Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), BOPO, Return On Asset (ROA) dan Net Interest Margin (NIM) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) Arditya Prayudi, S.E. Bangak RT 03/01 Sine Sragen email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh CAR, NPL, BOPO, ROA dan NIM terhadap LDR. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan 10 Bank dengan aset terbesar di Indonesia dengan menggunakan purposive sampling. Data diperoleh berdasakan pada data tahunan yang tersaji dalam Annual Report Bank periode 2006-2010. Metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variable independen dengan variable dependen adalah metode regresi berganda, dan uji asumsi . Hasil pembahasan menunjukkan bahwa secara simultan variable-variabel independen; CAR, NPL, BOPO, ROA dan NIM dengan uji F, secara bersama-sama berpengaruh terhadap LDR. Hasil secara parsial dengan uji t, variabel; CAR, NPL dan BOPO tidak berpengaruh terhadap LDR dengan tingkat signifikansi 0,812, 0,209 dan 0,121, sedangkan variable ROA dan NIM berpengaruh terhadap LDR dengan tingkat signifikansi 0,001 dan 0,011. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,255 menunjukkan bahwa LDR dapat dijelaskan oleh variabelvariabel penelitian sebesar 25,5 persen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Kata kunci : CAR, NPL, BOPO, ROA, NIM, LDR PENDAHULUAN Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit) serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran. Di samping itu, bank juga sebagai suatu industri yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga seharusnya tingkat kesehatan bank perlu dipelihara (Merkusiwati, 2007). Bank yang selalu dapat menjaga kinerjanya dengan baik terutama tingkat likuiditas yang baik, maka kemungkinan nilai saham dari bank yang bersangkutan di pasar sekunder dan jumlah dana dari pihak ketiga yang berhasil dikumpulkan akan naik. Kenaikan nilai saham dan jumlah dana pihak ketiga ini merupakan salah satu indikator naiknya kepercayaan masyarakat kepada bank yang bersangkutan (Azwir, 2006). Kepercayaan dan loyalitas pemilik dana terhadap bank merupakan faktor yang sangat membantu dan mempermudah pihak manajemen bank untuk menyusun strategi bisnis yang baik. Sebaliknya para pemilik dana yang kurang menaruh kepercayaan kepada bank yang bersangkutan maka loyalitasnya pun juga sangat tipis, hal ini sangat tidak menguntungkan bagi bank yang bersangkutan
karena para pemilik dana ini sewaktu-waktu dapat menarik dananya dan memindahkannya ke bank lain (Azwir, 2006) Menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia Tahun 1999, untuk menilai kinerja keuangan perbankan digunakan lima aspek penilaian yaitu CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning, Liquidity). Aspek capital meliputi CAR, aspek aset meliputi NPL, aspek earning meliputi NIM, dan BOPO, sedangkan aspek likuiditas meliputi LDR dan GWM. Empat dari lima aspek tersebut masing-masing capital, assets, management, earning, liquidity dinilai dengan menggunakan rasio keuangan. Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan tolok ukur penilaian rasio permodalan dalam konteks tingkat kesehatan yang dimiliki oleh setiap bank. Besarnya CAR diukur melalui rasio antara modal sendiri terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Sejak periode krisis sampai dengan saat ini CAR menjadi acuan utama dalam menentukan kesehatan bank (SK Dir BI April 1999), Gubernur Bank Indonesia secara resmi mengumumkan implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang merupakan suatu blueprint mengenai arah dan tatanan perbankan nasional ke depan. Salah satu program API adalah mempersyaratkan modal minimum bagi bank umum (termasuk BPD) menjadi Rp 100 miliar dengan CAR minimum 8% selambat-lambatnya pada tahun 2010. Menurut Dendawijaya (2003), semakin tinggi nilai CAR mengindikasikan bahwa bank telah mempunyai modal yang cukup baik dalam menunjang kebutuhannya serta menanggung risiko-risiko yang ditimbulkan termasuk di dalamnya risiko kredit. Kondisi permodalan bank relatif stabil selama semester II 2010 pada level 16-17%. Pada akhir semester II 2010 CAR perbankan sebesar 16,97%, turun dibandingkan CAR akhir semester I 2010 sebesar 17,4%. Penurunan CAR terutama dikarenakan kenaikan rata-rata Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yang melebihi kenaikan rata-rata modal pada semester II 2010. Rata-rata modal pada akhir semester II 2010 naik hanya 5,66% sementara rata-rata ATMR pada periode yang sama naik sebesar 18,29%. Total modal perbankan per Desember 2010 mencapai Rp330 triliun sementara ATMR perbankan mencapai Rp1.944,30 triliun.(Kajian Stabilitas Keuangan, 2011). Menurut data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa kualitas kredit perbankan cenderung mengalami penurunan. Indikasinya terlihat sangat jelas dari peningkatan kredit macet atau Non Performing Loan (NPL). Besarnya nilai Non Performing Loan (NPL) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 5%. (Martono, 2002). Apabila bank mampu menekan rasio NPL dibawah 5%, maka potensi keuntungan yang akan diperoleh akan semakin besar, karena bank-bank akan menghemat uang yang diperlukan untuk membentuk cadangan kerugian kredit bermasalah atau Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP). Rendahnya PPAP yang dibentuk oleh bank-bank maka profitabilitas akan semakin besar sehingga kinerja bank secara keseluruhan akan menjadi baik. Penurunan rasio NPL terjadi karena adanya perbaikan kualitas kredit yang diikuti dengan tingginya penyaluran kredit perbankan. Perbaikan kualitas kredit perbankan tidak terlepas dari upaya restrukturisasi maupun hapus buku yang dilakukan bank. Untuk mengantisipasi
peningkatan tekanan risiko kredit, bank biasanya melakukan pemupukan cadangan kerugian penghapusan kredit (PPAP kredit), sehingga secara keseluruhan risikonya menjadi menurun. Faktor lain yang dipergunakan dalam melakukan penilaian kinerja bank adalah BOPO. BOPO menurut kamus keuangan adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya. Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Laporan Bank Indonesia (BI), per akhir Januari 2010, rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang biasa menjadi indikator tingkat efisiensi perbankan adalah 97,36%. Angka ini jauh di atas rasio BOPO pada akhir 2009 yang berkutat di angka 86,63%. Kenaikan BOPO terjadi pada hampir semua kelompok bank. Kelompok bank non-devisa tercatat memiliki rasio BOPO tertinggi, yakni 109,52%. Sedangkan BOPO bank pelat merah mencapai 96,37%. Tingkat BOPO kelompok bank campuran dan asing, masing-masing 86,02% dan 99,46%. Adapun bank devisa memiliki BOPO 90,74% dan BPD memiliki rasio BOPO terendah, yaitu 77,63%. Menurut Sofyan (2002) tingkat profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank. Ukuran profitabilitas yang digunakan pada industry perbankan adalah return on asset (ROA). Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Semakin besar Return On Asset (ROA) menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar (Husnan, 1998). Penelitian Hermawan (2009), menunjukkan bahwa ROA mempengaruhi likuiditas (Loan to Deposit Ratio/LDR) secara signifikan. Penelitian Satriwati (2004) menyimpulkan bahwa CAR, ROA, BOPO, dan LDR secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja bank, tetapi secara parsial hanya variabel BOPO yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja bank, serta variabel yang paling dominan ialah ROA. Sedangkan penelitian Amalia (2005) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kesulitan keuangan pada industry perbankan di Indonesia adalah CAR dan BOPO. Hal ini menunjukkan bahwa faktor utama yang berpengaruh terhadap kinerja perbankan adalah tingkat kecukupan modal (CAR) dan tingkat efisiensi kegiatan operasional bank (BOPO). Hasil penelitian Akhtar, et al. (2011) menunjukkan bahwa faktor utama yang berpengaruh terhadap tingkat likuiditas industri perbankan di Pakistan adalah rasio kecukupan modal (CAR) dan tingkat pengembalian asset (ROA). Sedangkan hasil penelitian Islam, et al (2007) menemukan bahwa rasio profitabilitas (earning per share, price earnings ratio, ROE dan ROA) memiliki dampak yang lebih besar pada likuiditas (LDR). Berdasarkan analisis dan review beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), BOPO, Return On Asset (ROA), dan Net Interest Margin (NIM) merupakan beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat likuiditas Loan to Deposit Ratio (LDR) industri perbankan.
TINJAUAN PUSTAKA Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang Analisis Pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), BOPO (Rasio Biaya operasional terhadap pendapatan operasional), ROA (Return On Assets) dan NIM (Net Interest Margin) terhadap LDR (Loan To Deposit Ratio). Nandadipa (2010) menyimpulkan bahwa secara simultan variable-variabel independen; CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK dan Exchange Rate dengan uji F, berpengaruh signifikan terhadap LDR. Hasil secara parsial dengan uji t, variabel; CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK dan Exchange Rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR dengan tingkat signifikansi 0,000; 0,049; 0,005;dan 0,030, sedangkan variable pertumbuhan DPK berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap LDR. Penelitian yang dilakukan oleh Pramono (2006) meneliti mengenai pengaruh modal,likuiditas,dan efisiensi terhadap pemberian kredit dan objek yang diteliti ialah PT Bank Rakyat Indonesia(Persero)Tbk. ,tahun amatan 2001-2005 dengan hasil baik CAR,GWM,BOPO secara parsial berpengaruh negatif terhadap pemberian kredit dan secara simultan bahwa ketiga variabel baik CAR, GWM, maupun BOPO memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR. Nasiruddin (2005) dalam penelitiannya mengenai pengaruh CAR, NPL, dan Suku bunga kredit terhadap LDR pada Bank BPR di wilayah kerja kantor Bank Indonesia Semarang. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif dan signigikan terhadap LDR, sedangkan NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap LDR. Satriwati (2004) menyimpulkan bahwa Variabel CAR, ROA, BOPO, dan LDR secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja bank, tetapi secara parsial hanya variabel BOPO yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja bank. Dan yang paling dominan ialah ROA. Almalia (2005) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi kebangkrutan dan kesulitan keuangan perusahaan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah CAR, APB, NPL, PPAPAP, ROA, NIM, dan BOPO. Metode penelitian yang digunakan adalah persamaan regresi linier berganda. Hasilnya menunjukkan bahwa CAR dan BOPO signifikan untuk memprediksi kondisi kebangkrutan dan kesulitas keuangan pada sektor perbankan. Lestari , et al (2007) , meneliti mengenai pengaruh inflasi,nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan suku bunga SBI terhadap rasio keuangan bank (ROA,ROE,LDR) periode tahun amatan 2002-2006 khusus untuk pengaruhnya terhadap LDR , variabel Inflasi , Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS dan Suku Bunga SBI berpengaruh tidak signifikan terhadap LDR. Akhtar, et al (2011) meneliti pentingnya Ukuran perusahaan, Networking Modal, Return on Equity, Kecukupan Modal dan Return on Asset (ROA) ,dengan Manajemen Risiko
likuiditas di bank konvensional dan Islam Pakistan menemukan bahwa CAR dan ROA positif secara signifikan mempengaruhi likuiditas bank, sedangkan variabel ROE negatif tidak mempengaruhi likuiditas bank secara signifikan. Islam, et al (2007) menemukan bahwa rasio profitabilitas memiliki dampak yang lebih besar pada likuiditas. Untuk kedua bank, KPI seperti EPS, P / E ratio, ROE, ROA mempunyai peran berpengaruh dalam menentukan tingkat likuiditas. Perumusan Hipotesis Berdasarkan pada permasalahan penelitian serta tinjauan terhadap penelitian terdahulu yang telah dilakukan, maka dari uraian sebelumnya maka dapat diturunkan hipotesis sebagai berikut : Ha :
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), BOPO, Return On Asset (ROA) dan Net Interest Margin (NIM) berpengaruh terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR).
METODE PENELITIAN Populasi Dan Sampel Dalam penelitian ini data yang dipergunakan adalah data sekunder berupa data time series untuk semua variabel yaitu data rasio-rasio keuangan masing-masing perusahaan perbankan yaitu CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), BOPO (Rasio Biaya operasional terhadap pendapatan operasional), ROA (Return On Assets), NIM (Net Interest Margin) dan LDR (Loan To Deposit Ratio) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data sekunder ini diperoleh dengan metode pengamatan rasio-rasio bank selama pengamatan dari tahun 2006 sampai 2010. Sumber data dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh secara historis, dimana diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan Bursa Efek Indonesia (BEI). Untuk pengambilan data dari sektor perbankan sebagai obyek analisis dalam penelitian ini. Teknik Analisis Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Dalam upaya membahas permasalahan digunakan alat analisis regresi berganda dan uji asumsi klasik. Metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variable independen dengan variable dependen adalah metode regresi berganda sebagai berikut : LDR = α0 + α1 CAR + α2 NPL + α3 BOPO + α4 ROA + α5 NIM + ε-t Keterangan : LDR CAR NPL
= Loan to Deposit Ratio = Capital Adequacy Ratio = Non Performing Loan
BOPO ROA NIM
= Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional = Return On Asset = Net Interest Margin
HASIL DAN PEMBAHASAN Statistic deskriptif Statistik deskriptif merupakan metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna (Walpole, 1995 dalam Irma Damayanti, 2008). Tabel 1 Hasil statistic deskriptif N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CAR
48
10.80
29.47
17.5650
4.16436
NPL
48
.60
16.30
3.7560
2.71715
BOPO
48
42.00
100.77
69.1404
18.65644
ROA
48
.06
3.82
2.0354
.92250
NIM
48
4.59
11.90
6.6863
2.14759
LDR
48
40.30
109.00
77.5150
16.12545
Valid N (listwise)
48
Sumber : Data yang telah diolah dengan menggunakan software spss 15
Dari tabel 1 menunjukkan bahwa 2 untuk nilai rata-rata Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah sebesar 17.56, dengan nilai minimum 10.80 dan nilai maksimum 29.47. Ini menunjukkan bahwa rata-rata bank telah memenuhi ketentuan Capital Adequacy Ratio (CAR). nilai rata-rata Non Performing Loan (NPL) menunjukkan angka sebesar 3.76, untuk nilai minimum sebesar 0.6 dan nilai maksimal sebesar 16.30. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan bank untuk menyalurkan kredit masih belum optimal, karena menurut ketentuan Bank Indonesia tentang ambang batas penentuan NPL adalah 5%. Semakin kecil NPL maka bank akan dapat mengoptimalkan profitabilitasnya. nilai rata-rata BOPO sebesar 69.14, untuk nilai minimum sebesar 42.00 dan nilai maksimum sebesar 100.77. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai BOPO masih tinggi, semakin tinggi nilai BOPO akan semakin tidak efisien kinerja dari bank tersebut. Return On Asset (ROA) rata-rata sebesar 2.04, untuk nilai minimum sebesar 0.06 dan nilai maksimum sebesar 3.82. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan bank untuk mendapatkan keuntungan dari aktiva produktif sangat tinggi. Semakin besar nilai ROA, maka keuntungan dari bank tersebut juga akan meningkat. Net Interest Margin (NIM) yang ditunjukkan pada tabel 1 menunjukkan angka rata-rata sebesar 6.69 dengan nilai minimum sebesar 4.59 dan nilai maksimum 11.90. hal ini menunjukkan bahwa bank mampu mendapatkan pendapatan bersih dari bunga kredit. Semakin tinggi nilai NIM maka semakin besar pula pendapatan bersih yang diterima oleh bank. Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan angka rata-rata sebesar 77.51 dengan nilai minimum sebesar 40.30 dan nilai maksimum sebesar 109.00. hal ini
menunjukkan kemampuan suatu bank dalam menyediakan dana kepada debiturnya dengan modal yang dimiliki oleh bank maupun dana yang dapat dikumpulkan dari masyarakat semakin besar. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Data Pada Gambar 1 dapat dilihat interpretasi hasil uji normalitas dengan menggunakan Q-Q plot. Interpretasi yang dilakukan terhadap gambar normal Q-Q Plot untuk variabel dependen Loan to Deposit Ratio (LDR) , memperlihatkan bahwa data yang mewakili dengan titik-titik tersebar di sekitar garis acuan normalitas. Dengan demikian, berdasarkan hasil pengujian normalitas dengan normal Q-Q Plot, terbukti bahwa data variabel dependen Loan to Deposit Ratio (LDR) berdistribusi normal. Normal Q-Q Plot of LDR
Expected Normal Value
120
100
80
60
40 40
60
80
100
120
Observed Value
Gambar 1 Normal Q-Q Plot of LDR Sumber : Data yang telah diolah dengan menggunakan software spss 15
Dilihat dari grafik probability plot diatas, maka dapat dikatakan bahwa variabel berdistribusi secara normal karena terlihat bahwa penyebaran plot berada di sepanjang garis 45 derajat. Uji Multikolienaritas Multikolienaritas merupakan suatu bentuk penyimpangan model pertama asumsi klasik. Artinya antar variabel yang terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau bahkan mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan mendekati 1). Menghilangkan adanya multikolienaritas pada suatu model regresi dapat bermacammacam, antara lain dengan menghilangkan salah satu atau beberapa variabel yang mempunyai korelasi tinggi dari model regresi, atupun dengan menambahkan data apabila dapat dipastikan bahwa adanya multikolienaritas dalam model regresi disebabkan oleh kesalahan sampel (Algifari 2000). Salah satu cara untuk mendeteksi adanya multikolienaritas dilakukan dengan cara mengkorelasikan antar variabel bebas dan apabila korelasinya tinggi (lebih besar dari 0,8) maka antar variabel bebas tersebut terjadi multikolienaritas. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan software spss 15, tampak bahwa nilai toleransi lebih besar dari 0,1
dan nilai VIF kurang dari 10, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikolienaritas dalam penelitian ini. Tabel 2 Hasil Uji Multikolienaritas
Sumber : Data yang telah diolah dengan menggunakan software spss 15
Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskeastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. (Imam Ghozali, 2005). Jika variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,2005). Berikut adalah grafik Scatter plot hasil pengolahan dengan spss :
Gambar 2. Scatterplot Sumber : Data yang telah diolah dengan menggunakan software spss 15
Dari gambar grafik scatter plot tersebut dapat dikatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas, karena titik-titik yang terdapat dalam grafik tersebut tersebar dan tidak membentuk pola tertentu dan titik-titik tersebut diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara keslahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Untuk
mengetahui ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model regresi, maka dapat dilakukan dengan menggunakan uji durbin-watson. (Algifari, 1997). Berdasarkan hasil pengujian dengan spss dapat dilihat bahwa nilai dw sebesar 2,058, berarti dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada atau tidak terjadi autokorelasi dalam penelitian ini. Tabel 3 Model summary
Sumber : Data yang telah diolah dengan menggunakan software spss 15
Pengujian Hipotesis Uji Regresi Linier Berganda Dalam penelitian ini analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda, analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari variabel-variabel independen terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio). Hasilnya seperti terlihat dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4 Hasil Uji linier Berganda
Sumber : Data yang telah diolah dengan menggunakan software spss 15
Berdasarkan tabel 3, maka persamaan regresi linier dapat disusun sebagai berikut: LDR = 97,193 + 0,144 CAR – 1,105 NPL – 0,219 BOPO – 13,601 ROA + 3,7 NIM + e Persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan satuan pada rasio CAR akan menaikkan 0,144 satuan pada LDR. Dilihat dari tabel diatas, CAR memiliki tren positif, artinya setiap kenaikan CAR akan meningkatkan LDR bank. Untuk variabel NPL, setiap kenaikan satu satuan NPL, maka akan menurunkan 1,105 LDR. Rasio NPL menunjukkan tren negatif yang berarti setiap kenaikan rasio NPL akan menurunkan likuiditas bank . Setiap satu kenaikan rasio BOPO, akan menurunkan 0,219 satuan LDR. Dari persamaan regresi tersebut dapat dilihat bahwa BOPO memliki tren yang negatif, hal ini berarti bahwa semakin besar rasio BOPO berarti akan menurunkan likuiditas bank. Untuk variabel ROA,
setiap kenaikan satu satuan ROA, akan menurunkan 13,601 satuan LDR. Dari persamaan regresi tersebut dapat dilihat bahwa ROA memiliki tren negatif, hal ini berarti bahwa semakin besar ROA maka akan menurunkan likuiditas bank. Setiap kenaikan satu satuan NIM, maka akan menaikkan 3,7 satuan LDR. Rasio NIM menunjukkan trend positifyang berarti setiap kenaikan rasio NIM akan menaikkan likuiditas bank, karena semakin besar pendapatan yang diperoleh dari kredit, maka likuiditas bank juga akan meningkat. Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa variabel bebas yang paling berpengaruh terhadap LDR adalah variabel CAR dengan koefisien 97,193 kemudian NIM dengan koefisien 3,7. Sedangkan untuk variabel yang paling rendah pengaruhnya adalah ROA dengan koefisien 13,601 kemudian NPL dengan koefisien 1,105 dan BOPO dengan koefisien 0,219. Dari uraian tersebut maka dapat diketahui bahwa variabel CAR dan NIM berpengaruh positif terhadap LDR, sedangkan variabel ROA, NPL dan BOPO berpengaruh negatif terhadap LDR. Uji Determinasi (R2) Seberapa besar kekuatan variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien determinasi (R2). Tabel 5 Model Summaryb
Change Statistics
Model 1
R .505a
R Square .255
Adjusted R Square .166
Std. Error of the Estimate 14.72230
R Square Change .255
F Change 2.877
df1 5
df2 42
Sig. F Change .025
DurbinWatson 2.058
a. Predictors: (Constant), NIM, CAR, NPL, BOPO, ROA b. Dependent Variable: LDR
Sumber : Data yang telah diolah dengan spss 15
Tabel 4 menunjukkan R square sebesar 0,255 yang berarti bahwa 25,5% Loan to Deposit Ratio (LDR) dipengaruhi oleh kelima variabel bebas yaitu CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), BOPO (Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional), ROA (Return On Assets), NIM (Net Interest Margin), sedangkan sisanya 74,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model. Uji F-Statistik Tabel 6 Hasil Uji F-Statistik Model 1
Sum of Squares Regression
3118.070
df
Mean Square 5
623.614
F
Sig.
2.877
.025(a)
Residual
9103.339
42
12221.409
47
216.746
Total
a Predictors: (Constant), NIM, CAR, NPL, BOPO, ROA b Dependent Variable: LDR Sumber : Data yang telah diolah dengan software spss 15
Dilihat dari tabel 4.7 hasil perhitungan F diatas maka dapat diketahui bahwa F hitung sebesar 2,877 dengan nilai signifikan sebesar 0,025. Hal ini berarti bahwa nilai probabilitas kurang dari 0,05, sehingga H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel CAR, NPL, BOPO, ROA, NIM secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel LDR. Uji t (t-statistik) Tabel 7 Hasil uji t-statistik
a. Dependent variabel : LDR Sumber : data yang telah diolah dengan menggunakan software spss 15
Dari tabel hasil pengujian t-statistik, maka dapat dijelaskan sebagai berikut : Dari tabel dapat dilihat bahwa koefisien regresi untuk variabel CAR bernilai 0,240 dengan nilai signifikansi sebesar 0,812 dimana nilai ini lebih besar dari nilai signifikansi 0,05 yang berarti bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap LDR. Variabel NPL mempunyai t-hitung sebesar – 1,276 dengan nilai signifikansi 0,209 dimana nilai ini lebih besar dari 0,05 yang berarti H0 diterima dan Ha ditolak, koefisien NPL tidak berpengaruh terhadap LDR. Variabel BOPO mempunyai nilai t-hitung bernilai – 1,584 dengan nilai signifikansi sebesar 0,121 dimana nilai ini lebih besar dari nilai signifikansi 0,05 yang berarti H0 diterima dan Ha ditolak, koefisien BOPO tidak berpengaruh terhadap LDR. Variabel ROA mempunyai nilai t-hitung bernilai – 3,547 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 dimana nilai ini lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05 yang berarti Ha diterima dan H0 ditolak. Koefisien ROA bertanda negatif berarti bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap LDR. Variabel NIM mempunyai nilai t-hitung bernilai 2,647 dengan nilai signifikansi sebesar 0,011 dimana nilai ini lebih kecil dari nilai signifikansi sebesar 0,05 yang berarti Ha diterima dan H0 ditolak. Koefisien NIM bertanda positif berarti bahwa NIM berpengaruh positif terhadap LDR.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh CAR terhadap LDR tidak memberikan pengaruh, semakin tinggi nilai CAR, menunjukkan semakin tinggi tingkat likuiditas bank tersebut, sehingga struktur modal bank semakin kuat. Semakin kuatnya struktur modal yang dimiliki oleh bank, maka bank akan dapat menjaga likuiditasnya dengan baik. Menurut Siamat (2003), perhitungan penyediaan modal minimum (capital adequacy) didasarkan pada Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Dimaksudkan dengan aktiva dalam perhitungan ini mencakup baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana yang tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat kontijen dan atau komitmen yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga. Terhadap masing-masing jenis aktiva tersebut ditetapkan bobot risiko yang besar didasarkan pada kadar risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau bobot risiko yang didasarkan pada golongan nasabah, penjaminan atau sifat barang jaminan (Siamat, 2003). Sedangkan menurut Susilo (2000), bahwa kecukupan modal merupakan faktor yang sangat penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Bank Indonesia menetapkan CAR yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Dengan kondisi ekonomi yang relatif stabil dengan CAR di atas yang ditetapkan oleh pemerintah serta likuiditas yang juga relatif stabil maka CAR tidak mempengaruhi LDR secara langsung karena Capital Adequacy Ratio (CAR) digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga. Sedangkan kerugian bank akibat kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga semakin menurun, sehingga CAR tidak berpengaruh terhadap LDR. Rasio kecukupan modal minimum yang harus ada pada setiap bank sebagai pengembangan usaha dan penampung risiko kerugian usaha bank, merupakan pembagian dari modal (primary capital dan secondary capital) dengan total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%. Hal ini didasarkan kepada ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai standart tingkat kesehatan bank untuk permodalan. Menurut Siamat (2003) fungsi modal bank antara lain : memberikan perlindungan kepada nasabah, mencegah terjadinya kejatuhan bank, memenuhi ketentuan modal minimum, meningkatkan kepercayaan masyarakat, menutupi kerugian aktiva produktif bank, sebagai indikator kekayaan bank. Menurut Siamat (2003) fungsi modal bank salah satunya yakni untuk memenuhi kebutuhan modal minimum, tingkat kecukupan modal sangat penting bagi bank untuk menyalurkan kreditnya. Bila tingkat kecukupan modal bank baik, maka masyarakat akan tertarik untuk mengambil kredit, dan pihak bank akan cukup mempunyai dana cadangan bila sewaktuwaktu terjadi kredit macet. Bank yang memiliki CAR yang tinggi maka kredit nya juga banyak, sehingga apabila CAR meningkat maka akan meningkatkan LDR. Hal ini bertentangan dengan penelitian dari Nandadipa (2010), Pramono (2006) Satriwati (2004), Lestari , et al (2007), Kristijadi, et al (2006), Almalia (2005), dan Akhtar, et al (2011)
menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) Pengaruh Non Performing Loan (NPL) tidak membawa pengaruh terhadap Loan to Deposit Ratio ( LDR). Secara teori semakin tinggi nilai NPL akan menurunkan tingkat likuiditas bank. NPL akan menurunkan likuiditas bank karena semakin tingginya kredit macet, maka likuiditas bank akan terganggu. Begitu juga sebaliknya, semakin menurunnya NPL akan menaikkan likuiditas bank yang di proksikan oleh LDR. Dampak dari keberadaan Non Performing Loan dalam jumlah besar tidak hanya berdampak pada bank yang bersangkutan, tetapi juga meluas dalam cakupan nasional. Dari data yamg ada kecenderungan penurunan NPL terus terjadi karena industri perbankan bisa menekan angka kredit macet. Banyaknya kredit yang di salurkan oleh pihak bank yang selektif dengan menggunakan 5C semakin menurunkan resiko kredit macet, sehingga tidak akan menggangu likuiditas dari bank tersebut. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian dari Nandadipa (2010), Nasiruddin (2005), Fransisca (2008), Almalia (2005) dan Kojo (2007) menunjukkan bahwa Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR). BOPO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap LDR. Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dan biaya operasi lainnya). Pendapatan operasi merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya. Dari data dapat dilihat bahwa nilai BOPO cenderung menurun. Penurunan ini di akibatkan oleh semakin efisiennya operasional bank yang membuat biaya-biaya operasional semakin menurun disertai dengan peningkatan pendapatan operasional. Hasil Penelitian dari Satriwati (2004) menyimpulkan bahwa variabel BOPO yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja bank, hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Almalia (2005) dan Pramono (2006) yang menyimpulkan variabel BOPO memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR. Kesimpulan dari penulis adalah bahwa variabel BOPO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap LDR. Pengaruh variabel ROA negatif dan signifikan terhadap LDR. Semakin besar ROA maka akan menurunkan likuiditas bank. Return On Asset (ROA) merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan rata-rata total asset dalam satu periode. Hal ini dikarenakan kredit yang disalurkan oleh bank tidak banyak memberikan kontribusi laba karena pada tahun tersebut terdapat gap yang tinggi diantara bank-bank yang beroperasi pada saat itu dalam mengucurkan kredit. Hal ini mengindikasikan bahwa laba sebelum pajak meningkat di banding dengan total asset yang akan mempengaruhi total kredit karena total dana pihak ketiga yang turun dan tidak tersalurkan secara optimal yang berakibat pada menurunnya likuiditas. Menurut data, ROA yang relatif kecil membuat likuiditas menurun. Kecenderungan penurunan ROA membuat likuiditas juga menurun karena adanya pengaruh krisis. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian dari Satriwati (2004), Lestari, et al (2007), Almalia (2005), dan Akhtar, et al (2011) menunjukkan bahwa variabel Return On Asset (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR).
NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDR. Semakin tinggi nilai NIM maka semakin besar pula pendapatan bersih yang diterima oleh bank. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah nilai NIM maka pendapatan bersih dari bunga kredit akan semakin kecil. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Almalia (2005) menunjukkan bahwa variabel Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Loan to Deposit Ratio (LDR). Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), BOPO, Return On Asset (ROA) dan Net Interest Margin (NIM) secara bersama-sama mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR). Hal ini menunjukkan bahwa kelima indikator tersebut secara bersamaan mempengaruhi likuiditas bank. Perubahan salah satu variabel tersebut, secara bersama-sama akan mempengaruhi likuiditas. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa: 1.
Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR) karena semakin tinggi nilai CAR, menunjukkan semakin tinggi tingkat likuiditas bank tersebut, sehingga struktur modal bank semakin kuat. Semakin kuatnya struktur modal yang dimiliki oleh bank, maka bank akan dapat menjaga likuiditasnya dengan baik. Tingginya CAR tidak akan berpengaruh terhadap LDR karena permodalan yang kuat. 2. Non Performing Loan (NPL) tidak mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR). Nilai NPL yang kecil tidak akan mengganggu likuiditas dari bank, sehingga NPL tidak memberikan pengaruh terhadap LDR. 3. BOPO tidak mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR). Nilai BOPO yang semakin menurun menunjukkan bahwa bank telah beroperasi sangat efisien sehingga BOPO dapat dapat ditekan. Penurunan nilai BOPO tidak mempengaruhi LDR. 4. Return On Asset (ROA) mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR). Hal ini dikarenakan kredit yang disalurkan oleh bank tidak banyak memberikan kontribusi laba karena pada tahun tersebut terdapat gap yang tinggi diantara bank-bank yang beroperasi pada saat itu dalam mengucurkan kredit. Hal ini mengindikasikan bahwa laba sebelum pajak meningkat di banding dengan total asset yang akan mempengaruhi total kredit karena total dana pihak ketiga yamg turun dan tidak tersalurkan secara optimal yang berakibat pada menurunnya likuiditas. 5. Net Interest Margin (NIM) mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR). Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil kaitannya dengan likuiditas bank. Saran Adapun saran-saran yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini untuk pihak-pihak yang berkepentingan dimasa mendatang demi pencapaian manfaat yang optimal, dan pengembangan dari hasil penelitian berikut :
1.
2.
3.
4.
Bagi investor dapat melihat kelima variabel tersebut dalam pengelolaan perusahaan maupun menentukan strategi investasi mereka. Net Interest Margin (NIM) dapat digunakan sebagai salah satu pedoman untuk menentukan strategi investasi. Semakin tinggi rasio Net Interest Margin (NIM) maka semakin tinggi pula kemampuan bank tersebut memperoleh pendapatan bunga bersihnya, sehingga banyak investor yang tertarik berinvestasi ke bank tersebut. Untuk NPL dijadikan sebagai pedoman untuk mengukur resiko kredit macet untuk menuntukan strategi investasi. Semakin rendah BOPO maka kinerja bank semakin meningkat dan menarik investor untuk menanamkan investasi pada bank. Bagi pihak emiten, dengan melihat variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) maka diharapkan emiten (perusahaan) dapat menjaga besarnya Loan to Deposit Ratio (LDR) antara 80% - 110% sesuai dengan standar yang digunakan oleh Bank Indonesia. Jika besarnya Loan to Deposit Ratio (LDR) 80% maka emiten (perusahaan) memperoleh keuntungan (profit). Pada saat ini bank dapat memberikan kreditnya. Jika besarnya Loan to Deposit Ratio (LDR) 80% - 110% maka emiten (perusahaan) optimal, sehingga bank dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Sedangkan jika besarnya Loan to Deposit Ratio (LDR) lebih dari 110%, maka emiten (perusahaan) tersebut beresiko, sehingga bank pada saat ini dianjurkan untuk tidak memenuhi permintaan kredit karena dikhawatirkan terjadi penangguhan dalam pembayaran kreditnya. Untuk pihak akademisi dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya dengan kajian yang lebih mendalam. Penelitian selanjutnya agar menambahkan variabel lain yang dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap likuiditas bank. Diantaranya menggunakan tambahan variabel EPS, ROE, DPK, PER, PBV dan indikator lain yang diharapkan mampu mewakili semua variabel yang mempengaruhi likuiditas bank yang diproksikan oleh Loan to Deposit Ratio (LDR) Untuk masyarakat diharapkan menjadi tolak ukur dalam menilai likuiditas bank sebagai acuan dalam memilih bank untuk menyimpan dananya di bank.
DAFTAR PUSTAKA Aboagye, kojo and Debrah, 2007 .”Competition, Growth And Performance In The Banking Industry In Ghana”. A dissertation submitted in partial fulfillment of the requirements for the award of the doctor of philosophy (strategic management) of the st clements university Akhtar, Muhammad Farhan ,2011. ”Liquidity Risk Management: A comparative study between Conventional and Islamic Banks of Pakistan”. Interdisciplinary Journal of Research in Business Vol. 1, Issue. 1, January 2011(pp.35-44) Azwir, Yacub. 2006. “ANALISIS PENGARUH KECUKUPAN MODAL, EFISIENSI, LIKUIDITAS, NPL, DAN PPAP TERHADAP ROA BANK”. Tesis Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, dipublikasikan.
Fransisca dan Siregar, Hasan Sakti Drs..2008. Pengaruh Faktor Internal Bank Terhadap Volume Kredit Pada Bank Yang Go Public di Indonesia. USU Respository. Universitas Sumatra Utara : Medan. Islam, M. Muzahidul and Hasibul Alam Chowdhury (2007). “A Comparative Study of Liquidity Management of an Islamic Bank and a Conventional Bank: The Evidence from Bangladesh”. Department of Banking, University of Dhaka Kajian Stabilitas Keuangan ( No. 16, Maret 2011) Kristijadi, E. dan Laksana, Krisna Bayu. 2006. “Pengaruh Pertumbuhan DPK, Pertumbuhan Simpanan dari Bank Lain, Tingkat Suku Bunga SBI dan CAR Terhadap Pertumbuhan Kredit Pada Bank-Bank Pemerintah”. Kompak. Vol. 13. Vol. 1, hal. 249-264. Maharani, Ika Lestari dan Sugiharto, Toto. 2007. “Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhinya”. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil). Vol.2. A195-!201. Nandadipa, Seandy. 2010. “ANALISIS PENGARUH CAR, NPL, INFLASI, PERTUMBUHAN DPK, DAN EXCHANGE RATE TERHADAP LDR”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, dipublikasikan. Nasiruddin. 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loan To Deposit Ratio (LDR) di BPR Wilayah KerjaKantor Bank Indonesia Semarang. Tesis Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro. tidak dipublikasikan. Pramono, Widi. 2006. Analisis Pengaruh Likuiditas, Modal, dan Efisiensi Bank Terhadap Pemberian Kredit (Studi Kasus Pada PT. Bank Rakyat Indnesia, Tbk.), Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, tidak dipublikasikan. Ponco, Budi. 2008. “ANALISIS PENGARUH CAR, NPL, BOPO, NIM DAN LDR TERHADAP ROA”. Tesis Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, dipublikasikan. Statistik Perbankan Indonesia, Vol. 9, No. 4, Maret 2011 Sudirman, I Wayan. 2003. “Faktor-Faktor Penghambat Peningkatan Loan to Deposit Ratio Perbankan di Propinsi Bali”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol. 18. No.1 hal.21-36.