Daya Saing dan Prospek Industri Minyak Sawit Indonesia
M. FADHIL HASAN GABUNGAN PENGUSAHA KELAPA SAWIT INDONESIA
Industri Minyak Sawit Indonesia Indonesia merupakan negara penghasil, eksportir dan konsumer terbesar
minyak sawit dunia. Struktur industri minyak sawit Indonesia tergolong sehat dan berimbang dimana kepemilikan petani kecil sebesar 42% sementara perkebunan besar menyumbang 58% (swasta dan BUMN). Indonesia masih merupakan negara yang paling efisien dalam menghasilkan minyak sawit dan minyak sawit merupakan minyak nabati yang paking efisien dan produktif. Industri minyak sawit sudah terdiversifikasi dalam produksi dan ekspor dimana sebagian besar ekspor sudah merupakan produk olahan. Pemerintah dan pelaku usaha memiliki komitmen untuk menerapkan pengelolaan perkebunan kelapa sawit secara berkelanjutan.
Peranan Industri Minyak Sawit Dalam Ekonomi Indonesia • Memberi sumbangan penting sebagai penghasil devisa negara. Pada tahun
2014 devisa yang dihasilkan dari minyak sawit menyumbang 13% dari total penerimaan ekspor dan merupakan penghasil devisa terbesar.
• Industri minyak sawit menciptakan 4 juta kesempatan kerja terutama di da
daerah pedesaan dan diluar pulau Jawa. Memberikan sumbangan penting dalam pengentasan kemiskinan di luar pulau Jawa.
• Industri minyak sawit mendukung pembangunan daerah dan membuka
daerah-daerah terpencil di luar pulau Jawa.
• Berperan penting dalam menstabilkan harga kebutuhan pokok yakni minyak
goreng dan merupakan sumber energi terbarukan.
Porsi PDB Tanaman Perkebunan terhadap Total PDB Nasional (Harga Konstan 2010) 8.568.116 8.158.194 7.727.083 7.287.635 6.864.133
6.595.926
7.006.170
7.426.064
7.838.661
8.229.961
268.207
281.465
301.020
319.533
338.155
2010
2011
2012
2013
2014
PDB di luar Tanaman Perkebunan (miliar Rp, harga konstan 2010) PDB Tanaman Perkebunan (miliar Rp, harga konstan 2010)
Sumber: BPS & SEKI-BI, 2015 diolah
Peran CPO terhadap Ekspor Nonmigas 162.020
153.043
149.919
131.743
130.694
124.901
145.961
129.740
140.364 113.427
16.312
21.655
21.300
19.225
21.060
2010
2011
2012
2013
2014
Ekspor CPO (HS 15) [dalam Juta US$]
Sumber: BPS, 2015 diolah
Ekspor Selain CPO [dalam Juta US$]
Pangsa ekspor komoditas nonmigas Indonesia didominasi oleh Bahan Bakar Mineral (15,30%), CPO (13,40%), dan Mesin/Peralatan Listrik (7,16%) Rata-rata Pangsa Ekspor Nonmigas 2009-Mei 2015 (%)
BAHAN BAKAR MINERAL
15,30
LEMAK & MINYAK HEWAN/NABATI MESIN/PERLATAN LISTRIK KARET DAN BARANG DARI KARET
41,71
13,40
MESIN-MESIN/PESAWAT MEKANIK KENDARAAN DAN BAGIANNYA ALAS KAKI
7,16 6,21
KAYU, BARANG DARI KAYU PERHIASAN/PERMATA
2,34 2,46 2,13 Sumber: BPS dan Kemendag, 2015, diolah
BERBAGAI PRODUK KIMIA
2,41 2,89
4,01
LAINNYA
Tren Pertumbuhan komoditas utama ekspor nonmigas Indonesia mengalami penurunan dalam beberapa tahun ini. Pertumbuhan 5 Komoditas Utama Ekspor Nonmigas 2010-2014 (%) 100,00
80,00
60,00
40,00
20,00
2010
2011
2012
2013
(20,00)
(40,00) BAHAN BAKAR MINERAL
LEMAK & MINYAK HEWAN/NABATI
MESIN/PERLATAN LISTRIK
KARET DAN BARANG DARI KARET
MESIN-MESIN/PESAWAT MEKANIK
NON MIGAS
Sumber: BPS dan Kemendag, 2015, diolah
2014
Total Ekspor Palm & Palm Kernel Oils (ribu Ton) Total Ekspor
17.085
17.085
17.597
18.223
2009
2010
2011
2012
21.216
21.761
2013
2014
13.851
2008
Palm & Palm Kernel Oils Exports Total Volumes (000 tons)
Porsi Ekspor Palm & Palm Kernel Oils, 2014 (%) 13,91
China
11,16
Europe Union India
8,13
18,97
USA Pakistan
10,54
Bangla-desh Middle East 23,26
4,18
7,64
Africa Others
2,19
Nilai Indeks RCA Negara Pengekspor CPO dan PKO Terbesar Dunia
Sumber: Ermawati & Saptia, 2013
Dengan nilai RCA yang masih di bawah Malaysia maka Indonesia perlu
mengoptimalkan keunggulan komparatifnya (terutama lahan yang luas, tenaga kerja tersedia, serta biaya input yang lebih rendah)
Perbandingan produktifitas tonn/ha/year)
3,63
0,15 Ground nuts
0,37 Soybeans
Crop Ground nuts Soybeans Sunflower seed Rapeseed Palm Oil
Source: Oil world (2013)
0,70
0,54 Sunflower seed
Rapeseed
Million Ha 24,400 114,210 25,680 34,680 15,430
Palm Oil Cycle 3 months 3 months 8 months 1 year 25 years
Posisi minyak sawit dalam minyak nabati dunia
Pangsa minyak sawit meningkat dari 17,5% (1998/99) menjadi 30,1% (2013/14), melebihi minyak kedelai yang selama ini mendominasi minyak nabati dunia. (Oil World, 2014)
Perkiraan produksi dan konsumsi minyak sawit di Indonesia (ton) CONSUMPTION YEAR
PRODUCTION
BIODIESEL Domestic
Export
Cooking Oil, Margarine, Shortening, RBD Oil Domestic
Export
Oleochemical Domestic
Export
CPO Domestic
TOTAL CONSUMPTION
Domestic
Export
2013
30.049.450
1.500.000
1.584.143
5.599.000
13.587.940
562.054
1.037.946
6.178.367
7.661.054
22.388.396
2014
31.551.922
2.500.000
1.300.000
5.766.970
13.723.819
584.536
1.071.464
6.605.133
8.851.506
22.700.416
2015
33.129.519
4.261.700
1.500.000
5.939.979
13.861.058
607.918
1.106.042
5.852.822
10.809.597
22.319.922
2016
34.785.994
8.856.387
1.500.000
6.118.178
13.999.668
632.234
1.141.714
2.537.813
15.606.799
19.179.195
2017
36.525.294
9.189.373
1.500.000
6.301.724
14.139.665
657.524
1.178.513
3.558.495
16.148.621
20.376.637
2018
38.351.560
9.522.360
1.500.000
6.490.776
14.281.062
683.825
1.216.473
4.657.064
16.696.961
21.654.599
2019
40.269.138
9.855.347
1.500.000
6.685.499
14.423.872
711.178
1.255.631
5.837.611
17.252.024
23.017.114
2020
42.282.594
10.188.333
1.500.000
6.886.064
14.568.111
739.625
1.296.022
7.104.439
17.814.022
24.468.572
10.000.000 9.000.000 8.000.000 7.000.000
51%
6.000.000 5.000.000 7%
4.000.000 3.000.000
42 %
2.000.000 1.000.000
Private 1967 1969 1971 1973 1975 1977 1979 1981 1983 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011 2013
-
Smallholder
Stateowned
7%
Smallholders
Private
42% 51%
State
Rata pertumbuhan perkebunan kelapa sawit rakyat adalah 20% per tahun jauh lebih tinggi dibandingkan perkebunan swasta dan BUMN sebesar 5% per tahun
Pamanfaatan lahan oleh minyak nabati dunia 8,5 5,5
7,1
9,2 10,0
Others Palm Kern/CPO
13,8
Ground nuts 12,9
Sunflower seed Cottonseed
36,2
2,7 8,4 3,3
15,2
Rapeseed Soybeans
40,1 27,1
258,8 million Ha Land Use Source: Oil World (2013)
154 million ton Production
Others Palm Kern/CPO Ground nuts Sunflower seed Cottonseed
Ekspansi minyak nabati dunia Semua minyak nabati dunia melakukan ekspansi karena meningkatnya permintaan untuk pangan dan energi. Minyak kedelai melakukan ekspnasi sebesar 8 juta hektar dalam tiga tahun terakhir. Sementara minyak sawit tumbuh hanya 2.35 juta hektar. 120,00 m 100,00 i l 80,00 l i 60,00 o n 40,00 h a
soy rape sun cotton
20,00
nut soy rape sun cotton nut palm
08/09 96,18 31,24 24,73 30,68 22,43 12,50
09/10 95,81 29,21 23,96 36,71 21,99 11,43
10/11 103,91 33,06 23,99 33,48 24,51 9,79
11/12 103,86 33,52 25,81 35,84 23,74 14,22
12/13 108,98 34,81 25,46 34,14 23,7 14,85
13/14F 111,94 34,69 25,69 33,08 24,4 15,43
palm
Perubahan tata guna lahan dan perkebunan kelapa sawit di Indonesia Indonesia (19902010))
Lahan Terlantar 43.45% Lahan Pertanian 14.40% Disturbed Forest 26.55% Tanaman Industri 12.60%
Sumber: Gunarso et al., 2012
Unsdisturbed Forest 3.00%
Tata guna lahan di Indonesia Land Use
Ha
%
Hutan konservasi
21,780,626
11.5
Hutan lindung
30,539,822
16.1
Hutan produksi terbatas
27,967,605
14.7
Hutan produksi
30,810,790
16.2
Hutan produksi yang dapat dikonversi
17,924,535
9.5
129,023,378
68.0
60,613,325
32.0
189,636,703
100
18,207,549
9.6
Total area perkebunan
20,530,404
10.8
Total area kelapa sawit (2013)
10,010,824
5.3
Total area hutan Area Penggunaan Lain (APL) Total area lahan Total area pertanian (padi, jagung, kedelai dll)
Source: Ministry of Forest (2012)
Ratio lahan pertanian (FAO, 2012) 1,1
Singapore Norway Japan Malaysia Indonesia Brazil Pakistan The World Thailand USA Germany Argentina France Australia Netherlands China India Denmark Bangladesh United Kingdom Saudi Arabia Nigeria
3,4 12,8 24 26,8 31,1 35,7 37,9 38,7 44,9 48,6 48,7 53,7 55,4 56,7 59,3 60,5 62,8 69,5 72,9 80,8 86,2
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Kritik terhadap Industri Minyak Sawit Buruk bagi kesehatan: kampanye ini dimulai sejak tahun 1980an di Amerika
Serikat namun bukti-bukti ilimiah menunjukkan hal sebaliknya. Muncul kembali pada tahun 2000an dimana negara-negara Uni Eropa menerapkan hamatanhambatan tarif dan non-tarif terhadap minyak sawit dengan alasan kesehatan (food labeling, peroxide value, dll). Deforestrasi dan hilangnya habitat satwa yang dilidungi: Kelapa sawit merupakan penyebab utama deforestrasi. Deforestration and loss of habitat of endangered species and biodiversity; palm oil is the major cause of deforestration in Indonesia and Malaysia. Tuduhan ini tidak berdasar sebab area lahan yang ditanami kelapa sawit hanya sekitar 5% dari total lahan di Indonesia. Pembalakan liar dan pembabatan hutan ilegal lebih merupakan sebab deforestrasi di Indonesia. Konflik sosial dan lahan dengan masyarakat lokal. Terjadinya konflik ini dipicu dan disebabkan oleh faktor yang sangat komplek. Karenanya tidak dapat digeneralisasai dan hanya disalahkan oleh keberadaan perkebunan kelapa sawit.
Hambatan-hambatan
Tantangan Keberlanjutan Kebijakan Pemerintah
Eskalasi Tarif
• Tantangan Lingkungan (deforestrasi, degradasi lahan, hilangnya keanekaragaman hayati, emisi karbon, dan perubahan iklim) --> (UE, USA, Australia) • Tantangan Sosial (konflik lahan) --> UE • Tantangan Kesehatan (pelabelan makanan) --> EU (Perancis, Belanda, Rusia) dan food safety (China, Iran, Ukraine)
• Peraturan pemerintah tentang lahan gambut yang ketat membatasi penggunaan lahan gambut • Peraturan pemerintah tentang kepemilikan asing dan tanah • Kelanjutan dari moratorium konversi hutan primer dan lahan gambut
• Tarif impor minyak sawit olahan lebih tinggi dari CPO (India, Turkey (perbedaan tarif dengan Malaysia). • Anti-dumping --> (UE untuk biodiesel) • Safeguard mechanism --> (Vietnam untuk olein)
Komitmen Indonesia dalam menerapkan pengelolaan kelapa sawit yang berkelanjutan Menyusun langkah terkait dengan perubahan iklim; membuat konsep dan
implementasi; mengembangkan kebijakan dan memperkuat kapasitas lembaga REDD, menerapkan moratorium untuk konservasi hutan dan lahan gambut. Membuat One Map: Inistaif menmbuat One Map bertujuan untuk menyusun kejelasan dan konsistensi melalui data base yang terintegrasi secara menyeluruh. One map merupakan instrumen geospatial untuk seluruh daerah yang bersifat tersentralisasi. Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO); pemerintah mengharuskan perusahaan kelapa sawit yang beroperas idi Indonesia unruk menerapkan ISPO ISPO dimulai pada tahun 2012 dan diharapkan pada tahun 2016 semua perusahaan kelapa sawit sudah memiliki sertifikat ISPO. Perusahaan kelapa sawit Indonesia juga anggota dari RSPO dan merupakan penghasil CSPO (Certified Sustainable Palm Oil) terbesar. Beberapa perusahaan kelapa sawit Indonesia membuat komitmen untuk tidak melakukan pembukaan lahan pada areal hutan, menjalankan penelurusran secara cermat bahan baku kelapa sawit dan memelihara area karbon stock yang tinggi.
Kesimpulan Industri minyak sawit memiliki peran penting dan strategis dalam ekonomi
nasional sebagai penghasil devisa terbesar, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kmiskinan dan mendorong ekonomi daerah. Wajar jika dideklarasikan minyak sawit sebagai industri strategis nasional. Indonesia memiliki daya saing yang tinggi dalam menghasilkan minyak sawit dan produk turunannya. Minyak sawit merupakan minyak nabati yang paling produktif dan efisien, dan kelapa sawit merupakan komoditas yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan komoditas lainnya. Pengelolaan perkebunan kelapa sawit sudah semakin baik dan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan. Komitmen pemerintah dan pelaku usaha untuk menerapkan prinsip pengelolaan perkebunan kelapa sawit sangat tinggi. Kritik terhadap minyak sawit lebih didorong oleh persaingan dagang dari minyak nabati lainnya dan hambatan yang dilakukan oleh negara-negara penghasil minyak nabati lain dilakukan untuk melindungi industri minyak nabati domestik.