Usulan Manajemen Persediaan pada PT X yang Meminimasi Expected Total Cost dengan Mempertimbangkan Known Price Increase Vincent Rosby1, Cynthia Prithadevi Juwono2 1,2) Fakultas
Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40141 Email:
[email protected],
[email protected]
Abstrak
PT X merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan batu. Batu yang didapatkan berasal dari gunung batu yang diledakkan sehingga menghasilkan kepingankepingan batu yang kemudian diolah untuk menghasilkan batu sesuai dengan ukurannya. Terdapat 13 buah bahan baku peledak yang digunakan untuk menghasilkan kepingan batu antara lain Powergell, Booster 400, Booster 200, Amonium nitrat, Detonating cord, Plain detonator, Safety fuse, Excel 12M 500 MS, Excel 18M 500 MS, TLD 17 MS, TLD 25 MS, TLD 42 MS dan Emulsion . Pada saat ini, PT X masih menggunakan intuisi dalam mengatur sistem persediaannya. Hal ini menyebabkan sering terjadinya penumpukan bahan baku peledak yang digunakan sehingga dapat membebani biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Pemesanan dengan menggunakan metode fixed interval time system secara joint order dapat diterapkan pada sistem persediaan PT X karena berasal dari satu supplier yang sama. Metode ini akan menentukan besarnya persediaan maksimum dari setiap bahan baku dan interval pemesanan yang dapat meminimasi biaya persediaan yang terjadi. Dalam melakukan pemesanan bahan baku, terdapat 5 skenario pemesanan yang diteliti. Hasil skenario terbaik adalah skenario pertama dengan pemesanan secara keseluruhan bahan baku yang menghasilkan total biaya sebesar Rp. 9.321.849.481. Pada saat terjadinya kenaikan harga, metode yang digunakan adalah known price increase. Metode ini akan digunakan untuk menentukan jumlah pemesanan khusus yang optimum agar dapat menghasilkan penghematan yang optimum. Pada tahun 2015, terjadi kenaikan harga pada bahan baku Booster 200 dan Booster 400. Penghematan yang didapatkan oleh perusahaan akibat dilakukan pemesanan khusus terhadap kedua bahan baku tersebut sebesar Rp. 4.025.290,03. Kata kunci: fixed order interval system, joint order, known price increase
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia industri terus menunjukkan adanya tingkat kemajuan dari perekonomian di Indonesia. Perusahaanakan melakukan berbagai cara untuk dapat meminimasi jumlah biaya yang dikeluarkan agar dapat memaksimasi pendapat yang diperoleh oleh perusahaan. Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan melakukan pengelolaan persediaan yang tepat. Dengan adanya pengelolaan persediaan yang tepat, maka perusahaan dapat memenuhi permintaan konsumen yang datang. Sebaliknya, persediaan yang cukup tinggi dapat mengakibatkan beban biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan guna menyimpan dan memelihara bahan baku tersebut di gudang.
PT X merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan batu granit. PT X memerlukan bahan baku peledak untuk memenuhi permintaan batu oleh konsumen dengan cara meledakkan gunung batu kemudian diolah menjadi batu sesuai dengan permintaan konsumen. Agar dapat memenuhi permintaan tersebut, PT X menyimpan bahan baku peledak dalam jumlah yang besar. Hal ini menyebabkan perusahaan perlu menanggung biaya penyimpanan yang cukup tinggi. Dengan adanya pengelolaan persediaan yang tepat, perusahaan dapat menentukan jumlah pemesanan dan waktu pesan yang tepat agar dapat meminimasi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Terdapat adanya masalah sistem persediaan pada PT X, hal ini didapatkan dari
hasil wawancara yang dilakukan kepada manager yang menyatakan bahwa jumlah persediaan saat ini yang dimiliki oleh perusahaan cukup besar. Selain itu, PT X belum menerapkan adanya metode persediaan tertentu dalam menentukan jumlah pemesanan dan waktu pemesanan yang tepat. Pemesanan saat ini masih bersifat perkiraan (intuisi) sesuai dengan kebutuhan produksi. Konsumen akan membeli batu kepada perusahaan lain apabila perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen tersebut. Untuk memperbaiki permasalahan yang terjadi, dibuatlah sebuah sistem persediaan usulan dengan menggunakan metode fixed order interval system, yaitu salah satu sistem persediaan yang menghitung berapa interval pemesanan dan inventori maksimum yang dapat meminimasi expected total cost. Selain itu, PT X mengetahui adanya informasi kenaikan harga pada tahun 2015. Namun, perusahaan belum memiliki kebijakan khusus dalam melakukan pemesanan khusus untuk memanfaatkan adanya penghematan yang terjadi. Dalam mengatasi masalah tersebut, dapat ditentukan dengan menggunakan metode known price increase, untuk mendapatkan adanya penghematan dengan melakukan pemesanan khusus pada bahan baku yang mengalami kenaikan harga. Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan, permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana sistem persediaan dengan menggunakan fixed order interval yang dapat meminimasi expected total cost pada PT X? 2. Bagaimana kebijakan PT X jika mengetahui adanya kenaikan harga pada masa yang akan datang? 3. Bagaimana perbandingan sistem persediaan awal dan sistem persediaan yang diberikan pada PT X? 1.3 Pembatasan Masalah dan Asumsi Batasan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Data bahan baku yang digunakan adalah data Juni 2014 hingga Juni 2016. 2. Penelitian hanya dilakukan pada bagian pemesanan dan inventory, tidak sampai pada bagian tahap produksi dan tahap selanjutnya.
Selain pemberian batasan, terdapat beberapa masalah yang diasumsikan. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Supplier dapat memenuhi kapasitas pemesanan bahan baku yang dipesan. 2. Tidak memperhitungkan adanya inflasi yang terjadi. 3. Pola permintaan bahan baku peledak yang akan datang mengikuti pola permintaan pada tahun 2015 hingga tahun 2016. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah yang telah disusun, tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah: 1. Mengetahui waktu dan jumlah pemesanan yang tepat dengan menggunakan metode fixed order interval untuk meminimasi expected total cost. 2. Mengetahui kebijakan yang tepat saat terjadi kenaikan harga bahan baku yang diberikan oleh supplier. 3. Mengetahui perbandingan antara sistem persediaan sekarang dengan sistem persediaan yang diusulan. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak perusahaan, pihak penulis, dan pembaca. Berikut merupakan manfaat penelitian yang dilakukan: 1. Bagi pihak perusahaan a. Mengetahui pengelolaan persediaan produk yang baik bagi PT X. b. Mengetahui kebijakan yang tepat saat terjadi kenaikan harga bahan baku peledak pada sistem persediaan PT. X. 2. Bagi penulis a. Dapat mengimplementasikan teori dan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan. b. Mengembangkan kemampuan identifikasi, analisis dan pemecahan masalah selama penelitian. 3. Bagi pembaca a. Memperoleh pengetahuan lebih dalam mengenai manajemen persediaan. b. Sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya yang sejenis. I.6 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian pada PT.X dapat dilihat pada Gambar 1.
komponen-komponen biaya persediaan yang terdiri dari Biaya pembelian (P) serta kenaikan harga yang terjadi (k), biaya pemesanan (L), biaya penyimpanan (H), dan biaya lost of sales (Ο). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode fixed order interval system. Perhitungan ini dimulai dengan melakukan pemesanan secara individual order pada 13 buah bahan baku peledak. Besarnya interval waktu pemesanan, Besarnya interval waktu pemesanan dan tingkat persediaan maksimum dari masing-masing bahan baku dapat dilihat pada Tabel 2.
Gambar 1. Metodologi penelitian
2. Pengumpulan dan Pengolahan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung mengambil data yang diberikan oleh perusahaan. Datadata yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi jenis bahan baku peledak yang diteliti dan data demand dari seluruh bahan baku peledak yang terdapat pada PT X pada periode Juli 2014 hingga Juni 2016. Bahan baku peledak yang digunakan oleh PT X dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis Bahan Baku Peledak yang Diteliti No Jenis Bahan Baku Satuan 1 Powergell Unit 2 Booster 400 Unit 3 Booster 200 Unit 4 Ammonium Nitrat Kg 5 Detonating Cord Meter 6 Plain detonator Unit 7 Safety fuse Meter 8 Excel 12 M-500 MS Unit 9 Excel 18 M-500 MS Unit 10 TLD 17 MS Unit 11 TLD 25 MS Unit 12 TLD 42 MS Unit 13 Emulsion Kg
Setelah mengetahui bahan baku peledak yang akan diteliti, selanjutnya dilakukan pengujian distribusi dari data penggunaan bahan baku peledak dengan Ξ± sebesar 5%. Hasil dari pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode Anderson-darling dan didapatkan bahwa penggunaan 13 buah bahan baku peledak memiliki distribusi normal. Selanjutnya dilakukan perhitungan biaya persediaan yang mempertimbangkan
Tabel 2. Rekapitulasi interval waktu pemesanan dan tingkat persediaan maksimum pada individual order No Bahan Baku T (Bulan) R (unit) 1 Powergell 0,137 264 2 Booster 400 0,097 183 3 Booster 200 0,137 203 4 Ammonium Nitrat 0,077 7.215 5 Detonating Cord 0,217 1.134 6 Plain detonator 1,057 113 7 Safety fuse 0,977 237 8 Excel 12 M-500 MS 0,137 213 9 Excel 18 M-500 MS 0,117 197 10 TLD 17 MS 0,237 97 11 TLD 25 MS 0,357 68 12 TLD 42 MS 0,237 100 13 Emulsion 0,077 17.750
Selanjutnya, dilakukan perhitungan dengan melakukan pemesanan secara joint order pada satu supplier. Perbedaan pemesanan secara individual order dengan joint order terdapat pada biaya pemesanan yang dilakukan apabila melakukan jumlah pemesanan lebih dari satu buah bahan baku peledak. Perhitungan joint order ini dilakukan dengan menggunakan 4 buah skenario yang ditentukan berdasarkan dari hasil perhitungan interval waktu pemesanan yang didapatkan pada perhitungan individual order. Pada skenario pertama, akan dilakukan pemesanan secara bersamaan pada 13 buah bahan baku. Skenario perhitungan ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Skenario perhitungan joint order pertama No Bahan Baku Pemesanan 1 Powergell 2 Booster 400 3 Booster 200 Joint Order 1 4 Ammonium Nitrat 5 Detonating Cord 6 Plain detonator 7 Safety fuse (lanjut)
Tabel 3. Skenario perhitungan joint order pertama (lanjutan) No Bahan Baku Pemesanan 8 Excel 12 M-500 MS 9 Excel 18 M-500 MS Joint Order 1 10 TLD 17 MS 11 TLD 25 MS 12 TLD 42 MS Joint Order 1 13 Emulsion
Skenario kedua akan dilakukan pemesanan pada 2 buah kelompok pemesanan. Skenario perhitungan ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Skenario perhitungan joint order kedua No Bahan Baku Pemesanan 1 Plain detonator Joint Order 1 2 Safety fuse 3 Powergell 4 Booster 400 5 Booster 200 6 Ammonium Nitrat 7 Detonating Cord Joint Order 2 8 Excel 12 M-500 MS 9 Excel 18 M-500 MS 10 TLD 17 MS 11 TLD 25 MS 12 TLD 42 MS 13 Emulsion
Skenario ketiga akan dilakukan pemesanan pada 3 buah kelompok pemesanan. Skenario perhitungan ini dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Skenario perhitungan joint order ketiga No Bahan Baku Pemesanan 1 Plain detonator Joint Order 1 2 Safety fuse 3 Booster 400 Joint Order 2 4 Ammonium Nitrat 5 Emulsion 6 Powergell 7 Booster 200 8 Detonating Cord 9 Excel 12 M-500 MS Joint Order 3 10 Excel 18 M-500 MS 11 TLD 17 MS 12 TLD 25 MS 13 TLD 42 MS
Pada perhitungan skenario ketiga, interval waktu pemesanan optimal yang didapatkan pada kelompok pemesanan kedua dan ketiga memiliki nilai yang sama yaitu 0,077 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa pemesanan kedua dan ketiga dapat dilakukan secara bersamaan sehingga skenario ketiga sama halnya dengan skenario kedua. Selanjutnya, pada skenario keempat akan dilakukan pemesanan pada 4 buah kelompok pemesanan. Skenario perhitungan ini dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Skenario perhitungan joint order keempat No Bahan Baku Pemesanan 1 Plain detonator Joint Order 1 2 Safety fuse 3 Booster 400 Joint Order 2 4 Ammonium Nitrat 5 Emulsion 6 Powergell 7 Booster 200 Joint Order 3 8 Excel 12 M-500 MS 9 Excel 18 M-500 MS 10 Detonating Cord 11 TLD 17 MS Joint Order 4 12 TLD 25 MS 13 TLD 42 MS
Pada perhitungan joint order keempat, didapatkan bahwa interval waktu pemesanan optimal pada kelompok pemesanan kedua dan ketiga memiliki nilai yang sama yaitu 0,077 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa dapat dilakukan pemesanan secara bersamaan pada kelompok pemesanan kedua dan ketiga sehingga pada skenario ini menghasilkan 3 buah kelompok pemesanan. Selanjutnya dilakukan perbandingan pemesanan dari setiap skenario pemesanan yang terdiri dari pemesanan secara individual order dan joint order pada setiap skenarionya. Perbandingan ini dilihat dari total biaya yang dihasilkan pada masing-masing skenario pemesanan yang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Perbandingan skenario pemesanan Skenario Total Biaya (IDR) 0 9.323.477.935 1 9.321.849.481 2 9.321.855.519 3 9.321.855.519 4 9.322.076.739 Berdasarkan Tabel 7. Didapatkan bahwa skenario joint order pertama akan dipilih sebagai sistem persediaan yang akan diusulkan kepada PT X yaitu dengan melakukan pemesanan secara bersamaan pada 13 buah bahan baku.
Selain menentukan sistem persediaan yang diterapkan kepada perusahaan, akan ditentukan juga kebijakan yang perlu diambil apabila adanya kenaikan harga bahan baku peledak yang pernah terjadi pada tahun 2015. Berdasarkan informasi yang didapatkan, terdapat dua buah bahan baku yang mengalami kenaikan harga yaitu Booster 200 dan Booster 400. Dalam mengatasi adanya kenaikan harga tersebut, metode yang dapat digunakan adalah metode known price increase. Perhitungan
dengan menggunakan metode ini dilakukan dengan menggunakan dua buah kasus yaitu : 1. Kenaikan pada salah satu jenis bahan baku peledak 2. Kenaikan pada dua buah jenis bahan baku peledak Setelah adanya kejadian kenaikan harga, terjadi perubahan interval waktu pemesanan dan tingkat persediaan maksimum dari bahan baku Booster 200 dan Booster 400. Tabel 8 merupakan perubahan nilai interval waktu pemesanan dan tingkat persediaan maksimum setelah terjadinya kenaikan harga.
Jumlah pesanan akhir = (πππ β Lama pemakaian (bulan) β Toptimum idividual order x (Frekuensi pemesanan β 1) + Ο) π₯ Keterangan : Ξ» : Rata-rata peledak Ο : Lead time
π
Pers.3
12
penggunaan
bahan
baku
Ilustrasi perhitungan dengan menggunakan metode known price increase untuk setiap kasusnya dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.
Tabel 8. Perubahan individual order setelah kenaikan harga Sebelum Kenaikan Setelah Kenaikan Harga Harga Produk R T (bulan) R (unit) T (bulan) (unit) Booster 0,097 183 0,077 367 400 Booster 0,137 203 0,117 307 200
Dari setiap kasus perhitungan dengan menggunakan metode known price increase, hal yang perlu diperhatikan adalah jumlah pemesanan khusus yang dilakukan pada bahan baku yang mengalami kenaikan harga dan lama waktu siklus (Tmc ). Waktu siklus (Tmc ) merupakan waktu yang dibutuhkan pada saat melakukan pemesanan khusus hingga seluruh bahan baku yang dipesan secara joint order bertemu. Nilai Tmc dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 1. πππ = ππππ‘πππ’π πππππ‘ πππππ π₯ πΏπππ πππππππππ (ππ’πππ)
π
ππ’πππ’π (
ππππ‘πππ’π πππππ‘ πππππ
)
Pers.1
Untuk kenaikan dua buah bahan baku peledak yang terdapat pada kasus kedua, bahan baku yang memiliki lama penggunaan lebih lama akan dijadikan sebagai dasar perhitungan waktu siklus. Bahan baku yang memiliki lama penggunaan lebih kecil akan dilakukan pemesanan secara secara individual order untuk mencapat titik Tmc . Frekuensi pemesanan yang diperlukan serta jumlah pemesanan yang dibutuhkan pada saat melakukan pemesanan secukupnya dapat dilihat pada persamaan 2 dan persamaan 3. Frekuensi pemesanan πππΆ βπΏπππ πππππππππ (ππ’πππ)
=Roundup (
ππππ‘πππ’π ππππ£πππ’ππ πππππ
Gambar 2. Known price increase kasus satu
)
Pers.2
Gambar 3. Known price increase kasus dua
Proses perhitungan dengan menggunakan metode ini dimulai dari perhitungan pemesanan khusus dari masing-masing bahan baku peledak yang mengalami kenaikan harga, kemudian menentukan lama pemakaian dari masing-masing bahan baku peledak yang dilakukan pemesanan khusus. Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai waktu siklus (Tmc ). Kemudian dilakukan perhitungan frekuensi pemesanan dan jumlah pemesanan yang
diperlukan untuk mencapai titik Tmc tersebut. Selanjutnya akan dilakukan pemesanan secara joint order kembali berdasarkan skenario pemesanan joint order yang telah dipilih. Dalam menentukan kebijakan yang dapat diambil apabila adanya informasi kenaikan harga, perlu dilakukan perhitungan terlebih dahulu total penghematan yang didapatkan apabila melakukan pemesanan khusus. Total penghematan dari masing-masing kasus dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Total penghematan setiap kasus Kasus
Total Penghematan
1
IDR 4.030.455
2
IDR 4.025.290
Berdasarkan Tabel 8 diperoleh adanya penghematan apabila melakukan pemesanan khusus pada kasus pertama dan kedua. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat menerapkan kebijakan dengan menggunakan metode known price increase dikarenakan perusahaan dapat memperoleh adanya penghematan dengan melakukan pemesanan khusus pada bahan baku Booster 200 dan Booster 400. 3. Analisis Perbedaan antara sistem persediaan usulan yang diberikan pada PT X dengan sistem persediaan saat ini dapat dilihat pada Tabel 9. Perbedaan sistem persediaan tersebut dapat dilihat dari 4 faktor yang meliputi sistem persediaan yang dimiliki, kebijakan apabila mengetahui adanya kenaikan harga bahan baku, penentuan jumlah safety stock dan perhitungan biaya persediaan. Tabel 9. Perbandingan sistem persediaan sekarang dan usulan Sistem Sistem Usulan Sekarang Menggunakan Menggunakan metode Fixed intuisi dan Jenis sistem forecast Order Interval 1 persediaan dengan joint permintaan order setiap tahun Menggunakan Perusahaan Kebijakan pemesanan tidak ketika diketahui khusus yang 2 melakukan akan terjadi menghasilkan pemesanan kenaikan harga penghematan khusus optimum (lanjut)
No Perbandingan
Tabel 9. Perbandingan sistem persediaan sekarang dan usulan (lanjutan) No Perbandingan
3
Safety stock
4
Perhitungan biaya persediaan
Sistem Sistem Usulan Sekarang Perusahaan Diperhitungkan belum dengan menentukan mempertimbang jumlah safety kan adanya stock dengan variansi data tepat. permintaan Perusahaan belum Telah melakukan melakukan perhitungan perhitungan biaya total biaya persediaan persediaan secara keseluruhan
Dengan menggunakan sistem persediaan usulan, perusahaan mampu mengurangi jumlah persediaan akibat kelebihan bahan baku peledak sebagai contoh pada bahan baku powergell sebesar 1.985 unit menjadi 230 unit. 4. Kesimpulan dan Saran Setelah dilakukan pengolahan data sebelumnya, selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai berikut: 1. Sistem persediaan yang diusulkan kepada PT X adalah metode persediaan fixed order interval system dengan melakukan pemesanan seluruh bahan baku secara bersamaan (joint order) dengan interval waktu pemesanan sebesar 0,077 bulan atau 2 hari dan tingkat persediaan maksimum yang berbeda-beda dari masing-masing bahan baku peledak. Dengan menerapkan metode ini, besar total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp. 9.321.849.481 per tahun. 2. Kebijakan yang dapat diterapkan oleh PT X pada saat terjadinya kenaikan harga bahan baku adalah dengan menggunakan metode known price increase. Penerapan kebijakan ini dilakukan apabila perhitungan penghematan yang diperoleh dengan metode tersebut memiliki nilai positif. Apabila nilai penghematan memiliki nilai negatif, maka sebaiknya perusahaan tetap melakukan pemesanan tanpa melakukan pemesanan khusus pada bahan baku yang mengalami kenaikan harga. Pada penelitian ini, perusahaan dapat menerapkan kebijakan dengan menggunakan metode known price increase dengan melakukan pemesanan khusus pada bahan baku Booster 200 dan Booster 400 sebanyak 2.291 pcs dan
2.767 pcs dengan mendapatkan total penghematan sebesar Rp. 4.014.120,88. 3. Perbandingan sistem persediaan sekarang dan usulan dilakukan berdasarkan adanya faktor-faktor pembanding yaitu jenis sistem persediaan yang dimiliki oleh perusahaan, kebijakan ketika mengetahui adanya kenaikan harga pada bahan baku peledak, jumlah safety stock yang ditetapkan dan perhitungan biaya persediaan yang telah dilakukan. Setelah melakukan pengolahan data dan menarik kesimpulan, saran yang dapat diberikan sebagai berikut : 1. PT X dapat menerapkan sistem persediaan yang telah diusulkan dengan menggunakan metode fixed order interval system dengan cara melakukan pemesanan secara joint order pada seluruh bahan baku peledak yang digunakan. 2. PT X menggunakan langkah-langkah perhitungan pada metode known price increase apabila mengetahui adanya informasi mengenai kenaikan harga bahan baku peledak agar dapat memastikan penghematan yang diperoleh apabila melakukan pemesanan khusus terhadap bahan baku peledak yang mengalami kenaikan harga. Daftar Pustaka Fogarty, D. W., Blackstone dan Thomas R. H. (1991). Production and Inventory Management, 2nd edition. South Western Publishing, Cincinnati, USA. Hadley, G. dan Whitin, T. M. (1963). Analysis of Inventory Systems. London: Prentice Hall International. Taha, H. A. (2007). Operations Research : An Introduction, 8th ed., Pearson Hall, New Jersey. Taslim, H. N. (2016). Usulan Perbaikan Sistem Persediaan Bahan Baku Pada Zuppa Ice Cream Dengan Mempertimbangkan Known Price Increase. Tugas Akhir, Jurusan Teknik Industri Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Bandung. Tersine, R. J. (1994). Principles of Inventory And Materials Management Fourth Edition. Pretince Hall International Edition. Englewood Cliffs, New Jersey, USA.