| Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
Warna
Sisi Lain SNMPTN...........................................................1
Utama
Unesa Pelopori SNMPTN untuk Menegakkan Aturan...........................................................................2
Khusus
Perjalanan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru PTN.................................................................................4
InfoUnesa
Program Unggulan Bernuansa Pendidikan.......................................................................5 Kuliah Umum Penelitian Pengembangan oleh Konsultan Belanda di PascasarjanaUnesa......................6
Profil
Musik bagi M. Sardjoko........................................................7
Sorot
“Strategi” Meningkatkan Skor TOEFL...............................................................................8
Warta Unesa
Program BIPA Datangkan Mahasiswa Asing di Unesa..................................................................10 Unesa Menyongsong Badan Layanan Umum..................12 Kerjasama Unesa-Beijing Sport University sebagai Realisasi MoU Ondonesia-Cina.....................................................13 Selayang Pandang Program PMRI di Jurusan Matematika FMIPA Unesa..................................................................13 Wisuda Ke-64, Lepas 1590 Lulusan.................................14 Unesa Peroleh Akreditasi B.............................................15 Lembaga Penelitian Fokuskan Penelitian Dasar dan Terapan...................................................16 Agenda Kegiatan Lemlit..............................................17
Fokus
Di Balik Pelaksanaan Program RSBI..............................................................18 Pendidikan Profesi Unesa, Tengah Berjalan...................20
Suara Stakeholders
Mengintegrasikan Organisasi dan Akademis......................21 Penguatan Metode Mengajar dan Subyek Materi...........21
InfoSehat
Memetik Manfaat Teh Hijau................................23
InfoTech
Dibalik Rahasia Bio Solar..............................................24
Wawancara
Unesa Ikut SNMPTN........................................................25
Lensa Unesa
Berita Foto Bulan Maret - April 2008..............................26 | Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
INDEX Penerimaan mahasiswa baru perguruan tinggi negeri yang selama ini dikelola perhimpunan SPMB Nusantara dipastikan berubah. Mengapa ada perubahan tersebut? Bagaimana proses pelaksanaan SNMPTN? Baca selengkapnya di rubrik Utama hal. 2. Kenal dengan wajah yang satu ini? Pesonanya cukup dalam sehingga membuat orang mudah kagum. Ia orang yang suka humor. Tak heran banyak mahasiswa yang menyukainya. Siapakah dia? Baca selengkapnya di rubrik Profil hal. 7. TOEFL bukan semata tes bahasa Inggris, melainkan juga tes pengetahuan umum. Berikut strategi yang diberikan Drs. Much. Khoiri, M.Si. dapat digunakan untuk meningkatkan skor TOEFL. Baca selengkapnya di rubrik Sorot hal. 8. Perjuangan Unesa dalam pelaksanaan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yang terpisah dari Perhimpunan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Nusantara (PSPMBN) akhirnya berbuah manis. Rektor Unesa, Prof. Dr. H. Haris Supratno, yang menjadi sekretaris SNMPTN, menuturkan selengkapnya di rubrik Wawancara hal. 25.
PEMASANGAN IKLAN
Hubungi: Redaksi Majalah Unesa Gedung HUMAS (F4) Kampus Ketintang Unesa Telp. 031.8280009 psw 124
Sisi Lain SNMPTN PADA laporan utama edisi ini disajikan panjang lebar informasi mengenai seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN). Latar belakang, dasar berpikir, konsep, dan beberapa “kata kunci” lain telah diuraikan sehingga keberterimaan posisinya sebagai pengganti seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB) tidak dipertanyakan. Alih-alih mengajak berpikir lebih jauh, pada bagian ini dipaparkan sisi lain yang, kalaupun tidak banyak manfaatnya, setidak-tidaknya tidak ada salahnya. Seperti halnya SPMB, UMPTN, dan beberapa nama lain sebelumnya, SNMPTN pada hakikatnya merupakan tes seleksi, bukan tes prestasi. Sebagai tes seleksi, SNMPTN tidak digunakan untuk mengukur seberapa jauh penguasaan materi peserta tes, tetapi digunakan untuk menyeleksi peserta tes sesuai dengan kebutuhan kuota. Dengan sendirinya, sistem penilaiannya menggunakan acuan norma. Pemilih program studi (prodi) tertentu yang tingkat kebenaran jawabannya 98%—katakanlah ekstremnya demikian—dapat tidak diterima jika tingkat kebenaran jawaban kompetitornya lebih tinggi. Demikian halnya logika kebalikannya. Sebagai tes berskala nasional yang strategis perannya dalam seleksi mahasiswa baru PTN, reliabilitas dan berbagai bentuk validitas—isi, konstruk, tampak luar (face validity), dan prediktif— jamaknya tidak dipertanyakan. Dapat dibayangkan bahwa sebelum soal dikemas dalam bentuk jadi, beberapa proses sebelumnya seperti uji coba, analisis tingkat kesulitan, analisis daya beda, analisis butir pengecoh (distractor items), dan eksekusinya telah dilakukan secara matang sehingga kredibilitasnya sebagai instrumen tes seleksi tidak diragukan. Dalam hubungannya dengan hal tersebut, validitas prediktif SNMPTN menarik dicermati karena merupakan fitur spesifik yang ditonjolkan. Validitas prediktif dapat dipahami sebagai tingkat kesahihan instrumen tes dalam kapasitas sebagai prediktor tingkat keberhasilan studi peserta tes. Deskripsi sederhananya demikian. Katakanlah A, B, C, D, dan E lima peserta SNMPTN yang memilih prodi dan PTN yang sama dengan skor 654, 622, 622, 594, dan 500. Jika hanya A, B, C, dan D yang diterima, prediksi kasar yang berlaku jika dalam tes mereka tidak berspekulasi sebagai berikut. Dalam studi, IPK A paling tinggi, B dan C kurang lebih sama, dan D paling rendah jika hambatan nonakademik mereka kurang lebih sama. E, andaikata dipaksakan diterima, diprediksi gagal studinya. Fenomena itu menarik untuk dibuktikan melalui penelitian guna menjawab benar atau tidaknya hukum prediksi yang diberlakukan. Pada sisi lain, penelitian dengan orientasi yang berbeda juga diperlukan khususnya yang berfokus pada upaya membandingkan kinerja dan hasil studi mahasiswa produk SNMPTN dengan produk PMDK, tes nonreguler, dan sebagainya. Secara teoretis hasil penelitian mempunyai pengaruh (side effect) luas dalam merekonstruksi peta pemikiran pembangunan kualitas lembaga, yang setidak-tidaknya berkontribusi dalam melengkapi deskripsi spesifikasi jumlah dan fitur mahasiswa (student body). (Suhartono) 1
Unesa
Universitas Negeri Surabaya
MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI PELINDUNG
Rektor PENASIHAT
Pembantu Rektor I Pembantu Rektor III Pembantu Rektor IV PENANGGUNG JAWAB
Pembantu Rektor II PEMIMPIN UMUM
Kepala BAU & K PEMIMPIN REDAKSI
Dr. Suhartono REDAKTUR PELAKSANA
Warju, S.Pd., M.T. REDAKSI
Sudiarto Dwi Basuki, SH. Jarrot Budi Jatmoko, S.Sos. Bayu Andhit Herlina Novi LAY OUT
Wahyu Rukmo S, ST. ADMINISTRASI
Supi’ah, SE. Nandar Tri Widiyanto, SE. DISTRIBUTOR
Subiyanto Sutiyono, SH. DITERBITKAN OLEH
Humas Unesa ISSN 1411 - 397X Alamat Redaksi :
Kampus Ketintang Surabaya 60231 Telp : (031) 8280009 Psw 124 Fax : (031) 8280804 Majalah Unesa menerima artikel, reportase, foto, berita, kritik, saran, dan seluruh materi tulisan yang tersedia di rubrik majalah ini. Tulisan yang dikirim disertakan file dan print out. Redaksi berhak menyunting tulisan yang dikirim, dan bagi yang dimuat akan mendapat imbalan.
| Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
Unesa Pelopori SNMPTN untuk Menegakkan Aturan
enerimaan mahasiswa baru perguruan tinggi negeri yang selama ini dikelola perhimpunan SPMB Nusantara dipastikan berubah. Model penggantinya bernama Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Kepanitiaannya tidak lagi dikelola oleh SPMB Nusantara, tetapi langsung dikelola oleh perwakilan PTN. Unesa menjadi salah satu PTN yang memelopori lahirnya SNMPTN. Mengapa ada perubahan tersebut? Bagaimana proses pelaksanaan SNMPTN? Berikut laporan Tim MU.
SELEKSI penerimaan mahasiswa baru atau biasa disingkat SPMB merupakan salah satu bentuk ujian penerimaan mahasiswa untuk perguruan tinggi negeri. Ujian ini dilaksanakan selama dua hari dalam setiap tahunnya secara serentak di seluruh Indonesia. Pelaksanaannya biasanya awal Juli. Pada Maret lalu, media massa ramai melaporkan permintaan pengelola PTN agar dana yang dikumpulkan Perhimpunan SPMB dimasukkan dalam kas negara. Sesuai peraturan yang ada, setiap dana yang berkaitan dengan PTN, aliran dana tersebut harus masuk dalam PNBP (penerimaan negara bukan pajak). Seperti diberitakan Tempo Interaktif (17/3), Perhimpunan SPMB yang dikelola Panitia Nusantara menolak diaudit karena menganggap lembaga itu independen yang berbadan hukum. Inspektur Jenderal Departemen Pendidikan Nasional (Irjen Depdiknas), M. Sofyan, menyatakan penolakan itu disampaikan ketika inspektor melakukan pemeriksaan terhadap Perhimpunan SPMB. Sebagai gambaran, menurut M. Sofyan, Perhimpunan SPMB mengumpulkan dana sebesar Rp 62,3 miliar pada tahun 2007. Dana itu didapat dari penjualan 121.599 lembar formulir pendaftaran Ilmu Pengetahuan Alam, 165.077 formulir pendaftaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dan 110.386 formulir pendaftaran Ilmu Pengetahuan Campuran. Pengelolaan dana tersebut tidak dimasukkan melalui PNBP. Hal itulah yang dipersoalkan beberapa PTN. Mereka meminta Panitia Nusantara memasukkan dana tersebut ke dalam PNBP. Namun, dalam prosesnya tidak ditemukan titik temu sehingga beberapa PTN mengusulkan format baru dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru. “Selama ini dana SPMB yang dikelola Panitia Nusantara tidak dimasukkan kedalam Penerimaan Negara Bukan Pajak. Sekarang kami meluruskan, yaitu konsisten dengan aturan yang ada. Sehingga memunculkan format terbaru yang bernama Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Dana yang masuk melalui SNMPTN akan masuk dalam PNBP,” ungkap Rektor Unesa, Prof. Dr. Haris Supratno yang ikut memelopori lahirnya SNMPTN. Rektor Unesa itu berposisi sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) dalam SNMPTN tersebut. Dalam pertemuan di Aula A3 Universitas Negeri Malang (UM), rektor 42 PTN bersepakat memberikan berbagai masukan terkait aliran penggunaan dana pendaftaran yang terkumpul hingga teknis pelaksanaan. Tetapi itu hanya berupa masukan sementara. Keputusan akhirnya berada di tangan 64 PTN yang mengikuti SNMPTN yang akan digelar pertengahan tahun ini.
| Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
2
Semuanya Terpadu Prof. Dr. Haris Supratno menjelaskan, SNMPTN itu, hanya mengikat dan berlaku pada tahun akademik 2008/2009, yang pelaksanaan penerimaan mahasiswa baru bagi PTN dilakukan secara terpadu, tanpa ada pola-pola ataupun kubu yang berbeda. Untuk melaksanakan SNMPTN itu dibentuk Panitia Nasional, yang memiliki tugas pokok dan fungsi (tupoksi) merencanakan dan melaksanakan SNMPTN. Sesuai dengan kesepakatan yang dicapai, penerimaan dana pendaftaran mahasiswa baru bagi PTN, ditegaskan masuk dalam Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sehingga harus masuk ke Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN). “Penggunaan dana dilakukan dengan swakelola, melalui pengajuan daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA). Pada saat SNMPTN, PTN-PTN tersebut harus menanggung ongkos produksinya (seperti pembuatan soal). Selebihnya (dari anggaran yang ada) dikelola oleh masing-masing PTN,” katanya. Dana pendaftaran seleksi mahasiswa baru bagi PTN yang sudah berstatus Badan Hukum Milik Negara BHMN (UI, UGM, IPB, ITB, USU, UNAIR, dan UPI Bandung) dan berstatus Badan Layanan Umum (UIN Jakarta), cukup dilaporkan kepada Departemen Keuangan, tanpa masuk ke KPKN. Kepanitiaan nasional, dibagi dua yakni panitia pengarah dan panitia pelaksana. Panitia pengarah terdiri atas Dirjen Dikti, Dirjen Pendidikan Agama, Dirjen Perbendaharaan Negara, Deputi SDM Bappenas, dan staf ahli hukum Mendiknas. Sementara itu, panitia pelaksana terdiri atas Sekretaris Dirjen Dikti sebagai Ketua Umum, yang akan dibantu oleh tiga ketua yang masing-masing mengepalai tiga panitia lokal atau panitia regional. “Ketua panitia lokal itu disepakati, Rektor UI, Rektor ITB, dan Rektor 3
Unair, yang nantinya setiap tahun akan terjadi rotasi,” ujar Prof. Dr. Haris Supratno. Dikti Menyetujui Dirjen Dikti Depdiknas, Dr. Fasli Jalal akhirnya mengeluarkan SK No. 18/ DIKTI/Kep/2008 tentang SNMPTN. SK itu menjadi payung hukum penyelenggaraan ujian masuk ke PTN sebagai pengganti SPMB. “Secara umum, isi keputusan Dirjen Dikti tersebut memakai konsep ujian masuk perguruan tinggi nasional seperti yang sudah dan terus kami bahas selama ini,” kata Prof. Dr. Haris Supratno (2/4). SK tentang SNMPTN berisi sepuluh keputusan, di antaranya susunan panitia SNMPTN dan kewenangan setiap panitia dalam seleksi itu. Yang menarik, susunan kepanitiaan tersebut didominasi oleh PTN Jatim yang memotori perubahan. Setidaknya, lima kampus negeri Jatim masuk kepengurusan, yakni, Unair (ketua II), Unesa (sekretaris jenderal), Unibraw (sekretaris II), UIN Malang (bendahara II), dan ITS (bidang penilaian). Sepintas, kewenangan Unair sebagai ketua II justru lebih besar daripada kewenangan ketua I, yakni Universitas Indonesia (UI). Pada SK itu disebutkan, ketua I bertugas melaksanakan koordinasi pembuatan dan penggandaan soal serta memproses lembar ujian. Sementara itu kewenangan ketua II meliputi pendaftaran, distribusi soal, pelaksanaan ujian, dan perancangan anggaran. Dengan SK tersebut, polemik status dana dari para calon mahasiswa menjadi jelas. Dirjen Dikti secara tegas menyampaikan bahwa status dana itu termasuk dalam PNBP. Bagi perguruan tinggi badan hukum milik negara (BHMN)/badan layanan umum (BLU), status dana tersebut bukan termasuk PNBP. Kalau berstatus PNBP, dana itu harus disetorkan ke kas negara sebelum dipergunakan. Model Pendaftaran Tidak Berubah Para calon mahasiswa baru yang akan mendaftar di PTN tidak perlu resah karena pendaftaran mahasiswa baru di PTN tetap dilakukan secara nasional.
“Pada dasarnya, mekanismenya sama dengan tahun-tahun sebelumnya, yang beda adalah namanya, dan panitia pelaksananya,” ujar Prof. Haris. Mengenai biaya yang harus dibayar oleh peserta SNMPTN, menurut Prof. Dr. Haris Supratno, pihaknya akan memperjuangkannya agar biaya pendaftaran untuk SNMPTN tahun 2008 tetap sama dengan SPMB tahun lalu, yakni Rp 150.000 untuk pilihan IPA dan IPS serta Rp 175.000 untuk soal IPC. “Dulu saat kesepakatan dengan 41 PTN lainnya kami sudah menetapkan tidak akan ada kenaikan tahun ini. Kami harap saat rapat dengan seluruh panitia SNMPT hasil ini tetap sama,” kata Rektor Unesa itu. Bukan hanya itu, Prof. Dr. Haris Supratno juga menjamin bahwa meski sudah berganti nama, sistem pelayanan untuk masyarakat tak akan jauh berbeda. Siswa lulusan SMA atau SMK tetap bisa memilih PTN lain yang ada, meski tidak mendaftar melalui PTN pilihannya. “Semuanya tetap sama, yang berbeda hanya masalah penataan dana. Dulu dana tidak termasuk dalam Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), sekarang diluruskan. Tetapi bagi PTN yang sudah memiliki otonomi penuh maupun Badan Layanan Umum (BLU) dana langsung dikelola rektor masing-masing,” terangnya. Bukan hanya permasalahan aliran dana yang tidak jelas dan menyalahi aturan negara yang menjadi pembeda dalam perubahan SNMPTN tahun ini. Susunan kepanitian juga menjadi pembeda. SPMB ditangani pihak swasta di luar PTN, sedangkan saat ini rektor yang akan turun tangan sebagai penyelenggara. Mengenai jadwal pelaksanaan, kemungkinan tidak ada perubahan jadwal, seperti pelaksanaan SPMB tahun lalu. “Yang pasti kami sudah mempersiapkan soal-soalnya. Apalagi waktunya sudah tidak lama lagi,” tukas Prof. Dr. Haris Supratno. (Anw)
| Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
Perjalanan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru PTN Perubahan SPMB menjadi SNMPTN merupakam perubahan yang sudah terjadi kali kesekian. Bagaimana perjalanan perubahan itu? Berikut catatan MU.
1. Tahun 1976: SKALU Pada tahun itu, seleksi penerimaan mahasiswa baru PTN disebut SKALU (Sekretariat Kerja Sama Antar Lima Universitas). SKALU diadakan secara serentak oleh lima PTN. Kelima PTN ini merupakan lima PTN yang paling diminati (favorit) oleh calon mahasiswa. PTN yang terlibat dalam program rintisan itu adalah Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Airlangga. Dengan sistem ujian masuk secara serentak ini, para calon mahasiswa tidak usah melakukan perjalanan jauh untuk menempuh beberapa ujian masuk perguruan tinggi negeri favorit pada waktu dan tempat yang berbeda untuk meningkatkan kemungkinan mereka diterima. Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Departemen Pendidikan Nasional), sistem ujian bersama ini bertujuan menolong calon mahasiswa untuk menghemat waktu dan biaya walaupun sistem ini jelas mengakibatkan berkurangnya peluang calon mahasiswa untuk memilih lebih dari satu PTN favorit.
2. Tahun 1977: SKASU Sistem SKALU diperbaiki dengan mengharuskan mahasiswa memilih program studi dan bukan hanya perguruan tinggi yang ingin dimasukinya. Atas pertimbangan jumlah PTN, standar dan lokasi, pada 1979 sistem ini dikembangkan dengan melibatkan lebih banyak perguruan tinggi negeri, yang dibagi ke dalam tiga kategori. Kategori pertama di beri nama Proyek Perintis 1 yang melibatkan 10 perguruan tinggi, yaitu kelima perguruan tinggi di atas ditambah dengan Universitas Padjadjaran, Universitas Diponegoro, Universitas Brawijaya,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dan Universitas Sumatera Utara. Di masyarakat luas, Proyek Perintis 1 ini lebih dikenal dengan nama SKASU (Sekretariat Kerja Sama Antar Sepuluh Universitas). Dalam sistem ini, mahasiswa diizinkan memilih tiga program studi di tiga perguruan tinggi. Setelah kategori pertama, IPB, UI, ITB, dan UGM menyelenggarakan penerimaan mahasiswa baru tanpa ujian yang dikenal dengan nama Proyek Perintis 2. Sementara itu, 23 perguruan tinggi negeri lain mengembangkan sistem yang mirip Proyek Perintis 1 dengan nama Proyek Perintis. Kategori tiga, yaitu Perintis 3, merupakan seleksi pada 23 PTN lain dengan Proyek Perintis 3. Pada saat yang sama, 10 IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) mengembangkan sistem penerimaan dengan nama Proyek Perintis 4.
3. Tahun 1983: Sipenmaru dan PMDK Depdikbud memutuskan mengadopsi sistem Proyek Perintis 1 dan 2 secara nasional dengan menghapus Proyek Perintis 3 dan 4. Sistem baru ini melibatkan semua perguruan tinggi negeri dan dikenal sebagai sistem penerimaan mahasiswa baru (Sipenmaru), sedangkan sistem penerimaan tanpa ujian dikenal dengan nama penelusuran minat dan kemampuan (PMDK).
4. Tahun 1989: UMPTN PMDK dihapus dan Sipenmaru berubah menjadi UMPTN. Sistem penerimaan mahasiswa baru yang disebut terakhir ini bertahan hingga 2001.
5. Tahun 2001: SPMB Menyusul keluarnya SK Mendiknas No. 173/ U/2001, UMPTN berubah nama menjadi SPMB.
6. Tahun 2008: SNMPTN Melalui SK Dirjen Dikti nomor 18/DIKTI/ Kep/2008, SPMB berubah menjadi SNMPTN. (Anw)
| Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
4
Pengembangan Dunia Pembelajaran
Program Unggulan Bernuansa Pendidikan PERUBAHAN status IKIP Surabaya menjadi Unesa, sesuai dengan SK Presiden RI No. 93/1999 tertanggal 4 Agustus 1999, dapat melahirkan berbagai konsekuensi. Satu di antaranya adalah menurunnya kualitas perhatian terhadap dunia pendidikan/pembelajaran sebagai dampak menguatnya peran ilmu murni yang dikembangkan di program studi (prodi) nonkependidikan (murni). Namun, kenyataan di lapangan tidak demikian. Perhatian civitas akademika Unesa terhadap dunia pendidikan/ pembelajaran tetap kuat sebagaimana tampak dari adanya gagasan tentang pentingnya pembukaan program unggulan bernuansa pendidikan yang berlabel “pengembangan dunia Pembelajaran”. Pengembangan dunia pembelajaran merupakan program prodi/jurusan yang diorientasikan untuk mengembangkan komponen penting pembelajaran, baik dalam bentuk learning brainware, learning software, maupun learning hardware. Pengembangan dunia pembelajaran dalam bentuk learning brainware difokuskan pada upaya meningkatkan kapasitas dan kapabilitas praktisi pembelajaran, khususnya guru. Pengembangan dunia pembelajaran dalam bentuk learning software difokuskan pada upaya meningkatkan performansi dan kinerja sistem pembelajaran, termasuk di dalamnya pengembangan berbagai metode pembelajaran inovatif. Pengembangan dunia pembelajaran dalam bentuk learning hardware difokuskan pada upaya meningkatkan daya guna perangkat audio dan/atau visual pembelajaran, termasuk di dalamnya silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku teks, lembar kerja siswa/mahasiswa (LKS/LKM), dan media pembelajaran. Secara garis besar, pengembangan ketiga hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk dua kepentingan, yakni teoretis dan praktis. Secara teoretis, produk pengembangan dapat dimanfaatkan sebagai penyempurna dan/atau pengaya khasanah keilmuan dalam bidang perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Secara praktis, produk pengembangan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai materi pembelajaran/perkuliahan, dasar studi/kajian/pengembangan lanjutan, dasar produksi bahan aplikatif, dan bahan bandingan 5
pengembangan hal-hal sejenis. Program pengembangan dunia pembelajaran di Unesa terdiri atas inovasi pembelajaran yang dikelola oleh Jurusan Pendidikan Biologi, FMIPA; produksi perangkat pembelajaran yang dikelola oleh Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA; peningkatan kemampuan mengajar yang dikelola oleh Jurusan PGTK, FIP; pengembangan pembelajaran yang dikelola oleh Jurusan Bahasa Jawa, FBS; dan pendidikan guru bahasa Inggris untuk anak-anak dan bahasa Inggris untuk sekolah berstandar internasional (SBI) yang dikelola oleh Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, FBS. Inovasi pembelajaran yang dikelola oleh Jurusan Pendidikan Biologi direalisasikan dalam bentuk pelatihan dengan orientasi mengembangkan perangkat pembelajaran, mengembangkan model pembelajaran, dan mengembangkan media pembelajaran. Produksi perangkat pembelajaran yang dikelola oleh Jurusan Pendidikan Kimia direalisasikan dalam bentuk produksi dan fasilitasi dengan orientasi memproduksi perangkat pembelajaran kimia dan memproduksi media pembelajaran berbasis komputer (interaktif). Peningkatan kemampuan mengajar yang dikelola oleh Jurusan PGTK direalisasikan dalam bentuk pelatihan dengan orientasi meningkatkan kompetensi mengajar lulusan PGTK. Pengembangan pembelajaran yang dikelola oleh Jurusan Bahasa Jawa direalisasikan dalam bentuk produksi dan fasilitasi dengan orientasi melayani permintaan penyusunan buku ajar dan LKS bahasa Jawa untuk SD, SMP, dan SMA; membuat beberapa model pembelajaran bahasa dan sastra Jawa; dan melakukan pendampingan penyusunan silabus, RPP, dan KTSP. Pendidikan guru bahasa Inggris untuk anak-anak yang dikelola oleh Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris direalisasikan dalam bentuk pelatihan dengan orientasi meningkatkan kompetensi berbahasa Inggris guru nonbahasa Inggris di SBI dan menyediakan perangkat pembelajaran yang relevan. Bahasa Inggris untuk SBI yang dikelola oleh Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris direalisasikan dalam bentuk fasilitasi dengan orientasi menyiapkan SDM dan program bahasa Inggris untuk SBI. (Har) | Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
Kuliah Umum Penelitian Pengembangan oleh Konsultan Belanda di Pascasarjana Unesa KULIAH umum yang digelar di gedung K-2 Program Pascasarjana (PPs) mendatangkan pembicara dari Belanda, Gerard van den Hoven (dari APS, The Netherlands) (16/4). Ia pernah menjabat sebagai guru SD dan sekarang terlibat dalam lembaga konsultasi untuk meningkatkan pendidikan. Perkuliahan umum tersebut dihadiri mahasiswa program S1, S2, dan S3. Topik yang diangkat adalah penelitian pengembangan (developmental research) yaitu sebuah penelitian untuk mengembangkan praktik mengajar seharihari. Dr. Agung Lukito Sekretaris Prodi Pendidikan Matematika PPs, menjelaskan bahwa penelitian ini hampir sama dengan penelitian tindakan kelas. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ialah guru kelas yang ingin mengubah pembelajaran menjadi lebih baik, sedangkan pelaksana penelitian pengembangan tidak harus guru kelas yang melaksanakan tetapi bisa orang luar. Penelitian pengembangan tidak dimaksudkan untuk menemukan konsep, tetapi untuk mengetahui keefektifan pelajaran berdasar konsep yang sudah ada. Dalam perkuliahan umum tersebut tidak hanya pemateri yang aktif, tetapi juga peserta. Peserta dituntut mencari permasalahan yang ada
terutama dalam pengajaran matematika. Salah satu masalah yang diangkat ialah bagaimana mengajarkan penjumlahan bilangan minus kepada siswa SD. Misalnya 2 + (-3) = atau 2 - (-3) =.... Banyak peserta yang antusias untuk membahas permasalahan tersebut. Salah satu mahasiswa program S3 memberikan sebuah solusi dengan menggunakan kertas sebagai media. Rita, seorang peserta dari S1 Jurusan Pendidikan Matematika, mencoba memecahkan permasalahan tersebut dengan menggunakan perumpamaan jarak rumah ke sekolah yang menggunakan penghitungan langkah kaki. Teknik ini sering disebut dengan garis bilangan. Dr. Siti M. Amin, koordinator pelaksana acara, memaparkan bahwa kuliah umum itu dilaksanakan karena bertepatan dengan kunjungan Gerard van den Hoven ke PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia) Unesa. Ia menawarkan perkuliahan program tersebut kepada mahasiswa S1, S2, dan S3. Ternyata sambutannya baik. Harapannya, kuliah umum tersebut dapat meningkatkan kualitas pendidikan matematika di Unesa. (Anw)
INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI ROJIUN Segenap Civitas Akademika Unesa dan Majalah Unesa mengucapkan turut berbelasungkawa atas wafatnya
Bapak Suhardjo, S.E. Semoga amal ibadahnya diterima di sisi-Nya dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kekuatan. Amin. Redaksi. | Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
6
MUSIK BAGI M. SARDJOKO enal dengan wajah yang satu ini? Namanya M. Sardjoko, dosen seni musik di Fakultas Bahasa dan Seni, Unesa. Pesonanya cukup dalam sehingga membuat orang mudah kagum. Ia orang yang suka humor. Tak heran banyak mahasiswa yang menyukainya. Bagaimana orang lain memandangnya? Dalam suatu acara di Malang, ia pernah memainkan biola untuk lagu Where Do I Begin yang biasa dinyanyikan Andy William, tidak ada hadirin yang tidak terpesona, kata teman seangkatannya dalam prajabatan di Malang. Tidak ada yang menyangka awal karirnya bukan dimulai dari dunia pendidikan. Dulu setelah lulus SMA, ia berkuliah di Institut Seni Indonesia. Dari sini ia bertemu dengan istri tercintanya. Pada tahun 1997 ia mulai merambah dunia seni musik lewat berbagai group musik taraf nasional. Tak puas dengan ilmunya, ia menempuh studi di Universitas Negeri Semarang (UNES) jurusan pendidikan seni. Pada tahun 2003 ia mulai masuk dunia pendidikan. Walaupun sudah menjadi staf pengajar di Studio Purwacaraka dan Surabaya Symphoni Orkestra, ia masih ingin mengaplikasikan ilmunya dalam pembelajaran nyata. Hal itu membuatnya berkeinginan menjadi dosen. Ia berbakat dalam bidang permainan biola. Ini tak lepas dari hobinya yang suka bermain musik. Sebenarnya pada aliran diatonis ia menguasai semua jenis alat musik tetapi tangannya selalu gatal untuk bermain alat musik biola. Menurut pengajar mata kuliah gesek mayor, komposisi musik, dan aransemen ini, seni adalah segalanya. Berpengaruh dalam jiwa dan di dalamnya sarat olah rasa dan estetika. Hal ini membentuk kejiwaan manusia sehingga menjadi orang yang luwes dan peduli kepada sesama. Memang orang yang besar dalam keluarga Keraton Surakarta ini tidak pernah neka-neka 7
BIODATA Nama Lahir Hobi Orang tua
: Mochammad Sardjoko : Surakarta, 14 Agustus 1970 : Bermain biola : M. Yusuf dan Sugiyem
Cita-cita waktu kecil : tentara Anak : 1. Chadensi (10 tahun) 2. Chadensa (6 tahun) 3. Jazzy (3 tahun) Motto : “ manut ilining banyu”
M. Sarjoko (berdiri di kiri belakang) bersama mahasiswa bimbingannya.
dalam menjalani hidup. Didikan ayahnya yang berkecimpung di dunia musik karawitan membuatnya sarat filosofi hidup. Motto hidupnya pun sederhana “Manut ilining banyu, ikut arus saja dan tidak mau berambisi karena orang hidup larinya kemana tho?” Begitu tutur bapak tiga anak ini. Musik baginya adalah dunia tempat belajar tentang segalanya. Karakternya sekarang pun dipengaruhi oleh musik. Anehnya, semua ini berbeda dengan cita-citanya pada waktu kecil. Pria berdada bidang ini pernah berkeinginan menjadi tentara. Mungkin memang itulah pengaruh musik bagi tokoh yang satu ini. Tak jauh dari itu, ia mengungkap sedikit harapannya tentang musik yaitu semoga musik selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan berdampak positif untuk musik itu sendiri serta berpengaruh pada kejiwaan masyarakat. (Yua) | Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
“Strategi” Meningkatkan Skor TOEFL Ada lima “mitos” terkait meningkatkan skor TOEFL. Pertama, banyak orang mengira, TOEFL bisa ditempuh siapa saja yang menginginkannya. Dengan bahasa Inggris minim pun, asalkan mampu mebayar, mereka nekad ikut tes. Padahal, TOEFL layak ditempuh oleh orang (sekurangnya) berkemampuan bahasa Inggris tingkat intermediate (sedang)—setara skor TOEFL 450-an. Maksudnya, beginner (pemula) sebaiknya belajar bahasa Inggris dasar dahulu untuk mengejar berbagai ketertinggalan. Kedua, kemampuan berbahasa Inggris kerap dianggap berbanding lurus dengan skor TOEFL. “Anggapan” ini tidak selalu benar. Pasalnya, TOEFL bukan hanya tes bahasa Inggris, melainkan juga tes pengetahuan umum yang dimediai oleh bahasa itu. Dalam soal-soal TOEFL, terlebih Listening dan Reading, tercantum isu-isu sosial, kimia, biologi, kedokteran, politik, pendidikan, dan sebagainya. Ketiga, bagi sebagian orang, skor TOEFL mereka stabil untuk rentang waktu tertentu, padahal senyatanya skor TOEFL tidak stabil, bahkan selalu fluktuatif (naik-turun). Suatu saat skornya 550, saat lain 600, dan saat lain lagi meluncur ke 530. Keempat, masih diyakini, belajar soal TOEFL selalu mampu mengatrol TOEFL secara dramatis. Kenyataannya, meningkatkan skor 450 ke 500 tampaknya tidak sesulit meningkatkan skor 590 ke 640. Banyak orang mengalami kelelahan untuk mencapai pertambahan skor terakhir ini. Terakhir, kelima, tidak sedikit orang yang meyakini bahwa skor TOEFL bisa ditingkatkan dengan pelatihan-pelatihan instan, gaya kebut semalam. Hal ini tidak benar! Orang yang ingin meningkatkan skor TOEFL secara signifikan dituntut mendisiplinkan diri dalam pelatihan menjawab soal-soal TOEFL secara intensif. Sekarang, berapa skor TOEFL yang dicapai hari ini? Takarlah diri, apakah skor awal itu pantas untuk ditingkatkan dengan percepatan relatif tinggi akibat kulitas motivasi yang dikembangkan? Kemudian, strategi apakah yang mungkin dapat diterapkan? | Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
Drs. Much. Khoiri, M.Si. Delapan Strategi TOEFL bukan semata tes bahasa Inggris, melainkan juga tes pengetahuan umum. Berikut sejumlah strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan skor TOEFL. 1. Mengenal karakteristik soal dengan teliti. Tak kenal maka tak sayang. Begitu ungkapan yang sering didengar. Karena itu, agar “disayangi” soal TOEFL, perlu diakrabi tipe-tipenya dengan baik. Untuk Listening, ada Part A (Short Conversations) dengan soal seputar detail, ekspresi idiomatik, saran, asumsi, prediksi, implikasi, problem, dan topik; Part B (Longer Conversations) dengan soal seputar percakapan informal, akdemik, dan diskusi kelas; dan Part C (Talks/Lectures) dengan soal seputar, misalnya, acara radio, wisata, bincang akademik, atau kuliah. Untuk Structure and Written Expression, soal-soal Part A menuntut testee melengkapi kalimat tidak komplet (incomplete sentences), dan soal Part B lebih banyak mengidentifikasi kata atau frase yang justru membuat kalimat bersangkutan salah (incorrect sentences). Untuk Reading Comprehension, testee harus akrab dengan tipe-tipe soal seperti 8
previewing, menemukan ide pokok, menggunakan konteks untuk kosakata, baca-cepat menemukan detail, membuat inferensi, mengidentifiksi perkecualian, merujuk kata atau frasa, dan merujuk isi teks. Mengerjakan soal-soal per sesi sesuai waktu yang tersedia. Untuk tes berdurasi pendek (120 menit), ada 50 soal sesi 1: Listening (40 menit), 40 soal sesi 2: Structure and Written Expressions (25 menit), dan 50 soal sesi 3: Reading Comprehension (55 menit). Untuk sesi 1, testee tidak bisa menyalip putaran kaset; namun untuk sesi 2 dan 3 testee seyogianya bekerja lebih cepat. Kita harus berhitung waktu agar tidak terlalu terpaku pada butir soal yang memusingkan. Jika mentok pada sebuah soal dan ternyata melewati jatah waktu, testee bisa melewatinya dulu untuk mengerjakan soal berikutnya. Soal yang terlewati mungkin bisa dijawab dengan menebak (guessing). ‘Mencuri waktu’ dengan berfokus langsung pada soal. Dengan “mencuri waktu” ketika mengikuti tes, testee disarankan tidak membaca petunjukpetunjuk soal, tetapi berfokus langsung pada soalsoal. Begitu mengenali karakteristik soal TOEFL, testee tahu, seluruh petunjuk soal paper-based TOEFL sama persis. Dengan langsung melihat soal, testee hemat waktu beberapa menit; dan perhatiannya dapat dicurahkan pada soal-soal yang tersedia. Dengan “mencuri waktu”, total waktu tes dapat digunakan secara efektif. Melatih diri sendiri dengan mengerjakan duatiga kali, dan menskor dengan kunci yang ada, lalu membandingkan hasilnya. Dalam pelatihan ini dikerjakan soal TOEFL, baik per sesi maupun keseluruhan, pada lembar jawaban sesuai dengan waktu yang tersedia. Biarkan jawaban yang ada dan setelah istirahat kerjakan soal TOEFL untuk kali kedua. Demikian juga pelatihan yang kali ketiga. Setelah itu, dikoreksi ketiga-tiganya dan diskor dengan teknik penskoran TOEFL, kemudian dibandingkan hasil skor-skor itu. Mungkin akan didapati bahwa skor pelatihan yang terakhir lebih baik karena testee sudah mengenal atau “terbiasa” dengan profil atau tipe soal yang diberikan. Mengidentifikasi kesulitan. Ketika mengoreksi soal pelatihan yang telah dikerjakan (dua-tiga kali tadi), testee bisa mengidentifikasi soal-soal yang manakah terasa sulit bagi sehingga jawaban selalu salah. Kesulitan-kesulitan itu dikelompokkan sedemikian rupa untuk memudahkan pendalaman pengetahuan dan keterampilan.
2.
3.
4.
5.
9
Untuk Listening, misalnya, biasanya testee berkesulitan dalam menghadapi Part B dan Part C, karena harus menyimak satu teks dengan beberapa pertanyaan. Untuk Reading Comprehension, testee mungkin berkesulitan menemukan ide pokok atau rujukan isi teks. Itulah kelemahannya sehingga harus segera dilakukan pembenahan. 6. Memperbanyak pelatihan terhadap soal-soal (paling) sulit. Setelah mengidentifikasi tipe soal yang mencerminkan kelemahannya, testee perlu memperbanyak pelatihan. Tentu, ini bukan berarti testee boleh mengabaikan tipe soal yang baginya mudah. Dengan memperbanyak pelatihan terhadap soal-soal paling sulit, testee akan merebut skor tambahan. Istilahnya, jangan sampai mburu uceng kelangan dhelek (memburu ikan kecil justru kehilangan ikan besar). Dengan menambah beberapa jawaban benar untuk setiap sesi, peningkatan skor TOEFL akan lumayan. Meski demikian, kata “menambah” di sini harus dibarengi dengan kesungguhan dalam pelatihan. 7. Merujuk buku-buku yang relevan. Idealnya, testee memang perlu bertanya kepada atau berdiskusi dengan orang-orang yang menguasai TOEFL tentang kesulitan-kesulitan dalam menjawab soal TOEFL. Testee bisa mempelajari berbagai penjelasan komprehensif dalam buku pelatihan (persiapan) TOEFL. Untuk mendalaminya, testee seyogianya telaten merujuk buku-buku yang relevan dengan kesulitan yang dihadapi. Ini akan menambah keyakinan diri. Menjawab semua soal. Yang tidak kalah penting adalah testee “wajib” menjawab semua soal TOEFL yang berjumlah 140 itu. Jangan biarkan lembar kosong tidak terjawab. Jika tidak yakin, lakukan penebakan. Tidak ada salahnya “menebak” jawaban karena tidak ada penalty (hukuman) berupa pemotongan skor. Tutur Akhir Delapan strategi di depan hanyalah sekelumit tawaran yang barangkali—siapa tahu—bisa diambil hikmahnya. Masih banyak strategi lain yang dapat digunakan. Namun, apapun strateginya, kuncinya satu kata: Pelatihan! Dengan sering berlatih skor TOEFL bisa ditingkatkan. Peningkatan skor TOEFL tidak mungkin meluncur dari langit atau muncrat mendadak dari tubuh bumi. Ia harus direbut dan diperjuangkan. Drs. Much. Khoiri, M.Si. adalah dosen Bahasa dan Sastra Inggris, FBS Unesa | Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
Program BIPA Datangkan Mahasiswa Asing di Unesa Sejak 2002 Unesa menjaring mahasiswa asing melalui pembukaan Program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Hingga tahun pelajaran 2006/2007 sudah 28 mahasiswa asing yang tercatat telah mengikuti dan menyelesaikan program ini. Bagaimanakah perkembangan dan kebermaknaan Program BIPA Unesa saat ini?
Dr. Suhartono UPAYA menyosialisasikan bahasa, budaya, dan kesenian Indonesia baik melalui sistem promosi, kerjasama U to U, maupun kerjasama G to G telah menunjukkan hasil yang baik. Hal itu tampak antara lain dari adanya orang-orang asing yang ingin belajar bahasa, budaya, dan kesenian Indonesia. Di Unesa, misalnya, pada tahun ini terdapat empat mahasiswa asing yang tergabung dalam program BIPA. Mereka merupakan mahasiswa, duta, sekaligus tamu yang harus mendapatkan layanan sosial dan akademik sebaikbaiknya. Ditemui di ruang kerjanya di kantor Humas Unesa (22/4), Dr. Suhartono selaku Koordinator Program BIPA Unesa mengatakan bahwa program BIPA terdiri atas dua jenis, yaitu kerjasama dan nonkerjasama. Program kerjasama merupakan program BIPA melalui kerjasama dengan Biro Perencanaan Kerjasama Luar Negeri (BPKLN), sedangkan program nonkerja sama merupakan program BIPA secara swadana. Program Darmasiswa merupakan program pemberian beasiswa oleh Pemerintah Indonesia kepada mahasiswa asing dari negara-negara sahabat untuk belajar bahasa Indonesia, seni musik dan seni tradisional, dan seni kriya, serta bidang studi lainnya pada lembaga perguruan tinggi di Indonesia. Darmasiswa dimulai sejak tahun 1974. hingga tahun 1975, hanya siswa dari negara ASEAN yang diizinkan untuk mengikuti program ini. Pada tahun 1976, siswa dari negara lain seperti Hungaria, Norwegia, Meksiko, Swedia, Kanada, Prancis, Australia, Jepang, Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat dapat mengikuti program ini. | Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
Lebih lanjut dosen yang juga mengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ini menjelaskan bahwa Program BIPA Unesa mulai dibuka sejak 2002. Hingga tahun pelajaran 2006/2007 sudah 28 mahasiswa asing tercatat telah mengikuti dan menyelesaikan program BIPA di FBS Unesa ini. Di Unesa, untuk tahun ini Program Darmasiswa yang tengah berjalan ialah Program Darmasiswa RI Reguler dan Program Darmasiswa RI-Short Course. Pada tahun pelajaran 2007/2008 ini terdapat empat mahasiswa asing program BIPA. Keempat mahasiswa asing itu ialah Lianhui Pang dari China (Program Darmasiswa RI Reguler), Sun Jie dari China (Program Darmasiswa RI Reguler), Grillzeere Korim Ooguergouz dari Perancis (Program Darmasiswa RI Reguler), dan Giulia Panfili dari Italia (Program Darmasiswa RI Short Course). Program Darmasiswa RI Reguler ialah program pemberian beasiswa RI kepada mahasiswa asing untuk belajar bahasa Indonesia atau daerah, seni musik tradisional, seni tari tradisional, atau seni kriya selama 1 tahun. Program Darmasiswa RI Short Course ialah program beasiswa RI kepada mahasiswa asing untuk belajar bahasa Indonesia selama 6 bulan. Bentuk beasiswa program Darmasiswa ialah pembebasan biaya studi, dan pemberian biaya tunjangan hidup sebesar Rp 1 juta, serta uang pakaian sebesar Rp 300 ribu. Dalam pelaksanaannya, program BIPA mengintensifkan pembelajaran dengan kegiatan “sit in the class”. Mahasiswa asing program BIPA akan mengikuti perkuliahan dengan konsep 10
bergabung dengan mahasiswa Unesa yang lain untuk mata kuliah yang diminati di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di luar jadwal kegiatan akademik yang telah ditetapkan. “Program BIPA ini diharapkan dapat mempertegas keberadaan fakultas sebagai downline universitas dan fungsi fakultas sebagai pelaksana program-program universitas, dapat meningkatkan citra fakultas pada tingkat institusi induk (universitas), nasional, dan internasional sebagai institusi yang mampu menangani bidang pendidikan bahasa Indonesia untuk orang asing, dapat memperluas jaringan internasional fakultas dan universitas sehingga berbagai akses dari luar negeri dapat dimanfaatkan untuk kepentingan peningkatan kinerja fakultas dan universitas, dapat meningkatkan profesionalisme sebagaimana yang menjadi tuntutan pebelajar, yakni mendapatkan layanan akademik dan sosial yang baik, dapat memberikan keuntungan finansial jangka panjang sehingga dapat membantu meningkatkan kegiatan operasional fakultas dan universitas,” jelas dosen FBS ini ramah. Ditemui di tempat terpisah di ruang Pembantu Rektor IV lantai 2 Gedung Rektorat Unesa (30/4), Drs. Martadi, M.Sn yang juga pernah menjadi dosen pengampu bidang seni kriya Program BIPA ini mengatakan bahwa mahasiswa asing yang ikut program BIPA di antaranya memiliki bekal awal sebagai jembatan belajar, yaitu kemampuan berbahasa Inggris, kemampuan berbahasa Indonesia meskipun sedikit, tetapi juga ada yang kemampuan bahasa Inggrisnya lemah dan berbahasa Indonesia pun tidak bisa. Bekal awal yang berbeda-beda itu tentu memberikan kontribusi pada kesiapan bagi mahasiswa asing Program BIPA yang akan mengikuti kegiatan “sit in the class”. “Kriteria mahasiswa asing yang mengikuti kegiatan “sit in the class” inilah yang juga perlu dipertimbangkan dan dirumuskan untuk diambil suatu keputusan sehingga mampu menciptakan keefektifan dan kebermaknaan pembelajaran,”jelas pria yang juga menjadi Kepala SMP Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya ini. Peluang terkait pengoptimalan potensi dan kebermaknaan mahasiswa asing Program BIPA Unesa akan ditingkatkan secara periodik karena keberlakuan konsep timbal balik pada lingkup transfer ilmu maupun budaya (cross culture) merupakan hal yang positif. “Mahasiswa asing datang ke sini untuk belajar dari kita. Hendaknya konsep yang sama juga dapat diterapkan, yaitu terkait pengoptimalan potensi dan kebermaknaan mereka bagi kita. Dengan kata 11
lain, apa yang dapat kita pelajari dari mereka? Semisal mengadakan suatu seminar karya ilmiah dengan mahasiswa asing progran BIPA sebagai pembicaranya,” tegas dosen yang baru saja pulang dari kunjungannya ke Singapura itu. Ditemui di ruang kuliah lantai 2 Gedung T2 FBS Unesa, Sun Jie, salah satu mahasiswa asing dari China mengatakan bahwa latar belakang ia mengikuti Program BIPA ialah landasan kompetensi berbahasa Indonesia. “Belajar bahasa akan lebih baik bila berinteraksi langsung dengan penutur asli bahasa tersebut,” jelas mahasiswa yang telah menamatkan program S-1 Bahasa Indonesia di negaranya tersebut. “Karena bekal kemampuan berbahasa Indonesia mahasiswa asing program BIPA berbeda-beda, sebaiknya itu dijadikan suatu landasan tingkatan dalam penyelenggaraan perkuliahan bagi mahasiswa asing program BIPA di Unesa. Dengan demikian, mahasiswa asing yang sudah punya bekal bahasa Indonesia dengan yang belum dapat berbahasa Indonesia sama sekali dapat mengikuti perkuliahan yang lebih efektif dan efisien,” ungkap mahasiswa yang juga sering mengikuti perkuliahan umum baik di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia maupun di Jurusan Geografi ini. Tentang tidak adanya tingkatan (level) dalam Program BIPA Unesa, hal itu dibenarkan Dr. Suhartono. “Untuk tahun ini memangt tidak ada tingkatan (level) dengan pertimbangan, pertama, jumlah mahasiswa terbatas, dan kedua, dosen memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran yang berbeda sesuai dengan kompetensi mahasiswa. Sebagai contoh, untuk materi keterampilan membaca, teks yang diberikan kepada Sun Jie lebih sulit dari pada yang diberikan kepada Lianhui Pang,” jelasnya. Sun Jie yang juga akrab disapa Surya ini mengatakan bahwa sebagai salah satu mahasiswa Program BIPA Unesa, sangat bersyukur karena Unesa menyediakan sarana pemondokan bagi mahasiswanya di kawasan kampus Unesa Ketintang. “Belum lama ini saya didampingi Dr. Suhartono pergi lawatan ke Universitas Negeri Mataram. Kegiatan itu dalam rangka kepulangan atau penutupan pembekalan mahasiswa asing peserta Program Darmasiswa RI tahun 20072008. Kami juga melakukan kunjungan ke sebuah desa tradisional kecil dan itu suatu pengalaman yang mengesankan,” ungkapnya ramah. (Dian Komalasari) | Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
UNESA saat ini tengah mempersiapkan diri menjadi BLU. Sebelum memastikan berubah menjadi BLU, Unesa telah melakukan studi banding ke Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta. Kampus ini telah menerapkan sistem tersebut. Hasil studi banding yang berkaitan dengan BLU telah disosialisasikan ke Senat Universitas. “Kami sudah menyusun proposal persyaratan pengajuan permohonan pembentukan BLU ke Ditjen Dikti,” kata Drs. Purwohandoko, MM, ketua tim penyusun proposal BLU Unesa. Konsep BLU berbeda dengan BHP. Dalam BLU, status pengajar atau dosen tetap pegawai negeri sipil (PNS) yang memperoleh gaji dari pemerintah. “Tapi, dana universitas yang masuk dalam kategori PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) dapat dikelola secara mandiri oleh perguruan tinggi,” ujarnya. Menurut PD 1 FE itu, BLU mengacu pada PP No 23 Tahun 2005 tentang BLU. Dalam ketentuan tersebut diatur secara jelas prinsip-prinsip yang ada dalam BLU sehingga pihak yang akan menerapkan sistem tersebut menjadi lebih mudah. BLU Meningkatkan Pelayanan Menurut Ketua Tim Perencanan Unesa, Dr. Meini Sondang, M.Pd, BLU dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, menerapkan praktik bisnis yang sehat, dan memfleksibelkan pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas. BLU memiliki delapan karakteristik yaitu berkedudukan sebagai lembaga pemerintah (bukan kekayaan negara yang dipisahkan), menghasilkan
barang/jasa yang seluruhnya/sebagian dijual kepada publik, tidak bertujuan mencari keuntungan, dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala korporasi, rencana kerja/anggaran dan pertanggungjawaban dikonsolidasikan
tambahan pendapatan yang bisa disesuaikan dengan pencapaian kinerja. Dari sisi pembiayaan, model BLU membuat nyaman masyarakat karena tarif SPP mahasiswa akan ditentukan batas atasnya oleh pemerintah.
Unesa Menyongsong Badan Layanan Umum pada instansi induk, pendapatan dan sumbangan dapat digunakan langsung, pegawai dapat terdiri atas PNS dan Non-PNS, dan BLU bukan sebagai subjek pajak. BHP dan BLU Setelah bergulirnya BLU, bagaimana kelanjutan BHP (badan hukum pendidikan) yang lebih dulu dipersiapkan. Menurut PR II Unesa, Dr. Nurhasan, M.Kes, BHP lebih mengutamakan masalah akademik, sementara BLU untuk mengurusi keuangan. Dengan demikian, “perkawinan” antara dua sistem tersebut nanti mampu membawa PTN ke arah lebih baik Pemisahan secara adminstratif antara BLU dan BHP akan menjadi kendala bagi status dosen dan karyawan dalam hal pemilihan model badan hukum, apakah yang dipilih BHP atau BLU. BHP adalah model yang cenderung dipilih oleh Dikti di bawah koordinasi Dirjen Dikti Depdiknas, sedangkan BLU adalah model otonomi yang disarankan Depkeu karena sesuai dengan UU keuangan negara. Model BHP secara badan hukum akan membuat para PNS, baik dosen maupun karyawan, menjadi pegawai PTN bersangkutan. Perubahan status kepegawaian ini berimplikasi luas jika total kinerja, khususnya keuangan, tidak mencapai standar. Pada model BLU, status PNS PTN tetap, dengan
| Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
Dengan cara demikian, BLU tampaknya sekarang ini menjadi benteng terakhir PTN dalam membantu mahasiswa kurang mampu tetapi pandai dapat menikmati pendidikan tinggi. Hubungannya dengan SNMPTN Dalam hubungannya dengan SNMPTN, perubahan pengelolaan keuangan SNMPTN yang memberikan kewenangan kepada rektor PTN untuk mengelolanya secara langsung memberikan angin segar kepada sejumlah PTN, terutama yang sudah mengantongi status otonomi atau BLU. Pasalnya dengan status itu, PTN tidak perlu repot menyetorkan uang pendaftaran ke kas negara melalui jalur Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). “Memang BLU maupun status BHMN yang telah dikantongi oleh sejumlah PTN akan memudahkan pelaksanaan SNMPTN terutama dalam pengaturan keuangan. Kami berharap Unibraw sebelum pelaksanaan SNMPTN juga sudah mengantongi status BLU,” ujar Prof. Dr. Haris Supratno. “Dengan BLU alurnya jadi lebih pendek, karena uang pendaftaran bisa langsung dikelola PTN. Meski begitu kami tetap melaporkannya ke pusat sebagai upaya transparansi dan akuntabilitas keuangan PTN,” ungkap guru besar FBS itu. (Anw) 12
Kerja sama Unesa-Beijing Sport University sebagai Realisasi MoU Indonesia-Cina Pembaruan MoU antara Indonesia dan Cina dalam bentuk realisasi kerja sama Unesa dengan Beijing Sport University telah dilangsungkan. Pembaruan MoU itu dilakukan di Ruang Sidang Lantai II Gedung Rektorat Unesa (22/4) dan dihadiri oleh dua orang perwakilan Deplu, sembilan orang perwakilan Kementerian Olahraga, empat orang perwakilan Unesa (PR I, PR II, PR III, dan Dekan FIK), dan sepuluh orang Tim Hukum. Bagaimanakah bentuk pembaruan dan kelanjutan MoU tersebut bagi Unesa untuk ke depan? PADA tahun 1994 sudah ada MoU antara Menpora dengan Cina, dalam hal ini Physical Comission. Dalam perkembangannya ada keinginan untuk melakukan pembaruan kembali MoU yang telah ada. Sebagai bentuk realisasi MoU antar negera tersebut, Unesa melakukan kerja sama dengan University of Beijing. Pihak Kementerian Olahraga RI mendukung berbagai pihak yang berkeinginan untuk memajukan bidang keolahragaan. Salah satunya keinginan Unesa menjalin kerjasama dengan Universitas of Beijing dan menyelenggarakan kejuaraan olahraga piala Menpora. Karena sudah ada arah hukum pengembangan olahraga dan perkembangan terakhir, peninjauan kembali terhadap MOU tersebut dapat dilakukan. Masukanmasukan dari internal Menpora diwadahi dan dijaring untuk diakomadasi dalam naskah MoU. Kronologi pembaruan MoU itu, pada 15 juli 2007 Rektor dan
Deputi Menpora melakukan kunjungan dan pertemuan dengan Deputy State Administration Sport of Cina. Pada September 2007 Deputi Kementerian Cina datang ke Indonesia yang diterima oleh Sesmenpora Prof. Dr. Toho Cholik Mutohir. Kemudian, 20 Desember 2007 rombongan Sesmenpora menanyakan kelanjutan MoU yang sudah dimodifikasi oleh Kementerian Cina. Himbauan pemerintah Cina, kerja sama tersebut perlu melibatkan kedutaan besar Cina di Indonesia. Penandatanganan kerja sama Unesa dengan Beijing Sport Univesity tinggal menunggu waktu. Diharapkan, penandatanganan MoU G to G bisa dilaksanakan bulan September 2008 bertepatan dengan Hari Olahraga Nasional. MoU Unesa tetap bisa berjalan dengan merujuk MoU tahun 1994. Objek yang di MoU-kan harus
merujuk UU OR 2005. Prinsip utama MoU dengan negara asing adalah 1) aman secara politis; tidak memecah belah negara kesatuan; memahami pluralisme yang ada di Indonesia; 2) aman secara yuridis; 3) aman secara security, tidak menimbulkan instabilitas; dan 4) aman secara teknis, artinya aplicable. Dengan demikian Unesa perlu mengajukan surat resmi kepada Deplu untuk meminta persetujuan atas naskah pembaruan MoU yang telah disepakati. Ditemui usai acara rapat, Vahd Nabyl Achmad Mulachela, salah satu perwakilan Deplu, mengatakan bahwa bentuk kerja sama yang akan dilakukan adalah pertukaran pengajar atau pelatih, pertukaran atlet atau mahasiswa, dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana keolahragaan. (Lara Asih Mulya)
Selayang Pandang Program PMRI di Jurusan Matematika FMIPA Unesa Sejak 2001 Unesa menjadi salah satu perguruan tinggi yang tergabung dalam Tim Pendamping PMRI dengan acuan prinsip pengembangan RME (Realistic Mathematics Education) dari Belanda. Bagaimanakah kiprahnya? Kepedulian dan tanggung jawab untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika di Indonesia menjadi salah satu latar belakang terkoordinasinya kerja sama dalam bentuk IP-PMRI (Institut Pengembangan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia). Saat ini, satu proyek kerja sama Indonesia-Belanda periode 2006— 2009 yang dinamakan DO-PMRI (Dissemination of PMRI Through Strengthening of Teacher Training Institutes-diseminasi PMRI melalui penguatan LPTK) telah berjalan. PMRI ialah suatu program yang bertujuan menciptakan model pembelajaran matematika realistik berdasarkan prinsip-prinsip RME yang disesuaikan kondisi dan budaya Indonesia. Bersambung ke hal.22
13
| Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
Wisuda Ke-64, Lepas 1590 Lulusan mata kuliah pokok bidang keahlian. Rona kebahagiaan tampak terpancar dari wajah para wisudawan. Salah seorang wisudawan berprestasi program pasacasarjana Dr. Ainurokhim, M.Pd mengatakan dirinya tidak menyangka termasuk dalam wisudawan berprestasi. Pria yang juga guru bahasa Inggris di SMA Negeri 1 Ngimbang Lamongan ini menyusun disertasi berjudul Rhetorical Spectrums on Ethnopoetic of Javanese Songs. Kiat suksesnya sebagai wisudawan berprestasi ialah kesungguhan, tidak mudah mengeluh, dan tidak menunda-nunda pekerjaan. Perasaan bahagia juga dirasakan oleh Ratna Festya Cahyani, S.Pd. “Saya sangat bangga dan senang dapat menyelesaikan program S1 PLS ini dalam kurun waktu 7 semester. Semoga wacana BLU sebagai tema wisuda hari ini AMAN: Upacara wisuda program pascasarjana, sarjana, dan diploma ke-64 Unesa tahun dapat segera 2008, dilaksanakan dengan tertib dan lancar di Gedung GOR BIMA, Lidah Wetan Surabaya diwujudkan sehingga (19/4). Unesa dapat lebih baik dalam memberikan bentuk BLU dapat memberikan pembukaan rapat oleh Rektor perhatian kepada lulusannya keleluasan bagi Unesa dalam Unesa dan menyanyikan Hymne untuk memperoleh beasiswa pada pengolahan keuangan dengan Unesa, pembacaan SK kelulusan, program studi lanjutan,” jelas status pegawai tetap sebagai PNS penyerahan ijazah kepada wisudawan asal Blitar itu. dan aset universitas tetap sebagai wisudawan, pembacaan Wisudawan angkatan 2004 ini aset pemerintah sehingga terbebas wisudawan berprestasi, pengu- mempunyai ketertarikan dan pada konsep dari beban pajak. kuhan wisudawan, pembacaan kepedulian Wisuda yang bertema Wisuda ke- pancaprasetya wisudawan, pemberdayaan anak jalanan. Hal 64 Unesa merupakan refleksi sambutan-sambutan, pembacaan itu direpresentasikan pada skripsi yang membahas pemberdayaan kristalisasi semangat menuju badan doa, dan penutupan rapat. layanan umum terbagi dalam dua Tahap demi tahap prosesi anak jalanan dengan judul tahap pelaksanaan. Tahap pertama wisuda dilalui dengan lancar Keefektifan Pemberdayaan Anak berlangsung pukul 08.00-11.00 WIB sampai akhir acara. Pemilihan dan Jalanan melalui Penerapan kewirayang diikuti peserta wisuda dari penetapan wisudawan berprestasi usahaan Handicraft and Art Shop Program Pascasarjana, Fakultas dalam wisuda ke-64 Unesa (Studi kasus di Yayasan Arek Bahasa dan Seni, Fakultas distandarkan pada kriteria indeks Lintang Jl. Achmad Jais 68 Matematika dan Ilmu Pengetahuan prestasi tertinggi dan belajar dalam Surabaya). “Pelaksanaan wisuda ini tertib Alam, Fakultas Ilmu Sosial, dan waktu terpendek dalam sebaran 14 | Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 | UPACARA wisuda program pascasarjana, sarjana, dan diploma ke-64 Unesa tahun 2008, dilaksanakan dengan tertib dan lancar di Gedung GOR BIMA, Lidah Wetan Surabaya (19/4). Dalam sambutanya, Rektor Unesa Prof. Dr. Haris Supratno mengatakan bahwa Unesa bertekad mengubah status sebagai Badan Layanan Umum (BLU). Hal itu berdasarkan pertimbangan bahwa
Fakultas Ekonomi. Tahap kedua dimulai pukul 13.00-15.30 WIB diikuti peserta wisuda dari Fakultas Ilmu Pendidikan dan Fakultas Teknik. Jumlah keseluruhan wisudawan 1.590 orang. Susunan acara wisuda Unesa ke-64 terdiri atas persiapan (informasi dan prolog), acara pokok (prosesi, senat universitas memasuki ruang upacara), menyanyikan lagu Indonesia raya,
dan tepat waktu,” ujar Drajat Kuswantoro, S.H., orang tua wisudawan Yuli Indriati dari Jurusan Fisika FMIPA. Menurutnya, menjadi suatu kebanggaan putrinya dapat meyelesaikan program S1. “Putri saya berke-inginan menjadi guru yang berprestasi,” harap pria asal Madiun itu. Hal senada juga diungkapkan Sarmini, orang tua wisudawan Restiana Safitri dari Jurusan Geografi. Ia sangat senang dan bahagia menghadiri acara wisuda putrinya. “Saya sangat bahagia menghadiri wisuda ini, apalagi anak saya ini adalah anak pertama dari keluarga kami,” katanya. (Dian Komalasari dan Sulistyorini)
SIAP: Wisudawan berikrar untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi di masyarakat untuk mengabdi kepada masyarakat dan negara.
MERIAH: Civitas Akademika dan seluruh pengunjung Wisuda Ke-64 terhibur oleh alunan nada dari penyanyi elekton dan karawitan khas Unesa.
SIBUK: Sie Konsumsi, siap melayani undangan, peserta dan panitia Wisuda Ke-64.
BAHAGIA: Raut bahagia terbersit diwajah wisudawan. Senang dan bangga mengikuti langkah mereka menuju citacita dan impian.
Unesa Peroleh Akreditasi B HASIL akreditasi Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) sudah diumumkan. Unesa memperoleh akreditas B (baik). Hasil itu berlaku untuk jangka waktu lima tahun. Menurut Rektor Unesa, Prof. Dr. Haris Supratno, terdapat 15 kriteria yang ditetapkan oleh BAN-PT dalam penilaian institusi tersebut. Di antaranya, pemilihan pemimpin yang demokratis, rencana strategis PT, sosialisasi rencana strategis, sistem monitoring, evaluasi yang mapan, sumber daya manusia (SDM), publikasi, dan penelitian. Menurutnya, poinpoin itu sejauh ini sudah dilakukan oleh Unesa dengan maksimal. Namun, Unesa akan terus memperbaiki diri, terutama untuk mencapai akreditasi A. Walaupun nilai yang diperoleh Unesa B, semuanya
15
jelas mengarah ke akreditasi A. “Itu isyarat baik bagi Unesa,” tukas Pembantu Rektor 1 Unesa, Dr. Budi Jatmiko. Sementara itu, Pembantu Rektor II Unesa, Dr. Nurhasan, M.Kes, mengatakan dirinya cukup puas dengan hasil tersebut. “Itu adalah hasil kerja keras seluruh warga Unesa,” ungkapnya. Menurutnya, hasil yang telah diperoleh Unesa menjadi modal yang baik untuk meningkatkan mutu kelembagaan. “Kita harus bersinergi untuk meningkatkan mutu Unesa. Ke depan, akreditasi A bukan sesuatu yang sulit untuk kita peroleh,” kata dosen FIK yang juga pengurus KONI itu. Dorong Dosen Studi Lanjut Untuk meningkatkan penilaian akreditasi, Rektor Unesa akan mendorong dosen Unesa untuk studi lanjut. “Berapa pun biayanya, kami akan tanggung,” katanya. Yang jelas, dalam lima tahun ke
depan, Unesa akan menargetkan akreditasi A. Untuk itu ada tiga poin yang perlu menjadi perhatian Unesa, yaitu peningkatan SDM, publikasi, dan penelitian. Kriteria penilaian SDM terletak pada faktor dosen. Persentase jumlah dosen yang sudah doktor dan guru besar amat menentukan. Seharusnya, kampus memiliki 30 persen dosen yang sudah doktor dari total jumlah dosen yang ada. “Untuk guru besar, minimal harus 20 persen dari jumlah dosen yang ada,” sambungnya. Berbeda dengan bidang SDM, kriteria penilaian publikasi dan prestasi terletak pada faktor kreativitas dan kualitas. Makin banyak kuantitas dan makin tinggi standar publikasi dan penelitian, makin tinggi skor yang diperoleh. (Anw)
| Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
Lembaga Penelitian Fokuskan Penelitian Dasar dan Terapan PERUBAHAN paradigma pengembangan pendidikan tinggi dengan berbagai tantangan globalisasi serta pasar bebas memicu penataan ulang dan per umusan kembali rencana pengembangan Unesa agar utuh, komprehensif, strategis, terukur, dan kondusif. Dengan tetap mengemban amanah sebag ai universitas kependidikan (teaching university) dan tekad selalu mendasarkan setiap aktivitas pada hasil-hasil penelitian/kajian/studi yang berkualitas (research based activity), dirumuskan visi Unesa sebagai universitas mandiri yang berbasis penelitian dalam pengembangan ipteks serta tenaga kependidikan dan nonkependidikan yang profesional. Realisasi model perguruan tinggi berdasarkan visi Unesa 2005-2015 dikembangkan deng an cara membangun Unesa berbasis kepakaran dalam pengembangan program-program unggulan. Hal itu mer upakan proses untuk membentuk perguruan tinggi yang bermutu dan menciptakan atmosfir akademik yang kondusif. Indikatornya adalah jumlah publikasi ilmiah yang dimuat dalam jurnal internasional atau minimal dalam jurnal nasional terakreditasi, jumlah paten atas kekayaan intelektual para pakar, jumlah outcome dan output berkualitas dan berdaya saing internasional yang dihasilkan melalui proses akademis yang sehat, dan terbentuknya perguruan tinggi yang menjadi sentra peng embangan industri dan orientasi studi insan berkualitas dari dalam dan luar negeri.
Dr. Bambang Yulianto
Ditemui di ruang kerjanya (24/4), Dr. Bambang Yulianto selaku Ketua Lembaga Penelitian (Lemlit) Unesa menyebutkan bahwa secara garis besar program penelitian di Lemlit Unesa dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu penelitian terapan dan penelitian dasar. Penelitian terapan merupakan implementasi konsep, teori, dalil, dan asumsi yang diperoleh melalui penelitian dasar. Program penelitian terapan diorientasikan kepada para peneliti pemula termasuk mahasiswa dalam memperoleh kompetensi di bidang penelitian. Penelitian dasar berorientasi pada penjelasan suatu gejala secara mendasar yang dapat melahirkan atau merevisi suatu konsep, dalil, teori, dan/atau kaidah. Sasaran penelitian dasar di bidang kependidikan diorientasikan pada tenaga akademik Unesa yang memiliki penguasaan bidang ilmu secara mendalam, kompetensi yang memadai
| Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
dalam hal metodologi penelitian, dan memiliki pengalaman luas tentang penelitian di bidang ilmunya. Lebih lanjut pria yang baru dilantik sebagai Ketua Lemlit pada 27 Pebruari 2008 ini menjelaskan bahwa sumber pendanaan penelitian di Lemlit Unesa terdiri atas tiga kategori. Ketiga sumber pendanaan itu meliputi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Unesa, Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Dikti, dan dana dari perusahaan. Pendanaan oleh DIPA Dikti terbagi menjadi dua, yaitu dari kerjasama dan dari ristek (Kementerian Negara Riset dan Teknologi). DIPA Unesa meliputi Rancangan Kerja Tahunan (RKT) Lemlit, RKT Pembantu Rektor (PR) I, dan RKT Jurusan/ Fakultas. Pada RKT PR I terdapat komponen pengalokasian dana penelitian yaitu penelitian payung riset unggulan. Tahun ini, dana dari DIPA Dikti hampir Rp dua Miliar dengan realisasi sejumlah 68 penelitian. 16
Beberapa kebijakan baru sebagai jawaban atas upaya perbaikan dan peningkatan kualitas institusi dihasilkan oleh Lemlit Unesa. Salah satunya yang telah terealisasi ialah kegiatan sosialisasi. Bila sebelumnya bentuk sosialisasi penyelenggaraan pendanaan penelitian dilakukan dengan cara dipusatkan di Lemlit, sekarang dilakukan dengan mengadakan roadshow ke semua fakultas. “Roadshow ini telah dilakukan pada bulan Maret oleh tim dari Lemlit. Kegiatan sosialisasi ini juga didukung dengan pemasangan spanduk pengumuman terkait pengajuan pendanaan penelitian baik di kampus Ketintang maupun Lidah Wetan. Di samping itu, sebagai tindak lanjut proposal penelitian yang diajukan ke Lemlit akan diberikan konfirmasi baik bagi yang proposalnya diterima maupun yang tidak diterima,” jelas dosen FBS ini ramah. Kebijakan baru terkait pelaksanaan sosialisasi itu ibarat gayung bersambut. Bila sebelumnya pada penelitian payung riset unggulan jumlah proposal penelitian yang masuk tujuh dari jumlah kuota delapan, sekarang dengan jumlah kuota yang sama, jumlah proposal penelitian ini naik sebesar 400%, yaitu 28 proposal. Kedepan Lemlit akan menerapkan konsep baru terhadap beberapa kebijakan yang menjadi prioritas. Pertama, Lemlit akan memusatkan semua penelitian yang ada di Unesa di bawah payung Lemlit meskipun dalam pelaksanaan pendanaan tetap di RKT jurusan, fakultas, atau PR I. Hal ini dimaksudkan agar dapat lebih terkoordinasi dan lebih mudah diketahui jumlah dan bentuk penelitian yang dilakukan oleh civitas akademika Unesa karena datanya terpusat di Lemlit. Kedua, bila sebelumnya pelaksanaan seminar hasil penelitian dilaksanakan di Lemlit, ke depan dilakukan di tiap-tiap jurusan atau fakultas. Hal ini dimaksudkan agar balikan hasil penelitian lebih intensif, 17
Agenda Kegiatan Lemlit Unesa DIPA Penyerahan proposal: 11 April 2008 Seleksi proposal: 22 April 2008 Seminar proposal: 6 dan 8 Mei 2008 HIBAH BERSAING/ & HB (Lanjutan) HIBAH PEKERTI & HB Pekerti (Lanjutan) Penyerahan proposal: 16 Mei 2008 Seleksi proposal: 19 Mei 2008 Seminar proposal: 23 Mei 2008 Informasi lebih lanjut dapat dilihat di Web Lemlit Unesa: http://www.lemlitunesa.ac.id Web Ditjen Dikti: http:// www.dikti.go.id , atau Web DP2M Ditjen Dikti: http/ www.dp2m-dikti.net. Hibah Kompetensi Penyerahan proposal: 24 Maret 2008 Informasi lebih lanjut dapat dilihat di Web Lemlit Unesa: http://www.lemlitunesa.ac.id Web Ditjen Dikti: http:// www.dikti.go.id , atau Web DP2M Ditjen Dikti: http/ www.dp2m-dikti.net.
dapat menciptakan suatu konsep pembelajaran baik antar dosen dan mahasiswa dan dapat mengondisikan suatu bentuk tanggung jawab terhadap keorisinilan penelitian sehingga bila terjadi duplikasi dapat segera diketahui. Dengan demikian setiap jurusan atau pun fakultas akan lebih semarak karena atmosfir akademik dapat lebih berkembang.
RISTEK Penyerahan proposal: 11 April 2008 Peneliti harus mendaftar secara online di www.ristek.go.id Informasi lebih lanjut dapat dilihat di Web Lemlit Unesa: http:// www.lemlitunesa.ac.id Web Ditjen Dikti: http:// www.dikti.go.id, atau Web DP2M Ditjen Dikti: http//www.dp2mdikti.net Penelitian Fundamental Penyerahan proposal: 16 Mei 2008 Seleksi proposal: 19 Mei 2008 Seminar proposal: 23 Mei 2008 Informasi lebih lanjut dapat dilihat di Web Lemlit Unesa: http:// www.lemlitunesa.ac.id Web Ditjen Dikti: http:// www.dikti.go.id, atau Web DP2M Ditjen Dikti: http/www.dp2mdikti.net. PIPS/PPKP Penyerahan proposal: 1 Agustus 2008 Informasi lebih lanjut bisa dilihat di Web Direktorat Ketenagaan Ditjen Dikti: http.www.ditnagadikti.org.
Terkait jurnal ilmiah, ke depan Lemlit memprogramkan pemilikan percetakan mini. Hal ini dimaksudkan agar penerbitan atau pemublikasian jurnal ilmiah dapat lebih ditingkatkan baik dari segi jumlah maupun frekuensi terbitnya. (Sulistyorini dan Dian Komalasari)
| Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
ERA globalisasi menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam berbagai bidang. Hal ini merupakan tantangan yang perlu dijawab dengan langkah besar terkait peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui implementasi pendidikan. Konsep inilah yang menjadi salah satu latar belakang pelaksanaan program RSBI oleh Direktorat Pembinaan SMP/Pembinaan SMA. RSBI adalah program yang pelaksanaannya menyiapkan sekolah nasional untuk mencetak peserta didik berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) di Indonesia dan di kawasan internasional. Di samping berlandas wacana kompetisi dan persaingan pada era global, program RSBI juga berlandas konsep pembinaan terhadap empat kelompok SMP (rintisan, potensial, SSN, SBI), penyelenggaraan sekolah koalisi, pencapaian prestasi siswa tingkat internasional, dan pengamalan Undang-Undang Standar Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003: “Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satusatuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional.” Ditemui di kantor jurusan Matematika (11/4), Dr. Abadi, M.Sc. yang juga tergabung dalam tim pendamping program RSBI di FMIPA (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) Unesa mengatakan bahwa RSBI merupakan program Direktorat PSMP/PSMA yang Unesa merupakan satu di antara beberapa PTN yang ditunjuk sebagai pendamping dalam pelaksanaan program RSBI sejak tahun 2004. Dosen matematika yang juga alumnus Unesa ini lebih lanjut
Di Balik Pelaksanaan
Program RSBI Dengan misi untuk mewujudkan manusia Indonesia bertaraf internasional yang mampu bersaing dan berkolaborasi secara global, program RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional) pun digulirkan Direktorat PSMP/PSMA dengan FMIPA Unesa sebagai salah satu tim pendamping dalam pelaksanaannya sejak empat tahun terakhir ini. Bagaimanakah pelaksanaan dan pencapaian program RSBI oleh FMIPA, Unesa?
menyebutkan bahwa RSBI di Unesa sementara ini masih terbatas pada lingkup FMIPA. Yang tergabung dalam tim pendamping RSBI di FMIPA Unesa adalah 5—6 dosen untuk setiap jurusan yang menjadi tim inti adalah 2—3 dosen untuk setiap jurusan. “FMIPA memiliki empat jurusan (Matematika, Fisika, Biologi, dan Kimia), sehingga yang tergabung dalam tim pendamping RSBI di FMIPA Unesa adalah sekitar 22—24 dosen,” ujarnya. Pelaksanaan program RSBI direpresentasikan pada jenjang SMP dan SMA. Hal ini didasarkan pada kebijakan Dit. PSMP/PSMA yang mengatur bahwa RSBI dilaksanakan pada jenjang pendidikan SMP dan SMA. Program RSBI memiliki tiga tahap pelaksanaan yaitu pendampingan (tahun 1—3), pemberdayaan (tahun 4—5), dan pemandirian (tahun 6). Sekolah mengikuti program RSBI dan telah melewati ketiga tahapan itu dapat dikategorikan sebagai SBI. Program RSBI memiliki beberapa ketetapan standar, meliputi kompetensi lulusan; isi; proses; pendidik dan tenaga kependidikan; yang sarana dan prasarana; pembiayaan; pengelolaan; penilaian;
| Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
dan upaya pengembangan, perluasan, dan pendalaman melalui adaptasi/ adopsi terhadap standar pendidikan dengan reputasi mutu yang diakui secara internasional. Penetapan sekolah-sekolah yang dapat masuk dalam daftar RSBI menjadi kewenangan Direktorat PSMP/PSMA, sedangkan FMIPA Unesa hanya berperan sebagai pendamping. Sekolah yang menjadi mitra dalam program RSBI harus memiliki beberapa kriteria, yaitu bereputasi internasional yang berasal dari negara maju atau OECF, memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Direktorat PSMP/PSMA, dan termasuk dalam daftar sekolah yang direkomendasikan oleh Direktorat PSMP/PSMA untuk dipilih sebagai mitra. Sekolah-sekolah yang telah masuk dalam program RSBI pelaksanaannya tidak langsung meliputi lingkup keseluruhan mata pelajaran IPA, seperti matematika, fisika, kimia, ataupun biologi. Tetapi sekolah hanya mendapatkan proyeksi satu, dua, atau tiga mata pelajaran saja. Hal ini bergantung pada kesiapan sekolah itu dalam penyediaan tenaga pendidik, sarana dan prasarana, ataupun kompetensi lain yang ditetapkan. 18
Untuk sementara ini, pendampingan yang dilakukan FMIPA Unesa dalam program RSBI masih menjangkau SMP dan SMA di wilayah Surabaya, Gresik, Lamongan, Mojokerto, Sidoarjo, dan Kediri, di antaranya SMPN 6 Surabaya, SMAN 15 Surabaya, SMA Khadijah Surabaya, SMPN 1 Sidoarjo, SMPN 1 Gresik, SMAN 1 Krian, SMA 1 Kediri, dan SMA 1 Mojokerto. Sekolah yang telah berkategori SBI seperti SMPN 6 Surabaya dan SMAN 15 Surabaya merupakan contoh sekolah yang sebelumnya telah menjalin kemitraan dengan FMIPA, Unesa dan telah mencapai tahap pemandirian dalam RSBI. SMPN 6 Surabaya merupakan sekolah yang telah mencapai tahap pemandirian program RSBI sebelum memasuki tahun ke-6. Program pendampingan RSBI oleh FMIPA Unesa tidak hanya terbatas pada sekolah-sekolah negeri, tetapi juga sekolah-sekolah swasta, sebagai contoh SMA Khadijah Surabaya. Dalam program RSBI ini FMIPA Unesa mendapatkan dana sebesar Rp300 juta dari Dit. PSMP/PSMA. “Sekolah yang belum memiliki hubungan kemitraan dengan FMIPA Unesa juga dapat didampingi dengan prosedur pembiayaan sendiri,” jelas dosen yang berusia 43 tahun itu. Program RSBI oleh FMIPA Unesa juga dilakukan dengan menjalin kerja sama dengan elemen-elemen/pihakpihak di Jurusan Bahasa Inggris. Hal ini karena pola pembelajaran RSBI menerapkan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam proses pembelajaran di kelas. Tim pendamping dalam program RSBI melakukan sistem pemantauan dan evaluasi secara berkala. Sistem ini ditujukan untuk mengetahui ketercapaian dan ketersesuaian antara perencanaan dan hasil yang dicapai berdasarkan program dan kegiatan setiap satuan, jenjang dan jenis pendidikan, dan unit-unit kerja pendukung SBI dalam jajaran Depdiknas. 19
Ada tiga komponen yang digunakan untuk menetapkan sekolah yang telah mencapai kategori SBI, yakni standar input, proses, dan output. Standar input (masukan) SBI meliputi komponen kurikulum, tenaga pendidik (guru), kepala sekolah, tenaga pendukung, organisasi dan administrasi, sarana dan prasarana, kesiswaan, pembiayaan, regulasi sekolah, hubungan masyarakat, dan kultur sekolah. Komponen tenaga pendukung dapat ditinjau dari keberadaan pustakawan, laboran, teknisi komputer, kepala tata usaha, tenaga administrasi dan keuangan, tenaga administrasi kepegawaian, tenaga administrasi akademik, tenaga administrasi sarana dan prasarana, dan tenaga administrasi kesekretariatan. Komponen sarana dan prasarana dapat ditinjau dari ketersediaan cakupan primer (luas tanah dan ruang, jumlah siswa per rombongan belajar, fasilitas ICT/ Information, Comunnication, and Technology), perpustakaan, laboratorium, unit kesehatan, toilet, tempat bermain dan berkreasi, tempat ibadah, kantin auditorium, sarana olahraga, pusat belajar dan riset guru, dan penunjang administrasi sekolah. Standar proses SBI meliputi komponen PBM, manajemen, dan kepemimpinan; sedangkan standar output (keluaran) SBI meliputi keberhasilan lulusan dalam pencapaian jenjang pendidikan selanjutnya, tingkat pencapaian kompetensi, pencapaian prestasi, pengembangan budaya dan kreativitas, pengembangan riset dan eksperimen, dan pencapaian pengalaman belajar. Baik komponen standar input, standar proses, maupun standar output telah ditetapkan oleh Direktorat PSMP/PSMA berdasarkan kriteriakriteria standar nasional dan internasional. Proporsi pembiayaan SBI negeri telah ditetapkan dengan formulasi pembiayaan oleh pemerintah pusat sebesar 50%, pemerintah daerah
provinsi sebesar 30%, dan pemerintah daerah kabupaten/kota sebesar 20%. Formulasi ini bukan harga mati. Daerah-daerah dengan potensi pendapatan tinggi dapat berkontribusi lebih dari besar persentase tersebut. Dalam pelaksanaan di lapangan, program RSBI oleh FMIPA Unesa juga mengalami beberapa kendala terkait sulitnya menggeser metode pembelajaran lama yang teoretis ke arah pembelajaran baru yang beracuan praktis dan pengalaman belajar. “Analoginya adalah betapa baru dan mutakhirnya suatu model pembelajaran akan tetap beroleh hasil yang sama apabila guru sebagai pelaksananya masih berpegang pada paradigma lama,” jelas bapak dua putra ini. Seiring perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan, program RSBI makin lama makin diminati oleh sekolah-sekolah yang ingin menjadi SBI. Untuk itu mulai tahun 2006, FMIPA Unesa mencoba melibatkan elemen mahasiswa FMIPA yang telah memenuhi kriteria kompetensi yang ditetapkan guna membantu pelaksanaan program ini. Ditemui di tempat terpisah (15/ 04), Dr. Mega Teguh Sugiarto, M.Pd. selaku Pembantu Dekan I FMIPA Unesa menyebutkan bahwa tujuan program RSBI adalah menghasilkan lulusan/peserta didik yang memiliki kompetensi berkelas nasional dan internasional. Hal ini sesuai dengan misi program RSBI, yakni mewujudkan manusia Indonesia bertaraf internasional yang mampu bersaing dan berkolaborasi secara global. “Kian besarnya permintaan dari sekolah-sekolah terkait program RSBI sebagai langkah menuju SBI merupakan kesempatan besar bagi Unesa pada umumnya, dan FMIPA pada khususnya untuk dapat mencetak tenaga-tenaga pendidik/ guru yang berkompetensi secara nasional dan internasional untuk ke depan,” tandasnya. (Dian Komalasari dan Rahmawati)
| Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
Pendidikan Profesi di Unesa, Tengah Berjalan PENDIDIKAN profesi merupakan program sertifikasi guru melalui jalur pendidikan. Menurut Drs. Muhajir, M.Sn, PD I FBS Unesa, tujuan pendidikan profesi ialah meningkatkan empat kompetensi penting yang harus dimiliki guru, yakni kompetensi profesional (yang berhubungan dengan bidang kependidikan), kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Perbedaan antara sertifikasi melalui jalur portofolio dan jalur pendidikan profesi ini ialah peserta pendidikan profesi mendapatkan ilmu baru tentang pendidikan, dan lebih konkret karena dititikberatkan pada komunikasi secara praktis dengan bobot 30% teori dan 70% praktek. Untuk mengikuti pendidikan profesi, guru yang menjadi calon peserta harus mengikuti seleksi pada Dinas Pendidikan (Dispendik) kabupaten/kota masingmasing. Melalui berbagai seleksi yang ketat, Dispendik yang memiliki wewenang memilih para guru berprestasi, guna mengikuti program tersebut. Guru yang dapat mengikuti pendidikan profesi tidak
hanya guru senior yang telah lama mengajar. Guru muda yang mempunyai potensi dan kompetensi, asalkan mengikuti dan lulus seleksi berhak menjadi peserta pendidikan profesi. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai penyelenggara program pendidikan profesi terdiri atas 30 lembaga, di antaranya Unesa, Universitas Negeri Malang (UM), dan Universitas Negeri Jember (Unej). Sejak direalisasikannya program pendidikan profesi 27 Desember 2007, Unesa menjadi salah satu LPTK tempat pelaksanaan program tersebut. Untuk tahap awal Unesa hanya mendapat jatah 36 guru yang terdiri atas 12 guru pendidikan seni dan 24 guru pendidikan kewarganegaraan. Peserta pendidikan profesi di Unesa berasal dari berbagai daerah, seperti Yogyakarta, Jember, Kediri, Lamongan, dan beberapa kota dari Sulawesi. Peserta pendidikan profesi di Unesa menempuh pendidikan selama 2 semester dengan bobot 32 sks. Pembelajaran berorientasi praksis ( skill development), dengan proporsi 30% teori dan 70% praktik. Pembelajaran dengan berbuat, pengaktifan peserta didik,
| Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
penggunaan multi-card dan multi-media, penggunaan mekanisme balikan secara berkala, pemanfaatan teknologi informasi, dan pengakraban dengan situasi nyata merupakan beberapa prinsip belajar yang diterapkan. Seperti halnya mahasiswa regular, peserta pendidikan profesi juga memiliki asesmen yang mencakup partisipasi, tugas, UTS, dan UAS dengan bentuk tes, seperti tes tulis, tes kinerja, dan tes lisan dengan kompetensi yang diharapkan. Batas minimal kelulusan tiap mata kuliah B (75%). Perkuliahan dilaksanakan empat kali dalam seminggu. Peserta program yang nilai mata kuliahnya yang belum mencapai batas minimal kelulusan diberi remidi hingga berhasil. Menurut Rektor Unesa Prof. Dr. Haris Supratno, peserta pendidikan profesi di Unesa mendapatkan uang saku untuk biaya buku, biaya Program Pengalaman lapangan (PPL), penyusunan laporan atau tugas akhir, dan biaya transport dari tempat asal ke Unesa ( at cost ). Jumlahnya lebih dari satu juta per bulan. (Lara Asih Mulya) 20
Drs. Nanang Wahyuningaji. Wakasek SMPN Pungging Mojokerto
Mengintegrasikan Organisasi dan Akademis
Saya bersyukur saat berkuliah di IKIP Surabaya (Unesa) aktif dalam organisasi kemahasiswaan (Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2002-
2003, red.). Dampaknya, pengalaman itu memberikan warna yang kuat dalam pekerjaan yang saya geluti. Selain mendapatkan ilmu di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, saya juga berkesempatan mempelajari dunia organisasi dan kehidupan aktivis yang tidak ada dalam bangku kuliah. Banyaknya tempaan yang ada dalam dunia organisasi membuat saya terbiasa dengan tantangan kehidupan. Sangat disayangkan mahasiswa yang tidak aktif dalam organisasi kemaha-
Drs. Joko Adi Walujo, ST., M.M. Litbang Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Penguatan Metode Mengajar dan Subyek Materi Kemampuan memvariasikan metode mengajar dan materi perlu dikuasai oleh guru profesional. Untuk itu, mahasiswa yang dipersiapkan menjadi guru sejak awal perlu dilatih secara khusus kemampuan mengajarnya. Kegiatan praktik mengajar dengan variasi metode mengajar yang inovatif perlu ditingkatkan. Studistudi yang merangsang mahasiswa untuk memperkuat penguasaan materi juga perlu diintensifkan. Sebagai LPTK, Unesa juga harus ikut andil dalam peningkatan 21
siswaan. Padahal fasilitas itu terbuka untuk mahasiswa. Ada baiknya dunia organisasi dan akademis menjadi satu paket yang wajib digeluti mahasiswa. Keduanya harus ditempuh oleh mahasiswa Unesa bila ingin mendapatkan gelar sarjana. Lulusan Unesa perlu memiliki keunggulan khusus yang berbeda dengan lulusan perguruan tinggi lain. Saya usul kurikulum Unesa perlu didesain untuk membidik tantangan ke depan. Terutama kurikulum yang relevan dengan kondisi saat mahasiswa lulus. Dalam memasuki dunia kerja, lulusan Unesa mentalnya sudah harus matang dan kemampuan akademisnya sudah harus kompeten. Hal itu saya yakin dapat tercapai bila dunia organisasi dan akademis di Unesa menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan. Lulusan Unesa menajdi sara jna
mutu guru. Salah satu caranya adalah mengadakan lomba inovasi pembelajaran, bahan ajar, atau media pembelajaran yang dibuat oleh guru. Para guru akan termotivasi untuk menghasilkan inovasi-inovasi dalam pembelajaran. Inovasi yang dibuat oleh guru dapat dijadikan bahan perkuliahan untuk dikembangkan sebagai contoh guru lainnya.
(Al)
Drs. Joko Adi Walujo, ST., M.M.
| Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
Sambungan dari hal. 13 Selayang Pandang Program PMRI RME merupakan hasil pengembangan bertahun-tahun dan di Belanda teorinya selalu disempurnakan oleh pakar dan peneliti di Freudenthal Institute. Unesa merupakan salah satu perguruan tinggi yang tergabung dalam Tim Pendamping PMRI selain UNY Yogyakarta, Unsri Palembang, Unimed Medan, Universitas Sanata Dharma, UPI Bandung, UNJ Jakarta, dan Unsyiah Banda Aceh. Yang tergabung dalam Tim PMRI Unesa ialah Dr. Siti M. Amin, Dr. Agung Lukito, dan Dr. Manuharawati. Ditemui di ruang Tim PMRI Unesa di Gedung C-8 Unesa (18/4), Dr. Siti M. Amin mengatakan bahwa pelaksanaan program PMRI di sekolah-sekolah didasarkan pada konsep bottom up ada upaya dan inisiatif dari pihak sekolah untuk menerapkan model pembelajaran matematika berdasarkan pendekatan PMRI. Dalam pembelajaran dengan pendekatan PMRI siswa dihadapkan pada masalah realistik dan diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah berdasar pengetahuan informalnya atau berdasar gagasannya serta diberi kebebasan untuk mengembangkan modelnya sendiri. Konsep pembelajaran “dari, oleh, dan untuk siswa” menjadi acuan pelaksanaannya. “Sampai saat ini PMRI baru dilaksanakan pada tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/ MI). Hal ini bukan berarti bahwa PMRI hanya cocok untuk siswa tingkat SD/MI, tetapi tim PMRI ingin mulai dari bawah sehingga tidak ada tingkatan yang terloncati,” ujar dosen yang akrab disapa dengan Ibu PMRI ini. Ditempat dan waktu yang sama juga hadir Prof. R.K. Sembiring dari ITB, dan 2 orang konsultan dari Belanda, yaitu Drs. Gerard van den Hoeven dan Ellen Zonneveld, M.A.
Prof. Dr. Sembiring dalam mengawali perbincangan mengatakan bahwa PMRI sudah dimulai sejak 2001 yang mencakup kelas 1, 2, dan 3 SD. Pada tahun 2002 PMRI mencakup dua belas SD dan empat diantaranya MI atas permintaan Depag. Kini PMRI diminati oleh sekolah-sekolah untuk diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran. “Tim PMRI hanya menyediakan pendampingan dan pelatihan melalui penyelenggaraan workshop yang diikuti oleh guru-guru sekolah yang ertarik dan ingin menerapkan PMRI,” tambahnya. Program PMRI dilaksanakan setelah para guru menerima penjelasan tentang PMRI dan melihat atau melakukan simulasi atau pelatihan PMRI di tempat workshop. Guru yang berminat disilakan menerapkan PMRI di sekolah masing-masing dengan dipantau dan didampingi oleh dosen. Kemudian diselenggarakan lokakarya tindak lanjut untuk membahas pengalaman, keberhasilan, kesulitan, dan masalah dalam pelaksanaan PMRI di sekolah. Sebagai lanjutannya diadakan workshop lagi dengan sebagian peserta lama dan sebagian peserta baru. Peserta baru yang berminat disilakan melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan PMRI, peserta lama membahas hasil dan cara meningkatkan pembelajarannya. Setelah itu diadakan lagi follow-up workshop. Pada kesempatan yang sama, Dr. Gerard van den Hoeven,
| Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
konsultan dari Belanda, mengatakan bahwa ibarat orang yang belajar berenang, dari awal belajar sampai sekarang tentu hasilnya makin baik. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ellen Zonneveld, M.A. bahwa program PMRI tidak hanya berhenti di sini karena tidak tertutup kemungkinan program PMRI ini mencakup pembelajaran lain dan tidak terbatas pada jenjang pendidikan SD. Dalam rangka kunjungannya ke Unesa dari 15—18 April, Dr. Gerard van den Hoeven juga mengadakan kuliah umum (16/4) di Gedung K-2 Pascasarjana denagn mengangkat tema development research. Di samping itu, dua konsultan Belanda tersebut dengan didampingi Tim PMRI Unesa juga melakukan kunjungan (18/4) ke Dinas Pendidikan Jawa Timur. Sementara itu, Tim PMRI Unesa yang diwakili oleh Dr. Siti M. Amin selaku penulis buku matematika untuk kelas I SD bersama dengan perwakilan Tim PMRI dari Unmed, Universitas Sanata Dharma, dan Unsyiah Banda Aceh melakukan kunjungan ke Belanda selama 9 hari (8—19/ 4). Selama di Belanda, beberapa kegiatan dilakukan, seperti mengunjungi sekolah dan mengikuti workshop serta kuliah umum. Sebagai kelanjutan kegiatan kunjungan di Belanda, diadakan workshop di Yogyakarta (26/4). (Dian Komalasari)
22
Memetik Manfaat Teh Hijau BANYAK yang sudah mengenal teh hijau, bahkan mengonsumsinya setiap hari. Namun, tak semua orang mahfum manfaat minum teh hijau setiap hari. Selama ini teh hijau hanya dikenal sebagai minuman yang menyehatkan, melindungi jantung, dan antioksidan, padahal masih banyak manfaat lainnya. Berikut faktanya.
1. Mencegah risiko penyakit kanker
terjadinya
Polyphenol yang terdapat dalam teh hijau merupakan antioksidan paling potensial. Dia mencegah penyebaran dan pertumbuhan sel kanker dalam darah. Beberapa penelitian menunjukkan teh hijau yang diminum secara berkala bisa mengurangi risiko kanker payudara, perut, usus, dan kanker prostat.
2. Menyejukkan kulit Teh ini merupakan antiseptik alami untuk mengatasi gatal dan bengkak-bengkak. Taruh sejumput teh hijau pada kulit yang mengalami radang, terbakar sinar matahari, noda kehitaman, atau dikelopak mata, dan rasakan kesejukkannya.
3. Melindungi kulit Pada sebuah percobaan, teh hijau yang diletakkan pada kulit atau dikonsumsi bisa melindungi kulit dari efek buruk sinar matahari penyebab kanker kulit. Itulah sebabnya banyak produk kecantikan, seperti tabir surya atau pelembab, yang terbuat dari teh hijau.
4. Menstabilkan tekanan darah Tekanan darah yang sehat berarti berada pada angka 120/80. Menjaganya pada angka tersebut gampang-gampang susah. Namun, mereka yang mengonsumsi satu gelas teh hijau setiap hari, hampir 50 persennya jarang terkena tekanan darah tinggi . Ternyata polyphenol berjasa menjaga pembuluh darah agar tidak mengecil.
5. Menjaga daya ingat Teh hijau bisa menjaga penurunan fungsi otak. Mereka yang minum dua gelas teh sehari terhindar dari masalah kognitif. Teh hijau mengandung antioksidan tinggi yang bisa melawan radikal bebas yang menyerang otak, penyebab penyakit alzheimer dan parkinson.
6. Tetap terlihat muda Semakin sehat arteri, semakin terlihat muda dan sehat Anda. Setidaknya tiga ons teh hijau yang dikonsumsi setiap hari bisa mengabsorbsi arteri dari kelebihan lemak dan kolesterol.
7. Mengurangi berat badan Teh hijau bisa membantu proses pembakaran kalori sehingga dapat menurunkan berat badan.
Tis/Surya Minggu 25 Mei 2008
23
| Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
Teknik Mesin Bangun Miniplant Biodiesel & Biopremium ENERGI fosil, khususnya minyak bumi, merupakan sumber energi utama dan sumber devisa negara. Kenyataan menunjukkan bahwa cadangan energi fosil yang dimiliki Indonesia jumlahnya terbatas. Sumber daya minyak bumi sekitar 86,9 miliar barel minyak (billion barrel oil), gas bumi sekitar 384,7 ton square cubic feet (TSCF), batubara sekitar 50 miliar ton, panas bumi sekitar 27 ribu MW, dan tenaga air sekitar 75 ribu MW. Sementara itu, konsumsi energi terus meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Cadangan terbukti minyak bumi pada tahun 2002 sekitar 5 miliar barel. Dengan tingkat produksi minyak saat ini sekitar 500 juta barel, cadangan tersebut akan habis dalam 10 tahun mendatang. Cadangan terbukti gas bumi sekitar 90 TSCF. Dengan tingkat produksi tahun 2002 sebesar 3 TSCF, cadangan tersebut akan habis dalam 30 tahun. Cadangan terbukti batubara sekitar 5 miliar ton. Gambar 1. Grafik Total Produksi Minyak Dengan tingkat Indonesia Tahun 1992 – 2002. produksi tahun 2002 sekitar 100 juta ton, cadangan tersebut akan dapat digunakan selama 50 tahun (DESDM, 2004). Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa pasokan minyak bumi di Indonesia tahun 1992-2002 mulai mengalami penurunan setiap tahunnya. Hal ini berbanding terbalik dengan jumlah permintaan minyak bumi yang terus mengalami peningkatan. Tidak mengherankan Indonesia pada tahun 2008 ini menyatakan keluar dari negara-negara pengekspor minyak (OPEC) karena untuk memenuhi konsumsi minyak dalam negeri saja Indonesia harus mengimpor. Saat ini Indonesia sudah menjadi net importing countries. Salah satu faktor melambungnya harga minyak dunia adalah makin tingginya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) karena kebutuhan industri dan populasi kendaraan bermotor yang cukup tinggi. Penyebab lainnya adalah makin menipisnya persediaan BBM jika dibandingkan permintaannya karena BBM merupakan bahan bakar yang tidak dapat diperbarui (non-renewable energy). Bertolak dari masalah di atas, lima mahasiswa Prodi D3 Teknik Mesin Fakultas Teknik (FT) Unesa merancang | Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
SKALA LAB: Miniplant Biodiesel Kapasitas 15 Liter/Hari (Operasi 9 Jam/Hari) di Teknik Mesin FT Unesa
dan membangun miniplant biodiesel yang berkapasitas 15 liter/ hari (sehari bekerja 9 jam). Kelima mahasiswa tersebut adalah Suhariyono, Catur, Aris, dan Trio Muhardianto yang dibimbing secara intensif oleh pakar biofuel Jurusan Teknik Mesin Unesa Ir. Dwi Heru Sutjahjo, M.T. Ide dasar pembuatan miniplant biodiesel tersebut merupakan salah satu jawaban atas permasalahan krisis energi khususnya BBM, melambungnya harga BBM, dan polusi udara yang ditimbulkan oleh pembakaran BBM. Menariknya, bahan dasar yang digunakan untuk pembuatan biodiesel tidak hanya dari minyak kelapa sawit (CPO = crude palm oil) dan minyak biji jarak (jatropha curcas) tetapi semua tanaman atau biji-bijian yang berpotensi sebagai biodiesel. Saat ini sedang dikembangkan pembuatan biodiesel dari biji karet. Tak kalah menariknya, miniplant tersebut juga telah sukses membuat biodiesel dari minyak goreng “curah” dan bahkan dari minyak jelantah. Saat ini, dengan adanya miniplant biodiesel di Laboratorium Bahan Bakar dan Pelumas Jurusan Teknik Mesin FT Unesa, banyak penelitian yang mulai mengarah ke bahan bakar dan gemuk (grease) alternatif. Tidak heran saat ini miniplant biodiesel tersebut sudah dibuat untuk skala industri dan telah digunakan untuk program pengabdian kepada masyarakat melalui pelatihan bina lingkungan PT. Semen Gresik Tuban. Miniplant biodiesel tersebut terdiri atas empat rangkaian alat, yaitu esterifikasi, transesterifikasi, pencucian, dan pengeringan. Esterifikasi berguna untuk memisahkan minyak dari getah (gum). Transesterifikasi berguna untuk mengubah minyak (trigliserida) menjadi biodiesel (methyl ester) dan gliserol yang biasanya digunakan untuk bahan baku pembuatan sabun. Pencucian berguna untuk menjernihkan biodiesel dari pengotor. Pengeringan berguna untuk menjernihkan atau memurnikan biodiesel dari kandungan air dan sebagainya. Akhir keempat rangkaian proses tersebut, biodiesel siap digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor, baik sebagai pencampur (extender) solar maupun murni 100% sebagai biodiesel. Di samping biodiesel, saat ini Laboratorium Bahan Bakar dan Pelumas Jurusan Teknik Mesin FT Unesa juga mengembangkan biopremium. Saat ini sedang dikembangkan pembuatan ethanol dari nira kelapa, jagung, tetes tebu, bonggol dan pelepah tebu, kulit pisang, nira siwalan (legen), singkong, dan ubi jalar sebagai bahan baku pembuatan biopremium. Untuk mendukung itu, saat ini juga sedang dikembangkan miniplant biopremium skala laboratorium. Warju
24
Perjuangan Unesa dalam pelaksanaan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yang terpisah dari Perhimpunan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Nusantara (PSPMBN) akhirnya berbuah manis. Berikut penuturan Rektor Unesa, Prof. Dr. Haris Supratno, yang menjadi sekretaris SNMPTN, kerika ditemui di ruang kerjanya (17/4).
Prof. Dr. H. Haris Supratno:
Unesa Ikut SNMPTN
Benarkah Unesa keluar dari SPMB? Secara resmi, kami memutuskan keluar dari keikutsertaan sebagai anggota P-SPMBN. Penyaringan mahasiswa baru akan digantikan dengan SNMPT. Konsep penyelenggaraan SNMPTN itu hampir sama dengan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), tetapi setiap kegiatan SNMPTN berlandas peraturan dan perundangan yang berlaku. Hal ini untuk meminimalkan segala bentuk penyimpangan. Apa alasan Unesa keluar dari SPMB? Ketidakcocokan antara sejumlah rektor Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dengan P-SPMBN mengenai pengelolaan keuangan dari pendaftaran calon mahasiswa baru menjadi alasan utama kami keluar. Selama ini, karena merasa menjadi sebuah organisasi swasta, P-SPMBN menilai pengelolaan keuangan adalah wilayah otonom mereka. Akhirnya, laporan keuangan hanya disampaikan dalam rapat pemegang saham setiap akhir tahun. Dana yang dihimpun P-SPMBN seharusnya menjadi Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Oleh karena itu, uang tersebut harus disetor ke kas Negara.
Sejak kapan penggagas SNMPTN mengetahui tentang kasus dana tersebut? Puncaknya pada tahun 2006, setelah diadakan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Ternyata, P-SPMBN menyalahi peraturan perundangan, yaitu UU No. 20/1997 tentang PNBP dan Pelaksanaannya, dan Kepmenkeu No. 115/2001 tentang Tata Cara Penggunaan PNBP pada PTN. Hal itu yang membuat kami tidak sejalan. Siapa yang proaktif dalam perubahan itu? Sebenarnya, yang memotori perubahan ini ialah seluruh PTN di Jatim. Unesa langsung merasakan dampaknya. Contohnya saja, Unesa pernah diaudit dan diperiksa oleh pusat. Kami merasa itu merugikan dan tidak sesuai aturan. Akhirnya, keputusan keluar tersebut semakin mantap, setelah sejumlah PTN ternama di Indonesia ikut mendukung, seperti ITB yang sekarang menjadi ketua III, lalu IPB, UNPAD, UGM, UNDIP, Udayana, dan Universitas Andalas Padang. Bersambung ke hal.28
25
| Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
KHIDMAT: Suasana upacara Wisuda Ke-64 Unesa tanggal 19 April 2008. Prosesi Wisuda Ke-64. Rektor, Pembantu Rektor, dan Senat hadir ditengahtengah wisudawan.
BERPRESTASI: Sebanyak delapan mahasiswa dikukuhkan sebagai mahasiswa berprestasi dengan nilai terbaik dari masing-masing fakultas.
Janji Wisudawan dibacakan dengan khidmat.
RAPAT KERJA: Rektor dan Pembantu Rektor se-Jawa Timur berkumpul membahas rencana kerja SNMPTN tahun 2007-2008 di SSFC - Unesa.
“SERSAN”: Peserta rapat kerja serius membahas rencana kerja SNMPTN.
26 Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 | | Majalah
BERPULANG: Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Telah berpulang ke Rahmatullah sahabat kita tercinta, Suhardjo, S.E. pada 28 Maret 2008.
TENANG: Suasana ujian terbuka yang diselenggarakan pada 27 Maret 2008 di gedung Pascasarjana Unesa. Wawancara dengan reporter TVRI.
BAHAGIA: Dr. Endah Harumi menerima ucapan selamat sekaligus menerima piagam kelulusan dari Direktur Pascasarjana.
Petuah oleh Promotor Prof. Dr. Abbas Achmad. Badib, M.A., M.A.
JUMPA PERS: Rektor Unair, ITS, dan Unesa memberikan keterangan kepada wartawan tentang seputar SNMPTN.
PEMAKAMAN: Para pelayat mengantarkan jenazah Suhardjo, S.E. ke peristirahatan terakhir. Selamat jalan, Teman.
SERIUS: Peserta rapat kerja membahas tentang SNMPTN yang di pandu oleh Pembantu Rektor 2 Unesa, Dr. Nurhasan, M.Kes. | Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 27 2008 |
Sambungan dari hal. 25 Unesa Ikut SNPTN Bagaimana sistem kepanitiaan SNMPTN? Panitia SNMPTN tidak dilaksanakan oleh panitia tersendiri seperti SPMB, tetapi dilaksanakan secara bersama oleh pimpinan PTN se-Indonesia dengan sistem kepanitiaan mulai panitia pusat, koordinator wilayah, dan panitia pelaksana. Sistemnya bersifat swakelola: mulai perencanaan, pelaksanaan, hingga pengawasan dilakukan oleh PTN. Tetapi, orang luar tetap ada, seperti pemborong atau tenaga ahli, namun jumlahnya tidak boleh melebihi 50%. Dirjen Dikti sudah mengeluarkan Surat Keputusan (SK) tentang SNMPTN bernomor 18/DIKTI/Kep/2008 bertanggal 28 Maret 2008 yang berisi sepuluh keputusan. Di antaranya, susunan dan kewenangan panitia SNMPTN. Menariknya, susunan kepanitian itu didominasi PTN Jatim. Yakni, Unair (Ketua II), Unesa (Sekretaris), Unibraw (Sekretaris II), UIN Malang (Bendahara II), dan ITS (bidang penilaian). Tentu saja beberapa PTN di Indonesia ikut terlibat dalam sistem kepanitiaan ini. Berapa biaya pendaftaran SNMPTN? Biayanya, untuk pilihan IPA/ IPS Rp150 ribu dan IPC Rp175 ribu. Nilai tersebut sama persisi dengan biaya pendaftaran SPMB tahun lalu. Namun, bila dibandingkan dengan usulan rancangan anggaran biaya SPMB 2008 (sebelum akhirnya diganti SNMPTN.red), yaitu IPA/IPS Rp175 ribu dan IPC Rp200 ribu, biaya SNMPTN itu jelas jauh lebih murah. Pertimbangan ini lebih disebabkan kondisi masyarakat Indonesia. Apalagi tidak ada subsidi dari pemerintah. Selain itu, uang pendaftaran mahasiswa bisa masuk ke rektor, kemudian ditransfer ke
PERUBAHAN: Dari SNMPTN ini juga diharapkan dapat dicari bibit-bibit unggul sumber daya manusi manusia yang berkualitas bagi bangsa. rekening negara. Jadi, konkretnya banyak birokrasi yang dipangkas. Bagaimana sistem penyelenggaraaan dan pengelolaan keuangan pendaftaran SNMPTN? Nanti calon mahasiswa baru langsung mendaftar ke bank yang ditunjuk. Untuk dua pilihan PTN buat IPA/IPS, bank akan mentransfer dana 60% bagi pilihan PTN pertama dan 40% bagi PTN pilihan kedua. Kalau IPC ada tiga pilihan program studi. Maka, bank akan mentransfer PTN yang menjadi pilihan pertama dengan dana 55%, pilihan kedua 30%, dan pilihan 15%. Rektor secara bersama-sama menyeleng-garakan SNMPTN lewat panitia bersama guna membantu calon mahasiswa baru agar tidak perlu datang ke kampus yang dinginkan waktu ujian. Kapan ujiannya akan berlangsung? Hal itu menyesuaikan dengan kalender pendidikan. Pengambilan formulir tanggal 16–27 Juni 2008, pengembalian formulir tanggal 16– 28 Juni 2008, pelaksaan ujian tanggal 2–3 Juli 2008, dan pengumuman ujian tanggal 1 Agustus 2008. semoga saja ini tidak bergeser. Yang
| Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
membuat soal diserahkan sepenuhnya ke UI Jakarta. Kemungkinan besar gabungan tes akademik dan tes potensi akademik. Siapa penanggung jawab panitia lokal untuk wilayah Surabaya? Untuk tahun ini, penanggung jawab lokal adalah Unesa. Karena itu, sekarang Unesa sibuk mencari tempat ujian yang memenuhi standar dan bisa dijangkau oleh calon mahasiswa baru. Dananya diambil dari uang pendaftaran. Untuk Unesa, daya tampungnya sekitar 1500 mahasiswa. Lantas, apa harapan Bapak dengan perubahan ini? Harapan saya tidak mulukmuluk. Toh, semuanya juga kembali ke pengelolaannya. Yang terpenting, seluruh pelaksanaannya lancar dengan berlandas peraturan dan perundangan yang berlaku. Dari SNMPTN ini juga diharapkan dapat dicari bibit-bibit unggul sumber daya manusi manusia yang berkualitas bagi bangsa. Selain itu, hal ini juga dapat menumbuhkan suatu kebersamaan di antara seluruh rektor PTN se-Indonesia yang tentu saja semuanya sesuai dengan peraturan. (Yuanisa Dwi PL dan Rahmawati) 28
PROPERTI
UNESA merupakan universitas besar yang berproperti kompleks. Satu di antara properti tersebut adalah lahan, baik yang sudah difungsikan secara profesional maupun yang masih dalam proses penataan. Berapa m² luas lahan Unesa? Bagaimana penggunaan dan status kepemilikannya? Di mana saja lokasinya? Dalam tabel berikut disajikan jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Beberapa fasilitas di Unesa (dua dari empat lokasi aset properti Unesa: Kampus Ketintang dan Kampus Lidah Wetan di Surabaya).
GD. PASCASARJANA KETINTANG
GSG GEMA KETINTANG
GD. FIS KETINTANG
29
SSC & KOLAM RENANG LIDAH WETAN
GK SAWUNGGALING LIDAH WETAN
GOR BIMA LIDAH WETAN | Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |
| Majalah Unesa - No. 27 Tahun IX | Edisi Maret - April 2008 |