PERBANDINGAN NILAI KAPASITAS DIFUSI PARU ANTARA ORANG YANG TERLATIH DAN TIDAK TERLATIH Budhy Adriskanda*, Faisar yunus** dan Budiman setiawan*** Il"_g:lSrudi ilmu Kedokteran Otahraga FKU|, Jakarta
:.
*** Pengurus Besar Persatuan otahrasa or-vung HffiiffiHffiIlrrr.t, ABSTRACT The aim of this sfudy is to cornpare pulmonary difhrsion capacity between trained and untrained and afiecting factors' Data sources m men whire detect the differences
iltititav
*.*-[r*iri*i'",]'ii., physical examination and measuremtnt" by (questionnaire), generar ; iJlon"l "orectedof rowing tere were'si nrfion"r.athretes "n"-n.rr, group) and 22 students and employee" (oarsmen) as subject (trained group had purmonary diftrsion Lpaclty "" ."iii"l turtr"irJ-gr"uit.'?rl- o"t, anarysis ..suh it was concruded that trained rs.er" ;-." tran untiinJ'group sbnmcanfly with p = 0.003. The differences might irfluenced by training tTgili"l arso aiffercnce=inieight each ottrer. Then oxygen uptake (Voe max) in trained the magtitude of maximar "1rfi."rti-#re'was als6 2g.gy, more tran untrained gioup. Th.." ,,r.r pulmonary diff,sion- caoacity (correlationl'o.r-s7t no between Voa max and .no ritfl. max "or.Jf"tion and vitar capacity (FVi= Forced "oi..i"tiilL_*:"r.vg2 Xntramea i,6,p. it.'"orreration oetr,veen purmon".v ln rerat'on wi*r the effort of nationar tarented athretes screening, we suggest :
ffi"iffi8$"ffif"[-'.;:;t;d3fft"Xil-'':i?;ffi;TH
-
Lilffrtfi'.\,j;tffi11igfl"Hflii];;:ffiy"H:l*",,ri*")
measurement that renect purmonary dirtusion
ft is rcspeclt'vely to build well sport centre lhat completed by purmonary diffrrsion capacity cardiorespiratory endurance investlgata;;lspecially'lung raboratory for triil"r'r"a for final serec*on of measurement nationar athletes
[f':ffiP#J;ffi:[?"*ing
studv about pulmonary diftrsion capacity and affecting factors on other sports use
h may do many efrorts to intrcduce word, definition and usefur of purmonary diffr.rsion quality. capacity to improve nationar sport
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah
apakah ada perbedaan ukuran kapasitas diftrsi paru .'ryI.Tt1s"t"hui tidak terlatih serta meng,eta!:i antara orang terratih dan f:!tt"t-Fil;;;9 ."..p"ngaruhinya. sumber data untrk peneritian yang diambil dengan *1'11t',, (kuesioner) dan pemeritsain fisik serta pengukuran-pengukur;'paaaini adarah data primer
di Jakarta' tahun 1993'
s:*t:L aii"r't""
atret nasionar dayung
terlatih) serta subjek kontrot (kelompok #.trsitran data oii"p"t *tv.k kasus 32 orang atret nasionar dayung (kerompok tiaaii teaatilry t"rtiri o"ii.-rr,rlswa dan karyawin analisis data diperoleh bahwa'kapasita" sebanyak 22 orang.Dari hasir cinii paru reromoor t".rJiills,s% lebih 0."". i".it.]I,,.por, tingat signffikansi p = 0'003' PeriJ;; terratih dengan ;;;; Tl*nvl oipenga;ii JLr r.rto, ratahan/koJisiterratihtidak ada perbedaan tinggi badan antara rJrr meskipun memans t.r"-p"r,-t .!'.to"tri.i-ffiyr termpor juga mempun yai vg,2 max 2B.9To lebih besar dari kelornook tidak terlatih' r"-*'LrJv" tidak ada rorehla .ilri r19* maxterratih dengan kapaistas ditusi pa-ru (koefisien korelasi : 0'1e7)' tetapi'aoa iorc#H;h;ffi vitaTpaksa (koerisien korerasi o,2,4r.Kerompok terlatih mernpunvai kapasitas.rit"r p"i""iivi'r Yg1ryri;*iilil;r = ditusi paru dengan KVF. korerasi;d;il"il"i rs,?* reur, i"ri'alJ*.ro,,poiliJ;il;ffi;:';rbungan antara kapasitas
(koefisien korerasi : 0,595). Dalam rangka upaya menjaring bibit-bibit olahragawan nasional yang berpotensi, maka dianjurkan : ' Melakukan pengukuran fungsi paru, khususnya pengukuran kapasitas vitar vrurl paru yang cukup mencerminkan kapasita ditusi paru selain pengukrran v92 il;;;; ------s kapasitas sdah lazim - perlu dibangun sentral.olahraga lengkap aenol-]lfratorium * pengukrTll gp1"-qs ditusi paru untuk daya tahan karsiorespinasi khususfa;"i"i'p"", keperruan peneritian dan untuk i.l.i"i-"r,r,i, (serelcif) para aflet nasionar
gnflT;rffii1,El1,flll1ffiffI;:ffffif"Jgx
- ' diperlukan
;;;;
rlnor-ranor yans nrempensaruhinya pada berbasai
usaha
76
J Respir lndo Vol 17, No.2, 1997
PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk lebih dari 180 juta jiwa, mempunyai kekuatan sumber daya manusia yar'g cukup besar, termasuk penyediaan bibit-bibit olahragawan berpotensi unggul. Diperlukan suatu keahlian khusus untuk mencari, mengenali dan membina bibit-bibit olahragawan tersebut ke arah yang benar sehingga menghasilkan olahragawan berkaliber
internasional. Dalam rangka mencari bibit-bibit olahragawan dan pemanduan bakat (talent scouting) perlu
diketahui kemampuan atlet yang menjadi dasar untuk
a berprestasi tinggi. Kemampuan itu tidak pada bakat dan ketrampilan teknis yang
teknik dan strategi, juga faktor fisik terutama daya tahan (endurans) yang tidak menunjang. Daya tahan seseorang tercermin dari daya tahan kardiorespirasinya. Kesatuan fungsi jantung-pembuluh darah dan paru ini harus bekerja
baik untuk mempu menghantarkan oksigen ke jaringanjaringan yang membutuhkanaya sewaktu uji latih atau kerja (10). Dengan latihan tertentu yaitu latihan endurans, daya
hanya tergantung
dimiliki
aau pada
jenis, intensitas, frekuensi dan lama latihan yang diberikan saja, tetapi lebih banyak ditentukan oleh kemampuan fisik atau rentang fisiologis yang dapat dikembangkan seperti kapasitai vital paru, curahjantung, isi sekuncup, kekuatan otot, kecepatan bereaksi dan sebagainya.
Di antara unsur-unsur kemampuan fisik yang cukup penting adalah daya tahan (endurance) yang apabila mampu digali dan ditingkatkan akan sangat membantu dalam mencapai prestasi yang tinggi. Daya tahan diperlukan oleh hampir semua cabang olahraga, teristimewa cabang maraton, triatlon, dayung, renang, bersepeda, beladiri dan bola basket
Prestasi olahragawan Indonesia pada umumnya masih memprihatinkan baik di tingkat regional maupun internasional. Berbagai penyebab dapat mengakibatkan prestasi yang kurang baik. Selain masalah mental, psikis,
(l).
Menurut Cooper (1983), kunci latihan daya tahan adalah konsumsi oksigen. Tubuh membutuhkan oksigen untuk menghasilkan energi. Oksigen harus terus-menerus dimasukkan dan disalurkan ke organ-organ atau jaringan-
jaringan tubuh yang membutuhkan energi. Setiap jenis latihan olahraga membutuhkan energi dalam jumlah tertentu. Ini berarti bahwa dibutuhkan oksigen dalam jumlah tertentu pula (2). Berbagai cara digunakan untu mengukur daya tahan
(endurance) khususnya daya tahan kardiorespirasi. Pengukuran ambilan oksigen maksimal (Vg2 max) merupakan cara yang paling akurat dan obyektif untuk mengukur daya tahan karsiorespirasi (3-6).
tahan kardiorespirasi dapat meningkat (l). Kapasitas difusi paru orang terlatih terutama atlet-atlet olahraga endurans lebih baik dibandingkan orang tidak terlatih. Semakin baik kapasitas difusi paru seseorang akan semakin besar volume gas yang berdifusi sehingga akan bertambah baik kemampuan orang tersebut dalam melakukan latihan pembebanan kardiorespirasi tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Ukuran kapasitas difusi paru pada orang terlatih dan
tidak terlatih di Indonesia belum diketahui. Juga belum diketahui bagaimana hubungan antara kapasitas difusi paru dengan ambilan oksigen maksimal serta bagaimana pengaruh faktor-faktor umur, tinggi badan, kadar hemoglobin dan kebiasaan merokok terhadap kapasitas difusi paru.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan ukuran kapasitas difusi paru antara orang
terlatih dan tidak terlatih, selain itu penelitian ini juga berguna untuk mengetahui nilai rata-rata kapasitas vital, kapasitas difusi paru dan ambilan oksigen maksimal
(V62
max)
orang terlatih dan tidak terlatih. Apakah ada hubungan antaraYg2 max dengan kapasitas difusi paru, serta hubungan antara Vg2 max dengan kapasitas vital paru, selain itu untuk mengetahui pengaruh umur, tinggi badan, kadar hemoglobin dan kebiasaan merokok terhadap kapasitas difusi paru.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
Salah satu fungsi paru adalah proses difusi yaitu
sebagai bahan masukan dalam mengembangkan program
proses pasif pertukaran oskigen dan karbondioksida antara
latihan khususnya dalam cabang olahraga dayung agar mencapai prestasi dayung nasional yang lebih tinggi.
paru dan sirkulasi darah karena ada perbedaan tekanan
di antara keduanya (l-7).
Kemampuan paru untuk melakukan fungsi difusi disebut kapasitas difusi paru. Pengukuran kapasitas difusi paru dilakukan orang dengan memakai berbagai teknik pengukuran seperti teknik napas
biasa teknik napas tunggal dan teknik napas ulang (8,9).
BAHAN DAN CARA KERJA Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional. Sebagai variabel dependen
77
p
ERBAN
Dr
NGAN
N
I
LATGKAPASTTAS
3[_r?ffi[?l#Jffi adalah kapasitas difusi paru, sedangkan sebagai variabel independen adalah variabel latihanlkondisi terlatih dan variabel-variabel lain. penelitian dilaksanakan di .Jakarta
yaitu di Bagian pulmonologi FKUI/SMF paru RSUp
Persahabatan-Jai<arta Timur dan pusat Kesehatan Olahraga Nasional Kantor Menpora, Senayan, Jakarta
elektrokardiografi (rekam jantung) dan pemerik_ saan fungsi paru yaitu pengukuran
2.
VEpl.
Umur, ditetapkan subjek berumur
lg
sampai 30
tahun.
3.
Selatan.
Jenis kelamin, ditetapkan subjek berjenis kelamin laki-laki, sebab sebagai sampel kontrol harus mem_
punyai kondisi yang sama dengan sampel kasus.
4.
Populasi Penelitian
Adalah atlet (terlatih) yang sedang berada di
pemusatan latihan, yaitu atlet dayung nasional yang sedang mengadakan pemusatan latihan di Jatiluhur, Jawa Barat untuk persiapan pON XIII. Untuk menetapkan sampel kasus ftelompok terlatih) ditetapkan kriteria berikut :
1.
Sehat, ditetapkan berdasarkan hasil wawancara (autoanamnesis/ kuesioner, hasil pemeriksaan
fisik
umum, hasil pemeriksaan foto toraks dan elekho_ kardiografi (rekam jantung) dan pemeriksaan firngsi
paru yaitu pengukuran volume ekspirasi paksa I detik pertama (VEpl) untuk memastikan tidak ada obstruksi jalan napas pada sampel.
2.
Umur, ditetapkan subjek berumur
lg
sampai 30
tahun.
3.
Jenis kelamin, ditetapkan subjek berjenis kelamin laki-laki, sebab dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain menggunakan sampel atlet dayung
laki-laki (oarsmen) sehingga untuk memudahkan membandingkan hasilnya dipilih atlet dayung lakilaki. Selain itu data yang diperoleh dari pODSI sejumlah atlet nasional dayung yang dijadikan sampel penelitian ini berjenis kelamin laki_laki semua.
4.
Terlatih, ditetapkan sesuai dengan batasan operasional.
5.
Kooperatif, yaitu subjek yang dapat memahami dan mampu melaksanakan prosedur penelitian.
Untuk menetapkan sampel kontrol (kelompok tidak terlatih) dipilih mahasiswa atau karyawan (karena dari kelompok umur l8-30 tahun bisa berasal darimahasiswa atau karyawan) yang memenuhi kriteria :
l.
Sehat, ditetapkan berdasarkan hasil wawancara (autonamnesa) /kuesioner, hasil pemeriksaan fi sik umum, hasil pemeriksaan rontgen foto toraks dan
?8
Tidak terlatih, ditetapkan sesuai dengan
batasan
operasional.
5.
Kooperatif, yaitu subjek yang dapat memahami dan mampu melaksanakan prosedur penelitian. Sampel diambil dengan cara simple random sam_
pling. Untuk itu akan dibuat daftar (listing) nama para atlet nasional dayung yang sedang berada di pemusatan
Lgtihan Nasional Dayung Jatiluhur. Kemudipn dengan tabel random diambil sampai mencukupi sampel yang dibutuhkan. Berdasarkan perhitungan siatistik, jumlah sampel minimal tiap kelompok adalah 22 orung. Pada seluruh sampel dilakukan wawancara untuk mendapatkan kriteria inklusi ddn dilakukan pemeriksaan
jasmani. Spirometri dan pengukuran kapasitas difusi paru memakai alat Chestac 25 btatanChest, Jepang. Spirometri
dilakukan minimal 3 kali diambil nilai terbaik.
Pengukuran kapasitas difusi memakai teknik napas tunggal kapasitas difusi paru terhadap gas CO (DLCO). Pengukuran ambilan oksigen maksimal (VOZ max) memakai argometer sepeda dengan beban 900 Kpm (3
Kp) untuk kelompok terlatih dan-600 Kpm (2 Kp) untuk
yang tidak terlatih. pemeriksaan lain adalah pemeriksaan
foto toraks, pengukuran kadar hemoglobin
dan
pemeriksaan elektrokardiografi. Hasil spirometri dinyatakan dengan mal (11).
nilai standard orang Indonesia
nor_
Analisis data dilakukan dengan bivariate untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel dan dengan analisis variate untuk melihat hubungan dua variabel.
korelasi menggunakan
uji t,
sedangkan dilakukan memaki program SpSS versi 4.
uji
Uji
korelasi
HASIL PENELITIAN
Diteliti 32
orang atlet dayung yang sedang menjalankan latihan untu persiapan pON XIII, mereka telah berlatih selama lebih dari 16 minggu. Latihan dilakukan 6 hari dalam seminggu, lama latihan 4 jam
J Respir lndo Vol 17, No.2,
1997
sehari berupa latihan
fisik atau beban dan teknik
mendayung (kombinasi aerobik dan anaerobik) dengan lebih menekankan pada latihan endurans. Kelompok kontrol atau yang tidak terlatih berjumlah 22 otang.Pada tabel I dapat dilihat distribusi subjek penelitian menurut f:lompok umur. Subjek berumur antara 18 sampai 30 tahun, kelompok terlatih umur rata-ratanya24,3 + 3 tahun dan yang tidak terlatih 23,7
+
1,6 tahun, secara statistik
perbedaan ini tidak bermakna (p = 0,063).
Tabel2. Nilai KVP ambilan dengan maksimal
dan kapasitas difusi paru pada kedua kelompok
penelitian Kelompok KVP (r)
4.2
V62
s0.8
max
1.
Distribusi subjek yang diteliti Terlatih
Tidak terlatih
Jumlah
t8 -24 25-30
t7
18
35
l5
4
19
32
22
54
(59'/r)
(4tw
(10070)
Semua kelompok terlatih adalah
3.6
t5
39.4
!7
17.3
t
0,000 .6
0,000
20.7
t4.t
3.5
0,003
(mr/n/mmHg)
Umur (tahun)
Jumlah
t 0.5 t 6.3
p'
terlatih
(ml/kg BB/menit) Dlco
Tabel
tidak
Kelompok
terlatih
laki-laki
% Dlco
79.5
!13.6
67.0
!12,8
Bila hasil kapasitas difusi dikelompokkan menurut kategori (12-14) sangat baik yaitu Dlco > 25 mVmenit/ kgBB, baik bila Dlco antara 15-25 mVmenit/kgBB maka terlihat perbedaan hasil antara kelompok terlatih dan tidak terlatih. Perbedaan itu dapat dilihat pada gambar l. dan
kelompok kontrol juga diambil subjek laki-laki. Pada kelompok terlatih tidak ada yang merokok, maka kelompok kontrol pun dipilih yang tidak merokok' Tinggi badan kelompok terlatih rata'tatanya sebesar 169 + 6.0 cm, sedangkan pada kelompok tidak terlatih sebesar 164.3 + 6.7 cm secara statistik perbedaan ini bermakna (p =
DLC0
(rl/renit/re
Srngat
Brit ) 25
Eail
15-25
Hgl
(urang ( It
0,008). Kadar hemoglobin kelompok terlatih adalah 15.6 + 0.8 g% sedangkan pada kelompok tidak terlatih besarnya
15.3
+ 0.4 g%. Perbedaan ini tidak
'JUllLAH
bermakna secara
statistik (p : 0,163). Nilai kapasitas vital paksa (KVP) kelompok terlatih adalah 4.2 + 0.51 dan kelompok tidak terlatih sebesar 3.6 + 0.5 l, secara statistik perbedaan ini sangat bermakna (p : 0,000). Kelompok terlatih mempunyai nilai Vo max sebesar 50.8 + 6'3 ml/kg BB/
m[
r
Gambar
1.
menit sedangkan pada kelompok tidak terlatih besarnya adalah 39.4 + 7.6 m],lirg BB/menit. Perbedaan ini secara statistik sangat bermatna (p = 0,000). Hasil pengukuran kapasitas difusi paru (Dlco) pada kelompok terlatih adalah sebesar 20.7 + 4'l mm/n/mmHg dan pada kelompok tidak terlatih besarnya 17.3 + 3'5 mm/m/mmHg, secara statistik perbedaan ini bermakna' Nilai persentase Dlco (Dlco%) pada kelompok terlatih
adalah 79.5 + 13.6%o sedangkan pada kelompok tidak terlatih 67.0 + 12.8%. Pada tabel 2 dapat dilihat hasil pemeriksaan KVP, ambilan oksigen maksimal dan kapasitas difusi paru pada kedua kelompok penelitian'
Xelorpol
lorrnql
lerlrtih
Distribusi kapasitas difusi paru (Dlco) pada kelompok terlatih dan tidak terlatih
Bila nilai V62 max dikelompokkan atas kategori (15) sangat baik yaitu bila V62 max d 50 ml/kgBB/ menit, lebih baik jika Vg2 max antara 45-49 mVkgBB/ menit, baik apabilanilai Vg2 max antara3644 ml/kgBB/ menit, cukup bila V62 max antara 3 [-35 mUkgBB/menit
dan buruk bila
V62 mrx < 30 mVkgBB/menit
maka
perbedaan nilai kapasitas difusi antara kedua kelompok terlihat jelas. Pada gambar 2 dapat dilihat perbedaan tersebut.
79
PERBAilDI!
VOZ max (ml4
ffi,,";itr,,#.ffi
meski ada perbedaan ?.0.27), ringgi badan antara kelompok tersebut kedua (R
D.il ).50
= u,OtZ;.
lrtih Erit {i-t9 lrit
ffiflff
"lxli:Yffi
PEIIIBAHASAN
rr-,,
penelitian
Culup
ini
penelitipn observasionar sehingga hasil yang diltfin'1nt vans menssambarkan
;
l"r#;;:,':t'"an "r"rlir"Y'!'yL
a.reu,
a.p* u"*r.
*J;#ilT:
keadaan
padahar
unruk mengetahu seura"illffi:l*i,y iru. i p".1"lun"n-ir,,lrILill'ah .lebih baik bila mensikuti
erer
Jt"ltAll loring)
.--rm t-_J Gambar
t
letorpot
r lelorpol Ildrl lprl.llh
2.
l
I I
Dilakukan analir
,,,il-;;;ll'1..,0'I':'""
,T:T';i
-;;; ffi" #t.l
*
i fi
* * *
$
H,ilI
];Tfi
Tidak ada
remah
r",ur,
vo2
0-
\/n^ _ vo2 max dan ka
6oJi,l;; ;:::1' t"rut' =
0,50
vital
'1''ini*'-'*ut"us
ffi ;J i':T,:T:T "' Ddapatkan r,uou,Lun .rtup turiin."#.;:]:]) maxdensan
(koefi sien
k
orera-si =
1' f ::i
';
yune
tat
lkoens,:en";ff1,'1'li:;,*lsi
paru au, upu,itu.
Jl
Analisis bivaria
didapat il;o;;::variabel :Yang ;;')I"#:ffi:T'r[tidak,.rT.yu.t' rxvr 6fr'ri"rr'T"t'n Yaitu Parameter fi i' J"'"'i, I #' ollTl memporgaruhi tunssi,il ",'.**'. kan ada
terlatih dan
I*il ;i; trx' ;ffi *fl#T:Hli] {,':Ir:1; :;; H:5;; ffi:f;ilfr *:;ilffi
vane
aiseuabkaffi;
-
YJ.H
fftr:l:X'
dan ddak tertatih |i'-?","u..'-latih aktor lafihan/kondisi gsrtsljh
1p =
80
,;iH,*:; iilr:-;;;ffi ) untuk menshilanskan
o*".* ;;ffi;:auhan ( maka tiAak
0,75 I
tain
merokok dan raktor ::-1ll-
o?<
0.2s _ 0,50 _ 0,75 _
Korelasi cukup Korelasi kuat
r-, dapat mempengaruhi o"o,,lll";;;,:';u"' fl"Ji';::"10:1 Yaitu antara
k"rrrr;,
korelasi
Hubungan ?fltara
,*-i, ,r",irl*l
t yans
variabe
;;;;;;toJuga
lfi:?:oT'
*,;,"ffi Jil1'#
bila koefisien
korelasi Korerasi
dari
r-,
skala tontinyu oadan dan tuau, seperti tinggi r,"rl1T penelitian kur"ra iru pada .oleh antara u","rr"'u '"il"tro,"lYobin bermakna tinssi badan tidak terlatii,. untrt mengontror pengaruh ,,itln. 9T olo:'tersebut oilakukan hanya dapat statistik, yaitu regresi rurtiuu?iJ""sts dengan analisa
,il,.,,fr:Tlffi
diteriti
I
i
;amlel
Distrib
rjl;,ffi ..
,+-',it#ilI;f ;g*ilj,*:H*-*,"frfl tidak ffi leluasa'"ritut-ril1,
Ierrrtih
I 8-2 I
antara kedua kelompok,
ditetapuun oarrrp€l ,u.J-ult'abel yang ditetiti
meroiitl,
adalah lakiJaki dan
pada penelitian
ditemukan r* J.;,fi j1':':h dalam uku ran kapasiras (trdak melakruun isrirahat ,fl'l':I:'i*kapasitas keadaan ditusi parunya sebesar ;;,ffi ;;1_tatih)
ons
i o u"' Y rt;#,tr#f; J i ,l::g:, i.difusi rapasiras ^,i,"J paru puau orung-ia[,r."Iut,,
li?i
I?i,ffi#*1;ffiH;;;.:*T1ffi:iar merur/mmHg (STPD) I
Kapas,,as ditusi
paru,,:?i"t;.:ry
#r;1
_*T; 6"ni,
r7
3 mr
; :L?::
Terdapat perbedaan
';**m*frp";*ixHrffi+,xi ,in,
rr.srr har antara kedua kedua penelitian ini. Kemungkiru, Dslslil;ax emungkinan frufl'" har ,.-: r: 3il.1tara oleh ras kulit putih karena tu."nu i'"-"'"^arr portul postur lehih ,,-^'^,0',*oiokan lebih Iebih besar
dibandingkan kulit r,o.,.,.i1^8'dan paru orang kulit Iebih ffi f besar volume purih -'' ;;;;'*'_"'""'" mempengaruhi clengan ras
T"',?i:X,,;r::.-1T;:[1.'J,,#fl T,f; '*rr nilai
difusi.
difusi
kapasitas
q J Respir Indo Vol 17, No. 2,
1997
Dari hasil analisis bivariate variabel-variabel didadapat ada perbedaan bermakna ukuran kapasitas difusi paru antara orang terlatih dan tidak terlatih (p = 0,003). Dilain pihak dari analisis yang sama juga didapat hasil ada perbedaan bermakna tinggi badan antar kedua jelomlok tadi (p : 0,008), sehingga timbul kesan bahwa -mungkin perbedaan ukuran kapasitas difusi paru tersebut disebabkan oleh perbedaan tinggi badan. Tetapi setelah dilakukan analisis regresi multivariate untuk mengontrol pengaruh tinggi badan, maka didapat hasil memang ada perbedaan yang bermakna (p : 0,027) karena faktor latthan/kondisi terlatih antara kelompok terlatih dan tidak terlatih, meski ada perbedaan bermakna tinggi badan (p :0,012). Ini menunjukkan bahwa latihan yang dilakukan
secara konsisten dan teratur mempengaruhi rata-rata ukuran kapasitas difusi paru walaupun pada data penelitian ada perbedaan tinggi badan. Perbedaan kapasitas difusi antpra kedua kelompok efek latihan terhadap sistem bertambahnya ventilasi pada daerah paru, bertambahnya perfusi paru akibat kenaikan
masing-masing sebesar 3,4 Llmenit dan 2,1 L/menit. Pengukuran Vg2 max yang pemah dilakukan oleh peneliti lain adalah pada orang terlatih mencapai 80-88 ml4
konversi denyut nadi (nadi kerja).
Hasil yang diperoleh memang menunjukkan
Menurut Fox ada lima perubahan utama sistem kardiorespirasi sebagai akibat latihan, yaitu
l.
(l)
:
Perubahan ukuran jantung yakni pada atlet terlatih
otot jantung mengalami hipertofi yang mengakibatkan bertambah luasnya rongga ventrikel dan
curah jantung, tekanan oksigen vena manurun sehingga
ikatan Hb dengan gas penguji lebih banyak serta efek sistemik lain dari latihan, seperti menambah tinggi badan (terutama apabila latihan dilakukan pada usia percepatan pertumbuhan atau growth sport) yang dampaknya meningkatkan kapasitas difusi paru. Dari data kuesioner terungkap bahwa para atlet dayung nasional (kelompok
ada
perbedaan antara kedua cara tersebut (1,7). Hasil analisis statistik menunjukkan ada perbedaan yang sangat bermakna Yg2 max orang terlatih dan tidak terlatih.
bertambah tebalnya dinding ventrikel
2. 3. 4. 5.
Penurunan denyut jantung (bradikardi) Bertambahnya isi sekuncup (stroke volume) Bertambahnya volume darah dan hemoglobin Bertambahnya densitas kapiler serabut otot
Vg2 max
erat kaitannya dengan sistem trans-portasi
terlatih) telah mulai berolahraga pada usia 8-10 tahun (43,75Yo), 11-14 tahun (37,5%) dan 15 tahun atau lebih
oksigen. Hubungan antara VO max dengan faktor-faktor fisiologis yang terlibat dalam sistem transportasi oksigen
(18,75%).
digambarkan dengan persamaan berikut
Dalam hubungan dengan fungsi paru lainnya yaitu kapasitas vital, kapasitas difusi paru menunjukkan korelasi yang cukup kuat (koefisien korelasi : 0,596 dengan p = 0,001). Korelasi yang cukup kuat tersebut jelas karena
difusi paru dipengaruhi oleh volume paru dan luas permukaan difusi, jadi menyangkut kapasitas vital.
(l)
:
t
max SV HR : a-v 02 ditr : Vg2
SV x HR x a-v stroke volume
02 diff
heartrate (denyutjantung) ekstraksi oksigen dari darah oleh jaringan otot rangka
Ada korelasi yang cukup kuat antara kapasitas difusi
paru dengan kapasitas vital paksa berarti apabila pengukuran kapasitas difusi paru tidak dapat dilakukan kerana suatu sebab, maka hasil pengukuran kapasitas vital mungkin dapat mencerminkan keadaan/ukuran kapasitas difusinya.
!
I I ! I
Dari persamaan itu tampak bahwa kenaikan V62 max disebabkan oleh dua perubahan utama, yaitu kenaikan isi sekuncup serta bertambahnya densitas kapiler
otot rangka yang cenderung meningkatkan ekstraksi
Hasil pengukuran nilai Vg2 max orang terlatih (laki-laki) dengan menggunakan alat ergometer sepeda
oksigen dari darah oleh otot rangka"
dengan teknik pengukuran Astrand sebesar 50,8 mL4
otot rangka dihubungkan juga dengan meningkatnya
alat dan cara yang sama sebesar 39,4 mUmenit/kgBB atau
reaksi enzimatis dan sejumlah perubahan biokimiawi yang
Meningkatnya ekstraksi
02
dari darah oleh otot-
81
PERBANDINGAN NILAI KAPASITAS DIFUSI PARU ANTARA ORANG YANG TERLATIH DAN TIDAK TERLATIH
terjadi di dalam otot rangka. Vg2 max tertinggi dijumpai pada atlet-atlet yang berkompetisi dan berlatih aenlan latihan-latihan endurans.
Analisis bivariate variabel_variabel yang meninjau hubungan antarayg2 max dengan kapasitas difusi paru menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara DLCO dengan VO2 max. Sedangkan hubungan V62 max dengan kapasitas vital paksa korelasinya lemah. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena Vg2 max lebih dipengaruhi oleh perubahan curah jantung dir ekstraksi oksigen dari darah olehjaringan otot rangka, sedangkan kapasitas difusi paru dan kapasitas
vital erat kaitannya dengan fungsi paru yaitu volume paru dan luas permukaan difusi alveoli kapiler serta postur tubuh (tinggi badan).
kapasitas difusi paru. Juga orang terlatih mempunyai
kapasitas vital
paru lebih besar daripada orang
tidak terlatih yaitu mempunyai
KVp
16,7%o
lebih
besar. Dalam hubungan dengan fungsi paru lainnya
yaitu kapasitas vital, kapasitas difusi paru
menunjukkan korelasi yang cukup kuat. Hal tersebut
karena difusi paru dipengaruhi oleh volume paru dan luas permukaan difusi, jadi menyangkut kapasitas vital paru.
2. V62
max orang terlatih lebih besar 2g,gyo dari
orang tidak terlatih. Keadaan tersebut kemung_kinan sebagai akibat dari latihannya. Latihan yang teratur dan konsisten memberikan efek meningkatkan curah
jantung dan ekstraksi oksigen dari darah oleh otot rangka.
Tidak ada korelasi yang bermakna atau lemahnya korelasi antaraVO2 max dengan kapasitas difusi paru
atau kapasitas vital paksa memperlihatkan bahwa Vg2 max pada seorang tidak selalu disertai dengan tingginya nilai kapasitas difusi atau tingginya nilai
kapasitas vital parunya serta sebaliknya. Sehingga untuk menilai kebugaran seseorang pengukuran kapasitas vital atau kapasitas difusi saja tidak dapat memberikan
hasil
yang tepat.
KESIMPULAN
Mengenai hubungan antara
yg2
max dengan
kapasitas difusi paru ternyata dari hasil analisis bi_
variate variabel-variabel terlyata tidak ada hubungan yang bermakn a antara Vg2 max dengan kapasitas difusi. Sedangkan hubungan V62 max dengan kapasitas vital paru korelasinya lemah. Hal ini karena Yg,2max lebih banyak dipengaruhi oleh faktor fisiologis curahjantung dan ekstraksi oksigen
dari darah oleh jaringan otot rangka, sedangkan kapasitas difusi paru lebih dipengaruhi oleh fungsi paru itu sendiri dan luas permukaan difusi serta postur tubuh. Dari hasil uji korelasi antara ye2
Hasil penelitian kapasitas difusi paru pada orang terlatih dan tidak terlatih disimpulkan sebagai berikut :
max, kapasitas difusi paru dan kapasitas vital paru dapat disimpulkan sebagai berikut :
l.
1.
Dalam penelitian ini telah diketahui kapasitas difusi
paru orang terlatih berbeda dengan orang tidak terlatih. Orang terlatih mempunyai kapasitas difusi paru 19,6%o lebih besar dibandingkan orang tidak terlatih. Hal tersebut dipengaruhi secara langsung
.
luasnya area difusi dan meningkatnya konsenfasi hemoglobin. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh
'
latihan melalui tinggi badan. Latihan yang teratur dan konsisten terutama yang dilakukan sejak usia
percepatan pertumbuhan mungkin dapat mengakibatkan pertambahan tinggi badan sehingga
akan menambah volume paru dan meningkatkan
82
nilaiyg2
max tidak selalu disertai
dengan kenaikan nilai kapasitas difusi paru atau
kapasitas vital, demikian pula sebaliknya
2.
oleh faltor latihannya/kondisi terlatih, karena latihan
terutama latihan endurans mempunyai pengaruh sistemik terhadap sistem kardiovaskuler respirasi antara lain bertambahnya curah jantung yang berakibat meningkatny perfusi daerah paru, bertambahnya ventilasi/volume paru, bertambah
Kenaikan
Apabila oleh suatu sebab pengukuran kapasitas difusi paru tidak dapat dilakukan, maka hasil
pengukuran kapasitas vital mungkin dapat dipergunakan sebagai cerminan dari nilai kapasitas difusi
3.
Dalam rangka seleksi atlet maka kita akan memilih atler yang mempunyai nilai V62 max dan kapasitas difusi paru atau kapasitas vital paru yang tinggi.
SARAN l. Dalam melakukan
pembibitan atlet-atlet berbakat
dan seleksi atlet perlu diketahui kemampuan fisik
J Respir lndo Vol 17, No. 2'
1997
yang sesungguhnya. Selain pengukuran VO2 max seperti yang sudah lazim dikerjakan oleh para pelatih dan pembina olahraga, juga perlu dilakukan pengukuran fungsi paru, yaitu VEPI dan kapasitas vital (KV) serta kapasitas difusi paru' Parameterparameter ini mencerminkan seberapa banyak oksigen yang telah berventilasi dapat meresap masuk ke dalam sirkulasi darah untuk dibawa ke aringan-j aringan yang membutuhkan oksigen pada saat melakukan aktivitas/kerja untuk menghasilkan
Morgan DB and Bennett T. The Relation Between Heart Rate and bxygen Consumption During Exercise.J.Sporu Med' 1976;
16:38-44 Hermiston RT and Faulkner JA. Prediction of Maximal Oxygen Uptake by A Stepwise Regression Technique. J. Appl Physiol, l9'71;30: 833-7
4.
Taylor HL, Buskirk E, Henschel A. Maximal Oxygen Intake as An Objective Measure of Cardiorespiratory Performance' J Appl' Physiol, 1955;8 : 73-80 Hartley LH. Exercise Prescription. In : Sport Medicine Ed' Strauss RH. Philadel-phia, WIi Saunders Co, 1984; 41-5
6.
j
energi. Demikian juga dalam melakukan
Weber KT and Janicki JS. Cardio Pulmonary Exercise Testing' Physiologic Principle and Clinical Aplication, Philadelphi4 WB Saunders Co. 1986
7.
pembinaan pemeliharaan dan peningkatan prestasi
atlet-atlet nasional perlu dilakukan tindak lanjut dengan pengukuran kapasitas difusi paru, karena
Comroe JH, Jr The Lung. In : Clinical Physiolory and Pulmonary Function Tests, Year Book Medical Publisher Inc 2nd ed' 1977
kapasitas difusi paru kini menjadi salah satu parameter kemampuan fisik para atlet' Tetapi harus kita akui bahwa pengukuran kapasitas difusi paru masih memerlukan alat-alat canggih, tidak praktis dan
Cotes JE. Lung Function. Assessment and Aplication in Medicine' Oxford Blackwell Scientific Publication. 1965
t0.
2.
Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel lebih banyak lagi tentang kapasitas difusi paru dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada atlet berbagai cabang olahraga di Indonesia yang serta jenis latihan spesifik yang bagaimarn optimal hsik mampu memberi tingkat kemampuan
and Marchall MG. The Basic Guidelines for Being
AlsagaffHood, Mangunnegoro Hadiarto, Amin Muhamad, Yunus Faisal, Bunstein Robert. S Johnson Lary. Nilai Normal Faal Paru Orang Indonesia pada Usia Sekolah dan Pekerja Dewasa Berdasarkan Rekomendasi American Thoracic Society (ATS) 1987. Paru, 1992; 12:4
12. Weinberger, SE., Johnson, T.S. and Weiss, S'T : Clinical Significance ofPulmonary Function Test, Use and Interpretation of-The Single Breath Diffirsing Capacity. Chest 1980; 78: 483-8
13.
Mostyn, E.M., Helle, S., Gee, J.B.L' et al' Pulmonary Diffirsing Capatity ofAthletes. J. Appl. Phvsiol. 1963; 18 (4): 687-95
14.
Miller, Ronald. L.,M.D., Robinson, Ellen, McClos Key, Jean B, Picken John, M.D. Pulmonary Diffitsing Capacity as a Predictor of Performance in Competitive Swimming. J. Sports Med , 1989;
29:91-6
untuk berPrestasi.
Perlu usaha untuk memasyarakatkan istilah dan pengertian serta manfaat pemeriksaan kapasitas difusi paru di kalangan pelatih atau pembina olahraga dalam kaitannya dengan kepentingan penelitian daya tahan kardiorespirasi khususnya fungsi paru, karena sampai saat ini istilah dan pengertian kapasitas difusi paru masih teras asing iiUandingt an dengan kapasitas aerobik maksimal
(Vg2 max), kapasita anaerobik
atau ketahanan otot
15.
Cureton TK. Oxygen Intake Capacity. In : Encyclopedia ofsport sciences and Medicine. New York, The Macmillian Co' 1971 : 222-6
l5
Sudraji Sumapraja' Arjatmo Tjokronegoro, Joedo Prihartono, Eds : Metodologi Penelitian Kesehatan Reproduksi' Edisi Ptrtama' dan Jakarta. Corlsortium Medical Science Departemen Pendidikan Kebudayaan. 1983
t'7
Arjatmo Tjokronegoro, Sumedi Sudarsono, Eds : Metodologi Penelitian iidang fedot
18.
Part II' Comroe, J.H., Jr : Pulmonary and Respiratory Physiology 1976 Inc. Ross and Hutchinson Dowden,
19.
Ogilv.ie, D.M., Forster, R.E., Blakemore, WS' et.al' A Stindardized Breath Holding Technique For The Clinical
(muscular endurance)'
Measurement of The Diffirsing Capacity
DAFTAR PUSTAKA
of
The Lung for Carbon
Monoxide. J' Clin. Invest 1956 36: l-17
l.
and Transport ln Fox LE, Bowers RW, Foss ML Gas Exchange Athletics' , fn. Physiological Basis of Physical Education and 1988 Publishing' College Saunders 4th ed P-hiladelphia
2.
Cooper Kenneth
H
B
Fit. In : Sport Medicine. Ed. Strauss RH. Philadelphia, WB Saunders Co. 1984 : 415
biaya yang relatif mahal, sehingga kita tidak dapat melakukannya di lapangan untuk seleksi masal' Oleh karena itu kita hanya dapat melakukan pengukuran
kapasitas vital sebagai pengganti pengukuran kapasitas difusi Paru.
Getchell
Aerobik Cetakan kelima Jakarta
PT'
20
Comroe, J.H., Jr. : Pulmonary Diffirsing'Capacity for Carbon Monoxide (DLCO). Am Rev. Respir' Dis. 19'75 lll:225'8
21
Tisi, Cennaro, M., M.D. : Pulmonary Physiology in Clinical Medicine. Baltimore. William and Wilkins 1980'
Gramedia, 1983 83