S1 PWK UGM Proses Perencanaan
Wacana ke Masa Depan
Bahan Kuliah—Dipakai terbatas di lingkungan sendiri
Dosen: Achmad Djunaedi Email:
[email protected] 2011
Wacana berbasis Prediksi (1) Prediksi 1: perkembangan “warna” politik: teokratikteknokratik demokratik.. Nantinya berkembang ke arah: pluralistik (akan dijelaskan lebih lanjut). Prediksi 2: perencanaan strategis yg kini hanya diterapkan pada perencanaan pembangunan daerah, suatu ketika akan diterapkan di perencanaan tata ruang wilayah. 2
Proses Perencanaan: Wacana ke Masa Depan (A. Djunaedi, 2011)—Hal. 1
Wacana berbasis Prediksi (2) Prediksi 3: pengaruh Globalisasi terhadap proses perencanaan wilayah dan kota—meningkatkan persaingan antar negara, dan antar daerah.
3
Wacana/Prediksi ke 1: PROSES PERENCANAAN BERBASIS PLURALISTIK 4
Proses Perencanaan: Wacana ke Masa Depan (A. Djunaedi, 2011)—Hal. 2
Perkembangan “Warna” Politik Teknokratik
Demokratik
Pluralistik
Berbasis keahlian/ rasionalitas
Berbasis kesepakatan (mayoritas)
Berbasis eksistensi bersama mayoritas dan minoritas, & perbedaan. 5
Proses perencanaan berbasis pluralistik Pluralistik
Participatory Planning (Perencanaan Partisipatori)
Berbasis eksistensi bersama mayoritas dan minoritas, & perbedaan.
Advocacy Planning (Perenc. Advokasi) Equity Planning (Perenc. Ekuiti)
6
Proses Perencanaan: Wacana ke Masa Depan (A. Djunaedi, 2011)—Hal. 3
Perencanaan Partisipatori Advocacy Planning (Perenc. Advokasi)
• berkompromi dgn “mayoritas” membuat satu rencana
Equity Planning (Perenc. Ekuiti)
• membuat rencana sendiri, terpisah dgn rencana “mayoritas” 7
Wacana/Prediksi ke 2: PENERAPAN PROSES PERENCANAAN STRATEGIS KE PERENCANAAN TATA RUANG WILAYAH 8
Proses Perencanaan: Wacana ke Masa Depan (A. Djunaedi, 2011)—Hal. 4
Perkembangan baru: Visi masuk ke proses Perencanaan Komprehensif
Source: http://learningstore.uwex.edu/pdf/G3752.pdf [diakses tgl. 20 Juli 2009]
9
Perkembangan baru: Strategic Planning masuk ke Perencanaan Komprehensif Contoh 1: York City Strategic Comprehensive Plan Adopted: 1999 http://www.yorkcity.org/section.php?name=CompPlan
Contoh 2: Snyder County Strategic Comprehensive Plan Adopted May 29, 2001 http://www.seda-cog.org/snyder/cwp/view.asp?A=727&Q=416167
10
Proses Perencanaan: Wacana ke Masa Depan (A. Djunaedi, 2011)—Hal. 5
Contoh 1: Daftar Isi York City Strategic Comprehensive Plan INTRODUCTION COMMUNITY VISION SUMMARY • Introduction • Vision Summary • Vision Concepts POLICY PLAN • Introduction • Built Environment • Circulation and Accessibility • Culture and Tourism • Neighborhood Enhancement • Partnership Development • Recreation Facilities and Services • Utility • College Area Special Planning District • Downtown Special Planning District • Rail Corridor Special Planning District • Future Land Use
ACTION PLAN • Introduction • Components • Tables MAPS
11
Strategic Spatial Planning: Pengertian (1)
Although strategic spatial planning has gained popularity in both developed and developing countries, there are not universally accepted definitions for this approach. Countries may assume this approach in differentiated manners due to their particular planning histories and planning legislations. Sumber: http://www.crp.metu.edu.tr/course_descriptions/CRP_401 Tgl akses: 20 Feb 2008
12
Proses Perencanaan: Wacana ke Masa Depan (A. Djunaedi, 2011)—Hal. 6
Strategic Spatial Planning: Pengertian (2) Despite the variety in its definition, it is still possible to talk about the two basic features of this approach as (1) multidimensional characteristic of the plan including a wide range of dimensions from economic, social to environmental areas; (2) participatory characteristic of the planning process that brings various local stakeholders together. Strategic spatial planning for the public sector involves with a limited number of strategic key issue areas. Sumber: http://www.crp.metu.edu.tr/course_descriptions/CRP_401 Tgl akses: 20 Feb 2008
13
Strategic Spatial Planning: Proses (1) In this process the environment is examined to determine the strengths, weaknesses in the context of opportunities and threats; external trends and available resources are also examined. Stakeholders are identified and gathered.
Sumber: http://www.crp.metu.edu.tr/course_descriptions/CRP_401 Tgl akses: 20 Feb 2008
14
Proses Perencanaan: Wacana ke Masa Depan (A. Djunaedi, 2011)—Hal. 7
Strategic Spatial Planning: Proses (2) A long-term vision and strategies are developed. The process is oriented towards actions and implementation in short, medium and long term; it includes monitoring, feedback and revision.
Sumber: http://www.crp.metu.edu.tr/course_descriptions/CRP_401 Tgl akses: 20 Feb 2008
15
Strategic Spatial Planning: Bukan Land-use Planning (1) It should be noted that strategic spatial planning is not the alternative of land-use planning. It does not simply show the physical development of a territory; beyond that, it deals with multiple dimensions of spatial development, and defines the roles of stakeholders in the process. The plan is composed of a physical scheme that indicates spatial strategies; and a written document in which multi-dimensional strategies, policies, projects are included.
Sumber: http://www.crp.metu.edu.tr/course_descriptions/CRP_401 Tgl akses: 20 Feb 2008
16
Proses Perencanaan: Wacana ke Masa Depan (A. Djunaedi, 2011)—Hal. 8
Strategic Spatial Planning: Bukan Land-use Planning (2) The strategies, policies and projects are designed to attain the future vision, which is collectively formulated by the local stakeholders. Strategic plans are considered as frameworks that guide the development of land-use plans.
Sumber: http://www.crp.metu.edu.tr/course_descriptions/CRP_401 Tgl akses: 20 Feb 2008
17
Wacana/Prediksi ke 3: PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PROSES PERENCANAAN 18
Proses Perencanaan: Wacana ke Masa Depan (A. Djunaedi, 2011)—Hal. 9
Globalisasi meningkatkan persaingan • Globalisasi, yang “menghilangkan peran batas antar negara”, telah memberi lebih banyak pilihan lokasi bagi investor, sehingga persaingan tdk hanya antar perusahaan, tp juga terjadi antar negara/ antar daerah dalam menarik investor. • Persaingan antar daerah inilah yg merubah sifat rencana tata ruang yg “fixed” menjadi “bisa diatur” menyesuaikan dg tuntutan pasar (tentunya, asal tidak merusak lingkungan, dsb.) 19
Kompetisi dan Kolaborasi-Integrasi • Selama tahun 1990an di Eropa, dilakukan perkuatan kelembagaan untuk meningkatkan koordinasi dan integrasi antar sektoral melalui perencanaan tata ruang; mencakup koordinasi vertikal maupun horizontal. • Tren ini juga didorong oleh globalisasi dimana begitu mudahnya orang dan perusahaan berpindah lintas negara. Mereka mencari lokasi/wilayah/ruang yang lebih nyaman bagi mereka. 20
Proses Perencanaan: Wacana ke Masa Depan (A. Djunaedi, 2011)—Hal. 10
Bagaimana nasib RTRW yg “statis”? • Perencanaan tata ruang merupakan intervensi negara utk mendorong pertumbuhan ekonomi dan distribusi kesejahteraan merata secara pewilayahan. • Perencanaan tata ruang berbasis “master planning” atau “rational comprehensive planning”. Hasilnya berupa rencana yang statis (“apa dan dimana diletakkan”), yang saat ini dan di masa depan akan bertentangan dengan perkembangan yang dinamis, fleksibel. 21
Tren yang sedang berjalan • Dalam bbrp tahun yg lalu, perencanaan tata ruang mulai menekankan pada pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan mendayagunakan kearifan lokal. • Otonomi/desentralisasi menggeser pendekatan top-down/bottom-up menjadi networking (bekerjasama antar daerah dan kerjasama antara pemerintah dan swasta). 22
Proses Perencanaan: Wacana ke Masa Depan (A. Djunaedi, 2011)—Hal. 11
Wacana RTRW ke masa Depan • Berdasar hal-hal tsb di muka, maka: a. Rencana tata ruang tidak boleh hanya cukup mengatur guna lahan dan guna bangunan (mengatur saja), tapi harus lebih proaktif, yaitu bagaimana guna lahan tsb dapat terwujud. b. Upaya mewujudkan guna lahan tsb terkait dengan kerja bersama antar pelaku, antar instansi; dengan tahapan: place development, yg disusul dg place marketing. 23
Tiap negara punya kekhasan…. 24
Proses Perencanaan: Wacana ke Masa Depan (A. Djunaedi, 2011)—Hal. 12