Edisi 19/I/17
UNTUK KALANGAN SENDIRI
“Meng-GEMA-kan akan siapa Allah berdasarkan Alkitab dan karyaNya atas kehidupan umatNya”
Siapakah tokoh di dalam Alkitab yang paling kamu suka selain Tuhan Yesus? Ada hal yang menarik ketika menanyai hal ini. Saya harus menambahkan kalimat “selain Tuhan Yesus”, kalau tidak ada kalimat tersebut, pasti banyak yang menjawab Tuhan Yesus. Setelah menambah kalimat tersebut, ada sedikit kesulitan dalam menjawabnya. Diperlukan beberapa menit untuk memikirkan jawaban. Saya tidak tahu apakah hal ini disebabkan karena kita sering ditekankan untuk tidak menyembah “idol”, ataukah memang sebenarnya kita tidak mempunyai tokoh idola di dalam Alkitab. Beberapa anak menjawab mereka tidak mempunyai favorit karakter di dalam Alkitab, dan yang lebih buruk lagi kita mempunyai idola lain yang keduniawian, seperti artis, penyanyi dll. Di bawah ini adalah jawaban beberapa anak/orang yang saya tanyakan dengan beserta alasannya.
Paul!
Matthew A tax collector but Jesus called him so he immediately followed Jesus and left his comfortable life.
Previously he was a bad person who prosecuted Christians but God called him. After that, he repented, followed God and became a missionary.
- Joanna -
h a o N
- HANNAH -
He was creative to make an ark and he could command animals to go into the ark.
- TOBY -
Senandung Pagi Syalom pembaca sekalian, Saya percaya bahwa kita semua pernah mendengar kata “Pahlawan”. Suata kata yang sering dipakai untuk mendeskripsikan seseorang yang mendediakasikan hidupnya untuk suatu hal yang lebih besar dari dirinya sendiri atau bahkan mengorbankan hidupnya. Bagaimana dengan kata “Pahlawan Rohani”? Mungkin yang selama ini kita bayangkan sebagai Pahlawan Rohani adalah seseorang yang memiliki karakter besar, kudus, tidak bercela atau bahkan sosok yang sempurna dan tidak pernah salah. Apakah benar demikian? dalam edisi GEMA kali ini kami meminta para penulis untuk menuliskan siapa Pahlawan Rohani mereka dan hal-hal apa yang membuat tokoh ini memiliki nilai sebagai pahlawan. Hasilnya ternyata menarik sekali karena tidak seperti apa yang saya bayangkan sebelumnya, tidak semua penulis memilih sosok pahlawan yang “super” bahkan banyak dari mereka yang memilih sosok yang sederhana, tidak perkasa, melakukan kesalahan/dosa dan bahkan sosok yang berdiri dibelakang layar. Penasaran? Mengapa tokoh-tokoh tersebut dipilih sebagai pahlawan rohani? temukan jawabannya di artikel-artikel GEMA kali ini dan kami harap tulisan mengenai para pahlawan-pahlawan ini dapat menjadi berkat dan inspirasi pembaca untuk mengikuti teladan positif mereka untuk menjadi semakin baik lagi dalam mengikuti perintah Tuhan. Akhir kata, Siapakah Pahlawan Rohanimu? dan siapkah engkau menjadi Pahlawan Rohani/ Pelayan Tuhan untuk lingkungan sekitar dan gerejamu? Jangan ragu lagi karena seperti apa yang tertulis didalam Alkitab, tidak ada sesuatu yang terlalu kecil dan mustahil, selama kamu menyerahkan segala sesuatu kepada Kristus. Soli Deo Gloria, Redaksi Gema
GEMA 19/I/17
Daftar Isi
01 SENANDUNG PAGI Albert Wiyono
05 “KALAU TERPAKSA AKU MATI, BIARLAH AKU MATI” Pdt. A.R. Persang
11 YUSUF
Pdt. Petrus Budi Setyawan
15 PEREMPUAN TELADAN, TELADAN PEREMPUAN Angelina Kosasih & Pdt. Artomilka Lia
24 SEORANG ISRAEL SEJATI Pnt. Jahja Udjaja Sutjiutama
29 PEMIMPIN YANG JUGA MEDIATOR, NEGOSIATOR DAN MENTOR Dkn. Boaz Y. Wibowo
34 YOSUA - PAHLAWAN PERANG Jimmy Hng
36 SEANDAINYA NUH HIDUP DI ZAMAN INI Yosafat TH
Redaksi menerima kiriman dokumen (artikel, renungan, liputan, dan lain-lainnya) dari para pembaca, kirimkan ke
[email protected]. Tim Redaksi akan mempertimbangkan dan memutuskan dokumen mana yang akan dimuat dalam Majalah GEMA. Penasehat Pdt. Petrus Budi Setyawan Majelis Pendamping Boaz Y. Wibowo Tim Redaksi Pnt. Jahja Udjaja Sutjiutama, Jimmy Hng, Yosafat Tri Hanggoro, Angelina Kosasih Tim Layout Albert Wiyono, Jennifer Chandra Webmaster Nicky Sagitta Hiedajat Cetak & Distribusi Ratna Lie e-mail
[email protected] website www.gema-gpo.sg
…kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati ” 1
Oleh: Pdt. Abraham R. Persang
5
ESTER, SANG ‘RATU’ Wajah lain dari masa pembuangan orang Israel adalah hadirnya ‘skenario benteng Susan’ (Ester 1-10), yang menghadirkan lakon-lakon seperti Ester, Mordekhai dan sejumlah orang Yahudi yang terancam hidupnya.2
GEMA 19/I/17
Ester yang mempunyai nama Ibrani Hadasa adalah seorang gadis Yahudi – walaupun sudah cukup lama berada di tengah-tengah masyarakat Persia – Ester tetap memiliki komitmen moral terhadap bangsanya. Ester merupakan sosok marjinal yang memiliki peran penting bagi keberlangsungan hidup orang Yahudi di benteng Susan di negeri Persia.3 Ester dapat menjadi seorang ratu (pengganti), bermula ketika raja Ahasywerosy mendapat pelecehan dari ratu Wasti (Ester 1). Wasti dicopot dari kehormatannya sebagai seorang ratu, maka ada kekosongan pada posisi ratu Persia. Mordekhai, melihat peluang dalam kesempatan yang dibuka oleh lingkungan istana untuk menggantikan kedudukan Wasti. Ester yang diasuhnya diikutsertakan dalam pemilihan tersebut dan Ester terpilih sebagai salah satu harem raja. 4Ester belum memiliki kewenangan apa-apa, semuanya bergantung pada apa yang menurut raja baik. Dalam tahapan berikutnya, Ester terpilih menjadi
GEMA 19/I/17
pengganti Wasti. Tentunya hal ini merupakan prestasi besar; seorang Ibrani menjadi pengganti ratu di negri Persia. Namun Mordekhai melarang Ester untuk memberitahukan keberadaannya sebagai orang Ibrani kepada banyak orang.
Ester diminta dan disiapkan oleh Mordekhai – sang paman – demi mencapai tujuan khusus. Ia ‘dipaksa’ memasuki kehidupan yang bukanYahudi dan juga ‘dipaksa’ untuk menjalani perbuatan yang bukan didasarkan atas keinginannya sendiri.
Terpilihnya Ester sebagai pengganti Wasti – sang ratu – telah menempatkan Ester pada posisi peminggiran. Ia bukanlah ratu yang sesungguhnya, hanya sekedar pengganti (Ester 2:1-18). Ester sebagai ‘ratu’ Persia harus menerima segala bentuk budaya Persia yang diatur dalam norma-norma kerajaan Persia. Di kalangan orang Persia, ia diterima sebatas tataran formalitaslegal, yaitu sebagai pendamping raja; tetapi untuk menerima keutuhan dirinya, Ester tidak diterima dengan mudah karena ia adalah seorang yang bukan-Persia.
Kondisi yang dijalani oleh Ester tidak membuat ia menyesal dan frustrasi atau menyalahgunakan kondisi tersebut demi kepentingannya sendiri. Hal penting yang dihadapi Ester bukan tertuju pada kedudukannya sebagai pengganti Wasti, tetapi terletak pada keadaan bangsanya yang terancam dari bahaya genocide, yang direncanakan oleh Haman – orang penting di Kerajaan Persia saat itu. Mordekhai mengingatkan Ester bahwa ia merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari orang Ibrani yang terancam itu:
Kalimat judul ini merupakan kutipan ayat Kitab Ester 4:17. Tulisan artikel ini adalah bagian dari isi Tesis saya dengan beberapa penyesuaian, yang berjudul “Marjinalitas dalam Perjanjian Lama: Yusuf, Musa, Nehemia, Ester dan paradigma yang mereka miliki serta sumbangannya bagi upaya rancang bangun teologi kontekstual di Indonesia”, STT Jakarta, Tahun 2000.
1
Sebagian ahli berpendapat bahwa kisah Ester bukanlah sebuah uraian historis, melainkan merupakan sebuah refleksi penulis atas situasi dan kondisi bangsanya di tengah pergumulan yang sedang dialami (Gottwald, N.K., The Tribes of Yahweh: A Sociology of the Religion of Liberated Israel, 1250-1050 BC., Maryknoll: Orbis books., 1985, hlm. 562, bnd. Kaiser, Otto, Introduction to the Old Testament: a Presentation of its Results and Problems (translated by John Sturdy), Oxford: Basil Blackwell, 1975, hlm. 201); namun, sebagian ahli lainnya berpendapat bahwa kisah Ester bersifat historis (Baldwin, J. G., Esther (Tyndale Old Testament Commentaries), Leicester: Inter-varsity, 1984).
2
Bush, F.W. Ruth, Esther (World Biblical Commentary 9), Dallas: Wordbooks, 1996, hlm. 314.
3
Bush, hlm. 315; bnd. Bach, A., Women, Seduction and Betrayal in Biblical Narrative, Cambridge: Cambridge University, 1997, hlm. 178-179. 6
Walaupun Ester telah menjadi pengganti ratu Wasti, ia tetap dimarjinalkan secara sosial-budaya karena ia bukan orang Persia. Ester adalah ratu yang tidak memiliki kekuatan politis. Dalam komunitas bangsanya, Ester mendapat tekanan untuk berbuat lebih banyak bagi bangsanya atau ditinggalkan bangsanya.5 Dalam situasi marjinal itu, Ester tidak melakukan tindakan yang negatif atau manipulatif. Ia juga tidak terjebak dengan sikap Mordekhai yang turut memarjinalkan dirinya. Dalam kondisi demikian, ia mendialogkan paradigma iman yang dipeliharanya dengan realitas konteks yang dihadapinya: Maka Ester menyampaikan jawab ini kepada Mordekhai: “Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayang akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati”. (Est. 4:15-17)6
Maka Mordekhai menyuruh menyampaikan jawab ini kepada Ester: “Jangan kira, engkau di dalam istana raja, hanya engkau yang akan terluput dari antara semua orang Yahudi. Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh
Di sisi lain, keikutsertaan Ester dalam pencalonan pengganti Wasti bukanlah keinginannya sendiri.
4
kedudukan sebagai ratu”. (Ester 4:13-14)
Bush, hlm. 395; bnd. Bach, hlm. 198. | 6Bush, hlm. 396; bnd. Bach, hlm. 196-197.
5
7
GEMA 19/I/17
Ester memiliki kesaksian hidup marjinal yang sejajar dengan beberapa tokoh dalam Perjanjian Lama, seperti: Yusuf, Musa, dan Nehemia, yang dipakai Allah dalam karya Allah untuk memelihara dan menyelamatkan umat-Nya. Ester memiliki karakter yang terbentuk dari situasi dan kondisi dalam beberapa persinggungan; baik itu persinggungan budaya, sosial, agama, maupun/ bahkan persinggungan politis. Friksi sosialbudaya yang ada, bagi Ester bukan merupakan hambatan dalam menjalankan peran dan fungsi sosialnya. Dalam situasi marjinalnya, Ester tidak menjadi pasif ataupun terjebak dalam inferioritas. Pada satu sisi, ia mengakomodasi semua konflik yang ada dalam dirinya, baik yang berasal dari dalam maupun luar dirinya. Marjinalisasi yang dialaminya tidak membuatnya inferior dan mengisolasi dirinya, melainkan disikapi secara positif sehingga membangun suatu sikap yang lebih terbuka dan konstruktif pada setiap permasalahan yang muncul. Dari situasi marjinalitasnya, perlahanlahan mengubah karakternya ke dalam karakter yang baru, yaitu suatu karakter yang dibangun dari pembentukan kepercayaan, solidaritas dan kompleksitas tradisi. Relasi yang terjadi antara diri Ester dengan realitas sosialnya yang marjinal adalah relasi yang
Ester menyikapi pergumulan bangsanya dengan tindakan yang tidak biasa dilakukan oleh orang Yahudi. Di satu sisi, ia meminta dukungan moral dan spiritual orang Yahudi; di sisi lain, ia merelakan dirinya untuk menanggung segala resiko yang mungkin muncul karena membawa kepentingan bangsanya di hadapan raja Ahasywerosy. Ada dialog antara paradigma iman yang dipeliharanya dengan realitas dirinya yang marjinal. Ester meyakini bahwa doa dan puasa kepada TUHAN mempunyai peran penting dalam kehidupan orang percaya. Dari sinilah lahir paradigma baru bagi umat dan Ester, dalam menyikapi realitas yang ada. Sebuah paradigma yang memperjuangkan kepentingan banyak orang tanpa mengabaikan faktor ilahi; dan sebuah paradigma yang tidak terbelenggu dengan sistematika ataupun legalitas-formal keagamaan dalam menjawab tantangan kehidupan.7 Tindakan Ester bukan hanya menghasilkan pembebasan bagi orang Yahudi dari ancaman genocide yang dirancangkan Haman, tetapi lebih dari itu orang Yahudi dengan pimpinan Ester semakin diteguhkan dalam pemahaman iman mereka. Paradigma beriman mereka dibaharui dengan tindakan Ester dalam menyikapi marjinalitas dirinya maupun marjinalitas bangsanya.8
Bush, hlm. 444-446; bnd. Childs, B.S., Old Testament in a Canonical Context, London: SCM Press, 1985, hlm. 606 | 8Bach, hlm. 201-203
7
8
GEMA 19/I/17
dialogis. Relasi yang memungkinkan realitas sosialnya telah memberi pengaruh yang berarti bagi Ester dan sebaliknya yang terjadi dalam relasinya terhadap realitas sosialnya. Bahkan lebih jauh lagi, dari relasi dialogis ini memungkinkan dibangunnya sebuah paradigma teologi yang lebih relevan dan tepat. Paradigma tentang Allah yang selalu menyertai dalam perjalanan hidup umatnya; penyertaan Allah yang dipahami dan dibangun berdasarkan relasi dialogis antara pemahaman iman yang dimiliki dengan kenyataan hidup yang dihadapi.
kesempatan tertentu membangun paradigma yang negatif lalu melakukan marjinalisasi pada pihak lain. • Marjinalitas yang dimiliki manusia dapat diminimalkan atau sebaliknya menjadi bertambah besar bergantung pada sikap dan interaksi manusia sebagai individu dengan komunitasnya. • Marjinalitas merupakan posisi yang mendua; berada pada batas pinggir dari persinggungan yang terjadi. Dengan demikian, situasi marjinal merupakan situasi yang memungkinkan adanya kemampuan akomodatif dan kreatif yang tinggi. Ambiquitas karakter marjinal dapat diterjemahkan sebagai daya jangkau yang lebih luas pada beberapa komunitas atau keadaaan. Kondisi marjinal Ester, telah memungkinkan lahirnya tindakan-tindakan yang lebih mendarat dan tersampaikan dengan baik.
ESTER: MARGINALIZED BUT NOT MARGINALIZING Dari sosok Ester (salah satu dari banyak sosok dalam Perjanjian Lama), kita mendapatkan gambaran tentang pribadi yang termarjinalkan atau mengalami marjinalisasi. Dari sini kita belajar bahwa: • Marjinalitas dan marjinalisasi hampir selalu ada dan terjadi pada sebagian besar manusia; oleh karena itu, marjinalitas dan marjinalisasi tidak perlu disikapi dengan tindakan yang berlebihan. Dengan demikian realitas marjinal merupakan realitas hampir sebagian besar manusia dan tidak mutlak bahwa menjadi marjinal berarti negatif; dan tidak serta-merta terjerembab dalam perspektif yang sempit dan pada
• Marjinalitas dan marjinalisasi tidak hanya memaksa orang untuk terjebak dalam perspektif yang sempit; sebaliknya – sebagaimana ditampilkan oleh Ester dan beberapa sosok dalam Perjanjian Lama – marjinalitas dan marjinalisasi dapat melahirkan suatu paradigma yang lebih positif, kreatif dan akomodatif
9
GEMA 19/I/17
dalam realitas masyarakat yang majemuk dengan latar belakang budaya, sosial, ekonomi, politik dan agama. Paradigma baru dari situasi marjinal dan marjinalisasi melahirkan paradigma yang inklusif terhadap realitas pluralitas masyarakat.
Mahakuasa, Mahaagung, Mahakudus harus mengalami situasi marjinal dan bahkan Ia harus mati! Tapi marjinalisasi yang dialaminya tidak mengungkung-Nya, sebaliknya, kasih-Nya yang agung dan kudus itu, memerdekakan kemarjinalan manusia!
Sosok Ester dapat menjadi salah satu ‘cermin’ bagi kita, ketika kita mengalami marjinalisasi. Sosok Ester juga memberikan teladan bagi kita untuk menyikapi situasi marjinal dan mengubahnya menjadi suatu kondisi yang lebih positif bahkan konstruktif dan produktif.
Dalam situasi kehidupan kita, di Indonesia atau pun di berbagai wilayah, kerap kita ditempatkan pada situasi marjinal karena faktor sosial, ekonomi, budaya, politik, dan juga agama; Ester dan sosok-sosok dalam Alkitab, serta lebih lagi Tuhan Yesus, Juruselamat kita telah memberikan contoh-contoh nyata bahwa situasi marjinal ataupun marjinalisasi dapat diubahkan menjadi situasi yang positif, akomodatif dan kreatif.
Dalam perspektif iman Kristen, kita telah diberikan teladan sejati dari Allah sendiri. Menggenapi janji keselamatan-Nya bagi semua ciptaan yang dicintai-Nya, bukankah Allah kita adalah Allah ‘yang marjinal’? Dia Allah yang
GEMA 19/I/17
Oleh: Pdt. Petrus Budi Setyawan
Yusuf
Dimarjinalkan? Pasti! Memarjinalkan? Tidak! Marginalized but not marginalizing • 10
11
GEMA 19/I/17
Hari itu adalah hari terburuk dalam mereka. Bagaimana ia akan hidup Yusuf. Impiannya untuk menceritakan hal ini kepada orang membangun sebuah keluarga yang tua dan keluarga besarnya? Ia akan bahagia seketika runtuh begitu saja. menjadi bahan cemoohan. Lagipula Berita yang ia dengar seperti petir terselip perasaan tidak rela dan di siang hari bolong. Berita yang direndahkan pada waktu ia merasa sebenarnya tidak ingin ia percayai harga dirinya diinjak-injak. Dengan begitu saja karena ia sangat percaya mengandungnya Maria, ia merasa kepada Maria, tunangannya. Ia kehilangan hak untuk mendapatkan tahu Maria adalah wanita saleh dan yang terbaik dari tunangannya. Ia berasal dari keluarga baik-baik. Jadi masih bingung dengan langkah ia sungguh-sungguh tidak mengerti yang harus diambil. Ia punya pilihan bagaimana hal ini untuk mengumumkan dapat terjadi. kehamilan Maria WALAUPUN YUSUF Ia memerlukan dan menurut hukum penjelasan yang taurat, tunangannya ORANG YANG dapat diterima akal akan dirajam batu. MENGASIHI ALLAH, sehatnya. Namun kasih dan TETAPI IA BUKAN PRIA kebaikan hati Yusuf Semalam ia mendengar membuatnya tidak BODOH YANG DAPAT bahwa Maria telah tega mengambil mengandung. pilihan ini. Lagipula DENGAN MUDAH Sambil menangis terbersit sedikit PERCAYA KEPADA kekasihnya itu keraguan, seandainya berusaha menjelaskan cerita Maria benar, CERITA KHAYALAN bagaimana kehamilan jangan-jangan ia akan SEPERTI ITU. itu dapat terjadi. Ia dianggap bersalah mengandung tanpa di hadapan Allah. melibatkan pria manapun. Ini Setelah dipikirnya semalaman maka pekerjaan Allah, katanya. Bagaimana dengan bulat hati ia memilih untuk mungkin? Walaupun Yusuf orang menceraikan tunangannya itu. yang mengasihi Allah, tetapi ia bukan pria bodoh yang dapat Bayangkan apabila Yusuf memilih dengan mudah percaya kepada menempuh jalur “hak” untuk cerita khayalan seperti itu. Lagipula mengumumkan kehamilan Maria sepanjang ingatannya di dalam tersebut. Cerita natal seperti apakah sejarah bangsanya belum pernah yang akan kita miliki? Disini kita bisa ada contoh yang serupa itu. melihat peran penting Yusuf dalam cerita natal. Allah memperlihatan Sudah terbayang betapa akan dengan cukup jelas kualitas hidup muramnya hari-hari di depan Yusuf. Ia adalah seorang yang 12
GEMA 19/I/17
tulus: taat kepada Allah tetapi juga kasih kepada manusia apalagi tunangannya. Ia mempertimbangkan untuk tidak mempermalukan Maria. Di tengah-tengah keraguannya, menceraikan adalah jalan terbaik, tanpa perlu harus menjelaskan kepada semua orang apa alasannya. Ia benar secara hukum sekaligus ia tetap menunjukkan kasihnya kepada Maria.
dikatakan atau dijanjikan Allah. Iman bertumpu kepada keyakinan bahwa Allah tidak pernah salah dan Dia tidak pernah berdusta. Bagi Yusuf tentu tidak mudah untuk menjalani konsekuensi iman ini. Sekalipun ia sudah tidak meragukan lagi bahwa kehamilan Maria adalah mujizat dari Allah, tetapi kalau boleh memilih siapa yang menginginkan mujizat jenis ini? Kalau mujizat kesembuhan atau kemakmuran akan lebih mudah diterima dan mungkin hasilnya langsung dapat dinikmati. Namun beriman bahwa keluarganya akan dipakai Allah untuk menurunkan seorang bayi yang kelak akan menjadi Juruselamat bagi setiap orang, sungguh tidak mudah untuk membuktikannya. Namun sekali lagi, Yusuf patut dicatat sebagai tokoh iman pada waktu ia mempercayai skenario Allah ini dan bersedia terlibat di dalamnya. Ia percaya pada perkataan malaikat lalu menikah dengan Maria. Ia tidak melakukan hubungan badan dengan Maria sampai Anak itu lahir dan ia menamakan bayi itu Yesus. Dengan memberi nama berarti ia menerima Yesus sebagai anak.
Namun kita melihat bagaimana Allah bersikukuh untuk melibatkan Yusuf dalam rencanaNya. Allah mempertahankan Yusuf karena Dia tentu melihat betapa tepatnya Yusuf untuk ada dalam cerita besar ini. Allah menginginkan seorang ayah yang tepat bagi bayi Yesus kelak. Oleh karena itu malaikat datang dan memperkuat cerita Maria. Bagi orang Yahudi kehadiran seorang malaikat sudah sangat cukup untuk meruntuhkan keraguannya. Dijumpai malaikat rasanya hampir sama dengan dijumpai Allah sendiri. Apa yang dikatakan malaikat adalah pesan dari Allah dimana dia dapat meng-amin-kan dan meng-imani pesan tersebut. Jaminan dari pribadi Allah sendiri yang membuat ia tidak memiliki alasan untuk meragukan cerita yang “tidak masuk akal” tersebut.
Kita juga dapat melihat peran Allah dalam membangun iman seseorang. Iman bukanlah sekedar keyakinan pribadi bahwa apa yang saya percayai atau inginkan akan terpenuhi. Dasar dari iman bukanlah pada kuatnya keyakinan atau perasaan yang tidak boleh ragu-ragu.
Inilah dasar dari iman. Yusuf dapat mendamaikan akal dan imannya bukan karena mampu menjelaskan secara logis, sekalipun penjelasan logis kadang diperlukan. Iman berarti mempercayai secara penuh apa yang 13
GEMA 19/I/17
Dasar dari iman haruslah pada Firman dan janji Allah. Oleh karena itu Allah perlu berbicara kepada Maria dan Yusuf melalui malaikat bahwa Dialah yang ada di balik semua rencana ini. Mereka bisa mengandalkan kepercayaan mereka sepenuhnya karena memang Allah yang menjaminnya.
GEMA 19/I/17
seorang pria-pun. Ia tahu bahka Yesus akan menjadi anak mereka namun bukan milik mereka. Iman Yusuf telah menopang dan memerdekakan akalnya yang terbatas.
Anak itu akan dinamai Immanuel yang artinya Allah beserta kita. Sebelum banyak orang kemudian merasakan kebenaran Immanuel, keluarga Yusuf yang pertama mengalaminya. Baik secara fisik karena Yesus tinggal bersama-sama mereka, tetapi juga secara iman mereka mengalami sejahtera karena memercayai Allah. Cerita Natal yang cukup banyak menonjolkan peran Maria, perlu diimbangi dengan melihat Yusuf, yang memenangkan perjuangan imannya. Bukan saja mempercayai perkataan Allah, tetapi juga bersedia mengambil risiko dari menghidupi iman tersebut. Yusuf bahkan rela untuk merasa kurang nyaman dalam waktu-waktu tertentu supaya ia melihat pekerjaan Allah yang lebih besar. Ia telah belajar bahwa tiada yang mustahil bagi Allah. Dia sanggup melakukan apapun termasuk menitipkan seorang bayi mungil, Sang Juruselamat, ke dalam rahim Maria tanpa melibatkan
Ada kalanya dalam hidup ini kitapun dibawa dalam pengalaman seperti Yusuf. Berapa sering kita menuntut penjelasan logis sebelum mempercayai sesuatu yang sudah Allah katakan dengan jelas melalui FirmanNya? Berapa sering kita memilih-milih mana yang akan kita imani dan mana yang tidak? Atau jangan-jangan malah kita seringkali menerapkan kata “iman” secara salah hanya untuk kepentingan dan keuntungan kita. Yusuf telah belajar bagaimana menjadi pemenang dalam pergumulan iman dan kita bisa belajar darinya juga •
14
PEREMPUAN TELADAN, TELADAN PEREMPUAN Oleh: Angelina Kosasih & Pdt. Artomilka Lia 15
GEMA 19/I/17
Pada edisi Gema kali ini, para penulis menuliskan tokoh pahlawan dalam Alkitab. Kalau berbicara tentang pahlawan, tentu untuk setiap tokoh yang dipilih dan dituliskan ada keistimewaan dan rasa kagum pada tokoh tersebut. Kami menulis tentang sosok Rut; seorang perempuan biasa yang menjalani hidupnya dengan biasa, tetapi memiliki dasar hidup yang kokoh, karakter yang kuat dan menjadi teladan yang luar biasa bagi orang khususnya untuk banyak perempuan, termasuk kami.
menghadapi masalah dengan salah satu mertuanya dan masalah menantu pria dengan ibu mertua mereka hanya 15% yang lebih serius. (Sumber: https://www.theguardian. com/lifeandstyle/2008/nov/30/ women-family) Masalah di antara perempuan terjadi karena “fallen nature” perempuan yang lebih sering dan lebih “suka” membandingkan diri mereka dengan perempuan lain. Berawal dari membandingkan diri, kemudian timbul rasa kecewa dengan diri sendiri, lalu cemburu dan mengingini apa yang wanita lain miliki. Yakobus 4:1-2 berkata: Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.
Sebelum sampai pada sosok Rut, ada realita yang hadir dalam kehidupan sehari-hari dari perempuan, yakni: Pertama, Matt Chandler, dalam kotbahnya yang berjudul “A Beautiful Design – Women Hurdle” berkata bahwa wanita lebih sering berkompetisi dengan sesama wanita daripada kaum pria. Wanita melihat wanita dari ujung mata, mulai dari style rambut, dandanan sampai merek sepatu yang dipakai. Wanita lebih cenderung membandingkan diri dengan wanita lain daripada pria, seakan itu tidak membutuhkan effort dan tenaga – terjadi secara natural.
Rut adalah sosok perempuan dari Perjanjian Lama yang kami kagumi. Tidak ada dalam catatan Alkitab kalau ia pernah mendapatkan pelajaran tentang Allah - seperti yang kita saat ini bisa dapatkan lewat kelas katekisasi atau Pendalaman Alkitab dalam persekutuan ibadah. Namun ia dengan sadar dan sungguh bisa menyatakan:
Kedua, Doktor Terri Apter, seorang psychologist dan senior tutor di Newnham College, Cambridge University menghabiskan waktu 20 tahun dalam penelitiannya dan menemukan bahwa 75% pasangan 16
GEMA 19/I/17
“Jangan desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku” (Rut 1:16).
belajar dan menghayati pengakuan iman kepada Allah. Dengan kata lain, Rut membuka dirinya untuk pekerjaan Allah dalam kehidupannya. Sehingga pengakuan iman Rut tidak hanya sebatas pengakuan iman ritual semata. Tetapi lebih dari itu pengakuan imannya sungguh lahir dari perjumpaan dirinya dengan Allah.
Pernyataan Rut ini adalah pernyataan yang istimewa dan fundamental, karena:
Kedua, pernyataan Rut ini merupakan ikrar setia seorang Rut. Ikrar setia yang tidak hanya berhenti pada batas-batas aturan agama maupun aturan masyarakat. Lebih dari itu ikrar Rut adalah ikrar yang jujur. Ikrar yang Rut pertanggungjawabkan secara moral dan iman yang sungguh kepada Allah. Rut setia dengan pilihan awalnya. Rut setia kepada keluarganya suaminya, ia setia kepada ibu mertuanya. Walaupun itu bukan keluarga dalam hubungan darah. Padahal ia dapat memilih seperti Orpa yang pulang kepada bangsanya dan allahnya (Rut 1:14-15).
Pertama, pengakuan ini muncul dari seorang “asing”, seorang yang bukan orang Israel. Rut adalah orang Moab (Rut 1:4); ia tidak pernah secara khusus belajar tentang Allah orang Israel. Rut hidup bersama keluarga Mahlon, suaminya, kira-kira 10 tahun. Sebagaimana tradisi, pengajaran tentang Allah bagi orang Israel terjadi dalam kegiatan sesehari (lihat Ulangan 6:4-9), selain pembelajaran secara formal. Maka Rut belajar tentang Allah Israel, imannya bertumbuh dan berakar melalui perilaku hidup sesehari dari suami dan keluarga suaminya. Kehidupan sesehari rumah tangga Rut dan keluarga suaminya telah menjadi sekolah iman (school of faith) bagi seorang Rut. Dan lebih penting lagi, bukan hanya rumah tangga dan keluarganya, tapi juga diri serta karakter Rut yang dengan kerendahan hati mau menerima,
Ketiga, pernyataan Rut membuat ia terikat tidak hanya pada Naomi tetapi juga kepada Allah Naomi. Terikat di sini berarti Rut dan Naomi menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam segala situasi dan kondisi. Termasuk situasi kesedihan dan (mungkin) penyesalan yang Naomi rasakan saat ia kembali ke Betlehem. 17
GEMA 19/I/17
Situasi itu nampak dengan Naomi gandum yang ia kumpulkan dan meminta dirinya disebut “Mara”, melalui makanan yang ia bawa sebab Yang Mahakuasa telah untuk Naomi. Di sisi lain Naomi melakukan banyak yang pahit hadir dengan memberi arahan kepadaku (Rut 1:20). Naomi kepada Rut tentang saat berada rasanya sudah membayangkan di ladang Boas (Rut 2:22) dan penderitaan yang akan ia alami cara untuk mendapatkan tempat sebagai seorang janda yang perlindungan atau seorang sudah tua. Rut bersikeras untuk penebus (Rut 3). tetap bersama Naomi walaupun jalan di depan tidak jelas. Ia Menelusuri dan mendalami kisah yang tadinya percaya pada dewa seorang Rut dengan berbagai situasi pagan, belajar dari yang dialaminya, sikap dan tindakan keputusan dan sikap RUT TETAP TEGUH, hidup Naomi dan serta tindakannya TETAP MELANGKAH keluarga untuk atas semua situasi mengenal dan MAJU, BUKAN HANYA itu, sama halnya percaya kepada kita melihat sebuah UNTUK DIRINYA Tuhan Pencipta pertunjukan Semesta. Iman “rollercoaster”. Ada TETAPI JUGA UNTUK yang diperkenalkan tempo yang begitu IBU DARI SUAMINYA. cepat dan ada yang lewat teladan hidup itu kemudian melambat, ada bertumbuh. Semua resiko pergerakan menanjak melambat siap Rut tanggung. Bahkan ia ada pula pergerakan yang menurun siap ketika harus menghidupi begitu amat cepat bahkan menukik! mertuanya (Rut 2). Rut mau pergi Namun sepanjang cengkeraman mencari makanan untuk dirinya pada rel tetap kuat, maka tidak dan ibu mertuanya. Walaupun akan terpental jauh atau jatuh dia tidak tahu situasi yang ada hingga mengakibatkan kematian. ia hadapi. Rut mengumpulkan Rut, sebagai seorang wanita jelai gandum tanpa henti. Sampai asing bagi keluarga besar Naomi ia dipanggil untuk beristirahat. yang adalah orang Israel; hidup Bahkan ketika pemilik ladang bersama suaminya dan begitu yaitu, Boas datang, Rut mendapat cepat ditinggalkan karena suaminya simpati karena ketekunan dan meninggal dunia, ditinggal bukan kesungguhannya dalam berkerja. dengan harta melimpah melainkan Keterikatan Rut dan Naomi dalam penderitaan dan kemelaratan hadir dalam sikap saling menyang seolah tak berujung. Namun, support antara keduanya. Rut Rut tak mundur, tak terhempas atau “menghidupi” Naomi melalui jelai pun balik arah dan meninggalkan 18
GEMA 19/I/17
ibu mertuanya. Rut tetap teguh, tetap melangkah maju, bukan hanya untuk dirinya tetapi juga untuk ibu dari suaminya. Di sinilah keistimewaan seorang Rut, pribadi biasa menjalani hidup tak biasa namun memiliki kesetiaan yang luar biasa.
baru, yaitu karakter diri seorang yang beriman kepada Allah Pencipta dan Pemilik kehidupan serta karakter yang selalu berupaya melihat nilai-nilai penting dan fundamental dalam kehidupan. Dan hal ini sangat menunjukkan perbedaan kualitas hidup Rut dengan perempuan Memperhatikan sosok Rut dengan pada umumnya. Pertumbuhan dan perihidupnya yang menjadi berkat, kedewasaan imannya, membawa kita mendapatkan visualisasi dari Rut pada mengasihi Allah dengan “golden rules” nya yang Tuhan Yesus kemurnian hati serta mengasihi katakan dalam sesama – khususnya Matius 22:37-39: melalui keluarga RUT BUKANLAH “…Kasihilah Tuhan, suaminya. Rut TOKOH IMAN YANG Allahmu, dengan bukanlah tokoh iman segenap hatimu dan yang popular; namun POPULAR; NAMUN dengan segenap Rut adalah seorang RUT ADALAH SEORANG yang beriman dan jiwamu dan dengan segenap akal budimu. yang melakukan YANG BERIMAN DAN Itulah hukum yang tindakan iman yang YANG MELAKUKAN terutama dan yang sungguh dihayati, baik pertama. Dan hukum kepada Allah maupun TINDAKAN IMAN... yang kedua, yang sama kepada sesama, dengan itu, yaitu dimulai dari ialah: Kasihilah sesamamu keluarganya. manusia seperti dirimu sendiri.” Dari kesaksian hidup Rut ini, dapat Rut menjalani proses pertumbuhan kita uraikan lagi sebagai berikut: dan kedewasaan iman melalui pernikahan dengan Mahlon, • Sebagai seorang perempuan anak Naomi. Pertumbuhan dan yang menjalani hidup dalam kedewasaan iman itulah yang relasi dengan banyak orang, membuat Rut memiliki keyakinan kehidupan Rut dan Naomi adalah kuat akan penyertaan Allah. Pada tamparan yang keras bagi kami saat yang sama dalam diri Rut yang telah bertahun-tahun juga lahir kerendahan hati dan mengklaim seorang Kristen ketaatannya kepada Allah yang tetapi tetap ingin menonjolkan memberi hidup. Pertumbuhan dan diri dan berkompetisi demi kedewasaan imannya yang sejati, kepentingan sendiri. Ketika membentuk karakter dirinya yang melihat Naomi yang sadar 19
GEMA 19/I/17
akan kehidupan ke depan yang akan ia hadapi, Naomi meminta kedua menantunya untuk tidak ikut merasakannya. Dengan kesadaran penuh ia meminta mereka untuk tidak berbagi penderitaan dengannya. Naomi siap untuk menanggung semua sendiri. Tetapi pada saat Rut (yang mungkin tidak terlalu mengenal budaya dan tata cara kehidupan di Israel) membutuhkan masukan untuk sikapnya di ladang saat memungut jelai gandum, Naomi
memberi arahan. Demikian juga untuk kehidupan kedepan dari Rut, Naomi memikirkannya dengan baik. Sehingga ia mengarahkan apa yang perlu dilakukan oleh Rut. • Kita diingatkan sebagai ibu atau ibu mertua, menantu atau calon menantu bukanlah saingan atau musuh, mereka adalah seseorang yang mau meninggalkan keluarganya untuk bersama dengan anak kita. Mereka akan membentuk keluarga mereka 20
GEMA 19/I/17
dan cucu-cucu anda.
sendiri dan menjadi bagian dari keluarga besar kita. Ia bukanlah perempuan yang ingin menjauhkan putera kita dari kita. Ia adalah pendamping hidup dan rekan sepelayanan anak kita. Jadi berdoalah bagi menantu atau calon menantu kita agar bijak dalam menjaga relasi dengan kita. Hargailah dia atas semua karya yang dia kerjakan baik di rumah maupun di luar rumah. Dukunglah dia menjaga keluarganya sehingga anda tidak usah kuatir akan “welfare” putera
21
Ketika kita meilhat Rut, kita dihadapkan dengan gambaran seorang perempuan muda yang berpegang teguh pada janjinya. Sekalipun itu berarti “mengorbankan” dirinya. Ia yang tidak memikirkan dirinya sendiri. Rut adalah seorang perempuan yang mau melakukan apapun untuk seorang ibu atau tepatnya ibu mertuanya yang sudah tua. Ketika kita diperkenalkan kepada keluarga suami atau pacar kita.
GEMA 19/I/17
Perempuan yang kita lihat saat untuk “memperkaya” anak itu, bukanlah lawan kompetisi anda dengan berbagai kelas dalam hal mendapatkan “enrichment” dan setiap ada perhatian suami atau pacar penghargaan yang diterima, kita. Ia bukan juga rekan anda foto dan menampilkannya bertengkar dalam mendidik di media sosial? “Who are you anak kita. Ucapkanlah terima trying to impress? Men? No, other kasih padanya karena telah women.” menerima kita sebagai bagian dalam keluarganya. Walaupun Hai, para ibu mertua, berapa kita mungkin bukan menantu seringkah anda membicarakan atau calon menantu idamannya. menantu atau anak anda Berdoalah yang sangat baginya kalau memperhatikan KETIKA BERSATU, ia melukai hati anda atau kita. Ia hanya kesuksesan SEGALA BEBAN MENJADI perempuan yang mereka dalam LEBIH RINGAN DAN juga memiliki pekerjaan dan kelemahan dan KOMPETISI LEBIH DILIHAT dalam mendidik membutuhkan cucu-cucu anda? SEBAGAI WADAH UNTUK pengampunan. Berapa sering Ia bisa menjadi anda menceritakan MENUNJUKKAN DAN rekan dalam keberhasilan anda MENONJOLKAN TUHAN, mendidik anak dalam mendidik kita menjadi anak anda dan BUKAN DIRINYA – MORE manusia yang cara didikan anda OF GOD AND LESS OF ME. lebih baik. juga anda “paksa” terapkan kepada • Kita juga diingatkan sebagai cucu-cucu anda? “Who are you perempuan, “Hai, perempuan, trying to impress? Men? No, other berapa lama waktu yang anda women.” Iri hati juga adalah habiskan dalam memilih pakaian salah satu dosa yang dianggap setiap harinya? Berapa kali dalam mematikan (7 deadly sins). Kita sehari anda menukar baju dan merasa iri hati karena tidak merasa puas dengan apa yang percaya apa yang Tuhan sediakan anda pakai sebelum keluar adalah yang terbaik dan Tuhan rumah? “Who are you trying to akan mencukupkan kebutuhan impress? Men? No, other women.” kita.
Hai, ibu-ibu, berapa banyakkah uang yang anda rela habiskan
22
Perempuan yang “secure” adalah perempuan yang tahu bahwa ia
GEMA 19/I/17
memiliki apa yang ia butuhkan dan apa yang ada padanya, sedikit atau sebanyak apapun itu, bisa dipakai Tuhan untuk menyenangkan hati Tuhan. Perempuan yang “secure” adalah perempuan yang tidak merasa tertandingi ketika ia harus mengajarkan atau berbagi “skill” dengan perempuan lain. Perempuan yang “secure” adalah perempuan yang tidak takut ketika perempuan lain terlihat lebih menonjol selama mereka sama-sama memuliakan Tuhan. Perempuan yang “secure” adalah perempuan yang tidak segan menghibur, membantu, memuji dan menyemangati perempuan lain. Namun, bukan berarti perempuan yang “secure” tidak membutuhkan kata-kata penyemangat atau support dari rekan sepelayanan. Sebaliknya, ketika bersatu, segala beban menjadi lebih ringan dan kompetisi lebih dilihat sebagai wadah untuk menunjukkan dan menonjolkan Tuhan, bukan dirinya – More of God and less of me.
segala situasi dapat ia hadapi dengan baik. Rut juga adalah seorang “Pahlawan” karena segala sesuatu ia lakukan tanpa pamrih atau iming-iming hadiah! Rut melakukan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya dan tetap menyandarkan kehidupannya hanya kepada Allah yang hidup. Rut juga adalah sebuah role model yang menunjukkan bahwa beriman bukan untuk popular. Beriman berarti sedia dan setia menanggung segala konsekuensi yang akan dihadapi. Beriman berarti siap dan setia untuk melakukan segala yang terbaik di hadapan Allah maupun bagi manusia, sesamanya. Kiranya sosok Rut dengan segala bentuk kesaksiannya dapat menginspirasikan kita dalam kehidupan rohani kita masing-masing. “Banyak wanita telah berbuat baik tetapi kau melebihi mereka semua. Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia tetapi isteri yang takut akan Tuhan dipuji-puji.” – Amsal 31:30 •
Rut, bagi kami dan mudah-mudahan bagi para pembaca GEMA juga, adalah seorang “Pahlawan”; karena ia memiliki karakter, komitmen serta integritas hidup yang patut diteladani! Bukan situasi hidup yang mengubah karakter, komitmen serta integritas hidupnya; sebaliknya, dengan karakter, komitmen serta integritas hidup yang kuat, maka 23
GEMA 19/I/17
GEMA 19/I/17
Oleh: Pnt. Jahja Udjaja Sutjiutama
Seorang Israel Sejati Beberapa minggu yang lalu pada saat saya di Jakarta, saya berbincangbincang dengan seseorang. Orang tersebut bertanya kepada saya, jika di dalam Perjanjian Lama kita menyebut Abraham sebagai orang yang paling beriman, maka siapakah orang yang paling beriman di dalam Perjanjian Baru? Maka saya menjawabnya salah seorang penjahat yang disalibkan 24
bersama Yesus. Jawaban saya rasanya kontras sekali jika disandingkan dengan Abraham, apalagi penjahat tersebut boleh dibilang tidak memberikan kontribusi apa-apa, hanya muncul sekilas, tetapi bukan itu faktor utamanya. Jawaban saya hanya berdasarkan ucapan Yesus yang meng-endorse perkataan penjahat itu, “Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Lukas 23:40-43). Jikalau ucapan penjahat itu hanya sekedar basa basi saja ataupun sekedar perasaan senasib (sama-sama disalibkan), tidak mungkin Yesus akan memberikan jawaban seperti itu.
25
GEMA 19/I/17
Biasanya orang-orang yang kita Baru, tetapi ada beberapa hal yang anggap sebagai tokoh besar atau menarik, yang dapat kita pelajari dari penting, karena kita bisa melihat atau seorang tokoh Natanael ini. mendengar peranan tokoh tersebut. Begitu juga dengan orang-orang 1. Pencari Kebenaran yang di dalam Alkitab, umumnya yang Melalui perkataan Filipus ketika kita anggap sebagai pahlawan atau bertemu dengannya, “Kami telah tokoh yang penting, adalah orang menemukan Dia, yang disebut yang sering muncul di dalam Alkitab. oleh Musa dalam kitab Taurat” Padahal kriteria “sering muncul” tidak (Yohanes 1:45), menunjukkan dia selalu 100% benar. Ada beberapa dan Filipus adalah orang yang orang di dalam Alkitab mempelajari kitab yang dipuji Allah Taurat dengan serius. BANYAK DARI ataupun Tuhan Yesus, Kebenaran di dalam tetapi hanya muncul kitab Taurat menjadi MEREKA YANG TAAT sekilas saja, seperti sebuah hal yang MENJALANKAN Henokh (Kejadian serius bagi mereka. 5:24), yang hidup Filipus yang begitu HUKUM TAURAT bergaul dengan Allah, antusiasnya mengajak kemudian diangkat oleh DAN PRAKTIK Natanael untuk Allah (tanpa melalui bertemu dengan KEAGAMAAN, TETAPI kematian). Begitu juga Yesus, sepertinya dengan 12 murid Tuhan HANYA SEBATAS mengetahui kerinduan Yesus, tidak semuanya Natanael. Hal ini RITUAL DAN SUPAYA ditulis dengan detail di juga menunjukkan TAMPAK KELIHATAN dalam Alkitab, hanya hubungan yang beberapa nama yang sangat akrab di antara sering muncul, sisanya hanya muncul mereka berdua dan mungkin saja sekilas saja, dan salah satunya adalah mereka mempelajari kitab Taurat Natanael atau Bartolomeus. bersama-sama. Natanael artinya pemberian Allah (hadiah dari Allah). Nama ini hanya muncul di dalam Injil Yohanes sebagai salah seorang murid Yesus. Sedangkan di dalam 3 Injil Sinoptik (Matius, Markus & Lukas), nama yang muncul adalah Barlotomeus, yang selalu muncul bersama dengan Filipus. Walaupun nama ini hanya muncul kurang lebih 10 kali di dalam Perjanjian
26
2. Peragu & Prasangka (Prejudice) Dari semua rasul yang dipanggil atau diajak untuk mengenal (mengikuti) Yesus, maka Natanael adalah satu-satunya yang meragukan Tuhan Yesus, dan memberikan jawaban yang terdengar sedikit sinis, “Mungkinkah sesuatu yang baik
GEMA 19/I/17
dari Nazaret?” (Yohanes 1:46). Jauh sebelum Tomas si peragu, yang meragukan kebangkitan Tuhan Yesus, Natanael sudah melakukan hal yang sama. Keraguan Natanael timbul karena dia sudah mempunyai prasangka terlebih dulu, adalah sesuatu yang mustahil seorang tokoh besar yang begitu lama dinanti-nantikan oleh bangsa Israel, muncul dari sebuah kota kecil seperti Nazaret. Ahhh... jadi ingat film Zootopia, film yang penuh dengan prejudice. Hal yang baik dari Natanael adalah walaupun dia tidak terlepas dari prasangka tersebut, dia tidak membiarkan dirinya terikat, tidak menghalangi diri sendiri untuk mendengarkan dan melihat bukti yang disampaikan oleh Filipus. Dia tidak pasif menunggu, melainkan memberikan respon dengan mengikuti Filipus untuk menemui Yesus. Prasangka dan keraguraguan adalah sifat alami manusia, setiap kita pun bisa begitu dan bukan sesuatu yang selalu hasilnya negatif. Diawali dengan sebuah prasangka dan keraguan, diakhiri dengan sebuah pengakuan yang begitu agung, “Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel” (Yohanes 1:49). Jauh sebelum Petrus mengakui Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang Hidup, Natanael adalah orang pertama (selain nabi Yohanes) yang menyebut Yesus sebagai Anak Allah.
27
3. Israel Sejati Sisi lain dari sebuah prasangka keraguan Natanael adalah sebuah kejujuran, ketulusan, terbuka apa adanya, tanpa ada kepalsuan. Hal ini bukan mengada-ada, Yesus sendiri yang mengatakan ketika pertama kali bertemu dengannya, “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya.” (Yohanes 1:47). Sebuah kalimat keraguan yang sinis, bagiamana mungkin bisa mendapat sebuah pujian dari Tuhan Yesus. Itulah sebuah nilai betapa berharganya ketulusan dan kejujuran. Kelemahan manusia adalah lebih mementingkan “kosmetik” yang tampak dari luar. Kata-kata yang dirangkai dengan begitu sopan, basa basi, baik dan indah, tetapi di dalamnya tidak ada nilai kejujuran dan ketulusan sedikitpun. Frasa “Israel sejati” bukan menunjuk sebagai keturunan Yakub (Israel). Kita tahu Yakub adalah seorang penipu, tetapi menunjuk kepada situasi bangsa Israel pada saat itu. Banyak dari mereka yang taat menjalankan Hukum Taurat dan praktik keagamaan, tetapi hanya sebatas ritual dan supaya tampak kelihatan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mencela mereka (pemuka agama) dengan keras sekali, sangat bertolak belakang dengan respon-Nya kepada Natanael. Frasa “Israel Sejati” ini menjadi sebuah awal sindiran Tuhan Yesus kepada bangsa Israel pada saat itu, khususnya para pemuka agama
GEMA 19/I/17
pada zaman itu. Namun, frasa ini masih berlaku hingga saat ini, bisa menjadi sindiran bagi masingmasing kita. Kira-kira apakah Tuhan Yesus akan berkata “Lihat, inilah seorang Kristen sejati, tidak ada kepalsuan didalamnya” ataukah sebaliknya?
dan terakhir kali pada saat murid menanti-nantikan turunnya Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:13). Selebihnya ada beberapa catatan sejarah mengenai Natanael Bartolomeus, dan tidak dapat dipastikan kebenarannya, tetapi hal itu tidak utama. Yang paling penting adalah dia tetap setia hingga kematian merenggutnya, dan memberikan sebuah bukti nyata, seorang manusia biasa, dari sebuah tempat yang umum, bisa dipakai untuk menjadi kemuliaan Tuhan •
Setelah pertemuannya dengan Tuhan Yesus dan menjadi murid-Nya, nama Natanael Bartolomeus tidak pernah muncul lagi selama pelayanan Tuhan Yesus. Namanya muncul kembali pada saat Yesus menampakkan diri di pantai danau Tiberias (Yohanes 21:2),
Sumber: 1. The Chosen Twelve Plus One - Clarence E. MacArtney (Author), Harry Hollett (Photographer) 2. Twelve Ordinary Men - John Mac Arhur 28
GEMA 19/I/17
PEMIMPIN YANG JUGA
MEDIATOR, NEGOSIATOR DAN MENTOR Oleh: Dkn. Boaz Y. Wibowo
29
GEMA 19/I/17
Pahlawan rohaniku ada Musa. Ketika saya masih kecil dan mengikuti sekolah minggu, Musa adalah tokoh yang paling sering diceritakan guru-guru sekolah minggu saya waktu itu. Kebanyakan cerita tentang Musa adalah cerita-cerita heroik dan memunculkan rasa kagum akan kehebatan Musa sebagai pemimpin bangsa Israel pada saat itu. Mulai dari saat proses keluar dari tanah Mesir, perjalanan 40 tahun yang melelahkan fisik maupun mental di padang gurun, dan saat-saat terakhir sebelum bangsa Israel menyeberang sungai Yordan untuk memasuki Kanaan, tanah perjanjian itu.
Lewi di zaman bangsa Israel masih menjadi budak di Mesir. TUHAN sudah berkerja sejak Musa masih bayi sedemikian rupa sehingga dia dapat selamat dari program pembunuhan bayi-bayi laki-laki Ibrani. Bahkan Musa dapat tumbuh besar mendapatkan fasilitas dan pendidikan yang terbaik di Mesir dalam lingkungan Firaun. Lebih lagi, Musa masih mendapatkan kasih sayang dari ibu kandungnya hingga waktunya dia disapih. TUHAN jelas sekali menjaga, melindungi, dan mempersiapkan Musa sejak kecil. Kemudian TUHAN mempersiapkan Musa lebih lanjut dengan kejadian pemukulan seorang sebangsanya oleh seorang Mesir saat kerja paksa. Melihat kejadian tersebut, Musa tidak tinggal diam dan membunuh orang Mesir itu dan akhirnya melarikan diri. Musa dapat saja memilih diam dan cuek demi menjaga kehidupannya yang sudah mapan dan nyaman di dalam lingkungan Firaun. Namun Musa tidak melupakan identitas dirinya dan lebih memilih untuk kembali ke jati dirinya sebagai orang Ibrani. TUHAN menggunakan rasa patriotisme Musa yang tinggi untuk memasuki masa persiapan Musa di tanah Midian sebelum menjadi pemimpin besar.
Bagi saya Musa adalah tokoh terpenting dalam kitab-kitab Perjanjian Lama. Dengan cerita mengenai Musa yang terbentang panjang dan rinci dari kitab Keluaran, tepatnya Keluaran 2, hingga kitab Ulangan, dengan kitab Imamat dan Bilangan termasuk didalamnya, sangat jelas bagaimana Musa begitu berjasa bagi bangsa Israel, sebagai pahlawan, pemimpin, dan penyelamat, dalam hal pembebasan bagi bangsa Israel sebagai budak di tanah Mesir. Warisan Musa bagi bangsa Israel dan bukti pentingnya Musa bagi mereka juga dapat dibaca di Mazmur 90 dan banyak pasal di kitab Yosua, Hakim-Hakim, Tawarikh, Ezra, Daniel, Lukas, Yohanes, Kisah Para Rasul, Ibrani, hingga Wahyu.
MUSA SEBAGAI PEMIMPIN TUHAN memanggil Musa untuk menjadi hamba-Nya guna memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir. TUHAN sendiri yang menjumpai
AWAL HIDUP MUSA Musa dilahirkan dari keluarga 30
GEMA 19/I/17
Musa dalam wujud semak duri yang lakukan hanyalah menuruti perintah menyala namun tidak terbakar. Pada TUHAN dan melakukannya dengan awalnya Musa menolak panggilan sempurna. Pemimpin yang baik itu dengan alasan keterbatasan adalah pemimpin yang taat. dirinya dan ketidakfasihan dalam berbicara (minder), juga faktor MUSA SEBAGAI MEDIATOR Firaun dan Mesir sebagai tujuan Bagi saya ini adalah peran terpenting (keder). Namun TUHAN meyakinkan Musa bagi bangsa Israel. Musa Musa bahwa Dia yang menyertai adalah mediator atau perantara dan yang memampukan. Akhirnya antara TUHAN dengan umat pilihanMusa mengabaikan kelemahanNya, bangsa Israel. Musalah yang kelemahannya dan menemui TUHAN ketika Dia datang mengandalkan menjumpai bangsa penyertaan dan Israel. Musalah yang MUSA MENGABAIKAN kuasa TUHAN dalam masuk awan pekat KELEMAHANmenjalani tugasnya menjumpai TUHAN mengemban dan keluar dari KELEMAHANNYA DAN misi-Nya. awan pekat tersebut MENGANDALKAN untuk menyatakan Inilah bagian-bagian apa yang menjadi PENYERTAAN DAN yang paling heroik: kehendak TUHAN. KUASA TUHAN DALAM Saat Musa dengan Saya melihat apa ditemani Harun MENJALANI TUGASNYA yang dilakukan Musa menghadap Firaun adalah pengorbanan MENGEMBAN MISI-NYA. yang besar ketika untuk memintanya melepaskan bangsa dia harus meletakan Israel, menghadapi dan mengalahkan nyawanya di atas resiko, bahwa jika orang-orang berilmu dan ahli-ahli dia mendapati dirinya sedang cemar sihir Mesir, dan menjadi alat TUHAN dan TUHAN tidak berkenan atasnya dalam menurunkan kesepuluh dan mengakibatkan kematian. tulah bagi Firaun dan seluruh Mesir. Kemudian Musa memimpin seluruh Musa sebagai perantara TUHAN bangsa Israel meninggalkan Mesir dangan bangsa Israel adalah dan menyeberang Laut Merah yang gambaran tentang Kristus yang pada akhirnya menenggelamkan adalah perantara Bapa dengan kita seluruh pasukan Firaun yang manusia berdosa. Musa sebagai mengejar bangsa Israel. Luar biasa perantara yang tidak sempurnya bukan, bagaimana TUHAN memakai telah digenapi oleh Kristus yang Musa untuk melakukan hal-hal besar sempurna. Dari sini saya melihat yang mungkin tidak pernah Musa bagaimana TUHAN begitu mengasihi pikirkan sebelumnya. Yang Musa bangsa pilihan-Nya sehingga TUHAN 31
GEMA 19/I/17
memanggil Musa untuk menjadi perantara dalam menyampaikan kehendak dan perintah-perintah-Nya.
dimilikinya untuk selama-lamanya. Dari sini saya melihat betapa Musa sangat mengerti akan sejarah dan bagaimana Musa sangat mengerti bahwa TUHAN adalah Allah yang setia. Musa adalah seorang negosiator ulung.
MUSA SEBAGAI NEGOSIATOR Ada masa-masa di mana bangsa Israel berbuat dosa besar yang membuat TUHAN murka dan ingin memusnahkan bangsa Israel. AKHIR HIDUP MUSA Misalnya ketika Musa menerima Di masa-masa terakhir hidupnya, kedua loh hukum Allah di gunung Musa hanya diizinkan untuk melihat Sinai, didapati bahwa bangsa Israel Tanah Perjanjian dari jauh. Tuhan membuat anak lembu tidak mengizinkan emas untuk mereka ... SEORANG PEMIMPIN Musa memasuki sujud menyembah dan Tanah Perjanjian YANG MEMILIKI mempersembahkan walau Musa telah korban. TUHAN ingin berkorban begitu TANGGUNG JAWAB membinasakan bangsa banyak, berjasa YANG JAUH LEBIH Israel karena dosa begitu besar, besar ini dan karena memberikan seluruh BESAR DALAM bangsa Israel adalah hidupnya, dan MENTAATI PERINTAH bangsa yang tegar setia melaksanakan tengkuk. Namun Musa TUHAN, BESAR JUGA tugasnya. Musa kembali mengingatkan gagal masuk ke TUHAN bahwa tangan KONSEKUENSINYA. Tanah Perjanjian TUHAN sendirilah “hanya” karena yang mengeluarkan bangsa Israel dari ketidaktaatannya menjalankan perbudakan dan TUHAN akan menjadi perintah Tuhan dengan benar dan bahan cemoohan bangsa Mesir dan sempurna. Karena situasi yang bangsa-bangsa lain jika TUHAN panas dengan bangsa Israel yang membebaskan bangsa Israel dengan bersungut-sungut karena kehausan, maksud pada akhirnya membinasakan Musa memukul bukit batu, walau bangsa pilihan-Nya sendiri. Tuhan hanya memerintahkan untuk berbicara kepada bukit batu agar Musa juga mengingatkan TUHAN mengeluarkan air. akan sumpah-Nya kepada Abraham, Ishak dan Yakub: Aku akan membuat Kesalahan Musa memang terlihat keturunanmu sebanyak bintang kecil dan sepele. Tetapi karena itu di langit, dan seluruh negeri yang dilakukan oleh Musa yang adalah telah Kujanjikan ini akan Kuberikan seorang pemimpin yang memiliki kepada keturunanmu, supaya tanggung jawab yang jauh lebih 32
GEMA 19/I/17
mungkin bangsa Israel akan tertunda lebih lama lagi untuk menyeberang sungai Yordan dan memasuki Tanah Perjanjian. Dalam konteks yang lebih luas, Musa adalah penulis utama kitab-kitab Taurat yang sampai saat ini menjadi pegangan dan perenungan bagi kita orang-orang percaya.
besar dalam mentaati perintah TUHAN, besar juga konsekuensinya. Namun kegagalan Musa masuk Tanah Perjanjian tidak mengurangi keharuman namanya. Bahkan Musa menunjukan bahwa dia orang yang legowo, tidak memberontak dan kecewa kepada TUHAN, tapi tetap mentaati TUHAN dan menghormati hak prerogatif TUHAN.
Tutup kata, saya melihat bahwa Musa yang adalah kepanjangan tangan TUHAN, perantara TUHAN, dan alat bagi TUHAN. Dia menanggapi dan menerima panggilah TUHAN dan dia menjalankan tugasnya dengan setia dan manut kata Tuhan. Dia juga mentor dan guru yang baik. Kitapun yang hidup saat ini, juga selayaknya memiliki hati yang sama dengan menjawab panggilan TUHAN untuk melayani-Nya •
WARISAN MUSA Regenerasi adalah bagian penting dari banyak keberhasilan Musa. Dia berhasil mewariskan pengenalan akan Allah kepada Yosua, sehingga Allah Musa menjadi Allah Yosua. Sehingga bangsa Israel menjadi bangsa yang makin besar dibawah kepemimpinan Yosua. Bayangkan jika Musa tidak membiarkan Yosua dekat dengannya dan belajar darinya,
33
GEMA 19/I/17
GEMA 19/I/17
mudah. Dari semua perang merebut tanah Kanaan, ada satu perang yang begitu spektakuler dan hanya terjadi sekali dalam sejarah. Yosua 10 ayat 12-14, menceritakan bagaimana fenomena alam matahari dan bulan berhenti ketika Yosua memerangi gabungan kelima raja bangsa Amori. Yang menarik dari peristiwa ini adalah: permintaan Yosua untuk menghentikan matahari dan bulan meskipun di ayat sebelumnya Tuhan mengacaukan musuh bangsa Israel dan melempari mereka dengan batu besar dari langit. Yosua membuktikan bahwa dia bukan tipe seorang pemimpin yang manja dan malas bekerja. Permintaannya adalah supaya diberikan waktu yang lebih panjang agar bisa mengalahkan musuh-musuhnya. Yosua tetap mengerjakan bagian dia dengan berjuang dalam peperangan, walaupun Tuhan sudah campur tangan dan memberikan kemenangan kepada bangsa Israel.
melawan bangsa Amalek.
YOSUA
PAHLAWAN PERANG Jika bicara soal kepahlawanan, maka yang timbul di dalam benak adalah suatu sosok kepemimpinan dalam peperangan dengan semangat yang gagah berani. Salah satu tokoh alkitab yang banyak terlibat dalam peperangan adalah Yosua. Tercatat total 31 raja yang berhasil ditaklukan oleh bangsa Israel dalam usaha untuk menduduki tanah Kanaan. Dimulai dari raja bangsa Yerikho dan diakhiri oleh raja bangsa Tirza.
Selain kepiawaian Yosua dalam berperang, yang tak kalah menarik dari tokoh Yosua adalah karakter imannya kepada Tuhan yang begitu solid. Hal ini bisa dilihat dari peristiwa ketika Musa mengirim 12 pengintai ke tanah Kanaan (Bilangan 13-14). Ketika mereka kembali, kesepuluh pengintai memberikan laporan bahwa tanah Kanaan mustahil untuk ditaklukan. Hanya Yosua dan Kaleb yang beriman bahwa Kanaan bisa direbut jika bangsa Israel taat kepada Tuhan. Padahal resikonya ketika itu mereka berdua nyaris dilempar batu oleh rakyat yang sedang marah. Tuhan pun memberikan penghargaan kepada Yosua dan Kaleb, hanya mereka berdua sajalah yang bisa masuk ke tanah perjanjian.
Oleh: Jimmy Hng
kitab Keluaran pasal 17 dalam kisah memimpin bangsa Israel berperang melawan bangsa Amalek. Melihat latar belakang bahwa Yosua dan bangsa Israel yang adalah mantan budak tanpa bekal pengalaman militer ataupun pernah terlibat di medan pertempuran, tampaknya cukup sulit bagi mereka untuk menang dalam peperangan di Rafidim. Namun Tuhan memberikan kemenangan bagi Bangsa Israel melalui tangan Musa yang terangkat dan berkat kepemimpinan Yosua dalam berperang
Nama Yosua mulai muncul dalam 34
Ketika Musa meninggal, Yosua yang sebelumnya adalah abdi Musa dipanggil Allah untuk menggantikan peran Musa memimpin bangsa Israel memasuki tanah Kanaan. Pergumulan Yosua sangat jelas terlihat di Kitab Yosua pasal 1. Entah apa yang ada di benak Yosua, sehingga Tuhan harus menegaskan kata-kata: “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu” sampai tiga kali. Yosua telah mengikuti Musa selama empat puluh tahun semenjak keluar dari Mesir. Di bawah bayangbayang kehebatan kepemimpinan Musa, sekarang tongkat estafet kepemimpinan beralih kepada Yosua.
Ukuran kepahlawanan, selain dari perjuangannya di medan pertempuran, juga bagaimana kehidupan pribadinya dengan Tuhan. Hubungan pribadi dengan Tuhan inipun akan teruji oleh waktu. Ada tokoh lain dalam Alkitab yang di masa tuanya berubah tidak setia kepada Tuhan misalnya Salomo, tetapi tidak demikian halnya dengan Yosua. Di akhir masa hidupnya, Yosua tetap konsisten memberikan teladan bagi bangsa Israel, baik sebagai seorang pemimpin bangsa Israel maupun juga sebagai pemimpin keluarga yang masih setia kepada Tuhan (Yosua 24) •
Perjuangan untuk merebut tanah Kanaan memang tidaklah semuanya 35
GEMA 19/I/17
GEMA 19/I/17
Nabi Nuh dan istrinya, tiga orang anaknya, tiga orang mantunya, masuk dalam baht’ra. Hujan lebat turunlah, hujan lebat turunlah, hujan lebat turunlah, d’lapan orang s’lamat. Lagu yang singkat dan sederhana ini menjadi salah satu lagu favorit saat saya sekolah minggu dan tetap saya ingat hingga kini. Kisah hidup Nuh yang dituliskan secara singkat dalam kitab Kejadian 5:32 – 9:29 pun menjadi salah satu yang saya suka. Izinkan saya untuk membagikannya dalam tulisan yang juga singkat ini. Nuh yang adalah keturunan kesepuluh (Adam yang pertama) hidup pada zaman yang sangat lama sekali dari masa kini. Namun ada beberapa hal dari kisah hidupnya yang cukup relevan untuk dikorelasikan dengan zaman sekarang.
Oleh: Yosafat TH
Seandainya Nuh Hidup di Zaman Ini
Saat itu kejahatan umat manusia sangat besar dan semua kecenderungan hati manusia hanya berujung pada kejahatan. Bumi pun rusak karena ulah manusia. Tidak terbayangkan lagi betapa jahatnya manusia. Hingga pada puncaknya TUHAN pun menyesal telah menciptakan manusia dan berniat memusnahkan semuanya dari muka bumi. Namun Nuh tidak demikian, dia berbeda dari orang-orang di sekitarnya. Dituliskan Nuh adalah seorang yang benar dan
36
37
GEMA 19/I/17
tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah (Kejadian 6:9). Dari sekian banyaknya manusia pada waktu itu, hanya Nuh (dan keluarganya) lah yang mendapatkan kasih TUHAN.
Andaikan Nuh hidup pada zaman ini. Misalnya di kota yang penuh dengan kemaksiatan, di mana kejahatan ada di setiap sudut kota, di mana perjudian, prostitusi dan narkotik adalah hal yang wajar, di mana penipuan dan praktik suap adalah hal yang lumrah. Kota pun rusak karena ulah penghuninya. Bisa dibayangkan betapa beratnya untuk bisa bertahan. Namun Nuh memilih untuk bertahan dengan integritasnya. Pilihan Nuh penuh resiko. Dia harus siap untuk tidak nyaman dalam menjalankan segala sesuatu, mendapatkan musuh dan menjadi tidak populer di lingkungannya. Kadang dia harus rela dianggap gila ketika bertahan pada konviksinya. Namun akhirnya Nuh selamat dari banjir yang memusnahkan kota maksiat itu.
Ketika TUHAN berencana memusnahkan manusia dengan air bah, TUHAN memerintahkan Nuh untuk membangun sebuah bahtera, dengan detail spesifikasi dan peruntukannya. Nuh melakukan semuanya, tepat seperti yang diperintahkan TUHAN (Kejadian 6:22). Kita tahu Nuh dan keluarganya selamat dari air bah itu. Namun kisah Nuh akan berbeda jika dia tidak memiliki iman kepada TUHAN dan konviksi dalam kehidupannya.
Lalu bagaimana jika seandainya situasi ini terjadi pada hidup kita? Mungkin kita bebas memilih berkompromi dengan sekitar. Memilih untuk tidak peduli dan akhirnya menjadi sama. Namun cerita akan berbeda jika kita bisa seperti Nuh. Hidup dalam integritas atau bahkan menjadi bagian yang merubah kehidupan tempat kita tinggal menjadi lebih baik, dan mendapatkan kasih karunia di mata TUHAN •
Nuh adalah salah satu contoh konkrit bagaimana seseorang mempertahankan integritasnya ditengah lingkungan yang tidak mendukung. 38
NOAH
Job
Although he suffered a lot, he was faithful and did not blame God for his suffering.
- GRACE -
RUT!
Because I like Walaupun suaminya animals and boats. sudah tidak ada, tetapi tetap setia mengikuti mertuanya
- THEODORE -
- ORI -
ABRAHAM
MOSES!
He was very inspiring and influential person.
- KAIROS-
He was the chosen leader to set the Israelites free.
- ANGIE -
MOSES He was the father of Israel which was God’s chosen people.
- ARTHUR -
Because of the Egypt business.
- TIMMY -
DAVID
Gereja Presbyterian Orchard Jemaat Berbahasa Indonesia
3 Orchard Road, Singapore 328825 Tel. (+65) 63368829
David and Goliath ©2014-2017 ErikBragalyan