x=x 0+ vt
Besar vektor resultan : R= √ F 12+ F 22+ 2 F 1 F 2 cos α Arah vektor resultan : sin β=
F2 sin α R
Batas vektor resultan : Rmin ≤ R ≤ Rmak Rmin =|F 1−F2| Rmak =F 1+ F 2 Besar vektor : F=√ F x2 + F y 2
Arah vektor : F tan θ= y Fx
Percepatan rata-rata : ∆ v v 2−v 1 a´ = = ∆ t t 2−t 1 v =v 0 +at 1 v´ = ( v 0 + v ) 2 1 x=x 0+ v 0 t + a t 2 2 v 2=v 02 +2 a ∆ x Gerak jatuh bebas : Kecepatan awal : v 0 =0
1rad =
Kecepatan sudut rata-rata : θ −θ ´ ∆θ= 2 1 ω= ∆ t t 2−t 1 Hubungan kecepatan linier dengan kecepatan sudut : v =rω 1 1 T = atau f = f T Kecepatan linier : v=
2 πr =2 πrf T
Kecepatan sudut : ω=
Percepatan : a=g
F y =F sin α Perpindahan : ∆ x 12=x 2−x 1
2π =2 πf T
Percepatan sentripetal :
F x =F cos α Jarak :
a s=
v2 atau as =ω2 r r
∆ x=∆ y
Hubungan roda-roda : Gerak vertikal ke bawah :
Seporos :
a=g ω1 =ω2
jarak tempuh total Gerak vertikal ke atas : kelajuan rata−rata= selang waktu a=−g kecepatan rata−rata= ∆ x x 2−x 1 v´ = = ∆ t t 2−t 1
perpindahan selang waktu Definisi radian : x θ ( rad )= r
1 putaran=360 °=2 π rad
atau
v1 v2 = r1 r2
Bersinggungan : v 1=v 2
atau
ω1 r 1=ω 2 r 2
Dihubungkan dengan sabuk : v 1=v 2
Konversi satuan sudut : ∆ x=vt
180 derajat =57,3° π
atau
ω1 r 1=ω 2 r 2
Persamaan GMB :
ω=ω=konstan ´ ∆ θ=ωt
atau
'
θ=θ 0+ ωt
'
h s × s II M = II' = I s I × s II hI
'
Kuat lensa : P=
Persamaan Snellius :
Hukum I Newton :
∑ F=0 diam atau GLB
Jarak fokus gabungan :
θ1=¿ n 2 sin θ2 n1 sin ¿
1 f gab
Hukum II Newton :
Indeks bias mutlak :
Pgab =∑ Pi =P 1+ P2 + … i
n=
w=mg
n=
Gaya sentripetal : F s=m as =m
v2 =m ω2 r r
cepat rambat cahaya dalam udara cepat rambat cahaya dalam medium Kacamata rabun jauh : c v
'
s =−titik jauhrabun jauh Kacamata rabun dekat :
λ1 n1=λ 2 n 2
Hubungan jarak fokus dan jarijari lengkung cermin : 1 f= R 2
s ' =−titik dekat rabun dekat
Kedalaman semu (pengamat di udara) : h' 1 = h na
Perbesaran linear lengkung dan lensa :
cermin
'
Rumus umum cermin lengkung dan lensa :
h' n a = h 1
Susunan dua cermin saling dihadapkan dengan sumbu utama berimpit :
i=1
hi ni
n2 n1
sn s
Perbesaran lup untuk mata berakomodasi pada jarak x : M a=
Sudut kritis : sin i k =
β α
Persamaan umum perbesaran angular lup : M a=
Kedalaman semu : h' =∑
Perbesaran angular : M a=
Kedalaman semu (pengamat di air) :
n
1 1 1 + = s s' f
'
i
1 1 1 1 = + + +… fi f1 f2 f3
Kuat lensa gabungan :
Gaya berat :
'
=∑
v 1 n1=v 2 n 2
∑ F=ma
h −s M= = h s
1 f
dengan n2
s n sn + f x
Perbesaran lup untuk mata berakomodasi maksimum : M a=
'
s I +s II =d
sn +1 f
Persamaan pembuat lensa : Perbesaran total : M =M I × M II
1 n2 1 1 = −1 + f n1 R1 R2
( )(
)
Perbesaran lup untuk mata tak berakomodasi pada jarak x (titik jauh di tak hingga) :
M a=
sn f
M a=
f ob f ok
γ =3 α Kalor karena perubahan suhu :
Mikroskop dengan mata berakomodasi maksimum : s ' ok =−s n
Panjang teropong bintang akomodasi maksimum : d=f ob + sok
Mikroskop dengan mata tidak berakomodasi : s ok =− atau s ok =f ok
Kapasitas kalor :
Perbesaran teropong bintang akomodasi maksimum :
'
M a=
f ob sok
M ob=
h ob −s ob = hob s ob
Asas Black :
Daya konduksi kalor :
1 1 1 = − s ok f ok s' ok
'
C=mc
Qlepas =Qterima
Perbesaran lensa objektif : '
Q=mc ∆ T
Q kA ∆ T = t d
'
Mata berakomodasi maksimum M ok =
sn +1 f ok
Prinsip sambungan dua batang logam :
Panjang teropong bumi :
k 1 A ∆T 1 k 2 A ∆T 2 = L1 L2
d=f ob +4 f p + f ok
Mata tidak berakomodasi : s M ok = n f ok Perbesaran total mikroskop : M =M ob × M ok
Hubungan suhu dan panjang kolom raksa :
Daya radiasi : Q =eσA T 4 t
∆ l=α l 0 ∆T ∆ l=l t −l 0
d=s' ob + sok Mata tak berakomodasi :
∆ T =T −T 0
Laju kalor konveksi : Q =hA ∆ T t
X −X 0 θ = θ 100 X 100− X 0 Pemuaian panjang :
Panjang mikroskop :
dan
Persamaan hambatan listrik : R= ρ
L A
Pemuaian luas :
'
d=s ob + f ok Panjang teropong pengguna normal :
s ok =−s n
bintang
∆ A=β A0 ∆ T β=2 α
d=f ob + f ok Pemuaian volum : Perbesaran teropong bintang penggunaan normal :
∆ V =γ V 0 ∆ T
A=π r 2=
π D2 4
Hukum I Kirchhoff :
∑ I masuk=∑ I keluar Hambatan pengganti seri :
n
Rs =∑ Ri=R1 + R2 +… i=1
Hambatan pengganti parallel : n
1 1 1 1 =∑ = + + … R p i=1 Ri R1 R2
Syarat jembatan Wheatstone : R1 × R4 =R2 × R3 Hukum II Kirchhoff tentang tegangan :
( )
Rumus energi listrik : W =VIt
Persamaan dasar gelombang elektromagnetik : c=λf
2
dx dt
v x=
Posisi partikel pada bidang : r=x i+ y j
t 0
∆ r =r 2−r 1
∆ x=x 2−x 1
V2 t R
Kecepatan bidang :
keluaran=masukan Q=W
t
y= y 0 +∫ v y dt 0
;
∆ y= y 2− y 1
rata-rata
Percepatan rata-rata : ∆ v v 2−v 1 a´ = = ∆ t t 2−t 1 a´ =´a x i+ a´ y j
pada
∆ r r −r v´ = = 2 1 ∆ t t 2−t 1 v´ =´v x i+ v´ y j
a´ x =
∆ v x v x2−v x1 = ∆t t 2−t 1
a´ y =
∆ v y v y2−v y1 = ∆t t 2−t 1
Percepatan sesaat : a=
Efisiensi : energi listrik energi kalor
W Q
Daya listrik : W V2 P= =VI =I 2 R= t R Daya disipasi :
v´ x =
v´ y =
∆ x x 2−x 1 = ∆ t t 2−t 1 ∆ y y 2− y 1 = ∆t t 2−t 1
Kecepatan sesaat untuk gerak lurus : v=
dx dt
dy dan v y = dt
x=x 0+∫ v x dt
∆ x x 2−x 1 v´ = = ∆ t t 2−t 1
Konversi energi ke kalor :
η=
dr dt
Menentukan posisi dari fungsi kecepatan :
Kecepatan rata-rata pada garis lurus :
W =I Rt
efisiensi=
v=
∆ r =∆ x i+∆ y j
∑ V =0
W=
2
V P2= 2 × P1 V1
dv dt
Menentukan percepatan :
kecepatan
v =v 0 +∫ a dt Kecepatan sudut rata-rata : ω=
∆ θ θ2−θ1 = ∆ t t 2−t 1
Keceptan sudut sesaat :
dari
ω=
dθ dt
Syarat suatu benda mencapai titik tertinggi (titik H) : v y =0
Posisi sudut dari kecepatan sudut :
fungsi v H =v x =v 0 x
0
Percepatan sudut : α=
dω d 2 θ = dt dt 2
Kecepatan sudut dari fungsi percepatan sudut :
Koordinat titik tertinggi : xH=
v 02 sin 2 α 0 2g
yH =
v 02 2 sin α 0 2g
t
ω=ω 0+∫ α ( t ) dt 0
Gerak parabola v x =v 0 x
Waktu mencapai jarak terjauh : 2 v sin α 0 t 0A= 0 g
x=v 0 x t
Jarak terjauh : v y =v 0 y −¿
2
R= 1 2 y=v 0 y t− g t 2 v 0 x =v 0 cos α 0 v 0 y =v 0 sin α 0 Besar kecepatan : v =√ v x +v 2
2 y
Arah kecepatan : tan α =
vy vx
v0 sin2 α 0 g
Jarak terjauh yang sama : α 1+ α 2=90° Jarak terjauh maksimum untuk sudut elevasi awal = 45° Gaya gesek statis : f s=f s , maks=μs N Gaya gesek kinetis : f k =μk N Gaya gravitasi :
r2
F GM = 2 m r
Waktu untuk mencapai ketinggian maksimum : v v sin α 0 t 0H= 0 y = 0 g g
m 1 m2
Kuat medan gravitasi : g=
t
θ=θ 0+∫ ω ( t ) dt
F12=F 21=G
Percepatan gravitasi pada ketinggian h di atas permukaan bumi : gB R = gA R+h
2
( )
Perbandingan percepatan gravitasi dua buah planet : g p mp R = × b gb mb Rp
2
( )( )
Kelajuan planet :
benda
v =√ gR Hukum III Kepler : 2
T =k 3 R Tegangan : F A
σ=
Regangan : e=
∆L L
Modulus elastis : E=
σ e
Hukum Hooke :
mengorbit
F=k ∆ x
1 EK = m v 2 2
Hukum kekekalan momentum : psebelum = psesudah
Persamaan simpangan : x ( t )= A sin ( ωt +θ 0) Frekuensi sudut :
√ √
k ω= m ω=
Teorema usaha-energi :
p A + p B= p A ' + p B'
W res =∆ EK
'
m A v A + mB v B =m A v A +m A v B
1 1 W res = m v 22− m v 12 2 2
Koefisien restitusi :
Daya : g L
P=
Periode : T =2 π
√ √
e=
W t
L T =2 π g Susunan seri pegas : F1=F 2=F ∆ x=∆ x 1 +∆ x 2 1 1 = ks ∑ ki Susunan parallel pegas : F=F1 + F 2 ∆ x 1=∆ x 2=∆ x k p =∑ k i
Usaha : W =F x ∆ x Energi kinetik :
−∆ v ∆v
'
−( v 2' −v 1' ) e= v 2−v 1
P=F ´v m k
'
Usaha oleh gaya berat :
e=
W =−mg ∆ h
√
h2 h1
Tumbukan lenting sempurna :
W =−mg ( h2 −h1 )
psebelum = psesudah
Usaha oleh gaya pegas :
EK sebelum =EK sesudah
1 W = k ( x 22 −x12 ) 2
e=1 Hukum kekekalan mekanik :
energi
EM ak =EM aw
Tumbukan tidak lenting sama sekali : psebelum = psesudah
EP ak + EK ak =EP aw + EK aw EK sebelum ≠ EK sesudah Impuls : I =F ∆ t Momentum : p=mv
Hubungan impuls-momentum : I =∆ p= p ak − paw
e=0 '
'
v A =v B =v
'
Tumbukan lenting sebagian : psebelum = psesudah EK sebelum ≠ EK sesudah
0<e <1
2 I = M R2 3
Syarat keseimbangan partikel :
∑ F=0
Momen gaya : Bola pejal, pinggir bola :
τ =r × F
poros
melalui
τ =Fd
5 2 I= M R 7
Momen inersia partikel : I =∑ mi r i2
Momen kopel :
i=1
Momen inersia benda tegar : Batang silinder, poros melalui pusat : I=
1 M l2 12
Lempeng tipis, poros melalui sumbu tegak lurus : I=
1 M ( a 2+ b2 ) 12
1 I = M l2 3
I=
1 M a2 12
Hubungan momen gaya dengan percepatan sudut :
Silinder tipis berongga, poros melalui sumbu silinder :
M =Fd Koordinat gaya resultan :
Lempeng tipis, poros melalui sumbu sejajar rebah :
Batang silinder, poros melalui ujung :
I =M R
Momen gaya :
xR=
F 1 y x 1+ F 2 y x 2 +… F 1 y + F 2 y +…
yR =
F 1 x y 1+ F 2 x y 2+ … F1 x + F 2 x +…
Syarat keseimbangan :
∑ F=0
τ =Iα
1 I = M R2 2 Silinder pejal, poros melalui pusat :
Energi kinetik rotasi :
1 1 I = M R2 + M l 2 4 12 Bola pejal, diameter :
poros
1 EK rot = I ω2 2 Energi kinetik translasi dan rotasi : 1 2 1 2 EK = m v + I ω 2 2 Hukum mekanik :
kekeklan
∑ τ=0
Titik berat benda berdimensi tiga :
2
Piringan atau silinder pejal, poros melalui sumbunya :
dan
x 0=
x 1 V 1 + x 2 V 2+ … V 1+ V 2+ …
y 0=
y 1 V 1 + y 2 V 2+ … V 1 +V 2 +…
Prisma pejal : energi
1 y 0= l 2
EP 1+ EK trans 1 + EK rot 1=EP 2 + EK trans 2 +Silinder EK rot 2 pejal : melalui
2 2 I= M R 5
Momentum sudut : L=Iω
Limas pejal beraturan : Kekekalan momentum sudut :
Bola berongga, poros melalui diameter :
1 y 0= t 2
I 1 ω1 =I 2 ω2
1 y 0= t 4
Kerucut pejal : 1 y 0= t 4 Setengah bola pejal : 3 y 0= R 8
Tekanan : P=
F A
x 0=
y 0=
x 1 A 1 + x 2 A2 +… A 1 + A 2 +… y 1 A 1+ y 2 A 2 +… A 1+ A 2+ …
Segitiga : 1 y 0= t 3 Jajargenjang, belah ketupat, bujur sangkar, persegi panjang 1 y 0= t 2 Juring lingkaran : 2 talibusur AB y 0= R 3 busur AB Setengah lingkaran : y 0=
4R 3π
Tekanan hidrostatis :
x l +x l +… x 0= 1 1 2 2 l 1+l 2 +… y 0=
y 1 l 1 + y 2 l 2 +… l 1 +l 2+ …
Q=
P=ρgh
P= patm +ρgh Hukum pascal : F1 F 2 = A 1 A2 Gaya apung : Fapung =ρgV Benda mengapung : V dipindahkan ρbenda = V benda ρfluida
∆V ∆t
Debit aliran fluida : Q=vA Persamaan kontinuitas : v 1 A 1=v 2 A2 Persamaan Bernoulli : 1 1 2 2 p1+ ρg y 1 + ρ v 1 = p2 + ρg y 2 + ρ v 2 2 2 Alat venturimeter : v 1 2=
Tegangan permukaan : F F γ= = L 2L Kapilaritas : 2 γ cos θ h= rρg Viskositas : F=ηA
Titik berat benda berbentuk garis :
2R g ( ρbola −ρfluida ) 9η
Kontinuitas :
Tekanan absolut : Titik berat benda berdimensi dua :
2
v=
v l
v 1 2=
2 ( p 1− p2 ) A 22 ρ ( A12− A 22 )
2 g A 22 ( h1−h2 ) A 12− A 22
Tabung pitot : v=
√
2 ρ' gh ρ
Rumus Boyle : p1 V 1= p 2 V 2 Rumus Charles Gay Lussac :
Rumus stokes : F D =6 ηπRv Kecepatan terminal :
V1 V2 = T 1 T2 Rumus Boyle Gay Lussac :
p1 V 1 p2 V 2 = T1 T2
´ =Nf U=N EK
Bilangan Avogadro : N A =6,022× 1026 molekul /kmol m=n M r
m N RT= Mr N A RT
W =P ( V 2 −V 1 )
´ 2 N EK p= 3 V Suhu gas ideal : ´ = 3 kT EK 2 3 RT Mr
3p v rms = ρ
Proses isobarik :
Proses adiabatik : V2 V1
3 W = nR ( T 1 −T 2 ) 2
Isokhorik :
Efisiensi mesin Carnot : η=
W Q 1−Q2 = Q1 Q1
T1 V 1
dalam
(
P1 V 1γ =P2 V 2γ
m p Mr ρ= = V RT
´2 1 N m0 v p= 3 V
3 Q=∆U = nR ( ∆T ) 2
Adiabatik :
k =1,38× 10−23 J / K
Tekanan gas tertutup :
Proses isokhorik :
Q=∆U +W =∆ U + P ( ∆ V )
W =0
pV =NkT
√ √
Usaha dengan tekanan konstan (isobarik) :
W =nRTln
Persamaan gas ideal :
v rms =
( )
Isotermal :
N=n N A pV =nRT =
1 kT 2
ruang
γ=
( γ −1 )
η= 1−
=T 2 V 2
)
( γ−1 )
CP CV
W=
T2 T1
Mesin pendingin : K P=
1 ( P V −P 2 V 2 ) γ−1 1 1
3 W = nR ( T 1 −T 2 ) 2
Q2 Q2 = W Q1−Q2
Persamaan dasar gelombang : v =λf Formulasi gelombang berjalan y= A sin ωt= A sin2 πφ
Hukum I termodinamika : ∆ U =U 2−U 1=Q−W Perubahan energi dalam : 3 ∆ U = Nk ∆ T 2
t x φ P= − T λ y=± A sin ( ωt ∓ kx )
Proses isotermal : Q=W =nRTln
Fase gelombang :
V2 V1
Sudut fase : θ P=ωt−kx=2 π
Energi dalam : Fase gelombang :
( Tt − xλ )
t x θ φ P= − = P T λ 2π
Cepat rambat bunyi dalam gas :
√
v= γ Beda fase : −( x B−x A ) −∆ x ∆ φ= = λ λ Gelombang stasioner ujung tetap :
I=
∆ s=nλ
pada
Taraf intensitas :
Bunyi lemah : 1 λ 2
( )
∆ s= n+
A s =2 A sin kx
TI =10 log
Efek dopler :
λ 4
λ 4
Gelombang stasioner ujung bebas : y=2 A cos kx sin ωt
gelombang
√
1 2 2 I 2 =I 1 cos θ= I 0 cos θ 2
m L
A s =2 A cos kx Frekuensi resonansi senar : Letak simpul : λ x n+1=( 2 n+1 ) × 4
λ 4
Cepat rambat bunyi dalam zat padat :
√
E v= ρ
nv n = 2 L 2L
√
F ρA
Frekuensi alami pipa organa terbuka :
Letak perut : x n+1=2 n ×
f n=n f 1=
Polarisasi : E2=E cos θ
F v= μ μ=
()
E=cB
Cepat rambat dalam dawai : pada
2
Gelombang cahaya :
f L =f 1−f 2
x n+1=( 2 n+1 ) ×
r1 r2
TI 2 =TI 1 +10 log n
Frekuensi layangan ;
Letak perut :
I I0
TI 2 =TI 1 +10 log
v−v p f p= f v−v s s
Letak simpul :
P A
I 2 r 12 = I 1 r 22
Bunyi kuat :
y=2 A sin kx cos ωt
x n+1=2 n ×
RT M
Intensitas gelombang :
f n=n f 1=n
v 2L
Frekuensi alami pipa organa tertutup : f n=n f 1=n
v 4L
tan θ B=
n2 n1
tan θ B=n Difraksi celah tunggal : d sinθ=nλ
Sudut resolusi minimum : θm =1,22
λ D
Daya urai alat optik :
d m=
1,22 λL D
Interferensi celah ganda Young d sinθ=nλ
Fbahan =
1 × F vakum εr
∆ V 12=
Kuat medan listrik : E=
F q0
yd 1 = n+ λ L 2
( )
2
q r2
V=
Fluks listrik :
∆ y=
Lλ 2d
Syarat interferensi konstruktif lapisan tipis :
( 12 ) λ
2 nt= m+
1
kq r
Potensial oleh beberapa muatan sumber titik :
ϕ =EA cos θ
n
V =k ∑
Rapat muatan listrik : Jarak antara pita terang dan pita gelap yang berdekatan :
( r1 − r1 )
Potensial mutlak : E=k
Pita gelap :
q 0'
∆ V 12=kq
Pita terang : yd =nλ L
∆ EP12
σ=
q A
E=
σ ε0
i =1
qi ri
Hukum kekekalan energi mekanik dalam medan listrik : 1 1 q V 1 + m v 12=q V 2 + m v 22 2 2
Kuat medan listrik untuk konduktor bola berongga :
Konduktor dua keping sejajar : E=
Dalam bola (r < R) :
∆V AB d
E=0
Tetapan kisi : d=
Di kulit dan di luar bola ( r≥R ) :
1 N
Garis terang kisi difraksi : d sinθ=nλ
Hukum Coulomb : F=
k q1 q2 r
2
q r2
Energi potensial listrik : W 12=−k q 0 q
(
1 1 − r2 r1
(
q q 1 × 12 2 4 πε r
V =E × r
Di luar keping (r > d) :
Beda potensial listrik :
V =E × d Konduktor bola berongga :
)
1 1 ∆ EP 12 =k q 0 q − r2 r1
ε =ε r ε 0 Fbahan =
E=k
Di antara kedua keping (r ≤ d ):
Di dalam dan di kulit :
)
V =k
q R
Di luar bola (r > R) :
V =k
q r
B=N
Defenisi kapasitansi : C=
q V
Kapasitansi kapasitor keping : C=
ε0 A d
1 1 1 = + +… C ek C1 C 1 Kapasitas ekivalen paralel : C ek=C 1+C 2 +… Energi potensial kapasitor : 2
1q 1 1 = qV = C V 2 2C 2 2
Besar induksi magnetik untuk kawat lurus berarus dengan panjang tertentu : B=
μ0 i [ sin α 1 +sin α 2 ] 4 πa
Besar induksi magnetik kawat lurus sangat panjang dan berarus : μi B= 0 2 πa Besar induksi magnetik di pusat kumparan kawat lingkaran berarus : μ i B= 0 2a
ε =−N
Induksi magnetik di tengahtengah solenoida : μ0 ∋ ¿ L B P=¿ Induksi magnetik solenoida :
Kapasitas ekivalen seri :
W=
μ0i 2a
di
ujung
μ0∋ ¿ L 1 B Q= ¿ 2
∆ϕ ∆t
ε =−NB
∆A ∆t
ε =−NA
∆B ∆t
ε =−NBA
ε =−L
∆ ( cos θ ) ∆t
∆i ∆t
Li=Nϕ
Besar gaya Lorentz : Energi induktor :
F=iLB sin θ Gaya tarik/tolak antara dua kawat lurus sejajar :
Ggl generator :
F μ 0 i1 i2 = L 2 πa
ε =NBAω sin ωt
Arus searah : tarik-menarik Arus berlawanan menolak
:
tolak-
Besar gaya yang dialami partikel bermuatan yang bergerak dalam medan magnet : F=qvB sin θ
Fluks magnetik : ϕ =BA cos θ Gaya gerak listrik : W ε= q ε =−lBv
1 2 W= Li 2
Persamaan trafo : V s Ns = V p Np Persamaan trafo ideal : V s I s=V p I p
N s I s=N p I p
Persamaan trafo nyata : η=
Ps V s I s N s I s = = Pp V p I p N p I p
Rangkaian arus bolak-balik : I m=I ef √ 2 V m=V ef √ 2
V m=R I m
X L= X C
Daya pada rangkaian resistif murni :
tegangan : resistif Frekuensi resonansi :
P=I ef R Reaktansi induktif :
ω=
X L=ωL f=
Reaktansi kapasitif : 1 XC= ωC
√
1 LC
√
V L −V C VR
pfoton=
X L− X C R
√
Z = R 2+ ( X L − X C ) X L> X C
1 1 1 =R 2 − 2 λ 1 n
(
2
tegangan : kapasitif
)
n = 2, 3, …
Deret balmer (deret cahaya tampak): 1 1 1 =R 2 − 2 n = 3, 4, … λ 2 n
(
n = 6, 7, …
h 2π c λ
−13,6 eV n2
1 1 1 =R − 2 2 λ nB nA
(
)
mendahului Deret paschen inframerah I) :
(deret
)
Transformasi Lorentz : γ=
mendahului arus : induktif
)
Deret transisi spektrum atom hidrogen :
Deret lyman (deret ultraungu) :
tegangan
arus
hf h = c λ
Spektrum atom hydrogen :
Impedansi :
X L< X C
E n=
Efek Compton :
V C =i X C
(
Energi elektron pada suatu orbit :
1 2 hf = mv maks +h f 0 2
V L =i X L
n = 5, 6, …
∆ E=Em −En=hf =h
Echy =EK maks +W 0
V R =iR
1 1 1 =R 2 − 2 λ 5 n
L=mvr=n
1 m v maks2=e V 0 2
Arah fasor V :
)
Momentum angular (postulat Bohr) :
Efek fotolistrik :
2
n = 4, 5, …
Deret pfund (deret inframerah III) :
En=nhf
V = V R2+ ( V L −V C )
)
(
1 LC
1 2π
(
1 1 1 =R 2 − 2 λ 4 n
Energi radiasi (teori Planck) :
V =V R +V L +V C
tan φ=
√
1 1 1 =R 2 − 2 λ 3 n
Deret bracket (deret inframerah II) :
X L= X C
2
tan φ=
arus sefase dengan
1
√
1−
v2 2 c
Kontraksi panjang : L=L0 √1−v 2 /c 2 Dilatasi waktu :
∆ t=
∆ t0
n=
√1−v 2 /c 2
Massa relativistik : m=
m0
√
v c2
ln 2 λ
Reaksi inti :
Energi diam : E0=m0 c
Q=[ ( ma+ mX )−( m b+ mY ) ] × 931,50 MeV
2
Energi total : m0 c 2
2
Et =m c =
√
1−
v2 c2
Energi kinetik : Ek = Et −E0 Definisi waktu paro : N=N 0
−λt
N=N 0 e T=
2
1−
t T
1 2
()
n