111
VIII. PERUMUSAN ALTERNATIF STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH CIANJUR SELATAN Kerangka kerja perumusan strategi pembangunan ekonomi di wilayah Cianjur Selatan dilakukan melalui tiga tahap. Pertama, tahap masukan atau identifikasi faktor internal dan eksternal dengan menggunakan matriks IFE-EFE. Kedua, tahap pencocokan atau pemaduan yang berfokus pada perumusan alternatif strategi yang sesuai dengan mencocokkan faktor internal dan eksternal. Pada tahap ini digunakan analisis SWOT (kekuatan-kelemahan-ancaman-peluang) yang dicocokkan atau dipadukan dengan hasil identifikasi dengan matriks IFEEFE. Ketiga, adalah tahap keputusan dalam pemilihan strategi prioritas dengan menggunakan Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix – QSPM).
8.1 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal 8.1.1 Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal ditujukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pembangunan ekonomi daerah Cianjur Selatan dalam pelaksanaan pembangunan wilayahnya. Faktorfaktor strategis internal tersebut sebagai berikut : a. Kekuatan Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal diperoleh faktor-faktor yang menjadi kekuatan yang dapat dimanfaatkan Cianjur Selatan dalam pelaksanaan pembangunan wilayah, adalah sebagai berikut : 1. Potensi
Sumberdaya
Alam
Sektor
Pertanian
(Pertanian,
Perikanan,
Peternakan, Kehutanan, dan Perkebunan) yang besar. Cianjur Selatan memiliki potensi sumberdaya alam yang besar terutama untuk sektor pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, dan perkebunan. Hal ini dapat terlihat dari relatif besarnya produksi pertanian di Wilayah Cianjur Selatan. Persentase produksi rata-rata per sektor pertanian di Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan dari seluruh produksi per sektor pertanian di Kabupaten Cianjur adalah 17.66 persen produk pertanian; 1.31 persen produk
112
perikanan; 9.60 persen produk peternakan; 13.64 persen produk kehutanan dan perkebunan. Sedangkan di Wilayah Usulan Cianjur Selatan produksi rata-rata per sektor pertanian adalah sebagai berikut 31.20 persen produk pertanian; 2.02 persen produk perikanan; 11.20 persen produk peternakan; 33.23 persen produk kehutanan dan perkebunan. 2. Potensi Sumberdaya Sektor Pertambangan yang besar. Potensi pertambangan di wilayah Cianjur Selatan adalah usaha pertambangan pasir besi. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Pertambangan Kabupaten Cianjur, pada Tahun 2011 Kabupaten Cianjur telah mengeluarkan izin eksplorasi terhadap tiga pengusaha pasir besi. Eksploitasi pasir besi yang terjadi di wilayah Cianjur Selatan adalah dari pertambangan rakyat dimana pertambangan tersebut mengandalkan surut laut untuk ekploitasinya. 3. Potensi Sektor Pariwisata yang besar. Potensi sektor pariwisata di Wilayah Cianjur Selatan dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tempat wisata yang ada umumnya merupakan wilayah pantai. Jumlah objek wisata yang telah dan yang berpotensi untuk dikelola di Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan berjumlah 12,5 persen. 4. Perkembangan kecamatan-kecamatan yang semakin membaik Kecamatan di Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan maupun di Wilayah Usulan Cianjur Selatan tidak memiliki wilayah potensial, namun kecamatan yang termasuk ke dalam kategori kecamatan strategis berjumlah 42,86 persen dan di Kabupaten Usulan Cianjur Selatan berjumlah 50 persen. 5. Banyaknya Kelembagaan Keagamaan Sarana dan prasarana ibadah, khususnya masjid dan mushala merupakan sarana dan prasarana yang memiliki derajat penyebaran yang tinggi di Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk di Canjur Selatan menganut agama Islam. Masjid dan mushala di Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan berjumlah 19,49 persen dan 2,87 persen. Sedangkan jumlah masjid dan mushala di Kabupaten Usulan Cianjur Selatan berjumlah 27,67 persen dan 29,69 persen.
113
b. Kelemahan Faktor-faktor yang merupakan kelemahan yang harus diatasi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal, yaitu : a. Sektor perindustrian dan perdagangan yang belum berkembang Persentase pusat kegiatan perdagangan di Kabupaten Cianjur untuk Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan berjumlah
8,75 persen dan di Kabupaten
Usulan Cianjur Selatan berjumlah 13,75 persen. Jumlah industri yang dihitung berdasarkan jumlah perusahaan kecil, perusahaan menengah dan perusahaan besar yang melakukan investasi di Kabupaten Cianjur untuk Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan berjumlah 1,46 persen dan di Kabupaten Usulan Cianjur Selatan berjumlah 2,19 persen. Jumlah investasi ini masih relatif kecil untuk pengembangan sektor perindustrian dan perdagangan di Cianjur Selatan. b. Sarana dan prasarana kurang memadai Berdasarkan analisis hirarki sarana sosial ekonomi, kecamatan di Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan didominasi oleh wilayah berkembang. Namun masih terdapat wilayah tertinggal, artinya ketersediaan sarana dan prasarana di wilayah Cianjur Selatan masih kurang memadai. Sedangkan berdasarkan penyebaran jumlah jenis fasilitas, maka jumlah jenis fasilitas yang menyebar dengan lengkap hanya berjumlah 6,25 persen untuk daerah Cianjur Selatan dan 9,375 persen untuk wilayah Usulan Cianjur Selatan. Pengkategorian penyebaran fasilitas tersebut didasarkan pada jumlah jenis fasilitas yang dimiliki oleh masing-masing kecamatan. Jika suatu kecamatan memiliki 22 – 32 jenis fasilitas maka kecamatan tersebut memiliki penyebaran fasilitas lengkap, sedangkan jika jumlah jenis fasilitas yang dimiliki kurang dari 11 maka kecamatan tersebut memiliki penyebaran fasilitas tidak lengkap. Kecamatan yang memiliki jenis fasilitas sebanyak 11 – 21 unit dikategorikan menjadi kecamatan dengan penyebaran fasilitas sedang.
114
Tabel 8.1 Penyebaran Fasilitas berdasarkan wilayah pembangunan di Kabupaten Cianjur Tahun 2011. Wilayah Pembangunan
Penyebaran Fasilitas (Jumlah Jenis dalam Persen) Tidak
Sedang
Lengkap
Lengkap Cianjur Utara
0
1.56
34.375
Cianjur Tengah
0
1.88
9.375
Cianjur Selatan
0
1.56
6.25
Cianjur Selatan Usulan
0
2.81
9.375
Kabupaten Cianjur
0
0.5
0.5
c. Pemanfaatan dan pengelolaan SDA belum optimal Wilayah Cianjur Selatan memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar, namun potensi terebut belum dimanfaatkan dan dikelola secara optimal dan efisien. Wilayah yang mempunyai potensi untuk tumbuh dan berkembang di atas kekuatannya sendiri (kecamatan strategis) berjumlah 42,86 persen di Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan dan di Kabupaten Usulan Cianjur Selatan berjumlah 50 persen. Hal ini merupakan suatu kelemahan bagi pembangunan ekonomi wiayah karena pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya yang belum optimal dan efisien menjadikan pembangunan tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. d. Kualitas Sumberdaya Manusia (SDM) yang masih relatif rendah Kelemahan yang dialami Wilayah Cianjur Selatan salah satu nya adalah kualitas SDM di kecamatan-kecamatan di Wilayah Cianjur Selatan yang masih cukup rendah. Merujuk pada tingkat pendidikan di Wilayah Cianjur, tahun 2011 sebesar 1,87 persen tidak tamat SD. Berdasarkan Dinsosnakertrans Kabupaten Cianjur, pada tahun 2011 jumlah angkatan kerja yang terserap hanya 0,75 persen dari seluruh jumlah pencari kerja yang ada. Hal ini mencerminkan bahwa kualitas SDM yang dimiliki Cianjur masih relatif rendah belum sesuai dengan kualifikasi lapangan pekerjaan yang ada. Kondisi ini bisa menjadi gambaran bagi rendahnya kualitas yang dimiliki Wilayah Cianjur Selatan.
115
e. Investasi di Wilayah Cianjur Selatan relatif rendah Jumlah investasi di bidang perdagangan dan perindustrian Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan pada tahun 2011 adalah 1,45 persen dari seluruh jumlah investasi perdagangan dan perindustrian di Kabupaten Cianjur. Jika perhitungan dilakukan dengan memasukkan tiga kecamatan di wilayah Cianjur Tengah ke dalam wilayah Cianjur Selatan maka jumlah investasi di wilayah tersebut menjadi 2,19 persen dari seluruh jumlah investasi di Kabupaten Cianjur. f. Kebijakan pembangunan Wilayah Kabupaten Cianjur khususnya kebijakan tata ruang belum berpihak pada pengembangan perindustrian dan perdagangan Secara umum, kebijakan pembangunan wilayah di Wilayah Cianjur Selatan adalah terdapatnya rencana pengolahan hasil pertanian, pusat perikanan, pusat jasa pariwisata, dan pertambangan. Rencana pembangunan terutama antara lain : pusat kegiatan lokal perkotaan di Sindangbarang; Cidaun sebagai pusat produksi dan industri perkebunan dan pertanian dengan skala pelayanan; serta Cibinong, Naringgul dan Agrabinta sebagai pusat produksi pertanian dengan skala antar desa. Dengan demikian, dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cianjur, kawasan Cianjur Selatan merupakan pemukiman dan pertanian,
belum
mengoptimalkan
pengembangan
perindustrian
dan
perdagangan. Pengembangan kawasan industri hanya berada di Kecamatan Cibinong. g. Relatif tingginya angka kemiskinan Merujuk pada data Kabupaten Cianjur, tahun 2009 keluarga pra sejahtera berjumlah 15,8 persen. Angka ini dapat menjadi kelemahan bagi pembangunan Kabupaten Cianjur, terutama wilayah Cianjur Selatan maupun wilayah Usulan Cianjur Selatan. h. Disparitas pembangunan antar wilayah Cianjur Selatan dan wilayah lainnya Salah satu latar belakang pembentukan otonomi daerah Kabupaten Cianjur Selatan adalah untuk mengatasi adanya disparitas pembangunan antar wilayah di Kabupaten Cianjur. Disparitas atau ketimpangan wilayah ini terlihat dari adanya perbedaan dalam penyebaran fasilitas, jumlah investasi, jumlah penduduk miskin, dan sebagainya di Kabupaten Cianjur. Ketimpangan
116
fasilitas pembangunan yang merupakan persentase jumlah kecamatan kategori tertentu terhadap seluruh jumlah kecamatan di masing-masing wilayah pembangunan disajikan pada Tabel 8.2. Berdasarkan Tabel 8.2, jumlah kecamatan di Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan maupun Wilayah Usulan Cianjur Selatan sebagian besar merupakan kecamatan dengan kategori wilayah berkembang.
Tabel 8.2 Perkembangan Kecamatan Berdasarkan Ketersediaan Fasilitas per Wilayah Pembangunan di Kabupaten Cianjur Tahun 2011 Maju (%) Cianjur Utara
Berkembang (%)
Tertinggal (%)
43.75
37.5
18.75
Cianjur Tengah
-
66.67
33.33
Cianjur Selatan
28.57
42.86
28.57
Cianjur Usulan
20
50
30
Disparitas antar wilayah pembangunan pun dapat dilihat dari ketimpangan investasi yang ditunjukkan oleh persentase terhadap seluruh jumlah investasi di Kabupaten Cianjur. Seperti ditunjukkan oleh Tabel 8.3 jumlah investasi di sektor perdagangan dan perindustrian baik di wilayah Cianjur Selatan maupun wilayah Usulan Cianjur Selatan masih relatif rendah. Hal ini juga terkait belum berkembangnya perindustrian di wilayah tersebut.
Tabel 8.3 Investasi per Wilayah Pembangunan di Kabupaten Cianjur Tahun 2011 Jumlah
Investasi
Kecamatan
(%)
Cianjur Utara
16
85.40
Cianjur Tengah
9
13.14
Cianjur Selatan
7
1.46
Cianjur Usulan
10
2.19
117
i. Masih lemahnya jejaring usaha dengan berbasis pelaku usaha Lemahnya jejaring usaha yang berbasis pelaku usaha di wilayah Cianjur Selatan ditunjukkan oleh masih rendahnya tingkat investasi dan masih belum berkembangnya sektor perindustrian dan perdagangan. j. Wilayah-wilayah yang sulit dijangkau oleh jaringan transportasi dan komunikasi. Terdapat wilayah yang relatif sulit dijangkau oleh fasilitas perhubungan dan komunikasi sehingga berpengaruh pada lambatnya proses pembangunan. Hal ini menyebabkan akses masyarakat di wilayah tersebut terhadap pelayanan menjadi sangat rendah. Kondisi demikian mengakibatkan penduduk di wilayah tersebut secara ekonomi dan budaya akan tetap terbelakang meskipun memiliki potensi untuk berkembang.
8.1.2 Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi faktorfakor yang menjadi peluang dan ancaman yang dihadapi Cianjur Selatan dalam melaksanakan pembangunan wilayahnya. a. Peluang Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal diperoleh beberapa faktor yang menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan dalam pembangunan ekonomi di Cianjur Selatan. Peluang-peluang tersebut adalah : 1. Kondisi perekonomian Kabupaten Cianjur yang semakin membaik. Perekonomian Kabupaten Cianjur semakin membaik terlihat dari adanya kecenderungan peningkatan persentase PAD terhadap PDRB di Kabupaten Cianjur. Persentase PAD terhadap PDRB pada Tahun 2008 sebesar 1,02 persen. Kontribusi tersebut terus meningkat menjadi 1,18 persen, 1,38 persen, dan 1,59 persen untuk tahun 2009 sampai dengan 2011. Kabupaten Canjur mempunyai laju pertumbuhan ekonomi positif dengan laju yang cenderung semakin meningkat. Pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2009 meningkat 2,75 persen. Pada Tahun 2010 laju pertumbuhan ekonomi mencapaI 5,61 persen. Selanjutnya, laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku pada Tahun 2011 mencapai 3,59 persen. Meskipun pada
118
tahun 2011 laju pertumbuhan menurun, namun pertumbuhannya masih tetap positif. 2. Struktur Perekonomian Kabupaten Cianjur yang didominasi oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan; pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Tahun 2011, kontribusi PDRB di Kabupaten Cianjur didominasi oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan yaitu sebesar 42.16 persen. 3. Perkembangan teknologi Seiring berkembangnya teknologi, teknologi informasi sudah mulai berkembang di Kabupaten Cianjur, termasuk wilayah Cianjur Selatan. Perkembangan teknologi merupakan peluang yang dapat memberikan dampak positif bagi kinerja pembangunan. Di wilayah Cianjur Selatan, teknologi pengolahan yang sudah berjalan diantaranya teknologi pengolahan hasil pertanian, pengolahan pasir besi dan industri pengolahan minyak kelapa murni (virgin coconut oil). 4. Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur Kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Cianjur yang berpihak kepada kemajuan di wilayah Cianjur Selatan merupakan peluang yang berperan sangat sesuai dengan Rencana Strategis Kabupaten Cianjur Tahun 2011 – 2031. Berdasarkan strategi perwilayahan pembangunan yang telah ditetapkan dalam RTRW dan Program Pembangunan Daerah maka di wilayah Cianjur Selatan yang terdiri dari tujuh kecamatan ditetapkan strategi percepatan pembangunan diantaranya : 1). Pusat Kegiatan Lokal Perkotaan Sindangbarang sebagai pusat pengolahan hasil pertanian, pusat perikanan, pusat jasa pariwisata, dan pertambangan, 2). Pusat Pelayanan Kawasan di Cidaun sebagai pusat produksi dan industri perkebunan dan pertanian dengan skala pelayanan beberapa kecamatan, 3). Pusat Pelayanan Lingkungan sebagai pusat produksi pertanian dengan skala antar di desa di kecamatan Cibinong, Naringgul, dan Argabinta.
119
5. Kerjasama dengan pihak swasta dan lainnya Terdapat berbagai kerjasama dan kemitraan dengan pihak swasta maupun pihak lainnya terkait dengan masih belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya daerah. Peluang ini diharapkan dapat mengatasi berbagai kelemahan dalam pelaksanaan pembangunan. Sebagai contoh adalah pengembangan pertanian melalui pola wisata alam (agro wisata) dan ekowisata yang bekerjasama dengan berbagai pihak dan Departemen Kehutanan sesuai dengan strategi kebijakan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur. 6. Lokasi Kabupaten Cianjur yang strategis Kabupaten Cianjur termasuk ke dalam wilayah dengan potensi lahan-lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perikanan, dan perkebunan. Kondisi wilayah yang ditunjang dengan banyaknya sungai besar
dan
kecil,
sebagai
sumber
pengairan
tanaman
pertanian.
Keanekaragaman sumberdaya alam yang dimiliki Kabupaten Cianjur merupakan modal dasar pembangunan dan potensi investasi yang menjanjikan. 7. Adanya peraturan perundang-undangan tentang Otonomi Daerah Seiring dengan adanya kebijakan otonomi daerah, maka terdapat pula peraturan dan perundang-undangan otonomi daerah. Hal ini menjadi peluang dalam pelaksanaan pembangunan daerah. Dengan adanya Otonomi Daerah, pemerintah daerah memiliki keleluasaan dalam mengelola daerahnya sesuai dengan potensi dan kepentingan yang dimiliki. Adanya otonomi daerah diharapkan dapat menghasilkan nilai tambah ekonomi yang lebih tinggi bagi masyarakat daerah melalui peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan ekonomi. b. Ancaman 1. Ketidakstabilan kondisi politik dan keamanan nasional Kondisi politik suatu daerah yang stabil dapat mendorong pelaksanaan pembangunan mencapai keberhasilan lebih cepat. Hal ini terjadi karena kondisi politik yang stabil dapat menarik para investor untuk menanamkan modalnya di daerah. Meskipun saat ini Indonesia masih rentan dalam
120
menghadapi globalisasi dan liberalisasi ekonomi sehingga daya tarik investasinya masih rendah. Selain kondisi politik yang masih rentan, kondisi keamanan dan tingginya tingkat korupsi di Indonesia masih menyebabkan para investor untuk tidak terlalu tertarik menanamkam modalnya. 2. Bencana alam nasional dan regional Beberapa bencana alam yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini dapat menjadi ancaman bagi pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Cinajur termasuk wilayah Cianjur Selatan. Tidak hanya bencana alam nasional, namun bencana alam regional dapat menjadi ancama dalam pelaksanaan pembangunan. Berdasarkan Bidang Logistik dan Kedaruratan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur terdapat 90 persen kecamatan yang termasuk rawan bencana alam. Bencana alam yang paling berpotensi ketika kondisi cuaca ekstrem diantaranya longsor, banjir bandang, dan puting beliung. Wilayah kecamatan
yang berpotensi
longsor
yaitu
Kecamatan Pagelaran,
Tanggeung, dan Cibinong. Wilayah yang rawan banjir bandang yaitu kecamatan Sindangbarang. Sedangkan kecamatan yang rawan puting beliung yaitu kecamatan Haurwangi, Sukaluyu, Ciranjang, Gekbrong dan Warungkondang. 3. Era globalisasi yan menuntut daya saing yang tinggi Globalisasi
dan
liberalisasi
ekonomi
internasional
menyadarkan
pemerintah Indonesia bahwa kegiatan ekonomi akan semakin kompleks dan penuh denagn resiko. Sebagai contoh, adanya subsidi domestik dan subsidi ekspor yang diberikan oleh negara-negara maju dapat menjadi ancaman serius kepada petani dan eksportir mereka dapat menjadi ancaman bagi daya saing produk-produk pertanian Indonesia, termasuk produk pertanian di Kabupaten Cianjur. 4. Persaingan antar daerah Setiap
daerah
akan
selalu
memajukan
dan
mensejahterakan
masayarakatnya melalui pembangunan-pembangunan dan penciptaan lapangan kerja. Pemerintah daerah yang proaktif dalam mendukung
121
pembangunan akan membuat daerah tersebut maju dan jauh dari ketertinggalan. Sebaliknya, pemerintah daerah yang lemah dalam mendukung pembangunan maka daerah tersebut akan semakin tertinggal dibandingkan daerah-daerah lain. 5. Adanya beberapa kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang tidak saling mendukung. Adanya ketidaksesuaian pemerintah
daerah
antara kebijakan pemerintah pusat dengan
dapat
menjadi
ancaman
dalam
pelaksanaan
pembangunan. Dibutuhkan adanya sinergitas antara kebijakan-kebijakan tersebut, misalnya implementasi program-program pemerintah pusat di daerah yang dibiayai dengan dana dekonsentrasi dapat terlaksana dengan efektif dan efisien. 6. Persepsi biaya ekonomi tinggi Persepsi ekonomi biaya tinggi di Indonesia sepertinya masih sulit dihapus dalam waktu singkat. Hal ini terkait dengan citra birokrasi di Indonesia yang masih belum efisien ditunjang dengan sumberdaya manusia yang belum optimal. Biaya untuk memulai investasi di Indonesia relatif lebih tinggi dan waktu yang diperlukan untuk mengurus ijin bisnis lebih lama dibandingkan dengan negara-negara lain, khususnya di Asia Tenggara.
8.2 Tahap Masukan Tahap masukan dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor strategis internal dan eksternal dengan melakukan analisis IFE (Internal Factors Evaluation) dan EFE (External Factors Evaluation). Analisis IFE-EFE didasarkan pada hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan yang merupakan faktor strategis internal serta identifikasi peluang dan ancaman yang merupakan faktor strategi eksternal. Pengisian matriks IFE-EFE dilakukan dengan memberikan bobot dan rating pada setiap faktor strategis internal dan eksternal tersebut. Penentuan bobot dilakukan dengan menggunakan metode Paired Comparison sehingga diperoleh skor bobot. Analisis ini ditujukan untuk menilai dan mengevaluasi pengaruh faktor-faktor strategis terhadap keberhasilan pembangunan Cianjur Selatan.
122
8.2.1 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE Matrix) Matriks IFE merupakan hasil dari identifikasi faktor-faktor strategis internal Wilayah Cinajur Selatan berupa kekuatan dan kelemahan yang berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi di wilayah Cinajur Selatan. Berdasarkan hasil analisis matriks IFE diperoleh nilai, bobot serta rating dari masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan. Hasil matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 8.4. Total skor (nilai terbobot) untuk faktor strategis internal sebesar 2.15. Jika dirinci, maka jumlah nilai terbobot untuk elemen kekuatan adalah 1.19, sedangkan untuk elemen kelemahan berjumlah 0.96.
Kekuatan
utama
yang
dimiliki
Cianjur Selatan adalah banyaknya kelembagaan keagamaan dengan skor 0.28 dan potensi sumberdaya alam sektor pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan dan perkebunan dengan skor 0.24. Di Wilayah Cianjur Selatan, sumberdaya pertanian memegang peranan penting dan dapat dijadikan sebagai modal dasar dalam proses pembangunan. Kekuatan selanjutnya yang dimilliki Wilayah Cianjur Selatan yaitu potensi sumberdaya alam pertambangan yang besar dengan skor 0,22. Selain kekuatan, wilayah Cianjur Selatan juga memiliki kelemahan. Kelemahan utama yang dihadapi oleh Cianjur Selatan yaitu sarana dan prasarana yang belum memadai. Kelemahan tersebut terlihat dari skor terendah yang dimiliki faktor strategis internal yaitu sebesar 0.082. Lemahnya sarana dan prasarana yang memadai merupakan faktor penting dalam pelaksanaan pembangunan di Cianjur Selatan mengingat bahwa sarana dan prasarana yang memadai dapat mendorong pertumbuhan pembangunan suatu daerah.
123
Tabel 8.4 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE matrix) Wilayah Cianjur Selatan Faktor Strategis Internal
Bobot
Rating
Skor 1.190889
Kekuatan
Potensi sumber daya alam sektor pertanian (pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, dan perkebunan
0.064714
3.714286
0.240364
yang besar
0.064768
3.571429
0.231316
Potensi sektor pariwisata yang besar
0.064279
3.285714
0.211203
membaik
0.068446
3.285714
0.224894
Banyaknya kelembagaan keagamaan
0.079271
3.571429
0.283112
Potensi sumber daya sektor pertambangan
Perkembangan kecamatan yang semakin
0.958321
Kelemahan
Sektor perindustrian dan perdagangan yang masih belum berkembang
0.064701
1.285714
0.083187
0.057393
1.428571
0.08199
0.063365
1.428571
0.090522
0.06346
1.714286
0.108788
0.064697
1.571429
0.101667
perindustrian dan perdagangan
0.069325
1.428571
0.099036
Relatif tingginya angka kemiskinan
0.067834
1.428571
0.096906
0.067954
1.714286
0.116492
0.068847
1.285714
0.088518
0.070945
1.285714
0.091215
Sarana dan prasarana yang masih kurang memadai Pemanfaatan dan pengelolaan SDA belum optimal Kualitas SDM relatif rendah Investasi di Wilayah Cianjur Selatan relatif rendah Kebijakan pembangunan Wilayah Kab. Cianjur khususnya kebijakan tata ruang untuk wilayah Cianjur Selatan masih belum berpihak pada pengembangan sektor
Disparitas pembangunan antar wilayah Selatan dan wilayah lainnya Masih lemahnya jejaring usaha dengan berbasis pelaku usaha Wilayah-wilayah yang sulit dijangkau oleh jaringan transportasi
Kelemahan utama lainnya yang dihadapi Cianjur Selatan yaitu sektor perindustrian dan perdagangan yang masih belum berkembang dengna skor 0.083. Hal ini perlu menjadi perhatian mengingat bahwa sektor perindustrian dan perdagangan memberikan konttribusi yang besar terhadap pembentukan PDRB
124
Wilayah Cianjur Selatan. Masih lemahnya jejaring usaha dengan berbasis pelaku usaha pada dasarnya juga berpengaruh terhadap terhambatnya perkembangan sektor perindustrian dan perdagangan. Hal ini juga terkait dengan investasi yang masih rendah di wilayah Cianjur Selatan.
8.2.2 Matriks Evalusi Faktor Eksternal (EFE Matrix) Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE matrix) merupakan hasil dari identifikasi faktor-faktor strategis eksternal Wilayah Cinajur Selatan berupa peluang dan ancaman. Berdasarkan hasil analisis matriks EFE diperoleh nilai, bobot serta rating dari masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan. Hasil matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 8.5. Hasil analisis matriks EFE menunjukkan bahwa total skor untuk faktor strategis eksternal sebesar 2.94 dengan skor elemen peluang sebesar 1.63 dan elemen ancaman sebesar 1.57. Peluang utama yang dimiliki Cianjur Selatan adalah lokasi Kabupaten Cianjur yang strategis. Seperti telah dibahas sebelumnya, Kabupaten Cianjur memiliki lokasi dengan potensi lahan-lahan pertanian. Dengan demikian, peluang ini dapat dijadikan basis dalam melakukan pembangunan Kabupaten Cianjur terutama wilayah Cianjur Selatan. Peluang terbesar lainnya yaitu adanya peraturan dan perundang-undangan tentang otonomi daerah. Peraturan dan perundangundangan mengenai otonomi daerah membantu Cianjur Selatan untuk berkembang dalam membangun kemandirian pemerintahan daerahnya. Cianjur Selatan juga didukung dengan perolehan PAD yang relatif meningkat dari tahun ke tahun. Dengan demikian, wilayah Cianjur Selatan memiliki peluang untuk melakukan pembangunan daerah tersebut didukung dengan adanya kebijakan pemerintah pusat yang sinkron dengan kebijakan pemerintah daerah.
125
Tabel 8.5
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE matrix) Wilayah Cianjur Selatan
Faktor Strategis Eksternal
Bobot
Rating
Skor 1.62706
Peluang
Kondisi perekonomian Kab.Cianjur yang semakin membaik kecenderungan terjadinya peningkatan persentase PAD terhadap PDRB di Kab.Cianjur)
0.076703
3.285714
0.252023
0.0754
3.285714
0.247744
0.085368
2.857143
0.243909
lainnya
0.086163
3.000000
0.258488
Lokasi Kab.Cianjur yang strategis
0.080983
4.000000
0.323931
0.08103
3.714286
0.300967
Struktur perekonomian Kab.Cianjur yang didominasi oleh ektor industri, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertanian Perkembangan teknologi Kerjasama dengan pihak swasta dan
Adanya peraturan dan perundangundangan tentang tonomi daerah
1.565008
Ancaman Ketidakstabilan kondisi politik dan keamanan nasional
0.078846
2.285714
0.180221
Bencana alam nasional-regional
0.080579
3.142857
0.253247
0.08614
2.857143
0.246115
0.095995
3.428571
0.329126
tidak saling mendukung
0.080147
3.142857
0.251891
Persepsi ekonomi biaya tinggi
0.092646
3.285714
0.304408
Era globalisasi yang menuntut daya saing yang tinggi Persaingan antar daerah Adanya beberapa kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang
126
Selain peluang, ancaman yang dihadapi wilayah Cianjur Selatan yaitu ketidakstabilan kondisi politik dan keamanan nasional. Ketidakstabilan kondisi politik yang terjadi di Indonesia membuat para investor kurang tertarik untuk menanamkan modanya dalam rangka membangun daerah-daerah di Indonesia. Begitu juga dengan tingkat keamanan yang belum stabil, membuat para investor lebih memilih negara lain dalam menginvestasikan modal sehingga dukungan terhadap pembangunan wilayah-wilayah di Indonesia menjadi terhambat. Hal ini terbukti juga dengan masih relatif rendahnya investasi di wilayah Cianjur Selatan. Ancaman lain bagi pembangunan wilayah Cianjur Selatan yaitu era globalisasi yang menuntut daya saing yang tinggi. Era globalisasi menjadi ancaman karena wilayah Cianjur Selatan dalam beberapa hal belum siap menghadapinya. Beberapa kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang tidak saling mendukung diharapkan dapat mencapai sinkronisasi sesuai dengan tujuan otonomi daerah, sehingga dapat menunjang pembangunan terutama wilayah Cianjur Selatan. Hal ini dikarenakan masih terlihat adanya ketimpangan dalam pembangunan ekonomi terutama di wilayah Cianjur Selatan dengan Canjur Utara. Bencana alam yang rawan terjadi di wilayah Cianjur Selatan harus menjadi perhatian, karena dapat menghambat pembangunan wilayah tersebut.
8.3 Tahap Pencocokan Tahap kedua pada perumusan strategi pembangunan ekonomi wilayah Cianjur Selatan yaitu tahap pencocokan, setelah sebelumnya dilakukan tahap masukan dengan matriks IEF-EFE. tahap pencocokan dilakukan dengan menggunakan teknik matriks SWOT. Matriks SWOT berasal dari informasi yang didapatkan dari tahap masukan untuk mencocokkan kekuatan dan kelemahan internal dengan peluang dan ancaman eksternal. Tahap pencocokan ini digunakan untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak secara efektif. Dari hasil matriks SWOT diperoleh beberapa alternatif strategi dalam pembangunan ekonomi Cianjur Selatan. Matriks SWOT wilayah Cianjur Selatan dapat dilihat pada Tabel 8.6.
127
Tabel 8.6 Matriks SWOT Wilayah Cianjur Selatan Internal Strength (S)-Kekuatan 1.
Potensi sumberdaya alam
Weakness (W)-Kelemahan 1.
belum berkembang.
sektor pertanian (pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan dan perkebunan). 2.
Potensi sumberdaya sektor pertambangan yang besar.
3.
4.
Eksternal 5.
Sektor perindustrian dan perdagangan yang masih
2.
Sarana dan prasarana yang masih kurang memadai.
3.
Pemanfaatan dan pengelolaan SDA belum optimal
4.
Kualitas SDM relatif rendah.
5.
Investasi di wilayah Cianjur masih relatif rendah
6.
Kebijakan pembangunan wilayah Kab. Cianjur
Potensi sektor pariwisata
khususnya kebijakan tata ruang untuk wilayah
yang besar
Cianjur Selatan masih belum berpihak pada
Perkembangan kecamatan
pengembangan sektor perindustrian dan
yang semakin membaik.
perdagangan.
Banyaknya kelembagaan
7.
Relatif tingginya angka kemiskinan.
keagamaan
8.
Disparitas pembangunan antar wilayah Selatan dengan wilayah lainnya.
9.
Masih lemahnya jejaring usaha dengan berbasis pelaku usaha
10. Wilayah-wilayah yang sulit dijangkau oleh jaringan transportasi Opportunities (O)Peluang 1.
2.
1.
Pengembangan pertanian
STRATEGI W-O 4.
Pengembangan industri yang menunjang aspek
Kondisi
melalui pola wisata alam
pertanian (agroindustri) sebagai upaya
perekonomian Kab.
(agrowisata), ekowisata dan
mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan SDA
Cianjur yang
penerapan konsep hutan
secara berkelanjutan dengan memanfaatkan potensai
semakin membaik
kemasyarakatan (social
yang dimiliki Kab. Cianjur (kondisi perekonomian,
kecenderungan
foresty) dengan
kebijakan Pemda Kab.Cianjur, letak geografis) serta
terjadinya
memanfaatkan kerjasama
kerjasama dengan pihak swasta atau pihak lainnya.
peningkatan
dengan pihak lain sehingga
(W1,W3,W5,W7,W9,O1,O2,O4,O5,O6)
persentase PAD
memungkinkan masyarakat
terhadap PDRB di
untuk mengakses lahan
distribusi pada pusat pertumbuhan dan pelayanan
Kab. Cianjur
hutan, melakukan iknvestasi
serta pengembangan sarana prasarana transportasi
Struktur
dan memetikhasil-hasilnya
dan komunikasi untuk menunjang sektor industri dan
perekonomian
baik untuk keperluan
perdagangan melalui pemanfaatan perkembangan
Kab.Cianjur yang
subsisten maupun komersil.
teknologi yang didukung oleh pengembangan peran
didominasi oleh
(S1 S3, S5, O2, O3, O4, O5)
swasta dan masyarakat dalam pengelolaan sarana
Pengembangan pertanian
prasarana wilayah. (W1,W2,W8,W10,O3,O4,O5)
sektor industri,
3.
STRATEGI S-O
2.
5.
6.
Pengembangan sarana dan prasarana produksi, dan
perdagangan, hotel
melalui pola diversifikasi
Peningkatan kualitas SDM baik melalui jalur formal
dan restoran serta
produk (jenis komoditi)
maupun informal/pelatihan kejuruan untuk
sektor pertanian.
maupun penganekaragaman
menyiapkan ketersediaan tenaga kerja yang memiliki
Perkembangan
bidang usaha dan pola
kualifikasi yang dibutuhkan dunia usaha dengan
teknologi
transformasi produk dengan
lebih melibatkan peran aktif masyarakat dan seluruh
128
4.
5.
6.
Kerjasama dengan
memperhatikan penciptaan
stakeholder sebagai upaya menciptakan suatu sistem
pihak swasta dan
skala ekonomi dan
kehidupan dan pemerintahan yang baik (good
lainnya
memanfaatkan fasilitas
governance) melalui pemanfataan dukungan
Lokasi Kab. Cianjur
Pemda untuk menciptakan
kebijakan Pemda Kab. Cianjur. Pengoptimalan
yang strategis
iklim usaha yang kondusif.
pelaksanaan OTDA ataupun kelembagaan
Adanya peraturan
(S1,S4,O2,O3,O4,O5)
(organisasi) lokal yang mendukung kebijakan
Memanfaatkan potensi SD
pembangunan. (W4,W7,W11,O1,O4,O5,O7,O8)
perundang-
3.
undangan tentang
pertambangan secara optimal
otonomi daerah
dan berkelanjutan untuk
dan jangka panjang yang mengacu kepada kejelasan
menarik minat investor
dan keterjaminan hak-hak properti sebagai bentuk
dengan memanfaatkan
fasilitas Pemda untuk menciptakan skala ekonomi
dukungan Pemda serta
dan keadilan akses terhadap sumber daya.
mengoptimalkan pelaksanaan
(W1,W3,W5,W6,O1,O2,O3,O5)
OTDA melalui penyediaan yang menunjang sinergi pasar dan modal dalam mendorong penggunaan SDA secara efisien dan berkelanjutan. (S2,S4,S5,O4,O5,O8)
7.
Pengembangan rencana tata ruang jangka menengah
129
Internal Strength (S)-Kekuatan 1.
Potensi sumberdaya alam
Weakness (W)-Kelemahan 1.
belum berkembang.
sektor pertanian (pertanian,
2.
3.
4.
Eksternal
5.
Sektor perindustrian dan perdagangan yang masih
perikanan, peternakan,
2.
Sarana dan prasarana yang masih kurang memadai.
kehutanan dan
3.
Pemanfaatan dan pengelolaan SDA belum optimal
perkebunan).
4.
Kualitas SDM relatif rendah.
Potensi sumberdaya sektor
5.
Investasi di wilayah Cianjur masih relatif rendah
pertambangan yang besar.
6.
Kebijakan pembangunan wilayah Kab. Cianjur
Potensi sektor pariwisata
khususnya kebijakan tata ruang untuk wilayah
yang besar
Cianjur Selatan masih belum berpihak pada
Perkembangan kecamatan
pengembangan sektor perindustrian dan
yang semakin membaik.
perdagangan.
Banyaknya kelembagaan
7.
Relatif tingginya angka kemiskinan.
keagamaan
8.
Disparitas pembangunan antar wilayah Selatan dengan wilayah lainnya.
9.
Masih lemahnya jejaring usaha dengan berbasis pelaku usaha
10. Wilayah-wilayah yang sulit dijangkau oleh jaringan transportasi
Threats (T)-
Strategi S-T
Ancaman
8.
1.
Ketidakstabilan kondisi politik dan keamanan
2.
3.
berkelanjutan serta memperbaiki sarana dan
berkelanjutan untuk
prasarana untuk mendorong investasi lokal
meningkatkanLaju
sehingga terbentuknya suatu jejaring usaha dalam rangka menghadapi era globalisasi yang menuntut
serta pemberdayaan
daya saing yang tinggi. (W2,W3,W5,W9,T3,T4,
Bencana alam
kecamatan (kelembagaan
T6)
nasional-regional
daerah dan institusi
Era globalisasi
pemerintah) untuk
dan produk keunggulan daerah sehingga
yang menuntut
menghadapi persaingan antar
memberikan nilai tambah (PDRB dan PAD) bagi
daya saing yang
wilayah dan era globalisasi.
masyarakat daerah dengan menggunakan kriteria
(S1,S2,S3,S5,T3,T4)
potensi nilai tambah langsung suatu
Menciptakan iklim usaha
komoditi/produk bagi keluarga miskin.
yang kondusif untuk
(W3,W4,W8,W9,T4,T5,T6)
Persaingan antar
9.
mendukung daerah dengan
13. Menemukan dan mempromosikan citra komoditi
14. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen
Adanya beberapa
memperluas kapasitas fiskal
pelayanan publik melalui penataan koordinasi dan
kebijakan
daerah dan memperluas basis
kerjasama antara pemerintah daerah, DPRD, serta
pemerintah pusat
produksi sektor ekonomi
masyarakat dan swasta.
dan daerah yang
rakyat.
(W3,W4,W8,W9,T4,T5,T6)
tidak saling mendukung 6.
SD secara optimal dan
Pertumbuhan Ekonomi (LPE)
daerah 5.
12. Perwujudan pengelolaan SDA secara optimal dan
nasional
tinggi 4.
Peningkatan dan pemanfaatan
Strategi W-T
Persesi ekonomi
(S1,S2,S3,T1,T2,T5,T6) 10. Sinkronisasi kebijakan dan perencanaan pembangunan
130
biaya tinggi
antara Pemerintah Pusat dan Pemda dalam memformulasikan kebijakan ekonomi dengan membangun suatu “blue print” pembangunan ekonomi yang dapat menjadi acuan untuk mendapatkan sinergi pembangunan dengan mempertimbangkan kondisi potensi daerah dan kelembagaan lokal. (S1,S2,S3,S5,T5)
11. Membangun database dan menerapkan deteksi dini akan terjadinya bencana alam. (S4,T2)
131
8.3.1 Strategi Strengths-Opportunities (S-O) Strategi S-O merupakan pencocokan atau penggabungan antara kekuatan faktor internal dengan peluang dari faktor eksternal. Strategi ini menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal untuk memperoleh keuntungan dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi di Cianjur Selatan. Dari hasil analisis beberapa alternatif yang dihasilkan adalah : 1. Pengembangan pertanian melalui pola wisata alam (agrowisata), ekowisata dan penerapan konsep hutan kemasyarakatan dengan memanfaatkan kerjasama dengan pihak lain sehingga memungkinkan masyarakat untuk mengakses lahan hutan, melakukan investasi dan memetik hasil-hasilnya baik ntuk keperluan subsisten maupun komersil. Strategi ini merupakan rekomendasi dari adanya peluang kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur dengan memanfaatkan kekuatan potensi sumberdaya alam sektor pertanian (pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, dan perkebunan) yang besar serta potensi pariwisata yang besar. Peluang adanya kerjasama dengan pihak swasta dan banyaknya kelembagaan keagamaan di Cianjur selatan dapat mendukung strategi pertama ini disamping pemanfaatan teknologi yang tepat dalam pengembangan pertanian. Kerjasama dengan pihak lain sangat penting dalam implementasi strategi ini. Misalnya, kerjasama antara Pemda dengan pihak Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) terutama diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan hutan sehingga dapat tercipta pengembangan hutan dengan konsep kemasyarakatan. 2. Pengembangan pertanian melalui pola diversifikasi produk (jenis komoditi) maupun penganekaragaman bidang usaha dan pola transformasi produk
dengan
memperhatikan
penciptaan
skala
ekonomi
dan
memanfaatkan fasilitas Pemda untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif. Strategi ini terkait adanya kerjasama dan kemitraan dengan pihak lain dalam perekonomian Kabupaten Cianjur yang didominasi oleh sektor
132
pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan dan perkebunan. Strategi kedua ini sangat memanfaatkan adanya perkembangan teknologi dan dukungan kebijakan Pemda Kabupaten Cianjur disamping kekuatan yang dimiliki berupa besarnya potensi pertanian dan semakin membaiknya perkembangan kecamatan-kecamatan di wilayah Cianjur Selatan. 3. Memanfaatkan potensi SD pertambangan secara optimal dan berkelanjutan untuk menarik minat investor dengan memanfaatkan dukungan Pemda serta mengoptimalkan pelaksanaan OTDA melalui penyediaan yang menunjang sinergi pasar dan modal dalam mendorong penggunaan SDA secara efisien dan berkelanjutan. Kekuatan yang dimiliki Wilayah Cianjur Selatan berupa besarnya potensi sumberdaya pertambangan menjadi dasar dari terbentuknya strategi ini. Pengelolaan sumberdaya pertambangan tersebut juga didukung dengan adanya peluang kerjasama dengan pihak swasta dan lainnya serta dukungan pemerintah daerah Kabupaten Cianjur dalam penentuan kebijakan. Adanya peraturan dan perundang-undangan tentang otonomi daerah juga menjadi peluang dalam memberikan kebebasan kepada Pemda untuk mengelola sendiri potensi pertambangannya. Implementasi strategi ini juga didukung oleh perkembangan kecamatan-kecamatan yang semakin membaik dan banyaknya kelembagaan keagamaan yang diharapkan mampu mendorong terbentuknya suatu jajaring dalam mengelola sumberdaya secara berkelanjutan.
8.3.2 Strategi Weakness-Opportunities (W-O) Strategi W-O merupakan strategi yang disusun untuk mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Beberapa alternative yang dihasilkan : 1. Pengembangan industri yang menunjang aspek pertanian (agroindustri) sebagai upaya mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan SDA secara berkelanjutan dengan memanfaatkan potensai yang dimiliki Kab. Cianjur (kondisi perekonomian, kebijakan Pemda Kab.Cianjur, letak geografis) serta kerjasama dengan pihak swasta atau pihak lainnya.
133
Terkait dengan masih rendahnya perkembangan sektor perindustrian dan perdagangan di Cianjur Selatan, strategi ini dapat direkomendasikan untuk mengatasi kelemahan masih tersebut. Strategi ini juga direkomendasikan untuk mengatasi masih rendahnya investasi dan lemahnya jejaring usaha di Wilayah Cianjur Selatan disamping pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang belum optimal dan relatif tingginya angka kemiskinan. Dengan memanfaatkan peluang-peluang berupa kondisi perekonomian Kabupaten Cianjur yang semakin membaik, struktur perekonomian Kabupaten Cianjur yang didominasi oleh sektor pertanian secara keseluruhan, serta lokasi Kabupaten Cianjur yang sangat strategis maka diharapkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat diatasi. Kebijakan Pemda Kabupaten Cianjur dan telah terjadinya berbagai kerjasama antara pihak Pemda dengan pihak swasta maupun pihak lainnya merupakan faktor yang mendukung teratasinya berbagai kelemahan tersebut. 2. Pengembangan sarana dan prasarana produksi, dan distribusi pada pusat pertumbuhan dan pelayanan serta pengembangan sarana prasarana transportasi dan komunikasi untuk menunjang sektor industri dan perdagangan melalui pemanfaatan
perkembangan teknologi yang
didukung oleh pengembangan peran swasta dan masyarakat dalam pengelolaan sarana prasarana wilayah. Strategi ini direkomendasikan untuk mengatasi kelemahan Wilayah Cianjur Selatan berupa sarana dan prasarana yang kurang memadai, adanya wilayah-wilayah yang sulit dijangkau oleh jaringan komunikasi dan transportasi serta adanya disparitas pembangunan antara wilayah Selatan dan lainnya. Strategi tersebut juga ditujukan untuk mengatasi kelemahan masih rendahnya perkembangan sektor perindustrian dan perdagangan serta masih lemahnya jejaring usaha. Peluang yang dimanfaatkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah perkembangan teknologi dan adanya kerjasama antara pihak Pemda dengan pihak swasta dan pihak lainnya yang disertai dengan dukungan kebijakan Pemda Kabupaten Cianjur.
134
3. Peningkatan
kualitas
SDM
baik
melalui
jalur
formal
maupun
informal/pelatihan kejuruan untuk menyiapkan ketersediaan tenaga kerja yang memiliki kualifikasi yang dibutuhkan dunia usaha dengan lebih melibatkan peran aktif masyarakat dan seluruh stakeholder sebagai upaya menciptakan suatu sistem kehidupan dan pemerintahan yang baik (good governance) melalui pemanfataan dukungan kebijakan Pemda Kab. Cianjur. Pengoptimalan pelaksanaan OTDA ataupun kelembagaan (organisasi) lokal yang mendukung kebijakan pembangunan. Strategi ini direkomendasikan untuk mengatasi kelemahan Cianjur Selatan berupa kualitas sumberdaya manusia yang relatif rendah, relatif tingginya angka kemiskinan, masih lemahnya jejaring usaha di Cianjur Selatan. Peluang-peluang yang dimanfaatkan untuk mengatasinya antara lain semakin membaiknya kondisi perekonomian Kabupaten Cianjur yang disertai dengan kebijakan Pemda Kabupaten Cianjur yang mendukung. Adanya peraturan mengenai otonomi daerah juga memberikan peluang kepada Kabupaten Cianjur untuk mengembangkan wilayah Cianjur Selatan. Kelembagaan-kelembagaan lokal seperti lembaga keagamaan atau lembaga yang mengaspirasikan pembentukan Kabupaten Cianjur Selatan pun dapat mengoptimalkan pencapaian sasaran dari strategi ini. 4. Pengembangan rencana tata ruang jangka menengah dan jangka panjang yang mengacu kepada kejelasan dan keterjaminan hak-hak properti sebagai bentuk fasilitas Pemda untuk menciptakan skala ekonomi dan keadilan akses terhadap sumber daya. Strategi ini berorientasi untuk mengatasi kelemahan masih belum optimalnya pemanfaatan dan pengelolaan SDA, masih belum berkembangnya sektor perindustrian dan perdagangan dan masih relatif rendahnya investasi di wilayah Kabupaten Cianjur khususnya kebijakan tata ruang untuk wilayah Cianjur Selatan yang masih belum berpihak pada pengembangan sektor perindustrian dan perdagangan. Strategi ini memanfaatkan peluang kondisi perekonomian Kabupaten Cianjur yang semakin membaik dengan struktur perekonomian yang didominasi oleh sektor pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan
135
dan perkebunan; adanya perkembangan teknologi; dan kerjasama dengan pihak lain termasuk swasta dan masyarakat.
8.3.3 Strategi Strengths-Threats (S-T) Strategi S-T merupakan strategi yang menggunakan kekutan internal untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal bagi pembangunan Wilayah Cianjur Selatan. Beberapa alternatif strategi S-T yang dihasilkan antara lain : 1. Peningkatan dan pemanfaatan SD secara optimal dan berkelanjutan untuk meningkatkanLaju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) serta pemberdayaan kecamatan (kelembagaan daerah dan institusi pemerintah) untuk menghadapi persaingan antar wilayah dan era globalisasi. Strategi ini direkomendasikan atas tanggapan kekuatan dari besarnya potensi sumberdaya alam sektor pertanian, potensi pertambangan, potensi pariwisata, dan banyaknya kelembagaan keagamaan di Cianjur Selatan. Faktor-faktor kekuatan tersebut dimanfaatkan untuk menghindari ancaman berupa persaingan antar daerah dan era globalisasi yang tinggi. 2. Menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk mendukung daerah dengan memperluas kapasitas fiskal daerah dan memperluas basis produksi sektor ekonomi rakyat. Dengan adanya strategi ini diharapkan kekuatan yang dimiliki Cianjur Selatan dari besarnya potensi sumberdaya alam sektor pertanian, pertambangan,
dan
pariwisata
serta
perkembangan-perkembangan
kecamatan yang semakin membaik dapat dimanfaatkan dalam rangka menciptakan iklim usaha kondusif melalui pengeloaan yang efektif, efisien, dan berkelanjutan. Upaya ini untuk menghindari ancaman berupa ketidakstabilan kondisi politik dan keamanan nasional, bencana alam nasional dan regional, untuk mengurangi persepsi mengenai ekonomi biaya tinggi dan dampak dari adanya beberapa kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang tidak saling mendukung. Iklim usaha yang kondusif ditujukan untuk meningkatkan daya tarik investor dan meningkatkan
136
kapasitas fiskal daerah melalui perluasan kegiatan pengembangan ekonomi lokal. 3. Sinkronisasi kebijakan dan perencanaan pembangunan antara Pemerintah Pusat dan Pemda dalam memformulasikan kebijakan ekonomi dengan membangun suatu “blue print” pembangunan ekonomi yang dapat menjadi acuan
untuk
mendapatkan
sinergi
pembangunan
dengan
mempertimbangkan kondisi potensi daerah dan kelembagaan lokal. Strategi ini didasarkan atas kekuatan-kekuatan yang dimiliki Cianjur Selatan berupa besarnya sumberdaya alam sektor pertanian, pertambangan, dan sektor pariwisata serta potensi kelembagaan lokal (kelembagaan keagamaan) melalui pengelolaannya yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat digunakan untuk mengantisipasi anacaman adanya beberapa kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang tidak saling mendukung yang umumnya terkait dengan pengelolaan potensi daerah tersebut. 4. Membangun database dan menerapkan deteksi dini akan terjadinya bencana alam. Strategi ini bertujuan untuk mengumpulkan data-data berupa tanda-tanda akan terjadinya bencana alam dengan melakukan pengawasan maupun deteksi dini sehingga bencana alam yang tidak diinginkan dapat dihindari atau dikurangi, misalnya adanya korban jiwa maupun korban materi. Strategi ini didasarkan atas kekuatan semakin mambaiknya perkembangan kecamatan-kecamatan di Cianjur Selatan. Hal terebut juga terkait dengan minat investor untuk menanamkan modalnya dalam mengelola kekuatan yang dimiliki Cianur Selatan berupa potensi daerah.
3.3.4
Strategi Weakness-Threats (W-T)
Strategi W-T merupakan strategi yang diusulkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal yang ada. Alternatif strategi W-T yang direkomendasikan adalah sebagai berikut : 1. Perwujudan pengelolaan SDA secara optimal dan berkelanjutan serta memperbaiki sarana dan prasarana untuk mendorong investasi lokal
137
sehingga terbentuknya suatu jejaring usaha dalam rangka menghadapi era globalisasi yang menuntut daya saing yang tinggi. Strategi ini direkomendasikan untuk mengantisipasi kelemahan Wilayah Cianjur Selatan berupa saran prasarana yang kurang memadai, pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam yang belum optimal dan masih relatif rendahnya tingkat investasi di Wilayah Cianjur Selatan yang disertai oleh masih lemahnya jejaring usaha yang berbasis pelaku usaha. Kelemahan-kelemahan tersebut perlu diatasi untuk menghindari ancaman adanya persepsi ekonomi biaya tinggi dalam kegiatan investasi di Kabupaten Cianjur, ancaman adanya persaingan antardaerah, dan era globalisasi yang menuntut daya saing tinggi. 2. Menemukan dan mempromosikan citra komoditi dan produk keunggulan daerah sehingga memberikan nilai tambah (PDRB dan PAD) bagi masyarakat daerah dengan menggunakan kriteria potensi nilai tambah langsung suatu komoditi/produk bagi keluarga miskin. Kelemahan Cianjur Selatan berupa belum berkembangnya sektor perindustrian
dan
perdagangan,
belum
optimalnya
pemanfaatan
sumberdaya alam, masih tingginya angka kemiskinan, masih rendahnya tingkat investasi, dan masih lemahnya jejaring usaha yang berbasis pelaku usaha dapat diantisipasi dengan adanya strategi ini. Strategi ini juga ditujukan untuk menghindari ancaman berupa persaingan antar daerah serta adanya kondisi politik, keamanan, dan lingkungan (bencana alam). 3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen pelayanan publik melalui penataan birokrasi dengan meningkatkan koordinasi dan kerjasama antara pemerintah daerah, DPRD, serta masyarakat dan swasta. Melalui penataan dan manajemen pelayanan publik serta peningkatan koordinasi antar pihak diharapkan dapat mengatasi kelemahan belum optimalnya pengelolaan sumberdaya dan relatif rendahnya kualitas sumberdaya manusia selain terdapatnya disparitas pembangunan antara wilayah Selatan dan lainnya dan masih lemahnya jejaring usaha. Strategi ini juga ditujukan untuk menghindari ancaman adanya persepsi ekonomi biaya tinggi yang ditimbukan oleh ketidakefisienan birokrasi, adanya
138
kebijakan pusat dan daerah yang tidak saling mendukung sehingga berdampak pada implementasi kebijakan dan untuk menghindari ancaman persaingan antar daerah. Strategi pembangunan di wilayah Cianjur Selatan ini dapat diindikasi dengan menggunakan kerangka kerja empat kuadran sehingga akan didapat apakah strategi yang cocok adalah strategi yang agresif, konservatif, defensif, atau kompetitif.
Gambar 8.1 Profil Strategi Pembangunan Ekonomi di Cianjur Selatan
Tahap yang dibutuhkan untuk membentuk profil strategi ini adalah dengan menempatkan nilai skor akhir dari matriks IFE dan EFE pada sumbu yang sesuai, menjumlahkan dua nilai skor pada sumbu x kemudian menggambarkan titik hasil pada X, menjumlahkan dua nilai skor pada sumbu y kemudian menggambarkan titik hasil pada Y, menggambarkan perpotongan X dan Y, dan menggambarkan arah vektor dari titik asal melalui titik perpotongan yang baru. Vektor arah yang
139
diasosiasikan dengan masing-masing profil menunjukkan tipe strategi yang harus dijalankan. Berdasarkan matriks IFE, skor untuk kekuatan adalah 1.19 sedangkan skor untuk kelemahan adalah 0.96 sehingga selisih diantara keduanya bernilai 0.23. Nilai tersebut pada profil strategi ditempatkan pada sumbu X. Selanjutnya, pada matriks EFE nilai skor akhir peluang adalah 1.63 sedangkan nilai skor akhir ancaman adalah 1.57. Selisih antar keduanya bernilai 0.06. Nilai tersebut ditempatkan pada sumbu Y. Perpotongan antara X dan Y tersebut berada di kuadran dengan tipe strategi agresif. Dengan demikian, berdasarkan hasil analisis kerangka kerja empat kuadran yang didasari hasil identifikasi matriks IFE dan EFE, maka strategi yang cocok diterapkan di wilayan Cianjur Selatan yaitu tipe strategi agresif. Berdasarkan analisis tersebut maka profil strategi yang muncul adalah strategi S-O, yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan
peluang
eksternal
untuk
memperoleh
keuntungan
dalam
pelaksanaan pembangunan ekonomi di Cianjur Selatan.
8.4 Tahap Pengambilan Keputusan Tahap ketiga dari perumusan strategi pembangunan ekonomi di Cianjur Selatan yaitu tahap pengambilan keputusan dengan menggunakan matriks QSP (Quantitative Strategic Planning). Dengan metode matriks QSP dapat ditentukan prioritas strategi yang dapat disusun oleh pemerintah daerah Kabupaten Cianjur untuk pembangunan di Wilayah Cianjur Selatan. Hasil analisis QSPM menunjukkan bahwa strategi yang memiliki nilai Total Attaractiveness Score (TAS) terbesar yaitu sebesar 6.796 adalah strategi pengembangan pertanian melalui pola wisata alam (agrowisata) dan ekowisata dengan memanfaatkan kerjasama dengan pihak lain serta penerapan konsep hutan kemayarakatan sehingga memungkinkan masyarakat untuk mengakses lahan hutan, melakukan investasi dan memetik hasil-hasilnya baik ntuk keperluan subsisten maupun komersil. Salah satu ekowisata yang sudah ada di Cianjur Selatan yaitu Curug Citambur di Kecamatan Pasir Kuda yang dikelola oleh Perum Perhutani KPH Cianjur.
140
Selanjutnya strategi yang memiliki nilai TAS terendah sebesar 5.941 yaitu strategi peningkatan
dan pemanfaatan sumberdaya secara optimal dan
berkelanjutan untuk meningkatkan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) serta pemberdayaan kecamatan untuk menghadapi persainan antar wiayah dan era globalisasi. Hasil analisis QSPM terdapat pada Lampiran 9. Prioritas strategi secara berurutan berdasarkan nilai TAS tertinggi sampai dengan terendah yang dihasilkan dari matriks QSPM sebagai berikut : 1. Pengembangan pertanian melalui pola wisata alam (agrowisata), ekowisata dan penerapan konsep hutan kemasyarakatan (social foresty) dengan memanfaatkan kerjasama dengan pihak lain sehingga memungkinkan masyarakat untuk mengakses lahan hutan, melakukan iknvestasi dan memetikhasil-hasilnya baik untuk keperluan subsisten maupun komersil. (TAS = 6.814) Sektor pertanian secara umum merupakan sektor yang paling potensial untuk dikembangkan di Cianjur Selatan. Hal ini terkait juga dengan potensi pariwisata yang besar meskipun lokasi dari potensi pariwisata tersebut kurang menyebar secara merata. Sebagai upaya mengembangkan pertanian dengan memanfaatkan potensi yang ada serta dalam upaya meningkatkan kegiatan perindustrian dan perdagangan maka pola agrowisata, ekowisata, dan hutan kemasyarakatan merupakan pendekatan yang tepat. Kerjasama dan koordinasi yang baik antara pemerintah dengan swasta,
masyarakat
maupun
instansi
sangat
diperlukan
dalam
implementasi pendekatan ini. 2. Pengembangan industri yang menunjang aspek pertanian (agroindustri) sebagai upaya mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan SDA secara berkelanjutan dengan memanfaatkan potensai yang dimiliki Kab. Cianjur (kondisi perekonomian, kebijakan Pemda Kab.Cianjur, letak geografis) serta kerjasama dengan pihak swasta atau pihak lainnya. (TAS = 6.746) Memanfaatkan
pengelolaan
sumberdaya
alam
secara
optimal
danberkelanjutan merupakan langkah yang harus ditempuh Kabupaten Cianjur dalam pembangunan daerah Cianjur Selatan untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor andalan khususnya memperkuat peran sektor
141
pertanian yang merupakan sektor dominan dalam pembangunan ekonomi melalui pendekatan agribisnis dan agroindustri. Hal ini sekaligus dapat mereduksi kelemahan yang dimiliki Cianjur Selatan dimana sektor perindustrian dan perdagangan belum berkembang. Dengan memanfaatkan berbagai faktor yang mendukung pembangunan ekonomi di Cianjur Selatan dari sisi kebijakan maupun keunggulan komparatif dan keunggulan
kompetitif
wilayah,
diharapkan
strategi
ini
mampu
menciptakana dan memperluas lapangan pekerjaan, memberika efek ganda terhadap pendapatan daerah dan mendukung kelestarian lingkungan yang berkelanjutan. 3. Menemukan dan mempromosikan citra komoditi dan produk keunggulan daerah sehingga memberikan nilai tambah (PDRB dan PAD) bagi masyarakat daerah dengan menggunakan kriteria potensi nilai tambah langsung suatu komoditi/produk bagi keluarga miskin. (TAS = 6.725) Menemukan dan mempromosikan citra komoditi dan produk unggulan daerah merupakan salah satu cara untuk membangun daya tarik dalam pembangunana ekonomi daerah. Setiap daerah memiliki produk unggulan yang terus dikembangkan sehingga menjdai trademark bagi daerah tersebut. Dalam kaitannya dengan penciptaan daya tarik bagi investasi di daerah, perlu juga diperhatikan ciri khas yang dapat dijadikan citra dari komoditi
atau
jasa
unggulan
daerah
tersebut.Namun
demikian,
pengembangna komoditi yang sudah ada sekarang maupun komoditi baru yang potensial untuk diadopsi harus menciptakan nilai tambah bagi masyarakat miskin dan perekonomian daerah pada umumnya. 4. Menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk mendukung daerah dengan memperluas kapasitas fiskal daerah dan memperluas basis produksi sektor ekonomi rakyat. (TAS = 6.698) Perlu adanya penyehatan iklim investasi untuk mencipatakan kondisi yang kondusif
sehingga
menarik
investasi
dalam
upaya
menciptakan
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat daerah. Dengan demikian, para pembuat kebijakan dan masyarakat setempat perlu memahami faktor-faktor yang penting dalam menentukan tingkat
142
kesehatan iklim bisnis dari sudut pandang investor, sehingga kebijakan maupun pelayanan diarahkan untuk menciptakan kondisi-kondisi tersebut. 5. Pengembangan rencana tata ruang jangka menengah dan jangka panjang yang mengacu kepada kejelasan dan keterjaminan hak-hak properti sebagai bentuk fasilitas Pemda untuk menciptakan skala ekonomi dan keadilan akses terhadap sumber daya. (TAS = 6.559) Sinkronisasi kebijakan tata ruang untuk wilayah Cianjur Selatan dengan rencana strategis pembangunan daerah sangat diperlukan. Beberapa kebijakan seperti hak kepemilikan lahan, hak untuk mengakses atau memakai lahan hutan bekas perladangan maupun lahan bekas HPH swasta yang telah habis izinnya diberikan kepada masyarakat terutama keluarga miskin. Dengan kata lain, rakyat memegang hak akses (hak pakai) bukan hak milik atas sebagian lahan yang berada dalam domain kehutanan yang kemudian dialihkan statusnya menjadi domain pertanian. 6. Pengelolaan SDA secara optimal dan berkelanjutan serta memperbaiki sarana dan prasarana untuk mendorong investasi lokal sehingga terbentuknya suatu jejaring usaha dalam rangka menghadapi era globalisasi yang menuntut daya saing yang tinggi. (TAS = 6.543) Strategi ini berguna dalam meningkatkan pembangunan ekonomi di wilayah Cianjur Selatan melalui pengelolaan sumberdaya secara optimal dan berkelanjutan yang disertai dengan pembangunan sarana dan prasarana yang tepat guna. Sarana dan prasarana merupakan aspek penting dalam menunjang aktivitas kehidupan masyarakat. Hal tersebut diharapkan dapat mendorong investasi lokal yang pada akhirnya dapat membentuk suatu jejaring usaha yang saling menguntungkan. 7. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen pelayanan publik melalui penataan birokrasi dengan meningkatkan koordinasi dan kerjasama antara pemerintah daerah, DPRD, serta masyarakat dan swasta. (TAS = 6.358) Persepsi terdapatnya manajemen pelayanan publik yang baik penting diciptakan untuk menarik minat investor. Penerapan prinsip-pronsip good governnace (tata kepemerintahan yang baik) secara konsisten pada seluruh
143
tingkatan administrasi dapat menghasilkan pelayanan publik yang efektif dan efisien sehingga terhindar dari perangkap ekonomi biaya tinggi. Penataan birokrasi yang dilakukan pemerintah daerah ini dalam kerangka desentralisasi yang ditujukan untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah. 8. Pengembangan sarana dan prasarana produksi, dan distribusi pada pusat pertumbuhan dan pelayanan serta pengembangan sarana prasarana transportasi dan komunikasi untuk menunjang sektor industri dan perdagangan melalui pemanfaatan
perkembangan teknologi yang
didukung oleh pengembangan peran swasta dan masyarakat dalam pengelolaan sarana prasarana wilayah. (TAS = 6.343) Industrialisasi pedesaan khususnya yang pro masyarakat miskin dapat diciptakan dengan adanya perluasan akses masyarakat kepada sumberdaya ekonomi yang salah satu nya ditempuh melalui pengembangan infrastruktur fisik seperti sarana produksi, koleksi dan distribusi; transportasi; energi dan telekomunikasi. Dalam strategi ini diperlukan adanya peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana wilayah Cianjur Selatan. 9. Pengembangan pertanian melalui pola diversifikasi produk (jenis komoditi) maupun penganekaragaman bidang usaha dan pola transformasi produk
dengan
memperhatikan
penciptaan
skala
ekonomi
dan
memanfaatkan fasilitas Pemda untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif. (TAS = 6.338) Diversifikasi produk (jenis komoditi) dapat berupa penganekaragaman jenis komoditi maupun bidang usaha, sedangkan transformasi merupakan perubahan bnetuk atau struktur produk. Tujuan dari diversifikasi dan transformasi adalah agar pengusaha Mikro, Kecil, dan Mnengah (UMKM) mapun sektor swasta di daerah mampu meminimumkan resiko kegagalan secara umum, memperhatikan diri dari ancaman produk luar yang masuk pasar, dan menciptakan lapangan kerja serta nilai tambah bagi masyarakat lokal khususnya dan perekonomian daerah pada umumnya.
144
10. Peningkatan
kualitas
SDM
baik
melalui
jalur
formal
maupun
informal/pelatihan kejuruan untuk menyiapkan ketersediaan tenaga kerja yang memiliki kualifikasi yang dibutuhkan dunia usaha dengan lebih melibatkan peran aktif masyarakat dan seluruh stakeholder sebagai upaya menciptakan suatu sistem kehidupan dan pemerintahan yang baik (good governance) melalui pemanfataan dukungan kebijakan Pemda Kab. Cianjur. Pengoptimalan pelaksanaan OTDA ataupun kelembagaan (organisasi) lokal yang mendukung kebijakan pembangunan.
(TAS =
6.312) Permintaan pasar tenaga kerja yang sangat beragam menyebabkan terbatasnya kurikulum yang disediakan pemerintah untuk merespon semua kebutuhan jalur pendidikan baik formal maupun informal (pelatihan kejuruan). Oleh karena itu, dibutuhkan peningkatan partisipasi swasta atau kemitraan publik dan masyarakat dalam pembangunan sumberdaya manusia. 11. Memanfaatkan potensi SD pertambangan secara optimal dan berkelanjutan untuk menarik minat investor dengan memanfaatkan dukungan Pemda serta mengoptimalkan pelaksanaan OTDA melalui penyediaan yang menunjang sinergi pasar dan modal dalam mendorong penggunaan SDA secara efisien dan berkelanjutan. (TAS = 6.125) Sektor pertambangan merupakan salah satu sektor unggulan di Cianjur Selatan sehingga peningkatan pemanfaatan potensi bahan galian secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sangat diperlukan. Pemanfaatan potensi tersebut dapat berupa pengembangan usaha pertambangan umum serta pengendalian dan penertiban penambangan tanpa ijin. 12. Sinkronisasi kebijakan dan perencanaan pembangunan antara Pemerintah Pusat dan Pemda dalam memformulasikan kebijakan ekonomi dengan membangun suatu “blue print” pembangunan ekonomi yang dapat menjadi acuan
untuk
mendapatkan
sinergi
pembangunan
dengan
mempertimbangkan kondisi potensi daerah dan kelembagaan lokal. (TAS = 6.080)
145
Sinkronisasi antara kebijakan pemerintah pusat dan daerah harus ditingkatkan agar program-program pembangunan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Dengan demikian, peningkatan akses dan partisipasi masyarakat
dalam
perumusan
politik
ekonomi
serta
kebijakan
pembangunan dan pengawasan anggaran menjadi sesuatu yang penting. Untuk tujuan tersebut diperlukan adanya suatu regulasi yang fleksibel, yang mampu menumbuhkan dan menggiatkan dialog stakeholders. 13. Membangun database dan menerapkan deteksi dini akan terjadinya bencana alam. Strategi ini ditujukan untuk mengumpulkan data-data berupa tanda-tanda akan terjadinya bencana alam dengan melakukan pengawasan maupun deteksi dini sehingga bencana alam yang tidak diinginkan dapat dihindari atau dikurangi. (TAS = 6.068) Pembangunan database dan penerapan deteksi dini akan terjadinya bencana alam ditujukan untuk menunjang pemabngunan strategi sarana dan prasarana. Dalam pelaksananaan strategi ini dibutuhkan kerjasama dan koordinasi antar kecamatan di Cianjur Selatan dengan wilayah sekitarnya serta pemerintah pusat dalam mendeteksi wilayah-wilayah yang rawan bencana. Dengan demikian, pelaksanaan pembangunan pada daerahdaerah yang rawan bencana dapat lebih efektif dan dapat lebih dirasakan manfaatnya. 14. Peningkatan
dan
pemanfaatan
sumberdaya
secara
optimal
dan
berkelanjutan untuk meningkatkan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) serta pemberdayaan kecamatan untuk menghadapi persainan antar wiayah dan era globalisasi. (TAS = 5.942) Globalisasi ekonomi dan otonomi daerah diharapkan dapat memberikan semangat kompetisi antar daerah dalam melakukan pembangunan. Dengan demikian, peningkatan dan pemanfaatan sumberdaya secara optimal dan berkelanjutan melalui pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya dapat membawa daerah pada kondisi yang memiliki daya tarik investasi dan daya saing dalam menghadapi persaingan antar wilayah di era globalisasi.
146
Hasil analisis pada tahap pencocokan dengan menggunakan profil strategi menunjukkan hal yang tidak berbeda dengan hasil pengambilan keputusan berdasarkan matriks QSP. Hasil dari analisis QSPM menunjukkan bahwa prioritas utama yang terpilih dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi di Cianjur Selatan adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal (Strategi S-O). Strategi yang diprioritaskan berdasarkan analisis QSPM ini merupakan kombinasi antara strategi S-O, strategi W-O, strategi S-T, maupun strategi W-T. Namun tetap didominasi oleh strategi S-O.