• Banyak campuran zat kimia yang bercampur membentuk satu fasa cair pada kisaran komposisi tertentu yang tidak akan sesuai dengan kriteria stabilitas. • Sehingga sistem tersebut terpisah dalam dua fasa cair dengan komposisi yang berbeda. • Jika fasa berada pada kesetimbangan fenomena tsb sebagai LLE. • Kriteria kesetimbangan untuk LLE sama dengan VLE, yakni keseragaman T, P dan fugasitas untuk semua komponen kimia pada kedua fasa
fi fi I
II
x fi x fi I i
I i
I
II II i i
(i : 1, 2, ….,N) II
(1) (2)
Karena
f i I f i II fi
persamaan di atas menjadi:
xiI iI xiII iII
(3)
Untuk sitem cair/cair yang mengandung N spesies kimia:
iI i ( x1I , x2I ,..., xNI 1 , T , P ) i ( x , x ,..., x II i
II 1
II 2
II N 1
, T , P)
(4) (5)
• Untuk campuran biner LLE baik tekanan konstan atau suhu yang diturunkan cukup rendah bahwa efek tekanan pada koefisien aktivitas dapat diabaikan. Untuk campuran biner pers (3) menjadi :
x1I 1I x1II 1II
1 x 1 x I 1
I 2
II 1
(6) II 1
(7)
1I 1 ( x1I , T )
(8)
1II 1 ( x1II , T )
(9)
• Karena lnγ1 lebih alami sebagai fungsi termodinamika dari pada γ1 persamaan ( 6) sering dituliskan :
1I x1II ln II ln I 1 x1
2I 1 x1II ln II ln 2 1 x1I
(10)
(11)
• Gambar 1 di bawah menunjukkan tiga tipe digram kelarutan sistem biner. Diagram (1a) menunjukkan kurva binodial yang mendefinisikan wilayah. Mereka merepesentasikan komposisi fasa yang berada bersama “ kurva UAL untuk fasa I (kaya komponen 2) dan kuva UBL untuk fasa II ( kaya komponen 1). Komposii kesetimbangan x1I dan x1II pada suhu tertentu T didefinisikan sebagai perpotongan garis horizontal dengan kurva binodial. Temperature TL adalah lower consolute temperature atau lower critical solution temperature (LCST); Temperatur TU adalah upper consolute temperatur atau upper critical solution temperature (UCST). Temperatur antara TL dan TU LLE dimungkinkan terjadi, untuk T< TL dan T >TU, fasa cair tunggal ditemukan untuk kisaran penuh komposisi. Consolute point analog dengan titik kritis pada fluida murni, yaitu keadaan batas kesetimbangan dua fasa yang semua sifat kesetimbangan dua fasa adalah identik. • Diagram b menunjukkan ketika kurva binodial berpotongan dengan kurva titik beku, hanya UCST yang ada • Diagram c menunjukkan ketika kurva binodial berpotongan dengan kuva titik bubble VLE, hanya LCST yang ada.
UCST UCST
LCST LCST
Gambar 1. Tiga tipe diagram kelarutan cair-cair pada tekanan konstan
Jika kita ingin menyiapkan suatu campuran 10 mol % 2,6 dimetil pyridin dalam air pada 80oC, maka akan diperoleh dua fasa cairan, satu fasa mengandung 1,7 mol% 2,6 dimetil pyridin dan fasa lainnya mengandung 23,3 mol % dimetil piridin (lihat gambar disamping)
Suatu campuran 50 mol% metanol dalam nheptan, ketika dipanaskan pada suhu 40oC dan 101,3 kPa, terbagi dalam dua fasa, satu fasa yang kaya heptan (titik B) mengandung 24 mol % metanol dan fasa lain yang kaya metanol (titik A) mengandung 85% metanol Rasio jumlah mol total dalam sua fasa pda konsisi tsb diberikan dengan prinsip lever arm. n( metanol rich ) 0,5 0,24 0,734 n(heptan rich ) 0,85 0,5
Contoh Perhitungan : Prediksi LLE menggunakan
Model Koefisien
Aktivitas Gunakan persamaan van Laar untuk mengestimasi komposisi kesetimbangan fasa cair dalam suatu campuran isobutane–furfural pada 37,8oC dan tekanan 5 bar. Asumsi konstanta van Laar , α = 2,62 dan β = 3,02. Penyelesaian: Komposisi kesetimbangan fasa diperoleh dari penyelesaian persamaan berikut :
x1I 1I x1II 1II
(a)
II II II x1I 1I x1I exp x exp x1 1 1 2 2 I II x1 x1 1 1 1 xI 1 x II 1 1
(b)
II II II x2I 2I x2I exp x exp x2 2 2 2 2 I II x2 x2 1 1 x I 1 1 x II 2 2
(c)
x1I x2I 1
(d)
x1II x2II 1
(e)
Dari penyelesaian persamaan (b) dan (c) dengan nilai tebakan awal x1I = 0,1 dan x2I = 0,8 , diperoleh nilai :
x1I 0,1128
x1II 0,9284
x2I 0,8872
x2II 0,0716
• Untuk sistem LLE rasio kesetimbangan disebut sebagai koefisien distribusi (KDi) yang dapat dinyatakan dengan persamaan:
xiI iII K Di II I xi i
(12)
• Untuk sistem LLE selektifitas relatif (relative selectivity) dinyatakan dengan persamaan :
K Di ij K Dj
(13)
• Aplikai persamaan di atas adalah pada proses ekstraksi caircair.
Sitem Ternery dan Diagram Trianguler • Campuran terner yang mengalami pemisahan fasa membentuk dua fasa cair yang terpisah dapat membedakan sebagai tingkat kelarutan tiga komponen dalam masingmasing dua fasa cair.
• Untuk kasus kesetimbanan satu tahap : F = laju alir umpan S = solven LI = ekstrak yang keluar LII = raffinate yang keluar
Extract : keluaran fasa cair yang mengandung solven dan zat terlarut yang terekstrak Raffinat : keluaran fasa cair yang mengandung carrier-A dalam umpan dan B yang tidak terekstrak. Gambar di atas menunjukkan tahap keseimbangan proses ekstraksi . Untuk kausus aliran solven tdk mengunakan B,
FA = laju alir carier A S = laju alir solven C XB = rasio massa (mol) solut B terhadap masa (mol) komponen lain dalam umpan (F), raffinate (R), atau ekstrak (E)
X B( F ) FA X B( E ) S X B( R ) FA ' X B( E ) K DB / X B( R )
(14) (15)
KDa = koefisien distribusi yang dinyatakan dalam rasio masa (mol) Subitusi per (15) ke pers (14) menjadi :
X B( R )
X B( F ) FA ' K DB S FA
(16)
Faktor ekstraksi untuk solute B, EB : ' EB K DB S / FA
(17)
Semakin besar nilai E, semakin bear tingkat solut yang terekstrak. Nilai E yang besar dihasilkan dari nilai koefisien distribusi, KD, atau rasio solven terhadap carier yang besar. Subtitusi persamaan (17) ke prsamaan (16) :
X
(R) B
/X
(F ) B
1 1 X B
(18)
Semakin besar faktor ekstraksi, semakin kecil fraksi B yang tidak terekstraksi. Nilai rasio massa (mol), X, diubungkan ke faksi massa (mol), x, dengan:
Nilai rasio massa (mol), X, dihubungkan ke fraksi massa (mol), x, dengan:
xi Xi 1 xi
(19)
' Nilai koefisien distribusi, K Di dalam rasio dihubungkan ke
fraksi massa (mol), x, dengan:
(I ) (I ) ( II ) x 1 x 1 x ' i i i K Di ( II ) K Di ( II ) (I ) xi 1 xi 1 xi
(20)
Contoh Kasus 1: Suatu umpan mengandung 8 wt% asam asetat (B) dalam air (A). Pengambilan asam asetat dilakukan dengan ekstraksi cair-cair pada 25oC dengan solven methyl isobutil ketone (C), karena penggunaan distilasi membutuhkan penguapan jumlah air yang banyak. Jika raffinat mengandung hanya 1 wt% asam asetat, perkirakan jumlah solven (kg/jam) yang diperlukan jika digunakan satu tahap kesetimbangan. Penyelesaian : Asumi bahwa carier (air) dan solven adalah immiscible. Dari Perry’s Handbook, diambil KD =0,657 dalam satuan fraksi massa. Untuk konenrai aam asetat yang relatif rendah dalam soal ini, diasumikan K’D =KD .
Jumlah air :
FA 0,9 13.500 12.420 kg / jam X BF 13.500 12.420 / 12.420 0,087 Raffinat mengandung 1wt % B, Sehingga:
X B( R ) 0,01 / 1 0,01 0,0101 Dari pers (18) untuk menyelesaiakan EB :
X B( F ) X B ( R ) 1 0,087 0,0101 1 7,61 XB
Laju alir solven sangat besar dibandingkan terhadap laju alir umpan, lebih dari faktor 10! Sistem multitahap harus digunakan untuk menurunkan laju solven atau digunakan solven dg KD lebih besar. Misal : 1-butanol sebagai solven, KD = 1,613.
Dari pers (17) untuk menyelesaiakan S :
EB FA S 7,6112.420 / 0,657 144.000 kg / jam ' KD
Data miscibility curve dan tie-line untuk menkontruksi liquid-liquid equilibrium curve (triangular digaram)
Sitsem Ternery dan Diagram Trianguler 0,189
• D and B = miscibility limit of furfualwater binary • DEPRG = miscibility boundary (saturation curve) • E = extract, dan R = raffinate • P = plait point (liquid phase have identical composition) • ER = eqiullibrium extract and raffinate phase
G
D 0,611
Contoh Kasus 2: Tentukan komposisi kesetimbangan fasa ekstrak dan rafinate yang dihasilkan ketika larutan 45% wt glycol (B)-55%wt water (A) dikontakkan dengan dua kali berat solven furfural murni (C) pada 25oC dan 101 kPa.
Penyelesaian:
Asumsi : basis 100 gram umpan campuran 45% glycol-water. Langkah-langkah penyeleaian : Step 1. Letakkan feed dan solven masing2 pada titik F dan S Step 2.. Definisikan M, mixing point, M = F + S = E + R Step 3. Terapkan inverse-ever-arm rule untuk diagram kesetimbanan fasa triangular equilateral Misal, w(1) fraksi massa komponen i dalam ekstrak, ( 2) i (M ) i
w w
i
fraksi masa komponen i dalam rafinat dan fraksi massa komponen i dalam fasa feed dan
solven. Dari neraca masa solven C :
F S wC( M ) FwC( F ) SwC( S )
Sehingga
F
0,45
wC( S ) wC( M ) wC( M ) wC( F )
Titik S, M dan F terletak pada satu garis lurus dan dg inverse-lever-arm rule : diperoleh
wC( M ) 0,667
F SM 1 S MF 2
Step 4. Titik M terletak pada wilayah dua fasa Step 5. Inverse-lever-arm rule diterapkan untuk titik E, M dan R.
0,667
0,55
0,00