Modul ke:
10
ANALISIS WACANA Mengungkap realitas yang dibingkai media, perspektif wacana, jenis wacana, serta pendekatan dalam analisa wacana
Fakultas
Ilmu Komunikasi Program Studi
S1 Brodcasting
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom
• Lubis (1993) mendefinisikan bahwa wacana adalah kumpulan pernyataan-pernyataan yang ditulis, atau diucapkan, atau dikomunikasikan dengan menggunakan tanda-tanda. • Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam suatu komunikasi atau telaah mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa. Selain mengetahui isi teks, analisis wacana juga dapat mengungkap pesan yang ingin disampaikan, mengapa harus disampaikan, dan bagaimana pesan-pesan itu tersusun, dan dipahami. • Analisis Wacana akan memungkinkan untuk memperlihatkan motivasi yang tersembunyi di belakang sebuah teks.
Perspektif Wacana • 1. Pandangan Positiv Empiris • analisis wacana menggambarkan hubungan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama. Wacana diukur dengan pertimbangan kebenaran atau ketidakbenaran menurut sintaksis dan semantik (titik perhatian didasarkan pada benar tidaknya bahasa secara gramatikal)- Analisis Isi
• 2. Pandangan Konstruktivis • analisis wacana sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan maknamakna tertentu. • Pengungkapan dilakukan dengan menempatkan diri pada posisi pembicara dengan penafsiran mengikuti struktur makna dari pembicara. –Analisis Framing (bingkai)
• 3. Pandangan Kritis • menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. • analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa; batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan. Wacana melihat bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan. (Analisis Wacana Kritis)
Jenis Wacana Berdasarkan Tujuan 1. Wacana Lisan 2. Wacana Tulis Berdasarkan jumlah peserta yang terlibat pembicaraan • 1. Monolog • 2. dialog • 3. Polilog • • • •
• • • • • •
Berdasarkan tujuan berkomunikasi 1. Argumentasi 2. Eksposisi 3. Persuasi 4. Deskripsi 5. Narasi
TEORI WACANA • 1. Teori Wacana Bakhtin • Tipologi wacana menurut Bakhtin adalah sebagai berikut: • Pertama, Wacana Linear, adalah wacana yang memandang wacana lain hanya dalam sebuah garis besar dengan batas-batas eksternal yang jelas dengan meminimalkan individualitas internalnya. Contoh dalam wacana ini adalah puisi.
• Kedua, Wacana piktural, adalah wacana yang dengan tangkas dan halus dapat menerobos wacana lain, baik dalam bentuk komentar maupun ejekan. Seperti contoh wayang. • Ketiga, Dalam hal ini Bakhtin dankawan-kawan membangi wacana menjadi dua jenis, yaitu Wacana Satu-Suara dan Wacana Suara-Ganda, Wacana Satu-Suara meliputi wacana linear dan wacana piktural. Sedangkan Wacana SuaraGanda meliputi Stilisasi, Skaz, Parodi, dan Polemik terselubung.
• 2. Teori Wacana Althusser • Wacana cenderung dipahami sebagai ideologi dalam praktik. Tak ada ideologi tanpa wacana, dan tak ada wacana tanpa ideologi. Ideologi yang tidak mewujud secara material, tanpa subjek dan untuk subjek, hal itu akan kehilangan fungsinya.
Pendekatan dalam analisis wacana • 1. Pendekatan epistemologi empirisme positivisme • Pendekatan ini melahirkan pengertian bahwa bahasa adalah medium komunikasi belaka. Bahasa dalam episteme ini dimaknai secara polos. Bahasa dipandang semata sebagai alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan, untuk mengekspresikan rasa cinta dan seni, untuk melakukan persuasi.
• 2. Pandangan Fenomenologi • Pandangan ini melihat bahasa memiliki keterkaitan antara subjek atau penuturnya. Analisis wacana dalam perspektif ini berusaha membongkar dan mengungkap maksud tersembunyi yang ada di balik ucapan yang diproduksi. Dengan cara meneliti ujaran-ujaran yang ada dalam wacana, lalu menarik garis merah dengan jati diri si penulis atau pembicaranya.
• 3. Post Strukturaisme • pandangan ini melihatbahasa sebagai media untuk melakukan dominasi dan menyebarkan kekuasaan. Dalam proses pembentukan bahasa, ada konstelasi kekuatan yang menyertainya. Foucault menyebut, wacana memiliki power dan kekuasaan di balik pernyataan-pernyataannya.