trt V
I
uedprauad Euelual ZLSZ qnf 9 lp88upl ZrOZlngW/60-U3d eppd qpqnlp qpjal €ueLure8Bqes ltrg7 snlsn8y 1 le68uet ,roz/ngw/10 upppg pre8aN ualuaw uernlered
'u3d
:ror.uo51 ere8e5l ),llllw pt.lesn
.,
'setpqrel ueorasJad Fuelual
/002 snlsntv 9; 'ge88uel /002 unLlpj
0t .louJop 8uepul-Euepul .t ele6ap
llllw pLlesn uepeg uereqnquad upp ueserne8ue6 ,uesnln6ua6 'ueurpua4 tuetual g00Z unqpl gV .oN qelugatued ueJnieJod
.Z
'ete8ap lrlrw pqpsn ueppB Euetuel
t00Z lunf 6L le88uel t00e unqst
6l loruoN Euepun-Buppun
.(otesla6) eJpluesnN ueunqalJod Al
Id
fionuoy,1
.L
lpEulEueW
J : t-l
_ .
t'
ts-
-
t{ J t-f
ts t-J h.{ ts_ LJ
-
ptoog) l$loJl6
l.J )
uep supsrrrroy upMao ef.ray p]pL uEuloped nJens uelnl.radrp elpuJ 'attDutatog a\ondtq poog dlsur.rd-dlsuud uB8uop rpnsas sruotlJpq elp)os uepqpsnlad uBsnln8ued uep uesBmp8uad ueleueslplau uelpp lsreJro upp srjpsl,rilox upMe6 lSEun; ue>1e:e68ua1e,(ueu Inlun pMLlBg
}J
_
tJ Eueqr.uluayy
LJ
:
br (oursura)
nr VUVINVSNN NVNNgilUSd
ts)rut0
lillul0
NVO
:
LJ
Id
-
l.J
NVO SIUVSIWOX NV/V\10
fivnNvw oavos) sluvstwov Nv/v\ro vruil
vlvr
A -.J l--l _ }J a,-r -
Nvwootd
9NVI-N3I
8r}7,lf*/stdtAl
gc
LJ
:
: t{
UOWON
-XC
-
(oursura) ru vuvrNvsnN NvNngilurd rd
lsylul0
}J
}{-
NV0 StUVStWOy NV/v\IO
vwvsu3s Nvsnlndil rvuns $}rezL (lzo) : 'xvr - z}'nzl (lzo)
:
Lwelgv (lso) : 'xvr'999egrr (lgo) :
arrr
VIUVYVT NVIIYVAAU]d UOINVY .
arrr
NVOilTll Z'ON OIdVUdnS
ONSrIll'1r r IVSnd UOTNVv'
VISgNOCINI-\/}IVIN VUgIYINNS.N\/CIgI^I (oursuralfil
FA-Edid
VUVINVSflil ilVNnflilUld Id W
}J L-J -
l.{
l.f
J J J
TJ
taJ l.J
J
r 'ueldelallp rur (;onuayy ptoogl
lqar6
leEEuPt IP[es nIPUaq
uep supsluox upma6 ef.ray
etel upuropad
'uertduel Uep upxrlpsldral )4ppll Eue{ ue16eq ue>lednreur !u! uesnlndey '
lqarl6 upp supsruroy ueme6 fionuoy,1
v9[3X vnc3x
e{use8nl uPIpue$lPlaui urp1pp
ue.re[e[ tBBq uetuoped le8eqas
ptoog) t$larl6 uep strpslulox upmeg efiey
plel
.r1due1.ra1
upruopad
wwiuSd ueldelaueyy
NVvSnrnw3w
'Al elpluesnN ueunqa),lJed 16 (o;esre4) ueo;eslad uppqesnJad elo88uy-eloFEuV uelel8ueEua6 uep upnqelllaqLued
lslarl0
EuBtual ZLOZ lerpw ! le88upt ZIOZ./ngw/68-yS : roruoN upqps 6ue8atua6 unrun ledey rpnl lC nl prplupsnN upunqalJad
16 (orasra6) ueorasrad uppqesnrod
tupr..lps EueBeule4 uesnlndey
't
nl elplupsnN upunqallad Id (orasre4) ueorosrad upeqesnrad
prupll suesruro) llpquey
uele>18ueEue6
uep ,uerluaqtaqruod
Fuetuet ttgzlngw lgZZ-dA>l : rouroN ' upp Al preluesnN ueunqalJad td (orasre4) upoJaslad ueeqpsnred supsrulox ueMeC elo88ue-elo88uV uele>16ueEue6 uep uerluaLUequrod 6uetua] B00Z/ngw /Vgl-d;1y
:
Al eiptupsnN upunqallod
ror.rroN
jd (oras:e6) uporasrad uepLlpsnrad uJpqpS Eue8eua6 runuln ledeg nlp1as e.re6ep IlrW pLlesn uppeg ereEeSl ualuaw uesnlndey
'9
H -l -l -lI
';19 'r1e{rurs1 1r5 uedeppl{ lp }pnqlp Eue{ 9967 snlsn8y t le88uel rouloN ap4v uelep lpnuirp eueurre8eqes Jpse6 uele66uy
,, :
ueqeqn.rad
rrqlere] 'ueqeqnrad lle>l ederaqeq
qelat EueI 'g5'llLuey unreH srrploN qelo 966! tarpw
/[
: ror.uo51 (otesle6)
11
ereluesnN ueunqalJed ere8ap
(atuouta,tog alotodto2 poogl
>1teg
Id
llllw
l-
rueleEuau
l!
}J
lp88upl
rese6 ue-re88uy
}{
.E
J ff
eqesn uPppg eppd
Euel ueeLlesnred elolay elet
PuPln
lnllal!0
iid'iifr'ffi
: = H
}J
.
=
.I
}J
}J
.
l{ =
-.
IJ
-l
:t t+ }{
etuPln suPs frFRTF'iKFMT
,\W{\ (o:esla6) Al plelupsnN ueunqalJad
trOZ - ,ag,r.naloN-El : :
uppary
Id
;e88uel Eppd 1p
ue1de1a1p
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
BAB I PENDAHULUAN
A. Dasar Hukum 1. 2. 3. 4.
5.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 .tentang Badan Usaha Milik Negara. Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER- 01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 Jo PER-09/MBU/2012 tanggal 6 Juli 2012 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara. Anggaran Dasar PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).
B. Ruang Lingkup Dan Tujuan Board Manual ini merupakan penjabaran dari Code of Corporate Governance yang sudah dimiliki PT Perkebunan Nusantara IV (Persero), yang digunakan sebagai panduan sekaligus merupakan satu bentuk komitmen Dewan Komisaris dan Direksi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing untuk mengimplementasikan prinsipprinsip Good Corporate Governance dalam pengurusan Perseroan. Board Manual ini merupakan revisi dari Board Manual yang telah disusun pada tahun 2009 dan direvisi berdasarkan prinsip-prinsip hukum korporasi, peraturan perundangundangan dan ketentuan Anggaran Dasar yang terkini. Ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan, anggaran dasar, dan keputusan RUPS yang dipedomani dalam Board Manual ini berlaku sebagai ketentuan yang lebih tinggi. Apabila terdapat ketentuan-ketentuan dalam Board Manual ini yang bertentangan dengan ketentuan yang lebih tinggi sehubungan adanya perkembangan/perubahan dalam ketentuan yang lebih tinggi tersebut, maka ketentuan dalam Board Manual ini tidak berlaku dan yang berlaku adalah ketentuan yang lebih tinggi. Board Manual ini bersifat dinamis dan selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan Dewan Komisaris dan Direksi dalam pengurusan Perseroan serta perkembangan/ perubahan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Board Manual ini diharapkan memberikan : 1. Uraian yang jelas kepada setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi mengenai hak, tugas/kewajiban, wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing maupun hubungan kerja diantara Dewan Komisaris dan Direksi. 2. Uraian yang jelas bagi organ-organ dibawah Dewan Komisaris dan organ-organ dibawah Direksi mengenai hak, tugas/kewajiban, wewenang dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi maupun hubungan kerja diantara keduanya.
HALAMAN 0
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
C. Prinsip-prinsip Hubungan Kerja Dewan Komisaris dan Direksi Dalam melaksanakan fungsinya masing-masing, hubungan kerja Dewan Komisaris dengan Direksi dibangun dengan prinsip-prinsip, sebagai berikut: 1. Dewan Komisaris menghormati tanggungjawab dan wewenang Direksi dalam mengelola Perseroan sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-undangan dan Anggaran Dasar Perseroan. 1 2. Direksi menghormati tanggungjawab dan wewenang Dewan Komisaris untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat terhadap kebijakan pengelolaan Perseroan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan Anggaran Dasar Perseroan. 2 3. Setiap hubungan kerja antara Dewan Komisaris dengan Direksi merupakan hubungan yang bersifat formal kelembagaan, dalam arti senantiasa dilandasi oleh suatu mekanisme baku atau korespondensi yang dapat dipertanggungjawabkan. 4. Hubungan kerja yang bersifat informal dapat dilakukan oleh masing-masing anggota Dewan Komisaris dan Direktur, namun tidak dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan kebijakan yang dapat dipertanggungjawabkan. 3 5. Direksi wajib memastikan agar informasi mengenai perseroan dapat diperoleh Dewan Komisaris secara tepat waktu, terukur dan lengkap. 4 6. Dewan Komisaris dan Direksi harus memastikan bahwa auditor eksternal, auditor internal, dan Komite Audit, serta komite lainnya jika ada, memiliki akses terhadap catatan akuntansi, data penunjang, dan informasi mengenai perseroan, sepanjang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.5 7. Dewan Komisaris dan Direksi menyepakati hubungan kerja antara organ-organ di bawah Dewan Komisaris dan organ-organ di bawah Direksi.
1
UU/40/2007 Pasal 1 ayat (5), Pasal 92
2
UU 40/2007 Pasal 1 ayat (6), Pasal 108
3
UU 40/2007 Pasal 1 ayat (5), Pasal 92
4
Permen BUMN No. PER-01/ MBU/2011 Pasal 16
5
Permen BUMN No. PER-01/ MBU/2011 Pasal 32
HALAMAN 1
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
BAB II DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI
A. Dewan Komisaris Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugasnya harus dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab, mematuhi anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, wajib melaksanakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Dewan Komisaris merupakan majelis dan setiap anggota Dewan Komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri, melainkan berdasarkan keputusan Dewan Komisaris.6 1.
Tugas, Wewenang dan Kewajiban Dewan Komisaris 1). Tugas Dewan Komisaris (1). Melakukan pengawasan terhadap kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan yang dilakukan oleh Direksi serta memberikan nasihat kepada Direksi termasuk pengawasan terhadap pelaksanaan Rencana Jangka Panjang Perusahaan, Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan serta ketentuan Anggaran Dasar dan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku, untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.7 (2). Tugas utama Dewan Komisaris sekurang-kurangnya namun tidak terbatas, sebagai berikut:8 a. Pemberian persetujuan atas rancangan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) perseroan. b. Pemberian persetujuan atas rancangan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) perseroan. c. Pemberian persetujuan atas transaksi atau tindakan dalam lingkup kewenangan Dewan Komisaris atau RUPS. d. Pengawasan atas implementasi rencana dan kebijakan perseroan yang dilaksanakan oleh Direksi. e. Pengawasan atas kepatuhan Direksi dalam menjalankan perseroan sesuai dengan RKAP dan/atau RJPP. f. Pengawasan terhadap efektivitas dan kesinambungan penerapan praktik Good Corporate Governance di perseroan. g. Melakukan penilaian kinerja Direksi secara kolegial dan individu berdasarkan kriteria, target dan indikator utama yang dimuat dalam Kontrak Manajemen Direksi dan Key Perfomance Indikator (KPI) sebagaimana dilampirkan dalam RKAP. h. Pengawasan terhadap kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan anak perusahaan/perusahaan patungan. i. Mengevaluasi dan mengusulkan calon Auditor ekternal kepada RUPS. j. Mengevaluasi kinerja Auditor Eksternal dan Satuan Pengawasan Intern sesuai dengan ketentuan dan standar yang berlaku.
6
UU PT No 40/2007 Pasal 108 ayat (4) dan Anggaran Dasar Pasal 14 ayat (2)
7
Anggaran Dasar Pasal 15 ayat (1)
8
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN No. SK-16/S.MBU/2012 tentang Indikator/Parameter Penilaian dan Evaluasi atas Penerapan GCG.
HALAMAN 2
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
k.
Pemberian arahan tentang hal-hal penting mengenai perubahan lingkungan bisnis yang diperkirakan berdampak besar pada usaha kinerja perseroan secara tepat waktu. l. Pemberian arahan kepada Direksi tentang langkah-langkah untuk mengatasi gejala menurunnya kinerja perseroan. m. Pemberian arahan tentang penguatan sistem pengendalian intern perseroan. n. Pemberian arahan tentang peningkatan efektivitas audit internal dan audit eksternal. o. Pemberian arahan tentang penguatan manajemen risiko perseroan. p. Pemberian arahan tentang kebijakan dan pelaksanaan manajemen karir di perseroan. q. Pemberian arahan tentang system teknologi informasi yang digunakan perseroan. r. Pemberian arahan tentang kebijakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan perseroan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. s. Pemberian arahan tentang kebijakan pengadaan barang dan jasa perseroan dan pelaksanaannya. t. Pemberian arahan tentang kebijakan mutu perseroan dan pelaksanaannya. u. Mengevaluasi kesesuaian penyusunan Laporan Manajemen Tahunan dan Laporan Tahunan Perusahaan perseroan dengan peraturan perundang-undangan sebelum ditandatangani oleh seluruh anggota Dewan Komisaris. v. Pemberian arahan atas saran, harapan, permasalan dan keluhan dari Stakeholders (pelanggan, pemasok, kreditur, dan karyawan) yang disampaikan langsung kepada Dewan Komisaris ataupun penyampaiannya oleh Direksi. 2). Wewenang Dewan Komisaris9 (1). Melihat buku-buku, surat-surat, serta dokumen-dokumen lainnya, memeriksa kas untuk keperluan verifikasi dan lain-lain surat berharga dan memeriksa kekayaan perseroan. (2). Memasuki perkarangan, gedung, dan kantor yang dipergunakan oleh perseroan. (3). Meminta penjelasan dari Direksi dan/atau pejabat lainnya mengenai segala persoalan yang menyangkut pengelolaan perseroan. (4). Mengetahui segala kebijakan dan tindakan yang telah dan akan dijalankan oleh Direksi. (5). Meminta Direksi dan/atau pejabat lainnya dibawah Direksi dengan sepengetahuan Direksi untuk menghadiri rapat Dewan Komisaris. (6). Mengangkat dan memberhentikan Sekretaris Dewan Komisaris, jika dianggap perlu. (7). Memberhentikan sementara anggota Direksi sesuai dengan ketentuan anggaran dasar perseroan. (8). Membentuk Komite-komite lain selain Komite Audit, jika dianggap perlu dengan memperhatikan kemampuan perseroan. (9). Menggunakan tenaga ahli untuk hal tertentu dan dalam jangka waktu tertentu atas beban Peseroan, jika dianggap perlu. (10).Melakukan tindakan pengurusan perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan anggaran dasar perseroan.
9
UU BUMN No. 19/2003 Pasal 31 dan Anggaran Dasar Pasal 15 ayat (2a)
HALAMAN 3
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
(11).Menghadiri rapat Direksi dan memberikan pandangan-pandangan terhadap hal-hal yang dibicarakan. (12).Melaksanakan kewenagan pengawasan lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, anggaran dasar perseroan, dan/atau keputusan Rapat Umum Pemegang Saham. 3). Kewajiban 10 (1). Memberikan nasihat kepada Direksi dalam melaksanakan pengurusan perseroan. (2). Meneliti dan menelaah serta menandatangani Rencana Jangka Panjang Perusahaan dan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan perseroan yang disiapkan Direksi, sesuai dengan ketentuan anggaran dasar perseroan. (3). Memberikan pendapat dan saran kepada Rapat Umum Pemegang Saham mengenai Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) dan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) perseroan mengenai alasan Dewan Komisaris menandatangani RJPP dan RKAP. (4). Mengikuti perkembangan kegiatan perseroan, memberikan pendapat dan saran kepada Rapat Umum Pemegang Saham mengenai setiap masalah yang dianggap penting bagi kepengurusan perseroan. (5). Melaporkan dengan segera kepada Rapat Umum Pemegang Saham apabila terjadi gejala menurunnya kinerja perseroan. (6). Meneliti dan menelaah laporan berkala dan laporan tahunan yang disiapkan Direksi serta menandatangani laporan tahunan. (7). Memberikan penjelasan, pendapat dan saran kepada Rapat Umum Pemegang Saham menegenai Laporan Tahunan, apabila diminta. (8). Menyusun program kerja tahunan Dewan Komisaris dan dimasukkan dalam RKAP. (9). Membentuk Komite Audit dan Komite Lain, jika diperlukan. (10).Mengusulkan Akuntan Publik kepada Rapat Umum Pemegang Saham. (11).Membuat risalah rapat Dewan Komisaris dan menyimpan salinannya. (12).Melaporkan pada perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan/atau keluarganya pada perseroan tersebut dan perseroan lain. (13).Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan selama tahun buku yang baru lampau kepada Rapat Umum Pemegang Saham untuk disetuji dan disahkan. (14).Melaksanakan kewajiban lainnya dalam rangka tugas pengawasan dan pemberian nasihat, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, anggaran dasar perseroan, dan/atau keputusan Rapat Umum Pemegang Saham. 2.
Pembagian Tugas Dewan Komisaris11 Dalam menjalankan tugasnya, Dewan Komisaris wajib membuat pembagian tugas diantara para anggota Dewan Komisaris mencakup seluruh bidang tugas Direksi. Dewan Komisaris telah melakukan pembagian tugas diantara para anggota Dewan Komisaris, sebagai berikut: 1). Komisaris Utama bertugas melakukan koordinasi semua kegiatan anggota Dewan Komisaris. 2). Komisaris yang bertanggung jawab atas tugas di bidang Produksi. 3). Komisaris yang bertanggung jawab atas tugas di bidang Keuangan.
10
UU BUMN No. 19/2003 Pasal 31 dan Anggaran Dasar Pasal 15 ayat (2b)
11
Permen BUMN No.PER-01/2011 tentang GCG Pasal 12 ayat (4)
HALAMAN 4
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
4). Komisaris yang bertanggung jawab atas tugas di bidang Perencanaan dan Pengembangan Usaha. 5). Komisaris yang bertanggung jawab atas tugas di bidang Sumber Daya Manusia dan Umum. Disamping pembagian tugas tersebut diatas, Dewan Komisaris telah menunjuk seorang anggota Dewan Komisaris sebagai Ketua Komite Audit dan seorang anggota Dewan Komisaris sebagai Ketua Komite Manajemen Risiko & GCG. 3.
Program Kerja Tahunan Dewan Komisaris Tugas pengawasan dan pemberian nasihat sebagaimana disebut diatas, diuraikan dalam Program Kerja Tahunan Dewan Komisaris yang memuat rencana kerja dan anggaran, indikator kinerja utama dan target-target ukuran keberhasilannya dan disampaikan kepada Pemegang Saham untuk disetujui. Rencana Kerja dan Anggaran Dewan Komisaris disampaikan kepada Direksi untuk dimuat di dalam RKAP perseroan.
4.
Evaluasi terhadap kinerja Dewan Komisaris Evaluasi terhadap kinerja Dewan Komisaris secara kolegial dan individu dilakukan secara self-assessment berdasarkan metoda yang ditetapkan oleh Dewan Komisaris dan hasilnya dimuat dalam Laporan Pelaksanaan Tugas Dewan Komisaris dan disampaikan kepada Pemegang Saham secara berkala.
5.
Keputusan Dewan Komisaris12 Segala keputusan Dewan Komisaris dalam pelaksanaan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi diambil dalam rapat Dewan Komisaris. Keputusan dapat juga diambil di luar rapat Dewan Komisaris sepanjang seluruh anggota Dewan Komisaris setuju tentang cara dan materi yang diputuskan.
6.
Rapat Dewan Komisaris13 Dalam setiap rapat Dewan Komisaris harus dibuat risalah rapat yang ditandatangani oleh Ketua Rapat Dewan Komisaris dan seluruh anggota Dewan Komisaris yang hadir. (Format Risalah Rapat, lampiran 1) 1). Pelaksanaan Rapat Dewan Komisaris (1). Setiap awal tahun ditetapkan Rencana dan Jadwal pelaksanaan rapat Dewan Komisaris dan diuraikan dalam program kerja tahunan Dewan Komisaris. (2). Rapat Dewan Komisaris dianggap sah apabila diadakan di tempat kedudukan perseroan atau di tempat lain di dalam wilayah Republik Indonesia. (3). Rapat Dewan Komisaris harus diadakan secara berkala, sekurangkurangnya sekali dalam setiap bulan, dan dalam rapat tersebut Dewan Komisaris dapat mengundang Direksi.14 (4). Dewan Komisaris dapat mengadakan rapat sewaktu-waktu atas permintaan 1 (satu) atau beberapa anggota Dewan Komisaris, permintaan Direksi, atau atas permintaan tertulis dari 1 (satu) atau beberapa Pemegang Saham yang mewakili sekurang-kurangnya 1/10 (satu per sepuluh) dari jumlah saham dengan hak suara, dengan menyebutkan hal-hal yang akan dibicarakan. (5). Dewan Komisaris menetapkan tata tertib rapat Dewan Komisaris antara lain mengatur: etika rapat, tata penyusunan risalah rapat, pelaksanaan evaluasi
12
Anggaran Dasar Pasal 16 ayat (1) dan (2)
13
Anggaran Dasar Pasal 16
14
Permen BUMN No.PER-01/MBU/2011 tentang GCG Pasal 14 ayat (1)
HALAMAN 5
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
tindak lanjut hasil rapat sebelumnya, dan pembahasan/telaah atas usulan Direksi dan arahan/keputusan RUPS terkait dengan usulan Direksi. (6). Tata-tertib rapat Dewan Komisaris dicantumkan dengan jelas dalam Risalah Rapat Dewan Komisaris. (7). Setiap rapat Dewan Komisaris dibuatkan risalah rapat yang memuat pendapat-pendapat yang berkembang dalam rapat, baik pendapat yang mendukung maupun yang tidak mendukung atau pendapat berbeda (dissenting opinion), keputusan/kesimpulan rapat, serta alasan ketidakhadiran anggota Dewan Komisaris, apabila ada. (8). Risalah rapat Dewan Komisaris merupakan bukti yang sah mengenai keputusan-keputusan yang diambil dalam rapat Dewan Komisaris, baik untuk para Dewan Komisaris maupun pihak ketiga. (9). Risalah rapat Dewan Komisaris ditandatangani oleh Ketua Rapat (Pimpinan Rapat) dan seluruh anggota Dewan Komisaris yang hadir dalam rapat. (10).Apabila berita acara rapat Dewan Komisaris dibuat di depan Notaris tandatangan-tandatangan tersebut tidak disyaratkan. (11).Setiap anggota Dewan Komisaris berhak menerima salinan risalah rapat Dewan Komisaris, baik yang bersangkutan hadir maupun tidak hadir dalam rapat Dewan Komisaris tersebut. (12).Sekretaris Dewan Komisaris menatausahakan setiap salinan risalah Rapat Dewan Komisaris serta tersedia bila diminta setiap saat oleh Dewan Komisaris atau Pemegang Saham. (13).Risalah asli dari setiap rapat Dewan Komisaris dijilid dalam kumpulan tahunan disimpan oleh perseroan dan tersedia bila diminta oleh setiap anggota Dewan Komisaris, Direksi dan Pemegang Saham. (14).Jumlah rapat Dewan Komisaris dan jumlah kehadiran masing-masing anggota Dewan Komisaris dimuat dalam Laporan Tahunan Perseroan. 2). Panggilan Rapat Dewan Komisaris. (1). Panggilan rapat Dewan Komisaris disampaikan secara tertulis oleh Komisaris Utama atau oleh anggota Dewan Komisaris yang ditunjuk oleh Komisaris Utama dan disampaikan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari sebelum rapat diadakan atau dalam waktu yang lebih singkat jika dalam keadaan mendesak, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat. (2). Dalam hal rapat yang sifatnya khusus/keadaan mendesak, panggilan rapat terlebih dahulu dapat dilaksanakan melalui media telekomunikasi dan pada saat rapat panggilan rapat tersebut diformalkan secara tertulis. (3). Panggilan rapat Dewan Komisaris harus mencantumkan agenda, tanggal, waktu dan tempat rapat. (4). Agenda rapat disusun dengan masukan dari setiap anggota Dewan Komisaris. (5). Panggilan rapat Dewan Komisaris tidak disyaratkan apabila semua anggota Dewan Komisaris hadir dalam rapat. (6). Panggilan rapat disiapkan oleh Sekretaris Dewan Komisaris atas permintaan Komisaris Utama atau yang ditunjuk. (7). Setiap anggota Dewan Komisaris harus mempersiapkan diri untuk mempelajari semua materi yang akan dibicarakan dalam rapat sebelum rapat dilaksanakan. 3). Pimpinan Rapat (Ketua Rapat) Dewan Komisaris. (1). Semua rapat Dewan Komisaris dipimpin oleh Komisaris Utama. (2). Dalam hal Komisaris Utama tidak hadir atau berhalangan, Rapat Dewan Komisaris dipimpin oleh seorang anggota Dewan Komisaris lainnya yang ditunjuk oleh Komisaris Utama.
HALAMAN 6
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
(3). Dalam hal Komisaris Utama tidak melakukan penunjukan, maka anggota Dewan Komisaris yang paling lama menjabat sebagai anggota Dewan Komisaris bertindak sebagai pimpinan rapat. (4). Dalam hal anggota Dewan Komisaris yang paling lama menjabat sebagai anggota Dewan Komisaris lebih dari satu orang, maka anggota Dewan Komisaris yang tertua dalam usia bertindak sebagai pimpinan rapat. 4). Pengambilan Keputusan Rapat Dewan Komisaris. (1). Rapat Dewan Komisaris adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila dihadiri atau diwakili oleh lebih dari ½ (satu per dua) jumlah anggota Dewan Komisaris. (2). Dalam mata acara lain-lain, rapat Dewan Komisaris tidak berhak mengambil keputusan kecuali semua anggota Dewan Komisaris atau wakil yang sah, hadir dan menyetujui penambahan mata acara rapat. (3). Semua keputusan dalam rapat Dewan Komisaris diambil dengan musyawarah untuk mufakat. (4). Apabila melalui musyawarah tidak tercapai mufakat, maka keputusan rapat Dewan Komisaris diambil dengan suara terbanyak biasa. (5). Setiap anggota Dewan Komisaris berhak untuk mengeluarkan 1 (satu) suara ditambah 1 (satu) suara untuk anggota Dewan Komisaris yang diwakilinya. (6). Seorang anggota Dewan Komisaris dapat diwakili dalam rapat hanya oleh anggota Dewan Komisaris lainnya berdasarkan kuasa tertulis yang diberikan khusus untuk keperluan itu. (7). Seorang anggota Dewan Komisaris hanya dapat mewakili seorang anggota Dewan Komisaris lainnya. (8). Apabila jumlah suara yang setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka keputusan rapat Dewan Komisaris adalah yang sama dengan pendapat Pimpinan Rapat, dengan tetap memperhatikan ketentuan mengenai pertanggungjawaban atas kerugian Perseroan yang terjadi, yaitu: a. Setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai dalam mengambil keputusan; b. Dalam hal 2 (dua) anggota Dewan Komisaris atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada butir (1) berlaku secara tanggung jawab renteng bagi setiap anggota Dewan Komisaris. c. Anggota Dewan Komisaris tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian Perseroan yang terjadi, apabila dapat dibuktikan: i). Telah mengambil keputusan dengan itikad baik dan kehatihatian untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; ii). Tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung atas keputusan yang diambil yang mengakibatkan kerugian Perseroan; atau iii). Dalam keputusan yang diambil telah diberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian Perseroan. d. Pemungutan suara yang menyangkut diri orang dilakukan dengan suara tertutup tanpa tandatangan, kecuali Pimpinan Rapat menentukan lain tanpa ada keberatan dari yang hadir. e. Suara blanko (abstain) dianggap menyetujui hasil keputusan Rapat Dewan Komisaris. f. Dalam hal usulan lebih dari dua alternatif dan hasil pemungutan suara belum mendapatkan satu altenatif dengan suara lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, maka dilakukan pemilihan ulang terhadap dua usulan yang memproleh suara terbanyak
HALAMAN 7
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
g. h.
7.
sehingga salah satu usulan memperoleh suara lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari jumlah yang dikeluarkan. Suara yang tidak sah dianggap tidak ada dan tidak dihitung dalam menentukan jumlah suara yang dikeluarkan. Setiap anggota Dewan Komisaris yang secara pribadi, baik langsung maupun tidak langsung, mempunyai kepentingan dalam suatu transaksi, kontrak atau kontrak yang diusulkan Direksi, harus menyatakan adanya konflik kepentingan dalam suatu rapat Dewan Komisaris dan tidak berhak dalarn pengambilan suara mengenai halhal yang berhubungan dengan transaksi atau kontrak tersebut, kecuali jika rapat Dewan Komisaris menentukan lain.
Tingkat Kesegeraan Pengambilan dan Penyampaian Keputusan Dewan Komisaris. 1). Pengambilan keputusan Dewan Komisaris paling lambat 7 (tujuh) hari sejak usulan tindakan disampaikan oleh Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris kepada Dewan Komisaris. 2). Penyampaian keputusan Dewan Komisaris kepada Direksi paling lambat 7 (tujuh) sejak ditetapkan.
8.
Program Pengenalan15 1). Anggota Dewan Komisaris yang baru wajib diberikan program pengenalan mengenai Perusahaan. 2). Tanggung jawab untuk mengadakan program pengenalan tersebut berada pada Sekretaris Perusahaan atau siapapun yang menjalankan fungsi sebagai sekretaris perusahaan. 3). Komisaris Utama bertanggungjawab untuk terlaksananya pelaksanaan pengenalan mengenai perusahaan tersebut kepada anggota Dewan Komisaris. 4). Program pengenalan meliputi : (1). Pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance oleh Perusahaan. (2). Gambaran mengenai perusahaan berkaitan dengan tujuan, sifat, dan lingkup kegiatan, visi, misi, , strategi, Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJJP), Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), kinerja keuangan dan operasi, informasi tentang sumber daya perseroan secara umum, posisi kompetitif, risiko dan masalah-masalah strategis lainnya; (3). Keterangan berkaitan dengan kewenangan yang didelegasikan, audit internal dan eksternal, sistem dan kebijakan pengendalian internal, termasuk Komite Audit dan Komite Manajemen Risiko & GCG; (4). Keterangan mengenai tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi serta hal-hal yang tidak diperbolehkan. 5). Program pengenalan perusahaan dapat berupa presentasi, pertemuan, atau kunjungan ke perseroan. 6). Pelaksanaan Program Pengenalan dibuatkan check-list nya, setetah ditandatangani oleh Komisaris Utama aslinya disimpan oleh Sekretaris Perusahaan. (Contoh check-list lihat Lampiran 3)
9.
Program Pelatihan dan Pendidikan 1). Dewan Komisaris setiap awal tahun wajib menyusun program/rencana pelatihan dan pendidikan dalam rangka meningkatkan kompetensi anggota Dewan Komisaris sesuai dengan kebutuhan.
15
Permen BUMN No.PER-01/MBU/2011 tentang GCG Pasal 43
HALAMAN 8
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
2). Masing-masing anggota Dewan Komisaris wajib membuat laporan tentang hasil pelatihan dan pendidikan yang telah diikutinya. 10. Benturan Kepetingan 1). Anggota Dewan Komisaris dilarang melakukan tindakan yang mempunyai benturan kepentingan (conflict of interest) dan mengambil keuntungan pribadi, dari pengambilan keputusan dan/atau pelaksanaan kegiatan BUMN yang bersangkutan, selain penghasilan yang sah.16 2). Anggota Dewan Komisaris dilarang memberikan atau menawarkan, atau menerima, baik langsung maupun tidak langsung, sesuatu yang berharga kepada atau dari pelanggan atau seorang pejabat Pemerintah untuk mempengaruhi atau sebagai imbalan atas apa yang telah dilakukannya dan tindakan lainnya, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 3). Anggota Dewan Komisaris pada awal pengangkatannya wajib membuat surat pernyataan tidak memiliki benturan kepentingan pada perusahaan dan diperbaharui setiap awal tahun. 4). Untuk pernyataan tahunan sebagaimana butir 10.3 dilampirkan sebagai bagian dari Kontrak Manajemen atau Program Kerja Tahunan Dewan Komisaris. 5). Bila dalam periode pelaksanaan tugasnya, anggota Dewan Komisaris mengalami (potensi) benturan kepentingan wajib membuat surat pernyataan mengenai hal tersebut dan disampaikan kepada Pemegang Saham. 6). Dewan Komisaris wajib membuat Pakta Integritas yang dilampirkan dalam Usulan Tindakan Direksi yang harus mendapatkan rekomendasi dari Dewan Komisaris dan persetujuan Pemegang Saham/RUPS. 7). Anggota Dewan Komisaris wajib melaporkan kepada perusahaan untuk dicatat dalam Daftar Khusus mengenai kepemilikan sahamnya dan/atau keluarganya pada perusahaan dan perusahaan lain. 11. Laporan Harta Kekayaan Penyelengara Negara (LHKPN). Masing-masing anggota Dewan Komisaris wajib membuat dan menyampaikan Laporan Harta Kekayaannya masing-masing kepada Instansi/lembaga yang telah ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan secara tepat waktu. 12. Organ Pendukung Dewan Komisaris17 Organ pendukung Dewan Komisaris adalah perangkat Dewan Komisaris yang berfungsi membantu Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugasnya. Organ pendukung Dewan Komisaris, dapat terdiri dari: 1). Sekretariat Dewan Komisaris. 2). Komite Audit. 3). Satu Komite lain, jika diperlukan. 4). Dewan Komisaris dapat membentuk lebih dari satu komite lain, apabila diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan atau disetujui oleh Menteri BUMN berdasarkan kompleksitas dan beban yang dihadapi oleh Dewan Komisaris dalam menjalankan tugasnya.
16
Permen BUMN No.PER-01/MBU/2011 tentang GCG Pasal 17
17
Permen BUMN No. PER-12/MBU/2012 tentang Organ Pendukung Dewan Komisaris/Dewan Pengawas
HALAMAN 9
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
Sekretariat Dewan Komisaris Sekretariat Dewan Komisaris dipimpin oleh seorang Sekretaris Dewan Komisaris yang berasal dari luar perusahaan dan dibantu oleh staf Sekretariat Dewan Komisaris. (1). Pengangkatan, Pemberhentian dan Masa Jabatan Sekretaris dan Staf Sekretariat Dewan Komisaris. a. Sekretaris dan Staf Sekretariat Dewan Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Komisaris sesuai dengan kriteria dan persyaratan yang ditetapkan ketentuan yang berlaku. b. Masa Jabatan Sekretaris dan Staf Sekretariat Dewan Komisaris ditetapkan oleh Dewan Komisaris maksimum 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk paling lama 2 (dua) tahun masa jabatan, dengan tidak mengurangi hak Dewan Komisaris untuk memberhentikannya sewaktu-waktu. (2). Penghasilan Sekretaris dan Staf Sekretariat Dewan Komisaris. a. Penghasilan Sekretaris dan Staf Sekretariat Dewan Komisaris ditetapkan oleh Dewan Komisaris dengan memperhatikan kemampuan perusahaan. b. Besaran dan jenis penghasilan Sekretaris Dewan Komisaris, dapat terdiri dari: i). Honorarium maksimal 15 % (lima belas persen) dari gaji Direktur Utama perusahaan; ii). Fasilitas; iii).Tunjangan; dan/atau iv). Tantiem atau isentif kinerja. c. Besaran dan jenis penghasilan Staf Sekretariat Dewan Komisaris ditetapkan oleh Dewan Komisaris dengan ketentuan total penghasilan setahun tidak lebih besar dari penghasilan Organ Pendukung Dewan Komisaris lainnya. d. Pajak atas penghasilan Sekretaris dan Staf Sekretariat Dewan Komisaris ditanggung oleh perusahaan, kecuali tantiem atau isentif kinerja bagi Sekretaris Dewan Komisaris dan bonus bagi Staf Sekretariat Dewan Komisaris. (3). Tugas Sekretariat Dewan Komisaris. a. Mempersiapkan rapat, termasuk bahan rapat (briefing sheet) Dewan Komisaris. b. Membuat risalah rapat Dewan Komisaris sesuai dengan anggaran dasar/Manual Board ini. c. Mengadministrasikan dokumen Dewan Komisaris, baik surat masuk, surat keluar, risalah rapat maupun dokumen lainnya. d. Menyusun Rancangan Rencana Anggaran Kerja dan Anggaran Dewan Komisaris. e. Melaksanakan tugas lain dari Dewan Komisaris. (4). Tugas Sekretaris Dewan Komisaris, selaku pimpinan sekretariat Dewan Komisaris. a. Memastikan bahwa Dewan Komisaris mematuhi peraturan perundangundangan serta menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. b. Memberikan informasi yang dibutuhkan Dewan Komisaris secara berkala dan/atau sewaktu-waktu apabila diminta. c. Mengkoordinasikan anggota Komite, jika diperlukan untuk mempelancar tugas Dewan Komisari. d. Sebagai penghubung (liaison officer) Dewan Komisaris dengan pihak lain.
HALAMAN 10
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
(5).
(6).
Akses dan Kerahasian informasi. a. Berdasarkan surat penugasan secara tertulis dari Dewan Komisaris, Sekretariat Dewan Komisaris dapat mengakses catatan atau informasi tentang karyawan, dana, aset, serta sumber daya lainnya milik perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya. b. Sekretariat Dewan Komisaris wajib melaporkan secara tertulis hasil penugasannya kepada Dewan Komisaris. c. Sekretariat Dewan Komisaris wajib menjaga kerahasian dokumen, data, dan informasi perusahaan, baik dari pihak internal maupun pihak eksternal dan hanya digunakan untuk kepentingan pelaksanaan tugasnya. Evaluasi kinerja Sekretariat Dewan Komisaris. Dewan Komisaris wajib melakukan evaluasi atas kinerja Sekretariat Dewan Komisaris setiap 1 (satu) tahun dengan metoda yang ditetapkan oleh Dewan Komisaris.
Komite Audit Komite Audit terdiri dari Ketua dan Anggota baik dalam melaksanakan tugasnya maupun dalam pelaporan, bekerja secara kolektif, bersifat mandiri, dan bertanggungjawab langsung kepada Dewan Komisaris. (1). Pengangkatan, Pemberhentian dan Masa Jabatan Komite Audit. a. Ketua dan anggota Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Komisaris sesuai dengan kriteria dan persyaratan yang ditetapkan ketentuan yang berlaku. b. Ketua Komite Audit adalah anggota Dewan Komisaris yang merupakan anggota Dewan Komisaris atau anggota Dewan Komisaris yang dapat bertindak independen. c. Anggota Komite Audit dapat dijabat oleh anggota Dewan Komisaris atau dari luar perusahaan. Dari luar perusahaan maksimal sebanyak 2 (dua) orang. d. Pengangkatan dan pemberhentian anggota Komite Audit dilaporkan kepada Rapat Umum Pemegang Saham. e. Anggota Komite Audit yang merupakan anggota Dewan Komisaris, berhenti dengan sendirinya apabila masa jabatannya sebagai anggota Dewan Komisaris berakhir. f. Dalam hal terdapat anggota Dewan Komisaris yang menjabat sebagai Ketua Komite Audit berhenti sebagai anggota Dewan Komisaris, maka Ketua Komite Audit wajib diganti oleh anggota Dewan Komisaris lainnya dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari. g. Masa jabatan anggota Komite Audit yang bukan merupakan anggota Dewan Komisaris paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali selama 2 (tahun) masa jabatan, dengan tidak mengurangi hak Dewan Komisaris untuk memberhentikannya sewaktu-waktu. (2). Penghasilan Anggota Komite Audit. a. Penghasilan anggota Komite Audit ditetapkan oleh Dewan Komisaris dengan memperhatikan kemampuan perusahaan. b. Penghasilan anggota Komite Audit berupa honorarium maksimum sebesar 20 % (dua puluh persen) dari gaji Direktur Utama perusahaan dan tidak diperkenankan menerima penghasilan lain selain honorarium tersebut. c. Pajak penghasilan anggota Komite Audit ditanggung oleh perusahaan.
HALAMAN 11
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
d.
Anggota Dewan Komisari sebagai Ketua/Anggota Komite Audit tidak diberikan penghasilan tambahan jabatan tersebut selain penghasilan sebagai anggota Dewan Komisaris. (3). Tugas Komite Audit. a. Membantu Dewan Komisaris untuk memastikan efektivitas sistem pengendalian intern dan efektivitas pelaksanaan tugas eksternal auditor dan internal auditor. b. Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan oleh Satuan Pengawasan Intern maupun auditor eksternal. c. Memberikan rekomendasi penyempurnaan mengenai sistem pengendalian manajemen serta pelaksanaannya. d. Memastikan telah terdapat prosedur evaluasi yang memuaskan terhadap segala informasi yang dikeluarkan perusahaan. e. Melakukan identifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan Komisaris serta tugas-tugas Dewan Komisaris lainnya. f. Selain penugasan diatas Dewan Komisaris dapat memberikan penugasan lain termasuk mengikutsertakan dalam pemberian nasihat kepada Direksi yang ditetapkan dalam Piagam Komite Audit. (4). Piagam Komite Audit. a. Dewan Komisaris wajib menetapkan Piagam Komite Audit atau pedoman pelaksanaan tugas Komite Audit atas usulan Komite Audit yang memuat segala hal yang bekaitan dengan keberadaan dan pelaksanaan tugas Komite Audit. b. Piagam Komite Audit juga ditandatangani oleh Direksi sebagai wujud dukungan dari jajaran manajemen perusahaan terhadap pelaksanaan tugas Komite Audit. c. Asli Piagam Komite Audit disampaikan kepada Direksi untuk didokumentasikan. (5). Evaluasi kinerja Komite Audit. Dewan Komisaris wajib melakukan evaluasi atas kinerja Komite Audit setiap 1 (satu) tahun dengan metoda yang ditetapkan oleh Dewan Komisaris.
Komite Lain Dewan Komisaris dapat membentuk komite lain yang terdiri dari Ketua dan Anggota yang nama dan tugasnya disesuaikan dengan kebutuhan Dewan Komisaris. Komite lain baik dalam melaksanakan tugasnya maupun dalam pelaporan, bekerja secara kolektif, bersifat mandiri, dan bertanggungjawab langsung kepada Dewan Komisaris. (1). Pengangkatan, Pemberhentian dan Masa Jabatan Komite Lain. a. Ketua dan anggota Komite Lain diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Komisaris sesuai dengan kriteria dan persyaratan yang ditetapkan ketentuan yang berlaku. b. Ketua Komite Lain adalah anggota Dewan Komisaris yang merupakan anggota Dewan Komisaris atau anggota Dewan Komisaris yang dapat bertidak independen. c. Anggota Komite Lain dapat dijabat oleh anggota Dewan Komisaris atau dari luar perusahaan. Dari luar perusahaan maksimal sebanyak 2 (dua) orang. d. Pengangkatan dan pemberhentian anggota Komite Lain dilaporkan kepada Rapat Umum Pemegang Saham.
HALAMAN 12
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
e.
(2).
(3).
(4).
(5).
Anggota Komite Lain yang merupakan anggota Dewan Komisaris, berhenti dengan sendirinya apabila masa jabatannya sebagai anggota Dewan Komisaris berakhir. f. Dalam hal terdapat anggota Dewan Komisaris yang menjabat sebagai Ketua Komite Lain berhenti sebagai anggota Dewan Komisaris, maka Ketua Komite Lain wajib diganti oleh anggota Dewan Komisaris lainnya dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari. g. Masa jabatan anggota Komite Lain yang bukan merupakan anggota Dewan Komisaris paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali selama 2 (tahun) masa jabatan, dengan tidak mengurangi hak Dewan Komisaris untuk memberhentikannya sewaktu-waktu. Penghasilan Anggota Komite Lain. a. Penghasilan anggota Komite Lain ditetapkan oleh Dewan Komisaris dengan memperhatikan kemampuan perusahaan. b. Penghasilan anggota Komite Lain berupa honorarium maksimum sebesar 20 % (dua puluh persen) dari gaji Direktur Utama perusahaan dan tidak diperkenankan menerima penghasilan lain selain honorarium tersebut. c. Pajak penghasilan anggota Komite Lain ditanggung oleh perusahaan. d. Anggota Dewan Komisari sebagai Ketua/Anggota Komite Lain tidak diberikan penghasilan tambahan jabatan tersebut selain penghasilan sebagai anggota Dewan Komisaris. Tugas Komite Lain. Tugas Komite lain ditetapkan oleh Dewan Komisaris dalam Piagam Komite Lain termasuk mengikutsertakan dalam pemberian nasihat kepada Direksi sesuai kebutuhan Dewan Komisaris. Piagam Komite Lain. a. Dewan Komisaris wajib menetapkan Piagam Komite Audit atau pedoman pelaksanaan tugas Komite Lain atas usulan Komite Lain yang memuat segala hal yang bekaitan dengan keberadaan dan pelaksanaan tugas Komite Lain. b. Piagam Komite Lain juga ditandatangani oleh Direksi sebagai wajud dukungan dari jajaran manajemen perusahaan terhadap pelaksanaan tugas Komite Lain. c. Asli Piagam Komite Lain disampaikan kepada Direksi untuk didokumentasikan. Evaluasi kinerja Komite Lain. Dewan Komisaris wajib melakukan evaluasi atas kinerja Komite Lain setiap 1 (satu) tahun dengan metoda yang ditetapkan oleh Dewan Komisaris.
13. Laporan Pelaksanaan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris. 1). Laporan Pelaksanaan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris triwulanan dan Tahunan yang memuat perbandingan antara target dengan realisasi dan hasil-hasil yang dicapai termasuk arahan-arahan yang disampaikan kepada Direksi, jumlah Rapat Dewan Komisaris dan kehadiran masing-masing anggota Dewan Komisaris, dan disampaikan kepada Pemegang Saham/RUPS untuk disetujui. 2). Laporan evaluasi secara self-assessment atas kinerja masing-masing anggota Dewan Komisaris setiap triwulan yang dimuat dalam laporan pelaksanaan tugas pengawasan Dewan Komisaris.18
18
Keputusan Sekretataris Kementerian BUMN No.SK-16/S.MBU/2012 tentang Indikator/Parameter Penilaian dan Evaluasi atas Penerapan GCG parameter 71
HALAMAN 13
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
3). Laporan pelaksanaan tindak lanjut atas area of improvement hasil assessment/review GCG yang menjadi kewenangan Dewan Komisaris disampaikan kepada Direksi dan hasilnya dimuat dalam Laporan Pelaksanaan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris Tahunan. 4). Laporan mengenai gejala menurunnya kinerja perusahaan yang signifikan dan saran-saran perbaikan yang telah diberikan kepada Direksi disampaikan kepada Pemegang Saham. 5). Laporan evaluasi atas pengendalian intern perusahaan (internal control) perusahaan setiap semester dan hasilnya dimuat dalam Laporan Pelaksanaan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris.19 6). Laporan evaluasi atas pencapaian kinerja Direksi baik secara individu maupun secara kolegial setiap semester dan hasilnya dimuat dalam Laporan Pelaksanaan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris.20 7). Laporan evaluasi atas kinerja Sekretariat Dewan Komisaris dan hasilnya dimuat dalam Laporan Pelaksanaan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris. 8). Laporan evaluasi atas kinerja Komite Audit dan hasilnya dimuat dalam Laporan Pelaksanaan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris. 9). Laporan evaluasi atas kinerja Komite Lain dan hasilnya dimuat dalam Laporan Pelaksanaan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris. 10). Laporan lainnya yang diminta oleh Pemegang Saham.
B. DIREKSI Direksi dalam melaksanakan tugasnya harus dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab, mematuhi anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, wajib melaksanakan prinsipprinsip Good Corporate Governance untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, serta memastikan agar perseroan melaksanakan tanggung jawab sosialnya serta memperhatikan kepentingan dari berbagai Pemangku Kepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 1. Tugas, Wewenang dan Kewajiban Direksi 1). Tugas Direksi (1). Menjalankan segala tindakan yang berkaitan dengan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar Pengadilan tentang segala hal dan segala kejadian dengan pembatasan-pembatasan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan/atau Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham.21 (2). Tugas utama Direksi sekurang-kurangnya namun tidak terbatas, sebagai berikut:22 a.Menetapkan struktur/susunan organisasi yang sesuai dengan kebutuhan perseroan.
19
SE Meneg BUMN No. SE-01/MBU/2006
20
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN No.SK-16/S.MBU/2012tanggal 6 Juni 2012 tentang Indikator/Parameter Penilaian dan Evaluasi atas Penerapan GCG parameter 67.
21
Anggaran Dasar Pasal 11 ayat (1)
22
Keputusan Sekretataris Kementerian BUMN No.SK-16/S.MBU/2012 tentang Indikator/Parameter Penilaian dan Evaluasi atas Penerapan GCG
HALAMAN 14
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
b.
Menetapkan kebijakan-kebijakan operasional dan standar baku (SOP) untuk seluruh proses bisnis perseroan. c. Menyusun Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) perseroan dan disahkan oleh RUPS. d. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) perseroan dan disahkan oleh Dewan Komisaris dan/atau Pemegang Saham. e. Menempatkan karyawan pada semua tingkatan jabatan sesuai dengan spesifikasi jabatan dan memiliki rencana suksesi untuk seluruh jabatan dalam perseroan. f. Memberikan respon terhadap usulan peluang bisnis dari manajemen dibawah Direksi/Dewan Komisaris yang berpotensi meningkatkan pendapatan perusahaan, penghematan/efisiensi perusahaan, pendayagunaan aset, dan manfaat lainnya sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan. g. Merespon isu-isu terkini dari ekstemal mengenai perubahan lingkungan bisnis dan permasalahannya, secara tepat waktu dan relevan sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan. h. Melaksanakan program/kegiatan sesuai dengan RKAP dan disetujui oleh Dewan Komisaris dan /atau Pemegang Saham sesuai dengan kewenangan yang ditetapkan dalam anggaran dasar serta didukung data lengkap, analisa yang memadai, kajian hukum dan risiko, dan tepat waktu. i. Menetapkan pedoman dan menerapkan manajemen risiko pada seluruh proses bisnis Perseroan, dan dievalusi secara berkala. j. Menetapkan pedoman dan menerapkan sistem pengendalian intern (termasuk standar operasional prosedur) dan pengawasan intern pada seluruh proses bisnis perseroan, dan dievalusi secara berkala. k. Menetapkan sistem/pedoman pengukuran dan penilaian kinerja yang memuat indikator kinerja utama berdasarkan RKAP dan kontrak kinerja untuk setiap Direktur Bidang, Bagian, Group Unit Usaha,Unit Usaha dan jabatan dalam organisasi (struktural) yang dapat dilaksanakan dengan aplikasi komputer serta dievaluasi secara berkala. l. Membangun tata kelola teknologi informasi perseroan yang memuat standar, SOP dan pelaporan dan dievaluasi secara berkala. m. Membangun sistem peningkatan mutu produk dan pelayanan kepada pelanggan, pemasok, kriditur, karyawan, lingkungan sekitar perseroan dan lainnya yang memuat indikator standar pelayanan minimal, SOP, dan dievaluasi secara berkala. n. Menetapkan pedoman dan melaksanakan pengadaan barang dan jasa secara transparan, dan dievaluasi secara berkala. o. Menetapkan dan melaksanakan program pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan kompetensi SDM secara transparan, dan dievalusi secara berkala. p. Menetapkan dan melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan Kerja, dan dievaluasi secara berkala. q. Menetapkan dan melaksanakan skema remunerasi bagi karyawan, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat fair/adil secara internal, kompetitif secara ekstemal dan motivatif, dan ditinjau dan disempurnakan secara komprehensif secara berkala. r. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan reward dan punishment kepada seluruh jajaran perusahaan secara transparan dan konsisten, dan dievaluasi secara berkala. s. Menetapkan kebijakan dan melaksanakan pengaturan untuk anak perusahaan (subsidiary governance) dan perusahaan patungan antara lain mencakup: pengangkatan dan pemberhentian Dewan Komisaris dan
HALAMAN 15
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
Direksi anak perusahaan/perusahaan patungan, penetapan target kinerja dan penilaian kinerja serta insentif bagi Dewan Komisaris dan Direksi anak perusahaan/perusahaan patungan. t. Menetapkan mekanisme untuk menjaga kepatuhan perseroan terhadap peraturan perundang-undangan meliputi penetapan fungsi yang melaksankannya dan adanya kajian kelayakan, kajian hukum dan risiko atas kegiatan dan perjanjian dengan pihak ketiga yang dilaksanakan perseroan. u. Menetapkan mekanisme untuk menjaga kepatuhan perseroan terhadap penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG Code) meliputi penetapan salah seorang Direktur sebagai penanggung jawab, dan adanya assessment dan revieu secara berkala. v. Melakukan hubungan dengan stakeholders yang bernilai tambah baik bagi perseroan dan maupun bagi stakeholders, meliputi: peneriman masukan, perlindungan hak-hak dan penanganan keluhan dan survey kepuasan dari pelanggan, pemasok, kreditur, karyawan, melakukan assessment terhadap pemasok berdasarkan pencapaian QCDS (quality, cost, delivery, service) dan pelaksanaan kewajiban kepada Negara serta melakukan tanggung jawab sosial perseroan. w. Menetapkan mekanisme pelaporan atas dugaan penyimpangan (whistle blowing system) pada perseroan, dan dievaluasi dan dimutakhirkan secara berkala. x. Menetapkan system pengendalian Gratifikasi pada perseroan, dan dievaluasi dan dimutakhirkan secara berkala. y. Menetapkan Standar Operasinal Prosedur (SOP) mengenai tata cara penundaan transaksi bisnis yang terindikasi penyimpangan dan/atau kecurangan. z. Menyusun Pedoman Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) dan dimutakhirkan secara berkala. aa. Menyusun Pedoman Perilaku Perusahaan dan dimutakhirkan secara berkala. bb. Menetapkan pedoman dan melaksanakan penatausahaan dan penyimpanan dokumen perseroan secara tertib. cc. Menetapkan sistem dan prosedur pengendalian informasi perseroan baik kedalam maupun ke luar perseroan sesuai dengan peraturan perundangundangan. dd. Menyedikan akses bagi stakeholder atas informasi perseroan yang memadai dan dapat diandalkan secara tepat waktu, dapat melalui website, Laporan Tahunan dan media lain sesuai peraturan perundangunganan. ee. Melakukan survey atas tingkat kepuasan karyawan, pelanggan, pemasok dan kecukupan keterbukaan informasi perusahaan kepada stakeholders. 2). Wewenang Direksi23 (1). Menetapkan kebijakan kepengurusan perseroan. (2). Mengatur penyerahan kekuasan Direksi kepada seorang atau beberapa orang anggota Direksi untuk mengambil keputusan atas nama Direksi atau mewakili perseroan di dalam dan di luar pengadilan. (3). Mengatur penyerahan kekuasan Direksi kepada seorang atau beberapa orang pekerja perseroan baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama atau kepada orang lain, untuk mewakili perseroan di dalam dan di luar pengadilan.
23
Anggaran Dasar Pasal 11 ayat (2) butir a
HALAMAN 16
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
(4).
Mengatur ketentuan-ketentuan tentang kepegawaian perseroan termasuk penetapan gaji, pensiun atau jaminan hari tua dan penghasilan lain bagi pekerja perseroan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan ketentuan penetapan gaji, pensiun atau jaminan hari tua dan penghasilan lain bagi pekerja yang melampaui kewajiban yang ditetapkan peraturan perundang-undangan, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari RUPS. (5). Mengangkat dan memberhentikan pekerja perseroan berdasarkan peraturan kepegawaian perseroan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (6). Mengangkat dan memberhentikan Sekretaris Perusahaan perseroan. (7). Melakukan segala tindakan dan perbuatan lainnya mengenai pengurusan maupun kepemilikan kekayaan perseroan, mengikat perseroan dengan pihak lain dan/atau pihak lain dengan perseroan, serta mewakili perseroan di dalam dan di luar pengadilan tentang segala hal dan segala kejadian, dengan pembatasan-pembatasan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan/atau Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham. 3). Kewajiban Direksi24 (1). Mengusahakan dan menjamin terlaksananya usaha dan kegiatan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan serta kegiatan usahanya. (2). Menyiapkan pada waktunya Rencana Jangka Panjang Perusahaan, Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan, dan perubahannya serta menyampaikannya kepada Dewan Komisaris dan Pemegang Saham untuk mendapatkan pengesahan Rapat Umum Pemegang Saham. (3). Memberikan penjelasan kepada Rapat Umum Pemegang Saham mengenai Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) dan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) perseroan. (4). Membuat Daftar Pemegang Saham, Daftar Khusus, Risalah Rapat Umum Pemegang Saham, dan Risalah Rapat Direksi. (5). Membuat Laporan Tahunan sebagai wujud pertangungjawaban pengurusan perseroan, serta dokumen keuangan perseroan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Dokumen Perusahaan. (6). Menyusun Laporan Keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dan menyerahkan kepada Akuntan Publik untuk diaudit. (7). Menyampaikan Laporan Tahunan termasuk Laporan Keuangan kepada Rapat Umum Pemegang Saham untuk disetujui dan disahkan, serta laporan mengenai hak-hak perseroan yang tidak tercatat dalam pembukuan antara lain sebagai akibat penghapusbukuan piutang. (8). Memberikan penjelasan kepada Rapat Umum Pemegang Saham mengenai Laporan Tahunan. (9). Menyampaikan Neraca dan Laporan Laba Rugi yang telah disahkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham kepada Menteri yang membidangi Hukum dan Hak Asasi Manusia sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (10). Menyampaikan laporan perubahan susunan Pemegang Saham, Direksi, dan Dewan Komisaris kepada Menteri yang membidangi Hukum dan Hak Asasi Manusia. (11). Memelihara Daftar Pemegang Saham, Daftar Khusus, Risalah Rapat Umum Pemegang Saham, Risalah Rapat Dewan Komisaris dan Risalah Rapat Direksi, Laporan Tahunan dan dokumen keuangan perseroan sebagaimana dimaksud pada butir (4) dan (5), dan dokumen perseroan lainnya.
24
Anggaran Dasar Pasal 11 ayat (2) butir 6
HALAMAN 17
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
(12). Menyimpan di tempat kedudukan perseroan: Daftar Pemegang Saham, Daftar Khusus, Risalah Rapat Umum Pemegang Saham, Risalah Rapat Dewan Komisaris dan Risalah Rapat Direksi, Laporan Tahunan dan dokumen keuangan perseroan serta dokumen perseroan lainnya sebagaimana dimaksud pada butir (11). (13). Menyusun sistem akuntansi sesuai Standar Akuntansi Keuangan dan berdasarkan prinsip-prinsip pengendalian intern, terutama fungsi pengurusan, pencatatan, penyimpanan, dan pengawasan. (14). Memberikan laporan berkala menurut cara dan waktu sesuai dengan ketentuan yang berlaku, serta laporan lainnya setiap kali diminta oleh Dewan Komisaris dan/atau Pemegang Saham. (15). Menyiapkan susunan organisasi perseroan lengkap dengan perincian dan tugasnya. (16). Memberikan penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan atau yang diminta anggota Dewan Komisaris dan para Pemegang Saham. (17). Menyusun dan menetapkan blue print organisasi perseroan. (18). Menjalankan kewajiban-kewajiban lainnya sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Anggaran Dasar dan yang ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham berdasarkan peraturan peraturan perundang-undangan. 2. Pembagian Tugas Direksi Dalam hal Direksi terdiri atas (dua) anggota Direksi atau lebih, pembagian tugas dan wewenang anggota Direksi ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS. Dalam hal RUPS tidak menetapkan, pembagian tugas dan wewenang anggota Direksi ditetapkan berdasarkan keputusan Direksi.25 Sesuai dengan Keputusan Direksi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Nomor 04.01/KPTS/04/III/2012 tentang Pembagian Tugas Dan Wewenang Anggota Direksi sebagai berikut: 1). Direktur Utama bertanggungjawab mengkoordinasi semua tugas para Direktur, dan di bidang Sekretaris Perusahaan, Satuan Pengawas Intern, dan Manajemen Risiko dan GCG. 2). Direktur yang bertanggungjawab atas tugas di bidang Produksi. 3). Direktur yang bertanggungjawab atas tugas di bidang Keuangan. 4). Direktur yang bertanggungjawab atas tugas di bidang Perencanaan dan Pengembangan Usaha. 5). Direktur yang bertanggungjawab atas tugas di bidang Sumber Daya Manusia dan Umum.
Direktur Utama 1). Tugas: (1). Mengelola Perusahaan sesuai amanat RUPS untuk mewujudkan sasaran Perusahaan. (2). Menjalankan segala tindakan yang berkaitan dengan pengurusan Perusahaan untuk kepentingan Perusahaan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perusahaan serta mewakili Perusahaan baik di dalam maupun diluar pengadilan tentang segala hal dan segala kejadian dengan memperhatikan
25
UU PT No.40/2007 Pasal 92 ayat (5) dan ayat (6) dan Anggaran Dasar Pasal 11 ayat (26)
HALAMAN 18
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
ketentuan peraturan perundang-undangan, Anggaran Dasar dan Keputusan RUPS. (3). Memimpin, mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan pelaksanaan program kegiatan Direktur Produksi, Direktur SDM dan Umum, Direktur Keuangan dan Direktur Perencanaan dan Pengembangan Usaha, Manajer Grup dan Manajer Unit. (4). Menjalankan arahan dari Dewan Komisaris dan RUPS. (5). Mengatur pembagian tugas dan wewenang masing-masing anggota Direksi. (6). Mengadakan dan memimpin rapat Direksi secara berkala, untuk mengevaluasi pelaksanaan program kegiatan masing-masing Direktorat, Grup Unit Usaha dan Unit Usaha. (7). Memberi penjelasan kepada Dewan Komisaris dan/atau Rapat Umum Pemegang Saham, mengenai Rencana Jangka Panjang Perusahaan, Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan serta Laporan Tahunan. (8). Melaksanakan pemenuhan aspek legal dan kepatuhan Perusahan terhadap Anggaran Dasar, keputusan RUPS dan peraturan perundang-undangan. (9). Mengkoordinir penyelenggaraan akuntansi keuangan, akuntansi biaya, verifikasi dan administrasi aset. (10). Mengkoordinir Direksi melakukan evaluasi secara berkala terhadap pencapaian target Indikator Kinerja Kunci (IKK) atau Key Performance Indicators (KPI) serta merumuskan tindakan perbaikan yang diperlukan. (11). Mengkoordinir pembuatan Laporan Manajemen Triwulan, Semesteran dan Tahunan yang akan disampaikan kepada Dewan Komisaris dan Pemegang Saham. (12). Melakukan pembinaan dan monitoring tugas-tugas dibidang Satuan Pengawasan Intern dan Sekretaris Perusahaan. (13). Mengkoordinir pelaksanaan dan pemantauan terhadap implementasi Good Corporate Governance dan Manajemen Risiko. (14). Mengkoordinir perumusan program kegiatan masing-masing Direktorat, Grup Unit Usaha dan Unit Usaha, dan Sekretaris Perusahaan serta SPI yang dijabarkan dari RKAP dan RJPP. (15). Mengkoodinir penyusunan RJPP, RKAP dan rencana-rencana lainnya untuk disampaikan kepada Dewan Komisaris dan RUPS. (16). Penanggung jawab pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan pengembangan usaha Perusahaan. 2). Wewenang (1). Menetapkan kebijakan kepengurusan Perusahaan yang sejalan dengan RUPS. (2). Bertindak untuk dan atas nama Direksi serta mewakili Perusahaan dengan ketentuan semua tindakan Direktur Utama tersebut telah disetujui dalam Rapat Direksi. (3). Mengatur penyerahan kekuasaan Direksi kepada seseorang atau beberapa anggota Direksi untuk mengambil keputusan atas nama Direksi atau mewakili Perusahaan di dalam dan di luar pengadilan. (4). Mengatur penyerahan kekuasaan Direksi kepada seseorang atau beberapa orang pekerja Perusahaan baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama atau kepada orang lain, untuk mewakili Perusahaan di dalam dan di luar Pengadilan. (5). Mengangkat dan memberhentikan pekerja Perusahaan setelah mendengarkan saran dari Direktur SDM dan Umum. (6). Memberikan persetujuan pengeluaran anggaran dalam rangka kebutuhan operasional Perusahaan dengan batasan nilai sesuai ketentuan yang berlaku.
HALAMAN 19
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
Direktur Produksi 1). Tugas (1). Memimpin dan mengkoordinasikan tugas-tugas di bawah Direktorat Produksi. (2). Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan di bawah Direktorat Produksi. (3). Melaksanakan dan mengendalikan program kegiatan di Bidang Tanaman, Pengolahan (termasuk P3TBS) dan Teknik. (4). Menjalankan arahan dari Direktur Utama, Dewan Komisaris dan RUPS. (5). Mengadakan rapat-rapat internal secara berkala dilingkungan Direktorat Produksi untuk mengevaluasi pelaksanaan program kegiatan. (6). Melakukan evaluasi secara berkala terhadap pencapaian target Indikator Kinerja Kunci (IKK) atau Key Performance Indicators (KPI) yang berkaitan dengan aspek operasional. (7). Melaksanakan dan memantau penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan Manajemen Risiko di lingkungan Bidang Tanaman, Teknik dan Pengolahan (termasuk P3TBS). (8). Menindaklanjuti temuan hasil audit SPI dan auditor eksternal yang berkaitan dengan tugas operasionalnya. (9). Menyiapkan Laporan Manajemen Triwulan, Semesteran dan Tahunan dibidang Tanaman, Teknik dan Pengolahan (termasuk P3TBS). (10). Merumuskan dan menetapkan program kegiatan Bagian Tanaman, Teknik dan Pengolahan (termasuk P3TBS) yang didasarkan kepada penjabaran dari RKAP dan RJPP yang telah disahkan. (11). Merumuskan kebijakan dan menyusun pedoman kerja yang digunakan dilingkungan Direktorat Produksi dan selanjutnya disampaikan kepada Direktur Utama untuk ditetapkan. 2). Wewenang (1). Menetapkan kebijakan pengelolaan Perusahaan pada Direktorat Produksi. (2). Mewakili Perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai ketentuan yang berlaku. (3). Bertindak untuk dan atas nama Direksi berdasarkan surat kuasa dari Direktur Utama. (4). Mengangkat seorang atau lebih sebagai wakil atau kuasanya dengan surat kuasa untuk melakukan perbuatan tertentu yang berkaitan dengan tugastugas Direktur Produksi. (5). Memberikan persetujuan pengeluaran anggaran dalam rangka operasional Direktorat Produksi dengan batasan nilai sesuai ketentuan yang berlaku. (6). Mengusulkan kepada Direktur Utama untuk promosi, demosi, mutasi dan memberhentikan karyawan dilingkungan Direktorat Produksi sesuai dengan peraturan kepegawaian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Direktur Keuangan 1). Tugas (1). Memimpin dan mengkordinasikan tugas-tugas di bawah Direktorat Keuangan. (2). Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan di bawah Direktorat Keuangan. (3). Melaksanakan dan mengendalikan program kegiatan yang telah dirumuskan, meliputi Bidang Keuangan, Akuntansi dan Pemasaran (4). Menjalankan arahan-arahan dari Direktur Utama, Dewan Komisaris dan RUPS.
HALAMAN 20
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
(5).
Mengadakan rapat internal secara berkala guna membahas masalah-masalah dibidang Keuangan, Akuntansi dan Pemasaran. (6). Melakukan evaluasi secara berkala terhadap pencapaian target Indikator Kinerja Kunci (IKK) atau Key Performance Indicators (KPI) yang berkaitan dengan aspek operasionalnya. (7). Melaksanakan dan memantau penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Govermance dan Manajemen Risiko di lingkungan Bidang Keuangan, Akuntansi dan Pemasaran. (8). Menindaklanjuti temuan hasil audit SPI dan audit eksternal yang berkaitan dengan tugas operasionalnya. (9). Menyiapkan laporan Manajemen Triwulan, Semesteran dan Laporan Tahunan serta Laporan Keuangan untuk dibahas bersama-sama dengan Anggota Direksi sebelum disampaikan kepada Dewan Komisaris dan Pemegang Saham (10). Menyelenggarakan dan memelihara akuntansi keuangan, akuntansi biaya, verifikasi dan akuntansi aset. (11). Menyiapkan rancangan RKAP, RJPP dan rencana lainnya di bidang keuangan, akuntansi, dan pemasaran dan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan untuk selanjutnya mengkoordinir penyusunan RKAP, RJPP dan rencana lainnya secara korporasi. (12). Merumuskan dan menetapkan program kegiatan Bagian Keuangan, Akuntansi dan Bagian Pemasaran yang didasarkan kepada RKAP dan RJP yang telah disahkan. (13). Merumuskan kebijakan dan menyusun pedoman kerja yang digunakan dilingkungan Direktorat Keuangan dan selanjutnya disampaikan kepada Direktur Utama untuk ditetapkan. (14). Melaksanakan dan mengendalikan kegiatan penjualan/ pemasaran dan stock produk. 2). Wewenang (1). Menetapkan kebijakan pengurusan Perusahaan pada Direktorat Keuangan. (2). Mewakili Perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai ketentuan yang berlaku. (3). Bertindak untuk dan atas nama Direksi berdasarkan surat kuasa dari Direktur Utama. (4). Mengangkat seorang atau lebih sebagai wakil atau kuasanya dengan surat kuasa untuk melakukan perbuatan tertentu yang berkaitan dengan tugas-tugas Direktur Keuangan. (5). Memberikan persetujuan pengeluaran anggaran dalam rangka operasional Direktorat Keuangan dengan batasan nilai sesuai ketentuan yang berlaku. (6). Mengusulkan kepada Direktur Utama untuk promosi, demosi, mutasi dan memberhentikan karyawan dilingkungan Direktorat Keuangan sesuai dengan peraturan kepegawaian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Direktur Perencanaan Dan Pengembangan Usaha 1). Tugas (1). Memimpin dan mengkoordinasikan tugas-tugas di bawah Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha. (2). Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan di bawah Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha. (3). Melaksanakan dan mengendalikan program kegiatan di Bidang Perencanaan (termasuk IT), Pengembangan Usaha (tidak termasuk pengembangan di Bidang Tanaman) dan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).
HALAMAN 21
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
(4).
Menyusun dan melaksanakan kegiatan Perusahaan dalam pengembangan industri hilir dan industri pendukung. (5). Pengelolaan dan pengurusan Anak Perusahaan dan Perusahaan Penyertaan (tidak termasuk aspek legal). (6). Menjalankan arahan dari Direktur Utama, Dewan Komisaris dan RUPS. (7). Mengadakan rapat-rapat internal secara berkala dilingkungan Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha untuk mengevaluasi pelaksanaan program kegiatan. (8). Melakukan evaluasi secara berkala terhadap pencapaian target Indikator Kinerja Kunci (IKK) atau Key Performance Indicators (KPI) yang berkaitan dengan aspek operasional. (9). Melaksanakan dan memantau penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Govermance dan Manajemen Risiko di lingkungan Bidang Perencanaan (termasuk IT) Pengembangan Usaha dan PKBL. (10). Menyiapkan Laporan Manajemen Triwulan, Semesteran dan Tahunan di Bidang Perencanaan (termasuk IT) Pengembangan Usaha dan PKBL (11). Menindaklanjuti temuan hasil audit SPI dan eksternal auditor yang berkaitan dengan tugas operasionalnya. (12). Menyiapkan rancangan RKAP, RJPP dan rencana lainnya di bidang Perencanaan (termasuk IT), Pengembangan Usaha dan program Kemitraan dan Bina Lingkungan. (13). Merumuskan dan menetapkan program kegiatan bagian Perencanaan (termasuk IT), Pengembangan Usaha dan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang didasarkan kepada RKAP dan RJPP yang telah disahkan. (14). Merumuskan kebijakan dan menyusun pedoman kerja yang digunakan dilingkungan Direktorat Pengembangan Usaha dan selanjutnya disampaikan kepada Direktur Utama untuk ditetapkan. 2). Wewenang (1). Menetapkan kebijakan pengurusan Perusahaan di bidang Perencanaan, Pengembangan Usaha dan PKBL. (2). Mewakili Perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai ketentuan yang berlaku. (3). Bertindak untuk dan atas nama Direksi berdasarkan surat kuasa dari Direktur Utama. (4). Mengangkat seorang atau lebih sebagai wakil atau kuasanya dengan surat kuasa untuk melakukan perbuatan tertentu yang berkaitan dengan tugas-tugas Direktur Perencanaan dan Pengembangan Usaha. (5). Memberikan persetujuan pengeluaran anggaran dalam rangka operasional Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha dengan batasan nilai sesuai ketentuan yang berlaku. (6). Mengusulkan kepada Direktur Utama untuk promosi, demosi, mutasi dan memberhentikan karyawan di lingkungan Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha sesuai peraturan kepegawaian dan peraturan perundang-unangan yang berlaku.
Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) dan Umum 1). Tugas (1). Memimpin dan mengkoordinasikan tugas-tugas di bawah Direktorat SDM dan Umum. (2). Menyusun struktur organisasi Perusahaan beserta uraian tugasnya. (3). Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan di bawah Direktorat SDM dan Umum.
HALAMAN 22
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
(4).
Melaksanakan dan mengendalikan program kegiatan dibidang SDM, Umum, Hukum dan Pertahanan serta Pengadaan. (5). Melaksanakan pengelolaan SDM, termasuk rekrutmen, penempatan, penilaian kinerja, karir, remunerasi dan purna tugas. (6). Menyusun Perjanjian Kerja Bersama (PKB) untuk dibahas bersama dengan Serikat Pekerja dan peraturan kepegawaian. (7). Mengurus permasalahan hukum yang dihadapi Perusahaan dan pengurusan hak atas tanah sesuai ketentuan yang berlaku. (8). Menjalankan arahan dari Direktur Utama, Dewan Komisaris dan RUPS. (9). Mengadakan rapat-rapat internal secara berkala dilingkungan SDM, Umum, Hukum dan Pertanahan serta Pengadaan untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatannya. (10). Melakukan evaluasi secara berkala terhadap pencapaian target Indikator Kinerja Kunci (IKK) atau Key Performance Indicators (KPI) yang berkaitan dengan aspek operasional. (11). Melaksanakan dan memantau penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan Manajemen Risiko di lingkungan Bidang SDM, Umum, Hukum dan Pertanahan serta Pengadaan. (12). Menindaklanjuti temuan hasil audit SPI dan auditor eksternal yang berkaitan dengan tugas operasionalnya. (13). Menyiapkan Laporan Manajemen Triwulan, Semesteran dan Tahunan di bidang SDM, Umum, Hukum dan Pertanahan, dan Pengadaan. (14). Merumuskan dan menetapkan program kegiatan Bagian SDM, Bagian Umum, Bagian Hukum dan Pertanahan serta Bagian Pengadaan yang didasarkan kepada RKAP dan RJPP yang telah disahkan. (15). Merumuskan kebijakan dan menyusun pedoman kerja yang digunakan dilingkungan Direktorat SDM dan Umum dan selanjutnya disampaikan kepada Direktur Utama untuk ditetapkan. 2). Wewenang (1). Menetapkan kebijakan pengurusan Perusahaan pada Direktorat SDM dan Umum (2). Mewakili Perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai ketentuan yang berlaku. (3). Bertindak untuk dan atas nama Direksi berdasarkan surat kuasa dari Direktur Utama. (4). Mengangkat seorang atau lebih sebagai wakil atau kuasanya dengan surat kuasa untuk melakukan perbuatan tertentu yang berkaitan dengan tugas-tugas Direktur SDM dan Umum. (5). Memberikan persetujuan pengeluaran anggaran dalam rangka operasional Direktorat SDM dan Umum dengan batasan nilai sesuai ketentuan yang berlaku. (6). Mengusulkan kepada Direktur Utama untuk promosi, demosi, mutasi dan memberhentikan karyawan dilingkungan Direktorat SDM dan Umum dan Direktorat lainnya sesuai peraturan kepegawaian dan peraturan perundangundangan yang berlaku. 3. Pendelegasian Wewenang Direksi26 1).
26
Apabila tidak ditetapkan lain oleh Direksi, Direktur Utama berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta mewakili Perseroan dengan ketentuan semua tindakan Direktur Utama dimaksud telah disetujui oleh rapat Direksi;
Anggaran Dasar Pasal 11 ayat (20) s.d ayat (25)
HALAMAN 23
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
2).
3).
4).
5).
6).
7).
Apabila Direktur Utama tidak ada atau berhalangan karena sebab apapun, hal mana tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, maka salah seorang anggota Direksi yang ditunjuk secara tertulis oleh Direktur Utama berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta melaksanakan tugas-tugas Direktur Utama; Dalam hal Direktur Utama tidak melakukan penunjukan, maka anggota Direksi yang terlama dalam jabatan berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta melaksanakan tugas-tugas Direktur Utama; Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) anggota Direksi yang terlama dalam jabatan, maka anggota Direksi yang terlama dalam jabatan dan yang tertua dalam usia yang berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta melaksanakan tugastugas Direktur Utama; Dalam hal salah seorang anggota Direksi selain Direktur Utama berhalangan karena sebab apapun, hal mana tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, maka anggota-anggota Direksi lainnya menunjuk salah seorang anggota Direksi untuk melaksanakan tugas-tugas anggota Direksi yang berhalangan tersebut; Direksi untuk perbuatan tertentu atas tanggung jawabnya sendiri, berhak pula mengangkat seseorang atau lebih sebagai wakil atau kuasanya, dengan memberikan kepadanya atau kepada mereka kekuasaan untuk perbuatan tertentu tersebut yang diatur dalam surat kuasa; Direksi dapat member kuasa tertulis kepada 1 (satu) orang karyawan perseroan atau lebih atau kepada orang lain atas nama perseroan melakukan perbuatan hukum tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam surat kuasa.27
4. Keputusan Direksi28 Segala keputusan Direksi dalam pelaksanaan tugas pengurusan perusahaan diambil dalam rapat Direksi. Keputusan dapat juga diambil di luar rapat Direksi sepanjang seluruh anggota Direksi setuju tentang cara dan materi yang diputuskan. Tindakan yang dilakukan oleh anggota Direksi di luar yang diputuskan oleh rapat Direksi menjadi tanggung jawab pribadi yang bersangkutan sampai dengan tindakan dimaksud disetujui oleh rapat Direksi. 5. Rapat Direksi29 Dalam setiap rapat Direksi harus dibuat risalah rapat yang ditandatangani oleh Ketua Rapat (Pimpinan Rapat) Direksi dan seluruh anggota Direksi yang hadir. (Format Risalah Rapat, lampiran 2) 1). Pelaksanaan Rapat Direksi (1). Setiap awal tahun ditetapkan Rencana dan Jadwal pelaksanaan rapat Direksi. (2). Rapat Direksi dianggap sah apabila diadakan di tempat kedudukan Perseroan atau di tempat lain di dalam wilayah Republik Indonesia. (3). Rapat Direksi harus diadakan secara berkala, sekurang-kurangnya sekali dalam setiap bulan, dan dalam rapat tersebut Direksi dapat mengundang Dewan Komisaris.30 (4). Direksi dapat mengadakan rapat setiap waktu, apabila:
27
UU PT No.40/2007 Pasal 103
28
Anggaran Dasar Pasal 12 ayat (1) dan (2)
29
Anggaran Dasar Pasal 12
30
Permen BUMN No.PER-01/MBU/2011 tentang GCG Pasal 24 ayat (1)
HALAMAN 24
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
a. b.
Dipandang perlu oleh seorang atau lebih anggota Direksi; Atas permintaan tertulis dari seorang atau lebih anggota Dewan Komisaris; atau c. Atas permintaan tertulis dari 1 (satu) orang atau lebih Pemegang Saham yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu per sepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara. (5). Direksi harus menetapkan tata tertib rapat Direksi antara lain mengatur: etika rapat, tata penyusunan risalah rapat, pelaksanaan evaluasi tindak lanjut hasil rapat sebelumnya, pembahasan/telaah atas usulan dan arahan/keputusan Dewan Komisaris dan RUPS.31 (6). Tata-tertib rapat Direksi dicantumkan dengan jelas dalam Risalah Rapat Direksi. (7). Setiap rapat Direksi harus dibuatkan risalah rapat, yang berisi hal-hal yang dibicarakan (termasuk pernyataan ketidaksetujuan/dissenting opinion anggota Direksi, jika ada) dan hal-hal yang diputuskan. Satu salinan Risalah Rapat Direksi agar disampaikan kepada Dewan Komisaris untuk diketahui. (8). Risalah rapat Direksi merupakan bukti yang sah mengenai keputusankeputusan yang diambil dalam rapat Direksi, baik untuk para anggota Direksi maupun pihak ketiga. (9). Risalah rapat Direksi ditandatangani oleh Ketua Rapat (Pimpinan Rapat) dan seluruh anggota Direksi yang hadir dalam rapat. (10). Apabila berita acara rapat Direksi dibuat di depan Notaris tandatangantandatangan tersebut tidak disyaratkan. (11). Setiap anggota Direksi berhak menerima salinan risalah rapat Direksi, baik yang bersangkutan hadir maupun tidak hadir dalam rapat Direksi tersebut. (12). Sekretaris Perusahaan menatausahakan setiap risalah rapat Direksi serta harus tersedia bila diminta setiap saat oleh Direksi atau Dewan Komisaris atau Pemegang Saham. (13). Risalah asli dari setiap rapat Direksi dijilid dalam kumpulan tahunan harus disimpan oleh perseroan dan harus tersedia bila diminta oleh setiap anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan Pemegang Saham. (14). Jumlah rapat Direksi dan jumlah kehadiran masing-masing anggota Direksi harus dimuat dalam Laporan Tahunan Perseroan. 2). Panggilan Rapat Direksi. (1). Panggilan Rapat Direksi dilakukan secara tertulis oleh anggota Direksi yang berhak mewakili Perseroan dan disampaikan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari sebelum rapat diadakan atau dalam waktu yang lebih singkat jika dalam keadaan mendesak, dengan tidak memperhitungakan tanggal panggilan dan tanggal rapat. (2). Dalam hal rapat yang sifatnya khusus/keadaan mendesak, panggilan rapat terlebih dahulu dapat dilaksanakan melalui media telekomunikasi dan pada saat rapat panggilan rapat tersebut diformalkan secara tertulis. (3). Panggilan rapat Direksi harus mencantumkan acara/agenda, tanggal, waktu dan tempat rapat. (4). Acara/agenda rapat disusun dengan masukan dari setiap anggota Direksi. (5). Panggilan rapat Direksi tidak disyaratkan apabila semua anggota Direksi hadir dalam rapat. (6). Panggilan rapat disiapkan oleh Sekretaris Perusahaan atas permintaan Direktur Utama atau yang ditunjuk. (7). Setiap anggota Direksi harus mempersiapkan diri untuk mempelajari semua materi yang akan dibicarakan dalam rapat sebelum rapat dilaksanakan. 3). Pimpinan Rapat (Ketua Rapat) Direksi.
31
Permen BUMN No.PER-01/MBU/2011 tentang GCG Pasal 24 ayat (2)
HALAMAN 25
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
(1). (2).
Semua rapat Direksi dipimpin oleh Direktur Utama. Dalam hal Direktur Utama tidak hadir atau berhalangan, Rapat Direksi dipimpin oleh seorang Direktur yang ditunjuk oleh Direktur Utama. (3). Dalam hal Direktur Utama tidak melakukan penunjukan, maka salah seorang Direktur yang terlama dalam jabatan sebagai anggota Direksi yang memimpin rapat. (4). Dalam hal Direktur yang paling lama menjabat sebagai anggota Direksi Perseroan lebih dari 1 (satu) orang, maka Direktur yang terlama dan yang tertua dalam usia yang bertindak sebagai pimpinan rapat. 4). Pengambilan Keputusan Rapat Direksi. (1). Rapat Direksi adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila dihadiri oleh lebih dari ½ (satu per dua) jumlah anggota Direksi atau wakilnya yang sah. (2). Dalam mata acara lain-lain, rapat Direksi tidak berhak mengambil keputusan kecuali semua anggota Direksi atau wakil yang sah, hadir dan menyetujui penambahan mata acara rapat. (3). Semua keputusan dalam rapat Direksi diambil dengan musyawarah untuk mufakat. (4). Dalam hal keputusan tidak dapat diambil dengan musyawarah mufakat, maka keputusan rapat Direksi diambil dengan suara terbanyak biasa. (5). Setiap anggota Direksi berhak untuk mengeluarkan 1 (satu) suara dan tambahan 1 (satu) suara untuk anggota Direksi yang diwakilinya. (6). Untuk memberikan suara dalam pengambilan keputusan, seorang anggota Direksi dapat diwakili dalam rapat hanya oleh anggota Direksi lainnya berdasarkan kuasa tertulis yang diberikan khusus untuk keperluan itu. (7). Seorang anggota Direksi hanya dapat mewakili seorang anggota Direksi lainnya. (8). Apabila jumlah suara yang setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka keputusan rapat Direksi adalah yang sama dengan pendapat Ketua Rapat, dengan tetap memperhatikan ketentuan mengenai pertanggungjawaban atas kerugian perseroan yang terjadi, yaitu Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai dalam mengambil keputusan, kecuali apabila anggota Direksi yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa: a. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; b. Telah mengambil keputusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas keputusan yang diambil yang mengakibatkan kerugian Perseroan; atau d. Dalam keputusan yang diambil telah disampaikan langkah-langkah untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian Perseroan. (9). Pemungutan suara yang menyangkut diri orang dilakukan dengan suara tertutup tanpa tandatangan, kecuali Pimpinan Rapat menentukan lain tanpa ada keberatan dari yang hadir. (10). Suara blanko (abstain) dianggap menyetujui hasil keputusan Rapat Direksi. (11). Dalam hal usulan lebih dari dua alternatif dan hasil pemungutan suara belum mendapatkan satu alternatif dengan suara lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, maka dilakukan pemilihan ulang terhadap dua usulan yang memproleh suara terbanyak sehingga salah satu usulan memproleh suara lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari jumlah yang dikeluarkan. (12). Suara yang tidak sah dianggap tidak ada dan tidak dihtung dalam menentukan jumlah suara yang dikeluarkan.
HALAMAN 26
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
(13). Setiap anggota Direksi yang secara pribadi, baik langsung maupun tidak langsung, mempunyai kepentingan dalam suatu transaksi, kontrak atau kontrak yang diusulkan, harus menyatakan adanya konflik kepentingan dalam suatu rapat Direksi dan tidak berhak dalarn pengambilan suara mengenai hal-hal yang berhubungan dengan transaksi atau kontrak tersebut, kecuali jika rapat Direksi menentukan lain. 6. Tingkat Kesegeraan Pengambilan dan Penyampaian Keputusan Direksi. 1). Pengambilan keputusan Direksi paling lambat 7 (tujuh) hari sejak usulan tindakan disampaikan dalam rapat Direksi atau disampaikan secara tertulis kepada Direksi. 2). Penyampaian keputusan Direksi kepada tingkat organisasi dibawah Direksi paling lambat 7 (tujuh) hari sejak ditetapkan. 7. Program Pengenalan32 1). Anggota Direksi yang baru diangkat wajib diberikan program pengenalan mengenai Perusahaan. 2). Tanggung jawab untuk mengadakan program pengenalan tersebut berada pada Sekretaris Perusahaan atau siapapun yang menjalankan fungsi sebagai sekretaris perusahaan. 3). Direktur Utama bertanggungjawab untuk terlaksananya pelaksanaan pengenalan mengenai perusahaan tersebut kepada anggota Direksi. 4). Program pengenalan meliputi : (1). Pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance oleh perseroan. (2). Gambaran mengenai perusahaan berkaitan dengan tujuan, sifat, dan lingkup kegiatan, visi, misi, strategi, Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJJP), Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), kinerja keuangan dan operasi, informasi tentang sumber daya perseroan secara umum, posisi kompetitif, risiko dan masalah-masalah strategis lainnya. (3). Keterangan berkaitan dengan kewenangan yang didelegasikan, audit internal dan eksternal, sistem dan kebijakan pengendalian internal, termasuk Komite Audit dan Komite Manajemen Risiko & GCG. (4). Keterangan mengenai tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi serta hal-hal yang tidak diperbolehkan. 5). Program pengenalan perusahaan dapat berupa presentasi, pertemuan, atau kunjungan ke perusahaan. 6). Pelaksanaan Program Pengenalan dibuatkan check-list nya, setelah ditandatangani oleh Direktur Utama aslinya disimpan oleh Sekretaris Perusahaan. (Contoh checklist lihat Lampiran 3) 8. Program Pelatihan dan Pendidikan 1). Direksi setiap awal tahun wajib menyusun program/rencana pelatihan dan pendidikan dalam rangka meningkatkan kompetensi anggota Direksi sesuai dengan kebutuhan. 2). Masing-masing anggota Direksi wajib membuat laporan tentang hasil pelatihan dan pendidikan yang telah diikutinya. 9. Benturan Kepetingan
32
Permen BUMN No.PER-01/MBU/2011 tentang GCG Pasal 43
HALAMAN 27
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
1). Anggota Direksi dilarang melakukan tindakan yang mempunyai benturan kepentingan (conflict of interest) dan mengambil keuntungan pribadi, dari pengambilan keputusan dan/atau pelaksanaan kegiatan BUMN yang bersangkutan, selain penghasilan yang sah.33 2). Anggota Direksi dilarang memberikan atau menawarkan, atau menerima, baik langsung maupun tidak langsung, sesuatu yang berharga kepada atau dari pelanggan atau seorang pejabat Pemerintah untuk mempengaruhi atau sebagai imbalan atas apa yang telah dilakukannya dan tindakan lainnya, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 3). Anggota Direksi pada awal pengangkatannya wajib membuat surat pernyataan tidak memiliki benturan kepentingan pada perusahaan dan diperbaharui setiap awal tahun. 4). Untuk pernyataan tahunan sebagaimana butir 9.3 dilampirkan sebagai bagian dari Kontrak Manajemen Direksi dalam RKAP. 5). Bila dalam periode pelaksanaan tugasnya, anggota Direksi mengalami (potensi) benturan kepentingan wajib membuat surat pernyataan mengenai hal tersebut dan disampaikan kepada Dewan Komisaris dan Pemegang Saham. 6). Direksi wajib membuat Fakta Integritas yang dilampirkan dalam Usulan Tindakan Direksi yang harus mendapatkan rekomendasi dari Dewan Komisaris dan persetujuan Pemegang Saham/RUPS. 7). Anggota Direksi wajib melaporkan kepada perusahaan untuk dicatat dalam Daftar Khusus mengenai kepemilikan sahamnya dan/atau keluarganya pada perusahaan dan perusahaan lain. 10.Laporan Harta Kekayaan Penyelengara Negara (LHKPN). Masing-masing anggota Direksi wajib membuat dan menyampaikan Laporan Harta Kekayaannya masing-masing kepada Instansi/lembaga yang telah ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan secara tepat waktu. 11.Organ Pendukung Dewan Direksi Organ pendukung Direksi adalah perangkat Direksi yang berfungsi membantu Direksi dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama. 1). Sekretaris Perusahaan34 Direksi wajib menyelenggarakan fungsi Sekretaris Perusahaan, penyelenggaraan fungsi sekretaris perusahaan dapat dilakukan oleh seorang Sekretaris Perusahaan yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama berdasarkan mekanisme internal perusahaan dengan persetujuan Dewan Komisaris. (1). Fungsi Sekretaris Perusahaan a. Memastikan bahwa perseroan mematuhi peraturan tentang persyaratan keterbukaan sejalan dengan penerapan prinsip-prinsip GCG; b. Memberikan informasi yang dibutuhkan oleh Direksi dan Dewan Komisaris secara berkala dan/atau sewaktu-waktu apabila diminta; c. Sebagai penghubung (liaison officer); dan d. Menatausahakan serta menyimpan dokumen perusahaan, termasuk tetapi tidak terbatas pada Daftar Pemegang Saham, Daftar Khusus dan risalah rapat Direksi, rapat Dewan Komisaris dan RUPS.
33
Permen BUMN No.PER-01/MBU/2011 tentang GCG Pasal 23
34
Permen BUMN No. PER-01/MBU/2011 tentang GCG Pasal 29
HALAMAN 28
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
e. Fungsi lainnya adalah menyiapkan bahan-bahan, undangan, tata tertip rapat, menghadiri, menyiapkan dan mendistribusikan risalah rapat setiap rapat Direksi, rapat gabungan Direksi dengan Dewan Komisaris dan RUPS. (2). Pedoman Sekretaris Perusahaan Direksi wajib menetap Pedoman Sekretaris Perusahaan untuk melaksanakan fungsinya diatas yang memuat segala hal yang bekaitan dengan keberadaan dan uraian tugas Sekretaris Persahaan. (3). Evaluasi kinerja Sekretaris Perusahaan Direksi wajib menjaga dan mengevaluasi kualitas fungsi sekretaris perusahaan setiap 1 (satu) tahun sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Direksi. 2). Satuan Pengawasan Intern35 Direksi wajib menyelenggarakan pengawasan intern, dengan membentuk Satuan Pengawasan Intern yang dipimpin oleh seorang Kepala yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama berdasarkan mekanisme internal perusahaan dengan persetujuan Dewan Komisaris. (1). Fungsi Pengawasan Intern a. Evaluasi atas efektifitas pelaksanaan pengendalian intern, manajemen risiko, dan proses tata kelola perusahaan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kebijakan perusahaan; b. Pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi dan efektifitas di bidang keuangan, operasional, sumber daya manusia, teknologi informasi, dan kegiatan lainnya. (2). Piagam Pengawasan Intern Direksi wajib menetapkan Piagam Pengawasan Intern untuk melaksanakan fungsinya diatas yang memuat segala hal yang bekaitan dengan keberadaan dan uraian tugas Satuan Pengawasan Intern. (3). Evaluasi kinerja Satuan Pengawasan Intern Direksi wajib menjaga dan mengevaluasi kualitas fungsi pengawasan intern setiap 1 (satu) tahun sesuai dengan Piagam Pengawasan Intern yang ditetapkan oleh Direksi. (4). Laporan Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Intern Direksi wajib menyampaikan laporan pelaksanaan fungsi pengawasan intern kepada Dewan Komisaris secara periodik. 3). Manajemen Risiko Direksi wajib membangun dan melaksanakan program manajemen risiko perseroan secara terpadu yang merupakan bagian dari pelaksanaan program GCG, dengan membentuk unit kerja tersendiri. (1). Fungsi Manajemen Risiko Direksi, dalam setiap pengambilan keputusan/tindakan, harus mempertimbangkan risiko usaha. (2). Pedoman Manajemen Risiko Direksi wajib menetapkan Pedoman Manajemen Risiko Perseroan untuk yang memuat segala hal yang bekaitan manajemen risiko dan uraian tugas Direksi, Bagian Manajemen Risiko dan tugas masing-masing pemilik risiko. (3). Laporan Manajemen Risiko Direksi wajib menyampaikan laporan profil manajemen risiko dan penanganannya bersamaan dengan laporan berkala perusahaan.
35
Permen BUMN No.PER-01/MBU/2011 tentang GCG Pasal 28
HALAMAN 29
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
12.Laporan Manajemen Perusahaan 1). Direksi wajib menyusun dan menyampaikan Laporan Manajemen Perusahaan kepada Dewan Komisaris dan Pemegang Saham meliputi: Laporan Manajemen Perusahaan Triwulanan, Laporan Manajemen Perusahaan Tahunan (khusus untuk Laporan Manajemen Perusahaan Triwulan IV, digabungkan menjadi Laporan Manajemen Perusahaan Tahunan), dan Laporan Tahunan atau Annual Report.36 2). Disamping Laporan Manajemen Perusahaan diatas, Direksi wajib menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban Program Kemitraan dan Bina Lingkungan secara terpisah kepada Dewan Komisaris dan Pemegang Saham.37 3). Laporan lainnya (1). Direksi wajib menyusun dan menyampaikan laporan mengenai pencapaian kinerja masing-masing Direktorat berdasarkan target-target dalam kontrak manajemen sebagai kinerja masing-masing Direksi kepada Dewan Komisaris. (2). Direksi wajib menyusun dan menyampaikan laporan profil manajemen risiko perusahaan dan penanganannya bersamaan dengan laporan berkala perusahaan.38 (3). Direksi wajib menyusun menyampaikan laporan pelaksanaan fungsi pengawasan intern secara periodik kepada Dewan Komisaris.39 (4). Direksi wajib menyampaikan laporan pelaksanaan tata kelola teknologi informasi secara periodik kepada Dewan Komisaris.40 (5). Direksi wajib menyusun dan menyampaikan laporan pelakaksanaan Tata Kelola Perusahaan yang Baik kepada Pemegang Saham dan Dewan Komisaris minimal sekali dalam setahun. (6). Laporan lainnya yang sewaktu-waktu diminta oleh Dewan Komisaris dan Pemegang Saham. 4). Laporan Manajemen Perusahaan Triwulanan sebagaimana dimaksud dalam butir di atas sekurang-kurangnya memuat : (1). Perhitungan Triwulanan; (2). Laporan mengenai keadaan dan jalannya perusahaan serta hasil yang telah dicapai selama triwulan yang bersangkutan; (3). Kegiatan utama perusahaan dan perubahan selama triwulan yang bersangkutan; (4). Rincian masalah yang timbul selama triwulan yang bersangkutan yang mempengaruhi kegiatan perusahaan; (5). Sepuluh indikator utama perusahaan; (6). Tingkat kinerja perusahaan; (7). Tingkat kinerja Direksi baik secara individu maupun secara kolegial; (8). Perhitungan nilai tambah; (9). Organisasi dan Manajemen; (10). Pajak, Dividen dan Devisa; (11). Pelaksanaan Kemitraan dan Bina Lingkungan; (12). Pelaksanaan kegiatan yang telah mendapat persetujuan Dewan Komisaris dan Pemegang Saham;
36
Kepmen BUMN No.211/M-PBUMN/1999 tentang LM BUMN Pasal 2 ayat (1)
37
Kepmen BUMN No.211/M-PBUMN/1999 tentang LM BUMN Pasal 2 ayat (2)
38
Permen BUMN No.PER-01/2011 tentang GCG Pasal 25 ayat (4
39
Permen BUMN No.PER-01/2011 tentang GCG Pasal 28 ayat (5)
40
Permen BUMN No.PER-01/2011 tentang GCG Pasal 30 ayat (2)
HALAMAN 30
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
(13). Tindak lanjut keputusan RUPS tahun lalu. 5). Laporan Manajemen Perusahaan Tahunan sebagaimana dimaksud di atas sekurang-kurangnya memuat: (1). Perhitungan Tahunan/ Laporan Keuangan; (2). Laporan mengenai keadaan dan jalannya perusahaan serta hasil yang telah dicapai selama tahun buku; (3). Kegiatan utama perusahaan dan perubahan selama tahun buku; (4). Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan perusahaan; (5). Sepuluh indikator utama perusahaan; (6). Tingkat kinerja perusahaan; (7). Tingkat kinerja Direksi baik secara individu maupun secara kolegial; (8). Perhitungan nilai tambah; (9). Organisasi dan Manajemen; (10). Usul pembagian laba; (11). Pajak, Dividen dan Devisa; (12). Pertanggungjawaban Pelaksanaan Kemitraan dan Bina Lingkungan; (13). Statistik perusahaan 10 (sepuluh) tahun; (14). Pelaksanaan kegiatan yang telah mendapat persetujuan Dewan Komisaris dan Pemegang Saham; (15). Tindak lanjut keputusan RUPS tahun lalu. 6). Laporan mengenai keadaan dan jalannya perusahaan serta hasil yang telah dicapai setiap triwulan dan selama tahun buku sebagaimana dimaksud sekurangkurangnya memuat penjelasan secara kuantitatif dan kualitatif tentang: (1). Pemasaran; (2). Produksi; (3). Teknologi termasuk teknologi Informasi; (4). Penelitian dan Pengembangan; (5). Logistik; (6). Manajemen, Organisasi dan Sistem termasuk manajemen risiko; (7). Sumber Daya Manusia; (8). Satuan Pengawasan Intern (SPI); (9). Keuangan dan Akuntansi; (10). Investasi; (11). Pajak, Dividen dan Devisa; (12). Dana Pensiun; (13). Kerjasama dan Anak Perusahaan; (14). Program Restrukturisasi dan Privatisasi. 7). Laporan Tahunan atau Annual Report sebagaimana dimaksud di atas disusun sesuai dengan peraturan perundang-undangan, sekurang-kurangnya memuat: (1). Laporan tahunan disajikan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris secara berdampingan. (2). Laporan Tahunan memuat mengenai Ikhtisar Data Keuangan Penting, yang memuat: a. Informasi keuangan (laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, rasio-rasio keuangan secara umum dan yang relevan dengan industri perusahaan) dalam bentuk perbandingan selama 5 (lima) tahun buku. b. Informasi harga Saham tertinggi, terendah, dan penutupan, serta jumlah Saham yang diperdagangkan (dicatatkan) untuk setiap masa triwulan dalam 2 (dua) tahun buku terakhir (jika ada). c. Harga saham sebelum perubahan permodalan terakhir wajib disesuaikan dalam hal terjadi antara lain karena pemecahan saham, dividen saham, dan saham bonus bentuk grafik dan tabel.
HALAMAN 31
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
d.
(3).
(4).
(5).
(6).
Informasi jumlah obligasi atau obligasi konvertibel yang diterbitkan yang masih beredar, tingkat bunga, peringkat obligasi dan tanggal jatuh tempo dalam 2 (dua) tahun buku terakhir (jika ada). Laporan Dewan Komisaris memuat hal-hal: a. Penilaian kinerja Direksi mengenai pengelolaan perusahaan. b. Pandangan atas prospek usaha perusahaan. c. Komite-komite yang berada dibawah pengawasan Dewan Komisaris. d. Perubahan komposisi Dewan Komisaris (jika ada). Laporan Direksi memuat hal-hal: a. Kinerja perusahaan mencakup antara lain kebijakan strategis, perbandingan antara hasil yang dicapai dengan yang ditargetkan, dan kendala-kendala yang dihadapi perusahaan. b. Prospek usaha. c. Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik yang telah dilaksanakan oleh perusahaan. d. Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik yang telah dilaksanakan oleh perusahaan. e. Perubahan komposisi Direksi (jika ada). Laporan Tahunan memuat profil perusahaan secara lengkap, yang memuat: a. Riwayat singkat perusahaan mencakup antara lain: tanggal/tahun pendirian, nama dan perubahan nama perusahaan jika ada. b. Bidang usaha meliputi jenis produk dan atau jasa yang dihasilkan. c. Struktur Organisasi dalam bentuk bagan, meliputi nama dan jabatan. d. Visi dan Misi Perusahaan yang mencakup: i). Penjelasan tentang visi perusahaan; ii). Penjelasan tentang misi perusahaan. e. Komposisi Pemegang Saham f. Daftar Anak Perusahaan dan atau Perusahaan Asosiasi antara lain memuat informasi: g. Nama, jabatan, dan riwayat hidup singkat anggota Dewan Komisaris/Dewan Pengawas (umur, pendidikan dan pengalaman kerja). h. Nama, jabatan, dan riwayat hidup singkat anggota Direksi (umur, pendidikan, dan pengalaman kerja). i. Jumlah Karyawan (komparatif 2 tahun) dan deskripsi pengembangan kompetensinya (misal: aspek pendidikan dan pelatihan karyawan). j. Komposisi Pemegang Saham k. Daftar Anak Perusahaan dan atau Perusahaan Asosiasi antara lain memuat informasi: Persentase Kepemilikan Saham; Keterangan tentang bidang usaha anak perusahaan atau perusahaan asosiasi; Laporan Tahunan memuat bagian tersendiri mengenai Analisa dan Pembahasan Manajemen atas Kinerja Perusahaan, yang memuat: a. Uraian mengenai: produksi, penjualan/ pendapatan usaha, profitabilitas, peningkatan/ penurunan kapasitas produksi untuk masing-masing segmen usaha. b. Uraian mengenai Kinerja Keuangan Perusahaan yang mencakup perbandingan antara tahun yang bersangkutan dengan tahun sebelumnya (dalam bentuk narasi dan tabel) , antara lain mengenai: i). Aktiva lancar, aktiva tidak lancar, dan jumlah aktiva; ii). kewajiban lancar, kewajiban tidak lancar, dan jumlah kewajiban; iii).penjualan/pendapatan usaha; iv). beban usaha; v). laba/rugi bersih. c. Uraian mengenai tentang kemampuan membayar hutang dan tingkat kolektibilitas piutang Perusahaan.
HALAMAN 32
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
d.
(7).
Uraian mengenai struktur modal (capital structure), kebijakan manajemen atas struktur modal (capital structure policies), dan tingkat likuiditas perusahaan (liquidity). e. Uraian mengenai perikatan sumber dana untuk membiayai investasi dan langkah-langkah yang direncanakan perusahaan untuk melindungi risiko yang mungkin terjadi. f. Uraian mengenai informasi keuangan yang mengandung kejadian yang sifatnya luar biasa dan jarang terjadi. g. Uraian mengenai dampak perubahan harga terhadap penjualan atau pendapatan bersih perusahaan serta laba operasi perusahaan selama 2 (dua) tahun. h. Uraian mengenai informasi dan fakta material yang terjadi setelah tanggal laporan akuntan, termasuk dampaknya terhadap kinerja dan resiko usaha di masa mendatang. i. Uraian mengenai informasi investasi, ekspansi, dan transaksi yang mengandung benturan kepentingan (jika ada). j. Uraian mengenai profil risiko dan pengelolaannya. k. Uraian mengenai perubahan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh signifikan terhadap perusahaan dan dampaknya terhadap laporan keuangan. Laporan Tahunan memuat pengungkapan praktik Tata Kelola Perusahaan yang Baik. a. Uraian pelaksanaan tugas Dewan Komisaris, prosedur penetapan dan besarnya remunerasi anggota Dewan Komisaris, frekuensi rapat dan tingkat kehadiran Dewan Komisaris dalam rapat dan program pelatihan dalam rangka meningkatkan kompetensi Dewan Komisaris. b. Uraian singkat jabatan, tugas dan tanggung jawab Organ Pendukung Dewan Komisaris, prosedur penetapan dan besarnya penghasilan Organ Pendukung Dewan Komisaris, frekuensi rapat dan tingkat kehadiran Organ Pendukung Dewan Komisaris dalam rapat, dan laporan singkat pelaksanaan kegiatan dan Independensi Organ Pendukung Dewan Komisaris. c. Uraian ruang lingkup pekerjaan dan tanggung jawab masing-masing anggota Direksi, prosedur penetapan dan besamya remunerasi anggota Direksi, yang meliputi: gaji, fasilitas, dan/atau tunjangan lain yang diterima dari perusahaan yang bersangkutan dan anak perusahaan/perusahaan patungan perusahaan yang bersangkutan, frekuensi rapat dan tingkat kehadiran anggota direksi dalam rapat, dan Program pelatihan dalam rangka meningkatkan kompetensi Direksi. d. Uraian singkat mengenai jabatan, tugas, tanggung jawab dan pelaksanaan tugas Sekretaris Perusahaan, Kepala Satuan Pengawasan Intern, dan Kepala Bagian Manajemen Risiko dan GCG. e. Uraian mengenai aktivitas dan biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan tanggung jawab sosial dan ligkungan perusahaan. f. Uraian mengenai perkara penting yang sedang dihadapi oleh perusahaan, Direksi dan anggota Dewan Komisaris yang sedang menjabat dan klaim material yang diajukan oleh dan/atau terhadap perusahaan, dan perkara yang ada di badan peradilan atau badan arbitrase yang melibatkan perusahaan, dan pengaruhnya terhadap kondisi keuangan perusahaan. g. Uraian mengenai tersedianya akses informasi dan data perusahaan kepada publik, misalnya melalui website, media massa, mailing list, buletin dsb. h. Uraian mengenai keberadaan Pedoman Perilaku, penyebaran Pedoman Perilaku kepada karyawan dan upaya penegakannya.
HALAMAN 33
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
i. (8).
Uraian mengenai hasil assessment/penilaian dan evaluasi terhadap pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan yang Baik. Laporan Tahunan memuat bagian tersendiri mengenai Laporan Keuangan, yang memuat: a. Surat Pernyataan Direksi tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan sesuai dengan peraturan Bapepam. b. Laporan keuangan yang lengkap, yaitu: neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan serta disajikan untuk jangka waktu 2 (dua) tahun terakhir atau sejak usaha dimulai bagi perusahaan yang memulai usahanya kurang dari 2 (dua) tahun buku. c. Opini akuntan atas laporan keuangan.
13. Tata Cara Penyampaian dan Pengesahan Laporan Manajemen41 1). Direksi wajib menyampaikan Laporan Manajemen Perusahaan Triwulanan yang telah ditandatangani oleh Direktur Utama dan Komisaris Utama kepada Pemegang Saham paling lambat 1 (satu) bulan setelah triwulan bersangkutan berakhir. Disampaikan Kepada Dewan Komisaris 2 (dua) minggu sebelum disampaikan kepada Pemegang Saham. 2). Direksi wajib menyampaikan Laporan Manajeman Perusahaan Tahunan yang telah ditandatangani oleh seluruh anggota Direksi dan seluruh anggota Dewan Komisaris kepada Pemegang Saham paling lambat 2 (dua) bulan setelah berakhirnya tahun buku. Disampaikan kepada Dewan Komisaris 1 (satu) bulan sebelum disampaikan kepada Pemegang Saham. 3). Direksi wajib menyampaikan Perhitungan Tahunan (Laporan Keuangan) yang telah diperiksa oleh auditor ekternal kepada Pemegang Saham paling lambat 5 (lima) bulan setelah berakhirnya tahun buku. 4). Apabila terdapat perbedaan antara Laporan Manajemen Perusahaan Tahunan yang telah disampaikan kepada Pemegang Saham dengan Perhitungan Tahunan yang telah diperiksa oleh Akuntan Publik, maka Direksi harus melakukan revisi terhadap Laporan Manajemen Perusahaan Tahunan dimaksud untuk memperoleh persetujuan dan pengesahan oleh Rapat Umum Pemegang Saham. 5). Direksi wajib menyampaikan Laporan Tahunan atau Annual Report yang telah ditanda tangani oleh seluruh anggota Direksi dan seluruh anggota Dewan Komisaris kepada Pemegang Saham paling lambat 1 (satu) bulan setelah Perhitungan Tahunan (laporan keuangan) diperiksa oleh auditor eksternal. Disampaikan kepada Dewan Komisaris 2 (dua) minggu sebelum disampaikan kepada Pemegang Saham. 6). Direksi wajib menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban Program Kemitraan dan Bina Lingkungan kepada Pemegang Saham sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 7). Persetujuan Laporan Manajemen Perusahaan Tahunan dan Laporan Tahunan termasuk Pengesahan Perhitungan Tahunan (Laporan Keuangan) yang telah diperiksa oleh auditor eksternal dan Laporan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris, dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham paling lambat 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun buku. 8). Persetujuan Laporan Manajemen Perusahaan Tahunan dan Laporan Tahunan termasuk Pengesahan Perhitungan Tahunan (Laporan Keuangan) dan Laporan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris oleh Rapat Umum Pemegang Saham diberikan untuk pembebasan sepenuhnya (acquit et decharge) kepada Dewan
41
Kepmen BUMN No.211/M-PBUMN/1999 tentang LM BUMN Pasal 7 dan 8
HALAMAN 34
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
Komisaris dan Direksi dari tanggungjawab atas tindakannya dalam bidangnya masing-masing. 9). Pembebasan tanggungjawab sebagaimana dimaksud tidak mengurangi tanggung jawab masing-masing anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi dalam hal terjadi kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.42
42
UU PT No.40/2007 Pasal 97 dan Pasal 114
HALAMAN 35
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
BAB III MEKANISME GOVERNANCE
Dewan Komisaris dan Direksi selaku Organ Perseroan harus menjalankan fungsinya dalam pengurusan perseroan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perseroan atas dasar prinsip bahwa masing-masing mempunyai independensi dalam melaksanakan tugas, wewenang dan kewajibannya semata-mata untuk kepentingan perseroan. Mekanisme governance ini menguraikan bagaimana hubungan kerja antara Dewan Komisaris dengan Direksi dalam pengurusan perseroan yang merupakan best practices proses governance di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), tanpa mengurangi pelaksanaan fungsinya masing-masing dan tanpa ada intervensi yang satu ke yang lainnya, sebagai berikut : A. Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP)43 1. 2.
3. 4.
5.
6. 7. 8.
9.
10. 11. 12. 13. 14.
43
Dalam rangka peningkatan efisiensi dan produktifitas perseroan, Direksi perseroan wajib menyusun Rencana Jangka Panjang. Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) adalah merupakan rencana strategis yang mencakup rumusan mengenai tujuan dan sasaran yang hendak dicapai oleh Perseroan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun. Perumusan Rencana Jangka Panjang Perusahaan dilakukan oleh seluruh jajaran perusahaan dan merupakan tanggung jawab manajemen. Dalam waktu 60 (enam puluh) hari sebelum berakhirnya Rencana Jangka Panjang, Direksi wajib menyampaikan rancangan Rencana Jangka Panjang periode berikutnya kepada Pemegang Saham. Direksi yang baru diangkat wajib membuat RJPP paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah pengangkatannya, dengan mempertimbangkan pencapaian RJPP periode sebelumnya dan menyampaikannya kepada Pemegang Saham. Dewan Komisaris wajib mengkaji dan mengevaluasi rancangan RJPP yang disampaikan oleh Direksi dan memberikan masukan/saran yang diperlukan. Seluruh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris menandatangani rancangan RJPP. Direksi wajib menyampaikan Rancangan RJPP yang sudah ditandatangani oleh seluruh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)/Pemegang Saham untuk disahkan. Pengesahan Rencana Jangka Panjang Perusahaan oleh RUPS/Pemegang Saham ditetapkan selambat-lambatnya dalam waktu 60 (enam puluh) hari setelah diterimanya Rancangan RJPP secara lengkap. Jika dalam waktu sebagaimana dimaksud pada butir 5 Rancangan RJPP belum disahkan, maka Rancangan RJPP tersebut dianggap telah mendapat persetujuan. Perubahan atas Rencana Jangka Panjang Perusahaan yang telah disahkan hanya dapat dilakukan bila terdapat perubahan materiil yang berada di luar kendali Direksi. Perubahan materiil sebagaimana dimaksud adalah perubahan yang mengakibatkan terjadinya penyimpangan pencapaian lebih dari 20% dari sasaran. Pengesahan atas perubahan Rencana Jangka Panjang Perusahaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang diuraikan pada butir 6 dan 7. Direksi bertanggung jawab atas pelaksanaan dan pencapaian sasaran-sasaran dalam Rencana Jangka Panjang.
Permen BUMN No.01/MBU/2011 tentang GCG Pasal 20 dan Kepmen BUMN No.KEP-102/2002 tentang Penyusunan RJPP
HALAMAN 36
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
15. Dewan Komisaris bertanggung jawab melakukan pengawasan atas pelaksanaan RJPP. 16. Rencana Jangka Panjang Perusahaan, sekurang-kurangnya memuat : 1). Latar belakang dan sejarah perusahaan. 2). Visi dan Misi perusahaan. 3). Tujuan perusahaan. 4). Arah pengembangan perusahaan (secara umum). 5). Evaluasi pelaksanaan Rencana Jangka Panjang yang baru lalu. 6). Posisi perusahaan saat ini. 7). Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penyusunan Rencana Jangka Panjang. 8). Tujuan, sasaran dan strategi pencapaiannya. 17. Visi dan Misi perusahaan 1). Perumusan Visi dan Misi Perseroan dilakukan oleh seluruh jajaran perusahaan dan merupakan tanggung jawab manajemen. 2). Direksi menyampaikan rumusan Visi dan misi perseroan kepada Dewan Komisaris untuk disetujui. 3). Dewan Komisaris wajib mengkaji kelayakan visi dan misi sesuai dengan kondisi lingkungan perseroan dan memberikan masukan/saran yang diperlukan. 4). Visi dan misi perseroan dikaji secara periodik sesuai perkembangan/perubahan lingkungan perseroan. 18. Evaluasi pelaksanaan Rencana Jangka Panjang yang baru lalu, memuat penjelasan dan rincian tentang: 1). Evaluasi pelaksanaan Rencana Jangka Panjang, dilakukan dengan membandingkan antara Rencana Jangka Panjang dengan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan dan realisasi setiap tahunnya. 2). Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan penyimpangan yang terjadi. 3). Pelaksanaan strategi dan kebijakan yang telah ditetapkan. 4). Kendala yang dihadapi perusahaan dan upaya-upaya pemecahan masalah yang telah dilakukan. 19. Posisi perusahaan saat ini, memuat penjelasan dan rincian tentang: 1). Analisis kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman tiap bidang kegiatan dan penentuan bobot serta peringkat masing-masing. 2). Penentuan posisi perusahaan sesuai dengan metode analisis yang digunakan. 3). Analisis daya tarik pasar dan daya saing perusahaan serta posisi perusahaan sesuai metode yang digunakan. 20. Asumsi yang digunakan dalam penyusunan Rencana Jangka Panjang meliputi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kegiatan operasional perusahaan. 21. Materi Rencana Jangka Panjang Perusahaan terdiri dari: 1). Tujuan yang hendak dicapai pada akhir Rencana Jangka Panjang Perusahaan sesuai ketentuan pendirian perseroan. 2). Sasaran perseroan meliputi tingkat pertumbuhan dan kesehatan perusahaan serta sasaran bidang-bidang/unit-unit kegiatan (target-target) secara kuantitatif dan spesifik setiap tahunnya. 3). Strategi yang digunakan setiap tahunnya, meliputi strategi korporasi sesuai posisi perseroan, strategi bisnis dan strategi fungsional tiap-tiap bidang/unit kegiatan. 4). Kebijakan-kebijakan umum dan fungsional yang memberikan batasan-batasan fleksibilitas dan menjadi pegangan manajemen dalam melaksanakan strategi/program-program kegiatan. 5). Program kegiatan yang akan dilaksanakan beserta anggarannya setiap tahunnya; 6). Matrix keterkaitan antara sasaran, strategi, kebijakan dan program kegiatan yang menggambarkan arah perkembangan perseroan secara rinci. 7). Asumsi-asumsi penyusunan proyeksi keuangan. 8). Program investasi dan proyeksi sumber dana penggunaan dana investasi setiap tahun selama 5 (lima) tahun.
HALAMAN 37
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
9). 10). 11). 12).
Proyeksi aliran kas setiap tahun selama 5 (lima) tahun. Proyeksi neraca setiap tahun selama 5 (lima) tahun. Proyeksi laba/rugi setiap tahun selama 5 (lima) tahun. Hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan perseroan.
B. Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP)44 1.
2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9. 10. 11. 12.
13.
14. 15.
44
Direksi wajib menyiapkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) setiap tahun buku sebelum dimulainya tahun buku yang akan datang sebagai penjabaran tahunan dari RJPP. Dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) diatas termasuk Rencana Kerja dan Anggaran untuk pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan perseroan baik menjadi biaya perseroan maupun sumbernya dari bagian penggunaan laba perseroan (Rencana Kerja dan Anggaran Program Kemitaraan dan Bina Lingkungan-RKAPKBL). Perumusan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan dilakukan oleh seluruh jajaran perusahaan dan merupakan tanggung jawab manajemen. Dewan Komisaris wajib mengkaji dan mengevaluasi rancangan RKAP yang disampaikan oleh Direksi dan memberikan masukan/saran yang diperlukan dan telah mempertimbangkan risiko. Seluruh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris menandatangani rancangan RKAP. Direksi wajib menyampaikan rancangan RKAP yang sudah ditandatangani seluruh anggota Direksi dan Dewan Komisaris setiap tahun buku kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)/Pemegang Saham paling lambat dalam waktu 60 (enam puluh) hari sebelum tahun buku RKAP yang bersangkutan. RUPS mengesahkan rancangan RKAP selambat-lambatnya 30 hari setelah tahun RKAP yang bersangkutan berjalan. Dalam hal rancangan RKAP belum disampaikan oleh Direksi dan/atau rancangan RKAP belum disahkan RUPS dalam kurun waktu sebagaimana dimaksud dalam butir 7 maka RKAP tahun sebelumnya diberlakukan. Direksi bertanggung jawab atas pelaksanaan RKAP perseroan. RKAP yang telah disahkan oleh RUPS, sebelum dilaksanakan terlebih dahulu disosialisasikan kepada setiap unit kerja di dalam perusahaan. Dewan Komisaris bertanggung jawab melakukakan pengawasan atas pelaksanaan RKAP perseroan. Direksi melakukan evaluasi atas pelaksanaan RKAP dan RKAPKBL tahun berjalan secara berkala, serta melakukan analisa dan kajian untuk melakukan perubahan yang dipelukan apabila terjadi penyimpangan asumsi dan realisasi yang signifikan diluar kendali Direksi akibat dari adanya perubahan lingkungan bisnis atau perubahan ketentuan perundang-undangan. Usulan perubahan atas RKAP dan RKAPKBL yang telah ditandatangani bersama Direksi dan Dewan Komisaris disampaikan oleh Direksi kepada RUPS/Pemegang Saham untuk mendapat persetujuan. Persetujuan RUPS/Pemegang Saham atas usulan perubahan RKAP selambatlambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya usulan perubahan dari Direksi. Dalam hal RUPS/Pemegang Saham tidak memberikan persetujuan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari maka RUPS/Pemegang Saham dianggap menyetujui usulan perubahan RKAP tersebut.
UU PT No.40/2007 Bab IV bagian kesatu, Anggaran Dasar Pasal 17 , Kepmen BUMN No.01/BUMN/2011 tentang GCG Pasal 21 dan Kepmen BUMN No KEP-101/2002 tentang penyusunan RKAP.
HALAMAN 38
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
16. Dalam hal tertentu, kewenangan RUPS/Pemegang Saham untuk persetujuan usulan perubahan RKAP dapat dilimpahkan kepada Dewan Komisaris.45 17. Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan, sekurang-kurangnya memuat : 1). Rencana Kerja Perusahaan. 2). Anggaran Perusahaan. 3). Proyeksi Keuangan Pokok Perusahaan. 4). Proyeksi Keuangan Pokok Anak Perusahaan. 5). Hal-hal lain yang memerlukan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 18. Rencana Kerja Perusahaan, memuat penjelasan dan rincian tentang: 1). Misi Perusahaan; 2). Sasaran Usaha; 3). Strategi Usaha; 4). Kebijakan; 5). Program Kegiatan. 19. Program Kegiatan, memuat penjelasan secara kualitatif dan kuantitatif tentang: 1). Pemasaran dan Penjualan. 2). Pengadaan. 3). Produksi dan Kualitas Produk. 4). Teknik dan Teknologi. 5). Keuangan dan Akuntasi. 6). Sistem dan Organisasi. 7). Pengembangan Sumber Daya Manusia. 8). Penelitian dan Pengembangan. 9). Pelestarian Lingkungan. 10). Investasi meliputi: program kegiatan investasi di dalam perseroan dan program penyertaan pada perseroan lain. 20. Anggaran Perusahaan, memuat penjelasan dan rincian tentang: 1). Anggaran Pendapatan Usaha; 2). Anggaran Biaya Usaha; 3). Anggaran Pendapatan dan Biaya Lainnya; 4). Anggaran Pengadaan; 5). Anggaran Teknik dan Teknologi; 6). Anggaran Penelitian dan Pengembangan; 7). Anggaran Pengembangan Sumber Daya Manusia; 8). Anggaran Pelestarian Lingkungan; 9). Anggaran Investasi meliputi anggaran investasi dalam perseroan dan anggaran investasi dalam penyertaan pada perusahaan lain. 21. Proyeksi Keuangan Pokok Perusahaan, memuat penjelasan dan rincian tentang: 1). Proyeksi Neraca. 2). Proyeksi Laba/Rugi. 3). Proyeksi Arus Kas. 4). Sumber dan Penggunaan Dana. 22. Proyeksi Keuangan Pokok Anak Perusahaan 1). Proyeksi Neraca; 2). Proyeksi Laba/Rugi. 23. Hal-hal lain yang memerlukan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 1). Penghapusan Piutang. 2). Penghapusan Persediaan. 3). Penghapusan aktiva tetap. 4). Penghapusan aktiva tetap lainnya. 5). Penarikan kredit.
45
PP No.45/2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran BUMN Pasal 36 ayat (5)
HALAMAN 39
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
6). Pengagunan Asset. 7). Pemberian Pinjaman. 8). Kerjasama Jangka Menengah/Panjang dengan Pihak Ketiga. 9). Perubahan Modal. 10). Penunjukan Direksi dan Komisaris anak perusahaan. 11). Penghasilan Direksi dan Komisaris/Dewan Pengawas. 12). Pembagian tugas Direksi. 24. Rencana Kerja dan Anggaran PKBL 1). Program Kemitaraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dirinci menurut wilayah binaan yang diberikan dalam bentuk hibah, pinjaman dan penyertaan pada usaha kecil dan koperasi. 2). Sumber dana yang tersedia; 3). Rencana penggunaan dana sesuai dengan program kegiatan; 4). Pengembalian pokok pinjaman dan bunga yang diterima dalam tahun anggaran.
C. Penilaian Kinerja dan Remunerasi 1.
Dewan Komisaris46 1). RUPS menetapkan Indikator Pencapaian Kinerja (Key Performance Indicators) Dewan Komisaris/ berdasarkan usulan dari Dewan Komisaris. 2). Indikator Pencapaian Kinerja merupakan ukuran penilaian atas keberhasilan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pengawasan dan pemberian nasihat oleh Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau anggaran dasar. 3). Dewan Komisaris/Dewan Pengawas wajib menyampaikan laporan triwulanan perkembangan realisasi Indikator Pencapaian Kinerja kepada para Pemegang Saham/Menteri. 4). RUPS/Pemegang Saham menetapkan remunerasi Dewan Komisaris (gaji, tunjangan dan fasilitas serta tantiem) berdasarkan realisasi Indikator Pencapaian Kinerja Dewan Komisaris.
2.
Direksi 1). Dewan Komisaris melakukan penilaian kinerja Direksi (kolegial dan individu) berdasarkan kreteria, target dan idikator utama yang tercakup dalam Kontrak Manajemen Direksi. 2). Dewan Komisaris mengusulkan remunerasi Direksi (gaji, tunjangan dan fasilitas serta tantiem) kepada RUPS/Pemegang Saham.
3.
Unit Usaha dan Jabatan dalam Organisasi Perseroan. 1). Direksi bersama-sama dengan Manajer/Pejabat satu tingkat dibawah Direksi (Kepala Bagian, Manajer Grup Unit Usaha dan Manager Unit) menetapkan target kinerja berdasarkan RKAP dan diturunkan secara berjenjang di tingkat Unit Usaha dan jabatan dalam organisasi perseroan. 2). Manajer menyampaikan laporan pencapaian target kinerja unit dan jabatan dalam organisasi unit kepada Direksi secara berkala. 3). Direksi melakukan analisis dan evaluasi perkembangan capaian kinerja Unit dan jabatan dalam organisasi unit secara berkala.
46
Permen BUMN No.PER-01/MBU/2011 tentang GCG Pasal 15
HALAMAN 40
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
4). Direksi melaporkan pelaksanaan manajemen kinerja kepada Dewan Komisaris dalam Laporan Manajemen Triwulanan. 5). Dewan Komisaris berdasarkan hasil pengawasannya menyampaikan arahan kepada Direksi tentang pelaksanaan manajemen kinerja perseroan. 6). Direksi menindak lanjuti arahan dari Dewan Komisaris dan diteruskan kepada manajer untuk digunakan sebagai upaya peningkatan kinerja unit yang bersangkutan termasuk pelaksanaan reward dan punishment.
D. Rekrutmen Karyawan dan Suksesi Manajemen 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Direksi harus mempekerjakan, menetapkan besarnya gaji, memberikan pelatihan, menetapkan jenjang karir, serta menentukan persyaratan kerja lainnya, tanpa memperhatikan latar belakang etnik, agama, jenis kelamin, usia, cacat tubuh yang dipunyai seseorang, atau keadaan khusus lainnya yang dilindungi oleh peraturan perundang-undangan.47 Direksi menetapkan kebijakan/pedoman untuk merekrutmen, meningkatkan kompetensi karyawan dan menempatkan karyawan pada semua tingkatan jabatan sesuai dengan spesifikasi jabatan serta memiliki rencana suksesi untuk seluruh jabatan dalam perseroan. Direksi melaksanakan pendidikan dan pelatihan kepada karyawan, dan menempatkan karyawan pada setiap level jabatan sesuai dengan spesifikasi jabatan yang telah ditetapkan serta tidak ada jabatan yang kosong. Rencana promosi dan mutasi satu level jabatan di bawah Direksi yang telah dibahas dalam rapat Direksi disampaikan kepada Dewan Komisaris untuk diberikan kesempatan kepada Dewan Komisaris dalam pemberian arahan terhadap rencana promosi dan mutasi tersebut. Dewan Komisaris berdasarkan hasil pengawasannya menyampaikan arahan kepada Direksi tentang kebijakan dan pelaksanaan rekrutmen , peningkatan kompetensi karyawan dan suksesi manajemen perseroan. Direksi menindak lanjuti arahan Dewan Komisaris.
E. Manajemen Risiko48 1. 2. 3.
4. 5.
6.
Direksi, dalam setiap pengambilan keputusan/tindakan, harus mempertimbangkan risiko usaha. Direksi wajib membangun dan melaksanakan program manajemen risiko perseroan secara terpadu yang merupakan bagian dari pelaksanaan program GCG. Pelaksanaan program manajemen risiko dapat dilakukan, dengan: 1). Menyusun kebijakan/pedoman pelaksanaan manajemen risiko perseroan; 2). membentuk unit kerja tersendiri yang ada di bawah Direksi; atau 3). memberi penugasan kepada unit kerja yang ada dan relevan untuk menjalankan fungsi manajemen risiko. Direksi wajib menyampaikan laporan profil manajemen risiko dan penanganannya bersamaan dengan laporan berkala perseroan. Dewan Komisaris berdasarkan hasil pengawasannya menyampaikan arahan kepada Direksi tentang peningkatan kualitas kebijakan dan pelaksanaan manajemen risiko perseroan. Direksi menindaklanjuti arahan dari Dewan Komisaris.
47
Permen BUMN No.PER-01/MBU/2011 tentang GCG Pasal 37 ayat (1)
48
Permen BUMN No.PER-01/MBU tentang GCG Pasal 25
HALAMAN 41
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
F. Sistem Pengendalian Intern dan Pengawasan Intern49
49
1.
Direksi harus menetapkan suatu sistem pengendalian intern yang efektif untuk mengamankan investasi dan aset perusahaan, antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut: 1). Lingkungan pengendalian intern dalam perusahaan yang dilaksanakan dengan disiplin dan terstruktur, yang terdiri dari: (1). Integritas, nilai etika dan kompetensi karyawan; (2). Filosofi dan gaya manajemen; (3). Cara yang ditempuh manajemen dalam melaksanakan kewenangan dan tanggung jawabnya; (4). Pengorganisasian dan pengembangan sumber daya manusia; dan (5). Perhatian dan arahan yang dilakukan oleh Direksi. 2). Pengkajian terhadap pengelolaan risiko usaha (risk assessment), yaitu suatu proses untuk mengidentifikasi, menganalisis, menilai pengelolaan risiko yang relevan. 3). Aktivitas pengendalian, yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan dalam suatu proses pengendalian terhadap kegiatan perusahaan pada setiap tingkat dan unit dalam struktur organisasi BUMN, antara lain mengenai kewenangan, otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, penilaian atas prestasi kerja, pembagian tugas, dan keamanan terhadap aset perusahaan. 4). Sistem informasi dan komunikasi, yaitu suatu proses penyajian laporan mengenai kegiatan operasional, finansial, serta ketaatan dan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan oleh BUMN. 5). Monitoring, yaitu proses penilaian terhadap kualitas sistem pengendalian intern, termasuk fungsi internal audit pada setiap tingkat dan unit dalam struktur organisasi BUMN, sehingga dapat dilaksanakan secara optimal.
2.
Dalam menyelenggarakan system pengendalian intern diatas, antara lain Direksi harus menetapkan kebijakan operasional/ standar operasional prosedur (SOP) untuk seluruh proses bisnis perseroan dan melakukan peninjauan dan penyempurnaan secara berkala.
3.
Direksi wajib menyelenggarakan pengawasan intern, dengan: 1). Membentuk Satuan Pengawasan Intern; dan 2). Membuat Piagam Pengawasan Intern. Satuan Pengawasan Intern dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama berdasarkan mekanisme internal perseroan dengan persetujuan Dewan Komisaris.
4.
Direksi wajib menyampaikan laporan pelaksanaan fungsi pengawasan intern secara periodik per triwulan kepada Dewan Komisaris.
5.
Dewan Komisaris berdasarkan hasil pengawasannya menyampaikan arahan kepada Direksi tentang peningkatan efektivitas sistem pengendalian intern dan penyelenggaraan pengawasan intern perseroan.
6.
Direksi menindaklanjuti arahan dari Dewan Komisaris.
Permen BUMN No.PER-01/MBU tentang GCG Pasal 26
HALAMAN 42
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
G. Tata Kelola Teknologi Informasi50 1.
2.
3. 4.
Direksi menetapkan tata kelola teknologi informasi Perseroan yang efektif untuk memberikan nilai tambah bagi Perseroan dalam menghasilkan informasi yang tepat, cepat, dan dapat diandalkan baik untuk kebutuhan intern maupun untuk kebutuhan pihak eksternal perseroan. Direksi wajib menyampaikan laporan kinerja pelaksanaan tata kelola teknologi informasi Perseroan secara periodik per triwulan bersamaan dengan laporan manajemen triwulan Perseroan kepada Dewan Komisaris. Dewan Komisaris berdasarkan hasil pengawasannya menyampaikan arahan kepada Direksi tentang kebijakan dan pelaksanaan tatakelola teknologi informasi Perseroan. Direksi menindaklanjuti arahan dari Dewan Komisaris.
H. Pengadaan Barang dan Jasa51 1.
2.
3.
4. 5. 6.
Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip efisien, efektif, kompetitif, transparan, adil dan wajar, dan akuntabel serta best practice yang berlaku diatur lebih lanjut oleh Direksi perseroan. Dalam hal pengadaan barang dan jasa Perseroan menggunakan sistem e-procurement, maka sistem tersebut wajib dihubungkan dengan portal utama Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara. Sebagai penerapan dari prinsip tata kelola perusahaan yang baik, Direksi melaporkan kepada Dewan Komisaris mengenai proses dan hasil Pengadaan Barang dan Jasa tertentu yang bersifat substansial (bukan bersifat rutin). Pengadaan Barang dan Jasa tertentu yang bersifat substansial sebagaimana dimaksud pada butir 1 ditentukan oleh Direksi dengan persetujuan Dewan Komisaris. Dewan Komisaris berdasarkan hasil pengawasannya menyampaikan arahan kepada Direksi tentang kebijakan dan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa perseroan.52 Direksi menindaklanjuti arahan dari Dewan Komisaris.
I. Seleksi dan Evaluasi Kinerja Auditor Eksternal53 1. 2.
3.
4.
Laporan Keuangan Tahunan Perseroan diaudit oleh auditor eksternal yang ditunjuk oleh RUPS/Menteri BUMN dari calon-calon yang diajukan oleh Dewan Komisaris. Dewan Komisaris melalui Komite Audit melakukan proses penunjukan calon auditor eksternal sesuai dengan ketentuan pengadaan barang dan jasa masing-masing Perseroan, dan apabila diperlukan dapat meminta bantuan Direksi dalam proses penunjukannya. Dewan Komisaris wajib menyampaikan kepada RUPS/Menteri BUMN mengenai alasan pencalonan tersebut dan besarnya honorarium/imbal jasa yang diusulkan untuk auditor eksternal tersebut. Auditor eksternal tersebut harus bebas dari pengaruh Dewan Komisaris, Direksi dan pihak yang berkepentingan di Perseroan (stakeholders).
50
Permen BUMN No.PER-01/MBU/2011 tentang GCG Pasal 30
51
Permen BUMN No.05/MBU/2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan PBJ Pasal 5, 6 dan 7
52
Permen BUMN No.PER-01/MBU/2011 tentang GCG Pasal 12 ayat (2)
53
Permen BUMN No.PER-01/MBU/2011 tentang GCG Pasal 31
HALAMAN 43
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
5. 6. 7.
Dewan Komisaris wajib mengevaluasi kinerja Auditor Ekternal sesuai dengan ketentuan standar yang berlaku. Dewan Komisaris berdasarkan hasil evaluasinya menyampaikan arahan kepada Direksi tentang kebijakan dan penyusunan laporan keuangan perseroan.54 Direksi menindaklanjuti arahan dari Dewan Komisaris.
J. Keselamatan Kerja dan Pelestarian Lingkungan 1.
2.
3. 4.
Direksi wajib memastikan bahwa aset dan lokasi usaha serta fasilitas perseroan lainnya, memenuhi peraturan perundang-undangan berkenaan dengan kesehatan dan keselamatan kerja serta pelestarian lingkungan.55 Direksi menetapkan pedoman/standar operasional perosedur untuk memastikan aset, operasi dan lokasi usaha telah memenuhi aspek kesehatan dan kesehatan kerja serta pelestarian lingkungan (K3) sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Direksi melaporkan kondisi K3 kepada Dewan Komisaris dalam laporan manajemen triwulanan. Dewan Komisaris berdasarkan hasil pengawasannya menyampaikan arahan kepada Direksi tentang kebijakan dan pelaksanaan K3 perseroan.
K. Hubungan dengan pemangku Kepentingan (Stakeholders) 1.
2.
3.
4.
5.
BUMN harus menghormati hak Pemangku Kepentingan yang timbul berdasarkan peraturan perundangan-undangan dan/atau perjanjian yang dibuat oleh Perseroan dengan karyawan, pelanggan, pemasok, dan kreditur serta masyarakat sekitar tempat usaha BUMN, dan Pemangku Kepentingan lainnya.56 Direksi menetapkan dan melaksanakan kebijakan/Standar Prosedur Operasional untuk melakukan hubungan dengan Pemangku Kepentingan yang bernilai tambah baik bagi Perseroan maupun bagi Pemangku Kepentingan memuat pengaturan mengenai hak-hak dan penanganan keluhan karyawan, pelanggan, pemasok, kreditur,masyarakat sekitar tempat usaha perseroan, dan pemangku kepentingan lainnya. Direksi melakukan survey secara berkala untuk mengetahui tingkat kepuasan karyawan, pelanggan, pemasok, kreditur, masyarakat sekitar tempat usaha perseroan dan pemangku kepentingan lainnya (bila diperlukan), dan hasil indeks survey kepuasan ditindak lanjuti. Dewan Komisaris berdasarkan hasil pengawasannya menyampaikan arahan kepada Direksi tentang kebijakan dan pelaksanaan hubungan dengan pemangku kepentingan Perseroan. Direksi menindaklanjuti arahan dari Dewan Komisaris.
L. Pengelolaan anak Perusahaan dan Perusahaan Patungan 1.
Direksi menetapkan kebijakan pengelolaan anak perusahaan dan perusahaan patungan mencakup: 1). Pedoman pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan Dewan Komisaris anak perusahaan/perusahaan patungan.
54
Permen BUMN No.PER-01/MBU/2011 tentang GCG Pasal 12 ayat (2
55
Permen BUMN No.PER-01/MBU/2011 tentang GCG Pasal 36
56
Permen BUMN No.PER-01/MBU/2011 tentang GCG Pasal 38
HALAMAN 44
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
2.
3. 4.
5.
2). Pedoman Penilaian Kinerja Direksi (kolegial dan individu) dan Dewan Komisaris (kolegial dan individu) anak perusahaan/ perusahaan patungan. 3). Pedoman penetapan gaji/honorarium, tunjangan dan fasilitas Direksi dan Dewan Komisaris anak perusahaan/perusahaan patungan. Direksi menetapkan target kinerja dan menilai realisaisi capaian kinerja anak perusahaan /perusahaan patungan, dan Direksi dan Dewan Komisaris anak perusahaan/perusahaan patungan setiap tahun. Direksi melaporkan capaian kinerja anak perusahaan/perusahaan patungan dalam laporan manajemen teriwulan. Dewan Komisaris berdasarkan hasil pengawasannya menyampaikan arahan kepada Direksi tentang kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan anak perusahaan/perusahaan patungan. Direksi menindaklanjuti arahan dari Dewan Komisaris.
M. Kepatuhan Peraturan Perundang-Undangan dan Perjanjian Kerjasama Dengan Pihak Lain 1.
2.
3.
4. 5.
6.
Perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, dan/atau kesusilaan.57 Direksi menetapkan fungsi yang mengendalikan dan memastikan kebijakan, keputusan perseroan, dan seluruh kegiatan perseroan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan mengikuti perkembangan peraturan perundangan yang berlaku dan akan berlaku bagi perseroan. Direksi membuat Kajian Kelayakan, kajian hukum dan kajian risiko atas rencana inisitif bisnis/pengembangan usaha dan rencana kerjasama yang akan dilakukan perseroan. Direksi menetapkan standar operasional prosedur (SOP) untuk penyelesaian kasus litigasi dan non litigasi. Dewan Komisaris berdasarkan hasil pengawasannya menyampaikan arahan kepada Direksi tentang kepatuhan perseroan terhadap ketentuan peraturan perundangundangan dan perjanjian kerjasama dengan pihak lain. Direksi menindaklanjuti arahan dari Dewan Komisaris.
N. Pengukuran Terhadap Penerapan Good Corporate Governance (GCG)58 1.
2.
BUMN wajib melakukan pengukuran terhadap penerapan GCG dalam bentuk: 1). Penilaian (assessment) yaitu program untuk mengidentifikasi pelaksanaan GCG di BUMN melalui pengukuran pelaksanaan dan penerapan GCG di BUMN yang dilaksanakan secara berkala setiap 2 (dua) tahun. 2). Evaluasi (review) yaitu program untuk mendeskripsikan tindak lanjut pelaksanaan dan penerapan GCG di BUMN yang dilakukan pada tahun berikutnya setelah penilaian sebagaimana dimaksud pada butir 1, yang meliputi evaluasi terhadap hasil penilaian dan tindak lanjut atas rekomendasi perbaikan. Pelaksanaan penilaian pada prinsipnya dilakukan oleh penilai (assessor) independen yang ditunjuk oleh Dewan Komisaris melalui proses sesuai dengan ketentuan pengadaan barang dan jasa masing-masing BUMN, dan apabila diperlukan dapat meminta bantuan Direksi dalam proses penunjukannya.
57
UU PT No.40/2007 Pasal 2
58
Permen BUMN No.PER-01/MBU/2011 tentang GCG Pasal 44
HALAMAN 45
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
3.
4.
5. 6.
7.
Apabila dipandang lebih efektif dan efisien, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan jasa Instansi Pemerintah yang berkompeten di bidang GCG, yang penunjukannya dilakukan oleh Direksi melalui penunjukan langsung. Pelaksanaan evaluasi pada prinsipnya dilakukan sendiri oleh BUMN yang bersangkutan (self assessment), yang pelaksanaannya dapat didiskusikan dengan atau meminta bantuan(asistensi) oleh penilai independen atau menggunakan jasa Instansi Pemerintah yang berkompeten di bidang GCG. Pelaksanaan penilaian dan evaluasi dilakukan dengan menggunakan indikator/parameter yang ditetapkan oleh Sekretaris Kementerian BUMN. Dalam hal evaluasi dilakukan dengan bantuan penilai independen atau menggunakan jasa Instansi Pemerintah yang berkompeten di bidang GCG, maka penilai independen atau Instansi Pemerintah yang melakukan evaluasi tidak dapat menjadi penilai pada tahun berikutnya. Hasil pelaksanaan penilaian dan evaluasi dilaporkan kepada RUPS/Menteri bersamaan dengan penyampaian Laporan Tahunan.
O. Akses, Keterbukaan dan Kerahasian Informasi59 1.
2. 3.
4. 5.
6.
7.
Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa Direksi telah menetapkan aturan mengenai kriteria informasi Perseroan yang bersifat rahasia dan tidak rahasia dan fungsi yang menyelenggarakan sekretaris perseroan pemberian informasi Perseroan kepada pihak luar Perseroan. Sekretaris Perseroan, diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama berdasarkan mekanisme internal perusahaan dengan persetujuan Dewan Komisaris. Dewan Komisaris menetapkan informasi yang diperlukan yang harus disampaikan oleh Direksi baik yang berkala maupun insidentil dan standar waktu penyampaiannya. Direksi wajib memastikan agar informasi mengenai perseroan dapat diperoleh Dewan Komisaris Pengawas secara tepat waktu, terukur dan lengkap. Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab untuk memastikan bahwa informasi penting mengenai Perseroan telah diungkapkan dalam Laporan Tahunan, Laporan Keuangan, dan media lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan Perseroan secara tepat waktu, akurat, jelas dan obyektif. Dewan Komisaris dan Direksi harus memastikan bahwa auditor eksternal, auditor internal, dan Komite Audit, serta komite lainnya jika ada, memiliki akses terhadap catatan akuntansi, data penunjang, dan informasi mengenai Perseroan, sepanjang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya. Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab untuk menjaga kerahasiaan informasi Perseroan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan ketentuan Perseroan.
P. Perbuatan-Perbuatan Direksi60 1.
Perbuatan-Perbuatan Direksi Harus Mendapat Persetujuan Tertulis dari Dewan Komisaris. 1). Mengagunkan aktiva tetap untuk penarikan kredit jangka pendek. 2). Mengadakan kerja sama dengan badan usaha atau pihak lain berupa kerja sama lisensi, kontrak manajemen, menyewakan aset, Kerja Sama Operasi (KSO),
59
Permen BUMN No.PER-01/2011 tentang GCG Pasal16, 29, 32 dan 33
60
Anggaran Dasar Pasal 11
HALAMAN 46
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
3).
4). 5). 6). 7).
2.
Bangun Guna Serah (Build Operate Transfer/BOT), Bangun Milik Serah (Build Own Transfer/BowT), Bangun Serah Guna (Buil Trnsfer Operate/BTO), dan kerjasama lainnya dengan nilai atau jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh RUPS. Menerima atau memberikan pinjaman jangka menengah/panjang, kecuali pinjaman (utang atau piutang) yang timbul karena transaksi bisnis, dan pinjaman yang diberikan kepada anak perusahaan Perseroan dengan ketentuan pinjaman kepada anak perusahaan Perseroan dilaporkan kepada Dewan Komisaris. Menghapuskan dari pembukuan piutang macet dan persediaan barang mati; Melepaskan aktiva tetap bergerak dengan umur ekonomis yang lazim berlaku dalam industry pada umumnya sampai dengan 5 (lima) tahun. Menetapkan struktur organisasi 1 (satu) tingkat di bawah Direksi. Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya permohonan atau penjelasan dan dokumen secara lengkap dari Direksi atas perbuatan-perbuatan diatas, Dewan Komisaris harus memberikan keputusan.
Perbuatan-Perbuatan Direksi Harus Mendapat Tanggapan Tertulis dari Dewan Komisaris dan Persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham. 1). 2). 3). 4). 5). 6). 7).
8). 9).
10). 11). 12). 13).
14).
15).
16).
Mengagunkan aktiva tetap untuk penarikan kredit jangka menengah/panjang. Melakukan penyertaan modal pada peseroan lain. Mendirikan anak perusahaan dan/atau perusahaan patungan. Melepaskan penyertaan modal pada anak perusahaan dan/atau perusahaan patungan. Melakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, pemisahan, dan pembubaran anak perusahaan dan/atau perusahaan patungan. Mengikat Perseroan sebagai penjamin (borg atau avalist). Mengadakan kerja sama dengan badan usaha atau pihak lain kerja sama lisensi, kontrak manajemen, menyewakan aset, Kerja Sama Operasi (KSO), Bangun Guna Serah (Build Operate Transfer/BOT), Bangun Milik Serah (Build Own Transfer/BowT), Bangun Serah Guna (Buil Transfer Operate/BTO), dan kerjasama lainnya dengan nilai atau jangka waktu melebihi penetapan RUPS. Tidak menagih lagi piutang macet yang telah dihapusbukukan. Melepaskan dan menghapuskan aktiva tetap Perseroan, kecuali aktiva tetap bergerak dengan umur ekonomis yang lazim berlaku dalam industri pada umumnya sampai dengan 5 (lima) tahun. Menetapkan blue print organisasi Perseroan. Menetapkan dan merubah logo Perseroan. Melakukan tindakan-tindakan lain dan tindakan sebagaimana pada butir 8 di atas yang belum ditetapkan dalam RKAP. Membentuk yayasan, organisasi dan/atau perkumpulan baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan Perseroan yang dapat berdampak bagi Perseroan. Pembebenan biaya Perseroan yang bersifat tetap dan rutin untuk yayasan, organisasi dan/atau perkumpulan baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan Perseroan. Pengusulan wakil perseroan untuk menjadi calon anggota Direksi dan Dewan Komisaris pada perusahaan patungan dan/atau anak perusahaan yang memberikan kontribusi signifikan kepada Perseroan dan/atau bernilai strategis yang ditetapkan RUPS. Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya permohonan atau penjelasan/data tambahan dari Direksi, Dewan Komisaris tidak memberikan tanggapan tertulis, maka Rapat Umum Pemegang Saham dapat memberikan keputusan tanpa adanya tanggapan tertulis dari Dewan Komisaris.
HALAMAN 47
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
3.
Perbuatan-Perbuatan Direksi Harus Mendapat Persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham. 1). Mengalihkan kekayaan Perseroan adalah transaksi pengalihan kekayaan bersih perseroan yang terjadi dalam jangka waktu 1 (satu) tahun buku; atau 2). Menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan, yang merupakan lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kekayaan bersih Perseroan dalam 1 (satu) transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak, dan yang terjadi dalam jangka waktu 1(satu) tahun buku. 3). Perbuatan hukum untuk mengalihkan atau menjadikan sebagai jaminan hutang atau melepaskan hak atas harta kekayaan perseroan sebagaimana pada butir 1 dan 2 di atas harus mendapat persetujuan RUPS yang dihadiri atau diwakili Pemegang Saham yang memiliki hak suara paling sedikit 3/4 (tiga per empat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit 3/4 (tiga per empat) bagian dari jumlah suara tersebut. Dalam hal kuorum kehadiran tidak tercapai, dapat diadakan RUPS kedua dengan kehadiran paling sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit 3/4 (tiga per empat) dari bagian dari jumlah suara tersebut.
4.
Perbuatan-Perbuatan Direksi tidak memerlukan Persetujuan dari Dewan Komisaris dan/atau Rapat Umum Pemegang Saham. Mengadakan kerja sama dengan badan usaha atau pihak lain berupa kerja sama lisensi, kontrak manajemen, menyewakan aset, Kerja Sama Operasi (KSO), Bangun Guna Serah (Build Operate Transfer/BOT), Bangun Milik Serah (Build Own Transfer/BowT), Bangun Serah Guna (Build Transfer Operate/BTO), dan kerjasama lainnya dengan nilai atau jangka waktu tertentu atau dengan nilai atau jangka waktu melebihi yang ditetapkan oleh RUPS sepanjang merupakan pelaksanaan kegiatan usaha utama perseroan, tidak memerlukan persetujuan Dewan Komisaris dan/atau RUPS.
5.
Perbuatan-Perbuatan Direksi tidak memerlukan Persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham. 1). Pendirian anak perusahaan/perusahaan patungan yang dilakukan dalam rangka mengikuti tender dan/atau untuk melaksanakan proyek-proyek yang diperoleh sepanjang diperlukan. 2). Pengalihan, pelepasan hak atau menjadikan jaminan hutang seluruh atau sebagian aktiva tetap yang merupakan barang dagangan atau persediaan termasuk yang berasal dari pelunasan piutang macet yang terjadi akibat pelaksanaan dari kegiatan usaha utama; 3). Pengalihan, pelepasan hak atau menjadikan jaminan hutang seluruh atau sebagian aktiva tetap yang merupakan aktiva investasi.
Q. Pertemuan dan Komunikasi Dewan Komisaris dan Direksi 1.
Pertemuan Formal Pertemuan formal Dewan Komisaris dan Direksi dapat terlaksana dalam setiap Rapat Dewan Komisaris, Rapat Direksi dan rapat gabungan Dewan Komisaris dan Direksi yang diselenggarakan oleh masing-masing organ, atas undangan Dewan Komisaris atau Direksi.
HALAMAN 48
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
2.
Komunikasi Formal Komunikasi formal berupa surat menyurat dan penyampaian laporan data, informasi dan analisis pendukungnya sesuai peraturan perundang-uandangan dan ketentuan perseroan.
3.
Pertemuan Informal. Pertemuan informal adalah pertemuan anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi di luar forum rapat-rapat formal. Pertemuan ini dapat dihadiri pula oleh anggota atau anggota-anggota dari organ lainnya, atau anggota kedua organ secara lengkap, untuk membicarakan atau mendiskusikan suatu permasalahan dalam suasana informal.
4.
Sesuai sifatnya yang informal, pertemuan bukan untuk menghasilkan keputusan, melainkan untuk menyelaraskan pendapat melalui pengungkapan pandangan secara informal, serta mengupayakan kesamaan pandangan/pemahaman yang tidak mempunyai kekuatan mengikat bagi kedua pihak . Komunikasi informal adalah komunikasi antar organ Direksi dan Dewan Komisaris, antara anggota atau anggota-anggota organ satu dengan yang lainnya, di luar dari ketentuan komunikasi formal yang diatur dalam peraturan perundang- undangan dan ketentuan perseroan, misalnya antara lain melalui surat/nota pribadi secara tertulis (hard-copy), E-mail pribadi dan Group-chatting; Sesuai sifatnya yang informal, komunikasi bukan untuk menghasilkan keputusan, melainkan untuk menyelaraskan pendapat melalui pengungkapan pandangan secara informal, serta mengupayakan kesamaan pandangan/pemahaman yang tidak mempunyai kekuatan mengikat bagi kedua pihak.
R. Dokumen/Laporan yang ditandatangani bersama oleh anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi. 1. 2. 3.
4.
Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) ditandatangani oleh seluruh anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi.61 Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) ditandatangani oleh seluruh anggota Dewan Komisaris dan seluruh anggota Direksi.62 Laporan Tahunan ditandatangani oleh seluruh anggota Dewan Komisaris dan seluruh anggota Direksi. Dalam hal ada anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi tidak menandatangani laporan tahunan harus disebutkan alasannya secara tertulis atau alasan tersebut dinyatakan oleh Direksi dalam surat tersendiri yang dilekatkan dalam laporan tahunan. Dalam hal ada terdapat anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi tidak menandatangani laporan tahunan dan tidak memberi alasan secara tertulis, yang bersangkutan dianggap telah menyetujui isi laporan tahunan tersebut.63 Laporan Manajemen Perusahaan Triwulanan ditandatangani oleh seluruh anggota Direksi. Dalam hal ada anggota Direksi tidak menandatangani laporan manajemen perusahaan triwulanan harus disebutkan alasannya secara tertulis atau alasan
61
Permen BUMN No.PER-01/BUM/2011 tentang GCG Pasal 20 ayat (3)dan Kepmen BUMN No.KEP-102/MBUMN/2002 tentang Penyusunan RJPP Pasal 6 ayat (1)
62
Permen BUMN No.PER-01/BUM/2011 tentang GCG Pasal 21 ayat (3) dan Anggaran Dasar Pasal 17 ayat (2)
63
UU PT No. 40/2007 Pasal 67 dan Anggaran Dasar Pasal 15
HALAMAN 49
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
5.
6.
tersebut dinyatakan oleh Direksi dalam surat tersendiri yang dilekatkan dalam laporan manajemen triwulan yang bersangkutan.64 Laporan Manajemen Perusahaan Tahunan ditandatangani oleh seluruh anggota Dewan Komisaris dan seluruh anggota Direksi. Dalam hal ada anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi tidak menandatangani laporan manajemen perusahaan tahunan harus disebutkan alasannya secara tertulis atau alasan tersebut dinyatakan oleh Direksi dalam surat tersendiri yang dilekatkan dalam laporan manajemen perusahaan tahunan. Laporan Manajemen Triwulanan dan Tahunan disampaikan kepada Pemegang Saham dengan surat pengantar yang telah ditandatangani oleh Direktur Utama dan Komisaris Utama.65
S. Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)66 1.
2.
3. 4. 5.
6. 7.
8.
9.
10.
Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007 dan/atau anggaran dasar Perseroan. Dalam forum RUPS, Pemegang Saham berhak memperoleh keterangan yang berkaitan dengan Perseroan dari Direksi dan/atau Dewan Komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan Perseroan. RUPS tediri dari RUPS Tahunan dan RUPS Lainya. Direksi wajib menyelenggarakan RUPS Tahunan. RUPS Tahunan meliputi: 1). RUPS Tahunan untuk menyetujui laporan tahunan diadakan paling lambat dalam bulan Juni setelah penutupan tahun buku yang bersangkutan. 2). RUPS Tahunan untuk menyetujui RKAP diadakan paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tahun anggaran berjalan (tahun anggaran RKAP yang bersangkutan). RUPS lainnya yang selanjutnya RUPS Luar Biasa yaitu RUPS yang dapat diadakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan untuk kepentingan Perseroan. Semua RUPS diadakan di tempat kedudukan Perseroan atau ditempat Perseroan melakukan kegiatan usahanya yang utama yang terletak di wilayah Negara Republik Indonesia. Jika dalam RUPS hadir dan/atau diwakili semua Pemegang Saham dan semua Pemegang Saham menyetujui diadakannya RUPS tersebut maka RUPS dapat diadakan di manapun dalam wilayah Negara Republik Indonesia dan dapat mengambil keputusan jika keputusan tersebut disetujui dengan suara bulat. Direksi menyelenggarakan RUPS Tahunan dan RUPS Luar Biasa dengan didahului pemaggilan RUPS dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum tanggal RUPS diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal pemanggilan dan tanggal RUPS. Pemanggilan RUPS dilakukan dengan Surat Tercatat dan/atau dengan iklan dalam surat kabar. Dalam pemanggilan RUPS dicantumkan tanggal, waktu, tempat, dan mata acara rapat disertai pemberitahuan bahwa bahan RUPS telah tersedia di kantor Perseroan sejak tanggal pemanggilan RUPS sampai dengan tanggal RUPS diadakan.
64
Anggaran Dasar Pasal 19 ayat (6) dan (7)
65
Kepmen BUMN No.KEP-211/M-PBUMN/1999 tentang Laporan Manajemen Perusahaan BUMN
66
UU PT No. 40/2007 Bab VI dan Anggaran Dasar Pasal 20-23
HALAMAN 50
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
11.
12.
13.
14.
15.
Dalam hal pemanggilan tidak sesuai sebagaimana pada butir 11 dan 12, keputusan RUPS tetap sah jika semua Pemegang Saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan tersebut disetujui dengan suara bulat. Dalam hal Direksi tidak melakukan pemanggilan RUPS Tahunan dalam batas waktu sebagaimana ditentukan diatas, permintaan penyelenggaraan RUPS kepada Direksi dapat dilakukan oleh Pemegang Saham dan Dewan Komisaris. Dewan Komisaris dapat melakukan pemanggilan sendiri RUPS dalam hal masa jabatan anggota Direksi akan berakhir dan berhalangan atau ada pertentangan kepentingan antara Direksi dan Perseroan. Dewan Komisaris wajib melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal permintaan penyelenggaraan RUPS diterima. Dalam hal Direksi atau Dewan Komisaris tidak melakukan pemanggilan RUPS dalam hal Pemegang Saham yang meminta penyelenggaraan RUPS, Pemegang Saham dapat melakukan pemanggilan sendiri RUPS setelah mendapat izin dari Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan.
T. Pendelegasian Wewenang RUPS 1. 2.
3.
4.
Menteri BUMN (selaku RUPS) dapat memberikan kuasa dengan hak substitusi kepada perorangan atau badan hukum untuk mewakilinya dalam RUPS. 67 Pihak yang menerima kuasa sebagaimana dimaksud dalam butir 1 wajib terlebih dahulu mendapat persetujuan Menteri BUMN sebelum mengambil keputusan penting dalam RUPS mengenai:68 1). Perubahan jumlah modal. 2). Perubahan anggaran dasar 3). Rencana penggunaan laba. 4). Penggabungan, peleburan, pengambilalihan, pemisahan, serta pembubaran persero. 5). Investasi dan pembiayaan jangka panjang. 6). Kerjasama persero. 7). Pembentukan anak perusahaan atau penyertaan. 8). Pengalihan aktiva. Dalam hal tertentu, kewenangan Menteri/RUPS untuk persetujuan perubahan RKAP yang telah disahkan RUPS dapat dilimpahkan oleh Menteri kepada Dewan Komisaris.69 Terhadap BUMN yang dinyatakan sehat selama 2 (dua) tahun berturut-turut, kewenangan RUPS untuk menyetujui rancangan RKAP dapat dikuasakan kepada Dewan Komisaris.70
67
UU 19/2003 Pasal 14 ayat (2)
68
UU 19/2003 Pasal 14 ayat (3)
69
PP No.45/2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran BUMN Pasal 36 ayat (5)
70
PP No.45/2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran BUMN Pasal 35 ayat (5)
HALAMAN 51
Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
U. Isu-isu terkini dari eksternal mengenai perubahan lingkungan bisnis yang berdampak besar pada usaha perusahaan dan kinerja perusahaan. Isu muncul ketika ada ketidaksesuaian antara pengharapan perusahaan dengan praktek perusahaan yang jika diabaikan bisa berdampak merugikan bagi perusahaan. Isu bisa meliputi masalah, perubahan, peristiwa, situasi, kebijakan atau nilai di bidang keuangan, operasional, dan sosial politik disekitar perusahaan. Dewan Komisaris dan Direksi secara bersama-sama harus mengelola isu secara tepat waktu dengan cara memonitor, mengidentifikasi, menganalisis, membuat kebijakan stratejik pada tingkat manajemen, impelementasi kebijakan tersebut sebagai tindakan mengantisipasi isu dan mengevaluasi dampak kebijakan dalam rangka mendukung kontinuitas usaha perusahaan serta melaporkannya kepada Pemegang Saham.71 Lampiran – lampiran Lampiran 1 Contoh Format Materi dan Risalah Rapat Dewan Komisaris Lampiran 2 Contoh Format Materi dan Risalah Rapat Direksi Lampiran 3 Checklist Materi Program Pengenalan Dewan Komisaris dan Direksi Baru Perusahaan
71
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN No. SK-16/S.MBU/2012 tanggal 6 Juni 2012 tentang Indikator/Parameter Penilaian dan Evaluasi atas Penerapan GCG parameter 49 dan 93.
HALAMAN 52