GAMBARAN TENTANG HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTEK HIGIENE MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS 7 DAN 8 DI SMPN 141 JAKARTA SELATAN TAHUN 2012
WINDURENNY JACINTA TARIGAN ANWAR HASSAN
PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT DEPOK ABSTRAK
Praktek Higiene menstruasi merupakan komponen kebersihan diri yang memegang peranan penting dalam status perilaku kesehatan remaja, termasuk menghindari adanya gangguan pada fungsi alat reproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang hubungan pengetahuan dan sikap dengan praktek higiene menstruasi pada remaja putri kelas 7 dan 8 di SMPN 141 Jakarta Selatan, dan menggunakan desain cross sectional dengan jenis penelitian kuantitatif. Total sampel sebanyak 132 responden yang sudah mengalami menstruasi. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan responden tentang menstruasi masih rendah (52,3%) dan sikap responden terhadap menstruasi pun negatif (51,5%) sehingga tidak mengherankan jika hanya 49,2% responden yang memiliki praktek higiene menstruasi baik. Dari hasil uji statistik dari semua variabel independen hanya sikap yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan praktek higiene menstruasi (nilai P= 0,036) Menstrual hygiene practices are components of personal hygiene plays an important role in the status of adolescent health behaviors, including avoiding any interference with the function of reproduction. This study aims to describe the relationship of knowledge and attitudes to menstrual hygiene practices in young women in grades 7 and 8 in SMPN 141 Jakarta selatan, and using cross-sectional design of the type of quantitative research. Total sample of 132 respondents who had experienced menstruation. Results showed respondents' knowledge about menstruation is still low (52.3%) and respondents attitudes towards menstruation was negative (51.5%) so it is not surprising that only 49.2% of respondents who have a good menstrual hygiene practices. From the results of statistical tests of all the independent variables only attitude that has a significant association with menstrual hygiene practices (P = 0.036) Keywords: Knowledge; Attitude; Practice Junior Teen Menstrual Hygiene PENDAHULUAN Kurangnya sumber informasi mengenai personal hygiene bagi remaja awal menyebabkan rendahnya informasi yang dimiliki remaja-remaja di Indonesia. Khususnya bagi remaja putri, setiap remaja putri pasti akan mengalami masa menstruasi, namun akibat kurangnya
Gambaran tentang..., Windurenny Jacinta Tarigan, FKM UI, 2013.
keterpaparan terhadap informasi kesehatan reproduksi mengakibatkan rendahnya pengetahuan mengenai higiene menstruasi. Sementara pengetahuan yang dimiliki remaja awal khususnya remaja putri akan mempengaruhi sikap dan praktek pada saat menghadapi masa menstruasi. Buruknya sikap dan praktek dalam higiene menstruasi akan meningkatkan resiko remaja putri untuk terkena berbagai macam gangguan kesehatan terutama kesehatan pada organ reproduksi. Oleh karena itu perlu diketahui gambaran tentang hubungan pengetahuan dan sikap dengan praktek higiene mesntruasi remaja putri kelas 7 dan 8 di SMPN 141 Jakarta Selatan. 1.Tujuan Penelitian 1.1 Tujuan Umum : Diketahuinya gambaran tentang hubungan pengetahuan dan sikap dengan praktek higiene menstruasi pada remaja putri kelas 7 dan 8 di SMPN 141 Jakarta Selatan Tahun 2012 1.2 Tujuan Khusus : 1. Diketahuinya praktek higiene menstruasi pada remaja putri kelas 7 dan 8 di SMPN 141 Jakarta Selatan Tahun 2012 2. Diketahuinya gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan praktek higiene menstruasi pada remaja putrid kelas 7 dan 8 di SMPN 141 Jakarta Selatan Tahun 2012.
TINJAUAN TEORITIS Masa remaja terbagi menjadi 3 tahapan menurut James-Traore (2011:12) (dalam Imron, 2012), yaitu: 1. Masa remaja awal (10-14 tahun) 2. Masa remaja menengah (15-16 tahun) 3. Masa remaja akhir (17-20 tahun) Masa remaja memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelumnya dan sesudahnya. Hurlock, 1999 (dalam Adelia, 2009) menerangkan beberapa ciri remaja adalah sebagai berikut: 1. Masa remaja sebagai periode yang penting Ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat psikologis. Dikatakan Tanner yang dikutip oleh Hurlock bahwa sebagian besar anak muda, usia antara 12 tahun dan 16 tahun yang penuh kejadian yang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang terjadinya
Gambaran tentang..., Windurenny Jacinta Tarigan, FKM UI, 2013.
terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru. 2. Masa Remaja sebagai periode transisi Dalam tiap adanya transisi suatu perubahan, status individu menjadi tidak jelas karena terdapat keraguan akan peran yang harus di lakukan. Pasa masa remaja, individu bukan lagi seorang anak-anak dan bukan orang dewasa 3. Masa remaja sebagai periode perubahan Hurlock menjelaskan ada beberapa perubahan yang pada umumnya terjadi pada masa remaja, yaitu: a. Peningkatan emosional b. Intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Peningkatan emosi lebih menonjol pada masa awal periode masa remaja. c. Perubahan fisiologis tubuh Perubahan pada proses pematangan seksual membuat individu remaja menjadi tidak percaya diri terhadap kemampuan dan minat mereka d. Perubahan terhadap nilai-nilai Pada masa ini mulai dipahami bahwa kualitas lebih penting dibandingkan kuantitas. e. Ambivalen terhadap perubahan Pada masa remaja, individu mengiginkan dan menuntut kebebasan tetapi sering kali takut bertanggung jawab akan akibat yang terjadi. Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup manusia, karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi manusia yang disebut sebagai pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang berarti menjadi matang, sedangkan remaja atau adolescence berasal dari kata adolescere yang berarti dewasa (Kemenkes RI, 2011). Masa pubertas adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi suatu percepatan pertumbuhan (growth spurt), timbul ciri-ciri sex primer dan sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan psikologis yang menyolok. (Cahyaningsih, 2011) Masa Pubertas adalah saat terjadinya perubahan-perubahan dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Periodenya terjadi bervariasi tergantung individu. Dapat terjadi lebih awal atau justru sebaliknya. Biasanya dimulai antara usia 7-13 tahun untuk perempuan, dan antara usia 9-15 tahun untuk pria. Masa pubertas tidak hanya ditandai dengan haid pada perempuan atau mimpi basah pada laki-laki (www.meetdoctor.com)
Gambaran tentang..., Windurenny Jacinta Tarigan, FKM UI, 2013.
Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi. Menurut Depkes RI (2001), perubahan ini ditandai dengan munculnya tanda-tanda sebagai berikut : 1. Tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan organ seks: a. Terjadinya haid pada remaja putri (menarche) b. Terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki 2. Tanda – tanda seks sekunder, yaitu: a. Pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih lebar, badan berotot, tumbuhnya kumis, cambang dan rambut di sekitar kemaluan dan ketiak. b. Pada remaja putri: pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar kemaluan (pubis). Menurut Ahmadi dan Sholeh (2005), peristiwa kematangan tersebut pada wanita terjadi 1,5 sampai 2 tahun lebih awal daripada pria. Kematangan atas jenis kelamin tersebut, banyak bergantung dengan iklim, lingkungan budaya setempat, bangsa dan lain-lain. Bagi masa remaja awal, adanya kematangan jasmani (seksual) itu umumnya digunakan dan dianggap sebagai tanda-tanda primer akan datangnya masa remaja. Adapun tanda-tanda lain disebutnya sebagai tanda sekunder dan tanda tertier. Adapaun tanda-tanda tertier anatara lain: biasanya diwujudkan dalam perubahan sikap dan perilaku, contoh bagi pria ada perubahan mimik jika bicara, cara berpakaian, cara mengatur rambut, bahasa yang diucapkan, aktingnya dan lain-lain. Juga bagi wanita: ada perubahan cara bicara, cara tertawa, cara pakaian, jalannya, dan lain-lain (Ahmadi dan Sholeh, 2005) Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan pendarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang terjadi terus menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. Menstruasi biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga anda menopause (biasanya terjadi sekitar usia 45-55 tahun). Normalnya, menstruasi berlangsung selama 3–7 hari (www.peacemakerconference.net) Menurut Kementrian Kesehatan RI 2011, menstruasi adalah proses peluruhan lapisan dalam atau endometrium yang banyak mengandung pembuluh darah dari uterus melalui vagina. Dalam satu siklus dinding rahim menebal sebagai persiapan jika terjadi kehamilan (akibat
Gambaran tentang..., Windurenny Jacinta Tarigan, FKM UI, 2013.
produksi hormon-hormon oleh ovarium). Sel telur yang matang (ovulasi) yang dikeluarkan indung telur/ovum (terjadi kira-kira 2 minggu sebelum haid), akan berpotensi untuk dibuahi oleh sperma di saluran telur/tuba pars ampularis hanya dalam 24 jam. Bila ternyata tidak terjadi pembuahan maka sel telur akan bergerak menuju rahim dan pada saat bersamaan terjadi perubahan komposisi kadar hormon yang akhirnya membuat dinding rahim tadi akan luruh yang ditandai perdarahan, inilah yang disebut menstruasi. Menstruasi yang pertama (menarche) merupakan tanda awal pubertas. Menarche pada remaja putri terjadi pada usia 11 sampai 13 tahun. Sedangkan berhentinya haid disebut menopause, terjadi pada usia 40 – 50 tahun. Haid menandakan kematangan alat reproduksi perempuan. Setelah mendapat haid pertama remaja putri sudah mampu hamil jika melakukan hubungan seksual. (PKBI, 1998) Proses menstruasi berlangsung ketika pubertas, ovariumnya mulai berfungsi dan terjadi proses yang disebut siklus menstruasi (jarak antara hari pertama menstruasi bulan ini dengan hari pertama menstruasi bulan berikutnya). Biasanya siklus menstruasi pada remaja belum teratur, dapat terjadi 2 kali dalam sebulan atau beberapa bulan tidak mesntruasi lagi. Hal ini berlangsung kira-kira 3 tahun. (Kemenkes RI, 2011) 1) Gambaraan klinis menstruasi Peristiwa menstruasi terjadi setiap bulan yang berlangsung selama kurang lebih 3-7 hari. Jarak satu haid ke haid berikutnya atau yang disebut siklus haid biasanya berlangsung lebih kurang 28 hari (antara 21-35 hari). Tapi pada masa remaja biasanya siklus ini belum teratur (PKBI, 1998). Setiap remaja perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda satu dengan lainnya. Panjangnya siklus, lama dan teraturnya menstruasi tergantung pada beberapa hal, yaitu keturunan, penyakit organ reproduksi, kelelaha, dan beberapa faktor psikologis misalnya stress. (Depkes RI, 2009) Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi, oleh karena itu kebersihan alat kelamin harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi. Hal-hal yang penting diperhatikan oleh remaja putri pada saat menstruasi yaitu: 1. Pemakaian Pembalut
Gambaran tentang..., Windurenny Jacinta Tarigan, FKM UI, 2013.
Fungsi utama pembalut adalah menyerap cairan menstruasi. Pembalut juga mempunyai ragam bentuk, dari mulai slim, maxi, bersayap atau tanpa sayap tergantung kebutuhan. (http://menstruasi.com/node/7685) Tidak seorang wanitapun ingin pakaiannya tercemar oleh darah haid. Pada jaman sekarang sudah banyak penyerap haid yang dijual di pasar umum yang higienis, mudah menyerap dan praktis dalam pemakaian. Bahkan ada penyerap haid yang dimasukkan ke vagina (tampon). Penyerap haid bisa dapat dapat melukai lipatan paha pemakainya, sedangkan tampon bila terlalu lama dipaki dapat mengakibatkan keputihan yang hebat. Jadi pilihan tergantung pada pemakaiannya, keduanya memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing (Liewllyn, 1989 dalam Ariyani, 2009) Pembalut selama menstruasi harus diganti secara teratur 4-5 kali atau setiap setelah mandi dan buang air kecil. Penggantian pembalut yang tepat adalah apabila di permukaan pembalut telah ada gumpalan darah. Alasannya ialah karena gumpalan darah yang terdapat di permukaan pembalut tersebut merupakan tempat yang sangat baik untuk perkembangan bakteri dan jamur. Jika menggunakan pembalut sekali pakai sebaiknya dibersihkan dulu sebelum dibungkus lalu diuang ke tempat sampah. Untuk pembalut lainnya sebaiknya direndam memakai sabun di tempat tertutup terlebih dahulu sebelum dicuci. Adapun kesalahan yang sering dilakukan saat pemakaian pembalut: 1) Membuka dan memasang pembalut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu 2) Menyimpan pembalut di tempat lembab seperti kamar mandi. 3) Menggunakan pembalut yang telah kadaluarsa 4) Pemilihan pembalut tanpa mempertimbangkan kualitas pembalut 5) Memakai pembalut yang mengandung bahan penghilang bau 6) Pemakaian pembalut yang terlalu lama (Sujarwati, 2002) Sekarang banyak sekali pilihan pembalut wanita dengan keunggulannya masing-masing. Tapi bagaimana memilih pembalut yang aman, berikut cara memilih pembalut yang aman bagi kesehatan organ reproduksi : 1) Pilihlah pembalut dengan daya serap yang tinggi 2) Pilihlah pembalut yang tidak lembab pada permukaannya ketika dipakai 3) Pembalut harus nyaman dipakai agar tidak mengganggu aktivitas
Gambaran tentang..., Windurenny Jacinta Tarigan, FKM UI, 2013.
4) Pilihlah pembalut yang tidak mempunyai aroma tertentu 5) Saat membeli pembalut, pastikan kemasan dalam keadaan baik dan tertutup rapat dan ada exp date-nya 6) Pilih pembalut dari bahan sangat lembut dan lentur. Ini akan mengurangi faktor iritasi pada daerah kulit vagina 7) Pastikan pembalut bukan terbuat dari kertas daur ulang (pulp). (www.pondokibu.com) 2. Kebersihan dan kesehatan organ intim Selain memilih pembalut ada baiknya pula kita mengerti hal-hal penting apa saja yang harus diketahui dalam merawat kesehatan organ intim kita selama haid : a) Saat membersihkan diri, basuhlah dengan air bersih dari arah depan ke belakang. Jika dari arah sebaliknya malah justru bisa memindahkan bakteri yang banyak bersarang di anus ke wilayah organ reprduksi kita, akibatnya bisa timbul gatal-gatal. b) Hindari celana dalam yang terlalu ketat. Soalnya keketatan semacam ini akan menekan otot luar organ intim dan menciptakan suasana lembab. Lebih baik pakailah celana dalam yang tidak ketat dan berbahan katun yang mudah menyerap keringat. Hindari pula celana jins yang terlalu ketat di daerah selangkangan. c) Ketika berada di toilet umum, jangan gunakan air di ember atau penampungan untuk membersihkan. Gunakan saja air dari keran yang mengalir, ini akan lebih aman. Karena menurut penelitian air yang tergenang di toilet umum mengandung 70% jamur candida albicans penyebab keputihan. Sedangkan air yang mengalir dalam keran mengandung kurang lebih 10-20%. d) Jangan keseringan memakai cairan pembersih organ intim (anti bakteri), sebab penggunaan secara rutin malah mengganggu keseimbangan flora di sekitar alat kelamin, juga bisa membunuh mikroba “baik” dan memicu tumbuhnya jamur. Sebagai pilihan lain, kini sudah banyak hadir pembalut kain modern. Pembalut wanita ini bisa dicuci dan dipergunakan kembali yang biasa disebut reusable / washable menspad. Walaupun terbuat dari kain, namun bukan sembarang kain, nama bahan penyerap cairan ini yaitu microfiber, sedangkan lapisan kain yang menyentuh permukaan kulit dibuat dari bahan microfleece yang menjadikan kulit senantiasa kering dan tidak lembab.
Gambaran tentang..., Windurenny Jacinta Tarigan, FKM UI, 2013.
Apabila menggunakan sabun, sebaiknya gunakan sabun yang lunak (dengan pH 3,5), misalnya sabun bayi yang biasanya ber-pH netral. Setelah memakai sabun, hendaklah dibasuh dengan air sampai bersih (sampai tidak ada lagi sisa sabun yang tertinggal), sebab bila masih ada sisa sabun yang tertinggal malah dapat menimbulkan penyakit. Setelah dibasuh, harus dikeringkan dengan handuk atau tissue, tetapi jangan digosok-gosok. Dengan menjaga kebersihan tubuh dapat memberikan kesegaran bagi tubuh dan memperlancar peredaran darah. (www.psychologymania.com) 3. Douching Douching berarti kegiatan membersihkan vagina dengan cara menyemprotkan air, membersihkannya dengan sabun wangi atau menggunakan semprotan pembersih vagina. Menurut para pakar kesehatan, sebisa mungkin perempuan tidak usah melakukan douching untuk membersihkan vagina, karena ternyata douching dapat membuat pH di dalam vagina menjadi tidak seimbang apalagi kalau douching itu sering dilakukan. Ketidakseimbangan pH akan menyebabkan bakteri-bakteri komensal menjadi mati sehingga vagina dapat terserang bakteri dari luar. Apabila hal itu terjadi bisa menyebabkan penjalaran infeksi ke organ lebih atas lagi dan menyebabkan infeksi rongga panggul. Keadaan ini dapat menyebabkan perempuan mengalami sakit pada saat menjelang menstruasi dan bisa juga mengalami kesulitan hamil (Kompas, 2003) 5. Dampak/Akibat Tidak Melakukan Higiene Menstruasi Hygiene menstruasi adalah semua kondisi atau praktik terhadap menstruasi yang mempengaruhi kesehatan individu. Akibat tidak higiene selama menstruasi, dapat timbul penyakit – penyakit yang berkaitan dengan infeksi alat-alat reproduksi, seperti candidiasis, vaginitis,
trichomuniasis,
leukorea,
pedikulosis,
dan
toxic
syok
syndrome
(TSS).
(www.fkm.undip.ac.id) Peraktek higiene pada saat menstruasi merupakan komponen personal hygiene (kebersihan perorangan) yang memegang peranan penting dalam status perilaku kesehatan seseorang, termasuk juga untuk menghindari adanya gangguan pada fungsi alat reproduksi. Karena pada saat menstruasi pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi, maka dari itu perilaku dalam kebersihan alat kelamin harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR). Tujuan dari perawatan selama menstruasi adalah untuk pemeliharaan kebersihan dan kesehatan individu yang dilakukan selama
Gambaran tentang..., Windurenny Jacinta Tarigan, FKM UI, 2013.
masa menstruasi sehingga mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikis serta dapat meningkatkan derajat kesehatan seseorang. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengana rancangan penelitian potong lintang (cross sectional), yaitu untuk mendapatkan gambaran potret keadaan sesaat. Pengambilan data dilakukan secara bersamaan, baik untuk variabel terikiat (dependen) maupun variabel bebas (independen). Populasi pada penelitian ini adalah remaja putri kelas 7 dan 8 di SMPN 141 Jakarta Selatan yang telah mengalami menstruasi. Jumlah remaja putri kelas 7 dan 8 SMPN 141 adalah 205. Namun yang telah mengalami menstruasi sebanyak 132. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampling jenuh. Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data adalah berupa kuesioner atau daftar pertanyaan yang menggambarkan variabel yang diteliti. Rincian pertanyaan dalam kuesioner tersebut adalah terdapat sebanyak 10 pertanyaan pengetahuan, pengetahuan yang dimaksud adalah mengenai pengetahuan remaja putri terhadap menstruasi, siklus menstruasi, fungsi pembalut, cara ,membersihkan alat kelamin saat menstruasi, dan akibat jika tidak menjaga kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi. Kemudian terdapat 12 pernyataan sikap, pernyataan tersebut dibuat untuk mengetahui kecenderungan remaja putri pada saat menstruasi dan dalam menjaga kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi. Selain itu, terdapat 2 pertanyaan mengenai ketersediaan pembalut di rumah, 6 pertanyaan mengenai kelengkapan sarana kebersihan dan kesehatan di sekolah, kemudian 2 pertanyaan mengenai keterpaparan sumber informasi, dan terdapat 5 pertanyaan mengenai praktek higiene menstruasi pada remaja putri. Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan program SPSS. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis univariat kemudian dilanjutkan dengan analisis bivariat. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Analisis ini dilakukan untuk melihat gambaran karakteristik responden dalam bentuk distribusi frekuensi dari variabel dependen maupun independen yang dapat dilihat pada uraian dari tabel-tabel berikut ini: Gambaran hasil Variabel Dependen Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Praktek Higiene Menstruasi pada Remaja Putri Kelas 7 dan 8 SMPN 141 Jakarta Selatan Tahun 2012
Gambaran tentang..., Windurenny Jacinta Tarigan, FKM UI, 2013.
Praktek
N
Mean
Median
SD
Kurang Baik
Baik
N
%
N
%
- Penggunaan pembalut dalam sehari
123
1.49
1.00
0.502
67
50.8
65
49.2
- Yang dilakukan sebelum dan sesudah mengganti pembalut
123
1.67
2.00
0.473
44
33.3
88
66.7
- Cara yang dilakukan ketika akan mengganti pembalut
123
1.02
1.00
0.123
130
98.5
2
1.5
- Perlakuan terhadap pembalut bekas pakai
123
1.12
1.00
0.328
116
87.9
16
12.1
- Yang digunakan untuk membersihkan alat kelamin pada saat menstruasi
123
1.18
1.00
0.387
108
81.8
24
18.2
6.48
6.00
0.824
67
50.8
65
49.2
Jumlah
Gambaran Hasil Faktor Predisposisi Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Umur pada Remaja Putri Kelas 7 dan 8 SMPN 141 Jakarta Selatan Tahun 2012 Umur Frekuensi (n) Presentase (%) 11 3 2,3 12 46 34,8 13 68 51,5 14 15 11,4 Total 132 100 Mean : 12,72 Median : 13 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Usia Menarche pada Remaja Putri Kelas 7 dan 8 SMPN 141 Jakarta Selatan Tahun 2012 Usia Menarche 9 10
Frekuensi (n) 1 10
Presentase (%) 0,8 7,6
Gambaran tentang..., Windurenny Jacinta Tarigan, FKM UI, 2013.
11 53 40,2 12 55 41,7 13 13 9,8 Total 132 100 Mean : 11,52 Median : 12 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden mengenai Menstruasi pada Remaja Putri Kelas 7 dan 8 SMPN 141 Jakarta Selatan Tahun 2012 Pengetahuan Pengertian menstruasi/haid - Arti Menstruasi - Waktu datang haid - Lama darah haid keluar - Pengertian siklus menstruasi - Jarak haid - Fungsi pembalut - Penggantian pembalut dalam sehari - Cara membersihkan alat kelamin - Akibat tidak menjaga kebersihan alat kelamin saat menstruasi Jumlah
n
Mean
Median
SD 0.498
Rendah n % 74 56.1
Tinggi n % 58 43.9
132
0.44
0.00
132 132 132
0.73 0.99 0.73
1.00 1.00 1.00
0.443 0.087 0.443
35 1 35
26.5 0.8 26.5
97 131 97
73.5 99.2 73.5
132
0.45
0.00
0.500
72
54.5
60
45.5
132 132 132
0.34 1.00 0.28
0.00 1.00 0.00
0.476 0.000 0.451
87 0 95
65.9 0.00 72.0
45 132 37
34.1 100 28.0
132
0.66
1.00
0.476
45
34.1
87
65.9
132
0.78
1.00
0.416
29
22.0
103
78.0
6.42
6.00
1.467
69
52.3
63
47.7
1. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Responden mengenai Menstruasi Remaja Putri Kelas 7 dan 8 SMPN 141 Jakarta Selatan Tahun 2012 Sikap Terhadap
n
- Informasi seputar 132 kebersihan organ kewanitaan saat menstruasi itu tidak penting
Mean 4.39
Median 4.00
SD
Negatif
Positif
0.694
n 81
n 51
Gambaran tentang..., Windurenny Jacinta Tarigan, FKM UI, 2013.
% 61.4
% 38.6
- Orang tua perlu 132 membicarakan hal kebersihan menstruasi kepada anak perempuannya karena itu penting untuk kesehatan
4.52
5.00
0.715
51
38.6
81
61.4
- Jika kita tidak memeperhatikan kebersihan alat kelamin saat menstruasidapat menyebabkan penyakit - Pembalut tidak perlu diganti selagi belum “bocor - Menstruasi sangat menjengkelkan - Saat menstruasi sebaiknya sering ganti pembalut - Malas mengganti pembalut dengan sering karena jijik dengan darah - Setelah mandi dan buang air, alat kelamin perlu dikeringkan dengan handuk atau tissue Mencuci alat kelamin yang benar adalah dari arah belakang ke depan - Merasa malu dan takut waktu pertama kali menstruasi Penggantian pembalut sesering mungkin menghindar terjadinya infeksi alat kelamin
132
4.19
4.00
0.711
88
66.7
44
33.3
132
3.92
4.00
0.900
32
24.2
100
75.8
132
3.05
3.00
1.076
87
65.9
45
34.1
132
4.31
4.00
0.821
68
51.5
64
48.5
132
3.98
4.00
0.908
31
23.5
101
76.5
132
3.74
4.00
0.716
45
34.1
87
65.9
132
2.83
3.00
1.059
58
43.9
74
56.1
132
2.56
2.00
0.876
74
56.1
58
43.9
132
4.15
4.00
0.767
84
63.6
48
36.4
Gambaran tentang..., Windurenny Jacinta Tarigan, FKM UI, 2013.
- Merasa senang dan 132 tenang pada saat pertama kali menstruasi
2.97
3.00
0.856
38
28.8
94
71.2
Jumlah
44.50
44.00
4.350
68
51.5
64
48.5
Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Pembalut di Rumah pada Remaja Putri Kelas 7 dan 8 SMPN 141 Jakarta Selatan Tahun 2012 Ketersediaan n Mean Median SD Tidak Tersedia tersedia n % n % Orang tua 132 0.89 2.00 0.319 15 11.4 117 88.6 menyediakan pembalut di rumah Jumlah
0.89
2.00
0.319
15
11.4 117
88.6
Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Pemakaian Pembalut di Rumah pada Remaja Putri Kelas 7 dan 8 SMPN 141 Jakarta Selatan Tahun 2012 Pemakaian n Mean Median SD Tidak Ya n % n % Bebas 132 1.73 2.00 0.447 36 27.3 96 72.7 menggunakan pembalut sebanyak yang diperlukan Jumlah 1,73 2.00 0.447 36 27.3 96 72.7 2. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Kelengkapan Sarana Kebersihan dan Kesehatan di Sekolah pada Remaja Putri Kelas VII dan VIII SMPN 141 Jakarta Selatan Tahun 2012 Kelengkapan
N
- Di sekolah tersedia 132 kamar mandi - Di kamar mandi 132 terdapat tempat sampah Sekolah 132 menyediakan pembalut secara gratis bila kamu menstruasi
Mean
Median
SD
1.00
1.00
0.00
Rendah n % 0 0
0.98
1.00
0.150
3
2.3
129
97.7
0.73
1.00
0.447
36
27.3
96
72.7
Gambaran tentang..., Windurenny Jacinta Tarigan, FKM UI, 2013.
Tinggi n 132
% 100
- Di koperasi sekolah 132 dijual pembalut - Di kamar mandi 132 sekolah tersedia sabun - Sumber air selalu 132 lancer
0.97
1.00
0.172
4
3
128
97
0.00
0.00
0.000
132
100
0
0
0.67
1.00
0.470
43
32.6
89
67.4
Jumlah
4.35
4.00
0.741
17
12.9
115
87.1
Gambaran Hasil Faktor Penguat Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keterpaparan Sumber Informasi pada Remaja Putri Kelas 7 dan 8 SMPN 141 Jakarta Selatan Tahun 2012 Keterpaparan
N
- Tidak ada sumber informasi - Ibu - Ayah - Kakak/adik - Nenek/kakek - Tenaga kesehatan - Teman/sahabat - Guru - Tante/om - Media cetak - Media elektronik
Mean
Median
SD
Rendah
Tinggi
132
0.01
0.00
0.087
n 131
132 132 132 132 132 132 132 132 132 132
0.95 0.01 0.31 0.07 0.23 0.74 0.52 0.18 0.08 0.10
1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 1.00 0.00 0.00 0.00
0.225 0.087 0.465 0.253 0.421 0.439 0.5 0.387 0.266 0.299
7 131 91 123 102 34 63 108 122 119
5.3 99.2 68.9 03.2 77,3 25.8 47.7 81.8 92.4 90.2
125 1 41 9 30 98 69 24 10 13
94.7 0.8 31.1 6.8 22,7 74.2 52.3 18.2 7.6 9.8
3.00
1.562
88
66.7
44
33.3
Jumlah
3.18
% 99.2
n 1
% 0.8
Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Informasi yang didapatkan dari Sumber Informasi pada Remaja Putri Kelas 7 dan 8 SMPN 141 Jakarta Selatan Tahun 2012 Informasi n Mean Median SD Tidak Ya
Kebersihan menstruasi Gejala-gejala datangnya menstruasi - Cara pemakaian pembalut dan memperlakukan pembalut bekas
n
%
n
%
132
0.77
1.00
0.426
31
23.5
101
76.5
132
0.77
1.00
0.421
30
22.7
102
77.3
132
0.58
1.00
0.495
55
41.7
77
58.3
Gambaran tentang..., Windurenny Jacinta Tarigan, FKM UI, 2013.
pakai Frekuensi 132 0.45 0.00 mengganti pembalut - Larangan selama 132 0.79 1.00 menstruasi (mitos) Keterangan: *jawaban boleh lebih dari satu
0.499
73
55.3
59
44.7
0.410
28
21.2
104
78.8
Analisis Bivariat Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan variabel independen dengan variabel dependen dan dapat dilihat pada uraian dari tabel-tabel berikut ini: Tabel Hasil Analisa Hubungan Faktor Predisposisi dengan Praktek Higiene Menstruasi Remaja Putri Kelas 7 dan 8 SMPN 141 Jakarta Selatan Tahun 2012
Variabel
Umur Responden < 13 ≥ 13 Usia Menarche < 12 ≥ 12 Pengetahuan - Rendah - Tinggi Sikap - Negatif - Positif
Praktek Higiene Menstruasi Kurang Baik Baik
Total
Nilai P
OR
95% CI
24 (49%) 43 (51,8%)
25 (51%) 40 (48,2%)
49 (100%) 83 (100%)
0,857
0,893
0,441 - 1,810
33 (51,6%) 34 (50%)
31 (48,4%) 34 (50%)
64 (100%) 68 (100%)
0,864
1,065
0,538 - 2,107
34 (49,3%) 33 (52,4%)
35 (50,7%) 30 (47,6%)
69 (100%) 63 (100%)
0,731
0,883
0,446 - 1,749
41 (60,3%) 26 (40,6%)
27 (39,7%) 38 (59,4%)
68 (100%) 64 (100%)
0,036
2,219
1,106 - 4,453
Tabel Hasil Analisa Hubungan Faktor Pemungkin dengan Praktek Higiene Menstruasi Remaja Putri Kelas 7 dan 8 SMPN 141 Jakarta Selatan Tahun 2012
Variabel
Praktek Higiene Menstruasi Kurang Baik Baik
Total
Nilai P
Gambaran tentang..., Windurenny Jacinta Tarigan, FKM UI, 2013.
OR
95% CI
Ketersediaan pembalut di rumah - Tidak tersedia - Tersedia Kelengkapan sarana kebersihan dan kesehatan di sekolah - Rendah - Tinggi
9 (60%) 58 (49,6%)
6 (40%) 59 (50,4%)
15 (100%) 117 (100%)
0,585
1,526
0,511 - 4,560
8 (47,1%) 59 (51,3%)
9 (52,9%) 56 (48,7%)
17 (100%) 115 (100%)
0,799
0,844
0,304 - 2,340
Tabel Hasil Analisa Hubungan Faktor Penguat dengan Praktek Higiene Menstruasi Remaja Putri Kelas 7 dan 8 SMPN 141 Jakarta Selatan Tahun 2012
Variabel
Tingkat keterpaparan sumber informasi - Rendah - Tinggi
Praktek Higiene Menstruasi Kurang Baik Baik
43 (48,9%) 24 (54,5%)
45 (51,1%) 20 (45,5%)
Total
Nilai P
OR
95% CI
88 (100%) 44 (100%)
0,583
0,796
0,385 – 1,646
PEMBAHASAN 1) Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Variabel Dependen Dari hasil penelitian di SMPN 141 Jakarta Selatan diketahui proses praktek higiene menstruasi yang baik didapatkan lebih rendah jumlahnya yaitu 49,2% dibandingkan dengan jumlah praktek yang kurang baik lebih tinggi sebanyak 50,8%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ariyani (2009) pada remaja di Pesantren Putri As-Syafi’iyah Bekasi yaitu hanya 37,2% remaja berperilaku higiene menstruasi baik. Namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Walangitan (2010) pada remaja putri SMP Negeri Kota Depok didapatkan hasil penelitian proporsi perilaku sehat menstruasi yang baik sebanyak 55% dan yang kurang baik sebanyak 45%. Hal ini dikarenakan kemungkinan masih terdapat keterbatasan atau kurangnya pertanyaan tentang praktek higiene menstruasi pada kuesioner ini, atau mungkin remaja putri belum tahu praktek higiene menstruasi yang baik.
Gambaran tentang..., Windurenny Jacinta Tarigan, FKM UI, 2013.
2) Pembahasan Hasil Penelitian Hubungan Faktor Predisposisi dengan Praktek Higiene Menstruasi 1. Umur Remaja putri yang berumur ≥ 13 tahun berpeluang untuk melakukan praktek higiene yang baik 0,893 kali lebih rendah dibandingkan dengan remaja putri yang berumur < 13 tahun (OR= 0,893; 95% CI= 0,441-1,810) namun secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur remaja putri dengan praktek higiene menstruasi (P value = 0,857). Tidak adanya hubungan yang bermakna antara umur dengan praktek higiene menstruasi sejalan dengan dengan hasil penelitian Walangitan (2010) terdapat proporsi siswi yang breumur 13 tahun sebesar 60%, namun tidak ada hubungan antara umur dengan perilaku sehat menstruasi. 2. Usia Menarche Responden yang usia menarche ≥ 12 tahun berpeluang untuk melakukan praktek higiene yang baik 1,065 kali lebih besar dibandingkan dengan remaja putri yang usia menarchenya < 12 tahun (OR= 1,065; 95% CI= 0,538-2,107) namun secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia menarche dengan praktek higiene menstruasi (P value = 0,864). Sejalan dengan penelitian Adelia (2009) bahwa hasil uji statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia menarche dengan perilaku sehat menstruasi. 3. Pengetahuan Berdasarkan hasil penelitian pada remaja putri SMPN 141 Jakarta Selatan yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 63% dan yang mempunyai pengetahuan rendah ada 69%. Penelitian ini pun berbeda dengan penelitian Walangitan (2010) pada siswi SMP Negeri Kota Depok dimana proporsi pengetahuan baik lebih banyak 97,5% dan pengetahuan yang kurang baik 2,5%. Setelah dilakukan uji chi square tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan praktek higiene menstruasi (P value= 0,731), proporsi praktek higiene menstruasi baik lebih banyak pada remaja putri yang memiliki pengetahuan rendah sebesar 50,7% dibandingkan dengan remaja putri yang memiliki pengetahuan tinggi sebesar 47,6%. Responden yang memiliki pengetahuan tinggi berpeluang untuk melakukan praktek higiene baik 0,883 kali lebih rendah dibandingkan dengan remaja putri yang memiliki pengetahuan rendah (OR= 0,883; 95% CI= 0,446-1,749). Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku, namun hubungan positif antara kedua variabel ini telah diperlihatkan dalam
Gambaran tentang..., Windurenny Jacinta Tarigan, FKM UI, 2013.
karya terdahulu Cartwirght, studi tiga komunitas Standfort dan didalam sejumlah penelitian yang dilakukan saat ini (Green, 1980). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Walangitan (2010) yang mendapatkan nilai P= 0,70 tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan perilaku sehat menstruasi 4. Sikap Hasil penelitian uji chi square pada remaja putri SMPN 141 Jakarta Selatan (nilai P value = 0,036) terdapat hubungan yang bermakna secara signifikan antara sikap dan praktek higiene menstruasi. Proporsi praktek higiene menstruasi yang baik lebih banyak pada remaja putri yang memiliki sikap positif (59,4%) dibandingkan dengan remaja putri yang memiliki sikap negatif sebesar 39,7%. Remaja putri yang memiliki sikap positif berpeluang untuk melakukan praktek higiene baik 2,219 kali lebih besar dibandingkan dengan remaja putri yang memiliki sikap negatif (OR= 2,219; 95% CI= 1,106 - 4,453). Sesuai dengan L. Green (1980) (dalam Walangitan, 2010) yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah sikap. Hal ini membantah hasil penelitian Walangitan (2010) pada remaja SMPN dan MTS Kota Depok bahwa proporsi perilaku sehat menstruasi baik lebih banyak pada siswi yang mempunyai sikap positif 56,6% dibandingkan yang mempunyai sikap negatif, namun tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dan perilaku sehat menstruasi (nilai P= 0,23) 3) Pembahasan Hasil Penelitian Hubungan Faktor Pemungkin dengan Praktek Higiene Menstruasi 1. Ketersediaan Pembalut di Rumah Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar ketersediaan pembalut di rumah oleh orang tua remaja putri sebesar 88,6% dan yang tidak disediakan oleh orang tua sebesar 11,4%. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada responden yang praktek higiene menstruasi baik lebih banyak pada remaja putri yang tersedia pembalut di rumah sebesar 50,4% dibandingkan dengan remaja putri yang tidak tersedia pembalut di rumahnya sebesar 40%. Remaja putri yang tersedia pembalut di rumah berpeluang untuk melakukan praktek higiene baik 1,526 kali lebih besar dibandingkan dengan remaja putri yang tidak tersedia pembalut di rumah (OR= 1,526; 95% CI= 0,511-4,560) namun secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara ketersediaan pembalut di rumah oleh orang tua dengan praktek higiene menstruasi (P value = 0,585). Sejalan dengan penelitian Walangitan (2010) berdasrkan hasil penelitian SMPN
Gambaran tentang..., Windurenny Jacinta Tarigan, FKM UI, 2013.
didapatkan sebagian besar ketersediaan pembalut oleh ibu siswi sebesar 98,7 namun tidak terdapat hubungan yang bermakna (nilai P= 0,55) 2. Kelengkapan Sarana Kebersihan dan Kesehatan di Sekolah Berdasarkan hasil analisis univariat pada remaja putri SMPN 141 Jakarta Selatan didapatkan 12,9% remaja putri beranggapan kelengkapan sarana kebersihan dan kesehatan di sekolah rendah dan 87,1% beranggapan kelengkapan sarana kebersihan dan kesehatan di sekolah tinggi, proporsi praktek higiene menstruasi baik lebih banyak pada remaja yang kelengkapan sarana rendah sebesar 52,9% dibandingkan dengan yang menganggap kelengkapan sarana tinggi. Remaja putri yang menjawab kelengkapan sarana kebersihan dan kesehatan di sekolah tinggi berpeluang untuk melakukan praktek higiene baik 0,844 kali lebih rendah dibandingkan dengan remaja putri yang menjawab kelengkapan sarana kebersihan dan kesehatan di sekolah rendah. (OR= 0,844; 95% CI= 0,304 – 2,340) namun tidak memiliki hubungan yang bermakna (P value = 0,799) 4) Pembahasan Hasil Penelitian Hubungan Faktor Penguat dengan Praktek Higiene Menstruasi 1. Tingkat Keterpaparan Sumber Informasi Dari hasil analisis univariat pada remaja putri SMPN 141 Jakarta Selatan didapatkan hanya 33,3% remaja yang tingkat keterpaparan sumber informasi tinggi dan 66,7% remaja putri tingkat keterpaparan sumber informasi rendah. Proporsi praktek higiene yang baik lebih banyak pada remaja putri yang tingkat keterpaparan sumber informasi rendah 50% dibanding yang tingkat keterpaparan sumber informasi tinggi 49,1%. Remaja putri yang memiliki tingkat keterpaparan sumber informasi tinggi berpeluang untuk melakukan praktek higiene baik 0,796 kali lebih rendah dibandingkan dengan remaja putri yang memiliki tingkat keterpaparan sumber informasi rendah (OR= 0,796; 95% CI= 0,385 – 1,646) dan secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat keterpaparan sumber informasi dengan praktek higiene menstruasi (nilai P value =0,583) KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dibuat kesimpulan bahwa : • Mayoritas remaja putri kelas 7 dan 8 di SMPN 141 Jakarta Selatan memiliki praktek higiene menstruasi yang kurang baik.
Gambaran tentang..., Windurenny Jacinta Tarigan, FKM UI, 2013.
• Faktor yang berhubungan dengan praktek higiene menstruasi pada remaja putri di SMPN 141 Jakarta Selatan tersebut adalah sikap (nilai P = 0,036) SARAN 1. Kepada Sekolah SMPN 141 Jakarta Selatan diharapkan meningkatkan penyuluhan atau pendidikan kepada siswa/siswi tentang kesehatan reproduksi remaja secara umum dan tentang higiene menstruasi khususnya remaja putri. 2. Kepada Dinas Pendidikan diharapkan memberikan informasi mengenai menstruasi, persiapan menstruasi dan antisipasi dalam menghadapi menstruasi kepada siswi sejak duduk di bangku SMP melalui kurikulum pelajaran, diharapkan dapat membantu remaja putri dalam mempersiapkan atau menghadapi menstruasi. 3. Kepada Remaja Putri dianjurkan untuk memelihara dan menjaga kebersihan dan kesehatan organ reproduksi terutama praktek higiene menstruasi dengan baik dan benar, dan apabila mengalami keluhan seputar organ reproduksi bisa memanfaatkan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas terdekat atau layanan remaja lainnya. 4. Kepada FKM UI diharapkan dapat mengembangkan literatur atau referensi mengenai cara dan dampak menjaga kebersihan organ reproduksi pada saat menstruasi yang dapat membantu dalam penelitian dengan topik praktek higiene menstruasi selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA 1. Ahmadi, Abu dan Sholeh, Munawar. (2005). Psikologi Perkembangan. Untuk: Fakulats Tarbiyah IKIP SGPLB Serta Para Pendidik. Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta 2. Ambarwati, Fitri Respati. (2012). Gizi dan Kesehatan Reproduksi. Cakrawala Ilmu. Jogjakarta 3. Cahyaningsih , Dwi Sulistyo. (2011). Pertumbuhan Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: TIM 4. Departemen Kesehatan RI, WHO. (2006). Pedoman Dasar IMS dan ISR pada Pelayanan Kesehatan terpadu. Jakarta. 5. Imron, Ali. (2012). Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja: Peer Educator & Efektivitas Program PIK-KKR di Sekolah. Arruz Media. Jogjakarta
Gambaran tentang..., Windurenny Jacinta Tarigan, FKM UI, 2013.