Al Mizan Nomor 143, Juni 2011
PRODUK PANGAN HIJAU, PRODUK RAMAH LINGKUNGAN.
HASNELLY Jurusan Teknologi Pangan, Universitas Pasundan E-mail :
[email protected] Abstrak Pandangan masyarakat terhadap dampak lingkungan telah menyebabkan peningkatan tajam jumlah industri produk pangan hijau di Indonesia dan negara maju tiap tahunnya dengan kesadaran masyarakat akan produk ramah lingkungan. Penelitian berbasis ramah lingkungan dalam industri pertanian masih sedikit meskipun industri ini mempunyai kontribusi yang cukup besar kepada tingkat perekonomian negara-negara yang telah berkembang dan negara yang sedang berkembang. Sasaran strategi menciptakan kinerja keuangan yang unggul dan langgeng melalui keunggulan kompetitif. Kata kunci: pangan hijau, ramah lingkungan.
Pendahuluan Undang-undang Republik Indonesia nomor 41 tahun 2009 tentang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan, bab satu pasal tiga: perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan diselenggarakan dengan tujuan antara lain melindungi kawasan dan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan , menjamin tersedianya lahan pertanian pangan secara berkelanjutan , mewujudkan kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan, melindungi kepemilikan lahan pertanian pangan milik petani, meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan petani dan masyarakat, meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan petani, meningkatkan penyediaan lapangan kerja bagi kehidupan yang layak, mempertahankan keseimbangan ekologis dan mewujudkan revatilisasi pertanian. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tertsedianya pangan yang cukup baik jumlah maupunmutunya, aman, merata dan terjangkau. Generasi hijau yang intinya mendorong siapa saja , individu maupun kelompok untuk terlibat aktif dalam upaya menjadikan bumi sebagai tempat yang lebih baik dan nyaman untuk dihuni serta perubahan iklim yang mendorong terjadinya pemanasan global mengilhami penulis dalam produk ramah lingkungan. Kementerian lingkungan hidup Indonesia menyatakan bahwa produk hijau merupakan produk yang berwawasan lingkungan,
Al Mizan Nomor 143, Juni 2011
sedangkan Jasen dan Jager menyatakan bahwa produk hijau merupakan cara pencegahan dan meminimasi dihasilkannya limbah serta manajemen material daur ulang (Sari 2008,34). Standar pemerintah tentang produk pangan tertuang dalam Standar Nasional Indonesia 014493-1980 yaitu produk berbau normal, bebas hama, dan penyakit, bebas dari bahan kimia, masak fisiologis optimal dan kondisi bersih serta syarat khusus antara berat, produk cacat, kadar air, kadar serat dan kadar pati, kadar protein, kadar lemak tergantung jenis produknya. Dampak revolusi hijau yang merusak lingkungan,
menguras tanah, mereduksi
keragaman hayati dan kedaulatan petani sangat memprihatinkan. Salah satu pertanian alternatif adalah pertanian organik. Pertanian organik merupakan salah satu solusi bagi revolusi hijau karena mengajarkan petani untuk membenihkan sendiri benih pertanian, membuat sendiri pupuk dan pestisida alami serta menghargai kearifan dan budaya lokal dalam pertanian. Menurut Kompas (2009), permintaan produk pangan organik Indonesia di pasar global khususnya produk perkebunan dan hasil hutan non kayu terus meningkat. Permintaan produk organik di pasar domestik juga terus meningkat, terutama untuk produk segar seperti sayuran, buah dan beras. Semakin banyak ditemui gerai, pasar swalayan dan restoran yang menjual produk organik di kota-kota besar. Meski permintaan tinggi masih banyak produk organik di pasar tidak dijamin atau disertifikasi, alias hanya dilabel secara sepihak oleh pemasarnya dengan demikian banyak pihak yang mempertanyakan keorganikan produk tersebut. Pembahasan Produsen
bahan makanan organik memerlukan sertifikasi
yang
biasanya badan
berwenang memberi ijin diantaranya Eco Regulation (Uni Eropa), The National Organic Program (Departemen Pertanian Amerika) ,
National Association for
Sustainable
Agriculture Australia Organic Standard, Canada Gezetle dan Government of Canada. National Program for Organic Production (India), Japan Agricultural Standards (Jepang), Agricultural Biologique (Perancis). Petani lokal untuk mendapatkan sertifikasi organik dari lembaga fasilitator atau perhimpunan petani organik seperti Biocert, lembaga sertifikasi organik pertama di Indonesia pada tahuin 2002. Bersama lembaga sertifikasi organik di Asia, BioCert membentuk Certification Alliance (Cert-All), merupakan kolaborasi regional untuk bertukar sistem dan layanan sertifikasi organik dengan kolaborasi ini hasil inspeksi dan sertifikasi BioCert akan diterima pasar Asia.
Al Mizan Nomor 143, Juni 2011
Standarisasi atau sertifikasi mengenai produk pangan hijau di Indonesia dengan standar SNI 01-6729-2006 tentang Sistem Pangan Organik melalui otorisasi kompeten pertanian organik telah dikeluarkan berbagai pedoman inspeksi sertifikasi dan pnerapan jaminan mutu pertanian organik serta beberapa lembaga sertifikasi organik baik nasional maupun asing telah beroperasi di wilayah Indonesia (Untung Kasumbogo dalam Saragih Sebastian:2008). Konsumsi produk pangan hijau merupakan investasi kesehatan jangka panjang dan juga ikut menjaga lingkungan hidup. Konsumen umumnya belum cukup paham akan pentingnya penjaminan organik ini padahal tanpa tahu persis konsumen pula yang akan dirugikan adapun petani sangat paham bahwa dengan membudidayakan komoditas pertanian organik bisa melipat gandakan pendapatan. Petani umumnya tahu perlunya sertifikasi produk pertanian organik tetapi mereka tidak tahu bagaimana memulainya, sementara pemerintah belum fokus menggarap pertanian organik padahal pemerintah mencanangkan go organic pada tahun 2014. Tantangan lain pengembangan produk pangan hijau masih beragamnya pemahaman mengenai pertanian produk pangan hijau, kualitas produk yang belum baik dan kendala teknis lain seperti keterbatasan asupan organik serta permodalan dan sertifikasi yang cukup mahal (Kompas, Indro 2009:16). Pandangan masyarakat terhadap dampak lingkungan mutakhir dan komersial telah menyebabkan peningkatkan tajam peraturan-peraturan lingkungan di seluruh dunia pada berbagai tingkat lembaga. Rugman dan Soloway membedakan lima tingkat multilateral regulasi lingkungan, regional, nasional, sub-nasional dan munisipal, meningkatnya kesadaran lingkungan dan peningkatan program pendidikan lingkungan berpengaruh terhadap permintaan dan pengembangan praktek bisnis ramah lingkungan. Penerapan pertanian organik akan meningkatkan jumlah produksi pertanian secara nasional, jika hal ini terjadi maka pertanian organik dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi krisis pangan di Indonesia. Pertanian organik dilihat dari aspek produksi dan pasar sebagai sebuah produk yang berada di luar pakem mainstream, pertanian organik punya keleluasaan untuk mencari bentuk yang pas untuk memenuhi tujuan pembangunan. Di jalurjalur yang baru berkembang dan alternatif seperti yang terjadi di sektor pertanian organik tarik menarik kepentingan tidak sekeras dan sekasar yang terjadi di sektor yang sudah terlebih dahulu berkembang (mainstream) sehingga ada peluang untuk mengembangkan dan menguji pemikiran. Sayangnya dukungan sektor ini tidak meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun sehingga kontribusinya sebagai solusi terhadap keterancaman pangan dan
Al Mizan Nomor 143, Juni 2011
keterancaman kehidupan belum terlihat secara signifikan (Saragih Bungaran dalam Saragih Sebastian 2008:7). Isu-isu lingkungan meningkatkan kesadaran dan peningkatkan program pendidikan lingkungan telah berpengaruh terhadap permintaan dan pengembangan praktek bisnis ramah lingkungan walaupun banyak penelitian terdahulu terfokus pada
dampak lingkungan
perusahaan besar telah disarankan bahwa perkiraan dampak kolektif usaha kecil dan menengah
terhadap lingkungan juga sangat substantif dan dapat lebih besar dari pada
dampak lingkungan perusahaan besar dengan demikian cukup beralasan bila perhatian besar pula dipusatkan pada sektor manajemen sosial dan lingkungan (Hilary dalam Keiver dan Gadence 2005). Negara maju seperti Amerika Serikat , produk pangan hijau sudah banyak ditemui dan dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakatnya disusul oleh negara-negara dibelahan Eropa , Austria, Kepulauan Karibia dan Australia yang telah memberikan perhatian lebih karena alasan kesehatan. Konsumsi pangan hijau, tubuh akan menciptakan zat antibodi yang dapat melawan segala macam penyakit, sehingga dapat merupakan terapi penyakit. Produk pangan hijau dapat juga berfungsi sebagai antioksidan bagi tubuh dan membuang toksin-toksin yang tidak bermanfaat. Produk pangan organik ditetapkan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) pertanian organik yang disahkan oleh Badan Standarisasi Nasional melalui BSN SNI 016729-2002. Standar ini bersumber pada kesepakatan antar negara yang tertuang dalam Codex Almentarius Guidelines for the Production, Processing, Labelling, and Marketing of Organically Produced Foods. Pemerintah Indonesia telah menyediakan fasilitas untuk sertifikasi dan labelisasi pertanian organik dengan SNI 01-6729-2006 tentang sistem pangan organik. Penutup Departemen pertanian mencanangkan program “Go Organic 2014”, yang bertujuan untuk merespon potensi pasar yang begitu besar dan adanya potensi pengembangan pertanian organik yang besar. Pengambil keputusan pada industri produk pangan hijau untuk dapat memanfaatkan kompetensi inti yang ada dan teknologi yang akan berdampak positif dalam pengurangan biaya dan mengurangi kerugian serta meningkatkankan keuntungan. Pemerintah sebaiknya mempermudah akses sertifikasi atau standarisasi produk pangan hijau khususnya produk pangan organik.
Al Mizan Nomor 143, Juni 2011
Pemerintah sebaiknya merencanakan program-program yang melibatkan berbagai unsur seperti petani, pengusaha, lembaga masyarakat, serta perguruan tinggi agar program “go organic” 2014 dapat berhasil.
Daftar Pustaka. 1. Hasnelly (2010), Analysis of Resources and Market based on the Customer Satisfaction and Its Implications on Customer Loyalty of Green Food Product, DSM Business Review , Desember, Journal 2, 141-150. 2. Hasnelly (2011), Effect of Core Resource and Critical Resource and Market based on the Customer Value and Its Implications on Customer Loyalty of Organic Food Product, Proceeding APBITM, January. 3. Kompas (2009) 4. McKeiver dan Gadenne (2005). Environmental Management Systems in Small and Medium Business, International Small Business Journal, 23, 513-530 5. Saragih Sebastian Elyas (2008), Pertanian Organik Solusi Hidup Harmoni dan Berkelanjutan. Penerbit Swadaya, Depok. 6. Sari (2008), Pemasaran Produk hijau: Profil Pelanggan berdasarkan usia, gender, pendidikan dan pengalaman membeli, MBA ITB Business Review. 7. SNI 01-6729-2006. Sistem Pangan Organik 8. SNI 01-6729-2002. Pertanian Organik 9. Undang-undang Republik Indonesia nomor 41 tahun 2009 tentang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Penerbit CV.Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta 2010.