AUDITEE SATISFACTION ATAS KINERJA PENGENDALI TEKNIS, KETUA TIM, DAN ANGGOTA TIM INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KEUANGAN DITINJAU DARI PROSES PERENCANAAN AUDIT, PELAKSANAAN AUDIT, PELAPORAN HASIL AUDIT, DAN TINDAK LANJUT HASIL AUDIT Weky Budiman, Lufti Yulian Department of Accounting, Faculty of Economics and Business, University of Indonesia Jl. Prof Dr. Sumitro Djojohadikusumo UI Depok, 16424, Indonesia
[email protected]
Abstrak Skripsi ini membahas persepsi kepuasan auditan yang bekerja di Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Republik Indonesia dilihat dari perencanaan audit, pelaksanaan audit, pelaporan hasil audit, dan tindak lanjut hasil audit setelah mereka diaudit oleh tim audit yang terdiri dari peran pengendali teknis, ketua tim, dan anggota tim. Tim audit berasal dari Inspektorat III yang berada di bawah Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian membuktikan bahwa tidak ada perbedaan persepsi kepuasan auditan atas kinerja pengendali teknis, ketua tim, dan anggota tim dalam suatu tim audit dilihat dari keempat variabel tersebut.
Auditee Satisfaction through Performance of Technical Controller, Team Leader, and Team Member of the Inspectorate General of the Ministry of Finance reviewed from Audit Planning, Implementation, Reporting, and Follow Up the Recommendation Abstract This study examines auditee perception working in the Directorate General of Treasury and the Debt Management Office, Ministry of Finance of the Republic of Indonesia in terms of audit planning, audit implementation, audit reporting, and follow up the recommendation which were performed by auditor team which is consist of technical controller, team leader, and team members from Inspectorate III authorized by Inspectorate General of the Ministry of Finance. The design of this research is descriptive quantitative. The research proves that there is no difference perception on auditee satisfaction with auditor performance in a team reviewed from four variables mentioned earlier. Keywords: auditee satisfaction; internal audit; audit process
Pendahuluan Terjadi revisi definisi audit internal yang juga terdapat pada IIA dan diadopsi dalam Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (2013) sehingga definisinya berubah menjadi kegiatan yang independen dan obyektif dalam bentuk pemberian keyakinan dan konsultasi, yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasional sebuah organisasi
Auditee satisfaction..., Weky Budiman, FE, 2014
auditee. Kegiatan ini membantu organisasi auditee mencapai tujuannya dengan cara menggunakan pendekatan yang sistematis dan teratur untuk menilai dan meningkatkan efektivitas dari proses manajemen risiko, kontrol (pengendalian), dan tata kelola (sektor publik). Menurut Riadi (2009), kegiatan audit internal tidak berarti meninggalkan semua pekerjaan compliance, tetapi bagaimana aktivitas audit internal mampu menghasilkan nilai terbaik (best value), atau membantu pengembangan alat penilaian seperti checklist dan questionnaires. Di Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan, terdapat banyak tim audit dengan ketiga peran, yaitu Anggota Tim, Ketua Tim, dan Pengendali Teknis yang masingmasing memiliki hubungan tata kerja tim audit di lingkungan Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan sebagai mana diatur dalam KEP-184/IJ/2002 tanggal 30 Desember 2002. Menurut Djati dan Payamta (2013), efektivitas audit internal adalah hasil dari interaksi antara proses dalam aktivitas internal audit yang terdiri dari perencanaan audit, pelaksanaan audit, pelaporan hasil audit, dan tindak lanjut hasil audit. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan dalam penelitian ini akan difokuskan pada pembuktian: 1. Apakah ada perbedaan persepsi auditee terkait dengan keempat variabel proses audit yang terdiri dari perencanaan audit, pelaksanaan audit, pelaporan hasil audit, dan tindak lanjut hasil audit pada 3 (tiga) jenis peran dalam tim audit, yaitu Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim? 2. Apakah hal-hal yang menyebabkan perbedaan persepsi auditee terkait variabel proses audit yang terdiri dari perencanaan audit, pelaksanaan audit, pelaporan hasil audit, dan tindak lanjut hasil audit pada 3 (tiga) jenis peran dalam tim audit, yaitu Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim? Sesuai dengan permasalahan yang dipaparkan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis perbedaan persepsi auditee terkait dengan keempat variabel proses audit yang terdiri dari perencanaan audit, pelaksanaan audit, pelaporan hasil audit, dan tindak lanjut hasil audit pada 3 (tiga) jenis peran dalam tim audit, yaitu Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim. 2. Menganalisis hal-hal yang menyebabkan atau tidak menyebabkan perbedaan persepsi auditee terkait keempat variabel proses audit yang terdiri dari perencanaan audit, pelaksanaan audit, pelaporan hasil audit, dan tindak lanjut hasil audit pada 3 (tiga) jenis peran dalam tim audit, yaitu Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim.
Auditee satisfaction..., Weky Budiman, FE, 2014
Tinjauan Teoritis dan Pengembangan Hipotesis Menurut Ziegenfuss (2000), hasil survei kepuasan auditee menempati urutan teratas dalam pengukuran kinerja ketika Chief Audit Executives (CAE) diminta untuk mengidentifikasi lima pengukuran yang penting. Tabel 1 menunjukkan lima peringkat teratas dalam pengukuran kinerja dan memperlihatkan bahwa auditee satisfaction survey result menempati peringkat pertama dalam pengukuran kinerja dan termasuk dalam proses audit. Tabel 1 Most Critical Performance Measures No. 1. 2. 3. 4. 5.
Performance Measures Auditee satisfaction survey results Percent of audit recommendations implemented Number of management requests Audit committee satisfaction survey results Importance of audit issue
Audit Process Process Output Audit environment Audit environment Output
Performance Area Auditee relations Quality of findings Management satisfaction Standing with audit commitee Quality of findings
Dalam suatu tim audit Inspektorat Jenderal Kemenkeu, terdapat 3 peran, yaitu Anggota Tim, Ketua Tim, dan Pengendali Teknis yang memiliki standar kompetensi Jabatan Fungsional Auditor sebagai mana yang tertuang dalam Keputusan Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan Nomor KEP-410/IJ/2011. Kompetensi melekat pada masing-masing Jabatan Fungsional Auditor. Peran Anggota Tim biasanya dilaksanakan oleh auditor dengan jabatan Auditor Pelaksana, Auditor Pelaksana Lanjutan, Auditor Penyelia, dan Auditor Pertama. Peran Ketua Tim biasanya dilaksanakan oleh auditor dengan jabatan Auditor Pertama dan Auditor Muda. Peran Pengendali Teknis biasanya dilaksanakan oleh Auditor Muda dan Auditor Madya. Hubungan antara peran Anggota Tim, Ketua Tim, dan Pengendali Teknis terdapat pada Keputusan Inspektur Jenderal Nomor KEP-184/IJ/2002. Tabel 2 Perencanaan Audit Variabel
Perencanaan Audit
Indikator 1. Pelibatan auditee 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Sosialisasi ke auditee Surat Penugasan Pakta Integritas Kenyamanan auditee Sufficient Time Entry Meeting Permintaan Dokumen
9. Inventarisasi Masalah 10. Current Issue 11. Laporan Hasil Audit Terdahulu
Acuan Beckmerhagen, et al (2004) Elliot, et al (2007) Djati & Payamta (2013) INTOSAI (2009) (Roth, 2000) Elliot, et al (2007) Elliot, et al (2007), dan Ziegenfuss (2000) Djati & Payamta (2013)
Auditee satisfaction..., Weky Budiman, FE, 2014
Tabel 3 Pelaksanaan Audit (I)
Variabel Pelaksanaan Audit
Indikator 1. Hubungan Kekeluargaan 2. Sistem yang Dipengaruhi 3. Supervisi Berjenjang 4. Pengalaman Audit 5. Pengetahuan (Knowledge Areas)
6. Keahlian (Skills)
7. Sikap (Behavior)
8. Kompetensi (Competencies)
9. Kecermatan Profesional (Due Professional Care)
Acuan SAINS PER10/IJ/2010 Djati dan Payamta (2013)
Noorhuda (2012), Van Peursem (2004; 2005), Griffiths (1999), Hass dan Burnaby (2010), Burnaby dan Hass (2009), Burnaby dan Hass (2009), Zain dan Subramaniam, (2006), Brody et al, (1998) Elliot et al (2007), Karapetrovic dan Willborn (2000), Vinten (1994), Burnaby dan Hass (2009), Smith (2005), Blakeney, et al (1976) Burnaby dan Hass (2009), Kowalczyk (1987), Tunggal (2011), Hass dan Burnaby (2010), KEP410/IJ/2011 Peraturan Inspektur Jenderal Nomor PER10/IJ/2010 tentang Standar Audit Internal Inspektorat Jenderal
Masing-masing peranan dalam tim audit memiliki keunggulan di bagian proses audit tertentu dibandingkan dengan peran lainnya, oleh karena itu hipotesis penelitian ini adalah: H1a : Terdapat perbedaan persepsi terkait dengan audit planning pada Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim. H2a : Terdapat perbedaan persepsi terkait dengan audit implementation pada Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim. H3a : Terdapat perbedaan persepsi terkait dengan audit reporting pada Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim.
Auditee satisfaction..., Weky Budiman, FE, 2014
H4a : Terdapat perbedaan persepsi terkait dengan follow up the recommendation pada Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim. Tabel 4 Pelaksanaan Audit (II) Variabel
Pelaksanaan Audit
Indikator 10. Komunikasi Tujuan Audit 11. Komunikasi Ruang Lingkup Audit 12. Komunikasi Langkah Kerja Audit 13. Komunikasi Manfaat Audit 14. Komunikasi Permintaan Data 15. Person In Charge 16. Komunikasi Pembahasan 17. Komunikasi Exit Meeting 18. Kesempatan Bertanya 19. Tanda Terima 20. Klarifikasi 21. Bukti Audit 22. Data Kembali 23. Tanda Terima Pengembalian 24. Kondisi yang Disepakati 25. Kriteria yang Disepakati 26. Penyebab yang Disepakati 27. Akibat yang Disepakati 28. Rekomendasi yang Disepakati 29. Diskusi 30. Tanda Tangan Pembahasan Audit 31. Batas Waktu
Acuan
Smith (2005), Wealleans (2000), Djati & Payamta (2013)
Djati & Payamta (2013)
Pada Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 4 terlihat operasionalisasi keempat variabel yang mengacu pada penelitian Djati dan Payamta (2013). Masing-masing variabel memiliki indikator sebanyak 11 indikator untuk variabel perencanaan audit, 31 indikator untuk variabel pelaksanaan audit, 4 indikator untuk variabel pelaporan hasil audit, dan 4 indikator untuk variabel tindak lanjut hasil audit yang diterjemahkan ke dalam pertanyaan kuesioner yang dibagikan kepada auditee dari Inspektorat III, Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan.
Auditee satisfaction..., Weky Budiman, FE, 2014
Tabel 5 Pelaporan Hasil Audit
Variabel Pelaporan Hasil Audit
Indikator 1. Prestasi Auditee 2. Format Laporan 3. Temuan Audit 4. Rekomendasi Audit
1. Monitoring Tindak Lanjut 2. Evaluasi atas Tindak Lanjut Hasil Rekomendasi Audit 3. Evaluasi Kecukupan Tindak Lanjut 4. Issue Closed
Acuan Karapetrovic dan Willborn (2000), Montondon dan Koogler (1994), Allot (1996), Djati & Payamta (2013) Van Gansberghe (2005), Sawyer (1995) Ziegenfuss (2000) Hery (2013), Glover (2000) Lufti Yulian
Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai apakah ada perbedaan persepsi auditee terhadap perencanaan audit, pelaksanaan audit, pelaporan hasil audit, dan tindak lanjut hasil audit pada tiga jenis peran dalam tim audit, yaitu Pengendali Teknis (PT), Ketua Tim (KT), dan Anggota Tim (AT). Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang ada sebelumnya (Djati dan Payamta, 2013) karena: (1) menggunakan beberapa sampel dari satu sisi populasi saja yaitu auditee dari Inspektorat III, dalam hal ini para pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) dan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kemenkeu yang pernah diaudit, (2) Uji statistik yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji statistik non-parametrik, (3) Penelitian ini tidak menggunakan perencanaan audit, pelaksanaan audit, pelaporan hasil audit, dan tindak lanjut hasil audit sebagai variabel independen yang menentukan auditee satisfaction sebagai variabel dependen, tetapi keempat variabel tersebut digunakan dengan determined subindikator di dalamnya yang ditransformasikan ke dalam pernyataan kuesioner. Dalam konteks penelitian ini, teori auditee satisfaction dikembangkan untuk memprediksi apakah ada perbedaan perceived kepuasan auditee antara perencanaan audit, pelaksanaan audit, pelaporan hasil audit, dan tindak lanjut hasil audit yang dilakukan oleh Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim. Time horizon yang digunakan dalam penelitian ini adalah one shot atau single crosssectional studies, yaitu pengumpulan informasi dari beberapa kelompok responden yang dilakukan hanya sekali dalam satu periode (tidak berkesinambungan dalam jangka waktu panjang).
Auditee satisfaction..., Weky Budiman, FE, 2014
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode kuantitatif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tes nonparametrik dengan metode uji Kruskal-Wallis. Hal tersebut dikarenakan data yang dianalisis untuk uji beda proses audit memiliki kecenderungan tidak terdistribusi secara normal serta tidak memiliki varian yang sama dan ini berlanjut ketika seluruh data berhasil dikumpulkan, begitu juga dengan hasil uji normalitas juga memperlihatkan kondisi yang sama untuk uji beda proses audit. Jumlah Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim di Inspektorat III terlihat pada Tabel 6 sebagai berikut: Tabel 6 Jumlah Peran Tim Audit Inspektorat III No. 1. 2. 3.
Peran Pengendali Teknis Ketua Tim Anggota Tim
Jumlah 6 Auditor 9 Auditor 15 Auditor
Pengendali Mutu 2% (5 Auditor)
Pengendali Teknis 19% (50 Auditor)
Anggota Tim 52% (141 Auditor) Ketua Tim 27% (72 Auditor)
Gambar 1. Jumlah Auditor di Itjen Kemenkeu Berdasarkan Peran
Dari Gambar 1, dapat terlihat bahwa terdapat 141 Anggota Tim, 72 Ketua Tim, 50 Pengendali Teknis, dan 5 Pengendali Mutu.
Hasil Penelitian Uji validitas merupakan salah satu pretest yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Jika signifikansi hasil korelasi kurang dari 0.05 maka butir-butir pernyataan dalam kuesioner pada Lampiran 1 dinyatakan valid dan begitu pula sebaliknya. Selain itu jika r hitung lebih
Auditee satisfaction..., Weky Budiman, FE, 2014
besar daripada r tabel, maka butir pertanyaan tersebut dianggap valid. Untuk responden sebanyak 30, maka r tabel nilainya sebesar 0,361. Angka 0,361 didapat dari rumus df = jumlah sampel – 2, kemudian df yang bernilai 28 dicari pada r tabel. Dari total 11 pertanyaan yang merupakan indikator dari variabel perencanaan audit, semua indikator tersebut dikatakan valid karena nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel (0,361). Dari total 31 pertanyaan yang merupakan indikator dari variabel pelaksanaan audit, semua indikator tersebut dikatakan valid karena r hitungnya lebih besar dari 0,361. Dari total 4 pertanyaan yang merupakan indikator dari variabel pelaporan hasil audit, semua indikator tersebut dikatakan valid karena r hitungnya lebih besar dari 0,361. Dari total 4 pertanyaan yang merupakan indikator dari variabel tindak lanjut hasil audit, semua indikator tersebut dikatakan valid karena r hitungnya lebih besar dari 0,361. Pretest selanjutnya adalah uji reliabilitas. Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan menguji skor antara item dengan menggunakan Alpha Cronbach yaitu dengan membandingkan koefisien alpha dengan 0,6 (Siregar, 2013). Apabila koefisien alpha (r hitung) lebih besar dari 0,6 maka item tersebut reliabel. Tetapi apabila koefisien alpha (r hitung) lebih kecil dari 0,6 maka item tersebut tidak reliabel. Karena nilai koefisien reliabilitas tersebut lebih besar dari 0,6 sehingga instrumen yang digunakan dapat dihandalkan (reliabel). Setelah melalui reduksi data, dari jawaban 38 responden yang terkumpul sampai dengan tanggal 17 Juni 2014, terdapat 4 responden yang menjawab belum pernah didatangi oleh tim dalam rangka audit sehingga jumlah keseluruhan responden yang lolos untuk digunakan dalam analisis selanjutnya adalah 34 responden. Pedoman dalam penentuan normal tidaknya distribusi suatu variabel adalah apabila nilai Sig-nya kurang dari 0,05 maka variabel tersebut tidak normal. Tabel 7 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov -Smirnov Test PL N Normal Parameters a,b Most Extreme Differenc es
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
34 3,7941 ,82863 ,120 ,073 -,120 ,703 ,707
IM 34 3,9588 ,84104 ,158 ,108 -,158 ,923 ,361
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Auditee satisfaction..., Weky Budiman, FE, 2014
RE 34 3,9500 1,01958 ,236 ,152 -,236 1,374 ,046
FO 34 3,8735 1,01692 ,177 ,134 -,177 1,032 ,237
Berdasarkan hasil pada Tabel 7 di atas, terdapat satu variabel yang memiliki nilai signifikansi sebesar 0,046 < 0,05 yaitu variabel pelaporan hasil audit sehingga data pada variabel tersebut tidak normal. Pengujian selanjutnya untuk keempat variabel proses audit tersebut adalah dengan menggunakan Uji Kruskal-Wallis.
Tabel 8 Uji Kruskal-Wallis
Ranks Tahapan_Audit PL IM RE FO Total
Pers epsi
N 34 34 34 34 136
Mean Rank 60,69 70,34 73,21 69,76
Test Statisticsa,b Chi-Square df Asymp. Sig.
Pers epsi 1,950 3 ,583
a. Krus kal Wallis Test b. Grouping Variable: Tahapan_Audit
Pedoman yang dipakai dalam uji Kruskal-Wallis, terima H0 jika nilai signifikansi > 0,05 (Suliyono, 2012). Dari hasil perhitungan pada Tabel 8, terlihat bahwa Asymp. Sig bernilai 0,583 yang berarti lebih dari 0,05 sehingga dapat dinyatakan terima H0 yang berarti tidak ada perbedaan persepsi auditee pada tiap proses audit.
Tabel 9 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,b Most Extreme Differenc es
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
AT
KT
PT
34 3,8882 ,88515 ,166 ,105 -,166 ,971 ,303
34 3,8676 ,88067 ,162 ,099 -,162 ,943 ,336
34 3,8794 ,88035 ,157 ,102 -,157 ,914 ,374
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Auditee satisfaction..., Weky Budiman, FE, 2014
Untuk uji beda peran, pedoman dalam penentuan normal tidaknya distribusi suatu variabel adalah jika nilai signifikansi > 0,05, maka data pada semua variabel tersebut normal. Berdasarkan hasil pada Tabel 9, semua variabel memiliki nilai signifikansi > 0,05 sehingga data semua variabel tersebut normal. Pengujian ketiga peran selanjutnya adalah dengan menggunakan uji One-Way ANOVA.
Tabel 10 Uji ANOVA Descriptives Pers epsi N AT KT PT Total
34 34 34 102
Mean 3,8882 3,8676 3,8794 3,8784
Std. Deviation ,88515 ,88067 ,88035 ,87333
Minimum 1,20 1,20 1,20 1,20
Maximum 5,00 5,00 5,00 5,00
ANOVA Pers epsi
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares ,007 77,025 77,033
df 2 99 101
Mean Square ,004 ,778
F ,005
Sig. ,995
Pedoman yang dipakai dalam ANOVA adalah, terima H0 jika nilai signifikansi > 0,05 (Suliyono, 2012). Dari Tabel 10 di atas, telihat bahwa Asymp. Sig bernilai 0,995 yang berarti lebih dari 0,05 sehingga dapat dinyatakan terima H0 yang berarti tidak ada perbedaan pada tiap peran dalam tim audit. Pembahasan Selain pembahasan utama yang sudah dilakukan pada Hasil Penelitian, penelitian ini juga menyoroti demografi responden yang mengisi kuesioner. Komponen demografi responden (auditee) tersebut adalah usia, jenis kelamin, unit tempat auditee bekerja, lama bekerja di tempat tersebut, dan tingkat pendidikan. Hasil pembahasan ada pada paragraf di bawah ini dengan berpatokan pada mean yang dihasilkan. Rentang usia auditee antara 45 sampai dengan 54 tahun memiliki tingkat kepuasan atas kinerja auditor yang lebih tinggi daripada ketiga rentang usia lainnya. Kemungkinan besar auditee dengan rentang usia tersebut memiliki pengalaman yang cukup dan
Auditee satisfaction..., Weky Budiman, FE, 2014
kemungkinan besar pernah berhadapan dengan auditor sehingga auditee rentang usia tersebut memiliki kepuasan yang tinggi dibandingkan dengan rentang usia lain yang lebih muda. Auditee dengan jenis kelamin laki-laki memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi atas kinerja auditor dilihat dari keempat proses audit dibandingkan dengan auditee berjenis kelamin perempuan. Auditee yang bertempat di Direktorat Sistem Manajemen Investasi (Dit. SMI) DJPb memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi atas kinerja auditor dilihat dari ketiga proses audit (pelaksanaan audit, pelaporan hasil audit, dan tindak lanjut hasil audit) dibandingkan dengan auditee yang bertempat di lain lokasi pekerjaan. Sedangkan auditee yang bekerja di KPPN memiliki tingkat kepuasan atas kinerja auditor ditinjau dari proses perencanaan audit. Auditee yang telah bekerja selama 11 tahun atau lebih memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi atas kinerja auditor dilihat dari keempat proses audit dibandingkan dengan auditee dengan masa kerja di bawahnya. Auditee dengan latar belakang pendidikan D4/S1 memiliki kepuasan tertinggi atas kinerja auditor ditinjau dari perencanaan audit dibandingkan auditee dengan latar belakang pendidikan selain D4/S1, sedangkan auditee dengan latar belakang pendidikan D3 memiliki kepuasan tertinggi atas kinerja auditor ditinjau dari pelaksanaan audit, pelaporan hasil audit, dan tindak lanjut hasil audit dibandingkan dengan auditee yang memiliki latar belakang tingkat pendidikan di atasnya. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan persepsi auditee terkait dengan keempat variabel proses audit yang terdiri dari perencanaan audit, pelaksanaan audit, pelaporan hasil audit, dan tindak lanjut hasil audit pada 3 (tiga) jenis peran tim audit, yaitu Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim dan menganalisis hal-hal yang tidak menyebabkan perbedaan persepsi auditee terkait keempat variabel proses audit pada 3 (tiga) jenis peran dalam tim audit. Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan sebelumnya, berikut kesimpulan utama yang dapat diberikan untuk menjawab perumusan masalah:
Secara umum tidak ada perbedaan persepsi auditee terkait dengan keempat variabel proses audit yang terdiri dari perencanaan audit, pelaksanaan audit, pelaporan hasil audit, dan tindak lanjut hasil audit pada 3 (tiga) jenis peran dalam tim audit.
Penyebab tidak adanya perbedaan persepsi diduga karena auditee menganggap tim audit adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Auditee satisfaction..., Weky Budiman, FE, 2014
Sedangkan kesimpulan untuk uji beda proses audit yang lebih rinci dari kesimpulan utama adalah sebagai berikut:
Pelaksanaan audit merupakan inti yang penting dari proses audit secara keseluruhan.
Pada proses perencanaan audit, auditee merasa puas atas kinerja auditor dilihat dari aspek Surat Penugasan yang diberikan auditor, aspek Kenyamanan Auditee, dan Pakta Integritas. Interpretasinya adalah pada saat awal penugasan, Surat Penugasan dan Pakta Integritas merupakan bukti formal akan dilakukannya suatu audit pada suatu unit tertentu. Pada saat entry meeting, biasanya auditor dan auditee melakukan pengenalan satu sama lain yang nantinya bermanfaat dalam kelancaran penugasan audit, karena komunikasi antara auditor dan auditee cukup intense. Hal ini sesuai dengan kenyataan di lapangan bahwa ketiganya memang hal-hal yang utama pada saat awal penugasan audit.
Pada proses pelaksanaan audit, auditee merasa puas atas kinerja auditor dilihat dari aspek Hubungan Kekeluargaan, Sikap (Behavior), dan Komunikasi Permintaan Data. Menjadi hal yang cukup mengejutkan apabila melihat hasil bahwa aspek Pengetahuan (Knowledge Areas), Keahlian (Skills), dan Kompetensi (Competencies) berada di bawah ketiga peringkat teratas yang sudah disebutkan sebelumnya. Ketika ketiga komponen proficiency atau kecakapan profesional ini dicocokkan dengan saran yang berhasil dijaring dari responden, ternyata memang auditee berharap agar auditor lebih memahami proses bisnis auditee, sehingga hasil ketiga proficiency di atas menunjukkan bahwa kecakapan profesional auditor Inspektorat III masih belum terlalu memuaskan.
Pada proses pelaporan hasil audit, auditee merasa puas atas kinerja auditor dilihat dari aspek Rekomendasi Audit. Hal ini wajar karena Rekomendasi Audit merupakan bagian dari output dari tim audit dan merupakan hal yang paling penting.
Pada proses tindak lanjut hasil audit, auditee merasa puas atas kinerja auditor dilihat dari aspek Evaluasi Kecukupan Tindak Lanjut. Hal ini sejalan dengan masukan dari auditee agar hasil tindak lanjut temuan audit sebaiknya dimonitor dan dievaluasi. Sedangkan kesimpulan untuk uji beda peran dalam tim audit yang lebih rinci dari
kesimpulan utama adalah sebagai berikut:
Anggota Tim merupakan peranan dalam suatu tim audit yang cukup diperhitungkan mengingat Anggota Tim lebih sering berinteraksi dengan auditee, sehingga tingkat
Auditee satisfaction..., Weky Budiman, FE, 2014
kepuasan auditee atas kinerja Anggota Tim lebih tinggi daripada peran lain dalam tim audit.
Pada proses perencanaan audit, auditee lebih puas atas kinerja Anggota Tim atas semua aspek kecuali Permintaan Dokumen, Inventarisasi Masalah, dan Laporan Hasil Audit Terdahulu. Pengalaman ketidakpuasan auditee atas masalah yang ditimbulkan oleh Anggota Tim pada waktu audit yang lampau diduga menyebabkan ketidakpuasan atas kinerja Anggota Tim pada aspek tersebut.
Pada proses pelaksanaan audit, auditee merasa puas atas kinerja Ketua Tim dilihat dari aspek Knowledge Areas, Competencies, Kecermatan Profesional, Tanda Terima, dan Klarifikasi. Hal ini wajar karena Ketua Tim dengan jam terbang yang tinggi sudah mengetahui seluk beluk pekerjaan auditee dan memiliki pemahaman yang memadai mengenai hal substansi dalam penugasan. Sementara itu dalam hal Komunikasi Permintaan Data, Anggota Tim dianggap auditee memiliki keunggulan karena sering berinteraksi dengan auditee. Sedangkan Pengendali Teknis dianggap auditee unggul dalam aspek Supervisi Berjenjang.
Pada proses pelaporan hasil audit, auditee merasa kurang puas atas kinerja Ketua Tim dilihat dari aspek Prestasi Auditee, Temuan Audit, dan Rekomendasi Audit.
Pada proses tindak lanjut hasil audit, auditee merasa kurang puas atas kinerja Ketua Tim dilihat dari aspek Monitoring Tindak Lanjut, Evaluasi atas Rekomendasi, dan Evaluasi Kecukupan Tindak Lanjut. Sedangkan kesimpulan untuk uji tabulasi silang yang lebih rinci dari kesimpulan
utama adalah sebagai berikut:
Rentang usia auditee antara 45 sampai dengan 54 tahun memiliki tingkat kepuasan atas kinerja auditor yang lebih tinggi daripada ketiga rentang usia lainnya.
Auditee dengan jenis kelamin laki-laki memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi atas kinerja auditor dilihat dari keempat proses audit dibandingkan dengan auditee berjenis kelamin perempuan.
Auditee yang bertempat di Direktorat Sistem Manajemen Investasi (Dit. SMI) DJPb memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi atas kinerja auditor dilihat dari ketiga proses audit (pelaksanaan audit, pelaporan hasil audit, dan tindak lanjut hasil audit) dibandingkan dengan auditee yang bertempat di lain lokasi pekerjaan. Sedangkan auditee yang bekerja di KPPN memiliki tingkat kepuasan atas kinerja auditor ditinjau dari proses perencanaan audit.
Auditee satisfaction..., Weky Budiman, FE, 2014
Auditee yang telah bekerja selama 11 tahun atau lebih memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi atas kinerja auditor dilihat dari keempat proses audit dibandingkan dengan auditee dengan masa kerja di bawahnya.
Auditee dengan latar belakang pendidikan D4/S1 memiliki kepuasan tertinggi atas kinerja auditor ditinjau dari perencanaan audit dibandingkan auditee dengan latar belakang pendidikan selain D4/S1, sedangkan auditee dengan latar belakang pendidikan D3 memiliki kepuasan tertinggi atas kinerja auditor ditinjau dari pelaksanaan audit, pelaporan hasil audit, dan tindak lanjut hasil audit dibandingkan dengan auditee yang memiliki latar belakang tingkat pendidikan di atasnya.
Saran Penelitian ini memiliki beberapa kekurangan, antara lain:
Responden yang mengisi kuesioner tidak diketahui setelah diaudit pada jangka waktu yang mana, bisa sebulan yang lalu, dua bulan yang lalu, tiga bulan yang lalu, atau berapa tahun yang lampau.
Responden yang berhasil dikumpulkan tidak terlalu banyak karena keterbatasan waktu dalam pengolahan data dan penyelesaian skripsi.
Tidak adanya penyandingan anggota tim, ketua tim, dan pengendali teknis kepada auditee dengan leveling jabatan auditee yang berbeda. Dari keterbatasan yang ada pada penelitian ini, maka peneliti menyarankan bagi
penelitian selanjutnya untuk:
Menginventarisir responden dengan time frame yang sudah ditentukan, misalnya auditee pada suatu tahun tertentu saja.
Memperbanyak jumlah responden agar diperoleh hasil yang lebih presisi.
Memisahkan responden/auditee sesuai dengan leveling auditor yang dihadapi. Daftar Referensi
[1] Allot, A. (1996). The Emerging Role of Internal Audit. Management Accounting Vol. 74 No. 1. 60-1. [2] Arena, Marika, & Azzone, Giovanni. (2009). Identifying Organizational Drivers of Internal Audit Effectiveness. Politecnico di Milano, Dipartimento di Ingegneria Gestionale. International Journal of Auditing, Vol. 13, No. 1, pp. 43-60, March 2009. http://ssrn.com/abstract=1394653 [3] Arens, Alvin A., Alder, Randal J., & Beasley, Mark S. (2008). Auditing dan Jasa Assurance. Alih Bahasa Gina Gania, Edisi Indonesia. Jakarta: Erlangga. [4] Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia. (2013). Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia. Jakarta: Author. [5] Beckmerhagen, L. A., Berg, H. P., Karapetrovic, S. V., & Willborn, W. O. (2004). Case Study on The Effectiveness of Quality Management Systems Audit. The TQM Magazine.
Auditee satisfaction..., Weky Budiman, FE, 2014
[6] Behn, Burce K., Carcello, J. V., Hermanson, D. R., & Hermanson, R. H. (1997). The Determinants of Audit Client Satisfaction Among Clients of Big 6 Firms. Accounting Horizon. [7] Blakeney, Roger N., Holland, Winford E., & Matteson, Micahel T. (1976). The Auditor-Auditee Relationship: Some Behavioral Considerations and Implications for Auditing Education. The Accounting Review Vol. 51 No. 4. 899-906. [8] Brody, R. G., Golen, S. P., & Reckers, P. M. J. (1998). An Empirical Investigation of the Interface Between Internal and External Auditors. Accounting and Business Research Vol. 28 No. 3. 160-172. [9] Bromage, Mary C. (1984). Writing Audit Reports. New York: McGraw-Hill Inc. [10] Burnaby, Priscilla A., & Hass, Susan W. (2009). A Summary of the Global Common Body of Knowledge 2006 (CBOK) Study in Internal Auditing. Manajerial Auditing Journal, 813-834. [11] Carcello, J. V., Hermanson, R. H., & McGrath, N. T. (1992). Audit Quality Attributes: The Perceptions of Audit Partners, Preparers, and Financial Statement Users. Auditing: A Journal of Practice and Theory. [12] Djati, Kartika & Payamta. (2013). The Measurement of Internal Audit Effectiveness at Ministry of Finance in Republic of Indonesia. ProQuest. [13] Elliot, Michael, Dawson, R. J., & Edwards, J. (2007). An Improved Process Model for Internal Auditing. Managerial Auditing Journal. [14] Glover, Steven M., Prawitt, Douglas, & Romney, Marshall B. (2000). Features – The Software Scene Our Annual Software Survey Scopes Internal Audit Shops Worldwide to Identify the Technologies They’re Using. The Internal Auditor: Journal of the Institute of Internal Auditors Vol. 57 No. 4. 49-59. [15] Gramling, Audrey A., Maletta, M. J., Schneider, A., & Church, B. K. (2004). The Role of the Internal Audit Function in Corporate Governance: A Synthesis of the Extant Internal Auditing Literature and Directions for Future Research. Journal of Accounting Literature. [16] Griffiths, P. (1999). Understanding the Expectations of Finance Directors Towards Internal Audit and Its Future. Managerial Auditing Journal Vol. 14 No. 9. 489-496. [17] Hair, Joseph F., Black, William C., Babin, Barry J., & Anderson, Rolph E. (1995). Multivariate Data Analysis with Readings, 4th Edition. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, Inc. [18] Hass, Susan W., dan Burnaby, Priscilla A. (2010, November/December). The Evolution of Important Competencies and Knowledge for Internal Auditors. Internal Auditing. 3-14. [19] Hery. (Oktober – Desember 2013). Auditoria Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan Vol. V No 36. [20] Ikujiro Nonaka & Hirotaka Takeuchi. (1995). The Knowledge-Creating Company, How Japanese Companies Create the Dynamics of Innovation. New York: Oxford University Press. [21] Indriantono. (2002). Metode Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE. [22] International Organization of Supreme Audit Institutions. (2009). Internal Audit Independence in the Public Sector. [23] Jalaluddin, Rakhmat. (1999). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. [24] Karapetrovic, S., & Willborn, W. (2000). Generic Audit of Management Systems: Fundamentals. Managerial Auditing Journal. [25] Keputusan Inspektur Jenderal Nomor KEP-184/IJ/2002 tanggal 30 Desember 2002 tentang Tata Kerja Tim Audit di Lingkungan Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan. [26] Keputusan Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan Nomor KEP-410/IJ/2011 tentang Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. [27] Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 130/KMK.09/2011 tentang Kebijakan Pengawasan Intern Kemenkeu. [28] Kowalczyk, David S. (1987). Cadmus’ Operational Auditing. W. R. Institute of Internal Auditors Professional Books Series. [29] Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Inspektorat Jenderal 2013. [30] Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2009 – 2012. [31] Malhotra, N.K. 2004. Marketing Research: An Applied Orientation. New Jersey: Pearson Education. [32] Manao, Hekinus. (2009). Sambutan Inspektur Jenderal. The Internal Audit in Brief Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. 3-4. [33] Mihret, Dessalegn Getie, & Yismaw, Aderajew Wondim. (2007). Internal Audit Effectiveness: an Ethiopian Public Sector Case Study. Managerial Auditing Journal. [34] Montondon, L. & Koogler, P. (1994). Partner Watchdogs: How Management Views Internal Auditors. Internal Auditing Vol. 10 No. 2. 23-8. [35] Noorhuda, Endra. (2012). Preferensi Keterampilan Sosial Auditor Internal dengan Menggunakan Firo-B pada Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Depok. [36] Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 4 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pemeriksa pada BPK.
Auditee satisfaction..., Weky Budiman, FE, 2014
[37] Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: PER-211/K/JF/2010 tentang Standar Kompetensi Auditor. Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor, 2010. [38] Peraturan Inspektur Jenderal Nomor PER-10/IJ/2010 tentang Standar Audit Internal Inspektorat Jenderal (SAINS). [39] Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. [40] Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan. [41] Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). [42] Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. [43] Riadi, Antonius S. E. (Mei – Juni 2009). Peran Audit Internal dari Watchdog, Menuju Konsultan dan Katalis. Auditoria Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan Vol. III No 12. 19-20. [44] Riduwan, Rusyana, Adun, dan Enas. (2013). Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 dan Aplikasi Statistik Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta. [45] Roth, J. (2000). Best Practice: Value-added Approaches of Four Innovative Auditing Departments. The Institute of Internal Auditors. [46] Samelson, Donald, Lowensohn, Suzanne, & Johnson, Laurence E. (2006). The Determinants of Perceived Audit Quality and Auditee Satisfaction in Local Government. Journal of Public Budgeting, Accounting & Financial Management. 139-166. [47] Santoso, Singgih. (2007). Structural Equation Modelling: Konsep dan Aplikasi dengan AMOS Membuat dan Menganalisis Model SEM Menggunakan Program AMOS. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. [48] Sarwono, Jonathan. (2006). Panduan Cepat dan Mudah SPSS 14. Yoyakarta: Andi. [49] -------------------------. (2012). Path Analysis Teori, Aplikasi, Prosedur Analisis untuk Riset Skripsi, Tesis dan Disertasi (Menggunakan SPSS). Jakarta: PT Gramedia. [50] Sawyer, Lawrence B., Dittenhofer, Mortimer A., & Scheiner, James H. (2005). Sawyer’s Internal Auditing Audit Internal Sawyer’s. Alih Bahasa Desi Adhariani. Jakarta: Salemba Empat. [51] Sekaran, Uma, & Bougie, Roger. (2010). Research Methods for Business A Skill Building Approach. West Sussex: John Wiley & Sons Ltd. [52] Siregar, Syofian. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. [53] Smith, G. (2005). Communication Skills are Critical for Internal Auditors. Managerial Accounting Journal Vol. 20 No. 5. 513-519. [54] Surat Keputusan (SK) Sekretaris Jenderal Nomor 519/K/X-XIII.2/12/2012 tentang Mekanisme Sertifikasi Peran Jabatan Fungsional Pemeriksa di lingkungan BPK. [55] Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta CV. [56] Sugiarto, Endar. (1999). Psikologi Pelayanan dalam Industri Jasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. [57] Suliyono, Joko. (2012). 6 Hari Jago SPSS 17. Yogyakarta: Cakrawala. [58] Spaarkman, G. (1997). Transaction Cost Economics: A Theory of Internal Audit. Managerial Auditing Journal Vol. 17 No. 7. 323-330. [59] Tunggal, Amin Widjaja (2011). Effective Internal Audit. Jakarta: Harvarindo. [60] The Institute of Internal Auditors Standards and Guidance. International Standards for the Professional Practice of Internal Auditing. http://www.theiia.org/guidance/standards-and-guidance/ippf/standards/fullstandards/?search=risk [61] The Institute of Internal Auditors Research Foundation. (2006), Common Body of Knowledge. [62] Trihendradi, C. (2010). Step by Step SPSS 18 Analisis Data Statistik. Yogyakarta: CV Andi Offset. [63] Van Gansberghe, C. N. (2005). Internal Auditing in the Public Sector: A Consultative Forum in Nairobi, Kenya, Shores up Best Practices for Government Audit Professionals in Developing Nations. Internal Auditor Vol. 62 No. 4. 69-73. [64] Van Peursem, K. (2004). Internal Auditor’s Role and Authority: New Zealand Evidence. Managerial Auditing Journal Vol. 19, No. 3. 378-393. [65] Van Peursem, K. (2005). Conversations with Internal Auditors: The Power of Ambiguity. Managerial Auditing Journal Vol. 20, No. 5. 489-512. [66] Vinten, Gerald (1994). Cross-cultural Currents: The Case of Internal Audit. Cross Cultural Management: An International Journal Vol. 1. 32-34. [67] Warta Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Edisi 8 Volumen III Agustus 2013. [68] Wealleans, David. (2000). The Quality Audit for ISO 9001: 2000. London: Gower Pub Co. [69] www.bpkp.go.id/bali/berita/read/11845/0/Meningkatan-Kompetensi-APIP-dengan-Diklat-AuditorAhli.bpkp [70] www.itjen.kemenkeu.go.id
Auditee satisfaction..., Weky Budiman, FE, 2014
[71] Yazthi, Nur Millah. (2013). Persepsi Pemuda terhadap Lingkungan Jasa, Kualitas Makanan, Harga, Kepuasan dan Loyalitas pada Tiga Jenis Restoran (Fine Dining, Food Court, dan Fast Food). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Depok. [72] Yustiani, Syanni. (Januari – Februari 2011). Inspektorat Jenderal: Menuju Peran Auditor Internal yang Ideal. Auditoria Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan Vol. V No 22. 7-10. [73] Zain, M. M., dan Subramaniam, N. (2007). Internal Auditor Perceptions on Audit Committee Interactions: A Qualitative Study in Malaysian Public Corporations. Corporate Governance: An International Review Vol. 15 No.5. 894-908. [74] Ziegenfuss, Douglas E. (2000). Measuring Performance. The Internal Auditor. ProQuest, 36 – 40.
Auditee satisfaction..., Weky Budiman, FE, 2014