HW Prakoso dan Kerabat SPA
Yang Terabaikan the Series #3
Kau Dee Ann Rose
“Hanya, ingin, Sonny, Maaf!” ucapmu rutin tatkala melihat wajah kakunya masih ada. Dengan menyelonjorkan kaki sambil bersandar pada kursi, kau memulai tatapan berjam-jam itu. Sesekali kau regangkan kaki, atau kadang-kadang memintaku untuk membalurkan minyak angin. Aku sendiri menyerah menanyakan alasan kau melakukan itu. Sebab kau malah akan sibuk meneliti setiap inci parasnya. Dia hitam terpanggang, alisnya tebal dan nampak gurat-gurat tegas disekitar matanya. Yang membuatku terenyuh adalah tangisanmu tiap melihatnya. Sebenarnya aku ingin mengatakan, “Dia sudah gila, Bu!” Ditengah keheningan itu, HP-ku menyanyikan Price Tag-nya Jessy. Aku terhenyak. Tercetak nama seorang mahasiswa bimbinganku. Aku membiarkan. Tidak mengangkat atau me-rijeknya, “Hari libur ini tak boleh ada yang menganggu kebersamaan kita! Bahkan perawat yang mengurusmu-pun aku liburkan.” Jika tidak melihat tangisanmu, sudah kubakar poto dalam figura itu. Gara-gara dia, kau melupakan lelaki beruban yang amat menyayangimu. Ia begitu mencemburui tingkahmu. Beruntung hobinya
Yang Terabaikan, the Series #3 ||
55
membudidayakan kaktus mampu menjadi air untuk api yang menjalar di hati. Ia tak merasa sepi lagi. Padahal katamu dulu, “Dia telah kabur sejak kau masih di sini.” Begitu ucapmu sambil menunjuk perut. Kalimat singkat itulah yang merambatkan dendam tak berkesudahan. Sehingga ketika aku menemukannya sempoyongan dipinggir jalan, dengan nekat aku mengadukan bumper mobilku. Meski kemudian menitipkan perawatannya pada seorang sahabat. Oh, apakah kini saatnya? “Bu, kita lihat bapak yuk?!” ucapku pelan sambil membelai pundakmu yang kering. Semula kau bergeming, namun bibirmu menggigil, “Ibu mimpi bapak, Sonny.” *** “Aku mohon ijin, Yah.” Pintaku berat pada lelaki yang sedang mengawasi kaktus di kebunnya. Ia menatapku ragu. Matanya yang sipit membuatku seolaholah aku sedang bercermin dan mendapati mata yang sama. Namun sinarnya memendarkan ketakutan besar. “Maafin Ayah.” Jawab Ayah akhirnya dibarengi anggukan yang lunglai. Berbekal restu darinya aku membawamu ke tempat sahabatku, meski pucuk-pucuk tanya mulai terasa. Di pagar rumahnya kami disambut papan kecil bertuliskan ‘Pusat Rehabilitasi Keris Nangtung’.
56
|| HW Prakoso dan Kerabat SPA
“Itu Bapak, Bu!” aku menunjuk sosok lelaki yang meringkuk dibalik ruangan terali besi. Kakinya buntung. Aku tersenyum kecut. Namun kau malah meraung-raung pedih, “Ampuni ibu! Ibu masih mencintai Bapak!” Lelaki kumal itu kaget melihat kita. Sambil terkekeh, “Anak kalian sudah besar ya?! Haha…” Tapi mendadak alisnya merengut , “Aku memang mandul! Hiks… ”[]
* Naskah ini pernah diikutkan dalam Event “Bukan Cinta Biasa - Tribute to Siti Nurhaliza, yang diadakan oleh grup Untuk Sahabat (UNSA) dan mendapat Top 3 di event tersebut.
Yang Terabaikan, the Series #3 ||
57
Hantu Cyber Dyah Nyenk
Susana malam terlihat senyap ketika sendiri berada di dalam rumah besar yang berdiri kokoh, rasa takut juga menghantui dirinya saat mendengar berita tetangganya baru saja meninggal akibat bunuh diri. Ratu berusaha memendam ketakutannya dia mencoba menelepon keluarganya yang saat ini berada di Singapore. “Mam, kapan pulang? Ratu gak bisa tinggal sendirian di rumah.” “Sayang, mungkin Mami sama Papi, pulang minggu depan. Kamu jaga diri dirumah ya,kalau kamu merasa kesepian kamu bisa ajak kawan kamu tinggal di rumah.” “Tapi, Mam.” Tut.. tut …tut.. Tiba-tiba telepon terputus, namun Ratu mencoba menelepon kembali dan hasilnya nihil. Dia berusaha meredam ketakutannya dengan conect di internet. Ketakutannya mulai meredam saat dia ngobrol dengan salah satu pria yang bernama Daniel yang ia kenal di dunia maya. Bahkan pria itu mengajak Ratu untuk kopi darat. Karena terlalu sibuk dengan tugas kampus, Ratu tak sempat menemui pria yang ia kenal di dunia maya. Namun
58
|| HW Prakoso dan Kerabat SPA
ketika akan keluar dari gerbang kampus, ada seorang pria yang berbaju hitam dan berkaca mata hitam menghampiri Ratu. “Ratu.” Sapa pria itu. “Iya, maaf Anda siapa?” “Daniel.” Ratu sempat terkejut akan hadirnya pria yang ia kenal dari dunia maya. Saat itu Daniel mengajak Ratu kesebuah danau yang jauh dari sudut kota hanya untuk melihat keindahannya. Sewaktu mengantarkan Ratu pulang Daniel juga memberikan sekuntum mawar putih untuknya. “Makasih, udah antar aku.” Pria yang mengenakan kacamata hitam itu hanya tersenyum melihat Ratu. Sesampai di dalam rumah Ratu menaruh mawar putih pemberian Daniel ke dalam vas namun anehnya mawar itu berubah warna menjadi hitam. Keganjalan itu sama sekali tak dirasakan Ratu. Malam kian menjelang, Ratu yang saat itu sedang terpaku di depan laptopnya di kagetkan dering hapenya, namun ketika diangkatnya tak ada suara, karena telepon genggamnya terus berdering Ratu mematikan telepon genggamnya, dan dia kembali menatap layar laptop. Sewaktu Ratu mencoba bergabung di messenger ada nama asing yang ingin menjadi temannya dan Ratu mencoba menconfirm. Tulisan “Dead” beserta gambar aneh muncul di halaman mesenggernya, gambar itu mengingatkan Ratu akan danau yang ia datangi bersama
Yang Terabaikan, the Series #3 ||
59
Daniel. Ratu berpikiran pesan singkat yang muncul di mesenggernya hanya bikinan orang iseng yang tak bertanggung jawab. Karena lelah Ratu tertidur pulas di depan laptopnya yang masih menyala. Serasa berada di danau, ketika ia akan melangkah menghampiri sosok pria yang berbaju hitam yang berdiri di pinggir pantai tiba-tiba seorang wanita berbaju putih dengan rambut tergerai dan wajah pucat mendorongnya. Mimpi buruk telah membangunkannya, dan saat tersadar dia melihat layar laptopnya yang semalam belum ia matikan, disitu dia menemukan tulisan “kau adalah milikku” dan tepat berada di sebelah laptopnya ada sekuntum mawar putih. Sempat membuat Ratu kebingungan. *** Hari demi hari dia lalui seiring dengan berjalannya waktu, perubahan drastis pada dirinya membuat sebagian temannya merasakan keganjalan. Ratu sempat bercerita tentang danau yang pernah ia kunjungi, namun temantemannya menyangkal adanya danau itu. “Ratu, jangan terlalu mengigau, di tempat itu tidak ada danau, yang ada malah kuburan tua.” “Aku gak pernah salah, karena aku benar-benar ke tempat itu, aku melihat ada danau.” “Udah lah.” Di antara teman-temannya ada satu yang percaya dengan Ratu, bahkan berencana untuk pergi ketempat itu.
60
|| HW Prakoso dan Kerabat SPA
Sempat membuat Ratu marah karena sudah dibilang pembual. “Kenapa kamu disini, gak ikut pergi bareng mereka?” “Ratu, jangan bilang seperti itu. Karena aku belum tau maka dari itu aku ingin datang ketempat itu.” “Baiklah, besok kita pergi.” Karena tak sabar menunggu hari esok, sepulang dari kampus Nova menuju lokasi itu sendiri, yang di lihat hanya kuburan tua. Hampir tak percaya apa yang dikatakan Ratu berbeda dengan kenyataannya. Suasana yang terlihat sepi senyap, hingga membuat bulu kudunya berdiri. Sewaktu akan meninggalkan lokasi itu tiba-tiba Nova dikagetkan sesosok nenek tua yang berbadan bungkuk. “Cari siapa, Neng?” “Nek, ada tidak danau di daerah sini?” Nenek itu hanya menunjuk ke arah jalannya Danau, saat Nova akan bilang terimakasih, sang nenek yang ada di belakang Nova tiba-tiba menghilang. Lagi-lagi Nova di hantui rasa takut namun dia tetap penasaran dengan tempat itu. langkah demi langkah dia berjalan menuju danau. Ternyata apa yang dikatakan Ratu benar kalau di tempat itu ada sebuah danau namun tak seindah seperti yang di katakana Ratu. Ketika akan turun ke danau Nova melihat bayangan putih yang melintasinya, dan dengan terburu-buru Nova meninggalkan tempat itu.
Yang Terabaikan, the Series #3 ||
61
Masih saja terbawa oleh kejadia yang ia alami, ketika Ratu mengajak ke danau, Nova menolak keras dan berkata pada Ratu. “Lebih baik jangan ke danau itu, tempat itu angker.” “Hahaha, kata siapa angker? Tempatnya indah.” “Jangan, tempat itu angker.” Berulang kali Nova berusaha mencegah Ratu namun gagal. Waktu itu Ratu beranjak meninggalkan Nova yang masih berada di Aula kampus. “Ya sudah, kalau kamu gak ingin ikut. Entar malam aku mau ke tempat itu bersama dengan Daniel.” “Siapa Daniel?” “Teman dekatku yang sering ajak aku ke danau.” “Dia mahasiswa kampus sini?” “Bukan, ups! Rasanya aku harus pergi karena Daniel sudah menungguku di depan pintu gerbang.” Nova tak hanya diam dia mengikuti langkah Ratu dan ingin melihat teman Ratu yang bernama Daniel. Namun Nova sama sekali tak melihat Ratu bersama dengan seorang laki-laki. ***
Bersambung…
62
|| HW Prakoso dan Kerabat SPA