1.
Semakin tingginya produksi dan produktivitas hasil pertanian dengan rendahnya laju alih fungsi lahan pertanian subur.
Tabel 3.14 Pencapaian Kinerja Sasaran 14
Satuan
Target RPJM Tahun 2015
Realisasi
Capaian
Realisasi
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Kategori
Indikator kinerja
Capaian
Tahun 2015
Realisasi
Tahun 2014
Capaian
Tahun 2013
Realisasi
Tahun 2012
Target Nasio nal
Tahun 2011
16
Koordinator SKPD Pengampu
17
1 2 3
Meningkatny a jumlah produksi bahan pangan pokok, meliputi : 1. padi saw ah 2. padi ladang 3. jagung
Dipertanbunhut
ton ton ton
252,893 18,229 141,493
4
4. kedele
ton
5
5. kacang tanah
ton
6
6. ubi kay u
ton
104,787
7
7. ubi jalar
ton
614
8 9
Meningkatny a jumlah produksi holtikultura buahbuahan, meliputi : 1. Durian 2. Mangga
kuintal 32,942 kuintal 204,558
- 37,341 - 106,586
166 82
10
3. Pepay a
kuintal 121,551
-
99,552
100
11
4. Pisang
kuintal 109,015
- 156,201
164
12
5. rambutan
kuintal
-
271
13
Meningkatny a jumlah produksi holtikultura say uran, meliputi : 1. Baw ang Merah
kuintal
82.69
30,819 106.49 30388 104357 343.42
A Dipertanbunhut
14 15 16
2. Kobis 3. Cabe raw it 4. Tomat
kuintal 135.304 kuintal 103.318 kuintal 11.59
- 121.104 96.88 - 123.394 145.17 - 29.062 276.78
209.479 164.3 171,107 131.57 288.228 322.94 238,322 254.31 26.81 249.09 37,427 339.26
150,208 113.24 135304 97487 72.05 292,042 296.80 103318 319363 309.11 17,580 155.48 11590 18335 158.20
C Dipertanbunhut A Dipertanbunhut A Dipertanbunhut
17
5. Wortel
kuintal
- 118.225 157.63
92.24 117.13 252,115 304.90
139,523 160.70 91163 160370 175.92
A Dipertanbunhut
18 19
Meningkatny a produktifitas tanaman pangan utama : 1. padi saw ah 2. padi ladang
ku/ha ku/ha
59.52 49.28
-
56.01 38.54
96.59 81.05
59.39 101.76 48.58 101.25
56.31 45.61
86.26 84.14
54.01 91.34 49.24 100.82
59.52 49.28
58.97 27.9
99.08 56.62
B Dipertanbunhut C Dipertanbunhut
20
3. jagung
ku/ha
49.52
-
50.28 102.57
52 105.86
51.85
90.79
50.66 102.72
49.52
41.35
83.50
B Dipertanbunhut
- 225.103 - 14.372 - 112.253
90.84 79.21 81.76
4,452
-
4.175
99.22
3.864 90.58
2,317
56.72
3,080
70.45
4452
5062 113.70
A Dipertanbunhut
4,955
-
3.514
81.01
6.095 134.13
7,097 150.97
4,844
99.92
4955
3132
63.21
C Dipertanbunhut
92.67 104787 123499 117.86
A Dipertanbunhut
- 123.657 131.45 -
928 195.37
268.776 107.91 242,755 20.544 113.1 2,486 132.24 95.74 123,125
126.456 131.13 119,127 1.194 247.2
669
96.83 12.97 91.38
99.03 73.36
247,149 98.23 252893 270809 107.08 19,809 108.79 18229 8444 46.32 136,443 97.21 141493 109431 77.34
94,323
638.6 112.63
614
314
51.14
A Dipertanbunhut D Dipertanbunhut B Dipertanbunhut
D Dipertanbunhut Dipertanbunhut
26,216
54,155
27.621 111.6 19,396 97.412 66.9 148,006
66.13 22.61
C Dipertanbunhut D Dipertanbunhut
89.626 85.36 307,687 279.08
268,043 231.54 121551 214217 176.24
A Dipertanbunhut
203.377 206.84 262,190 257.64
352,421 334.59 109015 220718 202.47
A Dipertanbunhut
39.869 186.3
16,634
71.24 90.76
73.93
19,730 158,691
65.88 32942 86.89 204558
33,977 138.68 26216
21785 46243
35160 134.12
A Dipertanbunhut Dipertanbunhut
30.388
91.163
-
24.325
97.30
30.129 114.78
22,791
Dipertanbunhut
Realisasi
Capaian
Realisasi
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Kategori
Capaian
3
Tahun 2015
Realisasi
2
Tahun 2014
Capaian
1
Tahun 2013
Realisasi
Indikator kinerja
Target RPJM Satuan Tahun 2015
Tahun 2012
Target Nasio nal
Tahun 2011
Koordinator SKPD Pengampu
16
17
21 22
4. kedele 5. kacang tanah
ku/ha ku/ha
12.1 12.7
-
16.97 142.61 9.14 79.00
11,43 95.65 14,42 120.17
11.84 93.23 22.3 178.40
12.05 100.42 11.43 91.08
12.1 12.7
14.34 118.51 12.65 99.61
A Dipertanbunhut B Dipertanbunhut
23
6. ubi kay u
ku/ha
159
-
190.71 121.63
203,08 129.35
242.92 145.45
186.5 117.96
159 221.44 139.27
A Dipertanbunhut
24
7. ubi jalar
ku/ha
150
-
137.87
134,12 96.44
133.89
150
D Dipertanbunhut
25 26
Meningkatny a produktifitas tanaman holtikultura say uran : 1. Baw ang Merah 2. Kobis
ku/ha ku/ha
88.27 110.85
-
106.69 128.03 124.72 114.74
118,62 140.31 146,39 133.64
64.75 75.49 109.83 100.05
66.71 76.67 88.27 109.73 124.31 177.13 160.57 110.85 134.84 121.64
A Dipertanbunhut A Dipertanbunhut
27
3. Cabe raw it
ku/ha
43.39
-
50.36 130.33
125,32 315.11
100.64 245.82
105.07 249.28
43.39 124.51 286.96
A Dipertanbunhut
28
4. Tomat
ku/ha
85.66
-
124.2 147.86
153,20 181.5
224.11 264.19
148.35 174.04
85.66 156.71 182.94
A Dipertanbunhut
29
5. Wortel
ku/ha
105.92
-
124.32 124.32
124,99 123.2
143.41 139.34
168.1 161.00 105.92 152.44 143.92
A Dipertanbunhut
30 31 32
Meningkatny a produksi komoditas perkebunan : 1. tebu 2. tembakau rajangan
99.15
83.79
133.05
94.70
80.54
53.69
Dipertanbunhut
-
Ton tebu Ton rajangan kering Ton asepan Ton bunga kering Ton biji kering Ton biji kering ribu butir kelapa Kuintal daun kering kuintal miny ak kenanga
Dipertanbunhut
32.4 2.115
-
23.56 75.51 30,528.60 96.92 29,337.60 92.26 32,223 100.38 32400 3.375 178.57 3,800.97 191.97 2,635.35 130.14 3,343.30 161.51 2115
702
-
250
-
94.81
52.67
12
-
120
B Dipertanbunhut A Dipertanbunhut
33
3. tembakau asepan 4. cengkeh
34
5. lada
35
6. kopi
36
7. Kelapa
37
8. Nilam
38
9. Kenanga
39
Meningkatny a persentase luas lahan y ang menggunakan benih/bibit v arietas unggul : 1. padi saw ah
%
80
-
90 128.57
96,55 965.5
97.48 121.85
98 119.51
85
89.7 105.53
A Dipertanbunhut
40
2. jagung
%
60
-
22
55.00
86,45 216.13
86.44 144.07
72 110.77
65
89.4 137.54
A Dipertanbunhut
41
3. kedele
%
30
-
62 413.33
73,96 493.07
63.01 126.02
68
45
86.48 192.18
A Dipertanbunhut
186.87
186.87
140.44
Rata-rata
787.25 134.57 1.023,45 162.45
28410 87.69 3378 159.72
626.73
96.72
544.1
80.61
702
723 102.99
A Dipertanbunhut
328,88 164.44
104.64
48.67
189.8
82.52
250 413.35 165.34
A Dipertanbunhut
14.25 142.50
35,25 335.71
0.44
4.00
1.5
13.04
-
40.27
35.02
13,96 12.03
397.52 339.76
82.18
69.35
17.4
-
16,046
94.39
14.83 86.73
18,200 105.81 15,271.40
275
-
444 227.69
83,55 41.57
15.5
-
12.9
98,82 705.86
95.56
2.23
12
19.78 164.83
A Dipertanbunhut
120 240.85 200.71
A Dipertanbunhut
88.27 17400
14335
82.39
B Dipertanbunhut
0.99
220
88
275
3457 1257.09
A Dipertanbunhut
71.67 494.28
8
53.33
15.5
88.95 573.87
A Dipertanbunhut Dipertanbunhut
170 122.64
170.17
A
Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2015 Capaian kinerja sasaran ini meliputi 41 (empat puluh satu) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 170,17% (kategori sangat baik) terdiri dari 27 (dua puluh tujuh) indikator kategori sangat baik (65,85%), 6 (enam) indikator kategori baik (14,63%), 4 (empat) indikator kategori cukup (9,76%), dan 4 9empat) indiakator kategori kurang (9,76%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 23 (dua puluh tiga) per indikator :
Meningkatnya jumlah produksi bahan pangan pokok, meliputi : 1)
Padi sawah Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena sebagai berikut : - Dukungan program/kegiatan yang berkaitan dengan bantuan infra struktur, sarana prasarana produksi tanaman, alat mesin pertanian; - Selain itu adanya iklim yang mendukung, dimana tanaman mendapatkan penyinaran matahari yang cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga menghasilkan produksi yang optimal, serta kecukupan air; - Penurunan serangan OPT dibandingkan perbandingan serangan sebagai berikut :
dengan
tahun
2014,
dengan
Gambar 3.1 Luas serangan OPT Tahun 2014 dan 2015 Secara umum pada tahun 2015 luas akumulasi serangan OPT utama tanaman padi lebih rendah/menurun yaitu WBC, tikus, BLB, Blas dan Virus Kerdil, kecuali penggerek batang. Dengan akumulasi luas serangan 958 ha dan Tahun 2014 seluas 1.451 ha.
2)
Padi ladang
Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena produktivitas tanaman padi ladang yang rendah. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah areal penanaman tanaman padi ladang berada di bawah naungan tanaman keras/tanaman kehutanan dan biasanya ditanam secara tumpangsari dengan jagung/ketela pohon. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya pencahayaan sinar matahari, sedangkan sistem tumpangsari yang dilakukan mengakibatkan adanya persaingan untuk mendapatkan unsur hara dalam tanah. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah menganjurkan kepada petani agar dapat menanam padi secara monokultur dan lokasi areal penanaman mendapatkan sinar matahari dan air yang cukup
3)
Jagung Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena produktifitas jagung rendah. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah - penanaman jagung berada di bawah naungan tanaman keras/tanaman kehutanan dan ditanam secara tumpangsari dengan cabe/ubi kayu utamanya didaerah dataran tinggi (Ampel, Cepogo, Musuk, Mojosongo). - sebagian varietas jagung yang ditanam komposit dan lokal /Unyil (Wonosegoro, Andong, Klego dan Kemusu). - Budidaya jagung masih sederhana tidak sesuai dengan anjuran - Di daerah irigasi, pengembangan jagung hibrida jarak tanam yang dipakai lebih lebar dari anjuran, yaitu dipergunakan 60 X 60 atau 70 x 20 dengan benih 1 lubang 2 biji, adapun rekomendasi anjuran jarak tanam jagung yaitu 70 X 20, 70 X 40 cm. - Adanya alih komoditas dari jagung ke komodits padi sehingga luas panen jagung di tahun 2015 mengalami penurunan 467 Ha dibanding luas panen tahun 2014. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah menganjurkan kepada petani agar dapat menanam jagung secara monokultur, pembinaan kepada kelompok tani agar menanam dengan benar sesuai anjuran, menanam dengan varietas unggul / hibrida shg dapat meningkatkan produksi jagung, pemeliharaan yang intensif dan benar. Kegiatan Pengembangan optimasi lahan mendukung produksi jagung melalui APBN-P 2015 (pengelola anggaran adalah Dinas Pertanian TPH Prov. Jateng) dititik beratkan di daerah kawasan hutan yang kegiatan tanam dimulai bulan oktober sehingga panen akan berlangsung di bulan pebruari 2016.
4)
Kedele Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena produksi dan produktivitas tanaman kedelai yang tinggi , hal ini dikarenakan - Adanya dukungan program Gerakan Peningkatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GPPTT) dan Perluasan Areal Tanam (PAT) seluas 2.300 Ha, berupa fasilitas benih bersertifikat, rhizobium, herbisida, pestisida dan pupuk organik dan pupuk an organik; - Didukung adanya iklim yang cocok dan tepat waktu; - Rata 2 relatif tidak ada OPT sehingga pengisian polong dapat maksimal.
5)
Kacang tanah Kegagalan capaian indikator ini disebabkan penggunaan benih rata-rata varietas local, pemeliharaan kurang optimal, pananaman pada awal tahun peretengahan MT 3 dimana saat itu kelebihan air /pada musim hujan tiba sehingga penyerbukan kurang sempurna sehingga berpengaruh terhadap pembentukan kuantitas dan kualitas polong dan penanaman dibawah tegakan / naungan tanaman tahunan atau tumpangsari. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah sulitnya memperoleh benih unggul dan bermutu dipasaran bebas. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah menganjurkan kepada petani agar dapat menanam kacang tanah secara monokultur dan tidak dibawah naungan, selain koordinasi dengan Instansi terkait dengan mencarikan benih unggul bersertifikat.
6)
Ubi kayu Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena produktivitas dan produksi ubi kayu yang tinggi yaitu dampak dari meningkatnya pengetahuan petani dibudidaya ubikayu tentang penggunaan pupuk organik / pupuk kandang yang cukup, penyiangan yang optimal, pemilihan varietas yang spesifik lokasi, penggunaan pupuk an organik, adanya dukungan iklim yg cocok dan rendahnya OPT sehingga produksi dapat meningkat serta ditanam pada hamparan yg luas secara monokultur. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah
- Belum dimilikinya kebun benih bermutu di tingkat kabupaten sebagai sumber benih untuk masyararakat petani ubi kayu; - Sistem tanam tumpangsari yang dilakukan mengakibatkan adanya persaingan untuk mendapatkan unsur hara dalam tanah. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah - Ke depan perlu direncanakan adanya kebun benih untuk memenuhi kebutuhan sumber benih di Kabupaten Boyolali; - Pembinaan dan pendampingan kepada petani dalam berbudidaya yang baik dan benar.
7)
Ubi jalar Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena produktivitas dan produksi ubi jalar yang rendah dikarenakan : - Pemeliharaan tanaman ubi jalar yang kurang optimal dan biasanya sebagai tanaman penutup galengan; - Belum diusahakan secara monokultur; - Belum menggunakan varietas unggul dan rata2 ditanam dengan tumpangsari. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah penanaman ubi jalar berada di bawah naungan tanaman keras/tanaman kehutanan dan biasanya ditanam secara tumpangsari dengan jagung/ketela pohon. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya pencahayaan sinar matahari, dikarenakan sistem tumpangsari yang dilakukan mengakibatkan itu adanya persaingan untuk mendapatkan unsur hara dalam tanah. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah menganjurkan kepada petani agar dapat menanam ubi jalar secara intensifi secara monokultur dan lokasi areal penanaman mendapatkan sinar matahari dan air yang cukup serta menggunakan varietas unggul.
Meningkatnya jumlah produksi holtikultura buah-buahan, meliputi : 8)
Durian Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena bunga dan bakal buah rontok Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah - Pengaruh musim kemarau yang panjang menyebabkan bunga dan bakal buah rontok sebelum buah tua dan masih rendahnya petani untuk menerapkan
budidaya secara benar dan ramah lingkungan karena petani belum semuanya mendapatkan kegiatan bimbingan teknis maupun sekolah lapang. - Hama tupai yang menyerang buah yang sudah mulai matang Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah memberikan penyuluhan kepada petani untuk melakukan kebersihan lingkunga/sanitasi.
9)
Mangga Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena pengaruh musim kemarau panjang, serta banyak tanaman terserang kutu putih yang mana mengakibatkan pembungaan tidak sempurna sehingga berpengaruh terhadap produksi buah mangga. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah pengaruh musim kemarau panjang, serta banyak tanaman terserang kutu putih yang mana mengakibatkan pembungaan tidak sempurna sehingga berpengaruh terhadap produksi buah mangga Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah mengadakan gerakan pengendalian kerjasama dengan penyuluh dan memberikan agensia hayati umtuk pengendalian kutu putih
10) Pepaya Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena adanya kerjasama dan pembinaan antara kelompok dengan steakholder untuk menunjang kegiatan eksport, maupun pasar modern, pelatihan / bimtek oleh BPSDM serta koordinasi dengan para invesrtor maupun pengusaha. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih rendahnya kemauan dan kemampuan petani untuk menerapkan budidaya secara benar dan ramah lingkungan karena petani belum semuanya mendapatkan kegiatan bimbingan teknis maupun sekolah lapang , petani budidaya tanaman hortikultura secara konvensional. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah adanya kegiatan/ program pendukung yaitu Kegiatan Pelatihan dan dan Bimbingan Pengoperasian Teknologi tepat guna (Bimtek) buah, pelatihan GAP maupun GHP serta mengadakan koordinasi dengan pengusaha hortikultura maupun kerjasama dengan pasar modern.
11) Pisang
Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena meningkatnya produksi Pisang karena petani sudah menerapkan budidaya pisang secara baik dan benar ramah lingkungan (GAP), serta petani berbudidaya pisang dengan sistim monokutur. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih rendahnya petani untuk menerapkan budidaya secara benar dan ramah lingkungan karena petani belum semuanya mendapatkan kegiatan bimbingan teknis maupun sekolah lapang, petani budidaya tanaman hortikultura secara konvensional Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah pelatihan GAP maupun GHP serta mengadakan koordinasi dengan pengusaha hortikultura maupun kerjasama dengan pasar modern
12) Rambutan Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena petani sudah menerapkan budidaya rambutan secara baik dan benar ramah lingkungan (GAP), intensif dalam pemeliharaan serta petani berbudidaya rambutan dengan sistim monokutur. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih rendahnya petani untuk menerapkan budidaya secara benar dan ramah lingkungan karena petani belum semuanya mendapatkan kegiatan bimbingan teknis maupun sekolah lapang , petani budidaya tanaman hortikultura (rambutan) secara konvensional. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah adanya kegiatan/ program pendukung yaitu Kegiatan Pelatihan dan dan Bimbingan Pengoperasian Teknologi tepat guna (Bimtek) Sayur dan buah, pelatihan GAP maupun GHP serta mengadakan koordinasi dengan pengusaha hortikultura maupun kerjasama dengan pasar modern.
Analisis untuk 12 (dua belas) indikator di atas : a. Analisis penggunaan sumber daya : Efesiensi penggunaan sumberdaya yang dilakukan adalah dengan : - Pelibatan antara unsur/instansi di Tingakat Kabupaten, Kecamatan dan Tingkat Desa; - Dengan penggunaan bibitt unggul yang mempunyai potensi hasil tinggi akan berpengaruh terhadap hasill panen per satuan luas; - Pelibatan antara unsur/instansi Pemerintah (Dispertanbunhut Kab. Boyolali) baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan dan partisipasi aktif dari anggota kelompok tani dapat mengefektifkan pelaksanaan kegiatan
- Menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 1,07% dari anggaran Rp. 44.413.500,00 direalisasikan sebesar Rp. 43.937.800,00 b. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Kedua belas indikator di atas dilaksanakan dengan program Peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan dengan kegiatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan. Keberhasilan ini juga disebabkn telah dilaksanakannya : - Koordinasi antara unsur/instansi yang terkait dengan diterbitkannya SK Bupati Boyolali SK Bupati Boyolali No. 520/197 Tahun 2015 tentang Pembentukan Tim Pelaksana Teknis Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung Dan Kedelai Melalui Program Perbaikan Jaringan Irigasi dan Sarana Pendukungnya di Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2015 - Pendampingan yang dilkulkan oleh Penyuluh Pertanian dan UPTD Pertanian serta Pendampingan oleh aparat TNI di lingkup Kodim 0724/Boyolali yang didasarkan pada Penandatangan MoU antara Komendan Kodim 0724, Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kab. Boyolali, dan Bupati Boyolali tanggal 20 Januari 2015; - Koordinasi antara unsur/instansi yang dilaksanakan secara rutin pada saat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Meningkatnya jumlah produksi holtikultura sayuran, meliputi : 13) Bawang Merah a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena mendapatkan dukungan program peningkatan penerapan teknologi pertanian yaitu kegiatan pelatihan dan bimbingan pengoperasian tepat guna (BIMTEK) dari APBD Kabupaten dan bantuan bibit unggul dan berlabel jenis batu ijo dari batu malang anggaran APBD Provinsi Jateng. Selain itu penanaman bawang merah serentak dilakukan oleh para petani dengan baik serta tidak adanya serangan hama dan penyakit Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih rendahnya petani untuk menerapkan budidaya secara benar dan ramah lingkungan karena petani belum semuanya mendapatkan kegiatan bimbingan teknis maupun sekolah lapang , petani budidaya tanaman hortikultura (rambutan) secara konvensional. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah dengan adanya kegiatan/ program pendukung yaitu Kegiatan Pelatihan dan dan Bimbingan Pengoperasian Teknologi tepat guna (Bimtek) Sayur dan buah, pelatihan GAP maupun GHP serta mengadakan
koordinasi dengan pengusaha hortikultura maupun kerjasama dengan pasar modern. b. Analisis penggunaan sumber daya Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah : - Pelibatan antara unsur/instansi Pemerintah (Dispertanbunhut Kab. Boyolali) baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan dan partisipasi aktif dari anggota kelompok tani dapat mengefektifkan pelaksanaan kegiatan; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 6,18% dari anggaran Rp. 184.590.500,00 direalisasikan sebesar Rp. 173.179.325,00. c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Keberhasilan capaian indikator kinerja ini dilaksanakan dengan program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan dan kegiatan Pelatihan dan dan Bimbingan Pengoperasian Teknologi tepat guna (Bimtek), serta program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan dengan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja.
14) Kobis a. Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena adanya penurunan luas tanam yang disebabkan karena alih komoditas ke tanaman yang lain. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih rendahnya petani untuk menerapkan budidaya secara benar dan ramah lingkungan karena petani belum semuanya mendapatkan kegiatan bimbingan teknis maupun sekolah lapang , petani budidaya tanaman hortikultura (rambutan) secara konvensional. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah : - Adanya kegiatan/ program pendukung yaitu Kegiatan Pelatihan dan dan Bimbingan Pengoperasian Teknologi tepat guna (Bimtek) Sayur dan buah, pelatihan GAP maupun GHP serta mengadakan koordinasi dengan pengusaha hortikultura maupun kerjasama dengan pasar modern; - Gerakan Pengendalian OPT dengan Petugas Penyuluh Lapangan dan petugas PHP dan memberikan bantuan berupa pestisida hayati b. Analisis penggunaan sumber daya : Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan :
- Pelibatan antara unsur/instansi Pemerintah (Dispertanbunhut Kab. Boyolali) baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan, pengusaha hortikultura, dan partisipasi aktif dari anggota kelompok tani dapat mengefektifkan pelaksanaan kegiatan; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 1,07% dari anggaran Rp. 44.413.500,00 direalisasikan sebesar Rp. 43.937.800,00 c. Analisis program/kegiatan : Indikator ini dilaksanakan dengan program Peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan dan kegiatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja walaupun belum berhasil memenuhi target kinerja
15) Cabe rawit a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena adanya program dari pemerintah yaitu SL GAP (Sekolah Lapang Good Agruculture Practice) yaitu menerapkan budidaya cabe secara baik dan benar dan ramah lingkungan dan Pengembangan kawasan Cabe dari tugas pembantuan APBN 2015 sehingga produksi meningkat. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih rendahnya petani untuk menerapkan budidaya secara benar dan ramah lingkungan karena petani belum semuanya mendapatkan kegiatan bimbingan teknis maupun sekolah lapang, petani budidaya tanaman hortikultura (rambutan) secara konvensional. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah dengan pemberian pelatihan dan bimbingan GAP. b. Analisis penggunaan sumber daya : Efesiensi penggunaan sumber daya dilakukan dengan : - Pelibatan antara unsur/instansi Pemerintah (Dispertanbunhut Kab. Boyolali) baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan, pengusaha hortikultura, dan partisipasi aktif dari anggota kelompok tani dapat mengefektifkan pelaksanaan kegiatan; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 6,16% dari anggaran Rp. 1.385.020.000,00 direalisasikan sebesar Rp. 1.299.667.040,00; c. Analisis program/kegiatan :
Keberhasilan capaian indikator kinerja ini dilaksanaka dengan program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan dengan kegiatan Pelatihan dan dan Bimbingan Pengoperasian Teknologi tepat guna (Bimtek), program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan dengan kegiatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan, serta program Peningkatan Produksi Produktivitas Hortikultura Ramah Lingkungan dengan kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Buah Ramah Lingkungan, Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan, Pengembangan Sistem Perlindungan Tanaman Hortikultura Ramah Lingkungan, dan Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Ditjen Hortikultura. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja.
16) Tomat a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena adanya kerjasama dan pembinaan antara kelompok dengan steakholder untuk menunjang kegiatan eksport, maupun pasar modern, pelatihan / bimtek oleh BPSDM serta koordinasi dengan para invesrtor maupun pengusaha. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih rendahnya petani untuk menerapkan budidaya secara benar dan ramah lingkungan karena petani belum semuanya mendapatkan kegiatan bimbingan teknis maupun sekolah lapang , petani budidaya tanaman hortikultura (rambutan) secara konvensional. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah pelatihan GAP maupun GHP serta mengadakan koordinasi dengan pengusaha hortikultura maupun kerjasama dengan pasar modern b. Analisis penggunaan sumber daya : - Pelibatan antara unsur/instansi Pemerintah (Dispertanbunhut Kab. Boyolali) baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan, pengusaha hortikultura, dan partisipasi aktif dari anggota kelompok tani dapat mengefektifkan pelaksanaan kegiatan; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 6,16% dari anggaran Rp. 1.385.020.000,00 direalisasikan sebesar Rp. 1.299.667.040,00. c. Analisis Program/ kegiatan : Indikator ini dilaksanakan dengan program Peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan dan kegiatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja
17) Wortel a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena adanya kerjasama dan pembinaan antara kelompok dengan steakholder untuk menunjang kegiatan eksport, maupun pasar modern, pelatihan / bimtek oleh BPSDM serta koordinasi dengan para invesrtor maupun pengusaha. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih rendahnya petani untuk menerapkan budidaya secara benar dan ramah lingkungan karena petani belum semuanya mendapatkan kegiatan bimbingan teknis maupun sekolah lapang, petani budidaya tanaman hortikultura (rambutan) secara konvensional. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah pelatihan GAP maupun GHP serta mengadakan koordinasi dengan pengusaha hortikultura maupun kerjasama dengan pasar modern b. Analisis penggunaan sumber daya : - Pelibatan antara unsur/instansi Pemerintah (Dispertanbunhut Kab. Boyolali) baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan, pengusaha hortikultura, dan partisipasi aktif dari anggota kelompok tani dapat mengefektifkan pelaksanaan kegiatan; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 6,16% dari anggaran Rp. 1.385.020.000,00 direalisasikan sebesar Rp. 1.299.667.040,00. c. Analisis Program/ kegiatan : Indikator ini dilaksanakan dengan program Peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan dan kegiatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja
Meningkatnya produktifitas tanaman pangan utama : 18) Padi sawah Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena produksi per hektar yang dihasilkan masih relatif rendah. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih rendahnya minat petani dalam mengadopsi sistim tanam jajar legowo, bahkan beberapa wilayah masih belum menerapkan jarak tanam dengan sistim tegel.
Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh BPTP Provinsi Jawa Tengan di 35 Kabupaten/Kota, bahwa penerapan sistim tanam dengan metode jajar legowo meninjukkan adanya peningkatan antara 400 kg s/d 1.400 kg per hektar Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah adanya kegiatan/program yang mendukung penerapan tanam dengan sistim tanam jajar legowo.
19) Padi ladang Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena produktivitas tanaman padi ladang yang rendah. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah areal penanaman tanaman padi ladang berada di bawah naungan tanaman keras/tanaman kehutanan dan biasanya ditanam secara tumpangsari dengan jagung/ketela pohon. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya pencahayaan sinar matahari, sedangkan sistem tumpangsari yang dilakukan mengakibatkan itu adanya persaingan untuk mendapatkan unsur hara dalam tanah. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah menganjurkan kepada petani agar dapat menanam padi secara monokultur dan lokasi areal penanaman mendapatkan sinar matahari dan air yang cukup
20) Jagung Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena beberapa hal hambatan, yaitu : - Penanaman jagung berada di bawah naungan tanaman keras/tanaman kehutanan dan ditanam secara tumpangsari dengan cabe/ubi kayu utamanya didaerah dataran tinggi (Ampel, Cepogo, Musuk, Mojosongo); - Sebagian varietas jagung yang ditanam komposit dan lokal /Unyil (Wonosegoro, Andong, Klego dan Kemusu); - Budidaya jagung masih sederhana tidak sesuai dengan anjuran; - Di daerah irigasi, pengembangan jagung hibrida jarak tanam yang dipakai lebih lebar dari anjuran, yaitu dipergunakan 60 X 60 atau 70 x 20 dengan benih 1 lubang 2 biji, adapun rekomendasi anjuran jarak tanam jagung yaitu 70 X 20, 70 X 40 cm; -
Adanya alih komoditas dari jagung ke komodits padi sehingga luas panen jagung di tahun 2015 mengalami penurunan 467 Ha dibanding luas panen tahun 2014.
Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah dengan menganjurkan kepada petani agar dapat menanam jagung secara monokultur, pembinaan kepada kelompok tani agar menanam dengan benar sesuai anjuran, menanam dengan varietas unggul / hibrida shg dapat meningkatkan produksi jagung, pemeliharaan yang intensif dan benar.
21) Kedele Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena beberapa hal : - Adanya dukungan program Gerakan Peningkatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GPPTT) dan Perluasan Areal Tanam (PAT) seluas 2.300 Ha, berupa fasilitas benih bersertifikat, rhizobium, herbisida, pestisida dan pupuk organik dan pupuk an organik; - Didukung adanya iklim yang cocok dan tepat waktu; - Rata-rata relatif tidak ada OPT sehingga pengisian polong dapat maksimal. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah perilaku petani dalam berbudidaya masih menggunakan pola tanam sebar. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah pendampingan dan pengawalan yang intensif.
22) Kacang tanah Kegagalan capaian indikator ini dikarenakan : - Penggunaan benih rata-rata varietas local, pemeliharaan kurang optimal, pananaman pada awal tahun peretengahan MT 3 dimana saat itu kelebihan air /pada musim hujan tiba sehingga penyerbukan kurang sempurna sehingga berpengaruh terhadap pembentukan kuantitas dan kualitas polong. - Penanaman dibawah tegakan / naungan tanaman tahunan atau tumpangsari. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah sulitnya memperoleh benih unggul dan bermutu dipasaran bebas. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah menganjurkan kepada petani agar dapat menanam kacang tanah secara monokultur dan tidak dibawah naungan, selain koordinasi dengan Instansi terkait dengan mencarikan benih unggul bersertifikat
23) Ubi kayu Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena dampak dari meningkatnya pengetahuan petani dibudidaya ubikayu tentang penggunaan pupuk organik / pupuk
kandang yang cukup, penyiangan yang optimal, pemilihan varietas yang spesifik lokasi, penggunaan pupuk an organik, adanya dukungan iklim yg cocok dan rendahnya OPT sehingga produksi dapat meningkat serta ditanam pada hamparan yg luas secara monokultur. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah - Belum dimilikinya kebun benih bermutu di tingkat kabupaten sebagai sumber benih untuk masyararakat petani ubi kayu; - Sistem tanam tumpangsari yang dilakukan mengakibatkan adanya persaingan untuk mendapatkan unsur hara dalam tanah. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah - Ke depan perlu direncanakan adanya kebun benih untuk memenuhi kebutuhan sumber benih di Kabupaten Boyolali; - Pembinaan dan pendampingan kepada petani dalam berbudidaya yang baik dan benar.
24) Ubi jalar Kegagalan capaian indikator ini disebabkan disebabkan karena beberapa hal : - Pemeliharaan tanaman ubi jalar yang kurang optimal dan biasanya sebagai tanaman penutup galengan; - Belum diusahakan secara monokultur; - Belum menggunakan varietas unggul dan rata2 ditanam dengan tumpangsari. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah penanaman ubi jalar berada di bawah naungan tanaman keras/tanaman kehutanan dan biasanya ditanam secara tumpangsari dengan jagung/ketela pohon. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya pencahayaan sinar matahari, dikarenakan sistem tumpangsari yang dilakukan mengakibatkan itu adanya persaingan untuk mendapatkan unsur hara dalam tanah. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah menganjurkan kepada petani agar dapat menanam ubi jalar secara intensifi secara monokultur dan lokasi areal penanaman mendapatkan sinar matahari dan air yang cukup serta menggunakan varietas unggul.
Analisis untuk 7 (tujuh) indikator di atas : a. Analisis penggunaan sumber daya : Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah :
- Dengan mempergunakan benih unggul bermutu dapat meningkatkan hasil persatuan luas panen; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 1,07% dari anggaran Rp. 44.413.500,00 direalisasikan sebesar Rp. 43.937.800,00; b. Analisis program/kegiatan : Indikator ini dilaksanakan dengan program Peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan dan kegiatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja walaupun belum berhasil memenuhi target kinerja
Meningkatnya produktifitas tanaman holtikultura sayuran : 25) Bawang Merah 26) Kobis 27) Cabe rawit 28) Tomat 29) Wortel
Analisis untuk 5 (lima) indikator di atas : a. Keberhasilan capaiana target indikator kelima indikator di atas disebabkan adanya kegiatan pelatihan dan bimbingan pengoperasian penerapan teknologi pertanian tepat guna (BIMTEK) sayuran dan adanya bantuan bibit bawang merah varietas batu ijo dari Dinas Provinsi Jateng dan penerapan teknologi budidaya yang baik dan benar (GAP). Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih rendahnya petani untuk menerapkan budidaya secara benar dan ramah lingkungan karena petani belum semuanya mendapatkan kegiatan bimbingan teknis maupun sekolah lapang , petani budidaya tanaman hortikultura (rambutan) secara konvensional. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah diberikan pelatihan dan bimbingan pengoperasian penerapan teknologi pertanian tepat guna (BIMTEK) sayuran.
b. Analisis penggunaan sumber daya : Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan :
-
Pelibatan antara unsur/instansi Pemerintah (Dispertanbunhut Kab. Boyolali) baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan, pengusaha hortikultura, dan partisipasi aktif dari anggota kelompok tani dapat mengefektifkan pelaksanaan kegiatan; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 6,18% dari anggaran Rp. 184.590.500,00 direalisasikan sebesar Rp. 173.179.325,00;
c. Analisis program/kegiatan : Program kegiatan yang menunjang keberhasilan capaian kelima indikator di atas dilaksanakan dengan program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan dengan kegiatan Pelatihan dan dan Bimbingan Pengoperasian Teknologi tepat guna (Bimtek), dan program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan dengan kegiatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja.
Meningkatnya produksi komoditas perkebunan : 30) Tebu a. Kegagalan capaian indikator ini dikarenakan petani tebu banyak yang beralih ke tanaman yang lain. Hal ini disebabkan karena harga gula yang rendah sehingga usaha tani tebu tidak menguntungkan lagi bagi petani. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah turunnya semangat petani tebu akibat dari banyaknya impor gula mentah (raw sugar) sehingga gula petani harganya turun. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah fasilitasi pemerintah untuk melindungi kepentingan petani tebu dengan cara mengurangi gula impor dan perbaikan HPP gula yang layak. b. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan : - Kegagalan capaian indikator ini juga disebabkan dari Dinas Provinsi terjadi pengurangan alokasi anggaran dan pengurangan alokasi volume kegiatan; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 20,57% dari anggaran Rp. 776.604.000,00 direalisasikan sebesar Rp. 616.846.000,00; c. Analisis program/kegiatan :
Indikator ini dilaksanakan dengan program Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman semusim dengan kegiatan Dukungan Penyediaan Benih Tebu sub kegiatan Pembangunan Kebun Benih Datar (KBD) Tebu dan kegiatan Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman semusim sub kegiatan Pengembangan tanaman tebu (Bongkar Ratoon Tan. Tebu dan Rawat Ratoon Tan. Tebu). Dengan dilaksanakannya koordinasi yang baik dengan Dinas Perkebunan Prov. Jateng dan KPTR memperlancar pelaksanaan kegiatan ini. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja walaupun belum berhasil memenuhi target kinerja.
31) Tembakau rajangan 32) Tembakau asepan
Analisis untuk 2 (dua) indiaktor di atas : a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena petani tembakau mempunyai keyakinan apabila bulan ganjil usaha tani kembali akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan bulan genap, sehingga Tahun 2015 areal tanam mengalami peningkatan. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah panjangnya musim kemarau menyebabkan terjadinya kekurangan air Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah upaya penambahan suplesi air melalui pemberian bantuan pompa air. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 11,15% dari anggaran Rp. 1.337.269.000,00 direalisasikan sebesar Rp. 1.188.115.700,00; c. Analisis program/kegiatan : Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini dilaksanakan dengan program Peningkatan Pemasaran Hasil produksi Pertanian/ Perkebunan dan kegiatan Fasilitasi kerjasama regional/ nasional/ internasional penyediaan hasil produksi pertanian/ perkebunan komplementer. Juga dengan melakukan pengenalan GAP tanaman tembakau rajangan dan asepan dengan sosialisasi dan pembinaan kepada petani dan kelompok tani. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja.
33) Cengkeh
a. Keberhasilan capaian indikator disebabkan : - Peningkatan kesadaran petani dalam pengelolaan budidaya tanaman cengkeh yang baik (GAP), yang tidak terlepas dari pembinaan dan monitoring yang dilaksanakan oleh petugas. Dari komoditas perkebunan merupakan tanaman sampingan yang kurang diperhatikan , menjadi tanaman sampingan utama yang menghasilkan. Dikarenakan semua bagian pohonnya dapat menghasilkan pendapatan bagi petani; - Fasilitasi dari pemerintah baik dalam bentuk tanaman maupun peningkatan keterampilan , semakin meningkatakan kepercayaan dari petani. Peningkatan keterampilan dilaksanakan baik untuk budidaya ataupun kelembagaannya; - Membaiknya harga cengkeh dengan fluktuasi harga yang tidak begitu mencolok Hambatan / Permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih banyaknya tanaman cengkeh yang tua/rusak/mati juga adanya serangan hama penyakit sehingga belum bisa sepenuhnya ditanggulangi, yang menyebabkan ada sebagian tanaman di wilayah pengembangan cengkeh belum optimal dalam berproduksi. Dan memerlukan anggaran cukup besar dalam penanganannya. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah dengan memberikan pembinaan untuk mengoptimalkan budidaya tanaman yang sehat dan produktif, juga memfasilitasi ke Dinas Perkebunan untuk mengobatan tanaman cengkeh yang terkena hama penyakit, juga mendorong kepada petani untuk melaksanakan pengobatan secara swadaya. Juga diberikan fasilitasi dengan pemberian bibit tanaman cengkeh untuk peremajaan dan perluasan pengembangan cengkeh.
b. Efesiensi
penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 11,67% dari anggaran Rp. 1.600.084.000,00 direalisasikan sebesar Rp. 1.413.418.850,00;
c. Analisis program/kegiatan : Program kegiatan yang menunjang keberhasilan capaian target indikator kinerja ini dilaksanakan dengan program Peningkatan Kesejahteraan Petani dengan kegiatan Peningkatan sistem insentif dan Disinsentif bagi Petani/Kelompok tani, dan dengan program Peningkatan Pemasaran Hasil produksi Pertanian/ Perkebunan dengan kegiatan Fasilitasi kerjasama regional/ nasional/ internasional penyediaan hasil produksi pertanian/ perkebunan komplementer. Juga telah dilaksanakan pengenalan GAP tanaman cengkeh dengan sosialisasi dab pembinaan kepada petani dan kelompok tani. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja.
34) Lada Keberhasilan capaian indikator disebabkan : - Meningkatnya fasilitasi/dukungan pemerintah dalam pengembangan tanaman lada baik secara budidaya maupun kelembagaan; - Meningkatnya animo dari petani untuk melaksanakan budiadaya lada dikarenakan komoditas lada termasuk salah satu komoditas yang mempunyai pasar yang masih terbuka lebar dan harga yang tidak fluktuatif, juga produksinya yang dapat bertahan lama, atau bisa disimpan dan tidak mudah busuk; - Kabupaten Boyolali mempunyai Varietas Bengkayang yang sudah beradaptasi dengan kondisi iklim dan geografis wilayah Boyolali. Sehingga dapat berproduksi dengan maksimal dan dapat berkembang dengan baik; - Pembinaan dan dukungan kepada petani/kelompok tani untuk peningkatan produksi dan produktivitas tanaman lada dan upaya pengembangannya. Hambatan / Permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah pengembangan bibit/benih tanaman lada yang ada belum dapat diperjualbelikan karena belum adanya sertifikasi tanaman, sedangkan pengembangan lada untuk varietas yang lain kurang bagus di Kabupaten Boyolali. Sehingga untuk bisa dikembangkan varietas bengkayang dalam jumlah besar belum bisa dilaksanakan. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah memberikan fasilitasi untuk pembuatan benih atau bibit tanaman varietas yang ada untuk dapat sumber bibit/benih yang akan dikembangkan di wilayah Kabupaten Boyolali. Dan fasilitasi ini mendapat apresiasi dari Dinas Perkebuna Provinsi Jawa Tengah yang memfasilitasi penilaian pohon induk lada oleh Balitro yang dilaksanakan pada Bulan Desember 2015.
35) Kopi Keberhasilan capaian indikator disebabkan : - Potensi tanaman kopi yang ada di Kabupaten Boyolali baik Arabika atau Robusta yang bagus, sehingga dengan pembinaan dan monev yang dilaksanakan secara berkala dapat meningkatkan kesadaran dan motivasi petani/kelompok tani untuk mengembangkan budidaya kopi; - Pemberian berbagai stimulan/kegiatan pada komoditas kopi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam melaksanakan GAP Tanaman Kopi; -
Peluang pasar produk kopi lokal yang semakin meningkat seiring dengan berkembangnya daerah wisata;
- Peningkatan pengetahuan petani/keltan tentang tanaman kopi sebagai tanaman diversifikasi dengan tanaman lain yang tidak mengganggu tanaman utama. Hambatan / Permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih banyak petani yang kurang terbuka terhadap inovasi baru , utamanya bibit kopi yang diberikan. Mereka masih banyak menggunakan bibit lokal. Juga sering terjadi serangan hama yang berupa kera, sehingga dapat merusak tanaman kopi. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah memberikan fasilitasi berbagai macam kegiatan dan pelatihan yang meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guna meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman kopi.
36) Kelapa Kegagalan capaian target indikator kinerja ini dikarenakan adanya hambatan yaitu masih banyaknya tanaman kelapa yang tua/rusak/mati juga adanya serangan hama penyakit sehingga belum bisa sepenuhnya ditanggulangi, yang menyebabkan ada sebagian tanaman di wilayah pengembangan kelapa belum optimal dalam berproduksi. Dan memerlukan anggaran cukup besar dalam penanganannya. Sedangkan solusi yang dilakukan adalah dengan memberikan pembinaan untuk mengoptimalkan budidaya tanaman yang sehat dan produktif, juga mendorong kepada petani untuk melaksanakan pengobatan secara swadaya.
37) Nilam Keberhasilan capaian indikator disebabkan : - Adanya penyuling yang mampu menampung produksi nilam yang ada sehingga petani/keltan termotivasi untuk menanam; - Melaksanakan fasilitasi kegiatan pelatihan pada kelompok tentang GAP Tanaman Nilam dan peningkatan kelembagaan. Hambatan / Permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah Fluktuasi harga minyak atsiri nilam yang fluktuatif menyebabkan tidak banyak penyuling yang memproduksi minyak nilam. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah dengan memberikan pembinaan untuk mengoptimalkan budidaya tanaman nilam sehingga dapat memenuhi kriteria yang dibutuhkan oleh penyuling
38) Kenanga
Keberasilan capaian target indikator kinerja ini disebabkan telah dilaksanakannya sosialisasi ke wilayah yang masih mempunyai areal yang cukup untuk peremajaan/penanaman kenanga.
Analisis untuk 5 (lima) indikator di atas : a. Analisis penggunaan sumber daya : Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan : - Menggunakan dukungan dana pada komoditas yang menjadi prioritas secara efisien dan pasti, guna pencapaian target; - Pembuatan/memperbanyak petunjuk teknis; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 14,27% dari anggaran Rp. 262.815.000,00 direalisasikan sebesar Rp. 225.303.150,00.
b. Analisis program/kegiatan : Keberhasilan capaian kelima indikator di atas dilaksanakan dengan program Peningkatan Kesejahteraan Petani dan kegiatan Peningkatan sistem insentif dan Disinsentif bagi Petani/Kelompok tani. Juga dengan telah dilaksanakannya Pengenalan GAP tanaman lada dengan sosialisasi dab pembinaan kepada petani dan kelompok tani dan pembinaan, pelatihan dan monev untuk peningkatan penerapan budidaya lada. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja.
Meningkatnya persentase luas lahan yang menggunakan benih/bibit varietas unggul : 39) Padi sawah 40) Jagung 41) Kedele
Analisis untuk 3 (tiga) indikator di atas : a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena adanya kesadaran petani menggunakan benih padi unggul serta adanya dukungan bantuan pemerintah dalam penyediaan benih unggul; b. Efesiensi penggunaan sumber daya dilakukan dengan menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 3,14% dari anggaran Rp. 32.350.000,00 direalisasikan sebesar Rp. 31.335.150,00.
c. Analisis program/kegiatan : Keberhasilan capaian ketiga indikator di atas dilaksanakan dengan program Peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan dan kegatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan. Selain itu keberhasilan ini juga dikarenakan telah dilakukan : a) Pelibatan antara unsur/instansi di Tingakat Kabupate, Kecamatan dan Tingkat Desa : - Koordinasi antara unsur/instansi yang terkait dengan diterbitkannya SK Bupati Boyolali SK Bupati Boyolali No. 520/197 Tahun 2015 tentang Pembentukan Tim Pelaksana Teknis Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung Dan Kedelai Melalui Program Perbaikan Jaringan Irigasi dan Sarana Pendukungnya di Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2015; - Pendampingan yang dilakulkan oleh Penyuluh Pertanian dan UPTD Pertanian serta Pendampingan oleh aparat TNI di lingkup Kodim 0724/Boyolali yang didasarkan pada Penandatangan MoU antara Komendan Kodim 0724, Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kab. Boyolali, dan Bupati Boyolali tanggal 20 Januari 2015. b) Koordinasi antara unsur/instansi yang dilaksanakan secara rutin pada saat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja.
2.
Meningkatnya pemanfaatan teknologi dalam pengolahan serta berkembangnya sistem agribisnis dengan pengintegrasian kegiatan usahatani Tabel 3.15 Pencapaian Kinerja Sasaran 15
Bertambahny a Kelom kelompok petani y g pok tani telah mengintegrasikan usahataniny a Semakin tingginy a pemanfaatan teknologi dan bertambahny a jumlah kelompoktani y ang menerapkan
100
Realisasi
Capaian
Realisasi
Capaian
Realisasi
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
3
Tahun 2015
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
-
14
36.84
5
100
11
42.31
10
250
40
45
Kategori
1
2
Tahun 2014
Capaian
1
Tahun 2013
Realisasi
Indikator kinerja
Target RPJM Satuan Tahun 2015
Tahun 2012
Target Nasio nal
Tahun 2011
Koordinator SKPD Pengampu
16
17
112.50
A
Dipertanb unhut
Dipertanb unhut
Realisasi
Capaian
Realisasi
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Kategori
Capaian
3
Tahun 2015
Realisasi
2
Tahun 2014
Capaian
1
Tahun 2013
Realisasi
Indikator kinerja
Target RPJM Satuan Tahun 2015
Tahun 2012
Target Nasio nal
Tahun 2011
Koordinator SKPD Pengampu
16
17
teknologi penanganan segar produk pertanian : 2
- hortikultura say uran Kelom pok tani
18
-
7
100
-
-
5
100
-
-
11
12
109.09
A
Dipertanb unhut
3
- hortikultura buah
17
-
7
100
2
100
7
100
-
-
8
8
100
B
Dipertanb unhut
107.20
A
Rata-rata
Kelom pok tani
78.95
100
80.77
250
Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2015
Capaian kinerja sasaran ini meliputi 3 (tiga) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 107,20,93% (kategori sangat baik) terdiri dari 3 (tiga) indikator kategori sangat baik (100%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 15 (lima belas) per indikator : 1)
Bertambahnya kelompok petani yg telah mengintegrasikan usahataninya a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan : - Semakin meningkatnya tingkat kesadaran petani untuk melaksanakan diversifikasi usahatani dengan pembinaan dan monev; - Komoditas produksi perkebunan yang masih terbuka dan dapat diterima oleh pasar, sehingga dapat menjadi pilihan tambahan pendapatan utama. b. Analisis penggunaan sumber daya Efesiensi penggunaan sumber daya dilakukan dengan : - Penggunaan dana yang efisien dengan pelaksanaan pelatihan dan peningkatan ketrampilan guna membuka wawasan / pengetahuan dari petani dalam pengelolaan usaha tani secara diversifikasi. Bahwa dengan diversifikasi dapat diperoleh hasil utama tetap berkualitas baik tetapi juga mendapat tambahan pendapatan dari tanaman sampingan. Dan tanaman yang disarankan untuk diversifikasi merupakan tanaman yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan mempunyai prospek pasar yang bagus; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 14,27% dari anggaran Rp. 262.815.000,00 direalisasikan sebesar Rp. 225.303.150,00.
c. Analisis program/ kegiatan : Keberhasilan capaian indikator ini dilaksanakan dengan program Peningkatan Kesejahteraan Petani dengan kegiatan Peningkatan sistem insentif dan Disinsentif bagi Petani/Kelompok tani. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja.
Semakin tingginya pemanfaatan teknologi dan bertambahnya jumlah kelompoktani yang menerapkan teknologi penanganan segar produk pertanian : 2)
Hortikultura sayuran
3)
Hortikultura buah Analisis untuk 2 (dua) indikator di atas : a. Keberhasilan capaian 2 (dua) indikator di atas disebabkan telah dilaksanakan pembinaan dan pelatihan cara budidaya yang benar dan ramah lingkungan (SL GAP / Sekolah Lapang Good Agricultural Practisses) dan penanganan pasca panen yang benar (SL GHP / Sekolah Lapang Good Handling Practisses) kepada kelompok tani dan juga karena kesediaan anggota kelompok tani menerima teknologi baru dalam berbudidaya. b. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 7,80% dari anggaran Rp. 140.177.000,00 direalisasikan sebesar Rp. 129.241.525,00. c. Analisis program/kegiatan : Keberhasilan capaian indikator ini dilaksanakan dengan program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan dan kegiatan Pelatihan dan bimbingan pengoperasian teknologi pertanian/ perkebunan tepat guna. Juga dengan telah dilaksanakannya koordinasi yang baik dengan BPSDM Prov. Jateng sebagai narasumber dalam pelaksanaan bimbingan dan pelatihan mempermudah dalam transfer teknologi ke petani. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja.
3.
Tingginya peran kelembagaan petani sebagai pusat pemberdayaan masyarakat petani
Satuan
Target RPJM
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
Kateg ori
Indikator kinerja
Targe t Nasio nal
Tabel 3.16 Pencapaian Kinerja Sasaran 16 Koordinator SKPD
7
100
9
Realisasi
6 100
8
9
10
11
180
180
25
125
20
125
Capaian
16
Capaian
5
Realisasi
-
Realisasi
4
Target
24
Capaian
3
Capaian
Kelom pok BPLM
Realisasi
2
Meningkatny a cakupan kelompok tani y ang mendapatkan mengembangkan dana BPLM Rata-rata
Capaian
1 1
Pengampu
Realisasi
Tahun 2015
12
13
14
15
86.96
20
9
86.96
16
17
45
D Dipertanb unhut
45
D
Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2015 Capaian kinerja sasaran ini meliputi 1 (satu) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 45% (kategori kurang) terdiri dari 1 (satu) indikator kategori kurang (100%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 16 (enam belas) per indikator : 1)
Meningkatnya cakupan kelompok tani yang mendapatkan mengembangkan dana BPLM a. Kegagalan capaian indikator ini dikarenakan : - Adanya kendala kegiatan pertebuan pada tahun ini khususnya kelompok tebu untuk pencarian badan hukum yang sebagian besar belum ber Badan Hukum, sehingga sebagian besar kelompok tidak dapat difasilitasi untuk kegiatan pertebuan (sesuai amanah UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah); - Untuk operasional budidaya tebu memerlukan biaya yang cukup besar, sehingga dana yang seharusnya dikembalikan dan digulirkan tidak dapat dilakukan tepat waktu dan masih digunakan kelompok untuk operasional budidaya tebu tahun tanam 2015 – 2016. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah : - Kelompok pertebuan sebagian besar belum masuk SK Bupati dan belum berbadan hukum; - Kelengkapan administrasi kelompok menyebabkan kinerja kelompok rendah.
yang
kurang
bagus
sehingga
Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah - Dispertanbunhut mengirimkan surat ke BKP3 untuk memasukkan kelompok tani tebu ke dalam SK Bupati terkait penetapan kelompok tani; - Melakukan pembinaan baik teknis maupun administratif kepada kelompok tani tebu.
b. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 20,50% dari anggaran Rp. 776.604.000,00 direalisasikan sebesar Rp. 617.364.000,00; c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Indikator ini dilaksanakan dengan program Peningkatan Produksi Produktifitas dan Mutu Tanaman Semusim dan kegiatan Kegiatan Peningkatan Produksi Produktifitas dan Mutu Tanaman Semusim (Sub Kegiatan Bongkar Ratoon Tanaman Tebu dan Sub Kegiatan Rawat Ratoon) dan kegiatan Dukungan Penyediaan Benih Tebu Melalui Kebun Benih Datar (KBD) Tebu. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pengelola anggaran kegiatan ini adalah Dinas Perkebunan Prov. Jawa Tengah sedangkan Dispertanbunhut hanya menyediakan kelompok dan lokasi. Informasi awal dari Provinsi alokasi anggaran untuk Kab. Boyolali adalah sebesar Rp. 776.604.000,- dengan volume kegiatan Kebun Benih Datar (KBD) Tebu 6 Ha, Bongkar Ratoon Tebu 33 Ha, dan Rawat Ratoon Tebu 104 Ha. Realisasi anggaran Rp. 617.364.000,- dengan volume kegiatan Kebun Benih Datar (KBD) Tebu 4 Ha, Bongkar Ratoon Tebu 11 Ha, dan Rawat Ratoon Tebu 61,5 Ha
4.
Semakin tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap bencana kebakaran serta terpeliharanya kelestarian sumber daya hutan Tabel 3.17 Pencapaian Kinerja Sasaran 17
Tersedianya sarana prasarana Pos Jaga pengamanan dan perlindungan hutan y ang memadai Rata-rata
Target RPJM Tahun 2015
Realisasi
Capaian
Realisasi
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
unit
28
-
-
-
-
-
-
-
2
100
100
Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2015
1
100
100
4
4
Kategori
Satuan
Capaian
Tahun 2015
Realisasi
Tahun 2014
Capaian
1 1
Tahun 2013
Realisasi
Indikator kinerja
Tahun 2012
Target Nasio nal
Tahun 2011
Koordinator SKPD Pengampu
16
17
100
B
Dipertan bunhut
100
B
Capaian kinerja sasaran ini meliputi 1 (satu) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 100% (kategori baik) terdiri dari 1 (satu) indikator kategori baik (100%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 17 (tujuh belas) per indikator : 1)
Tersedianya sarana prasarana Pos Jaga pengamanan dan perlindungan hutan yang memadai a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena Tersediaya dana yang mencukupi dan adanya koordinasi yang baik dengan Balai Taman Nasional Merapi, Taman Nasional Merbabu, dan Perum Perhutani sehingga Pos Jaga yang direncanakan dapat terwujud di lokasi yang tepat. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 1,20% dari anggaran Rp. 323.669.500,00 direalisasikan sebesar Rp. 319.799.900,00 c. Analisis program/kegiatan : Indikator ini dilaksanakan dengan program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan dan kegiatan Pencegahan dan pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan. Dengan adanya koordinasi yang baik dengan Balai Taman Nasional Merapi, Taman Nasional Merbabu, dan Perum Perhutani membuat kegiatan ini berjalan efektif sesuai dengan sasaran.
5.
Semakin tingginya pemanfaatan hasil hutan non kayu untuk kese jahteraan masyarakat sekitar hutan, termasuk pengawasan dan penegakan hokum
Tabel 3.18 Pencapaian Kinerja Sasaran 18
Realisasi
Capaian
Realisasi
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Kategori
Capaian
3
Tahun 2015
Realisasi
2
Tahun 2014
Capaian
1
Tahun 2013
Realisasi
Indikator kinerja
Target RPJM Satuan Tahun 2015
Tahun 2012
Target Nasio nal
Tahun 2011
Koordinator SKPD Pengampu
16
17
1
Persentase lembaga masy arakat desa hutan (LMDH) y ang aktif
%
52
-
42
100
10
50
47
188
35
71.43
80
80
100
B
Dipertan bunhut
2
Cakupan peny uluhan kehutanan terhadap lembaga kehutanan masy arakat
%
-
-
26
100
-
120
47
313.33
70
142.86
80
80
100
B
Dipertan bunhut
3
Fasilitasi PHBM dengan tanaman dibaw ah tegakan dengan budiday a tanaman porang. Rata-rata
Ton
-
100
100
100
90
-
-
250.67
0.33
33 1885
82.43
2000
106
A
102.03
A
Dipertan bunhut
Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2015 Capaian kinerja sasaran ini meliputi 3 (tiga) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 102,03% (kategori sangat baik) terdiri dari 1 (satu) indikator kategori sangat baik (33,33%), dan 2 (dua) indikator kategori baik (66,67%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 18 (delapan belas) per indikator :
1)
Persentase lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) yang aktif Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena dilakukannya pembinaan dan diberikannya bantuan pengembagan tanaman dibawah tegakan berupa tanaman porang.
2)
Cakupan penyuluhan kehutanan terhadap lembaga kehutanan masyarakat Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena dilakukannya pembinaan dan dilakukannya pembinaan dan diberikannya bantuan pengembagan tanaman dibawah tegakan berupa tanaman porang merupakan bagian dari kegiatan penyuluhan kehutanan terhadap lembaga kehutanan masyarakat (LMDH).
3)
Fasilitasi PHBM dengan tanaman dibawah tegakan dengan budidaya tanaman porang. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena diberikannya bantuan pengembagan tanaman dibawah tegakan berupa tanaman porang kepada lembaga kehutanan masyarakat (LMDH).
Analisis untuk 3 (tiga) indikator di atas : a. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 1,42% dari anggaran Rp. 66.483.000,00 direalisasikan sebesar Rp. 65.538.650,00; b. Analisis program,/kegiatan : Keberhasilan capaian target kinerja ketiga indikator di atas dilaksanakan dengan program Pemanfaatan Sumber Daya Hutan dan kegiatan Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan. Dan dengan adanya koordinasi yang baik dengan Perhutani membuat upaya pembinaan kepada LMDH menjadi lebih efektif.
Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja.
6.
Semakin rendahnya luasan lahan kritis melalui rehabilitasi tingginya luasan kawasan hutan milik rakyat.
serta semakin
Tabel 3.19 Pencapaian Kinerja Sasaran 19
2 3
4 5
Rasio hutan dan lahan kritis y ang direhabilitasi Pengkay aan hutan raky at 700 ha. Peningkatan Penghijauan lingkungan 188.000 batang di 19 kecamatan Pembuatan Gully Plug 50 unit. Baru Pembangunan sumur resapan 53 unit. Baru Rata-rata
210
105
260
460
177
A
Dipertan bunhut
8,491 2.971.730 8490.66 179,000 511.43 12,935 119.24 32000 33650
105
A
Dipertan bunhut
Dipertan bunhut Dipertan bunhut
100
-
0
-
-
-
10
-
10
Kategori
Dipertan bunhut
ha
unit
Capaian
17
A
180
10
15
16
27
-
14
105
180
10
13
62.89
40
unit
12
60
-
- 3,650,000
11
100
60
35000
10
Koordinator SKPD Pengampu
55
%
batang
9
Realisasi
8
Target
7
Capaian
6
Realisasi
5
Tahun 2015
Capaian
4
Tahun 2014
Realisasi
3
Tahun 2013
Capaian
2
Realisasi
Target RPJM Tahun 2015
Tahun 2012
Capaian
1 1
Satuan
Realisasi
Indikator kinerja
Target Nasio nal
Tahun 2011
52.67 110.88 100
100
-
-
-
2
100
4
200
8
8
100
B
100
10
100
7
100
4
100
5
5
100
B
117.38
A
1754
1754.13
184.46
124.85
Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2015 Capaian kinerja sasaran ini meliputi 5 (lima) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 117,38% (kategori sangat baik) terdiri dari 3 (tiga) indikator kategori sangat baik (60%), dan 2 (dua) indikator kategori baik (40%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 19 (Sembilan belas) per indikator : 1)
Rasio hutan dan lahan kritis yang direhabilitasi Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena anggaran kegiatan yang mencukupi untuk tercapainya target, serta ditambah dengan anggaran perubahan serta kegiatan dari Kementerian LHK melalui BP DAS Pemali Jratun yang mendukung sasaran kegiatan.
2)
Pengkayaan hutan rakyat 700 ha. Peningkatan
Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena anggaran kegiatan yang mencukupi untuk tercapainya target, serta ditambah dengan anggaran perubahan serta kegiatan dari Kementerian LHK yang mendukung sasaran kegiatan.
3)
Penghijauan lingkungan 188.000 batang di 19 kecamatan Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena anggaran kegiatan yang mencukupi untuk tercapainya target, serta ditambah dengan anggaran perubahan yang mendukung sasaran kegiatan.
4)
Pembuatan Gully Plug 50 unit. Baru Keberhasilan capaian indikator untuk target tahun ini disebabkan karena anggaran kegiatan yang mencukupi untuk tercapainya target, namun secara target 5 tahun tidak terpenuhi karena kurangnya anggaran.
5)
Pembangunan sumur resapan 53 unit. Baru Keberhasilan capaian indikator untuk target tahun ini disebabkan karena anggaran kegiatan yang mencukupi untuk tercapainya target, namun secara target 5 tahun tidak terpenuhi karena kurangnya anggaran.
Analisis untuk 5 (lima indikator di atas : a. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 0,08% dari anggaran Rp. 1.356.826.000,00 direalisasikan sebesar Rp. 1.355.694.000,00; b. Analisis program/kegiatan : Keberhasilan capaian target kinerja ketiga indikator di atas dilaksanakan dengan program Rehabilitasi Hutan dan Lahan dan kegiatan Pembinaan Pengawasan dan Pengendalian Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Program kegiatan sangat menunjang keberhasilan capaian indikator kinerja utama, anggaran kegiatan bersumber dari APBD yang merupakan DAK Kehutanan serta APBN murni melalui UPT BP DAS Pemali Jratun Kementerian LHK RI, kegiatan rehabilitasi tersebut diprioritaskan melalui kegiatan vegetatif (Pembuatan Hutan Rakyat, Pengkayaan Hutan Rakyat, Penghijauan Lingkungan), namun cukup minim untuk dialokasikan secara sipil teknis (Dpi,
Dam Penahan, Embung, Gully Plug, Sumur Resapan) karena keterbatasan anggaran
7.
Semakin baiknya sistem penegakan hokum
pengelolaan hutan termasuk pengawasan
dan
Tabel 3.20 Pencapaian Kinerja Sasaran 20
-
2
Terselenggaranya sosialisasi peraturan pemanfaatan hasil hutan hingga 19 kecamatan Meningkatny a industri hasil hutan kay u yang berijin
kec
4
-
-
-
19
indus tri
36
-
27
112.5
20
3
Rata-rata
112.50
9
10
11
1751
56.48
2,000
475
15
78.95
95.23
20
100
6.688 219.28
263.17
78.48
13
14
15
Kategori
12
114.29 2500
Capaian
-
Realisasi
-
Target
3200
Tahun 2015
Capaian
8
set
Realisasi
7
3
Meningkatny a penerbitan dokumen legalitas hasil hutan
Tahun 2014
Capaian
6
2
1
Tahun 2013
Realisasi
5
Capaian
4
Realisasi
1
Target RPJM Tahun 2015
Capaian
Satuan
Realisasi
Indikator kinerja
Tahun 2012
Target Nasio nal
Tahun 2011
Koordinator SKPD Pengampu
16
17
2538
102
A
Dipertanb unhut
19 126.67
10
19
190
A
Dipertanb unhut
21
25
23
92
B
Dipertanb unhut
127.84
A
95.45
112.14
Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2015 Capaian kinerja sasaran ini meliputi 3 (tiga) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 127,84% (kategori sangat baik) terdiri dari 2 (dua) indikator kategori sangat baik (66,67%), dan 1 (satu) indikator kategori baik (33,33%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 20 (dua puluh) per indikator :
1)
Meningkatnya penerbitan dokumen legalitas hasil hutan a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan: - Intensitas pembinaan dan monitoring kinerja Pejabat Penerbit SKAU; - Sistem pelaporan penerbitan dokumen dapat dilakukan secara online; - Kesadaran masyarakat dalam melengkapi dokumen angkut kayu;
- Penerapan SVLK di sejumlah industri yang mensyaratkan dokumen angkutan kayu (bahan baku) yang legal dan lengkap. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah adanya aturan baru tentang penatausahaan hasil hutan dari hutan hak yang secara otomatis memberhentikan tugas Pejabat Penerbit SKAU di Pulau Jawa, Madura dan Bali, yang mengakibatkan putusnya rantai kendali peredaran hasil hutan dari hutan hak/rakyat oleh Pemkab. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah Koordinasi yang intensif dengan industri pengolah kayu untuk memperoleh data produksi kayu rakyat yang digunakan sebagai bahan baku dari wilayah Kab. Boyolali. b. Analisis penggunaan sumber daya : Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan : - Pembuatan sistem pelaporan penerbitan SKAU berbasis Online dan sms; - Penambahan jumlah Pejabat Penerbit SKAU (dari 19 orang menjadi 24 orang); c. Program/kegiatan secara umum telah sesuai. Dengan adanya perubahanperubahan aturan dari Pusat, sangat mempengaruhi keberhasilan kinerja. Sehingga diperlukan terobosan-terobosan kegiatan baru yang dapat lebih fokus dan terarah sesuai dengan kewenangannya terkait indikator kinerja tersebut, antara lain : Sistem Penatausahaan hasil hutan Online yang hasilnya dapat diakses semua pihak yang berkepentingan, Koordinasi dengan Kepala Desa terkait kayu rakyat untuk lebih diintensifkan.
2)
Terselenggaranya sosialisasi peraturan kecamatan.
pemanfaatan hasil hutan hingga 19
a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan dengan adanya aturan-aturan baru yang terkait dengan industri hasil hutan dan penatausahaan hasil hutan akibat dari penerapan UU No. 23 Tahun 2014, dimana Desa memiliki kewenangankewenangan dalam izin industri kapasitas < 2.000 m3 dan TPT serta pemanfaatan hasil hutan kayu dan non kayu, maka sosialisasi ditujukan ke seluruh wilayah Kabupaten Boyolali (19 kecamatan). Permasalahan yang dihadapi : Waktu sosialisasi yang sangat terbatas karena dilaksanakan di TW IV, mengakibatkan tidak semua Desa mendapatkan sosialisasi. Solusi yang dilaksanakan : - Sosialisasi disentralkan di Kantor Dispertanbunhut Kab. Boyolali dengan mengundang perwakilan dari 19 kecamatan, pelaku-pelaku usaha pengolahan
kayu dan non kayu di 19 kecamatan, Pejabat Penerbit SKAU Kab. Boyolali, dan aparat/penyuluh, yang diharapkan dapat meneruskan informasi yang diperoleh dari kegiatan sosialisasi tersebut kepada masyarakat. - Bekerjasama dengan Seluruh Kepala UPT Pertanian, Penyuluh Kehutanan dan ex-Pejabat Penerbit SKAU untuk mensosialisasikan peraturan pemanfaatan hasil hutan. b. Efesiensi penggunaan sumber daya : Analisis efisiensi penggunaan sumberdaya - Membuat surat pemberitahuan yang berisi intisari peraturan pemanfaatan hasil hutan - Menyampaikan informasi secara langsung pada Kepala/aparat desa, saat melaksanakan perjalanan dinas dalam daerah.
3)
Meningkatnya industri hasil hutan kayu yang berijin a. Kegagalan capaian indikator karena beberapa faktor : - Masih adanya pemahaman yang keliru pada pelaku usaha pengolahan/penggergajian kayu bahwa Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan (IUIPHHK) bukanlah suatu kewajiban karena tidak adanya sanksi tegas bagi industri/perusahaan yang belum berizin (IUIPHHK). Selain itu ada anggapan bahwa Izin Usaha seperti SIUP dan HO sudah mencukupi untuk menjalankan usahanya; - Banyak penggergajian yang sudah tidak beroperasi karena kalah bersaing dengan penggergajian keliling (mobile circular saw); - Adanya aturan baru tentang Izin Industri Hasil Hutan (PermenLHK No. P.13/MenLHK-II/2015) yang menghilangkan kewenangan Kabupaten dalam pemberian izin industri hasil hutan. Izin industri dengan kapasitas < 2.000 m3 termasuk penggergajian keliling, dilaksanakan oleh desa dimana prosedur dan persyaratan belum diatur dengan tegas dengan produk hukum turunannya. Hal ini menyebabkan desa belum mempersiapkan mekanisme pemberian izin tersebut. Permasalahan yang dihadapi adalah banyak perusahaan/industri tidak taat pada aturan karena mereka menilai prosedur perizinan panjang dan berbeli-belit. Solusi yang dilakukan adalah dengan pendekatan secara komprehensif dan memberikan konseling secara intensif serta pelayanan prima untuk memudahkan proses perizinan. b. Peraturan baru tentang izin industri telah memangkas birokrasi dalam kepengurusan izin. Namun perlu koordinasi dan pembinaan lebih intensif pada
Desa selaku lembaga yang memberikan izin industri pengolahan kayu rakyat dalam menyusun mekanisme pemberian izin.
Analisis untuk 3 (tiga) indikator di atas : a. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 13,69% dari anggaran Rp. 68.242.500,00 direalisasikan sebesar Rp. 58.914.700,00; b. Analisis program/kegiatan : Ketiga indikator di atas dilaksanakan dengan program Pembinaan dan penertiban industri hasil hutan dan dengan kegiatan Pengawasan dan penertiban pelaksanaan peraturan daerah mengenai Pengelolaan industri hasil hutan. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja.
8.
Semakin rendahnya pemanfaatan sumber daya hutan berlebihan
dan lahan secara
Tabel 3.21 Pencapaian Kinerja Sasaran 21
Realisasi
Capaian
Realisasi
Capaian
Target
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
M³
19,200
Meningkatny a v olume peredaran hasil hutan y ang dapat dikendalikan Rata-rata
- 21,246 118.03 24.716 135.06 10,506
118.03
135.06
Kategori
Target RPJM Tahun 2015
Capaian
Satuan
Realisasi
Indikator kinerja
Capaian
Tahun 2015
Realisasi
Tahun 2014
Capaian
Tahun 2013
Realisasi
1
Tahun 2012
Target Nasio nal
Tahun 2011
Koordinator SKPD Pengampu
14
15
16
17
56.48 12,365 114.07 15000 14209
94.73
B
Dipertanb unhut
56.48
94.73
B
114.07
Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2015 Capaian kinerja sasaran ini meliputi 1 (satu) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 94,73% (kategori baik) terdiri dari 1 (satu) indikator kategori baik (100%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 21 (dua puluh satu) per indikator : 1)
Meningkatnya volume peredaran hasil hutan yang dapat dikendalikan
a. Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena adanya aturan baru mengenai penatausahaan hasil hutan dari hutan hak yaitu Permen LHK No. P.21/MenLHK-II/2015 yang mulai diberlakukan pada tanggal 4 Juni 2015, dimana dengan aturan baru tersebut secara otomatis meniadakan tugas pejabat penerbit SKAU di Pulau Jawa, Bali dan Lombok. Angkutan kayu dari kayu rakyat cukup menggunakan nota angkutan yang dibuat oleh si pemilik kayu, sehingga sistem kendali yang selama ini masih dapat dilakukan melalui pelaporan dari Pejabat Penerbit SKAU tidak dapat berfungsi, dan laporan produksi kayu tidak dapat diinput karena pemilik kayu rakyat tidak berkewajiban melaporkan produksi kayu rakyatnya kepada pemerintah kabupaten. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah Melihat hasil capaian yang bertolak belakang antara produksi hasil hutan kayu rakyat (tidak mencapai target) dan penerbitan dokumen legalitas hasil hutan (melebihi target), hal ini dapat dijelaskan bahwa jumlah penerbit SKAU mengalami penambahan (dari 19 orang menjadi 24 orang), sementara produksi kayu rakyat hanya dapat terpantau sampai dengan bulan Juni 2015. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah Untuk dapat terus memantau produksi kayu rakyat, dapat dilakukan dengan memantau produksi kayu dari industri yang ada di Kabupaten Boyolali maupun luar kabupaten, yang bahan bakunya berasal dari wilayah Boyolali. b. Analisis penggunaan sumber daya : Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan : - Pembinaan pejabat penerbit SKAU sebanyak 3 (tiga) kali dan penertiban laporan triwulan penerbitan SKAU,serta pembinaan Ganis pada IPHHK sebanyak 11 orang; - Pelatihan atau penyegaran pelaksanaan penatausahaan hasil hutan dari hutan hak bagi penerbit SKAU sebanyak 24 orang; - Sosialisasi peraturan penatausahaan hasil hutan dan ijin industri primer hasil hutan kepada aparat, masyarakat dan pelaku usaha di 19 kecamatan; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 13,69% dari anggaran Rp. 68.242.500,00 direalisasikan sebesar Rp. 58.914.700,00; c. Analisis program/kegiatan : Indikator ini dilaksanakan dengan program Pembinaan dan penertiban industri hasil hutan dan dengan kegiatan Pengawasan dan penertiban pelaksanaan peraturan daerah mengenai Pengelolaan industri hasil hutan. Program/kegiatan secara umum telah sesuai. Peraturan baru tentang izin industri telah
memangkas birokrasi dalam kepengurusan izin. Namun perlu koordinasi dan pembinaan lebih intensif pada Desa selaku lembaga yang memberikan izin industri pengolahan kayu rakyat dalam menyusun mekanisme pemberian izin.
9.
Meningkatnya penerimaan negara bukan pajak pada sektor kehutanan Tabel 3.22 Pencapaian Kinerja Sasaran 22
1
Meningkatny a setoran PSDH dari w ajib bayar (Perhutani) Rata-rata
Juta rupiah
320
Realisasi
Capaian
Realisasi
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
-
0
182.81
182.81
290
266 602.33
265.71
Kategori
Capaian
3
Tahun 2015
Realisasi
2
Tahun 2014
Capaian
1
Tahun 2013
Realisasi
Indikator kinerja
Target RPJM Satuan Tahun 2015
Tahun 2012
Target Nasio nal
Tahun 2011
Koordinator SKPD Pengampu
16
17
200.78
395 127.42
400 559.21 139,80 A
200.78
127.42
139.80 A
Dipertan bunhut
Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2015 Capaian kinerja sasaran ini meliputi 1 (satu) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 139,80% (kategori sangat baik) terdiri dari 1 (satu) indikator kategori sangat baik (100%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 22 (dua puluh dua) per indikator :
1)
Meningkatnya setoran PSDH dari wajib bayar (Perhutani) a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan telah meningkatnya produksi hasil hutan pada hutan produksi (Perhutani); b. Analisis penggunaan sumber daya : Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan : - Pelaksanaan rekonsiliasi PSDH diselenggarakan di Semarang dan DIY (yang biasanya diselenggarakan di luar P. Jawa) sehingga memudahkan koordinasi dan penghematan anggaran biaya perjalanan; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran
dengan efesiensi sebesar 13,69% dari anggaran Rp. 68.242.500,00 direalisasikan sebesar Rp. 58.914.700,00; c. Analisis program/kegiatan : Indikator ini dilaksanakan dengan program Pembinaan dan penertiban industri hasil hutan dan dengan kegiatan Pengawasan dan penertiban pelaksanaan peraturan daerah mengenai Pengelolaan industri hasil hutan. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja.
10.
Tersedianya prasarana dan sarana permukiman yang memadai Tabel 3.23 Pencapaian Kinerja Sasaran 23
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
1
Rasio rumah layak huni
%
88
-
78
100
2
Persentase rumah tinggal y ang mempunyai penerangan listrik
%
51.28
-
-
-
3
Cakupan rumah tangga pengguna air bersih
rumah 177,698
-
-
- 176,114 99.95 165,274
Rata-rata
100
73 91.25
50.95
100
97.07
83 101.22
73
146
16
Koordinator SKPD Pengampu
17
100 117.65
88
88
100 B
Baperma sdes
76 101.33
71
71
100 B
DPU ESDM
176,349 17994.80 A
DPU ESDM
94 164,860
113.58
Kategori
Realisasi
5
Capaian
4
Tahun 2015
Realisasi
3
Tahun 2014
Capaian
2
Tahun 2013
Realisasi
Target RPJM Tahun 2015
Tahun 2012
Capaian
1
Satuan
Realisasi
Indikator kinerja
Target Nasio nal
Tahun 2011
99.92
106.30
980
6064.93 A
Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2015 Capaian kinerja sasaran ini meliputi 3 (tiga) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 6064,93% (kategori sangat baik) terdiri dari 1 (satu) indikator kategori sangat baik (33,33%), dan 2 (dua) indikator kategori baik (66,67%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 23 (dua puluh tiga) per indikator :
1)
Rasio rumah layak huni
a. Keberhasilan capaian target indikator ini disebabkan meningkatnya rumah yang mendapatkan bantuan; b. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan untuk mendorong terlaksananya fasilitasi pemberian bantuan stimulan rumah Gakin melalui kelompok yang mengelola dengan tujuan meningkatkan kualitas rumah yang layak huni dengan penggunaan sumber daya antara lain dilakukan: - Pembuatan Kebijakan/Surat Edaran yang berisi Pedoman Kebijakan/Surat edaran yang berisi Pedoman Penggunaan Dana Stimulan rumah Gakin; - Penggunaan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 8,50% dari anggaran Rp. 36.075.000,00 direalisasikan sebesar Rp. 33.012.250,00. c. Analisis program/kegiatan : Indikator ini dilaksanakan dengan program Pengembangan Perumahan dengan kegiatan Fasilitasi dan stimulasi pembangunan perumahan masyarakat kurang mampu. (BOP Bantuan Rumah Gakin). Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja, namun perlu upaya beberapa aktivitas yang lebih fokus pada kegiatan, antara lain: - Melakukan pembinaan kepada penerima peningkatan swadaya melalui monitoring;
bantuan
untuk
mendorong
- Melakukan pembinaan untuk penyelesaian admininstrasi.
2)
Persentase rumah tinggal yang mempunyai penerangan listrik a. Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini disebabkan adanya peningkatan alokasi anggaran untuk kegiatan pembangunan jaringan listrik untuk desa/ dusun yang belum terlistriki, bantuan pembangunan jaringan listrik dari Dinas ESDM Provinsi dan meningkatnya jumlah masyarakat yang memasang/ menyalur listrik sendiri; Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah Masih banyaknya dukuh yang belum teraliri jaringan listrik sementara anggaran yang tersedia masih kurang dan Letak desa yang terpencil serta melewati kawasan perhutani ; Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah Mencari sumber dana lain selain APBD misalnya pengajuan bantuan proposal pembangunan ke pemerintah propinsi atau pusat, mengajukan Surat izin peminjaman kawasan perhutani untuk dilewati jaringan listrik ke Kementerian Kehutanan dan Pemanfaatan energi baru terbarukan seperti tenaga surya sebagai sumber energi listrik.
b. Analisis penggunaan sumber daya : Efisiensi penggunaan sumber daya dicapai dengan : - Koordinasi Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, PLN dan Desa untuk memberikan bantuan pembangunan jaringan listrik desa; - Adanya bantuan dari APBD Provinsi Jawa Tengah dalam penambahan jaringan listrik desa (berupa tiang listrik, jaringan listrik Tenaga Surya, dsb); - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar – benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat melampaui target fisik yang telah ditetapkan, Efisiensi anggaran dapat tercapai 16,8% dari total anggaran Rp. 554.614.000,00 digunakan sebesar Rp. 462.113.500,00. c. Analisis program/kegiatan : Program kegiatan yang menunjang keberhasilan capaian indikator kinerja ini dilaksanakan dengan program Peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa dengan kegiatan Pembinaan kelompok masyarakat pembangunan desa dan Program pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan dengan kegiatan Koordinasi pengembangan ketenaga listrikan. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja.
3)
Cakupan rumah tangga pengguna air bersih a. Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini disebabkan adanya Swadaya masyarakat untuk membantu realisasi sambungan rumah dari jaringan air minum yang terbangun; b. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran seefisien mungkin sehingga mengurangi penggunaan anggaran sebesar 4% dari anggaran Rp. 5.033.561.000,00 digunakan sebesar Rp. 4.830.110.600,00; c. Analisis program/kegiatan : Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini dilaksanakan dengan program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku dengan kegiatan Rehabilitasi prasarana pengambilan dan saluran pembawa, Pembangunan sumur-sumur air tanah, Monitoring, evaluasi dan pelaporan, dan Studi Potensi Pengembangan Pemanfaatan Air Baku Kabupaten Boyolali, dengan bentuk kegiatannya adalah melakukan studi potensi air tanah, pembuatan sumur uji dan melakukan penelitian geolistrik secara berkala untuk memanfaatkan alat yang telah dimiliki serta untuk mencukupi data potensi air tanah. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja.
11.
Meningkatnya perluasan akses pendidikan dalam masyarakat
Tabel 3.24 Pencapaian Kinerja Sasaran 24
1
Satuan
Target RPJM Tahun 2015
Capaian
Realisasi
Capaian
Realisasi
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
%
30
-
50.79 230.86
%
101.2
-
99.49
98.31
98.7 97.53 98.97
97.8 99.27
98.09
APK SMP/MTs & Paket B APK SMA/MA/SMK & Paket C APM SD/MI dan Paket A
%
98
-
92.56
96.67
91.5 95.31 92.08
95.67 93.62
96.52
%
70
-
68.05 102.33
%
85
-
84.66
%
73.48
-
%
47.19
-
8
APM SMP/MTs dan Paket B APM SMA/MA/SMK & Paket C APS SD/MI
%
0.03
-
9
APS SMP/MTs
%
0.23
-
0.31
10
APS SMA/MA/SMK
%
0.26
-
0.68 107.94
11
Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/MA/SMK Ratio murid dgn kelas
%
99.54
-
95.58 100.61
95.64
%
99.74
-
97.85 104.89
71.36 73.98
3 4 5 6 7
12
21.35 88.95 61.85
82.47 66.21 236.46
77
Kategori
Indikator kinerja
Angka PAUD (% jumlah sisw a TK/RA/Penitipan anak dibandingkan jumlah anak usia 4-6 tahun) APK SD/MI & Paket A
2
Tahun 2015
Realisasi
Tahun 2014
Capaian
Tahun 2013
Realisasi
Tahun 2012
Target Nasional
Tahun 2011
Koordinator SKPD Pengampu
16
17
69.8 90.65
B Disdikpora
101.2 99.35 98.17
B Disdikpora
94.2 96.12
B Disdikpora
68.08 101.61 69.45 102.89 69.91 102.06
70 72.89 104.13
A Disdikpora
99.89
83.93 98.86 83.72
98.49 84.71
99.66
85 86.01 101.19
A Disdikpora
66.85
92.22
65.53
98.73 68.61
93.69
73.48 69.95 95.20
B Disdikpora
46.02
98.84
47.71 102.13 48.57 103.63 49.71 105.69
47.19 49.02 103.87
A Disdikpora
0.1 125.00 56.36
90.1 72.05
0.06 111.71 0.07
0.03 113.78
0.03
0.05 143.70
A Disdikpora
0.27 139.04 0.33 106.06
0.36
41.24
0.23
0.21 92.61
B Disdikpora
0.77 46.611 0.47
0.48
13.24
0.26
0.41 159.52
A Disdikpora
94.83 97.54
98.41
99.54
98.4 98.85
B Disdikpora
74.49 76.11
76.31
99.74 79.33 79.54
B Disdikpora
98.7 93.73 74.3
71.43
98
85.11
Disdikpora
13
SD/MI
orang
17
-
20
95.24
19.93 100.1 19.51 102.68
20 116.93
17.10 19.02 111.20
A Disdikpora
14
SMP/MTs
orang
29
-
21
58.33
31.01 109.33 30.07
93.97
31 105.72
29.32 30.15 102.82
A Disdikpora
15
SM/MA
orang
27
-
-
0.00
93.33
28 104.17
26.88 28.41 105.70
A Disdikpora
30 104.31
28
Ratio murid dgn guru
Disdikpora
16
SD/MI
orang
18
-
13
92.86
12.72 115.2 12.62
78.88
13
76.47
18 12.23 67.94
C Disdikpora
17
SMP/MTs
orang
11
-
13 100.00
12.55 98.38 12.78
106.5
14 132.22
10.59 13.71 129.48
A Disdikpora
18
SM/MA
orang
27
-
11
36.67
11
26.88
D Disdikpora
33.33
12 161.72
11
40.92
11.4 42.41
Ratio murid dgn sekolah
Disdikpora
19
SD/MI
orang
153
-
124
98.41 122.56 107.36 121.26
87.24
120
78.35 153.15 119.83 78.24
B Disdikpora
20
SMP/MTs
orang
441
-
347
95.59
84.75
350
79.32 441.23 352.65 79.92
B Disdikpora
339.4 110.95
339
8
9
10
11
12
13
14
15
347
86.32
365
82.27 443.66 368.72 83.11
Kategori
363 105.28
Capaian
94.79
Realisasi
346
-
Target
7
Capaian
6
Realisasi
5
Tahun 2015
Capaian
444
4
Tahun 2014
Realisasi
orang
3
Tahun 2013
Capaian
2
Realisasi
1
Capaian
Indikator kinerja
Realisasi
Target RPJM Satuan Tahun 2015
Tahun 2012
Target Nasional
Tahun 2011
Koordinator SKPD Pengampu
16
17
21
SM/MA
B Disdikpora
22
Ratio kelas dgn ruang kelas SD/MI
Ruang
1.05
-
0.98 101.03
0.97 98.04
0.99
98.02
0.99
94.29
1.05
1 95.24
B Disdikpora
23
SMP/MTs
Ruang
1.02
-
1.57 167.02
1.03 107.43 0.97
98.98
0.99
97.30
1.02
0.98 96.32
B Disdikpora
24
SM/MA
Ruang
1.09
-
0.98
91.59
1.06 98.57
1.07
99.07
1.08
98.94
1.09
1.03 94.36
B Disdikpora
25
Angka buta aksara
0
-
1.81
67.79
1.75
0
100
0
100
0
0.34 99.66
B Disdikpora
Disdikpora
%
Rata-rata
96.40
25 99.45
91.12
95.28
98
B
Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2015 Capaian kinerja sasaran ini meliputi 25 (dua puluh lima) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 98% (kategori baik) terdiri dari 9 (sembilan) indikator kategori sangat baik (36%), 14 (empat belas) indikator kategori baik (56%), 1 (satu) indikator kategori cukup (4%) dan 1 (satu) indikator kategori kurang (4%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 24 (dua puluh empat) per indikator : 1)
Angka PAUD (% jumlah siswa TK/RA/Penitipan anak dibandingkan jumlah anak usia 4-6 tahun) a. Kegagalan capaian indikator kinerja ini dikarenakan kemampuan pemerintah untuk membangun lembaga PAUD negeri sangat terbatas. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih kurangnya akses anak-anak usia dini yang berasal dari keluarga kategori miskin dan pemahaman orang tuanya akan pentingnya pendidikan anak usia dini yang masih rendah serta penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dengan biaya pendidikan murah belum dapat diwujudkan sepenuhnya. Upaya-upaya dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah mendorong pihak swasta untuk turut berpartisipasi dalam pendirian lembaga PAUD, memperkuat pelayanan PAUD di daerah-daerah terpencil dan pelosok. Dengan demikian, akan tercipta pemerataan pendidikan usia dini. b. Efisiensi penggunaan sumber daya, melalui penggunaan anggaran untuk kegiatan yang mempengaruhi capaian target sebesar Rp. 1.582.017.000,00 dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 1.106.592.000,00 sehingga ada efisiensi anggaran sebesar 30,05%; c. Analisis program/kerja
Untuk melaksanakan indikator ini dilaksanakan dengan program Pendidikan Anak Usia Dini dengan kegiatan Pembangunan gedung sekolah, Pengadaan alat praktik dan peraga siswa, Pengadaan mebeluer sekolah, Pelatihan kompetensi tenaga pendidik, Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini, Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini dan Monitoring, evaluasi Pendidikan Anak Usia Dini. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja namun belum dapat memenuhi target kinerja. 2)
APK SD/MI & Paket A a. Kegagalan capaian indikator kinerja ini dikarenakan adanya penurunan penduduk usia sekolah dasar. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih kurangnya perluasan akses dan pemerataan serta peningkatan kualitas pendidikan, sedangkan upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah optimalisasi kegiatan yang mempunyai output perluasan akses dan pemerataan serta peningkatan kualitas pendidikan, seperti Pendampingan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) jenjang pendidikan dasar dari APBD Kabupaten Boyolali b. Analisis penggunaan sumber daya : Menggunakan anggaran sebesar Rp. 668.496.000,00 dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 418.262.700,00 (efesiensi anggaran sebesar 37,43%) c. Analisis program/kegiatan : Indikator ini dilaksanakan dengan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dengan kegiatan Penyediaan dana pengembangan sekolah Untuk SD/MI/SDLB dan SMP/MTS, dan Penyelenggaraan Paket A Setara SD. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja namun belum dapat memenuhi target kinerja
3) APK SMP/MTs & Paket B a. Kegagalan capaian indikator kinerja ini dikarenakan kurangnya kemampuan dan keterjangkauan anak-anak untuk mendapatkan akses pendidikan; b. Analisis penggunaan sumber daya : Menggunakan anggaran untuk kegiatan yang mempengaruhi capaian target sebesar Rp. 5.148.880.000,00 dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 4.822.341.517,00 (efesiensi anggaran sebesar 6,34%) c. Analisis program/kegiatan Indikator ini dilaksanakan dengan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dengan kegiatan Penyelenggaraan Paket B Setara SMP dan Penyediaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dengan memberikan lebih banyak lagi subsidi untuk membantu anak dalam menjangkau hak
pendidikannya, seperti beasiswa dan pendirian sekolah satu atap, serta pendirian SMP Terbuka yang bertujuan memberikan kesempatan belajar yang lebih luas kepada anak-anak lulusan SD/MI atau sederajat yang tidak dapat mengikuti pendidikan SMP Reguler karena berbagai hambatan yang dihadapinya. SMP Terbuka memiliki satu atau lebih Tempat Kegiatan Belajar (TKB) dan dalam operasionalnya menginduk pada SMP Negeri. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja namun belum dapat memenuhi target kinerja.
4) APK SMA/MA/SMK & Paket C a. Keberhasilan capaian indikator kinerja ini disebabkan telah diupayakan sekolah murah; b. Analisis penggunaan sumber daya : Dengan penggunaan anggaran untuk kegiatan yang mempengaruhi capaian target sebesar Rp. 88.310.000,00 dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 84.500.000,00 (realisasi anggaran sebesar 4,31%). c. Analisis program/kegiatan : Untuk mencapai indikator ini dilaksanakan dengan Program Pendidikan Menengah, salah satunya adalah pelaksanaan kegiatan Penyelenggaraan paket C setara SMU yaitu dengan mengupayakan sisi pembiayaan atau dana, mengupayakan sekolah murah dan dari sisi ketersediaan sekolah. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja. 5)
APM SD/MI dan Paket A a. Keberhasilan capaian indikator kinerja ini disebabkan telah dilaksanakannya perluasan akses, pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan; b. Analisi penggunaan sumber daya : Menggunakan anggaran untuk kegiatan yang mempengaruhi capaian target sebesar Rp. 5.148.880.000,00 dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 4.822.341.517,00 (efesiensi anggaran sebesar 6,34%); c. Analisis program/kegiatan : Indikator ini dilaksanakan dengan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dengan kegiatan Penyediaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) jenjang SD/MI/SDLB dan SMP/MTS dengan melakukan perluasan akses, pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan serta Pendampingan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) jenjang pendidikan dasar dari APBD Kabupaten
Boyolali. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja.
6) APM SMP/MTs dan Paket B a. Kegagalan capaian kinerja indikator ini disebabkan masih terbatasnya akses usia pendidikan menengah ke jenjang SMP. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah sisi pembiayaan atau dana, dan sisi ketersediaan/keterjangkauan sekolah. Sedangkan upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah kinerja mengupayakan subsidi pembiayaan atau dana operasional sekolah bagi anak kurang mampu (untuk seragam, transportasi dan lainnya) dan mengupayakan jumlah ketersediaan sekolah b. Analisis penggunaan sumber daya dilakukan dengan menggunakan anggaran untuk kegiatan yang mempengaruhi capaian target sebesar Rp. 5.148.880.000,dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 4.822.341.517 (efesiensi anggaran sebesar 6.34%); c. Analisis program/kegiatan : Indikator ini dilaksanakan dengan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun salah satunya adalah kegiatan Penyediaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) jenjang SD/MI/SDLB dan SMP/MTS dengan mengupayakan subsidi pembiayaan atau dana operasional sekolah bagi anak kurang mampu (untuk seragam, transportasi dan lainnya) dan mengupayakan jumlah ketersediaan sekolah. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja namun belum dapat memenuhi target kinerja.
7)
APM SMA/MA/SMK & Paket C a. Keberhasilan capaian indikator kinerja ini disebabkan adanya dana bantuan khususnya bagi siswa miskin dan berprestasi; b. Analisis penggunaan sumber daya dilakukan dengan menggunakan anggaran untuk kegiatan yang mempengaruhi capaian target sebesar Rp. 8.022.180.000,00 dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 7.300.311.206,00 (efesiensi anggaran sebesar 8,10%; c. Analisis program/kegiatan : Untuk mencapai indikator ini dilaksanakan dengan program Pendidikan Menengah, antara lain dengan kegiatan Penyelenggaraan belajar mengajar siswa berprestasi jenjang SLTA dan Penyelenggaraan belajar mengajar jenjang SLTA dengan menyediakan dana bantuan khususnya bagi siswa miskin dan berprestasi, mengupayakan sekolah murah dan dari sisi ketersediaan sekolah
murah. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja.
8) APS SD/MI a. Kegagalan capaian indikator kinerja ini dikarenakan kemiskinan, minat anak yang kurang, perhatian orang tua rendah, faktor budaya, fasilitas belajar kurang, kurangnya akses terhadap sarana dan anak berkebutuhan khusus. Upaya dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah pemberian beasiswa untuk siswa miskin, mendekatkan akses kepada anak di daerah pedesaan dan sekolah inklusif bagi anak berkebutuhan khusus b. Analisis penggunaan sumber daya, efisiensi penggunaan sumber daya dilakukan dengan menggunakan anggaran untuk kegiatan yang mempengaruhi capaian target sebesar Rp. 106.100.000,00 dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 106.062.000,00 (efesiensi anggaran sebesar 0,40%). c. Analisis program/kegiatan : Untuk mencapai indikator ini dilaksanakan dengan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dengan kegiatan Penyediaan beasiswa retrieval untuk anak putus sekolah. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja namun belum dapat memenuhi target kinerja.
9) APS SMP/MTs a. Keberhasilan capaian indikator ini dikarenakan adanya beasiswa retrieval, pemberian pengertian kepada orang tua melalui guru/tokoh masyarakat. b. Analisis penggunaan sumber daya : -
Adanya beasiswa retrieval
-
Menggunakan anggaran untuk kegiatan yang mempengaruhi capaian target sebesar Rp. 106.100.000,00 dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 106.062.000,00 (efisiensi anggaran sebesar 0,40%)
c. Analisis program/kegiatan : Untuk mencapai indikator ini dilaksanakan dengan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dengan kegiatan Penyediaan beasiswa retrieval untuk anak putus sekolah dengan pemberian pengertian kepada orang tua melalui guru/tokoh masyarakat. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja.
10) APS SMA/MA/SMK
a. Kegagalan capaian indikator kinerja ini dikarenakan dikarenakan faktor ketidakmampuan/kemiskinan dan biaya pendidikan yang dikalangan penduduk miskin masih tinggi. Hambatan/permasalahan yang dihadapi adalah faktor ketidakmampuan/kemiskinan, biaya pendidikan, lingkungan/budaya, minat anak dan aksesibilitas wilayah. Sedangkan upaya yang dilakukan adalah memberikan beasiswa khususnya bagi siswa dari keluarga miskin untuk mendapatkan akses pendidikan menengah; b. Efesiensi penggunaan sumber daya yng dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran untuk kegiatan yang mempengaruhi capaian target sebesar Rp. 403.500.000 dengan realisasi keuangan sebesar 100%; c. Analisis program/kegiatan : Indikator ini dilaksanakan dengan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dengan kegiatan Penyediaan beasiswa bagi keluarga tidak mampu. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja namun belum dapat memenuhi target kinerja.
11) Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs a. Kegagalan capaian indikator kinerja ini dikarenakan dikarenakan faktor biaya yang masih tinggi. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah sisi pembiayaan atau dana, budaya, geografis dan sisi ketersediaan sekolah. Sedangkan upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah kinerja mengupayakan subsidi pembiayaan atau dana operasional sekolah bagi anak kurang mampu (untuk seragam, transportasi dan lainnya) dan Pendampingan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) jenjang pendidikan dasar dari APBD Kabupaten Boyolali. b. Analisis penggunaan sumber daya, efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran untuk kegiatan yang mempengaruhi capaian target sebesar Rp. 5.148.880.000,- dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 4.822.341.517 (efesiensi anggaran sebesar 6,34%) c. Analisis progam/kegiatan : Indikator ini dilaksanakan dengan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dengan kegiatan Penyediaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) jenjang SD/MI/SDLB dan SMP/MTS. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja namun belum dapat memenuhi target kinerja. 12) Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/MA/SMK
a. Kegagalan capaian indikator ini dikarenakan faktor biaya yang masih tinggi. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah sisi pembiayaan atau dana, budaya, geografis dan sisi ketersediaan sekolah dengan biaya murah. Sedangkan upaya yang dilakukan adalah mengupayakan subsidi pembiayaan atau dana operasional sekolah bagi anak kurang mampu (untuk seragam, transportasi dan lainnya) dan mengupayakan jumlah ketersediaan sekolah murah; b. Analisis penggunaan sumber daya, efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran untuk kegiatan yang mempengaruhi capaian target sebesar Rp. 8.022.180.000,00 dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 7.300.311.206,00 (efesiensi anggaran sebesar 8,10%); c. Analisis program/kegiatan : Indikator ini dilaksanakan dengan program Pendidikan Menengah dengan kegiatan Penyelenggaraan belajar mengajar siswa berprestasi jenjang SLTA dan Penyelenggaraan belajar mengajar jenjang SLTA dengan melaksanakan sekolah gratis bagi siswa berprestasi di jenjang SMA dan SMK. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja namun belum dapat memenuhi target kinerja.
Ratio murid dgn kelas 13) SD/MI 14) SMP/MTs 15) SM/MA a. Keberhasilan capaian indikator kinerja untuk 3 (tiga) indikator di atas disebabkan adanya kegiatan pembangunan ruang kelas baru;
b. Analisis penggunaan sumber daya : -
Dengan kegiatan penambahan ruang kelas sekolah.
-
Menggunakan anggaran untuk kegiatan yang mempengaruhi capaian target untuk jenjang Wajardikdas (SD dan SMP) sebesar Rp. 2.428.800.000,dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 2.426.757.000,- (efesiensi anggaran sebesar 0,08%) dan untuk jenjang Pendidikan Menengah (SMA dan SMK) sebesar Rp. 3.552.500.000,- dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 3.549.087.120,- (efesiensi anggaran sebesar 0,10%)
c. Analisis program/kegiatan : Indikator ini dilaksanakan dengan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan program Pendidikan Menengah dengan kegiatan
penambahan ruang kelas sekolah. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja.
Ratio murid dengan guru 16) SD/MI Kegagalan capaian indikator kinerja ini dikarenakan jumlah guru yang berkurang dan tidak adanya penambahan guru. Solusi yang dilakukan adalah membuat usulan penambahan guru. 17) SMP/MTs Keberhasilan capaian indikator kinerja ini disebabkan adanya penambahan guru. 18) SM/MA Kegagalan capaian indikator kinerja ini dikarenakan tidak adanya penambahan guru. Solusi yang dilakukan adalah membuat usulan penambahan guru.
Ratio murid dengan sekolah 19) SD/MI 20) SMP/MTs 21) SM/MA Rata-rata capaian target dari 3 (tiga) indikator diatas belum tercapai dikarenakan belum seimbangnya antara jumlah sekolah dengan tenaga pendidik. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah belum seimbangnya antara jumlah sekolah dengan tenaga pendidik (khususnya pada jenjang SD). Sedangkan upaya yang dilakukan adalah dengan pendirian unit sekolah baru pada jenjang SMA/MA/SMK di wilayah kecamatan dan melalukan regrouping SD;
Ratio kelas dengan ruang kelas 22) SD/MI 23) SMP/MTs 24) SM/MA Rata-rata capaian target dari 3 (tiga) indikator diatas belum tercapai dikarenakan belum idealnya jumlah sekolah, siswa dan tenaga pendidik. Sedangkan upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah dengan pendirian unit sekolah baru pada jenjang pendidikan menengah di wilayah kecamatan dan melakukan regrouping SD.
Analisis untuk 9 (Sembilan) indicator di atas : a. Analisis efesieni penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah : Menggunakan anggaran untuk kegiatan yang mempengaruhi capaian target untuk : - Jenjang Wajardikdas (SD dan SMP) sebesar Rp. 2.428.800.000,- dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 2.426.757.000,- (realisasi anggaran sebesar 99,91%); - Jenjang Pendidikan Menengah (SMA dan SMK) sebesar Rp. 3.552.500.000,dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 3.549.087.120,- (realisasi anggaran sebesar 99,90%). b. Kesembilan indikagtor di atas dilaksanakan dengan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dengan kegiatan Rehabilitasi sedang/berat bangunan sekolah dan program Pendidikan Menengah dengan kegiatan Rehabilitasi sedang/berat bangunan sekolah.
25) Angka buta aksara a. Kegagalan capaian indikator kinerja ini dikarenakan bayak masyarakat berasal dari keluarga miskin. Kemiskinan sering kali menjadi kendala sangat praktis dalam upaya pembelajaran masyarakat, dan masyarakat penyandang buta aksara sudah terlalu tua sehingga kemampuan menyerap ilmu lebih lambat; b. Analisis penggunaan sumber daya, efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan Menggunakan anggaran untuk kegiatan yang mempengaruhi capaian target sebesar Rp. 210.043.000,00 dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 185.956.000,00 (efesiensi anggaran sebesar 11,47%). c. Analisis program/kegiatan : Indikator ini dilaksanakan dengan program Pendidikan Non Formal dan kegiatan Pengembangan pendidikan keaksaraan. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja namun belum dapat memenuhi target kinerja, dengan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, seperti dengan organisasi perempuan, organisasi keagamaan, dan swasta.
12.
Terpenuhinya kewajiban pemerintah menyelenggarakan pendidikan dasar.
Satuan
Target RPJM
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
Kateg ori
Indikator kinerja
Targe t Nasio nal
Tabel 3.25 Pencapaian Kinerja Sasaran 25 Koordinator SKPD
SPM Dikdas
-
60
Rata-rata
Realisasi
Capaian
Target
Realisasi
6
7
8
9
10
11
12
13
14
100
94 134.29
134.29
134.29
95 118.75 99.67 110.74 118.75
100 99.67
110.74
Pengampu
Capaian
Capaian
5
Realisasi
4
Capaian
3 100
Realisasi
2 %
Capaian
1
15
16
17
99.67
B Disdikpora
99.67
B
Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2015 Capaian kinerja sasaran ini meliputi 1 (satu) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 99,67% (kategori baik) terdiri dari 1 (satu) indikator kategori baik (100%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 25 (dua puluh lima) per indikator : 1) SPM Dikdas a. Kegagalan capaian indikator kinerja ini dikarenakan kurangnya dukungan untuk pencapaian program baik yang berupa kebijakan maupun anggaran; b. Analisis penggunaan sumber daya, efesiensi penggunaan sumber daya dilakukan dengan menggunakan anggaran untuk kegiatan yang mempengaruhi capaian target sebesar 9.753.031.000,00 dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 9.488.486.466,00 (adanya efisiensi anggaran sebesar 2,71%) c. Analisis program/kegiatan : Indikator ini dilaksanakan dengan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dengan kegiatan Peningkatan Manajemen Operasional Sekolah, Pengadaan buku-buku dan alat tulis siswa, Pengadaan alat praktik dan peraga siswa, Pengadaan meubeler sekolah. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja walaupun belum dapat memenuhi target kinerja. Dengan melaksanakan memberikan Beasiswa bagi anak kurang mampu, Peningkatan Sarpras Sekolah, Meningkatkan kualitas dan kompetensi guru. 13.
Terpenuhinya kewajiban pemerintah menyelenggarakan pendidikan menengah.
Tabel 3.26 Pencapaian Kinerja Sasaran 26
Realisasi
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Kategori
Capaian
3
Realisasi
2
Tahun 2015
Capaian
1
Tahun 2014
Realisasi
Satuan
Tahun 2013
Capaian
Indikator kinerja
Target RPJM Tahun 2015
Tahun 2012
Realisasi
Tahun 2011
Target Nasio nal
1
Realisasi
Tahun 2015
Koordinator SKPD Pengampu
16
17
1
SPM Dikmen
%
Rata-rata
100
-
60
100
75 107.14
107.14
107.14
75
93.75
93.75
80
88.89
100
80
88.89
80
B Disdikpora
80
B
Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2015 Capaian kinerja sasaran ini meliputi 1 (satu) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 80% (kategori baik) terdiri dari 1 (satu) indikator kategori baik (100%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 26 (dua puluh enam) per indikator : 1) SPM Dikmen a. Kegagalan capaian indikator kinerja ini dikarenakan masih belum tercukupinya sarpras pendidikan menengah; Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah - Masih terdapat gedung/ruang kelas yang kondisinya rusak; - Belum semua SMA memiliki jumlah ruang kelas sesuai dengan kebutuhan, Belum semua SMA memiliki ruang perpustakaan, laboratorium dan peralatan sesuai dengan kebutuhan; - Belum semua SMK memiliki ruang kelas sesuai dengan kebutuhan; - Belum semua SMK memiliki ruang praktek dan peralatan sesuai dengan kebutuhan. Upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah mengembangkan sekolah berbasis keunggulan lokal dan pemberian life skil sebagai upaya membekali lulusan dalam mempersiapkan masa depan. b. Analisis penggunaan sumber daya, efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran untuk kegiatan yang mempengaruhi capaian target sebesar Rp. 7.882.006.000,00 dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 7.179.261.155,00 (adanya efisiensi anggaran sebesar 8,92%); c. Analisis program/kegiatan Indikator ini dilaksanakan dengan program Pendidikan Menengah dengan kegiatan Pengadaan buku-buku dan alat tulis siswa, Pengadaan alat praktik dan peraga siswa, dan Pembinaan kelembagaan dan manajemen sekolah dengan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan walaupun belum memenuhi target kinerja, dengan melaksanakan akreditasi satuan dan/atau program pendidikan berbasis SNP untuk menentukan status akreditasinya, Mengembangkan sekolah
berbasis keunggulan lokal dan pemberian life skil sebagai upaya membekali lulusan dalam mempersiapkan masa depan 14.
Terpenuhinya kewajiban pemerintah menyelenggarakan pendidikan Non Formal
Tabel 3.27 Pencapaian Kinerja Sasaran 27
1
Rata-rata
30
112.50
45
9
10
11
12
13
14
112.5
57
114 60.13 100.22
114
100.22
70
62
15
Kategori
Realisasi
8 112.5
Capaian
Target
7
Capaian
6 100
Realisasi
5
-
Tahun 2015
Capaian
4
70
Tahun 2014
Realisasi
3
Tahun 2013
Capaian
2 %
Realisasi
Realisasi
1 SPM PNF
Indikator kinerja
Tahun 2012
Capaian
Satuan
Target RPJM Tahun 2015
Target Nasio nal
Tahun 2011
Koordinator SKPD Pengampu
16
17
88.57
B Disdikpora
88.57
B
Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2015 Capaian kinerja sasaran ini meliputi 1 (satu) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 88,57% (kategori baik) terdiri dari 1 (satu) indikator kategori baik (100%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 27 (dua puluh tujuh) per indikator :
1) SPM PNF a. Kegagalan capaian target indikator ini dikarenakan adanya kurangnya dukungan dalam Pemberdayaan tenaga pendidik non formal, Pemberian bantuan operasional pendidikan non formal, Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan non formal. b. Analisis penggunaan sumber daya, efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran untuk kegiatan yang mempengaruhi capaian target sebesar Rp. 435.119.000,00 dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 307.917.974,00 (efesiensi anggaran sebesar 70,77%); c. Analisis program/kegiatan : Indikator ini dilaksanakan dengan program Pendidikan Non Formal dengan kegiatan Pemberian bantuan operasional pendidikan non forma, Pengembangan pendidikan keaksaraan, Pengembangan pendidikan kecakapan hidup, Publikasi dan sosialisasi pendidikan non formal, Monitoring, evaluasi dan pelaporan,
Penyelenggaraan Kelompok Belajar Usaha. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan walaupun belum memenuhi target kinerja, melalui keikutsertaan dalam kegiatan pelatihan maupun workshop yang diselenggarakan di tingkat provinsi maupun pusat, meningkatkan jumlah lembaga pendidikan ketrampilan / kursus dan mendorong berkembanganya PKBM dan TBM.
15.
Terpenuhinya kewajiban pemerintah menyelenggarakan pendidikan berkualitas.
Tabel 3.28 Pencapaian Kinerja Sasaran 28
Rata-rata
88.24
8
9
10
11
12
13
14
15
90
100
93
97.89
88.24 88.24
100
97.89
100
94
Kategori
Capaian
75
Realisasi
7
100
Target
6
80
Capaian
5
-
Realisasi
4
Tahun 2015
Capaian
3 100
Tahun 2014
Realisasi
Realisasi
SNP
Tahun 2013
Capaian
Capaian
2 %
Satuan
1 1
Target RPJM Tahun 2015
Realisasi
Indikator kinerja
Tahun 2012
Target Nasio nal
Tahun 2011
Koordinator SKPD Pengampu
16
17
94
B Disdikpora
94
B
Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2015 Capaian kinerja sasaran ini meliputi 1 (satu) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 94% (kategori baik) terdiri dari 1 (satu) indikator kategori baik (100%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 28 (dua puluh delapan) per indikator : 1) SNP a. Kegagalan capaian indikator kinerja ini dikarenakan belum optimalnya evaluasi penerapan Standar Nasional Pendidikan. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah standar pendidik dan tenaga kependidikan (baik jumlah dan kualitasnya), yang belum memenuhi standar nasional pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan yang belum memadai, Upaya-upaya dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah : -
Meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, mencukupi kebutuhan sarana prasarana yang dibutuhkan;
-
Perlunya perbaikan mutu tenaga edukasi;
dan
-
Menambah frekuensi pelatihan dan pendidikan (diklat) yang berhubungan dengan 4 kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesionalitas dan kompetensi sosial.
b. Analisis penggunaan sumber daya : -
Pemberian kesra yang memadai khususnya kepada guru wiyata Bhakti;
-
Memberikan beasiswa guru yang belum Sarjana S1 untuk kuliah;
-
Memberikan jaminan kesejahteraan untuk tenaga kependidikan.
c. Analisis program/kegiatan Indikator ini dilaksanakan dengan program Manajemen Pelayanan Pendidikan dan kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pendidikan, Pengembangan mutu dan kualitas program pendidikan dan pelatihan bagi pendidik dan tenaga kependidikan, Monitoring, evaluasi dan pelaporan. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan walaupun belum memenuhi target kinerja, dilakukan dengan meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, pemberian kesra yang memadai khususnya kepada guru wiyata Bhakti, dan mencukupi kebutuhan sarana prasarana yang dibutuhkan, Kualitas guru yang belum memenuhi standar nasional pendidikan, Perlunya perbaikan mutu tenaga edukasi dengan memberikan beasiswa guru yang belum Sarjana S1 untuk kuliah serta menambah frekuensi pelatihan dan pendidikan (diklat) yang berhubungan dengan 4 kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesionalitas dan kompetensi sosial. Kemampuan akademik dan profesional serta jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan terus ditingkatkan.
16.
Meningkatnya kualitas mutu pendidikan Tabel 3.29 Pencapaian Kinerja Sasaran 29
1 2 3
Realisasi
Capaian
Realisasi
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
1
2
3
Persentase guru bersertifikasi Angka Kelulusan (AL) SD/MI Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs
%
93.65
-
40.85 114.55
%
99
-
99.65 101.73
100 101.01
%
99
-
99.56 104.95
99.3
48.06 105.87 54.62
94,51 55.63
100 101,01
59.40
93.65 57.68
Kategori
Capaian
Tahun 2015
Realisasi
Tahun 2014
Capaian
Tahun 2013
Realisasi
Indikator kinerja
Target RPJM Satuan Tahun 2015
Tahun 2012
Target Nasio nal
Tahun 2011
Koordinator SKPD Pengampu
16
17
61.59 C Disdikpora
100 101.01
99
100 101.01 A Disdikpora
100.3 99.69 100,70 99.91 100.92
99
100 101.01 A Disdikpora
4
Angka Kelulusan (AL) SMA/MA/SMK Ratio ruang kelas rusak
%
98
-
99.18 102.25
99.87 102.43 99.85 101.89 99.97 102.01
98 99.97 102.01 A Disdikpora
5
SD/MI
%
9.52
-
6
SMP/MTs
%
1.73
-
4.26 128.31
7
SM/MA
%
0.9
-
2.56 117.97
8
Persentase Laboratorium/Sekolah SD/MI
%
40
-
-
-
9
SMP/MTs
%
66.06
-
36.33
74.81
69.23 132.02 63.85 112.73 70.23 106.31
66.06 86.64 131.15 A Disdikpora
10
SMK/MA
%
88.43
-
38.02
58.49
67.61
96.32 91.47 120.64 91.47 103.44
88.43 93.94 106.23 A Disdikpora
11
SMK
%
78.7
-
54.86
94.85
45.51
72.85 65.04
78.70 97.62 124.05 A Disdikpora
Disdikpora 18.01
98.74
18.42
81.19
7.77 169.63
6.95 127.01
9.52
5.94 137.61 A Disdikpora
6.45 -28.71
2.76
86.96
2.61
49.40
1.73
3.4
3.82 D Disdikpora
4.6 -43.54
3.44
47.67
3.32 -67.06
0.9
3.42
-180 D Disdikpora Disdikpora
-
-
-
-
-
-
96.4 97.56 123.97
-
-
- - Disdikpora
Persentase UKS/Sekolah
Disdikpora
12
SD/MI
%
18.19
-
13
SMP/MTs
%
78.2
-
14
SMA/MA
%
90.7
15
SMK
%
80.02
16
Persentase Perpustakaan/Sekolah SD/MI
%
80.15
-
29.08 102.11
33.46
74.35 35.66
53.54 41.15
44.38
80.15 54.98
68.60 C Disdikpora
17
SMP/MTs
%
97.38
-
67.97
89.92
79.23
97.05 82.49
93.56 80.92
78.69
97.38 82.44
84.66 B Disdikpora
18
SMA/MA
%
98.86
-
77.11
91.32
88.64 100.93
89.12 86.05
87.11
98.86 87.97
88.98 B Disdikpora
19
SMK
%
76.02
-
72.22 129.24
Rata-rata
4.01
29.99
28.23 195.53 35.65 228.67 21.32 117.21
18.19
39.8 218.80 A Disdikpora
64.84 112.80
63.85 102.85 63.85
95.23 64.89
82.98
78.20
68.7
87.85 B Disdikpora
-
67.47 101.20
68.18
96.09 76.74
84.61
90.70 83.72
92.31 B Disdikpora
-
75 127.51
79.49 125.13 73.17 106.65 73.17
91.44
80.02 74.42
93.00 B Disdikpora
94.7 74.72
Disdikpora
56.41
93.72
81.4
93.47 60.98
93.56
87.8 115.49
84.41
83.81
79.38
76.02 90.48 119.01 A Disdikpora 85,65 B
Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2015 Capaian kinerja sasaran ini meliputi 19 (Sembilan belas) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 85,65% (kategori baik) terdiri dari 9 (sembilan) indikator kategori sangat baik (47,37%), 5 (lima) indikator kategori baik (26,32%), 2 (dua) indikator kategori cukup (10,53%), 2 (dua) indikator kategori kurang (10,53%) dan 1 (satu) indikator tidak terukur (5,26%) dikarenakan memang tidak memasang target. Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 28 (dua puluh delapan) per indikator : 1)
Persentase guru bersertifikasi a. Kegagalan capaian target indikator kinerja ini dikarenakan kurang optimalnya guru dalam mengikuti proses pra sertifikasi. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih rendahnya kualitas pra sertifikasi guru (PLPG). Dan untuk menghadapai kendala tersebut dilakukan dengan memberikan diklat dan bintek sebelum mengikuti program PLPG melalui pembekalan materi-materi sertifikasi guru;
b. Analisis penggunaan sumber daya : Menggunakan anggaran untuk kegiatan yang mempengaruhi capaian target sebesar Rp. 493.450.000,00 dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 457.375.600,00 (adanya efisiensi anggaran sebesar 7,31%) c. Analisis program/kegiatan : Indikator ini dilaksanakan dengan Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan dan kegiatan Pelaksanaan Sertifikasi pendidik, Pengembangan sistem perencanaan dan pengendalian program profesi pendidik dan tenaga kependidikan, dan Pengembangan sistem penghargaan dan perlindungan terhadap profesi pendidik. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja, namun belum dapat berhasil memenuhi target kinerja , dengan memberikan diklat dan bintek sebelum mengikuti program PLPG melalui pembekalan materi-materi sertifikasi guru. 2) Angka Kelulusan (AL) SD/MI 3) Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs 4) Angka Kelulusan (AL) SMA/MA/SMK a. Keberhasilan capaian target indikator ini dikarenakan sudah banyaknya guru yang memilki sertifikasi untuk sekolah – sekolah; b. Efisiensi penggunaan sumber daya dilakukan dengan menggunakan anggaran untuk kegiatan yang mempengaruhi capaian target sebesar Rp. 1.832.899.000,00 dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 1.768.805.147,00 (efesiensi anggaran sebesar 3,50%); c. Dilaksanakan dengan program Manajemen pelayanan pendidikan dalam kegiatan Pelaksanaan evaluasi hasil kinerja bidang pendidikan.
Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja. Ratio ruang kelas rusak 5) SD/MI Keberhasilan capaian indikator kinerja ini disebabkan telah didukung dengan anggaran DAK, DID dan Bantuan Keuangan Provinsi Jawa Tengah untuk rehabilitasi ruang kelas rusak. 6) SMP/MTs Kegagalan capaian indikator kinerja ini dikarenakan belum optimalnya alokasi anggaran untuk rehabilitasi ruang kelas rusak jenjang SMP. 7) SM/MA
Kegagalan capaian indikator kinerja ini dikarenakan belum optimalnya alokasi anggaran untuk rehabilitasi ruang kelas rusak. a. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja ketiga indikator diatas adalah alokasi anggaran untuk rehabilitasi ruang kelas masih belum mencukupi. Sedangkan upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala adalah mengajukan usulan anggaran dari pemerintah pusat dan provinsi untuk kegiatan rehabilitasi ruang kelas rusak. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan -
Menggunakan anggaran untuk program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
yang mempengaruhi capaian target sebesar Rp.
4.583.263.998,00 dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 4.525.889.000,00 (adanya efisiensi anggaran sebesar 1,25%); -
Menggunakan anggaran untuk program Program Pendidikan Menengah yang mempengaruhi capaian target sebesar Rp. 3.775.000.002,00 dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 3.770.497.902,00 (adanya efisiensi anggaran sebesar 0,12%);
c. Analisis program/kegiatan : Untuk mencapai 3 (tiga) indikator diatas dilaksanakan dengan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan program Pendidikan Menengah yang keduanya dilaksanakan dengan kegiatan Rehabilitasi sedang/berat bangunan sekolah. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja walaupun ada yang belum memenuhi target kinerja.
Persentase Laboratorium/Sekolah 8) SD/MI Indikator ini tidak dapat diukur dikarenakan memang tidak memasang target karena untuk SD/MI memang tidak ada laboratorium sekolah. 9) SMP/MTs 10) SMK/MA 11) SMK Analisis untuk 3 (tiga) indicator di atas :
a. Keberhasilan Keberhasilan capaian target ketiga indikator di atas dikarenakan adanya dukungan dana dari pusat baik DAK maupun Dana Insentif Daerah untuk pembangunan laboratorium.
b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan
-
Menggunakan anggaran untuk program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun yang mempengaruhi capaian target sebesar Rp. 635.091.000,00 dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 634.183.500,00 (adanya efisiensi anggaran sebesar 0,14%);
-
Menggunakan anggaran untuk program Program Pendidikan Menengah yang mempengaruhi capaian target sebesar Rp. 3.280.000.000,00 dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 3.221.899.675,00 (adanya efisiensi anggaran sebesar 1,77%);
c. Analisis program/kegiatan : Untuk mencapai 3 (tiga) indikator diatas dilaksanakan dengan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan program Pendidikan Menengah yang keduanya dilaksanakan dengan kegiatan Pembangunan laboratorium dan ruang pratikum sekolah. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja
Persentase UKS/Sekolah 12) SD/MI Keberhasilan capaian target indikator ini disebabkan adanya alokasi dana untuk kegiatan UKS. 13) SMP/MTs Kegagalan capaian target indikator ini disebabkan minimnya alokasi dana untuk kegiatan UKS. 14) SMA/MA Kegagalan capaian target indikator ini disebabkan minimnya alokasi dana untuk kegiatan UKS. 15) SMK Kegagalan capaian target indikator ini disebabkan minimnya alokasi dana untuk kegiatan UKS. Analisis untuk keempat indikator di atas : a. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja keempat indikator diatas adalah minimnya alokasi dana untuk kegiatan UKS, khususnya untuk pengadaan sarana dan prasarana UKS. Sedangkan upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah mengajukan bantuan dana dari pemerintah provinsi/pusat dan pembiayaan mandiri sekolah, melalui dana komite/BOS; b. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan :
- Menggunakan anggaran untuk program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun yang mempengaruhi capaian target sebesar Rp. 635.091.000,00 dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 634.183.500,00 (adanya efisiensi anggaran sebesar 0,14%); - Menggunakan anggaran untuk program Program Pendidikan Menengah yang mempengaruhi capaian target sebesar Rp. 3.280.000.000,00 dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 3.221.899.675,00 (adanya efisiensi anggaran sebesar 1,77%); c. Keempat indicator di atas dilaksanakan dengan progam Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan program Pendidikan Menengah Program/kegiatan yang dilakukan sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan dan dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas kinerja yang cukup baik walaupun ada yang belum berhasil memenuhi target kinerja.
Persentase Perpustakaan/Sekolah 16) SD/MI Kegagalan capaian target indikator ini disebabkan di beberapa sekolah terdapat ruang perpustakaan yang dialih fungsikan. 17) SMP/MTs Kegagalan capaian target indikator ini disebabkan di beberapa sekolah terdapat ruang perpustakaan yang dialih fungsikan. 18) SMA/MA Kegagalan capaian target indikator ini disebabkan di beberapa sekolah terdapat ruang perpustakaan yang dialih fungsikan. 19) SMK Keberhasilan capaian target indikator ini disebabkan terdapat ruang perpustakaan yang masih difungsikan. Analisis untuk keempat indikator di atas : a. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah keterbatasan anggaran untuk pembangunan ruang/gedung perpustakaan baru, sedangkan upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah merencanakan anggaran dari DAK pembangunan gedung perpustakaan khususnya pada jenjang SD; b. Efesiensi penggunaan sumber daya dilakukan dengan menggunakan anggaran untuk kegiatan yang mempengaruhi capaian target sebesar Rp. 8.066.789.000,00 dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 8.053.808.010,00 (serapan anggaran sebesar 0,16%);
c. Analisis program/kegiatan : Untuk melaksanakan keempat indikator di atas dilaksanakan dengan progam Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan program Pendidikan Menengah yang keduanya dengan kegiatan Pembangunan perpustakaan sekolah. Secara umum program/kegiatan yang dilakukan sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan, dan dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas kinerja yang sangat baik, walaupun ada yang belum berhasil memenuhi target kinerja. 17.
Meningkatnya prestasi pemuda dan olahraga
Tabel 3.30 Pencapaian Kinerja Sasaran 30
Capaian
Realisasi
13
14
15
-
14
140
7
10 116.67
8
9 10
10 100
11 10
88.89
5
21
-
6
120
24 126.32
25
125
17
85.00
6
-
3
100
5
100
5 100.00
108.33
91.30
120
2
50 97.66
6
Kategori
Realisasi
Capaian
Capaian
Realisasi
3
Men dali Men dali
12
5
3
6
Tahun 2015
Target
Jumlah siswa mendapat penghargaan PORDA Jumlah Pramuka mendapat penghargaan tingkat propinsi Rata-rata
5
Tahun 2014
Capaian
2
4
Tahun 2013
Realisasi
2
Peringkat PORDA
Tahun 2012
Capaian
1 1
Realisasi
Indikator kinerja
Target RPJM Satuan Tahun 2015
Target Nasio nal
Tahun 2011
Koordinator SKPD Pengampu
16
17
80
B Disdikpora
21
29 138.10
A Disdikpora
6
8 133.33
A Disdikpora
117.14
A
Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2015 Capaian kinerja sasaran ini meliputi 3 (tiga) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 117,14% (kategori sangat baik) terdiri dari 2 (dua) indikator kategori sangat baik (66,67%) dan 1 (satu) indikator kategori baik (33,33%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 29 (dua puluh sembilan) per indikator : 1) Peringkat PORDA a. Kegagalan capaian target indikator kinerja ini dikarenakan dari target peringkat 5 hanya tercapai peringkat 6; b. Efisiensi penggunaan sumber daya dilaksanakan dengan menggunakan anggaran untuk kegiatan yang mempengaruhi capaian target dengan anggaran sebesar Rp. 955.190.000,00 dengan realisasi keuangan Rp. 950.315.000,00 (adanya efisiensi anggaran sebesar 0,51%); c. Analisis program/kegiatan :
Indikator ini dilaksanakan dengan program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga dengan kegiatan Pelaksanaan identifikasi bakat dan potensi pelajar dalam olahraga, Pelaksanaan identifikasi dan pengembangan olahraga unggulan daerah, Pembinaan cabang olahraga prestasi di tingkat daerah, Penyelenggaraan kompetisi olahraga, Pemberian penghargaan bagi insan olahraga yang berdedikasi dan berprestasi, Pengembangan olahraga lanjut usia termasuk penyandang cacat, Kerjasama peningkatan olahragawan berbakat dan berprestasi dengan lembaga/instansi lainnya, Peningkatan pembangunan sarana dan prasarana olah raga, dan Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana olah raga. Secara umum program/kegiatan yang dilakukan sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan, dan dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas kinerja yang sangat baik, walaupun belum berhasil memenuhi target kinerja.
2) Jumlah siswa mendapat penghargaan PORDA a. Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini disebabkan dari target 21 siswa yang mendapat medali tercapai 29 siswa yang mendapat medali; b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran untuk kegiatan yang mempengaruhi capaian target sebesar Rp. 319.600.000,00 dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 318.265.000,00 (adanya efisiensi anggaran sebesar 0,42%); c. Analisis program/kegiatan : Untuk mencapai indikator ini dilaksanakan dengan program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga dan kegiatan Pembinaan cabang olahraga prestasi di tingkat daerah, Pelaksanaan identifikasi bakat dan potensi pelajar dalam olahraga, dan Pelaksanaan identifikasi dan pengembangan olahraga unggulan daerah. Secara umum program/kegiatan yang dilakukan sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan, dan dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas kinerja yang sangat baik, dan berhasil memenuhi target kinerja.
3) Jumlah Pramuka mendapat penghargaan tingkat propinsi. a. Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini disebabkan sudah dilakukan pembinaan – pembinaan terhadap organisasi kepramukaan; b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran untuk kegiatan yang mempengaruhi capaian target sebesar Rp. 708.310.000,00 dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 678.630.000,00 (adanya efisiensi anggaran sebesar 4,19%); c. Analisis program/kegiatan :
Untuk mencapai indikator ini dilaksanakan dengan Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Pemuda dengan kegiatan Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembangunan pemuda, Program peningkatan peran serta kepemudaan dengan kegiatan Pembinaan organisasi kepemudaan, Pendidikan dan pelatihan dasar kepemimpinan, Fasilitasi aksi bhakti sosial kepemudaan, dan Pembinaan pemuda pelopor keamanan lingkungan, Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga dengan kegiatan Pelaksanaan identifikasi bakat dan potensi pelajar dalam olahraga, Pelaksanaan identifikasi dan pengembangan olahraga unggulan daerah, Pembinaan cabang olahraga prestasi di tingkat daerah, Penyelenggaraan kompetisi olahraga, Pemberian penghargaan bagi insan olahraga yang berdedikasi dan berprestasi, Pengembangan olahraga lanjut usia termasuk penyandang cacat, dan Kerjasama peningkatan olahragawan berbakat dan berprestasi dengan lembaga/instansi lainnya, serta Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olah Raga dengan kegiatan Peningkatan pembangunan sarana dan prasarana olah raga dan Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana olah raga. Secara umum program/kegiatan yang dilakukan sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan, dan dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas kinerja yang sangat baik, dan berhasil memenuhi target kinerja.
18.
Meningkatnya upaya pengembangan perpustakaan dan budaya gemar membaca
Tabel 3.31 Pencapaian Kinerja Sasaran 31
Realisasi
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Kategori
Capaian
Tahun 2015
Realisasi
5
Tahun 2014
Capaian
4
Tahun 2013
Realisasi
Target RPJM Tahun 2015
Tahun 2012
Capaian
1
Satuan
Realisasi
Indikator kinerja
Target Nasio nal
Tahun 2011
2
3
1
Rasio jumlah pengunjung perpustakaan
orang
41,196
- 17,342
103 12,085
57 25608 194.22 32,376 229.86 19,500 32,269 165.48 A
KPAD
2
Keberadaan koleksi buku y ang tersedia di perpustakaan daerah
Eks
45,005
- 17,584
100 19,208
98 19515 98.88 20,753 102.21 21,550 22,165 102.85 A
KPAD
3
Cakupan pembinaan perpustakan desa
%
14.77
-
4
Cakupan lay anan perpustakaan keliling
%
100
-
8.6 119.94
-
-
10.86 122.58 15.71 135.31
100
100
100
100
44.14 348.68
100
100
14.77
100
16
Koordinator SKPD Pengampu
32 216.66 A
100
100 B
17
KPAD
KPAD
Rata-rata
107.67
94.56
132.10
195.19
146.25 A
Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2015 Capaian kinerja sasaran ini meliputi 4 (empat) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 146,25% (kategori sangat baik) terdiri dari 3 (tiga) indikator kategori sangat baik (75%), dan 1 (satu) indikator kategori baik (25%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 31 per indikator : 1) Rasio jumlah pengunjung perpustakaan a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena upaya kerja keras petugas di KPAD dalam mengejar target yang telah ada agar tidak terlalu jauh perbedaannya yaitu dengan cara peningkatan pelayanan di perpustakaan umum daerah juga pada saat pembinaan perpustakaan juga ada pelayanan Mobil Perpustakaan Keliling. Berikut grafik jumlah pengunjung perpustakaan dari tahun 2011 s/d 2015 :
Grafik 3.2 Jumlah pengunjung perpustakaan dari tahun 2011 s/d 2015 Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah -
Keterbatasan jumlah SDM yang mempengaruhi kualitas pelayanan, mengingat layanan perpustakaan umum sekarang terbagi menjadi 2 yaitu layanan didalam ruangan dan layanan diluar ruangan (Mobil Perpustakaan Keliling). Tidak adanya tenaga Perpustakaan juga merupakan permasalahan tersendiri karena secara teknis perpustakaan perlu ditangani oleh SDM yang kompeten dibidangnya.
-
Keterbatasan kemampuan SDM dan fasilitas di bidang informasi Teknologi, dimana tuntunan untuk mengikuti era Perpustakaan Digital semakin mendesak sementara otomasi perpustakaan (OPAC dan Internet) yang sudah dirancang sejak enam tahun terakhir belum bisa terlaksana.
Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah
-
Mengusulkan tanmbahan anggaran APBD II untuk peningkatan pelaksanaan kegiatan layanan di Perpustakaan Daerah serta pengadaan sarana dan prasarana perpustakaan baik berupa kapasitas hotspot area, kayanan khusus untuk divabel, layanan khusus untuk anak, penganekaragaman bahan pustaka dan fasilitas lain yang bisa menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke perpustakaan;
-
Memberdayakan SDM yang ada dengan pengaturan jadwal sedemikian rupa sehingga layanan perpustakaan bisa berjalan seperti yang diharapkan serta mengusulkan tambahan SDM untuk tenaga pustakawan.
-
Mengikut sertakan SDM yang ada dalam bintek-bintek terkait yang diselenggarakan provinsi maupun pusat.
b. Efisiensi penggunaan sumber daya dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 13,10% dari anggaran sebesar Rp. 1.195.619.000,00 digunakan sebesar Rp. 1.039.037.250,00. c. Indikator ini dilaksanakan dengan program Pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan dengan kegiatan Pengembangan minat dan budaya baca, Penyediaan bahan pustaka perpustakaan umum daerah, Publikasi dan sosialisasi minat dan budaya baca dan Peningkatan sarana dan prasarana perpustakaan. Secara umum program/kegiatan yang dilakukan sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan, dan dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas kinerja yang sangat baik, dan berhasil memenuhi target kinerja, indikator ini dapat tercapai dengan menyelenggarakan layanan dan pengelolaan perpustakaan daerah dan mobil perpustakaan keliling serta dengan menambah sarana dan prasarana perpustakaan.
2) Keberadaan koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah a. Keberhasilan capaian indikator kinerja ini disebabkan adanya anggaran yang sangat signifikan untuk pengadaan bahan pustaka perpurtakaan daerah; b. Efisiensi penggunaan sumber daya yaitu dengan pengadaan bahan pustaka perpustakaan daerah dengan menganggarkan pada APBD sebesar Rp. 70.000.000,00; c. Indikator ini dilaksanakan dengan program Pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan dengan kegiatan Penyediaan bahan pustaka perpustakaan umum daerah. Secara umum program/kegiatan yang dilakukan sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan, dan dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas kinerja yang sangat baik, dan berhasil memenuhi target kinerja. Penetapan terget indikator keberadaan koleksi buku
yang ada diperpustakaan daerah perlu ditinjau ulang mengingat selama ini penambahan bahan pustaka /koleksi buku yang berasal dari APBD sangatlah kecil sekali, sehingga kurang berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan jumlah koleksi bahan pustaka yang berada diperpustakaan umum daerah. Padahal jumlah dan keanekaragaman koleksi bahan pustaka merupaka magnet yang menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke perpustakaan.
3)
Cakupan pembinaan perpustakan desa a. Keberhasilan capaian indikator kinerja ini disebabkan karena adanya kerja keras petugas dan mulai tumbuh kesadaran dari pejabat pengelola perpustakaan desa akan manfaat keberadaan pepustakaan; b. Efisiensi pengunaan sumber daya adalah dengan dengan menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 0,11% dari anggaran sebesar Rp. 10.910.000,00 digunakan sebesar Rp. 10.897.600,00. c. Dilaksanakan dengan program Pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan dengan kegiatan Publikasi dan sosialisasi minat dan budaya baca.
4)
Cakupan layanan perpustakaan keliling a. Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini dikarenakan dikarenakan layanan perpustakaan di luar ruang dengan menggunakan Mobil perpustakaan keliling merupakan bagian yang tak terpisahkan dari layanan perpustakaan secara keseluruhan meskipun ada kendala yang harus dihadapi. Hambatan / permasalahan yang dihadapi dalam mencapai terget kinerja adalah keberadaan Mobil Perpustakaan Keliling masih terbatas sebagai sarana promosi keberadaan perpustakaan, belum berfungsi sebagai perpustakaan berjalan. Hal ini disebabkan karena jumlah Mobil Perpustakaan Keliling hanya 1 (satu) unit, koleksi buku yang ada juga sangat terbatas, sementara wilayah yang harus dijangkau cukup luas yaitu meliputi 267 desa/kelurahan yang tersebar di 19 kecamatan, belum termasuk kunjungan kesekolah-sekolah, ruah ibadah dan pondok pesantren. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala yaitu dengan mengusulkan pengadaan Mobil Perpustakaan Keliling melalui dan APBD II maupun pengajukan proposal pengadaan Mobil Perpustakaan Keliling ke Badan Arpus Prov. Jawa Tengah maupu ke Perpustakaan Nasional. b. Efisiensi pengunaan sumber daya adalah dengan dengan menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target
sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 0,11% dari anggaran sebesar Rp. 10.910.000,00 digunakan sebesar Rp. 10.897.600,00; c. Indikator ini dilaksanakan dengan program Pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan dengan kegiatan Publikasi dan sosialisasi minat dan budaya baca. Secara umum program/kegiatan yang dilakukan sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan, dan dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas kinerja yang sangat baik, dan berhasil memenuhi target kinerja dilakukan dengan menggunakan mobil perpustakaan keliling masih terbatas sebagai sarana promosi keberadaan perpustakaan.
19.
Menurunnya angka kesakitan dan angka kematian penyakit serta KLB Tabel 3.32 Pencapaian Kinerja Sasaran 32
11
Realisasi
per 1000 kelahiran hidup per 100.000 kelahiran hidup %
8.01
-
-
-
102
-
-
-
95
95
93.49
98.41
97,97
95.87
%
90
-
73
91.25
91.08
93.75 77.63
%
95
100
85
100
75
100
95.5 106.11
%
100
100
85
100
85 110.27
97 102.11
%
95
90
82 102.50
99.25
%
95
-
84 105.00
85
87 78.59
%
75
70
79.29 113.27
70
%
95
-
99.98 121.93
%
100
-
100 102.04
Tahun 2014
Tahun 2015
90 105.26
A
Dinkes
97.26 95.01 100.01
95
95
100
B
Dinkes
91.33 82.99
92.21
90
90
100
B
Dinkes
100 100.00
100
100
100
B
Dinkes
98.1
98.10
100
100
100
B
Dinkes
103 114.44
90
101 112.22
A
Dinkes
92.46 96.33 107.03
90
84.17 93.52
B
Dinkes
94 75.92 101.23 80.01 106.68
75
81.82 109.09
A
Dinkes
71 124.24 101.7 115.57 104.5 116.11
90
107.6 119.56
A
Dinkes
95
99.5 104.74
A
Dinkes
Capaian
95
Realisasi
Dinkes
Target
B
Capaian
8.6 95.12
Realisasi
17
Capaian
16
Realisasi
Koordinator SKPD Pengampu
Capaian
Kategori
10
Capaian
3
Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Cakupan deteksi dini anak balita dan pra sekolah Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat Cakupan desa / kelurahan UCI Cakupan kunjungan bay i Cakupan pelayanan anak balita Cakupan peserta KB aktif Persentase bayi usia 0-11 bulan y ang mendapat imunisasi dasar lengkap Persentase anak usia sekolah dasar yang
9
Realisasi
2
3
8
7
1
Angka kematian ibu
7
6
Satuan
2
6
5
Indikator kinerja
Angka kematian bayi
5
4
Tahun 2013
Target RPJM Tahun 2015
1
4
Tahun 2012
Target Nasional
Tahun 2011
8
9
10
11
12
13
14
15
77.49
7.5
104.3
9.17
88.17
8.2
10.45 121.31
95
118.8 93.06 102.04
92.4
70.6
105.6
106
99.67
95.6 112.47
99.7
99.70
99.5 104.74
Satuan
Realisasi
Capaian
Realisasi
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
%
>2
>2
4
100
99.67
140
%
100
100
100
100
7
100
%
50
70
-
-
100
103
22
62.86 20.14
%
90
-
-
-
29.1
104.7
per 100.000 penduduk %
1.5
-
0.23
154
89 147.14
50
-
25
100
0.37
100
97 277.14
72.6
80.67
86 114.67
Kategori
Indikator kinerja
Target RPJM Tahun 2015
Capaian
Tahun 2015
Realisasi
Tahun 2014
Capaian
Tahun 2013
Realisasi
Tahun 2012
Target Nasional
Tahun 2011
Koordinator SKPD Pengampu
16
17
mendapat imunisasi 12
13
14 15 16
Penemuan kasus non polio AFP rate per 100.000 anak < 15 tahun Persentase peny elidikan Epidemiologi < 24 jam pada desa /kelurahan y g mengalami KLB Persentase penemuan Penderita TB paru BTA positif ( CDR ) Persentase angka kesembuhan / CR TB Paru Prev alensi penderita HIV / AIDS
5
100
100
>2
0
0
D
Dinkes
100 100.00
100
100
100
B
Dinkes
50.35
40
25.2
63
C
Dinkes
86
95.56 90.13 100.14
90
69 76.67
B
Dinkes
0.4
44.44
66
C
Dinkes
90
51 56.67
C
Dinkes
100 125.00
80
95.5 119.38
A
Dinkes
100
100 100.00
100
100
100
B
Dinkes
< 50
5
100
B
Dinkes
29.00
<2
1.9
100
B
Dinkes
10
100
B
Dinkes
100 108.70
3
7.6 760.00
1
1.34
17
Persentase ODHA y ang mendapat ART
18
Persentase penderita kusta diberikan pengobatan lengkap ( RFT) cakupan penemuan dan tatalaksana penderita pneumonia balita angka kesakitan DBD per 10.000 pddk (IR) angka kematian DBD ( CFR ) Persentase pemantauan desa fokus pes angka bebas jentik
%
80
-
100
100
30
100
%
100
100
-
-
72
90
%
3.5
-
9
-25
90
180
29.6 758.97
39.7 120.60
%
1.8
-
1.2
140
0.8
140
2.53
66.84
3.42
%
80
-
8
100
1.2
100
70
100
10 100.00
10
%
95
-
95 118.75
60
95
90
100
76
84.44
90
76 84.44
B
Dinkes
Cakupan pelayanan kesehatan lansia Rata-rata
%
75
-
90 138.46
80.8 106.25
71 101.43 120.8 151.00
80
73.5 91.88
B
Dinkes
103.19
105.76
91.56
B
19
20 21 22 23 24
100
132.16
126.28
Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2015 Capaian kinerja sasaran ini meliputi 24 (dua puluh empat) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 91,56% (kategori baik) terdiri dari 6 (enam) indikator kategori sangat baik (25%), 14 (empat belas) indikator kategori baik (53,33%), dan 3 (tiga) indikator kategori cukup (12,50%), dan 1 (satu) indikator kategori kurang (4,17%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 32 (tiga puluh dua) per indikator :
1)
Angka kematian bayi a. Kegagalan capaian target indikator kinerja ini disebabkan masih tingginya angka kematian bayi yang diakibatkan oleh bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang berdampak pada lemahnya kemampuan bayi untuk bertahan hidup diluar kandungan serta masih tingginya kasus kematian bayi karena asfiksia Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih kurangnya kemampuan petugas dalam penatalaksanaan kegawatdaruratan neonatal serta kurangnya sarana dan prasarana untuk penatalaksanaan kegawatdaruratan neonatal baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit.selain itu masih adanya ibu hamil dengan kurang energi kalori (KEK) Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah melaksanakan peningkatan kapasitas petugas tentang penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan perinatal dan neonatal dengan penatalaksanaan managemen terpadu balita muda (MTBM) serta managemen terpadu balita sakit (MTBS) disertai dengan perencanaan pemenuhan sarana dan prasarana di Puskesmas dan jaringannya dan penataan kembali sistem rujukan berjenjang yang cepat dan profesional serta peningkatan upaya promosi gizi remaja dan usia reproduksi. b. Efisiensi penggunaan sumber daya dilakukan dengan : - Pemanfaatan coll center 119 untuk memperlancar sistem rujukan, kerja lintas sektor tetap dilaksanankan; - Penggunaan dana didukung sepenuhnya dari Anggaran Biaya Operasional Kesehatan (APBN) sehingga anggaran dari APBD bisa ditekan; c. Program peningkatan kapasitas petugas adalah program yang paling efektif dan efisien serta promosi kesehatan reproduksi. Program/ kegiatan secara umum telah sesuai meskipun belum mencapai keberhasilan. maka diperlukan upaya – upaya untuk dapat menekan angka kematian bayi yaitu : - Peningkatan kualitas rujukan, pemberdayaan pembentukan kelas ibu hamil dan kelas ibu balita;
masyarakat
melalui
- Peningkatan kapasitas tim poned; - Penetapan sebelumnya.
2)
dan peningkatan jumlah puskesmas
poned dari tahun
Angka kematian ibu a. Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini disebabkan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan didukung akses pelayanan mudah;
b. Efisiensi penggunaan sumber daya dilakukan dengan melakukan refresing kegitan kegawatdaruratan maternal serta mengoptimalkan penggunaan anggaran operasional Puskesmas dan dana BOK; c. Analisis program/kegiatan : Untuk mencapai indikator ini dilaksanakan dengan program Peningkatan Keselamatan Ibu hamil melahirkan Ibu dan Anak dan dengan kegiatan Penyuluhan Kesehatan Bagi Hamil dari keluarga kurang mampu. Program/ kegiatan secara umum telah sesuai dan berhasil memenuhi target kinerja.
3)
Cakupan kunjungan ibu hamil K4 a. Kegagalan capaian target indikator kinerja ini dikarenakan sasaran ibu hamil yang tinggi di tahun 2015 dan jumlah kelahiran hidup tahun 2015 menurun dan target kinerja jumlah kelahiran tiap tahun tidak dapat diprediksi sehingga sasaran ibu hamil juga tidak dapat diprediksi secarta pasti. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah menghitung jumlah sasaran ibu hamil tahun berjalan dengan memperkirakan jumlah kelahiran hidup berdasarkan jumlah kelahiran tahun sebelumnya; b. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan menggunakan seluruh anggaran yang dianggarkan;
adalah
dengan
c. Dilaksanakan dengan program Peningkatan Keselamatan Ibu hamil melahirkan Ibu dan Anak dan kegiatan Penyuluhan Kesehatan Bagi. Hamil dari keluarga kurang mampu, dengan melakukan kunjungan rumah bagi ibu hamil yang tidak memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan serta melakukan kerjasama dengan pihak fasilitas kesehatan swasta dalam hal pencatatan dan pelaporan, sehingga tidak ada sasaran yang tidak terlaporkan.
4)
Cakupan deteksi dini anak balita dan pra sekolah a. Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini disebabkan adanya kegiatan pembinaan terhadap bidan, dokter serta guru PAUD mengenai pelaksanaan stimulasi deteksi intervensi dini (SDIDTK) serta pengaktifan kader kesehatan di desa. Hambatan/permasalahan yang dihadapi masih banyak petugas kesehatan yang belum paham mengenai SDITK serta pelaporan yang tidak aktif, sedangkan alternatif solusi yang dilakukan adalah peningkatan kapasitas petugas kesehatan serta kerjasama dengan lintas sektor terkait (DIKPORA) peningkatan kapasitas tenaga pendidik PAUD. b. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunaan dana BOK dari APBN;
c. Program/kegiatan yang menunjang keberhasilan capaian kinerja indikator ini adalah adalah program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita dengan kegiatan Penyuluhan kesehatan anak balita.
5)
Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat a. Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini disebabkan karena adanya kerjasama lintas program dan lintas sektor terkait. Hambatan/permasalahan yang dihadapi adanya siswa yang tidak masuk sekolah pada saat dilakukan pemeriksaan kesehatan siswa. Sedangkan alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah dengan melakukan pemeriksaan ulangan pada waktu yang lain. b. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran sebesar Rp. 40.510.000,00 dengan realisasi sebesar Rp. 32.978.464,00 sehingga terjadi efisiensi sebesar 18,59%; c. Dilaksanakan dengan program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dengan kegiatan Pelayanan Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Menular.
6)
Cakupan desa / kelurahan UCI a. Keberhasilan capaian indikator kinerja ini disebabkan telah dilaksanakan upaya peningkatan cakupan melalui sweeping terhadap sasaran yang belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap, perbaikan pada Penghitungan Sasaran UCI adalah bayi riil, bukan estimasi dan komitmen dan kerja keras petugas bersama lintas program/sektor; Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah : - Adanya rotasi/mutasi petugas yang pelaksana teknis yang telah kita latih; - Posyandu sebagai wadah berkumpulnya sasaran bayi dan ibu hamil cencerung semakin tidak diminati karena kurang menarik baik dari sisi penampilan fisiknya, fasilitas penunjangnya, ataupun variasi kegiatannya; - Sebagian masyarakat yang terprovokasi adanya kampanye anti imunisasi. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah : - Pelatihan/refreshing tenaga teknis; - Bersama dengan lintas sector terkait melakukan revitalisasi posyandu; - Kampanye dan sosialisasi manfaat dan pentingnya imunisasi bagi kesehatan masyarakat.
b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya : - Mengoptimalkan penggunaan sumber daya manusia yang ada; - Kegiatan dilakukan terintegrasi dengan kegiatan lain; - Menggunakan anggaran sebesar Rp. 478.370.000,00 dengan realisasi sebesar Rp. 452.135.500,00 sehingga terjadi efisiensi sebesar 5,48%. c. Analisis program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan : Untuk mencapai indikator kinerja ini dilaksanakan dengan program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit dan kegiatan Peningkatan Imunisasi, dengan melaksanakan : - Peningkatan KomitmenPetugas dalam mencapai target UCI. - Perhitungan Ulang Sasaran yang sebenarnya.
7)
Cakupan kunjungan bayi a. Keberhasilan capaian indikator kinerja ini disebabkan kerjasama lintas sektor dan lintas program sudah berjalan sehingga kunjungan bayi bisa tercapai;. Hambatan/permasalahan yang dihadapi masih adanya kelompok masyarakat yang masih memiliki persepsi yang kurang dengan masalah kesehatan sehingga tidakm memeriksakan bayinya ke fasilitas kesehatan. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah melakukan kunjungan rumah bagi bayi yang tidak datang ke fasilitas kesehatan; b. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunaan dana BOK dari APBN; c. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan indicator ini dilaksanakan dengan program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak dan kegiatan Pertolongan persalinan bagi ibu dari keluarga kurang mampu dengan bentuk kegiatan melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektor.
8)
Cakupan pelayanan anak balita a. Kegagalan capaian indikator kinerja ini dikarenakan tingginya ibu rumah tangga pekerja,anak balita yang sudah di sekolahkan di PAUD maupun tempat penitipan anak yang berakibat menurunnya tingkat kunjungan ke posyandu maupun fasilitas kesehatan; Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja kurangnya kerjasama lintas program dan lintas sektor. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah
dengan melakukan refresing kegitan kegawatdaruratan maternal serta mengoptimalkan penggunaan anggaran operasional Puskesmas dan dana BOK serta pencatatan dan pelaporan yang tertib. b. Efesiensi penggunaan sumber daya dilakuan dengan menggunakan menggunakan anggaran sebesar Rp. 81.920.000,00 dengan realisasi sebesar Rp. 74.266.750,00 sehingga terjadi efisiensi sebesar 9,34%. c. Analisis program/kegiatan : Indikator ini dilaksanakan dengan program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak balita dan kegiatan Penyuluhanan Kesehatan anak balita. Program/kegiatan yang dilakukan sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan, dan dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas kinerja yang sangat baik, walaupun belum berhasil memenuhi target kinerja sehingga diperlukan peran serta masyarakat yang memiliki balita mau memperhatikan kesehatannya.
9)
Cakupan peserta KB aktif Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini disebabkan karena kerjasama lintas program dan lintas sektor sehingga meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya program keluarga berencana (KB). Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja belum semua petugas yang kompeten dilatih Contaception Technology Update (CTU)serta masih kurangnya promosi kesehatan mengenai pentingnya program KB. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam peningkatan kapasitas petugas. Dinas Kesehatan tidak mempunyai program/ kegiatan yang terkait dengan indikator ini, sehingga tidak ada analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya dan analisis program/kegiatan.
10) Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap a. Keberhasilan capaian indikator kinerja ini disebabkan telah dilaksanakan upaya peningkatan cakupan melalui sweeping terhadap sasaran yang belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap, perbaikan pada penghitungan sasaran adalah bayi riil bukan estimasi dan komitmen dan kerja keras petugas bersama lintas program/sektor. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah : - Adanya rotasi/mutasi petugas yang pelaksana teknis yang telah kita latih;
- Posyandu sebagai wadah berkumpulnya sasaran bayi dan ibu hamil cencerung semakin tidak diminati karena kurang menarik baik dari sisi penampilan fisiknya, fasilitas penunjangnya, ataupun variasi kegiatannya; - Sebagian masyarakat yang terprovokasi adanya kampanye anti imunisasi. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah : - Pelatihan/refreshing tenaga teknis. - Bersama dengan lintas sector terkait melakukan revitalisasi posyandu - Kampanye dan sosialisasi manfaat dan pentingnya imunisasi bagi kesehatan masyarakat. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Mengoptimalkan penggunaan sumber daya manusia yang ada; - Menggunakan menggunakan anggaran sebesar Rp. 478,370,000,00 dengan realisasi sebesar Rp. 452,135,500,00 sehingga terjadi efisiensi sebesar 5,48%.
c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan : Untuk mencapai target indikator kinerja ini dilaksanakan dengan program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit dedngan kegiatan Peningkatan Imunisasi. Program/kegiatan yang dilakukan sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan, dan dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas kinerja yang sangat baik, dan berhasil memenuhi target kinerja, dengan melakukan : - Peningkatan KomitmenPetugas dalam mencapai target UCI; - Perhitungan Ulang Sasaran yang sebenarnya.
11) Persentase anak usia sekolah dasar yang mendapat imunisasi a. Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini disebabkan adanya komitmen dan kerja keras petugas bersama lintas program/sector. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah sebagian masyarakat yang terprovokasi adanya kampanye anti imunisasi. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah kampanye dan sosialisasi manfaat dan pentingnya imunisasi bagi kesehatan masyarakat.
b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya : - Melibatkan lintas program/sector pada setiap pelaksanaan kegiatan; - Menggunakan menggunakan anggaran sebesar Rp. 23,680,000,00 dengan realisasi sebesar Rp. 23,654,000,00 sehingga terjadi efisiensi sebesar 0,11%. c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan : Untuk mencapai target indikator kinerja ini dilaksanakan dengan program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit dan kegiatan Peningkatan Vaksinasi pada anak sekolah(BIAS). Program/kegiatan yang dilakukan sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan, dan dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas kinerja yang sangat baik, dan berhasil memenuhi target kinerja. Dengan melakukan sweeping pada sasaran yang hadir pada saat vaksinasi di sekolah.
12) Penemuan kasus non polio AFP rate per 100.000 anak < 15 tahun a. Kegagalan capaian target indikator kinerja ini dikarenakan dinas kesehatan sulit menemukan kasus di masyarakat dan kasus lumpuh Layu mendadak sudah sangat jarang terjadi, hal ini dikarenakan dinas kesehatan kekurangan tenaga ahli untuk hal tersebut. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah surveilans aktif ke rumah sakitrumah sakit dan puskesmas; b. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan menggunakan anggaran sebesar Rp. 70.625.000,00 dengan realisasi sebesar Rp. 68.316.700,00 sehingga terjadi efisiensi sebesar 3,27%; c. Indikator ini dicapai dengan melaksanakan peningkatan surveilan aktif dan memberikan insentif kepada masyarakat/petugas yang menemukan dan melaporkan kasus AFP.
13) Persentase penyelidikan Epidemiologi < 24 jam pada desa /kelurahan yg mengalami KLB a. Keberhasilan/ kegagalan) capaian indikator ini disebabkan karena laporan KLB yang cepat melalui SMS atau telepon Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih minimnya peralatan untuk mendeteksi penyebab KLB secara cepat dan juga penyediaan tenaga analis laboratorium untuk pengambilan sampel di lapangan. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah mengoptimalkan sumber daya yang ada
b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya : - Menyediakan tenaga Fungsional Teknis untuk menangani KLB di tingkat Puskesmas; - Pelatihan untuk peningkatan Kapasitas petugas dalam menangani KLB; - Menggunakan menggunakan anggaran sebesar Rp. 70,625,000,00 dengan realisasi sebesar Rp. 68,316,700,00 sehingga terjadi efisiensi sebesar 3,27%. c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan : Untuk mencapai target indikator kinerja ini dilaksanakan dengan program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit dan kegiatan Peningkatan Surveilans Epidemiologi dan penanggulangan wabah. Program/kegiatan yang dilakukan sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan, dan dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas kinerja yang sangat baik, dan berhasil memenuhi target kinerja. Dengan pelaksanaan sistem respon terhadap KLB yang berjalan efektif baik yang dilakukan masyarakat sendiri secara swadaya maupun dari pemerintah sistem surveilan penyakit yang harus dilaporkan secara mingguan.
14) Persentase penemuan Penderita TB paru BTA positif (CDR) a. Kegagalan capaian target indikator kinerja ini dikarenakan sebagian masyarakat masih malu berobat dan gejala batuk saja hanya di anggap penyakit ringan dan hanya di obati sendiri dan penderita baru berobat bila gejala batuknya tambah parah dan tidak kunjung sembuh dan pemeriksaan TBC kadang harus dilakukan berulang-ulang, sehingga tersangka penderita harus datang berulang kali ke puskesmas. Pada saat pemeriksaan ulang, tersangka penderita tidak datang lagi, sehingga tidak bisa di deteksi penyakitnya. Disamping itu letak Kabupaten Boyolali yang sangat strategis, berada diantara ada 4 (empat) fasyankes yang khusus melayani penderita TB yaitu BBKPM Surakarta, BKPM Klaten, BKPM Salatiga dan BKPM Ambarawa dimana setiap pasien TB yang berasal dari Boyolali yang berobat ke salah satu fasyankes tersebut akan menjadi pasiennya dan dilaporkan sebagai hasil kinerjanya. Adapun solusinya adalah - Program pendampingan yang dilaksanakan BKPM Ambarawa Puskesmas yang cakupan penemuan TB rendah;
pada
- Melaksanakan kegiatan Pekan TB Daerah, adapun kegiatan Pekan TB Daerah antara lain Pertemuan dan pelatihan kader TB, Penjaringan suspek TB, pengambilan dan pemeriksaan sputum serta pencatatan dan pelaporan; - Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat, bahwa menyerang siapa saja, tidak memandang kaya atau miskin;
penyakit
bisa
- Meningkatkan peran RS dan dokter praktek swasta dalam penemuan penderita TBC; - Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penemuan tersangka TB oleh kader desa; - Meningkatkan komitmen bersama dalam penanggulangan penyakit TBC, pada Pondok pesantren, perusahaan. b. Efesiensi penggunaan sumber daya dilakukan dengan meningkatkan pembinaan petugas, melalui pertemuan dan bimtek/ supervisi ke puskesmas; c. Dilaksanakan dengan program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dengan kegiatan Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular.
15) Persentase angka kesembuhan / CR TB Paru a. Kegagalan capaian target indikator kinerja ini dikarenakan masih ada sebagian Fasyankes yang belum melaksanakan evaluasi pengobatan. Adapun solusinya adalah - Melaksanakan validasi data TB bersama Fasyankes yang belum melaksanakan evaluasi pengobatan; - Meningkatkan pembinaan petugas, melalui pertemuan dan bimtek/ supervisi ke fasyankes; - Meningkatkan komitmen bersama dalam penanggulangan penyakit TBC, pada fasyankes baik pemerintah/swasta. b. Efesiensi penggunaan sumber daya dilakukan dengan meningkatkan pembinaan petugas, melalui pertemuan dan bimtek/ supervisi ke puskesmas; c. Dilaksanakan dengan program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dengan kegiatan Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular.
16) Prevalensi penderita HIV / AIDS Kegagalan capaian target indikator kinerja ini dikarenakan karena penemuan penderita HIV dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain terbatasnya tempat layanan, tenaga konselor yang tersediadan tenaga pendamping serta peran masyarakat . Adapun solusi dalam upaya penanggulangan penyakit HIV-AIDS di Kabupaten Boyolali lebih ditingkatkan dalam upaya penemuan penderita HIV sedini mungkin dengan melaksanakan kegiatan :
- Penjangkauan Mobile VCT/IMS pada kelompok kunci (jemput bola); - Penambahan Pelayanan Klinik VCT (Puskesmas Boyolali 1, Banyudono 1 dan Ngemplak); - Bertambahnya tenaga konselor HIV-AIDS menjadi 7 (tujuh) orang; - Sedangkan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam penggulangan HIV-AIDS dilaksanakan pelatihan fasilitator desa yang dilanjutkan dengan pembentukan forum WPA (Warga Peduli AIDS); - Melaksanakan penyuluhan. Angka penemuan penderita HIV dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain terbatasnya tempat layanan, tenaga konselor yang tersedia serta tenaga pendampingan dan peran serta masyarakat
17) Persentase ODHA yang mendapat ART Kegagalan capaian target indikator kinerja ini dikarenakan penderita yang ditemukan pindah tempat layanan/ meninggal sebelum diberi ART.; Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah ada penderita HIV yang ditemukan di pelayanan VCT/mobile VCT setelah mengetahui bahwa terinfeksi HIV penderita tidak datang lagi berobat (ada kemungkinan berobat di tempat lain), selain penderita HIV yang ditemukan sudah fase AIDS sehingga belum sempat diberi ART sudah meninggal. Upaya-upaya dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian dalam pencapaian target kinerja adalah meningkatkan pendampingan penderita yang dilakukan LSM dengan mengawal penderita sedini mungkin.
18) Persentase penderita kusta diberikan pengobatan lengkap (RFT) Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini disebabkan karena setiap penderita kusta yang ditemukan diberikan pengobatan dan dipantau selama minum obat. Jumlah penderita tipe PB 2 orang 100% RFT, tipe MB 20 orang 95% RFT, 1 orang meninggal;
19) Cakupan penemuan dan tatalaksana penderita pneumonia balita Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini ditunjang dengan adanya Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) setiap balita yang diskrening bila ada gejala pneumonia segera dapat diketahui dan mendapatkan pelayanan segera.
Analisis untuk 6 (enam) indicator di atas :
a. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran sebesar Rp. 40.510.000,00 dengan realisasi sebesar Rp. 32.978.464,00 sehingga terjadi efisiensi sebesar 18,59%; b. Dilaksanakan dengan program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dengan kegiatan Pelayanan Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Menular.
20) Angka kesakitan DBD per 10.000 pddk (IR) Keberhasilan capaian target indikator kinerja mengintensifkan upaya preventif, kuratif, promotif.
ini
dicapai
dengan
cara
21) Angka kematian DBD ( CFR ) Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini disebabkan atau dicapai dengan cara mengintensifkan upaya preventif, kuratif, promotif; mengoptimalkan pokja DBD di tingkat Desa, sehingga upaya pengendalian DBD dapat meningkat termasuk penemuan penderita DBD di masyarakat dapat dipantau sedini mungkin. Analisis 2 (dua) indikator di atas : a. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran sebesar Rp. 208.850.000,00 dengan realisasi sebesar Rp. 130.427.500,00 sehingga terjadi efisiensi sebesar 37,55% b. Analisis Program/kegiatan yang menunjang keberhasilan : Dilaksanakan dengan program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dengan kegiatan Penemprotan/Fogging Sarang Nyamuk dan kegiatan Pengadaan Alat Fogging Dan Bahan-Bahan Fogging dengan bentuk kegiatan Penggerakan PSN, fogging (pencegahan, penanggulangan fokus, dan penanggulangan KLB), penyuluhan. Jenis kegiatannya adalah kerjasama dengan PKK dalam pemeriksaan jentik, fogging fokus untuk memutuskan rantai penularan, penyuluhan untuk memberi kesadaran masyarakat dalam PSN. Adapun fungsinya adalah menurunkan angka kesakitan dan penderita dapat terdeteksi dini secara cepat. Manfaatnya adalah mencegah terjadinya KLB dengan memutus rantai penularan penyakit DBD pada daerah fokus sehingga kasus dapat dikendalikan.
22) Persentase pemantauan desa fokus pes a. Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini disebabkan telah dilaksanakannya surveilans aktif dan pasif, mencari tersangka pes baik pada
manusia maupun hewan (tikus) secara aktif dan pasif pada daerah fokus pe di Kecamatan Selo dan Cepogo; b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah menggunakan anggaran sebesar Rp. 24.045.000,00 dengan realisasi sebesar Rp. 20.856.000,00 sehingga terjadi efisiensi sebesar 13,26% c. Analisis Program/kegiatan yang menunjang keberhasilan /kegagalan Untuk mencapai indikator kinerja ini dilakukan dengan mencari tersangka pes baik pada manusia maupun hewan (tikus) secara aktif dan pasif pada daerah fokus pe di Kecamatan Selo dan Cepogo. Bentuk kegiatan, meliputi : Pencarian penderita secara aktif.dan pengobatan penderita, serta pencarian tikus yang terinfeksi bakteri pes.
23) Angka bebas jentik a. Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena kader/ jumantik kurang berjalan;
pelaksanaan PJB oleh
Permasalahannya adalah Kelembagaan Pokjanal / Pokja DBD yang sudah dibentuk namun pelaksanaanya masih kurang optimal, hal ini dapat dilihat dari : - Pelaksanaan gerakan masa kebersihan lingkungan dalam pemberantasan sarang nyamuk di tingkat RW/RT masih kurang; - Pemeriksaan jentik oleh kader DBD (kader jumantik/juru pemantau jentik) kurang berjalan; - Sebagian masyarakat masih beranggapan bila ada kasus segera difogging, hal ini menandakan bahwa penyuluhan tentang manfaat gerakan PSN oleh Pokja DBD masih kurang. Alternatif solusi : - Melaksanakan gerakan kerjabakti dan kebersihan lingkungan dalam pemberantasan sarang nyamuk 1 minggu 1 kali di masing-masing RW/RT; - Pemeriksaan jentik berkala oleh kader jumantik setiap seminggu sekali; - Melaksanakan penyuluhan. b. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan mengaktifkan kembali Tim Pokjanal/Pokja DBD baik di tingkat Kabupaten/ Kecamatan/Kelurahan/Desa/Dusun/RW/RT; b. Analisis penggunaan sumber daya : Indikator ini dilaksanakan dengan program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dengan 5 (lima) kegiatan yaitu Penemprotan/Fogging Sarang Nyamuk, Pengadaan Alat Fogging Dan Bahan-Bahan Fogging, Pelayanan
Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Menular, Pencegahan Penularan Penyakit Endemik/Epidemik, dan Peningkatan Komunikasi Informasi Edukasi Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit. Program/kegiatan yang dilakukan sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan, dan dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas kinerja yang sangat baik, walaupun belum berhasil memenuhi target kinerja. Kelembagaan Pokjanal/Pokja DBD yang sudah dibentuk namun pelaksanaanya masih kurang optimal, hal ini dapat dilihat dari : - Pelaksanaan gerakan masa kebersihan lingkungan dalam pemberantasan sarang nyamuk di tingkat RW/RT masih kurang; - Pemeriksaan jentik oleh kader DBD (kader jumantik/juru pemantau jentik) kurang berjalan; - Sebagian masyarakat masih beranggapan bila ada kasus segera difogging, hal ini menandakan bahwa penyuluhan tentang manfaat gerakan PSN oleh Pokja DBD masih kurang.
24) Cakupan pelayanan kesehatan lansia Kegagalan capaian target indikator kinerja ini dikarenakan Penggerakan kurangnya koordinasi dengan pengelola program di Puskesmas. semua puskesmas telah melaksanakan sebagian program lansia dengan adanya posyandu lansia mandiri dan pelayanan lansia di puskesmas. Tetapi belum didukungan dengan bangunan puskesmas yang dapat mendukung pelayanan lansia di puskesmas. Dinas Kesehatan tidak mempunyai program/ kegiatan yang terkait dengan indikator ini, sehingga tidak ada analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya dan analisis program/kegiatan.
20.
Meningkatnya penyehatan dan pengawasan kualitas lingkungan Tabel 3.33 Pencapaian Kinerja Sasaran 33 Target RPJM
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
Koordinator SKPD
Kateg ori
Satuan
Targe t Nasio nal
Indikator kinerja
2 3
10
Capaian
9
Realisasi
8
Target
7
Capaian
Capaian 6
Realisasi
5
Capaian
4
Realisasi
3
Capaian
2
Cakupan penduduk y ang memiliki akses terhadap air minum berkualitas Persentase kualitas air minum y ang memenuhi sy arat Persentase penduduk y ang buang air besar di jamban Rata-rata
Realisasi
1 1
Pengampu
Realisasi
Tahun 2015
11
12
13
14
15
16
17
%
75
-
80
97.56
77.1 115.07
74.8 90.79
79.9 106.53
75 81.10 108.13
A
Dinkes
%
100
-
74.5
82.78
88.8
98.67
95.9 106.98
98.2 134.52
73 90.00 123.29
A
Dinkes
%
80
-
57
75
81.3 116.14
81.4 89.79
88.6 108.05
82 90.30 110.12
A
Dinkes
85.11
109.96
95.85
116.37
113.85
A
Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2015 Capaian kinerja sasaran ini meliputi 3 (tiga) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 113,85% (kategori sangat baik) terdiri dari 3 (tiga) indikator kategori sangat baik (100%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 33 (tiga puluh tiga) per indikator : 1)
Cakupan penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan telah dilaksanakan banyak program / kegiatan dalam upaya peningkatan akses penduduk terhadap air minum yang berkualitas, dilakukan upaya pemberdayaan masyarakat melalui pemicuan, sasaran kegiatan difokuskan pada keluarga / anggota keluarga dan diselenggarakannya koordinasi, sinkronisasi, regulasi tentang air minum. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah : - Menyediakan stimulant/bantuan untuk penyediaan sarana/perbaikan sarana; - Mengoptimalkan sumber air yang ada dan mencari sumber air;
2)
Persentase kualitas air minum yang memenuhi syarat a. Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini dikarenakan meningkatnya pembinaan sehingga penyelenggara air minum telah berupaya meningkatkan kualitas air minum dan peningkatan frekuensi bimbingan dan pengawasan pada penyedia sarana air minum secara berkelanjutan agar air minum sesuai dengan Permenkes nomor 492/Menkes/per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Target RPJMD. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah : - Kondisi sumber air dengan kadar Kimia (Fe, Mn, Mg) diatas nilai ambang batas;
- Tercemarnya air dengan indikator bakteri eshersia coli; - Risiko pencemaran lingkungan. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah : - Pemberdayaan masyarakat; - Pengurangi risiko sumber pencemar; - Treatment penurunan kadar kimia dengan teknologi tepat guna; - Peningkatan akses penduduk buang air besar di jamban sehat (mengurangi risiko pencemaran tinja). b. Indikator ini dicapai dengan melakukan pemberdayaan masyarakat melalui pemicuan pada 5 pilar STBM.
3)
Persentase penduduk yang buang air besar di jamban a. Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini dikarenakan meningkatnya pengetahuan, perilaku, kebutuhan dan partisipasi masyarakat dalam akses buang air besar yang memenuhi syarat kesehatan di jamban sehat; b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah membuat Rencana Kerja Masyarakat (RKM) semua desa dan membentuk wirausaha sanitasi. c. Indikator ini dicapai dengan melakukan : - Peningkatan akses penduduk terhadap peningkatan sarana jamban keluarga; - Pemberdayaan masyarakat melalui pemicuan; - Memfokuskan sasaran kegiatan pada keluarga / anggota keluarga; - Menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, regulasi tentang sanitasi dasar.
Analisis untuk 3 (tiga) indicator di atas : a. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah menggunakan anggaran sebesar Rp. 1.207.649.000,00 dengan realisasi sebesar Rp. 1.090.760.481,00 sehingga terjadi efisiensi sebesar 9,68%. b. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan : Untuk mencapai target indikator kinerja ini dilaksanakan dengan program Pengembangan lingkungan sehat dengan kegiatan Penyediaan/pengawasan sarana air bersih, jamban dan SPAL dan Pengembangan Desa Sehat. Program/kegiatan yang dilakukan sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja
yang telah ditetapkan, dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas kinerja yang sangat baik, dan berhasil memenuhi target kinerja.