KEBIJAKAN UTANG PEMERINTAH : SUATU ANALISIS SKENARIO DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATN{ VECTOR ERROR CORRECTION MODEL Oleh: Azhar Bafadalt)
ABSTRACT Public debt is one of the sources of deficit financing, however, it is a burden to public budget. The objective of this research is to analyse the scenario of public debt policy on the macroeconomic stability (growth, inflation, net export, unemployment and investment). The analysis is undertaken by using a vector error corection model (VECM). Data used are of quarterly, covering 1980-2003. The increase in the deficit and debt service situation, it will have impact on decreasing output and increase inflation level in the short run as well as in the long run. The increase in debt service will decrease the net export and increase unemployment. The schema 2 will have a better impact on macroeconomic stability rather than schema l. One major implication of this analysis is that, the development strategy should be focused on increasing output so as to ultimately reduce the budget deficit.
Key words: debt, fiscal, output
PENDAHULUAN
Pada saat
ini
sumber
terbesar
pembiayan defisit anggaran diperoleh dari
utang. Utang luar negeri
pemerintah
Indonesia pada masa dan pasca krisis yang tertinggi dialami pada tahun 2003, dengan jumlah utang mencapai 81 666 juta US $. Sampai dengan triwulan pertama 2004, posisi utang pemerintah mencapai 82 I l3 juta US $
(Br,2004).
Pembayaran cicilan
utang
pemerintah akan dapat membebani fiskal, karena cicilan tersebut merupakan bagian pengeluaran rutin Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Jumlah cicilan
utang lndonesia setiap tahun
cukup
mengambil porsi yang tinggi dalam APBN.
Pada tahun 2001, jumlah cicilan utang
sebesar Rp 87.1 T (6.0o/oPDB) dan tahun 2004 dianggarkan Rp 68.5 T (3.4% PDB).
Beban bunga utang akan
memberatkan budget negara karena menyerap anggaran
yang tidak sedikit. Hal itu juga ditunjukkan dengan defisit anggaran yang terjadi selama
ini.
Selama periode 200A-2004, defisit
anggaran terbesar terjadi pada tahun 2001 sebesar Rp 40.5 T (2.8% PDB).
Pembiayaan defisit yang dilakukan pemeri$ah melalui pinjaman dalam dan luar negeri. Selama kurun waktu 1g9gl}0002004, pembiayaan luar negeri berfluktuasi dari tahun ke tahun. Penarikan pinjaman luar negeri terbesar terjadi pada tahun anggaran 1999/2000 sebesar Rp 43.6 T.
Namun penarikan tersebut tidak dapat sepenuhya dimanfaatkan untuk membiayai defisit anggaran karena pada tahun terseLut besarnya cicilan pokok utang luar negeri mecapai Rp 19.8 T, sehingga pembiayaan bersih untuk defisit APBN sebesar Rp 23.7 T. Kondisi yang berbeda ditunjukkan APBN 2004. Pembiayaan dari luar negeri menunjukkan besaran yang negatif, karena penarikan pinjaman yang berhasil diperoleh Rp 30.0 T, lebih kecil dari besarnya cicilan utang yang harus dibayar Rp 44.9 T. Akibatnya pembiayaan dari dalam negeri meningkat pesat mencapai Rp 39.8 T atau 2.0% dari PDB.
Kajian ini bertujuan menganalisis sejauhmana dampak guncangan (shoclcs)
kebijakan fiskal terhadap
stabilitas
makroekonomi. Rumusan tujuan secara spesifik yaitu : (l) membandingkan dampak kebijakan defisit dengan skenario membayar
utang dan skenario tidak membayar utang variabel makroekonomi
terhadap ) Staf Pengajar pada Jurusun
Sosek
d
Perlonian Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo.
keia"i
30
I
31
itu relatif konstan di masa atau sampai mencapai
(pertumbuhan ekonomi, inflasi, ekspor bersih, pengangguran dan investasi), (2) Mengkaji skenario kebijakan debt swaps terhadap variabel makroekonomi tersebut di
guncangan
atas.
makroekonomi dalam kaitannnya dengan stabilitas makroekonomi, dispesifikasikan dengan model VAR dan VECM. Spesifikasi model VAR sesuai dengan variabel yang
METODOLOGI
mendatang,
keseimbangan jangka panjangnya.
Hubungan antara
dimasukkan ke dalam model adalah
Kajian ini menggunakan pendekatan ekonometrika time series. Secara lengkap variabel yang dimasukkan ke dalam model adalah defisit anggaran (DF), cicilan utang (D), pengeluaran pembangunan (DE), produk domestik bruto (Y), tingkat harga konsumen (P), ekspor bersih (NX), pengangguran (UE), dan investasi (I).
Skenario yang diinginkan
e
adalah
membandingkan dampak kebijakan utang terhadap stabilitas makroekonomi dengan dan tanpa membayar cicilan utang. Oleh karena itu pada skenario tidak membayar cicilan utang maka variabel cicilan utang dibuat nol dan nilainya diagregasikan pada variabel pengeluaran pembangunan. Analisis yang digunakan adalah Impulse Respon Function (fRF). Dalam analisis empiris runtun waktu (time series), masalah utama yang dihadapi adalah data yang dihadapi tidak stasioner (non-stotioner). Bekerja dengan variabel-
variabel yang tidak stasioner akan menghasilkan hasil regresi yang semu
(spurious regression), dan kesimpulan lebih lanjut yang diambil kurang atau tidak bermakna (meaningless). Oleh karena itu langkah pertama yang harus dilakukan adalah menguji dan membuat data tersebut agar stasioner.
Model ekonometrika time series yang digunakan dalam penelitian vector error correction modelNECM (Thomas, 1995 dan Enders, 1995). Analisis yang digunakan adalah Innovotion accounting yaitu Impulse Respon Function (lRF), ?
sebagaimanayang dilakukan oleh Ward and
Siregar (2000). Analisis IRF
VAR (k), AuZ't + e,
variabel
:
Zr: At Za * Az 7na. + . . . + (l)
Untuk menganalisis isu
jangka
panjang, maka dari persamaan tersebut di atas dibentuk gabungan antara model VAR dan matriks kointegrasi yang menghasilkan kointegrasi model VAR (cointegraling VAR). Hal tersebut dapat direpresentasikan sebagai Vector Error Correction Model (VECM), dengan rumus umum sebagai berikut (Ward and Siregar, 2000) :
Ax,: I
k-l f; Ax1-1 +Fo
+ p1t+a0'x,-r*e, (2)
i:
I
dimana: Ax1 = x, - x,-1 k-l = Ordo VECM dari VAR; fi = Matriks koefisien regresi; pa : Vektor intercept; p1 : Vektor koefisien regresi; a : Matriks loading; B' Vektor kointegrasi; DF, D, DE, Y, P, NX, UE, I
Dap yang digunakan adalah
data
runtun waktu (time series) tiga bulanan tahun
1980-2003. Data diperoleh dari
berbagai
sumber seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), Departemen Keuangan (Depkeu), World Bank, dan sumber-sumber
lain.
Pengolahan dan analisis data menggunakan bantuan perangkat lunak (software) komputer program Interactive Econometric Analysis Microfit 4.0 .fn, Windows dan Eviews 4.1
.
mampu
menjelaskan dengan baik dampak dari suatu
guncangan (shocks) pada suatu variabel tertentu terhadap variabel lain mulai dari awal guncangan terjadi sampai pengaruh
AGRIPLUS,VoIUne 18 Nomor Lllanuati 2M8, ISSN0854-0U8
32
Berikut adalah analisis dari skenario membayar cicilan utang setiap tahunnya (Sl) dan skenario tidak membayar cicilan utang
HASIL DAN PEMBAHASAN Skenario Tidak Membayar Utang
(s2).
Di publik
terdapat berbagai saransaran pembayaran utang, antara lain penundaan pembayaran utang, rescheduling sampai penghapusan utang. Tertarik pada diskusi publik, analisis di bawah ini mencoba melihat skenario dimana Indonesia tidak membayar cicilan utang karena permintaan negara lain atau karena keinginan sendiri. Tabel
Analisis
PDB (%)
Tingkat Harga(%o)
Ekspor Bersih (%)
membayar cicilan utang dan cicilan utang
tersebut digunakan untuk
Investasi
'Iriwulan
Skenario I
20
40
SI
-a.26
S2
-0.39
-0.54 -0.4'l
-0.57 -0.48
S3
-0.24
-0.51
SI
0.76
L30
-0.52 r .30
S2
0.55 0.65
0.8
0.81
S3
5.14
Lt4
SI
3.91
2.91
3.28
S2
5.23
3.39 -8.83 -6.80 -5.87 0.66 -0.65 0.50
3.78 2.57 -6.44
4.09
S3 (o%)
S2 S3
SI Pengangguran (%)
S2 S3
* F
&
membiayai
pembangunan. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel I dan Gambar l.
SI
F
memaparkan dampak
Hasil Si m u lasi Dam pak G uncangan Kebi iakan Fiskal terhadap Stabi I itas Makroekonom Indikator
-E
ini
dari simulasi kebijakan utang. Simulasi yang dimaksud adalah jika Indonesia tidak
t
2.85
-4.21
-6.66 -4.59
-4.59
-4.81
.18
1.23
-0.50
-0.48 0. r6
I
0. t4
i
0
c i: c
*
a E
AGRIPLUS,Volume 18 lVomot Lltanuari 2008, ISSN0854-0129
a
JJ
ta
E e
l
t
t t
U
b
* E.
I o
E
g
F I d
R
qE
'a
'-
!
?
3
s
*
t$
Gambar
t
L
Respon Guncangan
Kebijakan Fiskal (Skenario I )
e
Guncangan kebijakan fiskal satu standar deviasi (eku ivalen pen ingkatan defi sit
Rp 5 322 milyar) menyebabkan PDB kontraksi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dengan pengeluaran rutin setiap periode untuk membayar utang anggaran
(selanjdtnya disebut Skenario l) maka PDB mengalami kontraksi dalam jarrgka pendek
(triwulan pertama) sebesar 0.26yo, dan dalam jangka panjang mengalami kontraksi 0.57%. Jika cicilan utang tidak dibayar dan
digunakan untuk membiayai pembangunan (selanjutnya disebut Skenario 2) maka
tampak bahwa dalam jangka panjang kontraksi PDB lebih kecil yaitu 0.48%. Walau selisihnya kecil, dapat dikatakan bahwa dengan dialihkannya dana cicilan untuk utang membiayai pembangunan maka perekonomian dapat ekspansi 0.lo/o relatif terhadap skenario dengan tetap membayar utang.
Indikator tingkat harga menunjukkan
terjadi inflasi baik dalam jangka pendek dan
Gambar
2. Respon
Guncangan Kebiiakan
Fiskal(Skenario 2)
jangka panjang akibat guncangan kebijakan fiskal. Dengan melakukan pembayaran utang sebagaimana lazimnya, inflasi dalam jangka pendek sebesar 0.76% dan dalam jangka panjang meningkat menjadi 1.30%. Jika tidak dilakukan pembayaran cicilarl utang, maka[aju inflasi dalam jangka pendek 0.55% dan dalam jangka panjang 0.81%. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan tidak membayar cicilan utang maka laju inflasi cenderung lebih kecil dibandingkan dengan skenario pembayaran utang. Dengan demikian, indikator inflasi menunjukkan
gejala yang baik bagi
stabilitas
makroekonomi dengan skenario 2.
Indikator ekspor bersih juga menunjukkan fenomena yang lebih baik dengan Skbnario 2. Dengan Skenario I maka dalam jangka pendek ekspor bersih tumbuh sebesar 3.91% dan dalam jangkg menengah (triwulan kedua puluh) tumbuh sebesar 2.91o/o. Keseimbangan jangka panjang ekspor bersih tumbuh
AGRIPLUS, Volume 18 Nonor 0lJanuari 2(M8, ISSN 0854-0128
3.28%.
34
Dengan Skenario 2 maka dalam jangka pendek ekspor bersih tumbuh lebih besar yaitu 5.23yo, jangka menengah tumbuh sebesar 3.78% dan dalam jangka panjang tumbuh 4.09%. Peningkatan ekspor bersih dengan Skenario 2 yang lebih besar merupakan indikator yang baik dalam mempertahankan
stabilitas makroekonomi.
Peningkatan
ekspor bersih Skenario 2 yang lebih besar dibandingkan Skenario I memberi kontribusi
dalam pada PDB Skenario 2, dimana kontraksinya lebih kecil dibandingkan dengan kontraksi PDB Skenario l.
Kinerja investasi dengan Skenario I dan Skenario 2 menunjukkan penurunan baik dalam jangka pendek dan jangka panjang. Penurunan investasi yang lebih besar dibandingkan peningkatan ekspor bersih menjadi penyebab kontraksi PDB. Penurunan investasi yang lebih besar pada
I disertai peningkatan ekspor bersih yang lebih kecil menyetrabkan kontraksi PDB pada Skenario I lebih besar dibandingkan pada Skenario 2. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa utang Skenario
pemerintah memberi dampak crowding out pada kemampuan investasi, sebagaimana yang ditemukan oleh Were (2001) di Kenya, Iyoha (1996) di Sub Sahara Afrika, Mbanga
dan Sikod (2001) ' di
Kamerun.
Pengampunan utang (debt forgiveness) mungkin mengurangi investasi di negara debitur (Helpman, I 989).
Dengan Skenario 2, indikator pengangguran menunjukkan gejala yang paling baik di antara variabel stabilitas makroekonomi lainnya. Dengan Skenario I maka pengangguran akan meningkat.
sebaliknya dengan Skenario 2 maka pengangguran akan menurun. Dalam.iangka pendek, Skenario I menunjukkan peningkatan pengangguran 0.660/o dan dalam
jangka panjang sebesar 1.23%. Dengan Skenario 2, baik dalam jangka pendek dan jangka panjang pengangguran mengalami
penurunan masing-masing sebesar 0.65%o dan
0.48%.
Penurunan pengangguran pada
Skenario 2 karena dalamjangka panjang ada
peningkatan
PDB sebesar 0.1% relatif
terhadap Skenario
I,
sehingga tenaga kerja
dapat diserap oleh ekspansi PDB.
Berdasarkan argumen di atas dapat dikatakan bahwa Skenario 2 akan membuat makroekonomi lebih baik dan lebih stabil baik dalam jangka pendek dan jangka panjang. lndikator makroekonomi dikatakan lebih baik karena PDB dapat ekspansi relatif
terhadap Skenario
I
sehingga mampu
mengurangi pengangguran, dengan tingkat inflasi yang lebih rendah, ekspor bersih juga
meningkat relatif terhadap Skenario l. Skenario 2 dikatakan lebih stabil karena antara gejolak jangka pendek dan jangka
panjang keempat variabel stabilitas relatif tidak berfluktuasi
makroekonomi
dibandingkan dengan Skenario
l.
Skenario Debt Swaps
lsu debt swaps selalu dilorrtarkan oleh negara-negara yang mempunyai utang yang besar dan mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah utangnya. Skema debt swups merupakan salah satu upaya kebijakan pemerintah lndonesia dalam menjaga keberlanjutan fiskal dari sisi pengelolaan utang luar negeri. Oleh karena itu, skenario berikut memperlihatkan dampak skema debl
swaps terhadap kinerja makroekonomi. Untuk maksud tersebut paqa variabel pengeluaran pembangunan ditantahkan nilai cicilan utang yang seharusnya dibayarkan ke negara kreditur sebesar 30%. Sehingga nilai pengeluaran pembangunan menjadi lebih
besar karena diagregasikan dengan cicilan utang sebesar 30Yo. Selanjutnya skema ini disebut Skenario 3 (S3). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel I dan Gambar 2. Hasil analisis menunjukkan balrwa dengan skema debt swaps, indikator PDB rnengalami kontraksi sebagaimana Skenario I dan Skernrio 2. Tampaknya tidak ada perbedaan yang berarti dari sisi output antara Skenario I dan Skenario 3. lndikator inflasi menunjukkan hahwa skema deht swaps menyebabl(an inflasi yang lebih tinggi daripada skenario tidak membayar utang (S2), tetapi lebih rendah daripada skenario
l). Kinerja ekspor bersih dengan skema eleht swaps menunjukkan peningkatan, tetap membayar utang (S
AGRIPLUS,Volume 18 lVomot Lllanuari 2008, ISSN0*S4-0US
c
35
dengan besaran yang lebih kecil daripada Skenario I dan Skenario 2 baik dalamjangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek, ekspor bersih meningkat sebesar 3.39Vo, dan dalam jangka panjang sebesar 2.85%. Sedangkan investasi mengalami penurunan yang lebih besar dibandingkan peningkatan ekspor bersih. Dalam jangka
demikian, skenario tanpa membayar utang (S2) memberikan dampak yang lebih baik dibandingkan skema dehl .swaps (Skenario 3). Hal tersebut wajar karcna dengan Skenario 2, pengeluaran pembangunan lebih
besar dibandingkan dengan Skenario 3, sehingga memberikan dampak yang lebih baik pada kinerja makroekonomi. Kedua hasil skenario di atas, yaitu Skneario 2 dan Skenario 3 dapat menjadi bahan justifikasi bagi pemerintah untuk dapat mengurangi beban anggaran melalui skema yang meringankan utang pemerintah, baik
pendek, investasi mengalami penurunan sebesar 5.87% dan dalam jangka panjang sebesar 4.81%. Resultante dari efek penurunan investasi yang lebih besar dibandingkan peningkatan ekspor bersih menjadi penyebab kontraksi PDB. Kontraksi
penundaan utang,
PDB
menyebabkan pengangguran mengalami peningkatan sebagaimana Skenario
l.
debt swaps
dan
pengurangan utang (sebgaimana yang akan diulas pada bagian berikutnya) agar beban
anggaran menjadi
Peningkatan pengangguran lebih
kecil dibandingkan Skenario l, dimana dalam jangka pendek pengangguran
lebih ringan
dan
memberikan stimulus positif pada kinerja
makroekonomi. Namun diakui,
meningkat 0.50oh dan dalam jangka panjang
upaya
tersebut bukan hal yang mudah karena tidak
hanya menyangkut aspek ekonomi, tetapi
sebesar 0.16%.
Berdasarkan hasil di atas dapat dikatakan bahwa skema debt swaps secara umum akan memberikan dampak yang baik pada kinerja makroekonomi sebagaimana skenario tidak membayar utang (S2). Namun
juga aspek politik dan hubungan bilateral serta multilaterat antara Indonesia dengan pihak kreditur. Dan untuk hal tersebut tidak dibahas dan di luar cakupan kajian ini.
o
?
s
I
o
t
U
F
E
Gambar
8
I
2. Respon
Guncangan Kebijakan Fiskal (Skenario 3)
Isu Pengurangan Utang Pemerintah Isu pengurangan utang pemerintah berkembang mengingat posisi utang
pemerintah sudah begitu besar dan akibat bencana alam yang menimpa dalam beberapa tahun terakhir ini. Dampak dari bencana
?
tsunami di Aceh dan Sumatera Utara telah memberi justifikasi kepada pemerintah untuk meminta penundaan pambayaran cicilan
utang kepada
negara-negara donor. cicilan utang ini setidaknya akan mempengaruhi beban Penundaan pembayaran
AGRIPLUS,YoIume 78 Nomor Lllanuari 2005, ISSN09S4-0128
36
APBN, karena cicilan utang diharapkan menjadi lebih ringan. Analisis di bawah ini akan menunjukkan bahwa peningkatan cicilan utang tidak memberikan dampak yang positif bagi stabilitas makroekonomi, sehingga perlu upaya menurunkan cicilan utang dalam rangka menjaga stabilitas makroekonomi. Guncangan kebijakan utang sebesar satu standar deviasi (ekuivalen peningkatan cicilan utang 64.8%) menyebabkan PDB kontraksi sebesar 1.0% dalamjangka pendek dan 0.8% dalam jangka panjang. Kontraksi PDB disebabkan penurunan ekspor yang
lebih besar
dibandingkan peningkatan investasi. Dalam jangka panjang, ekspor
sebagaimana harusnya; (2) dengan skenario tidak membayar cicilan utang, inflasi akan cenderung lebih rendah baik dalam jangka pendek dan jangka panjang. Ekspor bersih meningkat relatif lebih besar dibandingkan
dengan skenario tetap mambayar utang; (3) pengangguran mengalami penurunan dengan
skenario tidak membayar utang, sedangkan dengan skenario tetap membayar utang maka
terjadi peningkatan pengangguran; dan (4) skenario tidak membayar utarig dan dananya
digunakan untuk membiayai pembangunan, maka kondisi makroekonomi menunjukkan kinerja yang lebih baik dan lebih stabil dibandingkan dengan jika tetap dilakukan pembayaran utang sebagaimana mestinya.
bersih menurun sebesar 13.0% dan investasi
meningkat 7.0%. Akibat kontraksi PDB, pengangguran meningkat sebesar Lgyo dalamjangka pendek dan l.4o/o dalamjangka panjang. Kontraksi PDB ternyata disertai inflasi pada jangka pendek sebesar 0.03% dan 0.4o/o dalam jangka panjang. Inflasi tersebut dipicu oleh peningkatan money supply sebesar l.l% dalam jangka pendek dan 1.8% dalamjangka panjang.
Selain itu, dampak peningkatan cicilan utang akan menyebabkan anggaran mengalami defisit baik dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek, defisit anggaran sebesar Rp 315 milyar dan Rp 235.8 milyar dalam jangka panjang. Dengan bukti empiris di atas dapat menjadi justifi kasi untuk menurunkan cicilap utang sehingga dapat memberikan kontribusr positif bagi perekonomian nasional.
Penurunan utang nasional
Saran
Dalam pengelolaan utang
pemerintah sanggup meyakinkan negara kreditur untuk dapat mengurangi cicilan utang setiap tahunnya maka dalam jangka
panjang akan berdampak positif
bagi
perekonomian.
Pehingkatan pembayaran cicilan utang tidak mendesak dan tidak beratasan dilakukan, karena dalamjangka panjang akan dapat menurunkan output nasional 0.gyo, memicu inflasi 0.4Yo, menurunkan ekspor bersih l3Yo dan meningkatkan pengangguran 1.4%. Strategi pembangunan sebaiknya diarahkan pada upaya peningkatan output
dengan kebijakan fiskal yang
dapat
mengurangi defi sit anggaran.
akan
meningkatkan output melalui peningkatan kapital (Champ dan Freeman, 1990).
DAFTAR PUSTAKA
Bl. KESIMPULAN DAN SARAN
Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, beberapa edisi. Bank lndonesia, Jakarta
Champ,
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
maka
pemerintah diharapkan berusaha membayar utang sesuai jadwalnya. Bahkan iitca
penelitian
disimpulkan: (l) dengan skenario tidak membayar cicilan utang dan dananya digunakan untuk membiayai pembangunan, maka akan menurunkan PDB, tetapi penurunan tersebut tidak sebesar jika tetap dilakukan pembayaran cicilan utang
B. dan S. Freeman. 1990. Money, Output, and Nominal National Debt. The American Economic Review, 80(3):390-397.
Cuddington, J.T. 1996. Analysing the Sustainability of Fiscal Deficits in Developing Countries. Economics Department Georgetown Universify, Washington, D.C.
AGRIPLUS,Yolumc 18 Nomor Lllanuari 2Mg, ISSN01S4-0129
o
37
Enders,
W. 1995. Applied Econometric Series. John Wiley
Helpman,
E. 1989.
Debt-Equity
&
The Simple Analytics of
Swaps. The
Report
L. 1995. Modern Econometrics an lntroduction. Department of Economics, Manchester Metropolitan University. TJ
Thomas. R.
American
Economic Review, 7 9(3):44045 Hossain,
to be Presented at the AERC Biannual Research Workshop, Nairobi.
Time
Sons, lnc.
l.
A. dan A. Chowdhury. 1998. Open Economy Macroeconomics for Developing Countries. Edward Elgar
Press, Padstow.
Ward. B. D and
Publishing Limited. Cheltenham, UK.
External Debt and Economic GroWh in Sub-Saharan African Countries : An Econometric Paper Presented Workshop, Nairobi.
Mankiw,
at
AERC
N.G. 2000. Macroeconomics. Worth Publishers, New York.
Mbanga, G.N. dan F. Sikod. 2001. The Impact of Debt and Debt-Service Payments on
lnvestments
in Cameroon. A
Siregar. 2000. The Role of in
Explaining lndonesian Macro-Economic Fluctuations. Commerce Division
Iyoha. M. A. 1996. Study. A
l-1.
Aggregate Demand Shocks Discussion Paper No..
86,
Lincoln
University Canterbury. Were,
M. 2001. The Impact of External Debt on Economic Growth and Private lnvestment in Kenya : An Empirical Assessment. A Paper to be Presented at the Wider Development Conference on
Debt Reliel
l7-
l8 August 200 t,
Helsinky.
Final
cl
c.
AGRIPLUSTYolume 18 Nomot Lllanuari 200t, ISSN0*S4-0UB