Yuda, Hamzah, Ian
Your Happiness Is… “Karena Rasa Tidak Bisa Dipaksa”
Penerbit Rompis Indonesia
Your Happiness Is… “Karena Rasa Tidak Bisa dipaksa”
Oleh: (Yuda, Hamzah, Ian) Copyright © 2013
Penerbit (Rompis Indonesia)
Desain Sampul: (Abdul Wafie)
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com
“Buku ini tidak dilengkapi dengan daftar isi, silakan memulai petualangan dari catatan mana saja yang DIRASA paling NYAMAN.”
Yang tidak terlihat belum tentu tidak ada… Yang tidak terdengar belum tentu tidak ada… Yang tidak tercium belum tentu tidak ada… Yang tidak tersentuh belum tentu tidak ada… Yang tidak terkecap belum tentu tidak ada… Yang tidak terpikirkan belum tentu tidak ada... Namun, ketika kita bisa merasakan Bahwa ada sesuatu di kedalaman hati kita sendiri, Kita akan mengetahui Bahwa hal itu sudah lama bersama kita Hanya kita saja yang terlampau sibuk Melihat, mendengar, mencium, menyentuh, mengecap, dan memikirkan… Sehingga lupa merasakannya.
Kebahagiaan itu seperti seekor kupu-kupu. Ketika dikejar, kupu-kupu itu selalu menghindar dari tangkapan kita. Namun, jika kita duduk tenang, dia akan terbang menarinari di atas kita
(Nathaniel Hawthorne)
Independensi Kebahagiaan Malam tanggal 11 Nopember 2013, saya punya kesempatan untuk ngobrol banyak dengan pimpinan saya di tempat saya bekerja. Dia adalah seorang tentor bimbel yang sudah senior dan punya banyak pengalaman mengajar. Namun dibalik itu semua beliau punya hobby bernyanyi yang luar biasa hebat, konon katanya dia pernah ikut audisi kompetisi menyanyi tersohor di Negeri Jamrud Khatulistiwa ini namun tidak berhasil. Selain itu, di setiap ada hajatan pernikahan kolega-kolega nya, beliau tak pernah absen untuk meramaikan acara dengan beberapa bait lagu melayu favoritnya. Sebuah kisah lainnya, dia juga anggota Persatuan Artis Melayu Indonesia (PAMI) dan sangat mengidolakan sang raja dangdut Rhoma Irama. Saya tak ingin membuat biography tentang beliau dalam buku ini, namun ada sebuah hal yang sangat menarik. 2 tahun belakangan ini, ditengah kesibukannya mengajar dan pekerjaan lainnya beliau mencoba menyusun sebuah mini album yang berisikan 6 buah lagu. Sudah sangat banyak sekali kisah dan cerita yang beliau alami selama penyusunan album ini, mulai dari perjalanannya yang nyaris mengelilingi nusantara untuk shooting video clip, membeli lagu dari orang-orang yang sudah tersohor namanya, rekaman, dan kadang juga meninggalkan pekerjaan untuk kepentingan
albumnya. Kabarnya, untuk semua itu beliau telah menghabiskan lebih dari 150 juta rupiah. “GENDENG CoK !!“ (sebuah umpatan ala arek SUROBOYO) itulah ekspresi pertama saya saat mendengar berita itu, uang sebesar itu berasal dari semua tabungan dia, dan ternyata itupun masih kurang, sehingga album perdana beliau belum juga di rilis di pasaran. Apa yang bos saya kejar dengan modal semua tabunganyya itu? Popularitas? Rasanya tidak mungkin. Duit? Apakah bos saya berpikiran bahwa akan balik modal dan mendapatkan tabungan yang lebih besar dibandingkan modalnya? Tidak juga, karena setelah saya tanya, beliau tidak mengerti kalkulasi penjualan album dll. Harusnya orang yang beorientasi uang, sudah memiliki gambaran (setidaknya hitungan kasar) masalah penjualan album, kontrak, dll. Lalu apa yang dikejar? Jawabannya cuma satu dan dengan ringan beliau mengatakan:
“kebahagiaan” Mungkin dengan menyanyi dan punya album pribadi, beliau menemukan kebahagiaan yang lebih besar dibandingkan memiliki uang 150 juta dalam
rekening tabungannya. Kebahagiaan yang mungkin hanya ia sendiri bisa rasakan, kebahagiaan yang tidak akan bisa dan tidak akan perna bisa dimengerti orang lain. Saat-saat rekaman, shooting video clip, maupun saat-saat lain yang berhubungan dengan albumnya itu, adalah saat-saat paling bahagia dalam hidupnya, walau beliau harus menguras koceknya dalam-dalam. Kebahagiaan yang mungkin tidak bisa dirasakan oleh orang lain. Sama seperti kebahagiaan seseorang dalam suatu hal tidak akan pernah dipahami dengan benar oleh orang lain, walau di hal yang sama, titik kebahagiaan Ali (nama samaran) dan Budi (nama samaran) pasti akan berbeda. Oleh karena itu, mungkin quotes berikut ini ada benarnya: “Jangan pernah mencoba memahami kebahagiaan orang lain, karena anda hanya akan melakukan hal yang sia-sia dan menghabiskan waktu” Salah satu rekan kerja saya sempat bertanya pada beliau: “Pak, buat apa habiskan uang segitu banyak? Iya kalau sukses. Kalau gagal bagaimana pak?” Jawaban beliau sangat singkat, ya namanya hobby, harus dituruti biar nggak setress
Mungkin banyak orang yang memandang sebelah mata apa yang dilakukan bos saya itu, uang 150 juta, di zaman serba susah seperti ini harusnya digunakan dengan sangat hati-hati dan cermat, mungkin di investasikan atau deposito dan sebagainya. Rekan, kolega dan sahabat-sahabatnya pun banyak yang meremehkan. Beliau menguras habis tabungannya yang sudah ia kumpulkan selama bertahun-tahun lamanya untuk memenuhi hasrat dalam dirinya, panggilan jiwa, dan kata hatinya untuk memiliki sebuah album pribadi dan menjadi penyanyi yang benar-benar penyanyi. Untuk itu, mungkin pernyataan berikut ini akan menjadi sebuah kalimat yang pas dengan keadaan ini: “Kebahagiaan bersumber dari perkataan hati kecilmu yang jujur dan polos” Kata hati adalah cerminan diri kita yang sebenarnya, yang jujur dan polos, yang tak pernah dapat dipengaruhi oleh apapun di luar diri kita, ia bebas sebebas-bebasnya. Maka Lakukanlah segala sesuatu sesuai dengan kata hatimu, selama itu tidak melukai orang lain. Maka kebahagiaan itu akan datang dengan sendirinya. Meski nantinya sesuatu itu tidak sesuai dengan harapan dan impianmu maka minimal anda
telah membahagiakan perasaan dan kata hati anda dengan tidak membohonginya. Banyak orang yang melakukan sesuatu tidak dengan kata hatinya, meski harus membohongi lubuk nuraninya, hal tersebut tetap saja dilakukannya karena ada sesuatu yang sangat menggiurkan bagi dirinya. Kalau saja hal itu terwujud, raga dan pikirannya memang akan bahagia namun tidak dengan perasaanya. Jauh lebih kacau adalah saat hal tersebut tidak sesuai, maka ia tidak hanya melukai raga dan pikirannya, namun juga hati dan perasaannya. Bos saya itu tidak peduli dengan hasil albumnya, kalau sukses ya syukur, kalau gagal setidaknya beliau telah membahagiakan hati kecil dan dirinya sendiri. Tidak peduli perkataan orang lain, cemoohan, hinaan, dan pandangan negatif orang sekitarnya. Dan Apa yang dilakukan oleh bos saya itu, membuat saya menyimpulkan satu hal: Kebahagiaan seseorang itu bebas, merdeka, dan independent Point utamanya adalah, jangan pernah karena negatif lingkungan dan sekitarmu, maka kau rela menjajah kebahagiaanmu sendiri yang justru menyakiti dirimu dan membuat orang lain tertawa puas. ***