V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kandungan Logam Berat pada Ekosistem Perairan
Pengukuran parameter air di perairan Pantai Bitung dibedakan atas air di atas, dasar
dan antara dasar dengan permukaan perairan. Selanjutnya tempat antara dasar dengan permukaan disebut kolom perairan. Beberapa parameter lingkungan yang diukur menunjukkan bahwa perairan pantai Bitung telah tercemar (Tabel 26) Tabel 26. Niiai Sebelas Parameter yang Diubr di Perairan Pantai Bitung dan Baku Mutu Air Laut untuk Budidaya Perilcanan KEP-02/MENKILEI/Y1988
1
I
I Nilai Contob Air di Perairan
Satuan 1. Suhu ("C) I
2. Salinitas (%)
Atas Dasar 26,s - 28,9
I
1
26,71 - 33,23
26 - 35
Alami
Alami
2,870 - 4,250
>4
>6
89,8 - 131,56
150 - 200
< 80
<40
34.500-41.500
36.000-42.500
6,8 - 7,7
7,O - 7,s
6-9
6,s - 8,s
3. Oksigen teflarut (ppm 4. Kebutuhan OLdgm Kimiawi ( P P ~ 5. Konduktivitas 6. Derajat Keasaman
Ttd - 0,0005
7- W a r Hg ( P P ~ ) I
8. Kadar Pb (ppm) 9. Kadar Cd (ppm) I
10. Kadm CU @pm) 11. Kadar Zn (ppm)
Ttd - 0,05 I
I 0,02 - 0,11 1 0,OS - 0,38 0,05 - 7,6 0,09 0,3
I
(
Kolom
Baku Mutu Alir Laut I Untuk budiiaya perilcanan KEP. OZlMENKLH/l/1988 DiperboIehkan 1 Diingioknn Alami I Alami
I
0,08 - 0,lO 0,Ol - 0,08
< 0,003 I
I I 1
0,0001 I
< 0,011
1
0,00002
1
0,00002
I
4
0,010
0,s - 3,s
< 0,M
0,001
-
< 0,l
0,002
0,s 5,s
* ttd = tidak terdeteksi dalam analisis laboratorium = nilai lebih k i l dari 0,00001 Sebaran nilai dari setiap parameter lingkungan yang diukur digambarkan dengan pendekatan stasiun. Kadar Pb di kolom dan di atas dasar perairan pantai Bitung jauh lebih tinggi dibandingkan kadar Hg,Cd7Cu dan Zn umumnya mempunyai nilai di atas 0,l ppm.
Namun dengan'nilai parameter yang ada, kadar Hg di perairan pantai Bitung sangat rendah dibandingkan parameter lain. Variasi kadar Hg dapat terjadi pada tempat dan waktu yang berbeda. Selanjutnya diikuti berturut-turut oleh kandungan oksigen terlmt? COD,
konduktivitas, salinitas, kadar Pb, kadar Cd,kadar Cy kadar Zn dan pH. Derajat keasaman
dan suhu di perairan pantai Bitung dapat dikatakan konstan. Kadar Hg air di atas dasar clan di kolom perairan pantai Bitung merupakan parameter yang paling beragam. Hal ini
menunjukkan bahwa kadar Hg di perairan pantai Bitung tidak dapat dijadikan patokan untuk waktu clan tempat yang berbeda. Kadar Hg air di atas dasar perairan mulai dari talc terdeteksi hingga 10 ppb dengan rata-rata 3 ppb, sedangkan di kolom perairan mulai dari
talc terdeteksi (lebih kecil dari 1 ppb) hingga 8 ppb dengan rata-rata 5 ppb. Kadar Hg pada sebelas stasiun pengambilan contoh di atas dan dua stasiun di kolom perairan tidak terdeteksi, berarti andaipun air tersebut mengandung Hg,nilainya akan lebih kecil dari 0,00001 ppm. 5.1.1 Pergerakan Logam Berat Pada Perairan
Logarn berat setelah keluar dari surnbernya akan memasuki perairan pantai. Dalarn keadaan pantai tidak berombak, logam berat akan mengalir menuju tempat yang lebih dalam. Menurut Nontji (1992), laut merupakan medium yang talc pernah berhenti bergerak baik di pmukaan maupun d~ bawahnya. Hal ini menyebabkan terjadinya sirMasi air, bisa berskala kecil tetapi bisa juga be-
sangat besar.
Logam-logam yang sudah masuk ke ddam air laut tentu bergerak bersama-sama dengan air laut selama logam itu masih melayang atau lamt dalam air. Namun ada juga yang sudah mengendap menjadi sedimen. Pada saat dilakukan penelitian mulai bulan Juni a s bergerak ke arah timur. Pada bulan Desember sampai bulan Februari (Gbr. 7) arus m u s h barat mengalir menuju ke timur dengan kekuatan lebih besar 25 crn/detik, sedangkan arus
permukaan yang lebih kuat terdapat di bagian utara Sulawesi Utara.
Gambar 7. Pola Arus Pemukaan pada bulan Februari Diekstrapolasi dari Wyrtki (1961).
Gambar 8. Pola Arus Pennukaan pada bulan April Diekstrapolasi dari Wyrtki (1961).
Di laut yang terbuka, arah dan kekuatan arus di lapisan pennukam sangat banyak ditentukan oleh angin. Angin yang berhembus di perairan Indonesia terutama
adalab angin musim (monsoon)yang dalam setahun terjadi dua kali pembalilcan arah yang mantap, masing-masing angin M u s h Barat dan angin Musim Thur. Karena angin musim ini bertiup dengan mantap walaupun kekuatannya relatif tidak besir, maka &an terciptalah kondisi yang sangat baik untuk terjadinya Arus Musim (monsoon current) di perairan ini. Di perairan iainnya sukulasi permukaan acapkali
lebih tidak beraturan (Nontji, 1993), bahkan mulai berbalik arah hngga terjadi olakolakan ( e a e s ) cli beberapa tempat. Biasanya dalam musim pancaroba ini arus sudah mengalir ke barat tetapi di tempat lainnya arus masih mengalir ke timur. Pada bulan Juni - Agustus bedah berkembang Arus Musim Timur dan arah arus telah sepenuhnya berbalik arah menuju ke barat yang akhirnya menuju ke laut
Cina Selatan. Tetapi di sepanjang pantai utara Flores sampai kepulauan Alor terdapat arus pantai yang mash tetap menuju ke timw yang sama halnya dengan arus di pantai Bitung. Pada musim pancaroba kedua, sekitar Oktober, pola arus berubah lagi
arah arus sering talc menentu, arus ke barat mengendor clan ants ke timur mulai menyerbu. Dan akhirnya pada bulan Desember-Februari massa air dari h u t F h e s mengalir masuk. Sebagian air ini kemudian mengalir ke sebelah utara Pulau Buru masuk Laut Seram dan dm sini lewat Laut Halmahera t m masuk ke Samudera Pasifik. Arus inilah yang sebagian masuk Selat Lembeh. Arus pa&ai sebelah utara NTT setelah mencapai ujung sebelah timw Pulau Timor tidak masuk ke Laut Banda
tetapi membelok dengan tajam ke Samudera Hindia. Den& admya arus, massa air di lapisan permukaan akan terbawa mengalir. Besarnya volume tranpor air oleh arus permukaan di berbagai perairan di Indonesia
Gambar 9. Pola Arus Permukaan pada bulan Juni Diekstrapolasi dari Wyrtki (196 1 ).
Gambar 10. Pola Arus Perrnukaan pada bulan Agustus Diektrapolasi dari Wyrtki ( 1 96 1).
dan selcitarnya telah dihitung dan dipetakan oleh Wyrtki (1%1). Volume trauspor air yang menuju Laut Banda pada Mush Barat cukup besar
dan tidak sebanding dengan yang dapat keluar lewat Laut Maluku, Laut Serang dan Laut ArafUra. Akibatnya di Laut Banda akan menmpuk clan akhhya tengge'm
dm
keluar di Samudera Hindia. Kebalikannya terjadi pada Mush Timur. Begitu banyak air yang terangkut keluar dari Laut Banda menuju ke Laut Flores dan Laut Timor hingga terjadi kekosongan yang tak sependmya dapat tergantikan oleh air
permukaan clan akibatnya air dari lapisan bawah sekitar 125-300 m, naik ke permukaan yang dikenal dengan air naik atau upwelling, hiqga membuat Laut Banda subur, yang terasa sampai di Pantai Bitung.
Sementara itu pasut yang terjadi pa& setiap haxi pada umumnya arus pasang mengarah ke Timur clan arus surut mengarah ke Barat, kecepatan arus p d a saat terjadinya pasang naik lebih cepat dibanding dengan kecepatan a m pada saat surut. Kecepatan arus pada saat pasang surut berkisar antara 11,9 cm/detik sampai dengan 49,6 d d e t i k , kecepatan arus pada saat pasang naik berkisar antara 42,4 cmldetik sampai dengan 85 cmldetik. Kecepatan arus bathggi biasanya dicapai antara 2-3 jam sebelum pasang tertinggi clan kecepatan arus terendah biasanya dicapai 1-2 jam sebelum surut terendah. Arah arus adalah berkisar 61"-135" (Tim Amdd Pelabuhan Perikanan, 1997). Ini berarti bahwa logam berat yang ada Ma..air laut akan terbawa oleh arus pasut ke arah Timur. Hal ini pula sejalan den-
pendapat Wyrtlu
(1961). Tipe pasut yang tejadi di lokasi peneiitian merupakan peralihan antara tipe t
tunggal dan ganda yang disebut dengan tipe campuran (Dahuri, et. al., 1996).Namun
menurut Tim Amdal Pelabuhan Perikanan (1997), pasang surut di ldcasi studi (Selat
Lembeh) bukan merupakan pasang surut astronomis langsung melainkan pasang surut rambatan dari Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Hal tersebut sebagai akibat keadaan geografi perairan di lokasi tersebut. Gelombang yang terjadi umumnya dipengamlu oleh angin lokal dengan arah yang dominan yaitu dari Selatan, Barat Daya dan Timur Laut. Suatu jenis gelombang dicirikan oleh periode dan fiekuensinya. Gelombang yang medliki periode mtara 1-30 detik disebut dengan gelombang gravitasi. Penyebab lama gelombang ini adalah
gerakan angin. Tinggi gelombang dan periode gelombang yang disebabkaa oleh
angin dicirikan oleh kecepatan, lama dm kekuatan dari angin tersebut. Sebagai
contoh angin dengan kecepatan sekitar 15 mtdetik, bertiup selama 5 jam pada lokasi sepmjang 50 km, akan membangkitkan gelombang dengan periode 4 detik dengan tinggi gelombang sekitar 1 m (Sverdnrp et. al., 1961) yang dikutip oleh Tim Arndal Pelabuhan Perikanan Bitung, 1997).
5.1.2 Kandungan Logam Berat pada Air Laut
Tabei 27 Rataan Kandnngan Hg, Cd, 01, Pb dan Za (ppm) pada Air Laut di Persiran Pantai Bitung Menurot Stasiun Pengamatan
Bedasarkan Tabel 27, terlihat bahwa di bagian Timur (blok I), yaitu pada stasiun I (Pantai Tandurusa), Stasiun 2 (Pantai Aertembaga) clan Stasiun 3 (Pasar Winenet) logarn Hg tidak terdeteksi keberadaannya di air. Hal ini menunjukkan
bahwa kohtribusi kegiatan manusia p a blok ini, seperti industri, pertanian dan penduduk terhadap keberadaan Hg di air sangiit kecil. Tetapi pada blda 2 y a h mulai
dari Stasiun 4 (pelabuhan Semen Tonasa), Stasiun 5 (pelabuhan Samudera ) dan Stasiun 6 (pantai Pertamina), keberadaan Hg di air mulai terdeteksi dari cendenmg meningkat konsentrasinya di bagian dasar laut. Hal ini menunjukkan adanya kontribusi kegiatan manusia seperti industri dan kegiatan pelabuhan W d a p keberadaan Hg di air. Pada blok 3, yaitu mulai dari Stasiun 7 (pabrik Minyak Goreng Bimoli, Stasiun 8 (Pengasapan dan Pengalengan Ikan) clan Stasiun 9 (pabrik Seng), meskipun berfluktuasi, namun keberadaan Hg di air cenQenmg meningkat. Begitu pula pada blok 4, yaitu di Stasiun 10 (Pengolahan Ikan) dan Stasiun 11 (Pabrik Laimya) konsentrasi Hg cendenmg meningkat akibat adanya akumulasi kegiatan industri dan penduduk yang berkontribusi terhadap keberadaan Hg di air. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa secara urnurn,
kontribusi kegiatan
manusia di Pantai Bitung seperti industri dan penduduk terhadap kebentdaan Hg dm Pb di perairan pantai lebih besar dibandingkan dengan pantai sebelahnya yaitu pautai yang kurangkegiatan industri dan pasar. Menurut Phillips (1980), diperkirakan kontribusi aktivitas manusia dalam pencemaran logam berat dapat berupa limbah perkotaan, industri, pertambangan atau pertanian. Dari jenis limbah ini, limbah industxi umumnya lebih banyak mengandung unsur logam berat. M e s k i p demikian, tidak semua limbah indus&i mengandung logam berat karena tergantung pada bahan baku industri temebut. Sedangkan Darmono (1995) menyaakan bahwa pada air tawar logam yang ,
terkandung di dalamnya biasanya dan buangan air limbah, erosi dan dari udara secara langsung.
Menurut Bryan (1976), sumber logam berat yang paling besar adalah berasaI dari kegiatan manusia, baik di darat maupun di laut. Hal ini disebabkan senyawa atau
unsur logam berat sangat banyak dimanfiiatkan dalarn industri, baik sebagai bahan baku, katalis,
fungisida, maupun aditif Logam Hg banyak digunakan dalam
produksi alkali, klor, alat-alat listnk, cat, obat-obatan dan biosida (fungisida, herbisida dan pestisida). Saeni (1997) menyatakan bahwa logam Hg dapat masuk ke lingkungan melalui air hujan dan atmosfir atau melalui pencucian tanah.
Keadaan perairanyang berubah-ubah, misalnya perubahan suhu, pH, intensitas, jurnlah dan jenis bahan pencemar dapat mengganggu bentuk l o p bexat yang ada (Mathur et al., 1987). Oleb sebab ifu, logam berat di dalam air selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu, dan berbeda dan satu lokasi ke lokasi lainnya. Pada keadaan lingkungan yang stabil, logam berat dalam lumpur relatif konstan (Morim dan Hanson, 1988). Berdasarkan data pa& Tabel 27 terlihat bahwa pada m u s h kemarau (ulangan 1 sampai 6), yaitu bulan Juni sampai September kelima jenis logam berat yang
diamati terdeteksi keberadaannya dalam perairan. Namun pada saat musim penghujan (ulangan 7 sampai 12), yaitu bulan Novgnber sampai dengan Januari, hanya logam berat Pb dan Zn yang terdeteksi keberadaannya dalam perairan. Tidak terdeteksinya keberadaan logam berat Hg, Cd dan Cu selama musim penghujan kernungkman disebabkan adanya pengenceran dengan meluapya air sungpi yang
masuk pantai. Sebaliknya Zn dan Pb terjadi pencucian dengan air hujan dapat mengalir,melalui saluran dan masuk ke pantai. Berdasarkan Tabel Lampiran 5 terlihat bahwa selama pengamatau pada saat musim kemarau logam Hg dapat terdeteksi keberadaannya di perairan. Sedangkan
pada saat mush penghujan logam Hg tidak terdeteksi keberadaannya. Kandungannya cenderung makin meningkat di perairan pa& musim kemarau. Hal
ini disebabkan pada mush kemarau terjadi pemekatan kandmgan Hg di perairan &bat berkurangnya debit air sungai yang masuk pantai sehingga konsentrasinya cendemg makin meningkat pada saat
pengamatan. Sebaliknya pada musim
penghujan terjadi peningkatan debit air sungai sehingga air yang masuk ke pantai juga bertambah hanyak dan terjadi pengenceran. Akibatnya konsentrasi Hg menunm sehingga tidak terdeteksi keberadaannya di perairan. Hasil uji sidik r a p kandungan logam berat Hg,Cd, Pb, Cu dan Zn di badan air antar lokasi berbeda sangat nyata (P<0.01).
Hasil pengamatan rataan kandungan Hg,Cd, Cu, Pb dan Zn pada sedimen di Pantai Bitung menurut stasiun dapat dilihat pada Tabel 28 dan data pengamatan untuk setiap ulangan disajikan pada Tabel Lampiran 7.
Tabel 28 Rataan Kandungan Hg,Cd, Cu, Pb dan Zn (ppm) pada sedimen di Pantai Bitung Menurn*Stasinn Pengamatan
Berdasarkan data Tabel 28 dapat dilihat bahwa jenis logam berat yang diamati semuania terdeteksi pada sedimenbaik yang berada di bagian Timur maupun bagian Barat. Hal ini menunjulckan terdapatnya kelima logam berat yang diamati secara alami di sedmen perairan.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
Lokasi Gambar 11. Rataan Kandungan Pb di Sedimen Menumt Lokasi di Pantai Bitung
Dari Gambar 1I, dapat dilihat bahwa untuk logam Pb, pada blok 2 di Stasiun 4
dan 6 (Pelabuhan Semen Tonasa d m Pantai Pertamina) meningkat tajam, kemudian kembali menurun kandungannya pada blok 3 dan 4. Meningkatnya kandungan Pb di
sedimen pada Stasiun 4, dan 6 &pat disebabkan oleh kegiatan aktivitas pelabuhan seperti kegiatan alat-alat berat untuk melakukan bongkar muat. Pada blok 2, kandungan Pb di sedimen makin meningkat ke arah pelabuhan.
Hal ini menunjukkan adanya akumulasi kandungan Pb di sedimen akibat kontribusi kegiatan domestik dm industri yang makin heningkat memasulci pelabuhad terminal.
Kesibukan di sepanjang pantai pelabuhan (blok 2) di samping banyak kegiatan seperti pasar/tempat pelelangan ikan, kapal-kapal (bengkel kapal/electroplating pengecatan dan lain-lain, juga pengaruh kegiatan bongkar muat di pelabuhan. Pada Tabel Lampiran 7 dapat dilihat bahwa konsentrasi Hg di sedimen pada saat pengamatan musim penghujan leblh rendah dibanding musim kemarau. Hal ini
disebabkan pada saat mush pengfiujan terjadi pengelontoran sebingga logam berat
Hg dan sectmen akan lepas. Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa kandungan jenis logam berat yang diamati (Hg, Cd,Cu, Pb dan Zn)pada sedimen jauh lebih tinggi dibandingkan yang ada di perairan. Selain karena adanya penge1ontman pada perairan, tingginya kandungan l o p berat pada sedimen disebabkan adanya pengendapan di dasar perairan. Selain itu, sedimen dapat mengakumulasi logam
berat sepanjang alirannya (Sylvester, 1978). Menurut Laws (1981) bahwa logam berat mempunyai sifat mudah terikat dengan bahan or@
terlamt Oleh karena itu,
limbah nunah tangga yang mengandmg bahan organ& akan bereaksi dan mengikat kation logam berat sehingga mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen. Hal ini mengakibatkan kandungan logam berat dalam sexhen jauh lebih tinggi dari pada dalam air. Selanjutnya pada kondisi yang tepat, logam berat di sedimen akan terlepas kembali setelah beberapa lama, sehingga dicapai suatu keseimbangan. Dengan demikian, pemeriksaan logam berat dalam air dan dalam sedimen dapat memberikan infomasi lebih lengkap mengenai penmaran logam berat di perairan. Menurut Clark, e.t af., (1977), lumpur terbentuk pada saat terjadi koagulasi,
yaitu bergabungnya partikel-parhkel kecil berupa koloid menjadi partikel-partikel
yang lebih besar. Bila partikel-partikel itu melewati ukuran tertentu, maka terjadi pengendapan. Proses tersebut berlangsung terus-menerus, sehingga lapisan lumpur semakin lama semakin tebal. Pada musim hujan, lumpur yang ada di dasar sungai mengalir ke muara. Proses koagulasi yang terjadi menyebabkan ion-ion logam berat yang serpula terikat pada permukaan partikel terperangkap ke Mam partikel besar
dm akhirnya ikut mengendap sebagai h e n . Tingginya konsentrasi kandungan logam berat dalam sedimen diduga telah terjadi pengendapan yang tinggi akibat
masulmya logam berat ke perairan pantai yang terus menerus, baik dari limbah dari darat (limbah perkotaan dan tempat penimbunan sampah rumah tangga) maupm limbah transportasi dan industxi ( C o ~ eand l Miller, 1995). Menurut Moriarty dan Hauson (1988), tingkat pencemaran logam berat pa& suatu perairan dapat diketahui dengan mengukur kandungannya dalam air dan l u m p . Kedua media ini saling berinteraksi melalui proses f i s h , kimia dan biologi. Proses f i s h mempengaruhi penyebaran bahan pencemar akibat adanya arus, perubahan suhu, adukan (turbulensi) dan hujan. Sedangkan proses kimia mempengmh absorbsi logam berat pada sedmen, pengendapan, dan pert&mn ion. Logam berat dalam air sungai tidak hanya dalam bentuk ion kompleks, tetapi juga dalam bentuk ion bebas dan bentuk lain yang terabsorbsi pada padatau tersuspensi. Kandungan logam berat dalam bentuk terlarut dipengamh oleh suhu, oksigen dan laju aliran sungai (Sylvester, 1978). Pencemaran logam berat terdapat di linglcmgan merupakan suatu proses yang erat hubungannya dengan penggunaan logam tersebut oleh manusia. Sebagai contoh: timbal dimanfaatkan pada industri baterai, kabel, cat (sebagai zat pewama), penyepuhan, pestisida, campuran bahan bakar, dan pembungkus makanan @ m o n o 1995). Menurut Saeni (1997), pelepasan Hg ke dalam tanah, air dan udara pada saat ini kebanyakan berasal dari keaktifan antropogenik yang dapat melalui proses
sebagai berikut 1. Penambangan dan peleburan bijih, terutama pada peleburan tambang Cu dan Zn. 2. Pembakaran bahan bakar fosil, terutama batu bara. 3. Proses-proses praduksi dalam suatu industri, terutama pada proses Idoralkali sel
Hg untuk memproduksi gas klor dan NaOH. 4. Insenerasi buangan.
Lebih lanjut dikatakan bahwa sewa global efek antropogenik tahunan yang dilepas ke lingkungan sekitar 3 x lo6 kg selama tahun 1900 dan naik menjadi sekitar 9 x lo6 kg selama tahun 1970. Pekpasannya ke lingkungan lebih kurang 45% ke
udara, 7 % ke air dan 48 % ke dalam tanah. Demikian pula Saeni (1997) menyatakan bahwa logam berat Pb banyak digunakan pada industri baterai, kabel, cat (sebagai 2.1 pewarna), penyepuhan, pestisida dan yang paling banyak digunakan dipaka sebagai zat anti letup pada bensin. Timbal juga banyak digunakan sebagai zat penyusun patri dm sebagai formula penyambung pipa yang mengakibatkan air untuk nunah tangga mempuuyai
banyak kemunglunan terkontaminasi dengin Pb (Saeni ,1989). Sedangkan Budirahardjo (1990) yang dikutip Kusumahadi (1998), menyatakan bahwa jenis-jenis industri yang potensial mengeluarkan limbah logam bent adalah tekstil (Cu,Cr dm Zn),deterjen (Cr), farmasi dan kimia (Hg, Cd, Cr, Cy Pb dan Zn), percetakan (Pb) dan alat berat (Cd, Hg, Cr, Cu,Pb clan a). Apabila dibandmgkan den-
penelitian Tim Kajian Kelayakan Pembuangan
Limbah Tailing ke Laut dm Perairan Teluk Buyat, Sulawesi Utara yang menyatakan bahwa terjadi kemiringan lahan pada perairan Teluk Buyat dari 8,9% (Tahun 1997) menjadi 3,8% (Tahun 1999). Dengan kondisi kelandaian yang a& saat ini sangat memungkdcan terjadi transportasi sedimen pada kedalaman yang lebih dangkal. Tim juga,menyatakan bahwa logam merkuri dan kadmium sudah terdapat di sedmen pada kedalaman 20 meter dan sudah tersebar pada radius 3,s km dari mulut pipa pembuangan tailing.
Hasil penelitian rataan kandungan Hg, Pb, Cd, Cu clan Zn pada sedimen perairan pantai Bitung (Tabel Lampiran 1 dan 7) terlihat bahwa kelima logam berat yang diamati semuanya terdeteksi pada sedimen. Uji sidik ragam menunjukkan bahwa kandungan Hg, Pb, Cd, Cu dan Zn pada sedimen antar lokasi penelitian berbeda sangat nyata (P<0.01). Logam Hg pada blok I (Stasiun 1, 2 dan 3) terlihat
relatif sedikit. Hal ini
berarti bahwa kontribusi kegiatan manusia terhadap
keberadaan Hg di sedimen relatif kecil. Pa& blok 2, pada Stasiun 4 (pelabuhan Samudera) dan 5 (terminal pelabuhan) kandungau logam berat pada sedirnen tidak jauh W e d a namun di Stasiun 6 meningkat tajam yang menunjukkan kandungau Hg tertina, sedangkan Stasiun 4 dan 5 (pelabuhau dan terminal) pada umumnya banyak mengandung logam berat Pb, Cd, Cu dan Zn dibandingkan dengan Stasiun lainnya. Hal yang sama ditemukan Jeng dan Han (tahun 1998) di pelabuhan Khaosiung. Menurut Creceliuse et. al., (1985) dalam Jeng dan Han (tahun 1998) dikmukakannya bahwa kandyngan logam berat sebelum pengembangan di
permukaan teluk banya 15 ppm dan menjadi 3-4 kali lebih besar setelah dikembangkan. Hal ini sependapat dengan Sylvester, 1a78., bahwa sedirnen dapai mengakumulasi logam berat sepanjang a l k y a . Laws (1981) menyaiakan bahwa
logam berat mempunyai sifat mudah terikat dengan bahan organik terlarut. Oleh karena itu limbah rumah tangga yang mengandung bahm organ& akan bereaksi dan mengikat kation logam berat, sehingga mengendap di dasar perairan dm menyatu dengan sedimen. Tingginya kandungan Iogarn berat dalam sedunen juga diduga karena telah terjadi pengendapan yang tinggi akibat rnasuknya logam berat ke
perairan pantai secara terus-menexus.
5.1.4 Kandungan Logam Berat dl Bentos.
Hasil pengamatan rataan kandmgan Hg, Cd, Cu, Pb dan Zn pada bentos di Pantai Bitung menurut stasiun &pat dilihat pa& Tabel 29 clan data pengamatan
untuk setiap ulangan disajikan pada Tabel Lampiran 9.
Tabet 29.Rataan Kandungan Hg, Cd, Cu, Pb dan Zn (ppm) pada Bentos di Pantai Bitung Menurut Stasiun Pengamatan
Untuk logam Hg pada blok 1, blok 2 dan blok 3 terlihat pola peredaran yang sama, yaitu berfluktuasi namun di bagian Barat, kandungan logam Hg di Bentos cenderung meningkat. Sementara itu pada blok 4 terlihat bahwa kandungan Hg terus meningkat (Stasiun 10). Seperti hainya dengan Pb dan Cd, ha1 yang sama menunjukkan adanya akumulasi Hg pada bentos yang hidup di daerah tersebut. Secara umum kandungan Hg, Pb, Cd, Cu dan Zn di Bentos mengrkuti pola
kandungan yang berfluktuasi searah dengan kandungan pada sedimen. 3 -5
'
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
Lokasi
Gambar 12. Rataan Kandunga~Pb Pada Bentos Menurut Lokasi di Pantai Bitung
B e r w Gambar 12, dapat dilihat bahwa pada musim penghujan kandungan Pb di bentos selama pengamatan berfluktuasi dengan pola yang sama. Pa& musim kemarau, meskipun datanya beduktuasi, kandungan Pb di bentos cenderung meningkat selama pengamatan. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan penyerapan Pb oleh bentos pada musim kemarau. Daxmono dan Arifin (1989), menyatakan ada tiga teori mengenai mekanisme penyerapan logam dalam jaringan organisme perairan, yaitu : 1. Penyerapan logam melalui mekanisme pengangkutan yang berhubungan den-
mekanisne osmoregulasi, yaitu pengaturaa tekanan osmosis oleh organisme terhadap air di sekitamya. 2. Pengkatan ion-ion logam menyentuh bagian tertentu dari permuksan jafingan dan
masuk ke dalam sitoplasma. 3. Logam dalam bentuk kristal kecil atau larutan yang segera ditangkap oleh sel
epitel dan secara endositosis logam tersebut dibawa masuk
dilepas ke &lam
sitoplasma Akumulasi biologis dapat terjadi melalui absorbsi langsmg terhadap logam berat yang terdapat &lam badan air. Dengan demilaan, organisme yang hid* pada
perairan tercemar logam berat khususnya betnos, di dalam jaringan tubuhnya akan terdapat kandungan logam berat yang tinggi pula. Hal ini disebabkan oleh cara hidup bentos yang relatif rendah aktivitasnya dan cenderung menetap di dasar perairan, sehingga akan selalu terpapar terhadap logam berat yang ada di sekitarnya. Meeldowney et. al., (1993), menyatakan bahwa dalam perairan logam berat dapat menyebar secara horizontal dan vertikal, sehingga terdistxibusi dalam badan air dan sebagian diserap oleh organisme. Setiap organisme perairan rnernpunyai
kemampuau menyerap logam berat yang berbeda. Pada umumnya logam berat sampai ke organisme rnelalui absorbsi, rantai makamm clan insang, tergantuug dari jenis organismqa. Logam berat mempunyai kernampmu membentuk kompleks dengan senyawa organik, sehingga cenderung terikat dengan jaringan. Umumnya bentos mengambil logam berat melalui makanan. Makanan dihancurkan dalam usus, kemudian diserap oleh darah. Menurut Loedin (1985), di dalam perairan, sekalipun kandungan logam beratnya rendah, tetapi sudah diabsorbsi dan makumulasi secara biologis dalam tubuh hewan air serta akan terikat dalam rantai makanan. Hal tersebut menyebabkan terjadinya proses bioakumulasi, yaitu logam berat terkumpul dan meningkat kandungannya dalam jaringan tubuh organisme yang hidup. Melalui merubran, senyawa kimia yang bersifat toksik dapat masuk ke &lam sitoplasma dengan berbagai cara, antara lain difusi, filtrasi, pinositosis, fagositosis clan pengaugkutan
aktif Dari berbagai cara tersebut umumnya jatur madmya logam berat ke dalam jaringau yang dominan adalah secara difusi (Sanders, 1986). Hasil penelitian kandungan logam berat Hg,Pb, Cd,Cu clan Zn pada bentos di
peraim pantai Bitung menurut stasiun terlihat pada Tabel Lampiran 1. Uji sidik ragam menunjukkan bahwa kandungan Hg, Pb, Cd, Cu dan Zn pada bentos di perairan di pantai Bitung antat- lokasi penelitian berbeda sangat nyata (P < 0,Ol).
Logam Hg pada blok 1 (Stasiun 1) ka~dun~gimya pa& bentos tidak begitu berarti. Hal in. menunjukkan bahwa Stasiun 1 belum banyak kegiatan manusia dan industri.
~ a n d u n blogam Hg pada bentos mulai meniogkat pada Stasiun 2 dan Stasiun 3 sejalan dengan kandungan logam berat Hg pada sedimen. Demrkian pula pa& blok 2 (Stasiun 4, 5 dan 6) kandungan logam Hg pa& bentos cendenmg sejalan dengan
kandungan Hg pada sedimen meskipun kandunganaya kurang berarti. Dedciau pula halnya dengan blok 3 (Stasiun 7, 8 dan 9) juga menghti pola yang sama sesuai dengan kandungan Hg pada sedirnen. Pada blok 4 kandungan logam berat Hg pada bentos di Stasiun 10 dan 11 menunjukkan kandungan yang relatif tinggi dari ldrasi lainnya. Hal ini pula berkaitan dengan tingginya sedimen yang tejadi pada lokasi ini. Kandungan logam Pb pa& bentos di bIok 1 (Stasiun 1,2 dan 3) masih dalam taraf ymg rendah. Kandungan Pb pada bentos meningkat pada Stasiun 4 Wlabuhan)
clan Stasiun 9 (pabrik seng) kedua lokasi menunjukkan tempat hidup bentos yang banyak mengakumulasi logam berat Pb. Hal ini sejalan dengan tingginya kandungan Pb sedimen di kedua lokasi tersebut. Pada blok 1 terlihat bahwa kandungan Cd di bentos masih rendah di Stasiun 1 (Tandurusa), tetapi pada Stasiun 2 (Aertembaga) dan Stasiun 3 (pasar Winenet) mulai meningkat. Pada blok 2 (Stasiun 4, 5 dan 6) kandungan Cd meningkat tajam
kemudian merata di ketiga lokasi tersebut,
menunjukkan bahwa bentos yang hidup di
blok 2 ini terakumulasi dengan logam
Cd. Sejalan dengan kandungan Cd pada sedimemya Kandungan Cd dengan kadar yang lebih tinggi ditemukan pada Stasiun 9, 10 dan 11.
Kaadungan logam Cu pada blok 1 (Stasiun 1 dan 2) sangat sedikit,'tetapi pada Stasiun 3 cenderung meningkat. Hal ini dapat dipahami karena Stasiun 3 (pasar Wineaet) banyak kegiatan pembuangan limbah yang mengandung Cu dan juga berdekatan dengan industri galangan kapal. Demikian pula halnya terjadi akumulasi Cu pada bentos yang hidup di Stasiun 9 @antaipabrik seng). Ldgam Zn pada blok 1 kandungamya pada bentos sangat rendah. Pada blok 2 mulai meningkat clan tertinggi pada blok 3 dan blok 4. Seperti halnya dengan sedunen logam Zn pada bentos banyak dijumpai di Stasiun 8, 9 dan 10. Hd ini
menunjukkan bahwa bentos yang hidup di blok 3 clan 4 tdcumulasi dengan 231.
Gambar 15. Rataan Kand~lngaoHg pada Plankton Menurut Lokasi di P a h i Bitung
5.1.5 Kandungan Logam Berat di Plankton
Hasil pengamatan rataan kandmgan Hg, Cd, Cu, Pb dan Zn pada plankton di perairan pantai Bitung menurut stasiun dapat dilihat pada Tabel 30 dan data pengamatan untuk setiap ulangan disajikan pada Tabel Lampiran 11.
Tabel 30 Rataan Kandungan Hg, Cd, Cu, Pb dan Zn pada Plankton Menurut Stasiun Pengematan di Pantai Bitung.
Untuk logam Pb, pada blok 1 dapat dilihat bahwa k a n d u n , ~ Pb pada plankton berfluktuasi. Pada blok 2 dapat dilihat pola yang sama seperti pada blok 1, narnun '
.
kandungannya cendenmg meningkat. Hal ini diduga erat kaitannya dengan makin meningkatnya kegiatan industri dan penduduk yang berkontribusi terhadap keberadaan Pb pada blok tersebut. Pada blok 3 dapat dilihat kandungan Pb meningkat tajam. Hal ini
diduga erat kaitannya dengan meningkatnya kegiatan penduduk, transpottasi dan kegiatan
usaha dan industri di daerah tersebut yang berkontxibusi terbadap peredaran Pb di blok tersebut. Pada blok 4 terlihat penunman kandungan Pb di plankton. Hal ini diduga akibat adanya pengaruh pasang surut di bagian pantai blok 4. Secara mum, terlihat bahwa kandungan Pb pada plankton di pantai Bitung cendetung meningkat dari bagian Timur ke bagian Barat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Rataan Kandungan W pada Plankton menurut Lokasi di Paotai B i n g
Lokasi
Gambar 17. Ratrtlln Krrndungan Zn pada Plankton menurut Lokasi di Pantai Bitung
Berdasarkan Gambar 16 dan 17 terlihat bahwa kadar Pb dan Zn pada plankton di musim kemarau berfluktuasi. Hasil yang sama t e r h t pada saat pengamatan di musim penghujan. Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa fluktuasi kadar Pb
dan Hg di musim kemarau tidak sebesar pada saat pengamatan di m u s h penghujan. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh fluktuasi intensitas curah hujan yang lebih besar di musim penghujan dibandingkan musim kemarau. Menunrt Moore clan Ramamoorthy (1984), logam berat dalam air cenderung membentuk suatu ikatan dengan bahan organ& yang terdapat di ddamnya Logam berat yang masuk ke-perairan akan mengalami pengendapan, pengeneran dun dispersi, kemudian dapat diabsorbsi dan diadsorbsi oleh organisme yang hidup di perairan tersebut. Laws (1981) menarnbahkan bahwa logam berat dalam perairan lebih cepat diadsorbsi oleh detritus, plankton, partikei tersuspensi dan bersatu dengan organisme hidup, sehingga mernpengaruhi kehidupan organisme tersebut. Hasil penelitian rataan kandungan Hg, Cd, Pb, Cu dan Zn pada plankton di
perairan pantai Bitung menurut stasiun pengamatan terlihat pada Tabel Lampiran 1. Uji sidik ragarn menunjukkan bahwa kandungan Hg, Pb, Cd, Cu clan Zn pada plankton di perairan pantai Bitung antar lokasi penelitian bertKda -gat
nyata
(P<0.01). Logam Hg pada blok 1 terlihat berflukcuasi. Pa& blok 2 terlihat pola yang sama seperti pada blok 1, namun kandungannya cenderung berkurang. Hd ini diduga erat kaitannya dengan pengaruh angin dan arus dari blok 2 menuju blok 1. Pada bldc 3 kandungan logam Hg juga beduktuasi, tertinggi pada Stasiun 9 (pabrik seng) dan ,
menurun pada Stasiun 7 (pabrik minyak goreng Birnoli) dan Stasiun 8 (pabrik pengasapan dan pengalengan). Hal ini pula cenderung pada pola yang sama dengan pengaruh angin dan arus terhadap logam Hg pada plankton.
Logam Pb, pada blok 1 kandungannya berfluktuasi. Stasiun 3 @asar Winenet) kadarnya relatif tinggi kemudian berkurang pada Stasiun 2 (pautai Aertembaga) dan Stasiun 1 (pantai Tandurusa), m e n w pola dan arah arus. Pa& blok 2 terlihat di Stasiun 4 (pelabuhan samudera) lebih banyak kandungan Pb pada plankton. Diduga selain adanya pelepasan dari sedimen juga akibat penumpukan dari Stasiun 5 dan Stasiun 6. Kandungan Pb pada blok 3 paling rendah. Logam Pb pada plankton di blok 4 (Stasiun 10 dm I I) mengikuti pola yang sama dengan blok 1 dan blok 2. Logam Cd, pada blok 1, kandungannya bduktuasi. Tertinggi di Stasiun 3
kemudian berkurang pada Stasiun 2 dan 1, diduga menghti pola arus dari Stasiun 3 menuju Stasiun 2 dan 1. Blok 2 di Stasiun 5 dan 6 kandungan Cd pada plankton tertinggi kernudian berkuang di Stasiun 4.
Logam Cu pada blok 1, pada plankton tertinggi di Stasiun 3 (pasar Winenet)
kemudian menurun di Stasiun 2 dan Stasiun 1. Hal ini dimaklumi karena di autara Stasiun 3 dan 4 terdapat galangan kapal yang banyak membuang logam Cu Hal yang sama dijumpai di Stasiun 9 dan 10. Logam Zn pada blok 1 (Stasiun 3) menunjukkan nilai tertinggi di pasar Winenet diduga akibat buangin limbah pasar. Hal ini sejalan dengan kandungan Zn pada sedimen di Stasiun 4. Pa& blok 2 (Stasiun 4 dm Stasiun 5) cenderung terjadi penumpukan dari Stasiun 6 (pantai Pertarnina) ke Stasiun 5 clan 4 yang mengikuti pola arus. Kandungan Za plankton pada blok 3 dan blok 4 sangat berfluktuasi dengan
kadar yang lebih rendah, diduga ada pengaruh arus pasang surut.
5.1.6 Kandungan Logam Berat Dalnm Kerang
Berdasarkan hasil pengukuran kandungan Hg, Cd, Cu,Pb clan Zn pada daging kerang, perbedaan jarak stasiun terhadap sumber pencemaran tidak berpengaruh terhadap kandungan Hg, Pb, Cu dan Cd. Dari Tabel 31 nampak bahwa'rata-rata kandungan Hg di semua stasiun nilainya kecil dan cenderung menyebar. Hal ini sesuai dengan hail analisis kandungm Hg dalam air permukaan di semua stasiun masih jauh di bawah baku mutu air laut untuk budidaya. Tabel 31. Jenis
w!m Berat
Rataan Kandungan Logam Berat Hg, Pb, Cd, Cu dan Zn pada Kerang di Pantai Bitung Menurut Stasiun Pengamatan. Lokasi
St1
St2
St3
Hg
0,0029
0,0041
0,0300
Pb
2,4484
3,7326
6,4137
Cd
0,7114
0,6283
Cu
0,8961
Zn
0,1442
St4
St5
0,5321
-
0,8000
0,8380
-
0,1204
0,1365
-
-
St6
St7
St%
St9
St10
St11
0,0165
0,0125
0,0261
0,0064
0,0043
0,0034
3,6067
5,6782
6,7840
6,8785
6,4726
7.0085
0,1198
0,6936
0,0660
0,6799
0.0627
0,0703
0,0857
0,0814
0,6820
0,7970
0,7120
0,7620
0,0982
0,0887
0,0768
0,0872
0,0686
0,0745
Perbedaan jarak stasiun terhadap swnber pencemaran berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan Pb dalam daging kerang. Setelah dilanjutkan dengm uji Duncan's terlihat bahwa kerang yang be&
dari Stasiun 2, 3 dan 6 yang terletak
dekat dengan pasar, kegiatan lalu lintas motor laut, bengkel kapal mengakumulasi Pb
dan Cu lebih tingg~daripada stasiun-stasiun lainnya Perairan lepas pantai dan dalam cenderung mempunyai kandungan.logam berat lebih rendah daripada perairan neritik. Hal tersebut disebabkan karena pengaruh aktivitas manusia terutama dalam hubungannya dengan peningkatan kegiatan perindustrim di wilayah terestrial, I
sehingga perairan pantai atau estuaria kandungan logarn beratnya meningkat (Clark,
Hasil penelitian Utami (1997), menyatakm bahwa perbedaan umur kerang
tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan Hg dan Pb hijau, tetapi ada kecendenulgan menurun seiring den-
daging kerang
pertambahan ~ m u kerang. r
Meskipun kemmgkinan terjadi peningkatan kandungan logam berat Hg, Pb dm Cu dapat terjadi dengan laju akumulasi. Hal ini didukung pula oleh Rits et al., (1982), yang menyatakan bahwa kerang yang berukuran lebih kecil (muda) merniliki kemampuan akurnulasi yang lebih besar dibandingkan kerang yang berukuran lebih besar (tua). Selain itu diduga semalcin besar kerang semakin baik kernampuannya dalam mengeliminasi l o r n berat. Menurut Simkiss clan Mason (1984), bahwa konsedtrasi logam-logam berat &lam tubuh akan mencapai keadaan stabil jika laju pembentukm logam sama dengan penguraiannya. Hubmgan antara kandungan Hg clan Pb dalam lumpur dan
air dengan kandungamya pada kerang tidak didapatkan hubungan yang nyata. Tetapi hubungan antara kandungan Pb pada lumpur dengan kandungan Pb pada kerang terdapat hubungan yang nyata. Hal ini berarti bahwa semalcin tin@ kandungan Pb dalam lumpur semakin tinggi pula kandungan Pb pada kerang. Pada beberapa stasiun seperti pelabuhan agak dalam dan tidak didapatkan lagi kerang, kemungkman besar kerang di stasiun-stasiun tersebut sudah mati. Pada S.tasiun 7 sampai deogan 11 kedalaman stasiun penelitian 10-12 m masih didapatkan kerang yang hidup di tengah lumpur. Low-logam yang teraduk ke dalam kolom air oleh gerakan massa air, dapat diabsorpsi oleh kerang. Dan hasil analisis logam berat, rata-rata kadar Pb dalam lumpur di setiap stasiun penelitian lebih tinggi daripada kadar Pb dalam air,
karena lumpur merupakan penampung logam berat dalam pairan (Tabel Lampiran I). Khususnya bagi limbah yang mengandung logam berat yang umumnya bersifat
persisten, maka perairan estuari, besar kemungkman menjadi gudang bahan
103 pencemar logam berat bagi biota penghuni perairan tersebut. Selanjutnyajugs secara
tidak Iangsung kandungau logam berat yang melewati ambang batas akan mengganggu pada konsumen yang mengkonsumsi biota laut baik berupa k m g ,
ikan dan lain-lain. Selain kasus pencemaran Hg di sungai Jintzu Jtpang, yang merupakan daerah pertambangan dan peleburan biji seng (Zn)juga mengalami pencemaran seng clan kendala yang beriebihan berbahaya bagi penduduk yang memanhtkan hasil laut segar s e b a s rnakanan mereka. Di Indonesia, baik di Jawa maupun Sulawesi ddam dua ddade terakhir sektor industri berkembang dengan pesat. Secara langsung maupun tidak langsung limbah yang dihasilkan terbawa aliran air dan mencemari perairan pantai estuari. Produksi kerang darah di Indonesia cenderung menumu, yaitu dari 40.980 ton pada tahm 1978 menjadi 27.560 ton dan pada tahun 1983 (FAO, 1984) dalam
Broom (1985). Jnf'omasi ilmiah maupun laformasi populer penyebab menurunnya produksi kerang itu berkaitan erat dengan penunman populasi yang diakibatkan peningkatan kadar logam yang terkandung dalam air, lumpur dan tubuh kerang. Standarisasi kadar logam berat dalam ikan atau hasil perikanan lainnya di Indonesia belum ada. Akan tetapi negara lain telah ada yang membuatnya seperti disusun oleh Nauen (1983). Dibandingkan dengan standarisasi tersebut, hasil analisis
-
kandungan Hg berkisar antara 0,00021 0,00065ppm dengan rata-rata 0,00043ppm, masih dibawah standar (0,5- 1,O ppm). Sedangkan kandungan Pb berkisar antara
2,346 - 7,865 ppm dengan rata-rata 5,155 ppm yang berarti sudah di atas standar (0,5
- 295 PP) Pada kerang kecil oyster (Saccostrea echiniodea) mengabsorbsi Hg > Cd clan Cd > Pb pada temperatur 20°C.Absorbsi p a h g efisien terjadi pada temperatur 30°C
clan 20°C pada logam Hg dan Cd, sedan-
logam Pb hanya naik sedikit (Denton
dan Jones, 1981). Bivalvia laut dm famili Arcide, sub famili A ~ a h e i n a emerupakan salah satu sumberdaya ikan yang baayak digemari oleh masyarakat Indonesia, Malaysia, Philipina, Thailand, Korea Selatan, Cina, Jepaug, Fiji dan Columbia (Broom,1985). Broom menyatakan bahwa dari genera Anadbra yang terbanyak ditangkap dan dikonsumsi oleh masyarakat adalah spesies Anadara gmnosa Lrnn, yang di Indonesia dikenal dengan nama k e m g darah. Dari pengamatan penulis, kerang bulu (Anadara antiguana Linn) h
g disukai oleh masyarakat dibandingh dengan
kerang darah.
KerangAnadara spp, khususnya Anadara granosa hidup di daerah pantai pada zone pasang surut dengan substrat lumpur berpasir sampai lwnpur lunak. Pathansali (1963) dan Broom (1985) menyatakan bahwa A. Granosa senngkali ditemukan
dengan kepadatan tertinggi dalam hamparan lumpur pantai yang berada dekat muara.
-
Kisaran salinitasi antara 28 30 1' ,.
ata as an salinitas ini menrpakan habitat yang
disukai kerang darah. Para ahli menyatakan bahwa perairan estuari merupakan perangkap limbah pencemar (Waldbott, 1978).
Dari Kiel Bay Western Baltic (Swaileh dan Adelung, 1994) &dam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kerang kecil mempunyai kmdungan logam berat Cu dan Zn lebih tinggi daripada logam lainnya. Dua logam essensial, di mana kerang besar mempunyai kandungan Cd dan Pb lebih besar, dua logam non essensial. Ini menunjqkkan bahwa Arctica Islandica rnempunyai suatu strategi metabolic untuk logam essensial dan non essensial. Konsentrasi logam yang tinggi tejadi dalam insang, diikuti oleh ginjal,
kelenjar usus, mantel, kaki dan otot bagian depan dan terakhir otot bagian belakang.
Konsentmsi logam mpanya ada hubungannya dengan h g s i organ. Respans insang untuk air yang mengalir dan keluar ke masa air lebih banyak. Hasil penelitian rataan kandungan Hg, Cd, Pb, Cu dan Zn'pada kerang di perairan pantai Bitung menurut Stasiun Pengamatan (Tabel Lampiran I), terlihat bahwa kelima jenis logarn berat yang diamati terdeteksi pada blok 1 (Stasiun 1,2 dan 3), tetapi pada blok 2 (Stasiun 4 dan Stasiun 5) tidak diperoleh data karena tidak dijumpai cmtoh kerang pada kedua lokasi tersebut meskipun dilakukan berulangulang. Uji sidik ragam menunjukkan bahwa kandmgan Hg, Pb, Cd, Cu dm Zn pada kerang antar lokasi penelitian berbeda sangat nyata (P<0.01). Pada blok 1 kandungan logam berat Hg pada kerang, mulai Stasiun 1 sampai Stasim 3 sedikit dan meningkat pada Stasiun 6 (pantai Pertamina). Kandungan logam berat Hg pada stasiun ini erat kaitannya dengan tingginya sedimen Hg. Pada blok 3 kandungan logam berat bexfluktuasi. Kandungan yang tertinggi di Stasiun 8. Demikian pula kandungan logam berat Hg pada blok 4 berfluktuasi dan tertinggi di lokasi 11. Hal ini sejalan den*
tingginya logam Hg pada &en. Kandungan logam berat Pb pada kerang di blok I bertumt-tnrut, Stasiun I <
dari Stasiun 2 < dari Stasiun 3. Hal ini sejalan dengan kandungan logam Pb pada air laut, dan kandungan Pb pada sedimen. Pada blok 2 (Stasiun 6) kandungan Pb pada kerang kadarnya rendah. Pada blok 3 kandungan Iogam berfluktuasi terIihat tertinggi di blok 4 (Stasim 10 dm Stasiun 11).
Kandungan logam berat Cd pada kerang di blok I, menunjukkan nilai tertinggi kerang yang hidup di Stasiun 1 (pantai Tandurusa) dan Stasiun 11 (pantai Madidir Wem). Meskipun jurnlah kerang sangat widat dijumpai Cjeuis bivalvia), tetapi masih
didapatkan kandungan logam beratnya justru di daerah pinggiran. Hal ini menunjukkan bahwa banyak kerang telah mati. Kandungan logam berat Cd pada kerang di Stasiun 2 dan 3 agak menurun, tidak jauh berbeda dengan kerang yang hidup di Stasiun 10, sedangkan kerang yang hidup pada blok 3 (Stasiun 7, 8 dan 9) menunjukkan kanduugan logam Cd yang hampir sama. Kandungan logam berat Cu pada kerang tertinggi juga dijmpai di Stasiun 1, kecuali logam Pb, kerang yang hidup di Stasiun 1 mengakumulasi logam Hg,Cd, Cu,
dan Zn tertinggi dari semua lokasi. Dibandingkan dengan penelitian Swaileh dan Adelung (1994), kandungan logam berat (Cd,Cu, F% dan Zn) pada Arctica islandica L (molluscs: Bivalvia) M e d a nyata antar lokasi. Kandungan Pb dan Cd sebanding
Cu dan Zn di Baitic lebih tin@ dari pada yang dilaporkan di Atlantik Barat. Logam Cu dan Zn addah dua logam essensial. Dilaporkan bahwa bagian otot depan mengakumulasi Cu dan Zn sebanding meskipun otot bagian belakang mengakumulasi Cd lebih besar dan Pb. Kandungan logam berat Zn pada kerang di blok 1 Stasiun 3 lebih besar dan Stasiun 2 dan lebih besar dari Stasiun 1, sedangkan kandungan logam Zn pada kerang yang hidup di blok 3 tidak jauh berbeda. Menurut Darmono (1995),jenis kerang kecil yang disebut oyster maupun jenis besar yang disebut klam merupakan indikator yang baik dalam memonitor suatu
pencemaran lingkungan oleh logam. Hal tersebut disebabkan oleh sifatnya yang menetap dalam suatu habitat tertentu. Dari analisis logam dalam jaringan kerang tersebut &pat diketahui kadar pencemaran logam pa& daemh tersebut. Semua logam berat dapat menyebabkan pengar& negatif terhadap organisme air pada batas konsentrasi tertentu. Pengaruh tersebut bervariasi menurut jenis logamnya, spesies hewan, daya permeabilitas organisme dan mekanisme detoksifikasi. Dalarn kondisi
polusi, keseimbangan ekologi mungkin terganggu dan hanya or@sme yang mempunyai toleransi tinggi yang dapat hidup selamat (Dannono, 1995). Ditambahkannya pula bahwa Mtor lain yang hams dipertimbangkan juga ialah pengaruh sinergis dari organisme terhadap logam. Beberapa penelitian yang telah dilakukan pada toksisitasnya lebih besar dari pada logam itu secara individu. 5.1.7 Kandnngan Logam Berat di Ikan
Hasil pengamatan rataan kandungan Hg, Pb, Cd, Cu dan Zn pada ikan demersal di
pantai Bitmg menurut Stasiun Pengamatan dapat dilihat pada Tabel 32 dan data pengamatan untuk setiap ulangan disajikan pada Tabel Lampiran 14.
Tabd 32. Rataan Kandungan Hg,Pb, Cd,Ca dan Zn wda Ikan di Pantai menurut Stasiun Pengamatan.
1
1
1
Zi! 0.1224 0.2256 Ketaaogan :-Tidak ada data
Berdasarkan Tabel 32, teriihat bahwa kelima jenis logam berat yang diamati pada daging dan organ ikan demersal &pat terdeteksi keberadaannya, hanya saja pada Stasim 5 (pelabuhan Samudera) tidak diperoleh data, karena tidak didapatkan contoh ikan demersal pada lokasi pengamatan tersebut. ,
Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa kanduugan Hg, Pb, Cd, Cu clan Zn dalam daging ikao di pantai Bitung antar lokasi berbeda sangat nyata, P < 0,01.
Menurut Darmono (1995), logam berat masuk ke jaringan tubuh ikan melalui rantai makanan, insang, difusi meldui permukaan kulit dan rantai makanan. Fitoplankton sebagai awal dari rantai makanan akan dimakan oleh zooplankton. ZQoplankton akan dimakan oleh ikan kecil, ikan kecil akan dimakan oleh ikan besar daa seterusnya Lebih lanjut Darmono dan Arifin (1989) mengemukakau bahwa ada tiga kategori mengenai mekanisne
penyerapan logam berat dalam jaringan organisme perairau yaitu : 1. Penyerapan logam melalui mekanisme pengangkutan yang berhubuugao dengan rnekanisme osmoregulasi, yaitu pengaturan tekanan osmosis oleh organisme terhadap
air di sekitarnya. 2. Peningkatan ion-ion logam menyentuh bagian tertentu dari pennukaan jaringan dan
masuk ke Mam sitoplasma. 3. Logam dalam bentuk laistal kecil atau larutan yang segera ditangkap oleh sel epitel
dan secara endositosis logam tersebut dibawa masuk dan dilepas ke dalam sitoplasma. Menurut Sanders (1986), logam b a t yang terserap ke ddam tubuh ikan akan terdistribusi pada bagian-bagian tubuh ikan, tergantung pada senyawa logam itu. Lebih lanjut dikatakamya bahwa proses biotrmsfmasi yang mempengamhi distribusi logam
berat dalam tub& ikan tmgantung dari kepekaan jaringan m&aa Reaksi biotmsformasi &pat terjadi melalui dua bse. Pentama, fase oksidasi enzimatik, reduksi atau hidrolisis.
Kedua, reaksi konyugasi metabolit. Organ hati termasuk tempat paling efektif untuk reaksi konyugasi. Akumulasi biologis dapat terjadi mdalui absorbsi langsung terhadap logam berat yang terdapat 'dalam badan air sehingga ofganisme yang hidup pada perairan tercemar berat oleh logam berat, jaringan tubuhnya akan mengandung logam berat d e n p konsentrasi tinggi pula (Kristoforava, 1981 yang dikutip oleh Sanusi, 1985). Selain itu
proses akumulasi dapat terjadi karena logam berat mem-
senyawa kampleks dengan
zat organ& yang terdapat dalam tubuh organisme (Saeni, 1989). Melalui ikatan ligan senyawa kompleks yang terbentuk disebut metalotionin (MTN) yang bersifkt r a m bagi
ikan (Darmono dan Arifin, 1989). Hasil penelitian Purwanti (1995) menunjukkau bahwa ikan yang hidup dalam air
yang mengandung logam berat Pb, pada hatinya akan ditemukan akmulasi logam berat. Besarnya kandungan logam berat dalam air juga mempengaruhi besarnya akumulasi logam
berat dalam hati ikan. Semakin tinggi kandungan logam berat dalam air, akumulasi logam berat dalam hati ikan nila merah akan semakin tinggi pula. Pengaruh tin-
kandungan dan lamanya ikan terpapar oleh air yang
mengandmg logam berat mempengadu tingkat akumulasi logam berat dalam insang. Hasil penelitian Ambarini (1995) mengenai akumulasi Pb pada insang ikan nila merah
menunjukkan bahwa tingginya kandungan maupun pemaparan, keduanya berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan bioalcumulasi Pb pada insang ikan logam berat dalam
insang akan semakin meningkat sejalan dengan lamanya waktu pernapam, akan tetapi kandungan logam berat dalam insang akan menurun, karena logam berat yang diab&i
dan terakumulasi pa& insang akan dikeluarkan dari tub& ikan uji. Middaugh clan Rose (1974), juga melaporkan terjadinya pen-
kandungan Hg pada organ insang jika
waktu pemaparan diperpanjang. Pada waktu pemaparan selama 5 jam, kandungan Hg di dalam hang 218 ppm, sedangkan pada waktu pemaparan selama 21 jam kandungan menurun menjadi 156 ppm. Hasil penelitian menunjukkan lebih tingginya kandungan Hg, Cu, Cd, clan Pb di , dalam organ (isi perut dan insang) ikan dibandingkan dengan di dalam daging ikan, sesuai
dengan hasil penelitian yang dilalclrkan oleh Suwirma et af., (1980) mengenai akumulasi
1-
berat Pb pada organ ikan kembung, ikan bawd dan ikan mujair. Hasil penelitianuya
menunjukkan bahwa akumulasi logam Pb pada ketiga jenis ikan tersebut sesuai dengan urutan dalam tulan8insang > isi perut > d a w g Menurut Suwinna et al., (1980) pada otak ikan kembung dm ikan bawd dijumpai
kandungan logam Hg yang lebih tinggi dibancling dalarn isi perut, insang, tulang dan daging. Akan tetapi kandungan Hg dalam isi perut, insang dan tdang tidak jauh berbeda, sedangkan dalam dagiug kaudungan
Hg lebih kecil. Percobaan pada ikan mujair
menunjukkan bahwa kandungan Hg dalam otak dan isi perut ti& jauh berbeda, namun lebih besar dibandingkan den=
insang, tulmg Qn daging. Dalam insaug, tulang dan
daging, kandungan Hg tidak jauh berbeda. Logam Cd juga diketahui terakumulasi pada isi perut, insang dan tulang ikan kembung. Kandungan pada organ-organ tersebut tidak
berbeda nyata, akan tetapi pada daging ikan kembung kandmgannya lebih sedikit. Kandungan Cd pada ikan mujair yang terakumulasi pada organ-organ tersebut tidak jauh beda, kecuali pada ikan bawd terdapat perbedaan kandungan akumuiasi logam Cu pa& organ-organ &ngan urutan isi perut > insang > daging (Suwirma et al., 1980) Alabaster clan Lloyd (1980), menyatakan bahwa otot ikan dapat mengakmulasi kadmium meskipun kandungm &lam airnya rendah. . Pada ikan kembung logam Cu banyak terakumulasi dalam insang, isi perut dan tulang. Kandungan logam Cu pada organ-organ tersebut tidak berbeda nyata hanya dalam daging ikan kembung ditemukan lebih d
t logam Cu. Pada ikan bawal, logam Cu
terakumulasi pada organ-organnya d e n p uraian isi perut > insang > tulang. Kandungan dalam tulang tidak be-
dengan d a p g ikan bawal. Sedangkan pa& ikan mujair,
kandungan Cu dalam isi perut dan insang tidak berbeda, tetapi lebih besar dibanding dalam
tulang dan daging. Dalam tulang dan daging kandungannya tidak bertKda (Suwirma et, ai.,
Ill
1980). Kandungan logam Zn,pada ikan kernbung terakumulasi pada organ dengan urutan:
insang > tulang > isi perut > daging, h g k a n pada ikan bawal dm mujair, kandungan logam Zn dalam insang, tulang dan isi pemt tidak berbeda, namun lebih besar dibanding
dalam daging (Suwirma et. al., 1980). Boudou et. al., (1983), menyatakan bahwa banyaknya tempat pengikatan pada jaringan, tingkat sirkulasi dan sifat-sif'at kimia kontaminasi sangat menen-
besamya akumulasi logam berat pada organ sasaran.
Darmono (1995), menyatakan bahwa logam-logam yang dibutuhkan dalam proses fisiologis ikan, yaitu logam esensial (Cy Zn, Co, B, Fe) akm diserap oleh organ tubuh ikan. Apabila kandungan logam melebihi batas yang dibutuhkan, maka logam tersebut
akan diekskresikan keluar dan tubuh. Proses penge1uara.u logam berat dari tubuh organisne air dilakukan melalui dua cara, yaitu ekskresi melalui pennukaan tubuh dan insang, serta melalui isi perut dan urine. Sedangkan pada logam yang non esensial, yaitu logam-iogam
yang peranannya dalam tubuh menghambat sistem enzim. Selanjutnya Sheline dan Nielsen (1977) dalam laporannya juga mengatakan bahwa tubuh ikan laut (Herring dan Mckerel) mengakurndasi Se den-
perbandingan yang
lebih tinggi dari pada Hg (16:l). Pada penetitian yang dilakukan oleh Koeman et al., (1973) dikatakanjuga bahwa Hg yang terakumulasi pada M a 1 ikan Fundulus heteroclitus jauh berkembang den-
adanya Se.
Osmeoregulasi ikan merupakan salah satu sistem homeostatis dari ikan yang mengatur keseimbangan antara volume air dan konsentrasi elektrolit yang terdapat pada cairan tubuhnya (Hoar dan Rendall, 1969). Omeoregdasi pada ikan akan berpengaruh
terhadap kadar ion plasma, kecepatan pembentukan urine dan aktivitas transport ion enzim. Variabel tersebut merupakan suatu sistem yang peka terhadap penentuan kuantitatif kadar
sublethal pada kehanyakan bahan beracun (Anderson dan D. Appolonia, 1978). Dibandingkatt dengan hasil penelitian Tim Kajian Pembuangan Limbah Tailing ke Laut di Perairan Teluk Buyat Sulawesi Utara, dari 10 ekor ikan diperoleh bahwa hati dan perut ikan adalah target organ yang mengakumulasi logam berat As 2~7-51ppb. Wdaupun
tidak diperinci kandungan logam berat, Tim menyatakan bahwa biota yang ditangkap di perairan Teluk Buyat rata-rata sudab terkontaminasi oleh ketiga logam berat : Air raksa (merkuri), C h i u r n (Cd), Arsen (As).
Di lokasi yang sama PT NEWMONT MINAHASA RAY& mengemukakan h i 1 peneiitiannya rata-rata kandungan Hg pada d a p g ikan 0.1524 mg den-
kisaran 0.039
mg-0.279 mg. Dengan kandungan terendah 0.039 mg dan kandungan tertinggi 0.279 mg. Kandungan logam Hg pada hati rata-mta 1.83 mg. Terendah 0.5 mg dan tertiuggi 3 mg. Kandungan logam Cu pada daging rata-rata 0.423 mg. Kandungan Cu terendah 0 dan tertinggi 1.800 mg. Kandungan logam Cu pada hati rata-rata 5.67 mg. Dengan kandungan
terendah NA dm tertinggi 13.5 mg. Selain Cu logam Zn juga menunjukkan kandungan
pada daging rata-rata 3.8 mg. Dengan kandungan terendah 2.34 mg dan textinggi 12.4 mg. Kandmgan Zn pa& liverjuga lebih tinggi dari rata-rata kandungan pada daging. Rata-
rata kandungan Zn pada hati 59.93 mg. Dengan kandungan terendah 10 mg dm tertinggi 209 mg. Hasil penelitian rataan kandungan Hg, Cd, Pb, Cu dan Zn pada ikan di perairan pantai Bitung mermrut stasiun pengamatan (Tabel Lampiran l), terlihat bahwa kelima jenis logam berat yang diamati pada ikan dapat terdeteksi keberadaanuya pada semua stasiun kecuali di pelabuhan Samudera tidak diperoleh data karena tidak dijumpai contoh ikan demersal pada lokasi pengamatan tersebut. Uji sidik ragam menunjukkan bahwa kandungan Hg,Cd, Pb, Cu dan Zn pada ikan demersal di perakn pantai Bitung antar
lokasi penelitian berbeda sangat nyata (P
d e m d berbeda nyata (P<0,05). Pada Blok I (Stasiun 1) di jumpai ikan yang magandung logam Hg yang tidak berarti namun pada Stasiun 2 dan 3 mdai rnedngkat Diduga adanya kandungan logam Hg pa& likan: ini efat kaitannya k g a n sedimen logam Hg di stasiun tersebut. Demikian pula dengan kandungan logam berat Hg pada ikan
di Blok 3 (Stasiun 7, 8 dan 9) sejdan dengan kandungan logam berat Hg pada &en. Kandungan logam berat Hg pada kerang di Stasiun 10 dan 11 menunjukkan nilai yang relatif tinggi mengingat sifat toksisitas Hg dan sifkt akumulasinyayang cukup tinggi. Kandungan logam berat Pb pada ikan meskipun dengaa analisis statistik tidak
berbeda nyata antar lokasi penelitian, tetapi nilai kandungannya pa& Stasim 2, 3 clan 4 lebih tinggi daripada stasiun lainnya. Kandungau logam berat Pb pa& Stasiun 4, selain erat hubungannya dengan kandungan Pb pa& sedimen dan plankton. Kandungan logam berat
Pb pada Blok 3 clan 4 tidakjauh berbeda. Kandungan logam berat Cd pada ikan di Blok 1 (Stasiun 1,2 clan 3) selain kaitannya
&ngan sedimen Cd di blok itu. Juga erat kaitannya dengan kandungaa air laut pada Blok 3 (Stasiun 4,5 clan 6) yang mengikuti pola arus dan pasang sunrt yang arabnya menu@ ke
Timur. Kandungan logam berat Cu pada ikan terlihat di Blok I (Stasiun 1,2 dan 3) Blok 2 (Stasiun 4) selain erat kaitannya dengan tingginya sedimen Cu yang terdapat di Stasiun 4 juga Cu pada plankton di Blok 2 (Stasiun 4,5 clan 6) yang terbawa ombak arus ke Stasiun 4 dan Stasiun 3. Kandungan logam Cu pada ikan yang hidup di Blok 3 dan 4 juga
cenderung mqngkm pola sepem pada Blok 1 dan Blok 2. Kcindungan logam Zn pada ikan yang hidup di Blok 1 (Stasiun 1, 2 dan 3), berfluictuasi demikian pula kandungan logam berat pada ikan yang hidup di Blok 2
(Stasiun 4 dan Stasiun 6) dan Blok 3 (Stasiun 7,8 dan 9) tidak jauh berbeda. Kandungan logam berat Zn tertinggi dijumpai di Blok 4 (Stasiun 10 dan 11). Menurut Dannono (1995), berdasarkan penelitian toksisitas akut terhadap organisne air dan akibatnya yaitu LC-50 selama 48 jam, pengad sinergik antara logam, efek sublethal, bioakumulasi dan bahayanya terhadap orang yang mengkonsumsi &an, maka disimpulkan bahwa claftar urutan logam yang toksisitasnya paling t i n u ke yang paling rendah adalah sebagai bedat :
H$> cLf2+>Ag+>~ i ~ + > p b ~ + > ~ s ~ + ~ + + > ~ n ~ + > ~ n ~ + Tetapi b e r m toksisitas terhadap organisme air itu sendiri, urutan itu berbeda.
Berdasarkan toksisitas LC-50, periode larva adalah yang paling sensitif pada beberapa s p i e s hewan air. !kdangkanurutan toksisitas itu adalah sebagai berikut :
H~Z'>A~+> cu2+>& 2 + > ~2+>pb i 2 + > ~*+d Kadmium dilaporkan berpengaruh terhadap aktivitas respirasi clan enzim ATP-ase dari mikrofag alveolar paru Enzim allantoise yang diekstrak dari polikaeta Edstilia Vancouuverin sensitif terhadap beberapa ion logam yang intensitas mtannya sebagai
berikut : c&+ > pb2+>zn2 + > ~ g %2+C ~ Sehubungan dengan pengar& ion logam tersebut terhadap aktivitas enzim pada organisme air, seorang peneliti melaporkan basil penelitiamya dengan tujuau untuk mendeteksi sedini mungkin terjadinya pencemaran. Pada penelitian tersebut ikan salmon diekspose dengan 1,12 mg Cdn selama 24 jam dan dalam kolam l a h y a diskpose 0,064 mg CuIL selama 48 jam. Hasilnya menunjukkan bahwa dcsidasi asam laktat dalam insang dihambat sampai 50 %. I
Telah dilaporkan juga pengaruh Zn terhadap perkembangan dan pertumbuhan embrio Oister Crassostrea Virginica. Jlka logam Hg, Cd, Cu, Zn atau Pb terkandung dalam
jaringan ikan melebihi batas yang dit-
produksinya tidak boleh dijual di pasaran
apalagi diekpor. Batas kandungan logam masing-masing mtuk Hg, Cd, Cu dm Zn adalah 0,s; 0,05: 10 clan 100 mgtlcg berat basah (Darmono, 1995).
5.2 Analisis Komponen Utama Peredaran Logam Berat 5.2.1 Matrik Korelasi Dengan Nilai Proporsi dan N i i Koefisien Komponen Utama Untuk mengetahui peredarau logam berat pada setiap komponen dilakukan analisis dari 6 komponen yaitu : Air Laut (AL), Sedimen (SN), Bentos (BT), Plankton (PL), Kerang (KR), dm Ikan (K).Hasil analisis mat& korelasi disajikan pada Tabel 33. Tabel 33. Matrik Korelasi Analisis Komponen Utama c
PRIN 1 PRIN 2 PRZN 3
PRIN 4 PRIN 5 PRIN 6
Eigenvalue 1,86291 1,2517 1,13768 0,78545 0,62942 0,33238
Difference 0,610739 0,114492 0,352230 0,156026 0,297042
1
Proportion 0,3 10485 0,208695 0,18%13 0,130!308 0,104903 0,055396
Cumrnulative 0,31048 0,s 1928 0,70879 0,83970 0,94460 1,00000
.
Dari 165 individu yang ada, disajikan statistik sederhana berupa rataan dm skupangan baku bagi keenam peubah yang ada. Berdasarkan matrik korelasi terlihat banyak peubad yang berkorelasi tinggi. Aker siri yang dihitung didasarkan pa& matrik korelasi dan hasilnya menggambarkan prosentase setiap komponen. Akar ciri pertama sebesar 1,86 menunjukkan keragaman total yang dapat diterangkan oleh Komponen I
sebesar 31 %, sedangkan oleh Komponem I1 sebesar 2 1 % dan Kompanen III s e b 19 %. Berdasarkan dua komponen, kesagaman total yang dapat ditemgkan sebesar 52 %. Dengan tiga komponen terdapat 71 % dan 100 % dapat ditemngkan oleh keenam komponen. Nilai yang diperoleh merupakan koefisien kombinasi linear Komponen Utama terhadap setiap peubah asalnya;
KU I
=
0,21 AL + 0,42 SN + 0,42 BT + 0,45 PL + 0,22 KR + 0,59 IK
KU I1
=
0,53 AL + 0,48 SN + 0,07 BT - 0,584 PL + 0,30 KR 0,25 IK
KU 111
=
0,33 AL 0,34 SN 0,56 BT + 0,23 PL + 0,63 KR + 0,12 M
-
-
-
Dari koefisien yang didasarkan p& informasi di atas ma& belum menggambarkan posisi peredaran individu (lokasi) dalam suatu ruang berdimensi dua. Oleh karma itu
digunakan analisa plot untuk melihat posisi individu dalam ruang berdimensi dua. Pada plotting pertama dilakukan antara KU I dan KU I1 dan plotting kedua antara KU I dan KU
III. Jika dilihat pada sebaran individu berdasarkan KU I dan KU II dapat dilihat l o p -
logam Cu dan Zn memiliki keserupaan yang sama dan yang berbeda. Makin dekat posisi
dm individu tersebut berarti kedua individu tersebut makin serupa. Jika dikaitkan dengan
makna berdasarkan koefisien terlihat bahwa pada KU I yang memegang peranan pen* adalah Ikan, Plankton, Bentos, dan Sedimen, di mana iogam yang dekat dan serupa adalah
kadmium (Cd) dan tembaga (Cu), dan seng (Zn).Logam Hg dan Pb kurang menunjukkan keserupaan dm b a n g berperan dalam perch logam berat. Pada Komponen Utama I1 yang berperan adalah Plankton dan Air Laut, sedangkan pada Komponen Utama III ymg berperan adalah Kerang clan Bentos. Pada dimensi yang kedua yaitu logam terlihat bahwa Iogam dengan angka 4 dan 5 (tembaga dan seng) yang lebih menunjukkan keserupaan.
Hasil Analisis Komponen Utama Peredaran Logam Berat di Perairan Pantai Bitung. Berdasmkan Tabel Lampiran 20, korelasi logam berat di setiap komponen perlakuan didapatkan bahwa untuk logam Hg korelasi atau hubungan yang terkuat adalah 68% pada ikan dan kerang, untuk logam Pb hubungan ymg terkuat 68% pada sedimen dan
bentos, logam Cd menunjukkan 69% pada sedimen dan plankton. Sedangkan logam Cu
dm Zn masing-masing 62% pada sedimen clan bentos, 70% pada bentos dan kerang. Hubungan yang kuat untuk setiap logam berat pa& masing-masing komponen dapat dilanjutkan dengan analisa regresi dengan hasil sebagai berikut : Logam Hg
-
Y = 0.001226 + 0.062367 X. Hubuugan regresi yang diperoleh adalah positif yang artinya setiap penambahan satu s a t w (ppm) Hg pada kerang maka logam Hg pada ikan akan meningkat sebesar 0,00624 ppm.
Regresi Logam Hg pada Komponen Ikan dan Kerang ( R=69%) (P-=O.Ol)
I
/
Hubungan korelasi yang terkuat untuk logam Pb terdapat pada sedimen dan bentos dengan korelasi sebesar 68%. ~ktelahdiadakan analisa regresi ternyata hubungan yang diperoleh adalah sebagai berikut : - Y = -0.2080 + 0.1567 X H u b u n p tersebut adalah regresi negatif yang
Pb pada sedinxn akan ~enurunkan
artinya setiap kenaikan satu satuan unit (ppm) 1-
kandungan logam Pb pada bentos sebesar 0,1567 (ppm).
Hubungan korelasi yang kuat dan positif jup didapatkan pada logam Cd, sebagai
berikut : -Y= -0.1761 + 0.3559 X. Meskipun dalam persamaan regresi menunjukkan negatif tetapi pada garnbar masih menunjukkan adanya kenaikan satu unit logam Cd pada plankton tetap menambah kenailcan logam Cd pa& sedimen. Hal ini dapat dimengerti
karena kandungaa logam pada plankton kecil (sedikit). Regresi Logam Cd pada Komponen Sedimen dan ~ l a & t o n(R=68%) (P
Hubungan korelasi yang kuat dan positif juga terdapatpada logam Cu sebesar 62%. Setelah dilakukan analisa regresi didapatkan hasil sebagai beaikut : Y = 0.5172 + 0.426%
Hubungan regresi yang positif pada sedimen dan bentos yang artinya setiap ada kenaikan logarn Cu (1 ppm) pada sedimen juga diikuti oIeh adanya kenaikan logam Cu pada bentos sebesar 0.4265 ppm. !
Regresi Logam Cu pada Komponen (P<0.01)
Hubungan korelasi yang kuat juga didapati utuk logam Zn pa& kerang dan bentos
sebesat 70%. Setelah dilakukan analisa regresi didapat persamaan sebagai berikut :
-Y= 11.0394-3.8778 X, hubungan ini meskipun arahnya sadah negatif tetapi mas& tetap menunjuMcan pengaruh kenaikan. Artinya, meskipun terjadi penunman logam Za sebesar 3.8778 pa& bentos dengan kenaikan satu ppm Zn pada kerang. Kerang dam Bentos (R=70%)
Hasil Penelitian Keanekaragaman Jenis Shannon-Wiener Bentos di Pantai Bitung dapat dilihat pada Tabel 34.
Tabel 34. Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon-Wiener BenPantai Bitung. Lobasi
Stasiun
B1ok
di Perairan
Indeb Keaaebgamaa . 2.79
1
PantaiTandurusa
1
2
Pantai Aertembaga
1
1.10
3
Pantai Winenet
1
1.39
4
Pelabuhan Semen Tonasa
2
0.45
5
Pelabuhan Sarnudera
2
1.41
6
PantaiPertamina
2
1.39
7
Pantai Pabrik Minyak G.B
3
1.09
8
Pabrik Pengalengan
3
1.50
9
Pabrik Seng
3
0.33
10
Pantai Pabrik Pengolahim Ikan clan
Pabrik Es
4
1.03
Pantai Pabrik laiunya
4
1.26
11
Ber-
Tabel 34, terlihat bahwa di blok 1 (bagian Timur) indeks
keanekaragaman jenis bentos berkisar antara 1,lO dan 2,79. Pada blok 2, indeks keauekaragaman jenis bentos berkisar antara 0,45 dan 1,41. Pada blok 3, indeks keanekaragaman jenis bentos berkisar antara 0,33 dan 1,50. Dan pada biok 4, berkisar
antara 1,03 dan 1,26. Secara umum terlihat bahwa keanekaragaman jenis bentos di perairan pantai Bitung cenderung menurun di pelabuhan Semen Tonasa (0,45) dan pantai pabrik seng (0,33). Hal ini diduga disebabkan oleh semakin burulcnya kualitas air di lokasi t
tersebut dan nilai COD-nyajuga sudah berada di atas baku mutu yang ditetapkan dalam
Secara keseluruhan selama pgamatan dijumpai sebanyak 42 jenis bentos (Tabel Lampiran 2 1). Hasil penelitian keanekaragaman jenis plankton di pantai Bitung dapat dilihat pa&: Tabel 35. Indeb Keanekaragaman Jenis Shalinon-Wiener Plankton di Panfai Bitung r
Indeks Keanekrrnganmn
'Iok
Lokasi
Stasiun 1
Pantai Tandurusa
1
2.19
2
Pautai Aertembaga
1
1.23
3
Pantai Winenet
1
2.03
4
Pelabuhau Semen Tonasa
2
1.12
5
Pelabuhan Samudera
2
1.28
6
PantaiPertamina
2
1.50
7
Pantai Pabrik Minyak G.B
3
2.09
8
Pabrik Pengalengan
3
1.35
9
Pabrik Seng
3
1.97
10
Pantai Pabrik Pengolahan Ikan dan Pabrik Es
4
2.17
Pantai Pabrik lainnya
4
3.14
11
Berdasarkan hasil jmneriksaan laboratorium di lokasi penelitian yaitu pa& perairan pantai Bitung ditemukan 48 jenis plankton. Sesuai dengan klasifisi derajat pencemaran dan Lee et. al., (1978) dari 11 titik pengarmtan terdapat 5 tit& : St. 1, St 3, St 7, 10 dm 1 1 menunjukkan masih kurang tercemar (iD > 2). Stasiun pengamatan lainnya
-
telah tercemar ringan sampai sedang (ID. 1.12 1.97). Berdasarkan Tabel 36, terlihat bahwa indeks keanekaragaman jenis plankton di blok 1 berki$ar antara 1,23 clan 2,19. Pada blok 2, indeks keanekaragamanjenis plankton berkisar autara 1,12 dm 1,50. Pada blok 3, indeks keanekaragaman jenis plankton berkisar antara 1,35 dan 2,09. Sedangkan pada blok 4, indeks keanekaragaman jenis plankton
berkisar antara 2,17 dan 3,14. Secara umum terlihat bahwa keanekat-agaman jenis plankton terendah dijumpai pa& Stasiun 4 (Pelabuhau Semen Tonasa), Aertembaga (St 2) clan Pelabuhan Samudera (St 5) 1,28. Rendabnya keanekaragaman jenis plankton pa& Stasiun 2, 3 dm 4 diduga disebabkan rendahnya kandungan bahan organ& di lokasi tersebut. Sedangkan rendahnya keanekaragaman jenis plankton pada Stasiun 2 (Aertembaga) disebabkan banyalcnya ikan (predator) yang m e m g s a plankton. Hasil pgamatan menunjukkan bahwa selama pengamatan dipemleh sebanyak 48 jenis plankton di perairan pantai Bitung. Keragaman spesies ini mendapat banyak perhatian
clan dinilai penting karena keragaman ini terancam oleh berbagai macam krisis linghmgan (Pielou, 1975). Keragaman spesies adalah sifkt komlmritas yang rnemperhatlcan tingkat keanekaragaman organisme yang ada di dalamnya.
Tabel 36. Indeb KLanekaragalnan Jenis Shannon-Wiener Kerang di Pantai Bitung
1
PantaiTandurusa
1
Indeks Keanekampmra 1.39
2
Pantai Aeztmbaga
1
1.79
3
Pantai Winenet
1
0.69
4
Pelabuhan Semen Tonasa
2
1.12
5
Pelabuhan Samudera
2
0
6
Pantai Pertamina
2
0
7
Pantai Pabrik Minyak G.B
3
0.64
8
Pabrik Pengalengan
3
0.69
9
Pabrik Seng
3
0.35
10
Pqtai Pabrik Pengolahan Ikan dan Pabrik Es
4
0.35
11
Pautai Pabrik lainnya
4
0.64
Stasiun
Lokasi
B1Ok
Ber*
Tabel 36, terlihat bahwa di bagian Timur (blok 1) indeks
keanekaragaman jenis kerang di St 1 (139) dm St 2 (1,79) kemudian menunm (0,69)di St 3. Hal ini dapat dipahami karena St 1 dan St 2 walaupun ada kegiatan tidak seperti di St 3
yang sibuk dengan kegiatan pasar dan .speedboat yang merupakan angkutan dari pulau
Lembeh dengan kota Bitung. Pada blok 2, kegiatan lebih padat dengan kesibukan masuk k e l m y a kapd-kapal di pelabuhan Semen Tonasa dan pelabuhan Samudera. Diduga dengan kegiatan bongkar
muat kapal-kapal dan pembilasan kapd memberi pengaruh besar sehingga pada St 5 dan St 6 tidak didapatkan lagi kerang. Meskipun dicari di dasar dan di balik batu tidak didapatkan kerang, di kedua stasiun tersebut. Secara umum terlihat bahwa keanekaragaman jenis kerang terendah di daerah pelabuhan dan tertinggi di bagian Timur (blok 1). Pa& Blok 3, indeks ke8nekmgaman berkisar antara 0.35 - 0.69. Demikian pula pada blok 4 indeks keanekamgaman antara 0.35 - 0.64. Hal ini diduga erat kaitannya dengan semakin burukriya kualitas air di bagian Barat.
Selama pengamatan berlangsmg didapatkan jenis kerang meskipun pada tiap stasiun hanya didapatkan 0; 1 atau 2 kerang. Indeks keanekmgaman k m g di St 1 dan St 2 masih lebih besar dari 1. Hal ini menunjukkan bahwa di bagaian Timur kerang masih dapat hidup meskipun jumlah jenisnya sudah semakin kurang. Kurang lebih 700 m dari St 1 terdapat PT Prima Kasindo, sebuah perusahaan yang mernelihara kerang mutim (Pinctarlb maxima clan PinctaLia margaritfera),. Setelah beberapa tahun berusaha memelihara kerang mutiara dapat
menunjukkan hasil yang baik. Namun pada tahun 1995 lalu, mengalami musibah
pencemaran air yang mengalabatkan kematian kerang induk sebanyak 300 ekor. Untuk pengembangan selanjutnya (pembibitan) sudah berpindah ke lokasi Batu Putih.
Tabel 37 Indeb Keanekaragaman Jenis Shannon-Wiener Ikan di Pantai Bituug !
Lokasi / Stasiun Pantai Tandurusa ! 1
' I I
1
Indeks Keanekaragaman 2.04
B'ok
2
Pantai Aertembaga
1
2.43
3
Pantai Winenet
1
2.25
4
Pelabuhan Semen Tonasa
2
1.39
5
Pelabuhan Samudera
2
0
6
Pantai Pertamina
2
1.84
7
Pantai Pabrik Minyak G.B
3
2.03
8
Pabrik Pengalengan
3
1.96
9
Pabrik Seng
3
2.08
10
Pantai Pabrik Pengolahan lkan dan Pabrik Es
4
2.39
11
Pantai Pabrik lainnya
4
2.15
I
1I
, I
1
II
Berdasarkan Tabel 37, terlihat bahwa di daerah bagian Timur (blok 1) ~eaneka~~am jenis a n ikan di pantai Bitung berkisar antara 2,M dan 2.25. Pada blok 2, indeks keanekaragaman jenis ikan terlihat menunm, yaitu berkisar antara 1,39 dan 1,84. Pada blok 3, indeks keanekaragamanjenis ikan berkisar antara 1,% dan 2,08. Sedangkan pada blok 4, indeks keanekaragaman jenis ikan berkisar antara 2,08 dan 2,39. Secara
umum terhhat bahwa keauekaragaman jenis ikan di bagian Ten@ (daerah pelabuhan) lebih rendah dibandingkan dengan bagian Timur (blok 1) dan bagian Barat (blok 3 dan 4).
Hal ini diduga erat kaitannya dengan semalun b m h y a kualitas air di bagian Tengah (blok 2).
t
Selama pengamatan berlangung diperoieh sebanyak 25 jenis ikan yang tersebar daxi bagian Timur sampai ke Barat pantai Bitung. Namun setiap lokasi penmatan, jenis
ikan yang dijumpai umumnya sangat sedikit (Tabel Lampban 24) sehingga ha1 ini menyebabkan rendshnya kisaran indeks keanekmgaman jenis ikan yang ada. Nilai indeks keanekaragaman jenis ikan tertinggi dijumpai pada Stasiun 2 (pantai Aertembaga) 2,43. Hal ini disebabkan selain airnya masih kurang tercemar juga karena di lokasi ini terdapat
karang, (corao di situ terdapat banyak ikan. Keanekaragamanjenis ikan di pantai Bitung secara urnurn cukup memadai, hanya di blok 2 yang agak rendah. Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa pada pantai Bitung, umumnya didorninasi oleh ikan-ikan setempat. Jenis ikan ini memang sudah lama dikenal di daerah (pantai) ini, dan mempunyai daya adaptasi yang tinggi. Jika dibandingkan dengan jumlah jenis ikan yang dijumpai selama penelitian dengan data sekunder ikan-ikan yang hidup di
perairan pantai ini dapat dikatakan hanya 67% dari jumlah jenis ikan yang diketahui hidup di perairan ini. Dalam penelitian ini beberapa ikan yang dikenal seperti cakalang (Katsuworm pelarnzs, L), tuna clan julung-julung tidak tertangkap. Disadari bahwa alat
tangkap dan cara penangkapan yang kurang profesional sehingga ikan jenis tersebut tidak dijumpai. Demikian pula ikan-ikan langka yang hanya ada di perairan ini juga tidak
ditemukan. Hal ini disebabkan selain karena langka, populasinya sangat kurang dan tempatnya (habitat) tertentu.
Menurut Monintja (1997), terdapat 20 spesies ikan pentiug dalam perkembangan ikan-ikan produksi Sulawesi Utara. Sebahagian besar ikan-ikan tersebut terdapat di perairan pantai Bitung. Berdasarkan data laporan (Monintja, 19971, kelompok ikan pelagic produksinya (80%) dan ikan demersal (14,6%), sisanya ikan coral dan squids. Jika
pencemaran terus berlangsung dan ikan sudah tercemar logam berat, dkhawatirkan akan ditolak oleh negara konsumen.
indikator biologis dalam ha1 ini merupakan petunjuk ada-tidaknya kenaikan keadaan lingkungan dari keadaan garis dasar, meialui analisis kandungan logam berat atau kandur~gan senyawa kirnia tertentu yang terdapat di dalatn tanatnan atau hewan. Indikator biologis dapat ditentukan dari hewan atau tanaman yang tcrletak pada daur pencemaran lingkungan sebelum sampai kepada manusia(Wardhana,l995). Berdasarkan uraian diatas maka pengambilan contoh lingkungan , baik yang berasal dari hewan tnaupun yang berasal haruslah yang terletak pada jalur yang menuju &an berakhir pada manusia . Dalam peneli tian ini kntos,plankton,kerdng &an ikan sebagai contoh yang dianalisis. Indikator biologis dapat terjadi karena ada beberapa
organisme yang dapat
berlaku sebagai
biokomentrasi
logam atau
senyawa kimia tertentu.(Wardhana,l995). Apabila pencemaran lingkungan diperkirakan melalui jalur air maka indikator biologisnya dapat ditentukan melalui hewan atau tanaman yang hidup atau tumbuh diair baik air sungai , air danau maupun air laut . Indikator biologis yang ada pada jalur air dan mungkin akan sampai kepada rnanusia adalah; 1 .Phytoplanlkton ,jenis plankton hewan
2.Zooplanlkton,jenisplankton hewan 3.MoIluscajenis kerang-kerangan 4.Crustacea, jenis si put-si putan 5.I kan dan sejenisnya
Beberapa msur kimia atau jenis logam yang pernah dijumpai sebagai pencemar lingkungan perairan yang terdeteksi, melalui indikator biologis antara lain ;Tembaga
(Cu),Kadtniutn(Cd),Seng(Zn),air raksa(Hg) dart Timbal(Pb) baik pada tnollusca, plankton,crustacea dan ikan.(Wardhana,1995).
Banyak ahli membuat pengelompokan kondsi perairan keanekaragaman atas tiga kategori yan tersaji pada tabel 38. Tabel 38. Kondisi Perairan Berdasarkan Indeks Keanekaragaman
1
Indeks Keanekaragaman >3 1-3
1 I
Kondisi Perarian
1
Bebas Polusi Terpolusi Sedang Terpolusi Berat
<1
Pengelompokan kondisi perairan berdasarkan keanekaragaman yang lebih rinci dinyatakan Whitton (1975) dengan empat katregori yang tersaji pada tabel 39. Tabel 39. Keanekaragaman (Whitton 1975). I
I
I I !
Indeks Keanekaragaman 3,O - 43 2,O - 3,O 1,O - 2,O 0.00 - 1.0
1
Kondisi Perarian
/i
Polusi Sangat Ringan Polusi Ringan Polusi Sedang Polusi Berat
I
Dari dua tabel diatas menunjukkan kecenderungan dimana nilai indeks keanekaragarnan yang tinggi berarti semakin rendah polusi pada perairannya atau kondisi perairan semakin baik. Sebaliknya dengan nilai indeks keanekaragaman yang rendah kondisi perairannya semakin buruk. Hal ini sejalan dengan pernyataan Krebs (1989) bahwa nilai keanekaragaman
di alarn tertinggi adalah 5. Indeks
keanekaragaman Perairan Pantai Bitung secara rata-rata dihitung dari inchkator t
biologi yaitu: bentos,plankton,kerang dan ikan
rata-rata berkisar
tergolong relatif sedang. Namun sudah ada lokasi yang tercemar berat.
< 1 - 2,54
Beberapa jenis ikan coral yang dijumpai seperti Polimes yang hidup berkelompok (10-15), ikan Zebm (Luku) putih hitam (30-40), Botana biru, hitam clan ikan Kakatua
merah dan b h serta ikan hias 1aiDnya Selain ikan tersebut di atas juga dijumpai ikan berduri yang menurut nelayan setempat adalah ikan beracun.
5.3 Kandungan Logam Berat pa& Air M i n w dan Rambut
5.3.1 Kandungan Logam Berat pada Air Mioum
Selain dari makanan seperti kerang dan ikan, air rninum juga merupakan pembawa kontaminasi bagi tubuh manusia. Hasil analisis kadar logam Hg, Pb, Cd, Cu clan Zn pada
air minum dari sumur yang diambil di pantai Bitung menurut lokasi dapat dilihat pada Tabel 40. Rata-rata kadar raksa pada air minum di semua stasiun di pantai Bitung sama Selain pencemaran raksa di badan air juga berasal dan proses alam, yaitu senyawa Hg yang diubah oleh aktivitas bakteri menjadi H$ dan H ~ O .
Logam Hg karena pengaruh fisik atau secara langsung menguap ke udara kemudian
makk kembali ke badan air (perairan laut) oleh hujan atau f8ktor-faktor fisik lainnya. Di Swedia, air hujaa mengandung Hg raw-rata 0,2 ppb. Kandungan Hg air laut bervariasi
antara 0,03 sampai 5,00 ppb (Waldbott, 19'78).Tabel 40 juga menunjukkan rataan kadar Pb pada air minum tertinggi d i d a m di stasiun pasar Winenet 0,0723 ppm sedangkan di Aertembaga 0,0612 ppm. Kadar kadmium air minum tertinggi di pelabuhan (0,0087 ppm), sedangkan di Tandurusa 0,0065 ppm dan di Madidir 0,0032 ppm. Hasil analisis statistik kelima logam ini pa& air minum tidak menunjukkan perbedaan yang nyata untuk semua stasiun. Namun pada setiap pengamatan kadar ke-lima logam ini pada air minum di t
beberapa lokasi sangat bervariasi, seperb:yang nampak pada Gambar 18.
Tabel40 Rataan Kandungan Hg, Pb, Cd, Cu dam 2% Lokasi di Pantai Bitung. Jenis
pada Air Minum menurut
Lokasi 1
St4
St5
0,0003
-
0,0003
0,0003
St6 0,0003
0,0356
0,0723
0,0645
0,0546
0,0556
0,0527
0,0065
0,0067
0,0087
0,0045
0,0052
0,0032
cu
0,0012
0,0025
0,0012
0,0015
0,0020
0,0025
Zn
0,0045
0,0068
0,0066
0,0048
0,0045
0,0068
Berat Hg
Pb
I 1I i
Cd
-
St1
-St2
0,0003
SO
Keterangan : f-) Tidak ada data. Pada setiap pengamatan kecuali Hg,kadar keempat logam berat ini pada air minun
di Pantai Bitung agak bervariasi. Meskipun demilcian hanya kadar Pb yang melampaui ambang atasnya, karena menurut Peraturan Menteri Kesehatan RepubIik Indonesia No. 173
tahun 1977, nilai ambang batas Pb pada air minum sebesar 0,Ol ppm. Sedangkankadar Hg, Cu dan Zn pada air minum belum masuk dalam kategori tercmmr.
Lebih tingginya kadar Pb pada air minum di sumur Pantai Bitung, selain karena pencemaran udara dari lalu lintas karem dekat:jalan, juga disebabkaa oleh ind&
nunah
tangga yang berkembang pesat, seperti kerajinan perak, emas, kayu dan garmen. Hal ini didukung oleh Palar (1994) yang rnenyatalcm bijih-bijih logam Pb yang bergabmg dengan logam-logam lain seperti perak (Ag), s a g (Zn),arsen (As), stabium (Sb) dan bismut (Bi). Logam Pb yang berasd dari limbah industri ini aka.masuk melalui saluran dan dapat meresap ke ddam sumur.
Gambar 18. Rataan Banyaknya Logam Berat Hg, Cd, Pb, Ca dan Zn pa& Beberap Lokasi Sumur Penduduk
Dari Gambar 18 &pat terlihat bahwa kadar Pb pada air minum menunjuktcan yang textinggi 0,0723 pprn. Kadar iogam berat lainnya Hg 0,0003 sedangkan Cd, Cu dan
Zn
masing-masing adalah 0,0067; 0,0025; clan 0,0068. Kandungan Cu pada air minum 0,012. Tidak seperti logam-logam Hg, Pb dan Cd, logam Cu merupakan unsur renik esensial untuk semua tanaman clan hewan fermasuk manusia dan diperlukan pada behgai enzim. Oleh karena itu Cu hams selalu ada pada
makanan. Sehubungan dengan ha1 ini yang perlu diperhatikan adalah agar unsur ini tidak kekurangan dm tidak berlebihan (Saeni 1995). Batas ambang Cu untuk perilcanan dan peternakan sebesar 0,2 ppm (PP tahun 1990). Pada konsentrasi yang lebih tinggi Cu akan toksik, terutama untuk bakteri, ganggang dan jamur. Oleh karena itu &SO4 dan senyawa tembaga lain dapat diguuakan sebagai pestisida (Pettruci 1982).
Tabd 41 Insidensi dan Prevalensi Penyakit yang tercatat pada unit kesehatan Pelabuhan Bitung tahun 1994.
No
, ,
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Jenis Penyakit
Diare Keracunan makanan Penyakit usus lain TB. paru klhs Malaria (tanpa uji lab) C a m air Campak DHF Penyakit virus lain Penyakit kulit (Mkosis) Gondok Kencing manis Epilepsi Penyakit s a d lain Penglhtan kurang Konyungtivities Radang saluran air mata Penyakit mata lainnya Penyakit telinga Penyakit rematik danjatung Tekanan darah tinggi Penyakit susunan peredaran darah Penyakit saluran pernafasan bagian atas Influensa Asma Karies gigi Penyakit gusi Penyakit mulut dan gigi lainnya Tukak lambung Penyakit lain saluran pencemaan Penyakit s a l m kencing Penyakit kandungan Penyakit kulit Penyakit virus lain 35 Kecelakaan 34 Penyakit lain 36
Kasus Lama 6
-
27
-
8 45 6 2
-
-
1 40
-
11 2
2 -
-
Jumlah Knniungan 122 2 2
22 294 6 2 3 14 14 1 1 2 80 52 24 3 20 34 14 47 2 162 859 14 99 30 12 11 170 23 34 327 14 426 206
300 10 2 3 17 14 10 10 8 89 65 25 3 21 35 16 130 2 167 874 28 119 39 13 18 172 31 34 352 17 129 220
Kssus Baru 167 117
%
Sumber : Unit Kesehatan Pelabuhan Bitung. 1995, dalam Laporan ANDAL Pelabuhan BitUIEg Tahun 1996. Dari Tabel 4 1terlihat bahwa pada umurnnya jenis-jenis penyakit yang terdapat di
lokasi studi adalah jenis influensa dan diare. Sedangkan fhsilitas kesehatan di beberapa
kelurahan dan desa sepanjang pantai Bitung masih k m g atau belum ada, W g g a apabila penduduk ingin berobat mereka dibawa ke kota Bitung. Kebutuhan air terutama air baku air minum untuk penduduk Kecamatsm Bitung Utara dan Kecarnatan.Bitcmg Tengah disediakan oleh PDAM. Sumber air tersebut adalah Danowudu dan Kumeresot di Kecamatan Bitung Utara. Kecamatan Bitung Selatan merupakan wilayah kecamatan yang sulit untuk memperoleh pelayanm air bersih dari
PDAM karena wilayah ini mendcup PuIau Lembeh, yang belum ada jaringan air bersih. Di daemh sepanjang pantai meskipun sudah ada jaringan PDAM tetapi masih banyak pula penduduk miskin dan nelayan yang men-
sumur dangkal sebaga~sumber air
minum. Dilihat dari baku mutu air minum ketiga logam berat Hg, Cd dan Pb sudah
melampaui nilai yang diingubn, logarn berat lainnya Cu dan Zn masih berada pada batas yang diperbolehkan.
5.3.2
Kandungan Logam Berat pada Rambut Rambut merupakan salah satu tempat temlcumulasi dan tereksresinya logam berat,
selain hati, tulang, ginjal
dan Zn pada rambut yang dilakukan terhadap orang-orang yang tinggal di pantai Bitung, dengan aktivitas kehidupannya sebagai nelayan dan kegiatan jasa, bun& dan mengkonsumsi ikan serta minum air dari sumur di pantai Bitung
Tabel40 Rataan Kaadungan Hg,Pb,Cd,Cu dan Zn pada Rambut murut di Pantai Bitung. Jenis Logam Berat Hg Pb
Cd Cu
Zn
Lokasi
Tandurusa Aertembaga 0,0355 0,0445 30,2242 22,4668 0,6624 0,6454 12,8646 10,5424 6,4478 5,8428
Winenet 0,0567 37,6644 0,7845 16,7442 8,4472
Kadoodan 0,0568 28,8572 0,8672 20,4456 8,4424
Madidir Ure 0,0288 24,6680 0,9367 18,4786 12,8462
Madidir Wern 0,0145 21,4576 0,6452 16,2483 12,4864
Kadar rata-rata masing-masing logam pada rambut di enam Stasiun Pengamatan dengan enam desa, yaitu : Tandurusa, Aertembaga, Winenet, Kadooh, Madidir Ure,
Madidir Weru agak bervariasi. Kadar rata-rata Hg yang tertinggi didaparkan di Winenet, yaitu 0,0567 ppm, kadar rata-rata Pb tertinggijuga di Winenet yaitu 37,66 ppm, sedangkan
rata-rata kadar Cd pada rambut yang tertinggi di Mixhdir Ure sebesar 0,9367 ppm (Tabel Lampiran 17) Hail uji sidik ragam menunjukkan bahwa kandungan Hg,Pb, Cd, Cu dan Zn antar
lokasi berbeda sangat nyata P<0,01. Salah satu cara yang dapat digunakan mtuk
mengetahui apakah tubuh sudah terkontaminasi den-
Hg dapat dilakukan dengau
menganalisis Hg pada coatoh rambut. Cara ini tidak dapat d i w untuk mengetahui
besamya kontaminasi karena Hg dalam rambut dapat pula bema1 dari luar. Seperti yang telah dikemukakm logam Hg dapat mengkontamhasi tubuh melalui pernafasan dari udara, melalui pencemaran dari rnakanan atau minuman dan dapat juga melalui kulit. Mekanisme penyerapan logam berat Hg, Pb, Cd, Cu dan Zn tidak dipenganh oleb ,
tingginya kandungan logam tersebut dalam makanan. Jumlah logam yang diserap oleh tubuh dan makaaan tergantung pada : 1) beberapa pilihan makanan 2) keadaan kesehatan tubuh, 3) susunan gene* dan 4) kandungan vitamin yang ada dalam makanan.
134
Yannai dm Sach (1993) menyatakan beberapa faktor biologis, seperti umur, jenis kelamin, komposisi makanan juga mempengmh ketersediaan logam berat scant biologis. Hasil penelitiannya menunjuldcan makaaan ternak Cjagung) rnengmbg sexat kasar tinggi, se-
penyerapan logam-logam menjadi rendah. Hal ini didulrung oleh
Yannai dan Sach (1978) bahwa makanan berserat hdungan fosfmya dalam bentuk fosfkt tinggi, sehingga serapan Hg, Pb, Cd, Cu dan Zn oleh tubuh menjadi rendah.
Beracun atau belum beracunnya suatu bahan pencemaran tergantung pada behgai
faktor, diantaranya takaran zat yang kontak atau masuk ke dalam tubuh dan perlakuan sehari-hari, seperti budaya clan linghmgan kerjanya. Dari Tabel 42 tampak bahwa kadar Hg dan Pb pa& rambut di Winenet lebih besar daripada yang di Madidir clan Kadoodan, walaupun analisis statistikanya tidak menunjukkan perkciaan yang nyata (Tabel Lampiran 17). Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar Hg dan Pb pada lingkungan di Winenet pada sedimen, kerang, ikan dan rambut. Jadi secara keselumhan lingkungan di Winenet lebih tercemar logam berat terutarna Pb dan Cd dibandingkan dengan Hg dan a. Sebagai jalur lalu lintas dan pusat perdagangan tampakqm sumba-sumber kmtaminasi banyak dijumpai di daerah penelitian seperti industri nunah tangga berupa
penyepuhan emas, perak dan kayu yang dicat maupun yang dibuat kapal juga inchrstri garmen, yang kemungban menggunakan logam Hg, baik sebagai komponen cat, pew-
mupun dalam proses pembuatan kerajinan emas dm perak. Hal ini didukung oleh Fergusson (1991) yang menyatakan babwa di Roma, Hg digunakan untuk pelapisan emas ped
Logam, Hg mempunyai dua sifat khas, yaitu mudah menguap dan transformasinya bersifat biotogis. Sifat mudah menguap ini menyebabkan konsentrasi Hg di udara menjadi tinggi, yaitu berkisar antara 20 ppb sampai 200 ppb (Beliles dalarn Casarett dan Doul,
1975). Sifat biotransformasinya menyebabkan kadar metil merkuri menjadi tinggi. Fuller (1974) dalam Sutrisno clan Salirawati (1993) menyatakan makanan yang terkontaminasi Hg masuk ke dalam tubuh melalui dua cara, yaitu : 1. Senyawa Hg larut dalam air, masuk ke rantai makauan dan mikro organisme ke dalam tub& dan terakumulasi. 2. Senyawa Hg digunakan sebagai fungisida dalam bibit atau bemh, diserap oleh tanaman
yang menjadi kecambah masuk ke dalam tubuh ternak yang memakan tumbuhan tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saeni (1989) bahwa magnifikasi Hg seperti metil
merkuri dan dimeti1 merkuri dati air ke ikan dapat mencapai 1000 kali. Makanan produk laut merupakan sumber utama makanan bermerkuri. Yannai dan Sach (1993) menyatakan faktor makanan mempenganrhl waktu retensi metil merkuri melalui mulut. Hal ini sesuai dengan hail penelitian Rouland (1984) yang mendapatkan makanan yang tinggi protein dan rendah lernak menurunkan waktu retensi metil merkuri pada tikus. Kadar vitamin E yang tinggi dapat menurunkan tingkat kematian akibat t a e r a p oleh metil merkuri rnaupun metil diklorida. Pembakaran bahan bakar fosil juga melepaskau Hg sehingga mencemari atmosfir di pusat kota. Uap Hg &pat diserap melalui pernafasan dan juga diserap melalui kulit. Yatim dan Samsudin (1994) dalam Kunti, S.P.D. dan M.S. Saeni (1997) menyatakan bahwa dokter dan perawat gigi dapat terkontaminasi Hg melalui pernafasan dan kulit pada saat pembuatan amalgam bagi pasiennya. Penyerapan Hg melalui mulut dan makanan dan minuman dapat juga terjadi, tetapi hanya sedikit. t
Setelah diadakan analisis korelasi antar kadar Hg pada air minum dan rambut didapatkan korelasi yang sangat lemah dengan r
=
0,09 atau hanya 9% yang dapat
diterangkan antara air minum d m rambut. Di dalam tubuh Hg berikatan dengan gugus-gugus sulfur pada molekul-molekul
yang berada d a h n berbagai enzim, sehingga reaksi-reaksi yang dikatalisnya menjadi kacau. Pada dinding sel sifat ini menyebabkan rusaknya membran sel, sehingga keaktifan sel terhambat. Hal ini didukung oleh Beliles dalam Casarett dan Doul (1975) yang menyatakan Hg anorganik terakumulasi secara selektif oleh sistem lysomal, kemudian
akan menetap dalam ginjal. Di sini Hg terikat dalam bagian dan gugus sulfidril. Gejala keracunan akut pada manusia aka11 nampak bila terkontaminasi Hg antara 1,2 pprn sampai 8,5 ppm. Keracunan kronis akan berpengaruh pada pusat sistem saraf dan berindikasi pada ginjal dan saluran pencernaan. Ernpedu tikus mengandung metil rnerkun dalam dua
bentuk, yaitu 20% berasosiasi dengan protein dan sisanya dalam fraksi teridentifikasi s e b a p metil rnerkuri sistein (Casarett dan Doul, 1975). Tiga bentuk Hg yang dapat menimbulkan efek keracunan, yaitu: unsur Hg yang berbentuk uap seperti pada termometer, garam raksa anorganik seperti pada cream kulit dan sebagai antiseptk serta organomerkuri digunakan dalam h g i s i d a (EPA, 1990). Raksa dalam bentuk organomerkuri dapat larut dalarn lemak, sehingga dapat masuk melalui membran tubuh, darah, otak dan plasenta Organomerkuri 90% masuk melalui saluran pencernaan dan mempunyai waktu tinggal lebih kurang dua bulan. Fergusson (1991) menyatakan makanan yang mengandung logam Se dapat melindungi tubuh terhadap keracunan Hg dan melepaskan rnetil merkuri dari unsur S. Hal
ini terjadi kernunman dengan pembentukan ikatan metil merkuri Se (CH, HgSez). Senyawa ini dapat mengeliminasi Hg dari tubuh, demilaan juga penyebarannya. Kebka terjadi interaksi dengan Se dihasilkan (CH2) Se yang dapat mengurangi daya racun Selain rata-rata kadar Hg pada rambut, Tabel 40 juga menunjukkan rata-rata kadar
Pb pada rambut di enam stasiun pmelitian. Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya kadar Pb pada rambut di heberapa tempat lebih tinggi daripada stasiun lainnya walau tidak berbeda nyata baik pada tingkat kepercayaan 90% maupun 95% Kadar Pb yang tinggi pada rambut juga didukung oleh tingginya kadar Pb pada air
rninum. Adanya tirnbal pada rambut dapat digunakan sebagai indikator adanya Pb dalam tubuh. Logam Pb dalam tubuh dapat berasal dari udara, makanan atau minuman yang tercemar oleh Pb. Sumber utama pencemaran Pb di udara adalah kendaraan bermotor, industri d m sumber yang memang ada secara alami di dam. Rustiawan (1994) menyatakan 60% sampai 70% pencemaran udara di pertokoan berasal dari kendaraan bemotor, dan salah satunya adalah Pb. Emisi alam juga rnelepaskan Pb terutama akibat erosi tanah dan aktivitas vulkanik. Di antara Pb yang masuk ke udara ada yang langsung jatuh ke permukaan tanah atau vegetasi. Ada juga yang dalam beberapa waktu melayang-layang di udara, namun akan jatuh ke permukaan bumi dan akhirnya masuk ke &lam tubuh manusia. Hal ini dapat terjadi secara langsung rnaupun tidak langsung melalui ranta.. pangan, sehingga dapat mempengaruhi kesehatannya. Forstner dan Vittman, d&m
Rustiawan
(1994), menyatakan plumbism sebagai penyakit karena keracunan Pb sudah dikenal sejak 200 tahun yang lalu, sebagai suatu keracunan akibat makanan dan minuman yang tercemar.
Partikel-partikel Pb dapat menganggu kesehatm dengan berbagai cara di antaranya pengwangan sel-sel darah merah, p e n m a n sintesis globulin, d m pengharnbatan sintesis heme yang menyebabkan anemia Hal ini sesuai dengan pernyataan Purdon (1980) bahwa selain tertimbun dalam tulang dm gigi, Pb juga dapat rnenimbulkan anemia. Timbal aapat bersifat racun terhadap tubuh manusia, karena mempengaruhi metabolisme kalsium serta menghalangi beberapa sistem enzim (Rahayu, 1995). Timbal
yang masuk ke bagian-bagian tubuh sewaktu-waktu melibatkan m i kinetik yang mencakup absorbsi, distribusi, metabolisme clan ekskresi, seperti yang n a m e pada Gambar 19. Ginjal dan hati organ utama yang dituju oleh logam-logam Hg, Pb dan Cd.
&ah + c a h a n ~ d a n jaringanm lunak yang mengalami pertukaran dengan cepat
Jarinqw hnak (obt hati. ginjd + sebegi
kecil rangka)
ci Urine
Gambar 19.Diagram Sederhana Metaboiisme Pb (Sumber: Ratcliffe, 1991) Cohen dan Roe (1991) mendapatkan bahwa makanan rnerupakan sumber utama
mamknya Pb ke dalam tubuh bagi bmyak orang dewasa di Inggris. Sumber sepexti air
minwn dan udara hanya sedikit berperan. Timbal dalam rambut tidak mutlak b e a d dari makanan dm minuman yang dikonsumsi, atau dari udara yang terhirup melalui pernafasan, tetapi juga dapat berasal dari &bu maupun cat rambut yang mengandung Pbasetat (Pb, CH3, C m ) sebagai pengbitam dalam pewmaan rambut. Dalm ha1 ini Pbasetat akan terikat pada gugus (SH)dari protein rambut membentuk kompleks timbal sulfida yang tak dapat larut, sehiagga rambut menjadi hitarn. Kadar Pb berbeda-beda pada setiap jarak dari kulit kepala. Potmgan rambut yang di ujung selalu mengandung kadar Pb lebih tinggi t
danpada yang dipangkal, dengan alasan bahwa sumbangan dari luar akan meningkat dengan makin panjangnya rambut (Fergusson, 1991).
Untuk mengetahui hubungan kadar Pb pada air minum dengan kadarnya pada
rambut dilakukan analisis korelasi dan di&qdcan hubuugan yang W dan positif r = 0,99. Seperti yang terlihat pada Tabel Lampiran 20. Hal ini disebabkan oleh sumber Pb dalam tubuh yang d i e a n oleh kadarnya pada rambut tidak hanya berasai dari makanan asal laut, tetapi air rninum. Selain itu seperti yang sudah dikemukakan, Pb juga berasal dari debu dan udara. Hal ini sesuai dengan pemyataan Hamid (1991) bahwa penyerapan Hg, Pb dm Cd oleh tubuh lebih besar melalui makanan clan hewan dibandingkan dengan makanan dari tumbuhan. Hal ini juga didukung oleh Baltrop dan
Khoo (1975) yang menyatakan penyerapan Pb meningkat oleh tingginya lemak dan protein pa& makanan dan penyerapannya akan men=
oleh makanan rendah lemak clan tinggi
serat. Kandungan seng pada makanan dapat menghalangi pernyerapan Pb di saluran pencemaan seperti yang dinyatakan Cohen dan Roe (1991) bahwa makanan yang terbuat
-
dari berbagai jenis algae kering yang kaya fosfor (0,06 0,12 moykg) dengan kadar Hg, Pb, dan Cd tinggi tidak terserap dengan bail olah ayam broiler. Dinyatakan juga bahwa penyerapan Pb dari makanan ke ddam tubuh dipen-
oleh umur dan status gizi.
Umumnya 10 sarnpai 15% Pb dari makanan diserap oleh orang dewasa, sedangkan pada
anak-anak penyerapan ini mencapai 50%. Tingginya kadar kalsium dan besi dalam makanan akan menurunkan penyerapan Pb dan bila kekuraagan kedua unsur ini penyerapan Pb akan meningkat (Fergusson, 1991). Timbal dapat terakumulasi pada tulang dan dapat mengganthn kalsium. Waldbott (1978) menyatakan surnber utarna pencemaran Pb dalam tubuh dari lingkungan adalah melalui makanan, bahkan pemasukan Pb per hari dari makanan mmcapai 0,35 mg, sedangkan dari udara dm air hanya 0,02 mg per hari. Timbal berpengaruh terhadap darah melalui dua cara, yaitu :
1. Penundaan perusakan sel-sel darah merah dalam sum-sum dan menimbulkm bintik-
bintik pada sel-sel darah merah serta anemia, dan 2. Menghambat sintesis hemoglobin oleh gangguan Pb pa& dua zat penting untuk
membentidc hemoglobin, yaitu asam amino delta levulenat dan korpqmfim 111. M c K i ~ e y(1981), menyatakan reaksi pembentukan heme arlalah reaksi glisin
dengan suksinil koenzin A. Reaksi ini dikatalisis oleh asam d amino Ievulenat (ALA). Hasilnya bereaksi dengan asam d-amino levulenat dehidrase (ALAD) membentuk porfobilinogen (PBG).Uroforbilinogen terbentuk dari PBG p u g d k a t a h i s deh emim;
yang kemudian masuk ke mitokmdria melaiui reaksi dekarboksiiasi dan oksidasi membentuk protoporfirinogen IX,bereaksi dengan ion ~ e dan ~ dikatalis + oleh fmkelatasi
membentuk heme(Gambar 20). Suksini CoA
+ glisin
Heme penghambat balik
ALA asam -5-
sminolcvufenut sinresa
Pb -..-...-
1
..-_.-.'..--
..-• ...-
._-a-
..--
..-- -.._--...-
._.I
--
~~-rnino~evu~enat Sitoplasma
Porfobi lnogen
(Pymle)
Gambar 20. Biosintesis Heme dan Tempat-tampat Masuknya Pb. (Sumber :Fergusson, 1991)
Pengaruh keracunan Pb dapat menyebabkan kemu11duran mental, epilepsi, kemandulan, penghentian menstruasi, keguguran, bay1 l a b muda dan di*es.
Gejala
keracunan yang timbul tergmmg dari kandungau logam dalam darah dan dalam jaringan
lunak (Fergusson, 1991). Dari Tabel 40 juga dilihst rata-rata kadar kadmium pada rambut yang ada di pasar
Winenet cendenmg lebih tinggi dari yang dalam stasiun pepgamatan lainnya, walaupun tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% maupun 90% (Tabel Lampiran 19). Pada setiap pengamatan kadar Cd rambut di enam desa tidak jauh berbeda, seperti nampak pada gambar 2 1.
1 0.9
3
a
0.8
,a 0.7
.- 0.6 E 0.5 u % 0.4 L
CR
2 y
0.3 0.2
0.1 0
TD
AT
WN
KD
MU
MW
Lokasi L
Gambar 21. Kadar Kadmium pada Rambut di setiap Stasiun Pengamatan Keterangan :
TD AT WN
= = = KD = MU =
Tandurusa Aertembaga
Winenet Kadoodan Madidir Ure MW = Madidir Weru
Tingginya kadar kadmium pada rambut di pasar Winmet didukung oleh tingginya kadar logam ini pada lingkungan, yang diwakili oleh air minum di pasar Winenet kadar Cd-nya juga lebih tinggi daripada stasiun-stasiun lain-.
Hal ini dapat dilihat dari Tabel
40 dan j u g Gambar 21. Pada Gambar 21 &pat a h a t lebih tingginya kadar Cd pada rambut dm di pasar Winenet dibandingkan dengan stasiun lainnya. Jadi linglcungan yang
lebih tercemar akan mempengaruhi kadar pencemar dalam tubuh yang dicenminkan oleh kadamya pada rambut. Seperti yang sudah dikemukakan, tubuh dapat terkontaminasi logam berat termasuk
Cd melalui rantai makanan dari makanan dan m i n v dari udara yang terhinrp meialui pernafasan dan &pat juga melalui kulit. Selain makanan dan air minum, rokok juga merupakan sumber pencemar Cd. Friberg et al., 1986, menyatakan seanrng @ok
yang
menghsap rokok 20 batang per hari akan meningkatkau penyerapan Cd per harinya antara 2-4 mg. Diperkhkan Cd yang terhimp 50% berasal dari asap rokok Penyerapan Cd melalui saluran pencemaan tergantung pa& spesies, tipe senyawa Cd, dosis, ukuran dan firelcuemi, unsur serta interaksinya dengan berbagai kompen
makanan. Seperti yang dinyatakan oleh Sulivan et al., (1984) bahwa antara Cdmetallotionin dengan Cd anorgad yang terdapat dalam makanan diserap dan disaiurkan ke organ yang M e d a Cd-metallotionin terdapat dalam darah clan hati, sedangkan CdCL2 dalam ginjal. Setelah diserap Cd dialirkan ke &lam darah terutama exitrosit yang bila -tan
dengan plasma akan menyebabkan hemolisis. Plasma-metallotionin rnengangkut
Cd dan masuk ke usus dua belas jari.
Kehadiran Cd &lam usus memacu pembentukan tionin, sebab protein ini dapat mengkat berbagai logam seperti Zn, Cu, dan Fe, karena bersaing untuk dapat berikatan
dengan tionin. Metallotionin dengan bobot molekul6000 sarnpai 7000 dapat rnengandung
Cd lebih dan 11 % (berdasar bobot) dan bedcatan dengan gugus sulfidril (Nonberg, 1975 yang dikutip oleh FA0 dari WHO, 1989). Ada juga yang dalam beberapa waktu melayang-layang di udara, namun akan jatuh ke permukaan bumi dan akhirnya masuk ke dalam tubuh manusia. Hal ini dapat wadi secara langsung maupun tak langsung melalui rantai pangan, sehingga dapat mernpengandu kesehatannya. Kadmium yang diserap oleh tub& selanjutnya akan tertirnbun dalam hati, ginjal, tulang dan gigi. Jika proses ini berlangsung lama dapat menimbulkan gejala keracunan,
seperti warna kuning pada gigi, gangguau penciuman, emfisema dan proteinuri, sehingga membahayakan kesehatan manusia (Mutiatikum, et al., 1994). Produk-produk tanaman dan hewan merupakan surnber kontaminan Cd ke dalam tubuh manusia. Fergusson (1991) menyatakan bahwa
ikan, kepiting dan hewan-hewan laut mengakumulasi Cd dalam
jurnlah yang tinggi. Hal ini didukung oleb Groten, 1992; Jorhem, et al., (Lind, et al., 1995) babwa makanan seperti ikan dan jamur tertentu mengandung Cd dalam kadar tinggi (>I ppm). Dinyatakan juga Cd orgawk dalam jamur lebih tersedia untuk diserap dibandingkan dengan Cd organik dalam kepiting. Kerang serta hati dm ginjal hewan merupakan bahan makanan yang mengandung Cd lebih dari 0,05 ppm (Mutiatikum, 1994). Kadmium dalam makanan yang masuk ke dalam tubuh manusia lebih kurang 4 3 % akan tertinggal dalam tubuh dan dari yang tertinggal tersebut hanya 0,005% p a hari akan dikeluarkan. Kadmium yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat berasal dari sumber dam atau dari kegiatan manusia, seperti industri dan lalu lintas. Kadmium ada secara dami pada kadar rendah selalu bersama deposit logam Pb, Zn d m Cu.Industri utama yang memakai Cd a&& elektroplating, pewarnaan dan dalam baterai (Ni-Cd) FAO, dari WHO, 1989).
Lebih tingginya kadar Cd di pasar Winenet dibandingkan dengan di pelabuhan dan Maditin disebabkan oleh keberadaannya sebagai pusat kegiatan perbelanjaan dengan jumlah penduduk yang cukup padat di wilayah tersebut. Dengan berbagai aktivitas menimbulkan h b a h yang banyak pula. Dalam kehidupan sehari-hari banyak aktivitas menimbulkan limbah yang banyak pula. Dalam kehidupan sehari-hari banyak digunakan sarana yang komponennya mengandung k a h u m , seperh cat, plastik, baterai dan pipa air yang terbuat dan proses galvanik kadmium juga digunakan dalam proses fotografi, tinta percetakan, serta dalam pernbuatm kermnik karena stabil terhadap panas, cahaya dm sinar ultraviolet (Fergusson, 1991). Casarret dan Doul (1975) menyatakan senyawa CdS digunakan sebagai senyawa antiseborik dalarn shampoo. Setelah diadakan analisis korelasi didapatkan hubungan antara kadar Cd pada air h u m dm kadar Cd pada rambut adalah kuat dan positif, dengan r = 0,96. Berarti
semakin tinggi kadar Cd pada air rninum makin tinggi pula kandungannya pada rambut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Frieberg, et al., (1985) bahwa walaupun tidak banyak, Cd dikeluarkan melalui feses dan urine dengan kadar 0,5 sampai 2 rng/l. Pengeluaran yang
lain dapat melalui rambut, air susu ibu, dan &an penkreas, tetapi sifatnya sangat kolekhf Hubungan yang positif antam kadar Cd pada air minum dan rambut k e m u n m disebabkan oleh lebih banyak Cd yang terserap dikeluarkan melalui urine atau feses daripada rnelalui rambut Hal ini didukung oleh Reilly (1985) yang menyatakan Cd dalam makanan yang masuk ke tubuh akan keluar melalui urine sebesar 0.03 mghari sedmgkan pada keringat dan rambut tidak didapatkan. Sebab yang lain kemunglunan perbedaan bentuk senyawa Cd yang terserap melalui air minum dengan yang dikeluarkan melalui rambut. Hal ini' didukung oleh Lind, et al., (1995) yang menyatakan bentuk Cd pada tempatnya t a e r a p berbeda dan bentuk yang terdapat pada makanan.
Masuknya Cd ke jaringan testes.
menimbulkan nekrosis dm menyebabkan
ketidaksuburan yang permanen. Frieberg, et d.,(1985) menyatakm tikus y m g diberi Cd pada &an
antara 0,5 sampai 5 mgkg bobot badan menyebabkan men-
kesuburan sperma dau penurunan indeks spermatogenik. Bila dilihat keaclaan sosial ekonomi dan pola konsumsi masyarakat di Kotamadya Bitung rata-rata hampir tidak ada perbedaan baik dan segi pendidikan, pendapatan clan keanekaragaman makanan. Umumnya mereka berpendidikan SD sampai SLTA, dengan penghasilan yang cukup, pengetahuan gizinya cukup, dan jenis makanannya juga cukup beraneka ragam. Pengetahuan masyarakat pantai agak kurang dibandingkan dengan masyarakat kota
dan pengeluaran untuk makanan juga kurang. Kehidupan masymkat pmtai nampaknya lebih sederhana. Lebih rendahnya penghasilan masyamkat pesisir pantai yang kehidupannya pada umumnya nelayan dan bur& baagunan serta jasa lainnya narnpaknya mempengarulu pola konsumsi mereka. Mereka jarang mengkonsumsi produk laut dan daging, sehingga ada kernungkiuan mempengmh penyerapan logam berat oleh tubuh masyarakat. Seperti dlketahui logam berat bersifat akumulatif sehingga rnasuknya berbagai kontaminan melalui rantai makanan akan lebih besar dm hewan dan dari tanaman. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Waldbott (1987), bahwa telur, susu dan ikan menrpakan sumber pencemar kadmium, karma makanan ini kaya akan protein yang &pat mengikat logam berat. Lebih tingginya konsumsi produk laut dan daging dengan protein tinggi bagi masyarakat pantai dibandmgbn dengan masyarakat kota lainnya kemunman disertai dengan tingginya konsumsi lernak, sehingga mernpengaruhi penyerapan Iogam berat dan
bahan pangan ke dalam tubuh. Hal ini didukung oleh Baltrop dan Khoo (1975) yang rnenyatakan penyebaran Hg, Pb dan Cd lebih tinggi disebabkan oleh tingginya protein dan
lemak dalam makanan dan penyerapannya akan menurun oleh makanan rendah lemak dan tinggi serat. Lebih rendahnya kadar Hg, Pb, d m Cd pada rambut kemunglanan disebabkan
oleh lebih rendahnya konsumsi pangan hewani. Kebutuhan gizi mereka nampaknya lebih
banyak dipenuhi dengan pangan nabati, sepert~ sayuran bijau dam, tempe, tahu d m kacang-kacangan yang Iebih banyak dikonsurnsi. Keadaan ini menunjukkan konsumsi mereka lebih banyak mengandung serat dan sedikit mengandung lemak dibandingkan dengan konsumsi masyarakat perkotaan, sehingga penyerapan logam beratnya menjadi rendah.