VI. RAMALAN HARGA DUNIA MINYAK NABATI DAN KERAGAAN INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA TAHUN 2012-2025 6.1.
Ramalan Harga Minyak Nabati di Pasar Dunia Pergerakan harga riil minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak
rapeseed dan minyak biji bunga matahari di pasar dunia minyak nabati periode tahun 2003-2008 dan ramalan tahun 2012-2025 disajikan pada Gambar 13. Neraca perdagangan minyak nabati di pasar dunia tahun 2003-2008 dan ramalan tahun 2012-2025 disajikan Gambar 14 (ket: neraca perdagangan dunia merupakan selisih antara volume ekspor dunia dan volume impor dunia). Hasil peramalan selengkapnya disajikan pada Lampiran 13. Rekapitulasi rerata harga riil minyak nabati dan minyak bumi periode tahun 1980-2003, tahun 1980-2008 dan tahun 2003-2008 serta ramalan tahun 2012-2025 disajikan pada Tabel 31.
950
850
750
650
550
M. Kelapa Sawit
Keterangan:
M. Kedelai
M. Rapeseed
2025
2024
2023
2022
2021
2020
2019
2018
2017
2016
2015
2014
2013
2012
2008
2007
2006
2005
350
2004
450
2003
Minyak Nabati: USD/metric ton cif Rotterdam Minyak Bumi: USd/barrel fob UK Brent
1050
M. Bj. Matahari
Periode tahun 2009-2011 tidak dianalisis
Gambar 13. Pergerakan Harga Riil Minyak Kelapa Sawit, Minyak Kedelai, Minyak Rapeseed, Minyak Biji Bunga Matahari di Pasar Dunia Tahun 2003-2008 dan Ramalan Tahun 2012-2025
151
2.75 2.25
juta metric ton
1.75 1.25 0.75 0.25
M. Kelapa Sawit
Keterangan:
M. Kedelai
M. Rapeseed
2025
2024
2023
2022
2021
2020
2019
2018
2017
2016
2015
2014
2013
2012
2008
2007
2006
2005
2004
-0.75
2003
-0.25
M. Bj. Matahari
Periode tahun 2009-2011 tidak dianalisis
Gambar 14. Neraca Perdagangan Minyak Kelapa Sawit, Minyak Kedelai, Minyak Rapeseed, Minyak Biji Bunga Matahari di Pasar Dunia Tahun 20032008 dan Ramalan Tahun 2012-2025 Tabel 31. Rerata Harga Riil Minyak Kelapa Sawit, Minyak Kedelai, Minyak Rapeseed, Minyak Biji Bunga Matahari dan Minyak Bumi di Pasar Dunia Tahun 1980-2003, Tahun 1980-2008 dan Tahun 2003-2008 serta Ramalan Tahun 2012-2025 Harga Dunia*)
Rerata Ramalan Harga Riil Th. 2012-2025
Rerata Harga Riil Th. 2003-2008
Rerata Harga Riil Th. 1980-2008
Rerata Harga Riil Th. 1980-2003
Minyak Kelapa Sawit
532.09
512.84
479.17
472.99
Minyak Kedelai
699.72
645.48
534.58
512.35
Minyak Rapeseed
826.72
734.17
550.99
512.31
Minyak Biji Bunga Matahari
839.03
739.90
601.94
572.09
56.72
56.10
56.91
57.13
Minyak Bumi
Keterangan: *) Satuan harga minyak nabati dalam USD/metric ton cif Rotterdam dan satuan harga minyak bumi dalam USD/barrel fob UK Brent
Proyeksi harga riil keempat minyak nabati dan harga minyak bumi di pasar dunia untuk periode tahun 2012-2025 cenderung memiliki pola pergerakan harga yang sama dengan tren meningkat yang kecil. Tren peningkatan harga terbesar
152
dimiliki oleh harga dunia minyak kedelai, diikuti oleh harga dunia minyak rapeseed, harga dunia minyak biji bunga matahari dan harga dunia minyak kelapa sawit dengan tren peningkatan harga terkecil. Perkembangan harga dunia keempat minyak nabati di atas dipengaruhi oleh hasil peramalan harga dunia minyak bumi dan faktor eksternal lainnya (ket: metode peramalan variabel eksogen menggunakan metode STEPAR tren 2 dengan program SAS 9.1.) yang kemudian mempengaruhi konsumsi setiap minyak nabati di setiap negara dan akhirnya mempengaruhi keseimbangan ekspor dan impor dunia masing-masing minyak nabati. Berdasarkan Gambar 14, untuk periode tahun 2012-2025, neraca perdagangan keempat minyak nabati diproyeksikan berada pada posisi surplus. Rerata surplus perdagangan tahun 2012-2025 untuk minyak kelapa sawit sebesar 2.04 juta ton/tahun atau 5.07% dari rerata volume ekspor dunia minyak kelapa sawit sebesar 40.20 juta ton/tahun, untuk minyak kedelai adalah 1.4 juta ton/tahun atau 9.60% dari rerata volume ekspor dunia minyak kedelai sebesar 14.6 juta ton/tahun, untuk minyak rapeseed sebesar 258.34 ribu ton/tahun atau 5.22% dari rerata volume ekspor dunia minyak rapeseed sebesar 4.95 juta ton/tahun, dan untuk minyak biji bunga matahari sebesar 85 ribu ton/tahun atau 1.51% dari rerata volume ekspor dunia minyak biji bunga matahari sebesar 5.66 juta ton/tahun. Pembentukan harga dunia setiap minyak nabati selanjutnya dipengaruhi oleh respon harga dunia minyak nabati terhadap perubahan ekspor dan impor dunia. Berdasarkan persamaan harga dunia minyak nabati seperti disajikan pada bab 5, diketahui bahwa setiap minyak nabati memiliki respon berbeda terhadap perubahan ekspor dan impor dunia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)
153
dalam pembentukan harga dunia untuk masing-masing minyak nabati relatif lebih responsif terhadap perubahan impor dunia daripada perubahan ekspor dunia, (2) respon harga dunia terhadap perubahan ekspor dunia paling besar dimiliki oleh harga dunia minyak kelapa sawit, diikuti oleh harga dunia minyak biji bunga matahari, harga dunia minyak kedelai dan harga dunia minyak rapeseed, dan (3) respon harga dunia terhadap perubahan impor dunia paling besar dimiliki oleh harga dunia minyak biji bunga matahari, diikuti oleh harga dunia minyak kelapa sawit, harga dunia minyak kedelai dan harga dunia minyak rapeseed. Pergerakan neraca perdagangan dan harga riil di pasar dunia minyak nabati untuk masingmasing minyak disajikan pada Gambar 15 hingga Gambar 18. 2.75
800
2.25
700
juta metric ton
500 1.25 400 0.75
USD/metric ton
600
1.75
300 0.25
200 100
-0.75
0
1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
-0.25
Neraca Perdagangan Dunia M. Sawit
Keterangan:
Harga Dunia Riil M. Sawit
Periode tahun 2009-2011 tidak dianalisis
Gambar 15. Neraca Perdagangan dan Harga Riil di Pasar Dunia Minyak Kelapa Sawit Tahun 1980-2008 dan Ramalan Tahun 2012-2025
154
2.25
900 800
1.75
juta metric ton
1.25
600 500
0.75 400 0.25
USD/metric ton
700
300 200
-0.25
-0.75
1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
100
Neraca Perdagangan Dunia M. Kedelai
Keterangan:
0
Harga Dunia Riil M. Kedelai
Periode tahun 2009-2011 tidak dianalisis
Gambar 16. Neraca Perdagangan dan Harga Riil di Pasar Dunia Minyak Kedelai Tahun 1980-2008 dan Ramalan Tahun 2012-2025 2.25
1000 900
1.75
800
juta metric ton
600 0.75
500
USD/metric ton
700
1.25
400 0.25
300 200
-0.25
-0.75
1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
100
Neraca Perdagangan Dunia M. Rapeseed
Keterangan:
0
Harga Dunia Riil M. Rapeseed
Periode tahun 2009-2011 tidak dianalisis
Gambar 17. Neraca Perdagangan dan Harga Riil di Pasar Dunia Minyak Rapeseed Tahun 1980-2008 dan Ramalan Tahun 2012-2025
155
2.25
1000 900
1.75
800
juta metric ton
600 0.75
500
USD/metric ton
700
1.25
400 0.25
300 200
-0.25
-0.75
1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
100
Neraca Perdagangan Dunia M. Matahari
Keterangan:
0
Harga Dunia Riil M. Matahari
Periode tahun 2009-2011 tidak dianalisis
Gambar 18. Neraca Perdagangan dan Harga Riil di Pasar Dunia Minyak Biji Bunga Matahari Tahun 1980-2008 dan Ramalan Tahun 2012-2025 6.2.
Ramalan Keragaan Industri Kelapa Sawit Indonesia Ramalan keragaan industri minyak kelapa sawit Indonesia dalam
penelitian ini meliputi: (1) luas areal perkebunan kelapa sawit dan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan Indonesia menurut pelaku usaha, (2) produktivitas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan menurut pelaku usaha, dan (3) volume produksi, ekspor dan konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia. Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit dan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan untuk masing-masing pelaku usaha periode tahun 2003-2008 dan ramalan tahun 2012-2025 seperti disajikan pada Gambar 19 hingga Gambar 21. Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit dan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan masing-masing pelaku usaha di tahun 2012-2025 diproyeksikan memiliki tren meningkat, khususnya PBS dan PR. Tren peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit dan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan untuk masing-masing pelaku usaha secara berturut-turut
156
yaitu: untuk PBN 1.53%/tahun dan 2.15%/tahun, untuk PBS 2.79%/tahun dan 2.76%/tahun, dan untuk PR sebesar 2.34%/tahun dan 2.28%/tahun. 1000 900 800 700
ribu ha
600 500 400 300 200
Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit PBN (LASIN)
Keterangan:
2025
2024
2023
2022
2021
2020
2019
2018
2017
2016
2015
2014
2013
2012
2008
2007
2006
2005
2004
0
2003
100
Luas Areal Kelapa Sawit TM PBN (LASMIN)
Periode tahun 2009-2011 tidak dianalisis
Gambar 19. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit dan Luas Areal Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan PBN Tahun 2003-2008 dan Ramalan Tahun 2012-2025 6000
5000
ribu ha
4000
3000
2000
Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit PBS (LASIS)
Keterangan:
2025
2024
2023
2022
2021
2020
2019
2018
2017
2016
2015
2014
2013
2012
2008
2007
2006
2005
2004
0
2003
1000
Luas Areal Kelapa Sawit TM PBS (LASMIS)
Periode tahun 2009-2011 tidak dianalisis
Gambar 20. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit dan Luas Areal Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan PBS Tahun 2003-2008 dan Ramalan Tahun 2012-2025
157
4500 4000 3500
ribu ha
3000 2500 2000 1500 1000
Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit PR (LASIR)
Keterangan:
2025
2024
2023
2022
2021
2020
2019
2018
2017
2016
2015
2014
2013
2012
2008
2007
2006
2005
2004
0
2003
500
Luas Areal Kelapa Sawit TM PR (LASMIR)
Periode tahun 2009-2011 tidak dianalisis
Gambar 21. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit dan Luas Areal Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan PR Tahun 2003-2008 dan Ramalan Tahun 2012-2025 Perkembangan produtivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan periode tahun 2003-2008 dan ramalan tahun 2012-2025 menurut pelaku usaha dan di tingkat nasional seperti disajikan pada Gambar 22. Ramalan rerata pencapaian produktivitas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan tahun 2012-2025 untuk masing-masing pelaku usaha dan di tingkat nasional secara berturut-turut adalah 4.12 ton minyak kelapa sawit/ha TM/tahun untuk PBN, 3.95 ton minyak kelapa sawit/ha TM/tahun untuk PBS, 3.13 ton minyak kelapa sawit/ha TM/tahun untuk PR, dan 3.64 ton minyak kelapa sawit/ha TM/tahun untuk tingkat nasional. Selain respon harga dan pengaruh tambahan areal baru tanaman kelapa sawit menghasilkan, tren produktivitas akan terkait dengan (1) komposisi umur tanaman kelapa sawit menghasilkan dan penerapan kultur teknis oleh masing-masing pelaku usaha, dan (2) pengaruh unmanageable factors seperti iklim. Secara teknis tanaman kelapa sawit menghasilkan dibagi kedalam 4 (empat) kelompok fase, yaitu fase tanaman muda (umur 4-5 tahun) , remaja (umur 6-8 tahun), dewasa
158
(umur 9-15tahun) dan fase tanaman tua (umur ≥16 tahun). Setiap kelompok fase tanaman memiliki potensi produksi tandan buah segar (TBS) dan potensi rendemen minyak kelapa sawit. Fase tanaman muda memiliki potensi produksi TBS terendah, kemudian meningkat dengan pesat pada saat fase tanaman remaja, mengalami puncak pada fase dewasa dan kemudian menurun secar gradual saat memasuki fase tanaman tua. Sedangkan pola potensi rendemen minyak menurut kelompok fase tanaman adalah semakin meningkat dengan semakin tuanya fase tanaman.
ton minyak sawit/ha TM kelapa sawit/tahun
4.5
4.0
3.5
3.0
NASIONAL
Keterangan:
YIESIN
YIESIS
2025
2024
2023
2022
2021
2020
2019
2018
2017
2016
2015
2014
2013
2012
2008
2007
2006
2005
2004
2.0
2003
2.5
YIESIR
Periode tahun 2009-2011 tidak dianalisis
Gambar 22. Perkembangan Produktivitas Areal Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan PBN, PBS, PR dan Tingkat Nasional Tahun 20032008 dan Ramalan Tahun 2012-2025 Perkembangan produksi, ekspor dan konsumi domestik minyak kelapa sawit Indonesia periode tahun 2003-2008 dan ramalan tahun 2012-2025 seperti disajikan pada Gambar 23. Proyeksi produksi minyak kelapa sawit Indonesia untuk periode tahun 2012-2025 memiliki tren meningkat sebesar 2.39%/tahun. Sedangkan proyeksi laju perkembangan konsumsi dan laju perkembangan ekspor
159
minyak kelapa sawit Indonesia berturut-turut sebesar 3.09%/tahun dan 2.15%/tahun. Kondisi ini ini relatif berbeda dengan kondisi di tahun 2003-2008. Di tahun 2003-2008 rerata laju peningkatan produksi minyak kelapa sawit Indonesia sekitar 12.75%/tahun dengan laju perkembangan konsumsi dan laju perkembangan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia berturut-turut sebesar 5.23%/tahun dan 18.42%/tahun. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa pasar domestik akan berperan penting dalam menunjang pengembangan industri kelapa sawit Indonesia di masa depan, yaitu didalam menunjang kestabilan harga maupun jaminan pemasaran hasil produksi. 35000 30000
ribu ton/tahun
25000 20000 15000 10000
Produksi
Keterangan:
Ekspor
2025
2024
2023
2022
2021
2020
2019
2018
2017
2016
2015
2014
2013
2012
2008
2007
2006
2005
2004
0
2003
5000
Konsumsi Domestik
Periode tahun 2009-2011 tidak dianalisis
Gambar 23. Perkembangan Produksi, Ekspor dan Konsumsi MInyak Kelapa Sawit Indonesia Tahun 2003-2008 dan Proyeksi Tahun 2012-2025 Dari sisi pasar, Indonesia masih memiliki peluang untuk mengembangkan industri kelapa sawit. Selain pasar domestik, permintaan minyak kelapa sawit dan produk turunannya diperkirakan akan terus meningkat, baik untuk pangan maupun non pangan seiiring tren harga minyak bumi yang meningkat. Perkembangan
160
permintaan terutama diperkirakan akan datang dari Cina, India, Uni Eropa dan Pakistan. 6.3.
Dampak Perubahan Faktor Eksternal dan Kebijakan Perdagangan Sub bab 6.3 membahas dampak perubahan faktor eksternal dan kebijakan
oleh negara-negara eksportir dan importir dalam model terhadap perdagangan dunia minyak nabati dan khususnya terhadap produksi, konsumsi dan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Ringkasan hasil simulasi peramalan tahun 20122025 sesuai dengan skenario dalam Tabel 3 pada sub bab 4.5 seperti disajikan Tabel 32. Tabel 32. Ringkasan Hasil Simulasi Peramalan Tahun 2012-2025 Variabel Endogen
Nilai Dasar Predited Mean
Skenario 1 Harga Dunia Minyak Bumi Naik 1% Predicted Mean
%∆
Skenario 2 Produksi Minyak Kelapa Sawit Malaysia Naik 10% Predicted Mean
%∆
Skenario 3 Produksi Minyak Rapeseed USA dan Kanada Naik 10% Predicted Mean
%∆
Skenario 4 Produksi Minyak Kedelai Argentina, Brasil dan USA Naik 10% Predicted Mean
%∆
HSW
532.10
533.90
0.3383
508.30
-4.4728
532.00
-0.0188
531.70
-0.0752
HKW
699.70
706.80
1.0147
697.80
-0.2715
699.60
-0.0143
639.40
-8.6180
HRW
826.50
831.00
0.5445
820.20
-0.7623
823.40
-0.3751
823.00
-0.4235
HMW
839.00
843.80
0.5721
838.80
-0.0238
839.00
0.0000
832.00
-0.8343
HDSI
4921.00
4931.10
0.2052
4785.20
-2.7596
4920.60
-0.0081
4918.50
-0.0508
HESI
451.40
453.00
0.3545
430.40
-4.6522
451.40
0.0000
451.00
-0.0886
YIESIN
4.1234
4.1260
0.0631
4.0894
-0.8246
4.1233
-0.0024
4.1228
-0.0146
YIESIS
3.9454
3.9534
0.2028
3.8414
-2.6360
3.9451
-0.0076
3.9437
-0.0431
YIESIR
3.1276
3.1336
0.1918
3.0486
-2.5259
3.1274
-0.0064
3.1263
-0.0416
PRODSI
24697.30
24745.40
0.1948
24064.70
-2.5614
24695.70
-0.0065
24686.80
-0.0425
SDSI
9121.60
9123.10
0.0164
9103.60
-0.1973
9121.60
0.0000
9121.40
-0.0022
CSI
7205.70
7204.20
-0.0208
7226.10
0.2831
7205.80
0.0014
7206.10
0.0056
XSI
17436.80
17483.40
0.2673
16822.20
-3.5247
17435.20
-0.0092
17426.50
-0.0591
XSW
40200.90
40247.80
0.1167
41052.70
2.1189
40199.30
-0.0040
40190.60
-0.0256
MSW
38162.60
38247.20
0.2217
38369.20
0.5414
38159.70
-0.0076
38142.40
-0.0529
XKW
14601.60
14601.60
0.0000
14601.80
0.0014
14602.20
0.0041
15866.20
8.6607
MKW
13199.80
13276.00
0.5773
13179.00
-0.1576
13198.60
-0.0091
13390.90
1.4477
XRW
4953.10
4949.60
-0.0707
4957.90
0.0969
5210.70
5.2008
4956.10
0.0606
MRW
4694.80
4731.50
0.7817
4643.60
-1.0906
4712.40
0.3749
4666.80
-0.5964
XMW
5659.60
5659.00
-0.0106
5659.60
0.0000
5659.60
0.0000
5659.60
0.0000
MMW
5574.20
5593.30
0.3427
5573.30
-0.0161
5574.10
-0.0018
5545.50
-0.5149
161
Tabel 32. Lanjutan Variabel Endogen
Nilai Dasar Predi-ted Mean
Skenario 5 Produksi Minyak Bj. Bng. Matahari Argentina Naik 10%
Skenario 6 Produksi Minyak Nabati Eksportir Non Indonesia Naik 10%
Predicted Mean
Predicted Mean
%∆
%∆
Skenario 7 Pajak Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia= Nol Predicted Mean
%∆
Skenario 8 Depresiasi IDR/USD sebesar 8% Predicted Mean
%∆
HSW
532.10
531.00
-0.2067
506.70
-4.7735
522.00
-1.8981
527.60
-0.8457
HKW
699.70
698.80
-0.1286
636.40
-9.0467
698.90
-0.1143
699.40
-0.0429
HRW
826.50
826.20
-0.0363
813.40
-1.5850
823.70
-0.3388
825.40
-0.1331
HMW
839.00
812.70
-3.1347
805.50
-3.9928
838.90
-0.0119
839.00
0.0000
HDSI
4921.00
4914.70
-0.1280
4776.10
-2.9445
4863.00
-1.1786
5086.80
3.3692
HESI
451.40
450.40
-0.2215
429.00
-4.9623
442.50
-1.9716
445.50
-1.3070
YIESIN
4.1234
4.1221
-0.0315
4.0875
-0.8706
4.1076
-0.3832
4.1145
-0.2158
YIESIS
3.9454
3.9412
-0.1065
3.8353
-2.7906
3.8986
-1.1862
3.9175
-0.7072
YIESIR
3.1276
3.1243
-0.1055
3.0437
-2.6826
3.0929
-1.1095
3.2231
3.0535
PRODSI
24697.30
24670.60
-0.1081
24025.90
-2.7185
24418.30
-1.1297
24851.20
0.6231
SDSI
9121.60
9121.00
-0.0066
9102.70
-0.2072
8478.40
-7.0514
9116.10
-0.0603
CSI
7205.70
7206.60
0.0125
7227.30
0.2998
7214.70
0.1249
7181.10
-0.3414
XSI
17436.80
17410.60
-0.1503
16784.30
-3.7421
17801.00
2.0887
17596.10
0.9136
XSW
40200.90
40174.60
-0.0654
41014.50
2.0238
40563.80
0.9027
40359.70
0.3950
MSW
38162.60
38110.90
-0.1355
38294.40
0.3454
38254.40
0.2405
38199.50
0.0967
XKW
14601.60
14601.60
0.0000
15867.00
8.6662
14601.70
0.0007
14601.60
0.0000
MKW
13199.80
13189.70
-0.0765
13358.80
1.2046
13190.70
-0.0689
13196.00
-0.0288
XRW
4953.10
4953.30
0.0040
5218.70
5.3623
4955.30
0.0444
4953.90
0.0162
MRW
4694.80
4692.60
-0.0469
4631.00
-1.3590
4672.00
-0.4856
4685.60
-0.1960
XMW
5659.60
5832.90
3.0621
5833.00
3.0638
5659.60
0.0000
5659.60
0.0000
MMW
5574.20
5579.40
0.0933
5549.80
-0.4377
5573.80
-0.0072
5574.00
-0.0036
Keterangan: - Besaran perubahan hasil simulasi dipengaruhi oleh share ekspor dan impor dalam perdagangan dunia minyak nabati oleh negara eksportir dan importir yang digunakan dalam permodelan. - Negara eksportir minyak kelapa sawit diwakili oleh Indonesia dan Malaysia dengan share terhadap total ekspor dunia tahun 2008 masing-masing sebesar 43.28% dan 45.70%. Negara importir diwakili oleh China, EU-15, India dan Pakistan dengan share terhadap total impor dunia tahun 2008 masing-masing sebesar 16.58%, 15.68%, 17.06% dan 5.21%. - Negara eksportir minyak kedelai diwakili oleh Argentina, Brasil dan Amerika Serikat dengan share terhadap total ekspor dunia tahun 2008 masing-masing sebesar 50.22%, 22.95% dan 11.46%. Negara importir diwakili oleh China, EU-15, India dan Iran dengan share terhadap total impor dunia tahun 2008 masing-masing sebesar 24.11%, 10.43%, 7.79% dan 3.94%. - Negara eksportir minyak rapeseed diwakili oleh Kanada dan Amerika Serikat dengan share terhadap total ekspor dunia tahun 2008 masing-masing sebesar 59.53% dan 7.47%. Negara importir diwakili oleh Amerika Serikat, EU-15 dan China dengan share terhadap total impor dunia tahun 2008 masing-masing sebesar 44.61%, 17.68% dan 11.36%. - Negara eksportir minyak biji bunga matahari diwakili oleh Argentina dengan share terhadap total ekspor dunia tahun 2008 sebesar 31.08%. Negara importir diwakili oleh EU-15, Mesir, dan Iran dengan share terhadap total impor dunia tahun 2008 masing-masing sebesar 29.54%, 6.05% dan 3.12%.
162
Kenaikan harga dunia minyak bumi (Skenario 1) secara umum mendorong peningkatan konsumsi minyak nabati di negara eksportir maupun importir yang akhirnya diikuti oleh kenaikan harga dunia minyak nabati. Namun, kenaikan harga dunia minyak nabati relatif lebih kecil dari kenaikan harga dunia minyak bumi, kecuali untuk harga dunia minyak kedelai yang mengalami laju kenaikan harga yang relatif sama dengan laju kenaikan harga dunia minyak bumi. Harga dunia minyak kedelai memperoleh dampak yang paling besar dari kenaikan harga dunia minyak bumi, diikuti oleh harga minyak biji bunga matahari, harga minyak rapeseed dan harga minyak kelapa sawit. Selain karakteristik kimiawi yang mempengaruhi cakupan pemanfaatan keempat minyak nabati sebagai subsitusi minyak bumi dalam kehidupan sehari-hari, secara umum keterbatasan volume produksi dunia minyak nabati dan pemenuhan kebutuhan sektor pangan merupakan kendala utama dalam pemakaian minyak nabati sebagai subsitusi minyak bumi. Bagi industri kelapa sawit Indonesia, kenaikan harga dunia minyak kelapa sawit akibat adanya kenaikan harga dunia minyak bumi menjadikan harga ekspor dan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia naik dan direspon dengan kenaikan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan oleh ketiga pelaku usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Peningkatan produktivitas dan harga ekspor minyak kelapa sawit mendorong kenaikan volume ekspor. Peningkatan produktivitas mendorong peningkatan penawaran domestik, namun pengaruhnya relatif lebih kecil daripada dampak kenaikan harga ekspor yang menjadikan harga domestik naik yang diikuti oleh penurunan volume konsumsi domestik minyak kelapa sawit Indonesia.
163
Hasil Skenario 2 yaitu peningkatan produksi minyak kelapa sawit Malaysia sebesar 10%, mendorong naiknya ekspor dunia minyak kelapa sawit dan kenaikan ekspor dunia minyak kelapa sawit menyebabkan penurunan harga dunia minyak kelapa sawit. Penurunan harga dunia minyak kelapa sawit mendorong kenaikan impor dunia minyak kelapa sawit, namun menurunkan impor dunia ketiga minyak lainnya yang selanjutnya diikuti oleh penurunan harga dunia ketiga minyak tersebut. Penurunan impor terbesar dialami oleh minyak rapeseed, diikuti oleh minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari. Penurunan harga dunia minyak kelapa sawit diikuti oleh penurunan harga ekspor dan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Respon selanjutnya dalam keragaan industri kelapa sawit Indonesia adalah penurunan produksi akibat penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan ketiga pelaku usaha dan penurunan volume ekspor. Di sisi lain, terjadi peningkatan volume konsumsi sebagai akibat penurunan harga domestik. Hasil Skenario 3 yaitu peningkatan produksi minyak rapeseed Amerika Serikat dan Kanada masing-masing sebesar 10%, mendorong naiknya ekspor dunia minyak rapeseed dan kenaikan ekspor dunia menyebabkan penurunan harga dunia minyak rapeseed. Penurunan harga dunia minyak rapaseed mendorong kenaikan impor dunia minyak rapaseed, namun menurunkan impor dunia ketiga minyak lainnya yang selanjutnya diikuti oleh penurunan harga dunia ketiga minyak tersebut. Penurunan impor terbesar dialami oleh minyak kedelai, diikuti oleh minyak kelapa sawit dan minyak biji bunga matahari. Bagi industri kelapa sawit Indonesia, penurunan harga dunia minyak kelapa sawit akibat kenaikan ekspor dunia minyak rapeseed diikuti oleh penurunan harga ekspor dan harga
164
domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Respon selanjutnya dalam keragaan industri kelapa sawit Indonesia adalah penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan ketiga pelaku usaha, penurunan produksi, dan penurunan volume ekspor. Di sisi lain, terjadi peningkatan volume konsumsi sebagai akibat penurunan harga domestik. Peningkatan produksi minyak kedelai Amerika Serikat, Argentina dan Brasil masing-masing sebesar 10% (Skenario 4), mendorong naiknya ekspor dunia minyak kedelai dan kenaikan ekspor dunia menyebabkan penurunan harga dunia minyak kedelai. Penurunan harga dunia minyak kedelai mendorong kenaikan impor dunia minyak kedelai, namun menurunkan impor dunia ketiga minyak lainnya yang selanjutnya diikuti oleh penurunan harga dunia ketiga minyak tersebut. Penurunan impor terbesar dialami oleh minyak rapeseed, diikuti oleh minyak biji bunga matahari dan minyak kelapa sawit. Seperti halnya pada Skenario 2, penurunan harga dunia minyak kelapa sawit diikuti oleh penurunan harga ekspor dan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Respon selanjutnya dalam keragaan industri kelapa sawit Indonesia adalah penurunan produksi akibat penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan ketiga pelaku usaha dan penurunan volume ekspor. Di sisi lain, terjadi peningkatan volume konsumsi sebagai akibat penurunan harga domestik. Peningkatan produksi minyak biji bunga matahari Argentina (Skenario 5) sebesar 10%, mendorong naiknya ekspor dunia minyak biji bunga matahari dan kenaikan ekspor dunia menyebabkan penurunan harga dunia minyak biji bunga matahari. Penurunan harga dunia minyak biji bunga matahari mendorong kenaikan impor dunia minyak biji bunga matahari, namun menurunkan impor
165
dunia ketiga minyak lainnya yang selanjutnya diikuti oleh penurunan harga dunia ketiga minyak tersebut. Penurunan impor terbesar dialami oleh minyak kelapa sawit, diikuti oleh minyak kedelai dan minyak rapeseed. Bagi industri kelapa sawit Indonesia, penurunan harga dunia minyak kelapa sawit akibat kenaikan ekspor dunia minyak rapeseed diikuti oleh penurunan harga ekspor dan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Respon selanjutnya dalam keragaan industri kelapa sawit Indonesia adalah penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan ketiga pelaku usaha, penurunan produksi, dan penurunan volume ekspor. Di sisi lain, terjadi peningkatan volume konsumsi sebagai akibat penurunan harga domestik. Hasil Skenario 6 yaitu kenaikan produksi seluruh minyak nabati di negara eksportir dalam model di luar Indonesia sebesar 2%, secara umum mendorong peningkatan ekspor dan impor dunia minyak nabati, kecuali untuk impor dunia minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari yang menurun. Efek subsitusi antar keempat minyak menurunkan konsumsi minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari di negara-negara importir yang diikuti oleh volume penurunan impor dunia. Dampak selanjutnya dari kenaikan produksi seluruh minyak nabati di negara eksportir di luar Indonesia adalah terjadi penurunan harga dunia untuk keempat minyak nabati. Penurunan harga terbesar dialami oleh minyak kedelai, diikuti oleh minyak kelapa sawit, minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari. Seperti halnya pada skenario 2, penurunan harga dunia minyak kelapa sawit ditransmisikan kepada penurunan harga ekspor dan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Respon selanjutnya dalam keragaan industri kelapa sawit Indonesia adalah penurunan produksi akibat penurunan produktivitas tanaman
166
kelapa sawit menghasilkan ketiga pelaku usaha dan penurunan volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Di sisi lain, terjadi peningkatan penawaran domestik dan konsumsi sebagai akibat penurunan harga domestik.
Ekspor
minyak sawit dunia yang meningkat pada saat ekspor minyak kelapa sawit Indonesia menurun adalah akibat kenaikan ekspor minyak kelapa sawit Malaysia yang lebih besar. Penghapusan pajak ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (Skenario 7) mendorong kenaikan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia, namun menurunkan penawaran domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Dampak peningkatan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia di pasar dunia minyak kelapa sawit adalah penurunan harga dunia minyak kelapa sawit dan diikuti oleh penurunan harga dunia tiga minyak nabati lainnya. Penurunan harga dunia minyak kelapa sawit ditransmisikan kepada penurunan harga ekspor dan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh penghapusan pajak ekspor terhadap kenaikan harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia adalah lebih kecil dibandingkan pengaruh penurunan harga dunia minyak kelapa sawit terhadap harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Hal serupa terjadi pada harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia, yaitu dampak penurunan jumlah penawaran domestik (ket: yang mendorong kenaikan harga domestik) relatif lebih kecil dibandingkan dampak penurunan harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Penurunan harga domestik mendorong peningkatan konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia. Akibat penurunan harga ekspor dan harga domestik, diikuti oleh penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan ketiga
167
pelaku usaha yang selanjutnya diikuti oleh penurunan produksi minyak kelapa sawit Indonesia. Hasil Skenario 8 yaitu depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sebesar 8% menyebabkan penurunan harga ekspor minyak minyak kelapa sawit Indonesia tetapi di sisi lain terjadi kenaikan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Kenaikan harga domestik diikuti oleh penurunan konsumsi, dan sebagai akibatnya mendorong ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Kenaikan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia mendorong kenaikan ekspor dunia yang akhirnya menyebabkan penurunan harga dunia minyak kelapa sawit. Di pasar dunia minyak nabati, penurunan harga dunia minyak kelapa sawit diikuti oleh penurunan harga dunia minyak kedelai dan harga dunia minyak rapeseed, sedangkan harga dunia minyak biji bunga matahari adalah konstan. Respon selanjutnya dalam keragaan industri kelapa sawit Indonesia adalah penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit PBN dan PBS yang berorientasi pada pasar ekspor. Sedangkan produktivitas PR meningkat seiiring peningkatan harga domestik dan secara total produksi minyak kelapa sawit Indonesia meningkat. Meskipun produksi meningkat, namun peningkatan produksi relatif lebih kecil daripada peningkatan ekspor dan menjadikan penawaran domestik minyak kelapa sawit Indonesia turun.