Terwujudnya Sistem Pengelolaan Sumberdaya Hutan Berbasis Masyarakat Adat untuk Pemanfaatan Hasil Hutan secara Berkelanjutan untuk Kesejahteraan Generasi Masa Kini dan Akan Datang
“UTEUN TA JAGA RAKYAT SEJAHTERA” RENCANA KERJA Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu
Zakiah Yayasan Peduli Nanggroe Atjeh (PeNA) Jl. Ateung Tuha, komplek Pola Permai, Pola VI No 63 Ajuen Kec. Peukan Bada Kab. Aceh Besar Telp : 0651-7423423 Fax : 0651-42401 Email :
[email protected]
Nanggroe Aceh Darussalam Pebruari 2007
DAFTAR ISI DAFTAR ISI _____________________________________________________________ 1 DAFTAR TABEL __________________________________________________________ 2 DAFTAR GAMBAR ________________________________________________________ 3 RINGKASAN EKSEKUTIF ___________________________________________________ 4 1. DESKRIPSI KAWASAN TARGET _________________________________________ 7 1.1. Pendahuluan _____________________________________________________ 7 1.2. Karakteristik Fisik Kawasan __________________________________________ 7 1.2.1. Batasan Lokasi ________________________________________________ 7 1.2.2. Gambaran Topografi ___________________________________________ 9 1.2.3. Kondisi Geologi_______________________________________________ 9 1.2.4. Iklim dan Cuaca _______________________________________________ 9 1.3. Deskripsi Umum Ekosistem Kemukiman Kueh, Lhonga, dan Leupung ___________ 10 1.3.1. Karakteristik Ekosistem ________________________________________ 10 1.3.2. Keanekaragaman Hayati ________________________________________ 12 1.4. Deskripsi Masyarakat ______________________________________________ 13 1.4.1. Demografi & Populasi _________________________________________ 13 1.4.2. Ekonomi ___________________________________________________ 13 1.4.3. Budaya ____________________________________________________ 14 1.4.4. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam ___________________ 15 1.4.5. Situasi Politik ________________________________________________ 17 1.5. Konservasi Alam dan Kawasan Target__________________________________ 17 1.5.1. Sejarah dan Status Kawasan _____________________________________ 17 1.5.2. Ancaman terhadap Kawasan_____________________________________ 18 1.5.3. Program Konservasi Lain & Lembaga yang Terlibat ____________________ 18 2. MATRIKS ANALISA STAKEHOLDER _____________________________________ 20 3. MODEL KONSEP AWAL EKOSISTEM HUTAN KUEH, LHOKNGA DAN LEUPUNG _________________________________________________________ 24 4. FOCUS GROUP DISCUSSION __________________________________________ 26 4.1 Proses FGD ____________________________________________________ 26 4.2 Deskripsi Responden ______________________________________________ 27 4.3 Hasil FGD ______________________________________________________ 27 4.4 Konsensus______________________________________________________ 28 4.5 Perbedaan Pendapat_______________________________________________ 30 4.6 Perbedaan Pengalaman _____________________________________________ 30 4.7 Ide-ide Lain _____________________________________________________ 31 5. SURVEI MASYARAKAT PRA-KAMPANYE __________________________________ 32 5.1 Proses Survei ___________________________________________________ 32 5.2 Gambaran Demografis Responden ____________________________________ 33 5.2.1 Desa Target ________________________________________________ 33 5.2.2 Kelompok Kontrol ___________________________________________ 35 5.3 Pilihan dan Jenis Media _____________________________________________ 36 5.3.1 Desa Target ________________________________________________ 36 5.3.2 Kelompok Kontrol ___________________________________________ 39 5.4 Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Responden _____________________________ 40 5.4.1 Desa Target ________________________________________________ 40 5.4.2 Kelompok Kontrol ___________________________________________ 44 5.5 Maskot dan Slogan ________________________________________________ 46 5.5.1 Desa Target ________________________________________________ 46 5.5.2 Kelompok Kontrol ___________________________________________ 47 5.6 Air dan Kesehatan ________________________________________________ 47 5.6.1 Desa Target ________________________________________________ 47 Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
1
5.6.2 Kelompok Kontrol ___________________________________________ 47 DESKRIPSI SPESIES FLAGSHIP ___________________________________________ 48 6.1 Klasifikasi Taksonomi______________________________________________ 48 6.2 Karakteristik Morfologis ___________________________________________ 49 6.3 Distribusi ______________________________________________________ 49 6.4 Perilaku________________________________________________________ 50 6.5 Reproduksi _____________________________________________________ 50 6.6 Makanan _______________________________________________________ 50 6.7 Status Konservasi ________________________________________________ 50 7. REVISI MODEL KONSEP EKOSISTEM HUTAN KUEH, LHOKNGA DAN LEUPUNG _________________________________________________________ 51 8. RENCANA KERJA ___________________________________________________ 52 9. RENCANA MONITORING_____________________________________________ 85 10. JADWAL KEGIATAN _______________________________________________ 89 11. DAFTAR PUSTAKA ________________________________________________ 92 6.
DAFTAR TABEL Tabel 1. Gambaran kegiatan Kampanye Bangga ____________________________________ 5 Tabel 2. Banyak Desa dan Luas Kawasan Yang Menjadi Fokus Program___________________ 9 Tabel 3. Analisa Pemangku Kepentingan (Pertemuan Pertama) ________________________ 21 Tabel 4. Pertanyaan yang diajukan dalam diskusi : _________________________________ 27 Tabel 5. Proporsi serta Tingkatan Pendidikan Responden Desa Target (N = 442) __________ 34 Tabel 6. Proporsi Serta Jenis Pekerjaan Responden Desa Target (N = 442) ______________ 34 Tabel 7. Stasiun Radio Favorit Menurut Jenis Pekerjaan Responden Desa Target (N=331)____ 37 Tabel 8. Program Acara Yang digemari Responden Desa Target (N=331)________________ 37 Tabel 9. Jenis Musik yang digemari Responden Desa Target (N=331) ___________________ 38 Tabel 10. Jenis Kesenian Favorit Responden Desa Target (N=442)_____________________ 38 Tabel 11. Penyebab Utama Kerusakan Hutan yang Diyakini oleh Responden Desa Target (N = 442) ____________________________________________________ 42 Tabel 12. Pihak yang Bertanggung Jawab Terhadap Kerusakan Menurut Asumsi Responden Desa Target (N = 442)____________________________________________ 42 Tabel 13. Sikap Terhadap Penerapan Kembali Hukum Adat Kelompok Target (N=442) _____ 43 Tabel 14. Kegiatan yang Diperlukan Untuk Menjaga Kelestarian Hutan Menurut Responden Desa Target (N=442)_____________________________________________ 44 Tabel 15. Sistem Pengelolaan Hutan Yang Baik Menurut Responden Desa Target (N = 442) ____________________________________________________ 44 Tabel 16. Pengertian Konservasi Menurut Responden Kelompok Kontrol (N=10) _________ 45 Tabel 17. Penyebab Utama Kerusakan Hutan menurut Responden Kelompok Kontrol (N = 100) _______________________________________________ 46 Tabel 18. Satwa Kebanggaan Responden Kelompok Target (N=442) ___________________ 46 Tabel 19. Slogan Pilihan Responden Kelompok Target (N=442) _______________________ 47
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
2
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta DAS dan Wilayah Target Kampanye Bangga __________________________ 8 Gambar 2. Informasi Spasial Daerah Potensi Banjir dan Curah Hujan ___________________ 10 Gambar 3. Kecamatan Lhoknga Sebelum Dan Sesudah Tsunami 26 Desember 2004 ________ 11 Gambar 4. Model Konsep Awal ______________________________________________ 25 Gambar 5. Proses Pelatihan Enumerator Survei (kiri) dan Pelaksanaan Interview (kanan)_____ 32 Gambar 6. Proporsi Jenis Kelamin Responden Desa Target (N=442) ___________________ 33 Gambar 7. Proporsi Serta Tingkatan Usia Responden Desa Target (N = 442)_____________ 34 Gambar 8. Proporsi Jenis Kelamin Kelompok Kontrol (N=100) _______________________ 35 Gambar 9. Proporsi serta Tingkatan Usia Responden Kelompok Kontrol (N=100) _________ 35 Gambar 10. Kebiasaan Mendengar Radio Kelompok Target (N=331) ___________________ 36 Gambar 11. Kebiasaan Membaca Koran Kelompok Target (N=270) ____________________ 36 Gambar 12. Tingkat Kepercayaan Responden Desa Target kepada Guru (N=442) _________ 38 Gambar 13. Kebiasaan Mendengar Radio Responden Kelompok Kontrol (N = 100) ________ 39 Gambar 14. Kebiasaan Membaca Koran pada Kelompok Kontrol (N=100) _______________ 39 Gambar 15. Pengetahuan terhadap Konservasi Responden Desa Target (N = 442) _________ 40 Gambar 16. Pengertian Konservasi Menurut Responden Desa Target (N = 52) ___________ 41 Gambar 17. Dukungan Responden Desa Target Terhadap Pemanfatan Hutan yang Memperhatikan Aspek Ekologi (N = 442) _______________________________________ 41 Gambar 18. Keyakinan Responden Desa Target akan Keterkaitan Kerusakan Hutan dengan Ketersediaan Air (N =442) ____________________________________________ 43 Gambar 19. Pemahaman Mengenai Konservasi Responden Kelompok Kontrol (N=100) _____ 45 Gambar 20. Cempala Kuneng (Copsychus Pyrropygus) _____________________________ 48 Gambar 21. Revisi Model konsep Ekosistem Hutan Kueh, Lhoknga dan Leupung___________ 51
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
3
RINGKASAN EKSEKUTIF Hutan sekitar DAS Kr. Aceh memiliki peran penting dalam sistem hidrologi dua sungai besar Kr. Raba dan Kr. Geupu dan dalam menjaga keberlanjutan sistem kehidupan masyarakat dan keseimbangan ekosistem. Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan sangat bergantung kepada keutuhan hutan tersebut. Di sisi lain mereka juga sangat rentan terhadap segala perubahan yang terjadi terhadap hutan; kekurangan sumber air, yang sekitar lima tahun lalu belum terjadi, saat ini sering dialami oleh masyarakat di sana. Hasil temuan di lapangan yang dilakukan melalui stakeholder workshop, FGD, dan survey masyarakat di tiga kemukiman (Kemukiman Kueh, Lhoknga, Leupung) menunjukkan tiga ancaman terbesar dari perspektif masyarakat terhadap hutan di mukim tersebut. Ancaman tersebut adalah penebangan (liar), pembukaan lahan, dan kebakaran hutan. Ancaman utama ini didorong antara lain oleh faktor ekonomi dan lemahnya penegakan hukum. Selain itu, masyarakat juga kurang mendapat pendidikan dan kurang pengetahuan mengenai arti penting hutan dan perlunya konservasi hutan. Penelitian formatif juga menemukan bahwa masyarakat telah kehilangan fungsi lembaga adat lokal dalam kehidupan sehari-hari. Terkait dengan peran lembaga adat, sebelum masa Orde Baru, lembaga adat lokal memiliki peran penting dalam pengelolaan sumberdaya alam khususnya hutan. UU No 5 tahun 1979 mengenai Pemerintahan Desa, ternyata memberi kontribusi terhadap melemahnya peran lembaga Adat dalam mengatur dan mengelola sumberdaya alam secara mandiri. Para pemangku kepentingan dalam setiap pertemuan maupun survey menyatakan keinginan kuat untuk mengaktifkan kembali fungsi dan peranan lembaga adat dalam pengelolaan sumberdaya hutan. Revitalisasi lembaga adat ini merupakan suatu upaya yang perlu dilakukan untuk mewujudkan sistem pengelolaan hutan secara lestari dan berkelanjutan jasa-jasa lingkungan bagi kawasan Kr. Raba dan Kr. Geupu Memperhatikan fakta dari kajian tersebut, maka sangatlah mendesak untuk melakukan sebuah rencana aksi untuk mendukung konservasi hutan ulayat melalui penguatan lembaga adat di Kemukiman Kueh, Lhoknga, dan Leupung. Metodologi Kampanye Pride (Kampanye Bangga Melestarikan Alam—untuk selanjutnya akan disebut Kampanye Bangga) dengan pendekatan sosial marketing merupakan cara yang dipilih untuk meningkatkan peran dan partisipasi aktif masyarakat di dalam pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan serta berkeadilan. Kampanye Bangga ini ditargetkan bagi setidaknya 22,000 jiwa di Kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung. Tujuan umum dari program ini adalah meningkatnya kualitas hidup masyarakat di kawasan target melalui peningkatan pemahaman masyarakat tentang pemanfaatan keanekaragaman hayati yang lestari. Adapun sasarannya yang ingin dicapai adalah: S.1.
Meningkatkan kepedulian dan kapasitas masyarakat sehingga mampu berperan aktif dalam upaya pemanfaatan sumber daya secara lestari
S.2.
Meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap upaya pelestarian alam dan ekosistem demi pemanfaatan yang berkelanjutan
S.3.
Memperkuat kembali peran lembaga adat lokal dalam pengelolaan sumberdaya alam
S.4.
Adanya kader konservasi yang aktif terlibat dalam pengelolaan kawasan dan mendorong pengambilan keputusan yang ramah lingkungan
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
4
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas, diperlukan suatu sasaran antara (intermediate objectives) yang lebih spesifik sehingga pada akhir kegiatan capaian yang diharapkan dapat lebih jelas dan terukur. Sasaran antara ini adalah: 1. Di akhir program, terwujud pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan melalui penguatan lembaga adat lokal Pawang Uteun di Kemukiman Leupung untuk menyelamatkan hutan seluas minimal 3000 ha. 2. Pada akhir program, kegiatan Peudeep Lampoh di Kemukiman Kueh, menerapkan prinsip-prinsip ekologi dan keanekaragaman hayati untuk memberi manfaat ekonomi, sosial, dan ekologi pada setidaknya 1000 ha lahan sehingga mengurangi ancaman pembukaan hutan, untuk pertanian/perkebunan. 3. Pada akhir kampanye, masyarakat Mukim Lhoknga sepakat membangun inisiatif Pawang Uteun untuk pengelolaan berkelanjutan dan penyelamatan hutan ulayat seluas 500 ha. 4. Pada bulan ke-12 program, meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai peran hutan sebagai perlindungan sumberdaya air dari 22% menjadi 40%.
Berdasarkan ke-empat sasaran antara di atas, disusunlah kerangka kegiatan yang akan dilakukan selama 12 bulan Kampanye Bangga dengan ringkasan seperti yang dapat dilihat di tabel 1 berikut. Tabel 1. Gambaran kegiatan Kampanye Bangga No
URAIAN
SASARAN ANTARA 1
2
3
4
PRODUKSI MATERIAL 1
Fact sheet Pengelolaan Hutan Lestari
X
X
X
X
2
Poster,
X
X
X
X
3
Billboard
X
4
Lembar dakwah
X
X
5
Booklet Pemanfaatan Hasil Hutan Non Kayu
X
X
6
Booklet Tanaman Bermanfaat
7
Kalender
X
X
X
8
Pin
X
X
X
9
Kostum Cempala Kuneng
X
10
Panggung boneka
X
12
Lagu konservasi – remaja: dangdut dan pop
X
13
Bulletin
X X
X X X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
KEGIATAN 1
Kunjungan masyarakat
X
2
Workshop Lembaga Adat
X
3
Pemetaan partisipatif
X
4
Workshop Perencanaan Kelola Hutan
X
5
Festival Dalail Khairat
X
6
Deklarasi Aturan Adat
X
7
Training Agroforestry
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
X
5
No 8
URAIAN
SASARAN ANTARA 1
Kebun Bibit Desa
2
3
4
X
9
Diskusi Tenis SDA (dgn kelompok tani)
10
Kunjungan Sekolah
X
X
X
11
Pekan Penanaman Areal Hutan ulayat
X
X
12
Pelatihan Kader Pemuda Konservasi
X
13
Workshop Guru dengan Tema Konservasi
X
14
Cerdas Cermat Konservasi
X
15
SAHABAT ALAM
16
Komik konservasi
17
Study banding
18
Pekan Peudep lampoh
19
Lomba Lukis Konservasi
X
X
X X
X
X
X X
X X
X
X
X
Sebagai ikon Kampanye Bangga adalah burung Cempala Kuneng, yang juga merupakan burung kebangaan masyarakat Aceh pada umumnya. Sedangkan slogan yang diusung kampanye ini adalah “Uteun Ta Jaga Rakyat Sejahtera”.
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
6
1. DESKRIPSI KAWASAN TARGET 1.1.
Pendahuluan
Perkembangan pembangunan di bidang pemukiman, pertanian, perkebunan, industri, ekploitasi sumber daya alam berupa penambangan, dan ekploitasi hutan yang tidak menerapkan kaidah ekologi dapat menyebabkan penurunan kondisi hidrologis suatu daerah aliran sungai (DAS). Pada saat DAS tidak dapat berfungsi optimal atau mengalami ketidakseimbangan maka tata air dan sistem hidrologis yang ada menjadi terganggu. Hal ini dicerminkan dengan misalnya terjadinya banjir, berkurangnya debit air (terutama di musim kering) dan tingkat sedimentasi yang tinggi. Penurunan fungsi hidrologis tersebut menyebabkan penurunan kemampuan DAS untuk menyimpan atau “storage” air pada musim penghujan dan kemudian melepas air sebagai “base flow” pada musim kemarau. Pada musim penghujan air akan langsung mengalir menjadi aliran permukaan yang kadang-kadang menyebabkan banjir dan sebaliknya pada musim kemarau aliran “base flow” sangat kecil bahkan pada beberapa sungai tidak ada aliran sehingga ribuan hektar sawah dan tambak ikan tidak mendapat suplai air tawar. Kerusakan DAS Kr. Aceh merupakan akibat kerusakan lingkungan khususnya hutan menyusul maraknya kegiatan eksploitasi kawasan hutan yang tidak terkendali, baik oleh perusahaan pemegang hak pengusahaan hutan (HPH) dan ijin pemanfaatan hasil hutan kayu (IPHHK) maupun tebangan liar. Konversi hutan untuk perkebunan, transmigrasi dan pertambangan turut berkontribusi dalam memperparah kerusakan lingkungan. Padahal DAS Kr. Aceh memegang peranan penting dalam penyediaan air bersih bagi kebutuhan hidup masyarakat Aceh Besar dan kota Banda Aceh, termasuk masyarakat yang menetap di kawasan pesisir Kecamatan Leupung dan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar. Kerusakan lingkungan yang telah berlangsung lebih dari tiga puluh tahun ini, selain dipicu oleh penebangan liar dan eksploitasi hasil hutan, juga merupakan dampak pembakaran hutan serta kerusakan ekosistem yang terjadi akibat bencana tsunami. Pasca tsunami, kerusakan sumberdaya alam khususnya hutan di Aceh mengalami peningkatan. Kegiatan penebangan liar semakin marak terjadi, hal ini dilatarbelakangi oleh semakin meningkatnya permintaan kayu untuk kebutuhan pembangunan kembali wilayah Aceh yang mengalami kerusakan akibat hantaman gelombang tsunami.
1.2.
Karakteristik Fisik Kawasan
1.2.1. Batasan Lokasi Kampanye Bangga di kawasan Satuan Wilayah Sungai (SWS) Kr. Aceh akan difokuskan pada kemukiman Kueh, Lhoknga, dan Leupung, Kabupaten Aceh Besar. Kemukiman Kueh & Lhoknga Kec Lhoknga dan Kemukiman Leupung - Kecamatan Leupung berada dalam Satuan Wilayah Sungai (SWS) Kr. Aceh. Jika dilihat secara administratif pemerintahan, Satuan Wilayah Sungai (SWS) Kr. Aceh berada di dalam wilayah kota Banda Aceh & Kabupaten Aceh Besar. Sementara secara geografis daerah ini terletak pada posisi N 05º 23' dan E 095 º 17'. Satuan Wilayah Sungai (SWS) Kr. Aceh pada bagian utaranya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, bagian selatan dengan SWS Kr. Teunom-Lambeuso (Aceh Jaya), bagian
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
7
baratnya berbatasan dengan Samudera Hindia dan bagian timurnya berbatasan dengan SWS Kr. Meureudu – Baro (Pidie). Gambar 1. Peta DAS dan Wilayah Target Kampanye Bangga
Kemukiman Lhoknga
Dalam wilayah kemukiman Kueh dan Lhoknga terdapat sebuah sungai yaitu Kr. Raba yang memiliki panjang 9.80 Km dengan luas daerah pengaliran sungai / daerah aliran sungai yang mencapai 73,3 Km2 serta memiliki potensi air sebesar 98.392.320 M3/tahun. Sementara itu, di kemukiman Leupung terdapat Sungai (Krueng) Geupu dengan panjang aliran sungai 53 Km, dengan luas DAS 91 Km2 dan potensi air pertahun sebesar 121.728.960 M3. Kedua sungai tersebut termasuk ke dalam SWS Kr. Aceh. SWS Kr. Aceh memiliki 57 buah sungai dengan luas Daerah Pengaliran Sungai/Daerah Aliran Sungai (DPS/DAS) yang mencapai 3.632.73 Km2 dan panjang sungai 759.19 Km serta memiliki potensi air sebesar 3,357,953,280 M3/tahun. (Data Sungai, Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Pengendalian Banjir Dan Pengamanan Pantai Prov NAD, 2006) Cakupan jumlah desa dan luas kemukiman yang menjadi target program ini dapat dilihat lebih detil dalam Tabel 2.
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
8
Tabel 2. Banyak Desa dan Luas Kawasan Yang Menjadi Fokus Program Nama Kemukiman
Jumlah Desa
Luas Kawasan
Kueh
11desa
3.597 Ha
Lhoknga
4 desa
9.895 Ha
Leupung
6 desa
7.600 Ha
TOTAL
21 desa
21.092 Ha
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, BPS 2004
1.2.2. Gambaran Topografi Secara umum kawasan target ini terletak pada ketinggian 0–1.900 m dpl dengan topografi datar hingga bergunung, yang berkisar pada kemiringan antara 0–40%, pada daerah garis pantai kemiringan 9–25%. Kawasan kemukiman Kueh secara umum memiliki topografi yang datar dan bukan kawasan yang berdekatan dengan pantai. Sementara itu, sebagian besar kawasan kecamatan Lhoknga merupakan dataran yang berdekatan dengan pantai, khususnya kemukiman Lhoknga dan Lampu’uk. Kecamatan Leupung pada umumnya memiliki topografi yang datar. Di dalam wilayah kecamatan ini, Desa Layeun dan Pulot merupakan kawasan pantai, sedangkan wilayah Desa Lamseunia, Meunasah Bak U dan Deah Mamplam merupakan kawasan dataran bukan pantai. (http://www.bps.go.id/news/tsunami/nad/tabel/1108umum.pdf).
1.2.3. Kondisi Geologi Formasi geologi kawasan target adalah dataran rendah yang merupakan bentukan dari batuan sedimen Aluvium undak dan terumbu karang pada daerah bukit dan gunung. Jenis tanah organosol terdapat pada wilayah datar sampai berombak, sedangkan jenis tanah podsolik merah kuning terdapat pada wilayah berbukit hingga pegunungan.
1.2.4. Iklim dan Cuaca Berdasarkan tipe iklim menurut Schmidt dan Fergusson (Sukocho, 1997), kawasan ini dapat dikategorikan sebagai tipe iklim A dengan nilai Q antara 0,8 – 5,7%, dengan curah hujan rata-rata 1.000 – 2000 mm pertahun. Suhu maksimum dapat mencapai 32°C dan suhu minimum dapat mencapai 15°C. Suhu udara rata-rata 26°C dan jumlah hujan yang turun sekitar 13 hari perbulan. Namun berdasarkan data terbaru, curah hujan pada kawasan target saat ini diperkirakan berkisar antara 125 s/d 175 mm/hari. Gambar 2 berikut menggambarkan curah hujan dan daerah potensi banjir di Pulau Sumatra, termasuk Propinsi NAD.
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
9
Gambar 2. Informasi Spasial Daerah Potensi Banjir dan Curah Hujan
Sumber : Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, 2006.
1.3.
Deskripsi Umum Ekosistem Kemukiman Kueh, Lhonga, dan Leupung
1.3.1. Karakteristik Ekosistem Kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung memiliki 5 tipe ekosistem yaitu : 1. Ekosistem hutan hujan tropis. Masyarakat setempat seringkali menyebut ekosistem ini sebagai ’kawasan hutan’. Hutan ini sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat karena masyarakat menggantungkan ekonomi keluarganya pada sumberdaya hutan seperti mencari madu, berburu, kulit kayu (kulit tenga), rotan, bahan obat-obatan dan sebagainya. 2. Ekosistem kebun. Masyarakat menamakan ekosistem ini sebagai Seunebok. 3. Ekosistem persawahan, yaitu ekosistem yang digunakan masyarakat untuk memproduksi hasil pertanian sawah yakni padi. Kawasan persawahan ini terdapat di luar pemukiman masyarakat tepatnya sebelum kita memasuki perkampungan. Pengusahaan padi dilakukan satu tahun sekali, karena sawah di sana masih merupakan sawah tadah hujan walaupun pada kenyataannya pada kedua wilayah kemukiman ini terdapat sungai yang mengalir sepanjang tahun, Kr. Geupu untuk kemukiman Leupung serta Kr. Raba untuk kemukiman Kueh dan Lhoknga. Namun setelah bencana alam tsunami hampir 90% sawah di lokasi target tidak dapat digunakan lagi. 4. Ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove yang terdapat di wilayah kemukiman Leupung didominasi oleh tanaman bakau minyak dan nipah. Sebelum tsunami, Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
10
ekosistem ini merupakan salah satu tempat mencari ikan, udang, tiram, kepiting dan kerang bagi masyarakat setempat. Setelah tsunami ekosistem mangrove yang ada telah mengalami kerusakan total. 5. Ekosistem pantai. Tanaman yang mendominasi ekosistem ini adalah cemara, ketapang, waru serta jenis tanaman ekosistem pantai pada umumnya. Ekosistem ini sebelum tsunami biasanya digunakan untuk berekreasi juga sebagian orang memanfaatkannya sebagai tempat untuk mencari ikan (menjala, tare’ek pukat dan memancing). Setelah tsunami aktifitas masyarakat yang memanfaatkan kawasan ini menjadi berkurang, namun untuk saat ini, kawasan pantai yang terdapat di kawasan Lhoknga sudah mulai dikunjungi lagi oleh masyarakat perkotaan dan juga para pekerja di berbagai organisasi yang terdapat di Aceh sebagai daerah tujuan rekreasi pada saat saat libur kerja. Gambar 3. Kecamatan Lhoknga Sebelum Dan Sesudah Tsunami 26 Desember 2004
Sumber : www.sertit.u-strasbg.fr Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
11
Gambar 3 di atas memperlihatkan kondisi Lhoknga dan Kueh, sebelum dan sesudah terjadinya tsunami. Gambar bagian atas menunjukkan kondisi sebelum tsunami. Gambar bagian bawah memperlihatkan kerusakan terhadap semua tipe ekosistem pasca bencana tsunami.
1.3.2. Keanekaragaman Hayati Hutan hujan tropis di kawasan ini tidak saja memiliki vegetasi yang dimanfaatkan kayunya seperti meranti, tetapi juga memiliki beraneka tumbuhan obat. Aneka tumbuhan obat ini antara lain adalah sirih (Piper battle), Sisik naga (Drymoglossum piloselloisfera), dan sambung (Blumea balsamifera). Pada umumnya pemanfaatan kehati oleh masyarakat adalah hasil kayunya yang digunakan untuk bahan bangunan dan selebihnya adalah untuk kayu bakar. Ada beberapa jenis lainnya yang tidak dimanfaatkan kayunya seperti : 1. Ceradih (Sloetia elongate), yang dimanfaatkan buahnya 2. Aren (arenga pinnata), yang dimanfaatkan daun, buah dan juga batangnya. 3. Nawah (jarak), yang dimanfaatkan daun 4. Kayu tenga, yang dimanfaatkan kulitnya Keanekaragaman satwa juga kita temukan di kawasan hutan tropis, antara lain kambing hutan sumatera (capricornis sumatraensis), harimau sumatera (panthera tigris), beo (Gracula religiosa), dan cempala kuneng (copsychus pirropygus). Cempala kuneng bahkan merupakan satwa jati diri Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pada ekosistem kebun, biasanya terdapat keanekaragaman jenis tumbuhan yang sengaja dibudidayakan oleh masyarakat. Ekosistem kebun ini dimanfaatkan oleh masyarakat dengan menanam berbagai macam jenis tanaman perkebunan, seperti buah-buahan (mangga, kelapa, pepaya, pisang, durian, langsat, manggis, kuini, cengkeh serta pinang) dan aneka tanaman palawija seperti cabe dan kacang hijau. Untuk ekosistem persawahan pemanfaatannya terbatas hanya ditanami dengan satu jenis komoditi yaitu padi. Pengusahaan padi dilakukan satu tahun sekali, karena sawah di sana masih merupakan sawah tadah hujan. Kawasan target kampanye PeNA juga memiliki kekayaan keanekaragaman ekositem mangrove yang bervariasi. Ekosistem mangrove yang terdapat di wilayah kemukiman Keuh, Lhoknga dan Leupung didominasi oleh tanaman bakau minyak dan nipah. Nipah biasa digunakan masyarakat untuk bahan baku rokok (daun nipah). Selain keanekaragaman tumbuhan yang dimiliki pada ekosistem mangrove ini juga terdapat keanekaragaman jenis satwanya seperti ikan, udang, tiram, kepiting dan kerang. Selain berbagai keanekaragaman hayati yang terdapat pada berbagai ekosistem di atas, di kawasan target kampanye juga terdapat keanekaragaman hayati yang ada pada ekosistem pantai. Tumbuhan yang mendominasi ekosistem ini adalah cemara, ketapang, waru serta jenis tanaman ekosistem pantai pada umumnya. Pasca tsunami, keanekaragaman hayati hanya dapat ditemui di ekosistem hutan hujan tropis. Ekosistem terumbu karang dan padang lamun diduga telah rusak total (Wetland International – Indonesia Program, 2005). Selain itu, satwa yang ada di kawasan hutan mangrove dan pantai pun tidak bisa kita jumpai lagi.
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
12
Pasca bencana tsunami dan penandatangan MoU Helsinky, konflik satwa dan manusia sudah mulai terjadi. Gangguan satwa mulai dialami oleh masyarakat yang menetap di kemukiman Kueh dan juga Leupung. Harimau Sumatera (panthera tigris) sudah mulai turun ke perkampungan memangsa ternak masyarakat. Suasana damai serta peningkatan permintaan kayu pasca tsunami untuk kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh mendorong terjadinya peningkatan kegiatan manusia di dalam kawasan hutan, terutama kegiatan penebangan. Kegiatan penebangan serta pembukaan lahan/hutan untuk berkebun dapat dipastikan akan berdampak pada timbulnya kerusakan habitat berbagai satwa liar. Gangguan yang terjadi dapat dilihat dari peningkatan jumlah ternak (kambing dan sapi) yang dimangsa serta jejak yang ditinggalkan oleh harimau di sekitar perkampungan.
1.4.
Deskripsi Masyarakat
1.4.1. Demografi & Populasi Kemukiman Kueh didiami oleh 7.203 jiwa, serta kemukiman Lhoknga memiliki jumlah penduduk sebanyak 7.865 jiwa. Sementara itu, penduduk di kemukiman Leupung sekitar 8.079 jiwa penduduk. Penduduk Leupung berasal dari “gampong pande” yang terletak di kawasan pedalaman di bagian hulu sungai (krueng) Geupu. Oleh karena sering mengalami gangguan binatang buas, penduduk desa pande kemudian hijrah secara bertahap ke kawasan hilir Kr. Geupu yang berdekatan dengan kawasan pantai. Mereka membentuk perkampungan baru yang diberi nama Lamseunia. Dari desa Lamseunia inilah penduduk kemudian berkembang dan menyebar ke berbagai tempat lain di wilayah kemukiman Leupung dan pada saat ini telah terbentuk 6 desa dalam wilayah kemukiman ini. Setelah bencana tsunami melanda wilayah ini sebagian masyarakat yang tinggal di dekat pantai kembali pindah ke kawasan yang berdekatan dengan hutan. Hal ini dilakukan terutama oleh masyarakat yang berasal dari desa Meunasah Ba U dan Lamseunia. Perpindahan tempat tinggal ini dikarenakan areal pemukiman lama telah mengalami abrasi pantai dan penurunan permukaan tanah akibat gempa bumi dan bencana tsunami. Penduduk yang berada di Kemukiman Kueh dan Lhoknga adalah penduduk asli daerah tersebut. Walaupun demikian, ada juga masyarakat yang merupakan pendatang dari daerah lain seperti dari Lhoong, Pantai Selatan dan Sigli. Para penduduk pendatang ini telah menetap dan berbaur dengan penduduk asli sejak puluhan tahun yang lalu.
1.4.2. Ekonomi Sebelum terjadi bencana tsunami, masyarakat bekerja sebagai pedagang, buruh bangunan, petani, dan nelayan serta sebahagian kecil berprofesi sebagai pegawai negeri. Pasca bencana tsunami, sebagian besar dari mereka kehilangan mata pencaharian. Mereka melakukan apa saja untuk menopang kehidupan mereka, seperti misalnya mengumpulkan besi tua untuk dijual kembali. Hanya para pedagang, tukang (buruh bangunan) serta nelayan yang sudah mulai melakukan aktifitas usaha dan pekerjaan yang mereka tekuni. Sementara yang berprofesi sebagai petani belum bisa berusaha untuk menanam padi di areal persawahan mereka karena hampir semua lahan tertimbun oleh pasir pantai dan
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
13
sampah tsunami. Kegiatan bertani yang berlangsung saat ini adalah pengadaan berbagai jenis komoditi pertanian non-padi seperti cabe, jagung, jahe, semangka.
1.4.3. Budaya Mayoritas penduduk di ketiga kemukiman yang menjadi wilayah kampanye Bangga berasal dari suku Aceh. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat mengunakan bahasa Aceh dalam berkomunikasi. Agama yang dianut oleh masyarakat adalah mayoritas Islam. Kehidupan sosial budaya di kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung masih dapat kita lihat dengan jelas. Antara satu individu dengan individu lainnya saling membutuhkan, saling menolong dan membantu. Kerja sama masyarakat dapat kita lihat bila di gampong ada yang meninggal. Pada suasana duka ini, semua masyarakat berkunjung ke rumah yang mendapat musibah untuk saling membantu. Para perempuan membantu dengan persiapan dan pekerjaan di rumah sedangkan bagi para laki-laki ada yang di rumah ada juga yang menggali kuburan. Begitu juga pada saat kenduri udeep1 mereka selalu bekerja bersama sama. Pasca tsunami, sifat individualistis mulai bermunculan pada sebahagian kecil masyarakat terutama dalam upaya mencari serta mendapatkan bantuan pemulihan. Namun demikian, untuk kegiatan adat mereka masih mau untuk melakukan secara bersama-sama. Budayabudaya (adat) yang ada di kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung yang menunjukkan bahwa mereka saling bekerja sama atau bergotong royang seperti: Budaya Meurusa Budaya Meurusa ini dimiliki hampir semua masyarakat yang ada di kawasan pinggiran hutan Aceh Besar. Budaya Meurusa adalah sebuah budaya yang dimiliki masyarakat dalam mencari atau berburu rusa. Dalam meurusa mereka mempunyai aturan-aturan yang harus dipatuhi mulai dari waktu berburu, berapa orang yang diperbolehkan ikut, dimana perburuan akan dilakukan sampai kepada berapa ekor rusa yang boleh diambil dalam setiap perburuan. Pada saat berburu dilakukan biasanya diketuai oleh seorang pawang (ketua). Keunduri Blang Kenduri Blang adalah sebuah kenduri atau pesta rakyat yang dilakukan pada saat baru akan mulai turun ke sawah sampai panen selesai. Kenduri blang ini biasaya di pimpin oleh seorang ketua yang disebut dengan nama Keujrun Blang atau Ketua Sawah. Rangkai kenduri blang ini dimulai penentuan waktu tanam bibit sampai selesai panen yaitu pembukaan kembali pagar yang membatasi antara sawah dan kebun yang menjadi pintu keluar dan masuknya ternak keareal persawahan (pembukaan pagee rentang).
Kenduri Laot
1
suatu bentuk perayaan atau pesta yang diadakan pada acara-acara seperti sunatan atau perkawinan
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
14
Kenduri laot sama juga halnya dengan kenduri blang, kenduri ini dilakukan untuk mensyukuri rahmat yang telah diberikan Allah S.W.T dan juga pada kenduri tersebut dibicarkan hal-hal yang berkaitan dengan lembaga adat Panglima Laot itu sendiri. Kenduri ini dipimpin oleh Panglima Laot beserta staf yang ada di lembaga tersebut. Pada acara kenduri laot ini untuk makan-makannya mereka memotong atau menyembelih kerbau. Selanjutnya, kepala kerbau yang sudah disembelih ini akan dibuang ke laut sebagai supaya mendapatkan rezeki yang lebih banyak nantinya ketika mereka kembali lagi melaut. Kenduri Seunebouk Kenduri Seunebok adalah kenduri yang dilakukan di kebun, biasanya dilakukan pada saat panen raya dan juga sewaktu akan melakukan penanaman perdana, misalnya pada saat mau tanam cabe. Kenduri Matee Kenduri matee adalah kenduri yang dilakukan pada saat ada kematian. Kenduri Udeep (Perkawinan) Kenduri udeep adalah kebalikan dari kenduri matee yaitu kenduri yang dilakukan terhadap orang yang masih hidup, misalnya pesta perkawinan, sunnatan rasul dan lain-lain. Kenduri Mauled Kenduri yang diadakan pada bulan maulid (dihitung berdasarkan bulan Arab). Kenduri mauled ini ada yang dilakukan di rumah masing-masing kemudian hidangannya dibawa ke meunasah atau mesjid dan ada juga yang diadakan secara besar-besaran. Kenduri, ini biasanya dilakukan di mesjid serta mengundang penceramah agama. Gotong Royong Uro Jum’at Gatong royong uro jum’at (gotong royong hari Jum’at). Kegiatan ini dilakukan hampir di semua gampong di Aceh Besar jika hari Jum’at karena biasanya pada hari tersebut masyarakat tidak ke hutan, ke sawah maupun ke laut dan pada hari Jum’at itulah mereka berkumpul.
1.4.4. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Secara historis, di dalam tatanan kehidupan masyarakat Aceh juga terdapat kearifan lokal yang sejalan dengan prinsip prinsip pengelolaan sumberdaya alam secara lestari. Keberadaan pawang uteun, panglima laot, petua seunebok, keujruen blang serta haria peukan dalam kehidupan masyarakat Aceh merupakan bukti nyata akan adanya kearifan lokal dalam tatanan kehidupan masyarakat Aceh dalam pengelolaan sumberdaya alam (Sanusi MS, 2002). 1. Pawang Uteun merupakan Ketua Hutan yang sangat dihormati dan dihargai, serta selalu didengar. Pawang Uteun menjalankan serta mengawasi segala aturan yang mengatur tentang mekanisme pemanfaatan serta perlindungan hutan yang berada dalam wilayah hak kelolanya (biasanya dalam batasan wilayah kemukiman). Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
15
Prinsip prinsip pengelolaan yang dijalankan tetap memperhatikan aspek kelestarian hasil dan juga manfaat dari hutan itu sendiri, baik itu hasil hutan berupa kayu maupun hasil hutan non kayu. Perlindungan sistem penyangga kehidupan, pelestarian dan pengawetan serta pemanfaatan secara berkelanjutan yang merupakan 3 prinsip dasar konservasi telah diterapkan oleh masyarakat dengan segala kearifan yang mereka miliki walaupun mereka tidak mengenal istilah konservasi. Pawang Uteun memiliki tugas dan wewenang yang antara lainnya adalah melakukan perlindungan terhadap sumberdaya hutan, mengatur waktu perburuan binatang, menjaga kelestarian padang meurabee (wilayah pengembalaan ternak), melindungi pohon yang menjadi tempat sarang lebah madu, menjaga pohon – pohon di sepanjang sungai, dan di samping itu pawang uteun juga berhak melarang penebangan di wilayah kelolanya. 2. Panglima Laot merupakan representasi kekuatan kepemimpinan adat di laut. Sampai saat ini, lembaga adat Laot masih mempunyai kekuatan dan pengakuan dari semua pihak. Lembaga Adat Laot mengatur beberapa hal yang berkaitan dengan peraturan adat melaut seperti penentuan wilayah adat, waktu melaut, mekanisme penyelesaian sengketa, pengaturan tata cara penangkapan ikan, larangan-larangan penggunaan alat dan beberapa aturan lainnya yang berkaitan dengan aturan kegiatan melaut. 3. Petua seunebok merupakan ketua kebun. Tugas ketua kebun antara lain adalah mengatur, mengawasi pembuatan kebun, melakukan perencanaan dalam upaya pengembangan serta pemanfaatan kebun, juga menyelesaikan persengketaan yang terjadi di tingkat Seunebok. 4. Kejruen Blang merupakan ketua Sawah. Kejruen blang memiliki tugas serta wewenang untuk menentukan waktu dan mengkoordinir pelaksanaan turun sawah, mengkoordinir pelaksanaan gotong royong yang berkaitan dengan kegiatan persawahan seperti pembersihan parit dan juga saluran irigasi, membagi air di lokasi persawahan serta menegakkan aturan/adat yang telah disepakati dan ditetapkan bersama masyarakat. Lahirnya UU no 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa telah menghilangkan beberapa fungsi dan peranan lembaga masyarakat yang ada (Sanusi MS, 2002). Penerapan undangundang ini telah menyeragamkan sistem dan nama pemerintahan masyarakat lapisan bawah yang ada di setiap daerah (misalnya di Aceh terkenal dengan nama Gampong yang kemudian berubah menjadi Desa). Imum Mukim (Kepala Kemukiman) merupakan suatu contoh nyata akan penerapan UU tersebut, peranan dan otoritas Imum Mukim beserta struktural turunannya menjadi berkurang. Selanjutnya, peran ini dilaksanakan oleh Camat yang notabene merupakan pimpinan wilayah yang ditunjuk oleh Kepala Daearah/Bupati. Adanya penyeragaman ini memberikan kontribusi pada hilangnya keunikan daerah termasuk hilangnya budaya-budaya dan kearifan lokal. Sebelum adanya UU no. 5 ini lembaga adat lokal yang ada di Aceh dapat mengatur pengelolaan sumberdaya alam dengan nilai-nilai yang ada seperti pengelolaan sumberdaya laut dengan lembaga adat panglima laot, begitu juga dengan lembaga adat Uteun dengan Pawang uteun nya. Prinsip-prinsip pengelolaan yang lestari dan berkelanjutan sudah dikenal pada lembaga-lembaga adat tersebut namun dengan adanya penyeragaman ini semua kearifan lokal menjadi lumpuh bahkan hilang dan tidak berfungsi sama sekali dan semua peraturan berada di pemerintahan pusat. Melemahnya kelembagaan adat pada masyarakat Aceh memberikan pengaruh besar pada kekuatan peran dan fungsi masyarakat dalam melakukan pengelolaan serta pengawasan Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
16
kegiatan pengelolaan sumberdaya alam khususnya hutan. Sampai dengan tahun 1997 (runtuhnya rejim Orde Baru) kearifan lokal serta kemandirian masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam semakin luntur. Sayangnya pemerintahan berikutnya masih belum berhasil mengantisipasi kenyataan ini sehingga hilangnya kearifan tradisional terus berlangsung hingga saat ini. Oleh karenanya, revitalisasi serta penerapan kembali Hukum Adat dipandang sebagai sebuah kebutuhan dalam penyelesaian masalah-masalah pelestarian alam di Nanggroe Aceh Darussalam. Kekuatan masyarakat dalam menjaga kearifan tradisional ini perlu dihidupkan kembali di masing-masing wilayah.
1.4.5. Situasi Politik Situasi politik pada kawasan yang menjadi target kampanye pada umumnya tidak berbeda dengan situasi pada daerah lainnya di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pada masa konflik bersenjata, daerah ini juga merupakan daerah yang dilanda konflik yang sangat parah, kontak senjata dan penghadangan terhadap mobilisasi pasukan TNI/POLRI oleh pasukan GAM sering terjadi. Masyarakat yang berkebun tidak bisa melakukan aktifitas kekebunnya, sehingga kebun yang mereka kerjakan ditinggalkan begitu saja dan tidak terurus. Banyak tanaman yang ditanam oleh masyarakat pada areal perkebunan mereka seperti cengkeh, durian, mangga serta buah buahan lainnya menjadi mati karena tidak terurus. Aktifitas masyarakat hanya dilakukan pada kawasan sekitar pemukiman penduduk. Masyarakat pun tidak berani untuk memasuki hutan terlalu dalam karena kuatir bertemu dengan pasukan bersenjata, baik dari TNI/POLRI mau pun GAM. Pasca tsunami serta ditandatanganinya MoU antara pihak pemerintahan Republik Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka, secara perlahan kondisi keamanan semakin pulih. Masyarakat sudah kembali mengusahakan dan mengelola kawasan perkebunan yang mereka miliki guna mendapatkan penghasilan bagi pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. Di sisi lain, perasaan aman dan damai, juga mendorong masyarakat untuk melirik hutan sebagai lahan yang potensi untuk dikelola sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Inilah kenyataannya, hanya nilai ekonomi kayu saja yang dilihat dan dijadikan alasan dalam pengelolaan dan pemandaatan hutan. Hal ini dapat merupakan ancaman terhadap kelestarian hutan di Aceh. Suksesnya pelaksanaan PILKADA secara damai juga menimbulkan harapan baru bagi masyarakat Aceh. Masyarakat sangat mendambakan terciptanya perdamaian yang berkepanjangan di Bumi Serambi Mekkah. Perjanjian damai yang telah disepakati pada 15 Agustus 2005 di Helsinky menjadi tonggak bersejarah bagi masyarakat Aceh guna menuju kehidupan yang lebih bahagia, sejahtera dan bermatabat.
1.5.
Konservasi Alam dan Kawasan Target
1.5.1. Sejarah dan Status Kawasan Kawasan hutan yang terdapat di wilayah kemukiman yang menjadi lokasi target pelaksanaan program Kampanye Bangga (Kueh, Lhoknga dan Leupung) merupakan kawasan hutan lindung (SK Gubernur No 19 tahun 1999 tentang Arahan dan Fungsi Lahan Provinsi NAD). Hanya pada desa Lamseunia yang memiliki status kawasan hutan yang khusus serta diakui oleh masyarakat sebagai kawasan hutan ulayat (hutan adat). Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
17
1.5.2. Ancaman terhadap Kawasan Seperti digabarkan sebelumnya, DAS Kr. Aceh (termasuk Kr. Raba dan Kr. Geupu) merupakan sumber air bagi masyarakat Aceh, terutama di Kabupaten Aceh Besar dan Banda Aceh. SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 284/Kpts-II/1999, menyatakan bahwa DAS Kr. Aceh dikelompokkan dalam prioritas DAS I sedangkan Kr. Geupu dan Kr. Raba termasuk ke dalam DAS Sabee-Geupu dan dikelompokkan kedalam prioritas DAS III yang membutuhkan penanganan segera dalam mengatasi ekstensifikasi lahan yang kritis dan tingginya erosi serta sendimentasi. Namun demikian, kerusakan sumberdaya alam khususnya hutan yang disebabkan oleh kegiatan penebangan hutan, pembakaran hutan serta adanya pengambilan pasir sungai untuk tujuan komersial (Galian C) telah mengancam kelangsungan fungsi dari sungai ini. Bencana tsunami semakin memperparah kondisi hutan dan juga daerah aliran sungai ini. Secara umum, hampir semua badan air dan sumber air di Aceh mengalami kerusakan akibat materi dan polusi yang terjadi karena tsunami (Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh dan Pulau Nias, 2005). Untuk melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh pasca tsunami membutuhkan kayu gergajian 1.459.252 m3 atau equivalent dengan total kebutuhan kayu bulat 2.918.504 m3 (Rencana Induk Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Wilayah Aceh & Nias, Buku II : Rencana Bidang SDA & LH). Peningkatan kebutuhan kayu telah berdampak pada semakin maraknya aktifitas illegal logging di Aceh. Walaupun secara legalitas saat ini tidak terdapat izin usaha sektor kehutanan yang beroperasi di Aceh, namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa pada saat ini usaha pengergajian kayu marak tumbuh di seluruh wilayah Aceh. Rendahnya upaya penegakan hukum telah berkontribusi secara nyata pada semakin maraknya usaha dan kegiatan penebangan kayu secara illegal di Aceh. Dari sisi kearifan tradisional, Pawang Uteun (ketua hutan) yang dulunya sangat dihormati dan dihargai, serta selalu didengar, saat ini tidak lagi memiliki peran sebagai pengambil keputusan. Ironisnya lagi pada saat ini sebagian besar masyarakat setempat tidak mengetahui kalau di wilayah tersebut ada yang namanya Pawang Uteun. Sementara itu, Panglima Laot sebagai lembaga adat laut walaupun masih dihargai dan dihormati, namun sebagai pengambil keputusan tidaklah memiliki kekuatan seperti saat dulu. Pasca tsunami, lembaga pawang laot mendapat perhatian khusus sehingga saat ini telah mengalami peningkatan fungsi serta peranannya dalam melakukan upaya pengelolaan sumberdaya laut sesuai dengan nilai-nilai serta kearifan lokal yang dimiliki para nelayan Aceh.
1.5.3. Program Konservasi Lain & Lembaga yang Terlibat Program konservasi yang terdapat di wilayah ini, pada umumnya melaksanakan kegiatan rehabilitasi lahan, khususnya kawasan hutan akan tetapi lebih berpusat di kawasan hilir atau daerah pesisir. Adapun program yang dilakukan di wilayah ini antara lain adalah: Green Coastal. Program rehabilitasi kawasan pantai yang melibatkan masyarakat melaluli lembaga lokal yang telah ada, termasuk keterlibatan lembaga panglima laot, LSM lokal, pemda, BAPEDALDA dll. Program ini kerjasama WI-IP, WWF Aceh Program, Oxfam.
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
18
Aceh Forest and Environment Program. Program pemulihan serta pelestarian ekosistem Leuser & ekosistem Ulu Masen. Program ini merupakan kerjasama antara Fauna Flora International serta Leuser International Foundation. ESP USAID Aceh. Terkait dengan program ESP USAID Aceh, selain dukungan di dalam Kampanye Bangga, ESP USAID Aceh juga melakukan berbagai inisiatif, diantaranya adalah pembentukan forum DAS Kr. Aceh, penanaman di sekitar DAS Kr. Aceh dan DAS Kr. Geupu Sedangkan PeNA sendiri, untuk wilayah ini lebih banyak melakukan kegiatan studi potensi pengembangan wisata alam serta persiapan intervensi konservasi pada kawasan hutan yang terdapat di Utara Barat Daya provinsi NAD dalam bentuk program pengembangan Zona Penyangga Produktif (Productive Buffer Zone) serta kegiatan investigasi dan monitoring kerusakan hutan terutama pasca tsunami bersama mitra jaringan Kelompok Kerja Advokasi Hutan Aceh. PeNA juga bekerjasama dengan bagian Service Delivery ESP dalam melakukan survei kepuasan pelanggan PDAM Tirta Daroy serta kajian-kajian tentang kondisi kerusakan dan kualitas air Kr. Aceh yang merupakan sumber pasokan utama kebutuhan air bagi masyarakat di kota Banda Aceh maupun kabupaten Aceh Besar.
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
19
2. MATRIKS ANALISA STAKEHOLDER Keterlibatan tokoh formal maupun nonformal sebagai bagian dari para pemangku kepentingan yang dalam hal ini mewakili masyarakat target kegiatan Kampanye Bangga sangatlah diperlukan. Mereka dilibatkan secara langsung dalam proses perencanaan kegiatan guna membangkitkan rasa memiliki (sense of belonging) terhadap program yang akan dilaksanakan. Masukan dan saran serta informasi dari para pemangku kepentingan mengenai kawasan yang menjadi target sangat membantu dalam penentukan kebijakan serta tindakan yang akan diambil serta diterapkan nantinya, peran aktif dari seluruh komponen masyarakat sangatlah penting demi kelancaran program. Keterwakilan adalah satu faktor yang paling penting untuk dapat membawa kepentingan dan menampilkan gambaran kebutuhan kelompok masyarakat. Oleh karenanya mencari anggota masyarakat yang dapat mewakili kepentingan masyarakat serta memahami secara lengkap kondisi kawasan yang menjadi target Kampanye Bangga menjadi satu syarat mutlak. Maka dari itu diperlukan suatu analisa pemangku kepentingan yang dapat dipakai untuk memutuskan serta menetapkan keterlibatan atau keikutsertaan seseorang (anggota/tokoh masyarakat, pejabat pemerintah/non pemerintah) dalam lokakarya pemangku kepentingan. Analisa didasarkan kepada beberapa faktor seperti: kepentingan apa yang dibawa orang tersebut, kontribusi atau sumbangsih apa yang kemungkinan dapat diperoleh terutama ketika program sudah berjalan, dan kendala apa yang kemungkinan timbul bagi program jika keikutsertaannya dibatasi. Analisa dilakukan di internal lembaga dengan memperhatikan masukan serta saran yang diperoleh dari diskusi awal yang telah dilakukan dengan berbagai pihak terutama para tokoh masyarakat sekitar kawasan target kampanye bangga melestarikan alam. Lokakarya pemangku kepentingan pertama tentang kondisi hutan di kemukiman Kueh dan Leupung dilakukan di Meunasah Desa Lamseunia, Kemukiman Leupung Kec. Leupung pada bulan September 2006. Pertemuan ini dihadiri oleh 17 peserta yang mewakili ke- 17 desa yang menjadi target kampanye bangga melestarikan alam. Di antara undangan yang hadir adalah perwakilan PKK, Pemuda, Keuchik, Guru, Polisi Masyarakat, ESP/USAID. Lokakarya pemangku kepentingan ini, menghasilkan sebuah Model Konsep Awal tentang kondisi serta factor-faktor yang mempengaruhi kelestarian hutan yang terdapat di kemukiman Kueh dan Leupung. Berikut ini adalah daftar para peserta dalam pertemuan pemangku kepentingan yang pertama, serta gambaran issu yang dibawa, motif, potensi kontribusi,dan konsekuensi dari kehadiran pemangku kepentingan tersebut di dalam perencanaan program. Warna biru menandakan peserta yang tidak hadir
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
20
MINAT/MOTIF
Kontribusu pimpinan desa dalam pelaksanaan kegiatan Kampanye Bangga
M. Nur I (Naga Umbang) Kesejahteraan masyarakat, Samsuddin Hasyem Kearifan masyarakat (Lamseunia) Ketergantungan masyarakat Keuchiek Meunasah Bak U Akses masyarakat terhadap Keuchiek Deah Mamplam SDA Keuchiek Pulot
Keuchik
Imum Mukim
Imum Chiek
Camat
4
5
6
7
Potensi untuk pengetahuan tradisional, pengelolaan sumber daya alam, kontak person untuk terlibat dalam program
Otonomi daerah, Rencana Aksi Kecamatan
Peran pemuka agama dalam pembangunan
Pengetahuan dan kearifan tradisional di dalam program
Sebagai motor pengerak masyarakat, dan bertanggungjawab terhadap partisifasi masyarakat dalam kelancaran program
Kepemilikan & keterlibatan masyarakat setempat dalam pegelolaan & pemafaatan sumberdaya alam.
Dukungan pemerintah, pengetahuan mengenai isu structural di pemerintahan serta anggaran daerah
21
Ide-ide untuk pengembangan proposal oleh pemerintah
Perspektif pemerintah, dukungan dan keterlibatan pemerintah
Pembangunan dapat dilakuDukungan terhadap program dan Membanntu kelancaran kan melalui berbagai bidang keterlibatan program termasuk bidang keagamaan
Potensi untuk pengetahuan tradisional dalam Pengetahuan tradisional dan kebiasaan setempat dalam pengelolaan sumber daya pengelolaan sumber daya alam alam, kontak person untuk terlibat dalam program
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
Rasidi, S.Sos (Lhoknga) Drs.Baharuddin Hadji (Leupung)
Leupung
H. Abdullah Ali (Mukim Leupung)
Kegiatan keagamaan yang bertemakan konservasi, ceramah konservasi berlandaskan agama
Akan membantu programdan terlibat secara aktif
Tokoh Agama & Pembagunan
menyediakan bibit yang dibutuhkan
3
Dampak pride terhadapat kegiatan pembibitan
Program pride juga dapat dilakukan melalui kegiatan Islam & Konservasi Tgk. Ibrahim (Layeun) keagamaan, pelaksanaan kon- Membantu kegiatan yang akan Pembangunan tidak melangkahi servasi tidak bertentangan dilakukan Adnan Yunus (Lamseunia) norma yang dianut dengan ajaran syari’at yang berlaku
Pemanfaat bibit dalam upaya pemanfaatan lahan
M.Ali Hasan
Kertelibatan secara aktif
KONSEKUENSI
Kelompok penghijauan
Alternatif kegiatan yang dapat meningkatkan kapasitas pemuda/perempuan sbg motor penggerak dalam setiap kegiatan
POTENSI KONTRIBUSI
2
Bersedia bergabung dalam Pengakuan & keterlibatan dlm pelaksanaan program pride masyarakat, penguatan terutama untuk organisasi & kesenian daerah pengembangan diri
ISSU KUNCI
1
NAMA
Sabran (Lamseunia) Nurbaiti (Lamseunia)
PESERTA/ STAKEHOLDER
Tokoh Pemuda & Perempuan
NO
Tabel 3. Analisa Pemangku Kepentingan (Pertemuan Pertama)
DisHut
BPDAS Kr. Aceh
DPRD
ESP
Juli Ermiansyah Putra PeNA Foundation Edison Yusuf Iswantoro
IRD
15
16
17
18
19
Membantu kelancaran program dan ide-ide untuk pembuatan kurikulum
Kerjasama dan dukungan keamanan
POTENSI KONTRIBUSI
Sosialisasi program
Kesejahteraan masyarakat
Perlindungan Hutan Pelestarian Hutan Pemanfaatan Hutan Pemberdayaan Masyarakat Pendidikan Lingkungan Pemberdayaan ekonomi masyarakat
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
Link program
Pengelolaan DAS, Kesehatan Lingkungan, Ketersediaan Air Bersih
Sari Tobing (Comunication Staff)
22
kerjasama
Dukungan Staff
Mendukung kegiatan yang berhubungna dengan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat
Mendukung program Kampanye Bangga
Ikut terlibat dan bekerja sama, terutama program kampanye
Akan memberikan masukan untuk Deragulasi kebijakan pembuatan peraturan (Qanun) pengelolaan SDA di NAD
Pengelolaan kawasan yang lebih baik
Peraturan Daerah (Qanun) Anggaran Daerah
Ir. Hamdani Hamid (Komisi B DPRD NAD)
Integrasi kegiatan dan dana
Data Rehabilitasi DAS
Arahan dan kebijakan pengelolaan DAS di Nanggroe Link program Aceh Darussalam.
berkontribusi dalam program, baik dalam bentuk data maupun pendampingan
Keterlibatan dlm program Integrasi program dan kerjasama terutama dlm hal monitoring program
Keterlibatan dalam program terutama dalam hal monitoring program
integrasi dgn kurikulum, pelatihan guru, keterlibatan langsung
Penegakan hukum
KONSEKUENSI
Ir. Muswir Aiyub (Ka BPDAS)
Link program
Akan membantu dlm hal informasi data kehati & Intergrasi program dukungan serta link program
14
Arahan dan kebijakan Ir. Hanifah Affan (Kadishut pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan di NAD) Nanggroe Aceh Darussalam.
Arahan dan kebijakan pelestarian sumberdaya alam Nanggroe Aceh Darussalam.
BKSDH
13
Andi Basrul (Ka BKSDA NAD)
Pembuatan kurikulum ABD Malik (SD Leupung) Pendidikan lingkungan usia dini Kerjasama dlm bidang pendidikan lingkungan
Kepala Sekolah Dasar (SD)
Jaminan keamanan
MINAT/MOTIF
9
Kejahatan Lingkungan Operasi Pemberantasan Ilegal Logging
ISSU KUNCI
Ipda Murtala (Lhoknga) Atep Suhendi, SH (Leupung)
NAMA
KAPOLSEK
PESERTA/ STAKEHOLDER
8
NO
UN HABITAT
PESERTA/ STAKEHOLDER NAMA
Pembangunan rumah
ISSU KUNCI
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
20
NO
Kenyamanan dan kesejahteraan
MINAT/MOTIF
23
kerjasama
POTENSI KONTRIBUSI
Mendukung kegiatan sesuai dengan kegiatan pembangunan yang sedang dilakukan
KONSEKUENSI
3. MODEL KONSEP AWAL EKOSISTEM HUTAN KUEH, LHOKNGA, DAN LEUPUNG Kondisi yang menjadi target di kemukiman Kueh dan Leupung, Aceh Besar adalah ”ekosistem hutan” nya. Hutan di Kueh dan Leupung merupakan sumber ekonomi bagi masyarakat dan juga merupakan sumber air bagi kehidupan mereka, selain kelimpahan flora dan fauna tentunya. Beberapa kegiatan yang berlangsung di dalam dan sekitar kawasan hutan Kueh dan Leupung cenderung mengancam kelestarian ekosistem hutan yang terdapat di wilayah utara barat daya provinsi Nanggroe Aceh Darussalam ini. Kegiatan berupa penebangan liar, pembukaan lahan, galian C, kebakaran hutan, merupakan ancaman yang langsung mempengaruhi kelestarian hutan di Kueh dan Leupung ini. Berdasarkan tiga kriteria dampak ancaman (Area, Intensitas dan Urgensi) telah dapat diidentifikasi 3 ancaman terbesar bagi ekosistem ini : peringkat pertama adalah penebangan liar ; peringkat kedua, kebakaran hutan; dan peringkat ketiga yaitu galian C. Maraknya kegiatan penebangan liar didorong oleh tuntutan kebutuhan ekonomi, kurangnya sosialisasi tentang pemanfaatan sumberdaya hutan secara berkelanjutan dari instansi terkait dan juga karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat akan dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut. Selain itu, rendahnya pendapatan masyarakat menyebabkan masyarakat masih berpikir untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, sumber daya alam merupakan yang paling mudah menghasilkan uang, karena tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat cenderung rendah maka kegiatan yang mengancam kehidupan mereka dan generasi yang akan datang terus mereka lakukan. Terbitnya UU No 5 tahun 1979 tentang pemerintahan desa telah memberi kontribusi yang nyata pada penurunan fungsi serta peran dari lembaga adat yang ada di Aceh, fungsi beberapa jabatan pemangku adat menjadi tidak berjalan bahkan hilang seperti Imum mukim, petua Seunebok (petua kebun), pawang uteun (petua hutan) dan beberapa lembaga lainnya. Fungsi dan peranan lembaga serta aturan adat terbukti dapat berjalan dengan baik sebelum keluarnya UU No 5/1979, Imum sangat dihargai dan dihormati, begitu juga lembaga-lembaga yang ada sehingga semuanya menjadi serba teratur dan tertib sesuai dengan nilai-nilai kearifan masyarakat lokal. Dengan hilangnya pengakuan, fungsi serta peran dari lembaga-lembaga tersebut maka aturan-aturan yang sebelumnya berlaku dan diterapkan dengan baik pada saat ini tidak berfungsi dan sudah tidak ada penerapannya lagi. Dikarenakan oleh rendahnya penerapan serta penegakan hukum dan juga tidak berfungsinya lembaga adat, maka kegiatan-kegiatan ilegalpun dilakukan dengan sangat terbuka seperti penebangan, galian C, pembakaran lahan dan hutan. Pemanfaatan sumber daya alam dengan cara yang tidak ramah lingkungan terus dilakukan pada kawasan hutan di utara barat daya Nanggroe Aceh Darussalan, ini akan merusak keberadaan kawasan hutan sebagai daerah tangkapan air serta akan berakibat pada penurunan daya dukung lingkungan, dan pada akhirnya habitat satwa pun terusik sehingga gangguan binatang liar terhadap sumber pendapatan (kebun, ternak dll) dan keselamatan masyarakat juga mengalami peningkatan. Model pemikiran dan narasi ini didasarkan pada pertemuan stakeholder pertama yang dilakukan di Meunasah gampong Lamseunia pada tanggal 30 September 2006. Pertemuan ini dihadiri oleh keuchik Lamseunia, Keuchik Deah Mamplam, Keuchik Naga Umbang, Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
24
Keuchik Meunasah Bak U, tokoh masyarakat dari Pulot, wakil pemuda Lamseunia, pulot, Naga Umbang, guru SD Leupung, Polsek Leupung, staf Komunikasi ESP-USAID, tokoh perempuan Lamseunia, Imum Meunasah, sementara pihak lain yang juga diundang seperti Keuchik Layeun, polsek Lhoknga, Camat Leupung dan Lhoknga, Instansi teknis (Dishut, BKSDH, BPDAS NAD), WWF, WSM (ESP) sangat disayangkan karena mereka tidak datang, khusunya kepada instansi teknis yang seharusnya dapat menyerap masukan serta informasi yang paling berharga dari masyarakat dalam rangka mewujudkan pengelolaan sumber daya hutan berbasis masyarakat. Gambar 4. Model Konsep Awal
Pendapatan rendah
Kebakaran hutan
Bahan pangan kurang
Ekonom i
P endidikan rendah
Kurang pengetahuan
Pengam bilan pasir
Pengam bilan batu
Galian C Kurang kesem patan kerja Kurang sosialiasi Pem balakan
Sungai tidak dikelola
Hutan Leupung & Kueh
Polusi air Alih fungsi hutan
Kurang penjangkauan Penegakan hukum
Gangguan satwa Lem baga Adat
Adat/Hukum Adat
Legenda: Target condition
Direct factor
Indirect factor
Contributing factor
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
25
4. FOCUS GROUP DISCUSSION 4.1
Proses FGD
Diskusi kelompok terfokus yang dilaksanakan oleh Tim PeNA merupakan salah satu rangkaian kegiatan pra Kampanye Bangga untuk kawasan DAS Kr. Aceh serta DAS Kr. Geupu. Pelaksanaan FGD dilaksanakan dengan tujuan untuk menghimpun data serta mempertajam Imformasi awal yang telah dihasilkan pada saat pelaksanaan Stakeholder Workshop yang telah dilaksanakan sebelumnya. Factor langsung yang menjadi ancaman kelestarian hutan di kawasan DAS Kr. Aceh dan DAS Kr. Geupu yang telah teridentifikasi saat pelaksanaan Stekaholder Workshop ádalah Penebangan Liar, Kebakaran Hutan serta Galian C. Pelaksanaan diskusi ini diawali dengan pembentukan tim pelaksana diskusi kelompok terfokus. Setelah tim terbentuk, selanjutnya Manajer Kampanye bersama anggota tim lain mendiskusikan kerangka pelaksanaan FGD termasuk penentuan kriteria peserta, jumlah peserta, jumlah diskusi serta merancang pertanyaan panduan yang digunakan untuk menjawab beberapa hal yang menjadi tujuan pelaksanaan diskusi/penelitian. Rumusan yang dihasilkan oleh tim serta Manejer Kampanye dari PeNA selanjutnya dikonsultasikan kepada pihak Rare sehingga menghasilkan kerangka perencanaan diskusi kelompok terfokus yang akan dijalankan. Tim pelaksana FGD selanjutnya melakukan koordinasi dengan para pihak, baik itu di tingkat kecamatan maupun aparatur desa. Selanjutnya personil tim yang menjadi penghubung melakukan koordinasi dengan para peserta sesuai dengan kriteria serta jumlah peserta yang telah di tetapkan sebelumnya. Peran serta dukungan di tingkat desa sangat membantu menemukan peserta sesuai dengan kriteria yang telah kita tentukan. Melihat isu yang akan dibicarakan dalam FGD, masyarakat yang kita undang untuk menghadiri diskusi merasa kawatir akan resiko yang akan diterima, terutama para pelaku penebangan liar. Mereka khawatir bahwa tim pelaksana FGD merupakan bagian dari orang yang disusupkan untuk menjadi informan yang mengawasi kegiatan penebangan yang mereka lakukan. Tim mencoba memberikan penjelasan dan gambaran tentang apa sebenarnya yang menjadi tujuan pelaksanaan kegiatan diskusi ini sehingga mereka bisa menerima mengerti. Tim pelaksana juga melakukan simulasi diskusi di kantor PeNA untuk mencoba melihat bagaimana proses memfasilitasi FGD oleh masing masing anggota tim yang bertugas sebagai fasilitator/moderator diskusi dan juga peranan dari komponen lain yang terlibat dalam pelaksanaan FGD nantinya. Dalam pelaksanaannya, walaupun topik pembicaraan dalam diskusi tentang faktor langsung yang menjadi ancaman kerusakan hutan, namun dari peserta muncul keinginan serta pernyataan untuk melakukan kegiatan rehabilitasi lahan/hutan yang telah rusak. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu perserta FGD, “... kita tidak akan mampu menghentikan kegiatan pengrusakan terhadap hutan kita, mari kita tanami hutan yang telah rusak dengan berbagai tanaman yang bermanfaat, minimal kita telah memperkecil luasan kerusakan hutan kita”
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
26
4.2
Deskripsi Responden
Responden FGD ini terbagi dalam: FGD I (Seubon Keutapang). Kriteria peserta: Laki-laki/Perempuan yang berumur 20 s/d 60 thn, petani pemanfaat lahan/hutan FGD II (Tanjong). Kriteria peserta: Laki-laki/Perempuan yang berumur 20 s/d 60 thn petani pemanfaat lahan/hutan (Penebang) FGD III (Naga Umbang). Kriteria peserta: Laki-laki/Perempuan yang berumur 20 s/d 60 thn, pekerja Galian C dan masyarakat penerima dampak FGD IV (Meunasah Bak U). Kriteria peserta: Laki laki/Perempuan yang berumur 20 s/d 60 thn, petani pemanfaat lahan/hutan FGD V (Lamseunia). Kriteria peserta: Laki-laki/Perempuan yang berumur 20 s/d 60 thn, petani pekerja Galian C dan masyarakat penerima dampak FGD VI (Pulot). Kriteria peserta: Laki-laki/Perempuan yang berumur 20 s/d 60 thn, pengguna dan pemanfaat kawasan hutan
4.3
Hasil FGD
Di dalam kerangka perencanaan sudah ditetapkan bahwasanya tujuan utama pelaksanaan FGD adalah untuk memahami strategi masyarakat dalam pemanfaatan hasil hutan yang lestari (10 tahun kedepan). Adapun pertanyaan intinya adalah apa saja yang dilakukan masyarakat untuk menunjang ekonomi keluarganya dan dampak apa yang ditanggung oleh mereka terhadap kegiatan pemanfaatan hasil hutan yang telah mereka lakukan. Berikut ini rincian pertanyaan FGD yang diajukan kepada para peserta Tabel 4. Pertanyaan yang diajukan dalam diskusi : Struktur Pertanyaan
Tema 1: Penebangan hutan
Tema 2: Galian C
Tema 3: Kebakaran hutan
Pertanyaan Pembuka
Silakan sebutkan nama Anda dan pengalaman menarik yang Anda alami dalam dua hari ini
Silakan sebutkan nama Anda dan pengalaman menarik yang Anda alami dalam dua hari ini
Silakan sebutkan nama Anda dan pengalaman menarik yang Anda alami dalam dua hari ini
Pertanyaan Pengantar
Apa saja bentuk kegiatan yang umum dilakukan oleh masyarakat dalam pemanfaatan hasil hutan.
Bagaimana umumnya penggalian pasir (galian C) dilakukan?
Apa pendapat Anda mengenai kebakaran hutan yang terjadi belakangan di kawasan hutan di kemukiman Kueh & Leupung ?
Pertanyaan transisi
Apa yang mendorong Bapak memilih melakukan kegiatan penebangan hutan? Jika Anda membandingkan kondisi hutan/lahan sekarang dengan 5 atau 10 tahun yang lalu (tidak termasuk tsunami) apa yang membedakan?
Apakah kegiatan Galian C dapat menghidupi atau memberikan dukungan ekonomi bagi keluarga? Menurut Saudara, faktor apasaja yang mendorong orang untuk melakukan kegiatan Galian C? Apakah ada kegiatan alternative yang lain?
Menurut Sdr, mengapa kebakaran hutan masih terjadi ? Jika Anda membandingkan kondisi hutan/lahan sekarang dengan lima atau sepuluh tahun yang lalu (tidak termasuk tsunami) apa yang membedakan?
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
27
Pertanyaan Kunci
Sebesar apa kegiatan penebangan hutan dapat mempengaruhi langsung ekonomi keluarga? Manfaat apa yg dirasakan masyarakat dari kegiatan penebangan? Dampak negatif apa yang dirasakan masyarakat dari kegiatan penebangan? Menurut Anda, bagaimana kegiatan tersebut dapat mempengaruhi ketersediaan air Kr.Geupu?Apa saja pengaruhnya? Apa saja yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memenuhi ekonomi keluarga selain dari penebangan kayu? Pengetahuan apa yang Anda perlukan untuk menjamin ketersediaan air bersih dari Kr. Geupu?
Sebesar apa pengaruh kegiatan galian C terhadap ekonomi keluarga. Manfaat apa yang dirasakan masy dari kegiatan galian C?. Dampak apa yang dirasakan masy akibat kegiatan galian C? Bagaimana kegiatan tersebut dapat mempengaruhi ketersediaan air Kr.Geupu? Apa saja pengaruhnya? Apa saja yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga selain kegiatan galian C? Pengetahuan apa yang Anda perlukan untuk ketersediaan air bersih dari Kr. Geupu?
Sebesar apa pengaruh langsung kebakaran hutan terhadap ekonomi keluarga. Manfaat apa yang dirasakan oleh masyarakat kebakaran hutan? Kerugian apa yang Anda rasakan jika terjadi kebakaran hutan Konsekuensi apa yang akan dirasakan jika kebakaran hutan terus terjadi? Bagaimana terhadap kesejahteraan hidup Anda? Bagaimana pengaruh kebakaran hutan terhadap ketersediaan air Kr. Geupu? Apa saja pengaruhnya? Pengetahuan apa yang Anda perlukan untuk ketersediaan air bersih dari Kr. Geupu?
Pertanyaan Penutup
Menurut Saudara, hewan apa yang kira-kira 10 tahun yang lalu masih banyak dijumpai dan sekarang sudah sulit ditemui? mengapa hal itu bisa terjadi? Sebutkan hewan yang unik dan endemik yang dapat mewakili sumber dayaalam & masyarakat di sini. Menurut Anda, cara tepat yang dapat kita lakukan untuk melestarikan hutan kita sehingga dapat dimanfaatkan sampai ke anak cucu kita nantinya (minimal 10 ke depan)
Menurut saudara, hewan apa yang kira-kira 10 tahun yang lalu masih banyak dijumpai dan sekarang sudah sulit ditemui? mengapa hal itu bisa terjadi? Sebutkan hewan yang unik & endemik yang dapat mewakili sumber dayaalam & masyarakat di sini. Menurut Anda, adakah cara yang tepat & dapat kita lakukan untuk melestarikan hutan kita sehingga dapat dimanfaatkan sampai ke anak cucu kita nantinya (minimal 10 ke depan)
Menurut saudara, hewan apa yang kira-kira 10 tahun yang lalu masih banyak dijumpai dan sekarang sudah sulit ditemui? mengapa hal itu bisa terjadi? Sebutkan hewan yang unik & endemik yang dapat mewakili sumber dayaalam & masyarakat di sini. Menurut Anda, adakah cara yang tepat & dapat kita lakukan untuk melestarikan hutan kita sehingga dapat dimanfaatkan sampai ke anak cucu kita nantinya (minimal 10 ke depan)
4.4
Konsensus
Dari hasil pelaksanaan seluruh FGD, ada beberapa kesamaan pandangan dari para peserta akan beberapa hal yang berkaitan dengan ancaman bagi kelestarian hutan yang terdapat dikawasan kemukiman Kueh dan Leupung, yaitu : 1. Kegiatan penebangan merupakan ancaman terbesar bagi kelestarian hutan serta masyarakat yang terdapat di kemukiman Kueh & Leupung. Kegiatan penebangan kayu di hutan yang dilakukan oleh beberapa orang telah menimbulkan dampak yang negatif bagi masyarakat yang lebih banyak. Hal ini seperti yang disampaikan oleh bapak Drs.H. Adi YS dalam diskusi terfokus yang dilaksanakan di Meunasah Pulot, “... saya lahir di desa Lamseunia dan sekarang tinggal di Desa Menasah Bak’u, kami sebagai masyarakat sangat merasakan dampak dari penebangan liar, dahulu Lamseunia tidak pernah banjir, sekarang banjir sudah menjadi ancaman bagi masyarakat Lamseunia”. Demikian juga halnya yang disampaikan M Yusuf dalam diskusi terfokus di Meunasah Tanjong Pak Yusuf, “... penebangan ini dilakukan hanya oleh beberapa orang, manfaat kegiatan penebangan yang bakalan diterima masyarakat banyak hanya bencana yang ditimbulkan dikemudian hari”. Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
28
2. Terjadinya kebakaran hutan dipicu oleh adanya kegiatan pembukaan lahan/hutan. Pembersihan area lahan/hutan yang ditebang/dibuka biasanya dilakukan dengan cara membakar. Walaupun sebahagian sudah membuat sekat bakar namun api yang membesar tetap sulit untuk di kendalikan. Menurut pendapat M Juned BTM peserta FGD di Meunasah Bak U, “... mereka yang membuat ladang-ladang di hutan, menebang kayu dan kemudian dibakar dan pada akhirnya api tidak bisa terkendali maka terjadilah kebakaran”. Selanjutnya Syamsuddin dari Lamseunia menambahkan bahwa “... biasanya disaat membuka lahan kami sudah membuat skat bakar, ya tapi kadang-kadang kebakaran itu sendiri juga tidak dapat terelakkan dengan kata lain tetap terjadi”. 3. Galian C yang dilakukan oleh masyarakat setempat masih dalam skala kecil, seperti yang diakui oleh Dedi Alfian peserta dari Naga Umbang yang bekerja sebagai pengambil batu gunung, “... ya kalau yang dilakukan disini masih secara alam, khususnya dimukim Kueh ini, misalnya pengambilan batu yang saya lakukan masih menggunakan linggis, ya kalau kami katakan masih secara tradisioanal”. Walaupun pada kenyataannya itu juga ada yang melakukan pengambilan batu secara besar besaran terutama pasca tsunami. 4. Masyarakat memahami bahwa kegiatan penebangan, kebakaran hutan, galian C serta pembukaan lahan menimbulkan kerugian, kerusakan lingkungan sekitarnya serta terutama masalah ketersediaan air. Anwar peserta dari desa Kueh berpendapat bahwa “... menurut saya penebangan liar harus bisa kita atasi bersama karena walaupun penebangan itu dilakukan secara kecil-kecilan tetapi lama-kelamaan akan berakibat buruk bagi alam dan juga manusia”. Selanjutnya, Bpk Suwandi, peserta lainya yang berasal dari desa Lamseunia menyatakan bahwa “... selama ini kami sangat susah air, dan air tidak bisa lagi dipergunakan melalui jaringan irigasi untuk persawahan, sehingga masyarakat menunggu hujan untuk menanam padi agar kebutuhan air tercukupi”, dan Ibu Sulasmi dari Lamseunia berpendapat bahwa “... galian C dapat merusak lingkungan”. Usman dari desa Naga Umbang menyatakan ”... menurut analisa saya, yang sudah terjadi dari kegiatan Galian C tersebut adalah, pertama rusaknya jalan dan yang kedua banjir seperti yang terjadi didaerah Lhoknga, disaat hujan kemarin itu penuh air”. 5. Kegiatan yang mengancam kelestarian hutan terutama penebangan dan galian C dilakukan karena tuntutan pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Disamping itu, kegiatan ini juga sangat mudah untuk mendapatkan uang, mengingat terjadinya peningkatan permintaan, terutama pasca tsunami, sebagaimana yang disampaikan oleh Bpk Anwar “... jadi seperti ini, memang masyarakat ada yang melakukannya karena alasan ekonomi, tetapi menurut saya, menebang bagi mereka merupakan pekerjaan yang mudah untuk mereka lakukan dan juga akan mendapatkan uang dengan cepat. Sementara jika bertani atau berkebun mereka harus menunggu panen, kalau menebang mereka bisa panen terus…. Sementara kita, yang tidak ikut menebang juga akan panen, panen bencana maksud saya”. Hal ini juga di perkuat dengan pernyataan Bpk Zainuddin dari Deah Mamplam yang menyikapi maraknya aktifitas galian C, “... kalau menurut saya kita melakukan kegiatan galian C menurut situasi yang terjadi, mungkin untuk saat ini khususnya di Aceh masih pada tahapan rekontruksi, dan pada galian c itu merupakan bahan baku untuk rekontruksi itu sendiri, jadi wajar saja kalau aktivitas galian c lagi maraknya untuk di lakukan. Ya karena itu merupakan realita yang terjadi sekarang ini”. 6. Terjadinya perubahan kondisi lingkungan/hutan yang terdapat di kawasan Kueh & Leupung. Menurut bapak M Juned BTM “yang jelas sangat berbeda jika dibandingkan dengan sekitar tahun 56 dulu, sekarang hutan sudah mulai tandus, tanah tidak subur lagi dan yang parah lagi jika terjadi hujan pasti akan banjir paling tidak air sungai pasti Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
29
keruh”. “Ya, rotan juga sudah tidak banyak lagi seperti dulu, karena kami disini juga mencari rotan, namun sekarang sudah agak susah dibandingkan beberapa tahun yang lalu, mungkin 15 tahun yang lalu” Syamsuddin dari Lamseunia menambahkan. 7. Adanya keinginan serta harapan dari masyarakat untuk melakukan perbaikan kedepan, dan juga perlunya dilakukan rehabilitasi kawasan hutan yang telah rusak, sebagaimana yang disampaikan oleh Bpk Abdurrahman, “... saya mengharapkan hutan kita ini tetap terjaga, perlu adanya reboisasi kembali terhadap lahan-lahan yang sudah rusak dengan tanaman produktif yang memberikan hasil yang bermanfaat bagi masyarakat”. Selanjutnya Hasbi menyatakan bahwa “.. sebahagian besar harapan saya sama dengan kawan yang lain, apa yang kita nikmati saat ini harus dapat juga dirasakan oleh anak cucu kita, jangan mewariskan bencana bagi mereka. Saya ingin mereka juga dapat menikmati kekayaan alam ini. Sementara itu Adi, salah seorang peserta diskusi yang lain menyatakan pengharapannya, “... kami sangat mengharapkan HPH tidak lagi diberikan izin di daerah ini sehingga nantinya hutan bisa dikelola bersama oleh masyarakat sendiri dan terbentuk sebuah undang-undang atau peraturan tentang permanfaatan hasil hutan yang baik serta manfaatnya dirasakan oleh orang banyak”.
4.5
Perbedaan Pendapat
Ada di antara masyarakat yang menyatakan bahwa hutan yang ada di Lhoknga dan Leupung memang ada perbedaan antara sekarang dan dengan 10 tahun yang lalu. Sekarang sudah semakin buruk dibandingkan 10 tahun yang lalu, ini dikarenakan 10 tahun yang lalu kita dalam keadaan konflik jadi orang-orang tidak berani sembarangan ke hutan. Namun demikian ada juga yang mengatakan hutan kita biasa saja tetap saja masih bagus dan kayu-kayunya pun masih banyak. Tapi yang jelas Pak Abdullah dari Pulot Leupung tetap bersikeras dan mengatakan bahwa “... hutan kita sekarang sudah sangat rusak, ini dapat kita lihat di Kr. Sarah/Geupu jika terjadi hujan pasti akan langsung banjirn begitu juga dengan jalan-jalan yang ada di Leupung ini”. Selanjutnya Syamsuddin dari desa Lamseunia mencoba memberi solusi dan menyatakan bahwa ”... penebangan harus diperkecil atau kalau bisa dihentikan dan kemudian memberikan kepada mereka pekerjaan lain yang bisa membuat mereka mampu menghidupi keluargannya, kemudian galian C kalau bisa kita suruh tutup saja jadi sungai kita tidak rusak terus, karena galian C ini sangat berpengaruh kepada air, dulu sungai tidak luas dan air pun banyak, sekarang setelah seringnya dilakukan pengambilan pasir dan batu itu dilakukan maka sungai semakin luas dan air pun menjadi sedikit”. Terhadap terjadinya kelangkaan dari beberapa jenis satwa maupun tumbuhan juga terdapat perbedaan pendapat, Bpk Yusri Budiman menyatakan bahwa “... punahnya burung dan tumbuhan bukan disebabkan oleh pelaku penebangan akan tetapi merupakan ulah para oknum yang menangkap secara besar-besaran. Dan pada umumnya yang melakukan adalah orang luar yang masuk ke wilayah kita”. Namun sdr Anwar berpendapat lain dan menyatakan bahwa “... banyaknya pohon yang ditebang telah berakibat pada semakin sedikitnya makanan dan juga tempat bersarang burung dan juga binatang yang lain”
4.6
Perbedaan Pengalaman
Dampak kerusakan alam berupa bencana banjir hanya di alami oleh masyarakat yang berada di sekitar DAS sementara yang berada di pinggiran hutan serta gunung lebih sering mengalami bencana berupa tanah longsor serta gangguan binatang buas. Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
30
4.7
Ide-ide Lain
Ada beberapa gagasan serta saran menarik untuk ditindaklanjuti yang telah disampaikan oleh masyarakat kepada tim pelaksana FGD, antara lain adalah: 1. Perlunya dilakukan kegiatan penanaman berbagai jenis tanaman yang bermanfaat bagi masyarakat pada pekarangan rumah serta kawasan hutan yang telah rusak, dengan harapan lahan yang telah dibuka serta ditelantarkan dapat kembali produktif dan pada akhirnya ketergantungan masyarakat pada kegiatan yang mengancam kelestarian alam/hutan yang selama ini mereka lakukan dapat ditinggalkan. 2. Penyuluhan tentang dampak yang akan ditimbulkan oleh kegiatan penebangan, pembukaan lahan, kebakaran hutan serta galian C. 3. Menghidupkan kembali aturan serta kearifan lokal yang dulunya pernah berlaku dengan efektif di kalangan masyarakat Kueh dan Leupung. 4. Penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran. 5. Izin pemanfaatan hasil hutan berupa kayu jangan diberikan lagi untuk kawasan hutan Keuh serta Leupung.
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
31
5. SURVEI MASYARAKAT PRA-KAMPANYE 5.1 Proses Survei Sebelum dimulainya pelaksanaan survei, Manajer Kampanye bersama dengan staf PeNA mencoba menyusun kerangka perencanaan survei, termasuk didalamnya penyusunan pertanyaan, penentuan jumlah responden baik itu untuk kelompok target maupun masyarakat kelompok kontrol. Hasil perencanaan awal ini dikonsultasikan kepada pihak Rare Indonesia untuk mendapatkan masukan serta saran guna perbaikan kerangka perencanaan survey yang telah kami susun. Setelah daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada responden survei ini selesai disusun dan mendapat persetujuan dari pihak Rare Indonesia. Selanjutnya dilakukan simulasi survei bersama anggota tim survei. Survei Pra Kampanye Bangga Melestarikan Alam dilaksanakan mulai pada tanggal 26 Nov s/d 2 Des 2006. Dalam pelaksanaan, berdasarkan penghitungan statistik, dengan jumlah populasi sebesar 23.147 jiwa maka jumlah sampel responden untuk tingkat kepercayaan (LOC) 95% dan interval (CI) + 5 poin adalah sebanyak 378 responden. Namun untuk mengantisipasi jumlah kuisioner yang tidak valid (sah) untuk dianalisa nantinya maka jumlah sampel yang diambil adalah 442 responden. Responden kelompok target ini berasal dan menetap di kemukiman Kueh, Lhoknga serta Leupung. Kemukiman Kueh terdiri dari desa Naga Umbang, Lambaro Kueh, Kueh, Lam Ateuk, Aneuk Paya, Lamgaboh, Tanjong, Seubun Keutapang, Seubun Ayon, Lambaro Seubun, serta Nusa, dan Kemukiman Lhoknga terdiri dari desa Mon Ikeun, Weuraya, Lam Kruet dan Lampaya. Kemukiman Leupung terdiri dari desa Layeun, Pulot, Lamseunia, Meunasah Mesjid, Meunasah Bak U serta Deah Mamplam. Sementara itu, 100 orang yang berasal dan menetap di Kemukiman, Blang Me, Glee Bruek, Lhoong Kecamatan Lhoong Aceh Besar menjadi responden yang mewakili kelompok kontrol bagi survei program Kampanye Bangga Melestarikan Alam. Gambar 5. Proses Pelatihan Enumerator Survei (kiri) dan Pelaksanaan Interview (kanan)
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
32
Secara keseluruhan, responden yang diwawancarai dalam survei ini berjumlah 547 orang (total jumlah responden kelompok target dan kelompok kontrol). Sebanyak 5 orang responden tidak bersedia untuk menyelesaikan proses wawancara yang dilakukan oleh enumerator. Tetapi target responden tetap terpenuhi, yaitu sebanyak 542 orang responden. Dalam pelaksanaan survei, ternyata banyak hal yang terjadi di luar rencana. Misalnya yang dialami oleh enumerator yang bertugas di desa Lamgaboh Kemukiman Kueh, Enumerator tidak di izinkan untuk melakukan wawancara oleh pihak Mantan GAM/KPA. Namun setelah enumerator di dampingi suvervisor menjelaskan kepada “oknum” tersebut bahwa kita telah melakukan koordinasi dengan pejabat pemerintah setempat, baik itu di tingkat desa maupun kecamatan, enumerator kembali dapat menjalankan tugasnya sebagaimana yang direncanakan. Larangan untuk melakukan survei juga dialami oleh enumerator yang melakukan survei di desa Mon Ikeun, dengan alasan mereka bosan dengan pihak NGO yang datang hanya untuk mengambil data saja tanpa menyalurkan bantuan. Tetapi setelah diberikan penjelasan bahwa survei ini bukan untuk mendata kebutuhan bagi penyaluran bantuan, tetapi lebih pada upaya bersama yang perlu untuk kita lakukan ke depan guna perbaikan serta pemanfaatan sumberdaya alam yang kita miliki, lagi-lagi mereka kembali bersedia untuk diwawancarai. Hambatan atau larangan bagi enumerator untuk melakukan wawancara tidak hanya terjadi di wilayah desa target. Di desa Lamsuejen yang merupakan wilayah kelompok kontrol, enumerator juga mengalami hal yang sama. Upaya diplomasi kembali dilakukan, negosiator (rekan Fadlan dari lembaga Green Camp) menjalankan fungsinya. Wawancara kembali dapat dilaksanakan sesuai dengan target responden yang diinginkan. Dari berbagai kejadian diatas, kita dapat mengambil suatu pembelajaran, bahwa apa yang telah direncanakan tidak selamanya berjalan sesuai rencana, dan koordinasi antar berbagai pihak sangat diperlukan.
5.2 Gambaran Demografis Responden 5.2.1 Desa Target Lebih dari 50% responden berjenis kelamin laki-laki. selanjutnya, secara keseluruhan kelompok umur dari responden terdistribusi hampir merata antara kelompok umur 2029 tahun (31,4%), 30-39 tahun (29,0 %) dan 40-49 tahun (19,5 %). Gambar 6. Proporsi Jenis Kelamin Responden Desa Target (N=442)
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
33
Gambar 7. Proporsi Serta Tingkatan Usia Responden Desa Target (N = 442)
Sekitar 70% responden desa target pernah mengikuti serta mendapatkan pendidikan menengah (tamat SMP/SMA). Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan verbal seperti baca dan tulis dimiliki oleh responden. Tabel 6 menggambarkan tingkat pendidikan responden dimasing-masing kemukiman. Adapun tingkat pendidikan dari responden yang terbanyak adalah tamat SMA, kedua tamat SMP, sedangkan lainnya memiliki tingkat pendidikan bervariasi yaitu tamat SD, tidak tamat SD, perguruan tinggi, Diploma dan bahkan tidak sekolah. Tabel 5. Proporsi serta Tingkatan Pendidikan Responden Desa Target (N = 442) Apa pendidikan terakhir Bapak/Ibu/Sdr/Sdri
Kemukiman : Kueh
Leupung
Lhoknga
Total
Tamat SMA/sederajat
41.4%
21.3%
57.1%
39.6%
Tamat SLTP/sederajat
24.3%
48.7%
17.1%
30.3%
Tamat SD/sederajat
15.1%
27.3%
12.1%
18.3%
Tidak tamat SD/sederajat
11.8%
2.7%
4.3%
6.3%
Other
7.2%
0.0%
9.3%
5.4%
Totals
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Dari 442 responden, yang memiliki pekerjaan sebagai petani sebesar 46,1%. Sedangkan sebagian besar responden tidak memiliki pekerjaan tetap, yaitu sebesar 74,4 % dan Ibu rumah tangga 72,7% yang tersebar di tiga kemukiman kelompok target. Tabel 6. Proporsi Serta Jenis Pekerjaan Responden Desa Target (N = 442) Pekerjaan Utama
Kemukiman Kueh
Leupung
Lhoknga
Tidak memeiliki pekerjaan tetap
28.3%
14.7%
31.4%
Ibu Rumah Tangga
16.4%
32.0%
24.3%
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
34
Petani
22.4%
18.0%
5.7%
Buruh
4.6%
10.0%
6.4%
Pelajar/Mahasiswa
9.9%
0.7%
10.0%
Dagang
6.6%
6.0%
7.1%
Nelayan
0.7%
13.3%
5.0%
Pegawai Negeri
5.9%
0.7%
5.0%
Tidak bekerja
1.3%
2.7%
1.4%
Lain – lain
3.9%
2.0%
3.6%
5.2.2 Kelompok Kontrol Dari 100 responden kelompok kontrol, survei berhasil menyasar laki-laki sebanyak 69 orang (69,0 %) dan sisanya sebanyak 31 orang (31,0 %) adalah perempuan. Gambar 8. Proporsi Jenis Kelamin Kelompok Kontrol (N=100)
Responden yang memiliki usia 30 – 39 tahun merupakan kelompok umur terbanyak yang menjadi responden dari kelompok kontrol, yaitu sebesar 36,0 % (N=100), dan hanya sebahagian kecil responden yang memiliki umur diatas 60 tahun yaitu sebanyak 2,0 % (N=100). Gambar 9. Proporsi serta Tingkatan Usia Responden Kelompok Kontrol (N=100)
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
35
Tingkat pendidikan responden yang terbanyak adalah tamat SMP (33%), kedua tamat SMA (29%), sedangkan lainnya memiliki tingkat pendidikan bervariasi yaitu tamat SD (23%), tidak tamat SD (13%), 2% lainnya tamat perguruan tinggi, diploma dan tidak sekolah. Bidang pekerjaan yang digeluti responden kelompok kontrol mayoritas adalah petani yang mencapai angka 42,0 % (N=100), selanjutnya tidak memiliki pekerjaan tetap, ibu rumah tangga, buruh, pedagang dan lainnya.
5.3
Pilihan dan Jenis Media
5.3.1 Desa Target Hasil survei menunjukkan bahwa 74,9 % responden memiliki kebiasaan mendengar radio. Sementara kebiasaan membaca koran dilakukan oleh 55,5 % responden. Radio dan koran adalah media yang nantinya akan digunakan untuk menyampaikan pesan pesan konservasi kepada masyarakat. Namun demikian secara terperinci Leupung akan banyak menggunaka rodio daripada koran karena persentase kebiasaan membaca koran di Leupung hanya 20,7%, sementara untuk wilayah kemukiman Kueh dan Lhoknga akan menggunakan kekuatan radio dan koran pada porsi yang serupa karena persentase keduanya yang hampir seimbang. Gambar 10. Kebiasaan Mendengar Radio Kelompok Target (N=331)
Gambar 11. Kebiasaan Membaca Koran Kelompok Target (N=270)
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
36
Radio Baiturrahman merupakan stasiun radio yang menjadi favorit masyarakat (66,8 %), Dari 331 responden yang memiliki kebiasaan mendengarkan radio, 73,3 % berpropesi sebagai petani dan memilih radio Baiturrahman sebagai stasiun radio favorit mereka untuk didengarkan, hal yang sama juga terjadi pada responden yang berpropesi sebagai ibu rumah tangga serta wiraswasta yang juga memilih stasiun radio Baiturrahman sebagai stasiun radio favorit mereka. Rado Baiturrahman disiarkan di Banda Aceh dengan jenis program acara hiburan (musik), acara keagamaan, berita, kuis dan beberapa acara lainnya. Stasiun radio diurutan kedua yang disukai adalah RRI Banda Aceh yaitu sebesar 38,7% dan urutan ketiga Nikoya dengan total pemilih sebanyak 20,5% dari 331 responden. Jika dilihat dari jenis program yang digemari, maka musik dan berita merupakan acara yang paling banyak diminati oleh responden ketika mendengarkan radio, untuk musik sebesar 72,5% dan berita 48,3%. Tabel 7. Stasiun Radio Favorit Menurut Jenis Pekerjaan Responden Desa Target (N=331) Siaran stasion radio mana saja yang sering Bapak/Ibu/Sdr/Sdri dengar
Total
Pekerjaan utama responden Swasta
IRT
Petani
Baiturrahman
66.8%
66.7%
69.2%
73.3%
RRI
38.7%
41.7%
41.0%
31.1%
Nikoya
20.5%
22.6%
16.7%
8.9%
Lain-lain
43.2%
56.0%
39.7%
33.3%
Tabel 8. Program Acara Yang digemari Responden Desa Target (N=331) Program acara apa yang Bapak/Ibu/Sdr/Sdri sering dengarkan
Pekerjaan utama responden Swasta
Ibu RT
Petani
Lainnya
Musik
70.2%
84.6%
48.9%
75.0%
Berita
54.8%
46.2%
46.7%
46.0%
Acara keagamaan
19.0%
42.3%
40.0%
16.9%
Lain-lain
31.0%
7.7%
15.6%
21.8%
Sedangkan untuk koran, Serambi Indonesia merupakan koran yang sering di baca oleh responden, yang punya kebiasaan membaca koran yang mencapai 96,7 % dari (N=270 orang). Secara umum, musik dangdut dan pop adalah jenis musik yang paling digemari oleh responden. Walaupun demikian terdapat perbedaan urutan referensi untuk setiap kemukiman. Responden di kemukiman Kueh memilih musik dangdut (38,8%) serta pop (41,1%) menjadi jenis musik yang paling banyak digemari oleh responden. Sementara di kemukiman Leupung, jenis musik irama Dangdut dan Qasidah merupakan musik yang paling diminati (untuk dangdut 52,0% dan qasidah 34,0%). Sedangkan untuk Lhoknga 55,0% responden menyatakan menyukai musik pop dan 37,1% menyukai musik dangdut.
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
37
Tabel 9. Jenis Musik yang digemari Responden Desa Target (N=331) Jenis musik yang PALING Bapak/Ibu/Sdr/Sdri senangi?
Total
Kemukiman : Kueh
Leupung
Lhoknga
Dangdut
42.8%
38.8%
52.0%
37.1%
Pop
37.6%
41.4%
17.3%
55.0%
Qasidah
31.7%
32.2%
34.0%
28.6%
Nasyid
12.7%
13.8%
16.7%
7.1%
Rock
10.9%
12.5%
2.7%
17.9%
Lain-lain
22.6%
18.4%
36.7%
12.1%
Untuk jenis kesenian favorit 102,5% responden menyukai Dalail khairat (disini nilai 100% tidak berlaku karena responden diperbolehkan memilih lebih dari satu jawaban) sebagai pilihan pertama, sedangkan pilihan kedua adalah Seudati sebesar 82.8% dan ini disukai oleh ketiga mukim yang menjadi kelompok target kampanye bangga melestarikan alam. Sedangkan pilihan ketiga berbeda sebab dua mukim (Kueh dan Lhoknga) memilih dikee yaitu sebesar 58,5%, sementara kemukiman Leupung pilihan ketiganya adalah hikayat sebesar 28,7%. Tabel 10. Jenis Kesenian Favorit Responden Desa Target (N=442) Apa jenis kesenian yang menjadi favorit Bapak/Ibu/Sdr/Sdri
Total
Kemukiman Kueh
Leupung
Lhoknga
Dalail khairat
34.2%
38.2%
30.0%
34.3%
Seudati
27.6%
31.6%
26.0%
25.0%
Dikee
26.9%
34.9%
22.0%
23.6%
Hikayat
21.7%
14.5%
28.7%
22.1%
Lain-lain
29.4%
27.0%
28.0%
33.6%
Dari 442 responden memiliki tingkat kepercayaaan kepada sumber informasi bervariasi, namun demikian tingkat kepercayaan yang paling tinggi adalah informasi yang bersumber dari guru yaitu 90 % (sangat dipercaya dan dipercaya), diikuti selanjutnya sumber informasi dari anggota keluarga (89,1%) dan tokoh agama (87,6%). Gambar 12. Tingkat Kepercayaan Responden Desa Target kepada Guru (N=442)
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
38
5.3.2 Kelompok Kontrol Radio adalah media yang sering didengar masyarakat (78,0 %). Sementara kebiasaan membaca koran hanya dilakukan oleh 42 orang (42,0 %) responden. Gambar 13. Kebiasaan Mendengar Radio Responden Kelompok Kontrol (N = 100)
Gambar 14. Kebiasaan Membaca Koran pada Kelompok Kontrol (N=100)
Radio Pijar Harapan Lhoong merupakan stasiun radio yang menjadi favorit masyarakat (37,2 %), namun demikian untuk kemukiman Lhoong, mereka memilih radio Baiturrahman sebagai radio favorit (38,9%). Sedangkan untuk koran, Serambi Indonesia merupakan koran yang sering di baca oleh 95,2 % responden yang punya kebiasaan membaca koran, Musik (93,5%) dan juga berita (46,8%) merupakan acara yang sering didengarkan masyarakat ketika mendengakan radio, tetapi untuk mukim Blang Me sendiri responden memilih acara keagamaan sebagai acara favorit kedua setelah musik (13,3%). Untuk jenis kesenian tradisional favorit, responden memilih dalil khairat sebagai pilihan pertama (48%) dan pilihan kedua mereka memilih seudati (mukima Glee Bruek), hikayat (mukim Lhoong dan Blang Me), sedangkan pilihan ketiga, dikee (mukim Glee Bruek dan Blang Me) dan Lhoong memilih seudati. Tokoh adat merupakan sumber informasi yang paling dipercayai oleh masyarakat (78,0%), mengalahkan tingkat kepercayaan terhadap informasi yang bersumber dari Anggota keluarga sendiri (75,0%).
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
39
5.4 Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Responden 5.4.1 Desa Target Pengetahuan masyarakat terhadap konservasi sangatlah rendah, konservasi hanya diketahui oleh 11,8 % dari total responden. Sementara sisanya menjawab tidak tahu maksud konservasi. Namun jika kita lihat menurut masing-masing mukim, responden yang berasal dari kemukiman Kueh yang terbanyak mengetahui konservasi, yaitu 19,08 % (N=152) dan selanjutnya di ikuti oleh mukim Lhoknga 13,57 % (N=140) dan yang terkecil adalah mukim Leupung yaitu 2,57 % (N=150). Gambar 15. Pengetahuan terhadap Konservasi Responden Desa Target (N = 442)
Dari keseluruhan responden responden yang mengetahui maksud konservasi (11,8 %), 31,54 % (N=52) menyatakan bahwa konservasi adalah pengelolaan hutan dengan memperhatikan kelestarian hasil dan manfaat, 26,63 % (N=52) mendefinisikan konservasi sebagai pemanfaatan hasil hutan dengan adil dan bijaksana, 22,8 % (N=52) menyatakan bahwa konservasi adalah perlindungan hutan yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air dan hanya 3,2 % (N=52) yang memahami konservasi sebagai tindakan pemanfaatan sumberdaya hutan sebebas bebasnya. Walaupun persentase responden yang mengetahui konservasi relatif kecil, namun yang mengembirakan adalah pemahaman konservasi yang mereka miliki sesuai dengan prinsip-prinsip dasar konservasi. Meskipun tingkat pengetahuan masyarakat akan konservasi masih terlalu rendah, namun masyarakat memiliki apresiasi serta dukungan yang tinggi terhadap pola pemanfaatan sumberdaya hutan yang memperhatikan aspek ekologi. Dari semua Kemukiman lebih dari 50% masyarakat mengatakan setuju terhadap aspek ekologi dalam pemanfaatan hutan. Hal ini setidaknya memberi gambaran bahwa mereka masih mengharapkan keseimbangan antara asas manfaat dan pelestarian sumberdaya alam. Selain itu, kenyataan ini juga member suatu kesimpulan awal bahwa selama ini ada suatu norma atau aturan pemanfaatan alam yang dihormati oleh masyarakat.
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
40
Gambar 16. Pengertian Konservasi Menurut Responden Desa Target (N = 52)
Gambar 17. Dukungan Responden Desa Target Terhadap Pemanfatan Hutan yang Memperhatikan Aspek Ekologi (N = 442)
Kenyataan bahwa telah banyak terjadi praktek pemanfaatan hutan yang merusak diakui oleh masyarakat. Setidaknya, responden meyakini bahwa kegiatan penebangan menjadi penyebab utama kerusakan hutan di daerah kemukiman Kueh, Lhoknga serta Leupung, 80,1 % ((N=442). Selanjutnya, aktifitas pembukaan hutan, kebakaran hutan juga telah memberi kontribusi pada terjadinya kerusakan hutan. Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
41
Tabel 11. Penyebab Utama Kerusakan Hutan yang Diyakini oleh Responden Desa Target (N = 442) Apa kegiatan yang menjadi penyebab utama terjadinya kerusakan hutan di daerah ini
Kemukiman
Total
Kueh
Leupung
Lhoknga
Penebangan
74.3%
75.3%
91.4%
80.1%
Kebakaran hutan
63.2%
46.0%
56.4%
55.2%
Pembukaan lahan/hutan
32.2%
22.7%
22.1%
25.8%
Tidak tahu
9.2%
12.7%
3.6%
8.6%
Perburuan satwa langka
7.9%
4.0%
5.0%
5.7%
Galian C
3.9%
2.7%
7.1%
4.5%
Tidak ada kerusakan sumber daya
3.9%
3.3%
0.0%
2.5%
Penghijauan
0.7%
0.0%
0.7%
0.5%
Lain-lain
1.3%
0.0%
0.0%
0.5%
Berkenaan dengan kerusakan hutan yang terjadi selama ini, 32,6 % dari total responden menyatakan bahwa pihak kehutanan yang paling bertanggung jawab terhadap kerusakan hutan yang terjadi. Meskipun demikian sebanyak 31,9 % responden menyatakan bahwa kerusakan ini merupakan tanggung jawab kita semua serta 17,8 % lainnya menyatakan bahwa yang harus bertanggung jawab adalah masyarakat disekitar kawasan hutan. Fakta ini membuktikan bahwa kesadaran akan tanggung jawab dari kalangan masyarakat untuk menjaga kelestarian alam khususnya hutan yang terdapat diwilayah mereka sudah ada. Kesadaran individu yang baik ini perlu diformulasikan kedalam suatu kesadaran bersama (aksi kolektif) agar seluruh masyarakat mau bersama-sama mendukung upaya konservasi dan pemanfaatan hutan yang berkelanjutan. Tabel 12. Pihak yang Bertanggung Jawab Terhadap Kerusakan Menurut Asumsi Responden Desa Target (N = 442) Siapa yang paling bertanggung jawab atas terjadinya kerusakan sumberdaya hutan yang terdapat diwilayah ini
Kemukiman Kueh
Leupung
Lhoknga
Total
Pihak Kehutanan
27.6%
22.7%
48.6%
32.6%
Kita semua
30.9%
31.3%
33.6%
31.9%
Masyarakat
17.8%
31.3%
7.1%
19.0%
Tidak tahu
16.4%
12.7%
7.9%
12.4%
TNI/POLRI
5.3%
1.3%
2.1%
2.9%
Lain-lain
3.3%
0.7%
0.7%
1.6%
Rusaknya sumberdaya hutan memberikan dampak yang langsung maupun tidak diraskan oleh masyarakat—terutama yang tinggal di sekitar hutan. Berkenaan dengan kenyataan ini, setidaknya 64,3 % responden desa target menyatakan persetujuannya bahwa berkurangnya ketersediaan air dikarenakan semakin rusaknya hutan, bahkan 10,4 % menyatakan sangat setuju. Hanya 16,5 % responden saja yang menyatakan tidak setuju jika kerusakan hutan telah berdampak pada berkurangnya ketersediaan air. Fakta ini dapat dikembangkan menjadi satu pesan kunci yang kuat dalam pelaksanaan Kampanye Bangga. Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
42
Gambar 18. Keyakinan Responden Desa Target akan Keterkaitan Kerusakan Hutan dengan Ketersediaan Air (N =442)
Sebanyak 79,0 % responden menyatakan setuju bahwa jika diterapkan kembali, hukum adat dapat mengatur sistem pengelolaan hutan secara adil dan bijaksana. Hanya terdapat 2,7 % responden yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Kenyataan ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah berada pada tahapan persiapan untuk mengambil aksi dalam proses perubahan perilaku. Dengan adanya dukungan persetujuan dari masyarakat tentang penerapan kembali hukum adat dalam pengelolaan hutan, maka diharapkan upaya pengelolaan hutan secara berkelanjutan dan berbasis masyarakat adat dapat terlaksana dengan baik. Tabel 13. Sikap Terhadap Penerapan Kembali Hukum Adat Responden Desa Target (N=442) Jika diterapkan kembali, hukum adat dapat mengatur sistem pengelolaan hutan secara adil dan bijaksana
Kemukiman : Kueh
Leupung
Lhoknga
Total
Sangat Setuju
13.2%
4.0%
10.0%
9.0%
Setuju
62.5%
92.0%
82.9%
79.0%
Tidak setuju
2.6%
0.0%
2.1%
1.6%
Sangat tidak setuju
2.0%
0.0%
1.4%
1.1%
Tidak tahu
19.7%
4.0%
3.6%
9.3%
Penegakan hukum merupakan salah satu upaya yang perlu dilakukan guna menjaga kelestarian hutan. Dengan tingginya kepercayaan masyarakat akan efektifitas hukum adat dalam pengelolaan hutan maka diharapkan upaya penegakan hukum dapat dilakukan secara bersama oleh seluruh komponen masyarakat. Secara umum masyarakat sutuju bahwa untuk menjaga kelestarian hutan diperlukan penegakan hukum, hal ini dapat dilihat dari jawaban yang mereka berikan.
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
43
Namun demikian, kalau kita melihat berdasarkan Kemukiman, pada urutan pertama mereka mengatakan pemberantasan penebangan liar (53,3 % Kueh dan 54,3 % Lhoknga). Diikuti selanjutnya adalah penegakan hukum (50,0 % dan 45,0 %), dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan (32,9 % dan 36,4 %). Sementara itu di Leupung langkah pertama menurut mereka yang dapat dilakukan adalah penegakan hukum (49,3 %) diikuti pemberdayaan masyarakat sekitar hutan, dan rehabilitasi lahan kritis (24,7 %). Namun jika kita melihat rata-ratanya, penegakan hukum adalah langkah yang menurut mereka diperlukan untuk menjaga kelestarian hutan. Tabel 14. Kegiatan yang Diperlukan Untuk Menjaga Kelestarian Hutan Menurut Responden Desa Target (N=442) Kegiatan apa saja yang diperlukan untuk menjaga kelestarian hutan
Kemukiman : Kueh
Penegakan hukum
50.0%
Pemberantasan penebangan liar Pemberdayaan masyarakat sekitar hutan
Leupung
Lhoknga
Total
49.3%
45.0%
48.2%
53.3%
21.3%
54.3%
42.8%
32.9%
47.3%
36.4%
38.9%
Rehabilitasi lahan kritis
23.0%
24.7%
28.6%
25.3%
Penyuluhan
21.7%
21.3%
25.7%
22.9%
Lain - lain
20.4%
6.0%
12.9%
13.1%
Sebanyak 54,1 % responden menyatakan bahwa jika hasil hutan dapat memberi manfaat bagi orang banyak maka hal ini mencirikan sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang baik. Sementara 40,0 % responden menyatakan jika masyarakat terlibat langsung dalam pengelolaan dan 19,5 % menyatakan jika hasil hutan dapat dinikmati dalam jangka waktu yang lama. Tabel 15. Sistem Pengelolaan Hutan Yang Baik Menurut Responden Desa Target (N = 442) Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, bagaimana sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang baik
Kemukiman : Kueh
Leupung
Total Lhoknga
Memberi manfaat bagi orang banyak
41.4%
63.3%
57.9%
54.1%
Masyarakat terlibat langsung dalam pengelolaannya
46.1%
39.3%
34.3%
40.0%
Hasilnya dapat dinikmati untuk jangka waktu yang lama
19.1%
22.0%
17.1%
19.5%
Tidak tahu
13.2%
5.3%
6.4%
8.4%
Reboisasi
1.3%
0.0%
2.9%
1.4%
Hasil hutan dapat diambil sesuka hati
1.3%
0.0%
0.7%
0.7%
5.4.2 Kelompok Kontrol Maksud konservasi hanya dipahami oleh 10,0 % dari total responen kelompok kontrol. Angka ini dan juga angka yang didapat dari desa target sekali lagi menunjukkan bahwa Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
44
terminologi atau bahkan konsep konservasi masih belum diketahui. Walaupun hal ini juga bukan menjadi suatu kesimpulan bahwa mereka tidak memiliki praktek konservasi dalam kehidupannya sehari-hari.
Gambar 19. Pemahaman Mengenai Konservasi Responden Kelompok Kontrol (N=100)
Dari jumlah tersebut, hanya 3,2 % yang memahami konservasi sebagai tindakan pemanfaatan sumberdaya hutan sebebas bebasnya, yang lainnya memiliki pandangan serta pengetahuan yang benar tentang prinsip - prinsip dasar konservasi. Tabel 16. Pengertian Konservasi Menurut Responden Kelompok Kontrol (N=10) Kemukiman Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri konservasi hutan adalah
Glee Bruek
Lhoong
Blang Me
Total
Perlindungan hutan yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air
42.9%
100.0%
0.0%
50.0%
Pengelolaan hutan dgn menperhatikan kelestarian hasil & manfaat
28.6%
100.0%
100.0%
50.0%
Pemanfaatan hasil hutan secara adil dan bijaksana
14.3%
100.0%
0.0%
30.0%
Penghijauan
28.6%
0.0%
0.0%
20.0%
Lain-lain
0.0%
0.0%
0.0%
0.0%
Kegiatan penebangan (51,0 %) merupakan penyebab utama kerusakan hutan yang terdapat di daerah mereka. Ketiga mukim (Glee Bruek, Blang Me dan Lhoong) menyatakan kebakaran hutan, perburuan satwa liar dan pembukaan lahan/hutan juga menyebabkan kerusakan sumberdaya hutan. Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
45
Tabel 17. Penyebab Utama Kerusakan Hutan menurut Responden Kelompok Kontrol (N = 100) Apa kegiatan yang menjadi penyebab utama terjadinya kerusakan sumberdaya hutan di daerah ini
Kemukiman Glee Bruek
Lhoong
Blang Me
Total
Penebangan
72.2%
20.0%
76.2%
60.0%
Kebakaran hutan
46.3%
24.0%
66.7%
45.0%
Pembukaan lahan/hutan
16.7%
4.0%
38.1%
18.0%
Tidak ada kerusakan sumber daya
1.9%
68.0%
0.0%
18.0%
Perburuan satwa langka
22.2%
4.0%
0.0%
13.0%
Tidak tahu
14.8%
8.0%
4.8%
11.0%
Galian C
1.9%
8.0%
0.0%
3.0%
Lain-lain
0.0%
0.0%
0.0%
0.0%
Masyarakat memiliki rasa tanggung jawab terhadap kerusakan sunberdaya hutan yang mereka miliki. Setidaknya hal ini terlihat dari sejumlah 40,0 % responden kelompok kontrol yang menyatakan bahwa masyarakat bertanggung jawab terhadap kerusakan sumberdaya hutan yang mereka miliki. Sebanyak 80,0 % responden kelompok kontrol setuju bahwa berkurangnya ketersediaan air dikarenakan semakin rusaknya hutan. Selanjutnya, 78,0 % responden setuju bahwa Jika diterapkan kembali, hukum adat dapat mengatur sistem pengelolaan hutan secara adil dan bijaksana. Meskipun demikian, hanya 45 % responden kelompok kontrol yang menyatakan mudah untuk menghidupkan kembali aturan adat tentang pengelolaan hutan. Pengelolaan hutan yang baik, menurut 68,0 % responden adalah jika hasil hutan dapat memberi manfaat bagi orang banyak, 42,0 % menyatakan jika masyarakat terlibat langsung dalam pengelolaan. Sedangkan langkah yang diperlukan untuk menjaga kelestarian hutan menurut responden adalah pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan hutan (67,0 %), penegakan hukum (38,0 %) dan rehabilitasi lahan/hutan yang telah kritis (28,0 %).
5.5 Maskot dan Slogan 5.5.1 Desa Target Sebanyak 38,2 % responden desa target memilih cempala kuneng sebagai maskot untuk kampanye Bangga Melestarikan Alam, namun khusus untuk kemukiman Kueh mereka lebih dominan memilih Cucak rawa (berujuk balee). Sedangkan untuk slogan 36,9 % responden memilih “Uteun Ta Jaga, Rakyat Sejahtera”. Tabel 18. Satwa Kebanggaan Responden Desa Target (N=442) Di antara satwa-satwa yang disebutkan di bawah ini, satwa apa yang dapat menunjukkan kebesaran masyarakat di sini atau membanggakan Bapak/Ibu/Saudara Cempala Kuneng
Kemukiman : Kueh 18.4%
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
Leupung 68.7%
Lhoknga 27.1%
46
Cucak Rawa (Beurujuk Balee)
28.9%
0.0%
14.3%
Tidak tahu
13.2%
2.7%
12.9%
Gajah
6.6%
0.0%
20.0%
Tidak ada
9.2%
2.0%
14.3%
Lain-lain
28.3%
26.7%
11.4%
Tabel 19. Slogan pilihan Responden Desa Target (N=442) Jika diminta hanya memilih satu slogan, manakah dari sloganslogan berikut ini yang paling dapat membangkitkan rasa bangga atau menunjukkan identitas Bapak/Ibu/Sdr/Sdri
Kemukiman Kueh
Leupung
Lhoknga
Uteun Ta Jaga, Rakyat sejahtera
43.4%
40.0%
26.4%
Jaga Hutan Sebelum Datang Bencana
18.4%
34.0%
24.3%
Selamatkan Hutan Sebelum Terlambat
25.0%
14.0%
22.1%
Lestari Hutan Ku, Makmur Rakyat Ku
6.6%
5.3%
21.4%
Hutan Lestari, Generasi Penerus Kita Sejahtera
6.6%
6.7%
5.7%
Totals
100.0%
100.0%
100.0%
5.5.2 Kelompok Kontrol Responden kelompok kontrol, 59,0 % tidak tahu apa binatang atau satwa yang paling sesuai untuk di jadikan maskot, namun terdapat 20,0 % responden yang lainnya memilih Cempala Kuneng. Sedangkan untuk slogan 35,0 % responden memilih slogan yang sama dengan pilihan kelompok target yaitu “Uteun Ta Jaga, Rakyat Sejahtera”
5.6 Air dan Kesehatan 5.6.1 Desa Target Sebanyak 42,5 % responden menggunakan air dari sumur gali di rumah mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Meskipun hanya 27,1 % responden yang mengaku mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar, hanya 2 % saja responden desa target yang mengaku pernah mengalami diare dalam satu tahun terakhir.
5.6.2 Kelompok Kontrol Di kelomppk kontrol, 44,8 % responden mengunakan air PDAM untuk kebutuhan seharihari. Hanya 24,1 % responden kelompok kontrol yang menggunakan sabun setelah buang air besar dan 26,4 % responden mengaku pernah menderita sakit perut dalam satu tahun terakhir.
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
47
6. DESKRIPSI SPESIES FLAGSHIP Spesies flagship yang akan digunakan di dalam Kampanye Bangga oleh PeNA adalah burung Cempala kuneng (Chopsychus pyrropygus). Cempala Kuneng ini merupakan hasil pilihan dari masyarakat baik pada saat pelaksanaan stakeholder workshop I, FGD maupun survei (sebanyak 38,2% masyarakat mengatakan Cempala Kuneng sebagai satwa yang dapat menunjukan kebesaran dan kebanggaan bagi mereka). Keterbatasan informasi maupun tidak mencukupinya data ilmiah merupakan tantangan di dalam menggunakan burung ini sebagai maskot. Lembaga telah memikirkan rencana untuk mengganti dengan satwa pilihan lain (gajah sumatera atau harimau sumatera). Namun ketika hasil survey dan FGD didiskusikan kembali pada saat pertemuan Stakeholder ke-2, para pemangku kepentingan yang hadir, juga menyuarakan bahwa cempala kuneng memang merupakan kebanggaan masyarakat Aceh. Burung Cempela Kuneng (Chopsychus pyrropygus) sebenarnya sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Aceh, oleh karenanya burung ini dijadikan maskot provinsi Aceh berdasarkan surat keputusan Gubernur Aceh No 34 tahun 1990. Selain sebagai maskot burung ini juga sering dilantunkan dalam syair lagu Aceh dan juga syair seudati (kesenian tradisional Aceh) walaupun sekarang masyarakat sudah tidak pernah melihatnya lagi dan ini juga merupakan salah satu alasan yang kuat kenapa burung ini dijadikan maskot di dalam Kampanye Bangga dengan pertimbangan apakah satwa yang lain nanti akan mengalami hal yang sama seperti burung Cempala Kuneng ini. Hasil survei menunjukkan bahwa 70,4 % masyarakat menyatakan bahwa satwa ini pernah ada di daerah mereka. Sementara itu, 46,2 % masyarakat menyatakan bahwa satwa ini sudah tidak mereka jumpai lagi di kawasan hutan mereka. Selanjutnya, dari informasi lain yang diterima dari Ir. M Kasim Arifin (peraih Kalpataru, saat ini telah meninggal dunia), pada tahun 1995 burung ini pernah dilihat di daerah Lokop, kabupaten Aceh Tamiang dan pada tahun 2000 Pemda NAD juga pernah memuat iklan di harian Serambi Indonesia kepada siapa saja yang berminat untuk melakukan penelitian tentang satwa langka ini. Tetapi sayang kesempatan itu tidak diambil oleh siapapun sehingga sampai saat ini informasi atau literatur atau deskripsi tentang burung langka ini sangatlah minim.
6.1
Klasifikasi Taksonomi Gambar 20. Cempala Kuneng (Copsychus Pyrropygus)
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
48
Filum
: Chordata
Anak Filum
: Vertebrata
Kelas
: Aves
Bangsa
: Passeriformes
Suku
: Turdidae
Marga
: Copsychus
Jenis
: Copsychus Pyrropygus
6.2
Karakteristik Morfologis
Keindahan burung ini diperlihatkan oleh warnanya yang coklat keabuan tua mengkilat dengan alis putih di atas mata, serta paruh hitam ramping tajam. Sebagian dada dan perut sampai pangkal ekor berwarna kemerahan. Ukuran tubuh dari ujung paruh sampai ke ujung ekor memiliki panjang sekitar 8 inci. Suaranya panjang merdu serta memukau, nyaring naik turun dan tidak teratur. Bunyinya wu eeee dan we oooo Karakteristik fisik yang spesifik untuk jantan, betina maupun anakan adalah sebagai berikut (Maskot Flora Fauna Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, BKSDA Aceh, 2002): Ciri ciri Betina :
Diatas matanya tidak terdapat bagian yang berwarna putih sebagaimana yang dimiliki oleh yang jantan
Bagian tenggorokan dan dada bulunya berwarna kuning tuasampai merah sawo
Pada bagian dadanya terdapat bagian garis tebal melintang yang berwarna kecoklatan
Bulu perutnya berwarna keputihan.
Ciri ciri Anakan :
Warna kecoklat-coklatan,
Kepala warna bintik-bintik kelabu
Dada warna kuning kelabu berbintik-bintik (khusus anakan betina)
6.3
Distribusi
Hampir sama dengan beberapa jenis burung lainnya, burung Cempala Kuneng ini juga hidup di hutan. Cempala Kuneng menghuni hutan di daerah pamah sampai ketinggian 900 Meter, terdapat di Aceh dan Sumatera umumnya, Kalimantan dan Semenanjung Malaya. (Maskot Flora Fauna Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, BKSDA Aceh, 2002).
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
49
6.4
Perilaku
Burung Cempala Kuneng merupakan burung penyanyi kata orang tua dulu karena memang kebiasaan dari burung ini yang suka berkicau. Jadi tidak heran kalau dalam lagu Aceh juga ada lagu Cempala Kuneng.
6.5
Reproduksi
Belum ditemukan literatur tentang pola reproduksi spesies ini. Namun demikian secara umum burung-burung di dalam marga Copyshycus bereproduksi dengan cara bertelur dan mengerami telurnya. (Burung-burung di Sumatera dan Kalimantan, Stephen Nash, 1999)\
6.6
Makanan
Burung Cempala kuneng ini merupakan kelompok burung cacing. Burung cacing ini membentuk suatu suku besar pemakan serangga yang sebagian besar hidup dilahan berhutan. Selain memakan serangga burung Cempala Kuneng ini juga memakan biji-bijian.
6.7
Status Konservasi
Data status konservasi mengenai Copsychus Pyrropygus tidak tersedia di dalam literatur maupun website, baik itu menurut aturan serta perundang undangan lokal, nasional maupun internasional. Namun dengan memperhatikan kondisi serta keberadaan pada saat ini, juga kalau ditinjau dari segi sejarah, maka penetapan aturan perlindungan burung ini merupakan suatu kebijakan yang di pandang perlu untuk dilakukan. Informasi terbaru yang didapatkan dari kawan kawan jaringan kerja PeNA dalam POKJA (kelompok kerja) Advokasi Hutan Aceh, burung ini masih terdapat di Lokop serta kawasan pegunungan di dataran tinggi Gayo, untuk membuktikan kebenaran hal tersebut, kawan kawan dari ISAKA Langsa sedang mengupayakan pengambilan dokumentasi (photo) yang diharapkan dapat dijadikan pembanding dari gambar/photo yang ada guna memastikan kebenaran serta keberadaan satwa tersebut. Cempala Kuneng (Copsychus Pyrropygus) ditetapkan sebagai Satwa/Binatang yang menjadi maskot provinsi Aceh bersamaan degan penetapan Bungung Jeumpa (Michelia champaca) sebagai tumbuhan identias daerah Aceh. Penetapan ini berdasarkan surat keputusan Gubernur no 34 tahun 1990. Keputusan ini di keluarkan pada tanggal 14 Agustus 1990.
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
50
Penegakan hukum
Belum mengetahui hubungan hutan & air
Tidak ada sosialisasi
Material mudah didapat
Mudah dilakukan
Cepat dapat uang
Lahan sudah tidak subur
Lahan pertanian terbatas
Sengaja dibakar
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
Hukum adat
Peran lembaga adat lemah
Kurang penyuluhan
Kurang lapangan pekerjaan
Pendidikan
Kurang makanan
Kurang pengetahuan tentang konservasi
Alasan ekonomi
Membuang puntung rokok sembarangan
51
Galian C
Penebangan hutan
Perburuan binatang
Pembukaan Lahan
Kebakaran
cuaca
Gambar 21. Revisi Model konsep Ekosistem Hutan Kueh, Lhoknga dan Leupung
Hutan Leupung, Kueh, & Lhoknga
7. REVISI MODEL KONSEP EKOSISTEM HUTAN KUEH, LHOKNGA DAN LEUPUNG
8. RENCANA KERJA Dengan didasari pada informasi yang telah dikumpulkan dan didapat baik itu dari hasil pelaksanaan stakeholder workshop, FGD serta survei lapangan, maka dapatlah disusun sebuah rencana kerja program Kampanye Bangga untuk kawasan hutan di kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung. Hasil penelitian formatif di tiga kemukiman (Kemukiman Kueh, Lhoknga, Leupung) ini menunjukkan tiga ancaman terbesar terhadap hutan di mukim tersebut dari perspektif masyarakat. Ketiga ancaman tersebut adalah penebangan (liar), pembukaan lahan, dan kebakaran hutan. Faktor utama yang mendorong terjadinya ancaman-ancaman tersebut adalah motif ekonomi dan lemahnya penegakan hukum. Selain itu, masyarakat juga kurang mendapatkan informasi yang cukup mengenai arti penting hutan dan kurang pengetahuan tentang konservasi. Penelitian formatif awal di lapangan juga menemukan bahwa hilangnya fungsi lembaga adat lokal serta kurang sinerginya pemerintah, masyarakat dan pihak terkait lainnya menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan. Terkait dengan peran lembaga adat, 30 tahun lalu, sebelum masa orde baru, Lembaga Adat Lokal memiliki peran penting dalam pengelolaan sumberdaya alam khususnya hutan. UU No 5 tahun 1979 mengenai Pemerintahan Desa, ternyata memberi kontribusi terhadap melemahnya peran lembaga Adat dalam mengatur dan mengelola sumberdaya alam. Para pemangku kepentingan dalam setiap pertemuan maupun survey menyatakan keinginan kuat untuk mengaktifkan kembali fungsi dan peranan lembaga adat dalam pengelolaan sumberdaya hutan. Revitalisasi lembaga adat ini merupakan suatu upaya yang perlu dilakukan untuk mewujudkan sistem pengelolaan hutan secara lestari dan berkelanjutan di kawasan Kr. Raba dan Kr. Geupu Memperhatikan fakta dari kajian tersebut, maka sangatlah mendesak untuk melakukan sebuah rencana aksi untuk mendukung konservasi hutan ulayat melalui penguatan lembaga adat di Kemukiman Kueh, Lhoknga, dan Leupung. Pendekatan social-marketing melalui metodologi Kampanye Bangga merupakan cara yang dipilih untuk meningkatkan peran dan partisipasi aktif masyarakat di dalam pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan serta berkeadilan. Kampanye Pride ini ditargetkan bagi setidaknya 22,000 jiwa di Kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung. Tujuan umum dari program ini adalah meningkatnya kualitas hidup masyarakat di kawasan target melalui peningkatan pemahaman masyarakat tentang pemanfaatan keanekaragaman hayati yang lestari. Adapun sasarannya adalah: S.1
Meningkatkan kepedulian dan kapasitas masyarakat sehingga mampu berperan aktif dalam upaya pemanfaatan sumber daya secara lestari
S.2
Meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap upaya pelestarian alam dan ekosistem demi pemanfaatan yang berkelanjutan
S.3
Memperkuat kembali peran lembaga adat lokal dalam pengelolaan sumber daya alam
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
52
S.4
Adanya kader konservasi yang aktif terlibat dalam pengelolaan kawasan dan mendorong pengambilan keputusan yang ramah lingkungan
Untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran-sasaran tersebut di atas, dicanangkan suatu sasaran antara (intermediate objectives) yang sifatnya lebih spesifik dan praktis sehingga pada akhir kegiatan capaian yang diharapkan dapat lebih terukur. Ada empat sasaran antara yang dibuat, yaitu: Sasaran Antara 1: Di akhir program, terwujud pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan melalui penguatan lembaga adat lokal Pawang Uteun di Kemukiman Leupung untuk menyelamatkan hutan seluas minimal 3000 ha. Sasaran Antara 2: Pada akhir program, kegiatan Peudeep Lampoh di Kemukiman Kueh, menerapkan prinsip-prinsip ekologi dan keanekaragaman hayati untuk memberi manfaat ekonomi, sosial, dan ekologi pada setidaknya 1000 ha lahan sehingga mengurangi ancaman pembukaan hutan, untuk pertanian/perkebunan. Sasaran Antara 3: Pada akhir kampanye, masyarakat Mukim Lhoknga sepakat membangun inisiatif Pawang Uteun untuk pengelolaan berkelanjutan dan penyelamatan hutan ulayat seluas 500 ha. Sasaran Antara 4: Pada bulan ke-12 program, meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai peran hutan sebagai perlindungan sumberdaya air dari 22% menjadi 40%. Berdasarkan sasaran antara tersebut kemudian dibuat rangkaian kegiatan per sasaran antara yang disusun dengan rinci untuk menjelaskan landasan pemilihan kegiatan dan capaian yang diharapkan.
SASARAN ANTARA I
Di akhir program, terwujud pengelolaan sumber daya hutan berkelanjutan melalui penguatan lembaga adat lokal Pawang Uteun di kemukiman Leupung untuk menyelamatkan hutan seluas minimal 3000 ha Sasaran yang dituju adalah: S.1; S.2; S.3; S.4 Faktor dalam model konsep yang dituju: hukum adat, penegakkan hukum Asumsi program: 1. 48,4 % masyarakat menyatakan setuju bahwa kegiatan penebangan kayu pada kawasan hutan lindung dapat merugikan bagi kita semua 2. 79,0 % masyarakat percaya jika diterapkan kembali, hukum adat dapat mengatur sistem pengelolaan hutan secara adil dan bijaksana. Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
53
3. Lembaga pawang Uteun sudah ada sejak lama tetapi sudah tidak berfungsi lagi. 4. Hasil survei menunjukkan bahwa masyarakat memiliki rasa tanggung jawab terhadap kerusakan hutan yang terjadi, 32,6 % masyarakat menyatakan pihak kehutanan yang yang bertanggung jawab, 31,9 % menyatakan tanggung jawab kita semua, 19,0 % menyatakan bahwa kerusakan yang tejadi juga merupakan tanggung jawab masyarakat. 5. Masyarakat sangat tergantung kepada SDH terutama kayu, jadi tanpa adanya pengelolaan yang baik hutan akan rusak dan pada akhirnya merugikan hidup manusia juga 6. Masyarakat mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan. 35,5 % masyarakat menyatakan kebakaran mengakibatkan tanaman muda mati, 24,2% menyatakan ketersediaan air berkurang, Asumsi Dasar : 1. Penguatan lembaga pawang utuen akan mendorong terciptanya sistem pengelolaan sumberdaya hutan ulayat yang berkelanjutan 2. Lembaga adat dengan visi konservasi yang kuat akan mampu menjamin penerapan pengelolaan sumberdaya hutan yang berkelanjutan dan memberi manfaat kepada masyarakatnya. 3. Dengan berfungsinya kembali Pawang Uteun maka diharapkan akan dipraktekkan kembali kearifan tradisional dalam pengelolaan hutan, sehingga sumberdaya hutan dapat dinikmati secara terus menerus. 4. Ancaman-ancaman seperti penebangan liar, pembukaan lahan dan kebakaran dapat dikurangi karena ada kontrol sosial dari lembaga adat Aktivitas 1.1: Fact Sheet Pengelolaan Hutan Lestari Mengapa melakukan aktivitas ini? Untuk meningkatkan pengetahuan serta pemahaman masyarakat dalam melakukan pemanfaatan sumberdaya hutan secara lestari dan berkelanjutan. Factsheet merupakan media cetak yang efektif untuk memperkuat pesan yang disampaikan. Bagaimana menjalankan aktivitas ini ? 1. Mengumpulkan materi factsheet 2. Desain fact sheet 3. Melakukan diskusi dengan masyarakat untuk input desain dan isi factsheet 4. Memproduksi setidaknya 1500 fact sheet 5. Distribusi pada pertemuan atau penjangkauan masyarakat di antaranya melalui pendistribusian langsung, workshop, pemetaan, dan sebagainya Siapa yang menjalankan aktivitas ini? Zakiah dan Tim Pride Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
54
Siapa yang akan menjadi sasaran kegiatan? Masyarakat yang berada dalam kemukiman Kueh, Lhoknga serta Leupung yang menjadi target utama termasuk diantaranya petani dan pengambil kebijakan Kapan dilaksanakan? Perancangan dan percetakan factsheet Bulan Maret dan April dan pendistribusian sepanjang periode kampanye Dimana akan dijalankan? Perancangan dan pencetakan akan dilakukan di Banda Aceh. Distribusi akan dilakukan di kemukiman Kueh, Lhoknga serta Leupung. Asumsi dan pertimbangan aktivitas? Masyarakat mau membaca factsheet dan informasi yang ada di factsheet dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pengelolaan hutan lestari Syarat dasar aktivitas? Materi fact sheet tentang pengelolaan hutan lestari, Disainer komputer untuk lay-out, Percetakan Aktifitas 1.2: Poster Mengapa melakukan aktifitas ini? Poster adalah media cetak yang efektif untuk menyampaikan pesan kunci kepada target audiens secara efektif. Pesan yang disampaikan melalui poster akan lebih mudah diingat karena pesannya singkat dan dengan gambar menarik. Bagaimana menjalankan aktifitas ini? 1. Mendisain poster bersama disainer dengan input dari masyarakat untuk warna, tata letak dan sebagainya 2. Mencetak setidaknya 2000 poster 3. Mendistribusikan secara langsung maupun melalui kegiatan penjangkauan masyarakat atau menempelkannya di area publik Siapa yang akan menjalankan aktifitas ini? Zakiah dan Tim Pride dibantu oleh kelompok masyarakat (kelompok pemuda) Kapan dilaksanakan ? Perancangan dan pencetakan factsheet Bulan Maret dan April serta pendistribusian selama periode kampanye Dimana akan dijalankan? Di Mukim Lhoknga, Kueh dan Leupung (site Kampanye Bangga PeNA) Asumsi atau pertimbangan?
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
55
Masyarakat dapat menangkap pesan kunci dan informasi yang disajikan dalam poster sehingga dukungan untuk program kampanye Pride akan tumbuh Syarat dasar aktivitas? Pesa kunci, Disain, Pencetakan Aktivitas 1.3: Workshop Lembaga Adat Mengapa melakukan aktivitas ini? Workshop adalah suatu forum yang dapat digunakan untuk membangun komitmen dari pihak-pihak yang sangat berpengaruh bagi keberadaan dan keberlangsungan Pawang Uteun. Untuk menggali infomasi dari masyarakat tentang keberadaan Pawang Uteun saat ini dan menyusun rencana tindak lanjut dalam rangka penguatan kapasitas lembaga adat. Bagaimana menjalankan Aktivitas ini? 1. Diskusi para tokoh adat termasuk Pawang Uteun 2. mendapatkan izin pelaksanaan dari pemerintah setempat 3. Pelaksanaan workshop Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini? Zakiah dan Tim Pride PeNA serta pihak lain Siapa yang menjadi sasaran kegiatan? Para pihak yang terlibat dalam kelembagaan adat Pawang Uteun serta kelompok pemuda setempat Kapan akan dijalankan? Pendekatan kepada tokoh adat dimulai pada bulan Mei sedangkan pelaksanaan pada minggu pertama bulan Juni Dimana akan dijalankan? Tempat akan ditentukan kemudian, di antara desa Lamseunia atau Naga Umbang Asumsi dan pertimbangan? Tokoh adat berdiskusi secara terbuka dan menempatkan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi untuk memikirkan pengelolaan sumberdaya hutan yang baik. Penguatan pawang uteun akan mendorong kegiatan konservasi hutan Para peserta mau datang dan terlibat aktif dalam workshop Syarat dasar aktivitas? Dukungan dari tokoh masyarakat , Pembicara dalam Workshop, Materi workshop, factsheet dan poster Aktivitas 1.4: Pemetaan Partisipatif Mengapa melakukan aktivitas ini? Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
56
Masyarakat akan mau/mendukung upaya-upaya perlindungn kawasanya jika mereka tahu batasan potensi dan manfaat dari kawasan yang akan dilindungi. Bagaimana menjalankan Aktivitas ini? 1. Pelatihan Pemetaan partisipatif 2. Pemetaan wilayah 3. Diskusi dengan masyarakat untuk peta yang dihasilkan Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini? Zakiah dan Tim Pride PeNA serta pihak lain (MAPALA STIK) Siapa yang menjadi sasaran kegiatan? Masyarakat mukim Kueh, Lhoknga serta Leupung Kapan akan dijalankan? Pelatihan dan pelaksanaan pemetaan pada bulan Mei 2007 Dimana akan dijalankan? Kemukiman Leupung Asumsi dan pertimbangan? Pemetaan partisipatif ini dapat membantu menetapkan batas, letak serta keberadaan hutan ulayat yang akan berada di bawah pengelolaan Pawang Uteun. Belum adanya delineasi dari hutan ulayat yang ada. Dengan adanya peta hutan ulayat yang dihasilkan secara partisipatif, maka diharapkan rasa memiliki (sense of belonging) dan rasa bertanggung jawab (sense of responsibility) dari masyarakat akan timbul. Masyarakat mengetahui potensi yang ada dalam wilayah kelola mereka Masyarakat mau terlibat dalam diskusi Syarat dasar dan pertimbangan ? Dukungan aparatur gampong, mukim serta institusi adat, Pelatihan pemetaan, Narasumber dan peralatan pelatihan, Peta Gampong / Desa, dukungan teknis ESP Aktivitas 1.5 : Lembar Dakwah/Syi”ar Konservasi Mengapa melakukan aktivitas ini? Masyarakat merupakan penganut agama Islam yang kuat, lebih dari 85% masyarakat percaya kepada pemuka agama sehingga lembar dakwah dapat dijadikan sebagai media informasi konservasi. Bagaimana menjalankan aktivitas ini? 1. Mendekati beberapa pemuka agama setempat, 2. Membuat forum diskusi untuk menggali isu-isu konservasi yang ada dalam Al Quran Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
57
3. Bekerjasama dengan pemuka agama untuk merancang lembar dakwah. 4. Mencetak setidaknya 500 lembar dakwah setiap edisinya Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini? Pemuka agama, Zakiah dan Tim Pride Kapan dilaksanakan ? Pendekatan dan pembuatan materi bersama dengan pemuka agama dimulai pada awal Mei, dan dilanjutkan 2 bulan sekali Dimana akan dijalankan? Seluruh desa yang berada dalam site program Kampanye Bangga PeNA Asumsi atau pertimbangan? Kajian konservasi dari sisi agama akan memperkuat pemahaman masyarakat mengenai konservasi yang pada akhirnya akan mendorong mereka untuk melakukan aksi untuk upayaupaya konservasi Syarat dasar aktivitas? Fact sheet dan poster, Persetujuan para pemuka agama dan tokoh masyarakat, Materi dakwah konservasi, percetakan Aktivitas 1.6 : Booklet Manfaat Sumberdaya Hutan Berkelanjutan Mengapa melakukan aktivitas ini? Informasi teknis yang disampaikan secara ringkas dalam booklet dapat mendorong target audiens untuk melakukan aksi atau tindakan Bagaimana menjalankan kegiatan ini? 1. Merangkai informasi tentang manfaat hutan baik manfaat ekologis dan ekonomis 2. Membuat outline materi/naskah 3. Mengumpulkan ilustrasi/gambar dan mendisain booklet 4. Mencetak setidaknya 1000 booklet 5. Menyebarkan Booklet lewat penjangkauan masyarakat, pertemuan dan sebagainya Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini? Zakiah dan Tim Pride Siapa yang menjadi sasaran aktivitas? Pawang uteun, kelompok penghijauan, guru, tokoh agama, perempuan & pemuda. Kapan akan dijalankan? Perancangan dan percetakan dilakukan pada awal Mei – Juni 2007, pendistribusian dimulai awal bulan Juli sampai Oktober 2007
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
58
Dimana akan dijalankan? Kemukiman Kueh, Lhoknga serta Leupung Asumsi atau Pertimbangan aktivitas? Setelah membaca booklet, target audiens mulai memikirkan manfaat non-ekonomis, seperti menjaga siklus air dan suhu, sehingga mau berpartisipasi dalam pengelolaan hutan berkelanjutan Selama ini belum ada media cetak yang bisa menjadi panduan masyarakat untuk mengenali potensi tanaman obat yang terdapat di hutan mereka. Syarat dasar? Factsheet, poster untuk mulai berdiskusi dan mengumpulkan informasi dari masyarakat, Materi booklet, Nara sumber , percetakan, Disainer komputer untuk lay-out
Aktivitas 1.7: Seri diskusi teknis dengan tokoh-tokoh masyarakat Mengapa melakukan aktivitas ini? Diskusi merupakan media interaktif untuk menggali informasi, dukungan, kesiapan masyarakat terhadap lembaga adat Pawang Uteun Bagaimana menjalankan kegiatan ini? 1. Merancang tema diskusi di antaranya aturan dan sanksi, kewenangan dan struktur 2. Menghubungi tokoh masyarakat 3. Mempersiapkan para pembicara 4. Menghubungi JKMA untuk mendapatkan pembicara 5. Melakukan diskusi 6. Mendistribusikan hasil diskusi 7. Menindaklanjuti hasil diskusi sebagai materi untuk sesi diskusi berikutnya Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini? Zakiah dan Tim Pride bekerjasama dengan instansi dan lembaga terkait. Siapa yang menjadi sasaran kegiatan? Pawang Uteun, Kelompok Penghijauan, Mukim, Keuchik, Tokoh masyarakat di kemukiman Kueh, Lhoknga, serta Leupung. Kapan akan dijalankan? Diskusi dimulai bulan Mei paling tidak sampai 6 diskusi yang akan selesai pada bulan Oktober 2007 Dimana akan dijalankan? Di kemukiman Leupung, Kueh dan Lhoknga Asumsi atau pertimbangan kegiatan? Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
59
Lembaga Pawang Uteun akan memiliki organisasi lembaga yang lengkap yang dapat menjamin keberlangsungan lembaganya Penguatan kelembagaan melalui peningkatan pengetahuan, menetapkan alternatif pemecahan masalah Syarat dasar dan pertimbangan? Materi cetak kampanye diantaranya fact sheet, booklet, buletin, lembar dakwah, poster, Peserta diskusi, Kesepakatan waktu dan tema diskusi, Fasilitator Aktivitas 1.8: Workshop Perencanaan Kelola Hutan Mengapa melakukan aktivitas ini? Workshop membuka ruang bagi masyarakat terutama yang berperan penting dalam pengambilan keputusan untuk merencanakan pengelolaan hutan yang lebih baik. Bagaimana menjalankan kegiatan ini? 1. Mempersiapkan agenda workshop 2. Mendapatkan izin pelaksanaan dari pemerintah setempat 3. Menghubungi pembicara 4. Pelaksanaan workshop Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini? Zakiah dan Tim Pride bekerjasama dengan instansi dan lembaga terkait. Siapa yang menjadi sasaran kegiatan? Pawang Uteun, Kelompok Penghijauan, Mukim, Keuchik, Tokoh masyarakat yang terdapat di kemukiman Kueh, Lhoknga, serta Leupung. Kapan akan dijalankan? Persiapan Bulan Oktober dan pelaksanaan pada minggu kedua bulan November Dimana akan dijalankan? Di salah satu desa/gampong dari tiga Kemukiman yang menjadi sasaran pelaksanaan Kampanye Bangga Asumsi atau pertimbangan kegiatan? Rencana aksi kelola hutan lestari akan memfasilitasi masyarakat luas untuk terlibat dalam upaya upaya pengelolaan hutan Syarat dasar dan pertimbangan? Adanya Peta kawasan yang berada di bawah pengelolaan Pawang Uteun (hasil pemetaan partisipatif) dan peta potensi SDH wilayah Mukim, Adanya Pawang Uteun di masing masing mukim, Agenda workshop, Partisipasi dari Pawang Uteun, Fasilitator, Nara sumber dari setiap mukim, Factsheet, poster, booklet Hasil Sumberdaya Hutan
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
60
Aktivitas 1.9: Bulletin Mengapa melakukan aktivitas ini? Adanya media cetak yang mengangkat informasi tentang kondisi masyarakat lokal akan dapat membangun dukungan dan mensosialisasikan program dengan efektif Bagaimana menjalankan kegiatan ini? 1. Mengumpulkan bahan tulisan 2. Mengedit tulisan 3. Membuat lay out 4. Uji coba tulisan dan lay out 5. Cetak setidaknya 500 eksemplar setiap edisi ukuran A3 6. Distribusi langsung Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini? Zakiah dan Tim Pride
Siapa yang menjadi sasaran aktivitas? Masyarakat umum termasuk di area target Kapan akan dijalankan? Untuk percetakan pertama dimulai pada bulan Juli dan dilanjut setiap dua bulan sekali Dimana akan dijalankan? Kemukiman Kueh, Lhoknga serta Leupung Asumsi atau Pertimbangan aktivitas? Informasi yang disajikan dalam buletin menarik dan dapat menambah pengetahuan serta membangun sikap positif masyarakat dalam memandang sumberdaya alam juga upaya pelestariannya. Syarat dasar? Materi buletin, Lay out disainer, Dukungan keuangan untuk biaya cetak Aktivitas 1.10: Festival Dalail Khairat Mengapa melakukan aktivitas ini? Penggunaan media non-konventional seperti musik dan kesenian tradisional dapat sangat efektif dalam memberikan informasi mengenai konservasi dan upaya-upaya yang dapat dilakukan. Hasil survei menunjukkan bahwa Dalail Khairat merupakan budaya masyarakat Aceh yang paling disukai oleh target audiens Bagaimana menjalankan aktivitas ini?
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
61
1. Mendekati kelompok dalail khairat dan berdiskusi dengan mereka untuk memasukkan isu-isu konservasi dalam syair-syair mereka 2. Membentuk kepanitiaan festival yang terdiri dari anggota masyarakat dan PeNa Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini? Zakiah dan Tim Pride bekerjasama komunitas Dalail Khairat Siapa yang menjadi sasaran aktivitas ini? Masyarakat umum di Mukim Leupung, Lhoknga serta Kueh. Kapan akan dijalankan? Pesiapan dan pelaksanaan akan berlangsung dari bulan Juni – Juli 2007 Dimana akan di jalalankan? Di salah satu mukim dari Kemukiman Kueh, Lhoknga serta Leupung, yang akan ditentukan kemudian Asumsi atau Pertimbangan? Pesan konservasi dapat diterima dalam cara yang menghibur dan tidak mengancam Masyarakat umumnya tidak menganggap pesan konservasi yang disampaikan melalui kesenian tradisional ini sebagai bentuk propaganda Syarat dasar aktivitas? Adanya kelompok Dalail Khairat, syair, kesedian untuk bekerjasama, ijin pemuka masyarakat setempat Aktivitas 1.11: Pekan Penanaman Areal Hutan Ulayat Mengapa melakukan aktivitas ini ? Adanya tindakan kolektif (collectve actions) penanaman akan mempengaruhi keputusan pada tingkat individu untuk terlibat dalam aksi kegiatan tersebut atau mau merubah prilakunya Bagaimana melakukan aktivitas ini ? 1. Koordinasi dengan pawang uteun 2. Menetapkan kawasan hutan yang akan direhabilitasi 3. Membagikan bibit 4. Melaksanakan pekan penanaman Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini ? Kelompok penghijauan, Institusi atau lembaga terkait, Pawang Uteun, Zakiah dan Tim Pride Siapa yang menjadi sasaran ? Kelompok Penghijauan, Pawang Uteun dan KSM lainnya. Kapan akan dilaksanakan ? Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
62
Bulan November sampai Desember 2007 Dimana akan dijalankan ? Kemukiman Leupung Asumsi atau pertimbangan ? Menunjukkan peran Lembaga Adat untuk mengkoordinasi kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan Tidak ada kendala bagi keterlibatan masyarakat dalam pekan penanaman ini Syarat dasar aktivitas ? Kesepakatan Kelompok Penghijauan, Pawang Uteun serta masyarakt, Tersedianya lahan yang akan ditanami dan bibit, Dukungan lembaga pawang uteun dan masyarakat setempat dalam melakukan penanaman Aktivitas 1.12 : Billboard Mengapa melakukan aktivitas ini ? Media yang dapat memperkuat pesan terutama jika ditempatkan di area yang sering dilalui oleh audien dan waktu penempatannya di akhir program sehingga pesan kampanye tetap diingat Bagaimana melakukan aktivitas ini ? 1. Mendisain Billboard dan pesan yang akan disampaikan 2. Pembuatan dua buah Billboard 3. Memasang dua buah Billboard di tempat orang sering berkumpul/sering dilalui oleh publik Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini ? Relawan setempat, seniman lokal dan dibantu oleh Zakiah dan tim Pride Siapa yang menjadi sasaran ? Masyarakat yang menetap di kawasan khususnya serta masyarakat luas pada umumnya Kapan akan dilaksanakan ? Perancangan Desember 2007 dan pemasangan bulan Januari 2008 Dimana akan dijalankan ? Di Mukim Lhoknga (Jembatan Kr. Raba) dan Leupung (Jembatan Kr. Geupu). Asumsi atau pertimbangan ? Billboard yang menarik menjadi pengingat mengenai kampanye oleh masyarakat umum sehingga selalu ingat pesan konservasi Syarat dasar aktivitas ? Adanya dukungan dari masyarakat, Desain gambar dan pesan yang akan disampaikan, Izin pemasangan, Tempat pemasangan Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
63
Aktivitas 1.13: Deklarasi Hukum Adat dalam Pengelolaan Hutan Mengapa melakukan aktivitas ini? Keputusan kolektif dapat mempengaruhi pengambilan keputusan ditingkat individu. Dengan adanya deklarasi ini seluruh anggota masyarakat mendapatkan legitimasi diberlakukannya hukum adat Bagaimana menjalankan aktivitas ini? 1. Penyusunan draf dokumen 2. Mempersiapkan acara, tempat dan undangan 3. Penandatanganan dokumen deklarasi Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini? Zakiah dan Tim Pride serta pihak lain Siapa yang menjadi sasaran ? Pawang Uteun, para aparatur gampong, Pemerintah Daerah serta mukim dan masyarakat pada umumnya Kapan dilaksanakan ? Dilaksanakan bulan Januari 2008 Dimana akan dijalankan? Kemukiman Leupung Asumsi atau pertimbangan? Deklarasi ini akan memberikan legalitas kepada lembaga adat Pawang Uteun dan rencana kelola hutan Undang-undang Pemerintahan Aceh membuka akses masyarakat untuk mengelola sumberdaya hutan yang mereka miliki dan tentunya dengan tetap memperhatikan kaidahkaidah konservasi sesuai dengan kearifan dan budaya yang mereka miliki. Syarat dasar aktivitas? Draf kesepakatan lembaga adat Pawang Uteun, Rencana kelola hutan yang sudah final, Dukungan masyarakat
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
64
SASARAN ANTARA II
Pada akhir program, kegiatan “Peudeep Lampoh” di mukim Kueh menerapkan prinsip-prinsip ekologi dan keanekaragaman hayati untuk memberi manfaat ekonomi, sosial dan ekologi pada setidaknya 1000 Ha lahan sehingga mengurangi ancaman pembukaan hutan untuk pertanian / perkebunan Sasaran yang dituju adalah : S.1; S.2 Faktor dalam model konsep yang dituju: pengetahuan tentang konservasi. penyuluhan Asumsi Program : 1. 51,4 % Masyarakat menyatakan bahwa kondisi hutan semakin jelek jika dibandingkan dengan kondisi 10 tahun yang lalu. 2. Kualitas air semakin jelek jika dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu. dinyatakan oleh 62,2% masyarakat, bahkan 7,5 % menyatakan sangat jelek. 3. Masyarakat memahami akan perubahan hutan yang terjadi jika dibandingkan dengan kondisi 10 tahun yang lalu, 41,6 % masyarakat menyatakan bahwa hutan semakin tandus, 15,6 % berpendapat bahwa air untuk kebutuhan pertanian menjadi kurang tersedia, 11,5 % menyatakan bahwa gangguan binatang buas semakin meningkat. 4. 25,3 % berpendapat bahwa kegiatan rehabilitasi hutan merupakan salah satu kegiatan yang diperlukan untuk menjaga kelestarian hutan yang mereka miliki. 5. 47,7 % masyarakat menyatakan bahwa mudah untuk bekerja bersama masyarakat desa untuk melakukan kegiatan rehabilitasi hutan 6. Dalam 6 bulan terakhir, 13, 8 % masyarakat terlibat dalam usaha perlindungan hutan. 70,5 % dari masyarakat yang terlibat telah melakukan kegiatan penanaman di lahan kritis. 7. Dalam 6 bulan terakhir, 17, 4 % masyarakat terlibat dalam usaha perlindungan mata air. 31,2 % dari masyarakat yang terlibat telah melakukan kegiatan penanaman di sekitar mata air. Asumsi Dasar : Memperkenalkan prinsip-prinsip ekologi dan keanekaragaman hayati dalam kegiatan peudeep lampoh dapat membuat petani tertarik untuk mengelola lahan perkebunan yang telah terlantar secara berkelanjutan, sehingga mengurangi ancaman pembukaan hutan baru untuk lahan perkebunan Aktifitas 2.1: Factsheet Lihat aktifitas 1.1 Sasaran Antara 1
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
65
Aktivitas 2.2: Poster Lihat altivitas 1.2 Sasaran Antara 1 Aktivitas 2.3: Booklet Manfaat Sumberdaya Hutan Berkelanjutan Lihat aktivitas 1.6 Sasaran Antara 1 Aktivitas 2.4 :Buletin Lihat aktivitas 1.9 Sasaran Antara 1 Aktivitas 2.5:Lembar dakwah Lihat aktivitas 1.5 Sasaran Antara 1
Aktivitas 2.6: Training Agroforestry Mengapa melakukan aktivitas ini ? Training dapat memperkenalkan target audien mengenai suatu perilaku Training juga memberikan suatu memfasilitasi audience untuk melihat bahwa perilaku yang diinginkan (pertanian yang berkelanjutan) tidaklah sulit untuk dilaksanakan Bagaimana melakukan aktivitas ini ? 1. Menyiapkan materi training 2. Mencari nara sumber 3. Seleksi peserta di kemukiman Kueh 4. Pelaksanaan Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini ? Kelompok penghijauan, Pawang Uteun, lembaga terkait, Zakiah dan Tim Pride Siapa yang menjadi sasaran ? Kelompok Penghijauan, Pawang Uteun dan KSM lainnya. Kapan akan dilaksanakan ? Kegiatan ini akan Iaksanakan pada minggu ke 1 dan 2 Bulan Agustus Dimana akan dijalankan ? Desa-desa di Kemukiman Kueh Asumsi atau pertimbangan ?
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
66
Masyarakat mau mengikuti training dan setelah training mereka mau merubah cara bertaninya Setelah trainig agroforestry masyrakat bisa melihat perbedaan manfaat pola bertani sekarang dengan pola bertani yang berkelanjutan Syarat dasar aktivitas ? Materi training, Peserta , Pembicara/Narasumber, Materi cetak kampanye seperti factsheet, poster, booklet “Peudeep Lampoh” dengan prinsip ekologi dan keanekaragaman hayati, lembar dakwah dan sebagainya Aktivitas 2.7: Diskusi dengan kelompok tani Mengapa melakukan Aktivitas ini ? Metode diskusi cukup efektif dalam memotivasi masyarakat untuk mau menanami kembali lampohnya (kebunnya) Metode diskusi merupakan media interaktif sehingga dapat menjelaskan dan menjawab pertanyaan target audiens mengenai suatu isu (Peudeep Lampoh) Bagaimana melakukan aktivitas ini ? 1. Membuat agenda diskusi 2. Menghubungi kelompok tani 3. Menyiapakan materi cetak Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini ? Zakiah dan Tim Pride, inisiator lokal dan institusi serta lembaga terkait Siapa yang menjadi sasaran kegiatan ini ? Masyarakat di kemukiman Kueh Kapan akan dijalankan ? Bulan Juli - Desember 2007 (2 kali diskusi dalam satu bulan untuk dua kelompok) Dimana akan dijalankan ? Desa Naga Umbang untuk Mukim Keuh, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk desa lain Asumsi atau Pertimbangan ? Peningkatan pemahaman kelompok penghijauan melalui diskusi-diskusi akan mendorong perubahan perilaku dan kesadaran untuk mendukung aksi Rehabilitasi hutan yang sedang atau sudah berjalan Muncul dukungan Inisiatif Kelompok penghijauan mengurangi luasan hutan rusak Syarat dasar aktivitas ? Materi cetak kampanye seperti factsheet, buletin, booklet, poster, pin dan sebagainya, Fasilisator diskusi , Materi diskusi Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
67
Aktivitas 2.8: Pembuatan Kebun Bibit Mengapa melakukan aktivitas ini ? Melalui kegiatan ini masyarakat target dapat melihat/belajar bahwa tidak tersedianya bibit dapat dijawab dengan pengadaan bibit secara swadaya Bagaimana melakukan aktivitas ini ? 1. Memfasilitasi kelompok penghijauan dalam pengembangan pembibitan tanaman lokal 2. Membangun kesepakatan mengenai lokasi kebun bibit akan dibuat 3. Bekerja membuat kebun bibit Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini ? Kelompok penghijauan, Pawang Uteun, Zakiah dan Tim Pride Siapa yang menjadi sasaran ? Kelompok Penghijauan, Pawang Uteun dan Kelompok swadaya masyarakat lainnya. Kapan akan dilaksanakan ? Bulan Juni - Oktober 2007 Dimana akan dijalankan ? Desa Naga Umbang, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk desa lain di kemukiman Kueh Asumsi atau pertimbangan ? Adanya keinginan dari masyarakat untuk melakukan rehabilitasi hutan Adanya kesedian masyarakat untuk Dengan ketersediaan bibit maka masyarakat tidak akan mengalami kendala lagi dalam melakukan penanaman Syarat dasar aktivitas ? Ada izin , Ada lahan, Kesepakatan Kelompok Penghijauan serta Pawang Uteun, Media cetak seperti Factsheet,booklet, poster, lembar dakwah dan sebagainya Aktivitas 2.9: Lomba Lukis Lingkungan Mengapa melakukan aktivitas ini ? Kegiatan ini dapat menumbuhkan kreativitas anak dan membuka cara pandang mereka terhadap kondisi alam sekitar Bagaimana melakukan aktivitas ini ? 1. Koordinasi dengan Dinas pendidikan 2. Koordinasi dengan sekolah 3. Menentukan tema dan jadwal lomba Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
68
Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini ? Guru Sekolah, Komite Sekolah, Zakiah dan Tim Pride serta pihak lain Siapa yang menjadi sasaran ? SD atau sederajat Kapan akan dilaksanakan ? Bulan September - November 2007 Dimana akan dijalankan ? Di sekolah yang terdapat di Mukim Kueh, Lhoknga serta Leupung. Asumsi atau pertimbangan ? Anak didik mau ikut lomba dan mereka mau mengapresiasikan lingkungan sekitarnya dengan lebih baik Lomba lukis ini dapat mengasah pemahaman & pengetahuan siswa akan kondisi alam sekitar Syarat dasar aktivitas ? Kesepakatan dengan Dinas pendidikan serta Komite Sekolah, Factsheet, poster, pin, Adanya materi serta peralatan yang diperlukan, Adanya peserta, Adanya Hadiah, Sposor Aktivitas 2.10: Booklet Keanekaragaman Hayati
Peudep
Lampoh
dengan
Prinsip
Ekologi
&
Mengapa melakukan aktivitas ini ? Informasi teknis prinsip-prinsip ekologi dan keanekaragaman hayati yang disampaikan secara ringkas dalam booklet dapat mendorong target audiens untuk melakukan langkah praktis dan mulai melakukan kegiatan Peudep Lampoh yang memperhatikan aspek konservasi serta keanekaragaman hayati jenis tanaman. Bagaimana menjalankan kegiatan ini? 1. Mengumpulkan informasi dan materi booklet tentang tanaman yang bermanfaat ekologis dan bermanfaat obat 2. Membuat disain booklet yang baik, 3. Mencetak setidaknya 1000 4. Menyebarkan booklet lewat penjangkauan masyarakat, pertemuan, diskusi, training dan sebagainya Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini? Zakiah dan Tim Pride Siapa yang menjadi sasaran aktivitas? Pawang uteun, kelompok penghijauan, guru, tokoh agama, perempuan & pemuda. Kapan akan dijalankan? Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
69
Perancangan dan percetakan dilakukan pada bulan Juli 2007, pendistribusian dimulai bulan Agustus Dimana akan dijalankan? Kemukiman Kueh, Lhoknga serta Leupung Asumsi atau Pertimbangan aktivitas? Hutan memiliki manfaat yang lain selain hasil kayunya, akan tetapi tidak semua orang tahu manfaat-manfaat tersebut Selama ini belum ada materi cetak yang bisa digunakan oleh masyarakat untuk mengenali potensi tanaman obat yang terdapat di hutan mereka. Syarat dasar? Materi booklet, Nara sumber, percetakan, Disainer komputer untuk lay-out Aktivitas 2.11: Festival Dalail Khairat Lihat aktivitas X sasaran I Aktivitas 2.12: Pekan Kegiatan Peudeep Lampoh Konservasi Mengapa melakukan aktivitas ini ? Adanya tindakan kolektif (collectve actions) penanaman akan mempengaruhi keputusan pada tingkat individu untuk terlibat dalam aksi kegiatan tersebut atau mau merubah prilakunya Bagaimana melakukan aktivitas ini ? 1. Koordinasi dengan pawang uteun 2. Menetapkan lahan yang akan ditanami kembali 3. Membagikan bibit 4. Melaksanakan pekan penanaman Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini ? Kelompok penghijauan, Institusi atau lembaga terkait, Pawang Uteun, Zakiah dan Tim Pride Siapa yang menjadi sasaran ? Kelompok Penghijauan, Pawang Uteun dan KSM lainnya. Kapan akan dilaksanakan ? Bulan November s/d Desember 2007 Dimana akan dijalankan ? Kemukiman Kueh Asumsi atau pertimbangan ? Tidak ada kendala bagi keterlibatan masyarakat dalam pekan penanaman ini Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
70
Syarat dasar aktivitas ? Kesepakatan Kelompok Penghijauan, Pawang Uteun serta masyarakat, Tersedianya lahan yang akan ditanami, Tersedianya Bibit, Dukungan lembaga pawang uteun dan masyarakat setempat dalam melakukan penanaman
SASARAN ANTARA III
Pada akhir kampanye, masyarakat Mukim Lhoknga sepakat membangun inisiatif Pawang Uteun untuk pengelolaan berkelanjutan dan penyelamatan hutan ulayat seluas 500 ha Sasaran yang dituju adalah: S.1 Faktor dalam model konsep yang dituju: Lembaga Adat, Hukum Adat, Penegakan Hukum Asumsi Program : 1. 48,4 % masyarakat menyatakan setuju jika kegiatan penebangan kayu pada kawasan hutan lindung dapat merugikan bagi kita semua 2. 79,0 % masyarakat percaya jika diterapkan kembali, hukum adat dapat mengatur sistem pengelolaan hutan secara adil dan bijaksana. 3. Lembaga pawang Uteun sudah ada sejak lama tetapi sudah tidak berfungsi lagi. 4. Hasil survei menunjukkan bahwa masyarakat memiliki rasa tanggung jawab terhadap kerusakan hutan yang terjadi, 32,6 % masyarakat menyatakan pihak kehutanan yang yang bertanggung jawab, 31,9 % menyatakan tanggung jawab kita semua, 19,0 % menyatakan bahwa kerusakan yang tejadi juga merupakan tanggung jawab masyarakat. 5. Masyarakat sangat tergantung kepada SDH terutama kayu, jadi tanpa adanya pengelolaan yang baik hutan akan rusak 6. Masyarakat mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan. 35,5 % masyarakat menyatakan kebakaran mengakibatkan tanaman muda mati, 24,2% menyatakan ketersediaan air berkurang, Asumsi Dasar : 1. Penguatan lembaga pawang uteun akan mendorong terciptanya sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang berkelanjutan terhadap hutan ulayat Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
71
2. Lembaga adat dapat menjamin kemudahan penerapan aturan pengelolaan sumberdaya hutan. 3. Dengan berfungsinya kembali Pawang Uteun maka akan mengurangi aktifitas pembukaan hutan, penebangan, dan kebakaran pada areal hutan. 4. Ancaman-ancaman seperti penebangan liar, pembukaan lahan dan kebakaran dapat dikurangi karena kontrol sosial lembaga adat 5. Dengan adanya lembaga pawang uteun pengelolaan hutan masyarakat akan lebih baik dan keterlibatan masyarakat akan lebih luas
Aktivitas 3.I: Seri Diskusi/Penjangkauan Kearifan Lokal dalam Pengelolaan SDA Mengapa melakukan aktivitas ini? Metode diskusi dapat efektif untuk memotivasi masyarakat agar mau menggali kembali aturan-aturan yang ada di tempat mereka Metode diskusi merupakan media interaktif sehingga dapat menjelaskan dan menjawab pertanyaan target audiens mengenai peran lembaga adat pawang uteun dalam melakukan pengelolaan hutan berkelanjutan Bagaimana menjalankan aktivitas ini? 1. Membuat agenda diskusi mengenai lembaga adat Pawang Uteun, antara lain: melakukan pemetaan hutan partisipatif dan pemetaan pemanfaatan sumberdaya hutan 2. Menghubungi tokoh masyarakat 3. Melakukan diskusi reguler satu bulan sekali Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini? Zakiah dan Tim Pride Siapa yang menjadi sasaran aktivitas ini? Tokoh Masyarakat di desa target Kapan dilaksanakan ? Kegiatan ini akan dimulai bulan Juni selama enam bulan sampai dengan November 2007 Dimana akan dijalankan? Kemukiman Lhoknga Asumsi atau Pertimbangan? Peningkatan pemahaman kelompok penghijauan melalui diskusi-diskusi akan mendorong perubahan perilaku dan kesadaran untuk mendukung pembentukan lembaga Pawang Uteun Syarat dasar aktivitas?
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
72
Materi cetak kampanye, termasuk factsheet, poster, booklet, lembar dakwah, dan sebagainya, Fasilitator diskusi, Materi diskusi Aktivitas 3.2: Billboard Lihat Aktivitas 1.12 Sasaran Antara 1 Aktifitas 3.3: Pin Kampanye Bangga Melestarikan Alam Mengapa melakukan aktifitas ini? Pin adalah barang yang dapat dikoleksi, dan menarik untuk dipakai oleh audiens, terutama anak-anak Bagaimana menjalankan aktifitas ini? 1. Merancang pin 2. Mencetak pin paling tidak 1500 buah 3. Mendistribusikan lewat program sekolah, penjangkauan masyarakat Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini? Zakiah dan Tim Pride Siapa yang akan menjadi sasaran aktifitas ini? Para pendidik, anak didik dan pemuda Kapan dilaksanakan ? Perancangan dan pencetakan dimulai pada bulan April 2007 dan pendistribusian dimulai pada Bulan Mei 2007 Dimana akan dijalankan? Seluruh desa yang berada dalam site program Kampanye Bangga PeNA Asumsi atau pertimbangan? Target audiens menyukasi disain pinnya dan memberikan kebanggaan untuk mengenakannya Bisa membawa pesan konservasi bagi masyarakat membantu mengingat pesan kampanye Syarat dasar aktivitas? Disain dan bentuk Pin, Slogan dan maskot, Percetakan Aktivitas 3.4: Bulletin Lihat Aktifitas 1.9 Sasaran Antara 1 Aktivitas 3.5: Fact sheet
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
73
Lihat aktivitas I sasaran I Aktivitas 3.6: Lembar Dakwah Lihat aktivitas 1.5 Sasaran Antara 1 Aktivitas 3.7: Poster Lihat aktivitas 1.2 Sasaran Antara 1 Aktivitas 3.8: Kalender 2 Tahunan Mengapa melakukan aktivitas ini ? Target audiens menyukai barang-barang yang dapat dimanfaatkan seperti kalender. Dengan memasukan pesan ke dalam kalender masyarakat dapat mengingat akan pentingnya pelestarian hutan Bagaimana melakukan aktivitas ini ? 1. Merancang materi & desain kalender 2. Mencetak setidaknya 1500 kalender 3. Distribusi langsung Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini ? Zakiah dan Tim Pride serta pihak lain Siapa yang menjadi sasaran ? Seluruh lapisan masyarakat yang terdapat di wilayah Kampanye Bangga Kapan akan dilaksanakan ? Perancangan Oktober - November 2007 dan pencetakan dan pendistribusian pada bulan Desember 2007 - awal Januari 2008 Dimana akan dijalankan ? Mukim Kueh, Lhoknga, Leupung Asumsi atau pertimbangan ? Kaleder yang materi yang kita kenal akan dapat membangkitkan rasa bangga pemiliknya pada kawasan Satu tahun kedepan, masyarakat masih mengingat serta menyadari akan apa yang telah mereka hasilkan dalam mendukung upaya pelestarian alam Syarat dasar aktivitas ? Materi pembuatan Kalender, Disain Kalender, Percetakan
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
74
Aktivitas 3.9: Study banding lembaga pawang Uteun Mengapa melakukan aktivitas ini? Studi banding memfasilitasi target audience untuk belajar dan mengenal inisiatif serupa (model lembaga pawang uteun) yang sudah berhasil di tempat lain. Bagaimana menjalankan aktivitas ini? 1. Koordinasi dengan kelompok target dan kelompok yang akan dijadikan tempat studi banding 2. Membuat agenda kunjungan 3. Persiapan logistik 4. Melakukan kunjungan Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini? Zakiah dan Tim Pride Siapa yang menjadi sasaran aktivitas ini? Tokoh Masyarakat di mukim Lhoknga Kapan dilaksanakan ? Kegiatan ini akan dilakukan pada bulan November-Desember 2007 Dimana akan di jalankan? Kemukiman Kueh Asumsi atau Pertimbangan? Tokoh masyarakat mau ikut studi banding dan setelah kunjungan studi banding diharapkan mereka dapat mengadopsi lembaga adat Pawang Uteun yang sudah dibentuk atau berfungsi di tempat lain Syarat dasar aktivitas? Persetujuan dari lembaga adat Pawang Uteun di tempat studi banding Aktivitas 3.10: Duek Pakat (Mufakat) Masyarakat Kemukiman Lhoknga Mengapa melakukan aktivitas ini? Duek Pakat atau membangun kesepakatan merupakan suatu kegiatan/media dalam pengambilan keputusan bersama yang sering dilakukan masyarakat. Hasil kesepakatan akan mendapat dukungan dari berbagai pihak dalam rangka inisiatif lembaga Pawang Uteun dalam pengelolaan sumberdaya hutan secara berkelanjutan Bagaimana menjalankan aktivitas ini? 1. Melaksanakan seri diskusi dengan berbagai pihak 2. Koordinasi dengan kelompok target yang akan terlibat dalam duek pakat 3. Melaksanakan duek pakat Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
75
4. Menyusun draff kesepakatan bersama Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini? Zakiah dan Tim Pride Siapa yang menjadi sasaran aktivitas ini? Tokoh masyarakat di mukim Lhoknga Kapan dilaksanakan ? Kegiatan ini akan dilakukan pada bulan November-Desember 2007 Dimana akan di jalankan? Kemukiman Kueh Asumsi atau Pertimbangan? Tokoh masyarakat mau ikut terlibat dalam diskusi-diskusi dan pembuatan kesepakatan inisiatif Pawang Uteun untuk sumberdaya hutan berkelanjutan Syarat dasar aktivitas? Persetujuan dari lembaga adat Pawang Uteun dan juga masyarakat di lokasi target
Sasaran IV
Pada bulan ke-12 program, meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai peran hutan sebagai perlindungan sumberdaya air dari 22% menjadi 40%. Sasaran yang dituju adalah : S.1; S.2; S.4 Faktor dalam model konsep yang dituju: Pengetahuan tentang konservasi Asumsi Program: 1. 61,3 % masyarakat menyatakan bahwa kegiatan penebangan berpengaruh terhadap ketersediaan Air. 2. 64,5 % masyarakat menyatakan bahwa kegiatan penebangan berpengaruh terhadap debit air sungai. 3. Kualitas air semakin jelek jika dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu. dinyatakan oleh 62,2 masyarakat, bahkan 7,5 % menyatakan sangat jelek. Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
76
4. Masyarakat memahami akan perubahan hutan yang terjadi jika dibandingkan dengan kondisi 10 tahun yang lalu, 41,6 % masyarakat menyatakan bahwa hutan semakin tandus, 15,6 % berpendapat bahwa air untuk kebutuhan pertanian menjadi kurang tersedia, 11,5 % menyatakan bahwa ganguan binatang buas semakin meningkat. 5. Dalam 6 bulan terakhir, 17, 4 % masyarakat terlibat dalam usaha perlindungan mata air. 31,2 % dari masyarakat yang terlibat telah melakukan kegiatan penanaman di sekitar mata air. Asumsi Dasar: Peningkatan pengetahuan mengenai peran hutan di dalam menjaga ketersediaan air akan mendorong masyarakat untuk mau terlibat aktif dalam pengelolaan hutan yang berkelanjutan
Aktivitas 4.1: Workshop Guru Mengapa melakukan aktivitas ini? Berdasarkan survei, guru merupakan satu sumber informasi yang sangat dipercaya dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya menyampaikan pesan konservasi pada anak didik. Sayangnya belum semua guru mempunyai pemahaman yang lengkap mengenai isuisu konservasi. Guru juga terlibat aktif dalam menyiapkan materi-materi pendidikan yang akan digunakan di dalam kampanye ini. Bagaimana melakukan aktivitas ini ? 1. Koordinasi dengan Dinas pendidikan 2. Koordinasi dengan sekolah 3. Menyiapkan jadwal, agenda, dan logistik kegiatan 4. Di dalam lokakarya ini, guru bekerja sama untuk menyiapkan materi pendidikan seperti panggung dan naskah pertunjukan boneka, lagu konservasi untuk anak, lembar dakwah untuk anak dand sebagainya Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini ? Zakiah dan Tim Pride Siapa yang menjadi sasaran ? Para guru SD atau sederajat Kapan akan dilaksanakan ? Bulan April – Mei 2007 Dimana akan dijalankan ? Di satu tempat yang akan ditentukan diantaranya di Mukim Kueh, Lhoknga serta Leupung. Asumsi atau pertimbangan ? Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
77
Guru-guru tertarik untuk dapat mengikuti workshopnya dan setelah itu para guru menjadi pendukung aktif dalam menyampaikan pesan-pesan konservasi Syarat dasar aktivitas ? Izin dari Dinas pendidikan dan sekolah, Materi workshop, Adanya peserta Aktifitas 4.2: Pelatihan Kader Pemuda Konservasi Mengapa melakukan aktifitas ini? Pemuda sebagai generasi penerus mempunyai peranan yang sangat strategis dalam upaya menyampaikan pesan-pesan konservasi, terutama dalam memberikan informasi mengenai konservasi dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk pengembangan konservasi. Dalam beberapa tahun ke depan mereka akan mempunyai peran yang lebih besar dalam masyarakat. Bagaimana menjalankan aktifitas ini? 1. Koordinasi dengan kelompok pemuda setempat 2. Persiapan dan pengembangan materi/modul serta pembicara. 3. Bersama kelompok pemuda merancang beberapa materi kampanye, seperti lagu konservasi dan buletin Siapa yang akan menjalankan aktifitas ini? Zakiah dan Tim Pride bekerja sama dengan instansi terkait Kapan dilaksanakan ? Bulan Juni - Juli 2007 Dimana akan dijalankan? Kemukiman Lhoknga Asumsi atau pertimbangan? Para Pemuda mau menghadiri pelatihan dan setelah pelatihan kepedulian mereka tentang lingkungan dan konservasi akan meningkat. Selanjutnya para pemuda akan terinspirasi untuk menyampaikan pesan-pesan konservasi kepada orang-orang di sekitarnya. Saat beranjak dewasa mereka tidak akan mengulangi kesalahan yang sama yang dilakukan orang tua mereka. Syarat dasar aktivitas? Adanya kelompok pemuda, Adanya materi, Adanya peserta, Adanya nara sumber Aktivitas 4.3: Cerdas Cermat Konservasi Mengapa melakukan aktivitas ini ?
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
78
Cerdas cermat merupakan sebuah kegiatan yang mendidik, menarik, merangsang dan menyenangkan, juga dapat membangkitkan pengaruh positif yang tinggi jika terfokus dengan baik. Cerdas cermat juga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan serta pengetahuan siswa tentang konservasi dan lingkungan hidup. Bagaimana melakukan aktivitas ini ? 1. Koordinasi dengan Dinas pendidikan 2. Koordiasi dengan sekolah 3. Pelaksanaan Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini ? Guru Sekolah, Komite Sekolah, Zakiah dan Tim Pride serta pihak lain Siapa yang menjadi sasaran ? SD atau sederajat Kapan akan dilaksanakan ? Bulan Desember 2007 sampai dengan Januari 2008 Dimana akan dijalankan ? Di sekolah yang terdapat di Mukim Kueh, Lhoknga serta Leupung. Asumsi atau pertimbangan ? Anak didik mau ikut lomba dan mereka mau mengafresiasikan lingkungan sekitarnya dengan lebih baik Cerdas cermat dapat mengasah pemahaman dan pengetahuan siswa akan kondisi alam sekitar Syarat dasar aktivitas ? Kesepakatan dan persetujuan dengan Dinas pendidikan serta Komite Sekolah, Adanya materi serta peralatan yang diperlukan, Adanya peserta, Adanya Hadiah, Sposor Aktivitas 4.4: Festival Dalail Khairat Lihat Aktifitas 1.9 pada Sasaran Antara I Aktivitas 4.5: Lomba Lukis Lihat Aktivitas 2.9 pada Sasaran Antara 2 Aktivitas 4.6: Poster Lihat Aktivitas 1.2 pada Sasaran Antara 1
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
79
Aktivitas 4.7: Fact sheet Lihat Aktivitas 1.1 pada Sasaran Antara 1 Aktivitas 4.8: Pin Kampanye Bangga Melestarikan Alam Lihat Aktivitas 3.3 pada Sasaran Antara 3 Aktivitas 4.9: Kunjungan Sekolah Mengapa melakukan aktivitas ini ? Berdasarkan hasil survei, guru merupakan sumber informasi yang paling dipercayai oleh masyarakat. Di samping itu, sekolah merupakan tempat para murid menimba ilmu secara formal. Dengan menyampaikan informasi konservasi dengan cara menarik dan berbeda dari kegiatan belajar sehari-hari diharapkan akan tumbuh generasi penerus yang memiliki pandangan dan pemahaman yang baik mengenai pentingnya menjaga kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan sekitarnya. Penyadartahuan konservasi dapat diberikan kepada anak-anak dengan metode edutaintment yaitu menggabungkan pendidikan dan hiburan sehingga lebih menarik. Bagaimana melakukan aktivitas ini ? 1. Mendata sekolah yang terdapat di wilayah target 2. Membangun komunikasi dengan pihak sekolah 3. Membuat rencana kegiatan/program untuk sekolah 4. Melakukan workshop guru untuk: a. Menyiapkan naskah presentasi dan program acara di sekolah b. Menyiapkan lagu konservasi untuk anak-anak 5. Menentukan jadwal kunjungan 6. Menyiapkan kostum flagship spesies Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini ? Zakiah dan Tim Pride Siapa yang menjadi sasaran ? Murid/Anak-anak sekolah Guru Komite Sekolah Kapan akan dilaksanakan ? Bulan Juli - Desember 2007
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
80
Dimana akan dijalankan ? Di sekolah yang terdapat di Mukim Kueh, Lhoknga serta Leupung. Asumsi atau pertimbangan ? Bentuk-bentuk kegiatan edutaintment di sekolah memberikan kesan yang mendalam sehingga pesan-pesan kampanye dapat dimengerti dan diingat serta diceritakan kepada orang dewasa yang ada di rumah atau di desa. Guru akan memiliki kapasitas untuk mengembangkan hal yang sama ketika kampanye selesai Syarat dasar aktivitas ? Ijin dari Dinas Pendidikan & Sekolah yang akan dikunjungi, Materi kunjungan: poster, factsheet, pin, kostum, naskah presentasi, lagu konservasi anak-anak Aktivitas 4.10: Komik Mengapa melakukan aktivitas ini ? Komik merupakan satu media cetak yang menarik dan diminati anak-anak, memasukkan pesan konservasi kedalamnya secara tidak langsung akan dapat menambah pemahaman anakanak mengenai konservasi Bagaimana melakukan aktivitas ini ? 1. Membuat naskah cerita (story line) 2. Mendisain komik 3. Mencetak setidaknya 1000 komik Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini ? Zakiah, seniman lokal dan Tim Pride Siapa yang menjadi sasaran ? Anak-anak usia sekolah dasar atau sederajat Kapan akan dilaksanakan ? Bulan Agustus - Oktober 2007 Dimana akan dijalankan ? Di sekolah yang terdapat di Mukim Kueh, Lhoknga serta Leupung. Asumsi atau pertimbangan ? Anak didik mau membaca komik Syarat dasar aktivitas ? Naskah cerita, seniman yang menggambar, input dari guru, percetakan Aktivitas 4.11: Lagu Konservasi Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
81
Mengapa melakukan aktivitas ini ? Penyampaian pesan melalui lagu akan mudah diingat karena disampaikan dalam bahasa yang sederhana dan lebih mudah dinikmati. Hasil survei menunjukkan, jenis lagu yang disukai masyarakat adalah dangdut, pop, dan qasidah. Bagaimana melakukan aktivitas ini ? 1. Menghubungi dan berdiskusi dengan seniman lokal atau kelompok pemuda 2. Membuat lirik lagu dengan pesan kunci kampanye 3. Membuat rekaman 4. Menyebarluaskan rekaman ke radio (Radio Baiturrahman & RRI Banda Aceh) juga memperdengarkan lagu-lagunya pada setiap kesempatan Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini ? Zakiah, seniman lokal dan Tim Pride Siapa yang menjadi sasaran ? Masarakat umum Kapan akan dilaksanakan ? Bulan Juli-Agustus 2007 Dimana akan dijalankan ? Di semua lokasi kampanye. Asumsi atau pertimbangan ? Masyarakat umum dapat menerima pesan konservasi karena melalui cara yang menghibur dan tidak mengancam. Syarat dasar aktivitas ? Adanya musisi lokal yang mau berpartisipasi, Studio rekaman, Stasiun radio mau menyiarkannya Aktivitas 4.12: Kostum Mengapa melakukan aktivitas ini ? Penyampaian pesan melalui kostum akan membuat anak-anak senang dan akan mudah untuk mengingatnya karena disampaikan dengan menarik sehingga menimbulkan kegembiraan Bagaimana melakukan aktivitas ini ? 1. Mencari penjahit yang bersedia membantu 2. Mendisain kostum 3. Penyampaian materi konservasi dengan menggunakan kostum melalui kunjungan sekolah ataupun pertunjukan di gampong yang ditujukan kepada anak-anak maupun ibu-ibunya Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini ? Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
82
Zakiah, seniman lokal dan Tim Pride Siapa yang menjadi sasaran ? Anak-anak yang ada dikemukiman Leupung,Kueh dan Lhoknga Kapan akan dilaksanakan ? Perancangan dan pembuatan kostum pada bulan Mei 2007. Kunjungan sekolah dan pertunjukan untuk anak-anak dimulai bulan Juni 2007 sampai selesai. Dimana akan dijalankan ? Semua kemukiman target Asumsi atau pertimbangan ? Anak-anak menerima pesan kampanye karena suka bermain dengan kostum maskot Syarat dasar aktivitas ? Factsheet, perancang/penjahit kostum, relawan yang mau menggunakan kostum Aktivitas 4.13: Panggung Boneka Mengapa melakukan aktivitas ini ? Panggung boneka menghibur juga memberikan pendidikan kepada anak-anak juga menumbuhkan rasa bangga pada orangtua karena ada sebagian dari mereka yang akan terlibat langsung dalam memerankan tokoh tersebut Bagaimana melakukan aktivitas ini ? 1. Pembuatan panggung boneka dan naskahnya (melalui lokakarya guru atau pelatihan pemuda) , 2. Penyusunan grup pentas panggung boneka 3. Menentukan tempat pentas 4. Membuat jadwal pentas 5. Membuat pengumuman setiap kali pertunjukan akan dilakukan Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini ? Tim sekolah, Zakiah, seniman lokal dan Tim Pride Siapa yang menjadi sasaran ? Anak-anak sekolah dan jika memungkinkan para orangtua Kapan akan dilaksanakan ? Bulan Mei 2007 - Januari 2008 Dimana akan dijalankan ? Kemukiman Leupung, Kueh dan Lhoknga Asumsi atau pertimbangan ? Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
83
Anak-anak memiliki peningkatan pengetahuan mengenai peran hutan karena secara tidak langsung menyerap informasi dari pertunjukan panggung boneka Syarat dasar aktivitas ? Persetujuan dari sekolah, factsheet, workshop guru, skrip panggung boneka, pemain, tempat Aktivitas 4.14: Bulletin Lihat Aktifitas 1.9 Sasaran Antara 1 Aktivitas 4.15: Sahabat Alam Mengapa melakukan aktivitas ini ? Anak-anak dan sekolah perlu diberi motivasi agar mau berkontribusi secara nyata dalam kegiatan perlindungan alam Bagaimana melakukan aktivitas ini ? 1. Konsultasi gagasan kepada pihak Dinas Pendidikan, Guru serta Komite Sekolah 2. Merumuskan kriteria serta mekanisme seleksi penilaian 3. Melakukan kegiatan penanaman yang merupakan salah satu persyaratan dilakukan oleh sekolah
yang harus
4. Menilai setiap kebun sekolah Siapa yang akan menjalankan aktivitas ini ? Panitia seleksi yang berasal dari berbagai unsur Siapa yang menjadi sasaran ? Siswa SD dan siswa SMP atau sederajat Kapan akan dilaksanakan ? Bulan Mei s/d Oktober 2007 Dimana akan dijalankan ? Di sekolah yang terdapat di Mukim Kueh, Lhoknga serta Leupung. Asumsi atau pertimbangan ? Sekolah dan murid-murid akan termotivasi untuk melakukan penanaman atau membuat kebun sekolah sendiri Syarat dasar aktivitas ? Kesepakatan serta dukungan dewan Guru serta Komite Sekolah, Adanya kriteria serta mekanisme penilaian, Adanya bibit tanaman yang akan di tanam, Tersedianya lahan, sponsor
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
84
9. RENCANA MONITORING GOAL : Terwujudnya sistem pengelolaan sumberdaya hutan berbasis masyarakat adat dalam pemanfaatan hasil hutan secara berkelanjutan untuk kesejahteraan generasi masa kini dan akan datang SASARAN ANTARA 1:
Di akhir program, terwujud pengelolaan sumber daya hutan berkelanjutan melalui penguatan lembaga adat lokal Pawang Uteun di kemukiman Leupung untuk menyelamatkan hutan seluas minimal 3000 ha STRATEGI MONITORING : Mendokumentasikan proses penguatan lembaga adat lokal Pawang Uteun APA
BAGAIMANA
Luas lahan di bawah pengelolaan Pawang Uteun
Pemetaan pertisipatif Identifikasi pemanfaatan SDA di kawasan yang akan dikelola oleh Pawang Uteun
Adanya acuan yang mengatur dan menjelaskan peran Pawang Uteun
Adanya peran dan tanggung jawab jelas dan tertulis dari Lembaga Pawang Uteun
Identifikasi dan dokumentasi peran Adat dalam pengelolaan sumberdaya hutan, termasuk di dalamnya: Diskusi Draf kesepakatan Rencana aksi Deklarasi
KAPAN
SIAPA
Mulai bulan 2 implementasi
Manajer Kampanye & tim Pride
Bulan 11 implementasi
Manajer Kampanye & team Pride
Bulan 11 implementasi
Manajer Kampanye & team Pride
Struktur Pawang Uteun Draft peran dan tanggung jawab masing-masing anggota Lembaga Adat
DI MANA
KETERANGAN
Persiapan di Kantor PeNA Pelaksanaan di Mukim Leupung
Persiapan di Kantor PeNA Pelaksanaan di Mukim Leupung
Persiapan di Kantor PeNA Pelaksanaan di Mukim Leupung
Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai Sasaran Antara 1, antara lain: Workshop Lembaga Adat Pemetaan Partisipatif Workshop Perencanaan Hutan Festival Dalail Khairat Booklet Manfaat Sumberdaya Hutan Berkelanjutan Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
85
Fact Sheet Hutan Lestari Lembar Dakwah/Syiar konservasi Poster Kampanye Bangga Deklarasi Hukum Adat
SASARAN ANTARA 2
Pada akhir program “Peudeep Lampoh” di mukim Kueh dengan menerapkan prinsip-prinsip ekologi dan keanekaragaman hayati untuk memberi manfaat ekonomi, sosial dan ekologi pada setidaknya luas lahan 1000 ha sehingga mengurangi ancaman pembukaan hutan untuk pertanian dan atau perkebunan. STRATEGI MONITORING : Mengukur luas lahan terlantar yang dikelola kembali dengan prinsip ekologi dan keanekaragaman hayati Mencatat kegiatan “peudeep lampoh” yang dilakukan di kemukiman target APA
Luas lahan terlantar yang dikelola kembali
Data kegiatan Peudeep Lampoh
BAGAIMANA
KAPAN
Identifikasi lahan yang akan dikelola kembali
Bulan 2 implementasi kampanye
Menghitung tingkat keanekaragaman hayati di lahan yang akan dikelola kembali (dibandingkan sebelum dan setelah kampanye) Mencatat secara periodik: tingkat keanekaragaman hayati di dalam lahan, jumlah jenis pohon lokal yang ditanam; jumlah bibit yang tumbuh baik;
SIAPA
DI MANA
Bulan 2 implementasi kampanye (dibandingkan dengan Bulan 12 implementasi)
Manajer Kampanye
Kemukiman Kueh
Mencatat secara periodik
Manajer Kampanye
Kantor PeNA
KETERANGAN
Kegiatan untuk mencapai Sasaran 2: Poster Factsheet Booklet Peudeep Lampoh dengan Prinsip Ekologi & Keanekaragaman hayati Penguatan Kelompok Penghijauan Pembuatan Kebun Bibit Lomba Lukis Lingkungan Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
86
Training Agroforestry Pekan Peudeep Lampoh Billboard Kampanye Bangga
SASARAN ANTARA 3
Pada akhir kampanye, masyarakat mukim Lhoknga sepakat membangun inisiatif pawang uteun untuk pengelolaan berkelanjutan dan penyelamatan hutan ulayat seluas 500 ha STRATEGI MONITORING:
Mendokumentasikan proses terbangunnya kesepakatan inisiatif pawang uteun untuk hutan Lhoknga APA Jumlah diskusi dan jumlah peserta yang membahas inisiatif Pawang Uteun
Draff Kesepakatan
BAGAIMANA
KAPAN
SIAPA
DI MANA
Bulan 4 – Bulan 9 implementasi
Manajer kampanye, tim Pride, & masyarakat
Kemukiman Lhoknga
Bulan 11 implementasi
Manajer kampanye
Kemukiman Lhoknga
KETERANGAN
Catatan jumlah orang yang diajak berdiskusi Catatan proses diskusi Dokumentasi proses diskusi (foto, notulensi/rekaman proses) Pernyataan tertulis masyarakat (tokoh pemimpin formal dan informal di tingkat mukim)
Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran adalah : Poster Factsheet Diskusi/Penjangkauan Masyarakat Billboard Pin Kampanye Bangga Melestarikan Alam Bulletin Lembar Dakwah Poster Kalender 2008 - 2009 Study banding lembaga pawang Uteun
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
87
SASARAN ANTARA 4
Pada bulan ke-12 program, meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai peran hutan sebagai perlindungan sumberdaya air dari 22% menjadi 40%. STRATEGI MONITORING: Mengukur perubahan pengetahuan masyarakat mengenai peran hutan sebagai perlindungan sumberdaya air APA
BAGAIMANA
Persentase responden yang mengetahui peran hutan sebagai pelindung sumberdaya air
Membandingkan hasil survei pra dan pasca kampanye
KAPAN
SIAPA
DI MANA
Survey awal: Nov 2006
Manajer Kampanye dengan dukungan enumerator
Di 21 desa target Kampanye Bangga
Survey akhir: Januari 2007
KETERANGAN
Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran : Poster Fact sheet Workshop Guru Pelatihan Kader Pemuda Konservasi Cerdas Cermat Konservasi Festival Dalail Khairat Lomba Lukis Pin Komik Lagu konservasi Kostum Pertunjukan Panggung Boneka Bulletin Kunjungan sekolah SAHABAT ALAM
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
88
Study literature dan penilaian lokasi
Pertemuan stakeholder 1; model konsep
Focus Group Discussions
Survey pra kampanye
Pertemuan stakeholder II
Perencanaan proyek
Implementasi Proyek
Merancang dan mencetak factsheet
Distribusi factsheet
Merancang dan mencetak poster
Distribusi poster
Merancang dan mencetak booklet SDA
Distribusi booklet undang2
Merancang dan mencetak pin
Distribusi pin
Membuat kostum
Pertunjukkan kostum
Workshop lembaga adat
Diskusi teknis dgn tokoh masyarakat
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
2
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.10
2.11
2.12
3
4
5
7
6
2
Sep-Des
1
2007
PraProyek
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
Pra Proyek
Kegiatan
1
NO
10. JADWAL KEGIATAN
89
8
9
10
11
12
1
2
2008 3
Membuat panggung boneka
Pertunjukkan penggung boneka
Lomba lukis
Kunjungan sekolah
Festival Dlail Khairat
Penyuluhan pertanian
Lembar dakwah
Diskusi Kelompok Tani
Deklarasi hukum adat
Pekan penanaman
Membuat Billboard
Pemasangan billboard
Merancang/mencetak booklet Peudep Lampoh
Mendistribusikan booklet Peudep Lampoh
Pekan Peudep Lampoh
Kebun bibit
Merancang komik
Distribusi komik
Duek Pakat
Study banding
Lagu konservasi
Workshop guru
Seri diskusi pengelolaan SDA
2.14
2.15
2.16
2.17
2.18
2.19
2.20
2.21
2.22
2.23
2.24
2.25
2.26
2.27
2.28
2.29
2.30
2.31
2.32
2.33
2.34
2.35
2.36
3
4
5
7
6
2
Sep-Des
1
2007
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
Pemetaan partisipatif
Kegiatan
2.13
NO
PraProyek
90
8
9
10
11
12
1
2
2008 3
Cerdas cermat
Workshop kelola hutan
Bulletin SDA
Perancangan dan pencetakan kalender
Distribusi kalender
Sahabat Alam (Lomba Kebun Sekolah)
Post campaign survey
Kembali ke IPB
2.38
2.39
2.40
2.41
2.42
2.43
3
4
3
4
5
7
6
2
Sep-Des
1
2007
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
Pelatihan kader konservasi
Kegiatan
2.37
NO
PraProyek
91
8
9
10
11
12
1
2
2008 3
11. DAFTAR PUSTAKA BKSDA, 2002, Maskot Flara Fauna Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Derek Colmes, Stephen N, 1999, Burung-burung di Sumatera dan Kalimantan. Departemen Pekerjaan Umum, Dinas Sumber Daya Air Provinsi NAD, 2006, Data Sungai Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, 2006, Informasi Sparsial Daerah Potensi Banjir dan Curah Hujan. Richard Margoluis, Nick S, 1998, Ukuran Keberhasilan (merancang, mengelola dan memantau proyek-proyek konservasi dan pembangunan). Schmidt dan Ferguson (sukocho, 1997). Sanusi, MS, 2002, Bunga Rampai Hukum Adat Aceh. Wetland International – Indonesia Program, 2005. Website: http:// www.sertit.u-strasbg.fr http : // www.bps.go.id/ news/tsunami/nad/table/II08umum.pdf
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
92
Dokumen Rencana Kerja Kampanye Bangga untuk DAS Kr. Aceh dan Kr. Geupu Zakiah – Yayasan PeNA
93