Malam ini adalah malam minggu dan mereka tetap di rumah itu. Agil keberatan, ia mengajak Edward agar melupakan rencana ini dan bersenang-senang seperti biasa di boulevard. Namun Edward masih ingin memantau Karen sampai UTS, setelah itu ia akan meyerah dan melupakan rencana ini. Dan seperti malam minggu biasanya, Reinaldi ngapel. Di iringi 2 bodyguard yang menjaga di depan teras. Sabtu ini kakak Karen pergi dengan pacarnya, begitu pula kedua orangtuanya yang pergi merayakan hari pernikahan mereka. Edward terus mendengar percakapan mereka. Constantine, Agil dan David sibuk dengan permainan kartu mereka, Indra dan Ken bermain catur, sedangkan Olivia memantau teras dengan teleskopnya. Edward menopang dagunya sambil mendengar percakapan mereka, “Nina?” “hmm?” “sampai kapan aku harus nunggu?” “nunggu apa Rein?” “itu yang pas kita dinner di boulevard” “yang mana? kita kan sering dinner disana?” “yang pas kamu marah terus nyiram air ke aku itu?” Edward memperbesar volume suaranya, Olivia menoleh, Ken yang seharusnya gilirannya bergerak 136 To Save The Princess : Karen “Nina” Dealita
saat main catur jadi tidak kosentrasi, hal itu juga dialami para pemain kartu, intinya mereka semua penasaran. “udahlah Rein aku ga mau mbahas itu” “bentar aja kok, ya sayang?” Edward dan kawan-kawan hening, menunggu jawaban Karen, sebenarnya mereka juga bingung sebenarnya apa yang sedang Reinaldi dan Karen bicarakan, “Nina sayang?” “Rein, aku ga mau, apa itu kurang jelas?” “ayolah Nina, teman-temanku sudah mencium pacar mereka, padahal baru setahun mereka pacaran, masa kita yang sudah hampir 3 tahun belum pernah?” Agil spontan berkomentar “mereka tidak pernah berciuman?? Kasihannya si Rein?” “ssttt” Edward menyuruh Agil diam dulu, “jadi kamu ngajak ciuman hanya karena tementemenmu udah, gitu?” “enggak, ya karena aku juga sayang sama kamu?” “jangan mau!” Olivia ikut berkomentar, “gombal tinggkat everest itu Karen!!” Constantine menambahkan, “hei bisakah kalian diam?” Edward memohon, “Rein, sayang itu bukan cuma ciuman dan pelukan aja, masih banyak hal yang lain yang bisa kamu 137 To Save The Princess : Karen “Nina” Dealita
lakukin untuk nunjukkin sayangmu ke aku” suara Karen terdengar lagi, “tul itu!” kali ini Ken yang berkomentar, “itu mah modus aja bilang sayang!” Olivia ikut berkata, “dasar mesum!” kata Agil sambil membanting kartu terakhirnya, Mereka semua menatap Agil, “apaa?” Agil bertanya, “ga usah maling teriak maling Gil” jawab Indra sambil menjalankan bidak caturnya, “kampret! Sudah diam, itu Edward mau dengerin lagi” Agil coba mengeles, “iya aku tahu itu sayang” “baguslah kalo kamu tahu Rein, jadi tolong jangan di bahas lagi” “tapi Nina, kamu tahu kan siapa aku?” “maksudmu apa Rein?” “aku selalu dapat yang aku inginkan? tidak pernah tidak!” “apa kamu sedang ngancam aku?” “maka dari itu jangan paksa aku Nin?” “pulanglah Rein, aku mau tidur” “Nin!” “lepas Rein?!!” 138 To Save The Princess : Karen “Nina” Dealita
“akan lebih mudah jika kamu tidak melawan Nin” “Rein, aku bilang, lepasin aku!!” Edward beranjak dari kursinya, mengambil headset dan menghubungkannya dengan ponselnya, “apa yang kamu lihat disana Oliv?” “ga ada! kan kamu tahu sendiri jarak pandangnya cuma sampai beranda” Olivia menjawab cepat, “ayo kita kesana!” Edward menatap teman-temannya, “are you kidding me, Ed???” Agil menatap Edward, “apa kamu tuli Gil? Karen dalam bahaya?” Edward berteriak, “itu cuma ciuman apa masalahnya? lagian mereka pacaran??” Agil ikut berteriak, “masalahnya Karen tidak mau!” Edward mengambil sarung tangannya, “Ed jangan jadi pahlawan!” Agil mencoba menghalangi Edward, sebelum Edward sempat menjawab, terdengar lagi suara Karen dan Reinaldi, “awalnya aku cuma ingin menciummu, tapi tampaknya situasi mendukung untuk lebih dari itu?” “Rein kamu gila ya?” Mereka mendengar sebuah benda jatuh dan bunyi seperti kaca pecah, serta sebuah pukulan atau semacam tamparan, “Ed, bodyguardnya masuk ke dalam rumah!!” Olivia berkata sambil melihat dalam teleskopnya, Edward merebut teleskop itu, beberapa 139 To Save The Princess : Karen “Nina” Dealita
detik kemudian Edward mengembalikan teleskop itu pada Olivia, “Stef, ikut aku!” “loh emang bodyguardnya ga nolongin Karen apa?” tanya Agil, “entahlah tapi itu mereka keluar lagi” Olivia langsung kembali melihat dari teleskopnya, “Liv apa kamu membawa peluru BB atau semacamnya yang bisa membuat pingsan?” tanya Edward, Olivia mencari sesuatu di dalam tasnya, setelah menemukannya dia menunjukkan Edward, “apa itu?” David mendekat pada Olivia, sebuah benda yang mirip dengan peluru di telapak tangan Olivia, “bahannya dari karet tapi lumayan menyakitkan kalo kena, dulu aku latihan pake ini” “dengan jarak segini apa kamu bisa membidik mereka dengan tepat?” tanya Edward, “aku rasa bisa” “oke dengarin baik-baik, Oliv akan menembak 2 bodyguardnya, Constantine lumpuhkan mereka, Agil siapkan mobil, Indra topeng yang pernah kamu tunjukkan ke aku, apa itu buatanmu sendiri?” “Iya Ed, kenapa?” Indra bertanya, “jadi tidak ada satupun orang yang tahu itu buatanmu kan?” “enggak sih” 140 To Save The Princess : Karen “Nina” Dealita
“pinjam buat jaga-jaga kalo aku harus berduel dengan Rein” Indra mengambil topeng itu, Agil masih setengah percaya dengan seluruh perintah Edward ini, “Ed, kita terlalu jauh bertindak? Kamu sadar ga apa yang akan kamu hadapi?” Edward memakai topeng itu, sambil mencari kunci mobil dan memberikannya pada Agil, “ayolah Ed??!” Agil merasa tidak di indahkan, Edward menatap Agil, “Gil siapkan mobil, tolong?”, Agil menyerah dan langsung keluar, diikuti Edward dan Constantine. Edward menekan tombol speed dial nomor 8, terhubung ke laptop Ken. Begitu tersambung, ia langsung berkata, “Liv siap? Begitu aku sudah menyeberang tembak langsung ya?” “ya Ed” Olivia agak gemetaran memegang senapan itu, karena selama ini ia hanya latihan, tapi kali ini sungguhan, “Ken berikan aku gambaran denah rumahnya dari cetak biru kemarin” “oke, tunggu Ed” Ken mengutak-atik laptopnya. Edward berlari menurunin bukit bersama Constantine, mereka akhirnya sampai di trotoar. Setelah melihat jalanan sepi mereka menyeberang. Tepat di pembatas jalan mereka menunggu celah untuk menyeberang.
141 To Save The Princess : Karen “Nina” Dealita
Edward menekan lebih dalam headsetnya agar terdengar jelas, dan berkata “siap-siap Liv, habis mobil ini aku nyebrang” “ya Ed, sasaran sudah di kunci” Mobil terakhir melintas, Constantine dan Edward berpencar. Constantine ke kiri bagian rumah, mengendap-endap di bawah pagar. Olivia melihatnya dan langsung menembak, suara letupan terdengar kencang dan peluru yang telah dimodifikasi itu meluncur mengenai jidat salah satu bodyguard. Sang bodyguard merasa kesakitan luar biasa, Constantine datang dari belakang dan langsung memberikan pukulan di rusuk sebelah kiri penjaga, ia terjatuh namun masih sadar, Constantine menambahkan dua-tiga pukulan di dahinya. Bodyguard yang berada di sisi kanan menyadari adanya suara-suara itu, ia menyisir ke kiri. Ia menemukan temannya jatuh, disaat bersamaan ia merasakan rasa sakit dilehernya, di ikuti sebuah tendangan ditenguknya. Bodyguard terjatuh dan Edward menyelesaikan dengan tendangan deol chagi. “Stef, bawa mereka ke pinggir” kata Edward sambil menuju beranda, Constantine menyeret dua orang itu ke taman di sisi kanan halaman rumah Karen. Edward membuka pintu perlahan, mengintip. Tidak ada orang, ia terus berjalan menuju ruang tamu, meja kacah itu pecah, sepertinya Karen melakukan 142 To Save The Princess : Karen “Nina” Dealita
perlawanan. “Ed?” suara Ken tiba-tiba terdengar dari earphone, “ya, aku di dalam Ken” “begitu kamu buka pintu di ujung koridor, disisi kiri ada kamar mandi, kalo kamu ke kanan ruang keluarga, di depannya ada 2 kamar dan di tengahtengahnya ada tangga” “dari 2 kamar itu mana yang lebih kecil ukurannya?” tanya Edward sambil membuka pintu di ujung koridor, “kamar yang kiri Ed” Edward terdiam sejenak, melihat sesisi ruang tengah itu. Ia menuju kamar yang disisi kiri. Ia melangkah pelan, berusaha tidak menimbulkan suara. Ia memegang gagang pintu itu dan membukanya perlahan, setelah tiga perempat pintu terbuka, ia melihat Karen sudah tertindih tubuh Rein. Karen sudah setengah telanjang, karena kaos yang ia pakai telah robek, sehingga terlihat BRA Karen. Celananya pun sudah berhasli dilucuti sehingga hanya celana dalam yang menuntupi organ intim Karen. Dalam keadaan seperti itu Karen masih melakukan perlawan, Reinaldi memukul wajah Karen. Edward pun langsung berlari menuju Reinaldi dan melibaskan sebuah tendangan twieo ap chagi ke arah pinggang Reinaldi.
143 To Save The Princess : Karen “Nina” Dealita
Reinaldi terjatuh, Edward menatap wajah Karen sesaat, ia pingsan karena pukulan Reinaldi tadi. Reinaldi turun dari kasur, ia berkata “siapa kamu?” Namun Edward tidak menjawab dan langsung menyerang Reinaldi dengan tendangan dollyo chagi, Reinaldi masih bisa menahan serangan-serangan Edward. Ketika sedang asyik menyerang Reinaldi, Ken berkata, “Ed, kalo kalian sedang berkelahi jangan pakai tae kwon do loh, karena di sekolah kita cuma kamu yang bisa tae kwon do” Edward terhenyak dan menghentikan serangan, ia melangkah mundur, mengambil posisi. Reinaldi yang punya ruang gerak, balik menyerang, ia menghujamkan sebuah pukulan ke wajah Edward, Edward langsung menepis dengan tangan kirinya dan balik menyerangkan dengan mendaratkan sikunya di pelipis Reindaldi. Namun Reinaldi bereaksi cepat, ia balik mencengkram tangan kiri Edward dan mengangkat lengan Edward hingga dalam posisi memikul, kemudian Reinaldi menghempaskan tubuh Edward. Masih dalam posisi terjatuh dengan satu tangan di pegang oleh Reinaldi, Edward tidak bisa bergerak dan Reinaldi memukul wajah Edward. Melihat Edward tidak ada respon, ia berniat membuka topeng itu, namun tiba-tiba Edward menendang wajah Reinaldi, menyebabkan Reinaldi jatuh tersungkur. Edward kembali berdiri, begitu pula dengan Reinaldi. Reinaldi sangat murka, ia menyerang Edward duluan, 144 To Save The Princess : Karen “Nina” Dealita
dengan pukulan yang cepat ia membidik wajah Edward, Edward terus menghindar, sampai akhirnya Edward melihat celah, ia bergerser ke kiri dan lagilagi mengibaskan sikunya hingga mengenai tenggorokan Reinaldi. Belum puas, Edward menendang lutut Reindaldi hingga ia jatuh berlutut dan sebagai finishing Edward melakukan tendangan deol chagi ke kepala Reinaldi. Membuat Reinaldi jatuh tidak sadarkan diri. Perkelahian selesai, ia melihat Karen yang masih pingsan itu. Tanpa bermaksud mengambil kesempatan dalam kesempitan, ia langsung mengambil selimut yang terjatuh di lantai. Membungkus badan Karen dan menggendongnya keluar. “Ken, apa Agil sudah didepan?” nafas Edward tersenggal-senggal, “sudah dari tadi, kenapa lama sekali?” Ken cemas, “bereskan peralatan, hapus semua tanda kalo kita pernah disana, aku akan jemput kalian semua kalo udah siap” pinta Edward, “oke” Ken segera mematikan panggilan dari Edward, mereka semua yang di bangunan itu langsung bahumembahu membereskan peralatan. Ken bagian listrik dan yang berkaitan dengan alatalat aneh miliknya, Indra menghapus sidik jari setiap benda-benda yang pernah disentuh oleh dia dan 145 To Save The Princess : Karen “Nina” Dealita
teman-temannya. Olivia membereskan kabel-kabel dibantu oleh David. Edward melewati koridor itu menyempatkan mengambil ornament yang dipasang alat penyadap oleh Ken, sesampainya di beranda, Constantine langsung mengambil ornament itu, “Stef, cari peluru karetnya?” “udah aku bereskan juga kok?” Constantine berlari kecil, Edward tidak bisa berlari karena menggendong Karen, mobil telah terpakir di depan pagar, “mau taruh di tengah atau belakang?” tanya Constantine, “tengah aja” jawab Edward, Constantine membukakan pintu, Edward meletakkan Karen dengan perlahan, setelah selesai Edward langsung duduk di kursi berlakang, sementara Constantine di depan bersama Agil. Mereka sampai di bawah bukit, di seberang rumah Karen. Belum ada tanda-tanda orang tua Karen pulang ataupun Reindaldi, tampaknya ia dan bodyguardnya masih pingsan. Edward segera keluar dari mobil, ia melihat sebuah motor di sana, “motor siapa ini?” tanya Edward, “motorku” jawab Indra, “aku tidak tahu kalo kamu punya motor” Constantine mendekati motor berwarna biru itu, 146 To Save The Princess : Karen “Nina” Dealita
“tepatnya motor kakakku, aku tadi langsung pulang ambil motor” Indra melemparkan kunci motor tersebut kepada Constantine, “jadi apa yang akan kita lakukan Ed?” Ken berdiri di pinggir trotoar, “kita ke ring-road dulu” jawab Edward, “ngapain???” Agil heran, “kita ke sana dulu, biarkan aku berpikir bentar” jawab Edward sambil membuka pintu depan mobilnya, Indra membonceng Constantine, sementara Ken dan David duduk di paling belakang, Olivia duduk di tengah, menjadikan pahanya untuk sandaran kepala Karen. Mobil dan motor itu melaju ke arah pinggir kota. Menuju jalan ring-road yang merupakan arah keluar masuknya kota ini. Sekitar 35 menit perjalanan itu ditempuh, mendekati persimpangan sebelum masuk ke area pinggir kota, Edward meminta mobil untuk menepi di sebuah halte.
147 To Save The Princess : Karen “Nina” Dealita