VALUASI EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA
RETNO ANGGRAENI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
VALUASI EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA
Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2008
Retno Anggraeni C44104058
ABSTRAK
RETNO ANGGRAENI. Valuasi Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Taman Nasional Karimunjawa. Dibimbing oleh ACHMAD FAHRUDIN Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) merupakan salah satu daerah perikanan artisanal (tradisional) penting di Laut Jawa, dengan 64 genera karang dan 353 spesies ikan karang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi, bentuk pemanfaatan, dan pengelolaan ekosistem terumbu karang TNKJ, mengetahui nilai manfaat ekosistem terumbu karang TNKJ, dan memberikan alternatif pengelolaan yang terbaik dan berkelanjutan. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus, data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder, dan metode pengambilan contoh yang digunakan adalah metode non-probability sampling jenis purposive sampling. Gugusan terumbu karang TNKJ merupakan terumbu karang tepi dan taka (gosong), yang didominasi oleh jenis Acropora Sp dan Porites Sp. Tutupan rata-rata karang keras bervariasi antara 7% - 69% dan secara keseluruhan memiliki rata-rata sekitar 40%. Bentuk pengelolaan ekosistem terumbu karang TNKJ berupa sistem zonasi, dan kegiatan pemanfaatan utama di sekitar kawasan ekosistem terumbu karang saat ini didominasi oleh kegiatan perikanan tangkap. Nilai ekonomi total (Total Economic Value) manfaat ekosistem terumbu karang TNKJ seluas 713.107 ha adalah sebesar Rp 17.502.480.854,99 per tahun atau Rp 24.543.872,41 per ha per tahun. Analisis terhadap skenario pengelolaan ekosistem terumbu karang TNKJ menghasilkan Net Present Value (NPV) yang terbesar, yaitu Rp 79.954.845.252,81. Alternatif ini secara ekonomi merupakan alternatif terbaik dari dua alternarif pengelolaan lainnya. Pada kondisi ini, laju degradasi terumbu karang dapat berkurang, adanya ketersediaan stok sumberdaya ikan bagi nelayan alat tangkap lainnya, dan berkurangnya masalah kesehatan bagi para nelayan penyelam sebagai dampak dari penghentian pengoperasian alat tangkap muroami di kawasan perairan TNKJ.
Kata kunci : Ekosistem terumbu karang, Nilai ekonomi total (TEV), Net Present Value (NPV), Taman Nasional Karimunjawa,
© Hak Cipta Milik Retno Anggraeni, Tahun 2008 Hak Cipta Dilindungi Dilarang mengutip atau memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotocopy, dan sebagainya.
VALUASI EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
Oleh : RETNO ANGGRAENI C44104058
PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
SKRIPSI
Judul
: Valuasi Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Taman Nasional Karimunjawa.
Nama Mahasiswa
: Retno Anggraeni
Nomor Pokok
: C44104058
Program Studi
: Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Kelautan
Disetujui,
Pembimbing
Dr.Ir. Achmad Fahrudin, M.Si NIP 131 841 723
Diketahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr.Ir.Indra Jaya, M.Sc NIP. 131 578 799
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cianjur, 9 juli 1986 dari ayah Hadi Hanapi dan ibu Cucu Kartika. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pada tahun 2003 penulis lulus dari SMA 2 Cianjur dan pada tahun 2004 penulis lulus masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti kegiatan perkuliahan di IPB, penulis aktif sebagai asisten dosen mata kuliah Dasar-dasar Pengolahan Data Perikanan (2005-2006) dan mata kuliah Pengenalan Komputer (2006-2007), penulis juga menjadi finalis 10 besar tim PKM kategori Pengabdian Masyarakat (2008), enumerator pada proyek Pengembangan Sistem Penyuluhan di Lahan Marjinal Pada Kondisi Sosio Budaya Yang Berbeda Dalam Kerangka Pembangunan Yang Berkelanjutan, kerjasama antara LPPM IPB dengan DEPTAN (2007), dan menjadi tutor mahasiswa bagi Program Pemberantasan Buta Aksara kerjasama antara LPPM IPB dengan DEPDIKNAS (2008).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Valuasi Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Taman Nasional Karimunjawa”. Penelitian tersebut dilaksanakan di Kawasan Taman Nasional Karimunjawa pada bulan AprilMei 2008. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M.si atas bimbingan dan arahan yang diberikan selama penelitian dan penyelesaian skripsi. 2. Kedua orang tua serta kakak dan adik tercinta yang telah menjadi sumber motivasi, yang tak pernah berhenti membari semangat dan berdoa. 3. Senior di Wildlife Conservation Society-Marine Program Indonesia, Bang Irfan, Kang Iduy, Bang Tuas, Bang Riza, Bang Rian, Bang Ubun, Mba susi, dan Mba Sinta atas data-data sekunder, motivasi, masukan, dan bimbingannya. 4. Pihak Balai Taman Nasional Karimunjawa, Kecamatan Karimunjawa, Dinas Pariwisata Kabupaten Jepara, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jepara, para guru dan murid SMK Kelautan Karimunjawa, masyarakat Desa Karimunjawa, Kemujan, dan Parang. 5. Along atas persahabatan, perhatian, bantuan, dan kebahagiaan selama ini. 6. Candy-candy’s Crew ; esse, teh yeni, teh oci, mba utin, teh sri, yuni, dora, indah, nila, lina, ira, reta, rekan-rekan Sei 41, dan semua pihak yang telah membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, September 2008
Retno Anggraeni
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ....................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR...................................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................. xi I. PENDAHULUAN...................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah .................................................................................................. 3 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................................................. 4 II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 5 2.1 Ekosistem Terumbu Karang ...................................................................................... 5 2.2 Fungsi Ekologi dan Ekonomi Ekoisistem Terumbu Karang ..................................... 6 2.3 Konsep Valuasi Ekonomi ......................................................................................... 7 2.4 Metode Valuasi ......................................................................................................... 10 2.5 Evaluasi Proyek untuk Menentukan Alternatif Pengelolaan ..................................... 13 III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI ............................................................... 15 IV. METODOLOGI .................................................................................................... 17 4.1 Metode Penelitian .................................................................................................... 17 4.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................................................. 17 4.3 Metode Pengambilan Contoh.................................................................................... 19 4.4 Metode Analisis Data ............................................................................................... 20 4.5 Batasan dan Pengukuran Penelitian ......................................................................... 26
4.6 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................................... 28 V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 29 5.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ............................................................................ 29 5.1.1 Kondisi Geografis TNKJ ............................................................................... 29 5.1.2 Kondisi Fisik TNKJ ....................................................................................... 32 5.1.3 Kondisi Biofosik TNKJ .................................................................................. 33 5.1.4 Kondisi Sosial Ekonomi ................................................................................. 35 5.2 Pemanfaatan Sumberdaya ....................................................................................... 38 5.2.1 Kegiatan Perikanan Tangkap .......................................................................... 38 5.2.2 Kegiatan Perikanan Budidaya......................................................................... 46 5.2.3 Kegiatan Pariwisata ........................................................................................ 48 5.3 Nilai Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang TNKJ ................................................ 51 5.3.1 Manfaat Langsung .......................................................................................... 51 5.3.1.1 Perikanan Laut ....................................................................................... 51 5.3.1.2 Wisata Bahari......................................................................................... 56 5.3.1.3 Manfaat Penelitian ................................................................................. 58 5.3.2 Manfaat Tidak Langsung ................................................................................. 59 5.3.3 Manfaat Pilihan ............................................................................................... 60 5.3.4 Manfaat Keberadaan ........................................................................................ 60 5.4 Nilai Ekonomi Total Ekosistem Terumbu Karang TNKJ.......................................... 61 5.5 Skenario Alternatif Pengelolaan ............................................................................... 63 5.5.1 Skenario Alternatif Pengelolaan I (Nilai Ekonomi Kondisi Aktual) ................ 64 5.5.2 Skenario Alternatif Pengelolaan II.................................................................... 64 5.5.3 Skenario Alternatif Pengelolaan III .................................................................. 65 5.6 Pemilihan Alternatif Pengelolaan ............................................................................. 66
Halaman VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 68 6.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 68 6.2 Saran ................................................................................................................... 69 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 70 LAMPIRAN ................................................................................................................... 72
DAFTAR TABEL Halaman
1. Definisi dan Contoh Komposisi Total Economic Value (TEV) ....................... 9 2. Teknik Valuasi Ekonomi Berdasarkan Pengelompokkan nilainya................... 12 3. Matriks Jenis dan Sumber data ......................................................................... 18 4. Zonasi Taman Nasional Karimunjawa.............................................................. 31 5. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Karimunjawa 2008................................... 35 6. Jumlah Penduduk Kecamatan Karimunjawa Menurut Tingkat Pendidikan ........................................................................................................ 35 7. Jumlah Penduduk Kecamatan Karimunjawa Berdasarkan Mata Pencaharian.. 36 8. Jenis Alat Tangkap, Musim (Masa Operasi), dan Jenis Ikan Tangkapan ........ 38 9. Produksi Ikan Perairan karimunjawa ................................................................ 38 10. Potensi Lahan Budidaya Rumput Laut Kecamatan Karimunjawa.................. 47 11. Daftar Sarana Penginapan di Taman Nasional Karimunjawa......................... 49 12. Jumlah Kunjungan Wisatawan TNKJ 2000-2008........................................... 50 13. Analisis Biaya Manfaat Perikanan Tangkap di Sekitar Kawasan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008.......................................................................... 54 14. Analisis Biaya Manfaat Perikanan Budidaya.................................................. 55 15. Manfaat Ekonomi Bersih (neto) Perikanan..................................................... 56 16. Nilai Ekonomi Total Ekosistem Terumbu Karang TNKJ............................... 62
17. Perhitungan Net Present Value (NPV) Alternatif Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ................................................................................... 66
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Manfaat Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang................................................ 10 2. Diagram Kerangka Pemikiran Studi ................................................................. 16 3. Lokasi Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah ................. 29 4. Komposisi Tangkapan Berdasarkan Famili dan Spesies .................................. 39 5. Perbandingan Rata-rata Kerusakan Karang ...................................................... 42
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Peta Lokasi Penelitian (Taman Nasional Karimunjawa) .................................. 73 2. Hasil Analisis Biaya Manfaat Perikanan Tangkap di TNKJ 2008.................... 74 3. Hasil Analisis Biaya Manfaat Perikanan Budidaya di TNKJ 2008 .................. 77 4. Analisis Regresi Travel Cost Wisatawan Kawasan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008 .......................................................................................... 78 5. Hasil Perhitungan Manfaat Penelitian, Manfaat Tidak Langsung, dan Manfaat Pilihan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ........................................ 82 6. Analisis Regresi WTP Terhadap Keberadaan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008........................................................................................... 83 7. Analisis Biaya Manfaat Secara Ekonomi (Cashflow) Skenario Pengelolaan I .................................................................................................... 86 8. Analsis Biaya Manfaat Secara Ekonomi (Cashflow) Skenario Pengelolaan II ................................................................................................... 88 9. Analisis Biaya Manfaat Secara Ekonomi (Cashflow) Skenario Pengelolaan III.................................................................................................. 89
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia dikelilingi oleh
konfigurasi pulau-pulau yang berjumlah lebih dari 17 ribu pulau, dengan wilayah laut seluas 5,8 juta km2 (termasuk ZEEI) atau sekitar 75% dari total wilayah Indonesia, dan memiliki panjang garis pantai 95.181 km (Bengen et al, 2006). Dengan realitas seperti ini, Indonesia tentu saja memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan kelautan yang sangat besar, yang terdiri atas sumberdaya alam dapat pulih (renewable resources) dan sumberdaya alam tidak dapat pulih (non-renewable resources). Sumberdaya alam dapat pulih diantaranya terdiri dari berbagai jenis ikan, terumbu karang, lamun, dan mangrove. Sumberdaya alam tidak dapat pulih meliputi minyak bumi dan gas, mineral dan bahan tambang/galian. Salah satu jasa lingkungan pulau kecil yang sangat prospektif adalah pariwisata bahari. Sebagai salah satu ekosistem utama pesisir dan laut, terumbu karang dengan beragam biota asosiatif dan keindahan yang mempesona, memiliki nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Selain berperan sebagai penahan abrasi pantai, penahan gelombang, dan sumber keanekaragaman hayati, terumbu karang juga mempunyai nilai ekologis antara lain sebagai habitat, tempat mencari makanan, tempat asuhan dan tumbuh besar serta tempat pemijahan bagi berbagai biota laut. Nilai ekonomis terumbu karang yang menonjol adalah sebagai tempat penangkapan berbagai jenis biota laut konsumsi dan berbagai jenis ikan hias, bahan konstruksi dan perhiasan, bahan baku farmasi, dan sebagai daerah wisata serta rekreasi yang menarik. Luas terumbu karang di Indonesia diperkirakan sekitar 85.000 km2 yang tersebar dari kawasan barat sampai kawasan timur Indonesia. Wilayah Indonesia merupakan tempat bagi 1/8 dari terumbu karang dunia dan merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman biota laut dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya (Cesar et al, 1997 diacu dalam Bengen et al, 2006). Dengan total 456 spesies karang and 2.027 spesies ikan karang, terumbu karang Indonesia memproduksi 156.000 ton ikan dari 145.000 ton potensi lestarinya (sustainable
yield), artinya 122 % dari potensi lestari ikan karang di Indonesia telah di eksploitasi (Djamali dan Mubarak, 1998 diacu dalam WCS-technical report 2004). Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) merupakan salah satu daerah perikanan artisanal (tradisional) penting di Laut Jawa, dengan 64 genera karang dan 353 spesies ikan karang, Karimunjawa merupakan salah satu kawasan yang dapat mewakili kondisi terumbu karang dengan kategori baik dari Kawasan Barat Indonesia (WCS-technical report, 2004). Kepulauan Karimunjawa merupakan wilayah Kabupaten Jepara yang ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1998. Kepulauan ini terdiri atas gugusan 27 pulau yang terbagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah taman nasional dan wilayah luar taman nasional. Taman Nasional Karimunjawa sendiri merupakan gugusan 22 pulau di Laut Jawa yang terletak sekitar 60 mil laut sebelah utara Jawa Tengah seluas 111.625 ha. Kegiatan utama pemanfaatan disekitar ekosistem terumbu karang TNKJ meliputi kegiatan perikanan dan wisata bahari. Sebesar 60% masyarakat Karimunjawa berprofesi sebagai nelayan, hal ini mengindikasikan tingginya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya perikanan (Yulianto et al 2007). Tingkat ketergantungan yang cukup tinggi tersebut, menyebabkan pemanfaatan terumbu karang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Selain mendatangkan keuntungan, pemanfaatan ini juga mengancam kelestarian terumbu karang itu sendiri. Masih berlangsungnya praktek penangkapan ikan yang merusak, kelebihan tangkap, tidak efektifnya pengelolaan kawasan, dan meningkatnya permintaan akan ikan karang hidup untuk konsumsi dari Hongkong, Taiwan dan Singapore adalah beberapa faktor yang menjadi penyebab memburuknya kondisi terumbu karang dan turunnya stok ikan karang di wilayah ini (WCS-fish catch report, 2006). Keberadaan ekosistem terumbu karang baik langsung maupun tidak langsung, memberikan banyak manfaat bagi kelangsungan hidup masyarakat di kawasan TNKJ. Status kepemilikian suatu sumberdaya yang tidak jelas dan adanya nilai manfaat penting dari sumberdaya yang bersifat intangible (tidak tampak) dan belum terukur secara jelas dalam nilai moneter, menyebabkan persepsi masyarakat terhadap nilai manfaat ekonomi sumberdaya tersebut cenderung rendah, sehingga kepedulian meraka terhadap pengelolaan dan pelestarian sumberdaya
tersebut menjadi rendah pula (Darusman dan Widada, 2004). Hal ini pun terjadi pada ekosistem terumbu karang TNKJ. Mengingat pentingnya fungsi ekologi dan ekonomi dari ekosistem terumbu karang, untuk itu perlu dilakukan pendugaan nilai ekonomi ekosistem terumbu karang TNKJ secara menyeluruh untuk merencanakan pengelolaan ekosistem terumbu karang yang lebih berkelanjutan. Mengukur besarnya nilai ekonomi ekosistem terumbu karang berarti melakukan penilaian ekonomi atau memberikan nilai yang terukur secara moneter (nilai uang) atas keseluruhan manfaat yang mencakup nilai pakai (nilai penggunaan langsung, nilai penggunaan tidak langsung, dan nilai pilihan) dan bukan nilai pakai (nilai keberadaan dan nilai pewarisan) ekosistem terumbu karang. Penjumlahan atas nilai-nilai tersebut merupakan nilai keseluruhan manfaat ekonomi atau disebut pula “nilai ekonomi total” ekosistem terumbu karang. 1.2 Perumusan Masalah Pertambahan penduduk, perluasan pemukiman, perkembangan kegiatan wisata bahari, dan semakin meningkatnya kegiatan transportasi laut menyebabkan tekanan ekologi yang berat terhadap perairan Karimunjawa. Kualitas lingkungan pada kawasan taman nasional ini telah jauh mengalami penurunan sebagai akibat berbagai aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam. Selain cara penangkapan ikan yang merusak, kelebihan tangkap dan tidak efektifnya pengelolaan kawasan, meningkatnya permintaan akan ikan karang hidup untuk konsumsi dari Hongkong, Taiwan dan Singapore adalah beberapa faktor yang menjadi penyebab memburuknya kondisi terumbu karang dan turunnya stok ikan karang di wilayah ini (WCS-fish catch report, 2006). Masyarakat pada umunya hanya melihat manfaat yang tampak dari keberadaan ekosistem terumbu karang dan cenderung mengabaikan manfaat yang sifatnya tidak tampak (intangible). Oleh karena itu, perlu adanya penyadaran pada masyarakat akan pentingnya keberlangsungan ekosistem terumbu karang bagi kelangsungan hidup mereka, sehingga masyarakat tidak hanya menilai manfaat
terumbu karang dari sisi ekonominya saja, tetapi juga memperhatikan aspek-aspek ekologisnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana bentuk pengelolaan dan pemanfaatan ekosistem terumbu karang kawasan Taman Nasional Karimunjawa ?. 2. Berapakah nilai ekonomi total ekosistem terumbu karang Taman Nasional Karimunjawa ? 3. Bagaimana bentuk pengelolaan dan pemanfaatan ekosistem terumbu karang Taman Nasional Karimunjawa yang terbaik dan berkelanjutan ?.
1.3 Tujuan dan Kegunaan 1.3.1
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui kondisi, bentuk pemanfaatan, dan pengelolaan ekosistem terumbu karang Taman Nasional Karimunjawa saat ini. 2. Mengetahui nilai dari manfaat ekosistem terumbu karang Taman Nasional Karimunjawa. 3. Memberikan alternatif pengelolaan ekosistem terumbu karang Taman Nasional Karimunjawa yang terbaik dan berkelanjutan.
1.3.2
Kegunaan
1. Sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk meraih gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 2. Sebagi bahan pertimbangan bagi permbuat/penentu kebijakan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam kawasan Taman Nasional Karimunjawa. 3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Ekosistem Terumbu Karang Terumbu karang merupakan ekosistem perairan laut dangkal di kawasan
tropis dan subtropis yang terbentuk dari kegiatan biologis. Terumbu merupakan endapan massif kalsium karbonat (CaCo3) yang terutama dihasilkan oleh karang (filum Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo Madreporaria = Scleractinia) dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organisme lain yang menghasilkan kalsium karbonat (polip karang). Karang merupakan anggota filum Cnidaria, yang memiliki berbagai macam bentuk seperti ubur-ubur, Hydra air tawar, dan anemon. Jenis karang dibedakan menjadi dua kelompok yaitu karang hermatipik yang dapat menghasilkan terumbu dan karang ahermatipik yang tidak dapat menghasilkan terumbu. Karang hermatipik hanya ditemukan di wilayah tropis, sedangkan karang ahermatipik tersebar diseluruh dunia. Hampir semua karang hermatipik hidup berkoloni dengan berbagai individu hewan karang atau polip yang menempati mangkuk kecil atau koralit dalam endapan masif, di dalam jaringan karang ini terdapat sejenis alga (zooxanthellae) yang bersimbiosis dengan polip secara mutualisme. Polip karang merupakan hewan renik, memiliki tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa dan makanan berupa plankton. Oleh alga yang hidup di dalam karang, makanan tersebut kemudian dikonversi menjadi energi melalui proses fotosintesis. Keberadaan alga (zooxanthellae) ini yang menentukan laju proses pembentukan kapur (kalsifikasi) (Nybakken 1992). Faktor-faktor pembatas ekosistem terumbu karang, yaitu : 1. Suhu. Perkembangan terumbu paling optimal terjadi pada perairan dengan suhu rata-rata tahunannya antara 23-25°C. 2. Kedalaman. Terumbu karang tidak bias berkembang di perairan dengan kedalaman lebih dari 50-70 m. Pada umunya kedalaman ini berhubungan dengan kebutuhan karang hermatipik akan cahaya.
3. Cahaya. Terumbu karang harus mendapatkan cahaya yang cukup (intensitasnya lebih rendah 15-20% dari intensitas cahaya di permukaan) agar zooxanthellae yang bersimbiosis dalam jaringan karang dapat berfotosintesis. 4. Salinitas. Karang hermatipik hanya tumbuh pada kisaran salinitas laut normal yaitu 32-35‰, pemasukan air tawar secara teratur dari aliran sungai akan menyebabkan salinitas air laut berkurang dan menghentikan perkembangan terumbu. 5. Sedimentasi. Karang hermatipik tidak dapat hidup dengan adanya endapan yang berat, yang menutupinya dan menyumbat struktur pemberian makanannya. Sedimentasi dalam perairan dapat mengurangi cahaya yang dibutuhkan zooxanthellae untuk berfotosintesis, hal ini dapat menghambat perkembangan terumbu. Pada umunya, terumbu karang lebih berkembang pada daerah dengan gelombang besar. Koloni karang dengan kerangka yang terbentuk dari kalsium karbonat tidak rusak oleh gelombang besar tersebut, gelombang besar memberikan air segar, oksigen dalam air laut, dan meghalangi sedimentasi pada koloni. Ekosistem terumbu karang memiliki produktivitas yang tinggi, yang bisa disetarakan dengan produktivitas hutan hujan tropis. Menurut Khon dan Helfrich (1957) dan Odum dan Odum (1955) diacu dalam Nybakken (1992), produktivitas primer terumbu karang mencapai 1500-3500 g C/m2/tahun. Karena tingginya produktivitas tersebut, banyak komunitas laut yang berasosiasi dengan ekosistem terumbu karang. Terdapat tiga jenis tipe strukur karang di Indonesia, yaitu karang tepi (fringing reefs), karang penghalang (barrier reefs), dan karang cincin atau atol (atoll). Terumbu karang Taman Nasioanl Karimunjawa terdiri dari karang pantai/tepi, karang penghalang, dan beberapa taka (patch reefs).
2.2
Fungsi Ekologi dan Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang
2.2.1
Fungsi Ekologi Ekosistem terumbu karang memiliki produktivitas yang tinggi. Tingginya
produktivitas ini disebabkan oleh banyaknya jaringan tumbuhan yang dapat berfotosintesis dalam terumbu dan kemampuan terumbu dalam menahan nutriennutrien dalam sistemnya. Terumbu berperan pula sebagai kolam yang menampung
segala sesuatu dari luar, hal ini menyebabkan makanan berputar dalam sistem terumbu dan tidak hilang ke perairan lepas pantai yang lebih dalam (Nybakken 1992). Ekosistem terumbu karang berfungsi sebagai tempat mencari makan (feeding ground), tempat memijah (nursery ground), tempat memijah (spawning ground). Bentuk terumbu yang rumit dan berliku-liku sering dimanfaatkan biota laut sebagi tempat yang aman untuk memijah dan meletakkan telur-telurnya, setelah telur-telur tersebut menetas, biota laut yang masih berbentuk juvenil menghabiskan sebagian masa perkembangannya di daerah terumbu karang tersebut. Terumbu terbentuk dari endapan kalsium karbonat yang masif dan letaknya mengelilingi pantai (terumbu karang tepi dan penghalang), oleh karena itu ekosistem ini juga berfungsi sebagai penahan abrasi pantai dan peredam gelombang. 2.2.2
Fungsi Ekonomi Ekosistem terumbu karang menyumbangkan berbagai biota laut seperti ikan,
karang, moluska, ekinodermata, dan krustasae bagi masyarakat di kawasan pesisir, dan bersama ekosistem pantai lainnya menyediakan makanan dan menjadi tempat berpijah bagi berbagai jenis biota laut yang benilai ekonomi tinggi. Perairan yang memiliki ekosistem terumbu karang, pada kedalaman kurang dari 30 meter dapat menghasilkan ikan sebanyak 15 ton. Karena itu, terumbu karang menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat, khususnya masyarakat pulau-pulau kecil, tidak hanya dari beragam sumberdaya ikan yang terkandung di dalamnya, tapi juga dari kegiatan pemanfaatan jasa-jasa lingkungan terutama kegiatan wisata bahari. Bahkan dewasa ini berbagai jenis biota yang hidup di ekosistem terumbu karang ternyata banyak mengandung senyawa bioaktif sebagai bahan obat-oabatan, makanan, dan kosmetik yang menjadi daya tarik tersendiri bagi berbagai pemangku kepentingan (stakeholders), yang pemanfaatanya diharapkan dapat pula berkontribusi bagi peningkatan ekonomi masyarakat (Bengen et al 2006). 2.3
Konsep Valuasi Ekonomi Nilai merupakan persepsi manusia tentang makna suatu objek (ekosistem
terumbu karang), bagi orang (individu) tertentu, pada tempat dan waktu tertentu pula (Bahruni 1999 diacu dalam Rofiko 2003). Menurut Darusman dan Widada (2004),
nilai adalah harga yang diberikan seseorang atau masyarakat ditempat tertentu akan beragam, tergantung pada persepsi masyarakat tersebut. Persepsi adalah pandangan individu terhadap suatu objek (ekosistem terumbu karang) sesuai dengan tingkat pengetahuan, harapan, dan norma (Nurrochmat 2006). Nilai ekonomi diukur berdasarkan kesediaan membayar dari beberapa individu atau willingness to pay (WTP) yang merefleksikan preferensi seseorang terhadap barang dan jasa (Rofiko 2003). Menurut Fauzi (2004), nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimun seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Konsep ini disebut keinginan membayar (willingness to pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis ekosistem bisa “diterjemahkan” ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai ekonomi barang dan jasa. Dalam konteks lingkungan, valuasi ekonomi membahas tentang pengukuran preferensi orang terhadap kondisi lingkungan yang baik atau kondisi lingkungan yang buruk. Valuasi merupakan analisa preferensi masing-masing individu, hasil dari valuasi adalah dalam bentuk uang karena cara menentukan preferensi dengan mengetahui kesediaan membayar seseorang dengan cara lain. Penggunaan uang juga menunjukkan pembangunan atau pengembangan yang mensyaratkan pertimbangan nilai lingkungan. Menurut Adrianto (2005) diacu dalam Santoso (2005), tujuan valuasi ekonomi pada dasarnya adalah membantu mengambil keputusan untuk menduga efisiensi ekonomi (economic efficiency) dari berbagai pemanfaatan (competing use) yang mungkin dilakukan terhadap ekosistem yang ada. Konsep yang dapat digunakan untuk mengukur nilai ekonomi suatu sumberdaya (ekosistem terumbu karang) adalah Total Economic Value (TEV) atau nilai ekonomi total. Pendekatan nilai ekonomi total dilakukan dengan cara menilai seluruh manfaat dari suatu sumberdaya. Dalam menilai suatu sumberdaya secara ekonomi, Ruitenbeek (1991) diacu dalam Fahrudin (1996), menggunakan tiga tahap pendekatan yaitu : 1. Identifikasi manfaat dan fungsi-fungsi antar komponen sumberdaya
2. Kuantifikasi seluruh manfaat dan fungsi kedalam nilai uang 3. Penilaian alternatif pilihan dan evaluasi kebijakan pemanfaatan sumberdaya Total Economic Value (TEV) terdiri dari nilai pakai (use value) dan bukan nilai pakai (non-use value). Nilai pakai (use value) terdiri dari nilai penggunaan langsung (direct value), nilai penggunaan tidak langsung (non-use value), dan niali pilihan (option value). Bukan nilai pakai (non-use value) terdiri dari nilai keberadaan (existence value) dan nilai warisan (bequest value). TEV = UV + NUV TEV = DUV + IUV + OV + EV + BV Tabel 1. Definisi dan Contoh Komposisi Total Economic Value (TEV) No
Jenis Value
Definisi Nilai ekonomi yang diperoleh dari
1
Direct Use Value
pemanfaatan langsung dari sebuah sumberdaya/ekosistem Nilai ekonomi yang diperoleh dari
2
Indirect Use Value
pemanfaatan tidak langsung dari sebuah sumberdaya/ekosistem
Contoh Manfaat perikanan, kayu mangrove, genetic material Fungsi ekosistem mangrove sebagai natural break waters, fungsi terumbu karang sebagai spawning ground
Nilai ekonomi yang diperoleh dari 3
Option Value
potensi pemanfaatan langsung
Manfaat keanekaragaman hayati,
maupun tidak langsung dari
spesies baru
sebuah sumberdaya/ekosistem
4
Bequest Value
Nilai ekonomi yang diperoleh dari
Nilai sebuah sistem tradisional
manfaat pelestarian
masyarakat yang terkait dengan
sumberdaya/ekosistem untuk
sumberdaya/ekosistem ; habitat,
kepentingan generasi masa depan
keanekaragaman hayati
Nilai ekonomi yang diperoleh dari sebuah persepsi bahwa keberadaan (existence) dari sebuah 5
Existence Value
sumberdaya/ekosistem itu ada, terlepas dari apakah ekosistem sumberdaya tersebut dimanfaatkan atau tidak
Sumber : Barton (1994) diacu dalam Andalita (2006)
Terumbu karang yang terancam punah, endemic species
Ekosistem terumbu karang memiliki multi fungsi bagi terselenggaranya berbagai proses dan memberikan multi manfaat melalui eneka produk jasa lingkungan yang sangat dibutuhkan mahluk hidup. Secara umum manfaat ekosistem terumbu karang digambarkan pada Gambar 1 sebagai berikut :
Sumber : Cesar et al, 2002
Gambar 1. Manfaat ekosistem terumbu karang
2.4
Metode Valuasi Mengukur besarnya manfaat nilai ekonomi terumbu karang berarti melakukan
penilaian ekonomi atau memberikan nilai yang terukur secara moneter (nilai uang) atas keseluruhan manfaat yang mencakup nilai kegunaan, nilai pilihan, dan nilai keberadaan ekosistem terumbu karang. Penjumlahan atas nilai-nilai tersebut merupakan nilai keseluruhan manfaat ekonomi atau disebut pula nilai ekonomi total ekosistem terumbu karang.
Mengadaptasi Pearce (1992) yang diacu dalam Darusman dan Widada (2004), untuk mengukur nilai ekonomi total suatu sumberdaya dapat digunakan beberapa pendekatan atau metode, antara lain : 1.
Hedonic Pricing/Pendekatan nilai kekayaan (hedonis) Terkadang nilai kesenangan yang ditimbulkan oleh lingkungan yang baik seperti udara yang segar seringkali menentukan tingginya harga dari suatu kekayaan seperti harga tanah dan sebagainya. Analisis terhadap perbedaan harga barang seperti tanah dan rumah dapat membantu untuk menentukan harga lingkungan yang terkandung di dalamnya.
2.
Metode Kontingensi (Contingen Valuation Method) Metode ini diterapkan jika tidak ada harga pasar yang relevan terhadap barang dan jasa lingkungan yang dihasilkan suatu sumberdaya alam. Kepada individu, ditanyakan secara langsung tentang kesediaan mereka membayar terhadap barang dan jasa lingkungan dari sumberdaya yang mereka peroleh atau kesediaan mereka menerima kompensasi jika barang dan jasa lingkungan tersebut tidak boleh mereka manfaatkan lagi. Studi dengan menggunakan pendekatan ini membutuhkan pertanyaan survai, implemantasi, dan seleksi sample secara hati-hati guna mendapatkan hasil yang akurat.
3.
Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) Metode ini digunakan untuk menentukan nilai rekreasi suatu sumberdaya alam berdasarkan jumlah uang yang dikeluarkan wisatawan untuk merealisasikan kegiatan rekreasinya. Jumlah uang tersebut mencakup biaya transportasi, akomodasi, konsumsi, dan lain-lain yang relevan. Pendekatan ini menunjukkan bahwa nilai sumberdaya alam dalam suatu kawasan konservasi bukan hanya dari tiket masuk saja, tetapi juga mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan pengunjung menuju lokasi tersebut. Besarnya biaya yang dikeluarkan wisatawan selama melakukan perjalanan ke suatu objek wisata (kawasan konservasi) menunjukkan kesediaan membayar (WTP) wisatawan.
4.
Pendekatan Harga Pasar
Metode ini menggunakan harga pasar actual sebagai harga yang dianggap mendekati nilai barang dan jasa lingkungan yang dihasilkan oleh suatu sumberdaya alam. Pendekatan harga pasar diabgi menjadi dua metode, yaitu : a.
Pendekatan pengaruh terhadap produksi Metode ini menggunakan nilai manfaat jasa lingkungan suatu sumberdaya dalam mendukung produktivitas kegiatan ekonomi di sekitarnya. Apabila sumberdaya tersebut rusak, maka akan menurunkan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut. Turun atau hilangnya nilai ekonomi kegiatan produksi tersebut merefleksikan nilai ekonomi sumberdaya.
b.
Pendekatan terhadap kesehatan Pendekatan ini digunakan untuk menghitung biaya kesempatan (opportunity cost) sumberdaya alam, biaya/kerugian yang dialami masyarakat akibat hilangnya akses pemanfaatan sumberdaya, dan biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan barang dan jasa yang secara alami dikontribusikan oleh sumberdaya alam. Pendekatan biaya ini terbagi menjadi tiga, yaitu :
1.
Biaya kesempatan Nilai ekonomi suatu sumberdaya yang ditentukan melalui perhitungan nilai bersih sekarang (Net Present Value/NPV) dari berbagai alternatif penggunaan area.
2.
Biaya preventif Nilai suatu sumberdaya yang ditentukan berdasarkan besarnya kerugian masyarakat yang dapat dihindarkan.
3.
Biaya penggantian Nilai suatu sumberdaya yang ditentukan berdasarkan fungsinya dalam mempertahankan kualitas area dan siklus materi. Menurut World Bank tahun 1998, valuasi ekonomi ditentukan berdasarkan
pengelompokan nilai barang dan jasa. Tabel 2 berikut ini menyajikan valuasi ekonomi berdasarkan pengelompokan nilainya. Tabel 2. Teknik Valuasi Ekonomi Berdasarkan Pengelompokan Nilainya.
No 1
2
3
Jenis Nilai Direct Use Value
Indirect Use Value
Option Value
Metode Penelitian •
Pendekatan harga pasar
•
Pendekatan berdasarkan biaya
•
Hedonic prices
•
Contingen valuation method
•
Biaya perjalanan/Travel cost
•
Pendekatan berdasarkan biaya
•
Contingen valuation method
•
Pendekata harga pasar
•
Contingen valuation method
•
Hedonic prices
4
Existence Value
Contingen valuation method
5
Bequest Value
Contingen valuation method
Sumber : Environment Departement the World Bank (1998) diacu dalam Rofiko (2003)
2.5
Evaluasi Proyek untuk Menentukan Alternatif Pengelolaan
2.5.1
Evaluasi Proyek Proyek didefinisikan sebagai suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan
berbagai sumberdaya untuk mendapatkan manfaat (benefit) atau suatu aktivitas yang mengeluarkan biaya (cost) dengan harapan untuk mendapatkan hasil (returns) dimasa yang akan dating, dan dapat direncanakan, dibiayai, dan dilaksanakan sebagai satu unit (Kadariah, 1978). Tujuan dilaksanakan evaluasi proyek adalah untuk mngetahui kelayakan dari proyek tersebut. Selain itu, evaluasi proyek juga bertujuan untuk memilih berbagai alternatif proyek yang paling menguntungkan (Choliq et al, 1994 diacu dalam Andalita, 2006). Menurut Kadariah (1978), criteria yang digunakan dalam evaluasi proyek atau kebijakan, yaitu : 1. Net Present Value (NPV) NPV didefinisikan sebagai keuntungan bersih suatu proyek, yaitu selisih antara Present Value dari manfaat (benefit) dan Present Value dari biaya (cost). Suatu proyek layak dilaksanakan jika NPV ≥ 0, proyek dapat mengembalikan dana sama persis dengan Sosial Opportunity Cost of Capital nya, jika NPV = 0 , dan jika NPV < 0 maka proyek tersebut tidak layak dilaksanakan.
2. Benefit Cost Ratio (BCR) BCR adalah perbandingan antara total dari manfaat (benefit) kotor dengan total dari biaya (cost) total. 2.5.2
Analisis Ekonomi Evaluasi proyek dapat menggunakan dua jenis analisis, yaitu analisis ekonomi
dan analisis finansial. Analisis ekonomi atau analisis social adalah analisis yang digunakan untuk menghitung manfaat dan biaya proyek dari segi pemerintah atau masyarakat sebagai pihak yang berkepentingan dalam proyek. Analisis finansial adalah analisis yang digunakan untuk menghitung manfaat dan biaya proyek dari segi individu atau swasta sebagai pihak yang berkepentingan dalam proyek (Gittinger, 1986 diacu dalam Andalita, 2006). Menurut Kadariah (1978), terdapat dua perbedaan perhitungan antara analisis finansial dan ekonomi, kedua perbedaan tersebut adalah : 1. Harga Dalam analisis ekonomi, harga yang digunakan disebut shadow prices atau accounting prices, yang menggambakan nilai sosial atau nilai ekonomis yang sesungguhnya dari unsure-unsur biaya atau manfaat, sedangkan dalam analisis finansial, harga yang digunakan adalah harga pasar (market prices) 2. Pembayaran transfer (Transfer payment) a. Pajak Dalam analisis ekonomi, pembayaran pajak tidak dikurangkan dalam perhitungan benefit dari proyek. Pajak adalah bagian dari hasil bersih proyek yang diserahkan pada pemerintah untuk digunakan bagi kepentingan masyarakat, oleh karena itu pajak tidak dianggap sebagai biaya. b. Subsidi Subsidi merupakan suatu transfer payment dari masyarakat kepada proyek. Dalam analisis finansial, subsidi mengurangi biaya proyek sehingga menambah manfaat (benefit). Sedangkan dalam analisis ekonomi, harga pasar harus disesuaikan (adjusted) untuk menghilangkan efek dari subsidi. c. Bunga
Dalam analisis ekonomi, bungan modal tidak dipisahkan atau dikurangkan dari hasil bruto. Dalam analisis finansial, bunga terbgi menjadi dua, yaitu bungan yang dibayar kepada pihak penyedia dana dari luar yang dianggap sebagai biaya dan bunga atas modal sendiri yang ditanamkan dalam proyek dianggap sebagai manfaat yang harus diterima atas investasi modal tersebut.
III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI
Taman Nasional Karimunjawa terdiri dari empat ekosistem utama, yaitu ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah, hutan pantai, mangrove, lamun, dan terumbu karang. Karimunjawa ditetapkan sebagai kawasan konservasi dengan tujuan untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya dan dapat mendukung perkembangan ekonomi masyarakat setempat. Walaupun telah ditetapkan sebagai kawasan taman nasional, namun masih terjadi penurunan kualitas dan degradsi lingkungan pada kawasan tersebut. Salah satu ekosistem yang mengalami laju kerusakan yang cukup tinggi adalah ekosistem terumbu karang. Sebagian besar masyarakat (60%) setempat berprofesi sebagai nelayan, hal ini mengindikasikan tingginya ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya perikanan (Yulianto et al, 2007). Masih berlangsungnya praktek penangkapan ikan yang merusak, kelebihan tangkap, tidak efektifnya pengelolaan kawasan, dan meningkatnya permintaan akan ikan karang hidup untuk konsumsi dari Hongkong, Taiwan, dan Singapore adalah beberapa faktor yang menjadi penyebab memburuknya kondisi terumbu karang dan turunnya stok ikan karang di wilayah ini (WCS-fish catch report, 2006). Untuk itu perlu adanya alternatif pengelolaan ekosistem terumbu karang perairan TNKJ yang optimal secara ekonomi dan ramah lingkungan. Adanya perhitungan nilai manfaat ekosistem terumbu karang TNKJ menjadi sangat penting. Konsep valuasi ekonomi dapat digunakan untuk mentransformasi nilai ekologis ekosistem ini menjadi nilai ekonomi dengan mengukur nilai moneter dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh ekosistem terumbu karang. Dari nilai manfaat yang didapat tadi, kita dapat menentukan alternatif pengelolaan ekosistem terumbu karang TNKJ yang terbaik. Ruang lingkup penelitian ini dimulai dari identifikasi nilai manfaat ekosistem terumbu karang, kemudian mengkuantifikasi manfaat yang didapat ke dalam nilai ekonomi. Langkang selanjutnya menghitung nilai total dari manfaat yang didapat, selanjutnya membuat alternatif skenario pengelolaan ekosistem
terumbu karang TNKJ. Untuk lebih jelasnya berikut skema kerangka pendekatan studi dari penelitian ini yang dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
Gambar 2. Diagram Kerangka Pendekatan Studi
IV. METODOLOGI
4.1
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study)
dengan satuan kasus adalah kawasan ekosistem terumbu karang Taman Nasional karimunjawa. Penelitian studi kasus adalah pengumpulan data dengan jalan pengambilan beberapa unsur, yang sering tidak jelas populasinya, dan kemudian setiap unsur diselidiki secara mendalam (Setyobudi andi et al, 2004). 4.2
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data text dan image.
Menurut Fauzi (2001) data text adalah data yang berbentuk alphabet maupun numerik, sedangkan data image adalah data yang memberikan informasi secara spesifik mengenai keadaan di tempat penelitian yang berupa gambar, diagram, dan tabel. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi) dan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Observasi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang keadaan kawasan terumbu karang, keadaan masyarakat, dan kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan terumbu karang. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan keterangan dan informasi secara lisan tentang karakterisrik dan peran serta masyarakat sekitar dalam pengelolaan potensi terumbu karang Taman Nasional Karimunjawa. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait, seperti Balai Taman Nasional Karimunjawa, dinas pemerintahan setempat (Kecamatan Karimunjawa, Kemujan, dan Parang, Dinas Kelautan dan Perikanan Jepara, Dinas Pariwisata Jepara), lembaga swadaya masyarakat (Wildlife Conservation Society), dan studi literatur. Data yang dikumpulkan berupa keadaan umum Taman Nasional Karimunjawa, kondisi sosial ekonomi masyarakat, manfaat dan biaya perikanan tangkap, manfaat dan biaya perikanan budidaya, manfaat dan biaya pariwisata bahari, manfaat dan biaya penelitian, manfaat dan biaya perlindungan pantai, manfaat
keanekaragaman hayati ekosistem terumbu karang, dan manfaat keberadaan ekosistem terumbu karang. Tabel 3. Matriks Jenis dan Sumber Data No 1
2
3
4
Data
Jenis
Satuan
Sumber
Kondisi umum TNKJ : -
Kondisi goegrafis
Sekunder
-
Balai Taman Nasional dan
-
Kondisi fisik
Sekunder
-
Wildlife Conservation
-
Kondisi biofisik
Sekunder
-
Society (WCS)
Kecamatan Karimunjawa
Kondisi sosial ekonomi -
Kependudukan
Sekunder
Jiwa
-
Sarana dan Prasaranan
Sekunder
-
Sekunder
-
Dinas Perikana dan
-
Kelautan Jepara, Dinas
-
Pariwisata Jepara, WCS
Kegiatan pemanfaatan sumberdaya -
Perikanan tangkap
-
Perikanan budidaya
-
Pariwisata
Sekunder Sekunder
Perikanan tangkap -
Biaya investasi alat
Primer
Rp
Responden/kuesioner
-
Biaya operasional
Primer
Rp
Responden/kuesioner
Primer
Kg/thn
Responden/kuesioner
penangkapan -
5
6
Produksi ikan
Budidaya rumput laut dan kerapu -
Produksi
Primer
Kg/thn
Responden/kuesioner
-
Biaya investasi peralatan
Primer
Rp
Responden/kuesioner
-
Biaya operasional budidaya
Primer
Rp
Responden/kuesioner
Pariwisata -
Jumlah wisatawan
Sekunder
Jiwa
Balai TNKJ
-
Biaya perjalanan
Primer
Rp
Responden/kuesioner
-
Sarana dan prasarana wisata
Sekunder
Unit
Dinas Pariwisata Jepara
7
Manfaat penelitian
Primer
Rp
WCS
8
Manfaat perlindungan pantai
Sekunder
Rp
Pustaka
9
Manfaat keanekaragaman hayati
Sekunder
Rp
Pustaka
10
Manfaat keberadaan ekosistem
Primer
Rp
Responden/keusioner
terumbu karang Sumber : data primer, diolah
4.3
Metode Pengambilan Contoh Metode pengambilan contoh dilakukan dengan metode non-probability
sampling (tidak memberikan kemungkinan yang sama bagi tiap unsur populasi untuk dipilih) jenis purposive sampling, dimana pengambilan sample tidak dilakukan secara acak melainkan dengan pertimbangan tertentu dan secara sengaja (Nasution, 2007). Pertimbangan tertentu yang dimaksud adalah orang yang dijadikan sample adalah mereka yang memanfaatkan sumberdaya terumbu karang TNKJ baik secara langsung maupun tidak langsung. Responden terdiri dari empat kelompok, yaitu nelayan, pembudidaya laut, wisatawan, masyarakat sekitar kawasan. Kelompok nelayan dan pembudidaya laut adalah mereka yang beraktivitas disekitar perairan TNKJ yang tersebar ditiga desa yaitu Desa Karimunjawa, Desa Kemujan, dan Desa Parang, kelompok wisatawan adalah para wisatawan yang ditemui di lokasi penelitian yang sedang melakukan wisata bahari berupa kegiatan snorkeling atau diving di sekitar kawasan ekosistem terumbu karang TNKJ, dan masyarakat disekitar kawasan adalah masyarakat yang mengetahui tentang ekosistem terumbu karang TNKJ tapi tidak melakukan kegiatan pemanfaatan secara langsung terhadap ekosistem tersebut. Jumlah sample yang diambil dalam penelitian ini adalah 83 orang, yaitu 43 orang nelayan, 15 orang pembudidaya, 10 orang wisatawan, dan 15 orang masyarakat umum.
4.4
Metode Analisis Data Pendekatan nilai ekonomi total dilakukan dengan cara menilai secara ekonomi
seluruh manfaat dari suatu sumberdaya. Dalam menilai sumberdaya secara ekonomi, Ruitenbeek (1991) diacu dalam Fahrudin (1996), menggunakan pendekatan tiga tahap, yaitu :
I. Identifikasi seluruh manfaat dari fungsi-fungsi ekosistem terumbu karang Taman Nasional Karimunjawa , yaitu : 1. Manfaat langsung (ML) Manfaat yang langsung diperoleh dari ekosistem terumbu karang. Nilai manfaat langsung ini dirumuskan sebagai berikut : ML =
………………………………………………………………..1)
Keterangan : ML : manfaat Langsung I : jenis pemanfaatan ke-i n : jumlah jenis pemanfaatan. Ekosistem terumbu karang menyumbangkan berbagai biota laut seperti ikan, karang, moluska, ekinodermata, dan krustasea bagi masyarakat di kawasan pesisir, dan bersama ekosistem pantai lainnya menyediakan makanan dan menjadi tempat berpijah bagi berbagai jenis biota laut bernilai ekonomi tinggi. Karena itu, terumbu karang menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat, khususnya masyarakat pulau-pulau kecil, tidak hanya dari beragam sumberdaya ikan yang terkandung di dalamnya, tapi juga dari kegiatan pemanfaatan jasa-jasa lingkungan terutama kegiatan wisata bahari (Bengen et al, 2006). Oleh karena itu, pada ekosistem terumbu karang TNKJ, nilai manfaat langsung yang dapat diidentifikasi berupa : 1) Perikanan laut, berupa : a. Perikanan tangkap, meliputi kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap Muroami, Branjang, Pancing, Jaring, Bubu, dan Panah (Speargun). b. Perikanan budidaya, meliputi kegiatan budidaya rumput laut dan kerapu. Kedua kegiatan di atas didekati dengan membandingkan nilai produksi dengan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk setiap kegiatan. 2) Wisata bahari Kegiatan wisata bahari di sekitar ekosistem terumbu karang, yaitu berupa kegiatan snorkeling dan diving, didekati dengan Travel Cost Method (TCM). Pendekatan TCM yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan individual TCM, Tahapan dalam pendekatan TCM ini, yaitu (Fauzi, 2004) :
1. Membuat hipotesis tentang fungsi permintaan tempat wisata. Hipotesis yang dibangun adalah bahwa kunjungan ke tempat wisata akan sangat dipengaruhi oleh biaya perjalanan (travel cost) dan diasumsikan berkorelasi negatif, sehingga diperoleh kurva permintaan yang memiliki kemiringan negati. Bp = BTr + (BKr-BKh) + BDk + BLn ………………………………………2) Keterangan : Bp : total biaya perjalanan, BTr : biaya transportasi selama berwisata (Rp), BKr : biaya konsumsi di tempat wisata (Rp), BKh : biaya konsumsi harian (Rp), BDk : biaya dokumentasi (Rp), BLn : biaya lain-lain (akomodasi, biaya tak terduga, souvenir ) (Rp). 2. Membuat fungsi permintaan tempat wisata dengan meregresikan beberapa variabel bebas yang mempengaruhi jumlah kunjungan individu (Q) (variabel tidak bebas) terhadap tempat wisata tersebut. Fungsi permintaan tersebut dapat ditulis dalam bentuk Q = f (Tc, X1, X2,….,Xn), dimana V adalah jumlah kunjungan individu ke tempat wisata, Tc adalah biaya perjalanan yang dikeluarkan, dan Xn adalah variabel sosial ekonomi lainnya. Pada penelitian ini variabel sosial ekonomi lainnya berupa pendapatan (income) dari individu (I), tingkat pendidikan individu (E), usia individu (A), dan jumlah hari yang dialokasikan individu untuk berwisata (D) atau V = f (Tc, I, E, A, D). 3. Mengubah fungsi permintaan wisata ke dalam bentuk log-linier, yaitu : Ln Q = β0 + β1 Ln Tc + β2 Ln I + β3 Ln E + β4 Ln A +β5 Ln D Ln Q = (β0 + β2 Ln I + β3 Ln E + β4 Ln A + β5 Ln D)+β1 Ln Tc Ln Q = β’ + β1 Ln Tc ………………………………………………………...3) 4. Setelah diestimasi kemudian fungsi dibalik, yaitu : TC =
1/ β 1
…………………….…………………………………………4)
5. Mencari utilitas terhadap sumberdaya (U), yaitu : U=
…………………………………………………………..5)
Dimana U adalan utilitas terhadap sumberdaya, V rata adalah jumlah rata-rata kunjungan wisatawan responden.
6. Mengukur surplus konsumen yang merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi wisata, yaitu : CS = U – C …………………………………………………………………..6) C = P x V rata .………………………………………………….....................7) 1/ β 1
P=
…….………………………………………………………....8)
3) Manfaat penelitian Nilai manfaat penelitian dihitung dengan menggunakan biaya rata-rata yang dikeluarkan berbagai institusi dan pribadi yang melakukan penelitian terumbu karang TNKJ.
2. Manfaat Tidak Langsung (MTL) Manfaat yang diperoleh dari ekosistem terumbu karang berupa harga tidak langsung dari manfaat yang dihasikan ekosistem terumbu karang tersebut, dirumuskan sebagai berikut : MTL =
………………………………………………………………...9)
Keterangan : MTL = Manfaat tidak langsung, i = jenis manfaat ke-I n = jumlah jenis manfaat. Nilai manfaat tidak langsung yang dapat diidentifikasi berupa : Perlindungan pantai Nilai perlindungan pantai didekati dengan perhitungan nilai terumbu karang sebagai physical protection global life sebesar US$ 276.5 per Ha (Hensen et al 2003 diacu dalam Fauzi dan Anna, 2005) Manfaat perlindungan tersebut dirumuskan sebagai berikut : MTL = V x L…………………………………………………………………...10) Keterangan : MTL = Manfaat Tidak Langsung Perlindungan Pantai V = Nilai physical protection global life I (US$ 276.5 per ha) L = Luas kawasan terumbu karang (ha)
3. Manfaat Pilihan Manfaat pilihan diartikan sebagai nilai yang diberikan oleh masyarakat atas adanya pilihan untuk menikmati barang dan jasa dari sumberdaya alam dimasa yang akan datang. Manfaat pilihan dalam penelitian ini didekati dengan nilai keanekaragaman hayati terumbu karang, yaitu US$ 17.3 per ha (Hansen et al, 2003 diacu dalam Fauzi dan Anna, 2005). Manfaat pilihan dirukuskan sebagai berikut : MP = Nb x L ……………………………………………………………………11) Keterangan : MP = Manfaat Pilihan Nb = Nilai Keanekaragaman Hayati Terumbu Karang (US$ 17.3 per ha) L = Luas Kawasan Terumbu Karang (ha)
4. Manfaat Keberadaan Manfaat keberadaan diartikan sebagai nilai yang diberikan oleh masyarakat atas adanya pilihan untuk menikmati barang dan jasa dari sumberdaya alam dimasa yang akan datang. Manfaat keberadaan dihitung dengan rumus : MK =
……………………………………………………………12)
Keterangan : MK = Manfaat keberadaan MKi = Manfaat keberadaan dari responden ke-i N = Total responden Nilai manfaat keberadaan dihitung dengan Contingen Valuation Method (CVM). Pendekatan ini disebut contingen (tergantung kondisi) karena pada prakteknya informasi yang diperoleh sangat tergantung pada hipotesis pasar yang dibangun. Pendekatan ini pada hakekatnya bertujuan untuk mengetahui keinginan membayar (willingness to pay) sekelompok masyarakat, dalam penelitian ini adalah nelayan, pembudidaya rumput laut dan kerapu, wisatawan yang melakukan wisata bahari, dan masyarakat setempat yang berada dilokasi penelitian dan keinginan mambayar
(willingness to accept) dari kerusakan ekosistem terumbu karang (Fauzi, 2004). Tahapan pendekatan CVM : 1. Membuat hipotesis pasar terhadap sumberdaya yang akan diteliti. Hipotesis pasar ini berupa kuesioner yang berisi informasi lengkap mengenai ekosistem terumbu karang, manfaat terumbu karang, dan perkiraan nilai dari luasan terumbu karang yang berkualitas baik. 2. Mendapatkan nilai lelang. Tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai willingness to pay (WTP) responden terhadap ekosistem terumbu karang. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan survei, wawancara lengsung, dan kuesioner 3. Menghitung nilai rataan WTP. Nilai WTP dihitung berdasarkan nilai lelang yang didapatkan pada langkah2. Perhitungan ini didasarkan pada nilai rata-rata (mean) dan nilai tengah (median) yang didapat 4. Memperkirakan kurva lelang. Kurva lelang didapat dari hasil meregresikan nilai WTP yang dianggap sebagai variabel tidak bebas dengan beberapa variabel bebas. Pada penelitian ini, variabel bebas tersebut berupa umur (A), pendidikan (E), dan pendapatan (I) responden,atau WTP = f(A, E, I) Ln WTP = β0 + β1 Ln A + β2 Ln E + β3 Ln I ……………………………….13) 5. Mengagregatkan data. Mengagregatkan hasil WTP rata-rata individu ke dalam WTP populasi dengan cara mengalikan hasil WTP individu dengan jumlah populasi keseluruhan atau TB = Pt x WTPrata-rata …………………….......14) Dimana TB ; total benefit, Pt ; jumlah penduduk, WTP rata-rata ; nilai WTP ratarata responden hasil dari analisis regresi pada pesamaan 13. II. Kuantifikasi seluruh manfaat yang telah diidentifikasi secara moneter (monetizing) Menggunakan pendekatan nilai pasar terhadap manfaat yang telah bernilai pasar dan penggunaan harga tidak langsung (Shadow price) terhadap manfaat yang belum memiliki nilai pasar. Selanjutnya dihitung nilai ekonomi total dari ekosistem terumbu karang TNKJ, yaitu penjumlahan dari Nilai Manfaat Langsung (NML), Nilai Manfaat Tidak Langsung (NMTL), Nilai Pilihan (NP), Nilai Eksistensi (NE), atau dirumuskan dengan :
NET = NML + NMTL + NP + NE III. Penilaian Alternatif Skenario Pengelolaan Alternatif skenario pengelolaan ekosistem terumbu karang TNKJ yang disusun pada penelitian ini, yaitu : 1. Skenario alternatif pengelolaan I Pada kondisi ini semua bentuk kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan terumbu karang TNKJ diasumsikan berjalan seperti selama ini, yaitu kegiatan perikanan laut, pariwisata bahari, dan penelitian. Persentase nilai dari setiap kegiatan tidak mengalami perubahan hingga 10 tahun mendatang. 2. Skenario alternatif pengelolaan II Pemanfaatan ekosistem terumbu karang untuk kegiatan perikanan tangkap menerapkan sistem pengelolaan perikanan yang berkelanjutan, yaitu penerapan pengaturan jenis alat tangkap. Pengaturan alat tangkap diharapkan memberikan dampak yang terkecil bagi nelayan karena tidak mengurangi daerah penangkapan mereka. Dalam skenario II, diasumsikan alat tangkap muroami dilarang beroperasi di Perairan TNKJ. 3. Skenario alternatif pengelolaan III Pada skenario III, kegiatan perikanan dan pariwisata hanya diperbolehkan pada blok pemanfaatan perikanan dan pariwisata yang telah ditetapkan oleh balai taman nasional. Berdasarkan hasil kajian tentang pola pemanfaatan perikanan di Karimunjawa oleh tim WCS pada tahun 2006, bahwa lokasi penangkapan yang telah mengalami tekanan perikanan dan penangkapan dengan intensitas yang tinggi, beberapa diantaranya termasuk ke dalam zona inti, yaitu Taka Menyawakan dan zona perlindungan, yaitu P. Burung, P. Geleang, P. Cemara Kecil,dan Tj. Gelam. Selain itu, P. Cemara Kecil dan Tj. Gelam merupakan daerah tujuan wisata bagi para wisatawan yang menggunakan fasilitas paket wisata. Untuk menentukan skenario pengelolaan yang paling tepat bagi kawasan ekosistem terumbu karang TNKJ, digunakan pendekatan Cost Benefit Analysis (CBA). Pendekatan CBA digunakan untuk mengestimasi nilai sekarang (net present value/NPV) dan Gross Benefit Cost Ratio (Gross BCR) yang paling cocok untuk
masyarakt dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang. Apabila dalam perhitungan didapat nilai NPV positif (NPV>0) berarti proyek tersebut layak untuk diteruskan dan apabila NPV bernilai negatif (NPV<0) maka proyek tersebut harus dihentikan. Untuk menilai efisiensi ekonomi yang diperoleh digunakan perhitungan Benefit Cost Ratio (BCR). Proyek dinyatakan layak apabila nilai BCR>1 dan apabila nilai BCR<1, maka proyek tersebut dinyatakan tidak layak. Perhitungan nilai NPV dan BCR adalah sebagai berikut (Kadariah et al, 1978) : n
NPV
=
∑ t =1 n
∑ BCR
=
t =1 n
∑ t =1
Bt − C t (1 + r ) t
………………………………………………......15)
Bt (1 + r ) t Ct (1 + r ) t
………………………………………………......16)
Keterangan : Bt = Seluruh manfaat ekosistem terumbu karang dalam interval waktu tertentu Ct = Seluruh biaya pemanfaatan ekosistem terumbu karang dalam interval waktu tertentu n = Umur ekonomis proyek r = Discount rate (15 %) t = Interval waktu (10 tahun)
4.5
Batasan dan Pengukuran Penelitian
1. Ekosistem adalah hubungan timbal balik atau interaksi antara organisme dengan lingkungan abiotiknya atau tingkatan organisasi kehidupan yang mencakup organisme dan lingkungan tak hidup, dimana kedua komponen tersebut saling mempengaruhi dan berinteraksi (Anonim, 2008). 2. Lingkungan biotik adalah bagian lingkungan yang berupa makhluk-makhluk hidup (fungi, tumbuhan, hewan, dan monera) (Anonim, 2008).
3. Lingkungan abiotik adalah bagian lingkungan yang berupa benda tak hidup (contohnya air, tanah, udara, cahaya, pH, suhu dan iklim) (Anonim, 2008). 4. Ekosistem terumbu karang adalah interaksi antara biota laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenis karang batu dan alga berkapur dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenis moluska, krustasea, ekhinodermata, polikhaeta, porifera, dan tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton (Anonim, 2008). 5. Nilai ekonomi adalah sebagai pengukur jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya (Rp/tahun) 6. Nilai manfaat total adalah keseluruhan nilai moneter dari barang dan jasa yang dihasilkan ekosistem terumbu karang (Rp/tahun) 7. Nilai manfaat langsung adalah manfaat yang langsung diperole dari ekosistem terumbu karang (Rp/tahun) 8. Nilai manfaat tidak langsung adalah nilai yang diperoleh dari ekosistam terumbu karang berupa harga tidak langsung dari manfaat yang duhasilkan terumbu karan tersebut (Rp/tahun) 9. Nilai manfaat pilihan adalah nilai yang diberikan oleh masyarakat atas adanya pilihan untuk menikmati barang dan jasa dari sumberdaya alam dimasa yang akan datang (Rp/tahun) 10. Nilai manfaat keberadaan adalah nilai yang diberikan atas keberadaab atau terpeliharanya sumberdaya alam dan lingkungan meskipun masyarakat tidak memanfaatkannya (Rp/tahun) 11. Analisis ekonomi adalah analisis yang digunakan untuk menghitung manfaat dari biaya proyek dari segi pemerintah atau masyarakat sebagai pihak yang berkepentingan dalam proyek 12. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan tanpa mempengaruhi volume produksi (Rp/tahun) 13. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam satu kali produksi dan mempengaruhi volume produksi (Rp/tahun)
14. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian aset investasi (Rp/tahun) 15. Biaya total (total cost) adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam satu kali produksi (Rp/tahun) 16. Analisis biaya dan manfaat (cost and benefit analysis) adalah metode sistematis untuk menentukan serta mengukur manfaat dan biaya suatu proyek atau program 17. Nilai penyusutan adalah selisih antara nilai investasi dan nilai sisa (Rp/tahun) 18. Nilai sisa adalah nilai yang diperoleh dari 10% biaya investasi (Rp/tahun) 19. Biaya langsung adalah biaya yang dikeluarkan secara langsung dalam proses produksi (Rp/tahun) 20. Biaya kehilangan adalah biaya yang timbul dari hilangnya manfaat (Rp/tahun) 21. Manfaat keseluruhan (total benefit) adalah keseluruhan jumlah manfaat (Rp/tahun) 22. Manfaat bersih (net benefit) adalah selisih antara manfaat keseluruhan dengan biaya keseluruhan (Rp/tahun) 23. Incremental Net Benefit adalah perubahan manfaat bersih (net benefit) yang diperoleh dari selisih manfaat bersih ke-n dengan manfaat bersih n-1, dst (Rp/tahun) 24. Tingkat suku bunga (discount rate) adalah suatu pembayaran karena penggunaan sejumlah uang dalam suatu periode yang dinyatakan dalam persentase (%). Tingkat suku bungan yang digunakan pada penelitian ini adalah tingkat social opportunity cost of capital tertinggi yang biasa dipakai di Negara berkembang yaitu 15% (Kadariah et al, 1978) 25. Nilai sekarang (Present value) adalah nilai sekarang dari suatu jumlah uang yang akan diterima atau yang akan dibayarkan pada suatu saat yang akan datang (Rp) 26. Nilai bersih sekarang (Net Present Value) adalah akumulasi present value (Rp) 27. Benefit Cost Ratio (BCR) adalah perbandingan antara total dari manfaat (benefit) kotor dengan total biaya (cost) kotor. 28. Nilai tukar dolar (US$) terhadap rupiah pada saat penelitian adalah Rp 9.160,(Anonim, 2008).
4.6
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di tiga desa, yaitu di Desa Karimunjawa, Desa Kemujan,
dan Desa Parang yang termasuk dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah pada minggu ke dua bulan April hingga minggu pertaman bulan Mei 2008.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Gambaran Umum Daerah Penelitian
5.1.1
Kondisi Geografis Kepulauan Karimunjawa terdiri dari gugusan 27 pulau dan terbagi menjadi
dua wilayah, yaitu wilayah taman nasional dan wilayah luar taman nasional. Dari gugusan pulau-pulau tersebut, lima buah pulau telah berpenghuni, yaitu Pulau Karimunjawa, Pulau Kemujan, Pulau Parang, Pulau Nyamuk, dan Pulau Genting. Pusat administrasi pemerintahan ada di Pulau Karimunjawa. Kepulauan ini secara administratif merupakan kecamatan dari wilayah kabupaten Jepara, yang berlokasi sekitar 45 mil arah barat laut kota Jepara. Kawasan Taman Nasional Karimunjawa sendiri terdiri atas gugusan 22 pulau seluas 111.625 ha, yang terdiri dari tiga desa yaitu Desa Karimunjawa, Kemujan, dan Parang.
Sumber : Wildlife Conservation Society
Gambar 3. Lokasi Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Indonesia.
Taman Nasional Karimunjawa lahir dari perkembangan perubahan status. Sejarah penetapan kawasan TNKJ adalah sebagai berikut : • Tahun 1986, kawasan Karimunjawa merupakan Cagar Alam Laut, sesuai dengan Keputusan Mentri Kehutanan No.123/Kpts-II/1986 tanggal 9 April 1986. • Tahun 1988, kawasan Karimunjawa dinyatakan sebagai Taman Nasional berdasarkan Keputusan Mentri Kehutanan No.161/Menhut-II/1988 tanggal 23 Februari 1988. • Tahun 1999, kawasan Karimunjawa yang meliputi 22 pulau seluas 111.625 hektar ditetapkan sebagai taman nasional dengan nama Taman Nasional Karimunjawa berdasarkan Surat Keputusan Mentri Kehutanan No.78/Kpts-II/1999, tanggal 22 Februari 1999. • Tahun 2001, Taman Nasional Karimunjawa termasuk Pulau Karimunjawa (1.285,50 ha) dan Pulau Kemujan (222,20 ha) ditetapkan sebagai taman nasional dengan luas 111.624,70 hektar berdasarkan Keputusan Mentri Kehutanan No.74/Kpts-II/2001 tanggal 15 Maret 2001. Departemen Kehutanan RI (2007), menyebutkan bahwa pengelolaan taman nasional dalam UU No.5 Tahun 1990 dikelola dengan sistem zona dan dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, serta menunjang budidaya, kebudayaan, dan pariwisata/rekreasi alam. Sistem zona merupakan penataan kawasan taman nasional berdasarkan fungsi dan peruntukannya sesuai kondisi, potensi, dan perkembangan yang ada. Secara umum, pembagian zona pada setiap taman nasional mencakup zona inti, zona rimba/bahari, zona pemanfaatan, dan/atau zona-zona lain yang ditetapkan oleh Mentri Kehutanan berdasarkan kebutuhan pelestarian keanekaragaman hayati. Pembagian zona tersebut, yaitu : 1. Zona Inti ; berfungsi sebagai perlindungan mutlak dan tidak diperkenankan adanya perubahan apapun oleh kegiatan manusia, serta perubahan dan perkembangan yang terjadi berjalan secara alami tanpa campur tangan manusia, kecuali untuk kegiatan penelitian, pemantauan, perlindungan, dan pengamanan.
2. Zona Rimba (daratan) atau Zona Bahari (perairan laut) ; berfungsi sebagai penyangga zona inti dan di dalamnya hanya dapat dilakukan kegiatan sebagaimana pada zona inti, serta dapat dikunjungi oleh pengunjung untuk kegiatan rekreasi terbatas. Dalam zona ini dilakukan kegiatan pengelolaan seperti pembinaan habitat atau populasi satwa/tumbuhan, pembuatan jalan setapak, menara pengintai/pengawas, pondok jaga, dan sarana kemudahan wisata. 3. Zona Pemanfaatan ; diperuntukkan untuk menampung aktivitas pengunjung atau kegiatan pengelolaan. Dalam zona ini dapat dibangun sarana akomodasi untuk keperluan pengunjung serta sarana pengelolaan taman nasional. Sarana yang dapat dibangun dibatasi luasnya, yaitu maksimum 10 persen dari luas zona pemanfaatan. Balai Taman Nasional Karimunjawa telah melakukan proses rezonasi pada tahun 2003 – 2004. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan efektivitas pengelolaan TNKJ. Rezonasi dilakukan secara bottom-up dengan memperhatikan aspirasi masyarakat (Yulianto et al, 2007). Sesuai dengan Keputusan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) No : SK.79/IV/Set3/2005 Tanggal 30 Juni 2005 tentang Revisi Zonasi/Mintakat Taman Nasional Karimunjawa, pembagian zona Taman Nasional Karimunjawa dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Zonasi Taman Nasional Karimunjawa No
Zona
Luas (Ha)
1
Zona Inti
444,629
2
Zona Perlindungan
2.587,711
3
Zona Pemanfaatan Pariwisata
1.226,525
4
Zona Pemukiman
2.571,546
Wilayah Sebagian perairan P. Kumbang, Taka P. Menyawakan, Taka Malang, dan Tanjung Bomang. Hutan tropis dataran rendah di Pulau Karimunjawa dan hutan mangrove Perairan P. Galeang, P. Burung, Tanjung Gelam, P. Sintok, P. Cemara Kecil, P. Katang, Gosong Selikur, Gosong Tengah Perairan P. Menjangan Besar, P. Menjangan Kecil, P. Menyawakan, P. Kembar, P. Tengah, sebelah Timur P. Kumbang, Indonor dan karang kapal P. Karimunjawa, P. Kemujan, P. Parang, dan P. Nyamuk
5
Zona Rehabilitasi
122,514
6
Zona Budidaya
788,213
Zona Pemanfaatan Perikanan Tradisional Jumlah 7
Perairan sebelah Timur P. Parang, sebelah Timur P. Nyamuk, sebelah Barat P. Kemujan, dan sebelah barat P. Karimunjawa Perairan P. Karimunjawa, P. Kemujan, P. Menjangan Besar, P. Parang, dan P. Nyamuk
103.883,862
Seluruh perairan di luar zona yang telah ditetapkan yang berada di dalam kawasan TNKJ
111.625.000
Kawasan TNKJ
Sumber : Statistik Balai Taman Nasional Karimunjawa 2007
5.1.2 Kondisi Fisik Taman Nasional Karimunjawa
1. Geologi dan Tanah Kepulauan Karimunjawa terbentuk sekitar 65 juta tahun yang lalu, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya batuan yang terbentuk pada zaman pra-tertier yang dikenal dengan formasi karimunjawa (pTK) yang terdiri dari batu pasir kuarsa, pasir mikaan, konglomerat kuarsa, lanau kuarsa, dan urat kuarsa. Selain itu ditemukan batuan gunung api yang dibedakan menjadi formasi parang dan anggota lava genting yang terbentuk antara 54 hingga 65 juta tahun yang lalu. Subtrat dasar tanah rata-rata terdiri dari batu karang dan pada beberapa pulau terbentuk endapan-endapan pasir di atas karang. Endapan pasir tersebut terdiri dari batuan aluvial, sedimen, tanah liat, dan asosiasi mediteran coklat kemerahan. Batuan aluvial tersebar di Pulau Menjangan, Kemujan, Geleang, Karimunjawa, Parang, dan Genting dengan ketebalan bisa mencapai puluhan meter. Batuan sedimen terdapat di Pulau Karimunjawa, Kemujan, Gundul, Bengkoang, Menjangan Besar, dan Menjangan Kecil dengan ketebalan bisa mencapai 1200 m. Pada lereng timur dan barat Pulau Karimunjawa bisa ditemukan tanah liat dan asosiasi mediteran coklat kemerahan (Yulianto et al, 2007) 2. Topografi Kepulauan Karimunjawa memiliki topografi lahan berupa perbukitan curam dengan ketinggian mencapai 500 mdpl. Secara morfologi Kepulauan Karimunjawa dapat dibedakan menjadi tiga satuan, yaitu perbukitan, perbukitan bergelombang, dan
dataran rendah. Daerah perbukitan terbentang luas di Pulau Karimunjawa dengan ketinggian 200 – 500 mdpl dengan puncak tertinggi di Gunung Bendera yang disusun oleh batuan sedimen pra-tersier. Perbukitan bergelombang dan dataran rendah terbentang di Pulau Karimunjawa, Kemujan, Parang, dan Genting. Perbukitan bergelombang memiliki ketinggian antara 25 – 200 mdpl yang disusun oleh batuan sedimen dan batuan gunung api, dan daerah dataran rendah memiliki ketinggian antara 0 – 25 mdpl yang disusun oleh batuan sedimen dan aluvial (Yulianto et al, 2007). 3. Hidrologi Di kawasan Taman Nasional Karimunjawa tidak terdapat sungai permanen, danau, ataupun telaga, tetapi terdapat lima mata air besar yang terletak di Dukuh Kapuran (Pancuran Belakang), Legon Goprak, Legon Lele, Cikmas, dan Nyamplungan. Mata air ini dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber air bersih untuk keperluan sehari-hari. 5.1.3
Kondisi Biofisik Taman Nasional Karimunjawa
1. Iklim dan Oseanografi Berdasarkan klasifikasi tipe iklim Schimidt dan Ferguson, kawasan TNKJ memiliki tipe iklim C dengan rata-rata curah hujan 3.000 mm per tahun. Temperatur udara berkisar antara 30° - 31° C. Hujan turun sepanjang tahun, dalam bulan April – November jumlah hari hujan rata-rata 10 hari hujan tiap bulannya. Sedangkan pada bulan Juni hujan rata-rata hanya turun 1 hari. Musim kering atau kemarau terjadi pada bulan April-November dan musim hujan terjadi pada bulan Desember-Maret. Pada saat musim hujan, angin bertiup sangat kuat dari arah barat (musim barat) dan menyebabkan gelombang laut yang besar, hal ini pun terjadi pada bulan Juli-Agustus, ketika bertiup angin dari arah timur (musim timur). Karakteristik oseanografi Kepulauan Karimunjawa sangat dipengaruhi oleh kondisi musim yang ada di Indonesia. Pada musim barat atau barat laut, arus kuat di Perairan Karimunjawa berasal dari Laut Cina Selatan. Kecepatan angin pada musim timur di Indonesia dapat mencapai 3,5 – 5 m/dt dan 7,5 m/dt pada musim barat,
sedangkan di perairan sekitar Jepara kecepatan angin rata-rata berkisar antara 1,23 – 2,89 m/dt. Salinitas laut pada musim barat yaitu 32,6 ppm dan 32,2 ppm pada musim timur. 2. Ekosistem Kawasan Taman Nasional Karimunjawa memiliki 5 tipe ekosistem, yaitu : a. Ekosistem Terumbu Karang Luas ekosistem terumbu karang TNKJ adalah 713,107 ha. Gugusan terumbu karang di Kep.Karimunjawa merupakan terumbu karang tepi dan taka (gosong). Berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan oleh Wildlife Conservation Society (WCS) pada tahun 2003-2004 di 69 lokasi, tutupan rata-rata karang keras bervariasi antara 7% - 69% dan secara keseluruhan memiliki rata-rata sekitar 40 %. Selama survey tahun 2003-2006 jumlah genera karang keras yang tercatat adalah sebanyak 64 genus yang termasuk kedalam ordo Slclectina 14 famili dan 3 ordo non-Scleratinia. Acropora dan Porites merupakan jenis genera karang yang mendominasi di seluruh gugusan terumbu karang. Dominasi bentuk pertumbuhan karang di masing-masing lokasi tergantung kapada sifatnya yang terbuka atau terlindungi terhadap angin dan gelombang. Bentuk pertumbuhan karang di daerah yang terbuka terhadap angin dan gelombang relatif beragam seperti bercabang (branching), meja (tabulate), lembaran (foliose), mengerak (encrusting), masif (massive), dan sebagainya, yang tumbuh lebih ringkas dan padat. b. Ekosistem Mangrove Ekosistem hutan mangrove Taman Nasional Karimunjawa terdapat di Pulau Karimunjawa, Kemujan, Cemara Kecil, Cemara Besar, Krakal Kecil, Krakal Besar, Mrico, Menyawakan, dan Sintok. Hutan mangrove terluas terdapat di Pulau Kemujan dan Karimunjawa seluas 396,90 ha yang didominasi oleh jenis Exoccaria agallocha sedangkan jenis Rhizhophora stylosa menyebar di seluruh wilayah. Spesies mangrove yang ditemukan di Karimunjawa terdiri dari 44 spesies yang terdiri atas 26 spesies mangrove sejati dan 13 spesies mangrove ikutan yang berada di dalam kawasan dan 5 spesies di luar kawasan taman nasional.
c. Ekosistem Padang Lamun Padang lamun tersebar diseluruh kawasan taman nasional hingga kedalaman 25 m. Jenis lamun yang ditemukan sebanyak 9 jenis yaitu Enhalus acroides, Halophila ovalis, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, C.Serulata, Halodule pinifolia, H.univervis, Syringodium isotifolium, dan Thalassodendrum ciliatum. Dengan persentase penutupan dan kerapatan relatif cukup banyak pada jenis Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, dan Halophila ovalis. d. Ekosistem Hutan Pantai Vegetasi hutan pantai dicirikan oleh adanya pohon ketapang (Terminalia cattapa), cemara laut (Casuarina equisetifolia), jati pasir (Scaerota frustescens), sentigi (Pemphis acidula), dan waru (Hibiscus tiliaceus). e. Ekosistem Hutan Hujan Dataran Rendah Berdasarkan hasil eksplorasi flora yang dilakukan oleh LIPI, ditemukan 124 jenis dan 5 suku flora di kawasan ini. Jenis yang umum ditemukan antara lain sentul (Sandoricum koetjape), ande-ande (Antidesma montanum), berasan (Gomphia serrata), gondoria (Bouea macrophylla), dewadaru (Fragrarea eleptica), kalimosodo (Cordia subcordata), dan sawo kecil (Manilkara kauki). 5.1.4
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
1. Kependudukan Penduduk Karimunjawa berasal dari etnis Jawa, Madura, Bajo, Bugis, Muna, Luwu, Buton, dan Mandar. Mayoritas penduduk berasal dari Jawa, namun sebagian besar etnis telah berbaur dan berinteraksi dengan etnis lain (Yulianto et al, 2007). Berdasarkan data monografi Kecamatan Karimunjawa tahun 2008, jumlah penduduk di Kecamatan Karimunjawa sebanyak 8.655 jiwa terdiri dari 2.875 kepala keluarga yang tersebar di tiga desa, yaitu Desa Karimunjawa, Kemujan, dan Parang. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 4.325 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 4.330 jiwa.
Tabel 5. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Karimunjawa 2008 No
Desa
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Jumlah Keluarga (KK)
1
Karimunjawa
4.300
1.489
2
Kemujan
2.805
899
3
Parang
1.550
497
Jumlah
8.655
2.875
Sumber : Monografi Kecamatan Karimunjawa 2008
Komposisi penduduk Kecamatan Karimunjawa berdasarkan tingkat pendidikan, yaitu 67 % lulusan SD, 23 % lulusan SLTP, 8 % lulusan SLTA, dan 2 % lulusan PT. Tabel 6. Jumlah Penduduk Kecamatan Karimunjawa Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan No
Desa SD (orang)
SLTP (orang)
SLTA (orang)
PT (orang)
1
Karimunjawa
1154
661
194
36
2
Kemujan
1208
155
86
19
3
Parang
150
35
17
7
Jumlah
2512
851
297
62
Sumber : Monografi Kecamatan Karimunjawa 2008
Komposisi mata pencaharian penduduk yang berada di kawasan TNKJ adalah 8 % petani, 28 % nelayan, 4 % swasta, 34 % buruh, 6 % PNS, 0.3 % TNI/POLRI, dan 20 % lainnya. Tabel 7. Jumlah Penduduk Kecamatan Karimunjawa Berdasarkan Mata Pencaharian Desa
Jumlah (orang)
Mata Pencaharian Karimunjawa (orang) Petani
Kemujan (orang)
Parang (orang)
135
451
52
638
Nelayan
1112
467
588
2167
Swasta
138
83
34
255
Buruh
2318
199
120
2637
PNS
386
39
14
439
TNI/POLRI
24
-
-
24
Lainnya
23
956
600
1579
Sumber : Monografi Kecamatan Karimunjawa 2008
2. Sarana dan Prasarana Fasilitas pendidikan di Kecamatan Karimunjawa relatif lengkap, menurut data monografi Kecamatan Karimunjawa 2008, terdapat 16 unit taman kanak-kanak, 18 unit sekolah dasar, 7 unit sekolah menengah pertama, dan 2 unit sekolah menengah atas yang tersebar ditiga desa. Fasilitas kesehatan masyarakat berupa satu unit Pusat Kesahatan Masyarakat (PUSKESMAS) di Desa Karimunjawa dan dua unit PUSKESMAS Pembantu (PUSTU) yang terletak di Desa Kemujan dan Parang. Fasilitas peribadatan terdiri dari 13 mesjid dan 25 mushola/surau yang tesebar di seluruh desa dan 2 unit gereja yang terdapat di Desa Karimunjawa dan Kemujan. Pada setiap desa terdapat satu unit PLTD sebagai sumber listrik. Pada beberapa tempat terdapat listrik tenaga angin dan tenaga surya yang dimiliki oleh pemerintah/staf pemerintah atau pihak hotel/resort. Fasilitas komunikasi di Karimunjawa berupa saluran telepon yang dilayani oleh PT. Telkom yang memiliki Stasiun Bumi Kecil (SBK) serta jaringan telepon seluler yang telah masuk sejak tahun 2004. Hingga kini telah terdapat dua operator seluler yang memasang antena pemancar di Karimunjawa yaitu PT Telkomsel dan PT Indosat. Pihak pemerintah menggunakan radio SSB dan VHF untuk berkomunikasi antar desa atau dengan pihak kecamatan dan kabupaten. Terdapat pula satu kantor pos pembantu yang terletak di Desa Karimunjawa. Kegiatan perekonomian masyarakat didukung dengan adanya dua unit koperasi simpan pinjam yang terletak di Desa Karimunjawa dan Kemujan, satu pasar umum dan satu pasar ikan di Desa Karimunjawa, selain itu terdapat 8 unit kios yang menjual cinderamata bagi para pengunjung yang dipusatkan pada satu tempat, dan beberapa kios yang diusahakan sendiri oleh penduduk dan letaknya menyebar.
Terdapat pula 4-6 unit kios yang menjual kebutuhan material melaut bagi nelayan, dan banyak kios kelontong yang menjual barang kebutuhan sehari-hari. Kondisi jalan dimasing-masing desa relatif baik. Desa Karimunjawa dan Kemujan yang berjarak ± 17 km dihubungkan dengan jalan aspal dengan lebar ± 6 m, di Desa Parang terdapat jalan paving block yang bisa dilewati mobil. Untuk penyebrangan antar pulau, Dinas Perhubungan yang diwakili oleh Syahbandar menyediakan kapal penyebrangan yang khusus melayani rute P. Karimunjawa- P. Parang dan Nyamuk setiap hari Rabu dan Kamis dengan harga tiket Rp 40.000,00 (pulang pergi), selain itu untuk penyebrangan antar pulau dapat mengunakan kapal nelayan. Kepulauan Karimunjawa dapat dijangkau melalui laut dan udara. Transportasi udara ditempuh melalui Bandara Ahmad Yani Semarang menuju Bandara Dewandaru di Pulau Kemujan, dengan pesawat sewa jenis CASSA 212 yang disediakan oleh Kura-kura Resort, saat ini penerbangan hanya melayani penumpang charter dan wisata saja. Transportasi laut dapat ditempuh dengan menggunakan kapal ferry yaitu KMP Muria yang disediakan oleh PT ASDP cabang Jepara dan KMC Kartini I yang disediakan oleh Dinas Perhubungan dan Telekomunikasi Propinsi Jawa Tengah. Jadwal keberangkatan KMP Muria dengan waktu tempuh ± 6 jam, yaitu : •
Jepara-Karimunjawa, setiap hari Sabtu dan Rabu pukul 9.00 WIB dari Pelabuhan Kartini, Jepara
•
Karimunjawa-Jepara, setiap hari Senin dan Kamis pukul 8.00 WIB dari Pelabuhan Karimunjawa
Kapal Motor Cepat (KMC) Kartini I melayani rute Semarang-Karimunjawa (± 3,5 jam) dan Jepara-Karimunjawa (± 2,5 jam). Jadwal pelayaran KMC Kartini I,yaitu •
Jepara-Karimunjawa, setiap hari Senin pukul 10.00 WIB
•
Semarang-Karimunjawa, setiap hari Sabtu pukul 09.00 WIB (dari Pelabuhan Tanjung Mas)
•
Karimunjawa-Jepara, setiap hari Selasa pukul 09.00 WIB
•
Karimunjawa-Semarang, setiap hari Minggu pukul 14.00 WIB
5.2
Pemanfaatan Sumberdaya
5.2.1
Kegiatan Perikanan Tangkap Jumlah nelayan di Kecamatan Karimunjawa sebanyak 2.944 orang (Diskanlut
Kab. Jepara 2007) yang tersebar di tiga desa. Dari data tersebut 761 orang adalah nelayan berstatus juragan dan 2.813 orang adalah nelayan pandega. Armada penangkapan ikan di kecamatan ini terdiri dari dua jenis yaitu kapal motor sebanyak 473 dan perahu motor tempel sebanyak 124 unit dengan tonase kira-kira < 5 GT. Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan berupa jaring, pancing, bubu, panah, branjang, dan muroami. Tabel 8. Jenis Alat Tangkap, Musim (Masa Operasi), dan Jenis Ikan Tangkapan No
Alat Tangkap
Jumlah (unit)
Masa Operasi
Jenis ikan tangkapan
1
Muroami
2
September-Desember
Ekor kuning
2
Branjang
90
Juni-Agustus
Teri
3
Pancing tonda
617
Juni-September
Tongkol
4
Pancing edo
200
Maret-Juni
Ikan karang
5
Jaring
200
September-Nopember
Ekor kuning
6
Bubu
2000
Sepanjang musim
Ikan karang
Sumber : Dislutkan Kab. Jepara 2007
Produksi ikan laut yang tertangkap di perairan TNKJ dikelompokkan ke dalam 2 kelompok yaitu kelompok ikan segar dan ikan hidup. Kelompok ikan segar terdiri dari tongkol, tenggiri, cumi-cumi, badong, kakap merah, ekor kuning, manyung, dan ikan campuran, sedangkan jenis ikan hidup terdiri dari sunuk, kerapu, dan lobster. Tabel 9. Produksi Ikan Perairan Karimunjawa Tahun
Ikan Segar (Kg)
Ikan Hidup (Kg)
Total (Kg)
2003
263700
15441.1
279141.1
2004
253850
15042.4
268892.4
2005
237535
18934.3
256469.3
2005
543775
10618.8
554393.8
2007
307721
10309.6
318030.6
Sumber : Pelabuhan Perikanan Pantai Karimunjawa 2008
Berdasarkan Laporan Monotoring WCS, 2006 tentang Kajian Pola Pemanfaatan Perikanan di Karimunjawa Tahun 2003 – 2005, total hasil tangkapan yang tercatat selama penelitian didaerah penangkapan yang memiliki ekosistem terumbu karang, yaitu sebesar 62.230 kg, terdiri dari 49 famili dan 287 spesies. Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh keluarga Caesionidae (fusillier) sebanyak 72.9 %, kemudian di susul oleh keluarga tongkol dan Tengiri (Scombridae) sebanyak 14 % dan keluarga Ikan Selar dan Badong (Carangidae) sebanyak 3.1 %. Ekor kuning merupakan spesies ikan yang paling banyak ditangkap, yaitu 68.8 %. Jenis Tongkol Lurik (Euthynnus affinis) menempati urutan kedua dengan nilai 8.6 %, di susul oleh Tengiri dan Tongkol Hitam masing-masing sebanyak 2.6 % dan 2.2 %.
Sumber : WCS-fish catch report, 2006
Gambar 4. Komposisi tangkapan berdasarkan famili dan spesies
Berdasarkan gambar 4 di atas, 68,6 % ikan tangkapan di Karimunjawa adalah ekor kuning, jadi bisa dikatakan bahwa perikanan karimunjawa saat ini adalah perikanan ekor kuning. Jumlah ikan yang di tangkap di karimunjawa 55,8 % berasal dari alat tangkap Muroami, 24 % berasal dari alat tangkap Jaring Pocong dimana
kedua alat tangkap ini memiliki jenis ikan target yang sama, yakni ikan Ekor Kuning. Laporan Monitoring tersebut juga menyatakan bahwa tekanan perikanan tertinggi terjadi di daerah terumbu karang sekitar Pulau Krakal Besar dan Krakal Kecil, Taka Menyawakan, P. Burung , P. Geleang, P. Cemara Kecil, P. Menyawakan, P. Menjangan Kecil, P. Tengah, P. Kecil, P. Cendikian, P. Gundul dan Timur P. Genting. Tekanan perikanan tangkap didefinisikan sebagai jumlah rata-rata dari biomassa ikan (kg) yang di ekstrak dari tiap-tiap lokasi penangkapan (Fishing Ground) di kepulauan Karimunjawa di bagi dengan luasan dari tiap-tiap lokasi tersebut (km2). Sedangkan lokasi penangkapan yang sudah jenuh meliputi P. Menyawakan, Taka Menyawakan, P. Cemara Besar, P. Burung, Tj. Gelam, P. Tengah dan sebelah timur P. Kemujan. Nelayan Karimunjawa pada umumnya menjual hasil tangkapan mereka ke pedagang atau tengkulak setempat (90 %) dan hanya sekitar 10 % yang dipakai untuk konsumsi pribadi. Jenis-jenis ikan Ekor Kuning dan Tenggiri dijual ke padagang penampung di Desa Karimunjawa untuk kemudian dikirim ke Jepang. Khusus untuk ikan Ekor Kuning selanjutnya akan dikirim ke luar negeri melalui Semarang dan Jakarta, sedangkan ikan Tenggiri dan Tonggkol dijual di pasar local Jepara dan kota lainnya di Jawa Tengah (Yulianto et al, 2007). Berikut diuraikan masing-masing kegiatan perikanan tangkap di perairan TNKJ menurut alat tangkap yang digunakan. 1. Muroami Muroami (bahasa jepang) berasal dari kata “muro” dan “ami”. Ami berarti alat, sedangkan muro adalah sebangsa ikan Carangidae. Seperangkat muroami terdiri dari empat bagian, yaitu bagian jaring, pelampung, pemberat, dan penggiring. Jumlah tenaga kerja dalam satu kapal muroami terdiri umumnya dari 20-40 orang. Seorang bertugas sebagai tonaas (fishing master) yang memimpin jalannya penangkapan dan seorang bertugas sebagai wakil tonaas. Dua orang (untuk ukuran kecil) dan empat orang (untuk ukuran besar) sebagai penjaga atau pemegang kedua ujung kantong saat jaring dipasang. Satu/dua orang sebagai penjaga atau pemegang kantong belakang.
Empat sampai enam orang sebagai penyelam, dan selebihnya adalah sebagai pengusir ikan-ikan yang akan ditangkap. Sumber oksigen para penyelam ini umumnya berasal dari alat kompresor (tabung gas bertekanan tinggi). Pada saat operasi penangkapan diperlukan 3-5 buah perahu, sebuah perahu untuk membawa kantong, dua perahu untuk memuat sayap/kaki jaring, dan sisanya untuk membawa para tenaga penggiring ikan. Daerah penangkapan dilakukan disekitar perairan karang pada kedalaman antara 10-25 m atau yang biasa disebut “karang dalam”. Hasil tangkapan muroami ini berupa ikan-ikan karang, seperti ekor kuning (Caesio cuning), penjalu (C.coerulaureus), pisang-pisang (C. chrysononus), Sunglir (Elagatus bipinnulatus), selar kuning (Caranx leptolepis), dan kuwe macan (Caranx spp) (Subani dan Barus, 1989). Alat tangkap muroami pertama kali dikenal oleh masyarakat Karimunjawa pada tahun 1990-an yang di bawa oleh nelayan Pulau Seribu atau Pulau Kelapa. Pengoperasian alat tangkap ini mendapat sambutan negatif dari masyarakat lokal, sebab alat tangkap ini menurunkan hasil tangkap nelayan lokal dan merusak terumbu karang. Pada tahun 1999, muroami mulai dioperasikan lagi. Kali ini yang memprakarsai pengoperasi muroami adalah anggota masyarakat Karimunjawa sendiri dengan memperkerjakan anggota masyarakat yang tidak memiliki fasilitas melaut. Tentu saja hal ini membuat masyarakat nelayan tradisional bingung, jika menolak akan terjadi konflik dengan teman sendiri, tetapi jika menerima hasil tangkap mereka akan berkurang. Ditengah-tengah kebingungan ini, masyarakat nelayan tradisional berkumpul untuk menggelar aksi demontrasi. Situasi ini mendapatkan respon dari pemerintah daerah, sebagai jalan tengah agar konflik tersebut tidak berkembang, maka pemerintah daerah membentuk team untuk melakukan survey tentang dampak yang diakibatkan oleh pengoperasian muroami. Hasil survey tersebut menyatakan bahwa pengoperasiam muroami tidak berdampak negatif terhadap lingkungan laut, dari hasil survey inilah pemerintahan Kabupaten Jepara mengeluarkan surat edaran No. 523/2813 tanggal 28 Juni 2002, yang melegalkan pengoperasian muroami di Kepulauan Karimunjawa. Setelah keluarnya surat edaran tersebut, jumlah muroami yang beroperasi sebanyak 16 unit.
Pemiliknya terdiri dari 6 orang tokoh masyarakat dan 10 orang anggota masyarakat pemilik modal. Saat ini, muroami yang masih beroperasi berjumlah 2 unit. Satu unit dimiliki oleh anggota masyarakat yang memiliki modal dan satu unit lagi dimiliki oleh seorang tokoh masyarakat (WCS-technical report, 2004). Jumlah kongsi (unit) Muroami yang beroperasi pada tahun 2003 adalah 27 unit, lalu menjadi lima unit pada tahun 2004, dan tinggal dua unit pada tahun 2005 sampai saat ini (2008). Alat tangkap Jaring Pocong mulai beroperasi pada musim penangkapan pancaroba 2004, alat ini merupakan modifikasi dari alat tangkap Muroami, di mana jaring kantong di tiadakan dan panjang Jaring Pelari yang lebih pendek . Satu kongsi Jaring Pocong terdiri dari 2 unit kapal dan dapat dioperasikan oleh 7-10 orang, sedangkan Muroami terdiri dari 3 unit kapal dan hanya dapat dioperasikan dengan jumlah ABK minimal 15 orang. Saat ini Jaring Pocong tidak dioperasikan lagi di perairan Karimunjawa. Perikanan muroami berdampak langsung pada kerusakan terumbu karang, karena sebagian besar alat tangkap ini beroperasi di daerah paparan terumbu. Dalam satu kali operasi muroami luas rata-rata daerah yang disapu oleh para penyelam dalam menggiring ikan sampai ke jaring kantong adalah 2,4 hektar atau 80 x 300 m2 . Kerusakan karang yang disebabkan oleh seorang penyelam muroami selama proses penggiringan sebesar 11,4 cm2 dalam setiap 1 m2 karang hidup. Nilai ini hampir sama dengan rata-rata kerusakan karang yang disebabkan oleh aktivitas manusia di seluruh Kepulauan Karimunjawa, yaitu sebesar 10,3 cm2 dalam setiap 1 m2 karang hidup. Hal ini menunjukkan bahwa satu penyelam muroami berpotensi menimbulkan kerusakan yang relatif sebanding dengan kerusakan yang disebabkan oleh keseluruhan aktivitas (jangkar, kapal, kerusakan oleh manusia)..
GRAFIK RATA-RATA TINGKAT KERUSAKAN KARANG
2
2
Rata-rata kerusakan (cm /m )
16.0 14.0 12.0 11.4
10.0 10.3 8.0 6.0 4.0 2.0 0.0 Rata-rata Kep. Karimunjawa*
1 penyelam Muro-ami
Sumber : WCS-technical report, 2004
Gambar 5. Perbandingan rata-rata kerusakan karang
Aktivitas penangkapan menggunakan muroami lebih banyak dilakukan dibawah air yang disertai oleh proses pemasangan jaring, penggiringan, dan pengangkatan ikan. Selama proses-proses tersebut, nelayan penyelam tidak hanya berenang tetapi juga berjalan di atas karang sehingga menyebabkan kerusakan karang. Hal tersebut terutama terjadi jika operasi penangkapan dilakukan di atas hamparan karang yang didominasi oleh karang bercabang dan karang meja yang sangat mudah rusak. Selain terbukti merusak ekosistem terumbu karang, alat tangkap ini berpotensi atau bahkan sudah menguras stok sumber daya ikan di Perairan Karimunjawa. Target utama muroami adalah ikan ekor kuning atau C. cuning dari famili Caesionidae. Selain Caesionidae, muroami juga sangat efisien dalam menangkap ikan target dari famili Carangidae, Scaridae, Sphyraenidae, dan Lutjanidae. Scaridae (kelompok ikan kakatua) merupakan kelompok ikan karang yang sangat penting karena peranannya didalam bio-erosi dan perputaran daur hidup alga pada ekosistem terumbu karang. Berdasarkan hasil pengamatan, selang jumlah ikan yang terambil dari area sapuan muroami adalah 4,83 kg/Ha – 127,71 kg/Ha dengan rata-rata mencapai 62,76 kg/Ha. Dengan demikian kira-kira 150 kg ikan perhari yang keluar dari perairan Karimunjawa oleh alat tangkap muroami dalam satu kali operasi (Laporan Teknis WCS, 2004).
2. Pancing Pada prinsipnya pancing terdiri dari dua komponen utama, yaitu tali (line) dan mata pancing (hook). Tali pancing bisa terbuat dari bahan benang katun, nilon, polyethylin, plastik (senar), dan lain-lain. Sedangkan mata pancingnya terbuat dari kawat baja, kuningan atau bahan lainnya yang tahan karat. Jumlah mata pancing yang terdapat pada tiap parangkat (satuan) pancing bisa tunggal maupun ganda (dua – tiga buah) bahkan banyak sekali (ratusan sampai ribuan) tergantung dari jenis pancingnya. Sedangkan ukuran mata pancing bervariasi, disesuaikan dengan besar kecilnya ikan yang akan ditangkap/pancing (Subani dan Barus, 1989). Jenis pancing yang digunakan oleh nelayan Kepulauan Karimunjawa adalah pancing tonda yang termasuk kedalam jenis pancing tarik (Troll line). Pancing ini terdiri dari tali pancing dan mata pancing, nelayan pada umumnya menggunakan umpan tiruan (imitation bait) berupa kain sutera dan bulu ayam dan umpan benar (true bait) yaitu cumi-cumi. Cara pengoperasian pancing tonda ini dilakukan dengan menarik (baca : menonda) pancing tersebut dengan kapal motor secara horisontal menelusuri lapisan permukaan air, lapisan dalam maupun menelusuri dasar perairan. Musim tangkap para nelayan tonda dimulai pada bulan Juni hingga September setiap tahunnya, dengan hasil tangkapan utamanya adalah ikan tongkol dan tenggiri. Jumlah tenaga kerja dalam satu kapal antara satu hingga dua orang. Pada umumnya, nelayan tonda menangkap ikan setiap hari (malam – pagi) pada saat musim tangkap atau sekitar 26 hari dalam satu bulan musim tangkap. 3. Bubu Bubu merupakan alat tangkap berupa jebakan dan bersifat pasif. Bahan bubu umumnya terbuat dari anyaman bambu, rotan, dan kawat. Bentuk bubu bermacammacam, seperti sangkar (cages), silinder (cylindrical), gendang, segitiga memanjang (kubus) atau segi banyak, bulat setengah lingkaran, dan lain-lain. Secara garis besar, bubu terdiri dari tiga bagian yaitu badan (body), mulut (funnel), dan pintu. Badan berupa rongga, tempat ikan terkurung. Mulut bubu (funnel) berbentuk seperti corong, merupakan pintu dimana ikan dapat masuk tetapi tidak dapat keluar, dan pintu bubu
merupakan tempat pengambilan hasil tangkapan. Dilihat dari cara opersional penangkapannya, bubu dibagi kedalam tiga golongan, yaitu bubu dasar (ground fishpot), bubu apung (floating fishpot), dan bubu hanyut (drifting fishpot) (Subani dan Barus,1989). Jenis bubu yang digunakan di TNKJ adalah bubu dasar (ground fishpot) yang dipasang di sekitar perairan karang atau diantara karang-karang. Bubu yang nelayan gunakan terbuat dari anyaman bambu dan kawat. Umur teknis dari bubu anyaman bambu adalah sekitar tiga sampai empat bulan, sedangkan umur teknis bubu kawat bisa mencapai satu tahun. Pengambilan hasil tangkapan dilakukan dua sampai tiga hari setelah bubu dipasang. Musim tangkap bubu adalah sepanjang tahun, dengan hasil tangkapan utama berupa ikan Baronang (Siganus spp), Kerapu (Epinephelus spp), Kakap (Lutjanus spp), Kakatua (Scarus spp), dan Ekor kuning (Caesio spp). 4. Jaring Jenis jaring yang digunakan nelayan tradisional di Kep. Karimunjawa adalah jaring insang (gill net). Jaring insang (gill net) ialah suatu alat tangkap berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat ris atas dan ris bawah (terkadang tanpa ris bawah untuk sebagian jaring udang barong). Besar mata jaring bervariasi disesuaikan dengan sasaran tangkap (udang, ikan). Ikan yang tertangkap akan terjerat (gilled) dibagian belakang lubang penutup insang (operculum), terbelit, dan terpuntal (entangeled) pada mata jaring yang terdiri dari satu lapis (gill net), dua lapis maupun tiga lapis (jaring kantong, trammel net). Jaring ini terdiri dari satuan-satuan jaring yang biasa disebut tinting (piece). Dalam operasi penangkapan biasanya terdiri dari beberapa tinting yang digabung menjadi satu sehingga merupakan satu perangkat (unit) yang panjang (300-500 m). Dilihat dari cara pengoperasiannya, alat tangkap ini dibedakan menjadi tiga, yaitu drift gill net (dihanyutkan), set gill net (dilabuhkan), dan encircling gill net (dilingkarkan) (Subani dan Barus, 1989). Nelayan di sekitar TNKJ pada umumnya menggunakan jaring insang jenis jaring insang labuh (set gill net). Jaring insang ini didirikan secara tegak lurus Mereka
melabuhkan jaringnya di dasar, lapisan tengah, maupun di bawah lapisan atas kolom perairan. Musim tangkap nelayan jaring adalah pada bulan September hingga Nopember. Ikan hasil tangkapan pada umumnya terdiri dari jenis badong, baronang, bandeng, cucut, ekor kuning, panti, ikan hijau, pari, selar, smadar, tongkol, tenggiri, udang topeng, toda, dan tambak. 5. Branjang Branjang/waring atau jaring bagan merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan teri. Jaring branjang ini umumnya berukuran 9 x 9 m, bahannya berasal dari benang katun atau nilon. Jaring ini diikatkan pada bingkai berbentuk persegi panjang yang terbuat dari kayu atau bambu. Jenis bagan yang digunakan oleh nelayan di sekitar TNKJ adalah bagan perahu (boat lift nets) yang beroperasi diperairan dalam. Penangkapan dengan bagan perahu ini hanya dilakukan pada malam hari (light fishing) dengan menggunakan lampu (pertomax) sebagai alat bantu penangkapan. Musim tangkap nelayan branjang di Kepulauan Karimunjawa dimulai dari bulan Juni hingga Agustus. Ikan teri yang ditangkap terdiri dari dua jenis yaitu teri hitam dan putih, hasil tangkapan dijual dalam keadaan kering ke pedangang pengumpul setempat. 6. Panah (Speargun) Nelayan panah di sekitar TNKJ terdapat di Desa Karimunjawa dan Parang. Alat tangkap ini terdiri dari anak panah (stainless), tangkai senapan (kayu), karet pelenting, dan pelatuk. Waktu penangkapan ikan adalah malam hari dengan musim tangkap sepanjang tahun. Nelayan menggunakan bantuan kompressor sebagai sumber oksigen, mereka pun membawa keranjang dan senter sebagai alat bantu dalam operasi penangkapan. Target utama penangkapan adalah ikan karang yaitu ekor kuning, selain itu tertangkap pula kerapu dan betet. Dalam satu armada penangkapan jumlah nelayan berkisar 4-6 orang. 5.2.2
Kegiatan perikanan budidaya Kegiatan perikanan budidaya di sekitar Taman Nasional Karimunjawa
meliputi dua komoditas yaitu kerapu dan rumput laut. Saat ini untuk kegiatan budidaya kerapu terdapat 60 unit karamba, yaitu 40 unit karamba
pengumpul/penampung dan 20 unit karamba budidaya dengan luas tambak 65.2 ha dan jumlah petak sebanyak 161 (Dislutkan Jepara 2007). Jenis kerapu yang di dibudidayakan nelayan pembudidaya adalah kerapu macan dan bebek, benih kerapu ini mereka peroleh dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau
(
BBPBAP), balai ini merupakan salah satu kelembagaan penyuluhan perikanan milik Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jepara yang terdapat di Desa Karimunjawa. Jenis karamba yang digunakan nelayan pembudidaya dan pengumpul kerapu adalah karamba jaring apung dan karamba jaring tancap. Pada umumnya dalam satu petak kolam, nelayan pembudidaya menebar 200 ekor benih ikan kerapu. Ukuran benih kerapu macan yang ditebar adalah 11 cm dengan harga beli Rp 1000/cm dan 8 cm untuk benih kerapu bebek dengan harga beli Rp 1500/cm, masa produksi dari awal penebaran hingga panen adalah 1-1.5 tahun. Harga kerapu macan Rp 80.000-Rp 90.000 /kg dan kerapu bebek Rp 350.000/kg. Nelayan pembudidaya menjual hasil produksinya ke pedagang di Jepara dan kepada pembeli yang datang langsung ke karamba mereka. Para nelayan pembudidaya saat ini tersebar di sekitar perairan Desa Karimunjawa, yaitu di sekitar perairan sisi Utara Pulau Menjangan Besar dan sisi Barat Daya Pulau Karimunjawa, sedangkan untuk nelayan kerapu yang terdapat di Desa Kemujan dan Parang mereka tidak melakukan kegiatan budidaya, melainkan hanya sebagai nelayan pengumpul/penampung ikan kerapu hasil tangkapan nelayan yang selanjutnya mereka jual ke pengumpul di Desa Karimunjawa. Jenis karamba yang digunakan nelayan pengumpul ini adalah karamba jaring tancap. Berdasarkan data Dislutkan Kab. Jepara (2007), hasil produksi budidaya kerapu pada karamba jaring tancap dan apung pada tahun 2007 mencapai 3.15 ton. Budidaya rumput laut mulai berkembang di Kepulauan Karimunjawa pada akhir tahun 2004, dimulai dari beberapa orang di Desa Karimunjawa yang berinisiatif mulai menanam rumput laut di sekitar Pulau Menjangan Besar (Yulianto et al, 2007). Rumput laut yang di tanam di Karimunjawa tergolong ke dalam tiga filum yaitu Clorophyta, Phaeophyta, dan Rhodophhyta. Luas area laut yang potensial untuk
pengembangan budidaya rumput laut di Karimunjawa sekitar 1159 Ha dengan tingkat pemanfaatan mencapai 275 Ha, yang tersebar di tiga desa (Dislutkan Jepara 2007). Tabel 10. Potensi lahan Budidaya Rumput Laut Kecamatan Karimunjawa No
Desa
Lahan (Ha)
1.
Kemujan
100
2.
Karimunjawa
125
3
Parang
50
Jumlah
275
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Jepara 2007
Saat ini terdapat 10 kelompok tani rumput laut di sekitar kawasan Taman Nasional Karimunjawa dengan jumlah anggota 517 orang yang tersebar di Desa Karimunjawa, Kemujan, dan Parang. Kelompok tani ini dibentuk dan dimodali oleh seorang pengusaha rumput laut lokal dibawah organisasi bernama Forum Komunikasi Pembudidaya Rumput Laut Seluruh Indonesia cabang Jepara, organisasi ini terletak di Dukuh Kapuran Desa Karimunjawa. Alat produksi (tambang, tali rafia, dan bibit) yang dibutuhkan pembudidaya disediakan oleh pengusaha tersebut dengan sistem peminjaman yang disalurkan melalui ketua kelompok masing-masing. Hasil produksi rumput laut dari tiap kelompok tani, dibeli dalam keadaan basah seharga Rp 500/kg, lalu oleh pengusaha tadi dikeringkan dan dipasarkan kedaerah Surabaya dengan harga jual Rp 6000/kg. Secara umum, lokasi penanaman rumput laut pembudidaya berjarak 50-500 m dari garis pantai, daerahnya terlindungi dari arus dan gelombang dan berada pada daerah bersubtrat pasir atau karang, dengan kedalaman perairan antara 2,5 – 10 m. Sejak tahun 2004 – 2006 bibit rumput laut yang ditanam petani adalah Eucheuma cottoni yang berasal dari Cilacap, namun sejak awal 2007 hingga sekarang petani menggunakan bibit Eucheuma cottoni (pembudidaya menyebutnya sebagai “cottoni jumbo”) dari Kepulauan Morotai karena lebih tahan terhadap hama penyakit (ice-ice), lumut, gelombang, dan ukurannya lebih besar dari pada bibit sebelumnya.
Pembudidaya menanam dengan metode rawai permukaan. Pada metode ini, bibit rumput laut (thallus) diikatkan pada tali ris (terbuat dari nylon) yang terbentang sepanjang 50 m. Dalam satu tali ris biasanya diikatkan 200 potong bibit dengan menggunakan tali rafia berukuran 15-30 cm dengan bobot per bibit kira-kira 100 gram. Setiap bibit diikat dengan jarak rata-rata 25 cm. Dalam satu area pertanaman, setiap tali ris dirangkai dengan tali ris lainnya, dimana setiap tali ris tersebut diberi beberapa pelampung dari botol air mineral bekas. Umumnya para petani rumput laut menggunakan 2-5 kw bibit per musim tanam, harga bibit Rp 1000/kg, bibit tersebut di besarkan hingga umur 2 bulan, setelah bibit tumbuh dan berkembang lalu bibit dipotong dan diikat pada sisa tali ris dan dibiarkan tumbuh hingga 2 bulan selanjutnya. Masa produksi dari awal tanam hingga panen adalah 4 bulan dengan total produksi mencapai 2-5 ton rumput laut basah. 5.2.3
Kegiatan Pariwisata Prinsip dalam pengembangan pariwisata di Taman Nasional Karimunjawa
diarahkan untuk meningkatkan upaya konservasi sekaligus memenuhi fungsi pendidikan, penelitian, dan rekreasi yang melibatkan partisipasi masyarakat (Yulianto et al, 2007). Keindahan alam Kepulauan Karimunjawa sangat potensial untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata, baik wisata bahari seperti diving, snorkeling, swimming, canoing, sun bathing, fishing, dan akuarium laut maupun wisata petualangan alam seperti hiking, camping, dan caving. Selain alam yang indah, penduduk Karimunjawa yang multietnis membuat kawasan ini pun menarik untuk disimak berbagai keunikan budaya dan tradisinya. Terdapat pula wisata Religi, berupa ziarah ke Makam Sunan Nyamplungan. Sunan Nyamplungan dikenal sebagai Sunan Muria yang merupakan murid Sunan Kudus dan merupakan orang pertama yang mendiami Pulau Karimunjawa. Luas zona pemanfaatan pariwisata TNKJ adalah 1.226.525 Ha, yaitu di sekitar Perairan P. Menjangan Besar, P. Menjangan Kecil, P. Menyawakan, P. Kembar, P. Tengah, sebelah Timur P. Kumbang, P. Bengkoang, indonor, dan Karang kapal
Sarana penginapan sebagai penunjang kegiatan pariwisata yang ada saat ini terdiri dari jenis pondok tinggal (homestay), wisma, pondok apung, dan hotel. Tarifnya berkisar antara Rp 50.000,- hingga Rp 500.000,- . Fasilitas penginapan ini tersebar di Pulau Karimunjawa, Menjangan Besar, Tengah, dan Menyawakan. Selain itu, terdapat pula fasilitas penyewaan sarana transportasi bagi wisatawan yang ingin berkeliling TNKJ. Sarana transportasi ini berupa perahu wisata (Rp 200.000,- – Rp 500.000,-), perahu kaca untuk melihat keindahan terumbu karang (Rp 400.000,-), speed boat (Rp 250.000,-), sepeda motor (Rp 30.000,- – Rp 50.000,- per hari), dan mobil (Rp 150.000,- – Rp 300.000,- per hari). Tabel 11. Daftar Sarana Penginapan di Taman Nasional Karimunjawa No 1 2 3 4 5 6 7
Nama
Jumlah Kamar 22 5 6 4 11 7 17
9 10 11
Ari'e Home Aryani (H. Fu'ad) Blue Laguna Inn Dafista Dewadaru Resort Hamfa Duta Karimun Jaya Karimun (Wisma Apung) Kalima Sada Karimun Indah Kohim (Kemojan)
12
Kura-kura Resort
10
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Mekar Sari Menjangan Besar Mulya Indah Nirwana Resort Barokah Prapatan Setia Jaya I Setia Jaya II Tiga Saudara Wisma Wisata Karimunjawa Inn
5 6 6 16 3 2 4 4 3 6 18
8
Sumber : Dinas Pariwisata Kab. Jepara 2007
14 4 5 4
Telepon +62(297)312288 +62(297)312128 +62(297)312251 +62(297)312277 +62(297)312153 +62(297)312125 +62(297)312207 +62(297)312185, (+62)81325110999 +62(297)312224 +62(297)312144 (+62)81325104171 +62(291)595931, 595932 +62(297)312105 (+62)81325293625 +62(297)312106 +62(297)312151 +62(297)312214 +62(297)312227 +62(297)312206 +62(297)312197 +62(297)312127 +62(297)312118 +62(297)312253
Kelas Homestay Homestay Resort Homestay Resort Homestay Homestay Homestay Homestay Homestay Homestay Resort Homestay Homestay Homestay Resort Homestay Homestay Homestay Homestay Homestay Melati Melati
Saat ini terdapat empat operator wisata yang menawarkan paket wisata. Empat operator wisata tersebut yaitu Jaya Karimun (wisma apung), Hamfa, Duta Karimun, dan Wisma Wisata (milik Dinas Pariwisata Kab.Jepara). Paket wisata yang ditawarkan berupa sarana penginapan, tiket kapal pulang-pergi, logistik, dan touring darat atau laut. Touring darat pada umumnya dilakukan di sekitar Desa Kemujan, kegiatan ini berupa penjemputan di pelabuhan, berkeliling di sekitar hutan mangrove, melihat perkampungan bugis dan rumah adatnya, menikmati sunset dan pasir putih di pantai Legon Bajak atau pantai Alang-alang, sedangkan touring laut berupa kegiatan snorkeling dan swimming, banana boat, berkeliling dengan glass bottom boat (perahu kaca), dan melihat akuarium ikan hiu. Paket wisata laut dilakukan di sekitar P.Menjangan Besar, P. Menjangan Kecil, P. Cemara Besar, P. Cemara Kecil, dan Tj. Gelam. Harga paket wisata tersebut berkisar antara Rp 225.000 – Rp 300.000 per orang selama dua hari satu malam. Para operator wisata ini bekerja sama dengan biro perjalanan wisata/agen yang terdapat di sekitar kota Jepara dalam mengokomodasi wisatawan yang ingin berkunjung ke TNKJ. Biro perjalanan wisata tersebut yaitu Tirta Bianca Tour and Travel, Senja Furindo, Trio Tour, Puspa Tour, Bejeu, Kartika Tour, Central Java, Duta Karimun, dan Karimunjawa Trans. Pada awal Maret 2004, Pemprov Jawa Tengah merealisasikan Kapal Cepat Kartini I buatan PT PAL Indonesia untuk mengantarkan pengunjung dengan durasi waktu lebih cepat dan lebih nyaman. Jarak Semarang-Karimunjawa yang dihubungkan 60 mil laut dapat dicapai dengan waktu tempuh 3,5 jam. Selain Kapal Cepat Kartini, tersedia juga sarana perhubungan lain, yaitu KM Muria. Kapal ini hanya melayani Jepara-Karimunjawa dan beroperasi dua kali seminggu dari Pelabuhan Kartini Jepara. Pengguna kapal yang dikelola PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (PT ASDP) ini didominasi kalangan menengah ke bawah karena harga tiket yang lebih murah.
Tabel 12. Jumlah Kunjungan Wisatawan TNKJ 2000 – 2008
No
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
9
2008 (hingga bulan April)
Wisatawan Nusantara (0rang) 303 485 561 772 3409 5960 2718 1043
Wisatawan Mancanegara (orang) 92 301 134 157 507 1010 380 245
209
48
Total (orang)
Persen Perubahan per tahun
395 786 695 929 3916 6970 3098 1288
2.13 (0.5) 1.27 16.3 16.7 (21.1) (9.8)
257
(5.6)
Sumber : Statistik Balai Taman Nasional Karimunjawa 2007
Berdasarkan tabel 12 di atas terlihat terjadi peningkatan jumlah wisatawan sebesar 16 % pada tahun 2004, hal ini selain dikarenakan adanya penambahan fasilitas penyebrangan, yaitu KMC Kartini I, juga karena pada tahun 2004 mulai menjamurnya pondok tinggal (homestay) yang dikelola oleh masyarakat, dan adanya kampanye pemilihan presiden menyebabkan kawasan TNKJ mendapat perhatian dari masyarakat luar. Namun jika kita lihat mulai dari tahun 2004 hingga 2008, jumlah kunjungan wisatawan mengalami fluktuatif, hal ini karena menurunnya euforia masyarakat luar terhadap kawasan TNKJ yang sebelumnya tidak begitu mereka ketahui karena minimnya informasi dan sarana transportasi. Dengan kemudahan aksesibilitas transportasi dan informasi menuju dan tentang TNKJ, menyebabkan menurunnya animo masyarakat luar untuk bewisata ke kawasan TNKJ. 5.3
Nilai Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang TNKJ Manfaat dan fungsi yang teridentifikasi dari keberadaan ekosistem terumbu
karang TNKJ adalah sebagai berikut :
5.3.1
Manfaat Langsung
5.3.1.1 Perikanan Laut a. Perikanan Tangkap 1. Muroami Saat ini jumlah alat tangkap muroami yang masih beroperasi di sekitar perairan TNKJ berjumlah dua unit. Alat tangkap ini beroperasi pada bulan September hingga Desember. Jumlah trip penangkapan dalam satu bulan adalah 26 hari atau 104 hari dalam satu tahun. Jenis ikan hasil tangkapan dua kelompok nelayan muroami ini didominasi oleh ikan ekor kuning dan pisang-pisang, selain itu jenis ikan yang tertangkap seperti ikan kue, bawal karang, dan barakuda. Hasil tangkapan rata-rata setiap kelompok mencapai 10 ton per bulan. Total hasil tangkapan dari dua unit muroami ini mencapai 88.000 kg per tahun, dengan nilai produksi Rp 742.280.000,per tahun. Setelah dikurangi dengan seluruh biaya yang dikeluarkan selama satu musim tangkap sebesar Rp 203.669.222,22 maka nilai ekonomi bersih dari alat tangkap muroami ini sebesar Rp 538.610.777,78 per tahun. 2. Bubu Jenis bubu yang digunakan nelayan di TNKJ adalah bubu dasar (ground fishpot) yang dipasang di sekitar perairan karang atau diantara karang-karang. Bubu ini terbuat dari anyaman bambu dan kawat. Musim tangkap nelayan bubu adalah sepanjang tahun. Jenis ikan yang tertangkap yaitu baronang, ekor kuning, kakap merah, kerapu, sunu, smadar, dan ikan hijau (betet). Hasil tangkapan diambil setiap 2 atau 3 hari sekali. Rata-rata jumlah trip penangkapan nelayan bubu dalam satu bulan 9 kali atau 80 kali dalam satu tahun, dengan rata-rata hasil tangkapan sebanyak 62,9 kg per bulan atau 496,23 kg per tahun. Total nilai produksi dari 22 nelayan bubu per tahunnya yaitu sebesar Rp 532.771.555,56 dan total biaya produksi yaitu Rp 107.982.745,99 maka nilai ekonomi bersih dari kegiatan penangkapan ini sebesar Rp 424.788.809,57 per tahun. 3. Panah (Speargun)
Panah atau senapan ikan digunakan nelayan di Desa Karimunjawa dan Parang. Anak panah terbuat dari bahan stainless dan tangkai senapan terbuat dari kayu. Jumlah nelayan panah di TNKJ adalah 32 orang yang terbagi dalam 6 kelompok, yaitu 3 kelompok (17 orang) di Desa karimunjawa dan 3 kelompok (15 orang) di Desa Parang. Rata-rata jumlah musim tangkap nelayan speargun dalam satu tahun adalah 8 bulan. Jumlah trip penangkapan per bulan adalah 20 kali atau 170 kali per tahunnya. Target tangkapan utama adalah ikan ekor kuning, dengan rata-rata hasil tangkapan sebanyak 61,5 kg per trip. Total nilai produksi dari enam kelompok nelayan ini sebesar Rp 712.953.000,- per tahun dan total biaya produksi Rp 302.240.105,82 per tahun, maka nilai manfaat bersih dari kegiatan penangkapan ini adalah Rp 419.712.894,18 per tahun. 4. Pancing Jenis pancing yang digunakan nelayan di TNKJ adalah pancing tonda dan pancing ulur. Musim tangkap para nelayan pancing dimulai pada bulan Juni hingga September setiap tahunnya, komposisi hasil tangkapan terdiri dari ikan tongkol, tenggiri, kakap, mladang, badong, selar, cumi-cumi, dan kerapu, dengan hasil tangkapan utama berupa ikan tongkol dan tenggiri. Jumlah tenaga kerja dalam satu kapal antara satu hingga dua orang. Pada umumnya, nelayan pancing menangkap ikan setiap hari (malam – pagi) pada saat musim tangkap, rata-rata dalam satu bulan jumlah trip penangkapan adalah 26 hari atau 104 hari dalam satu tahun. Jumlah hasil tangkapan rata-rata nelayan adalah 1.595,71 kg per bulan atau 6.382,86 kg per tahunnya. Total nilai produksi dari kegiatan penangkapan ini sebesar Rp 14.181.075.555,56 per tahun dengan total biaya produksi yaitu Rp 5.828.156.055,71 maka nilai manfaat bersihnya sebesar Rp 8.352.919.499,91 per tahun. 5. Jaring Musim tangkap nelayan jaring dimulai pada bulan September hingga Nopember setiap tahunnya. Rata-rata jumlah trip penangkapan adalah 26 kali dalam satu bulan atau 78 kali dalam satu tahun. Komposisi hasil tangkapan nelayan terdiri dari ikan pari, udang topeng, cucut, manyung, udul, panti, tambak, baronang, tongkol,
tenggiri, toda, badong. bandeng, pari, smadar, manyung, hijau, dan ekor kuning. Rata-rata hasil tangkapan nelayan jaring di TNKJ mencapai 210,07 kg per bulan atau 630,21 kg per tahun, dengan nilai produksi mencapai Rp 2.033.079.750,- per tahun. Total biaya produksi Rp 807.737.560,71 maka nilai manfaat bersih dari kegiatan ini adalah Rp 1.225.342.189,29 per tahun. 6. Branjang Branjang adalah jaring yang dipakai pada bagan perahu untuk menangkap ikan teri. Alat tangkap ini mulai beroperasi pada bulan Juni hingga Agustus. Komposisi hasil tangkapan terdiri dari ikan teri putih (82%) dan teri hitam (18%). Harga teri putih berkisar antara Rp 2500,- – Rp 7000,- per kg dan teri hitam antara Rp 4000,- – Rp 12000,- per kg. Jumlah trip nelayan dalam satu bulan rata-rata 24 kali atau 73 kali dalam satu tahun, dengan hasil tangkapan rata-rata per bulannya mencapai 2,711,11 kg untuk teri putih dan 611,11 kg untuk teri hitam. Total nilai produksi dari seluruh nelayan branjang sebesar Rp 1.855.716.666,67 per tahun dan total biaya produksi sebesar Rp 677.457.048,06 per tahun, maka nilai manfaat bersih dari kegiatan penangkapan ini adalah Rp 1.178.259.618,61 per tahun. Tabel 13. Analisis Biaya Manfaat Perikanan Tangkap di Sekitar Kawasan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008. Jenis Alat Tangkap No
Keterangan Jaring
Pancing
Bubu
Branjang
Panah
Muroami
1
Jumlah (unit)
54
422
22
46
6
2
2
Trip/ bulan (hari)
26
26
9
24
20
26
3
Trip/tahun
78
156
80
73
170
104
4
Bulan Tangkap
September – Nopember
5
Jenis ikan tangkapan
Ikan karang
Juni – September Tongkol dan tenggiri (utama), ikan
Sepanjang tahun
Juni – Agustus
Sepanjang tahun
September Desember
Ikan karang
Teri
Ekor kuning
Ekor kuning
karang
6
Hasil tangkap/ bulan (kg)
210,07
1595,71
62,9
3.322.22
1.230
10.000
7
Manfaat total (Rp)
2.033.079.750
14.181.075.556
532.771.556
1.855.716.667
721.953.000
742.280.000
8
Biaya total (Rp)
807.737.561
5.828.156.056
107.982.746
677.457.048
302.240.106
203.669.222
9
Manfaat Bersih (Rp)
1.225.342.189
8.352.919.500
424.788.810
1.178.259.619
419.712.894
538.610.778
Sumber : data primer, diolah
b. Perikanan Budidaya 1. Rumput Laut Kegiatan budidaya rumput laut di perairan TNKJ dilakukan dengan metode rakit dan rawai permukaan. Petani yang menjadi responden dalam penelitian ini tergabung dalam Forum Komunikasi Pembudidaya Rumput Laut Seluruh Indonesia cabang Jepara, dengan jumlah anggota sebanyak 517 orang. Rata-rata hasil produksi sebanyak 10.666,67 kg per tahun atau total produksi sebesar 5.514.666,667 kg per tahun. Petani menjual rumput laut dalam keadaan basah seharga Rp 500,- per kg, maka total nilai produksi mencapai Rp 2.757.333.333,- per tahun. Sedangkan total biaya produksi dari kegiatan ini adalah Rp 1.576.822.235,- per tahun, maka manfaat ekonomi bersih budidaya rumput laut mencapai Rp 1.180.511.098,- per tahun. 2. Kerapu Kegiatan budidaya kerapu di perairan TNKJ tersebar di sekitar perairan sisi Utara Pulau Menjangan Besar dan sisi Barat Daya Pulau Karimunjawa. Jumlah karamba budidaya kerapu yaitu 20 unit yang terdiri dari 10 unit karamba jaring tancap dan 10 unit karamba jaring apung. Lama produksi berkisar antara 1-1.5 tahun. Jenis kerapu yang dibudidayakan adalah kerapu bebek dan macan. Harga kerapu macan Rp 80.000,- - Rp 90.000,- per kg dan kerapu bebek Rp 350.000,- per kg. Jumlah kolam yang digunakan sebagai tempat pembesaran benih kerapu pada KJT umumnya kurang dari lima petak dan rata-rata jumlah benih yang digunakan
sebanyak 583 ekor. Sedangkan pada KJA, jumlah kolam yang digunakan umumnya lebih dari 10 – 20 petak dengan rata-rata jumlah benih yang digunakan sebanyak 2700 ekor. Jumlah produksi ikan kerapu pada KJT rata-rata mencapai 183,67 kg, dengan nilai produksi sebesar Rp 50.795.000,- dan biaya produksi sebesar Rp 40.235.790,- . Pada KJA, jumlah produksi ikan kerapu rata-rata mencapai 831 kg, dengan nilai produksi sebesar Rp 165.790.000,- dan biaya produksi sebesar Rp 133.082.500,-. Total manfaat bersih dari 10 unit KJT sebesar Rp 105.592.100,- dan dari 10 unit KJA sebesar Rp 327.075.000,- maka total manfaat bersih dari kegiatan budidaya kerapu di perairan TNKJ sebesar Rp 432.667.100,- per panen. Tabel 14. Analisis Biaya Manfaat Perikanan Budidaya
Jenis Budidaya No
Keterangan Kerapu Rumput Laut Kerapu Macan 517 orang
Kerapu Bebek
1
Jumlah
20 unit
2
Rata-rata jumlah bibit/benih
300 kg
583 - 1300 ekor/kolam
266 - 1400 ekor/kolam
3
Rata-rata jumlah produksi/tahun
10.666,67
117 - 481 kg
66 - 350 kg
4
Harga beli benih/bibit
1.000/kg
1.000/cm
1.500/cm
5
Harga jual/kg (Rp)
500
80.000 - 90.000
325.000 - 350.000
6
Manfaat total (Rp)
2.757.333.333,33
2.165.850.000
7
Biaya total (Rp)
1.576.822.235,19
1.733.182,900
8
Manfaat bersih (Rp)
1.180.511.098,15
432.667.100
Sumber : data primer, diolah
Dari penjelasan di atas, manfaat ekonomi bersih (neto) dari seluruh kegiatan perikanan mencapai Rp 12.462.590.062,92 per tahun seperti diuraikan pada tabel 15 berikut ini
Tabel 15. Manfaat Ekonomi Bersih (neto) Perikanan No
Jenis Alat Tangkap
1
Jaring
2
Pancing
3
Bubu
4
Branjang
5
Manfaat Total (Rp)
Biaya Total (Rp)
Manfaat Bersih (Rp)
2.033.079.750.00
807.737.560,71
1.225.342.189,29
14.181.075.555,56
5.828.156.055,64
8.352.919.499,91
532.771.555,56
107.982.745,99
424.788.809,57
1.855.716.666,67
677.457.048,06
1.178.259.618,61
Panah
721.953.000
302.240.105,82
419.712.894,18
6
Muroami
742.280.000
203.669.222,22
538.610.777,78
7
B.kerapu
2.165.850.000
1.733.182.900
432.667.100
8
R.Laut
2.757.333.333,33
1.576.822.235,19
1.180.511.098,15
Jumlah
24.990.059.861,11
12.527.469.798,20
12.462.590.062,92
Sumber : data primer, diolah
5.3.1.2 Wisata Bahari Kegiatan wisata bahari yang dapat diidentifikasi di kawasan terumbu karang TNKJ terdiri dari diving dan snorkeling. Untuk menganalisis permintaan terhadap kegiatan wisata ini digunakan metode biaya perjalanan (Travel Cost). Metode ini diaplikasikan untuk menganalisis biaya perjalanan yang dikeluarkan individu untuk melakukan kegiatan wisata di kawasan ini. Hasil analisis kemudian digunakan untuk membangun kurva permintaan dan surplus konsumen kegiatan wisata yang kemudian menjadi nilai manfaat pariwisata ekosistem terumbu karang TNKJ. Fungsi permintaan kegiatan wisata kawasan ekosistem terumbu karang TNKJ diperoleh dengan meregresikan jumlah pendapatan, biaya perjalanan, lama tinggal (hari) dari responden. Analisis regresi yang dilakukan menghasilkan persamaan sebagai berikut : LnV = -9,679 – 0,879 LnTc - 2,930 LnA + 3,428 LnE + 1,572 LnI – 0,389 LnD
Keterangan : Adjusted R-Sq = 0,330 Berdasarkan hasil analisis regresi di atas, diketahui bahwa nilai adjusted R – Sq sebesar 0,330. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas yang digunakan dalam model yaitu usia, pendidikan, pendapatan, biaya perjalanan, dan lama tinggal responden mampu menjelaskan keragaman variabel tidak bebas yaitu jumlah kunjungan wisata dalam satu tahun sebesar 33 %. Angka tersebut menyatakan bahwa masih terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi permintaan wisata ke kawasaan ekosistem terumbu karang TNKJ sebesar 70,2 %, variabel tersebut dapat berupa pengetahuan wisatawan tentang ekosistem terumbu karang, keunikan ekosistem terumbu karang, sarana dan prasarana kegiatan wisata, ketertarikan terhadap kegiatan snorkeling dan diving, aksesibilitas, dan promosi kawasan. Tingkat pendidikan dan pendapatan menjadi variabel yang dapat mempengaruhi tingkat permintaan kunjungan wisata. Semakin tinggi tingkat pendidikan individu, semakin luas pula pengetahuan yang dimilikinya, salah satunya adalah tentang ekosistem terumbu karang yang membuat mereka ingin melihat dan berinteraksi langsung dengan ekosistem tersebut, hal ini mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan wisata ke kawasan yang tentu saja memiliki ekosistem terumbu karang. Selain itu, peningkatan pendapatan individu dapat pula meningkatkan permintaan mereka tehadap berbagai komoditas, termasuk kegiatan wisata. Variabel usia tidak mempengaruhi jumlah kunjungan wisata bahari ke kawasan ekosistem terumbu karang TNKJ, hal ini ditunjukkan dengan hubungan yang berlawanan dalam model permintaan kunjungan wisata di atas. Model permintaan di atas juga menunjukan hubungan yang berlawanan antara jumlah kunjungan dan biaya perjalanan. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan yang menyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu komoditas maka semakin rendah tingkat permintaannya. Nilai koefisien penduga yang diperoleh menjelaskan bahwa setiap kenaikan biaya perjalanan sebesar 1 % akan menyebabkan penurunan tingkat permintaan sebesar 87,9 %, misalnya saja kenaikan harga BBM yang dapat menambah biaya transportasi wisatawan sehingga wisatawan lebih memilih
melakukan kegiatan wisata bahari di kawasan yang lokasinya lebih dekat seperti wisatawan dari Jakarta bisa memilih Kepulauan Seribu sebagai tempat berwisata bahari. Pada penelitian ini tidak didapatkan hasil perhitungan surplus konsumen dan nilai ekonomi total kawasan terumbu karang TNKJ dengan menggunakan metode biaya perjalanan karena jumlah responden yang terlalu sedikit. Pada saat proses pengambilan data, yaitu pada pertengahan bulan April hingga awal Maret 2008, wisatawan yang melakukan kegiatan snorkeling atau diving di kawasan terumbu karang TNKJ masih terbatas. Penyebabnya karena Kapal Cepat Kartini yang umumnya digunakan oleh wisatawan untuk mencapai Kepulauan Karimunjawa baru beroperasi kembali pada minggu ke-2 bulan April 2008 dan umumnya wisatawan berkunjung ke TNKJ pada akhir pekan. Nilai ekonomi total dari kegiatan wisata bahari kawasan ekosistem terumbu karang TNKJ didekati dengan teknik Contingen Valuation Method (CVM). Teknik ini menghasilkan nilai Willingness to Pay (WTP) atau keinginan membayar para wisatawan terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang TNKJ. Fungsi WTP didapatkan dengan meregresikan nilai WTP per individu, tingkat pendidikan, usia, dan pendapatan responden. Analisis regresi yang dilakukan menghasilkan fungsi sebagai berikut : Ln WTP = - 3,537 + 1,392 Ln E + 1,076 Ln A + 0,495 Ln I Keterangan : Adjusted R-Sq = 0,533 Nilai adjusted R-Sq pada persamaan di atas sebesar 0,533, hal ini menyatakan bahwa variabel bebas dalam persamaan dapat menjelaskan keragaman variabel tidak bebas yaitu nilai WTP sebesar 53,3 % dan masih terdapat beberapa variabel bebas yang mempengaruhi nilai WTP wisatawan terhadap keberadaan ekosistem terumbu karang TNKJ sebesar 46,7 %. Variabel-variabel tersebut diduga berupa tingkat pengetahuan tentang ekosistem terumbu karang, profesi, lokasi tempat tinggal,
frekuensi berinteraksi dengan terumbu karang, jumlah anggota keluarga, status pernikahan, maupun tingkat ketertarikan individu terhadap terumbu karang. Hasil perhitungan menyatakan bahwa nilai rata-rata WTP individu adalah sebesar Rp 60.198,82. Berdasarkan data BTNKJ, jumlah wisatawan yang melakukan kegiatan snorkeling atau diving sebanyak 1.288 orang pada tahun 2007 (BTNKJ 2008). Dengan demikian, nilai ekonomi total dari kegiatan wisata bahari di kawasan ekosistem terumbu karang TNKJ sebesar Rp 77. 536.080,16 pada tahun 2007. 5.3.1.3 Manfaat Penelitian Taman Nasional Karimunjawa terdiri dari dua ekosistem utama, yaitu ekosistem daratan berupa hutan hujan tropis dataran rendah dan hutan pantai dan ekosistem bahari yang terdiri dari ekosistem terumbu karang, lamun, dan hutan mangrove. Keanekaragmana hayati yang terdapat di setiap ekosistem tersebut menjadikan TNKJ sebagai tempat yang menarik untuk dijadikan lokasi penelitian bagi instansi-instansi yang terkait. Menurut White and Cruz Trinidad, 1998 yang diacu dalam Situmorang, 2004, manfaat penelitian atau pendidikan dari suatu kawasan bisa diduga dari biaya penelitian yang dilakukan atau nilai penelitian yang dilakukan. Selama ini telah banyak penelitian dilakukan di TNKJ, kegiatan ini dilakukan oleh sejumlah institusi penelitian dan pendidikan seperti IPB, UNIBRAW, UGM, UNNES, UNWIM, Lembaga Penelitian UNDIP, Dirjen Sejarah dan Purbakala DEPDIKBUD, Wildlife Conservation Society (WCS), dan lain-lain. Nilai manfaat langsung penelitian dari ekosistem terumbu karang TNKJ didekati dengan biaya dari pelaksanaan proyek penelitian terumbu karang oleh sebuah lembaga non pemerintah, yaitu Wildlife Conservation Society Asia Pacific Coral Reef Program. Sejak Januari 2003, Wildlife Conservation Society (WCS) Asia Pacific Coral Reef Program bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) mendesain sistem pengelolaan ekosistem terumbu karang yang efektif di TNKJ. Program kolaboratif ini muncul karena kurangnya data ekologis dan
sosial-ekonomi yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya terumbu karang di perairan TNKJ. Tujuan utama program ini adalah untuk membangun data dasar ekosistem terumbu karang di Kepulauan Karimunjawa, sehingga dapat digunakan untuk memetakan strategi-strategi pengelolaan yang paling tepat. Melalui program ini, WCS juga memberikan bantuan dalam hal peningkatkan kapasitas staf Taman Nasional Karimunjawa melalui pelatihan-pelatihan, terutama yang berkaitan dengan ekosistem terumbu karang dan sumberdaya pesisir lainnya (Ardiwijaya et al, 2003). Biaya kegiatan monitoring ekosistem terumbu karang yang dilakukan WCS rata-rata mencapai Rp 35.089.451 per tahun. Dengan demikian total nilai manfaat langsung penelitian dari ekosistem TNKJ adalah Rp 175.447.255,- selama kurun waktu 5 tahun (2003-2007). 5.3.2
Manfaat Tidak Langsung (MTL) Manfaat tidak langsung yang dapat diidentifikasi dari keberadaan ekosistem
terumbu karang di TNKJ berupa peran penting dari ekosistem tersebut sebagai physical protection global life sebesar US$ 276.5 per ha (Hansen et al, 2003 diacu dalam Fauzi dan Anna, 2005). Maka nilai ekosistem terumbu karang TNKJ seluas 713,107 ha (Analisis Citra WCS, 2005) sebesar US$ 197.174,0855 atau Rp 1.806.114.623,18 (1 US$ = Rp 9.160) dengan kata lain, jika seluruh ekosistem terumbu karang TNKJ rusak maka kerugian ekonomi yang akan diderita sebesar Rp 1,8 Milyar. 5.3.3
Manfaat Pilihan Manfaat pilihan ekosistem terumbu karang TNKJ dalam penelitian ini
didekati dengan nilai keanekaragaman hayati terumbu karang, yaitu US$ 17.3 per ha (Hansen et al, 2003 diacu dalam Fauzi dan Anna, 2005). Dengan demikian, nilai manfaat pilihan ekosistem terumbu karang TNKJ seluas 713,107 ha adalah sebesar US$ 12.336,7511 atau Rp 113.004.640,076 per tahun (1 US$ = Rp 9.160). 5.3.4
Manfaat Keberadaan
Manfaat keberadaan ekosistem terumbu karang TNKJ didekati dengan teknik Contingen Valuation Method (CVM). Teknik ini menghasilkan nilai Willingness to Pay (WTP) atau keinginan membayar para pemanfaat terumbu karang di kawasan taman nasional ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan kuesioner, diperoleh nilai terendah WTP sebesar Rp 3000,- dan nilai WTP tertinggi sebesar Rp 500.000,- . Beragamnya nilai WTP yang diperoleh disebabkan karena pertanyaan tentang besarnya nilai WTP yang bersifat terbuka kepada responden. Responden bebas menentukan besarnya nilai WTP terhadap terumbu karang sesuai dengan kehendak tanpa dibatasi rentang nilai tertentu. Fungsi WTP didapatkan dengan meregresikan nilai WTP per individu, tingkat pendidikan, usia, dan pendapatan responden. Hasil regresi ini akan digunakan untuk mengestimasi nilai WTP rata-rata bagi keberadaan terumbu karang di taman nasional ini. Analisis regresi yang dilakukan menghasilkan fungsi sebagai berikut : Ln WTP = 0,789 + 1,205 Ln E – 0,033Ln A + 0,477 Ln I Keterangan : Adjusted R-Sq = 0,483 Berdasarkan persamaan regresi di atas, nilai adjusted R-Sq yang diperoleh adalah sebesar 0,483. Nilai tersebut menyatakan bahwa variabel bebas dalam persamaan (pendidikan, usia, dan pendapatan) dapat menjelaskan keragaman variabel tidak bebas, yaitu WTP responden sebesar 48,3 %. Selain itu terdapat pula variabelvariabel lain yang mampu menjelaskan keragaman nilai WTP sebesar 51,7 % , variabel-variabel tersebut diduga berupa tingkat ketergantungan terhadap ekosistem terumbu karang, pengetahuan tentang ekosistem terumbu karang, profesi, lokasi tempat tinggal, frekuensi berinteraksi dengan terumbu karang, jumlah anggota keluarga, status pernikahan, maupun tingkat ketertarikan individu terhadap terumbu karang.
Persamaan di atas menghasilkan hubungan yang berlawanan antara variabel usia dengan nilai WTP, hal ini menunjukkan bahwa semakin dewasa responden maka kesedian membayarnya semakin rendah, semakin dewasa seseorang maka dia dapat memutuskan seberapa besar kemampuannya membayar dengan mempertimbangkan pengeluaran untuk kebutuhan lainnya. Sedangkan hubungan yang searah antara variabel pendidikan dan pendapatan dengan nilai WTP yang diberikan, menunjukkan semakin tinggi pedidikan dan pendapatan responden semakin tinggi penghargaan yang diberikan terhadap sumberdaya tersebut. Hasil perhitungan menyatakan bahwa nilai rata-rata WTP individu adalah sebesar Rp 25.115,12. Dengan memperhitungkan jumlah populasi yang mendiami tiga desa di TNKJ, hasil tersebut kemudian dikonversi menjadi nilai total WTP sebesar Rp 217.371.406,1 per tahun. 5.4
Nilai Ekonomi Total Ekosistem Terumbu Karang Nilai ekonomi total ekosistem terumbu karang TNKJ merupakan penjumlahan
dari nilai – nilai yang telah diuraikan di atas, yaitu nilai manfaat langsung, nilai manfaat tidak langsung, nilai manfaat pilihan, dan nilai manfaat keberadaan. Berdasarkan hasil identifikasi, manfaat langsung dari ekosistem terumbu karang TNKJ berupa kegiatan perikanan laut berupa perikanan tangkap dan budidaya, wisata bahari, yaitu snorkeling dan diving, dan sebagai lokasi penelitian. Manfaat tidak langsung dari kawasan terumbu karang TNKJ berupa fungsinya sebagai physical protection global life. Manfaat pilihan yang teridentifikasi adalah nilai keanekaragaman hayati atau biodiversity dari kawasan terumbu karang, dan manfaat keberadaan, diidenfikikasi dari nilai WTP atau kesediaan membayar masyarakat terhadap keberadaan ekosistem terumbu karang TNKJ. Tabel 16. Nilai Ekonomi Total Ekosistem Terumbu Karang TNKJ No 1
Jenis Manfaat
Nilai (Rp/tahun)
Kontibusi (%)
Manfaat Langsung :
15.365.990.185,63
79.2
a. Perikanan Tangkap
12.139.633.789,33
69.4
Pancing
8.352.919.499,91
47.7
Jaring
1.225.342.189,29
7.0
Branjang
1.178.259.618,61
6.7
Bubu
424.788.809,57
2.4
Panah / Speargun
419.712.894,18
2.4
Muroami
538.610.777,78
3.1
1.613.178.198,15
9.2
432.667.100,00
2.5
1.180.511.098,15
6.7
c. Wisata Bahari (Snorkeling dan Diving)
77.536.080,16
0.4
d. Penelitian
35.089.451,00
0.2
1.806.114.623,18
10.3
b. Perikanan Budidaya Kerapu Rumput Laut
2
Manfaat Tidak Langsung
3
Manfaat Pilihan
113.004.640,08
0.6
4
Manfaat Keberadaan
217.371.406,10
1.2
Nilai Ekonomi Total
17.502.480.854,99
100
Sumber : data primer, diolah
Berdasarkan tabel 16, nilai ekonomi total ekosistem terumbu karang TNKJ seluas 713,107 ha adalah Rp 17.502.480.854,99 per tahun atau Rp 24.543.872,41 per Ha per tahun. Hasil penelitian serupa yang dilakukan oleh Andalita (2005) di perairan Pulau Menjangan, Bali seluas 260 ha, menyatakan bahwa nilai ekonomi total ekosistem terumbu karang di kawasan tersebut adalah sebesar Rp 199.971.153.633 per tahun atau Rp 769.119.821,7 per ha per tahun. Adanya perbedaan nilai tersebut antara lain perbedaan luas kawasan ekosistem terumbu karang dan perbedaan bentuk pemanfaatan kawasan. Kawasan ekosistem terumbu karang perairan Pulau Menjangan lebih banyak dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata yang memberikan nilai manfaat paling besar diantara jenis manfaat lainnya.
Dapat dilihat pada tabel 19 bahwa sumbangan nilai terbesar berasal dari manfaat langsung yaitu sebesar Rp 15.365.990.185,63 per tahun (79,2 %) disusul oleh manfaat tidak langsung (10,3 %), manfaat keberadaan (1,2 %), dan yang terakhir adalah manfaat pilihan (0,6 %), Nilai ekonomi terbesar dari manfaat langsung, berasal dari kegiatan perikanan tangkap, yaitu sebesar Rp 12.139.633.789,33 (69,4 %). Hal ini menunjukkan bahwa saat ini kegiatan perikanan tangkap berperan besar dalam keseluruhan kegiatan pemanfaatan di kawasan ekosistem terumbu karang TNKJ. 5.5 Skenario Alternatif Pengelolaan Pengelolaan sumberdaya alam, termasuk pengelolaan ekosistem terumbu karang perlu dilakukan secara berkelanjutan. Dalam pemanfaatan ekosistem terumbu karang, selain berorientasi kepada fungsi ekonomi juga harus memperhatikan fungsi ekologisnya. Langkah selanjutnya dari hasil penilaian ekonomi suatu ekosistem terumbu karang adalah kemungkinan pengelolaan dan pengembangannya. Implikasi langkah ini adalah penyusunan skenario pengelolaan dari ekosistem terumbu karang berdasarkan hasil penilaian ekonominya. Setiap skenario yang dibuat kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik Analisis Biaya Manfaat untuk mendapatkan Manfaat Bersih Sekarang (NPV) dari ekosistem terumbu karang. Tiga skenario yang disusun berdasarkan kondisi nyata di lapangan, dimana manfaat dari keberadaan ekosistem terumbu karang yang dirasakan langsung oleh masyarakat di sekitar kawasan TNKJ saat ini adalah manfaat dari kegiatan perikanan laut berupa perikanan tangkap dan budidaya dan wisata bahari (snorkeling atau diving). Jumlah produksi perikanan Karimunjawa, seperti yang tersaji pada tabel 9, mengalami peningkatan sekitar 16 % per tahunnya. Dari sisi pariwisata, kawasan Kepulauan Karimunjawa memiliki daya tarik dan potensi yang besar untuk dikembangkan. Dinas Pariwisata Kabupaten Jepara terus melakukan berbagai program pengembangan pariwisata Karimunjawa, mulai dari pengembangan pemasaran, peningkatan sarana dan prasarana objek wisata hingga pengembangan
kemitraan untuk meningkatkan kualitas SDM lokal sebagai pelaku wisata yang profesional. Berdasarkan penjelasan di atas, maka disusun 3 buah skenario alternatif pengelolaan, yaitu skenario I (kondisi aktual), skenario II , dan skenario III. 5.5.1
Skenario I (Nilai Ekonomi Kondisi Aktual) Pada kondisi ini semua bentuk kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan
terumbu karang TNKJ diasumsikan berjalan seperti selama ini, yaitu kegiatan perikanan laut, pariwisata bahari, dan penelitian. Persentase nilai dari setiap kegiatan tidak mengalami perubahan hingga 10 tahun mendatang. Berdasarkan hasil analisis nilai manfaat bersih sekarang atau Net Present Value (NPV) dari kondisi aktual adalah sebesar Rp 49.549.769.180,72 atau sekitar Rp 69.484.047,60 per ha. Dalam kondisi ini, daerah penangkapan nelayan meliputi seluruh perairan di dalam kawasan TNKJ, termasuk pada zona inti dan perlindungan, dan laju degradasi terumbu karang tetap berlangsung karena eksploitasi dari kegiatan perikanan muroami. Nilai kerusakan terumbu karang per hektar nya yang disebabkan oleh para penyelam muroami dalam satu kali pengoperasian alat dianggap sebagai biaya kehilangan. 5.5.2
Skenario II Pada skenario II, pemanfaatan ekosistem terumbu karang untuk kegiatan
perikanan tangkap menerapkan sistem pengelolaan perikanan yang berkelanjutan, yaitu penerapan pengaturan jenis alat tangkap. Pengaturan alat tangkap diharapkan memberikan dampak yang terkecil bagi nelayan karena tidak mengurangi daerah penangkapan mereka. Dalam skenario II, diasumsikan alat tangkap muroami dilarang beroperasi di Perairan TNKJ. Hasil perhitungan data sekunder mengenai jumlah tangkapan ikan karang konsumsi di TNKJ selama kurun waktu 2003-2006 menunjukkan bahwa dari seluruh hasil tangkapan muroami, sekitar 37 % jenis ikan yang ditangkap, yang termasuk ke dalam family caesionidae, carangidae, scaridae, dan serranidae, merupakan jenis ikan tangkapan 4 alat tangkap lainnya. Jika diasumsikan alat tangkap muroami tidak beroperasi lagi di Perairan TNKJ maka akan terjadi kenaikan hasil tangkapan nelayan sekitar 9 % per tahun untuk setiap alat
tangkap, yaitu jaring, pancing, bubu, dan panah, kenaikan hasil tangkapan tidak terjadi pada nelayan branjang karena alat tangkap ini khusus untuk menangkap ikan teri. Nilai manfaat yang di dapat dari perikanan muroami pada kondisi saat ini (aktual) dianggap sebagai biaya kehilangan. Sedangkan manfaat dan biaya komponen lainnya diasumsikan tetap. Nilai kerusakan terumbu karang per hektar nya yang disebabkan oleh para penyelam muroami dalam satu kali pengoperasian alat dianggap sebagai tambahan manfaat. Berdasarkan hasil analisis, nilai manfaat bersih sekarang atau NPV dari skenario II adalah sebesar Rp 79.954.845.252,81 dalam jangka waktu 10 tahun. Pada skenario II ini, daerah penangkapan nelayan masih mencakup seluruh perairan di luar dan di dalam zona yang telah ditetapkan yang berada di dalam kawasan TNKJ. 5.5.3
Skenario III Pada skenario III, kegiatan perikanan dan pariwisata hanya diperbolehkan
pada blok pemanfaatan perikanan dan pariwisata yang telah ditetapkan oleh balai taman nasional. Hasil kajian tentang pola pemanfaatan perikanan di Karimunjawa oleh tim WCS pada tahun 2006, menyatakan bahwa tekanan perikanan tertinggi terjadi pada daerah terumbu karang sekitar Pulau Krakal Besar dan Krakal Kecil, Taka Menyawakan, P. Burung , P. Geleang, P. Cemara Kecil, P. Menyawakan, P. Menjangan Kecil, P. Tengah, P. Kecil, P. Cendikian, P. Gundul dan Timur. Sedangkan lokasi penangkapan yang sudah jenuh meliputi P. Menyawakan, Taka Menyawakan, P. Cemara Besar, P. Burung, Tj. Gelam, P. Tengah dan sebelah timur P. Kemujan. Lokasi penangkapan yang telah mengalami tekanan perikanan dan penangkapan dengan intensitas yang tinggi tersebut, beberapa diantaranya termasuk ke dalam zona inti, yaitu Taka Menyawakan dan zona perlindungan, yaitu P. Burung, P. Geleang, P. Cemara Kecil,dan Tj. Gelam. Selain itu, P. Cemara Kecil dan Tj. Gelam merupakan daerah tujuan wisata bagi para wisatawan yang menggunakan fasilitas paket wisata.
Balai Taman Nasional Karimunjawa sebagai pihak pengelola telah menetapkan zonasi wilayah pemanfaatan dengan tujuan pemanfaatan lestari terhadap sumberdaya alam hayati. Berdasarkan teorinya, zona inti dan perlindungan adalah zona dengan habitat yang bernilai konservasi tinggi dan dilindungi dari aktivitas pemanfaatan yang dapat mengganggu kawasan tersebut. Pada skenario III ini diasumsikan bahwa nelayan hanya melakukan penangkapan ikan di zona pemanfaatan perikanan tradisional, yaitu di seluruh perairan di luar zona yang telah ditetapkan yang berada di dalam kawasan TNKJ dan kegiatan pariwisata hanya dilakukan pada zona pemanfaatan pariwisata. Mengacu pada hasil studi valuasi ekonomi untuk perencanaan kawasan konservasi Selat Lembeh, Sulawesi Utara yang dilakukan oleh Fauzi dan Anna (2005), disebutkan bahwa penetapan KKL dalam jangka pendek (short run) bukan saja akan menurunkan catch rate, namun juga meningkat biaya operasi sebesar 15% yang disebut sebagai ”searching effect” dari penerapan KKL, yang selanjutnya dalam jangka panjang KKL akan mengubah utilisation rate sekaligus juga catch rate dari kondisi baseline masing-masing sebesar 10 % dan 25 %. Oleh karena itu, pada skenario III ini, adanya pelarangan kegiatan perikanan tangkap disekitar zona inti dan perlindungan menyebabkan terjadinya penurunan manfaat bersih dan peningkatan biaya operasional kegiatan perikanan tangkap sebesar 15 % per tahun selama 5 tahun dari kondisi aktual atau sebesar 3 % per tahunnya. Selanjutnya, karena kegiatan eksploitasi sumberdaya alam secara langsung tidak terjadi pada ke-2 zona tersebut, hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan catch rate dari kondisi baseline (5 tahun pertama) sebesar 25 % atau 5 % per tahunnya. Pada skenario III, muroami tetap beroperasi di sekitar perairan TNKJ, oleh karena itu nilai kerusakan terumbu karang per hektar nya yang disebabkan oleh para penyelam muroami dalam satu kali pengoperasian alat dianggap sebagai biaya kehilangan. Sedangkan manfaat dan biaya komponen lainnya diasumsikan tetap.
Berdasarkan hasil analisis, nilai manfaat bersih sekarang atau NPV dari skenario III adalah sebesar Rp 44.855.619.948,97 dalam jangka waktu 10 tahun. 5.6
Pemilihan Alternatif Pengelolaan Setelah melakukan analisis biaya manfaat terhadap ke-3 skenario pengelolaan
ekosistem terumbu karang TNKJ, tahapan terakhir adalah melakukan pemilihan skenario pengelolaan dari hasil analisis tersebut. Hasil perhitungan Net Present Value (NPV) ketiga skenario pengelolaan dapat dilihat pada tabel 21. Tabel 17. Perhitungan NPV Alternatif Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ No
Alternatif Pengelolaan
NPV (Rp)
Gross B/C
1
Skenario I (kondisi aktual)
49.549.769.180,72
1,57
2
Skenario II
79.954.845.252,81
1,89
3
Skenario III
44.855.619.948,97
1,50
Sumber : data primer, diolah
Pengelolaan ekosistem terumbu karang TNKJ diarahkan untuk memberikan manfaat ekonomi yang optimal bagi masyarakat di dalam kawasan dengan tetap menjaga kelestarian dari sumberdaya alam tersebut. Ketiga skenario yang diajukan masih menjadikan kegiatan perikanan tangkap sebagai sumber penerimaan masyarakat dengan penekanan yang berbeda. Skenario III menghasilkan NPV paling kecil dibanding dengan dua skenario lainnya, hal ini terjadi kerena adanya pembatas daerah penangkapan nelayan yang hanya boleh dilakukan pada blok pemanfaatan perikanan yang telah ditetapkan. Fakta di lapangan menunjukkan, bahwa nelayan masih melakukan penangkapan ikan di sekitar zona inti dan perlindungan. Nilai NPV tersebut dapat meningkat pada jangka panjang sebab apabila skenario II ini diterapkan pada kondisi aktual, manfaat ekonomi yang akan didapat lebih dari 50 %. Dalam skenario II, diasumsikan kegiatan penangkapan dengan muroami tidak berlangsung lagi di Perairan TNKJ. Muroami terbukti merusak ekosistam terumbu karang dan menguras sumberdaya perikanan karimunjawa (Laporan Teknis WCS, 2004). Nilai NPV yang dihasilkan lebih besar dari pada kondisi aktual dan skenario III, karena apabila muroami tidak beroperasi lagi, hasil tangkapan nelayan alat
tangkap lainnya dapat meningkat. Namun pada skenario ini, pelanggaran terhadap zonasi taman nasional tetap berlangsung. Jika keputusan pengelolaan tetap pada kondisi aktual, nilai manfaat yang akan didapatkan tidak optimal. Laju degradasi ekosistem terumbu karang tetap berlangsung, yaitu dari alat tangkap muroami dan aktivitas penangkapan di sekitar zona inti dan perlindungan. Apabila keputusan pengelolaan berdasarkan skenario II, walaupun nelayan tetap menangkap ikan di sekitar zona inti dan perlindungan, terjadi penurunan laju degradasi ekosistem terumbu karang oleh muroami. Berdasarkan jumlah hasil tangkapan per trip nya, menunjukkan bahwa muroami yang sekarang beroperasi menangkap ikan lebih banyak dibanding dengan metode penangkapan lainnya, selain itu, metode penangkapan yang dilakukan memberikan dampak langsung berupa kerusakan fisik pada terumbu karang dan penggunaan kompresor menimbulkan masalah kesehatan bagi para nelayan muroami.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan 1. Gugusan terumbu karang TNKJ merupakan terumbu karang tepid an taka (gosong). Jumlah genera karang keras terdiri dari 64 genus, yang didominasi oleh jenis Acropora Sp dan Porites Sp. Tutupan rata-rata karang keras bervariasi antara 7% - 69% dan secara keseluruhan memiliki rata-rata sekitar 40% (WCS-technical report, 2006). Bentuk pengelolaan ekosistem terumbu karang TNKJ berupa sistem zonasi, dan kegiatan pemanfaatan utama di sekitar kawasan ekosistem terumbu karang didominasi oleh kegiatan perikanan tangkap. 2. Nilai ekonomi total (Total Economic Value) manfaat ekosistem terumbu
karang TNKJ seluas 713.107 ha adalah sebesar Rp 17.502.480.854,99 per tahun atau Rp 24.543.872,41 per ha per tahun. Sumbangan nilai terbesar berasal dari manfaat langsung yaitu sebesar Rp 15.365.990.185,63 per tahun (79,2 %) disusul oleh manfaat tidak langsung (10,3 %), manfaat keberadaan (1,2 %), dan yang terakhir adalah manfaat pilihan (0,6 %). 3. Nilai ekonomi terbesar dari manfaat langsung, berasal dari kegiatan perikanan
tangkap, yaitu sebesar Rp 12.139.633.789,33 (69,4 %), diikuti oleh kegiatan perikanan budidaya sebesar Rp 1.613.178.198,15 (9,2 %), dan kegiatan pariwisata bahari sebesar Rp 77.536.080,16 (0,4 %). 4. Hasil analisis terhadap tiga alternatif pengelolaan menghasilkan Net Present Value (NPV) skenario I sebesar Rp 49.545.769.180,72, skenario II sebesar Rp 79.954.845.252,81, dan skenario III sebesar Rp 44.855.619.948,97. Alternatif pengelolaan skenario II secara ekonomi merupakan alternarif terbaik dari dua alternarif pengelolaan lainnya. Pada kondisi ini, laju degradasi terumbu karang dapat berkurang, adanya ketersediaan stok sumberdaya ikan bagi nelayan alat tangkap lainnya, dan berkurangnya masalah kesehatan bagi para
nelayan penyelam sebagai dampak dari penghentian pengoperasian alat tangkap muroami di kawasan perairan TNKJ. 6.2
Saran 1. Diperlukan langkah nyata dari pihak pengelola tentang pengaturan pengoperasian muroami, karena alat tangkap ini telah terbukti merusak ekosistem terumbu karang dan menguras stok sumberdaya ikan, dan menyebabkan gangguan kesehatan bagi para nelayan penyelamnya. Selain muroami, diperlukan studi dampak penggunaan alat tangkap lainnya, yaitu panah / speargun, teknik pengoperasian panah ini berpotensi merusak ekosistem terumbu karang, sebab para penyelam mencari ikan di sekitar terumbu karang dan dilakukan pada malam hari, terdapat pula masalah gangguan kesehatan bagi para penyelam panah. 2. Sosialisasi zonasi taman nasional yang lebih intensif kepada masyarakat. 3. Penerapan pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat, seperti melakukan patroli pengawasan zonasi taman nasional oleh masyarakat. 4. Kegiatan budidaya kerapu dan rumput laut memiliki potensi yang besar untuk dijadikan sebagai mata pencaharian utama masyarakat disamping menjadi nelayan dan bertani, oleh karena dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak seperti bantuan teknologi, pelatihan produksi, dan jalur pemasaran. 5. Pengembangan pariwisata Karimunjawa lebih diarahkan pada sisi konservasi karena Karimunjawa merupakan kawasan konservasi berbentuk taman nasional, oleh karena itu pengembangan pariwisata tidak hanya mengedepankan sisi komersial dari keunikan sumberdaya alam yang ada. 6. Pelatihan keterampilan kepada para nelayan agar dapat berpartisipasi dalam kegiatan pariwisata seperti menjadi pemandu selam, sehingga mereka memiliki pilihan mata pencaharian lain.
DAFTAR PUSTAKA
Andalita V, 2006. Valuasi Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Di Perairan Pulau Menjangan Provinsi Bali Barat. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Anonim. 2008. http://www.e-dukasi.net. Diakses tanggal 15 September 2008. Anonim. 2008. http://www.ipb.ac.id. Diakses tanggal 15 September 2008. Anonim. 2008. http://www.Metrotvnews.com. Diakses tanggal 11 Juli 2008. Ardiwijaya, R. L., J. T. Wibowo, S. Pardede, T. Kartawijaya, Y. Herdiana. (2005). Laporan Teknis Wildlife Conservation Society, Asia Pacific Coral Reef Program Indonesia Survei 2003 – 2004 di Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah. Report no. REP/IV/EXT/01/05/BAH. Bengen D dan A. Retraubun . 2006. Menguak Realitas Dan Urgensi Pengelolaan Berbasis Eko-Sosial Sistem Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil. Bogor : Pusat Pembelajaran dan Pengembangan Pesisir dan Laut (P4L). BTNKJ. 2007. Statistik Balai Taman Nasional Karimunjawa 2007. Semarang : Balai Taman Nasional Karimunjawa. Cesar H, P. V. Beukering, S. Pintz, J. Dierking. 2002. Economic Valuation Of The Coral Reefs Of Hawaii. Netherlands : Cesar Environmental Economics Consulting. Darusman D dan Widada. 2004. Konservasi Dalam Prespektif Ekonomi Pembangunan. Bogor : Direktorat Jenderal PHKA. Dinas Kelautan dan Perikanan Jepara. 2007. Laporan Tahunan 2007. Jepara : Pemerintah Kabupaten Jepara. Fahrudin A. 1996. Analisis Ekonomi Pengelolaan Lahan Pesisir Kabupaten Subang, Jawa Barat. [Thesis]. Bogor : Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Fauzi A dan S. Anna. 2005. Studi Valuasi Ekonomi Perencanaan Kawasan Konservasi Selat Lembeh, Sulawesi Utara. Jakarta : USAID, DKP, dan Mitra Pesisir.
Fauzi A. 2001. Prinsip – prinsip Penelitian Sosial Ekonomi Panduan Singkat. Bogor : IPB. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan. 28 halaman Fauzi A. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Kadariah, Karlina L, Gray C. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta : Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Mukminin A, T. Kartawijaya, Y. Herdiana, I. Yulianto. 2006. Laporan Monitoring Kajian Pola Pemanfaatan Perikanan di Karimunjawa (2003-2005). Wildlife Conservation Society - Marine Program Indonesia. Bogor, Indonesia. 35pp Nasution S. 2007. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara. Nurrochmat R.D. 2006. Dasar-dasar Valuasi Ekonomi. [Diktat Kuliah]. Bogor : Lab. Politik Ekonomi dan Sosial Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Nybakken J. 1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. M. Eidman, D. Bengen, M. Hutomo, S. Sukardjo. Penerjemah. Jakarta : Gramedia. Pelabuhan Perikanan Pantai Karimunjawa. 2007. Laporan Tahunan 2007. Kepulauan Karimunjawa : Pelabuhan Perikanan Pantai Karimunjawa. Rais, Ruchiat, Sartono, Hideta. 2007. 50 Taman Nasional di Indonesia. Bogor : Sub Direktorat Informasi Konservasi Alam (PIKA). Rofiko. 2003. Nilai Ekonomi Total Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun (Studi Kasus di Desa Cisarua dan Desa Malasari). [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Santoso D. 2005. Valuasi Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove Di Kawasan Pondok Bali, Desa Legonwetan, Kecamatan Legonkulon, Kabupaten Subang, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Setyobudiandi I, Y. Vitner, R. Kurnia, S. Susilo. 2004. Metode Penarikan Contoh Suatu Pendekatan Biostatistika. Bogor : PKSPL – IPB. Situmorang B. 2004. Valuasi Ekonomi Terumbu Karang Kepulauan Seribu. [Thesis]. Bogor : Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Subani W dan H.R. Barus. 1989. Alat Tangkap Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Laut, BPPT, Deptan.
Yulianto, Purwanti, Harianto, Sujarot, Widyatuti. 2006. Pengelolaan Kolaboratif Taman Nasional Karimunjawa. Bogor : Wildlife Conservation SocietyMarine Program Indonesia.
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian (Taman Nasional Karimunjawa)
Sumber : Wildlife Conservation Society
Lampiran 2. Hasil Analisis Biaya Manfaat Perikanan Tangkap di Kawasan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008 1.
Muroami Lokasi
Trip (thn)
Biaya Total (Rp)
Manfaat Total (Rp)
Manfaat Bersih (Rp)
Karimun
104
119055333.33
430280000.00
311224666.67
Karimun
104
84613888.89
312000000.00
227386111.11
Jumlah
208
203.669.222,22
742.280.000
538.610.777,78
N
2
2. Pancing Lokasi
Trip (thn)
Biaya Total (Rp)
Manfaat Total (Rp)
Manfaat Bersih (Rp)
Kemujan
104
Kemujan
104
7271266.27
67060000
59788733.73
Parang
104
13584888.89
62880000
49295111.11
Parang
104
33422333.33
42400000
8977666.67
Parang
104
5850000
8000000
2150000.00
Karimun
104
15338416.67
19500000
4161583.33
Kemujan
104
5987817.46
19240000
13252182.54
Karimun
104
7474138.89
12160000
4685861.11
Karimun
104
16550972.22
19200000
2649027.78
33604444.44
19793648.10
14181075555.56
8352919499.91
Manfaat Total (Rp)
Manfaat Bersih (Rp)
18817333.33
Rata-rata
104
13810796.34
Jumlah
936
5828156055.64
N
52000000
33182666.67
422
3. Jaring Lokasi
Trip (thn)
Biaya Total (Rp)
Kemujan
9
41899666.67
178830000
136930333.33
Kemujan
78
30395416.67
33540000
3144583.33
Parang
78
1265750
1560000
294250
Parang
78
2559833.33
3120000
560166.67
Parang
78
8682775
20280000
11597225
Karimun
78
5210300
10008000
4797700
Karimun
78
17776833.33
19305000
1528166.67
78
11874248.81
34554000
22679751.19
37.649.625
22.691.522,02
2.033.079.750
1.225.342.189,29
Karimun Rata-rata Jumlah N
14.958.102,98 807.737.560,71 54
Lanjutan Analisis Biaya Manfaat Perikanan Tangkap di Kawasan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008. 4. Bubu Lokasi
Trip (thn)
Biaya Total (Rp)
Manfaat Total (Rp)
Manfaat Bersih (Rp)
Karimun
32
4428766.67
48000000
43571233.33
Karimun
40
5789409.72
38000000
32210590.28
Karimun
144
25258583.33
84000000
58741416.67
Kemujan
144
2676500
14880000
12203500
Kemujan
56
1110000
2280000
1170000
Kemujan
144
1123333.33
3072000
1948666.67
Parang
96
1915000
24000000
22085000
Parang
36
1146000
2220000
1074000
Parang
32
727166.67
1500000
772833.33
80.444444
4908306.64
24216888.89
19308582.25
724
107982746
532771555.6
424788809.6
average sum N
22
5. Panah Lokasi
Trip (thn)
Biaya Total (Rp)
Manfaat Total (Rp)
Manfaat Bersih (Rp)
60501851.85
108000000
47498148.15
200
71657142.86
150000000
78342857.14
105000000
32050000
Karimun
200
Karimun Karimun
150
72950000
Parang
63
15646833.33
47313000
31666166.67
Parang
208
35021777.78
172640000
137618222.22
Parang
200
46462500
139000000
92537500
50373350.97
120325500
69952149.03
302240105.82
721953000
419712894.18
Rata-rata Jumlah N
6 kelompok
Lanjutan Analisis Biaya Manfaat Perikanan Tangkap di Kawasan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008 6. Branjang Lokasi
Trip (thn)
Biaya Total (Rp)
Manfaat Total (Rp)
Manfaat Bersih (Rp)
Karimun
75
12371229.17
22800000
10428770.83
Karimun
75
19364414.42
74250000
54885585.58
Karimun
78
13224583.33
39600000
26375416.67
Kemujan
78
10363562.50
52065000
41701437.50
Kemujan
78
19229738.10
33000000
13770261.90
Kemujan
78
11640000
23400000
11760000
Parang
78
9294000
22800000
13506000
Parang
45
11180250
34200000
23019750
Parang
72
25878166.67
60960000
35081833.33
Rata-rata
73
14,727,327.13
40,341,666.67
25,614,339.54
677,457,048.06
1,855,716,666.67
1,178,259,618.61
Jumlah N
46
Gabungan Analisis Biaya Manfaat Perikanan Tangkap di Kawasan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008 No
Jenis Alat Tangkap
N
Manfaat Total (Rp)
Biaya Total (Rp)
Manfaat Bersih (Rp)
1
Jaring
54
2033079750.00
807737560.71
1225342189.29
2
Pancing
422
14181075555.56
5828156055.64
8352919499.91
3
Bubu
22
532771555.56
107982745.99
424788809.57
4
Branjang
46
1855716666.67
677457048.06
1178259618.61
5
Panah
6 kelompok
721953000.00
302240105.82
419712894.18
6
Muroami
2
742280000.00
203669222.22
538610777.78
20066876527.78
7927242738.44
12139633789.33
Jumlah Total (Rp)
Lampiran 3. Analisis Biaya Manfaat Perikanan Budidaya di TNKJ 2008 1. Rumput Laut Lokasi
Panen/thn
Kemujan
3
Produksi /thn (kg) 15000
Biaya Total (Rp) 5446750
Manfaat Total (Rp) 7500000
Manfaat Bersih (Rp) 2053250
Kemujan
3
9000
3649000
4500000
851000
Kemujan
3
15000
4818933.333
7500000
2681066.667
Karimun
3
9000
2009000
4500000
2491000
Karimun
3
15000
5112000
7500000
2388000
Karimun
3
9000
1177333.333
4500000
3322666.667
Parang
3
6000
1432500
3000000
1567500
Parang
3
9000
1927000
4500000
2573000
Parang
3
9000
1877000
4500000
2623000
Rata-rata
3
10666.66667 5514666.67
3049946.296 1576822235.19
5333333.333 2757333333.33
2283387.037 1180511098.15
Jumlah 517
N
2. Kerapu Lokasi
Produksi (kg)
Jumlah benih (ekor)
K.Macan
K.bebek
K.macan
K.bebek
Biaya Total (Rp)
Manfaat Total (Rp)
Manfaat Bersih (Rp)
Karimun
185
50
500
200
24289240
34150000
9860760
Karimun
111
100
300
400
38039580
44990000
6950420
KJT
Karimun
55
50
150
200
18142760
22450000
4307240
sum
351
200
950
800
80471580
101590000
21118420
average
176
100
317
267
40235790
50795000
10559210
402357900
507950000
105592100
N
10
KJA Karimun
592
450
1600
1800
164154000
210780000
46626000
Karimun
370
250
1000
1000
102011000
120800000
18789000
481
350
1300
1400
sum
962
700
2600
2800
266165000
331580000
65415000
average
481
350
1300
1400
133082500
165790000
32707500
1330825000
1657900000
327075000
1733182900
2165850000
432667100
N Total
10
Lampiran 4. Analisis Regresi Travel Cost Wisatawan Kawasan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008. No
Asal
Usia
Pendidikan
Pendapatan/bulan
TC 1218000
Lama
jumlah
tinggal (hari)
kunjungan/thn
3
12
ln Age
Ln Educ
Ln Income
Ln T.Cost
Ln Day
3.2580965
2.7725887
15.424948
14.012721
1.0986123
Ln Visit Rate
1
Jepara
26
S1
5000000
2.4849067
2
Yogyakarta
21
S1
1000000
300000
2
2
3.0445224
2.7725887
13.815511
12.611538
0.6931472
0.6931472
3
Yogyakarta
20
S1
500000
265000
2
2
2.9957323
2.7725887
13.122363
12.487485
0.6931472
0.6931472
4
Semarang
26
D2
2000000
1270000
2
1
3.2580965
2.6390573
14.508658
14.054527
0.6931472
0
5
Semarang
25
S1
700000
166250
3
2
3.2188758
2.7725887
13.458836
12.021248
1.0986123
0.6931472
6
Pemalang
21
S1
500000
327000
2
1
3.0445224
2.7725887
13.122363
12.697715
0.6931472
0
7
Ceko
31
S1
2000000
1580000
3
1
3.4339872
2.7725887
14.508658
14.272935
1.0986123
0
8
Semarang
32
S1
5000000
2083000
3
1
3.4657359
2.7725887
15.424948
14.54932
1.0986123
0
9
Jakarta
55
S1
5000000
1000000
2
1
4.0073332
2.7725887
15.424948
13.815511
0.6931472
0
10
Jakarta
33
S1
3000000
1003000
5
1
3.4965076
2.7725887
14.914123
13.818506
1.6094379
0
Lanjutan Analisis Regresi Travel Cost Wisatawan Kawasan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008. Summary Output Regression Statistics Multiple R
0.838044667
R Square
0.702318863
Adjusted R Square
0.330217443
Standard Error
0.641679049
Observations ANOVA
10
df
SS
MS
F
Significance F
Regression
5
3.885784652
0.77715693
1.88743935
0.279004054
Residual
4
1.647008007
0.411752002
Total
9
5.532792659
Coefficients
Standard Error
t Stat
P-value
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95.0%
Upper 95.0%
-9.68
17.72021301
-0.54626319
0.61392503
-58.87909867
39.51929867
-58.87909867
39.51929867
X Variable 1
-2.931
1.12471211
-2.60564281
0.05969275
-6.053299458
0.192103406
-6.053299458
0.192103406
X Variable 2
3.4281
5.987969526
0.572501764
0.59762386
-13.19714556
20.0533918
-13.19714556
20.0533918
X Variable 3
1.5721
0.588930033
2.669431675
0.05583901
-0.063023423
3.207240394
-0.063023423
3.207240394
X Variable 4
-0.879
0.524750455
-1.67568193
0.16910958
-2.336255687
0.577625976
-2.336255687
0.577625976
X Variable 5
-0.389
0.821924276
-0.47352019
0.66052834
-2.67122537
1.892829898
-2.67122537
1.892829898
Intercept
Perhitungan Surplus Konsumen Wisatawan Ke Kawasan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008 > restart; > b0:= -9.679900001 b1:= -0.879314855 b2:= -2.930598026 b3:= 1.572108485 b4:= -0.389197736 b5:= 3.428123116
; ; ; ; ; ;
Rata_ln_A:= Rata_ln_I:= Rata_ln_D:= Rata_ln_E:=
3.32234099 14.37253567 0.946962297 2.759235583
Vrata:=
2.4
; ; ; ;
;
> ln_a:=b0+b2*Rata_ln_A+b3*Rata_ln_I+b4*Rata_ln_D+b5*Rata_ln_E; a:=exp(ln_a); b:=b1; Vrata:=2.4; N:=1288 ; L:=713.107; 5
a := 2.13050185610 b := -0.879314855 Vrata := 2.4
N :=1288 L := 713.107
> TC(V):=(V/a)^(1/b); 6
TC(V) :=
1.147654329 10 V
1.137249069
> plot(TC(V),V=0..Vrata); > U:=int(TC(V),V=0..Vrata); U := Float(¥ )
> P:=(Vrata/a)^(1/b); 5
P := 4.24049171110
> C:=P*Vrata; 6
C := 1.01771801110
> CS:=U-C; CS := Float(¥ )
> NET_KawasanWisata:=CS*N/L; NET_KawasanWisata := Float(¥ )
> >
Analisis Regresi WTP Wisatawan Terhadap Keberadaan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008 Pekerjaan
Usia
Pendidikan
Swasta
26
16
Mahasiswa
21
16
Mahasiswa
20
16
Guru
26
14
Mahasiswa
25
16
Mahasiswa
30
16
Swasta
32
16
Swasta
55
16
Swasta
33
16
Mahasiswa
21
16
Pendapatan/bln
Rata-rata
Summary Output Regression Statistics Multiple R
0.683286593
R Square
0.466880569
Adjusted R Square
0.200320853
Standard Error
0.979121183
Observations
10
WTP
Ln WTP
Ln Usia
Ln Pendidikan
Ln Pendapatan
5000000
100000
11.5129255
3.258096538
2.77258872
15.4249485
1000000
20000
9.90348755
3.044522438
2.77258872
13.8155106
500000
10000
9.21034037
2.995732274
2.77258872
13.1223634
2000000
50000
10.8197783
3.258096538
2.63905733
14.5086577
700000
100000
11.5129255
3.218875825
2.77258872
13.4588356
3000000
50000
10.8197783
3.401197382
2.77258872
14.9141228
5000000
100000
11.5129255
3.465735903
2.77258872
15.4249485
5000000
100000
11.5129255
4.007333185
2.77258872
15.4249485
3000000
500000
13.1223634
3.496507561
2.77258872
14.9141228
500000
25000
10.1266311
3.044522438
2.77258872
13.1223634
3.319062008
2.75923558
14.4130822
Lanjutan Analisis Regresi WTP Wisatawan Kawasan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008. ANOVA df
SS
MS
F
Regression
3
5.037388
1.679129438
1.752
Residual
6
5.75207
0.95867829
Total
9
10.78946
Coefficients Intercept
Standard Error
Significance F 0.2558746
t Stat
P-value
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95.0%
Upper 95.0%
-3.536992785
22.33753
-0.158343032
0.879
-58.19497
51.1209825
-58.19497
51.12098
X Variable 1
1.075981593
1.681455
0.639910945
0.546
-3.038391
5.19035427
-3.038391
5.190354
X Variable 2
1.392188691
7.822141
0.177980527
0.865
-17.7479
20.532277
-17.7479
20.53228
X Variable 3
0.494673837
0.526775
0.939060187
0.384
-0.794299
1.78364689
-0.794299
1.783647
Ln WTP = 11.00540808 WTP rata-rata wisatawan = Rp 60.198,82323 WTP total wisatawan = Rp 60.198,82323 x 1.288 orang (Jumlah wisatawan bahari tahun 2007) = Rp 77. 536.080,16
Lampiran 5. Hasil Perhitungan Manfaat Penelitian, Manfaat Tidak Langsung, dan Manfaat Pilihan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008 1. Manfaat Penelitian Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008. Menurut White and Cruz Trinidad, 1998 yang diacu dalam Situmorang, 2004, manfaat penelitian atau pendidikan dari suatu kawasan bisa diduga dari biaya penelitian yang dilakukan atau nilai penelitian yang dilakukan. Manfaat penelitian dari ekosistem terumbu karang TNKJ didekati dengan menghitung biaya yang dikeluarkan oleh Wildlife Conservation Society (WCS) dalam melakukan program monitoring ekosistem terumbu karang TNKJ yaitu sebesar = Rp. 35.089.451,- per tahun x 5 (2003-2007) = Rp. 175.447.255,2. Manfaat Tidak Langsung Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008 Manfaat tidak langsung ekosistem terumbu karang dihitung dengan pendekatan fungsi ekosistem tersebut sebagai physical protection global life sebesar US$ 276.5 per Ha (Hansen et al, 2003 diacu dalam Fauzi et al, 2005). Nilai tukar dollar pada saat penelitian adalah Rp 9.160,-. Maka nilai ekosistem terumbu karang TNKJ seluas 713,107 ha (Analisis Citra WCS, 2005) adalah = 713,107 x US$ 276,5 = US$ 197.174,0855 atau Rp 1.806.114.623,18 3.
Manfaat
Pilihan
Ekosistem
Terumbu Karang TNKJ 2008 Manfaat pilihan ekosistem terumbu karang TNKJ dalam penelitian ini didekati dengan nilai keanekaragaman hayati terumbu karang, yaitu US$ 17.3 per ha (Hansen et al, 2003 diacu dalam Fauzi et al, 2005). Dengan demikian, nilai manfaat pilihan ekosistem terumbu karang TNKJ seluas 713,107 ha adalah
= 713,107 x US$ 17,3 = US$ 12.336,7511 atau Rp 113.004.640,076 per tahun
Lampiran 6. Analisis Regresi WTP Terhadap Keberadaan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008 WTP
Ln WTP
26
Pendapatan /bln 5000000
11.512925
Ln Pendidikan 2.7725887
3.2580965
Ln Pendapatan 15.424948
100000
Mahasiswa
21
1000000
20000
9.9034876
2.7725887
3.0445224
13.815511
S1
Mahasiswa
20
500000
10000
9.2103404
2.7725887
2.9957323
13.122363
4
D2
Guru
26
2000000
50000
10.819778
2.6390573
3.2580965
14.508658
5
S1
Mahasiswa
25
700000
100000
11.512925
2.7725887
3.2188758
13.458836
6
S1
Mahasiswa
30
3000000
50000
10.819778
2.7725887
3.4011974
14.914123
7
S1
Swasta
32
5000000
100000
11.512925
2.7725887
3.4657359
15.424948
8
S1
Swasta
55
5000000
100000
11.512925
2.7725887
4.0073332
15.424948
9
S1
33
3000000
500000
13.122363
2.7725887
3.4965076
14.914123
10
SD
29
3000000
20000
9.9034876
1.7917595
3.3672958
14.914123
11
SD
37
400000
10000
9.2103404
1.7917595
3.6109179
12.89922
12
SMP
28
500000
20000
9.9034876
2.1972246
3.3322045
13.122363
13
SD
50
2000000
10000
9.2103404
1.7917595
3.912023
14.508658
14
SD
42
1000000
10000
9.2103404
1.7917595
3.7376696
13.815511
15
SD
40
500000
10000
9.2103404
1.7917595
3.6888795
13.122363
16
STM
37
2000000
200000
12.206073
2.4849067
3.6109179
14.508658
17
S1
28
10000000
100000
11.512925
2.7725887
3.3322045
16.118096
18
SD
Swasta Pengepul Kerapu Pengepul Kerapu Pengepul Kerapu Pembudidaya rumput laut Pembudidaya rumput laut Pembudidaya rumput laut Pembudidaya kerapu Pembudidaya kerapu Pembudidaya
36
1500000
50000
10.819778
1.7917595
3.5835189
14.220976
No
Pendidikan
Pekerjaan
1
S1
Swasta
2
S1
3
Usia
Ln Usia
kerapu
SLTP
Nelayan pancing Nelayan pancing Nelayan pancing Nelayan branjang Nelayan branjang Nelayan branjang Nelayan bubu
26
SD
27
19
SD
26
1000000
10000
9.2103404
1.7917595
3.2580965
13.815511
20
SD
45
500000
5000
8.5171932
1.7917595
3.8066625
13.122363
21
SD
27
700000
10000
9.2103404
1.7917595
3.2958369
13.458836
22
SD
45
1000000
10000
9.2103404
1.7917595
3.8066625
13.815511
23
SD
50
1000000
25000
10.126631
1.7917595
3.912023
13.815511
24
SD
59
500000
5000
8.5171932
1.7917595
4.0775374
13.122363
25
32
150000
10000
9.2103404
2.1972246
3.4657359
11.918391
Nelayan bubu
30
500000
3000
8.0063676
1.7917595
3.4011974
13.122363
SD
Nelayan bubu
55
1500000
30000
10.308953
1.7917595
4.0073332
14.220976
28
SD
Nelayan jaring
62
200000
5000
8.5171932
1.7917595
4.1271344
12.206073
29
SD
Nelayan jaring
20
1650000
20000
9.9034876
1.7917595
2.9957323
14.316286
30
SD
25
3000000
50000
10.819778
1.7917595
3.2188758
14.914123
31
SMA
50
5000000
50000
10.819778
2.4849067
3.912023
15.424948
32
SD
45
2000000
5000
8.5171932
1.7917595
3.8066625
14.508658
33
SMA
30
500000
100000
11.512925
2.4849067
3.4011974
13.122363
34
SMK
Nelayan jaring Pemilik muroami Pemilik muroami Diver Karyawan budidaya kerapu
22
1100000
100000
11.512925
2.4849067
3.0910425
13.910821
No
Pendidikan
Pekerjaan
35
S1
Guru
26
Pendapatan/ bln 2500000
20000
9.9034876
Ln Pendidikan 2.7725887
36
SD
Swasta
24
1000000
10000
9.2103404
2.1972246
3.1780538
13.815511
37
SMA
38
SMA
39
S1
PNS Operator wisata PNS
38
2500000
50000
10.819778
2.4849067
3.6375862
14.731801
40
3000000
50000
10.819778
2.4849067
3.6888795
14.914123
30
2000000
20000
9.9034876
2.7725887
3.4011974
14.508658
40
SMA
Pedagang
28
1500000
10000
9.2103404
2.4849067
3.3322045
14.220976
41
SMA
Pengepul ikan
35
5000000
25000
10.126631
2.4849067
3.5553481
15.424948
42
S1
50
2500000
30000
10.308953
2.7725887
3.912023
14.731801
43
S1
30
2000000
50000
10.819778
2.4849067
3.4011974
14.508658
44
SMA
Guru Karyawan homestay Karyawan homestay
20
400000
15000
9.6158055
2.4849067
2.9957323
12.89922
2.2636939
3.5060409
14.125932
Rata-rata
Usia
WTP
49500
Ln WTP
3.2580965
Ln Pendapatan 14.731801
Ln Usia
Lanjutan Analisis Regresi WTP Terhadap Keberadaan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008 Summary Output Regression Statistics Multiple R
0.719139729
R Square
0.51716195
Adjusted R Square
0.480949096
Standard Error
0.817111347
Observations
44
ANOVA df Regression
SS
MS
F
3
28.60536877
9.535122923
Residual
40
26.70683811
0.667670953
Total
43
55.31220688
Coefficients Intercept
0.78893453 6
X Variable 1 X Variable 2
1.20491829 6 0.03327954 9 0.47652814 2
X Variable 3
Standard Error 2.3621897 15 0.3551701 83 0.4332449 91 0.1511251 84
P-value
Lower 95%
0.33398440 9
0.7401360 56
3.39250971 7 0.07681461 8 3.15320139
0.0015720 47 0.9391539 61
3.98522891 6 0.48709258 8 0.90890032 9 0.17109275 4
Perhitungan Manfaat Keberadaan Nilai WTP Rata-rata = Rp 25.115,12 Jumlah populasi = 8.655 jiwa WTP Total = Rp 25.115,12 x 8.655 = Rp 217.371.40
14.28117081
t Stat
0.0030595 45
Significance F 1.79136E-06
Upper 95% 5.5630979 89 1.9227440 04 0.8423412 32 0.7819635 3
Lower 95.0% 3.98522891 6 0.48709258 8 0.90890032 9 0.17109275 4
Upper 95.0% 5.5630979 89 1.9227440 04 0.8423412 32 0.7819635 3
Lampiran 7. Analisis Biaya Manfaat Secara Ekonomi (Cashflow) Skenario Pengelolaan I. Tahun Jenis INFLOW Manfaat Langsung Perikanan Tangkap Jaring Pancing Bubu Branjang Panah Muroami Perikanan Budidaya Budidaya Kerapu Budidaya Rumput Laut Pariwisata Bahari Penelitian Manfaat Tidak Langsung Perlindungan Pantai Manfaat Pilihan Biodiversity Manfaat Keberadaan Nilai Eksistensi Nilai Sisa Jaring Pancing
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2033079750 1418107555 5.56 532771555.5 6 1855716666. 67 721953000 742280000
2033079750 1418107555 5.56 532771555.5 6 1855716666. 67 721953000 742280000
2033079750 1418107555 5.56 532771555.5 6 1855716666. 67 721953000 742280000
2033079750 1418107555 5.56 532771555.5 6 1855716666. 67 721953000 742280000
2033079750 1418107555 5.56 532771555.5 6 1855716666. 67 721953000 742280000
2033079750 1418107555 5.56 532771555.5 6 1855716666. 67 721953000 742280000
2033079750 1418107555 5.56 532771555.5 6 1855716666. 67 721953000 742280000
2033079750 1418107555 5.56 532771555.5 6 1855716666. 67 721953000 742280000
2033079750 1418107555 5.56 532771555.5 6 1855716666. 67 721953000 742280000
2033079750 1418107555 5.56 532771555.5 6 1855716666. 67 721953000 742280000
2165850000 2757333333. 33 77536080.16 35089451
2165850000 2757333333. 33 77536080.16 35089451
2165850000 2757333333. 33 77536080.16 35089451
2165850000 2757333333. 33 77536080.16 35089451
2165850000 2757333333. 33 77536080.16 35089451
2165850000 2757333333. 33 77536080.16 35089451
2165850000 2757333333. 33 77536080.16 35089451
2165850000 2757333333. 33 77536080.16 35089451
2165850000 2757333333. 33 77536080.16 35089451
2165850000 2757333333. 33 77536080.16 35089451
1806114623. 18
1806114623. 18
1806114623. 18
1806114623. 18
1806114623. 18
1806114623. 18
1806114623. 18
1806114623. 18
1806114623. 18
1806114623. 18
113004640.0 8
113004640.0 8
113004640.0 8
113004640.0 8
113004640.0 8
113004640.0 8
113004640.0 8
113004640.0 8
113004640.0 8
113004640.0 8
217371406.0 8
217371406.0 8
217371406.0 8
217371406.0 8
217371406.0 8
217371406.0 8
217371406.0 8
217371406.0 8
217371406.0 8
217371406.0 8 272265494.7 4 457136369.2 3
Lanjutan lampiran 7 Bubu
45334837.89 144273353.2 1 10608333.33 17333333.33 11138461.54
Branjang Panah Muroami Budidaya Kerapu Budidaya Rumput Laut Total INFLOW PV benefit
2723917606 1.60 2368624005 3.57
2723917606 1.60 2059673048 1.36
2723917606 1.60 1791020041 8.58
2723917606 1.60 1557408732 0.50
2723917606 1.60 1354268462 6.52
2723917606 1.60 1177624750 1.32
2723917606 1.60 1024021521 8.54
2723917606 1.60 8904534972. 65
2723917606 1.60 7743073889. 26
2819726624 4.88 6969932970. 18
Lanjutan Analisis Biaya Manfaat Secara Ekonomi (Cashflow) Skenario Pengelolaan I. Jenis
0
1
2
3
4
Tahun 5
6
7
8
9
10
2272326942. 86 9903757573. 02
974057560.7 1 5970053555. 64 125032745.9 9 690095548.0 6 304122605.8 2 224342222.2 2
974395060.7 1 5952687305. 64 125032745.9 9 690095548.0 6 304122605.8 2 224342222.2 2
976487560.7 1 5970053555. 64 125142745.9 9 699525548.0 6 304929272.4 9 240592222.2 2
1299976489. 29 5970053555. 64 125032745.9 9 690095548.0 6 306522605.8 2 237054722.2 2
1084649560. 71 6747236888. 98 229070745.9 9 699525548.0 6 313295939.1 5 240592222.2 2
975993594.0 5 5977438555. 64 133282745.9 9 850491341.7 1 304722605.8 2 224342222.2 2
1300478989. 29 5970053555. 64 127991745.9 9 707444119.4 9 307329272.4 9 253304722.2 2
997196275.0 0 5970053555. 64 125032745.9 9 922581738.5 3 304122605.8 2 256842222.2 2
1072565560. 71 6889310222. 31 229070745.9 9 720777548.0 6 321129272.4 9 240592222.2 2
1298386489. 29 5976079269. 93 125032745.9 9 690095548.0 6 306522605.8 2 237054722.2 2
1733182900 1576822235. 19
1733182900 1576822235. 19
1743182900 2460543260. 19
1737182900 1977497235. 19
1743182900 2460543260. 19
1735566233 1706229735. 19
1783382900 2858638260. 19
1733182900 1576822235. 19
1743182900 2460543260. 19
1737182900 1974917235. 19
1806114623. 18 217371406.0 8
1806114623. 18 217371406.0 8
1806114623. 18 217371406.0 8
1806114623. 18 217371406.0 8
1806114623. 18 217371406.0 8
1806114623. 18 217371406.0 8
1806114623. 18 217371406.0 8
1806114623. 18 217371406.0 8
1806114623. 18 217371406.0 8
1806114623. 18 217371406.0 8
6983.81 1362120238 6.70
6983.81 1360417363 6.70
6983.81 1454395007 8.36
6983.81 1436690881 5.27
6983.81 1554159007 8.36
6983.81 1393156004 7.01
6983.81 1533211657 8.36
6983.81 1390932729 1.46
6983.81 1570066474 5.03
6983.81 1436876452 9.55
1361797367 4.91
1363500242 4.91
1269522598 3.24
1287226724 6.33
1169758598 3.24
1330761601 4.59
1190705948 3.24
1332984877 0.14
1153851131 6.57
1382850171 5.33
OUTFLOW 1. Biaya Langsung a. Perikanan Tangkap Jaring Pancing Bubu Branjang
355047000 1116853166. 67
Panah
21939166.67
Muroami b. Perikanan Budidaya Budidaya Kerapu Budidaya Rumput Laut 2. Biaya Kehilangan Manfaat Tidak langsung
84870500
160210000 1495073525
Manfaat pilihan Benefit loss dr muroami Total OUTFLOW
Manfaat bersih
15410077874 .21 15410077874 .21
PV Cost df = 15 %
PV NPV Gross B/C
15410077874 .21 1 15410077874 .21 49549769180 .72 1.57
1184452381 4.52 0.8696
1028670974 4.19 0.7561
9562883260. 20 0.6575
8214326744. 27 0.5718
7726917016. 51 0.4972
6022997862. 42 0.4323
5763910522. 23 0.3759
4546983764. 58 0.3269
4463108831. 06 0.2843
3551738837. 57 0.2472
1184171623 9.05
1031002073 7.17
8347317158. 37
7359760576. 23
5815767610. 02
5753249638. 90
4476304696. 32
4357551208. 06
3279965058. 20
3418194132. 61
Lampiran 8. Analisis Biaya Manfaat Secara Ekonomi (Cashflow) Skenario Pengelolaan II Tahun jenis
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
INFLOW Manfaat Langsung Perikanan Tangkap Jaring Pancing Bubu Branjang Panah
2033079750
2216056927.50
2415502050.98
2632897235.56
2869857986.76
3128145205.57
3409678274.07
3716549318.74
4051038757.43
4415632245.60
14181075555.56
15457372355.56
16848535867.56
18364904095.64
20017745464.24
21819342556.02
23783083386.07
25923560890.81
28256681370.99
30799782694.37
532771555.56
580720995.56
632985885.16
689954614.82
752050530.15
819735077.87
893511234.88
973927246.01
1061580698.16
1157122960.99
1855716666.67
2022731166.67
2204776971.67
2403206899.12
2619495520.04
2855250116.84
3112222627.36
3392322663.82
3697631703.56
4030418556.88
721953000
786928770
857752359.30
934950071.64
1019095578.08
1110814180.11
1210787456.32
1319758327.39
1438536576.86
1568004868.77
Perikanan Budidaya Budidaya Kerapu
2165850000
2165850000
2165850000
2165850000
2165850000
2165850000
2165850000
2165850000
2165850000
2165850000
2757333333.33
2757333333.33
2757333333.33
2757333333.33
2757333333.33
2757333333.33
2757333333.33
2757333333.33
2757333333.33
2757333333.33
Pariwisata Bahari
77536080.16
77536080.16
77536080.16
77536080.16
77536080.16
77536080.16
77536080.16
77536080.16
77536080.16
77536080.16
Penelitian
35089451.00
35089451.00
35089451.00
35089451.00
35089451.00
35089451.00
35089451.00
35089451.00
35089451.00
35089451.00
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
113004640.08
113004640.08
113004640.08
113004640.08
113004640.08
113004640.08
113004640.08
113004640.08
113004640.08
113004640.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
Budidaya Rumput Laut
Manfaat Tidak Langsung Perlindungan Pantai Manfaat Pilihan Biodiversity Manfaat Keberadaan Nilai Eksistensi Nilai Sisa Jaring
272265494.74
Pancing
457136369.23
Bubu
45334837.89
Branjang
144273353.21
Panah
10608333.33
Budidaya Kerapu
11138461.54
Budidaya Rumput Laut Benefit loss dr Muroami
6983.81
6983.81
6983.81
6983.81
6983.81
6983.81
6983.81
6983.81
6983.81
6983.81
Total INFLOW
26496903045.41
28236116732.91
30131859652.29
32198219434.41
34450551596.92
36905593654.05
39581589496.33
42498424964.41
45677775624.62
50084024694.20
PV Benefit
23040785256.88
21350560856.65
19812186834.74
18409436463.94
17128012772.18
15955306580.15
14880185590.70
13892810506.53
12984474675.68
12380004925.44
Lanjutan Analisis Biaya Manfaat Secara Ekonomi (Cashflow) Skenario Pengelolaan II Jenis
Tahun 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2272326942.8 6 9903757573.0 2
974057560.71 5970053555.6 4
974395060.71 5952687305.6 4
976487560.71 5970053555.6 4
1299976489.2 9 5970053555.6 4
1084649560.7 1 6747236888.9 8
975993594.05 5977438555.6 4
1300478989.2 9 5970053555.6 4
997196275.00 5970053555.6 4
1072565560.7 1 6889310222.3 1
1298386489.2 9 5976079269.9 3
OUTFLOW 1. Biaya Langsung a. Perikanan Tangkap Jaring Pancing Bubu
355047000 1116853166.6 7
125032745.99
125032745.99
125142745.99
125032745.99
229070745.99
133282745.99
127991745.99
125032745.99
229070745.99
125032745.99
690095548.06
690095548.06
699525548.06
690095548.06
699525548.06
850491341.71
707444119.49
922581738.53
720777548.06
690095548.06
21939166.67
304122605.82
304122605.82
304929272.49
306522605.82
313295939.15
304722605.82
307329272.49
304122605.82
321129272.49
306522605.82
160210000
1733182900 1576822235.1 9
1733182900 1576822235.1 9
1743182900 2460543260.1 9
1737182900 1977497235.1 9
1743182900 2460543260.1 9
1735566233 1706229735.1 9
1783382900 2858638260.1 9
1733182900 1576822235.1 9
1743182900 2460543260.1 9
1737182900 1974917235.1 9
2. Biaya Kehilangan Manfaat Tidak langsung
1806114623.1 8
1806114623.1 8
1806114623.1 8
1806114623.1 8
1806114623.1 8
1806114623.1 8
1806114623.1 8
1806114623.1 8
1806114623.1 8
1806114623.1 8
Manfaat pilihan
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
Muroami
742280000 14139133180. 66
742280000 14122104430. 66
742280000 15045630872. 33
742280000 14872127109. 23
742280000 16043270872. 33
742280000 14449490840. 98
742280000 15821084872. 33
742280000 14394758085. 42
742280000 16202345539. 00
742280000 14873982823. 52
12357769864. 75 12294898417. 97
14114012302. 25 10678339834. 15
15086228779. 96 9892746525.7 4
17326092325. 17 8503186943.5 8
18407280724. 59 7976341035.8 1
22456102813. 07 6246913637.4 3
23760504624. 00 5947731815.2 8
28103666878. 99 4705671952.2 1
29475430085. 63 4605717823.6 2
35210041870. 68 3676621073.0 9
0.8696
0.7561
0.6575
0.5718
0.4972
0.4323
0.3759
0.3269
0.2843
0.2472
10745886838. 91
10672221022. 50
9919440309.0 1
9906249520.3 6
9151671736.3 7
9708392942.7 2
8932453775.4 3
9187138554.3 2
8378756852.0 6
8703383852.3 4
Branjang Panah b. Perikanan Budidaya Budidaya Kerapu Budidaya Rumput Laut
Total OUTFLOW
Manfaat bersih PV Cost df = 15 %
PV NPV Gross B/C
1495073525
15325207374. 21 15325207374. 21 15325207374. 21 1.00 15325207374. 21 79980388029. 81 1.89
Lampiran 9. Analisis Biaya Manfaat Secara Ekonomi (Cashflow) Skenario Pengelolaan III Tahun jenis
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
INFLOW Manfaat Langsung Perikanan Tangkap Jaring Pancing Bubu Branjang
2033079750
1972087357.50
1912924736.78
1855536994.67
1799870884.83
1889864429.07
1984357650.53
2083575533.05
2187754309.71
2297142025.19
14181075555.56
13755643288.89
13342973990.22
12942684770.52
12554404227.40
13182124438.77
13841230660.71
14533292193.74
15259956803.43
16022954643.60
532771555.56
516788408.89
501284756.62
486246213.92
471658827.51
495241768.88
520003857.33
546004050.19
573304252.70
601969465.34
1855716666.67
1800045166.67
1746043811.67
1693662497.32
1642852622.40
1724995253.52
1811245016.19
1901807267.00
1996897630.35
2096742511.87
Panah
721953000
700294410
679285577.70
658907010.37
639139800.06
671096790.06
704651629.56
739884211.04
776878421.59
815722342.67
Muroami
742280000
720011600
698411252
677458914.44
657135147.01
689991904.36
724491499.57
760716074.55
798751878.28
838689472.20
Perikanan Budidaya Budidaya Kerapu Budidaya Rumput Laut Pariwisata Bahari Penelitian
2165850000
2165850000
2165850000
2165850000
2165850000
2165850000
2165850000
2165850000
2165850000
2165850000
2757333333.33
2757333333.33
2757333333.33
2757333333.33
2757333333.33
2757333333.33
2757333333.33
2757333333.33
2757333333.33
2757333333.33
77536080.16
77536080.16
77536080.16
77536080.16
77536080.16
77536080.16
77536080.16
77536080.16
77536080.16
77536080.16
35089451
35089451
35089451
35089451
35089451
35089451
35089451
35089451
35089451
35089451
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
113004640.08
113004640.08
113004640.08
113004640.08
113004640.08
113004640.08
113004640.08
113004640.08
113004640.08
113004640.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
Manfaat Tidak Langsung Perlindungan Pantai Manfaat Pilihan Biodiversity Manfaat Keberadaan Nilai Eksistensi Nilai Sisa Jaring
272265494.74
Pancing
457136369.23
Bubu
45334837.89
Branjang
144273353.21
Panah
10608333.33
Muroami
17333333.33
Budidaya Kerapu
11138461.54
Budidaya Rumput Laut Total INFLOW
27239176061.60
26637169765.77
26053223658.81
25486795935.06
24937361043.02
25825614118.48
26758279847.72
27737578863.41
28765842829.89
30803610177.98
PV Benefit
23686240053.57
20141527233.10
17130417462.85
14572158295.64
12398275750.33
11165125664.78
10059428519.38
9067463732.65
8177047867.19
7614181329.34
Lanjutan Analisis Biaya Manfaat Secara Ekonomi (Cashflow) Skenario Pengelolaan III Tahun
Jenis 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2272326942.8 6 9903757573.0 2
974057560.71 5970053555.6 4
1003279287.5 4 6149155162.3 1
1033377666.1 6 6333629817.1 8
1064378996.1 5 6523638711.7 0
1096310366.0 3 6719347873.0 5
1096310366.0 3 6719347873.0 5
1096310366.0 3 6719347873.0 5
1096310366.0 3 6719347873.0 5
1096310366.0 3 6719347873.0 5
1096310366.0 3 6719347873.0 5
OUTFLOW 1. Biaya Langsung a. Perikanan Tangkap Jaring Pancing Bubu Branjang Panah Muroami b. Perikanan Budidaya Budidaya Kerapu Budidaya Rumput Laut
355047000 1116853166.6 7
125032745.99
128783728.37
132647240.22
136626657.42
140725457.15
140725457.15
140725457.15
140725457.15
140725457.15
140725457.15
690095548.06
710798414.50
732122366.93
754086037.94
776708619.08
776708619.08
776708619.08
776708619.08
776708619.08
776708619.08
21939166.67
304122605.82
313246283.99
322643672.51
332322982.69
342292672.17
342292672.17
342292672.17
342292672.17
342292672.17
342292672.17
84870500
224342222.22
231072488.89
238004663.56
245144803.46
252499147.57
252499147.57
252499147.57
252499147.57
252499147.57
252499147.57
160210000
1733182900 1576822235.1 9
1733182900 1576822235.1 9
1743182900 2460543260.1 9
1737182900 1977497235.1 9
1743182900 2460543260.1 9
1735566233 1706229735.1 9
1783382900 2858638260.1 9
1733182900 1576822235.1 9
1743182900 2460543260.1 9
1737182900 1974917235.1 9
1806114623.1 8
1806114623.1 8
1806114623.1 8
1806114623.1 8
1806114623.1 8
1806114623.1 8
1806114623.1 8
1806114623.1 8
1806114623.1 8
1806114623.1 8
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
217371406.08
6983.81 13621202386. 70
6983.81 13869833513. 85
6983.81 15019644599. 82
6983.81 14794371337. 62
6983.81 15555103308. 30
6983.81 14793173116. 63
6983.81 15993398308. 30
6983.81 14661382283. 30
6983.81 15555103308. 30
6983.81 15063477283. 30
13617973674. 91 11844523814. 52
12767336251. 92 10487586777. 96
11033579058. 99 9875660129.7 4
10692424597. 45 8458729828.7 9
9382257734.7 3 7733635480.0 5
11032441001. 85 6395496969.4 2
10764881539. 42 6012510818.3 3
13076196580. 12 4792831875.4 5
13210739521. 60 4421731185.9 5
15740132894. 68 3723461205.4 4
0.8696
0.7561
0.6575
0.5718
0.4972
0.4323
0.3759
0.3269
0.2843
0.2472
11841716239. 05
9653940455.1 4
7254757333.1 1
6113428466.8 5
4664640270.2 8
4769628695.3 7
4046917701.0 5
4274631857.2 0
3755316681.2 4
3890720123.8 9
1495073525
2. Biaya Kehilangan Manfaat Tidak langsung Manfaat pilihan Benefit loss dr muroami Total OUTFLOW
Manfaat bersih PV Cost df = 15 %
PV NPV Net B/C
15410077874. 21 15410077874. 21 15410077874. 21 1 15410077874. 21 44855619948. 97 1.50