Potensi Hutan Lindung Sumber Jembangan Sebagai Obyek Wisata Potention Sumber Jembangan Protection Forest for Tourism Object
Zaenal Abidin Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Malang
Agus Sukarno dan Kemas Yusra Dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Malang
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi hutan lindung Sumber Jembangan sebagai obyek wisata yang berada di desa Tempurejo kecamatan Wates kabupaten Kediri, penelitian dilakukan selama satu bulan selama bulan juli. Metode yang digunakan menggunakan metode kuesioner untuk 30 responden dengan menggunakan skala likert. Pernyataan diambil dari faktor kekuatan pada analisis SWOT yang merupakan hasil dari observasi. Angket kuesioner disebarkan secara acak pada responden berdasarkan tingkat usia, jenis kelamin dan status pendidikan. Dari hasil skor kemudian dianalisis menggunakan SPSS dengan uji validitas, reabilitas, normalitas, regresi linear berganda, uji dua sampel tidak berhubungan, pengujian varian satu jalur dan analisis SWOT. Dari hasil pengujian diketahui semua daftar pernyataan valid, reliabel, dan normal kemudian pada uji regresi terdapat pengaruh positif pada X1 dan X2 terhadap Y kecuali X3, pada pengujian determinasi terdapat hubungan yang positif antara X 1,X2,X3 terhadap Y, pada pengujian uji dua sampel tidak berhubungan ( Independent sample T test) dan pengujian varian satu jalur (one way anova) pada tingkat usia, jenis kelamin dan status pendidikan tidak terdapat perbedaan yang signifikan sehingga jawaban responden memiliki homogenitas yang tinggi yaitu didominasi jawaban setuju dan sangat setuju dengan prosentase variabel X 1 sebesar 72%, X2= 68% dan X3 = 74,7% ini berarti hutan lindung Sumber Jembangan dianggap mempunyai potensi sebagai obyek wisata. Kata Kunci : Hutan Lindung
Abstract The research was done to determine potention protection forest Sumber Jembangan for tourizm object. That located in rural of Tempurejo , Wates , Kediri, east java. Researce was done along one month in july. The metode use kuesioner metode to a tend for 30 respondens with use likert scale. Statement take from „‟strenght‟‟ at SWOT analysis that result from observation. Kuesioner spreated according to precipitate to respondent based ages level, gander, and educations status. The next skor analisys result helped by SPSS to calculate validity, reability, normality, regression linear, determination, independet sample T test, one way anova, and SWOT analysis. The result calculate by SPSS determine all list statement variable have had valid, reliable, and normal. In regression have possitive influence at X1, and X2 against Y variable but X3 is not. Determination test having possitively correlations between X 1,X2,X3 against Y. in independent sample T test and one way anova at ages level, gander, and educations status that all have not different unswer, another word that is not significant so almost responden have had homogenity perseption about unswer agree and really agree determine prosentace variable X1 for the greater part 72%, X2 = 68% and X3 = 74,7% that mean protection forest Sumber Jembangan having potential for tourizm object. Keyword: Protection Forest
PENDAHULUAN Hutan merupakan sumber daya hayati yang dapat diperbaharui. Meskipun demikian tidak berarti bahwa hutan dibiarkan begitu saja tanpa pengelolaan yang baik. Sebaliknya, hutan harus dikelola dengan baik dengan memperhatikan aspek-aspek yang ada untuk menuju pada suatu pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Selain berfungsi ekonomi, hutan menempati fungsi yang sangat penting dalam terciptanya keseimbangan iklim dan ekosistem. Hutan juga mempunyai manfaat ekonomi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat maupun pemerintah terutama dalam era otonomi daerah ini, tidak jarang sektor kehutanan dijadikan suatu sektor andalan dalam menyuplai Pendapatan Asli Daerah (PAD). Untuk mewujudkan berbagai upaya tersebut pemerintah sebagai regulator perlu mendorong usaha ekstra dengan memfasilitasi para pihak serta mengajak berbagai komponen daerah baik (private sector), lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat untuk secara kreatif mengembangkan bentuk-bentuk kolaboratif pengelolaan kawasan-kawasan hutan lindung yang telah ditetapkan dalam perda tata ruang. Ini juga sekaligus merupakan wujud implementasi perda tata ruang dalam mendorong pembangunan yang berkelanjutan serta lebih berpartisipatif. Perlu juga dipikirkan kemungkinan pengembangan terpadu antara unit pengelolaan pada kawasankawasan budidaya untuk ikut memelihara kawasan-kawasan hutan lindung baik yang berbatasan langsung atau tidak dalam kebijakan (CSR/
Corporate social responsibility) dari setiap unit usaha. Pengelolaan kawasan ini dapat juga dikemas menjadi kegiatan produktif yang dapat mendukung peningkatan PAD daerah dan memberikan alternative pekerjaan bagi masyarakat yang hidup disekitar kawasan hutan lindung dalam penerapan perda tata ruang. Program pemanfaatan hutan lindung yang ber potensi sebagai pariwisata salah satunya, membantu pemerintah untuk meningkatkan pendapatan devisa negara melalui sektor non migas yaitu dengan mengembangkan pembangunan kepariwisataan yang pada hakekatnya merupakan upaya mengembangkan obyek dan daya tarik wisata. Faktor utama dalam upaya menarik pengunjung wisata alam adalah dengan mengkhususkan pada keadaan alam dan budaya, hubungan masyarakat serta pelayanan dalam daerah taman wisata. Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan di bidang ekonomi. Kegiatan pariwisata merupakan sektor non – migas yang diharapkan mampu memberi kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional dan daerah. Sebagai Pedoman pembangunan kepariwisataan telah ditetapkan UU No 9 Tahun 1990. Sejalan dengan hal tersebut maka upaya penciptaan iklim yang menggairahkan di bidang pariwisata perlu terus ditingkatkan dan di optimalkan. Dengan dicanangkan program pemerintah dalam bidang pariwisata yang prinsipnya bertujuan untuk memberikan pelayanan wisata yang
maksimal dan pengembangan daerahdaerah yang di anggap berpotensi, maka perlu di upayakan pengembangan wisata alam dengan harapan dapat menambah perbendaharaan obyek wisata Indonesia. Untuk mengimbangi adanya peningkatan kebutuhan di bidang rekreasi, maka diperlukan usaha pengggalian terhadap obyek-obyek wisata alam yang belum dimanfaatkan.dengan demikian diperlukan penanganan yang maksimal melalui proses rencana pengembangan secara lebih optimal. Kegiatan wisata dan rekreasi alam pada saat sekarang telah menjadi bagian dari kebutuhan hidup manusia dalam rangka mengembalikan kesegaran agar dapat melanjutkan kegiatan utama dalam kehidupannya. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan metode survei lapangan menggunakan kamera,alat tulis dan lembar kuesioner untuk menghimpun data dan informasi dari narasumber dengan memberikan masing-masing angket atau kuesioner kepada pengunjung sebanyak 30 responden yang dipilih oleh peneliti.. Tambahan data diperoleh dari narasumber dari instansi terkait. Penelitian dilaksanakan di hutan lindung sumber Jembangan yang terdapat di dusun Bakung, Desa Tempurejo dibawah Dishutbun dan Dinas Konservasi Air dan Sumber Brantas Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan selama satu bulan
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Kediri terletak antara 111º47‟05‟‟ – 112º18‟20‟‟ garis Bujur Timur dan 7º36‟12‟‟ Lintang Selatan. Batas wailayah administrasi kabupaten Kediri sebelah utara adalah kabupaten Nganjuk dan Jombang, sebelah selatan kabupaten Blitar dan Tulungagung, sebelah timur kabupaten Malang dan Jombang, sebelah barat kabupaten Nganjuk dan Tulungagung. luas kabupaten Kediri 1386,05 km, dibagi menjadi 24 kecamatan dan 343 desa serta 1 kelurahan. Jumlah penduduk kabupaten Kediri pada tahun 2007 sejumlah 1.453.619 orang sehingga kepadatan penduduk di kabupaten Kediri 1.049 orang per km2. Kabupaten Kediri mempunyai 3 jenis tanah yakni : Regosol, Litosol, dan Mediteran, dengan kemiringan lahan 8 sampai 15%. Berdasarkan pengelompokan kepekaan tanah terhadap erosi, sebagian besar tanah adalah agak peka terhadap erosi. Suhu udara kabupaten Kediri berkisar antara 23º - 29º C. Curah hujan rata – rata tahunan 1.707 m dengan hari hujan selama 84 hari. Berdasarkan data inventarisasi sumber mata air dari Dinas Kehutanan Perkebunan dan Lingkungan Hidup kabupaten Kediri tahun 2007, terdapat 363 sumber mata air yang tersebar di wilayah kabupaten Kediri. Air sumber mata air pada umumnya digunakan untuk keperluan rumah tangga seharihari dan pengairan sawah disekitarnya, hanya sumber – sumber yang debit airnya besar saja yang di manfaatkan
untuk keperluan lainnya antara lain untuk memasok keperluan air bersih diperkotaan. Fluktuasi debit air antara musim hujan dan musim kemarau cukup tinggi, hal ini terlihat dari data debit air maksimum dan minimum, bahkan banyak sumber air yang mati pada musim kemarau. Tingginya fluktuasi air tersebut disebabkan karena di daerah tangkapan sumber mata air belum mendapat perhatian dalam pengelolaannya. 2. Hutan Lindung Sumber Jembangan Hutan Lindung Sumber Jembangan secara administratif terletak di desa Tempurejo dusun Bakung kecamatan Wates kabupaten Kediri yang pengelolaannya oleh pada Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Lingkungan Hidup kabupaten Kediri dan Dinas Konservasi Air dan Sumber Brantas. Letak hutan Lindung Sumber Jembangan termasuk dekat dari pemukiman penduduk sekitar satu kilometer disebelah utara yang sudah berupa jalan raya, disebelah selatannya juga terdapat sumber Truneng yang juga menghasilkan sumber mata air, disebelah barat atau bawah merupakan lahan pertanian milik masyarakat dan di sebelah timur adalah perkebunan tebu milik PTPN XI pesantren yang membentang luas sampai kecamatan Ngancar yang merupakan wilayah dari lereng gunung Kelud. Sumber Jembangan merupakan hutan tropis campuran yang terdapat pepohonan dari tingkat semai tiang pancang ataupun tingkat pohon. Pepohonan hutan yang cukup lebat
tersebut didominasi oleh mahoni (Swietenia mahagoni), keben (Barringtonia asiatica), nyamplung (Calophyllum inophyllum), kepuh (Sterculia foetida) ketapang (Terminalia catappa)Trembesi (Crudia sp), kemiri (Aleurites moluccana), tanjung (Mimusops elengi), beringin (Ficus benjamina) dan terdapat juga tumbuhan kebun yang sengaja di tanam sebagai reboisasi diantaranya kakao(Theobroma cacao) belinjo (Gnetum gnemon) karet (Hevea brasiliensis), bambu tali (Asparagus cochinensis),sirsak (Annona muricata) matoa (Pometia pinnata). Bentuk dari dari hutan lindung ini memanjang sekitar 3 km, sedangkan luasan kawasan ini kurang lebih 7 ha. Mata air sudah muncul dari bagian atas atau yang paling hulu semakin kebawah semakin besar dengan debit air yang terkumpul maksimal 500 m3 pada musim hujan dan minimal 300 m3 pada musim kemarau dengan rata-rata debit air 400 m3 setiap tahun. Pada bagian bawah kawasan aliran air dibendung dengan tujuan sebagai cadangan air dan memudahkan pengaturan untuk irigasi dengan naiknya air yang semula berupa tegalan yang kering kini bisa teraliri air seluas 27 ha menjadi lahan sawah baru. Aliran mata air ini terus mengalir sepanjang tahun hanya saja debit air agak berkurang pada musim kemarau.
3. Kegiatan dan Aktivitas Masyarakat Kawasan Sekitar Hutan Lindung dan Pengunjung. Hutan lindung sumber jembangan telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sudah sejak lama, Keberadaan hutan perekonomian selain untuk irigasi, dimanfaatkan untuk mandi, mencuci, mencari ikan, eceng gondok, kayu, sayuran, kroto, dan pakan ternak. Selain sumberdaya alam yang bisa dimanfaatkan hasilnya sumber jembangan juga memiliki daya tarik berupa pemandangan alam, dengan bendungan air yang sangat jernih langsung dari mata air dan hutan yang cukup lebat. Wana Wisata Sumber Ubalan Terdapat wana wisata yang cukup dekat dengan sumber jembangan yaitu wisata Sumber Ubalan yang sudah menjadi wisata unggulan kabupaten kediri. Lokasi wisata ubalan terletak tidak jauh dari tempurejo sekitar 5 km dan merupakan desa yang bersebelahan. Wana Wisata Sumber Ubalan di resmikan pada tahun 1995, oleh Gubernur Jatim waktu itu yaitu Bapak Basofi Soedirman, kawasan ini dulunya adalah berupa kolam penampungan air yang difungsikan oleh Belanda sebagai suplai air di kompleks perumahan belanda dan irigasi yang sangat penting, setelah kemerdekaan tempat ini sering dikunjungi masyarakat daerah sekitar dan luar daerah sehingga lambat laun menjadi dikenal dan akhirnya di bangun oleh pihak swasta sebagai
wanawisata dan kini diambil alih oleh pemerintah daerah dari perjalanan hutan lindung sumber ubalan terdapat kemiripan dengan hutan lindung Sumber Jembangan dari berbagai segi. a. Uji Validitas Hasil uji validitas secara lengkap tersaji pada lampiran 1. Dari tabel korelasi, semuanya di atas nilai tabel kritik yaitu 0,306 artinya daya tarik sumber Jembangan dapat dijelaskan dengan indikator pemandangan yang indah, mata air yang jernih, akses jalan yang mudah, suasana tenang dan sejuk dan adanya pemancingan. Bisa dilihat dari sig. (2tailed) dengan level kesalahan 1% dari keterangan tabel tidak ada yang melebihi batas 1% atau 0,01 atau dengan level kepercayaan diatas 99% atau 0,99. Untuk variabel X 2 (potensi sumber daya alam) di jelaskan dengan menanyakan kepada pengunjung mengenai kemampuan sumber jembangan sebagai sarana rekreasi (X2_1) dengan hasil 0,653, kemampuan menghasilkan kayu, pakan ternak, ikan dan sayur (X2_2) dengan hasil 0,753, menghasilkan mata air bisa memenuhi kebutuhan irigasi, cuci, dan mandi (X2_3) dengan hasil 0,586, mampu menghasilkan dana dengan pemacingan (X2_4) dengan hasil 0,370, bisa di budidayakan tumbuhan air, sayur, eceng gondok dan pandan duri bisa bernilai ekonomi (X2_5) dengan hasil 0,713,hal ini menunjukkan sumber daya alam yang potensial (X2) dapat di jelaskan dengan indikatorindikator tersebut, dengan level kepercayaan 99%.
Kondisi hutan lindung yang mendukung akan meningkatkan pengunjung untuk berwisata ke daerah tersebut dalam variabel ini indikatornya adalah hutan yang terjaga dengan baik (X3_1) dengan hasil 0,351, bendungan yang masih terawat baik (X3_2) dengan hasil 0,696, lingkungan yang belum tercemar dan masih cukup stabil (X3_3) dengan hasil 0,694, tata kelola air dan pengairan yang sudah tersistem dengan baik (X3_4) dengan hasil 0,772, lokasi yang aman selalu terpantau masyarakat (X3_5) dengan hasil 0,755. Semua indikator signifikan pada level 0,01 serta dilihat dari semua memiliki nilai korelasi diatas 0,3 jadi semua indikator dalam variabel dianggap valid yaitu variabel dapat menjelaskan variabelnya. Uji Reabilitas Hasil uji reabilitas nilai alpha 0,831 menunjukkan bahwa variabelvariabel kuisioner penelitian tersebut sangat reliabel dan semua kuisioner yang di gunakan di atas semua lebih dari 0,801 atau sangat reliabel, Uji Normalitas Uji ini dilakukan guna mengetahui apakah nilai residu (perbedaan yang ada) yang diteliti distribusi normal atau tidak normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan Histogram Regression Residual yang sudah di standardkan, analisis Chi Square dan juga menggunakan Nilai Kolmogorovsmirnov. Kurva nilai Residual terstandarisasi dikatakan normal jika : Nilai Kolmogorov – Smirnov Z < Z
tabel : atau menggunakan Nilai Probability Sig (2 tailed) ˃ α : sig ˃0,05. terlihat bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, menunjukkan pola distribusi normal, sehingga model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Regresi Linier Berganda Hasil perhitungan analisis regresi linear berganda di atas akan menimbulkan persamaan regresi linear berganda yang akan dijadikan dasar seberapa besar sumbangan masingmasing variabel adalah sebagai berikut : Y = 6.388 + 0,284X1 + 1600X2 – 0,562X3 Dimana Y mewakili jumlah pengunjung X1 mewakili daya tarik X2 mewakili sumber daya alam hutan lindung, X3 mewakili kondisi lokasi hutan lindung, penjelasan secara rinci berkaitan dengan persamaan regresi tersebut diuraikan sebagai berikut : Nilai koefisien regrsi X1 sebesar 0,096 menunjukkan terdapat pengaruh positif daya tarik hutan lindung terhadap jumlah pengunjung sumber jembangan. Jika skor variabel daya tarik hutan lindung X1 meningkat satu satuan maka jumlah pengunjung akan mendapat tekanan sebesar 0,284 satuan dengan asumsi variabel lain konstan. Hal ini semakin menarik hutan lindung maka pengunjung akan semakin bertambah. Nilai koefisien regresi X2 sebesar 1600 menunjukkan terdapat pengaruh positif potensi sumber daya
alam terhadap jumlah pengunjung. Jika skor variabel potensi SDA (X2) meningkat satu satuan maka jumlah pengunjung akan meningkat sebesar 1600 satuan dengan asumsi variabel lain konstan. Sebaliknya jika skor variabel potensi SDA (X2) turun satu satuan maka jumlah pengunjung akan turun sebesar 1600 satuan dengan asumsi variabel lain konstan. Hal ini berarti semakin baik potensi sumberdaya alam hutan lindung sumber jembangan maka jumlah pengunjung juga akan semakin meningkat. Nilai koefisien regresi X3 sebesar -0,562 menunjukkan pengaruh negatif kondisi lingkungan hutan lindung terhadap jumlah pengunjung. Jika skor variabel kondisi hutan lindung (x3) meningkat maka jumlah pengunjung akan meningkat sebesar 0,562 satuan dengan asumsi variabel lain konstan. Sebaliknya jika skor variabel kondisi lingkungan(X3) turun satu satuan maka jumlah pengunjung akan turun sebesar -0,562 satuan dengan asumsi variabel yang lain konstan. Hal ini berarti semakin tidak mendukung kondisi lingkungan maka jumlah pengunjung akan semakin menurun. c. Uji (Determinasi) Uji determinasi untuk melihat besarnya kontribusi variabel bebas secara bersama terhadap variabel tergantungnya dapat dilihat dari koefisien determinasi yaitu R2 untuk data dari analisa penelitian ini dapat di peroleh nilai uji korelasi berganda. Besarnya kontribusi variabel bebas yaitu R2 (square) = 0,216 yang
berarti bahwa faktor-faktor yang terdiri dari daya tarik, potensi SDA, kondisi lingkungan secara bersama-sama mempunyai sumbangan atau kontribusi pada perubahan variasi jumlah pengunjung hutan lindung sumber jembanngan sebesar 2,2% sedangkan sisanya sebesar 97,8% dijelaskan oleh variabel lain yang diluar model dalam penelitian ini. Sementara besarnya koefisien korelasi (R) adalah 0,465 artinya terdapat hubungan positif antara variabel bebas yaitu daya tarik, potensi SDA dan kondisi lingkungan terhadap variabel tergantungnya yaitu jumlah pengunjung. Apabila variabel tidak terkontrol di perhitungkan dalam analisis regresi, maka kontribusi dari faktor daya tarik, potensi SDA, kondisi lingkungan secara bersama-sama terhadap jumlah pengunjung ditunjukkan dengan Adjusted R Square sebesar 0,126 atau sebesar 12,6%. d. Uji Dua Sampel Tidak Berhubungan (Independent Sample T test) Dari hasil Uji Dua Sampel Tidak Berhubungan bahwa jenis kelamin laki-laki memiki nilai rata-rata lebih tinggi di banding pengunjung perempuan. Hal ini di tunjukkan oleh nilai rata-rata (mean) dari pengunjung laki-laki sebesar 29,4 sedangkan pengunjung perempuan 28,3. Perbedaan pengaruh kunjungan ini merupakan mean difference sebesar 1.114. Dari tabel independent sampel test terlihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0,632 atau 63.2%. nilai
tersebut lebih besar dari α ; 0,632 ˃ 0,05, hal ini membuktikan bahwa tidak ada per bedaan yang signifikan antara pengunjung laki-laki dan perempuan sehingga Hipotesis ditolak. Dari hasil diatas terlihat bahwa responden yang mempunyai pendidikan SD-SMP memiki nilai ratarata lebih tinggi di banding pengunjung berpendidikan SMA keatas. Hal ini di tunjukkan oleh nilai rata-rata (mean) dari pengunjung dengan pendidikan SD-SMP sebesar 31.3 sedangkan pengunjung dengan pendidikan SMA keatas 27.4. Perbedaan pengaruh kunjungan ini merupakan mean difference sebesar 3.86. Dari tabel independent sampel test terlihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0,089 atau 8,9%. nilai tersebut lebih besar dari α ; 0,089 ˃ 0,05, hal ini membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengunjung dengan tingkat pendidikan yang berbeda sehingga Hipotesis ditolak. Dari hasil terlihat bahwa responden yang mempunyai usia15-21 memiki nilai rata-rata lebih tinggi di banding pengunjung yang berusia 21 keatas. Hal ini di tunjukkan oleh nilai rata-rata (mean) dari pengunjung yang berusia 15-21 sebesar 30.9 sedangkan pengunjung dengan usia 21 keatas 27.2. Perbedaan ketertarikan kunjungan ini mempunyai mean difference sebesar 3.69. Dari tabel independent sampel test terlihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0,098 atau 9,8%. nilai tersebut lebih besar dari α ; 0,098 ˃ 0,05, hal
ini membuktikan bahwa tidak ada per bedaan yang signifikan antara pengunjung dengan tingkat usia yang berbeda sehingga Hipotesis ditolak. Untuk hasil signifikansi ini dapat dilihat pada lampiran tabel Independent Sample Test. e. Pengujian Varian Satu Jalur (One Way Anova) Dari Lampiran 8 dapat di analisis bahwa pengunjung laki-laki memiliki pengaruh kunjungan yang paling tinggi dengan nilai mean 29,4 sedangkan pengunjung perempuan pada urutan kedua dengan nilai mean 28,3. Untuk melihat apakah perbedaan ini mempunyai mean yang mencolok atau signifikan atau tidak, bisa dilihat dari tabel ANOVA pada lampiran 9 terlihat bahwa nilai signifikansi (Sig) sebesar 0,632 atau 63,2%. Nilai tersebut lebih besar dari α: 0,632 ˃ 0,05 hal ini membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan mengenai ketertarikan yang signifikan antara pengunjung berdasarkan jenis kelamin, sehingga Hipotesis ditolak. Pada tabel Descriptives dapat di analisis bahwa pengunjung yang berpendidikan SD memiliki pengaruh kunjungan yang paling tinggi dengan nilai mean 40,1 sedangkan pengunjung dengan pendidikan SMP pada urutan kedua dengan nilai mean 30,6, sedangkan pengunjung yang berpendidikan SMA memiliki nilai urutan yang ke tiga yaitu mean sebesar 29,2 sedangkan pendidikan di luar itu sebesar 26,1 dan pengunjung
yang bergelar sarjana memiliki nilai mean terendah yaitu 23,4. Untuk melihat apakah perbedaan ini mempunyai mean yang mencolok atau signifikan atau tidak, bisa dilihat dari tabel ANOVA terlihat bahwa nilai signifikansi (Sig) sebesar 0,074 atau 7,4%. Nilai tersebut lebih besar dari α:0,074 ˃ 0,05 hal ini membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan pendapat mengenai hutan lindung yang signifikan antara pengunjung berdasarkan pendidikan pengunjung, sehingga hipotesis ditolak. Pada Tabel Descriptives dapat di analisis bahwa pengunjung yang berusia di bawah 20 tahun memiliki pengaruh kunjungan yang paling tinggi dengan nilai mean 30,3 sedangkan pengunjung usia 20 – 29 tahun pada urutan kedua dengan nilai mean 29,3, sedangkan pengunjung yang berusia 30 -39 memiliki nilai urutan yang ke tiga yaitu mean sebesar 25,6 sedangkan pada usia 40 – 49 peneliti tidak menjumpai, dan pengunjung usia 50 tahun keatas memiliki nilai mean terendah yaitu 24,1. Untuk melihat apakah perbedaan ini mempunyai mean yang mencolok atau signifikan atau tidak, bisa dilihat dari tabel ANOVA terlihat bahwa nilai signifikansi (Sig) sebesar 0,516 atau 51,6%. Nilai tersebut lebih besar dari α: 0,516 ˃ 0,05 hal ini membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan pendapat mengenai hutan lindung yang signifikan antara pengunjung berdasarkan usia pengunjung, sehingga Hipotesis ditolak.
f. Analisis SWOT Pada tahap pengumpulan data dibedakan menjadi dua , yaitu faktor internal yang bersumber dari dalam kawasan itu sendiri dan faktor eksternal yang bersumber dari luar kawasan. Dari hasil statistik menunjukkan kekuatan dan peluang lebih mendominasi diatas kelemahan dan hambatan ini berarti hutan lindung sumber jembangan memiliki daya dorong kuat untuk di eksplor menjadi wana wisata dengan memanfaatkan peluang yang ada meningkatkan kekuatan dengan maksimal, menekan kelemahan-kelemahan dan mencegah ancaman yang datang. 1. Kesimpulan Dari survey dan observasi tersusun analisis SWOT, hasil tersebut diperoleh skor kekuatan dan peluang lebih tinggi di banding kelemahan dan hambatan, dari pernyataan kekuatan pada analisis SWOT mewakili potensi Hutan Lindung Sumber Jembangan Sebagai Obyek Wisata yang di gunakan tiga butir pernyataan sebagai variabel Daya Tarik (X1), Potensi SDA (X2), dan Kondisi Lingkungan Sebagai (X3) sedangkan Y adalah Jumlah Pengunjung, dari Variabel X1,X2, dan X3 di kembangkan menjadi angket kuesioner sebanyak lima pertanyaan pada masing-masing variabel, sehingga terdapat lima belas butir pertanyaan. Dari angket kuesioner tersebut diuji validitas, reabilitas, dan normalitas, dan hasilnya semua
memenuhi kriteria tersebut selanjutnya pada pengujian regresi linear berganda diperoleh pengaruh masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat menghasilkan formulasi Y = 6.388 + 0,284X1 + 1600X2 – 0,562X3 artinya X1 dan x2 ber pengaruh positif sedangkan X3 berpengaruh negatif. Pada Uji korelasi berganda diketahui bahwa kontribusi pendapat faktor daya tarik, potensi SDA, dan Kondisi lingkungan secara bersama-sama berkontribusi terhadap Jumlah kunjungan cukup besar. Kemudian di teruskan pada tahap pengujian akhir yaitu Uji Dua Sampel Tidak Berhubungan (Independent Sample T Test) dan Pengujian Varian Satu Jalur (one Way Anova) dari hasil tersebut tidak terdapat perbedaan yang mencolok pada jawaban responden terkait dengan status pendidikan, usia, dan jenis kelamin sehingga dari sampel diatas dapat dinyatakan bahwa hutan lindung Sumber Jembangan berpotensi sebagai obyek wisata seperti halnya wana wisata hutan lindung Sumber Ubalan.
Fandeli, C. 2000. Pengusahaan Ekowisata Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. http://en.wikipedia.org/wiki/ Albert Humprey the father of Tam,Tamuk.retrieved/ 2012/SWOT_analysis/ 13.05. 2013 http://id.wikipedia.org/wiki undangundang RI no 5/1990/ KSDHdan ekosistemnya /Hutan_lindung/ 13.05 2013 Marpaung,
H. 2000. Pengetahuan Kepariwisataan. Alvabeta. Bandung. ,
, 2010.a Analisis Regresi Linier Berganda, http://web.ipb.ac.id/stat/agums/uploads/stk21 1/2009/Materi 8b. Analisis linier bergandaprint.pdf ./17.05.2013 ,
DAFTAR PUSTAKA Anonymous,
1999. Buku Pegangan Pencinta Alam Dan Kader Konservasi BKSDH IV. Kehutanan Jawa Timur. Surabaya.
Arief A,
2002. Diktat Perkuliahan Rekreasi Alam Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Malang. Hal 14
2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Alvabeta. Bandung.
2010.b Validasi dan reabilitas, http://blog. Its.ac.id/suhermin statistikaitsacid/files/2008 /09/validitasreliabilitas.pdf. 7.09.2012.
Pendit N.S 2002. Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana.Pradnya Paramita,Jakarta.
Rangkuti, F. 1997. Analisis SWOT. Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Soekadijo,
Suyitno,
Syaukani,
2001. Perencanaan Wisata. Kanisius. Yogyakarta. p. 26 2003. Pesona Pariwisata Indonesia. Nuansa Madani. Jakarta. p. 1 – 2
R.G. 2000. Anatomi Pariwisata, Memahami Pariwisata Sebagai “Systemic Lingkage” p 36 - 97
Uyanto, S. 2009 Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Graha Ilmu Yogyakarta.
Sunyoto, D. 2008 . Analisis Regresi dan Hipotesis. Yogyakarta. p. 9 – 72
Wibowo Edi, A. 2012 Aplikasi Praktis SPSS Dalam Penelitian.Gava Media Yogyakarta.
Suparmoko,
M. 1997 Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
Suwantoro, G. 1997. Dasar – dasar Pariwisata. ANDI. Yogyakarta. p. 29