HUBUNGAN ANTARA WAKTU PENYAPIHAN, POLA PEMBERIAN MAKAN DAN FREKUENSI KUNJUNGAN POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 12-60 BULAN DI DESA GARI, KECAMATAN WONOSARI, KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2012 Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI Latar Belakang: Makin tingginya kasus gizi buruk saat ini akan menghambat pertumbuhan balita, waktu penyapihan, pola pemberian makan adalah faktor yang mempengaruhi status gizi balita. Posyandu adalah unit pelayanan kesehatan berbasis masyarakat, di dalam posyandu terdapat aktivitas 5 meja yang salah satunya adalah untuk mengetahui pertumbuhan balita, oleh sebab itu kunjungan posyandu juga sangat penting untuk memantau kesehatan balita melalui penimbangan secara rutin. Tujuan : Mengetahui hubungan antara waktu penyapihan, pola pemberian makan dan frekuensi kunjungan posyandu dengan status gizi balita. Metode Penelitian : Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Desain penelitian adalah Cross Sectional. Metode pengambilan sampel dengan strastified random sampling. Jumlah sampel 189 dengan subyek penelitian adalah ibu dengan balita usia 12-60 bulan. Uji statistic yang digunakan adalah Uji Chi Square .Data yang
dikumpulkan adalah data waktu penyapihan, pola pemberian makan, dan frekuensi kunjungan posyandu. Hasil : Dari hasil penelitian terdapat 33 balita yang mengalami gizi kurang, 40 balita yang mengalami gizi lebih dan 116 balita dengan gizi baik. Balita dengan waktu penyapihan yang kurang dari 24 bulan mengalami gangguan status gizi, baik gizi kurang atau gizi lebih. balita yang memiliki pola makan yang baik memilki status gizi yang baik pula, dan balita yang memiliki pola makan yang tidak baik memiliki status gizi yang kurang ataupun lebih. balita dengan frekuensi kunjungan posyandu ≥6 kali dalam kurun waktu 1 tahun, memiliki status gizi yang baik, dan balita yang frekuensi kunjungan posyandu tidak aktif, memiliki status gizi kurang ataupun lebih. Kesimpulan : Ada hubungan antara waktu penyapihan, pola pemberian makan, dan frekuensi kunjungan posyandu dengan status gizi balita usia 12-60 bulan di Desa Gari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul.
Kata Kunci : Waktu penyapihan, pola pemberian makan, frekuensi kunjungan posyandu, status gizi balita 1
Peneliti 1
RELATIONSHIP BETWEEN TIME OF WEANING, FEEDING PATTERNS, FREQUENCY VISIT TO THE POSYANDU WITH NUTRITIONAL STATUS OF CHILDREN AGES 12-60 MONTHS IN THE VILLAGE GARI,SUB WONOSARI, GUNUNGKIDUL YEAR 2012 Yelli Yani Rusyani1 ABSTRAK Background: The increasing cases of malnutrition today will inhibit the growth of infants, the time of weaning, feeding patterns are the factors that influence the nutritional status of children. Posyandu is a communitybased health care unit, there is activity in the posyandu 5 tables, one of which was to determine the growth of children, therefore it is also very important posyandu visits to monitor the health of children through regular weighing. Purpose: Determine the relationship between time of weaning, feeding patterns and frequency of visits posyandu the nutritional status of children. Methods: The study was conducted in the village of Gari, District Wonosari, Gunungkidul. The study design was cross sectional. Strastified sampling method with random sampling. Number of samples with the study subjects were 189 mothers with children aged 12-60 months. Test statistic used is the Chi Square Test. Data collected is
the data time of weaning, feeding patterns, and frequency of visits posyandu. Results: From the research there were 33 children who experience malnutrition, 40 children who experienced better nutrition and 116 children with good nutrition. Time of weaning infants with less than 24 months impaired nutritional status, either malnutrition or over nutrition. toddlers who have a good diet have the better the nutritional status, and children who have diets that do not have a good nutritional status are less or more. toddler with a frequency of ≥ 6 visits posyandu times within one year, have a good nutritional status, and frequency of visits posyandu toddlers who are not active, have less or more nutritional status. Conclusion: There is a relationship between the time of weaning, feeding patterns, and frequency of visits posyandu the nutritional status of children aged 12-60 months in the village of Gari, District Wonosari, Gunungkidul.
Keywords: Time of weaning, feeding patterns, frequency of visits posyandu, nutritional status of children
1
Researcher 1
PENDAHULUAN Tujuan
utama
pembangunan
gizi. Krisis yang melanda perekonomian
Nasional adalah peningkatan kualitas Sumber
Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah
Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara
berpengaruh
berkelanjutan. Salah satu faktor penentu
perekonomian
utama kualitas sumber daya manusia adalah
khususnya terhadap kesejahteraan penduduk.
negatif secara
terhadap
kondisi
menyeluruh
dan
Kondisi
ini
menyebabkan
sebagian
kunjungan balita ke Posyandu semakin
masyarakat tidak mampu mengakses pangan
berkurang dengan semakin meningkatnya
dan pada akhirnya berpengaruh terhadap
umur anak. Sebagai gambaran proporsi anak
1
keadaan gizi terutama anak balita .
6-11 bulan yang ditimbang di Posyandu
Di Indonesia sampai kini masih
91,3%, pada anak usia 12-23 bulan turun
terdapat empat masalah gizi utama yang
menjadi 83,6%, dan pada usia 24-35 bulan
harus
turun menjadi 73,3%.
ditanggulangi
dengan
program
perbaikan gizi, yaitu : 1) masalah gizi kurang
Angka gizi buruk di propinsi DIY
energi protein (KEP), 2) masalah kurang
berdasarkan
vitamin A, 3) masalah anemia zat gizi, dan 4)
Gunungkidul (0,70%), Kabupaten Sleman
masalah
(0,66%),
gangguan
akibat
kekurangan
Kabupaten,
Kabupaten
Kabupaten
Kota
Yogyakarta
yodium. Dilihat dari etiologinya, status gizi
(1,01%), Kabupaten Kulon Progo (0,88 %),
penduduk dipengaruhi oleh berbagai faktor
Kabupaten Bantul (0,58%)5 .
yang kompleks, seperti : sosial, ekonomi,
pemantauan status gizi per Kecamatan, di
budaya, kesehatan, lingkungan alam, maupun
Kecamatan Wonosari II perbandingan antara
penduduk yang saling berkaitan satu dengan
bayi yang di timbang dengan jumlah bayi
2
yang lainnya .
Laporan
mencapai 83,4%, dengan status gizi buruk
Status gizi dapat dipengaruhi oleh
sebesar 0,54%, dan kasus gizi kurang
faktor langsung dan faktor tidak langsung.
terbanyak se Kabupaten Gunungkidul yaitu
Faktor
asupan
sebesar 16,04%, dan juga memiliki status gizi
kemiskinan,
lebih tertinggi se Kabupaten Gunungkidul
langsung
makanan,
diantaranya
dan
infeksi,
:
ketidaktahuan, dan kebiasaan makan yang
yaitu sebesar 4,70% 6.
salah sedangkan faktor tidak langsung yang
Dari
data
yang
didapat
dari
mempengaruhi status gizi diantaranya :
Puskesmas Wonosari II, ada 5 desa yang
ketahanan pangan, pola pemberian makan,
berada dalam wilayah kerja Puskesmas
sanitasi
pemanfaatan
Wonosari II dan jumlah balita yang ada 2.957
Sedangkan
dengan status gizi buruk dan gizi kurang serta
kesehatan
gizi lebih paling banyak terdapat di Desa
lingkungan
pelayanan
dan
kesehatan.
pemanfaatan
pelayanan
dipengaruhi oleh terjadinya infeksi dan
Gari,
Kecamatan
Wonosari,
Kabupaten
infeksi mempunyai hubungan timbal balik
Gunungkidul, Yogyakarta, dengan kasus gizi
dengan status gizi 3.
buruk sebesar 0.83%, kasus gizi kurang
Hasil 4 menunjukan secara nasional
sebesar 28.61%, kasus gizi lebih 8.33%, dan
cakupan penimbangan balita (anak pernah
gizi baik hanya sebesar 62.22% paling rendah
ditimbang
di antara desa – desa lain di wilayah kerja
di
Posyandu
sekurang
-
kurangnnya satu kali selama sebulan terakhir) di Posyandu sebesar 74,5%. Frekuensi
Puskesmas Wonosari II 6.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian
jumlah sampel per Posyandu ditentukan
deskriptif analitik dengan pendekatan cross
berdasarkan jumlah populasi balita yang
sectional. Populasi penelitian ini adalah
berada dalam wilayah Posyandu tersebut.
seluruh balita usia 12-60 bulan yang ada di
Variabel bebas adalah variabel yang
desa Gari. Teknik sampling yang digunakan
mempengaruhi
atau
adalah strastified random sampling. Alat
perubahannya
pengambilan data adalah dengan kuesioner.
terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret,
adalah waktu penyapihan, pola pemnerian
Juni dan Juli 2012. Analisa data yang
makan, dan frekuensi kunjungan posyandu
digunakan adalah menggunakan analisis Chi-
yang ada di Desa Gari, Kecamatan Wonosari,
Square.
Gunungkidul tahun 2012.
atau
menjadi timbulnya
sebab variabel
Cara Pengambilan sampel adalah
Sedangkan variabel terikat adalah
dengan strastified random sampling sesuai
variabel yang dipengaruhi atau menjadi
dengan data Puskesmas Wonosari II tahun
akibat,
(2011) yang berjumlah 360 balita. Jumlah
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
Posyandu yang ada di daerah tersebut
status gizi balita usia 12-60 bulan yang ada di
berjumlah 9 Posyandu. Sehingga dari total
Desa
sampel yang didapat yaitu 189 balita, akan
Gunungkidul tahun 2012.
karena
Gari,
adanya
variabel
Kecamatan
bebas.
Wonosari,
dibagi kedalam 9 Posyandu, perhitungan
HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 189 responden yang kesemuanya adalah ibu dari balita usia 12-60 bulan. Hasil analisis karakteristik responden dapat dilihat dalam diagram di bawah ini Diagram 1. Usia Responden 140 120 100 80 60 40 20 0
115
54 16
4
Usia 20-30 tahun Usia 30-40 tahun Usia 40-50 tahun Usia >50 tahun
Sumber : Data Primer, 2012
Dari data di atas dapat dilihat bahwa
sebagian
adalah
penelitian yang dilakukan, didapatkan 84
berumur 20-30 tahun dan kesemuanya
balita (44%) dari sampel berjenis kelamin
dalah ibu dari balita dan tidak di temukan
laki-laki dan selebihnya 105 balita (56%)
pengasuh
berjenis kelamin perempuan.
dari
responden
responden. Sedangkan berdasarkan hasil
balita
yang
menjadi
2. Analisis Data Analisis bivariat digunakan untuk
statistic dengan uji Chi Square pada taraf
mengetahui hubungan antara variabel
signifikansi 0,05. Hasil analisi data
bebas dan variabel terikat. Hubungan
penelitian yang dilakukan di Desa gari
kedua variabel ini diuji dengan analisis
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
a. Waktu Penyapihan Tabel 4.1Tabulasi Silang Waktu Penyapihan Terhadap Status Gizi Balita Di Desa Gari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012. Sta Status Gizi W Waktu Penyapihan Tid Tidak Baik % % Ba Baik % % To Total % % P- Value Tid Tidak Baik 47 47 2 24,9 10 10 5.3 5,3 57 57 30,2 30,2 0,0 0,000 Ba Baik 26 26 1 13,8 1 106 5 56,1 1 13269,8 69,8 To Total 73 73 338,6 11116 66 61,4 1 189 10 100 Sumber : Data Primer, 2012 Dapat di simpulkan bahwa ada hubungan
antara
waktu
yang artinya jika nilai signifikansinya
penyapihan
<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada
dengan status gizi, ini dibuktikan dengan
hubungan
perhitungan
dengan status gizi pada balita.
menggunakan
SPSS
antara
waktu
penyapihan
menunjukkan nilai signifikansinya 0,000 b. Pola Pemberian Makan Tabel 4.2 Distribusi hasil observasi tentang pola pemberian makan pada balita usia 12-60 bulan di Desa Gari, Kecamatan Wonosari, kabupaten Gunungkidul tahun 2012.
St
Status Gizi
Pol Pola Pemberian Makan Tid Tidak Baik% % Ba Baik Ti Tidak Baik 16 16 8,5 8,5 1 11 B Baik 57 57 3 30,2 11115 To Total 73 73 3 38,6 11116 Sumber : Data Primer, 2012
% % To Total% % P- Value 0,5 0,5 17 179,0 9,00,00,000 60 60,8 1 172 91,091,0 6161,4 1 189100100
Dari hasil perhitungan didapatkan P
pemberian makan dengan status gizi
value 0,000 sehingga dapat diartikan
balita.
bahwa ada hubungan antara pola c. Frekuensi Kunjungan Posyandu Tabel 4.3 Distribusi hasil observasi berdasarkan frekuensi kunjungan Posyandu balita di Desa Gari, Kecamatan Wonosari, kabupaten Gunungkidul Tahun 2012. Sta
Status Gizi
KuKunjungan Posyandu Ti Tidak Baik% %Ba Pa Pasif 33 33 1117,5 1 Ak Aktif 40 40 22 21,211 To Total 73 73 3 38,6 11 Sumber : Data primer, 2012 Dari tabel 4.3 setelah di analisis menggunakan
program
Baik% % T Total% %P-V Value 17 3, 3,7 40 40 21,221,20,00,000 10957 57,7 1 132 78 78,8 116 6 61,4 1 189 10100
atau ada hubungan antara frekuensi
SPSS
kunjungan Posyandu dengan status gizi
didapatkan perhitungan P-Value 0,000,
balita
yang
ada
di
Desa
Gari,
jika P-Value <0,005 maka Ho Diterima
Kecamatan Wonosari, Gunungkidul.
PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bulan di Desa Gari, Kecamatan Wonosari,
hubungan antara waktu penyapihan, pola
Gunungkidul tahun 2012. Pembahasan hasil
pemberian makan dan frekuesni kunjungan
penelitian dapat dilihat di bawah ini :
posyandu dengan status gizi balita usia 12-60 1. Waktu Penyapihan dengan Status Gizi balita usia 12-60 bulan Menurut
7
Menetapkan pemberian Air
mengalami gangguan status gizi karena zat
Susu Ibu (ASI) secara eksklusif bagi bayi di
gizi yang harusnya tidak didapatkan dari ASI
Indonesia sejak bayi lahir sampai dengan bayi
itu tidak dapat didapatkan oleh balita,
berumur 6 (enam) bulan dan dianjurkan
ataupun balita yang mengalami status gizi
dilanjutkan sampai anak berusia 2 (dua) tahun
lebih dikarenakan mendapatkan asupan zat
dengan pemberian makanan tambahan yang
gizi
sesuai.
mengakibatkan kegemukan.
yang
terlalu
berlebihan
sehingga
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah
Pada usia penyapihan ≥24 bulan status
di dapatkan bahwa waktu penyapihan yang
gizi yang di miliki balita cenderung lebih baik
dilakukan oleh ibu berpengaruh terhadap
karena di temukan ada 106 balita yang
status gizi balita, pada balita yang usia
mempunyai status gizi baik dengan usia
penyapihanya
bulan
penyapihan ≥24 bulan, pada usia penyapihan
cenderung mengalami masalah gizi baik
> 24 bulan terdapat juga anak yang
status gizi kurang ataupun status gizi lebih,
mengalami defisiensi gizi sebanyak 26 balita,
pada usia penyapihan < 24 bulan terdapat 47
pada usia penyapihan >24 bulan balita bisa
balita yang mengalami defisiensi gizi dan
mengalami masalah status gizi karena lebih
hanya ada 10 balita yang memiliki status gizi
banyak dipengaruhi oleh minuman pengganti
yang baik dengan pola penyapihan yang
ASI atau susu formula yang dapat membuat
kurang dari 24 bulan, pada usia penyapihan
anak kegemukan, atau bahkan anak yang
kurang dari 24 bulan balita cenderung
sudah disapih usia >24 bulan,namun tidak
kurang
dari
24
mau untuk minum susu formula sehingga
juga karena kebutuhan gizi bayi tidak lagi
asupan
cukup dipasok hanya oleh ASI. Memang, ada
zat
gizinya
kurang
sehingga
mengakibatkan status gizinya kurang.
sebagian bayi yang terus tumbuh dengan
Hal ini sesuai dengan pernyataan jika
memuaskan meskipun tidak diberi makanan
kemudian bayi disapih pada usia 4 atau 6
tambahan. Namun banyak sekali bayi yang
bulan, tidak berarti karena bayi telah siap
membutuhkan zat gizi dan energi lebih dari
menerima makanan selain ASI, melainkan
sekedar yang tersedia di dalam ASI 8.
2. Pola Pemberian Makan dengan Status Gizi Balita usia 12-60 bulan Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan di
Desa
Gari,
Kecamatan
ada 172 balita yang mempunyai pola makan
Wonosari,
yang baik dan mayoritas memiliki status gizi
Gunungkidul, telah di dapatkan data tentang
baik yaitu sejumlah 115 balita (60,8%)
pola pemberian makan terhadap balita
namun ada juga balita yang memiliki pola
dengan status gizi balita yang ada di Desa
makan
Gari, di Desa Gari terdapat 17 balita yang
defisiensi gizi yaitu ada 57 (30,2%) balita.
yang
baik
namun
mengalami
memilki pola makan yang tidak baik 16
Dari hasil olah data yang sudah di
diantaranya mengalami defisiensi gizi, dan 1
lakukan dengan program SPSS didapatkan
balita memilki status gizi baik, ini disebabkan
nilai signifikansinya 0,000 sig < nilai α 0,05
karena pola pemberian makan kepada balita
yang artinya ada nilai sig < 0,05 yang berarti
tidak baik, yaitu makanan yang diberikan
ada hubungan antara pola pemberian makan
tidak beragam, frekuensi makan juga tidak
dengan status gizi balita usia 12-60 bulan
teratur, ataupun tidak memberikan makan-
yang ada di Desa Gari, Kecamatan Wonosari,
makanan tambahan yang sehat misalnya
Gunungkidul.
buah, biscuit, dll. Oleh sebab itu sebaiknya
Hasil penelitian ini sama dengan hasil
para ibu memberikan pola makan yang baik
penelitian sebelumnya oleh Kurniati (2008)
kepada anak, dengan cara keanekaragaman
yang menyatakan bahwa ada hubungan
makan, frekwensi makan yang cukup, gizi
antara pola pemberian makan dengan status
terpenuhi, dan memberikan makan-makanan
gizi balita.
tambahan yang bergizi. Sedangkan di sisi lain 3. Frekuensi Kunjungan Posyandu dengan Status Gizi balita usia 12-60 bulan Hasil penelitian yang di dapat di Desa
sebagian besar diantaranya memiliki status
Gari, Kecamatan Wonosari adalah terdapat
gizi baik yang berjumlah 109 balita(57,7%),
149 balita (78,8%)
aktif melakukan
ini menandakan bahwa frekuensi kunjungan
kunjungan Posyandu atau balita yang dalam
Posyandu juga memilki pengaruh yang cukup
kurun waktu 1 tahun terakhir melakukan
besar dalam status gizi balita, karena dalam
kunjungan Posyandu ≥ 6 kali kunjungan dan
Posyandu di lakukan pemantauan status gizi
balita melalui KMS sehingga jika ada
SPSS
penuruanan atau kenaikan berat badan yang
signifikansinya 0,000 dan α 0,05 , jika sig < α
sifnifikan
intervensi
maka dapat diartikan bahwa ada hubungan
secepatnya, sedangkan untuk balita yang
antara frekuensi kunjungan Posyandu dengan
tidak aktif dalam melakukan Posyandu
status gizi balita yang ada di Desa Gari,
(pasif) terdapat 40 (21,2%) balita yang
Kecamatan Wonosari, Gunungkidul.
dapat
dilakukan
mengalami defisiensi gizi, ini dikarenakan
yang
didapatkan
hasil
nilai
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil 9
jika ibu tidak aktif melakukan kunjungan
penelitian sebelumnya
Posyandu
melihat
tentang hubungan antara kunjungan ke
berat
Posyandu dengan status gizi balita di
badannya yang terlampau kurang atau
Kecamatan prambanan sleman Yogyakarta,
kelebihan berat badan, sehingga tidak dapat
hasil penelitian ini berbeda dikarenakan
memantau pertumbuhan balita sehingga tidak
perbedaan karakteristik responden dan status
bisa melakukan intervensi sedini mungkin.
gizi balita juga dipengaruhi oleh banyak hal
maka
pertumbuhan
tidak
balitanya,
dapat misalnya
Hasil penelitian ini kemudian dilakukan pengolahan data menggunakan program
yang meneliti
yang bisa mempengaruhi hasil analisis penelitian misalnya infeksi pada balita.
KESIMPULAN 1.
Ada
hubungan
antara
waktu
responden yang menyapih kurang dari
penyapihan, pola pemberian makan, dan frekuensi kunjungan Posyandu dengan
2.
4.
Pola pemberian makan pada balita di
status gizi balita usia 12-60 bulan di
Desa Gari bisa di katakan sudah baik,
Desa
karena 91.0% atau 172 ibu balita sudah
Gari,
Kecamatan
Wonosari,
kabupaten Gunungkidul.
memberikan pola makan yang baik
Status Gizi Balita usia 12-60 bulan di
kepada balitanya, selebihnya 9% dari
Desa Gari, terdapat 33 balita (17,5)
responden atau 17 responden masih
yang mengalami status gizi kurang, 116
memberikan pola makan yang tidak
balita (61,4%) yang memiliki status gizi
baik.
baik, 40 balita (21,2%) yang memiliki
3.
24 bulan.
5.
Frekuensi kunjungan Posyandu yang
status gizi lebih, dan tidak di temukan
ada di Desa Gari adalah 149 (78,8%)
balita yang menderita status gizi buruk.
responden yang melakukan kunjungan
Waktu penyapihan yang ada di Desa
Posyandu secara aktif dan 40 (21,2%)
Gari ada 131 (69,8%) responden yang
responden
memiliki waktu penyapihan yang baik
Posyandu selama 1 tahun terakhir ≤ 5
yaitu ≥24 bulan dan ada 57 (30,2%)
kali atau pasif.
melakukan
kunjungan
SARAN 1.
Bagi Dinas Kesehatan
ada di wilayah tersebut, dan hasil
Hasil penelitian ini dapat digunakan
gambaran
sebagai
untuk
pemberian
waktu
kunjungan Posyandu, sehingga dapat
penyapihan balita, pola pemberian
dilakukan penyuluhan tentang pola
makan,
pemberian
bahan
mengetahui
2.
dan
referensi gambaran
frekuensi
kunjungan
waktu penyapihan, makan,
dan
makan
pola
frekuensi
yang
baik,
Posyandu dan status gizi balita yang
pentingnya kunjungan Posyandu, dan
ada di Desa Gari, Kecamatan Wonosari
umur ideal penyapihan untuk balitanya.
Gunungkidul, sehingga dapat dijadikan
Kedepannya diharapkan untuk tetap
sebagai bahan pertimbangan untuk
melakukan program perbaikan gizi dan
kebijakan program kesehatan yang akan
pemberian makanan tambahan setiap
dilakukan.
kali Posyandu untuk meningkatkan
Bagi Posyandu
status gizi balita kedepannya.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai gambaran status gizi balita yang 3.
Bagi Orangtua
4.
Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat digunakan
Dapat menambah pengetahuan tentang
sebagai bahan pengetahuan pentingnya
waktu penyapihan yang ideal, pola
kunjungan Posyandu, pola pemberian
pemberian makan yang baik dan
makan yang baik dan waktu ideal untuk
pentingnya
menyapih
Posyandu yang ketiganya berhubungan
balitanya,
sehingga
kedepannya akan didapatkan balita dengan status gizi yang lebih baik lagi.
frekuensi
terhadap status gizi balita.
kunjungan
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4. 5. 6. 7.
8. 9.
Depkes RI. (2011). Internet. Rencana aksi pembinaan gizi masyarakat (RAPGM) tahun 2010-2014. http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/658. 14 Januari 2012 Istiono, wahyudi. (2009). Berita kedokteran masyarakat. Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi balita. Volume 25, no 3. Berita kedokteran masyarakat Almatsier, sunita. (2009). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : PT Gramedia pustaka utama dan Soetjiningsih. (2004).Tumbuh Kembang Anak . Jakarta : EGC. Data Riskerdas Provinsi Yogyakarta, (2010). Data Dinas Kesehatan Provinsi Yogyakarta, (2010) Data Dinas Kesehatan Gunungkidul, (2010). Menkes RI. (2004). Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Secara Ekslusif Pada Balita di Indonesia. Jakarta : Menkes RI Arisman. (2009). Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta :ECG Purwaningtyas, wahyu eko. (2006). Hubungan Antara Kunjungan Posyandu Dengan Status Gizi Balita di Kecamatan Prambanan Sleman Yogyakarta. Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.