16 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN
1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian A. Materi a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah yang di peroleh dari lahan pertanian organik dan lahan pertanian intensif di Desa Melung, serangga Dermaptera, alkohol 70%, larutan gliserin. b. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian adalah patok, kantong kain, kantong plastik, pipa, pH meter, soil termometer dan soil moisture, spatula, gelas aqua, mikroskop cahaya, mikroskop stereo, timbangan analitik, cawan petri, botol film, botol sampel, spuit, cover glass, object glass, dan pipet tetes. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi pengambilan sampel dilakukan di lahan pertanian organik dan lahan pertanian intensif di Desa Melung. Lahan yang akan diteliti adalah lahan yang menerapkan sistem pertanian intensif dan lahan pertanian organik. Lokasi penelitian tersebut terletak di lereng Gunung Slamet di Desa Melung, Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Banyumas. Desa Melung merupakan salah satu desa yang terletak di lereng Gunung Slamet bagian selatan, di Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Desa melung memiliki topografi yang berbukit-bukit dengan kemiringan tanah ratarata 20%-30%. Desa Melung terletak pada ketinggian rata-rata 600 mdpl dengan curah hujan antara 2500 – 4000 mm per tahun. Desa Melung memiliki luas area sekitar 1.320 Ha. Lahan yang dijadikan kebun sayur organik dan intensif adalah tanah suksara milik pemerintah Desa Melung dengan luas
17 kurang lebih 61,250 Ha. Salah satu komoditas pertanian yang dikembangkan di desa Melung adalah caisim, sawi, kangkung, cabe, buncis, pokcoy dan bayam. Tekstur tanah di Desa Melung yaitu liat berpasir, subur, gembur, dengan tata air dan udara yang baik (Anonim, 2012). Penelitian ini dilakukan pada bulan mei 2013 hingga November 2013. Identifikasi Dermaptera dilakukan di laboratorium Entomologi-Parasitologi Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman.
Gambar 2.1. Peta Lokasi Penelitian (Google earth, 2013). Koordinat: Lokasi 1
Lahan pertanian organik
Lokasi 2
Lahan pertanian intensif
7°19'42.72"LS 109°13'8.96"BT 7°19'52.40"LS 109°13'1.62"BT (Google earth, 2013).
2. Metode Penelitian Penelitian menggunakan metode survei dengan teknik pengambilan sampel secara sistematik menggunakan garis transek dengan cara menarik garis secara diagonal pada lahan pertanian. Pada setiap garis transek dibagi menjadi lima kuadran ukuran 1 x 1 m. Pengambilan sampel dilakukan satu bulan sekali selama tiga bulan di masing-masing lokasi penelitian.
18 1. Teknik Pengambilan Sampel Sampel diambil menggunakan dua teknik pengambilan yaitu core sampler dan pitfall trap (Meidiwarman, 2007). Perangkap pitfall digunakan untuk menangkap serangga yang aktif merayap di permukaan tanah, core sampler digunakan untuk mengambil serangga yang ada di dalam
tanah.
Pengambilan sampel dilakukan satu bulan sekali selama tiga bulan di masingmasing lokasi penelitian. Core sampler digunakan untuk mengkoleksi serangga-serangga di dalam tanah. Core sampler berdiameter 5 cm. Sampel tanah diambil menggunakan core sampler pada kedalaman 5 cm pada masingmasing kuadran. Sampel tanah diambil dan dimasukkan dalam kantung kain blacu kemudian diletakkan didalam boks sampel agar selama perjalanan menuju laboratorium sampel tanah terhindar dari hujan dan panas. Sesampainya di laboratorium sampel tanah di timbang dulu, kemudian diproses dengan corong Barlese Tullgren yang dimodifikasi. Pitfall trap berupa gelas plastik dipasang pada masing-masing kuadran. Gelas plastik yang telah diisi alkohol 70% setinggi 1/3 gelas di tanam ke dalam tanah dengan permukaan rata dengan tanah dan dipasang selama 3 x 24 jam. Di atas gelas di pasang atap untuk melindungi gelas dari hujan. Setelah tiga hari serangga yang diperoleh diambil dan dimasukkan ke dalam vial berisi alkohol 70 %, untuk selanjutnya dibawa ke laboratorium.
Gambar 2.2. Contoh pemasangan perangkap jebak
19 2. Pengukuran Sifat Kimia dan Fisika Tanah Pengukuran sifat fisik dan kimia tanah dilakukan pada setiap pengambilan sampel di lapangan yang meliputi kelembaban dan suhu tanah pada kedalaman 20 cm dan 10 cm serta pH tanah. Pengukuran kelembaban tanah menggunakan soil moisture, suhu dan pH tanah menggunakan soil termometer dan pH meter. 3. Ekstraksi serangga Dermaptera Ekstraksi serangga Dermaptera dilakukan dengan metode high-gradient extraction dengan Berlese Tullgren funnel yang dimodifikasi. Setelah sampai di laboratorium masing-masing sampel tanah yang diperoleh dari lapangan ditimbang dahulu, kemudian dimasukkan ke dalam Berlese-Tullgren funnel. Berlese-Tullgren funnel ditutup dengan kertas aluminium setelah sebelumnya diberi lampu 7 watt supaya serangga Dermaptera bergerak turun. Ekstraksi dilakukan selama 5 hari, serangga Dermaptera
yang diperoleh ditampung
dalam botol penampung yang berisi alkohol 70%. Setelah itu dilakukan penyortiran, yaitu pemisahan serangga Dermaptera dari fauna tanah yang lainnya, selanjutnya dilakukan enumerasi. 4.
Identifikasi Serangga Serangga yang diperoleh diidentifikasi di laboratorium EntomologiParasitologi Fakultas Biologi Unsoed sampai tingkat takson familia mengacu pada buku identifikasi Pengenalan Pelajaran Serangga (Borror et al., 1997) dan jurnal yang berjudul The Order Dermaptera (Earwigs) in Florida and the United States (Choate, 2001).
5. Variabel dan Parameter yang Diamati Variabel yang diamati meliputi kelimpahan dan keragaman serangga Dermaptera dari masing-masing lahan pertanian. Parameter yang diukur berupa
20 ragam familia serangga Dermaptera dan jumlah individu setiap Familia Dermaptera. Parameter lain yang diukur adalah pH tanah, kelembaban tanah dan temperatur tanah. 3. Metode Analisis Data keragaman dan kelimpahan serangga Dermaptera dideskripsikan berdasarkan tabel dan grafik dengan menggunakan buku identifikasi Pengenalan Pelajaran Serangga (Borror et al., 1997) dan jurnal yang berjudul The Order Dermaptera (Earwigs) in Florida and the United States (Choate, 2001) sebagai acuan.