PERSEPSI, SIKAP DAN TINDAKAN PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT POLA KEMITRAAN (STUDI KASUS KELOMPOK TANI RIMBA LESTARI DAN KELOMPOK TANI SEJAHTERA TANI, KABUPATEN BOGOR)
MUHAMAD FAJAR
DEPARTEMEN MANEJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persepsi, Sikap dan Tindakan Pengelolaan Hutan Rakyat Pola Kemitraan adalah benar-benar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi. Bogor, Agustus 2015
Muhamad Fajar NIM E14110100
ABSTRAK MUHAMAD FAJAR. Persepsi, Sikap dan Tindakan Pengelolaan Hutan Rakyat Pola Kemitraan. Dibimbing oleh YULIUS HERO. Hutan rakyat saat ini sudah menjadi usaha yang menguntungkan. Usaha hutan rakyat ini salah satunya dalam bentuk pola kemitraan. Pola kemitraan ini bukan hanya menguntungkan bagi investor tetapi juga menguntungkan bagi pemilik lahan dan petani hutan rakyat. Selain itu adanya peluang pemanfaatan lahan kosong dan tidak produktif untuk usaha kemitraan diharapkan memberikan hasil ekonomi, sosial, dan ekologi yang besar untuk masyarakat setempat dan pelaku yang terlibat dalam usaha ini. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui persepsi, sikap dan tindakan masyarakat terhadap usaha hutan rakyat dengan pola kemitraan. Metode penelitian yang digunakan adalahah Analisis Behavior dan Analisis Regresi Linier Berganda. Analisis Behavior (perilaku) digunakan untuk mengetahui Persepsi, Sikap, dan Tindakan masyarakat terhadap usaha hutan rakyat pola kemitraan. Dari hasil tabel diketahui nilai R2 = 0.638 yang dapat diartikan bahwa sebesar 0.638 (63.80%) sumbangan variabel persepsi dan sikap dapat menjelaskan variabel tindakan, sedangkan sisanya sebesar 36.20% (0.638 – 1 x 100) dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Kata kunci : Hutan rakyat, Kemitraan, Persepsi, Tindakan, Sikap. ABSTRACT MUHAMAD FAJAR. Persepsi, Sikap dan Tindakan Pengelolaan Hutan Rakyat Pola Kemitraan. Supervised by YULIUS HERO. Now aday, the public forest has become beneficial business, one exception with partnership pattern. This partnership patternis not only profitable for investors but also profitable for the land owner and workers of public forest.Furthermore, with existence of opportunies from utilization of empty land and not productive in partnership pattern hopefully can give highly income on economy, social and ecology for locally peoples and investors are involved in this business. The objectives of this research is for knowing public people’s perception, attitude and behaviour on business public forest with partnership pattern. The methodology used behavior analysis and linear regression analysis double Behavior analysis ( behavior ) used to know the perception , the attitude of , and the behavior of the community for forest business partnership pattern of the people. From the results of table known the value of R2 = 0.638 which means that amounted to 0.638 (63.80%) contribution perception and attitude variables may explain the variable action, while the remaining 36.20% (from 0.638 to 1 x 100) are affected or explained by other variables which are not included in this research model. Key word: Comunnity forest, partnerships, perception, behavior attitude.
PERSEPSI, SIKAP DAN TINDAKAN PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT POLA KEMITRAAN (STUDI KASUS KELOMPOK TANI RIMBA LESTARI DAN KELOMPOK TANI SEJAHTERA TANI, KABUPATEN BOGOR)
MUHAMAD FAJAR
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manejemen Hutan
DEPARTEMEN MANEJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015
PRAKATA Segala puji untuk Allah Tuhan semesta alam yang telah memberikan limpahan nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Persepsi, Sikap dan Tindakan Pengelolaan Hutan Rakyat Pola Kemitraan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Oktober 2014. Skripsi ini memberikan gambaran mengenai persepsi masyarakat terhadap pengelolaan hutan rakyat dengan pola kemitraan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua Orang Tua, Kakak, Adik serta seluruh Keluarga atas segala do’a dan dukungannya. 2. Dr. Ir. Yulius Hero, M.Sc. atas bimbingan dan arahan serta saran yang telah diberikan selama ini. 3. Kelompok Tani Rimba Lestari Cengal dan Kelompok Tani Sejahtera Tani Cibunian atas sarana dan prasarana yang disediakan, sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. 4. Pemerintah Desa Cengal dan Desa Cibunian atas sarana dan prasarana yang disediakan, sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Agustus 2015
Muhamad Fajar
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Hutan Rakyat Kemitraan Kelembagaan Persepsi Sikap Tindakan METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Lokasi dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Sumber Data Metode Pengambilan Responden Metode Pengambilan Data Analisis Data PROFIL KELOMPOK TANI DAN KEADAAN LOKASI PENELITIAN Sejarah Kelompok Tani Kelompok Tani Rimba Lestari (Cengal) Kelompok Tani Sejahtera Tani (Cibunian) Letak dan Luas Kelompok Tani Iklim dan Hidrologi Kondisi Hutan Pola Kemitraan dengan Masyarakat HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Behavior (Perilaku) Persepsi Sikap Tindakan Analisis Regresi Linier Berganda SIMPULAN DAN SARAN simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vi vi vi 1 1 2 2 2 2 4 5 7 8 9 9 10 10 10 12 12 13 13 13 13 14 15 16 16 16 17 17 19 22 25 29 31 31 32 32 34 37
DAFTAR TABEL
1 Rekapitulasi data persepsi sikap dan perilaku 2 Jawaban responden terhadap pertanyaan pertama persepsi 3 Jawaban responden terhadap pertanyaan kedua persepsi 4 Jawaban responden terhadap pertanyaan ketiga persepsi 5 Jawaban responden terhadap pertanyaan keempat persepsi 6 Jawaban responden terhadap pertanyaan pertama sikap 7 Jawaban responden terhadap pertanyaan kedua sikap 8 Jawaban responden terhadap pertanyaan ketiga sikap 9 Jawaban responden terhadap pertanyaan keempat sikap 10 Jawaban responden terhadap pertanyaan pertama perilaku 11 Jawaban responden terhadap pertanyaan kedua perilaku 12 Jawaban responden terhadap pertanyaan ketiga perilaku 13 Jawaban responden terhadap pertanyaan keempat perilaku 14 Uji regresi parsial 15 Uji regresi simultan ANOVA 16 Uji regresi parsial (uji t) 17 Analisa koefisien determinansi
17 20 20 21 21 23 23 24 24 25 26 27 27 29 29 30 31
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran 2 Struktur organisasi kelompok tani Rimba Lestari (Cengal) 3 Struktur organisasi kelompok tani Sejahtera Tani (Cibunian) 4 Grafik pertanyaan persepsi 5 Grafik pertanyaan sikap 6 Grafik pertanyaan perilaku
10 14 15 22 25 28
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuisioner penelitian 2 Lampiran. foto-foto penelitian
34 36
PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan usaha hutan rakyat di Kabupaten Bogor khususnya wilayah Bogor Barat saat ini mengalami perkembangan yang pesat. Salah satu usaha hutan rakyat yang banyak diminati saat ini adalah usaha hutan rakyat kerjasama kemitraan baik melalui dana perorangan maupun melalui dana (Corporate Social Responsibility) CSR. Hal ini tentu saja memberikan dampak yang menguntungkan untuk petani dalam hal pendapatan dan pemodal dalam hal keuntungan yang didapatkan. Menurut Hardjanto et al. (2015) usaha hutan rakyat energi di wilayah Bogor Barat meningkatkan pendapatan dan memberikan kontribusi terhadap penanggulangan kemis kinan masyarakat sebesar 10 persen dan serapan tenaga kerja sebesar 12.7 persen. Permintaan kayu saat ini diwilayah Bogor Barat mengalami peningkatan yang pesat, hal ini bisa dilihat dari banyaknya tempat penggergajian kayu (saw mailing) baik untuk industri kecil seperti kayu gergajian dan kayu bakar maupun untuk industri besar seperti mebel dan lain-lain. Bentuk kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat selain berdampak pada petani hutan rakyat dalam hal pendapatan, secara tidak langsung memberikan dampak terhadap masyarakat yang ada disekitar hutan rakyat. Karena keberhasilan usaha hutan rakyat melalui kerjasama kemitraan ini sangat besar manfaatnya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dan pelaku yang terlibat dalam usaha ini. Hal ini mendorong masyarakat yang mempunyai lahan untuk ikut serta dalam usaha hutan rakyat melalui kerjasama kemitraan. Selain itu adanya peluang pemanfaatan lahan kosong dan tidak produktif untuk usaha kemitraan diharapkan memberikan hasil ekonomi, sosial, dan ekologi yang besar untuk masyarakat setempat dan pelaku yang terlibat dalam usaha ini. Menurut Hardjanto et al. (2015) usaha hutan rakyat di lahan kering wilayah Bogor Barat lebih dipilih masyarakat setempat dibanding tanaman buah karena beberapa faktor, yaitu: biaya usaha murah, pemeliharaan mudah, harga jual yang baik, dan tidak banyak hama penyakit. Beberapa faktor yang menguntungkan tersebut mendorong adanya minat masyarakat untuk terlibat dalam usaha hutan rakyat kerjasama kemitraan. Pelaku kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat ini, antara lain: petani, pemodal (investor), dan pemilik lahan. Petani adalah masyarakat setempat yang umumnya tidak memiliki lahan dan berperan memberikan tenaga (waktu kerja) dalam menjalankan usaha hutan rakyat. Pemodal (investor) adalah pemilik modal yang umumnya berasal dari luar desa setempat dengan menggunakan modal desa atau modal pinjaman dari program pemerintah; pemodal berperan dalam memberikan modal atau biaya untuk menjalankan usaha hutan rakyat. Pemilik lahan adalah pemilik lahan di desa setempat berupa tanah negara (eks Hak Guna Usaha, milik desa, kawasan hutan) dan tanah milik penduduk luar desa atau lahan milik perusahaan. Kerjasama kemitraan ini diikat dengan kontrak kerjasama yang formal dan umumnya kerjasama kemitraan yang non-formal.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengetahui persepsi, sikap dan tindakan masyarakat terhadap usaha hutan rakyat dengan pola kemitraan di Kelompok Tani Rimba Lestari dan Kelompok Tani Sejahtera Tani, Kabupaten Bogor.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap kelompok tani dan Dinas Kehutanan daerah setempat khususnya sebagai informasi dalam pengembangan dan implementasi kemitraan usaha hutan rakyat dengan pola kemitraan di masa yang akan datangdan untuk memberikan nilai tambah kelompok tani kepada semua stakeholder.
TINJAUAN PUSTAKA Hutan Rakyat Pengertian Hutan Rakyat Menurut UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, berdasarkan kepemilikannya hutan dibedakan menjadi hutan negara dan hutan hak. Hutan negara adalah kawasan hutan dan hutan yang tumbuh diatas lahan yang tidak dibebani oleh hak milik, sedangkan hutan hak adalah hutan yang tumbuh diatas lahan yang dibebani oleh hak atas tanah, yang biasa disebut hutan rakyat. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas lahan milik rakyat, baik petani secara perseorangan, maupun bersama-sama atau badan hukum. Dalam Permenhut Nomor P.03/MENHUT-V/2004 tanggal 22 Juli 2004 dikemukakan bahwa hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh diatas tanah yang dibebani hak milik maupun hak lainnya dengan ketentuan luas minimum 0.25 ha, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan tanaman lainnya lebih dari 50 %. Tujuan Hutan Rakyat Pembuatan hutan rakyat dimaksudkan untuk merehabilitasi dan meningkatkan produktivitas lahan, serta kelestarian sumberdaya alam agar dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya kepada pemiliknya, sehingga kesejahteraan hidupnya meningkat. Tujuan pembangunan hutan rakyat (Materi Penyuluhan Kehutanan I, 1996) adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan pendapatan masyarakat tani di pedesaan terutama petani di daerah kritis. 2. Memanfaatkan secara optimal dan lestari lahan yang tidak produktif untuk usaha tani tanaman pangan. 3. Meningkatkan produksi kayu bakar untuk mengatasi kekurangan energi dan kekurangan kayu perkakas. 4. Membantu penganekaragaman hasil pertanian yang diperlukan masyarakat.
5. Memperbaiki tata air dan lingkungan, khususnya pada lahan milik rakyat yang berada di kawasan perlindungan di daerah-daerah hulu suatu DAS. Adapun sasaran lokasi pembangunan hutan rakyat adalah sebagai berikut : 1. Areal kritis dengan keadaan lapangan berjurang dan bertebing dengan kelerengan lebih dari 50%. 2. Areal kritis yang diterlantarkan atau tidak digarap lagi sebagai lahan pertanian tanaman semusim. 3. Areal kritis yang karena pertimbangan khusus, seperti untuk perlindungan mata air dan bangunan pengairan perlu dijadikan areal tertutup dengan tanaman tahunan. 4. Lahan milik rakyat yang karena pertimbangan ekonomi lebih menguntungkan bila dijadikan hutan rakyat daripada untuk tanaman semusim. Pengelolaan hutan rakyat selalu memperhatikan berbagai aspek, sebagai berikut : 1. Aspek Bisnis dan Sosial Aspek bisnis dan sosial menyangkut masalah-masalah ekonomi, organisasi, administrasi, akuntansi, statistik, hukum, dan pemasaran hasil. 2. Aspek Teknologi Aspek teknologi menyangkut masalah-masalah sistem silvikultur, teknologi ukur kayu, eksploitasi, teknologi hasil hutan, satwa liar, rekreasi dan teknik sipil. Untuk itulah banyak diperlukan pengkayaan ide untuk terciptanya sistem pengaturan hasil hutan yang sesuai dengan pola dan kondisi pengelolaan hutan rakyat. Pengelolaan Hutan Rakyat Pengelolaan hutan rakyat di satu sisi memang menunjukkan potensi hasil hutan kayu dan non kayu yang besar, peningkatan nilai ekologis kawasan, dan peningkatan pendapatan masyarakat pengelola hutan (Haeruman et al. 1990). Namun, pada kenyataannya nilai jual kayu di masyarakat masih sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah keberadaan tengkulak atau pengepul dan tingkat pengetahuan masyarakat terhadap harga jual kayu yang sangat mempengaruhi nilai jual kayu. Pengelolaan hutan rakyat merupakan proses yang sangat kompleks dan terencana mulai dari perencanaan, pembinaan hutan, sampai dengan proses produksi. Pada umumnya hutan rakyat tidak berwujud suatu kawasan hutan yang murni dan kompak, melainkan berdiri bersama-sama dengan penggunaan lahan yang lain, seperti tanaman pertanian, tanaman perkebunan, rumput pakan ternak atau dengan tanaman pangan lainnya yang biasanya disebut sebagai pola agroforestry (Kurniatun et al. 2003).Diperlukan suatu sistem pengaturan hasil hutan rakyat yang sesuai, dengan menitikberatkan pada pengelolaan pohon, bukan pada pengelolaan kawasan. Selain itu, tidak menuntut persyaratan yang tinggi terhadap tercapainya umur masak tebang (umur daur), bersifat sederhana dan mudah dilaksanakan, serta menjamin terlaksananya kelestarian pendapatan petani, dan kelestarian sumberdaya hutan tersebut. Departemen Kehutanan (1999) menyebutkan bahwa keberhasilan pengembangan hutan rakyat sangat tergantung pada beberapa faktor, sebagai berikut: 1. Tujuan pengembangan hutan rakyat yang jelas. 2. Lokasi dan luas unit usaha hutan rakyat.
3. 4. 5. 6.
Pemilihan jenis yang di tanam. Sistem penanaman, pemeliharaan, dan pengelolaan. Produksi tahunan yang terencana. Investasi yang tersedia dan keterkaitan dengan industri pengelolaan kayu.
Kemitraan Pengertian Kemitraan Definisi kemitraan menurut beberapa ahli, antara lain: menurut Hafsah (2000) kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih manfaat atau keuntungan bersama sesuai prinsip saling membutuhkan dan saling mengisi berdasarkan pada kesepakatan. Konsep formal kemitraan terdapat dalam Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995: “Kemitraan adalah kerja sama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar yang disertai dengan pembinaan dan pengembangan usaha yang berkelanjutan oleh usaha besar atau usaha menengah dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan”. Maksud dan tujuan dari kemitraan adalah “win-win solution partnership”, di mana kedua pihak yang bermitra tidak ada yang dirugikan, keduanya sama-sama mendapatkan keuntungan melalui praktik kemitraan (Hafsah, 2000). Kemitraan usaha menjamin kemandirian pihak-pihak yang bermitra karena kemitraan bukanlah proses merger atau akuisisi. Kemitraan juga bertujuan untuk meningkatkan pendapatan, menjaga kesinambungan usaha, meningkatkan kualitas sumberdaya kelompok mitra, peningkatan skala usaha, mengurangi resiko usaha, meningkatkan efisiensi, meningkatkan daya saing usaha serta menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok usaha mandiri. Kemitraan diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi sekaligus mendorong pemerataan kesejahteraan, penyerapan tenaga kerja, pendapatan masyarakat, dan pertumbuhan ekonomi regional (wilayah). Pola Kemitraan Jangka waktu kemitraan dibedakan menjadi tiga (Departemen Pertanian 1997), sebagai berikut: 1. Kemitraan Insidental Bentuk kemitraan ini didasarkan pada kepentingan ekonomi bersama dalam jangka pendek dan dihentikan jika kegiatan tersebut telah selesai, dengan atau tanpa kesepakatan tertulis atau kontrak kerja. Bentuk kemitraan seperti ini biasanya ditemui dalam pengadaan input dan pemasaran usaha tani. 2. Kemitraan Jangka Menengah Bentuk kemitraan ini didasarkan pada motif ekonomi bersama dalam jangka menengah atau musim produksi tertentu, dengan atau tanpa perjanjian tertulis. 3. Kemitraan Jangka Panjang Kemitraan ini dilakukan dalam jangka waktu yang sangat panjang dan terusmenerus dalam skala besar dan dengan perjanjian tertulis. Misalnya adalah kepemilikan perusahaan oleh petani atau koperasi.
Direktorat Pengembangan Usaha, Departemen Pertanian dalam Puspitawati (2006) memberikan panduan mengenai beberapa jenis pola kemitraan, sebagai berikut : 1. Inti Plasma 2. Subkontrak 3. perdagangan umum 4. Keagenan 5. Kerja sama Operasional Khusus (KOA) 6. Pola Kemitraan Saham Menurut Hermawan (1999) azas dalam kemitraan adalah adanya azas kesejajaran kedudukan mitra, azas saling membutuhkan dan azas saling menguntungkan, selain itu diperlukan pula adanya azas saling mematuhi etika bisnis kemitraan. Kemitraan berdasarkan pada persamaan kedudukan, keselarasan dan peningkatan keterampilan kelompok mitra oleh perusahaan mitra melalui perwujudan sinergi kemitraan, sebagai berikut: 1. Saling memerlukan dalam arti perusahaan mitra memerlukan pasokan bahan baku dan kelompok mitra memerlukan penampungan hasil dan bimbingan. 2. Saling memperkuat dalam arti baik kelompok mitra maupun perusahaan mitra sama-sama memperhatikan kedudukan masing-masing dalam peningkatan daya usahanya. 3. Saling menguntungkan yaitu baik kelompok mitra maupun perusahaan mitra memperoleh peningkatan pendapatan dan kesinambungan usaha. Menurut Mayers dan Vermeulen (2002), beberapa gambaran mengenai konsep kemitraan yang kuat adalah sebagai berikut : 1. Adanya dialog. Pihak-pihak yang terlibat setuju dan bersedia untuk saling berkonsultasi dan berinteraksi selama dalam tahap persiapan rencana. 2. Kesepakatan bersama. Pihak-pihak yang terlibat setuju untuk tidak bertindak tanpa persetujuan dari pihak lain. Dengan kata lain, adanya suatu sikap saling pengertian yang tinggi antar pihak terhadap tindakan yang akan dilakukan. 3. Adanya kontrak kerjasama. Pihak-pihak yang terlibat paham bahwa salah satu pihak memberikan pelayanan atas dasar kontrak terhadap pihak lain. 4. Berbagi rencana kerja. Pihak-pihak yang terlibat setuju untuk membahas serta mengimplementasikan rencana kerja yang telah dibuat secara bersama-sama menuju pada suatu tujuan yang telah direncanakan. 5. Berbagi tanggung jawab dan juga resiko. Pihak-pihak yang terlibat setuju untuk sama-sama bertanggung jawab secara penuh terhadap rencana yang telah dibuat.
Kelembagaan Pengertian Kelembagaan Pengertian kelembagaan menurut para ahli berbeda-beda sesuai pemikirannya masing-masing. Menurut Soekanto (2002) istilah kelembagaan diartikan sebagai lembaga kemasyarakatan yang mengandung pengertian yang abstrak perihal adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi ciri lembaga tersebut. Soemardjan dan Soelaeman (1974) menuliskan bahwa
lembaga mempunyai fungsi sebagai alat pengamatan kemasyarakatan (social control) artinya kelembagaan dapat bertindak sesuai dengan kehendak masyarakat yang berperan besar terhadap sirkulasi kelembagaan tersebut. Sementara dalam hal hubungan perilaku yang terjadi dalam suatu organisasi sosial, Rahayuningsih (2004) mengatakan di dalam suatu kelompok terdapat pengaruh dari perilaku organisasi (kelompok) terhadap perilaku perorangan. Sebaliknya perilaku perorangan juga memberikan pengaruh terhadap norma dan sistem nilai bersama yang biasanya menjadi perilaku kelompok. Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian kelembagaan yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa kelembagaan merupakan suatu sistem yang sarat dengan nilai dan norma yang kompleks yang bertujuan untuk mengatur kehidupan manusia di dalam kelembagaan pada khususnya maupun manusia di luar kelembagaan pada umumnya. Norma-norma yang tumbuh dalam masyarakat memiliki tingkatan kekuatan mengikat tersendiri. Seperti yang dipaparkan Soekanto (2002) untuk dapat membedakan kekuatan mengikat norma-norma tersebut dikenal adanya empat pengertian, yaitu: 1) Cara (usage) 2) Kebiasaan (folkways) 3) Tata kelakuan (mores), dan 4) Adat-istiadat (custom) Setiap tingkatan di atas memiliki kekuatan memaksa yang semakin besar mempengaruhi perilaku seseorang untuk mentaati norma. Begitu pula yang dipaparkan oleh Soemardjan dan Soelaeman (1974) bahwa setiap tingkatan tersebut menunjukkan pada kekuatan yang lebih besar yang digunakan oleh masyarakat untuk memaksa para anggotanya untuk mentaati norma-norma yang terkandung di dalamnya. Komponen Utama Kelembagaan Menurut Pasaribu (2007), kelembagaan tersusun atas tiga komponen utama yaitu hak kepemilikan (property rights), batas yurisdiksi dan aturan representatif. Hak kepemilikan mengandung makna sosial, muncul dari konsep hak (right) dan kewajiban (obligation) yang didefinisikan dan diatur oleh hukum, adat dan tradisi atau konsensus yang mengatur hubungan antar anggota masyarakat dalam hal kepentingannya terhadap sumberdaya. Karena itu, pernyataan hak milik memerlukan pengesahan dari masayarakat dimanapun ia berada. Implikasi dari hal ini adalah : 1) Hak seseorang adalah kewajiban orang lain, 2) Hak yang dicerminkan oleh kepemilikan adalah sumber kekuatan untuk akses dan kontrol terhadap sumberdaya. Hak milik dapat diperoleh dari penemuan, pemberian atau warisan dan pembelian. Batas yuridiksi menentukan siapa dan apa yang tercakup dalam suatu kelembagaan dalam suatu masyarakat. Konsep batas yuridiksi dapat mencakup wilayah kekuasaan atau batas otorita yang dimiliki oleh suatu institusi, atau mengandung makna keduanya. Aturan representatif merupakan perangkat aturan yang menentukan mekanisme pengambilan keputusan organisasi. Aturan representatif mengatur siapa yang berhak berpartisipasi terhadap apa yang terdapat dalam proses pengambilan keputusan. Kelembagaan Hutan Rakyat Peran kelembagaan dalam pengelolaan hutan rakyat sangat penting diperhatikan keseimbangannya. Seperti yang disebutkan dalam Ngadiono (2004) bahwa tujuan pengelolaan hutan rakyat adalah terwujudnya hutan rakyat yang memiliki keseimbangan fungsi lingkungan, sosial dan ekonomi. Beberapa
komponen keseimbangan tersebut antara lain: 1) Data dasar tingkat desa; 2) Tujuan dan sasaran; 3) Instrumen dan kebijakan dalam kegiatan hutan desa; 4) Program dan kegiatan hutan desa; 5) Dukungan kelembagaan dan dana. Menurut Ngadiono (2004) dana merupakan unsur penting dalam mewujudkan program dan kegiatan. Oleh karena itu, sistem dukungan pendanaan harus dibicarakan sejak awal dengan masyarakat. Kelembagaan akan mencakup 2 (dua) hal yaitu: 1) Organisasi masyarakat dan organisasi pengelola hutan rakyatnya; dan 2) Aturan hukum dan norma yang berkaitan dengan sistem pengelolaan hutan rakyat. Kedudukan kelembagaan dalam hutan rakyat menurut Ngadiono (2004) merupakan unsur yang tidak kalah penting dengan unsur dukungan pendanaan hutan rakyat itu sendiri. Karena di dalam kelembagaan mencakup organisasi masyarakat dan aturan hukum yang berkaitan dengan sistem pengelolaan hutan rakyat. Pengelolaan hutan rakyat dengan membentuk kelembagaan atau organisasi di dalamnya akan semakin menumbuhkan interaksi dan koordinasi antar anggota sehingga tujuan bersama akan cepat tercapai. Kelembagaan hutan rakyat sebagaimana sektor kehutanan yang lainnya memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya. Keterkaitan tersebut nantinya akan memberikan efek terhadap kemajuan pembangunan kehutanan secara menyeluruh.
Persepsi Pengertian Persepsi Menurut Rakhmat (2005) persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi tetapi juga atensi, ekspektuasi, motivasi dan memori. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi berasal dari lingkungan yang kemudian diterima oleh panca indera manusia kemudian diproses dalam pikiran yang dipengaruhi oleh sensasi, atensi, ekspektuasi, motivasi dan memori sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan dari informasi yang diperoleh tersebut. Persepsi masyarakat yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pikiran atau pendapat beberapa individu yang dianggap dapat mewakili masyarakat yang lainnya dalam wilayah yang sama. Persepsi adalah proses penginderaan dan penafsiran rangsangan suatu obyek atau peristiwa yang diinformasikan, sehingga seseorang dapat memandang, mengartikan dan menginterpretasikan rangsangan yang diterimanya sesuai dengan keadaan dirinya dan lingkungan dimana ia berada, sehingga ia dapat menentukan tindakannya. Persepsi yang dimiliki seseorang berbeda karena pengaruh berbagai faktor, mulai dari pengalaman, latar belakang, lingkungan dimana dia tinggal, juga motivasi dan lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang akan menyebabkan seseorang dapat menginterpretasikan sesuatu mempunyai perbedaan pendapat (Muchtar 1998).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional (Rakhmat, 20005). Leavitt (1978) menyebutnya faktor fungsional dan faktor struktural. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut : 1. Faktor fungsional : faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lainyang termasuk dalam faktor-faktor personal. Persepsi tidak ditentukan oleh jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli tersebut. 2. Faktor struktural : faktor struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Selain faktor kebutuhan diatas, cara individu melihat dunia adalah berasal dari kelompoknya serta keanggotaanya dalam masyarakat. Artinya, terdapat pengaruh lingkungan terhadap cara individu melihat dunia yang dapat dikatakan sebagai tekanan-tekanan sosial. Pentingnya Persepsi Persepsi yang baik terhadap sebuah program akan merupakan dasar dukungan dan motivasi positif untuk berperan serta, begitu pula sebaliknya persepsi yang buruk terhadap sebuah program merupakan penghambat untuk seseorang atau kelompok orang untuk berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan (Susiatik, 1998).
Sikap Sikap merupakan salah satu hal yang bisa dinilai dari diri seseorang. Dari sikapnya, seseorang bisa dianggap baik atau buruk, dewasa atau kekanak-kanakan, sederhana atau mewah, dan sebagainya. Melihat peran sikap yang sangat vital dalam kehidupan sosial sehingga mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Sikap juga pilihan atas pendapat dari para pihak terkait (petani/kelompok tani, pemodal/ investor, pemilik lahan, pemerintah desa, dan sebagainya) terhadap usaha hutan rakyat kemitraan. Sarwono (2002) menyatakan bahwa ciri khas dari sikap adalah mempunyai objek tertentu (orang, perilaku, situasi, benda) juga mengandung penilaian setuju tidak setuju, suka tidak suka. Perbedaan terletak pada proses selanjutnya dan penerapan konsep tentang sikap mengenai proses terjadinya, sebagian besar pakar berpendapat bahwa sikap adalah sesuatu yang dipelajari (bukan bawaan). Oleh karena itu sikap lebih dapat dibentuk, dikembangkan, dipengaruhi dan diubah. Sikap mempunyai tiga komponen, yaitu : 1) Kognitif adalah kepercayaan seseorang terhadap sesuatu atau pengalaman faktual seseorang mengenai suatu objek. 2) Afektif adalah penilaian seseorang, kesukaan atau respon emosional terhadap sesuatu. 3) Konatif merupakan perilaku yang jelas dari seseorang yang diarahkan terhadap suatu objek (bertingkah laku). Berdasarkan ketiga komponen tersebut dapat dikatakan bahwa sikap merupakan kumpulan dari berfikir, keyakinan, dan pengetahuan serta memiliki evaluasi negatif maupun positif yang berakar emosi.
Tindakan Tindakan adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap) tidak saja badan atau ucapan. Menurut Sumardi (1997) menyatakan bahwa tindakan seseorang terhadap keberadaan suatu objek, dalam hal ini sumberdaya hutan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor individu baik dari dalam maupun dari luar. Faktor individu meliputi keadaan seseorang terdiri dari status sosial, ekonomi, dan budaya. Sedangkan yang berasal dari faktor luar meliputi segala sesuatu yang ada di sekitarnya yang mampu mempengaruhi seseorang untuk berperan terhadap suatu kegiatan tertentu, seperti masyarakat dan kebijakan pemerintah. Wahjosumidjo (1984) menyatakan bahwa teori pemenuhan kebutuhan (satisfaction of needs theory) yang dikemukakan oleh Abraham Maslow beranggapan bahwa perilaku manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya dibagi dalam lima jenjang kebutuhan pokok manusia. 1. Kebutuhan mempertahankan hidup (phsysiological needs) Manifestasi kebutuhan tampak pada tiga hal yaitu : sandang, pangan, papan yang merupakan kebutuhan primer untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan biologis. 2. Kebutuhan rasa aman (safety needs) Manifestasi kebutuhan ini antara lain kebutuhan akan keamanan jiwa, dimana manusia berada, kebutuhan keamanan harta, perlakuan yang adil, pensiun dan jaminan hari tua. 3. Kebutuhan sosial (social needs) Manifestasi kebutuhan ini tampak pada kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain (sense of belonging), kebutuhan untuk maju dan tidak gagal (sense of achievement), kekuatan ikut serta (sense of partisipation). 4. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs) Semakin tinggi status seseorang semakin tinggi pula prestisenya. 5. Kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja (self actualisation) Manifestasi kebutuhan ini tampak pada keinginan mengembangkan kapasitas mental dan kapasitas kerja.
METODE PENELITIAN Kerangka pemikiran penelitian ini menggunakan Analisis Behavior (perilaku) dalam pengelolaan hutan rakyat, meliputi persepsi, sikap dan tindakan. Dimana persepsi mempengaruhi sikap dan persepsi mempengaruhi tindakan. Uraian kerangka pemikiran penelitian ini tertera pada gambar 1.
Kerangka Pemikiran Persepsi
Pengelolaan Hutan Rakyat pola kemitraan
Sikap
Keputusan terhadap pengelolaan Hutan Rakyat pola kemitraan
Tindakan
Wujud nyata pengelolaan Hutan Rakyat pola kemitraan
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kampung Cengal dan Cibunian, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat pada bulan September-Oktober 2014 dan pengolahan data dilakukan pada bulan Mei-Juni 2015.
Bahan dan Alat Sumber Data Lainnya Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian, meliputi : a) Kuisioner b) Alat tulis c) Laptop dengan software Microsoft Excel d) Kamera e) Software SPSS versi 19.00. Sumber Data 1. Data primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari masyarakat Kampung Cengal dan Cibunian dengan teknik wawancara dan kuisioner. Data yang dikumpulkan berasal dari 2 kelompok tani di masing-masing lokasi. a. Kelompok Tani Rimba Lestari yang berada di kampung Cengal, Desa Kracak, Kabupaten Bogor. b. Kelompok Tani Sejahtera Tani yang berada di kampung Cibunian, Desa Cibunian, Kabupaten Bogor. Adapun data primer yang dikumpulkan adalah sebagai berikut : Data responden terhadap persepsi, sikap dan tindakan pengelolaan hutan rakyat pola kemitraan serta manfaat langsung dari usaha hutan rakyat pola kemitraan meliputi :
1) Persepsi pendapat masyarakat mengenai rencana kerjasama kemitraan pemanfaatan terhadap lahan tidak produktif untuk usaha hutan rakyat, pelaksanaan kerjasama kemitraan pemanfaatan terhadap lahan tidak produktif untuk usaha hutan rakyat, manfaat kerjasama kemitraan pemanfaatan terhadap lahan tidak produktif untuk usaha hutan rakyat, keberlanjutan kerjasama kemitraan pemanfaatan terhadap lahan tidak produktif untuk usaha hutan rakyat. Batasan mengenai Persepsi : Untuk rencana kerjasama kemitraan. (a) Persepsi baik, apabila responden setuju. (b) Persepsi tidak baik, apabila responden tidak setuju mengenai rencana kerjasama kemitraan. (c) Persepsi tidak tahu, apabila responden tidak mengetahui atau tidak peduli tentang rencana kerjasama kemitraan. Untuk pelaksanaan kerjasama kemitraan. (a) Persepsi baik, apabila responden menganggap mudah dalam pelaksanaan dan pengelolaan hutan rakyat. (b) Persepsi tidak baik, apabila responden menganggap tidak mudah dalam pelaksanaan dan pengelolaan hutan rakyat. (c) Persepsi tidak tahu, apabila responden tidak mengetahui atau tidak peduli tentang pelaksanaan kerjasama kemitraan. Untuk manfaat kerjasama kemitraan. (a) Persepsi menguntungkan, apabila responden menganggap usaha hutan rakyat dengan pola kemitraan menguntungkan untuk petani. (b) Persepsi tidak untung, apabila responden menganggap usaha hutan rakyat dengan pola kemitraan tidak menguntungkan untuk petani. (c) Persepsi tidak tahu, apabila responden tidak mengetahui atau tidak peduli tentang manfaat kerjasama kemitraan. Untuk keberlanjutan kerjasama kemitraan. (a) Persepsi berlanjut, apabila responden menganggap usaha hutan rakyat dengan pola kemitraan dianggap menguntungkan dan memiliki manfaat untuk petani dan warga sekitar. (b) Persepsi tidak lanjut, apabila responden menganggap usaha hutan rakyat dengan pola kemitraan dianggap tidak menguntungkan dan tidak memiliki manfaat untuk petani dan warga sekitar. (c) Persepsi tidak tahu, apabila responden tidak mengetahui atau tidak peduli tentang keberlanjutan kerjasama kemitraan. 2) Sikap respon yang mengandung keputusan masyarakat terhadap pernyataan-pernyataan persepsi sebelumnya sehingga membuat masyarakat mengambil keputusan untuk (Mau terlibat/tidak mau/tidak tahu). Selanjutnya untuk masyarakat yang mau terlibat akan ditanyakan kembali mengenai keterlibatan masyarakat tersebut (Aktif/Tidak aktif/Tidak tahu). Setelah mengetahui keputusan responden untuk aktif dalam pelaksaan kerjasama kemitraan hutan rakyat, responden akan membuat keputusan mengenai manfaat yang mereka peroleh dari kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat (Menguntungkan/Tidak untung/Tidak tahu). Terakhir responden akan membuat keputusan
mengenai keberlanjutan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat yang diikuti (Berlanjut/Tidak lanjut/Tidak tahu). 3) Tindakan atau cara yang dilakukan oleh para responden tentang komitmen para pihak (pemilik lahan, Investor, kelompok tani) terhadap rencana, kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat dan komitmen keberlanjutan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. Serta keyakinan para pihak (pemilik lahan, Investor, Kelompok Tani) terhadap manfaat kemitraan usaha hutan rakyat. 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber data yang dipercaya yang dapat menunjang hasil penelitian seperti data dari kantor desa, kecamatan, serta data dari dinas kehutanan Kabupaten Bogor.
Metode Pengambilan Responden Pemilihan responden sebagai sasaran penelitian dilakukan melalui informasi yang diperoleh dari kelompok tani masing-masing lokasi mengenai jumlah anggotanya. Penentuan responden sebagai unit contoh dilakukan dengan metode purposive sampling, penentuan contoh atas pertimbangan jumlah anggota kelompok tani. Untuk Kelompok Tani Rimba Lestri (Cengal) diambil 30 responden yang mewakili. Untuk Kelompok Tani Sejahtera Tani (Cibunian) diambil 30 responden yang mewakili juga, sehingga total responden untuk penelitian ini sebanyak 60 orang.
Metode Pengambilan Data 1. Teknik Wawancara Data dikumpulkan dengan mewawancarai anggota Kelompok tani dan warga sekitar kelompok tani sebagai responden. Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner berisikan pilihan ataupun isian atas jawaban dari pertanyaan. Dalam hal ini, juga dilakukan wawancara bebas yang dilakukan tanpa kuisioner mengenai hal-hal yang masih berhubungan dengan penelitian. 2. Pengumpulan Data Pendukung Data pendukung digunakan untuk membantu penelitian dengan pengutipan dan pencatatan data dari dinas atau instansi terkait, seperti kantor Kecamatan, kantor BP3K Kecamatan Cibungbulang dan Leuwiliang. 3. Studi pustaka Mencatat dan mempelajari studi yang telah dilakukan dan berhubungan dengan penelitian ini.
Analisis Data Pada penelitian ini dilakukan analisis deskriptif dari jawaban responden. Hasil ditabulasi dalam bentuk tabel frekuensi dan analisis data regresi linear berganda untuk mempresentasikan persepsi, sikap dan tindakan pengelolaan usaha hutan rakyat pola kemitraan.
PROFIL KELOMPOK TANI DAN KEADAAN LOKASI PENELITIAN Sejarah Kelompok Tani Kelompok Tani Rimba Lestari (Cengal) Kelompok Tani Rimba Lestari berdiri tahun 2010 yang digagas oleh salah satu warga Kampung Cengal sebagai Ketua Kelompok Tani. Pada awal berdirinya Kelompok Tani Rimba Lestari hanya beranggotakan sekitar enam orang dan semua anggota merupakan warga kampung Cengal, Desa Karacak. Hal ini karena warga sekitar menganggap bahwa usaha hutan rakyat ini keuntungannya tidak terlalu besar selain itu waktu panen yang lama. Dari awal rencana pembentukan telah dilakukan sekitar sepuluh kali pertemuan anggota yang aktif sampai terbentuknya kelompok tani Rimba Lestari. Dalam satu kali pertemuan biasanya sekitar satu sampai dua jam bergantung pada hal yang didiskusikan dan tempat pertemuan selalu di rumah Ketua Kelompok Tani. Berkat kesungguhan dan ketekunan dari anggota Kelompok Tani Rimba Lestari, dalam kurun waktu kurang dari 2 tahun Kelompok Tani Rimba Lestari sudah banyak memiliki prestasi diantaranya Kelompok Tani berprestasi tingkat Kabupaten dan tingkat Provinsi bahkan mendapatkan penghargaan langsung dari Presiden. Selain prestasi, Kelompok Tani Rimba Lestari pun mempunyai struktur organisasi dan kelembagaan yang sangat baik, tertata dan sangat kompak. Sampai saat ini lahan yang dikelola oleh kelompok tani Rimba Lestari seluas 49 Ha, dengan lahan yang dikelola untuk kemitraan usaha hutan rakyat seluas 11 Ha. Untuk struktur organisasi Kelompok Tani Rimba Lestari hampir sama dengan struktur organisasi kelompok tani pada umumnya mulai dari ketua sampai dengan bagian atau bidang yang dikelola oleh kelompok tani. Uraian struktur organisasi Kelompok Tani Rimba Lestari tertera pada gambar 2.
Ketua Pembina
Penasehat
Sekretaris
Bendahara Seksi Kegiatan
Bidang Kehutanan
Seksi Humas
Bidang Peternakan
Seksi Pemasaran
Bidang Pembibitan
Bidang Tambak
Seksi Peralatan
Bidang Kwt
Anggota Kelompok Tani Gambar 2 Struktur Organisasi Kelompok Tani Rimba Lestari (Cengal) Kelompok Tani Sejahtera Tani (Cibunian) Kelompok Tani Sejahtera Tani berdiri pada tahun 2010 dimana pada awal berdirinya Kelompok Tani Sejahtera Tani didasari oleh kesadaran warga Desa Cibunian yang mempunyai lahan tetapi tidak tahu bagaimana cara mengelolanya karena selama ini warga hanya menanam tanaman yang bernilai jual rendah, sehingga keuntungan yang didapat tidak bisa mencukupi kehidupan keluarga. Dalam proses pembentukan kelompok tani ada lima belas warga Cibunian yang sering melakukan pertemuan untuk membentuk kelompok tani mulai dari kepengurusan sampai pelaksanaan dilapangan. Pertemuan biasanya dilakukan seminggu sekali pada hari jum’at setelah selesai acara pengajian di masjid. Pertemuan yang dilakukan sampai terbentuknya kelompok tani Sejahtera Tani kurang lebih sebanyak sepuluh kali pertemuan dengan biaya konsumsi setiap pertemuan sebesar Rp 100 000 – Rp 200 000 dana tersebut didapat dari hasil patungan semua anggota. Kelompok Tani Sejahtera Tani dalam pelaksanaannya mendapatkan bantuan dari pemerintah, dan bantuannya selalu dalam bentuk barang seperti bibit, pupuk, alat-alat pertukanagan dan lain-lain. Pada tahun 2013 kelompok tani Sejahtera Tani tidak berjalan lagi, tetapi bantuan dari pemerintah masih terus berjalan. Karena cukup lama tidak berjalan banyak dari anggota kelompok tani yang memilih keluar dan beralih menggarap lahan orang lain bahkan ada yang sampai beralih profesi. Pertengahan tahun 2013 lahan Kelompok Tani Sejahtera Tani dan sebagian warga cibunian dijual kepada pihak (Widya Karya) WIKA (Perusahaan pembuat beton) yang pada saat itu sedang mengadakan program penghijauan melalui dana dana (Corporate Social Responsibility) CSR. Sehingga lahan milik kelompok tani Sejahtera tani sebagian besar sudah dikelola oleh pihak (Widya Karya) WIKA. Ada 20 Ha lahan yang dikelola oleh (Widya Karya) WIKA dimana dari 20 Ha dibagi dalam dua wilayah pengelolaan yaitu lahan pertama seluas 3 Ha dan lahan kedua seluas 17 Ha. Pihak (Widya Karya) WIKA
sendiri tidak ikut terlibat langsung dalam pengelolaan usaha hutan rakyat ini tetapi menyerahkan kepada orang kepercayaan mereka untuk mengurus usaha hutan rakyat. Untuk struktur organisasi dari Kelompok Tani Sejahtera Tani berbeda pada struktur organisasi pada umumnya karena adanya keterlibatan dari pihak investor seperti tertera pada gambar 3. Investor
Penasehat
Pembina
Bendahara
Sekretaris
Mandor I
Mandor II Petani
Gambar 3 Struktur Organisasi Kelompok Tani Sejahtera Tani (Cibunian)
Letak dan Luas Kelompok Tani Areal hutan rakyat yang dikelola oleh Kelompok Tani Rimba lestari berada pada wilayah administrasi pemerintahan Kampung Cengal, Desa Kracak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor dengan batas-batas geografis sebagai berikut : 1. Bagian Utara berbatasan dengan Desa Barengkok. 2. Bagian Timur berbatasan dengan Situ Udik. 3. Bagian Selatan berbatasan dengan Desa Karyasari. 4. Bagian Barat berbatasan dengan Desa pabangbon dan Cibeber II. Topografi wilayah Desa Kracak meliputi dataran rendah, berbukit-bukit, dataran tinggi serta bentang aliran sungai dengan tingkat kemiringan tanah rata-rata yaitu 300. Untuk luas areal keseluruhan dari kelompok Tani Rimba Lestari yaitu seluas 49 Ha tetapi yang dikelola untuk kemitraan usaha hutan rakyat seluas 11 Ha. Untuk areal hutan rakyat kelompok Sejahtera tani berada pada wilyah administrasi pemerintahan Desa Cibunian, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor dengan batas-batas geografis sebagai berikut : 1. Bagian Utara berbatasan dengan Desa Purasari 2. Bagian Timur berbatasan dengan Sungai Cianten dan Desa Cibitung Kulon 3. Bagian Selatan berbatasan dengan Desa Purwabakti 4. Bagian Barat berbatasan dengan Sungai Cianten. Topografi wilayah Desa Cibunian meliputi dataran rendah, dataran tinggi dan berbukit-bukit. Untuk luas lahan keseluruhan Desa Cibunian seluas 783 Ha dan luas areal yang dikelola oleh pihak (Widya Karya) WIKA 20 Ha.
Iklim dan Hidrologi Iklim di kawasan hutan rakyat kelompok Tani Rimba Lestari adalah tipe A menurut pembagian iklim Schmidt Ferguson. Cara pembagian iklim menurut Schimdt Fergusson berdasarkan perhitungan jumlah bulan-bulan terkering dan bulan-bulan terbasah setiap tahun kemudian dirata-ratakan. Menurut data profil Desa Kracak Curah hujan tahunan di kampung Cengal sebesar 4683 mm/tahun dengan jumlah bulan hujan sebanyak 6 bulan dengan suhu rata-rata harian yaitu 37 oC. sedangkan untuk kawasan hutan rakyat Sejahtera Tani yang berada di desa Cibunian memiliki Curah hujan tahunan sebesar 4732 mm/tahun dengan jumlah bulan hujan sebanyak 6 bulan. Di wilayah Cibunian mengalir beberapa sungai diantaranya Sungai Cianten, Purwabakti dan Situ Udik.
Kondisi Hutan Kawasan hutan yang dikelola oleh Kelompok Tani Rimba Lestari termasuk jenis hutanrakyat dengan tanaman utama yaitu Sengon dan tidak ada tanaman sela. Tanaman sengon dipilih karena lebih resisten terhadap air dan resisten terhadap hama. Jarak tanam yang digunakan yaitu 3m x 3m danada juga beberapa tanaman buah-buahan tetapi tidak dalam pola kemitraan. Sengon dalam bahasa latin disebut Paraserienthes falcataria, termasuk famili Mimosaceae, keluarga polongpolongan. Sengon memiliki beberapa nama daerah seperti Jeunjing (Sunda), Sengon Sabrang (Jawa), Seja (Ambon), Sikat (Banda), Tawa (Ternate), dan Gosui (Tidore). Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomi pada tanaman Sengon adalah kayu. Pohonnya dapat mencapai tinggi sekitar 30 sampai 45 meter dengan diameter batang sekitar 70 sampai 80 cm. Bentuk batang Sengon bulat dan tidak berbanir. Kulit luarnya berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas. Berat jenis kayu rata-rata 0.33 dan termasuk kelas awet IV – V (Dinas Kehutanan dan Perkebunan 2010). Sedangkan Kelompok Tani Sejahtera Tani menanam Sengon sebagai tanaman utama dan tanaman jagung sebagai tanaman sela. Jarak tanam yang digunakan oleh kelompok tani sejahtera tani yaitu 3m x 3m, bibit sengon yang digunakan pun merupakan bibit yang bersertifikat sehingga pertumbuhannya sangat cepat.
Pola Kemitraan Dengan Masyarakat Bentuk kerjasama Kelompok tani Rimba lestari adalah dengan menggunakan pola kemitraan pemanfaatan lahan milik masyarakat. Dari 11 Ha lahan yang digunakan untuk pola kemitraan usaha hutan rakyat merupakan lahan milik masyarakat Kampung Cengal. Kelompok Tani Rimba Lestari memfasilitasi untuk investor yang ingin menanamkan modal pada lahan milik warga kemudian Kelompok Tani Rimba Lestari akan mengelola lahan tersebut sampai siap panen. Untuk persentase pembagian hasil yaitu pemilik lahan 40%, investor 40% dan Kelompok Tani Rimba Lestari 20%. Untuk Kelompok Tani Sejahtera Tani Cibunian lahan yang digunakan merupakan lahan milik warga yang sudah dibeli oleh pihak (Widya Karya) WIKA melalui dana (Corporate Social Responsibility)
CSR dan pihak (Widya Karya) WIKA memilih warga sekitar yang mengelola lahan tersebut. Pihak (Widya Karya) WIKA memiliki orang kepercayaan yang ditunjuk untuk mengurus semua administrasi dan pengelolaan lahan tersebut. Persentase pembagian hasil ketika panen yaitu 70% untuk pemodal (Widya Karya) WIKA dan 30% untuk petani. Untuk upah petani dibayar setiap bulan oleh orang kepercayaan dari (Widya Karya) WIKA dan nantinya ketika panen upah petani dipotong dengan upah yang sudah dibayarkan setiap bulannya sampai panen.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Perilaku (Behavior) Analisis Behavior (perilaku) menggunakan pendekatan persepsi, sikap, dan tindakan. Persepsi adalah pikiran atau pendapat dari para pihak terhadap usaha hutan rakyat kemitraan. Sikap adalah pilihan atas pendapat dari para pihak terhadap usaha hutan rakyat kemitraan. Tindakan adalah wujud perilaku nyata dari para pihak terhadap usaha hutan rakyat kemitraan. Hasil rekapitulasi data wawancara terhadap 30 responden petani hutan rakyat di luar anggota Kelompok Tani tertera pada Tabel 1. Tabel 1 Rekapitulasi data persepsi, sikap dan tindakan
No. Uraian A. Persepsi Setuju Tidak Setuju Tidak Tahu B.
C.
Sikap Mau Tidak Mau Tidak Tahu
Cibungbulang (Cibunian)
Leuwiliang (Cengal)
90.83% 0.83% 8.33%
85.00% 0% 15.00%
86.67% 4.17% 9.17%
81.67% 5.83% 12.50%
Tindakan Komit 85.83% 77.50% Tidak Komit 0% 0% Tidak Tahu 14.17% 22.50% Berdasarkan data yang diperoleh secara keseluruhan untuk Persepsi di Kampung Cengal sebesar 85.00% dan untuk Kampung Cibunian sebesar 90.83%. Untuk Sikap di Kampung Cengal sebesar 81.67% dan Kampung Cibunian 86.67%. Begitupun dengan tindakan di Kampung Cibunian lebih besar (85.83%) di bandingkan dengan Kampung Cengal (77.50%). Persepsi, sikap dan tindakan warga Kampung Cibunian terhadap usaha hutan rakyat pola kemitraan lebih tinggi dibandingkan dengan Kampung Cengal. Hal ini disebabkan oleh banyak hal diantaranya pandangan masyarakat terhadap pola kemitraan usaha hutan rakyat di Cibunian yang bersumber dari dana (Corporate Social Responsibility) CSR
dianggap lebih menguntungkan dan lebih banyak dana yang dikeluarkan sehingga masyarakat cenderung beranggapan bahwa pola kemitraan usaha hutan rakyat Cibunian lebih bisa memberikan kesejahteraan untuk masyarakat yang bekerja sebagai petani. Berbeda dengan Cibunian, pola kemitraan usaha hutan rakyat Cengal berasal dari dana perorangan dimana jumlah dana yang dikeluarkan terbatas sehingga warga Cengal beranggapan bahwa pola kemitraan hutan rakyat ini kurang menjanjikan terhadap kesejahteraan warga sekitar. Untuk tenaga kerja pola kemitraan usaha hutan rakyat Cibunian mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak dibandingkan dengan Pola kemitraan usaha hutan rakyat Cengal. Ada sekitar 30 orang petani yang bekerja di usaha hutan rakyat pola kemitraan Cibunian yang terbagi dalam dua lokasi hutan rakyat sedangkan di Cengal hanya ada 6 orang yang bekerja untuk usaha hutan rakyat dengan pola kemitraan dan semua orang tersebut merupakan anggota kelompok tani Rimba Lestari yang mempunyai lahan atau anggota kelompok tani yang mau mengelola dan bertanggung jawab terhadap lahan tersebut. Selain itu, dalam hal bibit pun usaha hutan rakyat dengan pola kemitraan Cibunian lebih unggul karena menggunakan bibit bersertifikat sehingga hasilnya sangat bagus dan ada tanaman sela berupa tanaman jagung yang dapat meningkatkan pendapatan. Bibit yang ditanam di usaha hutan rakyat pola kemitraan Cibunian dan Rimba Lestrai Cengal sama yaitu dari jenis sengon atau warga setempat biasa menyebutnya dengan pohon jengjeng dengan jarak tanam yang sama pula yaitu 3m x 3m. Meskipun baru setahun bibit yang ditanam sudah memiliki diameter 10 cm dan pertumbuhannya sangat cepat. Sedangkan untuk usaha hutan rakyat pola kemitraan Cengal hanya menggunakan bibit yang biasa saja dan tidak ada tanaman sela, dimana bibit didapatkan secara gratis dari kebun bibit hasil kerjasama antara Indonesia dan Korea. Sehingga pertumbuhannya relatif sedang dan pada saat panen diameter pohon yang di dapat hanya 10 cm – 30 cm. sehingga harga jualnya pun sangat rendah biasanya kelompok tani Rimba Lestari menjual hasil panennya Rp 180 000/pohon untuk semua diameter baik kecil maupun besar atau biasa disebut dengan sistem borongan. Pada saat penanaman pun usaha hutan rakyat pola kemitraan Cibunian menggunakan pupuk yang bermerk dari jenis Ponska dan Kompos dan pemberian pupuk sangat diperhatikan dalam komposisi atau perbandingan pupuknya. Sedangkan untuk usaha hutan rakyat pola kemitraan Cengal hanya menggunakan pupuk kandang saja yang dipeoleh dari kotoran ternak seperti ayam atau kambing dan pemberiannya pun tidak dicampur dengan pupuk lain. Pembagian hasil atau keuntungan untuk usaha hutan rakyat pola kemitraan Cibunian, petani sebesar 30% dan pemilik modal/investor sebesar 70%. Pemilik lahan usaha hutan rakyat pola kemitraan Cibuniantidak mendapatkan alokasi pembagian keuntungan karena lahannya sudah dijual kepada investor. Pembagian keuntungan Kelompok Tani Rimba Lestari, pemilik modal/investor sebesar 40%, pemilik lahan sebesar 40% dan Kelompok Tani Rimba Lestari sebesar 20%. Ada perbedaan yang mencolok dalam pembagian hasil ini terutama dalm hal penghasilan untuk petani. Untuk petani hutan rakyat Cibunian diberi upah setiap hari yaitu Rp 70 000/hari yang diberikan oleh orang kepercayaan investor yang nantinya akan di potong pada saat pembagian hasil setelah panen hutan rakyat. Sedangkan untuk petani hutan rakyat Kelompok Tani Rimba Lestari tidak mendapat upah setiap hari melainkan menunggu pada saat panen yaitu 4-5 tahun.
Hal ini yang sangat mempengaruhi petani setempat mempunyai komitmen menjadi peserta, peserta yang aktif, memberikan manfaat, dan mampu melanjutkan usaha ini karenamasyarakat lebih menyukai sistem pengupahan yang ada pada usaha hutan rakyat pola kemitraan Cibunian karena untuk kebutuhan hidup sehari-hari terjamin. Tetapi meskipun kelompok Tani Rimba Lestari kalah dalam segala aspek mulai dari perencanaan sampai penanaman, kelompok tani Rimba Lestari memiliki keunggulan dalam hal kelembagaan. Kelompok Tani Rimba Lestari memiliki kelembagaan yang tertata dengan baik dan bagus serta peran anggota yang sangat baik dalam menjalankan tugas masing-masing sehingga kelompok tani Rimba Lestari memiliki banyak prestasi. Sedangkan untuk usaha hutan rakyat pola kemitraan Cibunian memang belum memiliki kelembagaan yang baik dan cenderung memberikan kepercayaan kepada seseorang dibandingkan dengan menyusun kelembagaan yang tertata, tetapi tetap menjaga keharmonisan dengan petani biasanya selalu diadakan pertemuan antara petani dan orang kepercayaan investor bahkan petani sempat mendapatkan pelatihan yang di biayai langsung oleh investor.
Persepsi Persepsi adalah pemahaman terhadap sesuatu serta pandangan seseorang setelah menerima stimulan yang mendorong tumbuhnya motivasi untuk memberikan respon melakukan atau tidak melakukan dalam bentuk sikap dan tindakan terhadap suatu kegiatan. Persepsi merupakan proses internal yang memungkinkan seseorang memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan, dan proses tersebut akan mempengaruhi tindakan seseorang. Ada empat pertanyaan yang ditanyakan kepada responden yang berkaitan dengan pikiran atau pendapat diantaranya mengenai rencana, pelaksanaan, manfaat dan keberlanjutan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. Masing-masing pertanyaan memiliki jawaban yang berbeda, untuk rencana kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat mempunyai jawaban (Setuju-Tidak setujuTidak tahu), pelaksanaan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat mempunyai jawaban (Mudah-Tidak mudah-Tidak tahu), manfaat kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat mempunyai jawaban (Menguntungkan-Tidak untung-Tidak tahu), dan keberlanjutan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat mempunyai jawaban (Berlanjut-Tidak berlanjut-Tidak tahu). Hampir semua responden di dua lokasi penelitian yaitu di kampung Cengal dan Kampung Cibunian, Kabupaten Bogor menjawab dengan baik mengenai variabel persepsi. Hasil rekapitulasi distribusi frekuensi jawaban responden terhadap item persepsi dapat dilihat pada hasil berikut ini:
1. Hasil rekapitulasi jawaban pertanyaan pertama mengenai pendapat masyarakat terhadap ide atau gagasan rencana kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat tertera pada tabel 2. Tabel 2 Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Pertama Persepsi Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent Valid
Tidak Setuju
1
1.7
1.7
1.7
Tidak Tahu
1
1.7
1.7
3.3
Setuju
58
96.7
96.7
100.0
Total
60
100.0
100.0
Dengan melihat nilai rata-rata jawaban responden seperti pada tabel dan grafik diinterpretasikan sebagai berikut: a. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 96.7 % dari seluruh responden menjawab setuju terhadap rencana kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. b. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 1.7 % dari seluruh responden menjawab tidak tahu terhadap rencana kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. c. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 1.7 % dari seluruh responden menjawab Tidak Setuju terhadap rencana kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. 2. Hasil rekapitulasi jawaban pertanyaan kedua mengenai ide atau gagasan masyarakat terhadap pelaksanaan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat tertera pada tabel 3. Tabel 3 Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Kedua Persepsi Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak Mudah
1
1.7
1.7
1.7
Tidak Tahu
3
5.0
5.0
6.7
Mudah
56
93.3
93.3
100.0
Total
60
100.00
100.00
Dengan melihat nilai rata-rata jawaban responden seperti pada tabel dan grafik diinterpretasikan sebagai berikut: a. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 93.3% dari seluruh responden menjawab mudah terhadap pelaksanaan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. b. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 5% dari seluruh responden menjawab tidak tahu terhadap pelaksanaan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat.
c. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 1.7% dari seluruh responden menjawab tidak mudah terhadap pelaksanaan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. 3. Hasil rekapitulasi jawaban pertanyaan ketiga mengenai ide atau gagasan masyarakat terhadap manfaat kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat tertera pada tabel 4. Tabel 4 Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Ketiga Persepsi Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak Untung
1
1.7
1.7
1.7
Tidak Tahu
5
8.3
8.3
10.0
Menguntungkan
54
90.0
90.0
100.0
Total
60
100.0
100.0
60
100.00
100.00
Total
Dengan melihat nilai rata-rata jawaban responden seperti pada tabel dan grafik diinterpretasikan sebagai berikut: a. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 90% dari seluruh responden menjawab menguntungkan terhadap manfaat kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. b. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 8.3% dari seluruh responden menjawab tidak tahu terhadap manfaat kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. c. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 1.7% dari seluruh responden menjawab tidak untung terhadap manfaat kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. 4. Hasil rekapitulasi jawaban pertanyaan keempat mengenai ide atau gagasan masyarakat terhadap keberlanjutan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat tertera pada tabel 5. Tabel 5 Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Keempat Persepsi Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent Valid
Tidak Lanjut
2
3.3
3.3
3.3
Tidak Tahu
4
6.7
6.7
10.0
Berlanjut
54
90.0
90.0
100.0
Total
60
100.0
100.0
Dengan melihat nilai rata-rata jawaban responden seperti pada tabel dan grafik diinterpretasikan sebagai berikut: a. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 90% dari seluruh responden menjawab berlanjut terhadap keberlanjutan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat.
b. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 6.7% dari seluruh responden menjawab tidak tahu terhadap keberlanjutan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. c. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 3.3% dari seluruh responden menjawab tidak lanjut terhadap kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. Uraian mengenai hasil rekapitulasi jawaban dari pertanyaan persepsi tertera pada gambar 4.
Persentase
Persepsi 100 80 60 40 20 0
Pertanyaan Pertama Persepsi
Setuju/Komit/Lanjut
Pertanyaan Kedua Persepsi
Pertanyaan Ketiga Persepsi
Pertanyaan Keempat Persepsi
Tidak Setuju/Tidak Komit/Tidak Lanjut
Tidak Tahu
Gambar 4 Grafik Pertanyaan Persepsi
Sikap Sikap adalah tindakan seseorang yang dilakukan terhadap sesuatu berdasarkan persepsi dan motivasinya. Sikap merupakan semacam pilihan atas pendapat untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu dan diimplikasikan dalam bentuk tindakan terhadap kemitraan usaha hutan rakyat. Sama halnya dengan persepsi, untuk variabel sikap pun ada empat pertanyaan tetapi berbeda pertanyaan. Pertanyaan untuk responden tentang sikap diantaranya mengenai Keputusan responden untuk terlibat dalam rencana kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat, untuk aktif dalam pelaksanaan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat, manfaat nyata yang diperoleh dari kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat, serta terhadap keberlanjutan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. Hasil rekapitulasi distribusi frekuensi jawaban responden terhadap item Sikap dapat diliha berikut ini: 1. Hasil rekapitulasi jawaban pertanyaan pertama mengenai pilihan atau keputusan masyarakat untuk terlibat dalam rencana kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat tertera pada tabel 6.
Tabel 6 Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Pertama Sikap Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak mau
3
5.0
5.0
5.0
Tidak Tahu
7
11.7
11.7
16.7
Mau Terlibat
50
83.3
83.3
100.0
Total
60
100.0
100.0
Dengan melihat nilai rata-rata jawaban responden seperti pada tabel dan grafik diinterpretasikan sebagai berikut: a. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 83.3% dari seluruh responden menjawab mau terlibat dalam rencana kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. b. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 11.7% dari seluruh responden menjawab tidak tahu mengenai rencana kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. c. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 5% dari seluruh responden menjawab tidak mau terlibat dalam rencana kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. 2. Hasil rekapitulasi jawaban pertanyaan kedua mengenai pilihan atau keputusan masyarakat untuk aktif dalam pelaksanaan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat tertera pada tabel 7. Tabel 7 Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Kedua Sikap Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak Aktif
2
3.3
3.3
3.3
Tidak Tahu
10
16.7
16.7
20.0
Aktif
48
80.0
80.0
100.0
Total
60
100.0
100.0
Dengan melihat nilai rata-rata jawaban responden seperti pada tabel dan grafik diinterpretasikan sebagai berikut: a. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 80% dari seluruh responden menjawab untuk aktif dalam pelaksanaan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. b. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 16.7% dari seluruh responden menjawab tidak tahu dalam pelaksanaan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat.
c. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 3.3% dari seluruh responden menjawab tidak aktif dalam pelaksanaan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. 3. Hasil rekapitulasi jawaban pertanyaan ketiga mengenai pilihan atau keputusan terhadap manfaat nyata yang diperoleh dari kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat tertera pada tabel 8. Tabel 8 Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Ketiga Sikap Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent Valid
Tidak Untung
0
0.0
0.0
0.0
Tidak Tahu
2
3.3
3.3
3.3
Menguntungkan
58
96.7
96.7
100.0
Total
60
100.0
100.0
Dengan melihat nilai rata-rata jawaban responden seperti pada tabel dan grafik diinterpretasikan sebagai berikut: a. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 96.7% dari seluruh responden menjawab menguntungkan dari manfaat nyata kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. b. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 3.3% dari seluruh responden menjawab tidak tahu dari manfaat nyata kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. c. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 0% dari seluruh responden menjawab tidak untung dari manfaat nyata kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. 4. Hasil rekapitulasi jawaban pertanyaan keempat mengenai pilihan atau keputusan terhadap keberlanjutan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat tertera pada tabel 9. Tabel 9 Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Keempat Sikap Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent
Valid
Tidak Lanjut
0
0.0
0.0
0.0
Tidak Tahu
1
1.7
1.7
1.7
Berlanjut
59
98.3
98.3
100.0
Total
60
100.0
100.0
Dengan melihat nilai rata-rata jawaban responden seperti pada tabel dan grafik diinterpretasikan sebagai berikut: a. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 98.3% dari seluruh responden menjawab berlanjut terhadap keberlanjutan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat.
b. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 1.7% dari seluruh responden menjawab tidak tahu terhadap keberlanjutan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. c. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 0% dari seluruh responden menjawab tidak lanjut terhadap keberlanjutan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. Uraian mengenai hasil rekapitulasi jawaban dari pertanyaan sikap tertera pada gambar 5.
Persentase
Sikap 100 80 60 40 20 0
Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertama Kedua Sikap Ketiga Sikap Keempat Sikap Sikap
Terlibat/Aktif/Untung/Lanjut
Tidak mau/Tidak Aktif/Tidak Lanjut
Tidak Tahu Gambar 5 Grafik Pertanyaan Sikap
Tindakan Tindakan adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan tidak saja badan atau ucapan tetapi dalam bentuk langkah nyata terhadap kegiatan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. Hasil rekapitulasi distribusi frekuensi jawaban responden terhadap item tindakan dapat dilihat berikut ini: 1. Hasil rekapitulasi jawaban pertanyaan pertama mengenai wujud nyata tentang komitmen para pihak terhadap rencana kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat tertera pada tabel 10.
Tabel 10 Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Pertama Tindakan Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent Valid
Tidak Komit
2
3.3
3.3
3.3
Tidak Tahu
5
8.3
8.3
11.7
Komit
53
88.3
88.3
100.0
Total
60
100.0
100.0
Dengan melihat nilai rata-rata jawaban responden seperti pada tabel dan grafik diinterpretasikan sebagai berikut: a. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 88.3% dari seluruh responden menjawab komit tentang komitmen para pihak (pemilik lahan, investor dan kelompok tani) terhadap rencana kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. b. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 8.3% dari seluruh responden menjawab tidak tahu tentang komitmen para pihak (pemilik lahan, investor dan kelompok tani) terhadap rencana kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. c. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 3.3% dari seluruh responden menjawab tidak komit tentang komitmen para pihak (pemilik lahan, investor dan kelompok tani) terhadap rencana kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. 2. Hasil rekapitulasi jawaban pertanyaan kedua mengenai wujud nyata tentang komitmen para pihak terhadap pelaksaan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat tertera pada tabel 11. Tabel 11 Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Kedua Tindakan Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent Valid
Tidak Komit
2
3.3
3.3
3.3
Tidak Tahu
12
20.0
20.0
23.3
Komit
46
76.7
76.7
100.0
Total
60
100.0
100.0
Dengan melihat nilai rata-rata jawaban responden seperti pada tabel dan grafik diinterpretasikan sebagai berikut: a. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 76.7% dari seluruh responden menjawab komit tentang komitmen para pihak (pemilik lahan, investor dan kelompok tani) terhadap pelaksanaan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat.
b. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 20% dari seluruh responden menjawab tidak tahu tentang komitmen para pihak (pemilik lahan, investor dan kelompok tani) terhadap pelaksanaan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. c. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 3.3% dari seluruh responden menjawab tidak komit tentang komitmen para pihak (pemilik lahan, investor dan kelompok tani) terhadap pelaksanaan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. 3. Hasil rekapitulasi jawaban pertanyaan ketiga mengenai wujud nyata tentang keyakinan para pihak terhadap manfaat kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat tertera pada tabel 12. Tabel 12 Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Ketiga Tindakan Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak Yakin
0
0.0
0.0
0.0
Tidak Tahu
7
11.7
11.7
11.7
Yakin
53
88.3
88.3
100.0
Total
60
100.0
100.0
Dengan melihat nilai rata-rata jawaban responden seperti pada tabel dan grafik diinterpretasikan sebagai berikut: a. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 88.3% dari seluruh responden menjawab yakin tentang keyakinan para pihak (pemilik lahan, investor dan kelompok tani) terhadap manfaat kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. b. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 11.7% dari seluruh responden menjawab tidak tahu tentang keyakinan para pihak (pemilik lahan, investor dan kelompok tani) terhadap manfaat kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. c. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 0% dari seluruh responden menjawab tidak yakin tentang keyakinan para pihak (pemilik lahan, investor dan kelompok tani) terhadap manfaat kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. 4. Hasil rekapitulasi jawaban pertanyaan keempat mengenai wujud nyata tentang komitmen para pihak terhadap keberlanjutan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat tertera pada tabel 13.
Tabel 13 Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Keempat Tindakan Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak Komit
0
0.0
0.0
0.0
Tidak Tahu
5
8.3
8.3
8.3
Komit
55
91.7
91.7
100.0
Total
60
100.0
100.0
Dengan melihat nilai rata-rata jawaban responden seperti pada tabel dan grafik diinterpretasikan sebagai berikut: a. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 91.7% dari seluruh responden menjawab komit tentang komitmen para pihak (pemilik lahan, investor dan kelompok tani) terhadap keberlanjutan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. b. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 8.3% dari seluruh responden menjawab tidak tahu tentang komitmen para pihak (pemilik lahan, investor dan kelompok tani) terhadap keberlanjutan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. c. Bahwa dari pertanyaan yang diajukan kepada 60 orang responden, 0% dari seluruh responden menjawab tidak komit tentang komitmen para pihak (pemilik lahan, investor dan kelompok tani) terhadap keberlanjutan kerjasama kemitraan usaha hutan rakyat. Uraian mengenai hasil rekapitulasi jawaban dari pertanyaan tindakan tertera pada gambar 6.
Persentase
Tindakan 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Pertanyaan Pertama Tindakan Komit/Yakin
Pertanyaan Kedua Tindakan
Pertanyaan Ketiga Tindakan
Tidak Komit/Tidak Yakin
Gambar 6 Grafik Pertanyaan Tindakan
Pertanyaan Keempat Tindakan Tidak Tahu
Analisis Regresi Linier Berganda Analisa dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya kelinieran antara variabel bebas terhadap variabel terikat, pengujian hipotesa dengan menggunakan uji t (uji parsial) dan uji F (uji Simultan) dan koefisien determinasi, yaitu : Analisis Koefisien Regresi Parsial Hasil uji regresi parsial mengenai keberpengaruhan koefisien persepsi dan sikap tertera pada tabel 14. Tabel 14 Uji regresi Parsial Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
-1.432
1.311
Persepsi
.471
.131
Sikap
.638
.118
Standardized Coefficients Beta
T
Sig.
-1.092
.280
.357
3.610
.001
.534
5.407
.000
a. Dependent Variable: Tindakan Sumber : Data olahan SPSS Ver.19.00
constant sebesar -1.432 dan koefisien regresi b1 sebesar 0.471 sedangkan b2 sebesar 0,638 bentuk persamaan regresi linear sederhana sebagai berikut : Ŷ = -1.432 + 0.471 X1 + 0.638 X2 Dari hasil persamaan regresi yang telah diuraikan di atas, maka dengan nilai koefisien X1 Persepsi = 0.471 menunjukkan bahwa persepsi dengan tindakan berpengaruh positif. Dimana semakin baik persepsi maka tindakan akan semakin meningkat. Dengan kata lain bahwa dengan semakin baik persepsi maka akan mempengaruhi peningkatan tindakan. Sedangkan koefisien X2 sikap = 0.638 dapat diartikan bahwa Sikap dapat berpengaruh positif terhadap tindakan. Hal ini dapat diinterprestasikan bahwa semakin baik sikap maka akan dapat meningkatkan tindakan. Analisis Regresi Simultan (F Hitung) Pengujian regresi Simultan penelitian ini diadakan dengan melakukan uji Fhitung dengan ketentuan apabila hasil Fhitung lebih besar dari Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, sebaliknya apabila hasil Fhitung lebih kecil dari Ftabel maka H0 diterima H1 ditolak.
Tabel 15 Uji Regresi Simultan Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Regression
53.687
2
26.844
Residual
30.496
57
.535
Total
84.183
59
Sig.
50 173 .000b
a. Dependent Variable: Tindakan b. Predictors: (Constant), Sikap, Persepsi Sumber : Data olahan SPSS Ver.19.00
Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa Fhitung adalah 50 173 dengan tingkat signifikan 0.000. Sedangkan Ftabel pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) adalah 2.77. Oleh karena pada kedua perhitungan Fhitung (50 173) >Ftabel (2.77) dan tingkat signifikansinya (0,000) < 0.05, berarti persepsi dan sikap secara bersama-sama berpengaruh terhadap tindakan. Uji Regresi Parsial (T Hitung) Pengujian regresi parsial penelitian ini diadakan dengan melakukan statistik t (uji dua sisi) dengan mencari besarnya thitung yang akan dibandingkan dengan ttabel. Adapun pengujian hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak digunakan adalah Jika t hitung ≤ t tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, sedangkan jika t hitung> t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Cara alin adalah dengan membandingkan tsig dengan α, bila tsig> α maka H0 diterima dan H1 ditolak, sedangkan jika tsig< α, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Tabel 16 Uji Regresi Parsial (uji t) Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
-1.432
1.311
Persepsi
.471
.131
Sikap
.638
.118
Standardized Coefficients Beta
T
Sig.
-1.092
.280
.357
3.610
.001
.534
5.407
.000
a. Dependent Variable: Tindakan Sumber : Data olahan SPSS Ver.19.00
1. Uji parsial persepsi dengan tindakan Dari hasil pengujian (t test) X1 (persepsi) menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 3.610 sedangkan t tabel tingkat signifikan 0.05 diperoleh nilai t tabel 2.002 sehingga t hitung> t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Demikian juga dengan melihat tingkat signifikansi sebesar 0.001 sedangkan nilai signifikan 0.05 sehingga nilai (sig) > nilai signifikan, maka H0 ditolak dan H1 diterima. 2. Uji parsial sikap dengan tindakan Dari hasil pengujian (t test) X2 (sikap) menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 5.407 sedangkan t tabel tingkat signifikan 0.05 diperoleh nilai t tabel 2.002
sehingga t hitung> t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Demikian juga dengan melihat tingkat signifikansi sebesar 0.000 sedangkan nilai signifikan 0.05 sehingga nilai (sig) > nilai signifikan, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi mengukur seberapa besar pengaruh variabel independen secara keseluruhan terhadap naik turunnya variasi nilai variabel dependen adalah sebagai berikut: Tabel 17 Analisa Koefisien Determinansi Model Summary Model 1
R
R Square .799a
Adjusted R Square
.638
.625
Std. Error of the Estimate .73145
a. Predictors: (Constant), Sikap, Persepsi Sumber : Data olahan SPSS Ver.19.00
Dari hasil tabel diatas diketahui nilai R2 = 0.638 yang dapat diartikan bahwa sebesar 0.638 (63.80%) sumbangan variabel persepsi dan sikap dapat menjelaskan variabel tindakan atau tindakan, sedangkan sisanya sebesar 36.20% (0.638 – 1 x 100) dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, secara keseluruhan untuk Persepsi di Kampung Cengal sebesar 85.00% dan untuk Kampung Cibunian sebesar 90.83%. Untuk Sikap di Kampung Cengal sebesar 81.67% dan Kampung Cibunian 86.67%. Begitupun dengan tindakan di Kampung Cibunian lebih besar (85.83%) di bandingkan dengan Kampung Cengal (77.50%). Persepsi, sikap, dan tindakan atau tindakan warga kampung Cibunian terhadap usaha hutan rakyat pola kemitraan lebih tinggi dibandingkan dengan Kampung Cengal. Hal ini disebabkan oleh banyak hal diantaranya pandangan masyarakat terhadap pola kemitraan usaha hutan rakyat di Cibunian yang bersumber dari danadana (Corporate Social Responsibility) CSR dianggap lebih menguntungkan dan lebih banyak dana yang dikeluarkan sehingga masyarakat cenderung beranggapan bahwa pola kemitraan usaha hutan rakyat Cibunian lebih bisa memberikan kesejahteraan untuk masyarakat yang bekerja sebagai petani. Sementara itu, untuk uji regresi linier berganda dengan nilai koefisien X1 Persepsi = 0.471 menunjukkan bahwa persepsi dengan tindakan berpengaruh positif. Dimana semakin baik persepsi maka tindakan akan semakin meningkat. Dengan kata lain bahwa dengan semakin baik persepsi maka akan mempengaruhi peningkatan tindakan. Sedangkan koefisien X2 sikap = 0.638 dapat diartikan bahwa Sikap dapat berpengaruh positif terhadap tindakan. Hal ini dapat diinterprestasikan bahwa semakin baik sikap maka akan dapat meningkatkan tindakan.
Saran Perlu adanya perbaikan sarana dan prasarana terutama jalan angkut yang digunakan untuk mengangkut kayu, karena aksesibilitas merupakan faktor penting dalam pengangkutan dan pemasaran hasil kayu hutan rakyat. Serta perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemasaran hasil kayu guna meningkatkan pendapatan petani. Selain itu memberikan penyuluhan kepada masyarakat oleh penyuluh mengenai kehutanan sehingga dapat memberikan informasi yang benar dan tepat terhadap masyarakat yang berprofesi sebagai petani hutan rakyat sehingga sustainable forest management dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA [Dephut] Departemen Kehutanan. 1999. Undang-Undang Republik Indonesia No.41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Jakarta (ID). [Deptan] Departemen Pertanian. 1997. Kemitraan Pemasaran Dalam Agribisnis. Jakarta (ID): Departemen Pertanian RI. Dinas Kehutanan dan Perkebunan. 2010. Budidaya Sengon. http://hutbun.amer.web.id/2010/12/ budidaya-sengon/. [3 Mei 2015]. Gunawan, W. 1999. Persepsi dan Perilaku Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sirnasari TerhadapPelestarian Sumberdaya Hutan di Taman Nasional Gunung Halimun [skripsi]. Bogor :IPB. Haeruman H., Abidin R., Hardjanto, Suhendang E. 1990. Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Lembaga Penelitian. Hafsah JM. 2000. Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi. Jakarta (ID): Pustaka Sinar Harapan. Hairiah K., Sardjono dan Sabarnurdin, 2003. Pengantar Agroforestry. World Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor (ID): ICRAF (ID): Southeast Asia Research Office, Jl. CIFOR, Situgede, Bogor. Hardjanto, Hero Y, Rahayu Sri. 2015. Model Kemitraan Usaha Hutan Rakyat Berdasarkan Pendekatan Kelembagaan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Fakultas Kehutanan. Harihanto. 2001. Persepsi, Sikap, dan Perilaku Masyarakat terhadap Air Sungai: Kasus Program Kali Bersih di Kaligareng, Jawa Tengah [tesis]. Bogor (ID):Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Hermawan, T. 1999. Kemitraan Usaha Sektor Pertanian: Upaya mengatasi Krisis Ekonomi. Prosiding Lokakarya Kemitraan Pertanian dan Ekspose Teknologi Mutakhir Hasil Penelitian Perkebunan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Ungaran bekerjasama dengan Sekretariat DP Pusat Penelitian Perkebunan. Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia. Leavitt HJ. 1978. Psikologi Manejemen. Jakarta (ID): Erlangga. Materi Penyuluhan Kehutanan I. 1996. Pusat Penyuluhan Kehutanan Departemen Kehutanan. Jakarta (ID): Departemen Kehutanan. Mayers J, Vermeulen S. 2002. Company-Community Forestry Partnership: from raw deals to mutual gians? Instrumen for Sustainable Private Sector Forestry Series. Forestry and Land Use Program. London (UK): International Institute for Environment an Development (IIED).
Muchtar, T. 1998. Hubungan Karakteristik Elit Formal dan Elit Informal Desa dengan Persepsi dan Tingkat Partisipasi Mereka dalam Program P3DT di Kabupaten Sukabumi [tesis]. Bogor (ID): Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Ngadiono. 2004. Tiga Puluh Lima Tahun Pengelolaan Hutan Indonesia Refleksi dan Prospek. Bogor (ID): Yayasan Adi Sanggoro. Pasaribu LO. 2007. Kelembagaan Pengelolaan Tana’ulen pada Masyarakat Dayak Kenyah di Pampang Kecamatan Samarinda Utara, Kalimantan Timur [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Permenhut Nomor P.03/MENHUT-V/2004 tanggal 22 Juli 2004 tentang Pedoman Pembuatan Tanaman Hutan Rakyat Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Puspitawati Eka. 2006. Analisis Kemitraan antara PT PERTANI (PERSERO) dengan Petani Penangkar Benih Padi di Kabupaten Karawang [tesis]. Bogor (ID): PPS-IPB. Rahayuningsih E. 2004. Penguatan Kelembagaan Usaha Simpan Pinjam RW-01 Kelurahan Babakan Asih Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung Propinsi Jawa Barat [tesis]. Bogor (ID): PPS-IPB. Rakhmat J. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung (ID): PT Remaja Rosdakarya. Sarwono. S. W. 2002. Psikologo Sosial Individu dan Teori Psikologi Sosial. Jakarta (ID) : Balai Pustaka. Soekanto S. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada. Soemardjan S. dan Soelaeman S. 1974. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta (ID): Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Sumardi S. 1997. Peranan Nilai Budaya daerah Dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup di Daerah Istimewa. Yogyakarta (ID). Dirjen Kebudayaan. Departeemen Pendidikan dan Kebudayaan. Susiatik T. 1998. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Kegiatan Pembangunan Masyarakat Desa Hutan Terpadu (PMDHT) di Desa Mojorebo Kecamatan Wirosari Kabupaten Dati II Grobogan Jawa Tengah [tesis]. Bogor (ID). PPS-IPB. Wahjosumidjo. 1984. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.
Lampiran 1 Kuisioner Penilitian Kuisioner Analisis Behavior (Perilaku) Pihak TerkaitUsaha Kemitraan Pertanyaan untuk Responden tentang Persepsi No 1
2
3
4
Pertanyaan responen Pendapat Responden tentang rencana kerjasama kemitraan pemanfaatan terhadap lahan tidak produktif di desa ini untuk usaha hutan rakyat Pendapat Responden tentang pelaksanaan kerjas ama kemitraan pemanfaatan lahan tidak produktif di desa ini untuk usaha hutan rakyat Pendapat Responden tentang manfaat kerjasama kemitraan pemanfaatan lahan tidak produktif di desa ini untuk usaha hutan rakyat Pendapat Responden tentang keberlanjutan kerjasama kemitraan pemanfaatan terhadap lahan tidak produktif di desa ini untuk usaha hutan rakyat
Jawaban responden Setuju-Tidak setujuTidak tahu Mudah-Tidak mudah-Tidak tahu MenguntungkanTidak untungTidak tahu
Berlanjut-Tidak lanjut-Tidak tahu
Pertanyaan untuk Responden tentang Sikap No 1
2
3
4
Pertanyaan responen Keputusan Responden untuk terlibat dalam rencana kerjasama kemitraan pemanfaatan terhadap lahan tidak produktif di desa ini untuk usaha hutan rakyat Keputusan Responden untuk aktif dalam pelaksanaan kemitraan pemanfaatan terhadap lahan tidak produktif di desa ini untuk usaha hutan rakyat Keputusan Responden terhadapa manfaat nyata yang diperoleh dari kerjasama kemitraan pemanfaatan terhadap lahan tidak produktif di desa ini untuk usaha hutan rakyat Pendapat Responden terhadap keberlanjutan kerjasama kemitraan pemanfaatan terhadap lahan tidak produktif di desa ini untuk usaha hutan rakyat
Jawaban responden Mau terlibat-Tidak mau-Tidak tahu
Aktif-Tidak aktifTidak tahu
MenguntungkanTidak untungTidak tahu Berlanjut-Tidak lanjut-Tidak tahu
Pertanyaan untuk Responden tentang Tindakan No 1
2
3
4
Pertanyaan responen
Jawaban responden
Pendapat Responden tentang komitmen para pihak (pemilik lahan, investor dan kelompok Komit-Tidak tani) terhadap rencana kerjasama kemitraan komitpemanfaatan terhadap lahan tidak produktif di Tidak tahu desa ini untuk usaha hutan rakyat Pendapat Responden tentang komitmen para pihak (pemilik lahan, investor dan kelompok Komit-Tidak tani) terhadap pelaksanaan kerjasama komit- Tidak tahu kemitraan pemanfaatan lahan tidak produktif untuk usaha hutan rakyat Pendapat Responden tentang keyakinan para pihak (pemilik lahan, investor dan kelompok Yakin-Tidak yakitani) terhadap manfaat kerjasama kemitraan Tidak tahu pemanfaatan lahan tidak produktif untuk usaha hutan rakyat Pendapat Responden tentang komitmen para pihak (pemilik lahan, investor dan kelompok Komit-Tidak tani) terhadap keberlanjutan kerjasama komitkemitraan pemanfaatan terhadap lahan tidak Tidak tahu produktif di desa ini untuk usaha hutan rakyat
Lampiran 2 Foto-foto penelitian
Struktur Organisasi Kelompok Tani Rimba Lestari
Wawancara dengan salah satu warga
Lahan Sengon Sejahtera Tani
Surat Perjanjian Kerjasama kemitraan
Lahan Sengon Rimba Lestari
Diskusi dengan warga
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 23 Agustus 1993 sebagai anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Ahmad Yani dan Juariah. Pendidikan penulis dimulai dari SDN Pasirgintung 02 (1999-2005), SMPN 1 Leuwiliang (2005-2008), SMAN 1 Leuwiliang (2008-2011). Tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Manejemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di kegiatan kemahasiswaan yaitu di FMSC (Forest Managemen Student Community). Penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Jawa Barat, tepatnya di Pangandaran dan Gunung Sawal pada tahun 2013, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Sukabumi dan Cianjur pada tahun 2014, serta mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di KPH Bogor pada tahun 2015. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Kehutanan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Persepsi, Sikap dan Tindakan Pengelolaan Hutan Rakyat Pola Kemitraan yang dibimbing oleh Dr. Ir. Yulius Hero, M.Sc.