YAYASAN EKOTURIN (STUDI TENTANG SEJARAH DAN SISTEM PENDIDIKAN DI DAERAH TERTINGGAL DI DESA BAN, KUBU, KARANGASEM, BALI) Oleh: Ni Nyoman Murdani,Dra. Desak Made Oka Purnawati, M.Hum, Ketut Sedana Arta, S. Pd., M. Pd Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected], @undiksha.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui latar belakang sejarah didirikanya Yayasan Ekoturin; dan 2) mengetahui sistem pendidikan di Yayasan Ekoturin di Desa Ban, Kubu, Karangasem Bali. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode penelitian sejarah dengan tahap-tahap sebagai berikut: (1) heuristik (observasi, wawancara, studi dokumentasi); (2) kritik sumber; (3) interpretasi (analisi data), (4) historiografi (penulisan sejarah). Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) ada tiga faktor yang melatarbelakangi pembangunan Yayasan Ekoturin yaitu faktor politik, faktor sosial, dan faktor ekonomi: 2) sistem pendidikan di Yayasan Ekoturin terdiri dari: unsur masukan (raw input), input instrumen, input lingkungan (environmental input), output, kurikulum, tujuan pendidikan, proses pembelajaran, evaluasi, alat pendidikan, pendidik, peserta didik, dan lingkungan. Dinamika di Yayasan Ekoturin dari input, sejak tahun 2009 sampai sekarang mengalami penurunan, dan dinamika output di Yayasan Ekoturin di Desa Ban, Kubu, Karangasem terus stabil. Kata Kunci: Sejarah, Yayasan Ekoturin Abstract This study was aimed to (1) determine the background of the establishment of the Foundation Ekoturin (History and Education system in lagging Regions of Ban village, Kubu, Karangasem, Bali, (2) Know Foundation Ekoturin education system in the village of Ban, Kubu, Karangasem Bali. In this study this, the data collected using methods of historical researc, namely: (1) heuristic (observations, interviews, document study), (2) a source of criticism, (3) interpretation (data analysis), (4) historiography (the writing of history). The results showed that, (1) there are three factors behind the development of the Foundation Ekoturin in Desa Ban, Kubu, Karangasem such as political factors, social factors, and economic factors, (2) the education system in the village of Ban Ekoturin foundation, Kubu, Karangasem consists of (1) the element input (raw input), (2) input instrument, (3) environmental inputs (environmental input), (4) output, (5) curriculum, (6) the purpose of education, (7) the learning process , (8) evaluation, (9) an educational tool, (10) educators, (11) learners, (12) the environment, (13), (3) dynamics in Ekoturin Foundation in Desa Ban, Kubu, Karangasem in terms of inputs from 2009 until now has decreased, and the dynamics of output in Ekoturin Foundation in Desa Ban, Kubu, Karangasem hold steady. Keywords: History, Education System
PENDAHULUAN Hak atas pendidikan sebagai bagian dari hak asasi manusia di Indonesia tidak sekedar hak moral melainkan juga hak konstitusional. Ini sesuai dengan ketentuan UUD 1945 khususnya Pasal 28 C Ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak memperoleh pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia (Wikan, 2013 : 1). Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS), pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Namun pemerataan untuk mendapatkan pendidikan di Indonesia belum terlaksana dengan maksimal karena adanya berbagai masalah. Masalah pendidikan yang paling dirasakan saat ini adalah menyangkut rendahnya mutu pendidikan. Saat ini kondisi pendidikan di Indonesia masih belum merata, misalnya di kota-kota besar sarana dan prasarana pendidikan sudah sangat maju, sedangkan di desa-desa hanya mengandalkan sarana dan prasarana seadanya. Tidak hanya masyarakat di desa saja yang masih tertinggal pendidikannya (Hafi Ansahri: 1982). Bahkan daerahdaerah di Indonesia Timur bukan hanya sarana dan prasarana yang kurang tapi juga kurangnya tenaga pengajar sehingga sekolah-sekolah disana masih membutuhkan guruguru dari daerah-daerah lain. Bahkan disisi lain juga masih ada warganegara Indonesia yang tinggal di kota-kota besar tapi karena mereka termasuk ke dalam warganegara yang kurang mampu sehingga mereka tidak bisa
merasakan pendidikan. Banyak anak-anak yang masih di bawah umur sudah bekerja untuk membantu orang tua mereka dalam mempertahankan hidupnya. Untuk itu, agenda penting yang harus menjadi prioritas adalah peningkatan pemerataan pendidikan, terutama bagi kelompok masyarakat miskin dan masyarakat terpencil yang berjumlah sekitar 38,4 juta atau 17,6 persen dari total penduduk Indonesia (Ary Gunawan : 2009). Masalah klasik yang menjadi wajah khas pendidikan Indonesia adalah kualitas pelayanan pendidikan yang ada di daerah tertinggal. Hal ini banyak dipengaruhi oleh faktor geologis Indonesia sebagai negara kepulauan dengan karakteristik setiap daerah yang berbeda – beda dan juga masalah paradigma dan kepedulian masyarakat tertinggal tentang pentingnya pendidikan. Hal ini semakin kompleks dengan tidak adanya upaya pembenahan kesejahteraan masyarakat di daerah terpencil. Ada beberapa faktor penghambat yang menjadikan upaya pencerdasan di daerah tertinggal seringkali mengalami banyak hambatan. Faktor – faktor tersebut adalah rendahnya sumber daya manusia di wilayah tersebut terutama dalam penguasaan ilmu pengetahuan, yang kedua adalah faktor infrastruktur atau sarana dan prasarana pendidikan dan pendukung lainya yang terbatas, ketiga adalah faktor perekonomian penduduk didaerah terpencil yang masih sangat rendah, keempat adalah paradigma masyarakat yang masih memandang sebelah mata tentang pendidikan dan yang terakhir adalah budaya masyarakat yang masih belum lepas dari suasana primitif dan menolak masuknya pengaruh luar yang mereka anggap membahayakan kebudayaan mereka.
Pemerintah sebenarnya sudah mengupayakan pemerataan pendidikan sejak tahun 1984. Dengan mulai dari pemerataan pendidikan sekolah dasar, selanjutnya diikuti dengan wajib belajar 9 tahun sejak 2 Mei 1994. Walapun wajib belajar 9 tahun direncanakan tuntas pada tahun 2008 sampai tahun 2006 masih banyak rakyat Indonesia yang belum dapat menyelesaikan sekolah dasar (Eka Amalia : 2007). Selain itu dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, banyak hal yang telah dilakukan pemerintah seperti penyempurnaan kurikulum, menyediakan sarana dan prasarana, meningkatkan kualitas pengajaran di kelas dan lain-lain. Pada kenyataannya di Indonesia banyak daerah yang pendidikannya masih tertinggal. Keadaan demikian juga terjadi di Desa Ban, Kubu, Karangasem Bali. Berdasarkan hasil wawancara (Bapak Komang Kurniawan: 20 Desember 2013), salah satu daerah yang masih tertinggal yaitu pendidikan di desa Ban Kubu, Karangasem. Desa Ban merupakan desa yang letaknya di kaki lereng Gunung Agung. Desa Ban merupakan salah satu desa yang terancam sulit menyenyam pendidikan. Masalah ini terjadi karena adanya hambatan geografis. Selain disebabkan karena hambatan geografis adanya hambatan demografis menyebabkan rendahnya pendidikan. Hambatan demografis yaitu adanya masyarakat yang belum mengerti tentang pentingnya pendidikan dan keadaan ekonomi masyarakat yang kurang mampu. Dari hasil wawancara masalah didapatkan bahwa di Desa Ban ribuan orang hidup dalam kemiskinan tanpa air, sanitasi, jalan, sekolah, fasilitas kesehatan, listrik dan buta huruf mendekati 100 % tahun 1998 sebelum berdirinya Yayasan Ekotorin. Hal-hal tersebut
berakibat bahwa pembangunan pendidikan tidak dapat terlaksana dengan maksimal karena berlokasi di daerah terpencil. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pendidikan yang ada di daerah terpencil, khususnya di Desa Ban, Kubu, Karangasem sejak tahun 1998 yaitu melaksanakan Pendidikan Non Formal. Lembaga pendidikan non formal ini merupakan jenjang pendidikan yang diambil di luar satuan pendidikan formal dalam rangka mempersiapkan potensi diri sebagai bekal untuk terjun ke masyarakat. Pendidikan non formal berfungsi untuk melengkapi kemampuan peserta didik dengan jalan memberikan pengalaman belajar yang di peroleh dalam kurikulum pendidikan formal (Sudjana, 2004:76). Pada lembaga pendidikan non formal ini mereka mendapat pendidikan dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan yang praktis yang tentunya dapat di gunakan dalam masyakat dimana anak itu tinggal. Berdasarkan pemaparan kondisi di atas, maka perlu dilakukan studi tentang sejarah dan sitem pendidikan di Yayasan Ekoturin di Desa Ban, Kubu, Karangasem, Provinsi Bali. METODE Penelitian ini merupakan penelitian sejarah. Hal pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Heuristik atau mengumpulkan jejakjejak peristiwa. Pengumpulan jejakjejak peristiwa ditujukan untuk menemukan serta mengumpulkan peristiwa yang akan dijadikan sumber penulisan sejarah. Secara umum sumber yang dipergunakan terdiri dari dua kategori yaitu sumber tertulis (tulisan) dan sumber tak tertulis (lisan). Bebepa teknik pengambilan data yang digunakan ialah observasi, wawancara, dan teknik dokumentasi. Penentuan informan untuk melakukan pengambilan data digunakan teknik
Purposive Sampling, yaitu pengambilan dengan tujuan tertentu yakni dengan mempertimbangkan bahwa informan atau subyek penelitian dianggap memiliki kemampuan dan dapat memahami permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini. Setelah sumber-sumber terkumpul dari berbagai kategori, tahap berikutnya adalah kritik sumber untuk memperoleh keabsahan dari sumber yang telah didapat (Abdurahman, 2007 : 68). Fakta-fakta yang telah didapatkan selanjutnya dilakukan interpretasi. Langkah terakhir yang ditempuh ialah melakukan analisis dalam wujud uraian (rekonstruksi peristiwa di masa lalu), yang dengan akurat memberikan unsur (apa, di mana, siapa, kapan, mengapa, dan bagaimana) sehingga menjadi suatu cerita dan sebagai upaya pertanggung jawaban pada kebenaran objek merupakan urat nadi penggambaran sejarah (Widja, 2005 : 2). HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Berdirinya Yayasan Ekoturin Berdirinya pendidikan nonformal di Indonesia, diawali dengan pembagian jenis-jenis pendidikan di Indonesia. Jenis – jenis pendidikan dalam Pasal 11, ayat 1 sampai dengan 8, UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 (Sabri Alisuf, 2005: 60) merupakan pendidikan yang dikelompokkan sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuannya. Adapun jenis-jenis pendidikan tersebut antara lain. Pendidikan formal (Pendidikan Umum, Pendidikan Kejuruan, Pendidikan Kedinasan, Pendidikan Luar Biasa, Pendidikan Keagamaan, Pendidikan Akademik, dan Pendidikan Profesional. Pendidikan nonformal (Pendidikan Sosial, Pendidikan Masyarakat, Pendidikan Rakyat, dan lain-lain).
Pendidikan nonformal sebenarnya bukanlah barang baru dalam dunia pendidikan. Pendidikan nonformal telah hidup dan menyatu di dalam kehidupan setiap masyarakat jauh sebelum muncul dan memasyarakatnya sistem persekolahan. Pendidikan nonformal mempunyai bentuk dan pelaksanaan yang berbeda dengan sistem yang sudah ada di pendidikan persekolahan. Pendidikan nonformal timbul dari konsep pendidikan seumur hidup dimana kebutuhan akan pendidikan tidak hanya pada pendidikan persekolahan atau pendidikan formal saja. Pendidikan nonformal merupakan salah satu dari sekian banyak istilah yang muncul dalam study kependidikan pada akhir tahun tujuh puluhan (Sudjana, 2004 : 13). Tahun 1967 istilah pendidikan nonformal mulai diperhitungkan, hal ini dilakukan setelah terjadi krisis pendidikan dan ekonomi dunia. Perkembangan pendidikan formal pada tahun itu sangat lambat, selain karena sangat besar biaya yang diperlukan untuk mengembangkan pendidikan formal, hal ini juga di akibatkan oleh kelambanan masyarakat menerima kemajuan pendidikan pada saat itu. Dari titik awal inilah para perencana pendidikan dan ekonomi dari Bank Dunia membedakan pendidikan formal, nonformal, dan informal (Abdulhak dan Suprayogi, 2012 : 18). Setelah di akuinya pendidikan non formal, muncullah istilah-istilah kependidikan. Istilah kependidikan nonformal yang lahir pada tahun tujuh puluhan itu adalah Pendidikan Sepanjang hayat (life long education), pendidikan pembaharuan (recurrent education), pendidikan abadi (permanent education), pendidikan informal (informal education), pendidikan masyarakat (community education), pendidikan perluasan (extension education), pendidikan massa (mass
education), pendidikan sosial (sosial education) pendidikan orang dewasa (adult education), dan pendidikan berkelanjutan (continuing education) (Sudjana, 2004 :13). Yayasan Ekoturin merupakan lembaga pendidikan nonformal yang sudah dirintis sejak tahun 1998. Adapun sejarah berdirinya Kegiatan belajar Yayasan Ekoturin Yayasan Ekoturin tidak terlepas dari beberapa faktor. Pendidikan Nonformal merupakan salah satu penemuan paling menentukan dalam abad ini yang lebih hebat dari pendidikan formal (Ruwiyanto, 1994: 18). Hal ini terbukti pendidikan nonformal dapat digunakan dengan lebih efisien dan efektif untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, untuk segala strata ekonomi, strata sosial, dan strata pendidikan, di samping dapat pula untuk ikut memecahkan masalahmasalah kemanusiaan yang mendesak atau meresahkan (Ruwiyanto, 1994: 18). Selain terdapat faktor politik, dan faktor sosial, faktor budaya dalam pendirian Yayasan Ekoturin, masih terdapat faktor ekonomi yang melandasi berdirinya Yayasan Ekoturin. Salah satu tujuannya yaitu untuk mengoptimalkan potensi diri peserta didiknya untuk bisa diterima pada dunia kerja, dan selanjutnya mampu memperbaiki kemampuan ekonomi keluarganya, yang rata-rata tergolong kurang mampu. Pernyataan diatas sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan Komang Kurniawan (44 tahun), selaku Ketua Yayasan pada tanggal 7 Mei 2014, mengenai tujuan pendirian Yayasan Ekoturin, beliau mengatakan sebagai berikut “salah satu tujuan pendirian Yayasan Ekoturin adalah meningkatkan taraf hidup peserta didik kami, yang salah satunya dengan cara pendidikan yang menyesuaikan dengan keperluan dunia kerja. Hal ini terbukti dengan
berhasilnya alumni didikan kami mendapatkan pekerjaan di bidang pariwista”. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat dibuktikan bahwa salah satu penyebab didirikannya Yayasan Ekoturin yaitu meningkatkan taraf hidup peserta didiknya, terutama pada bidang ekonomi yang rata-rata peserta didik Yayasan Ekoturin tergolong kurang mampu. Ini terbukti dari pihak Yayasan Ekoturin memberikan kesempatan siswanya dalam bentuk membantu melaksanakan program-program di Yayasan Ekoturin dan memberikan pelatihan-pelatihan kursus Bahasa Inggris. Sehingga bagi alumni yang tamatan Yayasan Ekoturin punya skil (keterampilan) jika mereka mencari pekerjaan di kantoran maupun swasta. Proses pendirian dan perkembangan Yayasan Ekoturin, dari hasil wawancara dengan Ketua Yayasan Ekoturin Komang Kurniawan pada tanggal 27 Mei 2014 mengatakan bahwa “tujuan awal pendirian Yayasan Ekoturin adalah memberi pendidikan kepada anak-anak kurang mampu dan menekan tingginya angka buta aksara dengan mendirikan program pendidikan kesetaraan Paket A setara SD, Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMA”. Awal pendiriannya Program Paket A setara SD didirikan di Desa Bungan pada tahun 1998 kemudian perkembangan selajutnya Paket B setara SMP didirikan di Desa Jati Tuhu pada tahun 2000 Kemudian untuk perkembangan selanjutnya pada tahun 2008 sampai sekarang didirikan Program pendidikan seperti Kejar Paket C setara SMA, Pendidikan Keaksaraan dasar yang di kembangkan di Desa Cegii dan Desa Daji. Kurikulum yang berlaku di Yayasan Ekoturin dari awal berdiri sampai sekarang tidak jauh berbeda
dengan kurikulum yang berlaku di sekolah formal. Karena dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak Gede Sujana Ardika (31) selaku Wakasek kurikulum di Yayasan Ekoturin, dari awal berdiri 1998 sampai sekarang dalam program pendidikan kesetaraan yang dilakukan Yayasan Ekoturin harus menyesuaikan dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan formal, agar bisa mengikuti bagaimana proses dan hasil belajar dari pendidikan formal. Selain itu penggunaan kurikulum yang hampir sama dengan pendidikan formal dapat dibuktikan juga dengan hasil wawancara dengan Komang Sriani (15) pada tanggal 30 Juni 2014 siswa Yayasan Ekoturin yang mengatakan sebagai berikut. “mata pelajaran yang diberikan di Kegiatan Belajar Yayasan Ekoturin sama dengan mata pelajaran yang terdapat di sekolah formal, yaitu seperti mata pelajaran Agama, Bahasa Indonesia, IPS, IPA, Matematika, dan mata pelajaran umum yang sering diberikan pada pendidikan formal, serta beberapa pelajaran ketrampilan seperti menjahit, pertanian dan kesehatan dan lainlain” mengapa saya katakana hampir sama karena saya sering belajar dan membandingkan mata pelajaran dengan siswa yang bersekolah di Sekolah Negeri”. Hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa kurikulum yang digunakan Yayasan Ekoturin menyesuaikan dengan kurikulum yang digunakan lembaga pendidikan formal, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang masih dipergunakan sampai sekarang. Penerapannya tidak ada perbedaan yang mencolok, hanya saja berbeda pada bobot bahan ajar, hal ini bertujuan untuk mengimbangi kemampuan dari peserta didik di Yayasan Ekoturin.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa, Yayasan Ekoturin merupakam lembaga pendidikan nonformal terbesar di kecamatan Kubu Karangasem. Berdirinya lembaga pendidikan ini dilatarbelakangi oleh faktor politik ,faktor sosial, dan faktor ekonomi. Faktor politik yang dimaksud disini adalah berlakunya Pasal 11, ayat 1 sampai dengan 8, UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 tentang pembagian jenis-jenis pendidikan. Berdasarkan pembagian tersebut, dipandang perlu oleh David J Booth bersama kawan-kawannya mendirikan pendidikan nonformal. Hal ini dipertegas lagi dengan bunyi dari pembukaan UUD 1945 alinea keempat, dan UUD 1945 Pasal 31 Ayat 1 yang berarti bahwa setaip warga negara berhak mendapatkan pendidikan baik kaya maupun miskin. Kemudian yang dimaksud pada faktor sosial adalah keprihatinan dari David J Booth terhadap sedikitnya masyarakat Desa Ban yang merasakan pendidikan, membuat beliau berusaha untuk dibentuknya Yayasan Ekoturin, agar masyarakat yang tidak mampu bersekolah di pendidikan formal bisa merasakan pendidikan dan bersekolah di Yayasan Ekoturin di Desa Ban Kecamatan Kubu Karangasem. Kemudian faktor penyebab berdirinya Yayasan Ekoturin adalah faktor ekonomi. Dimana faktor ekonomi ini sesuai dengan tujuan didirikannya Yayasan Ekoturin . Dimana salah satu tujuannya adalah meningkatkan taraf hidup peserta didiknya, khususnya pada bidang ekonomi yang dimana dilakukan memberikan pendidikan yang berkualitas dan diterima pada dunia kerja. Sistem Ekoturin
Pendidikan
Yayasan
Yayasan Ekoturin memiliki status terakreditasi melalui Keputusan Pemerintah Kabupaten Karangasem melalui Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga No: 421.9/190/PAUD/PNFP0/DISDIKPORA/2013 tentang Izin Penyelenggaran Pendidikan Non Formal yang berlaku mulai 10 Oktober 2013 S/D 10 Oktober 2015 yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Pemuda Olah Raga Kabupaten Karangasem Drs. I Gede Ariyasa. Sekretariat Yayasan Ekoturin terletak di Jalan raya Desa Ban Kubu, Karangasem. Yayasan Ekoturin merupakan Yayasan belajar milik donatur asing David John Booth yang berasal dari Inggris dan tinggal di Desa Dalung Kecamatan Kuta Kabupaten Badung. Yayasan Ekoturin ini danai oleh ALF (Annika linden Foundation) bekerjasama dengan YKIP (Yayasan Kemanusiaan Ibu Pertiwi) yang bekerjasama EBPP (East Bali Proverty Projeck ) yang dibangun pada tahun 1998. Struktur organisasi sangat penting bagi sebuah lembaga pendidikan nonformal yang melibatkan jumlah tenaga kerja yang banyak dan terbagi dalam berbagai bidang yang kompleks. Untuk memudahkan dalam memisahkan wewenang dan tanggung jawab diperlukan adanya struktur organisasi yang disusun dengan tujuan menghindarkan dari kesimpangan siuran dalam pelaksanaan dalam pelaksanaan tugas (Sudarsono,1996). Yayasan Ekoturin sebagai lembaga pendidikan nonformal mempunyai struktur organisasi yang fungsinya juga menstruktur dan memudahkan dalam memisahkan wewenang dan tanggung jawab di sekolah. Sebagaimana halnya pendidikan formal, pendidikan nonformal pun mempunyai sistem pendidikan. Selain adanya Raw Input (input masukan), Instrumen
Input (input instrument), dan Environmental Input (input lingkungan) dalam sistem pendidikannya. Input Instrumen merupakan sarana dan prasarana yang terkait dengan proses belajar mengajar. Menurut hasil wawancara dengan Bapak Geda Kari sebagai Team leader dalam meyediakan sarana prasarana di Yayasan Ekoturin pada tanggal 28 Mei 2014 dalam wawancara beliau mengatakan sebagai berikut “mengenai sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran, karena Kegiatan belajar di Yayasan Ekoturin menggunakan Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), jadi guru ataupun pamong belajar memerlukan metode pembelajaran, Silabus, RPP dan beberapa perangkat pembelajaran lainnya seperti yang ada pada pendidikan formal dalam melangsungkan proses pembelajaran. Kemudian untuk lebih menunjang proses pendidikan juga, kami menyediakan perpustakaan, ruang belajar, dan Lab untuk mempermudah proses pembelajaran”. Berdasarkan hasil wawancara tersebut menandakan bahwa Yayasan mengusahakan segala bentuk sarana dan prasarana belajar untuk peserta didiknya. Usaha tersebut terbukti dari kurikulum yang selalu terus berkembang mengikuti perkembangan sistem pendidikan di Indonesia, dan penggunaan perangkat pembelajaran yang bertujuan untuk mempermudah siswa dalam melakukan proses pembelajaran. Selain dengan memenuhi penggunaan perangkatperangkat pembelajaran dalam membantu proses pembelajaran, pihak Yayasan Ekoturin juga mendirikan ruang belajar, perpustakaan, dan Lab untuk membantu sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran.
Sistem pendidikan baik dari Masukan (input), sarana dan prasarana (instrumen), lingkungan (environmental) proses dan Keluaran (output) yang berlangsung di Yayasan Ekoturin memberikan pengaruh yang besar bagi kemajuan peserta didik Yayasan Ekoturin di Desa Ban Kubu Karangasem. Input siswa di Yayasan Ekoturin Berasal dari Desa Pengulasan, Desa Bunga, Desa Manikaji, dan Desa Jatu Tuhu. Instrumen di Yayasan Ekoturin terbilang cukup memadai, dimana tersedia ruang belajar, perpustakaan, dan lab untuk melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu juga, proses pembelajaran di Yayasan Ekoturin pamong belajar atau guru menggunakan perangkatperangkat pembelajaran untuk mempermudah proses pembelajaran. Environmental dari peserta didik di Yayasan Ekoturin tergolong kurang mampu, karena rata-rata penghasilan orang tua siswa di bawah Rp. 500.000. Mengenai proses, Kurikulum pembelajaran yang dilaksanakan di Yayasan Ekoturin menggunakan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Dalam proses pelaksanaannya, kurikulum tersebut dilaksanakan dengan siswa belajar dimulai pada pukul 07.30 Wita. Kegiatan belajar mengajar diawali dengan melakukan Tri Sandya bersama. Dengan adanya aturan seperti ini, maka proses belajar mengajar di sekolah akan menjadi lebih efektif. Hubungan sosial antar komponen sekolah di Yayasan Ekoturin, baik hubungan siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan pegawai, guru dengan guru, guru dengan pegawai maupun kepala sekolah dengan bawahannya sudah berjalan dengan baik meskipun mereka berbeda kelas, agama, ekonomi, latar belakang, sikap budaya dan lain-lain. Keluaran (Output), untuk siswa tamatan Yayasan Ekoturin yang melanjutkan
ke perguruan tinggi hampir bisa dikatakan sedikit, hal ini disebabkan karena memang dari segi ekonomi siswa tamatan Yayasan Ekoturin rata-rata kurang mampu. Namun sebagian besar siswa tamatan Yayasan Ekoturin bisa berkerja, ada yang sebagai pegawai toko, satpam, dan pekerjaan-pekerjaan yang menerima tamatan Paket C. Tujuan Pendidikan di Yayasan Ekoturin Setiap pendidikan memiliki tujuan yang akan menentukan ke arah mana anak didik dibawa dan memberikan arah terhadap semua kegiatan dalam proses pendidikan. Menurut Purwanto (1995:19) bahwa tujuan pendidikan ialah membawa anak kepada pendewasaannya yang berarti ia harus menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab sendiri. Menurut hasil wawancara dengan Bapak I Gd Sujana Ardika (55) Bahwa tujuan pendidikan di Yayasan Ekoturin antara lain sebagai berikut. “karena sekolah kami merupakan sekolah nonformal untuk anak-anak kurang mampu, maka tujuan pendidikan kami antara lain tentu memberi kesempatan pendidikan kepada anak-anak kurang mampu, dan membrantas anak-anak yang masih mengalami buta aksara. Selain itu juga, kami disini memiliki tujuan membentuk anak-anak berbudi pekerti luhur, bersifat mandiri, dan anak-anak yang cerdas dan mampu bersaing pada dunia kerja. Akan tetapi untuk memenuhi itu semua kami dari pihak sekolah sangat berharap banyak kepada pemerintah untuk dapat memberi bantuan kepada kami dalam melaksanakan program-program kami” Pernyataan di atas sesuai dengan tujuan pendidikan yang diberikan Yayasan Ekoturin kepada anak-anak kurang mampu yang tercantum
dalam di dalam visi dan misi Yayasan Ekoturin sebagai berikut. Dalam mencapai tujuan pendidikan Yayasan Ekoturin yang terdapat pada visi dan misinya, maka pihak Yayasan Ekoturin harus memiliki strategi yang sesuai agar mampu mencapai tujuan pendidikannya tersebut. Adapun strategi yang dilakukan Yayasan Kegiatan belajar Yayasan Ekoturin sebagai berikut. (1). Meningkatkan pendidikan yang terpadu dan sesuai bagi anak-anak sebagai dasar kemandirian, (2). Meningkatkan perbaikan Gizi melalui makanan bergizi untuk ketahanan pangan, dan (3). Menyelenggarakan program pembelajaran percontohan untuk pelatihan dan bimbingan serta pertumbuhan bakat baik terhadap sumber belajar, warga belajar dan kelembagaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bila di lihat dari strategi atau upaya yang dilakukan pihak Yayasan Ekoturin, pihak lembaga sudah berusaha dengan baik untuk meningkatkan kualitas kelembagaan, meningkatkan kerjasama atau kemitraan, dan mengupayakan fasilitas yang diperlukan dalam mencapai tujuan pendidikan yang diterapkan Yayasan Ekoturin. Dimana tujuannya seperti yang terdapat pada visi dan misi yaitu memberikan pendidikan serta pelayanan terhadap anak-anak kurang mampu agar memiliki prestasi serta mampu bersaing di dunia kerja. Hal ini sejalan dengan UU No.20 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang bertujuan dan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bermanfaat dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis dan bertanggung jawab (Sardiman,2004: KESIMPULAN DAN SARAN Yayasan Ekoturin merupakan lembaga pendidikan Nonformal terbesar di Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem. Terdapat tiga faktor yang melatarbelakangi pembangunan Yayasan Ekoturin yaitu faktor politik, faktor sosial, dan faktor ekonomi. Sistem pendidikan di Yayasan Ekoturin terdiri dari beberapa unsur yaitu: unsur masukan (raw input), input instrumen, input lingkungan (environmental input), output, kurikulum, tujuan pendidikan, proses pembelajaran, evaluasi, alat pendidikan, pendidik, peserta didik, dan lingkungan. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu rujukan dalam pengembangan pendidikan, khususnya pendidikan nonformal di Desan Ban, Kecamata Kubu, Kabupaten Karangasem. Yayasan Ekoturin sebagai organisasi nonformal perlu melakukan pengarsipan data-data dengan baik, sehingga nantinya data-data tersebut dapat dijadikan sumber dalam penelitian. Bagi aparatur pemerintah, khususnya pemerintah Daerah Kabupaten Karangasem diharapkan lebih memberikan perhatian kepada Yayasan Ekoturin agar terus dijaga eksistensi Yayasan Ekoturin ini. Saran Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu rujukan dalam pengembangan pendidikan, khususnya pendidikan nonformal di Desan Ban Kecamata Kubu Karangasem Yayasan Ekoturin sebagai organisasi nonformal, agar dilakukan pengarsipan data-data dengan baik, sehingga nantinya data-data tersebut dapat dijadikan sumber dalam penelitian. Agar dilakukan penelitian sejenis yang lebih mendalam dan
menyeluruh serta substansi yang belum dikaji dalam penelitian ini, karena pembahasan dalam lingkup pendidikan pun masih terbatas, sehingga perlu pembahasan lebih menyeluruh terkait dengan perkembangan pendidikan di Desa Ban, khususnya di Yayasan Ekoturin di Desa Ban Kubu Karangasem. Bagi aparatur pemerintah, khususnya pemerintah Daerah Kabupaten Karangasem diharapkan lebih memberikan perhatian kepada Yayasan Ekoturin agar terus dijaga eksistensi Yayasan Ekoturin ini.
DAFTAR RUJUKAN Abdulhak, Ishak & Ugi Suprayogi. 2012. Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Nonformal. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Anshari, Hafi. 1982. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Depdikbud. 1992. Sejarah Pendidikan Daerah Bali. Denpasar. Gunawan, Ary.2009. KebijakanKebijakanPendidikan.Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nasir, Ridwan. 2005. Mencari Tipologi Format Pendidik Ideal Di Tengah Arus Perubahan. Yogyakarta :Pustaka Pelajar. Purwanto, M. Ngalim. 1995. Ilmu Kependidikan dan Praktis, Edisi Kedua. Jakarta: Remaja Rosdakarya. Ruwiyanto, Wahyudi. 1994, Peranan Pendidikan dalam Pengentasan Masyarakat Miskin Pendekatan Analisis Organisasi Secara Kuantitatif, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sudjnana. 2004, Pendidikan Non Formal, Falah Prodactian: Bandung. Widja, I Gede dan I Gusti Made Aryana. 2004. Filsafat Sejarah Suatu Perspektif Dalam Pengembangan Wawasan Kesejarahan. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja. Widja, I Gede dan I Made Pageh. 2005. Metodologi Sejarah. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.