79
V. KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH PEMBANGUNAN DI CIANJUR Suatu wilayah memiliki potensi dan karakteristik wilayah yang berbeda dengan wilayah lain. Hal ini sangat berpengaruh terhadap proses pembangunan ekonomi pada suatu wilayah. Pembangunan ekonomi suatu wilayah sangat terkait dengan potensi dan karakteristik yang dimiliki wilayah tersebut. Perbedaan potensi serta karakteristik antar wilayah menyebabkan terjadinya ketidakmerataan pembangunan ekonomi. Potensi sumberdaya wilayah yang tidak tersebar secara merata tersebut menimbulkan perbedaan potensi pengembangan dan perbedaan pertumbuhan antar wilayah. Dengan demikian, perbedaan tersebut menyebabkan adanya ketimpangan pembangunan wilayah akibat ketidakmerataan sumberdaya pembangunan, ketidakmerataan kegiatan pembangunan serta ketidakmerataan penyediaan sarana dan prasarana. Adanya kesenjangan antar wilayah akibat perbedaan potensi sumberdaya berimplikasi pada adanya pembagian wilayah kaya, wilayah sedang, dan wilayah miskin. Wilayah kaya merupakan wilayah yang memiliki potensi sumberdaya yang besar dengan tingkat pemanfaatan yang tinggi. Wilayah kaya tersebut mempunyai faktor-faktor potensial yang dapat mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian pengembangan wilayah kaya ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan wilayah tersebut serta mendorong pertumbuhan wilayah belakangnya. Wilayah sedang dan wilayah miskin adalah wilayah yang masih harus dikembangkan. Pengembangan wilayah sedang ditujukan untuk mendorong wilayah tersebut memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara efektif sehingga
mampu
berkembang
dengan
kekuatannya
sendiri.
Sedangkan
pengembangan wilayah miskin ditujukan agar wilayah tersebut mampu bersaing dan mengimbangi pertumbuhan wilayah lainnya sebagai upaya pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Kategori perbedaan wilayah yang menunjukkan adanya ketimpangan pembangunan juga terbagi berdasarkan adanya perbedaan penyediaan sarana dan prasarana pembangunan, yaitu wilayah maju, wilayah berkembang, dan wilayah
80
tertinggal. Wilayah maju merupakan wilayah yang memiliki ketersediaan fasilitas yang baik. Wilayah sedang merupakan wilayah yang memiliki ketersediaan fasilitas yang sedang. Sedangkan wilayah miskin merupakan wilayah yang memiliki ketersediaan fasilitas yang tertinggal. Dalam menentukan kebijakan pembangunan wilayah maka harus terlebih dahulu diidentifikasi potensi sumberdaya di masing-masing wilayah serta penyebaran kegiatan pembangunannya. Dengan demikian hasil dari kebijakan pembangunan yang terpadu berdasarkan hubungan fungsional antar wilayah dan fasilitas sosial ekonomi dapat digunakan untuk menetapkan wilayah-wilayah yang perlu mendapat prioritas dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan wilayah.
5.1
Ketimpangan
Sumberdaya
Pembangunan
berdasarkan
Analisis
Hirarki Potensi Sumberdaya Wilayah Kabupaten Cianjur Selatan
Ketimpangan
sumberdaya
pembangunan
dapat
dianalisis
dengan
menggunakan analisis hierarki potensi sumberdaya wilayah. Dalam analisis hirarki potensi sumberdaya ini satuan penelitian yang digunakan adalah wilayah kecamatan. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data dari 32 kecamatan di Kabupaten Cianjur. Namun yang akan dibahas secara spesifik hanya Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan terdiri dari 10 kecamatan. Sektor yang dikaji dalam peringkat potensi sumberdaya wilayah ini adalah sektor pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan perkebunan, perdagangan, perindustrian, pariwisata, pertambangan dan kependudukan. Sektor pertanian dilihat dari jumlah produksi per tahun yang terdiri atas pertanian tanaman pangan dan palawija, buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Komponen subsektor tanaman pangan dan palawija meliputi produksi padi sawah, padi gogo, ubi kayu, ubi jalar, jagung, kacang tanah, kacang kedelai, dan kacang hijau. Untuk subsektor sayuran terdiri atas bawang daun, kentang, kembang kol, petsai, wortel, lobak, kacang merah, kubis, kacang panjang, cabe besar, cabe rawit, terung, buncis, tomat, labu siam, bayam, jahe, lengkuas, kencur, kunyit, lempuyang, temu lawak, temu ireng, temu kunci, dringgo, kapulaga, mengkudu, mahkota dewa, dan kejibeling.
81
Sektor peternakan ditunjukkan oleh banyaknya populasi ternak per tahun yang terdiri atas ternak besar (sapi potong dan kerbau), ternak kecil (kambing dan domba), ternak unggas (ayam buras dan itik). Sektor perikanan dilihat dari produksi hasil perikanan per tahun dan dibedakan menjadi produksi ikan air tawar dan produksi ikan di tambak dan di laut. Produksi ikan air tawar di Cinajur Selatan terdiri dari perikanan kolam air tenang, pembenihan, sawah, dan sungai. Sektor perkebunan dan kehutanan dilihat dari luas hutan atau perkebunan yang meliputi hutan produksi dan hutan lindung. Sementara sektor perindustrian dilihat dari banyaknya jumlah perusahaan di masing-masing kecamatan yang dibedakan menjadi perusahaan kecil, perusahaan menengah, dan perusahaan besar. Berdasarkan hasil analisis hierarki potensi sumberdaya maka masing-masing kecamatan dikelompokkan menjadi wilayah kaya, wilayah sedang, dan wilayah miskin berdasarkan ketersediaan sumberdaya yang dimiliki masing-masing kecamatan. Wilayah kaya memiliki potensi sumberdaya tinggi, wilayah sedang dan wilayah miskin potensi sumberdayanya relatif rendah. Hasil perhitungan potensi setiap sektor untuk masing-masing kecamatan dibuat rangking untuk mengetahui kecamatan yang memiliki potensi yang besar untuk setiap sektor. Semakin kecil angka peringkatnya maka semakin baik potensi sumberdaya wilayah pada kecamatan tersebut. Pengkategorian wilayah ditentukan berdasarkan selang kategori. Penentuan selang untuk ketiga kategori tersebut dilakukan dengan cara menentukan selisih jumlah peringkat terbesar dan terkecil kemudian membaginya dengan tiga kategori di atas sehingga diperoleh rentang yang sama untuk setiap kategori. Berdasarkan hasil analisis hirarki potensi sumberdaya kecamatan diperoleh jumlah peringkat terbesar adalah 147 dan peringkat terkecil 25. Jika selisih antara jumlah peringkat terbesar dan terkecil tersebut dibagi oleh tiga kategori akan menghasilkan rentang untuk setiap kategori sebesar 40. Dengan demikian pada analisis ini diperoleh kategori untuk kecamatan yang tergolong wilayah kaya adalah yang mempunyai skor 25 – 65, wilayah sedang adalah yang mempunyai skor 66 – 106, dan wilayah miskin adalah yang mempunyai skor 107 – 147.
82
Tabel 5.1. Analisis Hirarki Potensi Sumberdaya di Kabupaten Cianjur Tahun 2011 No
Kecamatan
To Pert
Rank
Kategori
tal
Petern
Per
Hut
Per
Pariw
Ke
ania
a
ikana
bun
Indus
isa
pendud
n
kan
n
train
ta
ukan
Cianjur Utara 1
Sukaresmi
4
12
15
20
9
9
69
20
SEDANG
2
Pacet
9
6
28
8
2
7
60
23
KAYA
3
Cipanas
25
27
30
17
1
4
104
9
4
Cugenang
1
9
11
18
5
44
28
KAYA
5
Cianjur
27
32
12
6
Karangtengah
10
13
7
Mande
19
8
Cikalongkulon
9
SEDANG
2
3
1
80
18
SEDANG
6
1
6
2
38
30
KAYA
4
1
11
13
48
27
KAYA
12
5
4
12
8
41
29
KAYA
Haurwangi
23
26
31
3
19
102
11
SEDANG
10
Ciranjang
22
10
2
5
10
53
25
KAYA
11
Bojongpicung
14
21
5
22
11
73
19
SEDANG
12
Sukaluyu
17
11
3
6
12
49
26
KAYA
13
Cilaku
11
1
9
9
6
36
31
KAYA
14
Warungkondang
21
7
7
10
15
60
24
KAYA
15
Gekbrong
30
2
25
13
21
91
25
SEDANG
16
Cibeber
5
3
10
4
3
25
32
KAYA
KAYA
3
4
Cianjur Tengah 17
Campaka
16
8
8
14
17
63
22
18
Campakamulya
29
28
19
23
32
131
4
MISKIN
19
Takokak
8
20
20
15
22
85
17
SEDANG
20
Pasirkuda
20
31
32
24
29
136
3
MISKIN
21
Pagelaran
6
19
13
16
14
68
21
SEDANG
22
Kadupandak
2
23
18
25
23
91
16
SEDANG
23
Cijati
26
30
17
26
30
129
5
MISKIN
24
Sukanagara
28
17
16
1
7
4
24
97
14
SEDANG
25
Tanggeung
3
18
23
2
21
5
26
98
13
SEDANG
Cianjur Selatan10 26
Cibinong
18
25
24
19
18
104
10
SEDANG
27
Leles
31
29
29
27
31
147
1
MISKIN
28
Agrabinta
15
22
27
28
27
119
6
MISKIN
29
Sindangbarang
13
14
26
30
Cidaun
7
24
31
Cikadu
32
32
Naringgul
24
29
7
20
114
8
MSIKIN
14
30
8
16
99
12
SEDANG
24
22
31
28
137
2
MISKIN
15
21
32
25
117
7
MISKIN
5
83
Jika dilihat dari perbedaan hasil skor akhir antar kecamatan di Kabupaten Cianjur, maka dapat dilihat bahwa penyebaran sumberdaya kurang merata sehingga tingkat ketimpangan yang terjadi menjadi tinggi. Alokasi kegiatankegiatan pembangunan lebih diarahkan pada wilayah-wilayah kaya yang ketersediaan sumberdayanya lebih banyak. Sebagai implikasinya, wilayahwilayah kaya akan mengasilkan nilai tambah yang besar yang akan sangat berarti bagi pertumbuhan wilayahnya. Berdasarkan pengkategorian yang telah dilakukan maka di Kabupaten Cianjur pada Tahun 2011 terdapat 11 Kecamatan (34.38 persen) yang tergolong ke dalam wilayah dengan potensi sumberdaya kaya, 12 kecamatan (37.50 persen) tergolong wilayah sedang dan 9 kecamatan (28.13 persen) termasuk ke dalam wilayah miskin. Selanjutnya jika dirinci sesuai dengan wilayah pembangunan maka di wilayah Cianjur Utara hanya terbagi menjadi wilayah kaya dan wilayah sedang. Wilayah kaya, yaitu sekitar 62.50 persen dari jumlah kecamatan yang ada di Cianjur Utara dan sisanya yaitu sebesar 37.50 persen adalah wilayah sedang.
% 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Kaya Sedang Miskin
Utara
Tengah
Selatan
Usulan
Gambar 5.1. Persentase Jumlah Kecamatan berdasarkan Potensi Sumberdaya di Kabupaten Cianjur Tahun 2011
Kondisi di wilayah pembangunan Cianjur Tengah sebagian besar wilayahnya berkategori wilayah sedang yaitu sebesar 55.56 persen. Kategori miskin sebesar 33.33 persen dan terakhir adalah kategori kaya sebesar 11.11 persen. Di wilayah usulan pembangunan Cianjur Selatan sebagian besar wilayahnya memiliki kategori miskin, yaitu 71.42 persen dan sisanya sebesar
84
28.57 persen termasuk kategori wilayah sedang. Di wilayah Cianjur Selatan ini tidak ada kecamatan yang masuk ke dalam kategori kaya. Sementara di wilayah Usulan Cianjur Selatan dalam penelitian ini, yaitu di 10 kecamatan di Cianjur Selatan, maka wilayahnya terbagi 2 yaitu wilayah sedang dan wilayah miskin. Wilayah yang termasuk kategori wilayah miskin di wilayah usulan Cianjur Selatan yaitu sebesar 60 persen dan 40 persen termasuk kategori wilayah sedang.
5.1.1 Wilayah Sedang di Daerah Cianjur Selatan
Di wilayah Usulan Cianjur Selatan terdapat empat kecamatan yang tergolong kecamatan sedang dari 10 kecamatan yang ada. Keempat kecamatan tersebut adalah Cibinong, Cidaun, Tanggeung, dan Kadupandak. Secara aktual, dari keempat kecamatan tersebut hanya dua kecamatan yaitu kecamatan Cibinong dan Cidaun yang masuk ke dalam Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan. Kecamatan lainnya termasuk wilayah pembangunan Cianjur Tengah namun diusulkan menjadi bagian dari Kabupaten Usulan Cianjur Selatan. Sektor yang potensial dikembangkan di Kecamatan Tanggeung adalah sektor kehutanan dan perkebunan. Kecamatan Tanggeung memiliki luas hutan produksi dan hutan lindung kedua terluas dari seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Cianjur.
5.1.2 Wilayah Miskin di Daerah Cianjur Selatan Berdasarkan hasil analisis hirarki potensi sumberdaya wilayah secara keseluruhan, pada wilayah Cianjur Selatan terdapat lima kecamatan yang termasuk wilayah miskin yaitu Kecamatan Leles, Agrabinta, Cikadu, Naringgul, dan Sindangbarang. Untuk daerah usulan Cianjur Selatan, selain kelima kecamatan di atas Kecamatan Cijati juga termasuk ke wilayah miskin di wilayah tersebut. Kecamatan Sindangbarang memiliki potensi pengembangan pada sektor peternakan. Sektor peternakan yang berpotensi dikembangkan di wilayah tersebut antara lain unggas yang meliputi ayam buras dan itik. Sektor lain yang berpotensi
85
dikembangkan di Kecamatan Sindangbarang aalah sektor perkebunan dan kehutanan karena berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor 174 dan 195, pada tahun 2010 kawasan hutan perum perhutani (KPH) di kecamatan Sindangbarang mencapai 7382.5 Ha. Potensi pengembangan di Kecamatan Agrabinta adalah sektor pertanian terutama jenis tanaman obat-obatan seperti lengkuas, kencur, kunyit, dan lempuyang.
Kecamatan
Agrabinta
juga
memiliki
potensi
besar
untuk
pengembangan di sektor peternakan yaitu ternak kambing dan domba. Kecamatan Cikadu memiliki potensi pengembangan utama pada sektor pertanian terutama berbagai jenis sayuran seperti bawang daun, petsai, kubis, tomat dan buncis. Sementara Kecamatan Leles berpotensi di sektor perikanan terutama dalam produksi berbagai jenis benih ikan tawar seperti benih ikan mas dan ikan lele.
5.2
Ketimpangan Kegiatan Pembangunan berdasarkan Analisis Hirarki Fasilitas Sosial Ekonomi di Kabupaten Cianjur
Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan faktor penting dalam pembangunan
suatu
daerah.
Namun
penyebaran
sarana
dan
prasarana
pembangunan di setiap daerah berbeda-beda. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya ketimpangan sarana dan prasarana pembangunan. Wilayah yang memiliki ketersediaan sarana dan prasarana pembangunan yang tinggi akan memiliki tingkat kesejahteraan sosial ekonomi yang lebih baik dibanding wilayah dengan ketersediaan sarana dan prasarana pembangunan yang terbatas, karena dengan mengeluarkan biaya yang relatif rendah dapat memperoleh pelayanan dari fasilitas yang tersedia.
Tingkat ketersediaan dan penyebaran fasilitas sosial ekonomi di Kabupaten Cianjur yang dibedakan menjadi fasilitas pemerintahan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, peribadatan, pariwisata, serta perhubungan dan komunikasi ditunjukkan oleh analisis hirarki fasilitas sosial ekonomi. Indikator fasilitas pemerintahan meliputi jumlah desa kota dan perdesaan yang ada dalam suatu kecamatan. Selain itu jarak kecamatan terhadap pusat pemerintahan (Cianjur) dan jumlah penduduk pun menjadi pertimbangan dalam menentukan hirarki penyebaran dan
86
ketersediaan fasilitas sosial ekonomi. Indikator fasilitas pendidikan meliputi jumlah Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) dan pesantren pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Cianjur. Indikator fasilitas kesehatan meliputi jumlah rumah sakit, rumah sakit bersalin, klinik keluarga berencana, puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, jumlah praktek dokter umum, praktek dokter gigi, praktek dokter spesialis, dan praktek swasta. Pasar tradisional, pasar swalayan, dan koperasi merupakan indikator yang digunakan dalam fasilitas ekonomi. Fasilitas peribadatan meliputi banyaknya mesjid, musholla, gereja, pura, dan vihara. Indikator fasilitas pariwisata meliputi jumlah hotel, restoran, dan objek wisata. Untuk fasilitas perhubungan dan komunikasi diwakili oleh jumlah terminal bis, subterminal angkot, dan jumlah kantor pos maupun kantor pos pembantu. Klasifikasi atau pengkategorian wilayah berdasarkan hirarki fasilitas sosial ekonomi terbagi menjadi tiga kriteria wilayah yaitu wilayah maju, wilayah berkembang, dan wilayah tertinggal. Wilayah yang memiliki ketersediaan fasilitas rendah dimasukkan ke dalam kategori wilayah tertinggal. Wilayah yang memiliki ketersediaan yang sedang
dikategorikan menjadi wilayah berkembang dan
wilayah yang memiliki ketersediaan fasilitas lebih baik dikategorikan menjadi wilayah maju. Penentuan rentang untuk masing-masing kategori tersebut dilakukan dengan menentukan selisih dari jumlah peringkat terbesar dan terkecil kemudian membaginya menjadi tiga bagian yang sama untuk setiap kategori. Hasil analisis hirarki potensi fasilitas wilayah ditunukkan oleh Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Analisis Hirarki Fasilitas Sosial Ekonomi di Kabupaten Cianjur Tahun 2011
87
No
Kecamatan Peringkat Fasilitas
Pe
Pend
Kese
Eko
Per
Pariw
Me
idika
hat
rinta
n
an
nom
Iba
isata
i
Dat
han
Hu
Lok
Kep.
bk
asi
Pen
om
To
Ra
tal
nk
Kategori
Du
an
duk
Cianjur Utara 1
Sukaresmi
14.5
15
9
15.5
9
7
28
17.5
13
128.5
20
BERKEMBANG
2
Pacet
29.5
19
3
Cipanas
29.5
7
14
2
8
2
28
9.5
5
102.5
13
BERKEMBANG
30
24
4
1
13
12
4
108.0
14
BERKEMBANG
4
Cugenang
3.5
5
5
9
15
23.5
13
4
8
73.5
5
MAJU
5
Cianjur
6
Karangtengah
14.5
1
1
1
1
3
13
1
1
34.0
1
MAJU
3.5
2
3
3
3
7
28
2
2
49.5
2
MAJU
7
Mande
10
12
2
12.5
5.5
11.5
28
6.5
14.5
81.5
6
MAJU
8
Cikalongkulon
9
Haurwangi
MAJU
10
Ciranjang
11
Bojongpicung
12
Sukaluyu
21
25
13
Cilaku
21
14
Warungkondang
14.5
15
Gekbrong
16
Cibeber
1.5
6
5
6
11
11.5
13
12
12
53.5
3
27.5
29
18
31.5
32
11.5
13
6.5
17
162.0
28
TERTINGGAL
25
20
11
5
11
11.5
13
12
3
96.0
11
BERKEMBANG
14.5
11
7
10.5
26
23.5
28
14.5
16
120.5
18
BERKEMBANG
24
17.5
22
23.5
28
5
6
161.0
27
TERTINGGAL
4
12
4
5.5
23.5
13
3
7
82.5
8
22
13
8
19
23.5
28
14.5
9
128.0
19
BERKEMBANG
23.5
13
9.5
10
165.0
29
TERTINGGAL
8
11
66.0
4
27.5
31
21
21.5
28
1.5
3
5
7
13.5
23.5
13
MAJU
MAJU
Cianjur Tengah 17
Campaka
14.5
10
19
17.5
16
11.5
13
16
18
101.0
12
BERKEMBANG
18
Campakamulya
32
32
32
28
20
23.5
13
17.5
20
180.0
31
TERTINGGAL
19
Takokak
25
16
20
19
17.5
23.5
13
20
22
133.5
22
BERKEMBANG
20
Pasirkuda
25
30
25
31.5
31
23.5
28
21
28
194.0
32
TERTINGGAL
21
Pagelaran
6.5
9
10
25.5
2
23.5
13
22
26
89.0
10
BERKEMBANG
22
Kadupandak
6.5
13
29
12.5
23
23.5
13
26.5
19
120.0
17
BERKEMBANG
23
Cijati
21
27
23
27
24
23.5
13
28
14.5
158.0
26
TERTINGGAL
24
Sukanagara
21
17
16
10.5
27
5
13
19
25
109.0
15
BERKEMBANG
25
Tanggeung
10
24
22
20
29
11.5
13
23.5
21
129.0
21
BERKEMBANG
Cianjur Selatan 26
Cibinong
6.5
8
8
21.5
13.5
23.5
1
26.5
27
82.0
7
MAJU
27
Leles
10
28
27
30
25
23.5
13
25
23
156.0
25
TERTINGGAL
28
Agrabinta
14.5
26
28
14
21
23.5
13
23.5
31.5
139.5
24
BERKEMBANG
29
Sindangbarang
7
28
30
24
114.5
16
BERKEMBANG
30
14.5
18
17
23
7
Cidaun
6.5
14
15
15.5
17.5
4
13
31
29.5
85.0
9
31
Cikadu
21
23
31
29
30
23.5
13
29
29.5
170.0
30
TERTINGGAL
32
Naringgul
14.5
21
26
25.5
11
23.5
13
32
31.5
134.0
23
BERKEMBANG
MAJU
88
Berdasarkan hasil analisis hirarki fasilitas sosial ekonomi peringkat terbesar adalah 194 dan peringkat terkecilnya berjumlah 34. Selisih dari nilai maksimum dan minimum tersebut adalah 160. Selisih tersebut dibagi menjadi tiga kategori sehingga menghasilkan rentang 52.67. Dengan demikian, kecamatankecamatan di Kabupaten Cianjur akan dikategorikan menjadi wilayah maju jika memiliki skor 34 - 86.67. Selanjutnya, kategori untuk kecamatan yang tergolong wilayah berkembang adalah yang mempunyai skor 87.67 – 140.33. Sedangkan wilayah tertinggal adalah wilayah dengan rentang skor 141.33 – 194. Di Kabupaten Cianjur, jumlah kecamatan yang tergolong wilayah maju berjumlah 9 kecamatan atau 28,125 persen dari 32 kecamatan yang ada di Kabupaten Cianjur. Kecamatan yang tergolong kecamatan berkembang dan tertinggal masing-masing berjumlah 15 (46.88 persen) kecamatan dan 8 (25 persen) kecamatan. Dengan adanya perbedaan kategori yang terdapat di Kabupaten Cianjur, dapat terlihat masih terdapat ketimpangan kegiatan pembangunan di Kabupaten Cianjur. Hasil analisis hirarki fasilitas sosial ekonomi menunjukkan bahwa di Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan sebagian besar merupakan wilayah berkembang yaitu sekitar 42,86 persen dari seluruh jumlah kecamatan yang ada di Cianjur Selatan. Jumlah kecamatan yang termasuk wilayah maju dan tertinggal memiliki jumlah yang sama yaitu masing-masing dua kecamatan atau sekitar 28,57 persen. Jumlah wilayah berkembang menjadi relatif lebih banyak jika dilihat dari hasil analisis yang dilakukan dengan memasukkan tiga kecamatan dari wilayah Cianjur Tengah kedalam wilayah Cianjur Selatan. Di wilayah usulan Cianjur Selatan, kecamatan yang termasuk kedalam wilayah berkembang menjadi lima kecamatan (50 persen), wilayah maju tetap dua kecamatan (20 persen), dan wilayah tertinggal menjadi 3 kecamatan (30 persen).
89
70.00 60.00 50.00 Maju
40.00
Berkembang
30.00
Tertinggal 20.00 10.00 0.00 Utara
Tengah
Selatan
Usulan
Gambar 5.2. Persentase Kecamatan berdasarkan Penyebaran Fasilitas Sosial Ekonomi di Kabupaten Cianjur Tahun 2011.
Wilayah Cianjur lain, yaitu kecamatan-kecamatan di Cianjur Tengah sebagian besar tergolong kedalam wilayah berkembang yaitu sebanyak 66,67 persen dan sisanya sebesar 33,33 termasuk kedalam wilayah tertinggal. Di wilayah Cianjur Tengah tidak ada kecamatan yang masuk dalam kategori wilayah kaya. Untuk wilayah Cianjur Utara didominasi oleh wilayah maju yaitu sebesar 43,75 persen, disusul oleh wilayah berkembang 37,5 persen dan wilayah tertinggal sebesar 18,75 persen. Pada wilayah maju, kegiatan pembangunan sangat banyak sehingga pemanfaatan sumberdaya akan memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pertumbuhan wilayah. Sebaliknya di wilayah tertinggal kegiatan pembangunan sedikit sehingga kontribusi sumberdaya pembangunan terhadap pertumbuhan wilayah juga kecil. Dengan demikian, sebenarnya masih terdapat ketimpangan antar wilayah sehingga berpenaruh terhadap perekonomian wilayah tersebut.
5.3 Analisis Sistem Limpitan Sejajar Analisis selanjutnya yaitu menentukan wilayah-wilayah pembangunan yang perlu mendapat prioritas dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dengan menggunakan analisis sistem limpitan sejajar. Sistem limpitan sejajar
90
merupakan gabungan antara sistem hirarki potensial sumberdaya wilayah dan penyebaran fasilitas sosial ekonominya. . Berdasarkan hasil analisis maka wilayah
di Kabupaten Cianjur dikategorikan menjadi tiga kriteria yaitu wilayah potensial, wilayah strategis, dan wilayah kritis. Kecamatan-kecamatan yang berada pada peringkat teratas merupakan wilayah potensial sedangkan yang berada pada peringkat bawah merupakan wilayah kritis. Gambar 5.3 menunjukkan persentase kecamatan berdasarkan kategori wilayah potensial, wilayah strategis, dan wilayah kritis. Kecamatan di wilayah Kabupaten Cianjur yang termasuk kedalam kriteria wilayah potensial berjumlah 10 kecamatan (31,25 persen), sedangkan untuk wilayah strategis berjumlah 13 kecamatan (40,63 persen), dan wilayah kritis berjumlah 9 kecamatan (28,13 persen).
Tabel 5.3. Hasil Analisis Sistem Limpitan Sejajar di Kabupaten Cianjur Tahun 2011 No
Kecamatan
Tot.
Ran
Pote
k
Kategori
nsi
Tot.
Ra
Potensi
nk
Kategori
To
Rank
DESKRIPSI
tal
Sarana
SD Cianjur Utara 1
Sukaresmi
69
20
SEDANG
128.5
20
BERKEMBANG
197.5
16
STRATEGIS
2
Pacet
60
23
KAYA
102.5
13
BERKEMBANG
162.5
10
POTENSIAL
3
Cipanas
104
9
SEDANG
108
14
BERKEMBANG
212
20
STRATEGIS
4
Cugenang
44
28
KAYA
73.5
5
MAJU
117.5
5
POTENSIAL
5
Cianjur
80
18
SEDANG
34
1
MAJU
114
4
POTENSIAL
6
Karangtengah
38
30
KAYA
49.5
2
MAJU
87.5
1
POTENSIAL
7
Mande
48
27
KAYA
81.5
6
MAJU
129.5
7
POTENSIAL
8
Cikalongkulon
41
29
KAYA
53.5
3
MAJU
94.5
3
POTENSIAL
9
Haurwangi
102
11
SEDANG
162
28
TERTINGGAL
264
27
10
Ciranjang
53
25
KAYA
96
11
BERKEMBANG
149
8
POTENSIAL
11
Bojongpicung
73
19
SEDANG
120.5
18
BERKEMBANG
193.5
15
STRATEGIS
12
Sukaluyu
49
26
KAYA
161
27
TERTINGGAL
210
18
STRATEGIS
13
Cilaku
36
31
KAYA
82.5
8
118.5
6
STRATEGIS
14
Warungkondang
60
24
KAYA
128
19
BERKEMBANG
188
14
STRATEGIS
15
Gekbrong
91
25
SEDANG
165
29
TERTINGGAL
256
25
KRITIS
16
Cibeber
25
32
KAYA
66
4
91
2
POTENSIAL
63
22
KAYA
101
12
164
11
POTENSIAL
MAJU
MAJU
KRITIS
Cianjur Tengah 17
Campaka
BERKEMBANG
91
18
Campakamulya
131
4
MISKIN
180
31
TERTINGGAL
19
311
31
KRITIS
Takokak
85
17
SEDANG
133.5
22
BERKEMBANG
218.5
21
STRATEGIS
20
Pasirkuda
136
3
MISKIN
194
32
TERTINGGAL
330
32
KRITIS
21
Pagelaran
68
21
SEDANG
89
10
BERKEMBANG
157
9
POTENSIAL
22
Kadupandak
91
16
SEDANG
120
17
BERKEMBANG
211
19
STRATEGIS
23
Cijati
129
5
MISKIN
158
26
TERTINGGAL
287
28
KRITIS
24
Sukanagara
97
14
SEDANG
109
15
BERKEMBANG
206
17
STRATEGIS
25
Tanggeung
98
13
SEDANG
129
21
BERKEMBANG
227
22
STRATEGIS
MAJU
186 303
29
KRITIS
Cianjur Selatan 26
Cibinong
104
10
SEDANG
82
7
STRATEGIS
27
Leles
147
1
MISKIN
156
25
TERTINGGAL
28
Agrabinta
119
6
MISKIN
139.5
24
BERKEMBANG
258.5
26
KRITIS
29
Sindangbarang
114
8
MSIKIN
114.5
16
BERKEMBANG
228.5
23
STRATEGIS
30
Cidaun
99
12
SEDANG
85
9
MAJU
184
12
STRATEGIS
31
Cikadu
137
2
MISKIN
170
30
TERTINGGAL
307
30
KRITIS
32
Naringgul
117
7
MISKIN
134
23
BERKEMBANG
251
24
KRITIS
Potensi sumberdaya yang berbeda-beda antar kecamatan memacu untuk dilaksanakannya pengembangan wilayah secara terpadu melalui spesialisasi pada sumberdaya yang dimiliki sehingga pertumbuhan dan pemerataan pembangunan dapat dicapai. Namun demikian, penyebaran fasilitas sosial ekonomi yang tidak merata menyebabkan kecamatan-kecamatan dengan sumberdaya terbatas tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai penyedia fasilitas pelayanan yang efektif dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Ketidakmerataan penyebaran fasilitas ekonomi tersebut dapat dijadikan indikator terjadinya ketimpangan kesejahteraan antar kecamatan di Kabupaten Cianjur. Wilayah dengan fasilitas sosial ekonomi yang tinggi akan memiliki tingkat kesejahteraan sosial ekonomi yang lebih baik. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh relatif rendahnya biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat pada wilayah yang ketersediaan fasilitasnya lengkap untuk memperoleh pelayanan dari fasilitas yang tersedi jika dibandingkan dengan masyarakat yang berada pada wilayah yang ketersediaan fasilitasnya kurang atau tidak lengkap. Kategori wilayah di Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan berdasarkan analisis sistem limpitan sejajar terdapat 42,85 persen wilayah strategis dan 57,14 persen wilayah kritis. Sedangkan di Wilayah Usulan Cianjur Selatan terdapat 5
92
kecamatan (50 persen) yang termasuk kategori wilayah strategis dan 5 kecamatan (50 persen) yang termasuk kategori wilayah kritis.
% 60 50 40 Potensial 30
Strategis
20
Kritis
10 0 Utara
Tengah
Selatan
Usulan
Gambar 5.3. Jumlah Kecamatan Potensial, Strategis, dan Kritis pada Masing-masing Wilayah Pembangunan di Kabupaten Cianjur Tahun 2011.