HW Prakoso
Yang Terabaikan ~ Kumpulan Naskah Gatot !! ~
Publishing
DK (Demi Keutuhan d’Kerabat) Goresan pena : HW Prakoso Kesetiaan Keutuhan tiada batas Tanpa memandang waktu dan kapanpun kami ada Akhir cerita yang tak terhingga Membelenggu dalam diam Terperanga dalam malam Setiap malam, menjelang pagi Di siang hari Saat sore Dan mungkin kembali malam di detik ini Memikirkanmu tiada henti Detak detik dentum Terus menghujam dalam Kau apakan aku? Hingga kesetiaan ini terus melekat dalam ragaku
82 ~ HW Prakoso
Ingin aku tahu tentangmu sepanjang masa Inginku bersamamu sampai tutup usiaku Inginku selamanya tanpamu Tanpa ada yang melarang Dua puluh insan yang senantiasa berbagi Senang bahagia sedih susah duka maupun lara Kapanpun, dimanapun, dalam keadaan bagaimanapun Merangkul kuat erat dalam dekapan kerabat Satu keutuhan dalam satu duka Duka terdalam terasakan Kehilangan satu insan termuda Masa demi hari berganti waktu Dalam keheningan malam Kerabat engkau mulai menjauh Dalam setiap beranda hariku Dan aku pun sama Menjauh darimu dan (bukan) menghindar
Yang Terabaikan ~ 83
Pengertian dan (terus) silaturahmi Mempersatukan dalam lain tempat Langkahmu untuk masa depan Dan menatap cerah esok hari Aku tahu itu, kalian pun memahami (Masih) berharap sampai kapanpun Entah satu, dua, atau tiga hari bertemu Entah empat, lima, atau enam jam menyapa Walaupun hanya tujuh, delapan, atau sembilan menit di obrolan Sungguh aku ingin segera bertemu Berbulan-bulan Sampai mati Sepuluh, dua puluh, tiga puluh tahun, dan selamanya akan merindukanmu... -o0o-
84 ~ HW Prakoso
Dua Belas Jam Tanpamu (II)
Buka puasa telah usai digelar. Kebersamaan kami telah lengkap. Memperingati hari lahir perkumpulan kami. Dua tahun sudah kita berkumpul bersama. Melakukan banyak hal dengan canda tawa, suka dan duka, senang dan susah. Kesamaan dalam berbagai hal. Engkau sangatlah berharga bagi kami. Engkau yang termuda dan termanis saat tersenyum. Engkau adalah spirit dalam kebersamaan kami. Atas nama kerabat, kami akan tetap terus bersama. Dan keesokan harinya engkau meninggalkan kami. Menembus awan ke langit tujuh sampai ke surga. Dan dalam ketenangan abadi bersama doa kami. Amri, engkau semangat hidup kami. Memberikan inspirasi dalam kekeluargaan kita. Engkau pergi tuk selamanya. Dan takkan pernah kembali. Darahmu tercecer di seragam pada pagi hari. Kecelakaan yang membuat kami trauma akan truk. Transportasi yang pernah menyerempetmu hingga tiada.
Yang Terabaikan ~ 85
Padahal aku masih berada di Semarang untuk menuju ke Tegal. Tapi waktu lebih cepat memanggilmu. Aku tak bisa berziarah ke makammu saat itu. Maafkanku, aku memang tidak sempat. Sebagai gantinya aku dan teman-temanku yang sudah berziarah
menuju
markas
tempat
kami
berkumpul.
Mengenangmu dan memandangi seluruh dokumentasi. Kudapati engkau tersenyum manis. Dengan lesung pipit yang begitu dalam. Agak memisah dari kami. Semoga engkau tenang di surga sana. 4 September 2007 dalam dua belas jam tanpamu. -o0o-
86 ~ HW Prakoso
Mau di Bawa ke Mana? (Bukan sebuah lirik lagu) Kau tahu apa yang ku rasakan? Kau tahu apa yang tlah ku korbankan? Kau tahu apa yang seharusnya ku miliki? Perasaan ini sungguh sangat pedih Perih, hingga hati turut teriris Ingin menangis sejadi-jadinya Seribu kata tak terucap di mulut Hanya dalam hati Seribu bahasa pengantar untuk mengungkapkan tapi tiada guna Masih perih, Sekarang mau di bawa ke mana? Hati yang dulu sebelum ku korbankan semuanya? Atau hati yang telah terkontaminasi olehmu? Berharap kau tak kan mengubah pendirianku lagi Jangan, jangan sampai terjadi Pendirianku yang tertanam teguh Kau goyahkan begitu saja Aku mudah terkontaminasi Jadi ku harap kau mengerti dan mengerti -o0o-
Yang Terabaikan ~ 87
Sang Musisi Cinta Gitarku, Kupetik detik demi detik Alunan laguku mendendangkan sebuah syahdu Syahdu atau candu? Ah, sang musisi terkontaminasi Petikan yang tlah dimainkannya terhenti Petikan gitarku detik demi detik Sampai lagu yang syahdu merdu menggebu-gebu Satu lagu dalam hati ‘Sampai berapa lama kan menggebu-gebu?’ Mungkin sampai datang seseorang yang membawa dalam kotak penuh tangis teriak Sampai cek-cok dalam kotak Sampai nekad untuk kabur Sampai sang musisi terisolasi Dan, sampai sang musisi tak lagi sejenak melihat sang pujaan hati -o0o-
88 ~ HW Prakoso