HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Peternakan di Desa Cigobang Ternak kambing adalah ternak ruminansia yang mendomiasi atau paling banyak dipelihara di Desa Cigobang karena disamping peternakan yang turuntemurun juga ternak kambing mampu beradaptasi dengan kondisi panas dan kering seperti yang dijelaskan oleh Sutama (1994), potensi ternak kambing untuk dikembangkan di lahan marginal sangat memungkinkan, hal ini disebabkan aktivitas produksi ternak kambing di Indonesia dapat terjadi sepanjang tahun dan memiliki karakter prolifikasi (beranak lebih dari satu), sehingga sangat membantu dalam program peningkatan populasi kambing. Ternak kambing mampu beradaptasi pada kondisi daerah yang memiliki sumber pakan hijauan yang kurang baik, serta ternak kambing merupakan komponen peternakan rakyat yang cukup potensial sebagai penyedia daging. Ternak kambing di Desa Cigobang sebenarnya sangat berpotensi untuk dikembangkan, akan tetapi faktor keterbatasan ilmu pengetahuan, tidak ada kelompok peternak yang menaungi segala permasalahan, ketidakmampuan aksesibilitas terhadap peternakan ruminansia besar seperti industri pembibitan dan pengolahan, sulitnya mencari modal untuk pengembangan ternak kambing di Desa Cigobang, kegiatan beternak hanya pekerjaan sampingan dan untuk tabungan saja sehingga peternakan ini tidak berkembang dengan baik. Populasi ternak di Desa Cigobang disajikan pada Tabel 5, sedangkan kondisi populasi kambing di Kecamatan Pasaleman, Kabupaten Cirebon disajikan pada Tabel 6. Tabel 5. Populasi Ternak di Desa Cigobang No Ternak
Populasi (ekor)
1
Sapi
80
2
Kambing
315
3
Domba
20
4
Kuda
3
5
Itik
55
6
Ayam Kampung
75
Sumber: Data Profil Desa Cigobang (2010)
19
Tabel 6. Populasi Kambing di Kecamatan Pasaleman, Kabupaten Cirebon Desa
Populasi (ekor)
Cigobang
315
Cigobangwangi
50
Cilengkrang
48
Cilengkrang Girang
75
Pasaleman
90
Tanjung Anom
55
Tonjong
10
Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan Cirebon (2010)
Berdasarkan Tabel 6 populasi kambing yang paling banyak di wilayah desa yang termasuk Kecamatan Pasaleman adalah ternak kambing dengan jumlah 315 ekor dan populasi kambing terendah yaitu di Desa Tonjong. Jika pemerintah ikut membantu dalam penambahan ternak ruminansia, maka jumlah ternak di Desa Cigobang akan lebih tinggi. Tabungan peternak kurang mampu untuk menambah ternaknya sehingga mereka hanya mempertahankan ternak yang sudah mereka miliki baik membeli diawal usaha maupun warisan turun-temurun. Penggunaan Lahan di Desa Cigobang Penggunaan lahan meliputi pemukiman, sawah, tegalan, perkebunan, hutan, rawa, dan pemakaman umum. Lahan kosong yang tersedia digunakan untuk usaha pertanian. Luas sawah adalah 149,922 hektar lebih luas dari pemukiman rakyat. Hijauan pakan terdapat pada pinggiran lahan setiap jenis lahan yaitu di sawah tadah hujan, tegalan, perkebunan rakyat, perkebunan swasta, perkebunan perorangan, hutan rakyat, pemukiman, dan pemakaman umum, selain itu peternak menanam hijauan pakan seperti lamtoro (Leucaena leucocephala LAMK.), gamal (Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex Walp), dadap (Erythrina lithosperma MIQ.), daun nangka (Artocarpus heterophyllus LAMK), dan sebagainya di pekarangan rumah mereka. Jenis penggunaan lahan di Desa Cigobang disajikan pada Tabel 7. Peternakan rakyat di Desa Cigobang tersebar merata atau hampir seluruh dusun terdapat peternak kambing. Hal ini disebabkan lahan sekitar rumah digunakan pemiliknya untuk memelihara ternak kambing secara intensif.
20
Tabel 7. Jenis Penggunaan Lahan di Desa Cigobang No Jenis Penggunaan
Luas (Ha)
1
Sawah Tadah Hujan
149,922
2
Tegalan
87,177
3
Perkebunan Rakyat
10,354
4
Perkebunan Swasta
26,250
5
Perkebunan Perorangan
20,158
6
Hutan Rakyat
180,654
7
Pemukiman
32,276
8
Kuburan
4,250
Sumber: Data Profil Desa Cigobang (2010)
Karakteristik Peternak Sebagian besar peternak di Desa Cigobang berumur antara 43-58 tahun dan jumlah peternak kambing di Desa Cigobang sebanyak 56 Kepala Keluarga (KK) dengan rata-rata kerja setiap KK dua orang merupakan tenaga kerja keluarga. Peternak usia masih produktif (43-55 tahun) dan non produktif (55-58 tahun) tersebut memilih beternak sebagai usaha sampingan untuk tabungan keluarga dan meneruskan usaha ternak orang tua mereka, seperti yang disajikan pada Tabel 8. Tentang kondisi peternak berdasarkan usia dan tingkat pendidikan. Tabel 8. Peternak Berdasarkan Usia dan Tingkat Pendidikan Uraian
Responden (%)
Usia Peternak (Tahun) a. 43-45
7,14
b. 46-50
50
c. 51-55
33,93
d. 56-58
7,14
Pendidikan a. Tidak Sekolah
14,28
b. SD
55,36
c. SMP
28,57
d. SMA
1,78
21
Dilihat dari segi pendidikan yang tertera pada Tabel 8. peternak yang paling banyak yaitu lulusan SD dengan persentase sebesar 55,36 %, sedangkan pendidikan paling tinggi yaitu lulusan SMA akan tetapi persentasenya paling rendah yaitu sebesar 1,78 %. Kurangnya kesadaran peternak untuk melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi disebabkan anggapan orangtua yang menyatakan bahwa anak yang sudah bisa membaca dan menulis harus siap bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan peternak di Desa Cigobang masih tergolong rendah seperti yang terlihat pada Tabel 9. sehingga tingkat keterampilan dan pengetahuan peternak dalam hal memanfaatkan teknologi peternakan khususnya teknologi pakan masih sangat rendah serta tidak adanya penyuluh peternakan yang memberi pengarahan cara beternak yang baik kepada peternak setempat. Akan tetapi ada salah satu peternak yang menjadi best mark yaitu Pak Sara. Pak Sara adalah satu-satunya peternak yang melanjutkan sekolah sampai SMA dan menejemen pemeliharaan ternaknya cukup baik. Pak Sara memberikan hijauan sebesar 95 % untuk ternaknya setiap hari adalah lamtoro (Leucaena leucocephala LAMK.). Beliau mendapatkan hijauan di pinggiran jalan, pinggir hutan, dan di wilayah sekitar. Tabel 9. Pekerjaan, Penghasilan, dan Jumlah Tanggungan Peternak Uraian
Responden (%)
Pekerjaan a. Petani
33,93
b. Ojek
16,07
c. Serabutan/Kuli
14,29
d. Pedagang
8,93
e. Tukang batu
7,14
f.
Tukang kayu
7,14
g. Tukang jahit
1,78
Penghasilan a. Rp 500.000,00-Rp 900.000,00
62,5
b. Rp 1.000.000,00-Rp 1.300.000,00
37,5
Jumlah Tanggungan a. 1-4 orang
69,64
b. 5-7 orang
30,36
22
Pekerjaan utama peternak di Desa Cigobang yang paling tinggi persentasenya adalah petani sebesar 33,93 % dan pekerjaan lain yang tidak terikat kerja dengan perusahaan atau pemerintahan sehingga para peternak dapat memanfaatkan waktu senggangnya untuk beternak dalam arti setelah mereka pulang dari kerja, mereka langsung mengurus ternaknya. Pendapatan rata-rata dari pekerjaan utama peternak di Desa Cigobang sebesar Rp 861.600,00/bulan dengan jumlah tanggungan rata-rata empat orang sehingga untuk menambah pendapatan keluarga mereka menjalankan usaha peternakan. Rata-rata peternak di Desa Cigobang memiliki 5 ekor kambing dengan kepemilikan berjumlah 2-17 ekor. Sumber kepemilikan ternak kambing tersebut berasal dari warisan dan membeli sendiri. Dilihat dari kepemilikan tersebut dapat dikatakan bahwa peternakan rakyat tiap peternak merupakan peternakan skala kecil, sedang, dan besar seperti yang di jelaskan oleh Devendra (2001), membagi skala kepemilikan kambing sebanyak 1-5 ekor termasuk skala kecil, 6-10 ekor termasuk skala sedang, dan lebih dari 10 ekor termasuk dalam skala besar. Pemeliharaan Kambing Jenis kambing yang dipelihara pada peternakan rakyat di Desa Cigobang adalah kambing Peranakan Etawa (PE), Jawa Randu, dan Benggala. Sistem pemeliharaan kambing di Desa Cigobang adalah pemeliharaan intensif. Pemeliharaan intensif merupakan pemeliharaan dimana ternak dikandangkan sepanjang hari (Herwono, 2006). Ternak dipelihara dalam satu kandang dan dicampurkan. Bentuk kandang seluruhnya adalah kandang panggung persegi panjang yang terbuat dari kayu, bambu, dan beton yang berkolong dengan jarak 1-1,5 meter agar memudahkan dalam pengumpulan kotoran dan pembersihan kandang. Atap terbuat dari genteng dan lantai kandang dibuat dari bilah-bilah bambu. Lokasi kandang terletak di belakang atau samping rumah peternak. Pemberian pakan oleh peternak dua sampai tiga kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore hari. Setiap seminggu sekali biasanya peternak membersihkan kotoran di kolong kandang dan dipindahkan ke luar kandang, ditumpuk dan dimasukkan ke karung untuk dijual. Hijauan yang berupa ranting dan batang yang tidak dimakan ternak dikumpulkan dekat kandang dan dibakar.
23
Performa Kambing Kambing yang terdapat di peternakan rakyat Desa Cigobang ada tiga jenis yaitu kambing Peranakan Etawa (PE), Jawa Randu, dan Benggala. Rataan bobot badan tiap jenis kambing di Desa Cigobang disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Rataan Bobot Badan Tiap Jenis Kambing Dewasa (ekor) Jenis Kambing
Muda (ekor)
Anak (ekor)
Jantan
Betina
Jantan
Betina
Jantan
Betina
(kg)
(kg)
(kg)
(kg)
(kg)
(kg)
Peranakan Ettawah
56,7
44,8
31,6
28,7
9,1
8,5
Jawa Randu
43,3
38,8
27,1
23,0
8,6
7,8
Benggala
49,4
39,6
27,8
23,3
9,1
8,7
Berdasarkan Tabel 10. dapat dilihat bahwa tampilan kambing PE relatif baik dengan bobot badan rata-rata kambing betina dewasa yaitu 44,8 kg. Rata-rata bobot badan kambing Jawa Randu betina dewasa adalah 38,8 kg, sedangkan untuk kambing Benggala adalah 39,6 kg. Pola Penyediaan Hijauan Pakan Sebagian besar peternak di Desa Cigobang beternak secara intensif dan menyediakan pakan hijauan dengan cara cut & carry (peternak mencari hijauan dan mengambilnya sendiri, kemudian diberikan pada ternak yang berada di kandang). Pakan yang diberikan hanya sebatas hijauan saja tanpa penambahan konsentrat dan suplemen. Kualitas dan Kuantitas Hijauan Pakan Jenis hijauan yang diberikan pada ternak didominasi oleh legum dan ramban (daun-daunan selain leguminosa), sedangkan jenis rumput sedikit diberikan sebab ternak lebih menyukai legum dan ramban. Ternak tidak akan kekurangan protein karena sifat utama legum adalah dapat memperoleh sebagian besar kebutuhan Nitrogen (N) dari gas N2 yang sebagian besar terdapat di udara melalui simbiosis dengan bakteri rhizobium (Reksohadiprojo, 2000).
24
Jenis dan Komposisi Botani Hijauan Pakan di Desa Cigobang Jenis dan komposisi botani hijauan pakan dengan metode “Dry Weight Rank” menurut Mannetje dan Haydock (1963) di Desa Cigobang disajikan pada Tabel 11. Jenis hijauan yang diberikan terbagi menjadi tiga yaitu rumput satu spesies, legum 14 spesies, dan ramban 11 spesies. Tabel 11. Jenis dan Komposisi Botani Hijauan Pakan di Desa Cigobang No
Nama Lokal
Nama Latin*
Jenis
Komposisi
Hijauan
Botani (%)
1
Alang-alang
Imperata cylindrica Div.
Rumput
0,16
2
Albasia
Albizzia falcata BACKER.
Legum
3,91
3
Gamal
Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex Walp.
Legum
16,45
4
Angsana
Pterocarpus indicus WILLD.
Legum
8,92
5
Kacang tanah
Arachis hypogaea LINN.
Legum
0,39
6
Johar
Cassia siamea LAMK.
Legum
4,62
7
Lamtoro
Leucaena leucocephala LAMK.
Legum
21,98
8
Turi
Sesbania grandiflora L. PERS.
Legum
9,82
9
Sentro
Centrosema pubescens Benth.
Legum
1,55
10
Kaliandra
Calliandra calothyrsus Meissn.
Legum
3,94
11
Semanggi landa
Trifolium repens LINN.
Legum
0,55
12
Dadap
Erythrina lithosperma MIQ.
Legum
6,20
13
Daun orok orok jantan
Shorea pinanga Scheff.
Legum
6,98
14
Daun kecipir
Psophocarpus tetragonolobus DC.
Legum
0,80
15
Kihiang
Albizzia procera Benth.
Legum
1,90
16
Daun kedondong kecil
Spondias lutea LINN.
Ramban
0,94
17
Daun kelor
Moringa oleifera LAMK.
Ramban
1,10
18
Daun singkong
Manihot utilissima POHL.
Ramban
0,87
19
Daun jambu air
Eugenia aquena BURM.f.
Ramban
0,55
20
Daun Randu
Ceiba petandra GAERTN.
Ramban
0,96
21
Daun nangka
Artocarpus heterophyllus LAMK.
Ramban
3,49
22
Daun mangga
Mangifera indica L.
Ramban
0,55
23
Daun kembang sepatu
Hibiscus rosa-sinensis LINN.
Ramban
0,87
24
Daun kersem
Mutingia calabura L.
Ramban
0,16
25
Daun kawijaran
Lannea grandis ENGL.
Ramban
1,58
26
Daun benalu mangga
Dendrophthoe pentandra (L.) Miq.
Ramban
0,78
Sumber: * Soerjani et al. (1987), Heyne (1987), Quattrocchi (2006)
Tabel 11 menunjukkan bahwa peringkat pertama hijauan yang diberikan pada kambing di Desa Cigobang adalah legum dengan jumlah frekuensi pemberian
25
sebesar 88,01 %, disusul oleh ramban dengan frekuensi sebesar 11,85 % dan rumput sebesar 0,16 %, sedangkan jika dilihat dari spesies dengan jumlah frekuensi pemberian hijauan tertinggi yang diberikan pada kambing adalah lamtoro (Leucaena leucocephala LAMK) sebesar 21,98 %, gamal (Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex Walp) 16,45 %, dan peringkat ketiga adalah turi (Sesbania grandiflora. PERS.) 9,82 %. Hal ini dapat dikatakan bahwa kambing di Desa Cigobang lebih menyukai jenis hijauan leguminosa. Berdasarkan wawancara dengan peternak, beberapa jenis hijauan yang disukai ternak adalah sebagai berikut: lamtoro (Leucaena leucocephala LAMK.), gamal (Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex Walp), turi (Sesbania grandiflora L. PERS.), angsana (Pierocarpus indicus WILLD.), dadap (Erythrina lithosperma MIQ.), daun kedondong kecil (Spondias lutea LINN.), daun nangka (Artocarpus heterophyllus LAMK) yaitu sebagian besar merupakan jenis legum dan ramban. Hal ini dapat dikatakan bahwa kambing di desa Cigobang lebih menyukai jenis hijauan leguminosa yang mengandung protein cukup tinggi. Legum adalah salah satu hijauan pakan ternak yang mengandung protein lebih tinggi, tanaman ini umumnya responsif terhadap pemupukan fosfat karena dibutuhkan untuk pertumbuhan perakaran dan aktivitas fiksasi nitrogen (Sumarsono, 2002). Jenis Hijauan Pakan Potensial di Desa Cigobang Hijauan pakan yang potensial dan belum diberikan pada peternakan kambing di Desa Cigobang disajikan pada Tabel 12. yang terdiri dari dua jenis yaitu rumput dan ramban dengan jumlah rumput sebanyak 14 spesies dan ramban sebanyak 8 spesies.
26
Tabel 12. Jenis Hijauan Pakan Potensial di Desa Cigobang No.
Nama Lokal
Nama Latin * Brachiaria
subquadripara
Jenis Hijauan (Trin)
A.
1
Rumput cori
Rumput
2
Rumput belulang
Eleusine indica (L) Gaerta.
Rumput
3
Rumput benggala
Panicum maximum JACQ.
Rumput
4
Jukut karukun
Eragrostis amabilis (L) Wight R. Arnott ex Nees.
Rumput
5
Rumput emprit
Eragrostis brownii (kaath) Nees.
Rumput
6
Rumput eksotik
Eulalia trispicata (schalt) Hanrard.
Rumput
7
Tebu
Saccharum officinarum LINN.
Rumput
8
Jagung
Zea mays LINN.
Rumput
9
Panon munding
Fimbristylis miliacea (L.)
Rumput
10
Bobontengan
Leptochloa chinensis (L.) Ness.
Rumput
11
Rumput pahit
Axonopus compressus (S.W.) Beauv.
Rumput
12
Bayapan
Brachiaria reptans (L.) Gardn & Hubb.
Rumput
13
Rumput kumpai
Hymenachne Gilliland.
Rumput
14
Embun tengahari
Murdannia nudiflora (L.) Brenan.
Rumput
15
Rumput kokosan
Sida rhombiflora PERS.
Ramban
16
Daun kidayang
Eupatorium odoratum L.
Ramban
17
Daun kayu gabus
Alstonia scholatis R. BR.
Ramban
18
Daun mengkudu
Morinda citrifolia L.
Ramban
19
Rumput papaitan
Cyperus compressus L.
Ramban
20
Rumput teki
Cyperus rotundus LINN.
Ramban
21
Darengdeng
Cyperus kyllingia Endl.
Ramban
22
Daun tembelekan
Lantana camara LINN.
Ramban
Mitchc.
acutigluma
(Steud)
Sumber: * Soerjani et al. (1987), Heyne (1987), Quattrocchi (2006)
Spesies jenis hijauan pakan legum, rumput, dan ramban yang digunakan ternak kambing maupun yang potensial secara berturut-turut disajikan pada Gambar 1, 2, dan 3.
27
Leucaena leucocephala LAMK.
Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex Walp
Albizzia falcata BACKER
Pterocarpus indicus WILLD.
Sesbania grandiflora L. PERS.
Cassia siamea LAMK.
Calliandra calothyrsus Meissn
Trifolium repens LINN.
Arachis hypogaea LINN.
Erythrina lithosperma MIQ.
Centrosema pubescens Benth.
Psophocarpus tetragonolobus DC.
Gambar 1. Jenis Hijauan Pakan Legum di Desa Cigobang
28
Axonopus compressus (S.W.) Beauv
Brachiaria reptans (L.) Gardn & Hubb
Brachiaria subquadripara (Trin) A. Mitchc.
Eleusine indica (L) Gaerta.
Eragrostis amabilis (L) Wight R. Arnott ex Nees.
Eragrostis brownii (Kaath) Nees.
Eulalia trispicata (Schalt) Hanrard.
Fimbristylis miliacea (L.)
Hymenachne acutigluma (Steud) Gilliland.
Murdannia nudiflora (L.) Brenan.
Panicum maximum JACQ.
Saccharum officinarum LINN.
Zea may LINN.
Leptochloa chinensis (L.) Nees.
Gambar 2. Jenis Hijauan Pakan Rumput di Desa Cigobang
29
Cyperus compressus L.
Cyperus rotundus L.
Alstonia scholatis R. BR.
Artocarpus heterophyllus LAMK.
Lantana camara L.
Hibiscus rosa-sinensis LINN.
Shorea pinanga Scheff.
Manihot utilissima POHL.
Morinda citrifolia L.
Mutinga calabura L.
Eupatorium odoratum L.
Eugenia aquena BURM.f.
Lannea grandis ENGL
Spondias lutea LINN.
Sida rhombiflora PERS.
Ceiba petandra GAERTN.
Moringa oleifera LAMK.
Albizzia procera BENTH.
Mangifera indica L. Gambar 3. Jenis Hijauan Pakan Ramban di Desa Cigobang
30
Konsumsi Hijauan Pakan Data penelitian konsumsi hijauan pakan kambing menggunakan 47 ekor kambing di 5 orang peternak yang dilakukan selama 5 hari. Rata-rata konsumsi segar per ekor per hari disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Rata-Rata Konsumsi Hijauan Segar Kambing di Desa Cigobang
Peternak
Jenis Kambing
Rata-Rata Bobot
Rata-Rata
%
Badan (kg)
Konsumsi
Konsumsi/Bobot
(kg/ekor/hari)
Badan
1
PE
28,61
2,90 ± 0,29
10,13
2
Jawa Randu
29,88
2,69 ± 0,28
9,00
3
PE
29,31
2,76 ± 0,34
9,41
4
Benggala
29,95
3,00 ± 0,09
10,01
5
Jawa Randu
28,54
2,88 ± 0,39
10,09
Hasil perhitungan persentase konsumsi terhadap bobot badan dengan total rata-rata sebesar 9,76 % termasuk ideal sebab menurut Soedarjat (2000) pemberian pakan hijauan untuk kambing sekitar 10 % dari bobot badan. Jumlah konsumsi jenis hijauan per hari per ekor disajikan pada Tabel 14. Jumlah konsumsi hijauan paling banyak yaitu hijauan jenis legum. Tabel 14. Jumlah Rataan Konsumsi Jenis Hijauan Rata-Rata Konsumsi
% Rata-Rata Konsumsi
(kg/ekor/hari)
Hijauan
Rumput
0,24 ± 0,04
7,12
Legum
2,68 ± 0,28
79,53
Ramban
0,45 ± 0,14
13,35
Jenis Hijauan
Hasil perhitungan persentase rata-rata konsumsi hijauan kambing di Desa Cigobang menunjukkan bahwa persentase tertinggi dari pakan yang dikonsumsi adalah jenis legum dengan jumlah 79,53 %, kemudian disusul oleh ramban sebesar 13,35 %, dan yang terakhir rumput sebesar 7,12 %. Data tersebut membuktikan bahwa pemberian hijauan pakan paling tinggi adalah jenis leguminosa.
31
Kapasitas Daya Tampung Ternak Nell dan Rollinson Kapasitas daya tampung ternak di desa Cigobang dihitung berdasarkan metode Nell dan Rollinson (1974) dengan pendekatan potensi lahan untuk hijauan pakan di Desa Cigobang disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Konversi Lahan Garapan di Desa Cigobang terhadap Padang Rumput Permanen berdasarkan Metode Nell dan Rollinson Lahan
Luas Lahan*
Kesetaraan (Ha)
15 ton
Padang rumput permanen
BK/Ha/thn
Total luas sawah
149,922 Ha
2,998
Galengan sawah
4,498 Ha
4,498
Tegalan
87,177 Ha
8,717
Perkebunan
10,354 Ha
5,177
Pinggir jalan
3,500 km
1,75
Pemakaman desa
4,250 Ha
0,425
204,070 Ha
15,30
463,771
38,865
Hutan rakyat Total
Keterangan
Sumber: *Data Profil Desa Cigobang (2010)
Hasil perhitungan daya tampung ternak dengan metode Nell dan Rollinson disajikan pada Tabel 16. Data tersebut diperoleh dengan asumsi bahwa hijauan yang didapatkan berasal dari hutan rakyat, sawah, tegalan, perkebunan, pinggir jalan, dan pemakaman desa. Tabel 16. Hasil Perhitungan Nell dan Rollinson di Desa Cigobang No Uraian
Hasil Perhitungan
1
Konversi HMT
582,98 ton BK/Ha/tahun
2
Daya dukung HMT
253,93 ST
3
KPPTR efektif
217,98 ST
Hasil perhitungan KPPTR efektif berdasarkan daya dukung potensi lahan, dapat diartikan bahwa kapasitas tampung ternak di Desa Cigobang masih dapat ditambah ternak sebanyak 217,98 ST. Kondisi ini didukung dengan luasnya lahan yang tersedia yang dapat digunakan sebagai lahan tanam hijauan makanan ternak.
32