongan dan kab. Batang. Asosiasi melati kawasan Pantura diharapkan dapat menjadi corong para pelaku usaha melati dalam pengembangan dan peningkatan produksi melati dalam rangka antisipasi era pasar bebas ekonomi asia, dimana Indonesia menempati posisi ke 3 (tiga) setelah Thailand dan India dalam produksi melati di dunia. Tercatat hanya 20% melati Indonesia yang diekspor, sedangkan sisanya untuk kebutuhan pasar domestik. Hal ini menunjukkan besarnya peluang pasar dalam maupun luar negeri untuk melati Indonesia.
2.
Jawa Tengah memberikan share terbesar terhadap produksi nasional yaitu 92.11% dengan luas lahan 1500 ha. Adapun sentra produksi melati terdapat di 4 Kabupaten yaitu Pemalang, Batang, Tegal dan Pekalongan. Sampai tahun 2014, Kabupaten Batang terus memberikan kontribusi produksi dan luas panen terbesar di Propinsi Jawa Tengah.
3.
Data melati sangat mempengaruhi data florikultura nasional. Adanya penurunan yang signifikan pada data produksi melati akan berimplikasi terhadap data nasional. Hal ini dapat disebabkan tidak tercatat dan terekapnya data melati di beberapa sentra produksi oleh petugas KCD. Antara Direktorat teknis dan pencatat data kurang dapat berkoodinasi sehingga megakibatkan fluktuatifnya data yang tersedia.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
315
4.
Fasilitasi melati di tahun 2015 salah satunya berupa pengembangan kawasan di 4 Kabupaten @ 10 ribu m2. Meskipun serapan anggaran masih cukup kecil, namun kegiatan pengembangan kawasan di Kabupaten Tegal serta CPCL telah dilakukan. Saat ini sedang dipersiapkan SL GAP dan GHP yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.
5.
Selain melati, beberapa hal terkait program florikultura di Propinsi Jawa Tengah dapat dilaporkan sebagai berikut : -
Dinas mengalami kesulitan untuk pengadaan tanaman pot dan lansekap dikarenakan banyaknya komoditas dengan spesifikasi yang berbeda. Sehingga diperlukan ketelitian dan kecermatan untuk memeriksa RUK
-
Verifikasi kelompok untuk irigasi dan sarana pengairan telah selesai dilaksanakan pada Maret 2015, namun verifikasi RUK baru selesai Mei ini.
-
Melati di Pemalang mengalami permasalahan dengan hama ulat yang merusak tanaman secara permanen. Perlu cara dan saran untuk penanggulangannya.
-
Melati setelah panen hanya dapat bertahan sehari sehingga perlu terobosan untuk dapat mempertahankan kesegaran melati tersebut. Selain itu, modal petani melati sebagian besar berasal dari hutang ke pengepul.
-
Di Kab. Batang terjadi abrasi besar-besaran yang menggerus sekitar 250 ha di Pekalongan dan kurang dari 50% Kec. Batang yang terkena abrasi. Sehingga diperlukan penanganan abrasi yang efektif seperti yang sudah dilakukan oleh Mer-C dan koordinasi dengan pihak terkait seperti Badan Lingkungan Hidup.
-
Pabrik teh banyak menggunakan essence sebagai pengganti melati sehingga harga melati sangat fluktuatif. Kelebihan produksi melati belum dapat dimanfaatkan untuk minyak atsiri.
-
Di Pekalongan sudah terbentuk asosiasi harum melati. namun diperlukan inisiasi baru berupa asosiasi yang dapat menaungi 4 kabupaten sentra melati tersebut.
6.
Dikarenakan
banyaknya
pabrik
yang
berpindah
ke
wilayah
Pantura
menyebabkan adanya alih fungsi lahan dan alih profesi. Selain itu harga input berupa tenaga kerja, pupuk, pestisida, polybag dan lain-lain juga merangkak naik. 7.
Thailand sebagai Negara produsen melati terbesar di dunia menerapkan sistem budidaya yang cukup berbeda dengan di Indonesia. Yang paling signifikan yaitu jarak tanam yang tidak terlalu rapat antar tanaman.Teknik yang dilakukan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
316
oleh Thailand telah diduplikasi oleh petani di Maribaya, namun mengalami kegagalan. 8.
Terkait dengan registrasi lahan melati, pada akhir tahun 2014 telah dilakukan kunjungan ke Tegal. Namun hampir seluruh lahan yang diusulkan belum terdapat dokumen pencatatan. Sehingga propinsi belum dapat mengeluarkan nomor registrasinya.
9.
Telah terbentuk asosiasi melati yang mampu mewadahi aspirasi dari 4 Kabupaten di Jawa Tengah yaitu Asosiasi Melati Pantura Indonesia (ASTIRA) yang diketuai oleh Bapak Setiyono
6.
Hasil/Outcome Berkembangnya industri tanaman lansekap Indonesia yang berdaya saing.
7.
Manfaat/Benefit Terciptanya kepedulian antar pelaku usaha/stakeholder dalam mengembangkan tanaman pot dan lansekap, melati di seluruh Indonesia.
8.
Dampak/Impact Dengan adanya bimbingan teknis pascapanen tanaman pot dan lansekap, melati pada tiap-tiap daerah sentra diharapkan akan berdampak pada terwujudnya peningkatan daya saing dan kesejahteraan petani.
9.
Kesimpulan dan saran 9.1. Kesimpulan Kesimpulan yang didapat berupa: 1.
Perlu peningkatan kreatifitas diantara anggota kelompok, karena semakin tinggi seni yang ditampilkan maka harga jual tanaman meningkat (ekonomi kreatif).
2.
Pemilihan benih unggulan dari varietas tanaman yang tahan karat dan perlu pengendalian OPT secara intensif terhadap tanaman yang terkena karat daun.
3.
Diperlukan sosialisasi dari Pusat ke Dinas pertanian daerah dan petani tentang peraturan yang berlaku di dalam pengembangan komoditas hortikultura untuk meningkatkan kapabilitas petani.
4.
Penerapan GAP florikultura dan GHP hortikultura dapat memberi kemudahan bagi petani untuk memperoleh fasilitasi dan insentif.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
317
9.2. Saran Saran yang didapat berupa: 1.
Perlu adanya segmentasi usaha diantara anggota kelompok tani agar perputaran usaha lebih cepat dalam memanfaatkan peluang pasar yang ada, dengan jalan melakukan produksi dengan jumlah yang cukup dan kontinu.
2.
Memperkuat
kelembagaan
kelompok
tani
dengan
sering
melakukan
sosialisasi dan identifikasi permasalahan. 3.
Perlu adanya pelatihan keterampilan mengenai SOP GAP, GHP untuk petugas lapang di daerah.
PENGAWALAN TEKNOLOGI PASCAPANEN DAUN DAN BUNGA POTONG
1.
Latar Belakang Florikultura merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai upaya penumbuhan perekonomian daerah dan nasional. Pelaku usaha tanaman florikultura mengalami peningkatan mulai skala kecil sampai menengah, mengingat permintaan tanaman florikultura terus meningkat baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor. Dengan demikian tanaman florikultura dapat diposisikan sebagai komoditas perdagangan yang penting di dalam negeri maupun di pasar global.
Berbagai upaya telah dilakukan secara intensif dengan melibatkan seluruh pihak terkait agar usaha/bisnis tanaman florikultura dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap perekonomian nasional dengan menumbuhkan sentra - sentra tanaman florikultura baru dan mengutuhkan kawasan yang sudah ada menuju skala industri dengan pengelolaan lahan usaha yang baik
agar tanaman florikultura Indonesia
mempunyai daya saing dan berdampak terhadap peluang kerja, pertumbuhan perekonomian dan pembangunan sektor jasa di daerah.
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura terus melakukan berbagai upaya dalam pengembangan kawasan florikultura baik budidaya maupun pascapanen dengan maksud untuk memperbaiki teknik budidaya dan penanganan pascapanen yang dilakukan oleh pelaku usaha florikultura sehingga dapat meningkatkan produksi dan meningkatkan mutu produk florikultura sesuai standar. Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu kegiatan dilakukan untuk menunjang upaya tersebut adalah melalui
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
318
kegiatan pertemuan pengawalan dan pendampingan teknologi pascapanen tanaman daun dan bunga potong.
Pertemuan pengawalan dan pendampingan teknologi pascapanen tanaman daun dan bunga potong telah dilaksanakan 9 kali di kabupaten/kota sentra tanaman daun dan bunga potong yang ada di Pulau Jawa. Dari pertemuan pengawalan dan pendampingan tersebut diharapkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi
pelaku usaha
florikultura di lapangan dapat dicarikan solusinya sehingga industri florikultura dapat lebih berkembang lagi.
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan a.
Melakukan koordinasi dan pendampingan penerapan teknologi pascapanen dalam pengembangan kawasan tanaman daun dan bunga potong.
b.
Mengevaluasi pelaksanaan pengembangan kawasan tanaman daun dan bunga potong.
c.
Meningkatkan keterampilan pelaku usaha florikultura dalam penanganan pascapanen daun dan bunga potong
2.2. Sasaran a.
Terkoordinasinya dan terdampinginya penerapan teknologi pascapanen di daerah pengembangan kawasan tanaman daun dan bunga potong di Sukabumi, Kab. Semarang, Kab. Kulonprogo, Kota Semarang, Kab. Magelang, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur,Kab. Bandung, dan Kab. Bandung Barat.
b.
Terevaluasinya pelaksanaan pengembangan kawasan tanaman daun dan bunga potong.
c.
Meningkatnya keterampilan pelaku usaha florikultura dalam penanganan pascapanen daun dan bunga potong di Kab. Sukabumi, Kab. Semarang, Kab. Kulonprogo, Kota Semarang, Kab. Magelang, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab. Bandung, dan Kab. Bandung Barat.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 170.000.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 169.991.000,3.3. Informasi Teknologi : Data dan Informasi Teknis 3.4. SDM
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
319
4.
Pelaksanaan Kegiatan 4.1. Menyediakan konsumsi pengawalan dan pendampingan teknologi pascapanen tanaman daun dan bunga potong. 4.2. Menyediakan materi pengawalan dan pendampingan teknologi pascapanen tanaman daun dan bunga potong. 4.3. Melaksanakan perjalanan paket meeting dalam rangka Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong 4.4. Melaksanakan perjalanan dinas biasa pengawalan dan pendampingan teknologi pascapanen tanaman daun dan bunga potong.
5.
Keluaran/Output 5.1. Terlaksananya penyediaan konsumsi dalam rangka Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong sebanyak 9 kali di Kab. Sukabumi, Kab. Semarang, Kab. Kulonprogo, Kota Semarang, Kab. Magelang, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab. Bandung dan Kab. Bandung Barat. 5.2. Tersedianya materi dalam rangka Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong sebanyak 3 kali. 5.3. Terlaksananya
perjalanan
dinas
dalam
rangka
Pengawalan
Teknologi
Pascapanen Daun dan Bunga Potong sebanyak 40 OP masing-masing di Kab. Sukabumi, Kab. Semarang, Kab. Kulonprogo, Kota Semarang, Kab. Magelang, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab. Bandung dan Kab. Bandung Barat. 5.4. Terlaksananya pertemuan Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong. Adapun kegiatan pertemuan yang telah dilaksanakan sbb : A. Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong (untuk komoditas Dracaena Sanderiana) dilaksanakan pada tanggal 11 – 13 Pebruari 2015 di Sukabumi. Pertemuan dihadiri oleh 40 peserta yang terdiri dari petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat; petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sukabumi; Pengawas Benih Tanaman (PBT) dari BPSB TPH Provinsi Jawa Barat; POPT dari BPTPH Provinsi Jawa Barat; BPTP Provinsi Jawa Barat; Petugas Penyuluh Lapangan (PPL); KCD Kabupaten Sukabumi; serta petani dracaena Kabupaten Sukabumi dan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura. Hasil : 1.
Untuk tahun 2015 fasilitas bantuan dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura di Kabupaten Sukabumi akan difokuskan pada komoditas krisan. Mengingat kebijakan dari pimpinan Direktorat Jenderal Hortikultura bahwa setiap kabupaten/kota harus fokus pada 3 (tiga)
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
320
komoditi horti maka yang difasilitasi adalah manggis, sayur dataran tinggi, dan krisan. 2.
Benih dracaena di Kabupaten Sukabumi belum ada penangkar khusus sehingga masih harus mengandalkan bibit dari Bunga Indah Farm dan Ryan Karya. Kedepan diharapkan adanya pelatihan dan pembinaan untuk petani penangkar dracaena, mengingat kebutuhan akan benih dracaena sangat tinggi untuk Kabupaten Sukabumi.
3.
Aspek OPT menjadi kendala dalam budidaya dracaena yaitu serangan penyakit daun menjadi layu yang dikarenakan cendawan untuk mengantisipasinya diperlukan paranet untuk perlindungan tanaman, selain itu petugas POPT menyarankan untuk menggunakan agensia hayati PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria).
4.
Langkah-langkah penanganan pascapanen untuk komoditas dracaena dilakukan di packing house meliputi penerimaan hasil panen, pencucian, trimming,
sortasi,
grading,
perangkaian,
pengemasan,
pelabelan,
penyimpanan, dan pengiriman. 5.
Produk ekonomi kreatif dracaena ini untuk pasar lokal masih rendah, sehingga harus ada upaya untuk meningkatkan. Pada saat ini 90% diutamakan untuk ekspor antara lain ke Rusia, Arab Saudi, Uzbekistan, Iran, Singapura, Azerbaijan, dan lain-lain.
6.
Dalam rangka meningkatkan pasar ekspor dracaena maka diperlukan inovasi untuk bentuk-bentuk rangkaian yang lebih menarik agar peluang ekspor semakin luas.
7.
Untuk rangkaian ekspor harus diperhatikan bahwa pertumbuhan tunasnya harus sama antara batang satu dengan yang lain.
8.
Dalam satu tahun, Gapoktan Alamanda dapat mengekspor rangkaian dracaena sebanyak 3-4 container berukuran 40 feet bahkan dapat mencapai 4-7 container. Dracaena bentuk curly diekspor dengan harga jual $0,7 per rangkaian. Sebelum diekspor, pihak dari Badan Karantina melakukan penyemprotan produk rangkaian dracaena di dalam gudang milik Gapoktan Alamanda.
9.
Pengemasan untuk ekspor menggunakan kardus stereofoam berukuran 75 x 40 x 30 cm dan biasanya dilengkapi dengan jelly, plastik, mulsa, busa, atau kapas sebagai media yang melindungi rangkaian dracaena.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
321
B. Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong (Untuk komoditas krisan) dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2015 di kab. Semarang. Pertemuan dihadiri oleh 40 peserta yang terdiri dari petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah, petugas Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Semarang, BPTP Prov. Jateng, BPSB TPH Prov. Jateng, BPTPH Prov. Jateng, Balai Benih TPH Kabupaten Semarang, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), KCD Kabupaten Semarang, dan petani tanaman daun dan bunga potong Kab. Semarang dan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura. Hasil : 1.
Kecamatan Bandungan - Kabupaten Semarang merupakan salah satu kawasan sentra hortikultura di Provinsi Jawa Tengah termasuk tanaman florikultura.
Komoditas forikultura
yang
banyak
dikembangkan di
Kecamatan Bandungan antara lain ; krisan, leatherleaf, gerbera, gladiol, sedap malam, phylodendron, mawar, serta aneka tanaman pot dan landskap. 2.
Komoditas florikultura yang paling banyak dikembangkan di kecamatan Bandungan adalah krisan dengan luas tanaman krisan di kec. Bandungan ± 50 ha. Pemasaran produk krisan dari daerah ini disamping untuk pasar lokal juga meliputi ; Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Bali.
3.
Pemerintah sudah memfasilitasi outlet berpendingin dengan solar cell untuk meningkatkan pemasaran produk florikultura khususnya daun dan bunga potong di Propinsi Jawa Tengah yang digunakan untuk mendisplay dan atau menjual produk florikultura dengan menggunakan sumber energi matahari (solar panel).
4.
Tujuan dari diadakannya outlet berpendingin dengan solar cell adalah untuk mendekatkan produk florikultura kepada konsumen dengan mutu yang tinggi dan baik serta tersedia secara kontinu serta menyediakan informasi tentang ketersediaan produknya.
5.
Untuk meningkatkan daya saing produk usaha tani florikultura diharapkan pelaku usaha dapat menerapkan GAP dan GHP yang merupakan salah satu syarat untuk kebun atau lahan yang dapat diregistrasi.
6.
Untuk mengatasi sulitnya mendapatkan benih bermutu khususnya untuk benih krisan, sebaiknya didalam kelompok tani ada 1 atau 2 orang dari anggota kelompok tersebut bergerak di bidang penangkaran benih untuk mensupport kegiatan penyediaan benih bagi anggota kelompoknya.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
322
7.
Penggunaan benih bermutu sangat penting, dimana mutu benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam budidaya florikultura sehingga produk yang dihasilkan dapat berdaya saing
8.
Disampaikan oleh Direktorat Perbenihan Hortikultura, bahwa untuk permohonan bantuan benih termasuk benih florikultura agar diajukan melalui proposal (E proposal) yang diketahui oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
9.
Direktorat Perbenihan Hortikultura akan mengadakan jambore varietas krisan di Pasuruan Provinsi Jawa Timur pada tahun ini. Dalam jambore varietas tersebut akan ditampilkan varietas-varietas krisan Balithi termasuk jenis-jenis yang baru.
10. Permasalahan dalam penangkaran benih khususnya untuk benih krisan adalah sulitnya untuk mendapatkan benih sumber, hal ini merupakan salah satu kendala kurang berkembangnya industri perbenihan krisan di kecamatan bandungan. 11. Diinformasikan oleh petugas lapang POPT bahwa OPT yang banyak menyerang krisan adalah penyakit karat dan lalat Liriomyza sp. yang sulit untuk dikendalikan 12. Tenaga POPT dilapangan saat ini banyak yang sudah pensiun, disisi lain penambahan tenaga POPT tidak ada, sehingga dikhawatirkan kedepan pengamatan organisme pengganggu tanaman kurang optimal. 13. Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jawa Tengah memiliki kegiatan pendampingan untuk tanaman krisan yaitu membuat deplot uji adaptasi dan pengenalan varietas-varietas krisan terbaru dari Balithi. 14. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah untuk TA. 2015 ini akan memberikan bantuan benih anggrek untuk kelompok tani Leatherleaf di dusun Bamdir, desa Losari, Kecamatan Bandungan sebagai usaha tambahan bagi kelompok tersebut. 15. Tanaman leatherleaf di desa Tolokan kecamatan Getasan daunnya banyak terkena serangan jamur. Serangan jamur ini sulit dikendalikan walaupun sudah menggunakan berbagai jenis fungisida. Selain itu rumah lindungnya banyak yang rusak terkena angin kencang dan untuk perbaikannya membutuhkan biaya yang besar. 16. Dinformasikan bahwa tanaman leatherleaf setelah berumur 3 – 4 tahun bedengannya sudah dipenuhi oleh rimpang, sehingga mengurangi
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
323
produksi daunnya. Untuk mengatasi hal tersebut disarankan dilakukan penjarangan dan rimpangnya dimanfaatkan untuk benih. 17. Cara pembuatan benihnya dapat mengacu kepada pedoman SOP Perbenihan leatherleaf yang diterbitkan oleh Direktorat Perbenihan Hortikultura. 18. Pemasaran produk leatherleaf dari sentra leatherleaf di Kabupaten Semarang saat ini hanya untuk pasar domestik karena harganya lebih baik dari pasar ekspor. 19. Tanaman Sedap Malam di Ambarawa saat ini makin berkurang luasannya karena berbagai hal diantaranya banyak tanaman terkena serangan OPT, munculnya sentra baru sebagai pesaing dan banyaknya bunga sedap malam yang rusak pada saat distribusi, serta minimnya bantuan dari pemerintah. 20. Mohon perbaikan fasilitas pasar Bandungan sebagai pasar bunga atau produk hortikultura lainnya. Untuk hal tersebut Pemda Kabupaten Semarang akan mengkajinya terlebih dahulu apakah akan dibangun ditempat tersebut atau dipindahkan ketempat lain yang lebih baik. 21. Beberapa komoditas florikultura utama yang mempunyai nilai ekonomis di Propinsi Jawa Tengah antara lain Melati, Sedap Malam, Anggrek dan Leatherleaf fern. 22. Kunjungan lapang dilakukan ke beberapa pelaku usaha tanaman hias daun dan bunga potong untuk melihat permasalahan langsung dilapangan telah dilakukan kunjungan lapang ke pelaku usaha tanaman hias antara lain:
Kelompok tani Aglonema Kelompok tani Aglonema yang beralamat di Kecamatan Sumowono – Kab. Semarang, merupakan kelompok tani yang mengusahakan tanaman leatherleaf. Permasalahan budidaya yang ditemukan dilapangan adalah banyaknya serangan jamur karat dan hal ini sudah dilakukan pemberantasannya dengan fungisida tetapi belum berhasil untuk disarankan untuk dikonsultasikan dengan POPT setempat. Penanganan pasca panen sudah dilakukan secara sederhana tetapi tidak diruang khusus untuk pascapanen.
Pelaku usaha Gerbera (Pak Irawan) Lokasi usaha Gerbera berada di dusun Tegal Koto, desa Lanjen, Kecamatan Sumowono – Kabupaten Semarang. Luas kebun gerbera ± 3.000 m2 dengan produksi 200 – 300 ikat perminggu, dimana 1
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
324
ikat berisi 10 tangkai dan dijual perikat seharga Rp. 15.000 ke pasar lokal. Panen dilakukan 2 kali seminggu pada hari senin dan kamis dan jenis gerbera yang ditanam adalah yang berwarna merah, pink dan kuning.
Permasalahan yang ditemukan di lapangan adalah
banyaknya serangan lalat Liriomyza Sp.
Kelompoktani Gemah Ripah Kelompok tani Gemah Ripah adalah kelompok tani tanaman hias krisan yang berlokasi di dusun Celepar, desa Duren, Kecamatan Bandungan
–
Kabupaten
Semarang.
Krisan
yang
ditanam
kebanyakan jenis spray dari varietas Puspita Nusantara, Pasopati, Dewi Ratih, White Fiji dll. Produksi krisan dipasarkan ke Semarang, Yogjakarta, Solo dll. Adapun permasalahan yang ditemukan adalah masih banyaknya serangan karat daun dan penanganan pascapanen dilakukan secara sederhana di kebun. C. Pengawalan
Teknologi
Pascapanen
Daun
dan
Bunga
Potong
(Pengembangan Krisan) dilaksanakan tanggal 13 – 16 Mei 2015 di Kab. Kulonprogo – Yogyakarta. Pertemuan dihadiri oleh 40 orang peserta yang terdiri dari petugas Peserta dari kegiatan ini sebanyak 40 orang terdiri dari petugas Dinas Pertanian Propinsi Yogyakarta, petugas Dinas Pertanian Kabupaten Kulon Progo, petugas Balai Proteksi Tanaman Pertanian Provinsi DIY, pengawas Benih Tanaman (PBT) dari BPSB Pertanian Provinsi DIY, petugas Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPPTPH), Kepala Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (KP4K) Kabupaten Kulon Progo, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) Kabupaten Kulon Progo, Mantri Tani P3D TPH Kecamatan Samigaluh, POPT Kecamatan Samigaluh, petani krisan Kabupaten Kulon Progo. Hasil : 1.
Kabupaten Kulon Progo terutama Kecamatan Samigaluh merupakan daerah yang memiliki potensi yang besar untuk pengembangan tanaman hias daun dan bunga potong, termasuk tanaman krisan.
2.
Dalam rangka pengembangan krisan di Kabupaten Kulon Progo, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura telah memfasilitasi petani krisan yaitu gerobak motor dan meja pascapanen pada tahun 2014, dan pada tahun 2015 telah difasilitasi juga gerobak motor roda tiga dan sarana prasarana pascapanen (packing house). Saat ini total luas penanaman
krisan
di
Kabupaten
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
Kulon
Progo
seluas
5100m2.
325
Sedangkan
untuk
budidaya,
tahun
ini
pemerintah
memfasilitasi
pengembangan kawasan krisan seluas 2500 m2. 3.
Pengembangan krisan di Kabupaten Kulon Progo berdampak positif bagi kehidupan masyarakatnya, antara lain pekarangan menjadi lebih asri, peningkatan pemberdayaan masyarakat, serta peningkatan pendapatan petani sehingga mampu mengurangi angka kemiskinan di Kabupaten Kulon Progo.
4.
Gapoktan Seruni Menoreh, petaninya mengharapkan adanya fasilitasi mobil box berpendingin dari pemerintah untuk menjaga mutu krisannya saat distribusi.
5.
Penanganan pascapanen untuk komoditas krisan masih dilakukan di rumah salah satu petani yang dijadikan bangsal pascapanen sementara karena bangsal pascapanen baru akan diadakan pada tahun 2015 ini.
6.
Di Kabupaten Kulon Progo belum ada penangkar khusus untuk benih krisan sehingga masih harus mengandalkan bibit dari UPBS BPTP Provinsi DIY.
7.
Aspek OPT yang menjadi kendala dalam budidaya krisan di Kabupaten Kulon Progo yaitu serangan OPT lalat Liriomyza sp. dan penyakit karat. Serangan penyakit karat hanya kurang dari 5% dan dapat dikendalikan dengan perompesan daun ketika sudah mulai terlihat adanya gejala.
8.
Kelemahan dari petani pada umumnya adalah kurangnya pencatatan dalam setiap pelaksanaan budidaya maupun pascapanen. Agar lahannya dapat diregister, petani harus menerapkan GAP dan GHP dalam usaha taninya agar dapat mempertahankan mutu produknya.
9.
Gapoktan Seruni Menoreh saat ini membutuhkan chopper yang bisa digunakan untuk mencacah sisa-sisa bagian tanaman yang tidak terjual sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk organik.
10. Pada kegiatan ini juga telah dilaksanakan pelatihan dan demo merangkai bunga yang diikuti oleh peserta dari Gapoktan Seruni Menoreh dengan instruktur dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura. D. Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong dilaksanakan tanggal 8 – 11 September 2015 di kota Semarang dan Kab. Magelang – Jawa Tengah. Pertemuan di hadiri oleh 40 peserta yang terdiri dari masing-masing kota Semarang dan kabupaten Magelang.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
326
Peserta yang hadir terdiri dari : 1.
Peserta Kota Semarang sebanyak 40 orang terdiri dari : Petugas Dinas Pertanian TPH Provinsi Jawa Tengah, petugas Dinas Pertanian Kota Semarang, Penyuluh Lapangan Kota Semarang, KCD Kota Semarang, Petugas POPT Kota Semarang dan Petani Tanaman Daun dan Bunga Potong Kota Semarang.
2.
Peserta Kabupaten Magelang sebanyak 40 orang terdiri dari : Petugas Dinas Pertanian TPH Provinsi Jawa Tengah, petugas Dinas Pertanian Kota Semarang, Penyuluh Lapangan Kabupaten Magelang, KCD Kabupaten Magelang, Petugas POPT Kabupaten Magelang dan Petani Tanaman Daun dan Bunga Potong Kabupaten Magelang.
Hasil yang diperoleh dari kegiatan Kota Semarang : 1.
Kedepan program pengembangan hortikultura dalam hal ini termasuk untuk tanaman florikultura akan dilakukan dengan pola inti plasma sesuai dengan arahan Dirjen Hortikultura.
2.
Program pengembangan dengan pola intiplasma tersebut untuk tahap awal ditujukan untuk beberapa komoditas unggulan, dimana untuk tanaman hias direncanakan tanaman Dracaena, Melati, dan Krisan.
3.
Penerapan GAP dan GHP merupakan juga salah satu syarat untuk kebun-kebun atau lahan usaha yang dapat diregistrasi. Kedepan kebunkebun yang dapat difasilitasi bantuan dari pemerintah adalah kebunkebun yang sudah diregistrasi.
4.
Program pengembangan florikultura di Propinsi Jawa Tengah antara lain adalah ; perbenihan,
pengembangan kawasan, budidaya
berbasis
bimbingan teknis,
SOP/GAP,
registrasi,
penguatan kemitraan
pemasaran, magang, dan inovasi teknologi. 5.
Dalam rangka untuk meningkatkan pemasaran produk florikultura khususnya daun dan bunga potong di Propinsi Jawa Tengah, Pemerintah sudah memfasilitasi outlet berpendingin dengan solar cell. Pemanfaatan dan pengelolaan outlet berpendingin saat ini masih dibawah Dinas Pertanian Kota Semarang bekerjasama dengan pelaku usaha tanaman hias (Ibu Yudit).
6.
Tujuan dari diadakannya outlet berpendingin dengan solar cell adalah untuk mendekatkan produk florikultura kepada konsumen dengan mutu yang tinggi dan baik serta tersedia secara kontinu.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
327
7.
Asosiasi Multiflora kota Semarang berminat untuk membantu mengelola outlet berpendingin khususnya untuk tanaman pot dan landskap. Pengelolaan outlet berpendingin dengan melibatkan semua stakeholder tanaman hias dan diharapkan semua stakeholder tanaman hias berkomitmen untuk dapat mengelola outlet tersebut secara optimal.
Hasil yang diperoleh dari Kegiatan Kabupaten Magelang : 1.
Untuk mendukung penerapan GAP dan GHP maka Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura telah membuat buku pedoman GAP dan GHP untuk beberapa komoditas utama florikultura dan pelaksanaan penerapannya dapat disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing.
2.
Penerapan GAP dan GHP merupakan juga salah satu syarat untuk kebun-kebun atau lahan usaha yang dapat diregistrasi sebagai syarat penerima fasilitasi bantuan pemerintah.
3.
Program pengembangan florikultura di Propinsi Jawa Tengah antara lain adalah ; perbenihan,
pengembangan kawasan, budidaya
berbasis
bimbingan teknis,
SOP/GAP,
penguatan
registrasi,
kemitraan
pemasaran, magang, dan inovasi teknologi. 4.
Tujuan dari diadakannya outlet berpendingin dengan solar cell adalah untuk mendekatkan produk florikultura kepada konsumen dengan mutu yang tinggi dan baik serta tersedia secara kontinu. Outlet ini diharapkan berfungsi sebagai outlet penjualan/show window untuk produk daun dan bunga potong serta komoditas florikultura lainnya dari jenis tanaman pot maupun lanskap.
5.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas diharapkan pelaku usaha tanaman florikultura di kota Semarang dapat berkerjasama
dengan
pengelola outlet berpendingin tersebut untuk memasarkan produk-produk florikulturanya. Pemasarannya dapat dilakukan dengan cara mendisplay sample produknya serta menyediakan informasi tentang ketersediaan produknya. 6.
Komoditas florikultura yang paling banyak dikembangkan di kota Magelang adalah tanaman hias pot dan landskap. Pemasaran untuk tanaman pot dan landskap kota Magelang sebagian besar untuk pasar lokal dan sekitar Jawa Tegah.
7.
Benih bermutu merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam budidaya florikultura sehingga produk yang dihasilkan dapat berdaya
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
328
saing. Untuk itu penggunaan benih bermutu merupakan keharusan dalam pelaksanaan budidaya tanaman florikultura. 8.
Pengajuan permohonan bantuan benih termasuk benih florikultura untuk pengembangan tanaman florikultura di daerah dapat diajukan melalui proposal (E proposal) ke Kementerian Pertanian yang permohonan bantuan benih tersebut harus diketahui dan melalui Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
E. Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong (Untuk komoditas Dracaena Sanderiana wilayah Kab. Sukabumi dan komoditas krisan di wilayah Kab. Cianjur). Dilaksanakan tanggal 1 Oktober 2015 di Sukabumi dan 2 Oktober 2015 di Cianjur. Pertemuan dihadiri oleh 40 peserta di masing-masing Kabupaten. a.
Peserta yang hadir terdiri dari : 1.
Kabupaten Sukabumi sebanyak 40 orang terdiri dari : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sukabumi, BPSB TPH Propinsi
Jawa
Barat,
BP3K
Kecamatan
Sukabumi,
BP3K
Kecamatan Sukaraja, Poktan Alamanda Sukabumi, Poktan Sari Tani Jaya Sukabumi, Poktan Albino Langensari Sukabumi, Poktan Itikurih Sukabumi, Asosiasi Florismi Sukabumi, Asosiasi Florikultura Sukabumi, UMMI (Mahasiswa Magang) dan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura. 2.
Kabupaten Cianjur sebanyak 40 orang dan terdiri dari : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian
Tanaman
Pangan
Kabupaten
Cianjur,
BPBTPH
Kabupaten Cianjur, BP4K Kabupaten Cianjur, PPL Desa Pakuon, PPL Kecamatan Pacet, PPL Kecamatan Sukaresmi, Poktan Rosalinda Ciwalet, Glori Farm-Pakuon, Poktan Seruni Citra ResmiCianjur, Aulia Floris-Sindang Laya, Bunga Ester-Cikandana, Poktan Delia Flower-Pakuon, Poktan Pasir Haur-Pakuon, Poktan. Raharja Ciwalet, Poktan Puspitas Pelangi Pakuon, Nayla Floris- Pakuon, Poktan Hijau Daun-Pakuon, Poktan Selawi Mukti-Pacet, Poktan Mawar Bodas-Pacet, Reisa Florist-Pakuon, Poktan Mekar TaniPakuon, Bana Muda Lestari-Cipendawa, Poktan Bunga HarapanCikanere dan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
329
Hasil yang diperoleh dari Kegiatan Kab. Sukabumi : 1.
Sukabumi memiliki potensi yang beragam untuk dikembangkan. Salah satu potensi yang ada adalah tanaman hias. Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu pemasok utama tanaman hias ke kawasan Jakarta dan sekitarnya.
2.
Daerah penghasil tanaman hias adalah Kecamatan Sukabumi, Sukaraja, Cidahu, dan Cicurug. Komoditas unggulan adalah Draceana 5Ha, krisan 20Ha, sedap malam 5Ha, gladiol, dan garbera
3.
Jumlah kelompoktani Hortikultura secara keseluruhan mencapai 250 kelompok dan yang menangani florikultura sebanyak +100 kelompok. Salah satu kelompoktani andalan yang sudah sangat maju dan sudah berhasil mengekspor dracaena dan tanaman hias lain adalah Poktan Alamanda.
4.
Kegiatan pengukuhan kawasan agribisnis horikultura berbasis inovasi
serta
dilaksanakan
jambore di
varietas
Kampung
unggul
Pasirhalang,
tanaman Desa
hias
telah
Langensari,
Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, pada tanggal 9 september 2015 yang terpilih menjadi daerah pengembangan tanaman hias khususnya krisan. 5.
BPTP
Jawa
Barat
berkiprah
mendiseminasikan,
memberikan
pelatihan, serta pendampingan teknologi tanaman hias, memberikan layanan konsultasi pengembangan usaha florikultura serta klinik agribisnis yang dilakukan secara kontinyu dan intensif, guna turut mewujudkan pengembangan kawasan agribisnis tanaman hias di kabupaten Sukabumi. 6.
Melalui pengembangan managemen agribisnis yang dirancang menggunakan teknologi dan inovasi hasil Badan Litbang Pertanian, diharapkan dapat memberikan manfaat langsung terhadap kualitas dan kuantitas produk tanaman hias. Sehingga mampu membangun jaringan kerjasama dengan berbagai stake holder.
7.
Untuk tahun 2015 fasilitas bantuan di Kabupaten Sukabumi akan difokuskan pada komoditas krisan.
8.
Pada pertemuan ini diinformasikan bahwa pada peraturan tentang perbenihan, benih florikultura tidak diperlukan sertifikat, namun hanya perlu didaftarkan saja ke Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
330
9.
Aspek OPT menjadi kendala dalam budidaya dracaena yaitu serangan penyakit daun menjadi layu yang dikarenakan cendawan. Petugas POPT menyarankan untuk menggunakan agensia hayati PGPR
(Plant
Growth
Promoting
Rhizobacteria).
Petani
bisa
mendapatkan agensia hayati tersebut di Laboratorium Bojong Picung, Cianjur. 10. Dalam
rangka
meningkatkan
pasar
ekspor
dracaena
maka
diperlukan inovasi untuk bentuk-bentuk rangkaian yang lebih menarik agar peluang ekspor semakin luas. 11. Kunjungan lapang di Gapoktan Alamanda, Sukabumi Tanggal 1 Oktober 2015. Beberapa hasil yang didapatkan dari kunjungan ini antara lain :
Langkah-langkah penanganan pascapanen yang dilakukan oleh Gapoktan Alamanda di packing house meliputi penerimaan hasil panen, pencucian, trimming, sortasi, grading, perangkaian, pengemasan, pelabelan, penyimpanan, dan pengiriman. Setelah sortasi dan grading dilakukan pemotongan batang dracaena sesuai dengan bentuk rangkaian yang akan dibuat dan selanjutnya dirangkai. Kemudian dracaena direndam dalam larutan perangsang akar/tunas selama 30 menit lalu dilakukan persemaian
di
menumbuhkan
dalam tunas.
rak
selama
Setelah
+
tumbuh
2
minggu
tunas
untuk
dilakukan
penyemprotan dengan obat untuk menghambat pertumbuhan daun. Selanjutnya rangkaian siap untuk dipindahkan ke dalam pot yang berisi air, jelly atau cocopeat. Untuk rangkaian ekspor harus diperhatikan bahwa pertumbuhan tunasnya harus sama antara batang satu dengan yang lain.
Dalam satu tahun, Gapoktan Alamanda dapat mengekspor rangkaian dracaena sebanyak 3-4 container berukuran 40 feet bahkan dapat mencapai 4-7 container. Dracaena bentuk curly diekspor dengan harga jual $0,7 per rangkaian. Sebelum diekspor, pihak dari Badan Karantina melakukan penyemprotan produk rangkaian dracaena di dalam gudang milik Gapoktan Alamanda.
Pengemasan untuk ekspor menggunakan kardus stereofoam berukuran 75 x 40 x 30 cm dan biasanya dilengkapi dengan jelly,
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
331
plastik, mulsa, busa, atau kapas sebagai media yang melindungi rangkaian dracaena. Hasil yang diperoleh dari Kegiatan Kab. Cianjur : 1.
Kabupaten Cianjur merupakan salah satu penghasil dan pemasok tanaman hias
ke Ibu Kota Jakarta dan kota lain di Indonesia
terutama tanaman hias daun potong , mawar dan krisan. 2.
Pengembangan florikultura di Kabupaten Cianjur tersebar di 8 Kecamatan dari jumlah 32 yaitu; Kecamatan Sukaresmi, Cipanas, Pacet, Cugenang, Warung Kondang, Gekbrong, Cibeber, dan Kecamatan Cilaku. Komoditas yang dikembangkan di daerah tersebut adalah bunga dan daun potong tanaman pot dan tanaman taman.
3.
Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Cianjur menyampaikan banyak hal penting bagi para petani dan pelaku usaha pada pertemuan ini antara lain :
Banyak sekali program dan konsep yang bagus dibuat oleh Propinsi Jawa Barat termasuk untuk pengembangan tanaman hias di wilayah Cianjur, tetapi konsep dan program di Jawa Barat tersebut dicontoh dan banyak dilaksanakan di daerah lain seperti di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera dan daerah lain yang rata rata berhasil.
Sebagai
daerah
yang
dekat
dengan
Jakarta
kualitas
Sumberdaya Manusia (SDM) petani dan pelaku usaha tanaman hias serta Sumberdaya Kelembagaan di Kabupaten Cianjur yang harus ditingkatkan terlebih untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia. Agar tidak tertinggal dan mampu bersaing dengan Negara lain.
Adanya sebuah inovasi pengembangan komoditas florikultura diharapkan dapat menginisiasi tumbuhnya industri terkait di sentra produksi.
4.
Kunjungan lapang di Gapoktan Glori Farm, Cianjur Tanggal 2 Oktober 2015. Beberapa hasil yang didapatkan dari kunjungan ini antara lain :
Langkah-langkah penanganan pascapanen yang dilakukan oleh Gapoktan Glori Farm di packing house meliputi :
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
332
a). Pengumpulan dan pembersihan bunga Kegiatan pengumpulan dan pembersihan bunga dari kotoran, serangga dan bunga yang sudah tua. Adapun standar pengumpulan dan pembersihan bunga potong yaitu: 1) mengumpulkan bunga setelah dipanen di kebun, 2)
membersihkan
bunga
dari
kotoran,
dan
3)
menggunakan insektisida secara minimal. b). Pemasarannya dilakukan melalui berbagai cara yaitu : -
Penjualan
berdasarkan
pesanan
yang
telah
berlangsung lama dimana transaksinya dilakukan dengan saling percaya dan tidak terikat kontrak, hal ini dilakukan berkaitan dengan alasan kuantitas dan kontinuitas. -
Penjualan langsung atau pembeli langsung datang ke petani.
-
Penjualan ke Pasar Rawa Belong
-
Untuk transportasi pengiriman bunga dan daun potong yang dilakukan oleh petani di Cianjur rata rata menggunakan mobil bak terbuka, dan ditumpuk dengan alasan jarak dan waktu yang dekat dan tidak memakan waktu yang lama sampai ke tujuan.
c). Penjualan bunga potong dari kelompok tani Glory farm tersebut sudah meluas sampai keluar kota diantaranya; Menado, Medan, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan lain-lain.
F.
Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong, dilaksanakan tanggal 23 – 24 November 2015 di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Pertemuan dihadiri oleh 40 peserta di masing-masing kabupaten yang terdiri dari : Petugas Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, POPT Pasir Jambu, POPT Cimaung dan pelaku usaha florikultura di Kabupaten Bandung. Dan petugas Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, petugas Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Barat, petugas POPT Propinsi Jawa Barat, BP3K Cisarua, BP3K Parongpong dan pelaku usaha florikultura di Kabupaten Bandung Barat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
333
Hasil yang diperoleh dari Kabupaten Bandung 1.
Beberapa daerah yang mempunyai potensi tinggi dalam pengembangan tanaman florikultura yaitu di Kecamatan Cimaung, Cicalengka, Pasir Jambu,
dan
Pengalengan.
Adapun
komoditas
florikultura
yang
dikembangkan adalah mawar, lili, gerbera, carnation. 2.
Rata-rata dari petani yang hadir dalam pertemuan ini adalah petani florikultura
baru,
namun
mereka
semangat
untuk
belajar
dan
mengembangkan tanaman florikultura dalam usaha taninya. 3.
Dengan bergabungnya petani ke dalam sebuah kelembagaan yang kuat maka diharapkan petani mempunyai posisi tawar yang tinggi. Selain itu dengan adanya kelembagaan diharapkan jalinan silaturahmi antar anggota semakin kuat.
4.
Untuk meningkatkan kualitas produk florikultura, petani di Kabupaten Bandung diharapkan dalam melaksanakan usaha taninya dapat menerapkan SOP Budidaya dan SOP Pascapanen Florikultura.
5.
Perlunya bimbingan dari petugas Dinas Pertanian Kabupaten Bandung kepada kelompok tani florikultura karena rata-rata masih pemula.
6.
Pasar Induk Tematik untuk pemasaran tanaman florikultura rencananya akan menempati lahan seluas 13 ha dan tempatnya strategis karena dekat dengan jalan yang rencananya akan dibangun tol Seroja (Pasir Koja – Soreang).
7.
Guna mengatasi produksi krisan yang berlimpah pada bulan-bulan tertentu maka petani harus bisa melihat peluang pemasaran setiap bulannya untuk menetapkan jadwal penanaman, jumlah yang akan di tanam serta jenis krisan yang diminati pasar.
8.
Permasalahan yang dihadapi oleh petani di Kabupaten Bandung diantaranya adalah: -
Keterbatasan benih yang berkualitas
-
Petani belum terlalu memahami tentang teknologi budidaya dan pascapanen florikultura, karena pada umumnya masih petani pemula
-
Pemasaran belum satu pintu, masing-masing petani menjual produknya sendiri-sendiri sehingga antar petani pun harga jualnya juga beragam.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
334
Hasil yang diperoleh dari Kabupaten Bandung Barat : 1.
Beberapa daerah yang banyak mengembangkan tanaman florikultura yaitu di Kecamatan Lembang, Parongpong dan Cisarua. Adapun komoditas florikultura yang dikembangkan paling banyak adalah krisan potong
2.
Berdasarkan ATAP (Angka Tetap) 2014 dan angka ASEM (Angka Sementara) 2015, nilai produksi florikultura di Kabupaten Bandung Barat lebih kecil jika dibandingkan dengan Kabupaten Sukabumi dan Cianjur, padahal jika dilihat dari produksi riil-nya di lapangan, nilai produksi florikultura (sebagai contoh krisan) di Kabupaten Bandung Barat lebih tinggi dibandingkan ke-dua kabupaten tersebut.
3.
Pelaku usaha florikultura di Kabupaten Bandung Barat telah membentuk koperasi dengan nama Koperasi Bunga Sajati Mandiri seperti halnya koperasi yang sudah terbentuk di Kabupaten Cianjur guna memfasilitasi pemasaran anggota kelompok taninya. Saat ini sedang dalam proses pendaftaran badan hukum.
4.
Petani di Kabupaten Barat sebanyak sepuluh orang telah mengikuti SKKNI di BBPP, Lembang dan dinyatakan lulus semuanya. Petani yang telah mendapatkan sertifikasi SKKNI diharapkan dapat melakukan transfer teknologi budidaya florikultura.
5.
Untuk meningkatkan kualitas produk florikultura, petani di Kabupaten Bandung Barat diharapkan dalam melaksanakan usaha taninya dapat menerapkan SOP Budidaya dan SOP Pascapanen Florikultura.
6.
Kabupaten Bandung Barat dalam rangka mempromosikan produk florikulturanya berencana akan turut berpartisipasi dalam Festival Bunga dan Buah Nusantara (FBBN) 2015 yang diselenggarakan oleh Institut Pertanian Bogor pada tanggal 27 – 30 November 2015 di Bogor.
7.
Komoditas florikultura yang sedang menjadi tren dikembangkan di Kabupaten Bandung Barat yaitu Mawar Resida (mawar dengan warna ungu dan penanaman tidak menggunakan naungan), carnation, gerbera, peacock, dan ruscus.
8.
Permasalahan
yang
dihadapi
oleh
kelompok
tani/gapoktan
di
Kabupaten Bandung Barat, yaitu : tidak adanya kepastian harga dan pasar, serta memahami persyaratan ekspor baik dari persyaratan domestik maupun negara tujuan ekspor sehingga tidak terulang kasus produk dikembalikan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
335
9.
Ekspor ruscus dilakukan melalui kerjasama dengan buyer Cipanas dengan daerah tujuan ekspor Korea. Pengiriman dilakukan satu bulan sekali. Keunggulan ruscus adalah vase life nya lama hingga satu bulan masih tetap segar.
10. Beberapa petani florikultura di Kabupaten Bandung Barat memasarkan produknya ke bandar/tengkulak dengan harga yang berbeda tiap bandar. Petani tidak bisa menetapkan harga secara mandiri. Untuk itu dengan adanya koperasi yang sedang dalam proses perijinan pendirian, diharapkan nantinya dapat menampung produk dari petani dengan harga jual atas keputusan bersama anggota sehingga tidak merugikan salah satu pihak. 6.
Hasil/Outcome Meningkatnya pemahaman petugas, petani dan pelaku usaha tentang Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong.
7.
Manfaat/Benefit Petani/produsen/pelaku usaha florikultura mampu menerapkan teknologi pascapanen tanaman hias daun dan bunga potong sehingga dapat meningkatkan kualitas produk florikultura.
8.
Dampak/Impact Berkembangnya penggunaan dan penerapan teknologi pascapanen tanaman hias daun dan bunga potong.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan Upaya meningkatkan nilai produk florikultura khususnya tanaman hias daun dan bunga potong agar mampu berdaya saing di pasar dalam negeri bahkan di luar negeri salah satunya melalui penerapan standar operasional prosedur GHP pascapanen
dalam rangka pelaksanaan usaha tani florikultura agar dapat
meningkatkan produksi dan mempertahankan mutu, sehingga produk florikultura yang dihasilkan berdaya saing. 9.2. Saran a.
Perlunya penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP), GHP pascapanen dalam usaha tani florikultura agar dapat meningkatkan produksi dan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
336
mempertahankan mutu produk florikultura khususnya produk daun dan bunga potong. b.
Perlunya sosialisasi, tata cara dan persyaratan ekspor produk florikultura agar produk yang diekspor dapat diterima dan tidak ditolak oleh negara tujuan ekspor.
c.
Kelompok tani/Gapoktan agar membentuk koperasi sehingga diharapkan nantinya dapat untuk memfasilitasi pemasaran sehingga dapat meningkatkan produk dari petani, posisi tawar petani dalam menentukan harga jual produk petani florikultura.
PEMBERDAYAAN SARANA PRASARANA PASCAPANEN TANAMAN DAUN DAN BUNGA POTONG
1.
Latar Belakang Pemasaran daun dan bunga potong di Indonesia cenderung dilakukan pada malam hari dengan tujuan untuk mengurangi terjadinya pelayuan akibat terik matahari. Agar bisa dilakukan tidak hanya pada malam hari, dibutuhkan tempat pemasaran daun dan bunga potong atau produk florikultura lainnya dengan sistem dan tempat yang baik sehingga mutu produk tetap terjaga baik sampai ke konsumen. Sehubungan dengan itu, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura telah membuat tempat pemasaran produk florikultura yang disebut outlet berpendingin dengan solar cell sebagai sumber energi listriknya yang berlokasi di Kota Bandung pada tahun 2013 dan di Kota Semarang pada tahun 2014.
Outlet berpendingin dengan solar cell berfungsi sebagai outlet penjualan/show window produk florikultura baik tanaman daun dan bunga potong maupun tanaman pot dan lansekap. Dengan hadirnya outlet ini di tengah masyarakat perkotaan, diharapkan produk florikultura dapat dengan mudah dijangkau oleh konsumen dengan ketersediaan produk yang lebih variatif, kreatif, mutu yang tinggi serta kontinyu. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan
pemberdayaan
outlet
berpendingin
agar
outlet
tersebut
dapat
dimanfaatkan secara optimal khususnya dalam menyediakan produk florikultura sesuai selera pasar/konsumen. Pemberdayaan outlet berpendingin dapat dilakukan antara lain melalui pengaturan pasokan produk florikultura, penataan display yang menarik, dan menampilkan kreativitas/ekonomi kreatif dari produk florikultura, berupa rangkaian, bunga kering dan lain-lain.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
337
Dalam rangka menjamin kontinyuitas ketersediaan produk, perlu dilakukan penataan pasokan/supply produk florikultura dari daerah sentra produksi ke outlet. Untuk itu, diadakan
pertemuan
kemitraan
antara
pengelola
outlet
berpendingin
dengan
petani/poktan/gapoktan/Balai Benih Induk setempat baik dari sekitar outlet maupun dari daerah sentra florikultura lainnya.
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan a.
Melaksanakan Pemberdayaan Sarana Prasarana Pascapanen Daun dan Bunga Potong (outlet berpendingin dengan soalr cell) dengan melakukan koordinasi pemanfaatan dan pengelolaan outlet berpendingin.
b.
Menata rencana pasokan produk florikultura yang bermutu, variatif, kreatif dan kontinyu, serta sesuai dengan selera pasar/konsumen dari daerah sentra produksi ke outlet berpendingin.
2.2. Sasaran a.
Terkoordinasinya pemanfaatan dan outlet berpendingin secara efektif.
b.
Tertatanya rencana pasokan produk florikultura yang bermutu, variatif, kreatif dan kontinyu, serta sesuai dengan selera pasar/konsumen dari daerah sentra produksi ke outlet berpendingin.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 56.388.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 56.180.000,3.3. Informasi Teknologi : Data dan Informasi Teknis 3.4. SDM
4.
Pelaksanaan Kegiatan 4.1. Menyediakan konsumsi pemberdayaan sarana dan prasarana pascapanen daun dan bunga potong 4.2. Memberikan honor kepada narasumber pakar/praktisi. 4.3. Memberikan honor kepada moderator. 4.4. Melaksanakan perjalanan dalam rangka pemberdayaan sarana prasarana pascapanen daun dan bunga potong. 4.5. Memberikan penggantian transport pemberdayaan sarana dan prasarana pascapanen daun dan bunga potong
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
338
5.
Keluaran/Output 5.1. Terlaksananya penyediakan konsumsi sebanyak 2 (dua) kali dalam rangka pemberdayaan sarana dan prasarana pascapanen daun dan bunga potong di Bandung Barat dan Kota Semarang. 5.2. Tersedianya honor kepada narasumber pakar/praktisi pada kegiatan: a.
Pemberdayaan Sarana Prasarana Pascapanen Daun dan Bunga Potong (outlet berpendingin dengan solar cell) di Kota Semarang pada tanggal 8 – 11 September 2015.
b.
Pemberdayaan Sarana Prasarana Pascapanen Daun dan Bunga Potong (outlet berpendingin dengan solar cell) di Bandung Barat pada tanggal 25 Nopember 2015.
5.3. Tersedianya honor kepada moderator pada kegiatan: a.
Pemberdayaan Sarana Prasarana Pascapanen Daun dan Bunga Potong (outlet berpendingin dengan solar cell) di Kota Semarang pada tanggal 8 – 11 September 2015.
b.
Pemberdayaan Sarana Prasarana Pascapanen Daun dan Bunga Potong (outlet berpendingin dengan solar cell) di Bandung Barat pada tanggal 25 Nopember 2015.
5.4. Terlaksananya perjalanan dalam rangka pemberdayaan sarana prasarana pascapanen daun dan bunga potong sebanyak 2 (dua) OP ke Kota Semarang dan 2 (dua) OP ke Bandung Barat. 5.5. Terlaksananya pemberikan penggantian transport kepada peserta kegiatan pemberdayaan sarana dan prasarana pascapanen daun dan bunga potong di Kota Semarang dan Bandung Barat.
Adapun kegiatan tersebut sebagai berikut: 1. Kegiatan di Kota Semarang a.
Dilaksanakan pada tanggal 8 – 11 September 2015
b.
Bertempat di Kota Semarang, Jawa Tengah
c.
Dihadiri oleh 30 orang peserta.
d.
Kegiatan Pemberdayaan Sarana Prasarana Pascapanen Daun dan Bunga Potong (outlet berpendingin dengan soalr cell) dihadiri oleh 30 peserta antara lain pelaku usaha florikultura di Kota Semarang dan sekitarnya, Petugas Dinas Pertanian Kota Semarang, Petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Tengah dan Petugas Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
339
e.
Materi : -
Sambutan Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang
-
Potensi dan Produksi Tanaman Daun dan Bunga Potong di Propinsi Jawa Tengah
-
Optimalisasi Pemanfaatan Outlet Berpendingin dengan Solar Cell dalam Meningkatkan Pemasaran Daun dan Bunga Potong
f.
Narasumber : -
Ir. WP. Rusdiana, MP (Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang)
-
Ir. Endang NW, MM (Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Kota Semarang)
-
Ir. Sumantri (Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Tengah)
g.
Hasil : 1.
Outlet berpendingin dengan solar cell merupakan outlet penjualan/show window produk florikultura baik tanaman daun dan bunga potong maupun tanaman pot dan lansekap dengan menggunakan solar cell sebagai pengganti energi listrik.
2.
Guna
mengoptimalkan
keberadaan
outlet
berpendingin
dalam
menyediakan produk florikultura sesuai selera pasar/konsumen maka perlu dilakukan pemberdayaan outlet berpendingin, antara lain : melalui pengaturan pasokan produk florikultura, penataan display yang menarik, dan menampilkan kreativitas/ekonomi kreatif dari produk florikultura, berupa rangkaian, bunga kering dan lain-lain. 3.
Pengelolaan outlet berpendingin akan dilakukan oleh pihak ketiga melalui kerjasama pemanfaatan dengan proses lelang. Hal ini mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 6 Junto PP No. 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
4.
Beberapa kendala dalam pengembangan florikultura antara lain : Keragaman mutu dan standar produk yang dihasilkan Kesinambungan produksi terkait harga jual Penerapan Standar Operasional Produksi (SOP) belum dilaksanakan secara optimal Kebijakan
dan
program
yang
masih
banyak
kendala
dalam
mengimplementasikannya. 5.
Program pengembangan florikultura di Propinsi Jawa Tengah antara lain adalah;
pengembangan
perbenihan,
budidaya
kawasan, berbasis
bimbingan SOP/GAP,
teknis, registrasi,
penguatan kemitraan
pemasaran, magang, dan inovasi teknologi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
340
6.
Beberapa komoditas florikultura utama yang mempunyai nilai ekonomis di Propinsi Jawa Tengah antara lain : Melati, adapun daerah sentra melati di Jawa Tengah adalah ; Kab. Batang (Kec. Batang, Kendeman, Tulis, Subah, Bandar, dan Gringsing), Kab.
Pemalang
(Kec.
Ulujami,
Petarukan),
Kab.
Pekalongan
(Wonokerto), dan Kab. Tegal (Kramat, Suradadi, Warureja) Sedap Malam, daerah sentranya di Jawa Tengah adalah ; Kab. Magelang (Grabag), Kab. Semarang (Ambarawa) Anggrek, adapun daerah sentra anggrek di Jawa Tengah adalah ; Kota Semarang (Kec. Gunung Pati, Mijen, Ngaliyan, Tugu, Candi Sari, Gayamsari, Pedurungan, Geruk, Tembalang, Bayumanik, dan Gajah Mungkur). Leatherleaf fern, daerah sentra leatherleaf fern di Jawa Tengah adalah; Kab. Magelang, Kab. Wonosobo, Kab, Semarang, dan Kab. Boyolali. 7.
Tujuan dari penataan penataan Suplly Chain Management adalah mengelola proses secara efisien dengan memperkirakan permintaan, mengendalikan persediaan, meningkatkan jaringan hubungan bisnis dan menerima respon atau status hubungan.
8.
Beberapa manfaat dari penataan Suplly Chain Management adalah:
Pelaksanaan proses produk yang lebih cepat dan akurat
Pengurangan tingkat persediaan
Waktu yang lebih cepat untuk mencapai pasar/konsumen
Biaya transaksi dan bahan lain lebih rendah
Menjaga hubungan strategis antara pengusaha, pemasok dan pengguna.
9.
Dalam
rangka
untuk
meningkatkan
pemasaran
produk florikultura
khususnya daun dan bunga potong di Propinsi Jawa Tengah, telah dibangun outlet berpendingin dengan solar cell di Kota Semarang menggunakan dana
APBN 2014. Pemanfaatan dan pengelolaan outlet
berpendingin saat ini masih dilakukan Dinas Pertanian Kota Semarang bekerjasama dengan pelaku usaha tanaman hias.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
341
2.
Kegiatan di Kabupaten Bandung Barat a.
Dilaksanakan pada tanggal 25 Nopember 2015
b.
Bertempat di Kabupaten Bandung Barat
c.
Dihadiri oleh 30 orang peserta.
d.
Kegiatan Pemberdayaan Sarana Prasarana Pascapanen Daun dan Bunga Potong (outlet berpendingin dengan soalr cell) dihadiri oleh 30 peserta antara lain pelaku usaha florikultura di Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Bandung, Petugas Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Bandung, Petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat, POPT Propinsi Jawa Barat, BP3 Cisarua, BP3 Parongpong dan Petugas Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.
e.
Materi : -
Sambutan Kepala Dinas Pertanian,
Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Bandung Barat -
Potensi dan Produksi Tanaman Daun dan Bunga Potong di Propinsi Jawa Barat
f.
Penanganan Pascapanen Daun dan Bunga Potong
Narasumber : -
Ir. Alit Rukmana mewakili Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung Barat
-
Adang, SP,MP mewakili Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat
-
Ir. Diyosi Exva, M.Si. (Kasubdit Pascapanen Tanaman Daun dan Bunga Potong)
g.
Hasil : 1.
Outlet berpendingin dengan solar cell dibangun di daerah perkotaan yang lokasinya strategis. Hadirnya outlet ini di tengah masyarakat perkotaan, diharapkan produk florikultura dapat dengan mudah dijangkau oleh konsumen dengan ketersediaan produk yang lebih variatif, kreatif, mutu yang tinggi serta kontinyu. Saat ini telah dibangun dua outlet berpendingin, yaitu di Kota Bandung pada tahun 2013 dan Kota Semarang pada tahun 2014.
2.
Dalam rangka menjamin kontinyuitas ketersediaan produk ke outlet berpendingin,
perlu
dilakukan
penataan
pasokan/supply
produk
florikultura dari daerah sentra produksi ke outlet. Untuk itu perlu adanya kerjasama yang harmonis antara pemasok produk dengan pengelola outlet berpendingin. Selain itu, perlu peran aktif dari pihak pemerintah
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
342
daerah terkait agar kerjasama kedua belah pihak tersebut dapat berjalan dengan efektif. 3.
Outlet berpendingin di Kota Bandung sampai saat ini belum beroperasi secara optimal, hal ini karena beberapa hal yaitu diantaranya: a.
Kendala
penetapan
rencananya
pengelola
outlet
berpendingin
dimana
akan dilakukan oleh pihak ketiga melalui kerjasama
pemanfaatan dengan proses lelang. Hal ini mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 6 Junto PP No. 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. b.
Lokasi outlet berpedingin tidak strategis karena jauh dari pusat keramaian dan tidak ada lahan parkir yang luas. Walikota Bandung berencana akan memindahkan lokasi outlet berpendingin ke Pasir Langu sehingga fungsi dari outlet berpendingin dapat berjalan sebagaimana mestinya.
4.
Provinsi Jawa Barat merupakan pemasok utama sekitar 80% ke Pasar Bunga Rawa Belong. Potensi pengembangan tanaman florikultura di Provinsi Jawa Barat sangat tinggi. Daerah pengembangan florikultura di wilayah Provinsi Jawa Barat antara lain Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor. Berdasarkan data BPS pada tahun 2014, produksi krisan di Provinsi Jawa Barat tertinggi di antara komoditas lainnya yaitu mencapai 209.259.026 pohon.
5.
Beberapa kendala dalam pengembangan florikultura di Provinsi Jawa Barat antara lain :
Kemampuan dan keterampilan SDM yang berkualitas masih terbatas.
Teknologi yang memadai relatif belum tersedia
Pengetahuan petani mengenai informasi jenis tanaman florikultura yang memiliki prospek untuk ekspor, mutu produk dan informasi pasar masih lemah.
Skala usaha perorangan masih skala kecil.
Modal usaha dan bunga pinjaman cukup tinggi.
Biaya pengiriman keluar negeri masih sangat tinggi dan proses legalisasi ekspor/impor memerlukan proses yang lama.
Kemampuan kelompok tani dalam merencanakan jaminan mutu masih kurang.
6.
Strategi yang dilakukan dalam pengembangan tanaman florikultura di Provinsi Jawa Barat, yaitu:
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
343
Meningkatkan kualitas SDM.
Pemanfaatan SDA secara optimal dan berwawasan lingkungan.
Penerapan teknologi GAP dan lokal spesifik, tepat guna yang berorientasi
peningkatan
produktivitas,
efisiensi,
mutu
dan
keunggulan sesuai tuntutan pasar.
Perbaikan kelembagaan usaha dan sistem agribisnis melalui pengembangan manajemen usaha.
7.
Pemasyarakatan penggunaan benih unggul bermutu.
Hadirnya outlet berpendingin dapat memfasilitasi petani/pelaku usaha florikultura dalam memberikan informasi terkini mengenai produk florikultura yang dibutuhkan oleh konsumen secara cepat, informasi harga, dan informasi lainnya terkait florikultura. Dengan adanya infomasi yang tersedia secara berkala diharapkan dapat memberikan kemudahan petani/pelaku usaha florikultura dalam mengakses pasar. Selain itu, tujuan dari penataan rantai pasokan florikultura ke outlet dapat tercapai yaitu efisiensi proses jual beli dengan memperkirakan permintaan, mengendalikan persediaan, meningkatkan jaringan hubungan bisnis dan menerima respon atau status hubungan.
8.
Gapoktan Boemi Nursery yang berlokasi di Jl. Manoko No 11 RT 01 RW 03 Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat yang diketuai oleh Bapak Deden Rachmat siap mendukung dalam penyediaan produk florikultura ke Outlet Berpendingin. Kelompok tani yang tergabung dalam gapoktan tersebut memproduksi berbagai macam produk florikultura terutama krisan, gerbera dan peacock.
6.
Hasil/Outcome 6.1. Keberadaan outlet berpendingin dengan solar cell dapat menjadi sarana penjualan produk florikultura segar dan mudah dijangkau oleh masyarakat perkotaan. 6.2. Pelaku usaha florikultura dapat memanfaatkan outlet berpendingin sebagai sarana promosi yang efektif.
7.
Manfaat/Benefit Petani/pelaku usaha maupun masyarakat konsumen dapat memanfaatkan keberadaan outlet berpendingin secara efektif sehingga daya saing produk florikultur outlet berpendingin meningkat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
344
8.
Dampak/Impact Berkembangnya tanaman florikultura di dalam negeri.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan Sarana
prasarana
pascapanen
daun
dan
bunga
potong
berupa
outlet
berpendingin dengan solar cell merupakan salah satu sarana yang solutif dan efektif dalam memasarkan produk-produk florikultura di daerah perkotaan. 9.2. Saran a.
Untuk lebih mengoptimalkan pengelolaan outlet berpedingin di Kota Semarang
akan dilakukan pertemuan dan rapat koordinasi dengan
melibatkan semua stakeholder tanaman hias (petani, pedagang, florist, event organizer, dekorator dan petani) se-Propinsi Jawa Tengah khususnya daekhususnya daerah sentra florikultura. Kegiatan ini akan difasilitasi oleh Dinas Pertanian Kota Semarang. b.
Guna mengoptimalkan pemanfaatan outlet berpendingin di Kota Bandung akan dilakukan pembahasan oleh pemerintah Kota Bandung dan pemerintah pusat terkait rencana untuk memindahkan lokasi outlet berpendingin ke lokasi yang lebih strategis.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
345
PENINGKATAN KAPASITAS KAMPUNG FLORI DALAM RANGKA PENGUATAN GREEN CITY
1.
Latar Belakang Usaha tanaman hias dapat memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian nasional. Berbagai upaya pengembangan tanaman hias perlu dilakukan misalnya melalui promosi dalam negeri, penguatan kelembagaan melalui kampung flori serta melakukan upaya fasilitasi menciptakan kampung flori.
Dalam rangka mewujudkan
kampung flori yang kuat, maka perlu melakukan survei tentang potensi daerah sentra florikultura, profil pelaku usaha florikultura, dan rantai pasokan florikultura. Konsekuensi logis dari kemajuan ekonomi dan pendidikan masyarakat adalah kesadaran akan pentingnya mutu produk yang akan dibelinya.
Semenjak 3 tahun belakangan ini, Direktorat Budidaya dan Pascapanen FlorikulturaKementerian Pertanian bekerjasama dengan Ditjen Penataan Ruang-Kementerian PU yang memiliki Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) dengan program Green City dan Kampung Flori. Program tersebut membutuhkan banyak pasokan tanaman hias yang melibatkan peran serta masyarakt dan pelaku usaha florikultura, baik grower, suplier atau pedagang tanaman hias, kontraktor pertanaman/lansekap maupun decorator. Keberadaan program ini merupakan peluang pasar lokal bagi pelaku usaha tanaman hias. Sejak adanya perubahan struktur organisasi Kementerian PU, maka tahun 2015 ini, kerjasama terhenti untuk sementara waktu sampai menunggu adanya struktur organisasi yang membawahi program P2KH ini. Namun, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura tetap melaksanakan pembinaan sebagai upaya dukungan terhadap peluang pasar tanaman hias.
Aspek budidaya dan pascapanen tanaman hias masih memerlukan penguatan kelembagaan terutama dalam hal pendataan nursery (pedagang tanaman hias kecilkecil) melalui kegiatan koordinasi, pendataan tanaman, pelatihan dan pengelolaan pascapanennya. Guna mendukung langkah kebijakan, baik pada level birokrasi maupun praktisi maka pengembangan usaha tanaman hias, harus didukung dengan data dan informasi yang berkualitas dan bersifat komprehensif. Untuk itu diperlukan upaya untuk menata sistem pengumpulan dan pengukuran data yang diperlukan. Pada saat ini kesulitan yang dihadapi adalah pendataan nursery yang berpotensi yang mau bergabung dalam nursery terintegrasi (dalam kampung flori). Dengan adanya konsorsium yaitu gabungan masyarakat/petani, peneliti, pengusaha dan pelayan publik
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
346
(MP3) maka konsorsium diharapkan mampu mengintegrasikan dan mencari opsi pemecahan masalah secara bertahap agar diperoleh data yang lebih konkrit.
Lemahnya sistem informasi dalam menyediakan data secara lebih akurat disebabkan oleh rendahnya mutu data atau informasi tanaman hias sehingga menyulitkan upayaupaya yang terkait dengan penentuan kebijakan pengembangan agribisnis maupun keputusan pemilihan investasi yang dilakukan oleh swasta. Sejalan dengan hal tersebut baik jenis informasi maupun manajemen pengelolaannya perlu dikelola sedemikian rupa untuk berkembangnya industri tanaman hias.
Berdasarkan hal tersebut Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura perlu melakukan workshop Pemberdayaan Kapasitas Kampung Flori dalam Rangka Penguatan Green City yang dapat dijadikan acuan oleh berbagai pihak dalam hal pengembangan florikultura di Indonesia.
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan a.
Mengembangkan koordinasi antar stake holder melalui sistem informasi tanaman hias.
b.
Menggali potensi florikultura Indonesia agar dikenal dan disukai masyarakat dalam negeri maupun luar negeri.
c.
Memberdayakan nursery/kampung florikultura dan perbanyakan produk florikultura
2.2. Sasaran Dapat dilakukannya perbaikan sistim informasi untuk beberapa kawasan Kampung Florikultura guna memenuhi perkembangan kebutuhan operasional usaha tanaman hias dan kebutuhan informasi investasi usaha tanaman hias jangka panjang. 3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp.84.900.000,3.2. Informasi 3.3. Sumberdaya Manusia
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan yang dilaksanakan adalah :
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
347
4.1. Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi ATK dan Bahan komputer 4.2. Belanja Jasa Profesi a.
Honor Narasumber/pakar/praktisi
b.
Honor narasumber eselon II
c.
Honor narasumber eselon III kebawah
d.
Honor Moderator
4.3. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota a.
Biaya paket meeting pemberdayaan kapasitas kampung flori dalam rangka penguatan green city
b.
Biaya perjalanan pemberdayaan kapasitas kampung flori dalam rangka penguatan green city
5.
Keluaran/Output Kegiatan Peningkatan Kapasitas Kampung Flori Dalam Rangka Penguatan Green City ini dilaksanakan pada tanggal 9-11 September 2015 di Bahtera Hotel-Pelni Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Peserta yang hadir dalam kegiatan ini adalah Petugas Dinas Pertanian yang merupakan daerah sentra produksi florikultura dan kelompok tani tanaman hias dari Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan), serta staf dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura. Dengan narasumber dalam pertemuan ini adalah Rocky dari Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR, Iwan Usmaun dari Universitas Trisakti, Nizar Nasrullah dari Institut Pertanian Bogor, Arin N. Setiawan dari IALI PC Bogor, serta petani yang bergerak di bidang florikultura dari Kota Tangerang dan Kabupaten Bogor. Adapun hasil dari pertemuan Peningkatan Kapasitas Kampung Flori Dalam Rangka Penguatan Green City ini adalah sebagai berikut : 1.
“Kampung Flori” merupakan suatu kawasan dimana terdapat kelompok masyarakat/petani yang menekuni usaha agribisnis tanaman hias secara konsisten. Kampung flori merupakan konsep pemberdayaan pelaku usaha kelompok tani/asosiasi dalam rangka pengembangan florikultura sebagai stock in place penyedia elemen pengembangan Kota Hijau (Green City dan P2KH).
2.
Kegiatan ini jika dijalankan dengan baik dan serius dapat memberdayakan petani tanaman hias, karena peluang pasar tanaman hias baik tanaman hias daun, bunga potong maupun anggrek sangat baik. Peluang pasar lokal dan internasional masih terbuka lebar. Margin keuntungan tanaman hias cukup menjanjikan dibandingkan komoditas pertanian lainnya.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
348
3.
Sebagai implementasi dari program kampung flori dan penyediaan ruang terbuka hijau minimal 30% pada setiap wilayah sesuai amanat UU No 26 Th 2007, maka kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan di beberapa kota atau kabupaten di Indonesia adalah program agrotechno park di Kabupaten Bogor, program 600 taman tematik di Kota Bandung, program Lorong Garden (Longgar) di Kota Makassar dan program Hortipark di Kota Padang. Keberadaan taman bukan lagi kebutuhan melainkan suatu keharusan.
4.
Sebanyak 52.31% penduduk Indonesia ada di perkotaan. Isu perkotaan nasional antara lain adalah penjalaran kota secara horizontal dan tidak terkendali, nilai lahan yang makin tinggi, sumberdaya alam yang semakin terbatas, dan kualitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang semakin menurun. Kegiatan Kampung Flori dan Green City dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas RTH.
5.
Selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pengembang, dan perkantoran, maka kegiatan kampung flori juga bertujuan menyediakan tanaman hias untuk mensuplai kebutuhan elemen tanaman dalam Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) yang dilaksanakan oleh Kementerian PUPR yang sebelumnya bernama Kementerian Pekerjaan Umum. Program ini dirintis sejak tahun 2011, dimana pemberian
bantuan
bersifat
volunteer
tergantung
keinginan
Pemerintah
Kabupaten atau Kota, yang telah menyanggupi untuk mengalokasikan wilayahnya ≥ 30% RTH dalam RT/RW-nya. Ada beberapa persayaratan yang harus dipenuhi oleh Kabupaten/Kota untuk mendapatkan program P2KH ini, antara lain mampu menyusun rencana aksi dan memasukkan rencana aksi tersebut dalam rencana pembangunan daerah. 6.
Fokus pengembangan P2KH adalah Green Planning and Design, Green Community, and Green Open Space. Kegiatan Green Community and Green Open Space memerlukan elemen tanaman hias sehingga Program Kampung Flori diperlukan untuk mendukung kegiatan tersebut.
7.
Permasalahan program pembinaan budidaya dan pascapanen tanaman hias di Kota Bandung adalah skala usaha kecil sehingga teknologi maju sulit diterapkan, manajemen usaha belum optimal diterapkan, kualitas produk beragam sehingga belum memenuhi standar saya saing rendah, ketersediaan prasarana usaha minimal (seperti jalan dan pengairan), lahan tidak tersedia secara khusus untuk usaha florikultura, kelembagaan usaha petani belum efektif, persaingan keras dengan produk impor, dan efisiensi usaha masih rendah.
8.
Prinsip dasar pembinaan pembudidayaan dan pascapanen tanaman hias di Kota Bandung adalah (a) hemat lahan (vertical cultivation); (b) proses produksi yang mudah, murah, dan ramah lingkungan; (c) komoditas bernilai ekonomi tinggi dan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
349
berdaya saing; (d) pemilihan komoditas yang sesuai dan produksi tinggi di masing-masing kelompok; dan (e) dukungan inovasi teknologi maju. 9.
Bentuk pembinaan dari pemerintan Kota Bandung kepada pelaku tanaman hias adalah sosialisasi kepada pelaku tanaman hias, pelatihan teknis budidaya dan pascapanen, pemberian bantuan berupa bibit, sarana-prasarana budidaya, dan pascapanen, pemberia bimbingan dan bantuan, serta monitoring dan evaluasi secara berkala dan kontinu.
10.
Kelompok tani “Karang Mulya” di Kota Tangerang dan Kelompok tani “Bina Tani” di Kabupaten Bogor merupakan salah satu contoh kelompok tani tanaman hias yang sudah maju yang telah menjadikan tanaman hias menjadi sumber pendapatan. Kedua kelompok tani ini dan juga kelompok tani tanaman hias lainnya akan terus diberdayakan melalui program pengembangan Kampung Flori. Diharapkan pemerintah daerah lain di Indonesia dapat menginisiasi kelompokkelompok tani tanaman hias di daerahnya masing-masing dan membinanya sehingga kelompok tersebut dapat tumbuh mandiri dan dapat mencukupui kebutuhan tanaman hias di daerahnya.
11.
Kelompok tani “Bina Tani” bertempat di Desa Pengasinan Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Kelompok ini didirikan pada tanggal 22 Desember 2006, dengan jumlah anggota saat ini 28 orang. Saat ini kelompok tani Bina Tani sudah memiliki Koperasi KKT Bina Tani. Sarana dan prasarana yang sudah dimiliki kelompok adalah mistroom, mobil pick up, kendaraan roda 3 dan lain-lain. Pengalaman kelompok tani “Bina Tani” diharapkan dapat memotivasi kelompok-kelompok tanaman hias yang sudah ada atau pelaku tanaman hias lainnya untuk terus berusaha dengan tekun, mengingat bisnis tanaman hias sangat menguntungkan.
12.
Pengalaman kelompok tani “Karang Mulya” dan “Bina Tani” dalam usaha tanaman hias yang dapat dicontoh atau ditiru oleh pelaku tanaman hias lainnya adalah petani harus dapat fokus dan serius dalam berusaha dan harus mampu menyediaan stok tanaman dalam jumlah yang cukup. Petani tidak perlu khawatir produknya tidak laku dipasarkan, karena pembeli pasti akan datang apalagi jika petani memiliki stok tanaman dalam jumlah yang banyak. Pembeli tanaman hias taman biasanya mencari petani tanaman hias yang memiliki stok tanaman dalam jumlah yang banyak.
13.
Tanaman hias taman atau tanaman lanskap tidak hanya memiliki fungsi estetika (keindahan), tapi juga fungsi ekologi (lingkungan). Oleh sebab itu, tanaman lanskap dapat meningkatkan kualitas lingkungan, dimana suplainya berasal dari kebun pembibitan/nursery. Pemanfaatan tanaman hias sangat diperlukan dalam
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
350
program pembangunan termasuk dalam program perbaikan kualitas lingkungan, seperti penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) jalan, pembuatan taman kota, penghijauan bantaran sungai, penghijauan jalan tol, pengurangan polutan, peredam kebisingan, water treatment water (penyaringan air yang mengandung logam berat) dan lain-lain. 14.
Fungsi penataan RTH adalah memberikan kenyamanan dan keselamatan bagi pemakai jalan, meningkatkan kualitas lingkungan baik secara fisik maupun visual di sekitar jalan, mengurangi dampak negatif kendaraan bermotor di jalan, dan memberikan keindahan dan kenyamanan terhadap ingkungan sekitar jalan.
15.
Tanaman taman (vegetasi) dapat memiliki fungsi penyerap polusi udara, pemecah angin, peredam kebisingan, pembatas pandangan, dan peneduh.
16.
Untuk memenuhi kebutuhan tanaman yang berkualitas dalam jumlah memadai maka usaha tani tanaman hias sebaiknya dilakukan dengan metode segmentasi usaha, sehingga seorang petani khusus mengerjakan segmen tertentu atau tidak perlu mengerjakan semua proses produksi tanaman dari tahap awal sampai akhir. Oleh sebab itu, pengaturan mangemen produksi sebaiknya dilakukan secara berkelompok.
17.
Konsep
perbaikan
bantaran
sungai
dapat
dilakukan
dengan
metode
bioengineering yang merupakan rekayasa teknologi berkelanjutan dengan memanfaatkan komponen biologi dan ekologi untuk memperbaiki struktur fisik wilayah sungai. Metode bioengineering dilakukan dengan menumbuhkan atau memasang tanaman tertentu yang cocok pada tebing sungai yang longsor. Dengan adanya tanaman-tanaman tersebut maka longsoran tebing dapat diperbaiki kembali dan dicegah secara berkelanjutan. 18.
Kriteria tanaman sebagai elemen bioengineering adalah tahan terhadap kondisi sungai yang tercemar, dapat menyerap/menetralisir zat-zat pencemar air, memiliki struktur perakaran yang dapat memperbaiki konsistensi tanah, dan dapat menambah kadar organik tanah. Zona perakaran di pinggir sungai secara hidraulik dapat menahan gerusan atau erosi tebing sungai sekaligus sebagai pemecah energy sungai. Jenis-jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai elemen dalam metode bioengineering untuk penghijauan atau perbaikan bantaran sungai antara lain bambu apus, bambu wulung, rumput vetiver (akar wangi), beringin, bungur, dan sempur.
19.
Metode
perlindungan
air
tanah
merupakan
salah
satu
upaya
untuk
mengkonservasi bantaran sungai sebagai lingkungan ekologis. Metode ini dilakukan dengan menetapkan kawasan lindung di daerah bantaran sungai, dimana di kawasan tersebut tidak boleh didirikan bangunan apapun dan hanya
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
351
dikhususkan sebagai daerah resapan air hujan. Pada areal tersebut ditanami tanaman lokal dengan kriteria mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah. Jenis tanaman yang dapat dipilih adalah beringin (Ficus elastica), manggis (Garcinia mangostana), bungur (Lagerstroemia specioasa), dan sempur (Dillenia indica). 20.
Ruang terbuka hijau industri berfungsi untuk mereduksi polusi udara yang ditimbulkan dari kegiatan industri (menahan partikel padat dari udara, menyerap partikel timbal, dan menyerap debu semen), meredam kebisinganm memperbaiki iklim mikro (dengan menurunkan suhu/udara panas), menyembunyikan view hiruk pikuk kegiatan industri, menetralisir bau, penepis cahaya silau, memberikan kenyamanan dan keindahan, dan tempat rekreasi melepas lelah.
21.
Kriteria tanaman yang dapat dipakai untuk menyerap polutan adalah yang memiliki stomata yang banyak dan mempunyai ketahanan tertentu terhadap polutan tertentu. Jenis tanaman yang dapat menurunkan Timbal (Pb) di udara dengan kemampuan sedang-tinggi adalah kerei paying, damar, mahoni, jamuju, asam landi, dan johar, sedangkan yang yang memiliki kemampuan rendah (tidak peka terhadap pencemaran udara) adalah daun kupu-kupu, kesumba, glodogan tiang, keben, dan tanjung. Jenis tanaman yang memiliki kemampuan tinggi dalam menyerap debu semen adalah mahoni, bisbul, tanjung, kenari, meranti merah, kerei paying, dan kayu hitam, sedangkan yang memiliki kemampuan rendah dalam menyerap debu semen (agak peka) adalah duwet, medang lilin, dan sempur.
22.
Pohon dapat meredam kebisingan dengan cara mengabsorpsi gelombang suara melalui daun, cabang dan ranting. Dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai 95%. Kriteria tanaman yang efektif menyerap kebisingan adalah mempunyai tajuk yang tebal/rapat dan daun yang rindang. Contoh tanaman adalah bambu jepang/krisik dan puspa.
23.
Tanaman eceng gondok adalah tanaman berbatang masif (tidak mengandung kayu) dapat menyerap unsur logam berat yang larut dalam air, seperti nitrogen (52%), fosfat (55%) dan zat organik (67%). Tanaman ini juga dapat menyerap timbunan logam berbahaya seperti Cr (9.4%), Cu (29%), dan Zn (26.7) serta dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengelola air limbah industri dengan membangun kolam-kolam yang ditanami eceng gondok. Setiap 2 bulan tanaman eceng gondok harus diremajakan, karena jika terlalu tua kemampuan menyerap polutan dapat berkurang sehingga kualitas air yang disaring menjadi menurun.
24.
Kegiatan pengembangan tanaman perlu dilakukan untuk mendapatkan kultivar baru yang memiliki keunggulan baru dan mendapatkan teknik budidaya baru.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
352
Jenis-jenis tanaman yang perlu dikembangkan adalah tanaman yang merupakan andalan untuk menunjang perekonomian daerah bersangkutan, seperti tanaman penaung, conifer, palem, pohon, semak, tanaman penutup tanah, tanaman berbunga, tanaman hias daun, rumput dan tanaman pot. 25.
Karakter tanaman yang diinginkan yang harus dipenuhi pelaku tanaman hias adalah: (a) rumput, bertekstur halus, tahan pangkas, toleran naungan, dan toleran kering; (b) warna-warna daun yang menarik dari pohon, semak, tanaman penutup tanah; (c) ketahanan terhadap hama dan penyakit; dan (d) ketahanan terhadap lingkungan yang tidak optimum.
26.
Ruang lingkup pengembangan tanaman hias adalah (a) mengetahui karakter tanaman yang ada dengan cara identifikasi sifat fisik, fungsi-fungsi, dan persyaratan ekologis; (b) menambah keragaman dan pembentukan kultivar baru dengan cara eksplorasi dan pemuliaan; (c) pengembangan teknik perbanyakan; (d) pengembangan rekayasa lingkungan; dan (e) pengembangan teknik pemeliharaan.
27.
Kelompok tanaman (Famili) Gymnospermae yang dapat hidup pada daerah dataran tinggi dan rendah adalah family Araucariaceae (seperti Agathis robusta, Araucaria colomnaris, Araucaria angustifolia, dan Araucaria cunninghami), Cycadeceae (seperti Cycas revulata dan Cycas rumpii), Casuarinaceae (seperti Gymnostoma sumatranum dan
Casuarina cunninghamiana), Cupressaceae
(seperti Cupressus cashmeriana, Cupresusus papuana, dan Callitris romboidea), Gnetaceae,
Pinaceae
(seperti
Pinus
maritima
dan
Pinus
mercusii),
Podocarpaceae (seperti Podocarpus cinensis dan Dacridium elatum), dan Zamiaceae
(seperti
Dioon
edule,
Zamia
furfurace,
Macrozamia
spiralis,
Enzephalartos villozus, dan Lapidozamia hopei).
6.
Hasil/Outcome Berkembangnya industri tanaman pot dan lansekap Indonesia yang berdaya saing melalui peningkatan kapasitas kampung flori.
7.
Manfaat/Benefit Terciptanya kampung flori yang dapat berdaya saing dengan perluasan usaha dibidang pembuatan taman disamping budidaya dan pemasaran tanaman pot dan lansekap.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
353
8.
Dampak/Impact Dengan peningkatan kapasitas kampung flori diharapkan akan berdampak pada terwujudnya peningkatan daya saing dan kesejahteraan petani
9.
Kesimpulan dan saran 9.1. Kesimpulan a.
Kegiatan koordinasi antara Direktorat budidaya dan pascapanen florikultura Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, dinas-dinas pertanian di daerah sentra produksi tanaman hias, Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR, perguruan tinggi, IALI, kelompok tani tanaman hias, dan stake holder lainnya sangat diperlukan dalam pelaksanaan program “Kampung Flori” serta program-program lain di kabupaten/kota, yang terkait dengan program Green City, seperti program 600 taman tematik di Kota Bandung, program Lorong Garden (Longgar) di Kota Makassar, program Hortipark di Kota Padang, dan lain-lain.
b.
Keberadaan taman bukan lagi kebutuhan melainkan suatu keharusan sebagai elemen Ruang Terbuka Hijau (RTH). Untuk memenuhi kebutuhan tanaman hias yang semakin meningkat setiap tahunnya, maka diharapkan setiap kabupaten/kota memberdayakan pelaku tanaman hias dengan programprogram yang dapat mendorong peningkatan produksi dan mutu tanaman hias.
c.
Jenis-jenis tanaman hias yang baru atau yang jarang digunakan sebagai elemen taman perlu digali dan dikembangkan karena Indonesia memiliki keragamanan jenis tanaman hias yang sangat besar. Tanaman hias adalah komoditas seperti fashion, sehingga pelaku tanaman hias harus mampu membuat trend-trend jenis tanaman hias baru.
d.
Kegiatan pendampingan penguatan kelembagaan florikultura sangat perlu dilakukan di kampung flori baik pada aspek manajemen usaha, sistem informasi, penguasaan teknologi, maupun aspek peningkatan SDM para anggota maupun pengurusnya.
e.
Kegiatan pengembangan tanaman perlu dilakukan untuk mendapatkan kultivar baru yang memiliki keunggulan baru dan mendapatkan teknik budidaya baru. Jenis-jenis tanaman yang perlu dikembangkan adalah tanaman yang merupakan andalan untuk menunjang perekonomian daerah bersangkutan, seperti tanaman penaung, conifer, palem, pohon, semak, tanaman penutup tanah, tanaman berbunga, tanaman hias daun, rumput dan tanaman pot.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
354
f.
Petani tanaman hias diharapkan dapat fokus dan serius dalam berusaha karena bisnis tanamn hias memberikan margin keuntungan yang besar dibandingkan tanaman pangan. Petani juga harus mampu menyediaan stok tanaman dalam jumlah yang cukup dan tidak perlu khawatir produknya tidak laku dipasarkan, karena pembeli pasti akan datang apalagi jika petani memiliki stok tanaman dalam jumlah yang banyak.
g.
Usaha tani tanaman hias sebaiknya dilakukan dengan metode segmentasi usaha, sehingga seorang petani khusus mengerjakan segmen tertentu atau tidak perlu mengerjakan semua proses produksi tanaman dari tahap awal sampai akhir.
9.2. Saran a.
Diperlukan adanya koordinasi dan kolaborasi antar instansi terkait untuk pengembangan kampung flori dalam rangka penguatan program Green City. Untuk memenuhi kebutuhan tanaman hias yang semakin meningkat setiap tahunnya, maka diharapkan setiap kabupaten/kota memberdayakan pelaku tanaman hias dengan program-program yang dapat mendorong peningkatan produksi dan mutu tanaman hias.
b.
Diharapkan program pengembangan kampung flori dalam rangka penguatan program Green City dapat dijadikan sebagai ajang para petani, pedagang dan dekorator/lansekaper untuk membuka akses dengan para konsumen.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
355
UPAYA MENEKAN KEHILANGAN HASIL FLORIKULTURA MELALUI PEMBERDAYAAN OUTLET
1.
Latar Belakang Tuntutan konsumen saat ini adalah mendapatkan produk florikultura yang bermutu tinggi dan baik sampai di pengguna akhir. Salah satu upayanya adalah dengan penanganan pascapanen yang baik dan perlakuan untuk mempertahankan mutu pada saat distribusi dan pemajangan/display.
Dalam pemasaran, penataan produk di tempat display merupakan hal penting untuk mempromosikan produk tersebut kepada konsumen maupun masyarakat luas. Tempat display dibuat sedemikian rupa sehingga menarik perhatian para calon pembeli serta sekaligus dapat berfungsi secara optimal dalam mempertahankan mutu dan kesegaran produk sampai ke konsumen.
Pemasaran daun dan bunga potong di Indonesia cenderung dilakukan pada malam hari untuk mengurangi terjadinya pelayuan akibat terik matahari. Agar pemasaran bisa dilakukan tidak hanya pada malam hari, maka dibutuhkan tempat pemasaran untuk daun dan bunga potong atau jenis florikultura lainnya dengan sistem yang lebih baik. Dimana mutu produk dapat tetap terjaga dengan baik sesuai permintaan konsumen dan produk florikultura tidak banyak yang terbuang akibat adanya kerusakan fisik karena layu atau dalam proses distribusinya. Oleh karena itu, untuk menjaga agar mutu dan kesegaran produk daun dan bunga potong tetap terjaga sampai di tangan konsumen, dan mendekatkan produsen produk florikultura yang sebagian besar berada di pedesaan dengan konsumennya yang banyak terdapat di daerah perkotaan, maka pada TA 2013 dan 2014 Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura telah memfasilitasi Outlet Berpendingin dengan solar sistem di Kota Bandung dan Kota Bandung.
Pada tahun 2015 Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura merencanakan untuk melaksanakan kegiatan Upaya Menekan Kehilangan Hasil Florikultura Melalui Pemberdayaan Outlet berpendingin dengan solar cell system. Kegiatan analisis ini dilaksanakan dalam bentuk kajian terhadap dampak pemanfaatan outlet berpendingin solar cell dalam menjaga dan mempertahankan mutu produk florikultura sehingga produk florikultura tetap dalam kondisi segar hingga sampai di tangan konsumen, selain itu kajian ini juga menganalisis kehilangan hasil akibat proses panen dan pascapanen mulai dari petani di lahan usaha, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, pasar bunga dan florist / wedding organizer.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
356
Kegiatan ini akan dilaksanakan dengan bekerjasama dengan pihak ketiga yang akan melakukan analisis penurunan kehilangan hasil dan margin keuntungan di setiap segmen pemasaran. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Melaksanakan analisis penurunan kehilangan hasil guna mengetahui dampak pemanfaatan outlet dalam mengurangi kehilangan hasil produk florikultura. 2.2. Sasaran a.
Terlaksananya Upaya Menekan Kehilangan Hasil Florikultura Melalui Pemberdayaan Outlet.
b. 3.
Menurunnya kehilangan hasil produk florikultura.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 145.000.000 3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 144.500.000,3.3. Informasi Teknologi : Data dan Informasi teknis 3.4. Sarana Penunjang : SDM
4.
Pelaksanaan Kegiatan Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Upaya Menekan Kehilangan Hasil Florikultura Melalui Pemberdayaan Outlet adalah melaksanakan Upaya Menekan Kehilangan Hasil Florikultura Melalui Pemberdayaan Outlet
5.
Keluaran/Output Terlaksananya Upaya Menekan Kehilangan Hasil Florikultura Melalui Pemberdayaan Outlet 5.1. Kegiatan dilaksanakan pada bulan November 2015. 5.2. Kegiatan ini dilaksanakan di Bandung dan Semarang. 5.3. Kegiatan ini dilaksanakan melalui kerjasama antara Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura dengan Pusat Kajian Hortikultura Tropika, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor. 5.4. Narasumber pada kegiatan ini antara lain Dinas Pertanian Kota Bandung, Dinas Pertanian Kota Semarang, Pengelola Outlet Solar Cell Berpendingin di Kota Bandung dan Semarang, Gapoktan Sangkuriang. 5.5. Hasil
Kegiatan
Upaya
Menekan
Kehilangan
Hasil
Florikultura
Melalui
Pemberdayaan Outlet antara lain :
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
357
a.
Pada tahun anggaran 2013 dan 2014, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura telah memfasilitasi Outlet Berpendingin dengan Solar Cell di Kota Bandung dan Kota Semarang agar mutu dan kesegaran produk daun dan bunga potong tetap terjaga sampai di tangan konsumen serta mendekatkan produsen florikultura yang sebagian besar berada di pedesaan dengan konsumennya yang banyak di daerah perkotaan.
b.
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura bekerjasama dengan Pusat Kajian Hortikultura Tropika LPPM IPB melaksanakan studi upaya menekan kehilangan hasil melalui pemberdayaan outlet berpendingin dengan solar cell system. Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk identifikasi masalah terhadap dampak pemanfaatan outlet berpendingin solar cell dalam menjaga dan mempertahankan mutu produk florikultura sehingga produk florikultura tetap dalam kondisi segar hingga sampai di tangan konsumen. Selain itu juga mengidentifikasi kehilangan hasil akibat proses panen dan pascapanen mulai dari petani di lahan usaha, pedagang pengumpul, pedagang pengecer pasar bunga dan florist/wedding organizer.
c.
Pengumpulan data mengenai permasalahan produk florikultura dilakukan dengan metode wawancara dengan petani bunga potong di daerah Bandung Barat (lokasi outlet Bandung) dan pengumpulan data sekunder berdasarkan hasil penelitian yang ditulis pada jurnal ilmiah, prosiding, skripsi, tesis maupun disertasi yang terkait.
d.
Terdapat beberapa permasalahan produk florikultura on farm antara lain kondisi cuaca dan iklim yang tidak mendukung, kegiatan pemupukan yang masih belum sesuai prosedur, fasilitas greenhouse yang masih kurang, serta program pendampingan untuk petani yang masih kurang maksimal. Permasalahan dalam perbenihan florikultura antara lain ketergantungan pembelian benih ke luar negeri, serta kurangnya pengembangan varietas untuk mengantisipasi perubahan selera masyarakat. Selain itu, Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan resistensinya terhadap pestisida juga menjadi masalah dalam budidaya florikultura.
e.
Sedangkan permasalahan off farm antara lain penanganan pascapanen yang masih sederhana, rendahnya daya saing produk florikultura, kelembagaan tani yang masih belum dapat sepenuhnya mengakomodir kepentingan petani, kurangnya kemampuan petani dalam mengakses teknologi dan informasi, serta tuntutan konsumen yang semakin tinggi terhadap kualitas produk.
f.
Kehilangan hasil di tingkat petani dapat terjadi saat proses budidaya, umumnya berkisar antara 10-30% disebabkan sebagian besar oleh serangan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
358
hama dan penyakit yang dipicu oleh perubahan iklim dan cuaca serta kurangnya permintaan saat bunga siap panen. g.
Kehilangan hasil di tingkat pedagang pengumpul terkait dengan metode pemanenan bunga dan daun potong saat tingkat petani. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan hasil di tingkat pedagang pengumpul yang mendapat pasokan bunga dan daun potong langsung dari petani meliputi kondisi bunga saat panen, waktu panen, cara panen, penanganan pascapanen
di
tingkat
petani,
sarana
dan
prasarana
serta
waktu
pendistribusian produk. h.
Kehilangan hasil di tingkat pedagang pengecer dapat diantisipasi dengan memperhatikan
suhu
ruangan
penyimpanan
dan
tetap
melakukan
perendaman pada batang bunga potong dengan nutrisi yang diperlukan. Berdasarkan hasil analisis BPTP Jakarta (2013) kehilangan hasil atau tingkat kerusakan bunga potong Krisan di pengumpul dan pedagang pengecer sebesar 10-20%. i.
Kehilangan hasil di tingkat pasar bunga biasanya berdasarkan keragaan bunga maupun daun potong yang dipajang. Bunga yang sudah cacat atau rusak akibat gesekan umumnya tidak disukai oleh konsumen. Vase life juga dapat mempengaruhi tingkat kesegaran bunga, karena bunga dan daun potong yang sudah layu biasanya tidak disukai oleh konsumen. Selain itu jumlah konsumen yang membeli bunga potong setiap harinya tidak menentu, sehingga pada hari-hari biasa dimana pasokan bunga potong tinggi namun permintaan konsumen yang rendah, menyebabkan bunga potong banyak yang terbuang karena layu dan busuk.
j.
Kehilangan hasil di tingkat florist/wedding organizer biasanya tidak terlalu tinggi karena umumnya mereka membeli sesuai kebutuhan dan segera menggunakan produk yang dibelinya. Walaupun demikian, panjangnya mata rantai distribusi dan perdagangan dari petani pemasok dan bahan baku dapat menyebabkan pasokan bahan baku tidak 100% berkualitas baik dan memenuhi standar, akibatnya tidak semua bahan baku bisa terpakai dan membutuhkan penyortiran ulang. Selain itu, apabila florist dan decorator tidak dapat menangani bahan baku dengan baik tiap harinya maka dapat mengakibatkan bahan baku menjadi busuk dan tidak dapat terpakai.
k.
Analisis SWOT outlet berpendingin solar cell yang ada di Bandung dan Semarang didasarkan pada kondisi riil yang diamati di lapangan dengan mengacu pada kekuatan (Strengthness-S), kelemahan (Weakness-W), peluang (Opportunities-O), dan ancaman (Thread-T).
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
359
l.
Outlet berpendingin di Bandung berlokasi di jalan Tamansari Bandung, di lingkungan kampus Institut Teknologi Bandung dengan konstruksi knock down. Luas tanah lokasi outlet sekitar 400 m2, dan luas bangunan 90 m2, sedangkan untuk luas cool room adalah 6 m x 3 m dengan suhu diatur sehingga mencapai suhu 10-120C yang didukung dengan panel solar cell seluas 120 m2 sebagai sumber energi untuk memasok listrik. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan hasil wawancara, keberadaan outlet ini belum berfungsi sebagai mana mestinya.
m. Kekuatan outlet berpendingin dengan solar cell di Bandung adalah outlet mempunyai ruang pendingin seluas 18 m2 dengan suhu yang bisa diatur 10120C dan adanya dukungan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota
Bandung
untuk
optimalisasi
pemanfaatan
outlet
dan
promosi.
Sedangkan kelemahan outlet ini antara lain: -
outlet didirikan di lahan milik Dinas Pertanaman sehingga berpeluang memunculkan konflik kepentingan,
-
lokasi outlet kurang strategis,
-
outlet belum berbadan hukum,
-
terbatasnya tempat parkir mobil untuk bongkar muat produk dan parkir untuk pengunjung
-
lokasi yang cukup berdekatan dengan pasar yang sudah ada sebelumnya yaitu Pasar Bunga Wastu Kencana dengan produk dan kebutuhan dekorasi yang lebih lengkap,
-
penampakan luar outlet yang lebih terlihat seperti rumah yang tertutup membuat konsumen tidak mudah mendatangi outlet,
-
belum ada jaringan pemasaran yang pasti dari pengelola outlet karena masih bersifat menunggu pembeli atau konsumen dating ke outlet,
-
belum terlihat terobosan cara pemasaran yang dapat menarik pembeli ke outlet.
n.
Outlet berpendingin di Semarang berlokasi di tanah milik pemerintah kota Semarang di Jalan Menteri Supeno. Outlet dikelola oleh salah satu pengusaha tanaman hias di Kabupaten Semarang atas penunjukan oleh Dinas Pertanian, karena belum ada asosiasi pedagang tanaman hias yang siap mengelola.
o.
Kekuatan outlet berpendingin dengan solar cell di Semarang antara lain pengelola sementara mempunyai bisnis bunga yang cukup kuat dan bisnisnya sudah berjalan, lokasi penempatan outlet cukup strategis, ada dukungan dari pemerintah daerah, serta penataan outlet sudah cukup baik. Namun ada pula
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
360
kelemahannya antara lain outlet belum berbadan hukum dan dikelola di bawah tangan secara perseorangan, pola kemitraan masih bersifat jual putus, serta belum ada kepercayaan petani terhadap manajemen outlet. p.
Peluang outlet berpendingin dengan solar cell di Bandung dan Semarang antara lain 1) kawasan Bandung barat dan Semarang merupakan sentra produksi bunga dan daun potong, 2) pola kemitraan pengelola outlet dengan petani pemasok dapat berupa pola dagang umum dimana petani pemasok menitipkan bunga potong untuk dijual oleh pengelola outlet pada konsumen, 3) konsumen bunga di kota Bandung dan Semarang cukup besar karena banyak hotel dan event. Sedangkan yang menjadi ancaman outlet berpendingin solar cell di Bandung dan Semarang adalah 1) keberadaan pasar bunga di dekat outlet Bandung yang mempunyai koleksi bunga dan peralatan dekorasi yang dijual lebih lengkap, 2) berkembangnya florist dan pasar bunga, serta 3) konsumen potensial seperti hotel cenderung menggunakan bunga plastik untuk dekorasinya.
q.
Sasaran umum yang akan dicapai melalui kegiatan upaya menekan kehilangan hasil melalui pemberdayaan outlet berpendingin dengan solar cell adalah untuk mengurangi tingkat kehilangan hasil produk florikultura dan meningkatkan peran outlet dalam memfasilitasi pemasaran produk florikultura.
r.
Optimalisasi outlet berpendingin dengan solar cell dapat dilakukan melalui kegiatan berikut : -
Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi optimalisasi dan titik kritis penyebab kehilangan hasil dalam rantai pemasaran produk florikultura
-
Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi operasional outlet sebagai landasan optimalisasi peran outlet
-
Pengintegrasian sistem produksi dan pemasaran
-
Promosi untuk meningkatkan pemasaran produk florikultura dalam bentuk pameran, iklan layanan masyarakat baik di media cetak maupun media elektronik, serta promosi dalam bentuk lainnya.
-
Pengembangan kapasitas SDM dan manajemen pengelolaan outlet berpendingin dengan solar cell
s.
Pemberdayaan outlet berpendingin solar cell antara lain adalah dengan pengaturan pasokan, penataan display yang menarik, penyediaan informasi mengenai
keberadaan
dan
pemanfaatan
produk
florikultura,
survey
kebutuhan masyarakat dan menampilkan kreativitas atau ekonomi kreatif dari produk florikultura seperti rangkaian bunga, bunga kering, dan lain-lain. Pemberdayaan outlet tersebut harus melibatkan berbagai unsur stakeholders
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
361
dalam rantai pasok produk florikultura dari hulu hingga hilir. Keterkaitan antar unsur dalam rantai pasok yang saling membutuhkan dan menguntungkan sangat penting untuk menjaga keberlanjutan aktivitas outlet. t.
Dalam
pengembangan
outlet
berpendingin
yang
berkelanjutan
perlu
diperhatikan beberapa hal berikut : -
Ketersediaan fasilitas yang memadai seperti ruang penyimpanan dingin, ruang display, dan area parkir.
-
Terbentuknya sistem distribusi (SCM) yang menguntungkan seluruh unsur yang terlibat.
-
Adanya dukungan sistem distribusi dan logistic.
-
Dukungan SDM yang memadai untuk pengelolaan (manajemen) outlet baik untuk pengaturan pasokan maupun pelayanan pelanggan.
6.
Hasil/Outcome Tersedianya hasil Upaya Menekan Kehilangan Hasil Florikultura Melalui Pemberdayaan Outlet.
7.
Manfaat/Benefit Menurunnya kehilangan hasil produk florikultura melalui pemberdayaan outlet
8.
Dampak/Impact Meningkatnya daya saing produksi tanaman florikultura
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Keberadaan Outlet Berpendingin dengan Solar Cell berpotensi untuk mengurangi susut pascapanen bunga, namun masih ada beberapa kelemahan.
b.
Untuk outlet yang berada di Bandung, operasional outlet terkendala dengan permasalahan seperti lokasi yang tidak strategis, terlalu dekat dengan pasar bunga yang menawarkan aksesibilitas yang lebih baik dan variasi produk yang lebih banyak. Sementara untuk outlet yang berada di Semarang, pemanfaatan outlet tertolong oleh usaha personal yang telah berkembang yang dilakukan oleh pengelola.
c.
Dari sisi kelembagaan, legalitas pengelola outlet belum kuat karena hanya dilakukan di bawah tangan. Outlet belum mempunyai badan hukum sehingga
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
362
operasionalnya tergantung dari pengelola yang merupakan pengusaha bunga. d.
Dari sisi kemitraan, meskipun telah diupayakan untuk menjalin kemitraan dengan petani bunga tetapi kemitraan belum berjalan sesuai dengan harapan karena petani lebih condong pada sitem beli putus sehingga resiko ditanggung oleh pihak pengelola.
9.2. Saran a.
Untuk menekan kehilangan hasil produk florikultura dapat dilakukan dengan peningkatan sosialisasi praktek penanganan pascapanen yang baik kepada aktor pelaku agribisnis bunga serta penyusunan SOP untuk setiap produk bunga.
b.
Untuk upaya pemberdayaan outlet perlu adanya terobosan sistem kemitraan yang dapat menarik setiap petani bunga untuk bekerjasama dengan outlet, pemanfaatan
dukungan
pemerintah
daerah
untuk
lebih
intensif
mempromosikan keberadaan outlet, legalisasi pengelola outlet untuk memberikan kepastian pengelolaan, pengurusan badan hukum untuk outlet dan jika dirasakan perlu, dilakukan pemindahan outlet ke lokasi yang lebih strategis. c.
Untuk pengembangan usaha outlet dapat dilakukan peningkatan kerjasama dengan stakeholder agribisnis bunga, pendekatan secara personal kepada petani/pemasok bunga dan konsumen bunga seperti event organizer atau hotel, dan perlu terobosan bisnis seperti usaha merangkai bunga dan dekorasi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
363
013. PENINGKATAN KAPABILITAS PETUGAS/PETANI
APRESIASI PEMANDU LAPANG FLORIKULTURA
1.
Latar Belakang Usaha tanaman florikultura yang dilakukan petani saat ini masih bersifat konvensional tanpa mengindahkan prinsip ekonomi. Akibatnya banyak kasus di lapangan menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan tidak sesuai preferensi pasar maupun konsumen.
Pada kasus lain petani tidak dapat menyediakan produk sejumlah yang dibutuhkan pasar, sehingga petani mengalami kehilangan kesempatan mendapatkan peluang. Kasus kerugian hasil juga banyak ditemukan, karena tidak memperhitungkan efisiensi produksi. Mutu produksi sering kali tidak mendapatkan perhatian akibatnya pasokan petani banyak yang ditolak.
Semua kasus tersebut merupakan cerminan kesalahan menajemen dalam usaha budidaya tanaman hias/florikultura. Pengelolaan usaha seperti itu tidak dapat dipertahankan.
Karenanya
sudah
saatnya
para
petani
melakukan
reorientasi
pengelolaan usaha tanaman hias ke arah profesionalisme, yang mengacu pada penerapan sistem budidaya yang baik dan benar (GAP) serta penanganan pascapanen yang baik dan benar (GHP).
Dalam era globalisasi dimana persaingan semakin ketat, beberapa negara tujuan ekspor mensyaratkan produk pertanian yang diimpornya memiliki sertifikat Good Agricultural Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP). Prinsip budidaya dan penanganan pascapanen yang baik sesuai GAP dan GHP perlu diterapkan oleh pelaku usaha untuk menghasilkan produk florikultura yang bermutu dan berdaya saing serta aman dan ramah lingkungan sehingga dapat diterima di pasar domestik dan internasional.
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan petani/pelaku usaha dalam menerapkan GAP dan GHP florikultura dapat dilakukan melalui penyelenggaraan Sekolah Lapangan. Sekolah Lapangan (SL) GAP/GHP florikultura adalah salah satu metode berlatih untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan pelaku usaha dalam menerapkan prinsip-prinsip GAP atau GHP florikultura. SL dipandu oleh petugas pemandu lapangan (PL) yang akan berperan sebagai
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
364
motivator, moderator dan fasilitator yang memfasilitasi proses belajar, membimbing diskusi, serta membantu pelaku usaha memahami, menyadari dan menemukan pemecahan masalahnya sendiri.
Kebutuhan pemandu lapang ini semakin kompleks karena tidak semua petugas lapangan otomatis mampu menjadi pemandu lapang. Pemandu lapang memerlukan pelatihan khusus sehingga mampu mendampingi petani/pelaku usaha secara optimal. Agar pemandu lapang tingkat provinsi, kabupaten/kota dapat lebih kompeten dalam teknik kepemanduan, maka diperlukan apresiasi pemandu lapang 1 dan 2 (PL 1 & PL 2) florikultura dengan harapan dapat meningkatkan kompetensi wawasan dan keterampilan dalam kepemanduan SL GAP dan GHP. Untuk itu Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura telah menyelenggarakan kegiatan Apresiasi Pemandu Lapang Florikultura. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan a.
Meningkatkan teknik kepemanduan pemandu lapang dan calon pemandu lapang untuk melaksanakan SL GAP dan SL GHP tanaman florikultura.
b.
Meningkatkan motivasi dan kompetensi pemandu lapang dalam memandu pelaku usaha florikultura sehingga usaha florikulturanya berkembang.
c.
Meningkatkan kemampuan pemandu lapang dalam menganalisis dan memecahkan masalah yang ditemui di lapangan.
2.2. Sasaran a.
Meningkatnya teknik kepemanduan pemandu lapang dan calon pemandu lapang untuk melaksanakan SL GAP dan SL GHP tanaman florikultura.
b.
Meningkatnya motivasi dan kompetensi pemandu lapang dalam memandu pelaku usaha florikultura sehingga usaha florikulturanya berkembang.
c.
Meningkatnya kemampuan pemandu lapang dalam menganalisis dan memecahkan masalah yang ditemui di lapangan.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 230.012.000,3.2. Realisasi keuangan sebesar Rp. 227.748.969,3.3. Data dan informasi teknis 3.4. SDM
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
365
4.
Pelaksanaan Kegiatan Tahapan Kegiatan Apresiasi Pemandu Lapang Florikultura adalah sebagai berikut : 4.1. Menyediakan sarana penunjang 4.2. Menyediakan publikasi (spanduk) 4.3. Melaksanakan penggandaan materi 4.4. Menyediakan ATK dan bahan komputer 4.5. Melaksanakan sewa kendaraan Apresiasi Pemandu Lapang Florikultura 4.6. Memberikan honor narasumber/pakar/praktisi 4.7. Memberikan honor narasumber eselon II 4.8. Memberikan honor narasumber eselon III ke bawah 4.9. Memberikan honor moderator 4.10. Memberikan honor narasumber eselon 1 4.11. Melaksanakan pembayaran biaya paket meeting Apresiasi Pemandu Lapang Florikultura 4.12. Melaksanakan perjalanan dalam rangka Apresiasi Pemandu Lapang Florikultura
5.
Keluaran/Output 5.1. Tersedianya sarana penunjang 5.2. Tersedianya publikasi (spanduk) 5.3. Terlaksananya penggandaan materi 5.4. Tersedianya ATK dan bahan komputer 5.5. Terlaksananya sewa kendaraan sebanyak 8 unit untuk kunjungan lapang pada Apresiasi Pemandu Lapang Florikultura. 5.6. Tersedianya honor narasumber/pakar/praktisi 5.7. Tersedianya honor narasumber eselon II 5.8. Tersedianya honor narasumber eselon III ke bawah 5.9. Tersedianya honor moderator 5.10. Tersedianya honor narasumber eselon 1 5.11. Terlaksananya meeting Apresiasi Pemandu Lapang Florikultura a.
Dilaksanakan pada tanggal 26 – 29 Mei 2015.
b.
Bertempat di Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat.
c.
Peserta pertemuan sebanyak 104 orang. Peserta yang hadir berasal dari : -
Pemandu Lapang Florikultura Provinsi sentra florikultura se-Indonesia antara lain dari Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Lampung, Jawa Barat, DKI, Banten, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTT, NTB, Kalimantan Timur, Sulawesi
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
366
Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Gorontalo. -
Pemandu Lapang Florikultura Kabupaten/Kota sentra florikultura seIndonesia, antara lain Kota Palembang, Bukittinggi, Tanah Datar, Solok, Kampar, Kabupaten Bungo, Merangin, Kota Jambi, Bintan, Kota Batam, Bogor, Sumedang, Cianjur, Sukabumi, Kota Bogor, Bandung, Bandung Barat,
Magelang,
Pekalongan,
Cilacap,
Banyumas,
Kulonprogo,
Semarang, Tegal, Wonosobo, Blitar, Kupang, Kendari, Kota Pontianak, dan Kota Tarakan. d.
Staf Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura
Materi yang dibahas pada pertemuan tersebut antara lain: -
Pengarahan dari Direktur Jenderal Hortikultura
-
Pembekalan Pentingnya Tim Building dalam Pembangunan Pertanian
-
Sosialisasi Regulasi yang terkait dengan Hortikultura (Florikultura)
-
Peraturan Perbenihan Hortikultura
-
Sosialisasi SNI Bidang Hortikultura
-
Analisis Pemecahan Masalah (Problem-Couses-Solution)
-
Kiat-Kiat Tumbuh dan Berkembang dalam Usaha (Memelihara Semangat Entrepreuner)
e.
-
Pengalaman Wirausaha Petani Tanaman Daun dan Bunga Potong
-
Capacity Building Pemandu Lapang Florikultura
Narasumber pada pertemuan tersebut adalah: -
Dr. Ir. Hasanuddin Ibrahim (Direktorat Jenderal Hortikultura)
-
Tenaga Ahli Menteri Pertanian
-
Dr. Ir. Ani Andayani, M.Agr. (Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura)
-
Ir. Wiwi Sutiwi, MM (Direktorat Perbenihan Hortikultura)
-
Dr. Wahyu Purbowasito Setyo Waskito (Pusat Perumusan Standar, Badan Standardisasi Nasional)
f.
-
Ir. Asep Adinata, MP (Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang)
-
Ir. Rizal Djafarer (Pelaku Usaha Florikultura)
-
Mochamad Anas Anis (Gapoktan Alamanda, Sukabumi)
-
Drs. A.G. Purwanto Edi (Motivator)
Hasil dan kesimpulan dari pertemuan tersebut antara lain adalah : 1.
Industri florikultura di tingkat dunia merupakan industri yang cukup prospektif dan bisa menghasilkan devisa hingga 125 miliar US$. Sedangkan di Indonesia, industri florikultura memberikan kontribusi
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
367
devisa sebesar 11 miliar US$. Indonesia mempunyai peluang yang cukup besar dalam industri florikultura di dunia, mengingat beberapa komoditi florikultura mampu tumbuh dan berkembang baik di negeri ini. Saat ini Indonesia merupakan grower terbesar benih saintpaulia di dunia. 2.
Pemandu
Lapang
memfasilitasi
dan
sebagai
fasilitator
mendorong
petani
tumbuhnya
dalam
industri
melancarkan, florikultura
di
wilayahnya masing-masing sehingga menjadi produk unggulan/kompetitif perlu memiliki motivasi serta keterampilan dalam berkomunikasi, identifikasi masalah dan analisis pemecahan masalah. Untuk itu pemandu
lapang
harus
selalu
meningkatkan
kapasitasnya
yang
mencakup kompetensi dan karakter. 3.
Peningkatan
kompetensi
dapat
dilakukan
dengan
meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan antara lain tentang teknis budidaya dan pascapanen, regulasi yang berkaitan dengan pengembangan hortikultura, kewirausahaan, kepemanduan, dan lain-lain. Pedoman maupun regulasi yang harus dipahami diantaranya Pedoman GAP, GHP, SOP Budidaya florikultura, SOP Pascapanen Florikultura Pedoman Sekolah Lapangan, SNI, Pedoman Registrasi Kebun, Permentan no.70 tahun 2014 tentang Perijinan Usaha Budidaya Hortikultura, Permentan no. 48 tahun 2013 tentang GAP Florikultura, Permentan 73 tahun 2014 tentang GHP, Permentan no 38 tahun 2012 tentang Pendaftaran varietas, Permentan no. 48 tahun 2012 tentang produksi, sertifikasi dan peredaran benih hortikultura. Sedangkan peningkatan karakter yang dimaksud adalah dengan berusaha menjadi pemandu yang memberikan pelayanan terbaik kepada kelompok taninya. 4.
Pemandu lapang harus mempunyai kemampuan dalam mengidentifikasi suatu masalah dan segera menyelesaikan permasalah tersebut.
5.
Beberapa permasalahan yang menyebabkan suatu kelompok tani tidak dapat mandiri dalam mengembangkan usahanya antara lain :a) kelompok tani terlalu mengandalkan bantuan dari pemerintah, b) kurangnya pengetahuan petani terhadap budidaya, pascapanen dan pemasaran, c) keterbatasan modal atau ketidakmampuan kelompok tani dalam memberdayakan keuangan kelompok, serta d) kurangnya rasa antusias petani untuk memajukan usahanya.
6.
Kunci sukses supaya kelompok tani bisa mandiri dan berhasil antara lain : a) kerjasama yang kuat antar anggota kelompok dan memahami tujuan kelompok atau kebutuhan bersama, b) mengikuti pelatihan-pelatihan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
368
tentang
budidaya,
pascapanen,
kelembagaan
dan
manajemen
pemasaran, c) setiap anggota kelompok tani mempunyai kemauan dan semangat yang tinggi, serta d) mau menerima inovasi perkembangan teknologi. 7.
Salah satu pelaku usaha florikultura yang sukses memajukan usahanya adalah Gapoktan Alamanda di Sukabumi. Gapoktan ini bergerak di bidang budidaya
dracaena dan memasarkannya dalam bentuk pot
maupun rangkaian ke pasar lokal maupun ekspor ke luar negeri seperti Singapura, Korea, Canada, Rusia, Arab Saudi, Iran, Uzbekistan, dan Azerbaizan. Gapoktan ini harus bersaing dengan negara produsen dracaena lainnya antara lain China, Vietnam dan Thailand, sehingga gapoktan ini terus mencari inovasi desain rangkaian agar produknya tetap laku di pasar internasional. 8.
Pada apresiasi ini, pemandu lapang melakukan kunjungan lapang ke kebun
mawar, gerbera, krisan dan tanaman pot dan lansekap di
Kecamatan Lembang dan Parongpong untuk mengobservasi beberapa aspek yaitu
perbenihan, teknik budidaya, penanganan pascapanen,
pemasaran, aspek kelembagaan dan kewirausahaan. 9.
Apresiasi Pemandu Lapang Florikultura telah dilakukan sebanyak delapan kali pertemuan tingkat nasional, maka untuk ke depannya diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan di tingkat propinsi atau kabupaten untuk membangun jaringan antar petani florikultura di wilayahnya masing-masing.
10. Permasalahan di daerah terkait dengan pemandu lapang, yaitu pemandu lapang khusus florikultura di hampir sebagian besar daerah tidak ada, biasanya pemandu lapang merangkap keseluruhan bidang hortikultura, ataupun bidang pangan. Selain itu pemandu lapang yang menangani florikultura sering berganti-ganti sehingga tidak ada estafet program dari pemandu lapang sebelumnya dengan pemandu lapang yang baru. 5.12. Terlaksananya perjalanan dalam rangka Apresiasi Pemandu Lapang Florikultura sebanyak 20 OP ke Bandung Barat. 6.
Hasil/Outcome 6.1. Terjadinya transfer teknis kepemanduan dan pengetahuan pengelolaan usaha tanaman florikultura yang profesional dengan sistem budidaya dan penanganan pascapanen yang baik dan benar.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
369
6.2. Petugas pemandu lapang memahami proses budidaya dan penanganan pascapanen tanaman florikultura berdasarkan GAP dan GHP tanaman florikultura. 7.
Manfaat/Benefit Terlaksananya prinsip GAP pada Budidaya dan GHP pada penanganan pascapanen tanaman florikultura.
8.
Dampak/Impact Berkembangnya industri florikultura berbasis penerapan GAP dan GHP dalam menjalankan usaha taninya.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Pemandu lapang merupakan salah satu tonggak dalam keberhasilan pengembangan florikultura di daerah kabupaten maupun kota. Pengetahuan dan keterampilan pemandu lapang perlu ditingkatkan karena teknologi pertanian dan permintaan/kebutuhan konsumen semakin berkembang.
b.
Pemandu lapang Florikultura
yang telah mengikuti Apresiasi Pemandu Lapang
diharapkan
mampu
mengedukasi,
menggerakkan,
dan
mendorong petani dalam mengembangkan usaha taninya, mampu mencetak champion baru, menumbuhkan jiwa entrepreunership para champion, dan membantu para petani atau pelaku usaha dalam membuka jaringan pasar. 9.2. Saran a.
Pemerintah daerah diharapkan dukungannya dalam pengembangan industri florikultura di daerahnya masing-masing agar mampu berdaya saing.
b.
Pemandu lapang perlu memiliki target agar kebun binaannya dapat diajukan untuk diregistrasi.
c.
Pergantian pemandu lapang sebaiknya dilakukan secara periodik minimal tiga sampai empat tahun setelah melaksanakan tugasnya sebagai pemandu lapang. Ketika tugas pemandu lapang akan digantikan ke pemandu lapang yang baru, maka pemandu lapang yang lama harus memberikan progress report sehingga terjadi keberlanjutan informasi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
370
014. PEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN USAHA
APRESIASI TEKNOLOGI DAN DAYA SAING PRODUK FLORIKULTURA (SOP BUDIDAYA KRISAN MULTIMEDIA)
1.
Latar Belakang Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev Syn. Chrysanthemum morifolium Ramat) merupakan salah satu jenis tanaman hias penghasil bunga potong yang paling popular dan banyak dibudidayakan petani dan pengusaha di Indonesia. Permintaan akan bunga krisan cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
Pada era pasar global yang ditandai dengan meningkatnya persaingan bebas, para produsen krisan di dalam negeri dituntut mampu menyediakan produk yang sesuai dengan preferensi konsumen. Tuntutan konsumen tidak saja diarahkan pada peningkatan mutu, tetapi juga proses produksi yang ramah lingkungan. Mengantisipasi permintaan konsumen tersebut berbagai pihak telah mengenalkan prinsip budidaya yang baik dan benar (Good Agriculture Practices = GAP) untuk menghasilkan produk yang ramah lingkungan. Bahkan di banyak negara Eropa, GAP telah diterapkan pada skala luas yang disertifikasi dan menjadi prasyarat bagi pemasaran di tingkat retail.
Di dalam penerapan GAP diperlukan standar operasional prosedur (SOP) yang menjadi acuan dasar bagi pelaksanaan budidaya krisan di lapangan. Dengan mengacu panduan SOP, produsen dapat membudidayakan krisan potong secara baik dan benar untuk menghasilkan produk bermutu tinggi yang efisien dan ramah lingkungan.
Dengan
demikian produsen akan mendapatkan berbagai keuntungan dari penerapan SOP dalam bentuk: (1) peningkatan pendapatan, (2) jaminan pemasaran, (3) pelestarian lingkungan produksi dan (4) jaminan keselamatan, keamanan dan kesehatan bagi para pekerja.
Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura telah membuat SOP Krisan potong dalam bentuk buku atau cetakan pada tahun 2012 dan sudah didistribusikan kepada pelaku usaha dan instansi yang terkait dalam pengembangan krisan di Indonesia.
Meskipun pedoman tersebut telah didistribusikan, namun masih banyak petani dan pelaku usaha krisan yang belum mampu menerapkannya. Oleh karena itu dengan perkembangan teknologi multimedia, perlu membuat SOP budidaya Krisan Potong
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
371
dalam bentuk audio visual. SOP dalam bentuk audio visual ini diharapkan bisa lebih komunikatif dalam menyampaikan tahapan-tahapan dalam melaksanakan budidaya krisan potong yang baik dan benar, sehingga petani atau pelaku usaha lebih mudah memahami dan menerapkannya. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan a.
Menyediakan pedoman SOP dalam bentuk audio visual agar lebih mudah dipahami petani atau pelaku usaha.
b.
Meningkatkan produksi krisan nasional yang berdaya saing untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun global.
2.2
Sasaran a.
Tersedianya pedoman bagi pelaku usaha dalam melakukan budidaya krisan potong yang baik dan benar dalam bentuk audio visual, sehingga lebih mudah dipahami dan diaplikasikan di lapangan.
b. 3.
Meningkatnya produktivitas, produksi dan mutu hasil krisan potong nasional.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 193.298.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar 192.500.000,3.3. Informasi Teknologi
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan apresiasi teknologi dan daya saing produk florikultura dilaksanakan dalam bentuk belanja jasa pembuatan film apresiasi teknologi dan daya saing pembuatan SOP Budidaya Krisan multimedia yang terbagi menjadi tahap pra produksi, produksi dan pasca produksi.
5.
Keluaran/Output Dihasilkannya CD SOP Budidaya Krisan multimedia sebagai panduan pelaku usaha dalam melaksanakan teknik budidaya krisan.
6.
Hasil/Outcome Tersosialisasinya teknik budidaya krisan oleh pelaku usaha secara lebih luas dan mudah.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
372
7.
Manfaat/Benefit Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu produk krisan potong.
8.
Dampak/Impact Meningkatnya pendapatan petani krisan.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
SOP Krisan multimedia merupakan SOP Krisan yang mencakup kegiatan (1) penyiapan sarana dan prasarana produksi, (2) Proses produksi, (3) Panen dan penanganan pascapanen, (4) Pencatatan dan (5) Registrasi lahan usaha.
b.
Dengan adanya SOP krisan yang tersedia dalam multimedia, diharapkan para pelaku usaha dapat lebih mudah memahami teknik budidaya krisan yang baik dan benar sesuai SOP dan mengaplikasikannya dalam teknik berbudidaya krisan.
c.
SOP krisan multimedia dalam bentuk CD diharapkan juga dapat menjadi media promosi yang disebarluaskan pada saat kegiatan pameran maupun bimbingan teknis.
9.2. Saran a.
Perbanyakan
SOP
Krisan
multimedia
dalam
bentuk
CD
untuk
disebarluaskan ke banyak pelaku usaha b.
Pembuatan SOP Krisan multimedia dalam bahasa Inggris, sebagai media promosi, publikasi untuk lebih meningkatkan daya saing produk florikultura di pasar internasional.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
373
APRESIASI TEKNOLOGI DAN DAYA SAING PRODUK FLORIKULTURA (IFEX)
1.
Latar Belakang Dalam kurun waktu tahun terakhir ini industri florikultura berkembang di berbagai wilayah Indonesia dengan berbagai jenis komoditas yang dikembangkan sepertibunga potong, daun potongserta tanaman pot dan lanskap. Usaha tanaman hias yang dilakukan petani saat ini umumnya masih bersifat tradisional dan belum sepenuhnya menggunakan kaidah ekonomi dan teknologi.
engembangan usaha florikultura di Indonesia masih dicirikan oleh usaha pertanian skala kecil dan dilakukan secara sendiri-sendiri, dipihak lain meskipun sudah banyak asosiasi/gapoktan yang bergerak dalam bisnis tanaman florikultura namun keberadaan asosiasinya belum banyak dirasakan bagi para anggotanya sehingga fungsi asosiasi masih terbatas ke arah hobies, SDM pelaku usaha masih sangat kurang. Banyak kasus di lapangan menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan petani tidak sesuai dengan preferensi konsumen. Pada kasus lain petani tidak mampu menyediakan sejumlah produk yang dibutuhkan pasar, akibatnya petani kehilangan peluang bisnis yang sebenarnya sangat terbuka. Kasus kerugian hasil penjualan juga banyak ditemukan, karena tidak memperhitungkan efisiensi produk dan mutu, yang mengakibatkan lemahnya posisi tawar petani.
Produk tanaman florikultura yang dihasilkan harus mempunyai daya saing yang tinggi, dicirikan dengan penyediaan produk dalam jumlah besar, mutu terjamin dan seragam, harga bersaing, pasokan teratur dan berkesinambungan.
Dewasa ini tumbuh pelaku usaha baru yangmemulai dari skala usaha kecil, menengah hingga besar. Dalam rangka menghasilkan produk tanaman florikultura yang berdaya saing baik di pasar domestik maupun di tingkat internasional, dirasa perlu untuk mempelajari teknik-teknik pengembangan florikultura. Untuk itu diperlukan peningkatan kualitas SDM baik petugas maupun pelaku usaha tanaman florikiultura melalui perbaikan manajemen usaha sehingga bisa meningkatkan daya saing usaha florikultura di pasar domestik maupun tingkat internasional.
Oleh karena itu peningkatan daya saing florikultura, perlu terus ditingkatkan baik kualitas
maupun
kuantitas
produk
sehingga
mampu
bersaing.Mengikutipameran(ekshibisi) akan menambah wawasan petani/pelaku usaha pertanian.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
374
Program peningkatan kapasitas yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian tidak hanya di dalam negeri tetapi juga antar negara.
Kegiatan ini diharapkan
memberi dampak positif bagi para peserta dalam hal
memperoleh perspektif yang lebih luas secara internasional, keterampilan teknis, memperluas jaringan hubungan manusia, meningkatkan kemampuan bahasa asing, meningkatkan etos kerja, dan implementasi yang lebih baik dari praktik manajemen terbaik.
Berdasarkan hal tersebut, dalam rangka mengappresiasi pelaku usaha baik Sumber Daya Manusia nya maupun teknologi dan peningkatan daya saing produk florikultura Indonesia, Kementerian Pertanian telah mengirim pelaku usaha florikultura ke Jepang untuk memenghadiri/mengikuti pameran The 12th International Flower Exhibition (IFEX) 2015. Indonesia telah ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan International Flower Expo (IFEX) 2015 di Makuhari Messe di Jepang.
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan a.
Mempromosikan produk hortikultura Indonesia khususnya florikultura yang berbasis
pada
kekayaan
alam
dan
keanekaragaman
hayati
serta
memilikiprospekuntukbisa di eksporke negara-negara mitra. b.
Mendorong pelaku usaha pertanian untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk pertanian sesuai standar agar dapat meningkatkan ekspor produk pertanian Indonesia ke pasar Internasional.
c.
Meningkatkan daya saing industri tanaman hias melalui peningkatan manajemen kompetensi pelaku usaha dalam perbaikan mutu produk, kontinuitas pasokan, serta peningkatan kapasitas usaha.
2.2. Sasaran Meningkatnya daya saing produk florikultra berbasis inovasi teknologi di pasar domestik maupun tingkat internasional. 3.
Masukan/input 3.1. Anggaran sebesar Rp.193.298.000 3.2. Sumber Daya Manusia (petani/pelaku usaha/kelompok tani/gapoktan, petugas, 3.3. pembina) 3.4. Materi, Sarana Pendukung 3.5. Data dan informasi, Rekomendasi Informasi Teknis
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
375
4.
Pelaksanaan Kegiatan Direktorat Jenderal Hortikultura telah ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan International Flower Expo (IFEX) 2015di Makuhari Messe di Jepang. Kegiatan IFEX untuk tahun ini adalah yang ke 12 dan Indonesia telah berpartisipasi sebanyak 4 (empat) kali yaitu sejak tahun
2012, 2013, 2014 dan 2015.Kegiatan ini merupakankerjasama
Kementerian Pertanian dengan Atase Pertanian – KBRI di Tokyo Jepang. Partisipasi PemerintahRepublik Indonesia pada The 12th International Flower EXPO (IFEX) 2015 adalah dengan menampilkan tanaman hiassegar Indonesia seperti Krisan, Heliconia, Costus, Rangkaian Draecena, Leatherleaf, Cordylene dan Anggrek.
5.
Hasil/Outcome Terlaksananya fasilitasi peningkatan daya saing tanaman florikultura di tingkat internasional. Hasil pelaksanaan dapat diuraikan sbb:
Ruang
Lingkup
kegiatan
Apresiasi
Teknologi
Dan
Daya
Saing
Produk
Florikultura
Peserta Ifex tahun ini diikuti oleh beberapa negara yaitu : Netherland, China, Equador, India, Thailand, Sri Lanka, Kenya, Korea Selatan, Ethiophia, Taiwan, Prancis, Rusia, Inggris, Swedia, Canada, Jerman, Jepang dan Indonesia.Disamping itu perusahaan perusahaan pertanian local Jepang sebanyak 1.100 stand. Expo Centre ini memiliki areal seluas 15 ha, selain pameran bunga (IFEX)
terdapat 4 expo lainnya yang
bersamaan waktu penyelenggaraanya di Makuhari Messe , Chiba, Jepang yaitu: 1.
The 2st Next Generation Agricultural EXPO Tokyo (AGRINEX);
2.
The
5thInternational
Agricultural
Material
and
Technology
EXPO
Tokyo
(AGRITECH); 3.
The
9th International Garden EXPO Tokyo
yang
menampilkan design
tamanbaiktaman indoor maupun outdoor (GARDEX, GARDEN EXPO); 4.
The 5th International Hardware and Tools EXPO Tokyo (TOOLJAPAN).
Partisipasi dalam kegiatan IFEX 2015 -
Partisipasi Indonesia pada12th International Flower EXPO-2015 ini, menempati 3 unit booth yang dibiayai oleh KBRI berukuran 9 m x 2,7 m dengan display materi segar, desain booth, materi tanaman serta sarana pendukung pameran oleh Direktorat Jenderal Hortikultura dengan icon “Bunga Potong Krisan”. Krisan tersebutmerupakam produk PT. Bunga Indah Malino dari Gowa Sulawesi Selatan,
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
376
Kelompok tani Hijau Daun dari Cianjur Jawa Barat, Kelompok tani Sahabat Tani dari Tomohon Sulawesi Utara dan Sekar Bumi Farm dari Gianyar Bali. Selain itu display Heliconia, Cordylene dan costus merupakan produk Gapoktan Sekar Bumi Farm dari Gianyar Bali, Angrek pot dari PT. EkaKarya dari Krawang Jawa Barat, Leatherleaf dari PT. Darmawan Greenleaf Rumohra dari Sukabumi Jawa Barat dan Dracaena dalam sajian design kreatif dari GapoktanAlamanda dari Sukabumi Jawa Barat. Selain materi dan produk yang dipromosikan, ada 6 orang petani/pelaku usaha yang turut serta menghadiri International Flower Expo ini dengan tujuan agar petani/pelaku usaha tersebut dapat melihat langsung kualitas produk dari negara lainnya dan juga bisa berkomunikasi langsung dengan peminat produk mereka sendiri/calon buyer. Rangkaian kegiatan Ifex dapat diuraikan sbb: 1.
Senin, 12 Oktober 2015 Persiapan Expo, menuju Jepang (Haneda), loading bahan expo florikultura dan sarana pendukung lainnya yang dibawa dari Indonesia.
Gambar 1 : Bahan/Materi dan Sarana Pendukung
Gambar 2 :Bahan/Materi dan Sarana Pendukung untuk desain dan display booth
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
377
(Check in Bandara Sukarno Hatta)
2.
Selasa, 13 Oktober 2015 Penataan space, pengaturan penempatan/pemasangan bahan dan sarana pada booth Indonesia (desain telah dipersiapkan dari Indonesia)
Gambar 3 : Pengerjaan Booth
Gambar 4 : Booth Indonesia
3.
Rabu, 14 Oktober 2015 Pembukaan International Flower Exhibition (IFEX) 2015 dengan pengguntingan pita bersama para wakil wakil dari peserta Exhibition dan diikuti banyak pengunjung dan undangan serta diliput oleh berbagai media massa Jepang dan Internasional.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
378
Gambar 5 :Pengguntingan pita secara bersama (Pembukaan IFEX)
4.
Kamis - Jumat , 15 – 16 Oktober 2015 a.
Pelayanan informasi dan promosi Florikultura Indonesia. -
Penjelasan kepada tamu/pengunjung yang mampir tentang informasi dari produk dan pelaku usaha pada pameran, komunikasi peluang bisnis antar pelaku usaha.
-
Melakukan
kontak
bisnis,
bisnis
matching
dan
tindak
lanjut
pengembangan bisnis antar pelaku usaha dan institusi yang hadir ke booth Indonesia. b.
Menggali Informasi teknologi, membangun dan penjajakan kerjasama antar peserta diberbagai stan pameran (benih, alsintan, sarana produksi, ornament lainnya, dll)
Gambar 6 : Dengan para peminat/calon buyer 5.
Jumat, 16 Oktober 2015 Penutupan pameran pada tanggal 16 Oktober jam 17.00 waktu Jepang, booth sudah harus rapih dan bersih pada jam 18.00.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
379
Gambar 7 : Pembongkaran dan pembersihan booth.
6.
Sabtu, 17 Oktober 2015 Berangkat dari Haneda kembali ke Jakarta 6 (enam) orang Petani/pelaku usaha florikultura yang berpartisipasi pada Ifex 2015 di Jepang.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
380
Gambar 8 : Para petani/pelaku usaha yang berangkat ke Jepang Dari kiri ke kanan : 1. Jeffry Adry Hanny Jany Lasut, 2. Mamat Ahmat Ruhiat 3. Ketut Subagia 4. Siiti Mardiana Chalik Syam, 5. Abdul Kadir dan 6. Ensi Pebreany Tjoe Hasil Pameran -
Selama 3 (tiga) hari pameran berlangsung, ada sekitar empat ratusan pengunjung yang mengunjungi stand Indonesia dari berbagai kalangan antara lain Flower Trading, Floral Designer, Plantation Corporation, Flower Association, Produsen Media Tanam, Garden Supplier, Fotograper dll. Pengunjung yang paling banyak adalah importir, trader dan assosiasi bunga.
-
Beberapa hal yang dapat dicatat selama pameran yaitu : a.
HD Flower HD Flower berminat terhadap Krisan dari Bunga Indah Malino. Telah terjadi kesepakatan antara Bunga Indah Malino dan HD Flower, mulai Februari 2016 dengan pengiriman awal Krisan sebanyak 6.000 tangkai/minggu dan kemudian ditingkatkan menjadi 12.500 tangkai/minggu. Calon buyer HD Flower menilai produk Krisan dari BIM cukup baik, packing dianggap sudah memenuhi standar. Mereka meminta produk krisan yang dikirim dengan tingkat kemekaran 30 – 40 % dengan memberi catatan tanggal panen, ukuran box yang dapat menampung 8 (delapan) ikat Krisan.
b.
Pelaku usaha lainnya seperti: Impack, Agream Corporation, Greenwings Japan K.K , Otani, Misato Flower Trading Company (Import cut flower) berminat juga terhadap Krisan namun belum terjadi kesepakatan, masih melakukan penjajagan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
381
c.
Selain Krisan, pengunjung juga banyak berminat terhadap Leather Leaf Fern produk dari PT Darmawan Greenleaf Rumohra, Dracaena dari Gapoktan Alamanda Sukabumi dan Heliconia dari Gapoktan Sekar Bumi Farm Gianyar Bali.
d.
Pelaku usaha yang berpartisipasi ataupun yang tidak hadir langsung, dikemas dalam brosur yang dilengkapi dengan alamat website atau contact address nya dengan harapan akan ada kelanjutan yang dituangkan dalam kerjasama bisnis.
6.
Manfaat/Benefit 6.1. Meningkatnya standardproduk florikultura untuk pasardomestic daninternasional. 6.2. Meningkatnya wawasan pelaku usaha dalam inovasi teknologi dan kreatifitas, teknik promosi dan sistim pemasaran
7.
Dampak/Impact Meningkatnya ekspor tanaman produk florikultura.
8.
Kesimpulan dan Saran 8.1. Kesimpulan : 1. Keikut sertaan Indonesia dalam pameran International Flower Expo (Ifex) 2015 dapat : -
meningkatkan image dan citra positif bangsa Indonesia di dunia internasional.
-
meningkatkan kerjasama bilateral antara Indonesia dan Jepang.
-
diharapkan dapatmembuka akses pasar bagi produk pertanian selain ke Jepangjuga ke negara peserta lainnya untuk pasar internasional.
-
dijadikan acuan bagi pelaku usaha Indonesia untuk dapat meningkatkan standar mutu produk mereka agar dapat bersaing di pasar internasional.
2. Materi pameran negara peserta lainnya, inovasi teknologi dan kreatifitas, teknik promosi dan sistim pemasaran pada saat Ifex 2015 ini menjadi benchmarking bagi produsen dan pelaku usaha pertanian Indonesia dalam mengembangkan industri pertanian yang tangguh dengan mengaplikasikan inovasi dan mempelajari cara menjalin kerjasama dengan pelaku usaha di tingkat internasional. Diharapkan Indonesia dapat meningkatkan volume dan nilai ekspor produk pertanian Indonesia di manca negara.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
382
8.2. Saran : a.
Promosi produk pertanian agar dipadukan dengan paket wisata yang dapat mendorong pengunjung pameran mengambil paket wisata ke Indonesia.
b.
Partisipasi dari Kementerian Perdagangan dalam pameran selanjutnya dapat meningkatkan forum bisnis.
c.
Peningkatan kemampuan berbahasa asing infoguide perlu ditingkatkan
LAMPIRAN
Laporan dalam gambar beberapa kegiatan lain :
Gambar 9 : Booth Indonesia
Gambar 10 : Produk Indonesia
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
383
Gambar 11 : Suasana di booth Indonesia
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
384
Gambar 12 : Menjelang Penutupan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
385
Gambar 13 : Dengan calon buyer
Gambar 14 : Contoh Produk Negara Lain
Gambar 15: Booth dari Negara Lain
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
386
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
387
015. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
TEMU EVALUASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN FLORIKULTURA
1.
Latar Belakang Agribisnis florikultura beberapa tahun terakhir ini berkembang pesat untuk memenuhi permintaan konsumen baik dipasar domestik maupun ekspor. Berbagai daerah yang memiliki potensi untuk pengembangan florikultura mulai tertarik untuk mengembangkan komoditas florikultura.
Beberapa komoditas yang memiliki prospek ekonomi adalah
krisan, mawar, sedap malam, anggrek, heliconia, melati, leatherleaf, dracaena, raphis dan tanaman lanskap lainnya. Beberapa komoditas tersebut dikembangkan untuk memenuhi pasar domestik, seperti krisan, mawar, sedap malam, heliconia, anggrek, sedangkan melati, leatherleaf dan dracaena dikembangkan untuk tujuan pasar ekspor, antara lain ke Jepang, Korea, Singapura dan Malaysia. Pengembangan tanaman pot dan lanskap ditujukan untuk memenuhi kebutuhan penataan kota dalam menciptakan Kota Hijau (Green City).
Besarnya potensi dan prospek agribisnis florikultura, maka Direktorat Jenderal Hortikultura telah mengalokasikan dana APBN 2015 melalui dana Tugas Pembantuan, Dekonsentrasi, LM3 dan PMD untuk pengembangan florikultura di daerah sentra produksi.
Pengembangan florikultura bertujuan untuk meningkatkan produksi,
produktivitas dan mutu tanaman florikultura ramah lingkungan, maka untuk mencapai tujuan tersebut, telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : Pengembangan Kawasan, Sekolah Lapang (SL) GAP, SL GHP, Penyediaan Sarana Prasarana Budidaya dan Pascapanen, serta registrasi lahan usaha. Dalam rangka melakukan evaluasi kegiatan pengembangan florikultura di daerah, maka telah diselenggarakan Temu Evaluasi Pengembangan Tanaman Florikultura.
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan a. Melakukan evaluasi pelaksanaan pengembangan florikultura tahun 2015 b. Menyusun kesepakatan dalam pengembangan florikultura tahun 2016 2.2. Sasaran a. Terevaluasinya pelaksanaan pengembangan florikultura tahun 2015 b. Tersusunnya kesepakatan pengembangan florikultura tahun 2016
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
388
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 252.119.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 238.074.642,3.3. Informasi Teknologi
4.
Pelaksanaan Kegiatan 4.1. Mengadakan
sarana
penunjang
dalam
rangka
kegiatan
temu
evalusi
dalam
rangka kegiatan temu evaluasi
pengembangan florikultura 4.2. Mengadakan publikasi (spanduk) pengembangan florikultura 4.3. Menggandakan materi untuk kegiatan temu evaluasi pengembangan florikultura 4.4. Menggandakan bahan laporan tahunan dan LAKIP 4.5. Melakukan pencetakan cover laporan tahunan dan LAKIP 4.6. Mengadakan ATK dan bahan komputer untuk kegitan monitoring, evaluasi dan pelaporan 4.7. Membayarkan honor narasumber/pakar/praktisi, honor narasumber eselon II, honor moderator dan honor narasumber setara eselon I 4.8. Melaksanakan perjalanan menghadiri undangan, monitoring dan evaluasi 4.9. Melaksanakan kegiatan temu evaluasi kegiatan pengembangan florikultura (biaya paket meeting) 4.10. Melaksanakan perjalanan dalam rangka temu evaluasi kegiatan pengembangan kawasan florikultura 4.11. Melaksanakan kegiatan pembahasan data statistik hortikultura dan undangan lainnya
5.
Keluaran/Output Terlaksananya kegiatan temu evaluasi pengembangan florikultura.
6.
Hasil/Outcome Terlaporkannya,
termonitoringnya
dan
terevaluasinya
kegiatan
pengembangan
florikultura. 7.
Manfaat/Benefit Berkembangnya agribisnis florikultura.
8.
Dampak/Impact Meningkatknya pendapatan para petani dan pelaku usaha di bidang florikultura.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
389
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Pada Tahun 2015, Pagu Anggaran untuk Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura sebesar Rp. 48.964.178.000 Dari Pagu tersebut sejumlah
Rp. 5.687.191.000 (11,62%) untuk Pusat dan sebesar Rp.
43.276.987.000
(88,38%)
dialokasikan
sebagai
dana
TP
di
70
Kabupaten/Kota dan Dekonsentrasi di 23 provinsi. b.
Kegiatan yang dilaksanakan di kabupaten, sebagian besar dialokasikan sebagai fasilitasi bantuan kepada kelompoktani dalam pengembangan kawasan, penyediaan sarana budidaya maupun sarana pascapanen, pelaksanaan Sekolah Lapang GAP dan GHP, peningkatan kapabilitas petugas
dan
petani,
pemberdayaan
kelembagaan
usaha,
serta
pendampingan, yang ditujukan dalam peningkatan produksi dan produktivitas produk florikultura ramah lingkungan. c.
Realisasi pelaksanaan kegiatan pengembangan florikultura sampai dengan 6 November 2015, baik Pusat dan daerah sebesar Rp. 29.687.042.169 (54,50 %). Serapan anggaran pada Satker di daerah dengan kategori baik >75% (37,5%), cukup >50 -74% (14,06%) dan kurang <50 % (48,44%).
d.
Masih kecilnya angka serapan untuk kegiatan florikultura antara lain disebabkan antara lain oleh adanya pergantian pejabat pengelola kesatkeran maupun lambatnya proses pengadaan di daerah.
e.
Adanya reorganisasi di Ditjen Hortikultura, dimana Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura akan bergabung dengan Direktorat Budidaya Tanaman Buah, maka Pagu Indikatif pada tahun 2016 untuk Florikultura sebesar
Rp. 9.185.000.000
dan
alokasi di daerah
sebesar Rp.
7.685.000.000. Sebagian dari dana tersebut merupakan dana SKR sebesar Rp. 2.717.000.000 (termasuk pembinaan di provinsi) yang dialokasikan untuk pengembangan bunga potong di Kota Tomohon. f.
Harapannya meskipun tidak ada lagi alokasi dana dari APBN untuk pengembangan florikultura di daerah, hendaknya tetap ada pembinaan minimal kepada para pelaku usaha agar mereka lebih mandiri dalam mengakses sumber dana lainnya (dana CSR, KUR) dan sebagainya. Meskipun daerah tidak mendapat alokasi anggaran pada tahun 2016, tetapi pembinaan, pendampingan
dan bimbingan kepada kelompok tani tetap
dilaksanakan. g.
Harapan lainnya pelaksanaan ke depan dapat lebih mempercepat proses penyerapan anggaran kegiatan pengembangan hortikultura, sebagai contoh :
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
390
1.
Memahami DIPA dan pencermatan POK lebih awal;
2.
Bila ada koreksi/revisi/ralat dikonsultasikan kepada yang berkompeten dan segera ditindaklanjuti;
3.
Apabila pengadaan melalui ULP daerah, maka segera lakukan koordinasi internal untuk percepatannya;
4.
Memahami regulasi terkait termasuk tentang BMN sehingga BAST baik keproyekan maupun aset negara tepat waktu
h.
Pada kegiatan temu evaluasi pengembangan florikultura tahun 2015, menghadirkan juga Bapak Ir. Muhammad Gunung Soetopo sebagai narasumber dari Sabila Farm yang memberikan motivasi dalam memberikan success story dan pengalamannya dalam membangun industri hortikultura yang kreatif dan inovatif.
i.
Bapak Gunung Soetopo memberikan saran agar setiap petani yang berusaha di bidang hortikultura harus memiliki tema dalam berusaha di bidang industri hortikultura. Salah satu kunci kesuksesan Bapak Gunung Soetopo dalam berusaha di bidang hortikultura adalah untuk memudahkan strategi pemasaran, pencitraan serta merupakan usaha yang unik. Dengan melakukan teknik pemasaran melalui penetapan segmentasi usaha, target pasar dan posisi usahanya dengan usaha kompetitornya
serta bauran
pemasaran yang baik, dapat dikembangkan suatu bisnis industri florikultura yang berdaya saing. j.
Usaha hortikultura yang maju adalah usaha hortikultura yang memasukkan unsur teknologi. Usaha florikultura diharapkan juga dapat memasukkan unsur teknologi, sehingga dapat menghasilkan produk yang inovatif dan kreatif.
k.
Untuk Pengelolaan persediaan yang dijual/diserahkan kepada Pemda atau masyarakat berdasarkan pada PMK 248/PMK.07/2010 tentang Perubahan atas
Permenkeu
No.
156/PMK.07/2008
tentang
Pengelolaan
Dana
dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. l.
Asset dapat diusulkan membuat penghapusan atau hibah (format ada di Bagian
Keuangan
dan
Perlengkapan)
ke
Ditjen
Hortikultura.
Pemindahtanganan dan Penghapusan BMN dengan tahun perolehan di bawah tahun 2011 mekanismenya dengan menggunakan Peraturan Menteri Keuangan
nomor : 104/PMK.06/2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 125/PMK.06/2011 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara yang berasal dari dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan sebelum tahun anggaran 2011
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
391
m. Daerah yang pernah mendapatkan alokasi bantuan dana tugas pembantuan dan dekonsentrasi diharapkan dapat melakukan inventarisasi terhadap assetasset milik daerah serta melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap asset-asset daerah. n.
Permintaan dari Biro Keuangan, diharapkan dapat membuat Laporan Keuangan (LK) yang berisi juga daftar asset dapat disusun pada bulan Oktober, November dan Desember.
o.
Berita Acara Serah Terima (BAST) barang yang merupakan akun 526xxx, baik dalam bentuk kegiatan pengembangan kawasan, sapras budidaya dan pascapanen tetap harus dilaporkan. BAST barang bisa dibuat dalam satu form, dengan lampiran rician kegiatan pengembangan kawasan, sapras budidaya, sapras pascapanen sesuai akunnya.
Asset-asset tersebut
dilaporkan oleh bidang teknis yang menangani (Bidang Hortikultura) kepada petugas SIMAK BMN, segera setelah proses pengadaan selesai diadakan. p.
Daerah diharapkan juga melakukan input progress pelaksanaan kegiatan untuk outputnya, sesuai PMK 249 tahun 2011 secara teratur setiap bulannya. Progress pekerjaan juga diisi pada kolom keterangan. Realisasi fisik output kegiatan florikultura per tanggal 7 November 2015 adalah sebagai berikut :
q.
Data Rekapitulasi Propinsi Statistik Pertanian (RPSP) untuk SPH-TH (Statistik Pertanian Hortikultura-Tanaman Hias) dilaporkan setiap triwulan seperti untuk data biofarmaka (tanaman obat). Diharapkan setiap daerah dapat tertib dapat melaporkan data RPSP ke Ditjen Hortikultura.
r.
Diharapkan kerjasama, koordinasi dan komunikasi yang baik antara Bidang Hortikultura (bidang teknis) dengan petugas monev untuk mengisi dan melaporkan progress pelaksanaan kegiatan sesuai PMK 249 tahun 2011.
s.
Dalam hal melaporkan progress pelaksanaan kegiatan melalui PMK 249 tahun 2011, terdapat (1) satker yang melaporkan progress pelaksanaan kegiatan secara teratur dan lengkap (kolom keterangan diisi), (2) satker yang sudah melaporkan kemajuan pelaksanaan, tetapi tidak dilaporkan secara berkala, (3) satker yang tidak pernah melaporkan progress pelaksanaan kegiatan.
t.
Dalam rangka meningkatkan koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan antar bidang, dapat menggunakan forum SPI yang diselenggarakan secara bulanan dan dihadiri oleh para pihak terkait di dalam instansi Dinas Pertanian
u.
Beberapa feedback dari daerah mengenai fasilitasi APBN yang telah diberikan selama ini melalui Dekon dan Tugas Pembantuan adalah sebagai berikut :
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
392
1.
Fasilitasi tersebut sangat bermanfaat dalam pengembangan florikultura di beberapa daerah sentra baik dalam fasilitasi kawasan, sarana budidaya, sarana pascapanen, sekolah lapang dan magang, namun ada beberapa strategi yang perlu dilakukan dalam mengatasi permasalahan dalam pengembangan florikultura.
2.
Pada umumnya permasalahan tersebut adalah : kualitas produksi krisan masih rendah, produksi dracaena masih kurang, produk florikultura blm bisa tampil, kapasitas SDM (petugas dan petani) masih kurang.
3.
Dalam mengatasi permasalahan tersebut, langkah-langkah yang telah diambil oleh Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi adalah menetapkan kawasan, harus muncul komoditas unggulan dengan memetakan kawasan utama, yaitu Sukaraja, Sukabumi dan Cidahu, komoditas unggulan : krisan, sedap malam dan dracaena.
Leatherleaf juga
dikembangkan secara luas sekitar 70 ha, namun dikelola oleh perusahaan. 4.
Langkah-langkah operasional yang sudah dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi adalah sebagai berikut : a.
Penguatan kelembagaan dengan pengembangan gapoktan dan koperasi petani krisan;
b.
Peningkatan kualitas kawasan, untuk krisan kira-kira seluas 30 ha dengan 600 unit green house.
Peningkatan kualitas dilakukan
dengan pengembangan sistem penangkaran benih yang dikelola oleh Koperasi Petani Krisan; c.
Peningkatan kompetensi melalui pelaksanaan Sekolah Lapang, dengan peningkatan efektivitas
penyelenggaraan SL melalui
berkoordinasi dengan Bakorluh sebagai penyelenggara sesuai tupoksinya, dengan fasilitasi dari Dinas Pertanian. Pelaksanaan SL
sebaiknya
dapat
diselesaikan
pada
Triwulan
I
untuk
mempercepat serapan; d.
meningkatkan kapasitas penyuluh dalam pemahaman mengenai komoditas
florikultura
melalui
pelatihan-pelatihan
yang
diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Provinsi maupun instansi lain. Dinas Kabupaten
hanya memfasilitasi, karena jika yang
diberangkatkan petugas dinas, hasilnya kurang efektif untuk ditularkan ke masyarakat; e.
Melakukan deseminasi pemanfaatan teknologi, seperti melalui kegiatan jambore varietas dengan mengundang pelaku dan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
393
pengguna
produk
florikultura.
Jambore
Varietas
akan
diselenggarakan setiap tahun, dan tahun 2016 akan diadakan bulan Juli, diharapkan ada dukungan dari Ditjen Hortikultura, Balithi dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) yang mengangkat komoditas Lili. f.
Memiliki
program
inti
dan
plasma
dengan
pengembangan
dracaena. Perusahaan inti adalah eksportir, dan petani dracaena menanam dan menjual produk dracaena yang telah dirangkai, sehingga meningkatkan nilai jual
petani; program inti plasma ini
bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat sekitar dengan melatih mereka memiliki keahlian merangkai dracaena.; g.
Promosi sangat penting dan bekerja sama dengan asosiasi;
h.
Pemberdayaan kelompoktani
harus melalui pendekatan triangle
(petani-champion-peneliti). 5.
Ada beberapa komoditas yang perlu didukung karena memiliki potensi seperti anggrek, gladiol dan gerbera khususnya dalam penyediaan benih terutama di Jawa Tengah. Kemudian untuk melati, fasilitasi yang dibutuhkan adalah rumah pascapanen, karena pasarnya sudah cukup luas baik untuk ekspor maupun untuk fabrikan.
9.2. Saran a.
Upaya-upaya yang telah dilakukan dapat dilanjutkan ke depan antara lain : a) bimbingan teknis sekaligus melakukan monitoring dan evaluasi ke daerah sentra florikultura; b) jajaran satker telah menyebarkan anggotanya untuk mendukung kelancaran proses pengadaan; c) mengaktifkan LO Kawasan untuk memonitor progress serapan.
b.
Dalam pengembangan florikultura perlu adanya champion dimana seseorang itu tidak punya kepentingan pribadi tapi berorentasi maju bersama. Hal tersebut dapat berhasil apabila didukung dengan membangun kompetensi, supporting berbagai pihak serta adanya fasilitasi baik dari pemerintah maupun swasta.
c.
Tidak mudah merubah pola pikir para generasi muda dalam mengembangkan florikultura, dibutuhkan komitmen dan kontiunitas untuk membangun dan membaca peluang pasar.
Bisnis florikultura agar dibangun dengan
mengutamakan sebuah tema sebagai sasaran dan pencitraan sebuah usaha
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
394
016. PEMASYARAKATAN/PROMOSI
FESTIVAL HORTIKULTURA
1.
Latar Belakang Kegiatan pemasyarakatan merupakan ajang promosi termasuk produk hortikultura, yang dimaksudkan untuk memasyarakatkan produk florikultura baik dari pengenalan jenis tanaman, keindahan dalam bentuk rangkaian, bentuk tanaman serta manfaat bagi keindahan lingkungan maupun nilai ekonominya/potensi bisnisnya
kepada para
konsumen dan masyarakat luas. Dengan menyelenggarakan promosi, para produsen dapat memamerkan produk unggulannya yang diharapkan dapat meningkatkan permintaan pasar. Promosi yang efektif dilakukan secara inovatif untuk menarik perhatian.
Bagi beberapa pelaku usaha, keuntungan optimal yang diperoleh dari mengikuti promosi ini terkadang tidak diterima secara langsung pada saat ini. Promosi adalah investasi jangka panjang yang dampaknya baru dapat dirasakan pada periode mendatang. Bagi pebisnis pemula, tujuan utama mengikuti promosi adalah pengenalan eksistensi kepada masyarakat luas sebagai langkah awal untuk menapak sukses di kemudian hari.
Sesuai dengan program Kementerian Pertanian, kegiatan promosi hortikultura khususnya tanaman florikultura akan dilakukan secara berkelanjutan. Melalui promosi, transaksi antar pelaku usaha dapat diselenggarakan untuk peningkatan penjualan produk tanaman florikultura. Hal ini akan mendorong motivasi pelaku usaha dalam pengembangan budidaya tanaman florikultura.
Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura berpartisipasi dalam penyelenggaraan Festival Hortikultura di Mataram NTB, Flona di DKI Jakarta dan fasilitasi sewa stand bagi pelaku usaha dan asosiasi florikultura, dan penyelenggaraan pertemuan (munas PAI). Kemudian pada Festival Hortikultura berpartisipasi dalam fasilitasi kursus merangkai bunga, kursus desain, pembuatan dan perawatan taman, kontak bisnis, bursa dan aneka lomba.
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan a.
Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap produk florikultura.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
395
b.
Memasyarakatkan
tanaman
florikultura
secara
efektif
dalam
rangka
mendorong berkembangnya bisnis/usaha tanaman florikultura yang berdaya saing. 2.2. Sasaran a.
Meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap penggunaan produk florikultura dalam memperbaiki lingkungan.
b. 3.
Berkembangnya industri florikultura.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 966.935.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 887.948.000,3.3. Bahan promosi/informasi 3.4. Materi promosi 3.5. SDM
4.
Pelaksanaan Kegiatan Tahapan pelaksanaan kegiatan pemasyarakatan/promosi adalah sebagai berikut : 4.1. Menyediakan konsumsi kursus dan pemasyarakatan florikultura 4.2. Melakukan penggandaan materi pemasyarakatan tanaman florikultura 4.3. Melakukan rapat koordinasi pemasyarakatan tanaman florikultura 4.4. Menyediakan sarana penunjang pemasyarakatan tanaman florikultura 4.5. Menyediakan materi pemasyarakatan tanaman florikultura 4.6. Menyediakan materi sosialisasi florikultura unggulan berdaya saing 4.7. Menyediakan materi dan sarana pendukung kursus 4.8. Melaksanakan inovasi model ekonomi kreatif berbasis florikultura 4.9. Menyediakan materi gerai florikultura 4.10. Menyediakan materi kursus merangkai bunga 4.11. Memberikan honor kepada penanggung jawab, ketua, sekretaris dan anggota kegiatan festival hortikultura 2015 4.12. Menyediakan leaflet pemasyarakatan tanaman florikultura 4.13. Menyediakan biaya sewa stand 4.14. Menyediakan biaya sewa mobil dalam rangka festival hortikultura 2015 4.15. Memberikan honor kepada narasumber/pakar/praktisi, Esselon II, moderator, infoguide 4.16. Melakukan perjalanan persiapan dan pelaksanaan Festival Hortikultura 2015
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
396
5.
Keluaran/Output 5.1. Terlaksananya Fasilitasi Sewa Stand Kegiatan flona merupakan ajang promosi dan bursa di DKI Jakarta yang diselenggarakan tiap tahun. Flona sebagai ajang untuk memasyarakatkan dan bursa produk florikultura kepada para konsumen dan masyarakat. Dengan menyelenggarakan promosi dan bursa, para produsen dapat memamerkan dan menjual produk unggulannya yang diharapkan dapat meningkatkan permintaan pasar. Pameran dan bursa flona diselenggarakan pada tanggal 18 September–17 Oktober 2015 di Lapangan Banteng Jakarta dengan tema “Jakarta Bangun Tumbuh dan Berkembang” diikuti lebih dari 150 stand flora fauna dari berbagai daerah. Peserta didominasi pelaku usaha di sekitar Jabodetabek. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura, Ditjen Hortikultura berpartisipasi dalam penyewaan dua stand bursa yang diisi oleh Gapoktan Primatara, Perhimpunan Florikultura Indonesia (PFI) dan Forum Arsitek Lansekap Indonesia (FALI). 5.2. Terlaksananya Fasilitasi Konsumsi Pemasyarakatan Florikultura Rapat Munas PAI diselenggarakan oleh DPP PAI bekerjasama dengan Direktorat Budidaya Pascapanen Florikultura yang melibatkan para pengurus DPP, DPD dan DPC PAI, narasumber serta pelaku usaha anggrek lainnya. Munas PAI dihadiri oleh 17 Dewan Pengurus Daerah dan 62 Dewan Pengurus Cabang, DPP serta anggota lainnya. Jumlah keseluruhan yang hadir ± 120 orang. Diadakan di Jakarta pada tanggal 20 September 2015, di Jalan Senen Raya No.135, Jakarta Pusat. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura antara lain berpartisipasi dalam fasilitasi konsumsi dan pemberian honor narasumber. a.
Tujuan Munas : 1. Menentukan tata Tertib dan Perundangan 2. Mendengarkan Laporan DPD dan DPC 3. Laporan Kerja 2010-2015 4. Memilih Ketua Umum 2015-2020
b.
Acara Munas meliputi : 1. Pembacaan Laporan DPC dan DPD 2. Sidang Komisi 3. Program Kerja 2015 - 2020 4. Revisi AD/ART 5. Rapat Pleno 6. Pemilihan Ketua Umum 7. Serah terima hasil Musyawarah Ketua terpilih
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
397
8. Serah terima dari ketua lama dan ketua baru 9. Pembacaan dan penyerahan hadiah lomba anggrek 10.Pembacaan dan penyerahan hadiah lomba stand daerah Ketua sidang terpilih : Dr. Untung Santoso (DPP PAI Malang) Laporan DPP PAI dibacakan oleh Ibu Ennie Satoto. c.
Hasil Munas PAI : 1.
Kelembagaan dan Sekretariat : 1)
Mengaktifkan DPD dan DPC yang tidak aktif, dengan surat edaran dari DPP ke DPD dan DPC serta tembusan kepada pemerintah setempat.
2)
Membentuk PAI cabang daerah yang belum memiliki kelembagaan.
3)
Meminta DPC untuk menyelenggarakan Musyawarah cabang dan terjadwal
4)
Musyawarah Daerah untuk DPD
5)
Penempatan tenaga profesional untuk perangkat lunak dan data update dalam teknologi informasi mengenai kegiatan kelembagaan
6)
Menyelenggarakan rapat kerja internal DPC sesuai kebutuhan
7)
Menyelenggarakan Munas setiap tahun dan Raparnas dan Rakornas masing-masing 5 kali
8)
Mendaftarkan fungsionaris PAI sebagai organisasi nasional dan global
2.
Agribisnis : 1)
Penambahan koordinasi dengan Kadin untuk Pangsa Pasar dan juga kaitannya dengan kebutuhan penelitian Mahasiswa baik S1, S2, dan S3. sekaligus pengenalan dini untuk anak-anak mengenai dunia peranggrekan.
2)
Membuat studi kelayakan bersama dengan Koperasi (pertanyaan status koperasi), juga anggrek selain Dendrobium
3)
Bantuan bibit dengan dana dekonsentrasi, bersama kementrian terkait.
3.
4)
Teknologi screen house dan instalasi irigasi
5)
Pembinaan kepada petani dan pemerhati anggrek
6)
Surat edaran untuk mengikuti pameran luar provinsi
Konservasi : Pendataan daerah diperluas untuk penyelamatan plasma nutfah
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
398
4.
Promosi dan Publikasi : 1)
Diharapkan agenda diberikan berkala untuk dapat melakukan koordinasi mengenai waktu pameran dan kegiatan serupa.
2)
Diharapkan menyelenggarakan dress code minimal warna. (Support untuk transportasi dan akomodasi)
3)
Duta Anggrek Nasional
4)
Surat tembusan untuk keperluan dan kemudahan karantina dan BKSDA/PHKA Dilaporkan juga, bahwa nilai Kas PAI kini telah mencapai 1 milyar rupiah. Dan ini bisa sebagai modal kerja PAI periode 2015-2020. Ketua PAI periode 2015 mengusulkan Rita Subowo sebagai ketua DPP PAI 2015-2020. Beliau bukan orang baru di PAI, bahkan pernah jadi ketua DPP PAI DKI dan ketua Yayasan Anggrek Indonesia. Hasil pemilihan Ketua Umum Perhimpunan Anggrek periode 20152020: Berdasarkan Musyawarah dan pengajuan nama dari DPD dan DPC, secara bulat memutuskan bahwa Ibu Rita Subowo sebagai Ketua Umum terpilih Perhimpunan Anggrek Indonesia periode 2015-2020.
5.
Tanggapan Akhir Sidang Pleno : 1)
DPD PAI Papua melalui Bapak Lucky Silahoy mengusulkan memasukkan Ibu Mufidah Jusuf Kalla sebagai penasehat atau dewan pembina.
2)
Terjadi pemahaman berbeda mengenai SK yang dibuat dari DPP ke DPD dan ke DPC, namun Anggaran Dasar sudah cukup jelas disampaikan.
3)
Dari Papua mengusulkan agar DPP dapat membantu kemudahan regulasi dan komunikasi dengan lembaga terkait agar DPD/DPC dapat lebih mudah mengikuti pameran, lomba atau kegiatan di luar kota, terutama berkaitan dengan pengurusan tanaman.
4)
Diusulkan
juga
kejelasan
untuk
jadwal
pameran
yang
diselenggarakan oleh DPD/DPC serta DPP. Diharapkan kedepan PAI lebih mandiri dalam menyelenggarakan suatu acara termasuk Raparnas, Rakornas maupun MUNAS. 5)
Website PAI diharapkan diupdate dengan kegiatan PAI baik di pusat maupun daerah, dan diharapkan bisa menjadi sarana komunikasi maupun informasi baik internal maupun eksternal.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
399
6.
Program Kerja DPP PAI 2015-2020 Berdasarkan
laporan
pertanggungjawaban
DPP
PAI
2010-2015,
beberapa hal yang masih perlu ditindaklanjuti dalam program kerja DPP PAI 2015-2020. Selanjutnya masukan dari DPC/DPD yang diajukan dam Munas XII PAI 2015 juga dibahas dalam sidang kelompok dan dimasukan sebagi program kerja DPP PAI 2015-2020. 1)
Program Bidang Kelembagaan/Sekretariat -
Mengaktifkan kembali DPC dan DPD yang selama ini tidak aktif, dengan surat edaran DPP.
-
Membentuk PAI Cabang dan PAI Daerah di kawasan yang belum ada PAI.
-
Meminta DPD/DPC untuk menyelenggarakan Musyawarah Cabang (Muscab) dan Musyawarah Daerah, sesuai dengan ketentuan AD (agar dijadwalkan).
-
Membentuk jaringan online antara DPP, DPD dan DPC, terutama menyangkut agenda kegiatan.
-
Menyelenggarakan Rapat Kerja Internal DPP secara rutin 1 kali/th.
-
Menyelenggarakan Rapat Koordinasi Nasional 1 kali/th selama periode kepengurusan.
-
Menyelenggarakan Rapat Paripurna Nasional 1 kali selama periode kepengurusan.
-
Menyelenggarakan MUNAS XIII PAI 2020 di Sulut/Papua.
-
Mendaftarkan PAI/fungsionarisnya sebagai anggota organisasi peranggrekan regional dan global.
2)
Program Bidang Pengembangan Agribisnis Anggrek -
Menyusun perkiraan pangsa pasar anggrek nasional bersama Direktorat Jenderal Hortikultura, Asosiasi Bunga Indonesia (Asbindo), Perhimpunan Florikultura Indonesia (PFI), Pasar Rawa Belong, Ikatan Perangkai Bunga Indonesia (IPBI), dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).
-
Membuat studi kelayakan budidaya anggrek dendrobium bersama Koperasi Karyawan PAI (pusat/daerah).
-
Menyusun masterplan sentra budidaya anggrek nasional.
-
Pembinaan Pemerintah/Petani Anggrek
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
400
3)
Program Bidang Konservasi Bersama Kebun Raya Indonesia, Ditjen Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Fakultas Kehutanan IPB, dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), melakukan : -
Menyusun rencana pendataan anggrek spesies di beberapa kawasan misalnya Kalimantan, Papua dan NTT.
-
Menyusun skala prioritas konservasi anggrek spesies yang berstatus kritis dan terkikis.
-
Membuat program konservasi dari beberapa spesies anggrek yang berstatus paling kritis.
-
Melakukan
pendekatan
dengan
instansi
terkait
untuk
membahas
permasalahan di sekitar Surat Angkut Tumbuhan
dan Satwa Liar Dalam Negeri (SATDN), Surat Angkut Tumbuhan dan Satwa Liar Luar Negeri (SATLN) dan Surat Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES). 4)
Program Bidang Promosi, Publikasi -
Mengaktifkan web yang sudah terbentuk, dengan merekrut admin
profesional,
dan
melibatkan
DPC/DPD
sebagai
kontributor. -
Mengatur agenda kegiatan DPC, DPD dan DPP.
-
Menyelenggarakan event anggrek tingkat nasional di daerah, dengan
waktu
bersamaan
penyelenggaraan
Raparnas/Rakornas. -
Menjalin kerjasama dengan media massa cetak, elektronik dan multi media.
5)
Mengirim utusan ke 22th WOC
Program Bidang Pendanaan Menyelenggarakan fundraiising melalui kerjasama dengan Yayasan Anggrek Indonesia, Koperasi Karyawan PAI, pencarian sponsor dalam kegiatan peranggrekan.
5.3. Terlaksananya Festival Hortikultura Festival hortikultura sebagai ajang promosi hortikultura yang diselenggarakan rutin tiap tahun. Tahun 2015 diselenggarakan di Kota Mataram tanggal 10-14 Oktober 2015. Dalam Festival Hortikultura diramaikan berbagai kegiatan antara lain: Pameran, Bursa, Kontak Bisnis, Seminar, Aneka Kursus, Aneka Lomba, Gelar Teknologi, Karpet Bunga, Jambore Varietas. Dalam kepanitiaan Festival
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
401
Hortikultura dibagi menurut koordinator dari 5 unit kerja Eselon II di lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura, begitu juga dengan pembiayaannya. Beberapa kegiatan dalam rangka mendukung Festival Hortikultura 2015 adalah : 5.3.1
Terlaksananya
Rapat
Koordinasi
Pemasyarakatan
Tanaman
Florikultura 1)
Rapat koordinasi yang dilaksanakan pada tanggal 18 September 2015 Rapat dilaksanakan di Ruang Rapat Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura dengan pokok bahasan meliputi persiapan pelaksanaan kegiatan festival hortikultura dan rapat dipimpin oleh Plh Direktur Budidaya dan Pascapanen Florikultura. Beberapa hasil rapat adalah sebagai berikut: a.
Laporan persiapan dari masing-masing bidang : -
Bidang Karpet Bunga Persiapan dari tahap desain sudah final, pengurukan dan perataan tanah sedang proses di lapang. Penyiapan tanaman sudah berjalan hampir 1 bulan di sekitar lokasi pelaksana lapang, selanjutnya tanaman akan dipindahkan ke lokasi penanaman sesuai desain sekitar 2 minggu menjelang pembukaan. Di sekitar lokasi sebagai tempat olahraga masyarakat umum, bila ditanami dari jauh hari ditakutkan rusak oleh bola, sepeda, dll. Berdasarkan laporan dari tim Ditjen Hortikultura yang melakukan monev ke lapang, disarankan karpet bunga dilakukan monitor lebih intensif dan masukan dari Bapak Dirjen menyarankan ditambahkan jenis bunga lainnya agar lebih semarak dan bernuansa meriah. Sedang dilakukan koordinasi dengan petugas pelaksana dan penanggung jawab di lapang terkait
masukan
tersebut,
dengan
tetap
mempertimbangkan kondisi agroklimat setempat. Karpet bunga tidak mudah untuk dibuat permanen, pada karpet bunga ditonjolkan tanaman berbunga yang umumnya satu musim tanam (± 3 bulan). Penanggung jawab kegiatan segera melakukan konsolidasi agar karpet bunga hadir di festival hortikultura dengan semaksimal mungkin. Bila dimungkinkan harus dilakukan pengawalan ke Lokasi (NTB).
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
402
-
Bidang Lomba Bidang lomba jadwal sesuai dengan matrik yang sudah ada di festival hortikultura dan khusus florikultura lomba yang
diadakan
adalah
lomba
merangkai
bunga.
Selanjutnya ada penambahan jenis lomba mutu horti sesuai arahan Wapres. Sehubungan hal tersebut, lomba yang ditambahkan meliputi lomba produk horti unggulan, untuk flori krisan, anggrek dan sedap malam potong. -
Bidang Kursus Untuk kursus yang terkait dengan Florikultura ada 2 jenis kursus yaitu merangkai bunga, desain pembuatan dan perawatan taman. Persiapan yang sudah dilakukan adalah mengirim surat permohonan instruktur sudah dilakukan yaitu Ir. Haniah Achsyid untuk merangkai bunga dan Drs. Ketut Suarta untuk desain pembuatan dan perawatan taman. Untuk kesiapan konsumsi sudah dipesan lewat Dinas Kota Mataram, persiapan materi sudah dikirimkan RAB dan list detail kebutuhan tanaman. Materi kursus desain meliputi pengenalan dasar tanaman hias indoor dan outdoor, elemen tanaman, kontur tanah, dekorasi taman indoor dan outdoor, serta praktek mendekorasi atau menata tanaman hias. Sedang untuk merangkai bunga akan didemonstrasi 2 jenis rangkaian. Peserta antara lain akan menggaet
ibu-ibu PKK,
Dharma Wanita dan
masyarakat umum. -
Bidang Pameran (Rumah Horti) Dari hasil rapat dengan EO, desain rumah horti sudah ada dengan nuansa rumah sasak yang diisi komoditas hortikultura dibagian-bagian utama dan sekelilingnya. Konsep florikultura, disekililing rumah horti akan dibuatkan pagar dari tanaman heliconia. Selain itu akan ikut mengisi pula jenis-jenis tanaman seperti sedap malam, dracaena, leatherleaf, anggrek, krisan serta informasi teknis, poster dan brosur/leaflet. Untuk kesiapan di lapang diharapkan segera ada kejelasan terkait fasilitasi dan dukungan penganggaran baik dari Humas/Dit. Flori untuk pemesanan tanaman heliconia ke teman daerah di NTB. Segera dibuat
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
403
rancangan jenis, volume/jumlah tanaman yang dibawa terkait pembagian tugas membawanya dan mengantisipasi agar tidak overweight. Sebagai pelaksana pembuatan rumah horti khususnya florikultura adalah Saudara Amir Suprianto. -
Bidang Kontak Bisnis Kontak bisnis kali ini akan didesain tidak dalam bentuk pertemuan, namun dikemas dalam bentuk display poduk dari buyer untuk ditawarkan ke supplier. Persiapan yang dilakukan telah dibuat surat ke daerah agar pelaku usaha selaku
supplier
diajak
bersedia
menyiapkan
produknya/brosur, name card untuk di display di hall kontak bisnis dan diinfokan ke buyer atau masyarakat umum/pengunjung
yang
berminat.
Panitia
menyiapkan peralatan untuk promosi produk
juga melalui
media elektronik seperti TV, DVD serta alat pendukung lainnya. Disela-sela waktu luang untuk mengisi acara akan dilakukan
penyebaran
informasi/motivasi
yang
dapat
menarik perhatian pengunjung. Kontak bisnis dilakukan sepanjang hari dari tanggal 10-14 Oktober 2015 dari Pkl. 09.00-17.00.
Sejauh ini
sudah
dilakukan konfirmasi
kebeberapa pelaku usaha Florikultura tentang kehadiran dan
kesanggupannya
untuk
berpartisipasi
seperti:
Gapoktan Sekarbumi dan Duta Orchid dari Bali, Gapoktan Alamanda Sukabumi, Gapoktan Krisan Cianjur, Ekakarya Graha Flora Jakarta, Assosiasi Multi Flora Semarang, Gapoktan Mekar Asri Mawar Batu, Gapoktan Melatio Jaya Batang, CV Jali Nursery Tangerang. b.
Kesepakatan jadwal keberangkatan dan pulang serta pembagian tugas Sudah dilakukan pembookingan tiket keberangkatan dan pulang sesuai jadwal dan tugas masing-masing. Hari Senin tiket akan diissued, oleh karena itu semua yang akan bertugas dimohon paling telat hari Senin sudah menginfokan jadwalnya.
c.
Penangung jawab karpet bunga perlu berkoordinasi dengan pelaksana di lapangan terutama terkait tambahan jenis tanaman hias.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
404
d.
Terkait materi rumah horti perlu koordinasi dengan bagian Humas dan perlu segera merancang jenis tanaman hias dan volume yang dibutuhkan.
e.
Terkait kegiatan kontak bisnis perlu konfirmasi ulang kepada pelaku usaha tentang kehadiran dan partisipasinya.
2)
Rapat Koordinasi yang dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober 2015 Rapat dilaksanakan di Ruang Rapat Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura. Rapat dipimpin oleh Kasubdit Budidaya Tanaman Pot dan Lansekap, dihadiri oleh para Kasubdit, Kasie lingkup Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura dan Staf Dit Florikultura. Pokok bahasan meliputi laporan persiapan dari bidang karpet bunga, lomba, kursus, dan kontak bisnis serta persiapan lainnya. Beberapa hasil rapat adalah sebagai berikut: a.
Laporan persiapan dari masing-masing bidang: Bidang Karpet Bunga
Menindaklanjuti rapat sebelumnya, tim pelaksana kegiatan karpet bunga sudah ke Mataram untuk mengecek ke lapangan. Hasil pengecekan lahan disekitarnya sudah ditanami oleh tanaman taiwan beauty, lili paris, lantana dan sutra bombay, sedangkan yang design kendang beliq masih kosong belum terisi tanaman karena rencananya akan diisi oleh tanaman tagetes pada H-7 (tanggal 3 Oktober 2015) dan tanaman mawar ditanam pada H-3 (tanggal 7 Oktober 2015). Tanaman tagetes dan mawar saat ini masih berada di lahan usaha tani.
Sesuai arahan Pak Dirjen dimana perlu menambahkan jenis tanaman
supaya
lebih
semarak,
diputuskan
dengan
pelaksana dilapangan akan menambah tanaman mawar, soka dan sutra bombay.
Keamanan dilokasi baru diberlakukan tanggal 1 Oktober 2015 dan taman ditutup untuk umum.
Perlu dicek/berkoordinasi dengan pelaksana di lapangan untuk setiap perkembangannya dan untuk perkembangan bisa dilaporkan melalui foto.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
405
Bidang Lomba
Jenis lomba komoditas ada tambahan menjadi 16 jenis yaitu lomba buah 8 komoditas, sayuran 5 komoditas dan florikultura 3 komoditas (krisan, sedap malam dan anggrek). Penilaian lomba dilakukan pada tanggal 9 Oktober 2015.
Koordinator lomba minta tolong tim yang berangkat duluan (tanggal 8 Oktober) untuk mengecek tempat lomba.
Leaflet lomba sudah jadi dan sudah didistribusikan sebagian ke Dinas Pertanian Provinsi NTB dan Dinas Pertanian Kota Mataram. sisanya akan dibawa dan dibagikan sebelum kegiatan kursus dan lomba.
Piala untuk lomba disediakan dari EO namun tidak sesuai dengan yang disepakati, alasannya karena waktu untuk pembuatan piala terlalu singkat.
Bidang Kursus
Untuk kursus yang terkait dengan Florikultura ada 2 jenis kursus yaitu merangkai bunga, desain pembuatan dan perawatan taman. Untuk kesiapan instruktur/narasumber, kesiapan pesanan konsumsi dan persiapan materi sudah di konfirmasi ulang dan semuanya sudah siap.
Pelaksanaan kursus merangkai bunga tanggal 10 Oktober 2015, sedangkan kursus desain lansekap dan perawatan taman pada tanggal 11 Oktober 2015.
Untuk kursus merangkai bunga ada tambahan instruktur menjadi 2 orang, oleh karena itu kebutuhan honor untuk narasumber kursus menjadi 3 orang.
Untuk penggandaan materi kursus direncanakan minta tolong ke narasumber untuk memperbanyak dan biaya penggandaannya kita ganti pada waktu pelaksanaan kursus.
Perlu disiapkan untuk kelengkapan administrasi seperti daftar hadir peserta dan tanda terima honor narasumber.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
406
Bidang Kontak Bisnis
Kegiatan kontak bisnis dilaksanakan pada tanggal 10 – 14 Oktober dari Pkl. 09.00 s/d 17.00, semuanya anggarannya difasilitasi oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura.
Sudah
dikirimkan
surat
dari
Ketua
Umum
Festival
Hortikultura kepada pelaku-pelaku usaha hortikultura yang bergerak di bidang sayuran, tanaman obat, buah-buahan, florikultura, benih dan perlindungan tanaman.
Beberapa
pelaku
usaha
sudah
dikonfirmasi
dan
kemungkinan bisa hadir pada acara kontak bisnis.
Bidang kontak bisnis sudah menyiapkan deklarasi untuk melakukan kesepakatan (MoU)
Untuk meramaikan kegiatan kontak bisnis ini akan diadakan kursus gratis sepintas tentang kewirausahaan.
Calon suplayer dan buyer sudah dimuat di internet melalui website agromart
b.
Sarana penunjang berupa pengadaan pakaian kaos sudah jadi dan sudah didistribusikan.
c.
Terkait mobil sewaan sudah dikonfirmasi ulang ke rental dan sewa dimulai dari tanggal 8 – 14 Oktober 2015. Untuk ketertiban pemakaian
mobil
sewaan
perlu
dibuatkan
jadwal
penggunaannya. d.
Terkait penginapan selama kegiatan festival hortikultura di Hotel Lombok Garden sudah di konfirmasi ulang dan daftar nama yang akan menginap sudah diserahkan ke pihak hotel.
e.
Tiket keberangkatan dan pulang sudah dikonfirmasi ke semua yang akan bertugas dan sudah di cetak.
5.3.2
Kursus Kursus dalam rangka pelaksanaan Festival Hortikultura 2015 terdiri dari 2 kursus, yaitu kursus merangkai bunga serta kursus desain, pembuatan dan perawatan taman. Kursus dilaksanakan di tenda pertemuan area Festival Hortikultura yang berlokasi di Ruang Terbuka Hijau (RTH), Jl. Tuan Guru Faesal, Pagutan Timur, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kursus merangkai bunga dilaksanakan pada Sabtu, 10 Oktober 2015, sedangkan kursus desain, pembuatan dan perawatan taman dilaksanakan pada Minggu, 11 Oktober 2015.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
407
Narasumber untuk kursus merangkai bunga adalah Ir. Haniah Achsyid dari Tim Penggerak PKK Kota Mataram dan Lalu Ismail yang berprofesi sebagai florist.
Narasumber untuk kursus desain, pembuatan dan
perawatan taman adalah Drs. I Ketut Suarta yang merupakan pelaku usaha lansekap di kota Mataram. Peserta dari kursus antara lain adalah Dharma Wanita, PKK, istri anggota Bhayangkara, mahasiswa, pelajar, petugas Dinas Pertanian yang mengikuti pameran di Festival Hortikultura 2015 serta masyarakat umum. Peserta kursus merangkai bunga sebanyak 37 orang dan peserta kursus desain, pembuatan dan perawatan taman sebanyak 36 orang. Fasilitasi kursus dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura antara lain dalam bentuk leafleat, bahan kursus, honor narasumber dan konsumsi. Hasil kegiatan kursus : -
Tema kursus merangkai bunga adalah rangkaian bunga tropis dengan memanfaatkan bunga heliconia potong sebagai komponen utama. Hal ini bertujuan untuk mempromosikan penggunaan bunga tropis dalam rangkaian.
-
Materi yang disampaikan pada kursus merangkai bunga adalah tentang (1) bahan dan peralatan yang diperlukan dalam merangkai bunga, (2) teknik merangkai bunga tingkat dasar yaitu bentuk segitiga dan perahu, dan 3) petunjuk/tips-tips dalam merangkai bunga, sesuai kondisi dan ketersediaan materi/bahan yang ada di Kota Mataram.
-
Kursus dilakukan dalam bentuk demo merangkai bunga oleh narasumber dan praktek oleh para peserta yang terbagi dalam kelompok. Hasil rangkaian para peserta diberi penghargaan berupa predikat juara 1 sampai harapan 3 untuk memacu dan memberikan penghargaan pada para peserta.
-
Kursus desain, pembuatan dan perawatan taman merupakan kursus yang memberikan pengetahuan tentang teknik desain, pembuatan dan perawatan taman.
Desain taman disesuaikan dengan lokasi
pembuatan taman, luas lokasi, tujuan dari pembuatan taman dan lain-lain. Desain dan pembuatan yang disampaikan adalah kursus untuk taman indoor dan outdoor. -
Pembuatan taman memperhatikan elemen softscape yang berupa tanaman dan hardscape yang merupakan elemen penunjang seperti batu, kayu, patung dan lain-lain. Jenis-jenis tanaman yang dipilih
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
408
dapat berupa tanaman pohon, perdu, bedding plant dan cover ground. Teknik pembuatan taman menggunakan prinsip asimetris. -
Perawatan
taman
terdiri
dari
penyiraman,
pemupukan,
pemangkasan, pemberantasan gulma, pengendalian hama dan penyakit dan lain-lain. -
Setelah mendapatkan penjelasan dari narasumber kursus desain, pembuatan dan perawatan taman, para peserta mempraktekkan teknik
pembuatan
taman
indoor
untuk
dekorasi
dengan
menggunakan materi-materi tanaman hias yang telah disediakan. Hasil rangkaian peserta diberi penghargaan berupa predikat juara, dari juara 1 sampai juara 3, serta diberi masukan dan komentar oleh narasumber. 5.3.3
Tersedianya
Sarana
Penunjang
Pemasyarakatan
Tanaman
Florikultura Sarana penunjang pemasyarakatan tanaman florikultura yaitu berupa pakaian kaos bermotif tanaman anggrek 5.3.4
Tersedianya Leafleat Pemasyarakatan Tanaman Florikultura Leafleat pemasyarakatan tanaman florikultura yaitu berupa leaflet kursus merangkai bunga serta kursus desain, pembuatan dan perawatan taman, leafleat aneka lomba dalam rangka pemasyarakatan tanaman florikultura sebanyak 2.000 expl. Tabel 17. Rencana distribusi leaflet pemasyarakatan tanaman florikultura yaitu :
No 1
Diberikan Kepada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
Jumlah 50
NAD 2
Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara
50
3
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi
50
Sumatera Barat 4
Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Provinsi
60
Kepulauan Riau 5
Dinas Tanaman Pangan Provinsi Riau
50
6
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu
50
7
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
50
Sumatera Selatan 8
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
50
Lampung
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
409
No
Diberikan Kepada
Jumlah
9
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jambi
50
10
Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta
60
11
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
60
12
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
60
Jawa Tengah 13
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Provinsi Banten
60
14
Dinas Pertanian Provinsi DI Yogyakarta
60
15
Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur
60
16
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali
60
17
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Timur
50
18
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Kalimantan
50
Selatan 19
Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Barat
50
20
Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah
50
21
Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara
50
22
Dinas Perkebunan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi
50
Tenggara 23
Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Provinsi
50
Sulawesi Tengah 24
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
50
Sulawesi Selatan 25
Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Barat
50
26
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo
50
27
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Nusa Tenggara
100
Barat 28
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
50
Nusa Tenggara Timur 29
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi
50
Bangka Belitung 30
Dinas Pertanian Provinsi Maluku
50
31
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Maluku Utara
50
32
Dinas Pertanian Provinsi Papua
50
33
Dinas Pertanian Provinsi Papua Barat
50
34
Perorangan/Pelaku Usaha
100
35
Instansi Terkait
50
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
410
No
Diberikan Kepada
Jumlah
36
Asbindo
50
37
Arsip
20
Jumlah
5.3.5
2000
Kontak Bisnis Kontak Bisnis dilaksanakan pada tanggal 10–14 Oktober 2015 di Stand B5, Pameran Festival Hortikultura di RTH Jl. Tuan Guru Faesal, Pagutan Timur, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Fasilitasi yang diberikan dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura antara lain dalam bentuk honor narasumber dan moderator kontak bisnis yang lain difasilitasi dari Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura. 1.
Produk yang ditawarkan : Produk yang ditawarkan adalah produk dari provinsi peserta pameran. Produk yang ditawarkan didisplay di ruang kontak bisnis. Produk tersebut merupakan produk unggulan masing-masing daerah dan tidak semua produk ungulan dapat dipamerkan antara lain karena alasan belum musim panen. Produk yang ditawarkan meliputi buah, sayuran, tanaman obat, florikultura dalam bentuk segar maupun olahan. Selain itu juga ditawarkan benih sayuran, buah dan tanaman hias, serta sarana tanam berupa Planter Bag. Produk yang ditawarkan tersebut adalah sebagai berikut : 1)
Buah-buahan 1.1) Buah Segar Buah Segar antara lain: Mangga Harum Manis, Mangga Gedong Gincu, Mangga Podang, Mangga Bengkulu, Jeruk Pamelo
(Pangkep
dan
Magetan),
Jeruk
Gerga
Bengkulu,Jeruk Siam Pontianak, Jeruk Kalamnsi, Jeruk Gunung Omeh, Nenas Bengkulu,
Nenas Lampung, Nenas Kubu Raya, Apel
Manalagi, Apel Rome Beauty,
Golden Melon, Rock Melon, Buah Naga Merah (Kutai Kartanegara, Kota Pontianak, Kapahyang), Buah Naga Kuning (Jember), Pisang Kepok Kutim, Pisang Barangan NTT, Jambu Kristal (Bogor dan Kota Semarang), Sawo (Kab Kaur Bengkulu dan Sumedang), Blimbing (Depok dan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
411
Blitar), Alpukat (Kota Semarang, Depok, Markisa, Salak Gula Pasir–Bali, dan Durian Lay (Kutai Kartanegara). 1.2) Buah Olahan Buah Olahan antara lain: Juice Manggis (sumbar, Tabanan Bali), Juice Blimbing, Juice Jambu Biji Merah, Juice Jeruk Kalamansi, Juice Jeruk Bali, Juice Mangga, Juice Nenas, juice Markisa, Nenas Kalengan, Kripik Pisang, Kripik Nenas, Kripik Nangka, juice Jeruk Pamelo, dodol salak, juice salak, dodol salak, dodol jahe, manisan salak, Sirop Sawo. 2)
Sayuran dan Tanaman Obat 2.1) Sayuran dan Tanaman Obat Segar Sayuran: Bawang Merah Bima, Bawang Putih Bima, Cabe Merah, Kaboca organik, Paria, Jagung Manis, Mentimun Jepang, Tomat. Wortel, Kentang, Tanaman Obat Segar: Jahe, Temu Lawak, Kencur, Lidah Buaya. 2.2) Sayuran dan Tanaman Obat Olahan Juice Kecombrang, Juice Buah Buni, Juice Kunyit Asem, Juice Lidah Buaya, serbuk kunyit, serbuk jahe.
3)
Florikultura Florikultura antara lain: Dracaena, Anggrek Pahalaenopsis, Heliconia, Dracaena Tri Colour, Sambang Dara, Soka, Phylo, Krisan Potong, Melati Tabur, Kumitir, Leatherleaf, Anthurium Bunga.
4)
Benih
PT. Namdhari Seeds Indonesia (benih: cabe, bunga kool, paria, oyong, labu, tomat, kacang panjang)
PT. Benih Citra Asia: benih cabe keriting, cabe merah besar, kacang panjang, kangkung, kool, tomat, terong, paria, semangka, melon.
CV. Mulia Bintang: benih cabe keriting, cabe rawit merah, jagung manis, kubis, tomat, sawi.
2.
Peserta 2.1) Provinsi (Penyedia Sample Produk) Daerah Provinsi yang menawarkan dan mendisplaykan produk unggulan hortikulturanya sebanyak 17 Provinsi yaitu: Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT,
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
412
Lampung, Riau, Sumbar, Kepri, Sulsel, Sultra, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur. 2.2) Pelaku Pelaku usaha yang hadir dan intensif melakukan diskusi dan bertransaksi selama kontak bisnis dari tanggal 10-14 Oktober 2015 sekitar 120 orang yang meliputi: eksportir, suplayer hypermart, pedagang antar provinsi, assosiasi, kelompok tani, produsen benih, lanskaper, decorator dan calon investor hortikultura. Selain itu berbagai pengunjung juga hadir untuk melihat-lihat produk yang display produk pada kontak bisnis sekitar 500 orang. Teknis pelaksanaan dilakukan dengan menjelaskan produk yang ditawarkan baik jenis, produktivitas, luas panen, waktu panen, kemampuan suplay rata-rata perbulan dan keunggulan masing-masing produk. Disisi lain, para calon buyer juga menyampaikan propil usahanya dan keinginan permintaan produk yang akan diminta. Kegiatan dipandu oleh moderator, sehingga hidup suasananya dalam kontak bisnis. Selain itu, disela-sela kontak bisnis pada setiap hari diadakan seminar Kewirausahaan bagi para peserta kontak bisnis maupun pengunjung. Materi yang disampaikan antara lain karakter yang dibutuhkan seorang wirausahawan yang sukses dan strategi usaha yang berdaya saing. Pasca acara kontak bisnis di Kota Mataram, masing-masing pelaku usaha dimasukkan pada grup WhatsApp untuk meningkatkan
hubungan
bisnis
mereka
dengan
jumlah
keanggotaan diperluas dari berbagai pelaku usaha besar dari berbagai propinsi di Seluruh Indonesia. 2.3) Hasil : Potensial transaksi bisnis produk hortikultura antara para pelaku usaha yang potensial terus berlanjut dan berkembang dengan transaksi minimal Rp. 15 milyar. Transaksi tersebut antara lain:
PT. Manggis Elok (eksportir manggis nasional dan supplayer 44 hypermart) berencana akan mengambil produk buah manggis termasuk buah segar lainnya dari pelaku usaha dari Nusa Tengara Barat (Manggis Lombok
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
413
Barat), Sumatera Barat (Manggis Pasaman), Jateng (Manggis Purworejo),
Lampung (Manggis Tanggamus),
Mangga Harumanis Lombok Timur, dan Provinsi Banten (Melon). Sebagai tindaklanjut pihak perusahaan akan mengunjungi lokasi/lapangan untuk memastikan potensi ketersediaan produk, musim panen dan harga.
Terjadi transaksi bisnis tukar produksi yaitu pelaku usaha Pisang Kepok dan Buah Naga dari Kutai Timur dengan pelaku usaha dari Jawa Tengah; Pelaku usaha tanaman heliconia dari Tabanan Bali dengan
pelaku usaha dari
Jawa Tengah. Duta Orchids dengan pelaku usaha Jawa Tengah. Pelaku usaha Jawa Tengah dengan suplayer tanaman lansekap dari Tangerang-Banten. Suplayer melati dari Jawa Tengah dengan decorator dari Kota Mataram. Sebagai tindaklajut masing-masing pelaku usaha akan saling komunikasi untuk memastikan kapan pengiriman produk.
Telah terjadi jalinan bisnis antara produsen sekaligus suplayer tanaman lansekap dari Tangerang Banten dengan 4 orang pelaku usaha lanskaper dari kota Mataram.
PT. Mitra Tani Agro Unggul berencana akan mengambil produk buah dan sayuran seperti Bawang merah dari Bima, Pisang mas Kirana dari Lumajang, Salak Gula Pasir dari Karang asem, Manggis dari lombok Barat, Alpukat dari Probolinggo dan Bagor, Pisang kepok dari Kutai Timur, Cabe dari dari Lombok Timur, mangga podang dari Kediri, dan mangga arumanis dari Probolinggo. Pihak perusahaan dalam waktu dekat akan mengunjungi lokasi untuk memastikan kapan panen, luas areal, dan harga bisa masuk, serta standar mutu.
Telah terjadi jalinan bisnis antara suplayer buah dari Lombok Timur dengan buyer dari Singapore yang meminta manga harum manis 10 ton/ bulan dan melon 20 ton per bulan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
414
Calon investor yang di Bali berencana mengembangkan papaya
California
dan
membutuhkan
benih
papaya
California untuk ditanam di Lombok Timur. 5.3.6
Bursa 1.
Bursa produk hortikultura sebanyak 19 stand dan bursa produk ekonomi kreatif dan lainya. Produk yang ditawarkan antara lain anggrek dan tanaman hias lainnya, buah jambu tanpa biji dan aneka buah lainnya, bawang, alat pertanian, benih sayur dan buah, serta produk hortikultura olahan. Jumlah pengunjung lebih dari 3000 orang selama bursa 10-14 Oktober 2015. Nilai transaksi yang terjadi dan potensial akan terjadi setelah bursa bernilai lebih dari Rp. 1,5 milyar. Sedangkan untuk potensi transaksi setelah bursa terjadi pada hasil LIPI, Sekar Ulangun Orchid, Is Florist Orchid, Dira Nurseri Medan, Kota Binjai dan peralatan pertanian.
2.
Peserta bursa meliputi: Stand Bursa Produk Hortikultura sebanyak 19 stand, ekonomi kreatif 18 stand, dan kuliner 15 stand selengkapnya pada lampiran : Tabel 18. Stand Bursa Produk Hortikultura
NO
NAMA PESERTA
PRODUK
1
Dira Nurseri
Anggrek dan Tanaman Hias
2
PT Agri Makmur Pertiwi
Benih
3
CV Aura Seed Indonesia
Benih
4
PT BISI
Benih
5
Dinas Pertanian Kota Binjai
Jambu Tanpa Biji
6
Kabupaten Bima
Bawang
7
PT Takiron
Alat Pertanian
8
PT Mulia Bintang Utama
Benih
9
PT Takiron
Alat Pertanian
10
Pak Komang Dharma
Anggrek dan Tanaman Hias
11
Centra Anggrek
Anggrek
12
Centra Anggrek
Anggrek
13
Centra Anggrek
Anggrek
14
Centra Anggrek
Anggrek
15
Is Florist Orchid
Anggrek dan Tanaman Hias
16
Is Florist Orchid
Benih dan Tanaman Hortikultura
17
PT LIPI
Benih dan Tanaman Hortikultura
18
Kabupaten Dompu
Benih dan Hasil Pengolahan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
415
19
Fakultas Pertanian-Universitas
Benih dan Tanaman Hortikultura
Mataram
Hasil
Pertanian
(Mangga,
Melon)
3.
Stand Bursa Produk Ekonomi Kreatif dan Lainnya Bursa ekonomi kreatif berjumlah 18 peserta. Produk yang ditawarkan antara lain songket,kaos Lombok, kerajinan gerabah, kerajinan daun kering, mutiara, batu akik dan produk ekonomi kreatif lainnya. Jumlah pengunjung di stand ekonomi kreatif lebih dari 2000 orang. Nilai transaksi minimal sekitar Rp. 800 juta.
Tabel 19. Stand Bursa Ekonomi Kreatif adalah sebagai berikut: NO
PESERTA
PRODUK
1
T&D
Songket, Kaos Lombok
2
Adonis
Mutiara
3
Aswa Mutiara
Mutiara
4
Atun Mutiara
Mutiara
5
Pakarin Mutiara
Mutiara
6
Depi Mutiara
Mutiara
7
Pak Muh. Saleh
Mutiara
8
Pepot (Penujak Pottery)
Kerajinan Gerabah
9
Lombok Natural
Kerajinan Daun Kering
10
Buyung Mutiara
Mutiara
11
BKKBN
Pameran BKKBN
12
BKKBN
Pameran BKKBN
13
Hj. Ahyar
Mutiara
14
Rizki Mutiara
Mutiara
15
Distro Topeng
Topeng
16
Pak Hasan (Batu Akik)
Batu Akik
17
Ibnu Mutiara
Mutiara
18
Nenok
Mutiara
4.
Stand kuliner Stand kuliner sebanyak 15 stand. Jumlah pengunjung sekitar 2000 orang selama penyelenggaraan pameran 10-14 Oktober 2015. Nilai transaksi lebih dari Rp. 300 juta. Peserta Kuliner adalah sebagai berikut:
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
416
Tabel 20. Stand Kuliner NO
5.3.6
PESERTA
PRODUK
1
Ketahanan Pangan Provinsi
Makanan, Minuman
2
BPK Bu titi
Minuman, makanan
3
Siti Rahmi
Makanan Ringan, Minuman
4
Liliyana
Bakso Cinta
5
SMK 7
Makanan, minuman
6
Kelurahan Lokasi
Makanan khas Lombok
7
Kelurahan lokasi
Makanan khas lombok
8
Kelurahan lokasi
Makanan khas lombok
9
Kelurahan lokasi
Makanan khas Lombok
10
Distanbanhud
Makanan Khas Jabar
11
Pak Jam
Makanan khas Lombok, minuman
12
Bu yanti
Masakan khas Padang
13
Binaan Dinas Pertanian Kota
Masakan khas Lombok
14
Binaan Dinas Pertanian Kota
Masakan khas Lombok
15
Binaan Dinas Pertanian Kota
Masakan khas Lombok
Lomba Sebagai rangkaian acara dalam menyemarakkan Festival Hortikultura 2015 di Mataram, telah diselenggarakan berbagai jenis lomba. Fasilitasi yang diberikan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura antara lain leafleat. 1.
Lomba Produk Hortikultura Unggulan Kategori yang dilombakan adalah Buah 8 kategori, Sayuran 5 Kategori dan Florikultura 3 Kategori. Dewan Juri berasal dari berbagai kalangan yang memiliki kompetensi dalam penjurian produk tersebut, yaitu : 1. Prof. Dr. Ir. Sobir, M.Si (Pusat Kajian Hortikultura Tropika, IPB) 2. Dr. Ir. Moh. Reza Tirtawinata (Yayasan Durian Nusantara) 3. Dr. Ir. Sukartono, M.Agr.Sc (Dekan Faperta Unram) 4. Nanda Bachtiar Assidiqi (Hypermart Kota Mataram) 5. Suci Puji Suryani (Trubus) Lomba tersebut diselenggarakan tanggal 9 Oktober 2015, produk yang dilombakan diserahkan panitia mulai jam 14.00-16.30 dan penilaian dilakukan pada jam 16.30-18.00. Sistem penilaian adalah
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
417
dengan judging berdasarkan kriteria yang telah disepakati oleh dewan Juri, dan setiap kategori berbeda.
Pemenangnya adalah
sebagai berikut : Tabel 21. Daftar Pemenang Lomba NO 1
PERINGKAT
PEMENANG
PRODUSEN
Produk Buah Unggulan: a. Jeruk
Jeruk Soe
b. Durian
-
c.
Sinar
Tun
Bes
Mekar,
Mollo Utara, TTS, NTT
Mangga Gedong Karwita, Keltan Cigintung,
Mangga
Gincu
d. Manggis
Sumedang
Melon
e. Melon
Honey Hasan
Globe
Ashari,
Karangsono, Kab Blitar Agus Suryono, Gapoktan
f.
Salak
Salak Nglumut
Ngudi
Luhur,
Kec
Srumbung, Kab Magelang g. Pisang Segar Pisang (Meja)
Barangan
h. Pisang
untuk
olahan 2
Produk
Pisang Agung
Sipakatau,
Kab
Bone
Sulsel Nizar,
Distan
Prov
Sulawesi Tengah
Sayuran
Unggulan a. Bawang
Super Philip
Merah b. Bawang Putih c.
Cabe
Rawit
Merah d. Cabe Keriting Merah e. Wortel
Keltan
Doropica,
Woha, Kab Bima
Sangga
Keltan
Sembalun
Lambitu, Bima
Lokal Pakisan
Laba I
Lokal Sinjai
Kec
Subak
Solimbu,
Lanyahar,
Kec
Kec
Kubu, Buleleng Keltan Karya Tunas Muda, OKI, Sumsel Keltan
Sejahtera,
Tellu
Limpoe, Sinjai, Sulsel
Produk Florikultura 3
Unggulan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
418
a. Anggrek Potong b. Krisan Potong
Krisan Kulo
c.
Lokal Jumbo
Sedap Malam
Ni
D. Earsakul
Wayan
Sri
Laba,
Karangasem, Bali Indra Salam, Kakaskasen, Tomohon I
Wayan
Sujana,
Kec
Marga, Tabanan
Kategori Durian dan Manggis tidak ada pesertanya dikarenakan saat ini belum mulai panen untuk kedua jenis tersebut. Daerah sentra yang memiliki jenis produk yang dilombakan belum semuanya mendaftarkan produknya untuk dilombakan, karena berbagai alasan antara lain : produk masih tertahan di Bandara Mataram, petugas masih sibuk menata stand pameran sehingga produk yang akan dilombakan belum sempat dibawa ke tempat lomba. 2.
Lomba Merangkai Bunga Lomba
merangkai
bunga
diselenggarakan
bertujuan
untuk
mendorong penggunaan materi flora terutama bunga potong khas Indonesia dalam merangkai bunga dan dekorasi; mendorong kreativitas para perangkai sebagai bagian dari profesi dan sebagai peluang usaha dalam industri ekonomi kreatif; dan memberikan edukasi kepada masyarakat umum mengenai seni profesi tersebut dan pemanfaatan produk florikultura segar. Lomba diselenggarakan tanggal 10 Oktober jam 14.00-16.00 dengan jumlah peserta 19 tim antara lain dari Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten dari beberapa daerah, Dharma Wanita, pelajar SMK dan para floris di NTB. Dewan Juri Lomba Merangkai Bunga adalah : 1. Anita Puspitawati, SE (Dharma Wanita Kemeterian Pertanian) 2. Mami Muthia (Dharma Wanita Provinsi NTB) 3. Ir. Haniah Achsyid (Tim Penggerak PKK Kota Mataram)
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
419
Tabel 22. Hasil pemenang lomba merangkai bunga adalah sbb: NO
PERINGKAT
NAMA PEMENANG
UTUSAN/INSTANSI
1
Juara I
M. Agus D.
Diperta DKI Jakarta
2
Juara II
Ny. Ketut Windra
DWP Provinsi NTB
3
Juara III
Yudit Krismarsani
Dispertan Provinsi Jateng
4
Juara Harapan I
Janeke Polii
Distanak Kota Tomohon
5
Juara Harapan II
Dewi Murni
Distanak Provinsi Riau
6
Juara Harapan III
I Wayan Sujana
Distan TPH Tabanan
3.
Kontes Bonsai Dalam rangka menyemarakkan Festival Hortikultura, maka Dinas Pertanian
Provinsi
NTB
bekerjasama
dengan
Asosiasi
menyelenggarakan Konten Bonsai. Tabel 23. Hasil Kontes Bonsai sebagai berikut : NO
PERINGKAT
JENIS
PEMILIK
1
Juara I
Santigi
Bayu S
2
Juara II
Santigi
Galih R
3
Juara III
Asam
Pahrul Roji
4
Juara Harapan I
Serut
Burhanudin
5
Juara Harapan II
Santigi
Imam
6
Juara Harapan III
Santigi
Panwika
4.
Kontes Adenium Dalam rangka menyemarakkan Festival Hortikultura, maka Dinas Pertanian
Provinsi
NTB
bekerjasama
dengan
Asosiasi
menyelenggarakan Kontes Adenium Tabel 24. Hasil Kontes Adenium sebagai berikut : NO
PERINGKAT
NOMOR PESERTA
PEMILIK
1
Juara I
No. 51
Addit S
2
Juara II
No. 12
Galih R
3
Juara III
No. 10
Sudy AD
4
Juara Harapan I
No. 50
Addit S
5
Juara Harapan II
No. 16
Bagus Dd.
6
Juara Harapan III
No. 14
Bayu R
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
420
5.3.8
Karpet Bunga Pembuatan karpet bunga merupakan salah satu inovasi model ekonomi kreatif pengenalan tanaman florikultura kepada masyarakat luas. Karpet bunga dapat bersifat permanen maupun non permanen seperti halnya taman-taman yang ada di luar ruangan (ourdoor) dan taman-taman di dalam ruangan (indoor). Dalam hal pembuatan karpet bunga ini, sudah tentu membutuhkan jenis tanaman lanskap yang beragamdan dalam jumlah yang banyak. Bila didesain sedemikian rupa, maka akan memberi nilai tambah secara ekonomi dari tanaman itu sendiri. Hasil kegiatan : -
Inovasi Model Ekonomi Kreatif Florikultura merupakan salah satu model pengenalan tanaman florikultura melalui pembuatan karpet bunga.
-
Konsep Karpet Bunga yaitu dengan menanam tanaman bunga semusim di hamparan yang diharapkan pertumbuhan bunganya seragam sehingga menyerupai karpet.
-
Karpet
bunga
ini
digunakan
untuk
memeriahkan
acara
“Festival
Hortikultura” yang diadakan di Kota Mataram, NTB, sehingga desain yang digunakan disesuaikan dengan seni/keadaan daerah setempat yaitu model Gendang Belek yang merupakan ciri khas budaya Mataram. Ukuran karpet bunga yang dibuat adalah 32,5 m x 5 cm. -
Jenis tanaman yang digunakan disesuaikan dengan desain yang sudah dibuat, dan yang terutama bahwa semua tanaman yang dipakai merupakan produk lokal daerah setempat. Jenis tanamannya yaitu Marie Gold Kuning,
Marie Gold Orange, Seribu Bintang Ungu, Bulu Ayam
Putih, Lantana Ungu,
Bonsai Kuning, Bunga Pukul Sembilan, Mawar
dan Soka. Selain itu juga telah disiapkan sarana pendukung lainnya berupa alat penyiram (Sprayer Elektrik). -
Marry Gold menjadi tanaman utama yang akan dipadupadankan atau dikombinasi dengan tanaman lain dengan memperhatikan perpaduan warna tanaman yang sudah ada di dalam desain sehingga menambah keindahan karpet bunga.
5.3.9
Terlaksananya Sewa Mobil Sewa mobil dalam rangka Festival Hortikultura 2015 yaitu sebanyak 10 unit.
6.
Hasil/Outcome Meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap produk florikultura.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
421
7.
Manfaat/Benefit Meningkatnya permintaan dan usaha produk florikultura.
8.
Dampak/Impact Berkembangnya industri florikultura.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Kegiatan pemasyarakatan tanaman florikultura merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap produk florikultura.
b.
Dalam kegiatan Flona dan Fauna Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura berpartisipasi dalam penyewaan dua stand bursa yang diisi oleh Gapoktan Primatara, Perhimpunan Florikultura Indonesia (PFI) dan Forum Arsitek Lansekap Indonesia (FALI).
c.
Dalam
kegiatan Festival Hortikultura
2015 Direktorat
Budidaya
dan
Pascapanen Florikultura antara lain sebagai koordinator aneka kursus, kontak bisnis, bursa, aneka lomba dan karpet bunga. d.
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura antara lain memberikan fasilitasi untuk kepanitiaan dan penyelenggaraan Festival Hortikultura berupa sarana penunjang kaos, sewa kendaraan, leafleat, bahan penunjang kursus, konsumsi kursus, honor narasumber dan moderator kursus serta kontak bisnis, pengadaan karpet bunga.
e.
Para peserta cukup antusias dalam mengikuti kegiatan kursus. Dengan mengikuti kursus merangkai bunga serta desain, pembuatan dan perawatan taman,
para
peserta
diharapkan
dapat
memiliki
pengetahuan
dan
kemampuan dalam merangkai bunga serta dalam desain, pembuatan dan perawatan taman. Selanjutnya, para peserta dapat mempraktekannya dimulai dari lingkungan yang lebih sederhana seperti di rumah, sekolah, kantor dan lain-lain. f.
Dalam kegiatan lomba diikuti oleh banyak peserta dari berbagai daerah. Lomba produk unggulan hortikultura diselenggarakan untuk memperoleh produk-produk unggulan yang dihasilkan oleh para pelaku di daerah sentra, agar nantinya produk unggulan tersebut dapat dikembangkan secara lebih luas.
g.
Tema yang diangkat dalam lomba merangkai bunga adalah Pesona Bunga Tropis. Hal tersebut bertujuan untuk mengenalkan kepada masyarakat bahwa penggunaan
bunga
tropis
utamanya
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
heliconia,
costus,
calathea,
422
zingiberaceae dalam materi rangkaian sangatlah indah eksotik dan lebih tahan lama. h.
Pada kegiatan Kontak Bisnis telah terjadi jalinan kerjasama bisnis antar pelaku usaha dari berbagai daerah baik untuk kebutuhan mensuplay di berbagai daerah di dalam negeri maupun untuk kebutuhan ekspor, bahkan buyer Singapore hadir pada akhir menjelang penutupan.
i.
Karpet bunga merupakan salah satu bentuk pengenalan bunga ke masyarakat melalui Inovasi Model Ekonomi Kreatif Florikultura.
9.2
Saran Untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap produk florikultura maka Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura masih dipandang perlu untuk tetap berpartisipasi aktif dalam kegiatan pameran yang merupakan wadah/ajang untuk
mendukung
kegiatan
promosi/pemasyarakatan
produk
florikultura.
Partisipasi/dukungan tersebut dapat dilakukan dengan lebih banyak mendisplay produk-produk florikultura yang dihasilkan dari petani-petani binaan dan pelaku usaha florikultura.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
423
1770. 994.
LAYANAN PERKANTORAN
011. ADMINISTRASI KEGIATAN
SISTEM PENGENDALIAN INTERN (SPI) I
1.
Latar Belakang Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang mempunyai prospek agribisnis yang cukup cerah di Indonesia.
Industri florikultura menjadi salah satu
industri yang sedang berkembang di Indonesia dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani, memperluas lapangan pekerjaan, pariwisata dan menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman. Florikultura adalah produk hortikultura yang dimanfaatkan sebagai bahan estetika. Disatu sisi tanaman florikultura selain untuk keindahan juga mempunyai manfaat bagi penawar polusi dan kelestarian lingkungan.
Peluang pasar tanaman hias baik dalam bentuk pot plant maupun bunga potong dan daun potong, dewasa ini semakin luas baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Konsumen tanaman hias berbagai ragam peminatnya yaitu para hobies, pedagang dan pengusaha toko bunga ataupun perangkai bunga, karena itu peluang tersebut perlu dimanfaatkan oleh petani dan pelaku usaha tanaman hias untuk meningkatkan pendapatannya. Dalam hal ini nursery adalah sebuah lokasi dimana tanaman hias diperbanyak dan dikembangkan sehingga mempunyai nilai ekonomis, yang dilakukan oleh petani
Dalam rangka menindaklanjuti penerapan Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peraturan Menteri Pertanian
No.23/Permentan/OT.140/5/2009
tentang
Pedoman
Umum
Sistem
Pengendalian Intern di Lingkup Kementerian Pertanian. Oleh karena itu diperlukan untuk mempersiapkan kegiatan tersebut dilakukan pertemuan Evaluasi SPI Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Fasilitasi Evaluasi SPI I secara efektif dalam rangka menindaklanjuti penerapan Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
424
2.2. Sasaran Sasaran kegiatan Evaluasi SPI I Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura dapat terlaksana secara tertip, lancer dan tepat waktu 3.
Pelaksanaan Kegiatan 3.1. Waktu dan Tempat Fasilitasi penyelenggaraan SPI I Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura dilaksanakan pada tanggal 24 April 2015 di Cibubur – Depok. 3.2. Peserta Pelaksanaan fasilitasi penyelenggaraan SPI I terdiri dari seluruh koordinator pelaporan, kordinator perencanaan dan Kasubag TU lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura.
Hasil Pelaksanaan Kegiatan :
A.
Rakor dan Evaluasi SPI bulan April 2015 Lingkup Ditjen Hortikultura, dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 24 April 2015 di Taman Wiladatika, Depok, dihadiri oleh Pejabat Eselon II, Anggota Satlak PI, Kasubbag. TU, Pejabat Pembuat Komitmen, Bendahara dan Koordinator Pokja ULP Lingkup Ditjen Hortikultura, sebagai pelaksana adalah Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.
B.
Agenda rapat adalah : 1.
Evaluasi SPI Direktorat Jenderal Hortikultura;
2.
Diskusi terkait Pengadaan, Permasalahan Kepegawaian tentang Pembayaran Tunjangan Kinerja, Kesatkeran, PMD, APBN-P (Dukungan UPSUS PJK dan Gerakan Tanam Cabai dan Bawang Merah Musim Kering/Kemarau);
C.
3.
Evaluasi SPI masing-masing Eselon II lingkup Ditjen Hortikultura;
4.
Arahan Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura;
5.
Review Evaluasi SPI.
Beberapa catatan penting hasil pertemuan adalah: 1.
Realisasi anggaran satker pusat dan daerah tahun 2015 per tanggal 23 April 2015 adalah 3,0% (SPM) dan 2,87% (SP2D) dengan komposisi pusat 9,61% (SPM) dan 8,84% (SP2D) dan daerah dana dekonsentrasi 4,02% serta Tugas Pembantuan 0,90%;
2.
Nilai tersebut masih jauh dari target serapan pada triwulan I sebesar 5%. Walaupun demikian, nilai presentase tersebut masih lebih tinggi bila dibandingkan serapan triwulan I pada tahun 2014 yaitu 1,9%. Target realisasi pada triwulan kedua adalah 50%, pada triwulan ketiga 90% dan triwulan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
425
keempat 100%. Untuk itu perlu dilakukan percepatan pelaksanaan kegiatan baik di pusat maupun di daerah; 3.
Berdasarkan hasil sinkronisasi Angka Sementara Hortikultura terjadi kenaikan produksi komoditas sayur sebesar 1,90%, buah 9,24%, tanaman obat 18,32%, bunga potong 8,59%, daun potong 23,93%, tanaman pot 9,57% dan lansekap 25,01%;
4.
Berdasarkan hasil pertemuan Monev di Makassar yang diselenggarakan oleh Biro Perencanaan, mulai tahun 2015 Monev dilakukan baik pada indikator output maupun outcome. Hal tersebut untuk mengevaluasi manfaat fasilitasi dana APBN terhadap capaian kinerja.
Koordinator Pelaporan diharapkan
dapat mengawal capaian output dan outcome daerah; 5.
Perkembangan kegiatan pengadaan pada tahun 2015, pada umumnya masih dalam tahap persiapan. Meskipun terdapat kegiatan yang mengalami gagal lelang (tidak ada yang memasukkan), yaitu Fasilitasi Gerakan Pengendalian OPT Hortikultura untuk pengadaan layanan perkantoran, saat ini sedang dilaksanakan pelelangan ulang. Paket lelang Ditjen Hortikultura cukup banyak, untuk itu agar dipisahkan paket mana yang akan dilaksanakan melalui e-catalog/e-purchasing dan lelang, e-catalog/e-purchasing ditangani oleh PPK. Pejabat Pengadaan agar segera ditetapkan untuk mendampingi PPK, jika tidak ada pejabat pengadaan bisa dirangkap oleh Pokja ULP yang sudah ada;
6.
Dalam APBN-P 2015 Dukungan Manajemen mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp11,216 Milyar dalam bentuk kegiatan mendukung UPSUS Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai dan kegiatan Monitoring dan Evaluasi APBNP (Gerakan Tanam Cabai dan Bawang) tahun 2015.
Rincian
anggaran kegiatan UPSUS PJK dialokasikan untuk (1) pertemuan koordinasi, (2) perjalanan koordinasi, pembinaan, pendampingan Upsus PJK, (3) perjalanan koordinasi, monitoring dan evaluasi, (4) penyusunan laporan Upsus dan (5) penggandaan laporan Upsus; 7.
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan UPSUS, diusulkan perlu pendelegasian wewenang dari pejabat pada staf termasuk staf satker dan operator untuk mengikuti supervisi dan pendampingan UPSUS. Oleh karena itu, di dalam SK Penugasan Direktur diharapkan dapat melibatkan staf satker dan operator dalam
supervisi
dan
pendampingan
UPSUS.
Diharapkan
dalam
pelaksanaannya tidak hanya pengumpulan data data, tetapi juga dilakukan analisis terhadap data tersebut;
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
426
8.
Rapat koordinasi UPSUS di pusat dapat dilaksanakan dengan melibatkan unit
kerja
terkait,
penyelenggaraan
dan
disediakan
pertemuan
alokasi
koordinasi
dana
tersebut.
konsumsi Untuk
untuk
penyediaan
konsumsi, dapat berkoordinasi dengan Bagian Umum; 9.
Penanggungjawab UPSUS dapat melaksanakan rapat koordinasi di daerah binaannya dengan mengundang pelaksana UPSUS terkait seperti Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota, Bakorluh/Bapeluh, Dandim/Danramil dan pihak terkait lainnya dengan menggunakan dana APBN-P. Hal tersebut telah dilaksanakan
oleh
penanggungjawab
Sekretaris 6
Direktorat
Kabupaten/Kota
Jenderal
di
Hortikultura
selaku
Sumatera
Barat.
Provinsi
Pelaksanaan Rapat diselenggarakan oleh Kabid Hortikultura sebagai PPK dan bekerjasama dengan Bidang Tanaman Pangan. 10. Mekanisme pengajuan kegiatan/perjalanan UPSUS : a.
Memo
dari
Direktur
disampaikan kepada
(Penanggung
Jawab
Provinsi/Kabupaten)
Sekretaris Direktorat Jenderal maksimal 2 hari
sebelum tanggal perjalanan b.
Voucher akan diproses oleh Bagian Evaluasi dan Pelaporan
c.
SPD dan penyelesaian kwitansi dilakukan oleh Eselon II masing-masing
d.
Setelah kwitansi dan SPD selesai, akan diproses oleh Bagian Evaluasi dan Pelaporan ke Satker;
e.
Pengajuan perjalanan berikutnya dilampirkan laporan perjalanan yang telah dilakukan sebelumnya.
11. Sasaran APBN-P Cabai terdapat kata-kata tercatatnya data produksi dan data pendukung usaha budidaya cabai merah dan bawang merah secara periodik dan akurat. Pengalaman dari temuan hasil pemeriksaan adalah kurang jelasnya siapa
yang menerima barang/fasilitasi bantuan serta kurang
optimalnya pemanfaatan fasilitasi bantuan.
Dana diharapkan dapat
membantu penyediaan produk cabai merah di musim kering.
Disarankan
untuk terus melakukan pengawalan CP/CL Cabe dan Bawang, memonitor pemanfaatan
dananya.
Selain
itu,
pelaksanaan
kegiatan
agar
didokumentasikan serta BAST-nya harus jelas. Oleh karena itu, hal-hal di atas agar menjadi perhatian bagi Tim Monitoring dan Evaluasi;. 12. Empat paket bantuan Cabai (Reguler Cabai, APBNP Cabai, Cluster BI, PMD untuk Cabai), jangan terjadi tumpang tindih.
Perlu kehati-hatian dalam
pelaksanaannya. Terutama karena keterbatasan kelompok tani dan jumlah kelompok tani;
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
427
13. Karena keterlibatan dalam Tim bagi Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura serta Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah menyusul (left behind), maka perlu ada penjelasan kepada tim dari kedua Direktorat tersebut tentang APBN-P Cabai Merah dan Bawang Merah; 14. Temuan hasil Audit ASN tahun 2014 oleh Inspektorat Jenderal menunjukkan terdapat 68 orang pegawai Ditjen Hortikultura yang melakukan pelanggaran displin ringan sampai dengan sangat berat. Hal ini yang menyebabkan ditundanya pembayaran Tunjangan Kinerja bulan April 2015 sampai hasil audit ditindaklanjuti. Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura dan Kepala Bagian Umum sudah berkoordinasi dengan Biro Organisasi dan Kepegawaian agar pembayaran Tunjangan Kinerja tidak ditunda dengan menjamin bahwa temuan hasil audit akan segera ditindaklanjuti. Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura akan menindaklanjuti hasil audit tersebut dengan menyampaikan hasil
kepada
masing-masing
Eselon
II,
kemudian
Eselon
II
agar
menindaklanjuti kepada pegawai di unit kerja masing-masing. Masing-masing Eselon II agar mengecek kembali rekap absensi, untuk menghindari kesalahan rekapitulasi absensi. Untuk pelanggaran disiplin ringan dapat ditindaklanjuti langsung oleh atasan langsungnya, pelanggaran disiplin sedang ditindaklanjuti oleh Tim Etika Ditjen Hortikultura, sedangkan pelanggaran berat akan dibahas oleh Tim Etika Kementerian Pertanian; 15. Asisten PPK diharapkan dapat mengajukan persekot pada H-2. Hingga saat ini belum ada rancangan kas dari masing-masing penanggungjawab kegiatan. Selanjutnya untuk perencanaan Kas agar disampaikan setiap bulan dan dapat disusun berdasarkan dari ROK; 16. Mengingat banyaknya pengadaan benih, maka Direktorat Perbenihan agar segera membuat voucher pengadaan. Dari Tim Audit Itjen, BPK, BPKP mewajibkan pembuatan laporan perjalanan dinas. Laporan Perjalanan Dinas yang belum dibuat agar segera dilengkapi dan disampaikan ke Satker;
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
428
SISTEM PENGENDALIAN INTERN (SPI) II
1.
Latar Belakang Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang mempunyai prospek agribisnis yang cukup cerah di Indonesia.
Industri florikultura menjadi salah satu
industri yang sedang berkembang di Indonesia dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani, memperluas lapangan pekerjaan, pariwisata dan menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman. Florikultura adalah produk hortikultura yang dimanfaatkan sebagai bahan estetika. Disatu sisi tanaman florikultura selain untuk keindahan juga mempunyai manfaat bagi penawar polusi dan kelestarian lingkungan.
Peluang pasar tanaman hias baik dalam bentuk pot plant maupun bunga potong dan daun potong, dewasa ini semakin luas baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Konsumen tanaman hias berbagai ragam peminatnya yaitu para hobies, pedagang dan pengusaha toko bunga ataupun perangkai bunga, karena itu peluang tersebut perlu dimanfaatkan oleh petani dan pelaku usaha tanaman hias untuk meningkatkan pendapatannya. Dalam hal ini nursery adalah sebuah lokasi dimana tanaman hias diperbanyak dan dikembangkan sehingga mempunyai nilai ekonomis, yang dilakukan oleh petani
Dalam rangka menindaklanjuti penerapan Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peraturan Menteri Pertanian
No.23/Permentan/OT.140/5/2009
tentang
Pedoman
Umum
Sistem
Pengendalian Intern di Lingkup Kementerian Pertanian. Oleh karena itu diperlukan untuk mempersiapkan kegiatan tersebut dilakukan pertemuan Evaluasi SPI Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Fasilitasi Evaluasi SPI II secara efektif dalam rangka menindaklanjuti penerapan Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008. 2.2. Sasaran Sasaran kegiatan Evaluasi SPI II Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura dapat terlaksana secara tertip, lancer dan tepat waktu
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
429
3.
Pelaksanaan Kegiatan a.
Waktu dan Tempat Fasilitasi penyelenggaraan SPI I Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2015 di Bogor.
b.
Peserta Pelaksanaan fasilitasi penyelenggaraan SPI I terdiri dari karyawan karyawati lingkup Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.
Tabel 25. Hasil Pelaksanaan Kegiatan SPI II :
PEMANTAUAN KEGIATAN PENGADAAN BARANG TA. 2015 LINGKUP DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN FLORIKULTURA NOVEMBER 2015 No
Paket Pengadaan
1 Model Pemanfaatan
Realisasi
Anggaran (Rp. 000 )
Volume
145.000.000
1 kali
Volume
Anggaran (Rp.)
0
0
0
0
Tanaman Florikultura di Perkantoran 2 Upaya menekan
145.000.000
1 kali
kehilangan hasil florikultura melalui pemberdayaan outlet 3 Apresiasi teknologi 193.298.000,- 1 kali dan daya saing produk florikultura 4 Apresiasi teknologi
193.298.000,-
1 kali
Keterangan (progress dan kendala) Penyusunan KAK, spesifikasi teknis dan draft SK tim teknis, merupakan hasil ralat Penyusunan KAK, spesifikasi teknis dan draft SK tim teknis
193.298.000 193.298.000 Sudah dilaksanakan
0
dan daya saing produk florikultura
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
0
- Dalam rangka IFEX 2015 - Sedang dalam proses pelaksanaan kegiatan, BAST tanggal 17 Oktober 2015
430
Realisasi
Anggaran (Rp. 000 )
Volume
5 Hyperlink Profil
120.000.000
1 kali
Pengembangan Florikultura 6 Inovasi Model Ekonomi Kreatif Berbasis Florikultura
190.000.000
7 Materi sosialisasi
145.000.000
84.966.000
No
Paket Pengadaan
Volume
Anggaran (Rp.)
0
0
0
0
2 kali
145.000.000
145.000.000
1 kali
0
0
1 kali
florikultura unggulan berdaya saing
8 Pembuatan Road Map Krisan
Keterangan (progress dan kendala) Proses Ralat
Dalam rangka Festival Hortikultura (Karpet Bunga). Sudah dilaksanakan. Sedang dalam proses penyelesaian dokumen (proses SPM) Sudah dilaksanakan bulan April 2015 dalam rangka Gajah Mada Agro Expo 2015 Sedang dalam proses pelaksanaan oleh pihak ketiga, akhir kontrak bulan November minggu ke 3
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN OKTOBER 2015 NO 1
KEGIATAN Peningkatan Kapasitas Kampung Flori Dalam Rangka Penguatan Green City
-
-
HASIL Kampung Flori” merupakan suatu kawasan dimana terdapat kelompok masyarakat/petani yang menekuni usaha agribisnis tanaman hias secara konsisten. Kampung flori merupakan konsep pemberdayaan pelaku usaha kelompok tani/asosiasi dalam rangka pengembangan florikultura sebagai stock in place penyedia elemen pengembangan Kota Hijau (Green City dan P2KH). Selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pengembang, dan perkantoran, maka kegiatan kampung flori juga bertujuan menyediakan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
TINDAK LANJUT - Kegiatan koordinasi antara Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura dengan stakeholder lainnya sangat diperlukan dalam pelaksanaan program “Kampung Flori” - Diharapkan setiap kabupaten/kota memberdayakan pelaku usaha tanaman hias dengan programprogram yang dapat mendorong peningkatan produksi dan mutu tanaman hias
431
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN SEPTEMBER 2015 NO
KEGIATAN
-
NO
KEGIATAN
HASIL tanaman hias untuk mensuplai kebutuhan elemen tanaman dalam Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) yang dilaksanakan oleh Kementerian PUPR yang sebelumnya bernama Kementerian Pekerjaan Umum. Sebagai implementasi dari program kampung flori dan penyediaan ruang terbuka hijau minimal 30% pada setiap wilayah sesuai amanat UU No 26 Th 2007 maka kegiatankegiatan yang sudah dilakukan di beberapa kota atau kabupaten di Indonesia antara lain adalah program agrotechno park di Kabupaten Bogor, program 600 taman
TINDAK LANJUT - Kegiatan koordinasi antara Direktorat budidaya dan pascapanen florikultura dengan stake holder lainnya sangat diperlukan dalam pelaksanaan program “Kampung Flori” - diharapkan setiap kabupaten/kota memberdayakan pelaku tanaman hias dengan program-program yang dapat mendorong peningkatan produksi dan mutu tanaman hias
HASIL
-
tematik di Kota Bandung, program Lorong Garden (Longgar) di Kota Makassar dan program Hortipark di Kota Padang. Keberadaan taman bukan lagi kebutuhan melainkan suatu keharusan. Fokus pengembangan P2KH adalah Green Planning and Design, Green Community, and Green Open Space. Kegiatan Green Community and Green Open Space memerlukan elemen tanaman hias sehingga Program Kampung Flori diperlukan untuk mendukung kegiatan tersebut.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
-
-
-
-
TINDAK LANJUT Pelaku usaha tanaman hias harus mampu membuat trend-trend jenis tanaman hias baru. Kegiatan pendampingan penguatan kelembagaan florikultura sangat perlu dilakukan . Jenis-jenis tanaman yang perlu dikembangkan adalah tanaman yang merupakan andalan untuk menunjang perekonomian daerah . Petani tanaman hias diharapkan dapat fokus dan serius dalam berusaha karena bisnis tanaman hias memberikan margin keuntungan yang besar .
432
NO
KEGIATAN
HASIL
-
NO
2
TINDAK LANJUT
Permasalahan program pembinaan budidaya dan pascapanen tanaman hias di Kota Bandung adalah skala usaha kecil sehingga teknologi maju sulit diterapkan, manajemen usaha belum optimal diterapkan, kualitas produk beragam sehingga belum memenuhi standar saya saing rendah, ketersediaan prasarana usaha minimal.
KEGIATAN HASIL TINDAK LANJUT lebih Pemberdayaan - Outlet berpendingin dengan solar cell - Untuk mengoptimalkan Sarana merupakan outlet penjualan/show outlet Prasarana window produk florikultura baik pengelolaan berpedingin di Kota Pascapanen tanaman daun dan bunga potong Semarang akan dilakukan Daun dan maupun tanaman pot dan lansekap pertemuan dan rapat Bunga Potong dengan menggunakan solar cell koordinasi dengan (Outlet sebagai pengganti energi listrik. melibatkan semua Berpendingin Fasilitasi outlet berpendingin ini stakeholder tanaman hias Dengan Solar dilatarbelakangi oleh keterbatasan (petani, pedagang, florist, event organizer, Cell) pemasaran daun dan bunga potong dekorator dan petani) seyang cenderung dilakukan pada Propinsi Jawa Tengah malam hari untuk mengurangi khususnya daerah sentra terjadinya pelayuan akibat terik florikultura matahari. Pemanfaatan energi solar cell dimaksudkan agar tidak ada ketergantungan dari sumber listrik/PLN.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
433
NO
NO
3
KEGIATAN
HASIL TINDAK LANJUT - Guna mengoptimalkan keberadaan - Kegiatan ini akan outlet berpendingin dalam difasilitasi oleh Dinas menyediakan produk florikultura Pertanian Kota Semarang. sesuai selera pasar/konsumen maka Pertemuan tersebut perlu dilakukan pemberdayaan outlet direncanakan akan berpendingin, antara lain : melalui membahas tentang pengaturan pasokan produk kesepakatan dalam florikultura, penataan display yang pengelolaan dan menarik, dan menampilkan pemanfaatan outlet kreativitas/ekonomi kreatif dari produk berpendingin serta florikultura, berupa rangkaian, bunga membentuk struktur kering dan lain-lain. organisasi pelaksana dan - Pengelolaan outlet berpendingin akan penanggungjawab dalam dilakukan oleh pihak ketiga melalui pengelolaan outlet kerjasama pemanfaatan dengan proses berpendingin dimaksud. lelang. Hal ini mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 6 Junto PP No. 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Beberapa kendala dalam pengembangan florikultura antara lain :
KEGIATAN HASIL Pemasyarakata - Pameran dan Bursa Flona tahun 2015 diselenggarakan di Lapangan Banteng n Florikultura pada tanggal 18 September – 17 melalui Oktober 2015 dengan Tema Jakarta fasilitasi sewa Bangun Tumbuh dan Berkembang. stand di - Direktorat Budidaya dan Pascapanen Pameran Flona Florikultura, berkontribusi melalui 2015 sewa stand dengan ukuran 6 m x 6 m sebanyak 2 unit untuk memfasilitasi bursa tanaman hias para pelaku usaha/asosiasi tanaman hias yaitu Perhimpunan Florikultura Indonesia (PFI), Gapoktan Primatara Taman Anggrek Ragunan dan Forum Aristektur Lansekap Indonesia (FALI). - Flona ini bersifat bursa, oleh karena itu pelaku usaha yang bekerjasama mengisi stand menjual tanamannya di pameran tersebut. - Menurut pelaku usaha/asosiasi yang difasilitasi, mereka sangat terbantu dan diharapkan tahun depan dapat difasilitasi lagi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
TINDAK LANJUT
434
NO
4
KEGIATAN HASIL - Laporan pertanggung jawaban pengurus Fasilitasi DPP PAI periode 2010-2015 diterima oleh konsumsi seluruh perwakilan DPD PAI yang hadir. kegiatan - DPP PAI periode 2010 – 2015, pada awal Munas periode tidak memiliki kas kegiatan (nol), Perhimpunan namun pada saat penyerahan laporan Anggrek pertanggung jawaban menyisakan Indonesia (PAI) anggaran lebih dari 1 Milyar. - Masing-masing DPD PAI akan meningkatkan jumlah anggota dan meningkatkan kegiatan PAI daerah antara lain mendukung konservasi anggrek species, pelatihan budidaya anggrek. - DPD PAI mendukung usulan mantan Ketua Umum DPP PAI (2010-2015) agar ibu Rita Subowo menjadi Ketua Umum DPP PAI periode 2015 – 2020. - Ibu Rita Subowo terpilih menjadi Ketua Umum DPP PAI periode 2015 – 2020. - Kelengkapan pengurus DPP PAI akan diputuskan pada Rapat perdana dengan waktu yang belum ditentukan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
TINDAK LANJUT
435
NO
KEGIATAN
HASIL
TINDAK LANJUT
- Kegiatan Temu Teknologi Perbenihan Anggrek diselenggarakan pada tanggal 22 September 2015 di Universitas Brawijaya Guess House Malang. Peserta pertemuan terdiri dari pelaku usaha anggrek, instansi terkait dan mahasiswa. Pertemuan dibuka secara resmi oleh Kasubdit Benih Florikultura. - Beberapa hal yang perlu dicermati untuk memperoleh anggrek silangan baru yang berprospek pasar yaitu Ideotype, tanaman induk dan strategi penyilangan. - Konsep Ideotipe tanaman anggrek Dendrobium potong adalah Warna bunga cerah, putih merah kuning bentuk ukuran bervariasi; Panjang tangkai ≥ 60 cm; Rajin berbunga (prod. ≥ 10 tangkai /th); Bentuk tanaman dengan internode agak rapat; tanaman kuat, tidak mudah rebah; tahan virus, penyakit; tahan cuaca ekstrim Jumlah kuntum > 16 kuntum/tangkai bunga tebal Vase-life lama (6-8 minggu); Daun pendek sudut daun > 45o – 60°; daun bawah tidak ternaungi
NO 5
KEGIATAN Menghadiri undangan Kegiatan lomba anggrek dan temu teknologi perbenihan anggrek -
-
HASIL TINDAK LANJUT Lomba Anggrek Unggul Nasional - PT Eka Karya akan diselenggarakan pada tanggal 21 memperbanyak September 2015 di Malang. Kegiatan ini tanaman pemenang terselenggara atas kerjasama Direktorat hasil lomba yaitu Perbenihan Hortikultura dengan dendrobium Doctor Siti Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) Fadilah Supari yang Malang Raya. merupakan hasil Tujuan diadakannya lomba anggrek silangan PaK Wira. adalah untuk mencari anggrek unggul yang diharapkan laku di pasar dan akan diperbanyak secara massal. Lomba diikuti oleh 22 peserta yang berasal dari Malang, Depok dan Bandung Kriteria pemenang lomba anggrek dilihat dari mutu bunga, tekstur, produktivitas, kerajinan berbunga, kesehatan dan mudah perawatannya.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
436
DATABASE PROFIL PENGEMBANGAN FLORIKULTURA
1.
Latar Belakang Pengembangan florikultura di Indonesia belum berjalan secara
optimal baik dalam
kerangka mendukung pembangunan sosial-ekonomi secara umum maupun dalam mendukung perbaikan kualitas lingkungan.
Masih banyak sumberdaya genetik,
dukungan iklim tropis dengan keanekaragaman kondisi lingkungannya, SDM, inovasi teknologi dengan sarana pendukungnya belum termanfaatkan secara optimal untuk membangun industri florikultura yang berdaya saing. Disisi lain kebutuhan akan produk florikultura baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun peluang ekspor cukup besar. Kebutuhan untuk dalam negeri baik yang terkait dengan pengembangan pertamanan, dekorasi, interior desain maupun untuk rangkaian, vas bunga serta bunga tabur belum terpenuhi dengan baik, masih sering ditemui keluhan dari pengguna/ konsumen.
Dalam arti luas Industri Florikultura terkait erat dengan kegiatan/usaha seleksi atau koleksi galur-galur harapan/tanaman unggulan, sistim perbenihan dan budidaya, distribusi, pembuatan taman baik indoor maupun outdoor, interior desain dan rangkaian bunga. Pada level nasional, masalah florikultura melibatkan beberapa intansi pembina atau yang berkaitan dengan program kerjanya, mulai dari Kementerian Pertanian, Kementerian PU dan Perumahan Rakyat, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang.
Pada Program Green City yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian dimulai sejak tahun 2010, banyak melibatkan pelaku usaha florikultura untuk menyiapkan produk florikultura yang continue, perlu disinergikan dengan Program Kota Hijau Kementerian PU dan Perumahan Rakyat serta Kemeterian terkait lainnya, dengan menyesuaikan perkembangan pembangunan Green City yang terjadi di masing-masing kota baik yang dllakukan atas inisiatif/ pembiayaan dari Pemerintah, Swasta CSR (Corporate Sosial Responsibility) maupun masyarakat secara umum. Diketaui bahwa, fokus kegiatan Green City secara umum adalah a) membangun awareness/kepedulian dan tanggung jawab semua pihak, b) membangun sinergi antar intansi pemerintah maupun swasta terkait dan c) meningkatkan peran serta pelaku usaha florikultura khususnya dalam mewujudkan nursery yang handal untuk berperan sebagai penyedia elemen taman/ display
Green City serta d) membangun kemitraan usaha antara pengembang/
pelaksana tender pembangunan dan pemeliharaan taman/display dengan para pelaku usaha florikultura.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
437
Dengan memperhatikan bahwa sangat dibutuhkannya tanaman florikultura, ditambah lagi ekspor florikultura terbesar terjadi pada kelompok Cut flowers & Flower Buds for ornamental dried, maka keberadaan data/informasi tentang ketersediaan daerah sentra florikultura, jenis dan pelaku usaha florikultura menjadi hal yang sangat penting. Saat ini, system pendataan tanaman florikultura masih sangat lemah.
Lemahnya sistem informasi untuk mendeteksi secara lebih akurat yang diakibatkan oleh rendahnya mutu data/informasi akan sangat menyulitkan upaya-upaya yang terkait dengan penentuan kebijakan pengembangan agribisnis maupun keputusan pemilihan investasi yang dilakukan oleh swasta.
Guna menkonsolidasikan stakeholder terkait perlu adanya suatu jejaring komunikasi sehingga ada kesepahaman/sinergi berbagai kegiatan yang mendorong industri florikultura bisa tumbuh berdaya saing secara efektif. Komunikasi dan sinergi yang baik tersebut sangat memerlukan dukungan sistem informasi yang memadai dalam sarana komunikasi baik melalui internet yang terbuka untuk umum maupun intranet untuk anggota stakeholder tertentu saja.
Selain itu, untuk menumbuhkembangkan agribisnis florikultura pada suatu kawasan diperlukan suatu sistem informasi secara sistimatis. Masalah utama yang harus didukung adalah (1) operasional usaha yang berjalan dan (2) investasi jangka menengah dan jangka panjang. Sistem informasi sedemikian rupa dibangun melalui penyediaan data dan informasi secara memadai, pengolahan data dan penyajian data untuk selanjutnya dapat disampaikan kepada manajemen secara berjenjang, baik institusi pemerintah maupun swasta.Untuk mendukung ini semua, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura membuat “Database Profil Pengembangan Florikultura” yang ditampilkan dalam bentuk website.
Pengelompokan jenis dan sistem pengelolaannya data dapat diuraikan sebagai berikut : a.
Operasional usaha yang berjalan melalui sistem databased. -
potensi produksi/penyediaan produk (kapasitas pasang)
-
kemampuan memasarkan produk, Informasi untuk masing masing petani/ pedagang/pengusaha per jenis usaha, per segmen usaha, per wilayah sentra.
b.
Investasi jangka menengah dan jangka panjang melalui data analisis. -
profil kawasan meliputi: dukungan SDM dan SDA, dukungan infrastruktur, dukungan regulasi, fasilitasi pelayanan publik, dukungan sistem informasi, dukungan permodalan, kelembagaan dan kemitraan usaha.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
438
profil komoditi meliputi : prospek pasar, promosi, penguasaan inovasi teknologi
-
dan manajemen usaha serta sistem rantai pasokan/Supply Chain Management (SCM) yang erat kaitannya dengan pengembangan agribisnis. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Membuat jejaring atau sistim informasi pengembangan florikultura di Indonesia dan negara-negara mitra terkait dalam bentuk website yang bisa diakses oleh umum iternet dan atau intra net yang dapat diakses oleh anggota/ mitra terkait. 2.2
Sasaran Adanya jejaring informasi yang efektif bagi para pelaku usaha, intansi pembina serta masyarakat umum dalam upaya pengembangan florikultura.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar 120.000.000,3.2. Data dan Informasi
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan pembuatan database profil pengembangan florikultura dilaksanakan melalui pihak ketiga atau konsultan sistem informasi melalui pemilihan langsung.
5.
Keluaran/Output Terfasilitasinya koordinasi penyediaan data base/informasi profil pengembangan florikultura yang diharapkan dapat menjadi acuan berbagai pihak dalam pengembangan tanaman florikultura.
6.
Hasil dan Kesimpulan 6.1. Hasil 1.
Database Profil Pengembangan Florikultura ditujukan untuk menjadi website yang diakses masyarakat luas, namun untuk tahap pertama hanya berupa intranet yang hanya diakses oleh Subdit/Bagian lingkup Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura dan mitra kerja terkait seperti Sekditjen Hortikultura dan Pusdatin Kementerian Pertanian.
2.
Pengelompokan jenis dan sistem pengelolaannya data dapat diuraikan sebagai berikut : a.
Operasional usaha yang berjalan melalui sistem databased. -
potensi produksi/penyediaan produk (kapasitas pasang)
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
439
-
kemampuan memasarkan produk, Informasi untuk masing masing petani/ pedagang/pengusaha per jenis usaha, per segmen usaha, per wilayah sentra.
b.
Investasi jangka menengah dan jangka panjang melalui data analisis. -
profil kawasan meliputi: dukungan SDM dan SDA, dukungan infrastruktur,
dukungan
regulasi,
fasilitasi
pelayanan
publik,
dukungan sistem informasi, dukungan permodalan, kelembagaan dan kemitraan usaha. -
profil komoditi meliputi : prospek pasar, promosi, penguasaan inovasi teknologi dan manajemen usaha serta sistem rantai pasokan/Supply Chain
Management
(SCM)
yang
erat
kaitannya
dengan
pengembangan agribisnis. 3.
Penggunaan server yaitu menggunakan domain di luar government co.id untuk lebih mempermudah akses.
4.
Keluaran Database berupa : I.
Beranda 1.
Informasi Profil Direktorat Florikultura -
Sejarah berdirinya Florikultura mulai dari Direktorat Tanaman Hias hingga menjadi Direktorat Florikultura (SK Permentan).
-
Visi-misi dan tupoksi dalam bentuk tulisan biasa, tidak dilengkapi bagan.
-
Kebijakan
-
Pejabat dan Struktur Organisasi dalam bentuk bagan, sekaligus mencantumkan nama pejabat
2.
Informasi dalam bentuk : -
Informasi Kegiatan/Berita Kegiatan
seperti
acara
pertemuan/temu
lapang/pameran/
gerakan berupa berita dilengkapi dengan foto. -
Program Kegiatan Berupa informasi tentang komoditas unggulan mulai dari pengembangan kawasan, pengembangan sarana prasarana, standarisasi mutu, registrasi lahan, sertifikasi GAP GHP serta pengembangan promosi dan pemasaran.
-
Peraturan Perundangan Berupa uraian tentang ruang lingkup tujuan dan sasaran serta keterlibatan peraturan tersebut dengan GAP, GHP, PP 25 tahun 2014, Permentan 70.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
440
-
Aneka Informasi Berupa informasi tentang hal yang berkaitan dengan kegiatan florikultura seperti : merangkai bunga, taman in door dan out door, pohon pelindung, display taman.
3.
Event dan galeri foto kegiatan
Profil Komoditas Adalah uraian singkat yang menjelaskan potensi komoditas unggulan tersebut mulai dari benih varietas unggul, areal panen dan produksi, pelaku usaha, target pasar serta prospek investasi yang dilinkkan dengan content buku komoditas yang dapat diupload. Adapun komoditas yang ditampilkan adalah krisan, mawar, melati, anggrek, dracaena
4.
Daerah sentra florikultura Berbentuk peta wilayah administrasi/tabel yang menjelaskan ring area panen dan atau produksi dari komoditas unggulan seperti krisan, mawar, anggrek, melati, dracaena untuk masing-masing wilayah administrasi.
II.
DATA BASE Berupa sarana untuk menyimpan/memanage data menggunakan cms (content
management
system)yang
akan
dilinkkan
dengan
peta
administrasi dan atau profil komoditas unggulan. Ruang lingkup data dan informasi database meliputi : 1.
Data produksi tahunan selama lima tahun terakhir per kabupaten kota dan per propinsi dengan sumber dari BPS dengan variebel satuan tangkai atau kilogram
2.
Data luas panen selama lima tahun terakhir dengan variable meter
3.
Data pelaku usaha per kabupaten/kota yang terbagi ke dalam : a.
perusahaan
b.
gapoktan
c.
poktan
d.
asosiasi
dengan variable-variabel i) nama kelembagaan ; ii) alamat dan kontak person ; iii) serta produk/jasa yang dihasilkan 4.
Eksport-Import Meliputi data-data volume dan atau nilai eksport import per kode HS negara tujuan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
441
5.
Pasar bunga Merupakan data-data berupa volume dan atau nilai perdagangan pada suatu pasar per minggu dan atau per bulan untuk jenis-jenis tanaman yang dipasarkan
6.
Pemasukan dan pengeluaran benih florikultura Berupa data-data volume dan atau nilai eksport per varietas jenis benih per Negara tujuan per bandara tujuan.
7.
Data-data yang ditampilkan dapat diakses di alamat florikultura.com.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
442
1771.
PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PRODUK SAYURAN DAN TANAMAN OBAT RAMAH LINGKUNGAN
1771.007.
1771.007.001.
011
PEDOMAN-PEDOMAN
PEDOMAN-PEDOMAN
PENGUMPULAN DATA/KOORDINASI
PERJALANAN DALAM RANGKA IDENTIFIKASI, PENGUMPULAN DATA/BAHAN DAN KOORDINASI PENINGKATAN MUTU TANAMAN OBAT DAN JAMUR Perjalanan dalam rangka Identifikasi, Pengumpulan Data/Bahan dan Koordinasi Peningkatan Mutu Tanaman Obat dan Jamur ke Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Balikpapan, Tegal, Tasikmalaya, Cianjur, Boyolali, Palembang, Denpasar dan Kabupaten Wonosobo.
PERJALANAN DALAM RANGKA PENGUMPULAN DATA/KOORDINASI KAWASAN TANAMAN OBAT DAN JAMUR Perjalanan dinas dalam rangka pengumpulan data / koordinasi kawasan tanaman obat dan jamur dilaksanakan ke Sukoharjo, Wonogiri, Tasikmalaya, Ciamis, Sukabumi, Pontianak, Semarang, Pandeglang dan Lebak.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
443
012 PENYUSUNAN/PENGGANDAAN
PENYUSUNAN MONOGRAFI BAWANG MERAH
1.
Latar Belakang Bawang merah adalah komoditas penting di Indonesia. Konsumsi bahan bumbu tersebut sangat besar, karena digunakan setiap hari oleh semua rumah tangga dan industri.
Daerah-daerah penghasil bawang merah tersebar di Indonesia. Beberapa wilayah sentra penghasil bawang merah secara tetap dalam jumlah besar, dalam wilayah yang sangat luas dan saling berdekatan telah ditetapkan sebagai kawasan sentra produksi bawang merah, dengan arah tujuan pasar sebagai pemenuhan kebutuhan dalam negeri atau untuk tujuan ekspor. Pengembangan bawang merah terus dilakukan guna memenuhi ketersediaan pasokan kebutuhan pasar dalam negeri dan juga ekspor. Kekurangan bawang merah akan mengakibatkan gejolak harga dan inflasi. Oleh karena itu perlu terus dilakukan peningkatan produksi, pengaturan pola produksi bawang merah dan cabai merah di daerah-daerah sentra produksi.
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Menyusun informasi daerah sentra produksi, data produksi serta waktu panen bawang merah khususnya di Kabupaten Brebes dan daerah sekitarnya. 2.2. Sasaran Menyediakan informasi daerah sentra produksi, data produksi, waktu panen bawang merah di sentra produksi Kab Brebes dan daerah sekitarnya.
3.
Masukan/ Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 76.584.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 70.615.000,3.3. Data dan informasi tentang daerah sentra, potensi produksi, waktu panen, bawang merah; 3.4. SDM (petugas pusat, daerah dan instansi terkait).
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan ini dilaksanakan dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut :
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
444
4.1. Berupa Honor narasumber non PNS dan PNS dalam penyusunan Monografi Bawang Merah pada tanggal 19-21 Nopember 2015 di Bogor. 4.2. Berupa biaya perjalanan dalam rangka identifikasi informasi data monografi bawang merah di Kab. Brebes dan daerah sekitarnya. 4.3. Berupa perjalanan, akomodasi dan konsumsi peserta dalam rangka pertemuan penyusunan monografi bawang merah.
5.
Keluaran/Output 5.1. Terlaksananya perjalanan dalam rangka identifikasi informasi data monografi di Kab. Brebes dan daerah sekitarnya. 5.2. Terlaksananya kegiatan penyusunan buku Monografi Bawang Merah pada tanggal 19-21 Nopember 2015 di Bogor yang dihadiri peserta pusat, daerah dan instansi terkait. 5.3. Tersusunnya Buku Monografi bawang merah di Kabupaten Brebes dan daerah sekitarnya.
6.
Hasil/Outcome Tersedianya Buku Monografi Bawang Merah.
7.
Manfaat/Benefit Petugas, pelaku usaha mendapat informasi daerah sentra produksi, potensi produksi, waktu panen bawang merah di daerah sentra terutama Kabupaten Brebes.
8.
Dampak/Impact Informasi yang tersedia dapat digunakan sebagai bahan monitoring ketersediaan bawang merah di daerah sentra produksi.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan Buku Monografi bawang merah dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang potensi produksi dan waktu panen bawang merah di sentra produksi. 9.2. Saran Perlunya sosialisasi mengenai informasi yang berkaitan dengan daerah sentra produksi, produksi, waktu panen sebagai bahan monitoring ketersediaan bawang merah di daerah sentra produksi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
445
PENYUSUNAN DAN PENCETAKAN REVISI SOP CABAI RAWIT MERAH
1.
Latar Belakang Sayuran merupakan komoditas hortikultura yang mempunyai prospek pasar yang cukup menarik. Produksi sayuran secara nasional selain ditujukan bagi pemenuhan permintaan di dalam negeri juga berpotensi sebagai komoditas ekspor. Walaupun komoditas sayuran dikategorikan sebagai komoditas yang cepat rusak, akan tetapi komoditas ini mempunyai peran yang cukup berarti dalam perdagangan internasional.
Preferensi pasar menuntut adanya standard dan mutu produksi yang semakin ketat. Oleh sebab itu dalam memasuki era perdagangan bebas, dituntut adanya persiapan dan penyesuaian terhadap management produksi dan mutu untuk meningkatkan daya saing di pasar global agar memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif.
Dengan demikian, informasi mengenai pengembangan sayuran yang meliputi daerah sentra produksi, pelaku usaha, rantai pemasaran serta kelembagaan tani sangat diperlukan dalam peningkatan mutu dan produktivitas. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Tersedianya informasi mengenai standar operasional prosedur cabai merah bagi petani/pelaku usaha maupun petugas daerah mengenai pengembangan agribisnis cabai merah. 2.2. Sasaran Standar operasional prosedur cabai merah yang tersedia akan dimanfaatkan oleh petugas daerah serta pelaku usaha di daerah untuk menghasilkan produk sayuran bermutu.
3.
Masukan/Input Masukan yang diharapkan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan ini adalah : 3.1. Anggaran sebesar Rp. 56.538.000,3.2. Realiasasi keuangan sebesar Rp. 54.451.300,3.3. Data dan Informasi mengenai teknologi budidaya cabai rawit merah di musim kemarau, penggunaan rain shelter saat panen di musim hujan.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan ini akan dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut :
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
446
4.1. Pencetakan buku revisi SOP Cabai Rawit Merah sebanyak 600 buku. 4.2. Pemberian honor narasumber non PNS dan PNS serta moderator dalam penyusunan revisi SOP Cabai Rawit Merah. 4.3. Dukungan kegiatan dalam bentuk perjalanan, akomodasi dan konsumsi kegiatan penyusunan Revisi SOP Cabai Rawit Merah.
5.
Keluaran/Output 5.1. Tercetaknya buku revisi SOP Cabai Rawit Merah sebanyak 600 buku. 5.2. Terlaksananya kegiatan penyusunan Revisi SOP Cabai Rawit Merah.
6.
Hasil/Outcome Terdistribusi dan tersosialisasinya Buku Revisi SOP Cabai Rawit Merah.
7.
Manfaat/Benefit 7.1. Petani/pelaku usaha berupaya menerapkan SOP dalam melakukan usaha budidaya sayuran sesuai prinsip GAP. 7.2. Petugas/Petani/pelaku usaha di daerah sentra produksi sayuran dapat membuat/menyusun SOP sesuai dengan kondisi di wilayah masing-masing.
8.
Dampak/Impact Meningkatnya produksi dan mutu sayuran yang memenuhi standar /preferensi konsumen.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan Buku Revisi SOP Cabai Rawit Merah memberikan informasi dan pengetahuan petani/pelaku usaha dalam budidaya cabai sesuai prinsip GAP. 9.2. Saran Perlunya sosialisasi dan peningkatan pemahaman bagi petani/pelaku usaha dan petugas mengenai informasi dan pengetahuan budidaya sayuran cabai rawit merah yang benar sesuai prinsip GAP.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
447
PENCETAKAN BUKU DAN LEAFLET MONOGRAFI BAWANG MERAH
1.
Latar Belakang Bawang merah adalah komoditas penting di Indonesia. Konsumsi bahan bumbu tersebut sangat besar, karena digunakan setiap hari oleh semua rumah tangga dan industri.
Daerah-daerah penghasil bawang merah banyak tersebar di Indonesia. Beberapa wilayah sentra penghasil bawang merah secara tetap dalam jumlah besar, dalam wilayah yang sangat luas dan saling berdekatan telah ditetapkan sebagai kawasan sentra produksi bawang merah, dengan arah tujuan pasar sebagai pemenuhan kebutuhan dalam negeri atau untuk tujuan ekspor.
Pengembangan bawang merah terus dilakukan guna memenuhi ketersediaan pasokan kebutuhan pasar dalam negeri dan juga ekspor.
Kekurangan bawang merah akan mengakibatkan gejolak harga dan inflasi. Oleh karena itu perlu terus dilakukan peningkatan produksi, pengaturan pola produksi bawang merah dan cabai merah di daerah-daerah sentra produksi.
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Tersedianya informasi mengenai buku dan leafler bawang merah bagi petani/pelaku usaha maupun petugas daerah mengenai pengembangan agribisnis sayuran. 2.2. Sasaran Petugas daerah serta pelaku usaha di daerah sentra mampu memahami dan menerapkan standar dalam buku dan leaflet untuk menghasilkan produk sayuran bermutu.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 21.000.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 20.900.000,3.3. Data dan informasi tentang daerah sentra, potensi produksi, waktu panen, bawang merah; 3.4. SDM (petugas pusat, daerah dan instansi terkait).
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
448
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk penyediaan biaya pencetakan buku dan leaflet monografi bawang merah.
5.
Keluaran/Output Tercetaknya buku dan leaflet monografi bawang merah masing-masing sebanyak 500 buku dan 1.400 lembar leaflet.
6.
Hasil/Outcome Terdistribusi dan tersosialisasinya Buku dan Leaflet Monografi Bawang Merah.
7.
Manfaat/Benefit Petugas, pelaku usaha mendapat informasi daerah sentra produksi, potensi produksi, waktu panen bawang merah di daerah sentra.
8.
Dampak/Impact Informasi-informasi yang tersedia dapat digunakan sebagai bahan monitoring ketersediaan bawang merah di daerah sentra produksi.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan Buku dan leaflet Monografi bawang merah dapat memberikan informasi dan pengetahuan petani/pelaku mendapat informasi daerah sentra produksi, potensi produksi, waktu panen bawang merah di sentra produksi. 9.2. Saran Perlunya sosialisasi mengenai informasi-informasi yang berkaitan dengan daerah sentra produksi, produksi, waktu panen sebagai bahan monitoring ketersediaan bawang merah di daerah sentra produksi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
449
PENYUSUNAN REVISI SNI SAYURAN
1.
Latar Belakang Dalam rangka mengantisipasi arus perdagangan bebas dan meningkatkan daya saing produk hortikultura, seluruh produsen dan para pelaku usaha hortikultura khususnya komoditas sayuran dituntut untuk dapat memenuhi standar mutu sesuai permintaaan konsumen yang meliputi aspek mutu, keamanan pangan, kesehatan dan kelestarian lingkungan. Diperlukan standar yang akan menjadi acuan produsen dan pelaku usaha serta dapat digunakan sebagai acuan dalam pembinaan mutu produk. Dengan demikian diharapkan petani dapat memproduksi sesuai dengan standar mutu yang dikehendaki konsumen baik domestik maupun internasional.
Untuk subsektor hortikultura khususnya komoditi sayuran, standar SNI yang sudah ada belum diberlakukan wajib karena pelaku usaha sayuran belum dapat memenuhi kriteria yang ada. Di sisi lain terdapat pula komoditas sayuran yang belum terdapat SNInya. Untuk itu diperlukan koordinasi dengan seluruh pihak yang memerlukan penerapan standar ini.
Menindaklanjuti hal tersebut di atas perlu dilakukan penyusunan materi standar sayuran untuk komoditas cabai merah, hal ini dilakukan agar standar yang kita miliki lebih mengikuti perkembangan zaman ataupun kondisi sekarang dan digunakan sebagai acuan untuk masuknya produk cabai dari negara lain. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melakukan revisi atas SNI cabai yang sudah ada dan disesuaikan dengan standar-standar yang masih berlaku saat ini. 2.2. Sasaran Sasaran dari kegiatan ini adalah tersedianya draft revisi SNI cabai merah.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 24.450.000,3.2. Realisasi keuangan sebesar Rp. 3.998.000,- . 3.3. Informasi Teknologi 3.4. Draft naskah untuk revisi SNI cabai.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
450
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan penyusunan Revisi SNI dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut: 4.1. Belanja Bahan Belanja bahan yang dibutuhkan untuk pengadaan konsumsi selama pertemuan penyusunan Revisi SNI cabai. 4.2. Belanja Jasa Profesi Belanja jasa profesi yang dibutuhkan untuk honor narasumber dan moderator penyusunan Revisi SNI cabai.
5.
Keluaran/Output 5.1. Tersedianya draf revisi SNI cabai sebagai hasil dari pertemuan pembahasan dan penyusunan revisi SNI cabai pada hari Jumat tanggal 3 Juli 2015. 5.2. Konsinyasi/Penyusunan Penyusunan Revisi SNI Sayuran dilaksanakan di Ruang Rapat Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat Direktorat Jenderal Hortikultura, Jakarta. 5.3. Peserta berjumlah 14 orang yang terdiri dari narasumber yaitu Dr. Ahsol Hasyim dari Balai Penelitian Sayuran Lembang dan Ir. Siti Pujiarti dari Direktorat Standarisasi dan Mutu Direktorat Jenderal Hortikultura, serta petugas pusat dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat. 5.4. Draf RSNI cabai yang dihasilkan sudah diteruskan ke Direktorat Mutu dan Standarisasi Dittjen PPHP untuk ditindaklanjuti.
6.
Hasil/Outcome Tersedianya draft Revisi SNI cabai sebagai bahan penyusunan standar oleh instansi terkait.
7.
Manfaat/Benefit Revisi standar SNI cabai dapat diharmonisasikan.
8.
Dampak/Impact Daya saing produk sayuran dan tanaman obat dalam negeri meningkat sehingga mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain dan ekspor meningkat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
451
PENYUSUNAN BUKU SAKU BUDIDAYA TANAMAN OBAT
1.
Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan atau digunakan sebagai tanaman obat. Kurang lebih 85% dari kebutuhan bahan baku obat tradisional untuk IOT dan IKOT masih diperoleh dari penambangan hutan tanpa upaya budidaya yang baik. Hal ini menjadi permasalahan tersendiri bagi pengembangan kemandirian bidang kesehatan pada masing-masing sentra produksi tanaman obat.
Untuk mengatasi permasalahan ini, kebijakan pengembangan tanaman obat diarahkan agar sentra-sentra produksi tanaman obat meningkatkan produksi dan kualitasnya. Terkait penambangan tanaman obat, pemerintah berusaha melindungi plasma nutfah yang ada terhadap penggunaan yang tidak bertanggungjawab atau merugikan masyarakat dan lingkungan hidup serta sedapat mungkin menurunkan kebutuhan bahan baku obat dan penambangan yang tidak terkendali.
Banyaknya jenis tanaman obat yang ada di Indonesia menyebabkan banyak dari tanaman tersebut tidak dikenali oleh masyarakat, hal ini mengakibatkan banyak masyarakat yang tidak familiar menggunakan tanaman sebagai obat untuk pengobatan atau kesehatan di tengah masyarakat dan banyak juga dari jenis tanaman obat ini yang hampir dilupakan oleh masyarakat. Dalam upaya menginformasikan jenis, nama, fungsi dan cara membudidayakan tanaman obat maka diperlukan menyusun dan mencetak buku saku budidaya tanaman obat. Buku saku dimaksud mencakup cara budidaya, dan lokasi dimana tanaman obat dapat dibudidayakan.
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Tersusunnya buku saku Budidaya Tanaman Obat. 2.2. Sasaran Tersedianya informasi berbagai jenis, cara budidaya dan manfaat tanaman obat bagi petani, pelaku usaha dan masyarakat.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 78. 579.000.-. 3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 76.647.052,-. 3.3. Informasi Teknologi :
Informasi teknologi yang disajikan dalam buku saku
budidaya tanaman obat adalah teknologi berbudidaya berbagai ragam tanaman Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
452
obat baik yang dapat dibudidayakan oleh petani maupun yang masih ditambang dari alam seperti pasak bumi. Informasi yang disajikan memberikan pencerahan baru bagi petani, pelaku usaha atau masyarakat dalam memulai berbudidaya tanaman obat. Informasi yang disajikan merupakan cara berbudidaya tanaman obat yang baik dan ramah lingkungan.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Buku Saku Budidaya Tanaman Obat telah dilaksanakan dengan tahapan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut : 4.1. Belanja Bahan Dalam rangka mendukung terlaksananya kegiatan penyusunan buku saku budidaya tanaman obat, belanja bahan digunakan untuk a) sarana pendukung satu kali berupa tas, flash disk dan seminar kit; b) Konsumsi penyusunan buku saku sebanyak dua kali. 4.2. Belanja Jasa Profesi Dilaksanakan untuk membayar honor narasumber dan honor moderator saat dilakukan penyusunan buku saku budidaya tanaman obat. 4.3. Belanja Barang Persediaan Barang Konsumsi Belanja Barang Persediaan Barang Konsumsi digunakan untuk mencetak buku saku budidaya tanaman obat. 4.4. Belanja Perjalanan Biasa Belanja Perjalanan Biasa digunakan untuk mengumpulkan data/koordinasi dan informasi kawasan tanaman obat dan jamur.
5.
Keluaran/Output 5.1. Terlaksananya kegiatan Penyusunan Buku Saku Budidaya Tanaman Obat yang dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 30 Maret 2015 dan 3 Juni 2015. 5.2. Tersusunnya Buku Saku Budidaya Tanaman Obat.
6.
Hasil/Outcome Tersedianya bahan informasi berupa Buku Saku Budidaya Tanaman Obat.
7.
Manfaat/Benefit Tersedianya Informasi budidaya tanaman obat berupa buku saku.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
453
8.
Dampak/Impact Tersebarnya informasi kepada petani, petugas dan pelaku usaha agribisnis sayuran dan tanaman obat.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan Tanaman Obat merupakan komoditas hortikultura yang memiliki keanekaragaman dan potensi serta mempunyai nilai ekonomis yang tinggi namun pemanfaatannya masih terbatas. 9.2. Saran Perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat dan pelaku usaha untuk memperkenalkan dan meningkatkan minat dalam pemanfaatan tanaman obat.
PENCETAKAN ULANG SOP BUDIDAYA SAYURAN
1.
Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai prospek pasar yang cukup menarik. Produksi sayuran secara nasional selain ditujukan bagi pemenuhan permintaan di dalam negeri juga berpotensi sebagai komoditas ekspor. Walaupun komoditas sayuran dikategorikan sebagai komoditas yang cepat rusak, akan tetapi komoditas ini mempunyai peran yang cukup berarti dalam perdagangan internasional.
Preferensi pasar menuntut mutu produksi semakin ketat, sementara mutu produksi sayuran sendiri belum memenuhi persyaratan tersebut. Oleh sebab itu memasuki era perdagangan bebas, dimana persaingan semakin ketat, dituntut adanya persiapan dan penyesuaian terhadap management produksi dan mutu untuk meningkatkan daya saing di pasar global terutama produk sayuran dan tanaman obat yang memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif ditingkat dunia internasional.
Dengan demikian, dituntut adanya kesanggupan dari petani/produsen untuk melakukan usaha produksi dengan teknik budidaya yang baik dan benar sesuai prinsip GAP yang dijabarkan dalam bentuk panduan Standar Operasional Prosedur (SOP). Oleh karena itu sebagai langkah awal perlu disusun panduan SOP untuk usaha budidaya tanaman sayuran spesifik lokasi yang didalamnya diuraikan secara detail tentang cara penanganan untuk masing-masing tahapan pelaksanaan usaha budidaya mulai dari Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
454
pemilihan lokasi, benih, pemeliharaan tanaman, dan panen. Untuk selanjutnya SOP di daerah sentra produksi sayuran tersebut perlu disosialisasikan untuk diterapkan oleh petani sebagai panduan/acuan dalam melakukan usaha produksi sayuran sesuai prinsip GAP. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1
Tujuan Tersedianya informasi mengenai standar operasional prosedur sayuran yang lebih baik dan akurat bagi petani/pelaku usaha maupun petugas daerah mengenai pengembangan agribisnis sayuran.
2.2
Sasaran Petugas daerah serta pelaku usaha di daerah sentra mampu memahami dan menghasilkan produk sayuran yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 24.990.000,- . 3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 24.500.000,- . 3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang disajikan dalam cetak ulang bukubuku sayuran adalah teknologi berbudidaya sayuran secara baik dan ramah lingkungan.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Pencetakan ulang SOP Budidaya Sayuran sebanyak 1000 eksemplar. Selanjutnya dilakukan pendistribusian kepada masyarakat, petugas, dan pelaku usaha melalui berbagai kegiatan pertemuan maupun promosi.
5.
Keluaran/Output 5.1. Pencetakan ulang dilaksanakan pada Bulan Februari 2015. 5.2. Pencetakan ulang buku berjumlah 1 judul buku yaitu SOP Budidaya Sayuran. 5.3. Pencetakan berjumlah 1.000 eksemplar.
6.
Hasil/Outcome Terdistribusi dan tersosialisasinya SOP Budidaya Sayuran.
7.
Manfaat/Benefit Petani/pelaku usaha dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan dalam menerapkan teknologi budidaya sayuran secara baik dan ramah lingkungan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
455
8.
Dampak/Impact Tersebarnya informasi kepada petani, petugas dan pelaku usaha agribisnis sayuran.
PENCETAKAN TANAMAN
ULANG
OBAT,
SOP
PEDOMAN
TEKNOLOGI
PENANGANAN
PENANGANAN
PASCAPANEN
JAMUR
PASCAPANEN TIRAM,
SOP
PENANGANAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT (RIMPANG), PEDOMAN TEKNOLOGI PENANGANAN PASCAPANEN JAMUR, LEAFLET SOP PASCAPANEN TANAMAN OBAT (RIMPANG) DAN PENCETAKAN PROFIL KELEMBAGAAN TANAMAN OBAT DAN JAMUR, BUKU TEKNIS PASCAPANEN TANAMAN OBAT DAN JAMUR.
1.
Latar Belakang Komoditi hortikultura khususnya tanaman obat dan jamur setelah dipanen sampai beberapa saat masih melakukan kegiatan metabolisme seperti proses respirasi dan tranpirasi yang dapat mempengaruhi kondisi produk tersebut seperti keriput, layu atau tidak segar, perubahan warna dan rasa, perubahan aroma dan bau asing atau membusuk dan sebagainya. Penanganan pasca panen yang baik sangat dibutuhkan karena akan menentukan kualitas dan kuantitas produk, dimana penanganannya harus memperhatikan sifat-sifat dari komoditas secara spesifik dan dapat berbeda satu dengan lainnya. Tingkat kehilangan hasil masih sangat tinggi, walaupun sampai saat ini masih belum ada data yang pasti, namun diperkirakan berkisar antara 20% sampai dengan 50%. Salah satu penyebabnya adalah karena penanganan pasca panen yang dilakukan masih secara sederhana/tradisional.
Perbaikan sistem pengelolaan produk tanaman obat dan jamur dalam pengembangan teknologi pemanenan dan penanganan pasca panen merupakan unsur-unsur yang diperlukan untuk mencapai mutu produk yang baik. Dengan demikian, dituntut adanya kesanggupan
dari
petani/produsen
untuk
melakukan
usaha
yang
dapat
mempertahankan mutu dan keutuhan produk tanaman obat dan jamur segar agar tetap prima sampai ke tangan konsumen dengan teknik penanganan pasca panen yang baik melalui penerapan Good Handling Practises (GHP) yang dijabarkan dalam bentuk panduan Standar Operasional Prosedur (SOP). Oleh karena itu sebagai langkah awal perlu disusun panduan SOP untuk pasca panen tanaman obat dan jamur yang didalamnya diuraikan secara detail tentang penanganan untuk masing-masing tahapan pelaksanaan secara umum mulai dari pemanenan, penyortiran awal, pencucian, sortasi, pengepakan atau pengemasan, dan penyimpanan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
456
Dalam rangka melaksanakan tugas pokok yaitu meningkatkan mutu, daya saing dan nilai tambah produk tanaman obat dan jamur maka Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat melakukan penyiapan, penyusunan dan perbanyakan pedoman dibidang teknologi dan sarana pascapanen. Pedoman tersebut akan digunakan sebagai bahan acuan pembinaan/penyuluhan dan sosialisasi kepada para petugas, petani dan pelaku usaha dalam rangka peningkatan mutu, daya saing dan nilai tambah produk tanaman obat dan jamur, khususnya di sentra-sentra produksi.
Sesuai dengan tugas pokok tersebut, maka perlu dilakukan penyusunan dan penggandaan Leaflet SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang), Profil Kelembagaan Tanaman Obat dan Jamur, Buku Teknis Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur dan Pencetakan Ulang Pedoman Teknologi Penanganan Pascapanen Tanaman Obat, SOP Pascapanen Penanganan Pascapanen Jamur Tiram, SOP Penanganan Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang), dan Pedoman Teknologi Penanganan Pascapanen Jamur.
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan a.
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani/ petugas/ pelaku usaha yang terkait dengan teknologi dan sarana pascapanen tanaman obat dan jamur.
b.
Memasyarakatkan/memperkenalkan jenis-jenis dan manfaat atau khasiat tanaman obat sebagai pemenuhan obat keluarga.
c.
Memasyarakatkan/memperkenalkan jenis-jenis dan manfaat jamur pangan dalam rangka pemenuhan gizi keluarga.
2.2. Sasaran Petani/ petugas/ pelaku usaha di daerah sentra tanaman obat dan jamur serta masyarakat umum. 3.
Masukan/ Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 185.324.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 137.128.000,3.3. Data dan informasi tentang teknologi dan kelembagaan pascapanen tanaman obat dan jamur. 3.4. Sumber Daya Manusia (Petani/ Kelompok Tani, Pelaku Usaha dan Masyarakat Umum).
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
457
4.
Pelaksanaan Kegiatan 4.1. Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi a.
Pencetakan ulang Leaflet SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) sebanyak 1.000 lembar.
b.
Pencetakan ulang Pedoman Teknologi Penanganan Pascapanen Tanaman Obat sebanyak 750 buku.
c.
Pencetakan ulang Pedoman Teknologi Penanganan Pascapanen Jamur sebanyak 830 buku.
d.
Pencetakan ulang SOP Penanganan Pascapanen Jamur Tiram sebanyak 900 buku.
e.
Pencetakan ulang SOP Penanganan Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) sebanyak 900 buku.
f.
Pencetakan Profil Kelembagaan Tanaman Obat dan Jamur sebanyak 700 buku.
g.
Pencetakan Buku Teknis Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur sebanyak 500 buku.
h.
Sarana Pendukung Kegiatan Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.
4.2. Belanja Perjalanan Biasa a.
Kompilasi Data dan Informasi Buku Teknis Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur sebanyak 7 OP.
b.
Kompilasi Data dan Informasi Buku Profil Kelembagaan Tanaman Obat dan Jamur sebanyak 8 OP.
5.
Keluaran/Output Tercetaknya Leaflet SOP Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) sejumlah 1000 lembar, Pedoman Teknologi Penanganan Pascapanen Tanaman Obat sejumlah 750 buku, Pedoman Teknologi Penanganan Pascapanen Jamur sejumlah 830 buku, SOP Penanganan Pascapanen Tanaman Obat (Rimpang) sejumlah 900 buku, SOP Penanganan Pascapanen Jamur Tiram sejumlah 900 buku, Profil Kelembagaan Tanaman Obat dan Jamur sejumlah 700 buku dan Buku Teknis Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur sejumlah 500 buku.
6.
Hasil/ Outcome Terdistribusi dan tersosialisasinya buku dan leaflet tentang teknologi dan kelembagaan pascapanen tanaman obat dan jamur.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
458
7.
Manfaat/ Benefit 7.1. Petani/ pelaku usaha dapat
menerapkan penanganan pascapanen tanaman
obat dan jamur sesuai prinsip GHP/SOP. 7.2. Petugas/ Petani/ Pelaku Usaha dapat memperoleh informasi terkini mengenai teknologi penanganan pascapanen tanaman obat dan jamur, serta profil kelembagaan tanaman obat dan jamur di sentra-sentra produksi. 7.3. Pengembangan kelembagaan usaha tanaman obat dan jamur dapat optimal. 8.
Dampak/ Impact Meningkatnya mutu dan daya saing produk tanaman obat dan jamur sesuai standar /preferensi konsumen atau pasar
PENCETAKAN ULANG SOP BAWANG PUTIH
1.
Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai prospek pasar yang cukup menarik. Produksi sayuran secara nasional selain ditujukan bagi pemenuhan permintaan di dalam negeri juga berpotensi sebagai komoditas ekspor. Walaupun komoditas sayuran dikategorikan sebagai komoditas yang cepat rusak, akan tetapi komoditas ini mempunyai peran yang cukup berarti dalam perdagangan internasional.
Preferensi pasar menuntut mutu produksi semakin ketat, sementara mutu produksi sayuran sendiri belum memenuhi persyaratan tersebut. Oleh sebab itu memasuki era perdagangan bebas, dimana persaingan semakin ketat, dituntut adanya persiapan dan penyesuaian terhadap management produksi dan mutu untuk meningkatkan daya saing di pasar global terutama produk sayuran dan tanaman obat yang memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif ditingkat dunia internasional.
Dengan demikian, dituntut adanya kesanggupan dari petani/produsen untuk melakukan usaha produksi dengan teknik budidaya yang baik dan benar sesuai prinsip GAP yang dijabarkan dalam bentuk panduan Standar Operasional Prosedur (SOP). Oleh karena itu sebagai langkah awal perlu disusun panduan SOP untuk usaha budidaya tanaman sayuran spesifik lokasi yang didalamnya diuraikan secara detail tentang cara penanganan untuk masing-masing tahapan pelaksanaan usaha budidaya mulai dari pemilihan lokasi, benih, pemeliharaan tanaman, dan panen. Untuk selanjutnya SOP di Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
459
daerah sentra produksi sayuran tersebut perlu disosialisasikan untuk diterapkan oleh petani sebagai panduan/acuan dalam melakukan usaha produksi sayuran sesuai prinsip GAP. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Tersedianya
informasi
mengenai
standar
operasional
prosedur
sayuran
khususnya bawang putih yang lebih baik dan akurat bagi petani/pelaku usaha maupun petugas daerah mengenai pengembangan agribisnis bawang putih. 2.2. Sasaran Petugas daerah serta pelaku usaha di daerah sentra mampu memahami dan menghasilkan bawang putih yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 21.000.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 20.500.000,3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang disajikan dalam cetak ulang bukubuku sayuran adalah teknologi berbudidaya bawang putih secara baik dan ramah lingkungan.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Pencetakan ulang SOP Budidaya Bawang Putih sebanyak 1000 eksemplar. Selanjutnya dilakukan pendistribusian kepada masyarakat, petugas, dan pelaku usaha melalui berbagai kegiatan pertemuan maupun promosi.
5.
Keluaran/Output 5.1. Pencetakan ulang dilaksanakan pada tahun 2015. 5.2. Pencetakan ulang buku berjumlah 1 judul buku yaitu SOP Bawang Putih. 5.3. Pencetakan berjumlah 1000 eksemplar.
6.
Hasil/Outcome Terdistribusi dan tersosialisasinya SOP Bawang Putih.
7.
Manfaat/Benefit Petani/pelaku usaha dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan dalam menerapkan teknologi budidaya bawang putih secara baik dan ramah lingkungan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
460
8.
Dampak/Impact Tersebarnya informasi kepada petani, petugas dan pelaku usaha agribisnis bawang putih.
PENCETAKAN ULANG SOP BAWANG MERAH
1.
Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai prospek pasar yang cukup menarik. Produksi sayuran secara nasional selain ditujukan bagi pemenuhan permintaan di dalam negeri juga berpotensi sebagai komoditas ekspor. Walaupun komoditas sayuran dikategorikan sebagai komoditas yang cepat rusak, akan tetapi komoditas ini mempunyai peran yang cukup berarti dalam perdagangan internasional.
Preferensi pasar menuntut mutu produksi semakin ketat, sementara mutu produksi sayuran sendiri belum memenuhi persyaratan tersebut. Oleh sebab itu memasuki era perdagangan bebas, dimana persaingan semakin ketat, dituntut adanya persiapan dan penyesuaian terhadap management produksi dan mutu untuk meningkatkan daya saing di pasar global terutama produk sayuran dan tanaman obat yang memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif ditingkat dunia internasional.
Dengan demikian, dituntut adanya kesanggupan dari petani/produsen untuk melakukan usaha produksi dengan teknik budidaya yang baik dan benar sesuai prinsip GAP yang dijabarkan dalam bentuk panduan Standar Operasional Prosedur (SOP). Oleh karena itu sebagai langkah awal perlu disusun panduan SOP untuk usaha budidaya tanaman sayuran spesifik lokasi yang didalamnya diuraikan secara detail tentang cara penanganan untuk masing-masing tahapan pelaksanaan usaha budidaya mulai dari pemilihan lokasi, benih, pemeliharaan tanaman, dan panen. Untuk selanjutnya SOP di daerah sentra produksi sayuran tersebut perlu disosialisasikan untuk diterapkan oleh petani sebagai panduan/acuan dalam melakukan usaha produksi sayuran sesuai prinsip GAP.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
461
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Tersedianya informasi mengenai standar operasional prosedur sayuran yang lebih baik dan akurat bagi petani/pelaku usaha maupun petugas daerah mengenai pengembangan agribisnis sayuran. 2.2. Sasaran Petugas daerah serta pelaku usaha di daerah sentra mampu memahami dan menghasilkan produk sayuran yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
3.
Masukan/ Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 21.735.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 21.560.000,3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang disajikan dalam cetak ulang bukubuku sayuran adalah teknologi berbudidaya bawang merah secara baik dan ramah lingkungan.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Pencetakan ulang SOP Budidaya Bawang Merah sebanyak 770 eks. Selanjutnya dilakukan pendistribusian kepada masyarakat, petugas, dan pelaku usaha melalui berbagai kegiatan pertemuan maupun promosi.
5.
Keluaran/Output 5.1. Pencetakan ulang dilaksanakan pada tahun 2015. 5.2. Pencetakan ulang buku berjumlah 1 judul buku yaitu SOP Bawang Merah. 5.3. Pencetakan berjumlah 770 eksemplar.
6.
Hasil/Outcome Terdistribusi dan tersosialisasinya SOP Bawang Merah.
7.
Manfaat/Benefit Petani/pelaku usaha dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan dalam menerapkan teknologi budidaya bawang merah secara baik dan ramah lingkungan.
8.
Dampak/Impact Tersebarnya informasi kepada petani, petugas dan pelaku usaha agribisnis bawang merah.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
462
PERBANYAKAN BUKU SOP PASCAPANEN SAYURAN (7 JUDUL)
1.
Latar Belakang Produk sayuran merupakan komoditas yang perishable dan masih mengalami proses hidup (fisiologis). Proses fisiologis tersebut mengakibatkan perubahan-perubahan yang menjurus pada kerusakan/kehilangan hasil. Perubahan setelah panen dan pascapanen tidak dapat dihentikan, namun dapat diperlambat sampai batas tertentu.
Untuk mengurangi kehilangan/kerusakan hasil, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah mengetahui faktor biologis dan lingkungan penyebab kerusakan, serta menggunakan
teknologi
penanganan
pascapanen
yang
benar,
diantaranya
pengemasan dan penyimpanan yang tepat, sehingga akan memperlambat kebusukan dan mempertahankan kesegaran produk sayuran pada tingkat paling optimal.
Penerapan Good Handling Practices (GHP) secara optimal dalam proses pascapanen sayuran telah menjadi keharusan guna memenuhi permintaan konsumen domestik maupun global akan produk sayuran bermutu dan aman konsumsi. Sebagai penjabaran dari GHP Sayuran, telah disusun Standar Operasional Prosedur (SOP) Pascapanen Sayuran yang bersifat spesifik komoditas, diantaranya adalah SOP Pascapanen Cabai Merah, Bawang Merah, Kentang, Buncis, Tomat, Wortel dan Mentimun. Diperlukan perbanyakan buku SOP Pascapanen sayuran, agar dapat dipedomani oleh para petugas, petani dan pelaku usaha dalam menyusun SOP Pascapanen sayuran yang spesifik lokasi.
Melalui penerapan GHP/SOP pascapanen sayuran diharapkan kehilangan/kerusakan hasil
dapat
ditekan
seminimal
mungkin,
mempertahankan
mutu
produk,
mempertahankan umur simpan, dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan petani. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyediakan pedoman berupa buku SOP Pascapanen Sayuran komoditas Cabai Merah, Bawang Merah, Kentang, Buncis, Tomat,
Wortel
dan
Mentimun,
sebagai
acuan
bagi
petugas/pelaku
usaha/gapoktan/asosiasi di sentra produksi sayuran. 2.2. Sasaran Sasaran dari kegiatan ini adalah penerapan SOP Pascapanen Sayuran oleh petugas, petani dan pelaku usaha sayuran. Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
463
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 150.000.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 147.180.000,3.3. Draft naskah SOP Pascapanen Sayuran yang telah disusun pada tahun-tahun sebelumnya (SOP Pascapanen Cabai Merah, Bawang Merah, Kentang, Buncis, Tomat, Wortel dan Mentimun)
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk belanja barang untuk persediaan barang konsumsi. Perbanyakan buku SOP Pascapanen sayuran (Cabai Merah, Bawang Merah, Kentang, Buncis, Tomat, Wortel dan Mentimun) pelaksanaannya melalui pihak ketiga yaitu perusahaan yang mengerjakan di bidang percetakan dan telah memenuhi persyaratan yang berlaku.
5.
Keluaran/Output 5.1. Pencetakan ulang dilaksanakan pada Bulan April 2015. 5.2. Pencetakan ulang buku berjumlah tujuh judul buku yaitu SOP Pascapanen Cabai Merah, Bawang Merah, Kentang, Buncis, Tomat, Wortel dan Mentimun. 5.3. Pencetakan SOP Pascapanen Cabai Merah 1.110 eksemplar, SOP Pascapanen Bawang Merah 1.040 eksemplar, SOP Pascapanen Kentang 1.520 eksemplar, SOP Pascapanen Buncis 1.520 eksemplar, SOP Pascapanen Tomat 1.310 eksemplar, SOP Pascapanen Wortel 1.425 eksemplar dan SOP Pascapanen Mentimun 1.520 eksemplar.
6.
Hasil/Outcome Terdistribusi dan tersosialisasinya buku SOP Pascapanen sayuran (Cabai Merah, Bawang Merah, Kentang, Buncis, Tomat, Wortel dan Mentimun) kepada petani dan pelaku usaha sayuran.
7.
Manfaat/Benefit Petani / pelaku usaha dapat meningkatkan pengetahuan dan teknologi pascapanen dalam melakukan penanganan pascapanen sayuran sesuai SOP Pascapanen Sayuran.
8.
Dampak/Impact Petani dapat melakukan penanganan pascapanen sayuran dengan baik sehingga dapat mempertahankan mutu, menekan kehilangan hasil/kerusakan, dan memperpanjang umur simpan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
464
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan Buku SOP Pascapanen Sayuran memberikan informasi dan pengetahuan petani/ pelaku usaha dalam penanganan pascapanen sayuran sesuai prinsip GHP. 9.2. Saran Perlunya sosialisasi dan peningkatan pemahaman bagi petani/ pelaku usaha dan petugas mengenai informasi dan pengetahuan SOP Pascapanen Sayuran yang benar sesuai prinsip GHP.
PENCETAKAN BUKU SAKU PASCAPANEN SAYURAN
1.
Latar Belakang Produk sayuran merupakan produk hortikultura yang mudah mengalami kerusakan setelah dilakukan pemanenan. Kerusakan produk sayuran segar dapat terjadi secara fisik, mekanis, enzimatis, dan mikrobiologis dalam waktu yang cepat dan dapat menurunkan mutu produk sayuran tersebut. Mutu sayuran tidak dapat diperbaiki tetapi dapat dipertahankan. Mutu sayuran yang baik dapat diperoleh bila pemanenan hasil sayuran dilaksanakan pada waktu tingkat kemasakan yang tepat. Dalam rangka pengembangan produk sayuran yang berdaya saing, bermutu baik, dan berorientasi pasar maka penanganan pascapanen sayuran perlu menjadi prioritas dalam peningkatan mutu produk.
Produk sayuran setelah panen masih melakukan aktivitas metabolisme sehingga bila tidak ditangani dengan segera akan mengalami kerusakan fisik dan kimiawi. Sifat sayuran yang mudah rusak (perishable) mengakibatkan tingginya susut pasca panen serta terbatasnya masa simpan setelah pemanenan dan timbulnya serangan organisme pengganggu yang dapat menurunkan mutu. Pascapanen sayuran merupakan kegiatan usaha tani yang paling kritis, karena menyangkut susut baik bobot maupun mutu. Diperkirakan jumlah kerusakan dapat mencapai 30 – 50% bila penanganan saat panen kurang tepat.
Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan petugas, petani dan pelaku usaha dalam penanganan pascapanen sayuran, diperlukan pedoman berupa Buku Saku Pascapanen Sayuran yang berisi urgensi, teknologi dan panduan penanganan pascapanen sayuran di lapangan. Dengan adanya buku saku tersebut, diharapkan dapat membantu petugas, petani dan pelaku usaha yang bergerak di bidang sayuran Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
465
untuk dapat mengurangi kehilangan hasil, mempertahankan mutu dan meningkatkan daya saing produk sayuran yang dihasilkan. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyediakan pedoman berupa Buku Saku Pascapanen Sayuran sebagai acuan bagi pelaku usaha/gapoktan/asosiasi di sentra produksi sayuran. 2.2. Sasaran Sasaran dari kegiatan ini adalah penerapan teknologi pascapanen sayuran oleh petugas, petani dan pelaku usaha sayuran.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 50.000.000. 3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 49.350.000,3.3. Informasi Teknologi yang disajikan adalah teknologi penanganan pascapanen sayuran.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk belanja bahan untuk perbanyakan buku saku pascapanen sayuran yang pelaksanaannya melalui pihak ketiga.
5.
Keluaran/Output Tersedianya buku Saku Pascapanen Sayuran sebanyak 2.100 eksemplar.
6.
Hasil/Outcome Terdistribusi dan tersosialisasinya prinsip penanganan pascapanen sayuran yang baik kepada petani dan pelaku usaha sayuran.
7.
Manfaat/Benefit Petani / pelaku usaha dapat meningkatkan pengetahuan dan teknologi pascapanen dalam melakukan penanganan pascapanen sayuran sesuai prinsip GHP.
8.
Dampak/Impact Petani dapat melakukan penanganan pascapanen sayuran dengan baik sehingga dapat mempertahankan mutu, menekan kehilangan hasil/kerusakan, dan memperpanjang umur simpan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
466
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan Buku Saku Pascapanen Sayuran memberikan informasi dan pengetahuan petani/ pelaku usaha dalam penanganan pascapanen sayuran sesuai prinsip GHP. 9.2. Saran Perlunya sosialisasi dan peningkatan pemahaman bagi petani/ pelaku usaha dan petugas mengenai informasi dan pengetahuan pascapanen sayuran yang benar sesuai prinsip GHP.
PERBANYAKAN BUKU TEKNOLOGI PASCAPANEN SAYURAN
1.
Latar Belakang Produk sayuran merupakan produk hortikultura yang mudah mengalami kerusakan setelah dilakukan pemanenan. Kerusakan produk sayuran segar dapat terjadi secara fisik, mekanis, enzimatis, dan mikrobiologis dalam waktu yang cepat dan dapat menurunkan mutu produk sayuran tersebut. Mutu sayuran tidak dapat diperbaiki tetapi dapat dipertahankan. Mutu sayuran yang baik dapat diperoleh bila pemanenan hasil sayuran dilaksanakan pada waktu tingkat kemasakan yang tepat. Dalam rangka pengembangan produk sayuran yang berdaya saing, bermutu baik, dan berorientasi pasar maka penanganan pasca panen sayuran perlu menjadi prioritas dalam peningkatan mutu produk.
Produk sayuran setelah panen masih melakukan aktivitas metabolisme sehingga bila tidak ditangani dengan segera akan mengalami kerusakan fisik dan kimiawi. Sifat sayuran yang mudah rusak (perishable) mengakibatkan tingginya susut pasca panen serta terbatasnya masa simpan setelah pemanenan dan timbulnya serangan organisme pengganggu yang dapat menurunkan mutu. Pasca panen sayuran merupakan kegiatan usaha tani yang paling kritis, karena menyangkut susut baik bobot maupun mutu. Diperkirakan jumlah kerusakan dapat mencapai 30 – 50% bila penanganan saat panen kurang tepat.
Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan petugas, petani dan pelaku usaha dalam penanganan pascapanen sayuran, diperlukan pedoman berupa Buku Teknologi Pascapanen Sayuran yang berisi urgensi, teknologi dan panduan penanganan pascapanen sayuran di lapangan. Dengan adanya buku teknologi tersebut, diharapkan dapat membantu petugas, petani dan pelaku usaha yang bergerak di bidang sayuran Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
467
untuk dapat mengurangi kehilangan hasil, mempertahankan mutu dan meningkatkan daya saing produk sayuran yang dihasilkan. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyediakan pedoman berupa Buku Teknologi
Pascapanen
Sayuran
sebagai
acuan
bagi
pelaku
usaha/gapoktan/asosiasi di sentra produksi sayuran. 2.2. Sasaran Sasaran dari kegiatan ini adalah penerapan teknologi pascapanen sayuran oleh petugas, petani dan pelaku usaha sayuran. 3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 35.000.000,-. 3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 34.860.000,-. 3.3. Draft naskah Buku Teknologi Pascapanen Sayuran yang telah disusun pada tahun sebelumnya.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk belanja barang untuk persediaan barang konsumsi. Perbanyakan buku Teknologi Pascapanen Sayuran pelaksanaannya melalui pihak ketiga yaitu perusahaan yang mengerjakan di bidang percetakan dan telah memenuhi persyaratan yang berlaku.
5.
Keluaran/Output 5.1. Pencetakan ulang dilaksanakan pada Bulan Juni 2015. 5.2. Pencetakan buku berjumlah 840 eksemplar.
6.
Hasil/Outcome Terdistribusi dan tersosialisasinya teknologi pascapanen sayuran yang baik kepada petani dan pelaku usaha sayuran.
7.
Manfaat/Benefit Petani / pelaku usaha dapat meningkatkan pengetahuan dan teknologi pascapanen dalam melakukan penanganan pascapanen sayuran sesuai prinsip GHP.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
468
8.
Dampak/Impact Petani dapat melakukan penanganan pascapanen sayuran dengan baik sehingga dapat mempertahankan mutu, menekan kehilangan hasil/kerusakan, dan memperpanjang umur simpan.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan Buku Teknologi Pascapanen Sayuran memberikan informasi dan pengetahuan petani/ pelaku usaha dalam penerapan teknologi pascapanen sayuran. 9.2. Saran Perlunya sosialisasi dan peningkatan pemahaman bagi petani/ pelaku usaha dan petugas mengenai informasi dan pengetahuan tentang teknologi pascapanen sayuran yang benar sesuai prinsip GHP.
PEMBUATAN POSTER DAN LEAFLET PASCAPANEN SAYURAN
1.
Latar Belakang Produk sayuran merupakan komoditas yang perishable dan masih mengalami proses hidup (fisiologis). Proses fisiologis tersebut mengakibatkan perubahan-perubahan yang menjurus pada kerusakan/kehilangan hasil. Perubahan setelah panen dan pascapanen tidak dapat dihentikan, namun dapat diperlambat sampai batas tertentu.
Untuk mengurangi kehilangan/kerusakan hasil, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah mengetahui faktor biologis dan lingkungan penyebab kerusakan, serta menggunakan
teknologi
penanganan
pascapanen
yang
benar,
diantaranya
pengemasan dan penyimpanan yang tepat, sehingga akan memperlambat kebusukan dan mempertahankan kesegaran produk sayuran pada tingkat paling optimal.
Oleh karena itu perlu di buatkan poster dan leaflet sebagai referensi bagi petani dan pelaku usaha sayuran dalam penguasaan teknologi pascapanen sayuran sehingga kehilangan/kerusakan hasil dapat ditekan seminimal mungkin, mempertahankan mutu produk sayuran, mempertahankan umur simpan, dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan petani.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
469
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyediakan pedoman berupa poster dan leaflet sebagai acuan bagi pelaku usaha/gapoktan/asosiasi di sentra produksi sayuran. 2.2. Sasaran Sasaran dari kegiatan ini adalah penerapan teknologi pascapanen sayuran oleh petugas, petani dan pelaku usaha sayuran.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran yang tersedia adalah sebesar Rp. 26.580.000,-. 3.2. Realisasi Keuangan dari hasil pembuatan poster dan leaflet Pascapanen Sayuran adalah sebesar Rp. 25.700.000,-.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk belanja barang untuk persediaan barang konsumsi. Pencetakan Poster dan Leaflet pascapanen sayuran pelaksanaannya melalui pihak ketiga.
5.
Keluaran/Output 5.1. Pembuatan poster dan leaflet dilaksanakan pada Bulan Juni 2015 5.2. Pencetakan poster dengan judul Penanganan Pascapanen Cabai sebanyak 1.800 eksemplar dan leaflet dengan judul SOP Pascapanen Tomat sebanyak 2.000 eksemplar dan SOP Pascapanen Kentang sebanyak 2.000 eksemplar.
6.
Hasil/Outcome Terdistribusi dan tersosialisasinya teknologi pascapanen sayuran yang baik kepada petani dan pelaku usaha sayuran.
7.
Manfaat/Benefit Petani / pelaku usaha dapat meningkatkan pengetahuan dan teknologi pascapanen dalam melakukan penanganan pascapanen sayuran sesuai prinsip GHP.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
470
8.
Dampak/Impact Petani dapat melakukan penanganan pascapanen sayuran dengan baik sehingga dapat mempertahankan mutu, menekan kehilangan hasil/kerusakan, dan memperpanjang umur simpan.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan Poster dan Leaflet Pascapanen Sayuran memberikan informasi dan pengetahuan petani/ pelaku usaha dalam penanganan pascapanen sayuran sesuai prinsip GHP. 9.2. Saran Perlunya sosialisasi dan peningkatan pemahaman bagi petani/ pelaku usaha dan petugas mengenai informasi dan pengetahuan pascapanen sayuran yang benar sesuai prinsip GHP.
PERBANYAKAN LEAFLET BUDIDAYA SAYURAN DALAM POT, BUKU KERJA JAMUR, BUKU KERJA TANAMAN OBAT, BUKU SOP TANAMAN OBAT, BUKU SOP JAMUR DAN PENCETAKAN BUKU PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT 2016
1.
Latar Belakang Penerapan teknis budidaya jamur dan tanaman obat yang baik melalui penerapan SOP merupakan penjabaran dari pedoman GAP. Oleh karena itu sebagai langkah selanjutnya dari pedoman GAP, dilakukan penggandaan/perbanyakan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh petani sebagai pelaku usaha. Adapun berbagai media informasi yang perlu di perbanyak adalah leaflet budidaya sayuran dalam pot, buku petunjuk teknis pengembangan sayuran dan tanaman obat 2016, buku kerja Jamur, buku kerja Tanaman Obat, buku SOP Tanaman Obat, dan buku SOP Jamur. Pada buku SOP dan buku kerja akan menguraikan secara detail tentang cara penanganan untuk masing-masing tahapan pelaksanaan usaha budidaya mulai dari pemilihan lokasi, benih, penyiapan lahan, pemeliharaan tanaman, panen dan pasca panen.
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Tersedianya berbagai informasi bagi pelaku usaha sayuran, jamur dan tanaman obat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
471
2.2. Sasaran Tersebarnya berbagai informasi bagi pelaku usaha sayuran, jamur dan tanaman obat. 3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan penggandaa/perbanyakan pedoman-pedoman lainnya dibebankan kepada DIPA TA. 2015 Direktorat Jenderal Hortikultura sebagai berikut: a.
Perbanyakan leaflet budidaya sayuran dalam pot sebesar Rp. 16.500.000,-
b.
Pencetakan petunjuk teknis pengembangan sayuran dan tanaman obat 2016 sebesar Rp. 21.000.000,-
c.
Perbanyakan buku kerja Jamur sebesar Rp. 8.750.000.-
d.
Perbanyakan buku buku kerja tanaman obat sebesar Rp. 8.750.000.-
e.
Perbanyakan buku SOP tanaman obat sebesar Rp. 41.250.000.-
f.
Perbanyakan buku SOP Jamur sebesar Rp. 20.625.000.-
3.2. Realisasi Keuangan Realisasi keuangan untuk pelaksanaan kegiatan penggandaa/perbanyakan pedoman-pedoman lainnya dibebankan kepada DIPA TA. 2015 Direktorat Jenderal Hortikultura sebagai berikut: a.
Perbanyakan leaflet budidaya sayuran dalam pot sebesar Rp. 16.000.000,-
b.
Pencetakan petunjuk teknis pengembangan sayuran dan tanaman obat 2016 sebesar Rp. 21.000.000,-
c.
Perbanyakan buku kerja Jamur sebesar Rp. 8.400.000.-
d.
Perbanyakan buku buku kerja tanaman obat sebesar Rp. 8.525.000.-
e.
Perbanyakan buku SOP tanaman obat sebesar Rp. 40.600.000.-
f.Perbanyakan buku SOP Jamur sebesar Rp. 20.250.000.3.3. Informasi Teknologi Informasi teknologi yang disajikan dalam cetak ulang buku-buku sayuran, jamur dan tanaman obat adalah teknologi berbudidaya sayuran dalam pot, jamur dan tanaman obat secara baik dan ramah lingkungan. 4.
Pelaksanaan Kegiatan 4.1. Pencetakan ulang dilaksanakan pada Bulan Agustus 2015. 4.2. Pencetakan ulang buku berjumlah enam judul buku yaitu Leaflet Budidaya Sayuran Dalam Pot, Buku Petunjuk Teknis Pengembangan Sayuran Dan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
472
Tanaman Obat 2016, Buku Kerja Jamur, Buku Kerja Tanaman Obat, Buku SOP Tanaman Obat, Dan Buku SOP Jamur. 5.
Keluaran/ Output Tercetaknya Leaflet Budidaya Sayuran Dalam Pot sebanyak 5.000 eksemplar, Petunjuk Teknis Pengembangan Sayuran Dan Tanaman Obat 2016 sebanyak 300 eksemplar, Buku Kerja Jamur sebanyak 700 eksemplar, Buku Kerja Tanaman Obat sebanyak 550 eksemplar, Buku SOP Tanaman Obat sebanyak 2.000 eksemplar dan Buku SOP Jamur Merang sebanyak 900 eksemplar.
6.
Hasil/Outcome Terdistribusi dan tersosialisasinya Leaflet Budidaya Sayuran Dalam Pot, Buku Petunjuk Teknis Pengembangan Sayuran Dan Tanaman Obat 2016, Buku Kerja Jamur, Buku Kerja Tanaman Obat, Buku SOP Tanaman Obat dan Buku SOP Jamur.
7.
Manfaat/Benefit Petani/ pelaku usaha dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan dalam menerapkan teknologi budidaya sayuran dalam pot, pengembangan Tanaman Obat, dan Jamur.
8.
Dampak/Impact Tersebarnya informasi kepada petani, petugas dan pelaku usaha agribisnis sayuran dan tanaman obat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
473
1771.007.002.
012
PENYUSUNAN PEDOMAN (APBN-P)
PENYUSUNAN/PENGGANDAAN
PENYUSUNAN BUKU PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN CABAI DAN BAWANG MERAH DI MUSIM KERING
1.
Latar Belakang Dalam rangka meminimalkan terjadinya gejolak harga cabai dan bawang merah yang tinggi di beberapa provinsi di Indonesia serta pemerataan ketersediaan produknya sepanjang tahun, Direktorat Jenderal Hortikultura menjalankan serangkaian strategi peningkatan produksi dan produktivitas cabai dan bawang merah. Salah satunya mendorong petani melakukan penanaman cabai dan bawang merah di musim kering/kemarau, termasuk mendorong pengembangan benih di luar pulau Jawa.
Dalam upaya pemerataan produksi cabai dan bawang merah saat terjadi kekurangan seperti saat musim hujan (panen Oktober-Maret), Direktorat Jenderal Hortikultura telah mendapat alokasi dana APBN-P 2015. Lokasi kegiatan adalah pada kawasan yang telah terbentuk dan pada daerah sentra pengembangan baru yang diharapkan dapat menambah areal produksi dan pemerataan produksi bulanan melalui penerapan teknologi budidaya dan pascapanen yang baik/ ter-standar. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Pedoman Teknis ini digunakan sebagai acuan bagi petugas pusat dan daerah dalam melaksanakan kegiatan APBN-P 2015 untuk pengembangan cabai di musim kering/kemarau dan bawang merah 2.2. Sasaran Sasaran kegiatan ini agar kegiatan APBN-P 2015 terlaksana secara efektif dan efisien di 30 Provinsi pada 197 kabupaten/kota.
3.
Masukan/ Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 475.067.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 433.266.000,3.3. Data dan Informasi : Data dan informasi tentang teknis pelaksanaan, teknologi budidaya cabai dan bawang merah di musim kering dan format pelaporan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
474
3.4. Sumber Daya Manusia : Sumber Daya Manusia (petugas pusat, daerah dan instansi terkait). 4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan ini dilaksanakan : 4.1. Berupa biaya pengiriman surat/undangan/dokumen/pedoman teknis. 4.2. Berupa biaya konsumsi rapat pertemuan pelaksanaan dan penyusunan buku pedoman teknis tanggal 8-10 April 2015 di Bogor dan pertemuan tim pelaksana kegiatan pada tanggal 3-5 September di Bogor. 4.3. Berupa Honor Narasumber dan moderator dalam penyusunan buku pedoman teknis pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering. 4.4. Berupa perjalanan dalam rangka pendampingan finalisasi dokumen pelaksanaan kegiatan dan koordinasi pelaporan kinerja pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering. 4.5. Berupa perjalanan pelaksanaan dan penyusunan buku pedoman teknis tanggal 810
April
di
Bogor
dan
perjalanan
pertemuan
tim
pelaksana
kegiatan
pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering. 5.
Keluaran/Output 5.1. Terlaksananya pengiriman surat/undangan/dokumen/pedoman teknis. 5.2. Terlaksananya perjalanan dalam rangka pendampingan finalisasi dokumen pelaksanaan kegiatan dan koordinasi pelaporan kinerja pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering. 5.3. Terlaksananya perjalanan pelaksanaan dan penyusunan buku pedoman teknis tanggal 8-10 April 2015 di Bogor dan perjalanan pertemuan tim pelaksana kegiatan pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering.
6.
Hasil/Outcome Tersedianya Buku Pedoman Teknis Pengembangan Cabai dan Bawang Merah di Musim Kering.
7.
Manfaat/Benefit Petugas, petani mendapat informasi tentang teknis pelaksanaan, teknologi budidaya cabai dan bawang merah di musim kering, dan format pelaporan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
475
8.
Dampak/Impact Informasi-informasi yang tersedia dapat digunakan sebagai bahan monitoring/evaluasi keberhasilan pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan Buku Pedoman Teknis Pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering dapat memberikan informasi dan pengetahuan petugas/petani/pelaku usaha mendapat informasi tentang teknis pelaksanaan, teknologi budidaya cabai dan bawang merah di musim kering meskipun masih ada kekurangannya. 9.2. Saran Perlunya perbaikan baik isi dan susunan kata-kata terhadap buku pedoman teknis tersebut sehingga lebih sempurna dan perlunya sosialisasi kepada petugas/pelaku usaha/petani mengenai informasi-informasi yang berkaitan dengan teknis pelaksanaan dan teknologi budidaya cabai dan bawang merah di musim kering.
PENYUSUNAN LAPORAN KEGIATAN PENGEMBANGAN CABAI DAN BAWANG MERAH DI MUSIM KERING
1.
Latar Belakang Dalam rangka meminimalkan terjadinya gejolak harga cabai dan bawang merah yang tinggi di beberapa provinsi di Indonesia serta pemerataan ketersediaan produknya sepanjang tahun, Direktorat Jenderal Hortikultura menjalankan serangkaian strategi peningkatan
produksi
dan
produktivitas
cabai
dan
bawang
merah.
Salah
satunyamendorong petani melakukan penanaman cabai dan bawang merah di musim kering/kemarau, termasuk mendorong pengembangan benih di luar pulau Jawa.
Dalam upaya pemerataan produksi cabai dan bawang merah saat terjadi kekurangan seperti saat musim hujan (panen Oktober-Maret), Direktorat Jenderal Hortikultura telah mendapat alokasi dana APBN-P 2015. Lokasi kegiatan adalah pada kawasan yang telah terbentuk dan pada daerah sentra pengembangan baru yang diharapkan dapat menambah areal produksi dan pemerataan produksi bulanan melalui penerapan teknologi budidaya dan pascapanen yang baik/ ter-standar.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
476
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Laporan ini digunakan sebagai acuan bagi petugas pusat dan daerah dalam mengevaluasi pelaksanaan kegiatan APBN-P 2015 untuk pengembangan cabai dimusim kering/kemarau dan bawang merah 2.2. Sasaran Sasarannya adalah kegiatan APBN-P 2015 terlaksana secara efektif dan efisien.
3.
Masukan/ Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 138.054.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 75.250.000,3.3. Data dan Informasi : Data dan informasi tentang laporan pelaksanaan kegiatan pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering dari seluruh provinsi/kab/kota penerima APBN-P 2015. 3.4. Sumber Daya Manusia :
Sumber Daya Manusia (petugas pusat, daerah dan
instansi terkait). 4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan ini akan dilaksanakan dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut : 4.1. Berupa
biaya
akomodasi
dan
konsumsi
penyusunan
laporan
kegiatan
pengembangan cabai dan bawang di musim kering. 4.2. Berupa perjalanan pelaksanaan penyusunan laporan kegiatan pengembangan cabai dan bawang di musim kering pada tanggal 28-30 Desember 2015 di Bogor.
5.
Keluaran/Output Terlaksananya perjalanan pelaksanaan penyusunan laporan kegiatan pengembangan cabai dan bawang di musim kering pada tanggal 28-30 Desember 2015 di Bogor.
6.
Hasil/Outcome Tersedianya Laporan Kegiatan Pengembangan Cabai dan Bawang Merah di Musim Kering.
7.
Manfaat/Benefit Petugas pusat dan daerah mendapatkan informasi tentang perkembangan dan kemajuan pelaksanaan pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
477
8.
Dampak / Impact Informasi-informasi yang tersedia dapat digunakan sebagai bahan monitoring/evaluasi keberhasilan pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan Laporan kegiatan pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi petugas/petani/pelaku usaha antara lain di daerah mana saja yang telah berhasil dalam penerapan teknologi budidaya cabai dan bawang merah di musim kering. 9.2. Saran Perlunya sosialisasi kepada petugas/pelaku usaha/petani mengenai informasiinformasi yang berkaitan dengan perkembangan pelaksanaan dan penerapan teknologi budidaya cabai dan bawang merah di musim kering.
1771. 012.001.
PEMBINAAN PENGEMBANGAN TANAMAN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT
011
PERSIAPAN (IDENTIFIKASI/ KOORDINASI)
PERJALANAN DALAM RANGKA KOORDINASI PERENCANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT Perjalanan dinas dalam rangka koordinasi perencanaan pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat ke Bogor, Palembang, Banjarmasin, Palangkaraya, Depok, Bandung, dan Sumedang. PERJALANAN MENGHADIRI RAPAT KOORDINASI Perjalanan menghadiri rapat koordinasi/ undangan telah dilaksanakan ke Kementerian Kesehatan dan Kementerian Kordinator Bidang Perekonomian. PERJALANAN MENGHADIRI PERTEMUAN Perjalanan menghadiri pertemuan tidak digunakan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
478
PERJALANAN
MENGHADIRI
PERTEMUAN/KOORDINASI
DALAM
RANGKA
PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN JAMUR Perjalanan menghadiri pertemuan/ koordinasi dalam rangka pengembangan tanaman obat dan jamur telah dilaksanakan ke Kabupaten/ Kota Bogor.
012 PELAKSANAAN (PERTEMUAN, WORKSHOP, SOSIALISASI, PEMBINAAN)
APRESIASI TEKNOLOGI PASCAPANEN SAYURAN
1.
Latar Belakang Produk sayuran merupakan komoditas yang perishable dan masih mengalami proses hidup (fisiologis) setelah panen. Proses fisiologis tersebut mengakibatkan perubahanperubahan yang menjurus pada kerusakan atau kehilangan hasil. Perubahan setelah panen dan pascapanen tidak dapat dihentikan, namun dapat diperlambat sampai batas tertentu. Untuk mengurangi kehilangan atau kerusakan hasil, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah mengetahui faktor biologis dan lingkungan penyebab kerusakan, serta menggunakan teknologi penanganan pascapanen yang benar, diantaranya pengemasan dan penyimpanan yang tepat, sehingga akan memperlambat kebusukan dan mempertahankan kesegaran produk pada tingkat paling optimal.
Guna mencapai hal tersebut, diperlukan upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan perubahan pemahaman petugas dan pelaku usaha baik pusat maupun daerah tentang penerapan prinsip teknologi pascapanen sayuran yang baik. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tersebut akan dilaksanakan melalui apresiasi teknologi pascapanen sayuran bagi petugas dan pelaku usaha sayuran khususnya yang menangani / mengelola bangsal pascapanen (packing house). Melalui kegiatan tersebut diharapkan penguasaan teknologi pascapanen sayuran oleh petugas dan pelaku usaha meningkat, dapat disebarluaskan kepada pelaku usaha sayuran lainnya sehingga kehilangan/kerusakan hasil dapat ditekan seminimal mungkin, mempertahankan mutu produk sayuran, memperpanjang umur simpan, dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan pelaku usaha sayuran.
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Melakukan transfer teknologi pascapanen sayuran dari para pakar dan peneliti di bidang pascapanen sayuran kepada peserta kegiatan apresiasi teknologi sayuran.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
479
2.2. Sasaran Sasaran dari kegiatan ini adalah petugas, petani/pelaku usaha sayuran dapat menerapkan penanganan pascapanen sayuran dengan baik. 3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 101.348.500-. 3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 99.544.500,-. 3.3. Informasi Teknologi
:
Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi
pascapanen sayuran dan penanganan sayuran di bangsal pascapanen. 3.4. Sarana Penunjang
:
Dalam pelaksanaan kegiatan Apresiasi Teknologi
Pascapanen Sayuran diberikan sarana penunjang berupa jaket dan topi lapang kepada para peserta. 4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Apresiasi Teknologi Pascapanen Sayuran dilaksanakan di BLPP Lembang, Bandung Barat dengan rincian sebagai berikut: 4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang, dokumentasi dan pelaporan kegiatan. 4.2. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber, honor narasumber non PNS dan honor moderator dalam rangka Apresiasi Teknologi Pascapanen Sayuran. 4.3. Belanja Sewa digunakan untuk sewa kendaraan roda 6 untuk kunjungan lapang pada kegiatan Apresiasi Teknologi Pascapanen Sayuran. 4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk biaya perjalanan dan akomodasi peserta kegiatan Apresiasi Teknologi Pascapanen Sayuran.
5.
Keluaran/Output 5.1
Dilaksanakan tanggal 4 – 8 Agustus 2015.
5.2
Peserta berjumlah 45 orang yang terdiri dari narasumber, petugas pusat, instansi terkait dan pelaku usaha. Narasumber dari Universitas Padjadjaran Bandung, Balitsa, Gapoktan Mekar Tani Jaya, Lembang; peserta terdiri dari petugas dan pelaku usaha yang menangani pascapanen sayuran dari 13 kota/kabupaten sentra produksi sayuran yaitu Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Sukabumi, Boyolali, Mataram, Pati, Lampung Selatan, dan Kepahiang, serta petugas Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
480
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: a.
Kebijakan Pengembangan Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, yang disampaikan Kasubdit Pascapanen Sayuran Buah, Daun dan Umbi.
b.
Teknologi Pascapanen Sayuran yang disampaikan oleh Prof. Dr. Carmencita Tjahjadi, Pakar Teknologi Pascapanen.
c.
Succes Story Gapoktan Mekar Tani Jaya yang disampaikan oleh Ir. Doyo Mulyo Iskandar, ketua Gapoktan MTJ.
d.
Penanganan Panen dan Pascapanen Sayuran yang disampaikan oleh Dr. Ali Asgar, MS. peneliti Balai Penelitian Sayuran.
e.
Capacity Building Kelompok tani sayuran oleh Ir. AG. Purwanto Edi, motivator.
f.
Standardisasi Mutu Pascapanen Sayuran dari tim Gapoktan Mekar Tani Jaya.
g.
Kendala, Peluang, Struktur Biaya dan Penyebab Fluktuasi Harga Tanaman Sayuran yang disampaikan oleh Ir. Doyo Mulyo Iskandar.
h.
Praktek Penanganan Pascapanen Sayuran di Bangsal Pascapanen Sayuran oleh Tim Gapoktan Mekar Tani Jaya.
6.
Hasil/Outcome Petugas pembina, petani dan pelaku usaha dari sentra poduksi tanaman sayuran mendapatkan tambahan pengetahuan dan keterampilan dalam teknologi penanganan pascapanen tanaman sayuran.
7.
Manfaat/Benefit Meningkatnya penerapan teknologi pascapanen sayuran di tingkat petani.
8.
Dampak/Impact Peningkatan mutu, daya saing dan aman konsumsi pada produk tanaman sayuran, sehingga dapat menambah pendapatan dan kesejahteraan petani.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Kuantitas dan kualitas sayuran yang dihasilkan oleh petani ditunjang oleh penanganan pascapanen sayuran dari lapangan hingga ke tangan konsumen. Kehilangan pascapanen sayuran yang tinggi dapat dicegah dengan penanganan pascapanen yang baik, sehingga kesejahteraan petani akan meningkat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
481
b.
Apresiasi Teknologi Pascapanen Sayuran sangat bermanfaat bagi peserta sebagai wahana edukasi, saling tukar informasi dari pengalaman di antara peserta khususnya dalam bidang pascapanen sayuran, sehingga kegiatan ini masih perlu dilakukan pada tahun-tahun mendatang.
9.2. Saran a.
Pelaku usaha sayuran harus berusaha merubah kebiasaan penanganan pascapanen dan tampilan produk yang kita jual, menjadi lebih baik lagi agar mampu bersaing di pasaran. Selain itu, pelaku usaha harus mengarah ke pasar yang lebih baik. Saat ini pasar di kita sangat luas, jangan membidik dulu pasar luar negeri, untuk DKI dan Jabar, masih terbuka peluang. Banyak daerah yang merupakan sentra sayuran tetapi masih dipasok daerah lain. Berarti ada peluang untuk diisi oleh produk lokal.
b.
Para pelaku usaha diharapkan terus berkoordinasi dengan Dinas Kabupaten untuk
memperoleh
informasi
program
dari
pemerintah
yang
dapat
memfasilitasi sarana prasarana yang dibutuhkan kelompoktani (packing house, cold storage, alsintan, sarana budidaya, peningkatan SDM, dsb). c.
Untuk melanjutkan komunikasi dan membangun jejaring akan dibentuk group melalui jejaring sosial bagi para peserta kegiatan
KONSOLIDASI PEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN SAYURAN
1.
Latar Belakang Dalam membangun sistem agribisnis hortikultura, pemberdayaan kelembagaan usaha perlu diperhatikan, karena tanpa didukung oleh kelembagaan usaha, maka pelaksanaan kegiatan tidak akan berhasil. Kelembagaan usaha petani yang handal perlu memiliki kemampuan untuk mengelola usahataninya secara mandiri dan professional sehingga produk yang dihasilkan memiliki daya saing, baik di pasar lokal
maupun ekspor.
Selama ini faktor kelembagaan agribisnis merupakan salah satu titik lemah, baik karena kemampuan
yang
belum
memadai,
namun sering juga data dan
informasi
keberadaannya tidak akurat.
Kelembagaan usaha dikembangkan seiring dengan semakin meningkatnya skala usaha dan jejaring kerjasama antar pelaku usaha, oleh karena itu pemberdayaan kelembagaan agribisnis merupakan faktor kegiatan untuk menciptakan kelembagaan yang responsif, dinamis dan berkelanjutan. Pengembangan kemandirian pelaku usaha
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
482
menjadi prioritas untuk mempersiapkan para pelaku usaha sayuran dan tanaman obat yang tangguh.
Melalui kegiatan Konsolidasi Pemberdayaan Kelembagaan Sayuran ini dapat memfasilitasi pelaku usaha / kelompok tani / Gapoktan / PMD / Champion/ Assosiasi / koperasi dan kelembagaan lainnya untuk dapat berkonsolidasi dalam pemberdayaan kelembagaan yang kuat dan tangguh serta berperan sesuai fungsinya, sehingga dapat di rasakan manfaatnya oleh anggota dalam berorganisasi sesuai fungsinya. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Memfasilitasi
para
pelaku
usaha/kelompoktani/Gapoktan/Assosiasi/Koperasi
dalam mengkonsolidasikan kelembagaan yang kuat khususnya yang bergerak dalam budidaya dan pascapanen sayuran. 2.2. Sasaran Sasaran dari kegiatan ini adalah petugas /pelaku usaha /kelompoktani / Gapoktan / Assosiasi /Koperasi dan kelembagaan lainnya yang bergerak dalam budidaya dan pascapanen sayuran.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp 53.000.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 48.900.000,3.3. Informasi Teknologi :
Referensi dan masukan dari berbagai pemangku
kepentingan, khususnya pengetahuan tentang pengelolaan kelembagaan sayuran yang tepat. 3.4. Sarana Penunjang
:
Untuk menunjang terlaksananya kegiatan Konsolidasi
Pemberdayaan Kelembagaan Sayuran kepada narasumber dan seluruh peserta diberikan sarana penunjang berupa tas untuk penunjang kegiatan.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Konsolidasi Pemberdayaan Kelembagaan Sayuran dilaksanakan di Hotel Grand Cempaka, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, dengan rincian sebagai berikut: 4.1.
Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang.
4.2.
Belanja Jasa Profesi dibutuhkan untuk honor narasumber dan honor moderator
4.3.
Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota dibutuhkan untuk perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan, serta akomodasi dan konsumsi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
483
5.
Keluaran/Output Terselenggaranya pertemuan Konsolidasi Pemberdayaan Kelembagaan Sayuran yang melibatkan petugas, pelaku usaha / kelompok tani / Gapoktan / PMD / Champion/ Assosiasi / koperasi dan kelembagaan lainnya.
6.
Hasil/Outcome Hasil dari kegiatan ini adalah terbentuknya kelembagaan sayuran di sentra produksi sayuran dan terfasilitasinya konsolidasi kelembagaan antara petugas, pelaku usaha / kelompok tani / Gapoktan / PMD / Champion/ Assosiasi / koperasi dan kelembagaan lainnya.
7.
Manfaat/Benefit Terjalinnya komunikasi dan konsolidasi yang solid antara petugas, pelaku usaha / kelompok tani / Gapoktan / PMD / Champion/ Assosiasi / koperasi dan kelembagaan lainnya di bidang agribisnis sayuran.
8.
Dampak/Impact Terwujudnya kelembagaan usaha sayuran yang tangguh.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Kelembagaan petani sangat penting keberadaannya agar usaha tani yang dilakukan dapat berkembang secara lebih baik yang memungkinkan meningkatnya pendapatan petani sehingga kesejahteraan petani turut meningkat.
b.
Kelembagaan petani/pelaku usaha yang kuat sangat dibutuhkan, agar petani Indonesia mampu menghadapi Pasar Bebas ASEAN.
c.
Perlu
dilakukan
penjajakan
kerjasama
antara
sesama
pelaku
usaha/kelompoktani/ gapoktan baik pada tingkat on farm maupun off farm antar wilayah di Indonesia. d.
Usaha agribisnis kelompoktani/gapoktan perlu terus dikembangkan dengan menginisiasi dibentuknya koperasi yang dapat memberikan tambahan keuntungan bagi pelaku usaha.
9.2. Saran a.
Perlu pembinaan terhadap pelaku usaha oleh petugas dinas pertanian setempat agar pelaku usaha dapat bekerjasama dalam sebuah wadah kelembagaan berupa kelompoktani/gapoktan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
484
b.
Perlu dorongan, dukungan dan pembinaan terhadap kelompoktani yang sudah ada agar terus dapat mengembangkan kelembagaannya menjadi sebuah badan usaha sehingga ke depannya mampu bersaing dalam Pasar Bebas ASEAN. Hal ini dapat dilakukan salah satunya dengan cara sering bertukar ilmu dan pengalaman kepada kelompoktani yang sudah lebih maju dalam mengelola usaha kelompoktaninya.
c.
Perlu dorongan kepada kelompoktani dan gapoktan untuk melakukan kerjasama yang saling menguntungkan baik on farm maupun di off farm. Dorongan yang dilakukan diawali dengan membentuk jejaring kelembagaan dalam sebuah wadah (kelompok) media sosial yang dapat dapat saling bertukar informasi terkait dengan agribisnis.
d.
Perlu pembinaan kepada kelompoktani/gapoktan untuk mengembangkan lebih lanjut usaha taninya dengan membentuk koperasi. Perlu upaya menjembatani para pelaku usaha dengan Dinas Koperasi dan UMKM provinsi dan kabupaten kota di wilayah masing-masing.
KONSOLIDASI KAWASAN AGRIBISNIS SAYURAN SUMATERA (KASS)
1.
Latar Belakang Kawasan Agribisnis Sayuran Sumatera merupakan forum yang dibentuk untuk mendorong pertumbuhan agribisnis sayuran di wilayah Sumatera, mengingat geografis Sumatera yang dekat dengan pasar seperti Singapura, Malaysia. Adanya kerjasama Indonesia – Malaysia – Singapura (IMS – GT) merupakan peluang pasar sayuran Indonesia terhadap provinsi-provinsi yang terletak di Kepulauan Sumatera, karena letak geografis yang sangat memungkinkan sebagai pemasok utama. Forum Kawasan Agribisnis Sayuran Sumatera (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Riau dan Kepulauan Riau) diharapkan dapat mengembangkan sayuran baik dari aspek peningkatan produksi, pascapanen, pengangkutan dan pemasaran.
Untuk itu perlu adanya koordinasi antar provinsi di wilayah tersebut agar petugas maupun pelaku usaha sayuran mampu merespon dan memanfaatkan kerjasama ekonomi, meningkatkan produksi sayuran yang sesuai dengan agroklimat dan permintaan pasar khususnya untuk mengisi peluang ekspor ke Singapura, mendorong
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
485
berkembangnya kawasan usaha sayuran yang berwawasan lingkungan, networking serta mengembangkan sistem jaminan mutu dan kelembagaan sertifikasi. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memfasilitasi pertemuan antara petugas dan pelaku agribisnis sayuran di wilayah Sumatera. 2.2. Sasaran Sasaran dari kegiatan ini meningkatkan intensitas kerjasama yang telah terjalin di antara para pelaku agribisnis sayuran di wilayah Sumatera untuk lebih memantapkan jaringan agribisnis sayuran yang sudah ada.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp 163.984.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 77.334.100,-. 3.3. Informasi Teknologi :
Referensi dan masukan dari berbagai pemangku
kepentingan, khususnya pengetahuan tentang Pengelolaan Panen, Pascapanen, dan Packing house sayuran yang tepat sangat diperlukan agar dapat dihasilkan produk sayuran yang bermutu tinggi, aman konsumsi serta kerusakan hasil yang rendah. 3.4. Sarana Penunjang
:
Untuk menunjang terlaksananya kegiatan Konsolidasi
Kawasan Agribisnis Sayuran Sumatera (KASS) kepada narasumber dan seluruh peserta diberikan sarana penunjang berupa tas untuk penunjang kegiatan.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Konsolidasi Kawasan Agribisnis Sayuran Sumatera (KASS) dilaksanakan di Aceh dengan rincian sebagai berikut: 4.1. Belanja bahan pada kegiatan ini digunakan untuk pengadaan sarana penunjang. 4.2. Belanja jasa profesi digunakan untuk honor narasumber dan honor moderator. 4.3. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan, serta akomodasi dan konsumsi.
5.
Keluaran/Output Terselenggaranya pertemuan Konsolidasi Kawasan Agribisnis Sayuran Sumatera (KASS) yang melibatkan petugas, pelaku usaha / kelompok tani / Gapoktan dan forum KASS di wilayah Sumatera.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
486
6.
Hasil/Outcome Hasil dari kegiatan ini adalah terfasilitasinya konsolidasi kelembagaan antara petugas, pelaku usaha / kelompok tani / Gapoktan dan forum KASS di wilayah Sumatera dalam meningkatkan agribisnis sayuran.
7.
Manfaat/Benefit Terjalinnya komunikasi dan konsolidasi yang solid antara petugas, pelaku usaha / kelompok tani / Gapoktan dan forum KASS di wilayah Sumatera dalam meningkatkan agribisnis sayuran.
8.
Dampak/Impact Meningkatnya pertumbuhan agribisnis sayuran di kawasan Sumatera, sehingga mendorong peningkatan volume ekspor sayuran.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Kegiatan konsolidasi agribisnis sayuran Sumatera sangat penting guna meningkatkan pengetahuan dan wawasan petugas dan pelaku usaha sayuran dalam menyiapkan produk yang berkualitas dan memiliki daya saing produk sayuran, khususnya di wilayah Sumatera yang memiliki lokasi strategis untuk pasar ekspor.
b.
Kegiatan ini juga menjadi ajang koordinasi dan konsolidasi forum kawasan agribisnis sayuran Sumatera sebagai wadah kerjasama dan networking bisnis bagi pelaku usaha sayuran dan pihak terkait lainnya.
c.
Pada pertemuan ini, terjadi sharing pengalaman dari pelaku usaha yang telah sukses dalam pemasaran produk sayuran baik pasar domestik maupun ekspor, dan terjalin kontak bisnis antara pelaku usaha sayuran dalam pemasaran produk sayuran.
9.2. Saran Dibutuhkan kegiatan serupa di daerah lain untuk meningkatkan aplikasi penanganan pascapanen sayuran di lapangan serta sebagai sarana komunikasi antar pelaku usaha sayuran dan para stakeholder.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
487
KOORDINASI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN JAMUR MENDUKUNG POKJANAS JAMINDO
1.
Latar Belakang Agribisnis hortikultura semakin menunjukkan prospek yang baik di Indonesia. Dengan semakin terbukanya pangsa pasar untuk produk hortikultura dan fasilitas kemudahan arus investasi untuk menembus berbagai wilayah/daerah sehingga komoditas hortikultura khususnya sayuran terutama jamur dituntut semakin menunjukkan mutu, harga yang bersaing serta kemudahan untuk mendapatkannya di pasaran (kontinuitas produksi).
Tuntutan pasar terhadap jamur yang bermutu, aman konsumsi dan berdaya saing ini perlu mendapa perhatian dari berbagai stakeholder yang terlibat dalam pengembangan jamur tidak hanya dukungan dari Kementerian Pertanian Pusat dan Daerah tetapi juga didukung oleh institusi penelitian dan pengembangan dari Kementerian dan Non Kementerian seperti Menristek, LIPI, BPPT serta lembaga riset yang ada institusi pendidikan tinggi baik berupa bimbingan, pembinaan, pendampingan, inovasi dan alih teknologi terapan, fasilitasi sarana prasarana budidaya dan pascapanen, fasilitasi kemitraan yang dapat memadukan kerjasama yang saling menguntungkan antara petani dan pelaku usaha meupun koordinasi pengembangan usaha yang terarah pada pengidentifikasian potensi jamur di Indonesia.
Saat ini kelembagaan di bidang agribisnis jamur berupa kelompok, asosiasi, penghimpunan masyarakat, paguyuban, forum, dan lainnya terdapat dalam jumlah yang banyak, namun sebagian besar keberadaannya masih kurang efektif dan produktif. Kelembagaan yang didirikan belum berorientasi pada keuntungan bersama (profit) tetapi masih bersifat kelembagaan tradisional dan kepentingan perorangan (personal). Disamping itu kemitraan petani dengan pelaku usaha belum terjalin secara berkelanjutan dan cenderung tidak berpihak pada petani.
Kondisi ironis yang terjadi perlu disikapi diantaranya dengan melakukan pertemuan koordinasi pengembangan kelembagaan jamur untuk mendorong pengembangan agribisnis jamur di Indonesia dan menciptakan iklim kemitraan yang tangguh. Pertemuan ini rencananya akan dipadukan dengan kegiatan yang diselenggarakan oleh Kelompok Kerja Nasional Jamur Indonesia (POKJANAS JAMINDO) dalam bentuk Seminar Internasional sehari.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
488
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan a.
Memfalisitasi koordinasi antara petugas, pelaku usaha dan unsur-unsur kelembagaan jamur.
b.
Menjembatani komunikasi dan mengalirnya hasil penelitian
kepada
masyarakat pemerhati jamur. 2.2. Sasaran Petugas, pelaku usaha, praktisi, peneliti, mahasiswa, dan masyarakat jamur terkait pengembangan jamur.
3.
Masukan/Output 3.1. Anggaran sebesar Rp. 80.300.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 77.783.100 3.3. Sumber Daya Manusia (Petugas, Petani, Pelaku Usaha). 3.4. Informasi tentang kelembagaan pengembangan jamur di wilayah Indonesia dan negara pembudidaya jamur (Asia).
4.
Pelaksanaan Kegiatan 4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang berupa seragam batik dan goodie bag berisi sabun jamur, soto jamur instan, ballpoint, note book, minuman jamur (bera lemon) sebanyak 73 buah. 4.2. Belanja Jasa Profesi dibutuhkan untuk honor narasumber dan honor moderator 4.3. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota dibutuhkan untuk perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan dan pertemuan kegiatan.
5.
Keluaran/ Output 5.1. Kegiatan koordinasi pengembangan jamur mendukung Pokjanas Jamindo dalam bentuk Seminar Internasional sehari, dilaksanakan di IICC (IPB International Convention Center) Bogor, pada tanggal 10 Nopember 2015 5.2. Peserta yang hadir berjumlah 73 orang berasal dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Petugas Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian Kabupaten/ Kota (Jawa Barat, Karawang, Indramayu, Bandung), Perguruan Tinggi (IPB, ITB, UNPAD, UI, UNSOED, UNAS), BPPT, Pelaku Usaha (MAJI, APJI, IndoEvergreen, CV Asa Agro) 5.3. Narasumber berasal dari Jepang,
Malaysia, dan Indonesia (IPB dan LIPI),
dengan rincian materi : The Development Mushroom in Malaysia (Mrs. Suhana Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
489
Safari); Recent research about mushroom cultivation technology in Japan (Norihiro Shimomura); Role of Substrates on Mushroom Cultivation (Prof.m Lisdar I Sudirman); Potency of wild edible mushroom as a food stuffin Indonesia (Dr. Atiek Retnowati). 6.
Hasil/Outcome Terpadu dan terintegrasinya program dan kegiatan antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota serta institusi terkait lainnya dalam melaksanakan pengelolaan pengembangan kawasan jamur di Indonesia.
7.
Manfaat/Benefit Meningkatnya produksi, produktivitas, mutu dan daya saing produk jamur.
8.
Dampak/Impact Berkembangnya kawasan jamur sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Untuk mengatasi permasalahan utama yang menjadi kendala dalam pengembangan kelembagaan jamur, adalah dengan melakukan sinergi dan koordinasi antara
aspek penelitian, pengembangan dan pembinaan serta
kelembagaan yang belum terjalin dengan baik. Berbagai hasil dan inovasi teknologi budidaya, pascapanen dan pengolahan belum terinformasikan ke pelaku usaha jamur secara baik. b.
Permintaan jamur di Malaysia meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Permintaan yang lebih tinggi
untuk semua kategori; produk
berbasis segar, kering, dan olahan berbahan baku jamur. Jamur tiram sangat diminati oleh masyarakat luas, sedangkan shiitake dan jamur kancing banyak digunakan oleh industry restoran makanan/perhotelan. Hal ini dapat dijadikan peluang bagi petani jamur di Indonesia untuk meningkatkan jumlah produksi, mutu dan kualitas jamur yang berkembang di Indonesia, seperti jamur tiram dan kuping yang banyak di produksi. c.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jepang ada 2 budidaya jamur yang dihasilkan yaitu budidaya bibit jamur yang disemai dan di inokulasi di bagian akar pohon pinus dan budidaya jamur shiitake dengan media kayu. Hal ini dapat dijadikan referensi bagi petani di Indonesia bahwa budidaya jamur tidak
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
490
hanya dapat menggunakan serbuk kayu atau kompos, dapat juga menggunakan bibit yang disemai dan media kayu. 9.2. Saran a.
Untuk meningkatan produksi
dan
mutu, perlu dilakukan pembinaan dan
penerapan GAP, GHP dan SOP serta SL-GAP dan
SL-GHP bagi petani
secara intensif. b.
Penyebaran kawasan sentra produksi ke beberapa daerah baru potensial.
c.
Penanganan produksi dalam skala luas dan fasilitasi bantuan sebagai pengungkit/stimulant.
d.
Pembinaan dan fasilitasi budidaya di tingkat poktan dan gapoktan
serta
pascapanen pada gapoktan, pengelola bangsal pascapanen, asosiasi dan koperasi. e.
Koordinasi
dengan
instansi
terkait
secara
intensif
dan
peningkatan
kapabalitas SDM. f.
Penguatan akses permodalan (PUAP, PMD, CSR, dll).
SIMPOSIUM TEMULAWAK INTERNASIONAL KE 3
1.
Latar Belakang Upaya melestarikan dan meningkatkan pemanfaatan jamu di Indonesia telah menjadi perhatian pemerintah. Pada tanggal 4 Maret 2008 dicanangkan Jamu Brand Indonesia oleh berbagai pihak baik dari pelaku usaha, pemerintah, budayawan, sejarawan, media, peneliti, dan akademisi melalui workshop yang diprakarsai dan difasilitasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI (Kemenko Perekonomian). Pada tanggal 27-28 Mei 2008, Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Koordinator Bidang
Kesejahteraan
Masyarakat
(Kemenko
Kesra),
Kementerian
Pertanian
(Kementan), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM), Universitas Yonsei Korea, Gabungan Pengusaha Jamu (GP Jamu) dan Universitas Pakuan, telah mengadakan kegiatan The First International Symposium on Temulawak di IPB International Convention Center (IICC), yang pembukaannya dilakukan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono di Istana Negara, bersamaan dengan Gelar Kebangkitan Jamu Indonesia.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
491
Sebagai tindak lanjut dari Simposium Temulawak Internasional ke-1 (2008) dan Simposium Temulawak Internasional ke-2 (2011), telah diselenggarakan Simposium Temulawak Internasional ke-3 pada tanggal 1-3 September 2015 di IPB International Convention Centre (IICC) Bogor, yang bertemakan ”Harmonization of science, technology, and culture of Temulawak and potential plants utilization to accelerate jamu industrialization”. Simposium ini diselenggarakan atas kerjasama antara Pusat Studi Biofaramka, Institut Pertanian Bogor dengan beberapa Kementerian terkait, antara lain Kemenko Bidang Perekonomian RI; Kemenko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI; Kemenkes RI; Kementan RI; Kementerian Perindustrian; GP Jamu; Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI; dan Kemenperindag.
Selain seminar dan workshop, juga diselenggarakan pameran berupa hasil-hasil penelitian jamu, dan pengobatan berbasis jamu, lomba penulisan artikel jamu di blog, dan lomba penulisan artikel jamu untuk koran atau majalah ilmiah populer untuk meningkatkan partisipasi masyarakat umum serta memberikan kesadaran pada masyarakat mengenai pentingnya Jamu Brand Indonesia. Kegiatan Workshop Kemometrik dan Metabolomik diharapkan dapat menjadi pemicu untuk meningkatkan pemahaman penggiat industri berbahan baku tumbuhan obat.
Dalam rangka mendukung Simposium Temulawak Internasional ke-3, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat turut berpartisipasi dan berkontribusi dalam penyelenggaraan pameran produk tanaman obat dengan melibatkan petani/pelaku usaha tanaman obat.
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan a.
Mensosialisasikan
kemajuan
pengembangan
industri
berbahan
baku
tumbuhan obat khususnya temulawak dan meningkatkan pemahaman serta penggunaan jamu kepada masyarakat Indonesia dan juga masyarakat dunia. b.
Sebagai media pertemuan dan pertukaran informasi antara peneliti, pelaku usaha dan stake holder lainnya.
c.
Sebagai sarana sosialisasi dan identifikasi tingkat pemahaman masyarakat umum mengenai jamu.
2.2. Sasaran Praktisi
Tanaman
Obat,
Akedemisi,
Peneliti,
Mahasiswa,
Industri
Jamu
Petani/Kelompoktani/Gapoktan dan Masyarakat Umum.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
492
3.
Masukan/Output 3.1. Anggaran sebesar Rp. 59.000.000,- . 3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 58.443.400,-. 3.3. Sumber Daya Manusia (Petugas, Petani, Pelaku Usaha). 3.4. Data/ Informasi tentang pengembangan industri berbahan baku tumbuhan obat khususnya temulawak.
4.
Pelaksanaan Kegiatan 4.1. Belanja Bahan Sarana pendukung pameran dalam rangka pelaksanaan Simposium Temulawak Internasional ke-3, berupa seragam panitia berjumlah 10 orang, bahan pameran terdiri: tanaman obat 43 jenis, rimpang segar 10 jenis, simplisia daun dan rimpang 20 jenis, dan produk olahan berupa minuman instan 7 jenis. 4.2. Belanja Sewa Sewa stand dalam rangka kerjasama mendukung Simposium Temulawak Internasional ke-3berjumlah 2 unit. 4.3. Belanja Perjalanan Biasa Perjalanan
dalam
rangka
dukungan
kerjasama
pelaksanaan
symposium
temulawak internasional ke-3 berjumlah 12 OP.
5.
Keluaran/Output 5.1. Penyelenggaraan pameran tanaman obat dilaksanakan pada tanggal 1 - 3 September 2015, bertempat di Ballroom IPB International Convention Centre (IIC) Bogor. Stand yang difasilitasi oleh Direktorat Jenderal Hortikultura sebanyak 2 unit dengan ukuran 2 x 3 meter. 5.2. Stand pameran Ditjen Hortikultura diisi oleh petani dan pelaku usaha tanaman obat
yang berasal dari
Gapoktan Kemuning Jaya, Kabupaten Sukabumi;
Kelompok Tani Mukti Cidolok, Sukabumi; Kelompoktani Sari Sehat Kab. Bogor; Rumah Toga Lestari., Tangerang. 5.3. Bahan dan materi yang dipamerkan dalam stand Direktorat Jenderal Hortikultura dalam kegiatan pameran, antara lain display tanaman obat; rimpang segar; simplisia tanaman obat; produk kesehatan dan minuman welcome drink (secang dan beras kencur, kunyit asam).
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
493
6.
Hasil/Outcome Terpadu dan terintegrasinya program dan kegiatan terkait tanaman obat terutama temulawak antar instansi terkait tanaman obat (IPB, Pusat Studi Biofarmaka, B2P2TOOT Tawangmangu, dan Pelaku usaha).
7.
Manfaat/Benefit Meningkatnya produksi, produktivitas, mutu dan daya saing tanaman obat.
8.
Dampak/Impact Berkembangnya kawasan tanaman obat di sektor hulu dan industri jamu di sektor hilir.
APRESIASI BUDIDAYA JAMUR
1.
Latar Belakang Keunggulan yang dimiliki Indonesia dalam pengembangan agribisnis jamur diantaranya adalah ketersediaan daerah yang memiliki iklim kondusif untuk pertumbuhan jamur yang mampu menghasilkan jamur dengan produktivitas dan kualitas yang tinggi, ketersediaan bahan baku yang dapat digunakan sebagai media tumbuh jamur, tersedianya tenaga kerja yang relatif banyak dan murah, potensi pasar domestik yang cukup besar karena jumlah penduduk Indonesia besar banyak serta potensi pasar ekspor yang belum tergarap secara optimal.
Di lain pihak kegiatan budidaya jamur ramah lingkungan masih kurang diperhatikan oleh petani/pelaku usaha, karena lebih terfokus pada usaha budidaya untuk meningkatkan produksi. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya pemahaman dan pengetahuan petani dalam penguasaan teknologi budidaya jamur sesuai GAP/SOP dan belum memadainya dukungan sarana prasarana pascapanen yang dibutuhkan petani.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman petani terkait dengan budidaya jamur yang baik, maka diperlukan adopsi teknologi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan kegiatan Apresiasi Budidaya Jamur kepada pelaku usaha yang telah menerapkan teknologi budidaya jamur yang baik dan sudah memiliki sarana prasarana pascapanen yang memadai, sehingga diharapkan petani dapat mengadopsi teknologi yang telah diperoleh selama kegiatan berlangsung serta dapat mensosialisasikannya kepada petani/pelaku usaha serta pemangku kepentingan di daerahnya masing-masing. Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
494
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Tujuan apresiasi budidaya jamur adalah meningkatkan pengetahuan dan wawasan petani tentang perbenihan dan budidaya jamur yang baik. 2.2. Sasaran Petani dapat mengadopsi dan menerapkan teknologi budidaya jamur yang baik sehingga tersedia jamur sesuai mutu dipersyaratkan pasar domestik dan pasar internasional.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 118.983.000.-. 3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 116.746.000.3.3. Informasi Teknologi :
Referensi dan masukan dari berbagai pemangku
kepentingan, khususnya pengetahuan tentang pengembangan jamur yang tepat.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan Apresiasi Budidaya Jamur dilakukan oleh Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, dengan rincian kegiatan sebagai berikut: 4.1. Belanja Bahan Dalam rangka mendukung terlaksananya kegiatan Apresiasi Budidaya Jamur diberikan 1) sarana penunjang berupa tas dan kaos diberikan kepada narasumber dan peserta; 2) sarana pendukung berupa sarana praktek untuk membuat kultur jaringan benih jamur tiram dan merang yang dilakukan di ITB diantaranya benih F1 dan F2 jamur merang dan jamur tiram, gabah, serbuk gergaji, alkohol 70% dan lain-lain. 4.2. Belanja Sewa Dilaksanakan untuk membayar sewa kendaraan saat melakukan kunjungan lapang pada kegiatan Apresiasi Budidaya Jamur. 4.3. Belanja Jasa Profesi Dilaksanakan untuk membayar honor narasumber dan moderator kegiatan Apresiasi Budidaya Jamur. 4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota Dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan berupa perjalanan pelaksanaan Apresiasi Budidaya Jamur dan Akomodasi dan konsumsi saat pelaksanaan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
495
5.
Keluaran/Output 5.1. Kegiatan Apresiasi Budidaya Jamur dilaksanakan selama 3 hari, mulai tanggal 18 – 20 Agustus 2015 dalam bentuk pertemuan di Bandung dan kunjungan lapang dilakukan ke Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati – ITB Bandung. Narasumber yang menyampaikan materi pada pertemuan ini adalah: a.
Ir. Muning Ekowati, M.Si dari Direktorat Perbenihan Hortikultura
b.
Iwan Ruswandi, SP. dari BPSBTPH Provinsi Jawa Barat
c.
Dr. I Nyoman P. Aryantha dari ITB Bandung
d.
Dr. Meksy Dianawati, SP., M.Si. dari BPTP Provinsi Jawa Barat
5.2. Materi yang disampaikan pada pelaksanaan Temu Teknologi Budidaya Tanaman Obat adalah: a.
Kebijakan Pengembangan Perbenihan Jamur
b.
Penilaian Proses Produksi Benih Jamur
c.
Perbenihan Jamur
d.
Pengembangan Budidaya Jamur Tiram dan Jamur Merang
e.
Pada saat kunjungan lapang, dilakukan praktek pembuatan benih jamur dalam upaya peningkatan kualitas benih untuk berbudidaya jamur yang baik di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati-ITB dijelaskan oleh Bapak Tedy Dermawan.
6.
Hasil/Outcome Tersosialisasinya inovasi teknologi budidaya kepada 45 orang petugas dan pelaku usaha dalam upaya peningkatan produksi dan mutu jamur di sentra produksi jamur Jawa Barat
7.
Manfaat/Benefit Petani dan pelaku usaha dapat memahami dan menerapkan teknologi budidaya jamur dalam usaha agribisnisnya.
8.
Dampak/Impact Meningkatkan kualitas hasil budidaya jamur dan pendapatan pelaku usaha jamur.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Faktor keberhasilan dalam perbenihan jamur pangan adalah Varietas yang unggul; Pengetahuan biologi jamur; Skill motorik (teknis) mikrobiologi; Sarana dan prasarana; dan Standarisasi Proses.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
496
b.
Dalam proses pembuatan benih jamur proses fermentasi dan sterilisasi memegang factor utama dalam keberhasilan ataupun kegagalan pembenihan, karenanya perlu sangat diperhatikan oleh petani yang berkeinginan menjadi penangkar benih jamur.
c.
Produksi jamur yang tinggi dapat diperoleh apabila bibit dan media yang digunakan berkualitas, kondisi steril, dan syarat tumbuh yang dibutuhkan jamur dipenuhi. Nutrisi diperlukan sebagai sumber karbon, nitrogen, vitamin, dan mineral. Kebutuhan nutrisi tersebut dapat dipenuhi dari media tanam. Lingkungan tumbuh yang berpengaruh terhadap jamur adalah suhu, kelembaban udara, cahaya, pH, dan kandungan CO2 dan O2.
9.2. Saran a.
Perlu dilakukan berbagai upaya untuk peningkatan industri perbenihan jamur secara nasional melalui penguatan SDM perbenihan jamur (penangkar, petani, asosiasi, pelaku bisnis, institusi pemerintah dan perguruan tinggi, peneliti,
laboran, teknisi lapangan, penyuluh dan pengawas benih) dan
sarana prasarana (laboratorium dan lapangan) serta permodalan; b.
Penguatan kelembagaan kelompok penangkar ditempuh melalui upaya kemitraan
dengan
swasta
yang
sekaligus
dapat
berfungsi
sebagai
penjaminan pasar terhadap produk benih bermutu yang dihasilkannya.
TEMU TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN OBAT
1.
Latar Belakang Peningkatan peran tanaman obat khususnya dan obat bahan alam umumnya, memerlukan: 1) Dukungan dan kemauan politik yang cukup dari pemerintah untuk menjadikan tanaman obat sebagai salah satu sumber kesejahteraan rakyat dan “prime mover” perekonomian nasional; 2) Adanya program menyeluruh dan terpadu dari hulu hingga hilir untuk pengembangan tanaman obat; 3) Koordinasi dan sinkronisasi program dari instansi terkait serta keterlibatan swasta dan masyarakat; dan 4) Peraturan perundang-undangan yang cukup kondusif bagi pengembangan tanaman obat.
Kebijakan pengembangan tanaman obat diimplementasikan melalui penerapan pedoman budidaya yang baik (Good Agricultural Practices) yang selanjutnya diturunkan menjadi SOP (Standard Operational Procedure) untuk masing-masing komoditas. Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman obat di daerah sentra produksi diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan bahan baku yang diperlukan oleh Industri Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
497
Obat Tradisional (IOT) dan Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), sehingga kebutuhan bahan alam untuk industri dapat dipenuhi dari hasil budidaya bukan dari hasil penambang di hutan. Salah satu kegiatan yang mendukung langkah strategis tersebut, adalah temu teknologi budidaya tanaman obat yang dilakukan di sentra produksi tanaman obat.
Upaya yang dilakukan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat untuk mendukung peningkatan kemampuan petani dalam berbudidaya tanaman obat adalah melaksanakan temu teknologi budidaya tanaman obat di daerah sentra produksi tanaman obat. Melalui temu teknologi ini petani dan pelaku usaha tanaman obat diharapkan dapat ditingkatkan kemampuannya dalam berproduksi. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Menyebarluaskan informasi dan teknologi budidaya tanaman obat di sentra produksi dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun industri. 2.2. Sasaran Penerapan teknologi budidaya tanaman obat secara optimal ditingkat pelaku usaha atau petani tanaman obat, serta petugas pendamping daerah.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 117.353.000.3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 114.973.000.3.3. Informasi Teknologi : Tanaman obat yang dibudidayakan di Kalimantan Timur masih bersifat tradisional, pengembangan tanaman obat yang ada adalah rimpang-rimpangan dan dedaunan dari hutan. Pengembangan obat tradisional dengan menggunakan tanaman obat yang berasal deri hutan merupakan upaya yang dilakukan untuk memperkaya jenis tanaman obat yang ada di Kalimantan Timur diantaranya pengembangan tanaman asli Kalimantan yaitu Tahongai. 3.4. Sarana Penunjang :
Dalam pelaksanaan kegiatan Temu Teknologi Budidaya
Tanaman Obat diberikan sarana penunjang dan sarana pendukung kepada narasumber dan peserta.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan Temu Teknologi Budidaya Tanaman Obat dilakukan oleh Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
498
4.1. Belanja Bahan Dalam rangka mendukung terlaksananya kegiatan Temu Teknologi Budidaya Tanaman Obat diberikan sarana penunjang berupa tas, kaos berkerah, topi kepada narasumber dan peserta. 4.2. Belanja Sewa Dilaksanakan untuk membayar sewa kendaraan saat melakukan kunjungan lapang pada kegiatan Temu Teknologi Budidaya Tanaman Obat. 4.3. Belanja Jasa Profesi Dilaksanakan untuk membayar honor narasumber dan moderator kegiatan Temu Teknologi Budidaya Tanaman Obat. 4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota Dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan berupa perjalanan pelaksanaan Temu Teknologi Budidaya Tanaman Obat dan Akomodasi dan konsumsi saat pelaksanaan.
5.
Keluaran/Output 5.1. Kegiatan Temu Teknologi Budidaya Tanaman Obat dilaksanakan selama 3 hari, mulai tanggal 03 - 05 Agustus 2015 dalam bentuk pertemuan di Kota Samarinda dan kunjungan lapang ke Petani Tanaman Obat dan CV. Abihira Herba Center di Kota Samarinda. Peserta pertemuan adalah petugas dan pelaku usaha dari kabupaten/kota sentra tanaman obat di Provinsi Kalimantan Timur dengan jumlah peserta sebanyak 35 orang. Narasumber pada pertemuan ini adalah Hera Nurhayati, SP., MSc yang berasal dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Ir. H. Gunawan Wibisono M.Si. dari UPTD Pengawas dan Sertifikasi Benih TPH, Ibu Faiza, S. Hut dari CV. Abihira Herba Centra dan Yossita Fiana, SP., M.Si. dari BPTP Provinsi Kalimantan Timur. 5.2. Materi yang disampaikan pada pelaksanaan Temu Teknologi Budidaya Tanaman Obat adalah: a.
Perkembangan Teknologi Budidaya Beberapa Tanaman Obat.
b.
Teknologi Perbenihan Tanaman Obat (Biofarmaka) di Indonesia.
c.
Budidaya Tanaman Obat Keluarga Ramah Lingkungan.
d.
Profil dan proses pengolahan tanaman obat di CV. Abihira (saat kunjungan lapang di CV. Abihira.
6.
Hasil/Outcome Tersosialisasinya inovasi teknologi budidaya tanaman obat dalam upaya peningkatan produksi dan mutu.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
499
7.
Manfaat/Benefit Meningkatnya pengetahuan petugas/petani/pelaku usaha dalam melakukan budidaya tanaman obat yang bermutu dan berdaya saing.
8.
Dampak/Impact Meningkatkan kualitas hasil tanaman obat dan pendapatan pelaku usaha tanaman obat.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Tanaman obat merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai tinggi, memiliki potensi yang cukup tinggi, namun pengembangannya perlu didukung oleh pengembangan industri pengolahan hasil agar meningkatkan nilai tambah sehingga menarik minat petani untuk lebih mendalami berbudidaya tanaman obat yang ramah lingkungan.
b.
Petani tanaman obat di Kalimantan Timur masih berbudidaya tanaman obat dengan cara tradisional karenanya pendampingan perlu dilakukan secara berkelanjutan
c.
Penggunaan benih unggul perlu ditekankan kepada petani sebagai dasar menghasilkan produksi yang optimal.
9.2. Saran a.
Perlu dilakukan berbagai upaya untuk peningkatan pengetahuan petani dalam mengelola budidaya tanaman obat khususnya di luar Pulau Jawa, agar produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan produksi yang dihasilkan di Pulau Jawa.
b.
Perlunya dukungan dari berbagai stakeholders baik secara fisik dan pendanaan untuk meningkatkan potensi wilayah dan mengembangkan komoditi tanaman obat lokal agar dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sehingga memberikan nilai tambah bagi petani yang mengembangkannya.
c.
Mengingat manfaat yang dirasakan oleh para peserta pertemuan, maka kegiatan Temu Teknologi Budidaya Tanaman Obat perlu dilaksanakan secara rutin setiap tahun, serta cakupan peserta diperluas ke daerah pengembangan tanaman obat lainnya.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
500
TEMU TEKNOLOGI BUDIDAYA JAMUR
1.
Latar Belakang Jamur merupakan salah satu jenis komoditas sayuran eksotik yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan sangat potensial untuk dikembangkan dalam skala komersial. Jamur membutuhkan penanganan yang spesifik dan keahlian khusus agar dapat berkembang dengan baik. Jamur termasuk tumbuhan yang tidak berklorofil sehingga tidak bisa mengolah bahan makanan sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi pertumbuhan dan perkembangannya, jamur sangat tergantung pada bahan organik yang diserap, yang terkandung pada media tanam. Ada beberapa jenis jamur yang umum dibudidayakan oleh petani kita dan dikenal oleh masyarakat diantaranya jamur shitake, jamur tiram (dari jenis jamur kayu), serta jamur kancing dan jamur merang (dari jenis jamur kompos).
Penerapan teknologi budidaya jamur di setiap lokasi sangat berbeda tergantung dari kebiasaan dan kemampuan petani, tetapi bagian terpenting dalam berbudidaya jamur adalah penguasaan teknik dan metode pengaturan iklim mikro. Sementara itu kondisi agribisnis jamur di Indonesia saat ini belum didukung dengan ketersediaan paket teknologi budidaya yang siap terap serta masih terbatasnya kemampuan sumberdaya manusia sehingga tidak semua petani jamur mampu memperoleh hasil yang maksimal dalam berbudidaya jamur.
Dalam rangka mendukung peningkatan kemampuan petani dan pemantapan inovasi teknologi berbudidaya jamur, maka Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat melaksanakan temu teknologi budidaya jamur di daerah sentra produksi jamur. Melalui temu teknologi ini petani dan pelaku usaha jamur diharapkan dapat ditingkatkan kemampuannya dalam memproduksi jamur. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas dan petani/pelaku usaha dalam
melakukan
budidaya
jamur,
serta
menyebarluaskan
teknologi
pengembangan dan budidaya jamur di daerah sentra produksi dan daerah pengembangan baru.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
501
2.2. Sasaran Pelaku usaha atau petani jamur yang berupaya keras untuk menerapkan teknologi budidaya jamur. Serta petugas pendamping daerah dalam rangka menambah informasi teknologi budidaya jamur. 3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 99.395.000.3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 98.675.000,3.3. Informasi Teknologi : Dalam budidaya jamur di wilayah Banten saat ini mulai menggunakan polar. Polar yang digunakan sebagai substitusi sumber karbon dalam budidaya jamur menggantikan dedakyang sudah mulai sulit di peroleh. Ciri polar yang baik adalah polar beraroma roti karena polar adalah sisa pengolahan gandum untuk roti. 3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan Temu Teknologi Budidaya Jamur diberikan sarana penunjang berupa tas, kaos kerah dan topi rimba kepada narasumber dan peserta. Untuk sarana pendukung berupa bahan praktek pembuatan baglog jamur, baglog jamur tiram, benih F2 jamur tiram dan plastik terpal.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan Temu Teknologi Budidaya Jamur dilakukan oleh Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, dengan rincian kegiatan sebagai berikut : 4.1. Belanja Bahan Dalam rangka mendukung terlaksananya kegiatan Temu Teknologi Budidaya Jamur diberikan a) sarana penunjang berupa tas, kaos kerah dan topi rimba kepada narasumber dan peserta dan b) sarana pendukung berupa bahan praktek pembuatan baglog jamur, baglog jamur tiram, benih F2 jamur tiram dan plastik terpal. 4.2. Belanja Sewa Dilaksanakan untuk membayar sewa kendaraan saat melakukan kunjungan lapang pada kegiatan Temu Teknologi Budidaya Jamur. 4.3. Belanja Jasa Profesi Dilaksanakan untuk membayar honor narasumber dan moderator kegiatan Temu Teknologi Budidaya Jamur.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
502
4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota Dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan berupa perjalanan pelaksanaan Temu
Teknologi
Budidaya
Jamur
dan
Akomodasi
dan
konsumsi
saat
pelaksanaan. 5.
Keluaran/Output 5.1. Kegiatan Temu Teknologi Budidaya Jamur dilaksanakan mulai tanggal 1 - 3 Juli 2015 dalam bentuk pertemuan di Cipayung, Kab. Bogor dan kunjungan lapang dilaksanakan ke Kubung Jamur Gapoktan Kuntum Kenanga di Kota. Bogor. Peserta pertemuan adalah petugas dan pelaku usaha dari kabupaten/kota sentra agribisnis jamur di Provinsi Banten dan Jawa Barat dengan jumlah peserta sebanyak 40 orang. Narasumber berasal dari LIPI, Pelaku Usaha dan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat. 5.2. Materi yang disampaikan pada pelaksanaan Temu Teknologi Budidaya Jamur adalah: a.
Perkembangan Teknologi Budidaya Jamur Merang
b.
Perkembangan Teknologi Budidaya Jamur di Cina
c.
Evaluasi Perkembangan Teknologi Perbenihan dan Budidaya Jamur di sentra produksi
d. 6.
Sosialisasi GAP dan Roadmap Jamur 2015 – 2019
Hasil/Outcome Tersosialisasinya inovasi teknologi budidaya dalam upaya peningkatan produksi dan mutu jamur.
7.
Manfaat/Benefit Meningkatnya pengetahuan petugas/petani/pelaku usaha dalam melakukan budidaya jamur.
8.
Dampak/Impact Meningkatkan kualitas hasil jamur dan pendapatan pelaku usaha jamur.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Jamur merupakan komoditas hortikultura yang bernilai tinggi, potensi yang dimiliki oleh jamur sangat banyak dan beragam.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
503
b.
Penggunaan polar digunakan sebagai ganti dedak untuk pencampuran media tanam jamur, hasil jamur lebih baik hanya saja warna jamur agak hitam.
c.
Perbanyakan benih sangat dianjurkan kembali ke plan jamur (F1) bukan berasal dari sebanyak-banyaknya miselia dan tidak boleh menggunakan miselium dari perbanyakan baglog karena tubuh buah merupakan bagian dari fase vegetatif.
9.2. Saran a.
Perlu dilakukan berbagai upaya untuk peningkatan industri perbenihan jamur secara nasional melalui penguatan SDM perbenihan jamur (penangkar, petani, asosiasi, pelaku bisnis, institusi pemerintah dan perguruan tinggi);
b.
Perlu dilakukan pembinaan kepada petani jamur khususnya daerah pengembangan baru berupa pelatihan baik untuk pembuatan media tanam, perbenihan dan peningkatan kualiatas produk yang dihasilkan oleh petani;
c.
Mengingat manfaat yang dirasakan oleh para peserta pertemuan, maka kegiatan Temu Teknologi Budidaya Jamur perlu dilaksanakan secara rutin setiap tahun, serta cakupan peserta diperluas ke daerah potensial lainnya.
PERTEMUAN KAWASAN PACAMAT
1.
Latar Belakang Komoditas Paprika, Cabai dan Tomat (Pacamat) merupakan sayuran yang digunakan sebagai bahan/bumbu penyedap masakan, bahan industri makanan yang saat ini berkembang pesat. Komoditas cabai merah merupakan komoditas sayuran yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Paprika, cabai dan tomat pada umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar dan olahan. Dengan demikian peluang pengembangan usaha paprika, cabai dan tomat memiliki peluang pasar yang masih terbuka luas.
Dalam rangka memantapkan pengembangan usaha budidaya paprika, cabai dan tomat adalah dengan pengembangan skala kawasan yang intensif dan terpadu, khusus di Provinsi
Jawa
Barat
yang
meliputi
Kabupaten
Ciamis,
Sumedang,
Bandung,Tasikmalaya, Bandung Barat, Kota Tasikmalaya dan Garut.
Dalam satu kawasan tersebut telah tersedia fasilitas seperti jalan, pasar dan industri pengolahan yang
didukung oleh konsolidasi kelembagaan pelayanan,
seperti
pengadaan saprodi, penyuluhan, perkreditan dan pelayanan penunjang lainnya.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
504
Untuk
mengoptimalkan
potensi
wilayah
Kabupaten
Ciamis,
Sumedang,
Bandung,Tasikmalaya, Bandung Barat, Kota Tasikmalaya dan Garut sebagai kawasan pengembangan paprika, cabai dan tomat, diperlukan penanganan secara terintegrasi dan terpadu pada seluruh jaringan usaha mulai dari tahap budidaya sampai pemasarannya.
Melalui pendekatan kawasan Pacamat tersebut, diharapkan dapat dicapai skala maksimal pengusahaan yang menghasilkan produksi kontinyu sesuai dengan kebutuhan pasar atau industri pengolahan.
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan a.
Meningkatkan produksi serta mutu paprika, cabai dan tomat yang aman konsumsi berbasis penerapan GAP/SOP.
b.
Mendukung penerapan sistem pertanian maju dengan konsep ramah lingkungan.
2.2. Sasaran a.
Peningkatan produksi dan produktivitas paprika, cabai dan tomat secara ramah lingkungan.
b.
Meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan petani melalui usaha budidaya paprika, cabai dan tomat ramah lingkungan.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 134.487.000,-. 3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 132.850.000,3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi tentang perkembangan
budidaya
sayuran,
kebijakan
dan
petunjuk
pelaksanaan
pengembangan sayuran dan tanaman obat Tahun 2015. 3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan Kawasan Pacamat diberikan sarana penunjang berupa tas kepada para peserta. 4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Kawasan Makucibrete dilaksanakan di Bandung dengan rincian sebagai berikut: 4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi. 4.2. Belanja Sewa yang digunakan untuk sewa kendaraan roda empat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
505
4.3. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dan moderator dalam rangka pelaksanaan pertemuan Kawasan Pacamat. 4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk bantuan transport dan uang saku peserta pertemuan Kawasan Pacamat. 5.
Keluaran/Output 5.1. Dilaksanakan tanggal 24-26 Agustus 2015. 5.2. Pertemuan dihadiri sebanyak 50 orang peserta yang terdiri dari narasumber, peserta pusat dan daerah yang berasal dari petugas Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian Kab. Ciamis, Tasikmalaya, Kota Tasik, Garut, Bandung, Sumedang, Bandung Barat serta para pelaku usaha dan kelompok tani. 5.3. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: a.
Kebijakan dan Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat serta Sosialisasi Program GTCK APBN-P Tahun 2015, yang disampaikan Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, Ir. Yanuardi, MM.
b.
Evaluasi dan Rencana Kerja Pengembangan Kawasan PaCaMat dari setiap Dinas Pertanian Kab/Kota di sentra Cabai.
c.
6.
Perwakilan PT. Wings Food.
Hasil/Outcome Terintegrasinya
antara
pusat,
provinsi,
kabupaten/kota
dalam
melaksanakan
pengelolaan pengembangan kawasan sayuran (Paprika, Cabai dan Tomat).
7.
Manfaat/Benefit Meningkatkan produksi, mutu, daya saing produk paprika, cabai dan tomat di kawasan ini.
8.
Dampak/Impact Dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat wilayah tersebut.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Dengan
terintegrasi
antara
Pusat,
Provinsi,
Kabupaten/Kota
dalam
melaksanakan pengelolaan pengembangan kawasan PaCaMat (Garut, Bandung, Bandung Barat, Ciamis, Sumedang, Tasikmalaya dan Kota
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
506
Tasikmalaya) diharapkan dapat meningkatkan produksi, mutu dan daya saing produk paprika, cabai dan tomat di kawasan sentra tersebut. b.
Organisasi/asosiasi cabai perlu bekerja sama dalam rangka mendukung pengembangan cabai dalam negeri, sehingga kesejahteraan para petani dan pelaku usaha cabai dapat terwujud.
9.2. Saran a.
Supplier kadang harus membeli cabai dari pasar demi memenuhi kuota sehingga supplyer ini dapat mengganggu sistem harga, sehingga perlu adanya kerjasama yang baik antara petani dan supplier agak tidak terjadi fluktuasi harga.
b.
Indofood, PT Heinz ABC dan Wings sangat membutuhkan cabai jenis rawit merah dan hijau yang kontinyu dan bermutu, hal ini merupakan peluang pasar yang baik para petani cabai di wilayah sentra produksi.
c.
Sebagian petani masih belum mau menerapkan sistem pertanian yang ramah lingkungan, hal ini masih perlu adanya pendampingan dan pembinaan dari dinas pertanian setempat maupun dari pusat agar komoditas yang dihasilkan dapat berdaya saing dan aman konsumsi.
PERTEMUAN KAWASAN MAKUCIBRETE
1.
Latar Belakang Bawang merah merupakan salah satu sayuran umbi yang digunakan sebagai bahan/bumbu penyedap masakan, bahan industri makanan yang saat ini berkembang pesat dan juga sebagian digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. Komoditas bawang merah merupakan komoditas sayuran yang mempunyai nilai ekonomi tinggi yang selama ini sebagian masih diimpor. Bawang merah pada umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar dan olahan. Dengan demikian peluang pengembangan usaha bawang merah memiliki peluang pasar yang masih terbuka luas.
Untuk
memantapkan
pengembangan
bawang
merah,
salah
satunya
adalah
memantapkan pengembangan bawang merah dalam skala kawasan yang intensif di Kabupaten Majalengka, Kuningan, Cirebon, Brebes dan Tegal (Makucibrete).
Kelima wilayah tersebut merupakan kawasan yang disatukan oleh satu kesatuan fasilitas dan infrastruktur ekonomi yang terpadu, seperti jalan, pasar dan industri
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
507
pengolahan yang
didukung oleh konsolidasi kelembagaan pelayanan,
seperti
pengadaan saprodi, penyuluhan, perkreditan dan pelayanan penunjang lainnya.
Dalam rangka mengoptimalkan potensi wilayah Kabupaten Majalengka, Kuningan, Cirebon, Brebes dan Tegal sebagai kawasan pengembangan bawang merah, diperlukan penanganan secara terintegrasi dan terpadu pada seluruh jaringan usaha mulai dari tahap budidaya sampai pemasarannya.
Melalui pendekatan kawasan bawang merah tersebut, diharapkan dapat dicapai skala maksimal pengusahaan yang menghasilkan produksi kontinyu sesuai dengan kebutuhan pasar atau industri pengolahan. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan a.
Meningkatkan produksi serta mutu bawang merah yang aman
konsumsi
berbasis penerapan GAP/SOP. b.
Mendukung penerapan sistem pertanian maju dengan konsep ramah lingkungan.
2.2. Sasaran a.
Peningkatan produksi dan produktivitas bawang merah.
b.
Mengembangkan usaha budidaya bawang merah secara ramah lingkungan.
c.
Meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan petani melalui usaha budidaya bawang merah ramah lingkungan.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 277.464.000,-. 3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 266.700.000,3.3. Informasi Teknologi
:
Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi
tentang perkembangan budidaya sayuran, kebijakan dan petunjuk pelaksanaan pengembangan sayuran dan tanaman obat Tahun 2015. 3.4. Sarana Penunjang
:
Dalam pelaksanaan kegiatan Kawasan Makucibrete
diberikan sarana penunjang berupa tas kepada para peserta.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Kawasan Makucibrete dilaksanakan di Majalengka dengan rincian sebagai berikut: 4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
508
4.2. Belanja Sewa yang digunakan untuk sewa kendaraan roda empat. 4.3. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dan moderator dalam rangka pelaksanaan pertemuan Kawasan Makucibrete. 4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk bantuan transport dan uang saku peserta pertemuan Kawasan Makucibrete.
5.
Keluaran/Output 5.1. Dilaksanakan tanggal 12-14 Agustus 2015. 5.2. Pertemuan dihadiri 50 orang peserta yang terdiri dari narasumber, peserta pusat dan daerah yang berasal dari petugas Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian Kab. Majalengka, Kuningan, Cirebon, Brebes dan Tegal serta para pelaku usaha dan kelompok tani. 5.3. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: a.
Kebijakan Pengembangan Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2015, yang disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro, SP.
b.
Pengaruh dan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim Terhadap Bawang Merah di Kawasan Sentra Bawang Merah (Balai Besar Sumber Daya Lingkungan).
c.
Ketersediaan Bawang Merah pada Saat Musim Kemarau dan strategi Pengembangannya, yang disampaikan tiap Dinas Pertanian Kab/Kota di Kawasan sentra bawang merah.
6.
Hasil/Outcome Terintegrasinya
antara
pusat,
provinsi,
kabupaten/kota
dalam
melaksanakan
pengelolaan pengembangan kawasan sayuran (bawang merah). 7.
Manfaat/Benefit Meningkatkan produksi, mutu, daya saing produk bawang merah di kawasan ini.
8.
Dampak/Impact Dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat wilayah tersebut.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Mengharapkan perhatian pemerintah untuk margin harga, dimana diharapkan peran BULOG tidak hanya pada saat harga tinggi, namun juga pada saat harga rendah beserta fasilitasi kemitraan untuk industri pengolahan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
509
b.
Ada beberapa varietas yang sudah mengalami penurunan produktivitas, maka dari itu perlu dilakukan pemurnian benih, terutama varietas unggulan seperti Bima Brebes
c.
Ada varietas yang punya potensi untuk ekspor (contoh bentanis) untuk bisa dikembangkan pada kawasan bawang merah yang telah dilakukan uji tanam di Cirebon yang sudah dikunjungi oleh Direktur Perbenihan Hortikultura
d.
Pengembangan kawasan di bulan off season (panen Februari-April) dapat dilakukan
untuk
mendukung
kemandirian
pulau-pulau
seperti
lokasi
pengembangan di Sulawesi Selatan e.
Kebutuhan serapan untuk Industri Olahan mencapai 150rb ton/tahun, perlu ditindaklanjuti mengenai data dan informasinya.
f.
Secara umum, ketersediaan bawang merah pada kawasan Makucibrete pada semester II sangat mencukupi dengan trend harga stabil pada bulan November Desember, dan trend penurunan harga hanya terjadi sampai akhir Agustus.
g.
Pemerintah diharapkan lebih bisa menjembatani dan mempromosikan produk pertanian, khususnya bawang merah di negara-negara tetangga.
h.
Pengaruh El Nino berdampak terhadap pergeseran jatuhnya musim hujan dan juga berpengaruh terhadap banyaknya serangan OPT.
i.
Dengan
terintegrasi
melaksanakan
antara
pengelolaan
Pusat,
Provinsi,
pengembangan
Kabupaten/Kota
kawasan
bawang
dalam merah
(Majalengka, Kuningan, Cirebon, Brebes dan Tegal) diharapkan dapat meningkatkan produksi, mutu dan daya saing produk bawang merah di kawasan sentra tersebut dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakatnya. 9.2. Saran a.
Adanya informasi berkelanjutan diantara pelaku usaha/champion/Asosiasi di daerah ini , yang bisa saling sharing untuk memecahkan permasalahan yang ada, mulai dari budidaya, pemasaran, ketersediaan bahan baku bawang merah dan pengaturan pola produksi agar tidak terjadi panen raya bersamasama yang menyebabkan harga jatuh.
b.
Semua pihak baik Pelaku Usaha/ Champion/ Asosiasi harus satu suara dan bersatu dalam memberikan masukan, saran dan tindakan sebagai bahan kebijakan pemerintah.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
510
EVALUASI DAN ANALISIS SISTEM PRODUKSI SAYURAN
1.
Latar Belakang Sayuran merupakan komoditas yang mempunyai prospek yang besar untuk dikembangkan karena mutlak diperlukan untuk perbaikan kualitas hidup manusia. Secara spesifik sayuran umumnya diperlukan setiap hari baik dalam bentuk segar maupun olahan, Oleh karena itu penyediaan sayuran dalam bentuk segar setiap hari sepanjang tahun perlu dirancang dengan baik.
Kebutuhan sayuran secara nasional sesungguhnya dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri, namun akibat pola tanam/pola produksi yang musiman ketersediaannya tidak merata sepanjang tahun. Untuk mengantisipasi ketersediaan sayuran yang merata sepanjang tahun dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan, telah dilakukan upayaupaya peningkatan produksi sayuran berdasarkan keseimbangan “Supply – demand”. Selama 8 tahun terakhir ini telah dilakukan pemantauan dan pengaturan pola produksi secara bulanan, berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi ditambah 2 Provinsi yaitu Provinsi Kepulauan Riau dan Nusa Tenggara Timur yang ada di daerah sentra produksi. Dengan memperhatikan kajian produksi masing-masing daerah sentra produksi dan kebutuhan sayuran secara nasional maka dapat disusun pola produksi bulanan yang seimbang dengan permintaan.
Di samping itu dilakukan evaluasi dan analisis sistem produksi sayuran dari aspek penerapan teknologi (GAP dan SOP), ketersediaan benih dan pupuk, PHT, iklim serta musim tanam dan panen yang sudah berjalan.
Untuk mengawal pencapaian perencanaan pola produksi bulanan yang sudah disepakati masing-masing daerah sentra produksi utama sayuran perlu dilakukan evaluasi dan analisis bagaimana kesepakatan pengaturan pola tanam dan pola produksi tersebut dijalankan/diterapkan.
Dalam analisis produksi perlu dianalisa mengenai wilayah sentra produksi, potensi produksi, realisasi bulanan dan tahun. Perkiraan panen raya, penanganan pascapanen dan distribusi produk, potensi kebutuhan panen raya serta panen per bulan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
511
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan a.
Mengevaluasi dan menganalisa penerapan teknologi, pola produksi, tingkat kerberhasilan, informasi iklim dan kendala/masalah yang mungkin timbl di lapangan.
b.
Menerapkan budidaya yang baik dan benar dan penerapan teknologi yang ramah lingkungan.
2.2. Sasaran Sasaran yang hendak dicapai dari pertemuan evaluasi dan analisis sistem produksi sayuran ini adalah 23 provinsi penghasil utama sayuran di Indonesia yang melaksanakan kegiatan peningkatan produksi sayuran. 3.
Masukan/Input 3.1
Anggaran sebesar Rp. 171.796.000-.
3.2
Realisasi Keuangan sebesar Rp. 161.104.100,-
3.3
Informasi Teknologi :
Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi
budidaya dengan tetes air di musim kering dan perkiraan iklim di daerah sentra produksi. 3.4
Sarana Penunjang :
Dalam pelaksanaan kegiatan Evaluasi dan Analisis
Sistem Produksi Sayuran diberikan sarana penunjang berupa jaket dan seminar kit kepada para peserta. 4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Evaluasi dan Analisis Sistem Produksi Sayuran dilaksanakan di Balikpapan dengan rincian sebagai berikut: 4.1
Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi.
4.2
Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dalam rangka Evaluasi dan Analisis Sistem Produksi Sayuran.
4.3
Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk bantuan transport, uang saku dan akomodias peserta kegiatan Evaluasi dan Analisis Sistem Produksi Sayuran.
5.
Keluaran/Output 5.1
Dilaksanakan tanggal 10-13 Maret 2015.
5.2
Pertemuan dihadiri sebanyak 60 orang peserta yang terdiri dari narasumber, peserta pusat dan daerah yang berasal dari petugas Dinas Pertanian Provinsi di 23 Provinsi sentra produksi, yaitu Dinas Pertanian Provinsi Aceh, Sumatera Utara,
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
512
Riau, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, Bali, NTB, Kalbar, Kalsel, Kalteng, Kaltim, Sulut, Sulsel, Gorontalo, Kepri dan NTT. 5.3
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: a.
Kebijakan Pengembangan Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat serta Sosialisasi Program GTCK APBN-P Tahun 2015, yang disampaikan Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, Dr Ir Dwi Iswari, MSc.P
b.
Perkiraan Iklim 2015 di Daerah Sentra Produksi dan Antisipasinya, oleh perwakilan BMKG Pusat.
c.
Teknologi Budidaya Sayuran untuk Pengaturan Ketersediaan Sepanjang Tahun, yang disampaikn oleh Prof Dr Sobir dari Institut Pertanian Bogor.
6.
Hasil/Outcome Terciptanya keseimbangan supply-demand di Indonesia.
7.
Manfaat/Benefit Pasokan, stabilitas harga sayuran di tingkat produsen dan konsumen relatif stabil sehingga menguntungkan petani maupun konsumen.
8.
Dampak/Impact Kesejahteraan dan pendapatan petani meningkat.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Kegiatan evaluasi dan analisis sistem produksi sayuran sangat penting untuk tetap dilaksanakan, agar didapatkan data yang menggambarkan kondisi ketersediaan dan kebutuhan produksi sayuran di masing-masing daerah sepanjang tahun 2015.
b.
Pentingnya koordinasi yang baik antara pusat dan daerah dalam pelaksanaan kegiatan ini sehingga penerapan di lapangan akan tercapai.
9.2. Saran a.
Masing-masing daerah sentra produksi diminta mengetahui komposisi jenis cabai yang ditanam di wilayahnya (cabai merah besar, cabai merah kriting, cabai rawit merah dan cabai rawit hijau).
b.
Mampu menganalisa penerapan teknologi, pola produksi, informasi iklim dan kendala yang mungkin timbul di lapangan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
513
c.
Menyebarluaskan penggunaan benih bawang merah biji (bawang tuk-tuk), sebagai antisipasi langka dan tingginya harga benih umbi bawang merah. Disamping itu petani disarankan untuk tetap memiliki persediaan benih untuk penanaman dimusim tanam berikutnya.
d.
Penerapan teknologi budidaya di musim kemarau untuk cabai dan teknologi off season untuk bawang merah terutama di musim hujan sehingga bisa memenuhi kebutuhan produksi sepanjang tahun.
e.
Dalam penentuan evaluasi dan analisis sistem produksi sayuran agar terkoordinasi dengan baik antara pusat, petugas daerah (kabupaten/kota, kecamatan dan pelaku) untuk penerapan di lapangan.
WORKSHOP PASCAPANEN SAYURAN, TANAMAN OBAT DAN JAMUR
1.
Latar Belakang Produk sayuran dan tanaman obat merupakan komoditas yang perishable dan masih mengalami proses hidup (fisiologis) setelah panen. Proses fisiologis tersebut mengakibatkan perubahan-perubahan yang menyebabkan kerusakan atau kehilangan hasil. Perubahan setelah panen dan pascapanen tidak dapat dihentikan, namun dapat diperlambat sampai batas tertentu.
Untuk mengurangi kehilangan atau kerusakan hasil, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah mengetahui faktor biologis dan lingkungan penyebab kerusakan, serta menggunakan teknologi penanganan pascapanen yang benar, diantaranya pengemasan dan penyimpanan yang tepat, sehingga akan memperlambat kebusukan dan mempertahankan kesegaran produk pada tingkat paling optimal.
Guna mencapai hal tersebut, diperlukan upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan perubahan pemahaman petugas dan pelaku usaha baik pusat maupun daerah tentang penerapan prinsip teknologi pascapanen sayuran dan tanaman obat yang baik. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tersebut akan dilaksanakan melalui Workshop Pascapanen Sayuran, Tanaman Obat Dan Jamur bagi petugas dan pelaku usaha sayuran, tanaman obat dan jamur khususnya yang menangani atau mengelola bangsal
pascapanen
(packing
house).
Melalui
kegiatan
tersebut
diharapkan
penguasaan teknologi pascapanen sayuran, tanaman obat dan jamur oleh petugas dan pelaku usaha meningkat, dapat disebarluaskan kepada pelaku usaha lainnya sehingga kehilangan/kerusakan hasil dapat ditekan seminimal mungkin, mempertahankan mutu Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
514
produk, memperpanjang umur simpan, dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan pelaku usaha sayuran, tanaman obat dan jamur. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melakukan transfer teknologi pascapanen dari para pakar dan peneliti di bidang pascapanen sayuran, tanaman obat dan jamur kepada peserta workshop. 2.2. Sasaran Sasaran kegiatan ini adalah petugas pembina lapangan, kelompok tani/Gapoktan dan pelaku usaha yang menangani bangsal pascapanen sayuran, tanaman obat dan jamur di daerah sentra produksi sayuran, tanaman obat dan jamur.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp.127.484.000,-. 3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp.123.512.000,3.3. Informasi Teknologi :
Referensi dan masukan dari berbagai pemangku
kepentingan, khususnya pengetahuan tentang pengelolaan pascapanen sayuran, tanaman obat dan jamur yang tepat agar dapat dihasilkan produk sayuran, tanaman obat dan jamur yang bermutu tinggi, aman konsumsi dan kerusakan hasil yang rendah. 3.4. Sarana Penunjang :
Untuk menunjang terlaksananya kegiatan Workshop
Pascapanen Sayuran, Tanaman Obat dan Jamur kepada narasumber dan seluruh peserta diberikan sarana penunjang berupa kaos dan topi lapangan untuk penunjang kegiatan. 4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Workshop Pascapanen Sayuran, Tanaman Obat dan Jamur dilaksanakan di Hotel Kesambi Hijau Semarang, Provinsi Jawa Tengah, dengan rincian sebagai berikut: 4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang. 4.2. Belanja Jasa Profesi dibutuhkan untuk honor narasumber dan honor moderator. 4.3. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota dibutuhkan untuk perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan, serta akomodasi dan konsumsi.
5.
Keluaran/Output Terselenggaranya pertemuan Workshop Pascapanen Sayuran, Tanaman Obat dan Jamur yang melibatkan petugas, pelaku usaha / kelompok tani / Gapoktan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
515
6.
Hasil/Outcome Hasil dari kegiatan ini adalah terfasilitasinya transfer teknologi pascapanen dari para pakar dan peneliti di bidang pascapanen sayuran, tanaman obat dan jamur kepada peserta workshop.
7.
Manfaat/Benefit Terjalinnya komunikasi dan konsolidasi yang solid antara petugas pembina lapangan, kelompok tani/ Gapoktan dan pelaku usaha yang menangani bangsal pascapanen sayuran, tanaman obat dan jamur di daerah sentra produksi sayuran, tanaman obat dan jamur.
8.
Dampak/Impact Daya saing produk sayuran dan tanaman obat dalam negeri meningkat sehingga mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain dan ekspor meningkat.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Kegiatan Workshop Pascapanen Sayuran, Tanaman Obat dan Jamur telah dilaksanakan pada tanggal 28 Juli sampai dengan 1 Agustus 2015 di Semarang, Provinsi Jawa Tengah yang dihadiri 50 orang petani atau pelaku usaha yang berasal dari Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat. Kegiatan Workshop Pascapanen Sayuran, Tanaman Obat dan Jamur diisi dengan paparan materi dari narasumber, kunjungan lapang ke perusahaan dan kelompok tani serta diskusi kelompok.
b.
Mendorong para pelaku usaha packing house untuk terus meningkatkan penerapan dalam penanganan panen, pascapanen sayuran dan tanaman obat yang baik sehingga produk yang dihasilkan memiliki kualitas dan daya saing tinggi, sehingga dapat memasuki pasar moderen dan ekspor.
c.
Sebagai ajang tukar informasi sekaligus edukasi diantara peserta, dimana peserta yang sudah menerapkan penanganan panen, pascapanen dengan baik akan sharing pengalaman pada peserta yang lain.
d.
Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi peserta dan secara umum peserta sangat antusias untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan dari sesama peserta, narasumber dan hasil kunjungan di lapang.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
516
9.2. Saran a.
Pembinaan intensif dari petugas dan penyuluh pertanian kepada para pelaku usaha yang menangani packing house khususnya transfer teknologi dan pembinaan mitra usaha yang sangat menentukan keberhasilan dan tingkat kesejahteraan petani.
b.
Dukungan sarana yang diperlukan terutama bangsal pascapanen.
c.
Peserta
dapat
menerapkan
teknologi
pascapanen
dari
yang
belum
menerapkan menjadi dapat termotivasi untuk menerapkan secara bertahap.
SINKRONISASI DAN ANALISIS SISTEM PRODUKSI SAYURAN
1.
Latar Belakang Sayuran merupakan komoditas yang mempunyai prospek yang besar untuk dikembangkan karena mutlak diperlukan untuk perbaikan kualitas hidup manusia. Secara spesifik sayuran umumnya diperlukan setiap hari baik dalam bentuk segar maupun olahan, Oleh karena itu penyediaan sayuran dalam bentuk segar setiap hari sepanjang tahun perlu dirancang dengan baik.
Kebutuhan sayuran secara nasional sesungguhnya dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri, namun akibat pola tanam/pola produksi yang musiman ketersediaannya tidak merata sepanjang tahun. Untuk mengantisipasi ketersediaan sayuran yang merata sepanjang tahun dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan, telah dilakukan upayaupaya peningkatan produksi sayuran berdasarkan keseimbangan “Supply – demand”. Selama 8 tahun terakhir ini telah dilakukan pemantauan dan pengaturan pola produksi secara bulanan, berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi ditambah 2 Provinsi yaitu Provinsi Kepulauan Riau dan Nusa Tenggara Timur yang ada di daerah sentra produksi. Dengan memperhatikan kajian produksi masing-masing daerah sentra produksi dan kebutuhan sayuran secara nasional maka dapat disusun pola produksi bulanan yang seimbang dengan permintaan.
Di samping itu dilakukan evaluasi dan analisis sistem produksi sayuran dari aspek penerapan teknologi (GAP dan SOP), ketersediaan benih dan pupuk, PHT, iklim serta musim tanam dan panen yang sudah berjalan.
Untuk mengawal pencapaian perencanaan pola produksi bulanan yang sudah disepakati masing-masing daerah sentra produksi utama sayuran perlu dilakukan Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
517
evaluasi dan analisis bagaimana kesepakatan pengaturan pola tanam dan pola produksi tersebut dijalankan/diterapkan.
Dalam analisis produksi perlu dianalisa mengenai wilayah sentra produksi, potensi produksi, realisasi bulanan dan tahun. Perkiraan panen raya, penanganan pascapanen dan distribusi produk, potensi kebutuhan panen raya serta panen per bulan.
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan a.
Mengsinkronisasikan dan menganalisa penerapan teknologi, pola produksi, tingkat kerberhasilan, informasi iklim dan kendala/masalah yang mungkin timbul di lapangan.
b.
Menerapkan budidaya yang baik dan benar dan penerapan teknologi yang ramah lingkungan.
2.2. Sasaran Sasaran yang hendak dicapai dari pertemuan Sinkronisasi dan Analisis sistem produksi sayuran ini adalah 18 Provinsi penghasil utama sayuran di Indonesia yang melaksanakan kegiatan peningkatan produksi sayuran.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 159.462.000-. 3.2. Realisasi Keuangan Realisasi keuangan kegiatan Sinkronisasi dan Analisis Sistem Produksi Sayuran Rp. 155.358.600,3.3. Informasi Teknologi Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi budidaya dengan tetes air di musim kering dan perkiraan iklim di daerah sentra produksi. 3.4. Sarana Penunjang Dalam pelaksanaan kegiatan Sinkronisasi dan Analisis Sistem Produksi Sayuran diberikan sarana penunjang berupa tas dan seminar kit kepada para peserta.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Sinkronisasi dan Analisis Sistem Produksi Sayuran dilaksanakan di Yogyakarta dengan rincian sebagai berikut: 4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi. 4.2. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dalam rangka Sinkronisasi dan Analisis Sistem Produksi Sayuran.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
518
4.3. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk bantuan transport, uang saku dan akomodasi peserta kegiatan Sinkronisasi dan Analisis Sistem Produksi Sayuran. 5.
Keluaran/Output 5.1. Dilaksanakan tanggal 6-9 Oktober 2015. 5.2. Pertemuan dihadiri 40 orang peserta yang terdiri dari narasumber, peserta pusat dan daerah yang berasal dari petugas Dinas Pertanian Provinsi di 18 Provinsi sentra produksi, yaitu Dinas Pertanian Provinsi Riau, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, Bali, NTB, Kalbar, Kaltim, Sulut, Sulsel, Gorontalo, dan NTT. 5.3. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: a.
Pengarahan Direktur Jenderal Hortikultura, Dr. Ir. Spudnik Sujono Kamino, MM.
b.
Kebijakan Pengembangan Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, yang disampaikan Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, Ir. Yanuardi, MM.
c.
Prediksi Musim Hujan dan Perkiraan Curah Hujan Oktober 2015 Sampai Februari 2016” , oleh Evi Lutfiyati dari BMKG.
d.
Strategi Penanaman Sayuran Utama Menghadapi Cuaca Ekstrim oleh Prof Sobir dari IPB.
e.
Pengendalian OPT Sayuran Utama Menghadapi Perubahan Iklim Ekstrim oleh Ir. Suparjono BPTP DIY.
6.
Hasil/Outcome Terciptanya keseimbangan supply-demand di Indonesia.
7.
Manfaat/Benefit Pasokan, stabilitas harga sayuran di tingkat produsen dan konsumen relatif stabil sehingga menguntungkan petani maupun konsumen.
8.
Dampak/Impact Kesejahteraan dan pendapatan petani meningkat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
519
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Kegiatan Sinkronisasi dan Analisis sistem produksi sayuran sangat penting untuk tetap dilaksanakan, agar didapatkan data yang menggambarkan kondisi ketersediaan dan kebutuhan produksi sayuran di masing-masing daerah sepanjang tahun 2015 secara merata.
b.
Pentingnya koordinasi yang baik antara pusat dan daerah dalam pelaksanaan kegiatan ini sehingga penerapan di lapangan akan tercapai.
9.2. Saran a.
Mampu menganalisa penerapan teknologi, pola produksi, informasi iklim dan kendala yang mungkin timbul di lapangan.
b.
BMKG dan IPB dapat membuat sistem informasi yang dapat diakses terkait iklim sehingga strategi setiap periode tanam harus di sesuaikan, terutama terkait curah hujan.
c.
Penerapan teknologi budidaya di musim kemarau untuk cabai dan teknologi off season untuk bawang merah terutama di musim hujan sehingga bisa memenuhi kebutuhan produksi sepanjang tahun.
d.
Dalam penentuan sinkronisasi dan analisis sistem produksi sayuran agar terkoordinasi dengan baik antara pusat, petugas daerah (kabupaten/kota, kecamatan dan pelaku) untuk penerapan di lapangan.
e.
Mampu melakukan pengolahan pascapanen sayuran khususnya cabai, bawang merah, dan tomat sehingga pada saat panen raya komositas tersebut tetap termanfaatkan dan tidak menjatuhkan harga.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
520
FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) PENGEMBANGAN JAMUR
1.
Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu komoditas sayuran yang dapat dikembangkan di daerah dataran rendah yang berdekatan dengan areal sawah sebagai upaya meningkatkan
nilai
tambah
petani
padi
dan
sayur
dataran
rendah
dengan
memanfaatkan limbah jerami. Melimpahnya limbah jerami di daerah sentra produksi padi di wilayah pantura seperti Kabupaten Karawang menjadi sumber usaha baru bagi masyarakat setempat yang terbukti mampu meningkatkan pendapatan petani.
Usaha budidaya jamur merang tidak hanya menghasilkan produk jamur segar, melainkan dapat berupa makanan jamur olahan dan media tanam habis pakai dapat dimanfaatkan menjadi bahan dasar pupuk organik. Sehingga agribisnis jamur merang dalam perkembangannya sampai sekarang menjadi usaha yang menguntungkan melebihi usaha budidaya sayur ataupun padi, karena ditunjang dari segi pasar yang masih terbuka lebar dan waktu tanam yang singkat. Untuk mempertahankan ataupun meningkatkan potensi agribisnis jamur merang di wilayah Karawang, perlu lebih menggiatkan penerapan prinsip GAP/GHP/SOP spesifik lokasi dan berorientasi pada seritifikasi.
Potensi besar di wilayah sentra jamur merang perlu ditingkatkan agar benar-benar menjadi daerah sentra utama jamur merang di Indonesia. Untuk mendukung peningkatan potensi tersebut, serta menggali permasalahan dan solusinya dalam pengembangan jamur perlu dilakukan pertemuan Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Jamur di Karawang. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Tujuan FGD pengembangan jamur adalah melakukan pendampingan intensif, monitoring dan evaluasi perkembangan agribisnis jamur merang di wilayah Karawang. 2.2. Sasaran Teridentifikasinya permasalahan dan solusi dalam pengembangan jamur merang di Karawang.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
521
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 42.690.000.3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 38.740.000.3.3. Informasi Teknologi : Terbangunnya kelembagaan agribisnis jamur yang solid dan profesional serta berdaya saing, akan mampu membangun pelaku usaha yang profesional dan dapat menjadi “champion”. Champion yang terbentuk akan memacu pengembangan kemitraan produsen dan pemasar yang memberikan nilai tambah ke petani, serta mendorong investasi (pemerintah, swasta, CSR) di bidang agribisnis jamur
4.
Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan FGD Pengembangan Jamur dilakukan oleh Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Sayuran dan
Tanaman Obat, dengan rincian kegiatan sebagai
berikut : 4.1. Belanja Bahan Dalam rangka mendukung terlaksananya kegiatan FGD Pengembangan Jamur diberikan 1) sarana penunjang berupa tas kepada narasumber dan peserta dan 2) konsumsi saat pelaksanaan FGD berlangsung. 4.2. Belanja Jasa Profesi Dilaksanakan untuk membayar honor narasumber dan moderator kegiatan FGD Pengembangan Jamur. 4.3. Belanja Perjalanan Dinas Biasa Dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan berupa perjalanan koordinasi dalam rangka pelaksanaan FGD Pengembangan Jamur di Kabupaten Karawang.
5.
Keluaran/Output 5.1. Kegiatan FGD Pengembangan Jamur dilaksanakan pada tanggal 26 November 2015 di Aula Kantor BP4K Kabupaten Karawang. Peserta dan narasumer Kegiatan FGD Pengembangan Jamur seluruhnya berjumlah 70 orang. Peserta sebagian besar berasal dari Karawang,
petugas
dari
Kelompok Tani Jamur Merang di Kabupaten
Dinas
Pertanian,
Perkebunan,
Kehutanan
dan
Peternakan Kabupaten Karawang, LIPI-Bogor dan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat. 5.2. Narasumber yang mengisi FGD Pengembangan Jamur adalah : a.
Dr. Iwan Saskiawan yang berasal dari Lembagan Ilmu Pengetahuan Indonesia, memaparkan materi tentang “Budidaya Jamur Merang”.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
522
b.
Ir. Dessi Rahmaniar, Msi dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat memaparkan materi tentang “Kebijakan Pengembangan Jamur”.
c.
Ir. Kadarisman, MP, Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Peternakan Kabupaten Karawang memaparkan materi tentang “Kebijakan Pengembangan Jamur di Karawang”.
d.
Eka Putri JA, SP dari Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Peternakan Kabupaten Karawang, memaparkan materi “Profil Jamur Merang di Karawang”.
6.
Hasil/ Outcome Teridentifikasi permasalahan dalam budidaya jamur serta rekomendasi kebijakan dan kegiatan dalam pengembangan budidaya jamur.
7.
Manfaat/Benefit Meningkatnya kelembagaan pelaku usaha jamur dalam pengembangan budidaya jamur.
8.
Dampak/Impact Meningkatkan kualitas hasil jamur dan pendapatan pelaku usaha jamur.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Kegiatan FGD pengembangan jamur yang dilaksanakan di Kabupaten Karawang merupakan wadah bagi pelaku usaha jamur merang, pakar dan pemerintah (Pusat dan Kabupaten) untuk dapat menyampaikan ide, gagasan dan permasalahan dalam pengembangan budidaya jamur merang.
Dari
pertemuan tersebut diharapkan dapat dihasilkan berbagai macam solusi dan tindak lanjut dalam upaya pengembangan jamur merang khususnya di Kabupaten Karawang. b.
Kubung yang ada di petani sudah tidak memadai karena sudah banyak yang rusak,
pemakaian
teknologi
mesin
panen
padi
(power
treasure)
mengakibatkan jerami yang dihasilkan berupa jerami dengan tangkai yang pendek sehingga mengurangi ketersediaan bahan baku jerami, kualitas bibit yang tidak baik sehingga produksi menurun dan masih dikuasai oleh pembuat bibit tunggal.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
523
9.2. Saran Dari hasil FGD pengembangan jamur didapat beberapa hal yang kedepan perlu mendapat perhatian bagi pelaku usaha jamur dan pemerintah dalam budidaya jamur diantaranya adalah: a.
Perlunya memperhatikan peningkatan kualitas benih, sertifikasi penangkar, kelembagaan penangkar dan perbaikan teknologi budidaya jamur.
b.
Perlu dilakukan berbagai upaya untuk peningkatan industri perbenihan jamur secara nasional melalui penguatan SDM perbenihan jamur (penangkar, petani, asosiasi, pelaku bisnis, institusi pemerintah dan perguruan tinggi).
c.
Diharapkan Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Peternakan Kabupaten Karawang dapat melakukan pertemuan selanjutnya guna menajamkan dan mengeksplorasi kembali beberapa hal yang menjadi fokus pembahasan dalam FGD pengembangan jamur.
PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN DI LOMBOK TIMUR, BANTUL, OKU DAN PATI
1.
Latar Belakang Pelaksanaan kegiatan pengembangan sayuran dan tanaman obat tahun 2015 merupakan implementasi dari sub program peningkatan produksi, produktifitas, dan mutu hasil sayuran dan tanaman obat secara berkelanjutan. Dukungan terhadap sub program tersebut, terangkum dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut : pengembangan kawasan sayuran, pengembangan kawasan tanaman obat, sekolah lapangan GAP, pemberdayaan kelembagaan usaha, peningkatan kapabilitas petugas/petani, pedomanpedoman, registrasi lahan usaha, registrasi packing house/bangsal pascapanen, sarana prasarana budidaya,
sarana prasarana pascapanen,
sekolah lapangan GHP,
pembinaan pengembangan produksi sayuran dan tanaman obat serta pembinaan pengembangan pascapanen sayuran dan tanaman obat. Lokasi pengembangan sayuran dan tanaman obat tahun 2015 tersebar di 32 provinsi dan 131 kabupaten/kota yang diarahkan pada penerapan GAP, GHP, dan SOP yang spesifik lokasi dan komoditas, sehingga terbentuk suatu kawasan atau kebun-kebun GAP teregistrasi yang memenuhi standar pasar modern, dan akhirnya mengantarkan pelaku usaha/petani menuju gerbang sertifikasi produk. Dalam rangka percepatan pelaksanaan programprogram pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat di seluruh lokasi pengembangan, maka perlu dilakukan pertemuan berupa pertemuan pendampingan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
524
kawasan untuk lebih mengintensifkan pelaksanaan program di kawasan sentra dan pengembangan. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Tujuan dari kegiatan ini melakukan pendampingan kawasan pengembangan sayuran dan tanaman obat dalam melaksanakan program Peningkatan Produksi, Produktifitas, dan Mutu Produk Sayuran dan Tanaman Obat secara Berkelanjutan TA. 2015. 2.2. Sasaran Petugas dan pelaku usaha/petani yang mendapat alokasi anggaran program Peningkatan Produksi, Produktifitas, dan Mutu Produk Sayuran dan Tanaman Obat secara Berkelanjutan TA. 2015.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 158.291.100,3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 158.291.100,3.3. Informasi Teknologi :
Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi
budidaya berdasarkan GAP/SOP dan pengendalian hama terpadu yang perlu dilakukan oleh petani di kawasan sayuran dan tanaman obat. 3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan diberikan sarana penunjang berupa tas dan seminar kit kepada para peserta.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow) dilaksanakan sebanyak 4 kali yaitu Lombok Timur, Bantul, Ogan Komering Ulu dan Pati dengan rincian sebagai berikut: 4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi. 4.2. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dalam rangka Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow). 4.3. Belanja
Perjalanan
Biasa
digunakan
untuk
perjalanan
dalam
rangka
Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow). 4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk bantuan transport dan uang saku peserta kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
525
5.
Keluaran/Output 5.1. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Lombok Timur a.
Dilaksanakan tanggal 1-3 Juli 2015.
b.
Kegiatan yang dilaksanakan hari pertama adalah kunjungan lapangan ke sentra Cabai di Kab. Lombok Timur.
c.
Pertemuan dihadiri sebanyak 60 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat dan daerah yang berasal dari Dinas Pertanian Tanaman Provinsi NTB, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Lombok Timur, penyuluh/petugas lapang serta pengurus/anggota kelompok tani calon penerima Dana Tugas Pembantuan Ta. 2015 di Kabupaten Lombok Timurl.
d.
Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekaligus membuka pertemuan oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Lombok Timur, dilanjutkan dengan kegiatan pengarahan oleh Kasie Bimbingan Usaha. Setelah itu acara dilanjutkan dengan pemaparan materi Kebijakan Pengembangan Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat Tahun Anggaran 2015, Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2015 oleh Kasie Teknnlogi Subdit Budidaya Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Laporan Perkembangan teknis dan keuangan pelaksananaan kegiatan 2015 dan evaluasi kegiatan Tahun 2014 di Kabupaten Lombok Timur, pengembangan sayuran melalui penerapan Indo-GAP, Pedoman penanganan pascapanen dan form chek list penilaian pedoman penerapan buah dan sayuran yang baik oleh Kasie Teknologi dan Bimbingan Usaha.
e.
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: 1)
Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun Anggaran 2015 yang disampaikan oleh Kasie Bimbingan Usaha, Ir. Sri Setiati
2)
Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat TA. 2015 yang disampaikan oleh Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro, SP
3)
Laporan Perkembangan Teknis dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan 2015 serta Evaluasi Kegiatan Tahun 2014 yang disampaikan Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kab. Lombok Timur
4)
Pengembangan
Sayuran
melalui
Penerapan
Indo-GAP,
yang
disampaikan Kasie Bimbingan Usaha, Ir. Sri Setiati 5)
Pedoman Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian Asal Tanaman Yang Baik, yang disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro, SP.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
526
6)
Form Chek List Penilaian Pedoman Penerapan Buah dan Sayur Yang Baik, yang disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro, SP.
5.2. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Bantul a.
Dilaksanakan tanggal 28-30 April 2015.
b.
Kegiatan yang dilaksanakan hari pertama adalah kunjungan lapangan ke sentra bawang merah di Kab. Bantul yang terkena banjir.
c.
Pertemuan dihadiri 60 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat dan daerah yang berasal dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
DIY,
Dinas
Pertanian
Tanaman
Pangan
Kab.
Bantul,
penyuluh/petugas lapang serta pengurus/anggota kelompok tani calon penerima Dana Tugas Pembantuan Ta. 2015 di Kabupaten Bantul. d.
Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekaligus membuka pertemuan oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Bantul, dilanjutkan dengan pengarahan oleh Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat. Setelah itu acara dilanjutkan dengan pemaparan materi Kebijakan Pengembangan Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat Tahun Anggaran 2015, Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2015 oleh Kasubdit Budidaya Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Laporan Perkembangan teknis dan keuangan pelaksananaan kegiatan 2015 dan evaluasi kegiatan Tahun 2014 di Kabupaten Pati, pengembangan sayuran melalui penerapan Indo-GAP, Pedoman penanganan pascapanen dan form chek list penilaian pedoman penerapan buah dan sayuran yang baik oleh Kasie Teknologi.
e.
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: 1)
Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun Anggaran 2015 yang disampaikan oleh Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, Dr. Dwi Iswari, MSc.P
2)
Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat TA. 2015 yang disampaikan oleh Kasubdit Budidaya Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Ir. Yanuardi, MM
3)
Laporan Perkembangan Teknis dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan 2015 serta Evaluasi Kegiatan Tahun 2014 yang disampaikan Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kab. Bantul.
4)
Pengembangan
Sayuran
melalui
Penerapan
Indo-GAP,
yang
disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro, SP.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
527
5)
Pedoman Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian Asal Tanaman Yang Baik, yang disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro, SP.
6)
Form Chek List Penilaian Pedoman Penerapan Buah dan Sayur Yang Baik, yang disampaikan Staf Teknis, Lili, S.TP.
5.3. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Ogan Komering Ulu a.
Dilaksanakan tanggal 27-29 Juli 2015.
b.
Kegiatan yang dilaksanakan hari pertama adalah kunjungan lapangan ke sentra sayuran (cabai) di Kab. Ogan Komering Uludimana saat kunjungan lagi persiapan lahan dengan penggunaan mulsa untuk ditanami cabai keriting dan cabai besar.
c.
Pertemuan dihadiri sebanyak 60 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat dan daerah yang berasal dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ogan Komering Ulu, penyuluh/petugas lapang serta pengurus/anggota kelompok tani calon penerima Dana Tugas Pembantuan TA. 2015 di Kabupaten Ogan Komering Ulu.
d.
Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekalgus membuka pertemuan oleh Kabid Tanaman Pangan Kabupaten Ogan Komering Ulu, dilanjutkan dengan kegiatan pengarahan oleh Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat yang diwakili Kasie Teknologi Subdit Budidaya Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi. Setelah itu acara dilanjutkan dengan pemaparan materi Kebijakan Pengembangan Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat Tahun Anggaran 2015, Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2015 oleh Kasubdit Budidaya Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Laporan Perkembangan teknis dan keuangan pelaksananaan kegiatan 2015 dan evaluasi kegiatan Tahun 2014 di Kabupaten Ogan Komering Ulu, pengembangan sayuran melalui penerapan Indo-GAP, Pedoman penanganan pascapanen dan form chek list penilaian pedoman penerapan buah dan sayuran yang baik oleh Kasie Teknologi dan Staf.
e.
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: 1)
Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun Anggaran 2015 yang disampaikan oleh Kasie Teknologi Subdit Budidaya Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Lukman Dani Saputro, SP
2)
Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat TA. 2015 yang disampaikan oleh Kasie Teknologi Subdit Budidaya Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Lukman Dani Saputro, SP
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
528
3)
Laporan Perkembangan Teknis dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan 2015 serta Evaluasi Kegiatan Tahun 2014 yang disampaikan Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Ogan Komering Ulu.
4)
Pengembangan
Sayuran
melalui
Penerapan
Indo-GAP,
yang
disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro, SP. 5)
Pedoman Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian Asal Tanaman Yang Baik, yang disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro, SP.
6)
Form Chek List Penilaian Pedoman Penerapan Buah dan Sayur Yang Baik, yang disampaikan salah satu staf, Lili S.TP.
5.4. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Pati a.
Dilaksanakan tanggal 15-17 April 2015.
b.
Kegiatan yang dilaksanakan hari pertama adalah kunjungan lapangan ke sentra bawang merah di Kab. Pati dimana pertanaman bawang merah saat dikunjungi ada yang sudah panen, akan panen dan juga sudah mulai tanam lagi. Varietas bawang merah dominan adalah Bauji dan Tajuk.
c.
Pertemuan dihadiri sebanyak 60 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat dan daerah yang berasal dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kab. Pati, penyuluh/petugas lapang serta pengurus/anggota kelompok tani calon penerima Dana Tugas Pembantuan TA. 2015 di Kabupaten Pati.
d.
Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekalgus membuka pertemuan oleh Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Pati mewakili Kepala Dinas, dilanjutkan dengan kegiatan pengarahan oleh Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat yang diwakili Kasubdit Budidaya Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi. Setelah itu acara dilanjutkan dengan pemaparan materi Kebijakan Pengembangan Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat Tahun Anggaran 2015, Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2015 oleh Kasubdit Budidaya Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Laporan Perkembangan teknis dan keuangan pelaksananaan kegiatan 2015 dan evaluasi kegiatan Tahun 2014 di Kabupaten Pati, pengembangan sayuran melalui penerapan Indo-GAP, Pedoman penanganan pascapanen dan form chek list penilaian pedoman penerapan buah dan sayuran yang baik oleh Kasie Teknologi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
529
e.
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: 1)
Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun Anggaran 2015 yang disampaikan oleh Kasubdit Budidaya Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Ir. Yanuardi, MM
2)
Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat TA. 2015 yang disampaikan oleh Kasubdit Budidaya Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Ir. Yanuardi, MM
3)
Laporan Perkembangan Teknis dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan 2015 serta Evaluasi Kegiatan Tahun 2014 yang disampaikan Kepala Bidang Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Kab. Pati.
4)
Pengembangan
Sayuran
melalui
Penerapan
Indo-GAP,
yang
disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro, SP. 5)
Pedoman Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian Asal Tanaman Yang Baik, yang disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro, SP.
6)
Form Chek List Penilaian Pedoman Penerapan Buah dan Sayur Yang Baik, yang disampaikan Kasie Teknologi, Lukman Dani Saputro, SP.
6.
Hasil/Outcome Petugas pembina dan petani dari 4 (empat) wilayah yaitu Lombok Timur, Bantul, OKU dan Pati sebagai kawasan pengembangan sayuran dan tanaman obat mendapatkan tambahan pengetahuan dan ketrampilan penerapan dimulai dari penerapan budidaya yang baik (GAP), penanganan pascapanen yang baik (GHP) dan penerapan registrasi lahan usaha sayuran dan tanaman obat.
7.
Manfaat/Benefit Pengembangan sayuran dapat dilakukan oleh petani secara lebih baik, yang mengacu pada penerapan GAP/GHP/SOP sehingga dapat mengurangi resiko kerusakan lingkungan, terutama dalam penggunaan pestisida.
8.
Dampak/Impact Produksi sayuran meningkat dengan mutu lebih baik sehingga menambah pendapatan dan kesejahteraan petani dan kelestarian lingkungan tetap terjaga.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
530
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Secara
umum
telah
dilakukan
persiapan
pelaksanaan
kegiatan
pengembangan bawang merah melalui dana Tugas Pembantuan TA 2015, diantaranya melalui pelaksanaan CP/CL, dan persiapan administrasi dan teknis persyaratan pengadaan. b.
Perlu peningkatan dan perbaikan perilaku penggunaan pupuk organik dan anorganik serta pestisida agar sesuai dengan petunjuk Indo-GAP, agar produk yang dihasilkan aman konsumsi, bermutu dan lahan tetap terjaga kesuburannya dan lingkungan tetap lestari.
c.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa pertemuan pendampingan ini berdampak terhadap percepatan penyerapan anggaran di daerah, karena permasalahan yang dihadapi dapat segera diatasi melalui diskusi stakeholder di daerah dibantu dengan pemikiran intensif oleh pusat. Daerah lebih intensif berkoordinasi secara internal.
9.2. Saran a.
Perlu dilakukan sosialisasi baik oleh Dinas Pertanian setempat maupun pusat kepada petani/kelompok tani/Gapoktan tentang penerapan budidaya yang ramah lingkungan dengan memperbanyak penggunaan pupuk organik yang telah dicampur agensia hayati, aplikasi pestisida melalui penerapan PHT, agar produk yang dihasilkan aman konsumsi, bermutu dan lahan tetap terjaga kesuburannya untuk mendukung produksi sayuran.
b.
Kegiatan ini perlu terus dilakukan agar lebih banyak lagi petani/kelompok tani yang wawasannya terbuka dan merubah paradigma yang selama ini berdasarkan kebiasaan sehingga mau melakukan budidaya sayuran sesuai penerapan GAP/SOP, GHP dan tatacara registrasi lahan usaha sayuran.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
531
PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN DI BIMA, KARANGANYAR, ACEH BESAR DAN BREBES
1.
Latar Belakang Pelaksanaan kegiatan pengembangan sayuran dan tanaman obat tahun 2015 merupakan kelanjutan dari kegiatan tahun 2014 dengan berbagai penyesuaian dan penajaman pada beberapa aspek. Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2015 terdiri dari beberapa output kegiatan yang meliputi Pengembangan Kawasan Sayuran, Pengembangan Kawasan Tanaman Obat, Sekolah Lapang GAP dan GHP, Pedoman-pedoman, Registrasi Lahan Usaha, Sarana Prasarana Budidaya, Sarana Prasarana Pascapanen, dan Pembinaan Produksi dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat. Seluruh kegiatan tersebut berazaskan program utama yaitu peningkatan produksi dan produktivitas produk sayuran dan tanaman obat ramah lingkungan.
Lokasi pengembangan sayuran dan tanaman obat tahun 2015 tersebar di 33 provinsi yang diarahkan pada penerapan GAP, GHP, dan SOP yang spesifik lokasi dan komoditas. Sehingga terbentuk suatu kawasan atau kebun-kebun GAP teregistrasi sehingga pelaku usaha/petani dapat memenuhi standar pasar modern dan akhirnya mengantarkan pelaku usaha/petani menuju gerbang sertifikasi produk.
Dalam rangka percepatan pelaksanaan program-program pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat di seluruh lokasi pengembangan, maka perlu dilakukan pertemuan pendampingan kawasan untuk lebih mengintensifkan pelaksanaan program di kawasan sentra dan pengembangan. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Tujuan kegiatan ini, yaitu melakukan pendampingan kawasan pengembangan sayuran dan tanaman obat dalam melaksanakan program Peningkatan Produksi dan Produktifitas Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015. 2.2. Sasaran Petugas dan pelaku usaha/petani yang mendapat alokasi anggaran program Peningkatan Produksi dan Produktifitas Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
532
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 183.964.000.3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 182.114.800.3.3. Informasi Teknologi :
Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi
budidaya berdasarkan GAP/SOP dan pengendalian hama terpadu yang perlu dilakukan oleh petani 3.4. Sarana
di kawasan sayuran dan tanaman obat.
Penunjang
pengembangan kawasan
:
Dalam
pelaksanaan
kegiatan
pendampingan
di kabupaten Brebes, Karanganyar, Bima dan Aceh
Besar diberikan sarana penunjang berupa topi, dan seminar kit kepada narasumber dan peserta.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan
dilakukan
oleh
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, dengan rincian kegiatan sebagai berikut : 4.1. Belanja Bahan Dalam rangka mendukung terlaksananya kegiatan pendampingan pengembangan kawasan di empat kabupaten yang telah ditentukan diberikan a) sarana penunjang kepada narasumber dan peserta berupa topi dan seminar kit dan b) konsumsi kepada peserta dan narasumber. 4.2. Belanja Jasa Profesi Dilaksanakan untuk membayar honor narasumber kegiatan pendampingan pengembangan kawasan disetiap penyelenggaraan kegiatan. 4.3. Belanja Perjalanan Biasa Dilaksanakan berupa perjalanan bagi peserta pusat dalam rangka menghadiri dan melaksanakan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat di Kabupaten Brebes, Karanganyar, Bima dan Aceh Besar. 4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota Dilaksanakan berupa bantuan transport dan uang saku bagi peserta daerah dalam rangka menghadiri kegiatan pendampingan pengembangan kawasan di wilayah setempat Kabupaten Brebes, Karanganyar, Bima dan Aceh Besar. 5.
Keluaran/Output 5.1. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Brebes a.
Dilaksanakan tanggal 18 - 20 Maret 2015.
b.
Rangkaian kegiatan meliputi pertemuan intensif di ruang rapat Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan hortikultura Kabupaten Brebes, dilanjutkan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
533
hari berikutnya untuk kunjungan lapang ke lahan usaha bawang merah dan jahe tempat lokasi penerima bantuan hortikultura 2015. c.
Peserta pertemuan berasal dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Brebes; penyuluh dan petani penerima bantuan barang pengembangan sayuran dan tanaman obat ta 2015 dengan jumlah peserta sebanyak 60 orang.
d.
Narasumber yang mengisi pertemuan yaitu Kepala Bidang Produksi dan Perlindungan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Brebes.
e.
Materi yang disampaikan dalam pertemuan pendampingan pengembangan kawasan di Kabupaten Brebes : 1)
Pengarahan Kebijakan dan Program Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat
2)
Petunjuk Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat TA. 2015
3)
Pemaparan GAP Sayuran dan Tanaman Obat Serta Tata Cara Registrasi Lahan Usaha Sayuran dan Tanaman Obat
4)
Pemaparan persiapan pelaksanaan kegiatan pengembangan Kawasan sayuran dan tanaman obat TA. 2015 dan Evaluasi Kegiatan TA. 2014 di Kabupaten Brebes
5)
Pemaparan Pengendalian OPT Ramah Lingkungan: Pemanfaatan Agens Hayati Untuk Pengendalian OPT
6)
Gambaran Kesiapan Perbenihan untuk Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat di Kabupaten Brebes TA 2015.
5.2. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Karanganyar a.
Dilaksanakan tanggal 15 - 17 April 2015.
b.
Rangkaian kegiatan meliputi kunjungan lapang untuk meninjau lokasi penerima bantuan untuk komoditas bawang putih dan jahe. Dilanjutkan hari berikutnya pertemuan pendampingan pengembangan kawasan dilaksanakan di ruang rapat OISCA TC Karangpandan.
c.
Peserta pertemuan berasal dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Karanganyar, Mantri Tani, Penyuluh dan Petani penerima bantuan pengembangan sayuran dan tanaman obat TA 2015 dengan jumlah peserta sebanyak 60 orang.
d.
Narasumber yang mengisi pertemuan yaitu Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Karanganyar.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
534
e.
Materi yang disampaikan dalam pertemuan pendampingan pengembangan kawasan di Kabupaten Karanganyar : 1)
Pengarahan Kebijakan dan Program Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat.
2)
Petunjuk Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat TA. 2015.
3)
Pemaparan GAP Sayuran dan Tanaman Obat serta Tata Cara Registrasi Lahan Usaha Sayuran dan Tanaman Obat.
4)
Pemaparan Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat TA. 2015 dan Evaluasi Kegiatan TA. 2014 di Kabupaten Karanganyar.
5)
Pemaparan Pengendalian OPT Ramah Lingkungan : Pemanfaatan Agens Hayati untuk Pengendalian OPT.
6)
Gambaran Kesiapan Perbenihan untuk Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat di Kabupaten Karanganyar TA. 2015.
5.3. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Aceh Besar a.
Dilaksanakan tanggal 23 - 25 April 2015.
b.
Rangkaian
kegiatan
meliputi
kegiatan
pertemuan
pendampingan
pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat dilaksanakan di BPP Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar pada tanggal 23 April 2015, dan kunjungan lapang dilakukan pada tanggal 24 April 2015 ke lahan usaha sayuran dan tanaman obat yang mendapat fasilitasi kegiatan pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat TA. 2015. c.
Materi yang disampaikan dalam pertemuan pendampingan pengembangan kawasan di Kabupaten Aceh Besar: 1)
Kebijakan dan Program Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat disampaikan oleh Kasi Teknologi Budidaya Tanaman Obat dan Jamur
2)
Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat TA. 2015
3)
Sosialisasi Pedoman Budidaya Sayuran dan Tanaman Obat yang Baik serta Tata Cara Registrasi Lahan Usaha Sayuran dan Tanaman Obat
4)
Rincian Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015 di Kabupaten Aceh Besar
5)
Pemaparan Budidaya Bawang Merah dan Penangkaran Benih Bawang Merah di Kab. Aceh Besar
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
535
6)
Pemarapan
Budidaya
Jahe
di
Dataran
Rendah
dan
Persiapan
Penangkaran Jahe 7)
Budidaya Jamur Merang di Kec. Kuta Baro.
8)
Pemaparan Pengendalian OPT Hortikultura Ramah Lingkungan.
5.4. Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Bima a.
Dilaksanakan tanggal 6 – 8 Mei 2015.
b.
Rangkaian
kegiatan
meliputi
kegiatan
pertemuan
pendampingan
pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat dilaksanakan di Aula BP4K pada tanggal 6 Mei 2015, kunjungan lapang dilakukan pada tanggal 7 8 Mei 2015 ke lahan usaha bawang merah dan bawang putih yang mendapat fasilitasi kegiatan pengembangan kawasan sayuran TA. 2015. c.
Materi yang disampaikan dalam pertemuan pendampingan pengembangan kawasan di Kabupaten Aceh Besar : 1)
Laporan Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan TA. 2015 dan Evaluasi Kegiatan 2014.
2)
Kebijakan dan Program Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat.
3)
Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat TA. 2015.
4)
Sosialisasi Pedoman Budidaya Sayuran dan Tanaman Obat yang Baik serta Tata Cara Registrasi Lahan Usaha Sayuran dan Tanaman Obat.
6.
5)
Pengembangan Bawang Merah dan Bawang Putih di Kabupaten Bima.
6)
Pemaparan Penangkaran Benih Bawang Putih di Kab. Bima.
7)
Pemarapan Asosiasi Penangkaran Bawang Merah di Kab. Bima.
8)
Pemaparan Penyiapan Agens Hayati dan Cara Pembuatannya.
Hasil/Outcome Tersosialisasikannya berbagai pedoman-pedoman antara lain GAP, GHP, registrasi lahan usaha sayuran dan tanaman obat, pemberdayaan kelembagaan usaha, sarana prasarana budidaya dan pascapanen.
7.
Manfaat/Benefit Petugas bersama-sama dengan petani dapat menerapkan SOP, GAP dan GHP serta melakukan registrasi lahan usaha sayuran dan tanaman obat.
8.
Dampak/Impact Petugas bersama-sama dengan petani dapat menerapkan SOP, GAP dan GHP serta melakukan registrasi lahan usaha sayuran dan tanaman obat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
536
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Brebes 1)
Percepatan proses pengadaan barang agar bisa mengikuti musim tanam yang berlaku, sehingga program kegiatan dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien.
2)
Melakukan pertanian ramah lingkungan terutama dalam hal pengendalian OPT. Saat ini petani bawang merah sudah mulai beralih ke budidaya ramah lingkungan untuk itu perlu pendampingan yang lebih intensif dari petugas di kabupaten/kota dan Provinsi.
3)
Pembinaan intensif dari aparat petugas dan penyuluh pertanian kepada para petani/kelompok tani khususnya transfer teknologi, pembinaan kelompok tani dan pembinaan mitra usaha dalam hal ini sangat menentukan keberhasilan dan tingkat kesejahteraan petani.
b.
Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Karanganyar 1)
Percepatan proses pengadaan barang agar bisa mengikuti musim tanam yang berlaku, sehingga program kegiatan dapat berjalan efektif dan efisien.
2)
Melakukan pertanian ramah lingkungan terutama dalam hal pengendalian OPT. Saat ini petani sudah mulai beralih ke budidaya ramah lingkungan untuk itu perlu pendampingan yang lebih intensif dari petugas di kabupaten/kota dan Provinsi.
3)
Pembinaan intensif dari aparat petugas dan penyuluh pertanian kepada para petani/kelompok tani khususnya transfer teknologi, pembinaan kelompok tani dan pembinaan mitra usaha dalam hal ini sangat menentukan keberhasilan dan tingkat kesejahteraan petani
4)
Perlu dibangun dan ditingkatkan hubungan kemitraan antara petani dan pengusaha benih, pupuk dan pestisida dalam hal penyediaan dan penyaluran sarana produksi serta pemasaran hasil pertanian, sehingga petani dapat menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan.
5)
Perlu
di
bangun
sebuah
jaringan
informasi
pasar
yang
dapat
menghubungkan petani, pasar dan produsen dalam pembangunan pasar komoditi hortikultura. c.
Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Aceh Besar 1)
Percepatan proses pengadaan barang agar bisa mengikuti musim tanam yang berlaku, sehingga program kegiatan dapat berjalan efektif dan efisien.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
537
2)
Pembinaan intensif dari aparat petugas dan penyuluh pertanian kepada para petani/kelompok tani khususnya transfer teknologi, pembinaan kelompok tani dan pembinaan mitra usaha dalam hal ini sangat menentukan keberhasilan dan tingkat kesejahteraan petani.
3)
Dalam rangka mewujudkan pertanian ramah lingkungan terutama dalam hal pengendalian OPT. Diharapkan pembinaan dan bimbingan intensif dari UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Aceh untuk sosialisasi dan mendampingi pengaplikasian biopestisida, agens hayati, mikoriza, dan lainnya.
d.
Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Bima 1)
Percepatan proses pengadaan barang agar bisa mengikuti musim tanam yang berlaku, sehingga kegiatan dapat berjalan efektif dan efisien.
2)
Pembinaan intensif dari petugas dinas pertanian setempat dan penyuluh pertanian
kepada
para
petani/kelompok
tani
khususnya
transfer
teknologi, pembinaan kelompok tani dan pembinaan mitra usaha dalam rangka mewujudkan keberhasilan dan kesejahteraan petani. 3)
Dalam rangka mewujudkan pertanian ramah lingkungan terutama dalam hal pengendalian OPT. Diharapkan pembinaan dan bimbingan intensif dari UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Bima untuk sosialisasi dan mendampingi pengaplikasian biopestisida, agens hayati, mikoriza, dan lainnya.
9.2. Saran a.
Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Brebes 1)
Diharapkan
Dinas
Pertanian
Tanaman
Pangan
dan
Hortikultura
Kabupaten Brebes dapat melakukan penyusunan SOP komoditas yang spesifik lokasi, khususnya untuk komoditas bawang merah mengingat kabupaten ini adalah sentra produksi bawang merah. SOP komoditas merupakan salah satu syarat untuk dapat melakukan registrasi lahan usaha. 2)
Untuk mendukung pengembangan kawasan tanaman obat, diharapkan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Brebes mulai merintis pengembangan penangkar benih tanaman obat khususnya dari jenis temu-temuan.
3)
Perlu dibangun dan ditingkatkan hubungan kemitraan antara petani dan pengusaha benih, pupuk dan pestisida dalam hal penyediaan dan penyaluran sarana produksi serta pemasaran hasil pertanian, sehingga petani dapat menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
538
b.
Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Karanganyar 1)
Diharapkan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Karanganyar dapat melakukan penyusunan SOP komoditas yang spesifik lokasi, khususnya untuk komoditas bawang putih mengingat kabupaten ini adalah sentra produksi pengembangan bawang putih. SOP komoditas merupakan salah satu syarat untuk dapat melakukan registrasi lahan usaha.
2)
Untuk mendukung pengembangan kawasan tanaman obat, diharapkan Dinas
Pertanian
Tanaman
Pangan
dan
Hortikultura
Kabupaten
Karanganyar mulai merintis pengembangan penangkar benih tanaman obat khususnya dari jenis temu-temuan. 3)
Perlunya dilakukan upaya peningkatan produksi dan mutu serta perbaikan mutu benih melalui sosialisasi penggunaan benih bersertifikat dan pelatihan penangkaran benih bersertifikat.
4)
Perlu dibangun dan ditingkatkan hubungan kemitraan antara petani dan pengusaha benih, pupuk dan pestisida dalam hal penyediaan dan penyaluran sarana produksi serta pemasaran hasil pertanian, sehingga petani dapat menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan.
5)
Perlu
di
bangun
sebuah
jaringan
informasi
pasar
yang
dapat
menghubungkan petani, pasar dan produsen dalam pembangunan pasar komoditi hortikultura. c.
Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Aceh Besar 1)
Diharapkan Dinas
Pertanian Tanaman Pangan,
dan Hortikultura
Kabupaten Aceh Besar dapat melakukan penyusunan SOP komoditas yang spesifik lokasi (sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan registrasi lahan usaha), khususnya untuk komoditas bawang merah, cabai, dan jahe mengingat Kabupaten Aceh Besar merupakan sentra pengembangan bawang merah cabai, dan jahe di luar P. Jawa. 2)
Diharapkan
Dinas
Pertanian
Tanaman
Pangan
dan
Hortikultura
Kabupaten Aceh Besar lebih mulai mengintensifkan kerjasama dengan BPSB Provinsi Aceh atau BPSBTPH setempat untuk memberikan pengarahan dan pelatihan kepada calon penangkar benih sayuran dan tanaman obat untuk selanjutnya didaftarkan menjadi penangkar yang bersertifikat. Hal ini mengingat, kebutuhan benih sayuran (bawang merah dan cabai) dan tanaman obat (jahe) di Kab. Aceh Besar setiap tahunnya semakin meningkat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
539
3)
Perlu dibangun dan ditingkatkan hubungan kemitraan antara petani dan pengusaha benih, pupuk serta pestisida dalam hal penyediaan atau penyaluran sarana produksi, sehingga
petani dapat menekan biaya
produksi yang harus dikeluarkan. 4)
Perlu
dibangun
sebuah
jaringan
informasi
pasar
yang
dapat
menghubungkan petani dan pasar dalam pembangunan pasar komoditi hortikultura. Sehingga perlu dilakukan penjadwalan tanam atau pola tanam per kecamatan untuk menekan perubahan harga dan menjaga pasokan produksi. d.
Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Bima 1)
Diharapkan Dinas
Pertanian Tanaman Pangan,
dan Hortikultura
Kabupaten Bima dapat melakukan penyusunan SOP komoditas yang spesifik lokasi (sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan registrasi lahan usaha), khususnya untuk komoditas bawang merah dan bawang
putih
mengingat
Kabupaten
Bima
merupakan
sentra
pengembangan bawang merah dan bawang putih di luar P. Jawa. 2)
Diharapkan
Dinas
Pertanian
Tanaman
Pangan
dan
Hortikultura
Kabupaten Bima lebih mengintensifkan kerjasama dengan BPSB Provinsi NTB atau BPSBTPH setempat untuk memberikan pengarahan dan pelatihan kepada calon penangkar benih sayuran (bawang merah dan bawang putih) untuk selanjutnya didaftarkan menjadi penangkar yang bersertifikat. Hal ini mengingat, kebutuhan benih sayuran setiap tahunnya semakin meningkat. 3)
Perlu dibangun dan ditingkatkan hubungan kemitraan antara petani dan pengusaha benih, pupuk dan pestisida dalam hal penyediaan dan penyaluran sarana produksi serta pemasaran hasil pertanian, sehingga petani dapat menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan.
4)
Perlu
dibangun
sebuah
jaringan
informasi
pasar
yang
dapat
menghubungkan petani, pasar dan produsen dalam pembangunan pasar komoditi hortikultura. Sebelumnya perlu dilakukan penjadwalan tanam atau pola tanam per kecamatan untuk menekan perubahan harga dan menjaga pasokan produksi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
540
PENDAMPINGAN
PENGEMBANGAN
KAWASAN
DI
SIMALUNGUN,
KEPAHIANG,
BULELENG DAN CIANJUR
1.
Latar Belakang Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2015 merupakan implementasi dari sub program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan. Dukungan terhadap sub program tersebut, terangkum dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Pengembangan Kawasan Sayuran, Pengembangan Kawasan Tanaman Obat, Sekolah Lapangan GAP, Pemberdayaan
Kelembagaan
Usaha,
Peningkatan
Kapabilitas
Petugas/Petani,
Pedoman-Pedoman, Registrasi Lahan Usaha, Registrasi Packing House/Bangsal Pascapanen, Sarana Prasarana Budidaya, Sarana Prasarana Pascapanen, Sekolah Lapangan GHP, Pembinaan Pengembangan Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat serta Pembinaan Pengembangan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
Mengingat begitu pentingnya kegiatan Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat dalam menyokong pembangunan pertanian secara umum dan mendukung pengembangan sayuran dan tanaman obat secara khusus, maka perlu dilakukan kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow) di wilayah-wilayah yang menjadi pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat, agar pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat dapat dilaksanakan sesuai dengan indikator kinerja, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Dalam rangka mengintensifkan dan melakukan percepatan pelaksanaan programprogram Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat TA. 2015 di seluruh lokasi, maka perlu dilakukan pendampingan berupa pertemuan Pendampingan Pengembangan Kawasan.
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Untuk melakukan pendampingan pelaksanaan program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015 di Kabupaten Simalungun, Kepahiang, Cianjur dan Buleleng.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
541
2.2. Sasaran Sasaran dari kegiatan ini adalah Petugas dan petani/pelaku usaha yang mendapat alokasi anggaran program Peningkatan Produksi dan
Produktivitas Produk
Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015. 3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 184.260.000,-. 3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp.182.708.100,3.3. Informasi Teknologi :
Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi
budidaya dan pengendalian hama terpadu yang perlu dilakukan oleh petani di kawasan sayuran dan tanaman obat. 3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan diberikan sarana penunjang berupa tas dan seminar kit kepada para peserta.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow) dilaksanakan sebanyak 4 kali yaitu di Simalungun, Kepahiang, Cianjur dan Buleleng dengan rincian sebagai berikut: 4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi. 4.2. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dalam rangka Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow). 4.3. Belanja
Perjalanan
Biasa
digunakan
untuk
perjalanan
dalam
rangka
Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow). 4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk bantuan transport dan uang saku peserta kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan. 5.
Keluaran/Output 5.1. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Simalungun a.
Dilaksanakan tanggal 20-22 April 2015.
b.
Kegiatan yang dilaksanakan hari pertama adalah kunjungan lapangan ke lahan usaha sayuran milik kelompoktani Sila Maria di Desa Dolok Huluan Kecamatan Raya dan Kelompoktani Dusnyur I di Desa Sondi Raya Kecamatan Raya. Hari kedua dilakukan kunjungan ke Pasar Tradisional Kabupaten Simalungun dan setelahnya dilanjutkan dengan Pertemuan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
542
Pendampingan Pengembangan Kawasan yang dilaksanakan di Aula Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun. c.
Pertemuan dihadiri 60 orang peserta yang terdiri dari narasumber, petugas Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun, petugas PPL dan POPT, serta kelompok tani/Gapoktan calon penerima bantuan. Pertemuan ini dibuka oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun (Ir. Jan Posman H. Purba) yang dihadiri oleh Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun, PPK Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun (Lamria Sitorus, SP), dan petugas Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara (Amisani Br. Sembiring, SP, MS).
d.
Narasumber berasal dari UPT PTPH Sumatera Utara (Kaspar Simbolon, SP), dan Darwis Sipayung, Ketua KTNA Kabupaten Simalungun dan petugas pusat dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat. e.
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: 1)
Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat disampaikan oleh Kasi Sarana Subdit Pascapanen Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Ir. M. Tahir, MP.
2)
Laporan
Perkembangan
Teknis
dan
Keuangan
Pelaksanaan
Kegiatan 2015 dan Evaluasi Kegiatan 2014 oleh PPK
Dinas
Pertanian Kabupaten Simalungun Lamria Sitorus, SP. 3)
Gambaran Kesiapan kelompoktani yang disampaikan oleh Darwis Sipayung, Ketua KTNA Kabupaten Simalungun.
4)
Overview Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2015 oleh Kasi Sarana Subdit Pascapanen Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Ir. M. Tahir, MP.
5)
Teknik Pembuatan Agensia Hayati oleh Kaspar Simbolon, SP dari UPT PTPH Sumatera Utara.
6)
Perspektif Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat.
5.2. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Kepahiang a.
Dilaksanakan pada tanggal 4-6 Mei 2015.
b.
Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Kepahiang diawali dengan kunjungan lapangan ke lahan usaha sayuran milik Kelompoktani Harapan Jaya, calon penerima bantuan APBN 2015. Hari berikutnya dilakukan kunjungan lapangan ke pasar tradisional kabupaten dan kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan pertemuan yang dilaksanakan di Aula Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Kepahiang.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
543
c.
Peserta berjumlah 60 orang yang terdiri dari Petugas Dinas Pertanian Kabupaten
Kepahiang,
petugas
PPL
dan
POPT,
serta
kelompok
tani/Gapoktan calon penerima bantuan. Kegiatan dihadiri oleh Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Kepahiang dan petugas Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu (Nurul). d.
Narasumber yang hadir pada pertemuan adalah Budi, SP sebagai PPK Dinas Pertanian Kabupaten Kepahiang, Petugas POPT Kepahiang (Muslimin), dan Ketua Kelompoktani Maju Rejo (Seno) dari Desa Sidorejo Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang serta petugas pusat dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
e.
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: 1)
Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat disampaikan oleh Kasi Sarana Subdit Pascapanen Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Ir. M. Tahir, MP.
2)
Laporan Perkembangan Teknis dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan 2015 dan Evaluasi Kegiatan 2014 oleh PPK Dinas Pertanian Kabupaten Kepahiang, Budi, SP.
3)
Gambaran Usaha Tani Kelompoktani oleh Seno Ketua Kelompoktani Maju Rejo yang berlokasi di Desa Sidorejo Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang.
4)
Overview Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2015 oleh Kasi Sarana Subdit Pascapanen Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Ir. M. Tahir, MP.
5)
Teknik Pembuatan Agensia Hayati oleh Petugas POPT Kepahiang (Muslimin)
6)
Perspektif Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat.
5.3. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Buleleng a.
Dilaksanakan pada tanggal 15 – 17 April 2015.
b.
Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Buleleng dilaksanakan di Aula Kantor Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng.
c.
Peserta berjumlah 60 orang yang terdiri dari Petugas Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng, petugas PPL dan POPT, serta kelompok tani/Gapoktan calon penerima bantuan. Kegiatan dihadiri oleh Kepala Bidang Hortikultura, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng.
d.
Narasumber yang hadir pada pertemuan adalah Ir. Subudi sebagai Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng,
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
544
petugas Laboratorium PHPTPH Kabupaten Buleleng (I Nyoman Arsa), dan Petugas Informasi Lapang Kabupaten Buleleng (Ketut Astawa) serta petugas pusat dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat. e.
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: 1)
Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat disampaikan oleh KaSubdit Pascapanen Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Ir. Gabriella Susilowati, MP.
2)
Laporan Perkembangan Teknis dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan 2015 dan Evaluasi Kegiatan 2014 oleh Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng, Ir. Subudi.
3)
Pengembangan Komoditas Bawang Merah di Kabupaten Buleleng oleh Ketut Astawa selaku Petugas Informasi Lapang Kabupaten Buleleng.
4)
Overview Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2015 oleh KaSubdit Pascapanen Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Ir. Gabriella Susilowati, MP.
5)
Teknik Pembuatan Agensia Hayati pada Cabai dan Bawang Merah oleh Petugas Laboratorium PTPTPH (I Nyoman Arsa)
6)
Perspektif Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat oleh Kasi Teknologi Subdit Pascapanen Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Lilis Suhaeti, SP.
5.4. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Cianjur a.
Dilaksanakan pada tanggal 3 – 5 Juni 2015.
b.
Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan di Kabupaten Cianjur dilaksanakan di Aula Kantor Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur.
c.
Peserta berjumlah 60 orang yang terdiri dari Petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, petugas PPL dan POPT, serta kelompok tani/Gapoktan calon penerima bantuan. Kegiatan dihadiri oleh Kepala Bidang Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura.
d.
Narasumber yang hadir pada pertemuan adalah PPK Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, petugas Laboratorium PHPTPH Kabupaten Cianjur, dan perwakilan kelompoktani penerima bantuan, serta petugas pusat dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
545
e.
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: 1)
Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat disampaikan oleh KaSubdit Pascapanen Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Ir. Gabriella Susilowati, MP.
2)
Laporan Perkembangan Teknis dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan 2015 dan Evaluasi Kegiatan 2014 oleh PPK Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur.
3)
Overview Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2015 oleh KaSubdit Pascapanen Tanaman Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Ir. Gabriella Susilowati, MP.
4)
Teknik Pembuatan Agensia Hayati Untuk Komoditas Sayuran oleh Petugas Laboratorium PTPTPH , Bapak Atang.
5)
Kesiapan Petani sebagai Penerima Manfaat kegiatan Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat di Kabupaten Cianjur, oleh Bapak Sabar, Kelompoktani Gede Harepan, Gekbong.
6)
Perspektif Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat oleh Kasi Teknologi Subdit Pascapanen Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Lilis Suhaeti, SP.
6.
Hasil/Outcome Terwujudnya pendampingan intensif berupa tatap muka dan koordinasi langsung antar instansi di kawasan pengembangan sayuran dan tanaman obat di empat wilayah yaitu Simalungun, Kepahiang, Buleleng dan Cianjur.
7.
Manfaat/Benefit Tersosialisasinya program dan langkah pengembangan kawasan di 4 wilayah yaitu Simalungun, Kepahiang, Buleleng dan Cianjur. Tergalinya hambatan dan masalah, serta dirumuskannya solusi dalam program pengembangan kawasan sayuran di daerah.
8.
Dampak/Impact Program pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat di wilayah Simalungun, Kepahiang, Buleleng dan Cianjur dapat berjalan sesuai indikator kinerja, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
546
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan Secara umum dapat disimpulkan bahwa pertemuan pendampingan ini berdampak terhadap percepatan penyerapan anggaran di daerah, karena permasalahan yang dihadapi dapat segera diatasi melalui diskusi stakeholder di daerah dibantu dengan pemikiran intensif oleh pusat. Daerah lebih intensif berkoordinasi secara internal. 9.2. Saran Dari pengalaman yang dilakukan pada tahun 2012-2015 yang telah memberikan dampak positif bagi percepatan penyerapan anggaran dan pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota, maka kegiatan serupa perlu untuk tetap dilaksanakan pada tahun-tahun mendatang.
PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN DI TEGAL, TEMANGGUNG, MINAHASA DAN PESISIR SELATAN
1.
Latar Belakang Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2015 merupakan implementasi dari sub program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan. Dukungan terhadap sub program tersebut, terangkum dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Pengembangan Kawasan Sayuran, Pengembangan Kawasan Tanaman Obat, Sekolah Lapangan GAP, Pemberdayaan
Kelembagaan
Usaha,
Peningkatan
Kapabilitas
Petugas/Petani,
Pedoman-Pedoman, Registrasi Lahan Usaha, Registrasi Packing House/Bangsal Pascapanen, Sarana Prasarana Budidaya, Sarana Prasarana Pascapanen, Sekolah Lapangan GHP, Pembinaan Pengembangan Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat serta Pembinaan Pengembangan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
Mengingat begitu pentingnya kegiatan Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat dalam menyokong pembangunan pertanian secara umum dan mendukung pengembangan sayuran dan tanaman obat secara khusus, maka perlu dilakukan kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow) di wilayah-wilayah yang menjadi pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat, agar pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat dapat dilaksanakan sesuai dengan indikator kinerja, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
547
Dalam rangka mengintensifkan dan melakukan percepatan pelaksanaan programprogram Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat TA. 2015 di seluruh lokasi, maka perlu dilakukan pendampingan berupa pertemuan Pendampingan Pengembangan Kawasan. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Untuk melakukan pendampingan pelaksanaan program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015 di Kabupaten Tegal, Temanggung, Minahasa dan Pesisir Selatan. 2.2. Sasaran Sasaran dari kegiatan ini adalah Petugas dan petani/ pelaku usaha yang mendapat alokasi anggaran program Peningkatan Produksi dan
Produktivitas
Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 172.493.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 162.959.700,3.3. Informasi Teknologi :
Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi
budidaya dan pengendalian hama terpadu yang perlu dilakukan oleh petani di kawasan sayuran dan tanaman obat. 3.4. Sarana
Penunjang
:
Dalam
pelaksanaan
kegiatan
pendampingan
pengembangan kawasan diberikan sarana penunjang berupa tas dan seminar kit untuk 60 orang di masing-masing lokasi diberikan kepada para peserta.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow) dilaksanakan sebanyak 4 kali yaitu di Tegal, Temanggung, Minahasa dan Pesisir Selatan dengan rincian sebagai berikut: 4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi. 4.2. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dalam rangka Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow). 4.3. Belanja
Perjalanan
Biasa
digunakan
untuk
perjalanan
dalam
rangka
Pendampingan Pengembangan Kawasan (roadshow). 4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk bantuan transport dan uang saku peserta kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan. Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
548
5.
Keluaran/Output 5.1. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Tegal a.
Dilaksanakan tanggal 16 April 2015.
b.
Kegiatan yang dilaksanakan hari pertama adalah koordinasi dengan Dinas Pertanian Tegal untuk pelaksanaan kegiatan. Hari kedua pertemuan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat.
c.
Pertemuan dihadiri 60 orang peserta yang terdiri dari petugas kabupaten, penyuluh pertanian lapangan dan petani yang mendapat alokasi anggaran program Peningkatan Produksi, Produktifitas, dan Mutu Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015.
Pertemuan ini dibuka oleh
Kepala Bidang Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tegal. d.
Narasumber berasal Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, Kepala Bidang Hortikultura dan PPK Kabupaten Tegal.
e.
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: 1)
Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat disampaikan oleh Kasubdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.
2)
Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015 oleh Kasubdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.
3)
Pengembangan Kawasan Tanaman Sayuran APBN-P 2015 Melalui Gerakan Tanam Cabe dan Bawang Merah Musim Kemarau oleh Kepala Seksi Teknologi Subdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.
4)
Laporan Perkembangan Pelaksanaan (Teknis dan Keuangan) TA.2014 dan 2015 oleh PPK dan Kabid Hortikultura Kabupaten Tegal.
5)
Gambaran Pengembangan Sayuran cabe merah, bawang merah, dan bawang putih) oleh Ketua Gapoktan/ Champion/Pelaku Usaha.
5.2. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Temanggung a.
Dilaksanakan tanggal 6 Mei 2015.
b.
Kegiatan yang dilaksanakan hari pertama adalah koordinasi dengan Dinas Pertanian Temanggung untuk pelaksanaan kegiatan. Hari kedua Pertemuan kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat.
c.
Pertemuan dihadiri 60 orang peserta yang terdiri dari petugas kabupaten, penyuluh pertanian lapangan, dan petani yang mendapat alokasi anggaran program Peningkatan Produksi, Produktifitas, dan Mutu Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015. Pertemuan ini dibuka oleh Ir.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
549
Sunardi, M.M. selaku Sekretaris Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Temanggung. d.
Narasumber berasal Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman
Obat,
Kepala
Bidang
Hortikultura,
dan
PPK
Kabupaten
Temanggung. e.
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: 1)
Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat disampaikan oleh Kepala Seksi Teknologi Subdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.
2)
Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015 oleh Kepala Seksi Teknologi Subdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.
3)
Pengembangan Kawasan Tanaman Sayuran APBN-P 2015 Melalui Gerakan Tanam Cabe dan Bawang Merah Musim Kemarau oleh Kepala Seksi Teknologi Subdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.
4)
Laporan Perkembangan Pelaksanaan (Teknis dan Keuangan) TA.2014 dan 2015 oleh PPK dan Kabid Hortikultura, Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Temanggung.
5)
Gambaran Pengembangan Sayuran cabe merah, bawang merah, dan bawang putih) oleh Ketua Gapoktan/ Champion/Pelaku Usaha.
5.3. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Minahasa a.
Dilaksanakan tanggal 1 April 2015.
b.
Kegiatan yang dilaksanakan hari pertama adalah koordinasi dengan Dinas Pertanian,
Perkebunan
dan
Kehutanan
Kabupaten
Minahasa
untuk
pelaksanaan kegiatan. Hari kedua Pertemuan kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat. c.
Pertemuan dihadiri 60 orang peserta yang terdiri dari petugas kabupaten, penyuluh pertanian lapangan, dan petani yang mendapat alokasi anggaran program Peningkatan Produksi, Produktifitas, dan Mutu Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015. Pertemuan ini dibuka oleh Ir. Revly Al Mambu selaku Kepala Dinas Pertanian Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Minahasa.
d.
Narasumber berasal dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, Kepala Bidang Hortikultura dan PPK Kabupaten Minahasa.
e.
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: 1)
Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat disampaikan oleh Kasubdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
550
2)
Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015 oleh Kasubdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.
3)
Pengembangan Kawasan Tanaman Sayuran APBN-P 2015 Melalui Gerakan Tanam Cabe dan Bawang Merah Musim Kemarau oleh Kepala Seksi Teknologi Subdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.
4)
Laporan Perkembangan Pelaksanaan (Teknis dan Keuangan) TA.2014 dan 2015 oleh PPK dan Kabid Hortikultura Kabupaten Minahasa.
5)
Gambaran Pengembangan Sayuran cabe merah, bawang merah, dan bawang putih) oleh Ketua Gapoktan/ Champion/Pelaku Usaha.
5.4. Pendampingan Pengembangan Kawasan Kabupaten Pesisir Selatan a.
Dilaksanakan tanggal 29 April 2015.
b.
Kegiatan yang dilaksanakan hari pertama adalah koordinasi dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura, Peternakan dan Perkebunan untuk pelaksanaan kegiatan. Hari kedua Pertemuan kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat.
c.
Pertemuan dihadiri sebanyak 60 orang peserta yang terdiri dari petugas kabupaten, penyuluh pertanian lapangan, dan petani yang mendapat alokasi anggaran program Peningkatan Produksi, Produktifitas, dan Mutu Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015. Pertemuan ini dibuka oleh Ir. Widya Dari, M.Si. selaku Kepala Bidang Tanaman Pangan, Hortikultura, Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan.
d.
Narasumber berasal dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, Kepala Bidang Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura dan PPK Kabupaten Pesisir Selatan.
e.
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: 1)
Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat disampaikan oleh Kasubdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.
2)
Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan TA. 2015 oleh Kasubdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.
3)
Pengembangan Kawasan Tanaman Sayuran APBN-P 2015 Melalui Gerakan Tanam Cabe dan Bawang Merah Musim Kemarau oleh Kepala Seksi Teknologi Subdit Pascapanen Tanaman Obat dan Jamur.
4)
Laporan Perkembangan Pelaksanaan (Teknis dan Keuangan) TA.2014 dan 2015 oleh PPK dan Kabid Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Pesisir Selatan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
551
5)
Gambaran Pengembangan Sayuran cabe merah, bawang merah, dan bawang putih) oleh Ketua Gapoktan/ Champion/Pelaku Usaha.
6.
Hasil/Outcome Terwujudnya pendampingan intensif berupa tatap muka dan koordinasi langsung antar instansi di kawasan pengembangan sayuran dan tanaman obat di empat wilayah yaitu Tegal, Temanggung, Minahasa dan Pesisir Selatan.
7.
Manfaat/Benefit Tersosialisasinya program dan langkah pengembangan kawasan di 4 wilayah yaitu Tegal, Temanggung, Minahasa dan Pesisir Selatan. Tergalinya hambatan dan masalah, serta dirumuskannya solusi dalam program pengembangan kawasan sayuran di daerah.
8.
Dampak/Impact Program pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat di wilayah Tegal, Temanggung, Minahasa dan Pesisir Selatan dapat berjalan sesuai indikator kinerja, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Meningkatkan nilai tambah produk terutama pada saat panen raya untuk dapat memperpanjang masa simpan produk melalui pembuatan produk olahan bawang merah (bawang goreng) dan cabai merah (cabe kering dan cabai bubuk).
b.
Fasilitasi bantuan dari Pemerintah Pusat diharapkan dapat dimanfaatkan dan dipergunakan sebaik baiknya oleh kelompoktani penerima manfaat sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan kelompok tani.
c.
Upaya peningkatan mutu produk dan aman konsumsi serta berdaya saing dilakukan dengan penerapan budidaya dan penanganan pascapanen yang baik sesuai prinsip-prinsip GAP dan GHP.
9.2. Saran a.
Penguatan dan pemantapan kelembagaan kelompok tani sehingga dapat mengurangi peran tengkulak dalam menentukan harga di tingkat petani.
b.
Perlu dilakukan pembinaan dan pendampingan intensif oleh petugas dan penyuluh pertanian kepada para petani/kelompok tani terkait penerapan budidaya dan pascapanen yang baik sesuai dengan kaidah GAP dan GHP
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
552
sehingga produksi yang dihasilkan lebih tinggi, berkelanjutan dan bersifat ramah lingkungan. c.
Melakukan pembinaan yang intensif dari aparat petugas dan penyuluh pertanian kepada para petani/kelompok tani khususnya transfer teknologi terkait budidaya dan pascapanen komoditas cabai merah dan bawang merah memfasilitasi kerjasama kelompok tani dan mitra usaha dalam konteks peningkatan kesejahteraan petani.
d.
Pemerintah daerah baik Provinsi maupun Kabupaten dapat memberikan dukungan/fasilitas dalam program pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat.
PERJALANAN DALAM RANGKA BERBAGAI PEMBINAAN DAN BIMBINGAN
PEMBINAAN KELEMBAGAAN CABAI DAN BAWANG MERAH Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka pembinaan kelembagaan cabai dan bawang merah bagi petugas pembina dan petani di daerah sentra produksi, antara lain: DIY, Garut, Cirebon, Indramayu, Palembang, Bogor dan Cianjur.
BIMBINGAN REGISTRASI LAHAN USAHA SAYURAN Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka bimbingan registrasi lahan usaha sayuran bagi petugas pembina dan petani di daerah sentra produksi, antara lain: Balikpapan-Kaltim, DIY, Banten, Cianjur, Bogor, Bali, Bantul-DIY, Sukabumi, Cirebon, Ogan Komering Ulu, Subang dan Bandung.
BIMBINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN INTENSIF SAYURAN Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka bimbingan pengembangan kawasan intensif sayuran bagi petugas pembina dan petani di daerah sentra produksi, antara lain: ke Cianjur, Bogor, Banten, Garut, Semarang, Kuningan, Subang, Bandung, Makasar, dan Tasikmalaya.
BIMBINGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI SAYURAN Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka bimbingan penerapan teknologi produksi sayuran bagi petugas pembina dan petani di daerah sentra produksi, antara lain: Garut, Bandung, Ciwidey-Bandung, Pati-Demak, Cirebon, Banten, Bogor, Lombok-NTB, Tangerang Selatan, Cianjur, Palu-Sulteng, DIY, Kuningan, Majalengka, Ciawi, Purwakarta, Sukabumi, dan Denpasar.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
553
PEMBINAAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA SAYURAN Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka pembinaan penerapan teknologi budidaya sayuran bagi petugas pembina dan petani di daerah sentra produksi, antara lain: Bogor, Palembang, Indramayu, Banjarmasin-Tapin, Banjarmasin-Kalsel, Sukabumi, Malang, Purwakarta, Lombok Timur, Subang, Pandeglang, dan Ciamis.
BIMBINGAN DAN PEMBINAAN PENERAPAN GAP/SOP BUDIDAYA SAYURAN Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka bimbingan dan pembinaan penerapan GAP/SOP budidaya sayuran bagi petugas pembina dan petani di daerah sentra produksi, antara lain: Bandung, Bogor, Pesisir Selatan-Padang, dan NTB.
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS SISTEM PRODUKSI SAYURAN Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka identifikasi dan analisis sistem produksi sayuran di daerah sentra produksi, antara lain: Pandeglang, NTB, Lombok Timur, Garut, Bogor, Indramayu, Ciamis, Musi Rawas-Palembang, dan Lampung Selatan.
PENGUMPULAN DATA DAN IDENTIFIKASI Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka pengumpulan data dan identifikasi di daerah sentra produksi, antara lain: Bandung, Cianjur, Bogor, Tasikmalaya, Kuningan dan Serang.
PEMBINAAN DAN BIMBINGAN PENERAPAN GHP SAYURAN Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka pembinaan dan bimbingan penerapan GHP sayuran bagi petugas pembina dan petani di daerah sentra produksi, antara lain: Bogor, Cianjur, Ciawi, Yogyakarta, Padang, Purwakarta, Bandung, Tapin, Cirebon, Sumedang, Tegal, Indramayu, Solok, Sukabumi, Banten dan Garut. PEMBINAAN BANGSAL DAN SARANA PASCAPANEN SAYURAN Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka pembinaan bangsal dan sarana pascapanen sayuran bagi petugas pembina dan petani di daerah sentra produksi, antara lain: Cianjur, Bogor, Gorontalo, Palembang, Yogyakarta, Cirebon, Kuningan, Majalengka, Kalimantan Selatan, Medan, Sukabumi dan Indramayu.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
554
PEMBINAAN, PENDAMPINGAN DAN KOORDINASI PENANGANAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT DAN JAMUR Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka pembinaan, pendampingan dan koordinasi penanganan pascapanen tanaman obat dan jamur di daerah sentra produksi antara lain : Palembang, Banjarmasin, Bogor, Temanggung, Mataram, Malang, Surabaya, Aceh dan Medan.
PEMBINAAN, PENDAMPINGAN KELEMBAGAAN TANAMAN OBAT DAN JAMUR Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka pembinaan, pendampingan kelembagaan tanaman obat dan jamur di wilayah sentra, antara lain :
Jambi, Medan, Karanganyar, Magelang,
Makassar, Pekalongan, Bogor dan Karawang. PEMBINAAN, KOORDINASI DAN KONSULTASI KE INSTANSI TERKAIT DALAM RANGKA MENDUKUNG PROGRAM NASIONAL KEMENTAN. Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka pembinaan, koordinasi dan konsultasi ke instansi terkait dalam rangka mendukung program nasional Kementan, antara lain : Gorontalo dan Makasar. BIMBINGAN DAN MONITORING PENANGANAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT DAN JAMUR Dilakukan perjalanan dalam rangka bimbingan dan monitoring penanganan pascapanen tanaman obat dan jamur di daerah sentra, antara lain : Bogor, Medan, Sukoharjo, Sukabumi, Tangerang, Depok dan Bandung.
PERJALANAN DALAM RANGKA KOORDINASI INSTANSI TERKAIT Perjalanan dinas dalam rangka koordinasi dengan instansi terkait telah dilaksanakan ke Bandung, Gorontalo, Bogor. PEMBINAAN BIMBINGAN REGISTRASI LAHAN USAHA TANAMAN OBAT Perjalanan dinas dalam rangka pembinaan bimbingan registrasi lahan usaha tanaman obat telah dilaksanakan ke Purwakarta, Karanganyar, Batam, Lampung, Samarinda, Serang, Bandung, Bogor, dan Tangerang.
PEMBINAAN PENDAMPINGAN PENERAPAN GAP TANAMAN OBAT Perjalanan dinas dalam rangka pembinaan pendampingan penerapan GAP tanaman obat telah dilaksanakan ke Karanganyar, Aceh Besar, Bima, Manado, Purworejo, Brebes, Kota Tangerang, Sukabumi, Tegal, Garut, Ciamis, Bandung dan Bogor. Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
555
PEMBINAAN KAWASAN TANAMAN OBAT DAN JAMUR Perjalanan dinas dalam rangka pembinaan kawasan tanaman obat dan jamur telah dilaksanakan ke Jawa Tengah, Palembang, Banjarmasin, Karawang, Kota Jambi, Cianjur, Denpasar, Subang, Brebes, Bondowoso, Cirebon, Bandung, Tasikmalaya, Garut, Purwakarta, Indramayu, Bogor, Pekalongan, Bandung Barat.
PERJALANAN DALAM RANGKA KOORDINASI PELAPORAN KINERJA DIREKTORAT BPSTO Perjalanan dinas dalam rangka koordinasi pelaporan kinerja direktorat BPSTO telah dilaksanakan ke Bogor.
013 PENINGKATAN KAPABILITAS PETUGAS/PETANI
APRESIASI PENERAPAN GAP DAN GHP SAYURAN DAN TANAMAN OBAT
1.
Latar Belakang Penerapan budidaya dan pascapanen sayuran dan tanaman obat yang baik sesuai GAP-SOP/GHP-SOP di tingkat petani dan pelaku usaha semakin penting untuk dilaksanakan untuk menyongsong perdagangan bebas ASEAN di tahun 2015. Tujuan utama penerapan GAP dan GHP sayuran dan tanaman obat sebagaimana tertuang dalam Permentan 48/2009, Permentan 62/2010, dan Permentan 73/2013 adalah: 1). meningkatkan produksi dan produktivitas, 2). menjaga mutu (kenampakan, tekstur, cita rasa, nilai nutrisi, dan bahan aktif); 3). melindungi keamanan pangan, 4). mengurangi susut dari saat panen sampai produk tersebut sampai di tingkat konsumen, dan 5). diproses dengan ramah lingkungan.
Guna mencapai hal tersebut, perlu upaya
peningkatan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman petugas dan pelaku usaha tentang GAP dan GHP sayuran dan tanaman obat melalui Apresiasi Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman petugas tentang GAP dan GHP sayuran dan tanaman obat dengan pendekatan partisipatif melalui media pembelajaran langsung di lapangan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
556
2.2. Sasaran Petugas pusat dan dinas pertanian propinsi yang mendapatkan dana alokasi bantuan APBN Sayuran dan Tanaman Obat. 3.
Masukan/ Input 3.1. Anggaran sebesar Rp.240.056.000,3.2. Realisasi keuangan sebesar Rp.183.428.000,3.3. Sumber Daya Manusia (Petani/Kelompok Tani, dan Pelaku Usaha) 3.4. Data/ Informasi
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Apresiasi Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat dilaksanakan di Malang, Provinsi Jawa Timur, dengan rincian sebagai berikut: 4.1. Belanja Bahan Sarana penunjang Apresiasi Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat berupa tas dan seminar kits untuk 55 orang. 4.2. Honor Output Kegiatan Honor panitia Apresiasi Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat sebanyak 6 OK. 4.3
Belanja Sewa Sewa Kendaraan dalam rangka Apresiasi Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat banyak 3 unit.
4.4. Belanja Jasa Profesi a.
Narasumber Apresiasi Penerapan GAP dan
GHP Sayuran dan Tanaman
Obat sebanyak 12 OJ. b.
Moderator Apresiasi Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat sebanyak 3 OK.
4.5. Belanja Perjalanan Biasa Perjalanan dalam rangka persiapan Apresiasi Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat ke Kabupaten Malang. 4.6. Belanja Perjalanan Paket Meeting Luar Kota a.
Perjalanan dalam rangka pelaksanaan Apresiasi Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat disediakan untuk menghadiri pertemuan sebanyak 55 orang yang berasal dari petugas propinsi dan panitia yang disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
b.
Akomodasi dan Konsumsi Apresiasi Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
557
5.
Keluaran/Output Terselenggaranya kegiatan Apresiasi Pemandu Lapangan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat pada tanggal 11 – 14 Agustus 2015 di Universitas Brawijaya Guest House, Jl. MT. Haryono No. 169, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur yang melibatkan petugas dinas pertanian provinsi.
6.
Hasil/Outcome Petugas Dinas Provinsi memahami kaidah-kaidah GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat dan dapat menjadi pemandu lapang di tingkat kabupaten.
7.
Manfaat/Benefit Petugas Dinas Provinsi dapat menerapkan kaidah-kaidah GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat sesuai dengan lokasi daerah setempat.
8.
Dampak/Impact Meningkatnya mutu dan daya saing produk sayuran dan tanaman obat sesuai standar GAP dan GHP sayuran dan tanaman obat sesuai permintaan pasar.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Sosialisasi penerapan budidaya yang baik melalui penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat di tingkat petani masih perlu dilaksanakan dalam rangka peningkatan kompetensi pelaku usaha sehingga menghasilkan produk yang aman konsumsi, bermutu baik, ramah lingkungan dan berdaya saing.
b.
Pelaku usaha tidak hanya ditargetkan untuk menghasilkan produksi melimpah namun juga diharapkan agar produknya memiliki nilai tambah dan dapat dijaga kemananan pangannya melalui pemberian sertifikat prima 3 pada produk sayuran dan tanaman obat.
c.
Beberapa hasil inovasi terkait teknologi pascapanen diharapkan dapat diadopsi oleh petani/kelompoktani sehingga teknologi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu, nilai tambah dan daya saing produk.
d.
Tatacara pemberian penomoran registrasi lahan usaha dan sertifikasi produk pertanian perlu diatur keterkaitannya sehingga terjalin sinergisme program dan kegiatan terkait peningkatan mutu produk hortikultura. Produk yang akan disertifikasi disarankan harus dari lahan yang sudah teregistrasi untuk menjamin kemananan pangan dari lahan hingga di tangan konsumen.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
558
e.
Perlunya peningkatan simulasi singkat cheklist penilaian penerapan budidaya sayur dan tanaman obat yang baik dalam rangka peningkatan keterampilan dan kompetensi pelaku usaha sayuran dan tanaman obat.
9.2. Saran a.
Perlu dilakukan sosialisasi Permentan Nomor 48/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Pedoman Budidaya Buah dan Sayur yang Baik (GAP), Permentan Nomor 57/Permentan/OT.140/9/2012 tentang Pedoman Budidaya Tanaman Obat
Yang
Baik,
Permentan
73
tahun
2013
tentang
Pedoman
Panen,Pascapanen dan Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura, dan Pedoman Registrasi Bangsal Pascapanen Hortikultura secara kontinyu, kepada petugas dan pelaku usaha/petani sayuran dan tanaman obat. b.
Perlu diupayakan teknologi penanganan pascapanen yang aplikatif dan dapat diadopsi petani sehingga inovasi yang ada dapat meningkatkan mutu, nilai tambah dan daya saing produk sayuran dan tanaman obat.
015 MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
MONITORING DAN EVALUASI PASCAPANEN SAYURAN Dilakukan perjalanan dinas dalam rangka monitoring dan evaluasi pascapanen sayuran di daerah sentra produksi, antara lain: ke Bandung, Cianjur, Bogor, Tasikmalaya, Kuningan dan Serang.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
559
016 PEMASYARAKATAN/ PROMOSI
FESTIVAL HORTIKULTURA 2015
1.
Latar Belakang Festival Hortikultura merupakan event tahunan berskala nasional sebagai wadah perhelatan promosi produk dan program hortikultura, dahulu dikenal dengan Pekan Flori dan Flora Nasional (PF2N). Festival Hortikultura memiliki misi sebagai event nasional yang memiliki citra nasional yang dikenal dan ditunggu-tunggu masyarakat luas baik nasional maupun internasional, sekaligus sebagai ajang pertemuan bisnis hortikutura yang secara langsung atau tidak langsung tercipta dari event ini.
Festival Hortikultura merupakan ajang untuk memperkenalkan produk hortikultura nasional (tanaman buah, sayuran, hias dan tanaman obat) kepada masyarakat luas, berupaya meningkatkan khasanah hortikultura bagi perkembangan industri pertanian, mengembangkan pasar dan terciptanya relasi pasar antara seller dan buyer produk hortikultura baik secara lokal, nasional maupun internasional.
Salah satu kegiatan yang akan dilakukan dalam pameran Festival Hortikultura adalah Gerakan Makan Sayuran dan tanaman obat (Gema Sayuran), aneka lomba bertemakan sayuran dan tanaman obat yang bertujuan memasyarakatkan konsumsi sayuran untuk meningkatkan gizi keluarga kepada seluruh masyarakat mulai anak-anak hingga dewasa. Dengan Gema Sayuran, dan lomba-lomba yang bertemakan sayuran dan tanaman obat akan memperluas pandangan masyarakat terhadap komoditi sayuran dan tanaman obat sebagai produk petani Indonesia dan membangun rasa bangga mengkonsumsi produk pertanian Indonesia. Sehingga dapat mendorong dan menghela peningkatan
produksi
sayuran
dan
tanaman
obat
serta
pengembangan
keanekaragaman produk sayuran dan tanaman obat.
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan a.
Promosi dan pameran produk sayuran dan tanaman obat.
b.
Pertemuan seller dan buyer sayuran dan tanaman obat.
c.
Terciptanya networking business yang berkelanjutan.
d.
Peningkatan apresiasi atau citra hortikultura bagi masyarakat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
560
2.2. Sasaran a.
Meningkatnya konsumsi sayuran dan tanaman obat yang akan mendorong peningkatan produksi sayuran dan tanaman obat.
b.
Meningkatnya peran masyarakat dalam pengembangan potensi sayuran dan tanaman obat.
c.
Meningkatnya
pengetahuan
SDM
tentang
teknologi
budidaya
dan
pascapanen sayuran dan tanaman obat. 3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar
Rp 332.814.000,-.
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp 329.813.800,-. 3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi dimaksud adalah teknologi budidaya dan pascapanen sayuran dan tanaman obat. 3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan Festival Hortikultura diberikan sarana penunjang berupa seragam panitia, tas kain dan pin Festival Hortikultura kepada peserta. 4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Partisipasi Festival Hortikultura dilaksanakan di Mataram, NTB dengan rincian sebagai berikut: 4.1. Belanja bahan pada kegiatan partisipasi Festival Hortikultura digunakan untuk pengadaan hadiah lomba, dokumentasi, konsumsi, pencetakan leaflet Festival Hortikultura, sarana penunjang, paket Gerakan Makan Sayuran dan Tanaman Obat, dan materi bahan pameran. 4.2. Belanja sewa digunakan untuk sewa kendaraan roda 4 dalam rangka partisipasi Pameran Festival Hortikultura. 4.3. Belanja jasa profesi dibutuhkan untuk honor juri lomba dalam rangka partisipasi pameran Festival Hortikultura. 4.4. Belanja perjalanan biasa dibutuhkan untuk perjalanan dalam rangka persiapan dan pelaksanaan dalam rangka partisipasi Festival Hortikultura.
5.
Keluaran/Output 5.1. Tercetak dan terdistribusinya 2.700 eksemplar leaflet Festival Hortikultura yang terdiri dari leaflet Lomba Menggambar Sayuran dan Tanaman Obat, leaflet Lomba Merangkai Sayuran dan Tanaman Obat dan leaflet Kursus Penanganan Pascapanen Cabai. 5.2. Terlaksananya perjalanan dalam rangka persiapan Festival Hortikultura.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
561
5.3. Terlaksananya perjalanan dalam rangka pelaksanaan Festival Hortikultura. 5.4. Terlaksananya kegiatan partisipasi dalam Festival Hortikultura pada tanggal 10 – 14 Oktober 2015, di Kota Mataram, NTB. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a.
Display Materi Pameran Sayuran dan Tanaman Obat di Stand Rumah Horti. Materi pameran terdiri dari bahan segar, tanaman dalam pot dan tanaman dalam rak vertikultur. Komoditi sayuran yang ditampilkan antara lain cabai merah, cabai hijau, cabai rawit merah, cabai rawit hijau, bawang merah, bawang putih, kentang, wortel, paprika, kabocha, radish, terung, kubis putih, kubis merah, mentimun, tomat, kol bunga, kacang panjang, dan sayuran lainnya. Selain sayuran segar, juga ditampilkan teknologi vertikultur dengan sistem hidroponik: Deep Flow Technique (DFT) system, Nutrient Film Technique (NFT) system, Wick System/model sumbu, dan vertical system. Tanaman sayuran yang didisplay dalam pot dan rak vertikultur antara lain selada, bayam, kangkung, selada merah, kubis, dan sawi.
b.
Pembagian Paket Gerakan Makan Sayuran (GEMA Sayuran). Sebanyak 370 paket Gema Sayuran yang dikemas dalam tas kain dibagikan kepada peserta dan pengunjung stand Rumah Horti pada tanggal 10 Oktober 2015.
c.
Lomba Merangkai Sayuran dan Tanaman Obat. Lomba merangkai sayuran dan tanaman obat dilaksanakan di tenda utama lokasi pameran Festival Hortikultura pada tanggal 10 Oktober 2015. Dewan Juri Lomba Merangkai Sayuran dan Tanaman Obat terdiri dari Ibu Rina Morena Chatab dari Dharma Wanita Persatuan Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian; Dra. Hj. Yoya Supriati dari Persatuan Perangkai Bunga Kota Mataram; dan Nurrahmaniah, SP., M.Si dari PKK Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Barat. Adapun pemenang lomba juara I , II, III, harapan I, II dan III berturut-turut sebagai berikut: Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Riau; Dinas Pertanian Provinsi Jambi; Hj. Nurhayati, Mataram; Dharma Wanita Persatuan Provinsi NTB; PKK Provinsi NTB; dan Dinas Pertanian Provinsi DKI. Hadiah lomba berupa Piala dan Piagam diserahkan oleh Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat
d.
Lomba Menggambar Sayuran dan Tanaman Obat dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2015 di Tenda Lomba lokasi Pameran Festival Hortikultura, diikuti oleh 98 peserta dari berbagai sekolah dasar di Kota Mataram. Dewan juri lomba menggambar sayuran dan tanaman obat terdiri dari H. M. Tarfi Abdullah (Dinas Pendidikan Provinsi NTB), Dra. Esti Ebhi Evolisa dan Sataruddin Tacik (Penggiat Seni Budaya Sastra Kota Mataram). Pemenang
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
562
lomba menggambar sayuran dan tanaman obat, Juara I, II, III, Harapan I, II dan III berturut-turut sebagai berikut: Fennie Arniaty, SDN 2 Cakranegara; Amanda Shafira, SDIT Anak Sholeh; Marchellino NC., SDK Alletheia Ampenan; Baiq Zahra Riza Aqilah, MIN Karangbaru; Dimas Wahyu Arya Kusuma, SDN 1 Kekeri; dan Kayla Mahdiya, SDN 41 Mataram. Hadiah lomba berupa Piala dan Piagam diserahkan oleh Ir. Gabriella Susilowati, MP., selaku Kasubdit Pascapanen Sayuran Buah, Daun dan Umbi. 6.
Hasil/Outcome Hasil dari kegiatan ini adalah pengembangan potensi sayuran dan tanaman obat, tersebarnya informasi, teknologi dan produk yang menunjang peningkatan daya saing, dan terciptanya ajang tukar menukar informasi dan promosi sayuran dan tanaman obat.
7.
Manfaat/Benefit Meningkatnya daya saing produk dan terjadinya transaksi langsung antara pelaku usaha/petani dengan para pengusaha.
8.
Dampak/Impact Meningkatnya pendapatan pelaku usaha/petani.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan Kegiatan pameran ini sangat penting untuk mempromosikan kemajuan bidang hortikultura khususnya sayuran dan tanaman obat baik teknologi maupun produkproduk unggulan nasional, sekaligus menghela peningkatan konsumsi sayuran dan tanaman obat, dan menjadi ajang penyebaran informasi teknologi, khasiat, manfaat serta pengembangan pasar antara sesama pelaku usaha sayuran dan tanaman obat. 9.2. Saran Diperlukan upaya untuk mengintensifkan kegiatan promosi konsumsi sayuran dan tanaman obat pada berbagai event, menggalang kerjasama antar para pelaku usaha dan pelaksana pameran/exhibisi hingga lebih banyak petani/pelaku usaha yang berpartisipasi, serta meningkatkan bantuan dan fasilitasi untuk promosi dan kampanye.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
563
GERAKAN MAKAN (GEMA) SAYURAN
1.
Latar Belakang Sayuran mengandung vitamin, mineral, serat, dan senyawa bioaktif lain yang diperlukan oleh tubuh untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan imunitas dari serangan penyakit. Meski demikian, tingkat konsumsi sayuran di Indonesia masih di bawah standar kecukupan hidup sehat dari yang disarankan Depkes maupun FAO.
Krisis global yang berdampak pada penurunan daya beli masyarakat dunia, sehingga mereka memperketat impor dan memproteksi produk dalam negerinya. Banyaknya produk impor dan ada kecenderungan konsumen masyarakat Indonesia bangga mengkonsumsi produk impor. Diperlukan upaya membangun citra dan rasa bangga masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi produk pertanian /pangan Indonesia.
Untuk meningkatkan konsumsi sayuran, salah satu upaya yang dilakukan oleh Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat adalah kampanye Gema
Sayuran
(Gerakan
Makan
Sayuran).
Kegiatan
ini
bertujuan
untuk
memasyarakatkan konsumsi sayuran sehingga status gizi masyarakat meningkat. Selain itu, untuk membangun apresiasi dan cinta terhadap produk sayuran nusantara, sehingga diharapkan mampu menghela produksi sayuran dan pengembangan keanekaragaman produk sayuran.
Pelaksanaan Gerakan Makan Sayuran dilakukan melalui pemberian paket sayuran kepada masyarakat umum, aneka lomba bertemakan sayuran dan tanaman obat yang bertujuan memasyarakatkan konsumsi sayuran untuk meningkatkan gizi keluarga kepada seluruh masyarakat mulai anak-anak hingga dewasa. Dengan Gema Sayuran, dan lomba-lomba yang bertemakan sayuran dan tanaman obat akan memperluas pandangan masyarakat terhadap komoditi sayuran dan tanaman obat sebagai produk petani Indonesia dan membangun rasa bangga mengkonsumsi produk pertanian Indonesia. Sehingga dapat mendorong dan menghela peningkatan produksi sayuran dan tanaman obat serta pengembangan keanekaragaman produk sayuran dan tanaman obat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
564
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan a.
Memasyarakatkan konsumsi sayuran untuk meningkatkan gizi keluarga melalui Gerakan Makan Sayuran kepada seluruh masyarakat mulai anakanak hingga dewasa.
b.
Memperbaiki pandangan dan penghargaan masyarakat terhadap komoditas sayuran produk petani Indonesia.
c.
Membangun rasa bangga mengkonsumsi produk pertanian Indonesia.
d.
Menghela peningkatan produksi sayuran.
2.2. Sasaran a.
Meningkatnya konsumsi sayuran masyarakat Indonesia mendekati standar FAO.
b.
Meningkatkan Citra, Apresiasi, dan Cinta (CAC) produksi hortikultura Indonesia.
c.
3.
Meningkatnya produk sayuran.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar
Rp 160.183.000,-.
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp 157.793.850,3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi dimaksud adalah teknologi budidaya dan pascapanen sayuran dan tanaman obat 3.4. Sarana Penunjang
:
Dalam pelaksanaan kegiatan Gerakan Makan Sayuran
diberikan sarana penunjang berupa paket sayuran, tas kain, benih sayuran dan pin Gema Sayuran kepada peserta.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Gerakan Makan (Gema) Sayuran dilaksanakan di Provinsi DIY dengan rincian sebagai berikut: 4.1. Belanja Bahan Belanja bahan pada kegiatan Gerakan Makan (Gema) Sayuran diperlukan untuk pengadaan sarana penunjang, pencetakan stiker, pencetakan leaflet, hadiah lomba, paket Gerakan Makan Sayuran dan Tanaman Obat, dan konsumsi. 4.2. Belanja Sewa Belanja sewa dibutuhkan untuk sewa kendaraan roda 4 dan sewa sound system dalam rangka Gerakan Makan (Gema) Sayuran.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
565
4.3. Belanja Jasa Profesi Belanja jasa profesi dibutuhkan untuk honor moderator, honor narasumber, dan honor juri lomba dalam rangka Gerakan Makan (Gema) Sayuran. 4.4. Belanja Perjalanan Biasa Belanja perjalanan biasa dibutuhkan untuk perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan Gerakan Makan (Gema) Sayuran.
5.
Keluaran/Output 5.1. Tercetak dan terdistribusinya 7.500 lembar stiker Gema Sayuran, 2.100 eksemplar leaflet Gema Sayuran, dan 2.400 eksemplar poster Gema Sayuran. 5.2. Terlaksananya perjalanan dalam rangka persiapan kegiatan Gerakan Makan Sayuran. 5.3. Terlaksananya perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan Gerakan Makan Sayuran 5.4. Terlaksananya Kegiatan Gerakan Makan Sayuran pada tanggal 27 November 2015, di Taman Pintar, Yogyakarta. Peserta yang menghadiri acara ini berasal dari Dinas Pertanian Provinsi Yogyakarta, tim penggerak PKK Provinsi Yogyakarta, Dharma Wanita, Kelompok Wanita Tani, masyarakat umum, dan siswa-siswi sekolah di wilayah Yogyakarta. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat melaksanakan rangkaian kegiatan sebagai berikut: a.
Lomba Menggambar Sayuran dan Tanaman Obat dilaksanakan di Exhibition Hall, Taman Pintar, Yogyakarta. Tema lomba menggambar adalah “Aku Cinta Sayuran Nusantara”. Lomba menggambar terbagi menjadi 2 kategori yaitu tingkat siswa Sekolah Dasar (SD) dan tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Juri lomba menggambar sayuran berasal dari kalangan pendidik, seniman dan pemerhati seni, yaitu Bodi Triyanto dan Rudiyanto dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, Bambang Heras dan Laksmi Shitaresmi dari Sanggar Affandi DIY, serta Yuswantoro Adi dan Astuti Kusumo dari Sanggar AFJ DIY. Lomba diselenggarakan selama 120 menit (pukul 09.00 – 11.00 WIB). Setelah lomba, dilakukan penjurian oleh dewan juri dan pengumuman serta pembagian hadiah lomba kepada pemenang dengan rincian sebagai berikut: Pemenang Lomba Menggambar Tingkat SD adalah Dian Yahya Sulistyowati, SD Muh. Purwo, DIY, Chelsia Alvero Cahya P, SDN Ngupasan DIY, Nathifa Nur Faizah, SD Muh. Purwo, DIY, Athaya Tsabita Kirana, SD Muh. Purwo, DIY, M. Lintang Ramadhan, SDN Pujokosuman, DIY, dan Dini Yahya Sulistyowati, SD Muh. Purwo, DIY. Pemenang Lomba Menggambar Tingkat SMP adalah Buah Kasih K, SMPN 6 Yogyakarta, Fatwa
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
566
Dwioga Melanio, SMP TD Kumendaman, Andini Putri A., SMP BOPKRI 3 Yogyakarta, Belva Clianta, SMP Joanes Bosco, Ngambar Sari SMPN 2 Yogyakarta, dan Dieka Alivia, SMPN 16 Yogyakarta. Hadiah lomba berupa Piala dan Piagam diserahkan oleh Lilis Suhaeti, SP. dan Ir. M. Tahir, MP. selaku Kasie pada Subdit Pascapanen Sayuran Buah, Daun dan Umbi, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat. b.
Pada kegiatan ini dilaksanakan talkshow dengan tema “Peningkatan Konsumsi Sayuran melalui Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan”. Terdapat tiga narasumber yang menyampaikan materi pada talkshow ini yaitu: Ir. Sasongko, M.Si., Kepala Dinas Pertanian Provinsi DIY, Ir. Mulyono Nitisapto, MS., Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, dan Endang Pamungkasiwi, M.Kes, Kasie Gizi Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Provinsi DIY. Acara talkshow dipandu oleh MC Prima Handayani, penyiar RRI Kota Yogyakarta. Talkshow dihadiri oleh 100 peserta yang terdiri dari ibu-ibu Tim Penggerak PKK di wilayah Provinsi DIY, Kelompok Wanita Tani, petugas dinas, dan masyarakat umum. Pada kesempatan ini, juga disampaikan arahan Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat yang diwakili oleh Kasubdit Pascapanen Sayuran Buah, Daun dan Umbi mengenai program Gerakan Makan (GEMA) Sayuran.
c.
Pembagian Paket Gerakan Makan Sayuran (GEMA Sayuran). Paket GEMA Sayuran diberikan kepada 260 orang masyarakat umum yang berisi paket sayuran segar, leaflet GEMA Sayuran, benih sayuran dan pin GEMA sayuran dalam kemasan tas kain GEMA Sayuran.
6.
Hasil/Outcome Hasil dari kegiatan ini adalah meningkatnya pengetahuan dan wawasan masyarakat umum tentang jenis dan manfaat konsumsi sayuran dan tanaman obat, sehingga mendorong motivasi masyarakat untuk meningkatkan konsumsi sayuran dan tanaman obat.
7.
Manfaat/Benefit Meningkatnya kebutuhan sayuran dan tanaman obat yang mendorong petani dan meningkatan produksi sayuran dan tanaman obat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
567
8.
Dampak/Impact Meningkatnya status gizi/kesehatan masyarakat dan meningkatnya pendapatan pelaku usaha/petani sayuran dan tanaman obat.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Pelaksanaan kegiatan Gerakan Makan Sayuran ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya fungsi sayuran dalam menciptakan hidup sehat yang akhirnya akan berdampak pada peningkatan konsumsi sayuran.
b.
Optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sayuran keluarga sebagai salah satu sumber pangan untuk pemenuhan gizi keluarga dan menambah penghasilan keluarga
9.2. Saran Perlu terus diadakan promosi/sosialisasi pemanfaatan lahan pekarangan dan peningkatan konsumsi sayuran untuk meningkatkan minat masyarakat dalam pemanfaatan potensi lahan pekarangan. Sosialisasi dan promosi perlu dilakukan secara intensif bekerjasama dengan instansi dan pihak terkait lainnya seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan, Eselon I lingkup Kementerian Pertanian, PKK, BKKBN, Dharma Wanita, Pemerintah Daerah, dan lain-lain dengan tujuan meningkatkan angka konsumsi sayuran per kapita per tahun yang akan menghela peningkatan produksi sayuran.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
568
PARTISIPASI EVENT PROMOSI PENINGKATAN KONSUMSI SAYURAN DAN TANAMAN OBAT
1.
Latar Belakang Sayuran mengandung vitamin, mineral, serat, dan senyawa bioaktif lain yang diperlukan oleh tubuh untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan imunitas dari serangan penyakit. Meski demikian, tingkat konsumsi sayuran di Indonesia masih di bawah standar kecukupan hidup sehat dari yang disarankan Depkes maupun FAO.
Dalam rangka meningkatkan peran tanaman sayuran dan tanaman obat terhadap pemenuhan gizi dan menjaga kesehatan masyarakat Indonesia, sosialisasi potensi dan manfaat komoditas tersebut perlu terus digalakkan. Hal tersebut disebabkan masih terbatasnya pengetahuan masyarakat Indonesia tentang kandungan gizi, serta, vitamin, khasiat dan manfaat. Di samping kaya gizi, serat dan vitamin, sayuran dan tanaman obat juga berperan dalam mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia.
Promosi ini akan dilakukan melalui keikutsertaan dalam ajang-ajang pameran dan promosi yang berkaitan dengan produk sayuran dan tanaman obat.
Dengan kegiatan ini diharapkan terjadi penyebaran informasi teknologi, khasiat, manfaat dan pasar antara sesama pelaku usaha sayuran dan tanaman obat, pemecahan permasalahan-permasalahan dan sharing pendapat yang dilakukan oleh petani dan kelompok tani yang telah berhasil.
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan a.
Meningkatkan peran komoditas tanaman sayuran dan tanaman obat sebagai alternatif penumbuhan perekonomian Indonesia, terutama perekonomian pedesaan.
b.
Menjadi ajang tukar menukar informasi dan promosi baik bagi petani maupun pelaku agribisnis tanaman sayuran dan tanaman obat yang prospektif.
2.2. Sasaran a.
Meningkatnya daya saing produk sayuran dan tanaman obat.
b.
Meningkatnya peran masyarakat dalam pengembangan potensi tanaman sayuran dan tanaman obat.
c.
Meningkatnya pengetahuan SDM tentang teknologi budidaya sayuran dan tanaman obat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
569
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp 91.500.000,-. 3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp 59.760.000,-. 3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi dimaksud adalah teknologi budidaya dan pascapanen sayuran dan tanaman obat.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Partisipasi Promosi Peningkatan Sayuran dan Tanaman Obat dilaksanakan dalam bentuk keikutsertaan pada beberapa event pameran, yaitu Pameran Pangan Nasional pada bulan Februari 2015 di JICC Jakarta dan Agrinex Expo pada bulan Maret 2015 di JICC Jakarta dengan rincian sebagai berikut: Belanja Bahan Belanja bahan pada kegiatan Partisipasi Promosi Peningkatan Sayuran dan Tanaman Obat diperlukan untuk pengadaan dokumentasi promosi, paket Gerakan Makan Sayuran dan Tanaman Obat, dan materi bahan promosi.
5.
Keluaran/Output Keluaran dari kegiatan ini adalah terselenggaranya Partisipasi Promosi Peningkatan Sayuran dan Tanaman Obat sebagai berikut: 5.1. Kegiatan Partisipasi Pameran Pangan Nasional 2015 dilaksanakan pada tanggal 12 – 14 Februari 2015 di Assembly Hall, Jakarta Convention Center. Partisipasi Pameran diselenggarakan dengan melibatkan jasa pihak ketiga untuk pengadaan keragaan pameran berupa materi-materi display sayuran dan tanaman obat, dan paket Gerakan Makan (GEMA) Sayuran dan Tanaman Obat. Dalam Pangan Nasional 2015 Expo, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat berpartisipasi dalam bentuk penyediaan materi bahan sayuran dan tanaman obat, mengisi stand Direktorat Jenderal Hortikultura terintegrasi pada pavilion Kementerian Pertanian. Materi berupa sayuran dan tanaman obat yang didisplay pada stand Direktorat Jenderal Hortikultura sesuai tema yaitu “Pangan Lestari”. Direktorat Budidaya dan Pascapanan Sayuran dan Tanaman Obat menampilkan konsep pertanian ramah lingkungan dan aman konsumsi melalui penerapan Good Agriculture Practices dan Good Handling Practices (GAP dan GHP). Produk yang ditampilkan adalah aneka ragam sayuran seperti aneka cabai, tomat, kentang, kubis, terung, wortel, aneka rimpang dan lain-lain. Produk ditata pada stand Direktorat Jenderal Hortikultura. Pembagian paket Gerakan Makan (GEMA) Sayuran dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 2015 kepada 265 orang pengunjung dan peserta pameran. Penerima paket sayuran terdiri dari berbagai
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
570
unsur masyarakat, mulai dari ibu rumah tangga, karyawan swasta dan pemerintah, mahasiswa, siswa sekolah dan masyarakat umum lainnya. 5.2. Kegiatan Partisipasi Pameran Agrinex Expo 2015 dilaksanakan pada tanggal 20 – 22 Maret 2015 di Assembly Hall, Jakarta International Convention Center. Partisipasi Pameran diselenggarakan dengan melibatkan jasa pihak ketiga untuk pengadaan keragaan pameran berupa materi-materi display sayuran dan tanaman obat, dan paket Gerakan Makan (GEMA) Sayuran dan Tanaman Obat. Dalam Agrinex Expo 2015, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat berpartisipasi dalam bentuk penyediaan materi bahan sayuran dan tanaman obat, mengisi stand Direktorat Jenderal Hortikultura terintegrasi pada pavilion Kementerian Pertanian. Materi berupa sayuran dan tanaman obat yang didisplay pada stand Direktorat Jenderal Hortikultura sesuai tema yaitu “Kedaulatan Pangan Indonesia”. Direktorat Budidaya dan Pascapanan Sayuran dan Tanaman Obat menampilkan konsep pertanian ramah lingkungan dan aman konsumsi melalui penerapan Good Agriculture Practices dan Good Handling Practices (GAP dan GHP). Produk yang ditampilkan adalah aneka ragam sayuran seperti aneka cabai, tomat, kentang, kubis, terung, wortel, aneka rimpang dan lain-lain. Produk ditata pada stand Direktorat Jenderal Hortikultura, dengan tujuan untuk menampilkan hasil-hasil dari kemajuan di bidang hortikultura khususnya sayuran dan tanaman obat kepada pengunjung pameran. Pembagian paket GEMA Sayuran diberikan kepada 265 orang pengunjung dan peserta pameran. Penerima paket sayuran terdiri dari berbagai unsur masyarakat, mulai dari ibu rumah tangga, karyawan swasta dan pemerintah, mahasiswa, siswa sekolah dan masyarakat umum lainnya.
6.
Hasil/Outcome Pengembangan potensi tanaman sayuran dan tanaman obat, tersebarnya teknologi dan produk yang menunjang peningkatan daya saing, dan terciptanya ajang tukar menukar informasi dan promosi sayuran & tanaman obat
7.
Manfaat/Benefit Meningkatnya
daya
saing
produk
dan
terjadinya
transaksi
langsung
antara
produsen/petani dengan para pengusaha.
8.
Dampak/Impact Meningkatkan pendapatan petani.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
571
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan Kegiatan pameran ini sangat penting untuk mempromosikan kemajuan di bidang hortikultura khususnya sayuran dan tanaman obat sekaligus mendorong peningkatan konsumsi sayuran dan tanaman obat, serta menjadi ajang penyebaran informasi teknologi, khasiat, manfaat dan pengembangan pasar antara sesama pelaku usaha sayuran dan tanaman obat 9.2. Saran Diperlukan upaya untuk mengintensifkan kegiatan promosi konsumsi sayuran dan tanaman obat pada berbagai event, menggalang kerjasama antar para pelaku usaha dan pelaksana pameran/exhibisi hingga lebih banyak petani/pelaku usaha yang berpartisipasi, serta meningkatkan bantuan dan fasilitasi untuk promosi dan kampanye.
1771.012.002.
011
PEMBINAAN PENGEMBANGAN KAWASAN SAYURAN (APBN-P)
PERSIAPAN (IDENTIFIKASI/KOORDINASI/DLL)
MENGHADIRI PERTEMUAN/ KOORDINASI/ KONSULTASI PENGEMBANGAN CABAI DAN BAWANG DI MUSIM KERING Perjalanan dinas dalam rangka menghadiri pertemuan koordinasi/konsultasi pengembangan cabai
dan
bawang
di
musim
kering
telah
dilaksanakan
ke Makasar, Batangkaluku-Gowa dan Bogor.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
572
012
PELAKSANAAN (PERTEMUAN, WORKSHOP, SOSIALISASI, PEMBINAAN)
KOORDINASI PENGEMBANGAN CABAI DAN BAWANG WILAYAH BARAT
1.
Latar Belakang Tanaman cabai dan bawang merah merupakan komoditas sayuran yang tidak dapat ditinggalkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sebagai bumbu masakan. Cabai merupakan tumbuhan perdu dan diambil bagian buahnya yang mempunyai rasa pedas karena mengandung zat capsaicin.
Cabai dan bawang merah memiliki nilai ekonomis tinggi dan peluang pasar yang besar, meskipun sangat berperan sebagai penyumbang inflasi yang cukup besar karena memiliki elastisitas harga yang sangat tinggi. Persoalan fundamental pada cabai adalah pasokan bulanan tidak merata dan produksi berlebihan di musim kemarau yang mengakibatkan harga jatuh, sehingga budidaya cabai dan bawan gperlu dilakukan secara teratur sepanjang tahun agar ketersediaannya mencukupi sepanjang tahun.
Salah satu strategi pemenuhan kebutuhan cabai dan bawang merah dalam negeri dan menekan gejolak inflasi nasional, yaitu melalui pengembangan kawasan aneka cabai pada bulan bulan off season (terutama musim kering) di daerah sentra produksi dengan pengairan yang lebih intensif menggunakan sistem irigasi sederhana, penggunaan plastik mulsa, penggunaan benih bermutu, pemanfaatan agensia hayati dan penggunaan varietas toleran pada musim hujan.
Umumnya petani memiliki sumber air (sumur, embung, sungai, mata air, dll), tetapi tidak memiliki pompa untuk mengambil dan menyalurkan air kelahan pertanaman. Oleh karena itu perlu pemberian fasilitas irigasi sederhana untuk membantu petani memelihara tanaman cabai dan bawang merah pada musim kering dan sarana produksi lainnya agar petani tetap berproduksi sepanjang musim. Dengan demikian diharapkan produksi cabai dan bawang merah dapat tersedia merata sepanjang tahun dan dapat menjaga keseimbangan suply demand, mengurangi tingkat inflasi nasional. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan a.
Meningkatkan produksi aeka cabai dan bawang merah pada musim kemarau untuk memenuhi kebutuhan dan pasokan dalam negeri.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
573
b.
Pengembangan cabai merah seluas 940 ha di 99 kabupaten/kota dan pengembangan cabai rawit seluas 632 ha di 96 kabupaten/kota di saat kemarau
c.
Pengembangaan bawang merah seluas 1.732 ha di 64 kabupaten/kota
d.
Menekan gejolak harga aneka cabai dan bawang merah agar tidak terlalu tinggi.
2.2. Sasaran Provinsi, kabupaten/kota pelaksana kegiatan dapat mensinkronasikan sehingga dapat berjalan dengan baik.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp 321.277.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 309.315.000,3.3. Informasi Teknologi yang disampaikan berupa teknologi budidaya cabai 3.4. dan bawang merah dengan penerapan PHT dan ramah lingkungan serta irigasi tetes di musim kering. 3.5. Sarana Penunjang
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Pertemuan Koordinasi Pengembangan Cabai dan Bawang Wilayah Barat di laksanakan di Bogor tanggal 11-14 Mei 2016, dengan rincian sebagai berikut: 4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi. 4.2. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dalam rangka Koordinasi Pengembangan Cabai dan Bawang di wilayah Barat. 4.3. Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota digunakan untuk bantuan uang saku peserta yang hadir dalam pertemuan Koordinasi Pengembangan Cabai dan Bawang Wilayah Barat.
5.
Keluaran/Output a.
Dilaksanakan tanggal 11-14 Mei 2015.
b.
Pertemuan dihadiri sebanyak 116 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat dan daerah yang berasal dari 12 provinsi dan 17 kabupaten, yaitu: Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, jawa Barat, jawa Tengah, DIY, Banten serta Kabupaten Lamongan, Gresik, Pacitan, Magetan, Trenggalek, Ngawi, Jombang, Madiun, Nganjuk, Mojokerto, Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso, Pamekasan, Sampang, Sumenep, Probolinggo.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
574
c.
Acara diawali dengan sambutan selamat datang oleh Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat mewakili Kepala Dinas, dilanjutkan dengan kegiatan pengarahan sekaliguas membuka secara resmi oleh Direktur Jenderal Hortikultura, Pemaparan Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk, dan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah, Pemaparan Inspektorat Jenderal dan Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, Perbenihan dan Perlindungan Hortikultura serta Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura dll.
d.
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: 1)
Pengembangan Kawasan Cabai dan Bawang Saat Musim Kering, yang disampaikan Direktur Jenderal Hortikultura.
2)
Persiapan pelaksanaan kegiatan APBN-P 2015, yang disampaikan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk dan Provinsi Jawa Tengah.
3)
Pendampingan/pengawalan Inspektorat Jenderal Untuk Pencapaian Target Kegiatan APBN-P 2015, yang disampaikan Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian.
4)
Pelaksanaan APBN-P Hortikultura 2015, yang disampaikan Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
5)
Proses e-katalog pada proses Pengadaan Barang APBN-P 2015, yang disampaikan perwakilan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
6)
Dukungan Aspek Manajemen Pada Kegiatan APBN-P 2015, yang disampaikan Sekretaris Dirketorat Jenderal Hortikultura.
7)
Rambu-rambu Pelaksanaan Kegiatan APBN-P 2015, yang disampaikan Direktur Perbenihan Hortikultura dan Direktur Perlindungan Hortikultura.
8)
Pedoman Administrasi Keuangan dan Perlengkapan APBN-P 2015, yang disampaikan Kabag Keungan dan Perlengkapan
6.
Hasil/Outcome Petugas dari lokasi kawasan pengembangan cabai dan bawang merah mendapatkan tambahan pengetahuan tentang Pedoman Teknis Pengembangan Cabai dan Bawang Saat Musim Kemarau.
7.
Manfaat/Benefit Pengembangan cabai dan bawang saat musim kemarau dapat dilaksanakan sesuai rencana dan berhasil baik dengan mengacu pada Pedoman Teknis.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
575
8.
Dampak/Impact Produksi cabai dan bawang meningkat dengan mutu lebih baik terutama saat produksi menurun di saat musim hujan.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan Kegiatan APBN-P 2015 memerlukan upaya khusus, bukan safety palyer. Untuk itu langkah-langkah yang harus segera dilakukan oleh Provinsi maupun kabupaten agar segera dilaksanakan dengan berpedoman pada prinsip pemanfaat dana yang efisien, tertib dan taat aturan. 9.2. Saran a.
Bagi daerah yang hanya mendapatkan dana alokasi APBN-P 2015 untuk komoditas cabai merah dan cabai rawit, maka kegiatan sudah bisa dilaksanakan.
b.
Daerah yang mendapatkan alokasi dana bawang merah, perlu dilakukan: 1) menyiapkan
surat
permintaan
persetujuan
dari
Dinas
Pertanian
Provinsi/Kabupaten/Kota kepada Dirjen Horti untuk merevisi output kegiatan, 2) Dari pusat akan segera membalas surat persetujuan yang diminta daerah pada tanggal 19 Mei 2015 dan selanjutnya pada tanggal 22 Mei 2015 surat tersebut harus sudah diterima oleh daerah.
KOORDINASI PENGEMBANGAN CABAI DAN BAWANG WILAYAH TIMUR
1.
Latar Belakang Tanaman cabai dan bawang merah merupakan komoditas sayuran yang tidak dapat ditinggalkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sebagai bumbu masakan. Cabai merupakan tumbuhan perdu dan diambil bagian buahnya yang mempunyai rasa pedas karena mengandung zat kapsaisin.
Cabai dan bawang merah memiliki nilai ekonomis tinggi dan peluang pasar yang besar, meskipun sangat berperan sebagai penyumbang inflasi yang cukup besar karena memiliki elastisitas harga yang sangat tinggi. Persoalan fundamental pada cabai adalah pasokan bulanan tidak merata dan produksi berlebihan di musim kemarau yang mengakibatkan harga jatuh, sehingga budidaya cabai dan bawan gperlu dilakukan secara teratur sepanjang tahun agar ketersediaannya mencukupi sepanjang tahun.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
576
Salah satu strategi pemenuhan kebutuhan cabai dan bawang merah dalam negeri dan menekan gejolak inflasi nasional, yaitu melalui pengembangan kawasan aneka cabai pada bulan bulan off season (terutama musim kering) di daerah sentra produksi dengan pengairan yang lebih intensif menggunakan sistem irigasi sederhana, penggunaan plastik mulsa, penggunaan benih bermutu, pemanfaatan agensia hayati dan penggunaan varietas toleran pada musim hujan.
Umumnya petani memiliki sumber air (sumur, embung, sungai, mata air, dll), tetapi tidak memiliki pompa untuk mengambil dan menyalurkan air kelahan pertanaman. Oleh karena itu perlu pemberian fasilitas irigasi sederhana untuk membantu petani memelihara tanaman cabai dan bawang merah pada musim kering dan sarana produksi lainnya agar petani tetap berproduksi sepanjang musim. Dengan demikian diharapkan produksi cabai dan bawang merah dapat tersedia merata sepanjang tahun dan dapat menjaga keseimbangan suply demand, mengurangi tingkat inflasi nasional.
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan a.
Meningkatkan produksi aeka cabai dan bawang merah pada musim kemarau untuk memenuhi kebutuhan dan pasokan dalam negeri.
b.
Pengembangan cabai merah seluas 940 ha di 99 kabupaten/kota dan pengembangan cabai rawit seluas 632 ha di 96 kabupaten/kota di saat kemarau
c.
Pengembangaan bawang merah seluas 1.732 ha di 64 kabupaten/kota
d.
Menekan gejolak harga aneka cabai dan bawang merah agar tidak terlalu tinggi.
2.2. Sasaran Provinsi, kabupaten/kota pelaksana kegiatan dapat mensinkronasikan sehingga dapat berjalan dengan baik.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp 341.413.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 322.136.200,3.3. Informasi Teknologi yang disampaikan berupa teknologi budidaya cabai 3.4. dan bawang merah dengan penerapan PHT dan ramah lingkungan serta irigasi tetes di musim kering. 3.5. Sarana Penunjang.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
577
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Pertemuan Koordinasi Pengembangan Cabai dan Bawang Wilayah Timur di laksanakan di BBPP Batangkaluku Kab. Gowa tanggal 27-30 Mei 2016, dengan rincian sebagai berikut: 4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi. 4.2. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dalam rangka Koordinasi Pengembangan Cabai dan Bawang di wilayah Timur. 4.3. Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota digunakan untuk bantuan uang saku peserta yang hadir dalam pertemuan Koordinasi Pengembangan Cabai dan Bawang Wilayah Timur.
5.
Keluaran/Output a.
Dilaksanakan tanggal 27-30 Mei 2015.
b.
Pertemuan dihadiri sebanyak 104 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat dan daerah yang berasal dari 15 provinsi dan 2 kabupaten, yaitu: Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, Papua, Kabupaten Bima dan Tapin.
c.
Acara diawali dengan laporan ketua pelaksana dilanjutkan sambutan selamat datang oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura yang diwakili Kabid Hortikultura, dilanjutkan dengan sambutan dan pembukaan secara resmi oleh Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, dlanjutkan pengarahan oleh Direktur Jenderal Hortikultura, Dukungan Manajemen Pelaksanaan APBN-P 2015 oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura, Pemaparan dari Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Barat, E-Katalog dan ePurchasing oleh LKPP, Penumbuhan/Penguatan Penangkar Benih Bawang Merah, Rambu-rambu Gerakan Pengendalian OPT serta pengawalan dan pengawasan kegiatan APBN-P 2015.
d.
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: 1)
Pengembangan Kawasan Cabai dan Bawang Saat Musim Kering, yang disampaikan Direktur Jenderal Hortikultura.
2)
Dukungan Aspek Manajemen Pada Kegiatan APBN-P 2015, yang disampaikan Sekretaris Dirketorat Jenderal Hortikultura.
3)
Persiapan pelaksanaan kegiatan APBN-P 2015, yang disampaikan oleh Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Barat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
578
4)
E-katalog dan e-purchasing, yang disampaikan perwakilan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
5)
Penumbuhan/Penguatan Penangkar Benih Bawang Merah, yang disampaikan Direktur Perbenihan Hortikultura.
6)
Rambu-rambu Gerakan Pengendalian OPT, yang disampaikan Direktur Perlindungan Hortikultura.
7)
Pengawalan dan Pengawasan Kegiatan APBN-P 2015, yang disampaikan Inspektur I , Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian.
8)
Pedoman Administrasi Keuangan dan Perlengkapan APBN-P 2015, yang disampaikan Kabag Keungan dan Perlengkapan
9)
Pedoman Penggangaran dalam APBN-P 2015-Sosialisasi Pokok-pokok Perubahan Revisi Anggaran TA 2015, yang disampaikan Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Selaatan.
10) Pelaksanaan APBN-P Hortikultura 2015, yang disampaikan Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
6.
Hasil/Outcome Petugas dari lokasi kawasan pengembangan cabai dan bawang merah mendapatkan tambahan pengetahuan tentang Pedoman Teknis Pengembangan Cabai dan Bawang Saat Musim Kemarau.
7.
Manfaat/Benefit Pengembangan cabai dan bawang saat musim kemarau dapat dilaksanakan sesuai rencana dan berhasil baik dengan mengacu pada Pedoman Teknis.
8.
Dampak/Impact Produksi cabai dan bawang meningkat dengan mutu lebih baik terutama saat produksi menurun di saat musim hujan.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan Kegiatan APBN-P 2015 memerlukan upaya khusus, bukan safety palyer. Untuk itu langkah-langkah yang harus segera dilakukan oleh Provinsi maupun kabupaten agar segera dilaksanakan dengan berpedoman pada prinsip pemanfaat dana yang efisien, tertib dan taat aturan serta dilakukan percepatan realisasi anggaran untuk mengungkit penyerapan anggaran hortikulturra.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
579
9.2. Saran a.
Bagi daerah yang hanya mendapatkan dana alokasi APBN-P 2015 untuk komoditas cabai merah dan cabai rawit, maka kegiatan sudah bisa dilaksanakan dengan mengubah redaksi sarana irigasi sederhana menjadi sarana irigasi hemat air.
b.
Daerah yang mendapatkan alokasi dana bawang merah, perlu dilakukan: 1) menyiapkan
surat
permintaan
persetujuan
dari
Dinas
Pertanian
Provinsi/Kabupaten/Kota kepada Dirjen Horti untuk merevisi output kegiatan, 2) Dari pusat akan segera membalas surat persetujuan yang diminta daerah pada tanggal 19 Mei 2015 dan selanjutnya pada tanggal 22 Mei 2015 surat tersebut harus sudah diterima oleh daerah.
PERTEMUAN PENINGKATAN KAPABILITAS PETANI DAN PETUGAS DI 8 KABUPATEN/ KOTA (MEDAN, BANDUNG, SURABAYA, JAYAPURA, PALEMBANG, BALIKPAPAN, BALI DAN MAKASSAR)
1.
Latar Belakang Cabai dan bawang merah memiliki nilai ekonomis tinggi dan peluang pasar yang besar, meskipun sangat berperan sebagai penyumbang inflasi yang cukup besar karena memiliki elastisitas harga yang sangat tinggi. Persoalan fundamental pada cabai adalah pasokan bulanan tidak merata dan produksi berlebihan di musim kemarau yang mengakibatkan harga jatuh, sementara bawang merah hanya dapat ditanam pada musim-musim tertentu karena bergiliran tanam dengan padi dan tanaman pangan lainnya.
Hal tersebut mengharuskan kita untuk membuat terobosan budidaya cabai sepanjang tahun terutama pada musim kering, sementara bawang merah perlu penguatan intensifikasi di sentra-sentra produksi di pulau Jawa dan pengembangan baru di luar pulau Jawa.
Salah satu strategi pemenuhan kebutuhan cabai dan bawang merah dalam negeri dan menekan gejolak inflasi nasional, yaitu melalui pengembangan kawasan aneka cabai pada bulan bulan off season (terutama musim kering) di daerah sentra produksi dengan pengairan yang lebih intensif menggunakan sistem irigasi sederhana, penggunaan plastik mulsa, penggunaan benih bermutu, pemanfaatan agensia hayati dan penggunaan varietas toleran pada musim hujan. Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
580
Umumnya petani memiliki sumber air (sumur, embung, sungai, mata air, dll), tetapi tidak memiliki pompa untuk mengambil dan menyalurkan air kelahan pertanaman. Oleh karena itu perlu pemberian fasilitas irigasi sederhana untuk membantu petani memelihara tanaman cabai dan bawang merah pada musim kering dan sarana produksi lainnya agar petani tetap berproduksi sepanjang musim. Dengan demikian diharapkan produksi cabai dan bawang merah dapat tersedia merata sepanjang tahun dan dapat menjaga keseimbangan suply demand, mengurangi tingkat inflasi nasional. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Mensosialisasikan informasi teknologi budidaya cabai musim kering dan bawang merah serta informasi lainnya yang berkaitan dalam mendukung pengembangan kawasan tanaman sayuran APBN-P 2015. 2.2. Sasaran Tersosialisasikannya informasi teknologi budidaya cabai dimusim kering dan bawang merah serta informasi pendukung lainnya kepada para pelaksana kegiatan pengembangan kawasan tanaman sayuran APBNP 2015.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 1.916.426.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 1.864.371.700,3.3. Informasi Teknologi yang disampaikan berupa teknologi budidaya cabai 3.4. dan bawang merah dengan penerapan PHT dan ramah lingkungan serta irigasi tetes di musim kering. 3.5. Sarana Penunjang yang diberikan berupa tas dan flashdisk kepada seluruh 3.6. peserta.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petugas dan Petani APBN-P 2015 dilaksanakan sebanyak 8 kali yaitu di Medan, Bandung, Surabaya, Jayapura, Palembang, Balikpapan, Bali Dan Makassar dengan rincian sebagai berikut: 4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang dan konsumsi. 4.2. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dalam rangka Peningkatan Kapabilitas Petugas dan Petani untuk daerah penerima APBN-P 2015 4.3. Belanja Perjalanan Biasa digunakan untuk perjalanan dalam rangka Peningkatan Kapabilitas Petugas dan Petani untuk daerah penerima APBN-P 2015.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
581
4.4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk bantuan transport dan uang saku peserta Peningkatan Kapabilitas Petugas dan Petani untuk daerah penerima APBN-P 2015 5.
Keluaran/Output 5.1. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di Medan a.
Dilaksanakan tanggal 15-17 September 2015.
b.
Pertemuan dihadiri sebanyak 85 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat dan daerah yang berasal dari petugas provinsi/Kab/Kota dan kelompok tani yang mendapatkan dana tugas Pembantuan kegiatan pengembangan kawasan sayuran APBN-P TA. 2015 melalui pengembangan cabai di musim kering dan pengembangan bawang merah, yaitu: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, Petugas lapang Kab. Aceh Tengah, Aceh Besar, Langkat, Simalungun, Asahan, Samosir, Solok Selatan, Solok, Tanah Datar, Pesisir Selatan, Agam, Padang Pariaman, Limapuluh Kota, Siak, Rokan Hilir, Pekanbaru, Bengkalis dan Kampar serta anggota kelompok tani penerima APBN-P 2015 di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau dan Sumatera Barat.
c.
Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekaligus membuka pertemuan oleh Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara mewakili Kepala Dinas, dilanjutkan dengan kegiatan pengarahan sekaliguas membuka secara resmi oleh Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat Setelah itu acara dilanjutkan dengan pemaparan materi mulai dari aspek manajemen produksi, aspek manajemn pasar dan budidaya dan pascapanen cabai dan bawang merah.
d.
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: 1)
Tinjauan Aspek Manajemen Produksi Cabai dan Bawang Merah di Sumatera Utara, yang disampaikan oleh perwakilan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2)
Budidaya Cabai dan Bawang Merah dengan Penerapan PHT dan Ramah Lingkungan, yang disampaikan perwakilan Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
3)
Dukungan Teknologi Budidaya dan Pascpanen Cabai dan Bawang Merah, yang disampaikan Peneliti Cabai dan Bawang Merah dari Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian Provinsi Sumatera Utara.
5.2. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di Bandung a.
Dilaksanakan tanggal 21-23 September 2015.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
582
b.
Pertemuan dihadiri sebanyak 140 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat dan daerah yang berasal dari petugas provinsi/Kab/Kota dan kelompok tani yang mendapatkan dana tugas Pembantuan kegiatan pengembangan kawasan sayuran APBN-P TA. 2015 melalui pengembangan cabai di musim kering dan pengembangan bawang merah, yaitu: Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, petugas lapang Kab. Ciamis, Kota Tasik, Tasikmalaya, Garut, Bandung,
Bandung
Indramayu,
Bogor,
Barat,
Cianjur,
Kuningan,
Sukabumi,
Serang,
Majalengka,
Pandeglang,
Lebak,
Cirebon, Sragen,
Karanganyar, Wonogiri, Rembang, Grobogan, Kebumen, Purbalingga, Banjarnegara, Tegal, Kota Salatiga, Semarang, Kota Semarang, Pati, Demak, Magelang dan Temanggung serta anggota kelompok tani penerma APBN-P 2015 di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekaligus membuka pertemuan oleh Sekretaris Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat mewakili Kepala Dinas, dilanjutkan dengan kegiatan pengarahan sekaligus membuka secara resmi oleh Dr. Ir Yul Harry Bahar mewakili Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat. Setelah itu acara dilanjutkan dengan pemaparan materi mulai dari aspek manajemen produksi, aspek manajemen pasar serta budidaya dan pascapanen cabai dan bawang merah. c.
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: 1)
Kajian Penerapan Irigasi Tetes pada Tanaman Cabai dan Bawang Merah, yang disampaikan oleh peneliti Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian Provinsi Jawa Barat.
2)
Aspek Manajemen Pasar Cabai dan Bawang Merah/Rantai Pasok dan Pemanfaatan Teknologi Informasi, yang disampaikan perwakilan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gajah Mada.
3)
Pengaturan Ketersediaan Sepanjang Tahun, yang disampaikan oleh Prof Dr. Sobir dari Institut Pertanian Bogor.
5.3. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di Surabaya a.
Dilaksanakan tanggal 14 – 16 September 2015.
b.
Pertemuan dihadiri sebanyak 79 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat dan daerah yang berasal dari petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi
Jawa
Timur,
petugas
Kab/Kota
dan
kelompok
tani
yang
mendapatkan dana tugas Pembantuan kegiatan pengembangan kawasan sayuran APBN-P TA. 2015 melalui pengembangan cabai di musim kering dan pengembangan bawang merah, yaitu: Dinas Pertanian Kabupaten Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
583
Gresik, Banyuwangi, Situbondo, Nganjuk, Jombang, Lamongan, Sumenep, Ngawi, Bondowoso, Trenggalek, Magetan, Pacitan, dan Probolinggo. c.
Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekaligus membuka pertemuan oleh Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Timur mewakili Kepala Dinas, dilanjutkan dengan kegiatan pengarahan sekaligus membuka secara resmi oleh Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat Setelah itu acara dilanjutkan dengan pemaparan materi mulai dari aspek manajemen produksi, aspek manajemen pasar dan budidaya dan pascapanen cabai dan bawang merah.
d.
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: 1)
Pengelolaan Pola Produksi dan Penguatan Kelembagaan pada Bawang Merah dan Cabai (Dr. Ir. M. Dawam Maghfoer, MS., Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya).
2)
Tinjauan Aspek Manajemen Produksi dan Aspek Manajemen Pasar pada Cabai dan Bawang Merah di Jawa Timur (Sujarwo, SP., MP., Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya).
3)
Teknologi Unggulan Cabai dan Bawang Merah (Dr. Ir. Tri Sudaryono, MS., Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian Provinsi Jawa Timur).
5.4. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di Jayapura a.
Dilaksanakan tanggal 21-23 September 2015.
b.
Pertemuan dihadiri sebanyak 40 orang peserta yang terdiri dari peserta pusat dan daerah yang berasal dari petugas provinsi/Kab/Kota dan kelompok tani yang mendapatkan dana tugas Pembantuan kegiatan pengembangan kawasan sayuran APBN-P TA. 2015 melalui pengembangan cabai di musim kering dan pengembangan bawang merah, yaitu: Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Papua, Kabupaten Jayapura, Biak Numfor, Jayawijaya, Merauke, Manokwari, Sorong, Kota Sorong, Fakfak, Seram Bagian Barat, Ternate, serta anggota kelompok tani penerma APBN-P 2015 di Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku dan Maluku Selatan.
c.
Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekaligus membuka pertemuan oleh Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Papua, dilanjutkan dengan kegiatan pengarahan oleh Lilis Suhaeti, SP. mewakili Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat. Setelah itu acara dilanjutkan dengan pemaparan materi mulai dari aspek manajemen produksi,
aspek manajemen pasar
serta budidaya
dan
pascapanen cabai dan bawang merah. Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
584
d.
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: 1)
Aspek Manajemen Produksi dan Manajemen Pasar Cabai dan Bawang Merah (Dr. Ir. Ihwan Tjoli, MP., Universitas Papua).
2)
Tinjauan Aspek Budidaya dan Pascapanen Cabai dan Bawang Merah (Dr. Ir. Martina Sri Lestari, MP. dan Arifudin Kasim, SP., Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian Provinsi Papua).
5.5. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di Palembang a.
Dilaksanakan selama 3 hari, mulai tanggal 21 - 23 September 2015.
b.
Pertemuan dihadiri sebanyak 58 orang yang berasal dari petugas dan petani dari Kabupaten Banyuasin; Musi Banyuasin; Lubuk Linggau; Musi Rawas; Ogan Komering Ilir; Kaur; Kepahiang; Rejang Lebong; Lebong; Lampung Selatan; Tanggamus; Lampung Barat; Pesawaran; Lampung Tengah, Bangka Tengah; dan Bangka Barat, serta Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
c.
Acara diawali dengan sambutan selamat datang
sekaligus membuka
pertemuan oleh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Selatan yang disampaikan oleh Bapak Erwin Noorwibowo, selaku Pelaksana Tugas (Plt) dilanjutkan dengan pengarahan Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat yang disampaikan oleh Kasubdit Pascapanen Daun dan Bunga Potong Direktorat Florikultura. d.
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: 1)
Inovasi Teknologi Budidaya dan Pascapanen Cabai dan Bawang Merah.
2)
Pola Produksi dan Budidaya Bawang Merah serta Cabai Merah di Musim Kemarau.
3)
Manajemen Pemasaran Cabai dan Bawang Merah.
5.6. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di Balikpapan a.
Dilaksanakan di Asrama Haji Embarkasi Kota Balikpapan pada tanggal 16 – 18 September 2015.
b.
Pertemuan dihadiri peserta berasal dari Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Timur, Dinas Pertanian Kabupaten Berau, Paser, Penajam Paser Utara, Kubu Raya, Landak, Sanggau Penajam, Tanah Bumbu, Tanah Laut, Tapin, Tabalong, Barito Utara, Kapuas, Kotawaringin Timur, Kota Baru, Banjar Baru dan Kota Palangkaraya Penyuluh dan Petani Penerima APBN-P Hortikultura TA 2015 dengan jumlah peserta sebanyak 50 orang. Narasumber yang
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
585
mengisi pertemuan berasal dari Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman, Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian Provinsi Kalimantan Timur. c.
Pembukaan Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petugas dan Petani APBN-P 2015 dimulai dengan sambutan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Timur dalam hal ini di wakilkan oleh Kepala Bidang Hortikultura, Bapak M Alimudin. dilanjutkan dengan pengarahan Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat yang dibacakan oleh Kasubdit Budidaya Tanaman Obat dan Jamur.
d.
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: 1)
Penjelasan kegiatan APBN-P 2015 dan sosialisasi GAP sayuran.
2)
Sistem Perencanaan Produksi Pertanian dan Manajemen Pemasaran Hasil Pertanian.
3)
Budidaya Cabai dan Bawang Merah Secara Ramah Lingkungan Di Musim Kering/Kemarau.
5.7. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di Bali a.
Dilaksanakan tanggal 15-17 September 2015.
b.
Pertemuan dihadiri sebanyak 40 orang peserta yang terdiri dari Petugas dan Petani Penerima Bantuan APBN-P 2015 Propinsi Bali dan Nusa Tenggara (Kabupaten Bangli, Tabanan, Buleleng, Propinsi NTT, Kabupaten Kupang, Propinsi NTB, Kabupaten Bima, Kabupaten Lombok Timur).
c.
Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekaligus membuka pertemuan oleh Ir. Komang Ardana, M.Si. (Sekretaris Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali) dilanjutkan dengan kegiatan pengarahan dari Kepala Sub Direktorat Dampak Iklim dan Persyaratan Teknis, Direktorat Perlindungan Ditjen Hortikultura.
d.
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: 1)
Kesiapan Petani dan Petugas dalam rangka Pelaksanaan Kegiatan APBN-P di Bali oleh Ir. Irwan Adam (Kasubdit Dampak dan Iklim, Direktorat Perlindungan Ditjen Hortikultura).
2)
Tinjauan Aspek Manajemen Produksi dan Aspek Manajemen Pasar pada Cabai dan Bawang Merah di Jawa Timur oleh Prof. Dr. Ir. Dwi Darmawan, M.P. (Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana).
3)
Budidaya dan Pascapanen Cabai dan Bawang Merah oleh Nyoman Ngurah Arya, S.P. M.Agr. (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Bali).
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
586
5.8. Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di Makassar a.
Dilaksanakan tanggal 21-23 September 2015.
b.
Pertemuan dihadiri sebanyak 40 orang peserta yang terdiri dari Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan
dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan
(Kabupaten Bantaeng, Jeneponto, Takalar,
Gowa, Enrekang, Pinrang,
Luwu, Tana Toraja, Maros, Bone, Sinjai, Barru dan Sopeng), Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara (Kabupaten Minahasa), Kepala Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah (Kabupaten Donggala, Parigi Moutung,Palu, Sigi), dan Kepala Dinas Pertanian
dan Peternakan
Provinsi Sulawesi Tenggara (Kabupaten Kolaka Utara, dan Kolaka Timur), Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo (Kabupaten Pohuwato, Boalemo, Gorontalo, dan Kota Gorontalo). c.
Acara diawali dengan sambutan selamat datang sekaligus membuka pertemuan oleh Sekretaris Dinas Pertanian Propinsi Sulawesi Selatan dilanjutkan dengan kegiatan Pengarahan oleh Ir. Cahyaniati, M.Si (Direktorat Perlindungan).
d.
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: 1)
Kesiapan Petani dan Petugas dalam rangka Pelaksanaan Kegiatan APBN-P di Bali oleh Ir. Cahyaniati, M.Si. (Direktorat Perlindungan Ditjen Hortikultura).
2)
Tinjauan Aspek Manajemen Produksi dan Aspek Manajemen Pasar pada Cabai dan Bawang Merah di Sulawesi Selatan oleh Dr. Ir. Darwis Ali, M.P. (Universitas Hasanuddin).
3)
Budidaya dan Pascapanen Cabai dan Bawang Merah oleh Ir. Nurjanani, M.Si. (BPTP Provinsi Sulawesi Selatan).
6.
Hasil/Outcome Petugas dan petani dari lokasi kawasan pengembangan cabai dan bawang merah mendapatkan tambahan pengetahuan dan ketrampilan penerapan dimulai dari manajemen produksi, penerapan budidaya yang baik (GAP) dan penanganan pascapanen yang baik (GHP).
7.
Manfaat/Benefit Pengembangan sayuran dapat dilakukan oleh petani secara lebih baik, yang mengacu pada penerapan GAP/GHP/SOP sehingga dapat mengurangi resiko kerusakan lingkungan, terutama dalam penggunaan pestisida
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
587
8.
Dampak/Impact Produksi sayuran meningkat dengan mutu lebih baik sehingga menambah pendapatan dan kesejahteraan petani dan kelestarian lingkungan tetap terjaga.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di Medan dan Bandung 1)
Semua jenis sayuran sama akan terserang penyakit tetapi yang lebih rentan yakni di cabai (struktur daun yang berbulu, tebal dan besar seperti di terong lebih tahan dalam serangan OPT dibandingkan dengan tanaman yang memiliki struktur daun kecil, dan tipis seperti cabai).
2)
Petani harus menjadi penentu kebijakan sehingga kedaulatan bisa terwujud, diantaranya melalui 2 cara yaitu:
Pemerintah, harus melakukan kebijakan ekonomi yang berpihak kepada petani yang bisa mendorong maju dan berkembangnya usaha petani seperti: 1) menghindari harga jatuh agar harga tetap stabil dengan melakukan pendampingan dan pembinaan
untuk
proses kemitraan dengan perusahaan pengolahan/riteal sedangkan keberlangsungannya diserahkan kepada petani/kelompok tani, 2) kegiatan koordinasi pengaturan pola tanam dengan 23 provinsi sentra stiap tahun, 3) menyelenggarakan operasi pasar di saat harga naik dan turun, untuk menjaga keseimbangan supplay dan demand, diantaranya dengan melakukan operasi pasar bekerjasama dengan BULOG dimana produk petani dibeli Bulog, 4) menyusun harga referensi sayuran (seperti cabai dan bawang merah) yang melibatkan perguruan tinggi dan stakeholders, 5) fasilitasi informasi pasar (PIP) baik di tingkat produsen, pasar dan konsumen.
Petani, adanya komitmen dan kreatifitas petani/kelompok tani terhadap produknya dengan penerapan GAP/GHP, jangan selalu mengandalkan bantuan pemerintah sehingga produk yang dihasilkan memiliki keunggulan baik dari kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang bisa bersaing dengan produk luar negeri serta memiliki kepentingan yang sama dan amanah dalam penguatan kelembagaan sehingga memiliki posisi tawar yang kuat dalam melakukan kemitraan dengan perusahaan pengolahan/riteal.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
588
3)
Perlu peningkatan dan perbaikan perilaku penggunaan pupuk organik dan anorganik serta pestisida agar sesuai dengan petunjuk Indo-GAP, agar produk yang dihasilkan aman konsumsi, bermutu dan lahan tetap terjaga kesuburannya dan lingkungan tetap lestari.
4)
Pentingnya pengaturan pola produksi di setiap daerah agar produksi terutama bawang merah dan cabai merata setiap bulan sepanjang tahun sehingga tingkat inflasi bisa ditekan.
b.
Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di Surabaya dan Jayapura 1)
Pada aspek budidaya, sebagian besar petani cabai dan bawang merah telah menerapkan teknologi budidaya yang baik untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi. Kecuali dalam hal pengendalian OPT secara ramah lingkungan, petani harus lebih banyak memperoleh sosialisasi dan pelatihan agar dapat menerapkan praktek pengendalian OPT ramah lingkungan. Selain itu, petani harus lebih disupport dalam aspek manajemen produksi, kelembagaan dan pemasaran.
2)
Institusi Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian siap mendukung keberhasilan program pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering/kemarau berupa bantuan pendampingan, technical assistance, dan dukungan teknologi.
3)
Untuk memenuhi ketersediaan cabai dan bawang merah setiap saat, pemerintah telah melaunching berbagai program dan kebijakan. Program pemerintah tersebut tidak akan berhasil tanpa dukungan dari semua pihak terutama petani sebagai pelaku di lapangan. Petani yang terpilih sebagai penerima bantuan APBN dan APBN-P harus berkomitmen untuk menerapkan jadwal tanam sesuai yang telah dirancang, siap bermitra dengan industri dan siap dibeli hasil panennya oleh BULOG pada saat gejolak harga pasar terjadi.
c.
Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di Palembang dan Balikpapan 1)
Perguruan tinggi khususnya Fakultas Pertanian dapat melakukan penelitian aplikasi teknologi budidaya hemat air khususnya komoditas sayuran.
2)
Ketersediaan benih bawang merah masih terbatas hal ini mengakibatkan ongkos produksi jadi tinggi sehingga petani yang berbudidaya bawang merah hanya petani yang bermodal besar. Beberapa varietas bawang
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
589
merah masih dalam uji lokasi oleh BPTP Kalimantan Timur agar dapat dibudidayakan oleh petani. 3)
Implementasi teknologi dalam budidaya bawang merah dapat dilakukan dengan penggunaan VUB Sembrani, Maja dan Trisula (toleran curah hujan tinggi); Pengembangan model perbenihan dengan biji botani/TSS seperti VUB TSS Agrihorti 1 dan 2 yang dilepas pada tahun 2015; Instore Drying; Pemasangan perangkap OPT; Pemasangan perangkap kuning (trips, kutu daun, kutu kebul dan tungau); Pemasangan Feromon Sex untuk hama ulat; Budidaya dalam rumah kasa untuk mengurangi serangan OPT dengan tumpangsari dan tumpanggilir.
4)
Salah satu langkah dalam pengembangan agribisnis cabai dan bawang merah adalah dengan penerapan e-commerce yang diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi keberlangsungan usaha agribisnis.
d.
Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di Bali dan Makassar 1)
Sosialisasi penerapan budidaya yang baik melalui penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat di tingkat petani masih perlu dilaksanakan dalam rangka peningkatan kompetensi pelaku usaha sehingga menghasilkan produk yang aman konsumsi, bermutu baik, ramah lingkungan dan berdaya saing.
2)
Beberapa hasil inovasi terkait teknologi pascapanen diharapkan dapat diadopsi oleh petani/ kelompoktani sehingga teknologi yang dihasilkan dapat dimnafaatkan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu, nilai tambah dan saya saing produk.
3)
Perlu dukungan dari perguruan tinggi dan BPTP Provinsi dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan sehingga inovasi teknologi yang sudah ada dapat disosialisasikan ke petani dan petugas lapang.
4)
Perlu koordinasi persiapan pelaksanaan kegiatan antar dinas pertanian provinsi dan dinas pertanian kabupaten terkait kesesuaian waktu bantuan diterima petani dan waktu dan pola tanam petani sehingga jenis bantuan yang diberikan pemerintah tepat waktu, tepat guna dan tepat sasaran.
9.2. Saran a.
Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di Medan dan Bandung 1)
Perlu dilakukan sosialisasi baik oleh Dinas Pertanian setempat maupun pusat
kepada
petani/kelompok
tani/Gapoktan
tentang
penerapan
budidaya yang ramah lingkungan dengan memperbanyak penggunaan Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
590
pupuk organik yang telah dicampur agensia hayati, aplikasi pestisida melalui penerapan PHT, agar produk yang dihasilkan aman konsumsi, bermutu dan lahan tetap terjaga kesuburannya untuk mendukung produksi sayuran. 2)
Mendorong penumbuhan dan penguatan penangkar-penangkar baru dan swadaya yang bisa menghasilkan benih unggul lokal (seperti ada benih lokal cabai jenis merah besar di Limapuluhkota yang bisa tumbuh sampai 3 meter dengan buah yang cukup lebat) didorong untuk diproses menjadi benih bersertifikat dengan tingkat kemurniannya yang harus terus dijaga.
3)
Kerjasama dengan BMKG agar semua orang mengetahuinya (adanya el nino, anomali iklim dll) terutama yang bisa diakses petani. Diusulkan untuk mengundang BMKG pada pertemuan-pertemuan tertentu di saat penentuan pola tanam.
4)
Hortikultura ke depan lebih fokus di lahan darat/marjinal, air yang dikumpulkan/embung, tidak terganggu oleh pengembangan pangan yang ada di sawah.
5)
Data produksi sayuran yang sudah ada di pihak pusdatin atau dinas agar segera disosialisasikan dan diberitahukan kepada petani secara berkala agar petani mengetahui daerah mana saja yang lagi panen atau over dan daerah mana saja yang defisit dalam pemenuhan produksi sayuran terutama cabai dan bawang merah.
b.
Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di Surabaya dan Jayapura 1)
Petugas dan petani penerima manfaat bantuan APBN-P diharapkan melanjutkan program kegiatan yang belum terselesaikan sesegera mungkin sesuai target yang telah ditetapkan. Hasil pelaksanaan kegiatan APBN-P agar selalu dimonitor, dievaluasi dan dilaporkan oleh petugas Dinas ke Pusat.
2)
Diperlukan sosialisasi baik oleh Dinas Pertanian setempat maupun pusat kepada petani/kelompok tani/Gapoktan tentang penerapan budidaya yang ramah lingkungan dengan memperbanyak penggunaan pupuk organik yang telah dicampur agensia hayati, aplikasi pestisida melalui penerapan PHT, agar produk yang dihasilkan aman konsumsi, bermutu dan lahan tetap terjaga kesuburannya untuk mendukung produksi sayuran.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
591
3)
Diperlukan penumbuhan dan penguatan penangkar-penangkar baru dan swadaya yang bisa menghasilkan benih unggul lokal didorong untuk diproses menjadi benih bersertifikat dengan tingkat kemurniannya yang harus terus dijaga.
c.
Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di Palembang dan Balikpapan 1)
Fakultas Pertanian (Faperta) dapat mempublikasikan dan melakukan pembinaan secara intensif kepada petani bekerjasama dengan dinas pertanian di masing-masing provinsi, kabupaten/kota. Perlu dibangun dan ditingkatkan hubungan kerjasama antara petani, peneliti perguruan tinggi dan dinas pertanian dalam hal transfer teknologi dan informasi budidaya sehingga petani dapat mengaplikasikan teknologi baru dan sederhana dalam meningkatkan produksi yang dihasilkan.
2)
Dilakukan pendampingan dan pembinaan kepada petani yang berminat menjadi petani penangkar benih, hal ini agar ketersediaan benih bawang merah dapat di sediakan di lokasi pertanaman
3)
Perlu dibangun dan ditingkatkan hubungan kerjasama antara petani, peneliti perguruan tinggi dan dinas pertanian dalam hal transfer teknologi dan informasi budidaya sehingga petani dapat mengaplikasikan teknologi baru dan sederhana dalam meningkatkan produksi. Mengingat manfaat yang dirasakan oleh para peserta pertemuan, maka kegiatan ini perlu dilaksanakan secara rutin setiap tahun, serta cakupan peserta diperluas ke daerah potensial lainnya.
d.
Pertemuan Peningkatan Kapabilitas Petani Dan Petugas APBN-P 2015 di Bali dan Makassar 1)
Perlu dilakukan sosialisasi Permentan Nomor 48/ Permentan/ OT.140/ 10/2009 tentang Pedoman Budidaya Buah dan Sayur yang Baik kepada petugas dan pelaku usaha/petani sayuran khususnya kepada petani bawang merah dan petani cabai yang masih kategori petani pemula sehingga petani sebagai kelompok penerima bantuan dapat memahami teknik
budidaya
yang
benar
dan
dapat
diterapkan
di
lokasi
pengembangan APBN-P. 2)
Perlu dukungan petugas, khususnya penyuluh pertanian dalam rangka pembinaan dan pendampingan pelaksanaan kegiatan APBN-P 2015 kepada para petani bawang merah dan cabai sehingga produksi dan produktivitas yang dihasilkan optimal dan dapat meminimalkan terjadinya
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
592
gejolak harga cabai dan bawang merah yang cukup tinggi di beberapa provinsi serta pemerataan ketersediaan pasokan sepanjang tahun.
PELAKSANAAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) ABPN-P
1.
Latar Belakang Cabai dan bawang merah memiliki nilai ekonomis tinggi dan peluang pasar yang besar, meskipun sangat berperan sebagai penyumbang inflasi yang cukup besar karena memiliki elastisitas harga yang sangat tinggi. Persoalan fundamental pada cabai adalah pasokan bulanan tidak merata dan produksi berlebihan di musim kemarau yang mengakibatkan harga jatuh, sementara bawang merah hanya dapat ditanam pada musim-musim tertentu karena bergiliran tanam dengan padi dan tanaman pangan lainnya.
Hal tersebut mengharuskan kita untuk membuat terobosan budidaya cabai sepanjang tahun terutama pada musim kering, sementara bawang merah perlu penguatan intensifikasi di sentra-sentra produksi di pulau Jawa dan pengembangan baru di luar pulau Jawa.
Salah satu strategi pemenuhan kebutuhan cabai dan bawang merah dalam negeri dan menekan gejolak inflasi nasional, yaitu melalui pengembangan kawasan aneka cabai pada bulan bulan off season (terutama musim kering) di daerah sentra produksi dengan pengairan yang lebih intensif menggunakan sistem irigasi sederhana, penggunaan plastik mulsa, penggunaan benih bermutu, pemanfaatan agensia hayati dan penggunaan varietas toleran pada musim hujan.
Umumnya petani memiliki sumber air (sumur, embung, sungai, mata air, dll), tetapi tidak memiliki pompa untuk mengambil dan menyalurkan air kelahan pertanaman. Oleh karena itu perlu pemberian fasilitas irigasi sederhana untuk membantu petani memelihara tanaman cabai dan bawang merah pada musim kering dan sarana produksi lainnya agar petani tetap berproduksi sepanjang musim. Dengan demikian diharapkan produksi cabai dan bawang merah dapat tersedia merata sepanjang tahun dan dapat menjaga keseimbangan suply demand, mengurangi tingkat inflasi nasional.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
593
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Teridentifikasinya masalah dan solusi pemecahan dalam kegiatan pengembangan kawasan tanaman sayuran APBN-P 2015 melalui pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering.
2.2. Sasaran Terpecahkannya masalah yang timbul dalam kegiatan pengembangan kawasan tanaman sayuran APBN-P 2015 melalui pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp 108.442.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp 108.442.000,-
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) APBN-P dilaksanakan di Bogor dengan rincian sebagai berikut : Belanja perjalanan dinas paket meeting luar kota digunakan untuk akomodasi dan konsumsi, serta perjalanan pelaksanaan pertemuan.
5.
Keluaran/Output 5.1. Dilaksanakan tanggal 10-11 September 2015. 5.2. Pertemuan dihadiri sebanyak 40 orang yang terdiri dari tim pendamping, tim pendukung, perguruan tinggi, dan petugas Provinsi/Kab/Kota yang mendapatkan tugas pembantuan kegiatan pengembangan kawasan tanaman sayuran APBN-P 2015 melalui pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering.
6.
Hasil/Outcome Meningkatnya pemahaman atau kesamaan persepsi para pelaksana Focus Group Discussion Pengembangan kawasan tanaman sayuran APBN-P 2015 melalui pengembangan cabai dan bawang di musim kering.
7.
Manfaat/Benefit Pelaksanaan kegiatan Focus Group Discussion Pengembangan kawasan tanaman sayuran Tanaman Obat Berkelanjutan dapat berjalan efektif dan efisien.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
594
8.
Dampak/Impact Meningkatnya produksi, produktivitas, mutu, daya saing, nilai tambah dan pendapatan petani sayuran khususnya cabai dan bawang merah.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Permasalahan budidaya dan pascapanen cabai dan bawang merah yang secara umum dihadapi oleh masing-masing daerah adalah keterbatasan benih, serangan OPT, petani belum memahami penggunaan irigasi tetes, PH meter, dan rain shelter, Kesulitan pengadaan starter agens hayati, dan petani belum memahami mekanisme pasar.
b.
Solusi untuk mengatasi permasalahan terkait budidaya dan pascapanen cabai dan bawang merah adalah peningkatan pendampingan petani oleh perguruan tinggi dan instansi terkait lainnya, pembuatan manual penggunaan dan pemeliharaan irigasi tetes, PH meter, rain shelter, Direktorat perlindungan mengadakan kegiatan terkait agensia hayati, penguatan kelembagaan untuk mengatur pola tanam, pembagian aliran air, penyemaian, dan pemasaran, serta sosialisai peluang ekspor.
9.2. Saran a.
Petani akan memperbaiki tindakan budidaya cabai dan bawang terutama dengan mengaplikasikan teknologi baru yaitu irigasi tetes, PH meter, dan rain shelter.
b.
Menanam tanaman jagung di tepi-tepi lahan sebagai border penghalang bagi hama tanaman sehingga dapat melindungi tanaman dari serangan OPT.
c.
Petani diminta untuk mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida anorganik buatan. Petani belum disarankan untuk berbudidaya secara organik.
d.
Perguruan tinggi dan instansi pemerintah terkait meningkatkan pendampingan petani dalam pelaksanaan gerakan tanam cabai dan bawang di musim kering.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
595
KONSOLIDASI PENGEMBANGAN CABAI DAN BAWANG MERAH DI MUSIM KERING
1.
Latar Belakang Cabai dan bawang merah memiliki nilai ekonomis tinggi dan peluang pasar yang besar, meski demikian sangat berperan sebagai penyumbang inflasi yang cukup besar karena memiliki elastisitas harga yang sangat tinggi. Persoalan fundamental pada cabai adalah pasokan bulanan tidak merata dan produksi berlebihan di musim kemarau yang mengakibatkan harga jatuh, sementara bawang merah hanya dapat ditanam pada musim-musim tertentu karena bergiliran tanam dengan padi dan tanaman pangan lainnya.
Hal tersebut mengharuskan kita untuk membuat terobosan budidaya cabai sepanjang tahun terutama pada musim kering, sementara bawang merah perlu penguatan intensifikasi di sentra-sentra produksi di Pulau Jawa dan pengembangan baru di luar Pulau Jawa.
Salah satu strategi pemenuhan kebutuhan cabai dan bawang merah dalam negeri dan menekan gejolak inflasi nasional, yaitu melalui pengembangan kawasan aneka cabai pada bulan off season (terutama musim kering) di daerah sentra produksi melalui kegiatan pengembangan kawasan cabai dan bawang merah di musim kering/kemarau melalui APBN-P 2015.
Pengembangan kawasan cabai dan bawang merah di musim kering/kemarau melalui APBN-P 2015, dilaksanakan dalam bentuk pengembangan kawasan dengan komponen Fasilitasi Bantuan Sarana Produksi, serta fasilitas pendukungnya berupa Sekolah Lapang GAP, Sarana Prasarana Budidaya, dan Sarana Prasarana Pascapanen pada daerah penerima Kabupaten/Kota.
dana Tugas Pembantuan APBN-P 2015 Provinsi maupun Untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas kegiatan terhadap
pencapaian tujuan kegiatan yang telah ditetapkan, perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi perkembangan kegiatan di daerah. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan a.
Memantau progres pelaksanaan kegiatan pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering di daerah penerima bantuan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
596
b.
Mengidentifikasi dan mencari solusi terhadap permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
kegiatan
pengembangan cabai dan
bawang merah di musim kering. 2.2. Sasaran Petugas Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten penerima Kegiatan APBN-P Tahun 2015, yang terdiri dari 28 Provinsi dan 91 Kabupaten.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp 1.163.727.000,-. 3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp 1.163.727.000,-. 3.3. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan ini diberikan sarana penunjang berupa pointer kepada para peserta.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Pengembangan Cabai dan Bawang Merah di Musim Kering dilaksanakan di Bandung dengan rincian sebagai berikut : 4.1. Belanja Bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang. 4.2. Belanja Jasa Profesi digunakan untuk honor narasumber dan moderator dalam rangka Pengembangan Cabai dan Bawang Merah di Musim Kering. 4.3. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota digunakan untuk akomodasi dan konsumsi serta perjalanan pelaksanaan Pengembangan Cabai dan Bawang Merah.
5.
Keluaran/Output 5.1. Dilaksanakan tanggal 1-4 Desember 2015 5.2. Pertemuan dihadiri sebanyak 150 orang yang terdiri dari narasumber yaitu Direktur Jenderal Hortikultura, Inspektur Itjen Kementerian Pertanian, Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, Dinas Pertanian Situbondo, dan peserta daerah yang berasal dari 28 provinsi dan 91 Kabupaten penerima program APBNP Pengembangan Cabai dan Bawang Merah Musim Kering Tahun 2015.
6.
Hasil/Outcome Petugas dan petani dari lokasi kawasan pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering mendapatkan tambahan pengetahuan dan ketrampilan penerapan dimulai dari manajemen produksi, penerapan budidaya yang baik (GAP) dan penanganan pascapanen yang baik (GHP).
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
597
7.
Manfaat/Benefit Pengembangan sayuran dapat dilakukan oleh petani secara lebih baik, yang mengacu pada penerapan GAP/GHP/SOP sehingga dapat mengurangi resiko kerusakan lingkungan, terutama dalam penggunaan pestisida.
8.
Hasil/Outcome Produksi sayuran meningkat dengan mutu lebih baik sehingga menambah pendapatan dan kesejahteraan petani dan kelestarian lingkungan tetap terjaga.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Target pertemuan konsolidasi pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering berupa informasi dan laporan pelaksanaan fisik telah diperoleh, meskipun masih terdapat data yang belum lengkap. Informasi tersebut akan dirangkum sebagai bahan laporan kepada Dirjen Hortikultura.
b.
Dalam perjalanan kegiatan APBN-P banyak dinamika yang terjadi dari sisi aturan di tingkat pusat, maupun di daerah, telah banyak pertemuan yang dilakukan
dalam
rangka
koordinasi,
konsolidasi,
sinkronisasi
untuk
memperlancar kegiatan APBN-P, semoga silaturahmi dan hubungan yang baik dapat terus berjalan. Banyak pelajaran dan nilai positif yang dapat diambil. Keberhasilan program sangat ditentukan oleh hubungan harmonis, mulai dari pusat, daerah, tim teknis, PPK, ULP, penyuluh, kelompoktani dan semua pihak. Dengan komunikasi yang baik, akan cepat menyelesaikan permasalahan yang terjadi. c.
Kegiatan pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering sematamata bertujuan untuk kesejahteraan petani. Sikap ikhlas, jujur, dan terbuka akan menentukan keberhasilan program.
9.2. Saran a.
Dinas pertanian provinsi dan kabupaten diharapkan fokus membantu melakukan pengawalan secara ketat penyelesaian administrasi tahun 2015 (tinggal 15 hari lagi). Untuk realisasi penanaman yang dilakukan di bulan Januari tidak masalah, pihak Itjen akan membuatkan laporan/rekomendasi secara tertulis.
b.
Dinas pertanian provinsi dan kabupaten diharapkan melengkapi permintaan Data Luas tanam dan produksi bulan November – Desember 2015 untuk melengkapi data RIPH serta data pola tanam tahun 2016 yang dirinci per kabupaten dan kecamatan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
598
c.
Dinas pertanian provinsi dan kabupaten diharapkan menyusun dan menyerahkan laporan tertulis pelaksanaan kegiatan pengembangan cabai dan bawang merah di musim kering secara fisik mulai dari persiapan tanam, panen, keberhasilan, hingga dokumentasi di lapangan.
d.
Dinas pertanian provinsi dan kabupaten diharapkan mencermati RKAKL Tahun
2016,
dan apabila
terdapat ketidaksesuaian
komoditas
atau
kabupaten, segera bersurat kepada Pusat. Serta menyusun Data CPCL dan kesanggupan alokasi pengembangan sayuran tahun 2016. e.
Persiapan kegiatan di tahun 2016 (CPCL) agar diantisipasi dari sekarang, dikoordinasikan dengan penyuluh dan sebagainya. Tahun 2016 terdapat peluang pengangkatan petugas PPL dan THL, POPT dsb. Kinerja THL (catatan luas tanam, luas panen, produksi, dll) menjadi catatan untuk diprioritaskan untuk pengangkatan.
f.
Dinas pertanian provinsi dan kabupaten diharapkan menjadwalkan jadwal tanam untuk ketersediaan cabai dan bawang merah tahun 2016, selanjutnya dipetakan di tiap provinsi dan kabupaten.
KONSOLIDASI PENYIAPAN PENYEDIAAN CABAI
1.
Latar Belakang Cabai memiliki nilai ekonomis tinggi dan peluang pasar yang besar, meski demikian sangat berperan sebagai penyumbang inflasi yang cukup besar karena memiliki elastisitas harga yang sangat tinggi. Persoalan
fundamental pada cabai adalah
pasokan bulanan tidak merata dan produksi berlebihan di musim kemarau yang mengakibatkan harga jatuh.
Hal tersebut mengharuskan kita untuk membuat terobosan budidaya cabai sepanjang tahun terutama pada musim kering, sementara bawang merah perlu penguatan intensifikasi di sentra-sentra produksi di Pulau Jawa dan pengembangan baru di luar Pulau Jawa.
Berbagai strategi dilakukan pemerintah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan cabai dan menekan gejolak inflasi nasional, antara lain melalui pengembangan kawasan aneka cabai pada bulan off season (terutama musim kering) di daerah sentra produksi, sinkronisasi pola produksi sayuran dan penetapan angka sasaran meliputi produksi, luas tanam, luas panen dan produktivitas. Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
599
Hasil penetapan angka sasaran tersebut harus disosialisasikan secara terbuka kepada seluruh pihak terkait termasuk pelaku usaha cabai agar dapat mensinergikan program dan kegiatan yang dimiliki, sehingga mendukung penyediaan cabai yang stabil sepanjang tahun, membantu kelancaran pengelolaan rantai pasokan yang baik, dan menjaga keseimbangan supply – demand yang berimplikasi kepada kestabilan harga.
Hingga saat ini Pulau Jawa masih menjadi sentra produksi utama komoditas cabai. Produksi cabai di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur mengalami surplus dan mampu memenuhi kebutuhan cabai di daerah lain di luar Pulau Jawa. Ketika terjadi penurunan produksi cabai di Pulau Jawa akan sangat mempengaruhi kestabilan harga cabai di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Oleh karena itu, kontinuitas pasokan cabai harus terjaga sepanjang tahun.
Produksi cabai juga sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim. Pelaku usaha harus memiliki wawasan tentang iklim dan dampaknya bagi usahatani cabai dan kesiapan untuk mengantisipasi dampak iklim tersebut agar produksi cabai tetap optimal dan merata.
Maksud dari kegiatan konsolidasi penyiapan penyediaan cabai 2016 adalah untuk menjamin ketersediaan pasokan cabai dan stabilitas harga cabai pada tahun 2016.
2.
Tujuan 2.1. Tujuan a.
Mensosialisasikan angka sasaran produksi cabai tahun 2016 kepada pelaku usaha cabai.
b.
Mengkonsolidasikan para pelaku usaha cabai khususnya di Pulau Jawa sebagai sentra produksi utama untuk mendukung penyediaan cabai yang stabil sepanjang tahun, membantu kelancaran pengelolaan rantai pasokan yang baik, dan menjaga keseimbangan supply – demand yang berimplikasi kepada kestabilan harga.
2.2. Sasaran Sasaran kegiatan ini adalah pelaku usaha dari asosiasi petani cabai di wilayah Pulau Jawa
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar sebesar Rp 391.310.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp 391.310.000,-
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
600
3.3. Sarana Penunjang :
Dalam pelaksanaan kegiatan konsolidasi penyiapan
penyediaan cabai 2016 diberikan sarana penunjang berupa tas dan jaket kepada para peserta 4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan konsolidasi penyiapan penyediaan cabai 2016 dilaksanakan di Depok dengan rincian sebagai berikut : 4.1. Belanja bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang 4.2. Belanja jasa profesi digunakan untuk membayar honor narasumber, honor moderator, dan honor panitia 4.3. Belanja perjalanan dinas paket meeting luar kota digunakan untuk akomodasi dan konsumsi serta biaya perjalanan.
5.
Keluaran/Output 5.1. Dilaksanakan tanggal 10-12 Desember 2015 5.2. Pertemuan dihadiri sebanyak 90 orang yang terdiri dari narasumber yaitu Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura, Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Balai Penelitian Sayuran dan peserta daerah yang berasal dari 3 provinsi dan 23 Kabupaten yaitu : a.
Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat
b.
Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah
c.
Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur
d.
Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka
e.
Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan
f.
Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon
g.
Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang
h.
Dinas Pertanian Kabupaten Garut
i.
Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya
j.
Dinas Pertanian Kota Tasikmalaya
k.
Dinas Pertanian Kabupaten Bandung
l.
Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Barat
m. Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis n.
Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur
o.
Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi
p.
Dinas Pertanian Kabupaten Purwakarta
q.
Dinas Pertanian Kabupaten Brebes
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
601
r.
Dinas Pertanian Kabupaten Demak
s.
Dinas Pertanian Kabupaten Pati
t.
Dinas Pertanian Kabupaten Kediri
u.
Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk
v.
Dinas Pertanian Kabupaten Sumenep
w. Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Timur 5.3. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut :
6.
a.
Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2016
b.
Teknologi Budidaya dan Pascapanen Cabai
c.
Update dan Monitoring Informasi Iklim dan Elnino 2015 -1016
d.
Studi Kesesuaian Agroklimat
Hasil/Outcome Petugas dan Petani dari lokasi kawasan cabai dan bawang merah mendapatkan informasi tentang rencana dan pola produksi tahun 2016.
7.
Manfaat/Benefit Petani dapat berproduksi dengan lebih baik, yang mengacu pada pola produksi di tingkat nasional dan provinsi.
8.
Dampak/Impact Tersedianya cabai dan bawang merah di sepanjang tahun 2016 sehingga dapat mencukupi kebutuhan masyarakat.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Dinas Pertanian di daerah dan pelaku usaha melakukan manajemen pola tanam sesuai dengan angka sasaran produksi dan pengaturan pola tanam di tingkat nasional dan provinsi untuk mengamankan produksi sehingga angka produksi surplus pada neraca aman yaitu >3% dari angka kebutuhan.
b.
Stok bawang untuk akhir tahun 2015 (natal dan tahun baru) tidak perlu dikhawatirkan karena beberapa petani masih menyimpan hasil panennya, selain itu pada pertengahan dan akhir Desember banyak daerah yang panen seperti Kabupaten Demak seluas 200 Ha dan Kabupaten Enrekang.
c.
Kebijakan Kementan tidak merekomendasikan impor cabai dan bawang merah melalui RPIH harus didukung oleh data ketersediaan di lapangan dan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
602
para pelaku usaha dan asosiasi bawang merah menyatakan bahwa pasokan bawang merah untuk bulan Januari hingga Maret 2016 mendatang aman. d.
Strategi yang dapat digunakan untuk mengamankan stok cabai adalah melakukan
manajemen
produksi,
teknologi
produksi,
penanganan
pascapanen, dan sistem penyerapan kelebihan supply oleh pemerintah. 9.2. Saran a.
Melakukan Konsolidasi yang melibatkan Pusat, Dinas Daerah dan Pelaku Usaha pada dua tingkat pelaksanaa anggaran dan tingkat implementasi program.
b.
Dinas pertanian melaksanakan pertemuan pola tanam pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
c.
Dinas pertanian di daerah diharapkan sering berkomunikasi dengan pusat dan
lebih mencermati
pedoman umum
serta lembar kerja supaya
pelaksanaan kegiatan berjalan lancar dan realisasi anggaran dapat dilaksanakan. d.
Pemerintah diharapkan bekerjasama dengan bulog untuk membantu petani pada saat harga cabai jatuh.
PERTEMUAN
PEMANTAPAN
CPCL
PENGEMBANGAN
KAWASAN
CABAI
DAN
BAWANG MERAH 2016
1.
Latar Belakang Berbagai strategi dilakukan pemerintah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan cabai dan bawang merah, antara lain melalui pengembangan kawasan aneka cabai pada bulan off season (terutama musim kering) di daerah sentra produksi dan penumbuhan/ pengembangan penangkar benih bawang merah serta peningkatan kapabilitas petani dalam melakukan budidaya dan pascapanen cabai dan bawang merah khususnya calon petani dan calon lokasi penerima bantuan pengembangan kawasan cabai dan bawang merah TA 2016.
2.
Tujuan 2.1. Tujuan a.
Mengkonsolidasikan program pengembangan cabai dan bawang merah pada tahun 2016 kepada petugas dinas daerah dan pelaku usaha.
b.
Mendapatkan jaminan dari pelaku usaha cabai dan bawang merah untuk membantu menstabilkan harga cabai dan bawang merah 2016 melalui
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
603
penyediaan cabai yang stabil sepanjang tahun, membantu kelancaran pengelolaan rantai pasokan yang baik, dan menjaga keseimbangan supply – demand. 2.2. Sasaran Sasaran kegiatan ini adalah petugas dinas pertanian daerah dan pelaku usaha cabai dan bawang merah calon penerima bantuan pengembangan kawasan cabai dan bawang merah tahun 2016. 3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp 1.487.954.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp 933.817.050,3.3. Sarana Penunjang :
Dalam pelaksanaan kegiatan pemantapan CPCL
pegembangan kawasan cabai dan bawang merah diberikan sarana penunjang berupa tas dan jaket kepada para peserta
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan pemantapan CPCL pegembangan kawasan cabai dan bawang merah dilaksanakan di Makassar dengan rincian sebagai berikut : 4.1. Belanja bahan digunakan untuk pengadaan sarana penunjang 4.2. Belanja jasa profesi digunakan untuk membayar honor honor panitia 4.3. Belanja perjalanan dinas paket meeting luar kota digunakan untuk akomodasi dan konsumsi serta biaya perjalanan peserta.
5.
Keluaran/Output 5.1. Dilaksanakan tanggal 17-19 Desember 2015 5.2. Pertemuan dihadiri sebanyak 136 orang yang terdiri dari peserta pusat dan daerah baik provinsi/kabupaten/kota yang mendapatkan program APBN-P 2015 dari Hortikultura. 5.3. Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut :
6.
a.
Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Hortikultura Tahun 2016
b.
Kebijakan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat 2016
c.
Pengelolaan OPT Utama Bawang Merah
d.
Upaya Pemantapan Ketersediaan Benih Bawang Merah 2016
Hasil/Outcome Petugas dari lokasi kawasan cabai dan bawang merah mendapatkan informasi tentang ketentuan CPCL pengembangan cabai dan bawang pada tahun 2016.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
604
7.
Manfaat/Benefit Petugas dapat mempercepat kegiatan pengembangan cabai dan bawang pada tahun 2016.
8.
Dampak/Impact Tersedianya produksi cabai dan bawang merah secara merata sepanjang tahun 2016 sehingga dapat mencukupi kebutuhan masyarakat.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Dinas Pertanian di daerah harus berupaya mengamankan pasokan cabai dan bawang merah periode Oktober 2015 – Maret 2016, yang didasarkan pada prognosa kebutuhan dan produksi.
b.
Langkah pengamanan bawang merah dan cabai periode Oktober 2015 Maret 2016 adalah manajemen dan pengaturan pola tanam dengan membuat komitmen antara Pusat dan Dinas Pertanian Kab/Kota sentra utama bawang merah dan cabai, refocusing kegiatan dan optimasi anggaran melalui revisi DIPA dalam bentuk bantuan benih cabai rawit merah kepada petani untuk mengamankan pasokan Oktober-Maret. Untuk itu perlu dilakukan pengaturan pola produksi untuk bawang merah dan cabai.
c.
Untuk melindungi produk dalam negeri melalui hambatan teknis, salah satunya dengan Sanitary and Phyto-sanitary (SPS). SPS bertujuan untuk melindungi kehidupan manusia, kesehatan hewan, tanaman, dan lingkungan dari resiko masuknya bahan pangan tidak aman konsumsi dan dari masuknya OPTK.
d.
Target yang akan dicapai pada tahun 2016 adalah ketersediaan benih bawang merah di BBH sebanyak 1.836 ton; ketersediaan benih bawang merah di Dinas Pertanian Kabupaten untuk substitusi impor sebanyak 1.300 ton.
9.2. Saran a.
Kegiatan perlindungan hortikultura pada tahun 2016 adalah penerapan PHT, gerakan pengendalian OPT, klinik PHT, pengembangan laboratorium pengamatan hama dan penyakit, adaptasi dan mitigasi iklim, sertifikasi laboratorium pengamatan hama dan penyakit, serta pencetakan pedoman pengedalian OPT bawang merah.
b.
Penguatan kelembagaan melalui pemurnian bawang merah, pemasyarakatan benih bermutu melalui pengadaan benih sumber dan benih sebar bawang
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
605
merah, serta penumbuhan/penguatan penangkar benih bawang merah dalam rangka mendukung kawasan pengembangan bawang merah. c.
Kegiatan pendukung lainnya adalah pemurnian benih bawang merah yang dilakukan di 32 provinsi dengan masing-masing provinsi seluas 1 ha, pengenalan varietas di sentra peoduksi bawang merah melalui jambore varietas, apresiasi teknologi untuk produsen benih bawang merah, serta pendampingan teknologi melalui penyebaran penangkar senior ke sentrasentra baru.
PENDAMPINGAN/ PEMBINAAN/ MONITORING PENGEMBANGAN CABAI DAN BAWANG DI MUSIM KERING/ KEMARAU
Perjalanan dinas dalam rangka pendampingan pembinaan/monitoring pengembangan cabai dan bawang di musim kering/kemarau yang telah dilaksanakan ke beberapa provinsi, diantaranya: 1) Aceh, yaitu Banda Aceh, Aceh Tengah dan Aceh Besar, 2) Sumut, yaitu Samosir, Medan dan Simalungun, 3) Sumbar, yaitu Padang, Agam, Tanah Datar, Pesisir Selatan, Solok Selatan, Padang Pariaman, dan Limapuluh Kota, 4) Riau, yaitu Pekanbaru, Bengkalis, 5) Sumsel, yaitu Palembang, Musi Banyuasin, Banyuasin, Lubuk Linggau, 6) Bengkulu, yaitu Bengkulu, Rejang Lebong, Kepahiang dan Kaur, 7) Lampung, yaitu Pesawaran, Bandar Lampung, Tanggamus, Lampung Selatan, Lampung Tengah dan Lampung Barat, 8) Bangka Belitung, yaitu Bangka Belitung, Bangka Tengah dan Pangkal Pinang, 9) DIY, yaitu Sleman, Bantul dan Kulon Progo, 10) Jatim, yaitu Surabaya, Sumenep, Nganjuk, Bondowoso, Gresik, Jember, Jombang, Lamongan, Jombang, Malang, Trenggalek, Probolinggo, Kediri, Situbondo, Jember, Banyuwangi, 11) Banten, yaitu Serang, Kota Tangerang, Lebak, Pandeglang, 12) Jabar, yaitu Bogor, Garut, Indramayu, Kuningan, Majalengka, Tasikmalaya, Bandung Barat, Bandung, Sumedang, Kota Cirebon, Subang, Cianjur, Ciamis dan Sukabumi, 13) Jateng, yaitu Sragen, Wonogiri, Banyumas, Karanganyar, Semarang,
Demak,
Purbalingga,
Banjarnegara,
Blora, Temanggung,
Cilacap,
Kota
Semarang, Magelang, Wonosobo, Batang dan Grobogan, 14) Bali, yaitu Badung, Denpasar, Bangli, Tabanan dan Buleleng, 15) NTB, yaitu Kota Mataram, Lombok Timur dan Bima, 16) NTT, yaitu Kupang dan Timor Tengah Selatan, 17) Kalbar, yaitu Pontianak dan Sambas, 18) Kalsel, yaitu Banjarmasin, Tapin, Tabalong, Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Banjarbaru, 19) Kaltim, yaitu Samarinda, Balikpapan dan Paser, 20) Kalteng, yaitu Palangkaraya, Kapuas, Kota Waringin, 21) Sulteng, yaitu Kota Palu, Parigi Moutong dan Donggala, 22) Sulut, yaitu Manado, Minahasa, Minsel dan Bolmong Timur, 23) Sulsel, yaitu Sinjai, Makassar, Barru, Sopeng, Maros, Gowa, Enrekang, Bantaeng, Pinrang dan Jeneponto, 24) Sultra, yaitu Kolaka Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
606
Utara, Kendari, Konawe dan Kolaka Timur, 25) Gorontalo, yaitu Boalemo, Pahuwato, Kota Gorontalo dan Bone Bolango, 26) Maluku, yaitu Maluku dan Seram Bagian Barat, 27) Papua, yaitu Biak Numfor, Jayawijaya dan Merauke, 28) Papua Barat, yaitu Fakfak, Sorong, Kota Sorong dan Manokwari, 29) Kaltara, yaitu Bulungan.
1771.019.
SARANA PRASARANA BUDIDAYA
012 FASILITASI BANTUAN
FASILITASI MESIN APPO UNTUK PENGEMBANGAN PERTANIAN PERKOTAAN
1.
Latar Belakang Luas lahan pekarangan secara nasional sekitar 10,3 juta ha atau sekitar 14% dari keseluruhan luas lahan potensial untuk pertanian. Namun dewasa ini terjadi kegiatan alih fungsi lahan pertanian dihampir seluruh wilayah Indonesia yang tidak dapat dihindarkan, luas alih fungsi lahan tersebut mencapai 10.000 ha/tahun. Dan diramalkan lahan persawahan di Pulau Jawa akan menurun menjadi sekitar 60% pada tahun 2025. Sehingga sektor pertanian ke depan akan lebih mengandalkan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan/karang kitri sebagai upaya cepat dan mudah dalam mengatasi kerawanan pangan bagi masyarakat umum khususnya untuk daerah perkotaan, diharapkan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan menjadi salah satu sumber potensial penyedia bahan pangan yang dapat meningkatkan nilai gizi dan nilai ekonomi keluarga.
Sasaran kegiatan pengembangan pertanian perkotaan adalah berkembangnya kelompok tani atau kelompok wanita tani yang membudidayakan sayuran di lahan pekarangan perkotaan untuk meningkatkan produksi, memenuhi kebutuhan pasar lokal dan meningkatkan ketahanan pangan keluarga. Kelompok penerima manfaat kegiatan pengembangan pertanian perkotaan, diarahkan mampu membuat pupuk organik sendiri dengan memanfaatkan limbah lingkungan dan limbah keluarga untuk itu fasilitasi peralatan mesin yang diberikan berupa APPO (Alat Pengolah Pupuk Organik) diharapkan dapat mendukung pengembangan kawasan sayuran perkotaan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
607
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Kegiatan pertanian perkotaan (urban farming) bertujuan memfasilitasi sarana produksi budidaya sayuran dalam rangka mewujudkan kemandirian masyarakat yang dimulai dari pemenuhan gizi keluarga di daerah penyangga Ibukota Jakarta melalui kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan. 2.2. Sasaran Target/sasaran kegiatan adalah kelompok wanita tani, kelompok tani atau gabungan kelompok tani yang membudidayakan sayuran pada lahan pekarangan di daerah perkotaan. Rencana lokasi kegiatan pengembangan pertanian perkotaan tahun 2015 berlokasi di Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 140.000.000.3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 96.000.000.- terdapat efisiensi dalam pengadaan barang sejumlah Rp. 44.000.000,-
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Fasilitasi Bantuan Kepada Petani telah dilaksanakan dengan Belanja Peralatan dan Mesin untuk diserahkan kepada masyarakat pada tanggal 1 September 2015, berupa mesin Alat Pengolah Pupuk Organik (APPO) sebanyak 4 unit.
5.
Keluaran/Output Fasilitasi bantuan kepada petani diberikan kepada KWT di Kabupaten Tangerang Selatan Sebanyak 2 unit yaitu di KWT Kenanga I di Jl. Buntu Raya Gg. Masjid Suhada Kelurahan Cirenndeu, Kecamatan Ciputat Timur sebanyak 1 unit dan KWT Mangga II di Jl. Menjangan I Kelurahan Pondok Ranji, Kecamatan Ciputat Timur sebanyak 1 unit. Untuk Kota Tangerang Selatan bantuan juga diberikan sebanyak 2 unit yaitu KWT Kemuning di Jl. Gatot Subroto Kelurahan Gandasari, Kecamatan Jatiuwung, Kota Tangerang sebanyak 2 unit. Fasilitasi ini diserahkan kepada masyarakat agar dapat mengembangkan pertanian perkotaan.
6.
Hasil/Outcome Tersalurnya mesin APPO kepada Kelompok Wanita Tani di Tangerang Selatan dan Kota Tangerang untuk pengembangan petanian perkotaan.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
608
7.
Manfaat/Benefit Meningkatnya produksi sayuran khususnya cabai rawit merah di pekarangan.
8.
Dampak/Impact 8.1. Pemenuhan gizi atau vitamin yang sehat dan segar bagi anggota keluarga dari lahan pekarangan sendiri; 8.2. Peningkatan keterampilan anggota kelompok tani/kelompok wanita tani dalam berbudidaya sayuran yang ramah lingkungan; 8.3. Peningkatan nilai estetika pekarangan rumah maupun lingkungan sekitar dalam rangka mewujudkan lingkungan tempat tinggal yang asri dan nyaman;
9.
Kesimpulan dan Saran Dengan penyerahan mesin APPO petani perkotaan semakin mampu meningkatkan produksi dan produktivitasnya sehingga mampu menjadi daerah penyangga masyarakat kota dalam pemenuhan kebutuhan akan produk-produk pertanian khususnya sayursayuran.
1771.020.
SARANA PRASARANA PASCAPANEN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT
012 FASILITASI BANTUAN
FASILITASI KENDARAAN RODA TIGA PENGEMBANGAN PERTANIAN PERKOTAAN
1.
Latar Belakang Pengembangan
kawasan
budidaya
jamur
pangan
Indonesia
sebagian
besar
terkonsentrasi di Pulau Jawa. Dalam pengembangan usaha agribisnis di sentra produksi tersebut, kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan usaha agribisnis jamur pangan Indonesia adalah efisiensi dalam produksi dan pemasaran produk yang luas. Kondisi tersebut menuntut pelaku usaha tani untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas serta pemasaran hasil produknya.
Kapasitas produksi jamur tiram saat ini rata - rata telah mencapai ± 500 gram/baglog 1,2 kg dan jamur merang sebesar 5,2 kg/m2 yang tersebar di seluruh sentra produksi jamur. Kapasitas produksi tersebut masih dapat ditingkatkan dengan dorongan teknologi mulai dari perbenihan, budidaya sampai panen. Khusus untuk kegiatan panen dan pemasaran
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
609
fasilitasi alat transportasi sebagai penunjang usaha produksi diharapkan dapat meningkatkan produktifitas dan nilai jual produk yang stabil. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Fasilitasi sarana pascapanen berupa kendaraan motor roda 3 di salah satu kawasan pengembangan jamur bertujuan untuk meningkatkan pemasaran dan pendapatan kelompok tani. 2.2. Sasaran Sasaran kegiatan adalah kelompok tani yang mengembangkan budidaya jamur pangan Indonesia, khususnya kelompok yang telah memiliki unit koperasi yang berfungsi sebagai pengelolaan produksi.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 25.000.000.3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 24.940.000,3.3. Informasi Teknologi : Dalam upaya meningkatkan efisiensi dalam produksi dan pemasaran produk yang dihasilkan oleh petani jamur, kelompok tani dituntut memiliki
berbagai
sarana
produuksi
dan
pascapanen
yang
mampu
mengefisienkan proses yang berlangsung. Untuk itu kendaraan roda 3 sangat diperlukan oleh kelompok tani khususnya dalam mengangkut berbagai sarana produksi ke lahan usaha dan mengangkut sisa media tanam keluar kumbung agar tidak terjadi kontaminasi bagi kumbung yang ada dan produk yang dihasilkan.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Fasilitasi Bantuan Kepada Petani telah dilaksanakan dengan Belanja Peralatan dan Mesin untuk diserahkan kepada masyarakat pada tanggal 15 Desember 2015, berupa kendaraan roda 3 sebanyak 1 unit.
5.
Keluaran/Output Failitasi bantuan kepada petani berupa kendaraan roda 3 diberikan kepada Kelompok Tani Kosakata di Jl. Serpong Terrace Blok B6 No. 16 Buaran, Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten sebanyak 1 unit.
6.
Hasil/Outcome Tersalurnya Kendaraan roda 3 kepada Kelompok Tani
di Kota Tangerang Selatan
untuk pengembangan budidaya jamur. Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
610
7.
Manfaat/Benefit Meningkatnya produksi sayuran khususnya jamur tiram di Kota Tangerang Selatan.
8.
Dampak/Impact 8.1. Meningkatnya produksi jamur tiram. 8.2. Meningkatnya efisiensi waktu dan tenaga dalam berbudidaya jamur tiram.
9.
Kesimpulan dan Saran Dengan penyerahan kendaraan roda 3 petani semakin mampu meningkatkan produksi dan produktivitasnya sehingga mampu menjadi daerah penyangga masyarakat kota dalam pemenuhan kebutuhan akan produk-produk pertanian khususnya sayur-sayuran.
1771.021.
PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN SAYURAN
1771. 021.001.
011
PENGEMBANGAN KAWASAN SAYURAN
IDENTIFIKASI/KOORDINASI
PERJALANAN DALAM RANGKA KOORDINASI DENGAN INSTANSI TERKAIT DAN BI Perjalanan dinas dalam rangka koordinasi dengan instansi terkait dan BI telah dilaksanakan ke Ciamis, Bogor, Tasikmalaya dan Kupang. PERJALANAN DALAM RANGKA PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN CLUSTER CABAI (BI) Perjalanan dinas dalam rangka pembinaan dan pendampingan cluster cabai (BI) telah dilaksanakan ke Ciamis dan Pontianak. PERJALANAN DALAM RANGKA IDENTIFIKASI CPCL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERKOTAAN Perjalanan dinas dalam rangka identifikasi CP/CL pengembangan pertanian perkotaan telah dilaksanakan ke Kota Bogor, Bogor, Tangerang Selatan, Tangerang, dan Bekasi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
611
012. FASILITASI BANTUAN KEPADA PETANI
FASILITASI SARANA VERTIKAL GARDEN
1.
Latar Belakang Hydroponik saat ini sudah dikenal masyarakat. Masyarakat mengembangkannya sebagai hobi di lingkungan rumahnya maupun komersial dalam jumlah besar. Hydroponik adalah cara budidaya tanpa menggunakan media tanah. Sebagai tempat tumbuhnya tanaman digunakan netpot, rockwool, paralon, pot, dan lain-lain yang berisi nutrisi. Keuntungan budidaya dengan sistim hydroponik tidak membutuhkan tanah yang sulit didapat di daerah perkotaan sehingga cocok untuk budidaya di perkotaan. Dalam kondisi halaman rumah terbatas masyarakat tetep dapat bertanam aneka sayuran tanpa terkendala ketersediaan tanah dan dapat disusun secara bertingkat. Dan dapat dijadikan hiasan halaman rumah atau perkantoran. Tanaman dapat terhindar dari penyakit tular tanah. Produk lebih bersih tidak terkena kotoran tanah.
Namun untuk mengusahakan hidroponik perlu keterampilan dalam pengaturan pH, konsentrasi nutrisi, dan lain-lain.
Untuk lebih mengenalkan teknologi ini kepada para petugas dan masyarakat maka akan dibuat model budidaya sayuran secara hydroponik. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Membuat model percontohan sayuran hydroponik 2.2. Sasaran Menyediakan sarana pembelajaran budidaya hydroponik bagi petugas dan masyarakat.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp 100.000.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 98.165.100,3.3. Informasi Teknologi :
Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi
budidaya hydroponik untuk budidaya tanaman sayuran dan tanaman obat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
612
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan fasilitasi sarana vertikal garden dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut: Belanja barang untuk persediaan konsumsi berupa pembelian peralatan hydroponik, diantaranya: vertikal garden tanaman obat, vertikal garden tanaman sayuran, irigasi otomatis, rumah persemaian dan sarana.
5.
Keluaran/Output a.
Dilaksanakan pada awal bulan Desember model percontohan hydroponic.
b.
Bentuk kegiatan adalah pembuatan model percontohan hydroponic dengan panjang paralon 4 m. di buat bertingkat, dan ditanami aneka sayuran daun. Model hydroponik dirancang oleh
tim BPTP DKI Jakarta. BPTP juga akan membantu
tenaga teknis untuk pemeliharaan pada tahap awal. Pelatihan singkat budidaya organic bagi teknisi lapangan dilingkup Ditjen Hortikultura. 6.
Hasil/Outcome Terlaksanakannya penerapan teknologi budidaya hydroponic kepada petugas dan masyarakat
7.
Manfaat/Benefit Tersosialisasikannya teknologi budidaya hydroponic kepada petugas dan masyarakat
8.
Dampak/Impact Diharapkan petugas dan masyarakat lebih mengenal dan dapat mengembangkan teknologi budidaya hydroponik sebagai teknologi alternative memproduksi sayuran.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan Pengadaan sarana tanaman hidroponik dapat dijadikan sosialisasi bagi para pegawai Ditjen Hortikultura maupun masyarakat umum, karena peletakan tanaman berada di halaman/taman Ditjen Hortikultura. 9.2. Saran Dalam pelaksanaan kegiatan pengadaan sarana tanaman hidroponik telah di letakan di halaman/taman Ditjen Hortikultura hal ini bisa dijadikan contoh bagi para pegawai Ditjen Hortikultura pada khususnya dan para tamu Ditjen Hortikultura pada umumnya. Saat ini baru tanaman sayuran saja yang di tanam secara hidroponik sehingga perlu dicoba juga untuk tanaman obat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
613
015 PEMBINAAN/ PENDAMPINGAN/ PERTEMUAN/ SOSIALISASI
FGD, KOORDINASI DAN PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS CLUSTER CABAI (BI)
1.
Latar Belakang Cabai (Capsicum spp) merupakan salah satu komoditas sayuran yang tidak dapat di tinggalkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari hari yang secara umum dimanfaatkan sebagai penyedap masakan. Cabai memiliki nilai ekonomis tinggi dan peluang pasar yang besar, sebagai bumbu konsumsi rumah tangga dan industri pengolahan namun sangat berperan sebagai penyumbang inflasi yang cukup besar, karena memiliki elastisitas harga yang sangat tinggi.
Berdasarkan data series inflasi nasional selama tahun 2010-2014, salah satu komoditas yang menjadi sumber tekanan inflasi adalah cabai merah yang disebabkan terganggunya pasokan/supply. Berkaitan dengan hal tersebut, Kementerian Pertanian RI bekerjasama dengan Bank Indonesia sebagai instansi yang salah satu tugasnya selaku otoritas pengaturan dan pengawasan bank sehingga dapat mendorong fungsi intermediasi perbankan dalam rangka meningkatkan akses fungsi pembiayaan bagi sektor riil.
Kerjasama antara Kementerian Pertanian dan Bank Indonesia tersebut telah dituangkan dalam MoU No.13/BI/DKBU/NK; 03/MOU/RC.110/M/3/2011 tanggal 16 Maret 2011 tentang Kerjasama Pengembangan Usaha di Sektor Pertanian yang ditandatangani oleh Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Pertanian.
Pengembangan
cluster
cabai
dilakukan
melalui
pendekatan
terpadu
dengan
mensinergikan sumberdaya semua pihak dalam rangka pengembangan cabai dan mendorong peningkatan akses kepada sumber-sumber pembiayaan untuk usaha tani cabai. Fasilitasi bantuan terhadap empat cluster percontohan cabai di wilayah yang tingkat produksinya rendah dan harganya tinggi. Pada tahun 2015, bantuan dialokasikan di empat wilayah yaitu Kota Kupang, Kota Pontianak, Ciamis dan Ternate. Untuk mendukung fasilitasi tersebut, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat
melaksanakan kegiatan pembinaan, pendampingan, monitoring dan
evaluasi terhadap penerima bantuan, dan koordinasi dengan pihak Bank Indonesia.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
614
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendukung fasilitasi bantuan
cluster
pengembangan cabai bekerjasama dengan Bank Indonesia 2.2. Sasaran Petugas pembina lapangan, petani dan pelaku usaha cabai di empat wilayah yaitu di Kota Kupang, Kota Pontianak, Ciamis dan Ternate, serta Bank Indonesia khususnya yang menangani cluster cabai. 3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp 482.281.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar
Rp. 431.134.700,-
3.3. Informasi Teknologi : Informasi teknologi yang dimaksud adalah teknologi budidaya dan pascapanen,
manajemen produksi dan rantai pasok, dan
manajemen pemasaran cabai. 3.4. Sarana Penunjang : Dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan Cluster Cabai (BI) diberikan sarana penunjang berupa tas, jaket dan USB flash disk kepada para peserta pertemuan koordinasi dan FGD Cluster Cabai (BI).
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Pengembangan Cluster Cabai (BI) dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut: 4.1. Belanja Bahan Belanja bahan pada kegiatan Pengembangan Cluster Cabai (BI) digunakan untuk pengadaan konsumsi FGD, konsumsi koordinasi cluster cabai, konsumsi penyusunan junkis cluster cabai, penggandaan, sarana penunjang FGD cluster cabai, sarana penunjang koordinasi cluster cabai, pelaporan dan dokumentasi kegiatan cluster cabai, dan ATK kegiatan cluster cabai. 4.2. Belanja Jasa Profesi Belanja jasa profesi digunakan untuk honor moderator dan narasumber penyusunan juknis cluster cabai, honor moderator, narasumber dan narasumber non PNS FGD cluster cabai, dan honor moderator dan narasumber koordinasi cluster cabai. 4.3. Belanja Perjalanan Biasa Belanja perjalanan ini digunakan untuk perjalanan dalam rangka koordinasi dengan instansi terkait dan BI; perjalanan dalam rangka pembinaan dan pendampingan cluster; perjalanan dalam rangka pelaksanaan FGD cluster cabai;
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
615
perjalanan dalam rangka koordinasi cluster cabai; perjalanan dalam rangka penyusunan juknis cluster cabai; dan perjalanan dalam rangka monitoring dan evaluasi cluster cabai 5.
Keluaran/Output 5.1. Penyusunan Juknis Pengembangan Cluster Cabai (BI) a.
Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2015 di Ruang Rapat Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, Jakarta.
b.
Penyusunan Juknis Pengembangan Cluster Cabai BI dihadiri oleh 12 orang yang terdiri dari staf teknis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, peneliti dari Balai Penelitian Sayuran, dan pelaku usaha cabai dari Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Sukabumi.
5.2. Pertemuan Koordinasi Pengembangan Cluster Cabai (BI) Wilayah Kupang a.
Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2015 di Aula Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT.
b.
Pertemuan dihadiri oleh 30 orang peserta yang terdiri dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT, Dinas Pertanian Kabupaten Kupang, BI Perwakilan Provinsi NTT, BPTP Provinsi NTT, BPTPH Provinsi NTT, BP3K Kabupaten Kupang, Unwira Kupang, Poliuntani Kupang, dan Kelompoktani calon penerima bantuan.
c.
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: 1)
Kebijakan Pengembangan Cluster Cabai Terintegrasi BI oleh Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat
2)
Kesiapan Dinas Pertanian Provinsi NTT dalam pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Cluster Cabai Terintegrasi BI
3)
Program
Pengembangan
Klaster
Cabai
–
BI
oleh
Departemen
Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM, BI Pusat 4)
Dukungan BPTP Provinsi NTT terhadap Pengembangan Cluster Cabai BI
5)
Dukungan Perguruan Tinggi terhadap Pengembangan Klaster Cabai BI yang disampaikan oleh Dosen Poloitani Kupang, NTT
5.3. Pertemuan Koordinasi Pengembangan Cluster Cabai (BI) Wilayah Ciamis a.
Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 1 April 2015 di Aula Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis.
b.
Pertemuan dihadiri oleh 30 orang peserta yang terdiri dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, Direktorat Perlindungan Ditjen Hortikultura, Asosiasi Cabai (AACI) Provinsi
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
616
Jawa Barat, THL POPT dan Kabupaten Ciamis, BP3K Kabupaten Ciamis, UPTD – PP Kabupaten Ciamis dan Kelompoktani calon penerima bantuan. c.
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: 1)
Kebijakan Pengembangan Cluster Cabai Terintegrasi BI oleh Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat
2)
Kesiapan Pelaksanaan Pengembangan Cluster Cabai BI di Kabupaten Ciamis oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis
3)
Program
Pengembangan
Klaster
Cabai
–
BI
oleh
Departemen
Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM, BI Pusat 5.4. Pertemuan Koordinasi Pengembangan Cluster Cabai (BI) Wilayah Pontianak a.
Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 8 April 2015 di Aula Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Barat.
b.
Pertemuan dihadiri oleh 30 orang yang terdiri dari Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Pontianak, BPTP Provinsi Kalimantan Barat, BPSP Provinsi Kalimantan Barat,
BBHI
Anjungan,
BI Wilayah
Provinsi
Kalimantan Barat
dan
Kelompoktani calon penerima bantuan. c.
Dalam pertemuan ini disampaikan materi-materi sebagai berikut: 1)
Kebijakan Pengembangan Cluster Cabai Terintegrasi BI oleh Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat
2)
Kesiapan Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Barat dalam pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Cluster Cabai Terintegrasi BI
3)
Program
Pengembangan
Klaster
Cabai
–
BI
oleh
Departemen
Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM, BI Pusat 4)
Dukungan BPTP Provinsi Kalimantan Barat terhadap Pengembangan Cluster Cabai BI
5.5. Pertemuan FGD Pengembangan Cluster Cabai (BI) Wilayah Ternate a.
Pertemuan FGD dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2015 di Gedung BI Perwakilan Provinsi Maluku Utara.
b.
Pertemuan dihadiri oleh 50 orang peserta yang terdiri dari Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara, Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kota Ternate, Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Maluku Utara, BPSB TPH Provinsi Maluku Utara, BPTPH/BPP Kota Ternate, BP4K Kota Ternate, BPTP Provinsi Maluku Utara, Fakultas Pertanian, Universitas Khairun, Direktorat Perlindungan Ditjen Hortikultura, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP, Direktorat Pemasaran Domestik, Departemen Pengembangan
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
617
Akses Usaha dan UMKM, BI Pusat, BI Perwakilan Provinsi Maluku Utara, BI Kota Ternate, dan Kelompoktani calon penerima bantuan. 5.6. Pertemuan FGD Pengembangan Cluster Cabai (BI) Wilayah Pontianak a.
Pertemuan FGD dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 2015 di Gedung BI Perwakilan Provinsi Kalimantan Barat.
b.
Pertemuan dihadiri oleh 50 orang peserta yang terdiri dari Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Pontianak, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pontianak, Dinas Koperasi Kota Pontianak, Departemen Pengembangan Akses Usaha dan UMKM, BI Pusat, BI Perwakilan Provinsi Kalimantan Barat, BPTP Provinsi Kalimantan
Barat,
BPSB
Provinsi
Kalimantan
Barat,
UPTD
TPH
Kalimantan
Kota
Barat,
Pontianak,
BBIH
Fakultas
Provinsi Pertanian,
Universitas Tanjungpura, dan Kelompoktani calon penerima bantuan. 5.7. Pertemuan FGD Pengembangan Cluster Cabai (BI) Wilayah Ciamis a.
Pertemuan FGD dilaksanakan pada tanggal 28 Agustus 2015 di Aula Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis.
b.
Pertemuan dihadiri oleh 50 orang peserta yang terdiri dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis, Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kab. Ciamis, BI Perwakilan Wilayah Kabupaten Ciamis, BPSB Provinsi Jawa Barat, BPTPH Provinsi Jawa Barat, THL – POPT Kabupaten Ciamis, Penyuluh Pertanian Kabupaten Ciamis, Asosiasi Cabai (AACI) Provinsi Jawa Barat, Ditjen PPHP, Koperasi Tani dan Kelompoktani calon penerima bantuan.
5.8. Terlaksananya perjalanan dengan rincian sebagai berikut: a.
Perjalanan dalam rangka pelaksanaan pertemuan koordinasi cluster cabai (BI).
b. 6.
Perjalanan dalam rangka pelaksanaan pertemuan FGD cluster cabai (BI).
Hasil/Outcome Terwujudnya cluster cabai di wilayah yang produksinya sedikit dan harganya mahal
7.
Manfaat/Benefit Peningkatan produksi cabai untuk memenuhi kebutuhan di wilayah setempat
8.
Dampak/Impact Memenuhi pasokan cabai sehingga mengurangi angka inflasi.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
618
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan Kegiatan pendukung pengembangan cluster cabai (BI) berupa penyusunan Petunjuk Teknis, pertemuan koordinasi dan FGD diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan pengembangan cluster cabai (BI) di 4 lokasi yaitu di Kabupaten Ciamis, Kota Pontianak, Kota Ternate dan Kabupaten Kupang. Melalui pertemuan koordinasi, persiapan pelaksanaan dapat dilakukan lebih matang dan permasalahan yang mungkin timbul dapat diantisipasi sejak dini. Pertemuan FGD mampu menggali dukungan dan peran serta dari stakeholder lainnya, karena keberhasilan program pengembangan cluster tidak hanya ditentukan dari aspek budidaya, namun juga harus didukung oleh aspek kelembagaan, manajemen dan suplly chain. 9.2. Saran Program pengembangan cluster cabai perlu ditingkatkan dan disebarluaskan di wilayah yang produksi cabainya masih tergantung pada pasokan dari daerah lain atau harga cabainya mahal. Melalui pilot project pengembangan cluster cabai yang menyeluruh mulai aspek budidaya, hingga manajemen, kelembagaan dan pemasaran, diharapkan dapat ditiru oleh para pelaku usaha lainnya. Dengan demikian ketersediaan dan kestabilan harga cabai dapat diwujudkan, sehingga berimplikasi terhadap penurunan angka inflasi yang disebabkan oleh tingginya harga cabai.
WORKSHOP PERTANIAN PERKOTAAN
1.
Latar Belakang Luas lahan pekarangan secara nasional ± 10,3 juta ha atau sekitar 14% dari keseluruhan luas lahan potensial untuk pertanian. Namun dewasa ini terjadi alih fungsi lahan pertanian dihampir seluruh wilayah Indonesia yang tidak dapat dihindarkan, luas alih fungsi lahan tersebut mencapai 10.000 ha/tahun. Dan diramalkan lahan persawahan di Pulau Jawa akan menurun menjadi sekitar 60% pada tahun 2025. Sehingga sektor pertanian ke depan akan lebih mengandalkan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan/karang kitri sebagai upaya cepat dan mudah dalam mengatasi kerawanan pangan bagi masyarakat umum khususnya untuk daerah perkotaan, diharapkan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan menjadi salah satu sumber potensial penyedia bahan pangan yang dapat meningkatkan nilai gizi dan nilai ekonomi keluarga.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
619
Menyadari kondisi kerawanan pangan khususnya pemenuhan nilai gizi masyarakat di daerah perkotaan, Direktorat Jenderal Hortikultura terus berupaya menggalakan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan perkotaan dan bersinergi dengan stakeholder lainnya menuju kemandirian dan peningkatan pangan/gizi masyarakat perkotaan. Pada tahun 2015, kegiatan pengembangan pertanian perkotaan menjadi salah satu motivasi untuk kembali mendorong kemandirian pangan ataupun pemenuhan gizi masyarakat di daerah penyangga Ibukota Jakarta. 2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Tujuan Workshop Pertanian Perkotaan adalah melakukan sosialiasi dan pengarahan dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengembangan pertanian perkotaan yang efisien, dan dapat bermanfaat bagi masyarakat luas. 2.2. Sasaran Kelompok wanita tani yang mendapat fasilitasi kegiatan pengembangan pertanian perkotaan TA. 2015 dan petugas Dinas Pertanian setempat.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar
Rp. 241.809.000.-
3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 214.458.500.3.3. Informasi Teknologi :
Sektor pertanian ke depan akan lebih mengandalkan
kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan sebagai upaya cepat dan mudah dalam mengatasi kerawanan pangan bagi masyarakat umum khususnya untuk daerah perkotaan, kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan menjadi salah satu sumber potensial penyedia bahan pangan yang dapat meningkatkan nilai gizi dan nilai ekonomi keluarga. 4.
Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Kawasan Tanaman Sayuran di daerah perkotaan dilakukan dengan berbagai Pelaksanaan kegiatan yaitu : 4.1. Identifikasi/Koordinasi Untuk melakukan identifikasi kepada calon petani dan calon lahan maka dilaksanakan perjalanan dalam rangka indentifikasi CPCL pengembangan pertanian perkotaan sebanyak 18 OP ke Kota Bogor, Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi dan Kabupaten Bogor.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
620
4.2. Fasilitasi Bantuan Kepada Petani Dalam rangka mendukung Pengembangan Kawasan Tanaman Sayuran di wilayah perkotaan maka Direktorat Jenderal Hortikultura menyerahkan bantuan sarana produksi berupa bibit cabai merah, kangkung darat, bayam, terong ungu, pupuk NPK, Agens Hayati, Polybag dan Pot yang telah diserahkan kepada KWT Kemuning II pada tanggal 28 Juli 2015 di Kota Tangerang dan tanggal 7 Agustus 2015 diserahkan pada KWT Kenanga I dan KWT MAngga II di Kota Tanggerang Selatan saat acara Workshop Pertanian Perkotaan berlangsung. Adapun Sarana produksi yang diberikan adalah :
No
Uraian Sarana Produksi
1.
Benih
Kelompok Wanita Tani Kemuning II
Kenanga I
-
Cabai Rawit Merah
40 scht/100gr
40 scht/100gr
-
Kangkung Darat
60 scht/kg
60 scht/kg
-
Bayam Hijau Hibrida
25
-
Terong Ungu
scht/500 25
scht/500
gr
gr
40 scht/5 gr
40 scht/5 gr
Mangga II
80 scht/100gr 120 scht/kg 50 scht/500 gr 80 scht/5 gr
2.
Pupuk NPK 15:15:15
810 Kg
810 Kg
1620 Kg
3.
Agens Hayati
25 Kg
25 Kg
50 Kg
4.
Polybag
200 Kg
200 Kg
400 Kg
5.
Pot
250 Buah
250 Buah
500 Buah
4.3. Pembinaan/Pendampingan/Pertemuan/Sosialisasi Workshop dilakukan oleh Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, dengan rincian kegiatan sebagai berikut : a.
Belanja Bahan Dalam rangka mendukung terlaksananya kegiatan Workshop Pertanian Perkotaan diberikan 1) sarana penunjang berupa tas dan 2) konsumsi selama kegiatan berlangsung kepada narasumber dan peserta
b.
Honor Output Kegiatan Dilaksanakan pemberian Honor kepada pendamping kelompok pertanian perkotaan selama 8 bulan untuk 2 orang petugas.
c.
Belanja Jasa Profesi Dilaksanakan untuk membayar honor narasumber dan moderator kegiatan Apresiasi Budidaya Jamur
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
621
d.
Belanja perjalanan Biasa Dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan workshop pertanian perkotaan berlangsung. Perjalanan pelaksanaan workshop pertanian perkotaan di dua lokasi yaitu kota Tangerang dan Tangerang Selatan.
4.4. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Perjalanan dalam rangka monitoring dan evaluasi pengembangan pertanian perkotaan ke Kota Tangerang dan Tangerang Selatan. 5.
Keluaran/Output 5.1. Terlaksananya
perjalanan
Identifikasi/Koordinasi
pengembangan
kawasan
tanaman sayuran perkotaan ke Kota Bogor, Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi dan Kabupaten Bogor. 5.2. Terlaksananya kegiatan Fasilitasi Bantuan Kepada Petani dengan penyaluran sarana produksi kepada 2 KWT di kota Tangerang Selatan dan satu KWT di kota Tangerang. 5.3. Terlaksananya Workshop Pertanian Perkotaan di kota Tangerang dan Tangerang Selatan. Kegiatan Workshop dilakukan 2 kali yaitu : a.
Kegiatan Workshop Pertanian Perkotaan yang pertama dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 7 Agustus 2015 di Aula Kelurahan Pondok Ranji, Jl. WR Supratman, Kelurahan Pondok Ranji, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Peserta dan narasumer workshop seluruhnya berjumlah 75 orang. Peserta sebagian besar berasal dari KWT Kenanga I dan Mangga II, yang dilengkapi peserta yang berasal dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan dan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat. Narasumber dan paparan materi yang mengisi workshop adalah : 1)
S. Indah Setyani dari P4S Jati Mandiri Kota Adm Jakarta Selatan, memaparkan materi: Budidaya Sayuran yang Ramah Lingkungan di Lahan Pekarangan.
2)
Nurjali dari P4S Tunas Mandiri Kota Depok memaparkan materi: Pemanfaat Pupuk Organik dalam Budidaya Sayur Ramah Lingkungan.
3)
Ir. Desmawati dari Direktorat Perlindungan Hortikultura, memaparkan materi: Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada Tanaman Cabai.
b.
Kegiatan Workshop Pertanian Perkotaan telah dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 28 Juli 2015 di Aula Komplek Asrama Yonif 203, Jl. Gatot Subroto Kelurahan Gandasari, Kecamatan Jatiuwung, Kota Tangerang, Provinsi Banten.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
622
Peserta dan narasumer workshop seluruhnya berjumlah 75 orang. Peserta sebagian besar berasal dari KWT Kemuning, dan dilengkapi peserta yang berasal dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Tangerang, Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten, dan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat. Narasumber yang mengisi workshop adalah : 1)
S. Indah Setyani dari P4S Jati Mandiri Kota Adm Jakarta Selatan, memaparkan materi: Budidaya Sayuran yang Ramah Lingkungan di Lahan Pekarangan.
2)
Nurjali dari P4S Tunas Mandiri Kota Depok, memaparkan materi: Pemanfaat Pupuk Organik dalam Budidaya Sayur Ramah Lingkungan.
3)
Heny
Novriyanti,
memaparkan
SP
materi:
dari
Direktorat
Pengenalan
dan
Perlindungan Pengendalian
Hortikultura, Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada Tanaman Cabai. 5.4. Terlaksananya
perjalanan
dalam
rangka
monitoring
dan
evaluasi
serta
tersedainya laporan pengembangan pertanian perkotaan ke Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan. 6.
Hasil/Outcome Tersosialisasinya budidaya sayuran yang ramah lingkungan untuk penerapan di lahan pekarangan dalam rangka pelaksanaan kegiatan pertanian perkotaan TA. 2015.
7.
Manfaat/Benefit Peningkatan pengetahuan anggota kelompok wanita tani dalam berbudidaya sayuran yang ramah lingkungan di lahan pekarangan.
8.
Dampak/Impact Peningkatan pemanfaatan lahan pekarangan untuk pemenuhan gizi keluarga.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan a.
Workshop Pertanian Perkotaan Di Kota Tangerang 1)
Kegiatan Pertanian Perkotaan TA. 2015 di KWT Kemuning, Kelurahan Gandasari, Kecamatan Jatiuwung merupakan kesempatan pertama bagi kelompok mendapat fasilitasi sarana budidaya dan produksi dari Direktorat Jenderal Hortikultura, namun anggota kelompok dibawah satu komando
Persit
Kartika
Candra
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
Kirana
bercita-cita
untuk
terus 623
mengembangkan pemanfaatan lahan pekarangan sebagai sumber gizi keluarga. 2)
Diharapkan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Tangerang melalui petugas pendamping dapat membina anggota KWT Kemuning sebagai penerima fasilitasi kegiatan pertanian perkotaan TA. 2015 untuk wujudkan model pertanian perkotaan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
b.
Workshop Pertanian Perkotaan Di Kota Tangerang Selatan 1)
Kegiatan Pertanian Perkotaan TA. 2015 di KWT Kenanga I dan Mangga II yang berlokasi di Kecamatan Ciputat Timur merupakan kesempatan pertama bagi kelompok mendapat fasilitasi sarana budidaya dan produksi dari Direktorat Jenderal Hortikultura. Ketua dan anggota kelompok bercita-cita untuk terus mengembangkan pemanfaatan lahan pekarangan sebagai sumber gizi keluarga.
2)
Diharapkan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan melalui petugas pendamping dapat membina anggota KWT Kenanga I dan Mangga II sebagai penerima fasilitasi kegiatan pertanian perkotaan TA. 2015 untuk wujudkan model pertanian perkotaan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
9.2. Saran a.
Workshop Pertanian Perkotaan Di Kota Tangerang Kegiatan pertanian perkotaan TA. 2015 di Kota Tangerang diharapkan dapat berkelanjutan dan menjadi model pemanfaatan pekarangan bagi daerah penyangga ibukota lainnya sebagai upaya pemenuhan gizi keluarga yang mudah, murah, cepat, dan ramah lingkungan serta dapat berdaya saing.
b.
Workshop Pertanian Perkotaan Di Kota Tangerang Selatan Kegiatan pertanian perkotaan TA. 2015 di Kota Tangerang Selatan diharapkan dapat berkelanjutan dan menjadi model pemanfaatan pekarangan bagi daerah penyangga ibukota lainnya sebagai upaya pemenuhan gizi keluarga yang mudah, murah, cepat, dan ramah lingkungan serta dapat berdaya saing.
BIMBINGAN/ WORKSHOP PENGEMBANGAN PERTANIAN PERKOTAAN Perjalanan dalam rangka bimbingan/ workshop pengembangan pertanian perkotaan telah dilaksanakan ke Kota Tangerang Selatan dan Tangerang.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
624
016 MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
PERJALANAN DALAM RANGKA MONITORING DAN EVALUASI CLUSTER CABAI (BI) Perjalanan dinas dalam rangka monitoring dan evaluasi cluster cabai (BI) telah dilaksanakan ke Ternate dan Ciamis.
PERJALANAN
DALAM
RANGKA
MONITORING
PENGEMBANGAN
PERTANIAN
PERKOTAAN Perjalanan dalam rangka monitoring pengembangan pertanian perkotaan telah dilaksanakan ke Kota Tangerang Selatan dan Tangerang.
1774.994.
LAYANAN PERKANTORAN
1771.994.001
LAYANAN PERKANTORAN
011. ADMINISTRASI KEGIATAN
1.
Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada kebutuhan pegawai Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat diperlukan dukungan administrsi yang baik dan cukup memadai, sehingga diharapkan dengan segera dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diperintahkan sesuai dengan tupoksinya dan dapat berjalan dengan lancar dan tepat waktu. Selain itu perlua adanya anggaran dan sarana yang memadai serta prosedur tata kelola administrasi yang baik. Layanan perkantoran diadakan dalam rangka memfasilitasi keperluan untuk mendukung kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan tugas sehari-hari bagi pejabat Eselon II, III, IV dan Staf Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat seperti penggandaan dokumen, pengadaan tanaman bunga dalam pot untuk lingkungan kantor, cetak blanko, konsumsi rapat koordinasi, ATK dan bahan komputer, pengadaan sarana kebersihan dan jamuan tamu, langganan majalah/surat kabar, pertemuan dalam rangka evaluasi SPI, perjalanan dalam rangka koordinasi/konsultasi, menghadiri undangan, perjalanan dinas, pengadaan peralatan dan mesin dan sewa kendaraan roda 4 untuk operasional kerja, dll.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
625
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan dan meningkatkan pelayanan yang sebaik mungkin sehingga pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Budidaya dan Pascapananen Sayuran dan Tanaman Obat selama tahun anggaran 2015 dapat berjalan dengan baik dan lancar sesuai yang diharapkan. 2.2. Sasaran Sasaran kegiatan ini adalah untuk memberikan pelayanan yang semaksimal mungkin kepada pejabat Eselon II, III, IV dan staf terutama dalam menyelesaikan pekerjaan administrasi yang dilaksanakan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 1.062.269.000,- yang dialokasikan untuk pengadaan sarana kebersihan, keperluan rapat koordinasi, cetak blanko, ATK dan Bahan Komputer, penggandaan dokumen, langganan majalah/surat kabar, pertemuan dalam rangka evaluasi SPI, pengadaan tanaman bunga dalam pot untuk lingkungan kantor, sewa kendaraan roda 4 untuk operasional, perjalanan pembinaan oleh pimpinan, perjalanan pengawalan, perjalanan menghadiri undangan dan pengadaan peralatan dan mesin 3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp 963.782.750 atau 90,73%.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan telah dilaksanakan dalam rangka layanana perkantoran untuk kegiatan pengembangan sayuran dan tanaman obat berupa : 4.1. Melaksanakan kegiatan rapat koordinasi dengan pegawai intern maupun dengan pegawai pihak-pihak yang terkait. 4.2. Melaksanakan pengadaan cetak blanko 4.3. Melaksanakan pengadaan ATK dan Bahan Komputer 4.4. Melakukan Penggandaan Dokumen 4.5. Melakukan sewa kendaraan roda 4 untuk operasional kedinasan 4.6. Melakukan pertemuan untuk evaluasi SPI 4.7. Melaksanakan pengadaan tanaman bunga dalam pot untuk lingkungan kantor 4.8. Melaksanakan pengadaan peralatan dan mesin 4.9. Melaksanakan perjalanan dinas ke daerah
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
626
5.
Keluaran/Output 5.1. Terlaksananya semua kegiatan layanan perkantoran 5.2. Terlaksananya semua perjalanan dinas 5.3. Terlaksananya pemrosesan dokumen sebagai dukungan administrasi dan tersedianya sarana kerja yang layak untuk dipergunakan sebagai penunjang pengembangan sayuran dan tanaman obat dalam pelaksanaan tugas.
6.
Hasil/Outcome Terselenggaranya administrasi yang lebih baik dan tertib serta tersedianya sarana kerja bagi karyawan/ti sehingga dalam melaksanakan tugas sehari-hari dapat terlaksana dengan baik.
7.
Manfaat/Benefit Pelaksanaan tugas sehari-hari dalam mendukung kegiatan pengembangan tanaman sayuran dan tanaman obat dapat berjalan dengan lancar, tertib, efektif dadn efisien dalam melaksanakan tugas.
8.
Dampak/Impact Diharapkan produktivitas meningkat dan sebagian tugas pokok Direktorat dapat diwujudkan dan dapat terlaksana dengan baik dan lancar.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan Pelaksanaan kegiatan yang didukung oleh administrapanen si yang baik, rapi, tertib akan menciptakan efektivitas dan efisiensi, khususnya pada Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat. 9.2. Saran Dalam pelaksanaan layanan perkantoran dalam rangka mendukung kegiatan tupoksinya hendaknya dapat didukung dengan anggaran yang memadai.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
627
1771. 994.002
011
1.
LAYANAN PERKANTORAN (APBN-P)
ADMINISTRASI KEGIATAN (APBN-P)
Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada kebutuhan pegawai Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat khususnya untuk kegiatan APBN-P diperlukan dukungan modal peralatan dan mesin yang baik dan cukup memadai, sehingga diharapkan dapat berjalan dengan lancar dan tepat waktu. Selain itu perlua adanya anggaran dan sarana yang memadai serta prosedur tata kelola administrasi yang baik
2.
Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan Tujuan kegiatan pengadaan ini adalah untuk memberikan dan meningkatkan pelayanan yang sebaik mungkin sehingga pelaksanaan kegiatan-kegiatan APBNP yang dilaksanakan oleh Direktorat Budidaya dan Pascapananen Sayuran dan Tanaman Obat selama tahun anggaran 2015 dapat berjalan dengan baik dan lancar sesuai yang diharapkan. 2.2. Sasaran Sasaran kegiatan ini adalah untuk memberikan pelayanan yang maksimal dalam menyelesaikan pekerjaan kegiatan APBN-P yang dilaksanakan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.
3.
Masukan/Input 3.1. Anggaran sebesar Rp. 718.780.000,3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp 511.682.800 atau 71,19%.
4.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan telah dilaksanakan dalam rangka layanan perkantoran untuk kegiatan APBN-P dalam rangka pengembangan sayuran dan tanaman obat berupa : Melaksanakan pengadaan peralatan dan mesin
5.
Keluaran/Output Terlaksananya kegiatan pengadaan peralatan dan mesin yang layak dan baik untuk dipergunakan sebagai penunjang pengembangan sayuran dan tanaman obat.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
628
6.
Hasil/Outcome Terselenggaranya administrasi yang lebih baik dan tertib serta tersedianya sarana peralatan dan mesin yang memadai.
7.
Manfaat/Benefit Pelaksanaan tugas sehari-hari dalam mendukung kegiatan pengembangan tanaman sayuran dan tanaman obat dapat berjalan dengan lancar, tertib, efektif dadn efisien dalam melaksanakan tugas.
8.
Dampak/Impact Diharapkan produktivitas meningkat dan sebagian tugas pokok Direktorat dapat diwujudkan dan dapat terlaksana dengan baik dan lancar.
9.
Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan Pelaksanaan kegiatan yang didukung oleh administrapanen si yang baik, rapi, tertib akan menciptakan efektivitas dan efisiensi, khususnya pada Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat. 9.2. Saran Dalam pelaksanaan layanan perkantoran dalam rangka mendukung kegiatan tupoksinya hendaknya dapat didukung dengan anggaran yang memadai.
Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015
629