VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Model Input-Output Ekonometrika Indonesia dan Aplikasinya Untuk Analisis Dampak Ekonomi dapat diperoleh beberapa kesimpulan yaitu: 1.
Kondisi perekonomian Indonesia relatif stabil dan menunjukkan kecendrungan yang meningkat mulai tahun 2003. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan yang terus meningkat dari produk domestik bruto, konsumsi dan investasi.
2.
Surplus perdagangan Indonesia menunjukkan kecendrungan meningkat selama periode tahun 2001 - 2005.
3.
Pada waktu Indonesia mulai keluar dari krisis ekonomi tahun 1999, konsumsi sangat
berperan
mendorong
pertumbuhan
ekonomi
Indonesia
dengan
pertumbuhan yang sangat tinggi dan kontribusi yang meningkat terhadap PDB dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. 4.
Pada tahun 2001 - 2005 pertumbuhan konsumsi lebih rendah dibandingkan dengan investasi dan perdagangan. Selama periode tahun 2001 - 2005, ada sedikit terjadi penurunan kontribusi konsumsi terhadap PDB. Meskipun begitu, konsumsi masih sangat berperan dalam perekonomian Indonesia. Peranan konsumsi dapat diambil alih oleh investasi dan perdagangan masih memerlukan waktu yang relatif sangat panjang.
5.
Sektor industri manufaktur masih
sangat dominan peranannya dalam
perekonomian Indonesia dalam menghasilkan output dan pendapatan.
6 . Pada saat mulai keluar dari krisis ekonomi (tahun 1999 dan 2000), kontribusi output industri makanan, minuman dan tembakau lebih besar dibandingkan dengan output industri lainnya. Akan tetapi sejak tahun 2001, kontribusi output
industri lainnya lebih besar dibandingkan dengan output industri makanan. Hal tersebut terjadi karena output industri lainnya masih sangat dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. 7.
Kontribusi pendapatan terbesar terhadap total pendapatan industri manufakur adalah industri lainnya. Hal ini terjadi, karena nilai tambah yaitu upah industri lainnya lebih tinggi dibandingkan dengan industri makanan, minuman dan tembakau.
8.
Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan sektor penyerap tenaga kerja paling besar dalam perekonomian Indonesia. Di sektor ini penyerap tenaga terbesar sampai terkecil adalah sektor hortikultur, padi, palawija, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan dan tanaman lainnya.
9. Dampak kebijakan realokasi anggaran pengeluaran pembangunan lebih baik
dibandingkan dengan alokasi anggaran pengeluaran pembangunan RAPBN 2002 terhadap perekonomian Indonesia yaitu permintaan akhir, output, pendapatan dan tenaga kerja sektoral.
10. Sektor perkebunan memberikan kontribusi terbesar dalam mendorong terciptanya multiplier output dan pendapatan yang tinggi, serta kenaikan produk domestik
bruto, PDB per kapita, konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor dan impor.
1 1. Sektor industri makanan, minuman dan tembakau memberikan kontribusi terbesar dalam mendorong terciptanya multiplier tenaga kerja yang tinggi.
12. Dampak tambahan dana terbesar pada sektor perkebunan menyebabkan kenaikan output dan pendapatan terbesar pada sektor pertanian, petemakan, kehutanan dan perikanan.
13. Dampak tambahan dana terbesar pada sektor industri makanan, minuman dan tembakau tidak menyebabkan kenaikan penyerapan tenaga kerja yang paling
tinggi pada sektor industri manufaktur, melainkan penyerapan tenaga kerja yang tinggi terjadi pada sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan. 14. Perekonomian Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dunia.
Selama periode tahun 2003 - 2005, variabel makro yang kena dampak terbesar adalah investasi.
15. Output, pendapatan dan tenaga kerja sektor lembaga keuangan, usaha bangunan dan jasa perusahar! sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dunia pada saat krisis atau bangkit. Kemudian diikuti oleh sektor bangunan untuk output, sektor perdagangan, hotel dan restoran untuk pendapatan dan sektor bangunan untuk tenaga kerja.
16. Output dan pendapatan sektor pemerintahan dan pertahanan sangat kurang sensitif terhadap kondisi perekonomian dunia pada saat krisis atau bangkit, sedangkan untuk tenaga kerja adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. 7.2. Implikasi Kebijakan
I.
Dalam jangka panjang peranan konsumsi dalam perekonomian Indonesia masih dominan. Hal ini meniinjukkan bahwa potensial pasar domestik di Indonesia sangat tinggi, apalagi ditambah jumlah penduduk yang cukup besar di dunia. Keadaan ini dapat digunakan untuk menarik investor asing memasukkan modalnya ke Indonesia.
2. Agar investasi dan perdagangan lebih berperan dalam perekonomian Indonesia di
masa depan diperlukan suatu kebijakan pemerintah yang komprehensif dan kondusif dalarn berusaha. Kepastian politik, jaminan hukum dan kemudahan ijin usaha merupakan faktor pendorong berkembangnya investasi dan perdagangan di Indonesia. 3. Kebijakan pemerintah di masa depan, harus lebih memperhatikan sektor
pertanian, petemakan, kehutanan dan perikanan dengan baik karena sektor ini
mampu menyerap tenaga kerja terbesar. Agar sektor pertanian, peternakan, kehutanan clan perikanan dapat berkembang, maka sektor industri manufaktur yang menggunakan bahan baku hasil pertanian perlu mendapat insentif tersendiri. 4.
Jika pemerintah ingin mengejar pertumbuhan ekonomi, maka alokasi anggaran pembangunan yang paling baik adalah seluruh total anggaran pembangunan yang dikurangi, ditambahkan ke sektor perkebunan (skenario SK13). Alokasi anggaran pembangunan ini memberikan dampak multiplier output dan pendapatan paling tinggi
dibandingkan
dengan
altematif
alokasi
anggaran
pengeluaran
pembangunan yang lain.
5. Jika
pemerintah
ingin
mengejar pemerataan, maka
alokasi
anggaran
pembangunan yang paling baik adalah selumh total anggaran pembangunan yang dikurangi, ditambahkan ke sektor industri makanan, minuman dan tembakau (skenario SK03). Alokasi anggaran pembangunan ini memberikan dampak nzultiplier tenaga kerja paling tinggi dibandingkan dengan alternatif alokasi
anggaran pengeluaran pembangunan yang lain.
6. Perekonomian Indonesia sangat tergantung dengan kondisi perekonomian dunia. Dengan ikut sertanya Indonesia dalam kesepakatan-kesepakatan global (WTO, APEC dan AFTA), maka ketergantungan dengan ekonomi global menjadi makin besar. Untuk itu Indonesia hams mempersiapkan diri sebaik mungkin, agar Indonesia dapat lehih berperan, bukan hanya menunggu dan menerima akibat dari negara lain. Apalagi dampak yang dapat merugikan kondisi perekonomian Indonesia.
7.3. Saran Penelitian Lanjutan 1.
Ada perbedaan klasifikasi sektor anggaran pengeluaran pembangunan RAPBN
2002 dengan sektor MIENA. Oleh karena itu harus berhati-hati dalam mengklasifikasikan sektor RAPBN 2002 ke dalam MIENA. Untuk menghindari
kesalahan Masifikasi sektor, sebaiknya data pengeluaran pembangunan RAPBN
2002 dirinci sarnpai program atau kegiatan. 2.
Klasifikasi sektor MIENA sebaiknya lebih rinci, khususnya sektor perkebunan (kelapa sawit, kopi, teh, cengkeh), sektor industri lainnya (tekstil, kimia, pupuk dan pestisida, mesin), sektor lembaga keuangan, usaha bangunan dan jasa perusahaan dan sektor pengangkutan dan komunikasi.
3.
Untuk penelitian !ebih lanjut, sebaiknya MIENA digabungkan dengan model makro ekonomi secara lengkap dengan memasukkan blok moneter, blok keuangan daeran dan blok fiskal.