VERTIKULTUR TANAMAN SELADA UNTUK MENINGKATKAN KEUNTUNGAN DI UNIT RUMAH PANGAN LESTARI (RPL) BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG
LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh : VINNISA NILAM NBP. 1201362045
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH PAYAKUMBUH 2015
VERTIKULTUR TANAMAN SELADA UNTUK MENINGKATKAN KEUNTUNGAN DI UNIT RUMAH PANGAN LESTARI (RPL) BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG
LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh : VINNISA NILAM NBP. 1201362045
Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya ( A.Md )
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH PAYAKUMBUH 2015
KATA PERSEMBAHAN Bismillahirrahmanirrahim.. Ya Rabbi... Rasa syukur hamba ucapkan kehadirat Engkau.. Serta shalawat dan salam kepada idola Rasulullah SAW dan para sahabat yang mulia Tanpa izin-Mu takkan hamba dapatkan gelar ini Tanpa cinta, kasih dan sayang-Mu takkan bisa hamba bertahan sejauh ini Tanpa ilmu-Mu takkan mampu hamba menjadi seorang yang berilmu Ya Rabbi.... Jangan pernah Engkau padamkan semangat hamba untuk berjuang dalam kebaikan Jangan pernah Engkau sesatkan jalan hamba untuk menuntut ilmu dunia dan akhirat Jangan pernah Engkau jauhkan hamba dari cahaya-Mu ketika dalam kegelapan Jangan pernah Engkau lemahkan hamba ketika jatuh Ya Rabbi.... Istiqomahkan hati hamba dalam pilihan yang baik Berikanlah rahmat, kasih sayang, kemudahan rezeki, kesejahteraan dunia dan akhirat kepada orang-orang yang telah membantu, membimbing dan mendidik hamba ke jalan yang lurus-Mu Sayangilah orang-orang yang menyayangi dan mengasihi hamba Engkau yang Maha Pengasih dan Penyayang Tiada daya upaya dan kekuatan melainkan dengan pertolonganMu Yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia Ya Rabb... Semoga sebuah karya mungil ini menjadi amal shaleh bagiku dan menjadi kebanggaan bagi keluargaku tercinta.. Aamiin.. Ibunda dan ayahandaku sayang.. Ku persembahkan hadiah kecilku ini untukmu Ku tau ini tak sebanding dengan besarnya jasamu Ku tau ini tak setimpal dengan kesusahan dan pengorbananmu selama ini Namun…mudahan dengan ini… Mampu menyelipkan sedikit senyum kabahagiaan Pengobat rasa lelah dan menjadi penyejuk di hati Yang selama ini aku tak mampu menorehkan senyum itu di wajahmu Anakmu minta maaf karena telah menyusahkan atau bahkan menyakiti hatimu ayah.. ibu.. Sungguh ananda tak bermaksud demikian.. Ananda mohon restu untuk kedepannya Doakan ananda menjadi anak yang bisa membahagiakan keluarga kita Doakan hamba sukses di masa depan Untuk segalanya hamba mengucapkan Terima Kasih Ma.... Terima Kasih Pa...
My Sister’s Kakakku tersayang (Riana Nilam S.Pd) alhamdulillah adikmu sekarang juga telah memiliki gelar, maafkan sikapku yang tak hentinya membuatmu jengkel. Tapi aku tau kakak telah terbiasa dengan itu dan semoga keluarga kita semakin harmonis. Adikku Nadia Nilam dan Enola Nilam, kalian sudah semakin tumbuh besar. Semoga kalian menjadi anak yang cerdas, soleha, dan sayang keluarga. Jangan pernah malas belajar. Rajinlah membaca buku karena Buku adalah Jendela Dunia. Kalian harus sukses. Bahagiakan kedua orangtua kita. Love you so much my best sister’s. (*Bighug) Dosen Pembimbing Special thanks untuk Bapak Mukhlis A.Md S.P M.Si dan Ibu Sri Nofianti S.P atas bimbingannya selama vini di Politani. Kalian adalah dua sosok motivator dan panutan vini berada di kampus. Doakan vini dan semua bimbingan bisa sukses di masa depan, restui kami untuk bisa terjun ke masyarakat. My Best Friend’s Sahabat.. Kalian luar biasa.. Tanpa kaliah aku tak kan menjadi apa-apa.. Kiki.. aku dipertemukan kamu di masa-masa terkhir kita di Politani.. Makasih banyak untuk support dan hari yang indah bersamamu tak kan terlupa. Melisa, Hafni dan Isma.. Kalian juga membuatku mengerti akan arti kehidupan. Terima kasih telah menerima kekuranganku selama 3 bulan bersama. Kuharap kita tak melupakan sedikitpun moment bersama Kawan Kupang semua big thanks. Teman tomat (Bg Rio, Juver, Jeki, Roi), Teman Kentang (Bg domi, Ina Maya, Ina Marche, Ina Rere), dan Teman RPL Tomi. Kalian semua adalah teman yang hangat. Membuat paradigmaku selama ini berubah seratus persen. Kata Perbedaan itu Indah benar-benar kunikmati bersamamu. Argha dan adik-adik magang terimakasih bantuannya, kakak begitu menyusahkan kalian. Bapak Engkus, Bapak RPL, n seluruhnya yang ada di BBPP. Geng KPK (Ukhti Nilo, Saudara Ceyi, Princess Rani, Trisno, Ati, Fevy, Ukhput, Deni, Arifin, Angger, Ali n Alil). Keep do the best. Kawan, jangan pernah tinggalkan teman kita yang kesusahan, bantu dan rangkullah dia. Buktikan kalian adalah geng yang kompak. Tapi tetap dijaga ya ukh. Empat Sekawan dan Visimeldi kalian akan selalu dihati. For the last. BEM Permadan Jilid II dan BEM Kabinet Reformasi.. Special thanks untuk kalian semua. Tak lupa salam sayang juga untuk FSI Al-Azzam dan Forgamis. Gamsahabnida yeoreobundeul.
VERTIKULTUR TANAMAN SELADA UNTUK MENINGKATKAN KEUNTUNGAN DI UNIT RUMAH PANGAN LESTARI (RPL) BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG
RINGKASAN Oleh : Vinnisa Nilam (Di bawah bimbingan Sri Nofianti, SP)
Tanaman selada merupakan tanaman yang cukup digemari saat ini. Daya tarik utama tanaman ini adalah memiliki masa panen yang pendek, pasar terbuka luas dan harga relatif stabil. Permintaan akan tanaman selada semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun. Pemenuhan kebutuhan terkendala karena lahan pertanian yang saat ini sudah semakin berkurang, sehingga terdapat sebuah program yang disebut „Rumah Pangan Lestari (RPL)‟. Program ini lebih menekankan keluarga atau rumah tangga untuk berbudidaya di pekarangan seoptimal mungkin. Sistem budidaya vertikultur merupakan suatu pola budidaya yang cocok untuk diterapkan di pekarangan karena memiliki konsep pemanfaatan lahan ke arah vertikal atau keatas. Kegiatan budidaya selada dengan sistem vertikultur yang ada di RPL BBPP Lembang secara keseluruhan cukup layak untuk dijalankan, terbukti dengan angka R/C Ratio yang diperoleh sebesar 1,6 dengan keuntungan yang diterima sebesar Rp 227.406-. Model wadah media vertikultur yang terdapat di RPL bermacam-macam dan jumlah pendapatan yang diterima dari masing-masing model tersebut berbeda. Berdasarkan analisis pendapatan yang dihasilkan dari lahan seluas 1x1,5 m, model yang menghasilkan keuntungan tertinggi adalah pot vertikal yaitu sebesar Rp 227.059,-. Keuntungan tertinggi kedua adalah dengan model pot gantung yaitu sebesar Rp 73.102,- dan keuntungan terendah adalah model rak dengan pendapatan senilai Rp 30.642,-.
Kata Kunci : Selada, Vertikultur, Selada vertikultur, Pekarangan, Pemanfaatan Pekarangan, Rumah Pangan Lestari (RPL).
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa isi Laporan Tugas Akhir yang saya tulis dengan judul “Vertikultur Tanaman Selada Untuk Meningkatkan Keuntungan di Unit Rumah Pangan Lestari (RPL) Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang” merupakan hasil kerja sendiri dan bukan merupakan ciplakan dari hasil kerja orang lain, kecuali kutipan yang sumbernya dicantumkan. Jika dikemudian hari pernyataan ini ternyata tidak benar, maka saya akan menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Tanjung Pati, Agustus 2015 Yang Menyatakan,
Vinnisa Nilam NBP. 1201362045
RIWAYAT HIDUP Vinnisa Nilam dilahirkan pada tanggal 04 Oktober 1995 di Tanjung Pati, Kec. Harau, Kab. Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Penulis adalah buah hati dari Ibunda Asmira dan Ayahanda Irwan. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Pada tahun 2006 penulis menamatkan Sekolah Dasar di SDN 01 Bukik Limbuku dan tahun 2009 menyelesaikan pendidikan di SMP N 1 Kec Harau. Selanjutnya pada tahun 2012 penulis menamatkan pendidikan SMA di SMA N I Kec. Harau. Semasa SMA, penulis aktif dalam kegiatan OSIS, Pramuka, PIK Remaja dan UKS, OSIS dengan jabatan koordinator departemen kebugaran jasmani dan olahraga, Pramuka sebagai anggota aktif, PIK Remaja sebagai anggota dan UKS selaku bendahara. Penulis juga pernah diutus untuk mengikuti kegiatan olimpiade bidang ilmu Kebumian semasa SMA. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Politeknik Pertanian Universitas Andalas Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Program Studi Agribisnis. Selama menjadi mahasiswa di Politani penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan. Tahun ajaran 2013/2014 penulis diamanahkan menjadi staf Departemen Luar Negeri BEM Kabinet Permada Jilid II, kemudian tahun ajaran 2014/2015 penulis diangkat sebagai Bendahara Umum BEM Kabinet Reformasi. Penulis juga aktif di LDK FSI Al-Azzam dan Pers Kampus. Penulis telah mengikuti PORPROF (Pekan Olahraga Provinsi) Sumbar sebanyak dua periode yaitu tahun 2012 dan 2014 dengan cabang olahraga yang digeluti yaitu „Bridge‟. Pada semester V penulis menyusun dan melaksanakan Proyek Usaha Mandiri (PUM) dengan judul “Analisis Pendapatan Agribisnis Jagung Manis dengan Pemasaran Langsung Kepada Konsumen di Kecamatan Harau”. Penulis telah menyelesaikan pendidikan Diploma III di Politeknik Pertanian Universitas Andalas dengan Program Studi Agribisnis Pertanian pada tahun 2015.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan penulisan laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) ini dengan judul “Vertikultur Tanaman Selada Untuk Meningkatkan Keuntungan di Unit Rumah Pangan Lestari (RPL) Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang”. Shalawat dan salam penulis ucapakan untuk arwah junjungan umat, yakni Nabi Besar Muhammad SAW. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan dorongan kepada penulis. Dimana laporan ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Agribisnis Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Secara khusus penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Ibu Ir. Gusmalini, M.Si selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. 2. Bapak Ir. Setya Dharma, M.Si selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Pangan. 3. Ibu Indria Ukrita, SP. M.Sc selaku Ketua Program Studi Agribisnis. 4. Ibu Sri Nofianti, SP selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir.
5. Bapak Ir. Bandel Hartopo, M.Sc selaku Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang. 6. Bapak Encang Solihin selaku koordinator magang di BBPP Lembang. 7. Bapak Asep Komarudin, Drs. Jajat Sudrajat dan seluruh karyawan serta pembimbing RPL BBPP Lembang yang telah banyak membimbing penulis. Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan laporan ini akan memberikan dampak yang positif serta nilai tambah dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, terutama untuk penulis sendiri dalam menggapai cita-cita dan masa depan. Harapan penulis semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan penulis sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kekhilafan dan kesalahan. Untuk itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Tanjung Pati, Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................
i
DAFTAR ISI ............................................................................................
iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
vii
I.
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1.2. Tujuan .....................................................................................
1 3
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................
4
2.1. Tanaman Selada ...................................................................... 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Selada ................. 2.1.2 Syarat Tumbuh Tanaman Selada .................................. 2.2. Vertikultur............................................................................... 2.2.1 Teknik Vertikultur ........................................................ 2.2.2 Fungsi dan Manfaat Vertikultur.................................... 2.2.3 Kelebihan Teknik Vertikultur ....................................... 2.2.4 Bentuk-Bentuk Vertikultur ........................................... 2.3. Pekarangan dan Usahatani Keluarga ...................................... 2.3.1 Pekarangan .................................................................... 2.3.2 Usahatani Keluarga ....................................................... 2.4. Budidaya Tanaman Selada ..................................................... 2.4.1 Pembibitan..................................................................... 2.4.2 Penyiapan Wadah Media Tanam Vertikultur ............... 2.4.3 Penyiapan Media Tanam .............................................. 2.4.4 Penanaman (Pemindahan Bibit) ................................... 2.4.5 Pemeliharaan Tanaman ................................................. 2.4.6 Panen dan Pascapanen ..................................................
4 4 6 7 7 9 10 10 11 11 13 14 15 15 17 18 18 23
III. METODE PELAKSANAAN ........................................................
24
3.1. Waktu dan Tempat .................................................................. 3.2. Alat dan Bahan ....................................................................... 3.2.1 Alat yang Dibutuhkan ................................................... 3.2.2 Bahan yang Dibutuhkan ............................................... 3.3. Ruang Lingkup................................................................ ....... 3.4. Data dan Sumber Data ............................................................ 3.5. Metode Pengumpulan Data ....................................................
24 24 24 25 26 26 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................
29
4.1. Gambaran Umum Instansi ......................................................
29
II.
4.1.1 Sejarah Balai Besar Peatihan Pertanian Lembang ........ 4.1.2 Visi, Misi, Tugas dan Fungsi BBPP Lembang ............. 4.1.3 Organisasi Instansi ........................................................ 4.1.4 Sumberdaya Manusia Instansi ...................................... 4.1.5 Sekilas Inkubator Usahatani ......................................... 4.1.6 Kondisi Keuangan Instansi ........................................... 4.1.7 Deskripsi Kegiatan Bisnis Instansi ............................... 4.1.8 Sekilas Rumah Pangan Lestari (RPL) .......................... 4.2. Tingkat Pendapatan Keluarga Melalui Vertikultur................. 4.2.1 Proses Produksi Selada Vertikultur .............................. 4.2.2 Vertikultur dan Keunggulan Vertikultur ...................... 4.2.3 Analisis Usaha Budidaya Selada Vertikultur di RPL BBPP Lembang ............................................................ 4.2.4 Tigkat Keuntungan Model Rancangan Wadah Media Vertikultur.....................................................................
29 30 32 34 35 39 39 41 46 46 57
KESIMPULAN .............................................................................
71
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
73
LAMPIRAN .............................................................................................
75
V.
61 66
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Kebutuhan alat budidaya selada sistem vertikultur di unit RPL BBPP Lembang ...............................................................................................
24
2. Data bahan dan jumlah kebutuhan bahan pembuatan wadah tanam vertikultur di RPL BBPP Lembang ......................................................
25
3. Data alat dan jumlah kebutuhan alat untuk pembuatan wadah tanam vertikultur .............................................................................................
25
4. Data bahan dan jumlah kebutuhan bahan budidaya selada vertikultur di RPL BBPP Lembang ........................................................................
25
5. Jumlah Sumberdaya Manusia di BBPP ................................................
34
6. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan dan Tingkat Pendidikan .......
34
7. Data Model Rancangan Wadah Media Vertikultur di unit RPL BBPP
51
8. Analisa Usaha Budidaya Vertikultur di Unit RPL BBPP Lembang ....
62
9. Tingkat Keuntungan Model Vertikultur di Lahan Kosong 1x1,5 m ....
67
10. Biaya Pembelian Alat untuk Budidaya Tanaman Selada Sistem Vertikultur Selama 1 Periode Produksi di RPL BBPP Lembang ...... 11. Biaya Pembelian Bahan untuk Pembuatan Alat/Wadah Media Tanam Vertikultur Selama 1 Periode Produksi di RPL BBPP Lembang ............................................................................................ 12. Biaya Penyusutan Alat untuk Budidaya Tanaman Selada Sistem Vertikultur Selama 1 Periode Produksi di RPL BBPP Lembang ......
75
75 76
13. Biaya Bahan untuk Budidaya Tanaman Selada Sistem Vertikultur Selama 1 Periode Produksi di RPL BBPP Lembang .........................
76
14. Biaya Tenaga Kerja Untuk Budidaya Selada Sistem Vertikultur Selama 1 Periode Produksi di RPL BBPP Lembang .........................
77
15. Biaya lain-lain untuk Budidaya Selada Sistem Vertikultur Selama 1 Periode Produksi di RPL BBPP Lembang .........................................
77
16. Data Produksi dan Pendapatan untuk Budidaya Selada Sistem Vertikultur Selama 1 Periode Produksi di RPL BBPP Lembang ......
77
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Beberapa Varietas Botani Selada .........................................................
6
2. Struktur Organisasi Balai Besar Pertanian (BBPP) Lembang..............
33
3. Struktur Organisasi Inkubator Usahatani .............................................
38
4. Skema/bagan Alur Proses Produksi Selada Sistem Vertikultur ...........
47
5. Wadah Vertikultur Pot Vertikal ...........................................................
57
6. Wadah Vertikultur Rak ........................................................................
58
7. Lay Out Rak Vertikultur pada Luas Lahan 1x1,5 m ............................
65
8. Lay Out Pot Vertikal pada Luas Lahan 1x1,5 m ..................................
65
9. Lay Out Pot Gantung pada Luas Lahan 1x1,5 m .................................
66
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Kebutuhan Biaya dan Jumlah Penerimaan Usaha Budidaya Vertikultur Selada.................................................................................
75
2. Dokumentasi Proses Produksi Selada ..................................................
78
3. Macam-macam Wadah Media Tanam Vertikultur ...............................
82
4. Dokumentasi Rumah Pangan Lestari BBPP Lembang ........................
84
BAB I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan jumlah dan pertumbuhan penduduk yang
cukup tinngi. Jumlah keseluruhan penduduk Indonesia pada tahun 2013 adalah sebesar 250 juta jiwa dengan persentase pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 1,49%. Keadaan jumlah penduduk yang semakin meningkat menuntut adanya pemenuhan kebutuhan yang lebih besar. Tanaman selada merupakan tanaman yang cukup banyak digemari oleh masyarakat di Indonesia saat ini. Dilihat dari permintaan pasar dalam dan luar negeri terhadap tanaman selada yang semakin meningkat, maka komoditas ini mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan. Daya tarik utama tanaman ini adalah memiliki masa panen yang pendek, pasar yang terbuka luas dan harga yang relatif stabil (Rukmana, 2005). Tanaman selada diduga berasal dari Asia Barat. Daerah penyebaran tanaman selada diantaranya adalah Karibia, Malaysia, Afrika Timur, Tengah dan Barat, serta Filipina. Perkembangan selanjutnya, pembudidayaan selada meluas ke negara-negara yang beriklim sedang maupun panas di seluruh belahan dunia. Selada belum berkembang pesat di Indonesia sebagai sayuran komersial. Daerah yang banyak ditanami selada masih terbatas di pusat-pusat produsen sayuran seperti Cipanas (Cianjur) dan Lembang (Bandung). Jenis sayuran ini sangat berpotensi
untuk
menjadi
komoditas
komersial
di
masa
mendatang
(Sastradihardja, 2011). Pemenuhan kebutuhan penduduk akan tanaman selada terkendala oleh permasalahan lahan pertanian yang semakin berkurang pada saat ini. Seiring dengan hal ini, Kementan RI (2012) menyampaikan bahwa Pemerintah
berkomitmen untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal dan konservasi tanaman untuk masa depan dengan budaya menanam di pekarangan. Kemudian, Pemerintah membuat sebuah program yang disebut “Rumah pangan Lestari (RPL)” dengan konsep pemanfaatan pekarangan semaksimal mungkin. Luas lahan pekarangan secara nasional berjumlah sekitar 10,3 juta ha atau 14 % dari keseluruhan luas lahan pertanian. Lahan pekarangan ini merupakan salah satu sumber potensial penyedia bahan pangan yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi (Kementan RI, 2012). Lahan pekarangan tersebut sebagian besar masih belum dimanfaatkan sebagai areal pertanaman aneka komoditas pertanian. Berdasarkan hasil pengamatan Badan Litbang Pertanian, perhatian petani terhadap pemanfaatan lahan pekarangan relatif masih terbatas, sehingga pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan belum banyak berkembang sebagaimana yang diharapkan. Melalui program RPL, maka pekarangan sempit dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga serta sebagai sumber penghasilan tambahan bagi keluarga. Pekarangan rumah dapat dioptimalkan pemanfaatannya melalui sistem budidaya vertikultur. Vertikultur merupakan cara bertani yang dilakukan dengan menggunakan
kolom-kolom
dan
kemudian
disusun
secara
vertikal
(Sutarminingsih, 2007). Dengan penerapan teknik vertikultur, peningkatan jumlah tanaman pada suatu areal dapat berlipat 3-10 kali tergantung model/rancangan wadah media tanam yang digunakan.
Berasarkan permasalahan yang ada diatas maka penulis mengangkat judul laporan “Vertikultur Tanaman Selada Untuk Meningkatkan Keuntungan di Unit Rumah Pangan Lestari (RPL) Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang. 1.2
Tujuan Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui budidaya selada dengan sistem vertikultur, manfaat serta keunggulan dari sistem tersebut. b. Mengetahui dan menghitung pendapatan keluarga melalui budidaya selada sistem vertikultur sebagai upaya pemanfaatan pekarangan. c. Mengetahui model rancangan wadah media tanam vertikultur yang menghasilkan pendapatan tertinggi di Rumah Pangan Lestari BBPP Lembang.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Tanaman Selada
2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Selada Kedudukan tanaman selada dalam sistematika tumbuhan adalah sebagai berikut : Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Asterales
Famili
: Asteraceae (Compositae)
Genus
: Lactuca
Selada termasuk tanaman semusim yang banyak mengandung air (herbaceous). Batangnya pendek berbuku–buku sebagai tempat kedudukan daun. Daun–daun selada berbentuk bulat panjang, yang mana panjangnya ± 25 cm dan lebar ±15 cm (Rukmana, 2005). Menurut Rukmana (2005), sistem perakaran tanaman selada adalah akar tunggang dan cabang–cabang akarnya menyebar ke semua arah pada kedalaman 25–50 cm. Di daerah yang beriklim sedang (sub tropis), tanaman selada mudah berbunga. Bunga tanaman ini berwarna kuning, terletak pada rangkaian yang lebat dan tangkai bunganya dapat mencapai ketinggian 90 cm. Bunga ini menghasilkan buah berbentuk polong yang berisi biji.
Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) dalam Prawoto (2012), pada dasarnya terdapat kurang lebih enam perbedaan morfologi dari tipe-tipe selada, yaitu crisp-head, butterhead, cos, selada daun/selada potong, selada batang dan selada latin. Berikut merupakan tipe-tipe selada yang meliputi beberapa kelompok varietas botanis yang terdiri atas : 1. L. sativa var. Capitata merupakan kelompok varietas dari selada kepala renyah (crisp-head) dan kepala mentega (butterhead). Menurut Haryanto et al. (2002) selada jenis ini mempunyai krop bulat dengan daun silang merapat. Pada jenis tertentu beberapa helaian daun pada bagian bawah tetap berlepasan. Daunnya ada yang berwarna hijau terang, tetapi ada juga yang berwarna agak gelap. Batangnya sangat pendek dan hampir tidak terlihat. Selada jenis ini rasanya lunak dan renyah. 2. L. sativa var. Longifolia yaitu selada cos (romaine). Selada ini mempunyai krop yang lonjong. Daunnya lebih tegak bila dibandingkan daun selada yang umumnya menjuntai ke bawah (gambar 1C). Ukurannya besar dan warnanya hijau tua serta agak gelap. Meskipun sedikit liat, selada jenis ini rasanya enak. Jenis selada ini tergolong lambat pertumbuhannya. 3. L. sativa var. Crispa yaitu selada yang helaian daunnya lepas dan tepiannya berombak atau bergerigi. Selada ini berwarna hijau atau merah dan selada tipe ini tidak membentuk krop (gambar 1A dan 1B). 4. L. sativa var. Asparagina yaitu selada batang. Selada jenis ini memiliki ciri-ciri daun berukuran besar, panjang dan bertangkai lebar, serta berwarna hijau terang. Daunnya berlepasan dan tidak membentuk krop. 5. L. sativa kelompok varietas selada latin, contohnya Sucrine dan Creole.
Dibawah ini merupakan gambar beberapa varietas botanis selada. Gambar 1. Beberapa Varietas Botanis Selada
A
B
C
Sumber : Prawoto, 2012 (A). Selada Keriting yang termasuk dalam kelompok varietas Crispa, (B). Lollorossa yang termasuk ke dalam kelompok varietas Crispa, (C). Romaine yang termasuk ke dalam kelompok varietas Longofolia. 2.1.2 Syarat Tumbuh Tanaman Selada Tanaman selada dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran tinggi (pegunungan). Beberapa daerah di Indonesia cocok untuk dilakukan penanaman selada karena kondisi lingkungannya (iklim dan tanah) yang mendukung pertumbuhan optimal pada tanaman selada. a. Iklim Daerah yang cocok untuk penanaman selada adalah daerah yang memiliki ketinggian sekitar 500-2.000 m dpl dan suhu rata-rata 15º-20ºC. Daerah penghasil selada antara lain Batu dan Tengger (Jawa Timur), Tawangmangu, Bandungan, dan Dieng (Jawa Tengah), Pacet, Cipanas, dan Lembang (Jawa Barat), serta Tomohon (Sulawesi Utara). Tanaman selada tidak tahan bila terlalu banyak hujan, kelembaban terlalu tinggi, dan tergenang air karena dalam kondisi seperti itu, tanaman akan mudah terserang penyakit. Waktu tanam yang paling cocok yaitu
pada waktu musim kemarau dengan penyiraman yang cukup. Selada memerlukan sinar matahari yang cukup (tidak banyak awan) dan tempat yang terbuka (Sastradihardja, 2011). b. Tanah Tanaman selada dapat ditanam pada berbagai macam tanah namun pertumbuhan yang baik akan diperoleh bila ditanam pada tanah liat berpasir yang cukup mengandung bahan organik, gembur, remah dan tidak mudah tergenang oleh air. Selada tumbuh baik dengan pH 5,0 - 6,5. Bila pH terlalu rendah perlu dilakukan pengapuran agar tanaman dapat tumbuh optimal (Sastradihardja, 2011). 2.2
Vertikultur
2.2.1 Teknik Vertikultur Istilah vertikultur diserap dari bahasa Inggris yang berasal dari kata vertical dan culture yang artinya teknik budidaya tanaman secara vertikal sehingga penanamannya menggunakan sistem bertingkat. Pada awalnya, teknik ini berasal dari gagasan vertical garden yang dilontarkan sebuah perusahaan benih di Swiss sekitar tahun 1945 (Andoko, 2004). Menurut Andoko (2004), tujuan utama penerapan teknik vertikultur adalah memanfaatkan lahan sempit seoptimal mungkin. Dimana dengan menerapkan teknik vertikultur ini maka peningkatan jumlah tanaman pada suatu areal tertentu dapat berlipat 3–10 kali, tergantung model yang digunakan. Sutarminingsih (2007) menambahkan, vertikultur dapat diterapkan pada daerah–daerah dengan lahan sempit, khususnya di daerah perkotaan yang kini rata–rata menjadi pemukiman yang padat.
Budidaya dengan teknik vertikultur pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan budidaya di kebun atau di lahan datar. Perbedaan paling mendasar terletak pada penggunaan lahan produksi. Andoko (2004) menyampaikan bahwa teknik vertikultur memungkinkan dilakukan pembudidayaan diatas lahan seluas satu meter persegi dengan jumlah tanaman jauh lebih banyak dibanding di lahan datar dengan luas yang sama. Media tanam yang digunakan pada teknik vertikultur ini sama dengan media tanam di lahan datar, tetapi jumlah penggunaan pada teknik vertikultur lebih sedikit dibanding di lahan datar. Penanaman dengan teknik vertikultur dapat memberikan aspek estetis karena tanaman yang tampil berderet secara vertikal dapat menampilkan nuansa keindahan. Oleh karena itu, umumnya budidaya dengan teknik vertikultur banyak dilakukan oleh ibu rumah tangga, pensiunan atau remaja untuk sekedar menyalurkan hobi. Bangunan vertikultur di halaman rumah dengan aneka jenis tanaman yang berderet ke atas memang sungguh memikat mata serta menimbulkan perasaan puas dan bangga pada pemiliknya. Disamping dapat menampilkan keindahan, bukan berarti penanaman dengan teknik vertikultur tidak dapat diterapkan untuk tujuan komersial. Dengan dasar pemikiran bahwa vertikultur dapat melipatgandakan jumlah tanaman dan produksi maka teknik ini secara ekonomis dapat dipertanggungjawabkan untuk tujuan komersial. Investasi yang dibutuhkan untuk penerapan teknik vertikultur ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan cara konvensional. Namun, dengan produksi yang lebih tinggi karena populasi tanaman lebih banyak maka investasi tersebut dapat tertutupi (Sutarminingsih, 2007).
2.2.2 Fungsi dan Manfaat Vertikultur Sutarminingsih (2007) menyampaikan beberapa fungsi dan manfaat dari pengembangan vertikultur di daerah perkotaan yang pada umumnya memiliki pekarangan sempit. Fungsi dan manfaat tersebut adalah sebagai berikut : -
Menciptakan keasrian, keserasian dan keindahan lingkungan kota yang dipenuhi dengan berbagai sarana/prasarana perkotaan dan pemukiman padat penduduk.
-
Konservasi
sumber
daya
tanah
yaitu
dengan
mengelola
dan
memanfaatkannya secara bijaksana agar ketersediaannya dapat terus berlanjut. -
Konservasi sumber daya air, sebab dengan penghematan penggunaan air berarti ketersediaan air dapat lebih terjamin pada masa–massa yang akan datang.
-
Mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro perkotaan, sehingga kondisi perkotaan menjadi lebih sejuk dan nyaman.
-
Berjalannya proses daur ulang limbah perkotaan (sampah dapur, kotoran ternak) yang dimanfaatkan sebagai kompos/pupuk kandang.
-
Sebagai alternatif kesempatan kerja bagi para pencari kerja dan atau untuk meningkatkan pendapatan warga masyarakat agar dapat lebih memperbaiki kualitas keluarganya.
-
Upaya memenuhi kebutuhan bahan pangan perkotaan dan menjaga keberlanjutannya.
2.2.3 Kelebihan Teknik Vertikultur Ada beberapa kelebihan dari teknik budidaya secara vertikultur, diantaranya sebagai berikut (Sutarminingsih, 2007) : a.
Menghemat lahan.
b.
Menghemat air.
c.
Mendukung pertanian organik, karena lebih menganjurkan penggunaan pupuk alami (pupuk kandang dan kompos) dan sesedikit mungkin menggunakan pestisida anorganik.
d.
Bahan–bahan yang digunakan sebagai wadah media tanam, dapat disesuaikan dengan kondisi setempat/ketersediaan bahan yang ada.
e.
Umur tanaman relatif pendek.
f.
Pemeliharaan tanaman relatif sederhana.
g.
Tempat dibangunnya bangunan vertikultur menampilkan nilai estetika atau dapat dikatakan sebagai tanaman hias.
h.
Bangunan vertikultur dapat dipindah–pindahkan ke tempat yang diinginkan, terutama untuk vertikultur dengan konstruksi yang dipindah–pindahkan.
2.2.4 Bentuk – Bentuk Vertikultur Vertikultur dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan bahan–bahan dan peralatan yang ada di sekitar kita. Kegiatan persiapan dan pemeliharaannya cukup mudah sehingga dapat dilakukan oleh setiap orang yang ingin menekuninya. Menurut Sutarminingsih (2007), beberapa rancangan wadah media tanam yang sudah cukup banyak dicoba dan menunjukkan tingkat keberhasilan yang tinggi adalah sebagai berikut :
a. Kolom wadah media tanam disusun secara vertikal. Dalam hal ini, setiap bahan yang akan digunakan sebagai kolom wadah media dibuat dalam posisi berdiri tegak/vertikal dan diberi lubang pada permukaannya sebagai tempat terbuka atau sebagai lubang tanam dari tanaman yang akan dibudidayakan. b. Kolom wadah media disusun secara horizontal. Dalam hal ini, wadah media dibuat dalam bentuk kolom secara mendatar atau dalam bentuk pot–pot, plastik, polybag yang kemudian disusun dalam rak–rak kearah vertikal. c. Wadah media digantung. Dalam hal ini, wadah media dapat disusun saling bersambungan kemudian digantung, sehingga menyerupai pot–pot gantung. d. Pot susun. Wadah media sebaiknya dipilih dari bahan–bahan yang cukup kokoh dan dapat tegak berdiri dengan bentuk menyerupai pot. Bahan–bahan tersebut kemudian disusun pada suatu tegakan dengan susunan menurut selera, sehingga menjadi pot susun yang mirip dengan pohon pot. 2.3. Pekarangan dan Usahatani Keluarga 2.3.1 Pekarangan Menurut Agus et al (2002), pekarangan merupakan lahan atau halaman di sekitar rumah dengan batas yang jelas dan memiliki fungsi multiguna antara lain sebagai tempat dipraktekkannya sistem agroforesti, konservasi sumberdaya genetik, konservasi tanah dan air, produksi bahan pangan dari tunbuhan dan hewan, tempat terselenggaranya aktifitas yang berhubungan dengan sosial & budaya. Fungsi pekarangan dapat digolongkan menjadi dua bagian yakni fungsi ekonomis dan non-ekonomis. Pekarangan berfungsi ekonomis yaitu hasil
pembudidayaan pekarangan dapat dimanfaatkan langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup; sedangkan pekarangan berfungsi non-ekonomis yaitu hasil pembudidayaan pekarangan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup secara tidak langsung (jasa lingkungan). Secara garis besar, pemanfaatan lahan pekarangan menurut lokasinya dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu:
Di daerah pedalaman, pekarangan pada umumnya dimanfaatkan sebagai sumber pangan dan gizi, obat-obatan, dan rempah-rempah serta untuk pelestarian lingkungan.
Di daerah pedesaan yang dekat dengan pusat konsumsi, pekarangan dimanfaatkan sebagai penghasil buah-buahan, sumber penghasilan, dan pelestarian lingkungan.
Di daerah perkotaan, pekarangan dimanfaatkan sebagai sumber pangan untuk perbaikan gizi, memberikan kenyamanan dan keindahan, serta melestarikan lingkungan (Riah, 2005). Pemanfaatan lahan pekarangan dapat dilakukan melalui tiga model
penanaman
yaitu
penanaman
secara
konvensional,
penanaman
dengan
menggunakan pot dan penanaman secara vertikultur. Penanaman konvensional adalah metode penanaman tanaman langsung di tanah dan prinsipnya sama dengan berkebun sayuran dalam arti sebenarnya, tetapi skalanya lebih kecil sesuai dengan lahan yang tersedia. Sementara, penanaman dengan menggunakan pot adalah sebuah alternatif untuk lebih memperbanyak jumlah tanaman dan jenis sayur yang diusahakan dan penanaman secara vertikultur adalah pola bercocok tanam yang menggunakan wadah tanam vertikal untuk mengatasi keterbatasan
lahan. Setiap model penanaman membutuhkan persiapan-persiapan tersendiri (Agus, 2001). 2.3.2 Usahatani Keluarga Konsep rumah tangga atau keluarga menunjuk pada arti ekonomi dari satuan keluarga, seperti bagaimana keluarga itu mengelola kegiatan ekonomi keluarga, pembagian kerja dan fungsi, kemudian berapa jumlah pendapatan yang diperoleh atau konsumsinya serta jenis produksi dan jasa yang dihasilkan. Kontribusi pendapatan dari satu jenis kegiatan terhadap total pendapatan keluarga tergantung pada produktifitas faktor produksi yang digunakan dari jenis kegiatan yang bersangkutan. Stabilitas pendapatan keluarga cenderung dipengaruhi oleh sumbersumber pendapatan (Suratiyah, 2009). Usahatani merupakan cara individu atau kelompok sebagai pengelolanya yang memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu, dan pengelolaan) terbatas untuk mencapai tujuan (Soekartawi, 2002). Keuntungan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Tujuan dari analisis keuntungan yaitu menggambarkan keadaan sekarang dari suatu usaha dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan. Faktor–faktor yang mempengaruhi keuntungan menurut Suratiyah (2009) adalah: (1) Faktor internal yaitu: umur petani, pendidikan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan dan modal; (2) Faktor eksternal yaitu: input meliputi ketersediaan dan harga, output meliputi permintaan dan harga; (3) Faktor manajemen. Soekartawi (2002) menyatakan penerimaan usahatani merupakan nilai produk total dalam jangka waktu tertentu, baik untuk dijual maupun dikonsumsi rumah tangga, untuk sosial ataupun untuk disimpan.
Soekartawi (2002) menyampaikan bahwa pengeluaran atau biaya usahatani merupakan nilai penggunan produksi dan lain-lain yang dikenakan pada produk yang
bersangkutan.
Biaya
produksi
merupakan
semua
biaya
yang
dilakukan/dikeluarkan oleh orang, kelompok atau perusahaan dalam menciptakan barang-barang yang diproduksinya. Keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan produsen dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang apabila jumlah suatu faktor produksi yang digunakan ada-lah tetap, maka biaya produksi yang dikeluarkan untuk memperolehnya tidak berubah nilainya, namun apabila jumlah suatu faktor produksi yang digunakan selalu berubah-ubah, maka biaya produksi yang dikeluarkan juga berubah-ubah nilainya maka disebut dengan biaya variabel. Menurut Soekartawi (2002), biaya produksi dalam usahatani dapat dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar secara tunai misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel misalnya biaya untuk benih, pupuk, obatobatan, dan biaya tenaga luar keluarga. Sedangkan biaya diperhitungkan adalah biaya penyusutan alat-alat dan tenaga kerja dalam keluarga. Tingginya keuntungan tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi, maka analisis keuntungan selalu diikuti dengan pengukuran efisiensi. Ukuran efisiensi dapat dihitung dengan perbandingan penerimaan dengan biaya (R/C) yang menunjukkan berapa penerimaan yang diterima untuk setiap biaya yang dikeluarkan selama proses produksi (Soekartawi, 2002). 2.4
Budidaya Tanaman Selada Teknik budidaya/proses produksi budidaya selada adalah sebagai berikut :
2.4.1 Pembibitan Selada diperbanyak dengan biji-bijinya. Untuk lahan seluas 1 hektar diperlukan benih selada ± 250 gram atau pada kisaran 400-600 gram, tergantung varietas dan jarak tanamnya. Benih selada dapat langsung disebar di atas bedengan (sistem tanam atau sebar langsung). Cara penyebaran ini memiliki kelebihan menghemat waktu, tenaga, biaya, dan tidak memerlukan ketrampilan yang khusus, namun kelemahannya adalah menyulitkan pemeliharaan tanaman yang masih kecil (stadium bibit), dan pada waktu tanaman sudah berumur 1,5 bulan sejak sebar, benih perlu dlakukan penjarangan (Sastradihardja, 2011). Cara yang dianjurkan adalah disemai dulu di lahan pesemaian selama ± 1 bulan. Kelebihan cara ini antara lain dapat menghemat benih, memudahkan pemeliharaan bibit karena terkonsentrasi di lahan pesemaian saja dan dapat memilih bibit yang baik sewaktu dipindahtanamkan ke kebun. Kelemahan cara disemai dulu, diantaranya memerlukan biaya, tenaga dan waktu tambahan, serta keterampilan khusus dalam penyiapan bibit di pesemaian (Sastradihardja, 2011). 2.4.2 Penyiapan Wadah Media Tanam Menurut Sutarminingsih (2007), banyak jenis bahan di sekitar yang dapat digunakan sebagai wadah media tanam bagi tanaman yang dibudidayakan secara vertikultur. Adapun syarat penting yang harus dimiliki oleh bahan-bahan tersebut adalah cukup awet digunakan, mudah diperoleh dan relatif murah. Beberapa alternatif jenis bahan yang dapat digunakan sebagai kolom atau wadah media tanam bagi tanaman yang dibudidayakan dengan sistem vertikultur adalah sebagai berikut :
a. Secara Vertikal Menurut Sutarminingsih (2007), beberapa jenis bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan kolom atau wadah media tanam secara vertikal adalah sebagai berikut :
Bambu dengan garis tengah (diameter) yang cukup besar, misalnya bambu petung.
Plempem (saluran air yang terbuat dari tanah liat).
Pralon (PVC).
Kaleng-kaleng bekas dengan diameter cukup besar.
Karung plastik bekas (bekas wadah beras, gula pasir, pakan ternak dan sebagainya).
Plastik mulsa (plastik hitam perak).
Karpet talang.
Kasa plastik.
b. Secara Horizontal Beberapa jenis bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan kolom atau wadah media tanam secara horizontal adalah bambu, papan kayu, pralon (PVC) dan karpet talang. Adapun kerangka/rak yang digunakan untuk meletakkan wadah media tersebut dapat dibuat dari bambu, kayu ataupun besi (Sutarminingsih, 2007). c. Pot Gantung Beberapa jenis bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan kolom atau wadah media tanam yang disusun sebagai pot gantung adalah bambu, tempurung kelapa, kaleng-kaleng bekas ataupun pot-pot plastik. Untuk menggantungkan
bahan-bahan tersebut, dapat digunakan tali dan sebagai tempat/kerangka yang untuk menggantungkan dapat dubuat dari bambu, kayu atau besi (Sutarminingsih, 2007). d. Pot Susun Jenis bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan pot susun adalah bambu dan kaleng-kaleng bekas. Tegakan/sandaran yang digunakan untuk meletakkan pot-pot susun tersebut dapat dibuat dari bambu, kayu ataupun kerangka besi (Sutarminingsih, 2007). 2.4.3 Penyiapan Media Tanam Tanah yang menjadi media tumbuh tanaman merupakan salah satu unsur untuk menghasilkan produk-produk pertanian. Agar tanaman dapat berproduksi dengan baik, diperlukan adanya sumber daya tanah yang baik pula, dalam arti mampu mendukung pertumbuhan tanaman melalui ketersediaan unsur-unsur hara, air dan udara yang terkandung di dalamnya. Jenis tanah yang dapat digunakan pada pola budidaya tanaman secara vertikal adalah tanah yang berstruktur remah, misalnya tanah yang mengandung pasir, tanah liat ataupun lumpur. Apabila jenisjenis tanah tersebut tidak ada, maka jenis tanah apapun yang ada di sekitar dapat digunakan. Tanah-tanah tersebut kemudian dicampur dengan pupuk kandang atau kompos dan arang sekam dengan perbandingan 1:1:1. Perbandingan tersebut digunakan dengan tujuan agar tanah yang digunakan sebagai media tanam mempunyai butiran-butiran yang tidak begitu lepas-lepas, namun gembur, dapat cukup menahah dan melepaskan air, serta cukup banyak mengandung zat makanan. Penggunaan sekam ditujukan agar proses penyerapan air serta hara
dapat terjadi secara merata, sehingga tanah tidak mudah padat dan keras (Sutarminingsih, 2007). 2.4.4 Penanaman (Pemindahan Bibit) Sutarminingsih (2007) menyampaikan bahwa sebelum bibit dipindahtanamkan ke dalam wadah media tanam, kondisi tanah di dalamnya harus cukup dengan air dan selanjutnya dapat dibuat lubang-lubang tanam pada tempat-tempat yang telah ditentukan. Bibit yag diperkirakan siap dipindahkan, kemudian dipindah-tanamkan kedalam kolom-kolom wada media tanam. Usahakan agar dalam pemindahan tersebut akar tidak rusak (dapat disertai sedikit tanah), sedapat mungkin lurus dan seluruhnya masuk ke dalam lubang tanam. Kemudian, tanah pada lubang tanam dapat dipadatkan dengan menggunakan jari tangan. 2.4.5 Pemeliharaan Tanaman Secara umum, pemeliharaan yang dilakukan terhadap tanaman sayuran yang dibudidayakan secara vertikal meliputi penyulaman, penyiraman, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit. a. Penyulaman Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang mati atau tumbuh abnormal. Kegiatan penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam agar diperoleh keseragaman tanaman. Benih atau bahan yang digunakan untuk menyulam adalah bibit yang sama dengan bibit atau bahan yang digunakan pada penanaman pertama kalinya (Sutarminingsih, 2007).
b. Penyiraman Redaksi Trubus (2013) menyampaikan bahwa setelah dilakukan penanaman, sayuran perlu disiram setiap hari terutama di musim kemarau, namun perlu dijaga agar pada waktu penyiraman tidak akan timbul air yang menyebabkan becek sebab genangan air di tanah becek membuat tanah akan memadat. Selain itu, genangan air juga akan mengganggu pernapasan tanaman, memudahkan serangan hama-penyakit dan bisa mengakibatkan tidak berfungsinya jaringan tanaman karena terjadinya proses pembusukan. Penyiraman dapat dilakukan dengan menggunakan gayung, gembor, selang dari tempat penampungan (tandon) air, ataupun dengan sistem tetes melalui pengaliran air dalam paralon-paralon kecil yang dilewatkan diatas kolom-kolom tanaman (Sutarminingsih, 2007). Penyiraman diusahakan tidak menggunakan air selokan yang kotor mengingat bahaya residu yang dikandung air tersebut. Frekuensi penyiraman dapat ditingkatkan menjadi dua kali sehari jika hari panas atau pada musim kemarau. c. Penyiangan Penyiangan atau pembersihan terhadap tanaman pesaing perlu dilakukan, mengingat gulma dapat menghalangi pertumbuhan tanaman pokok dan merebut zat-zat makanan yang diperlukan tanaman pokok, selain itu gulma justru dapat menjadi tempat hidup atau sumber makanan bagi hama dan penyakit yang nantinya juga dapat menyerang tanaman pokok. Penyiangan dalam hal ini hanya dilakukan pada bagian-bagian kolom/wadah yang terbuka saja.
d. Pemupukan Agus G.T.K et al (2002) menyatakan bahwa selain dengan pupuk kandang atau kompos sebagai pupuk dasar, tanaman sayuran juga harus diberi pupuk lanjutan setelah ditanam. Tanaman sayuran membutuhkan unsur hara untuk pertumbuhannya. Unsur hara diambil dari tanah lewat akar. Tanah yang masih subur dan kaya bahan organik akan mampu menyediakan hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah memadai. Jenis pupuk yang diberikan tergantung pada jenis sayurannya. Sayuran selada yang diambil/dikonsumsi adalah daunnya, maka jenis pupuk yang paling tepat ditambahkan adalah pupuk urea. Pemberian pupuk ini membuat sayuran tersebut akan menghasilkan daun dalam jumlah banyak, berukuran besar dan dengan warna yang lebih cerah, selain itu ukuran batangnya juga lebih besar dan lentur (Redaksi Trubus, 2012). e. Pengendalian Hama dan Penyakit Hama dan penyakit merupakan salah satu faktor pembatas dalam usaha budidaya pertanian. Maksudnya adalah bahwa bila hama atau penyakit kemudian datang dan menyerang tanaman yang diusahakan, maka kemungkinan produksi tanaman tersebut akan terganggu atau menurun (Rukmana, 2005).
Hama
Ulat tanah Tubuhnya berwarna hitam atau hitam keabu-abuan, aktif pada malam hari dan bersifat pemangsa segala jenis tanaman. Pada siang hari, ulat tanah bersembunyi di bawah tanah atau sisa-sisa tanaman. Ulat ini menyerang tanaman dengan cara memotong pangkal batang atau titik tumbuh, sehingga patah atau
terkulai. Ulat ini merusak tanaman yang masih muda (berumur ± 1-30 hari setelah tanam). Pengendalian secara organik dapat dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan ulat tanah di sekitar tanaman yang terserang kemudian langsung dibunuh atau pemasangan umpan beracun yang mengandung bahan aktif Trikiorfon dan juga disemprot insektisida berbahan aktif Monokrotofos (Haryanto et al, 2002). Kutu aphid hijau Kutu aphid hijau sering dinamakan juga sebagai kutu daun, tubuhnya kecil berwarna hitam atau hitam kekuning-kuningan. Hama ini umumnya menyerang daun-daun tanaman dengan cara mengisap cairan sel-selnya. Serangan kutu daun menyebabkan pertumbuhan tanaman kerdil, daun keriput, layu dan akhirnya mati. Pengendalian dilakukan dengan waktu tanam secara serempak, memijit kutu daun hingga mati, mengurangi keragaman jumlah tanaman inang, atau disemprot insektisida yang mengandung bahan aktif Deltametrin atau Klorpirifos (Haryanto et al, 2002)..
Penyakit
Bercak daun Organisme penyebabnya adalah cendawan Cercospora longissima Sacc. atau C. lactucae Tev. Gejala serangan penyakit ini mula-mula berupa bercak kecil kebasah-basahan pada tepi daun, kemudian meluas menyerang jaringan tanaman, daunnya berubah menjadi kecoklatan, dan banyak titik hitam yang merupakan konidium jamur. Pengendalian dengan melakukan pergiliran tanaman, memotong bagian tanaman yang sakit untuk dibakar (dimusnahkan) dan disemprot fungisida yang mengandung bahan aktif Mankozeb (Haryanto et al, 2002).
Busuk daun Penyebab busuk daun adalah cendawan Bremia lactucae Regel yang sering mengakibatkan daun selada bercak bersudut, menguning dan akhirnya bercakbercak kecoklatan (membusuk). Penyakit ini biasanya menyerang hebat pada kondisi iklim berkabut (berembun). Beberapa cara mengendalikan penyakit busuk daun yaitu membersihkan gulma, mengumpulkan dan membakar tanaman yang sakit, melakukan rotasi tanaman dan disemprot fungisida yang mengandung bahan aktif Mankozeb (Haryanto et al, 2002).. Busuk basah Penyebab busuk basah adalah bakteri Erwinia carotovora (Jones). Gejalanya yaitu daun dan batang tanaman selada membusuk sewaktu di kebun maupun setelah panen (lepas panen). Selain membusuk berwarna coklat atau coklat kehitam-hitaman juga mengeluarkan aroma bau yang khas dan menyolok hidung. Pengendalian dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun (sanitasi), menghindari kerusakan atau luka pada waktu pemeliharam tanaman ataupun saat panen, serta melakukan penanganan pasca panen sebaik mungkin. Penyakit daun kuning Penyebab daun kuning disebabkan oleh virus aster. Virus aster pertama kali ditemukan pada tanaman aster. Gejalanya yaitu daun yang masih muda menjadi kuning. Penyebab virus ini kemungkinan oleh kutu aphid atau belalang. Pada umumnya, virus belum dapat diberantas. Upaya yang dapat dilakukan hanya dengan pencegahan seperti mencabut dan membakar tanaman yang sakit, membersihkan tangan setelah memegang tanaman yang sakit, membersihkan gulma dan mengendalikan kutu-kutu yang menjadi vektor.
2.4.6 Panen dan Pascapanen Tanaman selada keriting dapat dipanen pada umur 35 hari setelah tanam dimana jumlah daun telah maksimal dan rapat, ukuran daun besar, berwarna hijau segar dan batangnya belum memanjang. Pada umumnya terdapat 3 cara pemanenan sayuran yang sering dilakukan yaitu dipetik, dipotong dan dicabut. Untuk tanaman selada keriting pemanenannya dapat dilakukan dengan cara dipotong atau dicabut dengan akar-akarnya. Panen sebaiknya dilakukan pada saat tidak hujan atau berkabut. Kegiatan pascapanen selada meliputi pengumpulan hasil, pembersihan dan pengemasan.
BAB III. METODE PELAKSANAAN
3.1
Waktu dan Tempat Kegiatan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) dilaksanakan
selama kurang lebih 10 minggu. PKPM dimulai pada tanggal 23 Maret 2015 dan berakhir pada tanggal 30 Mei 2015. Kegiatan yang berlangsung sepuluh minggu tersebut berlangsung di Inkubator Usahatani (IUT) unit Rumah Pangan Lestari Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang. Lokasi Instansi ini terletak di Jl. Kayuambon no. 82, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. 3.2
Alat dan Bahan Selama proses produksi tanaman selada dibutuhkan beberapa alat dan bahan
untuk dapat melaksanakan produksi. Adapun alat dan bahan yang digunakan sebagai berikut : 3.2.1 Alat yang dibutuhkan Adapun alat yang dibutuhkan selama proses produksi selada dengan sistem vertikultur adalah sebagai berikut : Tabel 1. Kebutuhan Alat Budidaya Selada Sistem Vertikultur di Unit RPL BBPP Lembang No. Nama Alat Satuan Jumlah Kebutuhan 1 Baki Pesemaian (tray) Unit 3 2 Karung Goni Unit 1 3 Selang Air Meter 4 4 Rak Talang Air Unit 3 5 Rak Bambu Unit 1 6 Rak Pralon (PVC) Unit 1 7 Pot Gantung Bambu Tunggal Unit 2 8 Pot Gantung Pralon Tunggal Unit 2 9 Pot Gantung Pralon Triple Unit 1 10 Pot Vertikal Pralon Unit 6
Pembuatan 7 jenis wadah media tanam vertikultur diatas membutuhkan bahan-bahan berikut ini : Tabel 2. Data bahan dan jumlah kebutuhan vertikultur di RPL BBPP Lembang No Nama Bahan 1 Kayu Kaso 3 x 4 (4 m) 2 Talang Air Segi PVC (4 m) 3 Tutup Talang 4 Paku 5 Bambu Gombong (9 m) 6 Bambu Tali (9 m) 7 Pralon (4 m) 8 Tutup Dop 9 Tali 10 Pot ukuran sedang 11 Pembakar Spiritus
bahan pembuatan wadah tanam Satuan Batang Batang Unit Kg Batang Batang Batang Unit Meter Unit ml
Jumlah 13 6 42 2 3 4 5 14 20 6 90
Alat yang dibutuhkan untuk pembuatan rak vertikultur diatas adalah sebagai berikut : Tabel 3. Data alat dan jumlah kebutuhan alat pembuatan wadah tanam vertikultur No Nama Bahan Satuan Jumlah 1 Palu Unit 1 2 Gergaji Besi Unit 1 3 Bor Listrik Unit 1
3.2.2 Bahan yang dibutuhkan Berikut merupakan jenis bahan-bahan yang dibutuhkan dalam proses budidaya selada dengan sistem vertikultur : Tabel 4. Data bahan dan jumlah kebutuhan bahan budidaya selada vertikultur di RPL BBPP Lembang No Nama Bahan Satuan Jumlah Kebutuhan 1 Bibit Selada Hijau Butir 150 2 Bibit Lollorossa Butir 150 3 Pupuk Kandang Karung 5 4 Arang Sekam Karung 5 5 Urin Kelinci Liter 26
3.3
Ruang lingkup Ruang lingkup penulisan laporan ini meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Budidaya selada dengan sistem vertikultur untuk mengoptimalkan penggunaan lahan pekarangan yang sempit. b. Analisa aspek finansial dari budidaya sistem vertikultur selada dan manfaatnya bagi keluarga. c. Peningkatan nilai guna lahan pekarangan yang pada awalnya bernilai nol menjadi lahan yang memberikan nilai tambah terhadap keluarga. d. Keterkaitan antara pekarangan (lahan sempit) dengan sistem budidaya vertikultur serta kontibusinya terhadap peningkatan pendapatan keluarga.
3.4
Data dan sumber data Sumber data yang digunakan dalam pembuatan laporan ini terdiri dari data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh penulis secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date dan untuk mendapatkan data primer, penulis harus mengumpulkannya secara langsung. Data primer yang diperoleh oleh penulis antara lain sebagai berikut : 1. Diskusi/tanya jawab secara langsung dengan pembimbing lapangan, koordinator magang, karyawan instansi lain dan pihak-pihak terkait mengenai judul laporan dan masalah-masalah umum lain mengenai instansi maupun komoditi yang diambil oleh penulis. 2. Melalui observasi atau praktik langsung di lapangan. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh penulis dari berbagai sumber yang telah ada. Data sekunder merupakan data yang
dikumpulkan berasal dari studi kepustakaan maupun pengumpulan data melalui internet tentang tanaman selada, vertikultur dan ilmu-ilmu relevan sesuai dengan judul laporan yang diangkat oleh penulis. Informasi yang dikumpulkan antara lain adalah : a. Gambaran umum instansi seperti sejarah instansi, sumber daya instansi dan kondisi keuangan instansi. Tahun data dari informasi mengenai instansi yang diperoleh merupakan informasi/data terbaru yaitu pada tahun 2015. b. Deskripsi mengenai budidaya selada pada umumnya, budidaya tanaman dengan sistem vertikutltur, budidaya pada pekarangan sempit dan data mengenai Rumah Pangan Lestari (RPL). Cara pengumpulan data ini yaitu dengan melakukan studi kepustakaan maupun internet. Tahun data yang diperoleh berasal dari berbagai macam tahun data mulai dari tahun 2001 hingga tahun 2014. 3.5
Metode pengumpulan data Beberapa metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan
laporan adalah sebagai berikut : a. Studi literatur Melalui teknik ini dilakukan kegiatan pengumpulan data, keterangan dan informasi dengan penelaahan secara cermat atas berbagai dokumen arsip, hasil laporan, buku–buku ilmiah, dan bahan tertulis lainnya yang relevan. b. Wawancara Wawancara yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab langsung dengan responden.
c. Observasi (Pengamatan) Teknik pengumpulan data melalui observasi merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Instansi
4.1.1 Sejarah Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang berdiri pada tahun 1962 yang pada awalnya bernama PLP (Pusat Pelatihan Pertanian) milik Pemda propinsi Jawa Barat, kemudian pada tanggal 28 Januari 1978 berdasarkan SK Mentan No.52/KPTS/org/1/1978 pengelolaannya diambil alih oleh Badan Pendidikan dan Latihan Penyuluhan Pertanian dan berubah menjadi BLPP (Balai Latihan Pegawai Pertanian) Kayuambon dengan tingkat Eselone ring IIIb meliputi wilayah kerja Jawa Barat bagian timur dan DKI Jakarta. Tahun 2000 dengan keluarnya SK Mentan No.84/KPTS/OT.210/2/2000, tanggal 29 Februari 2000 berubah menjadi BDP (Balai Diklat Pertanian) Lembang. Dengan keluarnya SK Mentan No.355/KPTS/OT.210/5/2002, tanggal 8 Mei 2002 BDP mendapatkan kenaikan eselon menjadi Eselon IIIa dan berganti nama menjadi BDAH (Balai Diklat Agribisnis Hortikultura) Lembang. Berdasarkan SK Mentan No.487/KPTS/OT.160/10/2003, dengan adanya perkembangan IPTEK di era globalisasi serta kebutuhan wilayah binaan yang semakin kompleks secara nasional, tanggal 14 Oktober 2003 BDAH Lembang berkembang menjadi tingkatan Eselon II dengan nama BBDAH (Balai Besar Diklat Agribisnis Hortikultura) Kayuambon. BBDAH mempunyai tugas melaksanakan diklat keahlian dan pengembangan teknik diklat di bidang Agribisnis Hortikultura dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia pertanian.
Tahun 2007 dilakukan penataan kembali organisasi dan tata kerja dengan perubahan nama lembaga menjadi BBPP (Balai Besar Pelatihan Pertanian) Lembang. Perubahan nama ini dilakukan dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna pelaksanaan pelatihan di bidang pertanian. BBPP Lembang terletak pada wilayah sentra produksi sayuran, juga merupakan daerah Agrowisata. Ketinggian daerah ±1.200 mdpl dengan curah hujan 100-400 mm/bulan, serta rata-rata kelembaban nisbi 84-89%. BBPP Lembang sangat ideal untuk menjadi pusat pelatihan, lokakarya atau seminar bagi pengembangan SDM pertanian serta sebagai pusat informasi teknologi pertanian khususnya sayur-sayuran dan buahbuahan di tingkat nasional maupun internasional. 4.1.2 Visi, Misi, Tugas dan Fungsi BBPP Lembang a. Visi Visi BBPP Lembang adalah “Menjadi lembaga pelatihan yang handal untuk menghasilkan SDM pertanian yang profesional dalam mendukung industri pertanian yang berdaya saing”. b. Misi Adapun misi BBPP Lembang yaitu: 1.
Meningkatkan kualitas program berbasis kinerja.
2.
Meningkatkan pendayagunaan sarana dan prasarana pelatihan serta produktivitas instalasi agribisnis.
3.
Meningkatakan sistem manajemen mutu penyelenggaraan pelatihan sesuai sistem mutu yang berkualitas (ISO – 900:2008).
4.
Meningkatkan mutu penyelenggaraan pelatihan dengan melaksanakan pelatihan berbasis kompetensi.
5.
Melaksanakan
pengembangan
teknik
pelatihan
hortikultura
dan
melaksanakan pelatihan teknis, fungsional dan kewirausahaan bagi aparatur dan non aparatur pertanian sesuai dangan Standar Kompetensi Kerja (SKK) dalam rangka mewujudkan 4 (empat) sukses pembangunan pertanian. 6.
Meningkatkan profesionalisme Widyaiswara dan tenaga teknis pelatihan.
7.
Meningkatkan kerja sama pelatihan dalam negeri dan melaksanakan pelatihan kerja sama luar negeri.
8.
Melaksanakan sistem informasi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelatihan dan melakukan pengendalian internal yang akurat dan kredibel.
9.
Meningkatkan kualitas pengelolaan administrasi penata-usahaan dan rumah tangga yang transparan dan akuntabel.
c. Tugas BBPP Lembang Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 101/Permentan/OT.140/10/2013 tanggal 9 Oktober 2013 tentang organisasi dan tata kerja, BBPP Lembang mempunyai tugas mengembangkan teknik pelatihan teknis, fungsional dan kewirausahaan di bidang pertanian bagi aparatur dan non aparatur. d. Fungsi BBPP Lembang BBPP Lembang memiliki fungsi sebagai berikut: 1) Penyusunana rencana, program dan pelaksanaan kerjasama. 2) Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan. 3) Pelaksanaan pelatihan teknis di bidang pertanian. 4) Pelaksanaan pelatihan fungsional di bidang pertanian bagi aparatur pertanian. 5) Pelaksanaan pelatihan kewirausahaan di bidang pertanian.xcvbn
6) Pelaksanaan pengembangan teknik pertanian di bidang hortikultura. 7) Pelaksanaan pengembangan teknik pelatihan pertanian. 8) Pelaksanaan penyususunan paket pembelajaran dan media pelatihan teknis, fungsional dan kewirausahaan di bidang pertanian. 9) Penyususunan bahan Standar Kompetensi Kerja (SKK) pelatihan teknis, fungsional dan kewirausahaan di bidang pertanian. 4.1.3 Organisasi Instansi a. Susunan Organisasi BBPP dikepalai oleh seorang Kepala Balai yang membawahi :
Kepala Bagian Umum Kepala Bagian Umum dibantu oleh:
Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan Rumah Tangga,
Kepala Sub Bagian Keuangan, Kepala Sub Bagian Perlengkapan dan Instalasi.
Kepala Bidang Program dan Evaluasi Kepala Bidang Program dan Evaluasi, dibantu oleh: Kepala Seksi Program dan Kerjasama, Kepala Seksi Evaluasi dan Pelaporan.
Kepala Bidang Penyelenggaraan Pelatihan Kepala Bidang Penyelenggaraan Pelatihan dibantu oleh: Kepala Seksi Pelatihan Aparatur, Kepala Seksi Pelatihan Non Aparatur.
Kelompok Jabatan Fungsional
b. Struktur organisasi BBPP Lembang mempunyai struktur organisasi sebagai berikut :
KEPALA BALAI Ir. Bandel Hartopo.M. Sc
BAGIAN UMUM Ir.Iski S, M.Si
Subbag Kepegawaian dan RumahTangga
Subbag Keuangan
Subbag Perlengkapa n dan Instalasi
Deden Hamdan, S.Pd
Irwan W., Bc. Hk
BIDANG PROGRAM DAN EVALUASI Afandi
Drs. Taufik Lukman,MP
BIDANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN Dr. Ibrahim Saragih
Seksi Program dan Kerjasama
Seksi Evaluasidan Pelaporan
Iwan Kurnia, SP
Yullyndra TD, SP
SeksiPelatihan Aparatur
Seksi Pelatihan Non Aparatur
Lily Suherli, SP
Kusyaman,S. Sos
Inkubator Usahatani Tatang Suhendi
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Gambar 2. Struktur Organisasi Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang
4.1.4 Sumberdaya Manusia Instansi BBPP Lembang pada tahun 2015 didukung oleh 141 orang pegawai. Berikut ini merupakan rincian jumlah keseluruhan seumberdaya manusia yang ada di BBPP Lembang : Tabel 5. Jumlah Sumberdaya Manusia di BBPP No Keterangan Jumlah (orang) 1 PNS - Pejabat Struktural 11 - Kelompok Fungsional Widyaiswira 29 - Kelompok Fungsional Analisis Kepegawaian 1 - Kelompok Fungsional Pranata Humas 1 - Kelompok Fungsional Umum 78 2 Tenaga Kontrak 9 3 THL 8 4 Satpam 4 Total 141 Tabel dibawah ini merupakan jumlah pegawai BBPP berdasarkan golongan dan tingkat pendidikan. Tabel 6. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan dan Tingkat Pendidikan Pegawai berdasarkan golongan Golongan Tahun 2015 (orang) Gol I 1 Gol II 37 Gol III 61 Gol IV 21 Pegawai berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Tahun 2015 (orang) S3 1 S2 31 S1 43 D3 5 SLTA 33 SLTP 3 SD 3
4.1.5 Sekilas Inkubator Usahatani (IUT) a. Latar Belakang IUT Sejak tahun 2002, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang telah mendirikan Inkubator Agribisnis (IA). Inkubator Agribisnis berganti nama menjadi Inkubator Usahatani (IUT) pada tahun 2013 dan berfungsi sebagai sarana pelatihan serta melayani para pelaku agribisnis secara nasional, khususnya Jawa Barat. Bentuk pelayanan langsung yang diberikan IUT kepada pelaku usaha pertanian terbatas pada pola pendidikan dan latihan, selain itu proses tersebut belum melibatkan partisipasi aktif dari kalangan bisnis dan akademisi. Hal ini belum mencerminkan pelayanan langsung yang harus diberikan IUT, yang mana berdampak pada belum terjadinya proses transformasi petani yang dibina menjadi wirausahawan. Kondisi demikian, menuntut perubahan struktur dan fungsi kelembagaan Inkubator Usahatani yang dimiliki Lembang selain mengembangkan usahanya di bidang pertanian juga menjadi mediator serta transformator bagi petani untuk menjadi wirausaha agribisnis. b. Tujuan IUT BBPP Lembang Sebagai bagian dari institusi pelayanan publik dalam bidang agribisnis, pengembangan kelembagaan IUT Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang bertujuan untuk : a. Meningkatkan kemampuan SDM staf teknis Inkubator Usahatani dengan melaksanakan berbagai kegiatan usahatani sesuai dengan bidang keahliannya. b. Menjadi mediator dan transfomator dalam pengembangan agripreneuragripreneur baru di Indonesia.
c. Menciptakan jejaring kerja (networking) bagi agripreneur, pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan (stake holders) dengan berbagai kompetensi yang dimiliki oleh BBPP Lembang secara maksimal dan melembaga. c. Ruang Lingkup Inkubator Usahatani BBPP Lembang Inkubator Usahatani (IUT) didirikan sebagai upaya untuk memperlancar proses penciptaan usaha-usaha baru, terutama usaha-usaha yang berkait erat dengan kompetensi BBPP Lembang. Secara internal, mediasi penciptaan inovasi dari penemuan-penemuan di BBPP akan terus berkembang karena adanya aktivitas komersialisasi. IUT juga menjadi salah satu bagian dalam proses pelatihan di BBPP, terutama belajar secara nyata tentang bagaimana mengupayakan penciptaan nilai tambah (value added creation), peningkatan profesionalisme (to be profesional), bertanggung-jawab (to be committed), menciptakan wirausaha yang handal dan bagaimana membentuk sebuah komunitas bisnis (business society). IUT kedepannya diharapkan dapat menjadi salah satu ujung tombak BBPP Lembang dalam upaya mendorong terus lahirnya inovasi. Lebih jauh lagi, IUT harus mampu menjadi mediator dan transformator untuk mendorong tercipta dan tumbuhnya kesejahteraan masyarakat (social wealth creation). Inkubator Usahatani memberikan pelayanan usaha sebagai berikut: a. Menyediakan infrastruktur perkantoran bersama, termasuk diantaranya ruang pertemuan konsultasi, keamanan, furnitur, perlengkapan kantor (termasuk fasilitas internet), telepon dan perlengkapannya, perpustakaan, kebersihan dan perawatan serta akomodasi penginapan. Menyediakan platform pertemuan antara agripreneur dengan service provider.
b. Menyediakan akses bagi jaringan mitra aliansi, sumber-sumber permodalan dan networking. c. Menyediakan asisten dan mentor-mentor bisnis dari kalangan praktisi bisnis, menyangkut konsultasi teknis dan manajemen perusahaan, teknologi, proses produksi, pemasaran dan sebagainya. d.
Layanan
bisnis
seperti
masalah
administrasi
perusahaan,
layanan
kesekretariatan dan akuntansi, masalah legal dan masalah hak atas kekayaan intelektual. e. Menyediakan akses informasi bagi institusi finansial, industri, pemilik modal, dan warga masyarakat yang ingin mencari potensi-potensi usaha baru yang dikelola oleh IUT. d. Sumber Daya Manusia di Inkubator Usahatani BBPP Lembang Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang sebagai lembaga yang memiliki dukungan teknis dan pengalaman yang panjang dalam berkomunikasi dengan para petani dan pelaku agribisnis lainnya, sangat berpotensi menjadi lembaga pengembang inovasi baru dalam menghasilkan produk dan proses yang merupakan bagian penting dalam strategi diversifikasi disamping pengembangan pasar yang baru. BBPP Lembang adalah tempat ideal sebagai Inkubator Usahatani karena didukung oleh kemampuan untuk menjalankan lembaga ini secara operasional. Sumberdaya manusia yang dimiliki di Inkubator Usahatani BBPP
Lembang
terdiri dari 1 orang pengelola dan 15 orang pelaksana teknis. SDM IUT BBPP Lembang dilihat dari pendidikan meliputi enam orang Sarjana, satu orang Diploma dan sembilan orang tamatan SPMA/sederajat.
Struktur organisasi Inkubator Usahatani BBPP Kayuambon Lembang adalah seperti gambar tiga dibawah ini. STRUKTUR ORGANISASI INKUBATOR USAHATANI Pengarah Ka. Balai
Tim Pengawas (SPI)
Penanggung Jawab Kabag Umum
Kelompok Ahli/ Konsultan/Widyaiswara
Kabid. Penyelenggara Diklat (Pelatihan Non Aparatur) Pengelola IUT Tatang S. Pelaksana Unit Administrasi dan Keuangan Rini. N, SP
Pelaksana Tanaman Hias Juniadi S.P
Pelaksana Sayuran Lapangan Encang Solihin Ade R Rokhmadin A,md
Pelaksana Buah E. Kusnadi Asep Komarudin
Pelaksana Hidroponik Teten CM ,SP Slamet S. S.ST
Pelaksana Pengolahan Hasil Euis Kurniati, SP
Rumah Pangan Lestari Jajang Dadan Septia Amas Miko
Pelaksana Kultur Jaringan Yuli Yulinawati, SP
Gambar 3. Struktur Organisasi Inkubator Usahatani
4.1.6 Kondisi Keuangan Instansi Kondisi keuangan Inkubator Usahatani di BBPP Lembang cukup baik. Semua keperluan alat dan bahan untuk mendukung kegiatan usahatani di Inkubator Usahatani BBPP Lembang seperti penyedia pupuk, benih dan sarana produksi lainnya mendapatkan pembiayaan dari Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang itu sendiri. Dana yang digunakan oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang bersumber dari Kementerian Pertanian, lebih tepatnya bagian Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian. Alokasi dana yang didapatkan oleh BBPP untuk tahun 2015 adalah Rp 23.046.993.000. Dana ini digunakan untuk menjalankan seluruh fungsi dari BBPP termasuk salah satunya Inkubator Usahatani. 4.1.7 Deskripsi Kegiatan Bisnis Instansi a. Deskripsi Produksi Kegiatan bisnis yang ada di BBPP Lembang hanya dijalankan oleh bagian Inkubator Usahatani (IUT). Seperti pada gambar tiga diatas, di IUT terdapat beberapa unit produksi seperti tanaman hias, tanaman sayuran lapangan, hidroponik, rumah pangan lestari, buah-buahan dan unit pengolahan hasil. Proses produksi masing-masing unit berbeda-beda, ada yang dibudidayakan di dalam screen house dan ada yang di lapangan. Tanaman di dalam screen house adalah tanaman hias dan tanaman sayuran (kentang, tomat cherry & seledri). Ketiga tanaman sayuran tersebut dibudidayakan dengan metode hidroponik. Metode hidroponik yang ada di IUT BBPP Lembang ini terdiri atas dua sistem yaitu hidroponik irigasi tetes (drip irigation) dan hidroponik sistem aeroponik. Kentang
dibudidayakan dengan sistem aeroponik sedangkan tomat cherry dan seledri dengan sistem irigasi tetes. b. Produk Produk yang dihasilkan oleh IUT ini diantaranya adalah tomat cherry, seledri, kentang, brokoli, pakcoy, caysin, edamame, jagung manis jepang, selada merah, selada hijau, kecipir, jeruk, bawang merah, bawang daun, stroberi, kabocha, labu siam, aragula, siombak, pagoda, cabai, cengek (cabai rawit) dan tanaman hias seperti krisan, anggrek dan kaktus. c. Pelanggan IUT BBPP Lembang memiliki beberapa pelanggan seperti Amazing Farm, LM Java dan juga pedagang-pedagang pengumpul. Tomat cherry pelanggannya adalah Amazing Farm, kedelai edamame pelanggannya LM Java dan komoditi lain pada umumnya merupakan langganan pedagang-pedagang pengumpul. Kemudian di unit RPL selain pedagang pengumpul, yang menjadi pelanggannya adalah restoran BBPP dan Labor pengolahan BBPP. d. Pemasok Bahan Baku Pada kegiatan budidaya yang menjadi pemasok bahan baku untuk menjalankan kegiatan pada umumnya adalah kios-kios pertanian, namun terdapat beberapa komoditi yang bahan bakunya seperti bibit diperoleh dari Amazing Farm karena adanya hubungan kemitraan. e. Pemasaran Produk-produk yang dihasilkan di IUT BBPP Lembang ada yang dipasarkan secara langsung dan tidak langsung. Pemasaran tidak langsung yaitu hasil-hasil budidaya yang dijual melalui pedagang pengumpul, Amazing Farm dan LM Java
yang mana akan dilanjutkan ke pasar baik tradisional maupun modern dengan atau tanpa menambah nilai jual produk seperti pengemasan dan sebagainya. Sedangkan pemasaran langsung yang dijalankan adalah penjualan ke restoran BBPP dan labor pengolahan hasil. Penjualan ke Amazing Farm dan LM Java diatas berjalan karena adanya hubungan kemitraan. Hubungan kemitraan yang terjadi adalah mitra tanpa MOU, namun seluruh produk yang dihasilkan untuk komoditi tertentu di IUT dipasarkan ke Amazing Farm dan LM Java tersebut. 4.1.8 Sekilas Rumah Pangan Lestari (RPL) a. Tentang RPL Rumah Pangan Lestari (RPL) yaitu rumah tangga dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan. Rumah Pangan Lestari yang ada di BBPP Lembang dibawa pertama kali oleh Bapak Ir. Bandel Hartopo selaku Kepala Balai. RPL ini baru saja didirikan pada tahun 2014. Luas lahan yang dimiliki oleh RPL ±700 m2. Jenis tanaman yang ditanam di RPL sangat beragam seperti tanaman sayuran, buah-buahan, umbi-umbian dan rempah. Beberapa tanaman sayuran yang ditanam seperti selada, bayam, kangkung, bawang daun, buncis, cabe rawit, kabocha, brokoli, sawi, aragula, siombak, pagoda, seledri, terong dan tomat. Kemudian tanaman buah-buahan diantaranya jambu air, jambu biji klutuk, jeruk bali, jeruk manis, jeruk nipis, jeruk purut, kedondong, mangga, markisa, pisang dan strawberry.
Yang termasuk ke dalam kategori umbi-umbian yang ada di RPL BBPP Lembang adalah talas, ubi kayu dan ubi jalar. Kategori terakhir adalah tanaman rempah, diantaranya daun kemangi. Selain tanaman tersebut, di RPL juga terdapat beberapa ternak seperti kambing, domba, sapi dan ikan. Pada dasarnya, RPL merupakan bagian dari Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang penerapannya dilakukan terhadap suatu kawasan baik dalam satu desa, kampung, RT dan sebagainya. KRPL ini pertama kali diterapkan di Kabupaten Pacitan yang terletak di Jawa Barat. Tanaman-tanaman yang ada di RPL ditata sedemikian rupa sehingga menghasilkan pekarangan yang indah dan tidak ada ruang yang kosong, ditambah dengan bunga–bunga yang ditanam sehingga menambah keindahan dari Rumah Pangan Lestari BBPP Lembang. b. Prinsip, Tujuan dan Fungsi RPL Prinsip Pemanfaatan pekarangan ramah lingkungan dan memenuhi kebutuhan pangan serta gizi keluarga. Diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal. Konservasi sumberdaya genetik tanaman pangan. Menjaga kelestariannya melalui kebun bibit desa melalui peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Tujuan Pemenuhan pangan dan gizi keluarga. Meningkatkan pekarangan.
kemampuan
masyarakat
dalam
pemanfaatan
lahan
Mengembangkan
sumber
benih
untuk
berkelanjutan
pemanfaatna
pekarangan. Pengembangan kegiatan ekonomi produktif sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga. Fungsi Pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Fungsi ekonomi Fungsi sosial. c. Model Budidaya Rumah Pangan Lestari BBPP Lembang Berikut merupakan model budidaya yang ada di unit Rumah Pangan Lestari BBPP Lembang : Vertikultur (model gantung, tempel, tegak dan rak) Merupakan teknologi untuk mengatasi keterbatasan ruang/lahan. Tanaman dapat disusun secara bertingkat dan dapat diletakkan pada lahan sempit karena vertikultur memanfaatkan lahan kearah vertikal/keatas. Pot / polybag Yaitu budidaya yang penanamannya dilakukan didalam pot/polybag yang didalamnya telah diisi dengan media tanam. Beberapa tanaman yang ditanam di dalam pot/polybag selain bunga penghias rumah adalah bawang daun, seledri, stroberi dan terung. Tanam langsung Tanam langsung maksudnya adalah penanaman di tanah secara langsung tanpa dibuat bedengan atau semacamnya.
Aquaponik Sistem budidaya aquaponik merupakan penggabungan antara budidaya secara vertikal dengan hidroponik. Minaponik Minaponik merupakan teknologi yang mengkombinasikan anatara budidaya ikan dengan tanaman. Tanaman yang disusun vertikal di bagian atas dan di bagian bawahnya terdapat sebuah bak/tangki/penampungan tempat hidupnya ikan. Bedengan Budidaya di lapangan dengan menggunakan bedengan ada yang menggunakan mulsa dan ada juga yang tidak. Kandang Kandang sebagai tempat pemeliharaan hewan-hewan ternak. Adapun hewan ternaknya adalah sapi, kambing dan domba. Kolam terpal / kolam mini / tong Merupakan sebagai tempat berbudidaya ikan. Ikan yang dibudidayakan di RPL adalah ikan lele. Pagar hidup Model budidaya pagar hidup adalah memaksimalkan fungsi-fungsi pagar untuk berbudidaya dan menambah keindahan. Tanaman yang bisa dipraktekkan ke pagar hidup di RPL adalah labu siam, kabocha dan kecipir. e. Kebun Bibit Desa RPL BBPP Lembang memiliki sebuah Kebun Bibit Desa (KBD) berukuran ±6m2 yang mana KBD merupakan salah satu cara untuk mendukung keberlanjutan RPL. KBD merupakan tempat bagi keluarga untuk menjaga
ketersediaan benih/bibit yang akan ditanam di pekarangan. Pada saat satu tanaman di pekarangan telah habis masa panennya maka harus ditanami dengan bibit baru sesegera mungkin agar lahan pekarangan tidak kosong, dan untuk menjaga hal tersebut maka diperlukan sebuah kebun bibit desa. Pengaplikasian KBD sebenarnya lebih diperuntukkan bagi Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). KRPL merupakan gabungan dari RPL-RPL, dimana dalam suatu kawasan seperti satu dusun, desa ataupun kampung. Satu KRPL memiliki satu KBD yang dikelola oleh satu orang. Orang tersebut bertugas untuk menjaga ketersediaan bibit untuk RPL-RPL dalam satu dusun, desa atau kampung yang dikelolanya, namun pada RPL BBPP Lembang, KBD dikelola secara independen oleh rumah tangga karena tidak berbasis kawasan. KBD yang ada di BBPP Lembang ini tidak hanya digunakan sebagai tempat pembibitan saja, namun didalamnya juga dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan alat-alat pertanian seperti cangkul, kored, sabit, ember, dan berbagai macam peralatan lainnya yang dibutuhkan dalam mengelola pekarangan. e. Biomen dan Biogas Biomen Biomen merupakan hasil fermentasi dari urin manusia dan hewan dengan menambahkan EM4. RPL BBPP Lembang memiliki bermacam ternak seperti domba, kelinci, sapi dan ikan. Limbah urin dari domba dan kelinci yang ada di BBPP dimanfaatkan menjadi biomen yang bermanfaat bagi tanaman karena diketahui urin tersebut mengandung unsur hara yang cukup tinggi, sehingga hal ini lebih bersifat ekonomis bagi keluarga.
Pengaplikasian biomen dilakukan dengan mencampurkan 10 liter urin dengan 200 ml EM4. Campuran tersebut disimpan selama tiga minggu di dalam bak penampungan dan setelah itu, maka dapat dilakukan pemupukan terhadap tanaman dengan aplikasi setiap satu liter biomen ditambahkan sepuluh liter air. Biogas Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan–bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Sumber energi biogas yang utama adalah kotoran ternak sapi, kerbau, babi dan kuda. Kotoran ternak sapi yang ada di RPL dimanfaatkan untuk pembuatan biogas sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Hal ini menjadi sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan. Biogas ini dapat dibakar seperti elpiji. Melalui pemanfaatan biogas maka keluarga tidak perlu lagi membeli gas elpiji yang banyak dijual di pasar. Manfaat energi biogas adalah sebagai pengganti bahan bakar khususnya minyak tanah yang dipergunakan untuk memasak, kemudian sebagai bahan pengganti bahan bakar minyak (bensin dan solar). Biogas juga dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik jika dalam skala besar. 4.2 Tingkat Pendapatan Keluarga Melalui Vertikultur 4.2.1 Proses Produksi Selada Vertikultur Kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama proses produksi selada pada rak vertikultur dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini :
Persiapan Benih / Pembibitan
Persiapan Wadah Media Tanam Vertikultur
Persiapan Media Tanam
Penanaman
Pemeliharaan
Panen dan Pasca Panen
Penyulaman
Penyiraman
Pemupukan
Gambar 4. Skema/bagan alur proses produksi selada sistem vertikultur a. Persiapan Benih / Pembibitan Selada merupakan tanaman yang diperbanyak dengan biji–bijinya. Benih selada dapat diperbanyak dengan cara langsung disebar diatas bedengan dan dapat juga dengan disemai dahulu di lahan pesemaian. Budidaya pada rak vertikultur di RPL, pembibitan yang dilakukan adalah di lahan pesemaian terlebih dahulu, lebih tepatnya di KBD (kebun bibit desa). Benih selada keriting yang digunakan untuk pembibitan adalah benih unggul dan bersertifikat yang setiap kemasannya berisi 7.000 butir benih dengan harga Rp 20.000/kemasan. Sedangkan benih selada lollorossa (selada merah) yang digunakan adalah benih dengan merek dagang
indo seed. Benih ini berisi 5.000 butir per kemasannya dengan harga adalah Rp 40.000,-/kemasan. Tahapan dan tata cara penyiapan bibit selada di lahan pesemaian yang dilakukan adalah sebagai berikut : Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan pesemaian. Adapun alat yang digunakan yaitu tray (baki pesemaian) sedangkan bahannya adalah benih selada baik selada hijau maupun selada lollorossa, media tanam, air dan karung goni. Penggunaan tray dalam pesemaian
ini
memberikan
kemudahan
bagi
keluarga
dalam
pelaksanaannya dimana keluarga tidak perlu membuat wadah semai secara manual. Selain itu, tempat tanam di tray ini telah dikotak-kotakkan sehingga pada saat pemindahan bibit ke lapangan, bibit yang dipindahkan tidak rusak dan akarnya tidak terganggu. Jika menggunakan wadah semai manual seperti yang dilakukan pada umumnya, akan terjadi kesulitan pada saat pemindahan bibit ke lapangan. Satu buah tray memiliki kapasitas 128 benih tanaman, sehingga jika dimasukkan satu biji per lubang maka untuk kegiatan pembibitan tanaman selada di RPL dibutuhkan tiga unit tray. Media tanam untuk pesemaian adalah campuran tanah, pupuk kandang dan arang sekam. Ketiga bahan dicampur dengan perbandingan 1:1:1, artinya untuk pesemaian ini dibutuhkan tanah, pupuk kandang dan arang sekam masing-masing 1 kg. Campuran ketiga bahan dimasukkan ke dalam tray (baki pesemaian) yang telah disiapkan dan kemudian tray diberi air secukupnya hingga media tanam menjadi lembab.
Kemudian masukkan benih selada ke dalam tray yang telah berisi media satu per lubangnya. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa paku kecil, lidi atau benda lainnya untuk memasukkan benih tanaman satu persatu. Bantuan alat tersebut adalah untuk memudahkan penanaman benih karena ukuran benih yang kecil. Langkah selanjutnya adalah menyimpan benih pada tempat yang aman, dalam hal ini penyimpanan dilakukan di KBD. Tray di dalam KBD tersebut ditutup dengan menggunakan karung goni. Penggunaan karung goni sebagai penutup pembibitan adalah agar memudahkan keluarga pada saat pemeliharaan pembibitan yaitu kegiatan penyiraman. Pemeliharaan Bibit Benih-benih yang telah disemaikan dan berkecambah berarti telah tumbuh menjadi bibit. Sebelum dipindahtanamkan ke dalam kolom-kolom wadah media tanam, diperlukan adanya perawatan terhadap bibit-bibit tersebut agar dapat tumbuh dengan baik dan sehat. Penyiraman dilakukan dua kali sehari terhadap benih yang disemaikan dan jika terdapat hujan maka cukup dilakukan satu kali. Penyiraman dilakukan diatas karung goni tanpa perlu membukanya terlebih dahulu. Karung goni penutup tray pesemaian dibuka setelah benih berkecambah agar bibit mendapatkan cukup sinar matahari. Rentang waktu untuk melepaskan karung goni dapat berpengaruh terhadap kualitas bibit yang akan dihasilkan, dimana apabila karung goni terlalu lama dilepaskan akan menjadikan bibit tumbuh memanjang seperti tanaman toge. Bibit yang terlalu lama ditutupi dengan karung goni akan mengakibatkan bibit tersebut berusaha mencari-cari celah untuk
mendapatkan sinar matahari. Oleh karena itu, pada hari ketiga karung goni dilepaskan agar benih yang telah berkecambah tersebut bisa mendapatkan sinar matahari. Kegiatan penyiraman tetap terus dilakukan setelah karung goni dilepas hingga tanaman siap dipindahkan ke wadah media vertikultur. Metode penyiraman yang efektif dilakukan untuk pesemaian ini adalah dengan mencelupkan tray secara hati-hati kedalam bak air. Tray memiliki lubang kecil pada bagian dasar (bawah) dan dengan hal itu akan terjadi perembesan air melalui lubang-lubang tersebut. Selain efektif dilakukan, metode ini juga bisa menghemat waktu yang digunakan untuk penyiraman pesemaian. Penyiraman dengan cara ini juga bertujuan agar bibit yang masih berukuran kecil dan lunak tidak rusak akibat percikan-percikan air. Perawatan tersebut dilakukan hingga bibit siap untuk dipindahtanamkan. b. Persiapan Wadah Media Tanam Vertikultur Vertikultur dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan bahan-bahan dan peralatan yang ada di sekitar, namun terdapat syarat penting yang harus dimiliki oleh bahan-bahan tersebut yaitu awet digunakan, mudah diperoleh dan harganya relatif murah. Jenis bahan dan model rancangan wadah media tanam vertikultur yang terdapat di Unit Rumah Pangan Lestari BBPP Lembang sangat beragam, ada yang menggunakan bahan dasar talang air, pralon dan juga bambu gombong. Bahanbahan ini dapat dibuat menjadi berbagai macam model vertikultur seperti kolom wadah yang disusun secara vertikal, horizontal, wadah media digantung ataupun pot susun. Menurut Sutarminingsih (2007), keempat rancangan tersebut
merupakan rancangan yang sudah cukup banyak dicoba dan menunjukkan tingkat keberhasilan yang tinggi. Berikut ini adalah data mengenai rancangan wadah media tanam vertikultur yang ada di Unit RPL BBPP Lembang. Tabel 7. Data Model Rancangan Wadah Media Vertikultur di Unit RPL BBPP No. Nama Alat Satuan Jumlah Kebutuhan 1 Rak Talang Air Unit 3 2 Rak Bambu Unit 1 3 Rak Pralon (PVC) Unit 1 4 Pot Gantung Bambu Tunggal Unit 2 5 Pot Gantung Pralon Tunggal Unit 2 6 Pot Gantung Pralon Triple Unit 1 7 Pot Vertikal Pralon Unit 6 Cara Pembuatan
Sistem Rak Wadah media tanam vertikultur yang berbentuk kolom horizontal rak dapat
dibuat dari berbagai macam bahan, diantaranya adalah bambu, pralon (PVC), papan, plastik, karung plastik, karpet talang, kantong plastik ataupun polybag. Wadah media tanam yang terdapat di RPL BBPP Lembang ini terbuat dari bahan talang air, bambu dan pralon, meskipun bahannya berbeda tetapi prinsip pembuatannya sama. Adapun cara pembuatan kolom horizontal berupa rak ini adalah sebagai berikut : -
Mempersiapkan alat dan bahan yang tertera pada tabel 3 dan tabel 4 untuk pembuatan wadah media rak.
-
Memotong talang air, pralon dan bambu sepanjang ± 1,3 m
-
Menentukan dan menandai titik-titik lubang tanam dengan jarak ± 30 cm.
-
Selanjutnya membuat lubang tanam dengan diameter 3-4 cm untuk bahan pralon dan bambu, sedangkan untuk bahan talang air tidak perlu dilubangi karena talang air berbentuk segi yang bagian atasnya terbuka. Cara melubanginya adalah dengan menggunakan bor listrik. Lakukan hal serupa
pada pralon-pralon yang lain. Kedua ujung pralon ditutup dengan penutup pralon (dop). Penutup ini selain menggunakan dop juga bisa dengan memanfaatkan bahan lain yang harganya lebih rendah seperti plastik untuk lebih ekonomisnya. -
Susunlah talang-talang, pralon-pralon dan bambu-bambu pada 3 rak yang dibuat dari bahan kayu kaso atau bambu tali.
Pot Gantung Wadah media tanam vertikultur yang berbentuk pot gantung dapat dibuat
dari bahan-bahan seperti bambu, pralon, pot, tempurung kelapa, kaleng-keleng bekas ataupun bahan lainnya. Wadah media tanam berbentuk pot gantung yang ada di unit RPL terbuat dari bahan pralon dan bambu. Cara pembuatan pot gantung ini cukup mudah, yaitu dengan memotong bambu ataupun paralon lalu dilubangi sebagai tempat tumbuhnya tanaman, dan kemudian pralon atau bambu tersebut digantungkan ke kayu atau tempat lain yang ada di pekarangan/teras rumah.
Pot Vertikal Wadah media tanam sistem pot vertikal dapat dibuat dengan menggunakan
bahan bambu, pralon, plempem, karpet talang, kaleng bekas dan lain sebagainya. Jenis bahan yang digunakan di RPL adalah pralon. -
Langkah pembuatannya pertama kali adalah memotong pralon dengan ukuran 1,5 m.
-
Tentukan dan tandai jarak lubang tanam, untuk tanaman selada yang memiliki ukuran relatif kecil maka jarak antar lubang tanamnya dibuat 20 cm.
-
Pembuatan lubang tanam dilakukan seara berselang-seling antara permukaan yang satu dengan lainnya.
-
Pada bagian yang ditandai, dibuat sayatan dengan menggunakan gergaji. Panjang sayatan dibuat lebih kurang 5-7 cm.
-
Bagian yang disayat dipanaskan dengan api lampu spiritus dan setelah pralon panas serta menjadi lunak, masukkan kayu pengungkit pada bagian sayatan agar terbentuk lubang tanam.
-
Langkah terakhir yaitu tanam pralon ke dalam pot yang berisi tanah agar pralon dapat berdiri tegak.
c. Persiapan Media Media tanam merupakan suatu bahan sebagai tempat untuk tumbuhnya tanaman. Media yang digunakan untuk penanaman selada sistem vertikultur ini adalah campuran antara tanah, pupuk kandang dan arang sekam dengan perbandingan 1:1:1. Perbandingan tersebut digunakan dengan tujuan agar tanah yang digunakan sebagai media tanam menjadi gembur, dapat cukup menahan dan meloloskan air, serta cukup banyak mengandung zat makanan. Ketiga jenis media dicampur secara merata dan kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing wadah vertikultur. Media tanam ini dapat digunakan hingga 3 kali penanaman, namun perlu ditambahkan kembali pupuk kandang/kompos. Pupuk buatan dapat juga
ditambahkan
agar
unsur
hara
tetap
tersedia
secara
memadai.
Penambahan/pembaharuan pupuk tersebut dilakukan dengan cara membongkar media tanam yang lama terlebih dahulu, lalu tambahkan pupuk dan lakukan pengadukan secara merata.
d. Penananam (Pemindahan Bibit) Penanaman atau pemindahan bibit ke wadah media tanam vertikultur dilakukan pada saat pembibitan telah berumur 2-3 minggu, dimana bibit yang dipindahkan adalah bibit yang telah memiliki 3-4 helai daun. Bibit ditanam pada setiap lubang tanam yang telah tersedia pada wadah vertikultur sebanyak satu bibit per lubangnya. Buat lubang tanam dengan menggunakan tangan dan kemudian masukkan bibitnya. Kegiatan pemindahan bibit ini harus dilakukan dengan hati-hati, usahakan akar tanaman tidak rusak. Penanaman ke dalam wadah vertikultur dapat diikutsertakan sedikit tanah dari bibit agar akar tanaman tidak rusak dan tetap terjaga, kemudian setelah bibit tersebut dimasukkan, untuk menjaga agar bibit dapat berdiri tegap maka lakukan sedikit pemadatan tanah dengan menggunakan tangan di bagian batang selada tersebut. e. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan terhadap tanaman selada yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Penyulaman Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang tidak tumbuh atau tumbuh
abnormal. Kegiatan penyulaman dilakukan hingga selada berumur seminggu setelah tanam agar diperoleh keseragaman tanaman. Bibit yang digunakan untuk menyulam adalah bibit yang sama dengan bibit pada saat penanaman pertama.
Penyiraman Penyiraman perlu dilakukan agar kebutuhan tanaman terhadap air dapat
tercukupi serta dapat menjaga kelembapannya (AAK, 2009). Penyiraman dilakukan dengan menggunakan air bersih, jika menggunakan air yang berasal
dari selokan dikhawatirkan akan mengandung residu bahan berbahaya. Frekuensi penyiraman dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari, namun pada saat musim kemarau cukup dilakukan satu kali di sore hari, pada intinya kegiatan penyiraman tergantung kepada cuaca serta kondisi tanaman. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan selang dari tempat penampungan air, namun selain dengan cara tersebut penyiraman juga dapat dilakukan dengan gayung, gembor dan lain sebagainya.
Penyiangan Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari gulma sehingga
tanaman dapat tumbuh optimal. Penyiangan yang dilakukan terhadap penanaman secara vertikultur dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma pada bagian-bagian kolom/wadah media yang terbuka. Dikarenakan penanaman secara vertikultur maka gulma yang tumbuh cukup sedikit sehingga kegiatan ini dapat dilakukan dengan rentang waktu pendek.
Pemupukan Pemupukan perlu dilakukan agar terjadi penambahan zat-zat makanan
(unsur hara) ke dalam media tanam. Pemupukan harus dilakukan dengan baik agar kandungan hara di dalam tanah menjadi maksimal sehingga tanaman akan mendatangkan hasil yang maksimal pula. Pemupukan susulan yang dilakukan terhadap tanaman selada menggunakan urin kelinci. Mutryarny, Endriani dan Sri (2014) menyatakan bahwa, meningkatnya kesadaran akan kesehatan telah menyebabkan
meningkatnya
trend
(populer)
tanaman
organik
yang
mengakibatkan penggunaan pupuk organik dari unggas dan ruminansia meningkat.
Pupuk organik dari urin kelinci memberikan pengaruh bagi pertumbuhan, tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar dan bobot konsumsi tanaman (Mutryarny, Endriani dan Sri, 2014). Pengaplikasian urin kelinci terhadap tanaman adalah dengan mencampurkan setiap 1 lt urin dengan 10 lt air. Pupuk ini diberikan kepada tanaman dengan frekuensi sebanyak tiga kali, yaitu pada umur 6 HST, 15 HST dan 20 HST. Dosis yang diberikan kepada tanaman adalah sebanyak 250 cc/tanaman pada setiap kali pemupukan. Berdasarkan hasil riset Badan Penelitian Ternak Bogor (2005) telah diketahui unsur N P K rata-rata pada urine kelinci sebesar 2,72% (N), 1,1% (P) dan 0,5% (K). Kandungan ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan urine hewan yang lain seperti sapi, kambing, domba dan kuda. Manfaat urine kelinci semakin super jika air kencing kelinci yang telah diolah menjadi pupuk organik cair di dapat dari ternak yang mencapai umur dewasa 6 hingga 8 bulan. Hal ini adalah karena air kencing kelinci dewasa telah terbukti paling tinggi dan kaya kandungan unsur N, P, dan K (Mutryarny, Endriani dan Sri, 2014). f. Panen dan Pascapanen Tanaman selada keriting sudah bisa dipanen pada umur 30 hari hingga 45 hari setelah tanam. Tata cara dan prosedur panen pada wadah vertikultur sama saja dengan penanaman konvensional di lahan, yaitu dengan mencabut atau memotong. Tanaman selada dapat dipanen dengan dicabut hingga ke akar-akarnya dan setelah tanaman dipanen selanjutnya dilakukan pembersihan selada dengan menggunakan air bersih. Daun-daun selada yang rusak, terkena penyakit, busuk dan sebagainya dibuang dari tangkainya saat selada dibersihkan, sehingga tersisa daun-daun yang bagus dan layak untuk dijual dan dikonsumsi oleh masyarakat.
Tanaman selada dianginkan setelah dibersihkan dan dittimbang lalu dimasukkan kedalam plastik, maka tanaman selada siap untuk dijual. 4.2.2 Vertikultur dan Keunggulan Vertikultur Sistem budidaya vertikultur hadir akibat adanya keterbatasan lahan yang sekarang ini semakin marak karena banyaknya pembangunan pengalihan lahan yang terjadi. Permasalahan ini menjadikan vertikultur sebagai sebuah solusi terhadap rumah tangga/keluarga untuk dapat bercocok tanam di pekarangan rumah dengan optimal, hemat lahan, menggunakan teknologi dan metode sederhana namun secara ekonomi tetap layak untuk dijalankan. Vertikultur memiliki banyak keunggulan seperti berikut : a. Menghemat lahan / dapat diterapkan di lahan sempit Mengarah ke definisi vertikultur yang memanfaatkan lahan ke arah vertikal maka metode tersebut tidak membutuhkan lahan yang luas atau dengan kata lain memanfaatkan lahan yang sempit. Model rancangan dari wadah media tanam vertikultur dapat dirancang sendiri oleh keluarga
dengan
bentuk
yang
diinginkan namun disesuaikan dengan kondisi pekarangan rumah. Penanaman selada di lapangan dengan jarak tanam 30 x 30 cm, untuk menanam 18 batang tanaman
membutuhkan
luas
lahan
minimal 1,62 m2, sedangkan dengan menggunakan
wadah
media
tanam
Gambar 5. Wadah Vertikultur Pot Vertikal
vertikultur pot vertikal seperti gambar 5 hanya membutuhkan luas lahan kurang dari 0,05 m2 untuk menanam 18 batang tanaman selada. Oleh karena itu luasan lahan yang bisa dihemat adalah sebesar 1,57 m2. Menggunakan model rancangan rak bertingkat tiga seperti yang terlihat pada gambar 6, pada lahan
Gambar 6. Wadah Vertikultur Rak seluas 1,5 m2 mampu menanam tanaman dengan jarak tanam 30cm
sebanyak
35
batang
tanaman, sedangkan kondisi di lapangan untuk menanam 35 tanaman selada dengan jarak tanam yang sama membutuhkan lahan seluas 3,15 m2. Oleh karena itu, luas lahan yang dapat dihemat dengan menggunakan model rancangan ini adalah 1,65 m2. b. Mendukung pertanian organik Budidaya vertikultur yang dilakukan di RPL BBPP Lembang tidak menggunakan pestisida apapun dalam pemeliharaan tanaman seladanya. Budidaya yang dilakukan hanya menggunakan pupuk alami, seperti pupuk kandang, arang sekam dan urin ternak. Oleh karena itu, budidaya vertikultur yang dilakukan mengarah dan mendukung pertanian organik. c. Penyediaan bahan wadah media tanam dapat disesuaikan Bahan-bahan yang digunakan sebagai wadah media tanam dapat disesuaikan dengan kondisi setempat/ketersediaan bahan yang ada. Wadah media tanam di RPL terbuat dari berbagai macam bahan seperti pralon, bambu dan talang air dengan berbagai macam rancangan yang berbeda. Tujuan utama penggunaan
berbagai macam bahan di RPL BBPP Lembang adalah untuk menarik minat dari pengunjung yang datang ke RPL untuk menerapkannya di perumahan mereka dengan menggunkan beberapa alternatif yang ada di RPL. Bahan dasar wadah media tanam tidak hanya terbatas kepada tiga jenis bahan yang ada di RPL, wadah dapat disesuaikan denan kondisi setempat, namun persyaratannya adalah kuat dan mudah untuk dipindah-pindahkan. Bahan lain yang bisa dimanfaatkan selain ketiga jenis bahan yang ada di RPL adalah kalengkaleng bekas, karpet bekas, tempurung kelapa, pot-pot plastik dan lain sebagainya tergantung kepada kreatifitas dari keluarga. d. Pemeliharaan tanaman relatif sederhana Kegiatan budidaya sistem vertikultur dan budidaya secara konvensional di lahan pada dasarnya memiliki prosedur yang sama, hanya wadah media tanam yang berbeda. Penanaman vertikultur dilakukan pada wadah media tanam vertikultur yang dibuat khusus sedangkan secara konvensional ditanam di tanah lepas, namun media tanam dapat disamakan. Kegiatan penyiangan yang dilakukan di rak vertikultur dapat dikatakan hampir tidak ada karena gulma yang tumbuh sangat sedikit, berbeda dengan penanaman di lapangan yang biasanya ditumbuhi banyak gulma dan akan menyebabkan hama penyakit menyerang tanaman. Pemeliharaan di lapangan lebih sulit daripada vertikultur, karena dengan banyaknya gulma, tanaman akan rentan terserang hama dan penyakit. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit baik secara manual maupun menggunakan obat-obatan, pemeliharaan tanaman selada di rak vertikultur RPL tidak pernah diberikan obat-obatan jenis apapun terhadap tanaman. Hal ini didukung oleh kondisi tanaman yang bersih dan penyiraman
yang dijaga. Penyiraman dijaga maksudnya adalah volume penyiraman yang tidak berlebihan, karena pada saat volume air yang diberikan terhadap tanaman berlebihan menyebabkan padatnya permukaan tanah, timbul becek atau genangan air di permukaan. Genangan air ini dapat menjadi sumber penyakit terhadap tanaman seperti penyakit busuk basah. e. Menambah nilai estetika Penanaman tanaman dengan sistem vertikultur memiliki keunggulan dapat meningkatkan nilai estetika dan keindahan dari rumah. Bangunan wadah media tanam yang bersih dan asri memanjakan mata yang memandangnya. Tanaman selada apabila pertumbuhannya cukup dan bagus akan menampilkan nilai keindahan yang tinggi terlebih di rak vertikultur yang tersusun sangat rapi. Pada saat tanaman semakin tumbuh besar dan sehat, keluarga bahkan menjadi sangat sayang untuk memetik dan memanennya. Nilai keindahan/estetika dari vertikultur di RPL BBPP ini ditambah dengan adanya dua jenis warna selada yang ditanam yaitu selada hijau biasa dan selada merah (lollorossa). f. Dapat dilakukan oleh siapa saja Budidaya sistem vertikultur dapat dilakukan oleh siapa saja tak terkecuali bagi keluarga-keluarga. Budidaya tanaman secara vertikultur sebenarnya tidak perlu menggunakan peralatan dan bahan yang akan menghabiskan biaya besar, yang penting wadah yang dipakai dapat menyediakan ruang tumbuh yang baik bagi tanaman. Budidaya vertikultur terkadang hasilnya tidak hanya berupa panen tetapi juga keindahan tanaman yang ditanam dan struktur bangunan/wadah tanam yang tahan lama. Oleh karena itu, untuk alasan - alasan tersebut diatas maka cara berikut ini dapat dipakai, yaitu alat dan bahan yang digunakan antara lain pralon,
talang atau bambu sebagai wadahnya seperti yang dilakukan di RPL BBPP Lembang, sedangkan bahan untuk media berupa pupuk kandang, sekam, dan tanah gembur. Banyak sedikitnya alat dan bahan yang digunakan bergantung pada bangunan dan model wadah media tanam. Ukuran panjang-pendek, tinggi-rendah, serta besar kecilnya tergantung lahan yang dimiliki oleh keluarga. Proses pembuatan bangunan dapat dilakukan secara mandiri oleh keluarga dan dapat juga diserahkan kepada tukang kayu, karena biasanya begitu melihat gambar, mereka sudah bisa memperkirakan ukurannya sesuai dengan keinginan, namun hal tersebut membutuhkan biaya tambahan bagi keluarga. Apabila keluarga memiliki waktu luang untuk pembuatannya maka sebaiknya dibuat sendiri karena keluarga dapat mencurahkan kreatifitasnya dalam menciptakan wadah media tanam vertikultur terbaik dengan memanfaatkan bahan-bahan yang sudah tidak terpakai dirumah. g. Dapat dilakukan dimana saja Vertikultur juga dapat dilakukan pada daerah-daerah dengan kondisi lahan yang kurang subur, dengan syarat media tanamnya diupayakan dapat mendukung pertumbuhan tanaman, misalnya dengan mencari media tanah dari lokasi lain, menambahkan pupuk atau hara, dan lain sebagainya. Vertikultur pada prinsipnya dapat dilakukan seperti menanam tanaman dalam pot yang tidak tergantung pada kondisi lahan setempat dan iklim suatu wilayah (Sutarminingsih, 2007). 4.2.3 Analisis Usaha Budidaya Selada Vertikultur di RPL BBPP Lembang Usaha budidaya tanaman selada dengan sistem vertikultur yang ada di RPL BBPP Lembang terdiri atas beberapa macam model rancangan wadah (dapat dilihat dalam tabel 7). Untuk melakukan analisis usaha harus dilakukan
penghitungan biaya yang dikeluarkan selama usaha dan penerimaan yang diterima dari hasil produksi usaha. Berdasarkan usaha vertikultur yang ada di RPL berikut merupakan tabel hasil analisis terhadap usaha tersebut : Tabel 8. Analisa Usaha Budidaya Vertikultur di Unit RPL BBPP Lembang No. Keterangan Jumlah (Rp) A
Biaya Biaya Penyusutan Alat Biaya Bahan Biaya Tenaga Kerja Biaya Lain (transportasi) Total Biaya Pendapatan Total Pendapatan Keuntungan R/C Ratio
B D E
34.364 144.628 172.850 16.000 380.594 608.000 227.406 1,60
Kegiatan budidaya tanaman selada sistem vertikultur yang ada di RPL BBPP
Lembang
membutuhkan
beberapa
investasi/alat
sebelum
dapat
menjalankan usaha (dapat dilihat pada lampiran 1). Budidaya sistem vertikultur ini membutuhkan wadah media tanam vertikultur sebagai tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, yang menjadi investasi utama dalam budidaya sistem ini adalah wadah media vertikultur. Wadah media vertikultur RPL terdiri dari bermacam model, dan pada lampiran 1 telah dijelaskan mengenai bahan-bahan yang dibutuhkan untuk dapat membangun wadah media vertikultur. Berdasarkan investasi serta bahan-bahan yang digunakan untuk membangun wadah media vertikultur maka dapat dilakukan penghitungan biaya penyusutan, yaitu sebesar Rp 34.364,- selama satu kali periode produksi selada. Kemudian bahan yang dibutuhkan dalam berbudidaya dapat dilihat pada lampiran 1 dengan total Rp 144.628,-. Sedangkan total biaya tenaga kerja adalah Rp 172.850,Sehingga total biaya keseluruhan dalam budidaya ini adalah RP 380.594,-.
Dalam melakukan suatau usaha budidaya dihasilkan suatu produk yang akan menghasilkan pendapatan bagi yang mengusahakannya. Dalam hal ini, produk yang dihasilkan berupa selada. Total produksi yang dihasilkan pada budidaya selada vertikultur di pekarangan RPL adalah sebanyak 31 kg selada hijau dan 29 kg selada merah (lollorossa). Harga jual selada hijau adalam Rp 8.000/kg sedangkan selada merah per kg adalah Rp 12.000,-. Sehingga total penerimaan yang diperoleh adalah Rp. 608.000,-. Penghitungan pendapatan ini dapat dilihat pada lampiran 1. Harga penjualan di RPL adalah dengan penjualan melalui pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul tersebut akan melakukan penjualan ke pasar tradisional ataupun pasar modern dengan harga yang lebih tinggi karena adanya beberapa perlakuan seperti pengemasan, pelabelan dan sebagainya. Berdasarkan hal ini, dapat diketahui bahwa apabila keluarga mampu memasarkan produk tanpa melalui pedagang perantara maka keluarga dapat memperoleh pendapatan dan keuntungan yang lebih tinggi. Tujuan didirikannya suatu usaha adalah mendapatkan keuntungan. Untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh dilakukan dengan mengurangi pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan. Dalam usaha vertikultur ini keuntungan yang diperoleh dalam satu kali proses produksi adalah Rp 227.406,- dan R/C ratio sebesar 1,6. Angka R/C ratio tersebut menjelaskan bahwa untuk setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan menghasilkan keuntungan sebesar 0,6 rupiah. Usaha keluarga dengan sistem vertikultur ini cukup menguntungkan dilihat dari angka keuntungan bersih yang diterimanya. Dikarenakan usaha ini adalah usaha keluarga, maka terdapat biaya diperhitungkan yang tidak dibayarkan yaitu
biaya tenaga kerja. Besar biaya tenaga kerja yaitu Rp 185.350,-, maka apabila biaya tersebut tidak dikeluarkan, keuntungan keluarga meingkat menjadi Rp 412.756,- dalam satu kali periode produksi. 4.2.4 Tingkat Keuntungan Model Rancangan Wadah Media Vertikultur Keuntungan merupakan salah satu tujuan didirikannya sebuah usaha, dengan adanya keuntungan berarti sebuah usaha masih berjalan dan layak untuk dipertahankan walaupun pada dasarnya masih terdapat hal lain yang bisa menjadi bahan pertimbangan untuk meneruskan sebuah usaha. Dilihat dari hasil perhitungan/analisis usaha vertikultur di RPL BBPP Lembang, usaha tersebut menghasilkan keuntungan yang cukup tinggi dan layak untuk dijalankan. Seiring dengan optimalnya penggunaan lahan pekarangan melalui sistem vertikultur maka nilai guna dari lahan tersebut akan meningkat, dimana lahan yang awalnya kosong/lahan tidur dapat disulap menjadi lahan yang mampu memberikan pendapatan tambahan terhadap keluarga. Model rancangan vertikultur yang ada di BBPP Lembang terdiri atas tiga macam yaitu rak, pot vertikal dan pot gantung. Ketiga model ini menghasilkan keuntungan yang berbeda satu sama lain karena terdapat perbedaan jumlah tanaman yang dapat diwadahi untuk setiap model. Lahan seluas 1x1,5 meter, sistem rak mampu mewadahi 35 batang tanaman, sistem pot vertikal sebanyak 216 tanaman dan sistem pot gantung sebanyak 90 tanaman. Berikut adalah lay out masing-masing model vertikultur beserta tabel tingkat keuntungan masing-masing model vertikultur dan dilanjutkan dengan tabel 17 tentang tingkat keuntungan dari masing-masing model vertiultur pada lahan kosong 1x1,5 meter.
Gambar dibawah ini merupakan lay out vertikultur model rak : = lubang tanam
25 cm
1,5 meter 1 meter Gambar 7. Lay Out Rak Vertikultur pada Luas Lahan 1x1,5 m Lay out diatas merupakan lay out vertikultur model rak pada lahan seluas 1x1,5 meter. Bahan vertikultur rak tersebut adalah talang air. Jumlah talang air pada lay out adalah 7 buah, dimana satu buah talang mewadahi 6 batang tanaman dengan jarak tanam 25 cm, sehingga jumlah keseluruhan tanaman yang bisa ditanam pada model ini adalah sebanyak 42 batang. Model vertikultur yang kedua adalah pot vertikal dengan lay out seperti pada gambar 8 dibawah ini :
Ket Lubang tanam (depan) Lubang tanam (belakang) Lubang tanam dalam pot
1m
25 cm
1,5 m
Gambar 8. Lay Out Pot Vertikal pada Luas Lahan 1x1,5 m Gambar 8 diatas merupakan lay out pot vertikal pada lahan yang sama yaitu seluas 1x1,5 meter. Jumlah pot keseluruhan adalah 12 unit pot, dimana satu unit mampu mewadahi tanaman selada sebanyak 18 batang tanaman, sehingga total tanaman pada lahan seluas 1x1,5 meter adalah 216 batang. Untuk pembuatan wadah pot vertikal seperti pada lay out, bahan yang digunakan adalah pralon. Model vertikultur yang ketiga adalah pot gantung, dengan lay out seperti gambar 9 berikut : 25 cm
= Lubang tanam
1m 1,5 m
Gambar 9. Lay Out Pot Gantung pada Luas Lahan 1x1,5 m Pada lahan seluas 1x1,5 meter, lay out model pot gantung adalah seperti gambar 9 diatas. Bahan wadah media tanam adalah talang air. Jumlah keseluruhan talang air adalah 15 unit, dimana satu unit talang mewadahi 6 batang tanaman dengan jarak tanam 25 cm, sehingga jumlah keseluruhan tanaman yang mampu ditanam adalah 90 batang tanaman selada. Berdasarkan ketiga model wadah vertikultur yang ada diatas, berikut merupakan penghitungan tingkat keuntungan masing-masing model pada luas lahan yang sama yaitu 1x1,5 meter :
Tabel 9. Tingkat Keuntungan Model Vertikultur di Lahan Kosong 1x1,5 m No. A 1 2 3 4 5 6
B 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9
C 1 2 D E
Keterangan Investasi Baki Pesemaian (tray) Karung Goni Selang Air Palu Gergaji Besi Wadah Media Vertikultur - Kayu kaso - Talang - Tutup talang - Paku - Pralon - Tutup Pralon - Pot - Tali - Pembakar spiritus Total Investasi Biaya Biaya Penyusutan Baki Pesemaian (tray) Karung Goni Selang Air Palu Gergaji Besi Wadah Media Vertikultur Biaya Bahan Benih Selada Pupuk Kandang Arang Sekam Urin Kelinci Biaya Tenaga Kerja Persiapan Benih Pembuatan Wadah Media Persiapan Media Tanam Penanaman Penyiraman Penyulaman Penyiangan Pemupukan Panen & Pascapanen Biaya Lain (transportasi) Total Biaya Pendapatan Hasil Produksi Harga jual Total Pendapatan Keuntungan R/C Ratio
Rak 1 Unit 10.000 2.000 28.000 25.000 40.000
Vertikal Pot 12 Unit 20.000 2.000 28.000 40.000
Pot Gantung 18 Unit 10.000 2.000 28.000 25.000 -
75.000 87.500 35.000 10.000 284.500
517.500 144.000 36.000 723.500
192.500 75.000 5.000 20.000 292.500
625 250 1.167 625 1.000 2.918
1.250 250 1.167 1.000 9.302
625 250 1.167 625 4.113
1.850 2.500 7.500 6.400
1.816 7.500 22.500 32.400
760 10.000 30.000 13.400
2.500 15.000 3.750 350 7.500 350 350 833 1.250 8.000 65.118
7.500 55.000 10.000 10.000 22.500 350 10.000 20.000 17.500 8.000 238.541
4.167 10.000 12.500 1.667 15.000 350 350 3.750 2.500 80.000 132.098
7,98 kg 12.000 95.760 30.642 1,47
38,8 kg 12.000 465.600 227.059 1,95
17,1 kg 12.000 205.200 73.102 1,55
Berdasarkan tabel hasil perhitungan diatas didapatkan angka pendapatan dan keuntungan berbeda-beda untuk setiap model vertikultur. Keuntungan yang paling tinggi adalah pada model vertikal pot dengan pendapatan Rp 465.600,- dan keuntungan Rp 227.059,-. Model dengan keuntungan tertinggi kedua setelah vertikal pot adalah model pot gantung dengan pendapatan Rp 205.200,- dan keuntungan Rp 73.102,-, sedangkan yang menghasilkan pendapatan serta keuntungan paling rendah adalah model rak dengan pendapatan Rp 95.760,- dan keuntungannya Rp 30.642,-. Jumlah keuntungan yang diterima oleh keluarga tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti dibawah ini : a. Bahan Wadah Media Tanam Vertikultur Bahan wadah media tanam dapat berupa bambu, plempem (saluran air yang terbuat dari tanah liat), talang air, pralon, kaleng-kaleng bekas, karung plastik, plastik mulsa, karpet talang, kasa plastik, papan kayu, tempurung kelapa, pot-pot plastik dan botol bekas. Persyaratan bahan yang utama adalah awet untuk digunakan, mudah diperoleh dan harganya relatif murah. Oleh karena itu, bahan yang paling bagus untuk digunakan adalah talang air dan pralon karena bahan ini awet digunakan bahkan bisa untuk seumur hidup dan juga mudah diperoleh karena banyak tersedia di toko-toko bangunan, sedangkan jika dilihat dari segi harga, yang lebih efektif digunakan adalah talang air karena harganya lebih rendah dibanding pralon. Selain itu pada saat pembuatan wadah vertikultur, bahan talang air juga lebih praktis dibandingkan pralon. Hal tersebut karena salah satu sisi talang terbuka sedangkan pralon tertutup dan diperlukan bantuan alat lain untuk membuat lubang sebagai tempat tanam.
Jenis bahan yang digunakan pada model rak dan pot gantung adalah talang air karena talang air dinilai bahan yang sangat praktis dan harga ekonomis, dimana keluarga tidak perlu melakukan pelubangan sebagai tempat tanam. Hal tersebut karena talang air memiliki satu sisi yang terbuka, sedangkan bahan bambu dan pralon tertutup seluruh permukaannya dan perlu dilakukan pembuatan lubang terlebih dahulu. Total investasi yang dibutuhkan oleh keluarga dengan bahan dasar talang air ini tidak terlalu besar, model rak adalah sebanyak Rp 284.500,- dan model pot gantung Rp 292.500,-. Model pot vertikal menggunakan bahan pralon. Bahan yang dibutuhkan pada pot vertikal adalah bahan yang permukaannya tertutup secara keseluruhan karena posisi bahan tersebut akan ditegakkan. Apabila menggunakan bahan talang air maka media tanam tentu saja akan terbuang keluar. Oleh karena itu, pembuatan pot vertikal menggunakan bahan pralon. Total investasi yang dibutuhkan untuk model pot vertikal ini menjadi cukup besar yaitu Rp 723.500,b. Jumlah tanaman yang dapat ditanam Jumlah tanaman yang mampu ditanam pada suatu wadah vertikultur adalah faktor yang sangat menetukan hasil produksi dan pendapatan. Lahan seluas 1x1,5 meter ketiga model vertikultur mampu mewadahi tanaman dengan jumlah yang berbeda-beda. Jumlah tanaman masing-masing model tersebut dapat dilihat dan dihitung berdasarkan gambar 7, 8 dan 9. Model rak vertikultur mampu menanam 42 tanaman seperti terlihat pada gambar 7. Jumlah talang sebagai wadah media berjumlah 6 unit dengan panjang masing-masing 1,5 meter. Setiap talang tersebut mampu menanam 7 batang tanaman, sehingga jumlah keseluruhan tanamannya menjadi 42 batang tanaman,
kemudian model vertikal pot yang menghasilkan jumlah tanaman paling banyak dengan luasan yang sama. Jumlah pot vertikal yang dapat dibuat adalah 12 unit (gambar 8). Setiap unit pot verikal mampu menanam 18 batang tanaman, sehingga jumlah keseluruhannya adalah 216 tanaman. Model pot gantung menghasilkan tanaman yang juga berbeda dengan dua model lainnya. Luas lahan 1x1,5 meter, model pot mampu menanam tanaman sebanyak 90 batang (gambar 9). Pot gantung tersebut bertingkat tiga yang panjangnya masing masing 1,5 meter. Besar tingkat keuntungan yang diterima oleh keluarga pada akhirnya dipengaruhi oleh model wadah media vertikultur, karena model tersebut menghasilkan jumlah tanaman yang berbeda. Adanya perbedaan jumlah tanaman maka hasil panen tanaman selada juga berbeda dan yang akan menghasilkan keuntungan tertinggi adalah model yang mampu menanam tanaman selada sebanyak mungkin pada luas lahan yang sama. Lahan seluas 1x1,5 meter, model yang paling banyak jumlah tanaman dan jumlah produksinya adalah model pot vertikal sehingga keuntungan tertinggi diperoleh dari model tersebut.
BAB V. KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Terbatasnya lahan pekarangan (lahan sempit) bukan merupakan suatu permasalahan besar yang mampu menghentikan kegiatan budidaya pertanian karena hal tersebut dapat diatasi dengan sistem budidaya vertikultur. Dimana sistem vertikultur berupaya untuk memanfaatkan pekarangan sempit bahkan rumah dengan tanpa pekarangan seoptimal mungkin karena sistem vertikultur mengoptimalkan penggunaan lahan kearah vertikal/keatas.
Pemanfaatan pekarangan dengan sistem vertikultur yang dilakukan di RPL BBPP Lembang menghasilkan keuntungan sebesar Rp 227.406,- dan nilai R/C Ratio sebesar 1,60. Artinya, pada setiap Rp 1,- biaya yang dikeluarkan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0,6,-. Usaha ini cukup layak untuk dijalankan.
Jumlah keuntungan yang diperoleh dari usaha budidaya sistem vertikultur tergantung kepada model rancangan dari wadah media tanam vertikultur tersebut, dimana semakin sedikit lahan yang digunakan dengan model rancangan yang mampu menghasilkan jumlah tanaman paling banyak maka hal tersebut akan mampu menghasilkan keuntungan tertinggi.
Tingkat keuntungan yang dihasilkan untuk setiap model rancangan vertikultur berbeda-beda. Model yang menghasilkan keuntungan tertinggi adalah model pot vertikal yaitu sebesar Rp 227.059,- dengan R/C 1,95. Pendapatan tertinggi kedua adalah pada model pot gantung, yaitu sebesar Rp 73.102,- dengan R/C 1,55 dan yang memiliki pendapatan terendah dari
ketiga model tersebut adalah adalah model rak dengan pendapatan Rp 30.642,- dan R/C 1,47.
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 2009. Sayuran. Kanisius, Yogyakarta. 175 hal. Agus, 2001. Memanfaatkan Lahan Pekarangan Sebagai Apotik Hidup. Penebar Swadaya, Jakarta. Agus G.T.K et al, 2002. Menanam Sayuran di Pekarangan Rumah. Agromedia Pustaka, Jakarta. 45 hal. Andoko, A. 2004. Budidaya Cabai Merah Secara Vertikultur Organik. Penebar Swadaya, Jakarta. Badan Penelitian Ternak Bogor, 2005. Pupuk Urine Kelinci. Balitnak, Bogor. http://www.balitnak.litbang.pertanian.go.id. Diakses tanggal 17 Mei 2015. Haryanto, E., Tina S., dan Estu R., 2002. Sawi & Selada. Penebar Swadaya, Jakarta.117 hal. Kementerian Pertanian, 2011. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Jakarta Lukman Liferdi. 2013. Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur. www.litbang.pertanian.go.id. Lembang, Bandung. Diakses tanggal 28 Maret 2015. Mutryarny, E., Endriany, Sri U, L., 2014. Pemanfaatan Urine Kelinci Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Varietas Tosakan. Jurnal Ilmiah Pertanian Vol.11 No.2, Februari 2014. Prawoto, 2012. Pengelolaan Proses Produksi dan Pascapanen Selada Secara Aeroponik dan Hidroponik Deep Flow Technique. Bogor Agricultural University, Bogor. Redaksi Trubus, 2012. Bertanam Sayuran di Lahan Sempit. Penebar Swadaya, Jakarta. 40 hal. Riah. 2005. Pemanfaatan Lahan Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta. Rukmana, R. 2005. Bertanam Selada dan Andewi. Penernit Kanisius, Jakarta. 44 hal. Sastradihardja, S. 2011. Praktis Bertanan Selada & Andewi Secara Organik. Angkasa, Bandung. 72 hal. Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia, UI Press. Jakarta.
Sopiah, P. 2006. Menghijaukan Pekarangan Dengan Tanaman yang Bermanfaat. PT Sinergi Pustaka, Jakarta. 41 hal. Suratiyah, K. 2009. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta. 124 hal. Sutarminingsih, L. 2007. Vertikultur. Kanisius, Yogyakarta. 102 hal.
LAMPIRAN Lampiran 1. Kebutuhan Biaya dan Jumlah Penerimaan Usaha Budidaya Vertikultur Selada Rincian biaya yang dikeluarkan untuk pembelian alat selama melakukan budidaya tanaman selada sistem vertikultur. Tabel 10. Biaya Pembelian Alat untuk Budidaya Tanaman Selada Sistem Vertikultur Selama 1 Periode Produksi di RPL BBPP Lembang No Nama Bahan Satuan Jumlah Harga Jumlah 1 Baki Pesemaian (tray) unit 3 10.000 30.000 2 Karung Goni unit 1 2.000 2.000 3 Selang air meter 4 7.000 28.000 4 Palu unit 1 25.000 25.000 5 Gergaji Besi unit 1 40.000 40.000 6 Bor Listrik unit 1 350.000 350.000 Total 475.000 Rincian biaya pembelian bahab-bahan pembuatan wadah meida vertikultur di Unit RPL BBPP Lembang : Tabel 11. Biaya Pembelian Bahan untuk Pembuatan Alat/Wadah Media Tanam Vertikultur Selama 1 Periode Produksi di RPL BBPP Lembang No Nama Bahan Satuan Jumlah Harga Jumlah 1 Kayu Kaso 3 x 4 (4 m) Batang 13 25.000 325.000 2 Talang Air Segi PVC (4 m) Batang 6 35.000 210.000 3 Tutup Talang Unit 42 2.500 105.000 4 Paku Kg 2 20.000 40.000 5 Bambu Gombong (9 m) Batang 3 25.000 75.000 6 Bambu Tali (9 m) Batang 4 15.000 60.000 7 Pralon (4 m) Batang 5 115.000 575.000 8 Tutup Dop Unit 14 3.000 42.000 9 Tali Meter 15 2.000 30.000 10 Pot ukuran sedang Batang 6 12.000 72.000 11 Lampu spiritus ml 90 200 18.000 Total 1.552.000
Penghitungan biaya penyusutan alat untuk budidaya selada vertikultur selama satu kali periode produksi : Tabel 12. Biaya Penyusutan Alat untuk Budidaya Tanaman Selada Sistem Vertikultur Selama 1 Periode Produksi di RPL BBPP Lembang Nilai Nilai U.E Depresiasi Depresiasi No Jenis Alat beli sisa (th) /tahun /periode 1 Baki Pesemaian (tray) 30.000 0 2 15.000 1.875 2 Karung Goni 2.000 0 1 2.000 250 3 Selang air 28.000 0 3 9.333 1.167 4 Palu 25.000 0 5 5.000 625 5 Gergaji Besi 40.000 0 5 8.000 1.000 6 Bor Listrik 350.000 35.000 5 63.000 7.875 8 Wadah media vertikultur 1.534.000 153.400 5 172.575 21.825 Jumlah 34.617 Keterangan: Nilai sisa alat dengan harga beli dibawah Rp 50.000 adalah 0%, Rp 50.000 - Rp 200.000 adalah 5% dan Rp 200.000 keatas adalah 10%. U.E = Umur Ekonomis Depresiasi / tahun
=
Depresiasi / periode
=
Biaya bahan budidaya selada sistem vertikultur selama satu periode : Tabel 13. Biaya Bahan untuk Budidaya Tanaman Selada Sistem Vertikultur Selama 1 Periode Produksi di RPL BBPP Lembang No Nama Bahan Satuan Jumlah Harga (Rp) Biaya (Rp) 1 Benih Selada Hijau butir 150 2,85 427,5 2 Benih Lollorossa butir 150 8 1.200 3 Pupuk Kandang karung 5 5.000 25.000 4 Arang Sekam karung 5 15.000 75.000 5 Urin Kelinci liter 21,5 2.000 43.000 Jumlah 144.628
Biaya tenaga kerja budidaya selada sistem vertikultur selama satu periode : Tabel 14. Biaya Tenaga Kerja Untuk Budidaya Selada Sistem Vertikultur Selama 1 Periode Produksi di RPL BBPP Lembang No Jenis Kegiatan Satuan Jumlah Upah (Rp) Biaya (Rp) 1 Persiapan Benih HKO 0,28 35.000 10.000 2 Pembuatan Rak HKO 2 35.000 70.000 3 Persiapan Media Tanam HKO 0,28 35.000 10.000 4 Penanaman HKO 0,5 35.000 17.500 5 Penyiraman HKO 0,71 35.000 25.000 6 Penyulaman HKO 0,01 35.000 350 7 Penyiangan HKO 0,28 35.000 10.000 8 Pemupukan HKO 0,64 35.000 22.500 9 Panen & Pascapanen HKO 0,57 35.000 20.000 Jumlah 185.350 Biaya lain : Tabel 15. Biaya lain-lain untuk Budidaya Selada Sistem Vertikultur Selama 1 Periode Produksi di RPL BBPP Lembang No Jenis pembiayaan Perhitungan Biaya per periode 1 Transportasi 2 x Rp 8.000 16.000 Jumlah 16.000 Hasil produksi dan pendapatan dari budidaya selada tersebut dapat dilihat pada tabel 16 dibawah ini. Tabel 16. Data Produksi dan Pendapatan untuk Budidaya Selada Sistem Vertikultur Selama 1 Periode Produksi di RPL BBPP Lembang No Komoditi Jumlah Harga (Rp) Pendapatan (Rp) 1 Selada Hijau 31 8.000 248.000 2 Selada Merah 29 12.000 360.000 Jumlah 608.000 Revenue / Cost Ratio : R/C Ratio
= = = 1,60
Lampiran 2. Dokumentasi Proses Produksi Selada
Benih Selada Hijau
Tray (Baki Pesemaian)
Benih Selada Lollorossa (Merah)
Tray setelah diisi media pesemaian
Penanaman Benih Selada ke dalam Tray
Benih yang telah disemai ditutup dengan goni
Pertumbuhan benih
Bibit yang siap dipindahtanamkan ke wadah vertikultur
Penanaman/Pemindahan Bibit Selada
Setelah Penanaman
Penyiraman
Penyiangan
Panen Selada
Lampiran 3. Macam-Macam Wadah Media Tanam Vertikultur di RPL
Wadah media rak talang air
Wadah media rak bambu
Wadah media rak pralon (PVC)
Wadah media tanam pot gantung pralon
Wadah media tanam pot gantung bambu
Wadah media tanam pot gantung
Wadah Media Tanam Pot Vertikal
Lampiran 4. Dokumentasi Lokasi Rumah Pangan Lestari (BBPP) Lembang
Pintu Masuk Rumah
Lokasi Penanaman Vertikultur
Lokasi Pekarangan Depan Rumah
Pekarangan Samping Kiri Rumah
Berbagai Tanaman di Halaman Belakang Rumah
Tanaman Labu Siam (Akses Jalan Menuju Kawasan Ternak, KBD dan Vertikultur)
Kebun Bibit Desa
Kawasan Ternak di RPL (kelinci & domba)
Ternak Sapi