VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN
Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub sektor perikanan dan pendapatan di luar sub sektor perikanan adalah pendapatan dari usaha penangkapan ikan yang umumnya diperoleh oleh nelayan atau suami. Hal ini dikarenakan di dalam sub sektor perikanan terutama menangkap ikan adalah pekerjaan utama bagi nelayan. Pendapatan nelayan dalam sub sektor perikanan adalah yaitu selisih penerimaan dikurangi total biaya produksi. Penerimaan diperoleh dari seluruh hasil tangkapan dikalikan dengan harga jual, sedangkan biaya produksi merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan yakni biaya sarana produksi dan biaya penyusutan perahu dan alat tangkap (jaring) yang digunakan. Pendapatan di luar sub sektor perikanan adalah pendapatan yang diperoleh istri nelayan di luar sub sektor perikanan. Tabel 21. Kontribusi Pendapatan Suami Di Dalam Sub Sektor Perikanan dan Di Luar Sub Sektor Perikanan. Musim Penangkapan Ikan Komponen Pendapatan Kegiatan Di Dalam Sub
Musim Panen Rupiah/bulan %
Musim Paceklik Rupiah/bulan %
481 013
100.00
106 451
51.78
0
0.00
99 125
48.21
481.013
100.00
205 576
100.00
Sektor Perikanan Kegiatan
Di
Luar
Sub
Sektor Perikanan Total
101
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada saat musim panen, kontribusi pendapatan nelayan di dalam sub sektor perikanan memegang peranan penting dalam pendapatan nelayan yakni 100 %. Sedangkan pada saat musim paceklik, kontrubisi pendapatan nelayan di dalam sub sektor perikanan menjadi lebih berkurang dibanding musim panen yakni sebesar 51.78 % sehingga kontribusi pendapatan nelayan yang diperoleh dari sub sektor perikanan sangat membantu dalam peningkatan pendapatan nelayan yang berkurang tersebut. Namun, persentase tersebut masih lebih besar dibandingkan kontribusi pendapatan nelayan di luar sub sektor perikanan yakni sebesar 48.21 %. Adanya pendapatan suami di dalam sub sektor perikanan yang menurun pada saat musim paceklik maka hal ini akan mempengaruhi pendapatan rumahtangga pada saat musim paceklik dan musim panen. Rata-rata kontribusi pendapatan rumahtangga responden pada musim paceklik dan musim panen dapat dilihat pada tabel 22. Tabel 22. Rata-rata Kontribusi Pendapatan Rumahtangga Tradisional pada Musim Panen dan Musim Paceklik Rata-rata Pendapatan rumahtangga
Pendapatan
Di
Dalam
Nelayan
Persentase
Musim
Musim
Musim
Musim
Panen
Paceklik
Panen
Paceklik
Sub
481 013
106451
94.61
45.70
Sektor Perikanan (Rupiah/bulan) Pendapatan Di Luar Sub Sektor
27 375
126500
5.39
54.30
508 388
232 951
100.00
100.00
Perikanan (Rupiah/bulan) Pendapatan Total Rumahtangga (Rupiah/bulan)
102
Tabel 22 menunjukkan bahwa pendapatan rumahtangga pada saat musim paceklik jauh menurun dibandingkan pada musim panen. Pendapatan di dalam sub sektor perikanan yang dihasilkan oleh nelayan sebagai kepala rumahtangga pada saat musim paceklik sebesar 45.70%. Persentase ini lebih kecil bila dibandingkan dengan pendapatan suami di dalam sub sektor perikanan pada saat musim panen ebesar 94.61 % terhadap pendapatan rumahtangga . Dengan adanya perbedaan pendapatan rumahtangga pada musim paceklik dan musim panen maka setiap rumahtangga memiliki pola tertentu dalam menggunakan sumber pendapatannya untuk membelanjakan kebutuhannya seharihari pada dua musim yang berbeda. Pengeluaran dalam rumahtangga terdiri dari konsumsi pangan dan konsumsi non pangan. Tabel 23. Rata-rata Pengeluaran Rumahtangga Nelayan Tradisional pada Musim Panen dan Musim Paceklik Musim Penangkapan Ikan Komponen Pengeluaran
Musim Panen Rupiah/bulan
%
Musim Paceklik Rupiah/bulan
%
Konsumsi Pangan
387 250
77.33
158 575
75.78
Konsumsi Non Pangan
113 500
22.67
50 700
24.22
Total
500 750
100.00
209 275
100.00
Dilihat dari pola pengeluaran rumahtangga pada tabel 23 bahwa alokasi pengeluaran terbesar adalah pada konsumsi pangan yaitu sebesar 77.33 pada musim panen dan 75.78 pada saat musim paceklik. Konsumsi pangan meliputi kebutuhan beras, sayur-sayuran, daging, telur dan ikan, gula, the/kopi, rokok dan kue-kue. Persentase konsumsi non pangan sebesar 22.67 pada saat musim panen dan 24.22 persen pada saat musim paceklik. Konsumsi non pangan meliputi
103
pembayaran iuran air, listrik, kebutuhan sekolah anak, pengobatan dan pembelian alat elektronik dan baju serta pembayaran pajak bumi dan bangunan. Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, bahwa pada saat musim paceklik terjadi produksi yang rendah sehingga pendapatan nelayan di dalam sub sektor perikanan cenderung rendah dan masih rendahnya peluang kerja istri sehingga istri tidak dapat memberikan kontribusi pendapatan terhadap pendapatan rumahtangga serta kondisi sumberdaya rumahtangga yang belum dioptimalkan sehingga kegiatan ekonomi rumahtangga belum mampu untuk memperoleh kepuasan bagi anggota rumahtangganya. Hal ini mendorong terjadinya peluang kemiskinan pada rumahtangga nelayan. Peluang kemiskinan rumahtangga nelayan yang dianalisis dipengaruhi oleh faktor musim dan kegiatan ekonomi rumahtangga serta sumberdaya rumahtangga.
Hasil
analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
peluang
kemiskinan rumahtangga nelayan yang diolah dengan model logit dapat dilihat pada tabel 24. Tabel 24. Hasil Regresi Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Peluang Kemiskinan Rumahtangga Nelayan Tradisional Variabel Intersep Pengeluaran Total
Koefisien -189.1
Odds Ratio
Taraf nyata 0.0148
0.000596
1.001
0.0111a
-0.6980
0.498
0.4376
-0.1151
0.891
0.7378
106.0
9.999
0.0178a
Rumahtangga (PGT) Banyak Anggota Rumahtangga (BAR) Lama Pendidikan Suami (EDS) Dummy Musim (D1)
Keterangan : aberbeda nyata pada taraf uji α = 5 % b berbeda nyata pada taraf uji α = 10 % c berbeda nyata pada taraf uji α = 15 %
104
d
berbeda nyata pada taraf uji α = 20 %
Tabel 24 menunjukkan bahwa seluruh variabel eksogen dugaan berpengaruh nyata terhadap peluang suatu rumahtangga berada dalam kemiskinan rumahtangga nelayan kecuali lama pendidikan kepala rumahtangga dan banyaknya anggota rumahtangga. Variabel eksogen dugaan pengeluaran total memiliki tanda positif artinya semakin besar total pengeluaran rumahtangga maka semakin besar peluang rumahtangga nelayan berada dalam kemiskinan. Uji statistik menunjukkan bahwa peubah pengeluaran rumahtangga berpengaruh nyata negatif pada = 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa kemiskinan sangat ditentukan oleh besar kecilnya pengeluaran rumahtangga. Nilai odds ratio variabel eksogen dugaan pengeluaran rumahtangga sebesar 1.001. Artinya peluang rumahtangga dengan pengeluaran rumahtangga untuk hidup miskin 1.001 kali lebih besar daripada rumahtangga dengan pengeluaran rumahtangga yang lebih rendah. Pengeluaran rumahtangga merupakan faktor utama dalam menentukan apakah rumahtangga tersebut miskin atau tidak. Pengeluaran yang dilakukan oleh rumahtangga baik untuk konsumsi pangan maupun konsumsi non pangan merupakan gambaran apakah kebutuhan rumahtangga tersebut telah terpenuhi. Apabila pengeluaran rumahtangga semakin besar maka pengeluaran tersebut mendorong terjadinya pemborosan yang tidak mesti dilakukan oleh suatu rumahtangga dalam rumahtangga nelayan tradisional. Variabel eksogen dugaan banyak anggota rumahtangga memiliki tanda negatif artinya semakin besar anggota rumahtangga maka semakin kecil peluang rumahtangga nelayan berada dalam kemiskinan. Nilai odds ratio variabel banyaknya anggota rumahtangga sebesar 0.498. Artinya peluang rumahtangga
105
dengan banyak anggota rumahtangga yang besar untuk hidup sejahtera 0.498 kali lebih besar daripada rumahtangga dengan banyak anggota rumahtangga yang lebih kecil. Uji statistik menunjukkan bahwa variabel eksogen dugaan banyaknya anggota rumahtangga tidak berpengaruh nyata terhadap peluang kemiskinan rumahtangga nelayan. Variabel eksogen dugaan dummy musim memiliki tanda positif artinya pada saat musim paceklik, maka semakin besar peluang rumahtangga nelayan berada dalam kemiskinan. Uji statistik menunjukkan bahwa peubah dummy musim berpengaruh nyata positif pada = 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa kemiskinan sangat ditentukan oleh perbedaan musim. Nilai odds ratio variabel dummy musim sebesar 9.999. Artinya peluang rumahtangga pada musim paceklik untuk hidup miskin 9.999 kali lebih besar daripada musim panen. Pada musim paceklik, pendapatan nelayan cenderung rendah sehingga pendapatan rumahtangga juga rendah sehingga pendapatan tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Adanya faktor ketidakstabilan pendapatan karena musim merupakan kemiskinan sementara.