V.
HASIL
SOSIALISASI
PUSAT
PEMBELIAN
BERSAMA
MELALUI KOPERASI 1.
Provinsi Jawa Tengah Dalam melakukan sosialisasi terhadap konsep tentang pusat pembelian
bersama melalui koperasi, maka pendekatan yang dilakukan tim adalah dengan dua tahap. Tahap pertama yaitu menyampaikan gagasan-gagasan tentang perlunya pembentukan pusat pembelian bersama secara langsung ke koperasikoperasi yang dinilai memenuhi syarat dan mampu untuk melakukan pembelian bersama, sedangkan tahap yang kedua yaitu melakukan presentasi tentang perlunya didirikannya pusat pembelian bersama. Sosialisasi terhadap konsep tentang pusat pembelian bersama melalui koperasi ini dilaksanakan di Jawa Tengah pada bulan Agustus 1999. Pada tahap pertama tim melakukan observasi terhadap tiap-tiap toko koperasi sampel dan kemudian melakukan evaluasi terhadap performan toko koperasi sampel tersebut. Hasil observasi dan evaluasi tim kemudian didiskusikan dengan pengurus ataupun manajernya. Hal selanjutnya yang dilakukan tim adalah memberikan blanko isian feed back/ masukan untuk diisi dan mengundang para pengurus/ pengelola koperasi untuk berdiskusi secara aktif pada acara presentasi mengenai pembelian bersama dengan tim peneliti. Dalam memaparkan konsep-konsep mengenai pembelian bersama, maka materi yang dipresentasikan meliputi hal-hal sebagai berikut. Pertama dalam memaparkan latar belakang tim membahas mengenai tujuan pertemuan dengan gerakan koperasi yaitu untuk berbagai informasi mengenai temuan tim Balitbangkop dan PKM dalam hal pembelian bersama, tujuan kedua yaitu untuk menampung masukan-masukan dari pengurus gerakan koperasi terutama mengenai
pembelian
bersama,
sedangkan
tujuan
ketiga
yaitu
untuk
menyamakan persepsi mengenai langkah-langkah yang diperlukan untuk menindak lanjuti usulan dari tim Balitbangkop dan PKM. Dalam latar belakang juga dipaparkan tentang situasi koperasi konsumsi di provinsi sampel serta
alasan-alasan kurang berkembangnya koperasi konsumen. Kemudian bahasan selanjutnya yaitu pemaparan hal-hal sebagai berikut : - Hasil evaluasi mengenai strategi pengadaan barang yang dilakukan oleh toko koperasi pada saat ini; - Hasil identifikasi best practice yang dilakukan oleh koperasi maupun pemain lainnya; - Pengembangan alternatif-alternatif perbaikan strategi pengadaan barang; - Memaparkan penentuan strategi secara komprehensif, dan - Memaparkan hasil pengembangan rencana implementasi termasuk rencana teknisinya. Acara sosialisasinya/diskusi mengenai pengembangan pusat pembelian bersama di Kabupaten Kudus ini dihadiri oleh tujuh belas pengurus/manajer koperasi, ditambah dengan para pejabat dari Kantor Wilayah Departemen Koperasi, PK dan M Provinsi Jawa Tengah dan Kantor Departemen Koperasi, PK dan M Kabupaten Kudus. Koperasi yang berpatisipasi tersebut terdiri dari empat KPRI, satu Koppas, delapan KUD, tiga Kopkar, dan satu Primkopti. Pada diskusi ini dibahas juga mengenai kekhawatiran pengurus bila pusat pembelian bersama ini dapat merusak pasar apabila harga yang ditawarkan berbeda (jauh lebih murah) dengan harga jual anggota. Namun kekhawatiran bahwa pusat pembelian bersama tersebut akan merusak pasar tidak perlu dirisaukan. Justru tujuan dari pembelian bersama ini adalah untuk memberdayakan para anggotanya, dan konsumen dari pusat pembelian bersama ini adalah koperasi, bukan konsumen dari pusat pembelian bersama ini adalah koperasi, bukan konsumen akhir. Kekhawatiran kedua yang dilontarkan oleh para peserta adalah sulitnya menerapkan pembelian bersama tersebut karena hal ini perlu adanya kekompakan dan komitmen bersama. Memang dalam mendirikan pusat pembelian bersama ini diperlukan adanya komitmen tersebut dapat digalang apabila diantara pendiri/ anggota tersebut mempunyai kepentingan yang sama dan merasakan perlu adanya aliansi strategis diantara mereka.
Pada akhir diskusi dengan gerakan koperasi tersebut kemudian disepakati untuk membentuk promotor yang bertugas untuk mengolah pendirian pusat pembelian bersama di Kabupaten Kudus. Ada 5 orang promotor yang bersedia, kelima promotor tersebut yaitu : 1. Ir. Suryo Dwidoto dari Kopkar Pusaka Raya (Pura) Group 2. Faried dari Kopkar PT Djarum 3. Abdullah Fanani dari Koppas Kliwon 4. Roemain F.Y. dari KUD Undaan 5. Bambang Suprapto dari PKPRI Kab. Kudus. Dalam waktu satu bulan setelah dibentuknya tim kecil sebagai promotor pembentukan pusat pembelian bersama tersebut, maka tim kecil tersebut telah dua kali mengadakan rapat. Rapat tersebut membahas mengenai perjanjian kerjasama dan struktur organisasi dari pusat pembelian bersama, dalam hal ini tim peneliti dari Balitbangkop, PK dan M sebagai fasilitator telah memberikan acuan berupa konsep pola/model pusat pembelian bersama dan konsep perjanjian kerjasama pusat tersebut. Maksud dari acuan tersebut yaitu untuk memudahkan tim kecil dalam membuat perjanjian-perjanjian yang mereka perlukan. Kemudian pada rapat kedua telah disepakati tentang pembentukan struktur organisasi. Keputusan rapat kedua tersebut adalah lima promotor yang tergabung dalam tim kecil tersebut duduk dalam struktur yang ada namun demikian dalam hal pendanaan maka biaya-biaya yang diperlukan dalam pembentukan dan operasi pusat pembelian bersama dipikul oleh Koperasi Karyawan PT Pura Group. Tentunya hal ini tidak akan dapat terlaksana dengan baik. Pusat pembelian bersama akan berjalan dengan baik apabila masingmasing koperasi anggota pusat tersebut bersama-sama memikul beban biaya yang ditimbulkan dengan adanya pusat tersebut dan masing-masing anggota bersedia membeli barang-barang yang sudah disepakati untuk dibeli secara bersama-sama. Oleh karena itu tim peneliti dari Balitbangkop, PK dan M menyarankan kepada tim kecil hal-hal sebagai berikut : 1. Apabila koperasi-koperasi konsumen lain selain Kopkar Pura Group berkeberatan untuk menyisihkan biaya guna keperluan permodalan pusat
pembelian bersama dikarenakan adanya kesulitan uang, maka sebaiknya koperasi-koperasi tersebut tidak mendirikan pusat pembelian bersama. 2. Karena Kopkar Pura Group mempunyai omzet yang jauh lebih besar dari koperasi-koperasi konsumen lain di Kabupaten Kudus, maka Kopkar Pura Group tersebut disarankan untuk menjadi pusat perkulakan yang melayani koperasi-koperasi lainnya di Kab Kudus. 3. Untuk KUD Undaan, karena toko barang-barang konsumsinya cukup laris yaitu dengan menjual barang konsumsi sebanyak 700 item dan omzet pembelian pertahun sebanyak 120 juta rupiah maka disarankan bagi KUD tersebut untuk menjadi outletnya ABSA (Pusat Perkulakan Abdulrahman Saleh milik PUSKUD Jawa Tengah) Saran tim peneliti diterima oleh Kopkar Pura Group dan mendapatkan dukungan dari pihak Kanwil Depkop, PK dan M provinsi Jawa Tengah. Pada waktu itu (bulan Oktober 1999), koperasi yang bersedia untuk bekerjasama/ membeli barang-barang di Pura Group adalah PKPRI Kabupaten Kudus yang mempunyai anggota sekitar 20 KPRI. Disamping itu Kopkar Pura telah mempunyai tiga outlet dan telah bekerjasama dengan anggotanya di Pasar Dawe yaitu dengan melayani 7 warung anggota. Sedangkan saran KUD Undaan masih perlu ditindak lanjuti. Prospek pusat/ sentral perkulakan Pura Group cukup baik karena pada saat ini Kopkar Pura tersebut telah menjadi distributor susu bendera, yaitu stock untuk daerah Kudus. Adapun target jangka pendek pusat perkulakan ini adalah mempunyai outlet sebanyak 60 (enam puluh), sedangkan target jangka panjang yang ingin dicapai olah Kopkar Pura Group adalah menjadi pusat perkulakannya koperasi-koperasi yang ada di Kabupaten Kudus. Pada tanggal 19 Oktober 1999 Pusat Perkulakan Kopkar Pura Group ini telah diresmikan secara simbolik di Kabupaten Pemalang oleh Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah.
A.
ANALISA INTERNAL KOPERASI SAMPEL Diatas telah disebutkan bahwa Kopkar PT Pura Group disarankan untuk
menjadi pusat perkulakan dari koperasi-koperasi konsumen yang ada di Kabupaten Kudus. Saran tim peneliti tersebut didasari atas pertimbangan antara lain bahwa omset pembelian barang-barang konsumsi di toko tersebut jauh lebih besar dari pada omset pembelian toko-toko koperasi sampel lainnya. Pada Tabel 4 telihat bahwa omset pembelian per tahun Kopkar Pura Group sebesar Rp. 1.611.000.000,- sedangkan koperasi-koperasi sampel lainnya omsetnya relative kecil yaitu berkisar antara Rp. 937.000,- sampai dengan Rp. 450.000.000,-. Sedangkan nilai tengah omzet per tahun koperasi sampel tersebut adalah Rp. 70.000.000,-. Dengan kondiasi volume usaha yang sangat bervariasi seperti ini yang artinya bahwa kondisi keuangan yang dimiliki oleh koperasi-koperasi tersebut sangat bervariasi, maka akan sulit terlaksana apabila mereka mendirikan pusat pembelian bersama, karena salah satu factor sukses dari pendirian
pusat tersebut adalah bahwa
masing-masing anggota
harus
mempunyai komitmen untuk membayar iuran dan besarnya iuran tersebut sebaiknya sama. Oleh karena itu menjadikan Kopkar Pura Group sebagai pusat perkulakan bagi koperasi-koperasi kecil lainnya akan lebih cocok dari pada membentuk pusat pembelian bersama. Pusat perkulakan yang ada diharapkan dapat bersaing ataupun memberikan penawaran harga yang lebih murah dari pada dengan para distributor disekitar lokasi. Untuk koperasi-koperasi yang telah melakukan perdagangan langsung dengan distributor (lihat Tabel 4), tentunya diperlukan adanya komitmen agar koperasi tersebut mau membeli barang-barangnya ke Kopkar Pura Group sebagai sentral perkulakannya. Dipihak lain, Kopkar Pura Group juga harus memberikan fasilitas dan pelayanan lebih dibandingkan dengan distributor yang ada. Hal ini sangat penting untuk dilaksanakan karena hampir semua koperasi sampel telah berhubungan langsung dengan distributor utama, artinya koperasi-koperasi tersebut akan membandingkannya. Namun demikian, perlu juga diingat bahwa pusat perkulakan akan berjalan dengan baik
dan mempunyai omzet besar apabila didukungoleh koperasi-koperasi kecil disekitarnya. Kita semua tahu bahwa untuk menjadi distributor utama dan agar dapat berhubungan langsung dengan pabrikan maka biasanya ada batas pembelian minimal. Agar terjadi jaringan kerjasama dan terbentuk aliansi strategis diantara koperasi-koperasi di Kabupaten Kudus, maka pelu dibuat perjanjian kerjasama antara koperasi dengan pusat perkulakan. Perjanjian tersebut dapat berupa perjanjian seperti halnya antara frachisor dengan franchiseenya (system waralaba). Tabel 4. Omzet Pembelian Toko Koperasi Sampel Per Tahun dan Prosentase Pembelian Barang Yang Dilakukan Melalui Distributor di Kabupaten Kudus, 1999. No
Nama Koperasi
Nama Pembelian
Pembelian
Toko (Rp)
Melalui Distributor (%)
1.
Kopkar PT Noyorono
450.000.000,-
-
2.
KUD Muria
12.544.000,-
20
3.
KPRI Karya Sejahtera
100.000.000,-
50
4.
Koppas Kliwon
375.000.000,-
45,8
5.
KPRI Kudus 1
15.000.000,-
50
6.
KPRI Bintara, Gebog
135.000.000,-
75
7.
PKPRI Kab. Kudus
35.000.000,-
0
8.
KUD makmur Jaya
24.000.000,-
na
9.
KUD Undaan
120.000.000,-
65
937.000,-
na
5.350.000,-
na
39.993.315,-
9
116.000.000,-
60
1.611.000.000,-
50
10. KUD Budi Karya 11. KUD Rukun Agawe Santoso 12. KUD Sendang Jaya 13. KUD Bae 14. Kopkar Pura Group
Tabel 5. Prosentase Penjualan Sepuluh Produk Terlaris Terhadap Seluruh Produk Yang Dijual Toko Koperasi Sampel di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, 1999 No
Nama Koperasi
Nama Pembelian
Pembelian
Toko (Rp)
Melalui Distributor (%)
477,000,000
1.
Kopkar PT Noyorono
2.
KUD Muria
3.
KPRI Karya Sejahtera
110,000,000
4.
Koppas Kliwon
389,250,000
5.
KPRI Kudus 1
15,600,000
6.
KPRI Bintara, Gebog
7.
PKPRI Kab. Kudus
38,500,000
8.
KUD makmur Jaya
25,200,000
9.
KUD Undaan
128,400,000
10. KUD Budi Karya
103,070,000
11. KUD Rukun Agawe Santoso 12. KUD Sendang Jaya 13. KUD Bae 14. Kopkar Pura Group Total Volume Usaha/Th
13,798,400
148,500,000
5,885,000 41,993,315 124,700,000 1,707,660,000 3,327,556,715
Rata-Rata Prosentase Penjualan 10 Produk Terlaris
20 925 275 na na na 907 952 841 612 na 249 221 456 56,41
Dari data pada tabel 5 terlihat bahwa jumlah omzet penjualan per tahun pada 14 koperasi sampel adalah mencapai 3,3 milyar. Hal ini merupakan peluang usaha bagi koperasi-koperasi tersebut apabila mereka berkeinginan untuk beraliansi. Apabila koperasi-koperasi primer tersebut bersedia membeli barang-barang dagangannya dari Pusat Perkulakan Kopkar Pura Group, diharapkan hal ini akan terjadi sinergi yang baik. Mengingat pada Tabel 6 terlihat bahwa pada umumnya koperasi-koperasi sampel tersebut mempunyai banyak kesamaan terhadap produk yang dijual. Sebagai contoh, dari sejumlah koperasi sampel tersebut, pada waktu ditanyakan mengenai sepuluh produ terlarisnya maka ada 64,3 % koperasi yang menjual keperluan dapur dan merupakan salah satu dari sepuluh produk terlarisnya. Dan 64,3 % koperasi sampel juga menjual produk kecantikan yang sama dan juga merupakan produk terlarisnya. Disamping itu ada 50 % koperasi sampel yang menjual alat-alat tulis kantor. Perlu disimak bahwa prosentase penjualan sepuluh produk terlaris terhadap seluruh produk yang dijual toko sangat besar (lihat Tabel 5). Rata-rata omset penjualan sebesar 56,41 % merupakan omset dari sepuluh produk terlaris yang dijual koperasi-koperasi tersebut.
2.
Provinsi Lampung Dengan kesadaran bahwa sampai saat ini koperasi masih dalam keadaan
lemah, perlu dilakukan konsolidasi koperasi agar sejajar dengan kekuatan pelaku ekonomi lainnya yang terlebih dahulu menikmatkan kesempatan pembangunan. Menyatukan kekuatan koperasi harus dilakukan secara bertahap dan sistematis berkesinambungan agar dapat berlangsung mulus tanpa menimbulkan konflik baru dan kepentingan masing-masing jajaran koperasi yang telah berkembang sesuai dengan arah kehendak anggotanya. Untuk itulah sosialisasi mengenai pembelian bersama yang dilakukan oleh tim Balitbangkop & PKM dilakukan dengan dua kali mengadakan pertemuan atau diskusi. Dan mengadakan observasi ke koperasi sampel di Kodya Bandar Lampung. Tujuan dari pertemuan dan diskusi tersebut adalah untuk menyampaikan ide-ide dan informasi-informasi yang berhubungan dengan kegiatan pembelian bersama dan sekaligus menganalisa kemampuan dari koperasi-koperasi yang nantinya akan melakukan kegiatan pembelian bersama. Pada awalnya tim menentukan kegiatan pembelian bersama melalui koperasi ini dilakukan di Kabupaten Lampung Selatan. Dari hasil diskusi dengan Kakanwil dan Kabag Perkotaan Kanwil Lampung tim memperoleh gambaran bahwa keadaan koperasi serta kondisi koperasi yang bergerak dalam bidang kosumsi dan yang memiliki toko yang besar tidak memenuhi persyaratan untuk kegiatan pembelian bersama. Selain itu juga jarak antar koperasi cukup berjauhan. Berdasarkan keadaan tersebut tim berinisiatif bahwa sosialisasi pembelian bersama oleh koperasi tahap pertama yang dilakukan pada bulan September 1999, tim mengadakan pertemuan dan diskusi dengan 22 koperasi terdiri dari KDU dan KPN dari 3 kabupaten (Lampung Selatan, Lampung Utara, Kodya Bandar Lampung) yang mempunyai unit pertokoan. Pertemuan tersebut dihadiri oleh pengurus dan manajer koperasi diadakan diruang rapat Kanwil Depkop dan PKM Lampung. Pemillihan 22 koperasi tersebut dipilih berdasarkan hasil diskusi dengan Bagian Koperasi Perkotaan Kanwil Lampung.
Bahan
presentasi
yang
di
sampaikan
sebagai
berikut.
Pertama
menyampaikan berbagai informasi mengenai temuan dari Balitbangkop dan PKM dalam pembelian bersama. Tujuan kedua adalah menerima masukan-masukan dari pengurus dan manajer koperasi terutama mengenai pembelian bersama serta permasalahan yang dihadapi oleh koperasi mengenai pembelian barang pertokoan dari supplier. Tujuan ketiga adalah untuk mengetahui peta dan kemampuan koperasi dari 3 kabupaten tersebut sekaligus menentukan kabupaten/kodya untuk kegiatan pembelian bersama oleh koperasi. Dari hasil temuan dan diskusi pada tahap pertama tersebut disepakati bahwa kegiatan pembelian bersama melalui koperasi di provinsi Lampung dipilih Kodya Bandar Lampung. Juga disepakati untuk mengadakan pertemuan dan diskusi pada bulan Oktober 1999 untuk koperasi konsumen di Kodya Bandar Lampung sebagai kordinator awal adalah KSU sempurna. Pada kegiatan sosialisasi yang kedua mengenai pusat pembelian bersama melalui koperasi di kodya Bandar Lampung tim melakukan observasi terhadap koperasi 8 koperasi sampel calon promotor yaitu : KPRI Saptawa Penwilda Tk 1, Kopti Kodya Bandar Lampung, KPRI Handayani, KUD Sukarame, KPN Ragon Gawi, KPRI Tiga Sehat Kanwil Depkop. Selanjutnya tim memberikan formulir isian umpan balik (feed back) untuk diisi oleh pengurus atau menajer koperasi sampel. Sekaligus mengundang pengurus/manajer untuk hadir pada pertemuan dan berdiskusi pada acara persentasi mengenai pembelian bersama dengan tim Balitbang yang diadakan di ruang rapat kanwil Lampung. Materi presentasi yang disampaikan dalam pertemuan mengenai pembelian bersama menyampaikan informasi hasil temuan tim Balitbangkop dan PKM dalam hal pembelian bersama. Selain menyampaikan tentang gambaran koperasi konsumsi di Provinsi Lampung serta alasan kurang berkembangnya koperasi konsumen. Selain itu juga dibahas salah satunya adalah hasil identifikasi best practice yang dilakukan maupun pemain lainnya (bahan presentasi dilampirkan pada laporan ini).
Tujuan dari pertemuan dan diskusi tersebut adalah untuk menampung masukan-masukan dari pengurus dan manajer koperasi mengenai pembelian bersama, dan untuk menyamakan
persepsi mengenai langkah-langkah yang
diperlukan untuk menindak lanjuti usulan tim Balitbangkop dan PKM. Pada pertemuan dan diskusi yang dilaksanakan oleh tim Balitbangkop dan PKM dihadiri oleh 23 pengurus/manajer/stap dan para pejabat Kanwil Depkop & PKM Provinsi Lampung serta pejabat Kandepkop & PKM Kodya Bandar Lampung. Koperasi yang berpartisipasi pada pertemuan tersebut terdiri dari 4 KPRI, 1KUD, 2 KSU, 3 KPN dan 1Kopti. Pada pertemuan ada beberapa koperasi yang menginformasikan barang konsumsi yang dapat dikerjasamakan. Seperti
KPN
Tiga
Sehat
menginformasikan
mempunyai
order
untuk
mendapatkan gula dari PT Gunung Madu sebanyak 40 ton perbulan dengan harga pabrik tetapi tidak dapat ditebus karena, kurangnya modal. Begitu juga dengan KPN Saptawa Penwilda TK 1 yang telah mempunyai hubungan baik dengan supplier unilever tetapi sampai saat ini belum bisa menjadi distributor karena belum memenuhi target pembelian. Hasil dari pertemuan sosialisasi mengenai pusat pembelian bersama disepakati : - Koperasi yang hadir dalam pertemuan merencanakan membentuk pusat pembelian bersama yang dimiliki oleh koperasi (dipilih dari tiga alternatif yang ditawarkan oleh tim) - Koperasi peserta diskusi sepakat untuk mengadakan pertemuan bulanan untuk menyamakan persepsi dan mengadakan komitmen bagi anggota pusat pembelian bersama agar dapat memenuhi kepentingan dan kebutuhan yang sama dari anggota. - Agar terealisasinya Pusat pembelian bersama tersebut koperasi peserta membentuk tim yang anggotanya berasal dari KSU Sampurna, Kopti Kodya Bandar Lampung, KUD Sukarame, dan KPN Bina Dharma dan KPRI Saptawa Penwilda TK 1. Tugas dari tim ini adalah sebagai penghubung dan menyampaikan informasi serta mengadakan pertemuan untuk membahas pembentukan pusat pembelian bersama.
- Ada 2 Koperasi yaitu KPRI Saptawa Penwilda TK 1 dan KUD Sukarame yang siap menjadi koordinator untuk kegiatan pusat pembelian bersama. Tim pembentukan pusat pembelian bersama berencana mengadakan pertemuan yang pertama bulan November 1999. Pada pertemuan tersebut akan dibahas juga kordinator dan tempat pusat pembelian bersama, serta membahas dan menentukan pendanaan. Dalam hal ini tim peneliti dari balitbangkop & PKM sebagai
fasilitator
telah
mengirimkan
melalui
facsimile,
acuan
berupa
konsep/pola/ model pusat dan perjanjian kerjasama untuk pusat pembelian bersama kepada tim di provinsi Lampung. Berdasarkan pantauan tim peneliti Balitbangkop & PKM yang dilakukan melalui telepon diperoleh informasi dari tim pembentukan pusat pembelian bersama. Rapat yang diadakan pada bulan November 1999 tersebut hanya membicarakan mengenai pendanaan dari pusat pembelian bersama yan gakan didirikan itupun belum tuntas dan akan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya.
A.
ANALISA INTERNAL KOPERASI SAMPEL Pada tabel dibawah terlihat omset pembelian dari tiap toko koperasi sampel sangat bervariasi. Omset pembelian tertinggi adalah Kopti Kodya Bandar lampung sebesar Rp. 1.683.467.960,- sedangkan koperasi-koperasi sampel lainnya omsetnya hanya berkisar antara Rp. 15.000.000,- sampai dengan Rp. 741.151.437,-. Dari Tabel dibawah dapat terlihat bahwa omset dari koperasi sampel tersebut sangat bervariasi. Keadaan seperti ini yang artinya bahwa kondisi keuangan yang dimiliki koperasi-koperasi tersebut sangat bervariasi, maka akan sulit terlaksana apabila mereka mendirikan pusat pembelian bersama, karena salah satu factor yang sangat menentukan dari pendirian pusat tersebut adalah masing-masing anggotanya harus mempunyai komitmen untuk membayar iuran dan besarnya iuran tersebut sebaiknya sama. Dengan kondisi seperti diatas sebaikanya pusat pembelian bersama yan gakan didirikan ada dua. Pertama adalah pusat pembelian bersama kerjasama dari tiga koperasi yang omsetnya besar, seperti kerjasama Kopti Kodya Bandar Lampung, KUD Sukarame, dan KPRI Saptawa Penwilda TK 1 yang omzetnya diatas 500 juta. Sedangkan pusat pembelian bersama yang kedua adalah kerjasama dari koperasi-koperasi lainnya yang berada di Kodya Bandar Lampung omsetnya dibawah 100 juta. Dari bervariasinya omset koperasi sampel di Kodya Bandar Lampung dapat juga membentuk pusat pembelian bersama dengan jalan, bagi koperasi yang omset penjualan barang konsumsinya sangat besar seperti KPRI Saptawa Penwilda TK1 dibandingkan waserda koperasikoperasi lain disekitarnya, maka KPRI Saptawa Penwilda TK 1 dapat bertindak sebagai pusat pembelian (pusat perkulakan) bagi toko-toko koperasi yang omsetnya kecil.
Tabel 6. Omzet per Bulan Sepuluh Produk Terlaris Toko Koperasi Sampel di Kabupaten Kudus, 1999 Omzet per Tahun Sepuluh Produk Terlaris Toko (Rupiah juta,-) No
Koperasi
1 Kopkar PT Noyorono 2 KUD Muria 3 KPRI Karya Sejahtera 4 Koppas Kliwon 5 KPRI Kudus I 6 KPRI Binatara, Gbog 7 PKPRI Kab. Kudus 8 KUD Makmur Jaya 9 KUD Undaan 10 KUD Budi Karya 11 KUD Rukun Agawe S 12 KUD Sendang Jaya 13 KUD Bae 14 Kopkar Pura Group Total Juml. Kop. Yg. Menjual (%)
Beras Obatan Gula Rokok M. Goreng Pembersih Susu S.Drink & Snack
ATK Kepl. Dapur Kecantikan Alat Listrik
Total
37.5 432 16.44 4.2 58.14 28.6
na 2.4 na 3.6 3.6 24 21.88 55.48 50
97.5 12.77 30.6
48 3.6 51.6 14.3
24 10.5 9 705.6 0.84 0.84 4.8 33.84 16.14 28.6 21.4
1,641.6 na 0.84 16.14 21.4
36 9.6 na 10.4388 3.6 222 281.64 42.9
2.4 na 50.4 52.8 21.4
2.268 24 6.6 6 6 10.812 55.68 42.9
1.2 na na na 4.8 2.4 6.468 6 67.2 88.07 64.3
6 na na 4.8 1.8 24 18.276 4.2 19.2 78.28 64.3
na 2.4 3.6 6 21.4
34.92 24 108 63.06 10.44 27.6 369.61 778.5
Tabel 7. Omset Pembelian Toko Koperasi Sampel dan Prosentase Pembelian Yang Dilakukan Melalui Distributor di Kodya Bandar Lampung 1999
No
Nama Koperasi
1.
KPRI Saptawa Penwilda TK I
2.
KOPTI Kodya Bandar Lampung
3.
Omset Pembelian Toko (Rp. )
Pembelian Melalui Distributor (%)
741.151.437
20
1.683.467.960
10
KSU Sampurna
86.891.20.
4
4.
KPRI Handayani
30.000.000
4
5.
KUD Sukarame
528.456.300
12
6.
KPRI Tiga Sehat Kanwil Depkop & PKM
35.000.000
2
7.
KSU Mawar Indah
75.123.005
4
8.
KPRI Betik Gawi
67.456.700
6
9.
KPN Ragom Gawi
45.606.000
3
10.
KPN Bina Dharma
30.000.000
4
11.
Koptanala Bandar Lampung
15.000.000
5
Tabel 8. Prosentase Penjualan Sepuluh Produk Terlaris Terhadap Seluruh Produk yang Dijual Toko Koperasi Sampel di Kodya Bandar Lampung, 1999.
No
Nama Koperasi
Omset Penjualan Pertahun
815,266,581
1.
KPRI Saptawa Penwilda TK I
2.
KOPTI Kodya Bandar Lampung
3.
KSU Sampurna
91,235,762
4.
KPRI Handayani
33,000,000
5.
KUD Sukarame
581,301,930
6.
KPRI Tiga Sehat Kanwil Depkop & PKM
35,875,000
7.
KSU Mawar Indah
78,879,155
8.
KPRI Betik Gawi
70,829,535
9.
KPN Ragom Gawi
49,254,480
10.
KPN Bina Dharma
31,500,000
11.
Koptanala Bandar Lampung
15,900,000
Total Omzet/Th Rata-Rata 10 produk terlaris
1,767,641,358
3,537,683,801
Prosentase Penjualan 10 Produk Terlaris Terhadap Seluruh Produk yang Dijual Toko 1,827 7,099 343 2,794 984 448 2,249.17
Tabel 9. Omzet per Bulan Sepuluh Produk Terlaris Toko Koperasi Sampel di Kodya Bandar Lampung, 1999 No
Koperasi
1 KPRI Saptawa Penwilda TK 1 2 Kopti Kodya Bandar Lampung 3 KSU Sampurna 4 KPRI Handayani 5 KUD Sukarame
Beras
Obatan Obatan
Gula
1
2
3
26,726,250 15,500,000 6,750,000
-
4
2,350,000 1,598,000
-
15,400,000
-
-
-
-
-
Omzet per Tahun Sepuluh Produk Terlaris Toko (Rupiah) S. Drink & Rokok M. Goreng Pembersih Susu Snack
523,000 -
3,456,900 1,834,500
5
6
3,100,000
7
2,514,400 5,200,000
8
Kepl Dapur
Alat Listrik
9
10
920,000 2,203,650
Total
-
44,612,300
3,000,000
-
24,900,000
321,000 1,500,000
-
26,615,000
6,500,000
-
-
7,250,000
-
1,521,000
-
-
-
-
-
0
-
-
-
-
-
20,806,400
8,765,000
6 KPRI Tiga Sehat Kanwil Depkop & PKM
-
-
-
-
-
7 KSU Mawar Indah
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0
8 KPRI Betik Gawi
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0
-
-
-
10,994,100
9 KPN Ragon Gawi
5,500,000
443,000
630,000
1,230,000
-
-
888,100 2,240,000
545,100
250,000
721,000 1,750,000
443,000
3,646,100
10 KPN Bina Dharma
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0
11 Koptanala Bandar Lampung
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0
Total Jml Kop yg, Menjual (%)
54,476,250 36.36
-
21,206,900 4,398,500 27.27
36.36
26,845,000 45.45
4,032,500 8,961,000 2,036,100 7,867,650 1,750,000 131,573,900 27.27
27.27
36.36
45.45
9.09
54.55
3.
Provinsi Jawa Barat Koperasi Konsumsi Sampel Objek kajian pengembangan Pusat Pembelian Bersama Melalui Koperasi
dilaksanakan di Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat. Dari sekian banyaknya koperasi yang ada di Kabupaten Sumedang sebanyaknya 21 Koperasi/KUD sebagai sampel, ikut rencana kegiatan pengembangan Pusat Pembelian Bersama Melalui Koperasi. 21 Koperasi/KUD tersebut terdiri dari 10 Koperasi Unit Desa (KUD), 9 Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI), dan 2 Koperasi Serba Usaha (KSU). Nama-nama 21 Koperasi/KUD sampel dapat disampaikan sebagai berikut : 1. KUD Jatinangor, 2. KUD Sugih Mukti, 3. KUD Ganeas, 4. KUD Hidup Rukun, 5. KUD Cibereum, 6. KUD Paseh, 7. KUD Situraja, 8. KUD Bina Raharja, 9. KUD Bbakti Tani, 10. KUD Citali, 11. KPRI Kandaga Guru Sumedang (KGS), 12. KPRI Medal Raharja Pemda, 13. KPRI Pegawai
Kesehatan
Sumedang
(KPKS),
14.
KPRI
Kopedas
Pegawai
Departemen Agama, 15. KPRI Dinas Pertanian, 16. KPRI Sinar Deppen, 17. KPRI Warga Kencana BKKBN, 18. KPRI Bina Sejahtera, 19. KPRI Guru Cicarimah (GUCI), 20. KSU Swadaya Madya, dan 21. KSU Mitra Sejahtera.,Terpilihnya 21 Koperasi/KUD sampel tersebut disesuaikan dengan jenis usah yang diinginkan yaitu unit usaha koperasi yang bergerak di bidang konsumsi. Hasil rapat di Kantor Departemen Koperasi, PK dan M Kabupaten Sumedang Jawa Barat pada tanggal 1 September 1999 yang diikuti 21 Koperasi/KUD sampel, telah pula memutuskan hal-hal sebagai berikut : a. Menunjuk 7 (tujuh) Koperasi/KUD sebagai penggerak dan mengurus kerjasama tersebut pada PIHAK KETIGA dalam mencari mitra kerja (mencari pabrikan-pabrikan, grosir-grosir dan lain-lain). b. Atas
permintaan
peserta
rapat,
Bapak
Frans
telah
menyampaikan
keberhasilan-keberhasilan KUD Citali, serta hambatan-hambatan yang dialami KUD Citali. Karena perlu diinformasikan bahwa KUD Citali sebagai KUD terbaik di Kabupaten Sumedang.
c. KUD Citali dan KUD Situraja sebagai motor penggerak informasi harga, oleh karena itu akan dipasang internet. KUD Citali dan KUD Situraja yang telah lama melakukan kerjasama dengan PUSKUD Jawa Barat diminta untuk berjalan seperti biasa, hanya systemnya dapat dirubah sebagai Pusat Pembelian Bersama Melalui Koperasi. d. Telah disepakati oleh Koperasi/KUD yang hadir supaya informasi terus berjalan dengan baik maka diadakan pertemuan periodic bulan satu kali. e. Kita tancapkan “Pena Emas” pada Pusat Pembelian Bersama Melalui Koperasi di Sumedang, kemudian untuk dijadikan pilot proyek. Didalam diskusi, disampaikan permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan Pusat Pembelian Bersama Melalui Koperasi adalah dibidang permodalan. Oleh karena itu masih dicarikan jalan keluar untuk mengatasi permodalan tersebut. Sampai saat sekarang ini 21 Koperasi/KUD tersebut di atas dalam melaksanakan kegiatan usaha koperasi, pengurus telah melakukan kerjasama dengan distributor dan agen. Jumlah Koperasi/KUD yang melakukan kerjasama dengan distributor sebanyak 67 %, dan dengan agen sebanyak 76 %, adapun jumlah distributor 65 distributor, dan 80 agen. Guna memenuhi kebutuhan anggota dan masyarakat, jenis-jenis barang yang dijual Koperasi/KUD antara lain, beras, terigu, obat-obatan, gula, pembersih, susu, soft drink, snack, keperluan dapur, alat-alat kecantikan, minyak goring, rokok, alat tulis kantor dan alat listrik. Koperasi di dalam menjual barang telah memberikan fasilitas pada anggota pembeli, yaitu sebanyak 14 % dari 21 Koperasi/KUD sampel memberikan potongan harga atas dasar diskon, 5 % dari 21 Koperasi/KUD sampel memberikan potongan harga atas pembelian minimal, 43 % dari 21 Koperasi/KUD sampel barang diantar pada pembeli, dan 38 % dari 21 Koperasi/KUD sampel dilakukan dengan cara lain. Koperasi/KUD sampel selalu memberikan keringanan pembayaran pada anggota pembeli, tentunya disesuaikan dengan jenis dan jumlah barang yang dibeli. Sehingga terjadi satu koperasi terdapat dua syarat pembayaran, kontan dan kredit. Pembayaran
secara kontan dilakukan 86 % dari 21 Koperasi/KUD sampel, dan 62 % pembayaran secara kredit. Kegiatan usaha koperasi sampel sampai saat sekarang ini berkembang dengan baik, pelayanan pada anggota terus ditingkatkan. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa kredit program yang datangnya dari Bank Pemerintah telah dikembalikan melalui angsuran, semua koperasi telah melunasi kreditnya.
Tabel 10. Fasilitas Diberikan Pada Konsumen Toko dan Syarat Pembayaran Pelanggan. Fasilitas Diberikan Pada Konsumen Toko No
Nama Koperasi
Potongan Harga Dasar
Minimum
diskon
Pembelian
Pengantaran Barang
Dan
Syarat
lain-
Pembayaran
lain
Pelanggan
1.
KUD Jatinangor
-
-
-
x
x
-
2.
KUD Sugih Mukti
x
-
-
-
x
-
3.
KUD Ganeas
x
-
-
-
x
x
4.
KUD Hidup Rukun
-
-
-
x
x
-
5.
KUD Cibeureum
-
-
x
-
x
x
6.
KUD Paseh
-
-
x
-
x
x
7.
KUD Situraja
-
-
-
x
x
x
8.
KUD Bina Raharja
-
x
-
-
-
-
9.
KUD Sri Bakti Tani
-
-
x
-
x
-
10.
KUD Citali
x
-
-
-
x
-
11.
KPRI KGS
-
-
-
x
x
x
12.
KPRI Medal Raharja
-
-
x
-
-
x
13.
KPRI KPKS
-
-
-
x
x
x
14.
KPRI Kopeg Depag
-
-
x
-
x
x
15.
KPRI Dinas Pertan
-
-
x
-
x
x
16.
KPRI Sinar Deppen
-
-
x
-
x
x
17.
KPRI WK BKKBN
-
-
-
x
x
x
18.
KPRI Bina Sejahtera
-
-
x
-
x
x
19.
KPRI GUCI
-
-
x
-
-
-
20.
KSU Swa. Madya
-
-
-
x
x
-
21.
KSU Mitra Sejahtera
-
-
-
x
x
x
14
5
43
38
86
62
Pelaksanaan Kegiatan (%)
Keterangan : Tanda x (Koperasi malaksanakan kegiatan) Tanda – (Koperasi yang tidak malaksanakan kegiatan).
A.
ANALISA INTERNAL KOPERASI SAMPEL
Kegiatan Usaha Dari 21 Koperasi/KUD sampel yang terpilih untuk direncanakan sebagai pengembangan pusat pembelian bersama melalui koperasi di Kabupaten Sumedang Jawa Barat dapat disampaikan kegiatan usaha yang dikelola sebagai berikut : jumlah koperasi/KUD sampel yang kegiatan usahanya dibidang Simpan Pinjam 100 % (seluruh Koperasi/KUD bergerak di bidang Waserda/Toko 100 %, yang melaksanakan penyaluran Sembako 62 %, melaksanakan penyaluran Pupuk 38 %, malaksanakan KUT 38 %, melaksanakan Pengadaan Pangan 19 %, melaksanakan kegiatan Listrik 5 %, dan yang melaksanakan Angkutan dan lainnya 29 %. Pada tabel 10 dapat dilihat bahwa omset pembelian Koperasi/KUD sampel apabila diklasifikasikan, maka dari omset pembelian Rp. 1.000.000,sampai Rp. 50.000.000,- sebanyak 6 Koperasi/KUD (29 %), omset pembelian Rp. 51.000.000,- sampai Rp. 1.000.000.000,- sebanyak 5 Koperasi/KUD (24 %), omset pembelian Rp. 151.000.000,- sampai Rp. 200.000.000,- sebanyak 2 Koperasi/KUD (9 %) dan omset pembelian di atas Rp. 201.000.000,- sebanyak 8 Koperasi/KUD (38 %). Dalam rapat bersama bertempat di Kantor Departemen Koperasi, PK dan M Kabupaten Sumedang telah mengundang 21 Koperasi/KUD, antara lain telah memutuskan 7 Koperasi/KUD sebagai pelopor/penggerak pengembangan
pusat
pembelian
bersama
melalui
koperasi.
Dari
7
Koperasi/KUD yang telah ditunjuk dapat disampaikan masing-masing omset pembeliannya, yaitu untuk KUD Citali Rp. 224.000.000,- KUD Situraja Rp. 96.000.000,-, KUD Bina Raharja Rp. 185.534.160,-, KPRI Kandaga Guru Sumedang (KGS) Rp. 780.000.000,- KPRI Medal Raharja Pemda Rp. 60.000.000,-. KPRI Pegawai Kesehatan Sumedang (KPKS) Rp. 176.103.671,-, KSU Mitra Sejahtera Rp. 24.000.000,-. Koperasi/KUD sampel selama ini telah melakukan pembelian melalui pihak ketiga (distributor). Ada sebanyak 100 % jumlah Koperasi/KUD
melaksanakan pembelian melalui distributor dan jumlah distributor yang bermitra dengan Koperasi/KUD sebanyak 65 distributor. Tabel 11. Omset Pembelian Toko per Tahun dan % Pembelian yang dilakukan Melalui Distributor.
No
Nama Koperasi
Omset Pembelian Toko (Rp.) 95,000,000
Pembelian Melalui Distributor (%) -
Omset Penjualan (Rp.)
1.
KUD Jatinangor
2.
KUD Sugih Mukti
89,100,000
50
133,650,000
3.
KUD Ganeas
16,872,000
25
21,090,000
4.
KUD Hidup Rukun
5,110,000
50
7,665,000
5.
KUD Cibeureum
360,000,000
30
468,000,000
6.
KUD Paseh
24,000,000
50
36,000,000
7.
KUD Situraja
96,000,999
100
144,000,449
8.
KUD Bina Raharja
185,534,160
25
231,917,700
9.
KUD Sri Bakti Tani
275,914,404
40
386,280,164
10.
KUD Citali
224,000,000
60
358,400,000
11.
KPRI KGS
780,000,000
20
936,000,000
12.
KPRI Medal Raharja
60,000,000
9
65,400,000
13.
KPRI KPKS
176,103,671
70
289,476,267
14.
KPRI Kopeg Depag
250,000,000
-
312,500,000
15.
KPRI Dinas Pertan
350,000,000
-
455,000,000
16.
KPRI Sinar Deppen
298,075,000
-
342,786,250
17.
KPRI WK BKKBN
81,147,387
100
121,721,080
18.
KPRI Bina Sejahtera
30,000,000
100
45,000,000
19.
KPRI GUCI
412,000,000
10
453,200,000
20.
KSU Swa. Madya
5,600,000
-
6,440,000
21.
KSU Mitra Sejahtera
24,000,000
-
28,800,000
Total Rata-Rata
3,838,457,621
739 49%
118,750,000
4,962,076,910
Tabel 12. Omzet per Bulan Sepuluh Produk Terlaris Toko Koperasi Sampel di Kabupaten Sumedang, 1999 Omset per Tahun 10 Produk Terlaris (juta) No.
Nama Koperasi
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
2 KUD Jatinangor KUD Sugih Mukti KUD Ganeas KUD Hidup Rukun KUD Cibeureum KUD Paseh KUD Situraja KUD Bina Raharja KUD Sri Bakti Tani KUD Citali KPRI Guru (KGS) KPRI Medal Raharja KPRI Kes. (KPKS) KPRI Kopedas KPRI Dinas Pertanian KPRI Sinar Deppen KPRI Warga Kencana KPRI Bina Sejahtera KPRI GUCI KSU Swadaya Madya KSU Mitra Sejahtera Total (Rp.) Kop yg menjual (%)
Keterangan : obat-obatan : - Vlx Formula 44 Bodrex Milanta Yodium
Beras
terigu
3
4
15 72 15 10.8 64.8 2.6 15.8 196 33
Pembersih : So Klin S.O.S Keramik Trisol
2.7 3.1 14.4 3.1 2.9 13.2 2.2 3 3 4.6 3 3.6 0.7 3.3 1.2 6 70 76
Obatobatan
Gula
M. Goreng
Pembersih
Susu
Soft drink & snack
Kep dapur
Kecantikan
5
6
7
8
9
10
11
12
1.8 0.9 0.8 66 4.8 0.9 15 1.5 1.2 0.9 0.6 0.7 86.4 0.6 1.2 183.3 71
5.7 3 1.2 2.9 144 4.5 6.6 28.8 5.0 20.1 6.7 4.8 2.7 5.4 2.2 5.7 3.2 16.8 3.9 13.4 286.6 95
Rokok : Gudang Garam Kansas Bentol Jisamsu
7.8 14.4 0.9 1.2 114 17.2 12.9 53.0 23.2 25.2 14.7 18.0 7.0 9.3 2.1 9.1 2.8 34.5 6.3 373.6 90
ATK : - Pulpen - Pensil - Kertas - Buku
3 1.3 0.7 4 2.7 9 0.5 3.8 0.6 6 5.8 0.2 0.5 1.2 39.3 67
0.8 2.4 19.2 33 3.1 4.3 12.1 1.6 76.5 38
2.1 1.7 2.2 0.7 7.2 1.7 2.4 1.5 0.9 20.4 43
5 60 12.8 54 19.8 13.2 13.9 6.9 6.3 3 1.4 112.8 11.7 1.2 1.2 82.4 63.9 6.4 14.2 1.5 491.6 95
3 1.8 4.5 12.0 1.6 19.2 5.9 6.4 1.2 0.9 56.5 48
Rokok
ATK
13
14
3 10.3 14.8 144 4.3 20.4 27.6 18 21 0.2 12.3 12.1 2.1 1.2 291.3 67
0.9 7.2 1.9 6.9 16.9 19
Alat Jumlah Omset listrik 15
18 18 5
16
28.1 53 83 91.2 229.2 375.3 99.3 47.1 217.4 44.4 95.3 32.2 183.4 45.4 48.9 31.5 104.7 87.2 169.7 29.2 24.5 2120
Pada tabel tersebut di atas, bahwa omset pembelian 21 Koperasi/KUD sampel rata-rata hampir sama, berarti bila mendirikan Pusat Pembelian Bersama Melalui Koperasi, iuran yang dimintakan pada tiap-tiap Koperasi/KUD sampel tentu sama besarnya. Pada tabel 12 di atas menggambarkan bahwa dari 21 Koperasi/KUD sampel yang telah melaksanakan sepuluh produksi terlaris untuk dijual pada anggota dan masyarakat dapat disampaikan kegiatannya sebagai berikut : yang telah melaksanakan penjualan beras sebanyak 33 % Koperasi/KUD, yang melaksanakan penjualan obat-obatan sebanyak 71 % Koperasi/KUD, yang melaksanakan
penjualan
gula
sebanyak
95
%
Koperasi/KUD,
yang
melaksanakan penjualan minyak goreng sebanyak 90% Koperasi/KUD, yang melaksanakan penjualan pembersih sebanyak 67 % Koperasi/KUD, yang melaksanakan
penjualan
susu
sebanyak
38
%
Koperasi/KUD,
yang
melaksanakan penjualan soft drink dan snack sebanyak 43 % Koperasi/KUD, yang melaksanakan penjualan keperluan dapur sebanyak 48 %, yang melaksanakan penjualan rokok 67 %, yang melaksanakan penjualan alat listrik 5 %. Dapat pula disampaikan barang yang terlaris dijual pada 21 Koperasi/KUD sampel adalah keperluan dapur mencapai Rp. 434,6 juta. Tertinggi omset penjualan sepuluh produksi terlaris dicapai KUD Paseh dengan nilai Rp. 375,3 juta. Adapun total omset penjualan sepuluh produksi terlaris dalam satu tahun berjumlah Rp. 2.063,1 juta.
Tabel 13. Prosentase Penjualan Sepuluh Produk Terlaris Terhadap Seluruh Produk.
No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Nama Koperasi
KUD Jatinangor KUD Sugih Mukti KUD Ganeas KUD Hidup Rukun KUD Cibeureum KUD Paseh KUD Situraja KUD Bina Raharja KUD Sri Bakti Tani KUD Citali KPRI KGS KPRI Medal Raharja Pemda KPRI Peg. Kes Sumedang (KPKS) KPRI Kop. Peg. Dep. Agama KPRI Dinas Pertanian KPRI Sinar Deppen KPRI Warga Kencana BKKBN KPRI Bina Sejahtera KPRI Guru Cicarimah (GUCI) KSU Swadaya Madya KSU Mitra Sejahtera
Omset Penjualan Per Tahun (Juta Rp.) 118,7 133,6 21 7,6 468 36 144 231,9 376,2 358,4 936 65,4 289,4 312,5 455 342,7 121,7 45 453,2 6,4 28,8
Prosentase Penjualan 10 Produk Terlaris Terhadap produk yang dijual di Toko (%) 23,7 39,6 395,2 1200 48,9 1042,5 68,9 20,3 56,2 12,3 10,1 49,2 63,3 14,5 10,7 9,1 86 67,1 37,4 453,4 85
Keterangan : Omset Pembelian + Keuntungan % Penjualan produk terlaris = ---------------------------------------- x 100 % Omset Penjualan per tahun
Dari tabel 13 di atas pejualan sepuluh produk terlaris terhadap produk yang dijual di toko tertinggi dicapai oleh KUD Hidup Rukun sebesar 1200 %, sedangkan pencapaian hasil terendah ada pada KPRI Sinar Deppen sebesar 9,1% 2.
Fasilitas Diberikan Supplier Guna meningkatkan pembelian Koperasi/KUD sampel pada supplier, para
supplier telah memberikan fasilitas kepada Koperasi/KUD dengan bermacammacam cara. Ada 67% jumlah Koperasi/KUD diberikan potongan harga, dan 33% jumlah Koperasi/KUD diberikan kredit. 3.
Persyaratan Pembelian Persyaratan
pembelian
yang
dilakukan
cara
pembayarannya
oleh
Koperasi/KUD sampel pada supplier/distributor dapat disampaikan sebagai berikut : Yang dilakukan dengan pembayaran tunai sebanyak71% jumlah Koperasi/KUD, dengan cara titipan sebanyak 10% jumlah Koperasi/KUD, dan dengan kredit sebanyak 19% jumlah Koperasi/KUD. Pembelian secara tunai yang terbanyak dilakukan oleh Koperasi/KUD sampel mencapai 71% Koperasi/KUD disebabkan dengan pembelian tunai harga barang yang dibeli mendapatkan potongan harga dari supplier/distributor. Apabila pembelian
dilakukan
pembayarannya
secara
kredit,
maka
harga
beli
Koperasi/KUD pada supplier/distributor cukup tinggi, sehingga keuntungan yang diharapkan oleh Koperasi/KUD bila menjual barang-barangnya pada anggota dan masyarakat kecil. Memang pembelian secara kredit oleh Koperasi/KUD pada supplier/distributor sedapat-dapatnya dihindarkan. Apabila tidak dapat dihindarkan, sedikit demi sedikit dikurangi dan sekarang ini persentase pembelian secara kredit oleh Koperasi/KUD sampel cukup rendah hanya mencapai 19% dari jumlah Koperasi/KUD sampel.
4.
Tenaga Kerja di Toko Koperasi Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini unit
usaha bentuk apapun selalu ingin mengikuti perkembangan tersebut, termasuk usaha koperasi. Guna mengerjakan pekerjaan yang dikelola secara teratur, maka diperlukan beberapa tenaga kerja. Pada 21 Koperasi/KUD sampel telah mempunyai tenaga kerja yang dipekerjakan di toko koperasi. Koperasi/KUD sampel seluruhnya telah mempunyai pegawai tetap (100%), sedangkan jumlah Koperasi/KUD yang mengerjakan pegawai tidak tetap 29%. 21 Koperasi/KUD sampel bila dilihat dari produktivitas pegawai yang dipekerjakan pada toko koperasi dapat disampaikan sebagai berikut : KUD Jatinangor 2 orang karyawan produktivitas per karyawan Rp. 47.500.000,-, KUD Sugih Mukti 3 orang karyawan produktivitas per karyawan Rp. 29.700.000,-, KUD Ganeas 3 orang karyawan produktivitas per karyawan Rp. 5.624.000,-, KUD Hidup Rukun 3 orang karyawan produktivitas per karyawan Rp. 1.703.333,-, KUD Cibeureum 3 orang karyawan produktivitas per karyawan Rp. 120.000.000,-, KUD Paseh 4 orang karyawan produktivitas per karyawan Rp. 6.000.000,-, KUD Cituraja 4 orang karyawan produktivitas per karyawan Rp. 24.000249,-, KUD Bina Raharja 3 orang karyawan produktivitas per karyawan Rp. 61.844.720,-, KUD Sri Bakti Tani 5 orang karyawan produktivitas per karyawan Rp. 55.182.880,-, KUD Citali 3 orang karyawan produktivitas per karyawan Rp. 74.666.666,-, KPRI Guru (KGS) 6 orang karyawan produktivitas per karyawan Rp. 130.000.000,-, KPRI Medal Raharja 3 orang karyawan produktivitas per karyawan Rp. 20.000.000,-, KPRI Kesehatan (KPKS) 8 orang karyawan produktivitas per karyawan Rp. 22.012.958,-, KPRI Kopedas 2 orang karyawan produktivitas per karyawan Rp. 125.000.000,-, KPRI Dinas Pertanian 3 orang karyawan produktivitas per karyawan Rp. 116.666.666,-, KPRI Sinar Deppen 1 orang karyawan produktivitas per karyawan Rp. 298.975.000,-, KPRI Warga Kencana 1 orang karyawan produktivitas per karyawan Rp. 81.147.387,-, KPRI Bina Sejahtera 1 orang karyawan produktivitas per karyawan Rp. 45.777.777,-, KSU Swadaya Madya 1 orang karyawan produktivitas per karyawan Rp. 5.600.000,-, dan KSU Mitra Sejahtera 3 orang karyawan produktivitas per karyawan Rp. 8.000.000,-
Dari hasil pengamatan di lapangan terutama untuk KUD dan KSU walaupun sudah dipekerjakan beberapa orang karyawan, namun karyawan tersebut tetap dibantu oleh beberapa orang pengurus koperasi. Beberapa orang pengurus yang telah dipekerjakan secara penuh di koperasi, pengurus tersebut diberikan gaji/insentif setiap bulan. Besar gaji/insentif didapatkan pengurus dari koperasi disesuaikan dengan tanggung jawab yang diberikan pada pengurus yang bersangkutan. B.
ALTERNATIF TERPILIH DALAM MENERAPKAN PUSAT PEMBELIAN BERSAMA OLEH KOPERASI SAMPEL.
1.
Beberapa alternatif Pusat Pembelian Bersama Alternatif pusat pembelian bersama yang disampaikan pada Koperasi/KUD
sampel ada 3 macam yaitu : a. Alternatif I, yaitu pembentukan pusat pembelian bersama yang dimiliki koperasi; b. Alternatif II, yaitu pembentukan pusat pembelian bersama secara joint venture antara koperasi dengan distributor yang telah mapan; c. Alternatif III, yaitu pembelian dilakukan sepenuhnya oleh pihak luar (out sourcing), pihak koperasi hanya menjualkan. Dari hasil diskusi di lapangan sebanyak 21 Koperasi/KUD, maka peserta yang memilih Alternatif I sebanyak 81% jumlah Koperasi/KUD, sedangkan yang memilih Alternatif II sebanyak 19% jumlah Koperasi/KUD. Oleh karena itu diputuskan dalam diskusi semua peserta memilih Alternatif I.
Tabel 14. Pemilihan Alternatif Pusat Pembelian Bersama No
Nama Koperasi
Pemilihan Alternatif PPB I
II
III
1.
KUD Jatinangor
X
-
-
2.
KUD Sugih Mukti
X
-
-
3.
KUD Ganeas
X
-
-
4.
KUD Hidup Rukun
X
-
-
5.
KUD Cibeureum
-
X
-
6.
KUD Paseh
X
-
-
7.
KUD Situraja
X
-
-
8.
KUD Bina Raharja
-
X
-
9.
KUD Sri Bakti Tani
X
-
-
10.
KUD Citali
X
-
-
11.
KPRI KGS
X
-
-
12.
KPRI Medal Raharja Pemda
-
X
-
13.
KPRI Peg. Kes Sumedang (KPKS)
X
-
-
14.
KPRI Kop. Peg. Dep. Agama
X
-
-
15.
KPRI Dinas Pertanian
X
-
-
16.
KPRI Sinar Deppen
X
-
-
17.
KPRI Warga Kencana BKKBN
X
-
-
18.
KPRI Bina Sejahtera
X
-
-
19.
KPRI Guru Cicarimah (GUCI)
-
X
-
20.
KSU Swadaya Madya
X
-
-
21.
KSU Mitra Sejahtera
X
-
-
81
19
-
Memilih Pusat Pembelian Bersama (%) Keterangan :
Tanda x ( Koperasi melaksanakan Kegiatan ) Tanda – ( Koperasi yang tidak melaksanakan kegiatan )
Guna melancarkan jalannya usaha bersama koperasi melalui pusat pembelian bersama koperasi, diskusi telah menunjukkan 7 (tujuh) Koperasi/KUD sebagai penggerak dan mengurus kerjasama tersebut pada PIHAK KETIGA dalam mencari mitra kerja. Adapun 7 Koperasi/KUD tersebut : - KUD Citali - KUD Situraja - KUD Bina Raharja - KPRI Kandaga Guru Sumedang (KGS) - KPRI Medal Raharja Pemda - KPRI Pegawai Kesehatan Sumedang (KPKS) - KSU Mitra Sejahtera. Kegiatan pusat pembelian bersama melalui koperasi, sekarang ini masih dalam persiapan terutama di bidang permodalan. 2.
Alasan Memilih Salah Satu Alternatif Pemilihan alternatif I alasannya yaitu : a. Koperasi mempunyai tujuan sama, memajukan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya. b. Mengelola koperasi dilakukan secara demokratis. c. Saling isi mengisi pengetahuan tentang bisnis. d. Profit margin tinggi.
4.
Provinsi Jawa Timur Sosialisasi di propinsi ini mengambil Malang sebagai basis kegiatan
sosialisasi. Beberapa alasan yang mendasari pemilihan ini ialah : 1. Terdapat cukup banyak koperasi yang cukuup representatip untuk bisa dijadikan volunteer dalam pembentukan pusat pembelian bersama. 2. Telah ada kegiatan beberapa KPRI di kota ini yang melakukan kegiatan mirip dengan pusat pembelian bersama dengan menempatkan PKPRI sebagai lead agency. Adapun jenis-jenis produk yang dikerjasamakan dalam pusat ini yaitu sembako. 3. Jaraknya yang cukup dekat dari kota disekitarnya yang memungkinkan mengundang pengurus koperasi dari Blitar, Pasuruan, Surabaya dalam diskusi mengenai pusat pembelian koperasi. Adapun kegiatan tim dalam sosialisasi ini meliputi dua tahapan. Pertama, tim melakukan observasi pada koperasi sampel untuk mengetahui kinerja mereka dalam penyelenggaraaan toko koperasi. Dari kegiatan ini dapat diketahui antara lain : omzet per tahun, produk rokok yang terlaris, praktek pengadaan barang, hubungan toko koperasi dengan distributor dalam pengadaan barang. Dalam observasi ini tim bersama pengurus tiap-tiap koperasi sampel sekaligus membahas mengenai pembentukan jaringan koperasi serta cara-cara yang bisa dilakkukan untuk meningkatkan kinerja toko koperasi. Maksud dari pembahasan ini ialah agar tim bisa mandapatkan gambaran megenai persepsi koperasi sampel terhadap kemungkinan dibentuknya pusat pembelian bersama. Dari pembahasan bersama ini diketahui beberapa hal berikut : - Sebelumnya telah ada inisiatif dari Dekopin untuk membentuk JUK (Jaringan Usaha Koperasi) namun belum pernah ada tindak lanjut. - Dalam pembentukan pusat pembelian bersama pada umumnya dikeluhkan mengenai permodalan dari pusat pembelian bersama tersebut. Bagi sebagian koperasi sampel tersebut, dalam situasi krisis ini meningkatkan permodalan
bagi toko koperasi mereka sendiri bukanlah hal mudah, apalagi jika harus memberikan kontribusi permodalan pada pusat pembelian bersama. - Hubungan toko koperasi dengan pusat pembelian bersama, otomatis akan mempunyai implikasi terhadap hubungan toko koperasi dengan distributor yang selama ini telah berjalan baik. Oleh karena itu, toko koperasi sampel pada umumnya sangat concern dengan prospek jangka panjang dari pusat pembelian bersama. Jika pusat pembelian bersama kurang berhasil dalam jangka panjang, akan memberikan implikasi buruk dalam sourcing toko koperasi sampel. Langkah kedua, tim melakkukan diskusi dengan para pengurus dan manager dari 18 koperasi (termasuk diantaranya koperasi sampel) dari Kodya Surabaya, Malang, Pasuruan. Hadir pada diskusi ini Kepala Bidang Koperasi Kanwil Departemen Koperasi Jawa Timur, Para Kepala Kantor Koperasi Malang, Surabaya dan Pasuruan. Adapun dalam diskusi ini dibahas beberapa hal berikut - Temuan tim berkaitan dengan best practice pengelolaan toko koperasi oleh koperasi sampel. - Penyampaian identifikasi produk-produk yang laris terjual pada toko koperasi sampel. - Penyampaian hasil penelitian Balitbangkop 1998/1999 berkaitan dengan Best Practice Pengelolaan Koperasi Konsumen. - Usulan tim tentang kemungkinan pembentukan jaringan kerjasama antar koperasi konsumen di Jawa Timur yang salah satunya berupa pusat pembelian bersama. Produk yang disediakan pada pusat pembelian bersama difokuskan pada produk yang laris terjual pada toko koperasi sampel. Disamping itu juga dibahas strategi perbaikan pengadaan barang dagangan (sourcing) sesuai dengan temuan pada toko koperasi sampel. Dalam diskusi ini disepakati beberapa hal berikut : 1. Sebagai pilot project pusat pembelian bersama koperasi konsumen ditetapkan daerah Kodya Malang.
2. PKPRI Kodya Malang yang selama ini telah berpengalaman melayani pengadaan sembako beberapa KPN di Kodya Malang untuk sementara ditetapkan sebagai lead Agency sebelum pusat pembelian bersama bisa dibentuk. 3. Untuk pembahasan selanjutnya berkaitan dengan pembentukan pusat pembelian bersama dan peran lead Agency, dibentuk koordinasi dengan susunan sebagai berikut : a. Drs. Suyono dari PKPRI sebagai coordinator b. Drs. Murthado dari KPRI Unibraw sebagai anggota c. Dra. Turi Sudibyo dari Kopkar Widyagama sebagai anggota d. Dra. Nani Solawati dari Kopkar Kosabra sebagai anggota e. Drs. E.M. Sangaji dari KSU Klojen sebagai anggota f. Drs. Sapardi dari KSU Bina Umat sebagai anggota. g. Drs. Agus S. dari KPRI RSSA sebagai anggota. 4. Untuk tahap permulaan produk yang akan dibeli oleh PKPRI sebagai lead agency adalah sembako, produk Indofood dan rokok Gudang Garam dan Bentoel. Setiap rencana pengadaan barang oleh PKPRI selallu didahului oleh pengajuan pengadaan barang oleh masing-masing toko koperasi yang menjadi anggota. 5. Untuk sementara, toko koperasi yang dilayani adalah semua KPRI untuk sembako dan anggota yang tergabung koordinasi (lihat diatas) terutama untuk rokok dan produk indofood. 6. Pembayaran untuk sembako harus dilakukan paling lambat dua minggu setelah sembako diterima toko koperasi. Sedangkan untuk pembelian rokok dan produk indofood, pendanaan untuk pengadaan barang oleh lead agency untuk sementara ditanggung oleh toko koperasi yang membutuhkan produk tersebut. 7. Lead agency akan berusaha untuk bisa langsung melakukan negoisasi dengan menajemen Gudang Garam dan Sampurna dalam pengadaan rokok serta dengan distributor tingkat propinsi di Surabaya untuk produk indofood.
8. Rapat selanjutnya antara lead agency dan anggota koordinasi akan dilakukan pada bulan berikutnya (September 1999). Selama bulan Agustus-September 1999 belum ada kegiatan dari PKPRI sebagai lead agency, khususnya untuk produk rokok dan indofood. Sedangkan untuk sembako yang merupakan komitmen PKPRI degnan KPRI tetap berjalan seperti biasa. Belum berfungsinya PKPRI sebagai lead agency, karena anggota koordinasi belum membuat rencana pengadaan rokok dan produk
indofood
melalui PKPRI. A. ANALISA INTERNAL KOPERASI SAMPEL Dari tabel 15 dapat diihat besarnya omzet pembelian masing-masing Toko Koperasi Sampel yang ada di Kodya Malang yang akan melakukan pengadaan barang secara bersama dengan lead agency PKPRI. Omzet pembelian toko koperasi sampel relatip besar. Toko Koperasi Kosabra dn Unibraw relatip mempunyai omzet pembelian relatip lebih besar dibanding dengan koperasi lain yaitu masing-masing sebesar Rp. 2,45 milyar dan Rp. 2,4 milyar. Kemudian diikuti KPRI RSSA dan PKPRI yang mempunyai omzet pembelian berturut-turut Rp. 1,2 milyar dan Rp. 750 juta. Tabel 15. Omzet Pembelian Toko Koperasi Sampel Per Tahun dan Prosentase Pembelian Barang yang Dilakukan Melalui Distributor di Kodya Malang, 1999.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Koperasi Kopkar Kosabra Kopkar Widyagama KPRI Basis Kopkar Unibraw KPRI RSSA PKPRI Kodya Malang KSU Klojen KSU Bina Arto KSU Arjosari
Omzet Pembelian Toko (Rp) 2.450.000.000,400.000.000,170.000.000,2.400.000.000,1.112.000.000,750.000.000,245.000.000,245.000.000,272.000.000,-
Pembelian Melalui Distributor (%) 6080 60 25 70 0 na 60
Dengan melihat besarnya omzet pembelian toko koperasi sampel serta bersarnya prosentase pembelian dari distributor, dapat diduga bahwa mereka telah mempunyai pelanggan baik anggota maupun non anggota serta mempunyai hubungan yang baik dengan distributor. Oleh karena itu jika bersedia ikut dalam model pusat pembelian bersama maka mereka berharap pengadaan barang dagangan akan lebih baik dibandingkan dengan praktek yang mereka lakukan selam ini, dengan keuntungan yang lebih meningkat. Sementara itu manajemen toko koperasi sampel menyatakan bahwa mereka dengan para distributor, jika terbukti pusat pembelian bersama atau lead agency yang akan mereka bentuk mampu memberikan praktek sourcing yang baik dan efektip dalam jangka panjang. Hal ini menyiratkan bahwa pada tahap awal, pusat pembelian bersama atau lead agency hanya akan memperoleh transaksi bisnis yang relatip kecil dari pada anggotanya. Seperti diatas telah dibahas, PKPRI Kodya Malang dipilih untuk menjadi lead agency sebelum nantinya pusat pembelian terbentuk. Meskipun PKPRI bukan yang memiliki omzet pembelian terbesar, namun PKPRI memiliki pengalaman sebagai lead agency dalam pengadaan sembako untuk KPRI di Kodya Malang. Sementara itu pada tabel 16 dapat kita lihat prosentase penjualan 10 produk terlaris terhadap total penjualan. Dari toko koperasi sampel yang menyediakan data tersebut tergambar bahwa prosentase terbesar terdapat pada toko koperasi Kosabra yaitu 72 % dan terendah pada toko koperasi PKPRI yaitu 55 %. Jenis produk terlaris untuk toko koperasi sampel adalah sebagai berikut : mie, susu, rokok, shampoo, minyak goreng, sabun mandi, sabun cuci/deterjen, produk kosmetik (Viva), pembersih lantai, pengharum ruangan, makanan/snack dalam kaleng dan sembako. Khusus untuk KPRI RSSA, barang dagangan yang juga menghasilkan omzet penjualan tinggi adalah barang elektronik (mesin cuci, radio). Adapun pabrikan dari produk terlaris tersebut meliputi : Nestle, Indofood, Unilever, Bimoli, Nissin, Viva, Wings, Dino, kenyataan seperti ini, maka tim peneliti menyarankan agar sebaiknya pusat pembelian bersama atau lead agency melakukan pengadaan barang untuk produk laris tersebut, agar produk
ini cepat dapat diserap oleh anggota pusat pembelian bersama/lead agency. Dengan strategi ini diharapkan perputaran dana yang dipergunakan pusat pembelian bersama/lead agency akan tinggi. Para anggota yang melakukan sourcing dari distributor dapat menikmati beberapa kemudahan/benefit. Dari beberapa benefit yang ada, diantaranya termasuk : perolehan diskon, bonus pada waktu tertentu, pengantaran barang, penataan/placing produk di toko koperasi. Namun toko koperasi yang mengambil barang dari distributor (seperti toko koperasi Kosabra, Unibrawa, PKPRI, Widyagama, RSSA) harus memenuhi term of trade tertentu, misalnya kewajiban melakukan kontrak untuk waktu tertentu (biasanya satu tahun dan dapat diperbaharui),
diharuskan
melakukan
pembelian
dalam
jumlah
tertentu
(ketentuan jumlah minimal pembelian) untuk waktu tertentu (misalnya pasokan dilakukan seminggu sekali untuk rokok). Artinya toko koperasi harus selalu menyiapkan sejumlah dana tertentu dalam waktu tertentu untuk suatu produk. Syarat pembayaran (term of payment) yang paling berat adalah toko koperasi harus menyediakan dana tunai. Untuk produk rokok biasanya diberi tenggang waktu pembayaran satu minggu, sedangkan untuk produk Nissin tenggang waktu bisa mencapai satu bulan (tergantung dari kepercayaan distributor dan persaingan). Para distributor yang melayani toko koperasi tersebut, antara lain : 1. PT Indomarco cabang Propinsi Jawa Timur untuk produk Indofood 2. PT Surya Bhakti Utama cabang Malang, distributor utama untuk rokok Gudang Garam. 3. PT Sampoerna cabang Malang, untuk Rokok Dji Sam Soe 4. CV Surya Mas cabang Malang untuk produk Nestle. 5. PT Panahmas, distributor produk Nestle untuk Propinsi Jawa Timur 6. PT.Dino Kao Ind. Cabang Malang, untuk produk Dino.
Tabel 16. Prosentase Penjualan Sepuluh Produk Terlaris Terhadap Seluruh Produk Yang Dijual Toko Koperasi Sampel di Kodya Malang, 1999.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Koperasi Kopkar Kosabra Kopkar Widyagama KPRI Basis Kopkar Unibraw KPRI RSSA PKPRI Kodya Malang KSU Klojen KSU Bina Umat KSU Arjosari
Omzet Penjualan Toko (Rp) 2.702.000.000,503.000.000,196.000.000,2.604.000.000,1.184.500.000,849.000.000,286.000.000,na 294.300.000,-
Prosentase Penjualan 10 Produk Terlaris Terhadap Total Penjualan 72 70 na 67 82 55 na na Na
Toko koperasi Basis, Klojen, Bina Arto, Arjosari melakukan pengadaan barang (sourcing) dari agen. Pengambilan dari agen, menyebabkan relatip kecilnya diskon yang diterima toko koperasi dan berarti berkurangnya keuntungan. Namun bagi toko koperasi yang tidak mampu memenuhi syarat jumlah minimal pembelian karena keterbatasan dana, maka terpaksa membeli dari agen. Agen ini biasanya berada di kota Malang. Dalam strategi penetapan harga, toko koperai yang memperoleh barang dagangan dari distributor (seperti Koperasi Kosabra, Unibraw, PKPRI, Widyagama) mampu memberikan harga yang kompetitip. Dari keempat toko koperasi tersebut, toko Koperasi Kosabra dan Unibraw mampu menjual beberapa produk (Rinso, produk deterjen lainnya) dengan harga yang lebih murah dibanding dengan Pasar Swalayan. Bahkan dua toko Koperasi ini dijadikan tempat perkulakan oleh pedagang warung disekitarnya untuk produk deterjen, rokok dan mie instant. Toko koperasi Unibraw mampu menjual Rinso dibawah harga pasar swalayan Alfa karena toko koperasi ini menyewakan ruang panjang barang / shelf untuk Rinso seharga Rp.400.000/meter. Dengan penghasilan dari penyewaan ini, toko koperasi mampu menjual Rinso dibawah harga yang ditetapkan agen (besarnya perbedaan sekitar Rp.200-Rp 300 per kg). Meskipun keuntungan per kg relatip
besar, namun toko koperasi bisa mendapatkan omzet penjualan Rinso yang lebih besar dan ini berarti keuntungan total untuk produk ini juga relatip besar. Toko Koperasi yang menggantungkan pengadaan barang dari agen menjual produk dengan harga yang lebih mahal dari pasar swalayan Alfa. Ini terjadi pada toko koperasi Basis, Klojen Arjosari dan Bina Arto. Untuk Basis, harga yang lebih tinggi dari pasar swalayan ini diimbangi dengan tenggang waktu pembayaran satu bulan (net 1 bulan).