WEEKS 2 METODE ILMIAH
CRITERION FOR RESEARCHABLE TOPICS • CONTRIBUTE TO PROFESSIONAL FIELD • UNIQUE & ORIGINAL • FEASIBLE TO CONDUCT • QUALIFICATION OF RESEARCHER
MAKE SURE • • • • •
CONSIDER YOUR OWN FACTORS: THE WORK INVOLVED TIME AVAILABLE FINANCIAL RESOURCES YOU & YOUR SUPERVISOR EXPERTISE IN THAT AREA • THE AVAILABILITY OF LAB. FACILITY & OTHER RESOURCES.
DIFFERENCES RESEARCH SCOPE AMONGST S-1, S-2 & S-3 • S-1 CALLED : FINAL PROJECT (4 TH STUDENTS, SKRIPSI: IMPLEMENTATION OF RESEARCH METHODOLOGY • S-2 CALLED: THESIS, DEVELOPING RESEARCH METHODOLOGY • S-3 CALLED: DISSERTATION, DEVELOPING NEW THEORY & NEW SCIENCE & TECHNOLOGY.
THE IMPORTANCE OF FORMULATING A RESEARCH PROBLEMS • A RESEARCH PROBLEM IS LIKE THE FOUNDATION OF A BUILDING. THE TYPE AND DESIGN OF THE BUILDING IS DEPENDENT UPON THE FOUNDATION. THE RESEARCH PROBLEM SERVES AS THE FOUNDATION OF A RESEARCH STUDY. IF IT IS WELL FORMULATED, YOU CAN EXPECT A GOOD STUDY.
RESEARCH PROCESS 1. IDENTIFICATION, CHOOSING & FORMULATING A RESEARCH PROBLEM WHAT YOU INTEND TO RESEARCH MORE SPESIFIC & CLEAR IN TERM OF INTEREST, YOUR KNOWLEDGE, MEASUREMENT OF CONCEPTS, LEVEL OF EXPERTISE, RELEVANCE, AVAILABILITY OF DATA
SOURCES OF RESEARCH PROBLEMS: • PEOPLE, PHENOMENA, AGRICULTURAL COMMODITY, ANIMAL, PROGRAM ETC. IF YOU ARE A STUDENT IN THE FOOD TECHNOLOGY FIELD, CONSIDER AN ENORMOUS NUMBER OF ISSUES, SUCH AS: EXPLOITING LIQUID & SOLID FOOD INDUSTRIAL WASTE, FOOD SAFETY, FOOD MICROBIOLOGY, FOOD CHEMISTRY, POSTHARVEST FRUIT/VEG, FOOD SUPPLEMENTS ETC.
BAB PENDAHULUAN • ISI : • LATAR BELAKANG MELIPUTI: • POTENSI MASALAH PENELITIAN/MENGAPA TOPIK PENELITIAN TSB PERLU DITELITI • SIAPA SAJA PENELITI YANG TELAH MELAPORKAN TOPIK/JUDUL PENELITIAN • MASALAH TOPIK PENELITIAN YANG BELUM DITELITI APA? • TUJUAN TOPIK PENELITIAN
CONTOH PENDAHULUAN Latar Belakang •
•
Bencana alam seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, tsunami, dan lumpur lapindo yang banyak terjadi di Indonesia akhir-akhir ini memberikan dampak yang luas bagi masyarakat. Keadaan darurat seperti ini memungkinkan terjadinya kekurangan air bersih, tidak ada listrik dan perlengkapan memasak yang memadai, serta kekurangan pangan. Penanganan pada masa darurat yaitu 1 sampai 3 hari pasca bencana sering terlambat, dan menyebabkan masyarakat kekurangan pangan. Oleh karena itu diperlukan pangan darurat yang cocok, yaitu harus tidak mendorong rasa haus, cepat membuat kenyang, mengandung protein tinggi untuk mengatasi stress dan mengandung cukup vitamin dan mineral yang diperlukan/hari (Anonymous, 2002). Salah satu bentuk pangan darurat yang dapat dikembangkan adalah pangan darurat berbentuk tepung bubur instant. Tepung bubur ini mudah dalam penyajian, serta tidak mudah rusak dalam penyimpanan sehingga sesuai untuk keadaan darurat serta dapat digunakan sebagai makanan sapihan bayi (weaning foods). Jumlah bayi lahir di Indonesia yang selalu meningkat serta mengingat rawannya balita dalam keadaan darurat, menjadikan bahan pangan ini harus memiliki daya cerna protein dan karbohidrat yang tinggi. Bahan baku yang digunakan juga disesuaikan dengan jumlah kalori yang dibutuhkan yaitu 2100 kkal (Anonymous, 2002).
•
•
Bahan baku yang digunakan adalah bahan baku lokal, sebagai bahan substitusi bahan impor (tepung gandum), seperti : ubi jalar, jagung, serta kedelai sebagai sumber protein. Selain itu juga digunakan tepung porang sebagai gelling agent, sehingga dapat memperbaiki teksur tepung bubur yang dihasilkan. Dalam proses pembuatan tepung bubur juga ditambahkan bakteri asam laktat probiotik, sehingga tepung bubur yang dihasilkan memiliki daya cerna protein dan karbohidrat yang tinggi serta mengandung BAL probiotik. Tepung bubur probiotik dengan fermentasi BAL dapat memberikan efek peningkatan rasa dan penerimaan konsumen dengan flavor dan tekstur yang lebih baik, pengawetan dengan terbentuknya asidulan, alkohol dan komponen antibakteri, pengkayaan kandungan nutrisi dengan pembentukan nutrisi oleh mikroba, dan peningkatan daya cerna protein dan karbohidrat, serta penghilangan senyawa anti nutrisi. Selain itu juga menurunkan waktu pemasakan, sehingga dalam penyajiannya hanya diseduh dengan air hangat (Haard, 1999).
•
•
Belum tersedianya tepung bubur probiotik di Indonesia menjadi dasar dalam penelitian ini. Beberapa penelitian tentang fermentasi sereal seperti Ting (Afrika Selatan), Ogi (Nigeria), Uji (Kenya), Togwa (Tanzania), Obushera (Tanzania dan Uganda) telah dilakukan (Board et al., 1995; Chinyere et al., 1996; Steinkrause, 1996; Kunene et al., 1999; Mugula et al., 2002). Jenis bakteri asam laktat (BAL) probiotik serta konsentrasi yang ditambahkan agar tepung bubur dapat dikatakan sebagai pangan probiotik belum diketahui. Penelitian yang telah dilakukan Odunfa (1985) menyatakan bahwa L. plantarum adalah mikroba utama yang berperan dalam fermentasi asam laktat Ogi. Sedangkan Halm et al. (1993) menyatakan bahwa L. fermentum dan L. reuteri merupakan mikroba yang ada dalam Kenkey. Selain itu prosedur pembuatan tepung bubur probiotik sebagai pangan darurat dengan bahan pangan lokal belum diketahui. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan jenis BAL dan konsentrasi yang digunakan serta prosedur pembuatan tepung bubur yang sesuai, sehingga diperoleh tepung bubur probiotik yang dapat digunakan sebagai alternatif pangan darurat.
• 1.2. Perumusan Masalah • Tepung bubur merupakan makanan instant yang dapat digunakan sebagai pangan darurat serta untuk makanan sapihan bayi (weaning foods). Tepung bubur yang mengandung bakteri asam laktat probiotik yang sesuai untuk pangan darurat dan makanan sapihan bayi belum tersedia. Oleh karena itu perumusan masalah dari penelitian ini adalah : • Bagaimanakah pengaruh jenis dan konsentrasi bakteri asam laktat terhadap kualitas tepung bubur probiotik sebagai pangan darurat berenergi dan bernutrisi tinggi? • Metode manakah yang menghasilkan tepung bubur probiotik sebagai pangan darurat berenergi dan bernutrisi tinggi dengan kualitas terbaik?
• 1.3. Tujuan • Penelitian ini bertujuan untuk : • mengetahui pengaruh jenis dan konsentrasi bakteri asam laktat terhadap kualitas tepung bubur probiotik yang dihasilkan sebagai pangan darurat berenergi dan bernutrisi tinggi • mengetahui metode yang dapat menghasilkan tepung bubur probiotik dengan kualitas terbaik sebagai pangan darurat berenergi dan bernutrisi tinggi • 1.4. Manfaat • Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi industri pangan dalam pembuatan pangan darurat yang berbentuk tepung bubur probiotik, dan bermanfaat bagi masyarakat pada keadaan darurat sebagai bahan pangan yang berenergi tinggi, serta dapat digunakan sebagai alternatif makanan sapihan pada bayi. •
• 1.5. Hipotesis • Jenis bakteri asam laktat yang berbeda akan mempengaruhi kualitas tepung bubur probiotik yang dihasilkan • Penambahan konsentrasi bakteri asam laktat yang berbeda akan mempengaruhi kualitas tepung bubur probiotik yang dihasilkan • Metode pembuatan tepung bubur yang berbeda akan mempengaruhi kualitas tepung bubur probiotik yang dihasilkan
FOUR STEPS INVOLVED IN CONDUCTING A LITERATURE REVIEW • SEARCH FOR EXISTING LITERATURE IN YOUR RESEARCH TOPICS OR CLOSELY RELATED TO Y. RESEARCH TOPICS. • REVIEW THE LITERATURE SELECTED • DEVELOP A THEORETICAL FRAMEWORK • DEVELOP A CONCEPTUAL FRAMEWORK • LOOKED AT YOUR FLOW CHARGE OF YOUR RESEARCH PROCEDURE • USE THESE AS YOUR HEADING/SUBHEADING OF Y. LITERATURE REVIEW
STEPS BEFORE CONDUCTING RESEARCH • EXISTING INFORMATION FROM ANY SOURCES OF INFORMATION (BOOKS, SKRIPSI, INTERNET, SCIWRITE A LITERATURE REVIEW (L.R) • WAYS OF WRITING L.R. • QUOTE ENTIFIC JOURNALS ETC) • CONCLUDE: • 1. VARIABLE HAD BEEN USED BY OTHERS • 2. VARIABLES HAVE NOT BEEN USED BY OTHERS • 3. VARIABLES THAT YOU WILL USE IN YOUR TOPICS OR RESEARCH AREAS.