Xar & Vichattan: Takhta Cahaya(Xar & Vichatan, Seri Ahli Waris Cahaya #1) by Bonmedo Tambunan
Bagi saya, Bonmedo Tambunan adalah penulis briliyan yang layak diperhitungkan bukan saja di Indonesia, namun juga di seluruh dunia. Buku pertama Xar&Vichattan: Takhta Cahaya ini adalah bukti kepiawaian sang penulis. Ia tidak bergenit-genit dengan kerumitan plot dan penokohan. Ia justru menonjolkan kesederhanaan dan kepolosan, seperti seorang anak melihat dan mencerna segala yang ia temui dan menuangkannya ke atas kanvas dengan warna-warna dasar. Sepintas membaca X&V buku pertama terasa seperti buku anak-anak dimana terang versus gelap, hitam versus putih, jahat versus baik terpapar lugas tanpa polesan. Dengan kesederhanaan yang begitu menonjol, Bonmedo sadar betul untuk memberikan ruang seluas-luasnya dalam pegembangan cerita. Pembaca yang jeli akan melihat "jendela-jendela" misteri yang sepintas nampak seperti ornamen belaka, namun bila dikembangkan mampu menjadi beberapa kisah tersendiri. Pengembangan plot ke arah prequel maupun kelanjutan trilogipun masih sangat memungkinkan. Disitulah kelihaian Boni: sementara ia mengupas perlahan-lahan suatu misteri, dalam waktu bersamaan ia juga mulai membangun perlahan-lahan suatu misteri baru yang tidak disadari pada awalnya. Buat saya, ini adalah buku pertama yang sempurna: sederhana, namun memiliki kemampuan berkembang menjadi dahsyat, seperti Hobbit nya JRR Tolkien atau film Star Wars episode IV George Lucas. Ia tidak menyesakkan pembaca- ia mengajak pembaca berkembang bersamanya. |Kuil kegelapan kembali bangkit, ditandai dengan terwujudnya kutukan yang menimpa pimpinan Kuil Xar dan Vichattan, yaitu Biarawati Agung Mirell dan Penasihat Utama Magdalin. Kedua wanita ini mulai khawatir, bukan karena kesehatan mereka tetapi karena adanya ramalan bahwa Khalash, Sang Penguasa kegelapan akan kembali.
|Kuil kegelapan kembali bangkit, ditandai dengan terwujudnya kutukan yang menimpa pimpinan Kuil Xar dan Vichattan, yaitu Biarawati Agung Mirell dan Penasihat Utama Magdalin. Kedua wanita ini mulai khawatir, bukan karena kesehatan mereka tetapi karena adanya ramalan bahwa Khalash, Sang Penguasa kegelapan akan kembali. Kalash dan para sekutunya telah berhasil dikalahkan pasukan cahaya dalam peperangan tujuh tahun yang lalu. Ramalan itu juga sudah ada selama jangka waktu tersebut, tetapi mereka tidak menyangka bahwa secepat itu Kuil kegelapan akan berdiri lagi. Sedangkan tanpa penerus Kuil cahaya, kekuatan Kuil Xar dan Vichattan tidak akan mampu melawan Khalash dan sihir kegelapannya. Ya, perang tujuh tahun lalu telah menghancurkan Kuil Cahaya dan Kuil Kegelapan. Lalu jika Kalash bisa membangun kembali Kuil Kegelapan, siapa yang bisa membangkitkan lagi Kekuatan Kuil Cahaya? Untungnya Pendeta Cahaya Lucia masih terus mengawasi dan mempersiapkan pewaris untuk membangkitkan kembali kekuatan Kuil Cahaya, bahkan meskipun Lucia sebenarnya tidak lagi berada di dunia ini. Dengan kekuatannya, Lucia meneruskan berita bahwa pewaris cahaya tersebut adalah keempat anak yang berasal dari Kuil Xar dan Vichattan. Yaitu Antessa (cucu dari Biarawati Agung Mirell), Dalrin (putra dari Terma uv Elaim pemimpin pasukan penjaga Kuil Xar), Kara (cucu dari Penasihat Utama Magdalin dari Vichattan) dan Gerome (anak dari Tiarawan Mauris dari Vichattan). Keempat anak ini harus memenuhi takdir mereka menjadi pewaris sihir cahaya dan membangkitkan kembali Kuil Cahaya. Namun untuk membangkitkan Kuil Cahaya, mereka terlebih dahulu harus membangunkan Amor dan Pietas, dua penjaga Kuil cahaya di Pegunungan Eros. Perjalanan mereka tentu saja tidak mudah, selain karena mereka masih anak kecil, adanya serangan dari pengikut Kalash, bahkan dari monster-monster menjijikkan juga menjadikan petualangan mereka menjadi berbahaya dan menegangkan. Akankah keempat anak itu akan berhasil membangkitkan lagi kekuatan Kuil Cahaya? Review lengkap di
http://orybooks.blogspot.com/2012/05/...|Anakku baca buku ini karena senang ada tanda tangan penulisnya (dan juga ada sogokan bila dia selesai membacanya). Kritik dari anakku: hurufnya kurang besar. Terus berkarya Bony.|Seharusnya saya bertindak mengikuti kata hati!Belakangan ini saya sering mengacuhkan insting saat membeli buku. Padahal sudah beberapa kali terbukti insting saya benar, keragu-raguan membeli malah merugikan saya. Buku ini sempat dilirik saat acara Bedah Buku Feel di Gramedia Pejaten Village. Namun sayang, buku yang ditemukan di antara buku lain yang bukan sejenis kondisinya memprihatinkan. Belum lagi melihat format tulisan yang relatif kecil sedangkan spasinya lumayan besar, serta posisi sisi kanan dan kiri yang kurang proposional, membuat saya mengurungkan membeli buku ini. Namun, rupanya buku ini masih "menggoda" saya. Saat ada diskon besar di salah satu toko buku, lagi-lagi tumpukan buku ini menggoda saya. Saat meminta rekomendasi ke teman-teman, jawabnya malah kian membuat ragu. Walau saya sudah menangkap ada sesuatu yang spesial, rupanya insting musti kalah dengan gengsi.... Siapa mengira, rupanya buku ini berjodoh dengan saya. Saya malah menerima buku ini sebagai hadiah ulang tahun yang terlalu cepat dari penulisnya. Dan insting saya terbukti benar, ada yang spesial mengenai isi cerita ini. Ceritanya memang termasuk genre fantasi. Ini merupakan buku pertama, sementara buku kedua menurut pengakuan pengarangnya sedang mengalami pematangan alur cerita. Tokohnya kali ini adalah anak-anak. Antesa, cucu biarawati agung Mirell serta Dalrin, putra Terma uv Elain dari Kuli Xar bersama dengan Kara au Yamenti cucu pendeta agung Magdalin au Yamenti dan Gerome op Karlan ditunjuk sebagai ahli waris Kuil Cahaya . Tugas mereka tidaklah mudah, mereka harus membangkitkan kejayaan Kuil Cahaya guna membantu Kuil Xar dan Vichattan menghadapi Kuil Kegelapan. Bayangkan, empat orang anak yang usianya masih muda harus mengemban tugas yang sangat berat. Belum lagi musuh yang mereka hadapi memiliki kemampuan yang jauh diatas mereka.
Vichattan menghadapi Kuil Kegelapan. Bayangkan, empat orang anak yang usianya masih muda harus mengemban tugas yang sangat berat. Belum lagi musuh yang mereka hadapi memiliki kemampuan yang jauh diatas mereka. Sebenarnya, jika boleh memilih, saya akan memilih menjadi warga kota Viachattan yang dikenal sebagai Kota Biru. Viachattan dikelilingi oleh tembok raksasa yang tebal dan kokh. Tembok itu mempunyai menara-menara sihir disepanjang tubuhnya, yang masing-masing dilengkapi oleh kristal raksaksa yang siap menembakkan sihir mematikan. Di depan pintu setiap rumah, anak-anak tangga melayang di udara tanpa ada yang menyangganya. bagunan di kota itu hampir seluruhnya berwarna biru. Penyihir Vichattan mengambil kekuatan energi disekitar mereka. Mereka terlatih untuk merasakan dan mengenali energi utama yaitu energi api, air , udara dan bumi. Inti kekuatan sihir Kuil Xar adalah rasa percaya bahwa di dalam diri setiap makhluk terpendam kekuatan magis yang dasyat, yang tanpa kita sadari telah membentuk dan memberi kehidupan. Maka penganut aaran Kuil Xar berlatih keras mengontrol diri dan pikiran agar dapat merasakan, meraih serta mengatur kekuatan yang tersembunyi tersebut, Perjalanan mereka membangun Kuil Cahaya tidaklah mudah, sebelum membangun Kuil Cahaya, mereka harus terlebih dahulu membangunkan roh cahaya yang tertidur saat Kuli Cahaya hancur. Mereka harus membangunkan Pietas sang rusa serta Amor sang angsa. Dalrin berpasangan dengan Kara sementara bertugas membangunkan Pietas, sementara Antessa dan Gereme bertugas membagunkan Amor Sekilas, buku ini mengingatkan saya pada petualangan Alvatar dengan 3 sahabatnya,Katara, Saka dan Taf(gimana nulisnya ya..) Setiap anak (kecuali Saka)mempunyai keahlian menguasai elemen dasar kehidupan. Katara menguasai elemen air, Taf menguasai elemen bumi, sedangkan Aang, sebagai Alvatar harus belajar menguasai keseluruhan elemen, walau elemen dasarnya adalah udara.Para penyihir dari Kuil Vichattan mengingatkan pada kemampuan yang dimiliki oleh Katara, Saka dan Aang. Para penyihir dari kegelapan, mengingatkan pada kisah Lord of The Ring. Buku ini menemani saya yang susah tidur di malam hari akibat efek obat yang memutar balikan dunia. Kalo besok saya masih flu gara-gara begadang menuntaskan buku ini, Boni sepertinya harus ikutan bertanggung jawab he he |Ini buku pertama dari dua buku Xar & Vichattan yang dikasih sama mas boni yang baik hati :D pada acara “bincang-bincang orang kedhalu”. Mohon maaf baru sempet nge-resensi sekarang. Padahal bacanya udah selesai dari awal Februari 2011. Kesan pertama lihat buku ini... fantasi banget! sampulnya itu lho... bener-bener gak akan salah deh orang akan mengira bahwa ini novel fantasi. ada angsa terbang, rusa terbang, lengkap dengan sosok manga... full of fantasy. Kalo dari segi sampul, ini udah oke banget menurut saya. Ohya, btw kok rasanya aneh ya baca “takhta”,saya lebih sering dengernya “tahta”. Entah yang baku yang mana. Belum sempet cek di kamus besar bahasa Indonesia terbaru :p Kalau dilirik *atau dilihat* dari judul buku ini “Xar & Vichattan”, jelas banget ini bahasa-bahasa dunia khayalan yang saya belum familiar, sampai nyebutnya salah-salah *keseleo lidah*. Kebiasaan saya kalau menemukan istilahistilah yang belum familiar pasti saya bakalan meluncur halaman belakang, berharap ada penjelasan (glosarium) atas istilah2 tersebut. Daaan… yup, akhirnya predikdi saya tepat, ketemu deh istilah ini. Memang tepat menjelaskan beberapa istilah penting di bagian akhir buku, agar pembaca *seperti saya* punya bekal sedikit pemahaman tuk melanjutkan perjalanan membaca, meski kadang suka lupa-lupa ingat sama istilah-istilah yang udah dibaca, tapi glosarium ini bener-bener membantu. Xar: kuil tempat para biarawan dan biarawati praktisi ilmu psikis Xar bersemayam. Vichattan: Kota magis tempat para penyihir elemental bersemayam. Lumayan… bisa jadi bekal tuk melanjutkan bacaan ini. Awal-awal baca buku ini masih agak2 kagok. Maklum baru tercemplung ke dunia fantasi Xar-Vichattan (XV), meski udah baca glosariumnya masih butuh penyesuaian. Tapi gak butuh waktu lama tuk beradaptasi dengan dunia XV ini. Penulis memaparkannya dengan sabar dan jelas. Yang jadi salah satu perhatian saya adalah nama2 yang gak
Awal-awal baca buku ini masih agak2 kagok. Maklum baru tercemplung ke dunia fantasi Xar-Vichattan (XV), meski udah baca glosariumnya masih butuh penyesuaian. Tapi gak butuh waktu lama tuk beradaptasi dengan dunia XV ini. Penulis memaparkannya dengan sabar dan jelas. Yang jadi salah satu perhatian saya adalah nama2 yang gak biasa menurut saya… soalnya ada 3 kata gituh- Terma uv elaim, Felicia au keisia, Petra kar cabara, dsb. Tapi saya suka banget sama nama2 yang ada di buku ini, sesuai banget dengan karakter ceritanya. Sebelum bab pertama, ada halaman bergambar peta di buku ini. Tapi saya gak terlalu berminat tuk lihat peta itu. Soalnya belum ada gambaran tuk memahami peta itu, paling Cuma tau Kuil Xar dan Vichattan. Selanjutnya go ahead baca ceritanya. Soal peta, saya baru tertarik melihatnya lagi saat di pertengahan cerita dan akhir cerita. Yang saya suka, bab ceritanya (judul) pendek, hanya 5-8 halaman, membuat yang baca jadi tidak jenuh. Tiap bab diselang-seling ceritanya, misalnya di judul Monumen batu tentang perjalan Gerome dan Antessa, di judul selanjutnya (ingencorpus) tentang perjalanan Kara dan Dalrin. Dua judul selanjutnya kembali lagi ke lanjutan perjalanan Gerome dan Antessa. Setelah judul itu, diceritakan kelanjutan tentang perjalanan Kara dan Dalrin. Mungkin tujuan diselang-seling kayak gini biar pembaca gak bosen dan makin penasaran kali yak. Tapi tenang aja, kita gak bakalan pusing dengan alurnya, dan gak akan loading lama tuk nyambung ke lanjutan cerita-ceritanya, karena ada pengantar *semacam kalimat* di awal bab (judul) yang akan mengingatkan kita pada cerita/ kondisi terakhir. Alur di buku ini memang diceritakan dengan rapih dan detail, begitu juga karakter tokoh-tokohnya. Mulai dari Darlin dan antesa yang cenderung calm and polite, Kara dan Gerome yang nekad dan ceplas-ceplos (kayaknya ada banget tuh bedanya dibesarkan di lingkungan Xar dengan Vichattan), Terma yang ksatria, Mirell dan Magdalin yang bijak, dll… mungkin penulis berniat menyesuaikan karakter dengan kemampuan yang dimiliki dalam menggunakan ilmu Xar atau Vichattan. Yang pasti *menurut saya* penggambaran karakter tokoh2 di buku ini kuat. Mengenai Vichattan, saya masih bingung, kok kurang diceritakan bagaimana negerinya ya.. bagaimana kehidupan rakyatnya, karakter & reaksi rakyatnya, dll. Kebanyakan yang masuk dalam cerita ini Cuma petinggi2 vichattannya aja. Gak keluar dari itu, paling Cuma diberitakan- rakyat mengungsi (misalnya pada buku 2). Jadi kesannya latarnya/ jangkauan tempatnya gak luas dan negerinya “tidak berpenduduk”. Mengenai membangunkan Amor-Peitas. Waktu amor dibangunin, antessa dan gerome sampe susah payah banget ya (kasihan)… tapi pas Pietas, kok dia udah bangun sendiri sih… curaang ni :D kalo aja ada kesamaan cara bangunin amor dan pietas kan leih seru (menurutku), yah minimal kudu ada cara lah buat bangunin amor-pietas, jangan bangun duluan dong :( Mengenai kegelapan, pasukannya hebat-hebat banget. Ada ksatria kegelapan, dracolupin, ingercorpus, pasukan tengkorak, dll. Dengan jumlah mereka yang banyak banget, sepertinya tidak sebanding kekuatannya dengan Pewaris tahta cahaya, Pasukan Xar, dan Vichattan yang kekuatannya spesifik. Rasanya mengerikan aja kalau kedua kubu bertarung langsung… Singkatnya, buku ini bercerita tentang bangkitnya kuil kegelapan dan pasukannya dari Void (tempat mereka terkurung). Ini merupakan ancaman terbesar bagi dunia. Xar dan Vichattan tidak bisa tinggal diam. Pasukan kegelapan hanya bisa dihancurkan dengan kuil cahaya. Sayangnya, saat ini kuil cahaya telah runtuh bersama meninggalnya pendeta cahaya terakhirnya, Luscia. Kuil cahaya hanya bisa dibangkitkan oleh pewaris tahta cahaya. Tanpa diduga ternyata Luscia memilih Kara (cucu Magdalin, penasihat utama Vichattan), Gerome, Antessa (cucu Mirell, biarawati agung Xar), dan Dalrin sebagai pewaris tahta cahaya. Aduhai, tugas yang sangat berat buat anakanak umur sebelas tahun seperti mereka. Disaat pasukan kegelapan menghimpun kekuatan untuk menyerang, para pewaris tahta cahaya mati-matian untuk membangunkan Amor dan Pietas (penjaga gerbang kuil cahaya) agar kuil cahaya bisa berdiri. Perjalanan mereka tentu saja tidak mulus, Khalash (panglima kegelapan) senatiasa mengirimkan anak buahnya tuk menghalangi tujuan mereka. Dengan perjuangan yang berat, dan dukungan seluruh elemen Xar dan Vichattan, akhirnya pewaris tahta cahaya berhasil membangkitkan kembali kuil cahaya. Meski Dalrin sangat terpukul atas kematian ayahnya (Terma uv elaim). Berdirinya kuil cahaya bukan berarti tugas ahli waris sudah selesai, Kuil kegelapan hanya berhasil dipukul mundur. Mereka belum binasa. Xar, Vichattan, dan kuil cahaya masih harus bersiap menghadapi kedatangan mereka lagi.Tugas pewaris tahta cahaya semakin berat.
Cerita yang sangat menarik. Dua hari saya baca buku ini, tentunya dengan waktu yang terpotong-potong *lebih banyak terpotongnya* :D Gak sabar tuk baca lanjutannya. Untung buku yang kedua udah ada di tangan juga :D