257
Bimbingan Kelompok Teknik Simulasi untuk Meningkatkan Interaksi Sosial dengan Lingkungan Sekolah Siswa Kelas IV SD N 1 Jendi Selogiri Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012 Wardatul Djannah dan Retno Ismiyati
ABSTRACT Retno Ismiyati. GROUP GUIDANCE SIMULATION TECHNIQUES TO IMPROVE SOCIAL INTERACTION WITH THE ENVIRONMENT SCHOOL STUDENTS CLASS IV ELEMENTARY SCHOOL STATE 1 JENDI SELOGIRI WONOGIRI SCHOOL YEAR 2011/2012. Undergraduate Thesis, Faculty of Teacher Training and Education Sebelas Maret University of Surakarta. October 2012 This study aims to determine the effectiveness of the implementation of the tutoring services with a simulation technique in improving the social interaction with the fourth grade elementary school students of Jendi Selogiri Wonogiri SD Negeri 1. This research is a classroom action research with research subjects were fourth grade of SD Negeri 1 Jendi Selogiri Wonogiri school year 2011/2012 consists of 5 students who have difficulty in social interacting with the school environment. Preliminary studies conducted using interviews and observation instruments. The research was conducted in three cycles of action. The data were obtained from observations during the game activitiy takes place using observation sheets interviews, and documentation. Researchers gave pre-test and post-test using the observation sheet and students are provided counseling services group with a game simulation techniques. The validity of the instrument through expert judgment to test the theoretical concept of social interaction with the school environment, as for the analysis of the data using percentage analysis of Godwin and Coates further clinical analysis. The results showed that the group guidance through effective simulation techniques to improve the social interaction with the school in the fourth grade students' school 1 Jendi Selogiri. This is indicated by an increase in the average yield percentage of social interaction of students for each cycle, ie the cycle of 16.96% for the second cycle of 31.64% and 58.21% for the third cycle. Keywords: group guidance, engineering simulation, social interaction with the school environment
258
A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai dorongan sosial untuk berhubungan dengan orang lain. Dengan adanya dorongan atau motif sosial pada manusia,maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau untuk mengadakan interaksi. Dengan begitu terjadilah interaksi antara manusia satu dengan manusia yang lain. ”Interaksi sosial ialah hubungan antara individu yang satu dengan individu yang lain dan dapat saling mempengaruhi sehingga dapat terjadi hubungan timbal balik” (Bimo Walgito, 1999: 57). Hubungan interaksi dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok. Suatu interaksi sosial tidak akan terjadi apabila tidak memerlukan dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi. Interaksi sosial memegang peranan penting dalam perkembangan moral anak karena dapat memberikan dasar-dasar dari tingkah laku yang diterima masyarakat, memberikan motivasi melalui apa yang diterima dan tidak diterima kelompok. Interaksi sosial pertama yang dialami anak adalah melalui kehidupan di lingkungan keluarganya. Anak belajar dari keluarganya mengenai apa yang dianggap baik dan buruk oleh keluarga tersebut. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang bertanggung jawab atas pendidikan, dan mempunyai peranan yang penting dalam proses sosialisasi. Anak akan mengalami perubahan dalam kelakuan sosial setelah masuk sekolah. Melalui sekolah mereka belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang lebih luas yang akan
meningkatkan ketrampilan sosial. Mereka berkenalan dengan orang lain dari berbagai ragam latar belakang dan belajar untuk menjalankan peranannya dalam struktur sosial yang dihadapi di sekolah. Pada usia 6-13 tahun adalah saat siswa belajar bagaimana bergaul dengan orang lain, berinteraksi dalam lingkungan bermain, baru kemudian dalam dunia sesungguhnya. Di sekolah dasar siswa-siswa harus diberikan pengetahuan yang lebih, khususnya dalam pembelajaran berinteraksi sosial, sehingga nantinya bisa diaplikasikan ke jenjang selanjutnya. Pada sekolah dasar siswa mulai berinteraksi lebih banyak dengan orang lain dibandingkan ketika berada di lingkungan keluarga. Dari bermain individual berubah menjadi bermain secara kelompok, siswa mulai memasuki masa kelompok sebaya, yaitu masa dimana kesadaran sosial berkembang secara cepat. ”Hubungan dengan kelompok sebaya yang buruk dapat membuat anak tidak dapat menyesuaikan diri dimasa sekolah dan kehidupan selanjutnya, akibatnya di masa remaja anak tersebut menjadi bermasalah” (Stommer, 1983 dalam Hera Lestari Mikarsa dkk, 2009: 4.20). Akibat keterlibatan siswa dalam kelompok sebaya, dapat membuat mereka belajar bersosialisasi dan berinteraksi mengembangkan konsep diri yang positif. Berinteraksi sosial membuat siswa lebih bertanggung jawab dan bekerjasama dengan teman dan anggota kelompoknya. Siswa belajar bergaul dan menyesuaikan diri dengan lingkungan merupakan suatu usaha mereka untuk membangkitkan pemahaman tentang lingkungannya. ”Kemampuan anak untuk menyesuaikan
259
diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas sosial merupakan modal dasar yang amat penting bagi anak untuk mencapai kehidupan yang sukses ”(Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih, 2009: 3.10). Hal ini dapat dijelaskan bahwa penyesuaian diri dan interaksi sosial merupakan hal penting dalam mencapai keberhasilan. Dunia sekolah akan membantu anak dalam merubah kelakuan sosial dengan cara menyesuaikan diri dengan lingkungan yang luas. Pada usia 6-13 tahun hubungan sosial dengan orang lain menjadi meningkat terutama dalam hal bermain. Proses berinteraksi bertujuan untuk lebih dapat mengenal dirinya sendiri dan juga lingkungan di sekitarnya. Interaksi dapat dilakukan dengan keluarga, teman-temannya dan masyarakat di sekitarnya. Menurut Sutan dan Syahmiar (1991: 23)”Sifat khas anak usia SD antara lain suka melakukan kegiatan-kegiatan yang berguna terhadap lingkungan, sudah muncul kesadaran terhadap diri sendiri dan orang lain, telah muncul kebutuhan akan persahabatan, telah memainkan peranan sesuai dengan jenis kelamin”. Secara umum pada usia 6-13 tahun anak mulai senang bergaul dengan teman,mulai mandiri dalam mengerjakan tugas, senang bermain dengan teman sebaya, tidak suka menyendiri, mampu bermain dan bekerja sama dengan teman dalam kelompok. Kenyataan menunjukkan bahwa, beberapa siswa di SD Negeri 1 Jendi Selogiri Wonogiri masih mengalami kesulitan dalam melakukan interaksi
sosial dengan lingkungan sekolah. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan guru kelas pada tanggal 5 Maret 2012 bahwa pada siswa kelas 4 terdapat beberapa yang mengalami kesulitan dalam melakukan interaksi sosial terutama interaksi dengan lingkungan sekolah. Terlihat pada siswa kelas 4 SD Negeri 1 Jendi Selogiri Wonogiri masih mengalami keterbatasan berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain di dalam lingkungan sekolah. Selain itu siswa masih merasa canggung dan kurang baik dalam menyesuaikan diri, sehingga siswa mengalami kesulitan berinteraksi baik dengan teman maupun lingkungan sekolah. Misalnya Siswa merasa lebih tua dari teman-teman didalam kelas karena pernah tidak naik kelas, siswa merasa minder dan pasif pada saat proses pembelajaran di kelas. Perlu diketahui bahwa interaksi sosial harus diciptakan sejak dini sehingga nantinya siswa tidak akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Selain masalah penyesuaian diri, yang menjadi kendala dalam berinteraksi sosial adalah sikap orang tua yang overprotected. Orang tua yang overprotected akan membatasi ruang gerak anak sehingga anak akan kehilangan kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan sosialisasi yang baik dalam lingkungan. Sikap yang overprotected dapat menjadikan perilaku anak yang agresif dan mementingkan diri sendiri. Anak dengan sikap tersebut akan kesulitan dalam berinteraksi dan akan di tolak oleh kelompok sosialnya. Berdasarkan keterangan di atas bila siswa tidak memiliki ketrampilan berinteraksi maka akan berakibat siswa kesulitan dalam memahami lingkungan
260
sekitar dan tidak mampu berkomunikasi secara baik dengan orang lain. Woodworth (dalam W.A Gerungan, 2004:59) menyebutkan ”ada 4 jenis hubungan individu dengan lingkungan yaitu individu bertentangan dengan lingkungan,individu dapat menggunakan lingkungannya,individu berpartisipasi dengan lingkungan, individu dapat menyesuikan diri dengan lingkungan”. Untuk menyesuikan diri dengan lingkungan perlu ketrampilan berinteraksi sosial. Ketrampilan berinteraksi sosial ini dapat dilatih dengan beberapa cara antara lain dengan permainan, diskusi, dan bimbingan. Melalui bermain anak akan menjalin hubungan sosial, belajar menampilkan emosi yang diterima lingkungannya dan juga belajar bersosialisasi maupun menyesuaikan diri dalam lingkungan sekolah. Di sekolah dasar siswa harus mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekolah. Untuk dapat bersosialisasi, anak harus dilatih menyukai orang lain dan aktivitas sosial yang ada di lingkungan sekolah. ”Bersosialisasi diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat berbaur dengan orang lain, menyesuaikan diri dengan kegiatan dan kebiasaan kelompok, dan dengan segala macam orang yang mempunyai karakteristik unik” (Rini Hidayah dkk, 2007:4.11). Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa bersosialisasi merupakan kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dan bergaul dengan berbagai orang yang mempunyai latar belakang yang berbeda. Dengan bersosialisasi anak akan memiliki penyesuaian diri yang baik dan diterima sebagai anggota
kelompok sosial di lingkungan sekolah tersebut. Berkenaan dengan hal tersebut di atas, dalam rangka upaya meningkatkan interaksi sosial bagi siswa kelas 4 SD Negeri 1 Jendi Selogiri Wonogiri, penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik simulasi yang dapat memberikan stimulus pada siswa untuk mengatasi kesulitan dalam berinteraksi sosial dengan lingkungan sekolah. Sitti Hartinah (2009: 4) menjelaskan “bimbingan kelompok merupakan bimbingan yang dilaksanakan secara kelompok terhadap sejumlah individu sekaligus supaya individu-individu tersebut dapat menerima bimbingan yang dimaksudkan”. Hal tersebut menjelaskan bahwa, dalam kegiatan bimbingan kelompok pelaksanaan dilakukan secara bersama-sama terhadap sejumlah individu sehingga individu mampu memahami kegiatan bimbingan yang tengah dilakukan. Pada umumnya siswa hanya berinteraksi dengan orang terdekatnya,tetapi dengan layanan bimbingan kelompok siswa dapat berinteraksi dengan sesama anak yang lain dan anak juga dapat berinteraksi dengan orang lain diluar kelompoknya. Misalnya bermain dengan teman sebaya yang berada di lingkungan rumah. Interaksi dengan sesama anak ini mempunyai peranan tersendiri, karena sesama anak memiliki banyak persamaan. Dengan bimbingan kelompok dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan berinteraksi dengan lingkungan sekolah baik dengan guru, teman, maupun warga sekolah lainnya. Bimbingan kelompak juga dapat
261
mendorong siswa untuk mengemukakan pendapatnya dan menghargai pendapat orang lain. Bimbingan kelompok memiliki beberapa teknik yang dapat diterapkan pada pelaksanannya. Salah satu teknik yang ada pada bimbingan kelompok ini adalah teknik simulasi.”Permainan simulasi dapat dikatakan gabungan antara teknik bermain peranan dan teknik diskusi” (Tatiek Romlah, 2001:3). Teknik permainan simulasi ini memakan banyak waktu, tetapi dalam permainan simulasi ini siswa dapat berpartisipasi aktif dan saling berinteraksi satu sama lain. Belajar dengan cara simulasi sama seperti belajar dalam kehidupan yang sebenarnya. Model teknik permainan simulasi merupakan salah satu model pembelajaran yang memperhatikan pengetahuan awal siswa yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Model permainan simulasi didesain untuk membantu siswa mempelajari dan menganalisis dunia nyata secara aktif. Siswa yang terlibat dalam simulasi mempunyai peranan masing-masing dan berinteraksi dengan siswa yang lainnya. Siswa mengambil keputusan sendiri dan menanggung konsekuensi dari keputusannya. Metode bimbingan yang seperti ini, tentunya memudahkan siswa memahamai konsep-konsep pelajaran, karena objek yang dipelajari siswa dapat dialami dalam kehidupan sehari-hari. Dengan teknik permainan simulasi ini siswa dipaksa aktif, berpikir, dan terlibat dalam situasi persoalan yang dihadapi sehingga siswa akan lebih mengerti dan memahami persoalan yang akan dipecahkan. Model permainan simulasi merupakan salah satu model bimbingan yang cocok diterapkan pada siswa
sekolah dasar. Dapat ketahui, sekolah dasar merupakan masa yang didominasi oleh aktivitas bermain. Permainan merupakan suatu bentuk kegiatan yang memberikan kesenangan dan memberikan pengalaman yang menarik bagi siswa. Metode simulasi dihadirkan untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk bermain dalam konteks belajar. Dalam permainan siswa bebas berbicara, berimajinasi, berpendapat, dan berekspresi sesuai dengan keinginannya. Ketika berlangsung proses permainan, siswa dilibatkan secara langsung untuk berpikir bagaimana menanggapi, menyikapi, dan memecahkan masalah yang ada. Permasalahan yang dihadirkan dalam permainan simulasi ini adalah peristiwa faktual yang lekat dengan kehidupan, maupun peristiwa yang terjadi seharihari didalam kehidupan. Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan dengan judul “Bimbingan Kelompok Teknik Simulasi Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial Dengan Lingkungan Sekolah Siswa Kelas 4 SD N 1 Jendi Selogiri Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah bimbingan kelompok teknik simulasi efektif untuk meningkatkan interaksi sosial dengan lingkungan sekolah siswa kelas 4 SD Negeri 1 Jendi Selogiri Wonogiri? C. Tujuan penelitian
262
Tujuan penelitian ini adalah : ”Untuk mengetahui keefektifan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik simulasi dalam meningkatkan interaksi sosial dengan lingkungan sekolah siswa kelas 4 SD Negeri 1 Jendi Selogiri Wonogiri” D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Memberikan pemahaman kepada siswa tentang perlunya interaksi sosial dengan lingkungan sekolah. b. Memberikan wawasan pengembangan ilmu kepada program studi Bimbingan dan Konseling. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Memberi masukan kepada siswa untuk dapat melakukan interaksi sosial di lingkungan sekolah secara efektif. b. Memberi contoh model penerapan bimbingan kelompok teknik simulasi untuk meningkatkan interaksi sosial dengan lingkungan sekolah kepada guru kelas. c. Memberikan masukan kepada kepala sekolah untuk mendukung dan memberikan fasilitas kepada guru kelas dalam pelaksanaan bimbingan kelompok teknik simulasi E. Prosedur Penelitian 1. Metode Penelitian
Dalam penggunaan metode penelitian harus disesuaikan dengan keadaan obyek dan kemampuan peneliti agar tepat sasaran.Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan Dede Rahmat Hidayat dan Aip Badrujaman (2012 : 12) menyatakan bahwa “penelitian tindakan merupakan salah satu strategi yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah”. Pendapat tersebut menegaskan bahwa di dalam penelitian tindakan dilakukan dengan tindakan nyata yang efektif untuk pemfokusan dalam pemecahkan suatu masalah secara tepat.Tindakan yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah pemberian layanan bimbingan kelompok menggunakan teknik simulasi untuk meningkatkan interaksi sosial dengan lingkungan sekolah pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Jendi Selogiri Kabupaten Wonogiri. 2. Rencana Tindakan Penelitian ini direncanakan dalam tiga siklus, yaitu siklus I, siklus II, dan siklus III. Setiap satu siklus terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, serta analisis dan refleksi. Keempat tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Perencanaan Perencanaan merupakan serangkaian tindakan terencana untuk mencapai tujuan tindakan yang diharapkan. Pada penelitian ini perencanaan tindakan meliputi kegiatan persiapan sebelum pelaksanaan sosiodrama. Adapun kegiatan persiapan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
263
1) Membuat satuan layanan bimbingan dan konseling tentang layanan bimbingan kelompok melalui teknik permainan simulasi 2) Untuk Siklus I di pertemuan pertama pemberian appersepsi mengenai interaksi sosial dengan lingkungan sekolah 3) Menetapkan tema permainan yang akan dilakukan untuk masingmasing pertemuan. 4) Peneliti membagi kelompok menjadi 2 kelompok dan masingmasing kelompok terdiri dari 5 orang anggota kelompok. Untuk setiap permainan, anggota kelompokberbeda dengan permainan sebelumnya. 5) Menentukan guru dan karyawan sekolah untuk ikut berpartisipasi dalam permainan 6) Peneliti menentukan waktu dan tempat untuk dilakukannya permainan. b. Tindakan Tindakan pada penelitian tindakan merupakan kegiatan praktis yang terencana. Tindakan yang diterapkan pada penelitian ini adalah melaksanakan pementasan sosiodrama untuk meningkatkan interaksi sosial dengan teman sebaya. Uraian kegiatan dalam pelaksanaan tindakan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Peneliti dibantu guru menyiapkan tempat dan media yang akan digunakan dalam permainan. 2) Pemberian salam pembuka dan doa terlebih dahulu 3) Menginstruksikan supaya siswa untuk berkelompok menurut kelompok masing-masing sesuai
dengan daftar yang dibuat sebelumnya. 4) Peneliti membacakan aturan permainan yang akan dilakukan dipertemuan tersebut. 5) Peneliti mengamati jalannya permainan guna mengetahui kemampuan tiap-tiap siswa dalam melakukan interaksi dengan anggota lain selama pelaksanaan permainan. 6) Peneliti memberikan tambahan penjelasan kepada semua peserta layanan mengenai makna permainan yang telah ditampilkan untuk dapat dimaknai dan diaplikasikan dalam kehidupan nyata. 7) Peneliti membuat kesimpulan dari pelaksanaan permainan. 8) Peneliti menutup pertemuan. c. Observasi Observasi pada penelitian tindakan memiliki fungsi mendokumentasikan implikasi tindakan yang diberikan kepada subyek.Observasi pada penelitian ini yaitu mengamati tingkah laku yang dihasilkan pada saat pelaksanaan permainan maupun setelah pelaksanaan permainan. 1) Observasi pada saat pelaksanaan permainan (observasi proses) Kegiatan observasi yang dilakukan pada saat pelaksanaan permainan yaitu peneliti melakukan pengamatan terhadap jalannya permainan dari masingmasing kelompok. Kegiatan pengamatan pada saat pelaksanaan permainan difokuskan pada kemampuan siswa dalam melakukan hubungan timbal balik dengan anggota
264
kelompok lain baik itu dengan guru, karyawan atau siswa lain dalam permainan tersebut. Langkah selanjutnya, peneliti membuat kesimpulan dari hasil observasi tersebut. 2) Observasi setelah pelaksanaan permainan (observasi hasil) Observasi setelah pelaksanaan permainan dilakukan dengan mengamati perubahan perilaku subjek pada saat kegiatan pembelajaran di kelas. Hasil observasi tersebut dapat diketahui perubahan kemampuan siswa dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan sekolah. Pelaksanaan kegiatan observasi tersebut melibatkan wali kelas.
d. Refleksi Analisis dan Refleksi merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan kepada subjek penelitian. Pada penelitian tindakan
ini, langkah refleksi digunakan untuk mengkaji keefektifan bimbingan kelompok teknik permainan dalam meningkatkan interaksi sosial dengan lingkungan sekolah. Langkah refleksi pada penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Peneliti melakukan analisis terhadap hasil observasi. 2) Hasil dari masing-masing subyek diubah kedalam skala 100 kemudian dicari perubahan pada masing-masing subjek dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan sebelumnya. 3) Apabila belum dicapai target peningkatan seperti yang telah ditetapkan maka dilanjutkan permainan untuk siklus berikutnya sampai memenuhi target atau target dapat tercapai. 4) Apabila sudah memenuhi target / kriteria maka penelitian dinyatakan berhasil, artinya bimbingan kelompok teknik permainan dinyatakan efektif untuk meningkatkan interaksi sosial dengan lingkungan sekolah.
Penjelasan rencana tindakan di atas dapat digambarkan dalam bagan berikut : Rencana Tindakan I
Permasalahan
Refleksi II
Observasi
Pelaksanaan Tindakan I
Observasi
Rencana Tindakan II
Refleksi I
Belum Terselesaikan
265
Pelaksanaan Tindakan II
Belum Terselesaikan
Rencana Tindakan III
Dilanjutkan Siklus selanjutnya sampai masalah Teratasi
F. Hasil Penelitian Hasil penelitian yang telah dilaksanakan selama dua bulan diperoleh perubahan positif yang signifikan yaitu perkembangan interaksi sosial dengan lingkungan sekolah mencapai prosentase sebesar 58,21% untuk 5 subjek penelitian. Secara rinci perkembangan sebagai hasil perubahan interaksi teman sebaya dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan bimbingan kelompok teknik simulasi dilakukan dalam tiga siklus yaitu siklus I, siklus II, dan siklus III. Pada siklus I terdapat hambatan dalam permainan yaitu ditemukan beberapa siswa pilih-pilih teman dalam berkelompok dan tidak mau mendengar masukan dari teman lain. Pada siklus I kurangnya komunikasi dalam anggota kelompok. Pada siklus II pelaksanaan permainan dapat berjalan lumayan baik karena masing-masing siswa mulai merubah perilaku saat ada pada siklus I yaitu sudah bisa menerima saran atau masukan teman dan bisa bergaul dengan semua
Pelaksanaan Tindakan III
Belum Terselesaikan
Observasi
Refleksi III
teman. Tetapi pada siklus II masih ada hambatan rata-rata siswa masih kurang berani untuk berpendapat dalam diskusi atau kegiatan kelompok dan juga pada saat belajar di kelas. Pada siklus III pelaksanaan permainan dapat berjalan dengan baik. Terlihat beberapa siswa sudah mulai berani mengutarakan pendapat untuk kelompoknya. Dan siswa lebih mampu lagi berkomunikasi dan interaksi sosial dengan orang lain. Hal tersebut diperkuat dengan penelitian tentang penerapan teknik permainan kerjasama dalam bimbingan kelompok untuk meningkatkan interaksi sosial Donik Restyowati dan Najlatun Naqiyah (2010) menyatakan bahwa Melalui bimbingan kelompok teknik permainan kerjasama, membuat individu dapat belajar ketrampilan sosial melalui pengalaman, memperbaiki hubungan antar manusia, dan melalui permainan
juga akan tercipta suasana yang santai dan menyenangkan.
266
2. Siswa yang mengikuti layanan
bimbingan kelompok dengan teknik simulasi tidak semuanya siswa yang kurang mampu dalam berinteraksi dengan lingkungan sekolah,tetapi penelitian difokuskan pada lima siswa yang kurang mampu dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan.yang kurang mampu melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya. Hal tersebut dikarenakan, siswa yang memiliki karakter seperti itu cenderung tidak disukai oleh teman, sehingga dapat menghambat kelangsungan siswa dalam berinteraksi sosial dengan teman sebaya. 3. Bimbingan
kelompok teknik simulasi dinyatakan efektif untuk meningkatkan interaksi sosial dengan lingkungan sekolah. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan sekolah. Pada siklus I rata-rata perubahan yang dicapai oleh masing-masing siswa adalah sebesar 16,96%, pada siklus II rata-rata perubahan yang dicapai oleh siswa adalah sebesar 31,64% dan pada siklus III rata-rata perubahan yang dicapai oleh siswa adalah sebesar 58,21%. Perubahan tersebut sudah mencapai indikator keberhasilan layanan, sehingga teknik simulasi dapat meningkatkan interaksi sosial dengan lingkungan sekolah. G. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan siklus I, siklus II, dan siklus III, dapat dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Bimbingan kelompok teknik simulasi efektif untuk meningkatkan interaksi sosial dengan lingkungan sekolah pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Jendi Selogiri Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012. Hal tersebut dapat dibuktikan berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh subjek penelitian yang berjumlah 5 orang mampu mengalami peningkatan dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan sekolah. 2. Penelitian tindakan ini berlangsung selama tiga siklus yaitu siklus I, siklus II, dan siklus III. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dinyatakan belum berhasil meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan sekolah. Hal tersebut dikarenakan pada siklus I rata-rata peningkatan yang diperoleh oleh masing-masing siswa lainnya sebesar 16,96%. Hasil tersebut masih terlalu jauh untuk mencapai target pada indikator capaian penelitian sehingga harus dilanjutkan pada siklus II. Pelaksanaan tindakan pada siklus II rata-rata perubahan yang dicapai oleh siswa adalah sebesar 31,64%. Hasil tersebut masih belum mampu mencapai target pada indikator capaian penelitian sehingga harus dilanjutkan kembali pada siklus III. Pelaksanaan tindakan pada siklus III mampu meningkatkan kemampuan berinteraksi pada masing-masing
267
siswa yaitu rata-rata sebesar 58,21%. Berdasarkan hasil tersebut maka, tindakan permainan simulasi pada siklus III dinyatakan berhasil dan efektif untuk meningkatkan interaksi sosial dengan lingkungan sekolah. 3. Siswa mampu mengikuti beberapa kegiatan permainan simulasi dengan baik. Hal tersebut terlihat dari masing-masing siswa antusiasme melakukan kegiatan tersebut. Siswa yang sebelumnya kurang mampu melakukan interaksi sosial dengan lingkungan sekolah, setelah mengikuti kegiatan permainan simulasi menjadi lebih aktif dalam menjalin hubungan dengan orang lain di lingkungan sekolah baik itu dengan guru, karyawan dan siswa yang lainnya. Perubahan tersebut menjadi bukti bahwa bimbingan kelompok teknik simulasi memang terbukti efektif untuk meningkatan interaksi sosial dengan lingkungan sekolah. H. SARAN Berdasarkan simpulan, dan implikasi dari penelitian maka, terdapat beberapa saran yang dapat dikemukakan. Berikut ini adalah beberapa saran yang disampaikan untuk pihak-pihak terkait : 1. Sekolah Mengingat banyak terdapat kejadian yang terjadi di lingkungan sekolah seperti kurangnya kemampuan siswa dalam membina interaksi sosial dengan lingkungan sekolah maka, hendaknya sekolah dapat menyediakan staff pembimbing agar dapat membantu siswa dalam menangani permasalahanpermasalahan berkaitan dengan
perilaku siswa, sehingga siswa dapat terhindar dari masalah-masalah yang menyebabkan siswa tersebut kurang mampu dalam interaksi sosial dengan lingkungan sekolah. 2. Wali Kelas Wali kelas sekolah dasar merupakan orang yang lebih mengetahui keadaan siswa yang diampunya. Dan wali kelas juga orang yang paling bertanggung jawab bagi para siswa yang diampu. Oleh karena itu, seorang wali kelas hendaknya mengetahui permasalahan-permasalahan yang sedang dialami oleh siswa, sehingga wali kelas dapat melakukan bimbingan pada siswanya yang mengalami masalah untuk bersamasama menyelesaikan permasalahan tersebut. Melalui permainan simulasi akan lebih efektif apabila permainan yang digunakan sesuai dengan permasalahan yang ada. Hal tersebut menuntut wali kelas agar lebih kreatif untuk menentukan permainan yang akan dilakukan. Permainan dibuat semenarik mungkin agar siswa senang dan tertarik untuk mengikuti kegiatan tersebut. 3. Siswa Siswa diharapkan mampu membina interaksi sosial yang baik dengan orang lain baik itu dengan guru, karyawan, penjaga sekolah dan siswa lain. Hal tersebut dikarenakan bahwa kemampuan melakukan interaksi sosial dengan lingkungan sekolah akan membuat siswa merasa nyaman, senang untuk bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain di lingkup sekolah.
268
4. Peneliti Lain Bagi peneliti lain yang hendak mengkaji dengan teknik yang sama, sebaiknya lebih cermat dan teliti untuk mengkaji serta menggunakan teori-teori yang relevan yang
berkaitan dengan teknik simulasi. Hal tersebut dimaksudkan agar hasil penelitian selanjutnya dapat memberikan perbaikan terhadap hasil yang telah dicapai pada penelitian tindakan ini.
269
DAFTAR PUSTAKA
A.Surjadi. 1989. Membuat Siswa Aktif Belajar. Bandung: Mandar Maju Anwar Sutoyo. 2009. Pemahaman Individu. Semarang: Widya Karya Astrid S. Susanto. 1983. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial.Bandung : Putra A Bardin Bimo Walgito. 1999. Psikologi Sosial : Suatu Pengantar. Yogyakarta : Andi Yogyakarta Dede
Rahmat Hidayat dan Aip Badrujaman.2012. Penelitian Tindakan dalam Bimbingan Konseling. Jakarta: PT Indeks
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik : Panduan Bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, dan SMA. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Dewa Ketut Sukardi. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Djumhur dan Muh. Surya. 1985. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung: CV Ilmu Donik
Restyowati dan Najlatun Naqiyah. 2010. Penerapan Teknik Permainan Kerjasama Dalam Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial Pada Siswa. Jurnal. Volume 11. UNESA. http://ppb.jurnal.unesa.ac.id/74/vo
lume-11-no-2-desember-2010. Diakses pada tanggal 24 April 2012 Erman Amti dan Marjohan. 1991. Bimbingan dan Konseling. Jakarta:Rineka Cipta Godwin, Dwight L dan Coates, Thomas J. 1976. Helping Student Help Themselves. New Jersey: Prentice-hall,inc Gerungan W.A. 1981. Psychologi-Sosial Suatu Ringkasan. Jakarta : PT. Eresco Gerungan. 2004. Sosiologi Pendidikan. Surakarta: UNS Hera Lestari Mikarsa, Agus Taufik, Puji Lestari Prianto . 2009. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka Herimanto dan Winarno. 2009. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: PT bumi Aksara H.M.
Basrowi dan Suwandi.2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta
Isriani
Hardini dan Dewi Puspitasari.2012. Strategi Pembelajaran Terpadu( teori, Konsep, & Implementasi). Yogyakarta: Familia (Group Relasi Inti Media)
Mardalis. 1989. Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Jakarta: PT Bumi Aksara
270
M.D.Dahlan. 1990. Model-Model Mengajar(Beberapa Alternatif Interaksi Belajar Mengajar).Bandung: CV. Diponegoro Mg. Sri Wiyarti dan Sutapa Mulya Widada.2007. Sosiologi. Surakarta: UNS Press Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih. 2009. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka Nana SY. Sukmadinata. I983. Teori Dan Teknik Bimbingan Kelompok. Bandung :Universitas Pendidikan Indonesia Nasution. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara Prayitno dan Erman Amti. 1994. Dasardasar Bimbingan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta
Siti Nur Zahriyah dan Retno Tri Hariastuti. 2011. Penerapan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Bermain Untuk Menangani Siswa yang Terisolasi. Jurnal. Volume 12. BK FIP UNESA.http://ppb.jurnal.unesa.ac .id/74/volume-11-no-2-desember2011. Diakses pada tanggal 24 April 2012 Sitti Hartinah DS. 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: PT Refika Aditama Slamet Santoso. 1999. Dinamika Kelompok. Jakarta : Bumi Aksara Soerjono Soekanto. 1982. Sosiologi : Suatu Pengantar. Jakarta: PT Radja Grafindo Persada Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Karsidi. 2005. Sosiologi Pendidikan. Surakarta: UNS Press
Sumadi Suryabrata.1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Rini Hildayani, Rosdiana S. tarigan, S. R. Retno Pujiati, Mayke Sugianto, Alzena Masykouri, Eko Handayani. 2007. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka
Sutan Zanti Arbi dan Syahmiar Syahrun. 1992. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Departemen pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan
Robert E.Slavin.2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks
Tatiek Romlah. 2001. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang
Sardiman A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Tidjan., Muh. Farozin., Abdulkahar., Sayekti Pudjosuwarno., Syamsudin., Sugihartono., Sumadi., Sri Iswanti., Yosef
Ravik
271
Ilmoe., Ariyadi Warsito., Tri Marsiyanti. 1993. Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah. Yogyakarta : UNY Press Tim
Pengembangan MKDK IKIP Semarang. Psikologi Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press
W.S.Winkel. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Sanata Dharma