PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi Yang Berjudul Potensi Tumbuhan Genjer Sebagai Agen Fitoremediasi Pada Limbah Yang Mengandung Logam Timbal (Pb) Jurnal
Oleh Rini Rusyani NIM: 441 410 011 Telah Diperiksa Dan Disetujui
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. H. Ishak Isa,M.Si NIP: 19610526 198703 1 005
Rakmawaty Ahmad Asui, S.Pd. M.Si NIP: 1982022 7200812 2 002
Mengetahui , Ketua Jurusan Pendidikan Kimia
Drs. Mardjan Paputungan, M. Si NIP: 19600215 198803 1 001
1
POTENSI TUMBUHAN GENJER SEBAGAI AGEN FITOREMEDIASI PADA LIMBAH YANG MENGANDUNG LOGAM TIMBAL (Pb) Rini Rusyani, Ishak Isa, Rakhmawaty Ahmad Asui Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultass Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan tumbuhan genjer sebagai agen fitoremediasi dalam menyerap logam timbal (Pb). Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan percobaan faktorial yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan ini meliputi perlakuan menggunakan satu jenis konsentrasi dan variasi waktu setelah penambahan logam timbal (Pb). Konsentrasi yang dipilih adalah 15 ppm, sedangkan variasi waktu yang di tentukkan adalah hari ke-10, hari ke-15, hari ke-20, hari ke-25 dan hari ke-30. Tumbuhan genjer berumur 1 bulan yang diambil dari daerah persawahan kemudian diaklimatisasi selama 2 minggu dalam polybag sebelum perlakuan. Untuk analisis serapan logam Pb oleh tumbuhan genjer digunakan metoda spektrofotometri serapan atom (SSA) pada panjang gelombang 283,3 nm. Hasil penelitian menunjukkan tumbuhan genjer menyerap logam timbal (Pb) dengan variasi waktu yaitu hari ke 10 sebesar 30,00%, hari ke 15 sebesar 28,33%, hari ke 20 sebesar 27,67%, hari ke 25 sebesar 26,67% dan hari ke 30 sebesar 24,67%. Teramati tumbuhan ini mempunyai kemampuan menyerap logam timbal (Pb), tetapi kemampuannya semakin menurun apabila semakin lama tumbuhan ini terpapar oleh logam timbal (Pb). Selanjutnya uji stasistik menggunakan RAL tingkat kesalahan penelitian ini adalah 5% untuk kosentrasi 15 ppm pada tumbuhan genjer dimana F hitung 44,13 > F tabel 3,48 data ini menyatakan bahwa ada perbedaan yang nyata perhadap perlakuan yang diberikan. Kata kunci. Fitoremediasi, Variasi waktu. Logam timbal (Pb). Tanah. SSA 1
1
Rini Rusyani, NIM:441 410 011, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika Dan IPA, Pembimbing I: Prof. Dr. H. Ishak Isa; Pembimbing II : Rakhmawaty Ahmad Asui S.Pd. M.Si 2
Aktivitas manusia dalam memenuhi ke-butuhan kadang menghasilkan dampak terhadap lingkungan. Dampak tersebut dapat berupa dampak positif maupun negatif. Salah satu dampak negatif akibat aktivitas manusia adalah turunnya kualitas lingkungan hidup. Sebagai contoh turunnya kualitas tanah dapat diakibatkan dari pencemaran limbah yang dihasilkan oleh manusia, kendaran, baik limbah rumah tangga, industri, maupun pertanian. Salah satu faktor pencemaran tanah yang paling penting adalah limbah yang mengandung logam berat. Logam berat adalah unsur logam dengan berat molekul tinggi dan merupakan pencemaran lingkungan yang utama. Umumnya, logam berat yang menyebabkan pencemaran adalah Cd, Cr, Cu, Hg, Pb dan Zn. Logam berat umumnya bersifat racun terhadap makhluk hidup walaupun beberapa diantaranya diperlukan dalam jumlah kecil. Pencemaran logam berat merupakan permasalahan yang sangat serius untuk ditangani, karena merugikan lingkungan dan ekosistem secara umum. Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek-efek khusus pada mahluk hidup. Sepert diare denan, feses biru kehijauan, dan kelainan fungsi ginjal. Bilakadar-nya tinggi dalam tubuh dapat merusak jantung, hati dan ginjal. Timbal (Pb) merupakan salah satu logam berat yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan organisme lainnya. Logam ini bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan mutasi gen, terurai dalam jangka waktu lama dan toksisistasnya tidak berubah. Pupuk dikategorikan sebagai sumber pencemar karena adanya kandungan unsur serta senyawa tertentu yang masuk ke-dalam suatu sistem dimana unsur maupun senyawa tersebut tidak diperlukan dalam jumlah banyak atau dapat membahayakan komponen dalam lingkungan tersebut. Industri adalah salah satu sumbur logam timbal (Pb) yang paling tinggi pada umunya bahan baku yang digunakan adalah mengunakan logam timbal (Pb) seperti industri baterai dimana menggunakan timbal (Pb) metalit. Adapun Sumber pencemaran tanah logam timbal (Pb) yaitu berasal dari kegiatan pertanian seperti pupuk (Arisusanti, 2013). Tindakan pemulihan atau remediasi perlu dilakukan agar lahan yang tercemar dapat digunakan kembali untuk berbagai kegiatan secara aman. Penurunan kadar logam berat seperti logam timbal (Pb) hingga saat ini masih menggunakan cara fisika-kimia yang membutuhkan peralatan dan sistem monitoring yang mahal. Sehingga perlu dicari alternatif pengolahan yang mudah, murah, dan efektif dalam pengaplikasiannya. Salah satu caranya adalah de ngan fitoremediasi. Fitoremediasi merupakan salah satu metode yang menggunakan tumbuhan untuk menghilangkan, memindahkan, menstabilkan atau menghancurkan bahan pencemar baik berupa senyawa organik maupun anorganik. Penelitian tentang kemampuan tumbuhan genjer sebagai agen fitoremediasi telah banyak dilaporkan. Salah satunya adalah Santriyana (2012) telah melakukan penelitian terhadap kemampuan beberapa tumbuhan untuk menyerap logam berat dari air yang tercemari. Ternyata genjer termasuk salah satu tumbuhan yang mudah menyerap logam dari media tumbuhnya. Padahal genjer sering dikomsumsi dan sering tumbuh secara alami juga ditanam di daerah persawahan atau daerah rawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan tumbuhan genjer dalam meremediasi logam timbal (Pb).
3
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Mey 2014 di lakukan di Laboratorium Pendidikan Kimia Universitas Negeri gorontalo. Gorontalo. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Sepektrofotometer serapan atom, furnance, oven, polybag, gelas ukur, gelas ukur, pipet tetes, pipet mikro, neraca analitik, spatula, Skaca arloji, pemanas, gelas ukur, kruds tang dan cawan parselin. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tumbuhan genjer kirakira berumur 1 bulan diambil dari areal persawahan di libuo kota gorontalo, tanah, larutan Pb+2 15 ppm, HNO3 dan aqudest. Metode Rancangan penelitian Penelitian dilaksanakan dengan meng-gunakan percobaan faktorial yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pola factorial 1 x 5 dan 3 kali ulangan factor pertama kosentrasi Pb+2 15 ppm, faktor kedua variasi waktu yaitu hari ke-10, hari ke-15, hari ke-20, hari ke-25 dan hari ke-30. Pengambilan Sampel Tumbuhan Genjer Tumbuhan penyerap logam berat yang digunakan dalam proses fitoremediasi tidak berasal dari benih melainkan tumbuhan yang sudah tumbuh sebelumnya dengan perkiraan tinggi rata-rata tumbuhan yaitu berumur 1 bulan. Tumbuhan genjer diambil di daerah persawahan di libuo. Tumbuhan genjer diambil seluruh organ tubuhnya meliputi akar, batang dan daun sebanyak 25 pohon dan tanahnya, (Santriyana, 2012) Aklimatisasi dan perlakuan Tumbuhan genjer selanjutnya diaklimatisasi sebelum penelitian. Aklimatisasi tumbuhan dilakukan dengan mengadaptasikan tumbuhan pada polybag sebelum dilakukan penelitian. Tumbuhan genjer yang diambil dari daerah persawahan kemudian ditumbuhkan di polybag. Substrat untuk tempat tumbuh genjer digunakan yaitu tanah tempat tumbuhnya genjer dan ditam-bahkan tanah yang bercampur sekam padi serta kotoran hewan. Kemudian tanah dibersihkan dari kotorannya. Tanah yang sudah bersih dima-sukkan ke dalam polybag masingmasing setinggi ± 20 cm untuk memberi ruang bagi tum-buhnya akar genjer dengan baik dan di tem-bahkan pupuk secukupnya. Setiap dua hari sekali ditambahkan aquadest lagi sebanyak 2,5 L. Kemampuan tumbuh genjer akan diamati selama 2 minggu, hal ini dilakukan agar tumbuh-an genjer dapat menyesuaikan diri dengan tempat tumbuhnya yang baru (Priyanti, 2013). Perlakuan Pada Tumbuhan Genjer Tumbuhan genjer yang mampu menyesuaikan diri di hidupnya yang baru ditandai dengan seluruh bagian tubuhnya dalam keadaan segar. Disisiram dalam tempat tumbuhnya genjer larutan timbal (Pb) 15 ppm untuk masing-masing
4
variasi waktu disiram sebanyak 300 ml dan disiram denagn limbah buatan. Polybag ditempatkan di tempat yang terbuka, yang cukup terlindungi dari matahari dari perubahan cuaca. Tumbuhan dipanen setelah diberi limbah buatan berumur yaitu 10, 15, 20, 25 dan 30 hari. Destruksi Sampel Bagian tanaman yang dianalisis yaitu seluruh bagian tumbuhan. Tanaman dicuci bersih kemudian dibilas dengan air suling untuk menghilangkan debu, tanah dan partikel mineral yang menempel pada tanaman tersebut. Sampel dikeringkan dalam oven suhu 600C sampai mencapai berat kering konstan. Sampel hasil pengeringan dimasukkan dalam furnace suhu 5000C selama 8 jam, sampai menjadi abu yang berwarna putih dan mencapai berat konstan Hasil pengabuan didestruksi secara basah dengan penambahan HNO3 pekat (65%) sebanyak 10 mL, kemudian dipanaskan hingga larutan asam timbul uap dan mengering. Hasil dari destruksi dimasukan kelabu ukur 25 ml dan ditambahkan aquades sedikit demisedikit hingga tanda batas. Larutan sampel siap untuk dianalisis. Penghitungan kandungan timbal (Pb) dalam larutan sampel dilakukan dengan menggunakan SSA (Sepektrofotometer Serapan Atom) pada λ 283,3 nm. Data yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Untuk mengetahui pengaruh dari tiap perlakuan dilakukan dengan uji F pada taraf nyata 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Tumbuhan yang digunakan dalam pene-litian ini adalah tumbuhan genjer. Tumbuhan ini berpotensi menyerap logam timbal (Pb) terutama limbahnya yang mudah mencemari tanah dan air tanah. Peristiwa ini dikenal sebagai fitoremediasi. Proses aklimatisasi adalah untuk meng-gadaptasikan tumbuhan pada media polybag, selain agar lebih memudahkan pemeliharaan dan dapat dikendalikan dari pengaruh lingkungan luarnya. Sebelum tumbuhan genjer diberi perlakuan terlebih dahulu diuji kadar logam timbal (Pb) guna sebagai standarisasi. Teramati uji pendahuluan ini, bibit tumbuhan genjer mengandung logam timbal (Pb), dapat di lihat pada Tabel 4.1 di bawah ini: Tabel 1 Kadar logam timbal (Pb) sebelum perlakuan Sampel
Absorban
Kosentrasi (ppm)
Tanah Genjer
0,010 0,001
0,037 0,010
Tumbuhan genjer dipelihara dan ditumbuhkan dalam polybag selama dua minggu, dengan lokasi yang cukup udara dan cahaya serta terlindungi dari sinar matahari. Setelah proses aklimatisasi selesai, dilanjutkan pada tahap perlakuan.
5
Pada penelitian ini, tumbuhan genjer diberikan perlakuan dengan menyiramkan larutan timbal (Pb) dengan konsentrasi 15 ppm ke media tumbuhnya langsung Penyiraman limbah buatan pada media tanam tumbuhan genjer dilakukan satu kali setelah tumbuhan beradaptasi selama 2 minggu. Kemudian dijaga dan dipelihara sampsai hari pemanenan berlangsung. Tumbuhan ini dipanen setelah diberi limbah buatan berumur 10, 15, 20, 25 dan 30 hari. Kemampuan Tumbuhan Genjer Terhadap Daya Serap Logam Timbal (Pb) Dalam penelitian ini, diteliti lamanya tumbuhan genjer hidup di dalam media polybag setelah dilakukan perlakuan, dalam hal ini diberikan atau disirami tumbuhan genjer dengan limbah buatan yaitu larutan Pb(NO3)2. Proses ini dinamakan pengaruh waktu tinggal terhadap penyerapan logam timbal (Pb). Pengaruh waktu tingal terhadap penyerapan logam timbal (Pb) oleh tumbuhan genjer dengan kosentrasi 15 ppm diukur dengan menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hasil pengukuran dapat dilihat dalam Tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 2 Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Dalam Tumbuhan Genjer Pada Tanah Yang Tercemari Waktu Hari
10
15
20
25
30
Kosentrasi yang di paparkan (ppm)
Abs
Kosentrasi yang terbaca oleh alat (ppm)
15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
0,028 0,027 0,028 0,026 0,026 0,026 0,025 0,026 0,025 0,024 0,025 0,024 0,023 0,022 0,022
0,091 0,088 0,091 0,085 0,085 0,085 0,082 0,082 0,085 0,082 0,079 0,079 0,076 0,073 0,073
Kemampu menyerap logam timbal (Pb) pada kisaran konsentrasi 0,0730,091 ppm dan terdeteksi pada seluruh variasi waktu tinggal yang diteliti. Dari kosentrasi yang terbaca oleh SSA pada Tabel 4.2 dapat dihitung kandungan sebenarnya logam timbal (Pb) dalam sampel kering (tumbuhan genjer), data hasil per-hitungannya disajikan pada tabel 4.3 berikut ini:
6
Tabel 3 Kandungan sebenarnya logam timbal (Pb) dalam sampel (tumbuhan genjer) kering Kandungan Pb dalam sampel kering (µg/g)
Waktu kontak (hari)
Ulangan
10 15 20 25 30
1
2
3
4.55 4.25 4.10 3.95 3.80
4.40 4.25 4.25 4.10 3.65
4.55 4.25 4.10 3.95 3.65
Total
Rata-rata
13.50 12.75 12.45 12.00 11.10
4.50 4.25 4.15 4.00 3.70
Dari tabel ini dapat dihitung persen kadar logam timbal (Pb) dalam tumbuhan Genjer. Data persen kadar logam timbal (Pb) dalam sampel disajikan pada Tabel 4.4 berikut ini: Tabel 4 Persen Kadar Logam Berat Timbal (Pb) Dalam Tumbuhan Genjer Pada Tanah Yang Tercemar Di Analisis Menggunakan SSA
waktu hari 10
15
20
25
30
Co (ppm)
Cs (ppm)
15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
4,55 4,40 4,55 4,25 4,25 4,25 4,10 4,25 4,10 3,95 4,10 3,95 3,80 3,65 3,65
Total
Ratarata
% Logam Timbal yang terabsopsi
13,50
4,50
30,00
12,75
4,25
28,33
12,45
4,15
27,67
12,00
4,00
26,67
11,10
3.70
24,67
7
Ket : Co = Konsentrasi Timbal Pb(II) sebelum absorpsi (mg/L) Cs = Konsentrasi Timbal (Pb)(II) terabsorpsi (mg/L). Berdasarkan pada Tabel 4.2 menunjukan bahwa lamanya waktu tingal mempengaruhi logam timbal (Pb) yang terabsorpsi oleh tumbuhan genjer. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa logam timbal (Pb) terabsopsi oleh tumbuhan genjer untuk kelima vasiasi hari yaitu hari ke 10 sebesar 0,090 ppm, hari ke 15 sebesar 0,085 ppm, hari ke 20 sebesar 0,083 ppm, hari ke 25 sebesar 0,080 pppm dan hari ke 30 sebesar 0,074 ppm, jadi penyerapan logam timbal (Pb) oleh tumbuhan genjer meningkat jika dibandingkan dengan kontrol atau kadar logam timbal (Pb) pada tumbuhan genjer sebelum perlakuan sebesar 0,010 ppm pada Table 4.1. dari keterangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dari kelima variasi waktu tersebut dalam menyerap logam timbal (Pb) yang tertinggi pada hari ke 10 dan pada hari ke 15, ke 20, ke 25 dan ke 30 semakin menurun. Sehingga semakin lama waktu tinggal, konsentrasi timbal (Pb) terserap oleh tumbuhan genjer semakin mengalami pemenurun atau sedah mengalami penurunan aktifitas sisi aktif. Menurut Mohamad 2011 menyatakan bahwa hal ini diduga karena situs aktifnya hamper jenuh oleh ion logam dimana proses absorpsi sudah mencapai kesetimbangan sehingga pada permukaan absorben peluang untuk terjadinya ikatan antara Pb2+ dengan situs aktif menjadi kecil. Dimana setelah tercapainya kesetimbangan absorpsi Pb (II) mengalami kestabilan prosentase absorbat, ini disebabkan sudah terpenuhinya gugus aktip permukaan absorben. Sedangkan untuk nilai kandungan logam timbal (Pb) sebenarnya dalam tumbuhan genjer (sampel kering) seperti pada Tabel 4.3. Dari tabel tersebut dapat diamati jumlah kandungan logam timbal (Pb) dari hari ke-10 sampai hari ke-30 memiliki penurunana seperti halnya konsentrasi yang didapatkan pada tabel 4.2, nilai kandungan timbal (Pb) dalam sampel kering pada hari ke-10 sampai hari ke30 masing-masing 4,50 µg/g, 4,25 µg/g, 4,15 µg/g, 4,00 µg/g dan 3,70 µg/g. Kandungan logam timbal (Pb) dalam tumbuhan genjer dari kelima variasi waktu yang dipilih sudah tidak layak dikonsumsi serta tumbuhan genjer sebelum perlakuan sebesar 0,5 µg/g masih dalam batan aman namun jika dikonsumsi terus-menerus maka logam timbal (Pb) akan tertimbun dalam tubuh dan menyebabkan penyakit. Menurut Siregar, 2005 dalam Inayah, 2010 kandungan logam timbal (Pb) dalam tanaman untuk berbagai jenis tumbuhan secara normal berkisar 0,5-3,0 µg/g. Untuk tumbuhan tertentu tingkat keracunan terhadap timbal (Pb) sangat tingi. Maka dapat disimpulkan bahwa tumbuhan genjer yang dijadikan sebagai sampel sudah tidak aman lagi dikonsumsi. Dari Tabel 4.4 menunjukan bahwa kempuan tumbuhan genjer dalam menyerap logam timbal (Pb) untuk hari ke 10 sebesar 30,00%, hari ke 15 sebesar 28,33%, hari ke 20 sebesar 27,67%, hari ke 25 sebesar 26,67% dan hari ke 30 sebesar 24,67% dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tumbuhan genjer mampuh menyerap logam timbal (Pb).Penyerapan logam timbal (Pb) dalam tanah yang tercemar dipengaruhi oleh kandungan logam timbal (Pb) di dalam tanah. Tingginya kandungan timbal (Pb) dalam media tanah dipengaruhi oleh kondisi kesuburan dan kandungan bahan organik tanah. Menurut Zimdah
8
dan Koppe (1997) dalam Haryanti (2013) bahwa Pb di dalam tanah hampir selalu terikat kuat oleh bahan organik atau koloid yang terpresipitasi. Hal inilah yang menjadi pembatas penyerapan ion logam timbal (Pb) oleh tumbuhan, sehingga kandungan Pb dalam tanah lebih tinggi dari pada dalam tumbuhan. Proses penyerapan zat-zat yang terdapat dalam tanah dilakukan oleh ujung-ujung akar dengan jaringan meristem terjadinya karena adanya gaya tarikmenarik oleh molekul-molekul air yang ada pada tumbuhan. Penyerapan logam berat diserap oleh akar tumbuhan dalam bentuk ion yang larut dalam air, selain ion-ion tersebut, unsur hara juga ikut masuk bersama aliran air. Zat-zat yang diserap oleh akar akan masuk ke batang melalui pembulu pengangkut (xilem), yang kemudian akan diteruskan ke batang. Penyerapan unsurunsur hara oleh tumbuhan genjer dilakukan oleh bulu-bulu akar sehingga bulubulu akar inilah yang berperan dalam proses absopsi kosentrasi. Proses absopsi logam berat timbal (Pb) dipengaruh oleh faktor eksternal atau lingkung-an ideal. Faktor ini yang sangat berpengaruh terhadap penyerapan tumbuhan seperti iklim, kesuburan tanah, kesehatan tumbuhan, lamanya waktu perlakuan dan budidaya. Secara khusus iklim yang menentukan pertumbuhan tumbuhan dikaitkan dengan sifat-sifat kelembaban (berkaitan dengan ketersediaan air, curah hujan), penyinaran matahari dan temperatur udara. Sehingga penyerapan timbal (Pb) diduga dipengaruhi oleh suhu dan testur tanah, jika suhu rendah maka daya absorbansinya juga lambat karena dengan suhu rendah otomatis kebutuhan tahah terhadap air akan berkurang, sementara logam berat diserap oleh tumbuhan bersamaan dengan air dan nutrisi. Menurut Salisbury dan Ross (1995) dalam Mohamad (2011) bahwa semakin tinggi suhu lingkungan akan menyebabkan proses fotosintesis akan meningkat sehinga penyerapan tumbuhan terhadap air akan meningkat pula. Rendahnya absopsi juga tergantung pada tekstur tanah. Tanah yang bertestur pasir menyebabkan tanah tidak tahan terhadap erosi, angin, dan air hal ini dikarenakan partikel-partikel lainya tidak saling menggikat satu sama lainya. Kandungan atau susunan tanah akan mencermikan karakter tingkah laku tanah, termasuk dalam hal menyimpan makanan dan air. Pada tanah yang teksturnya semakin halus akan menyebabkan semakin tinggi kekuatannya untuk mengikat logam berat. Tanah pasir memiliki kapasitas menahan kelembaban yang sangat rendah dan kandungan unsur hara juga rendah. Akan tetapi tanah pasir sangat penting karena dapat meningkatkan ruang pori-pori dan memperbaiki area tanah (Mohamad, 2011). Dalam penelitian ini, digunakan media tanah yang tidak mengandung pasir. Hal inilah yang memicu peneliti bereksplorasi untuk media tumbuh tumbuhan dengan menggunakan tanah yang bercampur sekam padi dan kotoran hewan. Campuran tanah ini diharapkan agar lebih mengikat logam berat dan memiliki ruang pori yang cukup, sehingga menyebabkan absorbsi tumbuhan genjer lebih tinggi. Meningkat atau menurunya konsentrasi penyerapan logam timbal (Pb) pada variasi hari tidak mempengaruhi efektifitas tumbuhan genjer dalam menyerap logam berat timbal (Pb). Pada penelitian ini telah berhasil dibuktikan bahwa tumbuhan genjer mampu menyerap atau mampu
9
mengakumulasi logam berat timbal (Pb), tetapi daya akumulasi-nya semakin menurun seiring dengan lamanya waktu tinggal tumbuhan genjer. Partikel timbal (Pb) yang diserap oleh tumbuhan akan memberikan efek buruk apa bila kepekaannya berlebihan. Pengaruh yang ditim-bulkan antara lain dengan adanya penurunan pertumbuhan dan produktivitas tumbuhan serta kematian. Dari uji stasistik menggunakan RAL tingkat kesalahan 5% untuk kosentrasi 15 ppm pada tumbuhan genjer F hitung 44,13 > F tabel 5,99 pada taraf nyata 0.05, maka H1 diterima dan H0 ditolak. Ini menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata. Data ini menunjukkan bahwa lama waktu tinggal terhadap ke lima variasi waktu ada perbedaan nyata dalam perlakuan terhadap timbal (Pb) yang terabsopsi oleh tumbuhan genjer. Dengan demikian dapata dilihat urutan absopsi logam timbal (Pb) oleh tumbuhan genjer pada masing-masing variasi waktu adalah hari ke 10>15>20>25>30 Kesimpulan Penelitian ini telah dilakukan untuk melakukan studi penyerapan tumbuhan genjer terhadapat logam timbal (Pb) pada tanah yang tercemari. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa kemampuan tumbuhan genjer menyerap logam timbal (Pb) tinggi, tetapi semakin lama tumbuhan genjer terpapar logam timbal (Pb) maka kemampuan penyerapannya semakin menurun dari hari ke10, 15, 20, 25, dan ke 30 berturut-turut atau 30,00%, 28,33%, 27,67%, 26,67% dan 24,67%. Saran Perlu penelitian lanjut untuk pengujian terhadap tanah tempat tumbuhnya genjer setelah perlakuan dan beberapa jenis tumbuhan yang mempunyai kemampuan tinggi terhadap penyerapan logam dengan waktu pengamatan yang lebih lama lagi. Pengujian perlu dilakukan pada media tanah yang bersumber dari lokasi yang tercemar.
10
DAFTAR PUSTAKA Arisusanti R. J, Purwani K. I,. 2013. Pengaruh Mikoriza Glomus Fasciculatum Terhadap Akumulasi Logam Timbal (Pb) Pada Tumbuhan Dahlia Pinnata.Jurnal Sains Dan Seni Pomits vol. 2, No.2. Surabayas Haryanti D, Budianta D, Salni. 2013. Potensi Beberapa Jenis Tumbuhan Hias sebagai FitoremediasiLogam Timbal (Pb) dalam Tanah. Jurnal penelitian sains.vol 16 No.2(d). Universitas Sriwijaya, Indonesia Haruna E, T. 2012. Fitoremediasi Pada Metode Tanah Yang Mengandung Cu Dengan Menggunakan Kangkung Darat. Skripsi. Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo. Mohamad E. 2011. Fitoremediasi Logam Berat Kadmium (Cd) dalam Tanah Dengan Menggubakan Bayam Duri (Amaranthus spinosus). Tesis. Malang. Program Pascasarjana, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya. Priyanti, Etyn Y. 2013. Uji Kemampuan Daya Serap Tumbuhan Genjer (Limnocharis-flava) Terhadap Logam Berat Besi (Fe) dan Mangan (Mn). Jakarta. Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UNI Syarif Hidayatullah Santriyana D, Hayati R M., Apriani I. 2012. Eksplorasi Tumbuhan Fitoremediator Aluminium (Al) Yang Ditumbuhkan Pada Limbah Ipa Pdam Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak. Program Studi Ilmu Tanah, Universitas Tanjungpura
11