KEBIJAKAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN PAKAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KLASIFIKASI PRODUK PADA PT. X Jazilatur Rizqiyah Deviabahari, Suparno Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email:
[email protected]; Abstrak PT. X merupakan produsen pakan ternak terbesar di Indonesia. Dalam melakukan proses bisnisnya, perusahaan menggunakan sistem make to stock, dimana terdapat ketidakpastian permintaan dan pasokan yang sangat tinggi. Karena ketidakpastian permintaan yang tinggi menyebabkan perusahaan menerapkan adanya persediaan cadangan. Masalah yang sering dihadapai dalam persediaan adalah berapa jumlah stok yang harus disediakan perusahaan agar tidak terjadi overstock maupun stockout sehingga service level yang dicapai perusahaan tinggi dan dapat meminimasi total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan. Terjadinya overstock maupun stockout dapat menyebabkan manajemen perusahaan menjadi tidak efektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode yang tepat digunakan dalam mengendalikan persediaan pakan pada PT. X berdasarkan klasifikasi produk. Metode yang digunakan adalah penggunaan kebijakan pengendalian persediaan continuous review (s,S) dan periodic review (R,s,S) untuk pakan fast moving (kelompok A) serta kebijakan pengendalian persediaan continuous review (s,Q) dan periodic review (R,S) untuk pakan dengan reguler dan slow moving (kelompok B dan C). Dari perbandingan masing-masing metode usulan dengan kondisi existing maka akan diambil metode yang dapat memberikan total biaya persediaan minimum. Kata kunci: continuous review, kebijakan pengendalian persediaan, klasifikasi ABC, periodic review Abstract X Inc. is the largest animal feed producer in Indonesia. In conducting its business process, the company uses make to stock system, in which, there is a very high uncertainty demand and supply. Due to high uncertainty demand, the company implements a backup inventory. The most frequent problem faced in inventory is how much stock should be provided by the company to avoid overstock and stockout, so that the service level achieved by the company is high, and it can minimize the total of inventory costs spent by the company. Overstock and stockout occurrences can cause the company's management become ineffective and inefficient. This study aims to get the method which is appropriate used in controlling the supply of feed at X Inc. based on the product classifications. The method is using inventory control policy of continuous review (s, S) and periodic review (R, s, S) for fast moving feed (A group), and also inventory control policy of continuous review (s, Q) and periodic review (R, S) for regular and slow moving feed (B and C groups). From the comparison of each proposal method with the existing conditions, then it will be taken a method that can provide minimum inventory cost total. Key words: ABC classification, continuous review, inventory control policy, periodic review
persediaan melebihi 25% dari nilai keseluruhan aset yang dimiliki. Banyak hal-hal yang menyebabkan manajemen perusahaan menjadi tidak efektif dan efisien. Salah satu penyebabnya adalah adanya overstock dan stockout pada persediaan. Pengelolaan persediaan yang efektif terutama dalam hal material maupun produk jadi merupakan hal yang krusial bagi perusahaan karena menyangkut performansi berbagai
1. Pendahuluan Persediaan memiliki peranan yang sangat penting dalam perusahaan. Saat ini pengendalian persediaan yang efektif merupakan kontribusi penting dalam mencapai kesuksessan sebuah perusahaan. Persediaan dapat ditimbulkan karena adanya ketidakpastian, perbedaan lokasi, dan motif ekonomi (Pujawan, 2005). Menurut Pujawan dan ER (2010), saat ini banyak perusahaan yang memiliki nilai 1
organisasi. Hal tersebut dapat serius berpengaruh terhadap fungsi finansial, produksi, dan marketing dari berbagai organisasi (Tersine, 1994). Menurut Silver dan Peterson (1985), kebijakan replenishment dikelompokkan menjadi dua, yaitu : continous review dan periodic review. sistem (s,Q) dan sistem (s,S) merupakan bentuk pengendalian persediaan continous review , sedangkan sistem (R,S) dan sistem (R,s,S) adalah bentuk dari kebijakan periodic review. PT. X merupakan pabrik penghasil pakan ternak terbesar yang memiliki 40% pangsa pasar di Indonesia. Sampai saat ini perusahaan mempunyai 162 jenis pakan ternak. Sistem bisnis yang dijalankan perusahaan yaitu make to stock dimana tingkat ketidakpastian demand sangat tinggi. Karena perusahaan menginginkan service level yang tinggi, maka nilai safety stock yang ditetapkan juga besar sehingga sering terjadi kelebihan persediaan (overstock) pada pakan. Karena itu perlu diterapkan kebijakan pengendalian persediaan yang tepat sehingga didapatkan jumlah persediaan yang optimal untuk meminimasi terjadinya overstock ataupun stockout. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode mana yang tepat digunakan dalam mengendalikan persediaan pakan ternak pada PT. X berdasarkan klasifikasi produk dengan membandingkan kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan dengan metode yang diusulkan. Metode usulan adalah penggunaan kebijakan continuous review (s,S) dan periodic review (R,s,S) untuk pakan fast moving (kelompok A), kebijakan continuous review (s,Q) dan periodic review (R,S) untuk pakan reguler dan slow moving (kelompok B dan C).
material fast moving dan lead time pemesanan pendek, metode periodic review (R,s,S) untuk fast moving dengan lead time panjang, MRP (silver meal dan least unit cost) untuk material jenis intermitten dan lead time panjang dan pendek. Sedangkan pada penelitian kali ini dilakukan untuk mendapatkan metode yang tepat dalam pengendalian persediaan pakan dengan menggunakan kedua metode continous review dan periodic review. 3. Metodologi Penelitian Terdapat lima tahap yang dilakukan dalam penelitian ini. Tahap pertama adalah melakukan studi pustaka dan studi literatur. Tahap ini merupakan tahap awal untuk memulai penelitian. Dalam studi pustaka, penulis mengumpulkan berbagai sumber yang akan digunakan terkait dengan penelitian yang dilakukan, seperti dari jurnal dan buku mengenai konsep persediaan, kebijakan pengendalian persediaan, klasifikasi ABC, dan lain sebagainya. Dalam studi lapangan, peneliti terjun langsung ke perusahaan yang akan diamati untuk mengumpulkan informasi terkait kondisi perusahaan, aliran produksi, dan data historis perusahaan. Tahap kedua adalah melakukan pengumpulan data terkait penjualan pakan, produksi per periode, lead time produksi, minimum order quantity, posisi persediaan, biaya setup, biaya produksi, biaya penyimpanan, biaya shortage, dan data terkait lainnya. Tahap ketiga adalah pengolahan data. Pertama-tama berdasarkan data historis penjualan pakan, akan dilakukan klasifikasi produk menggunakan metode ABC dimana produk diklasifikasikan berdasarkan pendapatan penjualan per hari. Kemudian dipilih tiga pakan yang mewakili masing-masing kelompok untuk dilakukan generate demand selama 31 hari mendatang dengan menggunakan simulasi Monte Carlo. Langkah selanjutnya yaitu menghitung persediaan masingmasing pakan berdasarkan kondisi existing perusahaan dan dengan target service level yang berbeda. Kemudian menghitung persediaan dengan metode s,S dan R,s,S untuk pakan fast moving (kelompok A), dan metode s,Q dan R,S untuk pakan reguler dan slow moving (kelompok B dan C). Hasil dari pengolahan data ini adalah fill rate, service level aktual, dan total biaya persediaan yang nantinya akan dibandingkan dari masing-masing metode tersebut. Tahap keempat adalah melakukan analisis dari hasil perhitungan persediaan untuk masing-masing metode. Kemudian dilakukan perbandingan dari hasil perhitungan tersebut metode mana yang dapat memberikan penghematan total biaya persediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Sehingga nantinya dapat diketahui metode mana yang tepat digunakan
2. Penelitian Sebelumnya Topik tentang kebijakan pengendalian persediaan sudah banyak dilakukan penelitian. Hal ini dikarenakan persediaan memiliki peranan yang sangat penting bagi perusahaan terutama yang bergerak di bidang make to stock. Berikut adalah beberapa penelitian tugas akhir yang juga berkaitan dengan kebijakan pengendalian persediaan. Metode s,S digunakan oleh Samantha (2004) dalam merencanakan kebutuhan bahan baku untuk produksi pakan ternak. Anggraeni (2004) juga menggunakan metode s,S dan R,s,S untuk mengendalikan persediaan produk pertamina. Tahun 2010 Wirawan menggunakan metode R,s,S dalam pengendalian persediaan spare part di PT. GMF. Tahun 2011 Heningtyas menggunakan metode s,Q dalam mengendalikan persediaan bahan baku untuk pakan ternak. pada tahun yang sama Kurniawati (2011) menggunakan metode continous review (s,S) untuk mengendalikan persediaan dengan karakteristik 2
untuk mengendalikan persediaan pada pakan fast moving, reguler, dan slow moving. Tahap terakhir adalah penarikan kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis sehingga dapat menjawab tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan.
Total Biaya
Perbandingan Total Biaya
4. Hasil dan Diskusi Berdasarkan hasil pengklasifikasian produk menggunakan metode ABC, dari ke-67 jenis pakan, 14 pakan termasuk dalam kelompok A (pakan fast moving) yang menyumbangkan 79,63% dari total penjualan pakan butiran. Kemudian 20 pakan masuk dalam kelompok B (reguler moving) yang menyumbangkan 16,77% dari total pendapatan penjualan. Dan sisanya yaitu 34 jenis pakan termasuk dalam kelompok C (slow moving) dengan menyumbang hanya 3,88% pendapatan penjualan. Kemudian berdasarkan kelompok tersebut dipilih kode pakan 511, BP11B, dan L104 dalam mewakili perhitungan yang akan dilakukan. Ketiga pakan tersebut kemudian dilakukan generate permintaaan selama 31 hari ke depan. Generate ini menggunakan simulasi Monte Carlo berdasarkan distribusi probabilitas data historis. Dari uji verifikasi dan validasai data diperoleh bahwa generate demand yang dilakukan tidak berbeda jauh dengan data historisnya, sehingga bisa dilakukan perhitungan ke tahap selanjutnya. Setelah mendapatkan permintaan selama 31 hari kedepan kemudian masing-masing pakan dilakukan perhitungan persediaan pada kondisi existing dan dengan metode yang diusulkan dengan berbagai target service level. Untuk pakan 511 karena termasuk pakan fast moving maka metode usulannya adalah kebijakan pengendalian persediaan continuous review s,S dan periodic review R,s,S. Sedangkan untuk pakan BP11B dan L104 menggunakan metode usulan continuous review s,Q dan periodic review R,S. Gambar 4.1 dan Tabel 4.1 adalah perbandingan hasil perhitungan persediaan untuk masing-masing pakan. Dari tabel dan gambar tersebut dapat diketahui bahwa secara keseluruhan metode s,S menghasilkan total biaya persediaan minimum diikuti dengan metode existing dan metode R,s,S. Semakin besar target service level maka semakin besar pula total biaya persediaan yang harus dikeluarkan perusahaan. Karena itu dipilih metode s,S sebagai metode perbaikan untuk mengendalikan persediaan pakan fast moving (kelompok A) dalam perusahaan.
7.800.000.000 7.600.000.000 7.400.000.000 7.200.000.000 7.000.000.000 6.800.000.000
Existing Metode s, S Metode R, s, S
Target Service Level
Gambar 4.1 Perbandingan Total Biaya Persediaan Pakan 511 Masing-masing Metode dengan Berbagai Target Service Level Tabel 4.1 Hasil Eksperimen Perhitungan Persediaan Pakan 511 dengan Berbagai Target Service Level Metode
SL Target
Fill Rate
SL Aktual
TC
Existing
97%
98%
96%
455.681.555
s, Q
97%
93%
96%
437.241.069
R, S
97%
100%
100%
431.393.734
Existing
98%
99%
96%
459.688.370
s, Q
98%
100%
100%
401.450.308
R, S
98%
100%
100%
439.845.415
Existing
99%
100%
100%
468.154.827
s, Q
99%
96%
96%
414.101.852
R, S
99%
100%
100%
453.268.672
Existing
99,60%
100%
100%
479.287.848
s, Q
99,60%
94%
96%
434.283.116
R, S
99,60%
100%
100%
460.726.037
Untuk hasil perhitungan persediaan pakan BP11B dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan Tabel 4.2. Dari gambar dan tabel tersebut dapat diketahui bahwa secara keseluruhan metode s,Q mampu menghasilkan total biaya persediaan minimum diikuti dengan metode R,S dan metode existing. Jika perusahaan menginginkan nilai service level-nya lebih tinggi dibanding dengan biaya yang dikeluarkan, maka sebaiknya perusahaan memilih metode periodic review R,S karena menghasilkan total biaya persediaan yang lebih rendah dibanding dengan total biaya persediaan pada kondisi existing. Namun jika perusahaan menginginkan total biaya persediaan yang minimum maka sebaiknya perusahaan memilih menggunakan metode s,Q sebagai kebijakan pengendalian persediaan khususnya untuk pakan BP11B dan secara umum untuk produk kelompok B (reguler moving). 3
500.000.000 480.000.000 460.000.000 440.000.000 420.000.000 400.000.000 380.000.000 360.000.000
Perbandingan Total Biaya Total Biaya
Total Biaya
Perbandingan Total Biaya
Existing Metode s,Q
120.000.000 100.000.000 80.000.000 60.000.000 40.000.000 20.000.000 -
Existing Metode s,Q
Metode R,S
Metode R,S
Target Service Level
Target Service Level
Gambar 4.2 Perbandingan Total Biaya Persediaan Pakan BP11B Masing-masing Metode dengan Berbagai Target Service Level
Gambar 4.3 Perbandingan Total Biaya Persediaan Pakan L104 Masing-masing Metode dengan Berbagai Target Service Level
Tabel 4.2 Hasil Eksperimen Perhitungan Persediaan Pakan BP11B dengan Berbagai Target Service Level
Tabel 4.3 Hasil Eksperimen Perhitungan Persediaan Pakan L104 dengan Berbagai Target Service Level
Metode
SL Target
Fill Rate
SL Aktual
TC
Metode
SL Target
Fill Rate
SL Aktual
TC
Existing
97%
98%
96%
455.681.555
Existing
97%
98%
93%
64.780.704
s, Q
97%
93%
96%
437.241.069
s, Q
97%
100%
100%
64.251.786
97%
100%
100%
89.057.344
R, S
97%
100%
100%
431.393.734
R, S
Existing
98%
99%
96%
459.688.370
Existing
98%
99%
93%
65.290.500
s, Q
98%
100%
100%
401.450.308
s, Q
98%
99%
93%
63.283.911
R, S
98%
100%
100%
439.845.415
R, S
98%
100%
100%
92.139.795
Existing
99%
100%
100%
468.154.827
Existing
99%
100%
100%
67.280.729
s, Q
99%
96%
96%
414.101.852
s, Q
99%
98%
93%
76.588.076
R, S
99%
100%
100%
453.268.672
R, S
99%
100%
100%
97.169.057
99,60%
100%
100%
479.287.848
Existing
99,12%
100%
100%
75.784.907
99,12%
98%
93%
76.588.076
99,12%
100%
100%
97.980.228
Existing s, Q
99,60%
94%
96%
434.283.116
s, Q
R, S
99,60%
100%
100%
460.726.037
R, S
Total biaya pada kedua metode ini yaitu kondisi existing dan metode s,Q tidak berbeda secara signifikan. Perbedaannya adalah jika target service level rendah (97% dan 98%) maka lebih baik menggunakan metode s,Q karena total biayanya lebih rendah dan fill rate serta service level aktual yang dihasilkan tinggi. Sedangkan kondisi existing cocok diterapkan jika service level-nya tinggi (99% dan 99,12%) karena menghasilkan fill rate serta service level aktual tinggi dengan total biaya yang lebih rendah.
Sedangkan untuk hasil perhitungan persediaan pakan L104 dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Tabel 4.3. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa metode existing dan metode s,Q secara keseluruhan mampu memberikan total biaya persediaan yang minimum. Sedangkan total biaya persediaan yang maksimal dihasilkan oleh metode R,S. pada metode existing semakin besar nilai target service level-nya maka semakin besar pula fill rate, service level aktual, dan total biaya yang dikeluarkan. Hal ini berkebalikan dengan metode s,Q, jika target service level-nya meningkat maka fill rate, service level aktual, dan total biaya yang dikeluarkan semakin berkurang.
4
DAFTAR PUSTAKA
5. Kesimpulan Berikut adalah kesimpulan yang didapat dari penelitian ini: 1. Dari hasil klasifikasi produk berdasarkan ratarata penjualan per hari dan harga produk dengan menggunakan metode ABC, diperoleh 14 kode pakan termasuk dalam kelompok A (fast moving item), 20 kode pakan termasuk dalam kelompok B (reguler moving), dan sisanya 34 kode pakan termasuk dalam kelompk C (slow moving item). Kelompok A berkontribusi terhdap 79,36% pendapatan penjualan dari pakan butiran. Kelompok B hanya menyumbang sebesar 16,73% dan kelompok C sebesar 3,89% dari pendapatan. 2. Berdasarkan hasil perbandingan masing-masing metode, untuk mengendalikan persediaan pakan 511 yang termasuk fast moving item sebaiknya menggunakan metode s,S dengan target service level 99,90% karena mampu menghasilkan biaya minimum yaitu sebesar Rp. 7.120.372.289,- dan penghematan sebesar 7% dari kondisi existing. Untuk pakan BP11B yang termasuk reguler item sebaiknya menggunakan metode s, Q dengan target service level 98% karena mampu menghasilkan biaya minimum yaitu sebesar Rp. 401.450.308,dan penghematan sebesar 13% dari kondisi existing. Untuk pakan L104 (slow moving item) juga bisa menggunakan metode s,Q dengan target service level 98% dalam mengendalikan persediaannnya karena mampu menghasilkan biaya minimum yaitu sebesar Rp. 63.283.911,- dan penghematan sebesar 3% dari kondisi existing. 3. Berdasarkan hasil keseluruhan perhitungan, metode continuous review baik (s,S) maupun (s,Q) mampu menghasilkan total biaya persediaan minimum meskipun fill rate dan service level aktualnya rendah. Hal ini berkebalikan dengan metode periodic review baik (R,s,S) maupun (R,S) yang dapat memberikan nilai fill rate dan service level aktual tinggi tetapi dengan total biaya persediaan yang lebih mahal. 4. Semakin tinggi target service level yang ditetapkan perusahaan maka semakin besar pula total biaya persediaan yang harus ditanggung oleh perusahaan.
Anggraeni, I. H. 2006. Evaluasi Persediaan Produk Pelumas Di WPP V PT. Pertamina. Surabaya : Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Asihanto, Bathamas. P. 2010. Perancangan Alat Bantu Pengambilan Keputusan untuk Pengadaan dan Kontrol Inventori Sparepart Seat Kabin B737-800 NG dengan Pendekatan (R,S,S). Surabaya : Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Babai, M. Z., Dallery, J. Y. 2010. Analysis of orderup-to-level inventory systems with compound Poisson demand. European Journal of Operation Research, 210, 552-558. Bijvank, M., Vis, I. F. A. 2011. Lost-sales inventory theory : A review. European Journal of Operational Research, 215, 1–13. Bijvank, M., Johansen, S. G. 2012. Periodic review lost-sales inventory models with compound Poisson demand and constant lead times of any length. European Journal of Operational Research, 220, 106–114. Bijvank, M., Vis, I. F. A. 2012. Lost-sales inventory systems with a service level criterion. European Journal of Operational Research, 220, 610–618. Donselaar, K., Woensel, T., Broekmeulen, R., Fransoo J. 2006. Inventory control of perishables in supermarkets. International Journal of Production Economics, 104, 462–472. Donselaar, K., Broekmeulen, R. 2011. Determination of safety stocks in a lost sales inventory system with periodic review, positive leadtime, lot-sizing and a target fillrate. International Journal of Production Economy. Enagbonma, O., Eraikhuemen, I.B. 2011. Optimal ordering policies for the inventory system with fixed lifetime. Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 5(12), 3343-3348. Goyal, S. K., Giri B. C. 2001. Recent trend in modeling of deteriorating inventory. Journal of Operational Research, 134, 1-16. Kanchanasuntorn, K., Techanitisawad, A. 2006. An approximate periodic model for fixed-life perishable products in a two-echelon inventory–distribution system. International Journal of Production Economics, 100, 101–115. Hadi, Dicky, S. 2004. Perencanaan Persediaan Bahan Baku untuk Produksi Pakan
UCAPAN TERIMAKASIH Pada penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan dalam penelitian ini. Serta kepada dosen pembimbing yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian penelitian ini. 5
Ternak. Surabaya : Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Heningtyas, Ratih. 2011. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Menggunakan Metode (s,Q) yang Mempertimbangkan Commonality Component dan Backorder Pada PT. Gold Coin Indonesia. Surabaya : Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Kurniawati, D. 2011. Pemilihan Metode Pengendalian Persediaan Material Berdasarkan Karakteristik Pola Pemakaian dan Lead time Pemesanan Material (Studi Kasus : PT. INKA Madiun). Surabaya : Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Nahmias,Steven. 2009. Production and Operation Analysis, 6th edition. USA : McGraw-Hill Companies, Inc. Penangsang, Wirawan, A. S. 2010. Pengendalian Persediaan Spare Part dengan Pendekatan Periodic Review (R,S,S) System. Surabaya : Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Porras, E., Dekker, M. 2008. An inventory control system for spare parts at a refinery : An empirical comparison of different re-order
point methods. European Journal of Operation Research, 184, 101-132. Pujawan, I. N., Silver, E. A. 2008. Augmenting the lot sizing order quantity when demand is probabilistic. European Journal of Operational Research, 188, 705–722. Pujawan, I. N., ER, M. 2010. Supply Chain Management, 2nded. Surabaya : Guna Widya. Setyaningrum, Paramita. 2009. Perencanaan Produksi Menggunakan Model Optimasi untuk Produk yang Memiliki Umur Pendek. Surabaya : Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Silver, E. A., Pyke, D. F., Peterson, R. 1998. Inventory Management and Production Planning and Scheduling, 3rded. USA : JOHN WILEY & SONS, Inc. Smith, S. B. 1989. Computer-Based Production and Inventory Control. USA : Prentice-Hall International, Inc. Tersine, R. J. 1994. Principles of Inventory and Material Management, 4thed. USA : Prentice Hall International Edition. Vollmann, Berry, Whybark, Jacobs. 2005. Manufacturing Planning & Control for Supply Chain Management, 5thed. USA : McGraw-Hill Companies, Inc.
6