KO R A N T E G A S
D A N
B E R A N I
Edisi 1 | Vol. I | Tahun I / 04 Desember 2014
M E N G U N G K A P, S I A PA B A C K I N G
Z E N Z H O S O LO FA M I LY K A R O K E SOLO-Zensho Family Karaoke telah menjadi perhatian khusus Umat Islam Surakarta, karena tempat tersebut diduga menjadi ajang kemaksiatan. Saat itu Rabu (16/1/2013) ratusan umat Islam melakukan aksi dan orasi didepan Zensho Karaoke Family yang beralamat di Jl Kebangkitan Nasional Sriwedari Solo. Hal itu dilakukan karena sebelumnya umat Islam mendapatkan informasi bahwa di tempat karaoke tersebut sering digunakan untuk maksiat seperti striptise (tari telanjang) dan mabuk-mabukan. Bersambung ke hal. 4
Ratusan umat Islam melakukan aksi dan orasi didepan Zensho Karaoke Family
SOLO-Telah kita ketahui bersama bahwa disekitar umat muslim, terutama di kota Surakarta banyak terjadi upaya permutadan yang dilakukan oleh orang-orang non-Islam sejak dulu. Mereka berusaha dengan berbagai macam cara untuk memurtadkan kaum muslimin dari agamanya. Mulai dari cara yang paling halus sampai yang terang-terangan, dari cara yang paling lembut sampai dengan cara
Awas,
Kristenisasi Beraksi di CFD SOLO
yang paling kasar. Maka wajib bagi kaum muslimin untuk berhati-hati dari makar dan tipu daya mereka serta dari upaya kristenisasi yang dilakukan di mana-mana. Bersambung ke hal. 7 Relawan Kristenisasi Saksi Yehuwa berinteraksi di CFD SOLO
02
KORAN PANJI 04 Desember 2014
Solo Raya Basis PKI SOLO-PKI merupakan paham anti agama. Apa yang dilakukan oleh PKI dalam pemberontakannya telah banyak melukai bangsa Indonesia. Mulai membuhi para jendral dan para ulama pimpinan pondok pesantren. “Dijaman sekarang ini banyak yang berharap PKI bisa bangkit lagi. Ini dibuktikan dengan banyaknya PKI yang telah masuk ke PNS ataupun DPR” ujar Ketua MUI Kota Surakarta Prof Dr Zainal Arifin saat memberikan sambutannya pada acara Menjaga Keutuhan NKRI Dari Bahaya Laten Komunis yang diselenggarakan oleh Front Kedaulatan Kedaulatan NKRI Solo Raya di Gedung MTA Pusat Jalan Ronggowarsito. Sabtu (11/10/2014).
Saat ini belum ada umat Islam yang berani menghadang penyebaran ajaran komunisme di Indonesia yang sekarang mulai gencar dilakukan. Selain itu ia juga menghimbau agar umat Islam seluruhnya agar peduli terhadap bangkitnya komunisme. Sementara itu Moedrick Sangidu yang juga pendiri Front Anti PKI dalam sambutannya mengatakan bahwa masalah PKI mulai banyak dilupakan. Padahal dalam sejarahnya PKI telah tega membunuhi orang tak berdosa. Daerah Solo Raya merupakan basis PKI. Ada di Boyolali, Solo, Klaten merupakan daerah basis PKI pada masa itu.
REDAKSI
Ia menjelaskan alasan pendirian Front Anti Komunis pada tahun 2000 karena saat itu Presiden Abdurrahman Wahid berusaha untuk mengapus Tap MPRS no 25 yang berisi larangan komunisme. Melalui Front Anti Komunisme itulah Moedrik yang saat itu didukung oleh tokoh
nasinoal lantas melakukan perlawanan dengan mengadakan aksi penolakan dan diskusi tentang bahaya komunisme. “Jika PKI jual maka umat Islam akan beli”ujarnya yang disambut pekikan takbir para peserta yang hadir. Ia menambahkan jika aparat membiarkan orang PKI dalam menyebarkan paham komunis maka jangan salahkan jika Umat Islam bangkit dan melawan. Dalam acara tersebut menghadirkan tiga pembicara Mayjen (pur) Sutoyo (Dirjens Sospol Kemendagri), Drs Husni Sutikno (Pemerhati Gerakan Komunisme Internasional) dan Ust Alfian Tanjung (Pakar Komunis dan juga Dosen Univ HAMKA). Acara dimulai pukul 09.00 dan berakhir pada pukul 16.00 sore. Peserta yang terdiri dari pimpinan ormas, guru SMU dan juga tokohtokoh Islam tampak antusias hingga tak meninggalkan acara sampai usai.[]
Pimpinan Redaksi : Ranu Muda I Redaksi : Muhammad Siddiq I Fotografer : Ahmad Faishal I Desain & Layout : Dwi Hamdan M Alamat : Jl. Kunir 2 No.7 Ngasinan, Solo Baru
KORAN PANJI 04 Desember 2014
03
Sudah Sebulan,Penabrak Dan Penganiaya Ust Ali Bazmul Belum Tertangkap
SOLO-Teror terhadap aktivis dakwah ternyata juga terjadi dijaman sekarang ini. Bahkan diaerah yang mayoritas muslim sekalipun. Gara-gara ditabrak itulah kini Ustad Ali Shobri Bazmul harus istirahat beberapa hari dirumah karena luka lebam dan memar sehingga jadwal mengisi ceramah dibeberapa tempat pun harus ia batalkan. Kejadian tersebut bermula saat ia akan mengisi kajian di Masjid Tauhid daerah Mojolaban. Ahad (12/10/2014) Usai sholat maghrib ia menuju tempat tersebut dengan mengendarai sepeda motor. Namun usai melintasi jembatan Mojolaban tepatnya dipertigaan Mojorejo Laban kondisi lalulintas saat itu cukup ramai. Tiba-tiba dari arah timur Ustad Ali Shobri Bazmul ditabrak oleh sepeda motor. Karena sangat keras tabrakannya hingga menyebabkan Ust Ali Basmul terjatuh dan tak sadarkan diri. “Meski pingsan saya masih bisa melihat orang tersebut meski tak jelas karena kacamata saya terlepas. Saat mau saya pegang orang itu berontak dan langsung menendang bertubi-tubi” ujarnya saat ditemui dirumahnya diderah Pasar Kliwon Solo. Sabtu (18/10/2014). Beberapa menit kemudian Ustad Ali Shobri Bazmul ditolong dan dibawa ke pinggir jalan. Yang
menjadi pertanyaan besar adalah saat digotong tangan kiri Ustad Ali Shobri Bazmul terlihat membawa sebuah botol miras. (merk topi miring) “Saya lantas bertanya pada orang yang menolong saya botol apa ini? “ Orang yang menolong tersebut lantas mengatakan “Itu botol miras ustadz“ Botol tersebut lantas dibuang oleh Ustad Ali Shobri Bazmul. Kejadian inilah yang menjadi keheranan banyak orang. Ada apa dibalik peristiwa tersebut. Namun meski kejadian tersebut sudah berlangsung selama satu bulan pelaku penganiayaan tersebut belum ditangkap oleh aparat kepolisian. Mendengar kabar tersebut beberapa laskar ataupun umat Islam tampak kesal sebab bagaimanapun juga Ust Ali adalah salah seorang ulama Solo. Banyak dari elemen laskar yang meminta ijin agar diperbolehkan mencari siapa penabrak motor tersebut namun upaya tersebut tidak mendapat persetujuan Ust Ali Bazmul. Berawal dari itulah lantas pengurus LUIS pada hari ( 21/10/2014) malam, mencoba mendatangai Polsek Mojolaban untuk menyampaikan permasalahan ini. Karena Kapolsek tidak berada ditempat rombongan LUIS diterima oleh Wakapolsek Mojolaban Iptu
Purnomo. LUIS pun lantas melaporkan kasus tersebut. Usai memperoleh laporan resmi dari LUIS, jajaran Polsek Mojolaban pun langsung merespon dengan menanyai bebarapa saksi yang mengetahui tabrakan dan penganiayaan tersebut. Namun sayangnnya Polsek Mojolaban memberikan kesimpulan bahwa Ust Ali jatuh karena kasus kecelakaan beruntun. Dan botol yang digenggam merupakan botol miras yang dipakai untuk tempat oli oleh salah satu pengendara sepeda motor yang ikut menjadi korban kecelakaan beruntut tersebut. Hal tersebut disampaikan saat pengurus LUIS dan Ust Ali Bazmul mendatangi Mapolsek Mojolaban ( 27/10/2014). Mendengar penjelasan tersebut pengurus LUIS Endro Sudarsono pun mengaku heran. “Kalaupun benar itu botol yang dipakai untuk tempat oli tapi mengapa bisa dipegang Ust Ali. Ini yang harus segera diungkap. Yang kedua saya harap Polsek Mojolaban lebih fokus pada orang yang menabrak Ust Ali dengan ciri-ciri yang sudah disampaikan tadi” ujarnya. Kapolsek Mojolaban AKP Yuliantara Prorianta yang hadir dalam pertemuan tersebut berjanji akan segera mencari siapa penabrak ust Ali.[]
04
KORAN PANJI 04 Desember 2014
Mengungkap,...............Sambungan dari Hal. 1
Selain melakukan orasi masa juga melakukan penyegelan tempat maksiat tersebut. Usai menggelar aksinya masa selanjutnya bergerak menuju kantor Balaikota. Dalam kesempatan tersebut, perwakilan LUIS diterima oleh Kepala Setda Kota Surakarta Budi Suharto. Dihadapan Kepala Setda kota Surakarta, LUIS mendesak agar Walikota Surakarta menutup semua tempat hiburan yang digunakan sebagai tindak asusila. Selain itu LUIS menuntut agar DPRD Surakarta melindungi akhlak masyarakat kota Surakarta dan regulasi yang mencegah adanya bisnis kemaksiatan di kota Surakarta. Pertemuan singkat tersebut di tutup dengan serah terima barang bukti
yang di temukan oleh tim investigasi LUIS dalam membongkar adanya layanan tarian telanjang di Karaoke Zensho Selanjutnya masa melakukan aksi di Mapolresta Sukarakarta. Kasat Intel Surakarta AKP M. Fahruddin selepas ditemui perwakilan dari LUIS di Mapolresta Surakarta menyampaikan bahwa pihaknya menerima dengan baik hasil temuan LUIS terkait layanan tarian striptise di karaoke family Zensho. Polresta Surakarta akan mempelajari hasil temuan tersebut dan menyikapinya. Dalam perjalanannya pelaporan tersebut tidak mendapatkan respon
Barang bukti berupa foto para penari telanjang
yang positif. Aparat tetap membiarkan bisnis maksiat tersebut tetap berjalan sampai saat ini. Para penari telanjang, germo dan pemilik karaoke yang bernama Winduro tetap bebas melenggang menjalankan usahanya. Inilah yang menjadi pertanyaan semua orang ada apa dibalik kasus ini. Padahal Jumat (11/1/2013) GAM (Gerakan Anti Maksiat) sudah mendatangi Zensho Karaoke dan meminta agar pengelola menutup tempat hiburan tersebut secara baik-baik. Anehnya aparat Polresta tidak ada reaksi apapun terhadap aksi tersebut. Harusnya melihat ada warga masyarakat seperti itu Polresta langsung merespon dengan memeriksa dan menangkap pengelola tempat hiburan tersebut. Seperti inikah ketidakadilan hukum di kota Solo ? Aparat penegak hukum begitu “lembut” bersikap terhadap para pengusaha hitam dan begitu “Keras” dengan Umat Islam yang ingin memberantas kemaksiatan. Waktu pun terus berjalan hingga disebuah malam Ahad (23/2/2014) beberapa orang mendatangi Zensho Family Karaoke mereka ingin mengingatkan agar Zensho ditutup karena terbukti menyediakan tari telanjang dan miras. Karena jengkel dan terjadi cek cok dengan karyawan Zensho lantas terjadilah perkelahian dan perusakan. Awalnya tak jelas kelompok mana yang melakukan aksi tersebut. Namun ternyata kepolisian tak terima dengan kelompok masa tersebut bahkan Kapolres Kombel Pol Iriansah
KORAN PANJI 04 Desember 2014
menyebut dengan istilah GPK (Gerakan Pengacau Keamaanan). Perburuan pun terus dilakukan. Hingga pada tanggal (30/3/2014) Polresta Surakarta menangkap dua orang aktivis anti maksiat yang bernama Khuzaiman alias Zaim dirumahnya Semanggi Pasar Kliwon dan Susilo warga Danukusuman Serengan. Kasusnya berawal dari tuduhan
melakukan pemukulan terhadap pengamen di perempatan Baturono. Meski pada kenyataannya dalam persidangan Zaim tak terbukti melakukan pemukulan. Atas dasar kasus tersebut kepolisian lantas mengembangkan kasus Zensho Family Karaoke hingga dua aktivis lain yaitu Susilo dan Haidar ikut ditangkap aparat kepolisian. Ada semacam kejanggalan dalam penanganan tersebut. Mengapa mengungkap kasus penganiayaan pengamen bisa merembet ke kasus Zensho. Yang ternyata
05
dalam pemeriksaan tiga aktivis anti maksiat tersebut disiksa oleh aparat kepolisian hingga mereka terpaksa harus mengakui perbuatannya. Sidangpun lantas dimulai dan para pegiat anti maksiat tersebut mendapat vonis yang sangat memberatkan. Susilo, Haidar dan terakhir Zaim memperoleh putusan hukuman 11 bulan penjara. Yang lebih mengherankan dalam persidangan tak ada satu saksipun yang menyebutkan bahwa ketiga pelaku tersebut terbukti melakukan pelanggaran hukum. Dan yang lebih mengejutkan dalam persidangan Zaim mengungkapkan adanya penyiksaan oleh oknum aparat kepolisian dalam pemeriksaan dengan bukti-bukti yang disampaikan. Namun, hati hakim tertutup dan tetap menjatuhkan ketiga aktivis tersebut tanpa mau memeriksa sedikitpun terkait penyiksaan tersebut. Terkait adanya penyiksaan membuat beberapa pengurus elemen Islam kecewa dan membuat TPF (Tim Pencari Fakta) yang diketuai oleh Edi Lukito dan Yusuf Suparno.
06
KORAN PANJI 04 Desember 2014
Beberapa buktipun lantas ditemukan dan temuan tersebut dikirimkan ke Komnas HAM, Mabes Polri, Ombudsmen dan ditembuskan ke Walikota Surakarta. TPF juga pernah melakukan audensi ke DPRD Surakarta (30/4/2014). Namun hingga waktu terus berjalan sampai saat ini belum ada langkah konkrit dari lembaga yang dituju tersebut. Sekali lagi jika para aktivis anti maksiat tersebut dianggap GPK dan disiksa dalam pemeriksaannya serta mendapatkan hukuman. Namun mengapa pemilik Karaoke Zensho yang jelas melakukan kemaksiatan tidak tersentuh hukum sama sekali ? Bahkan pemilik Karaoke Zensho seolah melecehkan dan 'menantang' umat Islam Solo dengan membuka cabang di Slamet Riyadi. Siapa sebenarnya backing dari Karaoke Zensho hingga pemerintah kota Surakarta dan Polresta Surakarta tak berani menyentuhnya ?[]
Anis Priyo Ansyari SH SOLO-Berikut penjelasan TPM (Tim Pembela Muslim) selaku kuasa hukum tiga aktivis anti maksiat yang di penjara karena memberantas kemaksiatan. Kronologi Kasus Aktivis Anti Maksiat sesuai fakta persidangan "Jadi pertama, Zaim ditangkap dalam kasus Baturono dimana kata Jaksa Penuntut Umum Zaim melakukan penganiayaan terhadap dua orang yang menurut masyarakat Baturono adalah anak-anak punk yang meresahkan, menurut masyarakat mereka suka berkumpul dan mabuk-mabukan." Ujar Anis Priyo Ansyari SH Ia menambahkan, kejadian itu berawal dari ketika Zaim melihat ada orang mabuk-mabukan. Karena keterpanggilan jiwa Zaim untuk menyikapi pemabuk tersebut, maka terjadilah itu (pemukulan). Dalam fakta persidangan tidak terungkap sedikitpun Jaim melakukan pemukulan terhadap para korban (Agus Yulianto ). Terkait kasus Jamu Dinda. Jamu Dinda itu terdakwanya ada tiga orang. 1 Khuzaimah, 2
Susilo dan 3 Haidar. Untuk kasus Jamu Dinda ini, dakwaan Jaksa Penuntut Umum itu ada empat. Pertama adalah Pasal 170 ayat 1 tentang perusakan secara bersama, kedua Pasal 405, ketiga Pasal 169 ayat 1, dan keempat Pasal 170 ayat 2. "Intinya, selain kasus Baturono Jaksa Penuntut Umum menuntut secara alternatif 4 dakwaan itu. Pasal 170 ayat 1, Pasal 170 ayat 2, Pasal 169, Pasal 405." tambahnya Kemudian yang Jamu Dinda, si Haidar itu dituntut 1 tahun 3 bulan dan divonis 11 bulan. Si Susilo dan Jaim
KORAN PANJI 04 Desember 2014
dituntun 1 tahun 3 bulan dan divonis 11 bulan. Dalam persidangan kasus Jamu Dinda mereka tidak melakukan perbuatan perusakan apapun dan terbukti (di pengadilan). Sebab (saat kejadian) si Jaim itu berada 50 meter dari tempat kejadian. Kemudian Susilo itu jaraknya sekitar 10 meter dari tempat kejadian. Dan Haidar berada sekitar 2 meter dari tempat kejadian dan tidak melihat (proses perusakan).
katanya pemimpinnya (kelompok itu) adalah Hz seperti yang ada dalam dakwaan jaksa.
Nampaknya jaksa penuntut umum menggunakan pasal 169 tentang perkumpulan yang bertujuan melakukan kejahatan. Atau turut serta dalam perkumpulan yang dilarang oleh peraturan umum.
Didalam persidangan tidak terungkap satu saksipun yang mengatakan bahwa yang namanya Hz itu mempunyai perkumpulan. Saksi-saksi dalam persidangan tidak ada yang mengatakan bahwa Hz merupakan pemimpin sebuah kelompok. “Jadi, Zaim, Susilo dan Haidar itu bertindak atas nama diri sendiri. Tidak terorganisir. Tindakan spontan. Kalau ada pertemuan iya, tapi kalau dikatakan sebagai perkumpulan, tidak ! Dalam pertemuan itu tidak ada kata-kata nanti kita akan merusak." Imbuh koordinator TPM Jawa Tengah tersebut.
Kasus Jamu Dinda dan kasus Karaoke Zensho, itu dua-duanya dimasukkan pasal 169. Yang
Hanya karena komitmen dia (para terdakwa) terhadap upaya pemberantasan miras dan maksiat
07
di Solo itulah yang membuat mereka bergerak untuk melakukan penyikapan (terhadap Zensho dan Jamu Dinda). Dan dalam pernyataan-pernyataan para terdakwa (di persidangan), mereka telah beberapa kali lapor (ke polisi) dan polisi tidak melakukan apa-apa. "Yang menarik adalah semua dalam persidangan terutama Zaim dan Susilo mengatakan bahwa mereka disiksa, mulai dari penangkapan sampai di Polresta. Semua (para terdakwa) tidak didampingi oleh penasihat hukum saat di BAP. Jaim, kasus Zensho dan Jamu Dinda tidak didampingi penasihat hukum. Susilo dalam kasus Jamu Dinda dan Zensho tidak didampingi penasihat hukum. Haidar kasus Jamu Dinda juga tidak didampingi penasihat hukum." Ungkapnya.[]
Awas, kristenisasi beraksi di CFD............................Sambungan dari Hal. 1 Sejak lebih dari lima bulan yang lalu, apabila kita menyempatkan diri berkunjung ke Solo Car Free Day (CFD), maka dititik-titik tertentu akan kita jumpai beberapa orang berpakaian rapi sedang berdiri sambil berusaha membagikan selebaran berupa buletin sederhana kepada masyarakat. Sepintas bagi orang awam buletin tersebut lebih terlihat seperti buletin gaya hidup yang biasa diterbitkan oleh perusahaan – perusahaan fashion maupun kosmetik. Adapun background x-baner yang melatarbelakangi aktivitas merekapunseolah mencerminkan produk mahasiswa jurusan design grafis yang sedang mengkampanyekan kreativitas mereka. Sehingga banyak orang akan dengan senang hati menghampiri mereka dan menerima beberapa buletin yang
dibagikan. “Tak kira tadi buletin biasa mas, tapi setelah saya terima dan sayabaca-baca ternyata kok isinya tentang ajaran agama Kristen, ya jadi langsung saya buang saja”, ungkap Iwan salah seorang pengunjung CFD yang sempat menerima buletin. Berbeda dari Iwan, Jamal yang sebelumnya hanya terlihat berdiam diri di dekat aktivitas pembagian buletin tersebut, akhirnya memberanikan diri untuk menghampiri mereka dan menerima beberapa lembar buletin sambil bercakap-cakap kecil dengan para pembagi. Jamal mengatakan, bahwa sebenarnya ia sudah melakukan pengamatan sejak dua minggu sebelumnya. Menurutnya, ada sesuatu yang tak biasa dilakukan oleh sekelompok orang tersebut dengan aktivitas yang begitu terasa mencolok
diantara aktivitas-aktivitas lainnya di Solo Car Free Day. “Saya ini guru agama mas, setidaknya sudah dua minggu saya melakukan pengamatan terhadap aktivitas mereka. Sebelumnya mereka beraktivitas di sekitar hotel novotel, eh ternyata disini juga ada (disekitar THR Sriwedari.red).Ya untuk membuktikan keraguan, akhirnya saya nimbrung aja pura-pura ikut minta buletin.Dan dugaan saya benar mas, misionaris ternyata”, kata Jamal yang rutin beraktivitas di CFD. Lebih lanjut, Jamal juga mengungkapkan kekhawatirannya terkait aktivitas para misionaris tersebut.pasalnya mereka tidak hanya membagikan kepada orang-orang yang berpenampilan layaknya orang non-islam saja, tapi juga membagikannya kepada orang-orang yang jelas identitas
08
KORAN PANJI 04 Desember 2014
keIslamannya. “Kok yang diberi tidak hanya orang yang berpenampilan sexy, tapi orang-orang yang berjilbab juga jadi sasaran.Ini perlu kita waspadai bersama-sama mas.Apalagi anak jaman sekarang kan agak tidak terlalu peduli dengan hal-hal seperti ini”, ujar Jamal sebelum melanjutkan aktivitas olahraganya. Dari hasil wawancara singkat dengan salah seorang anggota pembagi buletin, diketahui bahwa mereka adalah salah satu kelompok sekte dari agama Kristen yang menamakan diri sebagai “ Saksi-saksi Yehuwa”. Aktivitas yang biasa mereka lakukan, selain pembagian buletin
secara rutin di CFD juga menerima pelayanan konsultasi seputar permasalahan hidup bagi masyarakat baik secara langsung, lewat sms, email maupun telepon.Selanjutnya, diketahui pula bahwa Saksi-saksi Yehuwa telah memiliki relawan sebanyak kurang lebih 700 orang yang berada di Solo. Ketika ditanya soal sasaran pembagian buletin, disampaikan bahwa Ia bersama anggota lainnya hanya berusaha menginformasikan kebaikan. “Cukup sulit membedakan mana pengunjung yang seiman dengan kami.Tapi saya harap semuanya bisa saling toleransi karena apa yang kami sampaikan tidak hanya
yang berkaitan dengan keyakinan kami, tapi juga informasi-informasi umum”, demikian pungkas Deni salah seorang relawan Saksi-Saksi Yehuwa. Aktivitas yang dijalani oleh anggota Saksi-saksi Yehuwa di CFD bukanlah aktivitas yang dilakukan secara spontanitas. Namun aktivitas tersebut sudah dilakukan secara terorganisir . Oleh karenanya,perhatian umat Islam terhadap aktivitas ini perlu lebih ditingkatkan, agar kedepan umat Islam bisa lebih mengoreksi terhadap penjagaan umat dari usaha pemurtadan.[]
Saksi Yehuwa Termasuk Aliran Kristen Paling Ekstrim SOLO-Penganut agama Kristen Saksi Yehuwa adalah salah satu aliran yang paling ekstrim. Informasi ini disampaikan pakar Kritologi sekaligus Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Surakarta, ustadz Solichan Mahdum Cahyana. "Saksi Yehuwa muncul dari Protestan. Pertama kali muncul nama Gerakan Persaudaraan Kristen. Ini yang ekstrim banget," urai ustadz Solichan saat ditemui di kediamannya di kampung Kauman. Menurut Ketua FKUB, keterangan tentang aliran Kristen ekstrim bisa dibaca di buku Gereja Setan dan buku Terorisme yang
Menggunakan Agama. "Tapi sekarang yang paling ekstrim adalah Gerakan Pantekosta. Bahkan Katolik dan Protestan sekarang grogi menghadapi gerakan ini. Jadi sekarang ini, Kristen yang agresif adalah Pantekosta, termasuk Saksi Yehuwa," terangnya. Sebar Brosur di Car Free Day Seperti diketahui, aliran Saksi Yehuwa di kota Solo setiap hari Ahad membagikan brosur-brosur tentang Saksi Yehuwa, di Bundaran Gladag dan di depan Gapura Sriwedari. Mengenai kegiatan Saksi Yehuwa ini, ustadz Solichan tidak bisa melarang karena itu adalah
kewenangan Kementrian Agama. Ia sendiri bahkan memberikan ijin pendirikan gereja Saksi Yehuwa yang berada di belakang Terminal Bus Solo. "Karena mereka itu warga negara, maka mereka membangun gereja saya beri ijin. Asalkan syaratnya dipenuhi, yakni 90% pengguna dan 60% didukung warga sekitar," jelasnya. Ustadz sepuh ini mengatakan, umat Islam tidak perlu resah dengan kegiatan Saksi Yehuwa di CFD. Bahkan ia menghimbau agar umat Islam tidak perlu takut terpengaruh jika membaca Bibel, asalkan umat Islam belajar Islam dengan benar. []