ANALISA EKONOMI DALAM PENENTUAN HARGA AIR PADA SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM BALI 1
Rizqa Liyanata Rachmawati1, Mohammad Taufiq2, Ussy Andawayanti2 Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya 2 Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya TeknikPengairanUniversitasBrawijaya-Malang, JawaTimur, Indonesia Jl. MT. Haryono 167 Malang 65145 Indonesia
[email protected]
ABSTRAK Kabupaten Karangasem saat ini memiliki 37 desa rawan air dari 73 desa yang ada. Kecamatan Kubu dan Abang memiliki desa rawan air paling banyak sekitar 51% dari total desa yang ada. Tingkat pelayanan air minum yang dikelola PDAM dan swakelola masyarakat (PAMDES) masih sangat rendah yaitu 40,82%, dengan kualitas pelayanan yang belum memadai baik kuantitas maupun kontinuitasnya. Skripsi ini mengkaji tentang penetapan harga air baku yang paling rendah. Dengan adanya harga air tersebut,diharapkan proyek Sistem Penyediaan Air Bersih di Kecamatan Kubu layak untuk dibangun. Kelayakan ekonomi dihitung dengan membandingkan nilai manfaat dan biaya ditinjau terhadap nilai rasio manfaat dan biaya (B/C), selisih manfaat dan biaya (B-C), tingkat pengembalian internal (IRR), periode pengembalian(PBP),dan analisa sensitivitas. Berdasarkan hasil perhitungan, besarnya biaya yang dikeluarkan untuk perencanaan sistem penyediaan air baku ini adalah biaya modal sebesar Rp 22.022.780.175,00 dan biaya operasi dan pemeliharaan sebesar Rp 3.166.460.000,00 .Sehingga didapat biaya total sebesar Rp. 25.189.240.175. Manfaat yang didapat yaitu sebesar Rp 6.014.662.711,00. Dasar perhitungan yang digunakan dalam penentuan harga air adalah B/C >1, IRR > suku bunga yang berlaku. Dari hasil pembahasan diperoleh harga air Rp 6.000,-/m3 . Pada kondisi ini besarnya B/C =1,028, B-C= Rp161.148.245,00, IRR =8,47%, dan Analisa Sensivitas biaya naik 10% dan manfaat turun 10% yang dianggap paling sensitif terhadap nilai biaya dan manfaat. Untuk Periode Pengembalian (PBP) pada tahun ke 8, ini menandakan bahwa setelah tahun ke 8 keuntungan tahunan dari air baku dapat mengembalikan modal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa proyek Sistem Penyediaan Air Bersih di Kecamatan Kubu ini layak secara ekonomi. Kata kunci: Harga Air, B/C, B-C, IRR, Payback Periode, Analisa Sensitivitas.
ABSTRACT Karangasem Regency currently has 37 villages that was lacking on clean water out of the 73 villages that could be found in that Regency. District Kubu and District Abang has the most water-prone villages which was about 50% of the total villages. The level of water supply provided by PDAM and PAMDES was still very low which was 40,82%, with a quality of service that has not been adequate in both quality and continuity. This thesis examines the pricing the lowest of raw water. Given the price ,expectedwater supply system in KecamatanKubu is feasible to buid..Economic feasibility calculated by comparing the value of benefit cost ratio(B/C), the difference in benefit (B-C), internal rate of return (IRR), payback periode (PBP), and sensitivity analysis. Based on the description above, the researcher obtained construction costs Rp 22.022.780.175,00. Operation and maintanance costs Rp 3.166.460.000,00, so the total costs Rp 25.189.240.175. The tangible benefits Rp 6.014.662.711,00. Basic calculation used in determining the price of water is B/C >1, IRR > prevailing rates. The results of this study obtained water price is Rp 6.000,-/m3, under these conditions the amount of B/C = 1,028 , B-C =,IRR =9,76%, and cost of sensitivity analysis 10% increase and benefit 10% decrease. For the 8th payback periode, that annual benefit for raw water can return the investment. So,the conclusion of the raw water supply sistem project is reasonable. Keyword: Water price, B/C, B-C, IRR, Payback Periode, Sensitivity Analysis
1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah sumber kehidupan,untuk memenuhi kebutuhan akan air, manusia menciptakan sarana dan prasarana untuk memudahkan mendapatkan air tersebut. Air bersih merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Seiring dengan semakin meningkatnya perkembangan jaman dan jumlah penduduk,kebutuhan akan air bersih mengalami peningkatan yang cukup pesat. Tingkat pembangunanbidang air baku di Indonesia selama 30 tahuntelahmeningkatdari 9.000 liter/detikmenjadi 3.0000 liter/detik. Namunsecaranasional,saatinitingkatpelaya nan air bakuuntukwilayahperkotaanbarumencapai 39% dandaerahpedesaanmencapai 8% darijumlahpenduduk yang dilayanidengansistemperpipaan,baikdari PDAM maupundariinstansi lain. Sedangkansisanyadilayaniolehsistem non perpipaan yang meliputisumurgali, sumurdangkal, dan lain-lain. Sehinggapadasaatmusimkemarauterjadikri sis air terutama di daerah yang tidakcukuppotensiairnya, baik air tanahdalammaupun air permukaan. Untukmengatasihaltersebutdibutu hkansuatujaringandistribusi air baku yang baikdanmampuuntukmelayanikebutuhan air bakubagipenduduk yang tinggal di daerahtersebut. Perencanaansebuahjaringandistribusi air bakudihitungdengantelitidilihatdariberbaga imacamaspek. Perencanaantersebutdibuatsecarautuhdanm embentuksuatusistemjaringandistribusi air baku yang terpadu. Upayapengembanganwilayahpadad asarnyasangateratkaitannyadenganketersed iaan air baku di suatuwilayahtersebut. Dimana air merupakansalahsatusumberdayaalam yang sangatpentinguntukdipenuhi.
Olehsebabitupengembangansumber air bakudanpengelolaannyamenjadibagian yang mempunyaiprioritasterkaitdenganupayape mbangunanberkelanjutan. 1.2. Identifikasi Masalah Penduduk Kabupaten Karangasem terutama di Kecamatan Kubu masih banyak yang membeli air dengan biaya yang cukup besar (rata-rata Rp.375.000/Bln/KK). Hal ini tentunya akan sangat membebani kehidupan masyarakat dengan kondisi ekonomi yang sebagian besar tergolong rendah. Mengingat jumlah keluarga miskin di Kabupaten Karangasem masih cukup tinggi yaitu 40.299 KK atau 38,23% dari jumlah penduduk Kabupaten Karangasem. Secara umum permasalahan pemenuhan kebutuhan baku untuk air minum di Kabupaten Karangasem adalah sebagai berikut: • Penyebaran sumber air yang tidak merata dan sebagian sumber air berada pada elevasi di bawah daerah layanan dengan topografi daerah berbukit-bukit. • Terdapat konflik pemanfaatan sumber air antar wilayah, dan antar kepentingan seperti air baku untuk irigasi/subak dan pariwisata/rafting. • Pemukiman penduduk umumnya berpecar-pencar dan terbatasnya sarana dan prasarana penyediaan air baku. Perencanaan sistem jaringan pipa pada studi ini dengan memanfaatkan salah satu reservoir distribusi dari salah satu sistem jaringan air baku Telagawaja. Berkaitan dengan upaya perencanaan penyediaan air bersih maka perlu adanya pembahasan tentang kelayakan ekonomi dalam penentuan harga air bersih pada proyek penyediaan air bersih Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem agar dapat menutup seluruh biaya produksi,operasional,dan harga air sesuai dengan kemampuan masyarakat pengguna jasa PDAM. Studi ini dilakukan dengan menganalisis kelayakan ekonomi untuk menentukan harga air bersih yang dapat
digunakan sebagai acuan untuk PDAM dalam menetapkan harga air bersih. Dalam studi ini akan ditunjukkan lebih lanjut analisis ekonomi dalam penentuan harga air bersih di PDAM Kabupaten Karangasem dengan mempertimbangkan Nilai Rasio Biaya Manfaat (B/C), Selisih Biaya Manfaat (B-C), Tingkat Pengembalian Internal (IRR),Payback Periode (PBP),dan Analisa Sensitivitas. 1.3. Tujuan dan Manfaat Tujuan dari kajian ini adalah: 1. Dapat mengetahui biaya total yang dikeluarkan untuk perancanaan jaringan air bersih. 2. Dapat menilai berapa manfaat yang diperoleh dari perencanaan jaringan pipa. 3. Dapat mengetahui nilai kelayakan ekonomi untuk penetapan harga air bersih di Kecamatan Kubu di masa sekarang dan di masa depan. 4. Dapat memprediksi harga air minimum yang layak secara ekonomi dimasa yang akan datang. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai masukan kepada pihak terkait, yaitu PDAMdalam menentukan harga air minimum. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nilai Rasio Manfaat dan Biaya (Benefit Cost Ratio/BCR) Benefit Cost Ratio (BCR) adalah perbandingan antara manfaat (benefit) dengan biaya. Secara umum rumus untuk perhitungan BCR ini adalah (I Nyoman Pujawan, 1995:259) : manfaat BCR = biaya Untuk mengetahui apakah suatu rencana investasi layak atau tidak setelah melalui metode ini adalah: Jika: BCR ≥ 1, berarti investasi layak (feasible)
BCR < 1, berarti investasi tidak layak (unfeasible)
2.2. Selisih Biaya Manfaat (B-C) Net Benefit (B-C) merupakan selisih antara nilai seragam dari manfaat dan nilai seragam dari biaya. Dalam evaluasi proyek nilai B-C pada suku bunga pinjaman yang berlaku harus mempunyai harga > 0. Jika B-C = 0 berarti proyek tersebut mengembalikan persis seperti nilai investasi. Jika B-C < 0 berarti proyek tersebut dari segi ekonomi tidak layak untuk dibangun. 2.3.Tingkat Pengembalian Internal (IRR) Internal Rate of Return (IRR) merupakan nilai suku bunga yang diperoleh jika BCR nilainya sama dengan 1 atau nilai suku bunga jika B-C bernilai sama dengan 0. IRR dihitung atas dasar penerimaan bersih dan total nilai untuk keperluan investasi. Nilai IRR sangat penting diketahui untuk melihat sejauh mana kemampuan proyek ini dapat dibiayai dengan melihat nilai suku bunga pinjaman yang berlaku. Bila besarnya tingkat pengembalian internal ini sama dengan besarnya bunga komersil yang berlaku, maka proyek dikatakan impas namun bila lebih besar dikatakan proyek ini menguntungkan. Perhitungan nilai IRR ini dapat diproleh dengan rumus sebagai berikut (Kuiper, 1971:16) : B-C IRR = I'+ (B - C)' - (B - C)" dengan : I’ : suku bunga memberikan nilai B-C positif I” : suku bunga memberikan nilai B-C negatif B-C : selisih antara nilai seragam dari manfaat dan biaya (B-C)’ : B-C positif (B-C)” : B-C negatif
2.4. Periode Pengembalian (Payback Periode) Analisis Payback Periode pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui seberapa lama (periode) investasi akan dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi pulang pokok BEP (break even point). Pada proyek penyediaan air bersih dikecamatan Kubu ini komponen cash flow benefit dan costnya bersifat annual,maka rumus yang digunakan adalah (Giatman,M 2006: 85): K(PBP) = Dimana: K(PBP) = Periode pengembalian CF = Cash flow periode ke t Jika komponen cash flow manfaat dan biayanya bersifat annual,maka formulanya menjadi:
Secara teoritis ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan Analisa sensitivitas, yaitu : 1. Perubahan dalam perbandingan harga terhadap tingkat harga umum, misalnya penurunan hasil pendapatan akibat penurunan jumlah pemakaian/konsumsi air irigasi. 2. Menurunnya debit sungai dari perhitungan yang diandalkan. 3. Berdasarkan ketentuan di atas, maka dalam studi kelayakan ini Analisa kepekaan proyek akan dihitung terhadap kondisi pesimis. 3. METODOLOGI PENELITIAN Tahapan pengerjaan studi ini dapat dilihat pada diagram berikut:
K(PBP) = Untuk mengetahui apakah rencna suatu investasi tersebut layak ekonomis atau tidak,diperlukan suatu ukuran/kriteria tertentu. Dalam metode ini rencana investasi dikatakan layak jika k ≤ usia guna proyek. 2. 5. Analisa Sensitivitas Analisa sensitivitas bertujuan untuk mengetahui seberapa sensitif suatu keputusan terhadap perubahan faktorfaktor atau parameter-parameter yang mempengaruhi setiap pengambilan keputusan pada ekonomi teknik. Tujuan lainnya adalah untuk mengurangi resiko kerugian dengan menunjukkan beberapa tindakan pencegahan yang harus diambil. Analisa Sensitivitas dilakukan dengan mengubah nilai dari suatu parameter pada suatu saat untuk selanjutnya dilihat bagaimana pengaruhnya terhadap akseptabilitas suatu alternatif investasi. Faktor yang biasanya berubah dan perubahannya bisa mempengaruhi keputusan dalam studi ekonomi teknik ini adalah biaya investasi, aliran kas, nilai sisa, tingkat bunga, tingkat pajak, dan umur investasi.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Biaya 4.1.1. Biaya Modal 1. Biaya Langsung (Direct Cost) Biaya ini merupakan biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan pembangunan. Untuk proyek Penyediaan Air Bersih di Kecamatan Kubu biaya langsung yang diperlukan terdiri dari: a. Biaya pekerjaan persiapan b. Biaya galian dan timbunan c. Biaya material
d. Biaya pengerjaan (upah tenaga kerja, sewa peralatan, dan lainnya) Semua inilah yang nantinya menjadi menjadi biaya konstruksi yang ditawarkan pada kontraktor kecuali biaya pembebasan tanah. Biasanya biaya pembebasan tanah ditanggung oleh pemilik (owner). 2. Biaya Tak Langsung (Indirect Cost) Biaya ini terdiri dari dua komponen, yaitu: a. Kemungkinan/hal yang tidak terduga (contengencies) dari biaya langsung.Biaya untuk ini merupakan suatu angka prosentase dari biaya langsung yaitu sebesar 10%. b. Biaya Teknik (engineering cost) Biaya teknik adalah biaya untuk pembuatan desain mulai dari studi awal (preliminary study), pra studi kelayakan, studi kelayakan, biaya perencanaan, dan biaya pengawasan selama waktu pelaksanaan konstruksi. Biaya modal untuk seluruh proyek Sistem Penyediaan Air Bersih di Kecamatan Kubu adalah sebagai berikut: • Biaya Konstruksi =Rp 17.796.186.000 •
BiayaAdministrasi
=
2,5 % x 17.796.186.000
=
Rp 444.904.650 • Biaya Konsultan Pengawas
=
5% x 17.796.186.000
=
Rp 889.809.300 • Biaya Tak Terduga 5% x 17.796.186.000
= =
Rp 889.809.300 • Total Biaya + PPN 10% Rp 22.022.780.175
=
Tabel 1. Biaya Modal Penyediaan Air Baku Kecamatan Kubu Tahun 2013.
Perhitungan dan analisa biaya modal dapat dilakukan dengan langkah perhitungan sebagai berikut: 1. Menghitung biaya modal untuk seluruh proyek penyediaan air bersih di kecamatan kubu yaitu sebesar Rp 22.022.780.175,00 2. Menentukan besarnya biaya modal total berdasarkan analisa 2013 yaitu mengalikan dengan faktor konversi yang sesuai. dalam perhitungan analisa biaya ini dijadikan nilai yang akan datang (Future Value) kemudian dikonversikan menjadi nilai tahunan (Annual Value). Hal ini dilakukan untuk mempermudah perhitungan. Pada studi perencanaan ini pekerjaan yang selesai sampai tahun 2014 dan bunga sebesar 7,5%. Tabel 2.Analisa Biaya Modal Tahunan
4.1.2 Biaya Tahunan (Annual Cost) Ketika sebuah proyek selesai dibangun merupakan waktu awal dari umur proyek sesuai dengan waktu detail desain. Pemanfaatan proyek dapat dilaksanakan. Selama pemanfaatan, masih diperlukan biaya sampai umur proyek selesai. Biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek inilah yang disebut sebagai biaya tahunan. Tabel 3. Biaya Total Rencana
mulai digunakan (mulai memberikan manfaat) yaitu pada tahun kedua.
4.2 Analisa Manfaat 4.2.1. Manfaat Langsung (Direct Benefit) Manfaat langsung merupakan manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya penyediaan air bersih di Kecamatan Kubu. Dalam analisa manfaat proyek ini manfaat langsung yang didapat yaitu benefit melalui air baku. A. Benefit Air Baku • Kondisi Ketersediaan Air Baku Saat ini (Existing)
•
Ketersediaan air baku di lokasi ini, sangat sedikit bahkan jika pada kondisi musim kemarau mengalami kekurangan air. Oleh karena itu pada musim kemarau air baku merupakan barang langka dan untuk mendapatkannya penduduk setempat harus mengambil ke tempat lain yang jaraknya cukup jauh. Kondisi Ketersediaan Air Baku Dengan adanya SPAM di Kecamatan Kubu
Dengan adanya SPAM di Kecamatan Kubu, maka ketersediaan air baku menjadi lebih terjamin kontinuitas ketersediaannya baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau. Berdasarkan ketersediaan air kondisi saat ini (existing) dan kondisi dengan adanya proyek SPAM, maka dapat dihitung manfaat ekonomi. Konstruksi dilaksanakan selama 1 tahun dan air baku
4.2.2. Manfaat Tidak Langsung (Indirect Benefit) Manfaat tak langsung dengan adanya pengembangan jaringan pipa di Kecamatan Kubu ini adalah: 1. Peningkatan pemenuhan kebutuhan air baku untuk kebutuhan domestik dan non domestik yang sebelumnya pada daerah ini minim sekali. 2. Menurunnya penyakit yang disebabkan oleh air,karena air yang disalurkan sudah diolah sehingga layak untuk dipakai. 4.2.3. Manfaat Nyata (Tangible Benefit) Manfaat nyata adalah manfaat yang dapat diukur dalam suatu nilai uang. 1. Bertambahnya pendapatan daerah dari sketor pajak. 2. Peningkatan pendapatan koperasi dari penyediaan air baku. 4.2.4. Manfaat Tidak Nyata (Intangible Benefit) 1. Perbaikan mutu kesehatan dan terhindar dari wabah penyakit yang diakibatkan oleh air. 2. Terpenuhinya kebutuhan air baku yang bersih dan layak. 4.3. ANALISA EKONOMI 4.3.1. Benefit Cost Ratio (BCR) Dalam perhitungan Benefit Cost Ratio ini masing-masing komponen manfaat dan biaya dijadikan nilai seragam. Hal ini dilakukan untuk mempermudah perhitungan. Tingkat suku bunga yang dipakai dalam studi ini adalah 7,5% dan usia guna jaringan pipa sampai tahun 2028. • Total kebutuhan air : 3 1.002.443,79 m /tahun •
Harga air eksisting Rp 12.500,-/ m3
:
•
Total manfaat : 3 1.002.443,79 x Rp 12.500,-/m :
•
Rp 12.530.547.315,00 ,- m3/tahun
Komponen biaya (Cost) • Total biaya konstruksi: Rp22.022.780.175,00 •
Faktor konversi (F/P,7,5%,1): 0,114
•
Faktor konversi (A/P,7,5,15): 1,075
•
Nilai tahunan biaya konstruksi: Rp 2.687.054.466,00
•
Total biaya O&P :Rp3.166.460.000,00
•
Total biaya tahunan:Rp5.853.514.466,00
Komponen Manfaat (Benefit) Total manfaat air baku: Rp 12.530.547.315,00 Sehingga:
4.3.3. Internal Rate of Return (IRR) perhitungan IRR untuk proyek penyediaan air bersih di Kecamatan Kubu ini adalah sebagai berikut:
IRR = I '+
(B − C)' (I"−I ') (B − C)'−(B − C)"
Dimana : I’ = suku bunga memberikan nilai NPV positif = 40% I” = suku bunga memberikan nilai NPV negatif = 45 % (B-C)’= (B-C) positif =497.716.017 (B-C)’’= (B-C) negatif= -583.602.490 Sehingga,
IRR = 35 % + Karena Benefit Cost Ratio ≥ 1, maka proyek ini layak untuk dilaksanakan. 4.3.2. Net Benefit (B-C) Perhitungan B-C proyek rencana untuk tingkat suku bunga 7,5 % adalah sebagai berikut: Annual Benefit= Rp 12.530.547.315 Annual Cost = Rp 5.853.514.466B–C = Rp 6.677.032.849
Tabel 4. Perhitungan Net Benefit
985.685.76 8 (35 % − 40 % (985.685.76 8 - 167.261.83 1)
= 39,3% Dari perhitungan tingkat pengembalian internal di atas dapat disimpulkan bahwa proyek penyediaan air bersih Kecamatan Kubu ini layak secara ekonomi. Hal ini disebabkan karena nilai IRR lebih besar dari nilai yang dipakai dalam evaluasi kajian ini yaitu sebesar 7,5 %. 4.3.4. Analisa Periode Pengembalian (Payback Periode) Pada proyek penyediaan air bersih dikecamatan Kubu ini komponen cash flow benefit dan costnya bersifat annual,maka rumus yang digunakan adalah: K(PBP) = Untuk mengetahui apakah rencna suatu investasi tersebut layak ekonomis atau tidak,diperlukan suatu ukuran/kriteria tertentu. Dalam metode ini rencana
investasi dikatakan layak jika k ≤ usia guna proyek. K(PBP) =
K(PBP) = 2,352 Tahun ≈ 3 Tahun 4.3.4. Analisa Sensitivitas Analisissensivitasdimaksudkanuntu kmengetahuiapa yang terjadidenganhasilproyekapabilaterjadikem ungkinanperubahandalampenentuannilainilaiuntukbiaya dan manfaatmasihmerupakansuatuestimasi (perkiraan), sehingga bila terjadiasumsiasumsi yang tidaksamadengankeadaansebenarnya. Berdasarkan Bank Indonesiainflasisukubunga dari tahun 2006 – 2014stabil di angka 10%. Inimendasarkandalamanalisisinidigunakan prosentaseinflasipadapengembanganjaring an pipa iniditetapkansebesar 10%. Tabel 5.AnalisaSensitivitasHarga Eksisting
• Total biaya = Rp 2.687.054.466,10 + Rp 3.166.460.000 = Rp 5.853.514.466,10 • Kebutuhan air baku = 1.002.443,79 m3/tahun • Penetapan harga air minimum bila B/C = 1 B (benefit) = harga air x kebutuhan air C (cost) = total alokasi biaya Harga Air Per Unit: =
=
TotalAloka siBiaya Kebutuhan air
5.853.514.466,10 1.002.443,79
= Rp. 5.839,24/m3 Setelah dihitung harga air pada saat B/C=1,Maka ditentukan harga air minimum saat B/C >1 agar harga air yang dikenakan pada konsumen adalah yang paling minimum dan juga memberikan keuntungan bagi instansi terkait. • Total kebutuhan air : 1.002.443,79 m3/tahun
Air • Harga air
: Rp 6000,-/ m3
• Total manfaat 6000
: 1.002.443,79 x Rp
• : Rp 6.014.662.711 ,- m3/tahun Untuk perhitungan harga air selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut:
4.4. Penetapan Harga Air Pada Kajian ini penetapan harga air berdasarkan kondisi B/C=1,sehingga harga air berdasarkan kondisi paling minimum yang dapat dikenakan pada konsumen benar-benar layak. Pada penetapan harga air ini dihitung :
Tabel 6.Harga Air Saat B/C =1
2. Manfaat nyata yang dapat diperoleh dengan dibangunnya Penyediaan Air Bersih di Kecamatan Kubu pada bunga 7,5% adalah : • Manfaat dengan harga air eksisting: Rp12.530.547.315,00/tahun. • Manfaat dengan harga air B=C: Rp Rp 5.853.514.466,00/tahun. • Manfaat dengan harga air B/C > 1: Rp 6.014.662.711,00 m3/tahun. Tabel 7. Analisa Sensitivitas Saat Harga Air Rp 6.000,-
Sedangkan manfaat tidak nyata yang diperoleh diantaranya terpenuhinya kebutuhan air baku yang bersih dan layak, dan perbaikan mutu kesehatan dan terhindar dari wabah penyakit yang diakibatkan oleh air. 3. Analisa ekonomi proyek Penyediaan Air Bersih di Kecamatan Kubu ditinjau terhadap Nilai Rasio Biaya Manfaat (B/C), Selisih Biaya Manfaat (BC),dan Analisa Sensivitas adalah:
5.KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Biaya total yang dikeluarkan untuk pembangunan Penyediaan Air Bersih di Kecamatan Kubu adalah sebagai berikut : • Biaya konstruksi =
Tabel 8.RekapitulasiHasilAnalisaEkonomi
Rp 22.022.780.175,00 • pertahun
Biaya O&P =
Rp 3.166.460.000,00 Biaya =
• Rp. 25.189.240.175
total
Kemudian dari perhitungan analisa sensivitas pada perhitungan , pada kondisi kritis dimana manfaat turun dan biaya naik berdasarkan nilai B/C secara keseluruhan dapat diketahui bahwa nilai kelayakan akan semakin menurun sampai pada keadaan yang tidak layak, yaitu nilai B/C kurang dari satu. Berdasarkan hasil analisa ekonomi pada Tabel 5.1 diatas dan
analisa sensivitas disimpulkan bahwa untuk dibangun.
maka proyek
dapat layak
4. Dari hasil perhitungan simulasi analisa ekonomi didapatkan harga air minimum: Tabel 9.Harga Air Minimum BerbagaiKondisi
5.2. Saran Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut: 1. Setelah selesainya dibangun sistem penyediaan air baku ini,nantinya pemerintah atau instansi terkait hendaknya memaksimalkan penanganan pemeliharaan, agar ketika terjadi kerusakan dapat segera diatasi dan meminimalisir biaya operasi dan pemeliharaan. 2. Untuk dinas terkait perlunya ketelitian dalam pencatatan data-data yang terkait dalam penentuan harga air,sehingga dapat memberikan data yang jelas,transparan, dan tidak menimbulkan kesimpang siuran atau kehilangan data yang pastinya akan berguna dalam menganalisis dan menentukan kelayakan ekonomi bagi perusahaan agar semua pihak merasa diuntungkan dan tidak dirugikan.
3.
4.
Karena penyediaan air bersih ini ditujukan untuk kesejahteraan penduduk, maka untuk penetapan harga air hendaknya tidak melihat dari sisi keuntungan saja tetapi juga harus melihat dari sisi ekonomi konsumen yaitu masyarakat yang menggunakan air bersih. Dalam penelitian ini disarankan harga air minimal menurut analisa ekonomi Rp 6.000,- merupakan harga air yang memberikan keuntungan bagi penyedia air bersih dan tidak terlalu membebani masyarakat.
UCAPAN TERIMA KASIH 1. Bapak Ir. Mohammad Taufiq, MT. dan Ibu Dr. Ir. Ussy Andawayanti.,MS sebagai dosen pembimbing atas masukan, arahan, bimbingan dan waktu yang diluangkan untuk berdiskusi hingga dapat terselesaikannya tugas akhir ini. 2. BapakAnggaraWiyono Wit Saputra, ST.,MTech dan IbuDr.Eng.EviCahya,ST.,MT sebagai dosen penguji yang memberikan masukan dan arahan untuk kelengkapan tugas akhir ini DAFTAR PUSTAKA A.Bontaddelli,James;DeGarmo,E.Paul;G.S ullivan,William;M.Wicks,Elin.1999. Ekonomi Teknik. Jakarta : Prenhallindo Kodoatie, Robert J. 1995. Analisis Ekonomi Teknik. Yogyakarta : Andi offset Pujawan, I Nyoman. 1995. Ekonomi Teknik. Yogyakarta : Liberty Suyanto, Adhi, Trie M. Sunaryo dan Roestam Syarief. 2001. Ekonomi Teknik Sumber Daya Air; Suatu Pengantar Praktis. Jakarta : (MHI)