1la
MANAJEMEN RTSIKO PRODUKSI DAN PENERIMAAN PAD1 SEMI ORGANIK (Studi: Petani Gabungan Kelompok Tani Silih Asih di Desa Ciburuy, Kec. Cigombong, Kab. Bogor)
Skripsi
ASRlIEADI NOWVAN LUBIS H 34067003
DEPARTEMEN AGRPBISNIS FAKULTAS EXONOMI D,\N MANAJEILIEN I. STITII'T TERTLiNIAPl BOGOR BOGOR 2009
ASRJHADI NOWVAN LUBIS. Manajemen Risiko Produksi dan Penerimaan Padi Semi Organik (Studi Kasus Gabungan Kelompok Tani Silih Asih di Desa Cibuniy, Kecamatan. Cigombong, Kabupaten. Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI). Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang mentpakan penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar Indonesia, yaitu sebesar 19,3 persen, terjadi pada triwulan pertama tahun 2009. Preferensi konsumen terhadap pangan yang terbebas dari unsur-unsur kimia yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan, menyebabkan pengalihan minat konsumen terhadap produk organik. Petani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani Silih Asih memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP), dimana input yang digunakan dalam sarana tani mengacu pada pengendalian dan pencegahan hama penyakit melalui pestisida nabati. Proses produksi padi semi organik sangat dipengaruhi iklim kemarau, fluktuasi produktifitas, harga penjualan, dan penerimaan yang mengindikasikan adanya risiko usaha. Penelitian ini bertujuan untuk, (1) mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi dan risiko penerimaan padi semi organik yang terjadi pada petani, (2) menganalisis dampak risiko yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko pada kegiatan produksi padi semi organik terhadap petani, dan (3) menganalisis strategi penanganan risiko pada petani yang tergabung dalam Gapoktan Silih Asih. Penelitian dilaksanakan di Gapoktan Silih Asih, Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Data primer diperoleh melalui wawancara meliputi keadaan umum, manajemen Gapoktan yaxig diterapkan, dan kegiatan usaha pertanian semi organik yang dijalankan. Sedang::an data sekunder diperoleh dari data Lembaga Pertanian Sehat, literatur-literatur dan instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian, Bulog, Perpustakaan IPB dan Bahan Pustaka lain yang relevan. Proses manajemen risiko produksi dan penerimaan petani Silih Asih dimulai dengan melakukan proses identifikasi risiko. Proses in; dilakukan untuk mengetahui risiko yang dapat terjadi pada usahatani padi semi organik. Identifikasi memiliki tujuan untuk membantu petani mengenali setiap faktorfaktor yang menyebabkan ancaman ketidakpastian. Setiap risiko yang akan terjadi pada petani selanjutnya dapat dievaluasi. Hasil evaluasi ditujukan untuk memberikan penanganan terhadap risiko ataupun ketidakpastian yang dihadapi oleh kelompok tani pada masa yang akan datang. Alat analisis yang digunakan dalam mengidentifikasi risiko petani biasanya dilakukan dengan analsis sekuen, identifikasi sumber-sumber risiko dan teknik pendukung laimya. Dengan menggunakan analisis ini maka akan diperoleh dafiar risiko, yang merupakan output dari hasil identifikasi risiko. Penggunaan daftar risiko dilakukan untuk mengetahui ukuran risiko y ~ ~ lberpengaruh g terhadap kelangsungan proses produksi petani. Dengm in: r;:lka dilak~~kan penykuran risiko untia mengetahui status risiko dan peta risiko. Analisis yang dilakukan seln!ijutnya adalah analis'., probabilitas dan dampak dari risiko produksi padi semi organik. Pengukurti:~probabilitas atau
kemungkinan terjadinya kerugian dabat dilakukan dengan analisis nilai standar yang dikenal dengan analisis z-score. Pengukuran dampak risiko dilakukan dengan menggunakan analisis Value at Risk (VaR). Analisis dilakukan menggunakan data produksi dan harga produk. Pengukuran risiko kemudian dilanjutkan dengan pemetaan risiko yang terdapat pada petani. Peta risiko akan menggambarkan sebaran risiko dalam suatu pemetaan sehingga menunjukkan besaran ataupun besarnya penanggulangan risiko atas keputusan yang telah diambilnya. Sehingga dengan pengukuran risiko yang dilakukan dapat memberikan masukan kepada pihak perusahaan sebagai bahan pertimbangan lain dalam menetapkan kebijakan. Penetapan ini terkait dengan manajemen risiko untuk meningkatkan keuntungan petani. Setelah pemetaan dilakukan maka, dilaniutkan dengan melihat altematif penanganan risiko berdasarkan matriks frekuensi a t a i kemungkinan dan signifikansi atau dampak. Matriks ini akan memberikan prioritas utama yang diusulkan pada kelompok tani dalarn menghadapi risiko. Sehingga petani dapat memilih risiko yaag memiliki kegagalan ataupun kerugian terbesar dalam aktivitas produksi. Hasil analisa yang dilakukan menunjukkan, bahwa risiko penerimaan memiliki dampak besar dan probabilitas kecil, sedangkan risiko produksi memiliki probabilitas dan dampak besar. Strategi penanganan risiko yang telah dilakukan oleh Gapoktan Silih Asih untuk menghadapi risiko produksi dan penerimaan padi semi organik dikiasifikasikan pada dua kelompok yaitu preventif (penghindaran risiko) dan mitigasi (pencegahan risiko). Alternatif penanganan risiko penerimaan adalah monitor, sedangkan untuk kerugian produksi dengan prevent at source. Monitor akan menurunkan tingkat risiko yang disebabkan serangan hama dan penyakit maupun adanya kecelekaan kerja. Prevent at source ditujukan untuk mengurangi risiko penggunaan pupuk kimia dan pengaturan musim tanam sesuai dengan iklim.
MANAJEMEN RISIKO PRODUKSI DAN PENERIMAAN PAD1 SEMI ORGANIK (Studi: Petani Gabungan Kelompok Tani Silih Asih di Desa Ciburuy, Kec. Cigombong, Kab. Bogor)
ASRIHADI NOWVAN LUBIS H 34067003
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sajana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Judul Skripsi
: Manajemen Risiko Produksi Dm Penerimaan Padi
Semi Organik (Studi: Petani Gabungatl Kelompolc Tani Silih Asih di Desa Ciburuy, Kec. Cigombong, Kab. Wogor) Nama
: Asrihadi N o w a n Lubis
NIM
: H34067003
Menyetujui : Dosen Pembimbing
'
/
Dr.lr. Anna Fariyanti, MS NIP. 19640921 199003 2 001
PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul "Manajemen Risiko Produksi Dan Penerimaan Padi Semi Organik (Studi: Petani Gabungan Kelompok Tani Silih Asih Di Desa Ciburuy, Kecamatan. Cigombong, Kabupaten. Bogor)" adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka.
Bogor, November 2009
Asrihadi Nowvan Lubis I334067003 .
Penulis dilahirkan di Kotanopan, Sumatera Utara pada tanggal 17 Januari 1984, sebagai anak pertama dari enam bersaudara keluarga Bapak Aslan Pumama
Lubis dan Yanni Zairani Lubis. Penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 2 Padangsidimpuan dan lulus pada tahun 1996. Pendidikan tingkat menengah dapat diselesaikan penulis pada tahun 1999 di SMP Negeri 1 Kotanopan. Pendidikan tingkat atas dapat diselesaikan penulis pada tahun 2002 di SMU Negeri 2 Padangsidimpuan. Penulis diterima pada Program Studi Diploma III Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk
P B (USMI) pada tahun 2002. Selepas menempuh program Diploma 111, penulis melanjutkan studi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2007 hingga tahun 2009.
KATA PENGANTAR
Syukur kehadirat Allah SWT atas kebesaran dan limpahan rahmat serta hidayah-Nya, yang telah membimbing hamba-hamba-Nya menuju kebahagian melalui Rasul-Nya dan Al-Quran a1 Karim. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beselta keluarga dan para sahabatnya. Syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas terselesaikannya penyusunan skripsi yang berjudul "Manajemen Risiko Produksi dan Penenmaan Padi Semi Organik (Studi: Petani Gabungan Kelompok Tani Silih Asih di Desa Ciburuy, Kec. Cigombong, Kab. Bogor)". Penyusunan skripsi ini merupakaq salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Upaya memberikan yang terbaik telah dilakukan secara optimal dalam penyusunan skripsi ini, namun kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya untuk berbagai pihak yang terkait dan bagi pembaca pada umumnya.
Bogor, November 2009
Asrihadi Nowvan Lubis
UCAPAN TERIMAKASM Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan syukur kepada Allah SWT dan menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dr.Ir. Anna Friyanti, MS. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, motivasi, saran dan perhatiannya yang sangat berarti bagi penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai. 2. Ir. Netti Tinaprilla, MM. atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam
seminar proposal penelitian dan penguji utama dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran dan masukan dalam inenyempurnakan skripsi ini.
3. Ir. Narni Farmayati, Msc. Selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan saran dan masukan untuk penyempurnaan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu mendoakan, memberikan mutivasi, dan kasih sayang pada penulis. 5. Bapak H. Zakaria selaku ketua Gapoktan Silih Asih yang telah membantu
penulis selama pengumpulan data dan memberikan informasi yang sangat berguna dalam penelitian ini.
6. Seluruh staf Lembaga Pertanian Sehat yang telah memberikan petunjuk dan saran dalam kesempurnaan penelitian ini. 7 . Seluruh staf sekretariat Ekstensi Agribisnis yang telah membantu penulis.
8. Saudara-saudaraku seperjuangan di Lembaga Studi Islam Mahasiswa Ekstensi (L-siina). Semoga zikhu~vahkita tetap terjalin dan hanya Allah SWT yang dapat membalas segala amal kebaikan yang telah diberikan, Amin.
Bogor, November 2009
Asrihadi Nowvan Lubis
DAFTAR IS1 Halaman
...................................................................................................
DAFTAR IS1
........................................................................................... DAFTAR GAMBAR....................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... DAFTAR TABEL
.
I
ix xi xii xiii
PENDAHULUAN ..................................................................................1 1.1. Latar Belakang .................... . . ...................................................... 1 5 1.2. Perumusan Masalah........................................................................ 1.3. Tujuan ........................................................................................... 7 .. 1.4. Kegunaan Penelltian ....................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
8 2.1. .............................................................................................. Pertanian Berkelanjutan ................................................................. 8 2.1.1. High Eksternal Input AgricuItural .................................... 8 2.1.2. Low External Input Sustainable Agriculture........................ 9 2.2. Pertanian Organik .......................................................................... 9 2.2.1. Prinsip Ekologi Pertanian Organik ...................................... 11 2.2.2. Padi Organik ....................................................................... 12 2.2.3. Pupuk Organik dan Kimia ....................................................13 2.3. Tinjauan Studi Terdahulu .................................................................13
III. KERANGKA PEMIKIRAN .............................. .... 3.1. Kerangka Pemikiran 3.1.1. KonsepdanD 3.1.2. Sumber Risiko 3.1.3. Akibat Terjadinya Ris 3.1.4. Sikap Individu Terhad 3.1.5. Pengukuran Risiko 3.1.6. Manajemen Risiko 3.1.7. Penanganan Risiko 3.2. Kerangka Pemikiran
IV. METODE PENELITIAN 4.1. 4.2. 4.3. 4.4.
.........................
17
...................... . ............. 21
.....................................................................
Lokasi dan Waktu Penelitia Data dan Sumber Data ..................................................................... Metode Pengumpulan Data .............................................................. Metode Pengolahan Da. . 4.4.1. Analisis Desknpt~f . . . .............................................................. 4.4.2. Identifikas~Rlslko ..................... ....................... . . .......... 4.4.2.1. Ana:isi Sekuen Rislko .......................................... 4.4.2.2. Identifikasi Sumber-Sumber Risiko ...................... 4.4.2.3. Teknik-Teknik Pendukung ...................................
4.4.3. Pengukuran Risiko ........................................................... 35 36 4.4.3.1. Pengukuran Probabilitas ..................................... 4.4.3.2. Pengukuran Darnpak Risiko .................................... 37 .. 4.4.4. Pemetaan Risiko .............................................................. 39 4.4.5. Strategi Penanganan Risiko ..................................................41 4.4.5.1 Penghindaran Risiko ................................................41 4.4.5.2 Mitigasi Risiko ..................................................... 42 V
.
.
VI
GAMBARAN UMUM PETANI....................................................... 45 5.1. Sosial Ekonomi Petani .................................................................... 45 47 5.2. Teknologi Unggulan Usahatani Padi ........................................... 47 5.2.1. Budidaya Padi Semi Organik ................................................ 5.2.1.1. Pengolahan . . Tanah......................... ........................... 47 ....................................48 5.2.1.2. Pembib~tan....................... . 5.2.1.3. Penanama 49 5.2.2. Pembuatan dan Penggunaan Kompos Jerami ....................... 53 55 5.2.3. Pembuatan dan Penggunaan LOF........................................ ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PENERIMAAN PAD1 SEMI ORGANIK ................................ 57 6.1. Sumber-Sumber Risiko Usahatani Padi Semi Organik .................. 57 6.1.1. Risiko Produksi .....................................................................57 6.1.2. Risiko Penenmaan ................................................................61 6.2. Analisis Probabilitas Risiko Produksi dan Penenmaan .................. 65 6.2.1. Analisis Dampak Risiko Produksi dan Penenmaan .............. 67 6.2.2. Pemetaan Risiko. Produksi dan Penenmaan .......................... 69 . ............................................................ 6.3. Strategi Penanganan R~siko 70
W . KEISIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 81 7.1. Kesimpulan ................................................................................... 7.2. Saran ...............................................................................................
81 82
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 83 LAMPIRAN.....................................................................................................
85
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Konsurnsi Penduduk Indonesia Terhadap Berbagai Kelompok Bahan Panngan Tahun 2007-2008 .............................................................. 2 2. Deskripsi Kelompok Tani Silih Asih di Desa Ciburuy...............................
5
3 . Kelompok Mitra dalam Pemasaran Beras................................................... 46
4 . Standar Operasional Prosedur Kompos dari Jerami ................................... 54 5. Standar Operasional Prosedur LOF ..........................................................
55
6 . Hasil Analisis Probabilitas Risiko pada Petani .......................................... 66 7. Dampak Risiko Penerimaan pada Petani ................................................... 68
8. Penanganan Risiko Produksi serta Penerimaan .........................................
80
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Fluktuasi Produktivitas Padi pada Lima Periode Tanam Desember 2007 sampai Agustus 2009 ........................................................ 6 2 . Hubungan Fungsi Kepuasan derigan Pendapatan ..................................... 21 3. Kerangka Pemikiran Operasional .............................................................
30
4 . Diagram Pemetaan Risiko..............:............................................................ 40
. . .
5 . Peta Preventif Risiko..............................................................................
42
6 . Peta Mitigasi Risiko ....................................................................................43
..................... 44 7. Alternatif Strategi Menghadapi Risiko ........................... . . 8. Peta Hasil Identifikasi Sumber Risiko ...................................................
65
9. Hasil Pemetaan &slko .............................................................................
69
10. Strategi Preventif Risiko Petani pada Gapoktan Silih Asih ........................
74
..
11. Strategi Mitigasi Risiko Petani pada Gapoktan Silih Asih ......................... 78 12. Alternatif Strategi Penanganan Risiko Petani pada Gapoktan Silih Asih...
79
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Anggaran Dasar Gapoktan.........................................................................85 2. Struktur Organisasi Gapoktan Silih Asih ................................................ 89
3. Contoh Swat Kontrak Jual-Beli..............................................................
90
4. Data Produktivitas, Harga dan Penerimaan Petani per Hektar ................... 91 5. Grafik Fluktuasi Harga dan Penerimaan Petani .......................................
92
6 . Langkah-langkah dalam Melakukan Analisis Risiko Produksi dan . ................................. 93 Penerimaan Padi Semi Organik ...........................
7. Standar Operasional Prosedur Penangkaran Benih Gapoktan .................... 94 8. Standar Operasional Prosedur Pembuatan Pestisida Nabati ....................... 99
I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang merupakan penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi hdonesia pada triwulan pertama
tahun 2009 dibandingkan triwulan ke-empat tahun 2008, yang diukw dari kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat sebesar 1,6 persen. Pertumbuhan ini tejadi pada sektor pertanian, sektor listrik, gas, air bersih, sektor pengangkutan, komunikasi, sektor keuangan, real estat, dan sektor jasa. Perhmbuban tertinggi dihasilkan oleh sektor pertanian sebesar 19,3 persen, utamanya disebabkan oleh siklus panen raya tanaman padi tahunan yang terjadi pada triwulan pertama tahun 2009'. Padi diusahakan oleh sekitar 18 juta petani dan menyumbang 66 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) tanaman pangan. Selain itu, usahatani padi telah memberikan kesempatan kerja dan pendapatan bagi lebih dari 21 juta rumah tangga dengan sumbangan pendapatan 25 hingga 35 persen'. Oleh sebab itu, beras tetap menjadi komoditas strategis dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, sehingga menjadi basis utama dalam revitalisiasi pertanian ke depan. Peran pertanian diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia yang sekarang berjumlah kurang lebih 230 juta jiwa. Pangan berperan penting bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup primer. Komoditas potensial yang dapat dijadikan sebagai sumber pangan pokok masyarakat Indonesia antara lain: beras, ubi, jagung, dan sagu. Penduduk Indonesia sebagian besar memilih beras sebagai sumber karbohidrat, sehingga kebutuhan akan beras selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2007 konsumsi baas nasional dinilai sangat tinggi yaitu sekitar 139 kilogram per kapita per tahun, dibandingkan negara lainnya di Asia seperti Jepang hanya 60 kilogram dan Malaysia 80 kilogram per kapita per tahun (Mentan, 2007)~.
' Sektor Pertanian Kontributor Terbesar Pertumbuhan Ekoiiomi. www.deptan.zo.id 8 Jr.~uari 2009 'Prospek dan arah Pengembangan Agtibisnis Padi. www.deotan.~o.id16 Agustus 2009 3www.deptan.go.id 15 Mei 2009
Menurut Susenas (2007), selama periode 2003 hingga 2007 tren pola konsumsi pangan sumber karbohidrat penduduk masih didominasi oleh beras dan terigu, sedangkan kontribusi umbi-umbian dalam menyumbang energi masih rendah. Pola konsumsi masyarakat yang masih dominan terhadap kelompok padipadian, sehinga perlu meningkatkan produktivitas disarnping anjuran terhadap diversifikasi pangan. Tabel 1 menunjukkan komoditi yang paling banyak dikonsumsi adalah beras pada kelompok padi-padian, sehingga pelaku agribisnis diharapkan dapat menyesuaikan produktivitas dengan jumlah permintaan masingmasing kelompok pangan. Disamping produktivitas tentu kualitas juga hams disesuaikan dengan keinginan konsumen. Tabel 1.
Konsumsi Pendllduk Indonesia Terhadap Berbagai Kelompok Bahan Pangan Tahun 2007-2008.
Kelompok Bahan Pangan
Sumber : Susenas 2006 dan 2007, BPS (diolah BKF')~
Jumlah permintaan terhadap padi yang terus meningkat, menjadikan sextor pertanian Indonesia memaksimalkan usahatani dengan penambahan luas areal panen dan produktivitas. Kenaikan produksi terjadi karena peningkatan luas panen seluas 179,79 ribu hektar (1,48 persen) dan juga kenaikan produktivitas sebesar 1,89 kuintal per hektar (4,02 persen)5. Kenaikan produksi padi tahun 2008 terdapat pada beberapa provinsi, terutama di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan Sulawesi Tengah.
www.deptall/badanketahananoanaan.eoid, 15 Mei 2009 mv.deptan.go.id 15 Mei 2009
Dinamika pasar yang terus berkembang menyebabkan pelaku agribisnis harus mengikuti tren konsumsi pangan masyarakat. Saat ini konsumen tidak hanya rnemilih pangan sebagai pemenuhan kebutuhan saja tetapi juga lebih rnemperhatikan efek pangan terhadap kesehatan. Preferensi konsumen terhadap pangan yang terbebas dari unsur-unsur kimia yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan, menyebabkan pengalihan minat konsumen terhadap produk organik. Tren hidup sehat demikian telah rnelembaga secara intemasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (Jood safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional a:tributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling athibutes). Perkembangan pasar organik di Indonesia mengalami tren kenaikan menurut laporan Surono dalam Saragih (2008), permintaan akan produk pertanian organik tumbuh sangat pesat. Pada tahun 2006 pertumbuhan permintaan domestik mencapai 600 persen dibanding tahun sebelumnya. Penjualan produk organik rnelalui supermarket di Jerman rnencapai angka 40 persen, di Arnerika Serikat mencapai 49 persen, di Argentina dan Inggns mencapai 80 persen, dan di Denmark sebanyak 85 persen. Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap hubungan antara pola makan dengan kesehatan, menjadikan permintaan beras organik terus mengalami kenaikan. Hal ini mernbuka peluang hingga saat ini masih cukup menjanjikan. Pada tahun 2005, dengan perturnbuhan sekitar 22 persen pertahunnya, pasar beras organik di Indonesia mencapai Rp. 28 milyar. Sementara itu volume prodoksi beras organik rneningkat dari 1.180 ton di tahun 2001 menjadi halnpir 11.000 ton di tahun 2004. Beras organik tersebut sebagian besar dipasarkan di hipermarket dan supermarket tertentu di kota-kota besar di 1ndonesia6. Keadaan ini rnenyebabkan beberapa pemsahaan agribisnis yang bergerak di bidang pangan memilih menjadi produsen padi organik ataupun yang mengarah kepada organik (semi organik). Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahanbahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediaknn produk-produk pertaninn, terutama bnhan vangan yang aman begi keseha arr Pasar beras organik mencapai Rp. 28 miliyar. www.euromonitor.com, 8 November 2009
Tabel 2. Deskripsi Kelompok Tani Silih Asih di Desa Ciburuy
Sumber : Gapoktan Silih Asih 2009'
Sejak tahun 2002 petani telah melakukan proses produksi padi secara semi organik. Peralihan produksi non organik menjadi organik pada petani terjadi bertepatan dengan berdirinya Gapoktan Silih Asih. Proses pertanian semi organik ini didukung oleh lembaga-lembaga yang bergerak di bidang pertanian. Lembaga tersebut antara lain: Lembaga Pertanian Sehat, Dinas Pertanian, Perikanan dan Petemakan. Kemitraan yang terjalin ini telah memberikan manfaat bag petani berupa pendanaan, pemasaran produk, pelatihan, informasi, dan pengembangan teknologi pertanian. Dukungan ini memudahkan petani untuk mengembangkan usahataninya. 1.2.
Perumusan Masalah Usahatani padi sangat dipengaruhi kondisi alam Indonesia yang memiliki
iklim kemarau. Situasi ini memberi dampak yang sangat berpengaruh pada penurunan potensi produksi padi. Kondisi lahan yang kekeringan dapat menyebabkan petani gaga1 memanen hasil pertaniannya. Seperti dampak kemarau panjang akibat fenomena iklim, dimana musim kemarau yang lebih panjang telah mengakibatkan kerugian bagi petani karena tidak cukupnya persediaan air. Petani Silih Asih melakukan produksi padi sebanyak tiga kali dalam setahun. Produktivitasnya pada setiap periode terlihat pada Gambar 1. Periode pertama terjadi pada bulan Desember hingga Maret, dengan jumlah produktivitas per hektamya 6400 kilogram per hektar. Pada periode ke lima yang terjadi di hulan April hingga Juli produktivitas padi menurun hingga 4200 kilogram per hektar. Produktivitas padi pada periode ini mengalami penurunan, karena iklin:
' ~ a ~ o k t aSilih n Asih 2009
5
kemarau yang terjadi pada bulan-bulan Tersebut. Air yang dibutuhkan tanaman pada saat ini tidak terpenuhi untuk mengoptimalkan proses pertumbuhan padi. Begitupula halnya dengan penurunan produktivitas pada periode ke dua. Fluktuasi produktivitas ini berpengaruh terhadap jumlah produksi padi semi organik.
I
1
Gambar 1.
Fluktusi Produktivitas Padi Semi Organik pada Lima Periode Tanam Desember 2007 sampai Juli 2009
Pola tanam padi semi organik yang dilakukan petani tidak diselingi dengan tanaman lain pada saat musim kemarau. Hal ini ini dapat memicu perkembangan hama dan penyakit yang dapat menimbulkan kerugian bagi petani. Hama yang kerap menyerang padi di Desa Ciburuy adalah kupu-kupu putih, walang sangit, dan keong mas. Sedangkan penyakit yang sering menyebabkan kerugian bagi petani adalah tungro dan kresek, Keseluruhan hasil produksi petani dijual kepada penggilingan berupa gabah kering panen. Harga gabah kering panen yang dihasilkan mengalami perubahan tiap bulannya, sehingga menyebabkan risiko kerugian. Pada data harga tahun 2008 terlihat harga tertinggi terjadi pada bulan Juli mencapai Rp. 2800 per kilogram. Pada bulan Maret terlihat harga terendah Rp. 1700 per kilogram Fluktuasi harga ini menyebabkan ketidakpastian bagi petani dalam memasarkan produknya. Petani dapat menderita kerugian apabila harga padi saat panen dibawah harga harapannya. Fluktuasi produktivitas dan harga dapat mempengaruhi penerimaan petani. Minimnya penerimaan petani dapat menyebabkan risiko bagi pihak yang meminjamkan modal. Dana yang digunakan untuk inembantu petani
i41i
disalurkan secara bergulir. Tercatat pinjaman LUEP (Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan) yang disalurkan pada tahun 2007 sebesar Rp. 165 juta yang
dipinjamkan, 23 persen belum dikembalikan. Proses pengembalian modal oleh petani yang sering terlambat menyebabkan adanya risiko yang merugikan bagi pihak yang meminjamkan modal. Indikasi risiko pada produksi dan penerimaan, yang kemudian menyebabkan perlunya suatu manajemen dalam menghadapi kerugian yang akan ditimbulkan. Dengan manajemen risiko sebuah usaha yang dijalankan diharapkan lebih survive dimana potensi risiko yang akan terjadi sudah diperhrtungkan. Sehingga perlu dikaji bagaimana petani dapat mengendalikan risiko produksi maupun penerimaan. Berkenaan dengan uraian diatas permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Sumber-sumber risiko apa saja yang terdapat pada kegiatan produksi padi? 2.
Bagaimana dampak risiko pada kegiatan produksi petani?
3. Bagaimana alternatif strategi dalam mengatasi risiko produksi padi?
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan penunusan masalah, maka tujuan penelitian adalah :
1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko
produksi
dan
risiko
penerimaan padi semi organik. 2. Menganalisis dampak dan probabilitas risiko produksi petani.
3. Menganalisis strategi penanganan risiko pada petani dengan peta risiko.
1.4.
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna bagi Gapoktan Silih Asih untuk
mempertimbangkan dan menentukan kebijakan-kebijakan yang dialnbil dalam menentukan arah pengembangan terkait dengan manajemen risiko. Bagi pemilik modal yang ingin berinvestasi dalam usahatani padi semi organik, penelitian diharapakan memberikan arahan mengenai manajemen risiko. Bagi penulis sebagai penernpan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan sehingga dapat megnn-lisis dalam memecahkan permasalahan yang kemudian diterapkan psda dunia kerja secara nyata dan acuan bagi penelitian lanjutan.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Pertanian Berkelanjutan Reijntjes, et al (2004) mendefinisikan pertanian berkelanjutan sebagai
pengelolaan sumberdaya pertanian untuk memenuhi perubahan kebutuhan manusia sambil mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alarn. Sistem pertanian ini mementingkan keberlanjutan berlangsungnya pola usahatani pada masa yang akan datangan. Dengan memperhatikan input-input pertanian yang ramah lingkungan. Model pertanian berkelanjutan terus berkembang saat ini. Menurut Fahmi,
dkk (2004) penerapan model pertanian berkelanjutan berkembang dengan berbagai variasi sebutan seperti pertanian selaras alam, pertanian ramah lingkungan, Pertanian Pengendalian Hama Terpadu (PPHT), pertanian organik dan berbagai sebutan laimya. Gagasan model pertanian berkelanjutan sendiri dikembangkan dalam rangka membangun kembali sistem pertanian yang mampu menjaga, memelihara dan melindungi keberlanjutan alarn serta dalam rangka menegakkan kembali kedaulatan petani yang telah dihancurkan oleh pertanian modem (revolusi hijau). Reijntjes, et a1 (2004) menambahkan ada dua kekeliruan penilaian yang telah dilakukan sebelum pengenalan revolusi hijau sebagai berikut: 1. Tidak terduganya peningkatan harga pupuk kimia dan bahan baku minyak
serta penurunan harga-harga di pasar dunia intemasional sebagai akibat produksi biji-bijian yang berlebihan. Perubahan ini mengakibatkan harga yang lebih tinggi ditingkat konsumen, sementara harga ditingkat produsen lebih rendah. Sehingga yang diuntungkan adalah ditingkat supplier pupuk buatan dan bahan bakar minyak. 2. Tidak terduganya ketergantungan yang semakin meningkat terhadap
pestisida dan pupuk buatan. Input tersebut telah mencemari sungai dan air tanah dalam tingkat yang membahayakan manumur. 2.1.1 High Exrerrml Input Agriculture ( H E I A )
HEIA merupakan sisteln pertanian modern yang menggunakan input anorganik dengan jumlah tinggi atau sistem pertanian konvensionai. Sistem ini li~.engkonsumsisumber-sumber yang tidak dapat diperbaharui, seperti minyak
bumi dan posfat dalam tingkat yang membahayakan. Sistem p e ~ a nini berorientasi pada pasar dan membutuhkan modal besar (Reijntjes, et al., 2004).
2.1.2 Low fiterrzal Input Sustairlable Agriculture (LEISA) Sistem pertanian LEISA adalah pertanian yang telah memperhatikan lingkungan dalam penggunaan input. Meskipun demikian, sistem pertanian ini tetap memanfaatkan teknologi modern, termasuk menggunakan benih hibrida berlabel, melaksanakan konservasi tanah dan air, serta pengolahan tanah yang berasaskan konservasi (Sutanto, 2006). Sebagian besar input usahatani yang dimanfaatkan berasal dari lahan, desa, wilayah atau negara sendiri dan diupayakan tindakan yang tepat untuk menjamin dan menjaga keberlanjutan. Penerapan pertanian LEISA di beberapa daerah telah dilakukan pemerintah dengan cara mengurangi penggunaan input anorganik seperti urea, TSP dan KC1 serta menambahkan bahan organik ke areal usahatani. Hasil produksi yang diperoleh dapat melebihi produksi pertanian modem. Pertanian padi ramah lingkungan metode semi organik yang menjadi objek penelitian termasuk dalam konsep pertanian LEISA.
2.2.
Pertanian Organik Pertanian organik dapat didefinisikan sebagai sistem pengelolaan produksi
pertanian yang holistik yang mendorong dan meningkatkan kesehatan agoekosistem, termasuk biodiversitas, siklus biologi dan aktivitas biologis tanah; dengan menekankan pada penggunaan input dari dalam dan menggunakan caracara mekanis, biologis dan kultural, Samsudin (2008) 9 . Sistem manajemen produksi pertanian organik ini dirancang untuk : 1. Menghasilkan pangan berkualitas tinggi yang bebas residu pestisida, residu
pupuk kimia sintetik, dan bahan kimia laimya untuk membantu meningkatkan kesehatan masyarakat, 2. Melindungi dan melestarikan keanekaragarnan hayati dalam sistem secara
keseluruhan, agar dapat berfungsi dalam mempertahankan interaksi di dalam ekosistem pefianian secara alami,
hv.oertaniansehat.or.id, 16 Mei 2009
3. Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, kesuburan dan produktivitas
lahan guna menunjang sistem usahatani yang berkelanjutan, 4. Mengurangi ketergantungan petani terhadap masukan sarana produksi dari
luar yang harganya mahal dan berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan, 5 . Mendaur ulang limbah yang berasal dari tumbuhan dan hewan untuk
mengembalikan nutrisi ke lahan sehingga meminimalkan penggunaan surnberdaya yang tidak dapat diperbaharui, 6. Mempromosikan penggunaan tanah, air dan udara secara sehat, serta
meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan oleh praktek-praktek pertanian, 7. Menangani produk pertanian dengan penekanan pada cara pengolahan yang
hati-hati untuk menjaga integritas organik dan mutu produk pada seluruh tahapan; dan 8. Bisa diterapkan pada seluruh lahan pertanian yang ada melalui suatu periode
konversi, dimana lama waktunya ditentukan oleh faktor spesifik lokasi seperti sejarah lahan serta jenis tanaman dan hewan yang akan diproduksi. Sedangkan pengertian pertanian organik menumt FA0 (Food Association Organization) (1999), adalah
suatu sistem managemen yang holistik yang
mempromosikan dan meningkatkan pendekatan sistem pertanian ber-wawasan kesehatan lingkungan, termasuk biodiversitas, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah. Dalam pengertian ini ditekankan pada preferensi penerapan input of farm dalam managemen dengan memperhatikan kondisi regional yang sesuai. Saragih (2008), pada tingkat global serapan pasar alternatif organik dari tahun ke tahun tems meningkat. Tiga pasar global yang selama ini banyak dihubungkan dengan gerakan pemasaran alternatif adalah BioFach dan Fair Trade dan pasar Teikei di Jepang. 1. BioFach
Produk yang masuk kedalam pasar ini memerlukan sertifikasi sesuai dengan standar IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movements) atnu paling tidak masih ada dalam cakupan yang ditoleransi oleh prinsip atau standar pertanian organik IFOAM.
2. Pasar Fair Trade Pasar fair trade merupakan pasar altematif yang unik. Dalam perdagangan di pasar ini, produsen terlebih dahulu mendapat dukungan modal dari pembelinya. 3. Pasar Teikei di Jepang
Teikei mungkin mempakan model pemasaran yang paling populer dan banyak menjadi inspirasi bagi banyak penggiat pertanian organik dan kesadaran konsurnen diseluruh dunia. Teikei dalam Bahasa Jepang berarti koperasi, usaha bersama, atau berhubungan. Beberapa organisasi lain juga mengembangkan pasar altematif di Indonesia adalah Selcretariat Bina Desa dan KONPHALINDO di Jakarta, Pater Agato di Cisarua, PPLH Seloliman di Jawa Timur, serta PANSU dan BITRA Indonesia di Medan.
2.2.1. Prinsip Ekologi Pertanian Organik Pertanian organik didasarkan pada prinsip prinsip sebagai berikut (FOAM, 2005): Prinsip kesehatan, ekologi, keadilan, dan perlindungan. Bekejamenim dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan. Pertanian organik hams melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan. Pertanian organik hams membangun
hubungan yang mampu
menjamin
keadilan terkait
dengan
lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Pada penelitian Mutaqin (2008) tercantum beberapa prinsip ekologi dalam penerapan pertanian organik yaitu:
1. Memperbaih kondisi tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman, terutama pengelolaan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi tanah. 2. Optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan daur hara, melalui fiksasi nitrogen, penyerapan hara, penambahan dan daur pupuk dari luar usahatani.
3. Membatasi kehilangan hasil panen akibat aliran panas, udara dan air dsngan cara mengelola iklim makro, pengelolaan air dan pencegahan erosi.
4. Membatasi kehilangan hasil panen akibat hama dan penyakit degan
melaksanakan usaha preventif melalui perlakuan aman. 5. Pemanfaatan sumber genetik yang saling mendukung dan bersifat sinergisme dengan cara mengkombinasikan fungsi keragaman sistem pertanaman terpadu. Prinsip di atas dapat diterapkan pada berbagai macam teknologi dan strategi pengembangan. Setiap prinsip tersebut merniliki pengaruh yang berpengaruh terhadap produktivitas, keamanan, kontinuitas, dan identitas masingmasing usahatani, tergantung pada kesempatan dan pembatasan faktor lokal (kendala sumberdaya) dan dalarn banyak ha1 sangat terrgantung pada permintaan pasar. 2.2.2. Padi Organik
Padi organik dihasilkan dari padi yang menggunakan sistem pertanian organik dalam pengelolaannya. Pada pertanian organik pupuk dan pestisida yang digunakan bersumber dari bahan organik dan pupuk kandang yang berasal dari limbah tumbuhan atau hewan atau produk sampingan seperti kompos jerami padi atau sisa-sisa tanaman lainnya dalam Balasubramanian and Bell (2003) l o , sedangkan untuk pencegahan dan pemberantasan hama clan penyakit digunakan dari biopestisida yang berasal dari ekstrak bahan-bahan a b f tumbuhan. Penelitian Arafah dan Sirappa (2003)11, menggunakan pupuk organik bersumber dari jerami membuktikan bahwa pertumbuhan dan hasil tanaman yang menggunakan pupuk organik lebih tinggi dibandingkan tanpa pupuk organik baik secara tunggal maupun interaksinya dengan pupuk N, P dan K. Label yang digunakan pada setiap kemasan diperoleh dari sertifikasi, dimana menurut UD. Padi (2002)12, sertifikasi produk beras organik dapat dibagi menjadi dua kriteria yaitu: 1. Sertifikasi Lokal untuk pangsa pasar dalam negeri. Kegiatan pertanian ini
masih mentoleransi penggunaan pupuk kimia sintetis dalam jumlah yang
'"htry:Niwx.~:ooele.conl/l -. Jurnal Ilrnu-ilrnu Pensiiian Indonesia. Padi Organik Versus tion Or:sr,ik, 22 Mei 2009 " Ibid 'Z~Nwww.~oo~le.com/lU Padi. D . Prospek Pertanian Organik di Indonesia. 15 Mei 2009
minimal atau Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA), namun sudah sangat membatasi penggunaan pestisida sintetis. 2. Sertifikasi Internasional untuk pangsa ekspor dan kalangan tertentu di dalam negeri, seperti misalnya sertifikasi yang dikeluarkan oleh SKAL ataupun
FOAM. 2.2.3 Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari pelapukan bahan-bahan organik berupa sisa-sisa tanaman, fosil manusia dan hewan, kotoran hewan, dan batu-batuan organik yang terbentuk dari tumpukan kotoran hewan seiama ratusan tahun (Agromedia, 2009). Pupuk organik juga dapat berasal dari limbah industri, seperti limbah rumah potong hewan, limbah industri minyak asiri, aiaupun air limbah industri yang telah diolah, sehingga tidaklagi mengandung bahan beracun. Pupuk organik dibagi menjadi dua bagan bila dilihat dari proses pembuatannya. Pupuk organik alami antara lain; pupuk kandang, kompos, humus, pupuk hijau, kascing, pupuk guano. Pupuk organik buatan antara lain; agro king 2000, bio fertilizer pro, biopro, biosa, green world, green asri, mitra flora, nutrifm AG, pupuk organik mineral, organik cair Sin Ye, super bionik. Agromedia (2009), menjelaskan bahwa pupuk anorganik (kimia) merupakan pupuk yang tercipta tidak berasal dari sisa-sisa makhluk hidup, melainkan berasal dari bahan mineral atau senyawa kimia yang telah diubah melalui proses produksi, sehingga menjadi bentuk senyawa kimia yang dapat diserap tanaman. Pupuk ini dapat diambil langsung dari alam atau dibentuk dari pabrik. Pupuk kimia alami berasal dari bahan tambang endapan mineral dalam tanah yang dimurnikan. Sementara pupuk buatan dibuat dari bahan kimia dasar di dalam pabrik. Karena hasil ramuan manusia, kandungan unsur haranya dapat diatur. Pupuk kimia yang sering digunakan antara lain Urea dan ZA untuk hara N; pupuk TSP, DSP, dan SP-26 untuk hara P, Kc1 atau MOP untuk hara K. 2.3.
Tinjauan Studi Terdahulu Penelitian Trangjiwani (2008), dengan judul
'Manajemen Risiko
Operasional CV. Bimandiri di Lembnng, Kabupaten Bandung Propinsi Jaws Barat'. Penelitian ini menganalisis risiko-risiko yang terdapat pada pcrusahaan
dan melakukan tindakan penanganan untuk merninimalisasi kerugian dari berbagai aktivitas perusahaan. Analisis penelitian ini menggunakan metode aproksimasi, matrik frekuensi, dan signifikasi. Penanganan risiko berdasarkan nilai status risiko diutarnakan untuk komoditi tomat dari empat komoditi lainnya. Altematif penanganan risiko dengan mitigasi atau detect and minitor yang dilakukan untuk. a) risiko sistem, SDM, proses, dan ekstemal tomat, b) risiko sistem dan ekstemal pada kol, c) risiko sistem, proses, dan ekstemal pada lettuce head, dan d) risiko sistem, proses dan ekstemal pada cabe merah. Penanganan risiko secara low control dapat dilakukan untuk risiko yang memiliki nilai kemungkinan dan dampak risiko yang rendah, antara lain; a) risiko sistem dan SDM pada kentang, b) risiko proses dan SDM pada kol, c) risiko SDM pada lettuce head, dan c) risiko SDM pada cabai merah. Penelitian Lestari (2009), dengan judul 'Manajemen Risiko dalam Usaha Pembenihan Udang Vannamei (Studi Kasus PT. Sun Tani Pemuka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten)'. Penelitian ini menggunakan Metode Nilai Standar dan Value at Risk untuk menghitung probabilitas dan darnpak risiko, sedangkan
identifikasi sumber-sumber risiko menggunakan analisis deskriptif pada aspek teknis dan ekonomis. Penelitian ini menganalisis, dimana risiko operasional merupakan yang paling dominan terjadi dengan adanya penyakit dan tingkat mortalitas. Dampak risiko terbesar terdapat pada derajat kelangsungan hidup. Dampak penerimaan tidak memberikan pengaruh yang besar pada perusahaan, tetapi paling mungkin terjadi pada perusahaan. Strategi yang dihasilkan untuk mengurangi dampak adalah detect and monitor dalam mengatasi risiko penurunan derajat kelangsungan hidup. Penelitian Adinarmiharja (2003), dengan judul 'Pengaruh Manajemen Risiko dalam Peningkatan Omset Penjualan Nata de Coco'. Mahasiswa pascasarjana ini melakukan penelitiannya melalui observasi secara langsung. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kolerasi dan interkolerasi, analisa faktor, analisa peubah penentu, analisis regresi, dan uji model. Hasil analisis yang dilakukan menghasilkan bahwa, faktor-faktor n~hnajemenrisiko yanz tidak dapat dihindari dalam peningkatan omset pnjualan
pada industri kecil nata de coco adalah pengaruh harga bahan baku dan kualitas sumberdaya manusia. Risiko yang terkait dengan sumberdaya manusia dapat tejadi karena jumlah pekeja yang tidak mencukupi, kurangnya pembinaan pada pekerja, penempatan pekej a yang tidak sesuai dengan kualifikasi dan ketergantungan pada beberapa kunci (key person). Untuk risiko yang terkait dengan fluktuasi harga bahan baku, dapat terjadi karena perusahaan kurang mampu memprediksi permintaan produk dan h a n g mampu melakukan pilihan lokasi pasar. Faktorfaktor yang masih mungkin untuk dihindari dalam upaya peningkatan omset penjualan anatara lain; faktor pengangkutan bahan baku, keterlambatan pengadaan bahan baku, pengaruh teknologi, tempat penyimpanan, keterbatasan modal, kesesuaian pennintaan produk terhadap pesanan, kualitas kemasan, jarak transportasi. Menurut Kusurnah (2004), dalam penelitiannya yang bejudul "Analisis Perbandingan Usahatani dan Pemasaran antara Padi Organik dan Padi Anorganik (Kasus: Kelurahan Mulyahga, Kecamatan Bogor Selatan). Hal tersebut disebabkan karena dalam usahatani padi organik penggunaan tenaga kej a dalam keluarga lebih besar dibandingkan penggunaan tenaga keja luar keluarga, sehingga biaya yang dikeluarkan kecil, berbeda dengan usahatani padi anorganik. Namun dari hasil uji z yang dilakukan Kusurnah (2004), menyimpulkan perubahan sistem usahatani dari usahatani anorganik ke usahatani padi organik yang dilakukan oleh petani Mulyaharja tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan mereka. Rohmani (2000), yang berjudul " Analisis Sistem Usahatani Padi Organik. Suatu studi perbandingan kasus Desa Segaran, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah" menunjukkan bahwa produktivitas padi organik lebih rendah dibandingkan padi yang diusahaakan secara anorganik. Hasil yang sama ditemukan pada penelitian Kusumah (2004), dimana rata-rata hasil produksi petani padi organik dikelurahan Mulyaharja sebesar 4.006,03 kilogram sementara padi anorzanik memperoleh hasil4.854,20 kilogram. Pt ne!itian Fariyanti (2008), dengan judul 'Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani Sayuran dalam menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di
Kecamatan Pengalengan Kabupaten Bandung'. Risiko produksi dan harga kentang beserta kubis dianalisis dengan menggunakan model General Autoregressive
Conditional Heteroscedasticj
(GARCH) 1,l. Sementara analisis perilaku
ekonomi rumah tangga petani sayuran menggunakan model persamaan simultan. Penelitian ini menghasilkan, dimana risiko produksi dipengaruhi secara nyata oleh risiko produksi musim sebelumnya. Risiko produksi kentang lebih tinggi dibandingkan kubis sedangkan risiko harga kubis lebih tinggi daripada komoditas kentang. Diversivikasi yang dilakukan dalam usahatani kentang dan kubis, memiliki risiko portofolio lebih rendah dibandingkan dengan spesialisasi kentang dan kubis. Sedangkan hasil penelitian tentang perilaku ekonomi rurnah tangga petani dalam pengambilan keputusan produksi akibat risiko produksi dan harga bahan baku, dilakukan dengan mengurangi penggunaan lahan, benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga keja. Keputusan konsumsi rumah tangga petani untuk mengurangi risiko dilakukan dengan mengurangi pengeluaran terhadap konsumsi pangan, non pangan, kesehatan, pendidikan, tabungan dan investasi produksi. Berdasarkan beberapa hasil tinjauan terhadap penelitian terdahulu, maka penelitian yang dilakukan ini memiliki perbedaan clan persamaan. Perbedaan yang terdapat, dimana penelitian manajemen risiko ini dikhususkan untuk risiko produksi dan penerimaan penjualan. Penilitian ini juga berbeda pada sistem produksi padi semi organik dan sistem produksi petani yang tergabung dalam Gapoktan. Penelitian menggunakan alat analisis yang sama dengan penelitian yang dilakukan Lestari (2009). Dimana z-score digunakan untuk menentukan probabilitas dan dampak risiko untuk menentukan VaR. Penelitian yang dilakukan ini juga memiliki persamaan dengan penelitian Trangjiwani (2008). Analisis penelitian ini menggunakan metode matrik frekuensi, dan signifikasi. Perbedaan analisis penelitian terdapat pada pengukuran risiko, dimana pada penelitian Trangjiwani (2008) melakukan pengukuran dampak dan probabilitas risiko dengan metode aproksimaksi. Pengukuran risiko yang berbeda juga terdapat pada penelitian Fariyanti (2008). Penelitian yang r.lengukur risiko produksi dan harga kentang beserta kubis ini dianalisis dengan menggunakan model GAYCH 1,l.
J I L KERANGKA PEMZKlRAN 3.1.
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko
Risiko adalah konsekuensi dari apa yang telah kita lakukan. Seluruh kegiatan yang dilakukan baik perorangan atau perusahaan juga mengandung risiko. Kegiatan bisnis sangat erat kaitannya dengan risiko. Risiko dalam kegiatan bisnis juga dikaitkan dengan besarnya return yang akan diterima oleh pengambil risiko. Semakin besar risiko yang dihadapi umumnya dapat diperhitungkan bahwa return yang diterima juga akan lebih besar. Pola pengambilan risiko menunjukkan
sikap yang berbeda terhadap pengambilan risiko. Risiko adalah ketidakpastian dan dapat menimbulkan terjadinya peluang kerugian terhadap pengambilan suatu keputusan (Hanvood, et al 1999). Ketidakpastian mempakan situasi yang tidak dapat diprediksi sebelumnya. Basyaib (2007), mendefenisikan risiko sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil negetif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tadi. Manusia selalu dihadapkan dengan risiko sehingga risiko mejadi bagian dari manusia. Begitu juga dengan perusahaan, perusahaan akan selalu berhadapan dengan risiko, ketidakmampuan perusahaan dalam menangani berbagai risiko yang dihadapi akan merugikan perusahaan. Menurut Kountur (2006), risiko berhubugan dengan ketidakpastian, ini terjadi akibat kurangnya atau tidak tesedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi. Selanjutnya Kountur (2008), menyebutkan ada tiga unsur penting dari suatu yang dianggap risiko yaitu: 1. Mempakan suatu kejadian. 2. Kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan, jadi bisa saja terjadi bisa tidak tejadi.
3. Jika sampai terjadi akan menimbulkan kerugian. Kountur (2008), mznjelaskan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan d2 )at berdampak merugikaii atau menguntungkan. Apabila k~titlakpastinnyang dihadapi berdampak menpntugkan maka disebut dengan istilah kesempatan
(opporiunify), sedangkan ketidakpastian yang berdampak memgikan disebut sebagai risiko. Oleh sebab itu risiko adalah sebagai suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak yang memgikan. Kountur (2006), dapat mendefenisikan risiko operasional sebagai suatu risiko kerugian yang disebabkan karena tak bejalannya atau gagalnya proses internal, manusia dan sistem, serta oleh peristiwa ekstemal. Risiko operasional dapat disebebkan oleh kerugian langsung atau tidak langsung karena ketidakcukupan atau kegagalan proses internal dan umumnya merujuk pada peristiwa yang diakibatkan oleh teknologi, kesalahan manusia, risiko hukum dan tejadinya penipuan. Kerangka manzijemen risiko operasional yang sistematik diterapkan guna memastikan agar semua risiko operasional terpantau dan terkendali tepat waktu dan penilaian sendiri yang komprehensif dilakukan secara teratur di semua bidang kunci usaha (Umar, 2001). Evaluasi independen terhadap efektivitas dan integritas pengendalian dilakukan untuk menyempumakan setiap langkah proses. Hanvood, et a1 (1999), mendefenisikan risiko produksi adalah merupakan proses produksi yang menimbulkan kejadian yang tidak dapat ditangani, sehingga menyebabkan kemgian pada petani. Produksi hams senantiasa disesuaikan dengan output yang akan dicapai dengan pemakaian input-input yang tepat melalui teknologi tepat guna, sehingga mengurangi dampak memgikan. Selanjutnya Hanvood, ei al (1999), menjelaskan tentang risiko harga atau pasar yang dipengaruhi oleh perubahan harga produksi dan input. Hal ini menyebabkan adanya risiko keuangan, seperti yang dijelaskan dalam Kountur (2006), dimana risiko ini disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti perubahan harga, pembahan mata uang, dan tingkat bunga. 3.1.2. Sumber Risiko Hanvood, ei a1 (1999), menjelaskan beberapa risiko yang sering terjadi pada pertanian dan dapat menurunkan tingkat pendapatan petani yaitu: 1. Risiko hasil produksi
Hasil pro<.luksiyang senantiasa berubah-ubah dalam pertmian disebabkan karena kejadiau yang tidak terkontrol. Biasanya disebabkan oleh kondisi
alam yang ekstrim seperti curah hujan, iklim, cuaca, dan serangan hama dan penyakit. Produksi juga harm memperhatikan telcnologi tepat guna untuk memaksimumkan keuntungan dari hasil produksi optimal. 2. Risiko harga atau pasar Risiko harga dapat dipengaruhi oleh pembahan harga produksi atau input yang digunakan. Risiko ini muncul ketika proses produksi sudah bejalan. Hal ini lebih disebabkan kepada proses produksi dalam jangka waktu lama pada pertanian, sehingga kebutuhan akan input setiap periode memiliki harga yang berbeda. Kemudian adanya perbedaan permintaan pada lini konsurnen domestik maupun intemasional. 3. Risiko institusi
Institusi mempengaruhi hasil pertanian melalui kebijakan dan peraturan. Kebijakan pemerintah dalam menjaga kestabilan proses produksi, distribusi, dan harga input-output dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan produksi petani. Fluktuasi harga input maupun output pertanian dapat mempengaruhi biaya produksi. 4. Risiko manusia atau orang
Risiko ini disebabkan oleh tingkah laku manusia dalam melakukan proses produksi. Sumberdaya manusia perlu diperhatikan untuk menghasilkan output optimal. Moral manusia dapat menimbulkan kerugian seperti adanya kelalaian sehingga menimbulkan kebakaran, pencurian, dan rusaknya fasilitas produksi. 5. Risiko keuangan
Risiko keuangan merupakan dampak yang ditimbulkan oleh cara petani dalam mengelola keuangamya. Modal yang dimiliki dapat digunakan secara optimal untuk menghasilkan output. Peminjaman modal yang banyak dilakukan oleh petani memberikan manfaat seimbang berupa laba antara pengelola dan pemilik modal. Munculnya risiko pada perusahaan dapat disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Menurut Sofyan (2004), menyebutkan faktor-faktor penyebab muncul;lya risiko itu pada umumnya berasal dari d!:~ sumber, yzkni sumber internal dan silmber eksternal. Sumber internal terjadi karma n~asalahinternal itu
urnumnya lebih mudah untuk dikendalikan dan bersifat pasti. Surnber eksternal umumnya jauh di luar kendali pembuat keputusan, antara lain muneul dari pasar, ekonomi, politik suatu negara, perkembangan teknologi, perubahan sosial budaya suatu daerah atau negara, kondisi suplai atau pemasok. 3.1.3. Akibat Terjadinya Risiko
Terjadinya risiko dapat mengakibatkan kerugian pada suatu perusahaan. Sehingga penyebabnya dapat digolongkan pada beberapa faktor yang saling bertolak belakang antara lain: a. Risiko Mumi dengan Spekulatif Risiko murni ada pada suatu perusahaan apabila suatu ketidak pastian terjadi, yang selanjutnya menimbulkan kerugian. Pada dasanya tidak akan terjadi keuntungan yang terjadi hanya potensi kerugian. Perusahaan dapat menghadapi berbagai ha1 atas penanggungan risiko ini, antara lain: kebakaran, banjir, gempa, kerusakan mesin. Kebalikan dari risiko murni adalah risiko spekulatif, yang merupakan suatu kejadian yang dapat menimbulkan keuntungan ataupun kerugian bagi perusahaan. Sehingga pemilihan suatu keputusan akan dapat menimbulkan kerugian ataupun keuntungan seperti; pemilihan usaha. b. Risiko Statis dengan Dinamis Risiko statis dapat memiliki sifat murni atau spekulatif, asalnya dari masyarakat yang tidak berubah sehingga tetap berada posisi semula (stabil). Tejadinya risiko statis ini dari kondisi keseimbangan tertentu. Contoh dari risiko statis diantaranya adanya angin puting beliung dan petir. Sementara risiko dinamis dapat diakibatkan karena keadaan yang murni ataupun spekulatif. Katergori dari risiko dinarnis antara lain; perubahan peraturan atau perundang-undangan, adanya perpindahan penduduk, perkembangan teknologi yang kompleks. c. Risiko Subjektif dengan Objektif Risiko subjektif adalah ketidak pastian secara kejiwaan yang berasal dari sikap mental atau kondisi pikiran pengambil keputusan. Risiko subjektif berkaitan d-ngan kondisi mentcl seseorang yacg inengalami kecemasan akan te jadinya kejadian tertantu. Subjektif atas risiko tertentu
munglun juga sifatnya murni atau spekulatif, dan statis atau dinarnis. Risiko objektif adalah probabilitas penyimpangan aktual dari yang diharapkan sesuai data pengalaman perusahaan terdahulu. 3.1.4. Sikap Individu Terhadap Risiko
Risiko adalah konsekuensi dari apa yang telah kita lakukan. Seluruh kegiatan yang dilakukan baik perorangan atau perusahaan juga mengandung risiko. Kegiatan bisnis sangat erat kaitannya dengan risiko. Risiko dalam kegiatan bisnis juga dikaitkan dengan besamya return yang akan diterima oleh pengambil risiko. Semakin besar risiko yang dihadapi umumnya dapat diperhitungkan bahwa return yang diterima juga akan lebih besar. Pola penganlbilan risiko menunjukkan
sikap yang berbeda terhadap pengambilan risiko. Analisis risiko berhubungan dengan teori pengambilan keputusan (decision theory) berdasarkan konsep expected utility model (Moschini dan
Hennessy, 1999). Dalam menganalisis mengenai pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko dapat menggunakan expected utility model. Model ini digunakan karena adanya kelemahan yang terdapat pada expected return model, yaitu bahwa yang ingin dicapai oleh seseorang bukan nilai (return) tetapi kepuasan (utility). Hubungan fungsi kepuasan dengan pendapatan adalah berhubungan positif, dimana jika tingkat kepuasan meningkat maka pendapatan yang akan diperoleh juga meningkat. Teori risiko terhadap kepuasan ditunjukkan
1
pada Gambar 2. Y T I L ~ ~
UT~L~N
i
,.,,,,,~.,.,
.... INCOME
1NCOME
RISK-NEUTRAL
RISKAVERSF
wtun
.
I
I
,
,//
1.- - :,- RISK-PREFERRER .I '
Garnbsr 2.
ONCOME
'Iubungan Fungsi Kepuasan dengan Pendaratan 3umber: Debertin. 1986
Debertin (1986), juga menjelaskan mengenai hubungan tingkat kepuasan petani dengan keputusan strategi yang diambil pada tingkat risiko tertentu. Sehubungan dengan Gambar 2 setiap petani yang ingin mendapatkan income (pendapatan) yang lebih tinggi maka akan menghadapi risiko yang lebih besar, dimana tingkat risiko selalu berbanding l m s dengan tingkat harapan pendapatan. Risiko adalah konsekuensi dari apa yang telah kita lakukan. Seluruh kegiatan yang dilakukan baik perorangan atau perusahaan juga mengandung risiko. Kegiatan bisnis sangat erat kaitannya dengan risiko. Risiko dalam kegiatan bisnis juga dikaitkan dengan besamya return yang akan diterima oleh pengarnbil risiko. Semakin besar risiko yang dihadapi umurnnya dapat diperhitungkan bahwa return yang diterima juga akan lebih besar. Pola pengambilan risiko menunjukkan sikap yang berbeda terhadap pengambilan risiko. Menurut Kountur (2008), risiko dapat dibedakan berdasarkan sudut pandang manajer perusahaan clan dari sumber penyebab risiko. Risiko menurut manajer perusahaan adalah risiko spekulatif yaitu risiko yang dihadapi perusahaan yang
dapat
memberikan
kemungkinan
merugikan
dan
kemungkman
menguntungkan, dan risiko mumi adalah risiko dimana tidak ada kemungkinan yang menguntungkan dan yang ada hanya kemunglunan merugikan. Perilaku pembuat keputusan dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori (Robison dan Barry, 1987
aFariyanti, 2008).
1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk aversion). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan yang merupakan ukuran tingkat kepuasan. 2. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menumnkan keuntungan yang diharapkan. 3. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk nezctral). Sikap ini !--enunjukknn bahwa jika terjadi kenaikan rngam (vuriance) d:- ii
keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan atau menaikkan keuntungan yang diharapkan. 3.1.5. Pengukuran Risiko
Risiko merupakan suatu kejadian, dimana kejadian tersebut mengandung kemunglunan bisa saja tejadi atau bisa tidak tejadi. Bila kejadian yang tidak diinginkan tejadi maka terjadi akibat kerugian yang ditimbulkan. Probabilitas yaitu kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan atau kerugian ketika terpapar dengan suatu bahaya. Peluang menunjukkan distribusi frekuensi terhadap suatu kejadian. Peluang dapat dianalisis dengan menggunakan data atau pengalaman beberapa waktu sebelumnya (time series), maka peluang suatu kejadian dapat diuklx. Pengukuran probabilitas tejadinya risiko ditunjukan untuk mengetahui risiko yang akan timbul atas pengambilan keputusan perusahaan. Dengan ini pengelompokan akan setiap risiko yang tejadi dapat dipetakan sehingga terjadi penanganan yang efektif terhadap risiko yang timbul. Penanganan mengenai rnanajemen risiko dapat dijadikan sebagai indikator penentu strategi perusahaan. Penanganan risiko yang tepat maka akan dapat menekan tejadinya dampak yang ditimbulkan risiko. 3.1.6. Manajemen Risiko
Penerapan secara sisternatis dari kebijakan manajemen, prosedur dan kegiatan aktivitas identifikasi bahaya, analisa, penilaian, penanganan dan pemantauan serta evaluasi risiko. Manajemen risiko dapat juga diartikan sebagai suatu pendekatan terstruktur dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman. Suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk; penilaian risiko, pengembangan strategi untuk rnengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan surnberdaya. Harwood, et a1 (1999), menjelaskan rnengenai bagairnana petani dapat mengelola risiko. Manajernen risiko yang dilakukan petani berguna untuk rnemperkecil tingkat kerugian pada saat melakukan proses produksi. Beberapa manajemen risiko yang dapat diterapkan dalam kegiatan pertanian adalah diversifikasi usaha, integrasi vertikal, kontrak pr~duksi, kontiak penjualan, Izec!;ing, pengelolaan keuangan dan pengeluaran, asuransi, likuiditas, irnsing,
asuransi, dan manajemen risiko lain (penarnbahan input dan output, penggunaan teknologi clan optimalisasi penggunaan mesin). Strategi yang &pat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum). Manajemen risiko keuangan terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan. Eksposur strategis dalam Umar (2001), adalah objek yang rentan terhadap risiko dan berdarnpak pada kineja perusahaan apabila risiko yang diprediksi tersebut benar-benar terjadi. Dengan demikian eksposur strategis merupakan objek yang rentan terhadap risiko dan bersifat strategis bagi perusahaan. Bersifat strategis berarti mempengaruhi mati-hidupnya perusahaan. Pengelolaan eksposur strategis dengan baik meningkatkan daya saing secara berkelanjutan. Berbagai eksposur strategis yang dikemukakan antara lain; eksposur keuangan, indeks kepuasan konsumen, indeks lingkungan, indeks sosial, indeks proses internal, indeks kepuasan sumberdaya manusia dan eksposur indeks budaya perusahaan. Kountur (2008), menjelaskan bahwa risiko dapat dibedakan berdasarkan sudut pandang manajer perusahaan dan dari sumber penyebab risiko. Risiko yang dihadapi perusahaan
dapat memberikan
kemungkinan
merugikan
dan
kemungkinan menguntungkan. Secara khusus manajemen risiko diartikan sebagai pengelolaan variabilitas pendapatan oleh seorang manajer dengan menekan sekecil mungkin tingkat kemgian yang diakibatkan oleh keputusan yang diambilnya dalam menggarap situasi yang tidak pasti. Pemahaman manajemen risiko yang baik akan mengurangi kerugian atau akan dapat menambah tingkat keyakinan bagi pembuat keputusan dalam mengurangi risiko kerugian. Kountur (2008), menjelaskan manajemen risiko perusahaan adalah cara bagaimana menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih risiko-risiko tertentu saja. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu fungi dari mznajemen. ,ids beberapa fungsi manajemen yang suc'ah dikcnal yaitu perencanaan, mengorganisasi, mengarahkan dan melakukan pengendalian atau
planning,
organizing, actuating, controling (POAC). Dengan demikian
ditambahkan satu fungsi lagi yang sangat penting yaitu menangani risiko. Proses manajemen atau pengelolaan
risiko dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi perusahaan. Kemudian mengukur risiko-risiko yang telah diidentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan seberapa besar konsekuensi dari risiko tersebut. Selanjutnya menangani risiko-risiko untuk memberikan usulan apa yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko tersebut sehingga segala kemungkinan kerugian dapat diminimalkan. Selanjutnya dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana manajemen risiko telah diterapkan &lam perusahaan. Manajemen risiko dapat mengurangi volatilitas pendapatan (Harwood, et a1 1999). Manajemen risiko dapat memaksimalkan penddapatan petani. Dalam ha1
ini dilakukan pemahaman akan risiko yang mencakup akan adanya kesadaran akan risiko, melakukan pengukuran risiko dan dapat mengendalikannya. Manajemen risiko meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengolahan, serta koordinasi &lam pengelolaan setiap risiko yang ada. Dengan adanya manajemen risiko maka akan mengurangi risiko yang ada dalam perusahaan. Manajemen risiko juga dapat dilakukan dengan adanya kesadaran akan risiko yakni dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko yang ada mengukur risiko, memikirkan mengenai konsekuensi risiko-risiko yang ada, dan mengkomunikasikan ke seluruh bagian berbagai risiko yang ada sehingga dapat dicari penanganannya. 3.1.7. Penanganan Risiko
Kountur (2008), menjelaskan empat cara menangani risiko yaitu dengan cara menerima atau menghadapi risiko, menghindari risiko, mengendalikan risiko dan mengalihkan risiko. Mengendalikan risiko yaitu mengelola risiko dengan meminimalkan risiko dengan cara mitigasi, sedangkan mengalihkan risiko dapat dilakukan dengan mengalihkan pada pihak lain seperti asuransi, hedging, faktorial, leasing, outsourcing dan kontrak. Risiko-risiko yang disebabkan oleh
faktor marusia, tekno!ogi, dan alam jika ditangani dengan baik akan memperkecil kerugian ymg diderita oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki manajemen
risiko yang baik akan lebih menguntungkan dari pada perusahaan yang tidak memiliki manajemen risiko yang baik. Petani merupakan penanggung kegagalan terbeasm yang disebabkan oleh keadaan dam dan pasar, sehingga dalarn Debertin (1986), strategi yang dapat dilakukan petani dalam menangani risiko dan ketidakpastian digolongkan kedalam pengambilan asuransi, melakukan kontrak, fasilitas dan peralatan yang fleksibel, diversifikasi, dan program pemerintah yang mendukung terhadap pertanian. Kountur (2006), perusahaan yang mengelola risiko-risikonya dengan baik akan memperoleh beberapa manfaat diantaranya: 1. Dapat meningkatkan laba perusahaan 2. Memungkinkan terhindar dari kebangkrutan dan disebabkan oleh
peristiwa-peristiwa luar biasa, dan 3. Memperlancar pencapaian tujuan perusahaan
Penanganan risiko,
perusahaan hams
memilih
altematif
untuk
meminimalisir terjadinya risiko. Hanvood, et a1 (1999), menjelaskan penanganan risiko yang dapat diterapakan untuk meminimalisir kerugian usahatani yaitu: 1. Diversifikasi usaha Penggunaan strategi dengan menambah jenis usaha dapat diterapkan pada pertanian untuk memperkecil tingkat risiko. Sehingga setiap aktivitas usaha memiliki peluang yang berbeda-beda terhadap kejadian merugikan. Peluang diversifikasi dapat dibatasi oleh berbagai faktor, antara lain: surnberdaya, kondisi cuaca, penjualan dan faktor lainnya. 2. Integrasi vertikal
Manajemen penanganan melalui integrasi vertikal merupakan koordinasi yang selaras antara permintaan terhadap kualitas maupun kualitas pada kegiatan hulu sampai hilir agribisnis. 3. Kontrak produksi
Kontrak produksi dilakukan untuk menjaga ketersediaan dan distibusi input-input produksi sesuai dengan kualitas maupun kualitas. 4. Kontrak pemasaran
Kontrak ini bcrisikan perjanjian mengenai harga seara tertulis antara penjual dan pembeli baik pada saat sebelum panen ataupun sesudahnya.
5. Hedging
6 . Manajemen keuangan 7. Likuiditas 8. Leasing
9. Asuransi 10. Manajemen risiko lainnya Penanganan risiko lainnya yang dimaksud adalah penambahan input dan output, penggunaan teknologi, dan optimalisasi penggunaan mesin. Pengalihan risiko dalam Kountur (2008), dapat dilakukan dengan berhagai cara yaitu: a) Asuransi. Merupakan kontrak perjanjian antara yang diasuransikan dengan perusahaan dimana yang diasuransikan bersedia memberikan kompensasi atas kerugian yang didami pihak yang diasuransikan. Pihak pengansuransi menerima premi asuransi sebagai balasannya. Risiko ini dipilih perusahaan dalam menghadapi risiko murni.
b) Hedging. Cara ini pada dasamya mengalihkan risiko pada pihak lain yang lebih baik memanejemen risiko melalui transaksi instrumen keuangan. c) Membentuk perseroan terbatas (incorporated). Merupakan alternatif risiko karena kewajiban pemegang saham dalam perseroan terbatas hanya terbatas pada modal yang disetorkan. d) Diversifikasi risiko Diversifikasi adalah cara menempatkan aset atau harta di beberapa tempat sehingga j k a salah satu tempat kena bencana, tidak menghabiskan seluruh aset yang dimiliki (Kountur, 2008). Diversifikasi merupakan teknik dalam memperkecil darnpak risiko dengan menempatkan sumberdaya yang dimiliki perusahaan pada beberapa tempat. Tujuannya adalah mengurangi kerugian yang timbul sekiranya suatu kejadian yang merugikan terjadi di disuatu tempat. Kegiatan ini menyebarkan operasi bisnis pada beberapa bidang. Kountur (2006), ada beberapa cara diversifikasi di antaranya: (1) Diversifikasi produk yang dilakukan perusahaan dengan memproduksi berbagtii nlacam produk. Produk-produk tersebnt bisa saja saling berhubungs;l satu sama lain atau sama sekali berbeda.
(2) Diversifikasi geografis yang dilakukan perusahaan dengan cara memasuki lokasi baru. Cara yang dilakukan biasanya membuka pabrik atau kantor penjualan baru untuk mendukung distribusi produk.
3.2
Kerangka Pemikiran Operasional Masing-masing petani yang tergabung dalam Gapoktan mengacu pada
Standar Operasional Prosedur padi semi organik. Proses produksi yang dilakukan dengan konsep pertanian organik dan rarnah lingkungan lebih sulit dibanding dengan non organik. Produktivitas padi mengalami penurunan pada saat musim kemarau. Kemudian ketergantungan produk organik terhadap alam merupakan salah satu kendala dalam proses penyediaan input dalam kegiatan produksi. Fluktuasi harga yang terdapat pada penjualan padi semi organik juga menyebabkan adanya indikasi risiko terhadap penerimaan. Tingkat risiko yang terdapat pada petani mendorong waha yang dijalankan untuk menggunakan sistem pengelolaan risiko. Penerapan manajemen risiko kegiatan produksi dapat mengelola risiko yang akan tejadi pada perusahaan. Dengan manajemen risiko diharapkan dapat memperkecil kerugian yang ditanggung petani. Risiko produksi dan harga pada petani mempengaruhi terhadap penerimaan petani. Proses manajemen risiko produksi dan penerimaan petani Silih Asih dimulai dengan melakukan proses identifikasi risiko. Proses ini dilakukan untuk mengetahui risiko yang dapat terjadi pada usahatani padi semi organik. Identifikasi memiliki tujuan untuk membantu petani mengenali setiap faktorfaktor yang menyebabkan ancaman ketidakpastian. Setiap risiko yang akan terjadi pada petani selanjutnya dapat dievaluasi. Hasil evaluasi ditujukan untuk memberikan penanganan terhadap risiko ataupun ketidakpastian yang dihadapi oleh petani pada masa yang akan datang. Analisis yang digunakan dalam mengidentifikasi risiko petani biasanya dilakukan dengan analsis sekuen, identifikasi sumber-sumber risiko dan teknik pendukung lainnya. Dengan menggunakan analisis ini maka akan diperoleh daftar risiko, yang merupakan output dari hasil identifikasi risiko. Penggunaan daftar risiko dilakukan untuk mengetahui ukuran risiko yang berpengaruh tert~adap kelangsungan proses produksi petaili.
Analisis yang dilakukan selanjutnya adalah analisis probabilitas dan dampak dari risiko produksi padi semi organik. Pengukuran probabilitas atau kemun&nan terjadinya kerugian dapat dilakukan dengan analisis nilai standar yang dikenal dengan analisis z-score. Pen&uran
dampak risiko dilakukan
dengan menggunakan analisis Value at Risk (VaR). Analisis dilakukan menggunakan data produktivitas clan penerimaan padi dalam satuan kilogram per hektar. Pengukuran risiko kemudian dilanjutkan dengan pemetaan risiko yang terdapat pada petani. Peta risiko akan menggambarkan sebaran risiko dalam suatu pemetaan sehingga menunjukkan besaran ataupun besamya penanggulangan risiko atas keputusan yang telah diambilnya. Pengukuran risiko yang dilakukan dapat memberikan masukan kepada pihak petani sebagai bahan pertimbangan lain dalam menetapkan kebijakan. Penetapan ini terkait dengan manajemen risiko
untuk meningkatkan keuntungan petani. Setelah pemetaan dilakukan maka, dilanjutkan dengan penentuan strategi penanganan risiko. Penanganan risiko yang tejadi pada petani dapat dilakukan dengan preventif (penghindaran) dan mitigasi (mengurangi). Selain itu terdapat strategi altematif penanganan risiko yang ditentukan berdasarkan matriks frekuensi atau kemunglanan dan signifikansi atau dampak. Matriks ini akan memberikan prioritas utama yang diusulkan pada petani dalam menghadapi risiko. Proses pengelolaan manajemen risiko pada perusahaan hams dilakukan secara terus-menerus. Untuk menjaga stabilitas produksi, maka siklus seperti ini sekurang-kurangnya dilakukan sekali setiap tahun tergantung keputusan petani. Sehingga tiap periode produksi dapat diketahui besaran risiko yang ditanggung petani dalam bentuk kerugian. Secara ringkas kerangka pemikiran operasional penelitian pada Silih Asih pada Gambar 3. Sementara langkah-langkah yang dalam peneIitian ini terdapat pada Lampiran 6. Peneluswan ini dimulai dari adanya masalah yang dihadapi oleh petani hingga penelitian ini mengidentifikasi sumber-sumber risiko dan selankutnya melakukan pemetaan risiko. Kemudian analisis dilakukan pada produksi melalui data produktivitas dan penerimaan petani dalam satuan kilogram
per hektar. Hasil pengukuran darnpak clan probabilitas risiko dijadikan sebagai tolak ukur dalam penempatan jenis risiko pada peta risiko.
I
Risiko Produksi
Risiko Harga
I
Risiko Penerimaan
1 Analisis Dampak
Analisis Kerningkinan
Peta Risiko
I
Strategi Prevenhf lvfitigasi Strategi Altematif Gambar 3. Kerangka Pernikiran Operasional
IV. METODE PENELITIAN
4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Gapoktan Silih Asih, Desa Ciburuy, Kecamatan
Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa, Gapoktan Silih Asih merupakan gabungan petani yang melakukan proses produksi dengan Standar Operasional Prosedur dalam memproduksi padi semi organik. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September 2009. Lokasi penelitian dipilih karena sejak Silih Asih berdiri pada tahun 2002 sampai sekarang masih memegang peranannya dalam pengembangan pertanian berkelanjutan melalui pertanian organik. Gapoktan ini memiliki ciri khas pengelolaan sumberdaya yang terintegrasi melalui kelembagaan. Dari mulai sumberdaya manusia yang cukup beragam dari keterampilan, kemampuan dan latar belakang budaya mempunyai komitmen untuk maju dan berkembang bersama-sama. Karakteristik yang dikembangkan juga khas berkaitan dengan pengembangan bidang pertanian. Kemitraan dan pola kejasama sudah mulai dirangkai terhadap beberapa tempat dan lembaga lain. Hal ini seiring dengan tersebarnya lahan pertanian semi organik dan keanggotaannya pada tiga kecamatan (Cigombong, Cijeruk dan Caringin).
4.2.
Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder baik data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara meliputi keadaan umum dan manajemen risiko petani yang tergabung dalam Gapoktan Silih Asih. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data Lembaga Pertanian Sehat, literatur-literatur dan instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian, Bulog, Perpustakaan IPB dan Bahan Pustaka lain yang relevan. 4.3.
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan obsemasi atau pengamatan,
merupakan cara untuk melihat dan mengamati objek secara langsung terhada,) hal-ha1 yang berhubungan dengan penelitian. Kemudian melakukan wawancara
untuk memperoleh keterangan yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Dilakukan pada pihak-pihak yang potensial dalam memberikan keterangan mengenai data risiko produksi dan penerimaan padi semi organik. Perolehan data untuk pengukuran probabilitas (P) dan dampak (D) risiko dilakukan dengan pemberian lembar penilaian kepada responden. Responden yang dipilih adalah ketua kelompok tani, kepala unit produksi padi semi organik dan petani representatif terhadap kebutuhan data. Ke tiga responden ini dipilih sesuai dengan kemampuannya dalam bidang produksi padi. Lembar penilaian ini berisi kunpulan hasil identifikasi risiko produksi padi semi organik. Pengisian data sesuai dengan ambang batas probabilitas serta dampak dari risiko. Semua data yang diperoleh akan dicatat untuk referensi penelitian. 4.4.
Metode Pengolahan Data
4.4.1. Anilisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif adalah salah satu model yang digunakan dalam peneyelesaian
penelitian
ini.
Metode
analisis
ini
digunakan
untuk
mendeskripsikan secara kualitatif kondisi manajemen produksi petani padi semi organik yang tergabung pada Gapoktan Silih Asih. Selanjumya pendeskripsian kondisi ini juga disajikan dalam bentuk tabel dan gambar. Sehingga penerapan manajemen risiko pada produksi dan penerimaan padi semi organik dapat diketahui serta dinilai secara subjektif, hingga selanjutnya dilakukan identifikasi risiko. Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk menganalisis manajemen risiko produksi dan penerimaan yang dilakukan petani. Selain itu juga digunakan untuk mengetahui sumber-sumber yang menjadi penyebab tejadinya risiko pada aspek teknis dan ekonomis petani. Analisis dilakukan berdasarkan penilaian pengarnbilan keputusan petani secara subjektif I-Ial ini dilakukan untuk melihat keefektifan manajemen risiko yang diterapkan untuk meminimalkan risiko. Metode ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan diskusi dengan petani, kepala unit pemasaran, clan kepala unit produksi Gapoktan Silih Asih.
4.4.2.
Identifikasi Risiko Identifikasi risiko merupakan tahap awal yang dilakukan dalam penerapan
manajemen risiko. Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi seluruh risiko pada seluruh aktivitas fungsional yang berpotensi merugikan dan menguntungkan bagi petani. Seluruh aktivitas yang fatal bagi petani hams dimasukkan dalam identifikasi. Kegiatan produksi yang menimbulkan kerugian dan pemah tejadi pada pemsahaan dikumpulkan dalanl pencatatan. Sehingga data-data yang diperoleh pada masa lalu akan dijadikan modal perkiraan untuk masa sekarang dan selanjutnya. Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan analisis data historis, pengamatan, pengacuan dan melakukan wawancara terhadap petani. Kegiatan ini dilakukan kepada faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan produksinya. ~dentifikasi risiko produksi dan penerirnaan dapat dilakukan dengan analisis sekuen risiko, identifikasi sumber-sumber risiko, dan teknik pendukung lainnya (analisis tugas dan tanggung jawab dalam perusahaan, analisisflowchart kegiatan, dan operasional petani). 4.4.2.1 Analisis Sekuen Risiko
Keputusan yang diambil petani dalam proses produksi akan menimbulkan risiko, sehingga menimbulkan suatu akibat terhadap usahataninya. Risiko mempunyai sekuen dari sumber risiko sampai kemudian munculnya kerugian karena risiko tersebut. Sumber risiko dapat berupa suatu kegiatan produksi. Contohnya, serangan hama dan penyakit tanaman dapat menimbulkan gaga1 panen sehingga jumlah produksi yang menurun akan menyebabkan permintaan pasar tidak terpenuhi. Faktor risiko dalam permisalan ini adalah pertumbuhan hama dan penyakit yang tidak biasa diatasi oleh petani. Dalam kasus ini petani akan mengalami kerugian yang diakibatkan kualitas dan kuantitas tidak sesuai dengan permintaan. 4.4.2.2 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko
Keselumhan risiko yang ada pada proses produksi padi semi organik dirunut sesuai dengan potensinya dalam menimbulkan kerugian. Teknik ini dilakukan dengan pengamatln yang mendalam terhadap sumber-sumber risiko. Kemudian ditentukan risiko-risiko apa saja yang muncul dari sumber-sumber
risiko yang ada. Beberapa contoh yang menjadi sumber-sumber risiko bagi proses produksi dan penerirnaan adalah, lingkungan fisik (curah hujan), lingkungan sosial (pencurian), lingkungan operasional (kerusakan mesin), pesaing (penemuan teknologi baru), konsumen (keluhan dari konsumen atas produk) dan lain-lain. 4.4.2.3 Teknik-Teknik Pendukung
Teknik pendukung lainnya yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi risiko yaitu:
1. Analisis flowchart kegiatan clan operasi diamana, kegiatan ini dilakukan pada proses produksi. 2. Analisis struktur dimana, kegiatan ini meliputi tugas dan tanggung jawab masing-masing lini pada Gapoktan.
3. Melakukan survei atau wawancara. Identifikasi yang dilakukan h m s memiliki langkah-langkah mengdentifikasi risiko dimana, menurut Kountur (2008) antara lain: 1. Menentukan unit risiko Proses identifikasi manajemen risiko dimulai dengan menentukan unit di dalam suatu organisasi dimana risiko akan diidentifikasi. Risiko poses produksi merupakan unit yang menjadi tujuan utama identifikasi. 2. Memahami proses bisnis atau kegiatan dari unit tersebut Setiap unit dalam organisasi bekej a untuk memberikan pelayanan kepada unit yang lain, kepada pelanggan, menghasilkan produk yang digunakan unit lain atau yang akan dijual kepada pelanggan. Setiap unit melakukan beberapa kegiatan untuk menghasilkan produk atau jasa ini. Proses bisnis ini adalah gambaran alur dari kegiatan yang terjadi dalam suatu unit bisnis untuk menghasilkan produk dan jasa. 3. Menentukan aktivitas yang krusial
Setelah memahami proses bisnis dari suatu unit risiko, selanjutnya adalah mencari tahu manakah dari aktivitas tersebut yang termasuk aktivitas kn~sial.Dikatakan krusial apabila unit risiko tidak dapat menghasilkan produk atau jasa oleh karena aktivitas yang bersangkutan terganggu atau tidak bejalan dengan semestinya. Rangkaian kegiatan dapat dinyatakan tidak krusial apabila kegiatan tersebut tidak berjalan dengan baik maka,
tidak akan mengganggu produk dan jasa yang dihasilkan. Kalaupun mengganggu secara signifikan, ada cara untuk segera menanganinya.
4. Menentukan barang dan orang pada kegiatan yang krusial Barang atau orang terdapat disetiap kegiatan operasional. Bisa keduaduanya ada atau salah satunya saja, yaitu orang. Identifikasi risiko perlu dilakukan terhadap barang-barang apa saja yang ada pada kegiatan krusial dan orang-orang yang terlibat didaiamnya. 5. Menentukan bentuk kerugian
Bentuk kerugian yang terjadi pada barang ataupun orang dalam kegiatan operasional perlu diketahui. Contoh kerugian yang dapat terjadi pada orang diantaranya; cedera, sakit, hilang, meninggal, dan sebagainya. Bentuk kerugian yang dapat terjadi pada barang antara lain; rusak, hilang, kadaluarsa, dan sebagainya.
6. Menentukan penyebab risiko Setelah kejadian-kejadian merugikan telah diidentifikasi, selanjutnya adalah menentukan penyebabnya. Risiko dapat dikategorikan menjadi risiko operasional dan risiko keuangan. Risiko operasional adalah eksposur yang disebabkan oleh manusia, alam, teknologi, aturan dan faktor eksternal lain. 7. Membuat daftar risiko
Tahapan terakhir yang dilakukan dalam identifikasi risiko adalah membuat daftar risiko. Daftar risiko inilah yang kemudian diajukan kepada pihak manajemen Gapoktan untuk menilai probabilitas dan dampak risiko berdasarkan skala yang telah ditetapkan. Daftar risiko berisi dua ha1 yang penting yaitu pemyataan risiko dan penyebab risiko. 4.4.3. Pengukuran Risiko
Pengukuran risiko dilakukan setelah tahapan identifikasi dilakukan. Risiko dapat diketahui dengan menentukan probabilitas terjadinya risiko dan mengetahui dampak risiko tersebut terhadap kineja petani. Pengukuran risiko selalu mengacu pada dua ukuran. Ukuran pertarna adalah probabilitas dan juga digunakan istilah kemungkinan (likclilzoocT).Kesemuanya terscbut lnengacu kepada seberapa besar probabilitas (P) risiko terseblit terjadi atau akan tejadi. Ukuran kedua adslah
dampak (D) atau akibat, dan juga disebut sebagai ukuran kuantitas risiko. Dampak adalah ukuran seberapa besar akibat yang ditimbulkan bila risiko tersebut benarbenar terjadi. Pad penelitian ini nilai pembatas probabilitas sebesar 20 persen ditentukan oleh petani melalui wawancara. Dengan ini berarti tingkat kemunglunan terjadinya risiko yang dapat diterima oleh petani memiliki ambang batas 20 persen. Penentuan pada nilai probabilitas sama dengan penentuan dampak risiko pada petani. Dengan nilai Rp. 500.000, yang didasarkan pada ambang batas kerugian petani. Nilai ini ditentukan pada luasan lahan dengan satuan kilogram per hektar, sehingga akan tejadi penambahan apabila luasan lahan bertambah.
4.4.3.1 Pengukuran Kemungkinan Terjadinya Risiko (Probabilitas) Kemungkinan terjadinya risiko dapat ditentukan oleh data historis yang ada pada masa sebelumnya. Baik itu data produksi maupun hasil penjualan yang dilakukan oleh petani. Pengukuran terhadap probilitas dan dampak risiko produksi diperoleh dari data produktivitas padi dalam satuan kilogram per hektar padi berdasarkan periode tanam. Probabilitas merupakan pengukuran pertama yang dilakukan secara kuantitas sehingga mengungkapkan seberapa besar probabilitas risiko terjadi atas pengambilan keputusan. Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan tejadinya risiko adalah dengan metode nilai standar (z-
score). Z-Score adalah suatu angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu nilai menyimpang dari rata-ratanya pada distribusi normal. Dengan mengetahui z-score kita bisa mengetahui besarnya kemungkinan suatu ukuran atau suatu nilai yang berbeda lebih besar atau lebih kecil dari rata-ratanya. Pada penelitian ini yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi padi semi orzanik dan kemungkinan terjadinya risiko penerimaan petani dalam kegiatan penjualan. Data yang digunakan untuk menghitung kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi dan penerimaan adalah data produktivitas dan harga padi mulai Desember 2007 hingga Juli 2009. Kountur (2008), menerangkan langkah yang dilakukan untuk melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko menggunakan metode ini adalah:
1. Menhtung rata-rata Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata adalah:
Dimana: xi = Data produktivitas n = Jumlah data = Rata-rata produktivitas selama lima periode .r Rata-rata yang dimaksud pada rumus ini adalah rata-rata terjadinya risiko yang dianggap merugikan perusahaan. Data ini diperoleh dari penentuan yang dilakukan oleh pihak yang dinyatakan expert untuk memberikan data produktivitas dan harga gabah kering panen padi selama lima periode tanam dengan satuan kilogram per hektar.
2. Menghitung nilai standar deviasi (s) s=
3. Menghitung nilai standar (z-score) risiko x x z= s
Dimana: x
=
Batas risiko yang dianggap masih menguntungkan dan ditentukan oleh petani.
4. Menghitung probabilitas terjadinya risiko
Probabilitas diperoleh dari tabel distribusi z.Dengan pencarian nilai z pada sisi kiri dan bagian atas, pertemuan antara nilai z pada isi tabel merupakan probabilitas yang dicari. 4.4.3.2 Pengukuran Dampak Risiko
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengetabui besamya akibat atau dampak yang ditimbulkan oleh risiko. Metode-metode tersebut diantaranya adalah metode Value at Risk (VaR), pendapat individu, konsensus dan Delphy. Metode yang paling efehif untuk mengukur dampak risiko pada penelitian ini adala;~VaR. Metode ini dianggap sebagai nietode standar yang
digunakan untuk mengukur risiko penerimaan karena fluktuasi harga. Tahapan dalam penghitungan VaR antara lain:
1. Menentukan kejadian yang akan diamati 2. Pengumpulan data historis tentang besarnya kerugian yang dialami selama jangka waktu tertentu dari kejadian tersebut
3. Menghitung rata-rata kerugian dan standar deviasi kerugian dari rangkaian kejadian tersebut. Dengan ini diketahui risiko terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Konsep analisis yang dilakukan menggunakan observasi statistik data-data historis objek penelitian. Pada penelitian ini VaR digunakan untuk mengukur besarnya kerugian yang ditimbulkan jika risiko terjadi. Pengukuran dampak dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pada kegiatan produksi dan penerimaan. Data yang digunakan adalah data produktivitas dan harga padi semi organik. Kountur (2008), menerangkan rumus yang digunakan untuk men&tung
VaR adalah:
1. Rumus yang digunakan untuk menghrtung rata-rata kejadian merugikan pada petani adalah:
Dimana: xi n x
= Data
penerimaan per periode = Jumlah data = Rata-rata penerimaan selama lima periode
Rata-rata yang dimaksud pada rumus ini adalah rata-rata terjadinya risiko yang dianggap merugikan perusahaan. Data ini diperoleh dari penentuan selisih produktifitas aktual dengan target produktifitas petani kemudian dlkalikan dengan harga gabah kering panen. 2. Menghitung nilai standar deviasi (s)
3. Menghitung Value at Risik (VaR)
Dimana : VaR x z
s n
= Besamya
kerugian yang timbul akibat terjadinya risiko = Rata-rata kejadian merugikan pada penerimaan petani = Nilai z diperoleh dari tabel distribusi normal dengan nilai alfa 5% = Standar deviasi = Frekuensi kejadian merugikan (0 s.d 5)
4.4.4. Pemetaan Risiko Pengukuran risiko selanjutnya adalah pemetaan risiko. Manajemen akan mampu menilai suatu risiko dengan adanya pengelompokan terhadap risiko. Prinsip pemetaan merupakan penyusunan risiko berdasarkan kelompok-kelompok tertentu sehingga manajemen dapat mengidentifikasi karakter dari masing-masing risiko hingga menetapkan tindakan yang sesuai terhadap masing-masing risiko. Pemetaan risiko dapat dilakukan dengan menggunakan matriks frekuensi atau kemungkinan dan signifikansi (dampak) risiko. Teknik ini cukup sederhana karena tidak melibatkan kuantifikasi yang rurnit. Risiko dapat dikelompokkan pada dua dimensi, yaitu dimensi frekuensi dan dampak. Nilai probabilitas dan dampak digunakan dalam pemetaan risiko operasional pada matriks frekuensi dan signifikansi. Probabilitas terjadinya risiko dibagi menjadi dua bagian yaitu probabilitas besar dan probabilitas kecil. Pada bagian dampak risiko juga dibagi dua yaitu dampak besar dan dampak kecil. Peta risiko adalah suatu grafik yang menggambarkan kedudukan risiko diantara dua sumbu dimana sumbu vertikal dan grafik tersebut menggambarkan kemungkinan, dan sumbu horizontal menggambarkan akibat. Diagram pemetaan yang dimaksud dapat dilihat pada Gambar 4. Pada kuadran 1 didefenisikan sebagai area yang memiliki tingkat probabilitas dan dampak besar. Risiko yang terdapat pada kuadran ini termasuk ke dalam prioritas I (utama). Kuadran 2, merupakan area yang dihuni oleh risiko-risiko dalam prorietas TI. Risiko yang terdapat pada kuadran ini memiliki tingkat dampak kejadian kecil, namun pr~babilitasnyabesar bila iisiko tersebut menjadi kenyataan. Kuadran 3, memiliki tingkat dampak kejadian yang besar namun probabilitas (frekuensi kejadiannya)
rendah. Kejadian risiko yang terdapat pada kuadran ini akan menyebabkan gangguan yang tidak signifikan untuk mempengaruhi kegiatan produksi padi. Sedangkan kuadran 4 memuat risiko dengan tingkat probabilitas yang rendah. Risiko yang ada pada kuadran ini memiliki dampak kecil pada pencapaian tujuan dan target petani. Kemungkinan (%) Sangat tinggi Tinggi
Kuadran 2
Kuadran 1
Kuadran 4
Kuadran 3
Normal
Rendah
Sangat rendah Keterangan:
Kecil
Normal
Tinggi
Sangat tinggi
Akibat (Rp)
-Dampak: jumlah ditentukan oleh petani -Probabilitas: besarannya ini ditentukan oleh petani
Gambar 4. Diagram Pemetaan Risiko Sumber: Kountur, 2006
Semua risiko yang telah diidentifikasi dari suatu unit atau bagian proses produksi petani perlu ditunjukkan dalam peta risiko. Peta risiko ini akan sangat membantu dalam penanganan-penanganan risiko nantinya. Jika pendekatan yang dilakukan dalam manejemen risiko adalah pendekatan top-down maka akan ada satu peta lisiko untuk seluruh proses produksi, karena pendekatan ini melihat risiko dari kacamata pimpinan puncak untuk seluruh perusahaan secara umum. Namun, jika pendekatan yang dilakukan adalah bottom-up maka masing-masing unit atau bagian terkecil dari kegiatan produksi petani memiliki peta risikonya sendiri-sendiri. Oleh karena pendekatan bollorn-zip melihat risiko pada masingmasing unit dalam suatu organisasi.
4.4.5. Strategi Penanganan Risiko Penaganan risiko dilakukan karena adanya dampak yang akan tejadi pada aktivitas petani. Proses ini disebut juga dengan manajemen risiko yang berupa strateg perusahaan dalam pengambilan kebijakan usaha. Pola pengelolaan petani dalarn menghadapi risiko memiliki dua pilihan urnurn. Kedua pilihan itu adalah penghindaran risiko (preventif) dan mitigasi (mengurangi) risiko.
4.4.5.1 Penghindaran Risiko (Preventif) Strategi yang dapat dilakukan pada saat pertamakali berhadapan dengan risiko adalah strategi menghindar. Kountur (2006), menjelaskan bahwa penghindaran risiko dilakukan apabila:
1. Risiko yang dihadapi terlalu besar yaitu kemungkinan terjadinya besar dan akibat yang ditimbulkan juga besar. Ini adalah risiko-risiko yang sangat besar atau yang berada pada kuadran kanan-atas pada peta risiko, walaupun tidak semua risiko yang tinggi a t a ~ ' ~ berada a n ~ pada kwadran kanan-atas hams dihindari.
2. Risiko yang dihadapi tidak dapat dikendalikan manajemen dan tidak dapat ditangani dengan strategi-strategi penanganan risiko yang lain. Strategi penghindaran
terhadap
risiko
dapat
dianalisis
dengan
menggunakan peta preventif (penghindaran) risiko. Hasil pengambilan keputusan dari data-data identifikasi risiko diperoleh dari pemetaan risiko. Untuk preventif dapat dilakukan dengan cara memasukkan tiap-tiap faktor risiko kedalam kuadran-kuadran peta (Gambar 5). Penempatan besar dan kecilnya risiko yang dialami petani berasal dari pendapat petani yang dianggap expert. Dimana apabila risiko menimbulkan dampak diatas ambang batas yang terjadi, maka akan menimbulkan dampak yang besar bagi petani. Hal ini dapat menyebabkan petani tidak dapat melanjutkan proses produksinya. Dengan kegiatan preventif yang dilakukan petani, maka risiko yang memiliki frekuensi kejadian besar akan pindah pada kuadran risiko dengan frekuensi kejadian kecil. Strategi untuk menangani risiko yang berada pada kuadran 1 dan 2 adalah strategi priventij: Strategi ini akan membuat sedemikian rupa sehingga risiko-risiko yang berada pada kuadran 1 bergeser ke kuadran 3 dan risiko-risiko yang berada pada kuadran 2 bergeser ke kuadran 4.
Kuadran 2
Kuadran 1
I
I
I I
I
I
I
I
I
I
I
lr
+ Kuadran 4
Kuadran 3
Kecil
Besar
I ' I
Kecil
Dampak (Rp) Keterangan:
f f
= Tindakan Mitigasi
.
-Dampak: dltentukan oleh petani -Probabilitas: ditentukan oleh petani Gambar 5. Peta Preventif Risiko Sumber: Kountur. 2006
4.4.5.2 Mitigasi Risiko
Strategi ini juga disebut dengan mengurangi, yang diperuntukkan dalam memperkecil kemungkinan tejadinya risiko kerugian pada perusahaan. Sasaran utamanya adalah bagaimana agar kemungkinan atau probabilitas terjadinya suatu kejadian yang merugikan dapat diatur jadi sekecil mungkin. Strategi mitigasi adalah strategi untuk ~nembuatrisiko yang berada pada kuadran kanan-atas bergeser ke kuadran 2 atau risiko yang berada pada kuadran kanan-bawah untuk pindah ke kuadran 4 seperti yang tampak pada Gambar 6 . Dampak risiko yang sangat besar pada pemetaan risiko dapat dianalisis dengan strategi mitigasi. Beberapa mitigasi yang dapat dilakukan oleh petani untuk memperkecil kerugian akibat pengambilan risiko adalah diversifikasi, penggabungan atau penahanan, pengalihan risiko dan pengendalian risiko. Selain ha1 tersebut perlu juga dilakukan proses produksi berdasarkan sistem yang baik, prosedur yang jelas dan benar. Banyaknya k e r ~ g i wyans terjadi pada proses produksi, karena aktifitas petani tidak mengikuti standar operasional prosedur yang telah diberlakukan oleh Gapoktan sebagai lembaga yang menaungi petani.
42
Probnbilitas (%)
Kuadrau2+----.----
Kuadran 1
Kuadran4
Kuadran 3
Besar
4---------
Kecil
Kecil
Keterangan:
+
-
----
Besar
--
= Tindakan Miiigasi -Dampak ditentukan oleh petani -Probabilitas ditentukan oleh petani + -
Gambar 6. PetaMitigasi Risiko Sumber: Kountur, 2006
Penanganan lain yang digunakan dalarn menganalisis strategi untuk menghadapi risiko adalah beberapa altematif strategi yang dinilai marnpu memberikan solusi bagi masalah risiko. Altematif strategi untuk menghadapi risiko selain penanganan dengan cara preventif
dan mitigasi. Dengan
mengelompokkan risiko pada masing-masing kuadran yang tersedia, maka akan diperoleh beberapa kemungkinan risiko yang dihadapi dan dampaknya bagi perusahaan. Proses analisis strategi ini digolongkan Hanafi (2004) menjadi empat yaitu: 1. Probabilitas kecil dan dampak kecil
Kelompok risiko ini berada pada kuadran 4 dengan alternatif strategi yang diusulkan adalah low control. Perusahaan dapat menerapkan pengawasan yang rendah terhadap risiko.
2. Pobabilitas kecil dan dampak besar Posisi risiko yang berada pada kuadran ini dinamakan dengan riefect and
monifor. Deskripsi dari risiko-risiko yang berada pada kuadran 2 ini yaitu:
apabila risiko mmcul perusahaan dapat mengalami kerugian yang sangat besar dan bila dibiarkan akan menyebabkan kebangkrutan. 3. Probabilitas besar dan dampak kecil
Probabilitas besar dengan dampak kecil terdapat pada kuadran 3 dengan deskripsi monitor. Risiko yang dapat menimbulkan kerugian pada kuadran ini mewajibkan petani mtuk melakukan pengamatan terhadap kejadiankejachan yang menirnbulkan risiko. Risiko-risiko yang berada pada daerah ini diharapkan tetap dalam kondisi normal. Dimana tidak mempengaruhi pada ahvitas produksi petani.
4. Probabilitas besar dan dampak besar Kejadian ini menyebabkan perusahaan tidak dapat lagi mengendalikan risiko yang dapat menimbulkan kerugian pada petani. Kondisi seperti ini dideskripsikan sebagai prevent at source. Altematif strategi untuk mengatasi risiko-risiko yang dikelompokkan pada kuadran 1 ini hanya dapat dilakukan dengan penghindaran. Selumh proses pendeskripsian risiko-risiko hingga dapat diketahui alternatif strategi bagi pihak manajemen diatas dapat dilihat pada Gambar 7.
Kecil
Kuadrau 2 Detect and nwnitor
Kuadran 1 Prevent at source
Kuadran 4 Low control
Kuadran 3 Monitor
Kecil
Besar Dampak (Rp)
Gambar 7. Altematif Strategi Menghadapi Risiko
V. GAMBARAN UMUM PETANI 5.1.
Sosial Ekonomi Petani Karakteristik m u m masyarakat petani dapat dilihat dari aspek pendidikan,
umur, pendapatan dan penguasaan lahan garapan. Berdasarkan hasil data Gapoktan Silih Asih (2008), diketahui bahwa sebagian besar petani berpendidikan hanya sampai sekolah dasar (SD) dengan kisaran 83.3 persen. Kisaran umur petani antara 30 sampai 60 tahun dengan luasan lahan yang digunakan dalam produksi rata-rata 0.42 hektar. Data survey kelayakan mitra tani LPS (2006), memberikan data tentang pendapatan petani yang rendah perbulannya, yaitu ratarata Rp.300.000 per bulan. Melihat potensi wilayah dan keadaannya tahun 2008, Desa Ciburuy adalah salah satu daerah yang merupakan sentra pertanian di Bogor. Lahan sawah yang ada seluas 170 hektar dapat menghasilkan sekitar 1190 ton GKP (Gabah Kering Panen). Hasil ini melebihi kebutuhan pangan rumah tangga di Desa Ciburuy yang hanya memerlukan konsumsi sebesar 800 ton GKP setiap tahunnya, dengan jumlah penduduk 12631 orang. Proses produksi petani didukung dengan sarana dan fasilitas pertanian antara lain: 1. Ruang pelajar Masyarakat setempat menyebutnya saung tani, hampir tidak pemah sepi. Setiap hari banyak aparatur petugas bahkan pejabat, pengusaha maupun masyarakat pertanian lainnya berkunjung dan belajar di tempat ini. 2. Lahan praktek Sebidang tanah disekitar saung yang sering disunakan sebagai tempat percontohan, uji coba lapangan atau sebagai tempat praktek petani yang belajar ke Gapoktan Silih Asih. 3. Bangunan tempat prosesing beras SAE Tempat dilaksanakannya kegiatan pengayakan, penampian, penimbangan dan pengepakan beras SAE. 4. Tempat pelayanan koperasi kelompok tani Koperasi ini beranggotakan petani anggota Kelompok Tani di lingkungan Gapoktan Silih Asih dan sebagaian masyarakatlpedagang di desa Ciburuy.
Koperasi ini diberi nama Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari. Jasa usaha yang disediakan oleh koperasi ini antara lain : a) Pelayanan sarana produksi pertanian b) Perdagangan sembako
c) Simpan pinjam d) Pemasaran beras SAE 5. Kelengkapan fasilitas
Fasilitas yang mendukung petani dalam melakukan proses produksi padi semi organik antara lain: a) Mesin pengolahan gabah b) Lantai jemur berukuran 10 x 50 meter dengan kapasitas 15 ton gabah c) Mesin pengering gabah
d) Gudang beras Harga merupakan salah satu faktor yang penting dalam menjalankan usaha tani, untuk memperoleh penerimaan yang besar. Penentuan harga gabah kering panen yang dibeli penggilingan pada petani ditentukan oleh kualitas padi yang dihasilkan, musim panen. Pada saat persediaan gabah di lumbung padi masih banyak harga gabah relatif rendah, dan harga gabah akan tinggi bila persediaan sedikit. Kisaran harga gabah antara Rp. 1.400 hingga Rp. 3000 per kilogram. Kemudian setelah diolah pada penggilingan yang dipasarkan per tahun mencapai 25 ton beras atau senilai Rp. 125.000.000,-. Pada Tabel 3 dijelaskan nilai dan volume beras yang tejual pada masing-masing mitra Gapoktan. Tabel 3. Kelompok Mitra dalam Pemasaran Beras No 1 2 3
Kelompok Miha Oryza Sativa
Volume (Ton)
LPS Pasar Bebas Jumlah
Nilai (Rp)
10 10 5 25
50.000.000 50.000.000 25.000.000 125.000.000
Sumber: Gapoktan Silih Asih 2 0 0 8 ' ~ Beras yang dipasarkan berasal dari tabungan gabah anggota
maupun hasil
pengadaan kelompok. Rata-rata jtunlah yang dipasarkan sebanyak 60 sampai 70 l3
Arsip Gapoktan Silih Asih. Mitra Pemasaran Gapoktan. 2008. 18 Aystus 2009
persen. Sedangkan 30 sampai 40 peresen sisanya sebagai cadangan digudang kelompok. Seperti pada Tabel 4, ditunjukkan bahwa Gapoktan memiliki beberapa mitra dalam mempermudah untuk pemasaran diantaranya adalah KPRI Oryza Sativa, Lembaga Pertanian Sehat dan pasar bebas (agen, grosir, dan pedagang pengecer). Kerjasama yang melibatkan beberapa pihak ini biasanya diatur dalam swat perjanjian kontrak (Lampiran 3). 5.2.
Teknologi Unggulan Usahatani Padi
5.2.1. Budidaya Padi Semi Organik
Budidaya padi semi organik yang dilakukan petani adalah proses produksi padi sawah yang tidak menggunakan pestisida kirnia, menggunakan teknologi terapan lainnya yang lnendukung sistem pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan. Beras yang dihasilkan dari padi organik akan mendapat pzngawasan dari dinas kesehatan, untuk mendapatkan sertifikasi POM (Pengawasan Obat dan Makanan) sesuai dengan kadar pestisida dan unsur kimia yang terkandung dalam makanan. Produktivitas padi yang dihasilkan berkisar antara 4 sampai 7 ton per ha padi kering panen. 5.2.1.1 Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah bertujuan untuk menciptakan struktur tanah yang mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sehingga diharapkan hasil yang diperoleh akan maksimal. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pengolahan tanah yaitu pembajakan, ngegaru, mojokan, nampingan dan memopok pematang. Pengolahan tanah dimulai dengan kegiatan membajak. Kegiatan membajak tanah dilakukan dengan menggunakan alat bajak kerbau atau traktor. Petani di Desa Ciburuy biasanya menggunakan bajak kerbau karena lahan yang diusahaakan memiliki kontur yang bertingkat-tingkat dan luas lahan yang relatif sempit. Kegiatan pembajakan dilanjutkan dengan kegiatan Ngegaru, yaitu kegiatan menghaluskan struktur tanah hasil pembajakan yang masih berupa bongkahan-bongkahan tanah. Pembajakan tanah biasanya tidak mencapai sudutsudut sawah, sehingga tanah yang tidak rerbajak diselesaikan dengan cara dicangkul (Mojokan). Pada waktu yang bersamaan, biasanya petani merapikan
pematang sawah. Pematang sawah dirapikan dengan cara dikikis dengan cangkul yang kemudian dilempar ke lahan, kegiatan ini disebut nampingan. Setelah itu, pematang kembali ditambal dengan tanah berlumpur hingga rata (memopok). Setelah kegiatan pembajakan selsesai dilakukan, kemudian lahan diberakan selama beberapa minggu. Lamanya waktu pemberaan tanah tergantung pada umur bibit disemai.
5.2.1.2 Pembibitan Kegiatan pembibitan dilaksanakan dalam rangka penyediaan bibit unggul bersertifikat untuk mendukung pelaksanaan budidaya padi semi organik secara berkelanjutan. Sementara untuk informasi fungsional penangkaran benih padi dapat dilihat sebagaimana SOP penangkaran benih pada Lampiran 7. Benih yang digunakan ber label biru dan memiliki daya tumbuh minimum 90 persen. Kebutuhan benih sebanyak 8 sampai 15 kilogram per hektar. Tujuan pembibitan ini untuk memperoleh bibit yang siap tanam pada umur 12 sampai 20 hari. a. Persiapan lahan pembibitan Persiapan lahan untuk pembibitan biasanya dilakukan setelah lahan selesai dibajak (pernbajakan pertarna) atau saat waktu pemberaan lahan setelah dibajak. Lahan yang telah dibajak pada pengolahan tanah dibuat menja& beberapa petak. Petak-petakan tersebut dibuat lebih tinggi dari permukaan lahan sekitarnya yang kemudian petak semai tersebut diratakan permnkaannya. Media persemaian menggunakan campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1. Luas persemaian yang digunakan adalah 200 m2 untuk memenuhi kebutuhan bibit seluas 1 hektar. b. Perlakuan benih sebelum sebar Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk mendapatkan benih yang bernas, yang dapat menekan dan menghilangkan penyakit yang ada pada benih. Kemudian merangsang meratanya pengecambahan benih, sehingga mengalami pertumbuhan yang serempak. Perendaman benih dilakukan dengan menggunakan garam atau air abu. Cara perendaman yang dilakukan petani sebagai berikut; gunakan 1 sendok makan earam atau 3 sendok abu setiap 1 liter air (gunakan carnpuran secukupnya), gunakan air bersih secukupnya, perendaman dilakukan selama 24 jam. Setelah perendaman, benih dicuci sambil dipisahkan antara benih
yang bernas dengan benih hampa dan kotoran lainnya. Setelah itu, benih kembali didiamkan selama 12jam sebelum tanam. 5.2.1.3 Penanaman (Tandur)
Bibit siap ditanam ketika mencapai umur yang optimal untuk dipindah ke lahan. Hal ini terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terutama perkembangan anakan setelah ditanam. Selain itu, faktor yang berpengaruh dalam menentukan umur bibit yaitu musim tanam. Penentuan umur bibit untuk padi ramah lingkungan lebih didasarkan pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman di lahan. Bibit umur muda akan menghasilkan anakan yang banyak karena masih dalam masa pertumbuhan generatif yang tinggi. Petani padi ramah lingkungan menggunakan bibit yang relatif masih muda (12 sampai 20 hari). Bibit pada umur ini sudah memiliki empat helai daun atau lebih, dengan tinggi 10 sampai 15 cm. Sehingga bibit perlu diperlakukan secara hati-hati terutama pada bagian akar agar tidak rusak saat dicabut dari persemaian. Tanaman padi konvensional menggunakan bibit yang telah berumur 20-28 hari setelah disemai. Umur bibit yang digunakan untuk penanaman musim hujan (paceklik) relatif lebih tua dibandingkan musim tanam kemarau (musim kedua). Alasannya adalah tingkat serangan penyakit clan hama pada musimpaceklik lebih t i n g ~ ,sehingga membutuhkan bibit tua karena relatif lebih tahan terhadap serangan penyakit. Musim tanam paceklik dimulai pada bulan Desember hingga Maret dan dilanjutkan pada Agustus hingga November. Sementara musim tanam kedua dimulai pada bulan April sampai Juli. Sebelum bibit ditanam, lahan dibuat pola jarak tanam dengan menggunakan alat caplakan. Menaplak lahan dilakukan dua kali dengan arah berlawanan (vertikal-horizontal) sehingga terbentuk pola tanam dengan jarak tanam yang telah ditentukan pada caplakan. Usahatani padi semi organik menggunakan jarak tanam lebar yaitu 12.5 x 25 cm2. Jarak kelompok barisan tanam yaitu 50 cm, untuk memudahkan pemeliharaan dan penghematan penggunaan pupuk serta cakupan unsur hara menjadi luas. Cara penanaman padi semi organik sedikit berbeda dari penanaman padi konvensional pada umumnya. Bibit ditanam dua per umpun (lobang tanam) 2engan kedalalnan yang dianjurkan sekitar 1 sampai 1.5 cm. Batang dan akar bibit ditanam membentuk huruF L.
Sementara bibit padi konvensional biasanya ditanam minimal 4 bibit per urnpun dan ujung akar tanaman biasanya masih berada dipermukaan tanah. Penyulaman dilakukan dengan menggunakan bibit dengan umur yang sama sebanyak 3 sampai
4 rumpun. a. Pengaturan air Tujuan pengaturan air antara lain memperoleh aerasi dan pertumbuhan biota tanah yang sempurna, memperoleh anakan yang produktif, usahatani hemat air, kualitas tani hemat air, dan kualitas hasil panen lebih baik (kematangan gabah merata). Pengaturan air dilakukan pada saat tanam, penyiangan, pemupukan dan pada saat panen. Pada saat tanam air hanya ada di parit (macak-macak), setelah dua hari menjelang penyiangan petakan digenangi air setinggi 2 cm sainpai dengan selesai penyiangan. Kemudian pada saat pemupukan susulan usahakan air macak-macak, dan dua minggu sebelum panen lahan dikeringkan. b. Penyiangan Penyiangan dilakukan untuk membersihkan atau mengurangi tanaman selain tanaman pokok (padi) atau tanaman gulma. Kegiatan penyiangan dilakukan untuk mengurangi populasi gulma yang dapat menjadi pesaing dalam penyerapan hara, selain itu mencegah serangan hama terutama tikus. Gulma dicabut secara manual dengan tangan (ngarambet) terutama disekitar rumpun padi, kemudian dibenamkan ke lumpur atau dibuang ke pematang sawah. Disamping itu penyiangan juga berguna untuk penggemburan tanah, menekan persaingan penggunaan hara tanah, dan menjaga tanaman untuk tumbuh sehat yang memiliki anakan produktif. Sebelum kegiatan ngarambet dilakukan, biasanya petani mengurangi gulma dengan kegiatan ngagarok. Kegatan ini dilakukan dengan bantuan alat yang pada umumnya dibuat sendiri oleh petani. Penyiangan pada umumnya dilakukan dua kali. Penyiangan pertama dilakukan pada umur 20 sampai 22 HST (Hari Setelah Tanam) sambil melakukan penyulaman, penyiangan dilakukan dengan jalan mengacak lahan secara sempurna sampai dengan akar rumput putus, rumput hasil penyiangan dibenamkan. Penyiangan kedua dilaksanakan pada 15 hari setelah penyiangan pertama, penyiangan bersifat menghilangkan rumput pengganggu dengan cara dibenamkan
c. Pemupukan Kandungan unsur hara yang terdapat dalam tanah tidak cukup untuk kebutuhan tanaman, karena ketersediaannya terbatas. Sehingga kebutuhan hara tanah perlu ditambah dari luar dengan pupuk organik maupun pupuk anorganik (kimia). Kegiatan pemupukan yang dilakukan petani padi semi organik dan petani pemupukan padi konvensional dalam satu musim tanam pada umurnnya sama, yaitu 2 sampai 3 kali pemupukan. Sementara pemupukan berdasarkan rekomendasi pemerintah untuk padi konvensional dilakukan tiga kali untuk pupuk urea, sementara TSP dan KC1 diberikan sekaligus saat pemupukan pertama. Dosis yang diberikan per hektar sebagai berikut 200 sampai 300 kilogram urea, LOO kilogram TSP dan 50 kilogram KCl. Petani padi semi organik di Desa Ciburuy menggunakan pupuk dasar yaitu kompos, phonska, dan LOF (Liquid Organic Fertilizer). Pemupukan dasar ini berguna untuk menggemburkan tanah, menambah bahan organik, menambah hara tanah, menambah hara melalui daun (LOF). Pupuk dasar kompos ditabur pada waktu membajak, phonska ditabur di atas tanaman, dan LOF disebar melalui semprotan. Komposisi pupuk kompos sebanyak 2 sampai 5 ton jerami per hektar, kemudian phonska sebanyak 750 kilogram per hektar, dan 2 liter LOF yang disemprotkan sebelurn jam 10 pagi. Pemupukan susulan pertamn dilakukan pada 21 hingga 25 HST. Komposisi pupuk yang diberikan pada waktu ini adalah 100 lalogram urea, 50 kilogram KC1. Kedua jenis pupuk ini ditabur sampai merata dalam petakan secara homogen, dilakukan sesudah daun padi tidak ada embun. Pemberian LOF dilakukan pada saat 28 sarnpai 30 HST sebanyak 2 liter dengan campuran air 15 liter. Teknik pembuatan LOF terdapat pada Tabel 5. Pemupukan susulan pertama dilakukan pada 45 hingga 50 HST. Komposisi pupuk yang diberikan pada waktu ini adalah 50 kilogram urea, 50 kilogram KCl. Kedua jenis pupuk ini ditabur sampai merata dalam petakan secara homogen, dilakukan sesudah daun padi tidak ada embun. Pemberian LOF dilakukan pada saat 45 sampai 50 HST dan 70 HST sebanyak 2 liter dengan campuran air 15 liter.
d. Pengendalian hama dan penyakit Kegiatan pengendalian hama dan dilakukan dengan kultur teknis, mekanis, biologis, dan kimia (pestisida nabati). Berbeda halnya dengan petani padi konvensional, petani padi semi organik menggunakan pestisida nabati yang ramah terhadap lingkungan. Biasanya pestisida nabati dibuat sendiri oleh petani. Bahanbahan yang digunakan petani untuk pestisida nabati diperoleh dari lingkungan sekitar yang telah diketahui efektif dalam mengendalikan hama. Bahan-bahan tersebut antara lain; dam picung, daun mimba, daun tuba, kacang babi. Cara pembuatan pestisida nabati terdapat pada Lampiran 8. Pengendalian hama clan penyakit tanaman ini bertujuan untuk memutus siklus hama penyakit tanaman, keadaan hama ada dalam batas tidak membahayakan, meningkatkan daya tahan fisik tanaman, produksi secara ekonomis menguntungkan dan lingkungan tetap lestari, menekan hama utama padi (penggerek batang), menekan populasi hama secara umurn agar produksi secara ekonomi menguntungkan dan lingkungan tetap lestari. Pestisida nabati disemprot merata dengan dosis larutan 100 liter pada 45
HST dengan dosis larutan 2 sampai 5 cc per liter air. Penanganan hama penyaki tanaman juga dilakukan dengan pergiliran varietas, penggunaan pupuk kompos, penggunaan pupuk suplemen organik, gropyokan dan pengumpanan, sanitasi lingkungan, penggunaan varietas yang tahan hama penyakit tertentu, penggunaan agensi hayati, nematoda patogen serangga dan jamur beauveria, pelestarian musuh alami (predator) hama. e. Pemeliharaan pematang sawah Kegiatan pemeliharaan pematang dilakukan untuk mengurangi gulma atau mencegah perkembangan hama pengganggu tanaman disekitar tanaman. Pematang yang dipenuhi dengan rumput gulma menjadi tempat yang tempat berkembangnya hama, sehingga perlu dibersihkan untuk mencegah kemungkinan tersebut. Pemeliharaan pematang sawah dilakukan dengan dua kegiatan yaitu Nyopak dan Ngabutik. Nyopak yaitu kegiatan membersihkan gulma di tepi peniatang sawah (bagian atas) dengan menggunakan cangkul. S-,mentara
Ngabutik yaitu kegiatan membersihkan seluruh bagian pematang sawah, baik
bagian tepi pematang maupun dinding pematang (sistem terasering), sehingga kebutuhan tenaga kerja lebih banyak dibanding kegiatan Nyopak. Kegiatan ini diselesaikan dengan menggunakan cangkul dan parang. Pemeliharaan pematang sawah dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
f. Panen Panen dapat dilakukan setelah bulir padi sebagian besar telah menguning
(90 persen). Tanaman dipotong menggunakan pisau potong khusus untuk panen (arit). Setelah dipotong kemudian dikumpulkan pada suatu tempat untuk di rontokan. Merontokan bulir padi dilakukan secara sederhana dengan cara dibanting pada papan perontok. Setelah gabah diperoleh dari hasil perontokan, gabah dibersihkan dari sisa-sisa dam clan kotoran lain dengan cara dianginanginkan. g. Kegiatan pasca panen Kegiatan pasca panen meliputi kegiatan bagi hasil panen (Bawon) dan pengangkutan. Bagi hasil panen biasanyan dilakukan di lahan. Kedua belah pihak (pemilik dan buruh panen) memperoleh bagiannya masing-masing sesuai sistem bagi hasil yang disepakati. Beberapa cara yang digunakan oleh petani dalam membagi hasil panen yaitu dengan sistem Nyeblokan dan sistem Ngawesi. System bagi hasil panen ini dilakukan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan yang berlaku bagi bumh tani terkait dengan upah bekerja dari beberapa kegiatan yang dilakukannya, seperti kegiatan menanam, penyiangan dan panen. Kebijakan kembayaran upah tergantung pada system bagi hasil yang digunakan. Terdapat dua system bagi hasil yang digunakan petani dalam membagi hasil panen, yaitu Nyeblokan dan Ngawesi.
5.2.2
Pembuatan dan Penggunaan Kompos Jerami Jerarni padi merupakan limbah pertanian yang banyak tersedia dan mudah
didapat (total jerami: 3 kali lipat dari hasil gabah padi). Jerami sangat bagus untuk dijadikan bahan baku utama pembuatan kompos mengingat jerami banyak inengandung N, P dan terutama K. Dengan cara mengembalikan jerami dalam bentuk kompos memperkaya bahan organik dalam tanah. Tabel 4 menjelaskan Sara pembuatan pupuk kompos dari jerami yang dilakukan olch petani.
Tabel 4. Standar Operasional Prosedur Kompos dari Jerami No 1
1 Prosedur I Penyediam Bahan
Faktor Kunci Jerami kava unsur hara (%) N 0,5, P 0,08, dan K 1,4. '
Keterangan 1 I Jerami mudah didaoat. Jerami dan atau limbah Total jerami adalah'2,6 pertanian lainnya 3 kali lipat dari total gabah yang dihasilkan. Bioaktivator (Promi) Kompos diperkaya dengan Gunakan promi (T, A, mikroba yang bermanfaat; PL) masing-masing !4 kg merangsang pertumbuhan untuk setiap M3 bahan tanaman, mengendalikan penyakit tanaman dan melarutkan fosfat. Penyediaan perdatan : Kemudahan kerja Ukuran cetakan bambu gacok, ember, gembor 2xlxlm plastik hitam, tali rapia dan cetakan bambu
I
3.1 Masukanairkedalam - Memudahkan larutnya ember, masukan promi promi dan aduk secara merata - Promi larut dalam air secara merata 13.2 Sia~kancetakan I - La~isanierami adalah babby masukan lapisan y&g padat (diinjakjerami lapis demi lapis injak)
I I
3.3 Penyiraman larutan promi pada setiap lapisan 3.4 Buka cetakan setelah cetakan penuh dengan jerami 3.5 Penutupan tumpukan jerami dengan plastik hitam. Biarkan jerami selama 2 - 4 rninggu. Pengamatan kompos hingga ke bagian dalam - Buka plastik penutup dan amati jerami
Siram hingga merata s.d tingkat kebasahan 40% Turnpukan jerami yang betul-betd padat
- Proses pengomposan
300 liter air untuk 1 M3 bahan (600 liter per 2 m3)
Sebaiknyajerami dipotong-potong agar proses pengomposan terjadi lebih cepat Keadaan basah, bila jerami diiemas tidak mengelnarkan air. Volume sekitar 2 mJ bahan kompos
Kedap air, menyerap panas dan aerasi sempuma - Kompos digunakan tepat sempuma waktu Pengamatan dilakukan 2 Pengomposan sempuma minggy setelah apabila; (1) Terjadi penurnan pengomposan Lakukan hal sebagai tinggi tumpukan berikut : (2) Dipegang terasa panas (1) Tambahkan air bila (3) Tidak berbau tumpukan tidak panas (4) Tidak kering dan jerami kering (5) Jerami melunak (2) Apabila ban (6) Kompos cukup matang menyengat dan dan baik dengan wama coklat kehitam-hitaman hunpukan terlalu basah lunak dan mudah hancw maka tancapkan bambu
5.2.3 Pembuatan dan Penggunaan LOP (Liquid Organic Fertilizer)
LOF adalah pupuk daun cair berbasis organik, dibuat dari bahan-bahan yang mudah didapat dan harganya murah. Cara pembuatannya sederhana dengan menggunakan bioaktifitas tertentu, maka LOF tersebut dapat digunakan sebagai pupuk organik cair yang daya gunanya tidak kalah dari pupuk cair dari buatan pabrik. Bahan, alat, cara pembuatan dan penggunaannya terdapat Tabel 5. Tabel 5. Standar Operasional Prosedur Liquid Organic Fertilizer No 1.
2.
3.
I
Prosedur 1 Penvediaan alat : DI&, tutup drum (karung plastik) ALU, ember, pengaduk dari bambu dan lumpang batu Penyediaan bahan (1)Keong mas 1 ember kecil (2)Pukan 10 kg (3)Urine kelinci 1 liter (4)Ikan asin BS 5 kg (5)Gula putih (tetes teby gula merah) 0,5 kg (6) Air 100 liter, (7) Bio aktivator Proses pembuatan (1) Siapkan selunrh alat dan bahan (2) Tumbuk keong mas, bertahap (114 bagiam) campurkan dengan ikan asin sedikit demi sedikit (114 bagian) (3) Campurkan pupuk kandang 1/4 bagian, tumbuk kembali dan hasii tumbukan simpan dalam ember yang telah disediakan
(4) Lakukan proses penumbukkan demikian s.d 4 kali bahan tersedia habis ditumbuk (5) Seluruh hasil tumbukan masukan ke dalarn drum dan berikan air sebanyak
Faktor Kunci kemudahan keria I .
difermentasi
Ketersediaan unsur hara nakro dan mikro Keseimbangan mikroba
- Bahan murah dan mudah didapat - Cara pembuatan tidak memerlukan teknologi yang
- Mudah diaplikasikan rahapan kerja lebih mudah
empercepat proses
nutrisi untuk
roses fementasi cepat dan
Semakin haluis tumbukan semakin baik Ikan asin diberikan sedikit demi sedikit s.d % bagian pada setiap tahap penumbukan
Adonan merata Khasiat tidak kalah dengan pupuk cair
'Seseimbangan mikroba
I
kelestarian lingkur~gan
Prosedur 100 liter, aduk merata dan bubuhkan win kelinci 1 liter ditambah bioaktivator (6) Tutup d m dengan
5.2Takm dan penggunaan LOF
Faktor Kunci
Keterangan
roses fermentasi
cara
1
akaran larutan sesuai engan wnur tanaman
LO' per 1 tang" andsprayer (13-15 liter
VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PENERIMAAN PAD1 SEMI ORGANlK 6.1.
Sumber-Sumber Risiko Produksi dan Penerimaan Identifikasi mengenai risiko-risiko yang terdapat pada proses produksi
petani merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam manajemen risiko. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai penyebab risiko dan kejadian-kejadian yang dapat menyebabkan kerugian bagi pengambil keputusan. Sumber risiko yang diidentifikasi pada produksi padi organik dalam penelitian ini adalah kegiatan-kegiatan yang krusial bagi petani. Kegiatan yang inemiliki risiko krusial adalah kegiatan yang hams dilaksanakan oleh petani dalam usahataninya, bila tidak berjalan dengan baik maka tidak ada produk ataupun jasa yang dihasilkan. Risiko krusial yang diidentifikasi pada usahatani padi semi organik adalah kategori risiko produksi dan penerimaan. Dalam kegiatan usaha padi semi organik terdapat beberapa surnber risiko yang dapat menghambat kegiatan usaha. Sumber risiko yang krusial dalam usahatani ini digolongkan pada risiko produksi dan risiko penerimaan. Risiko produksi dalam ha1 ini mencakup pada sistem produksi, pengelolaan sumberdaya manusia (SDM), proses produksi, dan faktor eksternal. Dalam penelitian ini sumber risiko penerimaan digolongkan berupa manajemen harga jual hasil produksi pada penggilingan Koperasi Lisung Kiwari. 6.1.1. Risiko Produksi
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya risiko operasional terkait dengan empat penyangga utama dalam pengelolaannya, yaitu berfungsinya suatu sistem produksi (institusi Gapoktan), proses produksi, manusia atau orang, dan faktor ekstemal. Faktor penyebab risiko tersebut berpotensi menghasilkan peristiwa-peristiwa yang dapat merugikan. Kegiatm-kegiatan yang mengandung risiko pada empat golongan besar dalam produksi padi semi organik ini, dijabarkan sebagai berikut: 1. Risiko institusi Risiko institusi dalam penelian ini adalah sistem yang mengatur hubungar~ petani dengan lembaga yang terkait, antara lain; penyuluh, lembaga pemberi modal, Gapoktan, dan dinas-dinas pemerintah. Dengan luasan lahan 170 hektar
yang digunakan oleh petani dalam proses produksi 90 persen diantaranya adalah lahan Gapoktan yang disewa kepada petani. Hasil kerjasama ini menghasilkan pembagian hasil dengan kisaran 60 persen untuk petani dan 40 persen untuk Gapoktan. Pengaturan mengenai ken~gian yang diderita oleh petani hanya ditangguhkan pada hasil panen musim tanam berikutnya. Risiko ini dapat mengakibatkan kerugian pada Gapoktan terhadap kepercayaan penyaluran modal dari instansi pemerintahan maupun lembaga terkait lainnya. Gapoktan ini memberikan pinjaman berupa input-input utama pertanian berupa lahan, benih, pupuk, dan pestisida nabati pada proses produksi tanpa diadakannya sebuah surat perjanjian formal antara petani dan pengelola. Pada data LUEP (Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan) 2007 jumlah modal yang dipinjamkan sebesar Rp. 165 juta. Dana yang dipinjamkan kepada petani ini tidak sepenuhnya dikembalikan. Tercatat tunggakan petani 23 persen dari keseluruhan modal pinjaman. Hasil yang diperoleh pada tahun ini tidak sama dengan tahun sebelumnya, dimana tahun 2005 dan 2006 modal pinjaman dikembalikan 100 persen oleh petani. 2. Risiko proses produksi Pada proses produksi petani mengawali dengan pengolahan lahan untuk persemaian benih hingga perontokan padi dari berangkasnya. Kegiatan yang mengikuti standar operasional prosedur (SOP) dilakukan oleh setiap petani (kelompok tani) Gapoktan Silih Asih. Standar yang digunakan untuk memproduksi padi semi organik dalam proses pemupukannya menggunakan kompos, ponshka (NPK), SP 36, Urea, KCI, dan LOF. Pemberian pupuk Urea, SP 36, dan KC1 dapat menimbulkan keraguan akan nama organik yang melekat pada produk. Karena dalam pengertiamya padi organik merupakan produk yang terbebas dari bahan-bahan kimia dalam proses produksinya. Risiko yang disebabkan olkh pemakaian bahan kimia dalam proses produksi dapat menyebabkan menurunnya kepercayaan konsumen terhadap produk beras Sae yang dihasilkan dari padi Gapoktan Silih Asih. Petani berpendapat apabila pemberian pupuk kimia tidak dilakukan maka hasil yang diperoleh tidak akan maksimal. Pada proses prod~ksi ini yang dilakukan hanya mengurangi dosis dari pupuk. Lain halnya untuk pengendalian
hama dan penyakit dilakukan menggunakan pestisida organik tanpa menggunakan bahan-bahan kimia. 3. Risiko manusia Anggota Gapoktan merupakan kekuatan bagi hasil usahatani. Dengan azas kekeluargaan, hubungan yang erat antar sesama petani menyebabkan terjalinnya kepercayaan antara pengurus dengan petani. Prinsip saling tolong menolong yang tercantum pada anggaran dasar (Lampiran 1) Gapoktan, menjadikan pendorong bagi petani untuk mencapai hasil yang optimal secara bersama-sama. Prinsipprinsip ini didukung dengan kemampuan petani dalam menghasilkan padi yang telah dilakukan secara tun-temurun dan merupakan budaya masyarakat. Karakteristik umurn masyarakat petani dapat dilihat dari aspek pendidikan, umur, pendapatan dan penguasaan lahan garapan. Berdasarkan hasil data Gapoktan Silih Asih (2008), diketahui bahwa sebagian besar petani berpendidikan hanya sampai sekolah dasar (SD) dengan kisaran 83.3 persen. Kisaran umur petani antara 30 sampai 60 tahun dengan luasan lahan yang digunakan dalam produksi rata-rata 0.42 hektar. Data survey kelayakan mitra tani LPS (2006), memberikan data tentang pendapatan petani yang rendah perbulannya, yaitu ratarata Rp.300.000 per bulan. Risiko yang kerap muncul pada petani adalah kelalaian terhadap pencatatan hasil produksi. Pendataan mengenai hasil produksi yang dilaporkan terhadap ketua kelompok terkadang diabaikan oleh petani. Kejadian ini akan mengakibatkan ketidaksesuaian data yang dimiliki ketua kelompok dengan lumbung padi. Proses pencatatan yang kurang juga terlihat pada aliran modal bergulir yang diberikan lembaga permodalan. Hal ini mengakibatkan ketidakjelasan mengenai jumlah dan petani yang akan mendapatkan bantuan modal dalam jangka waktu panjang. Pengalaman petani dalam memproduksi padi menjadikan kemungkinan terjadinya kecelakaan keja yang terjadi sangat rendah. Sepanjang tahun 2008 tidak terdapat keluhan dari petani atas terjadinya suatu kecelakaan yang disebabkan kegiatan produksi. Hal ini juga disebabkan oleh kegiatan produksi yang tidak menggunakan alat-alat berat seperti industri-industri besar.
4. Risiko eksternal
Risiko ekstemal berkaitan dengan kejadan yang bersurnber dari luar perusahaan clan di luar pengendalian perusahaan. Kejadian merugikan pada proses produksi yang sering terjadi dan bersifat musiman adalah iklim kemarau, banjir, serangan hama dan penyakit tanaman. Kejadian-kejadian seperti ini tidak dapat diperkirakan tejadinya dan menimbulkan dampak kerugian yang besar bagi petani. Kerugian yang diakibatkan berdampak pada kualitas padi hingga gagal panen. Iklim kemarau yang tidak terprediksi tiap tahun sering menimbulkan risiko terhadap petani. Pengaturan jadwal tanam pada petani tidak dilakukan untuk menghindari kejadian yang berdampak pada gagal panen. Terlihat pada periode tanam II dan V petani selalu mengalami p e n m a n pada kualitas dan kuantitas hasil produksinya (Lampiran 4). Sebagian besar lahan dilanda kekeringan akan mengalami kekurangan unsur-unsur hara yang dibutuhkan padi dalam pertumbuhan dan pembentukan bulir padi. Kejadian alam yang relatif dapat dikendalikan oleh petani adalah terjadinya banjir pada saat musim hujan. Drainase pada lahan pertanian menyebabkan banjir berdampak kecil karena jarang terjadi. Kemudian mengenai kejadian alam yang disebabkan oleh hujan seperti erosi dan longsor diperbaiki pada saat proses penyiapan lahan pada kegiatan produksi untuk memperbaiki postur tanah. Pemeliharaan hara tanah juga dilakukan dengan perendaman jerami pada saat penyiapan lahan dilakukan. Hama dan penyakit juga kerap menimbulkan kerugian pada petani. Jarak lahan yang berdekatan menyebabkan serangan hama dan penyakit berdampak menyeluruh dan cepat menyebar. Golongan hama yang kerap menyerang tanaman padi adalah kupu-kupu putih, walang sangit, dan keong mas. Sedangkan penyakit yang menyebabkan efek merugikan pada petani adalah tungro dan kresek. Hama dan penyakit tanaman dikendalikan dengan pestisida nabati yang berasal dari bahan-bahan alami, antara lain; daun picung, daun mimba, kacang babi, dan daun tuba. Pemilihan varietas benih padi disesuaikan deskripsi yang memiliki kerentanan terhadap hama dan penyakit pada lahan pertanian. Sesuai deilgan
persyaratan SOP dalam pemilihan varietas yang akan ditanam adalah rasa nasi enak, tahan hama, pulen, dan produktivitas tinggi.
Dengm ini Gapoktan
menyarankan pada petani untuk memilih beberapa varietas antara lain; Bondoyudo, Situbagendit, dan Sintanur. 6.1.2
Risiko Penerimaan Risiko penerimaan berhubungan dengan risiko produksi dan harga yang
dapat merugikan petani. Kerugian ini berasal dan adanya proses produksi yang dapat mengurangi penerimaan petani. Hal ini dapat disebabkan karena pengeluaran modal petani terhadap input-input pertanian pada saat produksi, ataupun adanya penurunan kualitas maupun kuantitas produksi. Pengeluaran akan input-input pertanian disesuaikan dengan fluktuasi harganya. Risiko pasar yang timbul karena pergerakan harga, sehingga berdampak negatif bagi petani. Fluktuasi harga pada usaha padi semi organik terdapat pada beberapa komponen, antara lain; benih, pupuk, bahan pestisida nabati, dan kelangkaan ketersediaan input-input pertanian. Sementara untuk biaya persewaan dan tenaga kerja peralatan pada proses produksi relatif tidak fluktuatif. Dapat ditinjau dari biaya tenaga keja untuk pemupukan dengan upah Rp. 250.000 per hektar dan upah untuk pemanenan Rp. 200 per kilogram. Biaya tenaga kerja ini disesuaikan dengan upah minimum wilayah Bogor. Sementara untuk persewaan alat dapat dipinjam pada Gapoktan dengan membayar biaya bahan bakar mesin senilai yang dihabiskan. 1. Fluktuasi harga benih
Benih yang digunakan petani berasal dari penangkaran benih yang dilakukan oleh Gapoktan Silih Asih. Benih-benih ini telah mendapatkan sertifikat dari BPSB (Balai Pengawasan Sertifikasi Benih) Kabupaten Bogor. Produksi benih yang dilakukan oleh Gapoktan belurn mampu untuk memenuhi kebutuhan input petani, sehingga kekurangannya dipenuhi oleh produsen benih lain (Pionir). Risiko kerugian yang kerap dihadapi petani adalah keterlambatan musim tanam karena kurangnya ketersediaan benih pada Gapoktan. Harga benih padi relatif tidak fluktuatif berkisar antara Rp. 7000 hingga Rp. 7.500 per kilogram. Kelolnpok tani Ciburuy mendapatkan pinjamnn berupa input-input pertanian dari Gapoktan. Kemudian petani akan mengzmbalikan
dalam bentuk hasil panen (Gabah Kering Panen). Besamya input yang akan dikembalikan petani adalah sejumlah yang digunakan pada proses produksi. Risiko merugikan pada fluktuasi harga input ini tidak terlalu berpengaruh terhadap petani. 2. Fluktuasi harga pupuk Pupuk yang digunakan pada proses produksi adalah pupuk yang disubsidi oleh pemerintah. Kemudian fluktuasi harga yang terjadi pada pasaran pupuk cendrung dikontrol oleh pemerintah dengan pemberian subsidi. Harga pupuk ponshka Rp. 1.750 per kilogram, Urea Rp. 1.200 per kilogam, SP 36 Rp. 1.800 per kilogram, dan KC1 Rp. 8.500 per kilogram. Dalam kegiatan produksinya pupuk ini juga sama dengan input yang lainnya, dimana Gapoktan memberikan pinjaman kepada petani. Kebutuhan pupuk untuk produksi padi per nektar pada satu musim tanam adalah 5 ton pupuk kompos jerami, 750 kilogram pupuk organik grand, LOF 6 liter, Urea 150 kilogram, 100 kilogram SP 36, dan 100 kilogram KCI. Permasalahan yang kerap tejadi pada Gapoktan adalah persediaan pupuk sering sekali tidak mencukupi kebutuhan petani. Hal ini disebabkan adanya pembatasan jurnlah yang disediakan oleh grosir pupuk. Kejadian ini dapat berpengaruh terhadap perlakuan pemeliharaan pada pada saat tanam akan terganggu, yang akhimya berpengaruh terhadap kualitas. Kerugian ini juga diperparah dengan seringnya pedagang pupuk yang terlarnbat dalam proses pendistribusian pada Gapoktan. 3. Fluktuasi harga bahan pestisida nabati
Pestisida nabati hanya digunakan apabila terdapat hama atau penyakit yang menyerang tanaman. Petani di Ciburuy menggunakan bahan-bahan yang terdapat di dam untuk memproduksinya. Bahan-bahan yang dimaksud antara lain; daun picung, daun mimba, kacang babi, dan daun tuba. Rangkaian proses produksi pestisida nabati ini sesuai dengan SOP Gapoktan. Dosis yang dilakukan untuk per hektamya adalah 1 liter dengan campuran air 15 liter. Dengan mengandalkan hasil alam yang tersedia untuk menghasilkan pestisida nnbati, maka usahatani yang dilakukan tidak dipengaruhi oleh fluktuasi harga brhan. Permasalahan yang kerap terjadi adalah ketersediaan bahan-bahan
tersebut untuk memenuhi kebutuhan petani akan pestisida. Risiko merugikan akan timbul apabila hama dan penyakit ban* pada daerah Ciburuy muncul, sementara pestisida nabati untuk mengatasi masalah ini belum diketahui oleh petani. Hal ini muncul pada saat penyakit tungro menyerang padi petani. Seluruh lahan yang ditanami terserang hingga petani mengalami gaga1 panen.
4. Fluktuasi harga gabah kering panen Hasil produksi petani dijual kepada penggilingan berupa gabah kering panen. Harga penjualan dapat ber fluktuasi antara Rp.1700 per kilogram hingga Rp.2800 per kilogram (Lampiran 4). Penjualan petani yang mengalami perubahan tiap bulannya dapat menyebabkan risiko kerugian. Pada data harga tahun 2008 terlihat harga tertinggi terjadi pada bulan Juli mencapai Rp. 2800 per kilogram. Pada bulan Maret terlihat harga terendah Rp. 1700 per kilogram. Fluktuasi harga ini menyebabkan ketidakpastian bagi petani dalam memasarkan produknya. Petani dapat menderita kerugian apabila harga padi saat panen dibawah harga harapannya. Harga gabah kering panen ditentukan oleh koperasi penggilingan, dan petani hanya sebagai penerima harga. Begitu juga harga gabah kering panen yang beduktuasi dapat juga mempengaruhi penerimaan petani. Kekurangan produksi terhadap target yang ditentukan oleh petani menentukan besamya risiko penerimaan petani. Penerimaan petani juga dipengaruhi oleh kepemilikan lahan yang dijadikan sebagai areal produksi. Sebagian besar petani yang memproduksi padi semi organik, menyewa lahan untuk usahataninya. Pembagian hasil produksi dengan pemilik tanah dan Gapoktan menjadikan penerimaan petani atas hasil panennya lebih kecil. Biasanya petani hanya menerima 60 persen dari seluruh hasil panen. Seluruh sumber-sumber risiko teridentifikasi merupakan kegiatan usahatani krusial. Kegiatan-kegiatan yang menghasilkan sumber risiko didapat dari kegiatan-kegiatan vital produksi padi, yang apabila tidak dilaksanakan akan menyebabkan terancamnya keberlanjutan usaha. Identifikasi sumber-sumber risiko operasional maupun risiko harga pasar yang mempengaruhi terhadap proses produksi padi semi organik, akan dilanjutkan dengan pemetaan risiko. Risikorisiko yang dapat menimbulkan kerugian bagi petani dimasukkan kedalam peta
risiko sesuai dengan kemungkinan dan dampaknya terhadap keberlanjutan usahatani. Besamya masing-masing probabilitas dan dampak diukur dengan menggunakan data wawancara dengan pihak ketua kelompok tani (petani) dan manajemen Gapoktan Silih Asih. Penentuan besar kecilnya probabilitas adalah berdasarkan tingkat persentase tejadinya sumber risiko pada usahatani. Sementara untuk ukuran besar kecilnya dampak digolongkan pada tingkat kerugian yang diderita karena terjadinya risiko merugikan oleh Gapoktan pada usahatani padi. Besar atau kecilnya risiko dibatasi oleh sumbu horizontal berupa probabilitas dan vertikal yang menggambarkan dampak risiko. Nilai yang membatas probabilitas sebesar 20 persen ditentukan oleh petani melalui wawancara. Dengan ini berarti tingkat kemungkinan terjadinya risiko yang dapat diterima oleh petani sebesar ambang batas 20 persen. Penentuan pada nilai probabilitas sama dengan penentuan dampak risiko pada petani. Arnbang batas kerugian sebesar Rp.500.000, yang didasarkan pada ambang batas kerugian petani. Nilai ini ditentukan pada luasan lahan dengan satuan kilogram per hektar, sehingga akan tejadi penambahan apabila luasan lahan bertarnbah. Penggolongan risiko dari tingkat probabilitas dan dampak, selanjutnya akan di tuangkan dalam peta hasil identifikasi sumber risiko. Sumber-sumber risiko yang telah teridentifikasi dapat diklasifikasikan kedalam empat kuadran risiko berdasarkan tingkat kemungkinan terjadinya dan dampak yang ditimbulkan oleh risiko tersebut. Pendekatan yang digunakan untuk mengetahui posisi masingmasing risiko pada penelitian ini adalah bottom-up. Pendekatan ini menjelaskan wawancara yang dilakukan memiliki pendekatan pada bagian terbawah dari Gapoktan yaitu petani. Wawancara yang dilakukan untuk menempatkan posisi masing-masing risiko pada peta risiko berdasarkan pada perkiraan yang subjektif. Petani diminta menentukan risiko yang dapat menyebabkan kebanghtan ataupun gaga1 panen. Kegagalan panen pada usahatani merupakan risiko yang memiliki dampak dan probabilitas besar bagi petani. Kemudian risiko yang sering terjadi namun memiliki tingkat kerugian kecil, yang diletakkan pada kuadran 2. Surnbpr risiko
yang memiliki frekuensi kecil dan dampak kecil bagi petani diletakkan pada kuadran 4. Sementara kuadran 3 berisi risiko yang menurut petani jarang terjadi tapi berdampak besar, seperti hasil pemetaan sumber-sumber risiko (Gambar 8).
Kuadran 2 Distribusi pupuk terhambat
Besar
Kuadran 1 Penyampuran pupuk kimia Pengaturan musim tanam tidak terpola dan iklim * Fluktuasi harga gabah kering panen
.
Kuadran 4 Kurangnya ketersediaan input K e ~ s a k a nmoral Fluktuasi harga input (benih, pupuk, dan bahan pestisida)
Kecil
I
Kuadran 3 Serangan hama dan penyakit Kecelakaan kerja
I
I
Kecil
Besar Akibat (Rp)
Gambar 8. Peta Hasil Identifikasi Sumber Risiko
Sumber risiko yang berada masing-masing kuadran disesuaikan dengan identifikasi risiko terhadap petani. Kuadran 1 yang berisikan penyampuran pupuk kimia dan pengaturan musim tanam yang tidak terpola, dimana menurut petani risiko ini memiliki probabilitas dan dampak besar. Pada kuadran 2 berisikan serangan hama, penyakit, dan kecelakaan keja, dimana menurut petani sumber risiko ini memiliki probabilitas kecil dan dampak besar. Pengaruh iklim dan distribusi pupuk terhambat terdapat pada kuadran 3, yang menggambarkan probabilitas besar dan berdampak kecil bagi petani. Kuadran 4 yang menggambarkan probabilitas kecil dan dampak kecil menunjukkan kurangnya ketersediaan input, kerusakan moral, dan fluktuasi harga input (benih, pupuk, dan bahan pestisida) sebagai sumber risiko. 6.2.
Analisis Probabilitas Risiko Produksi dan Penerimaan Kemungkinan terjadinya risiko pada petani dapat dihitung melalui data
produktivitas padi tiap periode tanam dari Desember 2007 hingga Juli 2009. Pada periode ini produktivitas padi mengalami fluktuasi, yang dikarenakan oleh
perencanaan penanaman petani tidak tepat menghindari musim kemarau. Perbedaan jumlah produktivitas mengindikasikan adanya risiko dalam usahatani ini. Data produktivitas petani dalam satu hektar areal tanam menunjukkan penyimpangan dari distribusi normalnya terlihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Analisis Probabilitas Risiko pada Petani Periode I I1 I11 IV V
Total Rata-rata Standar deviasi X Z
Nilai pada tabel z
Probabilitas risiko
Bulan Desember - Maret April - Juli Agustus - November Desember - Maret April - Juli
Produktivitas (Kg/ha) 6400 4500 6300 6000 4200 27400 5480 1047.377 6500 0.97386137 0.166 16.60%
penmimaan (RPW
Harga Jual 1700 2500 2400 2100 2800
1
1
1
I0880000 11250000 15120000 12600000 11760000 61610000 12322000 1691927.894 I3400000 0.637142992 0.264 26.40%
Analisis yang dilakukan hanya dapat membandingkan kemungkinan risiko produktivitas dan penerimaan. Hasil perhitungan pada data produktivitas per periode tanam menunujukkan persen kemunglanan tejadinya risiko pada usahatani padi semi organik. Tabel 5 menunjukkan jumlah total produktivitas pada tahun 2007 hingga 2009 mencapai 27400 kilogram GKP, dengan rata-rata 5480 kilogram per periodenya. Hasil produktivitas padi semi organik menunjukkan tingkat ptobabilitas risiko produksi padi sebesar 16.60 persen. Tingkat probabilitas dipengaruhi oleh produksi normal yang ditentukan oleh petani sebesar 6590 kilogram per hektar. 1ni ditentukan dengan pertimbangan produktivitas padi yang ditanam dapat mencapai 7000 kilogram per herktar dalam label, namun biasanya hanya mencapai 6500 kilogram per hektamya. Dengan ini maka kemungkinan terjadinya penyimpangan hasii pada tiap produksinya sebesar 16.60 persen. Nilai z sebesar 0.973 dengan tanda prositif menunjukkan bahwa penurunan produksi padi berada di sebelah kanan rata-rata distribusi normalriya. Sehingga nilai z sebesar 0.973 pada distibusi normal z menunjukkan angka 0.166.
Hasil analisis ini menunjukkan probabilitas produktivitas padi di bawah 6500 kilogram per hektar adalah sebesar 0.166 atau 16.60 persen. Probabilitas risiko pada produksi padi dapat disebabkan karena sumbersumber risiko pada kegiatan produksi. Standar operasional prosedur yang dilakukan dalam berproduksi masih memiliki kendala dalam pelaksanaannya. Karena dalarn proses produksi padi masih dipengamhi oIeh iklim yang tidak bisa dikendalikan clan hanya dapat dihindari. Penentuan jadwal yang tepat untuk menghidari musim kemarau seharusnya ditentukan untuk menghindari risiko produksi ini. Hasil ini juga dipengaruhi sumber risiko hama dan penyakit tanaman yang menyerang padi. Besarnya kemungkinan risiko pada proses produksi padi lebih besar dari probabilitas risiko penerimaan yang dihadapi petani. Harga Gabah Kering Penen (GKP) yang berkisar antara Rp. 1700 hingga Rp. 2800. Nilai probabilitas risiko pada penerimaan tercatat sebesar 26.40 persen. Hasil ini ditentukan oleh target penerimaan sebesarRp. 13.400.000. Hasil perhitungan nilai z pada penuxunan penerimaan sebesar 0.63 menunjukkan nilai 0.264 pada tabel distribusi normal. Tingkat probabilitas yang ada menunjukkan petani akan mengalami kemungkinan penerimaan di bawah Rp. 13.400.000 adalah sebesar 0.264 atau 26.40 persen. Data ini menunjukkan kemungkinan risiko penerimaan pada usahatani padi lebih besar dibandingkan dengan probabilitas risiko pada proses produksi yang hanya mencapai angka 16.60 persen. Besamya kemungkinan terjadi risiko pada penerimaan ini dapat disebabkan oleh fluktuasi produksi padi darl harga gabah kering panen. Sehingga jumlah penerimaan petani tidak tetap pada tiap panennya. Kemudian besamya probabilitas ini ditentukan juga oleh ketersediaan padi pada lumbung penyimpanan dan kualitas padi. Hal ini menjadikan posisi petani sebagai penerima ketentuan untuk harga GKP.
6.2.1. Analisis Dampak Risiko Produksi dan Penerimaan Dampak risiko yang memgikan pada petani terjadi akibat adanya penurunan hasil dari target produksi. Target produktivitas yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 6500 kilogram per hektar. Dengan adanya data pcnurunrn produktivitas inenunjukkan suatu sumber risiko yang merugikan bagi petani.
Besarnya dampak merugikan oleh target produksi yang tidak tercapai dapat diketahu melalui Value at Risk (Tabel 7). Tabel 7. Dampak Risiko Penerimaan pada Petani
Petani yang tergabung pada Gapoktan Silih Asih ini pada Desember 2007 hingga Juli 2009 telah berproduksi sebanyak lima kali. Hasil produktivitas yang tidak mencapai target terdapat setiap periode tananm. Kekurangan produktivitas pada periode I sebesar 100 kilogram, I1 sebesar 2000 kilogram, I11 sebesar 200 kilogram, IV berjumlah 500 dan V sebesar 2300. Selisih produktivitas yang tejadi terhadap target ini tejadi pada saat tingkat harga mencapai Rp. 1.700, Rp. 2.500, Rp. 2.400, Rp. 2.100, dan Rp. 2.800 per kilogram. Dampak risiko karena selisih produktivitas menyebabkan petani mengalami kerugian sebesar Rp. 13.140.000 pada lima periode tanam. Kekurangan produksi ini tejadi pada saat musim kemarau, yang menyebabkan produktivitas padi menurun. Pengaturan musim tanam sangat dibutuhkan untuk mengatasi dampak kerugian yang mengurangi penerimaan petani ini. Karena penerimaan petani merupakan salah satu faktor penting untuk kelanjutan usahatani pada musim berikutnya. Nilai distribusi tabel z yang diambil pada tingkat 5 persen menunjukkan Value a/ Risk yang terjadi pada petani sebesar Rp 4.750.735. Hasil ini
menunjukkan tingkat kerugian akibat produksi tidak akan melampaui Rp. 4.750.735 tiap siklus penanaman yang dilakukan petani dalam lima periode
penanaman. Apabila terjadi kerugian diatas nilai tersebut maka dinyatakan adanya risiko yang besar dari penerimaan. Besamya dampak atapun kerugian yang diderita petani disebabkan oleh kekurangan produktifitas yang ditargetkan oleh petani dan harga pada saat panen.
6.2.2. Pemetaan Risiko Produksi dan Penerimaan Analisis mengenai besaran probabilitas dan dampak risiko yang terjadi pada proses produksi padi, menunjukkan besarnya risiko produksi dan penerimaan. Risiko yang ditanggung oleh petani pada periode Desember 2007 hingga Juli 2009. Pemetaan risiko digolongkan atas klasifikasi besamya dampak dan probabilitas. Penempatan risiko didasarkan pada hasil perhitungan dari dampak dan probabilitas risiko. Proses produksi menunjukkan tingkat probabilitas yang terjadi pada produksi sebesar 16.60 persen dan penerimaan 26.40 persen (Tabel 5). Sementara hasil dari analisis terhadap tingkat dampak yang diperoleh pada produksi padi adalah Rp. 4.750.735. Faktor ini akan menjadi penentu posisi masing-masing risiko dalam pemetaan (Gambar 9). Pmbsbilit~s(70)
Besar
Kuadran 1
Kuadran 2
Risiko Penerimaan 20
Kecil
Kuadran 3
Kuadran 4
Risiko Produksi
Kecil
500.000
Besar
Dampak (Rp) Gambar 9. Hasil Pemetaan Risiko
Hasil pemetaan menunjukkan bahwa risiko penerimaan padi semi organik terdapat pada kuadran 1. Deskripsi risiko yang menempati posisi ini adalah merupakan kejadian merugikan dengan kemuungkinan terjadinya besar, dan memiliki dampak yang besar bagi perusahaan. Risiko produksi mcmiliki nilai probabilitas 26.40 persen dan dampak Rp. 4.750.735.
Pada kuadran 3 terdapat risiko produksi yang dihadapi oleh petani. Kelompok risiko yang tergabung pada posisi ini dideskripsikan dengan kejadian merugikan dengan dampak besar dan probabilitas kecil. Pada Tabel 7 dapat dilihat hahwa probabilitas risiko produksi tejadi sebesar 16.60 persen (dibawah batas 20 persen). Hal ini menyebahkan probabilitas risiko yang merugikan pada proses produksi padi kecil, dengan dampak besar senilai Rp. 4.750.735. Risiko yang telah dipetakan akan ditindak lanjuti dengan penanganan risiko untuk mengubah posisi risiko pa& kondisi minim akan kerugian.
6.3.
Strategi Penanganan Risiko Kerugian yang terjadi pada petani selama melakukan proses produksi padi
semi organik diatasi dengan berbagai cara. Pada umumnya cara petani dalam mengatasi masalah pertanian dilakukan dengan dua cara, antara lain; penghindaran risiko (preventif) dan mengurangi terjadinya risiko (mitigasi). Strategi yang secara umum dilakukan oleh petani &lam mengatasi sumbersumher risiko akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Penghindaran risiko (preventif) Penghindaran terhadap risiko dilakukan untuk menghadapi kejadiankejadian merugikan, sehingga dampak yang disebabkan kerena pengambilan keputusan dapat dihindari. Kegiatan produksi padi semi organik ini membutuhkan manajemen untuk menyamakan kualitas produk pada petani yang berbeda-beda. Manajernen Gapoktan Silih Asih dalam ha1 ini rnenerapkan beberapa strategi untuk menjaga keberlanjutan usaha anggotanya. Penerapan strategi yang dilakukan untuk menangani sumber-sumber risiko pada proses produksi padi semi organik djelaskan sebagai berikut:
a) Pengaturan musim tananam Sistem pertanian pada petani yang tidak lnemperhatikan waktu musim tanam, sehingga pada waktu proses produksi padi dilakukan lahan tidak rnerniliki air untuk pertumbuhan tanaman. Petani yang tergabung dalarn Gapoktan terkadang tidak rnemperhatikan ha1 ini. Pengaturan musirn tanaln dilakukan dengan koordinasi pihak Gapoktan dengan para penyuluh pertanian. Data mengenai musim kernarau untuk mencegah terjadinya kerugian pada petani
didapat dari BMKG (Badan Meteorologt Klimatologi dan Geofisika) wilayah Bogor. Penghindaran terhadap risiko dengan menunda musim tanam petani belum sepenuhnya dilakukan. Karena pada saat musim kemarau tejadi masih ada petani yang terlanjur melakukan penanaman. Hal ini menyebabkan padi yang diproduksi akan mengalami kekeringan, sehingga mempengaruhi terhadap kualitas maupun kuantitas hasil panen. Pada risiko ini dibutuhkan dukungan institusi Gapoktan dan penyuluhan pertanian. Dengan mengadakan penyuluhan kepada petani melalui pembinaan dan aliran modal tepat waktu (selain musim kemarau). b) Melaksanakan SOP produksi Setiap petani yang tergabung dalam Gapoktan hams melakukan SOP pada setiap kegiatan produksinya. Hal ini dulakukan untuk menyamakan standar pencapaian hasil yang diperoleh petani. Kegiatan-kegiatan yang memiliki SOP antara lain; penangkamn benih, pemupukan, penanaman, pengolahan lahan, pemeliharaan, pembuatan pestisida nabati, pembuatan LOF, pembuatan pupuk organik. Untuk memperoleh hasil optimal petani melakukan langkah-langkah produksi sebagaiberikut: 1) Pengadaan benih Pengadaan benih dilakukan dengan pemilihan varietas unggul, bermutu dan tahan terhadap serangan penyakit tungro. Benih yang digunakan berlabel biru (ES) bersertifikat BPSB dan tidak kadaluwarsa. Daya tumbuh minimum 90 persen. 2) Pengendalian hama secara preventif Poroses pengendalian hama dan penyakit dengan kultur teknis adalah melakukan pergiliran varietas, dan penggunaan varietas tahan hama dan penyakit. Penanganan preventif hama dan penyakit dilakukan melalui kultur
mekanis.
Kegiatan
yang
dilakukan
adalah
gropyokan,
pengumpanan, dan sanitasi lingkungan. 3) Perlakuan terhadap benih
Melakukan perendaman terhadap benih
sebelum semai, dengall
menggunakan garam atau air abu. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan benih yang bernas, menghilangkan penyakit yang ada pada benih,
merangsang meratanya pengecambahan benih. Langkah yang digunakan anatara lain: campur satu liter air dengan satu sendok makan garam (tiga sendok abu), dan lalu carnpurkan dengan benih pada rendarnan dengan air secukupnya selama 24 jam.
4) Penyiapan media semai Media persemaian dipersiapkan untuk memperoleh bibit yang siap tanam pada umur 12 sampai 20 hari. Perlakuan yang dilakukan adalah media kompos dengan campuran tanah dan kompos 1:l. Persemaian dengan luasan 200 m2 menghasilkan bibit yang siap ditanam pada luasan 1 hektar. 5) Persiapan lahan Persiapan
lahan
dilakukan
untuk
menggemburkan
tanah
dan
mengembalikan kesuburamya. Petani melakukan pembajakan dan menggaru tanah sebanyak 1 kaii. Proses ini juga dilakukan untuk menjamin sistem perakaran tanaman yang sempurna. 6 ) Penanaman Kegiatan penanaman yang dilakukan petani menggunakan bibit umur 12 sampai 20 hari dengan ketinggian antara 10 sampai 15 cm dan jumlah dam 4. Bibit yang ditanam sebanyak 1 sampai 2 perlobang tanam. Jarak tanam dalam barisan 12,5 cm antar barisan 25 cm. Penanaman ditujukan untuk memperoleh tanaman yang tetap terjamin kesegarannya, sehat dan menjamin anakan yang produktif lebih banyak. Sedangkan jarak tanam yang digunakan bertujuan untuk dan memudahkan pemeliharaan dan penghematan penggunaan pupuk serta cakupan unsur hara menjadi luas. 7) Pengaturan air Pengaturan air dilakukan untuk memperoleh aerasi dan pertumbuhan biota tanah yang sempurna, makan yang produktif, usahatani hemat air, kuaiitas tani hemat air, dan kualitas hasil panen lebih baik (kematangan gabah merata). 8) Pemeliharaan tanaman yang dilakukan antara lain; penyiangan (I dan 2),
pemupukan susulan (I dan 11), pemupukan daun dengan LOF (Liquid Organik Formula). Proses ini dilakukan untuk penggeinburan tannh, rnenekan persaingan pemakaian hara, tanarnan tumbuh sehat dan anakan
produktif lebih banyak, rnenambah hara tanah, rneningkatkan keinampuan tanah rnengikat air, rnenambah mikroorganisrne tanah, rnenambah hara untuk rnembantu pertumbuhan vegetatif, rnenarnbah hara untuk rnernbantu pertumbuhan generatif, meningkatkan peran klorofil daun dalarn proses fotosintesis, rnenambah hara rnelalui stomata daun. 9) Pemanenan Panen dilakukan setelah padi rnenguning di atas 90 persen atau cukup umur, sesuai dengan varietas dan ketinggian tempat. Alat yang digunakan dalam proses ini adalah sabit bergerigi. Pada saat perontokan padi dari berangkas digunakan alat perontok atau banting bertirai. Kegiatan ini bertujuan untuk rnendapatkan kualitas beras yang bagus, padi tidak banyak yang patah, dan mengurangi kehilangan hasil. c) Pengkajian teknologi Pengkajian teknologi usahatani bertujuan untuk mengernbangkan sistern produksi padi. Proses pengernbangan biasanya diawali dengan keluhan petani atas harna, penyakit, dan faktor rnerugikan lainnya, kemudian unit pengkajian akan berusaha rnernberikan solusi. Biasanya unit pengkajian teknologi bekerjasarna dengan lernbaga penelitian pernerintah ataupun swasta. Pada kegiatannya unit ini rnelakukan uji coba pada tiap teknologi yang akan disalurkan pada petani dengan rnelaksanakan lahan percontohan. d) Pengembangan surnberdaya rnanusia Petani rnerupakan kunci keberhasilan dalarn proses produksi padi semi organik. Proses produksi yang terdapat pada Gapoktan Silih Asih, merupakan kegiatan turun ternurun. Petani mengandalkan pengalaman yang didapatkan saat proses produksi. Pada Gapoktan terdapat unit pengernbangan sumberdaya rnanusia, dengan tugas rnernberikan bimbingan, pendidikan, dan latihan khusus bagi petani. Pelatihan-pelatihan yang dilakukan pada petani dapat berupa program dari pernerintah, swasta, dan Gapoktan Silih Asih. Aktivitas ini merupakan wahana penyarnpaian teknologi baru dan pernbinaan pada petani. Wawasan petani yang setnakin luas terhadap pertanian diharapkan mampu menghindari kerugian akibat sumberdaya manusia. Pembinaan pada Gapoktan Silih Asih dilakukan jika ada teknologi baru dalam proses produksi petani. Pihak
swasta biasanya melakukan penyuluhan untuk mempromosikan produk ataupun teknologi pertanian. Bimbingan yang dilakukan pada petani biasanya secara insidentil. Proses identifikasi terhadap sumber-sumber risiko yang kemudian dilanjutkan dengan pemetaan sumber risiko. Dan kemudian proses penanganan risiko berupa strategi preventif (penghindaran) risiko yang telah dijabarkan diatas. Hal ini akan dilanjutkan dengan pengelompokan snategi penanganan risiko berdasarkan kuadran sumber risiko pada peta risiko (Gambar 10). ProbabiUfn(%)
Besar
Kuadran 1 Kuadran 2
Pengaturan musim tanam Melakukan SOP produksi Pengembangan SDM Pengkajian teknologi Kuadran 3
i
Kuadran 4
Kecil
Kecil
500.000
Besar
Dampak (Rp) Gambar 10. Strategi Preventif Risiko Petani pada Gapoktan Silih Asih
Pada kuadran I dan 2 pada pemetaan risiko, merupakan kegiatan preventif yang dilakukan petani dalam menangani sumber-sumber risiko. Penghindaran terhadap risiko yang terdapat pada kuadran 1 adalah penanganan pada kejadiankejadia dengan dampak dan probabilitas besar. Penanganan preventif yang dilakukan berupa pengaturan musim tanam, melakukan standar operasional prosedur, pengkajian teknologi, dan pengembangan sumberdaya manusia. Strategi yang dilakukan secara preventif diharapakan akan menggeser posisi kelompok pemetaan dari kuadran 1 menuju kuadran 3. Pada kuadran 3 digambarkan adanya dampak yang besar dan probabilitas kecil. Kejadian berisiko merugikan yang semulanya besar akan menjadi kecil pada tingkat kemungkinan terjadinya (probabilitas), namun kerugian petnni akan tetap besar bila terjadi.
Kejadian merugikan yang terdapat pada kuadran 3 di Gambar 8 adalah pengaturan musim tanam, perubahan iklim, dan penggunaan pupuk kimia. Risiko pada posisi ini akan mendeskripsikan perubahan dengan dampak dan probabilitas kecil. Sumber risiko yang terdapat pada kuadran ini sebelumnya adalah terhambatnya distribusi pupuk. Dengan kegiatan yang dilakukan dalam pengaturan sistem kontrak diharapkan akan tepat waktu. Penanganan risiko dengan strategi preventif hanya dilakukan pada sebagian surnber risiko yang ada, sementara sumber risiko yang lain ditangani dengan mitigasi (mengurangi) risiko.
2. Mitigasi risiko Kegiatan produksi tidak hanya inenggunakan strategi preventif, tetapi hasil yang dicapai oleh petani juga menggunakan mengurangi (mitigasi) terhadap risiko merugikan. Mitigasi risiko yang dilakukan oleh Gapoktan Silih Asih ditujukan untuk memperkecil dampak risiko. Proses produksi yang sudah dilakukan kerap mengadapi kejadian-kejadian merugikan pada petani. Strategi mitigasi yang dilakukan oleh Gapoktan mtuk memperkecil risko antara lain: a) Pengendalian hama dan penyakit Perlakuan dalam menghadapi hama dan penyalat dilakukan mengandalkan bahan-bahan yang berasal dari alam. Pengendalian hama dan penyakit secara mitigai dilakukan dengan: kultur mekanis, kultur biologis, dan kultur hmia dengan pestisida nabati. Pengendalian melalui kultur biologis dilakukan dengan penggunaan agensi hayati (nematoda patogen, serangga, dan jamur beaweria), dan pelestarian musuh alami hama. Kultur kimia menggunakan pestisida nabati (dari jenis tanaman yang mengandung racun dan bahan-bahan yang bersifat repellent dan antraktan). Kegiatan penendalian hama dan penyakit yang dilakukan petani memiiiki tujuan yaitu:
I) Memutus siklus hama penyakit tanaman 2) Keadaan hama ada dalam batas tidak membahayakan 3) Meningkatkan daya tahan fisik tanaman
4) Produksi secara ekonomis menguntungkan dan lingkungan tetap lestari 5) Menekan hama utama padi (penggerek batang)
b) Pengadaan air di m u s h kemarau Pada musim kemarau air yang dibutuhkan untuk budidaya diambil dari sungai terdekat dengan areal persawahan. Teknik yang dilakukan adalah mesin disel menyedot air, dan dialirkan melalui pipa-pipa langsung ke areal budidaya. Pada saat kemarau biaya yang dikeluarkan oleh petani akan semakin banyak akibat biaya pengaliran air. Sehingga kerugian yang dicegah pada proses ini adalah kegagalan panen dan penjagaan kualitas padi. c) Sistem kontrak
1) Kontrak dengan distributor pupuk Kontrak ini dilakukan sebelum petani melakukan penanaman. Luasan lahan yang akan ditanami diajukan kepada Gapoktan. Pengurus Gapoktan yang benvenang &an melakukan pengajuan permohonan pada distributor pupuk sesuai dengan kebutuhan petani. Pengajuan ini dilakukan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi. Kemudian pupuk dengan jumlah yang diminta akan didistribusikan pada Gapoktan, dan selanjutnya diberikan pada petani. Isi kontrak antara Gapoktan dan distibutor tidak diatur mengenai ketepatan waktu pengiriman pupuk yang sering terlambat. Pada proses selanjutnya ha1 ini perlu diatur dalam pejanjian kontrak. Sehingga ketersediaan pupuk mencukupi bagi proses produksi, untuk menunjang kualitas padi yang optimal. Kemudian kerugian yang diderita petani akibat terlambatnya proses pemupukan dan penanaman dapat dihindari. 2) Kontrak dengan lembaga pemberi bantuan modal Kontrak ini mengatur mengenai hak dan kewajiban masing-masing pihak atas modal yang bergulir pada petani. Pada kontrak ini juga diatur mengenai sangsi yang akan ditanggung apabila menyelahgunakan wewenang terhadap modal yang digulirkan. Pinjaman yang digulirkan melalui LUEP (Lembaga Usaha Ekonomi PeDesaan) kepada petani tahun 2005 sampai 2008 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Data menunjukkan tahun 2005 pinjaman yang digulirkan sebesar Rp. 90 juta, tahun 2006 Rp. 125 juta, tahun 2007 Rp. 165 juta, dan tahun 2008 Rp. 165 juta.
Tingkat pengembalian modal yang dilakukan oleh petani terhadap dana LUEP pada tahun 2005 dan 2006 tercatat 100 persen. Pengembalian modal pada tahun 2007 mengalami penurunan pengembalian dengan kredit macet sebesar 23 persen, sementara pada tahun 2008 sebesar 25 persen dari modal pinjaman. Petani yang lalai terhadap tugas dan tanggung jawabnya dikenakan sanksi pengurangan jumlah pinjaman hingga pencoretan nama dari anggota koperasi. d) Pembuatan pupuk organik Pada proses pemumupukan petani menggunakan beberapa pupuk organik untuk mendukung produktivitas dan kualitas padi. Pupuk yang diproduksi sendiri oleh petani adalah Ofer (kompos) dan Lof (Liquid Organic Fertilizer). Pupuk Ofer digunakan untuk memenuhi kebutuhan tanaman berupa unsur N,P,K, mikroba, CaCo3. Disamping itu tanaman padi juga membutuhkan energi yang diperkaya oleh molase dan bio aktivator. Lof digunakan untuk menambah hara melalui daun. Pupuk organik yang diberikan oleh petani pada proses produksi tidak seluruhnya mengandung hara untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Hal ini menyebabkan sebagian petani pada aktivitas pemupukan masih menggunakan pupuk kimia seperti; Urea, KC], dan SP36. Pupuk kimia ini digunakan untuk mendukung proses pertumbuhan dengan skala yang lebih kecil dari padi non organik. Pada dasamya petani menginginkan produktivitas yang tetap tinggi pada hasil pertaniannya. Pemberian pupuk kimia menyebabkan padi yang di hasilkan oleh petani tidak murni organik. Untuk menciptakan padi mumi organik, maka petani membutuhkan dukungan dari lembaga-lembaga yang bergerak dibidang teknologi untuk menciptakan pupuk organik pengganti Urea, KC], dan SP36. Pembuatan pupuk organik untuk digantikan dengan pupuk kimia sangat dibutuhkan oleh petani. Pupuk organik diharapkan marnpu mencegah petani menggunakan pupuk kimia, sehlngga produksi padi semi organik yang dilakukan petani menjadi produk murni organik. Strategi penanganan risiko dengan mitigasi yang dilakukan bertujuan !ner,gcndalikan risiko-risiko merugikan dengan dampak besar. Pada proses pemetaan, risiko-risiko ini terdapat pada kuadran 1 dan 2. Kuadran 1 digolongkan
pada risiko yang mengandung dampak besar dan probabilitas besar. Kuadran 2 mendeskripsikan risiko yang memiliki damp& besar dan probabilitas kecil bagi petani. Mitigasi sumber-sumber pada pemetaan risiko (Gambar 8) dilakukan petani dengan pengendalian hama dan penyakit tanaman, pengadaan air pada musim kemarau, dan pembuatan pupuk organik. Penanganan ini menggeser posisi risiko-risiko pada kuadran 1 ke kuadran 2, dan kuadran 3 ke kuadran 4. Pengendalian hama d m penyakit tanaman menggeser sumber risiko berupa serangan hama maupun penyakit dari kuadran 3 menuju 4. Pengendalian dengan cara mitigasi ini &an menyebabkan serangan hama dan penyakit tanaman akan memiliki dampak kecil dan probabilitas kecil.
.
Pmbubilitns (%)
Besas
Kuadran 1 Pengadaan air musim kemarau Penggunaan teknologi hemat air Pembuatan pupuk organik
Kuadran 2
Kuadran 3 Pengendalian hama dan penyakit Memperbaiki sistem kontrak Meningkatkan pengetahuan petani melalui pendidikan tani
Kuadran 4 Kecil
Kecil
4..
~oo.ooo - - - -
Besar
Dampak (Rp) Gambar 11. Strategi Mitigasi Risiko Petani pada Gapoktan Silih Asih
Sumber risiko berupa kemarau dan penggunaan pupuk kimia pada proses produksi padi dikendalikan dengan pengadaan air pada musim kemarau, serta pengadaan pupuk organik. Proses penanganan ini menyebabkan sumber risiko yang berada pada kuadran 1 dengan dampak dan probabilitas besar berpindah pada kuadran 4. Kuadran ini mendeskripsikan penanganan risiko mengakibatkan pengurangan dampak merugikan bagi petani. Tindakan preventif dan mitigasi risiko oleh petani dapat dilengkapi dengan alternatif strategi penanganan risiko. Alternatif strategi yang dapat digunakan oleh pe:ani untuk' penanganan risiko terdapat pada Gambar 12. Pada kuadaran 1
terdapa sumber-sumber risiko dengan dampak dan probabilitas besar, sehingga Gapoktan harus senantiasa menyuluhkan bimbingan pada petani. Bimbingan ini berupa ajakan penghindaran terhadap risiko pencampuran pupuk kimia dan gaga1 panen akibat musim kemarau. Pada kuadran 2 terdapat risiko-risiko yang menyebabkan dampak besar apabila terjadi pada petani. Dalam penanganannya petani yang tergabung pada Gapoktan Silih Asih harus melakukan deteksi terhadap kejadian-kejadian memgikan. Pengendalian harna ataupun penyakit dan melaksanakan SOP pada proses produksi, mempakan langkah-langkah yang dilakukan untuk mendeteksi dan mengawasi risiko. Pmbabilitas (%)
I Kuadran 1
Kuadran 2
Besar
Distribusi pupuk terhambat
Pewampuran pupuk kimia Pengaturan musim tanam sepanjang tahun dan iklim
(Detect and Monitor)
(Prevent at Source) 20
Kecil
Kuadran 4
Kuadran 3
Kurangnya ketersediaan input Kerusakan moral Fluktuasi harga input (benih, pupuk, dan bahan pestisida)
Serangan hama dan penyakit Kecelakaan kerja
(Low Control) Kecil
I
500.000
(Monitor)
Besar
Dampak (Rp) Gambar 12. Alternatif Strategi Penanganan Risiko Petani pada Gapoktan Silih Asih
Pengawasan yang rendah dilakukan pada risiko yang memiliki dampak dan probabili?as kecil. Pengawasan yang dilakukan antara lain; terhadap ketersediaan input, kerusakan moral, fluktuasi harga benih, pupuk dan pestisida nabati. Sumber risiko ini memiliki pengawasan rendah karena tidak sering terjadi dan tidak berda~npakbesar bagi petani. Penanganan yang dilakukan petani dalam pengawasan risiko kuadra~i1 adalal~pengaturan sistem kontrak. Kontrol selalu dilakukan pada risiko yang terdapat pada kuadran 3. Kuadran ini berisikan kejadian merugikan berupa
terhambatnya distribusi pupuk. Pengawasan yang dapat dilakukan adalah pengaturan sistem kontrak dan pengadaan pupuk organik. Kontrak yang menyebabkan kerugian bagi petani perlu ditinjau ulang, sehingga pihak yang telah bersepakat sarna-sama diuntungkan. Dengan alternatif strategi yang ada, petani dapat menghindari dan melakukan penanganan terhadap kejadian-kejadian merugikan. Pemetaan risiko yang telah dilakukan pada proses produksi padi semi organik menunujukkan pemecahan permasalahan yang akan dan telah dilakukan. Berbagai sumber dan penanganan risiko yang dilakukan petani terdapat pada Tabel 8. Tabel 8. Penanganan Risiko Produksi serta Penerimaan Sumber Risiko Risiko Produksi
Menaadakan swat perj&jian dalam bentuk kontrak
I
Risiko institusi
Mitigasi
Preventif
Risiko proses produksi
Pengkajian telcnologi
Risiko manusia
Meningkatkan pengetahuan petani melalui pendidikan tani Memberikan penyuluhan kepada petani tentang cara penggunaan alat dan mesin pertanian
Memperbaharui sistem bontrak yang telah ada bebelumnya. mbuatan pup& organik tuk menggantikan pupuk . .
I
m a
e Pengendalian hama dan
Risiko ekstemal
e
Risiko Penerimaan Fluktuasi harga benih F1uktuasi
pupuk
Fluktuasi harga bahan pestisida nabati
(
penyakit secara preventif Pengaturan musim tanam sesuai iklun
Preventif Mengadakan kontrak sesuai den& jumlah kebutuhan
I benekan populasi hama engan pis$ida nabati air di musim enggunkan teknologi hemat air Mitigasi
I
I
Membuat kontrak dengan dis~butorpupuk Melakukan pelestarian (membudidayakan) tanaman yang digunakan untuk
i
1
VIL KFSJMPULAN DAN SARAN 7.1.
Kesimpulan Penelitian yang telah dilakukan pada petani yang tergabung dalam
Gapoktan Silih Asih menghasilkan beberapa kesimpulan yaitu:
1. Sumber-sumber risiko dalam usaha padi semi organik pada petani diklasifikasikan menjadi risiko produksi dan risiko harga. Beberapa kejadian merugikan yang terdapat pada kegiatan produksi adalah risiko sistem (sistem kontrak, sistem pengembalian modal, dan pengaturan waktu tanam sepanjang tahun), risiko proses produksi (melakukan produksi sesuai dengah SOP), risiko sumberdaya manusia (kelalaian pencatatan, kerusakan moral, dan kecelakaan kerja), risiko eksternal (iklim, hama, dan penyakit). Risiko harga yang teridentifikasi adalah adanya fluktuasi benih, pupuk, bahan-bahan pestesida, dan harga jual gabah kering panen. Hasil pemetaan dan pengklasifikasian sumber-sumber risiko ini, menunjukkan pencampuran pupuk kimia, pengaturan musim tanam, dan pengaruh iklim memiliki tingkat probabilitas dan dampak kejadian yang besar. 2. Berdasarkan analisa yang dilakukan, menunjukkan risiko produksi
memiliki dampak besar dan probabilitas kecil, sedangkan risiko penerimaan memiliki probabilitas dan dampak besar.
3. Strategi penanganan risiko yang telah dilakukan oleh petani untuk menghadapi risiko produksi dan penerimaan padi semi organik diklasifikasikan pada dua kelompok yaitu preventif (penghindaran risiko) dan mitigasi (mengurangi risiko). Tindakan penghindaran risiko yang dilakukan antara lain; pengaturan musim tanam, melaksanakan SOP, pengkajian teknologi, pengembangan sumberdaya manusia, dan sistem kontrak. Penanganan yang dilakukan melalui mitigasi risiko adelah pengendalian hama dan penyakit, pengadaan air pada musim kemarau, pembuatan pupuk organik, dan memperbaiki sistem kontrak. Alternatif penanganan risiko penerimaan adalah monitor, sedangkan untuk kerugian produksi dengan prevent at sotrce. Monitor akan menurunkan tingkat risiko yang disebabkan serangan ha~nadan penyakit maupun adanya kecelekaan kerja. Prevent at source ditujukan untuk mengurangi risiko
penggunaan pupuk kimia dan pengaturan musim tanam sesuai dengan iklim. Penanganan rendah (low control) dilakukan pada sumber-sumber risiko berupa kurangnya ketersediaan input, kerusakan moral, dan fluktuasi harga input. Pada risiko distribusi pupuk yang terhambat alternatif yang digunakan adalah detect and monitor terhadap sistem kontrak.
7.2.
Saran Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, maka terdapat beberapa saran
untuk petani Silih Asih dan peneliti selanjutnya antara lain:
1) Dalam penanganan risiko produksi yang disebabkan oleh iklim, sebaiknya petani mengadakan perencanaan yang disesuaikan dengan iklim dan menjalin kerjasama dengan BMKG untuk memprediksikan musim tanam yang tepat.
2) Melestarikan tanaman yang berfungsi sebagai bahan pestisida nabati, untuk mengatasi kekurangan produksinya.
3) Untuk penanganan kekurangan air petani dapat membangun waduk penyimpanan air dan mengembangkan teknologi hemat air. 4) Peran pemerintah diharapkan untuk membangun pasar padi yang
dihasilkan, sehingga harga gabah kering panen lebih menyntungkan bagi petani. 5) Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya mengembangkan penelitian
manajemen risiko pada bidang-bidang usaha yang lain (perikanan, peternakan, dan perkebunan) pada Gapoktan Silih Asih.
DAFTAR PUSTAKA Basyaib, F. 2007. Manajemen Risiko. Jakarta: PT. Grasindo. Debertin, d.1. 1986. Agricultur Production Economics. Newyork: Macmilan Publishing Company. Djohanputro, B. 2008. Manajemen Risiko Korporat. Jakarta: PPM. Fahmi, Ali, dkk.2005. Pertanian Organik Mewujudkan Kedaulatan Pangan Melawan Neoliberalisme. Jakarta: FSPI. Fariyanti, A. 2008. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di Kecarnatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Harwood, J et all. 1999. Managing Risk in Farming: Concepts, Research, and Analysis. U.S: Economic Research Service. Kountur, R. 2008. Manajemen Risiko Operasional (Memahami Cara Mengelola Risiko Operasional) Perusahaan. Jakarta: PPM. , -
2006. Mudah Memahami Manajemen IZlsiko Perusahaan. Jakarta: PPM.
, 2 0 0 6 . Manajemen Risiko. Jakarta: Abdi Tandur Mutaqin, A. 2008. Analisa Kinej a Kelembagaan Agribisnis dan Efisiensi Teknik Usahatani Padi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Muslich, M. 2007. Manajemen Risiko Operasional. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Moschni, G. and D.A. Hennessy. 1999. Uncertainty, Risk Aversion and Risk Management for Agricultural Proc!ucers. Publishers, Amsterdam: Elsevier Science. Reijntjes, C., Havercorf Bertus dan Bayer AW. 2004. Pertanian Masa Depan. Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Yogyakarta: Kanisius. Saragih Eliyas. S. 2008. Pertanian Organik Solusi Hidup Harmoni dan Berkelanjutan. Bogor: Penebar Swadaya. Saptana dkk. 2003. Kinerja Kelembagaan Agribisnis Beras di Jawa Barat. Makalah Seminar Penyusun Profil Investasi dan Pengembangan Agribiqnis Beras di Jawa Barat. Bandung: Dinas Pertanian Propinsi dawa Barat.
Redaksi AgroMedia. 2007. Petunjuk Pemupukan; Penyunting, Purwa DR.-Cet.1.Jakarta: AgroMedia Pustaka. Sutanto, Rahmat. 2006. Penerapan Pertanian Organik. Pemasyarakatan dan Pengembangamya. Yogyakarta: Kanisius. Sofyan, I. 2004. Manajemen Risiko. Yogyakarta: Graha Ilmu. Umar, H. 2001. Manajemen Risiko Bisnis, Pendekatan Finansial dan Nonfinansial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wahyu, D. D. 2004. Optimalisasi Risiko Portofolio Pemasaran Produk Sari
Mengkudu pada CV. Morinda House Bogor. Skripsi. Departemen Ilmuilmu Sosial Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Anggaran Dasar Gapoktan
BAB I Nama dan Tempat Kedudukan Pasall 1) Gabungan Kelompok Tani adalah organisasi petani yang terdiri dari beberapa Kelompok Tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan usaha ekonomi dan efisiensi usaha. 2) Gabungan Kelompok Tani pada pasal satu ayat ( 1 ) diberi nama GAPOKTAN SILIH ASIH adalah Gabungan Kelompok Tani yang berada di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. 3) Gapoktan Silih Asih berkedudukan di Kampung Ciburuy 02/02 Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. BAB I1 Landasan dan Azaz Pasal2 Gapoktan Silih Asih berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta berazaskan kekeluargaan. Pasal3 1. Gapoktan Silih Asih melakukan kegiatan berdasarkan prinsip : a. Kemandirian. b. Kejasarna antar kelompok tani Anggota Gapoktan dengan pengelolaan kegiatan secara demokratis. c. Tata susunan ekonomi, disusun sebagai usaha bersama berazaskan kekeluargaan . 2. Gapoktan Silih Asih sebagai kelembagaan/organisasi petani dalam melaksanakan kegiatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi anggota atas dasar prinsip atau kaidah-kaidah usaha ekonomi.
BAB IH Tujuan dan Usaha Pasal4 Tujuan dibentuknya Gapoktan Silih Asih adalah untuk : 1. Menjadi kelembagaan tani penggerak perekonomian rakyat peDesaan yang berbasis pertanian. 2. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani utama Anggota Gapoktan Silih Asih. Pasal5 1. Untuk mencapai tujuan sebagimana dimaksud pada pasal 4, maka Gapoktan Silih Asih akan menyelenggarakan kegiatan usaha yang berkaitan dengan usaha pokok anggota sebagai berikut : a. Mendorong petanikelompok tani anggota Gapoktan Silih Asih unutk dapat menghimpun diri dalam tatanan kehidupan berkoperasi yang dibentuk atas dasar kesepakatan bersama dan menurut hukum Indonesia. b. Memfasilitasi petanilkelompok tani anggota Gapoktan Silih Asih unt~ik dapat mengembangkan keterampilan clan pengetahuan agar mereka mampu mengakses informasi, pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya dalam rangka meningkatkan produktivitas efisiensi usaha pendapatan dan kesejahteraannya.
2. Bertindak atas nama petani atau kelompok tani Gapoktan Silih Asih melakukan kemitraan usaha sektor pertanian dengan pihak tertentu dengan prinsip saling menguntungkan dan menguatkan. BAB lV KEANGGOTAAN Pasal6 1. Anggota Gapoktan Silih Asih adalah petani anggota pengurus kelompok tani, kontak tani yang memiliki persyaratan sebagai berikut : a. Petani anggota kelompok tani dan kontak tani yang telah bermusyawarah dan menyepakati dibentuknya Gapoktan Silih Asih. b. Pengurus kelompok tani dan kontak tani yang telah bermusyawarah dan menyepakati dibentuknya Gapoktan Silih Asih. c. Petani anggota, Pengurus Kelompok Tani, dan Kontak Tani sebagaiinana yang dimaksud ayat 1 huruf ( a ) dan ( b ) adalah WNI yang berkedudukan secara tetap di Desa Ciburuy Cigombong Kabupaten Bogor. 2. Keanggotaan Silih Asih bersifat sukarela. 3. Dalam keanggotaan sebagaimana ditulis pada pasal 6 ayat ( 1 ) ayat ( 2 ) pengurus Gapoktan terpilih adalah berstatus anggota Gapoktan Silih Asih. Pasal7 Hak dan kewajiban PetaniKelompok Tani Anggota Gapoktan Silih Asih antara lain : 1. Menghadiri dan bebicara dalam rapat/pertemuan/musyawarah Gapoktan Silih Asih. 2. Berpartisipasi &f dalarn setiap kegiatan yang berhubungan dengan keberlanjutan usahatani yang berbasis agribisnis yang diprakarsai oleh Gapoktan Silih Asih. 3. Setiap Anggota memiliki hak suara yang sama untuk memilih dan dipilih menjadi pengurus Gapoktan Silih Asih. 4. Setiap Anggota berhak memperoleh penghasilan jasa dan usaha yang tersedia di Gapoktan Silih Asih. 5. Setiap Anggota berkewajiban mentaati ketentuan Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan-ketentuan yang berlaku. 6. Setiap Anggota mampu memelihara serta menjaga nama baik dan berkesamaan dalam keanggotaan Gapoktan Silih Asih. BAB V RAPAT DAN PERTEMUAN Pasal8 Dalam ha1 rapat, pertemuan dan musyawarah Kelompok Tani, di lingkungan Gapoktan Silih Asih diatur dan dilaksanakan ketentuan sebagai berikut : 1. Pertemuan rutin anggota dan pengurus kelompok tani di tingkat kelompok, waktu dan tempat ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama antara Anggota dan Pengurus Kelompok Tani yang bersangkutan. 2. Rapat, pertemuan dan musyawarah ditingkat Gapoktan Silih Asih dilaksanakan paling tidak pada pertengahan atau akhir tahun. 3. Pertemuan rutin sebagaimana di tulis dalam pasal 8 ayat ( 1 ) dilaksanakan secara tertib teratur dan berkelanjutan, diikuti oleh anggota dan pengurus Kelompok Tani yang bersangkutan.
4. Rapat atau pertemuan sebagaimana ditulis pada pasal 9 ayat ( 2 ) pada pertengahan tahun diikuti oleh seluruh pengurus Anggota Gapoktan Silih Asih dan Pengurus Kelompok Tani Anggota Gapoktan Silih Asih, rapat/pertemuan akhir tahun diikuti oleh segenap Anggota Gapoktan Silih Asih. 5. Rapatlpertemuan yang bersifat menDesak dilingkungan Gapoktan dapat dilakukan pada waktu sesuai kepentingannya. BAB VI KEPENGURUSAN GAPOKTAN Pasal9 1. Pengurus Gapoktan Silih Asih adalah petani, Pengurus Kelompok Tani Anggota Gapoktan Silih Asih dengan persyaratan sebagai berikut : a. Memiliki pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang tinggi dalam pengelolaan usahataninya sendiri. b. Memiliki kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. c. Memiliki sikap tanggap terhadap pembaharuan, bersedia dan mampu mengabdikan diri dalam pengelolaan fungsi manajemen dan organisasi Gapoktan Silih Asih. d. Terpercaya dan dipilih oleh rapat Anggota Gapoktan Silih Asih. 2. Petani, Pengurus kelompok tani dan Kontak tani yang dimaksud pasal 9 ayat ( 1 ) yang kemudian dipercaya dan ditunjuk petanikelompok tani pada musyawarah pembentukan Gapoktan adalah pengurus inti Gapoktan Silih Asih terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Bendahara Gapoktan. 3. Pengurus inti dapat ditunjuk/menetapkan pengurus lainnya ditingkat Gapoktan Silih Asih sesuai dengan kepentingannya. Pasall0 1. Jangka waktu kepengurusan bersifat tidak terbatas selama pengurus terpilih dapat menunjukan kinerja yang baik. 2. Penggantian pengurus dilakukan apabila salah seorangheberapa pengurus mengundurkan din karena sesuatu hal, pengurus menunjukan kineja yang tidak disiplin dan bertentangan dengan ketentuan Anggaran Dasar Gapoktan Silih Asih. 3. Pemberhentianlpenggantian pengurus inti Gapoktan Silih Asih sebagaimana pasal 10 ayat (. 2 .) dilakukan melalui Rapat Luar Biasa Anggota Gapoktan ~ i l i h~ s i h . . 4. Pemberhentianlpenggantianpengurus lainnya sebagaiamana pasal 10 ayat ( 2 ) dilakukan oleh . Denmrus inti Gapoktan Silih Asih. Pasall1 Hak dan kewajiban Pengurus Gapoktan Silih Asih 1. Memiliki hak suara yang sama sebagaimana umumnya Anggota Gapoktan Silih Asih. 2. Memperoleh pelayanan jasa dan usaha yang tersedia dan disediakan oleh manajemen Gapoktan Silih Asih. 3. Memperoleh upah dari jasa atau sisa hasil usaha atas sejumlah nilai ekonomi yang diperoleh dari hasil pelayanan usaha dan jasa yang disediakan oleh dan ~intukpetaniKelompok Anggota Gapoktan Silih Asih.
-
4. Dalam ha1 pengurus memperoleh upah/jasa/SHU sebagaimana ditentukan sesuai ketentuan dan kesepakatan Anggota Gapoktan Silih Asih yang akan diatur kemudian dalam ketentuan sendiri. 5. Sebagai gabungan Kelompok Tani, maka Gapoktan Silih Asih berkewajiban mendukung berkembangnya aktifitas Kelompok Tani Anggota Gapoktan Silih Asih dalam membangun kemandirian petani anggotannya. 6. Menyusun perencanaan usahatani berkelompok secara partisifatip ditingkat Gapoktan Silih Asih. 7. Bertindak secara aktif mencari dan menerapkan inovasi baru dalam agro ekosistem yang sesuai dan berkelanjutan. 8. Mempertanggung jawabkan seluruh kegiatan Gapoktan termasuk kegiatan usaha bidang ekonomi dan keuangan yang baik yang bersumber dari modal sendiri maupun berupa fasilitas resrni yang diterimakan atas nama Gapoktan Silih Asih dari pihak lainnya kepada Anggota Gapoktan Silih Asih. 9. Dalam ha1 pertanggungjawaban pengurus sebagimana pasal 11 ayat ( 6 ) dilaksanakan oleh rapat anggota sekurang-kurangnya setiap akhir tahun. BAB W PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN RENCANA PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN KEGIATAN Pasal12 Perencanaan Gapoktan Silih Asih : 1. Rencana Gapoktan Silih Asih disussun berdasarkan rencana kegiatan usahatani dan rencana upaya pemasaran hasil untuk kurun waktu 1 ( satu ) tahun. 2. Untuk mendukung terlaksananya usahatani berkelompok ditingkat Gapoktan Silih Asih disusun Rencana Definitif kebutuhan kelompok yang memuat daftar kebutuhan-kebutuhan sarana produksi pertanian. 3. Dalam ha1 perencanaan sebagaimana ditulis pada pasal 12 ayat ( I ) dan ayat ( 2 ) Gapoktan Silih Asih akan berupaya memfasilitasi semua kebutuhan sarana produksi pertanian yang diajukan Kelompok Tani melalui RDKK. 4. Dalam ha1 pemasaran hasil sebagaimana ditulis pada pasal 12 ayat ( 1 ) dan ( 2 ) Gapoktan Silih Asih akan berupaya melaksanakan penanganan ayat dan pemasaran hasil para petani melalui pemasaran hasil yang efisien. 5 . Pengendalian dan pengawasan yang dimaksud adalah upaya himbingan mutu usahatani pada tingkat lahan usahatani dalam agro ekosistem yang sesuai dan berkelanjutan. BAB WI PENUTUP Pasall3 Ketentuan diatas akan disusun kembali lebih rinci dalam Anggaran Rumah Tangga.
Ciburuy November 2002 TIIM PENYUSUN ANGGARAN DASAH GAPOKTAN SILIH ASIH H. A. Zakaria
Edi Darma
Hari. K.
Heli. P.SP
Lampiran 2. Struktur Organisasi Gapoktan Silih Asih
.----
Kepala Camat Cigombong
BENDAHARA
KETUA
---.
W A K E KETUA
, Dinas Pemerintahan
dan LPS
SEKERTARIS
UKB: I, II, In, IV, V, W, VII, VIn, U,X, XI
KELOMPOK TAN1 SILM ASM
Gambarl6. Struktur Organisasi Gapoktan Silih Asih Keterangan :
UKB I UKB I1 UKB I11 UKB IV UKB V UKE3 VI UKB VII UKB VIII UKB IX UKB X UKB XI
: Unit Kerja Bidang Pemberdayaan SDM : Unit Kerja Bidang Pengelola Tanaman Pangan : Unit Kerja Bidang Peternakan dan Perikanan : Unit Kerja Bidang Perkebunan (Kehutanan) : Unit Kerja Bidang Pengkajian Teknologi Pertanian : Unit Kerja Bidang Pengembangan Modal dan Usaha : Unit Kerja Bidang Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian : Unit Kerja Bidang Pengolahan Pupuk Kompos : Unit Kerja Bidang Pemberdayaan Wanita Tani : Unit Kerja Bidang Pemberdayaan Taruna Tani : Unit Kerja Bidang Perbenihan
Lampiran 3. Contoh Surat Kontrak Jual Beli SURAT PERJANJIAN JUAL BELI GABAFUBERAS ANTARA LEiMBAGA USAEA EKONOMI PEDESAAAN (LUEP)LISUNG KIWARI DENGAN KELOMPOK TAN1 S E E I ASIH I TAEAP I Pada hari ini tanggal 21 Maret yang bertanda tangan di bawah ini 1. Nama : Hari Koswara Alamat : Ds Ciburuy 02/02 Cigombong - Bogor Jabatan : Ketua LUEP KKT Lisung Kiwari Selaku pembeli ~ a b a m i r a petani s yang selanjutnya Disebut PIHAK PERTAMA. 2. Nama : H A Zakaria I Alamat : Ds Ciburuy 06/02 Cigombong - Bogor Jabatan : Ketua Kelompok Tani Silih Asih I Selaku penjual Gabameras selanjutnya didsebut PIHAK KE DUA PIHAK PERTAMA bersedia membeli gabahheras PIHAK KE DUA dan PIHAK KE DUA bersedia menjual gabah lberas kepada PIHAK PERTAMA dengan harga pembelian maksimal 2000kg GKP. Dengan jumlah 27 Ton Demikian swat perjanjian kontrak pembelia gabahheras ini dibuat menjadi kesepakatan antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KE DUA Bogor 21 Maret 2008 PIHHAK KE DUA
PIHAK PERTAMA
Hari Koswara
H A Zakaria Mengetahui Tim Teknis Kabupaten Bogor Ketua
Yoyo Kasdjo Sumardjani.AMd
Lampiran 4. Data Proddctivitas, Harga dan Penerimaan Petani per Hektar Desember 2007 hingga Juli 2009
Lampiran 5. Grafik Fluktuasi Harga dan Penerimaan Petani Fluktuasi Harga
Fluktuasi Peuerimaan
.....
. .-
..
I
I1
111
I\-
.
1-
Peiiotle
Lampiran 6. Langkah-Langkah dalam Melakukan Produksi dan Penerimaan Padi Semi Organik
Menganalisis probabilitas dan dampak risiko Memuat Peta Risiko
1 Altematif Strategi Risiko
Kesimpulan dan Saran
Analisis
Risiko
Lampiran 7. Standar Operasional Prosedur Penangkaran Benih Gapoktan Silih Asih NO PROSEDUR 1. Permohonan penangkaran ce petugas BPSB di
2. Pemeriksaan Lokasi
FAKTOR KUNCI Terdaftar sebagai penagkar benih
KETERANGAN Registrasi alamat penangkar Mem~erolehblanko
Identifikasi riwayat lapangan yang jelas, batas - batas lahan, yang akan digunakan
Dilakukan oleh petugas BPSB
Kelasnya lebih tinggi dari benih yang dihasilkan
Bila akan menghasilkan benih ES (wama bin?), Benih sumbernya adalah SS (wama Bila yang akan dihasilkan Ss (ungu) maka benih sumbernya adalah FS (putih)
4.
Perlakuan Benih :rdalam benih nenggunakan larutan aram atau abu selama 5 -
Mmperoleh benih yang bernas menghilangkan Inokulum penyakit sebab garam dan abu dapat beAngsi sebagai antiseptic
i
rendaman benih dengan air Merangsang perkecambahan ersih benih
I
!
Benih berkecambah serempak
I
embuatan persemaian, embuatan media semai
I
Gunakan garam kristal secukupnya atau gunakan abu dapur
Gunakan air bersih atau air mengalir Perendaman selama 24 jam Masukan Dalam karung lalu kubur atau masukan dalam wadah dan sekap rapat Pemeraman 48 jam
I
Memperoleh bibit yang siap tanam pada umur 14 d d 20 hari, Bibit padi bebas dari varietas lain
Tempat peresemaian bukan bekas padi Luas lahan persemaian 5% dari luas lahan yang akan ditanami Tempat persemaian bisa dilahan darat
Tanah subur dan gembur Aerasi dalam tanah baik Perkembangan Biota tanah yang baik Menjamin system penangkarar tanaman yang sempurna Terbentuk lapisan kedap air
Bajk 1 X atau Glabak 1 X,Garu 1 X, sampai kondisi lahan rata dan melumpur
blemudahkan pengaturan air 3mbilntan kakslen atau parit pada tingkat lahan usaha tani memudahkan pemeliharaan
1
Kemalir atau parit sedalam ma: , canghl atau 20 cm, jarak antarii kemalir disesuaikan dengan lebarl
I
I
7. kenanaman
1 Memperoleh tanaman yang tetap terjamin kesegarannya, sehat dan anakan produktif akan lebih banyak Memudahkan pemeliharaan dan penghematan pengynaan pupuk, penyediaan unsur dara menjadi luas Memudahkan seleksi Usahatani hemat air (lahan dalam keadaan macakmacak) Aerasi dan permmbuhan biota tanah yang sempurna Memperoleh anakan yang produktif Kualitas hasil panen lebih baik Kematangan gabah merata
engaturan air, waktu dan ara pengaturan air
(
1I
Jarak dalam barisan 12,5 cm, antara baris 25 cm Jarak kelompok barisan tanama 50 cm (sistem legowo 2)
I
kemeliharaan tanaman Penggemburan tanah Menekan persaingan penyerapan unsur hara Tanaman tumbuh sehat, anakar produktif lebih banyak
1
Menggunakan benih umu 14-20 hari Tinggi bibit antara 10-15 cm dan jumlah daun 4 helai Ditanam 1-2 bibit I lubang
Sebelum tanam, petakan sawah digenangi air setinggi 2 cm selama I minggu Pada saat tanam laban dikeringkan Dua hari menjelang penyiangan, petakan sawah digenangi air setinggi 2 cm sampai dengan selesai penyiangan Pada saat pemupukan susulan, keadaan air macak-macak Apabila ada hama (tikus atau hama putih) lahan dikeringkan total * Pada saat menjelang primordia sampai selesai pengisian bulir lahan di airi lebih kurang 2 cm Dua minggu sebelum panen, petakan sawah diieringkan total
I
9.
-
7"F .2 Jarak tanam
atau panjang petakan
r
Penyiangan dilakukan 20-22 HST * Penyiangan dilakukan dengan jalan mencabut rumput sambil menggaruk tanah disekitar mmpun, rumpun dihenamkan Tidak boleh menyulam dari bibit yang tumbuh di luar rumpun
.
Tanaman bebas dari gulma
Dilakukan pada umur 35 HST Rumput-mmput dicabut dan dibenamkan
.2 Penyiangan ke-2
1
I b
.3 Pembersihan pematana-
I
I Pematang bersih dari mmputrumputan (sangat perlu dilakukan apaGgi ada tikus) Menambah hara tanah Meningkatkan kemanpuan tanah mengikat air Menambah mikro organisme
Dilakukan nada saat oadi berumur 45 HST Rumput dibabad
. e
Menggunakan pupuk kompos sebagai pupuk dasar dei~gan dosis 2 - 5 tonha (0,2 - - 0,5 kg!m2 lahan) disebar secara
I
tanah Menggemburkan tanah (aeras 1 dalam tanah sempurna) 3.2 Pemupukan susulan 1
1.3 Pemupukan susulan 2
Menambah hara untuk membantu pertumbuhan vegetatif
Manambab hara untuk membantu pertumbuhan generatif atau usia primordia (menjelang bunting)
merata pads saat pengolahan laban 0 - 7 HST Urea, SP, KCL
1
Dilakukan pada saat tanaman berumur 20 -25 HST Menggunakan urea sesuai untuk kebutuhan tanaman (lihat dengan bagan warna daun, disebar secara merata) Dilakukan pada saat tanaman bemmur 45 - 55 HST Menggunakan urea sesuai untuk kebutuhan tanaman (lihat dengan bagan warna daun, disebar secara merata)
1.4 Penggunaan pupuk iun
Meningkatkan fungsi klorofil daun dalam proses fotosintesi: Menambab hara tanaman melalui stomata daun
mgendalian hama dan :nyakit tanaman
Memutuskan siklus hama dan penyakit tanaman
1.1 Kultur teknis
Keadaan hama ada di dalam batas tidak membahayakan Meningkatkan daya tahan fisil tanaman Menekan populasi hama dan penyakit agar produksi secara ekonomi menguntungkan dan lingkungan tetap lestari
1.2 Mekanis
Mengendalikan hama utama
Geropyok, perangkap pengumpanan, pengemposan
1.3 Biologis
Mengendalikan hama utama
Penggunaan predator Penggunaan agensi hayati nematoda patogen serangga N P S Bavaria, Trlkordema Menggunakan varietas taha~ terhadap penyakit tertentu
1.4 Kimia
Mengedalikan hama atau penyakit utama
Menggunakan pestisida nabat yang terbuat dari jenis tanama! yang mengandung racun d a ~ bahan-bahan yang brrsifa repelen (menolak) dan ;.ntrakte~ (menarik) Pestisida kimia
el5ksi lapangan
Disemprot secara merata dengan dosis larutan 100 Itha, umur 14 HST 300 Itlha umur 28 HST 500 ltlha umur 45 HST dosis pupuk daun 2,5 mlllt air Pola tanam Pergiliran varietas Penggunaan pupuk kompos Sistem tanam legowo Sanitasi lingkungan Pengaturan air Penggunaan pupuk supplemen organik dosis 2 - 5 mllliter air
12.1 Seleksi lapangan ke-1
Memperolah varietas padi yang Mencabut tanaman yang bed bebas dari campuran varietas dengan varietas yang diinginka lain 25 - 30 HST
dibersihkanldiambil
Menekan kehilangan hasil
Panen meng~unakansabit bergerigi, alas yang lehar, alat perontok atau banting bertirai dan mengynakan k m n g yang
Tumpahkan dan sebar merata di atas lantai, menggunakan kay dengan ketebalan gahah 3-5 cm Pembalikkan gabah 3 - 5 cm Pembalikkan gabah setiap % Lama penejmuran s/d jam Ulang 2 s/d 3 kali sampai kadar air mencapai l l 12 % Dilakukan pada saat cuasa 1 sinar matahari tidak memungkinkan untuk
I
/
I
,
embersihan gabah emberisihan denjian bengynakan nyi& atau
I
.*~lnower
15.
I
I
1
/
1 Memperolah benih yang bebas dari komponen lainnya ~ e m ~ e r o l benih e h fang betul-
I
Tumpahkan gabah ke dalam bak drayer sesuai dengan kapasitas dryer Hidupkan mesin dryer tanpa pemanas (angin-anginkan selam; 4 jam) Hidupkan kompor, cek suhu di termometer paling tinggi 40 derajat celcius selama 6 - 8 jam I s/d kadarair I1 -12% Ditampi dengan nyiru untu menghilangkan gahh hampa Ji kotoian lainnya
betuk bernas menggunakan Bila lakukan langkah sbb (1) Mesin winower
winowet'
97
Lampiran 8. Standar Operasional Prosedur Pembuatan Pestisida Nabati No I Prosedur 1 I Alatdanbahan Bahan; dam picung, daun mimba, kacang babi, daun tuba, air, dan sabun colek. Alat; golok, alu, jublek,
3.
4.
Cara penggunaan
Waktu penggunaan
yang digunakan sebanyak 1 genggam
Bahan dipotong kecil-kecil Tumbuk daun secara bertahap Hasil tumbukan dishpan dalam ember berisi air 5 liter Lakukan sampai hasil tumbukan habis S h p a n hasil tumbukan di tempat aman (selama 24 am) Siapkan alat saringan Bubuhkan ke dalam larutan sabun colek (1 colek) Aduk larutan sampai merata Saring larutan Dosis larutan dan waktu penyemprotan
Daun hasil rajangan dicampw dan ditumbuk secara bertahap Ember berisi air sebanyak 5 liter
mengabut sempuma Larutan melekat pada
I----/
Volume larutan: 1 liter larutan dicampur dengan 14 liter air Waktu penanaman; 15 hari = 100 liter 30 hari = 300 liter 45 hari =500 liter