PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PRODUK DADUNG DENGAN ANALISIS ABC PADA PT. MONDRIAN KLATEN
Tugas Akhir
Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Ahli Madya Program DIII Manajemen Industri
Oleh : Annis Rahwijayanti F.3507015
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Dengan kondisi persaingan yang semakin ketat antar perusahaan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi yang semakin canggih, sangat berpengaruh terhadap perkembangan perusahaan terutama disektor industri. Oleh karena itu mengakibatkan perusahaan harus mampu bersaing dengan perusahaan lainnya agar dapat bertahan didalam dunia bisnis. Sehingga, menuntut perusahaan untuk menjalankan
strategi-strategi
tersendiri
dan
harus
mampu
mengendalikan semua sumber daya dari persediaan bahan baku yang sangat mendukung dalam pemrosesan suatu barang. Dalam dunia industri, bahan baku merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang kelangsungan proses produksi. Sering kali faktor material menjadi suatu kendala tersendiri dalam pelaksanaan kegiatan produksi. Maka dari itu, pengendalian persediaan bahan baku menjadi suatu hal yang sangat penting sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Persediaan merupakan sumber daya yang menggangur (Idle Resources) yang menunggu proses lebih lanjut, yang dimaksud proses lebih lanjut tersebut adalah berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga (Nasution,
2
2003;103). Bila dalam perusahaan kekurangan persediaan bahan baku akan mengakibatkan adanya hambatan pada proses produksi karena barang tidak dapat didatangkan secara mendadak, dan sebaliknya bila persediaan bahan baku yang terlalu besar akan menimbulkan biaya ekstra. Bahan baku terdiri dari beberapa macam dan mempunyai karakteristik yang berbeda antara bahan satu dengan bahan lainnya. Baik dari segi harga per unit bahan, dari segi jumlah unit bahan yang diperlukan, dan dari segi penyimpanan bahan baku. Apabila manajemen perusahaan memperlakukan semua bahan baku yang diperlukan dengan sama rata, maka tindakan tersebut akan merugikan perusahaan. Hal ini disebabkan karena terdapatnya perbedaan nilai rupiah dari bahan yang diperlukan serta jumlah unit yang diperlukan perusahaan. Dalam kenyataannya akan terdapat bahan baku yang diperlukan dalam jumlah unit yang sangat besar namun mempunyai nilai rupiah yang kecil, sebaliknya akan terdapat pula sejumlah bahan baku dalam nilai rupiah yang tinggi walaupun jumlah unit fisiknya tidak terlalu besar. Dengan demikian harus ada perlakuan yang berbeda untuk masing-masing bahan baku yang mempunyai karakteristik berbeda, salah satunya dengan Analisis ABC. Menurut Render dan Heizer (2005;62) Analisis ABC membagi persediaan ke dalam tiga golongan berdasarkan pada volume tahunan dalam jumlah uang. Analisis ABC adalah sebuah aplikasi persediaan dari prinsip Pareto. Prinsip Pareto menyatakan bahwa terdapat “sedikit
3
hal yang penting dan banyak hal yang sepele”. Untuk menentukan volume rupiah tahunan Analisis ABC, permintaan tahunan dari setiap barang persediaan dihitung dikalikan dengan harga per unit. PT. Mondrian Klaten adalah perusahaan garmen yang bergerak dalam bidang pembuatan kaos, T-Shirt dan pakaian santai. PT. Mondrian memiliki 3 brand produk yaitu: Dadung, Be-Gaya, dan Sekido. Dalam penelitian ini penulis meneliti hanya pada produk Dadung, yang merupakan salah satu produk yang paling dikenal oleh masyarakat. PT Mondrian belum menggunakan Analisis ABC untuk klasifikasi kebijakan pengadaan bahan baku, sehingga penulis ingin meneliti klasifikasi antara bahan baku yang satu dengan bahan baku yang lain yang mempunyai harga paling mahal dan harga yang paling rendah, serta jumlah pemakaiannya. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengambil judul Tugas Akhir “ PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PRODUK DADUNG
DENGAN
ANALISIS
ABC
PADA
PT
MONDRIAN
KLATEN”
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, penulis diharapkan dapat mengetahui obyek-obyek yang diteliti, serta bertujuan agar tulisan dan ruang lingkup penelitian uraian terbatas dan terarah pada hal-hal yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
4
Untuk memudahkan pembahasan masalah dan pemahamannya, maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut: 1. Bagaimana
pengelompokan
persediaan
bahan
baku
yang
dilakukan PT. Mondrian saat ini? 2. Bagaimana
pengelompokan
persediaan
bahan
baku
PT.
Mondrian dengan menggunakan Analisis ABC?
C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang diharapkan bisa dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengelompokan persediaan bahan baku pada PT Mondrian saat ini. 2. Mengetahui pengelompokan persediaan bahan baku setelah menggunakan Analisis ABC pada PT Mondrian.
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi perusahaan Dapat menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi bagi perusahaan dalam membuat kebijakan yang baru dalam hal pengadaan dan pengklasifikasian persediaaan bahan baku. 2. Bagi peneliti (penulis) Dapat
menambah
wawasan
dan
pengetahuan
tentang
pengendalian bahan baku dengan Analisis ABC pada suatu perusahaan. Serta menerapkan ilmu yang didapat selama di bangku kuliah.
5
3. Bagi pihak lain Dapat
sebagai
khususnya
tambahan
mahasiswa
referensi
bacaan
dan
Manajemen
Industri
yang
informasi sedang
menyusun Tugas Akhir tentang pengelompokan bahan baku dengan Analisis ABC.
E. METODE PENELITIAN Untuk melaksanakan penelitian yang ilmiah, metode penelitian sangat penting artinya. Penelitian akan berhasil dengan baik bila mendapat data yang obyektif dan teliti dalam pembahasannya, sehingga dapat melaksanakan teknik-teknik pengumpulan data serta pengolahan data terlaksana dengan mudah dan lancar. Metode penelitian ini terdiri dari: 1. Desain penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan desain kasus, dilakukan untuk menjawab pertanyaan “bagaimana” yang menjadi permasalahan utama peneliti dengan keharusan membuat metode deskriptif yang digunakan untuk menjawab atau menganalisis masalah tersebut. Dalam penelitian ini kasus yang diteliti mengenai persediaan bahan baku produk Dadung selama Februari 2009 – Februari 2010.
6
2. Obyek Penelitian Penelitian dilakukan pada PT Mondrian di Klaten yang berlokasi di Jalan KH. Hasyim Ashari No 171 (By Pass), Mojayan, Klaten, Jateng Telp: (0272) 323181, Fax (0272) 324718, 324727. 3. Jenis Dan Sumber data a. Data primer Adalah data yang diperoleh langsung dari perusahaan, berupa informasi dan keterangan
yang diperoleh melalui
interview secara langsung dengan staff atau karyawan PT Mondrian. Misalnya: data jenis bahan baku, kebutuhan bahan baku dan harga per unit bahan baku. b. Data sekunder Merupakan data yang diperoleh dengan tidak langsung, baik dari hasil laporan maupun catatan dokumen yang dimiliki perusahaan. Misalnya: Sejarah berdirinya PT Mondrian, struktur organisasi, gambaran umum perusahaan dan data tenaga kerja. 4. Metode Pengumpulan Data a. Observasi Merupakan teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung pada obyek yang diteliti. b. Wawancara Merupakan teknik pengumpulan data dengan menanyakan langsung kepada pihak- pihak perusahaan yaitu karyawan perusahaan atau staff PT Mondrian.
7
c. Studi pustaka Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca dan mempelajari buku dan artikel lain yang membantu dalam memecahkan masalah yang mendasari penelitian. 5. Analisis Data Menurut Gaspers (2005;274) terdapat sejumlah prosedur untuk pengelompokan material-material inventori ke dalam kelas A, B dan C antara lain: a. Tentukan volume penggunaan per periode waktu (per tahun) dari material-material inventori yang ingin diklasifikasikan. b. Kalikan volume penggunaan per periode waktu (per tahun) dari setiap material inventori dengan biaya per unitnya, untuk memperoleh nilai total penggunaan biaya per periode waktu (per tahun) untuk setiap material inventori. c. Jumlahkan nilai total penggunaan biaya dari semua material inventori tersebut itu memperoleh nilai total penggunaan biaya keseluruhan. d. Bagi nilai total penggunaan biaya dari setiap material inventori itu dengan nilai total penggunaan biaya keseluruhan dari setiap material inventori itu. e. Daftarkan material-material itu kedalam rank persentase nilai total penggunaan biaya dengan urutan menurun dari terbesar sampai terkecil.
8
f. Klasifikasikan material-material inventori itu ke dalam kelas A, B dan C. Dengan kriteria 20% dari jenis material diklasifikasikan ke dalam kelas A, 30% dari jenis material diklasifikasikan ke dalam kelas B dan 50% dari jenis material diklasifikasikan ke dalam kelas C.
F. KERANGKA PEMIKIRAN Bahan baku produk Dadung
Evaluasi data kebutuhan bahan baku
Menentukan volume penggunaan bahan baku
Persentase dalam nilai rupiah
Analisis ABC
Klasifikasi persediaan
Kebijakan pengendaliaan persediaan bahan baku
Gambar I.1 Kerangka pemikiran
Dari gambar diatas dapat dijelaskan adapun bahan baku dievaluasi terlebih dahulu dalam data kebutuhan bahan baku sebelum menggunakan metode yang akan dipakai. Bahan baku
9
merupakan kebutuhan utama dalam memproduksi suatu barang, karena tanpa adanya bahan baku perusahaan tidak dapat memproduksi barang. Selain kebutuhan bahan baku untuk awal proses produksi akan berbeda
jumlahnya
yaitu
menentukan
volume
penggunaan,
persentase dalam nilai uang yang akan menggunakan analisis ABC dan
hasilnya
berupa
output
yang
menggunakan
kebijakan
pengendalian persediaan bahan baku yang optimal.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Persediaan 1. Definisi Persediaan Persediaan perusahaan
mempunyai
yaitu
untuk
arti
yang
mempermudah
sangat atau
penting
bagi
memperlancar
jalannya operasi perusahaan yang dilakukan berturut-turut untuk memproduksi barang dan menyampaikannya kepada konsumen. Tanpa adanya persediaan, perusahaan pada suatu waktu tidak dapat menghasilkan barang dan tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan, karena tidak setiap saat bahan baku, bahan setengah jadi dan bahan jadi selamanya tersedia sehingga pengusaha akan kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan. Persediaan adalah sumber daya tertahan yang digunakan untuk proses lebih lanjut. Sumber daya tertahan ini dimaksudkan untuk mengatur kegiatan produksi pada sistem manufaktur atau sistem nonmanufaktur (Purnomo, 2004;96). Menurut Rangkuti (2002;3) persediaan adalah salah satu unsur paling aktif dalam operasi perusahaan secara terus-menerus diperoleh, diubah yang kemudian dijual kembali. Menurut Nasution (2003;103) persediaan adalah sumber daya menggangur (Idle Resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan
11
pemasaran pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi pada sistem rumah tangga. Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan barang yang dimiliki untuk diproses lebih lanjut atau dijual. 2. Fungsi Persediaan Persediaan
berfungsi
untuk
menghubungkan
operasi
perusahaan dengan pembelian bahan baku untuk selanjutnya diolah untuk dijadikan barang atau jasa yang kemudian diarahkan pada
konsumen.
Dengan
demikian
adanya
persediaan
memungkinkan terlaksananya operasi produksi bagi perusahaan. Menurut Rangkuti (2002;15) ada 3 fungsi persediaan yaitu: a. Fungsi Decoupling Persediaan Decoupling yaitu memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung supplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaanya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. b. Fungsi Economic Lot Sizing Persediaan Economic Lot Sizing yaitu dengan melakukan pembelian melakukan
dengan
jumlah
penghematan
tertentu
perusahaan
dapat
potongan
pembelian,
biaya
pengangkutan dan sebagainya. c. Fungsi Antisipasi
12
Persediaan dapat digunakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan dari data di masa lalu. Disamping itu, perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang
selama
periode
tertentu,
sehingga
memerlukan
persediaan ekstra yaitu persediaan pengaman. Menurut Render dan Heizer (2005;60) fungsi persediaan adalah: a. Untuk
men-decouple
atau
memisahkan
beragam
bagian
produksi. Sebagai contoh: jika pasokan sebuah perusahaan berfluktuasi, maka mungkin diperlukan persediaan-persediaan tambahan untuk men-decouple proses produksi dari pemasok. b. Untuk men-decouple perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan
persediaan
barang-barang
yang
akan
memberikan pilihan bagi pelanggan. Persediaan semacam ini umumnya terjadi pada pelanggan eceran. c. Untuk
mengambil
keuntungan
diskon
kuantitas,
sebab
pembelian dalam jumlah lebih besar dapat mengurangi biaya produksi atau pengiriman barang. d. Untuk menjaga pengaruh inflasi dan naiknya harga. 3. Tujuan Persediaan Tujuan persediaan sangatlah besar dan persediaanpun dapat membantu fungsi-fungsi penting yang akan menambah fleksibilitas
13
operasi perusahaan. Menurut Ishak (2010;164) tujuan diadakannya persediaan yaitu: a. Pemasaran ingin melayani konsumen secepat mungkin sehingga menginginkan persediaan dalam jumlah yang banyak. b. Produksi
ingin
beroperasi
mengimplikasikan
order
secara
produksi
efisien. yang
Hal
tinggi
ini akan
menghasilkan persediaan yang besar (untuk mengurangi set up
mesin).
Disamping
itu
juga
produk
menginginkan
persediaan bahan baku, setengah jadi atau komponen yang cukup sehingga proses produksi tidak terganggu karena kekurangan bahan. c. Pembelian
(purchasing),
dalam
rangka
efisien,
juga
menginginkan persamaan produksi yang besar dalam jumlah sedikit dari pada pesanan yang kecil dalam jumlah yang banyak. Pembelian juga ingin ada persediaan sebagai pembatas kenaikan harga dan kekurangan produk. d. Keuangan (finance), menginginkan minimisasi semua bentuk investsi persediaan karena biaya investasi dan efek negative yang
terjadi
pada
perhitungan
pengembalian
asset
persediaan
untuk
perusahaan. e. Personalia,
menginginkan
adanya
mengantisipasi fluktuasi kebutuhan tenaga kerja dan PHK tidak perlu dilakukan.
14
f. Rekayasa (engineering), menginginkan persediaan minimal untuk
mengantisipasi
jika
terjadi
perubahan
rekayasa/
engineering.
4. Jenis Persediaan Menurut Heizer dan Render (2005;61) mengemukakan empat jenis persediaan yaitu: a. Persediaan bahan baku Bahan baku pada umumnya dibeli tetapi belum memasuki proses pabrikasi. b. Persediaan barang setengah jadi Bahan baku atau komponen yang sudah mengalami beberapa perubahan tetapi belum selesai atau belum menjadi produk jadi. c. Persediaan MRO (Maintenance Repair Operating) Persediaan yang diperuntukan bagi pasokan, pemeliharaan, perbaikan atau operasi yang diperlukan untuk menjaga permesinan dan proses produksi tetap produktif. MRO tetap ada kebutuhan dan waktu pemeliharaan. d. Persedian barang jadi Merupakan produk akhir proses transformasi yang siap dipasarkan kepada konsumen. Menurut Baroto (2002;52) mengelompokan item persediaan kedalam lima kategori yaitu, sebagai berikut:
15
a. Bahan mentah (raw materials), yaitu barang yang berwujud seperti baja, kayu, tanah liat atau bahan-bahan mentah lainnya yang diperoleh dari sumber-sumber alam, atau dibeli dari pemasok atau diolah sendiri oleh perusahaan untuk digunakan perusahaan dalam proses produksinya sendiri. b. Komponen, yaitu barang-barang yang terdiri dari bagian-bagian (parts) yang diperoleh dari perusahaan lain atau hasil produksi sendiri untuk digunakan dalam pembuatan barang jadi atau barang setengah jadi. c. Barang setengah jadi (work in process), yaitu barang-barang keluaran dari tiap operasi produksi yang telah memiliki bentuk lebih kompleks daripada komponen, namun masih perlu proses lebih lanjut untuk menjadi barang jadi. d. Barang jadi (finished good) adalah barang-barang yang telah selesai diproses dan siap untuk didistribusikan ke konsumen. e. Bahan pembantu (supplies material) adalah barang-barang yang diperlukan dalam proses pembuatan atau perakitan barang, namun bukan merupakan komponen barang jadi. Termasuk bahan penolong adalah bahan bakar, pelumas, listrik dan lain-lain. 5. Biaya Persediaan Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya sistem persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai
16
akibat adanya persediaan. Nasution (2003;105) menguraikan biaya-biaya yang timbul akibat adanya persediaan : a. Biaya Pembelian Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang. Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan satuan harga barang. b. Biaya Pengadaan Biaya pengadaan dibedakan atas dua jenis sesuai asal-usul barang, yaitu: biaya pemesanaan (Ordering Cost) bila barang diperlukan diperoleh dari pihak luar (Supplier) dan biaya pembuatan (Set-up Cost) bila barang diperoleh dengan memproduksi sendiri. 1) Biaya Pemesanan Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar, biaya ini meliputi biaya untuk menentukan pemasok (Supplier), pengetikan
pesanan,
pengiriman
pesanan,
biaya
pengangkutan, biaya penerimaan dan seterusnya. 2) Biaya Pembuatan Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran yang timbul dalam mempersiapkan produksi suatu barang. Biaya ini timbul didalam pabrik yang meliputi biaya menyusun peralatan produksi, menyetel mesin, mempersiapkan gambar kerja dan seterusnya.
17
c. Biaya Penyimpanan Biaya simpan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang, biaya ini meliputi: 1) Biaya memiliki persediaan (Biaya Modal) Penumpukan barang digudang berarti penumpukan modal, dimana modal perusahaan mempunyai ongkos (Expense) yang dapat diukur dengan suku bunga bank. 2) Biaya Gudang Barang
yang
disimpan
memerlukan
tempat
penyimpanan, sehingga menimbulkan biaya gudang. 3) Biaya Kerusakan dan Penyusutan Barang yang disimpan mengalami kerusakan penyusutan,
karena
beratnya
berkurang
dan
ataupun
jumlahnya berkurang karena hilang. Biaya ini biasanya diukur dari pengalaman sesuai dengan presentasinya. 4) Biaya Kadaluwarsa Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi dan model seperti barangbarang elektronik. Biaya ini biasanya diukur dengan besarnya penurunan harga jual dari barang tersebut. 5) Biaya Asuransi Barang yang disimpan diasumsikan untuk menjaga halhal yang tidak diinginkan seperti kebakaran. Biaya asuransi
tergantung
pada
jenis
barang
yang
18
diasuransikan
dan
perjanjian
dengan
perusahaan
asuransi. 6) Biaya Administrasi dan Pemindahan Biaya administrasi dikeluarkan untuk mengadministrasi persediaan barang yang ada, baik pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun penyimpanannya dan biaya untuk memindahkan barang dari, ke dan didalam tempat penyimpanan, temasuk upah burunh dan biaya peralatan handling.
2. Pengendalian Persediaan 1. Pengendalian Persediaan Teknik pengendalian persediaan merupakan tindakan yang sangat penting dalam menghitung berapa jumlah optimal tingkat persediaan
yang
diharuskan,
serta
kapan
saatnya
mulai
mengadakan pemesanan kembali (Rangkuti, 2002;19). Menurut Baroto (2002;52) pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting. Bila persediaan dilebihkan, biaya penyimpanan dan modal yang diperlukan akan bertambah. Kelebihan
persediaan
membuat
modal
menjadi
tertahan,
semestinya modal tersebut dapat diinvestasikan pada sektor lain yang lebih menguntungkan. Sebaliknya, bila persediaan dikurangi, suatu saat bisa mengalami kehabisan barang (stock out). 2. Tujuan Pengendalian Persediaan
19
Pengendalian persediaan merupakan faktor yang cukup kuat dalam menentukan keberhasilan untuk mencapai tujuan yang telah terencana, pengendalian juga merupakan salah satu fungsi manajemen. Oleh karena itu pengendalian perlu dilaksanakan pada setiap tingkat manajemen. Apabila perusahaan menanamkan terlalu banyak dana dalam persediaan, maka akan menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan, demikian pula apabila perusahaan tidak mempunyai persediaan yang mencukupi, dapat mengakibatkan biaya-biaya dari terjadinya kekurangan bahan (Rangkuti,2002;13) Menurut Handoko (2000;359) berpendapat bahwa tujuan perusahaan menerapkan pengendalian persediaan adalah untuk: a. Mengusahakan agar apa yang telah direncanakan bisa menjadi kenyataan. b. Mengusahakan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang telah dikeluarkan. c. Mengetahui kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana. Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
tujuan
pengendalian persediaan adalah untuk menjamin terdapatnya persediaan pada tingkat optimal agar produksi dapat berjalan dengan lancar dengan biaya persediaan yang minimal.
3. Bahan Baku
20
1. Pengertiaan Bahan Baku Menurut Nasution (2003;103) bahan baku yaitu bahan yang merupakan input awal dari proses transformasi produk jadi. Dalam hal ini komponen harus dibuat lebih dahulu dengan kecepatan produksi yang tetap, kemudian digunakan kedalam proses lebih lanjut. Cara pengadaan bahan baku bias diperoleh dari sumbersumber alam, petani atau membeli dari perusahaan lain yang menghasilkan
bahan
baku
bagi
perusahaan
yang
menggunakannya. 2. Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan Bahan Baku Untuk menjaga kelancaran proses produksi, perusahaan perlu menyediakan persediaan bahan baku. Namun dalam hal ini perusahaan akan menghadapi berbagai faktor yang saling berkaitan, sehingga secara bersama-sama akan mempengaruhi persediaan bahan baku. Menurut Vile (2000;26) adapun faktor-faktor yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. Perkiraan Pembelian Suatu kegiatan pembelian bahan baku dilaksanakan, pihak manajemen terlebih dahulu harus membuat perkiraan bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi dalam suatu periode. b. Harga Bahan Baku
21
Harga bahan baku merupakan dasar penyusunan perhitungan besarnya dana yang harus disediakan untuk investasi dalam persediaan bahan baku. Sehubungan dengan hal ini maka biaya modal yang digunakan dalam persediaan bahan baku harus pula diperhitungkan. c. Biaya-biaya Persediaan Biaya persediaan bahan baku ini selayaknya diperhitungkan pula untuk penentuan besarnya persediaan bahan baku. Didalam perhitungan biaya persediaan ini diantaranya: biaya penyimpanan, biaya pemesanan, biaya tetap perusahaan. d. Kebijaksanaan Persediaan Besar kecilnya
persediaan
bahan
baku tergantung dari
seberapa dana yang disediakan, dimana keputusan tersebut merupakan kebijaksanaan pembelajaran perusahaan. e. Pemakaian Bahan Baku Pemakaian bahan baku senyatanya dari periode-periode yang selalu merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan. Seberapa besar penyerapan bahan baku oleh proses produksi serta hubungannya dengan perkiraan pemakaian yang sudah disusun harus senantiasa dianalisia. Sehingga dapat ditentukan kebutuhan bahan baku diharapkan tidak terjadi penyimpangan pemakaian yang terlalu besar. f. Waktu Tunggu
22
Waktu tunggu merupakan tenggang waktu diperlukan antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku itu sendiri. Waktu tunggu ini diperlukan karena berhubungan erat dengan penentuan saat pemesanan kembali (Reorder Point). Dengan
diketahuinya
waktu
tunggu
yang
tepat
maka
perusahaan dapat membeli pada saat yang tepat pula, sehingga resiko penumpukan persediaan dan kekurangan persediaan dapat ditekan seminimal mungkin. 3. Model Analisis ABC Menurut Heizer dan Render (2005;62) analisis ABC membagi persediaan ditangan kedalam tiga golongan berdasarkan volume tahunan dalam jumlah uang. Analisis ABC merupakan penerapan persediaan dari Prinsip Pareto. Prinsip Pareto menyatakan bahwa “ada beberapa yang penting dan banyak yang sepele”. Untuk menentukan nilai uang tahunan dari volume dalam analisis ABC, kita mengukur permintaan tahunan dari setiap butir persediaan dikalikan dengan biaya per unit. Barang kelas A adalah persediaan yang volume dolar tahunan tinggi. Barang semacam ini mungkin hanya mewakili sekitar 15% dari butir persediaan total, mewakili 70% hingga 80% dari total biaya persediaan. Barang kelas B adalah barang-barang yang memiliki volume dolar tahunannya sedang (menengah). Barang kelas ini mungkin hanya mewakili 30% dari keseluruhan persediaan barang dan 15% hingga 25% dari nilai total. Barang-barang yang memiliki volume dolar tahunan rendah
23
adalah kelas C, yang hanya mewakili 5% dari volume dolar tahunan, tetapi mewakili 55% dari total barang persediaan. Kebijakan yang dapat didasarkan pada analisis ABC mencakup hal-hal sebagai berikut: a.
Pembelian
sumber
daya
yang
dibelanjakan
pada
pengembangan pemasok harus jauh lebih tinggi untuk barang A dibandingkan barang C. b. Barang A, tidak seperti barang B dan C, perlu memiliki control persediaan fisik yang lebih ketat, mungkin mereka dapat diletakkan pada tempat yang lebih aman, dan mungkin akurasi catatan persediaan untuk barang A harus lebih diverifikasi. c. Prediksi
barang
A
perlu
lebih
dijamin
keabsahannya
dibandingkan dengan prediksi barang B dan C.
24
BAB III PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Berdirinya Perusahaan PT. MONDRIAN yang dijadikan obyek penelitian ini adalah sebuah perusahaan garmen yang bergerak dalam bidang usaha pembuatan pakaian jadi dengan bahan baku utama knitting. PT. MONDRIAN didirikan pada tanggal 19 Desember 1992 oleh beberapa orang pendiri, diantaranya: a. Bapak Edy widyanto b. Bapak Hartono c. Bapak Harri Pramono d. Bapak Bambang Dwi Purnomo e. Bapak Endra Sutapa f. Ibu Fr. Kiswari Perusahaan ini dipimpin oleh Bapak Harri Pramono dan menjabat sebagai Direktur. Pada tahun berdirinya, perusahaan ini masih berbentuk usaha perorangan dengan nama Mondrian. Seiring dengan perkembangan perusahaan maka pada tanggal 1 April 1997 perusahaan berubah dari usaha perorangan menjadi perusahaan berbadan hukum tetap dengan nama PT. MONDRIAN. Perusahaan ini telah mendapat pengesahan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan dengan no. 107/KDP 11-11/3
25
UTDI/IV/97. Pada saat ini PT. MONDRIAN dimiliki oleh beberapa pemegang saham sebagai berikut: a. Bapak Edy Widyanto b. Bapak Harri Pramono c. Bapak Bambang Dwi Purnomo d. Bapak Endra Sutapa e. Bapak Ardi Wijaya f. Ibu Fr. Kiswari Latar belakang perusahaan memilih nama Mondrian sebagai nama perusahaan adalah sebagai berikut : a. Nama "Mondrian" diambil dari nama seorang pelukis besar seangkatan dengan Leonardo Davinci. Nama lengkapnya adalah Piet Mondrian. b. Nama Mondrian mudah dibaca, mudah dikenal, mudah diingat oleh masyarakat atau konsumen yang mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan aktivitas perusahaan, c. Nama Mondrian diambil dari nama pelukis besar yang pengagumnya tersebar di seluruh dunia karena hasil lukisannya yang sangat indah, maka diharapkan PT Mondrian mampu memproduksi barang yang sangat indah sehingga digemari oleh banyak konsumennya. Banyaknya tenaga ahli di bidang konveksi yang berada di daerah kabupaten Klaten dan sekitarnya serta meningkatnya jumlah kebutuhan kaos terutama untuk pakaian santai dan pakaian
26
olah raga merupakan faktor berdirinya perusahaan konveksi Mondrian ini, serta tempat usaha dan modal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang tersebut di atas merupakan faktor-faktor yang menjadi latar belakang didirikannya perusahaan konveksi Mondrian. PT. Mondrian adalah perusahaan yang bergerak di bidang konveksi. Produk-produk dari Mondrian semuanya berupa T-Shirt yang terdiri dari beberapa merk yaitu Mondrian, Montana, Be Gaya, Sekido dan Dadung. Diantara produk-produk tersebut yang paling berhasil di segi pemasarannya adalah DADUNG PEKAJAMAN. Dadung pada awal perkembangannya dikenal dengan kaos Humor Jogja, dimana design yang dihasilkan imagenya lucu dan menggelitik. Puncak penjualan tertinggi pada tahun 1999. Setelah tahun 1999 terjadi titik jenuh pada konsumen, mereka lebih memilih fasion untuk style mendukung penampilannya. Dengan hal itu PT. Mondrian merespon pasar dan tahun 2000 lahirlah brand ”BeGaya”, merupakan produk pakaian remaja putra dan putri dengan mode yang lebih variatif. Seiring perkembangan fashion yang sangat
cepat,
persaingan
produk
garmen
dan
permintaan
konsumen, maka PT. Mondrian juga memproduksi pakaian muslim dengan brand ”Sekido”. Sehingga PT Mondrian mempunyai tiga brand yaitu dadung, Be-Gaya dan Sekido dengan produk yang mempunyai karakter masing- masing setiap brandnya.
27
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Nomor : Lahir sebagai merk dagang resmi. Adapun alasan pemilihan Nama Dadung Pekajaman : a. Nama “Dadung” adalah nama yang mudah diingat, dan sudah dikenal oleh seluruh masyarakat. b. “Dadung” adalah sebuah tali yang sangat kuat yang gunanya untuk mengikat., maka makna yang tersirat dari pemberian nama “Dadung “adalah dengan memakai kaos Dadung akan menimbulkan ikatan yang kuat antara pemakai/konsumen dengan Kaos Dadung, ada perasaan puas dan senang. c. Pekajaman mengandung arti atau makna bahwa Dadung akan selalu mengikuti perkembangan jaman, Desain-desain Kaos Dadung adalah selalu up to date, bahkan Dadung akan menciptakan model-model desain yang akan dipakai di masa depan. Perkembangan Dadung Pekajaman Diantara produk-produk Mondrian, Dadung Pekajaman yang paling berhasil di segi pemasarannya. Agar dapat
berkembang
lebih leluasa, maka berdasarkan keputusan Dewan Komisaris, Dadung Pekajaman terhitung mulai tanggal 14 Januari 2002 dimandirikan oleh PT. Mondrian. Dadung tetap berorientasi pada produk T-shirt mencoba pengembangan-pengembangan baru dengan tim kreatifnya, mulai dari produk, kemasan produk dan teknik pemasarannya.
28
Jaringan
distribusi
yang
telah
dimiliki
membutuhkan
pemeliharaan yang lebih maksimal, tidak hanya berorientasi pada profit jangka pendek saja tetapi juga menumbuhkan image yang positif terhadap produk. Mengingatkan kembali kepada konsumen tentang produk Dadung, walaupun berbeda dengan yang dulu dengan kata-kata dan motif lucu. Semangat baru yang ditiupkan dengan nafas NEXT GENERATION atau disingkat NEXT GEN yang berarti New (baru) selalu menampilkan produk dan kreasi yang baru, Excellent (unggul) unggul disetiap lini distribusi, dan inovasi, Trend (sesuai dengan zaman) bisa mengikuti alur yang ada dipasar fashion. Diharapkan dengan simbol Next Gen bisa menciptakan kreasi baru yang unggul dipasar dan tetap sesuai dengan perubahan. 2. Lokasi PT. Mondrian Lokasi
perusahaan
adalah
tempat
dimana
perusahaan
melakukan aktivitas-aktivitasnya. PT. Mondrian berlokasi di Jalan Hasyim Ashari no. 171 By Pass Selatan, Klaren, Jawa Tengah dengan nomor telepon 0272 323181, fax.(0272) 324727
dan
Email:
[email protected]. Perusahaan berada di pinggir jalan raya Jogja - Solo sehingga memudahkan dalam kegiatan para karyawannya
maupun
dalam
pemasarannya.
PT.
Mondrian
mempunyai areal dengan luas kurang lebih 9000 m2 yang terdiri atas bagunan perkantoran, produksi, gudang, kantin, mushola dan area parkir kendaraan. Semua proses produksi dari berbagai merk
29
yang berkembang sekarang baik Dadung, Sekido, Be Gaya maupun Public Order menjadi satu. Dasar-dasar pertimbangan pemilihan lokasi tersebut adalah: a. Berada di pinggir jalan raya By Pass Jogja – Solo sehingga mudah
diakses
oleh
supplier
maupun
konsumen
dan
memudahkan proses distribusi. b. Banyak ahli desain dan tenaga kerja yang lain dengan upah yang relatif murah. c. Memanfaatkan dan memberdayakan potensi daerah dengan membuka
lapangan
kerja
khususnya
bagi
masyarakat
Kabupaten klaten. 3. Tujuan Perusahaan Tujuan yang hendak dicapai oleh PT.Mondrian adalah: a. Kedalam Perusahaan 1) Membangun suatu perusahaan yang mandiri, berkualitas dan mampu bersaing dengan perusahaan dalam negeri maupun laur negeri. 2) Menciptakan suatu produk kaos yang berkualitas dengan harga yang relatif terjangkau dan mampu mengikuti trend atau metode perkembangan zaman. 3) Meraih keuntungan yang besar dan memajukan perusahaan serta meningkatkan kesejahteraan karyawan.
30
b. Keluaran Perusahaan Menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Klaten dan sekitarnya sebagai wujud pengabdian dalam membangun dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. 4. Struktur Organisasi PT. Mondrian Struktur organisasi perusahaan dibuat untuk mengetahui system pengorganisasian perusahaan tersebut. Fungsi pengorganisasisan dalam perusahaan tersebut adalah mengatur jalannya perusahaan secara bersama sehingga dapat mencapai sasaran perusahaan. Struktur organisasi akan mengggambarkan secara skematis tentang bagian-bagian tugas dan tanggung jawab serta hubungan antar bagian atau antar departemen yang ada. Dengan demikian perusahaan memiliki garis komando yang jelas untuk seluruh karyawan. Sejak mulai berdiri pada tahun 1992, struktur organisasi PT. MONDRIAN sudah mengalami beberapa perubahan sesuai dengan strategi yang diterapkan oleh perusahaan. Adapun struktur organisasi PT. MONDRIAN adalah sebagai berikut :
31
KOMISARIS UTAMA
DIREKTUR UTAMA
SEKTERTARIS KOMISARIS
DIREKTUR AKSELERASI
DIREKTUR BOD
DIREKTUR PRODUK
DIREKTUR DISTRIBUSI
DIREKTUR PROMOSI
KEUANGAN
KONSINYASI
DIREKTUR PRODUKSI
MIS
PEMBELIAN
GM EXPORT
GM LOKAL
MANAGER UMUM
PERSONALIA
HRD
KENDARAAN
KEAMANAN
RT
SARASI
Gambar III.1 STRUKTUR ORGANISASI PT MONDRIAN 1
PT Mondrian dipimpin oleh seorang Direktur Utama dan dibantu oleh Sekretaris perusahaan, Manager Umum dan Manager yang menangani Sistem Teknologi Informasi. Sedangkan Direktur pada bagian lain membawahi dan memimpin bagian masingmasing serta mempunyai keterkaitan satu sama lain sehingga tercipta satu kesatuan team yang utuh. Tugas masing-masing jabatan dari struktur organisasi PT. Mondrian adalah sebagai berikut: a. Komisaris Utama Tugas dan tanggung jawab Komisaris sebagai berikut: 1) Mengawasi dan menertibkan pelaksanaan untuk mencapai tujuan perusahaan. 2) Merumuskan strategi perusahaan dan membuat kebijakan. 3) Merencanakan kegiatan jangka panjang, mengawasi dan mengkoordinasi seluruh kegiatan dalam perusahaan untuk mencapai tujuan. b. Direktur Utama 1) Perencanaan Tugas awal direktur utama adalah menyusun rencana strategis menyeluruh di dalam perusahaan yaitu: a) Menentukan waktu pelaksanaan rencana kerja. b) Menetukan siapa pelaksana rencana kerja tersebut. c) Menentukan kebijaksanaan. d) Menentukan target penjualan.
1
2) Pengorganisasian Suatu teamwork yang bertanggung jawab tugas masingmasing. Dalam hal ini direktur utama yang berwenang dalam pembagian tugas dan tanggung jawab kepada karyawan. 3) Pengarahan Setelah rencana strategis tersusun dan struktur organisasi terbentuk, maka tugas direktur utama selanjutnya adalah memberikan pengarahan tentang cara pelaksanaan rencana kerja yang tersusun dan memotivasi kepada bawahan agar segala rencana dapat diselesaikan dengan tepat waktu dan bermutu tinggi. 4) Pengawasan Direktur utama melakukan pengawasan terhadap kinerja para karyawan dalam melaksanakan tugasnya masingmasing sehingga organisasi dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan. c. Manager Umum Tugas dan tanggung jawab Manager Umum sebagai berikut: 1) Mendukung program kerja perusahaan yang telah ditetapkan baik
dari
segi
Sumber
Daya
Manusia,
penyediaan,
kendaraan, lokasi dan gudang. 2) Menciptakan hubungan kerja yang harmonis. 3) Menciptakan lingkungan kerja yang bersih, nyaman dan aman.
2
4) Bertanggung jawab kepada direktur utama. Dalam menjalankan tugasnya manager umum dibantu oleh: a) Kepala Personalia, bertugas menjalankan pekerjaan yang menyangkut kepegawaian, rencana kerja dan administrasi umum sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan. b) HRD, bertugas meningkatkan kinerja karyawan dengan memberikan pelatihan khusus agar kinerja karyawan bias maksimal dan bertugas menyeleksi tenaga kerja yang masuk. c) Kepala keamanan, bertanggungjawab atas keamanan lingkungan perusahaan. d) Kepala
kendaraan,
bertanggungjawab
atas
kondisi
kendaraan yang digunakan untuk kelancaran kegiatan perusahaan. e) Kepala rumah tangga,bertanggungjawab atas kebersihan dan kenyamanan perusahaan. f) Sarasi, bertugas memeriksa dan memperbaiki mesin produksi yang rusak. d. Sekretaris 1) Menyiapakan acara kerja Direktur Utama. 2) Melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan surat menyurat. 3) Mengadakan
hubungan
dengan
instansi
lain
yang
berhubungan dengan perusahaan.
3
4) Dalam keadaan tertentu dapat mewakili direktur utama. e. Direktur BOD ( Business Operation Director) Mewakili wewenang untuk mengatur dan mengawasi kerja Direktur Produksi, Direktur Distribusi dan Direktur Promosi. Kinerja ketiga Direktur tersebut dikoordinasi oleh Business Operation Director. BOD tersebut harus memberikan laporannya secara berkala kepada direktur utama. 1) Direktur Produk Bertugas menerima dan mengatur pelaksanaan order dari konsumen berupa desing dan karakteristik produk. Order tersebut diimplementasi kepada perusahaan. 2) Direktur Distribusi Mengatur dan memantau segala kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan penjualan dan distribusi produk agar diterima baik oleh konsumen. 3) Direktur Promosi Bertugas untuk mengatur segala kegiatan promosi kepada konsumen
dan
survey
ke
tempat-tempat
yang
memungkinkan untuk memperluas pamasaran produk. f. Direktur Akselerasi Mewakili wewenang untuk mengatur dan mengawasi kerja bagian: 1) Keuangan a) Mengelola keuangan perusahaan.
4
b) Melakukan pembukuan sekaligus menyusun laporan keuangan. c) Mengendalikan segala pengeluaran perusahaan. 2) Konsinyasi Bertugas untuk mengendalikan sirkulasi uang kaitannya dengan penjualan barang secara kredit. 3) MIS (Manager Information System) a) Membuat suatu sistem komputer bagi perusahaan sehingga mempermudah segala aktifitas yang dilakukan perusahaan. b) Melindungi dan melakukan perawatan jaringan atau sistem komputer perusahaan. c) Menampung segala data dan informasi baik dari dalam maupun dari luar perusahaan melalui jaringan komputer. 4) Pembelian a) Menyediakan segala kebutuhan perusahaan baik untuk keperluan kantor maupun operasional produksi. b) Mengadakan hubungan dengan supplier. g. Direktur Produksi Tugas dan tanggung jawab Direktur Produksi adalah: 1) Memproduksi barang untuk didistribusikan dan dari order konsumen. 2) Bertanggungjawab
atas
mutu
hasil
produksi
dan
mempercepat inovasi terbaru.
5
3) Mengadakan pengawasan kualitas barang yang dihasilkan. a) GM Export Bertugas mengawasi dan mengatur proses produksi mulai dari persiapan sampai dengan bagian finishing barang yang kan di ekspor. b) GM Lokal Bertugas mengawasi dan mengatur proses produksi mulai dari persiapan sampai dengan bagian finishing barang yang akan dijual di Indonesia. 5. Personalia a. Jumlah Tenaga Kerja Tenaga kerja PT. Mondrian sampai saat ini berjumlah 655 karyawan
yang semuanya berasal dari Klaten, Yogyakarta,
Solo dan sekitarnya. Karyawan pada PT.Mondrian terdiri dari tiga golongan, yaitu: 1) Karyawan Tetap Karyawan
tetap
adalah
hubungan
kerja
dengan
karyawan
yang
perusahaan
mempunyai
yang
upahnya
dibayarkan secara bulanan didasarkan atas jabatan atau pengalaman kerja yang dimiliki. 2) Karyawan Tidak Tetap (Harian) Karyawan tidak tetap adalah karyawan yang belum diangkat menjadi karyawan tetap, namun telah dipekerjakan secara
6
rutin dan gaji secara harian yang diberikan pada akhir minggu berjalan. 3) Karyawan Borongan Karyawan yang menerima gaji sesuai dengan jumlah produk yang dihasilkan, semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maka semakin besar pula gaji yang diterima. b. Jam dan Tata Tertib Kerja Jam dan tata tertib kerja yang ditetapkan di PT. Mondrian adalah sebagai berikut: 1) PT Mondrian beroperasi selama 6 hari kerja dalam satu minggu mulai hari Senin sampai dengan hari Sabtu. 2) Jam kerja untuk hari Senin sampai Jumat pukul 07.30 s/d 15.30 WIB. Kecuali jam kerja untuk hari Sabtu pukul 07.30 s/d 12.00 WIB. 3) Waktu istirahat dimulai pukul 12.00 s/d 12.45 WIB kecuali hari Jumat dimulai pukul 11.30 s/d 12.45 WIB. Sedangkan hari Sabtu tidak ada jam istirahat karena hanya diberlakukan sistem kerja setengah hari kerja. 4) Berada di tempat kerja masing-masing 10 menit sebelum jam kerja dimulai dan menjalankan tugasnya pada bel kedua berbunyi. 5) Melaksanakan
absensi
sendiri
pada
mesin
absensi
elektronik pada saat akan masuk dan pulang kerja.
7
6) Memberitahu bagian personalia melalui petugas satpam paling lambat 24 jam setelah tidak dapat masuk karena over mach (kecelakaan, sakit dan bencana alam). 7) Memberitahukan
direktorat
yang
bersangkutan
melalui
petugas satpam paling lambat 5 menit sebelum jam kerja dimulai, apabila mengalami hambatan dalam perjalanan sehingga terlambat masuk kerja. c. Kesejahteraan Karyawan PT. Mondrian meningkatkan kesejahteraan dan memberikan motivasi kerja, serta memberikan jaminan sosial dan fasilitas kerja diantaranya adalah: 1) Perusahaan mengikutsertakan tenaga kerjanya menjadi peserta program Jaminan Sosial Tenaga Kerja sesuai ketentuan Undang-Undang No. 01 tahun 1992 Junto Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1993. 2) Seluruh karyawan diikutsertakan dalam wadah SPSI ( Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) 3) Karyawan yang mendapat musibah, misalnya kematian anak, istri, suami mendapat bantuan social dan uang duka dari perusahaan. 4) Karyawan yang melahirkan mendapat cuti dan sumbangan sekedarnya dari perusahaan. 5) Apabila pekerja tertimpa kecelakaan kerja, maka segala biaya yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan.
8
6) Karyawan tetap mendapat seragam dari perusahaan. 7) Karyawan akan mendapat tunjangan hari raya lebaran dan natal. 8) Perusahaan juga menyediakan fasilitas- fasilitas lain guna memberikan kenyamanan dan kesehatan bagi karyawan antara lain: kantin, tempat parker, mushola, poliklinik dan loker untuk menyimpan barang pribadi. d. Sistem Penarikan Tenaga Kerja Sistem perekrutan dan pengelolaan sumber daya manusia di PT. Mondrian dimulai dengan penyebaran informasi penerimaan karyawan baru melalui beberapa media seperti surat kabar, radio dan kampus-kampus yang terkait dengan spesifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan. Setelah itu diadakan
proses
penyeleksian lamaran calon karyawan yang melamar ke perusahaan yang selanjutnya diadakan wawancara terhadap calon karyawan. Apabila calon karyawan dinyatakan lulus wawancara maka akan dilanjutkan dengan serangkaian test sesuai dengan bidang masing-masing. Calon karyawan yang lulus test akan menjalani masa job training kurang lebih tiga bulan sebelum diangkat menjadi karyawan tetap. 6. Aspek Produksi a. Proses Produksi Kegiatan produksi merupakan kegiatan utama dalam seluruh aktifitas perusahaan. PT. Mondrian termasuk perusahaan
9
manufaktur, artinya mengolah bahan baku / bahan mentah/ setengah jadi menjadi bahan jadi. Adapun proses produksinya dapat digambarkan sebagai berikut:
SKEMA PROSES PRODUKSI Persiapan
Proses produksi
Penyelesaian
Pemotongan bahan
Pemotongan Benang
Pembuatan klise Film
Penyablonan
Penyetrikaan
Screen
Penjahitan
Pengemasan
Pembuatan Design
Gambar III.2 Skema Proses Produksi
Dari
gambar
tersebut
dapat
diketahui bahwa
dalam
memproses bahan baku menjadi bahan jadi ada tiga tahap utama yaitu : persiapan produksi, proses produksi dan penyelesaian produksi. Ketiga tahap tersebut dapat diterangkan sebagai berikut: 1) Persiapan Produksi Yang termasuk dalam tahap ini antara lain :
10
a) Pembuatan Desain kaos Desain
gambar
maupun
kaos
disesuaikan
dengan
perkembangan mode/trend atau menurut pesanan.Untuk kaos pakaian olah raga dan pakaian muslim dan lain-lain. b) Pembuatan Klise Film Dilakukan oleh desain yang nantinya untuk menyablon kaos yang telah didesain menurut jumlah warna. c) Pembuatan Screen Dilakukan oleh bagian sablon yang digunakan untuk menyablon kaos yang sesuai dengan desain. 2) Proses Produksi Yang termasuk dalam tahap ini antara lain: a) Pemotongan Bahan Pemotongan bahan dilakukan sesuai dengan model yang telah ditentukan. b) Penyablonan Merupakan tahap pemberian warna sesuai dengan produk yang
akan
dipasarkan,
dengan
penambahan
motif,
gambar, tulisan atau hiasan yang dikehendaki oleh konsumen. c) Penjahitan Setelah proses sablon hingga penyablonan terbentuk dengan baik dan kering, maka langkah berikutnya adalah tahap penjahitan, menggabungkan bagian yang telah
11
disablon
dengan
yang
tidak
disablon.
Termasuk
didalamnya pemasangan label dan kancing bila perlu. 3) Penyelesaian a) Pemotongan Benang Benang-benang sisa jahitan yang masih ada pada kaos dibersihkan
(brandil)
agar
tidak
menggangu
proses
selanjutnya yaitu penyetrikaan. b) Penyetrikaan Proses pembersihan benang sudah selesai, kemudian dilakukan proses penyetrikaan agar kaos yang sudah jadi dapat terlihat bagus dan rapi dan siap untuk proses berikutnya yaitu packing. c) Pengemasan (packing) Packing merupakan tahap akhir dari proses produksi, yaitu memasukan
produk
jadi
ke
dalam
plastik
kemas
(pembungkus) agar terlihat rapi dan tetap bersih. b. Alat yang digunakan 1) Mesin Jahit, digunakan untuk menjahit kain yang telah dipotong
sesuai
dengan
pola
(pattern)
yang
telah
ditentukan. 2) Mesin Obras, digunakan untuk memperkuat dan merapikan bagian tepi kain yang sudah dipotong.
12
3) Mesin Pelubang dan pemasang kancing, digunakan untuk membuat lubang kancing dan memasang kancing pada kaos (pakaian). 4) Gunting, digunakan untuk memotong kain dan benang. 5) Mistar gulung, sebagai alat bantu mengukur panjang dan lebar kain. 6) Alat sablon, digunakan untuk menyablon pada produk baik berupa gambar atau tulisan yang telah disesuaikan dengan keinginan konsumen. 7) Setrika Uap, digunakan untuk mengatur dan merapikan pakaian yang sudah jadi. c. Bahan Produksi PT.
Mondrian
memproduksi
berbagai
macam
produk
garment antara lain berupa Kaos, Jaket, Baju Muslim, T-Shirt, Shirt dll. Perusahaan ini memiliki dua divisi yaitu divisi lokal dan ekspor. Pada divisi lokal, tipe produksinya menggunakan Make to Stock (MTS) sedangkan pada divisi ekspor, tipe produksinya menggunakan Make to order (MTO). Pada penelitian ini hanya akan dibahas proses produksi pada divisi lokal. Bahan
produksi
menggunakan
benang
100%
Cotton
Combed 24 S Mercerized yang dirajut menjadi kaos 100% Cotton Combed yang bersifat dingin menyerap keringat dan tetap terlihat rapi. Bahan baku untuk produk dadung antara lain: cotton combed 20 S, cotton combed 24 S, CVC 20 S, TC toton,
13
babyterry, diadora, rayon spandex, cotton spandex, grimis spandex, laxos CVC. Selain menggunakan bahan baku, perusahaan juga menggunakan bahan penolong antara lain: benang katun, benang polyster, kain keras, kain kapas, kancing, zipper, dan label. Printing: dengan pengalaman lebih dari sepuluh tahun kami mengkombinasikan bahan sablon rubber, akrafon, foam dan mutiara untuk dapat menghasilkan printing yang betul-betul sempurna. Model dan Gambar : kami menghasilkan kaos sesuai dengan tren saat ini, mengkombinasikan warna kaos dipadu aksenaksen yang digemari anak muda saat ini. Gambar disesuaikan dengan modelnya dan selalu mengikuti tuntutan perkembangan zaman baik secara humor, kritik, simbolis dan lain-lain, sesuai dengan tren anak muda saat ini. d. Kategori Produk 1) Dadung Produk dadung merupakan pakaian casual untuk anak, remaja, dewasa pria dan wanita. Arahan desain yang dibuat untuk produk pakaian pria lebih mengarah pada detail gambar grafis, sedangkan untuk pakaian wanita lebih simple dengan mode pakaian girly sporty. Kategori produk dadung diantaranya: T-shirt, jumper, jacket, short style knitting. 2) Be-Gaya
14
Merupakan produk pakaian untuk remaja putrid dengan arahan desain produk yaitu feminim, girly sporty. Kategori produk lebih bervariasi diantaranya: sackdress casual, two piece semu, jumper, jacket, short style. 3) Sekido Merupakan produk pakaian muslim berjilbab dan wanita muslim yang tidak berjilbab. Karakter produk Sekido lebih mengutamakan pakaian menutup aurat dan lebih longgar. Arahan desain produk feminim dan lebih elegan dengan kategori produk diantaranya: short style, long style, big beauty, dan muslim style. 7. Aspek Pemasaran Wilayah pemasaran PT. Mondrian meliputi pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Untuk menghadapi persaingan pasar dan memenuhi kebutuhan konsumen, PT. Mondrian selalu melakukan inovasi terhadap produknya setiap satu bulan sekali. PT. Mondrian menyediakan 12 desainer untuk merancang model pakaian yang diminati oleh konsumen. Sehingga setiap bulan akan direalisasi kurang lebih 75 model desain produk pakaian yang akan diproduksi. Pemesanan umum, dimana konsumen akan memesan kaos langsung ke perusahaan. Dalam memasarkan produknya PT. Mondrian menggunakan beberapa cara antara lain:
15
a. Dengan melakukan penjualan langsung kepada konsumen. PT. Mondrian mempunyai Factory Outlet yang berlokasi satu areal dengan perusahaan, sekarang diberi nama “Smart Shopping”. PT. Mondrian juga membuka ratusan counter di berbagai Department Store atau Mall di seluruh wilayah pemasarannya. b. Dengan sistem Konsinyasi, yaitu menitipkan produk ke tooktoko yang telah menjadi langganan maupun mitra bisnisnya, di mana barang yang laku dibayar, dan sistem Jual Putus yaitu toko membeli sejumlah produk baik secara tunai maupun utang yang harus dibayar dalam jangka waktu tertentu. c. Melalui Pemesanan Umum (Public Order), dimana konsumen akan memesan produk dalam jumlah besar, harga dapat ditekan serendah mungkin sehingga perusahaan mampu bersaing dengan perusahaan sejenis lainnya. d. Promosi , Pemasaran terpau yang didalamnya terdapat unsur promosi akan menambah kepercayaan konsumen terhadap produk. Promosi dilakukan diberbagai media antara lain: TV, media cetak (majalah, tabloid) dan lain-lain. e. Pelayanan, divisi Pelayanan dan Pemeliharaan Konsumen siap merangkul pembeli dengan berbagai programnya, antara lain ketersediaan
produk,
ketentuan
transaksi
yang
tidak
menyulitkan, pemberian informasi yang cepat dan tidak berbelit, dengan
pola
promosi
yang
terpadu
sehingga
dapat
memperkenalkan dan memperoleh image produk yang baik.
16
8. Aspek Kualitas Kualitas merupakan aspek yang sangat penting, PT Mondrian selalu menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Pengendalian kualitas yang dilakukan mulai dari bahan baku datang, proses produksi, dan inspeksi produk akhir. a. Bahan Baku Bahan baku dari supplier di inspeksi apakah ada cacat (cacat kain, cacat print, cacat celup), apakah berat dan panjang sesuai. Jika diketahui terdapt cacat kain, maka kain akan dikembalikan kepada supplier untuk ditukar kembali. b. Proses Produksi Dalam proses produksi yang biasa diperiksa adalah semua bagian produksi tapi yang sering terjadi kerusakan adalah bagian potong, dan bagian penjahitan. Untuk bagian potong kendala yang ada kerumitan pola, maka dari itu untuk bagian potong dibutuhkan orang yang berpengalaman yang cukup lama dan ahli dibidangnya. Dengan begitu kerusakan dapat diminimalkan. Untuk bagian penjahitan kerusakan yang biasa terjadi adalah jahitan lepas, jahitan tidak rata. Hal ini dapat diminimalkan dengan memberi pelatihan terlebih dahulu kepada karyawan. c. Inspeksi produk Akhir Jika diketahui produk akhir tidak layak untuk dijual atau tidak memenuhi standar kualitas, maka produk tersebut dibawa lagi
17
kebagian produksi. Jika kerusakan kecil maka produk itu bias diperbaiki lagi. Jika kerusakan besar maka barang itu dikategorikan barang reject dan dijual sendiri dengan harga yang murah.
B. Laporan Magang Kerja 1. Pengertian Magang Kerja Magang adalah suatu kegiatan pembelajaran secara langsung atau praktek kerja yang dilakukan untuk membandingkan teori yang didapat dibangku kuliah dengan kenyataan yang terjadi dilapangan. Magang kerja wajib dilakukan oleh Mahasiswa DIII Manajemen Industri pada semester akhir. Waktu pelaksanaan magang minimal satu bulan, dengan magang kerja dapat membantu mahasiswa dalam memyelesaikan tugas akhir dan diharapkan mahasiswa diharapkan mampu menerapkan ilmu yang telah didapat pada perusahaan. Perusahaan yang menjadi tujuan magang yaitu perusahaan yang bersifat produksi atau industri. 2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang Kegiatan magang dilakukan di PT. Mondrian yang beralamat di Jalan KH. Hasyim Ashari No 171 (By Pass), Mojayan,
Klaten,
Jateng Telp: (0272) 323181, Fax (0272) 324718, 324727. Magang kerja dilaksanakan pada tanggal 22 Februari s/d 21 Maret 2010. Magang dimulai pada pukul 07.30 s/d 15.30 WIB, kecuali hari Sabtu magang dimulai pukul 07.30 s/d 12.00 WIB.
18
3. Tujuan Magang a. Mahasiswa dapat belajar dan memperoleh pengalaman secara langsung dalam dunia kerja. b. Untuk
melatih
mahasiswa
dalam
memecahkan
suatu
permasalahan yang menjadi obyek penelitian. c. Sebagai media belajar dalam bersosialisasi pada dunia kerja secara nyata. 4. Manfaat Magang Magang kerja dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yaitu: a. Bagi Mahasiswa 1) Agar mahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama menempuh pendidikan. 2) Agar setelah lulus mahasiswa dapat menghadapi masalah yang timbul dalam dunia kerja. b. Bagi Perusahaan 1) Perusahaan akan mendapat sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang. 2) Hasil penelitian mahasiswa selama magang kerja dapat dijadikan sebagai masukan dalam menentukan kebijakankebijakan perusahaan. 5. Kegiatan Magang Selama magang kerja mahasiswa diwajibkan mengikuti tata tertib yang telah ditentukan oleh perusahaan, yaitu:
19
a. Mahasiswa diperbolehkan berpakaian bebas dengan ketentuan rapi dan sopan. b. Datang dan pulang tepat waktu sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. c. Tidak diperkenankan merokok selama magang berlangsung. d. Peserta magang harus lapor kepada pembimbing lapangan sebelum melaksanakan magang. e. Jika ada keperluan atau tidak dapat masuk magang harus ijin terlebih dahulu dengan pembimbing lapangan. f. Selama magang kerja mahasiswa diharuskan memakai kartu identitas dari perusahaan. Pelaksanaan magang kerja dilaksanakan mulai hari Senin sampai jumat pada pukul 07.30 s/d 15.30 WIB, kecuali hari sabtu mulai pukul 07.30 s/d 12.00 WIB. Selama satu bulan pelaksanaan magang kerja, penulis ditempatkan pada dua bagian yaitu bagian MIS (Manajemen Information System) dan bagian produksi, dengan rincian sebagai berikut: 1) Minggu pertama a) Perkenalan mahasiswa dengan pembimbing lapangan. b) Perkenalan dengan beberapa karyawan perusahaan. c) Penetapan jadwal magang kerja dan pemberitahuan aturan yang diberlakukan bagi peserta magang kerja. d) Pengenalan tempat berlangsungnya proses produksi.
20
2) Minggu kedua a) Melihat dan mengamati lingkungan bagian produksi. b) Melakukan inspeksi kegiatan proses produksi. c) Membantu pekerjaan bagian MIS, dalam melakukan update data HPP. 3) Minggu ketiga a) Mengamati proses produksi mulai dari awal bahan baku sampai menjadi produk jadi. b) Mencatat dan mengambil data terkait dengan sejarah umum perusahaan. c) Membantu pekerjaan bagian MIS, dalam melakukan update data penjualan. 4) Minggu keempat a) Mencatat dan mengambil data proses produksi b) Mengambil data penjualan produk brand Dadung yang digunakan untuk penyusunan TA. c) Perpisahan dan serah terima kenang-kenangan.
C. Pembahasan Masalah 1. Bahan Baku Produk Dadung PT. Mondrian adalah perusahaan yang bergerak di bidang konveksi. Produk-produk dari Mondrian semuanya berupa T-Shirt yang terdiri dari beberapa merk yaitu: Be Gaya, Sekido dan Dadung. Diantara produk-produk tersebut yang paling berhasil di
21
segi pemasarannya adalah DADUNG. Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis pengelompokkan bahan baku produk dadung. Kebutuhan bahan baku pada PT. Mondrian relatif stabil dengan kenaikan dan penurunan yang tidak terlalu mencolok, kecuali pada kondisi tertentu seperti menjelang hari raya Idul Fitri. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi produk Dadung diantaranya sebagai berikut: Tabel III.1 Daftar Kebutuhan Bahan Baku Produk Dadung PT. Mondrian Februari 2009 – Februari 2010
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Bahan Cotton Combed 20'S Cotton Combed 24'S CVC 20'S TC Tuton Rayon Spandex Cotton Spandex Grimis Spandex Laxos CVC Baby Terry Diadora Total
Kebutuhan (Kg) 57.651 99.358 23.177 17.089 7.813 3.508 1.691 16.580 18.595 27.618 273.080
Harga/ Kg (Rp) 52.000 54.000 46.000 45.000 67.000 80.000 57.000 59.000 61.000 48.000
Sumber: PT. Mondrian 2. Pengelompokan Persediaan Bahan Baku PT. Mondrian selama ini memperlakukan semua bahan baku dengan sama rata, sehingga PT. Mondrian belum menerapkan Analisis ABC untuk kebijakan pengelompokan bahan baku. Pembelian bahan baku yang dilakukan PT. Mondrian selama ini mempunyai frekuensi pemesanan yang cukup tinggi. PT. Mondrian memperoleh bahan baku dari supplier dan melakukan pemesanan
22
bahan baku setiap dua minggu sekali, bahan baku di datangkan dari Bandung. Selama ini Perusahaan kurang memperhatikan pengelompokan bahan baku yang sesuai dengan nilainya, sehingga perusahaan tidak mengetahui kelompok bahan baku mana yang memerlukan penanganan yang lebih intensif. Dengan mengabaikan
pengelompokan
bahan
baku
terkadang
akan
mengalami kekurangan bahan baku yang tampaknya tidak penting padahal bahan baku tersebut sangat dibutuhkan dalam proses produksi. Sehingga menyebabkan terhentinya proses produksi dan kegiatan distribusi barang menjadi terhambat. 3. Analisis ABC Dalam melakukan penelitian mengenai persediaan bahan baku produk Dadung pada PT. Mondrian, peneliti menggunakan Analisis ABC. Analisis ABC merupakan aplikasi persediaan dari prinsip Pareto. Prinsip Pareto menyatakan bahwa terdapat “sedikit hal yang penting dan banyak hal yang sepele”. Idenya untuk memfokuskan pengendalian persediaan
kepada
jenis
(item)
persediaan yang bernilai tinggi (critical) daripada yang bernilai rendah (trivial). Analisis ABC membagi persediaan kedalam tiga golongan A, B dan C berdasarkan pada volume rupiah tahunan. Dengan mengetahui kelas-kelas tersebut maka dapat diketahui jenis (item) persediaan yang harus mendapatkan perhatian lebih intensif (serius) dibandingkan jenis (item) yang lain. Langkah-langkah yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:
23
a. Menentukan volume tahunan dalam nilai rupiah. V = Kebutuhan x harga (per unit) 1) Untuk item Cotton Combed 20’S Volume tahunan (dalam unit) = 57.651 kg/tahun Biaya per unit = Rp. 52.000,Maka : Volume tahunan (dalam unit) x biaya per unit = 57.651 x Rp. 52.000,= Rp 2.997.852.000,2) Untuk item Cotton Combed 24’S Volume tahunan (dalam unit) = 99.358 kg/tahun Biaya per unit = Rp. 54.000,Maka : Volume tahunan (dalam unit) x biaya per unit = 99.358 x Rp. 54.000,= Rp. 5.365.332.000,3) Untuk item CVC 20’S Volume tahunan (dalam unit) = 23.177 kg/tahun Biaya per unit = Rp. 46.000,Maka ; Volume tahunan (dalam unit) x biaya per unit = 23.177 x Rp. 46.000,= Rp. 1.066.142.000,4) Untuk item TC Tuton
24
Volume tahunan (dalam unit) = 17.089 kg/tahun Biaya per unit = Rp. 45.000,Maka ; Volume tahunan (dalam unit) x biaya per unit = 17.089 x Rp. 45.000,= Rp. 769.005.000,5) Untuk item rayon Spandex Volume tahunan (dalam unit) = 7.813 kg/tahun Biaya per unit = Rp. 67.000,Maka ; Volume tahunan (dalam unit) x biaya per unit = 7.813 x Rp. 67.000,= Rp. 523.471.000,6) Untuk item Cotton spandex Volume tahunan (dalam unit) = 3.508 kg/tahun Biaya per unit = Rp. 80.000,Maka ; Volume tahunan (dalam unit) x biaya per unit = 3.508 x Rp. 80.000,= Rp. 280.640.000,7) Untuk item Grimis Spandex Volume tahunan (dalam unit) = 1.691 kg/tahun Biaya per unit = Rp. 57.000,Maka ;
25
Volume tahunan (dalam unit) x biaya per unit = 1.691 x Rp. 57.000,= Rp. 96.387.000,8) Untuk item Laxos CVC Volume tahunan (dalam unit) = 16.580 kg/tahun Biaya per unit = Rp. 59.000,Maka ; Volume tahunan (dalam unit) x biaya per unit = 16.580 x Rp. 59.000,= Rp. 978.220.000,9) Untuk item Babyterry Volume tahunan (dalam unit) = 18.595 kg/tahun Biaya per unit = Rp. 61.000,Maka ; Volume tahunan (dalam unit) x biaya per unit = 18.595 x Rp. Rp. 61.000,= Rp. 1.134.295.000,10) Untuk item Diadora Volume tahunan (dalam unit) = 27.618 kg/tahun Biaya per unit = Rp. 48.000,Maka ; Volume tahunan (dalam unit) x biaya per unit = 27.618 x Rp. 48.000,= Rp. 1.325.664.000,-
26
Tabel III.2 Volume Tahunan Dalam Nilai Rupiah Februari 2009 – Februari 2010
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Bahan Cotton Combed 20’S Cotton Combed 24’S CVC 20’S TC Tuton Rayon Spandex Cotton Spandex Grimis Spandex Laxos CVC Baby Terry Diadora Total
Kebutuhan (Kg) 57.651 99.358 23.177 17.089 7.813 3.508 1.691 16.580 18.595 27.618 273.080
Harga/ Kg (Rp) 52.000 54.000 46.000 45.000 67.000 80.000 57.000 59.000 61.000 48.000
Volume tahunan dalam nilai rupiah 2.997.852.000 5.365.332.000 1.066.142.000 769.005.000 523.471.000 280.640.000 96.387.000 978.220.000 1.134.295.000 1.325.664.000 14.537.008.000
Sumber : data diolah b. Menentukan persentase volume tahunan dalam nilai rupiah. Volume tahunan dalam nilai uang per unit ´ 100% å Volume tahunan dalam nilai uang per unit
1) Untuk item Cotton Combed 20’S Volume tahunan dalam nilai uang per unit = Rp. 2.997.852.000,Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit = Rp. 14.537.008.000,Maka : =
Volume tahunan (nilai uang per unit) ´ 100% Jumlah volume tahunan (nilai uang per unit)
=
2.997.852.000 ´ 100% 14.537.008.000
= 20.62 % 2) Untuk item Cotton Combed 24’S Volume tahunan dalam nilai uang per unit 27
= Rp. 5.365.332.000,Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit = Rp. 14.537.008.000,Maka : =
Volume tahunan (nilai uang per unit) ´ 100% Jumlah volume tahunan (nilai uang per unit)
=
5.365.332.000 ´ 100% 14.537.008.000
= 36.91 % 3) Untuk item CVC 20’S Volume tahunan dalam nilai uang per unit = Rp. 1.006.142.000,Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit = Rp. 14.537.008.000,Maka : =
Volume tahunan (nilai uang per unit) ´ 100% Jumlah volume tahunan (nilai uang per unit)
=
1.066.142.000 ´ 100% 14.537.008.000
= 7.34 % 4) Untuk item TC Tuton Volume tahunan dalam nilai uang per unit = Rp. 769.005.000,Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit = Rp. 14.537.008.000,Maka :
28
=
Volume tahunan (nilai uang per unit) ´ 100% Jumlah volume tahunan (nilai uang per unit)
=
769.005.000 ´ 100% 14.537.008.000
= 5.29 % 5) Untuk item Rayon Spandex Volume tahunan dalam nilai uang per unit = Rp. 523.471.000,Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit = Rp. 14.537.008.000,Maka : =
Volume tahunan (nilai uang per unit) ´ 100% Jumlah volume tahunan (nilai uang per unit)
=
523.471.000 ´ 100% 14.537.008.000
= 3.60 % 6) Untuk item Cotton spandex Volume tahunan dalam nilai uang per unit = Rp. 280.640.000,Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit = Rp. 14.537.008.000,Maka : =
Volume tahunan (nilai uang per unit) ´ 100% Jumlah volume tahunan (nilai uang per unit)
=
280.640.000 ´ 100% 14.537.008.000
29
= 1.93 % 7) Untuk item Grimis Spandex Volume tahunan dalam nilai uang per unit = Rp. 96.387.000,Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit = Rp. 14.537.008.000,Maka : =
Volume tahunan (nilai uang per unit) ´ 100% Jumlah volume tahunan (nilai uang per unit)
=
96.387.000 ´ 100% 14.537.008.000
= 0.66 % 8) Untuk item Laxos CVC Volume tahunan dalam nilai uang per unit = Rp. 978.220.000,Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit = Rp. 14.537.008.000,Maka : =
Volume tahunan (nilai uang per unit) ´ 100% Jumlah volume tahunan (nilai uang per unit)
=
978.220.000 ´ 100% 14.537.008.000
= 6.73 % 9) Untuk item Babyterry Volume tahunan dalam nilai uang per unit = Rp. 1.134.295.000,-
30
Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit = Rp. 14.537.008.000,Maka : =
Volume tahunan (nilai uang per unit) ´ 100% Jumlah volume tahunan (nilai uang per unit)
=
1.134.295.000 ´ 100% 14.537.008.000
= 7.80 % 10) Untuk item Diadora Volume tahunan dalam nilai uang per unit = Rp. 1.325.664.000,Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit = Rp. 14.537.008.000,Maka : =
Volume tahunan (nilai uang per unit) ´ 100% Jumlah volume tahunan (nilai uang per unit)
=
1.325.664.000 ´ 100% 14.537.008.000
= 9.12 %
31
Tabel III.3 Persentase Volume Tahunan Dalam Nilai Rupiah Februari 2009-Februari 2010
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Bahan Cotton Combed 20'S Cotton Combed 24'S CVC 20'S TC Tuton Rayon Spandex Cotton Spandex Grimis Spandex Laxos CVC Baby Terry Diadora Total
Volume tahunan dalam nilai (Rp) 2.997.852.000 5.365.332.000 1.066.142.000 769.005.000 523.471.000 280.640.000 96.387.000 978.220.000 1.134.295.000 1.325.664.000 14.537.008.000
Persentase volume tahunan (%) 20,62 36,91 7,34 5,29 3,60 1,93 0,66 6,73 7,80 9,12
Sumber : data diolah c. Susunan Urutan Item Persediaan berdasarkan Volume Tahunan Rupiah dari yang terbesar nilainya ke yang terkecil. Tabel III.4 Susunan Urutan Item Persediaan Berdasarkan Volume Tahunan
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Bahan
Cotton Combed 24'S Cotton Combed 20'S Diadora Baby Terry CVC 20'S Laxos CVC TC Tuton Rayon Spandex Cotton Spandex Grimis Spandex Total
Kebutuhan (Kg)
Harga/ Kg (Rp)
Volume tahunan dalam nilai (Rp)
Persenta se volume tahunan (%)
99.358
54.000
5.365.332.000
36,91
57.651
52.000
2.997.852.000
20,62
27.618 18.595 23.177 16.580 17.089 7.813 3.508 1.691 273.080
48.000 61.000 46.000 59.000 45.000 67.000 80.000 57.000
1.325.664.000 1.134.295.000 1.066.142.000 978.220.000 769.005.000 523.471.000 280.640.000 96.387.000 14.537.008.000
9,12 7,80 7,34 6,73 5,29 3,60 1,93 0,66
32
d. Perhitungan Klasifikasi Analisis ABC Tabel III.5 Perhitungan Klasifikasi Analisis ABC
Nama Bahan
Cotton Combed 24'S Cotton Combed 20'S Diadora Baby Terry CVC 20'S Laxos CVC TC Tuton Rayon Spandex Cotton Spandex Grimis Spandex Total
Kebutuhan (Kg)
Harga/ Kg (Rp)
Volume tahunan dalam nilai (Rp)
Persenta se volume tahunan (%)
Persen tase Kumul atif
Kat eg ori
99.358
54.000
5.365.332.000
36,91
36,91
A
57.651
52.000
2.997.852.000
20,62
57,53
A
27.618 18.595 23.177 16.580 17.089
48.000 61.000 46.000 59.000 45.000
1.325.664.000 1.134.295.000 1.066.142.000 978.220.000 769.005.000
9,12 7,80 7,34 6,73 5,29
66,65 74,45 81,79 88,52 93,81
B B B C C
7.813
67.000
523.471.000
3,60
97,41
C
3.508
80.000
280.640.000
1,93
99,34
C
1.691
57.000
96.387.000
0,66
100
C
273.080
14.537.008.000
Persentase Pemakaian Tahunan Dalam Rupiah
Apabila digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut: 70 60
C B A
57,53%
50 40 30
24,26% 18.21%
20 10 0 20
30
50
Persentase dari Keseluruhan Butir Persediaan
Gambar III.3 Grafik Analisis ABC 33
Berdasarkan perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa: 1) Kelas A memiliki nilai persentase volume tahunan sebesar 57,53 % dari total nilai volume tahunan rupiah, yang terdiri dari 2 item (20%) persediaan yaitu: Cotton combed 24’S dan Cotton combed 20’S. 2) Kelas B memiliki nilai persentase volume tahunan sebesar 24,26% dari total nilai volume tahunan rupiah, yang terdiri dari 3 item (30%) persediaan yaitu: Diadora, Babyterry, dan CVC 20’S. 3) Kelas C memiliki nilai persentase volume tahunan sebesar 18,21% dari total nilai volume tahunan rupiah, yang terdiri dari 5 item (50%) persediaan yaitu: Laxos CVC, TC Tuton, Rayon Spandex, Cotton Spandex, Grimis Spandex. Kebijakan yang dapat diambil berdasarkan Analisis ABC mencakup hal-hal dibawah ini: 1) Butir persediaan kelas A di PT. Mondrian berlainan dengan butir persediaan B dan C, harus dikendalikan secara lebih ketat, mungkin karena butir persediaan A ini ditempatkan di wilayah yang lebih tertutup dan mungkin keakuratan catatan persediaan harus lebih sering diverifikasi. 2) PT. Mondrian harus meramalkan butir persediaan kelas A lebih hati-hati daripada meramalkan butir persediaan yang lain. Selain itu PT. Mondrian sebaiknya mengelompokan kelas-kelas sesuai dengan Analisis ABC yang kemudian digunakan sebagai
34
pedoman
dalam
pembelian
bahan
baku
ke
supplier,
pengelompokan kelas itu meliputi: 1) Pengendalian bahan baku kelas A a) Pengendalian ketat b) Penyimpanan secara baik laporan-laporan penerimaan dan penggunaan barang c) Berdasarkan pada perhitungan kebutuhan d) Pengecekan secara ketat e) Monitoring terus- menerus f) Persediaan pengaman tidak ada atau rendah (1-2 minggu) 2) Pengendalian bahan baku kelas B a) Pengendalian moderat b) Penyimpanan secara baik laporan-laporan penerimaan dan penggunaan barang c) Berdasarkan perhitungan pemakaian di waktu lalu atau daftar permintaan d) Serangkaian pengecekan perubahan-perubahan kebutuhan e) Monitoring untuk memungkinkan kekurangan persediaan f) Persediaan pengaman moderat (2-3 bulan) 3) Pengendalian bahan baku kelas C a) Pengendalian longgar b) Bila supplai mencapai titik pemesanan kembali, pemesanan kembali dilakukan
35
c) Pengecekan sedikit dilakukan, dengan membandingkan terhadap kebutuhan d) Monitoring tidak perlu atau sedikit dilakukan e) Persediaan pengaman jumlahnya besar (2-6 bulan atau lebih) Setelah menggunakan Analisis ABC, maka pengendalian bahan baku pada PT. Mondrian dapat dikelola secara optimal. Sehingga diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut: 1) Dapat melakukan pembelian bahan baku dengan lebih teratur dan terencana, dengan demikian biaya persediaan yang dikeluarkan juga dapat diatur. 2) Memudahkan dalam pengambilan bahan baku ketika akan memulai proses produksi, karena bahan baku yang volume pemakaiannya
besar dapat
ditempatkan
dibagian
depan
gudang. 3) Dengan menggunakan Analisis ABC, persediaan bahan baku telah
dikelompokan
sesuai
dengan
nilainya,
sehingga
penyimpanan persediaan bahan baku akan lebih efektif, karena pemeliharaan bahan baku yang lebih intensif hanya kelas A sedangkan kelas B dab C pemeliharaannya hanya berkala saja.
36
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN Dari analisis data dan pembahasan yang penulis uraikan pada Bab III secara garis besar dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Manajemen Persediaan Bahan Baku Produk Dadung pada PT. Mondrian. PT. Mondrian Klaten memperlakukan semua bahan baku dengan sama rata, sehingga PT. Mondrian belum menerapkan Analisis ABC untuk kebijakan pengelompokan bahan baku pada produk Dadung. 2. Pengelompokan Persediaan berdasarkan Analisis ABC. a. Kelas A memiliki nilai persentase volume tahunan sebesar 57.53 % dari total volume tahunan rupiah, meliputi 2 item yaitu: 1) Cotton Combed 24’S 2) Cotton Combed 20’S b. Kelas B memiliki nilai persentase volume tahunan sebesar 24.26 % dari total volume tahunan rupiah, meliputi 3 item yaitu: 1) Diadora 2) Babyterry 3) CVC 20’S c. Kelas C memiliki nilai persentase volume tahunan sebesar 18.21 % dari total volume tahunan rupiah, meliputi 5 item yaitu:
37
1) Laxos CVC 2) TC Tuton 3) Rayon spandex 4) Cotton Spandex 5) Grimis Spandex B. SARAN Setelah penulis mengadakan perhitungan dan menganalisis masalah yang dihadapi oleh PT. Mondrian Klaten, maka penulis dapat mengajukan saran yang diharapkan sangat berguna dan dapat dijadikan pertimbangan dan kebijaksanaan pengelompokan bahan baku pada PT. Mondrian, adapun saran itu meliputi: 1. Sebaiknya perusahaan mempertimbangkan penggunaan Analisis ABC dalam kebijakan pengelompokan bahan baku, karena dengan Analisis ABC perusahaan akan mudah dalam menetapkan kebijakan dan pengendalian untuk setiap kelasnya berdasarkan nilai dan kebutuhannya. Dengan menggunakan Analisis ABC maka perusahaan bisa lebih efisien dalam mengendalikan kebutuhan bahan baku produk Dadung. 2. Apabila perusahaan menerapkan Analisis ABC, bisa dilakukan dengan perhitungan computer. Adapun software yang dapat digunakan untuk membantu perhitungan Analisis ABC dengan Production and Operation Management (POM for Windows). 3. Memberikan pelatihan kepada karyawan, apabila menggunakan software POM dalam perhitungan Analisis ABC.
38
DAFTAR PUSTAKA
Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Ghalia Indonesia. Jakarta. Gespersz, Vincent. 2004. Production Planning and inventory Control. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Handoko, T hani. 2002. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi I. BPFE. Yogyakarta. Ishak, Aulia. 2010. Manajemen Operasi. Edisi I. Graha Ilmu. Yogyakarta. Nasution, Arman Hakim. 2003. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Edisi I. Guna Widya. Surabaya. Purnomo, Hari. 2004. Pengantar Teknik Industri. Edisi II. Graha Ilmu. Yogyakarta. Rangkuti, Freddy. 2002. Manajemen Persediaan. Raya Grafindo Persada. Jakarta. Render, Barry dan Jay Heizer. 2005. Prinsip-prinsip Manajemen Operasi. Salemba Empat. Jakarta. Vile, David I. 2000. Dasar-dasar Manajemen Sediaan dari Gudang ke Pusat Distribusi. PPM. Jakarta.
39